24
DOKUMEN PERENCANAAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN ASO/ASTO (Anti-streptolysin O) I. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ASO/ASTO secara kualitatif dan semi kuantitatif. b. Untuk mengetahui titer ASO/ASTO dalam serum. 2. Tujuan Khusus a. Untuk dapat melakukan prosedur pemeriksaan ASO/ASTO secara kualitatif dan semi kuantitatif. b. Untuk dapat mengintepretasikan hasil pemeriksaan ASO/ASTO dalam serum. II. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pemeriksaan dengan ASO Latex Test Kit yang menggunakan metode rapid slide aglutination. III. Prinsip Lates polisteren yang diliputi oleh Streptolisin O bila direaksikan dengan serum yang mengandung Anti Streptolisin O maka akan terbentuk flokulasi. IV. Pre-Analitik a. Persiapan Subjek Untuk Proses Sampling

Pemeriksaan Aso

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan Aso

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Aso

DOKUMEN PERENCANAAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN ASO/ASTO

(Anti-streptolysin O)

I. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ASO/ASTO secara kualitatif dan semi kuantitatif.

b. Untuk mengetahui titer ASO/ASTO dalam serum.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat melakukan prosedur pemeriksaan ASO/ASTO secara kualitatif dan

semi kuantitatif.

b. Untuk dapat mengintepretasikan hasil pemeriksaan ASO/ASTO dalam serum.

II. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pemeriksaan dengan ASO Latex Test Kit

yang menggunakan metode rapid slide aglutination.

III. Prinsip

Lates polisteren yang diliputi oleh Streptolisin O bila direaksikan dengan serum yang

mengandung Anti Streptolisin O maka akan terbentuk flokulasi.

IV. Pre-Analitik

a. Persiapan Subjek Untuk Proses Sampling

Disiapkan darah pasien untuk pemeriksaan laboratorium, kita harus memperhitungkan

faktor-faktor sperti aktivitas fisik pasien, diet, intake obat, merokok dan postur tubuh

pasien

1. Pengisian Data Pasien

Nama

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Alamat

No. Hp/Telp. Hp: Telp.:

Page 2: Pemeriksaan Aso

Riwayat

Penyakit

Ada : Tidak ada

-

-

-

-

Penggunaan

Obat

Ada : Tidak ada

-

-

-

-

-

Pemeriksaan

Kadar glukosa

Diabetes

Urine

Lemak total

Kolesterol

ASO

2. Persiapan Pasien

No Nama Jenis kelaminBB

(kg)Usia

Konsumsi

obat-obatanTD Jenis tes Ket.

1 Fransiskus

Roni

Laki-laki 57 23 Tidak ada Tes ASO

2 Amrullah

Hidayat

Laki-laki 69 23 Tidak ada Tes ASO

3 Ayu

Wahyuni

Perempuan 55 22 Tidak ada Tes ASO

3. Proses Pengambilan Sampel

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

1. Lengan pada sisi mastectomy

2. Daerah edema

3. Hematoma

Page 3: Pemeriksaan Aso

4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

5. Daerah bekas luka

6. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

7. Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah

menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

a. Proses pengambilan sample

4. Jenis Sampel

Jenis sampel yang digunakan adalah serum dari plasma vena. Spesimen yang hendak

diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

Tempat yang akan di ambil darah dibasahi dengan alcohol 70% dan dibiarkan sampai kering

Jika memakai vena vasa cubbiti pasang ikatan pembendung pada lengan atas dengan tujuan adanya

statis vena

Tegangkanlah kulit diatas vena dengan jari-jari supaya vena tidak dapat bergerak

Pembendung direnggangkan atau dilepaskan dan perlahan-lahan tarik pengisap spoit

Tarulah kapas kering diatas jarum dan tariklah spoit hingga 5 cc

Mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat tusukkanya ditekan beberapa menit

Darah dialirkan kedalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding tabung

Page 4: Pemeriksaan Aso

Spesimen yang dipergunakan dalam pemeriksaan laboratorium banyak macamnya, yaitu :

darah utuh (whole blood), plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine sewaktu, urine

tampung 24 jam), tinja (faeses), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites, cairan pleura,

cairan sendi, nanah (pus), usap (swab) luka, usap tenggorok, usap hidung, usap nasofaring,

sumsum tulang, dsb.

