Upload
tranhanh
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK
BELAJAR RIAS PENGANTIN DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
(Studi Kasus di SKB Temanggung, Jawa Tengah)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Adi Ehtiawan
NIM 09102244036
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2017
v
MOTTO
Cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada perjuangan yang
dilakukan hari ini
(Khalil Gibran)
Saat kamu terjatuh, tersenyumlah. Karena orang yang pernah jatuh adalah orang yang
sedang berjalan menuju keberhasilan
(penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberi semangat yang
tidak terbatas, Terima kasih.
2. Almamaterku, FIP Universitas Negri Yogyakarta.
3. Agama, Nusa dan Bangsa.
vii
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK
BELAJAR RIAS PENGANTIN DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
(Studi Kasus di SKB Temanggung, Jawa Tengah)
Oleh
Adi Ehtiawan
NIM 09102244036
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan
perempuan melalui program kelompok belajar rias pengantin untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga peserta pelatihan di SKB Temanggung. 2) Dampak program
pemberdayaan perempuan kelompok belajar rias pengantin untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga peserta didik di kabupaten Temanggung 3) Faktor
penghambat dan faktor pendukung pemberdayaan perempuan melalui kejar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta didik di SKB
Temanggung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah
pengelola, pendidik dan peserta program ketrampilan tata rias. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang di bantu oleh
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan.
Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan
menggunakan trianggulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan program keterampilan tata
rias pengantin yang dilakukan di SKB Temanggung membantu perempuan untuk
mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui keterampilan 2) Dampak
program keterampilan tata rias pengantin yaitu bagi peserta pelatihan dapat
menambah keterampilan sehingga bisa membuka peluang usaha serta membuat
kesehjateraan lebih mandiri, rasa kepuasan dari pengelola dan instruktur melihat
peserta didiknya berhasil di masyarakat 3) Faktor pendukung keterampilan tata rias
yaitu tanggapan yang positif dari perempuan yang di SKB Temanggung akan menjadi
binaan SKB Temanggung yang akan mampu menjadikan saranan untuk
meningkatkan kesejahteraan masayarakat. Faktor penghambat jarak tempuh ke
tempat pelatihan yang jauh.
Kata Kunci: Pemberdayaan Perempuan, Tatarias Pengantin, Kesejahteraan
Keluarga.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
telah dianugrahkan kepada penulis, sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program
Kelompok Belajar Rias Pengantin Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga” ini
tidak mungkin terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta staff yang telah memberikan
fasilitas dan sarana sehingga studi saya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk kelancaran dalam
pembuatan penulisan karya tulis ilmian ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Widyaningsih, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah berkenan
membimbing sejak pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Sujarwo, M,Pd selaku dosen penasehat Akademik selama saya studi
dapat menjadi orang tua yang baik, memberikan arahan agar penulis menjadi
pribadi yang lebih baik.
ix
6. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan.
7. Seluruh pengelola dan anggota Kelompok Kejar Rias Pengantin di SKB
Temanggung yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian dari awal
sampai akhir.
8. Orang tuaku Pak Kayat dan Ibu Sutini, Bapak Hengky dan Ibu Ayuk, atas do‟a,
perhatian, kasih sayang dan segala dukungannya yang telah diberikan kepada
penilis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Teman-temanku Agung, Reza, Jati, Ratih, Yuda dan teman PLS 2009 yang lain,
yang selalu memberikan bantuan dan motivasi, semua kenangan dan perjalanan
kita akan menjadi kisah klasik untuk masa depan.
10. Tak lupa teman-teman PLS angkatan 2010 dan 2011 Riris, Reza Bho, Rizal,
Intifada maksih atas bantuan yang telah diberikan dan dukungannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Teman-teman kos TB Well (Tomi, Jati, Agung, Reza, Wondo, Yuda, Udin,
Alfon, Agus) terima kasih dukungannya. ”Lulus”
12. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang juga telah memberikan
dorongan serta bantuan selama penyusun skripsi ini.
Semoga bantuan, doa, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis sampaikan,
xi
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………… ii
SURAT PERNYATAAN………………………………………… iii
PENGESAHAN………………………………………………….. iv
MOTTO…………………………………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………….. vi
ABSTRAK………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………. viii
DAFTAR ISI……………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………... xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………….. 7
C. Batasan Masalah……………………………………………… 7
D. Rumusan Masalah……………………………………………. 8
E. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 8
F. Manfaat Penelitian…………………………………………… 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Diskripsi Teori………………………………………….…….. 10
1. Teori dan Konsep Pemberdayaan……………….……… 10
2. Kajian Tentang Pelatihan Kejar Rias Pengantin.…......... 21
3. Teori dan Konsep Keluarga…………………………...... 24
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………... 31
xii
C. Penelitian Yang Relevan……………………………………… 33
D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendekatan Penelitian………………………………………… 36
B. Subjek Penelitian……………………………………………... 37
C. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………. 37
D. Metode Pengumpulan Data……………………………………. 37
E. Instrumen Penelitian…………………………………………... 39
F. Teknik Analisis Data…………………………………………... 40
G. Teknik Keabsahan Data……………………………………….. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………... 43
1. Deskripsi SKB Temanggung………………………........... 43
2. Visi, Misi dan Tujuan SKB Temanggung………………… 44
3. Program Ketrampilan…………………………………….. 46
B. Gambaran Program Rias Pengantin…….................................... 47
1. Proses Pelaksanaan Program……………....…………….. 47
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat…….....……………. 56
3. Profil Warga Belajar……………………………………… 57
C. Data Hasil Penelitian………………………………………….. 58
1. Pemberdayaan Perempuan Melalui Program
Kelompok Belajar Rias Pengantin Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Peserta
Pelatihan Di SKB Temanggung.……………………........ 58
2. Dampak Pemberdayaan Perempuan Melalui
Program Kejar Rias Pengantin Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di SKB Temanggung.…………. 62
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Pelatihan Tata Rias Pengantin.………………................... 63
xiii
D. Pembahasan…………………………………………………… 64
1. Pemberdayaan Perempuan Melalui Program
Kelompok Belajar Rias Pengantin Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Peserta
Pelatihan Di SKB Temanggung.……………………....... 64
2. Dampak Pemberdayaan Perempuan Melalui
Program Kejar Rias Pengantin Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di SKB Temanggung.…………. 67
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Pelatihan Tata Rias Pengantin.………………................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………. 71
B. Saran…………………………………………………………... 74
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 76
LAMPIRAN……………………………………………………….. 77
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data………………………………. 39
Tabel 2. Sarana Dan Prasarana SKB Temanggung…………. 44
Tabel 3. Biaya Administrasi Pendaftaran Kursus Rias Pengantin… 51
Tabel 4. Alat Pemotong Rambut Rias…………..………………… 53
Tabel 5. Alat Tata Rias Pengantin………………………………… 54
Tabel 6. Data Jumlah Peserta Pelatihan…………………………… 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi……………………………….. 78
Lampiran 2. Pedoman Observasi…………………………………... 79
Lampiran 3. Pedoman Wawancara………………………………… 80
Lampiran 4. Catatan Lapangan……………………………………. 86
Lampiran 5. Reduksi Data, Display Data dan Kesimpulan
Hasil Wawancara……………………………………. 96
Lampiran 6. Dokumentasi Foto Kegiatan…………………………. 100
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian………………………………….. 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hasil alam yang
cukup melimpah. Kesuburan alam Indonesia didukung kuat oleh iklim tropis yang
ada di Indonesia. Namun kenyataan yang terjadi sebagian besar penduduk
Indonesia terutama perempuan masih berada dalam Ekonomi menengah ke
bawah. Kemiskinan dan keterbelakanganyang terjadi merupakan akibat
ketidakmampuan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat.
Kemiskinan yang terjadi di perkotaan maupun pedesaan membutuhkan
suatu tindakan pemberdayaan. Proses pemberdayaan hendaknya dapat dilakukan
dalam bentuk nyata dan disertai langkah-langkah yang strategis. Tujuan yang
ingin dicapai tidak lain adalah untuk meningkatkan derajat hidup masayakat guna
memperoleh kesehjateraan di berbagai segi kehidupan dalam suatu lingkungan
sosial. Oleh karena itu, konsep pemberdayaan menjadi penting dalam membangun
kesehjateraan. Namun, pada kenyataanya pemberdayaan di Kabupaten
Temanggung masih belum terlaksana dengan baik.
Pemberdayaan digunakan sebagai pendekatan pembangunan dengan
memberikan otonomi kepada masyarakat. Melalui otonomi tersebut, akan
terbangun kebiasaan masyarakat untuk memutuskan sendiri berbagai kepentingan
yang terkait dengan dirinya. Pemberdayaan akan membekali masyarakat dengan
pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
2
menentukan masa depannya dan mereka juga dapat berpartisipasi dalam
mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.
Salah satu bagian dari masyarakat yang berpartisipasi dalam pemberdayaan
perempuan adalah perempuan. Posisi dan kedudukan perempuan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara sudah sangat jelas yakni sebagai anggota
masyarakat dan sebagai warga negara yang memiliki sejumlah hak dan kewajiban.
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perintah Tuhan untuk
berbuat adil dalam seluruh bidang kehidupan, baik ranah domestik maupun publik
sangat tegas dan tandas, keadilan mesti ditegakkan. Keadilan merupakan prinsip
agama yang mesti ditegakkan dalam menata kehidupan manusia, prinsip itu harus
selalu ada dalam setiap norma, tata nilai dan perilaku umat manusia di mana pun
dan kapan pun.
Pemberdayaan perempuan merupakan upaya dalam peningkatan peran
perempuan. Pemberdayaan begi kaum perempuan sangatlah penting karena
perempuan tidak hanya berperan berperan mengurus rumah tangga, namun bisa
berperan diluar rumah seperti berorganisasi samahalnya dengan kaum laki-laki.
Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu proses kegiatan
pembangunan dimana perempuan berinisiatif untuk memulai proses kegiatan
sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi. Pemberdayaan perempuan hanya
bisa terjadi apabila perempuan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat.
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan perempuan apabila
kelompok komunitas atau perempuan tersebut menjadi agen atau dikenal sebagai
subjek.
3
Memasuki era Globalisasi saat ini, peranan kaum perempuan tidak saja
sebagai sebagai pendidik utama dan pertama dalam keluarga tetapi juga sebagai
perempuan yang mempunyai keuletan dan ketangguhan dalam membantu suami
mencari nafkah yang pada akhirnya akan memperkokoh ekonomi keluarga karena
didalamnya akan menjadi tempat awal nilai-nilai dan norma-norma kehidupan
bangsa terutama dalam menghadapi pengaruh lingkungan strategis suatu bangsa.
Sering kita temui dalam kehidupan dalam rumah tangga masyarakat kita,
ketika istri tidak berdaya dalam arti mempunyai usaha dalam meningkatkan
perekonomian keluarganya, maka istri sangat bergantung suami. Sekecil apapun
kebutuhan rumah tangganya diserahkan kepada suami, memang ditekankan
wanita harus bekerja. Akan tetapi ketika perekonomian rumah tangganya masih
berada pada tingkat menengah kebawah, maka alangkah baiknya jika istri juga
mempunyai penghasilan sendiri yang juga akan berguna untuk kehidupannya
sendiri.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencari dan menemukan berbagai
hambatan serta dukungan bagi perempuan untuk mencapai posisi yang seimbang
dalam menduduki posisi-posisi strategi dalam rangka pemberdayaan perempuan
di bidang pemerintahan maupun dibidang lembaga pemerintah, ekonomi guna
keberhasilan pembangunan dalam rangka keutuhan bangsa.
Ruang lingkup pemberdayaan perempuan untuk saat ini sudah sampai di
tingkat Desa bahkan di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Darmawisma.
Pemberdayaan perempuan dilakukan dari, oleh, dan untuk perempuan itu sendiri.
Perempuan yang tinggal di kampung atau Desa mayoritas bekerja sebagai guru,
4
petani maupun hanya sebagai ibu rumah tangga. Namun, kebanyakan kaum
perempuan belum mendapat hidup yang layak.
Kenyataan bahwa dewasa ini keikutsertaan perempuan dalam mencapai
tujuan pembangunan sangat diharapkan. Berbagai peran dan tugas ditawarkan
bagi perempuan, dalam hal ini tentunya kita harus selalu selektif jangan sampai
terkecoh sehingga lupa pada kodratnya. Dalam hubungan antar pribadi, masing-
masing individu diberi kesempatan untuk mengembangkan pribadinya agar dapat
mendekati sempurna. Perempuan, dalam bergaul memperoleh banyak kesempatan
untuk menghayati proses sosialisasi, baik sebagai subjek atau objek dalam
kehidupan bersama.
Pernyataan ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak No. 6 Tahun 2015 mengatakan bahwa sistem
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup perempuan, anak dan kualitas keluarga. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di pusat dan di
daerah termasuk pengembangan sistem data gender anak dan memberikan hak
perlindungan perempuan dan pemenuhan hak anak termasuk perlindungan khusus
bagi anak dari berbagai bentuk kekerasan dan perlakuan diskriminatif lainnya.
Permasalahan yang selama ini melekat di daerah pedesaan terutama dilihat
dari peran kaum perempuan sebagai tonggak pembangunan antara lain
kemiskinan, urbanisasi, putus sekolah, keterbatasan akses pendidikan, buta aksara
serta ketidak adilan gender. Hal ini memicu rentannya terjadi keterpurukan proses
kehidupan di masyarakat karena tanpa adanya kontrol dari pemerintah. Alhasil,
5
resiko beban kerja makin meningkat terutama bagi perempuan keluarga miskin
yang jauh lebih berat, apalagi jika diketahui tingkat pendidikan kaum perempuan
rendah.
Di Kabupaten Temanggung jumlah masyarakat usia produktif yaitu usia
15-45 tahun yang mempunyai pekerjaan yang layak. Menurut data dari (BPS)
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah jumlah pengangguran terbuka tahun 2015
sebesar 6, 02 %. Data badan pusat satistik tahun 2015 menunjukkan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen meningkat
dibanding TPT Februari 2015 adalah 5,81 persen dan TPT Agustus 2014 sebesar
5,94 persen. (Badan Pusat Statistik, 2015:3).
