Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBINAAN AKHLAK MELALUI TARI TOPENG
DI SANGGAR WIJAYA KUSUMA CIREBON
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Silmi Solihah
NIM 11150520000001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H. / 2020 M.
ABSTRAK
Silmi Solihah, NIM 11150520000001, Pembinaan Akhlak
melalui Tari Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon, di
bawah bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.
Pembinaan akhlak menjadi perhatian utama dalam Islam,
sebagaimana tujuan daripada diutusnya Nabi Muhammad Saw.
ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dalam membina
akhlak tentunya banyak sekali cara yang dapat dilakukan
sehingga mampu membentuk akhlak yang baik atau mulia, salah
satunya melalui kesenian Tari Topeng Cirebon khususnya
Rumyang. Dalam tari Rumyang, termuat nilai-nilai akhlak yang
terdapat dalam unsur tari topeng, yakni gerak, iringan tari, dan
busana tari.
Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis pembinaan
akhlak (2) menganalisis muatan nilai-nilai akhlak yang terdapat
pada Tari Topeng Cirebon (3) menganalisis faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan pembinaan akhlak melalui
Tari Topeng di sanggar Wijaya Kusuma Cirebon.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah
deskriptif naratif dari Miles and Huberman yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa: (1) pelaksanaan
pembinaan akhlak dilakukan bersamaan dengan pelatihan tari (2)
muatan nilai-nilai akhlak yang termuat di dalam tari topeng
adalah akhlak kepada Allah, diri sendiri, dan sesama manusia (3)
faktor yang mempengaruhi proses pembinaan akhlak melalui Tari
Topeng di sanggar Wijaya Kusuma Cirebon adalah terdiri dari
dua faktor, yakni pertama faktor umum, ini berdasarkan dari
tingkat semangat dari anak-anak. Kedua, yaitu faktor khusus
diukur dari waktu anak belajar tari.
Kata Kunci : Pembinaan Akhlak, Tari Topeng, Rumyang
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
limpahan nikmat serta anugerah-Nya, sehingga atas izin-Nya saya
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pembinaan Akhlak
melalui Tari Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. semoga kita menjadi umatnya yang terbaik
sehingga kelak mendapat syafaatnya di hari kiamat. Amin.
Penulis senantiasa mengucap syukur atas banyaknya tahapan
yang telah dilewati dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan,
maka dari itu penulis menerima berbagai saran dan kritik yang
membangun.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
sekali dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua yang
membantu dalam penyelesaian skripsi ini :
1. Suparto, M.Ed, Ph.D. Selaku Dekan sekaligus selaku Dosen
Penasihat Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam A angkatan 2015 yang selalu mendorong kami untuk
semangat dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir.
Dr. Siti Nafsiyah, S.Ag, BSW, MSW. selaku Wakil Dekan
Akademik, Dr. Sihabuddin N, M.Ag. selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Cecep Castrawijaya, M.A.
ii
selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si. selaku Ketua Program
Studi serta Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Drs. Azwar Chotib, M.Si. selaku pembimbing skripsi penulis
yang selalu membantu, membimbing, dan sabar kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis selama
proses belajar di kampus
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memfasilitasi penulis untuk mencari referensi dalam
penyusunan skripsi.
6. Ketiga orang tua penulis, bapak Syafrudin (Alm), Mamah
Nina Nurhasanah, dan Ayah Latip yang selalu memenjatkan
do’a untuk penulis dan tidak hentinya memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis. Serta Aa Idris Nur Iskandar
dan Adek Ahmad Dafi Al-Bukhori yang selalu membuat
penulis tersenyum.
7. Sanggar Wijaya Kusuma, khususnya Mas Inu Kertapati dan
Ibu Eti yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian. Serta Febi, Mas Surya, Silvi, dan
Triyana yang telah membantu penulis selama proses
penelitian.
8. Kepada sahabat karib Khaerul Anwar, Aisyah Nur Firdausi
S.K., Mutiah Rabi’ah Al-Adawiyah, Vidia Himawan,
iii
Sahvilla Meutia Sari, dan Sa’dulloh Amin yang senantiasa
membantu dan menyemangati penulis dalam penyusunan
skripsi. Serta kepada seluruh teman-teman BPI 2015 yang
selalu memberikan semangat dan do’a serta bantuannya
kepada penulis.
9. Kepada kakak-kakak penulis Abdul Muiz, Millah Robi’atul
Muthmainnah, Nur Alfi Laeli, Abidah, Khudzaefah,
Firokhmatillah, Dewi Rohmayanti, Munawaroh, Fiqih
Sampurna, dan Mubarok yang selalu memberikan motivasi
dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.
10. Kepada Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati
Jabodetabek dan Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya
yang telah menjadi separuh kehidupan penulis selama masa
studi penulis di universitas.
11. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga
Allah membalas dengan yang lebih. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini bisa
memberikan manfaat bagi keilmuan BPI dan setiap pembaca.
Jakarta, 31 Januari 2020
Penulis,
Silmi Solihah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
PENYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR …………………………………… i
DAFTAR ISI ………….………………………………….. iv
DAFTAR TABEL ……………….……………………….. vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………….…. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………..………………. 1
B. Fokus masalah ………………………… 10
C. Rumusan masalah …………………….. 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .………. 11
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .................... 12
F. Metodologi Penelitian ………………… 21
G. Sistematika Penulisan ………………… 28
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Pembinaan Akhlak .….. 31
1. Pengertian Pembinaan …….………. 31
2. Fungsi Pembinaan ………………… 32
3. Pengertian Akhlak ………………… 33
4. Pembinaan Akhlak ………………... 37
5. Ruang Lingkup Akhlak …………… 38
6. Metode Pembinaan Akhlak ………. 53
v
B. Landasan Teori Tari Topeng …………… 55
1. Pengertian Tari Topeng ……...……… 55
2. Fungsi Tari …………………….......... 57
3. Unsur-Unsur Tari …………………… 58
4. Unsur Tari Topeng Rumyang ……….. 60
C. Kerangka Berpikir ……….…….…….…. 60
BAB III GAMBARAN LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Sanggar Wijaya Kusuma ….….. 63
B. Letak Geografis ……………….….…… 64
C. Visi dan Misi………………..………..... 64
D. Struktur Organisasi ……………….…... 64
E. Pagelaran yang pernah diikuti…….…… 65
F. Jadwal Kegiatan ….…………………… 68
G. Sarana dan Prasarana ….…….….….….. 69
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan…………………….. 71
B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak melalui
Tari Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma 78
C. Metode Pembinaan Akhlak ..………..… 84
D. Tari Topeng Cirebon …..…………….... 85
E. Unsur Tari Topeng Rumyang …….…… 89
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak
melalui Tari Topeng di Sanggar Wijaya
Kusuma Cirebon …...…………………. 123
vi
B. Analisis Nilai Akhlak pada Tari Topeng
Rumyang ……………………………… 124
C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Pembinaan Akhlak melalui Tari Topeng
Cirebon …………………….………….. 144
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan …………………………….…. 147
B. Implikasi …………………………….…. 148
C. Saran …………………………………… 148
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 151
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Mingguan …………….…………. 68
Tabel 3.2 Sarana Prasarana Sanggar Seni Wijaya
Kusuma ……………………………….… 69
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir …………………… 60
Gambar 4.1 Topeng atau Kedok ……….…….….... 89
Gambar 4.1 Gerak Lembeyan Alon ……………….. 91
Gambar 4.2 Gerak Mincig ………………………… 92
Gambar 4.3 Gerak Buang Sumping ……………….. 93
Gambar 4.4 Gerak Banting Tangan …………...….. 94
Gambar 4.5 Gerak Incek Meneng …………………. 94
Gambar 4.6 Gerak Ngelarap ………………………. 95
Gambar 4.7 Gerak Incek Miring Banting Tangan … 96
Gambar 4.8 Gerak Ayun Tangan ………………….. 97
Gambar 4.9 Gerak Incek Meneng Nengok ………… 98
Gambar 4.10 Gerak Kenyut ……………………….. 99
Gambar 4.11 Gerak Tindak Tiga Maju Mundur ….. 99
Gambar 4.12 Gerak Sepak Soder ………………… 100
Gambar4.13 Gerak Pak Bang …………………….. 101
Gambar 4.14 Gerak Lembeyan Dua Tangan ……. 102
Gambar4.15 Gerak Godeg ...……………………… 102
Gambar 4.16 Gerak Incek Ngolah Sumping ………. 103
Gambar 4.17 Gerak Godeg Iya ……………………. 104
Gambar 4.18 Gerak Buka Topeng dan Salam ……... 105
Gambar 4.20 Kostum Penari Topeng ……………....106
Gambar 4.22 Sobra …………………………………106
ix
Gambar 4.23 Kutang Penopengan .………………... 107
Gambar 4.24 Kain Lancar …………………………. 108
Gambar 4.25 Soder ………………………………... 108
Gambar 4.26 Kerodong ……………………………. 109
Gambar 4.27 Kace ……………………………….. 109
Gambar 4.28 Badong ……………………………… 110
Gambar 4.29 Tutup Prasa …………………………. 111
Gambar 4.30 Dasi …………………………………. 111
Gambar 4.31 Gelang ………………………………. 112
Gambar 4.32 Keris ………………………………… 112
Gambar 4.33 Alat Musik Saron …………………… 114
Gambar 4.34 Alat Musik Kenong dan Jengglong …. 115
Gambar 4.35 Alat Musik Penerus …….…………… 116
Gambar 4.36 Alat Musik Geblug ………………….. 117
Gambar 4.37 Alat Musik Kecrek ………………….. 118
Gambar 4.38 Alat Musik Kendang ………………... 118
Gambar 4.39 Alat Musik Bonang …………………. 119
Gambar 4.40 Alat Musik Gong ……………………. 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di
dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap
dan tingkah laku perbuatan seseorang seperti sifat sabar, kasih
sayang, atau sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri,
dan dengki, sehingga memutuskan tali silaturahmi.1 Sedangkan
menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa
melakukan pemikiran dan pertimbangan atau akhlak adalah
suatu sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan
tindakan dan perbuatan manusia baik terhadap Tuhan, sesama
manusia, atau diri sendiri.2
Menurut Mustofa, akhlak menurut bahasa ialah bentuk
jamak dari kata khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Akhlak disamakan dengan
kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat
batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti
wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa
Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos
atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin,
1 KH Abdullah Salim, Akhlaq Islam (Jakarta: Media Dakwah, 1994)
Cet. Ke-4, h.5 2 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018) h.13
2
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos
kemudian berubah menjadi etika.3
Berbicara mengenai akhlak, tak lepas dari pembahasan
etika, moral, dan susila. Etika berasal dari bahasa Yunani yakni
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika menurut
istilah yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah
ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di
dalam hidup mausia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenainya tujuannya
yang dapat merupakan perbuatan.4
Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin, mores yaitu
jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Selanjutnya moral
dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik, atau buruk.5 Selanjutnya, susila atau
kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapatkan awalan
ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahsa Sansekerta,
yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus, dan sila berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau normal. Kata susila selanjutnya
digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.
Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
3 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Persepektif Alquran
(Jakarta: Amzah, 2007) h.2 4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.88 5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.90
3
sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan
buruk. Para pelaku zina misalnya sering diberi gelar sebagai
tuna susila.6
Berdasarkan fungsinya, dapat dikatakan bahwa etika,
moral, susila, dan akhlak memiliki kesamaan, yaitu
menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik dan buruknya.
Perbedaan diantaranya adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika
dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal
pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak aturan yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-
qur’an dan hadis. Perbedaan selanjutnya terletak pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat
teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat
praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual. Etika
menjelaskan ukuran baik buruk, sedangkan moral dan susila
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Selanjutnya, etika, moral, dan susila berasal dari produk rasio
dan budaya masyarakat, sedangan akhlak berasal dari Tuhan
(wahyu). Berdasarkan sifatnya, wahyu bersifat mutlak, absolut
6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.94
4
dan tidak dapat diubah, sementara etika, moral, dan susila
sifatnya terbatas dan dapat diubah.7
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
antara etika, moral, susila, dan akhlak memiliki kesamaan
objek yakni perbuatan manusia. Juga memiliki perbedaan
berdasarkan, sumber penilaian, sifat, dan kawasan
pembahasan. Terlepas dari itu semua, istilah tersebut memiliki
tujuan yang sama yakni untuk membentuk pribadi manusia
yang baik dan mulia. Bersamaan dengan tujuan tersebut,
ternyata Islam sudah lebih konsen terhadap pembentukan
pribadi manusia yang baik dan mulia, tercantum dalam hadis
bahwa Islam turun ke bumi dengan tujuan untuk
menyempurnakan akhlak manusia dengan diutusnya Nabi
Muhammad Saw. Secara umum, akhlak terbagi menjadi dua
yaitu akhlak mulia (akhlaqul karimah) dan akhlak tercela
(akhlaqul madzmumah), yang menjadi tujuan dari diutusnya
Nabi Muhammad adalah akhlak mulia. Seperti pada hadis
berikut :
ق )رواه البيهقي عن ابو هريرة(
لخ ارم ال
م مك
م تت ل
ما بعث ان
Artinya: ”Sesunggunya aku diutus tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Baihaqi dari Abu
Hurairah)8
7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.94-95 8 KH Abdullah Salim, Akhlaq Islam (Jakarta: Media Dakwah, 1994)
Cet. Ke-4, h.4
5
Ini menandakan bahwa Islam sangat serius dalam persoalan
akhlak, karena akhlak adalah pondasi kaum muslim. Akhlak
sendiri menempati kedudukan yang penting dalam kehidupan
manusia sebagai individu atau masyarakat dan bangsa, sebab
jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka
sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka
rusaklah lahir dan batinnya.9
Untuk mencapai akhlak yang mulia, Allah telah berfirman
dalam Al-Qur’an bahwasannya Nabi Muhammad Saw. adalah
suri tauladan yang baik. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
خر يوم ال
ه وال
ان يرجوا الل
من ك
ل حسنة
سوة
ه ا
م في رسول الل
كان ل
د ك
ق ل
ثيرا
ه ك
ر الل
ك ١٢ -وذ
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah. ” (Q.S. Al-Ahzab: 21)10
Kemudian Allah memuji akhlak nabi Muhammad Saw.
dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi :
ق عظيم لى خ
عل
ك ل ٤ –وان
9 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Persepektif Alquran
(Jakarta: Amzah, 2007) h.1 10 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.420
6
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-
benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S.Al-Qalam:4)11
Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan hadis di atas, kita dapat
menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai role model umat
muslim untuk menuju akhlak yang mulia atau yang baik.
Tetapi, pada faktanya sampai saat ini umat Islam masih
mengalami krisis akhlak, khususnya remaja. Tak jarang sering
terjadi tawuran antar remaja sekolah, pergaulan bebas,
narkoba, kriminalitas dan sebagainya yang menandakan bahwa
masih minimnya akhlak remaja muslim, serta pengaruh dari
perkembangan zaman yang semakin tak menentu membuat
pengaruh buruk dapat dengan mudah merasuki para remaja
dengan mudahnya akses internet yang bisa diakses kapanpun
dan dimanapun.
Masa remaja merupakan sebuah fase peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Saat di mana mereka mulai
mencari jati diri dan mencoba berbagai hal yang baru.
Sehingga sangat diperlukan bekal ilmu agama yang bisa
memberikan pengetahuan tentang hal baik dan buruk, terutama
pembinaan akhlak untuk membentengi mereka dari berbagai
masalah di atas.
Dalam melakukan pembinaan akhlak, banyak sekali cara
yang dilakukan, seperti di lingkungan keluarga, masyarakat
dan di sekolah. Tetapi pembinaan akhlak juga bisa dilakukan
dalam ruang lingkup seni. Seperti yang dilakukan oleh sanggar
11Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun
2005. Bandung: CV Penerbit J-ART. h.564
7
tari Wijaya Kusuma yang melakukan kegiatan pembinaan
akhlak melalui seni tari topeng.
Sanggar tari Wijaya Kusuma tidak hanya mengajarkan tari,
namun sanggar ini melakukan kegiatan pembinaan akhlak
melalui pemaknaan Tarian Topeng yang diajarkan. Sehingga
anak binaan di sanggarnya tidak hanya bisa menari tapi bisa
menerapkan nilai-nilai akhlak sebagai bekal berkehidupan
nanti serta menghadapi siklus perkembangan zaman yang
semakin tak menentu arah.
Tari topeng merupakan seni tari yang diciptakan untuk
penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Djati dan Sunan
Kalijaga, sehingga tari topeng ini lekat dengan nilai-nilai
akhlak. Tidak seperti seni tari lainnya, banyak seni tari yang
tidak memperhatikan muatan akhlak dalam tariannya.
Sehingga para pelaku kesenian hanya mendapat keterampilan
menari saja. Seni tari seharusnya tidak hanya memberikan
keterampilan menari kepada para pelakunya, tetapi haruslah
termuat di dalamnya nilai-nilai akhlak. Sehingga seni tari
sebagai bagian dari budaya tidak hanya menari tetapi juga
terdapat pembinaan akhlak bagi para pelaku seni tersebut.
Dalam dunia seni atau estetika, dikenal paham bahwa
estetika memberikan kebebasan seutuhnya kepada pelaku seni
untuk berkeskpresi sedemikian rupa tanpa adanya batasan nilai
maupun norma yang artinya estetika bebas dari agama dan
tanpa memperdulikan agama.12 Estetika cenderung kepada anti
12 Tri Yuliana Wijayanti, “Seni Tari dalam Pandangan Islam”. IAIN
Batusangkar: Jurnal Al-Fuad 2, no.2 (2018): 243.
8
norma dan kesopanan, sedangkan agama cenderung kepada
moralitas dan kesopanan.
Tetapi tari topeng hadir dengan perbedaan, dalam seni tari
topeng estetik dihadirkan berlandaskan nilai maupun norma,
juga tak bebas dari agama, sehingga terdapat pertemuan antara
estetik dan agama yang termanifestasikan ke dalam gerakan
tari yang indah dan makna dari tarian tersebut.
Karena itulah Tari Topeng memiliki makna-makna yang
mengandung ajaran Islam, sehingga tarian ini sarat akan
makna. Tari topeng, menurut Pitutur (cerita orang terdahulu)
adalah sebuah kesenian yang benar-benar diciptakan untuk
membantu syiar Islam yang dipelopori oleh Sunan Kali Jaga
dan Sunan Gunung Djati. Pemilihan kesenian tari sebagai
media syiar utama pada masa itu adalah melihat atas dasar
masyarakat Cirebon terdahulu sangat menyukai kesenian dan
hal-hal yang menarik, maka dibuatlah kesenian tari topeng
yang dilandasi atas makna filosofi tahap kehidupan, agama,
sosial, dan karakter manusia yang harapannya melalui tari
topeng ini agama Islam dapat diterima dengan baik oleh warga
Cirebon.13
Tari topeng yang terdiri dari lima macam tarian, yaitu
Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Klana yang apabila
dilihat dari filosofi karakter manusia memiliki makna
tersendiri. Iringan gamelan dan gerakan tari yang sangat
13 Hasil wawancara dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019
9
berbeda mencerminkan keadiluhungan tari yang biasa ditonton
kalangan bangsawan keraton di masa lalu.14
Sosok yang sangat angkuh dan serakah digambarkan pada
tarian tersebut. Selain penggambaran karakter, kelima tarian
tersebut juga memiliki filosofi perkembangan hidup manusia.
Dimulai dari tarian pertama yaitu Panji yang menggambarkan
sosok manusia yang baru lahir ke dunia sampai Kelana yang
menggambarkan sosok manula yang kembali lagi ke masa
anak-anak yang lebih sensitif.15
Salah satu jenis tari topeng yang idenik dengan remaja
adalah Rumyang, yakni tarian yang memang menggambarkan
karakter seorang remaja yang cenderung labil dan sedang
mencari jati diri. Sehingga Rumyang menjadi fokus pada
penelitian ini.
Banyak juga diperdebatkan oleh kalangan muslim tentang
menari, khususnya untuk perempuan yang menari karena
sebaiknya dihindari, tetapi Islam sebenarnya menghidupkan
rasa keindahan dan mendukung kesenian, namun dengan
syarat-syarat tertentu, yakni jika kesenian itu membawa
perbaikan dan tidak merusak atau menghancurkan, tetapi
membangun.16
14 M.Noer Nurdin, Menusa Cerbon (Cirebon: Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, 2009) h.35 15 Hasil wawancara dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019 16 Nur Aminah Nasution, “Seni Islam sebagai Media Dakwah” Studi
Kasus: Kesenian Tari Badui di Dusun Semampir, Desa Tambakrejo, Kecamatan
Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Sejarah Peradaban Islam Vol.
1 No. 2 (2017) ISSN 2580-8311. h.301
10
Atas dasar uraian di atas, bisa diketahui bahwa seni Tari
Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma ini menyangkut
pembinaan akhlak atau tidak karena ini menyangkut sebuah
hasil produk yang nantinya akan dipilih oleh masyarakat
sebagai pilihan sanggar tari yang memuat pembinaan akhlak,
sehingga remaja yang masuk ke sanggar tari tersebut dapat
memiliki keterampilan tari sekaligus akhlak yang baik. Jika
tidak diteliti, maka akan banyak anak remaja yang masuk ke
sanggar tari yang tidak memuat pembinaan akhlak, sehingga
anak remaja tersebut hanya memiliki keterampilan tari tanpa
mendapatkan pembinaan akhlak yang membuatnya berpotensi
untuk berakhlak buruk.
Berdasarkan itulah maka penulis bermaksud melakukan
penelitian lebih lanjut sekaligus dijadikan judul skripsi, yaitu :
“Pembinaan Akhlak melalui Tari Topeng di
Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon”.
B. Fokus Masalah
Penulis memfokuskan permasalahan penelitian tentang
pembinaan akhlak pada keikutsertaan kegiatan seni dan budaya
seperti kesenian tari topeng di Sanggar Wijaya Kusuma
Cirebon. Adapun keterangan lebih lanjutnya adalah pertama,
pembinaan akhlak yang dimaksud adalah kegiatan yang
bertujuan untuk membina akhlak anak-anak binaan di Sanggar
Wijaya Kusuma melalui kegiatan Tari Topeng.
Kedua, Tari Topeng yang di maksud adalah kesenian tari
tradisional yang berasal dari Cirebon, jenis tari yang menjadi
fokus adalah Tari Rumyang. Dalam kesenian Tari Topeng
11
didapati beberapa unsur, yakni gerakan tari, musik, topeng, dan
pakaian.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana
pembinaan akhlak melalui Tari Topeng di Sanggar Wijaya
Kusuma. Adapun turunan dari rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak di Sanggar
Wijaya Kusuma Cirebon ?
b. Apa saja nilai akhlak yang terdapat pada Tari Topeng
Cirebon ?
c. Apa faktor yang mempengaruhi selama proses pelaksanaan
pembinaan akhlak di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pembinaan akhlak melalui tari topeng di
Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon. Adapun turunan dari
tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pelaksanaan pembinaan akhlak di
Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon;
b. Untuk menganalisis nilai akhlak yang terdapat pada
Tari Topeng Cirebon;
c. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi selama
proses pelaksanaan pembinaan akhlak di Sanggar
Wijaya Kusuma Cirebon.
12
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Untuk menambah wawasan keilmuan Bimbingan
Penyuluhan Islam.
b. Empiris
Untuk menambah informasi bagi orang tua, guru,
dan siapapun dalam upaya pembinaan akhlak.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tinjauan kajian terdahulu diperlukan untuk untuk dijadikan
rujukan penulis dalam penelitian, yakni bisa berupa skripsi
yang memiliki kemiripan dengan penelitian penulis. Namun
terdapat perbedaan dari segi objek dan subjek penelitian yang
menjadikan pembeda antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian penulis. Berikut tinjauan kajian terdahulu yang
dipakai oleh penulis :
1. Judul : “Pembinaan Akhlak Terhadap Anak di
Yayasan Nanda Dian Nusantara
Ciputat Tangerang Selatan”
Nama : Zulkifli
NIM : 108052000020
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2014
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan
pembinaan akhlak, metode yang digunakan, serta faktor
yang menghambat dalam pembinaan akhlak terhadap anak
13
di Yayasan Nanda Dian Nusantara. Dalam skripsi ini
diungkapkan bahwa permasalahan yang ada adalah
terkikisnya akhlak manusia di zaman modern ini yang
diawali dengan adanya pergeseran nilai baik dan buruk di
masyarakat, sehingga munculnya rasa kekhawatiran penulis
terhadap perubahan standar etika baik dan buruk yang
dianut manusia.
Teori yang digunakan adalah teori Pembinaan dari
Hendiyat Soetopo, Zakiyah Drajdat, Dr. M. Abdullah Daraz,
Abdullah Amin, Soegarda Poerbakawatja, Hamzah Yaqub,
Farid Ma’ruf, Ibnu Miskawaih, dan Imam Al-Ghazali.
Adapun hasil yang didapat dalam penelitian ini
adalah metode yang digunakan adalah metode ceramah,
keteladanan, tanya jawab, pengawasan, pembiasaan, dan
metode teguran atau hukuman. Materi yang disampaikan
yaitu pelajaran Al-Qur’an dan fiqh. Sedangkan faktor yang
mengahambat proses pembinaan akhlak meliputi dua aspek,
yakni internal dan eksternal. Skripsi tersebut memiliki
kesamaan dengan penelitian ini, yakni sama membahas
tentang pembinaan akhlak. Namun terdapat perbedaan,
yaitu pada penelitian di atas pembinaan akhlak dilakukan
melalui metode ceramah, keteladanan, tanya jawab,
pengawasan, pembiasaan, dan metode teguran atau
hukuman, sedangkan penelitian penulis pembinaan
akhlaknya melalui kesenian tari topeng.
2. Judul : “Efektivitas Metode Bimbingan Agama
dalam Membina Akhlak Remaja di
14
Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pusat Leuwisadeng Bogor”
Nama : Fajriah Septiani
NIM : 1111052000022
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2015
Skripsi ini mendeskripsikan tentang tingkat
efektifitas metode bimbingan agama dalam membina
akhlak remaja. Dalam skripsi ini diungkapkan bahwa
permasalahan yang ada adalah banyaknya kasus
penyimpangan moral yang dilakukan oleh remaja yang
disebabkan beberapa faktor, diantaranya lingkungan
masyarakat dan keluarga yang berdampak pada hilangnya
rasa empati terhadap orang lain, berkurangnya rasa hormat
terhadap orang tua, tidak mempunyai rasa toleransi, kurang
kontrol diri, dan tidak baik hati serta tidak adil dalam suatu
hal.
Teori yang digunakan adalah teori Metode
Bimbingan agama dari H. M. Arifin dan teori akhlak dari
Zakiyah Dradjat dan Al-Ghazali.
Hasil yang didapatkan adalah metode bimbingan
sebagai metode yang digunakan untuk membina akhlak
remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat dinilai
efektif. Persamaan yang didapati dengan penelitian ini
adalah sama mebahas pembinaan akhlak, sedangkan
15
perbedaannya penelitian di atas menitikberatkan tentang
efektifitas metode pembinaan yang digunakan, sedangkan
penelitian penulis menitikberatkan pada bagaimana
pembinaan akhlak melalui Tari Topeng.
3. Judul : “Tari Topeng Cirebon Kesenian yang
Diislamkan”
Nama : Nurul Fitri
NIM : 07120027
Fakultas : Adab dan Ilmu Budaya
Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Tahun : 2013
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang sejarah tari
topeng, fungsi Tari Topeng di masyarakat Cirebon, dan
nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya.
Permasalahan yang diangkat di dalam skripsi ini adalah
bagimana perkembangan sejarah Tari Topeng Cirebon,
apakah fungsi Tari Topeng Cirebon, dan adakah nilai—nilai
Islam pada kesenian Tari Topeng Cirebon.
Teori yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah teori
akulturasi dengan pendekatan Antropologi budaya.
Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah kesenian
Tari Topeng yang merupakan sebuah kesenian daerah yang
berkembang di Jawa Timur yang biasa digunakan sebagai
seni pertunjukan rakyat, lalu dimodifikasi oleh Sunan
Kalijaga dengan memasukan nilai-nilai Islam di dalamnya
dan menjadikan Tari Topeng sebagai media dakwah dalam
16
penyebaran ajaran agama Islam. Fungsi Tari Topeng di
masyarakat Cirebon adalah sebagai sarana media dakwah,
komunikasi, dan ekkonomis. Tari topeng juga memiliki
muatan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya,
mulai dari gerakan dan pakaian.
4. Judul : “Ritus Penari Topeng Cirebon dalam
Membangun Identitas Sosial”
Nama : Ghina Amaliyah Sholihah
NIM : 12540008
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Tahun : 2015
Dalam Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana ritus
penari topeng Cirebon dalam membangun identitas sosial.
Permasalahan yang diungkap dalam skripsi ini adalah apa
makna ritual dalam pementasan tari topeng Cirebon dan
bagaimana penari topeng Cirebon mementuk identitasnya
sehari-hari.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pertama, terdapat dua macam ritual dalam pertunjukkan tari
topeng Cirebon, yaitu ritual fisik yang dimaknai sebagai
bentuk penghormatan kepada benda kuno dengan memberi
makan benda-benda yang disakralkan untuk mengeluarkan
energi lama dan digantikan dengan energi baru (mupuk).
Dan ritual batin yang dimaknai sebagai upaya untuk
memperoleh keselamatan sebagai bentuk pengosongan diri
17
melalui tirakat-tirakat yang dijalankan agar penari topeng
selalu memiliki sifat ikhlas (menep) dan dilatih untuk
belajar prihatin agar penari selalu mendapatkan
keselamatan. Kedua, penari topeng keturunan dan non
keturunan memiliki identitas yang berbeda, penari topeng
keturunan lebih dikenal dengan mistiknya dibandingkan
dengan penari non keturunan. Perbedaan identitas tersebut
dapat dilihat dari motifnya menjadi penari, nilai historisnya,
dan nilai estetik dalam menyampaikan makna-makna
filosofis tari topeng. Penari topeng keturunan terikat oleh
syarat-syarat dan ritual khusus dari keturunannya, hal ini
sebagai bentuk untuk memelihara identitas kelompok penari
topeng Cirebon keturunan, berbeda dengan penari topeng
non keturunan yang tidak terikat oleh syarat-syarat dan
ritual khusus, identitas penari topeng non keturunan hanya
sebagai bentuk hiburan, menyalurkan hobi dan pelestarian
budaya.
5. Judul : “Peran Rumah Singgah Cahaya Anak
Negeri dalam Meningkatkan Akhlak
Anak Jalanan.”