5. Penanganan Sampel

6. Identitas Sampel

Pemberian identitas pasien atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena

merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir

permintaan, pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya

harus cocok/sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau

nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat

merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus

pada label dan formulir permintaan laboratorium.

7. Kualitas Sampel

Plasma dan serum dalam kondisi normal nampak jernih dan berwarna kuning pucat.

Perubahan warna dapat menjadi tanda bahwa sampel tidak layak untuk dilakukan

pemeriksaan. Sebagai contoh tampilan yang tidak normal antara lain :

Hemolisis : Warna merah muda hingga merah, menunjukkan adanya

destruksi sel darah merah.

Ikterik : Warna kuning gelap, menunjukkan peningkatan kadar

bilirubin.

Lipemik : Tampilan warna seperti susu, menunjukkan adanya

Masing-masing darah 5 cc pasien dimasukkan dalam tabung dan diberi label/barcode

Darah dalam tabung dibiarkan membeku selama 15 menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rotasi permenit selama 15 menit untuk

memperoleh serum serum yang dihasilkan dipisahkan dari bakuanya

Page 5: Pemeriksaan Aso

peningkatan kadar lemak

a) Hemolisis

Hemolisis terjadi ketika sel darah merah rusak selama pengumpulan sampel yang

mengakibatkan hemoglobin dan komponen lain intraseluler keluar ke dalam serum atau

plasma. Spesimen dengan hemolisis juga bisa didapatkan pada pasien dengan anemia

hemolitik, penyakit hepar atau pada reaksi transfusi, tetapi sebagian besar sampel

dengan hemolisis adalah hasil dari kesalahan dalam pengumpulan dan

penanganan spesimen. Hemolisis dapat menginterferensi beberapa pemeriksaan

laboratorium dengan peningkatan kadar ammonia, katekolamin, creatinin kinase dan

enzim lainnya, besi, magnesium, fosfat, dan natrium.

Gambar 1. Sampel serum normal, sampel serum dengan

hemolisis ringan, sampel serum dengan hemolisis.

b) Lipemia

Lipemia adalah kekeruhan serum atau plasma yang disebabkan oleh peningkatan

konsentrasi lipoprotein dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Tempat penampungan

sampel yang transparan diperlukan untuk mendeteksi adanya lipemia. Deteksi visual

lipemia juga ditentukan oleh jenis lipoprotein yang meningkat pada sampel. Koagulasi

Page 6: Pemeriksaan Aso

setelah proses sentrifugasi sample serum pada pasien yang mendapatkan heparin juga

dapat mengakibatkan kekeruhan.

c) Ikterik

Bilirubin terdapat di dalam plasma sebagai molekul bebas dan berikatan dengan albumin.

Disamping itu bilirubin yang larut dalam air terdapat sebagai mono dan di glukoronidase.

Studi tentang interferensi bilirubin berdasarkan pada penelitian tentang bilirubin bebas

atau di- taurobilirubin larut air yang ditambahkan pada serum. Dalam kondisi tertentu

interferensi molekul bilirubin berbeda secara kualitas maupun kuantitas. Bilirubin

terkonjugasi akan tampak di urin ketika ditemukan

peningkatan bilirubin di dalam darah. Pada pasien dengan proteinuriabilrubin yang berikatan

dengan albumin juga dapat dideteksi di urin. Setelah perdarahan intra cerebral, bilirubin

bebas (tidak terkonjugasi) menyebabkan xantochromia pada cairan cerebrospinal. Pada

peningkatan permeabilitas dari blood brain barrier, bilirubin yang berikatan albumin

dapat terdeteksi di dalam cairan serebrospinal.

