Upload
vanthien
View
229
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STAD
(StudentTeams Achievement Divisions) DENGAN EKSPERIMEN
LABORATORIUM DAN EKSPERIMEN VIRTUAL DITINJAU DARI
SIKAP ILMIAH
SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM
KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN
SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
MAGDALENA DWI SETYANI
K3307006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STAD
(StudentTeams Achievement Divisions) DENGAN EKSPERIMEN
LABORATORIUM DAN EKSPERIMEN VIRTUAL DITINJAU DARI
SIKAP ILMIAH
SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM
KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN
SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
MAGDALENA DWI SETYANI
K3307006
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Magdalena Dwi Setyani. K3307006. Pembelajaran Kimia Menggunakan
Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan Eksperimen
Laboratorium dan Eksperimen Virtual Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam
Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.
Skripsi.Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret. Oktober.2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) pengaruh pembelajaran
kimia menggunakan STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan
metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, 2) pengaruh sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam,
3) interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan STAD (Student Teams
Achievement Divisions) metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual
dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Asam, Basa, dan Garam.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial
2x2.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP
Negeri 1 Jaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan
teknik cluster random sampling dari 6 kelas diambil 2 kelas, yaitu kelas
VIIEsebagai kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) dan kelas VIIF
sebagai kelas eksperimen II (STAD eksperimen virtual). Teknik pengumpulan
data prestasi kognitif menggunakan metode test, sedangkan prestasi belajar afektif
dan sikap ilmiah siswa menggunakan metode angket. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat pengaruh metode
pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan virtual pada prestasi kognitif
maupun afektif siswa. Pada prestasi kognitif diperoleh Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00
sedangkan prestasi afektifdiperoleh Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00, sehingga metode
STAD eksperimen laboratorium memberikan prestasi belajaryang lebih baik
daripada metode STAD eksperimen virtual, 2) tidak terdapat pengaruh sikap
ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, diperoleh Fobs = 1,957 < Ftabel
= 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh terdapat pengaruh antara sikap
ilmiah tinggi dan rendah, diperoleh Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. 3) terdapat
interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi
kognitif, diperoleh Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif
diperoleh tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap
ilmiah, diperoleh Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00.
Kata Kunci : STAD(Student Teams Achievement Divisions), Eksperimen
Laboratorium, Eksperimen Virtual, Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Magdalena Dwi Setyani. K3307006. The Chemistry Learning By Using STAD
(Student Teams Achievement Divisions) Method Through Laboratory
Experiment and Virtual Experiment Over View From Student’s Scientific
Attitude Toward Students’ Learning Achievement on Main Subject in
Chemistry: Acid, Base, and Salt in Seventh Grade of SMP Negeri 1 Jaten in
odd semester of 2011/2012 Academic Year. Thesis. Surakarta: Teacher Training
And Education Faculty, Sebelas Maret University. October.2011.
The objectives of this research are to find out: 1) the influence between
Chemistry Learning using STAD (Student Teams Achievement
Divisions)laboratory and virtual experiment toward student’s learning
achievement in chemistry main subject, Acid, Base, and Salt, 2) the influence of
student’s scientific attitude toward student’s learning achievement in chemistry
main subject, Acid, Base, and Salt, 3) the interaction between chemistry learning
using STAD (Student Teams Achievement Divisions) laboratory and virtual
experiment and students’ scientific attitude toward student’slearning achievement
in chemistry main subject, Acid, Base, and Salt.
This research employs experimental method with 2 x 2 factorial design.
The population in this research are students of seventh grade in SMP Negeri 1
Jaten in odd semester of 2011/2012 academic year. The sample of this research
are collected by using cluster random sampling technique fromsix classes, two
classes are taken,VIIE isthe experimental class I (STADlaboratory
experimental)and VII F is the experimental class II (STAD virtual experimental).
Thedatacollection on cognitive achievement is done by conducting a test, whereas
the affective achievement and the student’s scientific achievement are done by
distributing questionnaires.The data analysis is done by using two ways variance
analysis technique with different cell.
The research shows that: 1) there is an influence between laboratory
experiment and virtual experiment STAD learning method both on student’s
cognitive and affective achievement, whichFobs = 4,393 > Ftabel = 4,00. Whereas
the affective achievement is Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00.So the result shows that
laboratory experimental STAD method gives better learning achievement than
virtual experiemental STAD,2) there is no influence between high and low
student’sscientific attitude toward student’s cognitive achievement,which Fobs =
1,957 < Ftabel = 4,00. Whereas in affective achievement, the result shows that there
is influence between high and low student’s scientific attitude toward student’s
cognitiveachievement,which Fobs = 18,054 > Ftable = 4,00, 3)there is an interaction
between STAD learning method and scientific attitude toward student’scognitive
achievement, which Fobs = 4,754 > Ftable = 4,00. Whereas in affective
achievement, the result shows that there is no interaction between STAD learning
method and scientific attitude toward student’saffective, whichFobs = 0,025 < Ftable
= 4,00.
Keywords: STAD (Student Teams Achievement Divisions), Laboratory
Experiment, Virtual Experiment, Learning Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi
kekuatan kepada ku (Filipi 4 : 13)
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh
harapannya pada Tuhan (Yeremia 17 : 7)
Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripada-NYAlah
keselamatanku (Mazmur 62 : 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku tercinta, terimakasih telah menjadi orang tua yang sangat luar biasa
Mbak Sara, Enggar, Kesi, mbak Wida yang senantiasa
memberi warna dalam hidup ku
Yussy Kusumaheny, terimakasih telah rela menjadi gandum yang mati untuk diriku
All Tim yang telah menjadi rekan sekerja, terus memberi semangat untuk
bertumbuh dan mengerjakan tugas yang mulia
Sahabat-sahabatku Mutiara Widyawati, Nanik Galih Mawarni, Gotri Ruswani, Bety
Mulyani dan terkhusus Lian Retna Sari, terimakasih untuk doa, dukungan dan
senantiasa menemani dalam suka dan duka ku.
Seluruh keluarga besar kimia’o7 trimakasih untuk kebersamaan yang indah selama ini
Dan untuk Almamater Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala hormat dan puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan
kasih, hikmat, dan kemurahanyang tiada henti-hentinya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan P.MIPA
FKIP UNS.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan setulus hati, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, Ph.D selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui
atas permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini.
4. Ibu Endang Susilowati, S.Si,M.Si selaku pembimbing I yang memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra.Kus Sri Martini, M.Si selaku pembimbing II yang telah pula
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan selama masa perkuliahan penulis.
7. BapakDrs. Suriyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPNegeri 1 Jaten yang
telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
8. Ibu Dra. Dwi Setyaningsihselaku guru biologi SMPNegeri 1 Jaten yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas VIIE dan VIIF, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Bapak dan Ibu serta kakak dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan
doa, kasih sayang, dukungan serta semangat bagi penulis.
11. Sahabat dan teman-teman semua untuk segala dukungan, persahabatan dan
bantuan serta semangatnya.
12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuandan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………........... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iv
ABSTRAK …................................................................................................. v
ABSTRACT …............................................................................................... vi
MOTTO …..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN …...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR …............................................................................... ix
DAFTAR ISI ….............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL …...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR …................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN …….......................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah...................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar......................................................................................... 9
2. Metode Pembelajaran Kooperatif …………………………….. 11
3.Metode STAD (Student Teams-Achievement Divisions)........... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4. Metode Eksperimen................................................................... 16
5. Sikap Ilmiah …………………………………………………... 21
6. Prestasi Belajar ……………………………………………….. 23
7. Asam, Basa, Garam …………………………………………... 28
B. Kerangka Berpikir ………………………………………………. 34
C. Hipotesis ………………………………………………………… 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 38
B. Metode Penelitian........................................................................... 38
C.Variabel Penelitian ......................................................................... 39
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 41
F. Instrumen Penelitian…….............................................................. 41
1. Instrumen Penilaian Kognitif …………………………………. 41
2. Instrumen Penilaian Afektif dan Sikap Ilmiah ……………….. 46
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 50
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................ 50
2. Pengujian Hipotesis................................................................... 52
3. Uji Komparasi Ganda ………………………………………… 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data............................................................................... 55
1. Sikap Ilmiah Siswa …………………………………………… 55
2. Prestasi Belajar Siswa ………………………………………… 57
B. Uji Prasyarat Analisis …………………………………………… 59
1. Uji Keseimbangan ……………………………………………. 59
2. Uji Normalitas........................................................................... 60
3. Uji Homogenitas........................................................................ 61
C. Hasil Pengujian Hipotesis............................................................. 62
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama …………... 62
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan ……………… 64
D. Pembahasan Hasil Analisis .......................................................... 67
1. Hipotesis Pertama …………………………………………….. 68
2. Hipotesis Kedua ………………………………………………. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Hipotesis Ketiga ……………………………………………… 72
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 75
B. Implikasi........................................................................................ 75
C. Saran.............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 77
LAMPIRAN................................................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Beberapa Asam yang Dikenal …………………………………... 29
Tabel 2 Beberapa basa yang dikenal …………………………………….. 30
Tabel 3 Perbedaan Sifat Asam dan Basa ………………………………… 30
Tabel 4 Kegunaan Garam ........................................................................... 31
Tabel 5 Perubahan Warna Kertas Lakmus ……………………………… 32
Tabel 6 Warna Larutan Indikator Asam Basa …………………………… 32
Tabel 7 Trayek pH Beberapa Indikator ...................................................... 33
Tabel 8 Perubahan Warna Beberapa Indikator Cair ……………………... 34
Tabel 9 Desain Penelitian : Faktorial 2x2 ……………………………….. 38
Tabel 10 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif ……………………… 43
Tabel 11 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif ……………………. 43
Tabel 12 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif ................. 45
Tabel 13 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif …………………... 46
Tabel 14 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif ……………………….. 48
Tabel 15 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah …………………. 48
Tabel 16 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif ……………………... 49
Tabel 17 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Sikap Ilmiah ……………….. 49
Tabel 18 Rangkuman analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ................ 53
Tabel 19 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Ilmiah Siswa
dengan Metode STAD Menggunakan Eksperimen Laboratorium
dan Virtuil ………………………………………………………. 56
Tabel 20 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ………………………….. 57
Tabel 21 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD
Laboratorium dan Kelas STAD Virtual ………………………… 57
Tabel 22 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD
Laboratorium dan Kelas STAD Virtual ………………………… 58
Tabel 23 Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa ................. 59
Tabel 24 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif ………………… 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 25 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif ……………………... 60
Tabel 26 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif ... 61
Tabel 27 Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif ……………………….. 62
Tabel 28 Rangkuman Analisis Variansi Nilai Kognitif …………………... 62
Tabel 29 Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Afektif ………………………… 63
Tabel 30 Rangkuman Analisis Variansi Nilai Afektif ……………………. 63
Tabel 31 Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Antar Sel Nilai
Kognitif …………………………………………………………. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kertas Indikator Universal dan Warnanya Sesuai pH ………... 33
Gambar 2 Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Nilai
SikapIlmiah Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD
Virtual …. 56
Gambar 3 Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif
Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual ………… 58
Gambar 4 Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif
Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual ………… 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus……………………………………………………... 80
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Laboratorium ………………………………………………. 82
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Virtual ……………………………………………………… 87
Lampiran 4 Petunjuk Kegiatan Praktikum 1 ............................................. 92
Lampiran 5 Petunjuk Kegiatan Praktikum 2 ............................................. 95
Lampiran 6 Soal Kuis I dan II …………………………………………... 98
Lampiran 7 Kelompok Praktikum ............................................................ 100
Lampiran 8 Daftar Nilai Tes Potensi Akademik Siswa Baru …………... 102
Lampiran 9 Uji Normalitas Tes Potensi Akademik …………………….. 104
Lampiran 10 Uji Homogenitas Tes Potensi Akademik ………………….. 105
Lampiran 11 Uji Keseimbangan Tes Potensi Akademik .………………... 106
Lampiran 12 Kisi – Kisi Angket Sikap Ilmiah …………………………... 107
Lampiran 13 Angket Sikap Ilmiah ……………………………………….. 109
Lampiran 14 Kisi – Kisi Soal Kognitif …………………………………... 112
Lampiran 15 Soal – Soal Instrumen Kognitif Asam, Basa dan Garam …. 113
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Kognitif ……………………………… 118
Lampiran 17 Kisi – Kisi Instrumen Afektif ……………………………… 124
Lampiran 18 Angket Afektif ....................................................................... 126
Lampiran 19 Hasil Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah ........................... 129
Lampiran 20 Hasil Validitas Isi Instrumen Kognitif .................................. 130
Lampiran 21 Hasil Validitas Isi Instrumen Afektif .................................... 131
Lampiran 22 Hasil Tryout Sikap Ilmiah ..................................................... 132
Lampiran 23 Hasil Tryout Kognitif ............................................................ 134
Lampiran 24 Hasil Tryout Afektif .............................................................. 136
Lampiran 25 Data Sikap Ilmiah Siswa ....................................................... 138
Lampiran 26 Data Induk Penelitian ............................................................ 140
Lampiran 27 Distribusi Frekuensi Data ...................................................... 142
Lampiran 28 Uji NormalitasPrestasi Belajar Kognitif ............................... 145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 29 Uji NormalitasPrestasi Belajar Afektif ................................. 147
Lampiran 30 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif ........................... 149
Lampiran 31 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ............................. 151
Lampiran 32 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak SamaAspek
Kognitif ................................................................................. 153
Lampiran 33 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak SamaAspek
Afektif ................................................................................... 156
Lampiran 34 Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif) ...... 159
Lampiran 35 Gambar Eksperimen Virtual .................................................. 161
Lampiran 36 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 164
Lampiran 37 Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa ……. 165
Lampiran 38 Jurnal Internasional ............................................................... 167
Lampiran 39 Perijinan ................................................................................. 168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengembangan metode mengajar guru merupakan salah satu unsur
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
pengembangan KTSP perlu didukung iklim pembelajaran yang kondusif bagi
terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim
yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan bermakna (E. Mulyasa, 2007:33). Oleh karena itu dalam KTSP
guru diberi kesempatan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat
membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas peserta didik. Karena dalam
KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta
didik, maka metode ceramah perlu dikurangi. Metode – metode lain seperti
diskusi, pengamatan, tanya – jawab perlu dikembangkan (Isjoni, 2009:65).