Nama : Muhamad Sirojudin
NIM : 1110052000001
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2015
18
Dalam skripsi ini, mendeskripsikan tentang bagaimana
peran rumah singgah Cahaya Anak Negeri dalam
meningkatkan Akhlak Anak Jalanan. Permasalahan yang
diungkap pada skripsi ini adalah tentang anak jalanan yang
tak kunjung henti, bahkan bertambah kompleks dan perlu
perhatian semua pihak. Pada kenyataannya banyak pendapat
yang menyatakan bahwa anak jalanan adalah sampah
masyarakat. Selain itu anak jalanan sering meresahkan
warga, karena dengan sikap mereka yang bebas dan tanpa
aturan. Kurangnya penanganan terhadap permasalahan anak
jalanan terutama kurangnya pembinaan akhlak bagi anak
jalanan.
Teori yang digunakan teori peran dari Wirawan
Sarwono serta teori akhlak dari Abudin Nata. Hasil dari
penelitian tersebut adalah bahwa peran rumah singgah
tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting
terhadap upaya membina akhlak anak jalanan, dengan cara
mebaur dengan mereka, sehingga lebih mudah dalam
pelaksanaannya. Kesamaan yang ada pada penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan pembahasan akhlak,
namun perbedaannya adalah bahwa penelitian ini
dilaksanakan di sebuah sanggar tari.
6. Judul : “Peran Pembimbing Agama dalam
Membina Akhlak Remaja di Rumah
Yatim Arrohman Cilandak Jakarta
Selatan”
Nama : Muhammad Dhano Purwanto
19
NIM : 1080520000017
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2015
Dalam skripsi ini penulis mendeskripsikan mengenai
bagaimana peran pembimbing agama dalam membina
akhlak remaja di rumah yatim. Permasalahan yang
diungkap pada skripsi ini bahwa tidak semua anak
mendapatkan keberuntungan masih memiliki orang tua
yang lengkap, beberapa ada yang dalam kondisi yatim.
Namun, anak yatim bukan berarti tidak berhak
mendapatkan pembinaan akhlak.
Teori yang digunakan adalah teori peran dari Soerjono
Soekanto, Kun Maryati, David Berry, Sarlito Sarwono,
Abu Ahmadi. Sedangkan untuk teori metode bimbingan
agama menggunakan teori dari M. Lutfi. Serta teori akhlak
dari Asep Usman Ismail, dan Asmaran As.
Adapun hasil yang didapat adalah bahwa peran
pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di
Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta adalah berjalan
dengan baik dan memuaskan. Persamaan dengan penelitian
ini adalah sama-sama membahas tentang akhlak.
Perbedaannya, skripsi tersebut menitikberatkan pada peran
seorang pembimbing agama, sedangkan skripsi penulis
meitikberatkan pada pembinaan akhlak melalui Tari
Topeng Cirebon.
20
7. Judul : “Peran Pembimbing Agama dalam
Pembinaan Akhlak Santri Remaja di
Pesantren Yatim Nurul Amanah
Jagakarsa Jakarta Selatan”
Nama : Sadam Husen
NIM : 1090520000006
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2015
Dalam skripsi ini penulis mendeskripsikan mengenai
bagaimana peran pembimbing agama dalam membina
akhlak remaja di Pesantren Yatim Nurul Amanah Jagakarsa
Jakarta Selatan. Permasalahan yang diungkap pada skripsi
ini bahwa seiring majunya perkembangan zaman serta
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tak sedikit
dampak yang ditimbulkan bagi manusia, salah satunya
dampak yang paling berbahaya adalah menjadikan dunia
sebagai satu-satunya tujuan dari kebahagiaan hidup yang
diukur dengan nilai material yang dimiliki, sehingga sedikit
demi sedikit meninggalkan nilai-nilai spiritual yang
sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan
mengendalikan akhlak manusia. serta kasus-kasus
kenaklan remaja yang kian tumbuh disebabkan oleh tidak
mengetahui bahkan mengenal persoalan akhlak. Teori yang
digunakan adalah teori peran dari Biddle & Thomas, Sarlito
Sarwono, dan Abu Hamdani.
21
Adapun hasil yang dideskripsikan adalah bahwa peran
pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di
Pesantren memiliki peran yang sangat penting. Persamaan
yang didapat dalam penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan akhlak sebagai bahasan. Perbedaannya,
skripsi tersebut menitikberatkan pada peran seorang
pembimbing agama, sedangkan skripsi penulis
meitikberatkan pada pembinaan akhlak melalui Tari
Topeng Cirebon.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Menurut Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakuakan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang
ada dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki,
penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga
berbeda dengan penelitian kuantitatif.17
Metode yang digunakan adalah studi fenomenologi.
Menurut Jhon W. Creswell, studi fenomenologi yakni
mencoba mencari arti pengalaman dalam kehidupan.
Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep,
pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian
makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah mencari atau
17 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2013) cet. Ke-5, h.21-22
22
menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau
mendasar dari pengalaman hidup.18
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sanggar Wijaya Kusuma
yang beralamat di Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun,
Kabupaten Cirebon. Adapun pengambilan data lapangan
dilakukan pada bulan 18 Oktober 2019 – 05 Januari 2020.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Setelah melakukan survei di beberapa sanggar di
Kabupaten Indramayu dan Cirebon, didapatkan
hasil bahwa hanya sanggar Wijaya Kusuma yang
melakukan pembinaan akhlak, sedangkan sanggar
lainnya hanya melakukan kegiatan pembelajaran
tari seperti pada umumnya;
b. Melihat dari kredibilitas pelatih tari, yaitu Inu
Kertapati (Inusi) yang merupakan titisan langsung
dari kakeknya yang merupakan seniman gaya
slangit, serta diberi kepercayaan oleh keraton
kasepuhan, kanoman, dan objek wisata Goa
Sunyaragi untuk menjadi pelatih Tari Topeng.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai
subjek penelitian adalah ketua sekaligus pelatih
18 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016) h.57
23
sanggar, pengelola sanggar, dan anak-anak binaan
di sanggar Wijaya Kusuma.
b. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan objek
penelitian adalah pembinaan akhlak melalui Tari
Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan
triangulasi/gabungan. 19
a. Observasi
Menurut Arikunto dalam Imam Gunawan
(2013) observasi merupakan suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis.20
Dalam penelitian ini peneliti melakukan
observasi dengan mengikuti berbagai kegiatan yang
ada di sanggar Wijaya Kusuma untuk mengetahui
aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian dan
lebih mendalami penelitian, serta melakukan
pencatatan secara sistematis mengenai apa yang
dilihat dan didapatkan di setiap kegiatan observasi.
19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV Alfabeta, 2009) cet. Ke 8, h.225 20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) h.143
24
Seperti kegiatan harian pembinaan akhlak yang
sekaligus pelatihan tari, latihan gabungan, serta
ujian tari.
b. Wawancara/Interview
Menurut Setyadin, wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan
dimana dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik.21
Dalam melakukan penelitian, peneliti
menggunakan wawancara sebagai teknik
pengumpulan data utama yang dilakukan secara
face to face dengan informan. Jenis wawancara
yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
sehingga peneliti sudah menyiapkan daftar
pertanyaan. Juga peneliti menambahkan
pertanyaan-pertanyaan baru selama di lapangan
yang bertujuan untuk menggali informasi lebih
dalam.
c. Teknik pengumpulan data dengan dokumen
Menurut Sugiyono, dokumen merupakan
peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk
tulisan, gambar, atau karya monumental dari
seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) h.160
25
Teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber noninsani.
Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. 22
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik dokumentasi sebagai alat instrumen dalam
pengumpulan sumber data, yang terdiri dari buku
seperti tentang akhlak dan tari, rekaman
wawancara, foto kegiatan sanggar, dan video
kegiatan sanggar dan tari topeng Rumyang.
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan ketiga teknik di atas,
yakni wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Apabila peneliti menggunakan triangulasi dalam
pengumpulan data dalam penelitian, maka ia
mengumpulkan data sekaligus menguji
kredibilitas data. Triangulasi teknik adalah teknik
yang dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. 23
Pada teknik triangulasi ini, yang dilakukan
peneliti adalah triangulasi data, yakni peneliti
22 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) h.176 23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV Alfabeta, 2009) cet. Ke 8, h.236
26
menggali sumber data dari satu informan, tetapi
dalam proses pengambilan data di lapangan
peneliti menggunakan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dari ketiga teknik
tersebut peneliti dapat mengetahui data mana yang
valid.
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
sumber data, yaitu :
a. Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini meliputi
kepala sanggar, pelatih, dan anak binaan di Sanggar
Wijaya Kusuma Cirebon.
b. Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini
meliputi dokumentasi, buku, jurnal atau yang lainnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
27
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif bersifat induktif.24
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif
naratif. Miles and Huberman (1984) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi.25
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang penulis dapatkan di lapangan
jumlahnya cukup banyak, mulai dari buku rujukan,
observasi, dan data wawancara yang berasal dari
rekaman peneliti. Lalu penulis melakukan
pencatatan secara teliti dan rinci untuk dilakukan
analisis data melalui reduksi data dengan
merangkum dan memfilter data mana saja yang
diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Dengan
demikian terlihat mana data yang diperlukan dan
mana yang tidak.
b. Penyajian data (Data Display)
Setelah melakukan reduksi data yang
bersumber dari buku, observasi, dan rekaman
wawancara, penulis melakukan display data yaitu
24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV Alfabeta, 2009) cet. Ke 8, h.244-245 25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV Alfabeta, 2009) cet. Ke 8, h.218-220
28
memindahkan hasil rangkuman ke dalam tulisan
dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion
Drawing/Verification)
Langkah ketiga yang penulis lakukan adalah
penarikan kesimpulan/verifikasi. Penarikan
kesimpulan ini berdasarkan data yang sudah
didapatkan oleh penulis. Lalu penulis melakukan
verifikasi data yakni mencocokan kembali dengan
hasil data awal dan melakukan verifikasi terhadap
subjek penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengacu pada
pedoman penulisan karya ilmiah berdasarkan Keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun
2017 Tanggal 14 Juni 2017 yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
29
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Pembinaan Akhlak
Pengertian Pembinaan, Fungsi Pembinaan,
Pengertian Akhlak, Pembinaan Akhlak, Ruang
Lingkup Akhlak, dan Metode Pembinaan
Akhlak.
B. Landasan Teori
Pengertian Tari Topeng, Fungsi Tari, Unsur
Unsur Tari, dan Unsur Tari Topeng.
C. Kerangka Berpikir
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG
PENELITIAN
A. Sejarah Sanggar Wijaya Kusuma
B. Letak Geografis
C. Visi dan Misi
D. Struktur Organisasi
E. Pagelaran yang Pernah Diikuti
F. Jadwal Kegiatan
G. Sarana dan Prasarana
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak melalui Tari
Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma
C. Metode pembinaan akhlak melalui Tari
Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma
D. Tari Topeng Cirebon
E. Unsur Tari Topeng Rumyang
30
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak
melalui Tari Topeng di Sanggar Wijaya
Kusuma Cirebon.
B. Analisis Nilai Akhlak yang Termuat pada
Unsur Tari Topeng Rumyang.
C. Analisis faktor yang mempengaruhi pembinaan
akhlak melalui tari topeng di sanggar Wijaya
Kusuma Cirebon.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Saran
31
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan merupakan proses, perbuatan, cara
membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan secara efesien untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.26
Menurut Maolani pembinaan didefinisikan sebagai
upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang
dilaksanakan secra sadar, berencana, terarah, dan
bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan dasar-dasar
kepribadian yang seimbang, utuh, dan selaras pengetahuan
dan keterampilan sesuai bakat serta kemampuan-
kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas
prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun
lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu, dan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi
mandiri.27
Dalam melakukan kegiatan pembinaan, perlu adanya
pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang pembina,
yakni :
26Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
(Yogyakarta: Belukar, 2006) h.54 27 Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan”. Ta’lim: Jurnal Pendidikan Agama Islam 15, no.1 (2017): 522
32
a. Informative Approach (Pendektan Informatif)
Adalah cara pendekatan program dengan
menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Dlam hal ini, peserta didik dianggap belum
mengetahui hal apapun terkait kegiatan pembinaan.
b. Participative Approach (Pendekatan Partisipatif)
Adalah peserta didik dimanfaatkan sehingga
lebih ke situasi belajar bersama.
c. Experienciel Approach (Pendekatan Eksperiensial)
Adalah menempatkan peserta didik langsung
terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai
belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan
langsung terlibat dalam situasi tersebut.28
Jadi, pembinaan adalah sebuah proses membina yang
dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk
membimbing dan mengembangkan pengetahuan atau ilmu
yang sudah ada sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
2. Fungsi Pembinaan
Fungsi pembinaan menurut Atina Mutsla adalah untuk
memelihara agar sumber daya manusia dalam organisasi
taat asas dan konsisten dalam melakukan rangkaian
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Fungsi pembinaan ini mencakup tiga subfungsi, yaitu
28 Mangunhadjana, Pembinaan, Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta:
Kanimus, 1986) h.17
33
pengawasan (controling), penyeliaan (supervising), dan
pemantauan (monitoring).29
Djudju Sudjana menjelaskan tentang subfungsi dari
pembinaan, yaitu ;
a. Pengawasan, pada umumnya dilakukan terhadap
lembaga penyelenggara program;
b. Penyeliaan, dilakukan terhadap pelaksana kegiatan;
c. Pemantauan, dilakukan terhadap proses pelaksanaan
program.
Dengan demikian, fungsi pembinaan bertujuan untuk
memelihara dan menjamin bahwa pelaksana program
dilakukan secara konsisten sebagaimana direncanakan.30
3. Pengertian Akhlak
Menurut Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan,
sedangkan menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan
pertimbangan atau akhlak adalah suatu sikap yang
digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan
perbuatan manusia baik terhadap Tuhan, sesama manusia,
atau diri sendiri.31
29 Atna Mutsla “Manajemen Pembinaan Akhlak Narapidana di Rumah
Tahanan (Rutan) Kelas II B Boyolali” (Tesis, IAIN Surakarta, 2018) h.28 30 Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah
(Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2008) h.218 31 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018) h.13
34
Nurcholis Madjid menjelaskan tentang akhlak bahwa
kata akhlak atau khuluq merupakan akar yang sama dengan
khalq, khaliq, dan makhluq, di mana semuanya mengacu
dalam pandangan dasar Islam mengenai penciptaan
manusia, yaitu manusia diciptakan dalam kebaikan,
kesucian, dan kemuliaan (ahsan at-taqwim). Manusia akan
terbimbing ke arah akhlak yang mulia jika beriman kepada
Allah Swt. dengan syarat mereka menerjemahkan imannya
menjadi tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap
sesama manusia.32
Menurut Jamil Shaliba dalam buku Prof. Dr. H.
Abudinn Nata, M.A. yang berjudul Akhlak Tasawuf,
terdapat dua pendekatan dalam mendefinisikan akhlak,
yaitu linguistik (kebahasaan) dan terminologik
(peristilahan). Berdasarkan pendekatan kebahasaan, akhlak
berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (bentuk
infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu,
if’alan yang memiliki arti al-saliyah (perangai), ath-
thabi’ah (kelakuan. Tabi’at, watak dasar), al-‘adat
(kebiasaan, kelaziman) al-maru’ah (peradaban yang baik),
dan al-din (agama)33
Namun, menurut Abuddin Nata, pengertian di atas
terasa kurang tepat. Dilihat dari isim mashdar dari kata
32 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018) h.14 33 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.1
35
akhlaqa bukanlah akhlaq, tetapi ikhlaq. Berdasarkan hal
itu, maka terdapat pendapat yang mengatakan bahwa
secara linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar
kata, melainkan kata yang benar adanya. Kata akhlaq
adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang
memiliki arti yang sama dengan menjelasan sebelumnya.
Kedua kata tersebut dapat kita jumpai di dalam al-Qu’an
maupun haidts, contohnya :
ق عظيم لى خ
عل
ك ل وإن
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam,68:4) 34
لين و ق ال
ل خ
ا إل
ذ إن ه
Artinya : “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat
kebiasaan yang dahulu.” (Q.S. Al-Syu’ara,26:137) 35
قالحسنهم خ
منين إيمانا أ
مؤ
مل ال
ك أ
Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no
1162)36
Menurut Abudin Nata, terdapat lima ciri yang termuat
dalam perbuatan akhlak, yakni:
34 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.564 35 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.373
36
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya;
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah dan tanpa pemikiran;
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada
paksaan atau tekana dari luar;
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara;
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
karena ikhlas semata-mata karena Allah Swt. bukan
karena ingin dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.37
Dalam pengertian umum, akhlak merupakan sebuah
sistem lengkap yang terdiri atas karakteristik-karakteristik
akal atau tingkah laku yang membuat orang menjadi
istimewa. Karakteristik tersebut membentuk kerangka
psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai
dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam
kondisi yang berbeda-beda.terdapat 4 hal yang harus ada
apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak, yaitu :
a. Perbuatan yang baik atau buruk;
37 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h. 4-6
37
b. Kemampuan melakukan perbuatan;
c. Kesadaran akan melakukan perbuatan;
d. Kondisi jiwa yang membuat kecenderungan
melakukan suatu perbuatan.38
4. Pembinaan Akhlak
Pembinaan menurut Nanang Fattah adalah usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.39
Sedangkan akhlak menurut Ibnu Miskawaih, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran
dan pertimbangan atau akhlak adalah suatu sikap yang
digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan
perbuatan manusia baik terhadap Tuhan, sesama manusia,
atau diri sendiri.40
Pembinaan akhlak merupakan perhatian utama dalam
Islam, sebagaimana dari tujuan Nabi Muhammad Saw.
diutus oleh Allah Swt. untuk menyempurnakan akhlak.
Fakta di lapangan, pembinaan akhlak telah dilakukan di
berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam
metode yang digunakan. Ini menegaskan bahwa akhlak
haruslah dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil
38 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta:Salemba
Diniyah, 2018) h.11 39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet.III, h. 152. 40 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta:Salemba
Diniyah, 2018) h.13
38
berupa terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia,
taqwa kepada Allah Swt. dan taat kepada Rasul-Nya.41
Sehingga dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak
adalah upaya yang dilakukan secara efesien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam hal akhlak.
Pembinaan akhlak juga dapat dikatakan sebagai usaha
untuk membentuk akhlak menjadi akhlak mulia, yang bisa
menjadikan yang dibina menjadi lebih baik lagi.
Dalam Pancasila sila ke-2 yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”, sejalan dengan
tujuan dilaksanakannya pembinaan akhlak yakni
membentuk manusia yang berbudi luhur, beradab, atau
berakhlak mulia.
5. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak Islam adalah sama dengan ajaran ruang lingkup
ajaran Islam itu sendiri yang mencakup berbagai aspek,
yaitu dimulai dari akhlak terhadap Allah, sesama manusia,
dan lingkungan.42 Ketiga aspek tersebut diuraikan sebagai
berikut :
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
41 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.163-164. 42 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1998) h.261
39
oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik.43
Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam
berakhlakul karimah ke pada Allah diantaraya
mencintai Allah, bertaubat, mensyukuri nikmat-
Nya, ridha dan ikhalas terhadap segala keputusan-
Nya, selalu berdo’a kepada-Nya, beribadah,
meniru-niru sifat-Nya, dan berusaha mencari
keridhaan-Nya dan sebagainya.44
Quraish Shihab menyatakan bahwa tolak ukur
berkahlak terhadap Allah adalah terwujud ke dalam
bentuk pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat terpuji,
demikian agung sifat itu, jangankan manusia,
malaikatpun tidak akan mampu menjangkau
hakikat-Nya. Berkanaan dengan akhlak terhadap
Allah dilakukan dengan banyak cara memuji-Nya,
dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada
Allah yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-
satunya yang menguasai diri manusia.45
Menurut Veithzal dkk, menyatakan bahwa
bahwa di antara akhlak yang harus dimiliki seorang
43 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.149 44 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.262 45Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.151
40
hamba ketika bermuamalah dengan Rabbnya antara
lain :
1) Ikhlas ketika beribadah kepada Allah
Dalam satu hadis disebutkan bahwa nabi
Muhammad SAW bersabda, dari sahabat
Mu’adz bin Jabal, berkata: “Suatu hari aku
dibonceng Rasulullah di atas keledai,beliau
berkata kepadaku: ‘Wahai Mu’adz, tahukah
kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa
hak hamba atas Allah?’ Akupun berkata: ‘Allah
dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Maka
beliaupun berkata: ‘Hak Allah atas hamban-
Nya adalah agar mereka beribadah hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Hak hamba atas Allah
adalah Dia tidak akan mengazab orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.” (HR. Muttafaqun ‘Alaihi). Lalu Allah
Swt. menjanjikan kepada para Hamba-Nya
yang bertauhid (memurnikan ibadah hanya
kepada Allah Swt.) berupa kenikmatan surga.
Rasulullah Saw. besabda: “Barang siapa yang
berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatupun,
41
maka dia akan masuk al-jannah” (HR. Muslim,
dari sahabat Jabir bin ‘Abdillah).46
Karena kita manusia memang diciptakan untuk
beribadah kepada Allah, seperti firman Allah
sebagai berikut:
ليعبدون
س الن
جن والقت ال
ل٦٥ -وما خ
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat: 56)47
2) Menjauhi Perbuatan Syirik
Syirik merupakan salah satu dosa besar dan
tidak mengampuni dosa syirik, menjauhi
perbuatan syirik adalah hal yang wajib
dilakukan oleh umat muslim. Ganjaran bagi
umat islam yang berbuat syirik dapat
menghapus amal kebaikan yang telah
dikerjakan.48 Allah Swt. berfirman:
ن يحبط
ت ل
رك
ش
ن ا ى
ل
بلك
ذين من ق
ى ال
يك وال
وحي ال
د ا
ق ول
ك سرين عمل
خ
ن من ال
ون
تك
٥٦ -ول
Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu, ‘Sungguh jika kamu
mempersekutukan (Allah), niscaya akan
46 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018) h.259 47 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.523 48 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018) h.259
42
hapuslah amalmu dan tentulah engkau
termasuk orang yang rugi.” (Q.S. Az-Zumar:
65)49
3) Bersukur kepada Allah
Bersyukur kepada Allah bisa dilakukan dengan
cara memperbanyak ibadah dan sebagainya.
Dalam Al-Qur’an, Alah Swt. berfirman tentang
orang yang bersyukur,
ام ان عذ
رت
فن ك ى
م ول
ك زيدن
م ل
رت
ك
ن ش ى
م ل
ك ن رب
ذا ت واذ
ديد ش
٧ –بي ل
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat.” (Q.S. Ibrahim:7)50
4) Bersabar karena Allah
Sabar terdiri dri tiga macam, yaitu sabar dlam
menjalankan ketaatan pada Allah Swt. sabar
dalam meninggalkan larangan Allah Swt. sabar
dalam menghadapi takdir Allah Swt. Allah
sudah menjanjikan pahala yang besar dan tidak
terbatas bagi orang yang bersabar. Allah
menyebutkan tetang sabar di sembilan puluh
tempat di dalam Al-Qur’an. Di antaranya ada
49 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.465 50 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.265
43
tiga ayat yang menyatakan bahwa sabar
termasuk ‘azmul umur, yakni perkara yang
sangat dianjurkan dan ditekankan oleh Allah
Swt.51 Salah satu dari tiga itu adalah:
واوتذين ا
سمعن من ال
ت ول
م
فسك
نم وا
موالك
ا في
ونتبل
ل
م بلك
كتب من ق
ال
رك
ش
ذين ا
ثيرا وان ومن ال
ى ك
ذا ا
و
مور لك من عزم ال
ان ذ
قوا ف ت
صبروا وت
٢٨٥ -ت
Artinya: “Kamu pasti akan diuji dengan
hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan
mendengar banyak hal yang sangat
menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi
Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”
(Q.S. Ali Imran:186)52
5) Bertaubat
Seorang muslim yang baik adalah yang selalu
melihat dan mengoreksi dirinya. Ketika melihat
dirinya telah berbuat kesalahan atau dosa, maka
diapun segera bertaubat dan meminta ampun
kepada Allah Swt. Begitulah perintah
Rasulullah Saw. kepada umatnya sebagaimana
dalam sabdanya. Dari sahabat al-Aghar bin
Yasar al-Muzani berkata: “Rasulullah Saw.
51 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta:Salemba
Diniyah, 2018) h.265 52 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.74
44
bersabda: ‘Wahai kaum muslimin, bertaubatlah
kalian kepada Allah dan minta ampun kepada-
Nya seratus kali dalam sehari’”(HR. Muslim)53
Juga Allah berfirman dalam surat at-Tahrim
ayat 8 yang berbunyi:
منو ذين ا
ها ال ي
ام ي
ك ى رب عس
صوحا ن
وبة
ه ت
ى الل
ا ال
وبو
ا ت
حتهاجري من ت
ت ت م جن
كم ويدخل
تك
ا م سي
ر عنك
ف ك ن ي
ا
ورهم نمنوا معه
ذين ا
بي وال ه الن
زى الل
يخ
يوم ل
نهر
ال
ا يسعى ب ورن
نا ن
مم ل
ت انا ون رب
يمانهم يقول
يديهم وبا
ين ا
دير يء ق
ش
ل ى ك
ك عل ان
نافر ل
٨ -واغ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan
kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan
orang-orang yang beriman bersama
dengannya; sedang cahaya mereka memancar
di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa
atas segala sesuatu.” (Q.S. At-Tahrim:8)54
b. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-
Qur’an berkaitan dengan perlakuakn terhadap
53 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak (Jakarta:Salemba
Diniyah, 2018) h.265 54 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.561
45
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan
hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal
negatif seperti membunuh, meyakiti badan, atau
mengambil harta dengan alasan yang tidak benar,
melainkan juga sampai kepada menyakiti hati
dengan jalan menceritakan aib seseorang di
belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah,
walaupun sambil memberikan materi kepada yang
disakiti hatinya itu.55
c. Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda tak bernyawa. Mereka
semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi
milik-Nya, semuanya memiliki ketergantungan
kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang
muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah
“umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara
wajar dan baik.56
d. Akhlak kepada diri sendiri
Selain ketiga ruang lingkup di atas, terdapat
akhlak terhadap diri. Dalam Islam, kita diwajibkan
55 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.151 56 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.152
46
berakhlak yang baik terhadap diri sendiri.57 Karena
berbuat baik terhadap diri sendiri adalah salah satu
tanda kita mensyukri nikmat yang telah Allah Swt.
limpahkan kepada diri kita.
Wujud berakhlak kapada diri sendiri adalah
dengan memberinya hak-hak diri dan tidak
mengebirinya. Seperti memberinya makanan yang
halal dan baik, menjauhkannya dari makanan dan
minuman yang haram dan membawa mudharat,
serta menikah apabila sudah mampu. Ada hak diri
yang lebih penting, yaitu membiasakan untuk selalu
melkaukan kebagikan dan tidak menganiaya
denganb erbuat keburukan ataupun kemaksiatan.
Sebab, seseorang dikatakan telah berbuat ihsan
kepada dirinya sendiri apabila mampu
mengendalikan dan mengarahkan untuk ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya.
ىه ما سو ( قد افلح من ٨( فالهمها فجورها وتقوىها )٧ا )ونفس و
(٠١( وقد خاب من دسىها )٩زكىها )
Artinya: “demi jiwa serta penyempurnaan
(ciptaan)nya,maka Dia mengilhamkan kepadanya
(jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa
itu),dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”
(Q.S. Asy-Syams:7-10)58
57 Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim,
(Jakarta: PT. Pustaka Imam Asy-Syafii, 2014) Cet. ke-3, h.384 58 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun
2005. Bandung: CV Penerbit J-ART. h.595
47
ـوا خرة ليس ان احسنتم احسنتم لنفسكم وان اسأتم فلها فاذا جاء وعد ال
ليتب روا ما علوا تتبيرا وجوهكم وليدخلوا ة و ل مر المسجد كما دخلوه او
(٧)
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk
dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman
(kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan
musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu
mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa),
sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama
kali dan mereka membinasakan apa saja yang
mereka kuasai.” (Q.S.Al-Isra:7)59
Menurut KH. Abdullah Salim, akhlak terhadap
diri sendiri meliputi:
1) Hindarkan minum racun
Setiap muslim yang menjaga dirinya sebai
suatu kewajiban, untuk tidak meacuni dirinya
dnegan minum alkohol, narkotika atau
kebiasaan buruk klainnya yang merugikan diri
sendiri dan bersifat merusak.
2) Hindarkan perbuatan yang tidak baik
Merupakan akhlak seorang muslim untuk
tidak menganjurkan melakukan sesuatu yang
taidak baik, tetapi dirinya sendiri tidak bersedia
melaksanakan apa yang dianjurkannya.
ون فعل
ت
وا ما ل
قول
ن ت
ه ا
بر مقتا عند الل
٣ -ك
59 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.262
48
Artinya: “(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah
jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff:3)60
3) Pelihara kesucian jiwa
Pembersihan dan pensucian diri dilakukan
secara terus menerus sebagai landasan amal
soleh mereka. Untuk keperluan memelihara
kebersihan diri dan kesucian jiwa secara teratur,
tersedia pelembagaan sebagai berikut :
a) Taubat
Senantiasa menyadari apabila seseorang
telah melakukan suatu kesalahan dan
merasa menyesal atas perbuatan yang salah,
karena telah melakukan pelanggaran
ketentuan ilahi, maka ia harus bertaubat.
Selanjutnya ia berjanji kepada dirinya untuk
tidak melakukan lagi kesalahan tersebut,
selama sisa umurnya.
Taubat pada hakikatnya adalah
dimaknai “kembali”. Kata taba berarti
kembali, maka tobat maknanya juga
kembali. Artinya kembali dari sesuatu yang
60 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.551
49
dicela dalam syari’at menuju sesuatu yang
dipuji dalam syari’at.61
b) Muroqabah
Usaha pendekatan diri kepada Allah
Swt. senantiasa mengingat-Nya dalam tiap
detik kehidupannya sampai ia mencapai
suatu keyakinan bahwa Allah Swt. selalu
mengawasi dan menjaganya, memenuhi
segala keperluannya, mengetahui segala
rahasia dan membimbingnya dalam
pelaksanaan kewajiban amaliyah. Dengan
keyakinan tersebut ia akan tiba pada
menyadari kebesaran, keagungan,
kemurahan Allah yang Rahman dan Rahim.
c) Muhasabah
Selalu mengadakan perhitungan laba
dan rugi mengenai jalan hidupnya, dengan
mempergunakan norma-norma yang tetap
abadi dan azali, sesuai dengan petunjuk
agama.
d) Mujahadah
Sikap jihad, yaitu bekerja keras dengan
sungguh-sungguh adalah suatu sikap yang
harus selalu mengiringi tindak lkau
61 Abul Qasim Abdul Karim Hazawin Al-Qusyairi An-Naisaburi, Ar-
Risalatul Qusyairiyah fi ‘ilmi Tashawwuf, diterjemahkan oleh Umar Faruq,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2007) h.115
50
perbuatan seorang muslim. Ia sadar bahwa
musuh terbesarnya adalah dirinya sendiri,
hawa nafsunya yang selalu cenderung
kepada perbuatan buruk yang tidak terpuji.