Strategi pembangunan dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas masyarakat
melalui pemberdayaan. Pemberdayaan perempuan yaitu proses belajar mengajar
yang merupakan usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara
berkesinambungan baik bagi individu maupun kolektif guna mengembangkan
daya dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu kelompok masyarakat
sehingga mampu melakukan transformasi sosial. Kegiatan pemberdayaan
perempuan yang dilakukan dari dan untuk masyarakat diharapkan dapat
menunjang penanggualangan kemiskinan sehingga dapat berjalan efektif.
Sumber daya manusia sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup.
Terutama dalam hal pembangunan. Namun, pada kenyataannya kualitas sumber
daya manusia yang ada dalam masyarakat belum dapat berkembang dengan
optimal. Oleh karena itu manusia mempunyai peran sebagai pelaku sekaligus
dasaran pembangunan, maka diperlukan suatu pemberdayaan terhadap perempuan
6
yang masih berusia produktif. Pemberdayaan dan pembangunan memiliki kaitan
yang erat karena keduanya mempunyai peran penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Upaya peningkatan kualitas hidup diperlukan agar masyarakat dapat
memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap untuk mengatasi permasalahan
hidup. Arah pemberdayaan perempuan yang paling efektif dan lebih cepat untuk
mengatasi masalah kemiskinan dan sebagai pembangunan bangsa. Arah
pemberdayaan perempuan hendaknya disesuaikan denga potensi yang dimiliki,
sehingga akan tepat sasaran dan pembangunan akan berjalan sesuai tujuan.
Program pemberdayaan perempuan telah banyak dilakukan baik oleh
pemerintah maupun swasta. Dengan berbagai program pemberdayaan perempuan
diharapkan dapat mengoptimalkan peran serta perempuan. Salah satu program
pemberdayaan yang diupayakan unit pelaksana teknis daerah sanggar kegiatan
belajar Temanggung adalah program kejar rias pengantin. Program kejar rias
pengantin merupakan kegiatan yang tepat dalam upaya mengurangi jumlah
pengangguran kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, program life skill pelatihan tatarias pengantin yang di
selenggarakan oleh SKB temanggung, bertujuan untuk memberikan keahlian
kepada kaum perempuan yang bermanfaat untuk kehidupannya, sehingga mereka
mampu menghadapi masalah hidup yang mendasar dan sering dihadapi sehari-
hari yaitu mengenai masalah ekonomi.
Program kelompok belajar rias pengantin merupakan salah satu kegiatan
yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Tujuannya untuk memberdayakan
7
potensi para remaja dan masyarakat produktif lainnya sehingga dapat
menghasilkan dari segi ekonomi dan juga sebagai bekal keterampilan
kewirausahaan mandiri.
Dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti
mengambil penelitian “pemberdayaan perempuan melalui program kelompok
belajar rias pengantin dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat di
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan perempuan terkait dengan program tata rias belum menjadi
prioritas penting.
2. Program pemberdayaan perempuan mengenai program tata rias masih sangat
terbatas.
3. Belum adanya strategi khusus untuk program permberdayaan perempuan.
4. Masih belum optimalnya kaum perempuan dalam membantu meningkatkan
kebutuhan ekonomi keluarga.
5. Semakin meningkatnya tuntutan pemenuhan kebutuhan di masyarakat.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa masalah yang luas
mengenai pemberdayaan perempuan. Mengingat adanya keterbatasan waktu dan
tenaga yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti dengan mengambil penelitian mengenai pemberdayaan perempuan melalui
program kelompok belajar rias pengantin dalam meningkatkan kesejahteraan
8
keluarga di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Temanggung, Jawa
Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui kursus
kelompok belajar rias pengantin di SKB Temanggung ?
2. Bagaimana dampak pemberdayaan perempuan melalui program kelompok
belajar rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB
Temanggung ?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan
melalui program kelompok belajar rias pengantin dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaannprogram pemberdayaan perempuan melalui kelompok belajar
rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta pelatihan
di SKB Temanggung.
2. Dampak program pemberdayaan perempuan melalui kelompok belajar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung.
3. Faktor pendukung dan penghambat dari program pemberdayaan perempuan
melalui kelompok belajar rias pengantin dalam meningkatkan kesejahteraan
keluarga di SKB Temanggung.
9
F. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan
pemahaman mengenai pemberdayaan perempuan melalui program kejar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di SKB Temanggung dalam
meningkatkan kualitas hidup, antara lain :
1. Manfaat praktis
Informasi ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peningkatan
program kejar rias pengantin di SKB Temanggung dan diharapkan dapat
menjadi rekomendasi bagi pengelola dalam mengelola program kejar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial peserta didik di SKB
Temanggung agar menjadi lebih baik dan berkembang.
2. Manfaat teoritis
Terkait dengan mata kuliah pemberdayaan perempuan bagi jurusan
luar sekolah, hasil penelitian ini berkaitan dengan pemberdayaan perempuan
melalui program kejar rias pengantin dalam meningkatkan kualitas
kesejahteraan sosial peserta didik dapat dijadikan masukan serta pengetahuan
di bidang pendidikan. Dan bagi peneliti berikutnya dapat menjadi referensi
bagi peneliti lain mengenai program pemberdayaan perempuan.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Teori Dan Konsep Pemberdayaan
A. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks
relasi sosial antar manusia oleh karena kekuasaan tercipta dalam relasi
sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Oleh
karena itu pemahaman kekuasaan seperti ini, terkait dengan pemberdayaan
sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang
bermakna.
Pemberdayaan menurut Suhendra (2006:74-75) adalah “suatu kegiatan
yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan
semua potensi yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi”.
Selanjutnya pemberdayaan menurut Ife (dalam Suhendra, 2006:77) adalah
“meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung
(empowerment aims to increase the power of disadvantage)
11
Selanjutnya, menurut Ambar Teguh S (2004: 80-82) tujuan yang ingin
dicapaidari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berfikir,bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang
dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya
kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik,
afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan
internal masyarakat tersebut.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (afektif, kognitif
dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya
kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi
kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan keterampilan yang
memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar
akan kebutuhan tersebut. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberdayaan yaitu membuat masyarakat berdaya dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan yang digunakan dalam kehidupan untuk
meningkatkan pendapatan, memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan
mengembangkan sistem untuk mengakses sumber daya yang diperlukan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat
12
miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali
digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah
proses.
Pemberdayaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pemberdayaan untuk perempuan, khususnya pada perempuan di SKB
Temanggung . Pemberdayaan perempuan adalah kegiatan membangkitkan
potensi dan peran aktif perempuan untuk mendapatkan kesejahteraan
keluarga.
B. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan dari pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin di capai oleh perubahan sosial, yaitu meningkatkan masyarakat yang
tidak berdaya menjadi berdaya dan memperkuat kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang fisik, ekonomi, maupun sosial seperti mempunyai kepercayaan diri,
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas
kehidupannya (Edi suharto, 2005: 60).
13
Sejalan dengan pendapat di atas Sulistyani (2000:80) menjelasakan
bahwasanya tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandiriantersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apayang
mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa
yangsesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi berdaya dan mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat
adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang
ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan
sesuatu yang dipandang tepat guna mencapai pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan
sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut akan dapat
memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang
dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang
dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan yang memadai, diperkuat oleh rasa
memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut.
(Ambar Teguh S, 2004 : 81).
14
Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang
dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan,memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat
demimencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
denganmempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan
kognitif, konatif, psikomotorik, afektif dengan pengerahan sumber daya
yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dengan
demikian untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa
sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif,
psikomotorik danafektif, dan sumberdaya lainnya yang bersifat fisik-
material.
Daya kemampuan tersebut, kondisi kognitif pada hakekatnya
merupakan kemampuan berfikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan
wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang
sedang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki
oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Sedangkan, kemampuan
psikomotorik merupakan kecakapan ketrampilan yang dimiliki masyarakat
sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas
pembangunan pemberdayaan masyarakat.
Jadi, tujuan pemberdayaan adalah memberikan pengetahuan untuk
berfikir dan memecahkan suatu masalah secara mandiri berdasarkan
15
pengalaman dan wawasan yang dimiliki dengan menerapakan nilai-nilai
pemberdayaan.
C. Tahap-Tahap Pemberdayaan
Sumodiningrat (2000:33)menjelasakan bawasanya Pemberdayaan
tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu
untuk mandiri, kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga
agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan
melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri.
Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap
dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Adapun tahap tahap
pemberdayaan adalah sebagai berikut :
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pihak
pemberdaya/actor/pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan
prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses
pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat
sesungguhnya lebih pada kemampuan afektifnya untuk mencapai
kesadaran konatif yang diharapkan. Sentuhan penyadaran akan lebih
membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat
itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka
tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik.
16
b. Tahap proses transformasi pengetahuan. proses transformasi
pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat berlangsung baik,
penuh semangat danberjalan efektif, jika tahap pertama telah terkondisi.
Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan
kecakapan keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang
menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan ini akan menstimulasi
terjadinya keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan
keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat
hanya dapat memberikan peran partisipasi pada tingkat yang rendah,
yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek pembangunan saja, belum
mampu menjadi subyek pembangunan.
c. Tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas. tahap pengayaan
atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan keterampilan yang
diperlukan, supaya mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian.
Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakt di
dalam membentuk inisiatif,melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan
inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telah
mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri
melakukan pembangunan. Dalam konsep pembangunan masyarakat
pada kondisi seperti ini seringkali didudukkan sebagai subyek
pembangunan atau pemeran utama. Pemerintah tinggal menjadi
fasilitator saja.
17
D. Pendekatan Dalam Pemberdayaan
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas
dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat
disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,
Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto, 1997:218-219):
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan
struktural yang menghambat.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikimasyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-
kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
yang menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari
terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara
yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok
kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada
penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
d. Penyokongan memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
18
Pemberdayan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak
terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan
terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha
E. Pemberdayaan Perempuan
Upaya peningkatan kecakapan hidup (life Skill), merupakan bagian
penting dari program pemberdayaan perempuan. pemberdayaan
perempuan secara simultan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
(capability), dan kualitas hidupnya, keluarga dan masyarakat, karena
dengan pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan produktivitas
perempuan yang akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan
keluarga dan masyarakat. Peningkatan produktifitas perempuan dapat
dilihat dari indikator-indikator yang antara lain adanya perubahan sikap
yang lebih positif dan maju, meningkatnnya kemampuan kecakapan hidup
(life skills), serta hasil karya baik berupa barang dan jasa untuk keperluan
diri dan masyarakat.
Pembangunan pemberdayaan perempuan dilakukan untuk
menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan mitra
kesejajaran laki-laki dan perempuan, dilaksanakan melalui kegiatan
19
sosialisasi/advokasi pendidikan dan latihan bagi kaum perempuan yang
bergerak dalam seluruh bidang atau sektor.Pemberdayaan Permpuan
adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan
keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Pemberdayaan perempuan ” sebagai sumber daya insani, potensi yan
dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah
laki-laki. Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan
dan peranan permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan
belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki”.
Inti dari konsep pemberdayaan perempuan adalah sebuah
pemahaman tentang kuasa itu sendiri. Pemberdayaan perempuan tidak
berarti perempuan mengambil alih kontrol yang sebelumnya dikuasai oleh
laki-laki, tetapi lebih pada kebutuhan untuk mentransformasikan hakikat
dari relasi kuasa. Kuasa dapat dipahami sebagai „kuasa dari dalam‟ (power
within), atau rasa percaya diri, „kuasa dengan” (power with), atau
kemampuan mengorganisir bersama pihak lain untuk tujuan bersama , dan
„kuasa untuk‟ (power to) menghasilkan perubahan dan pengambilan
keputusan „kuasa atas” pihak lain.
Pemberdayaan tidak dapat „dilakukan‟ untuk perempuan, diperlukan
dukungan dari luar untuk untuk mendorong dan mendukung proses
pemberdayaan tersebut. Dibutuhkan peranan yang bersifat fasilitatif dari
pada peran yang mendikte, misalnya membantu mendanai organisasi
perempuan yang bekerja di tingkat lokal yang berkonsentrasi pada
20
penyebab masalah subordinasi gender dan mempromosikan dialog antara
organisasi-organisasi perempuan dan mereka yang berada dalam posisi
kuasa.
F. Tujuan Pemberdayaan Perempuan
Tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk menantang ideologi
patriarkhi yaitu dominasi laki – laki dan subordinasi perempuan, merubah
struktur dan pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi gender
dan ketidakadilan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama, proses dan
pranata pendidikan). Pendekatan pemberdayaan memberi kemungkinan bagi
perempuan miskin untuk memperoleh akses dan penguasaan terhadap
sumber – sumber material maupun informasi, sehingga proses
pemberdayaan harus mempersiapkan semua struktur dan sumber kekuasaan.
Kesejahteraanperempuan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:
a) Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
b) Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga
kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
c) Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir
untuk mencapai sejahtera.
Argumentasi yang melihat implikasi pengaruhnya terhadap laki – laki
dari pemberdayaan perempuan ini adalah pemberdayaan ini juga
membebaskan dan memberdayakan kaum laki – laki dalam arti material dan
21
psikologis. Kaum perempuan memperkuat dampak gerakan politik yang
didominasi kaum laki – laki dengan memberikan energi, wawasan,
kepentingan dan strategi baru.
Lebih penting lagi dampak psikologis, jika perempuan menjadi mitra
setara maka kaum laki – laki dibebaskan dari penindasan dan
pengeksploitasian dari stereotip gender yang pada dasarnya membatasi
potensi laki – laki sebagaimana juga perempuan untuk mengekspresikan diri
dan mengembangkan pribadinya
2. Kajian Tentang Pelatihan Kelompok Belajar Rias Pengantin
A. Pengertian Pelatihan Ketermpilan
Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-
orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan
organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara
terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang
spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan
dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik
antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang
bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk
mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini
maupun di masa mendatang.
