220
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

S

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

KEMENTERIAN  PENDIDIKAN  DAN  KEBUDAYAAN  UNIVERSITAS UDAYANA - FAKULTAS PARIWISATA PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan sektor industri pariwisata di dunia umumnya dan di

Indonesia khususnya telah berkembang begitu pesat. Perkembangan industri

tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara,

namun juga telah memperluas kesempatan berusaha dan memberikan lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat dalam rangka mengurangi permasalahan

pengangguran.

Tiap tahun angka kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara terus

mengalami peningkatan, sehingga telah menyebabkan terjadinya berbagai

perubahan global sebagai akibat dari perkembangan dunia pariwisata, baik

perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan

perjalanan wisata, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.

Pada banyak negara maju, industri pariwisata sudah bukan isu yang baru

lagi, bahkan banyak orang melakukan perjalanan wisata sebagai kebutuhan hidup

setiap manusia yang semata-mata untuk mencari relaksisasi, rasa ingin tahu,

mengunjungi sahabat atau keluarga, pengalaman dan hiburan untuk melepaskan

segala kelelahan dan rasa bosan sebagai dampak dari segala kegiatan rutinitas

sehari-hari.

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 2

Seiring dengan perkembangan sektor kepariwisataan secara global serta

peningkatan arus kunjungan wisatawan internasional, maka secara tidak langsung

telah berdampak kepada kebutuhan penyediaan segala komponen atau produk-

produk pariwisata. Penyediaan produk-produk pariwisata tersebut (supply side)

dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mencakup

penyediaan sarana dan prasarana alat transportasi, akomodasi, agen perjalanan,

makanan dan minuman, tour operator, pramuwisata dan barang souvenir wisata

lainnya.

Untuk mendukung industri pariwisata, khususnya dalam rangka

penyediaan seluruh komponen industri pariwisata pada suatu daerah tujuan

wisata, maka perlu dilakukan suatu perencanaan yang baik dan terpadu dengan

melibatkan seluruh unsur terkait, seperti pemerintah, tenaga ahli pariwisata,

masyarakat setempat (yang terlibat dalam usaha wisata) dan para pemangku

kepentingan lainnya. Perencanaan penyediaan produk-produk wisata tersebut

tidak hanya akan berdampak positif dalam rangka menarik minat wisatawan untuk

berkunjung ke daerah tujuan wisata (DTW), namun juga untuk memotivasi para

pelaku industri pariwisata untuk lebih innovatif, kreatif dan menciptakan nilai

tambah (value added) terhadap berbagai produk atau pelayanan (services) yang

akan diberikan kepada para wisatawan yang akan berkunjung.

Suatu kegiatan pembangunan yang dilakukan melalui perencanaan yang

baik tentu akan menghasilkan manfaat yang besar dan dapat memperkecil segala

resiko dan dampak negatif yang muncul dan tidak diinginkan. Perencanaan dalam

pengembangan pariwisata sebagai suatu industri jasa dianggap sangat penting,

sehingga perencanaan yang telah dirumuskan akan menghasilkan sasaran yang

diinginkan, baik ditinjau secara ekonomi, sosial-budaya, lingkungan dan politis1.

Sangat disadari bahwa pengembangan pariwisata sebagai suatu industri

strategis memerlukan investasi yang sangat besar, seperti perbaikan aksesibilitas

(jembatan, dan jalan) dari dan ke daerah tujuan wisata, pembangunan hotel

dengan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan, jaringan angkutan

wisata (darat, laut dan udara) yang perlu diperluas, pembangkit tenaga listrik dan

1 A. Yoeti, Oka. 1997

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 3

pelayanan energi perlu ditingkatkan, penyediaan air bersih yang harus diciptakan,

sarana dan jaringan komunikasi yang perlu diperluas, SDM para pelaku bisnis

pariwisata yang perlu ditingkatkan, promosi, pemasaran produk-produk pariwisata

unggulan ke dalam dan luar negeri yang perlu ditingkatkan dan kegiatan-kegiatan

pembangunan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan suatu daerah wisata.

Bagaimanapun, semua kegiatan pembangunan tersebut memerlukan dana

investasi yang tidak kecil. Dalam upaya menghindari terjadinya pemborosan

keuangan, maka diperlukan suatu strategi dalam bentuk perencanaan yang matang

yang didukung oleh para perencana atau tenaga ahli (tenaga profesional) di

bidangnya serta ketersediaan waktu dan dana yang memadai.

Lebih lanjut, pertumbuhan aktifitas industri pariwisata yang tidak

terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik, maka akan

menimbulkan permasalahan besar serta dampak sosial budaya bagi masyarakat

setempat. Lokasi hotel yang tidak strategis atau bangunan hotel yang begitu tinggi

tanpa menghiraukan estetika dan nilai-nilai budaya lokal, poster iklan yang

merusak pemandangan dan lingkungan setempat, pembuangan sampah yang tidak

pada tempatnya, pengotoran pantai sebagai akibat jumlah kunjungan wisatawan

yang tidak terkendali merupakan beberapa fenomena kecil yang akan mudah

ditemukan bila pembangunan industri pariwisata tidak didasarkan pada suatu

pengkajian dan perencanaan yang sistematis dan strategis.

Dengan demikian, dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri,

perlu mempertimbangkan segala aspek tanpa terkecuali karena diakui bahwa

pariwisata sebagai suatu industri yang berkembang pesat tidak dapat berdiri

sendiri, namun berkaitan erat dengan beberapa aspek penting lainnya, seperti

aspek ekonomi, sosial budaya yang hidup dalam masyarakat dan lingkungan

setempat. Bila pengembangan tersebut tidak terarah, maka bukan manfaat yang

akan diterima, melainkan perbenturan sosial budaya dan kepentingan. Dengan

demikian, semua pihak akan merasa dirugikan, khususnya masyarakat yang hidup

dari kegiatan industri pariwisata, wisatawan yang berkunjung dan selanjutnya

akan mematikan seluruh kegiatan industri pariwisata yang sudah lama dibina.

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 4

Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPAR-KAB)

yang diperkuat dengan undang-undang daerah (Perda) dan perlu direncanakan

secara bertahap dalam dokumen perencanaan daerah jangka pendek, menengah

dan panjang (RPJM dan RPJP) serta dengan melibatkan seluruh unsur terkait,

khususnya masyarakat setempat merupakan solusi yang terbaik serta menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan. Sumarwoto, J. (1997) menegaskan bahwa

”keterlibatan masyarakat lokal secara aktif memiliki peran strategis dalam

merencanakan dan melaksanakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan”.

1.2. Pengertian

Penjabaran mengenai sejumlah pengertian dimaksudkan untuk

menyamakan persepsi terhadap sejumlah istilah umum yang digunakan dalam

bidang kepariwisataan. Sejumlah pengertian ini dikutip dari Undang Undang

nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dalam undang-undang

kepariwisataan yang dimaksud dengan:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 5

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,

pemerintah daerah, dan pengusaha.

5. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang

di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan

pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang

dikehendaki.

6. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata yang selanjutnya disebut

dengan RIPPAR-KAB adalah dokumen perencanaan pembangunan

kepariwisataan nasional untuk periode 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak

tahun 2014 sampai dengan tahun 2024.

7. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

8. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah

destinasi pariwisata yang berskala daerah.

9. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat KSPD

adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki

potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai

pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya

dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

10. Perwilayahan Pembangunan DPD adalah hasil perwilayahan

pembangunan kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk DPD, dan

KSPD.

11. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan.

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 6

12. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana

transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal

wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah

destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.

13. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang

pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan

berfungsi sebagaimana semestinya.

14. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang

diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas

kehidupan keseharian.

15. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus

ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,

keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi

pariwisata.

16. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,

kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun

kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan

kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.

17. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi

dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh

pemangku kepentingannya.

18. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

19. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya

yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah

daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan

mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 7

menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang

kepariwisataan.

20. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan pemerintah

maupun swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan

kepariwisataan.

21. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat SDM

pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung

dan tidak langsung dengan kegiatan kepariwisataan.

22. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Maksud

Maksud penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata adalah

agar diperoleh RIPPDA yang sistematis, terpadu dan terintegrasi, berjangka

panjang dan berfungsi sebagai wadah yang mensinergikan kepentingan

masyarakat dan pemerintah.

1.3.2. Tujuan

Mengacu kepada Undang Undang nomor 9 tahun 2010 tentang

kepariwisataan, dalam perkembangannya pembangunan kepariwisataan bertujuan

untuk :

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus kemiskinan;

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 8

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa;

h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Tujuan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Blitar antara lain :

a. Mengevaluasi kembali Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Blitar sebelumnya untuk lebih disesuaikan dengan kondisi

kekinian dan peraturan yang ada serta kebijakan daerah yang berkembang

sesuai dengan visi dan misi daerah.

b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Blitar dengan

menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat

dikaitkan dengan pengembangan kawasan wisata

c. Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dan daerah

d. Memupuk kesadaran dan rasa cinta tanah air bagi generasi muda dengan

memperkenalkan keindahan alam yang dimiliki serta mempopulerkan

kekayaan dan keindahan alam tersebut

e. Mempertahankan kepribadian bangsa melalui keindahan alam dan

lingkungan serta menjaga kelestarian dan mutu lingkungan hidup

1.3.3. Manfaat

Manfaat penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Blitar yaitu :

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 9

a. Sebagai dokumen yang mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang

di wilayah Kabupaten Blitar

b. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik

setempat, dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang diatasnya

c. Pedoman bagi perencanaan yang lebih detail

d. Acuan penyusunan program pembangunan prasarana dan sarana kawasan

e. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masyarakat dalam pengembangan lingkungan atau kawasan yang

berkelanjutan

f. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena

adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1. Lingkup Kegiatan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten secara

umum merupakan bagian dari penyusunan rencana pembangunan kepariwisataan

yang ada dalam satu daerah. Secara umum cakupan pembangunan kepariwisataan

meliputi:

a. industri pariwisata;

b. destinasi pariwisata;

c. pemasaran; dan

d. kelembagaan kepariwisataan.

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 10

1.4.2. Lingkup Materi

a. Identifikasi kawasan wisata yang ada di Kabupaten Blitar yang meliputi

jenis, potensi dan kendala disetiap kawasan

b. Melihat kontribusi sektor pariwisata dalam struktur PAD dan upaya

peningkatannya

c. Tersusunnya suatu konsep pengembangan pariwisata daerah yang

dilandasi pendekatan perencanaan dan isu – isu strategis yang terkait

dengan pengembangan pariwisata Kabupaten Blitar

d. Menetapkan rencana pengembangan daya tarik wisata yang berisi tentang

kemungkinan pengembangan atraksi yang positif yang dapat

dikembangkan disetiap daya tarik

e. Penetapan kawasan wisata prioritas dimana penentuannya di dasarkan

pada jangkauan pasar dan pengadaan fasilitas

f. Penetapan zona atau jalur dan paket wisata potensial yang di dasarkan

pada kawasan wisata alam prioritas

g. Ketentuan pemanfaatan dan pengendalian ruang terutama pada kawasan

wisata prioritas

h. Tersusunnya arah kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan

daerah serta indikasi program pengembangan kepariwisataan di setiap

kawasan wisata unggulan daerah.

1.4.3. Lingkup Wilayah

Wilayah studi mencakup seluruh wilayah administrasi Kabupaten Blitar

yang terdiri atas 22 (dua puluh dua) kecamatan yaitu Bakung, Wonotirto,

Panggungrejo, Wates, Binangun, Sutojayan, Kademangan, Kanigoro, Talun,

Nglegok, Sanankulon, Ponggok, Srengat, Wonodadi, Udanawu, Selopuro,

Kesamben, Selorejo, Doko, Wlingi, Gandusari, Garum.

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 11

1.5. Kedudukan RIPPAR-KAB

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar secara umum

merupakan produk rencana umum yang bersifat sektoral. RIPPAR-KAB berada

dibawah RIPPAR – PROV dimana nantinya produk rencana pengembangan yang

di jabarkan pada wilayah kabupaten haruslah sesuai dengan rencana

pengembangan kepariwisataan pada wilayah provinsi. Rencana induk

kepariwisataan secara umum memiliki kedudukan berjenjang dari tingkat nasional

hingga tingkat kabupaten atau kota. Secara umum kedudukan dari RIPPAR-KAB

dilihat dari produk perencanaan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Kedudukan Produk Rencana RIPPAR-KAB

Wilayah Perencanaan

Kepariwisataan Perencanaan

Sektoral Peraturan

Perundangan Institusi Terkait

Nasional RIPPARNAS RPJP, RTRWN, SISTRANAS

UU, PP, Inpres, Kepres, Kepmen

Pusat, Departemen, Teknis terkait

Lintas Provinsi Pusat Provinsi RIPPAR –

PROV RTRW PROV Perda Provinsi Pem prov

Lintas Kabupaten

Pem Prov

Kabupaten / Kota

RIPPAR – KAB / KOTA

RTRW KABUPATEN / KOTA

Perda Kab / Kota

Pem Kab / Kot

Sumber : hasil kajian

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 12

1.6. Substansi Standar

Diagram 1.1. Substansi RIPPAR-KAB

1.7. Pendekatan Perencanaan

1.7.1. Pendekatan Umum

Mengacu kepada Undang Undang nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, kegiatan pembangunan kepariwisataan diselenggarakan

berdasarkan asas:

VISI DAN MISI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

TUJUAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

RENCANA PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

STRATEGI INDUSTRI

STRATEGI DESTINASI

STRATEGI PEMASARAN

STRATEGI KELEMBAGAAN

PROGRAM INDUSTRI

PROGRAM DESTINASI

PROGRAM PEMASARAN

PROGRAM KELEMBAGAAN

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 13

a. manfaat;

b. kekeluargaan;

c. adil dan merata;

d. keseimbangan;

e. kemandirian;

f. kelestarian;

g. partisipatif;

h. berkelanjutan;

i. demokratis;

j. kesetaraan; dan

k. kesatuan.

Pendekatan wilayah telah mengalami penyesuaian dalam penerapannya

hingga terbentuk paradigma baru pengembangan wilayah atau kawasan di era

otonomi ini. Dalam paradigma baru ini, penataan ruang lebih desentralistik

(bottom-up approach) dan penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)

disiapkan pemerintah daerah bersangkutan dengan mengikutsertakan masyarakat

(public participation).

Alternatif pengganti perencanaan di era otonomi ini adalah penataan ruang

wilayah atau kawasan yang mempunyai konsep dan karakteristik berikut:

a. Pendekatan bottom-up dan melibatkan semua pelaku pembangunan;

b. Transparan dalam perencanaan, implementasi dan pengendalian;

c. Memberi perhatian besar pada tuntutan jangka pendek;

d. Realistis terhadap tuntutan dunia usaha dan masyarakat;

e. Berwawasan luas, dengan perhatian pada kawasan lebih detail;

f. Rencana dapat dijadikan pedoman investasi;

g. Menjaga dan meningkatkan mutu lingkungan sambil mendorong dan

memfasilitasi pembangunan;

h. Mempunyai visi pembangunan dan manajemen pembangunan

(applicable).

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 14

1.7.2. Pendekatan Teknis

Melihat begitu kompleksnya aktivitas pariwisata, maka pengembangan

pariwisata perlu direncanakan secara komprehensif, holistik dan integratif.

Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Blitar yaitu :

a. Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel

(Continuous, incremental, and flexible approach). Perencanaan pariwisata

dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus dengan

dimungkinkan melakukan penyesuaian - penyesuaian yang diperlukan

berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka

pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata.

b. Pendekatan sistem (Systems approach). Pariwisata dipandang sebagai

suatu sistem yang saling terkait dan harus direncanakan menggunakan

teknik analisis sistem.

c. Pendekatan komprehensif (Comprehensive approach). Berkaitan dengan

pendekatan sistem, seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk

unsur-unsur institusional, implikasi sosio-ekonomi dan lingkungan

dianalisis dan direncanakan secara komprehensif. Karena itu pendekatan

ini disebut juga sebagai pendekatan holistik.

d. Pendekatan yang terintegrasi (Integrated approach). Berkaitan dengan

pendekatan sistem dan komprehensif, pariwisata direncanakan dan

dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam

sistem itu sendiri maupun dengan rencana dan pola-pola pembangunan

secara keseluruhan.

e. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan (Environmental and sustainable development approach).

Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola sedemikian rupa

sehingga sumber daya alam (natural resources) dan budaya tidak habis

atau menurun, tetapi terpelihara sebagai sumber daya yang hidup terus

menjadi dasar permanen untuk penggunaan terus-menerus di masa depan.

Page 17: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 15

Analisis daya angkut/muat (carrying capacity analysis) merupakan suatu

teknik yang penting digunakan dalam pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini.

f. Pendekatan komunitas (Community approach). Terdapat keterkaitan

maksimum komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan kepariwisataan dan, lebih jauh lagi, terdapat partisipasi

maksimum komunitas dalam pengembangan dan manajemen pariwisata,

serta keuntungan-keuntungan sosio-ekonominya.

g. Pendekatan implementable (Implementable approach). Kebijakan, rencana

dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi

realistik dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana

itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup strategi atau

program aksi dan pengembangan.

h. Aplikasi proses perencanaan sistematik. Proses perencanaan sistematik

diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan logik

aktivitas – aktivitas2. Pendekatan tersebut di atas diaplikasikan secara

konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan pariwisata. Tetapi

bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis

perencanaan yang diambil. Perencanaan pariwisata dipersiapkan pada

berbagai tingkatan. Setiap tingkatan memfokuskan diri pada derajat

kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan

dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang

umum memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-

rencana spesifik. Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan

internasional, perencanaan nasional, perencanaan regional atau provinsial,

perencanaan subregional atau provinsial, perencanaan daerah wisata,

perencanaan fasilitas pariwisata, dan design fasilitas pariwisata.

Pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan terus berevolusi dari

pendekatan yang bertumpu pada pendekatan ekonomi wilayah kemudian

berkembang dengan mengintegrasikan pendekatan fisik dan infrastruktur, 2 Inskeep, 1991:29

Page 18: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

1 - 16

kelembagaan, manajemen dan lingkungan. Meski demikian, tantangan yang perlu

dijawab agar pendekatan pengembangan wilayah berjalan efisien dan efektif

adalah :

1. Perlu tim yang mampu bekerja dalam bidang yang bersifat interdisipliner

serta tersedia informasi yang cukup untuk semua aspek yang dikaji;

2. Perlu “kerelaan” untuk mendesentralisasikan kewenangan pembangunan

termasuk pembiayaan;

3. Perlu willingness pemerintahan daerah untuk mengkoordinasikan kegiatan

mereka dan bekeja sama satu dengan lainnya;

4. Perlu keseimbangan antara pendekatan bottom up dan top down serta

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam

menentukan tujuan dan prioritas pembangunan.

Page 19: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Orientasi Wilayah

Kabupaten Blitar yang terletak antara111°401-112°101 Bujur Timur dan

7°581-8°915111 Lintang Selatan berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Kabupaten

Blitar merupakan satu dari 38 kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Jawa Timur.

Secara administrasi, Kabupaten Blitar memiliki batas – batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Kediri,

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Malang.

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudera Indonesia.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung.

e. Ditengah : Berbatasan dengan Kota Blitar.

Wilayah Kabupaten Blitar terbagi menjadi dua wilayah geografis. Daerah

dataran tinggi Gunung Kelud. Wilayah bagian selatan merupakan daerah pesisir

dengan sejumlah pantai yang ada di daerah ini. Kedua wilayah ini dibatasi dengan

Sungai Berantas yang membelah wilayah Kabupaten Blitar menjadi dua wilayah.

Page 20: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 2

2.2. Isu Pembangunan Wilayah

Terkait dengan pengembangan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten

Blitar dan peluang pengembangan kegiatan wisata potensial yang ada, sejumlah isu

pengembangan kepariwisataan yang ada di lokasi dijabarkan sebagai berikut :

1. Isu tema pengembangan pariwisata. Istilah “pengembangan pariwisata”

merupakan istilah yang asing bagi mayarakat. Masyarakat Blitar secara

umum telah melihat bahwa apa yang ada di sekitarnya dapat dikembangkan

sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran kepada

masyarakat bahwa pengembangan pariwista tidak hanya lebih kepada

mendatangkan wisatawan dari luar negeri, melainkan sebuah konsepsi dan

komitmen bersama bahwa pengembangan kepariwisataan harus dilakukan.

2. Isu kurangnya SDM. Kekurangan SDM mungkin menjadi hal yang umum

yang ada di daerah lain utamanya pada daerah yang sedang mengembangkan

kegiatan pariwisata. Kurangnya tenaga SDM di bagi menjadi dua macam

yaitu jumlah tenaga terampil yang ada dan kualifikasi keterampilan tertentu

yang dibutuhkan.

3. Penguasaan lahan dan kawasan. Kondisi ini banyak terdapat pada daerah

pesisir bagian selatan dan pada daerah Gunung Kelud dibagian utara.

Kepimilikan lahan umumnya dimiliki oleh perhutani atau pihak pengelola

lain yang membutuhkan mekanisme khusus untuk melakukan kerjasama

pengelolaan kawasan.

4. Kurangnya sarana dan prasarana kepariwisataan. Isu ini menjadi sebuah

cerminan dari masyarakat bahwa di Kabupaten Blitar, ketersediaan sarana

dan prasarana kepariwisataan tergolong kurang. Hal ini perlu diluruskan

bahwa pengembangan kepariwisataan tidak serta merta menuntut

kelengkapan fasilitas. Fasilitas kewilayahan secara umum dan fasilitas yang

telah ada di masyarakat dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai

fasilitas penunjang pariwisata. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana

Page 21: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 3

dapat mengembangkan fasilitas dan pola pelayanan yang memiliki nilai

kebedaan atau keunikan dengan daerah lain.

2.3. Potensi Kepariwisataan

2.3.1. Daya Tarik Wisata Budaya

2.3.1.1. Candi

Kabupaten Blitar begitu kaya akan peninggalan kebudayaan masa lampau.

Hal ini berkaitan erat dengan lokasi Blitar yang diapit dua kekuatan besar di

nusantara kuno. Kekuatan tersebut adalah Kerajaan Kadiri (sekarang Kediri) dan

Kerajaan Singosari (sekarang Malang). Kerajaan Kadiri yang berdiri lebih dahulu

pada 1042 M – 1222 M banyak meletakkan dasar-dasar pembangunan candi di

Blitar. Setelah Kadiri runtuh, pembangunan dan pemanfaatan candi-candi dilanjutkan

oleh Singosari (1222 M – 1292 M) dan Majapahit (1293 M – 1528 M).

Selain disebabkan oleh unsur legitimasi, kelanjutan pembangunan candi-

candi di Blitar juga didasarkan pada kondisi geografis, terutama keberadaan gunung

dan sungai. Gunung dianggap sebagai tempat tinggal para dewa, sedangkan sungai

dianggap sebagai sumber kehidupan, keduanya merupakan unsur penting dalam

pembangunan candi. Secara geografis Blitar memiliki banyak gunung dan sungai.

Oleh karenanya tidak mengherankan jika banyak candi yang didirikan di kawasan

ini. Sebaran Candi-Candi di Blitar memiliki sebaran benda cagar budaya (BCB) yang

cukup merata. Hampir setiap kecamatan di Blitar memiliki BCB baik berupa candi

maupun situs lainnya. Sayangnya, tidak semua BCB siap untuk diwisatakan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor penghambat seperti: akses, infrastruktur, keamanan,

dan kelayakan BCB itu sendiri. Berikut ini data sebaran candi atau situs di Blitar

yang telah siap diwisatakan:

1. Kecamatan Doko: Candi Plumbangan

Page 22: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 4

2. Kecamatan Gandusari: Candi Kotes, Candi Rambut Monte, Candi

Sumberagung, Komplek Candi Gunung Gedang

3. Kecamatan Kademangan: Candi Simping

4. Kecamatan Kanigoro: Kelompok Arca Gaprang, Komplek Candi Sawentar

5. Kecamatan Kesamben: Candi Selotumpuk, Candi Tepas

6. Kecamatan Nglegok: Candi Gambar Wetan, Komplek Candi Penataran

7. Kecamatan Ponggok: Candi Kalicilik, Candi Sumbernanas

8. Kecamatan Sanankulon: Arca Ganesa Boro

9. Kecamatan Srengat: Kekunaan Mleri

10. Kecamatan Sutojayan: Candi Bacem

11. Kumpulan cagar budaya : Candi wringin branjang, situs gadungan, sirah

kencong, situs gedog, situs besole,

2.3.1.2. Arca Kuno

Berikut beberapa arca kuno yang menjadi cermin kekayaan dan keluhuran

budaya Blitar tempo dulu hingga sekarang, antara lain:

1. Arca Warak.

Secara administratif Situs Arca Warak terletak di Desa Modangan,

Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Situs ini berada ± 2 km di sebelah

timur laut Candi Penataran.Sebenarnya Situs Arca Warak lebih tepat disebut

sebagai kelompok arca, sebab pada situs ini tidak hanya ditemukan arca

tunggal melainkan ditemukan beberapa arca. Arca-arca tersebut memiliki

keunikan jika dibandingkan dengan arca-arca kuno lain yang ditemukan di

Blitar, di mana gaya pahatan yang ditampilkan pada arca terkesan primitif.

2. Kelompok Arca Gaprang.

Page 23: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 5

Kelompok Arca Gaprang adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Desa

Gaprang, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Lokasi situs ini cukup

dekat dengan pusat kota, sehingga tidaklah sulit untuk menjangkaunya.

Cukup dengan menyusuri lajur timur perempatan Karangtengah sejauh 1,3

Km, papan keterangan menuju Kelompok Arca Gaprang sudah terlihat.

Sayangnya ukuran papan tersebut terlalu kecil dan terletak di sudut di sisi

utara jalan sehingga kurang terlihat. Petunjuk termudah untuk menuju situs

ini adalah dengan berpatokan pada perempatan di timur SDN Gaprang 2. Di

perempatan ini pula papan keterangan menuju kelompok arca dapat dijumpai.

Dari perempatan tersebut tinggal berbelok ke selatan sejauh 100 m dan

kesakralan Kelompok Arca Gaprang sudah dapat dirasakan.

3. Arca Ganesa Boro.

Arca Ganesa Boro terletak di Dusun Boro, Desa Tuliskriyo, Kecamatan

Sanankulon, Kabupaten Blitar. Arca ganesa yang terletak di Dusun Boro ini

memang cukup unik, pada bagian depannya terpahat wujud ganesa sedangkan

pada bagian belakang terpahat wujud mahakala. Di bagian bawah arca

terpahat kronogram yang berbunyi hana gana hana bumi.

4. Kekunaan Jimbe.

Kekunaan Jimbe terletak di Desa Jimbe, Kecamatan Kademangan, Kabupaten

Blitar. Kekunaan Jimbe atau yang dikenal dengan sebutan Omyang Jimbe ini

lumayan terkenal dikalangan masyarakat yang menggandrungi dunia

kejawen. Pada umumnya masyarakat mengunjungi kekunaan ini untuk

melakukan ritual kebatinan jawa. Suasana mistis pun begitu kental, dupa-

dupa tertancap di sekitar kekunaan ini. Kekunaan Jimbe memiliki kemiripan

dengan Kekunaan Mleri di mana tinggalan-tinggalan cagar budayanya

disimpan dalam suatu bangunan rumah.

Page 24: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 6

2.3.1.3. Event Kebudayaan

Beberapa event kebudayaan di Kabupaten Blitar yang menjadi daya tarik

wisata antara lain:

1. Legenda Pusaka Gong Kyai Pradah.

Bentuk Kyai Pradah berupa Gong (kempul) laras lima yang dahulu dibalut

atau ditutup dengan sutera Pelangi atau Cinde dan disamping itu masih ada

juga beberapa wayang krucil, kecer dan beberapa benda lainnya. Sampai

sekarang pesan PANGE RAN PRABU untuk memelihara Pusaka Kyai

Pradah tetap dilaksanakan dengan baik serta menjadi suatu Upacara Adat atau

Tradisional Siraman Pusaka Kyai Pradah setiap tanggal 1 Syawal dan setiap

tgl. 12 Rabiulawal dan upacara yang terakhir ini biasanya dikunjungi oleh

puluhan ribu manusia baik dari dalam maupun luar daerah. Demikian sejarah

ringkas Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo yang dikutip dari ceritera Babat

Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo menurut Serat Babat Tanah Jawi.

