Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN.B DENGAN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PAVILIUN MARWAH BAWAH RUMAH SAKIT ISLAM
JAKARTA CEMPAKA PUTIH TANGGAL 07 -09 JUNI
Disusun Oleh :
WARDATUN NAFISAH
2013750050
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN RSIJ
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
4
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Pertama-tama kami panjatkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan hati yang mendalam,
puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan penuh kesadaran bahwa Dia telah membalas dosa-
dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat yang jauh lebih banyak lagi.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan;Nya pada junjungan kita, kekasih kita, manusia
yang paling mulia yang pernh ada didunia yaitu Nabi besar Muhammad SAW, tentu saja
beserta keluarganya yang mulia, para sahabatnya yang agung, serta kita dan para pengikutnya
sampai akhir zaman nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan makalah
ilmiah yang berjudul „‟Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.B Dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes mellitus di Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Makalah ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih ke[ada pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada :
1. Ibu Ns. Idriani, M.Kep.,Sp. Mat selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan RSIJ FIK-UMJ
2. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp KMB Selaku penguji dan pembimbing yang
selalu memberi bantuan dan saran-saran yang berguna dalam menyusun karyatulis ini
dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-,ya
kepada beliau beserta keluarganya.
3. Ns. Nurhayati, Sp. Kep. Kom selaku wali kelas tingkat yang selama tiga tahun selalu
membimbing, mengingatkan dan mengarahkan serta selalu memberikan semangat
yang tiada henti kepada semua mahasiswa Program D III Keperawatan RSIJ FIK
UMJ.
4. Ibu Ns.Endang S.Kep Selaku penguji dan pembimbing lahan yang selalu memberi
masukan yang sangat berguna selama praktek lahan dan menyusun karya tulis ini.
5. Para Dosen dan Staf Pendidikan Akademik yang telah memberi dukungan dan saran
selam praktek lahan dan menyususn karta tulis ilmuah
5
6. Kepala Bidang Keperawatan beserta staf khususnya di Paviliun Marwah Bawah
Rumah sakit Islm jakarta Cempaka Putih.
7. Abah, Umi tercinta yang telah memberi dukungan dan motivasi dari awal hingga
akhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan materi sehingga dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
8. Nurhayati kakak pertama yang aku sayang yang selalu mensuport penulis.
9. Ahmad Faiz kakak kedua yang aku sayang yang selalu memberikan arahan selama
jalannya pembuatan KTI.
10. Mutimatussa‟adah adik yang aku sayang yang selalu mengerti disaat masa-masa sulit
dan selalu mensuport.
11. Rudi Ansah yeng selalu menemani dan membantu penulis dalam membuat KTI, yang
selalu sabar menemani disaat masa-masa sulit.
12. Teman-teman kepompong dan Marawis yang selalu memotivasi.
13. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam
Jakarta Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 31 yang selalu berjuang dan
berusaha dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah karya tulis ilmuah ini,
semogo sukses.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan karya tulis ilmiah ini masih hjauh
dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga karya
iliah ini dapat brguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada
khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keparawatan di Rumah
Sakit.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta,22 Juni 2016
Penulis
6
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESSAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 8
B. Tujuan Penulisan .............................................................................................10
1. Tujuan Umum ......................................................................................10
2. Tujuan Khusus .....................................................................................11
C. Ruang Lingkup ................................................................................................11
D. Metode Penulisan ................................................................................... ........11
E. Sistematika Penulisan ......................................................................................12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar .................................................................................................14
1. Pengertian ...........................................................................................14
2. Klasifikasi ...........................................................................................14
3. Etiologi ...............................................................................................16
4. Gangguan Kebutuhan Dasar...............................................................18
5. Patofisiologi .......................................................................................21
6. Manifestasi klinis ...............................................................................26
7. Komplikasi .........................................................................................27
8. Penatalaksanaan Medis ......................................................................30
Penatalaksanaan keperawatan
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus.............36
1. Pengkajian Keperawatan ..................................................................36
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................42
3. Perencanaan Keperawatan ..............................................................45
7
4. Pelaksanaan Keperawatan ..............................................................59
5. Evaluasi Keperawatan ....................................................................60
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................61
B. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................76
C. Perencanaan Keperawatan .........................................................................81
D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................83
E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................96
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................101
B. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................102
C. Perencanaan Keperawatan .........................................................................104
D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................106
E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................109
B. Saran .........................................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah diatas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme
glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada 2 tipe
diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya
didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat
setelah dewasa.
Diabetes melitus kini benar-benar telah menampaki era kesejagatan dan
menjadi masalah kesehatan dunia. Insidens dan prevalensi penyakit ini tidak pernah
berhenti mengalir, terutama di negara sedang berkembang dan negara yang
memasuki budaya industrialisasi.
DM merupakan penyebab kematian keenam terbanyak akibat penyakit di
Amerika Serikat, khususnya karena penyebaran efek kardiovaskular yang
menyebabkan aterosklerosis, penyakit arteri koroner, dan stroke (CDC, 2009).
Penyandang DM dua hingga empat kali lebih mungkin menderita penyakit jantung
dan dua hingga empat kali lebih mungkin menderita stroke dibanding orang yang
tidak menyandang DM. DM merupakan penyebab utama penyakit ginjal stadium-
akhir (gagal ginjal) dan penyebab utama kebutaan baru yang di diagnosis pada orang
berusia 20-74 tahun. DM juga merupakan penyebab terbanyak amputasi
nontraumatik, dengan perkiraan 71.000 amputasi tiap tahun pada penyandang DM
(NIH, 2008).
Indonesia merupakan salah satu dari 10 besar negara dengan jumlah diabetes
terbanyak. WHO memperkirakan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia akan
meningkat. signifikan hingga mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 mendatang.
Berdasarkan data, pada tahun 2013 penderita DM di Tanah Air mencapai
8.554.155 orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga
mencapai 9,1 juta orang, tahun 2035 jumlah penderita DM diprediksi melonjak
9
hingga ke angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk
populasi orang dewasa. Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi diabetes
di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter di DKI Jakarta (2,5%) sebagai tertinggi kedua di Indonesia setelah
Yogyakarta.
Berdasarkan data statistik Medical Record Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih, jumlah penyandang Diabetes Melitus dengan selulitis pada bulan
Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2015 berjumlah 19 kasus, pada bulan
Januari 2016 sampai dengan April 2016 sebanyak 34 pasien. Sedangkan di Paviliun
Marwah Bawah pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan April 2016 sebanyak
34 pasien.
Peningkatan gula darah yang terjadi pada klien dengan DM tipe 2 dapat
mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman, klien mengeluh
nyeri pada lukanya akibat gatal-gatal . Gangguan pada keseimbangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, klien menalami peningkatan nafsu makan yang berlebihan
dikarenakan penggunaan cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Gangguan pemenuhan kebutuhan integritas jaringan, terjadi dikarenakan
kurangnya aliran darah yang melewati area luka tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya komplikasi dari
penyakit DM (Riyadi, 2013 dan Doenges, 2012).
Kegawatan/komplikasi penyakit atau gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
terhadap kesehatan individu apabila tidak segera diberikan tindakan akan
menyebabkan komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi akut terjadi akibat
intoleransi glukosa yang datangnya mendadak tanpa aba-aba. Komplikasi akut
diantaranya adalah hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik, sindrom hiperglikemia
hiperosmolar nonketosis, dan hipoglikemia. Hiperglikemia adalah peningkatan kadar
gula dalam darah yaitu >200 mg/dL sedangkan ketoasidosis diabetik adalah
keracunan zat keton akibat kekurangan insulin. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar
nonketosis adalah varian ketoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperglikemia
ekstrem (600-2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak terdeteksi,
dan tidak ada asidosis. Hipoglikemia merupakan rendahnya kadar gula dalam darah
10
yaitu <70 mg/dL. Komplikasi kronis biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan DM.
Komplikasi kronis terbagi menjadi makrovaskular (pembuluh darah besar) dan
mikrovaskular (pembuluh darah kecil). Komplikasi kronis makrovaskular diantaranya
adalah penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit
pembuluh darah perifer, dan infeksi. Sedangkan komplikasi kronis mikrovaskular
diantaranya adalah retinopati diabetik, nefropati, neuropati, dan kaki diabetik/ulkus
diabetik.
Berdasarkan uraian di atas dan masalah keperawatan yang muncul beserta
komplikasinya, maka keterkaitan peranan keperawatan dalam penanganan DM di RS
dibutuhkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
DM. Peran tersebut dapat dilaksanakan dengan upaya promotif, yaitu dengan
memberikan pendidikan (edukasi) kepada klien pada awal dan seterusnya tentang
penyakit DM dengan tujuan meningkatkan derajat dan status kesehatan, berupa
pengetahuan tentang penyakit DM, mempertimbangkan nutrisi yang tepat untuk DM,
olahraga, dan pengobatan DM. Kemudian upaya preventif merupakan upaya
pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit DM, yaitu dengan menjaga
pola makan teratur dan dan mengubah gaya hidup ke yang lebih sehat. Kemudian
upaya kuratif yaitu dengan berkolaborasi dalam melakukan pemberian terapi yang
tepat untuk pengendalian gula darah dan terapi diet untuk nutrisi. Serta upaya
rehabilitatif merupakan upaya untuk pemulihan setelah sakit dam mempertahankan
keadaan klien agar tidak bertambah parah dan mencegah terjadinya komplikasi,
dengan membuat perencanaan seperti minum obat secara teratur dan kontrol secara
rutin.
Sehingga peneliti menganggap perlu asuhan keperawatan dengan judul
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Klien dengan DM Tipe 2 komplikasi selulitis di
Paviliun Marwah Bawah RS. Islam Jakarta Cempaka Putih.
B. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata, memperoleh informasi/gambaran dan mampu
menerapkan teori dan konsep Asuhan Keperawatan pada kasus gangguan sistem
endokrin : Diabetes Mellitus pada pasien Tn.B di Marwah Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
11
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulis karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2
komplikasi selulitis
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada psien dengan Diabetes Mellitus
tipe 2 komplikasi selulitis
c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mencari
solusinya
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada pasien dalam
bentuk narasi
C. RUANG LINGKUP
Dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi pada Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn.B dengan gangguan sitem endokrin : Diabetes Mellitus
tipe 2 selulitis di Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih selama
Tiga hari dari tanggal 07 sampai 09 Juni 2016.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan panulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang dilakukan dengan
cara pengumpulan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan
studi kasus, untuk menunjang penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh
informasi/data melalui :
12
1. Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan asma bronkhial
serta refresnisi yang terkait dengan asma brokhial.
2. metode deskriptif
Yaitu suatu metode dimana penulis menguraikan hasil Asuhan Keperawatan melalui
pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, komplikasi, penataksanaan dan terapi., pelaksanaan
(pemeriksaan diagnostic dan terapi), asuhan keperawatan (pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatandan evaluasi keperawatan ).
BAB III : Tinjauan Kasus
Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada psien dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Milletus tipe 2 , selama 3x24
jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Merupakan kesenjangan – kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi.
13
BAB V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
Kesimpulan membahas tentang ringkasan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem endokrin : Diabetes Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis . Sedangkan
saran berisi tentang harapan dan masukan dari penulis yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 komplikasi selulitis
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
LMAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin (Nurarif &
kusuma, 2015)
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidak mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).
(black & hawks,2014)
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada
dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi perawatan
mandiri pada pasien (LeMone, 2015).
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Arisman ( 2011), adalah :
1. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM )
Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel pankreas. Dahulu DM tipe 1
disebut juga diabetes onset anak (atau onset remaja ) dan diabetes rentan -
kotosis (karena sering menimbulkan ketosis) onset DM tipe 1 biasanya terjadi
sebelum usia 25-30 tahun ( tetap tidak selalu demikian karena orang dewasa
dan lansia yang kurus juga dapat megalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin
mengalami defisensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali).
Dengan demikian tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan
melalui pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya
akan mudah terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis daibetik .
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya sangat
progresif jika tidak diawali, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan
koma. Ketiga diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan
15
yang rendah, hasil tes deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80% dan
kadar gula darah puasa >140mg/dl.
2. DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)
Diabetes mellitus jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (ata
onset-dewasa) dan diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak
tepat karena 25% diabetesi, tapi pada kenyataannya harus diobati dengna
insulin, bedanya mereka tidak memerlukan insulin sepanjang usia ).
DM tipe 2 mempunyai onset ada usia pertengahan (40-an tahun) atau lebih tua
lagi dan cendrung tidak berkembang kearah ketosis. Kebanyakan pengidapnya
memiliki berat badan lebih. Atas dasar ini pula, penyandang DM jenis ini di
kelompokkan menjadi dua (1) kelompok obes (2) kelompok non-obes.
Kemungkinan untuk mengidap penyakit DM tipe 2 akan berlipat dua jika berat
badan bertambah sebanyak 20%. diatas berat badan ideal dan usia bertambah
10 tahun (di atas 40 tahun).
Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-kadang bahkan
belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun). Progresivitas gejala
berjalan lambat. Koma hiperosmolar dapat terjadi pada kasus-kasus berat.
Namun, ketoasidosis jarang sekali muncul, kecuali pada kasus yang disertai
setres atau infeksi. Kadar insulin menurun (tetapi tidak sampai nol), atau
bahkan tinggi atau mungkin juga insulin bekerja tidak efektif.
Pengendilannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada
kontraindikasi) olahraga atau dengan pemberian obat hipoglisemik
(antidiabetik oral, ADO). Namun, jika hiperglisemia tetap membandel, insulin
terpaksa dibrikan.
3. DM tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder atau DM tipe
lain. Etiologi diabets jenis ini, meliputi (a) penyakit pada pangkreas yang
merusak sel B seperti hemokromarosis, pangkreatitis, (b) sindrom hormonal
yang mengganggu sekresi dan atau menghambat kerja insulin (fenitoin
(dilantin) (c) obat-obat yang mengganggu sekresi insulin atau menghambat
kerja insulin
16
4. Diabets melitus kehamilan (DMK)
Daibetes mellitus kehamilan didefiniskan setiap intoleransi glukosa yang
timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang darajat
intoleransi serta tidak memperhatiakan apakah gejala ini lenyap atau menetap
selepas melahirkan . diabetes jenis ini biasnya muncul pada kehamilan
trimester kedua atau ketiga. Kategori ini mencakup DM yang terdiagnosis
ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang sebelumnya
diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk ke dalam
kategori ini.
5. Diabetes mellitus terkait malnutrisi (DMMal)
Kategori ini diusulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali
ditentukan di negara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah tropis.
Diabetes jenis ini biasanya menampakkan gejala pada usia muda, antara 10-40
tahun (lazimnya di bawah 30 tahun), sebagian pasien mengalami nyeri perut
yang menjalar ke daerah punggung (pola jalaran nyeri ini mirip dengan pola
jalaran nyeri akibat pankreatitis).
C. Etiologi
Etiologi menurut Nurarif (2015) adalah :
1. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-
sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1
b. Faktor imunologi (autoimun)
c. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2. DM tipe 2
17
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :
usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 yaitu :
a. <140 mg/dL : normal
b. 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
c. >200 mg/dL : diabetes
Etiologi menurut Sujono 2014 adalah :
1. Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-
sel beta pulau langerhans jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh
predisposisi herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak
sel-sel beta atau degenerasi sel beta. Diabetes jenis awitan malnutrisi
disebabkan oleh degenaerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan dan
akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi
sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan
dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena
diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme
pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.
2. faktor resiko menurut Sujono (2013), adalah :
a. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
penyakit diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus
akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
penurunan produksi insulin.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara dramatis
menurun dengan capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang
akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk
memproduksi insulin.
18
c. Gaya hidup stres
Stres kronis cendrung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pacreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, seadngkan
obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola
makan yang tidak terarur dan cenderung terlambat juga akan berperan
pada ketidakstabilan kerja pankreas.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pacreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi
sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berkibat pada penurunan pada
fungsi pankreas.
1. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Klien dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Celulitis
Pada klien dengan DM mengalami beberapa gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
a. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
19
Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan
sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah
konsep sentral tentang kiat keperawatan.
1) Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter & Perry, 2005).
2) Fisiologi Nyeri
Stimulus penghasil-nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-
abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-
sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry,
2005).
Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman karena nyeri neuropatik. Nyeri Neuropatik adalah proses abnormal
dari input sensorik oleh sistem saraf pusat atau perifer; pengobatan biasanya
mencakup beberapa tambahan analgesik (Potter Perry, 2010).
1) Nyeri yang timbul secara terpusat
a) Deafferentation pain: cedera pada sistem saraf pusat atau perifer.
Contoh: nyeri phantom (tidak nyata) yang menggambarkan cedera
pada sistem saraf perifer; nteri seperti terbakar di bawah tingkatan
luka medula spinalis menggambarkan cedera pada sistem saraf pusat.
b) Pertahanan nyeri simpatetik: berhubungan dengan disregulasi dari
sistem saraf otonom. Contoh: nyeri yang berhubungan dengan refleks
distrofi simpatis/kausalgia (sindrom nyeri lokal yang kompleks, tipe I,
tipe II).