Definisi tersebut menggambarkan bahwa pelatihan merupakan
kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan sumber daya manusia
22
melalui rangkaian kegiatan identifikasi, pengkajian serta proses belajar
yang terencana. Hal ini dilakukan melalui upaya untuk membantu
mengembangkan kemampuan yang diperlukan agar dapat
melaksanakan tugas, baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
Ini berati bahwa pelatihan dapat dijadikan sebagai sarana yang
berfungsi untuk memperbaiki masalah kinerja organisasi, seperti
efektivitas, efesiensi dan produktivitas.
Pelatihan juga merupakan upaya pembelajaran yang
diselenggarakan oleh organisasi baik pemerintah, maupun lembaga
swadaya masyarakat ataupun perusahaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan organisasi dan mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang mengandung
proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan,
waktu yang relatif singkat dan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori.
Beberapa pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa
pelatihan merupakan proses membantu peserta pelatihan untuk
memperoleh keterampilan agar dapat mencapai efektivitas dalam
melaksanakan tugas tertentu melalui pengembangan proses berpikir,
sikap, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.
Pendidikan ketrampilan akan dapat dikatakan berhasil apabila
pada diri seseorang yang terdidik terjadi perubahan tingkah laku yang
23
meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang siap pakai untuk
memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidangnya.
Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
pelatihan keterampilan merupakan proses untuk mengembangkan
seseorang melalui pengetahuan dan keterampilan, sehingga
memperoleh keterampilan yang cukup untuk memasuki lapangan
pekerjaan sesuai bidangnya.
B. Tujaan Pelatihan
Kegiatan pelatihan sangat penting karena bermanfaat guna
menambah pengetahuan atau ketrampilan terutama bagi yang
mempersiapkan diri memasuki lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi yang
sudah bekerja akan berfungsi sebagai “charger” agar kemapuan serta
kapabilitas kita selalu terjaga guna mengamankan existensi atau
peningkatan karir. Jadi kalaupun itu harus mengeluarkan biaya sebetulnya
tidak terlalu signifikan.
Jika kita jadwalkan untuk mengikuti pelatihan dengan frekuensi
satu kali dalam satu tahun, Maka biaya yang dikeluarkan apabila dibagi
prorata, jumlah pengeluaran rata-rata perbulan sungguh kecil dan tidak
sebanding dengan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu ungkapan biaya
dalam konteks pelatihan biasanya lebih populer disebut sebagai investasi.
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982 : 278), tujuan utama pelatihan
dapat dibagi menjadi 5 area:
24
a. Untuk meningkatkan ketrampilan karyawan sesuai dengan perubahan
teknologi.
b. Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi
kompeten.
c. Untuk membantu masalah operasional.
d. Untuk menyiapkan karyawan dalam promosi.
e. Untuk memberi orientasi karyawan untuk lebih mengenal organisasinya
C. Manfaat Pelatihan
Meskipun Training atau pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dalam menghasilkan tenaga kerja yang berkemampuan tinggi
dalam melaksanakan tugasnya. Namun kegiatan Training atau pelatihan ini
juga memiliki kelemahan, terutama dalam hal pembiayaan
training/pelatihan. Berikut ini beberapa Keuntungan dan kelemahan dalam
menyelenggarakan pelatihan. Manfaat atau Keuntungan Pelatihan (setelah
dilatih) :
a. Meningkatnya Produktifitas atau jumlah produksi
b. Menghindari atau mengurangi kesalahan dalam bekerja
c. Tidak perlu adanya pemantauan (monitoring) yang berlebihan.
d. Perubahaan sikap.
e. Memiliki kemampuan dalam bekerja.
3. Teori Dan Konsep Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
25
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum,
terutama pihak-pihak yang awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata
lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan
berada disalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri
tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai
organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang
terjadi hanya sebagai sebuah proses (Khairuddin, 1997:4).
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1992 pengertian keluarga
adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami
isteri dan anaknya , atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Sedangkan pengertian keluarga menurut Goldenberg adalah tidak hanya
sebagai sekumpulan kumpulan individu yang bertempat tinggal dalam suatu
ruang fisik dan psikis saja, tetapi merupakan system sosial alamiah yang
memiliki kekayaan bersama, mematuhi peraturan, peranan, struktur
kekuasaan, bentuk komunikasi, tatacara negosiasi serta tata cara
penyelesaian masalah.
Para ahli filsafat telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang
terdiri dari keluarga, karya etika dan moral yang terutua menerangkan
bahwa masyarakat akan kehilangan kekuatannya jika anggotanya gagal
dalam melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Keluarga dan
masyarakat dapat diakatakan berkaitan erat, di mana keluarga mampu
berfungsi sebagai sarana pemecah masalah sosial yang sudah kronis.
26
Dengan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian keluarga adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat
yang teridiri dari ayah, ibu, maupun anak dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
B. Pengertian Kesejahteraan Sosial Keluarga
Kesejahteraan keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia dari setian anggota keluarga secara material,
sosial, mental dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia
yang bermanfaat. Kesehjateraan sosial
Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup
berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat
kehidupan masyarakat yanglebih baik.Menurut Undang-undang No. 11
Tahun 2009, kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dam
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya
Dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial
juga dirumuskan definisi Kesejahteraan Sosial yaiitu: “Kesejahteraan
sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun
spirituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman
lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah
dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
27
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila.”
Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraaan
adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga
tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh
pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka
persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan
kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola
konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila
peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka
rumah tangga tersebut tidak sejahtera.
Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi
moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi
pendapatan, yang didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk
di suatu daerah. Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang
merupakan suatu kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah
yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada
masa yang akan datang.
Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena bersifat
struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi
dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover). Kerentanan
merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu dalam
28
melakukan investasi, pola produksi, strategi penanggulangan dan persepsi
mereka akan berubah dalam mencapai kesejahteraan.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dilihat bahwa pengertian
kesejahteraan sosial sangatlah variatif tergantung dari latar belakang orang
yang memberikan pengertian kesejahteraan sosial, sehingga pengertian
kesejahteraan sosial diatas dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu:
a) Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Keadaan
b) Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Kegiatan
c) Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Gerakan
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapt dismpulkan
kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
lembaga sosial dan telah terencana secara profesional demi menciptakan
individu atau masyarakat yang terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
selanjutnya masyarakat atau individu itu dapat mengatasi masalah sosialnya
sendiri.
C. Indikator Kesejahteraan Sosial
Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah
kesejahteraan. Baik tinggal di kota maupun yang di desa, semua mendambakan
kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun, dalam
perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam
kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu
berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar
seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai
29
ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang
harampun rela dilakukan demi kesejahteraan hidup.
Sejahtera menunjuk ke keadaan yang lebih baik, kondisi manusia dimana
orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat atau damai.
Lebih jauh, menurut Wikipedia, dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan
dengan keuntungan benda. Menurut Wipipedia pula, dalam kebijakan social,
kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari
ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidang-
bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya.
Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Ada beberapa factor yang digunakan untuk mengukur
kesejakteraan, yaitu:
a) Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul ketika petani
melakukan aktivitas penjualan barang-barang hasil produksi di pasar.
Dengan meningkatnya pendapatan tersebut maka akan meningkatkan
standar kehidupan petani karena dengan meningkatnya pendapatan maka
akan merubah pola konsumsi. Semakin tinggi pendapatan yang
dihasilkan maka akan meningkatkan konsumsi.
b) Kesehatan
30
Untuk menganalisis kesehatan dan standar hidup rumah tangga
ada empat jenis indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi,
status penyakit,ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan
layanan-layanan kesehatan tersebut.
c) Pendidikan
Untuk menganalisis pendidikan, pada umumnya terdapat tiga jenis
indikator yang digunakan yang meliputi, tingkat pendidikan anggota
rumah tangga, ketersediaan palayanan pendidikan, dan penggunaan
layanan pendidikan tersebut..
D. Pelatihan Sebagai Sarana Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari, serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) yang
dikembangkan melalui jalur Pendidikan Nonformal memusatkan perhatian
kepada warga masyarakat usia produktif, yang belum bekerja karena
kurangnya keterampilan, maupun warga masyarakat lainnya yang ingin
meningkatkan keterampilannya dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupannya.
Berdasarkan hal diatas kebutuhan belajar baik melalui mitra kerja
maupun secara langsung di masyarakat telah ditemukan berbagai kebutuhan
belajar masyarakat yang perlu mendapat pelayanan dari instansi/lembaga
31
pendidikan nonformal, salah satu diantaranya keterampilan di bidang tata rias
pengantin terutama untuk perempuan.
Keterampilan tata rias pengantin sebagai salah satu kebutuhan belajar
perempuan sangat potensial untuk dikembangkan melalui pelayanan
pelatihan, oleh lembaga/instansi pelayanan pendidikan non formal, karena
jasa tata rias selalu dibutuhkan masyarakat dan terus berkembang selaras
dengan perkembangan model tata rias termasuk didalamnya mode pakaian
pengantin. Dengan dilakukan pelatihan maka kesejahteraan perempuan dapat
tercapai. Hal ini didasari karenan setelah pelatihan diharapkan perempuan
dapat melakukan usaha tatarias pengatin. Sehingga mampu membantu
pendapatan keluarga.
B. Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu proses kegiatan
pembangunan dimana perempuan berinisiatif untuk memulai proses kegiatan
sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi. Pemberdayaan perempuan hanya
bisa terjadi apabila perempuan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat.
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan perempuan apabila
kelompok komunitas atau perempuan tersebut menjadi agen atau dikenal sebagai
subjek.
Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat kaum perempuan juga
memiliki peran yang sangat penting dalam hal ketahanan keluarga. Selain menjadi
ibu rumah tanggayang mengurus suami dan anak-anak, perempuan juga menjadi
bagian dari anggota masyarakat yang harus mengembangkan diri guna
32
menciptakan ketahanan keluarga dan masyarakat. Melihat kondisi tersebut sangat
penting adanya pemberdayaan bagi perempuan. Pemberdayaan yang dilakukan
harus sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri, sehingga
masyarakat tidak merasa terbebani oleh pemberdayaan yang ada.
Perempuan sebagai bagian dari masyarakat Indonesia perlu diberi
kesempatan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional. Kegiatan-kegiatan
program yang tidak memberikan akses pada perempuan, biasanya terdapat
kecenderungan bahwa perempuan juga tidak terlibat dalam tahapan-tahapan
tersebut. Oleh karena itu aktualisasi perempuan Indonesia perlu ditingkatkan dan
didayagunakan seoptimal mungkin.
Salah satu program pemberdayaan yang diupayakan Unit Pelaksana Teknis
Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Temanggung yang berhubungan dengan
pemberdayaan perempuan adalah program kelompok belajar rias pengantin.
Program kejar rias pengantin merupakan kegiatan yang tepat dalam upaya
mengurangi jumlah pengangguran kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Program kelompok belajar rias pengantin merupakan salah satu kegiatan
yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Tujuannya untuk memberdayakan
potensi para remaja dan masyarakat produktif lainnya sehingga dapat
menghasilkan dari segi ekonomi dan juga sebagai bekal keterampilan
kewirausahaan mandiri. Dengan adanya program pemberdayaan ini diharapkan
dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi perempuan.
33
Berikut adalah kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian
ini :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
C. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Arina
Mahardika yaitu pemberdayaaann warga belajar melalui pelatihan tatarias
pengantin. Simpulan dari penelitinan terssebut adalah Pemberdayaan melalui
pelatihan tata rias pengantin bertujuan untuk mewujudkan kemandirian pada
warga belajar, setelah warga belajar mengikuti proses pemberdayaan
SKB
Temanggung
Pemberdayaan
Perempuan
Pelaksanaan
Dampak Negatif Positif
Faktor
Penghambat
Faktor
Pendukung
Kesehjateraan
Keluarga
34
diharapkan warga belajar dapat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
dengan keputusan yang telah mereka ambil, berdaya saing kerja yang tinggi,
mampu mengatasi masalah yang mereka hadapi, mengenalkemampuan diri
sendiri, berpikir positif dan berwawasan global. Tujuan lain yang hendak
dicapai dalam proses pemberdayaan warga belajar melalui pelatihan tata rias
pengantin yaitu dengan membuka usaha rias pengantin dan mampu bersaing
dengan salon-salon rias pengantin yang sudah ada.
2. Penelitian yang relevan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ngadilah yaitu
evaluasi pelaksanaan program didikan ketrampilan Panti Sosial Bina Remaja
Tridadi, Sleman Yogyakarta. Hasil yang diperoleh yaitu 1) input program
pelatihan pendidikan ketrampilan meliputi: a) proses penerimaan warga
belajar di PSBR telah dilakukan dengan pendekatan awal motivasi dan
konsultasi sehingga diperoleh input warga belajar yang sesuai dengan kriteria
yang di tetapkan dalam juklak PSBR, b) rekruitmen instruktur dilakukan
dengan tepat yaitu mengutamakan pada kompetensi instruktur yang
didasarkan pada jenjang pendidikan yang ditempuh, c) dalam penyusunan
kurikulum pendidikan ketrampilan telah disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan warga belajar, d) penyediaan sarana dan prasarana pendukung
proses pelaksanaan ketrampilan telah memenuhi kebutuhan.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan
pertanyaaanpenelitian sebagai berikut :
35
1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan tata rias
di SKB Temanggung ?
2. Bagaimana dampak pemberdayaan perempuan melalui program kejar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung ?
3. Apa saja faktor pendorong maupun faktor penghambat secara internal dan
eksetrnal dalam pelaksanaan pelatihan di SKB Temanggung ?
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya, penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Imam Gunawan (2013: 82)
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskreptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara
holistic (utuh).