ما رحم
ء الو بالس
ارة م
فس ل ي ان الن فس
ئ ن
بر ا وما
حيم فور ري غ
ي ان رب (٦٣) –رب
Artinya : “Dan aku tidak (menyatakan)
diriku bebas (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun, Maha
Penyayang” (Q.S. Yusuf:53)62
e) Taat beribadah
Tiap kesempatan seorang muslim harus
memacu dirinya untuk berbuat sesuatu
dengan petunjuk dan bimbingan Allah dan
Rasul-Nya, bukan menurutkan dorongan
selera dan hasrat nafsunya.
مع ه ل
وان الل
ناهم سبل نهدين
ذين جاهدوا فينا ل
وال
حسنين ٥٦ - ال
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang
yang berbuat baik.” (Q.S. Al-
Ankabut:69)63
62 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.242 63 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.404
51
4) Pemaaf dan memohon maaf
Menjadi umat yang pemaaf adalah mudah,
tetapi untuk minta maaf apabila seseorang
melakukan kekhilafan terhadap orang lain
sungguh sangat sukar, karena merasa malu.
Memberi maaf dan mohon maaf hanya ada pada
sifat umat yang berjiwa besar dan ikhlas.
ان ه ك
ان الل
ء ف
عفوا عن سو
و ت
فوه ا
خ
و ت
يرا ا
بدوا خ
ان ت
ديرا ا ق ٢٤٦ –عفو
Artinya : “Jika kamu menyatakan sesuatu
kebajikan, menyembunyikannya atau
memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka
sungguh, Allah Maha Pemaaf, Mahakuasa.”
(Q.S.Annisa :149)64
5) Sikap sederhana dan jujur
Di samping itu, setiap diri pribadi umat
Islam harus bersikap dan berakhlak yang
terpuji, sbb:
a) Sederhana dan rendah hati;
b) Terampil di dalam bertindak dan bercita-
cita tinggi dalam menuntut ilmu
c) Rajin untuk bekerja keras
d) Jujur, menepati janji dan dapat dipercaya
e) Pemberani dan teguh hati
f) Pandai bersyukur dan terimaksih
g) Disiplin dan bersikap optimis
64 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.102
52
6) Hindarkan perbuatan tercela
Berikut beberapa mengenai menghindari
perbuatan buruk :
a) Perbuatan buruk ialah orang yang khianat
terhadap janji dan berkata dusta, maka
untuk menjadi orang yang berakhlak baik,
mereka harus menjauhkan perbutaan
menipu, menyogok, dan korupsi.
b) Hindarkan sifat buruk sangka dan mencari
kesalahan orang dengan merendahkan,
menggunjing, dan memfitnah.
c) Menghindarkan diri dari sifat pemabuk,
penjudi, serta melakukan zina.
d) Bersikap sombong, egois, atau zhalim, dan
bersikap keras atau suatu tindakan dengan
main paksa.
e) Sikap boros yang menghamburkan nikmat
Allah kepada tujuan yang salah, tetapi juga
tidak boleh bakhil, kikir yang tidak bersedia
menolong kesukaran orang lain.
f) Sifat tamak, selalu ingin mendapat lebih
dari yang lain, dengan menghalalkan
segala cara. Ia tidak lagi memperhatikan
peraturan dan undang-undang. Dan
termasuk sikap tamak adalah selalu
mengharapkan bantuan orang lain.
53
g) Umat islam harus menghindarkan sifat
lemah, malas dan penakut.65
6. Metode Pembinaan Akhlak
Ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam
perspektif Islam; metode yang diambil dari al-Qur’an dan
Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam, yakni
memberi teladan, pembiasaan, nasehat, ceritera,
perumpamaan, dan ganjaran. Berikut penjelasannya :
a. Metode Teladan (Uswah)
Metode Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk
diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani
adalah Rasulullah Saw.
b. Metode Pembiasaan (Ta’widiyah)
Metode ta’widiyah atau pembiasaan secara
etimologi asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau
umum ; seperti sedia kala; sudah merupakan hal yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik
Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali :
“Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang
tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika
dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia
akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan
65 KH. Abdullah Salim, Akhlaq Islam, (Jakarta: Media Dakwah, 1994)
h.66-71
54
tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat”
c. Metode Nasehat (Mau’izhah)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang
berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk
melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
d. Metode Cerita (Qishshah)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu
cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan
menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana
terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi
ataupun hanya rekaan saja. Dalam pendidikan Islam,
ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis
merupakan metode pendidikan yang sangat penting,
alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu
memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan
keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan
lain-lain.
e. Metode Perumpamaan (Amtsal)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak
dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk
mewujudkan akhlak mulia. Allah Swt. berfirman dalam
surah al-Baqarah ayat 17 :
ه هب الل
ه ذ
ءت ما حول
ضا
اا م
لارا ف
د ن
ذى استوق
ل ال
مث
هم ك
ل مث
يبصرون
مت للهم في ظ
رك
٢٧ -بنورهم وت
55
Artinya : “Perumpamaan mereka seperti orang-orang
yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya,
Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka
dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat.”.(Q.S. Al-Qr’an: 17)66
f. Metode Ganjaran (Tsawab)
Metode tsawab itu diartikan sebagai hadiah dan bisa
juga hukuman. Metode ini juga penting dalam
pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama
artinya dengan reward and punisment dalam
pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan
spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman
dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak
terpuji.67
B. Landasan Teori Tari Topeng
1. Pengertian Tari Topeng
Menurut Bambang Pudjasmoro tari adalah suatu
bentuk pernyataan imajinatif yang terwujud melalui
kesatuan simbol-simbol, gerak, ruang, dan waktu.68
Tari merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan
yang kompleks. Tari uga bisa dikatakan sebagai media
66 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.4 67 Bayu Prafitri dan Subekti, “Metode Pembinaan Akhlak dalam
Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik di SMPN 4 Sekampung
Lampung Timur” FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman 04, no.2
(2018): 342-344. 68 Supriyanto, “Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta
Perspektif Joged Mataram” ISI Yogyakarta: Jurnal Joged 3, no.1 (2012): 4.
56
komunikasi, karena gerak yang ada di dalamnya adalah
bahasa tubuh.69
Menurut M.Jazuli tari adalah bentuk gerak yang
indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan
berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari.
Menurut Soedarsono Tari merupakan ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang
indah. Tari adalah salah satu pernyataan budaya, oleh
karena itu maka sifat, gaya dan fungsi tari selalu tak
dapat dilepaskan dari kebudayaan yang
menghasilkannya (Sedyawati, 1986).70
Menurut Hawkins menyatakan bahwa tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan
diberi sebagai ungkapan si pencipta. Jadi tari dapat di
defesinikan sebagai keindahan bentuk dari anggota
tubuh manusia yang bergerak juga berekspresi.71 Tari
topeng dinamakan demikian karena dalam
pertunjukannya penari menggunakan topeng (kedok).72
Sehingga dapat dipahami bahwa Tari Topeng adalah
69 Rina Martiara dan Arie Yulia Wijaya “Tari Gandrung Terob Sebagai
Identitas Kultural Masyarakat Banyuwangi” ISI Yogyakarta: Jurnal Joged 3,
no.1 (2012): 51. 70 Nainul Khutnah, “Jurnal Seni Tari” UNNES: JST 1, no.1, (2012) :
12. 71 Hawkins, Mencipta Lewat Tari ( Yogyakarta: Institut Seni Indonesia,
1990) h.2 72 Anis Sujana, “Kajian Visual Busana Tari Topeng Tumenggung
Karya Satir Wong Bebarang pada Masa Kolonial” ISBI Bandung: Panggung 25,
no.2 (2015): 138.
57
sebuah kesenian tari yang pemainnya menggunakan
topeng.
2. Fungsi Tari
Dalam kehidupan manusia, tari memiliki beberapa
fungsi, yakni kepentingan upacara, hiburan, seni
pertunjukan, dan media pendidikan. 73
a) Kepentingan Upacara
Fungsi tari sebagai kepentingan upacara adalah
tari yang dipersembahkan untuk acara adat,
keagamaan, atau acara lainnya. Contoh nya adalah
penampilan Tari Topeng pada acara Mapag Sri di
Cirebon.
b) Hiburan
Fungsi tari sebagai hiburan tujuannya adalah
untuk mengibur masyarakat. Contohnya, tari
Jaipong yang ditampilkan di acara pernikahan.
c) Seni pertunjukan
Fungsi tari sebagai pertunjukan adalah seni tari
yang dipersiapkan dengan matang, dari segi artistik,
koreografi, interpretasi,konsepsional, dan tema
yang menarik. Bisa juga tari sebagai pertunjukan
memiliki peran untuk mengembangkan pariwisata
daerah. Contohnya Sendratari Ramayana yang
dipertunjukan untuk menarik para wisatawan yang
datang ke Yogyakarta.
73 Nainul Khutnah, “Jurnal Seni Tari” UNNES: JST 1, no.1(2012) h:
12.
58
d) Media pendidikan
Fungsi tari sebagai media pendidikan memiliki
tujuan untuk mendidik anak/masyarakat agar
bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang
melanggar norma-norma. Dalam sudut pandang
Bimbingan Penyuluhan Islam, ini bisa
dikategorikan sebagai media pembinaan akhlak.
Contohnya, pemaknaan filosofis Tari Topeng.
3. Unsur-unsur Tari
Dalam karya tari, ada unsur utama dan unsur
pendukung. Unsur utama karya tari adalah gerak. Hal
itu karena pada dasarnya, tari merupakan ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh
manusia. Adapun unsur pendukung karya tari
diantaranya adalah iringan tari, tatarias, dan busana tari.
Berikut penjelasan unsur—unsur tari :
a) Gerak
Gerak tari merupakan serangkaian gerak indah
dari anggota tubuh yang dapat dinikmati dalam
suatu ruang dan waktu tertentu. Selain itu, gerak-
gerak tari merupakan gerak yang bertenaga. Gerak
satu denga gerak yang lainnya memerlukan gerak
yang berbeda-beda, ada gerak tari yang
memerlukan tenaga kuat, namun ada juga gerak tari
yang memerlukan tenaga lemah.
59
b) Iringan Tari
Gerak dan iringan dalam suatu karya tari
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Iringan tari adalah suara atau bunyi-bunyian yang
mengiringi gerak tari. Iringan tari dapat berupa
iringan suara manusia atau bunyi-bunyian dari
benda dan alat musik yang dimainkan. Iringan
dalam karya tari mempunyai banyak fungsi, yaitu
sebagai pemandu irama gerak, pengiring gerak, dan
pembentuk suasana.
c) Tata Rias dan Busana Tari
Tata rias tari merupakan seni penggunaan alat-
alat make up pada wajah penari. Rias di dalam tari
bukan sekadar bertujuan untuk menjadikan
penarimenjadi cantik atau ganteng. Tata rias
memiliki beberapa fungsi yang benar-benar
membantu pertunjukan karya tari menjadi lebih
baik.
Adapun busana tari merupakan seni menata
segala pakaian yang dikenakan oleh penari untuk
mempertunjukkan karya tari. Pada prinsipnya,
busana tari harus enak dipakai, enak dipandang, dan
tidak menganggu gerak penari. Fungsi busana
dalam karya tari tidak berbeda jauh dengan fungsi
tata rias dalam karya tari.74
74 Ari Subekti dan Budiawan, Seni Tari,(Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) h.12
60
4. Unsur Tari Topeng Rumyang
a. Topeng
Karakter topeng Rumyang menggambarkan
sosok remaja dengan tidak banyak ukiran serta
berwarna merah muda yang melambangkan remaja.
b. Gerak
Gerak tari Rumyang terdiri dari tiga jenis
gerakan, yakni gerakan lambat, gerakan sedang,
dan gerakan cepat. Tahap awal gerakan tari
Rumyang cenderung lambat, masuk ke tahap tengah
gerakannya cenderung sedang, di tahap akhir
gerakan cepat, dan diakhiri dengan gerakan lambat
ketika tarian akan selesai.
c. Iringan Tari
Tari Rumyang diiringi dengan musik. Alat
musik yang digunakan adalah gamelan salendro
yang berjumlah 9 buah.
d. Tata Rias dan Busana Tari
Busana tari Rumyang atau kostum didominasi
oleh warna hijau tua. Mulai dari bagian atas sampai
bawah.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang
memiliki metode penelitian kualitatif. Penelitian ini berfokus
pada pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Sanggar Wijaya
Kusuma melalui kegiatan Tari Topeng, di mana Tari Topeng
menjadi media pembinaan bagi anak-anak binaan di sanggar
61
tersebut. Jenis tari yang menjadi fokus penelitian ini adalah
Tari Rumyang yang memiliki gambaran karakter seorang
remaja yang dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke
ramaja, yang menggambarkan sosok yang labil. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembinaan
akhlak, nilai-nilai akhlak yang terkandung, dan apa saja faktor
yang bisa mempengaruhi proses pembinaan akhlak di sanggar
tersebut. Adapun kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Pembinaan Akhlak Remaja
Filosofi Topeng Gerak Iringan
Musik Tata
Rias dan
Busana
Tari
Tari Topeng Rumyang
Tari Topeng
Sanggar Wijaya Kusuma
Pancasila Sila ke-2
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”
62
63
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG PENELITIAN
A. Sejarah Sanggar Wijaya Kusuma
Sanggar Seni Wijaya Kusuma merupakan sanggar yang
didirikan oleh Inu Kertapati (Inusi) yakni anak dari Maestro Sujana
Arja yang terkenal dengan Tari Topeng Gaya Slangit. Perencanaan
dalam mendirikan sanggar tersebut cukup memakan waktu yang
sangat panjang yakni bermula di tahun 2005, karena alasan satu
dan lain hal akhirnya terbentuklah Sanggar Seni Wijaya Kusuma
di tahun 2009.75
Nama sanggar Wijaya Kusuma terinspirasi dari kisah
pewayangan. Konon dalam kisah pewayangan, Wijaya Kusuma
adalah sebuah nama bunga yang memiliki banyak macam manfaat
yang hanya dimiliki oleh Sri Bathara Kresna dan hanya mekar di
malam hari dan konon katanya dapat mengidupkan orang yang
mati. Wijaya memiliki arti kemenangan dan kusuma memiliki arti
bunga yang berarti bunga kemenangan. Pada kisah pewayangan
tersebut, Kresna adalah sosok yang cerdas, cerdik dan terkenal
sebagai orang yang pintar ditambah memiliki bunga/kembang
Wijaya Kusuma yang mungkin pada saat itu disebut sebagai jimat.
Kembang Wijaya Kusuma ini disebut sebagai kembang yang bisa
memberi kehidupan, seperti memberikan kesembuhan bagi siapa
saja yang sakit dan banyak manfaatnya, sehingga kembang ini
banyak dicari oleh orang banyak. Serta, siapa saja yang memiliki
kembang tersebut akan mendapat banyak keberuntungan. 76
75 Wawancara Pribadi dengan Eti pada 18 Oktober 2019 76 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 18 Oktober 2019
64
Atas dasar kisah pewayangan tersebutlah dipilih nama Wijaya
Kusuma sebagai nama sanggar, sehingga harapannya Sanggar
Wijaya Kusuma dapat memperoleh perhatian masyarakat luas
dalam keingintahuannya mengenai Tari Topeng serta mampu
untuk menebar banyak menfaat kepada orang lain dalam rangka
merawat, memelihara, dan melestarikan budaya daerah Cirebon,
khususnya Tari Topeng.77
B. Letak Geografis
Sanggar Seni Wijaya Kusuma terletak di Jl. Ki Badang
Samaran, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten
Cirebon.78
C. Visi dan Misi
Dalam hal ini, narasumber hanya memberikan tujuan
didirikannya sanggar. Tujuan didirikannya sanggar ini adalah
berangkat dari pemilik sanggar yakni Inu Kertapati yang
merupakan keturunan dari maestro Sujana Arja di mana harus
meneruskan garis pewaris budaya untuk menjaga kelestarian
budaya daerah, serta atas dasar kepedulian untuk membentuk
karakter anak bangsa lewat kesenian dengan diberi dasar melalui
Tari Topeng. Maka, dibuatlah sanggar Wijaya Kusuma sebagai
media pewaris budaya dalam pelestarian budaya.79
D. Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi Sanggar Seni Wijaya Kusuma sebagai
berikut :
Pembina : Karini
Ketua : Inusi
77 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 18 Oktober 2019 78 Wawancara Pribadi dengan Eti pada 2 Oktober 2019 79 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 18 Oktober 2019
65
Pengawas : Kartini
Sekretaris : Susianti
Bendahara : Eti
Bid.Pendidikan : Putri Sugiarti
Bid. Seni : Wira
Pelatih : Feby, Inu Kertapati, Wira, dan Ardy80
E. Pagelaran-pagelaran yang Pernah diikuti
Sanggar Wijaya Kusuma yang diketuai oleh Inu Kertapati
merupakan sanggar Seni Budaya Tradisional. Kini, Snggar Wijaya
Kusuma memiliki anak binaan sebanyak 30 anak yang terbagi ke
dalam tim tari dan gamelan. Selama sanggar ini berdiri, banyak
sekali prestasi yang sudah diraih, diantaranya :
1. Gelar Seni Sendratari “Semar Tandang” 2010
2. Gelar Seni Sendratari “Hanoman Duta” 2011
3. Gelar Seni Sendratari “Bebere Umbul-Umbul Waring”
2017
4. Gelar Seni Sendratari “Palagan Nyi Mas Gandasari” 2018
5. Gelar Seni Sendratari “Lintang Kerti Dederetan” 2018
6. Gelar Seni Sendratari “Bebere Umbul-Umbul Waring”
2017
7. Penata gending dalam IGF (internasional Gamelan
Festifal ) Solo 2018 utusan Cirebon feat Hollowy
University Inggris
8. Menjadi juara favorit dalam festival tari topeng se jawa
barat
9. Instruktur tari dalam kegiatan pelatihan tari oleh disbudpar
cirebon (2005)
80 Hasil Observasi pada 20 Oktober 2019
66
10. Penggarap tari patih cirebon di festival kraton nusantara
yogyakarta (2006)
11. Penggarap dan penata musik tari “Bedaya Pakung
Wati”Keraton Kasepuhan
12. Penggarap materi pertunjukan FKN V 2006 Makassar
utusan keraton Kasepuhan
13. Penggarap materi pertunjukan FKN VI 2008 Solo utusan
keraton Kasepuhan
14. Penggarap materi pertunjukan FKN VII 2010 Palembang
utusan keraton Kasepuhan
15. Penggarap materi pertunjukan FKN VIII 2012 Bau Bau
Sulteng utusan keraton Kasepuhan
16. Penggarap materi pertunjukan FKN IX 2014 NTB utusan
keraton Kasepuhan
17. Penggarap materi pertunjukan FKN X 2016 Kuta
Waringin Kalteng utusan keraton Kasepuhan
18. Penggarap materi pertunjukan FKN XI 2017 utusan
keraton Kasepuhan81
19. Turut serta dalam Australia East Asia Festival 2018
20. Turut sera dalam IMF Bali 2018
21. Turut serta dalam Festival Keraton dan Masyarakat Adat
ASEAN di Sulawesi Tenggara 2019
22. Turut serta dalam Festival Topeng 2019 di Cirebon82
Selain prestasi di atas, Inu dan Sanggar Wijaya Kusuma juga
mencatat prestasi dunia sebagai Duta Seni Budaya ke Luar
Negeri, diantaranya :
81 Hasil wawancara dengan Inu Kertapati pada 17 Oktober 2019 82 Hasil wawancara dengan Inu Kertapati pada 17 Oktober 2019
67
1. Duta Seni ke Taiwan (2004)
2. Duta seni budaya ke russia (2009)
3. Duta seni budaya utusan jawa barat ke australia (2011)
4. Duta seni budaya utusan jawa barat ke korea selatan
(2011)
5. Duta seni budaya utusan jawa barat ke amerika (2011)
6. Duta seni cirebon ke Thailand (2012)
7. Duta seni guru ke konferensi PECERA Korea Selatan
(2013)
8. Duta seni Cirebon ke Inggris (2014)
9. Duta seni Cirebon di Adelaide Australia ( 2015 )
10. Duta seni Cirebon ke YUNANI (2016)
11. Duta seni Cirebon ke Adelaide Australia(2018)
12. Mengadakan Work Shop tari topeng Cirebon di UPI
Bandung tahun 2017
13. Mengisi pagelaran rutin bulanan di Keraton Kasepuhan
dan Situs Gua Sunyaragi Cirebon.
14. Menyelenggarakan pelatihan tari tradisional dan Ujian
Tari rutin setiap 6 bulan. 83
Dalam penerimaan anak binaan baru, sanggar ini tidak
memiliki ketentuan khusus, seperti sudah belajar Tari Topeng atau
yang lainnya. Yang terpenting adalah mereka yang ingin belajar
dan serius. Yang menjadi pembeda dari sanggar lain bahwa
sanggar wijaya kusuma adalah adanya pemberian pengetahuan
tentang Tari yang dipelajari, seperti sejarah tarian tersebut, filosofi
gerakan, kegiatan evaluasi tari dan ujian tari. Dan apabila ada anak
83 Hasil wawancara dengan Inu Kertapati pada 17 Oktober 2019
68
binaan yang ingin lebih intens belajar tari, maka akan diberi waktu
khusus. 84
F. Jadwal Kegiatan
Dalam setiap harinya, akan ada jadwal latihan sesuai dengan
jeis tariannya. Mulai dari Senin sampai Sabtu. Untuk hari Minggu,
akan ada tarian kreasi bagi siapa saja yang menginginkannya.
Spesial di hari minggu, semua anak binaan berkumpul di hari
Minggu untuk evaluasi dan latihan dengan diiringi gamelan
langsung, bukan dari rekaman. Berikut jadwal kegiatan di Sanggar
Wijaya Kusuma85 :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
84 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 18 Oktober 2019 85 Hasil observasi pada 20 Oktober 2019
Hari Waktu Kegiatan Pelatih
Senin 15.30-16.00 Latihan Tari Panji dan Gamelan Inu dan
Ardy 16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari/Gamelan
Selasa 15.30-16.00 Tari Samba Feby
16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Rabu 15.30-16.00 Tari Klana Wira
16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Kamis 15.30-16.00 Tari Tumenggung Wira
16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Jum'at 15.30-16.00 Tari Rumyang Inu
16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Sabtu 15.30-16.00 Tari Kreasi Inu dan
Feby 16.00-16.15 Istirahat
16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Minggu 09.00-10.30 Latihan Tari Seluruh
pelatih 10.30-11.00 Evaluasi
11.00-12.00 Gamelan
69
G. Sarana dan Prasarana
Sanggar Wijaya Kusuma memiliki sarana dan prasarana yang
cukup memadai untuk menunjang dalam berbagai kegiatan dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut86 :
Tabel 3.2 Sarana Prasarana Sanggar Seni Wijaya Kusuma
No. Barang Jumlah
1 Topeng Samba 15 pcs
2 Topeng Rumyang 15pcs
3 Topeng Tumenggung 15 pcs
4 Topeng Kelana 15 pcs
5 Topeng Panji 15 pcs
6 Satu set kostum Samba 8pcs
7 Satu set kostum Rumyang 8 pcs
8 Satu set kostum
Tumenggung
8 pcs
9 Satu set kostum Kelana 8pcs
10 Satu set kostum Panji 8 pcs
11 Satu set kostum Tari Kreasi 25 pcs
12 Saron 2 pcs
13 Bonang 1 pcs
14 Kendang 5 pcs
15 Klenong 1 pcs
16 Kebluk 2 pcs
17 Kecrek 3 pcs
18 Gong 4 pcs
19 Audio Speaker
1 pcs
86 Hasil observasi pada 20 Oktober 2019
70
71
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan yang telah
penulis lakukan, bahwa ditemukan ada lima informan yang
terdiri dari seorang pengelola, seorang pelatih sekaligus
pembina kegiatan akhlak yang juga ketua sanggar, dan tiga
orang anak binaan yang telah merasakan manfaat kegiatan
pembinaan akhlak melalui tari topeng di sanggar Wijaya
Kusuma Cirebon. Berikut deskripsi mengenai informan
penelitian :
1. Inu Kertapati
Inu Kertapati atau Inusi merupakan pemilik
sekaligus pelatih di Sanggar Wijaya Kusuma sejak
tahun 2005. Saat ini, Inu tinggal di Desa Bulak
bersama anak dan isterinya. Isterinya bernama Eti,
putera pertamanya M. Zakky Arja dan puteri
bungsunya bernama Jihan Raihana. Selain konsen
di sanggar wijaya kusuma, Inu juga mengajar Tari
Topeng di SMK Pakungwati, yakni sekolah seni
yang ada di Cirebon, juga mengajar di objek wisata
Goa Sunyaragi, serta turut aktif dalam setiap
kegiatan di Keraton Kasepuhan dan masih banyak
aktivitas lainnya yang menyangkut Tari Topeng.
Tak jarang pula diundang di berbagai acara budaya
tingkat nasional maupun internasional baik di dalam
72
dan luar negeri. Seperti mengisi workshop dan
perfom Tari Topeng.87
Tari topeng sudah seperti bagian dari hidup Inu,
yang mana ia merupakan anak dari Maestro Sujana
Arja yang sangat terkenal karena dedikasinya dalam
mempertahankan kesenian tari topeng khususnya
gaya Slangit. Baginya, menjadi anak dari Maestro
Sujana Arja merupakan sebuah amanah. Ia
memiliki kewajiban untuk melestarikan budaya
yang diperjuangkan betul oleh sang ayah, serta
kepeduliannya yang tinggi terhadap anak-anak
penerus bangsa bahwa mereka harus memiliki
karakter dan akhlak yang baik, maka ia mendirikan
sanggar Wijaya Kusuma sebagai salah satu media
untuk mewujudkan harapan-harapannya.88
2. Eti
Eti adalah isteri dari Inusi. Selain mengelola
sanggar, Eti berprofesi sebagai kepala Sekolah di
PAUD Wijaya Kusuma. Segala bentuk administrasi
sanggar dikelola olehnya, mulai dari pendaftaran,
pembiayaan, penyewaan kostum, tak jarang juga Eti
turut serta melatih dan mengawasi anak-anak dalam
kegiatan latihannya.89
Menurutnya, sebagai seorang isteri dari seorang
Inusi merupakan sebuah anugerah yang tidak setiap
87 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019 88 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019 89 Wawancara Pribadi dengan Eti pada 20 Oktober 2019
73
wanita dapatkan, terlebih menjadi menantu seorang
maestro terkenal Sujana Arja. Eti setia mendampigi
Inu dalam setiap kegiatan Inu, meski tak jarang
banyak hambatan yang menghadang dan
permasalahan yang sering mucul dalam
menjalankan amanah mulia ini. Namun, itu tak
sedikitpun mengurangi sepasang suami isteri ini
untuk terus menjalankan amanah demi terlestarinya
Tari Topeng gaya slangit ini.90
3. Surya
Surya, seorang lelaki berumur 29 tahun yang
berprofesi menjadi guru di salah satu sekolah di
Cirebon. Bergabung di Sanggar Seni Wijaya
Kusuma kurang lebih 1 (satu) tahun lamanya. Surya
mengenal tentang tari topeng semenjak kelas 1
(satu) SD. Mulai tertarik dengan Tari Topeng
Cirebon mulai dari 3 (tiga) tahun belakangan ini.
Awalnya surya merupakan penari hip hop, tetapi dia
tertarik untuk mempelajari Tari Topeng Cirebon.
Bermula saat Surya mengetahui bahwa akan ada
acara di tempat wisata sejarah di Ga Sunyaragi yang
membutuhkan 50 (lima puluh) penari topeng, saat
itulah Surya memutuskan untuk mempelajari Tari
Topeng. Selain itu, Surya ingin melestarikan
budaya daerah, terlebih tarian ini sangat istimewa
menurutnya, karena sarat akan makna, nilai-nilai
90 Wawancara Pribadi dengan Eti pada 20 Oktober 2019
74
kehidupan dan Islam. Sehingga ia memutuskan
untuk mempelajari Tari Topeng Cirebon dan
bergabung dengan Sanggar Wijaya Kusuma.
Seperti yang diungkapkan Surya berikut :91
“Menurut saya mempelajari Tari Topeng itu
sangat penting, satu kalo bukan kita yang
mengangkat, siapa lagi ? Yang kedua, lebih
cenderung ya buat disiplin dan jadi enak ya jam
sekian kita harus bisa meng-handle semuanya
dengan cepat. Yang paling penting ya tadi
adalah bahwasannya kita mumpung masih
muda, masih berkarya. Setelah itukan
regenerasi, kalo bukan kita yang menularkan
lagi ilmunya ke depannya siapa lagi ? jadi
intinya budaya kita jangan sampai mati. Itu aja
sih.”
Menurutnya, banyak sekali manfaat yang dia
dapatkan selama mengikuti kegiatan di Sanggar
Wijaya Kusuma ini, diantaranya mendapat keluarga
baru, ilmu baru. Dia merasakan bahwa kegiatan
yang dilaksanakan di Sanggar ini berlandaskan atas
dasar kekeluargaan, sehingga yang dirasakan adalah
sedang bermain dan belajar bersama keluarga.
Seperti yang surya ungkapkan sebagai berikut :92
“Di sini yang dijalin itu kekeluargaannya,
bukan antara guru dan murid. Tapi tetap ada
batasannya. Mereka itu Pa Inu dan Bu Eti
sangat humble, mereka kaya ngemong kita jadi
kita ga kerasa lagi belajar, tapi lagi main aja.”
91 Wawancara Pribadi dengan Dimas Surya pada 15 Desember 2019 92 Wawancara Pribadi dengan Dimas Surya pada 15 Desember 2019
75
Ilmu yang didapatkan di Sanggar, mulai dari
ilmu tari sampai pemaknaannya. Menurutnya Tari
Topeng ini kesenian yang berebda dari yang
lainnya, karena terdapat makna-makna yang
tersembunyi di dalamnya. Seperti yang surya
ungkapkan berikut :
“Bahwa tari topeng ini tentu memiliki makna
yang meng-cover kehidupan manusia, fase
kehidupan manusia sejak dari lahir sampai tua.
Juga menggambarkan karakter atau sifat atau
akhlak manusia sesuai tingkatannya. Seperti
Kelana yang cenderung memiliki karakter
pemarah sampai Panji yang lembut dan suci.
Jadi perwujudan 5 (lima) wanda itu sudah ter-
cover dan memang kita manusia seperti itu. Jadi
fasenya ada semua, jadi kita harus bisa
menhandle itu semua dan mengambil pelajaran
dari makna filosofi dari Tari Topeng itu.”
