Upload
surya-nirmala-dewi
View
93
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
orto
Citation preview
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data yang kita
temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap pemeriksaan-
pemeriksaan khusus atau tambahan yang perlu kita lakukan. Pada bidang ilmu bedah ortopedi,
pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan fisik ortopedi
a. Pemeriksaan fisik ortopedi umum
b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional
I. Pemeriksaan Neurologik Anggota Gerak Atas
Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah leher karena lesi pada
daerah servikal sering menyebabkan gangguan pada plexus brakialis.
a. Sistem muskuler. Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan harus diperiksa
apakah ada kelemahan atau fasikulasi otot. Pemeriksaan meliputi tonus dan
kekuatan dari setiap otot dan membandingkannya dengan anggota gerak yang
berlawanan.
b. Sistem sensoris. Pemeriksaan sensibiltas penderita meliputi rasa raba dan tusuk.
Pada kasus tertentu juga dilakukan uji sensibilitas stimulus yang dalam, posisi
sendi, vibrasi, rasa panas dan dingin. Daerah lesi sesuai dengan distribusi saraf yang
mengalami gangguan sehingga bila terdapat gangguan sensori pada daerah tertentu,
maka kita dapat memperkirakan lesi terjadi pada saraf yang mana sesuai dengan
percabangan / distribusi dari saraf yang mengalami gangguan.
c. Kelenjar keringat. Keringat timbul bila terjadi hubungan serabut saraf sudomotor.
d. Refleks. Pemeriksaan refleks otot dilakukan dengan membandingkan reflex biseps
(C6), triseps (C7) dan brakioradialis (C6) dari lengan kiri dan kanan. Refleks yang
ditemukan menentukan apakah ada gangguan neurologis dan jika ada apakah jenis
upper motor neuron atau lower motor neuron dan asal dari akar atau cabang saraf.
Lesi plexus brachialis bagian atas diakibatkan oleh gerakan yang berlebihan dari kepala
ke sisi yang berlawanan dan penekanan bahu pada sisi yang sama. Ini menyebabkan traksi
yang hebat atau bahkan robekan radix C5 dan C6 plexus brachialis. Hal ini terjadi pada bayi
dengan proses persalinan yang sulit atau pada orang dewasa setelah pukulan atau jatuh pada
bahu. Nervus suprascapular, saraf untuk musculus subclavius, nervus musculocutaneus, dan
nervus axillaris, mempunyai serabut-serabut yang berasal dari C5 dan C6, oleh karena itu
semua nervus yang disebutkan di atas tidak akan berfungsi. Otot-otot berikut ini akan
paralysis:
1. Musculus supraspinatus (abductor articulatio humeri) dan musculus infraspinatus
(rotator lateral articulatio humeri)
2. Musculus subclavius (menurunkan clavicula)
3. Musculus biceps brachii (supinator lengan bawah, flexor articulatio cubiti, dan
flexor lemah articulatio humeri) dan sebagian besar musculus brachialis (flexor
articulatio cubiti) serta musculus coracobrachialis (flexor articulatio humeri)
4. Musculus deltoideus (abductor articulatio humeri) dan musculus teres minor (rotator
lateralis articulatio humeri). Jadi, lengan akan tergantung lemas di sisi badan, rotatio
medialis oleh bagian stemocostalis musculus pectoralis major yang tidak
mendapatkan perlawanan, lengan bawah akan pronatio karena hilangnya fungsi
msuculus biceps brachii. Posisi extremi-tas superior pada keadaan ini seperti
seorang penjaga pintu atau penjaga yang menunggu tip ( Waiter’s Tip ). Selain itu
terdapat kehilangan sensasi di lateral lengan.
Lesi plexus brachialis bagian bawah biasanya di-sebabkan oleh tarikan abductio
berlebihan pada lengan, misalnya yang terjadi jika seseorang jatuh dari tempat yang tinggi,
dan berusaha memegang suatu objek untuk menyelamatkan dirinya. Nervus thoracica I
biasanya robek. Serabut-serabut saraf dari segmen ini berjalan di dalam nervus ulnaris dan
nervus medianus untuk menyarafi seluruh otot kecil tangan. Tangan akan berbentuk seperti
cakar ( Claw Hand ) karena hyperextentio articulatio metacarpophalangea dan flexio
articulatio inter-phalangea.
Musculus extensor digitorum tidak mendapatkan perlawanan oleh gaya musculi
lumbricales serta musculi interossei dan mengekstensikan articulatio metacarpophalangea;
Musculus flexor digitorum superficialis dan profundus tidak mendapatkan perlawanan oleh
gaya musculi lumbricales serta musculi interossei dan masing-masing memfleksikan
phalanges media dan phalanges distal. Selain itu akan terdapat kehilangan sensasi
disepanjang sisi medial lengan atas. Bila nervus cervicalis VIII juga rusak, maka anastesi
yang terjadi akan lebih luas dan akan meliputi sisi medial medial lengan bawah, tangan serta
dua jari medial.
