Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BUPATI TANAH BUMBU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANAH BUMBU,
Menimbang : a. bahwa Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu merupakan modal utama bagi pembangunan di segala bidang, sehingga
pemanfaatnnya harus dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsinya;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan Perlindungan Lindungan Hidup, Pemerintah Daerah berkewajiban
menyusun Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Lampiran huruf K angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Pemerintahan Daerah, maka perlu menetapkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a,huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
3. Undang- Undang Nomor 39 ahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4265);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
15. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
16. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5608);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/ atau Lahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4076);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5347);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangka Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6133);
25. Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2009 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 16);
26. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan
Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 16
Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2011-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2011 Nomor 16);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 25
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu (Lembaran Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 Nomor 25);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 17 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016 Nomor 17);
30. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016 Nomor 19); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 13
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2018 Nomor 13);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017 – 2037 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu
Nomor 88;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017 Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU
dan
BUPATI TANAH BUMBU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi yang selanjutnya disebut Provinsi adalah
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
2. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan. 3. Daerah adalah Kabupaten Tanah Bumbu.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom .
5. Kepala Daerah yang selanjutnya dissebut Bupati adalah
Bupati Tanah Bumbu. 6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan
dewan perwakilan rakyat dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
7. Orang adalah orang perseorangan, kelompok masyarakat termasuk masyarakat hukum adat, badan usaha baik berbadan hukum maupun tidak.
8. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. 9. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum. 10. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan
tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu.
11. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
12. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi
manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
13. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
14. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkunganhidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. 15. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
16. Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia
dari berbagai sumber daya dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu ekosistem.
17. Inventarisasi Lingkungan Hidup adalah kegiatan klasifikasi, pengumpulan dan analisis data dan informasi lingkungan
hidup yang disajikan dalam bentuk geospasial dan non-geospasial.
18. Sumber Daya Alam yang selanjutnya disingka SDA adalah
sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara
keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. 19. Pemanfaatan SDA adalah penggunaan sumber daya alam bagi
peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi-fungsinya sebagai sumber dan pendukung kehidupan, yang
meliputi fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, serta kebutuhan generasi yang akan datang.
20. Pencadangan SDA adalah upaya menjaga dan mempertahankan ketersediaan, potensi dan mutu sumber
daya alamdengan mempertimbangkan keadilan intra dan antar generasi.
21. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
22. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat IKLH adalah ukuran kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat kualitas suatu ruang lingkungan hidup.
23. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
25. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya
disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.
26. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Pasal 2
(1) Penyusunan RPPLH dilakukan dengan berdasakan prinsip: a. harmonisasi antar dokumen rencana pembangunan dan
tata ruang;
b. karakteristik ekoregion dan/atau DAS c. keberlanjutan;
d. keserasian dan keseimbangan; e. kerja sama antardaerah;
f. kepastian hukum; dan g. keterlibatan pemangku kepentingan.
(2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan: a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b. sebaran penduduk; c. sebaran potensi SDA;
d. kearifan lokal; e. aspirasi masyarakat; dan f. perubahan iklim.
Pasal 3
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
dilaksanakan berdasarkan asas: a. tanggung Jawab Pemerintah Daerah;
b. kelestarian dan keberlanjutan; c. keserasian dan keseimbangan; d. keterpaduan;
e. manfaat; f. kehati-hatian;
g. keadilan; h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati; j. pencemar membayar; k. partisipatif;
l. kearifan lokal; m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
Pasal 4
RPPLH bertujuan untuk mewujudkan: a. kepastian hukum dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. kelangsungan kehidupan mahluk hidup dan kelestarian lingkungan hidup;
c. pengendalian pemanfaatan SDA secara bijaksana;
d. dukungan antisipasi isu global; e. pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup; dan f. meningkatkan kesadaran pemerintah, dunia usaha, dan/atau
masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 5
Sasaran RPPLH adalah: a. terjaganya kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya
dukung bagi pembangunan berkelanjutan melalui pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan,
keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim; b. terjaganya keseimbangan dan fungsi ekosistem dan
keberadaan SDA untuk kelangsungan kehidupan dan sumber
mata air; dan c. terjaganya Daya Dukung dan Daya Tampung pada setiap
ruang ekosistem.
Pasal 6
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini adalah:
a. RPPLH; dan b. Penetapan IKLH.
BAB II
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 7
Dengan peraturan daerah ini ditetapkan RPPLH:
Bagian Kesatu Jangka Waktu dan Kedudukan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 8
(1) Jangka waktu berlaku RPPLH yaitu 30 (tiga puluh) tahun.
(2) RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala guna RPPLH.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kepastian hukum.
Pasal 9
RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam RPJPD,
RPJMD dan RKPD yang materi muatannya mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.
Bagian Kedua
Dasar Penyusunan dengan Pendekatan Jasa Ekosistem
Pasal 10
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disusun
menggunakan pendekatan jasa ekosistem, yang terdiri atas: a. jasa ekosistem penyediaan pangan;
b. jasa ekosistem penyediaan air bersih; c. jasa ekosistem penyediaan serat;
d. jasa ekosistem penyediaan energi; e. jasa ekosistem penyediaan sumber daya genetik; f. jasa ekosistem pengaturan iklim;
g. jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir; h. jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang hidup;
i. jasa ekosistem rekreasi dan ekotourisme; j. jasa ekosistem estetika alam;
k. jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan;
l. jasa ekosistem pendukung siklus hara;
m. jasa ekosistem pendukung produksi primer; dan n. jasa ekosistem pendukung biodiversitas.
(2) Jasa Ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 11
Penyusunan RPPLH mengacu pada: a. hasil inventarisasi Lingkungan Hidup;
b. ekoregion Daerah; dan c. RPPLH Provinsi.
Pasal 12
RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi seluruh ekoregion darat di Daerah.
Bagian Ketiga
Muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 13
(1) RPPLH memuat rencana tentang: a. pemanfaatan dan/atau pencadangan SDA;
b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
c. pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan
pelestarian SDA; dan d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
kebijakan/rencana umum, strategi implementasi, dan indikasi program.
(3) Kebijakan, strategi implementasi, dan indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dalam sebuah
dokumen dan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan sistematika sebagai berikut: a. BAB I PENDAHULUAN;
b. BAB II KONDISI DAN INDIKASI DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG WILAYAH;
c. BAB III PERMASALAHAN DAN TARGET LINGKUNGAN HIDUP; dan
d. BAB IV ARAHAN RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
(4) RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 14
(1) Dalam menetapkan rencana pemanfaatan dan/atau
pencadangan SDA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) huruf a, Pemerintah Daerah mempertimbangkan aspek:
a. karakteristik ekoregion; b. Daya Dukung dan Daya Tampung;
c. potensi resiko kerusakan dan pencemaran lingkungan; dan
d. menetapkan SDA yang dimanfaatkan dan dicadangkan.
(2) Rencana pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan jenis kuota masing-masing SDA
yang akan dieksploitasi dalam kurun waktu perencanaan, dengan memperhatikan sebaran, potensi, dan ketersediaan,
dan bentuk penguasaan dari masing-masing jenis sumber daya alam serta aspirasi masyarakat dalam pemanfaatan SDA.
(3) Rencana pencadangan sebagamana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan jenis kuota masing-masing SDA
yang tidak akan dieksploitasi dalam kurun waktu perencanaan, dengan memperhatikan sebaran, potensi,
ketersediaan, bentuk penguasaan serta kebutuhan penduduk terhadap masing-masing jenis SDA untuk jangka panjang.
Pasal 15
(1) Dalam menetapkan rencana pemeliharaan dan rencana perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b merupakan tindakan yang perlu dilaksanakan untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya kerusakan dan
pencemaran Lingkungan Hidup akibat pemanfaatan SDA.
(2) Rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), disusun berdasarkan rencana pemanfaatan dan pencadangan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
(3) Rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. pencadangan ekosistem;
b. pengawetan sumber daya alam; dan c. pengembangan kearifan lokal.
Pasal 16
Dalam menetapkan rencana pengendalian dan pemantauan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1) huruf c merupakan tindakan yang perlu dilakukan agar pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan
rencana pemanfaatan sumber daya alam yang telah memiliki Izin pemanfaatan SDA.
Pasal 17
Dalam menetapkan rencana pendayagunaan SDA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c merupakan tindakan
efisiensi dalam pemanfaatan SDA.
Pasal 18
Dalam menetapkan rencana pelestarian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c merupakan tindakan yang
membatasi dan melarang pemanfaatan sumber dayaalam serta memulihkan lingkungan hidup agar fungsi dan jasa lingkungan
hidup terjaga keberlanjutannya.
Pasal 19 Dalam menetapkan rencana pengendalian, pemantauan,
pendayagunaan dan pelestarian SDA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 disusun dengan
memperhatikan: a. bentuk penguasaan;
b. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kearifan lokal; dan
c. bentuk kerusakan dan pencemaran.
Pasal 20
Rencana adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan kerangka kerja
nasional dalam upaya adaptasi dan mitigasi.
BAB III
PENETAPAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 21
(1) Dalam rangka pengendalian pelaksanaan RPPLH ditetapkan
IKLH Daerah.
(2) IKLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan hingga kategori baik.
(3) Pencapaian IKLH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara bertahap.
(4) Target IKLH Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
KOORDINASI DAN KERJASAMA
Bagian Kesatu Koordinasi
Pasal 22
(1) Bupati berkewajiban mengoordinasikan pelaksanaan RPPLH di lingkungan Pemerintah Daerah.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintah bidang Lingkungan Hidup.
Bagian Kedua
Kerja Sama
Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan RPPLH, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan:
a. Daerah lain;
b. pihak lainnya; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri.
(3) Tata cara kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
MONITORING DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu Monitoring
Pasal 24
(1) Bupati melakukan monitoring pelaksanaan RPPLH dalam rangka melihat capaian IKLH yang telah ditetapkan.
(2) Monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup.
(3) Pengendalian rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.
Bagian Kedua Pelaporan
Pasal 25
(1) Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup melaporkan hasil monitoring capaian IKLH kepada Bupati.
(2) Laporan hasil monitoring capaian IKLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 1 (satu)
tahun sekali.
Pasal 26
(1) Bupati menyampaikan laporan hasil monitoring capaian
IKLH kepada Gubernur.
(2) Pelaksanaan pelaporan hasil monitoring sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 27
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan RPPLH.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui pengawasan struktural.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bupati dibantu oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan di bidang pengawasan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit setiap 1 (satu) tahun sekali.
(5) Pengawasan melibatkan Perangkat Daerah terkait.
Pasal 28
(1) Pengaturan Pengawasan Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup di Daerah diaur dengan Peraturan Daerah tentang Pengawasan Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup.
(2) Tugas dan fungsi Perangka Daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang pengawasan dalam kegiaan RPPLH diaur dengan Perauran Bupati.
BAB VII ANGGARAN
Pasal 29
Pembiayaan pelaksanaan RPPLH dalam peraturan daerah ini
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 30
Setiap Orang diberikan kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan serta dalam pelaksanaan RPPLH.
Pasal 31
(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dalam pasal 30 berbentuk:
a. membantu pengawasan;
b. pemberian pendapat, saran dan usul;
c. pendampingan tenaga ahli;
d. bantuan teknis; dan
e. penyampaian informasi dan/atau pelaporan.
(2) Ketententuan lebih lanjut mengenai Peran Serta Masyarakat pelaksanaan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur denganPeraturan Bupati.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, seluruh Kebijakan Daerah mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 33
Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, rencana Pembangunan Daerah yang telah ditetapkan sebelum
diberlakukannya Peraturan Daerah ini, harus disesuaikan paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
Ditetapkan di Batulicin
pada tanggal 15 Maret 2019
BUPATI TANAH BUMBU,
H. SUDIAN NOOR
Diundangkan di Batulicin
pada tanggal 15 Maret 2019
SEKRETATIS DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU,
ROSWANDI SALEM
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2019 NOMOR 6
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU, PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN: (14/2019)
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
A. UMUM
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sehingga lingkungan hidup perlu terus dijaga kualitasnya agar tetap dapat menunjang pembangunan berkelanjutan.
Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Tanah Bumbu sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan. Namun
demikian kegiatan pembangunan di segala bidang tersebut, sedikit banyak telah memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh, konsisten dan konsekuen.
Diperlukan suatu kebijakan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, sehingga
seluruh kegiatan pembangunan maupun masyarakat yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan, dapat dicegah, sedangkan akibat kegiatan yang telah terjadi maupun kondisi alam yang rawan
menyebabkan terganggunya fungsi lingkungan hidup dapat ditangani secara terpadu dan komprehansif.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, daerah diharuskan
menyusun RPPLH Daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Kegiatan penyusunan RPPLH dilaksanakan melalui kegiatan inventarisasi, penetapan ekoregion, dan penyusunan rencana
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. RPPLH memuat rencana pengelolaan sumberdaya alam yang
meliputi pencadangan, pemanfaatan, pemeliharaan, pemantauan, pendayagunaan, pelestarian, perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Dalam melakukan penyusunan RPPLH, Pemerintah Daerah
berpedoman pada prinsip:
a. harmonisasi antar dokumen rencana pembangunan dan tata ruang;
b. karakteristik ekoregion dan/atau DAS; c. keberlanjutan;
d. keserasian dan keseimbangan; e. kerja sama antardaerah; f. kepastian hukum; dan
g. keterlibatan pemangku kepentingan.
Peran strategis RPPLH juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana disebutkan bahwa seluruh kebijakan yang
tercantum dalam dokumen RPPLH harus menjadi dasar dan dimuat dalam RPJPD dan RPJMD sebagai dokumen perencanaan daerah.
Dengan kedudukannya sebagai pedoman penyusunan perencanaan pembangunan daerah, maka RPPLH menjadi instrumen
pengendali terhadap penyusunan rencana pembangunan dan implementasinya. Untuk itu RPPLH juga dilengkapi dengan penetapan IKLH yang menjadi acuan untuk menentukan capaian kinerja
pemerintan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.
B. PASAL PER PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Keragaman karakter dan fungsi ekologis adalah keragaman karakter wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu (a) karakteristik bentang alam; (b) daerah aliran sungai; (c) iklim; (d) flora dan fauna; (e) ekonomi, (f) kelembagaan masyarakat; (g) sosial budaya, dan (h) hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Huruf b
Sebaran penduduk atau distribusi penduduk merupakan bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau negara.
Huruf c
Konflik dalam pengelolaan sumber daya alam yaitu sengketa hukum yang timbul akibat terjadinya benturan kepentingan di antara pihak-pihak terhadap penguasaan sumber daya alam. Adapun penyebab konfliknya disebabkan oleh ketidakjelasan perundang-undangan yang mengakibatkan
lemahnya kepastian hukum, tumpang-tindih pengusaan hak, adanya ketidakadilan.
Huruf d
Kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Hubungan antara masyarakat lokal dengan sumberdaya alam khususnya hutan di sekitarnya.