Sejak KTSP berlaku di Indonesia, maka ilmu kimia yang merupakan salah
satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), menjadi mata pelajaran wajib bagi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dimasukkan pada mata pelajaran biologi
dan fisika. Menurut Mulyati Arifin (1995:220) kesulitan siswa dalam mempelajari
ilmu kimia bersumber pada kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan
memahami konsep kimia dan kesulitan perhitungan. Di sisi lain metode mengajar
guru yang kurang menarik dan cenderung berpusat pada guru (teacher centered)
dapat menambah kebosanan siswa terhadap mata pelajaran kimia. Dampak
lainnya adalah prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran kimia juga akan
kurang maksimal. Oleh karena itu guru perlu mengadakan penyajian materi yang
menarik dan perlu mengembangkan metode mengajarnya sedemikian rupa, supaya
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga
tercipta proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered).
Dengan keaktifan siswa ini, diharapkan siswa lebih tertarik dan termotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempelajari ilmu kimia, sehingga prestasi belajar siswa juga dapat tercapai
dengan maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran IPA di SMP
Negeri 1 Jaten, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi
pelajaran kimia belum tercapai maksimal karena banyak siswa yang belum
mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 73. Pada nilai ulangan
materi pelajaran kimia terdapat sekitar 40 % siswa yang tidak mencapai nilai
KKM, dan 60 % sudah mencapai nilai KKM. Sekalipun rata-rata siswa yang
diterima di sekolah ini adalah siswa-siwa yang memiliki prestasi belajar yang
cukup baik, dimana pada tahun 2011 nilai rata-rata UAN Sekolah Dasar pada
mata pelajaran IPA sebesar 8,63, namun siswa kurang tertarik terhadap mata
pelajaran kimia. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa memiliki minat belajar
yang rendah dan kebanyakan siswa malas belajar di rumah dan malas
mengerjakan tugas ataupun PR dari guru. Di sisi lain, dalam pelaksanaan
pembelajaran guru cenderung menggunakan metode konvensional atau ceramah,
sedangkan metode diskusi dan praktikum jarang digunakan oleh guru. Padahal
SMP Negeri 1 Jaten memiliki fasilitas sekolah yang cukup baik. Sekolah ini
memilki fasilitas laboratorium IPA dan laboratorim komputer yang cukup
memadahi. Namun laboratorium IPA jarang dimanfaatkan oleh guru, sehingga
proses pembelajaran kebanyakan dilakukan di dalam kelas. Oleh karena itu siswa
tidak terbiasa berpikir aktif menemukan pengetahuannya sendiri dan hanya
bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru. Sedangkan laboratorium
komputer hanya dimanfaatkan pada mata pelajaran TIK saja, padahal
laboratorium komputer juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang mata pelajaran
IPA. Sehingga laboratorium komputer juga kurang efektif penggunaanya.
Terlebih lagi pada materi pokok Asam, Basa dan Garam cenderung
sebagai materi yang hanya hafalan, akibatnya siswa akan merasa bosan, kurang
tertarik dan pasif dalam mempelajari materi Asam, Basa dan Garam. Oleh karena
itu, guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam memahami konsep Asam, Basa dan Garam, sehingga
siswa tidak hanya menghafalkan saja, tetapi siswa benar-benar memahami konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Asam, Basa dan Garam. Dengan mengaitkan konsep Asam, Basa dan Garam
dengan kehidupan sehari-hari (Contextual Teaching Learning), maka siswa akan
lebih mudah memahami konsep Asam, Basa dan Garam. Selain itu dengan
mengembangkan kerjasama antar siswa (Cooperative Learning) dapat melatih
siswa menemukan sendiri pengetahuannya (konstruktivis). Dengan menggunakan
metode pembelajaran ini maka diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami
konsep Asam, Basa dan Garam, sehingga prestasi belajar siswa juga akan
meningkat.
Metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2010:74). Kelebihan STAD jika dibandingkan dengan metode
pembelajaran kooperatif lainnya adalah STAD mudah diaplikasikan oleh guru dan
dapat digunakan untuk mengajar pada berbagai mata pelajaran (Muhammad Iqbal
Majoka et all, 2010:17). Selain itu STAD mudah untuk dilakukan modifikasi pada
unsur-unsurnya, misalnya dengan metode ceramah, demonstrasi di kelas,
presentasi siswa dengan role play, simulasi dan kelompok diskusi. (Micheal M.
Van Wyk, 2010:1-2). Sehingga dimungkinkan modifikasi STAD juga dapat
dilakukan dengan melakukan metode eksperimen.
SMP Negeri 1 Jaten memiliki laboratorium IPA yang dapat dipakai untuk
kegiatan eksperimen. Dengan metode eksperimen di laboratorium maka
pembelajaran akan lebih berorientasi pada siswa, dan siswa juga mengalami
pengalaman secara riil, maka diharapkan siswa aktif membangun sendiri
pengetahuannya. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi untuk
melakukan eksperimen di laboratorium, maka perlu alternatif lain untuk
melakukan eksperimen. Dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer
yang ada di SMP Negeri 1 Jaten, maka eksperimen dapat dilakukan secara virtual,
sehingga juga memungkinkan siswa terlibat aktif menemukan sendiri
pengetahuannya dan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer. Kelebihan
dari eksperimen virtual adalah mampu menarik perhatian siswa dan juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
membuat pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu
maupun biaya yang dikeluarkan. Baik eksperimen laboratorium maupun
eksperimen virtual keduanya memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa, terkhusus untuk materi pokok Asam, Basa dan Garam.
Prestasi belajar siswa selain ditentukan oleh metode dan media
pembelajaran yang digunakan, prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh faktor
internal siswa, salah satunya adalah sikap ilmiah siswa, yaitu sikap yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap suatu
stimulus tertentu. Di sisi lain kegiatan eksperimen erat kaitannya dengan sikap
ilmiah seseorang. Jika seorang siswa memiliki sikap ilmiah yang tinggi, maka rasa
ingin tahunya terhadap suatu materi pelajaran tertentu juga akan tinggi. Hal ini
memungkinkan siswa tersebut berupaya menggali sendiri informasi yang
dibutuhkan untuk menganalisis hasil eksperimen yang dilaksanakan, sehingga
dimungkinkan siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki
prestasi belajar yang tinggi pula.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengungkap keefektifan metode pembelajaran STAD dengan eksperimen
laboratorium dan eksperimen virtual ditinjau dari sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1
Jaten, dengan judul :
“Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen
Virtual Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah laboratorium IPA dan laboratorium komputer di SMP Negeri 1
Jaten sudah dimanfaatkan secara optimal (khususnya untuk pembelajaran
kimia)?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan
eksperimen laboratorium efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pada materi Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1 Jaten?
3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan
eksperimen virtual efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada
materi Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1 Jaten?
4. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
laboratorium dan eksperimen virtual dapat dilaksanakan dengan baik di
SMP Negeri 1 Jaten?
5. Apakah penggunaan media komputer untuk eksperimen virtual dapat
digunakan sebagai pengganti eksperimen laboratorium?
6. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar
dengan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual?
7. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
pada materi Asam, Basa dan Garam ?
8. Apakah terdapat perbedaan pengaruh sikap ilmiah antara siswa yang
menggunakan eksperimen laboratorium dan siswa yang menggunakan
eksperimen virtual?
9. Apakah terdapat interaksi antara eksperimen laboratorium maupun virtual
dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Asam, Basa dan Garam?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka perlu diadakan
pembatasan masalah, berdasarkan pada latar belakang masalah dan diidentifikasi
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dalam penelitian ini
dititikberatkan pada:
1. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jaten
Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan
menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan metode eksperimen
laboratorium dan metode eksperimen virtual
3. Media pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam metode eksperimen
laboratorium adalah peralatan dan bahan-bahan riil untuk melakukan
praktikum Asam, Basa dan Garam, sedangkan pada metode eksperimen
virtual digunakan software Macromedia Flash Player 8 yang berisi
praktikum Asam, Basa dan Garam
4. Materi pokok
Materi pokok dalam penelitian ini adalah Asam, Basa dan Garam yang
mencakup sub materi : (a) Sifat Asam, Basa dan Garam; (b) Identifikasi
Asam, Basa dan Garam dan (c) Penentuan skala keasaman (pH)
5. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif
6. Sikap ilmiah siswa
Sikap ilmiah dapat diartikan keinginan untuk tahu,
kepercayaan/keyakinan, nilai-nilai, gagasan/pendapat, jujur, objektif,
untuk membuat keputusan setelah mendapatkan data-data yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dengan problemnya. Sikap ilmiah siswa dikategorikan menjadi rendah dan
tinggi.
7. Obyek penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh
metode pembelajaran STAD dengan metode eksperimen laboratorium dan
eksperimen virtual ditinjau dari prestasi belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan rendah pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh pada pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dengan eksperimen virtual
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam?
2. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam ?
3. Adakah interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual
dengan sikap ilmiah siswa dilihat dari prestasi belajar siswa pada materi
pokok Asam, Basa dan Garam ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :
1. Pengaruh pembelajaran kimia menggunakan STAD dengan metode
eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
3. Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan STAD dengan metode
eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan
Garam
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran kepada tenaga pengajar sains, khususnya sains
kimia pada materi Asam, Basa dan Garam untuk melakukan eksperimen di
laboratorium dan laboratorium virtual sebagai media atau alat bantu dalam
proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam mendukung praktikum
asam, basa dan garam
b. Dapat memberikan informasi kepada tenaga pengajar mengenai
manfaat yang bisa diperoleh dari eksperimen virtual sebagai pengganti
praktikum di laboratorium.
c. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya
memperhatikan sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin Syah,
2006:89).
a. Pengertian belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010:2). Pendapat lain menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses, belajar
bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi
belajar merupakan suatu langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh (Oemar
Hamalik, 2003:29). Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2009:35) menyatakan
bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas, maka dapat disimpulkan
belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu melalui
latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar
konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan proses
aktif si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilki, sehingga pengertiannya
menjadi berkembang. Jadi belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek
(siswa) membangun sendiri pengetahuannya (Sardiman, 2007:38).
Von Galserfeld dalam C. Asri B. (2005:57) mengemukakan bahwa ada
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan, yaitu
: 1) Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2)
Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan, 3) Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu
daripada yang lainnya.
Pendekatan konstruktivis menekankan bahwa peranan utama kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Dengan cara demikian siswa
diberi kesempatan untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan
pemikirannya secara rasional (C Asri B, 2005:59-60).
Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya
lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi sosial dalam
kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan
pengubahan secara konseptual. Keterlibatan dengan orang lain akan membuka
kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman
mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka
berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama (Agus S, 2009:39-40).
Dari uraian diatas, maka proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi kegiatan yang memungkinkan siswa
secara aktif belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya dengan mengadakan
interaksi/kerjasama dengan siswa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:57).
Metode secara harfiah berarti suatu cara yang teratur atau yang telah
dipikirkan secara mendalam untuk mencapai sesuatu. Dengan demikian metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang telah direncanakan oleh guru
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Robinson S, 2005:6.17).
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “Cooperative” yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau tim (Isjoni, 2010:22). Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010:14-15).
Menurut Anita Lie (2010:12) sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pembelajaran “gotong-royong” atau
cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain,
siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, 2010:23).
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah :
a) Setiap anggota memiliki peran
b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok
e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
(Isjoni, 2010:27)
Anita Lie (2010:41) menyatakan bahwa pengelompokkan heterogenitas
(kemacamragaman) merupakan ciri-ciri menonjol dalam metode pembelajaran
cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi
dan etnik serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis,
kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu
lainnya dari kemampuan akademis kurang. Kelompok heterogen memliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah memberikan kesempatan untuk saling
mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung; meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender; memudahkan pengelolaan kelas
karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang (Anita Lie, 2010:43).
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok (Isjoni, 2010:33). Sedangkan menurut Slavin
(2010:33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang
mereka butuhkan supaya bisa menjadi masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Dengan demikian pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan secara penuh
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai
objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor sebaya (Isjoni,
2010:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan
sebagai kegiatan pembelajaran kelompok heterogen yang terarah, terpadu, efektif-
efisien, untuk mempelajari sesuatu melalui proses kerja sama dan saling
membantu, sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang maksimal.
3. Metode STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
STAD (Student Teams-Achievement Divisions) yang dikembangkan oleh
Slavin merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2010:74). Yang membedakan STAD dengan metode kooperatif
lainnya adalah STAD mudah diaplikasikan oleh guru dan dapat digunakan untuk
mengajar pada berbagai variasi mata pelajaran dari tingkat sekolah dasar sampai
ke jenjang perguruan tinggi (Muhammad Iqbal Majoka et all, 2010:17). Tujuan
utama STAD adalah untuk meningkatkan dan mempercepat prestasi belajar siswa
secara drastis (Micheal M. Van Wyk, 2010:83). Slavin (2010:12) menyatakan
bahwa metode STAD paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah
terdefinisikan dengan jelas seperti pada konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.