1. Nervus Thoracalis Longus
Nervus thorakalis longus berasal dari C5, 6 dan 7 dan menyarafi musculus seratus
anterior dapat cedera oleh pukulan atau tekanan pada trigonum posterior atau selama operasi
radikal mastektomi. Paralisis musculus serratus anterior mengakibatkan ketidakmampuan
scapula melakukan rotatio selama gerakan abductio lengan atas leblh besar dari sembilan
puluh derajat. Oleh karena itu pasien sulit mengangkat lengan di atas kepala. Margo vertebra
is dan angulus inferior scapulae tidak lagi menempel dengan erat pada dinding thorax dan
akan menonjol ke posterior, disebut scapula bersayap/scapula alata (winged scapula).
2. Nervus Axillaris
Nervus axillaris yang berasal dari fasciculus posterior plexus brachialis (C5 dan 6) dapat
cedera oleh tekanan tongkat/kruk yang menekan ke atas ke fossa axillaris. Nervus axillaris
dari fossa axillaris berjalan ke dorsal melalui spatium quadrilateral, hal ini menyebabkan
nervus axillaris di tempat ini mudah cedera pada pergeseran letak caput humeri pada
dislokasi bahu atau fraktur collum humeri. Kelainan ini menimbulkan paralisis musculus
deltoideus dan musculus teres minor; gangguan fungsi ramus cutaneus nervi axillaris dan
nervus cutaneus lateralis superior untuk lengan atas, dan akibatnya kehilangan sensasi kulit
setengah bagian bawah musculus deltoideus. Paralisis musculus deltoideus cepat mengalami
atrofi dan tuberculum majus yang terletak di bawahnya dapat dipalpasi. Karena musculus
supraspinatus merupakan satu-satunya abductor articulatio humeri lainnya, maka gerakan ini
sangat terganggu. Paralisis musculus teres minor tidak ditemukan di klinlk.
3. Nervus Radialis
Nervus Radialis berasal dari Fasciculus Posterior Plexus Brachialis, dapat cedera di axilla
oleh tekanan tongkat/kruk yang menekan ke atas ke fossa axillaris atau pada pemabuk yang
jatuh tertidur dengan lengan atas terletak di belakang kursi. Nervus radialis dapat juga cedera
hebat di axilla oleh fraktur atau dislokasio ujung proximal humerus. Bila humerus bergeser
ke kiri bawah pada dislokasio humeri, nervus radialis yang melingkar di belakang corpus
humeri akan tertarik keatas bawah dan menegangkan nervus radialis di axilla dengan hebat.
Gejala klinik cedera nervus radialis di axilla diantaranya pada Motorik Musculus triceps,
musculus anconeus, dan otot-otot extensor panjang regio carpalis paralisis, yaitu pasien tidak
dapat mengekstensiokan articulatio cubiti, articulatio radiocarpalis, dan jari. Wristdrop atau
flexio regio carpalis terjadi sebagai akibat dari tidak adanya perlawanan dari otot-otot flexor
regio carpalis.
Wristdrop sangat mengganggu, karena orang tidak dapat memflexiokan jari-jari secara
kuat untuk menggengam sebuah objek dengan regio carpalis dalam keadaan flexio
maksimal. Bila regio carpalis dan phalanges proximal secara pasif diextentiokan dengan
memegangnya pada posisi tersebut dengan tangan lainnya, phalanges media dan distal jari-
jari dapat diextentiokan oleh gerakan musculi lumbricales dan musculi interossei yang
berinsertio pada expansi extensorum. Musculus brachioradialis dan musculus supinator juga
paralisis, tetapi supinatio masih dapat dilakukan oleh musculus biceps brachii. Sensorik
Terdapat hilangnya sedikit sensasi kulit pada permukaan posterior bagian bawah lengan atas
dan sepanjang bidang sempit pada permukaan posterior lengan bawah. Terdapat variasi dari
luasnya area yang kehilangan sensasi di bagian lateral dorsum manus dan pangkal tiga
setengah jari lateral. Relatif jarang ditemukan area dengan anestesi total, karena terdapat
tumpangtindih dari persarafan sensorik oleh saraf-saraf yang berdekatan.
Di sulcus spiralis humeri, nervus radialis dapat cedera pada fraktur corpus humeri atau
setelah pembentukan callus. Tekanan bagian belakang lengan atas pada pinggir meja operasi
pada pasien yang tidak sadar dapat juga mencederai saraf pada sisi tersebut. Pemakaian pembalut
yang lama pada lengan atas seseorang dengan musculus triceps yang kecil sering diikuti dengan
paralysis radial sementara. Gejala-gejala klinis pada cedera nervus radialis di sulcus spiralis
adalah sebagai berikut:
a. Motorik : Pasien tidak dapat mengextentiokan regio carpalis dan jari-jari, dan terjadi
wristdrop
b. Sensorik : Terdapat sedikit daerah anestesi pada dorsum manus dan permukaan dorsal
pangkal tiga sete-ngah jari lateral.
c. Perubahan Trofik : Hanya ringan sekali atau tidak ada.