Kearifan lokal di samping terkait dengan pengetahuan tradisional pada dasarnya juga merupakan hasil dari interelasi dengan dua faktor lainnya yaitu ketergantungan kehidupan dan integrasi budaya Hal ini dikarenakan pengetahuan tradisional
dimaksud lahir berdasarkan pengalaman dan tradisi kehidupan antar generasi. Ketiganya melahirkan berbagai bentuk ’kearifan’ yang sangat luas yaitu dari kepercayaan dan pantangan, etika dan aturan, teknik dan teknologi, atau pun dalam bermacam praktik atau tradisi pengelolaan sumber daya alam yang secara keseluruhan tidak hanya berperspektif
kelestarian sumberdaya alam akan tetapi juga sangat berarti bagi kehidupan serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Untuk menjamin kearifan lokal harus ada campur tangan pemerintah atau negara, artinya pemerintah atau negara harus membuat pola atau rencana yang
jelas untuk merangsang kreativitas bangsa dalam pembangunan.
Huruf e
Aspirasi masyarakat merupakan kehendak yang kuat dari masyarakat untuk memperoleh kemanfaatan yang optimal dari potensi dan keberadaan sumber
daya alam.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab Pemerintah Daerah” adalah:
a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini mupun generasi masa depan.
b. negara menjamin hak warga masyarakat di Daerah
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. c. Pemerintah Daerah mencegah dilakukannya kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan
keberlanjutan” adalah setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi
mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas keserasian dan keseimbangan” adalahbahwa pemanfaatan lingkungan
hidup harus memperhatikan berbagaiaspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan
perlindunganserta pelestarian ekosistem.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa segala usahadan/atau kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asaskehati-hatian” adalah bahwa
ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau
menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara, baik lintas daerah, lintasgenerasi, maupun lintas gender.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “asas ekoregion” adalah bahwa perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam,
ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman hayati” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas
sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya
secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar”
adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Huruf l
Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
Huruf m
Yang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan
yang baik” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
Huruf n
Yang dimaksud dengan “asas otonomi daerah” adalah
bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15 Cukup jelas.
Pasal 16 Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak lainnya” adalah pihak swasta, orgabisasi kemasyarakatan, dan lembaga
nonpemerintah lainnya.
Ayat (3) Cukup Jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27 Cukup Jelas.
Pasal 28 Cukup Jelas.
Pasal 29
Yang dimaksud “sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan” adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 30
Cukup Jelas.
Pasal 31 Cukup Jelas.
Pasal 32
Cukup Jelas.
Pasal 33
Cukup Jelas.
Pasal 34 Cukup Jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 112
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU
NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP
JASA EKOSISTEM DI KABUPATEN TANAH BUMBU
A. PENGERTIAN Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia
dari berbagai sumberdaya dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu ekosistem.
Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya, sedangkan Daya
Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup diukur
dengan pendekatan jasa ekosistem. Semakin tinggi nilai jasa ekosistem,
maka semakin tinggi pula kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Jasa Ekosistem dikelompokkan ke dalam empat macam manfaat yaitu manfaat penyediaan (provisioning), produksi pangan dan air;
manfaat pengaturan (regulating) pengendalian iklim dan penyakit; manfaat pendukung (supporting),seperti siklus nutrien dan polinasi tumbuhan; serta manfaat kultural (cultural), spiritual dan rekreasional.
RPPLH Kabupaten Tanah Bumbu disusun berdasarkan wilayah kecamatan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Tana Bumbu
dengan menggunakan pendekatan jasa ekosistem sebagai berikut: (1) jasa ekosistem penyediaan pangan;
(2) jasa ekosistem penyediaan air bersih; (3) jasa ekosistem penyediaan serat; (4) jasa ekosistem penyediaan energi;
(5) jasa ekosistem penyediaan sumber daya genetik; (6) jasa ekosistem pengaturan iklim;
(7) jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir; (8) jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang hidup;
(9) jasa ekosistem rekreasi dan ekotourisme; (10) jasa ekosistem estetika alam; (11) jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan; (12) jasa ekosistem pendukung siklus hara;
(13) jasa ekosistem pendukung produksi primer; dan (14) jasa ekosistem pendukung biodiversitas.
B. JASA EKOSISTEM DI KABUPATEN TANAH BUMBU
(1) Jasa ekosistem penyediaan pangan a. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Per Kecamatan Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (Ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Angsana 579,21 12.343,62 6,63 4.394,48 2.257,16 19.581,10
Batulicin 227,38 4.268,46 2.843,43 3.330,19 2.793,87 13.463,33
Karang Bintang 295,33 13.930,98 4.004,86 1.908,79 20.139,97
Kuranji 337,21 10.133,23 993,94 11.464,38
Kusan Hilir 3.008,02 7.736,02 2.358,77 1.919,79 13.815,76 28.838,37
Kusan Hulu 9.887,56 56.699,24 57.750,08 21.313,72 4.673,26 150.323,86
Mantewe 6.628,62 42.617,28 30.747,10 5.595,83 1.079,91 86.668,74
Satui 14.446,17 37.422,73 24.246,01 505,46 11.135,21 87.755,58
Simpang Empat 466,64 18.112,07 629,76 6.253,09 4.682,83 30.144,39
Sungai Loban 1.411,78 34.649,02 113,83 2.056,16 38.230,80
Total 37.287,92 237.912,67 118.581,78 48.425,19 44.402,96 486.610,52
b. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 394,49 - 1.143,33 - 185,80 1.723,62
DAS Angsana 65,08 323,79 - 1.552,33 625,65 2.566,84
DAS Bakau 137,86 499,60 - - - 637,46
DAS Batulicin 7.315,69 61.516,52 19.801,95 17.182,09 5.204,64 111.020,89
DAS Batung-Buluh 598,79 4.816,88 252,65 - 321,70 5.990,02
DAS Belanak 0,99 171,01 - 48,88 8,18 229,06
Nama DAS
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS Buluh 31,94 1.317,66 36,57 101,85 648,13 2.136,15
DAS Bunati 232,04 2.353,75 - 2.210,33 538,51 5.334,64
DAS Bunati Kecil 2,64 - - - 531,92 534,56
DAS Cantung 227,43 6.180,19 3.975,95 1.124,94 - 11.508,50
DAS Cuka 49,72 - 1.194,05 - 205,40 1.449,16
DAS Dua 220,46 2.967,46 - - - 3.187,92
DAS Dua Laut Kecil 36,31 98,51 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,60 2.200,30 - - - 2.442,90
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,58 - - - 4.790,50
DAS Hanau 17,62 316,84 - 296,55 325,02 956,03
DAS Hanau Kecil - 277,76 - 54,84 223,58 556,18
DAS Kandang Haur - 496,27 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 11.956,68 61.037,15 54.911,28 21.418,59 15.978,61 165.302,30
DAS Langgawan 35,00 355,29 - - 272,35 662,64
DAS Loban 108,52 705,51 - - - 814,02
DAS Panyulingan - 300,04 - - - 300,04
DAS Samariti 20,09 1.015,40 - 273,66 486,92 1.796,08
DAS Satui 13.240,62 32.961,63 28.316,57 - 7.013,22 81.532,04
DAS Sebamban 405,97 30.927,97 - 415,83 1.874,79 33.624,56
DAS Segumbang Besar 25,14 1.307,10 1.271,71 682,78 387,32 3.674,05
DAS Segumbang Kecil 4,33 - 105,66 - 145,58 255,56
DAS Sei Dua 96,29 2.362,52 - 1.096,77 1.129,12 4.684,70
DAS Sei Kecil - 365,47 - 476,16 184,60 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 171,15 - 131,61 95,82 398,59
DAS Sepunggur Besar 8,04 203,72 262,96 - 503,90 978,62
DAS Sepunggur Kecil 5,25 - 30,37 - 268,05 303,67
Nama DAS
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS Serungga - 1.959,27 - 200,87 - 2.160,14
DAS Setarap 738,70 12.761,15 3.078,52 833,23 3.796,58 21.208,18
DAS Setarap Kecil 111,85 - - - 285,47 397,32
DAS Tanah Merah 440,54 - 254,98 - 1.067,66 1.763,18
DAS Tanah Merah Satui 12,12 - 717,10 - 394,46 1.123,69
DAS Terusan 34,07 2.176,87 372,16 36,47 568,14 3.187,70
DAS Tungkaran Pangeran
0,11 107,86 - 64,13 86,36 258,46
P.Burung 172,51 - - - 346,83 519,34
P.Suwangi 3,57 - - 284,90 384,29 672,77
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan - - 222,95 - 350,99 573,94
PM (pulau kecil tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 291,44 - - 291,44
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 14,45 1.378,13 2.482,53 6,06 - 3.881,18
Jumlah Total 37.183,42 238.247,36 118.750,03 48.492,87 44.465,32 487.139,00
(2) jasa ekosistem penyediaan air bersih
a. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Per Kecamatan Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Angsana 1,04 17.563,86 2.016,21 19.581,10
Batulicin 95,29 377,76 5.639,76 7.347,33 13.460,13
Karang Bintang 0,16 6,22 10.741,65 9.391,94 20.139,97
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Kuranji 0,01 628,71 10.835,66 11.464,39
Kusan Hilir 185,79 28.653,70 28.839,49
Kusan Hulu 30.848,19 46.848,29 53.175,74 19.454,84 150.327,05
Mantewe 9.878,89 8.232,55 53.464,99 15.093,04 86.669,48
Satui 2.025,33 15.096,93 55.581,91 15.052,67 87.756,84
Simpang Empat 174,13 842,73 14.083,21 15.046,64 30.146,71
Sungai Loban 27,41 3.350,74 34.854,90 38.233,06
Total 2.199,46 56.790,66 146.859,04 229.481,93 51.287,14 486.618,23
b. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Tana Bumbu
DAS / Sub DAS
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS BATULICIN 155,56 8.330,72 19.859,39 75.218,43 29.601,51 133.165,62
DAS CANTUNG 18,56 127,31 2.039,51 4.967,59 489,52 7.642,50
P. Burung 33,01 480,86 513,87
P. Suwangi 94,97 300,14 270,26 665,37
P. Tampakan 0,73 561,54 562,27
Sub DAS Batulaki 1.127,69 10.907,11 26.585,00 7.446,75 46.066,55
Sub DAS Betung 10,28 13.669,02 479,76 14.159,06
Sub DAS Bunati 6.042,88 1.452,43 7.495,31
Sub DAS Dua Laut 51,64 3.798,32 3.849,96
Sub DAS Dua Pumpung 1,51 131,55 2.285,14 2.418,20
DAS / Sub DAS
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sub DAS Keladan 1,04 12,68 2,26 15,98
Sub DAS Kusan Hilir 694,41 3.743,91 61.855,35 20.714,64 87.008,31
Sub DAS Kusan Hulu 8.122,99 11.711,58 9.267,16 29.101,73
Sub DAS Kusan Tengah 17.964,51 26.172,56 16.173,27 1,71 60.312,06
Sub DAS MARTAPURA 70,70 186,28 76,24 2,01 335,23
Sub DAS S.Cuka 7,16 3.376,11 1.821,72 5.204,99
Sub DAS Satui 826,94 10.295,14 23.226,04 4.265,83 38.613,95
Sub DAS Sebamban 57,51 11.252,78 21.173,28 32.483,56
Sub DAS Setarap 12.233,00 4.770,71 17.003,71
Jumlah Total 2.199,46 56.790,66 146.859,04 229.481,93 51.287,14 486.618,23
(3) Jasa ekosistem penyediaan serat a. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan AdministrasiKabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Jumlah
Total sangat rendah
rendah sedang tinggi
Angsana 1.401,34 3.691,52 14.484,51 0 19.577,37
Batulicin 2.246,09 4.756,63 6.226,02 230,81 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.406,70 10.471,58 0 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 0 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 13.553,04 5.702,58 0 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 15.358,71 42.690,52 81.920,93 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 12.472,51 42.932,39 19.063,52 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 8.132,37 13.830,05 3.347,66 30.142,65
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Jumlah
Total sangat rendah
rendah sedang tinggi
Sungai Loban 5.786,64 12.123,69 20.322,19 0 38.232,52
Total 55.015,44 98.055,41 185.964,90 147.560,09 486.595,85
b. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Serat Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 763,04 710,89 - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 500,92 2.055,07 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 576,07 23,54 - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 34.011,79 38.720,89 30.230,65 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 4.020,76 1.739,99 - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 7,63 40,88 - 229,02
DAS Buluh 181,26 428,11 1.361,59 165,15 2.136,11
DAS Bunati 528,45 2.087,41 2.718,10 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 0,39 441,98 - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 11.512,05
DAS Cuka 328,06 817,66 304,09 - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.137,95 678,88 - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 12,28 70,70 - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 215,38 573,57 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 125,80 282,12 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - 496,27
Nama DAS
Jasa Ekosistem Serat Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
DAS Kintap - - 27,30 - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 26.653,79 45.467,62 75.013,21 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 425,79 - - 662,65
DAS Loban 185,13 580,56 48,34 - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - 299,88
DAS Samariti 234,38 220,73 1.340,99 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 7.425,49 33.030,76 31.747,93 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 4.319,92 22.950,94 384,96 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.440,08 827,95 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 969,53 2.880,36 342,75 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 211,12 530,13 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 136,64 75,12 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 310,64 4,59 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 3.470,15 14.554,58 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 291,05 17,97 - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 548,13 44,28 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 46,05 2.171,30 26,06 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran
174,53 56,69 26,95 - 258,17
P.Burung 117,56 401,45 - - 519,01
P.Suwangi 128,69 160,97 143,34 236,05 669,05
P.Suwangi Kecil - 16,36 - - 16,36
P.Tampakan - 572,56 - - 572,56
Nama DAS
Jasa Ekosistem Serat Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
PM - 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 294,11 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 3.881,63
Jumlah Total 55.029,93 98.128,69 186.201,74 147.778,63 487.139,00
(4) Jasa ekosistem penyediaan energi
a. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar jumlah total
sangat
rendah rendah sedang tinggi
Angsana 1.401,34 3.691,52 14.484,51 19.577,37
Batulicin 2.246,09 4.756,63 6.226,02 230,81 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.406,70 10.471,58 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 13.553,04 5.702,58 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 15.358,71 42.690,52 81.920,93 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 12.472,51 42.932,39 19.063,52 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 8.132,37 13.830,05 3.347,66 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 12.123,69 20.322,19 38.232,52
jumlah total 55.015,44 98.055,41 185.964,90 147.560,09 486.595,85
b. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan DAS Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Energi Jumlah Total
(ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 763,04 710,89 - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 500,92 2.055,07 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 576,07 23,54 - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 34.011,79 38.720,89 30.230,65 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 4.020,76 1.739,99 - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 7,63 40,88 - 229,02
DAS Buluh 181,26 428,11 1.361,59 165,15 2.136,11
DAS Bunati 528,45 2.087,41 2.718,10 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 0,39 441,98 - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 11.512,05
DAS Cuka 328,06 817,66 304,09 - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.137,95 678,88 - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 12,28 70,70 - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 215,38 573,57 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 125,80 282,12 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 26.653,79 45.467,62 75.013,21 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 425,79 - - 662,65
DAS Loban 185,13 580,56 48,34 - 814,03
Nama DAS
Jasa Ekosistem Energi Jumlah Total
(ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - 299,88
DAS Samariti 234,38 220,73 1.340,99 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 7.425,49 33.030,76 31.747,93 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 4.319,92 22.950,94 384,96 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.440,08 827,95 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 969,53 2.880,36 342,75 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 211,12 530,13 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 136,64 75,12 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 310,64 4,59 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 3.470,15 14.554,58 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 291,05 17,97 - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 548,13 44,28 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 46,05 2.171,30 26,06 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran
174,53 56,69 26,95 - 258,17
P.Burung 117,56 401,45 - - 519,01
P.Suwangi 128,69 160,97 143,34 236,05 669,05
P.Suwangi Kecil - 16,36 - - 16,36
P.Tampakan - 572,56 - - 572,56
PM (pulau kecil tak
bernama)
- 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam - - 0,03 294,11 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Energi Jumlah Total
(ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi
Kanan
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 3.881,63
