Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBINAAN ANAK ASUH TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU
SOSIAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN PEDULI
HARAPAN BANGSA DI BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Di Ajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memproleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Ilmu Ushuluddin Dan Studi Agama
Oleh
M. SUDARYANTO
NPM : 1531090101
Program Studi : Sosiologi Agama
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441/2019
ABSTRAK
Anak adalah aset negara dan generasi penerus bangsa, jika suatu bangsa
menginginkan kemajuan, masyarakat yang sehat, beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia maka harus menjaga anak dan melakukan pembinaan yang baik
terhadap anak. Panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang
bertanggung jawab memberikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan fisik,
mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memproleh kesempatan
luas tepat dan memadai bagi kepribadian anak sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan oleh
panti asuhan peduli harapan bangsa dalam memberikan pembinaan sosial
keagamaan bagi anak asuh, bagaimana hubungan pembinaan terhadap prilaku
sosial keagamaan anak, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat panti
asuhan peduli harapan bangsa dalam melakukan pembinaan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam tekhnik
pengumpulan data peneliti menggunkan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dalam peneltian ini peneliti melakukan wawancara dengan pendiri
panti asuhan peduli harapan bangsa dan beberapa pengurus serta enam anak asuh.
Adapun hasil dalam penelitian ini adalah bentuk pembinaan yang dilakukan di
panti asuhan peduli harapan bangsa dalam pembentukan prilaku sosial keagamaan
anak asuh adalah melalui pendidikan agama seperti membaca Al-Qur‟an,
pengajian kitab ilmu agama, kesenian daroh dan muhadoroh atau pidato.
Hubungan pembinaan terhadap perilaku sosial keagamaan anak asuh
menunjukkan nilai positif dan berhasil. Selain itu terdapat pula faktor pendukung
di antaranya dukungan yang diberikan oleh masyarakat sekitar panti, lokasi yang
strategis serta kuatnya solidaritas antar anak panti serta anak dan pengurus panti
dan faktor penghambat antara lain sarana dan prasarana yang kurang memadai,
kurangnya sumber daya manusia dalam melakukan pembinaan serta donatur yang
tidak tetap.
Kata kunci : Pembinaan, anak asuh, perilaku sosial keagamaan.
MOTTO
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S Luqman. Ayat. 17)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan
rahmat serta hidayah-Nya. Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :
1. Kepada Kedua Orang Tuaku tercinta, Ayahanda Paijan dan Ibunda Sunawati
tercinta yang telah membesarkanku dan selalu memberikan kasih sayang serta
selalu mendo‟akan, menasihati dengan penuh kesabarannya yang selalu
tercurah dengan ikhlas demi tercapainya cita-cita dan menemani setiap
langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Raden
Intan Lampung.
2. Kakak-kakakku Sari Mentari Jannati, S.Pd dan Rina Dwi Jayanti, S.Pd serta
kakak iparku Yoga Krisdiyanto, S.H Serta keluarga besarku tercinta yang
selalu memberikan Do‟a, motivasi dan dukungan kepada peneliti sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Sahabat-sahabat ku, Apri Tri Prayogi, Heru Prabowo, Mubdi Isman, M. Gilang
Ramadhan,S.Sos Aminur, Gunawan, Eko Priyanto Albadri Duja SL, Nike
Ratna Sari, Mega Puspita, dan Nur Halimah, yang telah membantu dan
memotivasi peneliti sehingga Skripsi ini bisa selesai.
4. Teman tercinta Vero Nika, S.Pd, yang telah banyak membantu dan memotivasi
peneliti sehingga peneti dapat menyelesaikan penelitian ini.
5. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Desa Sri Agung Kecamatan Sungkai Jaya
Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 06 juni 1998, Peneliti merupakan
anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan ayahnda Paijan dan Ibunda
Sunawati. Peneliti mulai masuk ke bangku Sekolah Dasar Negeri 02 Sri Agung
(SDN 02) hingga tahun 2009, kemudian peneliti melanjutkan jejang
pendidikannya di Sekolah Mengah Pertama Negeri 01 Sungkai Jaya hingga
tahun 2012, setelah itu pada tahun 2012 peneliti melanjutkan ke Sekolah
Menengah Kejuruan (SMKN 02) Kota Bumi Lampung Utara hingga tahun
2015. Pada tahun 2015 peneliti berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung tercatat sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Agama
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama. Pada tahun 2018 peneliti
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Jati Baru Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan .
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya, Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini sebagai persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Sosial dalam Ilmu
Ushuluddin Dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak. Untuk itu,
peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga terselesainya skripsi ini, rasa hormat dan
terima kasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Moh. Mukri, M. Ag. Selaku Rektor UIN Raden Intan
Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta..
2. Bapak Dr. M. Afif Anshori, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.
3. Ibu Siti Badi‟ah, M. Ag, dan Bapak Faisal Adnan Reza, M.Psi, selaku
ketua dan seketaris prodi Sosiologi Agama.
4. Bapak Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. selaku pembimbing I, dan Bapak Ahmad
Zaeny, M.Kom.I selaku pembimbig II, terimakasih atas bimbingan dengan
penuh ketelitian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN
Raden Intan Lampung yang telah banyak membantu dan memberikan
ilmunya kepada penulis selama menempuh perkuliahan sampai selesai.
6. Bapak Ust. Amir selaku pendiri panti Asuhan Peduli Harapan bangsa dan
segenap penggurus Panti Serta anak-anak asuh Panti Asuhan Peduli
Harapan Bangsa Bandar lampung yang telah membantu dan memberi izin
atas penelitian yang penulis lakukan.
7. Teman-teman angkatan 2015 Jurusan Sosiologi Agama, yang telah
memberi motivasi selama perjalanan penulis menjadi mahasiswa UIN
Raden Intan Lampung.
Semoga semua kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan, dicatat
sebagai amal ibadah oleh ALLAH SWT, peneliti sangat menyadari bahwa
dalam penulisan tugas akhir (skripsi) ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan sehingga jauh dari ukuran kesempurnaan. Peneliti mengharapkan
kritik dan saran dari berbagi pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya.
Aamiin yaa Rabbal‟alamin.
Bandar Lampung, 03 januari 2020
Peneliti
M.Sudaryanto
1531090101
PEDOMAN TRANSLITERASI
Mengenai Transliterasi Arab-Latin ini digunakan sebagai pedoman Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menurut Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987, sebagai berikut:
1. Konsonan
Ar
ab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin
M م Zh ظ Dz ذ A ا
R ر B ب ع
„ (Koma
terbalik di
atas)
N ن
W و Z ز T ت
H ه Gh غ S س Ts ث
F ف Sy ش J ج ء
` (Apostrof, tetapi
tidakdilambangkan
apabila terletak di
awal kata)
Q ق Sh ص H ح
K ك Dh ض Kh خ
Y ي L ل Th ط D د
2. Vokal
Vokal
Pendek Contoh Vokal Panjang Contoh Vokal Rangkap
- A ا َجَدل Â َي َسار.... Ai
_ I َي َسنِل Î َو قِي ل.... Au
و U َو ُذِكر Û َر يَُجو
3. Ta Marbutah
Ta Marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh dan
dhammah, transliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah yang mati atau
mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah/h/. Sepertikata : Thalhah,
Raudhah, Jannatu al-Na‟im.
4. Syaddah dan Kata Sandang
Dalam transliterasi, tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Seperti kata: Nazzala, rabbana. Sedangkan kata
sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf
qamariyyah maupun syamsiyyah. Contohnya: al-Markaz, al-Syamsu.1
1PedomanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswa(Lampung: IAIN RadenIntan, 2016), h. 20-21.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iv
MOTTO .............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. PenegasanJudul ......................................................................................1
B. AlasanMemilihJudul ..............................................................................4
C. LatarBelakang masalah ...................................................................................... 5
D. Fokus Penelitian .....................................................................................8
E. RumusanMasalah ............................................................................. 9
F. TujuanPenelitian.....................................................................................9
G. Signifikasi Penelitian..............................................................................10
H. Tinjauan Pustaka ....................................................................................10
I. MetodePenelitian. ...................................................................................11
BAB II PEMBINAAN, ANAK ASUH, DAN PRILAKU SOSIAL
KEAGAMAAN
A. Pembinaan Anak Asuh ............................................................................21
1. Pembinaan ........................................................................................21
1. Pengertian Pembinaan .................................................................21
2. Langkah-langkah pembinaan .......................................................22
3. Model pembinaan ........................................................................24
2. Anak asuh ...........................................................................................25
1. Pengertian anak asuh ...................................................................25
2. Kriteria anak asuh .......................................................................26
B. Prilaku sosial ...........................................................................................27
1. Pengertian perilaku sosial ...................................................................27
2. Bentuk-bentuk perilaku sosial ............................................................28
3. Faktor-faktor pembentuk perilaku sosial ............................................30
C. Prilaku keagamaan ..................................................................................31
1. Pengertian perilaku keagamaan ..........................................................31
2. Dimensi keberagamaan.......................................................................33
3. Bentuk-bentuk perilaku keagamaan ...................................................36
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN PEDULI HARAPAN
BANGSA
A. Deskripsi profil panti asuhan peduli harapan bangsa ..............................45
1. Sejarah Singkat Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa ......................45
2. Visi dan Misi panti asuhan peduli harapan bangsa.............................46
3. Sasaran garapan Panti Peduli Harapan Bangsa ..................................47
4. Program kerja .....................................................................................47
5. Sarana dan Prasarana ..........................................................................49
6. Pengurus Panti ....................................................................................49
B. Pembinaan anak asuh di panti asuhan peduli harapan bangsa ................49
1. Deskripsi anak asuh di panti asuhan peduli harapan bangsa ..............49
2. Profil anak asuh di panti asuhan peduli harapan bangsa ....................50
3. Penyebab dan kategori anak asuh di panti asuhan peduli
harapan bangsa ..................................................................................51
4. Perilaku sosial keagamaan anak asuh di
panti asuhan peduli harapan bangsa ...................................................54
5. Pembinaan perilaku sosial keagamaan anak asuh di
panti asuhan peduli harapan bangsa ...................................................58
BAB IV PEMBINAAN PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN TERHADAP
ANAK ASUH
A. Pembinaan Perilaku Sosial Keagamaan Terhadap Anak Asuh Di
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa ....................................................62
B. Hubungan Pembinaan Anak Asuh Terhadap Perilaku Sosial
Keagamaan Anak Asuh Di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa .........65
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan
Anak Asuh Di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa .............................68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................73
B. Saran ........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Surat SK judul
2. Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas
3. Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol Kota Bandar Lampung
4. Lampiran 4 : Keterangan Turnitin
5. Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
6. Lampiran 6 : Dokumentasi Foto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul merupakan hal yang sangat penting dari karya ilmiah, karena judul
ini akan memberikan gambaran tentang keseluruhan isi skripsi. Adapun judul
skripsi yang Peneliti bahas adalah : “PEMBINAAN ANAK ASUH TERHADAP
PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL KEAGAMAAN DIPANTI
ASUHAN PEDULI HARAPAN BANGSA BANDAR LAMPUNG”
Untuk menghilangkan salah pengertian dalam memahami maksud judul
proposal ini, terlebih dahulu peneliti akan uraikan beberapa istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut. Hal ini selain dimaksud untuk lebih
mempermudah pemahaman, juga untuk mengarahkan pada pengertian yang jelas
sesuai dengan di kehendaki peneliti.Berikut ini dapat dijelaskan istilah yang
terkandung dalam judul.