2. Purnama Seruling Penataran.

Kegiatan ini merupakan event periodik yang dilaksanakan setiap 3 bulan

sekali bertepatan dengan bulan purnama. Acara ini berisi pagelaran

pertunjukan seni dan budaya yang dilaksanakan oleh dewan kesenian daerah

Kabaten Blitar yang bekerjasama dengan sejumlah dinas atau instansi yang

ada di Kabupaten Blitar. Disamping diisi oleh seniman lokal dan domestik,

acara ini diisi pula oleh seniman mancanegara sebagai upaya menjalin

hubungan antar Negara.

2.3.2. Daya Tarik Wisata Alam

Salah satu keuntungan letak Kabupaten Blitar yang berbatasan langsung

dengan samudera adalah memiliki puluhan pantai yang eksotis dan menantang

dengan jumlah lebih dari 26 pantai terhampar di daerah ini.

Page 25: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 7

Beranekaragam kenampakan pantai dapat dijumpai di Kabupaten Blitar,

mulai pantai teluk, pantai pasir putih, hingga pantai pasir hitam. Kesemuanya

memiliki eksotika dan karakter yang spesifik. Namun, untuk menikmati eksotika

tersebut diperlukan perjuangan dan improvisasi. Bentang alam Kabupaten Blitar

selatan yang bergunung-gunung, memberikan tantangan tersendiri dalam setiap

perjalanan menuju pantai. Konturnya terjal dan infrastruktur yang tersedia masih

minim. Oleh karenanya, setiap pengunjung pantai di Kabupaten Blitar haruslah

tangguh dan mampu mengimprovisasi pejalanannya sendiri.

Pantai-pantai di Blitar terbentang di empat kecamatan, yakni Kecamatan

Bakung, Wonotirto, Panggungrejo, dan Wates. Di Kecamatan Bakung terdapat tiga

pantai antara lain Pantai Pasur di Desa Bululawang; Pantai Pangi dan Gayasan di

Desa Tumpakkepuh. Berlanjut ke Wonotirto terdapat 14 pantai antara lain: Pantai

Tambakrejo dan Pasir Putih (Pesetran Gondo Mayet) di Desa Tambakrejo; Pantai

Kresek dan Banteng Mati di Desa Sidorejo; Pantai Jebring, Princen, Wedhi Ireng,

Keben, Selok Dadap, Pudak, Dung Dowo, Bakung, Selok Kancil, dan Benelan di

Desa Ngadipuro.

Kecamatan Panggungrejo terdapat Pantai Serit, Selok Gogor, Serang, dan

Maesan Padang di Desa Serang; Pantai Babagan Rowo Gebang dan Gugusan Pantai

Peh Pulo di Desa Sumbersih. Sementara di Kecamatan Wates terdapat Pantai Karang

Nritep dan Jolosutro di Desa Ringinrejo; serta Pantai Gorah di selatan Desa

Tugurejo.

Secara garis besar ada tiga rute utama untuk menuju pantai-pantai di Blitar.

Tiga rute tersebut terkait dengan tiga pantai utama di Blitar, yakni Pantai

Tambakrejo, Serang, dan Jolosutro. Berikut uraian tiga rute utama tersebut:

1. Rute Tambakrejo

Blitar-Kademangan-Gawang-Pasiraman-Tambakrejo

2. Rute Serang

Blitar-Sutojayan(Lodoyo)-Panggungrejo-Serang

Page 26: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 8

3. Rute Jolosutro

a. Blitar-Brongkos-Wates-Jolosutro

b. Blitar-Sutojayan(Lodoyo)-Binangun-Wates-Jolosutro

Selain mengarah pada masing-masing pantai tujuan, rute-rute tersebut juga

dapat dilalui untuk menuju pantai-pantai lain di sekitar pantai utama. Berikut

pembagian pantai-pantai di Blitar berdasarkan tiga rute utama:

1. Rute Tambakrejo

a. Pantai Pasur

b. Pantai Pangi

c. Pantai Gayasan

d. Pantai Tambakrejo

e. Pantai Pasir Putih (Pasetran Gondo Mayit)

f. Pantai Kresek

g. Pantai Banteng Mati

2. Rute Serang

a. Pantai Serit

b. Pantai Selok Gogor

c. Pantai Serang

d. Pantai Maesan Padang

e. Pantai Babagan Rowo Gebang

f. Gugusan Peh Pulo

3. Rute Jolosutro

a. Pantai Karang Nritep

b. Pantai Jolosurtro

c. Pantai Gorah

Page 27: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 9

Disamping pantai tersebut diatas, di Blitar terdapat sejumlah pantai yang

terdapat tidak malalui jalur utama. Pantai-pantai tersebut antara lain:

a. Pantai Jebring

b. Pantai Wedhi Ireng

c. Pantai Keben

d. Pantai Selok Dadap

e. Pantai Pudak

f. Pantai Dung Dowo

g. Pantai Bakung

h. Pantai Selok Kancil

i. Pantai Benelan

j. Pantai Desa Ngadipuro

Pantai-pantai ini berada di Rute Ngadipuro. Sejauh ini rute ini memang

belum dikenal sebagai rute pantai. Adapun uraian rute Ngadipuro adalah sebagai

berikut:

Blitar – Sutojayan (Lodoyo) – Ngeni – Ngadipuro – Banyuurip

Air terjun di Blitar dapat dikategorikan dalam dua wilayah sebaran, yakni

wilayah Blitar Utara dan Blitar Selatan. Air terjun di Blitar Utara memiliki

karakteristik yang berbeda dengan Blitar Selatan, dimana air terjun Blitar Utara

terbentuk dari aktivitas vulkanik, sedangkan air terjun Blitar Selatan terbentuk oleh

kars. Berikut sebaran air terjun di Blitar:

1. Wilayah Blitar Utara

a. Air terjun Coban Wilis – lereng Gunung Kelud, Kecamatan Gandusari

b. Air terjun Kucur Watu – kaki Pegunungan Kawi, Kecamatan Gandusari

c. Air terjun Lawean – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Gandusari

d. Air terjun Ondo Rante – kaki Gunung Kelud, Kecamatan Nglegok

e. Air terjun Sirah Kencong – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Wlingi

f. Air terjun Tundo Sewu – lereng Pegunungan Kawi, Kecamatan Doko

2. Wilayah Blitar Selatan

a. Air terjun Grenjeng – Kecamatan Panggungrejo

Page 28: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

2 - 10

b. Air terjun Jurug Songo – Kecamatan Wates

c. Air terjun Umbul Baros – Kecamatan Panggungrejo

Disamping sejumlah daya tarik wisata diatas, terdapat sejumlah daya tarik

wisata alam yang telah ada dan dikunjungi wisatawan.

Daya tarik wisata alam :

Goa Embul Tuk

Arung Jeram Soko Adventure (Wlingi)

Arung Jeram Ngarai Genjong (Doko)

Lereng Gunung Kawi

Kawasan / Desa Wisata

Desa Wisata Puspa Jagad (Semen)

Desa Wisata Tulungrejo

Desa Wisata Krisik

Desa Wisata Soso

Desa Wisata Penataran

Desa Wisata Tlogo

Desa Wisata Rejowinangun

Desa Wisata Ploso dan Kampung Coklat

Desa Wisata Kademangan

Kawasan Minapolitan Nglegok

Kawasan Agropolitan Kanigoro

Kawasan Agrowisata Gandusari

Perkebunan Pijiombo

Perkebunan Banaran

Perkebunan Serahkencong

Kompleks Wisata Penataran (Kolam renang Penataran, Amphiteatre,

Museum, Makam Syeh Subakir, Makam Syeh Sentono, Sub Reizer Koi)

Bendungan lahor Selorejo

Pasar Dayu Nglegok

Page 29: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 1

BAB III

KARAKTERISTIK

KEPARIWISATAAN

3. 1. Paradigma Baru Pembangunan Kepariwisataan

Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin ekonomi penghasil devisa

bagi pembangunan ekonomi di suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Namun

demikian pada prinsipnya pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan

yang lebih luas bagi suatu negara. Pembangunan kepariwisataan pada dasarnya

ditujukan untuk hal- hal berikut.

3.1.1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh

Page 30: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 2

penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan banyaknya warganegara

yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempay tinggalnya akan

timbul rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan

masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan

kesatuan nasional.

3.1.2. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation)

Pembangunan pariwisata seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi

seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu

daerah seharusnya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu memberi andil

besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi

ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.

3.1.3. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development)

Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan

budaya dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis

digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh

pengelolaan kepariwisataan yang baik, kondisi lingkungan alam dan masyarakat di

suatu destinasi wisata mengalami peningkatan yang berarti sebagai akibat dari

pengembangan keparwiwisataan di daerahnya.

3.1.4. Pelestarian Budaya (Culture Preservation)

Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu kontribusi nyata dalam

upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi

perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah.

UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah

menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian

Page 31: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 3

kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk

menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan

di berbagai daerah.

3.1.5. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia

Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan

masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan

melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia

khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid

holidays.

3.1.6. Peningkatan Ekonomi dan Industri

Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan seharusnya mampu

memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata.

Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata

akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam

penyediaan barang dan jasa. Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah

kemampuan usaha pariwisata setempat dalam memberikan pelayanan berkelas dunia

dengan menggunakan bahan dan produk lokal yang berkualitas.

3.1.7. Pengembangan Teknologi

Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam

mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi

khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan

kemampuan penerapan teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan

terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan

dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya. Dengan demikian pembangunan

kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di

Page 32: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 4

berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat fundamental. Kepariwisataan akan

menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi

dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

3.2. Peran Pemerintah dalam Pariwisata

Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari

peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan (planning)

daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas utama dan

pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan

dan penegakan peraturan (regulation). Berikut ini adalah penjelasan mengenai peran-

peran pemerintah dalam bidang pariwisata tersebut di atas.

3.2.1. Perencanaan Pariwisata

Pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-kriteria khusus,

mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk memenuhi kriteria khusus

tersebut, memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang

ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata diperlukan perencanaan

pariwisata yang matang. Kesalahan dalam perencanaan akan mengakibatkan

munculnya berbagai macam permasalahan dan konflik kepentingan di antara para

stakeholders. Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki permasalahan yang

berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda pula.

Dalam pariwisata, perencanaan bertujuan untuk mencapai cita-cita atau

tujuan pengembangan pariwisata. Secara garis besar perencanaan pariwisata

mencakup beberapa hal penting yaitu:

1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memacu

Page 33: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 5

pertumbuhan berbagai jenis industri yang berkaitan dengan pariwisata

2. Perencanaan penggunaan lahan

3. Perencanaan infrastruktur yang berhubungan dengan jalan, bandar udara, dan

keperluan lainnya seperti; listrik, air, pembuangan sampah dan lain-lain

4. Perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan penyediaan

lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

sosial

5. Perencanaan keamanan yang mencakup keamanan internal untuk daerah

tujuan wisata dan para wisatawan.

3.2.2. Pembangunan Pariwisata

Pembangunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor swasta terutama

pembangunan fasilitas dan jasa pariwisata. Namun, pengadaaan infrastruktur umum

seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata

terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana yang

sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk transportasi darat,

proyek penyediaan air bersih, dan proyek pembuangan limbah merupakan tanggung

jawab pemerintah. Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan

pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam bidang pembangunan

pariwisata.

3.2.3. Kebijakan Pariwisata

Kebijakan merupakan perencanaan jangka panjang yang mencakup tujuan

pembangunan pariwisata dan cara atau prosedur pencapaian tujuan tersebut yang

dibuat dalam pernyataan-pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-dokumen

resmi lainya. Kebijakan yang dibuat permerintah harus sepenuhnya dijadikan

panduan dan ditaati oleh para stakeholders. Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat

dalam pariwisata adalah kebijakan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi,

peningkatan kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik luar negeri bagi

daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan manca negara.

Page 34: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 6

Umumnya kebijakan pariwisata dimasukkan ke dalam kebijakan ekonomi

secara keseluruhan yang kebijakannya mencakup struktur dan pertumbuhan ekonomi

jangka panjang. Kebijakan ekonomi yang harus dibuat sehubungan dengan

pembangunan pariwisata adalah kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman

modal dan keuangan, industri-industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata,

dan perdagangan barang dan jasa.

3.2.4. Peraturan Pariwisata

Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama dalam

melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi pengalaman

perjalanannya. Peraturan-peraturan penting yang harus dibuat oleh pemerintah untuk

kepentingan tersebut adalah:

a. Peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan wisata yang

mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka (deposit payment)

sebagai jaminan pemesanan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain;

b. Peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai jumlah

minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan alat-alat

pendukung keselamatan lainnya;

c. Peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai standar

kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan;

d. Peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan

pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan nahkoda.

Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya

alam seperti; flora dan fauna yang langka, air, tanah dan udara agar tidak terjadi

pencemaran yang dapat mengganggu bahkan merusak suatu ekosistem. Oleh karena

itu, penerapan semua peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak

dilaksanakan oleh pemerintah.

Page 35: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 7

3.2.5. Dampak Pembangunan Pariwisata (Hasil Beberapa Penelitian)

Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah berdampak

pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak pada dimensi

sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya bahkan

lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat

positif tetapi juga berdampak negatif.

Menurut Spillane3 dampak positif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi

antara lain; dampak terhadap penciptaan lapangan kerja, sumber devisa negara dan

distribusi pembangunan secara spritual. Sedangkan dampak negatif pariwisata

terhadap pembangunan ekonomi antara lain; vulnerability ekonomi, kebocoran

pendapatan, polarisasi spasial, sifat pekerjaan yang musiman, dan terhadap alokasi

sumber daya ekonomi.Terhadap lingkungan fisik Spillane (1996) berpendapat bahwa

pariwisata dapat menimbulkan problemproblem besar seperti polusi air dan udara,

kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam

tradisional.

Sementara itu sejalan dengan pendapat diatas, Cohen4 menyebutkan dampak

pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan

menjadi delapan kelompok besar, yaitu dampak terhadap penerimaan devisa, dampak

terhadap pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan peluang kerja,

dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, dampak

terhadap pembangunan pada umumnya dan dampak terhadap pendapatan

pemerintah. Lebih lanjut Cohen menyebutkan dampak pariwisata terhadap sosial-

budaya masyarakat antara lain;

a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan masyarakat dengan masyarakat

yang lebih luas;

b. Dampak terhadap impersonal antara anggota masyarakat;

3 Halaman 33, Tahun 1994 4 Tahun 1984, dalam Pitana, 2006)

Page 36: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

3 - 8

c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi sosial;

d. Dampak terhadap migrasi dari dan kedaerah pariwisata;

e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;

f. Dampak terhadap pola pembagian kerja;

g. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilisasi sosial;

h. Dampak terhadap distribusi pengaruh kekuasaan;

i. Dampak tehadap penyimpangan-penyimpangan sosial;

j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat;

k. Dampak terhadap budaya, yaitu dampak pariwisata yang paling banyak

mendapat perhatian dan perbincangan berbagai kalangan adalah komodikasi

yang mengarah pada komersialisasi budaya.

Page 37: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 1

BAB IV

ANALISIS KEPARIWISATAAN

KABUPATEN

4.1. Analisis Kebijakan

4.1.1. Tinjauan Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Undang Undang nomor 10 tahun 2009 menjabarkan bahwa visi pembangunan

kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan

pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong

pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan visi

pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud tersebut ditempuh

melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi

pengembangan:

a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,

berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan

masyarakat;

Page 38: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 2

b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk

meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;

c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan

usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;

dan

d. Organisasi Pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber

daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien

dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang

berkelanjutan.

Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;

b. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan

media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;

c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian

nasional; dan

d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata

yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran

Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional adalah peningkatan:

a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;

b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;

c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;

d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan

e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan.

Page 39: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 3

Arah pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pembangunan kepariwisataan

nasional dilaksanakan:

a. dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang

berkelanjutan;

b. dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan

kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan;

c. dengan tata kelola yang baik;

d. secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku; dan

e. dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.

Mempertimbangkan kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional, secara

garis besar dapat disimpulkan bahwa kebijakan pembangunan kepariwisataan yang

ada di Blitar harus mengarah kepada :

a. Penguatan kemandirian masyarakat dalam rangka pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya pariwisata

b. Penguatan identitas kawasan yang khas dengan tetap menjunjung tinggi harga

diri bangsa dan negara dalam artian tetap menjaga keutuhan Negara Republik

Indonesia dalam koridor pelaksanaan perundang – undangan

c. Mengembangkan kegiatan kepariwisataan dengan mempertimbangkan

keberlanjutan manfaat kelestarian lingkungan, manfaat ekonomi dan manfaat

kwalitas hubungan sosial di masyarakat.

Prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional

2012-2014 merupakan acuan dasar dalam menentukan arah, strategi, program, dan

kegiatan pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Prinsip dasar

pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif meliputi:

1. Pro Growth, yaitu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-

sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

2. Pro Jobs, yaitu menciptakan dan memperluas lapangan kerja, dengan fokus

Page 40: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 4

utama untuk menggerakkan sektor riil yang dapat menciptakan lapangan

kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran nasional.

3. Pro Poor, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan nasional melalui peningkatan

pendapatan masyarakat di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, baik sektor

formal maupun nonformal.

4. Pro Environment, yaitu mengupayakan pembangunan dengan menggunakan

sumber daya terbarukan dan mengembangkan karya yang ramah lingkungan.

5. Mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, yaitu mengupayakan

terciptanya tradisi yang hidup didalam masyarakat melalui pelestarian

(perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) nilai sosial budaya.

6. Menciptakan kualitas hidup, yaitu memperkuat perbaikan ekonomi

masyarakat dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas,

perbaikan kesehatan mental, kreativitas masyarakat, rekreasi dan

pemanfaatan waktu senggang, serta toleransi dan kepedulian sosial secara

berkelanjutan, melalui peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

7. Menciptakan nilai tambah, yaitu tidak hanya meningkatkan nilai melalui

peningkatan volume produk dan layanan tetapi mengutamakan penciptaan

nilai yang tinggi pada produk dan layanan sektor pariwisata dan ekonomi

kreatif melalui pemanfaatan kreativitas yang tidak terbatas.

Tujuh prinsip dasar pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2010-

2014 ini merupakan satu kesatuan utuh, yang tidak dapat dipisahkan satu dan

lainnya. Dengan demikian prinsip ini diartikan bahwa Kemenparekraf (Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) akan senantiasa berupaya menciptakan laju

pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang tinggi, dengan

berpihak pada pengurangan tingkat pengangguran, pengurangan tingkat kemiskinan,

peningkatan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan, penguatan nilai sosial

budaya, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta peningkatan penciptaan

nilai tambah, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif, dan

berkeadilan dapat dicapai.

Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif

Page 41: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 5

Kemenparekraf disusun mempertimbangkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis

pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif 2012-2014, yang dilaksanakan

mengikuti arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif

nasional, dan dilengkapi dengan inisiatif-inisiatif baru mempertimbangkan kondisi,

potensi, dan permasalahan terkini yang dihadapi sektor pariwisata dan ekonomi

kreatif. Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif ini akan

dicapai oleh kementerian melalui beberapa strategi pembangunan.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan dan ekonomi

kreatif adalah:

1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi

destinasi pariwisata antar instansi pemerintah, dilakukan dengan strategi:

a. mengoptimalkan pelaksanaan pemasaran dan promosi tourism, trade, and

investment (TTI) di 16 pasar utama pariwisata;

b. mengoptimalkan peran perwakilan Indonesia diluar negeri di 16 pasar

utama pariwisata,

2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi

destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan

masyarakat, dilakukan dengan strategi:

a. mengoptimalkan branding nasional di luar negeri di 16 pasar utama

pariwisata, seperti “Wonderful Indonesia”;

b. mengoptimalkan branding nasional di dalam negeri;

c. mengoptimalkan peran BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia) dan

BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah),

3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, dilakukan dengan strategi:

a. mengoptimalkan program MP3EI;

b. meningkatkan konsolidasi dan koordinasi lintas Kementerian atau

Lembaga dalam peningkatan akses internasional ke 18 lokasi destinasi

pariwisata Indonesia;

c. meningkatkan peran masyarakat di daerah tujuan wisata;

d. meningkatkan dukungan amenitas (Tugas Perbantuan);

e. meningkatkan kualitas tata kelola (DMO),

Page 42: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 6

4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata,

dilakukan dengan strategi:

a. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, sadar wisata masyarakat,

memfasilitasi perancangan destinasi dan forum destinasi, pola

perjalanan, meningkatkan wisata minat khusus, konvensi dan even;

b. memberikan kemudahan investasi dan berusaha mulai dari memulai,

menjalankan dan mengembangkan usaha;

c. mengubah rezim perijinan menjadi pendaftaran;

d. memberikan insentif usaha pariwisata;

e. melakukan relaksasi perpajakan,

5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif, dilakukan dengan

strategi:

a. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi

ekonomi kreatif;

b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan;

c. meningkatkan inovasi;

d. mengembangkan kolaborasi dan jejaring kreatif di dalam dan luar

negeri,

6. Penguatan industri kreatif , dilakukan dengan strategi:

a. mengembangkan sarana, prasarana industri kreatif;

b. mendukung terciptanya best practice usaha kreatif;

c. menguatkan koordinasi industri hulu-hilir;

d. mengembangkan konten kreatif lokal;

e. menguatkan ketersediaan data dan informasi,

7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif, dilakukan dengan

strategi:

a. mengembangkan skema pembiayaan yang sesuai untuk industri

kreatif;

b. melakukan matchmaking pelaku dengan sumber pembiayaan;

c. mengupayakan peningkatan alokasi pembiayaan khusus (KUR, CSR,

PKBL) untuk industri kreatif,

8. Peningkatan apresiasi dan akses pasar di dalam dan luar negeri bagi industri

Page 43: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 7

kreatif, dilakukan dengan strategi:

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan pertukaran

kebudayaan;

b. mendukung dan menyelenggarakan even pemasaran karya kreatif;

c. menguatkan dokumentasi, publikasi, komunikasi insan dan karya

kreatif;

d. meningkatkan apresiasi dan kebanggaan masyarakat terhadap karya

kreatif nasional,

9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif, dilakukan dengan strategi:

a. meningkatkan kualitas tata kelola industri;

b. mendukung perlindungan hak kekayaan intelektual;

c. mengharmonisasikan kebijakan ekonomi kreatif,

10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, yang dilakukan dengan strategi:

a. meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan yang tepat guna

terhadap penyusunan dan evaluasi kebijakan sektor kepariwisataan

dan ekonomi kreatif;

b. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi usaha

pariwisata dan ekonomi kreatif;

c. mengembangkan standardisasi dan melaksanakan sertifikasi profesi

tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif,

11. Penguatan Reformasi Birokrasi, dilakukan strategi:

a. meningkatkan kualitas pelayanan publik;

b. meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi;

c. menyempurnakan penataan tatalaksana yang meliputi sistem, proses,

dan prosedur kerja;

d. mengharmonisasikan kebijakan agar tidak tumpang tindih dan

kondusif;

e. menguatkan pengawasan penyelenggaraan olehpemerintahan;

f. meningkatkan rasio SDM dengan tingkat pendidikan S2 dan S3

g. meningkatkan kapasitas teknis SDM pada substansi kepariwisataan

dan ekonomi kreatif;

Page 44: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 8

h. menata sistem manajemen SDM aparatur;

i. mengembangkan pola pikir dan budaya aparatur;

j. meningkatkan penataan dan penguatan organisasi.

4.1.2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia

Dalam rangka mewujudkan visi sebagai negara maju dan sejahtera pada

tahun 2025, Indonesia bertekad mempercepat transformasi ekonomi. Untuk itu

disusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) yang mengedepankan pendekatan not business as usual, melibatkan seluruh

pemangku kepentingan dan terfokus pada prioritas yang konkrit dan terukur. Namun

demikian, MP3EI tetap merupakan bagian yang integral dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional yang telah ada.

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju,

Adil, dan Makmur”. Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada

tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD

15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun.

Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5

persen pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 –

2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari

sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025.

Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara

maju.

Page 45: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 9

Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus

utamanya, yaitu:

1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta

distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah,

dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan

sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta

integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan

perekonomian nasional.

3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,

maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan,

menuju innovation-driven economy.

Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan

sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus

pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah

kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di

dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan

kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8

program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata,

dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama

tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.

Page 46: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 10

Gambar 2.1. Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI

Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-

masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing

pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi.

Page 47: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 11

Gambar 2.2. Koridor Ekonomi Indonesia

Tema pembangunan masing-masing koridor ekonomi dalam percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra

Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”;

2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong

Industri dan Jasa Nasional”;

3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat

Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”;

4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai ‘’ Pusat

Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan

Pertambangan Nasional;

5. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan

sebagai ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional’’;

Page 48: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 12

6. Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema

pembangunan sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan

Pertambangan Nasional”.

Koridor Ekonomi Jawa

1. Tema Pembangunan: Pendorong Industri dan Jasa Nasional

2. Terdiri dari 5 Pusat Ekonomi : Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,

Surabaya

3. Kegiatan Ekonomi Utama : Makanan – minuman, tekstil, peralatan

transportasi, perkapalan, telematika, alutsista, Jabodetabek area

Gambar 2.3. Koridor Ekonomi Jawa

Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di

bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk

Page 49: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 13

berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini

dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam

rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri

tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai.

Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara

lain:

1. Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di

antara provinsi di dalam koridor;

2. Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor

manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

3. Kurangnya investasi domestik maupun asing;

4. Kurang memadainya infrastruktur dasar.

4.2. Analisis Kedudukan Pariwisata

Upaya pembangunan kepariwisataan secara nasional tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Pada BAB II

PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL Pasal 2 ayat 6 menjabarkan

tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;

b. Mengkomunikasikan Indonesia dengan pemasaran secara bertanggung jawab;

c. Destinasi Pariwisata menggunakan media efektif, efisien;

d. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian

nasional; dan

e. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata

yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran

Page 50: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 14

Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

Pada ayat 7 pasal 2 menjabarkan tentang sasaran pembangunan

kepariwisataan nasional adalah peningkatan:

a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;

b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;

c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;

d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan

e. produk domestik bruto di bidang kepariwisataan.

Pada ayat 8 dijabarkan mengenai arah pembangunan kepariwisataan nasional

yang dilaksanakan:

a. dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang

berkelanjutan;

b. dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan

kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan;

c. dengan tata kelola yang baik;

d. secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku; dan

e. dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.

Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan nasional ini dijabarkan

222 (dua ratus dua puluh dua) kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN)

di 50 (lima puluh) destinasi pariwisata nasional dan 88 (delapan puluh delapan)

kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Dalam penjabarannya, Provinsi Jawa

Timur terbagi menjadi 10 kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN) dan 3

destinasi pariwisata nasional (DPN).

Page 51: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 15

Gambar 2.4. Peta DPN Bromo – alang dan Sekitarnya

Page 52: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 16

Sistem kewilayahan pengembangan pariwisata di Provinsi JawaTimur

dijabarkan sebagai berikut :

1. DPN Bromo – Malang dan sekitarnya terbagi menjadi :

a. KPPN Batu – Malang dan sekitarnya

b. KPPN Bromo – Tengger – Semeru dan sekitarnya

c. KPPN Blitar – Kediri dan sekitarnya

2. DPN Surabaya – Madura dan sekitarnya terbagi menjadi :

a. KPPN Trowulan dan sekitarnya

b. KPPN Surabaya Kota dan sekitarnya

c. KPPN Pamekasan dan sekitarnya

d. KPPN Sumenep dan sekitarnya

3. DPN Ijen – Alaspurwo dan sekitarnya terbagi menjadi :

a. KPPN Ijen – Baluran dan sekitarnya

b. KPPN G Land Alas Purwo dan sekitarnya

c. KPPN Meru Betiri dan sekitarnya

Pembangunan Daya Tarik Wisata meliputi:

1. Daya Tarik Wisata Alam;

2. Daya Tarik Wisata Budaya; dan

3. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia.

Pembangunan daya tarik wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip

menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya

pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang

berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga

kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya.

