Upload
roza-kurnia-wahyuningrum
View
430
Download
67
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PEMERIKSAAN TELINGA
Citation preview
PEMERIKSAANTELINGA
• Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit, diperlukan keterampilan pemeriksaan fisik dan prosedur diagnostik. Cara-cara pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan dimulai dengan:
• 1. Anamnesis (alloanamnesis atau heteroanamnesis)• 2. Pemeriksaan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
ANAMNESIS
Keluhan utama berupa :1. Gangguan pendengaran/ pekak (tuli)2. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)5. Keluar cairan dari dalam telinga (otore)
FASILITAS RUANGAN
Ruangan tempat pemerikaan telinga, hidung dan tenggorokan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:
1. Agak gelap/tidak terlalu terang 2. Tenang 3. Di dalam ruangan harus tersedia: - Meja periksa yang dilengkapi : 1 kursi pemeriksa dan 1 kursi tempat duduk penderita - Tempat tidur 4. Meja THT, untuk meletakkan peralatan pemeriksaan
CARA MEMERIKSA TELINGA (OTOSKOPIA) Tujuan :
Memeriksa MAE (meatus akustikus eksternus) dan MT (membran timpani) dengan meneranginya memakai cahaya lampu
Alat :- Lampu kepala Van Hasselt ( dng listrik )- Otoskop dengan baterei- Spekulum telinga- Alat penghisap- Hak tajam- Pemilin kapas- Forsep telinga- Balon Politzer- Semprit telinga
www.themegallery.com Company Logo
MENYIAPKAN PENDERITA
1. Anak
- Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua
- Dokter duduk dikursi pemeriksa
- Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa
- Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu tangan
perawat memegangi kepala pasien
- Bila tidak ada asisten, minta orang tua memfiksasi kepala anak
dengan memegang dahi anak menggunakan 1 tangan, bagian
belakang kepala anak menempel di dada orang tua, sementara
tangan yang lain melingkari badan anak
www.themegallery.com Company Logo
PEMERIKSAAN TELINGA• Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani, pergunakanlah spekulum telinga atau
otoskop• Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga terbesar yang masih pas dengan diameter liang
telinga pasien. Diameter liang telinga orang dewasa adalah 7mm, sehingga untuk otoskop pasien dewasa, pergunakanlah spekulum dengan diamter 5 mm, untuk anak 4 mm, dan bayi 2,5-3mm
• Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih dahulu
• Menggunakan otoskop:1. Otoskop dipegang menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa2. Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara: seperti memegang pensil atau seperti memegang
pistol2. Pasien: berikan informasi bahwa prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya diminta untuk
tidak bergerak selama pemeriksaan3. Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaan penuh4. Bila terdapat serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga dan membran timpani
lakukan pembersihan serumen terlebih dahulu
Cara Memeriksa Telinga- Kanan
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan kedua, sedangkan jari ketiga, keempat dan kelima pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke posterosuperior untuk meluruskan MAE- Kiri
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan kedua, sedangkan jari ketiga, keempat dan kelima di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah postero superior
CARA MEMEGANG TELINGA
CARA MEMEGANG OTOSKOP
A. Inspeksi Telinga• Keberadaan telinga: - Terbentuk/ tidak terbentuk - Besarnya: kecil/sedang/besar atau normal/abnormal - Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga • Kulit daun telinga : normal/abnormal• Lubang telinga : ada atau tidak• MAE : - Adakah tanda-tanda radang - Apakah keluar cairan/tidak - Adakah kelainan dibelakang/depan telinga
• Membran timpani: dinilai warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya reflek cahaya, perforasi, retraksi, sikatrik, penonjolan proc. Brevis
MEMBRAN TIMPANI PADA OTOSKOP
B. Palpasi Telinga Sekitar telinga: belakang daun telinga, depan
daun telinga, adakah rasa sakit /tidak (retroauricular pain,tragus pain)
C. Auskultasi Menilai adakah bising di sekitar liang telinga
TES PENDENGARAN1. Tes Bisik• Tujuan : untuk skrining adanya gangguan pendengaran• Syarat:
- Tempat :Ruangan sunyi serta ada jarak sepanjang 6 meter- Penderita:Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa; telinga yang tidak diperiksa ditutup; mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan- Pemeriksa:Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita
Teknik Pemeriksaan • Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri,
penderita tetap berdiri , pemeriksa berpindah tempat
• Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata• Bila masih mendengar pemeriksa mundur, hingga
didapatkan hasil 80% (mendengar 4 kata dari 5 kata)• Tajam pendengaran jarak terjauh dimana
penderita mampu mendengar kata sebanyak 80%
Hasil pemeriksaanKUANTITATIF KUALITATIFFungsi pendengaran Suara bisik Tuli sensorineural
Tak dengar huruf desis (frekuensi tinggi)
Tuli konduksi Tak dengar huruf lunak(frekuensi rendah)
Normal 6 m
Tuli Ringan > 4 m - < 6 m
Tuli Sedang > 1 m - < 4 m
Tuli Berat < 10 c m
Tuli Total Bila berteriak di depan telinga, penderita tetap tidak mendengar
2. Tes Garpu Tala• Tujuan : menilai ada tidaknya gangguan pendengaran (tuli/hearing loss) dan membedakan tuli hantaran (conductive hearing loss) dan tuli sensorineural• Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama: - Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran suara oleh udara dibandingkan oleh tulang - Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh udara, telinga yang
terganggu akan lebih sensitif terhadap hantaran oleh tulang disebut tuli hantaran murni (conductive hearing loss)
• Garpu tala yang dipakai biasanya frekuensi 512 Hz• Tes penala tdd: tes Rinne, tes Weber, tes Schwabah
TES GARPU TALA
A. Rinne Test• Membandingkan konduksi tulang dgn
konduksi udara. • Garputala dibunyikan dan pangkalnya
ditekankan pd tulang mastoid px. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tdk terdengar lagi, garputala segera didekatkan pd MAE.