STAD terdiri dari 5 komponen utama :
a. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran lansung yang sering kali dilakukan atau
diskusikan pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa
mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-
kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, etnis. Fungsi utama dari
tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lebih khususnya lagi adalah utuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang
paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi
dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
d. Skor kemajuan individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal
kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa
diberikan skor “awal” yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan skor kuis
mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
e. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat
juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
(Slavin, 2010:143-146)
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran antara lain : a) Materi, b)
Membagi para siswa ke dalam tim, c) Menentukan skor awal pertama, d)
Membangun tim (Slavin, 2010:147-151).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi kegiatan regular, sebagai berikut :
a. Mengajar
Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut
di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan,
pengembangan, dan pengarahan praktis dari tiap komponen dari keseluruhan
pelajaran, kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian
yang independen, secara berturut-turut.
b. Belajar tim
Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi
yang disampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk
menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan
selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman
sekelasnya.
c. Tes
Membagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada siswa untuk
menyelesaikannya. Pada saat ini para siswa harus memperlihatkan apa yang
telah mereka pelajari secara individual. Kemudian membiarkan siswa saling
bertukar kertas dengan anggota tim lain ataupun mengumpulkan kuisnya
untuk dinilai setelah kelas selesai
d. Rekognisi tim
Pada tahap ini melakukan perhitungan skor kemajuan individual dan skor
tim dan memberikan sertifikat penghargaan tim lainnya.
(Slavin, 2010:151-159)
Modifikasi STAD dapat dilakukan pada banyak unsur, seperti pada tahap
belajar tim, perhitungan skor kemajuan individu, presentasi kelas/demonstrasi,
dan perhitungan skor kuis. Modifikasi dapat dilakukan tiap kali tatap muka
dengan memfokuskan pada suatu tahap tertentu (Micheal M. Van Wyk, 2010:84).
Pada penelitian ini modifikasi STAD dilakukan pada tahap belajar tim dengan
menggunakan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Metode Eksperimen
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu
memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas
digunakan teknik eksperimen. Metode eksperimen atau percobaan diartikan
sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami
dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Mulyani S. dan Johar P,
2001:136). Menurut Mulyati Arifin (1995:111), fungsi dari metode eksperimen
merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu
atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya
dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa terlatih dalam cara berpikir
yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2008:80).
Oleh karena itu, metode eksperimen perlu dilakukan oleh guru sebab dengan
metode eksperimen dapat memberi kesempatan kepada siswa agar dapat
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu
objek, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek,
keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa sendiri yang membangun
pengetahuannya sendiri (konstruktivis) dan pembelajaran tidak berpusat pada guru
saja.
Eksperimen ada yang langsung dilakukan di laboratorium oleh siswa dan
ada pula yang berupa program yang ditampilkan dan dijalankan dengan komputer.
a. Eksperimen laboratorium
Laboratorium dapat diartikan sebagai tempat atau ruangan dengan segala
macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Fungsi laboratorium
tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar
mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas.
Laboratorium kimia bukanlah sekedar untuk mempraktekkan apakah reaksinya
cocok dengan teori, tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
timbulnya pertanyaan, mengapa reaksinya demikian, bagaimana kalau, dalam
kondisi lain apa yang terjadi dan seterusnya. Dengan kata lain laboratorium kimia
tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya, tetapi bagaimana proses inkuiri dapat
ikut berkembang (Mulyati Arifin, 1995: 111).
Menurut Mujiyono (2005: 10) laboratorium adalah tempat khusus yang
dilengkapi dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum
baik fisika, kimia atau biologi. Di laboratorium siswa memperoleh data/informasi
yang berasal dari benda yang asli maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan
cara mempelajari IPA sebagaimana seharusnya. Dalam kegiatan
praktikum/eksperimen di laboratorium siswa akan mengalami diantaranya :
1) Pengenalan Alat
Dalam eksperimen laboratorium, pengenalan alat dapat
ditunjukkan langsung, atau siswa memegang langsung. Siswa diberi
pengertian untuk hati-hati dalam memegang alat agar tidak jatuh dan
rusak. Dalam merangkai alat, siswa banyak tergantung pada petunjuk
guru, dimungkinkan siswa ada rasa takut menggunakan alat secara bebas
semaunya sendiri dalam merangkai sehingga dapat mengakibatkan
kesalahan dan menyebabkan kerusakan pada alat.
2) Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu besaran dengan
besaran lain sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dengan
menggunakan metode eksperimen laboratorium pengukuran dapat
dilakukan dengan melihat langsung pada alat. Sehingga perlu
pemahaman keterampilan dalam membaca alat.
3) Pengamatan
Dengan menerapkan metode eksperimen laboratorium, kegiatan
siswa memusatkan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan alat indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui
penglihatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Percobaan
Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dalam perunjuk
praktikum yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga setelah
mendapatkan data siswa mencatat data tersebut pada lembar data
pengamatan.
(Mujiyono, 2005:11-12)
Menurut Roestiyah (2008:82) keunggulan menggunakan metode eksperimen
laboratorium antara lain :
1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah
2) Siswa lebih aktif berpikir dan berbuat
3) Siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan menemukan pengalaman
praktis serta keterampilan menggunakan alat-alat percobaan
4) Siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
Berdasarkan uraian diatas maka metode eksperimen laboratorium perlu
dilaksanakan dalam proses pembelajaran karena siswa secara aktif berpikir dan
menemukan sendiri pengetahuannya, selain itu siswa menemukan pengalaman
praktis dan terampil menggunakan alat-alat laboratorium. Metode eksperimen
yang dilakukan dengan berkelompok dapat memupuk rasa kerjasama diantara
siswa dan siswa dapat saling membantu satu dengan lainnya.
b. Eksperimen virtual
Perkembangan zaman dapat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih. Kerena itu dalam proses belajar mengajar
perlu juga dikembangkan cara-cara mengajar yang baru pula. Diantaranya adalah
cara mengajar dengan menggunakan komputer. Pemanfaatan komputer sebagai
media pendidikan didasarkan pada kemampuan komputer yang dapat meberikan
umpan balik (feedback) kepada pemakainya secara langsung. Hujair AH. Sanaky
(2009:177-178) menyatakan beberapa kelebihan komputer sebagai media
pembelajaran antara lain karena penggunaan komputer dapat membuat pembelajar
(siswa) melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya, pembelajar dapat belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya memahami pengetahuan dan
informasi yang ditayangkan, komputer memilki kemampuan mengintegrasikan
komponen warna, musik dan animasi grafik (graphic animation) sehingga
kegiatan pembelajaran yang bersifat simulasi dapat dilakukan. Selain itu
penggunaan komputer dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan
waktu dan biaya yang relatif kecil.
Pengajaran dengan berbantuan komputer atau computer assisted
instruction (CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai alat
bantu. Komputer ini membuka berbagai macam kemungkinan yang dapat
dimanfaatkan guna pendidikan. Bila dibandingkan dengan pengajaran
konvensional, maka menurut pendapat murid, mereka dapat belajar lebih cepat,
bila dibantu oleh komputer (S. Nasution, 2005 : 60-61). Menurut Azhar Arsyad
(2005:96) CAI adalah komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar,
pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau
kedua-duanya. Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran,
sebaiknya direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan
penggunaan komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran
menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat
menumbuhkan minat peserta didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan
mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Menurut Mujiyono (2005:12) Eksperimen virtual adalah alat-alat
laboratorium dalam program (software) komputer dan dioperasikan dengan
komputer. Eksperimen virtual merupakan salah satu format multimedia
pembelajaran. Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan
pada kegiatan-kegiatan laboratorium, seperti kegiatan praktikum di laboratorium
IPA, biologi atau kimia. Program ini menyediakan serangkaian peralatan dan
bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai
petunjuk, kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan
petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya siswa dapat menjelaskan suatu
konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan
secara maya (Daryanto, 2010:55).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Murniza Muhamad et all (2010 : 572) Beberapa keuntungan
penggunaan laboratorium virtual dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Dari segi waktu, laboratorium virtual lebih hemat waktu dan fleksibel
2) Laboratorium virtual dibuat berdasarkan reaksi kimia dan peralatan
praktikum yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya
3) Laboratorium virtual memungkinkan siswa mengadakan eksperimen
dirumah dengan lebih aman, menyenangkan, tanpa harus bersentuhan
langsung dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya
4) Laboratorium virtual memungkinkan siswa mengadakan eksperimen
secara mandiri dengan mengikuti petunjuk-petunjuk praktikum seperti
pada percobaan di laboratorium
Kelemahan laboratorium virtual adalah terkadang tidak dapat menyajikan
eksperimen sama persis dengan eksperimen riilnya, karena laboratorium hanya
menyajikan simulasi eksperimen (Murniza Muhamad et all, 2010 : 572).
Karakteristik eksperimen virtual menurut Mujiyono (2005:14) antara lain:
1) Berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaimana alat-alat
riil
2) Dapat dirangkai menjadi puluhan percobaan atau desain teknologi
sederhana
3) Sangat mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu komputer atau satu
komputer untuk dua atau tiga pemakai
4) Dalam program ini aktivitas 100% di tangan pemakai, pemakai bebas
melakukan eksplorasi/eksperimen
Dalam kegiatan eksperimen virtual siswa akan mengalami diantaranya :
1) Pengenalan alat
Dalam pengenalan alat, siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena
siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam
pengenalan alat untuk praktikum dapat dilakukan dengan mudah.
2) Pengamatan
Pada saat pengamatan siswa dapat bekerja secara mandiri dengan sedikit
mungkin bantuan dari guru, siswa dapat berdiskusi dengan teman dekat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
siswa mendapat umpan balik yang dilakukan secara baik oleh respon alat
maupun guru.
3) Percobaan
Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, tanpa ada rasa takut salah
berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat
mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada.
(Mujiyono, 2005: 12-15)
Berdasarkan uraian diatas maka eksperimen virtual memilki fungsi yang
sama dengan eksperimen laboratorium. Ekeperimen virtual memungkinkan siswa
untuk berpikir kritis dan menemukan sendiri pengetahuannya (konstruktivis).
Hanya saja eksperimen virtual disajikan dalam bentuk program pada komputer.
5. Sikap Ilmiah
a. Pengertian sikap ilmiah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:1063), sikap
adalah perbuatan yang berdasarkan pendirian dan keyakinan. Menurut Winkel
(2009:118), sikap (attitude) merupakan kemampuan internal yang berperan sekali
dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk
bertindak. Ngalim Purwanto (2007:141) mendefinisikan sikap sebagai suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang. Gerungan (1966) dalam Bimo Walgito
(2003:127) menerangkan bahwa attitude diterjemahkan sebagai sikap terhadap
objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi
sikap mana disertai oleh kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap objek tadi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:423), kata ilmiah
berarti bersifat ilmu, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Dari uraian diatas, sikap ilmiah bisa dikaitkan dengan keilmuan, sehingga
sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu sikap yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu (ilmu
pengetahuan). Dengan kata lain, sikap ilmiah adalah perbuatan yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Abdullah Aly dan Eny Rahma (2009:17) menyatakan bahwa ilmu atau ilmu
pengetahuan (termasuk IPA) mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik,
sistematik dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang
berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing
sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersebut adalah sikap :
1) Mencintai kebenaran yang obyektif dan bersikap adil
2) Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolute
3) Tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan
4) Ingin tahu lebih banyak
5) Tidak berpikir secara prasangka
6) Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-
bukti nyata
7) Optimis, teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut
keyakinan alamiahnya adalah benar
b. Aspek sikap ilmiah
Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah
pembentukan sikap ilmiah. Maskoeri Jasin (2003:44-49) menyatakan ada 9 aspek
ilmiah, yaitu : 1) Memilki rasa ingin tahu atau kuriositas yang tinggi dan
kemampuan belajar yang besar, 2) Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti,
3) Jujur, 4) Terbuka, 5) Toleran, 6) Skeptis, 7) Optimis, 8) Pemberani, 9) Kreatif
atau swadaya.
Sedangkan Margono dkk (2000:23) menyatakan minimal terdapat 6 aspek
dalam sikap ilmiah, diantaranya adalah : 1) Hasrat ingin tahu, 2) Jujur, tekun,
teliti, 3) Obyektif, 4) Keterbukaan, 5) Mawas diri,6) Komunikatif dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikutip oleh E.
Mulyasa (2007:133) disebutkan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan diantaranya adalah memupuk
sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama
dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dapat disimpulkan aspek-aspek sikap ilmiah antara lain jujur, teliti/cermat,
bertanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, terbuka, rendah hati, menghargai
pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, bekerja sama, kritis,
tekun/tidak mudah putus asa, berpikir positif (tidak berprasangka), keinginan
untuk menemukan sesuatu yang baru.
6. Prestasi Belajar
Menurut Munawir Yusuf dan Edy Legowo (2007:40). prestasi belajar adalah
cerminan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar atau achievement merupakan
realisasi pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimilki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagiah terbesar dari kegiatan
atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah
hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran
yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata
pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf,
seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah, dan huruf A, B, C, D
pada pendidikan tinggi (Nana Syaodih S, 2003:102-103).
Kata ” prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. Prestasi
belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah kehidupan manusia
karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang
dan kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan
manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula
pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. (Zainal
Arifin 1990: 2-3).
Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3-4) antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Bloom (1956) dalam Robinson Situmorang dkk (2005:2.17) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan itu dapat diklisifikasikan menjadi tiga kawasan yaitu
kawasan cognitive, affective, psychomotor. Karena itu dalam pembelajaran KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem penilaian prestasi belajar ditinjau
dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Aspek kognitif
Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan berkenaan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan berpikir. Aspek kognitif dibagi menjadi 6 kawasan yaitu :
1) Aspek pengetahuan (knowledge)
Meliputi perilaku-perilaku (behaviours) yang menekankan pada
kemampuan mengingat (remembering) seperti mengingat ide dan
fenomena atau peristiwa. Misalnya, mengingat istilah dan fakta,
rumus, isi peraturan perundangan, dan definisi.