Total 55.029,93 98.128,69 186.201,74 147.778,63 487.139,00
(5) Jasa ekosistem penyediaan sumber daya genetik
a. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan KecamatanKabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Jumlah
Total sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Angsana 1.401,34 16.313,17 1.597,88 264,97 19.577,37
Batulicin 2.246,09 7.553,61 2.889,44 750,99 19,42 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 18.730,33 147,95 20.139,97
Kuranji 1.492,31 9.103,51 868,56 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 12.657,66 3.789,20 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 30.356,33 26.351,51 83.262,31 150.324,33
Mantewe 4.779,02 19.302,82 19.590,42 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 27.592,31 27.465,48 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 7.209,33 12.267,48 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 26.355,74 5.836,17 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 175.174,82 100.804,09 155.364,54 236,96 486.595,85
b. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Genetik Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 1.025,84 448,09 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 1.751,26 725,00 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 53.801,36 18.578,59 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 5.142,57 618,18 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 813,22 705,47 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 4.584,69 38,17 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 441,98 0,39 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 1.043,84 77,91 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.402,31 414,52 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.512,91 630,99 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 3.797,98 714,02 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 445,94 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 41.155,34 27.165,42 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 224,09 7,33 - - 299,88
Nama DAS
Jasa Ekosistem Genetik Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 16.935,02 23.208,11 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 21.965,60 5.050,81 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 2.003,91 228,20 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 105,84 3.073,46 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 240,22 - 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 13.053,21 4.937,02 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 527,12 653,76 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 1.066,65 1.104,65 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran 174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Nama DAS
Jasa Ekosistem Genetik Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Total 55.029,93 175.404,35 100.826,73 155.639,35 238,63 487.139,00
(6) Jasa ekosistem pengaturan iklim
a. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa ekosistem pengaturan iklim jumlah total
sangat
rendah rendah sedang tinggi
Sangat
tinggi
Angsana 879,26 522,09 17.911,05 264,97 19.577,37
Batulicin 934,72 1.311,37 10.443,04 750,99 19,42 13.459,55
Karang Bintang 249,67 1.012,02 18.878,28 20.139,97
Kuranji 57,50 1.434,81 9.972,07 11.464,38
Kusan Hilir 4.375,43 5.207,49 16.446,86 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 7.796,04 2.558,14 56.707,85 83.262,31 150.324,33
Mantewe 3.753,48 1.025,54 38.893,24 42.997,19 86.669,45
Satui 11.901,20 1.377,47 55.057,79 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang Empat 3.524,44 1.308,14 19.476,81 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 4.409,64 1.377,00 32.191,91 253,97 38.232,52
jumlah total 37.881,39 17.134,05 275.978,91 155.364,54 236,96 486.595,85
b. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Iklim Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 248,56 1,14 1.473,93 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 - 2.476,26 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau - 38,33 599,62 - - 637,95
DAS Batulicin 4.853,84 3.200,26 72.379,95 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 118,31 111,11 5.760,75 - - 5.990,16
DAS Belanak - 180,51 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 294,05 234,40 4.622,87 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 - 5.556,19 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 - 1.121,75 - - 1.449,82
DAS Dua 160,98 210,15 2.816,83 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 130,90 168,14 2.143,89 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 111,60 166,96 4.512,00 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 24,76 25,58 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 9.744,13 8.425,97 68.320,76 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 231,83 5,03 425,79 - - 662,65
DAS Loban 29,34 155,79 628,90 - - 814,03
DAS Panyulingan 20,72 47,74 231,41 - - 299,88
Nama DAS
Jasa Ekosistem Iklim Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 8.733,72 595,19 40.143,13 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.133,02 833,12 27.016,40 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 365,43 1.040,64 2.232,11 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 159,14 66,88 - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 249,66 34,58 597,85 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 125,83 60,86 148,13 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 405,77 257,64 240,22 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 2.253,02 930,45 17.990,23 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 - 1.180,89 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 257,56 273,73 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
90,88 83,65 45,62 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Iklim Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Jumlah Total 37.882,07 17.147,86 276.231,09 155.639,35 238,63 487.139,00
(7) Jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir a. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa ekosistem tata aliran air dan banjir Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 811,32 17.494,10 1.271,95 19.577,37
Batulicin 888,37 11.086,56 1.313,80 157,13 13,68 13.459,55
Karang Bintang 171,47 18.806,60 1.161,83 0,07 20.139,97
Kuranji 57,50 10.734,52 672,36 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 4.375,43 21.492,75 2.970,36 28.838,54
Kusan Hulu 5.978,90 49.157,08 50.711,85 30.242,58 14.233,92 150.324,33
Mantewe 1.814,94 30.116,74 36.754,99 13.620,02 4.362,61 86.669,31
Satui 9.951,46 50.461,14 21.291,02 4.119,61 1.923,86 87.747,09
Simpang Empat 2.922,88 14.665,47 11.893,00 538,76 122,53 30.142,65
Sungai Loban 3.765,66 31.644,75 2.822,01 0,10 38.232,52
Jumlah Total 30.737,94 255.659,70 130.863,18 48.678,29 20.656,61 486.595,71
b. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tata Aliran Air dan Banjir Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 196,18 1.455,13 72,32 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 2.476,26 79,73 - - 2.566,87
DAS Bakau - 637,95 - - - 637,95
DAS Batulicin 2.476,32 64.886,88 31.992,98 8.725,38 2.935,90 111.017,46
DAS Batung-Buluh 118,31 5.871,86 - - - 5.990,16
DAS Belanak - 204,34 23,87 0,81 - 229,02
DAS Buluh 181,26 1.271,22 607,39 34,08 42,17 2.136,11
DAS Bunati 243,46 4.737,46 353,05 - - 5.333,97
DAS Bunati Kecil 91,78 442,37 - - - 534,14
DAS Cantung 310,66 3.177,35 5.496,92 1.869,67 657,45 11.512,05
DAS Cuka 254,65 1.065,33 129,83 - - 1.449,82
DAS Dua 160,98 3.003,47 23,50 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 82,99 - - - 135,47
DAS Dua Pumpung 130,90 2.205,92 106,11 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 111,60 4.678,96 - - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 271,65 497,58 19,72 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 187,85 220,07 - - 556,19
DAS Kandang Haur 24,76 471,52 - - - 496,28
DAS Kintap - 3,31 21,57 2,43 - 27,30
DAS Kusan 8.259,87 66.864,24 50.652,58 27.841,98 11.686,10 165.304,77
DAS Langgawan 231,83 430,82 - - - 662,65
DAS Loban 29,34 784,69 - - - 814,03
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tata Aliran Air dan Banjir Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
DAS Panyulingan 20,72 279,16 - - - 299,88
DAS Samariti 234,38 906,98 640,99 13,75 - 1.796,10
DAS Satui 6.897,23 34.695,25 25.609,70 9.238,93 5.092,00 81.533,11
DAS Sebamban 4.165,76 25.302,47 4.116,10 33,92 3,72 33.621,97
DAS Segumbang Besar 365,43 3.180,42 128,24 - - 3.674,10
DAS Segumbang Kecil 159,14 66,88 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 460,96 2.013,19 2.092,66 100,88 17,07 4.684,76
DAS Sei Kecil 248,92 184,99 587,75 3,83 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 124,96 135,85 137,62 0,02 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 405,77 497,86 75,01 - - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 1,33 709,86 1.356,78 82,27 11,40 2.161,63
DAS Setarap 2.240,00 18.222,34 745,87 - - 21.208,21
DAS Setarap Kecil 88,17 309,01 - - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 1.180,89 - - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 257,56 624,69 241,45 - - 1.123,70
DAS Terusan 781,56 1.519,86 848,66 35,90 1,82 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
90,88 119,21 48,01 0,07 - 258,17
P.Burung 117,56 238,76 162,70 - - 519,01
P.Suwangi 82,28 53,80 361,50 157,75 13,72 669,05
P.Suwangi Kecil - - 16,36 - - 16,36
P.Tampakan - 118,73 453,83 - - 572,56
PM - - 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan
- - 33,66 127,80 132,67 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tata Aliran Air dan Banjir Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Sub-Sub DAS Riam Kiwa
0,80 297,92 3.029,02 461,23 92,52 3.881,49
Total 30.728,28 255.869,67 131.104,09 48.750,42 20.686,54 487.139,00
(8) Jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang hidup
a. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Kecamatan
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Jumlah
Total sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Angsana 1,04 1.083,50 18.496,57 19.581,10
Batulicin 20,06 76,19 99,42 845,75 12.418,72 13.460,13
Karang Bintang 0,16 7,37 1.279,45 18.852,98 20.139,97
Kuranji 0,01 1,37 701,86 10.761,14 11.464,38
Kusan Hilir 161,60 28.677,89 28.839,49
Kusan Hulu 14.785,30 16.319,25 14.728,27 37.508,67 66.985,55 150.327,03
Mantewe 4.976,77 6.590,26 8.092,64 27.954,17 39.055,50 86.669,33
Satui 2.038,47 2.212,71 2.225,90 16.561,56 64.718,20 87.756,84
Simpang Empat 182,24 328,32 624,14 8.256,01 20.756,00 30.146,71
Sungai Loban 0,19 27,23 3.207,38 34.998,24 38.233,04
Jumlah Total 22.002,83 25.527,09 25.807,36 97.559,97 315.720,79 486.618,04
b. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal Ruang Hidup Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai - - - 125,75 1.597,86 1.723,62
DAS Angsana - - - - 2.566,83 2.566,83
DAS Bakau - - - - 637,94 637,94
DAS Batulicin 3.356,41 4.333,58 5.462,40 25.382,22 72.481,06 111.015,68
DAS Batung-Buluh - - - - 5.990,06 5.990,06
DAS Belanak - 0,99 2,72 30,46 194,89 229,06
DAS Buluh 42,18 18,65 21,55 310,92 1.742,85 2.136,14
DAS Bunati - - - 220,99 5.113,62 5.334,62
DAS Bunati Kecil - - - - 534,56 534,56
DAS Cantung 829,90 915,61 1.030,36 3.841,26 4.894,72 11.511,86
DAS Cuka - - 1,32 201,92 1.246,55 1.449,79
DAS Dua - - - 26,66 3.161,25 3.187,91
DAS Dua Laut Kecil - - - - 135,47 135,47
DAS Dua Pumpung - - 1,47 124,27 2.317,15 2.442,89
DAS Godang-Durian - - - - 4.790,48 4.790,48
DAS Hanau 4,73 15,00 33,11 249,09 654,10 956,02
DAS Hanau Kecil - - 0,60 93,67 461,91 556,18
DAS Kandang Haur - - - - 496,27 496,27
DAS Kintap 0,07 2,36 5,70 15,86 3,31 27,30
DAS Kusan 12.251,78 14.662,17 13.958,94 35.662,63 88.766,60 165.302,12
DAS Langgawan - - - - 662,64 662,64
DAS Loban - - - - 814,02 814,02
DAS Panyulingan - - - - 300,04 300,04
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal Ruang Hidup Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Samariti 2,28 11,47 27,19 393,07 1.362,06 1.796,07
DAS Satui 5.209,63 5.109,62 4.457,55 19.576,27 47.178,71 81.531,78
DAS Sebamban 3,72 13,21 87,33 4.518,47 29.001,72 33.624,45
DAS Segumbang Besar - - - 92,64 3.581,40 3.674,03
DAS Segumbang Kecil - - - - 255,56 255,56
DAS Sei Dua 36,91 64,96 120,08 1.285,28 3.177,44 4.684,68
DAS Sei Kecil - 3,83 28,41 472,42 521,56 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 0,57 6,60 104,39 287,02 398,58
DAS Sepunggur Besar - - - - 978,61 978,61
DAS Sepunggur Kecil - - - - 303,67 303,67
DAS Serungga 13,94 39,17 48,02 719,11 1.341,36 2.161,59
DAS Setarap - - - 787,24 20.420,86 21.208,10
DAS Setarap Kecil - - - - 397,32 397,32
DAS Tanah Merah - - - - 1.763,17 1.763,17
DAS Tanah Merah Satui - - - 0,71 1.122,97 1.123,68
DAS Terusan 22,19 13,64 33,17 914,76 2.203,99 3.187,75
DAS Tungkaran Pangeran
- 1,20 3,88 33,78 219,59 258,46
P.Burung - - - - 519,34 519,34
P.Suwangi 20,62 75,91 94,77 276,35 201,54 669,19
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - - - 573,93 573,93
PM (pulau kecil tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
132,67 85,68 42,14 32,96 0,69 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal Ruang Hidup Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Sub-Sub DAS Riam Kiwa
107,84 196,88 378,32 2.210,60 987,79 3.881,42
Total 22.034,85 25.564,50 25.845,64 97.720,12 315.973,88 487.139,00
(9) Jasa ekosistem rekreasi dan ekotourisme
a. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
Kecamatan
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.251,26 4.589,08 13.293,83 236,62 206,59 19.577,37
Batulicin 1.163,46 5.249,17 5.271,11 1.390,89 384,91 13.459,55
Karang Bintang 1.136,51 8.588,82 10.414,57 0,07 20.139,97
Kuranji 1.461,44 2.955,61 7.047,32 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 4.496,06 10.975,40 5.247,62 7.467,88 651,57 28.838,54
Kusan Hulu 7.051,83 52.001,52 44.654,90 31.830,78 14.785,30 150.324,33
Mantewe 2.835,26 44.980,45 18.583,72 11.145,09 9.124,78 86.669,31
Satui 11.053,21 44.640,72 25.376,66 4.099,94 2.576,57 87.747,09
Simpang Empat 3.665,38 18.938,56 4.096,64 2.422,80 1.019,27 30.142,65
Sungai Loban 4.869,85 17.535,23 15.067,79 231,69 527,96 38.232,52
Jumlah Total 38.984,27 210.454,57 149.054,16 58.825,77 29.276,94 486.595,71
b. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
Nama DAS
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai - - - 125,75 1.597,86 1.723,62
DAS Angsana - - - - 2.566,83 2.566,83
DAS Bakau - - - - 637,94 637,94
DAS Batulicin 3.356,41 4.333,58 5.462,40 25.382,22 72.481,06 111.015,68
DAS Batung-Buluh - - - - 5.990,06 5.990,06
DAS Belanak - 0,99 2,72 30,46 194,89 229,06
DAS Buluh 42,18 18,65 21,55 310,92 1.742,85 2.136,14
DAS Bunati - - - 220,99 5.113,62 5.334,62
DAS Bunati Kecil - - - - 534,56 534,56
DAS Cantung 829,90 915,61 1.030,36 3.841,26 4.894,72 11.511,86
DAS Cuka - - 1,32 201,92 1.246,55 1.449,79
DAS Dua - - - 26,66 3.161,25 3.187,91
DAS Dua Laut Kecil - - - - 135,47 135,47
DAS Dua Pumpung - - 1,47 124,27 2.317,15 2.442,89
DAS Godang-Durian - - - - 4.790,48 4.790,48
DAS Hanau 4,73 15,00 33,11 249,09 654,10 956,02
DAS Hanau Kecil - - 0,60 93,67 461,91 556,18
DAS Kandang Haur - - - - 496,27 496,27
DAS Kintap 0,07 2,36 5,70 15,86 3,31 27,30
DAS Kusan 12.251,78 14.662,17 13.958,94 35.662,63 88.766,60 165.302,12
DAS Langgawan - - - - 662,64 662,64
DAS Loban - - - - 814,02 814,02
DAS Panyulingan - - - - 300,04 300,04
Nama DAS
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Samariti 2,28 11,47 27,19 393,07 1.362,06 1.796,07
DAS Satui 5.209,63 5.109,62 4.457,55 19.576,27 47.178,71 81.531,78
DAS Sebamban 3,72 13,21 87,33 4.518,47 29.001,72 33.624,45
DAS Segumbang Besar - - - 92,64 3.581,40 3.674,03
DAS Segumbang Kecil - - - - 255,56 255,56
DAS Sei Dua 36,91 64,96 120,08 1.285,28 3.177,44 4.684,68
DAS Sei Kecil - 3,83 28,41 472,42 521,56 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 0,57 6,60 104,39 287,02 398,58
DAS Sepunggur Besar - - - - 978,61 978,61
DAS Sepunggur Kecil - - - - 303,67 303,67
DAS Serungga 13,94 39,17 48,02 719,11 1.341,36 2.161,59
DAS Setarap - - - 787,24 20.420,86 21.208,10
DAS Setarap Kecil - - - - 397,32 397,32
DAS Tanah Merah - - - - 1.763,17 1.763,17
DAS Tanah Merah Satui - - - 0,71 1.122,97 1.123,68
DAS Terusan 22,19 13,64 33,17 914,76 2.203,99 3.187,75
DAS Tungkaran Pangeran
- 1,20 3,88 33,78 219,59 258,46
P.Burung - - - - 519,34 519,34
P.Suwangi 20,62 75,91 94,77 276,35 201,54 669,19
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - - - 573,93 573,93
PM (pulau kecil tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
132,67 85,68 42,14 32,96 0,69 294,13
Nama DAS
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Sub-Sub DAS Riam Kiwa
107,84 196,88 378,32 2.210,60 987,79 3.881,42
Jumlah Total 22.034,85 25.564,50 25.845,64 97.720,12 315.973,88 487.139,00
(10) Jasa ekosistem estetika alam
a. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.597,10 4.243,24 13.293,83 236,62 206,59 19.577,37
Batulicin 2.996,69 3.415,93 5.277,80 1.384,21 384,91 13.459,55
Karang Bintang 1.221,41 8.503,92 10.414,57 0,07 20.139,97
Kuranji 1.461,44 2.955,61 7.047,32 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 7.692,08 7.779,39 5.247,62 7.467,88 651,57 28.838,54
Kusan Hulu 8.232,09 50.821,26 44.658,40 31.827,28 14.785,30 150.324,33
Mantewe 2.835,26 44.980,45 18.583,72 11.145,09 9.124,78 86.669,31
Satui 13.267,32 42.426,61 25.376,84 4.099,75 2.576,57 87.747,09
Simpang Empat 4.505,27 18.098,68 4.096,64 2.422,80 1.019,27 30.142,65
Sungai Loban 5.387,57 17.017,51 15.067,86 231,61 527,96 38.232,52
Jumlah Total 49.196,24 200.242,60 149.064,60 58.815,32 29.276,94 486.595,71
b. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 201,18 1.181,90 269,32 - 71,24 1.723,63
DAS Angsana 262,72 457,54 1.671,65 71,20 103,77 2.566,87
DAS Bakau 123,30 443,23 - - 71,42 637,95
DAS Batulicin 6.740,98 56.874,29 33.506,60 7.444,39 6.451,20 111.017,46
DAS Batung-Buluh 482,61 4.020,28 1.402,59 - 84,68 5.990,16
DAS Belanak 168,72 51,10 0,81 - 8,39 229,02
DAS Buluh 288,17 565,79 884,73 294,14 103,28 2.136,11