• Normal, konduksi udara lbh baik drpd konduksi tulang. Didptkan juga pd tuli perseptif/ tuli saraf. Tuli konduktif, konduksi tulang lbh baik (getaran tdk terdengar lg).
• Jika msh terdengar bunyi, maka konduksi udara lbh baik drpd konduksi tulang, Rinne (+).
B.Schwabach Test– Membandingkan hantaran lewat
tulang antara px dengan pemeriksa– Garputala dibunyikan, kmdn
ditempatkan di dekat telinga pemeriksa . Stl pemeriksa tdk mendengarkan bunyi lg, garputala ditempatkan di dekat telinga px
– Bila msh terdengar bunyi o/ px, maka dikatakan bahwa schwabach memanjang, bila sudah tidak mendengar 2 kemungkinan schwabach memendek atau normal
– Kmdn dibalik px mendengarkan bunyi lebih dulu. Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama2 normal, bila pemeriksa masih mendengar berarti schwabah memendek
C. Weber Test– Garputala yg dibunyikan
ditekankan pangkalnya pd dahi px, tepat dipertengahan, kmdn mintalah px u/ membandingkan getaran tsb (lbh terasa di kanan/ kiri).
– Normal, akan didengar/ dirasakan ditengah.
– Jk tdp pean pendengaran 1 sisi krn pykt telinga tengah/ tuli konduksi, maka akan dirasakan pd sisi yg terkena, sdkan pd tuli saraf getaran akan dirasakan di sisi telinga yg normal.
– Tes weber berlateralisasi ke kiri (atau ke kanan), bila bunyi lbh keras terdengar di telinga kiri (atau kanan)
PEMERIKSAAN FUNGSI VESTIBULARIS
A. Kalori TestBerfungsi u/ mengetahui apakah
keadaan labirin normal, hipoaktif/ tdk berfungsi.
Kepala px diangkat ke belakang 60º. Tabung suntik 20 cc diisi dgn air 30ºC, disemprotkan ke liang telinga, shg gendang telinga tersiram kira-kira 20 detik. Amati bola mata px, ada nistagmus atau tdk. Bila telinga kiri yg dipanaskan maka nistagmus ke kiri
Telinga yg satu diberi 5 ml air es diinjeksikan ke telinga scr lambat. Amati ada nistagmus atau tdk. Jika tdk ulangi. Jk msh blm berarti labirin tdk berfungsi. Bila telinga kiri yg didinginkan maka nistagmus ke kanan, krn air yg disuntikkan lbh dingin dari suhu badan)
Catatlah arah gerak nistagmus, frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) & lamanya nistagmus berlsg (biasanya ½ - 2 menit) tiap org beda.
TES KALORI
B. Romberg Test• Px berdiri dgn kaki yg satu di depan
kaki yg lainnya. Tumit kaki yg satu berada di depan jari kaki yg lainnya, lengan dilipat pd dada & mata kmdn ditutup. Org yg normal mampu berdiri dlm sikap romberg yg dipertajam selama 30 detik/ lebih.
Romberg TestRomberg Test
AA BB
C. Uji Tunjuk Barany
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dapat dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
D. Babinski Weil - Penderita berdiri di tengah ruangan dua mata tertutup kemudian penderita diminta berjalan 5 langkah ke depan dan 5 langkah ke belakang selama setengah menit. - Bila ada gangguan vestibuler unilateral pasien akan berjalan dalam arah membentuk bintang.
E. Uji Unterberger - Tutup kedua mata luruskan kedua tangan
horizontal kedepan. Jalan ditempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama 1 menit.
- Jika ada gangguan vestibuler penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram
TERIMA KASIH