Page 53: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 17

Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa keanekaragaman

dan keunikan lingkungan alam dapat dijabarkan, meliputi:

1. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan

lingkungan alam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:

a. bentang pesisir pantai

b. bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai

yang menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari

c. kolam air dan dasar laut

2. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan

lingkungan alam di wilayah daratan, yang berupa antara lain:

a. pegunungan dan hutan alam atau taman nasional atau taman wisata alam

atau taman hutan raya

b. perairan sungai dan danau

c. perkebunan

d. pertanian

e. bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya

Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta,

rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya

selanjutnya dapat dijabarkan, meliputi:

1. Daya Tarik Wisata Budaya yang bersifat berwujud (tangible), yang berupa antara

lain:

a. cagar budaya, yang meliputi: benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau

benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa

kesatuan atau kelompok, atau bagian - bagiannya, atau sisa-sisanya yang

memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan

manusia, contoh: angklung, keris, gamelan, dan sebagainya

b. bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

Page 54: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 18

atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding

dan/atau tidak berdinding, dan beratap

c. struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan

yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung

kebutuhan manusia

d. situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang

mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur

cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa

lalu

e. kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki 2 (dua)

situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau

memperlihatkan ciri tata ruang yang khas

f. perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang

khas

g. museum

2. Daya Tarik Wisata Budaya yang bersifat tidak berwujud (intangible), antara lain:

a. kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas budaya masyarakat yang

khas di suatu area atau tempat

b. kesenian

Daya tarik wisata hasil buatan manusia adalah daya tarik wisata khusus yang

merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia

lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata budaya. Daya tarik wisata hasil buatan

manusia atau khusus, selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara lain:

1. fasilitas rekreasi dan hiburan atau taman bertema, yaitu fasilitas yang

berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan (entertainment)

maupun penyaluran hobi,

2. fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort), yaitu kawasan

peristirahatan dengan komponen pendukungnya yang membentuk kawasan

terpadu,

Page 55: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 19

3. fasilitas rekreasi dan olahraga

Arah kebijakan Pembangunan Daya Tarik Wisata, meliputi:

1. Perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka mendorong

pertumbuhan DPN dan pengembangan daerah;

2. Pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing

produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;

3. Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk dalam

menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan

4. Revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas,

keberlanjutan dan daya saing produk dan DPN.

Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan meliputi:

1. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui

pembangunan kepariwisataan;

2. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan kepariwisataan;

3. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui pengembangan

usaha produktif di bidang pariwisata;

4. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong perkembangan

industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil

dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan;

5. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang kepariwisataan;

6. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha

pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan

masyarakat lokal;

7. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya mengembangkan

produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro,

kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal;

8. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan

Page 56: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 20

terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif

Kepariwisataan setempat; dan

9. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan

mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara.

Pengaturan mengenai RTRW Provinsi Jawa Timur diatur dalam Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Tahun 2011 - 2031. Dijabarkan Visi Penataan Ruang Provinsi

adalah terwujudnya ruang wilayah provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial

yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan. Misi penataan ruang

adalah mewujudkan:

a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan pertumbuhan

ekonomi;

b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing

daerah dalam kancah Asia;

c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki

serta bernilai tambah tinggi;

d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;

e. optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam persaingan global;

f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial

yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan

g. kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja

sama regional.

Penataan Ruang Wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang

wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan

sistem agropolitan dan sistem metropolitan. Strategi untuk memantapkan sistem

perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan di Jawa Timur meliputi:

a. pengembangan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota;

b. pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan

Page 57: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 21

internasional;

c. pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala

internasional;

d. peningkatan kemudahan investasi untuk pembangunan infrastruktur

metropolitan;

e. peningkatan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara kawasan

metropolitan dan perkotaan lainnya; dan

f. pengembangan kawasan metropolitan berbasis ekologi.

Strategi untuk meningkatkan keterkaitan kantong- kantong produksi utama di

Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan

sistem agropolitan meliputi:

a. pemantapan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang

agrobisnis dan agroindustri;

b. pengembangan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat

pemasaran hingga ke pasar internasional;

c. pemantapan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri atas lembaga

tani dan lembaga keuangan; dan

d. pengembangan pertanian dan kawasan perdesaan berbasis eco-region.

Strategi pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan dengan

mengembangkan daya tarik wisata yang meliputi wisata alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang terintegrasi secara spasial dengan memperhatikan keunggulan

dan daya saing secara global melalui:

a. pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan

manusia;

b. penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;

c. pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasi dengan

pengembangan infrastruktur wilayah;

Page 58: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 22

d. pengembangan kegiatan penunjang wisata;

e. pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan

f. peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat

dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.

Sistem perkotaan meliputi:

a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,

Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;

b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar,

Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;

c. PKWP : Pasuruan dan Batu;

d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang,

Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang,

Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

Wilayah Pengembangan terdiri atas 8 (delapan) WP yang meliputi:

1. WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota

Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro,

Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota

Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan,

Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan

Kabupaten Sumenep, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan,

hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan,

jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri;

2. WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota Malang, Kota

Batu, dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,

perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan,

perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri;

3. WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi: Kota

Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan,

Page 59: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 23

Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi: pertanian tanaman

pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan,

pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri;

4. WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri, meliputi: Kota Kediri,

Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan

Kabupaten Tulungagung dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan,

kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri;

5. WP Probolinggo – Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi:

Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang,

dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan

kesehatan;

6. WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan Kabupaten

Blitar dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan

pariwisata;

7. WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember meliputi:

Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan

fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,

kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata;

dan

8. WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi:

Kabupaten Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan,

industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

Page 60: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 24

Pada dokumen RTRW Provinsi Jawa Timur juga dijabarkan mengenai

rencana pengembangan prasarana transportasi udara yang ada di Blitar. Rencana

pengembangan bandar udara umum yang dijabarkan pada pasal 37 meliputi:

1. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, yaitu:

a. bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo; dan

b. alternatif pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Lamongan;

2. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier, yaitu peningkatan

fungsi bandar udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten Malang untuk

penerbangan sipil;

3. bandar udara pengumpan meliputi:

a. pengembangan bandar udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep;

b. pengembangan bandar udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi;

c. pengembangan bandar udara Bawean di Kabupaten Gresik;

d. pengembangan bandar udara Noto Hadinegoro di Kabupaten Jember;

e. pengembangan bandar udara di Kabupaten Blitar; dan

f. pengembangan bandar udara di Kabupaten Bojonegoro.

Monumen trisula di Kabupaten Blitar masuk dalam kategori kawasan cagar

budaya dengan kategori lingkungan non bangunan dengan penetapan arahan

pengelolaan kawasan meliputi :

a. pelestarian kawasan sekitar dan pemberian gambaran berupa relief atau

sejarah yang menerangkan objek/situs tersebut;

b. pembinaan masyarakat sekitar dan ikut berperan dalam menjaga peninggalan

sejarah;

c. pemanfaatan kawasan tersebut sebagai obyjek wisata sejarah; dan

d. pelestarian budaya sekitar.

Pada pasal 81 dijabarkan daya tarik wisata alam yang ada diwilayah

Kabupaten Blitar yaitu Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Blitar dan

Page 61: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 25

Kabupaten Kediri. Candi Penataran digolongkan kedalam daya tarik wisata budaya

yang berlokasi di Kabupaten Blitar dengan arahan pengelolaan kawasan pariwisata

yaitu ;

a. pelengkapan sarana dan prasarana pariwisata sesuai dengan kebutuhan,

rencana pengembangan, dan tingkat pelayanan setiap kawasan daya tarik

wisata;

b. penguatan sinergitas daya tarik wisata unggulan dalam bentuk koridor

pariwisata;

c. pengembangan daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata yang belum

berkembang kepariwisataannya; dan

d. pengembangan pemasaran pariwisata melalui pengembangan pasar

wisatawan, citra destinasi wisata, kemitraan pemasaran pariwisata, dan

perwakilan promosi pariwisata.

Dalam dokumen RTRW Provinsi Jawa Timur juga dijabarkan mengenai

rencana pengembangan koridor pariwisata yaitu dengan menetapkan empat koridor

pariwisata yaitu Jalur Pengembangan Koridor A; Jalur Pengembangan Koridor B;

Jalur Pengembangan Koridor C; dan Jalur Pengembangan Koridor D. Kabupaten

Blitar masuk dalam jalur pengembangan koridor C yang mencakup :

a. Banyuanget, Gua Gong, Gua Tabuhan, dan Pantai Teleng Ria di Kabupaten

Pacitan;

b. Candi Penampihan dan Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;

c. Candi Penataran di Kabupaten Blitar;

d. Coban Glotak, Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep, Taman Sengkaling, dan

Waduk Selorejo di Kabupaten Malang;

e. Gereja Poh Sarang, Petilasan Jayabaya, dan Ubalan Kalasan di Kabupaten

Kediri;

f. Gua Lowo, Pantai Karanggongso, Pantai Prigi, dan Tirta Jualita di Kabupaten

Trenggalek;

g. Makam Batoro Katong, Telaga Ngebel, dan Tirto Manggolo di Kabupaten

Page 62: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 26

Ponorogo;

h. Makam Proklamator Bung Karno di Kota Blitar; dan

i. Kota Malang.

Sesuai dengan Perda no. 5 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Blitar

pasal 45 dijabarkan kawasan peruntukan pariwisata yang ada di Kabupaten Blitar

adalah sebagai berikut :

a. kawasan wisata alam;

b. kawasan wisata budaya dan ilmu pengetahuan;

c. kawasan wisata buatan atau taman rekreasi;

d. kawasan wisata lainnya; dan

e. arahan pengembangan pariwisata.

Kawasan wisata alam terdiri atas :

wisata alam pantai meliputi : Pantai Tambak Rejo di Kecamatan Wonotirto,

Pantai Pasur, Pantai Gayasan dan Pantai Pangi di Kecamatan Bakung, Pantai

Serang dan Pantai Peh Pulo di Kecamatan Panggungrejo, Pantai Gurah dan

Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates;

wisata alam goa meliputi : Goa Embul Tuk dan Goa Ngetup di Kecamatan

Bakung, serta Goa Jambangan di Kecamatan Kademangan ;

wisata alam pegunungan berupa obyek wisata lembah Gunung Kelud di

Kecamatan Gandusari;

wisata Alam Sungai berupa arung jeram di Desa Tegalasri Kecamatan

Wlingi; wisata Alam pegunungan berupa Obyek Wisata Gunung Kelud,

Gunung Sumbing dan Gunung Gedog.dan

wisata Agro berupa perkebunan teh di Kecamatan Gandusari, perkebunan

sengon dan Pijiombo di Kecamatan Tegalsari, perkebunan kopi dan kakao di

Karanganyar Kecamatan Nglegok.

Kawasan wisata budaya dan ilmu pengetahuan meliputi :

Candi Penataran di Kecamatan Nglegok;

Candi Gambar Wetan di Kecamatan Nglegok;

Candi Kotes di Kecamatan Gandusari;

Page 63: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 27

Candi Wringin Branjang di Kecamatan Gandusari;

Petilasan Rambut Monte di Kecamatan Gandusari;

Candi Simping di Kecamatan Kademangan;

Candi Mleri di Kecamatan Srengat;

Candi Sumber Nanas (Candi Tikus) di Kecamatan Ponggok ;

Candi Kali Cilik di Kecamatan Ponggok;

Candi Sawentar di Kecamatan Kanigoro;

Candi Plumbangan di Kecamatan Doko;

Candi Sirahkencong di Kecamatan Wlingi;

Candi Tepas di Kecamatan Kesamben;

Candi Watutumpuk di Kecamatan Kesamben;

Upacara adat siraman Gong kyai Pradah;

Upacara adat Larung Sesaji di Pantai Tambakrejo dan Pantai Serang;

Upacara Eyang Jugo di Kecamatan Kesamben;

Pesona Seruling Penataran;

Pesona Bumi Penataran;

Makam Syekh Subakir Kecamatan Nglegok;

Makam KH. Dimyati di Kecamatan Seloropu; dan

kegiatan religi di Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates.

Kawasan wisata buatan / taman rekreasi :

wisata Bendungan Wlingi Raya di Kecamatan Sutojayan;

wisata Bendungan Lodoyo di Kecamatan Kanigoro;

wisata Kolam renang di dalam kawasan wisata Candi Penataran;

kawasan wisata buatan yang dapat dikembangkan sesuai potensi dan kondisi

wilayah; dan

kawasan mata air Njambangan di Kecamatan Kademangan.

Kawasan wisata lainnya :

obyek wisata penangkaran rusa maliran lokasinya di Kecamatan Ponggok.

Page 64: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 28

4.3. Analisis Kunjungan

Pemerintah daerah perlu melakukan perubahan skala prioritas kebijakan

sehingga peran sebagai fasilitator dapat dioptimalkan untuk mengantisipasi hal ini.

Disisi lain ada porsi kegiatan yang harus disiapkan dan dilaksanakan oleh swasta

yang lebih mempunyai sense of business karena memang sifat kegiatannya

berorientasi bisnis. Dan dengan diberlakukannya Undang Undang No. 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah maka perlu pula porsi kegiatan untuk pemerintah

daerah yang akibat adanya otonomi daerah lebih memiliki wewenang untuk

mengembangkan pariwisata daerah. Secara sederhana pembagian upaya promosi

misalnya akan dapat ditempuh langkah-langkah dimana untuk pemerintah pusat

melakukan country-image promotion, daerah melakukan destination promotion

sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing, sedangkan industri atau swasta

melakukan product promotion masing-masing pelaku industri.

Di bidang budaya harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan

kehidupan kebudayaan dikalangan masyarakat secara rutin dan berkesinambungan

diberbagai tingkatan daerah sejak desa sampai ke perkotaan, tidak lagi dipusatkan

hanya di pusat ataupun di ibu kota propinsi. Gerakan massal ini memerlukan waktu

minimal 5 – 10 tahun. Adanya upaya penyeragaman budaya menjadi budaya

nasional, seperti pada masa lalu, haruslah dicegah agar ke-bhineka-an budaya dan

kesenian dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan alamiah. Apresiasi budaya dan

kesenian diberbagai tingkatan harus dilakukan oleh rakyat secara spontan bukan lagi

didasarkan karena adanya arahan dari pusat ataupun diselenggarakan melalui panitia

pusat. Yang pada akhirnya setelah surat keputusan berakhir maka berbagai event

ataupun festival pun tidak muncul lagi dan menunggu SK berikutnya. Paragdima

berpikir semacam ini haruslah dikikis habis oleh para pelaku pariwisata itu sendiri.

Dan seandainya pun pemerintah ada dananya dan akan membantu kegiatan-kegiatan

budaya kesenian, hendaknya hanyalah bersifat “start-up” untuk menggulirkan

kegiatan tersebut pada tahap-tahap awal sedangkan untuk selanjutnya harus dapat

dikembangkan sendiri dari swadaya masyarakat.

Dibidang peninggalan benda-benda sejarah pun hendaknya dilakukan

pendekatan yang serupa, dalam arti penemuan situs-situs baru ataupun pemeliharan

Page 65: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 29

berbagai peninggalan sejarah atau pun museum, dilakukan tidak semata-mata hanya

untuk memenuhi kewajiban dinas semata atau “kenikmatan” disiplin ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Agar apresiasi terhadap

peninggalan sejarah dapat lebih ditingkatkan maka pola berfikirpun hendaknya

diadakan pula re-positioning yakni dengan menjadikannya sebagai salah satu daya

tarik wisatawan dunia untuk berkunjung ke Indonesia. Perubahan ini tidak akan

merusak keberadaan dari benda-benda bersejarah bahkan akan makin memberikan

apresiasi yang lebih tinggi lagi baik terhadap upaya pemeliharaan benda bersejarah

maupun terhadap budaya bangsa.

Menarik untuk disimak Deklarasi Bali tentang Conserving Cultural Heritage

for Sustainable Social, Economic and Tourism Development pada tanggal 14 Juli

2000 antara lain :

“The growth of the tourist industry brings welcome economic development to many parts of the world. Cultural tourism is now a significant sector of this industry. Mass tourism and inappropriate behavior by tourists and those in the tourist industry can, and has, adversely affected the cultural identity of tourism centers. The tourism industry must recognize that it has a responsibility to contribute to the maintenance of the living culture on which it relies”.

Dan sesungguhnya culture dan heritage ini adalah nyawanya atau “roh” dari

kegiatan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa

hambar dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Pada bulan

Juli 2000, Bank Dunia mulai memikirkan bagaimana caranya menanggulangi

masalah kemiskinan melalui sektor pariwisata yang kemudian dikenal dengan

“community-based tourism” (CBT). Selanjutnya diidentifikasi adanya tiga kegiatan

pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yakni adventure travel, cultural

travel dan ecotourism. Dibahas pula kaitannya dengan akomodasi yang dimiliki oleh

masyarakat atau disebut small family-owned hotels yang biasanya berkaitan erat

dengan tiga jenis kegiatan tersebut. Bank Dunia yakin bahwa peningkatan wisata

adventure, ekologi dan budaya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat

setempat dan sekitarnya sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup

masyarakat disekitarnya. Selain itu CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam

proses pembuatan keputusan, dan dalam perolehan bagian pendapatan terbesar secara

Page 66: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 30

langsung dari kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan demikian CBT akan dapat

menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan membawa dampak

positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya

diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari penduduk

setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya

CBT adalah konsep ekonomi kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksanakan

oleh masyarakat dan hasilnyapun langsung dinikmati oleh mereka. Yang perlu

mendapatkan perhatian khusus dalam konsep CBT adalah wisatawan domestik

(wisatawan nusantara - wisnus) yang perannya sangat besar dalam menumbuhkan

dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang nantinya diharapkan akan dikunjungi

oleh wisman. Obyek-obyek wisata yang sering dan padat dikunjungi oleh wisnus

akan memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan dengan yang jarang dikunjungi

wisnus. Makin banyak wisnus berkunjung, makin terkenal obyek tersebut dan pada

akhirnya merupakan promosi untuk menarik datangnya wisman.

Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, maka pengembangan dan

pembangunan obyek wisata atas dasar CBT ini adalah merupakan salah satu tugas

pemerintah daerah, meskipun tetap diupayakan agar hanya sampai sebatas sebagai

fasilitator untuk menarik investor swasta melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Event-event pariwisata harus disusun secara konsisten sehingga dapat dijadikan

acuan para pelaku pariwisata menjual ke berbagai pasar pariwisata dunia. Tanpa

event yang tetap dan berkualitas maka akan sulit menarik pengunjung ke lokasi

tersebut. Selain itu prasarana pariwisata pun harus ditingkatkan kualitasnya terutama

yang terkait dengan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan.

4.4. Analisis Kawasan Wisata

4.4.1. Pendekatan Perencanaan Kawasan Wisata

Upaya perencanaan kawasan wisata yang dalam hal ini dijabarkan menjadi

destinasi pariwisata secara umum mengandung konsep pengelolaan sumber daya

yang ada di dalam kawasan untuk pengembangan kepariwisataan secara

Page 67: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 31

berkelanjutan. Dalam perencanaan kawasan wisata, digunakan sejumlah

pertimbangan atau norma tertentu dalam proses perencanaannya sehingga produk

yang dihasilkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya

perkembangan wilayah secara regional. Pertimbangan atau norma inilah yang

menjadi dasar pertimbangan atau pendekatan dalam proses perencanaan. Secara

umum sejumlah pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan yaitu :

1. Pendekatan spiritual.

Konsep dasar dalam pendekatan ini adalah bahwa penyadaran terhadap peran

sang maha pencipta sebagai sumber dari keberadaan sumber daya pariwisata

yang ada. Dengan dasar pertimbangan ini diharapkan nantinya konsep

penjagaan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia

dan manusia dengan alam lingkungannya perlu dijaga dan dilestarikan.

Aplikasi dari pendekatan ini yaitu produk perencanaan yang

mempertimbangkan nilai – nilai spiritual, moral dan etika dalam pengelolaan

dan pengembangan sumber daya pariwisata. Nantinya di Kabupaten Blitar

dengan pendekatan ini akan dikembangkan kawasan wisata yang berbasis

budaya lokal. Hal ini menjadi penting karena perkembangan kebudayaan

lokal umumnya menjunjung tinggi moral dan etika manusia dan lingkungan.

Konsep konsep pariwisata berbasis budaya baik berupa atraksi budaya,

tampat – tempat yang berbasis budaya atau pengenalan peralatan – peralatan

dengan tema budaya lokal.

2. Pendekatan realitas sosiologis masyarakat.

Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah bagaimana perencanaan kawasan

wisata mampu mengakomodir kemajemukan atau keragaman karakter adat

dan budaya masyarakat. Dasar pertimbangan konsep ini adalah keragaman

kebudayaan dan adat istiadat yang tinggi di Indonesia menjadi sebuah daya

tarik tersendiri untuk keragaman penawaran kegiatan wisata pada tiap

kawasan wisata yang ada. Aplikasi dari konsep ini adalah mengedepankan

kearifan lokal masyarakat dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan

destinasi pariwisata. Di Kabupaten Blitar, adanya budaya atau adat yang ada

Page 68: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 32

menjadi sebuah potensi pengembangan kawasan wisata yang berbasis

masyarakat tradisional. Kondisi ini mencerminkan keragaman dan keunikan

tiap destinasi pariwisata yang ada.

3. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan.

Dasar pertimbangan dari pendekatan ini yaitu setiap kegiatan pembangunan

kawasan harus dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan sumber daya

alam yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang

atau bahkan secara berkelanjutan. Tujuan pendekatan ini adalah bagaimana

manfaat pembangunan kawasan wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan

dan bukan demi tujuan pertumbuhan kuantitatif. Pokok penilaian pendekatan

ini adalah bahwa kegiatan pariwisata harus mampu menjaga keseimbangan

keuntungan secara ekonomi, sosial dan keuntungan lingkungan ekologis.

Serangkaian upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendekatan ini

yaitu :

a. Manajemen pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan sumber daya

pariwisata sehingga mampu memberikan hasil yang dapat

mempertahankan kesejahteraan ekonomi, budaya, sosial, dan lingkungan

fisik komunitas.

b. Manajemen seluruh sumber daya untuk ;

i. Memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang

ii. Melindungi kesediaan dan kapasitas ekosistem sebagai basis

kehidupan

iii. Menghindari semua bentuk – bentuk tindakan yang mengancam

eksistensi sumber daya.

Sebuah destinasi atau kawasan wisata dapat berkembang secara berkelanjutan

bilamana dilakukan sejumlah langkah – langkah sebagai berikut:

1. Melindungi dan meningkatkan daya tarik wisata alam dan buatan yang

menjadi basis industri pariwisata

Page 69: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 33

2. Menggunakan setiap sumber daya yang tersedia sesuai dengan nilai dan

aspirasi masyarakat lokal masa kini dan yang akan datang serta menghasilkan

kontribusi nyata bagi masyarakat

3. Mengembangkan dan memasarkan produk dengan tepat dengan

memperhatikan perbedaan dan daya saingnya sehingga mampu merespon

kebutuhan pasar

4. Meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap kemajuan ekonomi di kawasan

wisata

5. Meningkatkan daya tarik destinasi, menjamin kesesuaian promosi dengan

fakta destinasi, meningkatkan repeater guess dan meningkatkan reputasi

destinasi

Mekanisme analisis pendekatan perencanaan pembangunan kepariwisataan,

dikembangkan konsep analisis diagramatik dimana alur pikir proses perencanaan

akan mengikuti sekat – sekat pendekatan perencanaan kepariwisataan. Syarat

pertama yaitu pendekatan spiritual dimana akan dipilih pola pembangunan

kepariwisataan dengan mempertimbangkan norma dan nilai agama yang ada di

Blitar. Dengan pola ini akan dipilih pengembangan kepariwisataan dengan

mempertimbangkan budaya masyarakat lokal. Analisis pendekatan ini dipilih untuk

mempertimbangkan apakah pola pembangunan kepariwisataan yang akan

dikembangkan lebih mengutamakan trend kepariwisataan atau target. Dalam realisasi

pola pembangunan ini akan diarahkan apakah mengembangkan pariwisata dengan

tujuan mass tourism atau pariwisata minat khusus.

Setelah dilakukan saringan pertama kemudian dilakukan saringan kedua yaitu

dengan pola pendekatan realitas sosiologis. Pola pendekatan ini lebih kepada pilihan

apakah pemanfaatan sumber daya dalam pengembangan kepariwisataan akah

mengarah kepada ketersediaan sumber daya terbuka atau melihat ketersediaan

sumber daya lokal yang ada. Saringan ketiga adalah konsepsi pembangunan

berkelanjutan. Hal ini menjadi penting agar proses konsep pengembangan

kepariwisataan nantinya lebih mengarah kepada konsep pembangunan pariwisata

secara berkelanjutan. Mekanisme pembangunan ini mempertimbangkan pola atau

Page 70: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 34

bentuk pembangunan kepariwisataan dengan mempertimbangkan keuntungan

ekonomi, keuntungan sosial maupun keuntungan kelestarian lingkungan. Secara

diagramatik proses analisis digambarkan sebagai berikut :

Diagram 4.1. Analisis Pendekatan Perencanaan

Sumber : Hasil Analisis

4.4.2. Analisis Daya Dukung Kawasan

Analisis daya dukung lingkungan merupakan teknik dasar yang digunakan

dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata dan rekreasi. Analisis ini

dilakukan untuk menentukan secara sistematis batasan dari pengembangan

PARIWISATA BLITAR

TREND TARGET

MASSAL KHUSUS

TREND

SD TERBUKA

SD YANG ADA

KHUSUS

LINGKUNNGAN

MANFAAT EKONOMI

SD YANG ADA

SOSIAL BUDAYA

Mengikuti trend pariwisata di Blitar

Minat terhadap budaya dan wisata alam

Memanfaatkan sumber daya budaya, sumber daya alam

Pembatasan kegiatan wisata

Dikelola masyarakat

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Page 71: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 35

pariwisata yang akan dilakukan dan jumlah kunjungan optimal yang dapat

ditampung. Batasan utama dari daya dukung lingkungan ini, adalah jumlah maksimal

orang yang dapat menggunakan atau memanfaatkan suatu kawasan yang tidak akan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik atau sosial budaya atau apa

yang dirasakan oleh wisatawan itu sendiri dalam menikmati kunjungan yang mereka

lakukan.

4.4.2.1 Kriteria Pengukuran Kapasitas Daya Dukung Lingkungan

Kriteria yang diungkapkan disini, adalah kriteria untuk menentukan kapasitas

daya dukung dari suatu kawasan wisata. Dalam menentukan kapasitas daya dukung

lingkungan terdapat dua aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Keaslian dari lingkungan fisik dan sosial ekonomi. Hal ini mengacu pada

kapasitas yang dapat dicapai tanpa menimbulkan kerusakan fisik,

permasalahan sosial ekonomi dari masyarakat dan menjaga keseimbangan

antara proses pembangunan dan konservasi. Dengan melewati ambang batas

yang telah ditentukan akan menimbulkan kerusakan fisik, sosial ekonomi

atau bahkan budaya.

2. Citra pariwisata dan produk wisata. Hal ini mengacu pada kapasitas atau

jumlah pengunjung yang dapat merusak citra kawasan wisata, jenis

lingkungan dan pengalaman budaya yang wisatawan inginkan. Jika

pengembangan pariwisata melewati ambang batas, maka daya tarik yang

dijadikan tujuan wisata akan mengalami penurunan atau bahkan hancur. Hal

ini mengakibatkan kualitas dan populasi daerah atau kawasan tujuan wisata

tersebut akan menurun.

Dengan mengacu pada aspek pertama, keaslian dari lingkungan fisik dan

ekonomi, maka kriteria untuk menentukan kapasitas optimum adalah sebagai

berikut:

1. Lingkungan Fisik

a. Tingkat penerimaan dan dari dampak visual serta kepadatan

Page 72: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 36

b. Nilai sistem ekologis yang dijaga sebelum terjadi kerusakan

c. Konservasi kehidupan satwa liar dan vegetasi dari lingkungan darat dan

lingkungan laut

d. Tingkat yang dapat diterima dari polusi air, udara dan kebisingan

2. Ekonomi

a. Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat ekonomi

secara optimum terhadap daerah perencanaan secara keseluruhan

b. Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat diisi oleh

tenaga kerja lokal

3. Sosial Budaya

a. Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap dengan tanpa

mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan aktivitas dari masyarakat

b. Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga “monumen-

monumen” budaya, kesenian, kerajinan, sistem kepercayaan, dan tradisi

dari dampak yang merusak

4. Prasarana

a. Kesesuaan ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayanan

b. Kesesuaian ketersediaan utilitas seperti air bersih, tenaga listrik,

pengolahan limbah padat, pengolahan limbah cair dan telekomunikasi

Dengan mengacu pada aspek kedua, citra pariwisata dan produk wisata,

maka kriteria untuk menentukan kapasitas optimum adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Fisik

a. Tingkat kebersihan secara keseluruhan dan minimalnya tingkat polusi

dari lingkungan daerah atau kawasan tujuan wisata

b. Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerah tujuan wisata,

termasuk di dalamnya komponen daya tarik

Page 73: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 37

c. Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di dalamnya kualitas

dan karakteristik dari desain arsitektur

d. Pemeliharaan dari sistem ekologi, flara, fauna dan daya tarik alam lainnya

2. Ekonomi

Biaya untuk liburan dan value of money

3. Sosial Budaya

a. Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat setempat

b. Kualitas seni, kerajinan, makanan dan penampilan budaya yang dimiliki

oleh daerah

c. Keramahtamahan masyarakat lokal

4. Prasarana

a. Tingkat penerimaan stándar dari fasilitas transportasi dan pelayanannya

b. Tingkat penerimaan stándar dari pelayanan utilitas

4.4.2.2 Standar Kapasitas

Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik

seperti dalam jumlah wisatawan yang terdapat dalam suatu kawasan/ atraksi wisata,

dan kemampuan fasilitas dalam memberikan pelayanannya pada periode tertentu.