DAS Bunati 494,03 1.917,19 2.718,10 165,77 38,88 5.333,97
DAS Bunati Kecil 69,23 - 424,96 - 39,95 534,14
DAS Cantung 310,66 6.545,50 1.618,74 1.029,62 2.007,53 11.512,05
DAS Cuka 330,11 805,26 301,64 - 12,80 1.449,82
DAS Dua 434,03 2.365,61 359,37 - 28,96 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 41,96 70,70 - - 22,80 135,47
DAS Dua Pumpung 229,40 1.801,37 361,32 - 50,85 2.442,93
DAS Godang-Durian 258,70 3.109,64 1.402,36 - 19,86 4.790,56
DAS Hanau 157,68 543,42 23,82 197,57 33,55 956,04
DAS Hanau Kecil 137,58 281,53 0,60 88,64 47,85 556,19
DAS Kandang Haur 36,03 - 378,76 - 81,48 496,28
DAS Kintap - 19,17 5,70 2,36 0,07 27,30
DAS Kusan 14.794,62 52.939,12 48.789,46 36.174,88 12.606,69 165.304,77
DAS Langgawan 397,00 203,63 - - 62,02 662,65
DAS Loban 173,14 586,35 - - 54,55 814,03
Nama DAS
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
DAS Panyulingan 52,98 7,33 218,30 - 21,28 299,88
DAS Samariti 231,20 1.322,27 16,28 205,46 20,90 1.796,10
DAS Satui 7.822,74 38.073,71 21.108,48 9.169,77 5.358,40 81.533,11
DAS Sebamban 5.147,60 9.814,07 18.254,44 262,43 143,44 33.621,97
DAS Segumbang Besar 596,96 1.176,27 827,95 1.002,84 70,08 3.674,10
DAS Segumbang Kecil 158,76 - - 77,70 19,10 255,56
DAS Sei Dua 753,91 2.766,85 405,99 658,49 99,52 4.684,76
DAS Sei Kecil 237,77 594,18 15,08 138,10 40,37 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 103,05 186,33 3,21 58,12 47,76 398,46
DAS Sepunggur Besar 400,10 235,63 4,59 309,13 29,18 978,63
DAS Sepunggur Kecil 193,83 - - 59,52 50,33 303,68
DAS Serungga 1,33 1.829,69 242,63 74,04 13,94 2.161,63
DAS Setarap 4.545,12 5.430,19 11.126,74 34,50 71,66 21.208,21
DAS Setarap Kecil 325,90 9,61 - - 61,68 397,18
DAS Tanah Merah 547,91 1.064,51 67,61 - 83,18 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 813,85 44,99 - 235,52 29,34 1.123,70
DAS Terusan 730,31 1.254,96 1.079,03 39,82 83,68 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran
106,55 78,85 0,07 32,51 40,19 258,17
P.Burung 179,89 - - 119,52 219,61 519,01
P.Suwangi 70,34 114,08 109,41 171,15 204,07 669,05
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan 118,73 - - 280,64 173,19 572,56
PM - - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- 0,70 32,98 127,79 132,67 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
0,80 1.737,06 1.647,15 388,64 107,84 3.881,49
Jumlah Total 49.271,46 200.523,89 149.280,45 58.914,24 29.148,96 487.139,00
(11) Jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan
a. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Tana Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Jumlah
Total Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Angsana 579,21 12.343,62 6,63 4.394,48 2.257,16 19.581,10
Batulicin 227,38 4.268,46 2.843,43 3.330,19 2.793,87 13.463,33
Karang Bintang 295,33 13.930,98 4.004,86 1.908,79 20.139,97
Kuranji 337,21 10.133,23 993,94 11.464,38
Kusan Hilir 3.008,02 7.736,02 2.358,77 1.919,79 13.815,76 28.838,37
Kusan Hulu 9.887,56 56.699,24 57.750,08 21.313,72 4.673,26 150.323,86
Mantewe 6.628,62 42.617,28 30.747,10 5.595,83 1.079,91 86.668,74
Satui 14.446,17 37.422,73 24.246,01 505,46 11.135,21 87.755,58
Simpang Empat 466,64 18.112,07 629,76 6.253,09 4.682,83 30.144,39
Sungai Loban 1.411,78 34.649,02 113,83 2.056,16 38.230,80
Jumlah Total 37.287,92 237.912,67 118.581,78 48.425,19 44.402,96 486.610,52
b. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Dirinci Per Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Kesuburan Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 394,49 - 1.143,33 - 185,80 1.723,62
DAS Angsana 65,08 323,79 - 1.552,33 625,65 2.566,84
DAS Bakau 137,86 499,60 - - - 637,46
DAS Batulicin 7.315,69 61.516,52 19.801,95 17.182,09 5.204,64 111.020,89
DAS Batung-Buluh 598,79 4.816,88 252,65 - 321,70 5.990,02
DAS Belanak 0,99 171,01 - 48,88 8,18 229,06
DAS Buluh 31,94 1.317,66 36,57 101,85 648,13 2.136,15
DAS Bunati 232,04 2.353,75 - 2.210,33 538,51 5.334,64
DAS Bunati Kecil 2,64 - - - 531,92 534,56
DAS Cantung 227,43 6.180,19 3.975,95 1.124,94 - 11.508,50
DAS Cuka 49,72 - 1.194,05 - 205,40 1.449,16
DAS Dua 220,46 2.967,46 - - - 3.187,92
DAS Dua Laut Kecil 36,31 98,51 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,60 2.200,30 - - - 2.442,90
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,58 - - - 4.790,50
DAS Hanau 17,62 316,84 - 296,55 325,02 956,03
DAS Hanau Kecil - 277,76 - 54,84 223,58 556,18
DAS Kandang Haur - 496,27 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 11.956,68 61.037,15 54.911,28 21.418,59 15.978,61 165.302,30
DAS Langgawan 35,00 355,29 - - 272,35 662,64
DAS Loban 108,52 705,51 - - - 814,02
Nama DAS
Jasa Ekosistem Kesuburan Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Panyulingan - 300,04 - - - 300,04
DAS Samariti 20,09 1.015,40 - 273,66 486,92 1.796,08
DAS Satui 13.240,62 32.961,63 28.316,57 - 7.013,22 81.532,04
DAS Sebamban 405,97 30.927,97 - 415,83 1.874,79 33.624,56
DAS Segumbang Besar 25,14 1.307,10 1.271,71 682,78 387,32 3.674,05
DAS Segumbang Kecil 4,33 - 105,66 - 145,58 255,56
DAS Sei Dua 96,29 2.362,52 - 1.096,77 1.129,12 4.684,70
DAS Sei Kecil - 365,47 - 476,16 184,60 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 171,15 - 131,61 95,82 398,59
DAS Sepunggur Besar 8,04 203,72 262,96 - 503,90 978,62
DAS Sepunggur Kecil 5,25 - 30,37 - 268,05 303,67
DAS Serungga - 1.959,27 - 200,87 - 2.160,14
DAS Setarap 738,70 12.761,15 3.078,52 833,23 3.796,58 21.208,18
DAS Setarap Kecil 111,85 - - - 285,47 397,32
DAS Tanah Merah 440,54 - 254,98 - 1.067,66 1.763,18
DAS Tanah Merah Satui 12,12 - 717,10 - 394,46 1.123,69
DAS Terusan 34,07 2.176,87 372,16 36,47 568,14 3.187,70
DAS Tungkaran Pangeran
0,11 107,86 - 64,13 86,36 258,46
P.Burung 172,51 - - - 346,83 519,34
P.Suwangi 3,57 - - 284,90 384,29 672,77
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan - - 222,95 - 350,99 573,94
PM (pulau kecil tak bernama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam - - 291,44 - - 291,44
Nama DAS
Jasa Ekosistem Kesuburan Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Kanan
Sub-Sub DAS Riam Kiwa
14,45 1.378,13 2.482,53 6,06 - 3.881,18
Total 37.183,42 238.247,36 118.750,03 48.492,87 44.465,32 487.139,00
(12) Jasa ekosistem pendukung siklus hara
a. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Per Kecamatan Kabupaten Tana Bumbu
Row Labels
Jasa Ekosistem Unsur Hara Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
Sangat
tinggi
Angsana 573,58 12.618,24 3.865,83 2.519,72 19.577,37
Batulicin 111,28 6.428,17 4.431,42 2.473,23 18,65 13.462,75
Karang Bintang 295,33 14.058,96 3.872,17 1.913,50 20.139,97
Kuranji 337,21 10.150,58 976,59 11.464,38
Kusan Hilir 1.590,50 10.667,81 9.612,13 6.837,28 129,75 28.837,47
Kusan Hulu 1.445,45 46.064,74 38.003,73 64.807,31 150.321,24
Mantewe 1.127,20 36.767,88 20.229,36 28.544,29 86.668,74
Satui 3.665,83 51.930,53 11.838,33 20.259,20 51,96 87.745,85
Simpang Empat 188,51 15.696,05 7.832,26 6.423,51 30.140,33
Sungai Loban 1.217,52 34.853,41 701,91 1.457,44 38.230,28
Jumlah Total 10.552,42 239.236,37 101.363,73 135.235,49 200,36 486.588,37
b. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Hara Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - 6,49 - - 6,49
DAS Anglai 2,27 1.189,64 358,00 173,72 - 1.723,64
DAS Angsana 65,08 323,79 921,75 1.256,26 - 2.566,88
DAS Bakau 45,72 591,76 - - - 637,47
DAS Batulicin 1.691,30 59.393,29 27.626,00 22.312,09 - 111.022,67
DAS Batung-Buluh 145,73 5.487,27 35,42 321,71 - 5.990,12
DAS Belanak 0,99 182,85 3,50 41,68 - 229,02
DAS Buluh 12,45 1.178,84 348,02 596,81 - 2.136,12
DAS Bunati 226,74 2.500,42 2.101,45 505,38 - 5.333,98
DAS Bunati Kecil 2,64 - 89,13 442,37 - 534,15
DAS Cantung - 4.914,78 2.202,80 4.391,12 - 11.508,69
DAS Cuka 11,06 1.230,28 7,53 200,33 - 1.449,19
DAS Dua 196,38 2.991,59 - - - 3.187,97
DAS Dua Laut Kecil 34,97 99,84 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,30 2.200,64 - - - 2.442,94
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,65 - - - 4.790,58
DAS Hanau 15,15 283,07 184,60 473,22 - 956,04
DAS Hanau Kecil - 244,98 158,74 152,47 - 556,19
DAS Kandang Haur - 496,28 - - - 496,28
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 3.199,95 52.536,99 44.297,18 65.165,81 105,07 165.305,00
DAS Langgawan 29,63 360,67 139,95 132,41 - 662,65
DAS Loban 71,33 742,71 - - - 814,04
DAS Panyulingan - 299,88 - - - 299,88
Nama DAS
Jasa Ekosistem Hara Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Samariti 9,93 1.021,57 228,45 536,15 - 1.796,11
DAS Satui 3.093,11 39.816,90 11.572,96 26.998,35 52,04 81.533,37
DAS Sebamban 330,91 30.683,55 1.243,32 1.364,29 - 33.622,08
DAS Segumbang Besar 25,14 2.371,13 1.240,30 37,53 - 3.674,11
DAS Segumbang Kecil 2,87 107,12 117,50 28,08 - 255,56
DAS Sei Dua 38,01 2.027,14 750,95 1.868,68 - 4.684,78
DAS Sei Kecil - 278,11 266,61 480,77 - 1.025,50
DAS Sei Kecil Bawah - 172,12 142,05 84,29 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 8,04 459,91 422,68 88,00 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 1,83 15,10 181,92 78,61 26,22 303,68
DAS Serungga - 988,64 970,66 200,87 - 2.160,17
DAS Setarap 516,73 15.899,71 2.015,84 2.776,01 - 21.208,28
DAS Setarap Kecil 30,57 81,14 57,60 227,87 - 397,19
DAS Tanah Merah 242,14 352,47 376,62 791,99 - 1.763,21
DAS Tanah Merah Satui 4,01 288,37 566,07 265,25 - 1.123,70
DAS Terusan 34,07 2.343,37 715,26 95,05 - 3.187,75
DAS Tungkaran
Pangeran
- 127,16 84,23 46,78 - 258,17
P.Burung 7,74 164,78 109,82 236,68 - 519,02
P.Suwangi - 3,57 128,69 524,42 15,94 672,62
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 103,55 469,02 - 572,57
PM (pulau kecil tak bernama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan
- - 0,03 291,42 - 291,44
Nama DAS
Jasa Ekosistem Hara Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
- 413,84 1.700,98 1.766,42 - 3.881,24
Total 10.514,71 239.479,90 101.503,95 135.438,27 202,17 487.139,00
(13) Jasa ekosistem pendukung produksi primer a. Jasa ekosistem produksi primer berdasarkan kecamatan
Kecamatan
Jasa ekosistem produksi primer Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.401,34 2.997,17 14.913,88 264,97 19.577,37
Batulicin 2.246,09 2.383,79 8.059,26 750,99 19,42 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.321,79 10.556,49 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 7.410,04 9.036,82 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 12.818,59 43.889,26 83.262,31 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 9.747,02 45.310,77 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 4.705,73 14.771,08 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 11.205,94 20.985,97 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 79.150,33 196.828,58 155.364,54 236,96 486.595,85
b. Jasa ekosistem produksi primer berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Jasa Ekosistem Produksi Primer Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 756,52 717,41 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 76,86 2.399,40 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 32.339,69 40.040,26 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 3.739,98 2.020,77 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 1.866,60 2.756,27 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 742,20 379,55 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.042,94 773,89 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 18.544,47 49.776,29 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - - 299,88
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
Nama DAS
Jasa Ekosistem Produksi Primer Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Satui 9.328,91 6.616,58 33.526,55 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 3.808,92 23.207,48 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.175,97 1.056,14 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 235,63 4,59 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 1.926,47 16.063,76 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran
174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM - - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Total 55.029,93 79.243,63 196.987,46 155.639,35 238,63 487.139,00
(14) Jasa ekosistem pendukung biodiversitas
a. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Angsana 1.401,34 2.997,17 14.913,88 264,97 19.577,37
Batulicin 2.246,09 2.383,79 8.059,26 750,99 19,42 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.321,79 10.556,49 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 7.410,04 9.036,82 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 12.818,59 43.889,26 83.262,31 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 9.747,02 45.310,77 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 4.705,73 14.771,08 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 11.205,94 20.985,97 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 79.150,33 196.828,58 155.364,54 236,96 486.595,85
b. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 756,52 717,41 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 76,86 2.399,40 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 32.339,69 40.040,26 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 3.739,98 2.020,77 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 1.866,60 2.756,27 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 742,20 379,55 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.042,94 773,89 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 18.544,47 49.776,29 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - - 299,88
Nama DAS
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 6.616,58 33.526,55 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 3.808,92 23.207,48 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.175,97 1.056,14 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 235,63 4,59 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 1.926,47 16.063,76 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil tanpa
nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Nama DAS
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total (ha) sangat rendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Total 55.029,93 79.243,63 196.987,46 155.639,35 238,63 487.139,00
BUPATI TANAH BUMBU,
H. SUDIAN NOOR
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU
NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
TARGET IKLH DI KABUPATEN TANAH BUMBU
KETERANGAN TARGET
2021 2026 2031 2036 2041 2046
IKLH : 60,96 62,84 64,73 66,61 68,49 70,38
Air 54,32 57,32 60,32 63,32 66,32 69,32
Udara 88,69 88,84 88,99 89,14 89,29 89,44
Tutupan Hutan
45,15 45,40 45,65 45,90 46,15 46,40
BUPATI TANAH BUMBU,
H. SUDIAN NOOR
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
TANAH BUMBU
NOMOR TAHUN 201
TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
KABUPATEN TANAH BUMBU
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................I-1
1.1.Latar Belakang ..................................................................................................... I-1
1.2. Tujuan Sasaran dan Manfaat ..............................................................................I-7
1.2.1.Tujuan ........................................................................................................I-7
1.2.2. Sasaran .....................................................................................................I-7
1.2.3. Manfaat ....................................................................................................I-8
1.3. Ruang Lingkup ...................................................................................................I-8
1.4. Dasar Hukum .....................................................................................................I-8
1.5. Lingkup Kegiatan, Data dan Fasilitas Penunjang Serta Alih Pengetahuan..............I-9
1.6. Tahapan Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.................................................................................................................I-9
BAB II KONDISI DAN INDIKASI DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
WILAYAH ................................................................................................II-1
2.1. Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-1
2.1.1. Kondisi Fisik Alam .................................................................................... II-1
2.1.1.1. Posisi Geografi .............................................................................. II-2
2.1.1.2. Kondisi Demografi ...................................................................... II-14
2.1.1.3. Kondisi Infrastruktur .................................................................... II-14
2.2. Jasa Ekosistem ................................................................................................ II-16
2.3. Indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan .................................. II-117
2.3.1. Daya Dukung Lingkungan ..................................................................... II-117
2.3.2. Daya Tampung Lingkungan .................................................................. II-118
2.4. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkiungan terhadap Perijinan................ II-124
2.4.1. Perijinan HGU terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai........................... II-124
2.4.2. Perijinan IPPKH terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai ........................ II-127
2.4.3. Perijinan HTI terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai ............................ II-130
2.4.4. Perijinan HTI terhadap DDDTDaerah Aliran Sungai .............................. II-131
2.4.5. Semua Perijinan terhadap DDDT Daerah liran Sungai .......................... II-136
iii
BAB III PERMASALAHAN DAN TARGET LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
TANAH BUMBU .................................................................................. III-1
3.1. Permasalahan Lingkungan Hidup ...................................................................... III-1
3.1.1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Tanah Bumbu .................................... III-2