Pembinaan berasal dari kata bina yang artinya bangun suatu ( Negara,
orang, dst) supaya lebih baik, membina membangun, mendirikan, mengusahakan
supaya lebih baik (maju, sempurna) adapun pembinaan ialah suatu proses, cara,
perbuatan bagaimana membina, adanya pembaharuan, penyempurnaan , usaha
untuk satu tindakan, dan aktivitas yang dilakukan secara praktis dan berhasil
untuk mendapatkan efektivitas yang lebih baik.2
Pembinaan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu proses yang
2Dapartemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa,(jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.193
dilakukan oleh pengurus panti untuk memberikan kekuatan dan pembentukan
prilaku sosial keagamaan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berakhlak
mulia. Anak asuh yang dimaksud disini adalah anak-anak yang berada di panti
asuhan peduli harapan bangsa.
Anak Asuh yaitu anak yang di asuh oleh seseorang atau lembaga, untuk
diberikan bimbingan, pemeliharan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena
orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjalani tumbuh
kembang anak secara wajar.3 (UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak). Anak asuh yang peneliti maksud pada penelitian ini adalah anak-anak
yatim atau anak-anak kurang mampu yang berada di Panti Asuhan Peduli Harapan
Bangsa.
Peilaku menurut James P. Chaplin merupakan kumpulan reaksi, perbuatan,
aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang,
seperti proses berpikir, bekerja dan sebagainya.4 Menurut Krech Crutch prilaku
sosial tampak pada pola respon terhadap orang lain yang dinyatakan dengan
hubungan timbal balik antar pribadi melalui prasaan, tindakan, sikap keyakinan,
kenangan atau rasa hormat terhadap orang lain.5 Keagamaan berasal dari kata
agama, mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang memiliki arti sesuatu
(segala tindakan) yang berhungan dengan agama.6
3 Pengertian Anak Asuh . Tersedia Di : Https://Www.Kamusbesar.Com/Anak-Asuh. Di
Akses Pada 04 Agustus 2019. 4James P. Chaplin Herri Zan Pieter Namora Lamongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk
Kebidanan (Cet, I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), h. 27. 5Krech Crutch Dalam Sekar Ageng Pratiwi, “Prilaku Sosial”, Blog Sekar Ageng Pratiwi,
http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/prilaku-sosial/. (9 Juli 2019). 6Suharno dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Widya
Karya,2011) H.19
Keagamaan secara umum diartikan sebagai sesuatu yang di dasarkan pada
ajaran agama atau sesuatu yang berkaitan dengan nilai agama dan sesuai dengan
prinsip-prinsip suatu agama yang terdiri dari beberapa bentuk, misalnya aktivitas
keagamaan, shalat, puasa dan lain-lainya.
Sosial keagamaan merupakan keterkaitan antara masyarakat yang
bercirikan adanya intraksi antara anak satu dengan anak yang lainnya, dan
terbentuk komunikasi sehingga menjadi saling membutuhkan satu sama lainnya,
serta memiliki pengaruh dengan ajaran islam yang setidaknya memiliki nilai
islamiyah. Prilaku sosial keagamaan yang peneliti maksud disini adalah bagian
dari unsur-unsur kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai agama
seperti Shalat lima waktu berjamaah di masjid bagi anak laki-laki, dan tepat waktu
di rumah bagi yang perempuan, pelatihan baca Al- Qur‟an dan tajwid, gotong
royong, musyawarah serta tolong menolong.
Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertangung
jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik,
mental, dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan
yang luas tepat dan mamadai bagi perkembangan keperibadian sesuai dengan
harapan. Sedangkan Panti Asuhan yang akan peneliti teliti pada penelitian ini
adalah Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa yang didirikan oleh Bpk. Ust. Amir,
panti ini menyantuni dan mengasuh anak-anak yatim, terlantar dan Kaum Duaffa,
Panti Asuhan ini berada di JL. H. Agus Salim No.48, Kelapa. Tiga, Kec. Tj.
Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Lampung.
Dari penegasan-penegasan diatas yang di maksud dari judul skripsi
“Pembinaan Anak Asuh Terhadap Pembentukan Prilaku Sosial Keagamaan Di
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Di Bandar Lampung” yang dikaji oleh
peneliti ialah menjelaskan dan mendeskripsikan bentuk pembinaan anak asuh
yang dilakukan panti asuhan peduli harapan bangsa dalam pembentukan perilaku
sosial keagamaan anak..
B. Alasan Memilih Judul
Yang menjadi alasan peneliti memilih judul skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Alasan Objektif Ilmiah
a. Alasan yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu latar belakang anak
yang berbeda-beda membuat perilaku sosial keagamaan mereka tentu
berbeda pula, sangat menarik untuk kita ketahui perilaku sosial
keagamaan anak asuh yang berada di panti.
b. Alasan yang membuat peneliti memilih judul ini dikarenakan perilaku
sosial keagamaan anak asuh sebelumnya masih kurang baik dan di
dalam panti perilaku sosial keagamaan mereka mendapatkan pembinaan
agar menjadi lebih baik.
2. Alasan Subjektif Ilmiah
a. Secara akademisi permasalahan ini ada kaitannya atau hubungan nya
dengan disiplin ilmu pengetahuan peneliti yaitu sosiologi agama.
b. Objek penelitian mudah dijangkau lokasi penelitian mempermudah
penelitian untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, dengan
sarana dan biaya yang tidak berlebihan selain itu pula bahan yang
cukup tersedia baik bahan tertulis maupun bahan yang ada di lapangan.
C. Latar Belakang Masalah
Anak adalah aset negara yang harus dijaga dan di perhatikan dengan baik.
Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran dalam
hal tersebut. Anak adalah generasi penerus bangsa di waktu yang akan datang
dalam artian bahwa suatu bangsa menginginkan kemajuan, masyakat yang sehat,
mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air dan sadar hukum,
menguasai ilmu pengetahuan dan tegnologi, memiliki etoskerja yang tinggi serta
disiplin.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 menegaskan pertanggung jawaban
orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah negara merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus demi terlindungnya hak-hak anak.
Rangkaian kegian tersebut harus terarah dan berkesinambungan guna menjamin
perkembangan dan pertumbuhan anak, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial. Hal ini dimaksud untuk memberikan kehidupan yang baik kepada anak
yang diharapkan sebagai penerus bangsa.
Namun kenyataannya tidak semua anak mendapatkan hak-haknya dan
kesempatan yang sama. Berbagai permasalahan sering dihadapi oleh pemerintah
dalam memberikan pelayanan terhadap anak. Permasalahan ank merupakan
pekerjaan yang tidaka henti-hentinya mulai dari anak yatim, anak piatu, anak
yatim piatu, anak terlantar, dan anak anak jalanan serta permasalahan anak karena
kondisi ekonomi seperti pengemis dan gelandangan.
Anak sebagai masa depan bangsa yang menjadi penerus cita-cita bangsa
sangat memerlukan hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak
partisipasi. Upaya tercapainya hak-hak tesebut perlu diwujudkan dengan
memberikan anak kesempatan dalam mendapatkan pendidikan, pembinaan, dan
dukungan dalam pengembangan diri.
Suatu keadaan yang normal membuat anak dapat mengabdikan dirinya
dengan baik pada masyarakat dan agamanya karena berada dalam keluarga yang
harmonis, dimana anak tersebut mendapatkan pembinaan terbaik di dalam
lingkungan keluarga. Pembinaan anak pada dasarnya dilakukan dilingkungan
keluarga, oleh karena itu keutuhan dan keharmonisan keluarga sangat
dibutuhkanan. Namun tidak semua anak beruntung bisa berada didalam keluarga
yang harmonis dan utuh, masih banyak anak dalam keadaan tidak normal seperti
anak korban perceraian, anak yatim piatu anak dari keluarga kurang mampu dan
masih banyak latar belakang lain yang bisa mempengaruhi prilaku sosial
keagamaan anak. Maka salah satu cara yang dapat kita lakukan ialah memasukkan
anak-anak yatim atau anak dari keluarga tidak mampu kedalam suatu lembaga
sosial.