4. Triyana
Anak perempuan berumur 14 tahun yang saat ini
sedang menempuh pendidikan di SMP 2
Arjawinangun. Triyana mengenal Tari Topeng
semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, sudah
bergabung di sanggar Wijaya Kusuma hampir 3
(tahun) lebih. Ketertarikan sejak kecil terhadap tari
topeng membuatnya semangat dalam mengikuti
kegiatan di sanggar. Karena menurutnya, ini
merupakan salah satu bukti cintanya terhadap
budaya Cirebon dan melestarikannya.93
93 Wawancara Pribadi dengan Triyana pada 15 Desember 2019
76
Yang dirasakan Triyana selama mengikuti
kegiatan di Sanggar adalah dia merasa bahagia
sekali, seperti tuturnya sebagai berikut :94
“Rasanya gabung di sini itu bahagia banget,
banyak momen yang menyenangkan. Kaya ikut
tampil di acara-acara festival, kebudayaan
dan banyak lagi.”
Dia menganggap bahwa mempelajari Tari
Topeng adalah hal yang sangat penting, karena
melalui ini lah dia dapat pengetahuan tentang
budaya Cirebon, seperti tuturnya sebagai berikut :95
“penting, karena ini merupakan bagian dari
warisan leluhur, terutama ini adalah Tarian
yang memang diciptakan langsung oleh Sunan
Gunung Jati untuk penyebaran agama Islam di
zaman dulu. Dan ini juga sudah menjadi
budaya Cirebon, jadi jangan sampe dilupakan,
gitu.”
Selain mahir menari, dia juga tau apa makna
tarian yang ditarikannya, meskipun masih dalam
garis besarnya. Ini juga membuatnya semakin
mendalami karakter yang ditarikannya sat menari.
Seperti tuturnya berikut :96
“Tari Topeng itukan ada maknanya, kaya bisa
liat panji itu kaya anak kecil yang baru lahir,
suci, lembut. Nah kita tuh harus mencontoh
panji buat kaya berperilaku lembut, kalo
kelana itu sosok yang pemarah jadi ya jangan
94 Wawancara Pribadi dengan Triyana pada 15 Desember 2019 95 Wawancara Pribadi dengan Triyana pada 15 Desember 2019 96 Wawancara Pribadi dengan Triyana pada 15 Desember 2019
77
sampe kita itu kaya kelana. Rumyang tuh kaya
anak remaja yang labil, jadi kita tuh harus
punya pendirian gitu. Samba itu anak-anak
yang kaya lagi suka belajar, aktif jadi kita juga
harus mencontoh samba. Terus tumenggung
itu kaya sosok yang dewasa gitu, tenang tapi
ada tegas-tegasnya gitu, kita juga harus
mencontoh dia. Gitu sih.”
5. Silvi Aprilliyani
Anak perempuan berumur 14 tahun yang saat
ini sedang menempuh pendidikan di SMP 1
Arjawinangun. Sebelum bergabung di sanggar
wijaya kusuma, ia sudah Anak perempuan berumur
14 tahun yang saat ini sedang menempuh
pendidikan di SMP 2 Arjawinangun pernah
bergabung di salah satu sanggar tak jauh dari
rumahnya, namun karena merasa tidak nyaman,
akhirnya ia beralih ke Sanggar Wijaya Kusuma.97
Menurutnya belajar di Sanggar Wijaya Kusuma
memberikan pengalaman yang menarik, seperti
tuturnya sebagai berikut :98
“Belajar di sini itu seru, soalnya banyak kawan
dari desa-desa lain, kekeluargaannya dapet,
terus bisa lebih tau lagi tentang budaya
Cirebon. Juga dapet banyak manfaat, bisa ikut
pentas-pentas, dapet ilmu.”
Menurut Silvi, mempelajari Tari Topeng
Cirebon itu penting. Karena Tari Topeng
97 Wawancara Pribadi dengan Silvi Aprilliyani pada 15 Desember 2019 98 Wawancara Pribadi dengan Silvi Aprilliyani pada 15 Desember 2019
78
merupakan kesenian khas Cirebon yang harus
dilestarikan. Seperti tuturnya sebagai berikut :99
“Tari Topeng Cirebon itukan budaya yang
harus dilestarikan, kalo bukan sama orang
Cirebonnya ya siapa lagi. Terus juga ini kan
apa ya bukan tarian biasa gitu, karena ada
sejarahnya sama filosofinya. Kaya yang tadi
disampein temen-temen lain kalo tari ini tuh
dibikin buat menyebarkan agama Islam waktu
dulu. Jadi spesial gitu.”
Silvi mengungkapkan bahwa selama ia
mengikuti kegiatan ini, dia mendapatkan banyak
manfaat, tuturnya sebagai berikut :100
“Manfaat yang didapetin di sini itu banyak
banget, kaya nambah rasa percaya diri,
disiplin, ilmu tari dan sejarah serta maknanya.
Kaya yang tadi disampaikan sama Mas Surya
dan Triyana, bahwa dari Tari Topeng ini kita
bisa belajar banyak hal dan mencontoh yang
baik-baiknya juga tidak mencontoh yang
buruknya.”
B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak melalui Tari Topeng
di Sanggar Wijaya Kusuma
Pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak di Sanggar
Wijaya Kusuma dilakukan bersamaan dengan proses
pembelajaran tari, mulai dari sejarahnya dan
filosofinya. Sehingga dalam satu waktu, anak-anak
memperoleh dua ilmu sekaligus, yakni ilmu tari dan
99 Wawancara Pribadi dengan Silvi Aprilliyani pada 15 Desember 2019 100 Wawancara Pribadi dengan Silvi Aprilliyani pada 15 Desember
2019
79
nilai-nilai yang terkandung dalam tarian tersebut.
Kegiatan pembinaan ini dilakukan di sanggar saat
latihan tari berlangsung. Jadi, tidak ada waktu khusus
untuk mempelajari ini, karena untuk mempelajari ini
dengan lebih dalam butuh waktu khusus dan cukup
lama untuk benar-benar memahami. Sehingga materi
yang diberikan hanya sebatas garis besarnya saja.
Seperti tuturnya sebagai berikut :
“Proses kegiatan ini kita lakukan dengan cara
memberikan informasi kepada anak-anak saat
pelajaran berlangsung. Kita berikan informasi
seputar sejarahnya, filosofinya, sehingga seringkali
kegiatan pembinaan akhlak berjalan beriringan
dengan kegiatan menari. Seperti saat saya
mengajarkan tari Rumyang, saya juga
menceritakan bahwa tari ini seperti apa, maknanya
apa dan seterusnya. Kurang lebih sih begitu.”101
Dalam kegiatan ini yang terlibat di dalamnya hanya
Inu Kertapati dan anak-anak saja, karena hanya Inu
yang menguasai materi tersebut. Sedangkan pelatih
lainnya tidak begitu paham. Di mana Inu adalah
keturunan langsung dari ayahnya yang merupakan
penerus sejarah Tari Topeng Gaya Slangit, sehingga
keilmuannyapun lebih mumpuni dalam hal ini.102
Dalam pelaksanaannya, Inu menerangkan dengan
jelas bagaimana tari topeng itu, sejarahnya dan garis
besar filosofinya. Terlihat anak-anak antusias dan fokus
101 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 18 Oktober 2019 102 Hasil Observasi pada 18 Oktober 2019
80
terhadap materi yang diberikan. Tak sedikit pula anak-
anak yang tidak fokus, karena bercanda dengan teman
di sebelahnya. Kemudian ditegur langsung oleh Inu
untuk kembali fokus.103
Dalam proses pembinaan ini, menurut Inu terdapat
beberapa faktor yang daat mempengaruhi jalannya
proses pembinaan. Terdiri dari faktor secara umum dan
khusus, yakni :
1. Faktor secara umum dapat diidentifikasi dari tingkat
semangat dari anak-anak. Jika semangat anak-anak
dinilai rendah, maka saat pembelajaran mereka
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
menerima materi. Tetapi, jika semangat anak-anak
dinilai tinggi, maka saat pembelajaran mereka
membutuhkan waktu yang cepat dalam menerima
materi dan cenderung cepat tanggap.
2. Faktor secara khusus diukur dari waktu anak belajar
tari. Jika sang anak belum lama belajar tari, maka
otomatis mereka belum tau tentang menari,
sehingga mereka tidak tanggap saat diberikan
materi. Sedangkan, jika sang anak sudah cukup
lama, maka dia akan cepat tanggap saat diberikan
materi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Inu, dia
mengatakan bahwa dalam kegiatan pembinaan akhlak,
belum sepenuhnya disampaikan materinya secara
103 Hasil Observasi pada 18 Oktober 2019
81
keseluruhan dan detail. Baru sebatas gambaran umum
atau garis besarnya saja. Seperti sejarah tari Topeng dan
makna secara umum dari kelima jenis tarian topeng.
Sehingga anak-anak binaan di sanggar Wijaya Kusuma
belum memahami secara menyeluruh mengenai tari
Topeng. Tentunya hal ini dikarenakan beberapa faktor
yang menyebabkan tidak tersampainya materi
pembinaan akhlak secara menyeluruh, yakni :
1. Minimnya Waktu Latihan
Waktu latihan yang singkat membuat pembina tidak
dapat memberikan pemaknaan secara menyeluruh.
Menurut pembina, untuk mempelajari makna
seluruh gerak tari membutuhkan waktu khusus dan
kesiapan dari anak-anak binaan. Sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama agar materi
yang diberikan dapat terserap betul oleh anak
binaan.
2. Berhentinya anak binaan dari sanggar
Mereka yang bersekolah di luar kota menyebabkan
mereka tidak lagi mengikuti kegiatan di sanggar
Wijaya Kusuma, karena faktor jarak dan akses.
3. Kurangnya Respon dari Anak-Anak Binaan
Tak jarang juga anak-anak binaan tidak merespon
tentang ilmu atau materi yang diberikan, mereka
hanya merespon pola gerak tarinya saja. Juga,
karena melanjutkan sekolah ke luar kota atau
merantau membuat mereka tidak lagi ikkut serta
82
dalam pembinaan akhlak saat latihan, jadi mereka
tidak maksimal dalam menerima materi.
Meskipun baru hanya sebatas sejarah dan makna
jenis tari yang dipahami oleh anak-anak binaan
khususnya 3 informan yang diwawancarai oleh peneliti,
mereka memahami betul apa yang telah disampaikan
oleh sang pembina. Ilmu yang mereka dapatkan
dijadikan sebagai acuan dalam hidup mereka untuk
menjadi pribadi yang lebih baik bagi dirinya sendiri dan
orang lain. Mereka juga memahami bahwa tari topeng
bukan hanya sekedar seni tari belaka. Tapi mereka
memahami bahwa tarian in adalah tarian yang sarat
akan makna yang mana memang diciptakan untuk syiar
Islam pada zaman dahulu khususnya pada era Sunan
Gunung Jati. Mereka juga menganggap bahwa dengan
mengetahui sejarah dan makna tari yang mereka
bawakan, bisa membuat mereka lebih menjiwai tariann
yang mereka bawakan.
Sejauh ini, cara yang digunakan dinilai cukup
efektif menurutnya, karena saat anak sedang
mempelajari tari, saat itu juga mereka belajar
bagaimana sejarah dan menerima materi pembinaan,
sehingga bisa membuat mereka lebih mendalami peran
dan menyerap nilai apa yang terkandung di dalamnya.
Dalam mengidentifikasi apakah ini efektif atau tidak,
bisa dilihat dari anak-anak yang lebih memiliki anggah-
ungguh atau tata krama. Meskipun penyampaian dalam
83
kegiatan pembinaan akhlak belum begitu dalam, masih
secara garis besar, tapi setidaknya anak-anak bisa
memahami apa yang mereka pelajari, seperti apa
ceritanya dan maknanya. Tak jarang juga anak-anak
yang cenderung tomboy saat mengikuti kegiatan di
sanggar menjadi sedikit lebih feminim, juga menjadi
lebih percaya diri dari sebelumnya. Tapi tak dapat
dipungkiri juga bahwasannya ada faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi si anak, seperti lingkungan
dan keluarga. Seperti tuturnya sebagai berikut :104
“Terlihat dari anak-anak yang lebih memiliki
anggah-ungguh atau tata krama. Meskipun
penyampaian dalam kegiatan pembinaan akhlak
belum begitu dalam, masih secara garis besar,
tapi setidaknya anak-anak bisa memahami apa
yang mereka tarikan, seperti apa ceritanya dan
maknanya. Tak jarang juga anak-anak yang
cenderung tomboy saat mengikuti kegiatan di
sanggar menjadi sedikit lebih feminim, juga
menjadi lebih percaya diri dari sebelumnya. Tapi
tak dapat dipungkiri juga bahwasannya ada
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi si
anak, seperti lingkungan dan keluarga. Tapi
sejauh mereka melakukan kegiatan di sanggar,
seperti di tadi lah yang disebutkan.”
Hal ini terlihat ketika sedang ada tamu, mereka
berjalan dengan sopan sambil membungkukkan badan.
Saling senyum dan sapa, serta patuh dan tunduk kepada
pelatih. Salah seorang orangtua dari anak sanggar
mengungkapkan bahwa anaknya terdapat
104 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 18/10/2019
84
kemajuan,yang dulunya tomboy sekarang lebih
feminim dan percaya diri, juga menjadi lebih sopan
kepada orang tua. Di lingkungan sanggarpun anak-anak
tidak ada yang berbicara kasar, jika ada yang kathuan
seperti itu, mereka akan mendapat teguran langsung.105
Selain itu, ada evaluasi. Namun, ealuasi yang
lakukan biasanya dengan langsung menegur apabila
anak-anak melakukan hal yang tidak sesuai, jadi tidak
ada waktu khusus untuk evaluasi dalam kegiatan
pembinaan akhlak ini. Namun, untuk evaluasi tari kita
buat waktu khusus untuk kelancaran tari mereka.
Seperti tuturnya sebagai berikut :106
“Evaluasi yang kita lakukan biasanya dengan
langsung menegur apabila anak-anak melakukan
hal yang tidak sesuai, jadi tidak ada waktu khusus
untuk evaluasi dalam kegiatan pembinaan akhlak
ini. Namun, untuk evaluasi tari kita buat waktu
khusus untuk kelancaran tari mereka.”
C. Metode Pembinaan Akhlak
Dalam pelaksanaan pembinaan akhlak di sanggar
Wijaya Kusuma, Inu menggunakan beberapa metode
sebagai berikut :
a. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Dalam setiap latihan, anak-anak dibiasakan
untuk salim tangan kepada pelatih yang ada di
sanggar. Baik sebelum dan setelah latihan.
105 Hasil observasi pada 27 Oktober 2019 106 Hasil observasi pada 27 Oktober 2019
85
b. Metode Mau’izhah (nasehat)
Metode ini digunakan apabila ada anak-anak
yang berperilaku atau berkata yang buruk.
Untuk yang diketahui oleh para pelatih,
langsung diberikan teguran dan nasihat.
c. Metode Qishshah (cerita)
Ini menjadikan metode utama yang digunakan
oleh Inu dalam melaksanakan pembinaan
akhlak di sanggar Wijaya Kusuma. Melalui
metode ini, Inu menceritakan sejarah Tari
Topeng dan memberikan materi makna dari
filosofi tarian.
D. Tari Topeng Cirebon
1. Sejarah Tari Topeng Cirebon
Pada masa itu, ada sosok pangeran yang
namanya Pangerang Welang yang katanya dulu dia
memiliki pusaka Curug Sewu di Karawang. Dia
dikenal sangat sakti dan kuat karena pusaka yang
dia punya sehingga dia berani mengancam Sunan
Gunung Jati. Tapi di lain sisi, Sunan gunung jati
menanggapinya dengan kepala dingin. Lalu
dibuatlah siasat untuk mengalahkan pangeran
Welang dengan menggunakan kesenian Tari
Topeng. Dibuatlah skenario dengan sedemikian
rupa, dibuatlah pagelaran Tari Topeng di tanah
lapang yang tak jauh dari kediaman pangeran
Welang. Terdengarlah olehnya suara keramaian di
86
luar, lalu akhirnya pangeran Welang keluar dan
melihat sosok yang cantik sedang menari yakni Nyi
Mas Gandasari. Karena kepiawannya dalam menari
serta parasnya yang cantik, masuklah pangeran
Welang dalam jebakan yang dibuat oleh Sunan
Gunung Jati. Akhirnya Nyi Mas Gandasari dibawa
ke kediaman pangeran Welang. Saat itu, peran Nyi
Mas Gandasari memiliki peranan yang sangat
penting untuk mengambil pusaka Curug Sewu yang
dimiliki pangeran Welang. Dengan kecerdikannya,
pusaka tersebut berhasil dibawa oleh Nyi Mas
Gandasari yang akhirnya pangeran Welang tidak
lagi memiliki kekuatan dan berserah diri kepada
Sunan Gunung Jati.107
Tahun demi tahun, akhirnya Tari Topeng terus
dilestarikan sebagai tontonan di keraton. Namun,
saat itu ada sebuah masalah yang terjadi, sehingga
membuat para seniman keluar dari lingkungan
keraton dan mengadu nasib di jalanan sehingga
mereka terpencar ke berbagai daerah, diantaranya di
Slangit, Losari, Palimanan, dan Gegesik. Yang pada
akhirnya inilah terbentuknya gaya Tari Topeng
berdasarkan letak geografisnya yang membuat Tari
Topeng memiliki versi yang berbeda namun tetap
dalam garis Tari Topeng.108
107 Wawancara Pribadi dengan Inu Kertapati pada 11 November 2019 108 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019
87
Tari topeng, menurut Pitutur (cerita orang
terdahulu) adalah sebuah kesenian yang benar-
benar diciptakan untuk membantu syiar Islam yang
dipelopori oleh Sunan Kali Jaga dan Sunan Gunung
Djati. Pemilihan kesenian tari sebagai media syiar
utama pada masa itu adalah melihat atas dasar
masyarakat Cirebon terdahulu sangat menyukai
kesenian dan hal-hal yang menarik, maka dibuatlah
kesenian tari topeng yang dilandasi atas kurang
lebih 2 filosofi, yakni tahap kehidupan dan karakter
manusia yang harapannya melalui tari topeng ini
agama Islam dapat diterima dengan baik oleh warga
Cirebon.109
2. Jenis Tari Topeng Cirebon
Tari topeng memiliki lima jenis tari atau yang
biasa disebut Topeng Panca Wanda, yakni :
Berikut jenis-jenis tari topeng Cirebon:
a. Panji
Panji adalah akronim dari kata mapan ning
kang siji Artinya tetap kepada yang satu atau
Esa. Tiada Tuhan selain Allah SWT...110 Tari
topeng panji diibaratkan sebagai anak manusia
yang baru lahir di dunia, masih suci dan bersih.
Mulai rentang umur 0-5 tahun atau yang biasa
109 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019 110 Dicky Lesmana Nugraha, “Fotografi Tari Topeng Cirebon melalui
Nilai Islam” (Skripsi, Program Studi Fotografi dan Film, Fakultas Ilmu Seni dan
Sastra, Universitas Pasundan Bandung, 2014), h.13.
88
disebut sebagi balita. Karena gerakannya yang
cenderung lembut dan pelan serta tidak banyak
berpindah tempat, tidak sama seperti tarian
lainnya. Ibarat bayi yang masih belum bisa
melakukan banyak gerak yang hanya bisa diam
di satu tempat.
b. Samba.
Merupakan bentuk tarian kedua dari topeng
Cirebon. Tarian ini menggambarkan sosok
anak-anak yang sedang aktif di masanya,
digambarkan dengan pola gerak yang sangat
lincah.
c. Rumyang.
Rumyang, digambarkan seperti remaja
dengan rentang usia 11-25. Sosoknya yang labil
sebagai ciri khas dari seorang remaja
digambarkan dengan pola gerak yang
bervariasi, kadang cepat dan kadang lambat.
d. Tumenggung.
Tumenggung, digambarkan seperti seorang
yang dewasa atau yang sudah berkeluarga.
Sosoknya yang sudah bisa tegas digambarkan
dengan pola gerakyang tegas dan tenang.
e. Kelana atau disebut Rahwana.
Kelana, menggambarkan sosok manula
yang kembali lagi ke masa anak-anak yang lebih
sensitif. Gerakannya sangat lincah dan keras,
89
sehingga kelana ini sering digunakan untuk
pementasan tari Topeng. 111
E. Unsur Tari Topeng Rumyang
Dalam sebuah seni tari, didapati ada 3 unsur yang
menjadi bagian tari sebuah karya seni tari, yaitu ada
gerak tari, tata rias, iringan tari, dan busana tari. 112.
Adapun yang menjadi fokus adalah Tari Rumyang,
maka akan dijelaskan seputar Tari Rumyang, berikut
penjelasannya.
1. Topeng
Gambar 4.1 Topeng atau Kedok
Topeng atau Kedok itu istilahnya ambil dari
kata kedodokan dalam bahasa Indonesia yakni
kedudukan. Ini menandakan identitas tarian atau
karakter tarian, karena setiap tarian memiliki
kedok yang berbeda-beda. di bagian atas alis
terdapat hiasan yang dinamakan pilis, ini
menggambarkan sebagai kerutan di dahi yang
111 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati pada 01 Maret 2019 112 Ari Subekti dan Budiawan, Seni Tari (Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) h.12
90
menandakan umur seseorang. Apabila pilisnya
sedikit tandanya masih muda, apabila banyak
tandanya sudah berumur.
2. Gerakan Tari Rumyang
Tari Rumyang terletak di urutan ketiga, yakni
tengah tengah urutan. Rumyang merupakan karakter
topeng yang diibaratkan seperti remaja yang labil.
Rumyang terdiri dari 2 suku kata, rum = harum
yang= miyang (pergi). Bisa juga diartikan Rum itu
harum dan yang itu Tuhan. Artinya meninggalkan
sesuatu yang harum untuk menuju Tuhan. Jika kita
pergi wajib meninggalkan sesuatu yang harum.
Dalam islampun jika ingin bepergian sholat pakai
wewangian untuk sholat jum’at. Ini juga bermakna
apabila kita pergi, kita harus meninggalkan jejak
yang baik-baik. Rumyang diibaratkan sebagai sosok
orang dewasa yang labil. Harum yang dimaksud
adalah hal—hal yang baik, seperti karya, tingkah
laku, dan sebagainya. Berbeda dengan keempat
topeng yang lainnya. Keempat tarian lainnya di
awal tari topeng tidak menggunakan topeng terlebih
dahulu, tetapi Rumyang mulai menari dengan
menggunakan topeng langsung. Dalam konsep
pertunjukkan. Rumyang merupakan tarian lanjutan
dengan Samba.113
113 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 11 November 2019
91
Setiap gerakan yang terdapat di dalam tarian
Rumyang merupakan satu kesatuan yang saling
terhubung, seperti dikatakan di atas bahwa tarian ini
adalah tarian yang menggambarkan sosok manusia
yang labil dalam menjalani kehidupan, maka setiap
gerakannya diibaratkan seperti sebuah perjalanan
hidup.114
Berikut tata gerak Tari Rumyang beserta maknanya
:
1) Lembeyan alon
Gambar 4.2 Gerak Lembeyan Alon
Dalam bahasa Indonesia lembeyan diartikan
dengan jalan dan alon diartikan pelan. Gerakan
ini dimaknai bahwa dalam memulai sesuatu
hendaknya untuk pelan-pelan terlebih dahulu,
melakukan adaptasi dengan hal-hal yang baru.
114 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 11 November 2019
92
2) Mincig
Gambar 4.3 Gerak Mincig
Dalam bahasa Indonesia, Mincig bisa
diartikan sebagai gerak kaki yang cenderung
berjalan dengan cepat tetapi tidak normal.
Artinya telapak kakinya tidak menempel dengan
sempurna di tanah atau lantai. Gerakan ini
dimaknai sebagai sebuah larangan jangan ecla-
eclu, mancag-mincig (sembarangan) kudu
tunempel ning lema (harus menempel di tanah).
Artinya, bahwa jangan sampai kita dalam
kehidupan ini seperti orang yang tidak pasti
dalam melangkah dan tidak mantap, penuh
dengan keraguan. Sehingga nantinya kita akan
merugi.
93
3) Buang Sumping
Sumping dalam bahasa Cirebon memiliki arti
yaitu kuping yakni dalam bahasa Indonesia
memiliki arti telinga. Gerakan ini dilakukan
dengan membuang Rawis (bola-bola kecil yang
terdapat di sobra yang dipakaikan di atas kepala,
yang terdapat di sisi kana dan kiri dekat dengan
telinga dan menjuntai sampai ke pinggul).
Gerakan ini dilakukan dengan cara tangan
meraba rawis tersebut dari atas sampai ke bawah
dengan ditarik dan apabila sudah mendapatkan
kedua rawis di tangan, lalu dibuang kedua rawis
itu ke arah depan. Gerakan ini dinamakan juga
ngerawis dimaknai sebagai gerakan untuk
berpikir dan memilah-milih apa yang harus
dilakukan setelah memulai dengan pelan
(lembeyan alon).
Gambar 4.4 Gerak Buang Sumping
94
4) Banting Tangan
Gambar 4.5 Gerak Banting Tangan
Banting bisa diartikan dengan melemparkan
sesuatu ke arah abawah. Pada gerakan ini yang
dibanting adalah kedua tangan ke samping.
Gerakan ini memiliki makna seakan-akan sedang
membuang sesuatu yang ada di tangan atau
membuang sesuatu yang kotor atau perbuatan
dosa yang pernah kita lakukan yang hendaknya
ditinggalkan untuk melanjutkan ke tahapan
hidup selanjutya. Jadi diharapkan diri dalam
keadaan suci dan bersih.
5) Incek meneng
Gambar 4.6 Gerak Incek Meneng
95
Gerakan ini dilakukan dengan cara kedua
tangan dan kaki dibuka dengan menginjakan
tumit ke lantai, badan tegak dan diam di satu
tempat. Incek yaitu menginjak dan meneng itu
diam. Gerakan ini sebagai gerakan yang seakan-
akan sedang berpikir keras.
Gerakan incek meneng memiliki makna
bahwa sebelum kita pergi jauh, kita harus
memperkirakan atau melakukan tolak ukur
apakah keputusan yang diambil akan baik atau
tidak.
6) Ngelarap
Gambar 4.7 Gerak Ngelarap
Gerakan ini dilakukan dengan cara
melangkahkan kaki ke depan diringi dengan
gerakan tangan lurus ke depan. Ngelarap
diartikan sebagai keinginanan atau cita-cita.
Gerak ini memiliki makna bahlwa keputusan
yang akan kita ambil haruslah dengan jelas dan
96
harus fokus serta harus tertata agar tujuan kita
tercapai.
7) Incek Miring Banting Tangan
Gambar 4.8 Gerak Incek Miring Banting
Tangan
Gerakan ini melangkahkan kaki ke samping.
Gerakan ini memiliki makna bahwa kita harus
lebih konsentrasi dalam menjalani kehidupan,
karena di depan akan banyak rintangan yang
menghadang. Selain itu, pada umumnya kata
miring memiliki konotasi yang negatif,
sehingga perlu disikapi bahwa kita jangan
sampai terlalu percaya diri dalam bersikap dan
menganggap mudah apa yang akan terjadi.
Sehingga nanti akan miring, yang dimaksudkan
adalah akan mucul rasa sombong dan tidak
tercapainya suatu tujuan.
Dalam Islampun kita sebagai umat manusia
tidak boleh berlebihan dalam segala sesuatu,
97
karena yang berlebihan pastilah tidak akan
berbuah baik. Optimis itu boleh, tetapi optimis
yang berlebihan dekat dengan kesombongan.
Sebaiknya dijalani dengan baik, bersungguh-
sungguh, tapi jika Tuhan tidak memberi restu,
maka kita tidak bisa berbuat apa-apa.
8) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna
yang sama.
9) Lembeyan Alon
Pengulangan gerak Lembeyan Alon dengan
makna yang sama.
10) Incek Miring Banting Tangan
Pengulangan gerak Incek Miring Banting
Tangan dengan makna yang sama.
11) Ayun Tangan
Gambar 4.9 Gerak Ayun Tangan
Gerakan ini dilakukan dengan mengayunkan
tangan. Gerakan ayun tangan diibaratkan seperti
kehidupan manusia yang mudah goyah akan
98
sesuatu. Sehingga dalam menjalani kehidupan
kita tidak boleh terlena.
12) Incek Meneng Nengok
Gambar 4.10 Gerak Incek Meneng Nengok
Gerakan ini hampir sama dengan gerakan
incek meneng, perbedaannya di sini ditambah
gerakan nengok ke kanan dan ke kiri. Gerakan ini
mengisyaratkan bahwa sebelum melanjutkan ke
tahapan hidup selanjutnya untuk mengoreksi dan
melihat terlebih dahulu ke sekeliling kita untuk
berhati-hati. Dalam gerakan ini terdapat nengok
yang artinya juga mulai dari sini kita akan
melanjutkan ke tahapan selanjutnya.
13) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna
yang sama.
14) Banting Tangan
Pengulangan gerak Banting Tangan dengan
makna yang sama.
99
15) Kenyut
Gambar 4.11 Gerak Kenyut
Kenyut diartikan sebagai denyut/ perasaan/
emosi/nafsu manusia. Gerakan ini dimaknai
bahwa untuk melangkah ke tahapan hidup
selanjutnya kita sudah harus mulai menstabilkan
atau mengatur nafsu atau emosi kita.
16) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna
yang sama.
17) Tindak Tiga Maju Mundur
Gambar 4.12 Gerak Tindak Tiga Maju
Mundur
100
Gerakan ini melambangkan gejolak
kehidupan manusia yang tidak menentu arahnya,
tidak yakin, tidak optimis, kadang maju dan
kadang mundur cendrung tidak stabil. Sehingga
sebaiknya kita harus pasti dan penuh perhitungan
dalam bertindak dan mengambil keputusan.
18) Incek Miring
Pengulangan gerak Incek Miring dengan
makna yang sama.
19) Sepak Soder
Gambar 4.13 Gerak Sepak Soder
Soder yakni selendang yang dikenakan penari
yang letaknya di samping pinggang. Soder
dilambangkan sebagai sifat teledor manusia,
diletakan di samping dimaknai bahwa sifat tersebut
harus dikesampingkan oleh manusia yang pada
dasarnya manusia sebagai makhluk yang sering
melakukan kesalahan dan lupa. Sehingga dalam
gerakan sepak soder ini dimaknai bahwa kita harus
101
membuang jauh sifat teledor dalam menjalani
kehidupan.
20) Incek Meneng
Pengulangan gerak Incek Meneng dengan
gerakan yang lebih keras karena didahului dengan
gerakan Sepak Soder dari gerkan Incek Meneng
sebelumnya. Tetap dengan makna yang sama.
21) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna
yang sama.
22) Pak Bang
Gambar4.14 Gerak Pak Bang
Pak Bang merupakan singkatan dari memapak
perkembangan. Gerakan ini dimaknai sebagai
perilaku yang memprediksi perkembangan yang
akan terjadi nanti, sehingga mulai saat ini kita bisa
meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di keesokan hari,
102
23) Lembeyan Dua Tangan
Gambar 4.15 Gerak Lembeyan
Gerakan lembeyan di sini menggunakan kedua
tangan dan gerakannya lebih cepat. Gerakan kedua
tangan yang membuka dimaknai bahwa kita harus
sudah muai membuka diri dan berjalan lebih cepat
untuk ke tahapan selanjutnya.
24) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna
yang sama.
25) Godeg
Gambar4.16 Gerak Godeg
Godeg berati menggerakan kepala ke kanan
dan ke kiri. Gerkaan ini dimaknai bahwa semua
103
ini belum selesai, perjalanan masih panjang dan
jangan puas terlebih dahulu.
26) Incek Meneng
Pengulangan gerak Incek Meneng dengan
makna yang sama.
27) Incek Ngolah Sumping
Gambar 4.17 Gerak Incek Ngolah Sumping
Gerakan yang merupakan perpaduan antara
gerakan incek dan ngolah sumping. Gerakan
incek sama dengan gerakan incek sebelumnya,
yang membedakan adalah ada ngolah sumping,
yang dimaksud ngolah sumping adalah
memegang sumping. Gerakan ini dimaknai
sebagai gerakan yang sedang mengkaji diri,
introspeksi lebih dalam lagi bahwa segala
sesuatu yang terjadi dan didengar nanti harus
dicerna dan dipahami terlebih dahulu.
104
28) Banting Tangan atau Seblak Tangan
Pengulangan gerak Banting Tangan atau
Seblak Tangan dengan makna yang sama. Pada
gerakan banting tangan yang ini, dimaknai
bahwa kita sudah tau mana yang harus di dengar
dan mana yang tidak. Jadi gerakan ini
membuang segala sesuatu yang tidak akan
bermanfaat.
29) Godeg Iya
Gambar 4.18 Gerak Godeg Iya
Gerakan ini dilakukan dengan
menganggukan kepala ke depan. Pada tahap
ditandai bahwa kita sudah mendapatkan apa
yang kita tuju untuk melanjutkan ke tahapan
hidup selanjutnya.
105
30) Buka Topeng dan Salam
Gambar 4.19 Gerak Buka Topeng dan
Salam
Gerakan ini dilakukan dengan melepas
topeng yang dikenakan oleh penari, menjadi
tanda bahwa rangkaian Tari Topeng sudah
selesai.115
3. Tata Rias dan Busana TarI Topeng Rumyang
Kostum tentunya menjadi salah satu unsur
yang penting dalam penampilan sebuah tari, namun
kostum yang dikenakan oleh sang penari topeng
memiliki beberapa pesan dan arti.116 Berikut
ulasanannya:
115 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 13/12/2019 116 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 05/01/2020
106
Gambar 4.20 Kostum Penari Topeng
Di atas merupakan gambaran secara
menyeluruh penari topeng lengkap dengan kostum.
Kostum yang dikenakan mulai dari atas yakni
kepala, dinamakan sobra, lalu kedok, kutang
penopengan/baju kutung, kain lancaran, krodong,
kace/kaweng, bodong, tutup prasa, dasi, gelang.
Adapun arti dari kostum di atas sebagai berikut
1) Sobra
Rambut
Tatahan kulit jamang
Sumping
Gambar 4.21 Sobra
107
Sobra dilambangkan sebagai mahkota,
yakni aksesoris yang dipakai di kepala. Sobra
terbuat dari rambut asli, juga kulit. Dalam sobra
terdapat empat bagian, yakni ada rambut,
tatahan kulit, jamang, dan sumping. Sumping
ini mengambil kata dari kuping atau dalam
bahasa Indonesia berarti telinga. sama dengan
telinga yang letaknya di samping bagian kepala,
maka sumpingpun di letakkan di samping.
2) Kutang Penopengan/Baju dan Celana
Gambar 4.22 Kutang Penopengan
Baju yang digunakan adalah baju pendek
atau kutung dan celana tiga perempat atau
sontong. Model baju yang digunakan dalam
Tari Topeng ini dibuat sedimikian rupa
memenuhi standar aurat laki-laki, yakni dari
pusar sampai lutut yang harus ditutupi. Karena
dahulu tarian ini pertama kali ditarikan oleh
seorang laki-laki bernama Pangeran Panggung.
Tak jarang juga ada penari lain yang lebih
108
memanjangkan celananya. Sebenarnya untuk
saat ini tidak ada aturan baku untuk pakaian
yang dikenakan penari topeng, lebih kepada
tingkat kenyamanan penari saja. Karena tingkat
kenyamanan memberikan dampak yang cukup
besar saat menari nanti.
3) Kain Lancar
Kain Lancar
Gambar 4.23 Kain Lancar
Kain lancar atau lancaran adalah kain yang
dibuat seperti rempel. Dinamakan lancar ini
diharapkan bahwa nantinya ketika sudah
memakai kain itu akan diberi kelancaran oleh
yang Maha Kuasa dalam hal apapun, ini ibarat
sebuah do’a yang dipanjatkan kepada yang
Maha Kuasa.
4) Soder
Soder
Gambar 4.24 Soder
109
Soder ini dipasang di samping. Soder
berasal dai bahasa jawa yakni sleder artinya
sifat teledor manusia, maka dari itu soder di
pasang di samping karena sifat teledor manusia
memang harus dikesampingkan.
5) Kerodong
Kerodong
Gambar 4.25 Kerodong
Kerodong dalam bahasa jawa artinya tutup
atau menutup. Ini berfungsi untuk menutupi
lekukan-lekukan badan saat melakukan gerakan
tari, sehingga tidak akan terlihat dan tidak
mengundang hal-hal yang berbau sensual.
6) Kace/Kaweng
Kace
Gambar 4.26 Kace
110
Kace dalam bahasa jawa berarti lebih. Ini
memberikan arti bahwa di dalam diri kita harus
memiliki nilai lebih, karena kita manusia
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
lebih dari yang lainnya. Lebih sempurna, lebih
cerdas dan lainnya.
7) Badong
Badong
Gambar 4.27 Badong
Penggunaan Badong sama dengan
penggunaan sabuk, fungsinya sebagai pengikat.
Badong memiliki makna sebagai pengukur
kelebihan kita sejauh mana. Badong itu sejenis
sabuk yang terbuat dari sejenis logam, ada yang
dari perak atau tembaga. Di dalam badong ini
terdapat motif-motif berukuran besar, ada yang
jumlahnya enam, sembilan, atau sepuluh.
Artinya badong ini sebagai ukuran seberapa
banyak kelebihanyang ada pada diri. Kelebihan
yang dimaksud jika dalam kesehatan adalah
makanan yang maksud dalam diri kita,
diharapkan kita tidak terlalu memasukan
makanan yang berlebihan, dalam konteks yang
111
lain adalah makanan yang haram. Sehingga
badong bisa memberikan petunjuk tentang apa
yang ada pada diri kita.
8) Tutup Prasa
Tutup Prasa
Gambar 4.28 Tutup Prasa
Tutup prasa ini digunakan untuk menutupi
secara sempurna bagian yang harusnya ditutupi,
sehingga tidak mengundang hal-hal yang
berbau sensual.
9) Dasi
Dasi
Gambar 4.29 Dasi
Dasi itu diibaratkan sebagai pondasi dan
harus terisi. Yang mana apabila kita membuat
pondasi haruslah berisi.
112
10) Gelang
Gambar 4.30 Gelang
Gelang ini bernama gelang sigar kangkung
dan terbuat dari logam. Namun, yang saat ini
digunakan oleh para penari topeng adalah sudah
dimodifikasi bentuknya. Gelang disimbolkan
sebagai ukuran sejahtera seseorang, orang yang
mapan. Dinamakan gelang sigar kangkung,
karena bentuknya yang bolong di tengah seperti
batang kangkung apabila dipotong, dan
transparan. Artinya bahwa kita itu harus
transparan terhadap harta yang dimiliki,
maksudnya bahwa harta yangada pada diri kita ini
adalah pemberian dari yang Maha Kuasa.
11) Keris
Gambar 4.31 Keris
Gelang
113
Keris sebagai salah satu item dari kostum Tari
Topeng dijadikan sebagai pegangan. Pegangan
yang dimaksud adalah ke Islaman, artinya agama.
Dalam hidup, kita harus berpegang teguh dengan
agama kita, yakni Islam.117
4. Iringan Tari Topeng Rumyang
Dalam penampilan tari topeng, tentunya
terdapat alat musik sebagai pengiring tarian. Alat
musik tersebut bernama gamelan. Konon dulu
secara laras, laras gamelan ini adalah laras Prawa
secara umumnya disebut Salendro yang terdiri dari
lima nada dan berjumlah 9, yakni :
1) Saron
Saron terdiri dari dua alat, yakni saron satu
dan saron dua. Saron satu biasa disebut
penimbal dan saron dua biasa disebut penurut.
Untuk penentuannya dibebaskan kepada
penabuh, karena kedua alat ini bentuk dan
nadanya sama. Kedua alat musik ini dimainkan
secara berurutan, sehingga nada yang dihasilkan
seolah-olah seperti bersautan. Bunyi yang
dihasilkan adalah “nong ning nong”. Filosofi
yang dihasilkan adalah “Karon-karone lagi
ngerekening” artinya kedua alat ini sedang
bersautan. Diibaratkan seperti orang yang
117 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 05 Januari 2020
114
sedang mengobrol untuk merencanakan
sesuatu. Saron dalam bahasa jawa juga bisa
diistilahkan dengan sebutan racik atau racikan
bisa diartikan sebagai sebuah perencanaan. Hal
ini bisa dimaknai bahwa dalam menjalani
kehidupan, kita harus memiliki perencanaan.
Gambar 4.32 Alat Musik Saron
2) Kenong dan Jengglong
Dalam memainkannya, biasanya kenong
dipasangkan dengan jengglong. Karena selain
alatnya yang mirip, alat ini dimainkan secara
bersamaan dan dimainkan oleh satu orang.
Tetapi, yang membedakan adalah bahwa
kenong itu nada tinggi dan jengglong nada
rendah. Istilah lain dari kenong dan jengglong
adalah engklog. Disebut engklog, karena
penabuhnya memainkan kenong jengglong
dengan tidak beraturan, dia harus mengarahkan
badannya ke segala arah untuk memainkannya.
Gerakan badan penabuh diibaratkan seperti
perilaku engklag-engklug atau artinya ke sana
115
ke mari. Dalam memainkan alat ini, sama
seperti perilaku manusia yang selalu punya
banyak keinginan. Ingin itu dan ingin ini. Ini
memiliki arti bahwa jangan berperilaku seperti
itu, jika punya keinginan harus fokus.
Gambar 4.33 Alat Musik Kenong dan
Jengglong
3) Penerus
Dalam istilah musik, penerus adalah sebagai
ritem. Penerus adalah alat musik yang
merupakan gabungan dari alat musik saron,
kening, jengglong, dan bonang. Dalam
gamelan, penerus memiliki tugas untuk
meneruskan bunyi alat musik lainnya. Ibarat
melodi dalam musik, yang memainkan alat
musik ini biasanya orang yang sudah mahir
memainkan gamelan lain. Dilihat dari
fungsinya, alat ini bersifat meneruskan serta
menegaskan. Sehingga makna yang terkandung
dalam penerus ini adalah hampir keseluruhan
116
dari makna yang terdapat dalam jenis gamelan
lainnya, serta menegaskan bahwa nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya haruslah diingat
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 4.34 Alat Musik Penerus
4) Keblug
Geblug dalam permainannnya diibaratkan
sebagai ketukan dalam sebuah lagu. Sehingga
pemusik lainnya dapat dengan mudah
memainkan alat musiknya karena dibantu
dengan ketukan tersebut. Bunyi yang dihasilkan
dari alat kebluk ini adalah “tuk bluk tuk bluk”
seolah-olah alat ini seperti sedang bersautan dan
mengingatkan. Tuk yakni ngetuk, yaitu perilaku
seseorang yang sedang memberi tahu dan bluk
yakni kebluk, yaitu seseorang yang diberitahu.
Ini dimaknai bahwa setiap kita baiknya saling
mengingatkan satu sama lain bahwa di dalam
117
hidup ini ada aturan, baik itu aturan agama,
aturan di masyarakat, dan aturan di lingkungan.
Gambar 4.35 Alat Musik Keblug
5) Kecrek
Kecrek atau disebut juga sebagai kepak
apabila dimainkan akan menghasilkan bunyi
“crak tok crak tok”. Maksud dari bunyi tersebut
dalam bahasa Jawa memiliki arti “dicacak
sampe entok” dalam bahasa Indonesia artinya
adalah dicoba sampai habis. Maknanya bahwa
kita hidup sebagai manusia dalam menjalani
kehidupan harus pantang menyerah untuk
mencoba segala sesuatu, baik itu kesempatan
dan peluang yang ada sampai habis. Habis
maksudnya adalah sampai batas maksimal
usaha dan sampai habis usianya.
118
Gambar 4.36 Alat Musik Kecrek
6) Kendang Topeng
Kendang topeng apabila dimainkan akan
menghasilkan suara “dang dang”. “Dang”
artinya tandang yang dalam bahasa Indonesia
maknanya menghadap ke depan. Kendang
topeng di letakan dihadapkan ke depan, tidak
seperti kendang pada umumnya. Tandang juga
bisa diartikan sebagai maju, sehingga makna
yang terdapat dalam ini adalah bahwa kita
dalam hidup harus maju ke depan, artinya
menatap masa depan bukan masa lalu,
sehingga kita bisa menjalani kehidupan yang
lebih baik.
Gambar 4.37 Alat Musik Kendang
119
7) Bonang
Bunyinya biasanya “nang nong nang”.
Kita itu istilahnya kita itu wenang atau menang
artinya Sesuatu yang harus. Kita hidup di dunia
ini sudah seharusnya. Wenangnya kita sudah
seharusnya memuji kepada gusti yang maha
suci, memuja kepada yang maha agung. kan
kita wajib dan harus. Yang namnaya
mengimani, beribadah kepada yang maha
kuasa. Ngewenangi bahwa adanya Tuhan. Ini
adalah perwujudan kewenangan kepada
Tuhan.
Gambar 4.39 Alat Musik Bonang
8) Gong
Alat musik gong biasanya dimainkan di
akhir. Bunyi yang dihasilkan oleh gong
biasanya berbunyi “gerrrr”. makna yang
terkandung dari bunyi tersebut adalah “angger”
dalam bahasa Indonesia bisa diartikan stabil.
Artinya bahwa kita sebagai manusia harus
stabil dalam menjalani kehidupan, tidak
120
terlalau berlebihan. Karena yang berlebihan
akan berakhir dengan keburukan.118
Gambar 4.39 Alat Musik Gong
Gamelan Salendro ini hanya memiliki
sebanyak lima tangga nada saja, karena
mengingat ini hanya sebatas alat musik
pengiring sebuah tarian saja bukan untuk
mengiringi penyanyi sehingga tangga nadapun
dibuat sesuai kebutuhan. Alasan dipilihnya
gamelan Salendro ini sebagai pengiring tari
topeng yang memiliki tangga nada sebanyak
lima saja adalah mengingat bahwa Tari Topeng
merupakan pokok dari syiar Islam para wali
sehingga tangga nadanya pun disesuaikan
dengan pokok ajaran Islam yaitu rukun Islam
yang berjumlah lima. Hal ini dapat kita ketahui
118 Wawancara pribadi dengan Inu Kertapati, pada 13 Desember 2019
121
bahwa wali Sunan Gunung Djati sudah sangat
mempersiapkan dengan matang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa
dalam tari topeng Cirebon memadukan unsur estetika dan
agama. Menegaskan bahwa, seni tari juga bisa
mempertemukan estetika dan agama, sehingga tidak
semua estetika menganut paham sekuler. Estetika yang
biasanya cenderung anti norma dan kesopanan serta jauh
dari norma agama, tetapi dalam tari topeng justru menepis
hal tersebut.
Dalam tari topeng gerak tariannya tidak mengandung
unsur sensual, juga busana tari di desain untuk menutupi
lekukan tubuh. Tidak seperti seni tari lainnya yang justru
memunculkan unsur sensual dalam gerakan tari dan
busana tari, seperti tari jaipong. Selain itu, dalam
pertunjukan tari topeng Cirebon, tidak bercampur dengan
penari lain. Karena tari topeng Cirebon pada dasarnya
adalah tari tunggal yakni tari yang dibawakan oleh satu
orang, adapun apabila ada yang menarikannya secara grup
atau lebih dari satu, tetapi dalam pelaksanaan tarinya tetap
tari tunggal. Sehingga tidak ada percampuran antara
penari. Baik itu laki-laki atau perempuan.
122
123
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini memaparkan pembahasan analisis data yang diperoleh
dari lapangan, terkait pembinaan akhlak melalui Tari Topeng Cirebon
di Sanggar Wijaya Kusuma. Analisis lapangan terdiri dari :
A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak melalui Tari Topeng
di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon
Berlandaskan hasil pengamatan dan wawancara yang
dilakukan oleh penulis, menunjukan bahwa proses pembinaan
yang terdapat di sanggar Wijaya Kusuma Cirebon dilakukan oleh
pembina secara bersamaan dengan proses pembelajaran gerak
tarinya, sehingga dilakukan secara beriringan. Jadi, apabila sedang
mengajarkan gerakan tari, pembina juga menjelaskan apa makna
dari sejarah tari dan juga filosofi dari tarian tersebut. Sesuai dengan
tujuan didirikan sanggar ini adalah untuk membentuk anak-anak
bangsa, khususnya Cirebon agar mempunyai tingkah laku yang
baik. Maka dari itu, ini penting dilakukan, karena selain mereka
dapat menari dan melestarikan kesenian daerah, mereka juga
mendapatkan ilmu lain yang berguna bagi mereka di kehidupan ini.
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pada tujuan dari Inu
Kertapati dalam mendirikan sanggar Wijaya Kusuma tersendiri,
yakni untuk membentuk karakter atau akhlak anak-anak bangsa,
khususnya Cirebon agar mempunyai tingkah laku yang baik. Maka
dari itu, menurutnya kegiatan ini penting dilakukan, karena selain
mereka dapat menari dan melestarikan kesenian daerah, mereka
juga mendapatkan ilmu lain yang berguna bagi mereka di
kehidupan ini. Hal ini sejalan dengan pengertian pembinaan itu
sendiri bahwasannya pembinaan adalah proses, perbuatan, cara
124
membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efesien untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. 119 Hasil yang dimaksudkan pada kegiatan ini
adalah akhlak anak-anak binaan yang diharapkan menjadi lebih
baik lagi. Seperti, dari mereka yang tidak memiliki sopan santun,
menjadi memiliki sopan santun dan seterusnya. Dalam kegiatan
ini, yang menyampaikan materi seputar pembinaan hanya Inu
Kertapati saja. Karena, pelatih yang lain belum begitu paham
mengenai materi pembinaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Inu, dijelaskan bahwa
pemberian materi tari topeng pada pembinaan akhlak dirasa belum
maksimal. Karena faktor-faktor yang menghambat membuatnya
tidak maksimal dalam proses pembinaan akhlak. Inipun
dibenarkan oleh 3 informan yang merupakan anak-anak binaan di
sanggar Wijaya Kusuma, bahwa mereka belum terlalu jauh
menerima materi pembinaan akhlak, hanya sampai sejarah dan
makna tiap tarian saja, belum menyentuh makna gerakan, kostum,
dan iringan tari.
B. Analisis Nilai Akhlak pada Tari Topeng Rumyang
Ruang lingkup pembahasan akhlak terbagi ke dalam akhlak
terhadap Allah, sesama manusia, diri sendiri dan lingkungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, didapati bahwa
unsur-unsur yang terdapat pada tari topeng Rumyang terdapat nilai-
nilai akhlak. Berikut analisis nilai akhlak pada tari topeng
Rumyang :
119 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
(Yogyakarta: Belukar, 2006) h.54
125
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.120 Berikut unsur tari
topeng Rumyang yang memuat nilai akhlak kepada Allah :
a. Ikhlas Beribadah kepada Allah
Ikhlas beribadah kepada Allah semata-mata hanya
mengharap ridho Allah. Hal ini termuat ke dalam unsur tari
Rumyang, yakni :
1) Keris
Pada zaman kerajaan Jawa yang diberitakan oleh
musafir Cina tahun 922 M., yang dikutip oleh Bambang
Harsrinuksmo (1988) bahwa keris sudah menjadi
budaya sebagai senjata yang telah berkembang
menjelang tahun 1000 M. Juga masyarakat Jawa
sebagian besar mereka masih mempercayai bahwa keris
mempunyai kekuatan magis. Namun, seiring
berkembangnya zaman dan perubahan sosial, fungsi
keris kini bermacam-macam, yakni sebagai senjata
pembunuh, pusaka, simbol atau lambang, alat
perlengkapan, dan benda seni.121
Keris yang digunakan pada tari topeng Rumyang
memiliki fungsi sebagai perlengkapan sebuah
pertunjukan yang memiliki makna penggunaannya
120 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011) h.149 121 Ahmad Arif Musadad,”Makna Keris dan Pengaruhnya terhadap
Masyarakat di Surakarta” UNS: MIIPS 2, no.2 (2008):152-154 .
126
sebagai sebuah pegangan yang harus dimiliki oleh
manusia. Pegangan yang dimaksud adalah agama.
Makna yang terkandung dari penggunaan keris ini
adalah meberikan pesan kepada manusia untuk selalu
berpegang teguh terhadap agama Allah Swt. tidak
kepada selain Allah Swt.. Seperti benda pusaka,
makhluk ghaib dan yang serupanya. Seperti yang
termuat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 103 yang
berbunyi :
م يك
ه عل
روا نعمت الل
كوا واذ
ق ر
ف ت
ل ه جميعا و
واعتصموا بحبل الل
م وبك
ل بين ق
ف
لاء ف
عدا
نتم ا
ك
صبحتم اذ
ا ف بنعمته
وانا
اخ
ا حفرة ف
ى ش
نتم عل
ه وك
ن الل
لك يبي ذنها ك
م م كذقناار ف ن الن
م
م تهتدون كعل
يته ل
م ا
ك ٢٠٣ -ل
Artinya :”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya
pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah
mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya
kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: 103) 122
2) Bonang
Bonang merupakan salah satu alat musik pengiring
tari topeng Rumyang yang menghasilkan harmonisasi
suara dengan bunyi “nang nong nang.” Yang
dimaksudkan adalah wenang artinya sesuatu yang
122 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.63
127
harus. Wenang disini adalah wenang terhadap Gusti
yang Maha Suci. Kita harus mengimani dan beribadah
kepada yang maha kuasa. Yang mana kita manusia
diciptakan untuk menyembah kepada Allah Swt.
Seperti firman Allah pada surat Az-Zariyat ayat 56
yang berbunyi :
ليعبدون
س الن
جن والقت ال
ل ٦٥ -وما خ
Artinya :”Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS.
Az-Zariyat: 56)123
Juga Allah Swt. menegaskan bahwa hanya Allah lah
yang harus disembah, ibadah hanya kepada-Nya, serta
tempat melabuhkan do’a dan pegharapan, seperti pada
surat Al-An’am ayat 162, Allah Swt. berfirman:
مين
عل
ال
ه رب سكي ومحياي ومماتي لل
تي ون
ل ان صل
٢٥١ -ق
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam.” (Q.S. Al-An’am; 162)124
2. Akhlak terhadap sesama
Akhlak terhadap sesama manusia hendaknya saling berbuat
kebaikan dan menjauhi saling berbuat buruk. Berikut nilai
akhlak yang termuat dalam unsur tari topeng Rumyang:
123 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.523 124 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.150
128
a. Saling menasihati
Saling menasihati adalah perbuatan yang baik, karena pada
dasarnya manusia adalah tempatnya lupa dan salah,
sehingga kewajiban kita sebagai sesama muslim adalah
saling memberikan nasihat. Hal ini termuat ke dalam unsur
tari Rumyang, yakni :
a. Kebluk
Kebluk merupakan salah satu pengiring musik tari
topeng Rumyang yang menghasilkan harmonisasi suara
yang berbunyi “tuk bluk tuk bluk” seolah-olah alat ini
seperti sedang bersautan dan mengingatkan. Tuk yakni
mengetuk, yaitu perilaku seseorang yang sedang
memberi tahu dan bluk yakni kebluk, yaitu seseorang
yang diberitahu. Ini dimaknai bahwa setiap kita baiknya
saling mengingatkan dan menasihati satu sama lain
bahwa di dalam hidup ini ada aturan, baik itu aturan
agama, aturan di masyarakat, dan aturan di lingkungan.
Ini memberikan pesan kepada kita untuk saling
mengingatkan antara manusia dalam hal kebaikan
maupun keburukan. Seperti dalam surat Al-Maidah
ayat 2 yang berbunyi :
بر ى ال
وا عل
عاون
قوا وت عدوان وات
م وال
ث
ى الوا عل
عاون
ت
قوى ول والت
اب عق
ديد ال
ه ش
ه ان الل
١ -الل
Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
129
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksaan-Nya.”(QS. Al-Maidah: 2)125
Juga ditegaskan dalam surat Al-‘Asr, Allah Swt.
berfirman:
عصر سر ٢ -وال
في خ
سان ل
ن
وا ١ -ان المنوا وعمل
ذين ا
ال
ال
بر ا واصوا بالص ە وت
حق واصوا بال
لحت وت ٣ - لص
Artinya: “Demi masa (1) Sungguh, manusia berada
dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran(3)” (Q.S. Al-‘Asr: 1-3)126
3. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah akhlak yang semestinya
dilakukan oleh manusia kepada dirinya sendiri, juga terhadap
Tuhannya. Berikut nilai akhlak yang termuat dalam unsur tari
topeng Rumyang:
1) Terampil dalam bertindak
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Lembeyan Alon
Dalam gerakan ini temuat nilai akhlak yakni
jangan tergesa-gesa atau terburu-buru dalam
melakukan sesuatu, karena perilaku tergesa-gesa itu
datangnya dari syaitan. Seperti yang termuat dalam
Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 37 yang berbunyi :
125 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.106 126 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.601
130
ون ستعجل
ت
ل
يتي ف
م ا
وريك
سان من عجل سا
ن
لق ال ٣٧ -خ
Artinya : “Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-
gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-
tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu
meminta Aku menyegerakannya.”(QS. Al-Anbiya:
37)127
2) Mincig
Dalam gerakan ini termuat nilai akhlak yakni
anjuran untuk meninggalkan rasa ragu-ragu dalam
melakukan sesuatu. Seperti dalam Al-Qur’an surat
Al-Baqoroh ayat 147 yang berbunyi:
رين ممت
ن من ال
ون
ك ت
ل
ك ف
ب حق من رل ٢٤٧ - ا
Artinya: ” Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka
janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk
orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Bqoroh: 147)128
3) Buang Sumping (Gerak Penghubung)
Gerakan Buang Sumping diibaratkan sebagai
gerakan untuk berpikir dan memilah-milih apa yang
harus dilakukan setelah memulai dengan pelan
(lembeyan alon). Gerakan ini memiliki makna bahwa
setiap langkah yang akan diambil hendaknya harus
berpikir terlebih dahulu, tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan.
4) Incek meneng
Gerakan incek meneng memiliki makna bahwa
sebelum kita pergi jauh, kita harus memperkirakan
127 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.325 128 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.23
131
atau melakukan tolak ukur apakah keputusan yang
diambil akan baik atau tidak.
5) Ngelarap (Gerakan Penghubung)
Ngelarap diartikan sebagai keinginanan atau cita-
cita. Gerak ini memiliki makna bahwa keputusan
yang akan kita ambil haruslah dengan jelas dan harus
fokus serta harus tertata agar tujuan kita tercapai.
6) Tindak Tiga Maju Mundur
Gerakan ini melambangkan gejolak kehidupan
manusia yang tidak menentu arahnya, tidak yakin,
tidak optimis, kadang maju dan kadang mundur
cendrung tidak stabil. Sehingga sebaiknya kita harus
pasti dan penuh perhitungan dalam bertindak dan
mengambil keputusan.
7) Pak Bang
Pak Bang merupakan singkatan dari memapak
perkembangan. Gerakan ini dimaknai sebagai
perilaku yang memprediksi perkembangan yang akan
terjadi nanti, sehingga mulai saat ini kita bisa
meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di keesokan hari.
Kelima gerakan di atas yakni Buang Sumping,
Incek Meneng, Ngelarap, Tindak Tiga Maju Mundur,
dan Pak Bang jika ditarik garis besarnya adalah
gerakan yang memiliki makna yang sama, yakni
berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan dalam bertindak atau berucap, tidak
dianjurkan untuk melakukannya dengan buru-buru
132
atau tergesa-gesa. Sehingga langkah yang diambil
baik ucapan atau tindakan bisa diputuskan dengan
baik. Meskipun pada dasarnya manusia itu memang
bersifat tergesa-gesa, seperti pada Al-Qur’an surat
Al-Isra’ ayat 11 yang berbunyi:
سان عجولن
ان الير وك
خ
ءه بال
دعا
ر سان بالش
ن
٢٢ -ويدع الArtinya: “Dan Manusia (seringkali) berdoa untuk
kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk
kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-
gesa.” (Q.S. Al-Isra: 11)129
Berdasarkan dalil di atas, Allah melarang hamba-
Nya untuk melakukan suatu perkara dengan terburu-
buru. Termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya
ayat 37 yang berbunyi:
ون ستعجل
ت
ل
يتي ف
م ا
وريك
سان من عجل سا
ن
لق ال ٣٧ -خ
Artinya: “Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-
gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-
tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu
meminta Aku menyegerakannya.” (Q.S. Al-Anbiya:
37)130
2) Taubat
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Banting Tangan
Gerakan ini seakan-akan sedang membuang
sesuatu yang ada di tangan atau membuang sesuatu
yang kotor atau perbuatan dosa yang pernah kita
129 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.283 130 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.325
133
lakukan yang hendaknya ditinggalkan untuk
melanjutkan ke tahapan hidup selanjutya. Jadi
diharapkan diri dalam keadaan suci dan bersih.