2) Aspek pemahaman (comprehension)
Meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan,
mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan kata-kata atau
symbol-simbol lainyang dipilihnya sendiri. Dengan perkataan lain
pemahaman perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa dalam
menangkap pengertian suatu konsep.
3) Aspek penerapan (application)
Meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip atau teori, dan prosedur
atau metode yang telah dipahami siswa ke dalam praktik memecahkan
masalah atau melakukan suatu pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Aspek analisis (analysis)
Meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (breakdown) konsep
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan
atau hubungan antar bagian-bagian tersebut.
5) Aspek sintesis (synthesis)
Berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian-bagian sesuatu
secara terintegrasi menjadi bentuk tetentu yang semula belum ada.
6) Aspek evaluasi (evaluation)
Berarti suatu kemampuan membuat penilaian (judgement) tentang nilai
(value) untuk maksud tertentu. Karena membuat penilaian maka
prosesnya menggunakan kriteria atau standar untuk mengatakan
sesuatu yang dinilai tersebut seberapa jelas, efektif, ekonomis, atau
memuaskan.
(Robinson Situmorang dkk, 2005:2.17-2.19)
b. Aspek afektif
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan,
emosi, system nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan
atau penolakkan terhadap sesuatu (Martinis Yamin, 2005:32). Aspek afektif
meliputi beberapa kawasan, yaitu :
1) Aspek penerimaan atau pengenalan (receiving)
Meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima
nilai, dan memperhatikan nilai tersebut
2) Aspek pemberian respon (responding)
Meliputi sikap ingin menilai merespon terhadap sistem, puas dalam
memberi respon
3) Aspek pemberian nilai atau penghargaan (valuing)
Meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai
yang disukai, dan memberikan komitmen untuk memberikan sistem
nilai tertentu.
4) Aspek pengorganisasian (organization)
Meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Apek karakterisasi atau pengalaman (characterization)I
Meliputi perilaku secara terus menerus sesuai denga sistem nilai yang
telah diorganisasikannya.
(Robinson Situmorang dkk, 2005:2.24)
c. Aspek psikomotor
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan
motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot (Martinis Yamin, 2005:37).
Dave (1967) dalam Robinson Situmorang dkk (2005:2.16-2.17)
mengklasifikasikan aspek psikomotor ke dalam lima tahapan, yaitu :
1) Peniruan
Yaitu menafsirkan rangsangan (stimulus) dan kepekaan terhadap
rangsang
2) Penggunaan
Yaitu menyiapkan diri secar fisik
3) Ketepatan
Yaitu berkonsentrasi untuk menghasilkan ketepatan
4) Perangkaian
Yaitu merangkaikan berbagai keterampilan dan bekerja berdasarkan
pola
5) Naturalisasi
Yaitu menghasilkan karya cipta dan melakukan sesuatu dengan
ketepatan tinggi
Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim
Purwanto (2007:107) antara lain :
a. Faktor luar (eksternal) yaitu faktor yang berasal dari luar siswa, terdiri dari :
1) Lingkungan, yaitu Alam dan Sosial
2) Instrumental, yaitu Kurikulum / bahan pelajaran, Guru / pengajar,
Sarana dan fasilitas, serta Administrasi / manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Faktor dalam (internal) yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa, terdiri dari :
1) Fisiologi, yaitu kondisi fisik dan kondisi panca indera
2) Psikologi, yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan
kognitif
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi
satu sama lain, karena pengaruh faktor-faktor tersebut maka muncul siswa-siswa
yang high-achiever (berprestasi tinggi) dan under achiever (berprestasi rendah)
atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan
profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka
(Muhhibin Syah, 2006:132).
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau pengajaran tertentu
yang hasilnya dapat ditentukan dengan melakukan penilaian. Penilaian dapat
digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan siswa dan
keterampilan yang yang dicapainya. Dengan penilaian maka kedudukan siswa di
kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yang dicapainya, yaitu siswa
tersebut termasuk pandai, sedang dan kurang. Dengan demikian prestasi belajar
mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan dalam
mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara
faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam penelitian ini faktor internal yang
dibahas adalah sikap ilmiah siswa, sedangkan faktor eksternalnya adalah metode
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
7. Asam, Basa, Garam
Kata ”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid“ bahasa
Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya.
Lawan dari asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu
tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa (Poppy K dkk,
2007:4).
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting.
Selain kedua zat tersebut, zat lain yang dapat ditemukan di sekitar lingkungan
adalah, yaitu garam. Asam, Basa dan Garam terdapat dalam banyak bahan yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Asam, Basa dan Garam
telah dikenal sebagai zat-zat menarik untuk dipelajari sejak jaman alkimia. Kimia
asam-basa berperanan penting dalam banyak proses yang terjadi dalam tubuh.
a. Sifat Asam, Basa dan Garam
Berdasarkan sifatnya larutan dikelompokkan menjadi Asam, Basa dan
Garam .
1. Asam
Jeruk, tomat, cuka merupakan zat yang berasa masam, karena didalamnya
terdapat zat kimia yang berupa asam. Asam merupakan zat yang larutannya berasa
asam, dapat memerahkan warna lakmus biru. Senyawa asam sangat banyak tetapi
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya.
Sifat-sifat asam antara lain :
a) Asam merupakan larutan elektrolit yang dalam air terurai menghasilkan
ion positif dan ion negatif. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Untuk menguji apakah suatu larutan asam
dapat menghantarkan listrik atau tidak, dapat digunakan alat uji elektrolit
sederhana.
b) Sifat khas dari asam adalah dapat bereaksi dengan logam-logam dan
berbagai bahan lain. Logam besi dapat berekasi cepat dengan asam klorida
(HCl) membentuk besi(II) klorida atau FeCl2 dan gas hidrogen (H2). Sifat
ini dapat menjelaskan mengapa asam bersifat korosif terhadap sebagian
besar logam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c) Dapat bereaksi dengan basa membentuk suatu garam dan bisa juga terjadi
reaksi penetralan.
(Ihsanudin dkk, 2010:50-52)
Beberapa asam yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Asam yang Dikenal
Nama asam Keberadaan
Asam asetat
Asam askorbat
Asam sitrat
Asam borat
Asam karbonat
Asam klorida
Asam nitrat
Asam fosfat
Asam sulfat
Asam tatrat
Asam malat
Asam formiat
Asam laktat
Asam benzoat
Larutan Cuka
Jeruk, tomat, sayuran
Jeruk
Larutan pencuci mata
Minuman berkarbonasi
Asam lambung, obat tetes mata
Pupuk, peledak (TNT)
Detergen, pupuk
Baterai mobil, pupuk
Anggur
Apel
Sengatan lebah
Keju
Bahan pengawet makanan
(Ihsanudin dkk, 2010:50)
2. Basa
Basa mempunyai sifat kebalikan dari asam, larutannya dapat membirukan
lakmus merah. Karena itu jika kita mereaksikan asam dengan basa pada jumlah
yang sama akan menghasilkan larutan netral (Poppy K dkk, 2007:13).
Sifat-sifat basa antara lain :
a) Bila basa dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan ion-ion, sehingga
larutan basa dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit)
b) Sekalipun basa secara umum tidak bereaksi dengan logam, namun basa
kuat juga bersifat kaustik, dan jika mengenai kulit akan mengakibatkan
luka bakar dan merusak jaringan
c) Dapat bereaksi dengan asam membentuk suatu garam dan bisa juga
terjadi reaksi penetralan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Beberapa basa yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa basa yang dikenal
Nama basa Keberadaan
Amonia atau amonium
hidroksida
Kalsium hidroksida
Magnesium hidroksida
Natrium hidroksida
Alumunium hidroksida
Dalam pupuk dan bahan pembersih kaca
Dalam air kapur, untuk cat tembok
Dalam obat antasid dan obat urus-urus
Dalam sabun dan pembersih saluran pipa
Dalam deodorant dan antacid
(Poppy K dkk, 2007:15)
Perbedaan sifat asam dan sifat basa dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan sifat asam dan basa
No. Asam Basa
1
2
3
4
5
Senyawa asam bersifat korosif
Sebagian besar reaksi dengan
logam menghasilkan H2
Senyawa asam memiliki rasa
masam
Dapat mengubah warna zat yang
dimiliki oleh zat lain (dapat
dijadikan indikator asam/basa)
Menghasilkan ion H+ dalam air
Senyawa basa bersifat merusak kulit
(kaustik)
Terasa licin ditangan, seperti sabun
Senyawa basa terasa pahit
Dapat mengubah warna zat lain (warna
yang dihasilkan berbeda dengan asam)
Menghasilkan ion OH- dalam air
(Teguh S, Eny I, 2008:37)
3. Garam
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat
beberapa contoh garam, antara lain : NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak asing dengan garam. Contoh garam
adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak.
Reaksi antar asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam
klorida bereaksi dengan natrium hidroksida (soda api) akan membentuk garam
dapur dan air. Jika dengan menggunakan proses penguapan, maka air akan
menguap dan tersisa endapan garam dapur saja.
HCl + NaOH NaCl + H2O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Reaksi kimia yang dapat menghasilkan garam antara lain :
a) Asam + basa menghasilkan garam + air
b) Basa + oksida asam menghasilkan garam + air
c) Asam + oksida basa menghasilkan garam + air
d) Oksida asam + oksida basa menghasilkan garam
e) Logam + asam menghasilkan garam + H2
(Teguh S, Eny I, 2008:38)
Beberapa kegunaan garam dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Kegunaan Garam
No Nama Garam Rumus Nama Dagang Manfaat
1
2
3
4
5
6
7
Natrium klorida
Natrium
bikarbonat
Kalsium
karbonat
Kalium nitrat
Kalium
karbonat
Natrium fosfat
Ammonium
klorida
NaCl
NaHCO3
CaCO3
KNO3
K2CO3
Na3PO4
NH4Cl
Garam dapur
Baking soda
Kalsit
Saltpeter
Potash
TSP
Salmiak
Penambah rasa masakan
Pengembang kue
Cat tembok dan bahan
karet
Pupuk dan bahan peledak
Sabun dan kaca
Detergent
Baterai kering
(Teguh S, Eny I, 2008:38)
b. Identifikasi Asam dan Basa
Sifat Asam, Basa dan Garam dapat diidentifikasi dengan menggunakan
indikator. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna dalam
keadaan asam atau basa. Indikator asam basa ada yang berupa indikator buatan
dan indikator alam (Poppy K dkk, 2007:23). Contoh indikator buatan adalah
kertas lakmus, indikator universal, fenolptalin, metal jingga dan sebagainya.
Cara penentuan senyawa bersifat asam, basa atau netral dapat
menggunakan kertas lakmus, larutan indikator dan indikator alami.
1. Kertas lakmus
Untuk mengidentifikasi suatu larutan yang bersifat asam, basa atau netral
secara sederhana, umumnya digunakan kertas lakmus. Warna kertas
lakmus dalam larutan asam, basa dan larutan yang bersifat netral
ditunjukkan dalam Tabel 5 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 5. Perubahan warna kertas lakmus
Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral
Lakmus merah
Lakmus biru
Merah
Merah
Biru
Biru
Merah
Biru
2. Larutan indikator
Larutan indikator asam basa adalah zat-zat warna yang mempunyai warna
berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Di
laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan
phenolphthalein, metil merah dan metal jingga. Warna-warna indikator
tersebut dtunjukkan dalam Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Warna larutan indikator asam basa
Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral
Phenolphthaleinn (PP)
Metal merah (MM)
Metal jingga (MJ)
Tidak berwarna
Merah
Merah
Merah
Kuning
Kuning
Tidak berwarna
Kuning
Kuning
3. Indikator alami
Sebenarnya berbagai bahan tumbuhan yang berwarna, seperti daun,
mahkota bunga (kembang sepatu, bugenvil, mawar dan lain-lain), kunyit,
kulit manggis dan kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator asam
basa. Ekstrak bahan-bahan ini dapat memberikan warna yang berbeda
dalam larutan asam basa.
(Ihsanudin dkk, 2010:54)
c. Penentuan skala keasaman dan kebasaan
Jumlah ion H+ dalam air digunakan untuk menentukan sifat derajat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin zat tersebut keasaman tinggi, semakin
banyak ion H+ di dalam air. Sedangkan semakin tinggi kebasaan zat tersebut,
semakin banyak ion OH- dalam air (Teguh S, Eny I, 2008:41).
Untuk menentukan berapa derajat keasaman suatu larutan digunakan skala
pH dan alatnya dapat berupa kertas indikator universal , indikator universal cair
dan pH meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Pengujian pH indikator universal
Indikator universal, umumnya berbentuk pita kertas berwarna kuning. Jika
dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa, warna kertas akan berubah
sesuai keasaman dan kebasaan larutan tersebut. Untuk menentukan pH
larutan yang diuji, bandingkan warna yang timbul dengan warna-warna
pada skala pH indikator seperti pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1. Kertas Indikator universal dan warnanya sesuai pH
Indikator universal ada yang memiliki skala pH dari 1 sampai 11, 1 sampai
14, juga yang sangat akurat dengan harga pH pecahan.