20
2) Nyeri yang timbul di perifer
a) Nyeri polineuropati: klien merasakan nyeri di sepanjang jalur saraf-
saraf perifer. Contoh: neuropatik diabetikum, neuropatik alkohol-
nutrisi, dan sindrom Guillain-Barre.
b) Nyeri mononeuropati: biasanya berhubungan dengan cedera saraf
yang diketahui, dan nyeri dirasakan setidaknya sebagian dari saraf
yang rusak. Contoh: penekanan pada akar saraf, saraf yang terjepit,
dan neuralgia trigeminal.
b. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2006), Nutrisi merupakan proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh.
Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ
asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan
pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan
makanan secara kimiawi.
Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan.
Nutrien terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.
Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
Penderita diabetes melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat
badannya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan
terjadi penurunan massa sel (Sujono, 2013).
Penderita diabetes miletus mengalami kurang pengetahuan ditandai
dengan tidak tahunya tentang pengertian, penyebab dan tanda dan gejal
penyakit yang dideritanya.
21
Kebutuhan belajar adalah bagimana cara menurunkan kadar gula
darah, begaimana cara mengkonsumsi makanan yang aman dan bagaimana
cara menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi.
c. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan kadar
gula darah, bagaimana cara mengkonsumsi makanan yanga aman dan
bagimana cara menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi.
D. PATOFISOLOGI
Patofisiologi DM menurut sujono (2013), adalah :
Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin yaitu :
1. Pengurangan glukosa oleh sel tubuh yang mengakibatkan peningkatan
konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Keadaan patologi tersebut akan
berdampak
a) Hiperglikemia
Hiperglikemia di definisikan sebagi kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160mg/100ml darah.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam
tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk kedalam sel tubuh. Glukosa
itu kemudian di olah untuk menjadi energi. Apabila bahan energi yang
dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati
dan sel-sel otak (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan
glikogen) dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia. Pada
penderita diabetes mellitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik
sehingga glukosa banyak menumpuk didarah (hiperglikemia).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar
pada perubahan metabolik sebagai berikut :
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
22
2) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap
terdapat glukosa pada darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang dan glukosa “Hati” dicurahkan kedalam darah secara terus
menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari non karbohidrat) meningkat
dan lebih banyak lagi glukosa “Hati” yang tercurah kedalam darah hasil
pemecahan asam amino dan lemak
Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.
Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan
darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat
mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan
mengakibatkan penderita diabetes mellitus mengalami infeksi oleh bakteri
dan jamur.
b. Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel
karena adanya penigkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis
merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya penigkatan konsentrasi
larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes mellius pada terjadinya
hiperosmolaritas, karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang
notaben komposisi terbayak adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah
akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfilterasi
dan reabsopsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/menit). Kelebihan ini
kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urine (glukosuria).
Ekskresi molekul glukosa yang akut secara osmosis menyebabkan kehilangan
sejumlah besar air (biuresis osmotik dan berakibat peningkatan volume air
(poliuria). Proses seperti ini mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler
dan juga diruangan intraseluler.
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380
mosmosls/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat
berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonmetabolik (KHHN).
23
c. Starvasi selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena
glukosa sulit masuk padahal disekeliling sel banyak sekali glukosa tetapi
tidak bisa diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang
memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk
tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-
jaringan peripheral yang terganung pada insulin (otot rangka dan jaringan
lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan
glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi
mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini
berdampak pada penurunan massa otot , kelemahan otot dan rasa mudah
lelah.
1) Starvasi seluller juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein
dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk
glukoneogenosis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.
Protein dan asam amino yang mengalami proses glukoneogenosis yang
menggunakan asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh
karena unsur nitrogen (sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan
kembali untuk semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan
dieksresikan dalam urine. Eksreksi nitrogen yang banyak akan berakibat
pada keseimbangan negatif nitrogen. Depresi protein akan berakibat tubuh
menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan sulitnya
pengembalingan jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau ada cidera).
2) Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak
(lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan griseral yang meningkat
bersikulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis
yang digunakan sel untuk melakukan aktifitas sel ketoorganik (keton),
sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH
darah menurun. Pernapasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi
keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi bertambah buruk
24
dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang
meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan
protein.
Adanya starvasi seluller akan meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh
untuk meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh untuk meningkatkan
pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi
seluller juga akan memunculkan gejalan klinis kelemahan tubuh karena
terjadi penurunan produksi energi dan kerusakan berbagai organ reproduksi
yang salah satunya dapat timbul impotensi dan organ tubuh yang lain
seperti bersarafan perifer dabn mata (muncul rasa baal dan mata kabur).
25
Patofisiologi Diabetes Mellitus
Sumber :
Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
26
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Sujono (2013), adalah :
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) Ketika kadar glukosa darah melebihi
ambang batas glukosa-biasanya sekitar 180 mh/dl – glukosa dieksresikan ke
dalam urine, suatu kondisi yang disebut glukosuria
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus ) Penurunan volume intraselular dan
peningkatan pengeluaran urien menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan
sensor haus diaktifkan yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang
banyak
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
tanpa insulin, produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstilmulasi rasa
lapar dan orang akan makan lebih banyak
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi, dan BB berkurang.
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
6. Kelainan kulit : berupa gatal-gatal, bisul, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan
kulit seperti diketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
7. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes mellitus
regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar
utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persyarafan terutama
perifer mengalami kerusakan.
8. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada
penderita diabetes mellitus bahkan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian
jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga
dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
diabetes mellitus.
9. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi Ejakulasi dan dorongan seksualitas
laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormom testosteron. Pada kondisi
27
optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan
seksual. Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone
seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperanan.
10. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelianan pada corpus
vitreum.
F. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes melitus menurut Sujono (2013), adalah :
1. Komplikasi yang bersifat akut
a. Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karean pemakaina obat-obat diabetik yang melebihi
dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa
yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
b. Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka
benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang
dapat mengakibatkan asidosis.
c. Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel
karena banyak dieksresi lewat urin.
2. Komplikasi yang bersifat kronik
a. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah
besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada NIDDM. Komplikasi
makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan
penyakit vaskuler perifer.
b. Mikroangopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati diabetic. Perubahan-perubahn mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah
28
sekitar. Terjadi pada penderita IDDM yang terjadi neuropati, nefropati dan
retinopati.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi
ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal tubulus dan glomerulus
penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.
Retinopati adanya perubahan dalam retina kaeran penurunan proein dalam
retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan retinopati
mempunyai dua tipe yaitu :
1) Retinopati back graund dimulai dari mikroneuronisma didalam
pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
2) Retinopati proliferasi yang merupakan perkembangan lanjut dari
retinopati back ground, trdapat pembentukan pembuluh darah baru pada
retina akan berakibat pembuluh darah menciut dan menyebabkan tarikan
pada retina dan perdarahan didalam rongga viterium. Juga mengalami
pembentukan katarak yang disebabkan oleh hiperglikemia yang
berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3) Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi sensori nyeri.
4) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih.
5) Kaki diabetik : perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan perubahan pada ekstermitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik. Dapat
menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan ganggren.
\
Komplikasi menurut Pricilla LeMone (2015), adalah :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemia) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai didalam
klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Kadar
glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia
29
bervariasi tapi gejala itu tidak terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60
mg/dl.
Kurang hati-hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering
menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau
pemberian insulin, latihan fisik penuh semangat yang tidak diharapkan,
atau tidur lebih dari biasanya dipagi hari dapat juga menyebabkan
hipoglikemia. Pengaruh alkohol, ganja atau obat-obatan lain dapat
menyamarkan kesadaran klien akan hipoglikemia pada tahap paling dini.
Hipoglikemia dapat terjadi pada waktu siang atau malam. Ini
tampaknya terjadi paling umum selama olahraga, 8-24 jam setelah
olahraga berat, dan di dalam pertengahan malam. Hipoglikemia berat
tampak terjadi lebih sering pada klien yang tidak menyadari hipoglikemia,
melawan regulasi glukosa tidak sempurna, dan neurapti autonom dan juga
klien yang menerima terapi diabetes intensif.
Periode dimana klien paling mungkin mengalami reaksi insulin
bergantung pada tipe insulin yang diberikan, respons klien terhadap
insulin, dan waktu suntikan insulin dalam kaitannya dengan asupan
makanan.
Ketika insulin diberikan pagi hari., preparat kerja pendek cenderung
menghasilkan reaksi sebelum makan siang: insulin kerja sedang, 2-3 jam
sebelum makan malam : dan insulin kerja panjang, antara jam 2 pagi dan
makan pagi. NPH atau insulin lente disuntikan sebelum makan malam (5
sore) dapat menyebabkan hipoglikemia sekiar jam 2 pagi, ketika kadar
glukosa darah normal terendah karena penurunan metabolisme, dan sekali
lagi pada sekitar jam 8 pagi, ketika insulin mencapai puncak jika waktu
makan pagi tidak tepat waktu.\
b. Ketoasidosis Diabetik
Ketika patofisiologi DM tipe 1 yang tidak diobati berlanjut,
kekurangan insulin menyebabkan cadangan lemak dipecah untuk
menyediakan energi yang menghasilkan hiperglikemia berkelanjutan dan
mobilisasi asam lemak dengan ketosis bertahap.
Ketoasidosis diabetik (DKA) terjadibila terdapat kekurangan insulin
mutlak dan peningkatan hormon kontraregulator terstimulasi (kortisol).
30
Produksi glukosa oleh hati meningkat, pemakaian glukosa perifer
berkurang, mobilisasi lemak meningkat dan ketogenenisis (pembentuka
keton ) dirangsang. Peningkatan kadar glukagon mengaktifkan jalur
glukoneogenisis dan ketogenisis di hati.
Pada keadaan kekurangan insulin, produksi berlebihan beta-
hidroksibutirat dan asam asetoasetat (badan keton) oleh hati menyebabkan
peningkatan konsentrasi keton dan peningkatan pelepasana asam lemak
bebas. Sebagai akibat dari kehilangan bikarbonat (yang terjadi bila
terbentuk keton), penyangga bikarbonat tidak terjadi dan terjadi asidosis
metabolik disebut DKA. Akibat penumpukan keton dan assidosis yang
terjadi dapat menyebabkan koma dan kematian jika tidak ditangani
DKA juga dapat terjadi pada orang yang terdiagnosis DM saat
kebutuhan tenaga meningkat selama stres fisik atau emosi. Keadaan stres
memicu pelepasan hormon glukoneogenik, yang menghasilkan
pembentukan karbohidrat dari protein atau lemak. Orang yang sakit,
menderita infeksi (penyebab terserang DKA ) atau yang mengurangi atau
melewatkan dosis insulin sangat beresiko mengalami DKA.
DKA melibatkan empat masalah metabolik :
Hiperosmolaritas akibat hiperglikemia dan dehidrasi.
1) Asidosis metabolik akibat penumpukan asam keton
2) Penurunan volume ekstraselular akibat diuresis osmotik.
3) Ketidak seimbangan elektrolit (misalnya kehilangan kalium dan
natrium) akibat diuresis osmotik
G. Penatalaksanaan
menurut Brunner & suddarth‟s (2014 ), adalah :
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kimia
yang normal dan mencegah komplikasi hingga jaringan ginjal
diperbaiki dan fungsi ginjal kembali pulih. Kemungkinan penyebab
kerusakan harus di identifikasi dan ditangani.
a. Keseimbangan cairan diatur berdasarkan penghitungan berat
harian, pengukuran serial tekanan vena scentral (cvp) konsentrasi
urine dan serum, kehilangan cairan, tekanan darah dan setatus
31
klinis pasien.kelebihan cairan diatasi dengan mannitol furosemida
atau asam etakrinat untuk mengawali diuresiss yang mecegah atau
meminimalkan resiko gagal ginjal.
b. Aliran darah dikembalikan ke ginjal dnegna menggunakan cairan
intravena,albumin atau tranfusi produk darah.
c. Dialisis (hemodialisis) dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Meliputi hiperkalemia, asidosis metabolik, perikarditis dan edema
pulmonal ).
d. Resin pengganti kation (melalui oral atau retensi enema).
e. Dekstrosa 50% intravena, insulin dan pengganti kalsium untuk
pasien yang kondisi hemodinamika tidak stabil (tekanan darah
rendah perubahan status mental, distimia).
f. Syok dan infeksi harus ditangani.
g. Gas darah arteri dipantau ketika terjadi asidosis berat.
h. Natrium bikarbonat untuk menaikkan Ph plasma.
i. Jika timbul gangguan pernapasan, tindakan/upaya ventilasi mulai
dilakukan .
j. Penggantian diet protein disesuiakan dengan kebutuhan individu
untuk memberikan hasil maksimal
k. Pemenuhan kebutuhan kalori dengan diet tinggi karbohidrat dan
nutrisi.
l. Makanan dan cairan yang mengandung natrium dan fosfor dibatasi.
m. Kimia darah dievaluasi untuk mengidentifikasi kadar
natrium,kalium dan penggantian cairan selama fase oligurik.
n. Setelah fase diuresis diet tinggi proein dan tinggi kalori diberikan,
dilanjutkan dengan pengembalian aktivitas secara bertahap.
o. Obat : Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas
untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya
bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin,
mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan
menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar ideal
32
kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan
insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stress akut, seperti
infeksi berat / perasi.
2) Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah
menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan
hipoglikemi. Efek samping penggunaan obat ini (metformin)
menyebabkan anoreksia, neusea, nyeri abdomen dan diare.
Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati
dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau
insufisiensi cardiorespiratory.
3) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini
bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi
dan tidak berpengaruh pada kadar insulin. Alfa glukosidase
inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin jika
dibiarkan bersamaan pada orang normal.
4) Insulin Sensitizing Agent
Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
5) Insulin
a) Yang kerjanya cepat : RI (Regular Insulin) dengan masa
kerja 2-4 jam contoh obatnya : Actrapid.
b) Yang kerjanya sedang : NPN, dengan masa kerja 6-12 jam.
c) Yang kerjanya lambat : PZI (Protamme Zinc Insulin) massa
kerjanya 18-24 jam.
6) Diet
Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus
adalah :
33
a) Mencapai dan mempertahankan kadar gukosa darah
mendekati kadar normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati
kadar yang optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik
d) Meningkatkan kualitas hidup
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
a) Untuk menentukan diet kita harus tahu dulu
kebutuhan energi dari penderita Diabetes melitus.
Kebutuhan itu dapat kita tentukan sebagai berikut :
b) Pertama tentukan berat badan ideal pasien dengan
rumus (Tinggi Badan – 100) - 10% Kg
c) Kedua tentukan kebutuhan kalori penderita. Kalau
wanita BB ideal x 25. Sedangkan laki-laki BB ideal
x 30
d) Selanjutnya dapat menerapkan makanan yang dapat
dikonsumsi penderita diabetes melitus dengan
berpatokan pada jumlah bahan makanan harian dari
tiap makanan
e) Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang
dikonsumsi penderita diabetes melitus harus
ditekankan adanya serat. Sumber serat yang baik
adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.
f) Lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner
pada diabetes melitus. Lemak jenuh harus dibatasi
sampai sepertiga atau kurang dan kalori lemak yang
dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi
sepertiga dari total kalori lemak.
g) Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak
menguntungkan untuk penderita diabetes melitus.
Alkohol dapat mencetuskan hipoglikemia terutama
jika tidak makan.
34
h) Natrium individu dengan diabetes melitus
dianjurkan tidak makan lebih dari 3 gr natrium
setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan
cenderung akan timbul hipertensi.
7. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih ½ jam. Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti,
otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan minimal
dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Adanya kontraksi otot
yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai
olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas dan harus
didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang Menurut (tandra : 2008) adalah :
a. Tes glukosa darah kapiler
Cara screening ini cepat yakni dengan menusuk ujung jari untuk
mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler. Tes ini disebut finger -
prick blood sugar scrining atau lazim disingkat gula darah stick.
b. Tes glukosa darah vena
Biasanya dilakukan oleh laboratorium dengna m,engambil darah dari
pembuluh darah vena di lengan dalam untk menilai kadar glukosa darah
setelah puasa minimal 8jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan (2
jam post prondila). Harap diingat bahwa pada pasien yang sudahmengidap
diabetes, pemeriksaan darah dilakukan dalam keadaan sipasien tetap
mengkonsumsi obat atau suntil insulin seperti biasnya, sebagiamana telah
diinstruksikan oleh dokter pada kontrol sebelumnya (banyak orang
beranggapan kelir bahwa semua obat harus dihentikan pada saat
pemeriksaan darah), glukosa darah puasa memberi gambaran bagaimana
glukosa darah kemarin harinya, seadngkan yang 2 jam pp untuk melihat
35
kira-kira bagaimana hasil minum obat yang diberikan dan diet pada pagi
itu.
c. Tes toleransi glukosa
Tes ini lebih teliti, setelah 10 jam puasa, pagi harinya anda datang ke
laboratorium untuk periksa glukosa darah. Lalu, anda minum glukosa 75
gram (kira-kira 2-3 kali lebih manis) dan 2 jam kemudian 2 jam kemudian
diperiksa lagi glukosa darahnya.
d. Tes glukosa urine
Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar melalui urine dan
terdeteksi pada tes urine. Adanya glukosa dalam urine adalah indikasi
bahwa anda terkena diabetes.
e. Tes HbA1c (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin)
Bila sudah pasti terkena diabetes, dokter anda akn mengnajurkan
pemeriksaan HbA1 darah setiap 2-3 bulan. Tes ini memberi gambaran
tentang keadaan glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir ini lebih baik dari
pada pemeriksaan gula darah sewaktu, untuk melihat ketaatan pasien.
