117
1 PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN.B DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI PAVILIUN MARWAH BAWAH RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH TANGGAL 07 -09 JUNI Disusun Oleh : WARDATUN NAFISAH 2013750050 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN RSIJ FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2016

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN.B DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN.B DENGAN DIABETES

MELITUS TIPE II DI PAVILIUN MARWAH BAWAH RUMAH SAKIT ISLAM

JAKARTA CEMPAKA PUTIH TANGGAL 07 -09 JUNI

Disusun Oleh :

WARDATUN NAFISAH

2013750050

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN RSIJ

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2016

2

3

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr.Wb

Pertama-tama kami panjatkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan hati yang mendalam,

puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan penuh kesadaran bahwa Dia telah membalas dosa-

dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat yang jauh lebih banyak lagi.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan;Nya pada junjungan kita, kekasih kita, manusia

yang paling mulia yang pernh ada didunia yaitu Nabi besar Muhammad SAW, tentu saja

beserta keluarganya yang mulia, para sahabatnya yang agung, serta kita dan para pengikutnya

sampai akhir zaman nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan makalah

ilmiah yang berjudul „‟Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.B Dengan Gangguan Sistem

Endokrin : Diabetes mellitus di Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

Makalah ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta. Oleh karena itu penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih ke[ada pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada :

1. Ibu Ns. Idriani, M.Kep.,Sp. Mat selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan RSIJ FIK-UMJ

2. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp KMB Selaku penguji dan pembimbing yang

selalu memberi bantuan dan saran-saran yang berguna dalam menyusun karyatulis ini

dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-,ya

kepada beliau beserta keluarganya.

3. Ns. Nurhayati, Sp. Kep. Kom selaku wali kelas tingkat yang selama tiga tahun selalu

membimbing, mengingatkan dan mengarahkan serta selalu memberikan semangat

yang tiada henti kepada semua mahasiswa Program D III Keperawatan RSIJ FIK

UMJ.

4. Ibu Ns.Endang S.Kep Selaku penguji dan pembimbing lahan yang selalu memberi

masukan yang sangat berguna selama praktek lahan dan menyusun karya tulis ini.

5. Para Dosen dan Staf Pendidikan Akademik yang telah memberi dukungan dan saran

selam praktek lahan dan menyususn karta tulis ilmuah

5

6. Kepala Bidang Keperawatan beserta staf khususnya di Paviliun Marwah Bawah

Rumah sakit Islm jakarta Cempaka Putih.

7. Abah, Umi tercinta yang telah memberi dukungan dan motivasi dari awal hingga

akhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan materi sehingga dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

8. Nurhayati kakak pertama yang aku sayang yang selalu mensuport penulis.

9. Ahmad Faiz kakak kedua yang aku sayang yang selalu memberikan arahan selama

jalannya pembuatan KTI.

10. Mutimatussa‟adah adik yang aku sayang yang selalu mengerti disaat masa-masa sulit

dan selalu mensuport.

11. Rudi Ansah yeng selalu menemani dan membantu penulis dalam membuat KTI, yang

selalu sabar menemani disaat masa-masa sulit.

12. Teman-teman kepompong dan Marawis yang selalu memotivasi.

13. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam

Jakarta Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 31 yang selalu berjuang dan

berusaha dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah karya tulis ilmuah ini,

semogo sukses.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan karya tulis ilmiah ini masih hjauh

dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga karya

iliah ini dapat brguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada

khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keparawatan di Rumah

Sakit.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta,22 Juni 2016

Penulis

6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESSAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 8

B. Tujuan Penulisan .............................................................................................10

1. Tujuan Umum ......................................................................................10

2. Tujuan Khusus .....................................................................................11

C. Ruang Lingkup ................................................................................................11

D. Metode Penulisan ................................................................................... ........11

E. Sistematika Penulisan ......................................................................................12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar .................................................................................................14

1. Pengertian ...........................................................................................14

2. Klasifikasi ...........................................................................................14

3. Etiologi ...............................................................................................16

4. Gangguan Kebutuhan Dasar...............................................................18

5. Patofisiologi .......................................................................................21

6. Manifestasi klinis ...............................................................................26

7. Komplikasi .........................................................................................27

8. Penatalaksanaan Medis ......................................................................30

Penatalaksanaan keperawatan

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus.............36

1. Pengkajian Keperawatan ..................................................................36

2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................42

3. Perencanaan Keperawatan ..............................................................45

7

4. Pelaksanaan Keperawatan ..............................................................59

5. Evaluasi Keperawatan ....................................................................60

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................61

B. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................76

C. Perencanaan Keperawatan .........................................................................81

D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................83

E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................96

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................101

B. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................102

C. Perencanaan Keperawatan .........................................................................104

D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................106

E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................109

B. Saran .........................................................................................................112

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah diatas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme

glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada 2 tipe

diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya

didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat

setelah dewasa.

Diabetes melitus kini benar-benar telah menampaki era kesejagatan dan

menjadi masalah kesehatan dunia. Insidens dan prevalensi penyakit ini tidak pernah

berhenti mengalir, terutama di negara sedang berkembang dan negara yang

memasuki budaya industrialisasi.

DM merupakan penyebab kematian keenam terbanyak akibat penyakit di

Amerika Serikat, khususnya karena penyebaran efek kardiovaskular yang

menyebabkan aterosklerosis, penyakit arteri koroner, dan stroke (CDC, 2009).

Penyandang DM dua hingga empat kali lebih mungkin menderita penyakit jantung

dan dua hingga empat kali lebih mungkin menderita stroke dibanding orang yang

tidak menyandang DM. DM merupakan penyebab utama penyakit ginjal stadium-

akhir (gagal ginjal) dan penyebab utama kebutaan baru yang di diagnosis pada orang

berusia 20-74 tahun. DM juga merupakan penyebab terbanyak amputasi

nontraumatik, dengan perkiraan 71.000 amputasi tiap tahun pada penyandang DM

(NIH, 2008).

Indonesia merupakan salah satu dari 10 besar negara dengan jumlah diabetes

terbanyak. WHO memperkirakan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia akan

meningkat. signifikan hingga mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 mendatang.

Berdasarkan data, pada tahun 2013 penderita DM di Tanah Air mencapai

8.554.155 orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga

mencapai 9,1 juta orang, tahun 2035 jumlah penderita DM diprediksi melonjak

9

hingga ke angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk

populasi orang dewasa. Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi diabetes

di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM

terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang

terdiagnosis dokter di DKI Jakarta (2,5%) sebagai tertinggi kedua di Indonesia setelah

Yogyakarta.

Berdasarkan data statistik Medical Record Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih, jumlah penyandang Diabetes Melitus dengan selulitis pada bulan

Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2015 berjumlah 19 kasus, pada bulan

Januari 2016 sampai dengan April 2016 sebanyak 34 pasien. Sedangkan di Paviliun

Marwah Bawah pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan April 2016 sebanyak

34 pasien.

Peningkatan gula darah yang terjadi pada klien dengan DM tipe 2 dapat

mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman, klien mengeluh

nyeri pada lukanya akibat gatal-gatal . Gangguan pada keseimbangan pemenuhan

kebutuhan nutrisi, klien menalami peningkatan nafsu makan yang berlebihan

dikarenakan penggunaan cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam

sel. Gangguan pemenuhan kebutuhan integritas jaringan, terjadi dikarenakan

kurangnya aliran darah yang melewati area luka tersebut. Gangguan-gangguan

tersebut apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya komplikasi dari

penyakit DM (Riyadi, 2013 dan Doenges, 2012).

Kegawatan/komplikasi penyakit atau gangguan pemenuhan kebutuhan dasar

terhadap kesehatan individu apabila tidak segera diberikan tindakan akan

menyebabkan komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi akut terjadi akibat

intoleransi glukosa yang datangnya mendadak tanpa aba-aba. Komplikasi akut

diantaranya adalah hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik, sindrom hiperglikemia

hiperosmolar nonketosis, dan hipoglikemia. Hiperglikemia adalah peningkatan kadar

gula dalam darah yaitu >200 mg/dL sedangkan ketoasidosis diabetik adalah

keracunan zat keton akibat kekurangan insulin. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar

nonketosis adalah varian ketoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperglikemia

ekstrem (600-2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak terdeteksi,

dan tidak ada asidosis. Hipoglikemia merupakan rendahnya kadar gula dalam darah

10

yaitu <70 mg/dL. Komplikasi kronis biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan DM.

Komplikasi kronis terbagi menjadi makrovaskular (pembuluh darah besar) dan

mikrovaskular (pembuluh darah kecil). Komplikasi kronis makrovaskular diantaranya

adalah penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit

pembuluh darah perifer, dan infeksi. Sedangkan komplikasi kronis mikrovaskular

diantaranya adalah retinopati diabetik, nefropati, neuropati, dan kaki diabetik/ulkus

diabetik.

Berdasarkan uraian di atas dan masalah keperawatan yang muncul beserta

komplikasinya, maka keterkaitan peranan keperawatan dalam penanganan DM di RS

dibutuhkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

DM. Peran tersebut dapat dilaksanakan dengan upaya promotif, yaitu dengan

memberikan pendidikan (edukasi) kepada klien pada awal dan seterusnya tentang

penyakit DM dengan tujuan meningkatkan derajat dan status kesehatan, berupa

pengetahuan tentang penyakit DM, mempertimbangkan nutrisi yang tepat untuk DM,

olahraga, dan pengobatan DM. Kemudian upaya preventif merupakan upaya

pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit DM, yaitu dengan menjaga

pola makan teratur dan dan mengubah gaya hidup ke yang lebih sehat. Kemudian

upaya kuratif yaitu dengan berkolaborasi dalam melakukan pemberian terapi yang

tepat untuk pengendalian gula darah dan terapi diet untuk nutrisi. Serta upaya

rehabilitatif merupakan upaya untuk pemulihan setelah sakit dam mempertahankan

keadaan klien agar tidak bertambah parah dan mencegah terjadinya komplikasi,

dengan membuat perencanaan seperti minum obat secara teratur dan kontrol secara

rutin.

Sehingga peneliti menganggap perlu asuhan keperawatan dengan judul

Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Klien dengan DM Tipe 2 komplikasi selulitis di

Paviliun Marwah Bawah RS. Islam Jakarta Cempaka Putih.

B. TUJUAN PENULIS

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata, memperoleh informasi/gambaran dan mampu

menerapkan teori dan konsep Asuhan Keperawatan pada kasus gangguan sistem

endokrin : Diabetes Mellitus pada pasien Tn.B di Marwah Bawah Rumah Sakit

Islam Jakarta Cempaka Putih.

11

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari penulis karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis :

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2

komplikasi selulitis

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada psien dengan Diabetes Mellitus

tipe 2 komplikasi selulitis

c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mencari

solusinya

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada pasien dalam

bentuk narasi

C. RUANG LINGKUP

Dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi pada Asuhan

Keperawatan pada pasien Tn.B dengan gangguan sitem endokrin : Diabetes Mellitus

tipe 2 selulitis di Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih selama

Tiga hari dari tanggal 07 sampai 09 Juni 2016.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan panulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang dilakukan dengan

cara pengumpulan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan

studi kasus, untuk menunjang penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh

informasi/data melalui :

12

1. Studi kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan asma bronkhial

serta refresnisi yang terkait dengan asma brokhial.

2. metode deskriptif

Yaitu suatu metode dimana penulis menguraikan hasil Asuhan Keperawatan melalui

pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Meliputi pengertian, klasifikasi, etologi, patofisiologi, manifestasi

klinik, komplikasi, penataksanaan dan terapi., pelaksanaan

(pemeriksaan diagnostic dan terapi), asuhan keperawatan (pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan keperawatandan evaluasi keperawatan ).

BAB III : Tinjauan Kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada psien dengan

Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Milletus tipe 2 , selama 3x24

jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

Merupakan kesenjangan – kesenjangan yang terjadi antara teori dan

kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi

keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi.

13

BAB V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran

Kesimpulan membahas tentang ringkasan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem endokrin : Diabetes Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis . Sedangkan

saran berisi tentang harapan dan masukan dari penulis yang berhubungan dengan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang

diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

LMAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

14

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian

Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin (Nurarif &

kusuma, 2015)

Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan

ketidak mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).

(black & hawks,2014)

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada

dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi perawatan

mandiri pada pasien (LeMone, 2015).

B. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Arisman ( 2011), adalah :

1. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM )

Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel pankreas. Dahulu DM tipe 1

disebut juga diabetes onset anak (atau onset remaja ) dan diabetes rentan -

kotosis (karena sering menimbulkan ketosis) onset DM tipe 1 biasanya terjadi

sebelum usia 25-30 tahun ( tetap tidak selalu demikian karena orang dewasa

dan lansia yang kurus juga dapat megalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin

mengalami defisensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali).

Dengan demikian tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan

melalui pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya

akan mudah terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis daibetik .

Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya sangat

progresif jika tidak diawali, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan

koma. Ketiga diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan

15

yang rendah, hasil tes deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80% dan

kadar gula darah puasa >140mg/dl.

2. DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)

Diabetes mellitus jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (ata

onset-dewasa) dan diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak

tepat karena 25% diabetesi, tapi pada kenyataannya harus diobati dengna

insulin, bedanya mereka tidak memerlukan insulin sepanjang usia ).

DM tipe 2 mempunyai onset ada usia pertengahan (40-an tahun) atau lebih tua

lagi dan cendrung tidak berkembang kearah ketosis. Kebanyakan pengidapnya

memiliki berat badan lebih. Atas dasar ini pula, penyandang DM jenis ini di

kelompokkan menjadi dua (1) kelompok obes (2) kelompok non-obes.

Kemungkinan untuk mengidap penyakit DM tipe 2 akan berlipat dua jika berat

badan bertambah sebanyak 20%. diatas berat badan ideal dan usia bertambah

10 tahun (di atas 40 tahun).

Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-kadang bahkan

belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun). Progresivitas gejala

berjalan lambat. Koma hiperosmolar dapat terjadi pada kasus-kasus berat.

Namun, ketoasidosis jarang sekali muncul, kecuali pada kasus yang disertai

setres atau infeksi. Kadar insulin menurun (tetapi tidak sampai nol), atau

bahkan tinggi atau mungkin juga insulin bekerja tidak efektif.

Pengendilannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada

kontraindikasi) olahraga atau dengan pemberian obat hipoglisemik

(antidiabetik oral, ADO). Namun, jika hiperglisemia tetap membandel, insulin

terpaksa dibrikan.

3. DM tipe 3

Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder atau DM tipe

lain. Etiologi diabets jenis ini, meliputi (a) penyakit pada pangkreas yang

merusak sel B seperti hemokromarosis, pangkreatitis, (b) sindrom hormonal

yang mengganggu sekresi dan atau menghambat kerja insulin (fenitoin

(dilantin) (c) obat-obat yang mengganggu sekresi insulin atau menghambat

kerja insulin

16

4. Diabets melitus kehamilan (DMK)

Daibetes mellitus kehamilan didefiniskan setiap intoleransi glukosa yang

timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang darajat

intoleransi serta tidak memperhatiakan apakah gejala ini lenyap atau menetap

selepas melahirkan . diabetes jenis ini biasnya muncul pada kehamilan

trimester kedua atau ketiga. Kategori ini mencakup DM yang terdiagnosis

ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang sebelumnya

diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk ke dalam

kategori ini.

5. Diabetes mellitus terkait malnutrisi (DMMal)

Kategori ini diusulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali

ditentukan di negara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah tropis.

Diabetes jenis ini biasanya menampakkan gejala pada usia muda, antara 10-40

tahun (lazimnya di bawah 30 tahun), sebagian pasien mengalami nyeri perut

yang menjalar ke daerah punggung (pola jalaran nyeri ini mirip dengan pola

jalaran nyeri akibat pankreatitis).

C. Etiologi

Etiologi menurut Nurarif (2015) adalah :

1. DM tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-

sel beta pankreas yang disebabkan oleh :

a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya diabetes tipe 1

b. Faktor imunologi (autoimun)

c. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.

2. DM tipe 2

17

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.

Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :

usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi

3 yaitu :

a. <140 mg/dL : normal

b. 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu

c. >200 mg/dL : diabetes

Etiologi menurut Sujono 2014 adalah :

1. Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-

sel beta pulau langerhans jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh

predisposisi herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak

sel-sel beta atau degenerasi sel beta. Diabetes jenis awitan malnutrisi

disebabkan oleh degenaerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan dan

akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi

sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan

dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena

diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme

pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.

2. faktor resiko menurut Sujono (2013), adalah :

a. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

penyakit diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus

akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan

penurunan produksi insulin.

b. Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara dramatis

menurun dengan capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang

akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk

memproduksi insulin.

18

c. Gaya hidup stres

Stres kronis cendrung membuat seseorang mencari makanan yang

cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini

berpengaruh besar terhadap kerja pacreas. Stres juga akan

meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan

sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban

yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada

penurunan insulin.

d. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan

resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, seadngkan

obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola

makan yang tidak terarur dan cenderung terlambat juga akan berperan

pada ketidakstabilan kerja pankreas.

e. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pacreas mengalami hipertropi

yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.

Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban

metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi

sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi

Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat

rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berkibat pada penurunan pada

fungsi pankreas.

1. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Klien dengan Diabetes

Melitus Tipe 2 Komplikasi Celulitis

Pada klien dengan DM mengalami beberapa gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar, antara lain :

a. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman

19

Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan

sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu

kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah

konsep sentral tentang kiat keperawatan.

1) Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter & Perry, 2005).

2) Fisiologi Nyeri

Stimulus penghasil-nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf

perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu

dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-

abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-

sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak

atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri

mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan

memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta

asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry,

2005).

Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan rasa aman dan

nyaman karena nyeri neuropatik. Nyeri Neuropatik adalah proses abnormal

dari input sensorik oleh sistem saraf pusat atau perifer; pengobatan biasanya

mencakup beberapa tambahan analgesik (Potter Perry, 2010).

1) Nyeri yang timbul secara terpusat

a) Deafferentation pain: cedera pada sistem saraf pusat atau perifer.