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang sekarang ada berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Pemberdayaan Perempuan
Melalui Program Kelompok Belajar Rias Pengantin Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
pemberdayaan ini serta faktor penghambat dan pendukung.
37
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang dijadikan sumber untuk
memperoleh informasi-informasi tentang penelitian. Dalam menentukan subyek
penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2011:301) menyatakan bahwa purpose sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan sendiri subyek penelitian yang diambil. Hal tersebut dilakukan
karena peneliti menganggap unsur-unsur informasi yang dibutuhkan pada
penelitian yang dilakukan sudah terpenuhi pada subyek penelitian yang diambil
tidak secara acak, melainkan ditentukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan awal
penelitian, subyek penelitian yang ditentukan oleh peneliti yaitu :
1. Pengelola SKB Temanggung.
2. Pendidik Kelompok Belajar Tata Rias SKB Temanggung.
3. Peserta Pelatihan Tata Rias SKB Temanggung.
C. Lokasi dan Setting Penelitian
Tempat penelitian ini adalah kelompok pelaksanaan kejar rias pengantin di
SKB Temanggung. Di mana ada kelompok pemberdayaan perempuan melalui
program kejar rias pengantin. Penelitian mengenai pemberdayaan perempuan
kelompok belajar rias pengantin di SKB Temanggung dilaksanakan pada bulan
Agustus-Oktober 2016.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
38
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan
mengikuti, memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan
teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Menurut Cartwright yang
dikutip dalam Haris Herdiansyah mendefinisikan sebagai suatu proses
melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
proses pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui pelatihan karawitran
gamelan jawa.
2. Metode Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering
digunakan. Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang
dilakukan secara tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka
dengan arah serta tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011:316) mendefinisikan
wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melaui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data mengenai kegiatan
Karang Taruna yaitu pelatihan karawitan yang telah dilaksanakan dan
kegiatan-kegiatan lain.
39
Menurut Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bahwa studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,
dalil yang berhubungan dengan masalah penyidikan.
No Aspek Sumber
Data
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Identifikasi SKB Kabupaten
Temanggung :
a. Letak Geografis
b. Sejarah Berdiri
c. Tujuan, visi dan misi
d. Struktur organisasi
e. Program kerja
Pengurus Dokumentasi
2 Bagaimana pelaksanaan program
perempuan melalui program kursus
kelompok belajar rias pengantin di
SKB Temanggung ?
Pengurus
Anggota
Wawancara
3 Bagaimana dampak pemberdayaan
perempuan melalui program kejar rias
pengantin untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial di SKB
Temanggung ?
Pengurus
Anggota
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
4 Apa faktor pendukung dan
penghambat yang mempengaruhi
pelaksanaan kegiatan pelatihan
karawitan gamelan jawa yang
diselenggarakan oleh Karang Taruna
MAPS 03 ?
Pengurus
Anggota
Wawancara
Observasi
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti iti sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai
40
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pelapor hasil
penelitiannya. Suharsimi Arikunto (2002:136), menyatakan bahwa instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
menumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Pada awalnya permasalahan yang ada dalam penelitian kualitatif belum
jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi
setelah masalah yang akan dipelajari menjadi jelas, maka dapat dikembangkan
suatu instrumen. Instrumen lain yang menemani peneliti dalam penelitian adalah
pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi yang dibuat sendiri oleh peneliti.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini termasuk penelitian Deskreptif Kualitatif. Penelitian ini lebih
banyak bersifat uraian hasil wawancara, studi lapangan dan studi dokumentasi.
Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam
bentuk diskripsi. Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah
“proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan uraian dasar”. Dari definisi tersebut memberikan gambaran tentang
betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian.
Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
interactive model sebagaimana diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-
21) yang terdiri dari berbagai komponen, yaitu :
41
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Secara sederhana,
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dengan
menggunakan kata-kata atau teks naratif. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan
semakin mudah dipahami.
3. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusing Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan adalah bagaimana peneliti mencari makna dari
data yang terkumpul kemudian menyusun suatu pola hubungan tertentu ke
dalam suatu informasi yang mudah dipahami dan sesuai dengan data yang
ada. Data tersebut dihubungkan, digabungkan dan dibandingkan sehingga
mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban.
G. Teknik Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan
trianggulasi. Adapun trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
42
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330).
Trianggulasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara Trianggulasi
sumber, yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi SKB Temanggung
SKB Temanggung berdiri sejak tahun 1972 dengan SK dirjen PLSPO
tanggal 1 januari 1972 No. Kep. 12/11/72 dengan nama pusat Latihan
Pendidikan Masyarakat (PLPM) yang dipimpin oleh Drs. Soetrisno dari tahun
1976 s/d 1992. Pada tahun 1978 PLPM Temanggung diganti dengan nama
sanggar kegiatan belajar (SKB) dengan SK mendikbud RI tanggal 13 juni 1978
no. 0206/0/1978 tentang susunan organisasi Tata kerja SKB. SKB temanggung
pernah dijadikan SKB pembimbing untuk wilayah jawa tengah dengan SK
dirjen Diklusepora tanggal 12 Oktober 1982 dengan No. Kep. 47/E/1982
tentang SKB Pembimbing. Setelah itu berdasarkan perda No. 2 Tahun 2002
SKB Temanggung adalah unit pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah
naungan Dinas Kabupaten Temanggung yang selama ini sudah berganti empat
kali kepempinan adalah sebagai berikut :
a) Siti Kotipah, BA Tahun 1992 s/d 2003
b) Sri Lestari, S.Pd. Tahun 2003 s/d 2008
c) Dra. Santi Tri Hardiyati Tahun 2009 s/d 2011
d) Siti Fatimah,S.Pd Tahun 2011
Sekarang UPTD Temanggung dibawah pimpinan Siti Fatimah,S.Pd
yang dilantik pada Tanggal 27 oktober 2011 menggantikan Dra. Santi tri
Hardiyati, akan berusaha lebih mengoptimalkan peran-perannya semaksimal
44
mungkin melalui program-program yang Inovatif terutama program-program
untuk masyarakat sasaran guna mewujudkan jargon, “menuju masa depan yang
lebih baik”.
Adapun sarana dan prasarana SKB Temanggung adalah sebagai berikut
:
No Nama Jumlah Unit/Luas Keterangan
1 Tanah 8050 m2 Hm
2 Gedung Kantor 3/300 m2 Baik
3 Aula 1/300 m2 Baik
4 Ruang Belajar 1/290 m2 Baik
5 Gedung PAUD 1/92 m2 Baik
6 MCK 8/21 m2 Baik
7 Perpustakaan 1/48 m2 Baik
8 Mushola 1/18 m2 Baik
9 Garasi 1/18 m2 Baik
10 Tempat Parkir 1/72 m2 Baik
11 Ruang Bengkel 1/192 m2 Baik
Tabel 2. Sarana Dan Prasarana SKB Temanggung
2. Visi , Misi Dan Tujuan SKB Temanggung
a) Visi
Mewujudkan masyarakat gemar belajar, Membaca, Bekerja dan
Berusaha sehingga tercipta masyarakat yang berakhlak mulia, Mandiri dan
mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
45
b) Misi
1. Menyelenggarakan program PAUDINI yang berbasis pada kebutuhan
belajar masyarakat yang berorientasi pada kebutuhan pasar.
2. Menyelenggarakan Program Keterampilan Fungsional yang berorentasi
pada kebutuhan masyarakat.
3. Menyelenggarakan Program Kesetaraan dalam rangka memberikan
pelayanan pada warga masyarakat yang belum beruntung melalu.
4. Kelompok Belajar (Paket A,B dan C)
5. Menyelenggarakan Kelompok Kelompok Belajar ( KBU, KPSM )
6. Menyelenggarakan Taman Bacaan Masyarakat Keliling untuk
menjadikan Masyarakat gemar membaca.
c) Tujuan
1. Melaksanakan Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pembuatan
percontohan program Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal
Informal (PAUDNI).
2. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana dan sumber
belajar pendidikan anak Usia Dini, Non Formal dan Informal
(PAUDNI).
3. Memberikan Pelayanan dan penyebarluasan informasi Pendidikan Anak
Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI).
4. Melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu pelaksanaan
program pendidikan Anak Usia Dini, Non Forman dan Informal
(PAUDNI).
46
5. Membangkitkan dan penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam
rangka Terciptanya masyarakat gemar belajar.
6. Memberikan motivasi dan pembinaan masyarakat agar mau dan mampu
menjadi tenaga pendidik dalam pelaksanaan asas saling membelajarkan.
7. Menyelanggarakan tata usaha Sanggar Kegiatan belajar.
3. Program Ketrampilan
Kurikulum pendidikan keterampilan adalah paket pembelajaran yang
disajikan secara terbatas dan terbuka sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Apabila kurikulum yang disediakan tersebut kurang dapat memenuhi, maka
dapat dinambahkan, dikurangi bahkan mengubah sendirisesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Pendidikan keterampilan merupakan suatu bentuk
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan
sesuatu secara efektif dan efisien. Adapun jenis-jenis keterampilan secara
umum yang ada di UPT SKB Temanggung yaitu :
a. Keterampilan Pertanian
b. Keterampilan Peternakan
c. Keterampilan pertukangan
d. Keterampilan perkantoran
e. Keterampilan rekayasa
Berdasarkan lingkupnya, program keterampilan hidup mancakup,
kecakapan kerja, kecakapan pribadi dan sosial, serta kecakapan dalam
kehidupan sehari-hari. Program keterampilan hidup dirancang untuk
47
membimbing, melatih dan membelajarkan peserta pelatihan dalam menghadapi
masa depennya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pendidikan ketrampilan yaitu
suatu jenis pendidikan yang mengembangkan jenis-jenis ketrampilan yang
sesuai dengan tujuannya. Pendidikan di SKB Temanggung lebih
mengutamakan pada sosial skill, ketrampilan untuk diri sendiri,ketrampilan
kerja.
B. Gambaran Progam Rias Pengantin
1. Proses Pelaksanaan Program
Pemberdayaan perempuan perlu dilakukan guna untuk meminimalisir
tingkat pengangguran perempuan, yang berdampak pada terpuruknya kondisi
sosial ekonomi perempuan. Dengan memberikan akses dan kesempatan bagi
perempuan untukmengembangkan potensi diri sehingga bisa menjadi lebih
produktif dan bisa menopang dan membantu memenuhi kebutuhan keluarga
nya ataupun dirinya sendiri. Sejauh ini pemberdayaan terhadap perempuan
masih belum merata terutama wanita yang berada di pedesaan. Hal tersebut
pula yang menjadi alasan bagi SKB temanggung untuk menyelenggarakan
program pemberdayaan perempuan melalui tataris ini untuk meningkatkan
perekonomian.
Dengan harapan perempuan bisa lebih mandiri dan dapat meningkatkan
kemandirian hidupnya. Ada beberapa langkah yang harus di laksanakan dalam
pemberdayaan perempuan melalui pelatihan tatarias pengantin yaitu :
48
a. Melihat situasi dan kondisi sosial ekonomi perempuan.
b. Menyusun materi yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar.
c. Menggunakan metode yang sesuai dengan karakter warga belajar.
d. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri
perempuan
e. Pemberdayaan harus sesuai dengan bidang tatarias pengantin yang di
butuhkan oleh dunia tatarias pengantin saat ini dan kedepannya.
f. Melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap skill di bidang tatarias
pengantin yang dimiliki perempuan.
g. Selalu memberikan motivasi serta memantau perkembangan dan kemajuan
peserta didik.
h. Menumbuhkan sifat mandiri untuk tidak selalu bergantung kepada orang
lain baik dengan cara membuka usaha sendiri atau bekerja di tempat orang
lain dan memberikan keterampilan di bidang tatarias pengantin yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Tata rias wajah merupakan suatu seni yang bertujuan untuk
mempercantik wajah dengan menonjolkan bagian-bagian yang sudah indah dan
menyamarkan atau menutupi kekurangan pada wajah. Tata rias juga bertujuan
untuk menunjang rasa percaya diri seseorang. Tatarias ini lebih dikhuskan
untuk tatarias pengantin karena kebutuhan masayarakat yang meningkat.
Pelaksanaan tata rias di SKB Temanggung gaya yang diajarkan adalah
gaya solo putri, kenapa solo putri karena di SKB Temanggung banyak
49
peminatnya dan sesuai dengan kebutuhan yang ada di SKB Temanggung.
Dalam kegiatan ini ada tiga tahap persiapan, pelaksaan dan evaluasi.
1) Persiapan
Pelaksanaan rekrutmen peserta pelatihan program keterampilan tata
rias yang pertama kali dilakukan adalah pembentukan panitia Panitia yang
telah dibentuk oleh PSBR kemudian melakukan kegiatan berupa :
a) Orientasi, dilakukan untuk memberi gambaran tentang adanya
kegiatan di SKB Temanggung bagi perempuan yang telah mendaftar
sebagai calon peserta pelatihan
b) Konsultasi, yaitu para perempuan yang berminat sebagai peserta
pelatihan kemudian diberi ruang untuk berkonsultasi dengan pihak
panitia penerimaan calon peserta pelatihan tentang apa yang mereka
harapkan dan tentang minat yang mereka miliki
c) Sosialisasi, kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk mengumumkan
adanya penerimaan calon peserta pelatihan di SKB Temanggung
kepada masyarakat
d) Motivasi, kegiatan ini diberikan kepada para peserta pelatihan yang
berminat mengikuti kegiatan di SKB Temanggungke mudian
diberikan motivasi agar dapat tertarik dengan pelatihan ynag
ditawarkan oleh SKB Temanggung
e) Seleksi, para calon peserta pelatihan di SKB setelah mengikuti
kegiatan awal mengenai berbagai macam kegiatan yang terdapat di
SKB Temanggung kemudian untuk selanjutnya dilakukan seleksi
50
untuk nantinya para calon peserta dapat masuk menjadi peserta
pelatihan di PSBR sesuai dengan kriteria yang ada.