3.1.2. Pencemaran Air Permukaan/Sungai ........................................................ III-2
3.1.3. Pencemaran Udara Ambien dan Kebakaran Hutan/Lahan ...................... III-5
3.1.4. Bencana Alam ........................................................................................ III-8
3.1.5. Penurunan Luasan Tutupan Hutan / Lahan dan Banjir ........................... III-10
3.1.6. Telaahan Isu Pokok Permasalahan Lingkungan ....................................... III-11
3.1.7. Analisis Driver (Pendorong), Pressure (Tekanan), State (Kondisi),
Impact (dampak), dan Response ............................................................ III-13
3.1.8. Target Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Hidup ........ III-23
BAB IV ARAHAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN TANAH BUMBU .............................................................. IV-1
4.1. Rencana Pemanfaatan Dan/Atau Pencadangan Sumber Daya Alam.................. IV-2
4.2. Rencana Pemanfaatan Dan/Atau Pencadangan Sumber Daya Alam ................ IV-14
4.3. Rencana Pengendalian, Pemantauan serta Pendayagunaan dan Pelestarian Sumber
Daya Alam ..................................................................................................... IV-21
4.4. Rencana Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ........................................... IV-25
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jarak Dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015 ................................................................................ II-3
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2015 ............................................................................................ II-5
Tabel 2.3. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Air Laut (Dpl) di Kabupaten
Tanah Bumbu Tahun 2015 ..................................................................... II-6
Tabel 2.4. Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan di
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015.................................................... II-7
Tabel 2.5. Jumlah Curah Hujan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015 ................................................................................ II-8
Tabel 2.6. Suhu Udara dan Kelembaban Udara di Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2015 ............................................................................................ II-8
Tabel 2.7. Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran
Matahari Menurut Bulan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 ........ II-9
Tabel 2.8. Nama Sungai dan Panjangnya di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2015 ...................................................................................................... II-11
Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015 ............................................................................... II-14
Tabel 2.10. Sarana Kebersihan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 ................ II-16
Tabel 2.11. Sarana Kesehatan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 .................. II-17
Tabel 2.12. Klasifikasi Layanan Ekosistem ............................................................... II-18
Tabel 2.13. Bentuk Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu ........................................... II-19
Tabel 2.14. Jenis Tanah ......................................................................................... II-20
Tabel 2.15. Jenis Tanah dan Pemanfaatan ............................................................. II-23
Tabel 2.16. Jenis Penutup Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu ............................... II-28
Tabel 2.17. Klasifikasi Tutupan Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu ........................ II-29
Tabel 2.18. Kelas Penutupan Lahan ....................................................................... II-32
Tabel 2.19. Klasifikasi Jasa Ekosistem ..................................................................... II-32
Tabel 2.20. Skoring DDDT Ketersediaan Air .......................................................... II-34
Tabel 2.21. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Per Kecamatan Kabupaten
Tanah Bumbu .................................................................................... II-34
Tabel 2.22. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kabupaten Tanah Bumbu .............................................. II-35
Tabel 2.23. Skoring DDDT Ketersediaan Pangan ................................................... II-38
v
Tabel 2.24. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Per Kecamatan Kabupaten
Tanah Bumbu .................................................................................... II-39
Tabel 2.25. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai Kabupaten Tanah Bumbu ........................................................ II-39
Tabel 2.26. Skoring DDDT Ketersediaan Serat ....................................................... II-43
Tabel 2.27. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-43
Tabel 2.28. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-46
Tabel 2.29. Skoring DDDT Ketersediaan Sumber Daya Genetik ............................. II-49
Tabel 2.30. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................. II-49
Tabel 2.31. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai Kabupaten Tanah Bumbu ........................................................ II-50
Tabel 2.32. Skoring DDDT Pengaturan Iklim ......................................................... II-56
Tabel 2.33. Skoring DDDT Pengaturan Iklim ......................................................... II-56
Tabel 2.34. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-56
Tabel 2.35. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan DAS Kabupaten
Tanah Bumbu .................................................................................... II-57
Tabel 2.36. Skoring DDDT Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir ......................... II-63
Tabel 2.37. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-63
Tabel 2.38. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan Daerah
Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu .............................................. II-64
Tabel 2.39. Skoring DDDT Penyediaan Energi....................................................... II-69
Tabel 2.40. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-70
Tabel 2.41. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan DAS
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-70
Tabel 2.42. Skoring DDDT Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan
.......................................................................................................... II-75
Tabel 2.43. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Dirinci
Per Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu ....................................... II-76
Tabel 2.44. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Dirinci
Per Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Tanah Bumbu ........................ II-76
Tabel 2.45. Skoring DDDT Unsur Hara .................................................................. II-81
Tabel 2.46. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Per Kecamatan Kabupaten
Tanah Bumbu .................................................................................... II-82
vi
Tabel 2.47. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah
Bumbu ............................................................................................... II-82
Tabel 2.48. Skoring DDDT Produksi Primer .......................................................... II-87
Tabel 2.49. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Kecamatan ..................... II-87
Tabel 2.50. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Daerah Aliran Sungai ...... II-88
Tabel 2.51. Skoring DDDT Biodiversitas ................................................................ II-93
Tabel 2.52. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan .......................... II-93
Tabel 2.53. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Daerah Aliran Sungai ........... II-94
Tabel 2.54. Skoring DDDT Tempat Tinggal dan Ruang Hidup .............................. II-99
Tabel 2.55. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup .............................. II-99
Tabel 2.56. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup ............................. II-100
Tabel 2.57. Skoring DDDT Rekreasi dan Ekosistem .............................................. II-105
Tabel 2.58. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem .............................................. II-106
Tabel 2.59. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem .............................................. II-106
Tabel 2.60. Skoring DDDT Estetika Alam .............................................................. II-111
Tabel 2.61. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Tanah Bumbu .................................................................................... II-112
Tabel 2.62. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kabupaten Tanah Bumbu ......................................................... II-112
Tabel 2.63. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan Kecamatan di
Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... II-119
Tabel 2.64. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kabupaten Tanah Bumbu ........................................................ II-122
Tabel 3.1 Rentang Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ...................................... III-1
Tabel 3.2. IKLH Tanah Bumbu tahun data 2015 - 2016 .......................................... III-2
Tabel 3.3. Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran ............................. III-3
Tabel 3.4. Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran ............................. III-6
Tabel 3.5. Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan di
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016 ..................................................... III-7
Tabel 3.6. Penggunaan Lahan oleh HGU terhadap Daerah Aliran Sungai .............. III-16
Tabel 3.7. Analisis Driver (Pendorong), Pressure (Tekanan), State (Kondisi),
Impact (dampak), dan Response .......................................................... III-21
Tabel 3.8. Target IKLH Kabupaten Tanah Bumbu ................................................ III-23
Tabel 4.1 Rencana Pemanfaatan dan/ atau Pencadangan Sumber Daya Alam ....... IV-4
Tabel 4.2. Rencana Pemanfaatan dan/atau Pencadangan Sumber Daya Alam
Berdasarkan Jasa Ekosistem ................................................................... IV-6
vii
Tabel 4.3. Rencana Pemeliharaan dan Perlindungan Kualitas dan/atau Fungsi
Lingkungan Hidup ................................................................................ IV-16
Tabel 4.4. Rencana Pengendalian Pemantauan serta Pendayagunaan dan
Pelestarian Sumber Daya Alam ............................................................ IV-23
Tabel 4.5. Rencana Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim .................................. IV-28
viii
DAFTAR PETA
Peta 2.1. Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu ...................................................... II-4
Peta 2.2. Klimatologi Kabupaten Tanah Bumbu ..................................................... II-10
Peta 2.3.DAS Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................. II-12
Peta 2.4. Hidrologi Kabupaten Tanah Bumbu ........................................................ II-13
Peta 2.5. Jasa Ekosistem Air berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu ... II-36
Peta 2.6. Jasa Ekosistem Air berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten
Tanah Bumbu ........................................................................................ II-37
Peta 2.7. Jasa Ekosistem Pangan Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah
Bumbu .................................................................................................... II-41
Peta 2.8. Jasa Ekosistem Pangan Berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu ........ II-42
Peta 2.9. Jasa Ekosistem Serat/ Fiber Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Tanah Bumbu ........................................................................................ II-45
Peta 2.10. Jasa Ekosistem Serat/ Fiber Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Tanah Bumbu ..................................................................... II-48
Peta 2.11. Jasa Ekosistem Genetik Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
............................................................................................................ II-53
Peta 2.12. Jasa Ekosistem Genetik Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-54
Peta 2.13. Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-60
Peta 2.14. Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten
Tanah Bumbu ....................................................................................... II-61
Peta 2.15. Jasa Ekosistem Pengatur Tata Air dan Banjir Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-67
Peta 2.16. Jasa Ekosistem Pengatur Tata Air dan Banjir Berdasarkan Daerah
Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu ............................................... II-68
Peta 2.17. Jasa Ekosistem Energi Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-73
Peta 2.18. Jasa Ekosistem Energi Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-74
Peta 2.19. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pengelolaan Kesuburan
Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu ............................. II-79
Peta 2.20. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pengelolaan Kesuburan
Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu ............... II-80
Peta 2.21. Jasa Ekosistem Unsur Hara Berdasarkan Administrasi Kabupaten
ix
Tanah Bumbu ...................................................................................... II-85
Peta 2.22. Jasa Ekosistem Unsur Hara Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Tanah Bumbu ..................................................................... II-86
Peta 2.23. Jasa Ekosistem Produksi Primer berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah
Bumbu .................................................................................................. II-91
Peta 2.24. Jasa Ekosistem Produksi Primer berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-92
Peta 2.25. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Tanah Bumbu ..................................................................................... II-97
Peta 2.26. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten
Tanah Bumbu ...................................................................................... II-98
Peta 2.27. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-103
Peta 2.28. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Berdasarkan DAS
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-104
Peta 2.29. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Tanah Bumbu ..................................................................................... II-109
Peta 2.30. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem berdasarkan Daerah Aliran
Sungai Kabupaten Tanah Bumbu ......................................................... II-110
Peta 2.31. Jasa Ekosistem Estetika Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
............................................................................................................ II-115
Peta 2.32. Jasa Ekosistem Estetika Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-116
Peta 2.33. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah
Bumbu ................................................................................................. II-121
Peta 2.34. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu II-
123
Peta 2.35. Daya Dukung Daya Tampung terhadap Usaha Perkebunan
Kabupaten Tanah Bumbu .................................................................... II-126
Peta 2.36. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Ijin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu........................................... II-129
Peta 2.37. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Usaha
Kehutanan (Tanaman) Kabupaten Tanah Bumbu ................................ II-132
Peta 2.38. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Usaha Kehutanann
(Alam) Kabupaten Tanah Bumbu ........................................................ II-135
Peta 2.39. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Semua
Usaha Kabupaten Tanah Bumbu ......................................................... II-145
Peta 3.1. Peta Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan perijinan Semua
Usaha Kabupaten Tanah Bumbu ......................................................... III-20
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Prosentase Kemampuan Daya Dukung Daya Tampung Kabupaten Tanah
Bumbu ............................................................................................... II-121
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sumber daya alam telah dimanfaatkan sebagai modal utama dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan seperti yang
diuraikan dalam RPJM Kalimantan Selatan. Pemanfaatan sumber daya alam yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembangunan akan
berimplikasi terhadap potensi kerusakan sumber daya alam. Pola pemanfaatan sumber
daya alam yang diatur dalam suatu penataan kawasan lindung, kawasan konservasi dan
kawasan budidaya, yang mendukung pembangunan saat ini masih belum dilaksanakan
secara optimal.