Skala pH digambarkan sebagai berikut :
Larutan yang bersifat asam mempunyai harga pH < 7
Larutan yang bersifat netral mempunyai harga pH = 7
Larutan yang bersifat basa mempunyai harga pH > 7
2. Pengujian pH dengan larutan indikator asam basa
Untuk mengukur pH larutan dapat pula digunakan larutan indikator asam
basa yang berubah warna pada pH tertentu, tetapi pH larutan yang didapat
tidak seakurat pengujian dengan indikator universal kertas sebab
perubahan warna indikator dalam trayek pH tertentu. Contoh trayek pH
beberapa indikator tertera pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Trayek pH beberapa indikator
Nama Trayek pH
Metal jingga
Metal merah
Brom timol biru
Fenolftalein
3,0 – 4,4
4,2 – 6,2
6,0 – 7,8
8,0 – 9,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Perubahan warna yang menunjukkan trayek pH indikator Metil Jingga,
Metil Merah, Brom Timol Biru dan Fenolftalein tertera pada Tabel 8
berikut :
Tabel 8. Perubahan warna beberapa indikator cair
3. Pengujian pH dengan pH meter
Untuk menguji sifat larutan asam, basa larutan dapat pula menggunakan
pH meter. Alat ini tinggal dicelupkan pada larutan yang akan diuji
selanjutnya pada alat akan muncul angka skala pH dari larutan tersebut.
Dari harga pH inilah larutan dapat ditentukan sifat asam basanya.
(Poppy K dkk, 2007:26-31)
B. KERANGKA BERPIKIR
Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Metode dan media
pembelajaran merupakan faktor eksternal, sedangkan sikap ilmiah siswa
merupakan faktor internal yang turut memberi pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan sikap ilmiah yang
baik, metode dan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.
1. Pengaruh Metode Pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement
Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual
Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
merupakan pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk berpikir aktif
menemukan sendiri pengetahuannya dengan bekerjasama dengan siswa lain.
Dengan demikian metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement
Divisions) menjadikan proses pembelajaran berorientasi pada siswa (Student
oriented), sehingga dengan metode ini siswa menjadi terampil dan aktif
mempelajari materi kimia, yang pada akhirnya diharapkan prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan. Metode pembelajaran STAD (Student Teams-
Achievement Divisions) dapat dilakukan modifikasi pada berbagai unsur-
unsurnya. Salah satu unsur yang dapat dimodifikasi adalah pada tahap belajar tim
dengan menggunakan metode eksperimen, baik eksperimen laboratorium maupun
eksperimen virtual.
Penyampaian materi pada pelajaran kimia didekatkan pada keadaan
sebenarnya yaitu dengan melakukan eksperimen. Eksperimen laboratorium
dilaksanakan di laboratorium kimia menggunakan alat dan bahan kimia yang
sebenarnya. Dengan eksperimen laboratorium siswa dapat membuktikan secara
langsung pada kegiatan yang mereka lakukan, sehingga siswa terlibat secara
langsung dalam penemuan-penemuan konsep sendiri. Pada laboratorium kimia
membutuhkan kematangan konsep dari guru karena eksperimen tidak dapat
diulangi dan kesalahan konsep mungkin saja terjadi dikarenakan kesalahan
eksperimen yang menyebabkan hasil yang menyimpang serta sangat dipengaruhi
oleh keahlian praktikan. Selain itu eksperimen laboratorium membutuhkan
kejelian dan ketelitian.
Karakteristik komputer yang digunakan sebagai media pembelajaran
berbentuk program simulasi menyerupai praktikum yang sebenarnya di
laboratorium. Pembelajaran eksperimen virtual dapat membantu siswa yang
kurang terampil menggunakan alat-alat laboratorium yang dapat menyebabkan
kesalahan pada praktikum, serta dapat membantu siswa yang lamban menerima
pelajaran karena dengan eksperimen virtual dapat diulangi sehingga dapat
disesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar dan penguasaan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Karekteristik dari materi Asam, Basa dan Garam adalah materi yang
menyajikan konsep-konsep, hafalan dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-
hari. Siswa akan lebih mudah memahami materi Asam, Basa dan Garam melalui
pengalaman yang nyata dengan menggunakan bahan-bahan yang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari. Metode eksperimen laboratorium memungkinkan siswa
memperoleh prestasi yang lebih baik, karena konsep materi Asam, Basa dan
Garam akan lebih mudah dimengerti dan dapat memberikan kesan yang
mendalam bagi siswa.
2. Pengaruh Aspek Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar
Mata pelajaran kimia adalah rangkaian konsep-konsep yang dimunculkan
dari hasil eksperimen dan observasi sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan
eksperimen dan observasi lebih lanjut. Sikap ilmiah berpengaruh pada prestasi
belajar siswa dilihat dari sifat pelajaran sains kimia yang memerlukan kemampuan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah
untuk mendapatkan produk ilmiah. Kelompok yang memiliki sikap ilmiah yang
tinggi akan cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan terbuka
terhadap hal-hal yang baru dan berusaha mengembangkannya, sehingga akan
selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk
meraih prestasi belajar lebih baik.
Kelompok sikap ilmiah rendah cenderung tidak dapat melihat hal-hal yang
baru dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga kemampuannya
tidak berkembang (statis). Dengan keadaan seperti ini tidak akan ada usaha untuk
memecahkan masalah untuk menemukan jawaban. Keadaan yang demikian akan
menurunkan minat belajar sehingga prestasi belajar bisa menjadi rendah.
3. Interaksi antara Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode
Pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan
Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual dengan Sikap
Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada penggunaan eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan
memperhatikan sikap ilmiah siswa, kemungkinan akan terjadi fenomena dimana
siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki prestasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sama. Adapun siswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah dengan praktikum
dilaboratorium akan memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan eksperimen virtual, sebab siswa
yang praktikum di laboratorium kimia dihadapkan pada banyak keterampilan dan
ketelitian untuk menyelesaikan praktikum sesuai prosedurnya. Oleh karena itu,
dimungkinkan ada interaksi antara eksperimen laboratorium dan penggunaan
eksperimen virtual dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada
materi Asam, Basa dan Garam .
Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, dapat digambarkan bagan
penelitian sebagai berikut :
C. HIPOTESIS
Ditinjau dari kajian teori dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode STAD
(Student Teams Achievement Divisions) eksperimen laboratorium dan
eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Asam, Basa dan Garam
2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan Metode
STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan eksperimen
laboratorium dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam
Prestasi
belajar
Sikap ilmiah
tinggi
Pembelajaran
Kimia
Menggunakan
Metode STAD
Eksperimen
laboratorium
Eksperimen
virtual
Sikap ilmiah
rendah
Sikap ilmiah
tinggi
Sikap ilmiah
rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jaten, pada kelas VII semester
ganjil Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Pembuatan Proposal Maret 2011-April 2011
b. Penelitian dan Pengambilan Data Juli 2011- Agustus 2011
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan
laporan September 2011
B. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2.
Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 :
Tabel 9. Desain Penelitian : Faktorial 2x2
Kelas Faktor A
(Metode Pembelajaran)
Faktor B (Sikap Ilmiah)
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Eksperimen I STAD, Eksperimen
Laboratorium (A1)
A1B1 A1B2
Eksperimen II STAD, Eksperimen
Virtual (A2)
A2B1 A2B2
Keterangan :
A1 : Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen laboratorium
A2 : Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen virtual
B1 : Sikap ilmiah tinggi
B2 : Sikap ilmiah rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Memberikan angket sikap ilmiah siswa untuk diisi oleh siswa.
b. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran STAD menggunakan
eksperimen laboratorium pada kelas eksperimen I dan perlakuan A2 berupa
pembelajaran STAD menggunakan eksperimen virtual pada kelas
eksperimen II.
c. Memberikan tes (kognitif dan afektif) pada kelas eksperimen I dan kelompok
eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan setelah diberi perlakuan
A1 dan A2.
d. Mengolah dan menganalisis data penelitian
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
a. Metode Pembelajaran STAD dengan Eksperimen Laboratorium
1. Definisi operasional : Metode pembelajaran STAD dengan eksperimen
yang dilaksanakan di laboratorium, dalam eksperimen laboratorium
terdapat kegiatan pembelajaran dan dapat pula digunakan untuk
mengungkapkan kebenaran ilmiah dan penerapannya.
2. Indikator : disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang ditentukan
Sebelumnya
b. Metode STAD dengan Eksperimen Virtual
1. Definisi operasional : Metode pembelajaran STAD dengan eksperimen
yang dilaksanakan di laboratorium virtual, dalam eksperimen
menggunakan perangkat komputer yang dapat menyimpan, memproses
dan menampilkan tulisan, gambar, gerakan dan suara yang bersifat
interaktif dengan siswa.
2. Indikator : disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang ditentukan
sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Sikap Ilmiah
1. Definisi operasional : Sikap ilmiah dapat diartikan keinginan untuk
tahu, kepercayaan/keyakinan, nilai-nilai, gagasan/pendapat, jujur,
objektif, untuk membuat keputusan setelah mendapatkan data-data
yang berkaitan dengan problemnya.
2. Indikator : skor angket sikap ilmiah
3. Pengukuran : Dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah.
Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas.
Siswa dengan perolehan skor diatas/sama dengan rata-rata dimasukkan
dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor
dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai
materi pokok asam, basa dan garam kelas VII SMP Negeri 1 Jaten.
a. Definisi operasional : segala sesuatu yang dapat dicapai atau hasil-hasil
yang maksimal dari usaha belajar atau hasil pekerjaan yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan ketelitian dalam belajar.
b. Indikator : nilai tes kognitif dan afektif
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP
Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 6 kelas.
2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random
sampling yaitu menetapkan dua kelas dari 6 Kelas VII semester ganjil SMP
Negeri 1 Jaten secara acak yang memiliki kemampuan awal yang sama, diperoleh
sampel penelitian kelas VIIE sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIIF kelas
eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan metode angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data aspek kognitif pada
prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Jaten semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Penilaian aspek
kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk objektif
yang diberikan sesudah proses pembelajaran.
2. Metode Angket
Metode angket dalam penelitian ini adalah angket aspek afektif untuk
mengukur prestasi afektif siswa dan angket sikap ilmiah untuk mengukur sikap
ilmiah siswa. Angket diisi langsung oleh siswa.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan
menggunakan tes prestasi serta penilaian afektif dan sikap ilmiah siswa dengan
menggunakan angket.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal
obyektif materi Asam, Basa dan Garam. Perangkat tes yaitu tes obyektif yang
terdiri dari 38 butir soal dengan 4 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi
skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda maka instrumen yang akan
dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada
sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok Asam, Basa dan Garam.
Kelompok siswa tersebut adalah kelas VIIB.
a. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang hendak diukur. Atau
dengan kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data yang valid pula.
Pada instrumen kognitif digunakan validitas isi yaitu kecocokan antara isi
alat ukur (isi) dengan sasaran ukur. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah
validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran, atau
pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut (Anas S,
2008:164). Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujiam validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Uji validitas yang digunakan ada 2, yaitu :
1) Validitas isi
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi
syarat atau tidak dapat digunakan formula Gregory untuk melihat validitas isi
secara keseluruhan. Pada formula Gregorry diperlukan 2 orang panelis untuk
memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrument, dalam
bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila
dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut
Content Validity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Dimana :
A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II
C = jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan
menurut panelis II
D = jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan (Gregory, 2007:123).
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 20, diperoleh hasil
seperti pada Tabel 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif
Jumlah Soal Panelis I Panelis II
Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan
40 33 5 38 0
CV 0,868
Diperoleh CV sebesar 0,868 maka analisis dapat dilanjutkan.
2) Validitas item
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah dengan
menggunakan rumus validitas korelasi point biserial (r pbis), yaitu :
r pbis = [𝑀𝑝− 𝑀𝑡]
𝑆𝑥
𝑝
𝑞
Keterangan :
r pbis = koefisien korelasi
Mp = rerata skor total dari sejumlah subjek yang menjawab benar pada item
Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
p = proporsi peserta yang menjawab benar
q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = p – 1)
Klasifikasi validitas item adalah sebagai berikut :
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
(Depdiknas, 2009:26)
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil
seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif
Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
38 35 3
b. Uji Reliabilitas
Reabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalm taraf
ketepatan dan ketelitian hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dengan suatu koefisien yang disebut
dengan koefisien reliabilitas atau r11 yang dinyatakan dalam suatu bilangan
koefisien antara 0 sampai 1,00. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Kuder-
Richardson (KR.20) sebagai berikut:
r11 = 𝑘
𝑘−1 1 −
𝑝 (1−𝑝)
(𝑆𝐷)2
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas
k : jumlah item
(SD)2 : standar deviasi atau varian
p : proporsi siswa yang menjawab benar
(Depdiknas, 2009: 16)
Kriteria reliabilitas adalah jika nilai r11 lebih besar dari 0,70 maka tes
dinyatakan reliabel atau reliabilitasnya tinggi. (Anas S, 2008:241)
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,822. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kognitif
memiliki reliabilitas tinggi.
c. Tingkat Kesukaran
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Tingkat Kesukaran (TK), yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item. Untuk menghitung bilangan indeks
kesukaran suatu item digunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Kesukaran (TK) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗 𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠
Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,30 : soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 : soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 : soal tergolong mudah (Depdiknas, 2009: 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil
seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif
Jumlah Soal Kriteria
Mudah Sedang Sukar
35 12 20 2
d. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal yang dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan Taraf
pembeda suatu item adalah taraf sdan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai
materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga
dinyatakan dalam proporsi. Semakin tinggi daya pembeda soal berarti semakin
mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi
dengan siswa yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda
soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus korelasi point biserial (r pbis),
yaitu:
r pbis = [𝑀𝑝− 𝑀𝑡]
𝑆𝑥
𝑝
𝑞
Keterangan :
r pbis = koefisien korelasi
Mp = rerata skor total dari sejumlah subjek yang menjawab benar pada item
yang ditentukan daya bedanya
Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
p = proporsi peserta yang menjawab benar
q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = p – 1)
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,40 – 1,00 : soal diterima dengan baik
0,30 – 0,39 : soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 – 0,29 : soal diperbaiki
0,19 – 0,00 : soal tidak dipakai / dibuang (Depdiknas, 2009:11-12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil
seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif
Jumlah
Soal
Kriteria
Dibuang Diperbaiki Diterima dan
diperbaiki
Baik
38 3 0 4 31
2. Instrumen Penilaian Afektif dan Sikap Ilmiah Siswa
Instrumen penilaian afektif dan sikap ilmiah siswa yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung
dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telang ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor
untuk angket afektif dan sikap ilmiah ini digunakan skala 1 sampai 4.
Untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai
berikut :
Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
Skor 3 untuk jawaban Setuju (S)
Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)
Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
Sedangkan untuk item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya
sebagai berikut :
Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
Skor 2 untuk jawaban Setuju (S)
Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)
Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Ujicoba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
instrumen afektif diberikan di kelas VIIB dan instrumen sikap ilmiah di kelas
VIIIB.
a. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang hendak diukur. Atau
dengan kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran
ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data yang valid pula.
Pada instrumen afektif dan sikap ilmiah digunakan validitas isi dan
validitas item.
1) Validitas isi
validitas isi yaitu kecocokan antara isi alat ukur (isi) dengan sasaran ukur.
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat
atau tidak dapat digunakan formula Gregory untuk melihat validitas isi secara
keseluruhan. Pada formula Gregorry diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa
kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai
relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan
dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut
Content Validity (CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Dimana :
A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II
C = jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan
menurut panelis II
D = jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan (Gregory, 2007:123).
Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada Lampiran 21,
diperoleh hasil seperti pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 14. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif
Jumlah Soal Panelis I Panelis II
Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan
34 28 6 34 0
CV 0,824
Diperoleh CV sebesar 0,824 maka analisis dapat dilanjutkan.
Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada
Lampiran 19, diperoleh hasil seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah
Jumlah Soal Panelis I Panelis II
Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan
40 33 7 40 0
CV 0,825
Diperoleh CV sebesar 0,825 maka analisis dapat dilanjutkan.
2) Validitas item
Teknik yang digunakan dalam validitas item adalah menggunakan rumus
korelasi product moment (r xy), yaitu :
r xy =
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
xyr = koefisien validitas
X = skor butir item tertentu
Y = skor total
N = jumlah subyek
Kriteria pengujian:
Kriteria item dinyatakan valid jika rhitung ≥ rtabel .
(Anas S, 2008:181)
Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada Lampiran 24,
diperoleh hasil seperti pada Tabel 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif
Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
34 30 4
Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada
Lampiran 22, diperoleh hasil seperti pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Sikap Ilmiah
Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
40 35 5
b. Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan
hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek
yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha
(digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0), yaitu sebagai
berikut:
2
t
2
i
ttS
S1
1n
nr
Keterangan:
r t : Koefisien reliabilitas suatu tes
n : Jumlah item
2
iS : Jumlah kuadrat S dari masing-masing item
S2
t : Kuadrat dari S total keseluruhan item
(Depdiknas, 2009:15-16)
Kriteria reliabilitas adalah jika nilai r11 lebih besar dari 0,70 maka tes
dinyatakan reliabel atau reliabilitasnya tinggi (Anas S, 2008:241).
Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada lampiran 24,
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,974. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen afektif memiliki reliabilitas tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada
Lampiran 22, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen sikap ilmiah memiliki reliabilitas tinggi.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tidak sama.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
berasal dari populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas
yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program
SPSS Statistic 17.0. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis nol (H0)
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Kriteria Uji
H0 diterima jika signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika signifikansi < 0,05
(Singgih S, 2006: 154 -155)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji
homogenitas yang digunakan adalah metode Levene Test dengan bantuan
program SPSS Statistic 17.0. Prosedur uji homogenitas dengan menggunakan
metode Levene Test adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Menentukan hipotesis nol (H0)
H0 = sampel berasal dari populasi yang homogen (variansi sama)
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak homogen (variansi tidak
sama)
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Kriteria Uji
Berdasarkan rata-rata (Based on Mean) :
H0 diterima jika signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika signifikansi < 0,05
(Singgih S, 2006: 154)
c. Uji Keseimbangan (t-matching)
Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel mempunyai kemampuan awal yang seimbang (sama)
sebelum diberi perlakuan yang berbeda. Dengan cara menguji rata-rata nilai
Tes Potensi Akademik (TPA) antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II. Dalam penelitian ini uji keseimbangan yang digunakan adalah metode
Independent Sample T-Test (Levene’s Test) dengan bantuan program SPSS
Statistic 17.0. Prosedur uji keseimbangan dengan menggunakan metode
Independent Sample T-Test (Levene’s Test) adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis nol (H0)
H0 = sampel berasal dari populasi yang seimbang (kemampuan awal
sama)
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak seimbang (kemampuan
awal tidak sama)
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Kriteria Uji
H0 diterima jika signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika signifikansi < 0,05
(Hartono, 2010 : 159 – 160)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi kedua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis variansi dua jalan sel
tak sama menggunakan bantuan program SPSS Statistic 17.0 yaitu dengan
menggunakan menu pilihan General Linear Model-Univariate.
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu:
1. Menentukan Hipotesis
1) H0A : Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran STAD disertai
metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai
metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada perbedaan efek antara pembelajaran STAD disertai metode
eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode
eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa.
2) H0B : Tidak ada perbedaan efek antara sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa.
H1B : Ada perbedaan efek antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
3) H0AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar siswa.
H1AB : Ada interaksi pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa.
2. Menentukan Taraf Signifikansi
α = 0,05
3. Komputasi
Notasi dan Tata Letak Data
B
A
B1
B2
A1 A1B1 A1B2
A2 A2B1 A2B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Keterangan :
A1 : Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen
laboratorium
A2 : Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen virtual
B1 : Sikap ilmiah tinggi
B2 : Sikap ilmiah rendah
Tabel 18. Rangkuman analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber Variansi JK dK RK Fobs Sig.
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat
JKA
JKB
JKAB
JKG
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
Total JKT - - -
4. Keputusan Uji :
Jika sign. > 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak
Jika sign. < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima
Atau
Jika Fobs < Ftabel maka H0 diterima, H1 ditolak
Jika Fobs > Ftabel maka H0 ditolak, H1 diterima
(Hartono, 2010 : 177 – 190)
3. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji
lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe.
Statistik Uji
1. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran
maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar
baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup
dengan membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pembelajaran. Jika rataan marginal melalui pembelajaran STAD disertai
metode eksperimen laboratorium lebih besar dari rataan marginal untuk
pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual berarti melalui
pembelajaran STAD disertai metode eksperimen laboratorium dikatakan lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen
virtual atau sebaliknya.
2. Komparasi rataan antar kolom
.j.i
2
.j.i
.j.i
n
1
n
1RKG
XXF
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α }
3. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
kjij
2kjij
n
1
n
1RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα }
4. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
ikij
2ikij
n
1
n
1RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα }
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai sikap ilmiah siswa
dan nilai prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam.Prestasi
belajar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan aspek
afektif.Data-data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (metode STAD
menggunakan eksperimen laboratorium) dan kelas eksperimen II (metode STAD
menggunakan eksperimen virtual). Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian
ini adalah 33 siswa dari kelas VIIE dan 32 siswa dari kelas VIIF SMP Negeri 1
Jaten tahun pelajaran 2011/2012. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan
deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Sikap Ilmiah Siswa
Data nilai sikap ilmiah siswa diperoleh dengan cara angket. Angket yang
diberikan disusun berdasarkan indikator yang isinya mencakup aspek-aspek
yangmenunjukkan sikap ilmiah siswa seperti jujur, teliti/cermat, bertanggung
jawab, disiplin, rasa ingin tahu, terbuka, rendah hati, menghargai pendapat orang
lain, menyampaikan pendapat/ide, bekerja sama, kritis, tekun/tidak mudah putus
asa, berpikir positif (tidak berprasangka), keinginan untuk menemukan sesuatu
yang baru.
Data dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu nilai sama dengan atau
diatas rerata termasuk dalam kategori sikap ilmiah tinggi dan nilai dibawah rerata
termasuk kategori sikap ilmiah rendah. Rerata yang dimaksud merupakan rerata
hasil angket sikap ilmiah siswa untuk kedua kelas (kelas eksperimen I dan
eksperimen II).Nilai rerata yang didapat adalah 78.Pembagian kategori sikap
ilmiah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.
Pada kelas yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan
eksperimen laboratorium, nilai sikap ilmiah tertinggi adalah 89 dan nilai sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
ilmiah terendah adalah 61.Jumlah siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi
berjumlah 22 siswa dan yang mempunyai sikap ilmiah rendah berjumlah 11 siswa.
Pada kelas yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan
eksperimen virtual, nilai sikap ilmiah tertinggi adalah 91dan nilai sikap ilmiah
terendah adalah 67.Jumlah siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah 17
siswa dan yang mempunyai sikap ilmiah rendah adalah 15 siswa.
Untuk lebih dapat membandingkan nilai sikap ilmiah siswa pada kelas
yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan eksperimen
laboratorium dan virtual, maka kedua data tersebut dijadikan satu dalam sebuah
distribusi frekuensi seperti pada Tabel 19.
Tabel 19. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Ilmiah Siswa dengan
Metode STAD Menggunakan Eksperimen Laboratorium dan Virtual
Interval Nilai
Tengah
STAD-Laboratorium
Frekuensi
STAD-Virtual
Frekuensi
61 - 66 63.5 2 0
67 - 71 69 4 2
72 - 76 74 5 9
77 - 81 79 12 12
82 - 86 84 9 7
87 - 91 89 1 2
Jumlah 33 32
Selanjutnya sebagai perbandingan distribusi frekuensi data nilai sikapilmiah dari
kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada histogram pada Gambar 2.
Gambar 2.Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Nilai SikapIlmiah
Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual
0
2
4
6
8
10
12
63.5 69 74 79 84 89
2
45
12
9
10
2
9
12
7
2Fre
kue
nsi
Nilai Sikap Ilmiah
STAD-Laboratorium
STAD-Virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Prestasi Belajar MateriPokokAsam, Basa dan Garam
Data prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan
aspek afektif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam pada kelas
eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) dan kelas eksperimen II (STAD
eksperimen virtual).Prestasi belajar kognitif yang dimaksud merupakan nilai
ulangan.Sedangkan prestasi afektif merupakan nilai afektif yang diperoleh dari
hasil angket.Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan terhadap
kelasmemberikan rata-rata nilai yang berbeda.Data prestasi belajar dapat dilihat
pada Lampiran 26, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar
secara ringkas disajikan dalam Tabel 20.
Tabel 20. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis Penilaian Nilai Rerata
STAD Laboratorium STAD Virtual
Kognitif 80,2424 73,0312
Afektif 81,783 75,609
a. Nilai Kognitif Materi PokokAsam, Basa dan Garam
Pada kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) nilai kognitif
tertinggi adalah 98 dan nilai kognitif terendah adalah 53.Sedangkan pada kelas
eksperimen II (STAD eksperimen virtual) nilai kognitif tertinggi adalah 94 dan
nilai kognitif terendah adalah 50.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai kognitif siswa untuk kedua kelas
eksperimen pada materi Asam, Basa dan Garam disajikan dalam Tabel 21 dan
histogramnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 21. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD
Laboratorium dan Kelas STAD Virtual
Interval Nilai
Tengah
STAD-Laboratorium
Frekuensi
STAD-Virtual
Frekuensi
50 - 57 53.5 1 2
58 - 65 61.5 3 6
66 - 73 69.5 5 8
74 - 81 77.5 10 12
82 - 89 85.5 7 2
90 - 98 94 7 2
Jumlah 33 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 3. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas
STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual
b. Nilai Afektif Materi PokokAsam, Basa dan Garam
Pada kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) nilai afektif
tertinggi adalah 92 dan nilai kognitif terendah adalah 70.Sedangakan pada kelas
eksperimen II (STAD eksperimen virtual) nilai kognitif tertinggi adalah 91 dan
nilai kognitif terendah adalah 65.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai kognitif siswa untuk kedua kelas
eksperimen pada materi Asam, Basa dan Garam disajikan dalam Tabel 22 dan
histogramnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 22. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD
Laboratorium dan Kelas STAD Virtual
Interval Nilai
Tengah
STAD-Laboratorium
Frekuensi
STAD-Virtual
Frekuensi
65 - 69,5 67.25 0 6
69,6 - 74,1 71.85 4 9
74,2 - 78,7 76.45 7 6
78,8 - 83,5 81.15 8 6
83,6 - 88,1 85.85 11 4
88,2 - 92,7 90.45 3 1
Jumlah 33 32
0
2
4
6
8
10
12
53.5 61.5 69.5 77.5 85.5 94
1
3
5
10
7 7
2
6
8
12
2 2
Fre
kue
nsi
Nilai Prestasi Belajar Kognitif
STAD-Laboratorium
STAD-Virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas
STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual
Tabel 23. Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa
Aspek Afektif STAD-Eksperimen
Laboratorium (%)
STAD-Eksperimen
Virtual (%)
Minat 87,12 80,47
Sikap 82,58 71,99
Konsep Diri 75,5 67,58
Nilai 81,06 74,61
Moral 80,91 72,97
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Keseimbangan (t-matching)
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah keduakelompok
mempunyai kemampuan awal yang seimbang sebelum diberi perlakuanyang
berbeda.Yaitu antara kelas yang diberi perlakuan metode STAD menggunakan
eksperimen laboratorium dan metode STAD menggunakan eksperimen virtuil.
Uji keseimbangan diambil dari nilai Tes Potensi Akademik (TPA) yang
diadakan pada waktu penerimaan siswa baru kelas VII SMP Negeri 1 Jaten tahun
pelajaran 2011/2012. Untuk kelas VIIE (STAD eksperimen laboratorium) dengan
jumlah siswa 33 diperoleh rerata 47,9063 dengan variansi 39,249. Sedangkan
kelas VIIF (STAD eksperimen virtual) dengan jumlah siswa 32 diperoleh rerata
45,5152 dengan variansi 43,07.