Contoh: nyeri phantom (tidak nyata) yang menggambarkan cedera

pada sistem saraf perifer; nteri seperti terbakar di bawah tingkatan

luka medula spinalis menggambarkan cedera pada sistem saraf pusat.

b) Pertahanan nyeri simpatetik: berhubungan dengan disregulasi dari

sistem saraf otonom. Contoh: nyeri yang berhubungan dengan refleks

distrofi simpatis/kausalgia (sindrom nyeri lokal yang kompleks, tipe I,

tipe II).

20

2) Nyeri yang timbul di perifer

a) Nyeri polineuropati: klien merasakan nyeri di sepanjang jalur saraf-

saraf perifer. Contoh: neuropatik diabetikum, neuropatik alkohol-

nutrisi, dan sindrom Guillain-Barre.

b) Nyeri mononeuropati: biasanya berhubungan dengan cedera saraf

yang diketahui, dan nyeri dirasakan setidaknya sebagian dari saraf

yang rusak. Contoh: penekanan pada akar saraf, saraf yang terjepit,

dan neuralgia trigeminal.

b. Kebutuhan Nutrisi

Menurut Alimul (2006), Nutrisi merupakan proses pemasukan dan

pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan

digunakan dalam aktivitas tubuh.

Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ

asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian

distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan

pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan

makanan secara kimiawi.

Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan.

Nutrien terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.

Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang

ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan

insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

Penderita diabetes melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat

badannya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan

terjadi penurunan massa sel (Sujono, 2013).

Penderita diabetes miletus mengalami kurang pengetahuan ditandai

dengan tidak tahunya tentang pengertian, penyebab dan tanda dan gejal

penyakit yang dideritanya.

21

Kebutuhan belajar adalah bagimana cara menurunkan kadar gula

darah, begaimana cara mengkonsumsi makanan yang aman dan bagaimana

cara menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi.

c. Kebutuhan belajar

Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan kadar

gula darah, bagaimana cara mengkonsumsi makanan yanga aman dan

bagimana cara menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi.

D. PATOFISOLOGI

Patofisiologi DM menurut sujono (2013), adalah :

Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek

utama kekurangan insulin yaitu :

1. Pengurangan glukosa oleh sel tubuh yang mengakibatkan peningkatan

konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga

menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada

dinding vaskuler.

3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Keadaan patologi tersebut akan

berdampak

a) Hiperglikemia

Hiperglikemia di definisikan sebagi kadar glukosa darah yang tinggi pada

rentang non puasa sekitar 140-160mg/100ml darah.

Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam

tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk kedalam sel tubuh. Glukosa

itu kemudian di olah untuk menjadi energi. Apabila bahan energi yang

dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati

dan sel-sel otak (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan

glikogen) dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia. Pada

penderita diabetes mellitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik

sehingga glukosa banyak menumpuk didarah (hiperglikemia).

Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar

pada perubahan metabolik sebagai berikut :

1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.

22

2) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap

terdapat glukosa pada darah.

3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen

berkurang dan glukosa “Hati” dicurahkan kedalam darah secara terus

menerus melebihi kebutuhan.

4) Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari non karbohidrat) meningkat

dan lebih banyak lagi glukosa “Hati” yang tercurah kedalam darah hasil

pemecahan asam amino dan lemak

Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai

mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena

mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.

Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan

darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat

mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan

mengakibatkan penderita diabetes mellitus mengalami infeksi oleh bakteri

dan jamur.

b. Hiperosmolaritas

Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel

karena adanya penigkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis

merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya penigkatan konsentrasi

larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes mellius pada terjadinya

hiperosmolaritas, karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang

notaben komposisi terbayak adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah

akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfilterasi

dan reabsopsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/menit). Kelebihan ini

kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urine (glukosuria).

Ekskresi molekul glukosa yang akut secara osmosis menyebabkan kehilangan

sejumlah besar air (biuresis osmotik dan berakibat peningkatan volume air

(poliuria). Proses seperti ini mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler

dan juga diruangan intraseluler.

Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380

mosmosls/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat

berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonmetabolik (KHHN).

23

c. Starvasi selluler

Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena

glukosa sulit masuk padahal disekeliling sel banyak sekali glukosa tetapi

tidak bisa diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang

memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.

Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk

tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :

Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-

jaringan peripheral yang terganung pada insulin (otot rangka dan jaringan

lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan

glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi

mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini

berdampak pada penurunan massa otot , kelemahan otot dan rasa mudah

lelah.

1) Starvasi seluller juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein

dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk

glukoneogenosis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.

Protein dan asam amino yang mengalami proses glukoneogenosis yang

menggunakan asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh

karena unsur nitrogen (sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan

kembali untuk semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan

dieksresikan dalam urine. Eksreksi nitrogen yang banyak akan berakibat

pada keseimbangan negatif nitrogen. Depresi protein akan berakibat tubuh

menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan sulitnya

pengembalingan jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau ada cidera).

2) Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak

(lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan griseral yang meningkat

bersikulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis

yang digunakan sel untuk melakukan aktifitas sel ketoorganik (keton),

sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH

darah menurun. Pernapasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi

keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi bertambah buruk

24

dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang

meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan

protein.

Adanya starvasi seluller akan meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh

untuk meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh untuk meningkatkan

pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi

seluller juga akan memunculkan gejalan klinis kelemahan tubuh karena

terjadi penurunan produksi energi dan kerusakan berbagai organ reproduksi

yang salah satunya dapat timbul impotensi dan organ tubuh yang lain

seperti bersarafan perifer dabn mata (muncul rasa baal dan mata kabur).

25

Patofisiologi Diabetes Mellitus

Sumber :

Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan

Eksokrin dan Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

26

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Sujono (2013), adalah :

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) Ketika kadar glukosa darah melebihi

ambang batas glukosa-biasanya sekitar 180 mh/dl – glukosa dieksresikan ke

dalam urine, suatu kondisi yang disebut glukosuria

2. Polidipsia (peningkatan rasa haus ) Penurunan volume intraselular dan

peningkatan pengeluaran urien menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan

sensor haus diaktifkan yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang

banyak

3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel

tanpa insulin, produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstilmulasi rasa

lapar dan orang akan makan lebih banyak

4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes

lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk

menggunakan glukosa sebagai energi, dan BB berkurang.

5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan

antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan imun dan

penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

6. Kelainan kulit : berupa gatal-gatal, bisul, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan

kulit seperti diketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.

7. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes mellitus

regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar

utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persyarafan terutama

perifer mengalami kerusakan.

8. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh proses penyembuhan luka

membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada

penderita diabetes mellitus bahkan protein banyak diformulasikan untuk

kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian

jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga

dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita

diabetes mellitus.

9. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi Ejakulasi dan dorongan seksualitas

laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormom testosteron. Pada kondisi

27

optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan

seksual. Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone

seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperanan.

10. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan

pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelianan pada corpus

vitreum.

F. Komplikasi

Komplikasi dari diabetes melitus menurut Sujono (2013), adalah :

1. Komplikasi yang bersifat akut

a. Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemia terjadi karean pemakaina obat-obat diabetik yang melebihi

dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa

yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.

b. Ketoasidosis

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber

alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka

benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan

penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang

dapat mengakibatkan asidosis.

c. Koma hiperosmolar nonketotik

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel

karena banyak dieksresi lewat urin.

2. Komplikasi yang bersifat kronik

a. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,

pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah

besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada NIDDM. Komplikasi

makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan

penyakit vaskuler perifer.

b. Mikroangopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,

nefropati diabetic. Perubahan-perubahn mikrovaskuler yang ditandai dengan

penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah

28

sekitar. Terjadi pada penderita IDDM yang terjadi neuropati, nefropati dan

retinopati.

Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi

ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal tubulus dan glomerulus

penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.

Retinopati adanya perubahan dalam retina kaeran penurunan proein dalam

retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan retinopati

mempunyai dua tipe yaitu :

1) Retinopati back graund dimulai dari mikroneuronisma didalam

pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.

2) Retinopati proliferasi yang merupakan perkembangan lanjut dari

retinopati back ground, trdapat pembentukan pembuluh darah baru pada

retina akan berakibat pembuluh darah menciut dan menyebabkan tarikan

pada retina dan perdarahan didalam rongga viterium. Juga mengalami

pembentukan katarak yang disebabkan oleh hiperglikemia yang

berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.

3) Neuropati diabetika

Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik

mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan

sensori mengakibatkan penurunan persepsi sensori nyeri.

4) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih.

5) Kaki diabetik : perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati

menyebabkan perubahan perubahan pada ekstermitas bawah.

Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,

ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik. Dapat

menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang

mengakibatkan ganggren.

\

Komplikasi menurut Pricilla LeMone (2015), adalah :

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi

hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai didalam

klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Kadar

glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia

29

bervariasi tapi gejala itu tidak terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60

mg/dl.

Kurang hati-hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering

menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau

pemberian insulin, latihan fisik penuh semangat yang tidak diharapkan,

atau tidur lebih dari biasanya dipagi hari dapat juga menyebabkan

hipoglikemia. Pengaruh alkohol, ganja atau obat-obatan lain dapat

menyamarkan kesadaran klien akan hipoglikemia pada tahap paling dini.

Hipoglikemia dapat terjadi pada waktu siang atau malam. Ini

tampaknya terjadi paling umum selama olahraga, 8-24 jam setelah

olahraga berat, dan di dalam pertengahan malam. Hipoglikemia berat

tampak terjadi lebih sering pada klien yang tidak menyadari hipoglikemia,

melawan regulasi glukosa tidak sempurna, dan neurapti autonom dan juga

klien yang menerima terapi diabetes intensif.

Periode dimana klien paling mungkin mengalami reaksi insulin

bergantung pada tipe insulin yang diberikan, respons klien terhadap

insulin, dan waktu suntikan insulin dalam kaitannya dengan asupan

makanan.

Ketika insulin diberikan pagi hari., preparat kerja pendek cenderung

menghasilkan reaksi sebelum makan siang: insulin kerja sedang, 2-3 jam

sebelum makan malam : dan insulin kerja panjang, antara jam 2 pagi dan

makan pagi. NPH atau insulin lente disuntikan sebelum makan malam (5

sore) dapat menyebabkan hipoglikemia sekiar jam 2 pagi, ketika kadar

glukosa darah normal terendah karena penurunan metabolisme, dan sekali

lagi pada sekitar jam 8 pagi, ketika insulin mencapai puncak jika waktu

makan pagi tidak tepat waktu.\

b. Ketoasidosis Diabetik

Ketika patofisiologi DM tipe 1 yang tidak diobati berlanjut,

kekurangan insulin menyebabkan cadangan lemak dipecah untuk

menyediakan energi yang menghasilkan hiperglikemia berkelanjutan dan

mobilisasi asam lemak dengan ketosis bertahap.

Ketoasidosis diabetik (DKA) terjadibila terdapat kekurangan insulin

mutlak dan peningkatan hormon kontraregulator terstimulasi (kortisol).

30

Produksi glukosa oleh hati meningkat, pemakaian glukosa perifer

berkurang, mobilisasi lemak meningkat dan ketogenenisis (pembentuka

keton ) dirangsang. Peningkatan kadar glukagon mengaktifkan jalur

glukoneogenisis dan ketogenisis di hati.

Pada keadaan kekurangan insulin, produksi berlebihan beta-

hidroksibutirat dan asam asetoasetat (badan keton) oleh hati menyebabkan

peningkatan konsentrasi keton dan peningkatan pelepasana asam lemak

bebas. Sebagai akibat dari kehilangan bikarbonat (yang terjadi bila

terbentuk keton), penyangga bikarbonat tidak terjadi dan terjadi asidosis

metabolik disebut DKA. Akibat penumpukan keton dan assidosis yang

terjadi dapat menyebabkan koma dan kematian jika tidak ditangani

DKA juga dapat terjadi pada orang yang terdiagnosis DM saat

kebutuhan tenaga meningkat selama stres fisik atau emosi. Keadaan stres

memicu pelepasan hormon glukoneogenik, yang menghasilkan

pembentukan karbohidrat dari protein atau lemak. Orang yang sakit,

menderita infeksi (penyebab terserang DKA ) atau yang mengurangi atau

melewatkan dosis insulin sangat beresiko mengalami DKA.

DKA melibatkan empat masalah metabolik :

Hiperosmolaritas akibat hiperglikemia dan dehidrasi.

1) Asidosis metabolik akibat penumpukan asam keton

2) Penurunan volume ekstraselular akibat diuresis osmotik.

3) Ketidak seimbangan elektrolit (misalnya kehilangan kalium dan

natrium) akibat diuresis osmotik

G. Penatalaksanaan

menurut Brunner & suddarth‟s (2014 ), adalah :

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kimia

yang normal dan mencegah komplikasi hingga jaringan ginjal

diperbaiki dan fungsi ginjal kembali pulih. Kemungkinan penyebab

kerusakan harus di identifikasi dan ditangani.

a. Keseimbangan cairan diatur berdasarkan penghitungan berat

harian, pengukuran serial tekanan vena scentral (cvp) konsentrasi

urine dan serum, kehilangan cairan, tekanan darah dan setatus

31

klinis pasien.kelebihan cairan diatasi dengan mannitol furosemida

atau asam etakrinat untuk mengawali diuresiss yang mecegah atau

meminimalkan resiko gagal ginjal.

b. Aliran darah dikembalikan ke ginjal dnegna menggunakan cairan

intravena,albumin atau tranfusi produk darah.

c. Dialisis (hemodialisis) dilakukan untuk mencegah komplikasi.

Meliputi hiperkalemia, asidosis metabolik, perikarditis dan edema

pulmonal ).

d. Resin pengganti kation (melalui oral atau retensi enema).

e. Dekstrosa 50% intravena, insulin dan pengganti kalsium untuk

pasien yang kondisi hemodinamika tidak stabil (tekanan darah

rendah perubahan status mental, distimia).

f. Syok dan infeksi harus ditangani.

g. Gas darah arteri dipantau ketika terjadi asidosis berat.

h. Natrium bikarbonat untuk menaikkan Ph plasma.

i. Jika timbul gangguan pernapasan, tindakan/upaya ventilasi mulai

dilakukan .

j. Penggantian diet protein disesuiakan dengan kebutuhan individu

untuk memberikan hasil maksimal

k. Pemenuhan kebutuhan kalori dengan diet tinggi karbohidrat dan

nutrisi.

l. Makanan dan cairan yang mengandung natrium dan fosfor dibatasi.

m. Kimia darah dievaluasi untuk mengidentifikasi kadar

natrium,kalium dan penggantian cairan selama fase oligurik.

n. Setelah fase diuresis diet tinggi proein dan tinggi kalori diberikan,

dilanjutkan dengan pengembalian aktivitas secara bertahap.

o. Obat : Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Golongan Sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas

untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya

bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin,

mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan

menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat

golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar ideal

32

kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan

insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stress akut, seperti

infeksi berat / perasi.

2) Golongan Biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.

Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah

menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan

hipoglikemi. Efek samping penggunaan obat ini (metformin)

menyebabkan anoreksia, neusea, nyeri abdomen dan diare.

Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati

dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau

insufisiensi cardiorespiratory.

3) Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di

dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan

glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini

bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi

dan tidak berpengaruh pada kadar insulin. Alfa glukosidase

inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin jika

dibiarkan bersamaan pada orang normal.

4) Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas

berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan

hipoglikemia.

5) Insulin

a) Yang kerjanya cepat : RI (Regular Insulin) dengan masa

kerja 2-4 jam contoh obatnya : Actrapid.

b) Yang kerjanya sedang : NPN, dengan masa kerja 6-12 jam.

c) Yang kerjanya lambat : PZI (Protamme Zinc Insulin) massa

kerjanya 18-24 jam.

6) Diet

Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus

adalah :

33

a) Mencapai dan mempertahankan kadar gukosa darah

mendekati kadar normal.

b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati

kadar yang optimal.

c) Mencegah komplikasi akut dan kronik

d) Meningkatkan kualitas hidup

Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :

a) Untuk menentukan diet kita harus tahu dulu

kebutuhan energi dari penderita Diabetes melitus.

Kebutuhan itu dapat kita tentukan sebagai berikut :

b) Pertama tentukan berat badan ideal pasien dengan

rumus (Tinggi Badan – 100) - 10% Kg

c) Kedua tentukan kebutuhan kalori penderita. Kalau

wanita BB ideal x 25. Sedangkan laki-laki BB ideal

x 30

d) Selanjutnya dapat menerapkan makanan yang dapat

dikonsumsi penderita diabetes melitus dengan

berpatokan pada jumlah bahan makanan harian dari

tiap makanan

e) Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang

dikonsumsi penderita diabetes melitus harus

ditekankan adanya serat. Sumber serat yang baik

adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.

f) Lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner

pada diabetes melitus. Lemak jenuh harus dibatasi

sampai sepertiga atau kurang dan kalori lemak yang

dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi

sepertiga dari total kalori lemak.

g) Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak

menguntungkan untuk penderita diabetes melitus.

Alkohol dapat mencetuskan hipoglikemia terutama

jika tidak makan.

34

h) Natrium individu dengan diabetes melitus

dianjurkan tidak makan lebih dari 3 gr natrium

setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan

cenderung akan timbul hipertensi.

7. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama

kurang lebih ½ jam. Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti,

otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan minimal

dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Adanya kontraksi otot

yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan

penarikan glukosa ke dalam sel.

Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai

olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas dan harus

didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia.