Standar ini dari suatu daerah ke daerah lain berbeda, hal ini bergantung pada faktor-

faktor berikut:

1. Jenis pariwisata yang dikembangkan

2. Karakteristik lingkungan lokal

3. Jenis wisatawan yang dijadikan target

4. Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah

Page 74: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 38

Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk

aktivitas rekreasi dan pariwisata pedesaan dinyatakan dalam pengunjung perhari

perhektar, adalah sebagai berikut:

1. Kawasan hutan 15 pengunjung/hari/ha

2. Taman hutan di kawasan pedesaan/pinggiran kota 15 – 70

pengunjung/hari/ha

3. Areal piknik padat 300 – 600 pengunjung/hari/ha

4. Areal piknik lenggang 60 – 200 pengunjung/hari/ha

5. Pertandingan olah raga 100 – 200 pengunjung/hari/ha

6. Golf 10 – 15 pengunjung/hari/ha

7. Aktivitas air : memancing 5 – 30 pengunjung/hari/ha

8. Speed boat 5 – 10 pengunjung/hari/ha

Secara umum daya dukung wilayah Kabupaten Blitar dan daya tarik wisata

yang ada didalamnya tergolong tinggi. Disamping karena luas wilayah, masih

minimnya pemanfaatan potensi wisata menjadi pertimbangan penentuan kapasitas

daya dukung pariwisata. Guna lebih mengoptimalkan kepuasan wisatawan,

kemampuan daerah untuk melayani wisatawan dan ketersediaan sumber daya

lingkungan dan manusia, daya dukung wilayah dan daya tarik wisata terhadap

kunjungan wisatawan ditetapkan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis kawasan lindung

Kawasan lindung yang dikelola oleh Departemen Kehutanan telah memiliki

standar baku skala kegiatan dan jumlah penunjung yang ada di dalamnya.

Batasan kegiatan yang dilakukan umumnya dalam cakupan zona pemanfaatan

saja sementara zona lindung merupakan areal yang terlarang bagi kegiatan

wisata. Jumlah pengunjung maksimal yang diperbolehkan mengacu kepada

tenaga pemandu yang ada di Kawasan Hutan Lindung. Hal ini menjadi

penting karena tiap rombongan wisatawan harus didampingi pemandu.

Pemandu wisata disamping bertugas untuk memandu dan memberikan

Page 75: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 39

penjelasan terkait dengan keanekaragaman hayati hutan, juga bertugas

menjaga perilaku pengunjung agar tidak ikut mencemarkan lingkungan hutan

dan menjaga kelestarian hutan.

2. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis alam dan lingkungan

Pemanfaatan potensi alam yang ada di Blitar terdiri atas 3 macam yaitu

lingkungan pesisir, kawasan hutan dan kondisi alam lingkungan yang berada

di lingkungan permukiman masyarakat. Untuk kawasan hutan masyarakat

dan kondisi alam lingkungan berada dekat dengan lingkungan permukiman

masyarakat, batasan jumlah pengunjung lebih mengacu kepada kapasitas

penginapan dan kemampuan pelayanan usaha pariwisata oleh pelaku layanan

jasa wisata yang ada. Mengacu pada standar yang ditetapkan, kawasan pantai

mampu menampung pengunjung dengan jumlah maksimal 600 orang/hari/ha.

Jumlah ini masih jauh dari jumlah kunjungan tertinggi pada sejumlah pantai

yang ada di Kabupaten Blitar .

3. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis budaya masyarakat

Konsep pemanfaatan potensi wisata berbasis budaya masyarakat mengacu

kepada perwujudan kemandirian pengelolaan potensi kawasan oleh

masyarakat. Oleh karena itu dengan keterbatasan SDM yang ada di Blitar,

batas jumlah kunjungan wisatawan didasarkan atas batas maksimal

ketersediaan akomodasi wisata yang ada. Hal ini menjadi penting agar

wisatawan menjadi terlantar akibat tidak adanya akomodasi wisata. Pada

pengembangan potensi wisata berbasis budaya, umumnya memiliki daya

dukung yang lebih banyak akibat pelayanan paket wisata berbasis budaya

umumnya berupa peristiwa – peristiwa budaya dan tidak membutuhkan

pemandu wisata khusus.

4. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis peninggalan sejarah

Penentuan batas daya dukung layanan pariwisata untuk pengembangan

layanan wisata berbasis peninggalan sejarah didasarkan atas ketersediaan

akomodasi wisata untuk melayani wisatawan.

5. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis peninggalan arkeologi

Page 76: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 40

Potensi wisata berbasis peninggalan arkeologi yang banyak terdapat di

Kabupaten Blitar umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan minat khusus

wisata pendidikan atau kegiatan penelitian.

6. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis kehidupan masyarakat

Kegiatan wisata yang berbasis kehidupan masyarakat dikembangkan untuk

memperkenalkan wisatawan terhadap kehidupan masyarakat tradisional yang

ada di Blitar. Jumlah maksimal wisatawan yang dapat didukung mengacu

kepada jumlah daya tampung maksimal akomodasi wisata yang ada.

Sejumlah hal yang menjadi pertimbangan seperti ketersediaan sumber daya,

dukungan pelayanan teknis wisata dan akulturasi budaya yang diperkirakan

akan muncul sejalan dengan banyaknya wisatawan yang ada.

7. Pemanfaatan potensi wisata yang berbasis daya tarik buatan manusia

Wisata berbasis sumberdaya buatan manusia (man made) umumnya memilik

kapasitas daya dukung yang lebih besar. Disamping karena kegiatan

umumnya terjadwal, orientasi pelaku usaha jasa wisata sangat tergantung

pada jumlah kunjungan untuk pendapatan usahanya. Berdasarkan standar

yang ada, untuk daya tarik wisata berbasis buatan manusia, kapasitas daya

tampung maksimal yaitu sebanyak 200 orang/hari/ha.

4.5. Analisis Daya Tarik Wisata

Daya tarik existing dan potensial dari suatu daerah harus secara sistematis dan

objektif diidentifikasi dan dievaluasi sebagai bagian dari tahapan survei dan analisis

dari proses perencanaan. Sementara pemilihan daya tarik yang akan dikembangkan

dan konsep perencanaan yang akan dilaksanakan untuk proses tersebut pada daya

tarik tertentu akan dilaksanakan pada tahapan formulasi.

Page 77: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 41

1. Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik Wisata

Langkah pertama yang dilakukan dalam mengidentifikasi daya tarik wisata,

adalah dengan melakukan penelitian secara seksama, wawancara dengan

pihak pemerintah dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui seluk

beluk daya tarik wisata disertai dengan karakteristiknya merupakan informasi

yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dengan kriteria-kriteria yang

telah ditetapkan.

Selanjutnya identifikasi terhadap daya tarik wisata dilakukan, kemungkinan

pada beberapa kasus kunjungan ini perlu dilakukan beberapa kali karena

adanya perbedaan karakteristik berdasarkan waktu yang berbeda. Identifikasi

daya tarik harus dilakukan secara sistematis dengan mengindikasikan faktor-

faktor pendukung dari suatu daya tarik. Faktor-faktor tersebut, adalah:

a. Nama objek wisata

b. Jenis daya tarik

c. Lokasi

d. Aksesibilitas

e. Karakteristik khusus

f. Pengembangan yang sudah dilakukan

g. Keunggulan yang dimiliki

h. Permasalahan yang dihadapi

Informasi tersebut disertai foto dan video sebagai pelengkap, dengan

informasi tersebut, maka dalam RIPPAR-KAB Kabupaten Blitar daya tarik

wisata dapat diplot dalam peta, sehingga selanjutnya dapat di analisis peluang

maupun kendala yang dimiliki.

Selain itu, daya tarik yang ada perlu diperbandingkan kemampuannya untuk

menarik kunjungan wisatawan. Ada daya tarik wisata yang memiliki skala

internasional, nasional, provinsi atau bahkan lokal. Identifikasi ini dilakukan

Page 78: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 42

untuk mengidentifikasi potensi pasar, aksesibilitas, daya dukung dan dampak

yang ditimbulkan akibat pembangunan yang akan dilakukan.

2. Matriks Evaluasi Penilaian DTW

Matriks Evaluasi Penilaian DTW, yaitu metoda untuk memberikan penilaian

evaluasi terhadap daya tarik wisata yang terdapat di wilayah perencanaan.

Indikator yang digunakan sebagai faktor evaluasi diantaranya, yaitu:

a. Daya tarik

Daya tarik merupakan salah satu penyebab wisatawan mengunjungi suatu

wilayah5. Daya tarik wisata merupakan kunci utama suksesnya

pengembangan pariwisata6. Walaupun elemen-elemen lain seperti

transportasi, akomodasi dan promosi juga penting tetapi tanpa suatu

alasan untuk mengunjungi daerah tersebut, maka pariwisata tidak akan

berkembang7. Oleh karena itu atraksi wisata merupakan salah satu faktor

penentu dalam pengembangan pariwisata.

b. Fasilitas

Ketersediaan fasilitas pelayanan, baik yang terdapat di objek wisata

maupun di daerah sekitar objek akan mempengaruhi kedatangan

wisatawan. Fasilitas pelayanan bukan merupakan daya tarik utama dalam

kepariwisataan, namun kehadirannya diperlukan bila hendak

mengembangkan kepariwisataan di suatu daerah8. Semakin lengkap jenis

dan jumlah fasilitas pelayanan yang dibutuhkan dan semakin baik

kualitasnya, akan meningkatkan kenyamanan wisatawan.

c. Aksesibilitas

Aksesibilitas atau tingkat pencapaian obyek wisata dengan pusat

pelayanan merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan

5 Douglas, 1989 6 Inskeep, 1991 7 Tulung, 1984 ; 76 dalam Syaukan, 1999 8 Yoeti, 1982; 164 dalam Syaukani, 1999

Page 79: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 43

pariwisata sangat bergantung pada kemudahan pencapaian objek wisata9.

Suatu objek wisata tidak mempunyai daya tarik efektif jika tidak

ditunjang oleh kemudahan untuk mencapainya. Kemudahan untuk

mencapai objek wisata diasumsikan bahwa faktor jarak objek wisata dari

pusat pelayanan berpengaruh langsung terhadap pengembangan wisata.

Selain itu objek wisata tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan jika tidak

ditunjang oleh sarana angkutan umum untuk mencapainya, karena

kemudahan untuk mencapai suatu objek dengan tersedianya angkutan

umum akan menguntungkan banyak orang.

d. Dampak Ekonomi

Pembangunan pariwisata di suatu daerah pada dasarnya adalah untuk

meningkatkan perekonomian daerah tersebut, sehingga diharapkan

dengan adanya pembangunan pariwisata di daerah tersebut dapat

meningkatkan pendapatan daerah serta meningkatkan kehidupan

perekonomian masyarakatnya.

e. Dampak Sosial Budaya

Dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata terhadap

kehidupan sosial budaya masyarakat dapat bersifat negatif maupun

positif. Dampak positif dari kegiatan pariwisata dapat berupa pelestarian

budaya masyarakat seperti adat-istiadat, sedangkan dampak negatif dari

kegiatan pariwisata dapat berupa menurunnya norma-norma kehidupan

sosial budaya masyarakat seperti perjudian, perdagangan narkotika,

prostitusi dan kriminalitas.

f. Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata

adalah berupa polusi air, tanah, udara maupun visual serta rusaknya

ekologi di sekitar kawasan wisata.

9 Gunn, 1979 ; 222 dalam Syaukan, 1999

Page 80: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 44

Mengacu kepada persebaran daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Blitar

secara umum dapat dibagi menjadi 5 (lima) macam yaitu :

Cultural site : keberadaan cagar budaya berupa candi dan arca

Cultural event : sejumlah event budaya yang dilakukan yaitu Legenda Pusaka

Gong Kyai Pradah

Nature Site : pantai yang berada didaerah pesisir selatan, air terjun, dan

kawasan perkebunan

Man Made Site : Minapolitan, agrowisata, Pasar Nglegok dan desa wisata

Man Made Event : kegiatan Pesona Bumi Penataran

Analisis persebaran daya tarik wisata menjadi pedoman dalam upaya untuk

mengembangkan destinasi pariwisata yang terkoneksi. Dalam pengembangannya,

analisis daya tarik wisata yang dikembangkan lebih mengarah kepada pengembangan

daya tarik wiata yang lebih banyak dikunjungi pada kondisi eksisting. Konsep ini

lebih murah dan mudah dilaksanakan karena sudah sangat dikenal oleh wisatawan.

Secara umum di kawasan Blitar, orientasi kegiatan wisata tertuju kepada 2 (dua)

daya tarik wisata utama yaitu :

Kunjungan utama ke Makam Bung Karno. Daya tarik wisata makam ini

merupakan daya tarik wisata yang ada di Blitar. Makam ini terletak di Kota

Blitar dengan jumlah kungjungan wisatawan hingga 2000 orang per harinya.

Dalam perjalanannya, pola wisawan umumnya akan berkunjung ke Candi

Penataran setelah berkunjung ke Makam Bung Karno. Momen ini yang

dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga manfaat turunan dengan adanya

kegiatan pariwisata di makam dimanfaatkan untuk menyasar daya tarik

wisata lain disekitar Makam tetapi merupakan daya tarik wisata di Kabupaten

Blitar.

Kunjungan ke sejumlah pantai di daerah pesisir terutama di Pantai Tambak

Rejo. Kunjungan ke daerah pesisir selatan umumnya menikmati keindahan

pantai dan kuliner di daerah ini. Pola pergerakan wisatawan umumnya

langsung menuju ke daerah pesisir selatan. Dimasa mendatang perlu

dikembangkan daya tarik wisata lain pada daerah pesisir selatan agar

Page 81: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

4 - 45

wisatawan tidak hanya menikmati keindahan pantai saja tetapi lebih kepada

pemanfaatan sejumlah daya tarik wisata di daerah ini.

Analisis pergerakan wisatawan di Kabupaten Blitar yang sudah terpola

dengan tipe daya tarik wisata yang ada perlu untuk ditangani dan dimanfaatkan agar

dalam pembangunan kepariwisataan mendatang dapat memberikan kontribusi yang

lebih optimal bagi masyarakat dan daerah. Gambaran mengenai analisis orientasi

pergerakan wisatawan dapat dilihat pada peta berikut :

Gambar 2.5. Orientasi Pergerakan Wisata

Page 82: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 1

BAB V

ANALISIS PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN

5.1. Konsep Pengembangan

Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana

secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat,

baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus

mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan

ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus

mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah, untuk mendorong

dan mengendalikan pengembangan pariwisata.

Konsep pengembangan kegiatan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam

pola dan program pembangunan semesta ekonomi, fisik dan sosial sesuatu negara,

karena pengembangan pariwisata saling berkait dengan sektor lain. Pengembangan

pariwisata diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawa kesejahteraan

ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat. Pengembangan pariwisata harus sadar

lingkungan, sehingga pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan

lingkungan alam suatu negara, bukan merusak lingkungan alam dan budaya yang

Page 83: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 2

khas. Konsep pengembangan pariwisata akan mempertimbangkan beberapa hal,

antara lain:

1. Posisi daya tarik (Positioning)

2. Sinergi daya tarik wisata

3. Keselarasan antar sektor

4. Keselarasan lingkungan

Pertimbangan utama yang harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana

untuk memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan peninggalan sejarah,

sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaannya

itu. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga

pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin, sedapat mungkin harus

menampakkan perubahan-perubahan sosial yang positif. Keseimbangan antara

ekonomi, kehidupan dan alam diperlukan untuk:

1. Meningkatkan pendapatan (standar hidup)

2. Penggunaan sumberdaya yang efektif (energy saving, recycling, dll)

3. Menjaga dan memperkaya lingkungan

4. Pengarahan amenity (leisure, comfort, contact with nature, dll)

Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan

dalam perumusan konsep pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bitar adalah

sebagai berikut:

1. Perlunya pemisahan zoning antara kawasan wisata dengan kegiatan lainnya.

Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

pelaksanaan rencana tata ruang di masa datang.

2. Lahan yang saat ini mempunyai ikatan dengan kehidupan dan adat istiadat

masyarakat setempat harus dipertahankan keberadaannya. Tujuannya adalah

untuk menghindari timbulnya benturan kepentingan antara pihak pelaksana

pembangunan dengan masyarakat.

Page 84: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 3

3. Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan dampak

bagi daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan kelestarian lingkungan

dibebaskan dari peruntukan kegiatan pembangunan dan diusulkan sebagai

kawasan konservasi dan preservasi. Tujuannya, adalah untuk mencegah

timbulnya ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di

seluruh kawasan perencanaan.

4. Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik

konservasi budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung

dapat membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan

tarian misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya

arsitektur daerah yang hampir punah.

5. Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai

perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.

Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peranan dan

fungsi yang diharapkan, batasan serta potensi yang terdapat di kawasan perencanaan,

maka konsepsi pengembangannya sebagai kawasan wisata didasarkan pada

kriteria-kriteria berikut:

1. Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan

kawasan wisata;

2. Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan kegiatan

pariwisata;

3. Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan

perkembangan.

Konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bitar ini terkait dengan

potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis

pengembangan kepariwisataan yang dihadapi. Dalam pembangunan kepariwisataan

kedepan, konsep pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang

dikembangkan lebih mengedepankan kepada pembangunan pusat – pusat kawasan

Page 85: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 4

sebagai daya tarik kegiatan wisata. Secara konseptual gambaran konsep kegiatan

pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Blitar digambarkan sebagai berikut :

Diagram 5.1. Konsep Kegiatan Pariwisata

5.1.1. Konsep Zonasi

Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya

yang ada di dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan.

Berkaitan dengan konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama

suatu atraksi memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep

zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Daya tarik wisata unggulan pada kondisi eksisting

Daya tarik wisata sekitar Daya tarik wisata pendukung

Fasilitas Akomodasi Aksesbilitas Pelayanan Wisata

Wisata Gunung Kelud

Cagar Budaya Penataran

Kawasan Pesisir

Pusat Kegiatan Wisata

Page 86: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 5

Menurut Inskeep, zonasi diciptakan atau dibuat dengan maksud untuk

membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda

sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan lebih

dapat dikendalikan serta diawasi10.

Selain itu juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha peminimalan dampak

kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya kunjungan. Zonasi ini

berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga tidak terjadi konsentrasi

di satu tempat yang dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung menjadi

berkurang.

1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan

aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.

2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction

dengan aktivitas dan fasilitas pendukung.

3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung

dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan

pengunjung dan sebagainya.

5.1.2. Konsep Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan wisata, baik berupa

atraksi atau events yang ditawarkan atau tersedia di suatu obyek wisata maupun

berupa kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Jenis

aktivitas dapat ditentukan berdasarkan bentuk daya tarik dan potensi yang dimiliki

oleh obyek wisata tersebut11.

Salah satu dari beberapa aktivitas standar wisata yang berbasiskan air yang

dikemukakan oleh Baud-bovy dan Lawson (1977), bukan hanya aktivitas berenang

saja yang dapat diterapkan. Selain itu ada juga aktivitas-aktivitas lain (Standards for

Land-Based Outdoor Recreational Activities) seperti: Pickniking parks, playing

10 Inskeep, 1991:432 11 Inskeep, 1991

Page 87: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 6

fields, open space, commons trail activities seperti: hiking, walking, bicycling, and

hore riding. Miscellaneous recreational activities seperti; outdoor sports

(individualor team games), climbing, hunting, shooting ranges and sport centres

combined with multiple indoor sports.

Diagram 5.2. Konsep Atraksi Wisata

5.1.3. Konsep Fasilitas Wisata

Secara definitif, menurut Witt-Mautinho, fasilitas ODTW yang kadang juga

diterminologikan sebagai amenities adalah segala unsur-unsur yang terdapat di suatu

daerah tujuan wisata, atau yang berhubungan dengannya, yang dimungkinkan

digunakan bagi para pengunjung yang tidak hanya untuk sekedar tinggal dan

menikmati saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam ODTW atau atraksi tersebut12.

12 Witt-Moutinho, 1994:338

Pegunungan Watersport

Pesisir

Kondisi Alam

Wisata Kuliner

Cagar Budaya

Potensi Budaya

Sport Tourism

Agropolitan

Open Source

Wisata Sejarah

Minapolitan Ekowisata

Event Event

Page 88: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 7

Karakteristik ODTW yang mass tourism dengan area kepadatan medium dan

tinggi, harus dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas13, sebagai berikut:

1. Fully equipped picnic sites with car parking; 2. Grassed area for rest, sunbathing, family groups; 3. Limited camp sites (day and weekend use and for organised youth dubs, etc); 4. Catering, recreational and cultural facilities, zoological gardens, natural

history and local culture museum, etc; 5. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and other

permitted water based activities; 6. At a later phase the park may include open or enclosed swimming pools and

spot is fields for shows and competitions.

Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai

fasilitas. Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor

pendukung terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas

wisata yang fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan

suatu usaha atraksi wisata. Standar yang terdapat dalam fasilitas wisata sangat

berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di kawasan wisata seperti: jumlah, jenis,

kondisi atau kualitas dan daya tampung atau kapasitas dari fasilitas wisata tersebut14.

Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus

mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:

1. Karakteristik atraksi wisata;

2. Profil pengunjung/ wisatawan;

3. Referensi dan permintaan pasar wisata;

4. Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para pengunjung/ wisatawan;

5. Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan;

6. Dana pengembangan yang tersedia.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini:

13 menurut Baud-Bovy, 1977: 101 14 Dalam diktat MAW, 2000:13

Page 89: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 8

“The basic approach for planning of natural tourist attractions is application of the environmental planning approach which emphasizes conservation of the natural environment as well as designing visitor facilities and organizing visitor use that fit well into the environment and do not degrade it" 15

Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan sebagal

"Management Plan”, dimana hal tersebut memiliki konsep manajemen yang selalu

berkesinambungan sehingga pariwisata yang ada didalamnya dapat mendukung

fungsl konservasi dan diantara keduanya bisa saling terlaksana seiring sejalan16.

Mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi,

maka perlu dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain berbagai fasilitas

yang dibutuhkan atau sesuai dengan natural attraction resources.

Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan

wisatawan atau pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama

pengunjung menikmati atraksi wisata yang ada.

5.1.4. Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama

Pengembangan daya tarik utama bagi para wisatawan diarahkan dengan

menjadikan pantai sebagai daya tarik utama (focus of interst) dengan didorong oleh

jenis-jenis produk lainnya seperti unsur penunjang (enrichment factor).

5.1.5. Konsep Diversifikasi Daya Tarik

Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut, dapat juga

dikembangkan suatu ciri daya tarik berbeda yang dimaksudkan sebagai diversifikasi

produk. Pengembangan ini dilakukan secara terbatas karena bukan merupakan

bagian dari konsentrasi pengembangan yang akan dijalankan. Melihat kondisi alam

yang banyak diantaranya masih asli, dapat diperkenalkan jenis wisata ekowisata.

15 Inskeep, 1991:272 16 Ibid.

Page 90: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 9

Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas

jumlahnya.

Ekowisata adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan

kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan segala

sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas-

fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang

jumlahnya hanya sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk

mengembangkan kegiatan ini.

5.1.6. Konsep Kawasan Wisata

Sesuai dengan kaidah perencanaan yang baik, penataan suatu wilayah harus

mempertimbangkan unsur-unsur keterpaduan dan menyeluruh (holistik).

Berdasarkan hal itu, upaya pengembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Bitar

harus dilakukan dengan memandang Kabupaten Bitar sebagai suatu satuan wilayah

pengembangan. Implikasinya adalah semua komponen penunjang ditata sebagai satu

kesatuan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penetapan struktur ruang merupakan penjabaran spasial dari strategi

pengembangan yang diambil dan dimaksudkan untuk:

1. Memaksimalkan peluang kedatangan wisatawan melalui penciptaan

kemudahan kunjungan;

2. Mengefektifkan upaya pengembangan kegiatan pariwisata melalui

aglomerasi-aglomerasi kegiatan dan alokasi fasilitas penunjang secara efisien;

3. Meningkatkan citra daya tarik wisata Kabupaten Bitar melalui sediaan

produk yang menarik, serta pelayanan yang berkualitas.

4. Memberi kejelasan kepada berbagai pihak terkait dengan industri pariwisata

dan menyelaraskan dengan rencana pengembangan sektor-sektor kegiatan

lainnya.

Page 91: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 10

Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur ruang

kegiatan, yaitu:

1. Simpul-Simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster daya tarik

wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah pengembangan kegiatan

wisata dimana di dalamnya:

a. Terdapat kumpulan berbagai objek atau daya tarik wisata

b. Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan

c. Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata

Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul Pengembangan

harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat menunjang aktivitas wisata,

yaitu:

a. Akomodasi

b. Logistik

c. Transportasi

d. Infonasi dan komunikasi

e. Rekreasi

Simpul pengembangan dengan demikian merupakan suatu kutub

pertumbuhan kegiatan pariwisata dan suatu wilayah. Sebagai kutub

pertumbuhan, tidak diberikan suatu batasan wilayah yang tegas, sebaliknya

diharapkan kutub tersebut akan terus membesar sejauh hal itu memberi

keuntungan kepada wilayah secara keseluruhan. Simpul pengembangan juga

bukan merupakan suatu alokasi wilayah yang secara eksklusif hanya

diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan tertentu.

2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat

keluar-masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik

sebagai pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana

perhubungan antar wilayah serta posisi wilayah-wilayah luar yang akan

dipandang menjadi sumber wisatawan.

Page 92: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 11

Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran

kepada wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki.

Dengan demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra atau

impresi mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai

"kesan pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi

berbagai daya tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.

3. Koridor Penghubung, berfungsi menjadi jalur pergerakan wisatawan sejak

kedatangan dan pergerakan antar simpul pengembangan. Jika pada masing-

masing simpul pengembangan pergerakan wisatawan merupakan perjalanan

jarak pendek, yaitu dari tempat akomodasi ke berbagai lokasi objek wisata

dan daya tarik lainnya, maka pergerakan wisatawan di Koridor Penghubung

merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan ini

memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.

5.1.7. Konsep Pengembangan Pariwisata

Pembangunan pariwisata, adalah pembangunan yang didukung secara

ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan

sosial. Potensi sumber daya wisata Kabupaten Bitar sekaligus potensi pasar

wisatawan yang tersebar tidak merata di wilayah Bitar, serta kondisi lingkungan

fisik, sosial, budaya, maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan

pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak

bisa ditawar-tawar lagi.

Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung

spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan pariwisata Kabupaten Bitar yang

berkelanjutan berprinsip pada:

1. Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung

pembangunan pariwisata Bitar untuk kesejahteraan masyarakat;

Page 93: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 12

2. Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Bitar dengan lingkungan alam,

budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat

pembangunan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan;

3. Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata yang disusun

pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh stakeholders

pariwisata Bitar.

5.1.8. Konsep Keterkaitan Antarsektor dalam Pengembangan

Pariwisata

Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang

saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan

dalam kerangka saling melengkapi dan mendukung dengan sektor lain. Pariwisata

sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa

dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan

pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan

menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat

dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.

Oleh karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Bitar , harus:

1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang

atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata

agro di kawasan perkebunan daerah bagian utara;

2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible

(tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah;

3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan

perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas

menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam

pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata

lainnya.

Page 94: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 13

Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor

pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.

Diagram 5.3. Konsep Pengembangan Pariwisata

5.1.9. Konsep Hierarki dan Penjenjangan Pariwisata

Kapasitas masyarakat untuk berpariwisata berbeda-beda karena adanya

perbedaan kemauan dan kemampuan (fisik, ekonomi), dan heterogenitas masyarakat

Indonesia pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan konsep

POTENSI DAERAH

KEUNGGULAN REGIONAL

WISATA LOKAL

DESTINASI WISATA

STRATEGI PARIWISATA

• Atraksi wisata

• Aksesbilitas

• Ancilary

• Amenitas

Pemasaran Kelembagaan Destinasi Industri

Ekonomi Lingkungan Sosial

Page 95: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 14

stratifikasi atau penjenjangan, yang membagi pengembangan kawasan wisata

menurut jangkauan atau skala jangkauan, baik fisik maupun ekonomi.