Materi yang digunakan dalam pelatihan disusun sendiri oleh pihak
lembaga dengan materi yang sudah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk
modul pembelajaran. Dengan 3 jenis tatarias pengantin yang di ajarkan
yaitu tata rias pengantin, tata tatarias pengantin rambut, dan tata rias
wajah.
Materi yang di sajikan beragam, yakni tatarias penganten gaya solo
melalui beberapa jenis keterampilan ini maka para perempuan dapat
meningkatkan perekonomianya baik dengan berwira usaha sendiri maupun
mencari pekerjaan di tempat orang lain serta mampu berpenghasilan
sendiri untuk kesejahteraan hidupnya.
Program life skill pelatihan tatarias pengantin yang di selenggarakan
oleh SKB temanggung, bertujuan untuk memberikan keahlian kepada
kaum perempuan yang bermanfaat untuk kehidupannya, sehingga mereka
mampu menghadapi problema hidup yang mendasar dan sering dihadapi
sehari-hari yaitu mengenai masalah ekonomi. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan di lapangan bahwa pemberdayaan perempuan
dalam meningkatkan kemandirian usaha melalui pelatihan tatarias dapat
terselenggara dengan lancar seperti yang diharapkan oleh pihak SKB,
maupun oleh para warga belajar pelatihan tatarias pengantin dan
masyarakat setempat. Adapun persiapan yang di lakukan :
Alat-alat make up dari pihak SKB meliputi :
51
a. Spons untuk foundation
b. Sisir bulu mata
c. Tongkat mascara
d. Kuas perona pipi
e. Kuas pewarna mata
f. Penjepit bulu mata
g. Kuas lipstick
h. Bedak
i. Maskara
2) Modul pembelajaran
3) Penunjang Media pembelajaran (laptop,proyektor,buku referensi.
4) Model rias berupa ; Solo Putri.
5) Biaya administrasi pendaftaran peserta kursus di tata rias SKB pengantin
model solo putri sebesar 700.000 dengan rincian kursus 325.000 dan bahan
375.000.
Biaya No. Model
Rias
Kursus Bahan Jumlah Waktu Pertemuan/
Minggu
1. Solo
Putrti
Rp. 325.000,- Rp. 375.000,- Rp. 700.000,- 4 Bulan 2 Kali
Tabel 3. Biaya Administrasi Pendaftaran Kursus Rias Pengantin
2) Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan tatarias SKB Temanggung sendiri adalah sebagai
berikut:
52
a. Alamat : jln.Hayam wuruk no 65 Temanggung no. Telp/fax : (0293)
4901635 Kode pos 56251 Website : www.skbtemanggung.com Email :
b. Kursus dilaksanakan seminggu 2 kali pada hari selasa dan kamis berdurasi
2 jam dari jam 14.00 sampai dengan 16.00 selama 4 bulan
c. Tempat pelaksanaan di SKB Temanggung ruang kelas yang tersedia
d. Nama Pengajar : Pritasari S.Pd
e. Jumlah peserta tahun ajaran 2016 ada 10 orang
Untuk instruktur program keterampilan tata rias di SKB ini berjumlah 1
orang instruktur. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk
instruktur yang mengajarkan tatrias pengantin sudah mengajar di SKB
Temangung sejak 1 tahun yang lalu, dan sudah memiliki pengalaman di
bidang tata rias pengantin sejak lama karena beliau adalah lulusan dari sarjana
tata rias dan sudah memiliki usaha salon sendiri dan sudah memiliki sertifikat.
Metode Pelatihan: Metode yang digunakan di dalam pelatihan ini yaitu
teknik ceramah dan praktek langsung. Dengan proporsi 30% menggunakan
metode ceramah, sedangkan 70% nya lagi menggunakan metode praktek.
sehingga warga belajar cepat tanggap dan mengerti dengan apa yang
disampaikan.
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan sesuatu yang digunakan
dalam menunjang keberhasilan proses pelatihan ketrampilan tata rias salon.
Kesediaan fasilitas yang lengkap dan memadai sangat penting dalam sebuah
proses pelatihan ketrampilan tata rias pengantin. Media dan Alat Pelatihan
53
Dalam pelatihan tatrias di SKB ini menggunakan beberapa jenis media dan alat
kosmetik yang mendukung proses pelaksanaannya.
Fasilitas atau sarana prasarana dalam proses pelatihan ketrampilan tata
rias yang diselenggarakan oleh SKB dapat dibilang cukup lengkap diantaranya
sbagai berikut :
No. Nama Alat Pemotong Rambut Rias Jumlah
1. Gunting Potong 5 Buah
2. Gunting Bergerigi 4 Buah
3. Hair Drayer 2 Buah
4. Catok Rambut 2 Buah
5. Sisir Rambut 10 Buah
6. Rol Rambut 15 Buah
7. Steam Rambut 1 Buah
8. Shower 1 Buah
9. Jepit Rambut 20 Buah
10. Kertas Alumunium 5 Buah
11. Pisau Sisir 5 Buah
12. Sikat Cat Rambut 5 Buah
13. Pengriting Rambut 2 Buah
Tabel 4. Alat Pemotong Rambut Rias Pengantin
54
Tabel 5. Alat Tata Rias Pengantin
Pelaksanaan Pelatihan tatrias pengantin dari hasil wawancara dengan
pengelola, instruktur dan warga belajar diketahui bahwa pelaksanaan
pelatihan tatarias pengantin ini sudah melalui kesepakatan bersama dengan
warga belajar terlebih dahulu dan juga terdapat beberapa kendala kecil
dalam proses pelaksanaan nya, namun dengan adanya hubungan yang baik
antara tutor dengan warga belajar, sehingga masalah apapun bisa teratasi,
dan warga belajar pun mampu meningkatkan kemampuannya sehingga
mereka menjadi mandiri dalam berwira usaha sendiri maupun bekerja di
tempat-tempat tatarias pengantin di luar sana, dan yang terpenting mereka
dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga.
No. Nama Alat Tata Rias Pengantin Jumlah
1. Facial 10 Buah
2. Pinset 6 Buah
3. Pembersih Wajah 1 Buah
4. Pelembab Wajah 1 Buah
5. Foundation 1 Buah
6. Bedak Wajah 1 Buah
7. Lipstik 8 Buah
8. Lipsglos 8 Buah
9. Eyeliner 6 Buah
10. Eyeshadow 4 Buah
11. Mascara 5 Buah
12. Bulsh On 4 Buah
13. Bulu Mata Palsu 10 Buah
55
3) Evaluasi Monitoring
Keberhasilan suatu program dapat di ukur dari sejauh mana warga
belajar nya mampu menyerap dan mengimplementasikan hasil atau
keterampilan yang di peroleh nya selama mengikuti pelatihan tatarias
pengantin di dalam kehidupannya sehari-hari, serta apakah pelaksanaan
pelatihan tatarias ini dapat memberdayakan perempuan secara maksimal
dan mampu menyetarakan peran perempuan dengan laki-laki sebagai mana
yang di harapkan oleh kita bersama untuk memeprbaiki perekonomian.
SKB Temanggung dikatakan sukses dalam memberdayakan perempuan
melalui pelatihan tatarias pengantin, karena Lembaga ini sudah mampu
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkompeten dan ada juga warga
belajar yang sudah bekerja.
Pada tahap evaluasi dilakukan evaluasi teori dan juga evaluasi
praktek seperti melalui ulangan bulanan yang dilakukan setiap
bulan,praktek kerja lapangan dan ujian akhir untuk menentukan kelayakan
pada masing-masing individu. Pada praktek kerja lapangan dilaksanakan
selama 1 bulan sebelum anak selesai penyantunan dengan tujuan agar
peserta pelatihan dapat mengimplementasikan kemampuannya yang telah
diperoleh dari SKB Temanggung. Setelah semua kegiatan dan tahap
pelaksanaan pelatihan tata rias diikuti oleh semua peserta pelatihan dan
praktek kerja lapangan, peserta pelatihan dinyatakan lulus mengikuti
56
kegiatan dan berhak memperoleh sertifikat dengan kriteria penilaian materi
tata tatarias pengantin kulit dan tata tatarias pengantin rambut.
Untuk tata tatarias pengantin kulit yang dinilai secara teori dan
praktek. Secara teori penilaian meliputi hasil test dan penguasaan materi
seperti kelengkapan materi tata tatarias pengantin kulit, inovasi dan
kreatifitas. Sedangkan secara praktek penilaian meliputi hasil test praktek,
penggunaan alat, dan keselamatan kerja.
Kelebihan SKB Temanggung dari tempat kursus yang lain,
Kelemahan skb temanggung dari tempat kursus lain adalah :
a. Sarana prasarana kurang
b. Waktu pembelajaran terlalu singkat
c. Tenaga pengajar dalam penyampaian pembelajaran kurang inovatif
Kurangnya tenaga ahli dalam mengajar kursus hanya ada 1 guru sehingga
pembelajaran tidak efektif
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Di dalam pelaksanaan pelatihan tatarias pengantin di Lembaga Kursus
dan Pelatihan Nursita, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat
yang mempengaruhi kelancaran dan efektifitas pelatihan antara lain:
a. Faktor Pendukung.
Tersedianya fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai yang di
butuhkan dalam proses pelatihan, sehingga pelatihan bisa berjalan dengan
lancar seperti apa yang di inginkan. Beberapa hal yang mendukung
pelaksanaan pelatihan tatarias penagntin antara lain:
57
1) Adanya ruangan yang dipakai untuk pelatihan tatarias pengantin.
2) Kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk proses pelatihan.
3) Tingginya antusias warga belajar/perempuan untuk mengikuti
pelatihan tatarias pengantin
b. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan pelatihan tidak semuanya berjalan
lurus pasti ada sesuatu hal yang menjadi penghambat dalam implementasi
nya. Adapun faktor yang menghambat pelaksanaan pelatihan tatarias
pengantin di SKB Temanggung
1) Jarak tempuh ke tempat pelatihan yang agak jauh, karena sebagian
warga belajar bertempat tinggal diluar kelurahan.
2) Masih adanya masyarakat yang mengadopsi kepercayaan lama
bahwa perempuan hanya harus fokus mengurus rumah tangga.
Masih adanya beberapa warga belajar yang kesulitan menggunakan
alat-alat dan media yang dipakai di dalam pelatihan tatrias pengantin.
3. Profil Warga Belajar Perempuan
Keberadaan peserta didik di SKB Temangung digantikan
keberadaannya dengan sebutan warga belajar perempuan. Panggilan tersebut
digunakan menurut kelaziman atau kebiasaan di lingkungan kursus SKB
Tersebut. Kursus dilaksanakan seminggu 2 kali pada hari selasa dan kamis
berdurasi 2 jam dari jam 14.00 sampai dengan 16.00 selama 4 bulan. Dengan
Jumlah peserta tahun ajaran 2016 ada 10 orang adapun data tersebut yaitu :
NO. NAMA UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN
58
TERAKHIR
1. Ibu Kris 28 Ibu rumah tangga SLTA
2. Ibu Elik 33 Ibu rumah tangga SLTA
3. Ibu Erma 33 Ibu rumah tangga SLTA
4. Ibu Dyah 32 Ibu rumah tangga SLTA
5. Ibu Emut 30 Ibu rumah tangga SLTA
6. Ibu Alifa 29 Ibu rumah tangga SLTA
7. Ibu Titik 29 Ibu rumah tangga SLTA
8. Ibu Daryanti 34 Ibu rumah tangga SLTA
9. Ibu Sriwarti 37 Ibu rumah tangga SLTA
10. Ibu Retnani 32 Ibu rumah tangga SLTA
Tabel 6. Data Jumlah Peserta Tata Rias Pengantin
C. Data Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui program kelompok
belajar rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial peserta
pelatihan di SKB Temanggung.
Pelaksanaan pemberdayaan perempuan di UPT SKB Temanggung
dilakukan secara terpedu dan komperhensif. Hal itu dilakukan agar
pemberdayaan dapat berjalan dengan lancar. Dalam proses pelaksanaan
program keterampilan tata rias, para perempuan temanggung tersebut
diberikan pembelajaran keterampilan baik teori maupun praktek selama 3
(tiga) bulan dan 1 bulan di khususkan guna kegiatan magang atau PBK
(Praktek Belajar Kerja). Tanggapan dari peserta pelatihan tentang pelatihan
tata rias yang dilaksanakan, menurut “K” selaku peserta pelatihan
mengungkapkan :
59
“saya merasa senang bisa mengikuti pelatihan keterampilan tatarias
pengantin ini mas, karena dengan pelatihan ini dapat meningkatkan
keterampilan saya, saya berharap pelatihan ini bisa menjadi bekal
dalam menjalani hidup dan mencari makan”
Sebelum diadakan pelaksanaan pemberdayaan, dilakukan terlebih dahulu
sosialisasi dari penyelenggara program. Sosialisasi ini berupa tata tertib, antara
peserta pelatihan dan instruktur membuat kesepakatan tentang tata tertib yang
akan dijalankan selama proses pelatihan berjalan sehingga proses pelatihan dapat
berjalan dengan tertib dan lancar. Tanggapan dari peserta pelatihan tentang
sosialisasi tattertip sebelum pelatihan menurut “E” selaku peserta pelatihan
mengungkapkan :
“sebelum pelatihan dilaksanakan biasanya instrukturnya memberi
motivasi dulu mas, kita juga diberikan kebebasan untuk mebuat
tatatertip dalam pelatihan"
Tahapan atau langkah-langkah saat proses pelaksanaan pelatihan
ketrampilan tata rias pengantin dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku dan
kebiasaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan antara lain :
1. Pemberian materi teori, dimaksudkan agar peserta pelatihan mengetahui
secara tertulis atau teori. Pemberian materi teori merupakan langkah awal
dalam kegiatan pertama seperti yang diungkap oleh instruktur keterampilan
tata rias ibu “P” yang menyatakan :
“Dalam pelatihan saya selalu memberikan teori dulu mas sebelum
melakukan praktek, hal ini supaya peserta pelatihan tidak binggung saat
pelaksanaan prakteknya nanti”
2. Peragaan alat-alat tata rias, dilakukan agar peserta pelatihan dapat mengetahui
bagaimana cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan nantinya. Seperti
60
yang diungkap oleh instruktur keterampilan tata rias ibu “P” yang
menyampaiakan :
“peragaan alat-alat ini merupakan salah satu dari langkah
pembelajaran mas, dimaksudkan agar peserta pelatihan tidak bingung
bagaimana cara menggunakannya.”