Lembaga sosial adalah keseluruhan dari sitem normal yang terbentuk
berdasarkan tujuan dan pungsi tertentu dalam masyarakat. Banyak sekali macam
lembaga sosial saat ini salah satunya ialah Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa,
yang berada di Jalan. H. Agus Salim No.48, Kelapa. Tiga, Kecamatan. Tanjung.
Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Lampung. Yang memberikan perlindungan
dan pemeliharaan terhadap anak-anak yaitu anak yang sudah tidak mempunyai
orang tua dan ada yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Mereka
dititipkan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pendidikan dan pembinaan sosial keagamaan.
Untuk pembinaan anak dengan latar belakang kondisi sosial yang kurang
normal maka di perlukan Pembinaan yang di lakukan dengan sadar, teratur, dan
bertanggung jawab untuk mengembangkan keperibadian anak.7 Tentu pembinaan
itu yang terarah dan berkesinambungan. Pembinaan itu sendiri juga pasti memiliki
tujuan. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa tujuan pembinaan adalah untuk
membina moral seseorang kearah agama sesuai dengan ajaran agama.8 Artinya
setelah pembinaan itu terjadi, orang dengan sendirinya akan menjadikan
agamanya sebagai pedoman dan pengendali tingkah laku, sikap dan gerak-
geriknya dalam hidupnya.
Sehubungan dengan pembinaan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa,
Salah satu orientasi pembinaan yang dikembangkan Panti Asuhan Peduli Harapan
Bangsa ini adalah pembentukan perilaku sosial keagamaan yang berdasarkan cita-
cita akhlak mulia. Menjadikan seorang anak memiliki budi pekerti luhur atau
ahklakul karimah (akhlak yang mulia) seperti selalu berkata jujur, bertutur kata
sopan dan berintraksi dengan baik terhadap sesama manusia dan Shalat lima
waktu berjamaah di masjid bagi kaum pria dan shalat tepat waktu dirumah bagi
kaum wanita, Berpuasa wajib maupun sunnah dan latihan baca Al-Qur‟an.
diperlukan pembinaan yang terus menerus dan berkesinambungan, sebab
7 Simanjuntak,B.I.L. Pasaribu, Membina Dan Mengembangkan Generasi Muda
(Bandung:Tarsito,1990), h.84. 8 Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015), h.161
mewujudkan budi pekerti luhur pada anak menyangkut kebiasaan hidup mereka.
Oleh karenanya, pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha keras dan penuh
kesabaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, Penelitian yang akan peneliti lakukan di
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa ini adalah pada bentuk pembinaan anak
asuh yang berorientasi pada upaya pembentukan perilaku sosial keagamaan,
dampak dari pembinaan tersebut terhadap anak asuh dan faktor pendukung dan
penghambat dalam pembinaan.
D. Fokus Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan spesifikasi dan sesuai dengan judul
penelitian yang telah ditetapkan, maka peneliti memfokuskan meneliti tentang
bentuk pembinaan anak asuh yang dilakukan Pengurus Panti Asuhan Peduli
Harapan Bangsa dalam membentuk Prilaku Sosial Keagamaan.
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bentuk Pembinaan Anak Asuh Yang Di Lakukan Pengurus
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar Lampung Terhadap
Pembentukan Perilaku sosial Keagamaan?
2. Bagaimana Hubungan Pembinaan Anak Asuh Terhadap Perilaku Sosial
Keagamaan Anak Asuh Di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa?
3. Apa Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Anak Asuh Di
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa?
F. TujuanPenelitian
1. Mengetahui Bentuk Pembinaan Yang Dilakukan Oleh PengurusPanti
Asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar Lampung Dalam Pembentukan
Prilaku Sosial Keagamaan Anak Asuh.
2. Untuk Mengetahui Hubungan Pembinaan terhadap Prilaku Sosial
Keagamaan Anak Asuh Di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar
Lampung.
3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Dihadapi
Panti Asuhan Harapan Bangsa Dalam Membina Anak Asuh.
G. Signifikasi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau signifikasi
akademis dan praktis sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan ketajaman analisis yang terkait pembinaan anak asuh Panti
Asuhan Peduli Harapan Bangsa dalam pembentukan prilaku sosial
keagamaan.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa dalam pembentukan
prilaku sosial keagamaan melalui pembinaan terhadap anak asuh.
H. Tinjauan Pustaka
Skripsi Siti Khoriyah Yang Berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Pada
Anak-Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Darul Hadlonah Purwokerto. yang
membahas tentang kurikulum buku ajar, dan strategi pembelajaran. Dari skripsi
khoriyah berhasil diketahui bahwa kurikulum yang berjalan dalam proses
pendidikan pada anak asuh masih sederhana dan bersifat tradisional, hal ini
disebabkan kurikulum yang belum terencang dengan baik sebagaimana kurikulum
dalam pendidikan formal (sekolah) sehingga proses pendidikan yang ada berjalan
sebagaimana fasilitas yang ada.
Skripsi yang lain yang berjudul, Proses Adaptasi Dan Intraksi Social Anak
Panti Asuhan Putrid Sinar Melati (IV) Berbah Dengan Lingkungan Sekitar.
Membahas tentang upaya adaptasi dan intraksi anak asuh, dalam skripsi yang
ditulis oleh baiq dian hurriyati, memaparkan bahwa anak-anak asuh ini dalam
upaya adaptasi dan intraksi social ini banyak terhambat dari pemuds sekitarnya
yang kurang baik dalam peerimaannya. Sehingga hal ini mengganggu proses
intraksi yang berkelanjutan. Namun dalam skripsi ini anak-anak juga tergolong
dengan adanya penerimaan baik dari ibu-ibu masyarakat sekitar.
Tulisan lainnya adalah sarjono, dosen fakultas tarbiah uin sunan kalijaga
tahun 1998 dengan judul Perilaku Keagamaan Anak Dhuafa (Kasus Di Lpa Basa
Moyudan). Penelitian ini mengambarkan berbagai kegiatan pengurus panti dalam
menanamkan nilai keagamaan, serta perilaku anak-anak panti selepas memperoleh
bekal keagamaan.
Itulah beberapa dari tulisan di atas yang berbicara tentang mengenai anak-
anak dipanti asuhan, sebagai besar dari tulisan tersebut memfokuskan perhatian
pada perilaku keagamaan dan pembinaannya. Sedangkan dalam tullisan ini
penulis inigin mengangkat tentang pembinaan terhadap pembentukan perilaku
sosial keagamaan anak asuhnya serta menggungkap faktor-faktor penghambat dan
pendukungnya.
I. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan dalam sebuah
penelitian, sedangkan penelitian sendiri merupakan keseluruhan sebuah kegiatan
pencarian, penyelidikan dan sebuah percobaan secara ilmiah dalam sebuah bidang
tertentu untuk memproleh sebuah fakta atau prinsip baru yang bertujuan untuk
memperoleh sebuah pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi
yang akan lebih baik lagi dari sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis memilih
menggunakan pendekatan metode kualitatif, karena beberapa pertimbangan.
Pertimbangan yang digunakan penulis sehingga memilih pendekatan ini
adalah sebagai berikut.Pertama, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan peneliti dengan responden.Kedua, metode kualitatif lebih mudah
apabila penulis berhadapan dengan kenyataan ganda.Ketiga, metode ini lebih peka
dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan benyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.Metode penelitian dengan pendekatan
kualitatif, dipilih juga karena metode ini mengarah pada keadaan pemahaman,
keadaan-keadaan utuh (holistik), tidak disederhanakan (diredusir) kepada variabel
yang telah ditata secarahipotesa.
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).Penelitian
lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci,
dan mendalam, terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai
suatu kasus.Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi
pada waktu penelitian dilakukan.Sehingga penelitian ini bersifat deskriptif,
yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik tentang
keadaan objek sebenarnya. Menurut M. Iqbal Hasan dalam karyanya
pokok-pokok materi metodelogi penelitian dan aplikasinya dengan begitu
penelitian lapangan pada dasarnya adalah penelitian yang secara langsung
dilaksanakan di lapangan atau pada responden langsung.
Tahapan dalam penelitian ini mengenai data serta permasalahan
saat ini dengan cara langsung, prihal berbagai macam persoalan yang yang
berhubungan dengan masalah yang akan di teliti secara rasional atau
pertimbangan yang logis, sistematis atau runtut, dan teoritis atau
berdasarkan penelitian dan penemuan.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang menjelaskan dengan apa yang di dapat dari jawaban si
responden, apa saja yang di dapat dari responden di sesuaikan dengan
pertanyaan dari penelitiannya, selanjutnya di uraikan memakai kalimat-
kalimat yang melatar belakangi responden dalam bersikap seperti berpikir,
berperasaan, serta bertindaknya yang membuatnya berbeda dari yang
lainnya, di reduksi, triangulasikan artinya pengecekan datanya lagi dengan
responden lain, disimpulkan diberi dan dimaknai peneliti, selanjutnya di
verifikasi (di konsultasikan kembali kepada responden dan teman lainnya).
Minimal 3 prihal yang dilukiskan dalam penelitian kualitatif, seperti
karakteristik pelaku, kegiatannya bisa juga kejadiannya yang berlaku
selama penelitian berjalan, dan keadaan dilingkungan sekitar penelitian
atau karakteristiknya dari lokasi penelitian yang sedang terjadi saat it juga.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan maksud mendapatkan
data yang bukan berupa angka tetapi dalam bentuk uraian kalimat demi
kalimat, melukiskan ataupun gambaran, dan menyampaikan laporan
khusus dengan terfokus kepada pembinaan anak asuh terhadap prilaku
sosial keagamaan di panti asuhan Peduli Harapan Bangsa di Bandar
Lampung.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Dalam
penelitian kualitatif, populasi diartikan situasi sosial yang terdiri dari tiga
9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:Alfabeta,2010), Cet.Ke-10, h.298
elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktivitas yang berintraksi secara sinergis.
Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif juga bukan semata-mata pada
situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen tersebut, tetapi bisa berupa
pristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraaan dan lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus dan anak asuh yang berada
di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar Lampung, yaitu sebanyak
54 orang yang ada di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Bandar
Lampung.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
untuk meneliti keseluruhan tentu membuat peneliti kesulitan, karena itu
untuk sampel nya dengan menggunakan teknik Non Rendom Sampling.
Cara menentukan sampelnya penulis menggunakan purposive sample
adalah teknik pengambilan semple secara sengaja maksudnya yaitu
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil di dasarkan pada ciri-ciri
tertentu. Jadi sampel diambil tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri
oleh peneliti.
Peneliti juga menjadikan beberapa orang sebagai informan yaitu
orang yang dapat peneliti minta informasi terkait pada Panti Asuhan
Peduli Harapan Bangsa tersebut yaitu :
1. 4 orang pengurus panti. Yang sudah lebih dari 2 tahun tinggal di panti.
2. 3 orang anak asuh panti. Yang sudah lebih dari 2 tahun tinggal di
panti.
3. 3 orang anak asuh panti. Yang kurang dari 2 tahun tinggal di panti.
jumlah sampel terdiri dari 10 orang yang peneliti anggap berperan
penting dalam panti asuhan. Pengurus dan anak-anak asuh Panti Asuhan
Peduli Harapan Bangsa tersebut yang akan diminta tanggapannya tentang
bagaimana pembinaan anak asuh dalam pembentukan perilaku sosial
keagamaan di dalam panti dan hubungan pembinaan terhadap perilaku
sosial keagamaan anak asuh panti.
4. Sumber data
a. Data Primer
Abdulrahman menjelaskan bahwasanya data primer merupakan
data tanpa prantara, langsung di himpunkan oleh peneliti dari bersumber
dari yang pertama.10
Data primer dalam studi lapangan dihasilkan dari
wawancara dengan responden, responden dalam penelitian ini adalah
pengurus atau pengasuh panti dan anak anak asuh di panti Peduli Harapan
Bangsa Di Bandar Lampung.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur
lain berupa buku-buku, kitab-kitab tafsir lainnya, hasil penelitian dan
artikel-artiket yang berkaitan dengan masalah pembinaan anak asuh dalam
10
Abdurahman Fathoni, Metodelogi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta :
Rineka Citra, 2011), h. 38.
panti dalam pembentukan prilaku sosial keagamaan, guna melengkapi
sumber data primer.
5. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling starategis
dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Berikut teknik pengumpulan data yang di lakukan penulis dalam penelitian ini
yaitu :11
a. Observasi
Salah satu jenis pengamatan adalah peneliti sebagai pengamat
(observer), dengan membiarkan kehadirannya sebagi peneliti dan mencoba
bentuk serangkaian hubungan dengan subjek sehingga mereka berfungsi
sebagai responden dan informan. Dengan tekhnik ini peneliti akan
mengamati secara dekat objek penelitian yakni dengan mengamati secara
langsung. Melibatkan diri dalam situasi yang diselidiki atau hanya
mengamti saja, tekhnik obeservasi yang digunkan dalam penelitian ini
dalam penelitian ini adalah observasi non pastisipan.
Teknik observasi digunakan untuk mengatahui lebih dalam
pelaksanaan pengembangan keagamaan anak asuh yang dilakukan dipanti
asuh Peduli Harapan Bangsa, selain itu teknik ini observasi juga untuk
melengkapi dan lebih menyempurnakan data yang di peroleh dari hasil
11
Sigiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D(Bandung : Alfabeta 2011),
h. 224.
interview.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu.Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur, wawancara
tak terstruktur sering disebut dengan wawancara kualitatif, wawancara
mendalam secara terbuka. Yang dimaksud disini adalah metode
pengumpulan data dengan cara peneliti memberikan pertanyaan secra
langsung terhadap responden (informan). Wawancaranya (interview) tidak
sama dengan percakapan sehari-hari.
Wawancara dapat dilakukan seorang peneliti terhadap seorang
responden atau informan. Akan tetapi dapat pula jamlah yang akan di
wawancara lebih dari satu. 12
Dalam hal ini peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relatif mudah dijawab oleh responden tetapi
terus dipancing agar responden dapat bercerita semakin dalam sehingga
peneliti mendapatkan data-data yang valid. Teknik ini dipakai untuk
memperoleh sumber data utama yang ditunjukan kepada informan
(pengurus, pengasuh, anak asuh). Adapun data yang diperoleh dengan
metode interview ini adalah tentang pembinaan anak asuh yang ada Di
Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa dalam pembentukan perilaku social
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial Cet Ke-1.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2015), h.362-364.
anak asuh. Sedangkan wawancara terstruktur biasa disebut wawancara
tekstual yang sudah ditulis oleh seorang peneliti dan biasanya disebut
wawancara baku. Di sini peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang baku. Penelitian ini menggunakan model analisis deduktif, yaitu
melakukan analisis yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu
fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada data
tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang dikaji.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
pilihan berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, najalah, perestasi,
notulen rapat dan sebagainya. Metode dokumentasi ini merupakan metode
penunjang yang digunakan untuk memperoleh data yang belum didapatkan
dalam metode obsevasi, yaitu untuk mengetahui data yang ada
hubungannya dengan Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa seperti letak
geografis, sejarah berdiriya, struktur organisasinya, program kerjanya.
Data yang sudah dikumpulkan dari berbagai sumber, selanjutnya diseleksi
dan diklarifikasi menurut fokus penelitian, sehingga nantinya mampu
menjelaskan dan menjawab rumusan masalah. Selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan pendekatan teori yang berhubungan dengan objek
penelitian.
6. Analisis Data
Analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
menurut suharsimi arikunto analisis kualitatif digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan
dan diangkat sekedar untuk mempermudah penggabungan dua variabel,
selanjutnya dikualifikasikan kembali.13
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit tertentu untuk menentukan sintesa,
menyusun kedalam pola.14
Analis data merupakan upaya untuk
mendeskripsikan data secara sistematis guna mempermudah peneliti dalam
memahamiobjek yang sedang di teliti. Pokok analisa data dalam
penelitianyakni mengunventarisasi model pembinaan terhadap anak asuh panti
asuhan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif di
gambarkan dengan data-data atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori
untuk memperoleh kesimpulan.Dalam penelitian ini penulis menggunakan
analisis data kualitatif, penelitian kualitatif, menghasilkan data dalam bentuk
suara hasil wawancara, transkip wawancara, catatan hasil pengamatan,
dokumen-dokumen tertulis, catatan-catatan lain yang tidak terekam selama
pengumpulan data.Setelah data tersebut diolah dan kemudian dapat dianalisis
menggunakan cara berpikir induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta atau
pristiwa-pristiwa yang kongkrit dan tarik kesimpulan yang bersifat umum ke
khusus. Jadi karena data yang akan dianalisis merupakan data kualitatif, yang
mana cara menganalisanya menggambarkan kata-kata atau kalimat sehingga
dapat di simpulkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Dan Praktek,(jakarta: Bina Aksara,1997). H.
209. 14
Joko Subagio, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2001), h. 15
berpikir deduktif, untuk menarik kesimpulan dari data yang di peroleh yaitu
dari fakta-fakta atau pristiwa-pristiwa yang kongkritdan umum kemudian di
tarik menjadi kesimpulan yang bersifat khusus.
BAB II
PEMBINAAN ANAK ASUH, PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN
A. Pembinaan Anak asuh
1. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang berasal dari bahasa arab
“bana” yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan membentuk.
Kemudian mendapat awalan pe- dan –an sehingga menjadi kata pembinaan
yang mempunyai arti usaha, tindakan, dan kegiatan. yang dilakukan secara
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.15
Pembinaan juga dapat
berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang
telah ada sesuai dengan yang diharapkan.16
Pembinaan merupakan suatu kegiatan yang mampu membantu individu
melalui usaha sendiri dalam proses menemukan dan mengembangkan
kemampuandan jati diri. dengan tujuan untuk memperoleh kebahagiaan
pribadi dan manfaat sosial.17
15
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
2013), h. 152.
16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa edii ke 4 (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 193.
17Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152.
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah
suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah
ada. Sedangkan menurut Masdar Helmy, pembinaan mencakup segala ikhtiar
(usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan
kualitas beragama baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang
akhlak dan bidang kemasyarakatan.Menurut Miftah Thoha pembinaan
merupakan suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik.18
Teori pembinaan sama halnya dengan teori behavioristik, yakni
belajar adalah perubahan kemampuan peserta didik untuk bertingkah laku
secara baru sebagai akibat dari hasil interaksi, stimulus dan respon
lingkungan yang di dapatnya. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkkan perubahan tingkah laku.19
Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang
dilakukan dengan sabar dan terarah serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian dan memperbaiki pribadi kearah yang lebih
baik lagi daripada sebelumnya.