Ramus profundus nervi radialis adalah sebuah saraf motorik untuk otot-otot extensor yang
terdapat di ruang posterior lengan bawah. Saraf ini dapat cedera pada fraktur ujung proximal
radius atau selama dislokasio capitulum radii. Bagian saraf ini yang menyarafi musculus
supinator dan musculus extensor carpi radialis longus mungkin tidak cedera. Karena musculus
extensor carpi radialis longus masih baik maka articulatio radiocarpal is tetap dapat melakukan
extentio, sehingga tidak terjadi wristdrop. Tidak terdapat kelainan sensorik karena saraf ini
adalah saraf motorik. Terpotongnya ramus superficial is nervi radialis yang bersifat sensorik
seperti pada luka tusuk, meng-akibatkan timbulnya area anestesi kecil yang bervariasi di sekitar
dorsum manus dan permukaan dorsal pangkal tiga setengah jari lateral jari.
JEPITAN NERVUS RADIALIS
Cabang interoseus posterior dari nervus radialis berada di dalam saluran antara muskulus
radiafis dan muskulus brakio-radialis. Nervus interoseus posterior selanjutnya berjalan di
belakangdan sekitaMeher dari radius di antara kedua kaput muskuius supinator. Jepitan nervus
radialis dapat terjadi pada waktu nervus interoseus posterior rrienuju supinator. Jepitan yang
terjadi bisa berupa pita yang menekan, ganglion, lipoma atau fibroma pada daerah leher radius.
Pemeriksaan harus dilakukan untuk menentukan lokalisasi terjadinya jepitan atau tekanan.
Pengobatan berupa tindakan operasi untuk membebaskan jepitan dan menghilangkan tekanan,
tetapi sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi jepitan.
4. Nervus Musculocutaneus
Nervus musculocutaneus jarang cedera karena letaknya terlindung di bawah musculus biceps
brachii. Bila saraf ini cedera pada bagian atas lengan atas maka musculus biceps brachii serta
musculus coracobrachialis akan paralisis dan musculus brachialis akan paresis (musculus
brachialis dipersarafi juga oleh nervus radialis). Flexio lengan bawah pada sendi siku dilakukan
oleh sisa musculus brachialis dan otot-otot flexor lengan bawah. Waktu lengan bawah berada
pada posisi pronatio, musculus extensor carpi radialis longus dan musculus brachioradialis
memban-tu flexio lengan bawah. Juga terdapat kehilangan sensasi di sepanjang sisi lateral lengan
bawah. Luka atau terpotongnya lengan bawah dapat memutuskan nervus cutaneus antebrachii
lateralis, yang merupakan lanjut-an nervus museulocutaneus di bawah fossa cubiti, dan
mengakibatkan anestesi di sepanjang sisi lateral lengan bawah.
5. Nervus Medianus
Nervus medianus berasal dari fasciculus lateralis dan medialis plexus brachialis, tidak
memberikan cabang cutaneus atau cabang motorik di axilla ataupun di lengan atas. Pada
sepertiga atas bagian depan lengan bawah, oleh cabang-cabang yang tidak mempunyai nama atau
melalui ramus interosseus anterior menyarafi semua otot-otot bagian depan lengan bawah
kecuali musculus flexor carpi ulnaris dan setengah bagian medial musculus flexor digitorum
profundus, yang dipersarafi oleh nervus ulnaris.
Dari segi klinik, nervus medianus kadang-kadang cedera di daerah siku pada fraktur
supracondylaris humeri. Paling sering cedera oleh luka bacokan atau karena pecahan kaca pada
bagian proximal retinaculum musculorum flexorum; di sini nervus medianus terletak di dalam
celah antara tendo-tendo musculi flexor carpi radialis dan musculus flexor digitorum
superficialis, ditutupi oleh musculus palmaris longus. Gejala-gejala klinik pada cedera nervus
medianus adalah sebagai berikut:
1. Cedera nervus medianus di Siku
a. Motorik : Musculus pronator di lengan bawah be-serta otot-otot flexor panjang
regio carpalis dan jari, kecuali musculus flexor carpi ulnaris dan setengah bagian
medial musculus flexor digitorum profundus akan paralisis. Sebagai akibatnya,
lengan bawah berada dalam posisi supinatio, flexio regio carpalis lemah dan
disertai dengan adductio. Kelainan yang terakhir ini disebabkan oleh paralisis
musculus flexor carpi radialis dan kontraksi musculus flexor carpi ulnaris serta
setengah bagian medial musculus flexor digitorum profundus. Flexio tidak
mungkin dilakukan pada articulatio interphalangea index dan jari tengah,
meskipun flexio lemah articulatio metacarpophalangea jari tersebut dapat
dilakukan oleh musculi interossei. Jika pasien mencoba mengepalkan jari, index
dan sebagian jari tengah cen-derung tetap lurus, sedangkan digitus anularis dan
digitus minimus dalam keadaan flexio. Flexio dari kedua jari yang terakhir ini
lemah karena hilangnya fungsi musculus flexor digitorum superficialis.Flexio
phalanges terminal pollex hilang karena paralisis musculus flexor pollicis
longus. Otot-otot eminentia thenar paralisis dan atrofi, sehingga eminentia
menjadi rata. Ibu jari berotasio ke lateral dan adductio. Tangan tampak rata dan
"seperti tangan monyet".