Konsep penjenjangan dalam pengembangan pariwisata Bitar , dilakukan dengan:

1. Membagi skala pengembangan kawasan wisata menjadi skala lokal yang

melayani pengunjung lokal (recreationist), skala kabupaten atau kota yang

melayani wisatawan luar kota weekenders dan/atau liburan pendek, dan skala

provinsi serta skala nasional dan skala internasional untuk melayani

wisatawan regional.

2. Membedakan bentuk pengembangan pariwisata suatu wilayah tergantung

pada karakteristik potensial untuk setiap skala yang dimiliki.

Dengan konsep penjenjangan ini maka pengembangan kawasan wisata akan

memiliki perbedaan skala dan prioritas pengembangan.

5.2. Analisis Citra dan Karakter

Dilihat dari lingkup Indonesia, kegiatan kepariwisataan disinergikan dengan

pengembangan kegiatan lainnya. Saat ini kecenderungan yang ada adalah sinergitas

kegiatan pariwisata dengan kegiatan pertanian, kegiatan perikanan dan kegiatan

industry kreatif. Sejumlah konsep yang cukup unik yaitu sinergitas pariwisata dengan

kegiatan pengobatan dan spiritual. Konsep ini menjadikan peran pariwisata menjadi

semakin multi disipliner. Secara umum dalam konteks MP3EI, peran kepariwisataan

di Indonesia dianalogikan sebagai :

1. Mengembangkan strategi dan koordinasi kampanye: “Nation Branding

Indonesia” secara terintegrasi melalui Tourism, Trade, and Investment;

2. Mengembangkan “Sustainable Tourism” di Indonesia yang dapat

memberikan pengalaman yang mendalam bagi wisatawan;

Page 96: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 15

3. Mengembangkan ekonomi kreatif yang mengangkat budaya dan warisan

budaya Indonesia;

4. Menerapkan Good governance di Lingkungan Kemenparekraf;

5. Mengembangkan sumber daya insani pariwisata dan ekonomi kreatif

yang unggul dan mampu membawa nama baik Bangsa Indonesia

Kabupaten Bitar sebagai sebuah kabupaten yang memiliki keragaman daya

tarik wisata baik berupaka budaya dan alam, menawarkan berbagai jenis atraksi

wisata yang sangat berbeda bahkan murni atau tidak ada penyesuaian baik bentang

alam atau kegiatan. Analisis citra dan karakter kepariwisataan yang akan

dikembangkan menggunakan metode SOAR (Strengh Opportunities Aspiration

Result) dijabarkan sebagai berikut :

Diagram 5.4. Perumusan Citra dan Karakter Kepariwisataan

Sumber: Hasil Penelitian

Opportunities : Kedekatan dengan pusat daya

tarik wisata utama seperti Kota Blitar dan Kota Batu

Trend pariwisata lebih mengarah ke wisata minat khusus

Strengh : Keunikan kondisi alam yang

masih sangat alami Keragaman adat dan budaya

masyarakat Sikap terbuka masyarakat

Aspiration : Pengembangan kepariwisataan

mengacu kepada nilai budaya dan etika agama

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan potensi wisata

Result : Pengembangan

pariwisata berbasis alam dan budaya

Menekankan pada pemberdayaan masyarakat

Page 97: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 16

5.3. Analisis Pemasaran Pariwisata

Mekanisme analisis pemasaran pariwisata dilakukan untuk lebih dapat

memperkenalkan bagaimana seharusnya penentuan dan konsepsi pemasaran yang

akan dilakukan. Serangkaian teori dan konsep mengenai pemasaran destinasi

pariwisata dan upaya keberhasilannya telah diperkenalkan. Terdapat konsep yang

mengedepankan pelayanan prima untuk suksesi keberhasilan pemasaran, terdapat

pula konsep improvisasi, inovasi dan diversifikasi jenis produk dan jasa menjadi

faktor keberhasilan. Serangkaian konsep ini menjadi penentu dalam keberhasilan

pemasaran pariwisata. Dengan mempertimbangkan sejumlah aspek teknis,

keberhasilan sebuah pemasaran pariwisata tidak hanya keberhasilan akan jumlah

kedatangan wisatawan yang tinggi saja, tetapi lebih kepada pencapaian keberhasilan

indikator pemasaran itu sendiri. Secara umum cakupan keberhasilan pemasaran

pariwisata yaitu :

1. Memahami motivasi wisatawan dalam mengambil keputusan berwisata dan

bagaimana perubahan sikap ini terjadi setiap waktu

2. Mampu mengidentifikasi kesesuaian karkateristik pasar wisatawan dengan

ketersediaan atraksi wisata yang ada, potensi pengalaman yang akan

diperoleh wisatawan dengan keuntungan masyarakat lokal

3. Mengembangkan rencana strategis pemasaran guna menentukan arahan yang

jelas terhadap upaya pemasaran destinasi wisata

4. Mengembangkan kesepahaman pelaku pariwisata dalam upaya penegasan

brand pariwisata yang unik dan bernilai jual

5. Fasilitasi proses pemasaran pariwisata mencakup :

a. Kegiatan promosi yang relevan guna mempengaruhi persepsi dan

kepedulian terhadap destinasi pariwisata

b. Pengembangan penjualan dan saluran distribusi yang efektif guna

peningkatan jumlah kunjungan

Page 98: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 17

c. Pengembangan program pemasaran yang terintegrasi mencakup seluruh

pelaku pariwisata

6. Mengembangkan jalur singkat program pemasaran berbasis lembaga usaha

7. Pembangunan brand image destinasi wisata yang sesuai dengan aspirasi

masyarakat

5.3.1. Analisis Lingkungan Usaha

Saat ini kegiatan kepariwisataan dianggap merupakan salah satu alternatif

terbaik upaya pengembangan perekonomian di suatu daerah. Dengan

dikembangkannya kegiatan kepariwisataan, berbagai kegiatan perekonomian ikut

berkembang mengikuti perkembangan kegiatan kepariwisataan. Sektor kebutuhan

bahan pokok seperti bahan makanan, pertanian, peternakan dan perikanan turut

berkembang seiring dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan. Disamping itu, sektor

SDM dengan pembukaan lapangan kerja lengkap dengan peningkatan penghasilan

masyarakat turut menggambarkan dampak pengembangan kepariwisataan. Secara

struktur industri, kegiatan pengembangan kepariwisataan setidaknya berdampak

terhadap:

1. Struktur industri primer. Struktur industri ini bersifat langsung memproduksi

barang dan jasa bagi wisatawan seperti usaha akomodasi, usaha hiburan,

usaha jasa perjalanan dan usaha restorant.

2. Struktur industri sekunder. Struktur industri ini bersifat pemasok bagi

kegiatan industri primer seperti kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan.

3. Struktur industri tersier. Struktur kegiatan ini lebih mengacu kepada fasilitas

pendukung kegiatan wisatawan seperti perbankan, fasilitas kesehatan,

fasilitas perdagangan dan fasilitas lain yang juga dimanfaatkan oleh

masyarakat lokal.

Page 99: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 18

Berdasarkan data yang ada, kegiatan pariwisata masuk dalam rangking

keempat terhadap penyumbang kontribusi ekonomi yang ada. Penyumbang terbesar

terhadap struktur ekonomi yaitu minyak & gas bumi dan minyak kelapa sawit.

Setelah itu terdapat karet olahan. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat

mengingat minyak bumi & gas bersifat ekploitatif dan hanya mengambil

ketersediaan sumber daya alam saja. Dengan konsep ini bilamana kepariwisataan

dihitung lebih cermat, kontribusi dari pajak dan retribusi hotel, restoran dan hiburan,

belum lagi manfaat ekonomi bagi masyarakat dihitung, menjadikan kepariwisataan

sebagai ujung tombak ekonomi.

Tabel 5.1. Kontribusi Ekonomi Indonesia

Sumber : Laporan Sosialisasi MP3EI

5.3.2. Analisis Posisi Pasar

Penentuan posisi pasar pariwisata menjadi penting untuk dicemati agar kita

mengetahui bagaimana status dan kondisi kepariwisataan kita diihat dari sudut

regional dan internasional. Berdasarkan publikasi World Economic Forum yang

diadakan tahun 2011, di jajaran negara – negara di dunia (139 negara), Indonesia

masuk urutan ke 74, mengalahkan Philipina dan Vietnam. Sementara posisi negara

tetangga Malaysia berada pada peringkat 35. Di bagian Asia Pasifik, Indonesia

Page 100: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 19

berada pada urutan ke – 13 dari 26 negara di wilayah Asia Pasifik. Dengan kondisi

ini masih banyak tantangan dan upaya yang harus dilakukan untuk menjadikan

kepariwisataan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tabel 5.2. Daya Saing Pariwisata Indonesia

Sumber : World Economic Forum 2011

Penilaian daya saing kepariwisataan Indonesia dilihat dari 14 kriteria

penilaian yaitu: kebijakan dan peraturan, pariwisata berkelanjutan, keamanan dan

keselamatan, kesehatan, prioritas turis dan travel, infrastruktur transportasi darat,

infrastruktur transportasi udara, infrastruktur pariwisata, infrastruktur teknologi dan

informasi, daya saing harga, SDM, persepsi terhadap pariwisata, sumber daya alam

dan budaya. Mengacu kepada hasil konferensi pariwisata nasional bahwa terdapat

setidaknya 7 kriteria dalam kondisi yang menurun seperti prioritas turis dan travel,

ketersediaan infrastuktur pariwisata, daya saing harga, SDM, persepsi nasional

terhadap pariwisata dan sumber daya budaya. Penurunan tertinggi ada pada persepsi

Page 101: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 20

nasional terhadap pariwisata menurun drastis dari rangking 78 menjadi rangking 121

pada tahun 2010.

Tabel 5.3. Rangking Kriteria Daya Saing

Sumber : Konferensi nasional pariwisata

Sejak tragedi WTC, terjadi pergeseran fokus pasar pariwisata secara nasional

dengan berorientasi ke pasar medium dan short haul dengan tetap memelihara pasar-

pasar konvensional seperti amerika dan uni eropa. Selanjutnya ditetapkan delapan (8)

pasar utama pariwisata Indonesia yaitu: Singapura, Malaysia, Filiphina, Thailand,

Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru. Disamping itu ditetapkan lima (5)

pasar potensial yaitu China, Rusia, India, Afrika Selatan dan Saudi Arabia.

Pariwisata Global sedang mengalami transisi yang bergerak cepat dan radikal

menuju industri pariwisata baru yang prima dan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan

industri pariwisata itu sendiri. Pariwisata gaya baru muncul dengan ciri sebagai

liburan yang fleksibel, tersegmentasi dan sadar lingkungan. Beberapa prinsip yang

harus diperhatikan dalam memasuki pasar pariwisata global yaitu :

1. Mengutamakan kepentingan konsumen

2. Produk dan layanan yang unggul kualitasnya

3. Mampu mengembangkan inovasi radikal

4. Memperkuat posisi strategis dalam rantai industri pariwisata dunia

Page 102: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

5 - 21

5. Mementingkan lingkungan

6. Memperkuat jalur distribusi di pasar sasaran

7. Membangun sektor pariwisata yang dinamis.

Page 103: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 1

BAB VI

RENCANA PENGEMBANGAN

DESTINASI

Destinasi pariwisata merupakan suatu wilayah yang secara khusus ditetapkan

dan dipromosikan sebagai tempat berkunjung bagi wisatawan dan didalamnya

seluruh produk pariwisata di koordinasi oleh suatu organisasi tertentu17. Sebagai

salah satu unsur penting, destinasi pariwisata membutuhkan manajemen yang tepat.

Tantangan destinasi pariwisata kedepan adalah bagaimana suatu destinasi pariwisata

memberikan manfaat yang optimal bagi semua pemangku kepentingan dalam jangka

panjang.

6.1. Sistem Kewilayahan

6.1.1. Daya Tarik Wisata

Pengembangan sistem kewilayahan yang akan dikembangkan lebih mengarah

kepada pengembangan destinasi pariwisata. Dalam rencana pengembangan destinasi,

destinasi terpilih akan ditentukan dengan kriteria:

17 European communities, 2003

Page 104: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 2

a. merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah kecamatan dan/atau

lintas kecamatan yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan

pengembangan pariwisata daerah, yang diantaranya merupakan KPP;

b. memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara

nasional dan internasional, serta membentuk jejaring produk wisata dalam

bentuk pola pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan;

c. memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan

daya saing;

d. memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung

pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan; dan

e. memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.

Kawasan Pengembangan Pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi

dengan destinasi wisata. Setiap kawasan pengembangan pariwisata nantinya

memiliki strategi dan tema pengembangan sendiri sesuai dengan potensi atau daya

tariknya. Kawasan pengembangan pariwisata ditentukan dengan kriteria:

a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;

b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata

unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;

c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional;

d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;

e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan

wilayah;

f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup;

g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan

aset budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;

h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;

Page 105: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 3

i. memiliki kekhususan dari wilayah;

j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar

wisatawan potensial daerah atau regional; dan

k. memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.

Hirarki pusat-pusat pelayanan ditentukan berdasarkan kelengkapan fasilitas-

fasilitas pelayanan yang ada pada suatu wilayah. Semakin banyak dan semakin baik

fungsi dari fasilitas-fasilitas tersebut akan semakin tinggi hirarki wilayah tersebut

sebagai pusat pelayanan. Selain itu tingkatan atau orde fasilitas pelayanan juga

menjadi faktor pengaruh yang penting dalam menentukan hirarki pusat pelayanan.

Berdasarkan rona sarana dan prasarana, ekonomi, fisik, dan sosial budaya tampak

bahwa masing - masing wilayah kecamatan memiliki jumlah dan macam fasilitas

serta potensi pengembangan yang berbeda-beda.

Analisis struktur hirarki pusat pelayanan akan terarah pada suatu gambaran

menyeluruh tentang:

1. Keadaan berbagai pusat pertumbuhan atau pelayanan wilayah (pusat

permukiman) yang ada serta jangkauan pelayanannya.

2. Hubungan atau interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan atau pelayanan

wilayah (pusat pemukiman) yang ada serta jangkauan pelayanannya.

3. Hubungan atau interaksi antara pusat-pusat pertumbuhan atau pusat

pelayanan wilayah yang dimaksud

Dengan demikian analisis dilakukan terhadap tiap unsur dan komponen

pembentuk ruang wilayah Kabupaten Blitar , seperti sistem pusat permukiman,

sistem prasarana transportasi, sistem prasarana pengairan dan sistem prasarana

wilayah lainnya.

Untuk mengetahui potensi tiap pusat pertumbuhan atau pelayanan di

Kabupaten Blitar , digunakan analisis faktor (factor analysis). Terdapat empat (4)

kriteria dan empat belas (14) variabel digunakan sebagai penentu kelayakan suatu

pusat pertumbuhan.

Page 106: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 4

1. Kriteria kependudukan, semakin tinggi konsentrasi penduduk pada suatu

pusat, maka semakin tinggi untuk dijadikan sebagai pusat pelayanan yang

berorde tinggi. Dalam hal ini digunakan variabel jumlah penduduk sebagai

pengukur.

2. Kriteria ketersediaan fasilitas umum dan sosial, semakin tinggi

ketersediaan dan kelengkapan fasilitas umum dan sosial, maka semakin tinggi

untuk dijadikan sebagai pusat pelayanan. Variabel-variabel yang digunakan

adalah: jumlah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah

umum, puskesmas, gereja, dan masjid atau surau.

3. Kriteria ketersediaan sarana prasarana ekonomi, semakin tinggi

kelengkapan dan ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi, maka semakin

tinggi hirarkinya variabel pengukurnya adalah: pasar, toko, dan bank.

4. Kriteria kelengkapan dan ketersediaan infrastruktur; digunakan sebagai

faktor penentu kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan sebagai pusat

pelayanan yang berorde lebih tinggi. Dalam hal ini digunakan tiga variabel

pengukur, yaitu: bandara, pelabuhan, dan jalan.

Berbeda dengan ketentuan RTRW, pembagian kawasan pariwisata mengacu

kepada potensi wisata yang ada didalamnya. Secara umum, konsepsi kawasan wisata

dibagi menjadi kawasan-kawasan strategis pengembangan pariwisata (KSPP).

Penentuan batasan atau lingkup kawasan mengacu kepada kriteria elemen dasar

kepariwisataan yaitu ketersediaan atraksi wisata, ketersediaan fasilitas pendukung

pariwisata, ketersediaan aksesbilitas dan kelembagaan pengelolaan potensi daya tarik

wisata yang telah ada. Keempat kriteria ini digunakan untuk menilai sejumlah

kawasan yang ada di Kabupaten Blitar.

Struktur ruang pariwisata di Kabupaten Blitar dibagi menjadi 4 Kawasan

Strategis Pengembangan Pariwisata yang terdiri atas pusat pengembangan kawasan

pariwisata dan kawasan pendukung pariwisata. Secara rinci struktur ruang

pariwisata Kabupaten blitar di bagi atas :

1. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Lereng Gunung Kelud

Page 107: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 5

Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Rambut Monte dengan kawasan

pendukung pariwisata terdiri atas :

Desa Wisata Puspa Jagad (Semen), Desa Wisata Tulungrejo, Desa

Wisata Krisik, Desa Wisata Soso, Perkebunan Serahkencong,

Perkebunan Banaran, Perkebunan Pijiombo, Kawasan Agrowisata

Gandusari, Lereng Gunung Kawi, Arung Jeram Soko Adventure

(Wlingi), Arung Jeram Ngarai Genjong (Doko)

2. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Lingkar Penataran

Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Kaw. Candi Penataran dengan

kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :

Kolam renang Penataran, Amphiteatre, Museum, Makam Syeh Subakir,

Makam Syeh Sentono, Sub Reizer Koi, kaw. minapolitan

3. Kawasan Strategis Pariwisata Agropolitan

Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Agropolitan Kanigoro dengan

kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :

Desa wisata Rejawinangun, desa wisata ploso, desa wisata kademangan,

Candi Sawentar, Candi Simping, Kekunan Jimbe

4. Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Pesisir Selatan

Pusat Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Tambakrejo dengan

kawasan pendukung pariwisata terdiri atas :

Pantai serang, Goa Embultuk, Monumen Trisula, pantai di daerah

selatan, desa wisata sekitar pantai

6.1.2. Hubungan Daya Tarik Wisata

Pembangunan kawasan pengembangan pariwisata merupakan tindak lanjut

dari penetapan kawasan. Dimasa yang akan datang kawasan – kawasan ini akan

mengembangkan kegiatan kepariwisataan secara bersama sama baik dari sisi

pemasaran, dari sisi kelembagaan dan dari sisi industri pariwisata. Mekanisme dan

proses pembangunan kawasan pengembangan pariwisata dilaksanakan secara

bertahap dengan kriteria prioritas memiliki:

Page 108: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 6

1. komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;

2. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;

3. posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan

Kepariwisataan di wilayah sekitar baik dalam konteks regional maupun

daerah;

4. potensi kecenderungan produk wisata masa depan;

5. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik

kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dalam waktu

yang relatif cepat;

6. citra yang sudah dikenal secara luas;

7. kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk wisata di Indonesia;

dan

8. keunggulan daya saing.

6.2. Fungsional Kawasan

Analisis daya tarik wisata Kabupaten Blitar dimaksudkan sebagai amatan

rinci daya tarik wisata utama yang ada pada setiap kecamatan di Kabupaten Blitar.

Analisis atraksi wisata dimaksudkan untuk mengidentifikasi beberapa hal sebagai

berikut:

1. Proporsi dominan potensi daya tarik wisata di Kabupaten Blitar menjadi

dasar pijakan bagi penyusunan arahan strategi pengembangan produk,

khususnya jenis-jenis objek utama yang potensial dan prioritas untuk

dikembangkan.

2. Tingkat perkembangan dan signifikansi daya tarik wisata yang ada di

Kabupaten Blitar menjadi dasar pijakan bagi penentuan prioritas

Page 109: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 7

pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten Blitar maupun peran dan

kapasitasnya untuk menjadi magnet atau generator penggerak pengembangan

objek-objek lainnya.

Hasil analisis terhadap jenis potensi daya tarik wisata yang sudah

berkembang dalam arti sudah mendapatkan pengelolaan, memberikan kontribusi bagi

daerah dan dikunjungi secara tetap oleh wisatawan, menunjukkan bahwa potensi

wisata alam bahari merupakan potensi objek yang dominan dimiliki Kabupaten

Blitar, disusul potensi buatan dan budaya.

Dari profil kepariwisataan Kabupaten Blitar, terlihat bahwa DTW alam lebih

dominan daripada DTW yang lain. Hal ini merupakan indikasi penting terhadap

pengembangan daya tarik wisata alam sebagai fokus pengembangan produk wisata,

sementara objek dan daya tarik wisata buatan dan budaya sebagai pendukung saja.

Jumlah dan jenis daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Blitar sangat banyak

dan beragam, serta penyebarannya sangat luas. Ini memberikan kesempatan

pengembangan dan penciptaan daya tarik wisata baru yang belum sempat

dikembangkan. Dengan jumlah dan daya tarik wisata yang bermacam- macam dan

antar objek mempunyai keunikan sendiri-sendiri, sehingga mempunyai keunggulan

masing-masing.

Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali keutamaan daya tarik wisata

di Kabupaten Blitar dengan mendasarkan pada sejumlah parameter, sehingga akan

dapat ditemukenali objek-objek yang perlu mendapatkan prioritas dan perhatian

dalam pengembangannya untuk mendorong perkembangan industri pariwisata

Kabupaten Blitar.

Dalam hal ini, upaya menemukenali urutan kualitas dan keutamaan objek

dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap sejumlah parameter sebagai berikut:

1. Kualitas dan Daya Tarik Wisata

Yaitu, penilaian tingkat potensi sumber daya objek dan daya tarik wisata,

diuraikan menjadi:

Page 110: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 8

a. Keunikan atau Kelangkaannya; daya tarik wisata dinilai dari keunikan

dan kelangkaannya, yaitu apakah objek ini mudah ditemukan di daerah

lain atau tidak.

b. Keragaman Daya Tarik (kuantitas); dinilai dari keragaman muatan isi atau

daya tarik yang dimilikinya.

c. Kondisi Lingkungan; terkait dengan kondisi fisik lingkungan atau spasial,

kepadatan daya tarik wisata yang ada serta ketersediaan lahan untuk

kemungkinan pengembangan daya tarik wisata yang ada.

2. Skala Pemasaran Objek

Skala pemasaran objek dinilai dari kemungkinan luas jangkauan pemanfaatan

wisatawan terhadap daya tarik wisata, yaitu lokal, nasional ataupun

internasional.

3. Tingkat Kunjungan Objek

Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya wisatawan yang datang ke

objek atau kawasan wisata di Kabupaten Blitar dalam kurun waktu tertentu.

4. Tingkat Dukungan Aksesibilitas dan Pencapaian

Kemudahan pencapaiaan dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu

faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Dukungan kondisi

aksesibilitas dan pencapaian dapat diuraikan menjadi :

a. Ketersediaan moda trasportasi menuju objek atau kawasan wisata;

b. Kualitas jalan menuju objek atau kawasan tersebut;

c. Kemudahan pencapaian, seperti: terdapatnya rambu-rambu petunjuk, dan

sebagainya.

5. Tingkat Dukungan Sarana-Prasarana Penunjang

Tingkat dukungan sarana atau prasarana dasar wisata, meliputi penilaian

terhadap:

a. Kondisi sarana-prasarana (kualitas);

Page 111: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 9

b. Kelengkapan sarana-prasarana yang ada;

c. Kapasitas yang tersedia, apakah sudah mencukupi atau belum.

6. Pertimbangan Lainnya

Pertimbangan ini meliputi dampak terhadap lingkungan, dampak terhadap

sosial ekonomi, dampak sosial budaya, dan sebagainya.

Dilakukannya penilaian dan pengelompokan ini tidak berarti dalam

pengelolaan atau pengembangan selanjutnya harus dilakukan dengan penanganan

yang terpisah-pisah ataupun sendiri-sendiri, namun pengelompokan ini akan menjadi

suatu masukan dalam pengelolaan objek-daya tarik wisata yang ada di Kabupaten

Blitar. Pengelolaan yang dimaksud adalah adanya keterpaduan antar lapisan baik

yang bersifat komplementer, yaitu saling melengkapi satu dengan lainnya ataupun

sebagai generator bagi pengembangan objek yang belum berkembang. Sehingga

nantinya akan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentuan karakteristik

pengembangan kegiatan wisata dari masing - masing objek dan strategi atau arahan

yang tepat bagi pengembangan perwilayahan daya tarik wisata di Kabupaten Blitar .

6.3. Pengembangan Destinasi

Kabupaten Blitar sebagai sebuah destinasi pariwisata memiliki sejumlah

potensi daya tarik wisata yang ada di dalamnya. Potensi daya tarik wisata alam

seperti hutan, taman nasional dan potensi kawasan pesisir, potensi daya tarik wisata

budaya seperti kehidupan masyarakat lokal, peninggalan arkeologi dan sejumlah

kegiatan atau event budaya yang dilakukan. Disamping itu terdapat potensi daya tarik

wisata buatan seperti wisata agro dan wisata ziarah yang ada di sejumlah kawasan.

Dalam upaya untuk mengembangkan destinasi wisata Kabupaten Blitar, sejumlah

aspek yang ditekankan untuk diimplementasikan dalam rangka pengembangan

produk di Blitar yaitu :

1. Organisasi

Page 112: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 10

Pembentukan struktur organisasi didasarkan atas kebutuhan upaya

pengembangan daya tarik wisata yang ada di lokasi. Secara umum, mengacu

kepada WTO, terdapat sejumlah elemen dasar kepariwisataan yang perlu

dikelola oleh organisasi kepariwisataan yaitu: atraksi, amenitas, aksesbilitas,

sumberdaya manusia, citra, karakter dan harga. Elemen ini yang oleh

organisasi pengelola destinasi pariwisata harus dikelola dan dikembangkan

agar kegiatan kepariwisataan dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Mekanisme koordinasi organisasi umumnya dilakukan dan dipimpin oleh

pemerintah selaku pemegang keputusan politik dan regulasi.

Dimasa yang akan datang di Kabupaten Blitar dikembangkan komisi

pengelolaan destinasi pariwisata yang lebih profesional dan sesuai antara

manusia yang memiliki kemampuan pengelolaan dengan posisi atau

kedudukan yang diberikan kepadanya. Pengembangan organisasi diarahkan

pada mekanisme kelembagaan yang mengacu kepada profesional kerja. Pada

tataran pemegang keputusan paling atas akan diberikan kepada komisi

pengembangan destinasi yang terdiri atas unsur pelaku usaha pariwisata,

organisasi kelompok masyarakat dan lintas sektor dinas atau instansi

pemerintah. Sebagai organisasi resmi, bentuk kelembagaan adalah berupa

badan pengembangan destinasi yang dikepalai oleh kepala badan yang

berasal dari pihak profesional. Keanggotaan badan pengembangan destinasi

pariwisata terdiri atas pelaku usaha dibidang pariwisata, organisasi

masyarakat, kelompok masyarakat pengelola daya tarik wisata dan dinas atau

instansi lintas sektoral yang ada di Kabupaten Blitar. Organisasi ini akan

bertanggungjawab terhadap upaya perencanaan, pelaksanaan, dan koordinasi

pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Blitar. Ditingkat kawasan wisata

yang merupakan bagian dari destinasi pariwisata Kabupaten Blitar akan

terdiri atas Komisi koordinasi Kawasan Wisata yang terdiri atas elemen

kewilayahan baik unsur pemerintah desa dan kecamatan, unsur pelaku usaha

pariwisata dan unsur masyarakat lokal yang ada di kawasan pariwisata.

2. Jaminan mutu pelayanan dan pengalaman wisata

Page 113: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 11

Penciptaan pengalaman berwisata umumnya didasarkan atas tingkat kepuasan

wisatawan, keunikan pelayanan destinasi dan penawaran yang baik terhadap

keberadaan sumber daya pariwisata yang ada. Upaya yang perlu dilakukan

dalam rangka pengembangan mutu pelayanan wisata yaitu :

a. Penawaran produk wisata yang bermutu melalui inovasi dan kreatifitas

secara berkelanjutan untuk merespon pergeseran kebutuhan wisatawan

b. Penyusunan paket wisata yang dapat memberikan nilai tambah (kepuasan

wisatawan) secara optimal

c. Penyediaan logistik yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan mulai dari

menuju ke destinasi hingga kembali ke tempat asal wisatawan.

d. Mengembangkan layanan jasa yang bersentuhan langsung dengan

wisatawan

e. Penanganan pascalayanan kepada wisatawan.