Taubat merupakan cara kita kembali pada Allah
Swt. setelah melakukan perbuatan dosa. Taubat yang
diterima oleh Allah Swt. adalah taubat yang benar-
benar atau yang bersungguh-sungguh. Syarat taubat
adalah menyesali perbuatan dosa yang telah
dilakukan, meninggalkan perbuatan dosa tersebut,
dan bertekad untuk tidak lagi mengulangi dosa
tersebuut. Gerakan ini memberikan pesan bahwa
hendaknya kita sebagai manusia untuk senantiasa
bertaubat dsalam menjalani kehidupan di dunia untuk
menjalani kehidupan di akhirat kita. Sehingga kita
harus mempersiapkan diri dengan berbekal amal
kebaikan untuk melangsungkan kehidupan di akhirat
nanti.
Orang yang sudah bertaubat diibaratkan seperti
orang yang tidak memilki dosa, seperti hadis yang
berikut, Sahabat Anas bin Malik r.a. berkata, ‘Saya
pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
Artinya: “Seseorang yang tobat dari dosa seperti
orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah
mencintai seorang hamba, pasti dosa tidak akan
membahayakannya.” (H.R. Ibnu Majah)131
131 Ali Ridho, “Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab
Minhajul ‘Abidin” UIN Sunan Kali Jaga: Jurnal Aqidah 5, no.1 (2019): 24
134
3) Hindarkan perbuatan tercela dan bersifat merugikan
Salah satu perbuatan tercela adalah bersikap
sombong, teledor, dan lain sebagainya. Nilai tersebut
termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai berikut:
1) Incek Miring Banting Tangan
Gerakan ini memiliki makna bahwa kita harus
lebih konsentrasi dalam menjalani kehidupan, karena
di depan akan banyak rintangan yang menghadang.
Selain itu, pada umumnya kata miring memiliki
konotasi yang negatif, sehingga perlu disikapi bahwa
kita jangan sampai terlalu percaya diri dalam bersikap
dan menganggap mudah apa yang akan terjadi.
Sehingga nanti akan miring, yang dimaksudkan
adalah akan mucul rasa sombong dan tidak
tercapainya suatu tujuan.
Sifat sombong yang melekat pada manusia, akan
membuatnya terlena dalam keadaannya, yang
membuat manusia tersebut menuju ke arah yang
salah. Sehingga, dalam gerakan ini memberikan
pesan bahwa dalam menjalani kehidupan haruslah
jauh dari sikap sombong yang nantinya akan
merugikan diri sendiri.
Dalam Islampun kita sebagai umat manusia tidak
boleh berlebihan dalam segala sesuatu, karena yang
berlebihan pastilah tidak akan berbuah baik. Optimis
itu boleh, tetapi optimis yang berlebihan dekat
dengan kesombongan. Sebaiknya dijalani dengan
baik, bersungguh-sungguh. Juga, sifat sombong
135
merupakan sifat yang Allah tidak suka. Seperti firman
Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 18,
sebagai berikut:
صوات ر ال
كن ان ا
ضض من صوتك
يك واغ
صد في مش
واق
حمير صوت ال
٢٦ - ل
Artinya: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 19)132
2) Sepak Soder
Soder yakni selendang yang dikenakan penari yang
letaknya di samping pinggang. Soder dilambangkan
sebagai sifat teledor manusia, diletakan di samping
dimaknai bahwa sifat tersebut harus dikesampingkan
oleh manusia yang pada dasarnya manusia sebagai
makhluk yang sering melakukan kesalahan dan lupa.
Sehingga dalam gerakan sepak soder ini dimaknai
bahwa kita harus membuang jauh sifat teledor dalam
menjalani kehidupan.
3) Soder
Soder ini dipasang di samping. Soder berasal dai
bahasa jawa yakni sleder artinya sifat teledor
manusia, maka dari itu soder di pasang di samping
karena sifat teledor manusia memang harus
dikesampingkan.
Gerakan sepak soder dan soder, memiliki makna yang
sama. Yakni mengesampingkan sifat teledor manusia.
132 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.314
136
memang pada dasarnya manusia adalah tempatnya
salah dan lupa, tetapi itu semua harus dihindari,
karena akan merugikan diri sendiri yang nanti akan
disesali.
Untuk itu, melalui ini memberikan pesan kepada
manusia bahwa dalam melakukan suatu hal, harus
teliti dan tidak ceroboh.
4) Muhasabah
Muhasabah dikenal sebagai koreksi diri, introspeksi
diri mengenai kesalahan apa saja yang telah diperbuat,
perbuatan apa saja yang telah dilakukan dan sebagainya.
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Incek Meneng Nengok
Gerakan ini mengisyaratkan bahwa sebelum
melanjutkan ke tahapan hidup selanjutnya untuk
mengoreksi dan melihat terlebih dahulu ke sekeliling
kita untuk berhati-hati. Dalam gerakan ini terdapat
nengok yang artinya juga mulai dari sini kita akan
melanjutkan ke tahapan selanjutnya.
2) Incek Ngolah Sumping
Gerakan ini dimaknai sebagai gerakan yang sedang
mengkaji diri, introspeksi lebih dalam lagi bahwa
segala sesuatu yang terjadi dan didengar nanti harus
dicerna dan dipahami terlebih dahulu.
Kedua gerakan di atas memiliki makna yang
sama, yakni anjuran untuk muhasabah, ditandai
dengan istilah mengkaji diri, mengoreksi diri, dan
137
itrospeksi diri. Dari kegiatan muhasabah ini kita dapat
mengetahui letak kesalahan, kekurangan, dan sesuatu
yang harus diperbaiki dalam diri manusia, sehingga
melalui muhasabah ini dapat menjadikan manusia
yang lebih baik lagi.
Seperti firman Allah SWT. dalam surat Al-Hasyr
ayat 18 yang berbunyi :
قوا د واتمت لغ د
ا ق فس م
ر ن
تنظ
ه ول
قوا الل منوا ات
ذين ا
ها ال ي
ا ي
ون عمل
بير بما ت
ه خ
ه ان الل
٢٨ -الل
Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr: 18) 133
5) Mujahadah
Sikap jihad, yaitu bekerja keras dengan sungguh-
sungguh adalah suatu sikap yang harus selalu mengiringi
tingkah laku perbuatan seorang muslim. Ia sadar bahwa
musuh terbesarnya adalah dirinya sendiri, hawa nafsunya
yang selalu cenderung kepada perbuatan buruk yang
tidak terpuji. Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari
topeng sebagai berikut:
1) Kenyut
Kenyut dapat dimaknai bahwa untuk melangkah
ke tahapan hidup selanjutnya kita sudah harus mulai
menstabilkan atau mengatur nafsu atau emosi. Dalam
133 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.548
138
Islam, manusia diharuskan untuk bisa mengatur hawa
nafsu kita, karena musuh terbesar manusia adalah
hawa nafsunya. Seperti firman Allah dalam Al-
Qur’an surat Shad ayat 26 yang bunyinya :
حق
اس بال م بين الن
احك
رض ف
فى ال
ةليف
نك خ
ا جعل د ان يداو
ون عن ذين يضل
ه ان ال
ك عن سبيل الل
يضل
هوى ف
بع ال
ت ت
ول
حس سوا يوم ال
ديد بما ن
اب ش
هم عذ
ه ل
١٥ - اب سبيل الل
Artinya : (Allah berfirman), “Wahai Dawud!
Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena
akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh,
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.”134
6) Rajin dan Kerja Keras
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Kace
Kace dalam bahasa jawa berarti lebih. Ini
memberikan arti bahwa di dalam diri kita harus
memiliki nilai lebih, karena kita manusia diciptakan
oleh Tuhan sebagai makhluk yang lebih dari yang
lainnya. Lebih sempurna, lebih cerdas dan lainnya.
2) Kenong dan Jengglong
Gerakan badan penabuh diibaratkan seperti perilaku
engklag-engklug atau artinya ke sana ke mari. Dalam
134 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.454
139
memainkan alat ini, sama seperti perilaku manusia
yang selalu punya banyak keinginan. Ingin itu dan
ingin ini. Ini memiliki arti bahwa jangan berperilaku
seperti itu, jika punya keinginan harus fokus dan
bekerja keras.
3) Kecrek
Kecrek atau disebut juga sebagai kepak apabila
dimainkan akan menghasilkan bunyi “crak tok crak
tok”. Maksud dari bunyi tersebut dalam bahasa Jawa
memiliki arti “dicacak sampe entok” dalam bahasa
Indonesia artinya adalah dicoba sampai habis.
Maknanya bahwa kita hidup sebagai manusia dalam
menjalani kehidupan harus pantang menyerah untuk
mencoba segala sesuatu, baik itu kesempatan dan
peluang yang ada sampai habis. Habis maksudnya
adalah sampai batas maksimal usaha dan sampai
habis usianya.
Ketiga unsur tari topeng Rumyang di atas memuat
nilai akhlak rajin dan bekerja keras. Dalam menjalani
kehidupan haruslah rajin dan bekerja keras, terutama
untuk urusan akhirat. Karena manusia tidak akan
selamanya kekal di dunia dan akan kekal di akhirat
nanti.
Dalam mencapai sebuah tujuan, melalui tiga unsur di
atas sudah seharusnya manusia berusaha semaksimal
mungkin, disertai dengan do’a dan di akhiri dengan
tawakal. Meskipun keputusan ada di tangan Allah,
tetaplah manusia sebagi hamba harus berusaha,
140
berdo’a, tawakal. Karena Allah Swt. tidak akan
merubah suatu kaum, sampai mereka sendiri merubah
dirinya seniri. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, sebagai berikut:
ه ان مر الل
ه من ا
ون
ظ
فه يحف
ل بين يديه ومن خ
ن
بت م ه معق
ل
وم ه بق
راد الل
اا واذ
فسهم
نروا ما با
ي ى يغ وم حت
ر ما بق
ي يغ
ه ل
الل
ه مرد ل
ل
ءا ف
ن سو
هم م ال وما ل ٢٢ -دونه من و
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat
yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d:
11)135
7) Sederhana dan Rendah Hati
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Gelang
Gelang yang dipakai pada saat tari Rumyang memiliki
makna bahwa kita itu harus transparan terhadap harta
yang dimiliki, maksudnya bahwa harta yangada pada
diri kita ini adalah pemberian dari yang Maha Kuasa.
Melalui ini termuat akhlak untuk sederhana dan rendah
hati. Bahwa setiap yang ada pada diri kita dan apa yang
kita usahakan adalah semuanya pemberian Allah Swt.
135 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.250
141
yang suatu saat nanti akan kembali kepada Allah Swt.
bersikap rendah hati tidak akan melukai harga diri
manusia, tetapi menjauhkan manusia dari sifat
sombong.
Seperti yang termaktub di dalam Al-Quran surat Al-Isra
ayat 37, sebagai berikut :
جبال ال
غبلن ت
رض ول
رق ال
خ
ن ت
ك ل ان
رض مرحا
مش فى ال
ت
ول
ول ٣٧ -ط
Artinya: “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak
akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung.” (Q.S. Al-Isra: 37)136
Berdasarkan ayat tersebut, diterangkan bahwa
sebagai manusia jangan berlaku sombong, harus
bersikap rendah hati kepada semua orang. Karena
manusia hanyalah manusia biasa tanpa ada kelebihan
yang dapat membuatnya bisa menembus bumi dan
setinggi gunung. Karena itu, melalui gelang ini
mengandung pesan bahwa manusia harus hidup dengan
kerendahan hati dan kesederhanaan agar termasuk ke
dalam hamba yang dicintai Allah Swt.
8) Pemberani dan teguh hati
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
136 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.285
142
1) Kendang topeng
Berdasarkan harmonisasi suara yang dihasilkan dan
peletakan kendang topeng, memiliki makna bahwa
manusia dalam menjalani kehidupan harus maju ke
depan, artinya menatap masa depan bukan masa lalu,
sehingga kita bisa menjalani kehidupan yang lebih
baik.
Roda kehidupan tidak akan pernah berhenti, setiap
hari akan ada kehidupan baru yang mau tak mau harus
manusia hadapi dan jalani, apapun itu. Melalui
kendang topeng ini mengandung pesan untuk terus
menjalani kehidupan dengan baik tanpa terpengaruh
dari masa lalu. Masa lalu hanya boleh dijadikan
sebagai pembelajaran, bukan untuk selalu dikenang
sehingga kita akan menjadi manusia yang hanya
berkutat di masa lalu, sedangkan roda kehidupan akan
terus berputar. Untuk itu manusia hidup harus
menatap masa depan berani dan siap. Apapun yang
akan terjadi, Allah pasti sudah mempersiapkan yang
terbaik bagi hamba-Nya. Seperti pada surat Al-
Baqoroh ayat 286, sebagai berikut:
يهاسبت وعل
ها ما ك
وسعها ل
فسا ال
ه ن
الل
ف
ل يك
سبت ل
ت ما اك
نا ل اصرا ربينا
حمل عل
ت
نا ول ا رب
نأط
خ
و ا
اسينا
ان ن
اناخذ
ؤ ت
بلنا ذين من ق
ى ال
ته عل
ما حمل
ناك
لةاق
ط
نا ما ل
ل حم
ت
نا ول رب
وم قى ال
ا عل
صرن
انىنا ف
ت مول
ن وارحمنا ا
نافر ل
واغ
ا عن
واعف به
فرين ك ١٨٥ - ال
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia
mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang
143
dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa),
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami,
ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah
pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi
orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqoroh: 286)137
Setiap yang akan di alami oleh manusia dalam
kehidupannya, tidak akan melebihi ambang batas
kemampuannya, karena Allah Swt.. telah mengatur
dengan sedemikian rupa. Tugas manusia hanyalah
menjalani kehidupan dengan berani dan teguh hati.
9) Disiplin dan bersikap optimis
Nilai tersebut termuat ke dalam unsur tari topeng sebagai
berikut:
1) Gong
Berdasarkan harmonisasi suaranya, mengandung
makna yang berupa pesan bahwa kita sebagai
manusia harus stabil dalam menjalani kehidupan,
tidak terlalu berlebihan. Karena yang berlebihan akan
berakhir dengan keburukan.
Gong memberikan pesan bahwa kita harus disiplin
dalam menjalani kehidupan. Disiplin terhadap diri
sendiri merupakan hal yang wajib dilakukan, karena
dengan disiplin maka akan terbentuk kehidupan yang
137 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.49
144
stabil. Disiplin juga diajarkan dalam Islam,
contohnya sholat. Sholat adalah ibadah yang
waktunya ditentukan dan memiliki batasan waktu,
sehingga umat muslim diajarkan untuk disiplin
sholat. Terutama disiplin waktu, Islam sangat begitu
menghargai waktuu, sampai Allah Swt.. bersumpah
menggunakan waktu. Berikut Allah bersumpah
dengan waktu dalam Al-Qur’an:
جر فر ٢ -وال
يال عش
١ -ول
Artinya: “Demi fajar(1) demi malam yang
sepuluh(2)” (Q.S. Al-Fajr: 1-2)138
حى ا سجى ٢ -والضيل اذ
١ -وال
Artinya: “Demi waktu duha (ketika matahari naik
sepenggalah) (1) dan demi malam apabila telah
sunyi(2)” (Q.S. Ad-Duha: 1-2)139
Masih banyak lagi ayat yang Allah bersumpah
dengan waktu, ini menandakan bahwa Islam sangat
menghargai waktu dan mengajarkan umatnya untuk
menjadi disiplin.
C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
melalui Tari Topeng Cirebon
Dalam proses pembinaan akhlak melalui tari topeng
Cirebon di sanggar Wijaya Kusuma terdapat dua faktor yang
mempengaruhi jalannya proses pembinaan. Terdiri dari faktor
secara umum dan khusus, yakni :
138 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h.593 139 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2005) h. 596
145
1. Faktor secara umum
Faktor ini dapat diidentifikasi dari tingkat semangat
dari anak-anak. Jika semangat anak-anak dinilai
rendah, maka saat pembelajaran mereka membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam menerima materi.
Tetapi, jika semangat anak-anak dinilai tinggi, maka
saat pembelajaran mereka membutuhkan waktu yang
cepat dalam menerima materi dan cenderung cepat
tanggap.
2. Faktor secara khusus
Faktor ini dapat diukur dari intensitas waktu anak
belajar tari. Jika sang anak belum lama belajar tari,
maka otomatis mereka belum tau tentang menari,
sehingga mereka tidak tanggap saat diberikan materi.
Sedangkan, jika sang anak sudah cukup lama, maka dia
akan cepat tanggap saat diberikan materi.
Dua faktor di atas adalah hal yang harus bisa
diperhatikan oleh pelatih tari, karena faktor di atas
merupakan faktor keberhasilan yang bisa mempengaruhi
pelaksanaan pembinaan akhlak di sanggar Wijaya Kusuma
Cirebon. Faktor pertama, jika anak-anak memiliki
semangat yang tinggi untuk belajar dan ditambah maka
proses pembinaan akhlak akan mudah dilaksanakan dan
diterima dengan mudah oleh anak-anak, tetapi jika tidak,
maka pembinaan akhlak tidak akan berjalan dengan lancar.
Faktor kedua, dapat dilihat dari intensitas waktu belajar
tari dari anak-anak. Apabila anak-anak tersebut sudah
cukup lama belajar tari di sanggar Wijaya Kusuma, maka
146
mereka akan cepat tanggap dalam pembinaan akhlak.
Namun, apabila belum cukup lama, maka akan butuh
proses cukup lama dalam pembinaan akhlak.
147
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis tentang Pembinaan Akhlak melalui Tari
Topeng di Sanggar Wijaya Kusuma Cirebon, penulis
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak pembinaan akhlak
melalui tari topeng di sanggar Wijaya Kusuma Cirebon
dilakukan di setiap sela pengajaran tari topeng
berlangsung. Saat pelatih mengajarkan sebuah tarian, di
saat itulah pelatih memberikan materi pembinaan meliputi
sejarah tari topeng dan makna tari topeng secara umum.
2. Muatan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Tari
Topeng sesuai dengan unsur tari, yaitu gerakan, iringan
tari, dan busana tari. Ketiga unsur tersebut memiliki
muatan akhlak yang terkandung di dalamnya, yakni :
a. Akhlak kepada Allah
b. Akhlak terhadap sesama
c. Akhlak terhadap diri sendiri
3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan Pembinaan Akhlak
melalui tari topeng di sanggar Wijaya Kusuma terbagi ke
dalam dua fakor, yakni faktor umum dan khusus.
a. Faktor secara umum dapat diidentifikasi dari
tingkat semangat dari anak-anak.
b. Faktor secara khusus diukur dari intensitas waktu
anak belajar tari.
148
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, didapati bahwa dalam
membentuk akhlak anak dapat dilakukan melalui metode lain,
yakni melalui Tari Topeng. Dengan ini anak-anak dapat
memperoleh dua ilmu, pertama ilmu tari dan yang kedua ilmu
akhlak. Mempelajari ilmu akhlak akan sangat mudah
diterapkan dan menyenangkan melalui kesenian. Mengenalkan
budaya daerah sekaligus membentuk generasi yang
berkarakter.
Hal inipun menepis rumor yang beredar di masyarakat
bahwa tari topeng merupakan suatu hal yang dipandang
negatif. Padahal ini merupakan sebuah warisan dari Sunan
Gunung Jati yang memang diciptakan untuk penyebaran agama
Islam dan termuat nilai-nilai akhlak serta filosofi kehidupan
bagi manusia.
Juga memberikan sebuah pandangan baru bahwa tidak
selamanya estetika berpaham sekuler dan anti norma dan
kesopanan serta bebas dari agama. Melalui tari topeng
Cirebon, justru keduanya disatukan dalam satu kesatuan.
Sehingga membuat seni tari topeng Cirebon menjadi seni tari
yang berbeda dengan yang lainnya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran
untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak di sanggar
Wijaya Kusuma Cirebon agar memberi fokus terhadap
pembinaan akhlak, sehingga semua materi bisa tersampaikan,
seperti makna gerakan, iringan musik, dan kostum. Sehingga
pembinaan akhlak yang dilakukan akan lebih maksimal dan
149
memberikan dampak yang lebih kepada anak-anak. Yag mana
ketiga unsur tari tersebut sangat banyak nilai-nilai akhlak yang
termuat di dalamnya, sehingga tujuan dari sanggar Wijaya
Kusuma untuk membentuk generasi bangsa yang berkarakter
dapat tercapai.
150
151
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Persepektif Alquran.
Jakarta: Amzah, 2007.
Azmi, Muhammad. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.
Yogyakarta: Belukar, 2006.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group,
2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2016.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Hawkins, Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia,
1990.
Ihsan, Ummu dan Abu Ihsan Al-Atsari. Aktualisasi Akhlak Muslim.
Jakarta: PT. Pustaka Imam Asy-Syafii, 2014.
Mangunhadjana. Pembinaan, Arti, dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanimus, 1986.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Rahagrafindo Persada,
2011.
Nurdin, M.Noer. Menusa Cerbon. Cirebon: Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, 2009.
Zainal, Veithzal Rivai, dkk. Manajemen Akhlak. Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018.
Salim, Abdullah. Akhlaq Islam. Jakarta: Media Dakwah, 1994.
152
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Alfabeta, 2013.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan,1998.
Subekti, Ari dan Budiawan. Seni Tari. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.
Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.
Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta, 2009.
Jurnal
Musadad, Ahmad Arif. ”Makna Keris dan Pengaruhnya terhadap
Masyarakat di Surakarta” UNS: MIIPS 2, no.2 (2008):152-154.
Ridho, Ali. “Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab
Minhajul ‘Abidin” UIN Sunan Kali Jaga: Jurnal Aqidah 5, no.1
(2019): 24.
Nasution, Nur Aminah. “Seni Islam sebagai Media Dakwah Studi
Kasus: Kesenian Tari Badui di Dusun Semampir, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta”. Jurnal Sejarah Peradaban Islam 1, no.2 (2017):
301.
Khutnah, Nainul. “Jurnal Seni Tari” UNNES: JST 1, no.1(2012) : 12.
Manan, Syaepul. “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan”. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 15, no.1
(2017) : 522.Martiara, Rina dan Arie Yulia Wijaya. “Tari
Gandrung Terob Sebagai Identitas Kultural Masyarakat
Banyuwangi” ISI Yogyakarta: Jurnal Joged Vol.3, No.1
(2012):51
153
Prafitri, Bayu dan Subekti. “Metode Pembinaan Akhlak dalam
Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik di SMPN 4
Sekampung Lampung Timur” Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman 4, no.2 (2018): 342-344.
Sujana, Anis. “Kajian Visual Busana Tari Topeng Tumenggung Karya
Satir Wong Bebarang pada Masa Kolonial” ISBI Bandung:
Panggung Vol.25 No.2 (2015): 138.
Supriyanto. “Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif
Joged Mataram” ISI Yogyakarta: Jurnal Joged Vol.3, No.1
(2012):4.
Wijayanti, Tri Yuliana “Seni Tari dalam Pandangan Islam”. IAIN
Batusangkar: Jurnal Al-Fuad 2, no.2 (2018): 243.
Skrisi dan Tesis
Nugraha, Dicky Lesmana. “Fotografi Tari Topeng Cirebon melalui
Nilai Islam”. Skripsi, Program Studi Fotografi dan Film,
Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan Bandung,
2014.
Mutsla, Atina. “Manajemen Pembinaan Akhlak Narapidana di Rumah
Tahanan (Rutan) Kelas II B Boyolali”. Tesis, IAIN Surakarta,
2018.
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara untuk Pengelola Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tempat :
d. Waktu :
Pertanyaan :
1. Kapan Sanggar Wijaya Kusuma didirikan ?
2. Di mana letak geografis Sanggar Wijaya Kusuma ?
3. Mengapa dinamakan Sanggar Wijaya Kusuma ?
4. Apa visi dan misi didirikannya Sanggar Wijaya Kusuma ?
5. Bagaimana struktur kelembagaan Sanggar Wijaya Kusuma ?
6. Apa saja program kegiatan yang dilakukan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
7. Apa saja prestasi yang sudah diraih oleh Sanggar Wijaya Kusuma
?
8. Apa perbedaan Sanggar Wijaya Kusuma dengan Sanggar lainnya
?
9. Berapa banyak anak binaan yang terdapat di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
10. Apakah ada kriteria tertentu untuk masuk ke Sanggar Wijaya
Kusuma ?
11. Bagaimana cara untuk masuk ke Sanggar Wijaya Kusuma ?
12. Kapan Sanggar Wijaya membuka pendaftaran anak binaan baru ?
13. Apakah sarana dan prasarana yang sudah dimiliki dinilai efektif
untuk
14. Bagaimana kondisi tempat untuk melakukan kegiatan di Sanggar
Wijaya
15. Dari mana saja sumber dana yang diperoleh untuk pelaksanaan
kegiatan ?
16. Bagaimana dana itu dikelola ?
17. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Pedoman Wawancara untuk Pelatih Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
e. Nama :
f. Jabatan :
g. Tempat :
h. Waktu :
Pertanyaan :
1. Bagaimana proses kegiatan pembinaan akhlak dilakukan ?
2. Kapan kegiatan pembinaan akhlak di lakukan ?
3. Di mana kegiatan pembinaan akhlak dilakukan ?
4. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
5. Mengapa perlu dilakukan kegiatan pembinaan akhlak ?
6. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
pembinaan akhlak ?
7. Apa yang menjadi faktor tidak tersampaikannya makna tari
kepada anak-anak binaan ?
8. Bagaimana mengetahui dampak dari kegiatan pembinaan akhlak ?
9. Apa saja bentuk evaluasi dari pelaksanaan kegiatan pembinaan
akhlak ?
Pedoman Wawancara untuk Pelatih Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tempat :
d. Waktu :
Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah singkat Tari Topeng Cirebon ?
2. Apa tujuan dari diciptakannya Tari Topeng Cirebon ?
3. Ada berapa jenis Tari Topeng Cirebon ?
4. Apa makna dari Rumyang ?
5. Bagaimana gerak tari Rumyang dan apa filosofi gerakannya ?
6. Alat musik apa yang dipakai untuk mengiringi tari Rumyang ?
7. Apa makna dari harmonisasi yang dihasilkan dari alat musik
tersebut ?
8. Apa makna dari kostum tari Rumyang ?
Pedoman Wawancara untuk Anak Binaan Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tempat :
d. Waktu :
Pertanyaan :
1. Dari mana tahu Sanggar Wijaya Kusuma ?
2. Kenapa memilih Sanggar Wijaya Kusuma ?
3. Sudah berapa lama bergabung di Sanggar Wijaya Kusuma ?
4. Bagaimana rasanya mengikuti kegiatan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
5. Menurut Anda, seberapa pentingkah mengikuti kegiatan tari
Topeng ?
6. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan di
Sanggar Wijaya Kusuma ?
7. Selain sejarah dan maka tiap tarian, apakah Anda memahami
gerakan tariannya ?
8. Apakah materi pembinaan akhlak dapat dengan mudah dipahami
?
9. Menurut Anda, bagaimana penyampaian yang disampaikan oleh
pembina dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
10. Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak ?
DAFTAR INFORMAN
No. Nama Umur Status Informan
1. Inu Kertapati 41 th
Ketua sekaligus
Pembina Sanggar
Seni
2. Ety 39 th
Bendahara sekaligus
pengelola Sanggar
3. Surya 29 th Anak Binaan Sanggar
4. Triyana 14 th Anak Binaan Sanggar
5. Silvi Aprilliyani 14 th Anak Binaan Sanggar
TRANSKIP WAWANCARA
Transkip Wawancara untuk Pengelola Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Inu Kertaparti (Inusi)
b. Jabatan : Ketua dan Pelatih
c. Tempat : Cirebon 18 Oktober 2019
d. Waktu : 17.00 – 17.30 WIB
Pertanyaan :
1. Kapan Sanggar Wijaya Kusuma didirikan ?
Jawab : Awal pijakan kita di tahun 2005, mulai dari
merencanakan dan mempersiapkan. Baru mulai mewujudkannya
di tahun 2009.
2. Di mana letak geografis Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Sanggar Seni Wijaya Kusuma terletak di Jl. Ki Badang
Samaran, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten
Cirebon.
3. Mengapa dinamakan Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : sebenernya saya sih dulu simpel-simpel aja. Bingung juga
sih dulu mau bikin sanggar apa ya. Kalo saya pakai sanggar
orangtua saya dulu, biarlah itu sanggar orangtua saya tetap ada
dan berjalan. Akhirnya saya pengen mencoba mandiri dan bikin
nama ini, dan sebenernya ada beberapa nama, saya akhirnya
mengambil namanya Wijaya Kusuma, itu keputusannya. Karena
saya terinspirasi dari cerita pewayangan. Konon, dalam
pewayangan itu, jadi wijaya kusuma itu jimat atau bunga wijaya
kusuma atau kembang ini yang punya Bathara Kresna dalam
pewayangan. Kresna itu kan satu-satunya orang yang cerdas,
menurut saya orang pinterlah itu. Ya di mana-mana dalam
pewayangan tu Bathara Kresna iu orang yang paling cerdik dan
cerdas pokoknya pinterlah. Ditambah lagi dia memiliki itu, kalo
orang jawa ngomongnya jimat yang namanya Wijaya Kusuma itu
yang kalo kita berbicara jimat itu ya bisa untuk menghidupi apa
saja, yang memberi simbol kehidupan atau kalo orang sakit itu
bisa menyembuhkan dan lain sebagainya dan konon banyak
fungsinya. Wijaya kusuma ini akhirnya banyak sekali yang
mencari konon pada waktu itu. Karena wijaya kusuma itu banyak
manfaat dankegunaan dan sampai sekarang juga bisa menandakan
sebagai keberuntungan dan mitosnya apabila ada yang melihat
kembang tersebut mekar konon katanya akan mendapatkan
keberuntungan. Dan memang kembang wijaya kusuma ini tidak
ada yang tau kapan dia akan mulai mekar, tidak bisa ditentukan.
Jadi intinya, wijaya kusuma itu kembang yang banyak disenangi,
disukai. Sebutlah kembang atau bunga yang banyak diburu, dicari
oleh seluruh kalangan. Sehingga saya mengambil inspirasi dari
kembang wijaya kusuma dengan harapan seperti itu, terus
melestarikan budaya dan tradisi kita, kesenian ini khususnya
topeng berharap bisa mengimbas terhadap apa yang kita lakukan.
Sehingga topeng itu banyak diburu orang, apa sih topeng itu dan
bagaimana. Sederhananya seperti itulah. Dan terjadilah sanggar
kita diberi nama Wijaya Kusuma.
4. Apa visi dan misi didirikannya Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : berangkat dari keturunan, kalau istilah itu kerajaan
dinasti, saya sebagai keturunan yang mana saya harus
menurunkan lagi, melestarikan lagi, berawal dari sana mau tidak
mau sepertinya di jaman ini kan mau tidak mau kita harus bikin
tempat agar kita bisa melestarikan lewat melatih lewat anak atau
orang lain atau disebut juga murid. Artinya kita harus bikin
tempat, kalaupun jaman dulu tidak menjadi persoalan mau
tempatnya di mana juga. Karena sekarang kita tidak mebendung
juga ada banyak orang yang pengen ikut. Nah memang dari sana
saya memang harus merasa melestarikan dan harus bikin tempat.