b. Sensorik : Sensasi kulit hilang atau berkurang pada setengah bagian lateral
telapak tangan dan permukaan palmar tiga setengah jari lateral. Sensasi kulit
juga hilang pada bagian distal permukaan dorsal tiga setengah jari lateral.
Daerah yang mengalami total anestesi sangat kecil karena persarafan yang
tumpah tindih dari saraf-saraf yang berdekatan.
c. Perubahan Vasomotor : Daerah kulit yang mengalami anestesi lebih hangat dan
lebih kering daripad; normal, karena dilatasi arteriola dan hilangnya keringat
karena kehilangan kontrol simpatis.
d. Perubahan Trofik : Pada kasus-kasus yang sudah lama, perubahan didapatkan
pada tangan dan jari. Kulit kering dan bersisisik, kuku mudah patah dan atrofi
pulpa jari.
2. Cedera Nervus Medianus pada Pergelangan Tangan
a. Motorik : Otot-otot eminentia thenar paralisis dan atrofi sehingga eminentia
akan hilang/menjadi rata. Pollex rotatio ke lateral dan adductio. Tangan terlihat
rata dan "seperti tangan monyet". Gerakan oppositio pollex tidak mungkin
dilakukan. Musculus lumbricalis I dan II paralisis, yang dapat dilihat bila pasien
diminta untuk membuat kepalan dengan perlahan-lahan, pollex serta index
cenderung tertinggal di belakang digitus anularis dan digitus minimus.
b. Sensorik, Vasomotor, dan Perubahan Trofik : Perubahan-perubahan ini sama
dengan yang ditemukan pada lesi di siku.
Mungkin kerusakan yang paling serius dari semua cedera nervus medianus adalah
kehilangan kemampuan melakukan oppositio pollex ke jari lain dan hi-langnya sensasi pada
jari lateral. Gerakan menjepit yang halus dari tangan tidak dapat dilakukan.
Nervus medianus dapat mengalami jepitan pada dua tempat dan menimbulkan kelainan
yang berbeda, yaitu:
SINDROMA TEROWONGAN KARPA ( CARPAL TUNNEL SYNDROME ).
Sindroma terowongan karpal terjadi pada pergelangan tangan. Penyebab yang pasti
umumnya tidak diketahui. Pada beberapa kasus kelainan ini ditemukan bersama dengan
fraktur pergelangan tangan, osteoartritis, penyakit Paget tulang, mieloma, akromegali,
hipertiroidisme, penderita diabetes, dan alkoholisme.
Kelainan ini terutama ditemukan pada wanita yang berumur 40-60 tahun, bersifat
bilateral sebesar 2030% dan biasanya berlangsung 6-12 bulan. Ditemukan rasa tebal, perih
dan tertusuk pada jari terutama ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Gejala bertambah
hebat pada malam hari, pada saat bangun, pada waktu mengangkat tangan atau sstelah
mengerjakan sesuatu seperti menjahit, mengetik. Gejala dapat bertambah berat pada masa
kehamilan. Bila kelainan sudah berlangsung lama maka terdapat atrofi muskulus abduktor
polisis brevis pada bagian penonjolan tenar disertai gangguan sensibilitas. Setengah dari
penderita mempunyai gejala klinis yang ringan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinik semata-mata, selain itu diagnosis dapat ditegakkan dengan
eiektrodiagnosis yaitu dengan pemeriksaan konduksi saraf. Pengobatan dapat dilakukan
secara :
1. Konservatif
• Pemberian obat-obatan misalnya vitamin B12 untuk jangka waktu panjang
• Pemakaian bidai pada lengan bawah
• Injeksi lokal hidrokortison
2. Operatif
Tindakan operatif yang dilakukan berupa dekompresi dan pemotongan
retinakulum fleksor pada pergelangan tangan-disertai dengan neurolisis
ekstema/interna pada nervus medianus. Semua perdarahan kecil harus diligasi
agar tidak terjadi fibrosis di kemudian hari. Pada saat ini dengan kemajuan
pembedahan tindakan operasi dapat dilakukan dengan artroskopi untuk
membebaskan semua jepitan.