2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang Menurut (tandra : 2008) adalah :

a. Tes glukosa darah kapiler

Cara screening ini cepat yakni dengan menusuk ujung jari untuk

mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler. Tes ini disebut finger -

prick blood sugar scrining atau lazim disingkat gula darah stick.

b. Tes glukosa darah vena

Biasanya dilakukan oleh laboratorium dengna m,engambil darah dari

pembuluh darah vena di lengan dalam untk menilai kadar glukosa darah

setelah puasa minimal 8jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan (2

jam post prondila). Harap diingat bahwa pada pasien yang sudahmengidap

diabetes, pemeriksaan darah dilakukan dalam keadaan sipasien tetap

mengkonsumsi obat atau suntil insulin seperti biasnya, sebagiamana telah

diinstruksikan oleh dokter pada kontrol sebelumnya (banyak orang

beranggapan kelir bahwa semua obat harus dihentikan pada saat

pemeriksaan darah), glukosa darah puasa memberi gambaran bagaimana

glukosa darah kemarin harinya, seadngkan yang 2 jam pp untuk melihat

35

kira-kira bagaimana hasil minum obat yang diberikan dan diet pada pagi

itu.

c. Tes toleransi glukosa

Tes ini lebih teliti, setelah 10 jam puasa, pagi harinya anda datang ke

laboratorium untuk periksa glukosa darah. Lalu, anda minum glukosa 75

gram (kira-kira 2-3 kali lebih manis) dan 2 jam kemudian 2 jam kemudian

diperiksa lagi glukosa darahnya.

d. Tes glukosa urine

Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar melalui urine dan

terdeteksi pada tes urine. Adanya glukosa dalam urine adalah indikasi

bahwa anda terkena diabetes.

e. Tes HbA1c (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin)

Bila sudah pasti terkena diabetes, dokter anda akn mengnajurkan

pemeriksaan HbA1 darah setiap 2-3 bulan. Tes ini memberi gambaran

tentang keadaan glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir ini lebih baik dari

pada pemeriksaan gula darah sewaktu, untuk melihat ketaatan pasien.

Glukosa darah yang yang tinggi akan diikat pada molekul hemoglobin (Hb)

dalam darah dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia

hemoglobin, yaitu 2-3 bulan. Makin tinggi glukosa darah, maka akan

banyak molekul hemoglobin yang berikatan dengna gula. Tes ini dipakai

untuk memantau pengobatan diabetes serta menilai keberhasilan diet dan

olahraga yang dilakukan.

3. Penatalakasanaa keperawatan

a. Pantau adanya komplikasi

b. Bantu penanganan kondisi kedaruratan gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit.

c. Kaji respon terhadap pengobatan dan pengembangan kondisi pasien,

berikan dukungan fisik dan emosi.

d. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan beri

dukungan.

e. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit

f. krining adanya kalium tambahan dari cairan parenteral, semua asupan

oral dan medikasi yang diberikan.

36

g. Berikan perhatian penuh terhadap asupan cairan (medikasi intravena

harus diberikan dalam jumlah yang paling sedikit), haluran urine, edema,

distensi vena jugularis, perubahan suara jantung dan suaru nafas dan

peningkatan kesulitan bernafas.

h. Menurunkan laju metabolik

1) Kurangi pemakaian energi dan status metabolik selama fase akut

dengan tirah baring.

2) Cegah atau tangani demam dan infeksi dengan segera.

i. Meningkatkan fungsi paru

1) Batu pasien untuk berganti posisi, batuk dan menarik nafas dalam

secara sering.

2) Dorong dan bantu pasien bergerak dan berubah posisi.

j. Mencegah infeksi

1) Terapkan prinsip aseptik saat mangangani jalur invasif dan kateter.

2) Hindari pemasangan kateter menetap (indwelling) jika dimunginkan.

k. Melakukan perawatan kulit

1) Lakukan perawatan kulit dengan hati-hai.

2) Mandikan pasien dengan air dingin, ubah posisi dengna sering, jaga

agar kulit pasien tetap lembab dan bersih serta memotong kuku

pasien agar pasien merasa nyaman dan mencegah kerusakan kulit.

L. Memberikan dukungan psikososial

1) Beriakan bantuan, penjelasan dan dukungan kepada pasien dan

keluarga selama terapi hemodialisis, jangan menyepelekan

kekhawatiran dan kebutuhan psikologis pasien.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan

merupakan suatu prosesyang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien.

Anamnesis menurut Arisman (2011), adalah :

Informasi yang perlu digali selama anamnesis, meliputi :

37

1. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan secara drastis menurun dengan cepat

setelah memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan overweight

2. Pendidikan dan pekerjaan

Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup dan

pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung gula dan lemak yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan

yang berat serta aktifitas fisik yang sedikit oleh karena itu biasanya dialami

pegawai perkantoran, bos perusahaan dan pejabat pemerintahan.

3. Keluhan utama

Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa sangat lemas

sekali disertai penglihatan yang kabur. Meskipun muncul keluhan banyak

(poliuria) kadang penderita belum tahu kalau itu salah satu tanda peyakit diabetes

mellitus.

4. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya sering buang air

kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia), sebelumnya

penderita mempunyai berat badan yan lebih. Biasanya penderita belum menyadari

kalau itu merupakan perjalanan penyakit diabetes mellitus. Penderita baru tahu

kalau sudah memeriksakan diri kepelayanan kesehatan.

5. Riwayat kesehatan dahulu

Diabetes dapat terjadi saat kehamilan yang terjadi hanya saat hamil saja dan

biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu di waspadai akan

kemungkinan mengalami diabetes yang sesungguhnya dikemudian hari. Diabetes

sekunder umumnya digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah

mengalami suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu.

Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan perlu

dilakukan pengkajian diantaranya

a. Penyakit pankreas

b. Gangguan penerimaan insulin

38

c. Gangguan hormonal

d. Pemberian obat-obtan seperti :

1) Glukokkortikoit (sebaga obat radang)

2) Furosemid (sebagai direutik)

3) hiazid (sebagai direutik)

4) Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung)

6. Riwayat kesehatan keluarga

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengingat diabetes,

karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh ini tak dapat menghasilkan insulin

dengan baik akan disampaikan informasinya pada keturunan

7. Pemeriksaan Fisik

a. Status penampilan kesehatan : yang sering muncul adalah kelemahan fisik.

b. Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma.

c. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh

glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh

darah dan risiko terbentuknya plak pada pembuluh darah).

2) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga

jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).

3) Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).

4) Suhu tubuh : deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada

luka atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak

mengalami infeksi atau penurunan metabolic akibat menurunnya

masukkan nutrisi secara drastis.

d. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran : kurus ramping (pada

diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi), gemuk

padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan

pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol).

e. Kulit

1) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada

penderita yang mengalami peningkatan traumamekanik yang berakibat

luka sehingga menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-

39

hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena adalah ekstremitas

bawah).

2) Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis

osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang

mengalami diuresis osmosis dan dehidrasi).

3) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan

menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi

intake nutrisi normal sesuai aturan diet).

4) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak di

bongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen otot

untuk produksi energi).

5) Turgor : menurun pada dehidrasi.

f. Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis

atau komplikasi infeksi saluran pernafasan).

g. Rambut

1) Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan

buruknya sirkulasi, lebat.

2) Penyebaran : jarang atau alopesia total.

3) Tekstur : halus atau kasar.

h. Kepala

1) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan

psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena

penurunan antibody).

2) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.

3) Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain : paralisis

wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.

i. Mata : perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari masing-

masing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi :

1) Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis

pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam

hari.

2) Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko pada

kekeruhan lensa mata.

40

3) Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.

j. Telinga

1) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter

lubang.

2) Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih

keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak

mengalami infeksi sekunder.

3) Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat

mengalami penurunan.

k. Hidung : jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali

ada infeksi sekunder seperti influenza.

l. Mulut dan Faring

1) Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan

perfusi jaringan pada stadium lanjut).

2) Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis).

3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang

rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

4) Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien

mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan

fisik.

5) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral

hygiene.

6) Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses peradangan

(faringitis).

m. Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi

sistemik.

n. Toraks dan paru-paru

1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain

takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi

ketoasidosis).

2) Bentuk dada : normal atau dada tong.

3) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengi

(apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau bronkhitis

kronik).

41

o. Dada

1) Inspeksi : deformitas atau asimetris.

2) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.

3) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor.

4) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.

p. Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.

q. Siatem Kardiovaskuler : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,

takikardi, tekanan darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang

menurun, rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda dan

gejala dari penderita diabetes melitus.

r. Abdomen

1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran

organ.

2) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan

motilitas.

3) Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta

kepekaan.

4) Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.

s. Ginjal : palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.

t. Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.

u. Sistem Muskuloskeletal : sering mengalami penurunan kekuatan

muskuloskeletal.

v. Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya merasakan

gejala pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,

parestesia, dan gangguan penglihatan.

d. Pemeriksaan Diagnostik menurut Doenges (2012) adalah :

1) Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dL, atau lebih.

2) Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.

3) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

4) Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.

5) Elektrolit :

1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

42

2) Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),

selanjutnya akan menurun.

3) Fosfor : Lebih sering menurun.

6) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal

yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir

(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfat dalam membedakan

DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan

insiden.

7) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada

HCOᴈ (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,

hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.

9) Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan

fungsi ginjal).

10) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya

pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.

11) Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I)

atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten

insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.

(autoantibodi).

12) Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

13) Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,

infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses

keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah

analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap

masalah-masalah kesehatan yang aktual, resiko dan potensial.

Diagnosa menurut M.Taylor (2012), Edisi 10 dan Doenges (2012), adalah :

a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot

43

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya

produksi insulin

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit (diabetes mellitus)

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari

hiperglikemia), diare, mual, muntah

f. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan

h. Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan asidosis metabolik

i. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel

tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi

syok. (belum ada implemenasi di BAB 2)

j. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang pengetahuan tentang

faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan

garam, imobilitas), kurang pengetahuan tentang proses penyakit

(mis.,diabetes, hiperlipidemia), diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup

monoton. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi

ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer.

C. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan menurur M.Taylor (2012) Edisi 10 dan menurut

Doenges (2012) adalah :

1) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d adanya proses jaringan sel jaringan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepa TN.B selama 3x 24

jam diharapkan masalah gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi sesuai

dengan kriteria hasil.

Kriteria Hasil :

a. Pasien mampu mengunghkapkan pesrasaan nyaman setelah nyeri

berkurang

b. Klien mampu menggunkan tehnik non-farmakologi untuk

mengurangi nyeri

44

c. Skala nyeri berkurang 0-1

d. TTV dalam batas normal

Intrervensi :

a. Kaji sekala nyeri, Lokasi, Durasi, Intensitas dan karakteristik Nyeri

R: pengkajian kembali yang kontinu memungkinkan modifikasi

rencana perawatan yang diperlukan .

b. Berikan obat anlagetik sesuai dengan kebutuhannya

R : membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membnatu

pasien untuk mengatsi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.

c. Berikan lingkungan yang tenang , ruang agak gelap sesuai indikasi

R : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada

cahaya dan meningkatkan istirahat/rileksasi.

d. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

R :peninggian lengan, ukuran baju mempengaruhi kemampuan pasien

untuk rileks dan tidur/istirahat secara efektif.

e. Anjurkan pasien teknik relaksasi

R: membnatu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu

pasien untuk mengatsi nyeri/rasa nyaman secara lebih efektif.

f. Periksa keefektifan pengobatan setelah 30 menit

R : untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tigkat

kepercayaan yang diperlukan untuk hubungan terapeutik

g. Beri dorongan kepada pasien untuk menerima keterbatasan yang

disebabkan oleh nyeri dan untuk menggunakan aktivtas penglihatan dan

tindakan pengurangan nyeri

R : Unuk meningkatkan kualitas hidupnya

45

h. Anjurkan untuk mendistraksi ( mengalihkan ) seperti membaca, menonton

televisis dan kunjungan keluarga

R : untuk membantu menghindarkan pasien dari memfokuskan pada nyeri

i. Tinggikan bagian yang sakit dengan meningkatkan tangan menggunakan

bantal / guling

R : mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena,

menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit / jaringan.

2) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama

3x24 jam diharapakan

Kriteria Hasil :

a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

d. Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi :

a. Auskultras bisisng usus pasien

R : bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas

lambung yang menuunkan atau mengubah fungsi absorbsi

b. Catat dan laporkan adanya anoreksi, kelemahan umum/nyeri abdomen

R : peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan

sekresi insulin / terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.

Polidipsi, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan

(tanda asidosis metebolik)

c. Timbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi

R: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

d. Observasi dan catat asupan pasien

46

R : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang

diperlukan

e. Monitor pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa

R : gula darah akan menurun perlahan dengan panggantian cairan dan

terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal,

glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk

sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan

asidosis dapat dikoreksi.

f. Lakukan pemeriksaan gula darah dengna menggunakan „‟finger

stick‟‟

R : analisa terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat

dialakukan pemeriksaan ) dari pada memantau gula dalam urine yang

tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan

dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal psien secara individual atau

adanya retensi urine/ gagal ginjal.

g. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai dengan program

dokter

R : insulin reguler memliki awitan cepat dan karenannya dengan cepat

pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

h. Berikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan

R : untuk meningkatkan nafsu makan

3. Gangguan integritas kulit b.d tekanan perubahan status metabolik atau

kerusakan sirkulasi

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama 3x24

jam diharapkan masalah gangguna integritas kulit dapat teratasi sesuai dengan

kriteria hasil

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada tanda- tanda infeksi

47

b. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera

c. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

Intervensi :

a. Kaji kondisi luka pada jaringan pasien

R : mengidentifikasi tingkat metabolisme jaringan dan tingkat

disintegrasi

b. Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan

R : mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka

c. Observasi kulit pasien yang terkena lesi dekubitus

R : Laporkan daerah kulit yang mengalami kerusakan atau tanda-

tanda infeksi untuk memastikan penanganan secara dini

d. Beri perawatan tangan untuk pasien secara seksama

R : perawatan pada tangan yang luka dapat mencegah infeksi jamur

yang tumbuh ke dalam dapat meningkatkan kewaspadaan akan

tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan kepada dokter

e. Anjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang sempit

R : untuk mengurangi resiko geskan dan mepnurunan aliran

darah

f. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep

R : karena dapat menambah iritasi kulit dan kemungkinan radiasi (

bila mengandung logam berat )

4) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pada sirkulasi

peningkatan kadar glukosa

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama

3x24 diharapkan masalah resiko infeksi dapat teratasi sesuai dengan

krteria hasil

Kriteria Hasil :

48

a. Suhu tubuh dalam batas normal

b. Luka dan insisi terlihat bersih, merah muda dan bebas darai drainase

purulen

c. Jumlah leukosit dalam batas normal

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital

R : suhu yang meningkat dapat menyebabkan komplikasi infeksi

luka atau

b. Observasi tanda-tanda infeksi

R : pasein mungkin masuk dengna infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalmai infeksi

nosokomial

c. Berika tehnik aseptik pada prosedur inasif dalam pemberian obat

intravena

R : kadar glukosa yang tingi dalam darah akan menjadi media

terbaik bagi pertumbuhan kuman

d. Berikan obat antibiotik yang sesuai

R : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsiss

e. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang

baik

R : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)

f. Berikan perawatan luka dengan teratur dan sungguh-sungguh

didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering

R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada

peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit

dan infeksi

49

g. Anjurkan pasien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan

makanan dan cairan yang adekuat )

R : menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi, meningkatkan

aliran urine untuk mencegah urine yang statis dan membantu dalam

mempertahankan pH / keasaman urine yang menurunkan

pertumbuhan bakteri dan mengeluarkan organisme dari sistem

organ tersebut.

h. Lakukan pemeriksaan kultur dan sesuai dengan indikasi

R : untuk mengidntifiaksi organisme sehingga dapat

memilih/memberikan terapi antibiotik yang terbaik

5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

osmotik (dari hiperglikemia), diare, mual, muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama

3x24 jam diharapkan masalah resiko volume cairan dapat teratasi sesuai

dengan kriteria hasil

Kriteria Hasil :

1) Mempertahankan intake dan output dan HT normal

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastitisat turgor kulit baik.

4) Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi :

1) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa :

R : merupakan indikator dari dehidrasi atau volume sirkulasi yang

adekuat.

2) Monitor suhu, warna kulit dan kelembabannya :

R : keadaan demam, menggigil dan diaforesis nerupakan hal umum

terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan.

Kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.

50

3) Monitor masuknya cairan dan pengeluran urien.

R : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti fungsi

ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4) Monitor tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah

R: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan

darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke

posisi duduk/berdiri

Catatan : neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang

secara normal meningkatkan denyut jantung.

5) Monitor Pola nafas seperti adanya pernapasan kussmaul atau

pernapasan yang berbau keton‟

R: paru-paru mengeluarkan asam karbonat malalui pernapasan yang

menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan

ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubunganpemecahan

asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.

6) Monitor frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu

napas dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis.

R : koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan

frekuensi pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja

pernapasan, pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja

pernapasan cepat dan menculnya siadosis mungkin merupakan indikasi

dari kelelahan pernapasan dan atau mungkin pasien itu kehilangan

kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis.

7) Observasi adanya perasaan kelelahan yang menigkat,peningkatan berat

badan, edema, nadi tidak teratur dan adanya distensi vena jugularis.

R : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat

berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan

51

8) Berikan lingkunganyang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimut

pasien dengan selimut tipis

R : menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih

lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

9) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, muntah

R : kekuarangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung

yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan

menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.

10) Kolaborasi dengan dokter untuk therapi cairan sesuai indikasi

a. Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstros

R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan

ciaran dan respon pasien secera individual.

b. Pemeriksaan laboratorium seperti :

Hematokrit (Ht)

R : mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat

hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik.

BUN/ kreatinin

Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena

dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal

Osmolalitas darah

Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi.

Natrium

Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan

dari intrasel (diuresis osmotik). Kadar natrium yang tinggi

mecerminkan kehilangan cairan/dehidrasi.

Kalium

Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespon pada asidosis,

namun selanjutnya kalium absolut dalam tubuh berkurang. Bila

52

insulin diganti dan asidosis teratasi, kekurangan kalium serum justru

akan terlihat.

Beria kalium atau elektrolit yang lain melalui IV atau melalui oral

sesuai indikasi

R : kalium harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adekuat)

untuk mencegah hipokalemia.

6) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama

3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.