Glukosa darah yang yang tinggi akan diikat pada molekul hemoglobin (Hb)
dalam darah dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia
hemoglobin, yaitu 2-3 bulan. Makin tinggi glukosa darah, maka akan
banyak molekul hemoglobin yang berikatan dengna gula. Tes ini dipakai
untuk memantau pengobatan diabetes serta menilai keberhasilan diet dan
olahraga yang dilakukan.
3. Penatalakasanaa keperawatan
a. Pantau adanya komplikasi
b. Bantu penanganan kondisi kedaruratan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Kaji respon terhadap pengobatan dan pengembangan kondisi pasien,
berikan dukungan fisik dan emosi.
d. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan beri
dukungan.
e. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit
f. krining adanya kalium tambahan dari cairan parenteral, semua asupan
oral dan medikasi yang diberikan.
36
g. Berikan perhatian penuh terhadap asupan cairan (medikasi intravena
harus diberikan dalam jumlah yang paling sedikit), haluran urine, edema,
distensi vena jugularis, perubahan suara jantung dan suaru nafas dan
peningkatan kesulitan bernafas.
h. Menurunkan laju metabolik
1) Kurangi pemakaian energi dan status metabolik selama fase akut
dengan tirah baring.
2) Cegah atau tangani demam dan infeksi dengan segera.
i. Meningkatkan fungsi paru
1) Batu pasien untuk berganti posisi, batuk dan menarik nafas dalam
secara sering.
2) Dorong dan bantu pasien bergerak dan berubah posisi.
j. Mencegah infeksi
1) Terapkan prinsip aseptik saat mangangani jalur invasif dan kateter.
2) Hindari pemasangan kateter menetap (indwelling) jika dimunginkan.
k. Melakukan perawatan kulit
1) Lakukan perawatan kulit dengan hati-hai.
2) Mandikan pasien dengan air dingin, ubah posisi dengna sering, jaga
agar kulit pasien tetap lembab dan bersih serta memotong kuku
pasien agar pasien merasa nyaman dan mencegah kerusakan kulit.
L. Memberikan dukungan psikososial
1) Beriakan bantuan, penjelasan dan dukungan kepada pasien dan
keluarga selama terapi hemodialisis, jangan menyepelekan
kekhawatiran dan kebutuhan psikologis pasien.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu prosesyang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien.
Anamnesis menurut Arisman (2011), adalah :
Informasi yang perlu digali selama anamnesis, meliputi :
37
1. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan secara drastis menurun dengan cepat
setelah memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan overweight
2. Pendidikan dan pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup dan
pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan
yang berat serta aktifitas fisik yang sedikit oleh karena itu biasanya dialami
pegawai perkantoran, bos perusahaan dan pejabat pemerintahan.
3. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa sangat lemas
sekali disertai penglihatan yang kabur. Meskipun muncul keluhan banyak
(poliuria) kadang penderita belum tahu kalau itu salah satu tanda peyakit diabetes
mellitus.
4. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya sering buang air
kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia), sebelumnya
penderita mempunyai berat badan yan lebih. Biasanya penderita belum menyadari
kalau itu merupakan perjalanan penyakit diabetes mellitus. Penderita baru tahu
kalau sudah memeriksakan diri kepelayanan kesehatan.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Diabetes dapat terjadi saat kehamilan yang terjadi hanya saat hamil saja dan
biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu di waspadai akan
kemungkinan mengalami diabetes yang sesungguhnya dikemudian hari. Diabetes
sekunder umumnya digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernah
mengalami suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu.
Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan perlu
dilakukan pengkajian diantaranya
a. Penyakit pankreas
b. Gangguan penerimaan insulin
38
c. Gangguan hormonal
d. Pemberian obat-obtan seperti :
1) Glukokkortikoit (sebaga obat radang)
2) Furosemid (sebagai direutik)
3) hiazid (sebagai direutik)
4) Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung)
6. Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengingat diabetes,
karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh ini tak dapat menghasilkan insulin
dengan baik akan disampaikan informasinya pada keturunan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : yang sering muncul adalah kelemahan fisik.
b. Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma.
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh
glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh
darah dan risiko terbentuknya plak pada pembuluh darah).
2) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga
jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).
3) Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).
4) Suhu tubuh : deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada
luka atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak
mengalami infeksi atau penurunan metabolic akibat menurunnya
masukkan nutrisi secara drastis.
d. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran : kurus ramping (pada
diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi), gemuk
padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol).
e. Kulit
1) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada
penderita yang mengalami peningkatan traumamekanik yang berakibat
luka sehingga menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-
39
hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena adalah ekstremitas
bawah).
2) Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis
osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang
mengalami diuresis osmosis dan dehidrasi).
3) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi
intake nutrisi normal sesuai aturan diet).
4) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak di
bongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen otot
untuk produksi energi).
5) Turgor : menurun pada dehidrasi.
f. Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis
atau komplikasi infeksi saluran pernafasan).
g. Rambut
1) Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan
buruknya sirkulasi, lebat.
2) Penyebaran : jarang atau alopesia total.
3) Tekstur : halus atau kasar.
h. Kepala
1) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena
penurunan antibody).
2) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.
3) Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain : paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
i. Mata : perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari masing-
masing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi :
1) Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis
pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam
hari.
2) Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko pada
kekeruhan lensa mata.
40
3) Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
j. Telinga
1) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter
lubang.
2) Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih
keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.
3) Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat
mengalami penurunan.
k. Hidung : jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali
ada infeksi sekunder seperti influenza.
l. Mulut dan Faring
1) Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
2) Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis).
3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang
rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
4) Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan
fisik.
5) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral
hygiene.
6) Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses peradangan
(faringitis).
m. Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi
sistemik.
n. Toraks dan paru-paru
1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain
takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis).
2) Bentuk dada : normal atau dada tong.
3) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengi
(apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau bronkhitis
kronik).
41
o. Dada
1) Inspeksi : deformitas atau asimetris.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
3) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
4) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.
p. Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
q. Siatem Kardiovaskuler : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,
takikardi, tekanan darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang
menurun, rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda dan
gejala dari penderita diabetes melitus.
r. Abdomen
1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran
organ.
2) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
3) Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta
kepekaan.
4) Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
s. Ginjal : palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
t. Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
u. Sistem Muskuloskeletal : sering mengalami penurunan kekuatan
muskuloskeletal.
v. Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya merasakan
gejala pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesia, dan gangguan penglihatan.
d. Pemeriksaan Diagnostik menurut Doenges (2012) adalah :
1) Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dL, atau lebih.
2) Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5) Elektrolit :
1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
42
2) Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : Lebih sering menurun.
6) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden.
7) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCOᴈ (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).
10) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.
(autoantibodi).
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah
analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap
masalah-masalah kesehatan yang aktual, resiko dan potensial.
Diagnosa menurut M.Taylor (2012), Edisi 10 dan Doenges (2012), adalah :
a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot
43
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya
produksi insulin
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit (diabetes mellitus)
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia), diare, mual, muntah
f. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
h. Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan asidosis metabolik
i. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi
syok. (belum ada implemenasi di BAB 2)
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas), kurang pengetahuan tentang proses penyakit
(mis.,diabetes, hiperlipidemia), diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup
monoton. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi
ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer.
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan menurur M.Taylor (2012) Edisi 10 dan menurut
Doenges (2012) adalah :
1) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d adanya proses jaringan sel jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepa TN.B selama 3x 24
jam diharapkan masalah gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi sesuai
dengan kriteria hasil.
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu mengunghkapkan pesrasaan nyaman setelah nyeri
berkurang
b. Klien mampu menggunkan tehnik non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri
44
c. Skala nyeri berkurang 0-1
d. TTV dalam batas normal
Intrervensi :
a. Kaji sekala nyeri, Lokasi, Durasi, Intensitas dan karakteristik Nyeri
R: pengkajian kembali yang kontinu memungkinkan modifikasi
rencana perawatan yang diperlukan .
b. Berikan obat anlagetik sesuai dengan kebutuhannya
R : membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membnatu
pasien untuk mengatsi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
c. Berikan lingkungan yang tenang , ruang agak gelap sesuai indikasi
R : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya dan meningkatkan istirahat/rileksasi.
d. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
R :peninggian lengan, ukuran baju mempengaruhi kemampuan pasien
untuk rileks dan tidur/istirahat secara efektif.
e. Anjurkan pasien teknik relaksasi
R: membnatu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatsi nyeri/rasa nyaman secara lebih efektif.
f. Periksa keefektifan pengobatan setelah 30 menit
R : untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tigkat
kepercayaan yang diperlukan untuk hubungan terapeutik
g. Beri dorongan kepada pasien untuk menerima keterbatasan yang
disebabkan oleh nyeri dan untuk menggunakan aktivtas penglihatan dan
tindakan pengurangan nyeri
R : Unuk meningkatkan kualitas hidupnya
45
h. Anjurkan untuk mendistraksi ( mengalihkan ) seperti membaca, menonton
televisis dan kunjungan keluarga
R : untuk membantu menghindarkan pasien dari memfokuskan pada nyeri
i. Tinggikan bagian yang sakit dengan meningkatkan tangan menggunakan
bantal / guling
R : mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena,
menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit / jaringan.
2) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama
3x24 jam diharapakan
Kriteria Hasil :
a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
a. Auskultras bisisng usus pasien
R : bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas
lambung yang menuunkan atau mengubah fungsi absorbsi
b. Catat dan laporkan adanya anoreksi, kelemahan umum/nyeri abdomen
R : peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan
sekresi insulin / terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.
Polidipsi, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan
(tanda asidosis metebolik)
c. Timbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi
R: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
d. Observasi dan catat asupan pasien
46
R : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang
diperlukan
e. Monitor pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa
R : gula darah akan menurun perlahan dengan panggantian cairan dan
terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal,
glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk
sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan
asidosis dapat dikoreksi.
f. Lakukan pemeriksaan gula darah dengna menggunakan „‟finger
stick‟‟
R : analisa terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat
dialakukan pemeriksaan ) dari pada memantau gula dalam urine yang
tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan
dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal psien secara individual atau
adanya retensi urine/ gagal ginjal.
g. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai dengan program
dokter
R : insulin reguler memliki awitan cepat dan karenannya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
h. Berikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan
R : untuk meningkatkan nafsu makan
3. Gangguan integritas kulit b.d tekanan perubahan status metabolik atau
kerusakan sirkulasi
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama 3x24
jam diharapkan masalah gangguna integritas kulit dapat teratasi sesuai dengan
kriteria hasil
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda- tanda infeksi
47
b. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera
c. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi :
a. Kaji kondisi luka pada jaringan pasien
R : mengidentifikasi tingkat metabolisme jaringan dan tingkat
disintegrasi
b. Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan
R : mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka
c. Observasi kulit pasien yang terkena lesi dekubitus
R : Laporkan daerah kulit yang mengalami kerusakan atau tanda-
tanda infeksi untuk memastikan penanganan secara dini
d. Beri perawatan tangan untuk pasien secara seksama
R : perawatan pada tangan yang luka dapat mencegah infeksi jamur
yang tumbuh ke dalam dapat meningkatkan kewaspadaan akan
tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan kepada dokter
e. Anjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang sempit
R : untuk mengurangi resiko geskan dan mepnurunan aliran
darah
f. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep
R : karena dapat menambah iritasi kulit dan kemungkinan radiasi (
bila mengandung logam berat )
4) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pada sirkulasi
peningkatan kadar glukosa
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama
3x24 diharapkan masalah resiko infeksi dapat teratasi sesuai dengan
krteria hasil
Kriteria Hasil :
48
a. Suhu tubuh dalam batas normal
b. Luka dan insisi terlihat bersih, merah muda dan bebas darai drainase
purulen
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
R : suhu yang meningkat dapat menyebabkan komplikasi infeksi
luka atau
b. Observasi tanda-tanda infeksi
R : pasein mungkin masuk dengna infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalmai infeksi
nosokomial
c. Berika tehnik aseptik pada prosedur inasif dalam pemberian obat
intravena
R : kadar glukosa yang tingi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman
d. Berikan obat antibiotik yang sesuai
R : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsiss
e. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik
R : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
f. Berikan perawatan luka dengan teratur dan sungguh-sungguh
didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit
dan infeksi
49
g. Anjurkan pasien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan
makanan dan cairan yang adekuat )
R : menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi, meningkatkan
aliran urine untuk mencegah urine yang statis dan membantu dalam
mempertahankan pH / keasaman urine yang menurunkan
pertumbuhan bakteri dan mengeluarkan organisme dari sistem
organ tersebut.
h. Lakukan pemeriksaan kultur dan sesuai dengan indikasi
R : untuk mengidntifiaksi organisme sehingga dapat
memilih/memberikan terapi antibiotik yang terbaik
5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik (dari hiperglikemia), diare, mual, muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama
3x24 jam diharapkan masalah resiko volume cairan dapat teratasi sesuai
dengan kriteria hasil
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan intake dan output dan HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastitisat turgor kulit baik.
4) Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa :
R : merupakan indikator dari dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
2) Monitor suhu, warna kulit dan kelembabannya :
R : keadaan demam, menggigil dan diaforesis nerupakan hal umum
terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan.
Kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.
50
3) Monitor masuknya cairan dan pengeluran urien.
R : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti fungsi
ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4) Monitor tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
R: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan
darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke
posisi duduk/berdiri
Catatan : neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang
secara normal meningkatkan denyut jantung.
5) Monitor Pola nafas seperti adanya pernapasan kussmaul atau
pernapasan yang berbau keton‟
R: paru-paru mengeluarkan asam karbonat malalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubunganpemecahan
asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
6) Monitor frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu
napas dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
R : koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan
frekuensi pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja
pernapasan, pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja
pernapasan cepat dan menculnya siadosis mungkin merupakan indikasi
dari kelelahan pernapasan dan atau mungkin pasien itu kehilangan
kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis.
7) Observasi adanya perasaan kelelahan yang menigkat,peningkatan berat
badan, edema, nadi tidak teratur dan adanya distensi vena jugularis.
R : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat
berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan
51
8) Berikan lingkunganyang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimut
pasien dengan selimut tipis
R : menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih
lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
9) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, muntah
R : kekuarangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung
yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.
10) Kolaborasi dengan dokter untuk therapi cairan sesuai indikasi
a. Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstros
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
ciaran dan respon pasien secera individual.
b. Pemeriksaan laboratorium seperti :
Hematokrit (Ht)
R : mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik.
BUN/ kreatinin
Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena
dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal
Osmolalitas darah
Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi.
Natrium
Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan
dari intrasel (diuresis osmotik). Kadar natrium yang tinggi
mecerminkan kehilangan cairan/dehidrasi.
Kalium
Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespon pada asidosis,
namun selanjutnya kalium absolut dalam tubuh berkurang. Bila
52
insulin diganti dan asidosis teratasi, kekurangan kalium serum justru
akan terlihat.
Beria kalium atau elektrolit yang lain melalui IV atau melalui oral
sesuai indikasi
R : kalium harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adekuat)
untuk mencegah hipokalemia.
6) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama
3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Kriteria Hasil :
1. Memvervalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik
2. Glukosa darah adekuat
3. Istirahat cukup
Intervensi
1. Monitor nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
R : mengindikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa
diganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan
3. Diskusikan cara menghemat kalori, selama mandi, berpindah tempat
dan sebagainya.
R : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
53
4. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal
perencanaan dengna pasien dan identifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehai-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
R : meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
7) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi
informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada TN.B selama
3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.
Kriteria Hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, misalnya secara
konkrit dicantumkan :
a. pasien dapat menyebutkan penyakit diabetes mellitus
b. pasien dapat menyebutkan dengan benar 2-3 gejal diabetes
mellitus
c. pasien dapat menyebutkan komplikasi 2-3 komplikasi diabetes
mellitus
d. pasien dapat mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
e. pasien dapat melakukan perubahan gaya hidup da berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi
i. kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, dan pengobatannya
R : untuk memberiakn informasi yang tepat pada pasien dan kejemuan
informasi
54
j. lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran.
R : memberikan informasi yang akurat dan bermakana bagi pasien dan
bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien
dnegan pasti.
k. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
R : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
l. Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya.