3. Praktek, materi praktek merupakan tahap akhir dari langkahlangkah proses
pelaksanaan pelatihan keterampilan tata rias pengantin. Materi praktek
dilakukan agar peserta pelatihan bisa praktek langsung tentang teknik-teknik
dalam tata rias pengantin gaya solo. Seperti yang disampaikan ibu „P” selaku
instruktur peltihan yaitu:
“pelatihan ini lebih banyak prakteknya mas, soalnya kalau hanya teori
peserta pelatihannya kurang bisa memahami serta nantinya kalau
peserta pelatihan melakukan kegiatan usaha merka akan banyak
melakukan kegiatan praktek langsung”
4. Pendampingan, pada tahap pendampingan dilakukan oleh instruktur dengan
tujuan untuk mengamati jalannya proses pelatihan praktek yang dilakukan
oleh peserta pelatihan. Seperti yang disampaikan ibu „P” selaku instruktur
peltihan yaitu:
“peserta pelatihan harus didmapingi, agar nantinya ketika peserta
pelatihan ada kesulitan langsung dapat bertanya dan langusung dapat saya
bantu mengarahkan mas”.
Hal tersebut juga di sampiakan oleh “E” selaku peserta pelatihan
menyampaiakan:
“Biasanya mas ibu “P” selalu mendampingi kami saat melakukan
kegiatan praktek, sehingga ketika saya kebingungan, saya langsung
bertanya pada ibu “P”
5. Tahapan Evaluasi pelaksanaan keterampilan yang dilakukan dalam rangka
untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan keterampilan yang telah dimiliki
61
oleh peserta pelatihan .. Dalam melakukan evaluasi pihak lembaga
mengadakan 2 jenis ujian yaitu ujian teori dan ujian praktek. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan warga belajar terhadap
materi yang telah disampaikan serta yang nantinya akan menentukan
keberhasilan dari program pelatihan yang dilaksanakan olek SKB
Temanggung. Seperti yang disampaikan ibu „P” selaku instruktur peltihan
yaitu :
“Setelah melakukan pelatihan saya adakan evaluasi mas, hal ini
supaya saya dapat mengetahui keberhasilan pealtihan yang saya
ampu, evaluasi yangsaya gunakan juga menggunakan ujian teori
dan praktek sesuai yang saya ajarkan”
Senada dengan hal yang dismapikan oleh Ibu “P”, ibu “K” selaku
peserta pelatihan juga mengungkapkan :
“iya mas, kami diberi soal ujian dan kami di berikan waktu praktek
merias sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu “P”
Dari kutipan wawancara diatas dijelaskan bahwa ketiga kegiatan
tersebut saling berkesinambungan dan memberika langkah yang jelas dalam
pelatihan tatrias pengantin di SKB temanggung. Dengan demikian maka
kontruksi pengetahuan dapat berjalan dengan baik. Sesuai dengan harapan
dan tujuan awal.
2. Dampak pemberdayaan perempuan melalui program kejar rias pengantin
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di SKB Temanggung.
62
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan tentunya ada hasil yang dicapai.
Hasil tersebut pasti mempunyai dampak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Mengetahui dampak dari suatu program/kegiatan dapat dilihat dari
tanggapan peserta program terhadap apa yang dirasakan setelah mengikuti
program pemberdayaan tersebut. Tanggapan dari peserta program tersebut
dijadikan acuan untuk program berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh “A”
selaku peserta pelatihan :
“setelah saya mengikuti ini mas, saya merasakan bahwa ilmu dan
wawasan saya mengenai tata rias menjadi bertambah dan meningkat.
Selain itu juga bermanfaat mas bagi saya dan bisa memberi manfaat bagi
orang sekitar saya”
Hal senada diungkapkan oleh “R”, yaaitu :
“Banyak mas yang saya dapatkan, saya jadi tahu apa itu alat-alat rias,
yang buat merias pengantin, sekarang bisa merias pengantin juga mas,
yang pasti wawasan bertambah mas”
Hal serupa juga disampaikan oleh “K”, yaitu :
“jadi mengerti tentang tata rias mas, alat rias juga, yang pasti saya
mempunyai ketrampilan untuk membuka usaha mas karena saya hanya
ibu rumah tangga”
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa program kelompok belajar tata rias ini mempunyai
dampak bagi peserta pelatihan. Dampak tersebut membawa perubahan yang
baik bagi peserta pelatihan. Namun tentunya dampak tersebut dapat diketahui
secara menyeluruh dalam jangka waktu yang panjang dengan melihat indikator
pemberdayaan. Indikator suatu dampak dapat dilihat sejauh mana pengaruh
yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan.
63
3. Faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan
melalui program kelompok belajar rias pengantin dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung.
Pelaksanaan program ketrampilan tata rias pengantin dalam
memberdayakan perempuan di SKB Temanggung terdapat faktor pendukung
dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung tersebut akan berpengaruh terhadap
berlangsungnya kegiatan program ketrampilan. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan pengelola SKB Temanggung, instruktur yang
menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program ketrampilan tata rias
Pengantin dalam memberdayakan perempuan yaitu Tanggapan yang positif
dari masyarakat khususnya para perempuan yang menjadi binaan dari SKB
Temanggung tentang adanya pelatihan tatarias pengantin. Ibu “E” selaku
pimpinan SKB Temanggung mengungkapkan:
“Tujuan dari pelatihan ini untuk memberdayakan perempuan di
temanggung, dan berharap setelah pealtihan ini perempuan temanggug
mendapatkan keterampilan hidup dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Selain itu semoga pealtihan ini menjdi embrio untuk membentuk lapangan
usaha baru di bidang tatarias pengantin di temanggung”
Perempuan merasa sangat terbantu dengan adanya keberadaan SKB
Temanggung karena selain mendapatkan pengetahuan, informasi dan
pengalaman mereka juga mendaptkan keterampilan tatarias pengantin yang
mana dapat digunakan untuk usaha mandiri sehingga kesejahteraan perempuan
dapat tercapai.
Di samping ada faktor pendukung suatu pelaksanaan program, ternyata
masih ada faktor penghambat jalannya pelaksanaan program ketrampilan tata
64
rias di SKB Temanggung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti yang menjadi seperti yang disampikan “A” selaku peserta pelatihan
yang menyatakan
“rumah saya jauh mas, jadi saya sering terambat masuk kelas, dan saya
juga harus mengurus rumah dulu sebelum saya berangkat pelatihan”
Hal tersebut juga di sampaikan oleh ibu “K” yang juga peserta pelatihan
tatarias pegantin tersebut:
“rumah saya di dusun mas jadi rumayan kalau harus ke sini, selain itu
perlengkapan yang digunakan juga belom pernah saya gunakan dirumah,
jadi masih erasa kekuk..”
Manfaat dari program pelatihan tatarias pengantin sangat besar bagi
masyarakat khususnya perempuan karena mereka mampu meningkatkan taraf
hidupnya. Lembaga SKB dapat dijadikan wadah untuk menciptakan wanita
yang memiliki kualitas sumber daya yang mampu bersaing di era globalisasi
dan di tengah rumitnya masalah-masalah sosial saat ini yang menjerat kaum-
kaum marjinal utamanya kaum perempuan pedesaan.
D. Pembahasan
1. Pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui program kelompok
belajar rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
peserta pelatihan di SKB Temanggung.
Pelayanan yang diberikan di SKB Temanggung berupa pemberian
bimbingan fisik, bimbingan keterampilan dan bimbingan sosial.
Pelayanan yang berupa bimbingan fisik dan mental bertujuan guna
menumbuhkan dan memelihara pertumbuhan dan perkembangan jasmani
65
remaja. Pemberian bimbingan keterampilan bertujuan agar remaja dapat
memperoleh dan mengembangkan keterampilan sosial serta kerja
sehingga dapat menjadi tenaga kerja yang terampil bahkan tidak
tergantung pada orang lain, diharapkan nantinya dapat menciptakan
lapangan kerja (wiraswasta). Bimbingan keterampilan yang diberikan
SKB Temanggng berupa keterampilan yang harus mereka pelajari agar
mereka memiki bekal hidup di kemudian hari, salah satu keterampilan
yang ada khususnya bagi para perempuan yang ada disana dalam
mencapai kesejahteraan hidup. Khusnya keterampilan tatarias pengantin.
Demikian juga dengan pelayanan yang diberikan oleh SKB dalam
hal bimbingan sosial, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi
sosial,pengembangan kepribadian dan kemampuan dalam
penghidupanPelatihan tata rias wajah merupakan suatu kegiatan untuk
merubah penampilan atau mempercantik wajah yang umumnya
dilakukan oleh wanita walaupun sebenarnya ada tata rias wajah atau
make up untuk pria yang umumnya dipakai di dunia modeling,
fotografer, dan untuk kepentingan entertainment. Tata rias untuk
pengantin ditujukan untuk merubah penampilan wajah yang disesuaikan
dengan busana, adat istiadat dan budaya yang disesuaikan dengan
kemauan sang pengantin.
Warga belajar adalah sekelompok anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
padajalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan
66
nonformalpada jenjang pendidikan atau jenis pendidikan tertentu. Dalam
proses pemberdayaan, warga belajar terdiri dari warga belajar laki-laki
dan warga belajar perempuan. Pada pelatihan tata rias pengantin di SKB
Temanggung yang menjadi sasaran dalam penelitian ini yaitu warga
belajar perempuan.
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program ketrampilan
tatarias maka dilakukan penelitian. Mulai dari tahap persiapan
pelaksanaan program hingga faktor pendukung dan penghambat. Pada
tahap persiapan hal yang diperhatikan adalah perencanaan program
hingga waktu perekrutan. Pada waktu prosesnya dilihat dari proses
pembelajaran sehari-hari dan juga praktek maupun kegiatan ekstra lain.
Sedangkan pada waktu evaluasi dimulai dari sejauh mana keberhasilan
program, perkembangan peserta setelah mengikuti pelatihan dan sebelum
mengikuti pelatihan.
Tahap pendahuluan merupakan tahap awal sebelum dimulainya
proses pelatihan. Dalam tahap pendahuluan ini ada beberapa langkah
yang harus dilakukan oleh instruktur dalam mengawali proses pelatihan
agar pelatihan berjalan dengan lancar yaitu:
1. Pemberian motivasi dilakukan oleh instruktur pelatihan keterampilan
tata rias pengantin kepada peserta pelatihan agar peserta pelatihan
lebih tertarik dan semangat dalam mengikuti proses pelatihan yang di
laksanakan di SKB Temanggung
67
2. Bina suasana dilakukan untuk menciptakan suasana yang baik
sebelum proses pelatihan di mulai, agar peserta pelatihan bisa
mengikuti pelatihan. Dari hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti semua peserta pelatihan adalah remaja, dan
kebanyakan para peremouan sangat sulit untuk berkonsesntrasi dan
beradaptasi dengan lingkungan
3. Tanggapan dari peserta pelatihan tentang pelatihan tata rias yang
dilaksanakan
Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan pelatihan yang meliputi
pendahuluan, langkah-langkah proses pelatihan dan refleksi. Dalam
proses pelaksanaan program keterampilan tata rias, para perempuan
temanggung tersebut diberikan pembelajaran keterampilan baik teori
maupun praktek selama 3 (tiga) bulan dan 1 bulan di khususkan guna
kegiatan magang atau PBK (Praktek Belajar Kerja). Tanggapan dari
peserta pelatihan tentang pelatihan tata rias yang dilaksanakan,
2. Dampak pemberdayaan perempuan melalui program kejar rias
pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB
Temanggung.
Pelaksanaan suatu program pemberdayaan masyarakat tentulah
memiliki tujuan yang ingin dicapai, baik output maupun outcome, hal yang
demikian tidak lepas dari pemberdayaan perempuan. Konsep
pemberdayaan perempuan tidak semata-mata muncul tanpa danya tujuan.
68
Upaya peningkatan kecakapan hidup (life Skill), merupakan bagian
penting dari program pemberdayaan perempuan. pemberdayaan
perempuan secara menyeluruh diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan (capability), dan kualitas hidupnya, keluarga dan masyarakat,
karena dengan pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan
produktivitas perempuan yang akhirnya bermuara pada peningkatan
pendapatan keluarga dan masyarakat. Peningkatan produktifitas
perempuan dapat dilihat dari indikator-indikator yang antara lain adanya
perubahan sikap yang lebih positif dan maju, meningkatnnya kemampuan
kecakapan hidup (life skills), serta hasil karya baik berupa barang dan jasa
untuk keperluan diri dan masyarakat.
Pembangunan pemberdayaan perempuan dilakukan untuk
menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan mitra
kesejajaran laki-laki dan perempuan, dilaksanakan melalui kegiatan
sosialisasi/advokasi pendidikan dan latihan bagi kaum perempuan yang
bergerak dalam seluruh bidang atau sektor.Pemberdayaan Permpuan
adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan
keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
SKB Temanggung sebagai penyelenggara program pemberdayaan
perempuan digarapkan mampu memberikan pelatihan yang dapat berguna
bagi kaum perempuan pada khusunya. Hasil penelitian menunjukkan,
peserta pelatihan mendapatkan dampak positif dari program
pemberdayaan ini. Dengan adanya program ini, anggota pelatihan lebih
69
peka membaca peluang usaha dan memanfaatkan semaksimal mungkin
untuk memulai usahanya yang dapat merguna untuk meningkatkan
kesehjateraan sosial mereka.