Kriteria Hasil :

1. Memvervalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik

2. Glukosa darah adekuat

3. Istirahat cukup

Intervensi

1. Monitor nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah

sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

R : mengindikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara

fisiologis.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa

diganggu.

R : mencegah kelelahan yang berlebihan

3. Diskusikan cara menghemat kalori, selama mandi, berpindah tempat

dan sebagainya.

R : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan

penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

53

4. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal

perencanaan dengna pasien dan identifikasi aktivitas yang

menimbulkan kelelahan

R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan

tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehai-hari

sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

R : meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai

tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

7) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

mengingat, tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi

informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama

3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.

Kriteria Hasil :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, misalnya secara

konkrit dicantumkan :

a. pasien dapat menyebutkan penyakit diabetes mellitus

b. pasien dapat menyebutkan dengan benar 2-3 gejal diabetes

mellitus

c. pasien dapat menyebutkan komplikasi 2-3 komplikasi diabetes

mellitus

d. pasien dapat mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus

e. pasien dapat melakukan perubahan gaya hidup da berpartisipasi

dalam program pengobatan.

Intervensi

i. kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, dan pengobatannya

R : untuk memberiakn informasi yang tepat pada pasien dan kejemuan

informasi

54

j. lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai

rencana pada satuan acara pembelajaran.

R : memberikan informasi yang akurat dan bermakana bagi pasien dan

bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien

dnegan pasti.

k. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien.

R : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien

bersedia mengambil bagian dalam proses belajar

l. Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya.

R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat

pertimbnagan dalam memilih gaya hidup.

m. Tinjau ulang program pengobatan

R : pemahaman tentang semua aspek syang digunakan oabyt

meningkatkan penggunaan yang tepat.

n. Tekankan pentingnya mempertahankan pemriksaan gula darah setiap

hari.

R : membantu dan menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien

untuk melakukan kontrol.

o. Pilih berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang

memerlukan keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan

ulang, gabungkan keterampilan baru ini ke dalam rutinitas rumah

sakit sehari-hari.

R : penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi

meningkatkan penerapan pada individu yang belajar

p. Anjurkan pasien untuk menghentikan merokok :

55

R : Nikotin mengkontriksikan pembuluh darah kecil dan absorpsi

insulin diperlambat selama pembuluh darah ini yang mengalami

konstriksi.

q. Identifikasi gejala hipoglikemia (mis, lemah, pusing, letargi, lapar,

peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan

perubahan mental).

R: dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan

mencegah / mengurangi kejadinnya.

Catatan : hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan

fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan ) atau respon balik

pada hipoglikemia selam tidur (efek somogy) yeng memerlukan

penurunan dosis insulin atau perubahan diet (mis, pemberian makanan

kudapan, pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3

pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang spesifik.

r. Diskusikan topik-topik utama, seperti :

Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut

dibandingkan dengan kadar gula darah pasien. DM tipe yang

mengalami pasien, hubungna antara kekurangan insulin dengan kadar

gula darah yang tinggi.

R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

s. Rasional terjadinya serangan ketoasidosis

R : pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu untuk

menghindari kambuhnya serangan tresebut

8) Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan

dengan asidosis metabolik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat teratasi sesuai

dengan kriteria Hasil.

56

Kriteria Hasil :

1) Respiratory rate pasien 20 – 24 kali permenit atau mengalami

perubahan dari data pengkajian.

2) Pernapasan pasien reguler

3) Pernapasan pasien tidak berbau benda keton

Intervensi :

1) kaji frekuensi kedalam pernafasan setiap 4 jam

R : peningkatan kedalam pernapasan sebagai salah satu indikasi

peningkatan benda keton dalam tubuh

2) Auskulrasi paru tiap 1 jam sampai stabil kemudian setiap 4 jam.

R : mengidentifiaksi tingkat pengembangan paru

3) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas

R : mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh

diafragma

4) Berikan glukosa lewat bolus / langsung intrvena (jika diperlukan)

R : mengurangi penggunaan benda keton sebagai bahan

pembentukan energi.

5) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan

psikologi yang berlebihan seperti bicara yang keras.

R : mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak

diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton.

9) Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam

sel tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena

tidak terjadi syok.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. B selama

3x24 jam diharapakan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria Hasil.

Kkiteria Hasil :

a. Nadi dalam batas yang diharapkan.

57

b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan.

c. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan.

d. Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan. Natrium serum, kalium

serum, klorida serum, kalsium serum, magnesium serum, dan pH darah

serum dalam batas normal.

Intervensi :

a. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,

dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refil.

b. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.

c. Monitor suhu dan pernafasan.

d. Monitor input dan output.

e. Pantau nilai laboratorium : HB, HT, AGD, dan elektrolit.

f. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai.

g. Monitor tanda dan gejala asites.

h. Monitor tanda awal syok.

i. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan

preload dengan tepat.

j. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas.

k. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat.

l. Berikan vasodilator yang tepat.

m. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok.

n. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok.

o. Monitor fungsi neurologis.

p. Monitor fungsi renal (BUN dan Cr Lavel).

q. Monitor tekanan nadi.

r. Monitor status cairan, input output.

s. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan.

t. Monitor EKG.

u. Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi

pembacaan tekanan darah.

v. Menggambar gas darah arteri dan memonitor jaringan oksigenasi.

w. Memantau tren dalam parameter hemodinamik (misalnya, CVP, MAP,

tekanan kapiler pulmonal / arteri).

58

x. Memantau faktor penentu pengiriman jarinagn oksigen (misalnya, PaO2

kadar hemoglobin SaO2, CO) jika tersedia.

y. Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan / atau tonometry

lambung.

z. Memonitor gejala gagal pernafasan (misalnya, rendah PaO2 peningkatan

PaCO2 tingkat, kelelahan otot pernafasan).

aa. Monitor nilai laboratorium (misalnya, CBC dengan diferensial) koagulasi

profil, ABC, tingkat laktat, budaya, dan profil kimia.

bb. Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses IV.

10) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang

pengetahuan tentang faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup

monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang

pengetahuan tentang proses penyakit (mis.,diabetes, hiperlipidemia),

diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup monoton. Pada Ny. S diagnosa

ini tidak muncul karena tidak terjadi ketidakseimbangan perfusi

jaringan perifer.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn.B selama 3x24

jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria Hasil.

Kriteria Hasil :

a. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.

2) Tidak ada ortostatik hipertensi.

3) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih

dari 15 mmHg).

b. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :

1) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi.

3) Memproses informasi.

4) Membuat keputusan dengan benar.

59

c. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran

membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

Intervensi :

a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul.

b. Monitor adanya paretese.

c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi.

d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi.

e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.

f. Monitor kemampuan BAB.

g. Kolaborasi pemberian analgetik.

h. Monitor adanya tromboplebitis.

i. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Kozier (2010) pada proses keperawatan, implementasi adalah

fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Dalam

pelaksanaan, perawat mengkaji kembali klien, menentukan kebutuhan perawat

terhadap bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan

supervisi kasus yang didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan

keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.

Adapun pelaksanaan keperawatan dengan Diabetes Melitus adalah :

1) Mempertahankan keseimbangan volume cairan

2) Memenuhi kebutuhan nutrisi

3) Menghindari terjadinya syok

4) Mencegah terjadinya infeksi

5) Mengurangi terjadinya kerusakan integritas jaringan

6) Mempertahankan keseimbangan perfusi jaringan perifer

7) Mengurangi kelelahan

8) Mengurangi ketidakberdayaan

9) Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri

60

10) Menambah pengetahuan klien

E. Evaluasi Keperawatan

Menurut Kozier (2010), mengevaluasi adalah menilai atau menghargai.

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam evaluasi,

perawat mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil; membandingkan

data dengan hasil; menghubungkan tindakan keperawatan dengan tujuan/hasil

klien; menarik kesimpulan tentang status masalah; dan melanjutkan,

memodifikasi, atau mengakhiri rencana asuhan klien.

Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan dengan Diabetes Melitus

adalah :

1) Volume cairan seimbang

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi

3) Resiko syok tidak terjadi

4) Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi

5) Kerusakan integritas jaringan berkurang

6) Perfusi jaringan perifer teratasi

7) Kelelahan berkurang

8) Ketidakberdayaan berkurang

9) Rasa nyeri hilang/berkurang

10) Pengetahuan klien bertambah

61

BAB III

TINNJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan

Dasar pada Klien Tn.B dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi celulitis di Paviliun

Marwah Bawah RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan

selama tiga hari dari tanggal 07-09 Juni 2016. Dalam melengkapi data ini penulis

mengadakan wawancara dengan klien, keluarga klien, tim perawat diruangan, selain itu juga

memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan, dan didapatkan hasil observasi

langsung serta pemeriksaan fisik.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 07 Juni 2016 di Paviliun Marwah

Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

1. Identitas klien

klien beinisial Tn.B, jenis kelamin laki-laki, usia 56 tahun, status pernikahan

menikah, beraga islam, suku bangsa padang, pendidikan terakhir SLTA, bahasa yang

digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan saat ini sebagai wiraswasta, Alamat

jalan Utan panjang III Rt 14/ Rw 06, No. 39 kelurahan utan panjang, sumber biaya

Pribadi, sumber informasi diperoleh dari klien, kelurga klien, tim perawat ruangan

dan status klien .

2. RESUME

Pada tanggal 06 juni 2016 jam 23:00 wib, Tn. B dirawat di marwah bawah kiriman

dari klinik Dr. Ihsanil, dari klinik klien tampak belum terpasang apa-apa diantar dengan

menggunakan kursi roda oleh petugas ke dalam ruangan marwah bawah kemudian

pasien datang dengan keluhan : klien mengatakan tangan kiri nyeri, bengkak kurang

lebih 15 hari, mual, muntah, badan terasa panas dingin, kemudian saat dilakukan

pemeriksaan fisik didapatkan data : tangan kiri klien tampak adanya lesi, kulit tangan kiri

klien tampak odem, kemerahan dan hangat. Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 130/80

62

mmhg, nadi : 80x/menit, suhu : 38,2oC, pernapasan : 20x/menit. Sesuai dengan instruksi

dari dokter ihsanil program yang akan akan diberiakan yaitu :

1. Infus RL 20 tpm/ 8 jam

2. Infus drip 1 unit/jam dalam drip (jenis insulin Novoravid)

3. Ceprofloxin 2 x 200gr

4. Obat oralnya :

- Lansoprazol cap 1x1

- Non Flamin tab 3x1

- Clavamox 625gr 2x1

- Cilostazol 2x100

- Paracetamol 2x1

5. SC/6 jam dan insulin diberikan sesuai dengan hasil panduan SC

Panduan Sleading Scale

a. Gula darah < 150 – 200 : Rl 4 ui

b. 200 – 250 : Rl 8 ui

c. 251 – 300 : Rl 12 ui

d. 301 – 350 : Rl 16 ui

e. 351 – 400 : Rl 20 ui

Hasil dari SC pada tanggal 06 juni 2016 jam 23 :00 wib adalah 405 maka dosis yang

diberikan 16 ui.

Kemudian sesuai instruksi Dr. Ihsanil cek PT,PTT, GDS dan laboratorium, saat

dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 06 juni 2016 didapatkan hasil :

1. Faal hemostatis

Masa protombin (PT) Hasil Nilai Rujukan

Pasien H 11,7 detik 9,3 – 11,4

Kontrol 11,00 detik

APPT Hasil Nilai Rujukan

Pasien 37,9 detik 31,0 – 47,0

Kontrol 34,0 detik

2. Diabetes Hasil

Glukosa 405 mg/dl

63

3. Laboratorium Hasil Hasil Normal

a. Hemoglobin L 11,7 g/d 13,2 – 17,3

b. Jumlah leukosit H 15,57 103/ul 3,80 – 10.60

c. Eosinofil L 0% 2 – 4

d. Netrofil segmen H 78% 50 – 70

e. Limfosit L 10% 25 – 40

f. Laju Endap Darah H 35 mm 0 – 10

g. Hematokrit L 33% 40 – 52

h. Eritrosit L 3,76 103/ul 4,40 – 5,90

i. Ureum Darah H 52 mg/dl 10 – 50

j. Kreatinin Darah H 1,4 mg/dl < 1,4

klien mengatakan sudah mempunyai riwayat penyakit DM sejak tahun 2001, kemudian

pernah dioprasi dikaki sebelah kanan karena tertusuk paku dan tidak kunjung sembuh

sampai jaringannya banyak yang mati hingga akhirnya dokter memutuskan untuk

dilakukan operasi dan sekarang klien dirawat di marwah bawah kamar nomer 0737 .

3. Data Dasar

a. Riwayat Keperawatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 07 juni 2016 klien dilakukan pengkajian oleh mahasiswa

dengan keluhan utama : klien mengatakan tangan terasa nyeri, bengkak, baal

dan berat. Kronologis keluhannya penyakit pasien mengatakan awalnya

tangan sebelah kiri luka kecil hanya dipergelangan tangan saja terasa panas

pada luka kemudian Tn.B periksa ke klinik anggrek oleh Dr. Klinik diberikan

salep, timbulnya keluhannya bertahap kurang lebih 15 hari tangan klien bukan

tambah sembuh malah tambah melebar lukanya dan bengkak, merah sampai

ke siku-siku, kemudian Tn.B langsung pergi ke klinik RSIJ untuk mengatasi

penyakitnya.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak ada alergi dengan obat, dulu klien pernah jatuh

dari sepeda motor tapi hanya luka lecet tapi tidak lama sudah sembuh

64

kembali, klien mengatakan sudah pernah di rawat di RSIJ karna luka tusukan

paku dikaki yang tidak kunjung sembuh dan akhirnya di operasi pada tahun

2001.

3) Riwayat kesehatan keluarga

GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Menikah

: Keturunan

Tn. B adalah anak bungsu dari 5 orang bersaudara, kedua orang tuanya

sudah meninggal karena sudah lanjut usia, dari kedua orang tua Tn.B tidak ada

yang mempunyai riwayat Diabetes Mellitus. Tn.B mempunyai istri yang Ny.A

dan sekarang sudah dikaruniai 3 ornag anak perempuan semua. Tn. B dan Ny.

A sekarang hanya tinggal bertiga dengan anak dan anak yang nomer 3 dan

65

sekarang masih duduk di kelas 3 SMA. Sedangkan anak pertama dan kedua

sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuanya karena sudah menikah dan

ikut bersama dengan suaminya adn sekarang sudah punya anak dan

mempunyai tempat tinggal sendiri.

4) Riwayat psikososial dan spiritual

Orang terdekat Tn.B adalah istri dan semua anaknya, dalam keluarga

sering berkomunikasi, Tn.B dalam pola komunikasi baik dan Tn.B juga

sebagai kepala keluarga yang memimpin dan memutuskan sesuatu. Tn.B juga

masih aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dengan mengikuti pengajian di

masjid dekat dengan rumahnya. Dan semenjak bapak sakit terjadi perubahan

fungsi peran, ibu jadi yang memutuskan, menjaga dan mengelolah toko

dirumah dengan sendiri. Tanggapan keluarga sendiri dengan penyakit bapak

mengtakan pasrah dengan yang allah berikan terhadap penyakit bapak (Tn.B).

mekanisme koping terhadap penyakitnya Tn.B selalu minum obat dan mencari

pertolongan. Hal yang dipikirkan saat ini hanya ingin cepat sembuh dan bisa

beraktivitas kembali lagi karna semenjak sakit tidak bisa melakukan aktivitas

seprti biasa hanya bisa tidur terbaring saja tapi untuk akivitas keagamaan

seperti sholat dan berdoa alhamdulillah semua tetap berjalan meskipun sakit

tidak menghalangi kebutuhaan keagamaan.

5) Pola kebiasaan

a) Pola Nutrisi

(1) Sebelum sakit

Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan klien baik. Tidak ada

mual, muntah, dan sariawan. Klien menghabiskan 1 porsi makanannya,

tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien, tidak ada makanan yang

membuat klien alergi, klien mempunyai makanan pantangan yang manis-

manis sejak memiliki penyakit DM, klien biasa makan nasi, tidak ada

penggunaan obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan tidak

menggunakan alat bantu makan.

(2) Di Rumah Sakit

Selama di Rumah Sakit, frekuensi makan klien 3x/hari. Klien

mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik dan semenjak dirumah

66

sakit klien mengatakan rasanya ingin makan terus tapi tetap saja tidak

kenyang-kenyang, klien makan 5x sehari dan habis dalam 1 porsi Tidak

ada mual, muntah, dan sariawan. diit klien dengan bubur DM 1700 kalori,

tidak ada penggunaan obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan

klien tidak menggunakan alat bantu makan.

b) Pola Eliminasi

(1) Sebelum Sakit

Frekuensi BAK klien 3 x/hari, dengan warna kuning jernih, tidak

ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu. Klien BAB 1 x dalam

satu hari, dengan waktu yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi

padat, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan Laxatif/Pencahar.

(2) Di Rumah Sakit

Frekuesi BAK klien selama di Rumah Sakit 1-2 x/hari, dengan

warna kuning, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu.

Selama di Rumah Sakit klien BAB 1 -2 x dalam 2 hari, dengan waktu

yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan,

dan tidak menggunakan laxatif/pencahar.

c) Pola Personal Hygiene

(1) Sebelum Sakit

Frekuensi mandi klien 2 x/hari, pada waktu pagi dan sore hari.

Klien menggosok gigi 2 x/hari pada waktu pagi dan sore hari setelah

mandi. Selama dirumah biasanya klien mencuci rambut 3 x dalam

seminggu.

(2) Di Rumah Sakit

Selama di Rumah Sakit klien mandi 1 x/hari, pada waktu sore

hari. Menggosok gigi 1 x/hari pada waktu sore hari setelah mandi.

Selama di Rumah Sakit klien mencuci rambut hanya 2 x dalam 1

minggu.

d) Pola Istirahat dan Tidur

(1) Sebelum Sakit

67

Selama di rumah klien tidur siang selama 2 jam/hari. Tidur malam

7-8 jam/hari. Klien hanya mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan

tidur dan sesudah bangun tidur.