2. Langkah-langkah pembinaan
18
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004) , h. 7
19Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan, (Yogyakarta: IRCCiSoD, 2017), h. 18
Menurut Mangun hardjana untuk melakukan pembinaan ada beberapa
pendekatan antara lain :
a. Pendekatan informative (informative approach) yaitu suatu cara atau proses
menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada para jama‟ah,
dalam pendekatan ini jama‟ah dianggap belum mengetahui dan bahkan belum
mempunyai pengalaman dalam terhadaf informasi yang disampaikan.
b. Pendekatan partisipatif (partisipative approach) yaitu didalam pendekatan ini
para jama‟ah diikutsertakan sehingga lebih kesituasi belajar bersama-sama.
c. Pendekatan eksperiansial (experienciel approach) dimana didalam pendekatan
ini jama‟ah terlibat langsung dalam pembinaan. Pendekatan seperti ini
dianggap sebagai belajar yang sangat baik, karena jama‟ah langsung terlibat di
dalam situasi tersebut.20
d. Pendekatan emosional (emotional approach), pendekatan ini yaitu pendekatan
yang dipusatkan pada keadaan yang dibimbing karena akan lebih mudah
memahami perasaan seseorang melalui keadaan dirinya sendiri. Metode ini
merupan pendekatan perorangan yang menyesuaikan keadaan diri seseorang
yang di bimbing.21
e. Pendekatan group guidance, merupakan merupakan pembinaan dengan
penyuluhan yang menggunakan media kelompok untuk mengembangkan
sikap sosial di lingkungan, karena setiap individu akan mendapatkan
pandangan yang berbeda atau baru tentang dirinya dari hubungan dengan
individu lainnya.22
20
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti Dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanimus,1986), h.17. 21
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan
Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang,1997), h.44. 22
Ibid., h.45
Pembinaan sosial keagamaan diarahkan dengan tujuan agar seseorang yang di
bimbing mempunyai akhlak yang mulia (akhlakul karimah) serta Taat dan
patuh serta mengabdikan dirinya kepada Allah, SWT. Sesuai dengan
fitrahnya.
3. Model Pembinaan
Model pembinaan anak dalam panti, di berikan mulai dari pembinaan
jasmaniah, budaya dan keyakinan membinaintelektual kepembinaan yang menjurus
sesuai minat bakat anak panti. Model penbinaan ini sangat dibutuhkan untuk
mendukung terlaksananya tujuan dalam pembinaan untuk menddukung terlaksananya
tujuan pembinaan ini maka membutuhkan aspek-aspek dalam pendidikan.
a. Pembinaan jasmani
Keadaaan jasmani yang sehat membuat anak menjadi cepat, tanggap, dan
terampil. Kesehataan juga sangat penting supaya anak bisa menjalankan
kewajibannya serta mendapatkan hak-haknya dengan mandiri. Kesehatan jasmaniah
merupakan kebutuhan utama guna tercapainya pembinaan yang baik.
b. Pembinaan budaya dan agama
Pembinana budaya serta keagamaan merupakan pokok utama pada
akademisi yang baik, adapun penggenalan suatu budaya dan agama ataupun
keyakinaan anak asuh mampu mendapatkan nilai dalam kehidupan. Adapun maksud
untuk mengrti tentang aspek keagamaan atau keyakinan ialah berpegang teguh
dengan ilmu agama, anak asuh yang di bina bisa menjadikan agama dasar dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
c. Pembinaan intelektual
Pembinaan intelektuan ini ditujukan supaya anak asuh yang di asuh dalam
panti bisa menggunakan intelektualnya di dalam mengatasi permasalahanhidup yang
dihadapi.karna dalam melaksanakan kehidupan tidak mudah tanpa adanya kekuatan
mental, dimana manusia bisa berpikir misalnya menghubungkan, menimbang dan
memahami. Aspek intelektual sangat penting karena intelektual ,erupakan modal
utama dalam berpikir.
d. Pembinaan kerja serta profesi
Pembinaan kerja dan profesi ini di makasutkan supaya anak asuh yang yang
di bina di dalam panti, di kemudian hari bisa menjadi calon tenaga kerja yang cakap,
termotivasi, terampil, kreatif dan mampu berdiri sendiri serta bertanggung jawab.23
2. Anak Asuh
1. Pengertian anak asuh
Anak Asuh merupakan anak yang di asuh oleh seseorang atau lembaga,
untuk diberikan bimbingan, pemeliharan, perawatan, pendidikan, dan
kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu
menjalani tumbuh kembang anak secara wajar. (UU No. 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak). Anak asuh yang peneliti maksud pada
penelitian ini adalah anak-anak yatim atau anak-anak kurang mampu yang
berada di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa.
2. Kriteriaanakasuh
a. Anak telantar
Anak telantar merupakan anak yang karena suatu sebab orang tuanya
23
Irwanto, (Online), Pembinaan Anak Kurang Mampu Dan Terlantar Pada UPTD Panti
Sosial Asuhan Anak Harapan Di Kota Samarinda” (Ejournal Administrasi, Volume 5 Nomor
1,2017;5201-5215) Di Akses Pada 26 September 2019.
melalaikan dan tidak mampu melaksanakan suatu kewajiban sehingga
kebutuhan anak baik jasmani, rohani, maupun sosialnya tidak terpenuhi.
Anak terlantar masuk dalam klifikasi masalah sosial non-patologis yang
mengacu pada masalah yang bersifat penyakit sehingga relative lebih mudah
mengatasinya.
Menurut Walter A Friedlander anak terlantar merupakan anak yang
tidak mendapat asuhan secara wajar dari orang tuanya disebabkan karena
keadaan keluarganya yang kurang baik yaitu keadaan ekonomi, sosial,
kesehatan jasmani serta psikisnya yang kurang layak pada akhirnya anak-
anak tersebut membutuhkan bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada
di masyarakat agar bisa terpenuhi kebutuhan pokok mereka.24
b. Anak yatim
Anak yatim secara bahasa adalah anak yang sendirian. Anak yatim
adalah anak lemah yang membutuhkan pengasuhan dan tanggung jawab.
Islam sendiri sangat memberikan perhatian yang besar terhadap anak yatim
dari aspek pendidikan dan jaminan kehidupan sehingga anak tersebut bisa
tumbuh menjadi anggota masyarakat yang mampu memikul kewajiban dan
menunaikan tanggung jawabnya serta melaksanakan kewajiban dan hak-
haknya dengan baik tanpa merasakan prasaan kekurangan dan kebencian
terhadaf masyarakat.25
24
Pengertian Anak Terlantar Menurut Para Ahli. “ON-Line” Tersedia Di :
Http://Www.Scribd.Com/Document/362408032/Pengertian-Anak-Terlantar-Menurut-Para-Ahli.
Di Akses Pada 23 Sebtember 2019. 25
Raghib As-Sirjani, Solidaritas Islam Untuk Dunia, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2015) h.110
c. Kaum dhuafa
Kata dhuafa sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya lemah.
Dalam kamus besar bahasa indonesia tidak ditemukan kosakata ini, walaupun
demikian istilah kaum dhuafa sudah umum digunakan oleh masyarakat.
Istilah kaum dhuafa tidak hanya di tunjukan untuk orang-orang yang
dianggap lemah dalam hal ekonomi seperti orang fakir dan miskin, tetapi juga
lemah dalam aspek lain seperti lemah kondisi fisik dan lemah iman. Orang
yang lemah kondisi fisiknya adalah orang yang anggota tubuhunya cacat atau
tidak berfungsi dengan baik seperti tuna runggu dan tuna netra.
B. Perilaku Sosial
1. Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku berarti daya yang ada pada diri manusia yang
teraktualisasikan dalam bentuk perbuatan yang timbul karena adanya faktor
eksternal atau pengaruh dari luar diri manusia itu sendiri.26
James P. Chaplin
mengemukakan bahwa perilaku merupakan kumpulan reaksi, perbuatan,
aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan
seseorang, seperti proses berpikir, bekerja dan sebagainya.27
Pengertian lain
dikemukakan oleh Kartini Kartono, yang mendefinisikan perilaku sebagai
proses mental dari reaksi seseorang yang tampak maupun belum yang masih
sebatas keinginan.
26
Wahyuni, Perilaku Beragama; Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama
dan Budaya diSulawesi Selatan,(Cet. I; Alauddin University Press, 2013), h. 1.
27James P. Chaplin dalam Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis,
PengantarPsikologi untuk Kebidanan (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.
27.
Menurut Krech Crutch, perilaku sosial tampak pada pola respon
terhadap orang lain yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar
pribadi melalui perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap oranglain.28
Perilaku sosial dapat pula diartikan sebagai tindakan sosial. Max
Weber mengartikan tindakan sosial sebagai aktifitas seorang individu yang
dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat terkait cara bertindak
atauberperilaku.29
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial
Weber mengemukakan bahwa tindakan (perilaku) manusia merupakan
fenomena sosiologis, yakni ketika tindakan (tingkah laku/perilaku) manusia,
yang menginginkan makna hidup berupa gagasan tentang tindakan rasional
dalam memahami dan menafsirkan tingkah laku yang disebut konsep tipe
ideal.30
Klasifikasi perilaku sosial atau tindakan sosial menurut Max Weber
sebagai berikut:
a. Rasionalitas Instrumental (Zweckrationalitat)
28
Krech Crutch dalam Sekar Ageng Pratiwi, “Perilaku Sosial”, Blog Sekar Ageng
Pratiwi, https://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/. (27 juli
2019).
29Max Weber dalam Abd. Rasyid Masri, Mengenal Sosiologi; Suatu Pengantar (Cet. I;
Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 149. 30
Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keagamaan; Kasus
pada SiswaSLTP Negeri 1 dan MTs Negeri Bulukumba (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h.171.
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan mempertimbangkan
kesesuaian antara cara yang digunakan serta tujuan yang hendak dicapai.