Lingkungan hidup hampir selalu dikaitkan dengan kerusakan dan pencemaran
sumberdaya alam yang kemudian disebut sebagai kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup. Untuk mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
dijalankan instrumen penegakan hukum lingkungan serta sejumlah instrumen lainnya
termasuk pengendalian dampak pembangunan, seperti AMDAL. Adapun isu-isu terkait
dengan hutan dan lahan, maupun isu-isu lingkungan perkotaan dikendalikan melalui
pelaksanaan berbagai kebijakan yang terkait dengan pelestarian keanekaragaman
hayati, kebersihan kota, sungai, pesisir dan lain-lain.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di atas, dalam implementasinya lebih
mengarah pada penyelesaian persoalan lingkungan hidup yang menjadi bagian hilir dari
proses pembangunan. Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup adalah “produk”
kumulatif dari pembangunan berbagai sektor. Cara pendekatan demikian itu dianggap
tidak lagi efektif, dan oleh karena itu dalam proses penyusunan penggantian undang-
undang, kebijakan LH diperkuat untuk masuk ke hulu permasalahan.
Pembangunan merupakan upaya sadar dalam mengolah dan memanfaatkan
sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat yang mengandung resiko
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kerusakan atau kepunahan salah satu
sumber daya alam akan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak
dapat dinilai dengan materi, namun pemulihan kembali ke keadaan semula tidak
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 2
mungkin dilakukan.
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang menyeluruh dan
melibatkan banyak pihak, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat pada
umumnya. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara
terpadu dan bersinergi dengan penataan ruang, perlindungan sumber daya alam non
hayati, perlindungan sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai
dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, air, energi dan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan
komponen lingkungan hidup cenderung mengalami penurunan kualitas dan
kuantitasnya dari waktu ke waktu.
Peraturan Daerah No 2 Tahun 2017 Tentang Rencana Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan bahwa Daya
Dukung Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Daya Dukung adalah kemampuan
lingkungan hidupuntuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (16) Peraturan Daerah No 2 Tahun 2017 Tentang
Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan.
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas
di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Dalam era otonomi daerah, pengelolaan lingkungan hidup mengacu pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang diperundangkan pada tanggal 3 Oktober 2009
mengamanatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lebih baik.
Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, ekoregion merupakan unit atau satuan wilayah dalam melakukan
inventarisasi lingkungan hidup (pasal 6) dan menentukan daya dukung dan daya
tampung serta cadangan sumber daya alam (pasal 8). Selanjutnya disebutkan bahwa
ekoregion adalah sebagai salah satu dasar dalam penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) yang merupakan kewajiban dari semua
tingkatan pemerintahan, mulai dari Pusat, Pemerintahan Provinsi sampai Pemerintahan
Kabupaten dan Kota (pasal 9).
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 3
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum (Berdsarkan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2017, Pasal 1 Ayat 6).
Peraturan Daerah No 2 Tahun 2017 Tentang Rencana Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan bahwa yang dimaksud
dengan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan
hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.
Selama ini kebijakan, rencana dan program perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup masih belum sesuai dengan kondisi eksisting lingkungan hidup.
Dengan memperhatikan amanat Pasal 10 Ayat (1) undang undang nomor 32 tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan Surat Edaran Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RPPLH), maka setiap kepala daerah sesuai dengan kewenangannya perlu
menyusun rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
menetapkannya ke dalam perda baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota sesuai
dengan kewenangannya.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 10 Ayat (5) Undang-undang nomor 32 Tahun
2009, Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) menjadi
dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) dan
rencana pembangunan jangka menengah (RPJM).
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan LH (RPPLH) Nasional sebagai Acuan
Pembangunan Nasional. Urgensi Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH) dalam Pembangunan Nasional
Sebelum terbitnya UU No 32 Tahun 2009, praktek penyelenggaran
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seringkali difokuskan pada upaya
pengendalian kerusakan dan pencemaran yang sifatnya pada tingkat di hilir saja, tanpa
melihat akar permasalahan yang lebih mendasar di tingkat kebijakan, rencana maupun
program. Sementara terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan sumber daya alam yang kurang berkelanjutan. UU
Nomor 32/2009 memberi peluang besar untuk mengelola lingkungan hidup dan
sumberdaya alam secara lebih efektif sejak perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, dan pengawasan serta penegakan hukum. Dalam hal perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, fokus muatan yang akan dicakup,
yaitu: (1) pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam; (2) pemeliharaan dan
perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup; (3) pengendalian,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 4
pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan (4) adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Untuk memperkuat perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup tersebut, UU Nomor 32/2009 memandatkan bahwa untuk menyusun rencana
perlindungan dan pengelolaan LH harus berbasis ekoregion yang mempertimbangkan
keragaman dan karakteristik wilayah. Peta ekoregion skala 1:500.000 untuk
mendukung RPPLH Nasional telah dilaunching pada Juni 2013 lalu yang akan
ditindaklanjuti dengan peta ekoregion skala minimal 1:250.000 untuk mendukung
RPPLH tingkat provinsi dan skala minimal 1:50.000 untuk mendukung RPPLH
kabupaten/kota. Dengan demikian, ekoregion merupakan kekuatan RPPLH yang dapat
mewujudkan arah Kebijakan Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup sesuai dengan karakteristik ekoregion yang mempertimbangkan aspek darat dan
laut.
Bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini, seperti banjir, longsor, kekeringan,
pencemaran sungai dan laut, kekurangan air bersih, kerusakan tanah, dan polusi udara
mengindikasikan bahwa daya dukung lingkungan hidup telah terlampui. Peningkatan
frekuensi bencana lingkungan hidup tersebut terjadi seiring dengan pembangunan yang
terus berlangsung. Untuk itu, sangat penting melakukan perbaikan kebijakan, rencana,
maupun program pembangunan secara terus menerus dengan mempertimbangkan
semua aspek, termasuk lingkungan hidup. UU Nomor 32/2009 mengamanatkan bahwa
RPPLH dijadikan dasar dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Dalam hal ini, RPPLH
Nasional menjadi sangat penting dalam mengarahkan pembangunan nasional agar
fungsi lingkungan hidup tetap terjaga.
Masalah dan Isu Strategis Lingkungan Hidup Nasional yaitu adanya gejala
peningkatan frekuensi dan luas bencana lingkungan hidup secara fisik disebabkan oleh
beberapa faktor yang terjadi secara bersamaan atau tidak bersamaan di suatu wilayah,
antara lain: a) kerusakan hutan; b) terjadinya lahan kritis; c) besarnya beban pencemar;
d) pelanggaran tata ruang dan perijinan. Tidak hanya bencana lingkungan yang
cenderung semakin meningkat, namun juga terjadi semakin maraknya konflik sosial,
adanya kesenjangan kondisi antar ekoregion/pulau, ketimpangan terhadap
pemanfaatan SD Alam.
Berbagai situasi tersebut sesungguhnya merupakan produk kumulatif dari
pembangunan berbagai sektor antara lain: a) belum terselesaikannya persoalan hak-hak
atas SDA dan pengelolaannya secara adil (mis. antar nelayan tradisional dengan nelayan
trawl / menangkap kerumunan ikan dengan jaring yang sangat besar, tidak memandang
ikan kecil dan besar ikut terjaring); b) kebijakan pembangunan yang masih kuat
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 5
diimplementasikan pada tataran produksi dan eksploitasi SDA, sedangkan pengendalian
daya dukung LH melalui kerjsama antar wilayah administrasi belum kuat; c) kebijakan
anggaran berbasis lingkungan yang belum terwujud dengan baik, termasuk juga
internalisasi biaya lingkungan dan dampaknya ke dalam biaya produksi; d) belum
efektifnya upaya konservasi dan rehabilitasi dari berbagai aspek seperti : rendahnya
insentif dan disinsentif, ketepatan ukuran kinerja, pendekatan yang hanya berbasis
proyek; e) kapasitas dan tata kelola lingkungan hidup. Penyelesaian persoalan tersebut
tidak dapat hanya dilakukan pada bagian hilir dari proses pembangunan saja, namun
penyelesaiannya perlu diperkuat untuk masuk ke hulu atau akar masalah.
Isu strategis untuk mengatasi permasalahan PPLH yang nantinya perlu
dituangkan dalam RPPLH Nasional antara lain:
1. Informasi dan Manajemen Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
Informasi dan pengetahuan sangat penting untuk selalu diperbarui untuk menjadi
dasar bagi pengendalian pembangunan agar tidak melampaui daya dukung
lingkungan. Keterbukaan informasi bagi stakeholders, termasuk status LH dan
transparansi perizinan pemanfaatan SDA, akan menjadi sumber pengetahuan dan
pengawasan LH oleh publik.
2. Kapasitas Lembaga dan Pengorganisasian dalam Implementasi Kebijakan
Kepemimpinan dan kapasitas jaringan kerja yang kuat pada seluruh stakeholder
dalam arti luas di pusat maupun daerah yang terkait dengan penguatan dan
implementasi sesara efektif kebijakan PPLH termasuk PSDA. Dengan pemahaman
bahwa kinerja perlindungan dan pengelolaan LH sangat ditentukan oleh perilaku
seluruh stakeholder. Perbaikan kinerja LH yang menuntut visi jangka panjang
cenderung kurang harmonis dengan arah pembangunan ekonomi dan politik
eksploitasi SDA jangka pendek sehingga kerusakan lingkungan terus terjadi.
Dampak kerusakan lingkungan hidup tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi
ataupun batas yurisdiksi sektoral. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sangat tergantung pada
kerjasama antar wilayah administrasi maupun antar sektor. Penetapan program
pembangunan bersama antar wilayah administrasi dan
antar sektor dengan mempertahankan daya dukung lingkungan menjadi
keniscayaan. Untuk menghindari konflik kepentingan antar pihak dalam
membangun program pembangunan bersama tersebut, perlu dibangun leadership
LH yang antara lain mengembangkan jejaring LH termasuk dengan para pihak di
luar pemerintah (LSM, Media, PerguruanTinggi, Organisasi Masyarakat, DPR/D,
dll).
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 6
3. Pemanfaatan dan/atau Pencadangan Sumber Daya Alam (SDA)
SDA yang terkait dengan penggunaan lahan, seperti hutan, tambang, dan kebun
sudah sampai pada kondisi kritis, bukan hanya menjadi penyebab kerusakan dan
pencemaran lingkungan, termasuk hilangnya sumber-sumber air bersih, tetapi juga
menjadi sumber konflik dan ketidakadilan pemanfaatannya. Di sisi lainnya,
sumberdaya perairan/laut masih belum optimal pemanfaatannya, terjadi
kemiskinan nelayan di satu sisi dan di sisi lain telah terjadi kerusakan habitat dan
over eksploitasi beberapa jenis ikan. untuk melakukan penghematan dan
pencadangan pemanfaatan SDA secara umum.
4. Perlindungan dan pemulihan daya dukung Terkait dengan upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, pemulihan daya dukung, termasuk pemulihan
masalah sosial, merupakan hal yang sangat penting. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penguatan kelembagaan untuk perlindungan dan konservasi SDA,
terutama di kawasan lindung, perlu mendapat prioritas antara lain melalui
penerapan kebijakan ekonomi, regulasi dan insentif LH.