R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat
pertimbnagan dalam memilih gaya hidup.
m. Tinjau ulang program pengobatan
R : pemahaman tentang semua aspek syang digunakan oabyt
meningkatkan penggunaan yang tepat.
n. Tekankan pentingnya mempertahankan pemriksaan gula darah setiap
hari.
R : membantu dan menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien
untuk melakukan kontrol.
o. Pilih berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang
memerlukan keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan
ulang, gabungkan keterampilan baru ini ke dalam rutinitas rumah
sakit sehari-hari.
R : penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi
meningkatkan penerapan pada individu yang belajar
p. Anjurkan pasien untuk menghentikan merokok :
55
R : Nikotin mengkontriksikan pembuluh darah kecil dan absorpsi
insulin diperlambat selama pembuluh darah ini yang mengalami
konstriksi.
q. Identifikasi gejala hipoglikemia (mis, lemah, pusing, letargi, lapar,
peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan
perubahan mental).
R: dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan
mencegah / mengurangi kejadinnya.
Catatan : hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan
fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan ) atau respon balik
pada hipoglikemia selam tidur (efek somogy) yeng memerlukan
penurunan dosis insulin atau perubahan diet (mis, pemberian makanan
kudapan, pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3
pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang spesifik.
r. Diskusikan topik-topik utama, seperti :
Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut
dibandingkan dengan kadar gula darah pasien. DM tipe yang
mengalami pasien, hubungna antara kekurangan insulin dengan kadar
gula darah yang tinggi.
R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
s. Rasional terjadinya serangan ketoasidosis
R : pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu untuk
menghindari kambuhnya serangan tresebut
8) Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan
dengan asidosis metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat teratasi sesuai
dengan kriteria Hasil.
56
Kriteria Hasil :
1) Respiratory rate pasien 20 – 24 kali permenit atau mengalami
perubahan dari data pengkajian.
2) Pernapasan pasien reguler
3) Pernapasan pasien tidak berbau benda keton
Intervensi :
1) kaji frekuensi kedalam pernafasan setiap 4 jam
R : peningkatan kedalam pernapasan sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam tubuh
2) Auskulrasi paru tiap 1 jam sampai stabil kemudian setiap 4 jam.
R : mengidentifiaksi tingkat pengembangan paru
3) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas
R : mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh
diafragma
4) Berikan glukosa lewat bolus / langsung intrvena (jika diperlukan)
R : mengurangi penggunaan benda keton sebagai bahan
pembentukan energi.
5) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan
psikologi yang berlebihan seperti bicara yang keras.
R : mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak
diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton.
9) Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam
sel tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena
tidak terjadi syok.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. B selama
3x24 jam diharapakan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria Hasil.
Kkiteria Hasil :
a. Nadi dalam batas yang diharapkan.
57
b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan.
c. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan.
d. Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan. Natrium serum, kalium
serum, klorida serum, kalsium serum, magnesium serum, dan pH darah
serum dalam batas normal.
Intervensi :
a. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,
dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refil.
b. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.
c. Monitor suhu dan pernafasan.
d. Monitor input dan output.
e. Pantau nilai laboratorium : HB, HT, AGD, dan elektrolit.
f. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai.
g. Monitor tanda dan gejala asites.
h. Monitor tanda awal syok.
i. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan
preload dengan tepat.
j. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas.
k. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat.
l. Berikan vasodilator yang tepat.
m. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok.
n. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok.
o. Monitor fungsi neurologis.
p. Monitor fungsi renal (BUN dan Cr Lavel).
q. Monitor tekanan nadi.
r. Monitor status cairan, input output.
s. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan.
t. Monitor EKG.
u. Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah.
v. Menggambar gas darah arteri dan memonitor jaringan oksigenasi.
w. Memantau tren dalam parameter hemodinamik (misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler pulmonal / arteri).
58
x. Memantau faktor penentu pengiriman jarinagn oksigen (misalnya, PaO2
kadar hemoglobin SaO2, CO) jika tersedia.
y. Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan / atau tonometry
lambung.
z. Memonitor gejala gagal pernafasan (misalnya, rendah PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat, kelelahan otot pernafasan).
aa. Monitor nilai laboratorium (misalnya, CBC dengan diferensial) koagulasi
profil, ABC, tingkat laktat, budaya, dan profil kimia.
bb. Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses IV.
10) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang
pengetahuan tentang proses penyakit (mis.,diabetes, hiperlipidemia),
diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup monoton. Pada Ny. S diagnosa
ini tidak muncul karena tidak terjadi ketidakseimbangan perfusi
jaringan perifer.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn.B selama 3x24
jam diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria Hasil.
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
2) Tidak ada ortostatik hipertensi.
3) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg).
b. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
1) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi.
3) Memproses informasi.
4) Membuat keputusan dengan benar.
59
c. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
Intervensi :
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
b. Monitor adanya paretese.
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi.
d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
f. Monitor kemampuan BAB.
g. Kolaborasi pemberian analgetik.
h. Monitor adanya tromboplebitis.
i. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Kozier (2010) pada proses keperawatan, implementasi adalah
fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Dalam
pelaksanaan, perawat mengkaji kembali klien, menentukan kebutuhan perawat
terhadap bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan
supervisi kasus yang didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.
Adapun pelaksanaan keperawatan dengan Diabetes Melitus adalah :
1) Mempertahankan keseimbangan volume cairan
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Menghindari terjadinya syok
4) Mencegah terjadinya infeksi
5) Mengurangi terjadinya kerusakan integritas jaringan
6) Mempertahankan keseimbangan perfusi jaringan perifer
7) Mengurangi kelelahan
8) Mengurangi ketidakberdayaan
9) Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri
60
10) Menambah pengetahuan klien
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kozier (2010), mengevaluasi adalah menilai atau menghargai.
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam evaluasi,
perawat mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil; membandingkan
data dengan hasil; menghubungkan tindakan keperawatan dengan tujuan/hasil
klien; menarik kesimpulan tentang status masalah; dan melanjutkan,
memodifikasi, atau mengakhiri rencana asuhan klien.
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan dengan Diabetes Melitus
adalah :
1) Volume cairan seimbang
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3) Resiko syok tidak terjadi
4) Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi
5) Kerusakan integritas jaringan berkurang
6) Perfusi jaringan perifer teratasi
7) Kelelahan berkurang
8) Ketidakberdayaan berkurang
9) Rasa nyeri hilang/berkurang
10) Pengetahuan klien bertambah
61
BAB III
TINNJAUAN KASUS
Dalam BAB ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan
Dasar pada Klien Tn.B dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi celulitis di Paviliun
Marwah Bawah RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan
selama tiga hari dari tanggal 07-09 Juni 2016. Dalam melengkapi data ini penulis
mengadakan wawancara dengan klien, keluarga klien, tim perawat diruangan, selain itu juga
memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan, dan didapatkan hasil observasi
langsung serta pemeriksaan fisik.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 07 Juni 2016 di Paviliun Marwah
Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
1. Identitas klien
klien beinisial Tn.B, jenis kelamin laki-laki, usia 56 tahun, status pernikahan
menikah, beraga islam, suku bangsa padang, pendidikan terakhir SLTA, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan saat ini sebagai wiraswasta, Alamat
jalan Utan panjang III Rt 14/ Rw 06, No. 39 kelurahan utan panjang, sumber biaya
Pribadi, sumber informasi diperoleh dari klien, kelurga klien, tim perawat ruangan
dan status klien .
2. RESUME
Pada tanggal 06 juni 2016 jam 23:00 wib, Tn. B dirawat di marwah bawah kiriman
dari klinik Dr. Ihsanil, dari klinik klien tampak belum terpasang apa-apa diantar dengan
menggunakan kursi roda oleh petugas ke dalam ruangan marwah bawah kemudian
pasien datang dengan keluhan : klien mengatakan tangan kiri nyeri, bengkak kurang
lebih 15 hari, mual, muntah, badan terasa panas dingin, kemudian saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan data : tangan kiri klien tampak adanya lesi, kulit tangan kiri
klien tampak odem, kemerahan dan hangat. Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 130/80
62
mmhg, nadi : 80x/menit, suhu : 38,2oC, pernapasan : 20x/menit. Sesuai dengan instruksi
dari dokter ihsanil program yang akan akan diberiakan yaitu :
1. Infus RL 20 tpm/ 8 jam
2. Infus drip 1 unit/jam dalam drip (jenis insulin Novoravid)
3. Ceprofloxin 2 x 200gr
4. Obat oralnya :
- Lansoprazol cap 1x1
- Non Flamin tab 3x1
- Clavamox 625gr 2x1
- Cilostazol 2x100
- Paracetamol 2x1
5. SC/6 jam dan insulin diberikan sesuai dengan hasil panduan SC
Panduan Sleading Scale
a. Gula darah < 150 – 200 : Rl 4 ui
b. 200 – 250 : Rl 8 ui
c. 251 – 300 : Rl 12 ui
d. 301 – 350 : Rl 16 ui
e. 351 – 400 : Rl 20 ui
Hasil dari SC pada tanggal 06 juni 2016 jam 23 :00 wib adalah 405 maka dosis yang
diberikan 16 ui.
Kemudian sesuai instruksi Dr. Ihsanil cek PT,PTT, GDS dan laboratorium, saat
dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 06 juni 2016 didapatkan hasil :
1. Faal hemostatis
Masa protombin (PT) Hasil Nilai Rujukan
Pasien H 11,7 detik 9,3 – 11,4
Kontrol 11,00 detik
APPT Hasil Nilai Rujukan
Pasien 37,9 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 34,0 detik
2. Diabetes Hasil
Glukosa 405 mg/dl
63
3. Laboratorium Hasil Hasil Normal
a. Hemoglobin L 11,7 g/d 13,2 – 17,3
b. Jumlah leukosit H 15,57 103/ul 3,80 – 10.60
c. Eosinofil L 0% 2 – 4
d. Netrofil segmen H 78% 50 – 70
e. Limfosit L 10% 25 – 40
f. Laju Endap Darah H 35 mm 0 – 10
g. Hematokrit L 33% 40 – 52
h. Eritrosit L 3,76 103/ul 4,40 – 5,90
i. Ureum Darah H 52 mg/dl 10 – 50
j. Kreatinin Darah H 1,4 mg/dl < 1,4
klien mengatakan sudah mempunyai riwayat penyakit DM sejak tahun 2001, kemudian
pernah dioprasi dikaki sebelah kanan karena tertusuk paku dan tidak kunjung sembuh
sampai jaringannya banyak yang mati hingga akhirnya dokter memutuskan untuk
dilakukan operasi dan sekarang klien dirawat di marwah bawah kamar nomer 0737 .
3. Data Dasar
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 07 juni 2016 klien dilakukan pengkajian oleh mahasiswa
dengan keluhan utama : klien mengatakan tangan terasa nyeri, bengkak, baal
dan berat. Kronologis keluhannya penyakit pasien mengatakan awalnya
tangan sebelah kiri luka kecil hanya dipergelangan tangan saja terasa panas
pada luka kemudian Tn.B periksa ke klinik anggrek oleh Dr. Klinik diberikan
salep, timbulnya keluhannya bertahap kurang lebih 15 hari tangan klien bukan
tambah sembuh malah tambah melebar lukanya dan bengkak, merah sampai
ke siku-siku, kemudian Tn.B langsung pergi ke klinik RSIJ untuk mengatasi
penyakitnya.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak ada alergi dengan obat, dulu klien pernah jatuh
dari sepeda motor tapi hanya luka lecet tapi tidak lama sudah sembuh
64
kembali, klien mengatakan sudah pernah di rawat di RSIJ karna luka tusukan
paku dikaki yang tidak kunjung sembuh dan akhirnya di operasi pada tahun
2001.
3) Riwayat kesehatan keluarga
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Menikah
: Keturunan
Tn. B adalah anak bungsu dari 5 orang bersaudara, kedua orang tuanya
sudah meninggal karena sudah lanjut usia, dari kedua orang tua Tn.B tidak ada
yang mempunyai riwayat Diabetes Mellitus. Tn.B mempunyai istri yang Ny.A
dan sekarang sudah dikaruniai 3 ornag anak perempuan semua. Tn. B dan Ny.
A sekarang hanya tinggal bertiga dengan anak dan anak yang nomer 3 dan
65
sekarang masih duduk di kelas 3 SMA. Sedangkan anak pertama dan kedua
sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuanya karena sudah menikah dan
ikut bersama dengan suaminya adn sekarang sudah punya anak dan
mempunyai tempat tinggal sendiri.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Orang terdekat Tn.B adalah istri dan semua anaknya, dalam keluarga
sering berkomunikasi, Tn.B dalam pola komunikasi baik dan Tn.B juga
sebagai kepala keluarga yang memimpin dan memutuskan sesuatu. Tn.B juga
masih aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dengan mengikuti pengajian di
masjid dekat dengan rumahnya. Dan semenjak bapak sakit terjadi perubahan
fungsi peran, ibu jadi yang memutuskan, menjaga dan mengelolah toko
dirumah dengan sendiri. Tanggapan keluarga sendiri dengan penyakit bapak
mengtakan pasrah dengan yang allah berikan terhadap penyakit bapak (Tn.B).
mekanisme koping terhadap penyakitnya Tn.B selalu minum obat dan mencari
pertolongan. Hal yang dipikirkan saat ini hanya ingin cepat sembuh dan bisa
beraktivitas kembali lagi karna semenjak sakit tidak bisa melakukan aktivitas
seprti biasa hanya bisa tidur terbaring saja tapi untuk akivitas keagamaan
seperti sholat dan berdoa alhamdulillah semua tetap berjalan meskipun sakit
tidak menghalangi kebutuhaan keagamaan.
5) Pola kebiasaan
a) Pola Nutrisi
(1) Sebelum sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan klien baik. Tidak ada
mual, muntah, dan sariawan. Klien menghabiskan 1 porsi makanannya,
tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien, tidak ada makanan yang
membuat klien alergi, klien mempunyai makanan pantangan yang manis-
manis sejak memiliki penyakit DM, klien biasa makan nasi, tidak ada
penggunaan obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan tidak
menggunakan alat bantu makan.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit, frekuensi makan klien 3x/hari. Klien
mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik dan semenjak dirumah
66
sakit klien mengatakan rasanya ingin makan terus tapi tetap saja tidak
kenyang-kenyang, klien makan 5x sehari dan habis dalam 1 porsi Tidak
ada mual, muntah, dan sariawan. diit klien dengan bubur DM 1700 kalori,
tidak ada penggunaan obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan
klien tidak menggunakan alat bantu makan.
b) Pola Eliminasi
(1) Sebelum Sakit
Frekuensi BAK klien 3 x/hari, dengan warna kuning jernih, tidak
ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu. Klien BAB 1 x dalam
satu hari, dengan waktu yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi
padat, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan Laxatif/Pencahar.
(2) Di Rumah Sakit
Frekuesi BAK klien selama di Rumah Sakit 1-2 x/hari, dengan
warna kuning, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu.
Selama di Rumah Sakit klien BAB 1 -2 x dalam 2 hari, dengan waktu
yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan,
dan tidak menggunakan laxatif/pencahar.
c) Pola Personal Hygiene
(1) Sebelum Sakit
Frekuensi mandi klien 2 x/hari, pada waktu pagi dan sore hari.
Klien menggosok gigi 2 x/hari pada waktu pagi dan sore hari setelah
mandi. Selama dirumah biasanya klien mencuci rambut 3 x dalam
seminggu.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien mandi 1 x/hari, pada waktu sore
hari. Menggosok gigi 1 x/hari pada waktu sore hari setelah mandi.
Selama di Rumah Sakit klien mencuci rambut hanya 2 x dalam 1
minggu.
d) Pola Istirahat dan Tidur
(1) Sebelum Sakit
67
Selama di rumah klien tidur siang selama 2 jam/hari. Tidur malam
7-8 jam/hari. Klien hanya mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan
tidur dan sesudah bangun tidur.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien tidur siang 2-3 jam/hari. Tidur malam
7-8 jam/hari. Dan mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan tidur
dan sesudah bangun tidur.
e) Pola Aktivitas dan Latihan
(1) Sebelum Sakit
Selama dirumah klien menjalankan aktivitas sebagai wiraswasta.
Klien sering olahraga pada setiap hari sabtu dan minggu
(2) Di Rumah Sakit
Aktivitas klien selama di Rumah Sakit terganggu, klien hanya
berbaring di tempat tidur karena luka operasi debridement yang masih
terasa sakit. Selama di Rumah Sakit klien tidak berolah raga. Keluhan
klien saat ini dalam beraktivitas adalah kesulitan dalam mobilisasi.
f) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
(1) Sebelum Sakit
Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras/NAPZA.
(2) Di Rumah Sakit
Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras/NAPZA.
b. Respon Fisik terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran composmentis, keadaan umum klien sakit sedang. Berat
badan klien saat ini 58 kg, tidak terdapat penurunan berat badan dalam 3
bulan terakhir ini. Tinggi badan 165 cm. Hasil pemeriksaan TTV, TD :
130/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 38,2˚C. Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
68
2) Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil
isokor dengan ukuran 2 mm, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca
mata dan lensa kontak, reaksi terhadap cahaya positif (+).