Merujuk daripada hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa “Pemberdayaan perempuan melalui program kejar rias pengantin
dalam meningkatkan kesejahteraan sosial” sudah berhasil terlaksana
dengan baik dikarenakan warga belajar sudah mampu
mengimplementasikan. hasil keterampilan yang diperolehnya di dalam
pelatihan ke dalam kehidupannya sehari-hari.
3. Faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan
melalui program kelompok belajar rias pengantin dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung.
a) Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang mendukung
terselenggaranya program pemberdayaan perempuan oleh UPT SKB
Temanggung. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
faktor pendukung terselenggaranya pelaksanaan pemberdayaan
perempuan oleh UPT SKB Temanggung antara lain mendapatkan
pengetahuan, informasi dan pengalaman mereka juga mendaptkan
keterampilan tatarias pengantin yang mana dapat digunakan untuk
usaha mandiri sehingga kesejahteraan perempuan dapat tercapai.
b) Faktor Penghambat
70
Faktor penghambat adalah sesuatu yang menjadi penghambat
terselenggaranya pelaksanaan program pemberdayaan perempuan di
UPT SKB Temanggung. Disamping faktor pendukung, juga tidak bisa
lepas dari faktor penghambat. faktor penghambat dalam pelaksanaan
program ketrampilan adalah Jarak tempuh ke tempat pelatihan yang
agak jauh, karena sebagian warga belajar bertempat tinggal diluar
kelurahan, masih adanya masyarakat yang mengadopsi kepercayaan
lama bahwa perempuan hanya harus fokus mengurus rumah tangga.dan
masih adanya beberapa warga belajar yang kesulitan menggunakan alat-
alat dan media yang dipakai di dalam pelatihan tatarias pengantin.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan , maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui program kelompok
belajar rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
peserta pelatihan di SKB Temanggung.
Pelaksanaan pemberdayaan perempuan di UPT SKB Temanggung
dilakukan secara terpedu dan komperhensif. Hal itu dilakukan agar
pemberdayaan dapat berjalan dengan lancar. Dalam proses pelaksanaan
program keterampilan tata rias, para perempuan temanggung tersebut diberikan
pembelajaran keterampilan baik teori maupun praktek selama 3 (tiga) bulan
dan 1 bulan di khususkan guna kegiatan magang atau PBK (Praktek Belajar
Kerja).
Tahapan atau langkah-langkah saat proses pelaksanaan pelatihan
ketrampilan tata rias pengantin dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku dan
kebiasaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan antara lain : Pemberian
materi teori, dimaksudkan agar peserta pelatihan mengetahui secara tertulis
atau teori. seperti yang diungkap oleh instruktur keterampilan tata rias ibu “P”
yang menyatakan :
“Dalam pelatihan saya selalu memberikan teori dulu mas sebelum
melakukan praktek, hal ini supaya peserta pelatihan tidak binggung saat
pelaksanaan prakteknya nanti”
72
Peragaan alat-alat tata rias, dilakukan agar peserta pelatihan dapat
mengetahui bagaimana cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan
nantinya. Praktek, materi praktek merupakan tahap akhir dari langkah langkah
proses pelaksanaan pelatihan keterampilan tata rias pengantin. Materi praktek
dilakukan agar peserta pelatihan bisa praktek langsung tentang teknik-teknik
dalam tata rias pengantin gaya solo. Pendampingan, pada tahap pendampingan
dilakukan oleh instruktur dengan tujuan untuk mengamati jalannya proses
pelatihan praktek yang dilakukan oleh peserta pelatihan. Tahapan Evaluasi
pelaksanaan keterampilan yang dilakukan dalam rangka untuk mengukur
keberhasilan pelaksanaan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta
pelatihan
2. Dampak pemberdayaan perempuan melalui program kelompok belajar
rias pengantin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di SKB
Temanggung.
Upaya peningkatan kecakapan hidup (life Skill), merupakan bagian
penting dari program pemberdayaan perempuan. pemberdayaan perempuan
secara menyeluruh diharapkan dapat meningkatkan kemampuan (capability),
dan kualitas hidupnya, keluarga dan masyarakat, karena dengan pemberdayaan
perempuan dapat meningkatkan produktivitas perempuan yang akhirnya
bermuara pada peningkatan pendapatan keluarga dan masyarakat. Peningkatan
produktifitas perempuan dapat dilihat dari indikator-indikator yang antara lain
adanya perubahan sikap yang lebih positif dan maju, meningkatnnya
73
kemampuan kecakapan hidup (life skills), serta hasil karya baik berupa barang
dan jasa untuk keperluan diri dan masyarakat.
Pelaksanaan program ini dirasakan memberikan dampak positif bagi
kaumperempuan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Seperti yang
diungkapkan oleh “A” selaku peserta pelatihan :
“setelah saya mengikuti ini mas, saya merasakan bahwa ilmu dan wawasan
saya mengenai tata rias menjadi bertambah dan meningkat. Selain itu juga
bermanfaat mas bagi saya dan bisa memberi manfaat bagi orang sekitar
saya”
Manfaat yang diperoleh dengan adanya program ini, anggota pelatihan
lebih peka membaca peluang usaha dan memanfaatkan semaksimal mungkin
untuk memulai usahanya yang dapat merguna untuk meningkatkan
kesehjateraan sosial mereka.
3. Faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan
melalui program kelompok belajar rias pengantin dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga di SKB Temanggung.
Faktor pendukung dalam program pemberdayaan ini antara lain
mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman mereka juga
mendaptkan keterampilan tatarias pengantin yang mana dapat digunakan untuk
usaha mandiri sehingga kesejahteraan perempuan dapat tercapai. Seperti yang
diungkapkan Ibu “E” selaku pimpinan SKB Temanggung mengungkapkan:
“Tujuan dari pelatihan ini untuk memberdayakan perempuan di
temanggung, dan berharap setelah pealtihan ini perempuan temanggug
mendapatkan keterampilan hidup dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Selain itu semoga pealtihan ini menjdi embrio untuk membentuk
lapangan usaha baru di bidang tatarias pengantin di temanggung”
74
Sedangkan faktor penghambat, yaitu Jarak tempuh ke tempat pelatihan
yang agak jauh, karena sebagian warga belajar bertempat tinggal diluar
kelurahan. seperti yang disampikan “A” selaku peserta pelatihan yang
menyatakan
“rumah saya jauh mas, jadi saya sering terambat masuk kelas, dan saya
juga harus mengurus rumah dulu sebelum saya berangkat pelatihan”
Masih adanya masyarakat yang mengadopsi kepercayaan lama bahwa
perempuan hanya harus fokus mengurus rumah tangga.dan masih adanya
beberapa warga belajar yang kesulitan menggunakan alat-alat dan media yang
dipakai di dalam pelatihan tatarias pengantin.
B. Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap pelaksanaan pemberdayaan
perempuan oleh SKB Temanggung, maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Khususnya Pihak penyelenggara di SKB Temanggung supaya memeberikan
motivasi yang lebih pada peserta didik dalam hal ini meminta mereka agar
lebih rajin dalam mengikuti pelatian tatarias pengantin solo putri dan
memeberikan motivasi serta pengertiaan kepada peserta agar mereka dapat
memahami manfaat yang didapat setelah mengikuti pembelajaran keterampilan
tatarias pengantin solo putri.
2. Pihak SKB Temanggung dapat terus memberi dukungan pembinaan , dan
pelatian-pelatian terkait dengan kejar rias pengantin di SKB Temanggung
75
dalam upaya mengembangkan dan membangun lapangan pekerjaan bagi
peserta didik di SKB Temanggung.
3. Pemberdayaan perempuan peserta kejar rias pengantin di SKB Temanggung
melalui tata rias pengantin sudah baik, akan tetapi perlu dikembangkan kearah
yang lebih modern sesuai tuntunan jaman yang sedang berlangsung.
4. Bagi peserta didik kejar rias pengantin di SKB Temanggung agar pengetahuan
dan pengalaman yang didapat selama mengikuti latian diharapkan dapat
langsung dipraktikkan dengan baik dan profesional,sehingga ilmu yang didapat
berkembang dengan baik dan tentunya bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
masyarakat atau konsumen.
76
DAFTAR PUSTAKA
Hadari Nawawi. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Khairiddin. (1997). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.
Lexy J. Moleong (2005). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung. : Remaja
Rosda Karya.
Mathis R.L dan Jackson J.H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
Matthew B. Milles dan A. Michael Hubberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.
Jakarta : UII Press.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Sumodiningrat, Gunawan (2000). Membangun Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Pencipta.
Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji
Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Suhendra, (2006). Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.
Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004) . Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan,
Yogyakarta: Gava Media.
Sutarto, Joko. (2007). Pendidikan Nonformal: Konsep dasar, proses
pembelajaran, & pemberdayaan masyarakat. Semarang: UNNESPRES.
78
Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Melalui Arsip Tertulis
a. Sejarah berdirinya SKB Temanggung
b. Visi dan Misi berdirinya SKB Temanggung
c. Arsip data jumlah pengelola dan pengurus SKB Temanggung
d. Arsip data jumlah Perempuan di Temanggung
2. Foto
a. Gedung atau fisik SKB Temanggung
b. Foto maupun gambar yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan
c. Program pelatihan pelatihan keterampilan tata rias di SKB Temanggung
79
Lampiran 2. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
1. Lokasi dan Keadaan Penelitian
2. Visi dan Misi
3. Struktur Kepengurusan
4. Keadaan Pengurus
a. Jumlah
b. Usia
c. Tingkat Pendidikan
5. Data Warga Belajar di SKB Temanggung
a. Jumlah
b. Usia
6. Fasilitas penunjang pada program
7. Pelaksanaan pelatihan program
a. Ketrampilan tata rias di SKB Temanggung
b. Tujuan
c. Sasaran
80
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
PENGELOLA SKB TEMANGGUNG
I. Hari/Tanggal :
II. Identitas Diri
1. Nama : (L/P)
2. Jabatan :
3. Usia :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan Terakhir :
III. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana sejarah berdirinya SKB Temanggung ?
2. Apakah tujuan berdirinya SKB Temanggung ?
3. Apakah visi dan misi dari SKB Temanggung ?
4. Program-program ketrampilan apa saja yang terdapat di SKB
Temanggung ?
5. Bagaimana Sasaran SKB Temanggung ?
6. Bagaimana fasilitas pelayanan yang ada di SKB Temanggung ?
7. Bagaimana Pelaksanaan program di SKB Temanggung ?
8. Bagimana Tahap persiapan pelatihan tatrias di SKB Temanggung ?
81
9. Bagimana Tahap pelaksanaan pelatiha tatarias di SKB Temanggung ?
10. Bagimana Bentuk evaluasi pealatihan tatrias di SKB Temanggung ?
11. Apa hambatan dan pendorong pelatihan SKB Temanggung ?
82
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK PENDIDIK/ INSTRUKTUR PELATIHAN PROGRAM
KETRAMPILAN TATA RIAS DI SKB TEMANGGUNG
I. Hari/Tanggal :
II. IdentitasDiri
1. Nama : (L/P)
2. Jabatan :
3. Usia :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan Terakhir :
III. Pertanyaan Penelitian
1. Sejak kapan anda menjadi pendidik atau instruktur dalam program
ketrampilan tata rias di SKB Temanggung?
2. Apa yang melatar belakangi anda menjadi pendidik atau instruktur dalam
program ketrampilan tata rias di SKB Temanggung?
3. Bagaimana cara rekruitmen tutor program ketrampilan tata rias di SKB
Temanggung??
4. Dimana lokasi pelatihan ketrampilan tata rias?
5. Kapan waktu pelaksanaan pelatihan ketrampilan tata rias?
6. Apakah tujuan dari pelatihan ketrampilan tata rias?
7. Apa saja materi yang di berikan dalam pelatihan ketrampilan tata rias?
83
8. Metode apa saja yang digunakan dalam proses pelatihan ketrampilan tata
rias?
9. Apa saja fasilitas atau media yang digunakan untuk pelatihan ketrampilan
tata rias?
10. Bagimana Tahap persiapan pelatihan tatrias di SKB Temanggung ?
11. Bagimana Tahap pelaksanaan pelatiha tatarias di SKB Temanggung ?
12. Bagimana Bentuk evaluasi pealatihan tatrias di SKB Temanggung ?
13. Apa hambatan dan pendorong pelatihan SKB Temanggung ?
84
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK PESERTA PELATIHAN TATA RIAS DI SKB TEMANGGUNG
I. Hari/Tanggal :
II. IdentitasDiri
1. Nama : (L/P)
2. Jabatan :
3. Usia :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan Terakhir :
III. Pertanyaan Penelitian
1. Dari mana anda tahu SKB Temanggung?
2. Apakah sebelumya anda juga tahu tentang program-program keterampilan
SKB Temanggung?
3. Apakah anda senang dengan kegiatan dalam program-program
ketrampilan yang ada di SKB Temanggung?
4. Mengapa anda memilih program ketrampilan tata rias?
5. Motivasi apa yang mendorong anda mengikuti program pelatihan
ketrampilan tata rias?
6. Apakah tujuan anda mengikuti kegiatan pelatihan ketrampilan tata rias?
7. Dari mana anda mengetahui kegiatan pelatihan ketrampilan tata rias ini?
85
8. Manfaat apa yang anda peroleh setelah mengikuti pelatihan ketrampilan
tata rias ini?
9. Apakah materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan ketrampilan tata
rias ini sudah sesuai dengan kebutuhan anda?
10. Apakah selama pemberian pelatihan ketrampilan tata rias dilaksanakan,
materi yang diberikan cukup jelas?
11. Apakah metode belajar yang digunakan dalam menyapaikan materi
pelatihan ketrampilan tata rias sudah tepat?
12. Bagimana Fasilitas yang diberikan?
13. Bagimana Tahap persiapan pelatihan tatrias di SKB Temanggung ?
14. Bagimana Tahap pelaksanaan pelatiha tatarias di SKB Temanggung ?
15. Bagimana Bentuk evaluasi pealatihan tatrias di SKB Temanggung ?
16. Apa hambatan dan pendorong pelatihan SKB Temanggung ?
86
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan I
Tanggal : 22 November 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Observasi awal
Deskripsi
Pada hari Jum‟at tanggal 23 Agustus 2016 peneliti datang ke SKB
Temangung untuk mengadakan obserasi awal sebelum mengadakan penelitian.