(2) Di Rumah Sakit

Selama di Rumah Sakit klien tidur siang 2-3 jam/hari. Tidur malam

7-8 jam/hari. Dan mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan tidur

dan sesudah bangun tidur.

e) Pola Aktivitas dan Latihan

(1) Sebelum Sakit

Selama dirumah klien menjalankan aktivitas sebagai wiraswasta.

Klien sering olahraga pada setiap hari sabtu dan minggu

(2) Di Rumah Sakit

Aktivitas klien selama di Rumah Sakit terganggu, klien hanya

berbaring di tempat tidur karena luka operasi debridement yang masih

terasa sakit. Selama di Rumah Sakit klien tidak berolah raga. Keluhan

klien saat ini dalam beraktivitas adalah kesulitan dalam mobilisasi.

f) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

(1) Sebelum Sakit

Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman

keras/NAPZA.

(2) Di Rumah Sakit

Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman

keras/NAPZA.

b. Respon Fisik terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

1) Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran composmentis, keadaan umum klien sakit sedang. Berat

badan klien saat ini 58 kg, tidak terdapat penurunan berat badan dalam 3

bulan terakhir ini. Tinggi badan 165 cm. Hasil pemeriksaan TTV, TD :

130/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 38,2˚C. Tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening.

68

2) Sistem Penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata

normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil

isokor dengan ukuran 2 mm, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi

penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca

mata dan lensa kontak, reaksi terhadap cahaya positif (+).

3) Sistem Pendengaran

Daun telinga normal. Karakteristik serumen berwarna coklat

kekuningan, konsistensi lunak, dan tidak berbau. Kondisi telinga normal,

tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada

tinitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan,

dan tidak memakai alat bantu.

4) Sistem Wicara

Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak

mengalami gangguan dalam bicara.

5) Sistem Pernafasan

Jalan nafas klien bersih, tidak ada sumbatan. Klien tidak

mengalami sesak dan tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan

dengan frekuensi nafas 19 x/menit, irama teratur, bernafas dengan spontan,

dan bernafas dalam. Tidak ada batuk dan tidak ada sputum. Palpasi dada

dengan taktil fremitus getaran pada dada bagian kanan dan kiri dengan

hasil dada simetris. Perkusi dada terdengar suara sonor pada dada bagian

kanan dan kiri. Suara nafas vasikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, dan

tidak ada penggunaan alat bantu nafas.

6) Sistem Kardiovaskuler

a) Sirkulasi Perifer

Nadi 80 x/menit, irama teratur, denyut lemah. Tekanan darah :

130/90 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri,

69

temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler <3

detik, dan ada edema ditangan sebelah kiri klien.

b) Sirkulasi Jantung

Kecepatan denyut apical : 80 x/menit, irama teratur, tidak ada

kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.

7) Sistem Hematologi

Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan. Hasil pemeriksaan

penunjang pada tanggal 16 mei 2016 adalah : pemeriksaan penunjang

Hemoglobin L 11,7g/d, Jumlah leukosit H 15,57 103/ul, Eosinofil L 0%,

Netrofil segmen H 78%, Limfosit L 10%, Laju Endap Darah H 35mm,

Hematokrit L 33%, Eritrosi L 3,76 103/ul, Ureum Darah H 52 mg/dl,

kreatinin Darah H 1,4 mg/dl, hasil glukosa jam 23,00 adalah 405mg/dl,

pada tanggal 07 juni 2016 klien di lakukan rongen manus kiri didapatkan

hasil : tulang pembentuk tulang manus kiri normal, sela sendi interphalang

normal, tak tampak destruksi tulang, densititas tulang menurun. Kesan :

Osteopenia tulang manus kiri.

8) Sistem Saraf Pusat

Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,

GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,

tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis normal, dan tidak

ada reflek patologis.

9) Sistem Pencernaan

Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak

menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, salifa

normal, tidak ada mual dan muntah, tidak ada nyeri pada daerah perut,

bising usus klien terdengar 18 x/menit, tidak ada diare dan konstipasi,

tidak teraba pembesaran hati, dan abdomen lembek.

10) Sistem Endokrin

70

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau

keton, terdapat luka lesi pada tangan kiri klien dari pergelangan tangan

sampai dengan siku-siku.

11) Sistem Urogenital

Balance cairan intake : 2.500 ml, output : 2.500 ml. Tidak ada

perubahan pola kemih, BAK berwarna kuning, tidak ada

distensi/ketegangan kandung kencing, dan tidak ada keluhan sakit

pinggang.

12) Sistem Integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,

terdapat lesi pada tangan kiri klien dengan kondisi tampak tangan kiri klien

bengkak, kemerahan dan teraba hangat pada area luka. Tidak ada kelainan

kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-

tanda infeksi. Tekstur rambut klien baik dan tampak bersih. Hasil pemeriksaan

penunjang laboratorium pada tanggal 6 juni 2016 adalah : Jumlah leukosit H

15,57 103/ul. Klien diberikan diit bubur DM 1.700 kalori. Klien diberikan

therapy oral, Lansoprazol cap 1x1, Non Flamin tab 3x1, Clavamox 625gr 2x1,

Cilostazol 2x100, Klien diberikan therapy insulin 3x10 ui dan Nacl 3% untuk

pemberian luka.

13) Sistem Muskuloskeletal

Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan hanya asja agak

sedikit kaku dn berat saja pada tangan kiri karena masi terasa agak nyeri.

Tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit. Tidak ada fraktur, tidak ada

kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,

keadaan tonus otot baik, kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

71

4. Data Focus

Data Subjektif Data Objektif

Klien mengatakan‟‟tangan‟‟

kirinya terasa nyeri.

Klien mengatakan tangan

kirinya bengkak, merah dan

terasa hangat.

Klien mengatakan tangan

kirinya terasa berat saat

digerakan.

Klien mengatakan tangannya

bengkak, merah dan terasa

hangat sudah kurang lebih 15

hari.

Klien mengatakan awalnya

luka ditangan kirinya sedikit

hanya dipergelangan tangan

saja kemudian dibawa ke

klinik anggrek dan dikasi

salep, bukannya sembuh

malah tambah parah bengkak,

kemerahan, terasa hangat,

menjalar sampai ke siku-siku

dan tambah parah.

Klien mengatakan badannya

terasa panas.

Klien mengatakan semenjak

dirumah sakit nafsu makan

bertambah

Klien mengatakan selalu

merasa lapar terus padahal

sudah makan, bubur Tim,

snack dan extra susu

diabetasol tapi masih merasa

lapar.

Klienmengatakan “mempunyai

riwayat DM sejak 16 tahun

yang lalu”

Klien mengatakan tidak

menegrti tentang penyakit

yang Tn. B derita

Klien mengatakan tidak

mengerti tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala

dan pencegahan diabetes

mellitus

Tampak ada luka lesi, mengkilat di

lengan kiri klien

Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan hangat

Tampak luka lesi tertutup perban

kassa pada area pergelangan tangan

sampai di siku-siku

Tidak tampak jaringan nekritik pada

area luka

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

(ANTROPOMENTRI )

BB : 58

TB : 165

LILA : 33

BBI = BB (Kg) : Tb (m)2

= 58kg : 1,65m x 1,65m

= 21

(berat badan normal atau ideal )

(BIOCHEMICAL DATA)

Hemoglobin = L 11,7 g/dl

Hematokrit : L 33%

Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 :

405 mg/dl

Glukosa pada tanggal 07 juni 2016

Jam 06.00 : 102 mg/dL

Jam 12.00 : 182 mg/dL

Jam 18.00 : 207 mg/dL

Jam 24.00 : 214 mg/dL

(CLINICAL SIGN)

Kepala :

Rambut : rambut klien tampak

bersih, tidak rontok dan tidak ada

benjolan dikulit kepala

Hidung : tampak bersih dan tidak

ada benjolan.

Mata : tampak anemis

Mulut : tampak mukosa mulut

lembab, mulut tampak bersih dan

tidak bau.

Gigi : tampak tidak ada careis gigi

Telinga : klien tampak bersih tidak

ada benjolan

Kulit tubuh :

tampak tidak ada sianosis, kulit

72

tubuh klien tampak bersih dan tidak

bau

kuku : kuku klien tampak ber bersih

dan tidak panjang

(DIETERY HISTORY)

makanan yang disukai klien

adalah : makanan ciri khas padang

yang bersantan dan pedas dan suka

dengan yang manis – manis

jika minum teh gulanya harus manis

sekali biasanya 3 sendok makan.

Diit skarang saat dirumah sakit :

- Diit TIM 1700 kalori

Nafsu makan klien tampak

meningkat

Tampak klien sering lapar

Tampak keluarga klien sering

bertanya pada perawat makanan

yang harus dibeli apa lagi karena

klien sudah merasa lapar lagi

Tampak klien sedang memakan

snack dan extra susu diabetasol yang

dibeli keluarganya diluar

Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi

Klien tidak menggunakan alat bantu

makan

Klien tampak berbaring di tempat

tidur

Tampak luka tertutup perban kassa

pada area pergelangan tangan

sampai di siku-siku

Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah, hangat

SKALA NYERI

- P (problem) : nyeri akibat

adanya luka

- Q (Qualitas) : nyeri ringan,

nyerinya seperti tertekan.

- R (Regional/ lokasi ) :

lokasi di tangan sebelah kiri

- S (skala) : skala nyeri 2

- T (time ) : timbulnya nyeri

jarang, terjadinya nyeri

bertahap.

Jumlah Leukosit H 15,57 103ui

klien dan keluarga klien tampak

tidak mengerti dengan penyakit yang

diderita anggota keluarga

kelurga klien mengatakan tidak tahu

pengertian,penyebab, tanda dan

gejala dan penecgahan diabetes

73

mellitus .

5. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1. Ds :

Klien mengatakan tangan

kirinya terasa berat saat

digerakan.

Klien mengatakan tangan

kirinya terasa nyeri.

Do :

Klien tampak lemah

Tampak ada luka lesi

ditangan sebelah kiri klien

SKALA NYERI :

- P (problem) : nyeri

akibat adanya luka

- Q (Qualitas) : nyeri

ringan, nyerinya seperti

tertekan.

- R (Regional/ lokasi ) :

lokasi di tangan sebelah

kiri

- S (skala) : skala nyeri 2

- T (time ) : timbulnya

nyeri jarang, terjadinya

nyeri bertahap.

Jumlah Leukosit H 15,57

103ui

Tidak tampak jaringan

nekrotik pada area luka

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

Gangguan rasa

nyaman : Nyeri

Inflamasi otot

2. Ds :

Klien mengatakan semenjak

dirumah sakit nafsu makan

bertambah

Klien mengatakan selalu

merasa lapar terus padahal

sudah makan, bubur Tim,

snack dan extra susu

diabetasol tapi masih merasa

lapar.

Klienmengatakan

“mempunyai riwayat DM

sejak 16 tahun yang lalu”

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Tidak adekuatnya

produksi insulin

74

DO :

(ANTROPOMENTRI )

BB : 58

TB : 165

LILA :

BBI = BB (Kg) : Tb (m)2

= 58kg : 1,65m x 1,65m

= 21

(berat badan normal atau ideal )

(BIOCHEMICAL DATA)

Hemoglobin = L 11,7 g/dl

Hematokrit : L 33%

Glukosa pada tanggal 06 juni

2016 : 405 mg/dl

Glukosa pada tanggal 07 juni

2016

Jam 06.00 : 102 mg/dL

Jam 12.00 : 182 mg/dL

Jam 18.00 : 207 mg/dL

Jam 24.00 : 214 mg/dL

(CLINICAL SIGN)

Kepala :

- Rambut : rambut klien

tampak bersih, tidak

rontok dan tidak ada

benjolan dikulit kepala

- Hidung : tampak bersih

dan tidak ada benjolan.

- Mata : tampak anemis

- Mulut : tampak mukosa

mulut lembab, mulut

tampak bersih dan tidak

bau.

- Gigi : tampak tidak ada

careis gigi

- Telinga : klien tampak

bersih tidak ada benjolan

Kulit tubuh :

- tampak tidak ada

sianosis, kulit tubuh

klien tampak bersih dan

tidak bau

- kuku : kuku klien

tampak ber bersih dan

tidak panjang

(DIETERY HISTORY)

makanan yang disukai klien

adalah : makanan ciri khas

padang yang bersantan dan

pedas dan suka dengan yang

manis – manis

75

jika minum teh gulanya harus

manis sekali biasanya 3 sendok

makan.

Diit skarang saat dirumah

sakit :

- Diit TIM 1700 kalori

Nafsu makan klien tampak

meningkat

Tampak klien sering lapar

Tampak keluarga klien sering

bertanya pada perawat

makanan yang harus dibeli apa

lagi karena klien sudah merasa

lapar lagi

Tampak klien sedang memakan

snack dan extra susu diabetasol

yang dibeli keluarganya diluar

Porsi makan yang dihabiskan 1

porsi

Klien tidak menggunakan alat

bantu makan

3. Ds :

Klien mengatakan tangannya

bengkak, merah dan terasa

hangat sudah kurang lebih 15

hari.

Klien mengatakan awalnya

luka ditangan kirinya sedikit

hanya dipergelangan tangan

saja kemudian dibawa ke

klinik anggrek dan dikasi

salep, bukannya sembuh

malah tambah parah

bengkak, kemerahan, terasa

hangat, menjalar sampai ke

siku-siku.

Do :

Tampak ada luka lesi,

mengkilat di lengan kiri klien

Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan

hangat

Tampak luka lesi tertutup

perban kassa pada area

pergelangan tangan sampai di

siku-siku

Gangguan integritas

kulit

Adanya lesi kulit

diabetakum (celulitis)

4. Ds :

Klien mengatakan tangan

kirinya bengkak, merah dan

terasa hangat.

Klien mengatakan badannya

Resiko Infeksi Peningkatan pada

sirkulasi meningkatkan

kadar glukosa

76

terasa panas.

Do :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

Jumlah Leukosit H 15,57

103ui

5. Ds :

Klien mengatakan tidak

menegrti tentang penyakit

yang Tn. B derita

Klien mengatakan tidak

mengerti tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala

dan pencegahan diabetes

mellitus

Do :

klien dan keluarga klien

tampak tidak mengerti

dengan penyakit yang

diderita anggota keluarga

kelurga klien mengatakan

tidak tahu

pengertian,penyebab, tanda

dan gejala dan penecgahan

diabetes mellitus .

Kurang pengetahuan

(kebutuhan belajar),

mengenai penyakit,

prognosis dan

kebutuhan pengobatan

Kurang informasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Masalah/Diagnosa Tanggal

Ditemukan

Tanggal

Teratasi

Nama Jelas

1. Gangguan rasa nyaman :

Nyeri berhubungan dengan

Proses peradangan sel

jaringan ditandai dengan :

Ds :

Klien mengatakan

tangan kirinya terasa

nyeri.

Klien mengatakan

tangan kirinya terasa

berat saat digerakan.

Do :

Klien tampak lemah

Tampak ada luka lesi

ditangan sebelah kiri

klien

SKALA NYERI :

07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN

NAFISAH

77

- P (problem) : nyeri

akibat adanya luka

- Q (Qualitas) : nyeri

ringan,nyerinya

seperti tertekan.

- R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan

sebelah kiri

- S (skala) : skala nyeri

2

- T (time ): timbulnya

nyeri jarang

Tidak tampak

jaringan nekrotik

pada area luka

TD :130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

2. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

Tidak adekuatnya produksi

insulin ditandai dengan :

Ds :

Klien mengatakan

semenjak dirumah

sakit nafsu makan

bertambah

Klien mengatakan

selalu merasa lapar

terus padahal sudah

makan, bubur Tim,

snack dan extra susu

diabetasol tapi masih

merasa lapar.

Klienmengatakan

“mempunyai riwayat

DM sejak 16 tahun

yang lalu”

DO :

(ANTROPOMENTRI )

BB : 58

TB : 165

LILA : 33

IMT = BB (Kg) : Tb

(m)2

=58kg:1,65mx1,65m

= 21

07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN

NAFISAH

78

(berat badan normal atau

ideal )

(BIOCHEMICAL DATA)

Hemoglobin = L 11,7

g/dl

Hematokrit : L 33%

Glukosa pada tanggal

06juni2016 = 405mg/dl

Glukosa pada tanggal

07 juni 2016

Jam06.00=102mg/dL

Jam12.00=182mg/dL

Jam18.00=207mg/dL

Jam24.00=214mg/dL

(CLINICAL SIGN)

Kepala :

- Rambut : rambut klien

tampak bersih, tidak

rontok dan tidak ada

benjolan dikulit kepala

- Hidung : tampak bersih

dan tidak ada benjolan.

- Mata : tampak anemis

- Mulut : tampak mukosa

mulut lembab, mulut

tampak bersih dan tidak

bau.

- Gigi : tampak tidak ada

careis gigi

- Telinga : klien tampak

bersih tidak ada

benjolan

Kulit tubuh :

- tampak tidak ada

sianosis, kulit tubuh

klien tampak bersih

dan tidak bau

- kuku : kuku klien

tampak ber bersih dan

tidak panjang

(DIETERY HISTORY)

makanan yang

disukai klien adalah :

makanan ciri khas

padang yang bersantan

dan pedas dan suka

dengan yang manis –

manis

jika minum teh gulanya

harus manis sekali

biasanya 3 sendok

makan.

Diit skarang saat

dirumah sakit :

79

- Diit TIM 1700 kalori

Nafsu makan klien

tampak meningkat

Tampak klien sering

lapar

Tampak keluarga klien

sering bertanya pada

perawat makanan yang

harus dibeli apa lagi

karena klien sudah

merasa lapar lagi

Tampak klien sedang

memakan snack dan

extra susu diabetasol

yang dibeli keluarganya

diluar

Porsi makan yang

dihabiskan 1 porsi

Klien tidak

menggunakan alat

bantu makan

3. Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan

Adanya lesi kulit diabetakum

(celulitis)

ditandai dengan :

Ds :

Klien mengatakan

tangan kirinya

bengkak, merah dan

terasa hangat.