3) Sistem Pendengaran
Daun telinga normal. Karakteristik serumen berwarna coklat
kekuningan, konsistensi lunak, dan tidak berbau. Kondisi telinga normal,
tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada
tinitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan,
dan tidak memakai alat bantu.
4) Sistem Wicara
Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak
mengalami gangguan dalam bicara.
5) Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien bersih, tidak ada sumbatan. Klien tidak
mengalami sesak dan tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan
dengan frekuensi nafas 19 x/menit, irama teratur, bernafas dengan spontan,
dan bernafas dalam. Tidak ada batuk dan tidak ada sputum. Palpasi dada
dengan taktil fremitus getaran pada dada bagian kanan dan kiri dengan
hasil dada simetris. Perkusi dada terdengar suara sonor pada dada bagian
kanan dan kiri. Suara nafas vasikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, dan
tidak ada penggunaan alat bantu nafas.
6) Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi Perifer
Nadi 80 x/menit, irama teratur, denyut lemah. Tekanan darah :
130/90 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri,
69
temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler <3
detik, dan ada edema ditangan sebelah kiri klien.
b) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical : 80 x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
7) Sistem Hematologi
Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan. Hasil pemeriksaan
penunjang pada tanggal 16 mei 2016 adalah : pemeriksaan penunjang
Hemoglobin L 11,7g/d, Jumlah leukosit H 15,57 103/ul, Eosinofil L 0%,
Netrofil segmen H 78%, Limfosit L 10%, Laju Endap Darah H 35mm,
Hematokrit L 33%, Eritrosi L 3,76 103/ul, Ureum Darah H 52 mg/dl,
kreatinin Darah H 1,4 mg/dl, hasil glukosa jam 23,00 adalah 405mg/dl,
pada tanggal 07 juni 2016 klien di lakukan rongen manus kiri didapatkan
hasil : tulang pembentuk tulang manus kiri normal, sela sendi interphalang
normal, tak tampak destruksi tulang, densititas tulang menurun. Kesan :
Osteopenia tulang manus kiri.
8) Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,
GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis normal, dan tidak
ada reflek patologis.
9) Sistem Pencernaan
Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak
menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, salifa
normal, tidak ada mual dan muntah, tidak ada nyeri pada daerah perut,
bising usus klien terdengar 18 x/menit, tidak ada diare dan konstipasi,
tidak teraba pembesaran hati, dan abdomen lembek.
10) Sistem Endokrin
70
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau
keton, terdapat luka lesi pada tangan kiri klien dari pergelangan tangan
sampai dengan siku-siku.
11) Sistem Urogenital
Balance cairan intake : 2.500 ml, output : 2.500 ml. Tidak ada
perubahan pola kemih, BAK berwarna kuning, tidak ada
distensi/ketegangan kandung kencing, dan tidak ada keluhan sakit
pinggang.
12) Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,
terdapat lesi pada tangan kiri klien dengan kondisi tampak tangan kiri klien
bengkak, kemerahan dan teraba hangat pada area luka. Tidak ada kelainan
kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-
tanda infeksi. Tekstur rambut klien baik dan tampak bersih. Hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium pada tanggal 6 juni 2016 adalah : Jumlah leukosit H
15,57 103/ul. Klien diberikan diit bubur DM 1.700 kalori. Klien diberikan
therapy oral, Lansoprazol cap 1x1, Non Flamin tab 3x1, Clavamox 625gr 2x1,
Cilostazol 2x100, Klien diberikan therapy insulin 3x10 ui dan Nacl 3% untuk
pemberian luka.
13) Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan hanya asja agak
sedikit kaku dn berat saja pada tangan kiri karena masi terasa agak nyeri.
Tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit. Tidak ada fraktur, tidak ada
kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,
keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
71
4. Data Focus
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan‟‟tangan‟‟
kirinya terasa nyeri.
Klien mengatakan tangan
kirinya bengkak, merah dan
terasa hangat.
Klien mengatakan tangan
kirinya terasa berat saat
digerakan.
Klien mengatakan tangannya
bengkak, merah dan terasa
hangat sudah kurang lebih 15
hari.
Klien mengatakan awalnya
luka ditangan kirinya sedikit
hanya dipergelangan tangan
saja kemudian dibawa ke
klinik anggrek dan dikasi
salep, bukannya sembuh
malah tambah parah bengkak,
kemerahan, terasa hangat,
menjalar sampai ke siku-siku
dan tambah parah.
Klien mengatakan badannya
terasa panas.
Klien mengatakan semenjak
dirumah sakit nafsu makan
bertambah
Klien mengatakan selalu
merasa lapar terus padahal
sudah makan, bubur Tim,
snack dan extra susu
diabetasol tapi masih merasa
lapar.
Klienmengatakan “mempunyai
riwayat DM sejak 16 tahun
yang lalu”
Klien mengatakan tidak
menegrti tentang penyakit
yang Tn. B derita
Klien mengatakan tidak
mengerti tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala
dan pencegahan diabetes
mellitus
Tampak ada luka lesi, mengkilat di
lengan kiri klien
Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan hangat
Tampak luka lesi tertutup perban
kassa pada area pergelangan tangan
sampai di siku-siku
Tidak tampak jaringan nekritik pada
area luka
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
(ANTROPOMENTRI )
BB : 58
TB : 165
LILA : 33
BBI = BB (Kg) : Tb (m)2
= 58kg : 1,65m x 1,65m
= 21
(berat badan normal atau ideal )
(BIOCHEMICAL DATA)
Hemoglobin = L 11,7 g/dl
Hematokrit : L 33%
Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 :
405 mg/dl
Glukosa pada tanggal 07 juni 2016
Jam 06.00 : 102 mg/dL
Jam 12.00 : 182 mg/dL
Jam 18.00 : 207 mg/dL
Jam 24.00 : 214 mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
Rambut : rambut klien tampak
bersih, tidak rontok dan tidak ada
benjolan dikulit kepala
Hidung : tampak bersih dan tidak
ada benjolan.
Mata : tampak anemis
Mulut : tampak mukosa mulut
lembab, mulut tampak bersih dan
tidak bau.
Gigi : tampak tidak ada careis gigi
Telinga : klien tampak bersih tidak
ada benjolan
Kulit tubuh :
tampak tidak ada sianosis, kulit
72
tubuh klien tampak bersih dan tidak
bau
kuku : kuku klien tampak ber bersih
dan tidak panjang
(DIETERY HISTORY)
makanan yang disukai klien
adalah : makanan ciri khas padang
yang bersantan dan pedas dan suka
dengan yang manis – manis
jika minum teh gulanya harus manis
sekali biasanya 3 sendok makan.
Diit skarang saat dirumah sakit :
- Diit TIM 1700 kalori
Nafsu makan klien tampak
meningkat
Tampak klien sering lapar
Tampak keluarga klien sering
bertanya pada perawat makanan
yang harus dibeli apa lagi karena
klien sudah merasa lapar lagi
Tampak klien sedang memakan
snack dan extra susu diabetasol yang
dibeli keluarganya diluar
Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi
Klien tidak menggunakan alat bantu
makan
Klien tampak berbaring di tempat
tidur
Tampak luka tertutup perban kassa
pada area pergelangan tangan
sampai di siku-siku
Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah, hangat
SKALA NYERI
- P (problem) : nyeri akibat
adanya luka
- Q (Qualitas) : nyeri ringan,
nyerinya seperti tertekan.
- R (Regional/ lokasi ) :
lokasi di tangan sebelah kiri
- S (skala) : skala nyeri 2
- T (time ) : timbulnya nyeri
jarang, terjadinya nyeri
bertahap.
Jumlah Leukosit H 15,57 103ui
klien dan keluarga klien tampak
tidak mengerti dengan penyakit yang
diderita anggota keluarga
kelurga klien mengatakan tidak tahu
pengertian,penyebab, tanda dan
gejala dan penecgahan diabetes
73
mellitus .
5. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds :
Klien mengatakan tangan
kirinya terasa berat saat
digerakan.
Klien mengatakan tangan
kirinya terasa nyeri.
Do :
Klien tampak lemah
Tampak ada luka lesi
ditangan sebelah kiri klien
SKALA NYERI :
- P (problem) : nyeri
akibat adanya luka
- Q (Qualitas) : nyeri
ringan, nyerinya seperti
tertekan.
- R (Regional/ lokasi ) :
lokasi di tangan sebelah
kiri
- S (skala) : skala nyeri 2
- T (time ) : timbulnya
nyeri jarang, terjadinya
nyeri bertahap.
Jumlah Leukosit H 15,57
103ui
Tidak tampak jaringan
nekrotik pada area luka
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri
Inflamasi otot
2. Ds :
Klien mengatakan semenjak
dirumah sakit nafsu makan
bertambah
Klien mengatakan selalu
merasa lapar terus padahal
sudah makan, bubur Tim,
snack dan extra susu
diabetasol tapi masih merasa
lapar.
Klienmengatakan
“mempunyai riwayat DM
sejak 16 tahun yang lalu”
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Tidak adekuatnya
produksi insulin
74
DO :
(ANTROPOMENTRI )
BB : 58
TB : 165
LILA :
BBI = BB (Kg) : Tb (m)2
= 58kg : 1,65m x 1,65m
= 21
(berat badan normal atau ideal )
(BIOCHEMICAL DATA)
Hemoglobin = L 11,7 g/dl
Hematokrit : L 33%
Glukosa pada tanggal 06 juni
2016 : 405 mg/dl
Glukosa pada tanggal 07 juni
2016
Jam 06.00 : 102 mg/dL
Jam 12.00 : 182 mg/dL
Jam 18.00 : 207 mg/dL
Jam 24.00 : 214 mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
- Rambut : rambut klien
tampak bersih, tidak
rontok dan tidak ada
benjolan dikulit kepala
- Hidung : tampak bersih
dan tidak ada benjolan.
- Mata : tampak anemis
- Mulut : tampak mukosa
mulut lembab, mulut
tampak bersih dan tidak
bau.
- Gigi : tampak tidak ada
careis gigi
- Telinga : klien tampak
bersih tidak ada benjolan
Kulit tubuh :
- tampak tidak ada
sianosis, kulit tubuh
klien tampak bersih dan
tidak bau
- kuku : kuku klien
tampak ber bersih dan
tidak panjang
(DIETERY HISTORY)
makanan yang disukai klien
adalah : makanan ciri khas
padang yang bersantan dan
pedas dan suka dengan yang
manis – manis
75
jika minum teh gulanya harus
manis sekali biasanya 3 sendok
makan.
Diit skarang saat dirumah
sakit :
- Diit TIM 1700 kalori
Nafsu makan klien tampak
meningkat
Tampak klien sering lapar
Tampak keluarga klien sering
bertanya pada perawat
makanan yang harus dibeli apa
lagi karena klien sudah merasa
lapar lagi
Tampak klien sedang memakan
snack dan extra susu diabetasol
yang dibeli keluarganya diluar
Porsi makan yang dihabiskan 1
porsi
Klien tidak menggunakan alat
bantu makan
3. Ds :
Klien mengatakan tangannya
bengkak, merah dan terasa
hangat sudah kurang lebih 15
hari.
Klien mengatakan awalnya
luka ditangan kirinya sedikit
hanya dipergelangan tangan
saja kemudian dibawa ke
klinik anggrek dan dikasi
salep, bukannya sembuh
malah tambah parah
bengkak, kemerahan, terasa
hangat, menjalar sampai ke
siku-siku.
Do :
Tampak ada luka lesi,
mengkilat di lengan kiri klien
Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan
hangat
Tampak luka lesi tertutup
perban kassa pada area
pergelangan tangan sampai di
siku-siku
Gangguan integritas
kulit
Adanya lesi kulit
diabetakum (celulitis)
4. Ds :
Klien mengatakan tangan
kirinya bengkak, merah dan
terasa hangat.
Klien mengatakan badannya
Resiko Infeksi Peningkatan pada
sirkulasi meningkatkan
kadar glukosa
76
terasa panas.
Do :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
Jumlah Leukosit H 15,57
103ui
5. Ds :
Klien mengatakan tidak
menegrti tentang penyakit
yang Tn. B derita
Klien mengatakan tidak
mengerti tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala
dan pencegahan diabetes
mellitus
Do :
klien dan keluarga klien
tampak tidak mengerti
dengan penyakit yang
diderita anggota keluarga
kelurga klien mengatakan
tidak tahu
pengertian,penyebab, tanda
dan gejala dan penecgahan
diabetes mellitus .
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar),
mengenai penyakit,
prognosis dan
kebutuhan pengobatan
Kurang informasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Masalah/Diagnosa Tanggal
Ditemukan
Tanggal
Teratasi
Nama Jelas
1. Gangguan rasa nyaman :
Nyeri berhubungan dengan
Proses peradangan sel
jaringan ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
tangan kirinya terasa
nyeri.
Klien mengatakan
tangan kirinya terasa
berat saat digerakan.
Do :
Klien tampak lemah
Tampak ada luka lesi
ditangan sebelah kiri
klien
SKALA NYERI :
07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN
NAFISAH
77
- P (problem) : nyeri
akibat adanya luka
- Q (Qualitas) : nyeri
ringan,nyerinya
seperti tertekan.
- R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan
sebelah kiri
- S (skala) : skala nyeri
2
- T (time ): timbulnya
nyeri jarang
Tidak tampak
jaringan nekrotik
pada area luka
TD :130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Tidak adekuatnya produksi
insulin ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
semenjak dirumah
sakit nafsu makan
bertambah
Klien mengatakan
selalu merasa lapar
terus padahal sudah
makan, bubur Tim,
snack dan extra susu
diabetasol tapi masih
merasa lapar.
Klienmengatakan
“mempunyai riwayat
DM sejak 16 tahun
yang lalu”
DO :
(ANTROPOMENTRI )
BB : 58
TB : 165
LILA : 33
IMT = BB (Kg) : Tb
(m)2
=58kg:1,65mx1,65m
= 21
07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN
NAFISAH
78
(berat badan normal atau
ideal )
(BIOCHEMICAL DATA)
Hemoglobin = L 11,7
g/dl
Hematokrit : L 33%
Glukosa pada tanggal
06juni2016 = 405mg/dl
Glukosa pada tanggal
07 juni 2016
Jam06.00=102mg/dL
Jam12.00=182mg/dL
Jam18.00=207mg/dL
Jam24.00=214mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
- Rambut : rambut klien
tampak bersih, tidak
rontok dan tidak ada
benjolan dikulit kepala
- Hidung : tampak bersih
dan tidak ada benjolan.
- Mata : tampak anemis
- Mulut : tampak mukosa
mulut lembab, mulut
tampak bersih dan tidak
bau.
- Gigi : tampak tidak ada
careis gigi
- Telinga : klien tampak
bersih tidak ada
benjolan
Kulit tubuh :
- tampak tidak ada
sianosis, kulit tubuh
klien tampak bersih
dan tidak bau
- kuku : kuku klien
tampak ber bersih dan
tidak panjang
(DIETERY HISTORY)
makanan yang
disukai klien adalah :
makanan ciri khas
padang yang bersantan
dan pedas dan suka
dengan yang manis –
manis
jika minum teh gulanya
harus manis sekali
biasanya 3 sendok
makan.
Diit skarang saat
dirumah sakit :
79
- Diit TIM 1700 kalori
Nafsu makan klien
tampak meningkat
Tampak klien sering
lapar
Tampak keluarga klien
sering bertanya pada
perawat makanan yang
harus dibeli apa lagi
karena klien sudah
merasa lapar lagi
Tampak klien sedang
memakan snack dan
extra susu diabetasol
yang dibeli keluarganya
diluar
Porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi
Klien tidak
menggunakan alat
bantu makan
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan
Adanya lesi kulit diabetakum
(celulitis)
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
tangan kirinya
bengkak, merah dan
terasa hangat.
Do :
Tampak ada luka lesi,
mengkilat di lengan kiri
klien
Tampak tangan sebelah
kiri klien,bengkak,
merah dan hangat
Tampak luka lesi
tertutup perban kassa
pada area pergelangan
tangan sampai di siku-
siku
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
Jumlah Leukosit H
15,57 103ui
07-juni-2016 07-juni-2016 WARDATUN
NAFISAH
4. Resiko Infeksi berhubungan
dengan Peningkatan pada
07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN
NAFISAH
80
sirkulasi meningkatkan
kadar glukosa
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
tangan kirinya
bengkak, merah dan
terasa hangat.
Klien mengatakan
badannya terasa
panas.
Do :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,2oC
RR : 20x/menit
Jumlah Leukosit H
15,57 103ui
5. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar),
mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan
dengan Kurang informasi
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
tidak mengerti
tentang penyakit
yang Tn. B derita
Klien mengatakan
tidak mengerti
tentang pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala dan
pencegahan diabetes
mellitus
Do :
klien dan keluarga
klien tampak tidak
mengerti dengan
penyakit yang
diderita anggota
keluarga
kelurga klien
mengatakan tidak
tahu
pengertian,penyebab,
tanda dan gejala dan
07-juni-2016 09-juni-2016 WARDATUN
NAFISAH
81
penecgahan diabetes
mellitus .