Ketika sampai disana, peneliti bertemu dengan seorang ibu yang merupakan salah
satu pengurus atau pengelola SKB Temanggung. Peneliti masuk untuk menemui
ibu “SF” yang juga merupakan Pegawai SKB Temanggung namun beliau yang
bertugas menangani segala kegiatan keterampilan yang ada di SKB Temanggung
Kemudian peneliti memperkenalkan diri pada beliau.
Setelah itu peneliti melanjutkan perbinacangan dan menyampaikan maksud
kedatangan peneliti. ibu “sf” juga menjelaskan tempat ini juga sering menjadi
tempat para mahasiswa yang melaksanakan baik itu KKN, PKL, atau pun skripsi.
Jadi secara tidak langsung bila peneliti ingin mengadakan penelitian tentu
diijinkan serta dibantu.
87
Catatan Lapangan II
Tanggal : 24 Agustus 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Shared rencana penelitian
Deskripsi
Pada hari senin tanggal 24 November 2016 peneliti datang ke SKB
temanggung dengan maksud untuk Share mengenai rencana penelitian. Disana
peneliti langsung menemui Ibu “SF” selaku kepala SKB Temanggung yang juga
sebelumnya sudah pernah bertemu saat melakukan observasi awal. Saat observasi
“SF” berpesan agar apabila akan datang lagi harap untuk menemui beliau
langsung. Peneliti kemudian menyampaikan maksud kedatangan dan menjelaskan
mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan di SKB Temangung
88
Catatan Lapangan III
Tanggal : 29 November 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melihat Proses Pelatihan 1
Deskripsi
Pada hari Selasa 29 November 2016 peneliti datang ke SKB Temanggung
untuk melihat jalannya proses pelatihan keterampilan tata rias, setelah sampai
diruang tata rias peneliti di sambut oleh ibu “P” dan dipersilahkan masuk dan
melihat jalannya proses pelatihan Ibu “P” menjelaskan pengertian tata rias wajah,
teknik tata rias pengantin, teknik tatarias pengantin gaya solo ibu “P” menjelaskan
secara teori kemudian ibu “P” menjelaskan tentang alat-alat yang akan digunakan,
seperti pelembab wajah, alas bedak, eye shadow,
eyeliner, mascara, bedak, lipstik dan blush on. Ibu “P” memperagakan bagaimana
cara Penggunakan alat-alat tersebut.
.
89
Catatan Lapangan IV
Tanggal : 01 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melihat Proses Pelatihan 2
Deskripsi
Pada hari Kamis 01 Desember 2016 peneliti datang lagi ke SKB
Temanggung untuk melihat proses pelaksanaan keterampilan tata rias, setelah
peneliti di persilahkan masuk oleh ibu “P” kemudian ibu “P” langsung melakukan
proses pelatihan.
Jadwal hari ini yaitu melanjutkan untuk materi praktek yang kemarinyaitu
merias pengantin Untuk melanjutkan pelatihan yang kemarin semua peserta
dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Setelah
instruktur membagi kelompok dan mempersiapkan alat dan bahan, kemudian
instruktur melakukan pendampingan terhadap para peserta pelatihan yang sedang
melakukan praktek merias wajah. Setelah selesai kemudian instruktur merefleksi
kegiatan hari ini dan memberikan masukan kepada peserta pelatihan agar nantinya
bisa lebih baik lagi.Setelah dirasa cukup, maka peneliti berpamitan untuk pulang.
90
Catatan Lapangan V
Tanggal : 06 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melihat Proses Pelatihan 3
Deskripsi
Pada hari Selasa 06 Desember 2016 peneliti datang ke SKB Temanggung
untuk melihat jalannya proses pelatihan yang ke 3 kalinya, pada hari ini jadwal
pelatihan yaitu tata rias pengantin rambut yang dibimbing oleh ibu “P” selaku
instruktur tata rias tersebut. Seperti biasa peserta pelatihan dibagi menjadi
beberapa kelompok dan kemudian memulai untuk mempraktekkannya dengan
salah seorag menjadi model sambil didampingi oleh instruktur. Setelah dirasa
cukup maka penelti berpamitan pulang.
91
Catatan Lapangan VI
Tanggal : 08 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melihat Proses Pelatihan 4
Deskripsi
Pada hari Kamis 08 Desember 2016 peneliti datang lagi ke SKB
Temanggung untuk melihat proses pelaksanaan keterampilan tata rias, setelah
peneliti di persilahkan masuk oleh ibu “P” kemudian ibu “P” langsung melakukan
proses pelatihan. Pada jadwal hari ini di SKB temanggung dilakukan praktek
mandiri. Praktek ini dilakukan sesuai pembagian keompok yang sudah ditetapkan
sejak awal. Dalam praktek ini instruktur mendampingi jalanya proses tersebut
92
Catatan Lapangan VII
Tanggal : 13 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melakukan wawancara dengan Intruktur
Deskripsi
Pada hari Selasa 13 Desember 2016 peneliti datang ke SKB Temanggung
untuk melakukan wawancara dengan instruktur yaitu ibu "P"terkait dengan
pelaksanaan tata rias pengantin. Peneliti menanyakan terkait dengan pelaksanaan
pelatihan tata rias, metode-metode yang digunakan selama pemberian pelatihan,
materi,dll. Dengan pelan-pelan ibu “P” menjawab pertanyaan peneliti lalu peneliti
menulis di buku catatan. Setelah selesai menjelaskan ibu “p” menanyakan apakah
masih ada lagi yang akan ditanyakan. Peneliti kembali menanyakan terkait dengan
faktor penghambat dan faktor pendukung pelayanan yang ada di SKB
Temanggung
93
Catatan Lapangan VIII
Tanggal : 15 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melakukan wawancara dengan peserta
Deskripsi
Pada hari Kamis 15 Desember 2016 peneliti datang ke SKB Temanggung
untuk melakukan wawancara dengan peserta pelatihan tatarias pengantin. Peneliti
mulai menanyakan tentang diri para peserta pelatihan yaitu tentang alasan
mengikuti pelatihan dan motivasinya Banyak sekali hal yang diungkapkan. Dari
hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan engikuti pelatihan
agar supaya mampu untuk meningkatkan kesajhteraan sosialnya dengan cara
usaha mandiri dalam membantu suami.
94
Catatan Lapangan IX
Tanggal : 20 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema/Kegiatan : Melakukan kelengkapan data
Deskripsi
Pada hari Selasa 20 Desember 2016 peneliti datang ke SKB Temangung
untuk meminta data sebagai pelengkap dan pendukung data penelitian yang
berupa; daftar hadir pesertapelatihan, daftar hadir instruktur pelatihan, struktur
organisasi Lembaga, dll. selain itu peneliti juga meminta data kelengkapan terkait
dengan profil dari SKB temangung itu sendiri.kemudian peneliti pun memulai
wawancara dengan menanyakan hal yang pertama yaitu mengenai sejarah
berdirinya PSBR, Visi dan Misinya, program-program yang dilaksanakan, serta
pendanaan program yang berlangsung di PSBR. Ibu “SF” hanya memaparkan
sedikit dan selanjutnya peneliti diberi leaflet tentang profil dari SKB temanggung
yang memang sudah disediakan untuk pengunjung
95
Catatan Lapangan X
Tanggal : 22 Desember 2016
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : SKB Temanggung
Tema kegiatan : Melakukan dokumentasi kegiatan tat arias pengantin di SKB
Temanggung
Deskripsi
Pada hari kamis 22 Desember 2016 Peneliti dating ke SKB Temanggung untuk
melakukan dokumentasi dengan instruktur yaitu ibu “P” terkait dengan
pelaksanaan tat arias pengantin. Peneliti melakukan Tanya jawab untuk
dokumentasi kegiatan tersebut. Peneliti melakukan pengambilan gambar di SKB
Temanggung untuk dokumentasi.
96
Lampiran 6. Reduksi Data, Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara
Reduksi Data, Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK
BELAJAR RIAS PENGANTIN DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
(Studi Kasus di SKB Temanggung, Jawa Tengah)
1. Bagaimana Tanggapan terkait pelatihan program tatarias yang diadakan
di SKB Temanggung?
DW : “Saya merasa senang bisa mengikuti pelatihan keterampilan
tatarias pengantin ini mas, karena dengan pelatihan ini dapat
meningkatkan keterampilan saya, saya berharap pelatihan ini bisa
menjadi bekal dalam menjalani hidup dan mencari makan.”
P : “Bagus mas, saya bisa meningkatkan ketrampilan tentang rias. Saya
berharap mendapatkan yang terbaik mas”
Kesimpulan : Pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan.
2. Bagaimana persiapan dalam sosialisasi tata tertib pelatihan?
RT : “Untuk persiapan sebelum pelatihan dilaksanakan biasanya
instrukturnya memberi motivasi dulu mas, kita juga diberikan
kebebasan untuk mebuat tata tertib dalam pelatihan.”
EL : “pertama memberikan pengumuman mas, peserta dikumpulkan di
kelas dan diberi arahan. Untuk peserta gampang diatur kok mas, jadi
dibiarkan saja sudah tahu posisinya.”
Kesimpulan : Sosialisai dengan memberikan motivasi dan membuat tata tertib
sendiri.
97
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelatihan ?
P : “Dalam pelatihan selalu memberikan teori dulu mas sebelum
melakukan praktek, hal ini supaya peserta pelatihan tidak binggung
saat pelaksanaan prakteknya nanti.”
A : “Diberikan teori terlebih dahulu mas, setelah itu langsung praktek
dan saat praktek itu juga disisipi teori juga mas.”
Kesimpulan : Pelaksanaan kegiatan diberikan teori dan praktek.
4. Bagaimana fasilitas yang diberikan SKB Temaggung dalam pelatihan ?
P : “Dalam pengunaan .peragaan alat-alat tatariasi merupakan salah
satu dari langkah pembelajaran mas, dimaksudkan agar peserta
pelatihan tidak bingung bagaimana cara menggunakannya.”
EL : “Bagus mas, sarana dan prasara disini sudah memenuhi syarat.
Semua bisa digunakan dengan baik mas.”
Kesimpulan : Sarana dan prasarana pelatihan bisa digunakan dengan baik.
5. Bagaimana proses pendampingan dalam pelatihan tatarias ini ?
P : “Pelaksanaan pelatihan peserta pelatihan harus didmapingi, agar
nantinya ketika peserta pelatihan ada kesulitan langsung dapat
bertanya dan langsung dapat Ibu P bantu mengarahkan mas.”
DW : “Tutor selalu memberikan teori dan praktek mas, kadang-kadang
langsung praktek dan nanti disisipi oleh teori mas. Biasanya juga ada
tanya jawab mas kalau ada yang tidak bisa.”
RT : “Biasanya mas ibu “P” selalu mendampingi kami saat melakukan
kegiatan praktek, sehingga ketika saya kebingungan, saya langsung
bertanya pada ibu “P”
98
EL : “Tutor selalu mendampingi mas, bila ada kesulitan langsung bisa
tanya jawab. Santai mas tidak sepaneng.”
Kesimpulan : Tutor mendampingi peserta dalam proses pelatihan.
6. Bagimana bentuk evaluasi yang digunakan dalam pelatihan program
tatarias ini ?
P : “Setelah melakukan pelatihan Ibu P adakan evaluasi mas, hal ini
supaya saya dapat mengetahui keberhasilan pealtihan yang saya
ampu, evaluasi yangsaya gunakan juga menggunakan ujian teori dan
praktek sesuai yang saya ajarkan.”
DW :” Dalam evaluasi kami diberi soal ujian dan kami di berikan waktu
praktek merias sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu “P”
Kesimpulan : Evaluasi dilakukan dengan mengerjakan sal ujian.
7. Bagaimana tujuan dari pelatihan tatrias ini ?
SF : “Tujuan dari pelatihan ini untuk memberdayakan perempuan di
temanggug, dan berharap setelah pelatihan ini perempuan
temanggug mendapatkan keterampilan hidup dalam mencapai
kesejahteraan hidup. Selain itu semoga pealtihan ini menjdi embrio
untuk membentuk lapangan usaha baru di bidang tatarias pengantin
di temanggung”
DW : :Tujuan yang pasti memberikan pelatihan mas agar terampil dalam
hal tata rias. Selebihnya agar para ibu-ibu bisa membuka usaha
melaui tata rias ini mas.”
Kesimpulan : Tujuan pelatihan ini adalah memberdayakan ibu-ibu.
99
8. Bagaimana faktor penghambat dalam pelatihan tatarias ini ?
MS : “Rumah saya jauh mas, jadi saya sering terambat masuk kelas, dan
saya juga harus mengurus rumah dulu sebelum saya berangkat
pelatihan.”
DW : “Rumah saya di dusun mas jadi rumayan kalau harus ke sini, selain
itu perlengkapan yang digunakan juga belom pernah saya gunakan
dirumah, jadi masih erasa kikuk.”
Kesimpulan : jarah tempat pelatihan yang jauh.
9. Bagaimana dampak setelah mengikuti pelatihan ini ?
A : “setelah saya mengikuti ini mas, saya merasakan bahwa ilmu dan
wawasan saya mengenai tata rias menjadi bertambah dan meningkat.
Selain itu juga bermanfaat mas bagi saya dan bisa memberi manfaat
bagi orang sekitar saya”
R : “Banyak mas yang saya dapatkan, saya jadi tahu apa itu alat-alat
rias, yang buat merias pengantin, sekarang bisa merias pengantin
juga mas, yang pasti wawasan bertambah mas”
K : “Jadi mengerti tentang tata rias mas, alat rias juga, yang pasti saya
mempunyai ketrampilan untuk membuka usaha mas karena saya
hanya ibu rumah tangga”
Kesimpulan : setelah mengikuti ketrampiln jadi mempunyai ketrampilan yang
dapat bermanfaat.