3. Pengelolaan pengunjung

Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu meminimalisasi dampak potensial

yang ditimbulkan oleh arus pengunjung. Pendekatan yang dilakukan

utamanya adalah untuk menjamin daya dukung destinasi agar layanan kepada

wisatwan tetap optimal. Sejumlah upaya pendekatan yang dilakukan meliputi:

a. Pengelolaan penyediaan jasa seperti: penambahan variasi produk dan jasa,

perpanjangan masa tinggal wisatawan

b. Pengelolaan permintaan kunjungan ke destinasi seperti: pembatasan

jumlah pengunjung, pembatasan pemanfaatan atraksi

c. Pengelolaan kemampuan sumberdaya untuk mendukung pemanfaatan

atraksi seperti: penambahan fasilitas di destinasi dan penyebaran atraksi

d. Pengelolaan dampak pemanfaatan atraksi dengan cara pembatasan jumlah

kunjungan dalam satuan waktu tertentu

4. Manajemen krisis

Page 114: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 12

Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul baik disengaja

maupun tidak. Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam manajemen krisis

yaitu:

a. Penyusunan kebijakan manajemen krisis untuk merumuskan langkah

yang perlu dilakukan saat terjadi krisis

b. Penetapan tim manajemen krisis yang bertugas menganalisis krisis dan

menyusun rencana aksi yang diperlukan

c. Penyusunan strategi komunikasi sehingga komunikasi penanganan dapat

dilakukan dengan terbuka dan efektif

d. Penetapan kemitraan dalam penanganan krisis sehingga alokasi

pembagian tugas dapat berlangsung secara efektif.

e. Kepastian kesiapsiagaan melalui pelatihan berkala seperti pelatihan

penyelamatan tamu, evakuasi dan pertolongan pertama.

5. Pengembangan sumberdaya manusia

Dasar pertimbangan konsep ini adalah bahwa produk destinasi yang bersifat

alamiah tidak akan termanfaatkan secara optimal jika tanpa SDM yang

cukup. Kegiatan yang akan dikembangkan yaitu penyiapan SDM yang

terampil dan memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang pelayanan

wisata.

Pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Blitar diarahkan pada 4

(empat) pusat kegiatan pariwisata. Pusat kegiatan pariwisata ini mengacu kepada

analisis daya tarik wisata unggulan yang ada di Blitar. Penetapan pusat kegiatan

pariwisata dijabarkan sebagai berikut :

a. Pengembangan wisata lereng gunung kelud (Rambut Monte) : Desa

Wisata Puspa Jagad (Semen), Desa Wisata Tulungrejo, Desa Wisata

Krisik, Desa Wisata Soso, Perkebunan Serahkencong, Perkebunan

Banaran, Perkebunan Pijiombo, Kawasan Agrowisata Gandusari, Lereng

Gunung Kawi, Arung Jeram Soko Adventure (Wlingi), Arung Jeram

Ngarai Genjong (Doko)

Page 115: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

6 - 13

b. Pengembangan wisata lingkar penataran (Kaw. Candi Penataran) : Kolam

renang Penataran, Amphiteatre, Museum, Makam Syeh Subakir, Makam

Syeh Sentono, Sub Reizer Koi, kaw. minapolitan

c. Pengembangan wisata agropolitan (Agropolitan Kanigoro) : desa wisata

rejawinangun, desa wisata ploso, desa wisata kademangan, Candi

Sawentar, Candi Simping, Kekunan Jimbe

d. Pengembangan wisata pesisir selatan (Pantai Tambakrejo) : Pantai serang,

Goa Embultuk, Monumen Trisula, pantai di daerah selatan, desa wisata

sekitar pantai

Page 116: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 1

BAB VII

RENCANA PENGEMBANGAN

PEMASARAN

7.1. Organisasi Pemasaran Destinasi

Pengembangan pemasaran wisata perlu memperhatikan segmen pasar dan

karakteristik wisatawan. Kecenderungan yang selama ini telah ada perlu dipelajari

dan ditekuni upaya promosi secara lebih mendalam, sehingga wisatawan yang pernah

datang ingin mengulangi pengalamannya kembali (repeaters). Diversifikasi produk

dan pemasaran perlu dilakukan terutama bagi negara kawasan Eropa dan Amerika.

Disamping itu pula perlu dilakukan diversifikasi produk terhadap wisatawan

domestik dari sejumlah daerah di Pulau Jawa.

Pemasaran wisata Blitar perlu dilakukan secara sistematis dan tematis.

Disamping perlu melakukan pemasaran sendiri secara terfokus dan terinci, juga perlu

sinergi pemasaran bersama sehingga menjangkau pasar yang lebih luas. Oleh karena

Page 117: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 2

itu ada baiknya dirangkai suatu tema bersama Blitar (Kabupaten Blitar – Kota Blitar)

sebagai destinasi wisata.

Secara sederhana kelembagaan diartikan sebagai totalitas unsur-unsur dari

sistem kepariwisataan yang menjalankan fungsi – fungsi tertentu sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan. Meskipun merupakan bagian dari sistem

kepariwisataan, namun aspek kelembagaan tidak mudah dibentuk dan tidak dapat

bekerja secara otomatis, sehingga perlu dikembangkan melalui suatu perencanaan

yang baik. Perencanaan kelembagaan pariwisata sebagai bagian dari pengembangan

sistem kepariwisataan hendaknya didasarkan pada, pertama, visi dan misi yang

diemban oleh sektor pariwisata dalam konteks pembangunan lokal, regional, dan

nasional; kedua, tujuan pengembangan pariwisata itu sendiri dan ketiga, jenis dan

bentuk produk wisata yang dikembangkan.

Suatu visi yang ingin menjadikan pariwisata sebagai ekonomi unggulan

daerah misalnya, membawa implikasi yang luas bagi pembentukan kelembagaan,

karena akan banyak institusi yang harus dilibatkan dan banyak pula peraturan

perundang-undangan yang perlu dipedomani dan diciptakan. Tidak saja jumlah,

tetapi model, tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dan cakupan kelembagaan juga harus

diciptakan.

Dalam hal tujuan untuk meningkatkan PAD misalnya, akan muncul

kompleksitas kelembagaan akibat tuntutan untuk memperluas jaringan teknis

managemen dari sekedar lintas atau sektoral menuju lintas teritorial. Demikian pula

jika misalnya, jenis produk yang dikembangkan adalah ekowisata, maka akan banyak

elemen-elemen kelembagaan yang harus dibentuk dan diakomodasi yang untuk jenis

produk lain mungkin tidak serumit itu.

Mempelajari peraturan di bidang kepariwisataan sangat penting artinya bagi

kelembagaan di pemerintah daerah untuk memahami arah dan sasaran pembangunan

pariwisata yang dikehendaki oleh pemerintah. Dari peraturan tersebut dapat

dilakukan semacam cross-check untuk mempertajam konsistensi dalam implementasi

program di lapangan dan untuk memetakan beragam kepentingan dan institusi yang

terkait dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, semua produk perundang-

Page 118: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 3

undangan tentang pariwisata atau yang terkait dengannya hendaknya dianalisis

dengan lebih teliti. Perencanaan yang didasarkan pada produk perundang-undangan

niscaya lebih memiliki justifikasi formal dan keabsahan yang kuat. Sekedar untuk

diketahui, saat ini beberapa peraturan tentang kepariwisataan sudah perlu

diselaraskan sesuai dengan atmosfer otonomi daerah.

Mengacu pada Gartner18, pembentukan kelembagaan pariwisata, khususnya

di daerah menjadi penting karena beberapa alasan yang dapat disingkat sebagai

berikut:

1. Perlunya keterpaduan semua unsur pariwisata ke dalam satuan yang bersifat

holistik. Sistem pariwisata akan berjalan baik jika digerakkan oleh

mekanisme kelembagaan yang mencakup semua aktor-aktor kepariwisataan.

2. Peningkatan efektifitas pemasaran. Adanya kelembagaan yang kokoh akan

meningkatkan efektivitas pemasaran produk wisata. Pemasaran tersebut

dilakukan dengan memadukan sumber-sumber pembiayaan dari berbagai

usaha kecil yang ada di daerah. Cara ini jauh lebih efektif dibandingkan

dengan metode pemasaran secara individual oleh masing-masing usaha

pariwisata.

3. Proteksi terhadap hubungan simbiotis. Banyak kelompok masyarakat

mengembangkan pariwisata berdasarkan koneksitas dengan atraksi yang ada

di daerah lain. Di pihak lain atraksi yang berkembang di daerah lain

dipengaruhi oleh eksistensi atraksi didaerah sekitarnya. Di sini kelembagaan

sangat diperlukan untuk menjamin kemampuan setiap daerah menjadi bagian

integral dari industri pariwisata.

4. Pengembangan image. Kelompok kecil masyarakat relatif sulit

mengembangkan image pariwisata yang unik. Sebaliknya peran itu lebih

mudah dilakukan oleh suatu mekanisme kelembagaan yang melibatkan

banyak aktor.

5. Kemitraan. Kemitraan timbul apabila beberapa kelompok sepakat

bekerjasama di dalam wadah kelembagaan untuk mencapai tujuan bersama. 18 Gartner, 1996

Page 119: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 4

6. Pembentukan identitas. Kalau masyarakat membangun suatu objek wisata

untuk penduduk lokal, maka dengan wadah kelembagaan dapat dibangun

suatu identitas wisata daerah.

7. Membantu kerjasama. Daerah terdiri dari berbagai entitas yang berbeda.

Lembaga publik dan swasta dapat bekerja untuk mencapai tujuan bersama

apabila mereka semua terlibat dalam suatu wadah organisasi.

Oleh sebab itu perencanaan kelembagaan harus dimulai dari eksplorasi isu-isu

strategis yang mampu menjelaskan masalah apa sesungguhnya yang sedang

berkembang di setiap unsur atau elemen sistem kepariwisataan Blitar. Atas dasar itu

kemudian dilakukan aktivitas untuk mengidentifikasi potensi dan eksistensi masing-

masing unsur dan dilanjutkan dengan uraian fungsi-fungsi strategik yang perlu

dilakukan.

Untuk Blitar yang tergolong kota yang sedang berkembang, perencanaan dan

pemantapan kelembagaan dalam jangka pendek diutamakan untuk memperkuat

kelembagaan lokal. Perencanaan dan penguatan ini meliputi beberapa aspek seperti

yang sudah dikemukakan di atas yang meliputi juga beberapa lembaga dan sector

terkait. Baru kemudian merintis dan mengembangkan kelembagaan yang berorientasi

di tingkat propinsi, tingkat nasional dan penyiapan kelembagaan internasional.

Pembangunan pariwisata daerah dialksanakan oleh perseorangan, koperasi,

badan usaha swasta, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, baik secara sendiri-

sendiri maupun bersama–sama.

7.2. Pengembangan Strategi Pemasaran

Era globalisasi memberikan perubahan pada hampir semua sektor, termasuk

sektor pariwisata. Ada dua hal yang dianggap signifikan akan mempengaruhi

perkembangan dunia kepariwisataan pada waktu mendatang, pertama,

Page 120: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 5

kecenderungan adanya standarisasi dalam pengembangan produk dan pemasaran,

dan yang kedua adalah kecenderungan demassifikasi atau fragmentasi19.

Pandangan ini menyiratkan adanya perubahan penting dalam dunia

kepariwisataan dewasa ini, yakni terjadinya pergeseran orientasi dan preferensi pasar

pada pemilihan produk wisata, orientasi produk wisata yang konvensional

(berorientasi pada destinasi dan bentuk wisata rekrasional pleasure atau escaping),

ke orientasi produk khusus dan spesefik yang menekankan unsur pengalaman

(experience), keunikan dan kualitas (quality travel), atau pergeseran orientasi pasar

ini dipengaruhi antara lain oleh perkembangan signifikan pada aspek sosio demografi

pasar wisatawan yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara - negara pasar wisatawan

menciptakan kelompok pasar dengan tingkat penghasilan tinggi dan memiliki

ekspektasi yang lebih dalam melakukan perjalanan wisata sehingga

wisatawan mulai mencari bentuk perjalanan wisata baru yang berkualitas.

2. Segmen pasar baru umumnya memiliki latar belakang intelektual yang baik,

memiliki pemahaman yang peka terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai

tertentu. Mereka melihat perjalanan wisata sebagai suatu bentuk perjalanan

yang aktif, pencarian pengalaman dalam rangka pengembangan diri dan

bukan lagi hanya kegiatan liburan biasa20.

Karakteristik di atas secara nyata mempengaruhi pola perilaku dan motivasi

wisatawan dalam melakukan perjalanan. Hal ini ditunjukkan dari adanya

kecenderungan yang ada antara lain:

1. Wisatawan tidak lagi mengejar atau mencari produk yang murah untuk tujuan

wisata mereka, tetapi berani membayar harga untuk nilai kualitas pengalaman

yang diperoleh dari kunjungan wisata mereka (value for money)21.

19 Go, 1994 20 Hall & Weiler, 1992 21 Ibid.

Page 121: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 6

2. Wisatawan cenderung memilih bentuk wisata yang berorientasi pada

pengalaman (experience oriented holiday) yang menekankan pada aktifitas

atau kegiatan, tantangan, fantasi, nostalgia, serta pengalaman eksotik22.

3. Wisatawan cenderung mencari nilai manfaat yang dapat bertahan atau

langgeng, sebagai bagian dari motivasi untuk aktualisasi diri, pengembangan

diri melalui bentuk-bentuk interaksi yang mendalam dengan lingkungan alam

dan budaya atau komunitas lokal23.

4. Wisatawan semakin menyadari untuk menempatkan prinsip-prinsip

pelestarian dan perhatian terhadap aspek lingkungan dan sosial jenis-jenis

produk wisata yang menekankan pada penghayatan yang lebih pada

kelestarian lingkungan alam dan budaya lebih diminati.

Kegiatan usaha pengembangan pariwisata diharapkan mampu menjadi

lokomotif dalam mendinamisir perekonomian daerah. Konsep pengembangan wisata

diarahkan kepada wisata budaya, wisata alam dan wisata perkotaan, dimana

wisatawan selain menikmati keunikan budaya dan keindahan alam juga diharapkan

ikut berpartisipasi langsung dalam konservasi budaya dan lingkungan sekaligus

memperoleh pemahaman lebih dalam tentang seluk beluk ekosistem budaya dan

alam. Interaksi wisatawan dengan masyarakat diharapkan mampu membangun

kesadaran bersikap saling menghormati nilai dan tata cara budaya masing-masing

dan keduanya saling berupaya agar alam tetap lestari. Kegiatan pengembangan

pemasaran pariwisata meliputi :

1. Penelitian tentang target pasar dan persaingan pasar.

a. Pendataan target pasar bahwa dalam target jangka pendek target pasar

yang akan disasar yaitu wisatawan-wisatawan Malaysia, Singapura,

Australia, Amerika dan Eropa. Untuk target wisatawan domestik lebih

diarahkan kepada kegiatan MICE atau kegiatan pada daerah pesisir

bagian selatan serta kegiatan wisata ziarah pada sejumlah lokasi.

22 Helber, 1988 23 Hall & Weiler, 1992

Page 122: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 7

b. Pangsa pasar produk wisata yang akan disajikan lebih mengarah kepada

wisatawan dengan kategori muda dengan umum antara 25 hingga 45

tahun. Wisatawan kategori ini umumnya wisatawan yang menyukai

petualangan. Untuk wisata cagar budaya diarahkan pada wisatawan

dengan golongan usia diatas 45 tahun.

2. Perencanaan produk pariwisata

a. Produk wisata yang akan dikembangkan yaitu wisata alam, wisata ziarah,

wisata petualangan, wisata budaya

b. Produk pariwisata yang ditawarkan diarahkan pada produk wisata dengan

keunikan yang mengakar pada karakteristik lokasi

c. Pengemasan terhadap produk wisata terutama terkait dengan peristiwa

tertentu yang berpotensi mendatangkan wisatawan akan dikembangkan

seperti Purnama Seruling Penataran, event budaya, kegiatan Gong Kyai

Pradah atau event lainnya yang dilakukan (festival koi, event hasil

pertanian, event hasil perikanan dan event hasil kerajinan)

3. Pengembangan kebijakan harga

a. Penetapan harga didasarkan atas biaya operasional pengelolaan dan

pelayanan wisata

b. Review atau evaluasi harga akan dilakukan secara periodik untuk

menyesuaikan terhadap perubahan harga – harga yang terjadi

c. Akan dikembangkan harga dasar produk wisata dan harga penjualan

yang akan digunakan oleh wisatawan atau usaha perjalanan wisata yang

ada

4. Distribusi produk pariwisata.

a. Produk pariwisata akan dikembangkan mengkhusus mengacu kepada

potensi wisata yang ada di tiap – tiap kawasan wisata

Page 123: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 8

b. Produk pelayanan wisata tidak akan dilakukan penyeragaman tetapi akan

ditetapkan standar pelayanan minimal sehingga usaha pelayanan wisata

akan mengetahui standar pelayanan minimal yang harus diberikan

5. Promosi.

a. Komunikasi

i. Penyebarluasan informasi mengenai produk wisata, harga dan

mekanisme penjualan jasa wisata kepada wisatawan atau kepada

usaha perjalanan wisata yang ada secara periodik

ii. Komunikasi secara berkala mengenai perkembangan kegiatan

kepariwisataan baik dalam bentuk komunikasi langsung maupun

dalam bentuk pengenalan kalender wisata guna menjaga komunikasi

informasi wisata

iii. Mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi pasca layanan kepada

wisatawan yang telah berkunjung guna menjaga hubungan dan bentuk

penghargaan terhadap kunjungan yang telah dilakukan

b. Advertising

i. Kegiatan advertising yang dilakukan lebih mengarah kepada

bagaimana penyebarluasan informasi wisata dilakukan dengan media

komunikasi terkini

ii. Pengembangan kerjasama dalam rangka periklanan produk wisata

yang akan ditawarkan di negara target sumber wisatawan.

7.3. Branding Destinasi

Pengembangan promosi pariwisata di era otonomi dan tema-tema

berkelanjutan diarahkan pada konsep pengembangan pariwisata berwawasan

lingkungan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan budaya yang

Page 124: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 9

didukung alat produksi atau sarana dan prasarana seperti aksesibilitas, akomodasi,

restoran, sarana rekreasi dan hiburan serta biro perjalanan. Untuk ini diperlukan

strategi yang terarah. Strategi pengembangan pariwisata harus bersifat multisektoral

dan multidestinasi serta multidimensi. Citra pariwisata menjadi penting dalam

pemasaran. Oleh karena itu perlu dibangun identitas jatidiri dan citra yang menjadi

tema utama pemasaran pariwisata Blitar. Citra ini seperti magnet yang tidak terlihat

namun memiliki daya tarik yang kuat, tanpa citra maka destinasi wisata kurang dapat

menyerap potensi pasar wisatawan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa citra

harus ditemukan, diolah dan dibangun secara berkesinambungan.

Identitas jatidiri yang perlu dibangun di Blitar adalah adat istiadat dan seni

budaya luhur yang bernilai tinggi dipadukan dengan keindahan dan keanggunan alam

yang terbentang. Perpaduan dari kekuatan yang dimiliki tersebut, dicitrakan dalam

sebuah brand image, slogan maupun simbol yang dapat memberi kekuatan ke dalam

maupun ke luar, dalam arti memberikan kekuatan ke dalam masyarakat Blitar dalam

mewujudkan tujuannya dan memberi kekuatan keluar dalam arti masyarakat luas

ingin melihat, mengetahui, mempelajari dan mengunjunginya. Dalam pengembangan

kedepan konsepsi branding dilakukan dengan sejumlah kegiatan yaitu :

1. Evaluasi branding secara berkala sehingga branding pariwisata Blitar

diharapkan mengikuti perkembangan dan dinamika dunia

2. Dilakukan kegiatan penyerapan aspirasi pembentukan branding baik dengan

cara sayembara, penunjukan pakar pemasaran atau branding atau kerjasama

antar daerah guna penguatan branding pariwisata

Penetapan branding menjadi hal yang mutlak dilakukan karena disamping

sebagai merek pariwisata daerah, branding juga berfungsi sebagai identitas daerah

untuk mengenal dirinya pada dunia. Mengacu kepada analisis pasar dan

mempertimbangkan keberadaan daya tarik wisata yang ada di Blitar, branding

pariwisata yang diperkenalkan yaitu :

Blitar : The Founding Fathers of Indonesia

Branding ini ditetapkan mengingat keberadaan sejumlah candi yang ada di

Kabupaten Blitar seperti Candi Penataran dan perabuan (makam) Raja Raden Wijaya

Page 125: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 10

sebagai cikal bakal berdirinya Indonesia. Branding ini diharap menjadi sebuah

identitas bahwa di lokasi ini, di Kabupaten Blitar tempat lahirnya pendiri bangsa dan

pemimpin bangsa dari jaman kerajaan tempo lalu. Dengan penetapan branding ini,

daya tarik wisata yang diunggulkan yaitu candi – candi yang ada di Kabupaten

Blitar. Sebagai upaya pembangunan kepariwisataan, penetapan branding akan diikuti

dengan penetapan tema pariwisata tahunan. Tema pariwisata ini akan bersifat

melengkapi pengembangan dan pemasaran pariwisata yang akan dilakukan.

Sejumlah tema tahunan pariwisata yang ditawarkan yaitu :

1. Enjoy the past to Create The Future

Tema pariwisata pada tahun ini difokuskan pada penggalian daya tarik

wisata yang berbasis kesejarahan. Dengan penggalian nilai sejarah

yang ada diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan hidup di masa

mendatang. Secara teknis kegiatan yang dilakukan lebih kepada

kegiatan event budaya dan kegiatan yang dilakukan di cagar budaya

yang ada di Kabupaten Blitar

2. Blitar : Heritage for Tourism and Development

Daya tarik wisata berbasis heritage ini mengedepankan unsur

peninggalan masa lampau baik pada masa kerajaan maupun pada

masa penjajahan. Pada tahun ini kegiatan pariwisata diarahkan pada

kegiatan yang mengedepankan pemanfaatan bangunan (site) atau

kegiatan yang terjadi di masa lampau untuk di skenariokan /

dipentaskan atau dilakonkan sehingga menjadi sebuah event

pariwisata daerah.

3. Rural Friendly of Tourism Destination

Keberadaan sejumlah desa wisata menjadi focus kegiatan pariwisata

pada tahun ini. Diharapkan kondisi keseharian masyarakat desa dan

kondisi bentang alam kawasan pedesaan lebih di kedepankan. Pada

tahun ini pengembangan desa wisata menjadi penting untuk dilakukan

pengenalan, pembangunan dan pengembangan kegiatan pariwisata.

4. The Harmony of Nature and Culture

Konsep dasar kegiatan ini adalah pengenalan sejumlah daya tarik

wisata alam yang ada di Blitar untuk dimanfaatkan untuk kegiatan

Page 126: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 11

pariwisata. Pada masa ini, akan dikenalkan bagaimana budaya pesisir

pantai di Kabupaten Blitar lengkap dengan kuliner khasnya sebagai

sebuah destinasi pariwisata, bagaimana kondisi agrowisata dan

agropolitan yang ada menjadi sebuah daya tarik wisata serta

pengelolaan kawasan lereng Gunung Kelud. Konsep keharmonisan

dikedepankan dengan mengedepankan konsep pengelolaan alam oleh

masyarakat dengan menjunjung tinggi niai pelestarian alam.

5. Blitar : Sensation Extreeme Sport Tourism

Tema kegiatan ini menjadi trend saat ini dan diharapkan dengan

potensi alam Blitar yang beragam menjadi sebuah potensi

pengembangan extreeme sport di Kabupaten Blitar.

Tema kepariwisataan tahunan ini diharapkan menjadi tema tahunan

pariwisata Kabupaten Blitar. Dengan tema ini kegiatan (event) dan focus

pengembangan pariwisata lebih diarahkan pada tema pariwisata tahunan yang

ditetapkan.

7.4. Rencana Posisi Pasar

Penegasan mengenai rencana posisi pasar akan lebih memperjelas rencana

pemasaran yang akan disusun. Rencana posisi pasar di dasarkan pada dua data dasar

yaitu peluang pasar dan kondisi pasar eksisting. Dalam pengembangan di tahun

mendatang, akan ditetapkan target pasar yang menggambarkan target pasar

wisatawan yang akan di sasar, bentuk komunikasi kepada target pasar yang

ditetapkan dan gambaran mengenai distribusi atau penyampaian penawaran produk

pariwisata yang ada.

7.4.1. Target Pasar

Target pasar wisatawan yang ditetapkan terdiri atas 3 wilayah pemasaran

dengan 3 karakteristik dasar pasar wisatawan yang akan disasar. Tiga (3) wilayah

pasar yang akan disasar yaitu ;

Page 127: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 12

1. Wisatawan domestik. Target pasar ini lebih menyasar masyarakat Indonesia

yang ingin melakukan kegiatan wisata di Kabupaten Blitar. Target wisatawan

domestik adalah masyarakat yang berada disekitar wilayah Kabupaten Blitar

yang ingin berwisata di Kabupaten Blitar. Target wisatawan domestik

diharapkan berasal dari Malang, kediri, Batu, Tulungagung, Kota Blitar,

Surabaya, Jogjakarta, Jakarta dan Bali. Target pasar ini mengacu kepada

sejumlah daya tarik wisata yang ada di Blitar seperti ke Candi Penataran dan

sejumlah candi diharapkan menyasar wisatawan dari Surabaya, Jakarta,

Jogjakarta dan Bali, daya tarik wisata seperti pantai pada daerah selatan dan

event budaya menyasar wisatawan yang berasal dari Malang, Kediri, Batu,

Tulungagung, Kota Blitar.

2. Wisatawan internasional. Target pasar wisatawan ini diarahkan lebih kepada

wisatawan dengan tujuan penelitian dan wisata petualangan. Adanya

perubahan trend berwisata saat ini menjadi dasar pertimbangan

pengembangan sasaran wisatawan ini. Target pasar wisatawan lebih

menyasar wisatawan Eropa, Amerika dan Australia. Karakteristik wisatawan

dari sejumlah daerah ini yang umumnya menyukai wisata petualangan.

Disamping itu akan dikembangkan target pasar pada wisatawan Jepang

dengan target penawaran kehidupan di daerah pedesaan serta kegiatan

penelitian baik penelitian geologi, penelitian botani atau penelitian cagar

budaya.

7.4.2. Komunikasi Pasar

Bentuk komunikasi pasar yang akan dikembangkan lebih kepada bentuk-

bentuk komunikasi yang konvensional. Pola ini ditetapkan dengan alasan lebih

murah dan lebih menjamin tingkat kunjungan yang di perkirakan. Mekanisme dasar

komunikasi pasar yang akan dikembangkan yaitu ;

1. Penyampaian informasi melalui Media baik media cetak berupa buku, brosur,

famplet atau media massa, media elektronik seperti internet (pengembangan

group atau pusat komunikasi).

Page 128: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

7 - 13

2. Penyampaian secara langsung. Bentuk ini dikembangkan dengan langsung

menyasar target wisatawan. Pola ini akan dikembangkan dengan pengadakan

sosialisasi terhadap kalender wisata dan sosialisasi terhadap event tertentu

yang akan dilakukan di wilayah Blitar.

7.4.3. Distribusi Produk Wisata

Mekanisme distribusi produk wisata yang akan ditawarkan, direncanakan

tidak dilakukan secara holistik terhadap seluruh daya tarik wisata yang ada di Blitar .

Secara umum penyampaian informasi akan terdiri atas tiga jenis mekanisme yaitu :

1. Penyampaian informasi secara menyeluruh. Konsep ini dikembangkan pada

mekanisme komunikasi pasar melalui media kegiatan atau sosialisasi

kalender wisata tahunan. Pada mekanisme ini dikembangkan sosialisasi

secara penuh terhadap seluruh daya tarik wisata yang ada. Dengan pola ini

diharapkan wisatawan dapat memilih rencana daya tarik wisata yang akan

dikunjungi.

2. Penyampaian informasi dalam bentuk tematik. Konsep ini dikembangkan

hanya untuk memfokuskan bentuk paket wisata yang akan ditawarkan.

Penawaran bentuk tematik akan terdiri atas tema wisata alam, tema wisata

budaya, tema wisata petualangan dan sejumlah tema lainnya.

3. Penyampaian informasi daya tarik wisata unggulan. Konsep ini ditawarkan

untuk menonjolkan daya tarik wisata unggulan. Dengan pola ini diharapkan

wisatawan lebih terfokus pada apa yang menjadi daya tarik utama di Blitar.

Fokus penawaran daya tarik wisata dapat berupa daya tarik candi, pesisir

pantai dan sejumlah event yang akan dilakukan di Blitar.