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No.
DX
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Tn. B selama 3 x
24 jam diharapkan Gangguan rasa
nyaman : Nyeri teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Pasien mampu
mengungkapkan perasaan
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Mampu mengontrol nyeri
(mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
3. Skala nyeri berkurang
0-1
4. TTV dalam batas normal
1. Kaji skala nyeri, Lokasi, Durasi,
Intensitas dan karakteristik Nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Berikan obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya
4. Berikan lingkungan yang tenang
,ruang agak gelap sesuai indikasi
5. Bantu pasien menemukan posisi
nyaman
6. Anjurkan pasien teknik relaksasi
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Tn. B selama 3 x
24 jam diharapkan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
2. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
4. Tidak terjadi penurunan berat
badan
1. Observasi dan catat asupan pasien
2. Monitor pemeriksaan laboratorium,
seperti glukosa
3. Lakukan pemeriksaan gula darah
dengna menggunakan „‟finger
stick‟‟
4. Berikan pengobatan insulin secara
teratur sesuai dengan program
dokter
5. Auskultras bisisng usus pasien
6. Timbang berat badan setiap 3 hari
sekali atau sesuia dengan indikasi
7. Berikan lingkungan yang
menyenangkan pada waktu makan
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Tn. B selama 3 x
1. Kaji kondisi luka pada jaringan
pasien
82
24 jam diharapkan gangguan integritas
kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil
:
1. Tidak ada tanda- tanda infeksi
2. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera
3. Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka
2. Kaji area luka setiap kali merawat
luka dan mengganti balutan
3. Observasi kulit pasien yang terkena
lesi dekubitus
4. Beri perawatan tangan untuk pasien
secara seksama
5. Anjurkan pasien untuk tidak
memakai baju yang sempit
6. Anjurkan pasien untuk tidak
menggunakan salep
4 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Tn.B selama 3 x
24 jam diharapkan resiko infeksi dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas
normal
2. Luka dan insisi terlihat bersih,
merah muda dan bebas darai
drainase purulen
3. Jumlah leukosit dalam batas
normal
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Berikan tehnik aseptik pada
prosedur invasif dalam pemberian
obat intravena
4. Berikan obat antibiotik yang sesuai
5. Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan
yang baik
6. Berikan perawatan luka dengan
teratur dan sungguh-sungguh
didaerah kulit dan jaga kulit tetap
kering
7. Anjurkan pasien untuk makan dan
minum adekuat (pemasukan
makanan dan cairan yang adekuat )
5 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Tn.B selama 3 x
24 jam diharapkan kurang pengetahuan
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. pasien dapat menyebutkan
penyakit diabetes mellitus
2. pasien dapat menyebutkan
dengan benar 2-3 gejal diabetes
mellitus
3. pasien dapat menyebutkan
komplikasi 2-3 komplikasi
diabetes mellitus
1. kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai penyakit, dan
pengobatannya
2. lakukan pemberian pendidikan
kesehatan secara bertahap dan
sesuai rencana pada satuan acara
pembelajaran
3. Ciptakan lingkungan saling percaya
dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk
pasien.
83
4. pasien dapat mengetahui tanda
dan gejala diabetes mellitus
5. pasien dapat melakukan
perubahan gaya hidup da
berpartisipasi dalam program
pengobatan.
4. Diskusikan dengan pasien tentang
penyakitnya
5. Tekankan pentingnya
mempertahankan pemriksaan gula
darah setiap hari.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Jam No.
Diag
nosa
Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf
Selasa /07-06-
2016
06.00
06.15
06.20
1
3
3
1) Mengkaji skala nyeri, Lokasi, Durasi,
Intensitas dan karakteristik Nyeri :
S :
Klien mengatakan tangan kirinya
terasa nyeri.
Klien mengatakan tangan kirinya
terasa berat saat digerakan
O :
- Tampak ada luka lesi ditangan
sebelah kiri klien
- SKALA NYERI :
P (problem) : nyeri akibat adanya
luka
Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya
seperti tertekan.
R (Regional/ lokasi ) : lokasi di
tangan sebelah kiri
S (skala) : skala nyeri 2
T (time ): timbulnya nyeri jarang
2) Mengkaji kondisi luka pada jaringan
pasien
S : klien mengatakan tangan kirinya
masih bengkak dan merah
O :
- Tampak ada luka lesi,
mengkilat di lengan kiri klien
- Tampak luka lesi tertutup
perban kassa pada area
pergelangan tangan sampai di
siku-siku
3) Mengkaji area luka setiap kali merawat
luka dan mengganti balutan
S : Klien mengatakan tangan kirinya
masih bengkak dan merah
WARDAH
WARDAH
WARDAH
84
06.25
06.30
06.40
06.50
5
1.4
2
3.4
O:
- Tidak tampak jaringan nekritik
pada area luka
- Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan
hangat
3) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai penyakit, dan pengobatannya
S :
- Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakit yang Tn. B derita
- Klien mengatakan tidak mengerti
tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala dan
pencegahan diabetes mellitus
O :
- klien dan keluarga klien tampak
tidak mengerti dengan penyakit yang
diderita anggota keluarga
- kelurga klien mengatakan tidak tahu
pengertian,penyebab, tanda dan gejala
dan penecgahan diabetes mellitus .
4) Memonitot tanda-tanda vital :
S : -
O : Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 38,2oC
RR : 20x/menit
5) Memonitor pemriksaan laboratorium,
seperti glukosa
S:
O:
Hemoglobin = L 11,7 g/dl
Hematokrit : L 33%
Jumlah Leukosit H 15,57
Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 :
405 mg/dl
Glukosa pada tanggal 07 juni 2016
Jam 06.00 : 102 mg/dL
Jam 12.00 : 182 mg/dL
Jam 18.00 : 207 mg/dL
Jam 24.00 : 214 mg/dL
6) Memberikan perawatan tangan untuk
pasien secara seksama
S: Klien mengatakan setelah dikompres
dan dibalut tangan kirinya merasa jadi
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
85
06.00
06.00
08.00
08.30
1
4
2
1
lebih nyaman
O:
- Tampak jaringan luka tangan
pasien kemeran, tidak bau dan
bersih, tidak ada jaringan yang
nekrosis
- Tampak perban klien bersih,
kering tidak bau dan tidak
rembes
7) Memberikan obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya
S : Klien mengatakan setelah minum obat
nyerinya jadi berkurang
O : Non flamin 3x1
diberikan jam 06.12.18 WIB
8) Memberikan obat antibiotik dan obat
oral lain sesuai program
S:
- klien mengatakan panas
berkurang setelah minum obat
- klien mengatakan merasa lebih
nyaman
O:
- Paracetamol 2x1
- Ceprofloxim 2x1
- CO Amoxiclax 2x1 diberikan
jam 06 dan jam 12 WIB.
9) Memberikan lingkungan yang
menyenangkan pada waktu makan
S: klien mengatakan lingkungan
nyaman, sunyi dan bersih.
O: tampak lingkungan kamar sunyi
dan bersih
10) Memberikan lingkungan yang tenang,
ruang agak gelap sesuai indikasi
S: klien mengatakan lingkungannya
nyaman tenang & ruangan gelap
jadi bisa istirahat
O :
- tampak klien sedang istirahat
tidur
- lingkngan tampak sunyi & tenang
TIM
PERAWAT
TIM
PERAWAT
WARDAH
WARDAH
86
09.00
09.10
12.00
12.10
12.40
12.50
3
1
2
1
3
3
11) Memberikan tehnik aseptik pada
prosedur inasif dalam pemberian obat
intravena
S: -
O: tampak klien sudah diberikan
obat melalui intravena dengan
tehnik aseptik
12) Membantu pasien menemukan posisi
nyaman
S: Klien mengatakan lebih nyaman
dengan posisi setengah duduk
O :
-Klien tampak lebih nyaman
dengan posisi semifowler
13) Memberikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai dengan program
dokter
S: -
O: hasil glukosa darah 207 maka
dosis insulin diberikan 8 ui sesuai
SC
14) Menganjurkan pasien teknik relaksasi
S : klien mengatakn agak sedikit
legah setelah tarik napas dalam
O : klien tampak rileks setelah tarik
napas dalam
15) Menganjurkan pasien untuk tidak
memakai baju yang sempit
S: Klien mengatakan akan
menggunakan baju yang longgar
dan lengan pendek
O:
- Tampak klien mengerti dengan
yang dianjurkan perawat
- Tampak klien menggunakan
baju longgar dan baju lengan
pendek
16) Menganjurkan pasien untuk tidak
menggunakan salep
S: klien mengatakan sudah
menghentikan salep yang diklinik
O: tampak klien sudah tidak
mengentikan salep yang di klinik.
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
87
13.00
14.00
14.30
15.30
2
2
2
5
17) Menganjurkan pasien untuk makan dan
minum adekuat (pemasukan makanan dan
cairan yang adekuat )
S :
- Klien mengatakan sering
kelaparan padahal sudah
makan
- Klien mengatakan sudah
makan 1porsi tapi tetap saja
masih lapar
- Klien mengatakan sudah
makan snack dan ekstra susu
diabetasol
O :
- Tampak klien sering lapar
- Tampak keluarga klien sering
bertanya pada perawat
makanan yang harus dibeli apa
lagi karena klien sudah merasa
lapar lagi
- Tampak klien sedang memakan
snack dan extra susu diabetasol
yang dibeli keluarganya diluar
- Porsi makan yang dihabiskan 1
porsi
18) Mengauskultrasi bisisng usus pasien
S : -
O: 18x/menit
19) Menimbang berat badan setiap 3 hari
sekali atau sesuia dengan indikasi
S : -
O : BB 58 klien tidak ada
penurunan.
20) Menciptakan lingkungan saling
percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
S :klien mengatakan lingkungannya
nyaman tidak bising dan
pelayanannyapun baik
O :
- tampak klien nyaman dengan
lingkungannya
- lingkungan klien tampak sunyi
dan tenang
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
88
15.50
16.00
16.20
5
5
5
21) Melakukan pemberian pendidikan
kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara
pembelajaran
S :
- klien mengatakan sekarang
jadi mengerti dengan
penyakitnya
- Klien mengatakan jadi tahu
pengertian, penyebab,
pencegahan dan tanda dan
gejalanya.
O :
- Klien tampak mengerti dengan
pendidikan yang diberikan
- Klien tampak menyebutkan
pengertian, penyebab,
pencegahan dan tanda & gejala
22) Mendiskusikan dengan pasien tentang
penyakitnya
S : klien mengatakan skarang jadi
tahu tentang penyakinya dan
bagaimana cara mengatasinya
O : tampak klien taju dengan
penyakit yang dialaminya sekarang
23) Tekankan pentingnya
mempertahankan pemriksaan gula
darah setiap hari.
S : klien mengatakan akan lebih
menjaga dan mengontrol gulanya di
tenaga kesehatan
O : tampak klien jadi lebih hati-hati
dengan penyakitnya dengan
kesadaran dirinya untuk selalu
mengontrol gula darahnya di tenaga
kesehatan.
WARDAH
WARDAH
WARDAH
Rabu/08-juni-
2016
06.00
1
1) Mengobservasi skala nyeri, Lokasi,
Durasi, Intensitas dan karakteristik
Nyeri :
S : -
- Klien mengatakan nyerinya
berkurang
- Klien mengatakan tangan
kirinya masih terasa berat saat
digerakan
O :
- Tampak ada luka lesi ditangan
WARDAH
89
06.30
07.00
07.10
08.00
4
3
1.4
2.4
sebelah kiri klien
- SKALA NYERI :
P (problem) : nyeri akibat adanya
luka
Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya
seperti tertekan.
R (Regional/ lokasi ) : lokasi di
tangan sebelah kiri
S (skala) : skala nyeri 1
T (time ): timbulnya nyeri jarang
2) Mengobservasi kondisi luka pada
jaringan pasien
S : klien mengatakan tangan kirinya
masih bengkak dan merah
O :
- Tampak ada luka lesi,
mengkilat di lengan kiri klien
- Tampak luka lesi tertutup
perban kassa pada area
pergelangan tangan sampai di
siku-siku
3) Mengobservasi area luka setiap
kali merawat luka dan mengganti
balutan
S : Klien mengatakan tangan
kirinya masih bengkak dan merah
O:
- Tidak tampak jaringan nekritik
pada area luka
- Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan
hangat
.
4) Memonitot tanda-tanda vital :
S : -
O : Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 38,2oC
RR : 20x/menit
5) Memonitor pemriksaan
laboratorium, seperti glukosa
S:
O:
Hemoglobin = L 11,7 g/dl
Hematokrit : L 33%
Jumlah Leukosit H 15,57
Glukosa pada tanggal 07 juni 2016
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
90
06.00
08.00
08.00
09.00
10.00
3.4
1
4
2
1
Jam 06.00 : 102 mg/dL
Jam 12.00 : 182 mg/dL
Jam 18.00 : 207 mg/dL
Jam 24.00 : 214 mg/dL
6) Memberikan perawatan tangan
untuk pasien secara seksama
S: Klien mengatakan setelah
dikompres dan dibalut tangan
kirinya merasa jadi lebih nyaman
O:
- Tampak jaringan luka tangan
pasien kemerahan, tidak bau
dan bersih, tidak ada jaringan
yang nekrosis
- Tampak perban klien bersih,
kering tidak bau dan tidak
rembes
7) Memberikan obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya
S : Klien mengatakan setelah
minum obat nyerinya jadi
berkurang
O : Non flamin 3x1
8) Memberikan obat antibiotik dan
obat oral lain sesuai program
S:
- klien mengatakan panas
berkurang setelah minum obat
- klien mengatakan merasa lebih
nyaman
O:
- Ceprofloxim 2x1
- CO Amoxiclax 2x1
9) Memberikan lingkungan yang
menyenangkan pada waktu makan
S: klien mengatakan lingkungan
nyaman, sunyi dan bersih.
O: tampak lingkungan kamar sunyi
dan bersih
10) Memberikan lingkungan yang
tenang, ruang agak gelap sesuai
indikasi
S: klien mengatakan lingkungannya
nyaman tenang & ruangan gelap
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
91
12.00
12.30
12.35
13.00
13.30
4
1
1
1
1
jadi bisa istirahat
O :
- tampak klien sedang istirahat
tidur
- lingkngan tampak sunyi & tenang
11) Memberikan tehnik aseptik pada
prosedur inasif dalam pemberian
obat intravena
S:
O: tampak klien sudah diberikan
obat melalui intravena dengan
tehnik aseptik
12) Membantu pasien menemukan
posisi nyaman
S: Klien mengatakan lebih nyaman
dengan posisi setengah duduk
O :
-Klien tampak lebih nyaman
dengan posisi semifowler
13) Menganjurkan pasien teknik
relaksasi
S : klien mengatakn agak sedikit
legah setelah tarik napas dalam
O : klien tampak rileks setelah tarik
napas dalam
14) Menganjurkan pasien untuk tidak
memakai baju yang sempit
S: Klien mengatakan akan
menggunakan baju yang longgar
dan lengan pendek
O:
- Tampak klien mengerti dengan
yang dianjurkan perawat
- Tampak klien menggunakan
baju longgar dan baju lengan
pendek
15) Menganjurkan pasien untuk tidak
menggunakan salep
S: klien mengatakan sudah
menghentikan salep yang diklinik
O: tampak klien sudah tidak
mengentikan salep yang di klinik.
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
Rabu/08-juni-
2016
06.30
3
1) Mengobervasi area luka setiap kali
merawat luka dan mengganti balutan
WARDAH
92
06.30
06.00
08.20
06.00
06.10
1,4
4
2
4
4
S : Klien mengatakan tangan kirinya
masih bengkak dan merah
O:
- Tidak tampak jaringan nekritik
pada area luka
- Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan
hangat
2) Mengobservasi tanda-tanda vital
S : -
O :
- TD : 130/80mmHg
- N : 85x/meni
- RR : 19x/menit
- SH : 38,2oC
3) Memberikan obat antibiotik dan obat
oral lain sesuai program
S:
- klien mengatakan panas
berkurang setelah minum obat
- klien mengatakan merasa lebih
nyaman
O:
- Ceprofloxim 2x1 ( diberikan
jam 06.00 dan jam 18.00)
- CO Amoxiclax 2x1 (diberikan
jam 06.00 dan jam 18.00)
4) Memberikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai dengan
program dokter
S: -
O: hasil glukosa darah 207 maka
dosis insulin diberikan 8 ui sesuai
SC (insulin SC STOP !! GANTI
CH, insulin diberikan setiap hari
senin dan kamis 3x 10 ui.)