Do :

Tampak ada luka lesi,

mengkilat di lengan kiri

klien

Tampak tangan sebelah

kiri klien,bengkak,

merah dan hangat

Tampak luka lesi

tertutup perban kassa

pada area pergelangan

tangan sampai di siku-

siku

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

Jumlah Leukosit H

15,57 103ui

07-juni-2016 07-juni-2016 WARDATUN

NAFISAH

4. Resiko Infeksi berhubungan

dengan Peningkatan pada

07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN

NAFISAH

80

sirkulasi meningkatkan

kadar glukosa

ditandai dengan :

Ds :

Klien mengatakan

tangan kirinya

bengkak, merah dan

terasa hangat.

Klien mengatakan

badannya terasa

panas.

Do :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38,2oC

RR : 20x/menit

Jumlah Leukosit H

15,57 103ui

5. Kurang pengetahuan

(kebutuhan belajar),

mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan

dengan Kurang informasi

ditandai dengan :

Ds :

Klien mengatakan

tidak mengerti

tentang penyakit

yang Tn. B derita

Klien mengatakan

tidak mengerti

tentang pengertian,

penyebab, tanda dan

gejala dan

pencegahan diabetes

mellitus

Do :

klien dan keluarga

klien tampak tidak

mengerti dengan

penyakit yang

diderita anggota

keluarga

kelurga klien

mengatakan tidak

tahu

pengertian,penyebab,

tanda dan gejala dan

07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN

NAFISAH

81

penecgahan diabetes

mellitus .

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No.

DX

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Tn. B selama 3 x

24 jam diharapkan Gangguan rasa

nyaman : Nyeri teratasi dengan kriteria

hasil :

1. Pasien mampu

mengungkapkan perasaan

nyaman setelah nyeri

berkurang

2. Mampu mengontrol nyeri

(mampu menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri)

3. Skala nyeri berkurang

0-1

4. TTV dalam batas normal

1. Kaji skala nyeri, Lokasi, Durasi,

Intensitas dan karakteristik Nyeri

2. Monitor tanda-tanda vital

3. Berikan obat analgetik sesuai

dengan kebutuhannya

4. Berikan lingkungan yang tenang

,ruang agak gelap sesuai indikasi

5. Bantu pasien menemukan posisi

nyaman

6. Anjurkan pasien teknik relaksasi

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Tn. B selama 3 x

24 jam diharapkan Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Berat badan ideal sesuai

dengan tinggi badan

2. Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

3. Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

4. Tidak terjadi penurunan berat

badan

1. Observasi dan catat asupan pasien

2. Monitor pemeriksaan laboratorium,

seperti glukosa

3. Lakukan pemeriksaan gula darah

dengna menggunakan „‟finger

stick‟‟

4. Berikan pengobatan insulin secara

teratur sesuai dengan program

dokter

5. Auskultras bisisng usus pasien

6. Timbang berat badan setiap 3 hari

sekali atau sesuia dengan indikasi

7. Berikan lingkungan yang

menyenangkan pada waktu makan

3 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Tn. B selama 3 x

1. Kaji kondisi luka pada jaringan

pasien

82

24 jam diharapkan gangguan integritas

kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil

:

1. Tidak ada tanda- tanda infeksi

2. Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit

dan mencegah terjadinya

cedera

3. Menunjukkan terjadinya

proses penyembuhan luka

2. Kaji area luka setiap kali merawat

luka dan mengganti balutan

3. Observasi kulit pasien yang terkena

lesi dekubitus

4. Beri perawatan tangan untuk pasien

secara seksama

5. Anjurkan pasien untuk tidak

memakai baju yang sempit

6. Anjurkan pasien untuk tidak

menggunakan salep

4 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Tn.B selama 3 x

24 jam diharapkan resiko infeksi dapat

teratasi dengan kriteria hasil :

1. Suhu tubuh dalam batas

normal

2. Luka dan insisi terlihat bersih,

merah muda dan bebas darai

drainase purulen

3. Jumlah leukosit dalam batas

normal

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Observasi tanda-tanda infeksi

3. Berikan tehnik aseptik pada

prosedur invasif dalam pemberian

obat intravena

4. Berikan obat antibiotik yang sesuai

5. Tingkatkan upaya pencegahan

dengan melakukan cuci tangan

yang baik

6. Berikan perawatan luka dengan

teratur dan sungguh-sungguh

didaerah kulit dan jaga kulit tetap

kering

7. Anjurkan pasien untuk makan dan

minum adekuat (pemasukan

makanan dan cairan yang adekuat )

5 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Tn.B selama 3 x

24 jam diharapkan kurang pengetahuan

dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. pasien dapat menyebutkan

penyakit diabetes mellitus

2. pasien dapat menyebutkan

dengan benar 2-3 gejal diabetes

mellitus

3. pasien dapat menyebutkan

komplikasi 2-3 komplikasi

diabetes mellitus

1. kaji tingkat pengetahuan pasien

mengenai penyakit, dan

pengobatannya

2. lakukan pemberian pendidikan

kesehatan secara bertahap dan

sesuai rencana pada satuan acara

pembelajaran

3. Ciptakan lingkungan saling percaya

dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk

pasien.

83

4. pasien dapat mengetahui tanda

dan gejala diabetes mellitus

5. pasien dapat melakukan

perubahan gaya hidup da

berpartisipasi dalam program

pengobatan.

4. Diskusikan dengan pasien tentang

penyakitnya

5. Tekankan pentingnya

mempertahankan pemriksaan gula

darah setiap hari.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Jam No.

Diag

nosa

Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf

Selasa /07-06-

2016

06.00

06.15

06.20

1

3

3

1) Mengkaji skala nyeri, Lokasi, Durasi,

Intensitas dan karakteristik Nyeri :

S :

Klien mengatakan tangan kirinya

terasa nyeri.

Klien mengatakan tangan kirinya

terasa berat saat digerakan

O :

- Tampak ada luka lesi ditangan

sebelah kiri klien

- SKALA NYERI :

P (problem) : nyeri akibat adanya

luka

Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya

seperti tertekan.

R (Regional/ lokasi ) : lokasi di

tangan sebelah kiri

S (skala) : skala nyeri 2

T (time ): timbulnya nyeri jarang

2) Mengkaji kondisi luka pada jaringan

pasien

S : klien mengatakan tangan kirinya

masih bengkak dan merah

O :

- Tampak ada luka lesi,

mengkilat di lengan kiri klien

- Tampak luka lesi tertutup

perban kassa pada area

pergelangan tangan sampai di

siku-siku

3) Mengkaji area luka setiap kali merawat

luka dan mengganti balutan

S : Klien mengatakan tangan kirinya

masih bengkak dan merah

WARDAH

WARDAH

WARDAH

84

06.25

06.30

06.40

06.50

5

1.4

2

3.4

O:

- Tidak tampak jaringan nekritik

pada area luka

- Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan

hangat

3) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien

mengenai penyakit, dan pengobatannya

S :

- Klien mengatakan tidak mengerti

tentang penyakit yang Tn. B derita

- Klien mengatakan tidak mengerti

tentang pengertian, penyebab, tanda

dan gejala dan

pencegahan diabetes mellitus

O :

- klien dan keluarga klien tampak

tidak mengerti dengan penyakit yang

diderita anggota keluarga

- kelurga klien mengatakan tidak tahu

pengertian,penyebab, tanda dan gejala

dan penecgahan diabetes mellitus .

4) Memonitot tanda-tanda vital :

S : -

O : Tanda-tanda vital

TD : 130/90 mmHg

N : 80x/menit

S : 38,2oC

RR : 20x/menit

5) Memonitor pemriksaan laboratorium,

seperti glukosa

S:

O:

Hemoglobin = L 11,7 g/dl

Hematokrit : L 33%

Jumlah Leukosit H 15,57

Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 :

405 mg/dl

Glukosa pada tanggal 07 juni 2016

Jam 06.00 : 102 mg/dL

Jam 12.00 : 182 mg/dL

Jam 18.00 : 207 mg/dL

Jam 24.00 : 214 mg/dL

6) Memberikan perawatan tangan untuk

pasien secara seksama

S: Klien mengatakan setelah dikompres

dan dibalut tangan kirinya merasa jadi

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

85

06.00

06.00

08.00

08.30

1

4

2

1

lebih nyaman

O:

- Tampak jaringan luka tangan

pasien kemeran, tidak bau dan

bersih, tidak ada jaringan yang

nekrosis

- Tampak perban klien bersih,

kering tidak bau dan tidak

rembes

7) Memberikan obat analgetik sesuai

dengan kebutuhannya

S : Klien mengatakan setelah minum obat

nyerinya jadi berkurang

O : Non flamin 3x1

diberikan jam 06.12.18 WIB

8) Memberikan obat antibiotik dan obat

oral lain sesuai program

S:

- klien mengatakan panas

berkurang setelah minum obat

- klien mengatakan merasa lebih

nyaman

O:

- Paracetamol 2x1

- Ceprofloxim 2x1

- CO Amoxiclax 2x1 diberikan

jam 06 dan jam 12 WIB.

9) Memberikan lingkungan yang

menyenangkan pada waktu makan

S: klien mengatakan lingkungan

nyaman, sunyi dan bersih.

O: tampak lingkungan kamar sunyi

dan bersih

10) Memberikan lingkungan yang tenang,

ruang agak gelap sesuai indikasi

S: klien mengatakan lingkungannya

nyaman tenang & ruangan gelap

jadi bisa istirahat

O :

- tampak klien sedang istirahat

tidur

- lingkngan tampak sunyi & tenang

TIM

PERAWAT

TIM

PERAWAT

WARDAH

WARDAH

86

09.00

09.10

12.00

12.10

12.40

12.50

3

1

2

1

3

3

11) Memberikan tehnik aseptik pada

prosedur inasif dalam pemberian obat

intravena

S: -

O: tampak klien sudah diberikan

obat melalui intravena dengan

tehnik aseptik

12) Membantu pasien menemukan posisi

nyaman

S: Klien mengatakan lebih nyaman

dengan posisi setengah duduk

O :

-Klien tampak lebih nyaman

dengan posisi semifowler

13) Memberikan pengobatan insulin

secara teratur sesuai dengan program

dokter

S: -

O: hasil glukosa darah 207 maka

dosis insulin diberikan 8 ui sesuai

SC

14) Menganjurkan pasien teknik relaksasi

S : klien mengatakn agak sedikit

legah setelah tarik napas dalam

O : klien tampak rileks setelah tarik

napas dalam

15) Menganjurkan pasien untuk tidak

memakai baju yang sempit

S: Klien mengatakan akan

menggunakan baju yang longgar

dan lengan pendek

O:

- Tampak klien mengerti dengan

yang dianjurkan perawat

- Tampak klien menggunakan

baju longgar dan baju lengan

pendek

16) Menganjurkan pasien untuk tidak

menggunakan salep

S: klien mengatakan sudah

menghentikan salep yang diklinik

O: tampak klien sudah tidak

mengentikan salep yang di klinik.

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

87

13.00

14.00

14.30

15.30

2

2

2

5

17) Menganjurkan pasien untuk makan dan

minum adekuat (pemasukan makanan dan

cairan yang adekuat )

S :

- Klien mengatakan sering

kelaparan padahal sudah

makan

- Klien mengatakan sudah

makan 1porsi tapi tetap saja

masih lapar

- Klien mengatakan sudah

makan snack dan ekstra susu

diabetasol

O :

- Tampak klien sering lapar

- Tampak keluarga klien sering

bertanya pada perawat

makanan yang harus dibeli apa

lagi karena klien sudah merasa

lapar lagi

- Tampak klien sedang memakan

snack dan extra susu diabetasol

yang dibeli keluarganya diluar

- Porsi makan yang dihabiskan 1

porsi

18) Mengauskultrasi bisisng usus pasien

S : -

O: 18x/menit

19) Menimbang berat badan setiap 3 hari

sekali atau sesuia dengan indikasi

S : -

O : BB 58 klien tidak ada

penurunan.

20) Menciptakan lingkungan saling

percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien.

S :klien mengatakan lingkungannya

nyaman tidak bising dan

pelayanannyapun baik

O :

- tampak klien nyaman dengan

lingkungannya

- lingkungan klien tampak sunyi

dan tenang

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

88

15.50

16.00

16.20

5

5

5

21) Melakukan pemberian pendidikan

kesehatan secara bertahap dan sesuai

rencana pada satuan acara

pembelajaran

S :

- klien mengatakan sekarang

jadi mengerti dengan

penyakitnya

- Klien mengatakan jadi tahu

pengertian, penyebab,

pencegahan dan tanda dan

gejalanya.

O :

- Klien tampak mengerti dengan

pendidikan yang diberikan

- Klien tampak menyebutkan

pengertian, penyebab,

pencegahan dan tanda & gejala

22) Mendiskusikan dengan pasien tentang

penyakitnya

S : klien mengatakan skarang jadi

tahu tentang penyakinya dan

bagaimana cara mengatasinya

O : tampak klien taju dengan

penyakit yang dialaminya sekarang

23) Tekankan pentingnya

mempertahankan pemriksaan gula

darah setiap hari.

S : klien mengatakan akan lebih

menjaga dan mengontrol gulanya di

tenaga kesehatan

O : tampak klien jadi lebih hati-hati

dengan penyakitnya dengan

kesadaran dirinya untuk selalu

mengontrol gula darahnya di tenaga

kesehatan.

WARDAH

WARDAH

WARDAH

Rabu/08-juni-

2016

06.00

1

1) Mengobservasi skala nyeri, Lokasi,

Durasi, Intensitas dan karakteristik

Nyeri :

S : -

- Klien mengatakan nyerinya

berkurang

- Klien mengatakan tangan

kirinya masih terasa berat saat

digerakan

O :

- Tampak ada luka lesi ditangan

WARDAH

89

06.30

07.00

07.10

08.00

4

3

1.4

2.4

sebelah kiri klien

- SKALA NYERI :

P (problem) : nyeri akibat adanya

luka

Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya

seperti tertekan.

R (Regional/ lokasi ) : lokasi di

tangan sebelah kiri

S (skala) : skala nyeri 1

T (time ): timbulnya nyeri jarang

2) Mengobservasi kondisi luka pada

jaringan pasien

S : klien mengatakan tangan kirinya

masih bengkak dan merah

O :

- Tampak ada luka lesi,

mengkilat di lengan kiri klien

- Tampak luka lesi tertutup

perban kassa pada area

pergelangan tangan sampai di

siku-siku

3) Mengobservasi area luka setiap

kali merawat luka dan mengganti

balutan

S : Klien mengatakan tangan

kirinya masih bengkak dan merah

O:

- Tidak tampak jaringan nekritik

pada area luka

- Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan

hangat

.

4) Memonitot tanda-tanda vital :

S : -

O : Tanda-tanda vital

TD : 130/90 mmHg

N : 80x/menit

S : 38,2oC

RR : 20x/menit

5) Memonitor pemriksaan

laboratorium, seperti glukosa

S:

O:

Hemoglobin = L 11,7 g/dl

Hematokrit : L 33%

Jumlah Leukosit H 15,57

Glukosa pada tanggal 07 juni 2016

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

90

06.00

08.00

08.00

09.00

10.00

3.4

1

4

2

1

Jam 06.00 : 102 mg/dL

Jam 12.00 : 182 mg/dL

Jam 18.00 : 207 mg/dL

Jam 24.00 : 214 mg/dL

6) Memberikan perawatan tangan

untuk pasien secara seksama

S: Klien mengatakan setelah

dikompres dan dibalut tangan

kirinya merasa jadi lebih nyaman

O:

- Tampak jaringan luka tangan

pasien kemerahan, tidak bau

dan bersih, tidak ada jaringan

yang nekrosis

- Tampak perban klien bersih,

kering tidak bau dan tidak

rembes

7) Memberikan obat analgetik sesuai

dengan kebutuhannya

S : Klien mengatakan setelah

minum obat nyerinya jadi

berkurang

O : Non flamin 3x1

8) Memberikan obat antibiotik dan

obat oral lain sesuai program

S:

- klien mengatakan panas

berkurang setelah minum obat

- klien mengatakan merasa lebih

nyaman

O:

- Ceprofloxim 2x1

- CO Amoxiclax 2x1

9) Memberikan lingkungan yang

menyenangkan pada waktu makan

S: klien mengatakan lingkungan

nyaman, sunyi dan bersih.

O: tampak lingkungan kamar sunyi

dan bersih

10) Memberikan lingkungan yang

tenang, ruang agak gelap sesuai

indikasi

S: klien mengatakan lingkungannya

nyaman tenang & ruangan gelap

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

91

12.00

12.30

12.35

13.00

13.30

4

1

1

1

1

jadi bisa istirahat

O :

- tampak klien sedang istirahat

tidur

- lingkngan tampak sunyi & tenang

11) Memberikan tehnik aseptik pada

prosedur inasif dalam pemberian

obat intravena

S:

O: tampak klien sudah diberikan

obat melalui intravena dengan

tehnik aseptik

12) Membantu pasien menemukan

posisi nyaman

S: Klien mengatakan lebih nyaman

dengan posisi setengah duduk

O :

-Klien tampak lebih nyaman

dengan posisi semifowler

13) Menganjurkan pasien teknik

relaksasi

S : klien mengatakn agak sedikit

legah setelah tarik napas dalam

O : klien tampak rileks setelah tarik

napas dalam

14) Menganjurkan pasien untuk tidak

memakai baju yang sempit

S: Klien mengatakan akan

menggunakan baju yang longgar

dan lengan pendek

O:

- Tampak klien mengerti dengan

yang dianjurkan perawat

- Tampak klien menggunakan

baju longgar dan baju lengan

pendek

15) Menganjurkan pasien untuk tidak

menggunakan salep

S: klien mengatakan sudah

menghentikan salep yang diklinik

O: tampak klien sudah tidak

mengentikan salep yang di klinik.