5. Pengendalian beban lingkungan hidup Kapasitas pengendalian beban lingkungan
hidup di Indonesia tidak sebanding dengan sebaran lokasi sumber pencemar yang
sangat luas. Sementara itu kebijakan penataan ruang dan kebijakan lainnya belum
mampu menanggulangi semakin terkonsentrasinya beban lingkungan hidup di
wilayah-wilayah perkotaan, pelabuhan dan industri. Terkait dengan pengendalian
beban lingkungan hidup diperlukan prioritas pada kawasan khusus seperti urban-
perkotaan, pelabuhan, industri, dll sebagai wilayah target pengendalian beban
lingkungan.
6. Kebijakan Penegakan hukum, peningkatan kapasitas tersebut perlu pula
diwujudkan melalui pengembangan jejaring hukum lingkungan Kapasitas yustisia
dalam penegakan hukum lingkungan perlu diperluas dengan mengkaitkan
pelanggaran hukum lingkungan hidup dengan penataan ruang, pencegahan
perusakan hutan, pencucian uang, tindak pidana korupsi, dll. sehingga terwujud
kluster-kluster di setiap wilayah ekoregion.
RPPLH bersifat kompleks dan saling terkait dengan berbagai peraturan-
perundangan lain. Apabila mengacu pada UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terlihat bahwa RPPLH merupakan peraturan-
perundangan yang berdiri sendiri, namun di lain pihak dalam mandatnya juga harus
menjadi dasar dan sekaligus harus dimuat dalam RPJP dan RPJM, baik di tingkat
nasional maupun daerah, serta muatannya terkait dengan pengelolaan SDA. Oleh
karena itu, karena sifatnya yang cross-cutting, maka RPPLH akan terkait dengan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 7
berbagai peraturan-perundangan yang telah ada maupun yang sedang dalam proses
penyusunan, baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, menjadi
penting dan merupakan tantangan agar dalam penyusunan RPPLH harus harmoni dan
sinergi dengan perencanaan pembangunan nasional yang sudah berjalan dan dengan
berbagai perencanaan pemanfaatan sumber daya alam. Apabila dicermati
perkembangan perencanaan, saat ini banyak bermunculan dokumen-dokumen
perencanaan yang mungkin mempunyai level perencanaan yang berbeda-beda.
Penguatan anggaran berbasis lingkungan juga menjadi tantangan untuk merealisasikan
secara efisien dan efektif penanganan isu PPLH yang cross cutting.
Penyusunan RPPLH menghendaki kehati-hatian, agar peraturan yang baru tidak
menambah kerumitan dan tumpang tindih pengaturan terhadap objek yang sama.
Meskipun RPPLH merupakan peraturan yang baru, skema disainnya harus dapat mengisi
gap perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang ada, dapat
mengatasi akar permasalahan PPLH, serta agar dapat diimplementasikan secara efektif.
Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut dan tercapainya RPPLH yang
efektif, diperlukan strategi yang tepat antara lain: 1) membangun pemahaman yang
sama terhadap RPPLH; 2) meningkatkan komunikasi dan interaksi yang efektif dengan
stakeholder strategis; 3) menetapkan masalah, isu strategis, solusi dan ukuran
keberhasilan yang tepat; 4) membangun kesepakatan terhadap substansi, kelembagaan
termasuk prosedur dan mekanisme, pendanaan, pengaturannya serta monitoring dan
evaluasinya untuk menuju perbaikan yang berkelanjutan.
1.2. TUJUAN SASARAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan RPPLH ini adalah untuk mewujudkan kualitas
lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu yang baik dan sehat, serta ketersediaan
sumber-daya alam yang baik untuk kesejahteraan rakyat, menuju pembangunan
berkelanjutan;
1.2.2. Sasaran
Sasaran dari penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupaten Tanah Bumbu adalah :
1. Terjaganya kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya dukung bagi
pembangunan berkelanjutan melalui pengendalian pencemaran, pengelolaan
DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim.
2. Menjaga keseimbangan ekosistem dan keberadaan SDA untuk kelangsungan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 8
kehidupan melalui penjagaan DAS dan sumber mata air serta menjaga daya
dukung fisik ruang wilayah serta kualitasnya.
1.2.3. Manfaat
1. Sebagai panduan bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu dalam penyusunan
dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2. Sebagai pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun
rencana arahan kebijakan dan strategi dalam pembangunan di bidang lingkungan
hidup.
1.3. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wialayah RPPLH Kabupaten Tanah Bumbu terbatas pada wilayah
daratan (ekoregion darat) sesuai dengan batas kewenangan kabupaten yang
ditetapkan dalam praturan yang berlaku.
2. Ruang Lingkup Waktu
Jangka waktu pelaksanaan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupaten Tanah Bumbu ini selama 30 (tiga puluh) tahun.
1.4. DASAR HUKUM
Landasan Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RPPLH) Kabupaten Tanah Bumbu sebagai berikut:
− UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
− UU No. 41 Tahun 1999 dan UU No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan
− UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
− UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
− UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
− UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
− UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
− UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
− UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
− UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
− PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
− PP No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 9
Kawasan Hutan.
− Perpres No. 7 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2010-2014.
− Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor:
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 tentang Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota.
1.5. LINGKUP KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG
SERTA ALIH PENGETAHUAN
a. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pekerjaan penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu ini berupa Penyusunan Dokumen
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan
Penyusunan Naskah Akademis Draft Raperda RPPLH Kabupaten Tanah Bumbu
yang terbatas padawilayah ekoregion darat Kabupaten Tanah Bumbu.
b. Data dan Fasilitas Penunjang
Pihak pemberi pekerjaan akan mengangkat petugas atau wakilnya yang akan
bertindak sebagai pendamping (counterpart) dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan jasa konsultansi berupa Panel Pakar dan Tim Teknis Penyusunan
RPPLH Kabupaten Tanah Bumbu baik melaui FGD maupun forum diskusi. Selain
itu Pengguna Anggaran juga akan menyediakan data yang dimiliki sesuai dengan
kebutuhuhan dalam penyusunan kegiatan ini. Pihak pelaksana jasa konsultansi
harus menyediakan tenaga (SDM), peralatan dan fasilitas yang memadai selama
masa pelaksanaan pekerjaan sesuai metode yang digunakan.
c. Alih Pengetahuan
Penyedia jasa Konsultansi akan melakukan kegiatan koordinasi, diskusi dan
presentasi dengan pihak Pengguna Anggaran dalam kegiatan tersebut beserta
timteknis maupun orang ditunjuk yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
inidalam rangka alih pengetahuan.
1.6. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
a. Persiapan
Pada tahap persiapan, dilaksanakan koordinasi awal terkait rencana kerja,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu 1 - 10
penyiapan format dan pengumpulan data awal khususnya data sekunder,
kesepakatan awal indikator dan bobot terkait jasa lingkungan.
b. Inventarisasi Lingkungan Hidup
Dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi sumber daya alam
seperti (minimal tersedia) data SLHD 5 tahun terakhir, profil daerah, daerah
dalam angka 5 tahun terakhir, IKLH 3 tahun terakhir, data hasil pemantauan
kualitas lingkungan hidup, peta indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung, Data
tutupan lahan dan kehutanan serta data pendukung lainnya yang diperlukan.
c. Pengolahan Data dan Informasi Hasil Inventarisasi Lingkungan Hidup
Pengolahan data dan informasi hasil inventarisasi lingkungan hidup Dilakukan
dengan mengelompokkan data dan informasi hasil inventarisasi potensi dan
kondisi lingkungan hidup, upaya pengelolaanlingkungan hidup, kejadian
bencana, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan data pendukung
yang diperlukan. Data tersebut diolah untuk menghasilkan daftar isu strategis
melalui proses tabulasi.
d. Analisis Data dan Isu Strategis
Analisis data dan informasi dalm rangka penyepakatan isu strategis dengan
mempertimbangkan faktor pendorong, tekanan, kondisi, dampak dan respon
(analisis DPSIR).
e. Analisis Data dan Isu Strategis
Penentuan target RPPLH untuk kurun waktu 30 tahun melalui analisa trend
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
f. Muatan RPPLH
Muatan RPPLH meliputi:
1. Rencana pemanfaatan dan/atau pencadangan sumberdaya alam
2. Rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsl lingkungan
hidup
3. Rencana Pengendalian, Pemantauan serta Pendayagunaan dan Pelestarian
SDA
4. Rencana Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 1
BAB II
KONDISI DAN INDIKASI DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
WILAYAH
2.1. WILAYAH KABUPATEN TANAH BUMBU
2.1.1. Kondisi Fisik Alam
Riwayat dan sejarah Kabupaten Tanah Bumbu menurut Dr. Eisen Berger (1750):
Pagatan dibangun oleh orang-orang Bugis. Tetapi sebelum itu lebih dahulu sudah ada
banyak orang Bugis di sekitar muara Sungai Kusan dan kawasan Tanah Bumbu,
kemudian disusul oleh suku bangsa lainnya yang datang yakni terdiri dari Banjar, Jawa,
Buton, Madura, Bali, Batak, Lombok, kemudian Cina, Korea, Philipina, India, Arab dan
Turki.
Orang Bugis bersama-sama orang Banjar pada permulaan 1729 (Eisen Berger,
1750) dibawah Pimpinan Poenna Dekke mengembangkan budidaya penangkapan hasil
laut dan pemanfaatan hasil hutan untuk kemakmuran rakyat Tanah Bumbu. Baru pada
periode kepemimpinan La Paliweng menjadi raja di Pagatan dengan gelar Arung
Lapaliweng Abdul Rahim. Tanah Bumbu dapat disatukan sebagai suatu kesatuan
wilayah di bawah satu pimpinan. Raja ini mempunyai putera La Makkarrraoe Ambo
Matturu Abdul Karim. Begitu banyak raja-raja yang pernah memerintah di Tanah
Bumbu sesudah Abdul Karim, antara lain: Abdoel Djabbar Andi Debong, I Ratu Daeng
Mangkaoe, Andi Sallo Abdoel Rachim sampai terakhir Andi Acong, kemudian kawasan
Tanah Bumbu menjadi suatu kewedanan Tanah Bumbu Selatan, sebagai bagian
Kabupaten Kotabaru.
Perjuangan untuk membentuk daerah Tanah Bumbu menjadi suatu Kabupaten
sendiri dimulai sejak tahun 1958 yang dimotori oleh para tokoh masyarakat Pagatan.
Dengan kehadiran UU No.22 tahun 1999 membawa angin segar terhadap cita-cita
masyarakat Tanah Bumbu untuk mewujudkan wilayah Tanah Bumbu menjadi satu
Kabupaten tersendiri terlepas dari Kabupaten induk, dalam hal ini Kabupaten Kotabaru.
Sehingga perjuangan untuk membentuk daerah Tanah Bumbu menjadi suatu Kabupaten
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 2
sendiri tersebut dilanjutkan oleh para tokoh-tokoh dari Kusan Hilir, Kusan Hulu, Satui,
Loban dan Batulicin serta masyarakat asal Tanah Bumbu yang berada di luar Tanah
Bumbu yang dengan penuh kesabaran, ketabahan, kesungguhan, dan keuletan.
Perjuangan ini diwujudkan dalam suatu wadah “Panitia Penuntut Kabupaten Tanah
Bumbu” diantaranya Prof. Dr. H. Murad Baso dan K.H. Djajadi Hasan, satu tekad
mereka adalah mewujudkan Kabupaten Tanah Bumbu hingga usaha yang gigih tidak
mengenal putus asa tersebut secara konsisten dan akumulatif membuahkan hasil melalui
jalur konstitusi dengan dikeluarkannya:
• Keputusan DPRD Kalimantan Selatan No.10/2002 7 Mei 2002
• Keputusan DPRD Kalimantan Selatan No.15 tahun 2002 tentang persetujuan
pengembangan wilayah.
• UU No.2 tahun 2003 tentang pembentukkan Kabupaten Tanah Bumbu dan
Kabupaten Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan melalui rapat paripurna DPR
RI tanggal 8 April 2003.
Pelantikkan penjabat Bupati Tanah Bumbu tanggal 8 April 2003 yang dijabat
oleh Dr. H. Zairullah Azhar, M.Sc olen Menteri Dalam Negeri, Hari Sabarno (S.K
Mendagri No.131. 43-159 tahun 2003 tanggal 1 April 2003, tentang pengangkatan
Pejabat Bupati Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan).
Pelantikkan pejabat Struktural pada tanggal 9 Juni 2003, 8 September 2003, dan
24 Maret 2004. Maka terwujudlah suatu keinginan untuk berdirinya Kabupaten Baru
yakni Tanah Bumbu.
2.1.1.1. Posisi Geografi
Berdasarkan posisi geografinya batas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah
sebagai berikut:
− Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru
− Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru
− Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
− Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah
Laut
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Kalimantan Selatan dengan luas ± 5.066,96 km2 (506.696 ha) atau sekitar 13,56% dari
luas Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak
diantara 2º 52 - 3º 47’ Lintang Selatan dan 115º 15’ - 116º 04’ Bujur Timur. Kabupaten
Tanah Bumbu adalah salah satu Kabupaten dari 13 (tiga belas) Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan.
Kabupaten yang beribukota Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 3
Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang,
Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir
disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan 2005 lalu. Sedangkan
jarak Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu dengan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan
sejauh 250 km.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan yaitu
seluas 319.470 Ha atau 63,05% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
Hanya sekitar 19,56 persen atau 99.111 Ha saja yang sudah dimanfaatkan untuk
pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu
menempati kurang lebih 7.831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696
Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan
Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 30,24 persen dari luas keseluruhan
Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil
sebesar 11,354 ha atau hanya 2,37 % dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
a. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat
pada tabel 2.1. di bawah ini:
Tabel 2.1. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di Kabupaten
Tanah Bumbu Tahun 2015
No Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Jarak ke Ibukota
Kabupaten
1 Kusan Hilir Kota Pagatan 23
2 Sungai Loban Sari Mulya 44
3 Satui Sungai Danau 92
4 Angsana Angsana 76
5 Kusan Hulu Binawara 62
6 Kuranji Giri Mulya 46
7 Batulicin Batulicin 0
8 Karang Bintang Karang Bintang 17
9 Simpang Empat Kampung Baru 3
10 Mantewe Mantewe 45
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa jarak paling jauh pada Kecamatan Satui, Ibukota
Kecamatan Sungai Danau dengan jarak ke Ibukota Kabupaten adalah 92 km sedangkan
jarak terdekat pada Kecamatan Simpang Empat Kecamatan Kampung Baru yaitu 3 km.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 4
Peta 2.1. Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 5
b. Wilayah Administratif
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berada di kemiringan 2-5%,
dan di kelas ketinggian 25-100 m. Geologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang
mempunyai ketinggian >100 m sebesar 31% dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu,
sehingga tercatat setidaknya ada 15 pegunungan yang berada diwilayah ini. Gunung
Walungin dan Gunung Kandis merupakan 2 (dua) gunung tertinggi yang mempunyai
puncak 1.000 m.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan yaitu
seluas 319.470 Ha atau 63,05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu. Hanya sekitar 19,56 persen atau 99.111 Ha saja yang sudah dimanfaatkan untuk
pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu
menempati kurang lebih 7.831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696
Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan
Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 30,24 persen dari luas keseluruhan
Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil
sebesar 11,354 ha atau hanya 2,37 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
Berturut–turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan
Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.