Akhirnya ya kita pikirkan untuk bikin tempat dan ya beginilah
kita bikin sanggar iini benar-benar untuk mengembangkan,
melestarikan kesenian yang saya warisi dari leluhur saya dinasti
saya.
5. Apa saja program kegiatan yang dilakukan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
6. Apa saja prestasi yang sudah diraih oleh Sanggar Wijaya Kusuma
?
Jawab : Prestasi yang sudah kita raih diantaranya kita sudah
mengikuti banyak pagelaran budaya, diundang dalam banyak
event, bahkan sampai ke luar negeri. Untuk lengkapnya bisa
dilihat di blog kami.
7. Apa perbedaan Sanggar Wijaya Kusuma dengan Sanggar lainnya
?
Jawab : Perbedaannya, kalau secara mungkin kebiasaannya
mungkin sama. Yang namanya sanggar ada tempatnya,
kegiatannya, pelatihannya dan ada pentasnya serta yang lainnya.
Nah, saya sendiri bingung juga apa yang menjadikan perbedaan
dengan sanggar lainnya. Mungkin kalo kita ibaratkan severti
masakan mungkin olahannya yang berbeda. Karena saya
perhatkan juga di luaran saya, jika membuat program pelatihan
Hari Waktu Kegiatan Pelatih
Senin 15.30-16.00 Latihan Tari Panji dan
Gamelan
Inu dan
Ardy 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi
Tari/Gamelan Selasa 15.30-16.00 Tari Samba Feby 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Rabu 15.30-16.00 Tari Klana Wira 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Kamis 15.30-16.00 Tari Tumenggung Wira 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Jum'at 15.30-16.00 Tari Rumyang Inu 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Sabtu 15.30-16.00 Tari Kreasi Inu dan
Feby 16.00-16.15 Istirahat 16.15-17.00 Latihan dan Evaluasi Tari
Minggu 09.00-10.30 Latihan Tari Seluruh
pelatih 10.30-11.00 Evaluasi 11.00-12.00 Gamelan
asal ngumpulin anak secara massal, lalu menyampaikan tarian,
lalu anak-anaknya bisa dan menyerap sudah seperti itu saja tanpa
memberi informasi bahwa tarian ini ceritanya begini, maknanya
seperti ini, awalnya begini, itulah yang saya tahu. Kebanyakan di
luar sana ya hanya kaya orang senam aja, kita bergerak, ngumpul
kebanyakan seperti itu juga. Untuk saya pribadi, di sanggar saya
berikan informasi kepada mereka bahwa tarian ini tuh ibaratkan
kita gambarkan itu seperti ini, dalam tarian ini ada gerakan ini
yang nanti maksudnya bagaimana, filosofinya seperti apa dan
seterusnya. Saya juga dalam kegiatan khususnya pelatihan, kita
bikin evaluasi mungkin di sanggar lain sama. Kalau istilah
umumnya sih ujian, jadi kita uji juga mereka. Jadi selamasejauh
ini aak itu daya serapnya seperti apa gitu, namanya ujian.
Kemudian dari ujian itu kita beri kriteria nilai, kemudian secara
tertulis kita kasih sertifikat. Tapi setelah itu sebenernya bulan
langsung selesai, nah jika sudah dinyatakan lulus di sertifikat itu
mereka masih harus punya tanggungjawab untuk
keberlanjutannya, bahwa kalian ini bergerak menari secara
tertulisnya kamu memang sudah cukup, tetapi di luar kalian
menari ada yang perlu dipelajari lagi yaitu keilmuannya.
Kemudian akan kita buat program di luar yang sudah ada. Entah
barangkali itu perbedaannya, kurang lebih seperti itu.
8. Berapa banyak anak binaan yang terdapat di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Jawab : Kurang lebih ada 35 anak.
9. Apakah ada kriteria tertentu untuk masuk ke Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Jawab : Tidak. Kita bebas, dari kategori apapun seperti latar
belakang pelajar ataupun yang lainnya bebas, kita menerima.
Selain itu kita juga tidak memandang anak sudah bisa nari atau
belumnya, silahkan aja.
10. Bagaimana cara untuk masuk ke Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : untuk mendaftar, kita ga membuat aturan yang
menyulitkan. Sehingga kita memudahkan bagi yang mau belajar
nari, tinggal datang dan mendaftar secara sederhana saja. Lalu,
akan kami arahkan mana yang sesuai.
11. Kapan Sanggar Wijaya membuka pendaftaran anak binaan baru ?
Jawab : Kapanpun saja bisa bergabung dengan kita.
Transkip Wawancara untuk Pelatih Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Inu Kertapati (Inusi)
b. Jabatan : Ketua Sanggar
c. Tempat : Cirebon, 18 Oktober 2019
d. Waktu : 17.30-18.00 WIB
Pertanyaan :
1. Bagaimana proses kegiatan pembinaan akhlak dilakukan ?
Jawab : Proses kegiatan ini kita lakukan dengan cara memberikan
informasi kepada anak-anak saat pelajaran berlangsung. Kita
berikan informasi seputar sejarahnya, filosofinya, sehingga
seringkali kegiatan pembinaan akhlak berjalan beriringan dengan
kegiatan menari. Seperti saat saya mengajarkan tari rumyang,
saya juga menceritakan bahwa tari ini seperti apa, maknanya apa
dan seterusnya. Kurang lebih sih begitu.
2. Kapan kegiatan pembinaan akhlak di lakukan ?
Jawab : kegiatannya dilakukan sama dengan kegiatan tari, ya tadi
beriringan.
3. Di mana kegiatan pembinaan akhlak dilakukan ?
Jawab : Di sanggar, saat latihan tari berlangsung. Jadi, kita ga ada
waktu khusus, karena untuk mempelajari ini dengan lebih dalam
butuh waktu khusus dan dengan waktu yang terbatas sehingga
kita memberikan informasi ini saat latihan berlangsung. Ditambah
lagi anak-anak yang jumlahnya cukup banyak, sehingga
memakan waktu yang banyak juga.
4. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Yang terlibat dalam kegiatan ini hanya saya dan anak-
anak saja. karena jika pelatih lain, mereka tidak memberikan
informasi seperti yang saya sampaikan.
5. Mengapa perlu dilakukan kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Sesuai dengan tujuan saya mendirikan sanggar ini adalah
untuk membentuk anak-anak bangsa, khususnya Cirebon agar
mempunyai tingkah laku yang baik. Maka dari itu, ini penting
dilakukan, karena selain mereka dapat menari dan melestarikan
kesenian daerah, mereka juga mendapatkan ilmu lain yang
berguna bagi mereka di kehidupan ini.
6. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
pembinaan akhlak ?
Jawab : tentunya kalo secara umum terkait anak itu lagi seneng,
semangat, atau lagi tidak semangat. Kalo anak lagi tidak
semangat, saat pembelajaran otomatis lama menerima materinya.
Tapi, kalo lagi semangat biasanya anak itu cepet tanggap. Itu
secara umumnya lah. Tapi mungkin secara khusus laginya
menurut saya sih diukur dari si anak itu, kalo dari waktu anak itu
sudah lama belum, kalau belum lama otomatis mereka belum tau
tentang menari, sehingga ketika dikasih materi mereka belum bisa
menerapkan. Jadi tetap saja anak itu ada yang cepet mengerti ada
yang yang lama juga.
7. Apa yang menjadi faktor tidak tersampaikannya makna tari
kepada anak-anak binaan ?
Jawab: Faktornya adalah karena waktu latihan yang singkat, juga
kebanyakan anak-anak yang latihan di sini kalo ngerasa udah bisa
nari ya udah, belum ada yang mau belajar lebih dalam lagi. Jadi
saya menyampaikan sebisa saya meskipun itu hanya sebatas
gambaran umumnya saja. Kadang juga mereka tidak merespon
tentang ilmunya, hanya respon pola gerak tarinya saja. Juga
karena kebanyakan pada mondok atau sekolah di luar kota yang
membuat mereka ga lagi ikut latihan, jadi mereka tidak maksimal
dalam menerima materi.
8. Bagaimana mengetahui dampak dari kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Terlihat dari anak-anak yang lebih memiliki anggah-
ungguh atau tata krama. Meskipun penyampaian dalam kegiatan
pembinaan akhlak belum begitu dalam, masih secara garis besar,
tapi setidaknya anak-anak bisa memahami apa yang mereka
tarikan, seperti apa ceritanya dan maknanya. Tak jarang juga
anak-anak yang cenderung tomboy saat mengikuti kegiatan di
sanggar menjadi sedikit lebih feminim, juga menjadi lebih
percaya diri dari sebelumnya. Tapi tak dapat dipungkiri juga
bahwasannya ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi si
anak, seperti faktor keluarga dan lingkungan anak itu tingaal..
Tapi sejauh mereka melakukan kegiatan di sanggar, seperti di tadi
lah yang disebutkan.
9. Apa saja bentuk evaluasi dari pelaksanaan kegiatan pembinaan
akhlak ?
Jawab : Evaluasi yang kita lakukan biasanya dengan langsung
menegur apabila anak-anak melakukan hal yang tidak sesuai, jadi
tidak ada waktu khusus untuk evaluasi dalam kegiatan pembinaan
akhlak ini. Namun, untuk evaluasi tari kita buat waktu khusus
untuk kelancaran tari mereka.
Transkip Wawancara untuk Pengelola Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Eti
b. Jabatan : Bendahara
c. Tempat : Cirebon 20 Oktober 2019
d. Waktu : 12.00-12.30 WIB
Pertanyaan :
1. Bagaimana struktur kelembagaan Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab :
Pembina : Karini
Ketua : Inu Kertapati
Pengawas : Kartini
Sekretaris : Susianti
Bendahara : Eti
Bid. Seni : Wira
Pelatih : Feby, Inu Kertapati, Wira, dan Ardy
2. Apakah sarana dan prasarana yang sudah dimiliki dinilai efektif
untuk pelaksanaan kegiatan ?
Jawab : Sejauh ini saya rasa efektif. Namun kita terbatas di
kostum, karena kita tidak memiliki banyak. Tapi saya rasa
efektiflah.
3. Bagaimana kondisi tempat untuk melakukan kegiatan di Sanggar
Wijaya Kusuma ?
Jawab : sejauh ini alhamdulillah, kita mempunyai fasilitas yang
cukup memadai, mulai dari tempat latihan dan sarana lainnya.
Sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatan.
4. Dari mana saja sumber dana yang diperoleh untuk pelaksanaan
kegiatan ?
Jawab : Dana yang kita dapat, murni dari kita sendiri dan iuran
dari anak-anak. Karena, kami tidak mendapatkan bantuan dana
dari pemerintah sedikitpun.
5. Bagaimana dana itu dikelola ?
Jawab : Dana ini dikelola untuk keperluan sanggar, mulai dari
uang transportasi pelatih sampai kegiatan-kegiatan yang kita
lakukan, seperti ujian tari di akhir tahun.
6. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki di Sanggar Wijaya
Kusuma ? (jumlah kostum, topeng, alat musik)
No
.
Barang Jumlah
1 Topeng Samba 15 pcs
2 Topeng Rumyang 15pcs
3 Topeng Tumenggung 15 pcs
4 Topeng Kelana 15 pcs
5 Topeng Panji 15 pcs
6 Satu set kostum Samba 8pcs
7 Satu set kostum Rumyang 8 pcs
8 Satu set kostum Tumenggung 8 pcs
9 Satu set kostum Kelana 8pcs
10 Satu set kostum Panji 8 pcs
11 Satu set kostum Tari Kreasi 25 pcs
12 Saron 2 pcs
13 Bonang 1 pcs
14 Kendang 5 pcs
15 Klenong 1 pcs
16 Kebluk 2 pcs
17 Kecrek 3 pcs
18 Gong 4 pcs
19 Audio Speaker
1 pcs
Transkip Wawancara untuk Pelatih Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Inu Kertapati (Inusi)
b. Jabatan : Ketua dan Pelatih
c. Tempat : Cirebon 11 Nopember 2019
d. Waktu : 16.00-17.40 WIB
Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah singkat Tari Topeng Cirebon ?
Jawab : Pada masa itu, ada sosok pangeran yang namanya
Pangerang Welang yang katanya dulu dia memiliki pusaka Curug
Sewu di Karawang. Dia dikenal sangat sakti dan kuat karena
pusaka yang dia punya sehingga dia berani mengancam Sunan
Gunung Jati. Tapi di lain sisi, Sunan gunung jati menanggapinya
dengan kepala dingin. Lalu dibuatlah siasat untuk mengalahkan
pangeran Welang dengan menggunakan kesenian Tari Topeng.
Dibuatlah skenario dengan sedemikian rupa, dibuatlah pagelaran
Tari Topeng di tanah lapang yang tak jauh dari kediaman
pangeran Welang. Terdengarlah olehnya suara keramaian di luar,
lalu akhirnya pangeran Welang keluar dan melihat sosok yang
cantik sedang menari yakni Nyi Mas Gandasari. Karena
kepiawannya dalam menari serta parasnya yang cantik, masuklah
pangeran Welang dalam jebakan yang dibuat oleh Sunan Gunung
Jati. Akhirnya Nyi Mas Gandasari dibawa ke kediaman pangeran
Welang. Saat itu, peran Nyi Mas Gandasari memiliki peranan
yang sangat penting untuk mengambil pusaka Curug Sewu yang
dimiliki pangeran Welang. Dengan kecerdikannya, pusaka
tersebut berhasil dibawa oleh Nyi Mas Gandasari yang akhirnya
pangeran Welang tidak lagi memiliki kekuatan dan berserah diri
kepada Sunan Gunung Jati.
Tahun demi tahun, akhirnya Tari Topeng terus dilestarikan
sebagai tontonan di keraton. Namun, saat itu ada sebuah masalah
yang terjadi, sehingga membuat para seniman keluar dari
lingkungan keraton dan mengadu nasib di jalanan sehingga
mereka terpencar ke berbagai daerah, diantaranya di Slangit,
Losari, Palimanan, dan Gegesik. Yang pada akhirnya inilah
terbentuknya gaya Tari Topeng berdasarkan letak geografisnya
yang membuat Tari Topeng memiliki versi yang berbeda namun
tetap dalam garis Tari Topeng.
2. Apa tujuan dari diciptakannya Tari Topeng Cirebon ?
Jawab : Tari topeng, menurut Pitutur (cerita orang terdahulu)
adalah sebuah kesenian yang benar-benar diciptakan untuk
membantu syiar Islam yang dipelopori oleh Sunan Kali Jaga dan
Sunan Gunung Djati. Pemilihan kesenian tari sebagai media syiar
utama pada masa itu adalah melihat atas dasar masyarakat
Cirebon terdahulu sangat menyukai kesenian dan hal-hal yang
menarik, maka dibuatlah kesenian tari topeng yang dilandasi atas
makna filosofi tahap kehidupan, agama, sosial, dan karakter
manusia yang harapannya melalui tari topeng ini agama Islam
dapat diterima dengan baik oleh warga Cirebon.
3. Ada berapa jenis Tari Topeng Cirebon ?
Jawab : ada lima jenis tari Topeng. Yakni Samba, Rumyang,
Tumenggung, Klana, dan Panji.
4. Apa makna dari Rumyang ?
Jawab : Rumyang terdiri dari 2 suku kata, rum = harum yang=
miyang (pergi). Bisa juga diartikan Rum itu harum dan yang itu
Tuhan. Artinya meninggalkan sesuatu yang harum untuk menuju
Tuhan. Jika kita pergi wajib meninggalkan sesuatu yang harum.
Dalam islampun jika ingin bepergian sholat pakai wewangian
untuk sholat jum’at. Ini juga bermakna apabila kita pergi, kita
harus meninggalkan jejak yang baik-baik. Rumyang diibaratkan
sebagai sosok orang dewasa yang labil. Harum yang dimaksud
adalah hal—hal yang baik, seperti karya, tingkah laku, dan
sebagainya.
Beda dengan keempat topeng yang lainnya. Keempat tarian
lainnya di awal tari topeng tidak menggunakan topeng terlebih
dahulu, tetapi Rumyang mulai menari dengan menggunakan
topeng langsung. Dalam konsep pertunjukkan. Rumyang
merupakan tarian lanjutan dengan Samba.
5. Bagaimana gerak tari Rumyang dan apa filosofi gerakannya ?
Jawab : Setiap gerakan yang terdapat di dalam tarian Rumyang
merupakan satu kesatuan yang saling terhubung, seperti dikatakan
di atas bahwa tarian ini adalah tarian yang menggambarkan sosok
manusia yang labil dalam menjalani kehidupan, maka setiap
gerakannya diibaratkan seperti sebuah perjalanan hidup.
Berikut tata gerak Tari Rumyang beserta maknanya :
1) Lembeyan alon (Gerakan Inti)
Dalam bahasa Indonesia lembeyan diartikan dengan
jalan dan alon diartikan pelan. Gerakan ini dimaknai
bahwa dalam memulai sesuatu hendaknya untuk pelan-
pelan terlebih dahulu, melakukan adaptasi dengan hal-hal
yang baru.
2) Mincig
Dalam bahasa Indonesia, Mincig bisa diartikan sebagai
gerak kaki yang cenderung berjalan dengan cepat tetapi
tidak normal. Artinya telapak kakinya tidak menempel
dengan sempurna di tanah atau lantai. Gerakan ini
dimaknai sebagai sebuah larangan jangan ecla-eclu,
mancag-mincig (sembarangan) kudu tunempel ning lema
(harus menempel di tanah). Artinya, bahwa jangan sampai
kita dalam kehidupan ini seperti orang yang tidak pasti
dalam melangkah dan tidak mantap, penuh dengan
keraguan. Sehingga nantinya kita akan merugi.
3) Buang Sumping (Gerak Penghubung)
Sumping dalam bahasa Cirebon memiliki arti yaitu
kuping yakni dalam bahasa Indonesia memiliki arti
telinga. Gerakan ini dilakukan dengan membuang Rawis
(bola-bola kecil yang terdapat di sobra yang dipakaikan di
atas kepala, yang terdapat di sisi kana dan kiri dekat
dengan telinga dan menjuntai sampai ke pinggul).
Gerakan ini dilakukan dengan cara tangan meraba rawis
tersebut dari atas sampai ke bawah dengan ditarik dan
apabila sudah mendapatkan kedua rawis di tangan, lalu
dibuang kedua rawis itu ke arah depan. Gerakan ini
dinamakan juga ngerawis dimaknai sebagai gerakan untuk
berpikir dan memilah-milih apa yang harus dilakukan
setelah memulai dengan pelan (lembeyan alon).
4) Banting Tangan
Banting bisa diartikan dengan melemparkan sesuatu
ke arah abawah. Pada gerakan ini yang dibanting adalah
kedua tangan ke samping. Gerakan ini memiliki makna
seakan-akan sedang membuang sesuatu yang ada di
tangan atau membuang sesuatu yang kotor atau perbuatan
dosa yang pernah kita lakukan yang hendaknya
ditinggalkan untuk melanjutkan ke tahapan hidup
selanjutya. Jadi diharapkan diri dalam keadaan suci dan
bersih.
5) Incek meneng
Gerakan ini dilakukan dengan cara kedua tangan dan
kaki dibuka dengan menginjakan tumit ke lantai, badan
tegak dan diam di satu tempat. Incek yaitu menginjak dan
meneng itu diam. Gerakan ini sebagai gerakan yang
seakan-akan sedang berpikir keras.
Gerakan incek meneng memiliki makna bahwa
sebelum kita pergi jauh, kita harus memperkirakan atau
melakukan tolak ukur apakah keputusan yang diambil
akan baik atau tidak.
6) Ngelarap (Gerakan Penghubung)
Gerakan ini dilakukan dengan cara melangkahkan kaki
ke depan diringi dengan gerakan tangan lurus ke depan.
Ngelarap diartikan sebagai keinginanan atau cita-cita.
Gerak ini memiliki makna bahlwa keputusan yang akan
kita ambil haruslah dengan jelas dan harus fokus serta
harus tertata agar tujuan kita tercapai.
7) Incek Miring Banting Tangan
Gerakan ini melangkahkan kaki ke samping. Gerakan
ini memiliki makna bahwa kita harus lebih konsentrasi
dalam menjalani kehidupan, karena di depan akan banyak
rintangan yang menghadang. Selain itu, pada umumnya
kata miring memiliki konotasi yang negatif, sehingga
perlu disikapi bahwa kita jangan sampai terlalu percaya
diri dalam bersikap dan menganggap mudah apa yang
akan terjadi. Sehingga nanti akan miring, yang
dimaksudkan adalah akan mucul rasa sombong dan tidak
tercapainya suatu tujuan. Dalam Islampun kita sebagai
umat manusia tidak boleh berlebihan dalam segala
sesuatu, karena yang berlebihan pastilah tidak akan
berbuah baik. Optimis itu boleh, tetapi optimis yang
berlebihan dekat dengan kesombongan. Sebaiknya dijalani
dengan baik, bersungguh-sungguh, tapi jika Tuhan tidak
memberi restu, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa.
8) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna yang
sama.
9) Lembeyan Alon
Pengulangan gerak Lembeyan Alon dengan makna
yang sama.
10) Incek Miring Banting Tangan
Pengulangan gerak Incek Miring Banting Tangan
dengan makna yang sama.
11) Ayun Tangan
Gerakan ini dilakukan dengan mengayunkan tangan.
Gerakan ayun tangan diibaratkan seperti kehidupan
manusia yang mudah goyah akan sesuatu. Sehingga dalam
menjalani kehidupan kita tidak boleh terlena.
12) Incek Meneng Nengok
Gerakan ini hampir sama dengan gerakan incek
meneng, perbedaannya di sini ditambah gerakan nengok
ke kanan dan ke kiri. Gerakan ini mengisyaratkan bahwa
sebelum melanjutkan ke tahapan hidup selanjutnya untuk
mengoreksi dan melihat terlebih dahulu ke sekeliling kita
untuk berhati-hati. Dalam gerakan ini terdapat nengok
yang artinya juga mulai dari sini kita akan melanjutkan ke
tahapan selanjutnya.
13) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna yang
sama.
14) Banting Tangan
Pengulangan gerak Banting Tangan dengan makna
yang sama.
15) Kenyut
Kenyut diartikan sebagai denyut/ perasaan/
emosi/nafsu manusia. Gerakan ini dimaknai bahwa untuk
melangkah ke tahapan hidup selanjutnya kita sudah harus
mulai menstabilkan atau mengatur nafsu atau emosi kita.
16) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna yang
sama.
17) Tindak Tiga Maju Mundur
Gerakan ini melambangkan gejolak kehidupan
manusia yang tidak menentu arahnya, tidak yakin, tidak
optimis, kadang maju dan kadang mundur cendrung tidak
stabil. Sehingga sebaiknya kita harus pasti dan penuh
perhitungan dalam bertindak dan mengambil keputusan.
18) Incek Miring
Pengulangan gerak Incek Miring dengan makna yang
sama.
19) Sepak Soder
Soder yakni selendang yang dikenakan penari yang
letaknya di samping pinggang. Soder dilambangkan
sebagai sifat teledor manusia, diletakan di samping
dimaknai bahwa sifat tersebut harus dikesampingkan oleh
manusia yang pada dasarnya manusia sebagai makhluk
yang sering melakukan kesalahan dan lupa. Sehingga
dalam gerakan sepak soder ini dimaknai bahwa kita harus
membuang jauh sifat teledor dalam menajalni kehidupan.
20) Incek Meneng
Pengulangan gerak Incek Meneng dengan gerakan
yang lebih keras karena didahului dengan gerkan Sepak
Soder dari gerkan Incek Meneng sebelumnya. Tetap
dengan makna yang sama.
21) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna yang
sama.
22) Pak Bang
Pak Bang merupakan singkatan dari memapak
perkembangan. Gerakan ini dimaknai sebagai perilaku
yang memprediksi perkembangan yang akan terjadi nanti,
sehingga mulai saat ini kita bisa meminimalisir
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di keesokan
hari,
23) Lembeyan
Gerakan lembeyan di sini menggunakan kedua tangan
dan gerakannya lebih cepat. Gerakan kedua tangan yang
membuka dimaknai bahwa kita harus sudah muai
membuka diri dan berjalan lebih cepat untuk ke tahapan
selanjutnya.
24) Ngelarap
Pengulangan gerak Ngelarap dengan makna yang
sama.
25) Godeg
Godeg berati menggerakan kepala ke kanan dan ke
kiri. Gerkaan ini dimaknai bahwa semua ini belum selesai,
perjalanan masih panjang dan jangan puas terlebih dahulu.
26) Incek Meneng
Pengulangan gerak Incek Meneng dengan makna yang
sama.
27) Incek Ngolah Sumping
Gerakan yang merupakan perpaduan antara gerakan
incek dan ngolah sumping. Gerakan incek sama dengan
gerakan incek sebelumnya, yang membedakan adalah ada
ngolah sumping, yang dimaksud ngolah sumping adalah
memegang sumping. Gerakan ini dimaknai sebagai
gerakan yang sedang mengkaji diri, introspeksi lebih
dalam lagi bahwa segala sesuatu yang terjadi dan didengar
nanti harus dicerna dan dipahami terlebih dahulu.
28) Banting Tangan atau Seblak Tangan
Pengulangan gerak Banting Tangan atau Seblak
Tangan dengan makna yang sama. Pada gerakan banting
tangan yang ini, dimaknai bahwa kita sudah tau mana
yang harus di dengar dan mana yang tidak. Jadi gerakan
ini membuang segala sesuatu yang tidak akan bermanfaat.
29) Godeg Iya
Gerakan ini dilakukan dengan menganggukan kepala
ke depan. Pada tahap ditandai bahwa kita sudah
mendapatkan apa yang kita tuju untuk melanjutkan ke
tahapan hidup selanjutnya.
30) Buka Topeng
Gerakan ini dilakukan dengan melepas topeng yang
dikenakan oleh penari, menjadi tanda bahwa rangkaian
Tari Topeng sudah selesai.
31) Salam
Gerakan ini dijadikan sebagai penutup, dengan
membungkuk ke arah depan, sebagai tanda bahwa
pertunjukan telah selesai.
6. Alat musik apa yang dipakai untuk mengiringi tari Rumyang ?
Jawab : Dalam penampilan tari topeng, tentunya terdapat alat
musik sebagai pengiring tarian. Alat musik tersebut bernama
gamelan. Konon dulu secara laras, laras gamelan ini adalah laras
Prawa secara umumnya disebut Salendro yang terdiri dari lima
nada dan berjumlah 9
7. Apa makna dari harmonisasi yang dihasilkan dari alat musik
tersebut ?
Jawab :
1) Saron
Saron terdiri dari dua alat, yakni saron satu dan saron
dua. Saron satu biasa disebut penimbal dan saron dua
biasa disebut penurut. Untuk penentuannya dibebaskan
kepada penabuh, karena kedua alat ini bentuk dan
nadanya sama. Kedua alat musik ini dimainkan secara
berurutan, sehingga nada yang dihasilkan seolah-olah
seperti bersautan. Bunyi yang dihasilkan adalah “nong
ning nong”. Filosofi yang dihasilkan adalah “Karon-
karone lagi ngerekening” artinya kedua alat ini sedang
bersautan. Diibaratkan seperti orang yang sedang
mengobrol untuk merencanakan sesuatu. Saron dalam
bahasa jawa juga bisa diistilahkan dengan sebutan racik
atau racikan bisa diartikan sebagai sebuah perencanaan.
Hal ini bisa dimaknai bahwa dalam menjalani kehidupan,
kita harus memiliki perencanaan.
2) Kenong dan Jengglong
Dalam memainkannya, biasanya kenong dipasangkan
dengan jengglong. Karena selain alatnya yang mirip, alat
ini dimainkan secara bersamaan dan dimainkan oleh satu
orang. Tetapi, yang membedakan adalah bahwa kenong
itu nada tinggi dan jengglong nada rendah. Istilah lain
dari kenong dan jengglong adalah engklog. Disebut
engklog, karena penabuhnya memainkan kenong
jengglong dengan tidak beraturan, dia harus
mengarahkan badannya ke segala arah untuk
memainkannya. Gerakan badan penabuh diibaratkan
seperti perilaku engklag-engklug atau artinya ke sana ke
mari. Dalam memainkan alat ini, sama seperti perilaku
manusia yang selalu punya banyak keinginan. Ingin itu
dan ingin ini. Ini memiliki arti bahwa jangan berperilaku
seperti itu, jika punya keinginan harus fokus.
3) Penerus
Dalam istilah musik, penerus adalah sebagai ritem.
Penerus adalah alat musik yang merupakan gabungan
dari alat musik saron, kening, jengglong, dan bonang.
Dalam gamelan, penerus memiliki tugas untuk
meneruskan bunyi alat musik lainnya. Ibarat melodi
dalam musik, yang memainkan alat musik ini biasanya
orang yang sudah mahir memainkan gamelan lain.
Dilihat dari fungsinya, alat ini bersifat meneruskan serta
menegaskan. Sehingga makna yang terkandung dalam
penerus ini adalah hampir keseluruhan dari makna yang
terdapat dalam jenis gamelan lainnya, serta menegaskan
bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya haruslah
diingat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Keblug
Geblug dalam permainannnya diibaratkan sebagai
ketukan dalam sebuah lagu. Sehingga pemusik lainnya
dapat dengan mudah memainkan alat musiknya karena
dibantu dengan ketukan tersebut. Bunyi yang dihasilkan
dari alat kebluk ini adalah “tuk bluk tuk bluk” seolah-
olah alat ini seperti sedang bersautan dan mengingatkan.
Tuk yakni ngetuk, yaitu perilaku seseorang yang sedang
memberi tahu dan bluk yakni kebluk, yaitu seseorang
yang diberitahu. Ini dimaknai bahwa setiap kita baiknya
saling mengingatkan satu sama lain bahwa di dalam
hidup ini ada aturan, baik itu aturan agama, aturan di
masyarakat, dan aturan di lingkungan.
5) Kecrek
Kecrek atau disebut juga sebagai kepak apabila
dimainkan akan menghasilkan bunyi “crak tok crak tok”.
Maksud dari bunyi tersebut dalam bahasa Jawa memiliki
arti “dicacak sampe entok” dalam bahasa Indonesia
artinya adalah dicoba sampai habis. Maknanya bahwa
kita hidup sebagai manusia dalam menjalani kehidupan
harus pantang menyerah untuk mencoba segala sesuatu,
baik itu kesempatan dan peluang yang ada sampai habis.
Habis maksudnya adalah sampai batas maksimal usaha
dan sampai habis usianya.