Rasionalitas sarana-tujuan adalah tindakan yang ditentukan oleh harapan
terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku orang lain.31
b. Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (Wertrationalitat)
Tindakan ini bersifat rasional dan ditinjau manfaatnya, tetapi tujuan
yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh pelaku. Pelaku hanya
beranggapan bahwa tindakan tersebut bernilai baik atau buruk menurut
ukuran dan penilaian masyarakat disekitarnya. Tindakan ditentukan oleh
keyakinan penuh serta kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis,
religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek
keberhasilannya.32
c. Tindakan Tradisional (Traditionelle Handlung)
Tindakan tradisional merupakan tindakan sosial yang bersifat non-
rasional yang didorong oleh emosi dan berorientasi kepada tradisi masa
lampau tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tradisi dalam
pengertian ini adalah suatu kebiasaan dan tindakan di masa lampau.
Mekanisme tindakan seperti ini selalu berlandaskan hukum-hukum normatif
yang telah ditetapkan secara tegas oleh masyarakat.33
d. Tindakan Afektif (Effection Handlung)
Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang
31
Abd. Rasyid Masri, Mengenal Sosiologi; Suatu Pengantar (Cet I; Makassar: Alauddin
University Press, 2011), h. 166 32
Ibid., 33
Ibid.,
mengalami perasaan tidak terkendali seperti cinta, ketakutan, kemarahan, atau
kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi
berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan tersebut bersifat
tidak rasional karena kurangnya pertimbangan yang logis, ideologi atau
kriteria rasionalitas lainnya.34
3. Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa terdapat empat kategori utama
yang membentuk perilaku sosial seseorang, yakni:
a. Perilaku dan Karakteristik Orang Lain
Seseorang yang sering bergaul bersama orang-orang yang memiliki
karakter santun, memungkinkan potensi orang tersebut berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya,
begitupun sebaliknya.35
Pada aspek ini orang tua memegang peranan penting
sebagai sosok yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial seorang
individu. Berdasarkan perspektif sosiologi, proses pembentukan perilaku sosial
dalam individu dikenal dengan istilah sosialisasi. Pada proses sosialisasi,
keluarga merupakan komponen penting dalam membentuk kepribadian dan
nilai-nilai luhur dalam diri seseorang. Sosialisasi yang diajarkan oleh keluarga,
kemudian menjadi modal utama bagi seseorang untuk terlibat langsung dalam
lingkungan masyarakat.
b. Proses Kognitif
34
R. Yusriana K.Dip, “Perilaku Sosial Remaja Dalam Memanfaatkan Ruang Publik
Perkotaan (Studi Kasus Pemanfaatkan Taman Kota Bentengrotterdam Makasar)”, Skripsi
(Makassar: Fak. Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,2013), h. 8-9. 35
Baron dan Byrne dalam Dendibati Nova, “Perilaku Sosial”, Blog Denbati Nova,
https://dendibatinova.wordpress.com/2011/10/17/perilaku-siosial/. ( 27 juli 2019).
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang, sangat berpengaruh terhadap
perilaku sosial di lingkungan masyarakat.36
Individu dalam hal ini, dituntut
untuk selalu berpikiran positif dalam menjalani segala aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari. Pikiran yang senantiasa berorientasi pada nilai-nilai
kebaikan, memotivasi seseorang untuk melakukan perbuatan yang baik. Hal
tersebut disebabkan karena pikiran mempengaruhi wujud dari perilaku yang
ditampakkan oleh seseorang.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan alam dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.37
Seseorang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berbicara dengan nada keras, mempengaruhi kerasnya pribadi yang terbentuk
dalam diri seseorang. Begitu pula ketika berada di lingkungan masyarakat yang
halus dalam bertutur kata, maka seseorang termotivasi untuk bertutur kata yang
lemah lembut pula.
d. Faktor Budaya
Budaya merupakan tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi.
Contoh seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu terasa berperilaku
sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya
lain atau berbeda.38
C. Perilaku Keagamaan
36
Ibid., 37
Ibid., 38
Ibid.,
1. Pengertian Perilaku Keagamaan
Pengertian perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perbuatan, gerak gerik, tindakan, cara menjalankan atau berbuat.39
Mahfudz
Shalahuddin mengartikan perilaku sebagai suatu kegiatan atau tindakan yang
tidak hanya meliputi aspek motorik, seperti berbicara, berjalan, berlari,
berolahraga, bergerak, dan lain-lain, tetapi juga membahas macam-macam
fungsi anggota tubuh seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi,
pengenalan kembali emosi-emosi dalam tangis atau senyum dan sebagainya.40
Keagamaan berasal dari kata agama yang secara etimologi berasal dari
Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak” dan “gama”
berarti kacau, sehingga agama dapat diartikan sebagai seperangkat aturan
yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia
menuju keteraturan dan ketertiban.41
Agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga manusia, sehingga
kesadaran agamapun mencakup aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan
motorik. Keterlibatan fungsi afektif dan konatif terlihat pada pengamalan
ketuhanan dan rasa kerinduan kepada Tuhan, sedangkan fungsi motorik
tampak pada perbuatan dan gerakan tingkah laku keagamaan. Keseluruhan
aspek tersebut sulit dipisahkan karena merupakan sistem kesadaran beragama
yang utuh dalam kepribadian seseorang.42
39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), h. 67. 40
Mahfudz Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986), h.
54 41
Hasanani Siri, Sejarah Agama–Agama (Cet. I; TrustMedia: Yogyakarta, 2016),
h. 5.
42Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), h. 37.
Djamaluddin Ancok mendefinisikan keagamaan sebagai pengalaman
atau konsekuensi yang mengacu kepada identifikasi akibat keyakinan
keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke
hari.43
Keagamaan secara umum diartikan sebagai sesuatu yang didasarkan
pada ajaran agama atau sesuatu yang berkaitan dengan nilai agama dan sesuai
dengan prinsip-prinsip suatu agama tertentu yang terdiri atas beberapa
bentuk, misalnya aktivitas keagamaan, shalat dan lain-lain.
Keberagamaan dapat diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika melakukan perilaku
ritual (beribadah), tetapi meliputi aktivitas lain yang dipicu oleh kekuatan
supranatural. Aktivitas tersebut tidak hanya meliputi aktivitas yang tampak
oleh mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati
seseorang.44
Perilaku keagamaan merupakan integrasi kompleks pengetahuan
agama, perasaan agama (penghayatan) serta tindak keagamaan (pengamalan)
dalam diri seseorang.45
Perilaku keagamaan dalam Islam, dapat diartikan
sebagai proses pelaksanaan aktivitas individu atau kelompok berdasarkan
ajaran Islam secara menyeluruh, misalnya shalat, puasa, zakat, sedekah,
membaca Al-Qur‟an dan akhlaq yang semata-mata mengharapkan ridho
Allah.
43
Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h. 78. 44
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 293. 45
Glock dan Stark dalam Arwani, “Dimensi-Dimensi Keberagamaan”, Blog Arwani, https://algaer.wordpress.com/2010/05/10/dimensi-dimensi-keberagamaan/. (20 Juli 2019).
2. Dimensi-Dimensi Keberagamaan
Menurut Glock dan Stark terdapat lima dimensi keberagamaan dalam
mengkaji ekspresi keberagamaan, diantaranya;
a. Dimensi Ideologis
Dimensi ini merupakan bagian dari ekspresi keberagamaan terkait
kepercayaan terhadap hal tertentu, yang kemudian menjadi suatu sistem
keyakinan (creed). Doktrin mengenai keyakinan merupakan hal mendasar
yang dapat membedakan suatu agama dengan agama lainnya. Dimensi
ideologis dalam perspektif Islam, dapat disejajarkan dengan dimensi akidah.
Konsep akidah dalam Islam dikenal dengan istilah iman. Iman tidak hanya
menyangkut persoalan kepercayaan, melainkan segala hal yang mendorong
munculnya ucapan dan perbuatan sesuai dengan keyakinan.46
b. Dimensi Ritual
Dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan terkait perilaku
yang disebut ritual keagamaan seperti pemujaan, ketaatan dan hal-hal lain
yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Perilaku pada dimensi ritual ini tidak hanya berorientasi pada
pemaknaan perilaku secara umum, melainkan mengarah kepada perilaku
46
Ibid.,
khusus yang diatur dalam agama seperti tata cara beribadah dan ritus-ritus
khusus pada hari-hari suci atau hari-hari besar keagamaan.47
Dimensi ritual dalam perspektif Islam, disejajarkan dengan syari’ah
khususnya perkara ibadah. Ibadah merupakan suatu bentuk penghambaan diri
manusia kepada Allah sebagai bentuk pelaksanaan tugas hidup selaku
makhluk Allah. Ibadah yang berkaitan dengan ritual adalah ibadah khusus
atau ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang bersifat khusus dan langsung kepada
Allah sesuai tata cara, syarat serta rukun yang telah ditetapkan dalam Al-
Qur‟an serta penjelasan dalam hadits nabi. Ibadah yang termasuk dalam jenis
ini adalah shalat, zakat, puasa dan haji.48
c. Dimensi Konsekuensial
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan,
praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.49
Ajaran
agama yang berkaitan dengan hal ini, diantaranya ajaran untuk menghormati
tetangga, menghormat tamu, toleran, inklusif, berbuat adil, membela
kebenaran, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam
bekerja, dan sebagainya.
Perilaku umum ini termasuk hubungan manusia (hablum minannas)
yang tidak dapat dipisahkan dengan hubungan kepada Allah (hablum
minallah). Iman dapat bertambah dan berkurang melalui tindakan-tindakan
47
Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keagamaan; Kasus pada
SiswaSLTP Negeri 1 dan MTs Negeri Bulukumba, h. 173. 48
Glock Dan Stark Dalam Arwani, “Demensi-Demensi Keberagamaan”, Blog Arwani,
Https://Algaer.Wordpress.Com/2010/05/10/Demensi-Demensi-Keberagamaan/, (20 November
2019) 49
Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Keagamaan; Kasus Pada
Siswa SLTP Negeri Bulukumba, Tesis, (Makassar: Alauddin University Press,2011), H. 171.
yang dilakukan oleh seseorang. Konsekuensi tindakan ini terkadang lebih
berat dari pada keyakinan dan ritual.