Page 129: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 1

BAB VIII

RENCANA PENGEMBANGAN

INDUSTRI PARIWISATA

8.1. Strategi Pengembangan Industri Pariwisata

Industri pariwisata merupakan ujung tombak pelaksanaan pembangunan

kepariwisataan di lapangan. Konsepsi industri pariwisata sendiri mengacu kepada

seluruh pelayanan barang dan jasa yang akan diberikan atau ditawarkan kepada

wisatawan mulai dari tempat asal, menuju ke destinasi wisata, pada saat di destinasi

dan kembali ke tempat asal. Secara umum konsepsi pembangunan Industri Pariwisata

Kabupaten Blitar mengacu kepada pembangunan kepariwisataan nasional. Strategi

pembangunan industri kepariwisataan Kabupaten Blitar meliputi :

1. penguatan struktur industri pariwisata;

2. peningkatan daya saing produk pariwisata;

3. pengembangan kemitraan usaha pariwisata;

Page 130: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 2

4. penciptaan kredibilitas bisnis; dan

5. pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Pariwisata sebagia suatu industri menghasilkan produk. Produk pariwisata

adalah bukti bahwa dalam kepariwisataan para pengusaha atau operator mengusung

semua elemen pariwisata dan menjualnya dalam satu paket. Umumnya produk

pariwisata dibagi menjadi tiga (3) golongan yaitu: daya tarik wisata yang menjadi

pemicu wisatawan untuk datang, fasilitas yang diperlukan di destinasi dan di jalur

sepanjang lintas ke/dari destinasi dan perangkutan yang menghubungkan daerah asal

wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Serangkaian produk industri pariwisata ini

berdiri sendiri-sendiri, namun berkaitan dengan kepariwisataan. Tidak ada produk

tunggal industri kepariwisataan, tidak ada komunitas atau layanan yang dapat

mengukur produk wisata. Industri pariwisata tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan

dengan industri lain yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam

sektor kepariwisataan. Sektor kepariwisataan membentuk sektor industri hulu dan

sektor industri hilir dalam bidang kepariwisataan. Industri hulu adalah segala industri

yang produknya dibutuhkan sebagai masukan bagi proses produksi industri

pariwisata seperti perangkutan, biro perjalanan. Industri hilir adalah segala industri

yang produknya dibutuhkan karena adanya kegiatan pariwisata seperti makanan,

kerajinan dan lain sebagainya.

8.2. Penguatan Struktur Industri Pariwisata

Arah kebijakan penguatan struktur Industri Pariwisata diwujudkan dalam

bentuk penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk

Industri Pariwisata untuk meningkatkan daya saing industri pariwisata. Strategi

untuk penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri

pariwisata, meliputi:

Page 131: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 3

1. meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai pembentuk

industri pariwisata;

2. menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar usaha pariwisata sejenis

untuk meningkatkan daya saing; dan

3. menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha

pariwisata dan sektor terkait.

8.3. Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata

Kabupaten Blitar berbatasan dengan sejumlah daerah yang merupakan daerah

tujuan wisata seperti Kota Blitar dan Kota Batu. Dengan kondisi ini, Blitar bersaing

secara langsung dengan Kota Blitar dan Kota Batu baik dari segi industri pariwisata,

pemasaran atau daya tarik pariwisata yang ada. Disamping itu perlu juga

dipertimbangkan persaingan dengan kabupaten tetangga seperti Kediri, Malang dan

Tulungagung. Untuk itu perlu dikembangkan daya saing produk pariwisata yang ada

di Kabupaten Blitar. Peningkatan daya saing produk pariwisata, meliputi:

1. daya saing daya tarik wisata;

2. daya saing fasilitas pariwisata; dan

3. daya saing aksesibilitas.

Arah kebijakan peningkatan daya saing daya tarik wisata diwujudkan dalam

bentuk pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata. Strategi

untuk pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata, meliputi:

1. mengembangkan manajemen atraksi;

2. memperbaiki kualitas interpretasi;

3. menguatkan kualitas produk wisata; dan

Page 132: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 4

4. meningkatkan pengemasan produk wisata.

Arah kebijakan peningkatan daya saing fasilitas pariwisata diwujudkan dalam

bentuk pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan fasilitas pariwisata

yang memenuhi standar internasional dan mengangkat unsur keunikan dan kekhasan

lokal.

Strategi untuk pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan

fasilitas pariwisata meliputi:

1. mendorong dan meningkatkan standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata;

2. mengembangkan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan usaha

pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah; dan

3. mendorong pemberian insentif untuk menggunakan produk dan tema yang

memiliki keunikan dan kekhasan lokal.

Arah kebijakan peningkatan daya saing aksesibilitas diwujudkan dalam

bentuk pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi yang

mendukung kemudahan perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata. Strategi untuk

pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi dilaksanakan melalui

peningkatan etika bisnis dalam pelayanan usaha transportasi pariwisata.

8.4. Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata

Arah kebijakan pengembangan kemitraan usaha pariwisata diwujudkan dalam

bentuk pengembangan skema kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah,

dunia usaha, dan masyarakat.

Strategi untuk pengembangan skema kerja sama meliputi:

1. menguatkan kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,

dan masyarakat;

Page 133: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 5

2. menguatkan implementasi kerja sama antara pemerintah, pemerintah daerah,

dunia usaha, dan masyarakat; dan

3. menguatkan monitoring dan evaluasi kerja sama antara pemerintah,

pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.

8.5. Penciptaan Kredibilitas Bisnis

Arah kebijakan penciptaan kredibilitas bisnis, diwujudkan dalam bentuk

pengembangan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang kredibel dan

berkualitas. Strategi untuk pengembangan manajemen dan pelayanan usaha

pariwisata yang kredibel dan berkualitas meliputi:

1. menerapkan standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata yang mengacu

pada prinsip-prinsip dan standar internasional dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya lokal;

2. menerapkan sistem yang aman dan tepercaya dalam transaksi bisnis secara

elektronik; dan

3. mendukung penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi.

8.6. Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap

Lingkungan

Arah kebijakan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan

diwujudkan dalam bentuk pengembangan manajemen usaha pariwisata yang

mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik

Page 134: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

8 - 6

pariwisata dunia dan ekonomi hijau. Strategi untuk pengembangan manajemen usaha

pariwisata meliputi:

a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai usaha

pariwisata; dan

b. mengembangkan manajemen usaha pariwisata yang peduli terhadap

pelestarian lingkungan dan budaya.

Page 135: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 1

BAB IX

RENCANA PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN

9.1. Konsep Pengembangan Kelembagaan

Secara umum pengembangan konsep kelembagaan lebih berorientasi kepada

bagaimana pemerintah kabupaten dapat meningkatkan partisipasi semua pihak dalam

rangka pengembangan kepariwisataan. Konsep organisasi mencakup hal-hal yang

terkait dengan proses berkelanjutan seperti dari sisi wewenang, sumber daya

anggota, dan hubungan antar anggota sehingga dapat tercapai tujuan yang

diinginkan. Organisasi pariwisata bersifat sangat kompleks yang melibatkan fungsi

sebagai katalis (fasilitator), perencanaan, pengembangan dan promosi suatu destinasi

pariwisata. Keterlibatan organisasi dalam pengembangan pariwisata mencakup lima

alasan yaitu :

Page 136: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 2

1. Politik dalam hal citra negara, pengertian internasional, hubungan

perdagangan, stabilitas negara, keutuhan atau keamanan kedaulatan

2. Ekonomi meliputi : investasi, devisa, lapangan kerja baru, perkembangan

ekonomi.

3. Lingkungan termasuk pelestarian dan perlindungan alam

4. Sosial budaya terkait pelestarian dan perlindungan budaya, pembangunan

infrastruktur dan pertukaran budaya

5. Keuangan

Dari kelima alasan itu, pengembangan pariwisata selayaknya perlu

diselenggarakan secara tertib. Adapun bagaimana keterlibatan semua pihak

dilakukan dengan cara :

1. Koordinasi (wilayah pengembangan pariwisata, tourism development

corporation)

2. Perencanaan (rencana induk pengembangan pariwisata, rencana strategis,

masterplan, detail engineering design)

3. Peraturan (undang – undang, keputusan presiden, peraturan daerah)

4. Penelitian

5. Pengawasan (penilaian, izin usaha pariwisata, klasifikasi usaha)

6. Pengoperasian

7. Pemasaran

8. Pendidikan dan pelatihan (lembaga pendidikan dan pelatihan)

Kelembagaan Kepariwisataan, sebagaimana pengertiannya yang disebutkan

di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, adalah:

“kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya

Page 137: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 3

manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.”

Dengan kata lain, Kelembagaan Kepariwisataan merupakan suatu integrasi

antara pemerintah, organisasi, pelaku pariwisata, peraturan, dan teknis pelaksanaan,

yang berlangsung secara terus-menerus, agar tujuan kepariwisataan secara nasional,

regional, dan lokal dapat tercapai.

Pada peraturan atau regulasi yang sama, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor

50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS, secara umum pengembangan konsep

kelembagaan lebih berorientasi kepada bagaimana pemerintah kabupaten dapat

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam rangka pengembangan kepariwisataan.

Dalam konteks pelaksanaan program dan kegiatan nantinya memang merupakan

tugas dan tanggungjawab dari pemerintah, tetapi peran serta masyarakat, lembaga

masyarakat dan pihak swasta diharapkan dapat lebih berperan. Konsepsi

pembangunan kelembagaan kepariwisataan yang akan dikembangkan meliputi:

1. penguatan Organisasi Kepariwisataan;

2. pembangunan SDM Pariwisata; dan

3. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

9.2. Penguatan Organisasi Kepariwisataan

Pembentukan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata, diperlukan

kesesuaian pada tahap mana atau fase dalam siklus sebuah destinasi pariwisata (life

cycle destination). Tahap eksplorasi akan berbeda jumlah dan kualitas lembaganya,

begitu pula manakala sudah pada tahapan yang lebih tinggi misalnya pengembangan

(involvement), akan berbeda pula tipologi keberadaan lembaga pariwisatanya.

Kemajuan pariwisata banyak dipengaruhi oleh profesionalisme dan eksistensi

lembaganya (tourism institutions). Semakin maju lembaga pariwisata (kuantitas dan

Page 138: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 4

kualitas) maka cenderung akan semakin maju pula, kemajuan pariwisata dalam suatu

daerah. Oleh karena itu dalam usaha mencapai hal tersebut, Pariwisata Blitar dalam

usaha pengembangannya saat ini, diperlukan langkah-langkah praktis dalam

membangun beberapa lembaga pariwisata.

Berdasarkan hasil pengamatan keberadaan lembaga pariwisata di Kabupaten

Blitar secara umum relatif masih minim dan belum fokus terkait dengan fungsi dan

perannya. Berdasarkan kondisi saat ini (existing) ternyata lembaga pariwisata yang

diinventaris yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah (Dinas kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga)

2. Swasta : PHRI

3. Masyarakat : desa wisata, dan Kolaborasi (mix) : Tidak tersedia

Berdasarkan hasil analisis dan komparasi dengan beberapa daerah yang telah

maju sebagai destinasi pariwisata, misalnya Kota Batu, Malang, Kota Blitar dan Bali.

Maka pariwisata Blitar perlu dibangun beberapa organisasi atau asosiasi pariwisata

sesuai dengan bidang dan spesifikasinya. Langkah awal yang perlu dilakukan yaitu

mewujudkan pengembangan kelembagaan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.

Ada beberapa usaha pengembangan yang bisa dilakukan yaitu : Pertama,

pemerintah perlu memberikan otoritas lebih kepada dinas yang khusus membidangi

pariwisata dalam mengelola daya tarik wisata yang ada. Bilamana perlu Pemerintah

Kabupaten Blitar perlu membuat kebijakan yang fokus pengembangan pariwisata

yang dikelola mandiri oleh dinas pariwisata. Dengan kata lain, dinas pariwisata tidak

merger dengan sektor atau komponen lainnya.

Kedua, swasta dibutuhkan pembentukan asosiasi-asosiasi industri pariwisata

terkait dengan himpunan pramuwisata dan pengembangan wisata bahari. Nama

organisasi yang bisa dikembangkan di Kabupaten Blitar yaitu HPI (Himpunan

Pramuwisata Indonesia) dan GAHAWISRI (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari

Indonesia).

Ketiga, dalam rangka menumbuhkan inovasi dan kreativitas masyarakat,

perlu dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pariwisata. Konkritnya Masyarakat

Page 139: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 5

Blitar perlu diberdayakan melalui community based developmet atau pariwisata yang

berbasis komunitas lokal. Usaha pengembangan yang bisa dilakukan dengan cara

membentuk badan pengelola di masing-masing DTW yang ada di Kabupaten Blitar.

Langkah awal, dapat dimulai dengan pembentukan lembaga pengelola pada DTW-

DTW yang sudah berkembang, kemudian disusul organisasi pengelola pada DTW-

DTW yang potensial (belum berkembang).

Keempat, Kolaborasi (mix institutions): lemahnya power lembaga

pariwisata dalam menggerakan kemajuan pengembangan pariwisata, banyak

diakibatkan karena kurang terpadu (integrated) dalam membangun pariwisata.

stakeholder pariwisata cenderung berjalan sendiri-sendiri, tanpa memperdayakan

sumber daya yang dimiliki oleh lembaga lain. Apabila bisa dibangun kerjasama dan

mutual benefit melalui kepercayaan bersama (mutual trust) maka pariwisata akan

bisa dikembangkan lebih optimal. Bentuk asosiasi yang bisa dibangun oleh

Kabupaten Blitar yaitu organisasi yang berbasis pada stakeholder pariwisata: GIPI

(Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) dan BPPD (Badan Promosi Pariwisata

Daerah)

Tabel 9.1. Pengembangan Lembaga Pariwisata di Kabupaten Blitar

Kelembagaan Existing/Kondisi Saat Ini Pengembangan

Pemerintah Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Dinas Pariwisata

Swasta PHRI dan ASITA HPI,GAHAWISRI

Masyarakat Desa wisata Badan Pengelola DTW berbasis komunitas lokal Jaringan desa wisata

Mix (Kolaborasi) - GIPI dan BPPD

Sumber : Hasil kajian

Penguatan organisasi akan diarahkan kepada kemandirian organisasi baik

secara kegiatan, program kerja, dukungan teknis atau pengembangan jaringan

Page 140: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 6

kerjasama. Arah kebijakan penguatan organisasi kepariwisataan yang akan

dikembangkan, meliputi:

1. reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja

organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio

pembangunan kabupaten;

2. memantapkan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata

sebagai pilar strategis pembangunan kabupaten;

3. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani

bidang pemasaran pariwisata;

4. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani

bidang industri pariwisata; dan

5. mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani

bidang destinasi pariwisata.

Strategi untuk akselerasi reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan

mekanisme kinerja organisasi, meliputi:

1. menguatkan tata kelola organisasi kepariwisataan dalam struktur

kementerian;

2. menguatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

program pembangunan kepariwisataan; dan

3. menguatkan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan

kepariwisataan baik secara internal kementerian maupun lintas sektor.

Strategi untuk pemantapan organisasi kepariwisataan dalam mendukung

pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan kabupaten, meliputi:

1. menguatkan fungsi strategis kepariwisataan dalam menghasilkan devisa;

2. meningkatkan usaha pariwisata terkait;

3. meningkatkan pemberdayaan masyarakat; dan

4. meningkatkan pelestarian lingkungan.

Page 141: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 7

Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang

menangani bidang pemasaran pariwisata, meliputi:

1. menguatkan struktur dan fungsi organisasi bidang pemasaran di tingkat

pemerintah;

2. memfasilitasi terbentuknya Badan Promosi Pariwisata; dan

3. menguatkan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata dan pemerintah

dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.

Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang

menangani bidang industri pariwisata, meliputi:

1. memfasilitasi pembentukan Gabungan Industri Pariwisata; dan

2. menguatkan kemitraan antara Gabungan Industri Pariwisata dan pemerintah

dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.

Strategi untuk pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang

menangani bidang destinasi pariwisata, meliputi:

1. menguatkan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan destinasi di

tingkat Pemerintah;

2. memfasilitasi terbentuknya organisasi pengembangan destinasi; dan

3. menguatkan kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan

Pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan kabupaten.

9.3. Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Salah satu elemen dari manajemen adalah sumber daya manusia. Sumber

daya manusia sebagai salah satu sumber daya memiliki peran pelaksana dalam

pelaksanaan pembangunan kepariwisataan. Upaya pembangunan SDM pariwisata

yang akan dikembangkan, meliputi:

Page 142: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 8

1. SDM Pariwisata di tingkat Pemerintah; dan

2. SDM Pariwisata di dunia usaha dan masyarakat.

Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di tingkat Pemerintah,

diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata.

Strategi untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata di lingkungan

Pemerintah, meliputi:

1. meningkatkan kemampuan dan profesionalitas pegawai;

2. meningkatkan kualitas pegawai bidang Kepariwisataan; dan

3. meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan dan

latihan bidang Kepariwisataan.

Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di dunia usaha dan

masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas SDM

Pariwisata. Strategi untuk Pembangunan SDM Pariwisata di dunia usaha dan

masyarakat, meliputi:

1. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memiliki

sertifikasi kompetensi di setiap Destinasi Pariwisata;

2. meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang Kepariwisataan; dan

3. meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan Kepariwisataan

yang terakreditasi.

9.4. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

Arah kebijakan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan untuk

mendukung Pembangunan Kepariwisataan, meliputi:

1. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Destinasi

Pariwisata;

Page 143: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 9

2. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Pemasaran

Pariwisata;

3. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan Industri

Pariwisata; dan

4. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan

dan SDM Pariwisata.

Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan

Destinasi Pariwisata, meliputi:

1. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Daya Tarik Wisata;

2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan aksesibilitas dan/atau

transportasi Kepariwisataan dalam mendukung daya saing Destinasi

Pariwisata;

3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Prasarana Umum,

Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung daya saing

Destinasi Pariwisata;

4. meningkatkan penelitian dalam rangka memperkuat Pemberdayaan

Masyarakat melalui Kepariwisataan; dan

5. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan dan peningkatan

investasi di bidang pariwisata.

Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan

Pemasaran Pariwisata, meliputi:

1. meningkatkan penelitian pasar wisatawan dalam rangka pengembangan pasar

baru dan pengembangan produk;

2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan dan penguatan citra

pariwisata;

3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraan Pemasaran

Pariwisata; dan

Page 144: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 10

4. meningkatkan penelitian dalam rangka peningkatan peran promosi pariwisata

di luar negeri.

Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan

Industri Pariwisata, meliputi:

1. meningkatkan penelitian dalam rangka penguatan Industri Pariwisata;

2. meningkatkan penelitian dalam rangka peningkatan daya saing produk

pariwisata;

3. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraan Usaha

Pariwisata;

4. meningkatkan penelitian dalam rangka penciptaan kredibilitas bisnis; dan

5. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan tanggung jawab

terhadap lingkungan.

Strategi untuk peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan

kelembagaan dan SDM Pariwisata, meliputi:

1. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Organisasi

Kepariwisataan; dan

2. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan SDM Pariwisata.

9.5. Pengembangan Peran Serta Multipihak

Manfaat-manfaat yang didapatkan dari industri pariwisata dirasakan oleh para

pemangku kepentingan yang terdiri atas pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,

dan masyarakat sebagai wisatawan dan sebagai tuan rumah. Masing-masing pihak

terkait memiliki peran-peran dalam menjalankan roda industri.

Pemerintah daerah memiliki peran dalam :

Page 145: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 11

1. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, keamanan dan

keselamatan kepada wisatawan

2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata

yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, fasilitasi

dan kepastian hukum

3. Memelihara, mengembangkan dan melestarikan aset – aset nasional yang

menjadi daya tarik wisata dan aset – aset potensial yang belum tergali

4. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka

mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas

Setiap pengusaha memiliki peran untuk :

1. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, dan nilai – nilai yang

hidup dalam masyarakat setempat

2. Memberikan informasi yang akurat dan bertanggungjawab

3. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif

4. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan

keselamatan wisatawan

5. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata yang beresiko

tinggi

6. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro dan kecil serta koperasi

setempat yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan

7. Mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat dan produksi dalam

negeri serta memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal

8. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan

9. Berperan aktif dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana dan

program pemberdayaan masyarakat

10. Berpartisipasi mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan

dan kegiatan yang melanggar hukum dilingkungan tempat usaha

Page 146: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 12

11. Memelihara lingkungan yang sehar, bersih dan asri

12. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya

13. Menjaga citra bagi negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha

kepariwisataan secara bertanggungjawab

14. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh

peraturan perundang - undangan

Setiap masyarakat yang menjadi wisatawan berperan untuk menjaga dan

menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai – nilai yang hidup dalam

masyarakat setempat. Setiap orang dalam masyarakat berperan untuk selalu menjaga

dan melestarikan daya tarik wisata, dan membantu terciptanya suasana aman, tertib,

bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi. Pemerintah

dan pemerintah daerah adalah fasilitator, sementara masyarakat dapat berperan

sebagai wisatawan dan sebagai tuan rumah. Para pemangku kepentingan tersebut

memiliki peran masing-masing guna menjalankan roda industri sehingga

memberikan manfaat bersama.

9.6. Eksistensi dan Pengembangan Lembaga Pariwisata

9.6.1. Eksistensi Kelembagaan Pariwisata: Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI)

Badan Usaha Perhotelan dan Jasa Akomodasi, Restauran atau Rumah Makan,

Jasa Pangan, dan Jasa Boga, serta Lembaga Pendidikan Pariwisata Bidang Hotel dan

Restoran mengimpun diri dalam datu organisasi yang disebut Perhimpunan Hotel

dan Restoran Indonesia (PHRI) atau dalam hubungan antar bangsa disebut dengan

Indonesia Hotel and Restaurant Association (IHRA). PHRI merupakan kelanjutan

dari organisasi Indonesia Tourist Hotel Association (ITHA). Kabupaten Blitar telah

membentuk wadah ini, melalui asosiasi dari keberadaan hotel dan restoran yang ada

Page 147: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 13

di wilayah pariwisata Blitar, namun relatif belum berkembang oftimal, dan belum

mampu menggerakkan industri pariwisata. Dalam pengelolaan asosiasi ini hanya

sebatas formalitas, dan manejemen organasisasi masih sangat tergantung kepada

pemerintah.

Tabel 9.2. PHRI di Kabupaten Blitar

Unsur kelembagaan Fungsi Peran

Penguatan Organisasi Asosiasi Hotel dan Restoran

Belum Optimal (Tergantung pada pemerintah)

SDM Manajemen Industri Pariwisata dan Service supplier

Belum Profesional

Penelitian dan Pengembangan

- -

Sumber : Hasil kajian

Dalam usaha pengembangkan PHRI di Blitar perlu digiatkan dengan usaha-

usaha yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan pembinaan secara intensif dan mengembangkan badan-badan

usaha yang bergerak dibidang perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan

dan lembaga pendidikan pariwisata.

2. Membantu dan membina para anggota, memberikan perlindungan, menerima

masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan

untuk meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta

lembaga pendidikan pariwisata.

3. Menggalang kerjasama dan meningkatkan solidaritas sesama anggota dan

seluruh unsur serta potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.

4. Berperan aktif dalam kegiatan promosi didalam dan diluar negeri, untuk

meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.

5. Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha yang

terfokus pada pengembangan pada industri perhotelan dan industri restoran.

Page 148: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 14

6. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai asosiasi profesi bidang

hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.

9.6.2. Kelembagaan Pariwisata yang Perlu Dikembangkan

9.6.2.1. Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia

(GAHAWISRI)

GAHAWISRI atau Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia,

merupakan sebuah organisasi kepariwisataan yang mengkhususkan dirinya

berpartisipasi dan mengambil bagian dalam usaha, praktisi langsung, dari setiap

aspek kegiatan wisara bahari. Selain itu, organisasi kepariwisataan ini juga

memposisikan dirinya agar dapat langsung bekerjasama dengan setiap institusi

pemerintah, masyarakat, dan akademisi, dalam rangka pengembangan wisata bahari

di Indonesia.

Berperan dan bertangungjawab untuk memberdayakan dan menguatkan

seluruh aspek kegiatan wisata bahari, dan mengembangkan, termasuk penegakan

hukum maritim, prosedur dan aturannya, kerjasama internasional di bidang

konservasi di wilayah Indonesia, yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara

wisata bahari di Indonesia, sehingga citra Indonesia menjadi positif dan

meningkatkan kebanggaan menjadi warga negara Indonesia.

Wisata Bahari harus memperhatikan konservasi laut, pantai dan daerah-

daerah sekitarnya secara berkelanjutan. Wisata Bahari harus memperhatikan metoda

konservasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi lokal. Mengoptimalkan

keterlibatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam segala kegiatan

Gahawisri. Wisata Bahari harus menciptakan peluang kegiatan yang

berkesinambungan yang dapat membantu pemerintah, swasta dan masyarakat.

Wisata Bahari harus dapat menciptakan berbagai kegiatan alternatif dan mempunyai

nilai tambah yang dilakukan tanpa merusak lingkungan.

Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan

GAHAWISRI di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :

Page 149: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 15

Tabel 9.3. Elemen GAHAWISRI

No Ketentuan Keterangan

1 Penanggung jawab Himpunan Wisata Bahari

2 Tipe organisasi Bisnis dan Konservasi Bahari

3 Struktur Koodinasi 4 Ruang lingkup organisasi Potensi Bahari di Blitar

5 Keanggotaan Masyarakat dan pengusaha wisata bahari

6 Pendanaan Mandiri

7 Badan pengawas Internal dan ekternal

8 Keputusan/regulasi Perda, Lingkungan hidup

9 Staf/karyawan SDM Lokal

Sumber : Hasil kajian

9.6.2.2. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)

HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia, merupakan organisasi swasta

non-politik dan mandiri yang merupakan wadah tunggal pribadi-pribadi yang

memiliki profesi sebagai pramuwisata. HPI disahkan pada 4 Oktober 1988 di

Palembang dalam acara Musyawarah Nasional I Pramuwisata seluruh Indonesia.

Terkait dengan usahan meningkatkan profesionalisme dalam jasa pramuwisata

kepada wisatawan. Kabupaten Blitar perlu membuat Himpunan Pramuwisata

Indonesia tersebut. Alasan penting HPI, karena pramuwisata adalah sebagai ujung

tombak dan sekaligus duta pariwisata yang ada di Kabupaten Blitar. guna

mewujudkan organisasi ini, maka diperlukan item penting sebagai gambaran

organisasi yaitu sebagai berikut:

Page 150: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 16

Tabel 9.4. Elemen HPI

No Ketentuan Keterangan

1 penanggung jawab Ketua Himpunan Pramuwisata

2 Tipe organisasi Bisnis dan Sosial

3 Struktur Koordinasi

4 Ruang lingkup organisasi Pemberi Jasa perjalanan wisata di Blitar

5 Keanggotaan Pramuwisata

6 Pendanaan Mandiri

7 Badan pengawas Internal dan Pemda

8 Keputusan/regulasi ADRT dan Perda

9 Staf/karyawan SDM Lokal

Sumber : Hasil kajian

9.6.2.3. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)

Dalam rangka pengembangan usaha kepariwisataan yang kompetitif di

Kabupaten Blitar, perlu dibentuk Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)

Blitar. Organisasi ini terdiri dari unsur: pengusaha pariwisata, asosiasi pengusaha

pariwisata, dan asosiasi profesi yang terkait langsung dengan pariwisata.

Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan GIPI

di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :

Page 151: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 17

Tabel 9.5. Elemen GIPI

No Ketentuan Keterangan

1 Pelindung/penanggung jawab Bupati Blitar

2 Tipe organisasi Bisnis dan Sosial

3 Struktur Keterpaduan Sumber daya seluruh Stakeholder pariwisata

4 Ruang lingkup organisasi Kabupaten Blitar

5 Keanggotaan Stakeholder pariwisata terkait

6 Pendanaan APBD dan PAD

7 Badan pengawas Legialatif dan Komponen Masyarakat

8 Keputusan/regulasi ADRT, Master Plan, Perda, Stategi pengembangan destinasi

9 Staf/karyawan SDM Lokal

Sumber : Hasil kajian

9.6.2.4. Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD)

Usaha pemasaran dan promosi dalam memperkenalkan sebuah produk

pariwisata sangat dibutuhkan. Produk pariwisata yang berkualitas, tanpa diiringi

dengan usaha promosi yang optimal, maka niscaya produk tersebut akan kompetitif

di pasar pariwisata. terkait dengan hal tersebut, Kabupaten Blitar perlu membuat

lembaga yang khusus membidangi terkait dengan promosi. Nama lembaga yang

terisirat dan tersurat pada Undang Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009 adalah

pemerintah kabupaten dalam usaha mempromosikan pariwisata daerahnya,

disyaratkan untuk membentuk BPPD (Badan promosi Pariwisata Daerah).