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

Rabu/08-juni-

2016

06.30

3

1) Mengobervasi area luka setiap kali

merawat luka dan mengganti balutan

WARDAH

92

06.30

06.00

08.20

06.00

06.10

1,4

4

2

4

4

S : Klien mengatakan tangan kirinya

masih bengkak dan merah

O:

- Tidak tampak jaringan nekritik

pada area luka

- Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan

hangat

2) Mengobservasi tanda-tanda vital

S : -

O :

- TD : 130/80mmHg

- N : 85x/meni

- RR : 19x/menit

- SH : 38,2oC

3) Memberikan obat antibiotik dan obat

oral lain sesuai program

S:

- klien mengatakan panas

berkurang setelah minum obat

- klien mengatakan merasa lebih

nyaman

O:

- Ceprofloxim 2x1 ( diberikan

jam 06.00 dan jam 18.00)

- CO Amoxiclax 2x1 (diberikan

jam 06.00 dan jam 18.00)

4) Memberikan pengobatan insulin

secara teratur sesuai dengan

program dokter

S: -

O: hasil glukosa darah 207 maka

dosis insulin diberikan 8 ui sesuai

SC (insulin SC STOP !! GANTI

CH, insulin diberikan setiap hari

senin dan kamis 3x 10 ui.)

5) Memberikan tehnik aseptik pada

prosedur inasif dalam pemberian

obat intravena

S: -

O: tampak klien sudah diberikan

obat melalui intravena dengan

tehnik aseptik

6) Memberikan perawatan tangan

untuk pasien secara seksama

S: Klien mengatakan setelah

dikompres dan dibalut tangan

kirinya merasa jadi lebih nyaman

O:

WARDAH

WARDAH

WARDAH

TIM

PERAWAT

TIM

PERAWAT

93

- Tampak jaringan luka tangan

pasien kemeran, tidak bau dan

bersih, tidak ada jaringan yang

nekrosis

- Tampak perban klien bersih,

kering tidak bau dan tidak

rembes

Kamis/02-06-

2016

06.00

06.10

06.20

1,4

2

1

7) Memonitor tanda-tanda vital

S: -

O:

- TD : 140/90mmHg

- N : 80x/menit

-RR :19x/menit

-SH : 37oC

8) Mengobservasi GDS :

S :

- klien mengatakan sering

kelaparan

- Kluarga klien mengatakan

makanan apa lagi yang boleh

dibeli di luar karna si bapak

sering sekali lapar walaupun

sudah makan.

O :

- Tamapak klien sedang makan

snack dan diabetasol

- Tampak kluarga klien sering

bertanya pada perawat,

makanan apa lagi yang boleh

dibeli diluar karna bapak sering

lapar lagi

- GDS : 405 mg/dl

9) Mengobservasi skala nyeri

S : -

- Klien mengatakan nyerinya

berkurang

- Klien mengatakan tangan

kirinya masih terasa berat saat

digerakan

O :

- Tampak ada luka lesi ditangan

sebelah kiri klien

- SKALA NYERI :

P (problem) : nyeri akibat adanya

luka

Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya

seperti tertekan.

WARDAH

WARDAH

WARDAH

94

06.30

09.00

09.20

14.00

1

2

2

2

R (Regional/ lokasi ) : lokasi di

tangan sebelah kiri

S (skala) : skala nyeri 3

T (time ): timbulnya nyeri jarang

10) Memberikan obat paracetamol

S : Klien mengatakan panasnya

sudah menurun setelah minum obat

O : suhu tubuh klien : 36,7oC

11) Menganjurkan pasien untuk makan

dan minum adekuat (pemasukan

makanan dan cairan yang adekuat )

S:

- Klien mengatakan sering

kelaparan padahal sudah

makan

- Klien mengatakan sudah

makan 1porsi tapi tetap saja

masih lapar

- Klien mengatakan sudah

makan snack dan ekstra susu

diabetasol

- Klien mengatakan minum

sudah habis aqua sedang dan

susu

O:

- Tampak klien sering lapar

- tampak keluarga klien sering

bertanya pada perawat

makanan yang harus dibeli apa

lagi karena klien sudah merasa

lapar lagi

- Tampak klien sedang memakan

snack dan extra susu diabetasol

yang dibeli keluarganya diluar

- Porsi makan yang dihabiskan 1

porsi

- Tampak klien minum 500 ml

dan susu 200 ml

12) Mengauskultrasi bisisng usus pasien

S :-

O: 18x/menit

13) Menimbang berat badan setiap 3 hari

sekali atau sesuia dengan indikasi

S : -

O : BB 58 klien tidak ada

penurunan berat badan.

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

95

15.30

16.00

16.30

16.45

18.00

5

5

5

5

2

14) Menciptakan lingkungan saling percaya

dengan mendengarkan penuh perhatian

dan selalu ada untuk pasien.

S :klien mengatakan lingkungannya

nyaman tidak bising dan

pelayanannyapun baik

O :

- tampak klien nyaman dengan

lingkungannya

- lingkungan klien tampak sunyi

dan tenang

15) Melakukan pemberian pendidikan

kesehatan secara bertahap dan sesuai

rencana pada satuan acara pembelajaran

S :

- klien mengatakan sekarang

jadi mengerti dengan

penyakitnya

- Klien mengatakan jadi tahu

pengertian, penyebab,

pencegahan dan tanda dan

gejalanya.

O :

- Klien tampak mengerti dengan

pendidikan yang diberikan

- Klien tampak menyebutkan

pengertian, penyebab,

pencegahan dan tanda & gejala

16) Mendiskusikan dengan pasien tentang

penyakitnya

S : klien mengatakan skarang jadi

tahu tentang penyakinya dan

bagaimana cara mengatasinya

O : tampak klien taju dengan

penyakit yang dialaminya sekarang

17) Tekankan pentingnya

mempertahankan pemriksaan gula

darah setiap hari.

S : klien mengatakan akan lebih

menjaga dan mengontrol gulanya di

tenaga kesehatan

O : tampak klien jadi lebih hati-hati

dengan penyakitnya dengan

kesadaran dirinya untuk selalu

mengontrol gula darahnya di tenaga

kesehatan.

18) Memberikan pengobatan insulin

secara teratur sesuai dengan program

WARDAH

WARDAH

WARDAH

WARDAH

TIM

96

dokter

S: -

O: diberikan CH jadwal hari kamis

3x10 ui

PERAWAT

A. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tanggal 07 Juni sampai 09 Juni 2016,

didapatkan hasil evaluasi setiap hari adalah sebagai berikut:

NO.

DX

HARI/

TANGGAL JAM EVALUASI (SOAP) PARAF

1 kamis,

9 Juni 2016

21.00 Subjektif :

- Klien mengatakan masi terasa nyeri

pada tangan kirinya

- Klien mengatak setelah setelah

tarik napas dalam agak sedikit

rileks

- Klien mengatakan tangan kirinya

terasa panas dan bengkak”

Objektif :

- Tampak klien mengeluh nyeri

- Tampak ada luka lesi ditangan

sebelah kiri klien

SKALA NYERI :

P (problem) : nyeri akibat adanya luka

Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya

seperti tertekan.

R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan

sebelah kiri

S (skala) : skala nyeri 3

T (time ): timbulnya nyeri jarang

- Tekanan darah 140/90 mmHg

- Nadi 80 x/menit

- Pernafasan 20 x/menit

- Suhu 38.2 oC

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Wardatun

Nafisah

97

Planing :

Lanjutkan intervensi

- Monitor skala nyeri, Lokasi,

Durasi, Intensitas dan karakteristik

Nyeri

- Monitor tanda-tanda vital

- Berikan obat analgetik sesuai

dengan kebutuhannya :

-Non flamin 3x1

- Berikan lingkungan yang tenang

,ruang agak gelap sesuai indikasi

- Bantu pasien menemukan posisi

nyaman

- Anjurkan pasien teknik relaksasi

2. Kamis,

9 Juni 2016

21.00 Subjektif :

Klien mengatakan masih merasa

sering lapar terus

Klien mengatakan nafsu

makannya meningkat terus

Objektif:

Tampak klien sering makan dan

lapar terus

Tampak keluarga klien sering

tanya keperawat makanan apa

lagi yang boleh dibeli untuk

bapak makan

Bb klien tetap 58kg

GDS : 405 mg/dl

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Planing :

Lanjutkan intervensi

Wardatun

Nafisah

98

- Observasi dan catat asupan pasien

- Monitor pemeriksaan laboratorium,

seperti glukosa

- Lakukan pemeriksaan gula darah

dengna menggunakan „‟finger

stick‟‟

- Berikan pengobatan insulin secara

teratur sesuai dengan program

dokter

- Auskultras bisisng usus pasien

- Timbang berat badan setiap 3 hari

sekali atau sesuia dengan indikasi

3 Kamis .

9 Juni 2016

21.00 Subjektif :

- Klien mengatakan tangan kirinya

masih bengkak dan merah

Objektif :

- Tidak tampak jaringan nekritik

pada area luka

- Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan hangat

- Tekanan darah 140/90 mmHg

- Nadi 80 x/menit

- Pernafasan 20 x/menit

- Suhu 38.2 oC

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Planing :

Lanjutkan intervensi

- Observasi area luka setiap kali

merawat luka dan mengganti

balutan

- Observasi kulit pasien yang terkena

lesi dekubitus

- Beri perawatan tangan untuk pasien

secara dg seksama

- Berikan

Wardatun

Nafisah

4 kamis, 21.00 Subjektif : Wardatun

99

9 Juni 2016 - Klien mengatakan badannya tadi

panas tapi setelah minum obat

panasnya jadi berkurang

- Klien mengatakan tangan

kirinya masih merah, bengakak

dan nyeri

Objektif :

- Tampak klien suhu tubuhnya

berkurang setelah minum

paracetamol

- Tangan kiri klien tampak masih

bengkak, merah dan panas

- Tanda-tanda vital

TD : 140/90mmHg

N : 80x/menit

S : 37OC

RR :19x/menit

- Jumlah Leukosit H 15,57

Analisa : Masalah belum teratasi

Planing :

Lanjutkan intervensi

- Observasi tanda-tanda vital

- Observasi tanda-tanda infeksi

- Berikan tehnik aseptik pada

prosedur invasif dalam pemberian

obat intravena

- Berikan obat antibiotik yang sesuai

Paracetamol 2x1

Ceprofloxim 2x1

CO Amoxiclax 2x1

- Tingkatkan upaya pencegahan

dengan melakukan cuci tangan

yang baik

- Berikan perawatan luka dengan

teratur dan sungguh-sungguh

Nafisah

100

- didaerah kulit dan jaga kulit tetap

kering

5 kamis,

9 Juni 2016

21.00 Subjektif :

- Klien mengatakan sekarang jadi

tahu tentang penyakitnya

- Klien mengatakan sekarang jadi

tahi pengertian, penyebab,

pencegahan dan tanda dan

gejalanya

- Klien menmgatakan sekarang

jadi lebih hati-hati lagi untuk

pola hidup

Objektif :

- Tampak klien mengerti yang

telah dijelaskan perawat

- Tampak klien dapat

menyebutkan pengertian,

penyebab, pencegahan dan tanda

dan gejala

Analisa : Masalah teratasi

Planing : intervensi dihentikan

Wardatun

Nafisah

101

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis beserta

laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan antar

tinjauan teoritis dengan laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. D

dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus Tipe 2 di paviliun Marwah Bawah

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih mulai dari tanggal 7 Juni sampai 9 Juni 2016.

Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses perawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami Diabetes Melitus Tipe 2

komplikasi Celulitis . Hal ini sesuai dengan teori pada tinjauan teoritis bahwa DM

Tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa pertengahan 40 tahun. Pada klien dengan DM

Tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya

responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan reseptor insulin dengan system

transpor glukosa. Ketidak normalan post reseptor dapat mengganggu kerja insulin.

Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang

beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan glukosa dalam darah.

Tn.B mengalami luka yang senakin lama semakin melebar tidak kunjung sembuh

dan mengalami peningkatan rasa lapar (polifagi). Hal ini sama halnya dengan

manifestasi klinis pasien DM yang akan menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum

karena merupakan komplikasi dari DM. Berdasarkan konsep, terjadinya masalah kaki

diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan

neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Hiperglikemia akan mengakibatkan

pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri.

Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.

Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada

jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat

102

peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita diabetes

mellitus mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan proses pengkajian dan data telah terkumpul berdasarkan

masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data-

data yang ada. Dari hasil analisa data, didapatkan diagnosa keperawatan berdasarkan

kondisi klien, yaitu :

1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot ditandai dengan klien mengatakan

„‟ Klien mengatakan tangan kirinya terasa berat saat digerakan. Klien mengatakan

tangan kirinya terasa nyeri, Klien tampak lemah, Tampak ada luka lesi ditangan

sebelah kiri klien, SKALA NYERI : P (problem) : nyeri akibat adanya luka, Q

(Qualitas) : nyeri ringan, nyerinya seperti tertekan, R (Regional/ lokasi ) : lokasi di

tangan sebelah kiri, S (skala) : skala nyeri 2, T (time ) : timbulnya nyeri jarang,

terjadinya nyeri bertahap, Jumlah Leukosit H 15,57 103ui, Tidak tampak jaringan

nekrotik pada area luka, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 38,2oC, RR :

20x/menit.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak

adekuatnya produksi insulin ditandai dengan klien mengatakan „‟ Klien mengatakan

semenjak dirumah sakit nafsu makan bertambah, Klien mengatakan selalu merasa

lapar terus padahal sudah makan, bubur Tim, snack dan extra susu diabetasol tapi

masih merasa lapar, Klienmengatakan “mempunyai riwayat DM sejak 16 tahun yang

lalu. Hasil pemeriksaan fisik : (ANTROPOMENTRI )BB : 58,TB : 165, LILA :

..,BBI = BB (Kg) : Tb (m)2

= 58kg : 1,65m x 1,65m = 21 (berat badan normal atau

ideal ), (BIOCHEMICAL DATA) Hemoglobin = L 11,7 g/dl, Hematokrit : L 33% ,

Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 : 405 mg/dl, Glukosa pada tanggal 07 juni 2016,

Jam 06.00 : 102 mg/dL , Jam 12.00 : 182 mg/dL Jam 18.00 : 207 mg/dL , Jam 24.00 :

214 mg/dL, (CLINICAL SIGN)Kepala : Rambut : rambut klien tampak bersih, tidak

rontok dan tidak ada benjolan dikulit kepala Hidung : tampak bersih dan tidak ada

benjolan, Mata : tampak anemis, Mulut : tampak mukosa mulut lembab, mulut

tampak bersih dan tidak bau, Gigi : tampak tidak ada careis gigi, Telinga : klien

tampak bersih tidak ada benjolan, Kulit tubuh : tampak tidak ada sianosis, kulit tubuh

103

klien tampak bersih dan tidak bau, kuku : kuku klien tampak ber bersih dan tidak

panjang, (DIETERY HISTORY), makanan yang disukai klien adalah : makanan

ciri khas padang yang bersantan dan pedas dan suka dengan yang manis – manis, jika

minum teh gulanya harus manis sekali biasanya 3 sendok makan, Diit skarang saat

dirumah sakit : Diit TIM 1700 kalori, Nafsu makan klien tampak meningkat,

Tampak klien sering lapar, Tampak keluarga klien sering bertanya pada perawat

makanan yang harus dibeli apa lagi karena klien sudah merasa lapar lagi , Tampak

klien sedang memakan snack dan extra susu diabetasol yang dibeli keluarganya

diluar, Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, tampak klien tidak menggunakan alat

bantu makan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya lesi kulit diabetakum

(celulitis) ditandai dengan „‟ Klien mengatakan tangannya bengkak, merah dan terasa

hangat sudah kurang lebih 15 hari, Klien mengatakan awalnya luka ditangan kirinya

sedikit hanya dipergelangan tangan saja kemudian dibawa ke klinik anggrek dan

dikasi salep, bukannya sembuh malah tambah parah bengkak, kemerahan, terasa

hangat, menjalar sampai ke siku-siku, Tampak ada luka lesi, mengkilat di lengan kiri

klien. Tampak tangan sebelah kiri klien,bengkak, merah dan hangat, Tampak luka lesi

tertutup perban kassa pada area pergelangan tangan sampai di siku-siku.

4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi meningkatkan kadar

glukosa ditandai dengan Klien mengatakan tangan kirinya bengkak, merah dan terasa

hangat, Klien mengatakan badannya terasa panas, TD : 130/80 mmHg Nadi :

80x/menit, Suhu : 38,2oC, RR : 20x/menit, Jumlah Leukosit H 15,57 10

3ui.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi ditandai dengan Klien

mengatakan tidak menegrti tentang penyakit yang Tn. B derita

Klien mengatakan tidak mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan

pencegahan diabetes mellitus, klien dan keluarga klien tampak tidak mengerti dengan

penyakit yang diderita anggota keluarga, kelurga klien mengatakan tidak tahu

pengertian,penyebab, tanda dan gejala dan penecgahan diabetes mellitus .

104

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, diagnosa keperawatan

yang tidak didapatkan pada klien tetapi ada di teori adalah :

k. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari

hiperglikemia), diare, mual, muntah Pada Tn.B diagnosa ini tidak muncul

karena tidak terjadi ketidakseimbangan volume cairan.

l. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel

tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi

syok.

m. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang pengetahuan tentang

faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan

garam, imobilitas), kurang pengetahuan tentang proses penyakit

(mis.,diabetes, hiperlipidemia), diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup

monoton. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi

ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer.

n. Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan asidosis metabolik

diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi sesak napas

o. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin diagnosa ini tidak

muncul karena klien tidak melakukan aktivitas apa-apa dan tidak merasa

kelelahan.

C. Perencanaan Keperawatan

Setelah diagnosa kepererawatan muncul, penulis merumuskan prioritas

masalah, tujuan, dan kriteria hasil serta perencanaan berdasarkan kondisi klien.

Prioritas masalah yang dilakukan berdasarkan yang mengancam hidup klien dan

kebutuhan Maslow. Pada tahap perencanaan, penulis mengacu berdasarkan dengan

tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi klien serta situasi ruangan. Perencanaan

yang dibuat berdasarkan masalah klien dengan berpedoman pada teori-teori yang

didapatkan selama perkuliahan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan

terdapat berbagai kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.