Harun Nasution menjelaskan bahwa tujuan ibadah atau ritual dalam
Islam bukan hanya untuk menyembah Allah semata, melainkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah agar manusia selalu teringat kepada hal-hal
yang baik dan suci sehingga timbul dorongan untuk berperilaku yang luhur,
baik kepada sesama manusia maupun kepada lingkungan alam sekitar.50
d. Dimensi Eksperiensial
Dimensi eksperiensial merupakan bagian dari keberagamaan terkait
pengalaman, perasaan, persepsi dan sensasi sebagai ekspresi keberagamaan
seseorang atau kelompok masyarakat. Dimensi ini mengarah pada fakta
bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski
tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada
suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir.51
Pengalaman keagamaan ini muncul dalam diri seseorang dengan
tingkat keimanan yang tinggi. Menurut ajaran agama Islam, pola
keberagamaan dapat dibedakan menjadi tingkatan terendah yaitu syari’ah,
kemudian thariqah dan derajat tertinggi adalah haqiqah.
e. Dimensi Intelektual
50
Harun Nasution dalam Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap dan PerilakuKeagamaan; Kasus pada Siswa SLTP Negeri 1 dan MTs Negeri Bulukumba, h. 174.
51Umar Sulaiman, Analisis Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Keagamaan; Kasus Pada
Siswa SLTP Negeri 1 Dan Mts Negeri Bulukumba, h.174.
Dimensi ini mengacu pada suatu pengharapan manusia, bahwa orang-
orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Islam mengajarkan
berbagai aspek seperti pengetahuan tentang Al-Qur‟an, isi dan kandungan
maknanya, Hadits, berbagai praktek ritual atau ibadah dan muamalah, konsep
keimanan, berbagai konsep dan bentuk akhlak, tasawuf, sejarah dan
peradaban masyarakat Islam.52
3. Bentuk-bentuk Perilaku Keagamaan
Islam terdiri atas tiga aspek ajaran pokok, yakni akidah, ibadah dan
akhlak. Totalitas ketiga aspek inilah yang mewujudkan sikap keberagamaan
seorang muslim. Seorang muslim diperintahkan untuk beribadah dengan
sebaik-baiknya, selain itu mereka juga dituntut berakhlak mulia dan menjaga
hubungan sosial bersama orang lain.53
Ketiga aspek ajaran pokok dijelaskan
sebagai berikut:
a. Akidah
Esensi akidah bersifat abstrak, karena akidah tumbuh dari jiwa yang
mendalam dan merupakan dasar agama yang harus dilalui oleh setiap orang.
Strategi Nabi Muhammad ketika memperkenalkan konsep dakwah dalam
52
Ibid., h.174 53
Muh. Rusli, “Tingkat Perilaku Keberagamaan Siswa SMA Negeri 1 Belawa Kabupaten
Wajo”, Tesis (Makassar: PPs UIN Alauddin Makassar, 2011), h. 30.
Islam, beliau mengajak manusia untuk mempercayai ajaran Islam terlebih
dahulu tanpa keraguan sedikitpun.54
Wujud keberagamaan seorang muslim berdasarkan aspek akidah,
dimulai dengan pengakuan keislaman melalui syahadat yang tidak hanya
diucapkan dengan lisan atau keyakinan hati, tetapi dimanifestasikan pula
dalam bentuk ibadah dan akhlak.
b. Ibadah
Ibadah merupakan hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhan,
maka setiap muslim dalam menampakkan sikap keberagamaannya hendaknya
melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah, Swt
dalam Q.S Az-Zariyat ayat 56 :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.55
Q.S Az-Zariyat ayat 56
Ibadah menurut pandangan Islam merupakan cakupan atas segala hal
yang disukai dan diridhai Allah dalam bentuk ucapan dan perbuatan, yang
dilakukan setiap muslim secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan.56
Ibadah secara etimologis berasal dari Bahasa Arab yang artinya
54
Ibid., h. 31. 55
Yayasan Penyelenggara Penerjemah / Tafsir, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta :
2007), h.337. 56
Muh. Rusli, “Tingkat Perilaku Keberagamaan Siswa SMA Negeri 1 Belawa Kabupaten
Wajo”, h. 32.
melayani, patuh dan tunduk. Sedangkan secara terminologis yakni sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa
ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.57
Ibadah secara umum merupakan bentuk penghambaan diri manusia
kepada Allah dengan menaati dan melaksanakan segala perintah dan
anjurannya serta menjauhi larangan karena Allah semata, baik dalam bentuk
kepercayaan, perkataan dan perbuatan.58
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua dengan
bentuk dan sifat yang berbeda satu sama lain.
1) Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdhah atau ibadah khusus merupakan ibadah yang telah
ditetapkan oleh Allah tentang tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya.
Jenis ibadah mahdhah adalah:
a. Shalat
Shalat menurut bahasa adalah doa. Dengan kata lain mempunyai
arti mengagungkan. Shalla-yushallu-shalatan adalah akar kata shalat
yang berasal dari bahasa Arab yang berarti berdoa atau mendirikan
shalat. Kata shalat, jamaknya adalah shalawat yang berarti
menghadapkan segenap pikiran untuk bersujud, bersyukur, dan memohon
57
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak (Cet. I; Banjarmasin: IAIN Antasari Press,
2014), h. 1.
58Sadiq,Kamus Istilah Agama (Jakarta: Bonafide Cipta Pratama, 1991) h, 125.
bantuan.59
Sedangkans halat menurut istilah adalah ibadah yang terdiri
dari perbuatan dan ucapan tertentu yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Dalam melakukan shalat berarti beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan dan merupakan system
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam, di dalamnya
terdapat doa-doa yang mulia serta berdasar atas syarat-syarat danr ukun-
rukun tertentu.
b. Puasa
Puasa berasal dari bahasa arab yaitu Shiyaam berasal dari kata
„shaama‟ yang artinya „amsaka‟ (menahan) seperti makan, minum, nafsu,
menahan bicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Kemudian
menurut istilah yaitu “menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.60
Puasa
(shiyaam) secara istilah adalah menahan diri dari sesuatu yang khusus
(misalnya, menahan diri dari makanan, minuman, dan berhubungan
badan) dan dilakukan dengan niat puasa. Jika seorang menahan diri dari
berbicara, maka dia di katakan „orang yang berpuasa‟ (shaim). Karena,
puasa secara bahasaa dalah menahan diri.
c. Membaca Al-Qur”an
Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta
59
Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 91. 60
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung:Sinar Baru Algesindo,2010) h.220.
diperjuangkan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak di
sampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Jika tidak
terpenuhi maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap
atau di pahami dan proses membaca ini tidak akan terlaksana dengan
baik.61
Membaca juga merupakan usaha memahami bacaan sebaik-
baiknya, jika teks yang dilafalkan maka pembelajarannya jelas dan fasih.
Sehingga komunikatif dengan pendengar, dan juga ditandai oleh suatu
pemahaman.
Al-Qur‟an adalah nama bagi firman Allah SWT yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf (lembaran)
untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia yang apabila dibaca
mendapat pahala (dianggapibadah).62
Al-qur‟an merupakan wahyu Allah
yang berfungsi sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, yang
dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia. Mengajarkan membaca Al-
qur‟an adalah fardhu kifayah dan merupakan ibadah yang utama. Jad
imembaca Al-Qur‟an yang dimaksud oleh penelit iadalah kesanggupan
sesorang untuk dapat melisankan atau melafalkan apa yang tertulis di
dalam kitab suci Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan makrajnya.
d. Zakat
61
Tarigan,Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,(Bandung:
Angkasa,2008),h. 1.
62
Amin Syukur, PengantarStudi Islam, (Semarang: PustakaNuun, 2010),h. 53.
Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa
arti yaitu keberkahan (al-barakatu), pertumbuhan dan perkembangan (al-
nama‟) kesucian (al-taharatu) dan keberesan (al-salahu). Sedangkan arti
zakat secara istilah (shar‟iyah) ialah bahwa zakat itu merupakan bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.63
Zakat merupakan ibadah yang dapat mensucikan jiwa seseorang
dari sifat rakus pada harta, mementingkan diri sendiri dari materialis.
Zakat juga dapat menumbuhkan rasa persaudaraan, rasa kasih sayang dan
suka menolong dengan orang lain yang berada dalam kekurangan.
e. Haji
Haji adalah ziarah islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat
islam, dan kewajiban wajib bagi umat islam yang harus dilakukan
setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang muslim dewasa
yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanann dan dapat
mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.
2) Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdah atau umum adalah segala amalan yang
diizinkan oleh Allah, misalnya belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan
lain sebagainya.
63
Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf , (Jakarta: VIV Press, 2013),h. 70.
c. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang
merupakan bentuk jamak dari khuluq atau khalq, tabiat atau budi pekerti,
kebiasaan atau adat, dan agama. Akhlak secara terminologi diartikan sebagai
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul secara spontan tanpa
pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.64
Akhlak menurut Ahmad Amin merupakan membiasakan kehendak
(‘adah al-iradah). Kata “membiasakan” dipahami dalam arti melakukan
sesuatu secaraberulang-ulang, sehingga menjadi suatu kebiasaan (‘adah) .