5) Memberikan tehnik aseptik pada
prosedur inasif dalam pemberian
obat intravena
S: -
O: tampak klien sudah diberikan
obat melalui intravena dengan
tehnik aseptik
6) Memberikan perawatan tangan
untuk pasien secara seksama
S: Klien mengatakan setelah
dikompres dan dibalut tangan
kirinya merasa jadi lebih nyaman
O:
WARDAH
WARDAH
WARDAH
TIM
PERAWAT
TIM
PERAWAT
93
- Tampak jaringan luka tangan
pasien kemeran, tidak bau dan
bersih, tidak ada jaringan yang
nekrosis
- Tampak perban klien bersih,
kering tidak bau dan tidak
rembes
Kamis/02-06-
2016
06.00
06.10
06.20
1,4
2
1
7) Memonitor tanda-tanda vital
S: -
O:
- TD : 140/90mmHg
- N : 80x/menit
-RR :19x/menit
-SH : 37oC
8) Mengobservasi GDS :
S :
- klien mengatakan sering
kelaparan
- Kluarga klien mengatakan
makanan apa lagi yang boleh
dibeli di luar karna si bapak
sering sekali lapar walaupun
sudah makan.
O :
- Tamapak klien sedang makan
snack dan diabetasol
- Tampak kluarga klien sering
bertanya pada perawat,
makanan apa lagi yang boleh
dibeli diluar karna bapak sering
lapar lagi
- GDS : 405 mg/dl
9) Mengobservasi skala nyeri
S : -
- Klien mengatakan nyerinya
berkurang
- Klien mengatakan tangan
kirinya masih terasa berat saat
digerakan
O :
- Tampak ada luka lesi ditangan
sebelah kiri klien
- SKALA NYERI :
P (problem) : nyeri akibat adanya
luka
Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya
seperti tertekan.
WARDAH
WARDAH
WARDAH
94
06.30
09.00
09.20
14.00
1
2
2
2
R (Regional/ lokasi ) : lokasi di
tangan sebelah kiri
S (skala) : skala nyeri 3
T (time ): timbulnya nyeri jarang
10) Memberikan obat paracetamol
S : Klien mengatakan panasnya
sudah menurun setelah minum obat
O : suhu tubuh klien : 36,7oC
11) Menganjurkan pasien untuk makan
dan minum adekuat (pemasukan
makanan dan cairan yang adekuat )
S:
- Klien mengatakan sering
kelaparan padahal sudah
makan
- Klien mengatakan sudah
makan 1porsi tapi tetap saja
masih lapar
- Klien mengatakan sudah
makan snack dan ekstra susu
diabetasol
- Klien mengatakan minum
sudah habis aqua sedang dan
susu
O:
- Tampak klien sering lapar
- tampak keluarga klien sering
bertanya pada perawat
makanan yang harus dibeli apa
lagi karena klien sudah merasa
lapar lagi
- Tampak klien sedang memakan
snack dan extra susu diabetasol
yang dibeli keluarganya diluar
- Porsi makan yang dihabiskan 1
porsi
- Tampak klien minum 500 ml
dan susu 200 ml
12) Mengauskultrasi bisisng usus pasien
S :-
O: 18x/menit
13) Menimbang berat badan setiap 3 hari
sekali atau sesuia dengan indikasi
S : -
O : BB 58 klien tidak ada
penurunan berat badan.
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
95
15.30
16.00
16.30
16.45
18.00
5
5
5
5
2
14) Menciptakan lingkungan saling percaya
dengan mendengarkan penuh perhatian
dan selalu ada untuk pasien.
S :klien mengatakan lingkungannya
nyaman tidak bising dan
pelayanannyapun baik
O :
- tampak klien nyaman dengan
lingkungannya
- lingkungan klien tampak sunyi
dan tenang
15) Melakukan pemberian pendidikan
kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran
S :
- klien mengatakan sekarang
jadi mengerti dengan
penyakitnya
- Klien mengatakan jadi tahu
pengertian, penyebab,
pencegahan dan tanda dan
gejalanya.
O :
- Klien tampak mengerti dengan
pendidikan yang diberikan
- Klien tampak menyebutkan
pengertian, penyebab,
pencegahan dan tanda & gejala
16) Mendiskusikan dengan pasien tentang
penyakitnya
S : klien mengatakan skarang jadi
tahu tentang penyakinya dan
bagaimana cara mengatasinya
O : tampak klien taju dengan
penyakit yang dialaminya sekarang
17) Tekankan pentingnya
mempertahankan pemriksaan gula
darah setiap hari.
S : klien mengatakan akan lebih
menjaga dan mengontrol gulanya di
tenaga kesehatan
O : tampak klien jadi lebih hati-hati
dengan penyakitnya dengan
kesadaran dirinya untuk selalu
mengontrol gula darahnya di tenaga
kesehatan.
18) Memberikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai dengan program
WARDAH
WARDAH
WARDAH
WARDAH
TIM
96
dokter
S: -
O: diberikan CH jadwal hari kamis
3x10 ui
PERAWAT
A. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tanggal 07 Juni sampai 09 Juni 2016,
didapatkan hasil evaluasi setiap hari adalah sebagai berikut:
NO.
DX
HARI/
TANGGAL JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
1 kamis,
9 Juni 2016
21.00 Subjektif :
- Klien mengatakan masi terasa nyeri
pada tangan kirinya
- Klien mengatak setelah setelah
tarik napas dalam agak sedikit
rileks
- Klien mengatakan tangan kirinya
terasa panas dan bengkak”
Objektif :
- Tampak klien mengeluh nyeri
- Tampak ada luka lesi ditangan
sebelah kiri klien
SKALA NYERI :
P (problem) : nyeri akibat adanya luka
Q (Qualitas) : nyeri ringan,nyerinya
seperti tertekan.
R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan
sebelah kiri
S (skala) : skala nyeri 3
T (time ): timbulnya nyeri jarang
- Tekanan darah 140/90 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- Pernafasan 20 x/menit
- Suhu 38.2 oC
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Wardatun
Nafisah
97
Planing :
Lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri, Lokasi,
Durasi, Intensitas dan karakteristik
Nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya :
-Non flamin 3x1
- Berikan lingkungan yang tenang
,ruang agak gelap sesuai indikasi
- Bantu pasien menemukan posisi
nyaman
- Anjurkan pasien teknik relaksasi
2. Kamis,
9 Juni 2016
21.00 Subjektif :
Klien mengatakan masih merasa
sering lapar terus
Klien mengatakan nafsu
makannya meningkat terus
Objektif:
Tampak klien sering makan dan
lapar terus
Tampak keluarga klien sering
tanya keperawat makanan apa
lagi yang boleh dibeli untuk
bapak makan
Bb klien tetap 58kg
GDS : 405 mg/dl
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan intervensi
Wardatun
Nafisah
98
- Observasi dan catat asupan pasien
- Monitor pemeriksaan laboratorium,
seperti glukosa
- Lakukan pemeriksaan gula darah
dengna menggunakan „‟finger
stick‟‟
- Berikan pengobatan insulin secara
teratur sesuai dengan program
dokter
- Auskultras bisisng usus pasien
- Timbang berat badan setiap 3 hari
sekali atau sesuia dengan indikasi
3 Kamis .
9 Juni 2016
21.00 Subjektif :
- Klien mengatakan tangan kirinya
masih bengkak dan merah
Objektif :
- Tidak tampak jaringan nekritik
pada area luka
- Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan hangat
- Tekanan darah 140/90 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- Pernafasan 20 x/menit
- Suhu 38.2 oC
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan intervensi
- Observasi area luka setiap kali
merawat luka dan mengganti
balutan
- Observasi kulit pasien yang terkena
lesi dekubitus
- Beri perawatan tangan untuk pasien
secara dg seksama
- Berikan
Wardatun
Nafisah
4 kamis, 21.00 Subjektif : Wardatun
99
9 Juni 2016 - Klien mengatakan badannya tadi
panas tapi setelah minum obat
panasnya jadi berkurang
- Klien mengatakan tangan
kirinya masih merah, bengakak
dan nyeri
Objektif :
- Tampak klien suhu tubuhnya
berkurang setelah minum
paracetamol
- Tangan kiri klien tampak masih
bengkak, merah dan panas
- Tanda-tanda vital
TD : 140/90mmHg
N : 80x/menit
S : 37OC
RR :19x/menit
- Jumlah Leukosit H 15,57
Analisa : Masalah belum teratasi
Planing :
Lanjutkan intervensi
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Berikan tehnik aseptik pada
prosedur invasif dalam pemberian
obat intravena
- Berikan obat antibiotik yang sesuai
Paracetamol 2x1
Ceprofloxim 2x1
CO Amoxiclax 2x1
- Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan
yang baik
- Berikan perawatan luka dengan
teratur dan sungguh-sungguh
Nafisah
100
- didaerah kulit dan jaga kulit tetap
kering
5 kamis,
9 Juni 2016
21.00 Subjektif :
- Klien mengatakan sekarang jadi
tahu tentang penyakitnya
- Klien mengatakan sekarang jadi
tahi pengertian, penyebab,
pencegahan dan tanda dan
gejalanya
- Klien menmgatakan sekarang
jadi lebih hati-hati lagi untuk
pola hidup
Objektif :
- Tampak klien mengerti yang
telah dijelaskan perawat
- Tampak klien dapat
menyebutkan pengertian,
penyebab, pencegahan dan tanda
dan gejala
Analisa : Masalah teratasi
Planing : intervensi dihentikan
Wardatun
Nafisah
101
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis beserta
laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan antar
tinjauan teoritis dengan laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. D
dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus Tipe 2 di paviliun Marwah Bawah
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih mulai dari tanggal 7 Juni sampai 9 Juni 2016.
Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses perawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami Diabetes Melitus Tipe 2
komplikasi Celulitis . Hal ini sesuai dengan teori pada tinjauan teoritis bahwa DM
Tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa pertengahan 40 tahun. Pada klien dengan DM
Tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya
responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan reseptor insulin dengan system
transpor glukosa. Ketidak normalan post reseptor dapat mengganggu kerja insulin.
Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang
beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan glukosa dalam darah.
Tn.B mengalami luka yang senakin lama semakin melebar tidak kunjung sembuh
dan mengalami peningkatan rasa lapar (polifagi). Hal ini sama halnya dengan
manifestasi klinis pasien DM yang akan menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum
karena merupakan komplikasi dari DM. Berdasarkan konsep, terjadinya masalah kaki
diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Hiperglikemia akan mengakibatkan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri.
Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.
Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada
jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat
102
peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita diabetes
mellitus mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian dan data telah terkumpul berdasarkan
masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data-
data yang ada. Dari hasil analisa data, didapatkan diagnosa keperawatan berdasarkan
kondisi klien, yaitu :
1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot ditandai dengan klien mengatakan
„‟ Klien mengatakan tangan kirinya terasa berat saat digerakan. Klien mengatakan
tangan kirinya terasa nyeri, Klien tampak lemah, Tampak ada luka lesi ditangan
sebelah kiri klien, SKALA NYERI : P (problem) : nyeri akibat adanya luka, Q
(Qualitas) : nyeri ringan, nyerinya seperti tertekan, R (Regional/ lokasi ) : lokasi di
tangan sebelah kiri, S (skala) : skala nyeri 2, T (time ) : timbulnya nyeri jarang,
terjadinya nyeri bertahap, Jumlah Leukosit H 15,57 103ui, Tidak tampak jaringan
nekrotik pada area luka, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 38,2oC, RR :
20x/menit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak
adekuatnya produksi insulin ditandai dengan klien mengatakan „‟ Klien mengatakan
semenjak dirumah sakit nafsu makan bertambah, Klien mengatakan selalu merasa
lapar terus padahal sudah makan, bubur Tim, snack dan extra susu diabetasol tapi
masih merasa lapar, Klienmengatakan “mempunyai riwayat DM sejak 16 tahun yang
lalu. Hasil pemeriksaan fisik : (ANTROPOMENTRI )BB : 58,TB : 165, LILA :
..,BBI = BB (Kg) : Tb (m)2
= 58kg : 1,65m x 1,65m = 21 (berat badan normal atau
ideal ), (BIOCHEMICAL DATA) Hemoglobin = L 11,7 g/dl, Hematokrit : L 33% ,
Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 : 405 mg/dl, Glukosa pada tanggal 07 juni 2016,
Jam 06.00 : 102 mg/dL , Jam 12.00 : 182 mg/dL Jam 18.00 : 207 mg/dL , Jam 24.00 :
214 mg/dL, (CLINICAL SIGN)Kepala : Rambut : rambut klien tampak bersih, tidak
rontok dan tidak ada benjolan dikulit kepala Hidung : tampak bersih dan tidak ada
benjolan, Mata : tampak anemis, Mulut : tampak mukosa mulut lembab, mulut
tampak bersih dan tidak bau, Gigi : tampak tidak ada careis gigi, Telinga : klien
tampak bersih tidak ada benjolan, Kulit tubuh : tampak tidak ada sianosis, kulit tubuh
103
klien tampak bersih dan tidak bau, kuku : kuku klien tampak ber bersih dan tidak
panjang, (DIETERY HISTORY), makanan yang disukai klien adalah : makanan
ciri khas padang yang bersantan dan pedas dan suka dengan yang manis – manis, jika
minum teh gulanya harus manis sekali biasanya 3 sendok makan, Diit skarang saat
dirumah sakit : Diit TIM 1700 kalori, Nafsu makan klien tampak meningkat,
Tampak klien sering lapar, Tampak keluarga klien sering bertanya pada perawat
makanan yang harus dibeli apa lagi karena klien sudah merasa lapar lagi , Tampak
klien sedang memakan snack dan extra susu diabetasol yang dibeli keluarganya
diluar, Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, tampak klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya lesi kulit diabetakum
(celulitis) ditandai dengan „‟ Klien mengatakan tangannya bengkak, merah dan terasa
hangat sudah kurang lebih 15 hari, Klien mengatakan awalnya luka ditangan kirinya
sedikit hanya dipergelangan tangan saja kemudian dibawa ke klinik anggrek dan
dikasi salep, bukannya sembuh malah tambah parah bengkak, kemerahan, terasa
hangat, menjalar sampai ke siku-siku, Tampak ada luka lesi, mengkilat di lengan kiri
klien. Tampak tangan sebelah kiri klien,bengkak, merah dan hangat, Tampak luka lesi
tertutup perban kassa pada area pergelangan tangan sampai di siku-siku.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi meningkatkan kadar
glukosa ditandai dengan Klien mengatakan tangan kirinya bengkak, merah dan terasa
hangat, Klien mengatakan badannya terasa panas, TD : 130/80 mmHg Nadi :
80x/menit, Suhu : 38,2oC, RR : 20x/menit, Jumlah Leukosit H 15,57 10
3ui.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi ditandai dengan Klien
mengatakan tidak menegrti tentang penyakit yang Tn. B derita
Klien mengatakan tidak mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan
pencegahan diabetes mellitus, klien dan keluarga klien tampak tidak mengerti dengan
penyakit yang diderita anggota keluarga, kelurga klien mengatakan tidak tahu
pengertian,penyebab, tanda dan gejala dan penecgahan diabetes mellitus .
104
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, diagnosa keperawatan
yang tidak didapatkan pada klien tetapi ada di teori adalah :
k. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia), diare, mual, muntah Pada Tn.B diagnosa ini tidak muncul
karena tidak terjadi ketidakseimbangan volume cairan.
l. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolemia. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi
syok.
m. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM), kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis.,merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas), kurang pengetahuan tentang proses penyakit
(mis.,diabetes, hiperlipidemia), diabetes melitus, hipertensi, gaya hidup
monoton. Pada Ny. S diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi
ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer.
n. Pola napas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan asidosis metabolik
diagnosa ini tidak muncul karena tidak terjadi sesak napas
o. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin diagnosa ini tidak
muncul karena klien tidak melakukan aktivitas apa-apa dan tidak merasa
kelelahan.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa kepererawatan muncul, penulis merumuskan prioritas
masalah, tujuan, dan kriteria hasil serta perencanaan berdasarkan kondisi klien.
Prioritas masalah yang dilakukan berdasarkan yang mengancam hidup klien dan
kebutuhan Maslow. Pada tahap perencanaan, penulis mengacu berdasarkan dengan
tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi klien serta situasi ruangan. Perencanaan
yang dibuat berdasarkan masalah klien dengan berpedoman pada teori-teori yang
didapatkan selama perkuliahan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan
terdapat berbagai kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.
105
Pada tinjauan teoritis, diagnosa yang dapat ditegakkan pada diagnosa pertama
adalah gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot. Intervensi
yang dibuat dari diagnosa pertama adalah Kaji skala nyeri, Lokasi, Durasi, Intensitas
dan karakteristik Nyeri, Monitor tanda-tanda vital, Berikan obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya : Non flamin 3x1 pada jam 06.12.18. Berikan lingkungan yang
tenang ,ruang agak gelap sesuai indikasi Bantu pasien menemukan posisi nyaman,
anjurkan klien melakukan teknik non farmakologi relaksasi : nafas dalam jika timbul
rasa nyeri.
Diagnosa kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin, intervensi yang dibuat dari
diagnosa kedua adalah Observasi dan catat asupan pasien, Monitor pemeriksaan
laboratorium, seperti glukosa, Lakukan pemeriksaan gula darah dengna menggunakan
„‟finger stick‟‟, Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai dengan program
dokter : therapy insulin Novorapid 3 x 10 ui pada jam 06. 12. 18 WIB. Auskultras
bisisng usus pasien , Timbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan
indikasi, Berikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.