SINDROMA PRONATOR TERES
Sindroma pronator teres merupakan suatu sindroma jepitan saraf medianus yang terjadi
pada cabang nervus medianus sewaktu melewati kepala pronator teres di daerah sendi siku.
Penderita mempunyai riwayat menggunakan tangan pada posisi pronasi secara terus-
menerus, gejala nyeri pada lengan bawah bagian proksimal dan anaestesia pada daerah
lengan bawah, ibu jari dan jari kelingking yang dipersarafi oleh cabang nervus medianus.
Kelemahan otot fleksor polisis longus dan abduktor polisis brevis dan kadang-kadang
mengenai fleksor digitorum profundus dan otot-otot muskulus oponen polisis.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan:
1. Nyeri pada otot pronator teres
2. TandaTinel positif
Pengobatan yang dilakukan berupa pembebasan saraf di antara dua kepala dari Pronator
teres.
6. Nervus Ulnaris
Nervus ulnaris paling sering cedera di daerah siku karena di tempat ini nervus ulnaris
terletak di belakang epicondylus medialis, dan di regio carpalis, saraf ini bersama dengan
arteria ulnaris terletak di depan retinaculum musculorum flexorum. Cedera pada siku
biasanya dihubungkan dengan fraktur epicondylus medialis humeri. Letak saraf ini yang
superficial di regio carpalis, menyebabkan nervus ulnaris mudah cedera oleh luka potong
dan bacok. Gejala-gejala klinik pada cedera nervus ulnaris adalah sebagai berikut:
1. Cedera Nervus Ulnaris pada Siku
a. Motorik : Musculus flexor carpi ulnaris dan setengah bagian medial musculus
flexor digitorum profundus mengalami paralisis. Paralisis musculus flexor carpi
ulnaris dapat dilihat dengan menyuruh pasien mem-buat tinju yang kuat. Dalam
keadaan normal, aksi sinergis dari tendo musculi flexor carpi ulnaris dapat dilihat
pada saat tendo ini berjalan melewati os pisiforme; tegangan tendo akan hilang
bila terdapat paralisis otot ini. Tendo musculi flexor digitorum profundus untuk
digitus anularis dan digitus minimus akan kehilangan fungsinya, dan karena itu
phalanges distalis jari ini tidak dapat melakukan flexio. Flexio sendi regio carpalis
dapat dilakukan pada waktu abductio, karena paralisis musculus flexor carpi
ulnaris. Pinggir medial lengan bawah bagian depan akan menjadi rata, karena
atrofi musculus flexor carpi ulnaris dan bagian medial musculus flexor digitorum
profundus.
Otot-otot kecil tangan akan paralisis, kecuali otot-otot eminentia thenar
dan dua musculi lumbricales yang pertama yang dipersarafi oleh nervus
medianus. Penderita tidak dapat melakukan adductio dan abductio jari, dan
sebagai akibatnya tidak dapat menjepit secarik kertas di antara jari. Ingatlah
bahwa musculus extensor digitorum dapat melakukan sedikit abductio jari, tetapi
hanya bila articulatio metacarpophalangea dalam keadaan hyperextentio.
Tidak mungkin untuk melakukan adductio pollex, sebab musculus
adductor pollicis lumpuh. Bila pasien diminta untuk menjepit secarik kertas di
antara pollex dan index, dia melakukannya dengan kontraksi kuat musculus
flexor pollicis longus dan flexio phalanges distal (tanda Froment).
Articulatio metacarpophalangea akan hiperextentio karena paralisis
musculi lumbricales dan musculi interossei yang dalam keadaan normal
melakukan flexio sendi-sendi ini. Karena musculus lumbricalis 1 dan 11 tidak
lumpuh (otot-otot ini dipersarafi oleh nervus medianus), hiperextentio articulatio
metacarpophalangea lebih menonjol pada jari IV dan V. Articulatio
interphalangea flexio, juga disebabkan oleh karena paralisis musculi lumbricales
dan musculi interossei, yang dalam keadaan normal melakukan extentio sendi-
sendi ini melalui expansi extensorum. Kelainan flexio pada articulatio
interphalangea jari keempat dan kelima sangat jelas karena musculus lumbricalis
I dan II dari index dan jari tengah tidak lumpuh. Pada kasus-kasus yang sudah
lama, tangan memperlihatkan bentuk deformitas "seperti cakar" {main en
griffe). Atrofi otot-otot yang paralisis mengakibatkan meratanya eminentia
hypothenar dan hilangnya lengkung pinggir medial tangan. Pemeriksaan pada
dorsum manus akan memperlihatkan alur di antara ossa metacarpi karena atrofi
musculi interosseus dorsales
b. Sensorik : Hilangnya sensasi kulit dapat dilihat pada sekitar permukaan anterior
dan posterior sepertiga bagian medial tangan dan satu setengah jari medial.
c. Perubahan Vasomotor : Daerah kulit yang kehi-langan sensasi sensoriknya akan
lebih hangat dan lebih kering dari normal, karena dilatasi arteriola dan hilangnya
keringat karena kehilangan kontrol simpatis.