Adapun yang dimaksud dengan kehendak (iradah) adalah menangnya
keinginan untuk melakukan sesuatu setelah mengalami kebimbangan untuk
menentukan pilihan terbaik diantara beberapa alternatif.65
Akhlak memiliki karakteristik yang bersifat universal, artinya ruang
lingkup akhlak dalam pandangan Islam sama halnya dengan lingkup
pembahasan tindakan manusia. Secara sederhana ruang lingkup akhlak
terbagi tiga, meliputi;
1) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan Allah
adalah sikap dan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia terhadap
Allah. Akhlak terhadap Allah meliputi bertaqwa kepada-Nya,
64
Sahriansyah, ibadah dan akhlak, h.175-176. 65
Ahmad amin dalam sahriansyah, ibadah dan akhlak, h.177
mentauhidkan-Nya, ridha terhadap segala keputusanNya, berdoa,
bertaubat, bersyukur serta tunduk dan taat kepada Allah.66
Aktivitas ibadah harus didasarkan pada aqidah tauhid yang benar.
Keyakinan bahwa Allah Maha Esa, satu-satunya dzat yang wajib
disembah, tidak ada yang berhak disembah selain diriNya. Allah, Swt
berfirman dalam QS. Thahaa/20: 14.
Artinya:Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku.67
QS. Thahaa/20: 14.
Manusia diharuskan selalu memohon dan mengingat Allah atau
berdzikir, agar tetap terjaga dan terhindar dari godaan syirik. Termasuk
pula akhlak terhadap Allah yakni senantiasa mensyukuri nikmat yang
telah diberikan oleh Allah. Rasa syukur kepada Allah akan membuat
hidup terasa lebih baik, tidak rakus dan optimis.
2) Akhlak Terhadap Manusia
Akhlak terhadap manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian,
yakni akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga dan akhlak
terhadap orang lain atau masyarakat.
66
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997), h. 148 67
Dapartemrn Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya (jakarta: CV. Darus sunnah, 2007),
h.314
a) Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri ialah pemenuhan kewajiban manusia
terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani maupun
ruhani. Akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya jujur dan dapat
dipercaya, bersikap sopan santun, sabar, kerja keras dan disiplin,
berjiwa ikhlas dan hidup sederhana.68
b) Akhlak Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi keadaan suatu lingkungan dalam masyarakat. Kondisi
keluarga yang baik dan harmonis akan mempengaruhi masyarakat
menjadi baik pula, sebaliknya kondisi keluarga yang tidak harmonis
akan memberi dampak buruh terhadap perkembangan suatu
masyarakat.69
Berbuat baik kepada orang tua yaitu ibu dan ayah merupakan
akhlak yang sangat mulia. Allah mewajibkan kepada manusia agar
senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Tingkatan keutamaan berbuat
baik kepada orang tua diletakkan Allah begitu tinggi, sehingga didalam
Al-Qur‟an perintah menyembah Allah sering kali diiringi dengan
perintah berbuat baik kepada orang tua.70
Akhlak terhadap keluarga dapat diwujudkan melalui beberapa
perbuatan, diantaranya berbuat baik kepada kedua orang tua serta
kerabat dekat, menyayangi anak, membiasakan bermusyawarah,
bergaul dengan baik dan menyantuni saudara yang kurang mampu.
68
Massan Alfat, Aqidah Dan Akhlak ( Semarang : PT.Karya Toha Putra,1997), h.53. 69
Sahriansyah, Ibadah Dan Akhlak, h. 206 70
Massan Alfat, Aqidah Dan Akhlak, h. 54.
c) Akhlak Terhadap Orang Lain atau Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang
lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidup masing-masing, sehingga
akhlak terhadap orang lain menjadi salah satu aspek penting untuk
mencapai keselarasan hidup di dalam masyarakat.
3) Akhlak terhadap alam
Lingkungan alam yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia,baik berupa makhluk hidup ataupun tumbuh-
tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa lainnya. Semua yang di
ciptakan Allah.Swt dan menjadi miliknya dan segala yang ada didunia ini
memiliki ketergantungan kepadanya. Seorang muslim harus menyadari
bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah ciptaan Allah yang
harus diperlakukan secaraw ajar dan baik.71
Manusia seharusnya memanfaatkan kekayaan alam ini dengan
sewajarnya tanpa mengikuti keserakahan hatinya, akhlak yang baik
terhadap alam pula akan menghindarkan manusia dari bencana alam yang
bakal mengancamnya.
Akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan melalui beberapa
perbuatan, salah satunya dengan menjaga kelestarian alam dan
menyayangi hewan-hewan dan tumbuhan yang ada.
71
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.150.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah, terj. Kamran As‟at Irsyady, dkk, Jakarta: Amzah, 2010.
Ahmadi, Abu. PsikologiUmum, Jakarta: RinekaCipta, 1998.
Ahyadi Abdul Aziz, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001.
As-Sirjani – Raqhib, Solidaritas Islam Untuk Dunia. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2015.
Barzan Dan Bardawi, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Rineka Cipta,1999.
Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Berkah Mengasuh Anak Yatim. Terj. Firdaus
Sanuri, (Solo: Kiswah, 2013).
Chaplin, James P. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010.
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama DalamPembinaan Mental, Jakarta:
BulanBintang, 1975.
Depag RI. PolaPembinaanMahasiswa IAIN, Jakarta: Al-Ma‟arif, 1983.
Drazat, Zakia. Dasar-Dasar Agama Islam. Bulan Bintang, Jakarta: 1984.
Hadi, Ishandi Rukminto.Psikologi.Pekerjaan Sosial Dan Ilmu Kesejahteraan
Sosial, Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
Hasan, Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2013.
Jalaluddin. Psikologi Agama, Memahami Prilaku Dan Mengaplikasikan Prinsip-
Prinsip Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
James P. Chaplin dalam Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis,
Pengantar Psikologi untuk Kebidanan Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Kartono, Kartini dalam Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar
Psikologi untuk Kebidanan, Jakarta: rinekacipta, 2010.
Lendriyono Fauijik, Ed, Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Malang: UMM Press,2007.
Listyawati Andayani, “Penanganan Anak Yatim Terlantar Melalui Panti Asuhan
Milik Perorangan”.
Mahfudh, Sahal. NuansaFiqihSosial, Yogyakarta: Lkis, 1994.
Masri Abd. Rasyid, Mengenal Sosiologi; Suatu Pengantar, Makassar: Alauddin
University Press, 2011.
Muhammad, Suud. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka,
2006.
Munandar, utami. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: rineka cipta,
2009.
Nashir, Haedar. Pendidikan Karakter Berbasis Agama & Budaya, Yogyakarta:
Multi Presindo, 2013.
Nurdin Fadhil, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Bandung: Penerbit
Angkasa, 1990.
Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2010.
Rajab, Khairunnas, Psikologi Ibadah, Jakarta: Amzah, 2011.
Ritzer ,George, Sociology; a Multiple Paradigm Science, terj. Alimandan,
Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2002.
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014.
Siri, Hasan. Sejarah Agama-Agama. Yogyakarta: Trustmedia, 2016.
Sudarsono.Etika Islam TentangKenakalanRemaja, Jakarta: RinnekaCipta, 1989.
Sugiono. 2015.Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatifdan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Tim PenyusunKamusPusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
BalaiPustaka, 1989.
Weber, Max, dalam Abd. Rasyid Masri, Mengenal Sosiologi; Suatu Pengantar,
Makassar: Alauddin Press.
Wahyuni, Perilaku Beragama; Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama dan
Budaya di Sulawesi Selatan, Alauddin University Press, 2013.
Wahyuni, Sosiologi Bugis Makassar, Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Walgito, Bimo. PsikologiUmumSuatuPengantar, Jakarta: Andi Offset, 1994.
Weber, Max dalam Abd. Rasyid Masri, Mengenal Sosiologi; Suatu Pengantar,
Makassar: Alauddin Press, 2011.
Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral Dan Budi PekertiDalamPerspektifPerubahan,
Jakarta: PT BumiAksara, 2008.
WAWANCARA
Bpk. Hendra, Pengurus Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa, Tanggal 1
Oktober 2019.
Bpk. Ust. Amir, Pendiri Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa, Tanggal 3
Oktober 2019.
Bpk. Rudi, Pengurus Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa, Tanggal 5 Oktober
2019.
Ibu. Lilis, Pengurus Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa, Tanggal 6 Oktober
2019.
Asri, Sebagai Anak Asuh Panti . Pada Tanggal 27 Oktober 2019.
Bagus, Sebagai Anak Asuh Panti, Pada Tanggal 27 Oktober 2019.
Ayu, Sebagai Anak Asuh Panti, Tanggal 27 Oktober 2019.
Satria, Sebagai Anak Asuh Panti, Tanggal 27 Oktober 2019.
Risma, Sebagai Anak Asuh Panti, Pada Tanggal 3 November 2019.
SUMBER INTERNET
Kelici go blog (online) tersedia di yunitaardha. blogspot.Com /2012/04/ kumpulan
- teori-efektivitas.Html?M=1, Di akses pada tanggal 15 oktober 2019.
Irwanto, (Online), Pembinaan Anak Kurang Mampu Dan Terlantar Pada UPTD
Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Di Kota Samarinda” (Ejournal
Administrasi, Volume 5 Nomor 1,2017;5201-5215) Di Akses Pada 26
September 2019.
Pengertian Anak Terlantar Menurut Para Ahli. “ON-Line” Tersedia Di :
Http://Www.Scribd.Com/Document/362408032/Pengertian-Anak-Terlantar-
Menurut-Para-Ahli. Di Akses Pada 23 Sebtember 2019.
Baron dan Byrne dalam Dendibati Nova, “Perilaku Sosial”, Blog Denbati Nova,
https://dendibatinova.wordpress.com/2011/10/17/perilaku-siosial/. Di akses
pada tanggal 27 juli 2019. Glock dan Stark dalam Arwani, “Dimensi-Dimensi Keberagamaan”, Blog
Arwani, https://algaer.wordpress.com/2010/05/10/dimensi-dimensi-keberagamaan/. Di akses pada tanggal 20 Juli 2019.