8. Persiapan reagen

9. Kelengkapan Alat dan Bahan

Alat :

a. Tabung reaksi

b. Pipet serologis 50µl, 100 µl

c. Stopwatch

Page 7: Pemeriksaan Aso

d. Rotator table

Bahan :

a. Serum darah segar yang disimpan pada suhu 2-8°C selama 48 jam sebelum digunakan

untuk uji. Untuk pemakaian jangka panjang serum harus dibekukan. Hematic, lipemic

atau serum terkontaminasi tidak boleh digunakan.

10. Syarat Kelengkapan Alat

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Bersih, kering

Tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

Sekali pakai buang (disposable)

Steril (terutama untuk kultur kuman)

Tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume

spesimen.

V. Analitik

a. Analitik Penentuan Aso

Prosedur Pelaksana Paraf

Page 8: Pemeriksaan Aso

1. Biarkan tiap bahan dalam suhu ruangan

2. Kocok perlahan reagen latex untuk mendispersikan

partikel

3. Pipet serum yang belum di encerkan ke dalam slide test

4. Pipet reagen latex disamping serum

5. Campurkan reagen dan sample serum keseluruh area

lingkaran test dengan mengguakan stirrer untuk

masing-masing sample.

6. ... slie test ke depan dan ke belakang setiap 2 detik

selama 2 menit. Kontrol positif dan negatif harus di

masukan dalam setiap interval.

7. Pada akhir test cuci slide test dengan air destilasi dan

keringkan

8. Dilihat apakah ada penggumpalan atau tidak

Dibiarkan tiap bahan dalam suhu ruangan

Dikocok perlahan reagen latex untuk mendispersikan partikel

Dipipet serum yang belum di encerkan ke dalam slide test

Dipipet reagen latex disamping serum

Dicampurkan reagen dan sample serum keseluruh area lingkaran

test dengan mengguakan stirrer untuk masing-masing sample.

... slie test ke depan dan ke belakang setiap 2 detik selama 2 menit.

Kontrol positif dan negatif harus di masukan dalam setiap interval.

Page 9: Pemeriksaan Aso

VI. Dasar Teori

a. ASO/ASTO

Pemeriksaan ASO (anti-streptolisin O) adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk

menentukan kadar Anti streptolisin O secara kualitatif/semi kuantitatif. ASO (anti-

streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk

indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam

reumatik/penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASO ini, bila

dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95% kasus demam

reumatik/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap

streptococcus.

Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul 60.000 dalton

dan aktif dalam suasana aerob. Toksin ini dapat mempengaruhi banyak tipe sel seperti

neutrofil, trombosit, dsb. Yang dapat menyebabkan respon imun. Toksin ini menyebabkan

Pada akhir test cuci slide test dengan air destilasi dan keringkan

Dilihat apakah ada penggumpalan atau tidak

Page 10: Pemeriksaan Aso

dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO) dalam darah jika titer ASO diatas 166, maka dapat

berarti bahwa baru terjadi infeksi streptococcus yang telah lama dengan kadar yang tinggi.

Penetapan ASO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh

streptococcus. Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASO umumnya

berdasarkan sifat tersebut. Bakteri β-hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang

disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat

sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO).

Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus

yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut.

Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu sebelumnya dan

mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.

b. Prinsip Pemeriksaan ASO/ASTO

Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:

1. Netralisasi/penghambat hemolisis

Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila

Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung

cukup anti-Streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka Streptolisin O

tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi. Pada

tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah Streptolisin O

yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan

suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana

kadar/titer dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada

pengenceran serum yang mengandung titer ASO yang tinggi.

2. Aglutinasi pasif

Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan aglutinasi dengan

ASO, maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel- partikel tertentu. Partikel yang

sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat

200 IU/ml ASO) di tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O –

anti Strepolisin O (SO – ASO).

Page 11: Pemeriksaan Aso

Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang tidak

terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan

pada partikel – partikel latex. Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU /

ml, maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O

pada partikel – partikel latex. Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup

baik, sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex

hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml

Apa itu jantung rematik /demam rematik( Asto Positif) ?