Diagnosa ketiga yaitu Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya
lesi kulit diabetakum (celulitis). intervensi yang dibuat dari diagnosa ketiga adalah
Kaji kondisi luka pada jaringan pasien, Kaji area luka setiap kali merawat luka dan
mengganti balutan, Observasi kulit pasien yang terkena lesi dekubitus, Beri perawatan
tangan untuk pasien secara seksama, Anjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang
sempit, Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep.
Diagnosa keempat yaitu resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan
pada sirkulasi meningkatkan kadar glukosa, intervensi yang dibuat dari diagnosa
keempat adalah Observasi tanda-tanda vital, Observasi tanda-tanda infeksi, Berikan
tehnik aseptik pada prosedur invasif dalam pemberian obat intravena, Berikan obat
antibiotik yang sesuai: Ceprofloxim 2x1 dan CO Amoxiclax 2x1 diberikan pada jam
08.00 dan jam 20.00 WIB, Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik, Berikan perawatan luka dengan teratur dan sungguh-sungguh
didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering, Anjurkan pasien untuk makan dan minum
adekuat (pemasukan makanan dan cairan yang adekuat ).
106
Diagnosa keempat yaitu resiko infeksi berhubungan dengan Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi . intervensi yang dibuat dari
diagnosa kelima adalah kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, dan
pengobatannya, lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan
sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran, Ciptakan lingkungan saling
percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien,
Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya, Tekankan pentingnya
mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan implementasi kepada klien yang
berlangsung selama 3 hari yaitu mulai tanggal 07 mei sampai dengan 09 mei 2016.
Implementasi yang dilakukan penulis berdasarkan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama klien dan perawat ruangan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi klien saat ini.
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawat di ruangan
untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S yaitu
mengkaji keluhan klien, mengobservasi tanda-tanda vital, dan melakukan perawatan
luka, selain itu penulis juga melakukan penyuluhan kesehatan pada klien tentang
teknik cuci tangan yang baik dan benar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, ada faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat dalam implementasi yang dilakukan. Faktor yang mendukung antara lain
klien dapat bekerja sama dengan perawat maupun keluarga dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, klien dapat melakukan intervensi dengan baik, tersedianya alat-alat
kesehatan yang memudahkan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor yang
menghambat atau kesulitan penulis adalah bahwa diruangan tidak tersedianya media
penyuluhan seperti lembar balik dan leafleat.
107
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evaluasi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat evaluasi
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan perencanaan.
Pada kasus ada 4 diagnosa dalam analisa masalah teratasi sebagian, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot Evaluasi yang
didapatkan adalah , Klien mengatakan masi terasa nyeri pada tangan kirinya skala
nyeri 3, TD : 140/90mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya produksi insulin. Evaluasi yang didapatkan adalah, Evaluasi yang
didapatkan adalah , Klien mengatakan masih merasa sering lapar terus, Klien
mengatakan nafsu makannya meningkat terus, Bb klien tetap 58kg, GDS : 405
mg/dl , Tampak klien sering makan dan lapar terus, Tampak keluarga klien sering
tanya keperawat makanan apa lagi yang boleh dibeli untuk bapak makan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan pada sirkulasi
meningkatkan kadar glukosa. Evaluasi yang didapatkan adalah Klien mengatakan
tangan kirinya masih bengkak dan merah, Tidak tampak jaringan nekritik pada area
luka, Tampak tangan sebelah kiri klien,bengkak, merah dan hangat, Tekanan darah
140/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit
Suhu 37 oC
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi meningkatkan kadar
glukosa . Evaluasi yang didapatkan adalah Klien mengatakan badannya tadi panas
tapi setelah minum obat panasnya jadi berkurang, Klien mengatakan tangan kirinya
masih merah, bengakak dan nyeri, Tampak klien suhu tubuhnya berkurang setelah
minum paracetamol, Tangan kiri klien tampak masih bengkak, merah dan panas,
Tanda-tanda vital, TD : 140/90mmHg, N : 80x/menit, S : 37OC, RR :19x/menit,
Jumlah Leukosit H 15,57
Pada kasus ada 1 diagnosa dalam analisa masalah teratasi sebagian, yaitu :
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi. Evaluasi yang
didapatkan adalah Klien mengatakan sekarang jadi tahu tentang penyakitnya Klien
108
mengatakan sekarang jadi tahi pengertian, penyebab, pencegahan dan tanda dan
gejalanya, Klien mengatakan sekarang jadi lebih hati-hati lagi untuk pola hidup,
Tampak klien mengerti yang telah dijelaskan perawat, Tampak klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, pencegahan dan tanda dan gejala.
109
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pad Tn. B dengan Diabetes
Melitus Tipe 2, mulai dari tanggal 07 juni sampai dengan 09 juni 2016. Penulis mengambil
kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tanggal 07 juni penulis melakukan pengkajian kepada Tn.B Didapatkan data
klien mengeluh Klien mengatakan tangan sebelah kirinya terasa berat saat
digerakan, Klien mengatakan tangan kirinya terasa nyeri, Klien mengatakan
semenjak dirumah sakit nafsu makan bertambah, Klien mengatakan selalu merasa
lapar terus padahal sudah makan, bubur Tim, snack dan extra susu diabetasol tapi
masih merasa lapar, Klienmengatakan “mempunyai riwayat DM sejak 16 tahun
yang lalu, Klien mengatakan tangannya bengkak, merah dan terasa hangat sudah
kurang lebih 15 hari, Klien mengatakan awalnya luka ditangan kirinya sedikit
hanya dipergelangan tangan saja kemudian dibawa ke klinik anggrek dan dikasi
salep, bukannya sembuh malah tambah parah bengkak, kemerahan, terasa hangat,
menjalar sampai ke siku-siku, Klien mengatakan tangan kirinya bengkak, merah
dan terasa hangat, Klien mengatakan badannya terasa panas, Klien mengatakan
tidak menegrti tentang penyakit yang Tn. B derita, Klien mengatakan tidak
mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan pencegahan diabetes
mellitus, Klien tampak lemah, Tampak ada luka lesi ditangan sebelah kiri
klienSKALA NYERI :P (problem) : nyeri akibat adanya luka, Q (Qualitas) :
nyeri ringan, nyerinya seperti tertekan, R (Regional/ lokasi ) : lokasi di tangan
sebelah kiri, S (skala) : skala nyeri 2, T (time ) : timbulnya nyeri jarang,
terjadinya nyeri bertahap,Jumlah Leukosit H 15,57 103ui, Tidak tampak jaringan
nekrotik pada area luka, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 38,2oC. RR
: 20x/menit (ANTROPOMENTRI )BB : 58, TB : 165, LILA : ,,BBI = BB (Kg) :
Tb (m)2
= 58kg : 1,65m x 1,65m = 21 (berat badan normal atau ideal )
110
(BIOCHEMICAL DATA), Hemoglobin = L 11,7 g/dl , Hematokrit : L 33% ,
Glukosa pada tanggal 06 juni 2016 : 405 mg/dl, Glukosa pada tanggal 07 juni
2016, Jam 06.00 : 102 mg/dL Jam 12.00 : 182 mg/dL, Jam 18.00 : 207 mg/dL,
Jam 24.00 : 214 mg/dL (CLINICAL SIGN) Kepala : Rambut : rambut klien
tampak bersih, tidak rontok dan tidak ada benjolan dikulit kepala, Hidung :
tampak bersih dan tidak ada benjolan, Mata : tampak anemis, Mulut : tampak
mukosa mulut lembab, mulut tampak bersih dan tidak bau, Gigi : tampak tidak
ada careis gigi, Telinga : klien tampak bersih tidak ada benjolan, Kulit tubuh :
tampak tidak ada sianosis, kulit tubuh klien tampak bersih dan tidak bau, kuku :
kuku klien tampak ber bersih dan tidak panjang (DIETERY HISTORY)
makanan yang disukai klien adalah : makanan ciri khas padang yang bersantan
dan pedas dan suka dengan yang manis – manis, jika minum teh gulanya harus
manis sekali biasanya 3 sendok makan. Diit skarang saat dirumah sakit : Diit
TIM 1700 kalori, Nafsu makan klien tampak meningkat, Tampak klien sering
lapar, Tampak keluarga klien sering bertanya pada perawat makanan yang harus
dibeli apa lagi karena klien sudah merasa lapar lagi Tampak klien sedang
memakan snack dan extra susu diabetasol yang dibeli keluarganya diluar, Porsi
makan yang dihabiskan 1 porsi, Klien tidak menggunakan alat bantu makan,
Tampak ada luka lesi, mengkilat di lengan kiri klien, Tampak tangan sebelah kiri
klien,bengkak, merah dan hangat, Tampak luka lesi tertutup perban kassa pada
area pergelangan tangan sampai di siku-siku, klien dan keluarga klien tampak
tidak mengerti dengan penyakit yang diderita anggota keluarga, kelurga klien
mengatakan tidak tahu pengertian,penyebab, tanda dan gejala dan penecgahan
diabetes mellitus .
2. Diagnosa Keperawatan
Selanjutnya penulis membuat masalah keperawatan berkaitan dengan klien
yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Inflamasi otot, diagnosa
kedua Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Tidak adekuatnya produksi insulin, diagnosa ketiga Gangguan integritas
kulit berhubungan dengan Adanya lesi kulit diabetakum (celulitis), diagnosa
keempat Resiko Infeksiberhubungan dengan Peningkatan pada sirkulasi
meningkatkan kadar glukosa, diagnosa kelima Kurang pengetahuan (kebutuhan
111
belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan Kurang informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Dalam membuat perencanaan, penulis mengalami kendala dalam menentukan
rencana yang akan dibuat pada diagnosa ketiga karena tidak ada didalam tinjauan
teoritis pada Diabetes Melitus, tetapi penulis mengambil keputusan dengan
mengacu pada tinjauan teoritis yang ada dari beberapa buku sumber lain.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi yang telah diberikan pada klien adalah Mengkaji skala nyeri,
Lokasi, Durasi, Intensitas dan karakteristik Nyeri, memonitor tanda-tanda vital ,
memberikan obat analgetik sesuai dengan kebutuhannya : Non flamin 3x1 jam
06.12.18 WIB , memberikan lingkungan yang tenang ,ruang agak gelap sesuai
indikasi, membantu pasien menemukan posisi nyaman, menganjurkan pasien
teknik relaksasi, mengobservasi dan catat asupan pasien, memonitor pemeriksaan
laboratorium, seperti glukosa, melakukan pemeriksaan gula darah dengan
menggunakan „‟finger stick‟‟, memberikan pengobatan insulin secara teratur sesuai
dengan program dokter : novoravid 3x10 ui diberian seminggu 2x senin dan kamis
pada jam 06.12.18 WIB. mengauskultras bisisng usus pasien , menimbang berat
badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi, memerikan lingkungan yang
menyenangkan pada waktu makan, mengkaji kondisi luka pada jaringan pasien,
mengkaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan, mengobservasi
kulit pasien yang terkena lesi dekubitus, memberikan perawatan tangan untuk
pasien secara seksama, menganjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang
sempit, menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan salep, Observasi tanda-
tanda infeksi, memberikan tehnik aseptik pada prosedur invasif dalam pemberian
obat intravena, memberikan obat antibiotik yang sesuai : Ceprofloxim 2x1 dan CO
Amoxiclax 2x1 diberikan pada jam 06 dan jam 12 WIB, meningkatkan upaya
pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, memberikan perawatan luka
dengan teratur dan sungguh-sungguh didaerah kulit dan jaga kulit tetap kering,
menganjurkan pasien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan
cairan yang adekuat ), mengkaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit,
dan pengobatannya, melakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap
dan sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran, menciptakan lingkungan saling
112
percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien,
mendiskusikan dengan pasien tentang penyakitnya, menekankan pentingnya
mempertahankan pemriksaan gula darah setiap hari.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan oleh penulis pada Tn,B sampai diakhir penulis
melakukan asuhan keperawatan didapatkan dalam analisa masalah teratasi sebagian
yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi otot,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak
adekuatnya produksi insulin, Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Adanya
lesi kulit diabetakum (celulitis), Resiko Infeksi berhubungan Peningkatan pada
sirkulasi meningkatkan kadar glukosa. Oleh karena itu untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah komplikasi berulang, maka tindakan keperawatan akan
dilanjutkan oleh perawat ruangan.
Evaluasi yang didapatkan oleh penulis pada Tn. B sampai diakhir penulis
melakukan asuhan keperawatan didapatkan dalam analisa masalah yang sudah
teratasi yaitu Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Kurang informasi.
B. SARAN
Setelah penulis melakukan pengkajian, menetukan diagnosa keperawatan,
menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi
tindakan keperawatan selama tiga hari di Paviliun Marwah Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih. Maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
Tipe 2 komplikasi Celulitis , yaitu :
1. Bagi Rumah Sakit hendaknya menyediakan media seperti lembar balik dan leafleat disetiap
ruangan untuk mempermudah perawat dalam menjelaskan masalah kesehatan klien dan
sebagai media informasi bagi klien dan keluarga klien.
2. Bagi tim perawat di ruangan hendaknya meningkatkan kualitas pendokumentasian terutama
respon tindakan dan evaluasi akhir (SOAP) dapat dilakukan pada setiap diagnosa
keperawatan dan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium khususnya pemeriksaan leukosit
sebaiknya dilakukan kembali setelah diberikan tindakan terutama untuk pasien yang lama
menjalani perawatan untuk memantau keadaan dan perkembangan pasien.
113
3. Bagi mahasiswa sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien,
hendaknya lebih dalam membaca dan memahami konsep dasar terkait kasus yang akan
ditangani sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan sesuai
dengan teori.
114
DAFTAR PUSAKA
Doenges, Marilyn E. (2014). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Black, Joyce M. Dan Jane H. H. (2014). Kepertawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 buku 2. Jakarta: ELSEVIER.
Brunner. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa
Devi Yulianti. Jakarta: EGC.
Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Arisman.(2011).Obesitas,Diabetes Mellitus & Dislipedia : Konsep, Teori dan Penanganan
Aplikatif. Jakarta : EGC
LeMon, Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5 volume 3. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin H. & Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Tandra,Hans (2008). Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang DIABETES Panduan
Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabtes dengan cepat dan Mudah. Jakarta : 2008
Taylor M.Cynthia. (2012). Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Perry, Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku.2 Edisi: 7. Jakarta : EGC
National Institutes of Health (NIH), 2008
115
LEMBAR KONSULTASI PENULISAN MALAKAH ILMIAH
Nama Mahasiswa : Wardatun Nafisah
Pembimbing : Ns. Wati Jumaiyah, M. Kep., Sp. KMB
Judul KTI : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. D dengan Gangguan Sistem
Endokrin: Diabetes Melitus tipe 2 di Marwah Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
Hari/
Tanggal Kegiatan Catatan Pembimbing
Paraf
Pembimbing
Senin,
21 Maret
2016
Judul - Judul acc
- Literatur minimal 10 periode 5
tahun terakhir
Kamis,
31 Maret
2016
Literatur - Literatur acc
- Buat jadwal bimbingan
Kamis,
9 Juni
2016
- Format
Pengkajian
- BAB II
- Daftar Pustaka
- Resume dilengkapi
- Menegakan 7 diagnosa dan
rencana tindakan sesuai
literatur dan BAB II
- Daftar pustaka ditambahkan
- Lanjut BAB I dan BAB III
Rabu,
15 Juni
2016
- BAB I
- BAB II
- BAB III
- BAB I dilengkapi dengan data
menurut WHO, Riskesdas,
RSIJ.
- BAB II tambahkan gangguan
kebutuhan
- BAB III perbaiki implementsi
- Lanjut BAB IV dan BAB V
116
Kamis,
16 Juni
2016
- Daftar Pustaka
- BAB IV
- BAB V
- Daftar Pustaka tambahkan
- BAB IV perbaiki
- BAB V perbaiki
Senin,
20 Juni
2016
- Cover makalah
- Lembar
persetujuan
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- BAB I, II, III,
IV
- Daftar Pustaka
- Perbaiki cover makalah
- Perbaiki BAB II, BAB IV
- Cober perbaiki
117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : WARDATUN NAFISAH
NIM : 2013750003
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 07 Agustus 1993
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
No Telp : 08971400380
Alamat : Jl. papanggo RT 05/ RW 02, Kecamatan
Tanjung Priuk Jakarta Utara
B. DATA PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN ARRUHANIYAH 2 ( Jakarta Utara) 2000-2006
2. Madrasah Tsanawiyah Baniy Kholiel (Jawa Timur) 2006-2009
3. Aliyah Baniy Kholiel (Jawa Timur) 2009-2012
4. Program D III Keperawatan FIK UMJ (Jakarta Pusat) 2013-2016
C. DATA PENDIDIKAN INFORMAL
1. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa 2013
2. Basic Trauma Cardiac Life Support 2016