2. Cedera Nervus Ulnaris di Pergelangan Tangan
a. Motorik : Otot-otot kecil tangan akan paralisis dan atrofi, kecuali otot-otot
eminentia thenar dan dua musculi lumbricales pertama seperti dijelaskan di atas.
Clawhand lebih nyata pada lesi di regio carpalis karena musculus flexor
digitorum profundus tidak lumpuh dan terjadi flexio yang lebih nyata dari
phalanges distal.
b. Sensorik : Nervus ulnaris utama dan ramus cutaneus palmaris sering terputus;
ramus cutaneus posterior yang berasal dari truncus nervi ulnaris kurang lebih 2
inci (6,25 cm) proximal dari os pisiforme biasanya tidak terkena. Oleh karena itu
kehilangan sensoris terbatas pada sepertiga medial telapak tangan dan
permukaan dorsal phalanges media dan distal jari-jari yang sama.
c. Perubahan vasomotor dan tropik sama dengan yang dijelaskan pada cedera di
siku. Penting untuk diingat bahwa pada cedera nervus ulnaris, makin tinggi lesi
makin tidak jelas clawhand.
Tidak seperti cedera nervus medianus, lesi pada nervus ulnaris tidak menyebabkan
gangguan fungsi Tangan yang mencolok. Sensasi sekitar bagian lateral tangan masih utuh, fungsi
menjepit dari polex dan index masih baik, meskipun ada kelemahan karena lumpuhnya musculus
adductor policis.
JEPITAN NERVUS ULNARIS
a. JEPITAN NERVUS ULNARIS PADA SENDI SIKU
Nervus ulnaris masuk ke dalam kompartemen ekstensor dari lengan atas melalui
septum intermuskularis ulnaris pada insersi muskulus deltoideus. Selanjutnya saraf ini
berada di belakang epikondilus medialis humerus dan mencapai kompartemen fleksor pada
lengan bawah dan berjalan di antara olekranon dan kaput epikondilus dari fleksor karpi
ulnaris. Sindroma jepitan nervus ulnaris merupakan penyebab tersering kedua setelah jepitan
nervus medianus. Jepitan nervus ulnaris dapat terjadi pada dua tempat yaitu pada sendi siku
dan pada pergelangan tangan.
Jepitan pada sendi siku disebut sebagai neuritis ulnar. Jepitan nervus ulnaris pada
daerah ini biasanya disebabkan oleh karena tekanan di bagian belakang epikondilus
medialis. Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh karena valgus pada sendi siku serta
fraktur kondilus lateralis humeri dan pada orang dewasa oieh karena adanya penyempitan
atau traksi yang berulang-ulang. Penyempitan dapat terjadi akibat adanya osteoartritis atau
osteofit pada cekungan nervus ulnaris. Pada kedua keadaan ini saraf mengalami fibrosis dan
apabila tidak dilakukan tindakan sesegera mungkin maka kelainan akan bersifat ireversibel.
Gambaran klinis yang biasa ditemukan yaitu penderita mengeluh adanya rasa tebal dan nyeri
di sekitar distribusi nervus ulnaris atau adanya gangguan gerakan halus pada jari-jari
misalnya pada pemain musik. Pada pemeriksaan ditemukan hilangnya persarafan sensoris
nervus ulnaris pada sebagian jari kelingking dan sebagian metakarpal serta terdapat atrofi
dan kelemahan otot-otot yang dipersarafi nervus ulnaris dan keadaan kulit yang dilewati
nervus ulnaris menjadi kering. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan elektrodiagnostik.
Tindakan operatif biasanya merupakan jalan terbaik dengan pembebasan atau
transposisi nervus ulnaris pada tempat jepitan di pergelangan tangan.Setelah melewati
pergelangan tangan, nervus ulnaris berjalan secara superfisial melewati ligamentum karpal
transversa berjalan ke lateral dari tulang fusiformis dan masuk ke dalam kanalis Guyon.
Setelah itu saraf terbagi dalam dua bagian yaitu bagian superfisial dan bagian profunda di
dalam kanal dimanayang superfisialis menginervasi daerah kutaneus jari-jari dan bagian
profunda memberikan inervasi motorik pada tiga otot hipotenar, muskuius interoseus dan
sebagian muskulus lumbrikalis dan muskulus abduktor polisis.