Diagnosa jantung rematik / demam rematik ( Asto Positif ):

Diagnosa demam rematik/ melewati beberapa fase dan manifestasi klinisnya kurang spesifik. fase awal: Penderita biasanya mengalami keluhan yang tidak khas, seperti nyeri kerongkongan, demam, kesulitan makan dan minum, lemas, sakit kepala, dan batuk. Pada fase ini, kebanyakan penderita hanya didiagnosa mengalami penyakit flu atau amandel (tonsilitis) dan biasanya diberikan obat-obat penurun panas dan penghilang rasa sakit.

Demam rematik  mulai bisa diindikasikan jika penderita beberapa minggu kemudian mengalami keluhan dengan keluhan yang lebih spesifik dan serius, terutama yang berkaitan dengan sendi, jantung, dan saraf.

Pemeriksaan ASTO (anti-streptolysin O)

Tujuan            : Merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi penyakit jaringan sendi, misal demam rematik akut

Prinsip :

Page 12: Pemeriksaan Aso

Terbentuknya aglutinasi sebagai hasil reaksi antara serum yang mengandung antibody ASTO dengan suspensi latex yang mengandung partikel yang dilapis dengan streptolysin O yang dimurnikan ddan distabilkan.

Metode            : slide aglutinasi

Sampel            : serum

Alat                 :

–       Rotator

–       Slide

–    stick/ pengaduk

–      mikropipet  50 -200 ul, 200 – 1000 ul

Reagen           : sesuai prosedur yang tertera dalam pedoman insert kit

Cara Kerja    :

a.    Mempersiapkan alat- alat yang diperlukan

b.    Mempersiapkan reagen yang diperlukan, sesuai prosedur yang tertera dalam pedoman insert kit reagen.

c. biarkan kit reagen dan sampel pasien mencapai suhu ruang (20-250C) sebelum dikerjakan.

d.    Melakukan pemeriksaan :

1.    ASTO kualitatif

–       Meneteskan diatas slide 50 ul serum ditambah 50 ul reagen latex yang sudah dihomogenkan  pada slide plastik

–       Mencampur dengan stick / pengaduk

–    tetapkan slide di atas rotator, goyang dan putar pada kecepatan 70 rpm secara berlahan selama 2  menit dengan menggunakan tangan atau angular rotator.

–       Amati terjadinya aglutinasi tepat 2 menit dibawah cahaya lampu yang terang.

Jika hasil positif dilakukan pemeriksaan kuantitatif, jika hasil negative tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut.

2.    ASTO semi  kuantitatif

–       Melakukan pengenceran serum dengan NaCl 0,9% dari pengenceran yaitu  ½, ¼, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64  dan seterusnya

Page 13: Pemeriksaan Aso

–    cara pengenceran :

Contoh :o 1:2 ambil 1 bagian serum + 1 bagian NaCl 0,9%o 1:4 ambil 1 bagian serum + 3 bagian NaCl 0,9%Ulangi langkah kerja 1 s/d 5 diatas untuk setiap pengenceran dan campur dengan menggunakan mikropipet.

–          Ambil 50 ul serum pada masing – masing pengenceran dalam slide.

–          Tambahkan reagen latex 50 ul

–          Lebarkan dengan menggunakan stick / pengaduk sampai bundaran slide hitam penuh.

–          Goyangkan, dan lakukan pengamatan aglutinasi di depan cahaya dalam waktu 2 menit dengan menyalakan stopwatch.

Penilaian        :

1.    Kualitatif

a.    ASTO (+) : terjadi aglutinasi (kadar ≥200 IU /ml)

b.    ASTO (-) : tidak terjadi aglutinasi

2.    Semi kuantitatif

Titer       : pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi

Pembahasan

Pemeriksaan ASTO adalah tata cara pemeriksaan laboratorium untuk menentukan

kadar Anti streptolisin O secara kualitatif / semi kuantitatif.

ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering

digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita

demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini;

bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus

demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi

terhadap streptococcus.