Sebelum dilakukan uji keseimbangan dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas pada masing-masing kelas.Hasil uji normalitas dan uji homogenitas
0
2
4
6
8
10
12
67.25 71.85 76.45 81.15 85.85 90.45
0
4
78
11
3
6
9
6 6
4
1
Fre
kue
nsi
Nilai Prestasi Belajar Afektif
STAD-Laboratorium
STAD-Virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dapat dilihat pada Lampiran9 dan Lampiran 10.Pada uji normalitas utuk kedua
kelas diperoleh nilai sig. 0,200, maka dapat disimpulkan kedua kelas berdistribusi
normal.Pada uji homogenitas diperoleh nilai sig. 0,609, maka dapat disimpulkan
kedua kelas homogen.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji Levene’s Test dapat
dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil uji ini diperoleh sig. 0,737, karena nilai ini lebih
besar dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kelas VIIE (STAD
eksperimen laboratorium) dan kelas VIIF (STAD eksperimen virtual) mempunyai
rerata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan
seimbang.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi
berdistribusi normal atau tidak, karena sebelum analisis variansi dilakukan, harus
dipastikan bahwa sampel berasal dari popolasi yang berdistribusi normal.Dalam
penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov.
Hasil uji normalitas nilai kognitif dan afektif tercantum pada Lampiran 28 dan
29.Hasil uji normalitas terangkum pada Tabel 23 dan Tabel 24 berikut.
Tabel 24.Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif
Kelompok Siswa Sig. α Kesimpulan
A1 0,200 0,05 Normal
A2 0,200 0,05 Normal
A1 B1 0,200 0,05 Normal
A1 B2 0,200 0,05 Normal
A2 B1 0,200 0,05 Normal
A2 B2 0,200 0,05 Normal
B1 0,200 0,05 Normal
B2 0,200 0,05 Normal
Tabel 25.Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif
Kelompok Siswa Sig. α Kesimpulan
A1 0,200 0,05 Normal
A2 0,200 0,05 Normal
A1 B1 0,200 0,05 Normal
A1 B2 0,200 0,05 Normal
A2 B1 0,200 0,05 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
A2 B2 0,095 0,05 Normal
B1 0,200 0,05 Normal
B2 0,200 0,05 Normal
Keterangan :
A1 : Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium
A2 : Kelompok STAD Eksperimen Virtual
B1 : Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi
B2 : Kelompok Sikap Ilmiah Rendah
A1 B1 : Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium - Sikap Ilmiah Tinggi
A1 B2 : Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium - Sikap Ilmiah Rendah
A2 B1 : Kelompok STAD Eksperimen Virtual - Sikap Ilmiah Tinggi
A2 B2 : Kelompok STAD Eksperimen Virtual - Sikap Ilmiah Rendah
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa nilai sig. lebih besar dari 0,05
dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi selain
populasi normal adalah populasi harus homogen. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak.
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah metode Levene
Statistic.Hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif ditinjau dari metode
pembelajaran, sikap ilmiah, dan seluruh sel tercantum dalam Lampiran 30 dan
lampiran 31.Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 25.
Tabel 26.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif
Uji Homogenitas Ditinjau dari Sig. α Kesimpulan
Nilai Kognitif Metode Pembelajaran 0,557 0,05 Homogen
Sikap Ilmiah 0,645 0,05 Homogen
Antar Sel 0,901 0,05 Homogen
Nilai Afektif Metode Pembelajaran 0,509 0,05 Homogen
Sikap Ilmiah 0,937 0,05 Homogen
Antar Sel 0,665 0,05 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tampak dari tabel tersebut diperoleh nilai sig. yang lebih besar dari 0,05
maka dapat dsimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi
yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi DuaJ alan dengan Sel Tak Sama
Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis penelitian yaitu dengan analisis variansi (ANAVA) dua jalan dengan sel
tak sama.
a. Aspek Kognitif
Perhitungan analisis variansi nilai kognitif tercantum pada Lampiran
32.Adapun rangkuman hasil perhitungan disajikan pada Tabel 26 danTabel 27.
Tabel 27.Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif
Metode Pembelajaran Sikap Ilmiah Total
Rerata Tinggi (B1) Rendah (B2)
STAD Eksperimen
Laboratorium (A1) 83,4091 73,9091 80,2424
STAD Eksperimen
Virtual (A2) 72,0588 74,1333 73,0312
Total Rerata 78,4615 74,0385 76,6923
Tabel 28.Rangkuman Analisis Variansi Nilai Kognitif
Sumber
Variansi
JK dK RK Fobs Fα Sig. α Keputusan
Baris
(A)
Kolom
(B)
Interaksi
(AB)
Galat
472,739
210,567
511,619
6564,902
1
1
1
61
472,739
210,567
511,619
107,621
4,393
1.957
4,754
4,00
4,00
4,00
0,040
0,167
0,033
0,05
0,05
0,05
H0A Ditolak
H0B Diterima
H0AB Ditolak
Total 390417 65
Corrected
Total
8105,846 64
Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan bahwa :
1) H0A ditolak, karena sig. 0,040 < 0,05 dan Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD
disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajarkognitif siswa
pada materi pokok Asam, Basa dan Garam.
2) H0B diterima, karena sig. 0,167 > 0,05 dan Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi
dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi
pokok Asam, Basa dan Garam.
3) H0AB ditolak, karena sig. 0,033 < 0,05 dan Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap
ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan
Garam.
b. Aspek Afektif
Perhitungan analisis variansi nilai afektif tercantum pada Lampiran
33.Adapun rangkuman hasil perhitungan disajikan pada Tabel 28 danTabel 29.
Tabel 29.Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Afektif
Metode Pembelajaran Sikap Ilmiah Total
Rerata Tinggi (B1) Rendah (B2)
STAD Eksperimen Laboratorium
(A1)
84,0455 77,6364 81,9091
STAD Eksperimen Virtual
(A2)
78,4118 72,4667 75,6250
Total Rerata 81,5897 74,6538 78,8154
Tabel 30.Rangkuman Analisis Variansi Nilai Afektif
Sumber
Variansi
JK dK RK Fobs Fα Sig. α Keputusan
Baris
(A)
Kolom
(B)
Interaksi
(AB)
Galat
445,719
582,867
0,822
1969,351
1
1
1
61
445,719
582,867
0,822
32,284
13,806
18,054
0,025
4,00
4,00
4,00
0,00
0,00
0,874
0,05
0,05
0,05
H0A Ditolak
H0B Ditolak
H0AB Diterima
Total 406965 65
Corrected
Total
3193,785 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa :
1) H0A ditolak, karena sig. 0,00< 0,05 dan Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti bahwa terdapatperbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD
disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD
disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi afektif siswa.
2) H0B ditolak, karena sig. 0,00< 0,05 dan Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi
dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa.
3) H0AB diterima, karena sig. 0,874 > 0,05 dan Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00.
Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran
STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi afektif siswa.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan
Setelah dilakukan uji anava untuk Ho yang ditolak perlu dilakukan uji
lanjut anava untuk mengetahui bahwa perlakuan yang dikenakan pada suatu
kelompok akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada yang lainnya.
Pada penelitian uji lanjut anava dilakukan dengan metode Scheffe.Hasil uji lanjut
anava dapat dilihat pada Tabel 30.Untuk hasil uji lanjut anava selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 34.
a. Aspek Kognitif
Pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0A ditolak yang berarti
bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan
STAD eksperimen virtual memberikan perbedaan prestasi belajar.Tetapi uji
komparasi ganda pasca anava antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel
metode pembelajaran hanya mempunyai 2 nilai yaitu STAD eksperimen
laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Oleh karena itu, meskipun dilakukan
ujikomparasi ganda pasca anava antar baris maka dapat dipastikan hipotesis
nolnya juga akan ditolak, sehingga uji komparasi ganda menjadi tidak berguna.
Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan
membandingkan besarnya jumlah rerata dari masing-masing metode
pembelajaran.Besarnya jumlah rerata dapat dilihat pada Tabel 26.Dari jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
rerata preatasi kognitif menunjukkan bahwa jumlah rerata metode STAD
eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada jumlah rerata metode STAD
eksperimen virtual.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD
eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada
metode STAD eksperimen virtual.
Selanjutnya pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0B
diterima yang berarti bahwa siswa yang dengan sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah memiliki prestasi belajar yang tidak berbeda (sama).Oleh karena
H0B diterima maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca anava.
Kemudian pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0AB ditolak
yang berarti bahwa terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa. Untuk mengetahui bagaimana
interaksi metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah, maka perlu dilakukan uji
lanjut pasca anava antar sel pada kolom yang sama dan baris yang sama.
Rangkuman hasil uji lanjut pasca anava antar sel dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 31.Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Antar Sel Nilai Kognitif
Sel Komparasi F Hitung F Tabel Kesimpulan
Kolom
yang sama
μA1B1 vs μ A2B1 11,480 12,00 Diterima
μA1B2 vs μ A2B2 0,0030 12,00 Diterima
Baris yang
sama
μA1B1 vs μ A1B2 6,1497 12,00 Diterima
μA2B1 vs μ A2B2 0,3187 12,00 Diterima
BerdasarkanTabel 30 dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada
siswa dengan sikap ilmiah tinggi maupun rendah.Demikian juga siswa dengan
sikap ilmiah yang tinggi dan rendah tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada penggunaan metode STAD
eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Hal ini berarti baik
penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen
virtual, serta sikap ilmiah yang tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh
yang sama terhadap prestasi belajar kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Sekalipun tidak memberikan perbedaan yang signifikan, namunsecara
umum jika dilihat berdasarkan rerata antar sel (Tabel 26) maka disimpulkan
bahwa metode STAD eksperimen laboratorium dengan sikap ilmiah tinggi
memberikan prestasi yang lebih tinggi daripada pada metode STAD eksperimen
laboratorium dengan sikap ilmiah rendah. Dengan kata lain metode STAD
eksperimen laboratorium cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.
Sebaliknya pada metode STAD eksperimen virtual dengan sikap ilmiah rendah
memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada metode STAD eksperimen
virtual dengan sikap ilmiah tinggi. Dengan kata lain metode STAD eksperimen
virtual cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
b. Aspek Afektif
Pada prestasi belajar afektif menunjukkan bahwa H0A ditolak yang berarti
bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan
STAD eksperimen virtual memberikan perbedaan prestasi belajar.Tetapi uji
komparasi ganda pasca anava antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel
metode pembelajaran hanya mempunyai 2 nilai yaitu STAD eksperimen
laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Oleh karena itu, meskipun dilakukan
uji komparasi ganda pasca anava antar baris maka dapat dipastikan hipotesis
nolnya juga akan ditolak, sehingga uji komparasi ganda menjadi tidak berguna.
Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan
membandingkan besarnya jumlah rerata dari masing-masing metode
pembelajaran.Besarnya jumlah rerata dapat dilihat pada Tabel 28.Dari jumlah
rerata preatasi afektif menunjukkan bahwa jumlah rerata metode STAD
eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada jumlah rerata metode STAD
eksperimen virtual.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD
eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada
metode STAD eksperimen virtual.
Hal yang sama juga terjadi pada hasil H0B ditolak, maka tidak perlu
dilakukan uji komparasi ganda antar kolom, karena variabel sikap ilmiah hanya
meliputi 2 nilai yaitu sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah. Untuk
mengetahui prestasi belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, maka cukup dengan membandingkan
besarnya jumlah rerata dari masing-masing sikap ilmiah.Besarnya jumlah rerata
dapat dilihat pada Tabel 28.Dari jumlah rerata prestasi afektif tersebut
menunjukkan bahwa rerata siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai
prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah.Sehingga dapat disimpulkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang
tinggi menghasilkan prestasi belajar afektif yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Pada hipotesis ketiga diperoleh hasil H0AB diterima yang berati tidak
terdapat interaksi antara variabel metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar afektif siswa. Sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut
pasca anava antar sel pada kolom/baris yang sama. Tidak ada interaksi antara
metode pembalajaran STAD dan sikap ilmiah memberi arti bahwa apapun sikap
ilmiah yang dimiliki siswa (baik tinggi dan rendah) maka metode STAD
eksperimen laboratorium akan memberikan prestasi lebih tinggi dibandingkan
dengan metode STAD eksperimen virtual. Hal ini terjadi karena rerata prestasi
afektif siswa dengan metode STAD eksperimen laboratorium selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan prestasi siswa dengan metode STAD eksperimen
virtual(Tabel 28). Demikian pula apapun metode STAD yang digunakan (baik
eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual) maka siswa dengan sikap ilmiah
tinggi akan memberikan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki sikap ilmiah rendah. Hal ini terjadi karena rerata prestasi afektif
siswa dengan sikap ilmiah tinggi selalu lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi
siswa dengan sikap ilmiah rendah (Tabel 28).
D. Pembahasan Hasil Analisis
Prestasi belajar kognitif yang dimaksud merupakan nilai
ulangan.Sedangkan prestasi afektif merupakan nilai afektif yang diperoleh dari
hasil mengisi angket.
Dari hasil uji hipotesis, untuk prestasi belajar kognitif diperoleh hasil
bahwa hipotesis pertama (H0A) ditolak, hipotesis kedua (H0B) diterima dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
hipotesis ketiga (H0AB) ditolak.Sedangkan untuk prestasi belajar afektif diperoleh
hasil bahwa hipotesis pertama (H0A) ditolak, hipotesis kedua (H0B) ditolak dan
hipotesis ketiga (H0AB) diterima.