Jepitan nervus ulnaris pada daerah ini dapat terjadi pada cabang profunda nervus
ulnaris, yang disebabkan oleh adanya ganglion padaaspek palmaris di daerah sendi karpal
yang menyebabkan tekanan pada cabang ini. Jepitan pada tempat ini biasanya setelah otot-
otot hipotenar sehingga otot-otot hipotenar biasanya tetap normal.
b. JEPITAN NERVUS ULNARIS PADA CABANG PALMAR BAGIAN PROKSIMAL
Pada kelainan ini, jepitan yang terjadi sedikit ke proksimal dan yang terkena
adalah otot-otot hipotenar tanpa mengenai cabang-cabang kutaneus. Gejalanya berupa
kelemahan dan atrofi otot-otot ulnar yang diinervasi oleh nervus ulnaris pada tangan
termasuk tonjolan hipotenar. Pada keadaan ini tidak ada gangguan sensoris. Kelainan ini
lebih banyak pada laki-laki umur 40 tahun dan biasanya oleh adanya trauma pada tangan
karena pekerjaan dan mungkin juga ditemukan adanya ganglion. Pengobatan dengan cara
operatif dengan menghilangkan penyebabnya.
II. Pemeriksaan Neurologik Anggota Gerak Bawah
1. Nervus Femoralis
N. femoralis (L2, L3, dan L4) memasuki paha dari lipat belakang ligamentum
inguinale, pada titik pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan tuberculum
pubicum. Saraf ini terletak kira-kira satu jari lateral dari denyut nadi femoralis. Kira-kira
2 inci (5 cm) distal dari ligamentum inguinale, saraf ini membelah menjadi cabang-
cabang terminalnya.
N. femoralis dapat cedera oleh luka tusuk atau luka rus tembak, tetapi cedera total
pada saraf ini jarang terjadi. Gambaran klinis berikut dapat terjadi bila saraf ini rusak total.
a. Motorik: M. quadriceps paralisis, dan lutut tidak dapat diekstensikan. Pada waktu
berjalan, keadaan ini dengan derajat tertentu akan dikompensasi oleh otot-otot adductor.
b. Sensorik: Sensibilitas kulit hilang pada sisi anterior dan medial paha, pada sisi medial
bagian distal tungkai bawah, dan sepanjang pinggir medial kaki sampai ke bagian bawah
ibu jari kaki; daerah ini biasanya dipersarafi oleh n. saphenus.
2. Nervus Ischiadicus
N. ischiadicus (L4 dan 5 dan S1, 2, dan 3) melengkung ke lateral dan turun ke bawah
melalui regio glutea, mula-mula terletak di pertengahan antara spina iliaca posterior superior
dan tuber ischiadicum; dan lebih ke bawah terletak di tengah-tengah antara ujung trochanter
major dan tuber ischiadicum. Saraf ini ke-mudian berjalan ke bawah pada garis tengah di
aspek posterior tungkai atas dan terbagi menjadi n. peroneus communis dan n. tibialis pada
tern pal yang bervariasi di atas fossa poplitea.
Saraf ini kadang-kadang cedera oleh luka tembus, fractura pelvis, atau dislocatio
articulatio coxae. Paling sering cedera oleh tempat penyuntikan intrarnus-kular yang tidak
tepat di regio glutea. Untuk mencegah cedera ini, suntikan ke dalam m. gluteus maximus
atau m. gluteus medius seharusnya dilakukan pada kuadran lateral atas bokong agak ke
depan. Kebanyakan lesi saraf ini tidak total, dan 90% cedera biasanya terjadi pada bagian
peroneus communis dari saraf ini. Kedaan ini mungkin dapat dijelaskan oleh kenyataan
bawah serabut-serabut peroneus communis terletak paling superficial di dalam n.
ischiadicus. Gejala-gejala klinik berikut ini dapat terjadi:
a. Motorik: Otot-otot hamstring paralisis, tetapi fleksi lemah lutut masih mungkin
dilakukan karena kontraksi m. sartorius (n. femoralis) dan m. gracilis (n. obtura-
torius). Semua otot di bawah lutut paralisis, dan berat kaki menyebabkannya
mengambil posisi plantar-fleksi, atau foot-drop.
b. Sensorik: Sensibilitas di bawah lutut hilang, kecuali daerah sempit di sisi medial
bagian distal tungkai bawah dan sepanjang pinggir medial kaki sampai ke bagian
bawah ibu jari kaki, yang dipersarafi oleh n. sa-phenus (n. femoralis).
Hasil pengobatan dengan operasi n. ischiadicus kurang memuaskan. Gerakan aktif
otot-otot kecil kaki jarang pulih kembali, dan pemuiihan sensorik jarang sempuma.
Kehilangan sensibilitas telapak kaki meng-akibatkan ulcus tropicum mudah terjadi.