Page 152: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 18

Guna mewujudkan BPPD di Kabupaten Blitar, diharapkan memenuhi kaidah

yaitu sebagai berikut :

Tabel 9.6. Elemen BPPD

No Ketentuan Keterangan

1 Pelindung/penanggung jawab Bupati Blitar

2 Tipe organisasi Promosi Destinasi

3 Struktur Koordinasi (keterpaduan)

4 Ruang lingkup organisasi Kabupaten Blitar

5 Keanggotaan Stakeholder pariwisata terkait

6 Pendanaan APBD dan PAD

7 Badan pengawas Legialatif dan Komponen Masyarakat

8 Keputusan/regulasi ADRT, Master Plan, Perda, Stategi promosi

9 Staf/karyawan SDM Lokal

Sumber : Hasil Kajian

9.6.2.5. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA)

ASITA atau Associations Of The Indonesian Tours and Travel Agencies

merupakan organisasi penyedia jasa perjalanan wisata yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) atau Koperasi. Dalam usaha pengembangkan ASITA di Blitar perlu

digiatkan dengan usaha-usaha yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan citra pariwisata blitar dengan memberikan kepuasan, rasa

aman, adanya kepastian perlindungan dan jaminan terhadap kepentingan

pemakai jasa dan pihak-pihak yang berkepentingan tanpa mengorbankan

kepentingan sesama anggota.

2. Meningkatkan peran anggota dengan melakukan usaha-usaha untuk

memajukan kemampuan yang meliputi kemampuan profesional, teknis dan

finansial sehingga bisa mencapai standar internasional.

Page 153: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

9 - 19

3. Meningkatkan kreativitas melalui menciptakan paket-paket wisata yang

inovatif yang memberikan pengalaman yang mengesankan kepada

wisatawan, sehingga kemungkinan mereka datang kembali ke Blitar

(repeater guest).

4. Bekerjasama dengan travel-travel yang ada di daerah lain, seperti travel yang

ada di destinasi Bali, Jogjakarta, Surabaya, Jakarta dan lain-lain untuk

menciptakan jaringan paket wisata antar pulau atau daerah.

Page 154: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 1

BAB X

ARAH KEBIJAKAN DAN

STRATEGI

Pengembangan kegiatan pariwisata yang baik memerlukan kesiapan setiap

elemen dari produk wisata yaitu aksesibilitas, daya tarik dan atraksi wisata,fasilitas

serta amenitas wisata. Keterpaduan unsur-unsur pembangunan kegiatan wisata ini

akan mengakibatkan semakin tingginya potensi serta peluang terciptanya kegiatan

pariwisata sebagai unggulan pembangunan suatu wilayah24. Tanpa dukungan yang

memadai dari setiap unsur tersebut, keunggulan komparatif dari suatu daya tarik

wisata akan menjadi sangat minim dan mengakibatkan terbatasnya peluang daerah

tersebut untuk mampu mempertahankan pengembangan pariwisata di daerahnya25.

Berdasarkan hasil kajian kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang

telah dilakukan serta visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata

Kabupaten Blitar, selanjutnya disusun beberapa strategi pengembangan dan arah

kebijakan.

24 Boud-Bouy dan Lawson, 1998 25 Chris Ryan, 1997

Page 155: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 2

10.1. STRATEGI PENGEMBANGAN

10.1.1. Strategi Pengembangan Produk Wisata

Pengertian dari produk wisata disini adalah segala fasilitas atau kegiatan

yang dapat dinikmati oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisatanya.

Produk wisata tersebut, antara lain meliputi objek dan daya tarik wisata, atraksi

wisata, amenitas (akomodasi, restoran atau rumah makan), dan aksesibilitas

(transportasi). Strategi pengembangan produk wisata, meliputi:

1. Menata dan mengembangkan produk wisata secara teratur sesuai dengan

pasar wisatawan, terutama wisatawan Nusantara yang berasal dari Jakarta,

Surabaya, Jogyakarta, Bali dan daerah-daerah lainnya.

2. Mengoptimalkan produk wisata yang mempunyai karakter wisatawan minat

khusus seperti di Candi Penataran, untuk pasar wisatawan mancanegara

terutama berasal dari negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dan

lainnya.

3. Menata events pariwisata secara teratur untuk ditingkatkan menjadi event

regional dan nasional.

4. Usaha penganekaragaman produk atau daya tarik wisata.

5. Menata dan mengembangkan produk wisata yang berwawasan lingkungan.

6. Menjaga ciri khas lokal dan keaslian, mengatur dan menetapkan agar setiap

objek wisata mempunyai kekhasan sendiri.

7. Menggabungkan objek wisata menjadi satu kesatuan kawasan

danmenyatukan kawasan menjadi satu kesatuan daerah tujuan.

Page 156: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 3

10.1.2. Strategi Pengembangan Aksesibilitas

Aksesibilitas didefinisikan sebagai kemudahan daya jangkau menuju dan

daya tarik wisata. Adapun strategi pengembangan aksesibilitas, meliputi:

1. Meningkatkan akses menuju daerah-daerah yang memiliki potensi wisata

yang tinggi, seperti pada daerah pantai di bagian utara. Peningkatan akses

tersebut meliputi perbaikan sarana dan prasarana tranportasi darat. Khusus

untuk transportasi udara harus diupayakan realisasi rencana bandara udara

diwilayah Kabupaten Blitar.

2. Menata sistem penunjuk jalan atau rambu-rambu lalu lintas yang

mempermudah para wisatawan untuk mencapai objek dan daya tarik wisata

yang terdapat di Kabupaten Blitar.

10.1.3. Strategi Pengembangan Prasarana

Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata Kabupaten Blitar ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan serta untuk meningkatkan aksesibilitas bagi suatu objek

dan daya tarik wisata. Pemenuhan kebutuhan akan prasarana pariwisata meliputi

penyediaan jaringan jalan, air bersih, listrik, telepon dan lainnya. Pemenuhan

kebutuhan akan sarana pariwisata meliputi akomodasi seperti hotel bintang, hotel

melati, restoran atau rumah makan dan lainnya, disesuaikan dengan perkiraan

kebutuhan dan aspek pelestarian lingkungan serta dengan menonjolkan arsitektural

daerah. Strategi pengembangan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata,

meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan prasarana pariwisata yang meliputi: jalan, jembatan,

air bersih, listrik, telepon disesuaikan dengan arah perkembangan objek dan

daya tarik wisata.

2. Pemenuhan kebutuhan prasarana pariwisata secara bertahap diusahakan pada

objek-objek dan daya tarik wisata unggulan atau yang sudah berkembang

yang seterusnya menyebar ke setiap objek dan daya tarik wisata lainnya.

Page 157: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 4

3. Penetapan legalitas kewenangan dan pungutan masuk menuju masing-masing

obyek wisata yang telah berkembang.

10.1.4. Strategi Pengembangan Usaha atau Investasi

Sasaran dari pengembangan usaha atau investasi kepariwisataan di

Kabupaten Blitar adalah terwujudnya iklim yang kondusif dan kemudahan investasi

dalam bidang usaha kepariwisataan melalui perkembangan dan peningkatan para

pengusaha yang berinvestasi dalam bidang usaha kepariwisataan di Kabupaten Blitar

dengan tetap mendorong keikutsertaan dari lembaga-lembaga ekonomi rakyat. Hal

terpenting dalam pengembangan investasi pariwisata di Kabupaten Blitar, yaitu

potensi pasar wisatawan, adanya akses jalan yang baik berupa jalan provinsi, serta

sikap masyarakat yang terbuka dan fairness dengan investor luar daerah. Strategi

pengembangan usaha atau investasi, meliputi:

1. Mewujudkan iklim yang menguntungkan bagi dunia usaha kepariwisataan

dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha yang akan

menanamkan modalnya dalam bidang pariwisata di Kabupaten Blitar

2. Membina pengusaha pariwisata menengah dan kecil dalam upaya

peningkatan kualitas jasa usaha pariwisata.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme kalangan pengusaha

dalam menjalankan industri pariwisata,

4. Mengembangkan pola pariwisata Inti Rakyat dan Kemitraan.

10.1.5. Strategi Pemasaran dan Promosi

Tujuan dari pemasaran yang diharapkan dalam pengembangan pariwisata

Kabupaten Blitar adalah meningkatkan kunjungan dan pengeluaran wisatawan serta

meningkatkan citra positif pariwisata Kabupaten Blitar. Sasaran pasar utama

wisatawan adalah wisatawan Nusantara dan asing. Wisatawan Nusantara terutama

yang berasal dari kota-kota di Pulau Jawa, Bali dan daerah lainnya yang berdekatan

Page 158: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 5

dengan Blitar. Sedangkan wisatawan asing lebih diarahkan pada wisatawan yang

berminat terhadap wisata alam dan budaya, seperti Eropa dan Amerika. Adapun

strategi dalam hal pemasaran dan promosi pariwisata, meliputi:

1. Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi dan kualitas promosi

yang efektif dan kemudahan wisatawan untuk memperoleh informasi tentang

semua produk wisata yang ada dan siap untuk jual yang ada di Blitar.

2. Meningkatkan citra produk wisata Kabupaten Blitar agar mampu bersaing

dengan daerah-daerah wisata lainnya yang sudah berkembang

3. Meningkatkan peran serta biro perjalanan di Kabupaten Blitar untuk menjual

produk wisata daerah Kabupaten Blitar.

4. Meningkatkan “sadar wisata” dan sapta pesona dikalangan para pejabat,

pengusaha dan masyarakat, agar tumbuh kegiatan wisata yang berwawasan

lingkungan.

10.1.6. Strategi Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan kegiatan kepariwisataan yang tidak tertata seringkali

membawa konotasi negatif bagi perkembangan adat serta budaya setempat. Salah

satu antisipasi dari hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan pondasi yang

kokoh terhadap adat serta budaya setempat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam hal menumbuhkan rasa cinta dan

memiliki budaya lokal yang ada. Upaya tersebut bisa ditempuh dengan melakukan

internalisasi nilai-nilai tradisi, budaya serta adat setempat melalui pendidikan formal,

misalnya melalui kurikulum pendidikan. Sehingga pada masa yang akan datang nilai-

nilai budaya tersebut tetap mengakar pada masyarakat dan dapat menjadi potensi

budaya bagi pengembangan kegiatan kepariwisataan.

Pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Hal ini

ditempuh melalui beberapa strategi berikut ini:

Page 159: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 6

1. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat untuk menjadi tuan rumah

yang baik (hospitality), meningkatkan citra mutu produk dan pelayanan,

penerapan Sapta Pesona dalam berorganisasi dan berkehidupan masyarakat,

sebagai upaya menumbuhkan pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya

pelaksanaan Sapta Pesona dalam pembangunan pariwisata,

2. Menggelorakan kembali sadar wisata, melalui Gerakan Sadar Wisata dan

Aksi Sapta Pesona di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar,

3. Kampanye dan Pembinaan Sadar Wisata dilakukan melalui media massa

(cetak dan elektronik), media tradisional, media fotografi serta melalui

Pembinaan Pramuka (Saka Wisata) di destinasi pariwisata.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

Dalam rangka pelaksanaan strategi pengembangan pariwisata Kabupaten

Blitar, diperlukan beberapa kebijaksanaan, sebagai berikut:

10.1.1. Kebijakan Spasial

Kebijakan spasial pada pembangunan kepariwisataan lebih mengarah kepada

bagaimana mengatur peruntukan kawasan dan pembagian wilayah secara umum.

Kebijakan spasial (keruangan), meliputi:

1. Untuk kemudahan pembangunan serta pengelolaannya, perlu dilakukan

pengelompokan objek dan daya tarik wisata pada Satuan Kawasan Wisata

(SKW). Satuan-satuan kawasan wisata tersebut merupakan kawasan yang

memiliki pusat-pusat kegiatan wisata dan mempunyai keterkaitan sirkuit atau

jalur wisata.

2. Memanfaatkan seoptimal mungkin kedudukan Blitar yang berada pada jalur

regional dan letak yang berada disekitar daya tarik regional utama (Kota Batu

Page 160: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 7

dan Kota Blitar) bagi kepentingan pengembangan kegiatan pariwisata di

Kabupaten Blitar

3. Melakukan urutan prioritas pengembangan satuan kawasan wisata dengan

memperhatikan dampaknya terhadap perkembangan objek dan daya tarik

wisata.

10.1.2. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata

Kebijakan pengembangan produk wisata, meliput hal-hal berikut ini:

1. Asas keberlanjutan (sustainibility), keserasian (harmonies), keterjangkauan

(affordability) dan kerakyatan merupakan landasan pokok dalam

pengembangan produk wisata.

a. Keberlanjutan mengandung arti: pengembangan produk wisata bukan

hanya ditujukkan bagi pengembangan saat ini saja, tetapi juga untuk

masa-masa yang akan datang.

b. Harmonisasi mengandung arti: pengembangan produk wisata yang

bernuansa lingkungan hidup, yaitu dengan selalu memperhatikan

kelestarian alam, adat istiadat dan budaya daerah.

c. Keterjangkauan mengandung arti: pengembangan produk wisata tidak

hanya ditujukan bagi kalangan tertentu, tetapi produk wisata yang

dikembangkan tersebut harus dapat dinikmati oleh segenap lapisan

masyarakat.

d. Kerakyatan mengandung arti: pengembangan produk wisata tidak hanya

menguntungkan beberapa golongan tertentu, tetapi harus dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar objek

dan potensi wisata yang bersangkutan.

2. Pengembangan produk wisata menyangkut aspek: perencanaan, pemanfaatan

dan pengendalian yang satu sama lainnya merupakan satu kesatuan yang

terintegrasi.

Page 161: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 8

3. Perencanaan pembangunan produk wisata sepenuhnya merupakan tugas dan

wewenang pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi serta aspirasi

yang ada pada pihak masyarakat dan swasta.

4. Pengelolaan dan pembangunan produk wisata pada dasarnya dapat dilakukan

bersama-sama antara pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, dengan

peranan pemerintah daerah adalah sebagai pembina, fasilitator, pendorong

dan pengendali usaha pariwisata.

5. Objek-objek dan daya tarik wisata budaya dan kesenian daerah serta events

pariwisata masih harus didukung oleh pemerintah daerah.

6. Pengembangan produk wisata terkait dengan berbagai sektor dan wilayah,

oleh karena itu dalam pengembangannya haruslah selalu memperhatikan

keterpaduan antar sektor dan keterkaitan antar wilayah.

7. Pengembangan produk wisata diarahkan bagi penguatan identitas daerah,

yang dapat memunculkan "warna" pariwisata Kabupaten Blitar yang khas

serta memiliki keunikan dan keunggulan daya saing.

10.1.3. Kebijaksanaan Pemasaran dan Promosi

Adanya perkembangan dan perubahan trends usaha dan perusahaan kini juga

merambah dunia pariwisata. Dalam dunia usaha pariwisata tradisional produk dibuat

sebaik mungkin dengan biaya produksi serendah-rendahnya. Pola usaha dengan

konsep ini menghasilkan barang produksi yang kini kita sebut sebagai pariwisata

massal. Tetapi, kini orientasi usaha lebih kepada daya tarik apa yang akan dijual

sehingga lebih berorientasi kepada kualitas produk. Kondisi ini mengakibatkan

adanya keunikan terhadap barang produksi pariwisata. Kebijaksanaan pemasaran dan

promosi, meliputi:

1. Untuk meningkatkan usaha pemasaran dan promosi pariwisata, disepakati

bahwa pemerintah daerah lebih memfokuskan kepada upaya peningkatan

citra pariwisata (brand image) Kabupaten Blitar sebagai daerah wisata.

Page 162: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 9

Sedangkan promosi produk wisata dilaksanakan oleh para pengusaha

pariwisata.

2. Pemerintah daerah bersama-sama dengan pengusaha pariwisata merumuskan

langkah-langkah pemasaran dan promosi pariwisata secara terpadu dan

terarah dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten

Blitar.

3. Pemasaran dan promosi pariwisata harus memanfaatkan fasilitas teknologi

informasi (internet) untuk mengadaptasi perkembangan preferensi perilaku

calon wisatawan yang lebih banyak mengandalkan media internet dalam

mencari informasi destinasi yang akan dikunjungi.

Secara umum pola penawaran produk pariwisata saat ini lebih kepada

penawaran kepada produk yang diminati yang mengacu kepada produk yang

dimiliki. Kondisi ini akan mengakibatkan adanya penyesuaian produk yang lebih

sesuai dengan kebutuhan pasar wisatawan. Terhadap pola pembangunan

kepariwisataan yang ada di Kabupaten Blitar, pendekatan pasar yang dikembangkan

yaitu :

1. Menawarkan dan memperkuat daya tarik wisata – atas dasar penelitian pasar.

2. Menawarkan daya tarik wisata kepada pasar yang sesuai.

10.1.4. Kebijaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana

Kebijaksanaan penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan

pariwisata, meliputi:

1. Pada dasarnya penyediaan prasarana pariwisata menjadi tugas pemerintah,

sedangkan pengadaan sarana pariwisata dan usaha jasa pariwisata lainnya

menjadi tugas swasta.

2. Penataan dan peningkatan prasarana pariwisata dilakukan selain sebagai

pembuka akses bagi objek wisata tertentu, juga dalam rangka menciptakan

keterkaitan (linkage) antar Satuan Kawasan Wisata.

Page 163: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 10

3. Penataan dan peningkatan prasarana serta sarana pariwisata dilakukan secara

bertahap dimulai dari Satuan Kawasan Wisata unggulan sampai kepada

Satuan-satuan Kawasan Wisata lainnya.

Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha pariwisata yaitu usaha

yang menyediakan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

penyelenggara pariwisata. Usaha pariwisata atau sering disebut sebagai fasilitas

wisata atau sarana wisata meliputi :

1. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata

alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan atau binaan

manusia

2. Kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau

mengelola kawasan degan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan

pariwisata

3. Jasa transportasi wisata adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan

untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata dan bukan angkutan transportasi

reguler

4. Jasa perjalanan wisata adalag usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen

perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan

jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan

pariwisata, termasuk penyelenggaraan ibadah. Usaha agen perjalanan

meliputi usaha jasa pemesanan sarana seperti pemesanan tiket dan pemesanan

akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan

5. Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan makanan dan

minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses

pembuatan yang berupa restoran, cafe, jsa boga, bar, atau kedai minum

6. Penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain. Usaha

penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, villa, pondok wisata, bumi

perkemahan, persinggahan, karavan dan akomodasi lain yang digunakan

untuk tujuan pariwisata.

Page 164: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 11

7. Penyelenggaran kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang

lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, area permainan, karaoke,

bioskop dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk

pariwisata

8. Usaha impresariat merupakan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik

berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta

menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan

9. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

adalah usaha yang memberikan jasa bagi karyawan dan mitra usaha sebagai

imbalan atas prestasi, dan menyelenggarakan pameran untuk

menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala

nasional dan internasional

10. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita,

feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang

disebarluaskan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik

11. Jasa konsultansi pariwisata adalah suaha yang menyediakan sarana dan

rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,

penelitian, dan pemasaran dibidang kepariwisataan.

12. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau

mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata

13. Wisata tirta merupakan usaha penyelenggaraan wisata dan olahraga air,

termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnnya yang dikelola

secara komersial diperairan laut, pantai, sungai, danau dan waduk

14. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan metode kombinasi

terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan dan

minuman sehat dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa

dan raga, yang tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia

Page 165: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 12

Usaha-usaha pendukung yang dalam industri pariwisata meliputi diantaranya

usaha cinderamata, pendidikan pariwisata, polisi pariwisata, serta usaha-usaha lain

seperti penukaran uang, bank, klinik kesehatan dan usaha telekomunikasi.

10.1.5. Kebijaksanaan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Kebijaksanaan peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi hal-

hal,sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas mutu pelayanan jasa usaha pariwisata melalui

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

2. Dalam rangka otonomi daerah, peningkatan kualitas sumber daya

manusia di lingkungan pemerintah daerah merupakan prioritas utama.

3. Dalam jangka panjang, upaya pembinaan sumber daya manusia dilakukan

sejak dini yaitu melalui pendidikan formal berupa pendidikan dasar,

dengan tujuan menumbuhkan kebanggaan daerah melalui berbagai adat

serta budaya daerah.

4. Dalam jangka menengah dan jangka pendek, upaya pembinaan sumber

daya manusia dilakukan melalui pendidikan informal, berupa kegiatan

pendidikan dan latihan pariwisata yang dilakukan secara terus menerus

baik di kalangan aparat, dunia usaha maupun masyarakat.

5. Pengembangan pariwisata senantiasa mengikutsertakan masyarakat,

terutama masyarakat sekitar objek dan daya tarik wisata.

Page 166: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

10 - 13

10.1.6. Kebijaksanaan Pengaturan dan Kelembagaan

Kebijaksanaan pengaturan dan kelembagaan pariwisata, meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1. Pengembangan pariwisata bersifat lintas sektoral dan multi disiplin, hal

tersebut menuntut koordinasi antar instansi atau lembaga dan asosiasi yang

langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pembangunan

kepariwisataan daerah.

2. Pengaturan kelembagaan diarahkan bagi keluwesan dan kemudahan birokrasi

melalui penyederhanaan perijinan, peningkatan efisiensi dan efektivitas

pembangunan, pengembangan otonomi daerah dalam bidang kepariwisataan

serta peningkatan pendapatan daerah.

Page 167: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 1

BAB XI

PROGRAM PEMBANGUNAN

11.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESTINASI

PARIWISATA

Secara umum kebijakan pembangunan destinasi pariwisata di Kabupaten

Blitar diarahkan pada bagaimana memanfaatkan potensi, pengelolaan dan evaluasi

pemanfaatan potensi destinasi yang ada secara optimal dengan arah pembangunan

yang berkelanjutan. Destinasi pariwisata di Blitar ditetapkan menjadi 4 Kawasan

Strategis Pengembangan Pariwisata sebagai ujung tombak dan fokus arahan

pembangunan destinasi kepariwisataan.

Pelaksanaan program pembangunan destinasi pariwisata mengacu kepada

kebijakan pembangunan destinasi pariwisata yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya. Sejumlah kebijakan pembangunan destinasi yang akan dikembangkan

di Kabupaten Blitar yaitu : pembangunan pemberdayaan masyarakat, pembangunan

daya tarik wisata, pembangunan prasarana wilayah, penyediaan fasilitas umum,

pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. Rangkaian

kebijakan ini kemudian akan didetailkan kembali kedalam tahapan – tahapan

program sebagai pedoman operasional realisasi kebijakan pembangunan. Penjabaran

lebih jelas mengenai tahapan program pembangunan destinasi pariwisata diuraikan

pada tabel 11.1. berikut :

Page 168: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 2

Page 169: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 3

Page 170: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 4

Page 171: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 5

Page 172: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 6

Page 173: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 7

Page 174: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 8

Page 175: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 9

Page 176: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 10

Page 177: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 11

Page 178: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 12

Page 179: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 13

Page 180: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 14

Page 181: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 15

Page 182: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 16

Page 183: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 17

11.2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMASARAN

PARIWISATA

Kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata di Kabupaten Blitar

diarahkan pada bagaimana pembangunan kepariwisataan dapat dikembangkan

dengan pendekatan pasar dan pemasaran. Konsep pemasaran yang dikembangkan

mengarah kepada pemasaran terfokus dimana target utama yang dikembangkan

adalah penguatan daya tarik wisata dan pemasaran secara tradisional. Rencana

pengembangan pemasaran diarahkan bagaimana mengembangkan produk pariwisata,

pengembangan komunikasi dengan pelaku pasar dan distributor, pengaturan

distribusi produk dan informasi produk serta pengembangan periklanan / pengenalan

produk terhadap pasar yang ada.

Kebijakan pembangunan pemasaran merupakan arahan umum terkait

pembangunan pemasaran pariwisata yang ada di Blitar. Sebagai arahan operasional

di susun program kerja dibidang pemasaran yang dapat diterapkan dan menjadi dasar

penetapan penganggaran bagi kegiatan tahunan yang dapat dilaksanakan. Secara

umum cakupan program kegiatan yang akan diterapkan sehubungan dengan

kebijakan pembangunan pariwisata yaitu :

a. Pencitraan produk pariwisata

b. Penentuan target pasar

c. Pengembangan pelayanan pemasaran

d. Kan ditPengaturan permintaan dan penawaran pariwisata

e. Pemasaran terpadu

Gambaran mengenai kebijakan pembangunan yang diuraikan diatas akan

ditindaklanjuti dengan tahapan program tahunan yang memuat target pelaksanaan

kegiatan, peran serta pihka yang diharapkan dan bagaimana keluaran yang

diharapkan. Gambaran mengenai tahapan program pembangunan dibidang

pemasaran pariwisata dijabarkan pada tabel 11.2. berikut :

Page 184: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 18

Page 185: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 19

Page 186: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 20

Page 187: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 21

Page 188: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 22

Page 189: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 23

Page 190: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 24

Page 191: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 25

Page 192: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 26

Page 193: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 27

Page 194: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 28

Page 195: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 29

Page 196: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 30

Page 197: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 31

Page 198: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 32

11.3. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

PARIWISATA

Industri kepariwisataan digambarkan sebagai serangkaian usaha yang

dilakukan dalam pelayanan kepada wisatawan mulai dari tempat asal wisatwan,

menuju destinasi pariwisata hingga kembali ketempat asal wisatawan.

Pengembangan industri kepariwisataan yang ada di Blitar pada kondisi eksisting

telah berjalan mengikuti trend perkembangan permintaan jasa wisata yang ada.

Sebagai daerah transit, perkembangan industri pariwisata di Blitar dituntut untuk

mampu mengembangkan pelayanan yang lengkap untuk tiap tipe wisatawan. Dimasa

yang akan datang sejalan dengan pengembangan kepariwisataan yang ada di Blitar,

arah pengembangan industri akan dikembangkan secara berkeadilan dan secara

normatif. Pengembangan industri kepariwisataan secara normatif dalam artian bahwa

pengembangan kepariwisataan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan

sebagai dasar pedomannya adalah bahwa pemerintah daerah harus menyiapkan

perangkat peraturan dan standar pelayanan perijinan yang akan diberikan kepada

masyarakat. Secara berkeadilan mengandung makna bahwa pengembangan industri

kepariwisataan dimasa datang juga akan membuka kesempatan kelompok

masyarakat lokal untuk mengembangkan pelayanan jasa wisata kepada wisatawan.

Dengan pola ini, pengawasan terhadap degradasi lingkungan akibat kegiatan

pariwisata diharapkan dapat diminimalisir.

Kebijakan dasar pembangunan industri kepariwisataan di Blitar diarahkan

pada sejumlah kegiatan yaitu :

a. pembangunan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan) industri

pariwisata,

b. pembangunan daya saing produk pariwisata,

c. pengembangan kemitraan usaha pariwisata,

d. pengawasan kredibilitas bisnis, dan

e. Penegasan tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial

budaya.

Page 199: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 33

Page 200: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 34

Page 201: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 35

Page 202: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 36

Page 203: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 37

Page 204: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 38

Page 205: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 39

Page 206: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 40

Page 207: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 41

Page 208: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 42

Page 209: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 43

11.4. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN

KEPARIWISATAAN

Pengembangan kelembagaan kepariwisataan harus disesuaikan dengan

strategi pengembangan industri kepariwisataan. Di Kabupaten Blitar, kelembagaan

kepariwisataan yang berasal dari pelaku usaha pariwisata yang telah ada yaitu PHRI.

Pengembangan kelembagaan membutuhkan tidak hanya koordinasi kelembagaan

dari lembaga usaha ditingkat kabupaten, tetapi dibutuhkan koordinasi ditingkat

regional bahkan internasional dalam pengelolaan usaha kepariwisataan yang ada.

Pengembangan kelembagaan pariwisata nantinya diarahkan pada

kelembagaan kelembagaan pariwisata baik pada tingkat lembaga usaha, tingkat

masyarakat lokal atau pada tingkat koordinasi dinas / instansi yang ada. Sebagai

tindaklanjut dari serangkaian kebijakan pembangunan kelembagaan, upaya

pengembangan organisasi pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat,

pengembangan sumber daya manusia, regulasi, mekanisme operasional di bidang

kepariwisataan perlu ditindaklanjuti dengan program kegiatan yang lebih detail.

Penjabaran tahapan program kegiatan dapat dilihat pada tabel 11.4. berikut :

Page 210: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 44

Page 211: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 45

Page 212: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 46

Page 213: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 47

Page 214: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 48

Page 215: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 49

Page 216: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 50

Page 217: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 51

Page 218: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 52

Page 219: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 53

Page 220: PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - repositori.unud.ac.id fileRencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar LAPORAN AKHIR 1 - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Blitar

LAPORAN AKHIR

11 - 54