Page 14: Pemeriksaan Aso

Prinsip percobaan praktikum ini yaitu, terbentuknya aglutinasi sebagai hasil reaksi

antara serum yang mengandung antibody ASTO dengan suspensi latex yang mengandung

partikel yang dilapis dengan streptolysin O yang dimurnikan ddan distabilkan

Uji Laboratoriom berguna untuk diagnosa penyakit demam rematik (ASTO) perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium, di antaranya berupa pemeriksaan kadar LED (laju

endap darah), CRP (C reaktive protein), dan ASTO (anti-streptolysin titer O). Pemeriksaan

tambahan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sinar X, EKG, dan

echocardiography.

Demam tifoid (typoid fever) atau yang lebih terkenal dengan penyakit tifus ini

merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan

orang dewasa. Penyabab penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi. Penyakit demam

rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada

kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan

demam. Jika  infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan

perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang pengeluaran

antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan

membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung,

sendi, dan susunan saraf.

Gejalah-gejala yang kerap terjadi antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah,

demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur darah. Penularan penyakit

tifus ini, pada umumnya itu di sebabkan oleh karena melaui makanan ataupun minuman yang

sudah tercemar oleh agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yan kurang

begitu higenis ataupun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan yang

digunakan untuk menggunakan untuk sehari-hari.

Salmonella merupakan kuman berbentuk batang gram negatif yang umumnya bererak

dengan flagel dan bersifat aerobic. Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :

1.      Antigen o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian

ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid. Lipopolisakarida dari

antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berikut :

Page 15: Pemeriksaan Aso

1)      Region I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan

polimer dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk

pengelompokan serologis.

2)      Region II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan

sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.

3)      Region III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang merupakan

bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada membran

permukaan sel.

2.      Antigen H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman.

Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi

tidak tahan terhadap panas dan alcohol.

3.      Antigen Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi

kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh penderita

akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim tersebut agglutinin.

4.      Outer membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian dari didin sel

yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi sel

terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan

masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma, dan berfungsi sebagai reseptor

untuk bakteriofag dan bakterisin.

5.      Heat hock protein (HSP) atau stress protein

Heat hock protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang

terus berubah, terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam usahanya

mempertahankan hidupnya.

 Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi,urinalis, kimia klinik.

imunoserologi, dan biologi molekuler. Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu

menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan

prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.

Pada praktikum ini yang dilakukan hanya ASTO kualitatif. Tahapan pertama yaitu

meneteskan diatas slide 50 ul serum ditambah 50 ul reagen latex yang sudah dihomogenkan 

Page 16: Pemeriksaan Aso

pada slide plastik kemudian dicampur dengan stick / pengaduk. Di tetapkan slide di atas

rotator, goyang dan putar pada kecepatan 70 rpm secara berlahan  selama 2  menit dengan

menggunakan tangan atau angular rotator. Di amati terjadinya aglutinasi tepat 2 menit

dibawah cahaya lampu yang terang. hasil positif ditandai dengan terbentuknya aglutinasi atau

penggumpalan, dan saat dibilas pada object glass terdapat penempelan bercak putih. Jika

hasil positif, dilakukan pemeriksaan kuantitatif, jika hasil negative tidak perlu pemeriksaan

lebih lanjut.

Dari hasil percobaan diperoleh hasil negatif pada setiap sampel dari 3 sampel yang ada.

Hal ini menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sistem imun nya normal. Dari hasil

pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan yang

menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum pernah

mengalami demam typoid.

Apabila diperoleh pasien dngan hasil ASTO positif, penanganannya demam rematik meliputi

menghilangkan penyebabnya yaitu kuman streptokokus dengan menggunakan antibiotik,

penanganan kompikasi pada jantung, sendi dan saraf serta pemberian makanan yang bergizi

untuk membantu memulihkan tubuh. Untuk pengobatan pada anak sebaiknya berkonsultasi

dengan dokter spesialis jantung anak, dan pada orang dewasa dengan ahli penyakit dalam

atau ahli jantung. Secara herbal dapat yang bisa membantu penyakit ini, tapi sebaiknya di

konsultasi kan langsung.

Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi pada

pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama

sekali belum pernah mengalami demam typoid.

Page 17: Pemeriksaan Aso