3. Nervus Peroneus Communis
N. peroneus communis terletak pada posisi superficial pada waktu saraf ini meriinf-
galkan fossa poplitea dan membelok di sekitar caput fibulae untuk masuk ke dalam m.
peroneus longus.Saraf ini biasanya cedera pada fractura caput fibulae dan oleh tekanan dari
gips atau bidai. Gejala-gejala berikut ini dapat ditemukan:
a. Motorik: Otot-otot ruang anterior dan lateral tungkai paralisis, yaitu m. tibialis
anterior, rn. extensor digitorum longus dan brevis, m. peroneus tertius, m.
extensor hallucis longus (dipersarafi oleh n. peroneus profundus), dan m.
peroneus longus serta m, peroneus brevis (dipersarafi oleh n. peroneus
superficialis), Afcibatnya otot-otot yang kerjanya berlawanan, yaitu otot
plantarfleksi sendi pergelangan kaki dan inversio sendi subtalaris dan tarsal is
transversa menyebabkan kaki berada dalam posisi plantarfleksi (footdrop) dan
inversio, keadaan ini disebut equinovarus.
b. Sensorik: Hilangnya sensibilitas terjadi sepanjang sisi anterior dan lateral
tungkai bawah, dorsum pedis, dan jari-jari, termasuk sisi medial ibu jari.
Pinggir lateral kaki dan sisi lateral jari kelingking tidak terpengaruh
(dipersarafi oleh n. sural is, yang terutama dibentuk oleh n. tibialis). Pinggir
medial kaki sampai ke bagian bawah ibu jari sama sekali tidak terpengaruh
(dipersarafi oleh n. saphenus, sebuah cabang dari n. femoralis). Bila cedera
terjadi distal dari pangkal n. cutaneus surae lateralis, hilangnya sensibilitas
hanya terjadi di daerah kaki dan jari-jari.
JEPITAN NERVUS PERONEUS KOMUNIS
Nervus peroneus berjalan ke bawah dan lateral melalui fossa poplitea kemudian berada di
sebelah medial tendo biseps femoris. Nervus peroneus berjalan melingkari leher fibula untuk
mencapai kompartemen medial tungkai bawah. Kemudian saraf itu melalui suatu terowongan
yang atapnya adalah peroneus longus. Pada tempat ini saraf akan membagi diri dalam cabang
superior dan cabang peroneal yang dalam. Parese nervus peroneus terjadi oleh karena letaknya
yang superficial dan berdekatan derigan tulang sehingga sangat mudah terjadi trauma berupa
trauma langsung, trauma tarikan, iskemia, hematoma atau adanya ganglion. Dapat pula terjadi
parese nervus peroneus yang terjadi akibat penyakit lepra, diabetik, alkoholisme dan vaskulitis.
Gambaran klinis berupa drop foot disertai hilangnya eversi kaki dengan tingkat paralisis
dari nervus tibialis anterior serta otot-otot ekstensor halusis longus, peroneus dan ekstensor
digitorum brevis. Gangguan sensoris dapat ditemukan pada aspek lateral kaki dan tungkai bawah
dekat pergelangan kaki. Tindakan operasi dilakukan untuk membebaskan nervus peroneus komunis.
4. Cedera Nervus Tibialis
N. tibialis meninggalkan fossa poplitea dengan berjalan profunda terhadap m.
gastrocnemius dan soleus. Karena posisinya dalam dan terlindung, saraf ini jarang cedera.
Kerusakan total menimbulkan gambaran klinis sebagai berikut:
a. Motorik: Semua otot pada bagian belakang tungkai dan telapak kaki lumpuh. Otot-
otot yang kerjanya berlawanan melakukan dorsofleksi kaki pada sendi pergelangan
kaki dan eversio kaki pada sendi subtalaris dan tarsal transversa I is. Keadaan ini
disebut calcaneovalgus.
b. Sensorik: Sensibilitas hilang pada telapak kaki; kemu-dian ulcus tropicum dapat
terjadi.
5. Cedera Nervus Obturatorius
N. obturatorius (L2, 3, dan 4) memasuki tungkai atas sebagai divisi anterior dan
posterior dengan melalui bagian atas foramen obturatorium. Divisi anterior turun di
depan m. obturatorius externus dan m. adductor brevis, profunda terhadap dasar trigonum
femorale. Divisi posterior turun di belakang m. adductor brevis dan di depan m. adductor
magnus. Saraf ini jarang cedera pada luka tusuk, dislocatio anterior articulatio coxae, atau
pada hernia abdominal is melalui foramen obturatorium. Saraf ini dapat tertekan oleh
kepala janin selama persalinan. Gejala-gejala berikut ini dapat terjadi:
a. Motorik: Semua otot adductor paralisis, kecuali bagian hamstring m. Adductor
magnus yang dipersarafi oleh n. ischiadicus.
b. Sensorik: Kehilangan sensibilitas minimal pada aspek medial tungkai atas.