6) Kendang Topeng
Kendang topeng apabila dimainkan akan
menghasilkan suara “dang dang”. “Dang” artinya
tandang yang dalam bahasa Indonesia maknanya
menghadap ke depan. Kendang topeng di letakan
dihadapkan ke depan, tidak seperti kendang pada
umumnya. Tandang juga bisa diartikan sebagai maju,
sehingga makna yang terdapat dalam ini adalah bahwa
kita dalam hidup harus maju ke depan, artinya menatap
masa depan bukan masa lalu, sehingga kita bisa
menjalani kehidupan yang lebih baik.
7) Bonang
Bunyinya biasanya “nang nong nang”. Kita itu
istilahnya kita itu wenang atau menang artinya Sesuatu
yang harus. Kita hidup di dunia ini sudah seharusnya.
Wenangnya kita sudah seharusnya memuji kepada gusti
yang maha suci, memuja kepada yang maha agung. kan
kita wajib dan harus. Yang namnaya mengimani,
beribadah kepada yang maha kuasa. Ngewenangi bahwa
adanya Tuhan. Ini adalah perwujudan kewenangan
kepada Tuhan.
8) Gong
Alat musik gong biasanya dimainkan di akhir. Bunyi
yang dihasilkan oleh gong biasanya berbunyi “gerrrr”.
makna yang terkandung dari bunyi tersebut adalah
“angger” dalam bahasa Indonesia bisa diartikan stabil.
Artinya bahwa kita sebagai manusia harus stabil dalam
menjalani kehidupan, tidak terlalau berlebihan. Karena
yang berlebihan akan berakhir dengan keburukan.
Transkip Wawancara untuk Pelatih Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Inu Kertapati (Inusi)
b. Jabatan : Ketua dan Pelatih
c. Tempat : Cirebon 05 Januari 2019
d. Waktu : 12.00-12.47 WIB
Pertanyaan :
1. Apa makna dari kostum tari Rumyang ?
Jawab :
1) Sobra
Sobra dilambangkan sebagai mahkota, yakni aksesoris yang
dipakai di kepala. Sobra terbuat dari rambut asli, juga kulit.
Dalam sobra terdapat empat bagian, yakni ada rambut,
tatahan kulit, jamang, dan sumping. Sumping ini mengambil
kata dari kuping atau dalam bahasa Indonesia berarti telinga.
sama dengan telinga yang letaknya di samping bagian kepala,
maka sumpingpun di letakkan di samping.
2) Kedok
Kedok itu istilahnya ambil dari kata kedodokan dalam bahasa
Indonesia yakni kedudukan. Ini menandakan identitas
tarian atau karakter tarian, karena setiap tarian memiliki
kedok yang berbeda-beda. di bagian atas alis terdapat hiasan
yang dinamakan pilis, ini menggambarkan sebagai kerutan di
dahi yang menandakan umur seseorang. Apabila pilisnya
sedikit tandanya masih muda, apabila banyak tandanya sudah
berumur.
3) Kutang Penopengan/Baju dan Celana
Baju yang digunakan adalah baju pendek atau kutung dan
celana tiga perempat atau sontog. Model baju yang digunakan
dalam Tari Topeng ini dibuat sedimikian rupa memenuhi
standar aurat laki-laki, yakni dari pusar sampai lutut yang
harus ditutupi. Karena dahulu tarian ini pertama kali ditarikan
oleh seorang laki-laki bernama Pangeran Panggung. Tak
jarang juga ada penari lain yang lebih memanjangkan
celananya. Sebenarnya untuk saat ini tidak ada aturan baku
untuk pakaian yang dikenakan penari topeng, lebih kepada
tingkat kenyamanan penari saja. Karena tingkat kenyamanan
memberikan dampak yang cukup besar saat menari nanti.
4) Kain Lancar
Kain lancar atau lancaran adalah kain yang dibuat seperti
rempel. Dinamakan lancar ini diharapkan bahwa nantinya
ketika sudah memakai kain itu akan diberi kelancaran oleh
yang Maha Kuasa dalam hal apapun, ini ibarat sebuah do’a
yang dipanjatkan kepada yang Maha Kuasa.
5) Soder
Soder ini dipasang di samping. Soder berasal dai bahasa jawa
yakni sleder artinya sifat teledor manusia, maka dari itu soder
di pasang di samping karena sifat teledor manusia memang
harus dikesampingkan.
6) Kerodong
Kerodong dalam bahasa jawa artinya tutup atau menutup. Ini
berfungsi untuk menutupi lekukan-lekukan badan saat
melakukan gerakan tari, sehingga tidak akan terlihat dan tidak
mengundang hal-hal yang berbau sensual.
7) Kace/Kaweng
Kace dalam bahasa jawa berarti lebih. Ini memberikan arti
bahwa di dalam diri kita harus memiliki nilai lebih, karena
kita manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
lebih dari yang lainnya. Lebih sempurna, lebih cerdas dan
lainnya.
8) Badong
Penggunaan Badong sama dengan penggunaan sabuk,
fungsinya sebagai pengikat. Badong memiliki makna sebagai
pengukur kelebihan kita sejauh mana. Badong itu sejenis
sabuk yang terbuat dari sejenis logam, ada yang dari perak
atau tembaga. Di dalam badong ini terdapat motif-motif
berukuran besar, ada yang jumlahnya enam, sembilan, atau
sepuluh. Artinya badong ini sebagai ukuran seberapa banyak
kelebihanyang ada pada diri. Kelebihan yang dimaksud jika
dalam kesehatan adalah makanan yang maksud dalam diri
kita, diharapkan kita tidak terlalu memasukan makanan yang
berlebihan, dalam konteks yang lain adalah makanan yang
haram. Sehingga badong bisa memberikan petunjuk tentang
apa yang ada pada diri kita.
9) Tutup Prasa
Tutup prasa ini digunakan untuk mneutupi secara sempurna
bagian yang harusnya ditutupi, sehingga tidak mengundang
hal-hal yang berbau sensual.
10) Dasi
Dasi itu diibaratkan sebagai pondasi dan harus terisi. Yang
mana apabila kita membuat pondasi haruslah berisi.
11) Gelang
Gelang ini bernama gelang sigar kangkung dan terbuat dari
logam. Namun, yang saat ini digunakan oleh para penari
topeng adalah sudah dimodifikasi bentuknya. Gelang
disimbolkan sebagai ukuran sejahtera seseorang, orang yang
mapan. Dinamakan gelang sigar kangkung, karena bentuknya
yang bolong di tengah seperti batang kangkung apabila
dipotong, dan transparan. Artinya bahwa kita itu harus
transparan terhadap harta yang dimiliki, maksudnya bahwa
harta yangada pada diri kita ini adalah pemberian dari yang
Maha Kuasa.
12) Keris
Keris sebagai salah satu item dari kostum Tari Topeng
dijadikan sebagai pegangan. Pegangan yang dimaksud adalah
ke Islaman, artinya agama. Dalam hidup, kita harus berpegang
teguh dengan agama kita, yakni Islam.
Transkip Wawancara untuk Anak Binaan Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan :
a. Nama : Triyana
b. Usia : 14 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun,
Kabupaten
Cirebon
e. Tanggal, Waktu : 15 Desember 2019, 11.00-11.15
Pertanyaan :
1. Dari mana tahu Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Karena orang sini, jadi udah tau dari dulu.
2. Kenapa memilih Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : pKarena memang udah niat mau di sanggar ini aja.
Kelliatannya bagus, terus ramah-ramah orangnya.
3. Sudah berapa lama bergabung di Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Udah 3 tahun lebih juga ikut latihan di sini.
4. Bagaimana rasanya mengikuti kegiatan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Jawab : Rasanya gabung di sini itu bahagia banget, banyak
momen yang menyenangkan. Kaya ikut tampil di acara-acara
festival, kebudayaan dan banyak lagi.
5. Menurut Anda, seberapa pentingkah mengikuti kegiatan tari
Topeng ?
Jawab : penting, karena ini merupakan bagian dari warisan
leluhur, terutama ini adalah Tarian yang memang diciptakan
langsung oleh Sunan Gunung Jati untuk penyebaran agama Islam
di zaman dulu. Dan ini juga sudah menjadi budaya Cirebon, jadi
jangan sampe dilupakan, gitu.
6. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan di
Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Kegiatan pembinaannya sih ga terlalu sering, lebih sering
ke nari. Jadi kaya sejarahnya, sama makna masing-masing tarinya
gitu. Kalo makna gerakannya itu ga terlalu banyak disampein,
soalnya kalo latian juga ga lama waktunya. Tapi seru sih bisa
dapet ilmunya, jadi buat kita belajar dan inget pesan-pesanya gitu.
7. Selain sejarah dan makna tiap tarian, apakah Anda memahami
gerakan tariannya?
Jawab : Kalo gerakan belum paham sih the. Baru sejarah sama
makna secara garis besarnya aja.
8. Apakah materi pembinaan akhlak dapat dengan mudah dipahami
?
Jawab : Mudah the, soalnya pa inu tuh jelas kalo nerangin. Jadi ke
kitanya tuh gampang nangkep gitu.
9. Menurut Anda, bagaimana penyampaian yang disampaikan oleh
pembina dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Penyampaiannya tuh jelas, neranginnya kan sambil
ngajarin gerakan juga, jadi tuh langsung paham.
10. Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak ?
Jawab : Iya jadi lebih tau tentang sejarahnya yang Tari Topeng itu
dibuat untuk nyebarin agama Islam. Terus Tari Topeng itukan ada
maknanya, kaya bisa liat panji itu kaya anak kecil yang baru lahir,
suci, lembut. Nah kita tuh harus mencontoh panji buat kaya
berperilaku lembut, kalo kelana itu sosok yang pemarah jadi ya
jangan sampe kita itu kaya kelana. Rumyang tuh kaya anak
remaja yang labil, jadi kita tuh harus punya pendirian gitu. Samba
itu anak-anak yang kaya lagi suka belajar, aktif jadi kita juga
harus mencontoh samba. Terus tumenggung itu kaya sosok yang
dewasa gitu, tenang tapi ada tegas-tegasnya gitu, kita juga harus
mencontoh dia. Gitu sih.
Transkip Wawancara untuk Anak Binaan Sanggar Seni
Wijaya Kusuma Cirebon
Identitas Informan
a. Nama : Silvi Aprilliyani
b. Usia : 14 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun,
Kabupaten
Cirebon
e. Tanggal, Waktu : 15 Desember 2019, 11.15-11.30
Pertanyaan :
1. Dari mana tahu Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Sama kaya Triyana, orang sini sih. Jadi tau dari lama.
2. Kenapa memilih Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Karena dulu pernah gabung di sanggar lain, terus ga
nyaman. Jadi pindah ke sini dan ternyata nyaman banget di sini.
3. Sudah berapa lama bergabung di Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Udah 3 tahun lebih gabung di sanggar ini.
4. Bagaimana rasanya mengikuti kegiatan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Jawab : Seru sih. Bisa mengenal budaya Indonesia lebih dalem,
khususnya Cirebon. Banyak kawan, apalagi dari desa-desa lain.
5. Menurut Anda, seberapa pentingkah mengikuti kegiatan tari
Topeng ?
Jawab : Tari Topeng Cirebon itukan budaya yang harus
dilestarikan, kalo bukan sama orang Cirebonnya ya siapa lagi.
Terus juga ini kan apa ya bukan tarian biasa gitu, karena ada
sejarahnya sama filosofinya. Kaya yang tadi disampein temen-
temen lain kalo tari ini tuh dibikin buat menyebarkan agama
Islam waktu dulu. Jadi spesial gitu.
6. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan di
Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Iya, jadi materi tentang itu ga banyak dikasih. Cuma apa
ya secara garis besar gitu. Kalo latihan juga kan gantian sama
yang lain. Jadi masih fokus ke tari. Tapi secara garis besar sih
udah tau. Jadi sedikit bisa buat ambil pelajaran dari sejarahnya,
makna tarian, dan beberapa gerakan yang udah disampein sama
pa Inu.
7. Selain sejarah dan makna tiap tarian, apakah Anda memahami
gerakan tariannya?
Jawab : Kalo gerakan belum paham juga sih the. Cuma sejarah
sama makna secara garis besarnya aja yang baru dipahami.
8. Apakah materi pembinaan akhlak dapat dengan mudah dipahami
?
Jawab : Mudah, mudah dipahami. Soalnya ngejelasinnya enakan.
Jadi cepet paham.
9. Menurut Anda, bagaimana penyampaian yang disampaikan oleh
pembina dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Penyampaiannya enak, soalnya apa ya jelas gitu. Kita
belajar sambil praktek, jadi jelas lah gitu.
10. Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak ?
Jawab : Manfaat yang didapetin di sini itu banyak banget, kaya
nambah rasa percaya diri, disiplin, ilmu tari dan sejarah serta
maknanya. Kaya yang tadi disampaikan sama Mas Surya dan
Triyana, bahwa dari Tari Topeng ini kita bisa belajar banyak hal
dan mencontoh yang baik-baiknya juga tidak mencontoh yang
buruknya.
Transkip Wawancara untuk Anak Binaan Sanggar Seni Wijaya
Kusuma Cirebon
Identitas Informan
a. Nama : Surya
b. Usia : 29 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan,
Kabupaten
Cirebon
e. Tanggal, Waktu : 15 Desember 2019, 11.30-11.45
Pertanyaan :
1. Dari mana tahu Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Saya tau sanggar ini dari sosial media, karena sanggar
Wijaya Kusuma ini emang sudah terkenal.
2. Kenapa memilih Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Gabung di sini karena awalnya Cuma nganterin ponakan
yang udah latian di sini, terus saya ada einginan untuk belajar
jadilah bergabung di sini. Tapi memang sanggar Wijaya Kusuma
ini sudah terkenal dan punya nama di masyarakat.
3. Sudah berapa lama bergabung di Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Bergabung di sini udah hampir mau 1 tahun, tapi taunya
udah dari 3 tahun yang lalu.
4. Bagaimana rasanya mengikuti kegiatan di Sanggar Wijaya
Kusuma ?
Jawab : Menarik. Satu kata sih kata saya menarik. Kita tau di era
milenial ini sudah agak ke samping dan peminatnya juga udah
sedikit. Tapi kalo menurut saya pribadi, menariknya kalo bukan
kita siapa lagi. Dan di sini kebetulan bukan antara guru dan
murid, tapi cenderung lebih kekeluargaan yang terjadi. Lebih
menarik, enak, dan lainnya enjoy sih. Di sini yang dijalin itu
kekeluargaannya, bukan antara guru dan murid. Tapi tetap ada
batasannya. Mereka itu Pa Inu dan Bu Eti sangat humble, mereka
kaya ngemong kita jadi kita ga kerasa lagi belajar, tapi lagi main
aja.
5. Menurut Anda, seberapa pentingkah mengikuti kegiatan tari
Topeng ?
Jawab : Menurut saya mempelajari Tari Topeng itu sangat
penting, satu kalo bukan kita yang mengangkat, siapa lagi ? Yang
kedua, lebih cenderung ya buat disiplin dan jadi enak ya jam
sekian kita harus bisa meng-handle semuanya dengan cepat. Yang
paling penting ya tadi adalah bahwasannya kita mumpung masih
muda, masih berkarya. Setelah itukan regenerasi, kalo bukan kita
yang menularkan lagi ilmunya ke depannya siapa lagi ? jadi
intinya budaya kita jangan sampai mati. Itu aja sih.
6. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan di
Sanggar Wijaya Kusuma ?
Jawab : Bagus ya saya rasa. Karena dari situ saya bisa
mendapatkan ilmu yang mana belum tentu di sanggar lain bisa
kita dapatkan. Dari materi yang disampaikan juga bisa membuat
kita mengambil pelajaran untuk diterapkan di kehidupan kita.
Meski ya tadi tidak secara gamblang atau menyeluruh memang
mungkin banyak faktor yah, jadi tidak seluruhnya kami
memahami pertarian itu seperti apa.
7. Selain sejarah dan makna tiap tarian, apakah Anda memahami
gerakan tariannya?
Jawab : Untuk makna gerakan, saya rasa belum yah. Baru sejarah
sama makna secara umum saja.
8. Apakah materi pembinaan akhlak dapat dengan mudah dipahami
?
Jawab : Sangat mudah dipahami bagi saya, penyampaiannya juga
jelas, dan sangat membantu juga untuk membawakan tari. Jadi
seperti lebih menjiwai tari yang dibawakan oleh kita.
9. Menurut Anda, bagaimana penyampaian yang disampaikan oleh
pembina dalam kegiatan pembinaan akhlak ?
Jawab : Sangat jelas yah, karena mas Inu juga menyampaikannya
dengan santai dan tidak terburu-buru. Jadi menyenangkan.
10. Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak ?
Jawab : Banyak sekali. Satu, buat diri saya pribadi itu disiplin.
Jadi kita harus meng-handle segala sesuatu. Ah jam segini harus
ini, harus itu, jadi harus tepat waktu. Kedua, kekeluargaan,
silaturahmi kita , banyak teman, koneksi juga, dan paling penting
adalah saya tau lebih banyak dan lebih dalam lagi budaya Cirebon
oh ternyata kaya loh budaya kita. Buat apa kita meng-elu-alukan
atau menyukai budaya lain terlalu jauh, kalo budaya kita lebih
kaya sendiri. Juga tari Topeng ini juga menggambarkan karakter
manusia yah. Contohnya, Kelana lebih cendrung marah dan
sebaginya. Jadi ya emang itu sifat manusia yah, jadi perwujudan 5
wanda itu sudah tercover. Dan memang kita harus seperti iyu.
Jadi fasenya ada semua, sehingga kita harus bisa meng-handle itu.
Kita ambil yang baiknya dan yang buruknya dijadikan sebagai
pelajaran.
HASIL OBSERVASI
01 Maret 2019
Setelah dua sanggar yang saya datangi, yang bertempat di
Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon, hari ini saya membuat janji
dengan Mas Inu yag merupakan salah satu tokoh budayawan Cirebon
yang menekuni seni tradisional Tari Topeng Cirebon. Semua ini
berkat teman saya yang bernama Khairul Anwar yang selalu
mendampingi dan membantu saya untuk menemukan tempat yang
sesuai untuk dijadikan tempat penelitian. Kami mencari-cari kontak
Mas Inu lewat facebook dan akhirnya kami mendapatkannya. Hari ini
kami berdua berangkat dari rumah saya pukul 09.30 WIB untuk
menuju tempat bertemu kami di Goa Sunyaragi, yakni salah satu
objek wisata sejarah di Cirebon, yang kebetulan saat itu Mas Inu
sedang berkegiatan di sana.
Sesampainya di sana pukul 10.30 WIB, saya dan teman saya
langsung mencari keberadaan Mas Inu yang rupanya masih ada
urusan, sehingga kami menunggu di ruang tamu. Selesainya Mas Inu
dengan urusannya, kami di ajak ke ruangan atas agar kami tidak
terganggu dengan suara obrolan di ruang tamu. Saya
memperkenalkan diri begitu juga teman saya dan menyampaikan niat
saya bahwa saya sedang mencari tempat untuk penelitian saya yang
berkaitan dengan tari topeng. Perbincangan kami berlangsung cukup
lama, sekitar hampir 3 jam. Beliau bercerita bagaimana tari topeng
itu, bagaimana pengalamannya selama menjadi seorang seniman, dan
beberpa kisah mengenai sejarah Cirebon.
Hasil dari pertemuan hari ini adalah saya diizinkan untuk
melakukan penelitian di sanggar beliau yang ternyata bertempat di
sebelah desa saya. Tanpa disangka ternyata cukup dekat dengan
rumah saya tinggal, sehingga memudahkan saya untuk melakukan
penelitian.
18 Oktober 2019
Hari ini saya menuju sanggar pada pukul 16.00 WIB setelah saya
pulang dari pasar memabtu kedua orang tua saya. Sesampainya saya
di sana, saya mendapati Mas Inu yang sedang melatih tari Rumyang.
Suasana sanggarnya nyaman dan cukup luas untuk melakukan
kegiatan. Terlihat anak-anak sedang serius sekali saat latihan, karena
di akhir bulan Desember nanti mereka akan melakukan ujian tari
yang digelar secara terbuka dan dinilai oleh dewan juri. Hari ini yang
melakukan latihan hanya beberapa, disesuaikan dengan jadwal
masing-masing. Untuk latihan gabungan dan evaluasi dilaksanakan di
hari minggu.
Kedatanganku di sanggar, ternyata cukup menarik perhatian
anak-anak. Mereka menjadi sedikit tidak fokus dan senyum-senyum
melihat kedatanganku. Tentunya Mas Inu memberi isyarat untuk aku
menunggu sebentar sampai latihannya selesai dalam kkurang lebih
lima belas menit lagi. Merekapun kembali fokus.
Setelah mas Inu menyuruh mereka istirahat, saya langsung
menghampiri mas Inu. Menanyakan kabar dan emnanyakan apakah
beliau berkenan untuk menjadi subjek penelitianku. Alhamdulillah,
beliau sangat berkenan. Saat itu, aku sekaian menanyakan beberapa
pertanyaan seputar kegiatan pembinaan akhlak di sanggar.
Sembari aku dan mas Inu berbincang, anak-anak mengobrol dan
sesekali mereka melihat ke arah kami. Dan mas Inu menyuruh
mereka untuk pulang karena latihan selesai. Mereka menyalami mas
Inu dan menyalamiku juga. Anak yang baik tuturku dalam hati. Lalu
kami melanjutkan perbincangan kami sampai pukul 18.00 WIB.
Setelah itu, aku mengucapkan terimakasih karena telah bersedia
diwawancarai hari ini dan pamit pulang ke rumah.
20 Oktober 2019
Hari ini, saya pergi ke sanggar ditemani oleh adik saya. Kami
berangkat ke sanggar pada pukul 10.00 WIB. Sesampainya di sana,
ternyata anak-anak binaan berkumpul semua, ramai sekali. Saya
langsung menghampiri Mas Inu dan Bu Eti. Saat saya tiba, beberapa
anak sedang menari dan beberapa lainnya menunggu giliran. Mereka
anak-anak yang sangat sopan, setiap mereka leway di depan saya
mereka tersenyum dan permisi, meski mayoritas pemalu, mungkin
karena saya orang asing jadi mereka malu.
Saat itu saya mecoba untuk mendekati mereka, mengajak
mengobrol dengan mereka dan alhamdulillah mereka ternyata tidak
sangat pemalu. Bahkan mereka mengajak bercanda saya terlebih
dahulu. Mungkin sebenarnya bukan pemalu, tapi segan dengan orang
baru.
Evaluasi yang dilakukan seusai latihan dilakukan, Mas Inu dan bu
Eti yakni istrinya menyampaikan evaluasi dengan ramah dan
memotivasi mereka bahwa mereka harus giat berlatih, karena mereka
akan ujian sebentar lagi. Setelah semuanya selesai, anak-anak pulang
dan menyalimi para velatih termasuk saya.
Setelah anak-anak pulang, saya menghampiri bu Eti selaku
bendahara merangkap pengelola sanggar ini, untuk dimintai
kesediaannya untuk diwawancarai oleh saya dan beliau bersedia.
Alhamdulillah, saya melakukan wawancara seputar kelembagaan
dengan bu Eti. Setelah berbincang panjang lebar, kami menyadari
bahwa wawancara yang saya lakukan telah selesai, tapi kami masih
lanjut dengan pembahasan yang lain. Setelah selesai, saya pamit
pulang kepada bu Eti dan Mas Inu.
10 November 2019
Hari ini, saya mebuat janji dengan Mas Inu pada pukul 13.00
WIB di sanggar untuk melakukan wawancara seputar tari Topeng
lebih dalam lagi. Saya berangkat dari rumah pukul 12.30 WIB.
Sesampainya di sana, saya terkejut karena banyak motor yang parkir
dan beberapa mobil. Serta anak-anak memakai seragam serta
membawa banyak peralatan.
Setelah memarkir motor, saya menghampiri Mas Inu, untuk
menanyakan apakah ada kegiatan di luar. Ternyata, beliau lupa
dengan janji temu hari ini. Dengan berat hati, beliau meminta maaf
kepada saya karena hari ini ada undangan untuk tampil. Akhirnya
saya menanyakan kapan kiranya saya bisa menemui beliau lagi,
jawabnya nanti akan saya segera hubungi. Akhirnya saya berpamitan
untuk pulang kembali ke rumah.
11 November 2019
Setelah kemarin janji temu saya batal, siang ini saya mendapat
konfirmasi lewat Whatsapp bahwa saya bisa bertemu dengan Mas Inu
di rumahnya setalh ashar, saya langsung menyetujuinya.
Sepulang dari vasar, saya langsung bersiap untuk pergi ke rumah
Mas Inu. Sesampainya di sana, saya disambut baik oleh istrinya yaitu
bu Eti dan Mas Inu. Setelah menanyakan kabar dan hal lain, saya
langsung mewawancarai beliau mengenai makna gerakan tari dan alat
gamelan yang digunakan untuk mengiringi tari Topeng.
Wawancara selesai pada pukul 17.40 WIB, perbincangan saya
dengan beliau cukup lama, karena pembahasan kami sangat panjang.
Beliau menjelaskan makna pergerakan dan per alat gamelan. Setelah
selesi, kami mengobrol sebentar. Setelah adzan maghrib, saya
mengucapkan terimakasih dan pamit pulang ke rumah .
13 Desember 2019
Setelah wawancara waktu itu, saya mendengarkan hasil rekaman
dan saya tulis. Setelah diperiksa oleh dosen pembimbing saya,
datanya belum lengkap. Untuk itu saya membuat janji untuk bertemu
kembali dengan Mas Inu pada hari ini pada pukul 13.00 WIB
sebelum latihan tari di mulai. Saya berangkat ke sana pada pukul
12.30 WIB, sesampainya di sanggar, ternyata pagarnya masih
terkunci. Tak selang waktu lama, Mas Inu datang dan membuka
pagar.
Dengan senang hati Mas Inu menerima kedatangan saya, dan saya
memulai kembali wawancara dengan beliau mengenai gerak tari dan
harmonisasi suara gamelan. Sekitar satu jam lebih kami berbincang,
setelah dirasa cukup saya mengakhiri perbincangan kami, karena
sebentar lagi anak-anak binaan akan segera datang.
Tak lama kemudian mereka datang, tak butuh waktu lama untuk
berkumpul, mereka tepat waktu. Seperti biasa, mereka datang
menyalimi Mas Inu dan saya. Latihanpun di mulai. Mereka sangat
semangat. Karena saya ada urusan mendadak saya izin pamit dan
mengucapkan terima kasih kepada Mas Inu.
15 Desember 2019
Hari ini, saya agak telat untuk pergi ke sanggar karena ada
beberapa urusan di rumah. Hari minggu seperti biasanya mereka
berkumpul semua untuk latihan gabungan, baik tim gamelan dan tim
tari. Bedanya di hari ini dilakukan pendataan untuk siapa saja yang
akan mengikuti ujian tari. Dikarenakan masih ada yang masih belum
hafal dan lancar.
Latihan hari ini cukup serius, karena sudah mendekati hari
ujian. Setelah mereka latihan, dilakukan evaluasi untuk memberi tahu
kurangnya apa dan apa yang harus ditingkatkan agar saat ujian nanti
bisa menari dengan lebih baik, karena akan sangat banyak yang
menonton.
Saat latihan usai, saya meminta izin kepada Mas Inu untuk
mewawancarai tiga anak binaannya. Akhirnya saya melakukan
wawancara dengan Mas Surya, Triyana, dan Silvi. Perbincangan
kami sangat menyenangkan dan lancar, cukup lama kami mengobrol
dan saling tanya. Setelah selesai, saya mengajak mereka untuk
berfoto bersama dan saling tukar nomor Whatsapp.
Selsai wawancara, saya menghampiri Mas Inu dan Ibu Eti untuk
mengobrol sebentar mengenai ujian tari. Setelah itu saya pamit
pulang karena di sanggarpun sudah sangat sepi.
19 Desember 2019
Hari ini saya membuat janji temu dengan Mas Inu untuk
pengambilan foto pergerakan tari pada pukul 13.00 WIB. Saya
berangkat pada pukul 12.30 WIB. Namun, sesampainya di sana
ternyata Mas Inu lupa bahwa hari ini ada janji dengan saya. Karena,
hari ini beliau ada jadwal latihan gamelan. Saya memakluminya
karena sebentar lagi mereka akan mengadakan ujian tari. Akhirnya
kami hanya berbincang sebentar dan saya pamit untuk pulang.
23 Desember 2019
Hari ujian tari di sanggar Wijaya Kusuma akhirnya tiba. Saya
berangkat ke sanggar bersama adik saya. Sesampainya di sana
ternyata sudah ramai sekali dengan orangtua wali dan masyarakat
sekitar, parkiranpun sangat penuh. Saat tiba di sana, saya langsung
menghampiri Mas Inu, setelah itu saya menuju ruang ganti untuk
mengambil dokumentasi anak-anak dan kostum tari. Saya diberi tahu
juga oleh bi Eti ttg bagaimana cara memakai kostum tari topeng yang
banyak sekali item yang harus dikenakan. Setelah itu saya kembali ke
kursi penonton untuk mengambil dokumentasi tari.
Saya sangat menikmati mereka menari, meskipun ada beberapa
yang mungkin belum maksimal, tapi setidaknya mereka sudah
berusaha semaksimal mungkin. Penampilan penutup ditampilkan
oleh Mas Surya dengan membawakan tari Palagan Gandasari yang
merupakan tarian ciptaan Mas Inu yang menggambarkan pahlawan
Nyi Mas Gandasari. Penampilan yang sangat bagus dan menarik,
sehingga membuat penonton bersorak ria. Setelah acara selesai, saya
dan adik sayapun pamit untuk pulang.
05 Januari 2019
Hari ini saya membuat janji temu dengan Mas Inu untuk
melakukan wawancara mengenai pemaknaan kostum tari dan
pengambilan gambar gerakan tari yang diperankan oleh model.
Setelah terpotong liburan tahun baru. Janji temu saya pada jam 11.00
WIB, saya berangkat ke sana pada pukul 10.30 WIB.
Sesampainya di sana seperti biasa, saya menghampiri Mas Inu
dan Bu Eti. Saya menunggu beberapa menit karena Mas Inu ada
keperluan sebentar. Setelah itu kami memulai dengan pengambilan
foto pergerakan tari Rumyang oleh model, dilanjut dengan
wawancara tentang pemaknaan kostum tari. Lebih kurang memakan
waktu 47 menit.
Wawancara ini merupakan wawancara yang terakhir yang saya
lakukan di Snggar Wijaya Kusuma, sayapun mengucapkan
terimakasih kepada mereka karena sudah menerima saya di sanggar
dan meminta waktu mereka untuk saya wawancarai. Sayapun
meminta maaf apabila banyak perkataan dan perbuatan saya yang
tidak berkenan di hati mereka, juga saya meminta do’a kepada
mereka agar dimudahkan ke tahap selanjutnya. Setelah itu, saya
pamit kepada mereka untuk pulang ke rumah dan untuk kembali ke
kampus di keesokan harinya.
DOKUMENTASI