105

Pada tinjauan teoritis, diagnosa yang dapat ditegakkan pada diagnosa pertama

adalah gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot. Intervensi

yang dibuat dari diagnosa pertama adalah Kaji skala nyeri, Lokasi, Durasi, Intensitas

dan karakteristik Nyeri, Monitor tanda-tanda vital, Berikan obat analgetik sesuai

dengan kebutuhannya : Non flamin 3x1 pada jam 06.12.18. Berikan lingkungan yang

tenang ,ruang agak gelap sesuai indikasi Bantu pasien menemukan posisi nyaman,

anjurkan klien melakukan teknik non farmakologi relaksasi : nafas dalam jika timbul

rasa nyeri.

Diagnosa kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin, intervensi yang dibuat dari

diagnosa kedua adalah Observasi dan catat asupan pasien, Monitor pemeriksaan

laboratorium, seperti glukosa, Lakukan pemeriksaan gula darah dengna menggunakan

„‟finger stick‟‟, Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai dengan program

dokter : therapy insulin Novorapid 3 x 10 ui pada jam 06. 12. 18 WIB. Auskultras

bisisng usus pasien , Timbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan

indikasi, Berikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.

Diagnosa ketiga yaitu Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya

lesi kulit diabetakum (celulitis). intervensi yang dibuat dari diagnosa ketiga adalah

Kaji kondisi luka pada jaringan pasien, Kaji area luka setiap kali merawat luka dan

mengganti balutan, Observasi kulit pasien yang terkena lesi dekubitus, Beri perawatan

tangan untuk pasien secara seksama, Anjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang

sempit, Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep.

Diagnosa keempat yaitu resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan

pada sirkulasi meningkatkan kadar glukosa, intervensi yang dibuat dari diagnosa

keempat adalah Observasi tanda-tanda vital, Observasi tanda-tanda infeksi, Berikan

tehnik aseptik pada prosedur invasif dalam pemberian obat intravena, Berikan obat

antibiotik yang sesuai: Ceprofloxim 2x1 dan CO Amoxiclax 2x1 diberikan pada jam

08.00 dan jam 20.00 WIB, Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci

tangan yang baik, Berikan perawatan luka dengan teratur dan sungguh-sungguh

didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering, Anjurkan pasien untuk makan dan minum

adekuat (pemasukan makanan dan cairan yang adekuat ).

106

Diagnosa keempat yaitu resiko infeksi berhubungan dengan Kurang

pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi . intervensi yang dibuat dari

diagnosa kelima adalah kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, dan

pengobatannya, lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan

sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran, Ciptakan lingkungan saling

percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien,

Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya, Tekankan pentingnya

mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap ini penulis melakukan implementasi kepada klien yang

berlangsung selama 3 hari yaitu mulai tanggal 07 mei sampai dengan 09 mei 2016.

Implementasi yang dilakukan penulis berdasarkan rencana keperawatan yang telah

disusun bersama klien dan perawat ruangan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi klien saat ini.

Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawat di ruangan

untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan

sampai dengan hari ketiga. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S yaitu

mengkaji keluhan klien, mengobservasi tanda-tanda vital, dan melakukan perawatan

luka, selain itu penulis juga melakukan penyuluhan kesehatan pada klien tentang

teknik cuci tangan yang baik dan benar.

Dalam pelaksanaan kegiatan, ada faktor-faktor yang mendukung dan

menghambat dalam implementasi yang dilakukan. Faktor yang mendukung antara lain

klien dapat bekerja sama dengan perawat maupun keluarga dalam mengatasi masalah

yang dihadapi, klien dapat melakukan intervensi dengan baik, tersedianya alat-alat

kesehatan yang memudahkan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor yang

menghambat atau kesulitan penulis adalah bahwa diruangan tidak tersedianya media

penyuluhan seperti lembar balik dan leafleat.

107

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,

penulis akan melakukan evaluasi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat evaluasi

berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan perencanaan.

Pada kasus ada 4 diagnosa dalam analisa masalah teratasi sebagian, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot Evaluasi yang

didapatkan adalah , Klien mengatakan masi terasa nyeri pada tangan kirinya skala

nyeri 3, TD : 140/90mmHg

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya produksi insulin. Evaluasi yang didapatkan adalah, Evaluasi yang

didapatkan adalah , Klien mengatakan masih merasa sering lapar terus, Klien

mengatakan nafsu makannya meningkat terus, Bb klien tetap 58kg, GDS : 405

mg/dl , Tampak klien sering makan dan lapar terus, Tampak keluarga klien sering

tanya keperawat makanan apa lagi yang boleh dibeli untuk bapak makan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan pada sirkulasi

meningkatkan kadar glukosa. Evaluasi yang didapatkan adalah Klien mengatakan

tangan kirinya masih bengkak dan merah, Tidak tampak jaringan nekritik pada area

luka, Tampak tangan sebelah kiri klien,bengkak, merah dan hangat, Tekanan darah

140/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit

Suhu 37 oC

4. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi meningkatkan kadar

glukosa . Evaluasi yang didapatkan adalah Klien mengatakan badannya tadi panas

tapi setelah minum obat panasnya jadi berkurang, Klien mengatakan tangan kirinya

masih merah, bengakak dan nyeri, Tampak klien suhu tubuhnya berkurang setelah

minum paracetamol, Tangan kiri klien tampak masih bengkak, merah dan panas,

Tanda-tanda vital, TD : 140/90mmHg, N : 80x/menit, S : 37OC, RR :19x/menit,

Jumlah Leukosit H 15,57

Pada kasus ada 1 diagnosa dalam analisa masalah teratasi sebagian, yaitu :

- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi. Evaluasi yang

didapatkan adalah Klien mengatakan sekarang jadi tahu tentang penyakitnya Klien

108

mengatakan sekarang jadi tahi pengertian, penyebab, pencegahan dan tanda dan

gejalanya, Klien mengatakan sekarang jadi lebih hati-hati lagi untuk pola hidup,

Tampak klien mengerti yang telah dijelaskan perawat, Tampak klien dapat

menyebutkan pengertian, penyebab, pencegahan dan tanda dan gejala.

109

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pad Tn. B dengan Diabetes

Melitus Tipe 2, mulai dari tanggal 07 juni sampai dengan 09 juni 2016. Penulis mengambil

kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian Keperawatan

Pada tanggal 07 juni penulis melakukan pengkajian kepada Tn.B Didapatkan data

klien mengeluh Klien mengatakan tangan sebelah kirinya terasa berat saat

digerakan, Klien mengatakan tangan kirinya terasa nyeri, Klien mengatakan

semenjak dirumah sakit nafsu makan bertambah, Klien mengatakan selalu merasa

lapar terus padahal sudah makan, bubur Tim, snack dan extra susu diabetasol tapi

masih merasa lapar, Klienmengatakan “mempunyai riwayat DM sejak 16 tahun

yang lalu, Klien mengatakan tangannya bengkak, merah dan terasa hangat sudah

kurang lebih 15 hari, Klien mengatakan awalnya luka ditangan kirinya sedikit

hanya dipergelangan tangan saja kemudian dibawa ke klinik anggrek dan dikasi

salep, bukannya sembuh malah tambah parah bengkak, kemerahan, terasa hangat,

menjalar sampai ke siku-siku, Klien mengatakan tangan kirinya bengkak, merah

dan terasa hangat, Klien mengatakan badannya terasa panas, Klien mengatakan

tidak menegrti tentang penyakit yang Tn. B derita, Klien mengatakan tidak

mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan pencegahan diabetes

mellitus, Klien tampak lemah, Tampak ada luka lesi ditangan sebelah kiri

klienSKALA NYERI :P (problem) : nyeri akibat adanya luka, Q (Qualitas) :

nyeri ringan, nyerinya seperti tertekan, R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan

sebelah kiri, S (skala) : skala nyeri 2, T (time ) : timbulnya nyeri jarang,

terjadinya nyeri bertahap,Jumlah Leukosit H 15,57 103ui, Tidak tampak jaringan

nekrotik pada area luka, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 38,2oC. RR

: 20x/menit (ANTROPOMENTRI )BB : 58, TB : 165, LILA : ,,BBI = BB (Kg) :

Tb (m)2

= 58kg : 1,65m x 1,65m = 21 (berat badan normal atau ideal )

110

(BIOCHEMICAL DATA), Hemoglobin = L 11,7 g/dl , Hematokrit : L 33% ,

Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 : 405 mg/dl, Glukosa pada tanggal 07 juni

2016, Jam 06.00 : 102 mg/dL Jam 12.00 : 182 mg/dL, Jam 18.00 : 207 mg/dL,

Jam 24.00 : 214 mg/dL (CLINICAL SIGN) Kepala : Rambut : rambut klien

tampak bersih, tidak rontok dan tidak ada benjolan dikulit kepala, Hidung :

tampak bersih dan tidak ada benjolan, Mata : tampak anemis, Mulut : tampak

mukosa mulut lembab, mulut tampak bersih dan tidak bau, Gigi : tampak tidak

ada careis gigi, Telinga : klien tampak bersih tidak ada benjolan, Kulit tubuh :

tampak tidak ada sianosis, kulit tubuh klien tampak bersih dan tidak bau, kuku :

kuku klien tampak ber bersih dan tidak panjang (DIETERY HISTORY)

makanan yang disukai klien adalah : makanan ciri khas padang yang bersantan

dan pedas dan suka dengan yang manis – manis, jika minum teh gulanya harus

manis sekali biasanya 3 sendok makan. Diit skarang saat dirumah sakit : Diit

TIM 1700 kalori, Nafsu makan klien tampak meningkat, Tampak klien sering

lapar, Tampak keluarga klien sering bertanya pada perawat makanan yang harus

dibeli apa lagi karena klien sudah merasa lapar lagi Tampak klien sedang

memakan snack dan extra susu diabetasol yang dibeli keluarganya diluar, Porsi

makan yang dihabiskan 1 porsi, Klien tidak menggunakan alat bantu makan,

Tampak ada luka lesi, mengkilat di lengan kiri klien, Tampak tangan sebelah kiri

klien,bengkak, merah dan hangat, Tampak luka lesi tertutup perban kassa pada

area pergelangan tangan sampai di siku-siku, klien dan keluarga klien tampak

tidak mengerti dengan penyakit yang diderita anggota keluarga, kelurga klien

mengatakan tidak tahu pengertian,penyebab, tanda dan gejala dan penecgahan

diabetes mellitus .

2. Diagnosa Keperawatan

Selanjutnya penulis membuat masalah keperawatan berkaitan dengan klien

yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Inflamasi otot, diagnosa

kedua Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Tidak adekuatnya produksi insulin, diagnosa ketiga Gangguan integritas

kulit berhubungan dengan Adanya lesi kulit diabetakum (celulitis), diagnosa

keempat Resiko Infeksiberhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi

meningkatkan kadar glukosa, diagnosa kelima Kurang pengetahuan (kebutuhan

111

belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan Kurang informasi.

3. Perencanaan Keperawatan

Dalam membuat perencanaan, penulis mengalami kendala dalam menentukan

rencana yang akan dibuat pada diagnosa ketiga karena tidak ada didalam tinjauan

teoritis pada Diabetes Melitus, tetapi penulis mengambil keputusan dengan

mengacu pada tinjauan teoritis yang ada dari beberapa buku sumber lain.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi yang telah diberikan pada klien adalah Mengkaji skala nyeri,

Lokasi, Durasi, Intensitas dan karakteristik Nyeri, memonitor tanda-tanda vital ,

memberikan obat analgetik sesuai dengan kebutuhannya : Non flamin 3x1 jam

06.12.18 WIB , memberikan lingkungan yang tenang ,ruang agak gelap sesuai

indikasi, membantu pasien menemukan posisi nyaman, menganjurkan pasien

teknik relaksasi, mengobservasi dan catat asupan pasien, memonitor pemeriksaan

laboratorium, seperti glukosa, melakukan pemeriksaan gula darah dengan

menggunakan „‟finger stick‟‟, memberikan pengobatan insulin secara teratur sesuai

dengan program dokter : novoravid 3x10 ui diberian seminggu 2x senin dan kamis

pada jam 06.12.18 WIB. mengauskultras bisisng usus pasien , menimbang berat

badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi, memerikan lingkungan yang

menyenangkan pada waktu makan, mengkaji kondisi luka pada jaringan pasien,

mengkaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan, mengobservasi

kulit pasien yang terkena lesi dekubitus, memberikan perawatan tangan untuk

pasien secara seksama, menganjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang

sempit, menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep, Observasi tanda-

tanda infeksi, memberikan tehnik aseptik pada prosedur invasif dalam pemberian

obat intravena, memberikan obat antibiotik yang sesuai : Ceprofloxim 2x1 dan CO

Amoxiclax 2x1 diberikan pada jam 06 dan jam 12 WIB, meningkatkan upaya

pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, memberikan perawatan luka

dengan teratur dan sungguh-sungguh didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering,

menganjurkan pasien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan

cairan yang adekuat ), mengkaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit,

dan pengobatannya, melakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap

dan sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran, menciptakan lingkungan saling

112

percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien,

mendiskusikan dengan pasien tentang penyakitnya, menekankan pentingnya

mempertahankan pemriksaan gula darah setiap hari.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang didapatkan oleh penulis pada Tn,B sampai diakhir penulis

melakukan asuhan keperawatan didapatkan dalam analisa masalah teratasi sebagian

yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak

adekuatnya produksi insulin, Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya

lesi kulit diabetakum (celulitis), Resiko Infeksi berhubungan Peningkatan pada

sirkulasi meningkatkan kadar glukosa. Oleh karena itu untuk mempertahankan

kesehatan dan mencegah komplikasi berulang, maka tindakan keperawatan akan

dilanjutkan oleh perawat ruangan.

Evaluasi yang didapatkan oleh penulis pada Tn. B sampai diakhir penulis

melakukan asuhan keperawatan didapatkan dalam analisa masalah yang sudah

teratasi yaitu Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, menetukan diagnosa keperawatan,

menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi

tindakan keperawatan selama tiga hari di Paviliun Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih. Maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus

Tipe 2 komplikasi Celulitis , yaitu :

1. Bagi Rumah Sakit hendaknya menyediakan media seperti lembar balik dan leafleat disetiap

ruangan untuk mempermudah perawat dalam menjelaskan masalah kesehatan klien dan

sebagai media informasi bagi klien dan keluarga klien.

2. Bagi tim perawat di ruangan hendaknya meningkatkan kualitas pendokumentasian terutama

respon tindakan dan evaluasi akhir (SOAP) dapat dilakukan pada setiap diagnosa

keperawatan dan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium khususnya pemeriksaan leukosit

sebaiknya dilakukan kembali setelah diberikan tindakan terutama untuk pasien yang lama

menjalani perawatan untuk memantau keadaan dan perkembangan pasien.

113

3. Bagi mahasiswa sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien,

hendaknya lebih dalam membaca dan memahami konsep dasar terkait kasus yang akan

ditangani sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan sesuai

dengan teori.

114

DAFTAR PUSAKA

Doenges, Marilyn E. (2014). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Black, Joyce M. Dan Jane H. H. (2014). Kepertawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 buku 2. Jakarta: ELSEVIER.

Brunner. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa

Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan

Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Arisman.(2011).Obesitas,Diabetes Mellitus & Dislipedia : Konsep, Teori dan Penanganan

Aplikatif. Jakarta : EGC

LeMon, Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5 volume 3. Jakarta:

EGC.

Nurarif, Amin H. & Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Tandra,Hans (2008). Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang DIABETES Panduan

Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabtes dengan cepat dan Mudah. Jakarta : 2008

Taylor M.Cynthia. (2012). Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.

Jakarta: EGC

Perry, Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku.2 Edisi: 7. Jakarta : EGC

National Institutes of Health (NIH), 2008

115

LEMBAR KONSULTASI PENULISAN MALAKAH ILMIAH

Nama Mahasiswa : Wardatun Nafisah

Pembimbing : Ns. Wati Jumaiyah, M. Kep., Sp. KMB

Judul KTI : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. D dengan Gangguan Sistem

Endokrin: Diabetes Melitus tipe 2 di Marwah Bawah Rumah Sakit

Islam Jakarta Cempaka Putih.

Hari/

Tanggal Kegiatan Catatan Pembimbing

Paraf

Pembimbing

Senin,

21 Maret

2016

Judul - Judul acc

- Literatur minimal 10 periode 5

tahun terakhir

Kamis,

31 Maret

2016

Literatur - Literatur acc

- Buat jadwal bimbingan

Kamis,

9 Juni

2016

- Format

Pengkajian

- BAB II

- Daftar Pustaka

- Resume dilengkapi

- Menegakan 7 diagnosa dan

rencana tindakan sesuai

literatur dan BAB II

- Daftar pustaka ditambahkan

- Lanjut BAB I dan BAB III

Rabu,

15 Juni

2016

- BAB I

- BAB II

- BAB III

- BAB I dilengkapi dengan data

menurut WHO, Riskesdas,

RSIJ.

- BAB II tambahkan gangguan

kebutuhan

- BAB III perbaiki implementsi

- Lanjut BAB IV dan BAB V

116

Kamis,

16 Juni

2016

- Daftar Pustaka

- BAB IV

- BAB V

- Daftar Pustaka tambahkan

- BAB IV perbaiki

- BAB V perbaiki

Senin,

20 Juni

2016

- Cover makalah

- Lembar

persetujuan

- Kata Pengantar

- Daftar Isi

- BAB I, II, III,

IV

- Daftar Pustaka

- Perbaiki cover makalah

- Perbaiki BAB II, BAB IV

- Cober perbaiki

117

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : WARDATUN NAFISAH

NIM : 2013750003

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 07 Agustus 1993

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

No Telp : 08971400380

Alamat : Jl. papanggo RT 05/ RW 02, Kecamatan

Tanjung Priuk Jakarta Utara

B. DATA PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN ARRUHANIYAH 2 ( Jakarta Utara) 2000-2006

2. Madrasah Tsanawiyah Baniy Kholiel (Jawa Timur) 2006-2009

3. Aliyah Baniy Kholiel (Jawa Timur) 2009-2012

4. Program D III Keperawatan FIK UMJ (Jakarta Pusat) 2013-2016

C. DATA PENDIDIKAN INFORMAL

1. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa 2013

2. Basic Trauma Cardiac Life Support 2016