1. Hipotesis Pertama (H0A)
a. Prestasi Belajar Kognitif
Dari hasil anava dua jalan dengan sel tak sama untuk aspek kognitif
diketahui bahwa H0A ditolak, karena sig. 0,040 < 0,05 dan Fobs = 4,393 > Ftabel =
4,00. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD
disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai
metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi
pokok Asam, Basa dan Garam. Dari jumlah rerata baris A1 = 80,2424 lebih besar
dari rerata baris A2 = 73,0312 menunjukkan bahwa metode pembelajaran STAD
eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar kognitif siswa yang lebih
baik daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual pada materi Asam,
Basa dan Garam.
Prestasi belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran
STAD eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada metode pembelajaran
STAD eksperimen virtual. Hal ini disebabkan karena materi Asam, Basa dan
Garam merupakan materi yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan keterlibatan siswa untuk
menemukan suatu konsep, sehingga konsep yang ditemukan siswa akan bertahan
lama dan memberi kesan yang mendalam. Metode STAD adalah salah satu
metode pembelajaran kooperatif dimana siswa dibuat dalam kelompok-kelompok
belajar untuk saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran.Metode pembelajaran ini berpaham teori belajar konstruktivis yaitu
siswa berperan aktif untuk menemukan konsep pengetahuannya sendiri.
Sedangkan metode eksperimen laboratorium dapat memberi kesempatan kepada
siswa agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri tentang proses dan hasil percobaan itu(Mulyani S.
dan Johar P, 2001:136). Perpaduan metode pembelajaran STAD dan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
eksperimen laboratorium memungkinkan siswa sendiri yang membangun
pengetahuannya melalui pengalaman yang nyata dan dengan saling bekerjasama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran Asam, Basa dan Garam.
Sedangkan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual merupakan metode
pembelajaran STAD yang dimodifikasi dengan metode eksperimen atau
percobaan secara virtual (dengan bantuan komputer).Metode pembelajaran STAD
eksperimen virtual menekankan siswa saling bekerjasama menemukan sendiri
pengetahuannya melalui eksperimen virtual tanpa harus mengalami pengalaman
yang riil.Jadi siswa hanya dapat menjelaskan suatu konsep berdasarkan
eksperimen yang mereka lakukan secara maya.Berbeda dengan eksperimen
laboratorium, eksperimen virtual hanya menyajikan simulasi percobaan melalui
program komputer, sehingga siswa tidak secara langsung mengalami sendiri
menemukan konsep pengetahuannya.Karena hal inilah yang menyebabkan
prestasi belajar kognitif pada kelas eksperimen laboratorium lebih tinggi
dibanding eksperimen virtual.Pada kelas eksperimen laboratorium siswa lebih
paham tentang konsep materi Asam, Basa dan Garam, karena mereka mengalami
sendiri secara riil atau nyata dan memberi kesan yang mendalam. Sedangkan pada
kelas eksperimen virtual siswa hanya mengamati simulasi tentang konsep materi
Asam, Basa dan Garam, sehingga konsep materi Asam, Basa dan Garam tidak
berkesan mendalam bagi siswa. Hal ini juga terlihat dari hasil diskusi maupun
kuis dari masing-masing kelas menunjukkan bahwa kelas dengan metode
pembelajaran STAD eksperimen virtual masih ditemukan jawaban-jawaban yang
kurang sesuai dengan konsep Asam, Basa dan Garam.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi karakteristik siswa SMP Negeri 1
Jaten sudah cukup aktif dan senang jika ada kegiatan percobaan.Oleh karena itu,
metode pembelajaran STAD eksprimen laboratorium memberikan prestasi belajar
yang lebih baik, karena dapat mendukung keaktifan dan kemandirian siswa.
b. Prestasi Belajar Afektif
Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan
bahwa H0A ditolak, karena sig. 0,000 < 0,05 dan Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
STAD eksperimen laboratorium dengan metode pembelajaran STAD eksperimen
virtual terhadap prestasi afektif siswa. Dari jumlah rerata baris A1 = 81,9091 lebih
besar dari rerata baris A2 = 75,6250 menunjukkan bahwa metode pembelajaran
STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar afektif siswa yang
lebih baik daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual pada materi
Asam, Basa dan Garam.
Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku yang
merupakan sifat-sifat dari individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.Untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal maka diperlukan minat
belajar yang tinggi pada materi Asam, Basa dan Garam.Oleh karena itu,
kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang untuk mencapai
keberhasilan prestasi belajar pada aspek lainnya, yaitu aspek kognitif. Metode
pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar
afektif yang lebih tinggi, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga setiap siswa merasa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Hal inilah yang dapat mengembangkan aspek afektif dalam diri
siswa.Dalam metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menekankan
siswa menemukan konsep pengetahuannya sendiri dengan pengalaman yang
sesungguhnya dan dengan saling bekerjasama antar siswa.
Dari hasil observasi yang dilakukan juga terlihat bahwa siswa pada kelas
metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium mempunyai minat dan
antusias yang lebih besar terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
hasil angket prestasi afektif (Tabel 23) menunjukkan bahwa pada aspek afektif:
minat siswa sebesar 87,12%, sikap siswa sebesar 82,58%, konsep diri sebesar
75,5%, nilai sebesar 81,06%, dan moral siswa 80,91%. Sedangkan pada kelas
dengan metode STAD eksperimen virtual menunjukkan persentase yang lebih
kecil dibandingkan kelas dengan metode STAD eksperimen laboratorium. Pada
metode STAD eksperimen virtualdiperoleh minat siswa sebesar 80,47%, sikap
siswa sebesar 71,99%, konsep diri sebesar 67,58%, nilai sebesar 74,61%, dan
moral siswa 72,97%. Selain itu dari hasil diskusi masing-masing kelas
menunjukkan bahwa kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
laboratorium mengerjakan soal-soal diskusi dengan jawaban lebih benar dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh dibandingkan dengan kelas dengan metode
pembelajaran STAD eksperimen virtual.
2. Hipotesis Kedua (H0B)
a. Prestasi Belajar Kognitif
Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan
bahwa H0B diterima, karena sig. 0,167 > 0,05 dan Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan
Garam. Dari Tabel 26. Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif terlihat bahwa
pada kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium, siswa
dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sebaliknya pada
kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual, siswa dengan sikap
ilmiah rendah memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang memilki sikap ilmiah tinggi. Dari hasil inilah yang menyebabkan sikap
ilmiah tinggi dan rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar.Sekalipun
secara rerata marginal siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar
yang lebih tinggi daraipada siswa dengan sikap ilmiah rendah, namun perbedaan
reratanya tidak terlalu signifikan atau tidak beda jauh.
Menurut Bloom aspek kognitif siswa berkaitan dengan ingatan dan
kemampuan intelektual siswa.Terlebih lagi karakteristik materi Asam, Basa dan
Garam adalah hafalan dan konsep. Jadi siswa dengan daya ingat dan kemampuan
intelektual yang tinggi akan lebih mudah memahami materi Asam, Basa dan
Garam. Di sisi lain prestasi kognitif siswa tidak hanya dipengaruhi oleh sikap
ilmiah siwa, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa antara lain daya
ingatdan kemampuan intelektual siswa. Siswa dengan sikap ilmiah tinggi belum
tentu memiliki daya ingat dan kemampuan intelektual yang tinggi pula, demikian
pula sebaliknya.Selain itu prestasi kognitif siswa juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti bakat, minat, motivasi siswa dan lain sebagainya.Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
itu, sikap ilmiah siswa tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi
kognitif siswa, karena dimungkinkan masih terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi prestasi kognitif siswa.
b. Prestasi Belajar Afektif
Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan
bahwaH0B ditolak, karena sig. 0,000 < 0,05 dan Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa. Dari hasil rerata kolom dimana
rerata B1 = 81,5897 lebih tinggi dari rerata B2 = 74,6538, menunjukkan bahwa
siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih baik
daripada siswa dengan sikap ilmiah rendah.
Siswa dengan sikap ilmiah tinggi akan memiliki rasa ingin tahu, rasa
kerjasama dan tanggungjawab yang tinggi pula. Hal ini memungkinkan siswa
dengan sikap ilmiah yang tinggi akan lebih aktif menggali sendiri konsep
pengetahuannya dan menganalisis hasil temuannya. Dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran, siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi cenderung lebih aktif
bertanya, lebih cermat memperhatikan penjelasan guru, serta melakukan
percobaan dan diskusi dengan sunggu-sungguh. Oleh karena itu, siswa dengan
sikap ilmiah tinggi memiliki prestasiafektif yang lebih baik daripada siswa
dengan sikap ilmiah rendah.
3. Hipotesis Ketiga (H0AB)
a. Prestasi Belajar Kognitif
Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan
bahwaH0AB ditolak, karena sig. 0,033 < 0,05 dan Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam.
Namun dari hasil uji lanjut pasca anava diperoleh hasil bahwa penggunaan metode
STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual, serta sikap ilmiah
yang tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi
belajar kognitif atau tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Tetapi jika ditinjau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dari rerata masing-masing sel terlihat interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah siswa. Dari Tabel 26. terlihat bahwa metode STAD
eksperimen laboratorium cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi,
karena memberikan nilai kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sedangkan metode STAD eksperimen virtual
cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, karena memberikan nilai
kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi.Jadi dapat disimpulkan terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (2007:107) prestasi belajar siswa dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan internal. Jadi prestasi yang dicapai siswa merupakan
hasil interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Dalam penelitian
ini faktor internal yang berpengaruh adalah sikap ilmiah siswa, sedangkan faktor
eksternalnya adalah metode pembelajaran.
Metode pembelajaran dengan eksperimen laboratorium dapat melatih
siswa berpikir atau bertindak secara ilmiah (scientific thinking). Kerena itu sikap
ilmiah yang tinggi diperlukan dalam pelaksanaan eksperimen
laboratorium.Eksperimen laboratorium menuntut siswa untuk berpikir dan
bersikap secara ilmiah, karena dengan eksperimen laboratorium siswa benar-benar
mengalami sendiri menemukan kebenaran dari suatu teori sesuai dari hasil
percobaan mereka.Dengan demikian metode STAD eksperimen laboratorium
lebih cocok untuk siswa dengan sikap ilmiah tinggi.
Sedangkan eksperimen virtual hanya berisi simulasi serangkaian
percobaan, sehingga siswa tidak terlibat langsung melakukan percobaan. Karena
itu eksperimen virtual tidak diperlukan sikap ilmiah yang tinggi, sebab hasil
percobaan sudah diatur dalam program komputer. Eksperimen laboratorium lebih
mudah dioperasikan oleh siapapun, baik siswa dengan sikap ilmiah tinggi maupun
dengan sikap ilmiah rendah dapat mengoperasikannya, bahkan dapat dilakukan
secara berulang-ulang. Oleh karena itu, eksperimen virtual dapat menolong
meningkatkan prestasi siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
demikian metode pembelajaran STAD eksperimen virtual lebih cocok untuk siswa
yang mempunyai sikap ilmiah yang rendah.
b. Prestasi Belajar Afektif
Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan
bahwa H0AB diterima, karena sig. 0,874 > 0,05 dan Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00. Hal
ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap
ilmiah terhadap prestasi afektif siswa.
Baik pada eksperimen laboratorium maupun virtual peran sikap ilmiah
sangatdibutuhkan.Semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula
prestasi belajar yang dapat dicapainya.Sehingga apapun metode pembelajaran
yangdigunakan (eksperimen laboratorium dan virtual), maka siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajaryang lebih baik daripada siswa
yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sebaliknyaberapapun tingkat sikap ilmiah
siswa, baik tinggi maupun rendah, maka siswa yangmelakukan pembelajaran
dengan eksperimen laboratoriumakan memiliki prestasibelajar yang lebih baik
daripada dengan eksperimen virtual. Hal ini disebabkan karena metode
pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan sikap ilmiah yang tinggi dapat
mendorong siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan sikap ilmiah yang
tinggi akan memberikan prestasi belajar afektif yang lebih baik daripada metode
pembelajaran STAD eksperimen virtual dan sikap ilmiah rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium
dan STAD eksperimen virtual pada prestasi kognitif maupun afektif siswa
pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, diperoleh Fobs = 4,393 > Ftabel
= 4,00 sedangkan prestasi afektif diperoleh Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00,
sehingga metode STAD eksperimen laboratorium (rerata kognitif =
80,2424, afektif = 81,9091) memberikan prestasi belajar yang lebih baik
daripada metode STAD eksperimen virtual (rerata kognitif = 73,0312,
afektif = 75,6250)
2. Tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah
terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan
Garam, diperoleh Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi
afektif diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh sikap ilmiah
tinggi dan sikap ilmiah rendah, diperoleh Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00.
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan
Garam, diperoleh Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi
afektif diperoleh hasil bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi afektif siswa,
diperoleh Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kualitas hasil belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
a. Pembelajaran kimia pada materi pokok Asam, Basa dan Garam dapat
dilakukan dengan metode pembelajaran STAD disertai eksperimen
laboratorium, karena dapat mendorong siswa menemukan sendiri
pengetahuannya melalui pengalaman yang nyata dan dapat meningkatkan
kerjasama antar siswa.
b. Perlu adanya upaya peningkatan sikap ilmiah siswa karena sikap ilmiah
siswa secara tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa
pada materi pokok Asam, Basa dan Garam.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Guru hendaknya menggunakan metode pembalajaran STAD disertai
eksperimen laboratorium pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan konsep
pengetahuanya sendiri dengan saling bekerjasama antar siswa, sehingga
siswa akan lebih paham tentang materi Asam, Basa dan Garam.
2. Dalam proses pembelajaran kimia hendaknya memperhatikan sikap ilmiah
siswa dan sebaiknya siswa terus dirangsang untuk memiliki sikap ilmiah
tinggi, misalnya dengan menumbuhkan keingintahuan siswa melalui
apersepsi seputar fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pembelajaran
STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual dengan
memperhatikan berbagai aspek faktor internal maupun faktor eksternal
lainnya guna mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.