Pada tahun 2013 Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan,
dengan 145 desa dan 5 (lima) kelurahan, dengan ibukota kabupaten di Kecamatan
Batulicin. Kecamatan Kusan Hilir yang memiliki 34 desa dan 1 (satu) kelurahan
merupakan kecamatan yang memiliki desa paling banyak, sebaliknya Kecamatan Kuranji
hanya memiliki 7 (tujuh) desa sebagai kecamatan yang memiliki desa paling sedikit.
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696
Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015
No Kecamatan Luas (km2) Persentase
1 Kusan Hilir 401.54 7.92
2 Sungai Loban 358.41 7.07
3 Satui 876.58 17.3
4 Angsana 151.54 2.99
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 6
5 Kusan Hulu 1,609.39 31.76
6 Kuranji 110.42 2.18
7 Batulicin 127.71 2.52
8 Karang Bintang 118.02 2.33
9 Simpang Empat 302.32 5.97
10 Mantewe 1,011.21 19.96
Tanah Bumbu 5,067.14 100
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan
terluas yang mencakup 31,76 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu,
sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 2,18 persen dari
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut–turut dari kecamatan terluas setelah Kusan
Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana,
Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.
c. Tinggi Wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah ± 5.066,96 km2 (506.696 ha)
yang terbagi menjadi sepuluh kecamatan mempunyai ketinggian yang berbeda-beda.
Ketinggian suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap kondisi suhu pada wilayah
tersebut. Untuk lebih jelasnya ketinggian wilayah di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Air Laut (Dpl) di Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015
No Kecamatan Ibu Kota
Kecamatan Tinggi
1 Kusan Hilir Kota Pagatan 4
2 Sungai Loban Sari Mulya 46
3 Satui Makmur Mulia 5
4 Angsana Angsana 21
5 Kusan Hulu Binawara 36
6 Kuranji Giri Mulya 52
7 Batulicin Batulicin 3
8 Karang Bintang Karang Bintang 28
9 Simpang Empat Kampung Baru 20
10 Mantewe Mantewe 39
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
d. Luas Wilayah Tanah Bumbu
Pada tahun 2013 Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan,
dengan 145 desa dan 5 (lima) kelurahan, dengan ibukota kabupaten di Kecamatan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 7
Batulicin. Kecamatan Kusan Hilir yang memiliki 34 desa dan 1 (satu) kelurahan
merupakan kecamatan yang memiliki desa paling banyak, sebaliknya Kecamatan Kuranji
hanya memiliki 7 (tujuh) desa sebagai kecamatan yang memiliki desa paling sedikit.
Untuk lebih jelasnya nama dan luas wilayah per kecamatan serta jumlah
kelurahan di Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4. Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan di
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
No Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(Ha) % Thdp
Total (Ha)
% Thdp
Total
1 Kusan Hilir 1 Kel & 34 desa 28.900 6 7.264 25
2 Sungai Loban 17 Desa 38.206 8 9.552 25
3 Satui 16 Desa 92.622 19 21.302 23
4 Angsana 9 Desa 19.583 4 4.642 24
5 Kusan Hulu 21 Desa 145.060 30 36.039 25
6 Kuranji 7 Desa 11.354 2 2.839 25
7 Batulicin 2 Kel & 7 desa 13.576 3 2.791 21
8 Karang Bintang 11 desa 20.426 4 4.759 23
9 Simpang Empat 2 kel & 10 desa 30.244 6 7721 26
10 Mantewe 12 desa 79.665 17 19.916 25
TOTAL 149 kel/desa 479.637 100 113.798 241
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Kecamatan Kusan Hilir yang memiliki 34 desa dan 1 (satu) kelurahan merupakan
kecamatan yang memiliki desa paling banyak, desa terbanyak ke dua terdapat di
Kecamatan Kusan Hulu dengan jumlah 21 desa dan sebaliknya Kecamatan Kuranji hanya
memiliki 7 (tujuh) desa sebagai kecamatan yang memiliki desa paling sedikit.
e. Jumlah Curah Hujan
Curah hujan atau presipitasi merupakan elemen dari hidrometeor, yaitu
kumpulan partikel-partikel cair atau padat yang jatuh atau melayang di dalam atmosfer
yang merupakan hasil dari proses kondensasi uap air di udara (awan). Intensitas curah
hujan merupakan fungsi dari besarnya curah hujan yang terjadi dan berbanding terbalik
dengan waktu kejadiannya.
Hujan yang jatuh akan meresap ke dalam tanah, sebagian menjadi air tanah yang
mengisi aquifer (formasi tanah yang mengandung dan menghantarkan air tanah) dan
sebagian besar mengalir di permukaan sebagai run off (surface flow dan sub surface
flow).
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 8
Tabel 2.5. Jumlah Curah Hujan Kabupaten Menurut Kecamatan
di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
No Bulan Curah Hujan Hari Hujan
1 Januari 352.3 26
2 Februari 290.2 24
3 Maret 359.8 25
4 April 193.7 20
5 Mei 242.9 18
6 Juni 318.9 20
7 Juli 22.9 11
8 Agustus 14.5 4
9 September 0 0
10 Oktober 15.9 4
11 November 157 17
12 Desember 323.6 23
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Curah hujan yang turun di suatu daerah sangat berpengaruh pada kondisi air
tanah yang ada didalamnya. Namun tidak hanya jumlah curah hujan saja yang
berpengaruh tetapi juga kondisi lingkungan di setiap daerah. Di musim hujan jumlah air
sangat besar sehingga dapat menyebabkan bencana banjir, di lain pihak di musim
kemarau sangat kekurangan air.
Curah hujan pada Kabupaten Tanah Bumbu relatif beragam pada setiap
bulannya. Jumlah curah hujan terbesar pertama sampai ketiga pada bulan Maret sebesar
359,8, bulan Januari jumlah curah hujan sebesar 352,3 dan Desember sebesar 323,6.
Jumlah curah hujan pada bulan Juli sampai bulan Oktober mempunyai jumlah cukup
sedikit.
f. Suhu Udara dan Kelembaban
Sedangkan suhu udara atau temperatur dan kelembaban udara rata-rata pada
tiap bulannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.6. Suhu Udara dan Kelembaban Udara di Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2015
No
Bulan
Suhu Udara/
Temperature (oC)
Kelembaban Udara
(%)
Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata
1 Januari 33.2 22.5 26.8 98 42 84
2 Februari 33 22.5 26.5 98 59 86
3 Maret 33.3 20 26.7 98 54 85
4 April 34 19.6 27.2 97 53 84
5 Mei 35.1 22.2 27.1 99 50 85
6 Juni 33.8 20.1 26.4 99 54 87
7 Juli 33.2 21.2 26.5 97 50 81
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 9
No
Bulan
Suhu Udara/
Temperature (oC)
Kelembaban Udara
(%)
Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata
8 Agustus 33.4 20 26.3 98 46 79
9 September 34.3 21 26.9 98 32 76
10 Oktober 35 19.4 27.7 99 35 75
11 November 35 22 27.7 98 50 81
12 Desember 34.6 22.7 27.6 98 53 83
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki temperatur udara maksimum berkisar antara
33°C – 35,1°C, temperatur udara minimum berkisar antara 19,4°C - 22,7°C dengan
temperatur rata-rata berkisar antara 26,3°C sampai 27,7°C sedangkan kelembaban
maksimumnya yaitu berkisar antara 97-99 % dan kelembaban minimumnya antara 32-
54 % sedangkan kelembaban rata-rata berkisar antara 75%-87%.
Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari menurut
Bulan di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.7. Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran
Matahari Menurut Bulan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
No Bulan Tekanan Udara Kecepatan Angin Penyinaran
Matahari (%)
1 Januari 1009.9 3 52
2 Februari 1010.1 2 50
3 Maret 1010.6 2 61
4 April 1009.3 2 69
5 Mei 1010.1 2 62
6 Juni 1010 2 49
7 Juli 1010.8 3 84
8 Agustus 1011.1 4 91
9 September 1011.2 4 92
10 Oktober 1011.2 4 78
11 November 1009.2 2 69
12 Desember 1010.2 3 41
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 10
Peta 2.2. Klimatologi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 11
g. Nama Sungai dan Panjang Sungai
Sungai merupakan tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai muara, di batasi oleh garis sempadan di kanan dan kiri, sepanjang
pengalirannya. Keberadaan sungai ini sangat bermanfaat bagi manusia, sungai tidak
hanya diperuntukan sebagai sarana transportasi tetapi juga air irigasi, air baku dan
sebagainya.
Keberadaan sungai yang melintasi di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
mempunyai panjang sungai yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya nama dan panjang
sungai beberapa wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.8. Nama Sungai dan Panjangnya di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2015
No Nama Sungai Panjang (m)
1 Sungai Kusan 181,898
2 Sungai Batulicin 99,051
3 Sungai Satui 73,478
4 Sungai Batu Laki 47,378
5 Sungai Sebamban 21,859
6 Sungai Tanah Merah 13,05
7 Sungai Dua 8,934
8 Sungai Setarap 11,818
9 Sungai Buluh 4,293
10 Sungai Samariti 4,331
11 Sungai Hanau 3,564
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa Sungai Kusan mempunyai luas 181.898 m dan
sungai ini adalah sungai yang paling panjang di Tanah Bumbu sedangkan Sungai
Batulicin adalah sungai terluas ke dua dengan panjang sungai 99.051 m.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 12
Peta 2.3. DAS Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 13
Peta 2.4. Hidrologi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 14
2.1.1.2. Kondisi Demografi
Penduduk merupakan faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu persoalan jumlah penduduk dan ketenagakerjaan merupakan salah satu
isu utama dalam pembangunan.
Kepadatan jumlah yang diukur dengan jumlah penduduk untuk setiap km2
menggambarkan persebaran penduduk di suatu wilayah. Pola persebaran penduduk
antar wilayah selain memberikan gambaran aspek demografi antar wilayah yang terkait
dengan aspek geografi juga memberikan gambaran pusat-pusat gravitasi kegiatan
ekonomi antar wilayah.
Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
Kecamatan
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)
Perempuan Laki-Laki Jumlah
Kusan Hilir 24467 26182 50649
Sungai Loban 10667 11916 22583
Satui 28062 32968 61030
Angsana 9145 10468 19613
Kusan Hulu 9836 11212 21048
Kuranji 4871 5605 10476
Batulicin 7987 8875 16862
Karang Bintang 8824 10284 19108
Simpang Empat 42563 409121 83475
Mantewe 9326 10945 20271
Tanah Bumbu 155748 169367 325115
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Wilayah dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Tanah Bumbu dengan
jumlah penduduk 325115 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan 155748 jiwa dan
jumlah penduduk laki-laki sejumlah 169367 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang
paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Angsana dengan kepadatan penduduk
19613 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan 9145 jiwa dan jumlah penduduk laki-
laki sejumlah 10468 jiwa.
2.1.1.3. Kondisi Infrastruktur
a. Sarana Kebersihan Persampahan
Persampahan merupakan isu penting di lingkungan perkotaan yang terus
menerus dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan
aktivitas pembangunan. Peningkatan volume sampah bersifat eksponensial belum
dibarengi dengan peningkatan pendapatan Pemerintah Daerah yang sepadan untuk
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 15
pengelolaan sampah kota. Hal lain berkaitan dengan semakin sulit dan mahalnya untuk
mendapatkan lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPA) juga letaknya yang semakin
jauh telah memperpanjang transportasi dan meningkatkan biaya pengangkutannya.
Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari untuk mengelola sampah sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, maka diperlukan prasarana
dan sarana persampahan yang memadai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, adapun
sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.10. Sarana Kebersihan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
No Sarana
Keadaan Sarana
Jumlah Baik Rusak
Rusak
Berat
1 Kendaraan Bermotor
- Dump Truck 12 - 2 14
- Amprool 16 - - 16
- Pick up 1 - 1 2
2 Gerobak Sampah 65 10 - 75
3 Kontainer 26 - - 26
4 Mesin Pemotong Rumput 26 - 8 34
5 Temp. Pembuangan Sampah
- TP Sementara 95 30 - 125
- TP Akhir 3 - - 3
6 Mobil Tangki 2 - - 2
7 Mobil Kijang - - - -
8 Sepeda Motor Roda Dua 13 - - 13
9 Sepeda Motor Roda Tiga 15 - - 15
10 Doser D4KXL 2 - - 2
11 Exavator PC 200 2 - - 2
12 Mobil Road Sweeper 2 - - 2
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa tempat pembuangan sampah sementara
sejumlah 95 buah dalam kondisi baik dan 30 buah kondisinya rusak, sedangkan tempat
pembuangan akhir sampah dengan jumlah 3 buah dalam kondisi baik.
Adapun sarana pembuangan sampah yang ada pada saat ini, ada beberapa
dalam kondisi rusak dan rusak berat sehingga dapat menyebabkan kurang optimalnya
dalam sarana pengangkutan sampah dan berakibat kurang maksimalnya dalam
pengelolaan sampah.
b. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan pada suatu wilayah diperlukan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sehingga
harapan hidup akan bertambah.
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan
sosial bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 16
Tabel 2.11. Sarana Kesehatan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
No Kecamatan Rumah
Sakit
Rumah
Bersalin Puskesmas Posyandu
Klinik/Balai
Kesehatan Polindes
1 Kusan Hilir 1 - 2 36 - 1
2 Sungai Loban - - 1 19 - 3
3 Satui - - 1 30 - -
4 Angsana - - 1 10 - 1
5 Kusan Hulu - - 1 24 - 3
6 Kuranji - - 1 8 - 1
7 Batulicin - - 1 10 - 1
8 Karang Bintang - - 2 15 - -
9 Simpang Empat - 1 2 25 - 1
10 Mantewe - 1 14 - 1
Tanah Bumbu 1 1 14 191 - 12
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016
Sarana kesehatan di Kabupaten Tanah Bumbu relatif sudah terpenuhi sehingga
masyarakat ketika akan berobat tidak perlu jauh-jauh ke kota karena sarana kesehatan
ada di masing-masing kecamatan, walaupun jika akan ke Rumah Sakit harus pergi ke
Kecamatan Kusan Hilir.
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada setiap kecamatan yang terdapat di
Kecamatan Tanah Bumbu mempunyai sarana kesehatan puskesmas dan posyandu.
Sedangkan sarana kesehatan Rumah Sakit terdapat di Kecamatan Kusan Hilir saja dan
Rumah Bersalin terdapat di Kecamatan Simpang Empat. Pada Kecamatan Satui dan
Kecamatan Karang Bintang tidak terdapat sarana kesehatan Polindes.
2.2. JASA EKOSISTEM
Jasa ekosistem pada habitat bumi ditentukan oleh keberadaan faktor endogen
dan dinamika faktor eksogen yang dicerminkan dengan dua komponen yaitu kondisi
ekoregion dan penutup lahan (land cover / land use) sebagai penaksir atau proxy. Oleh
karena itu diperlukan proses transformasi data dari ekoregion dan penutup lahan
menjadi nilai jasa ekosistem. Daftar pertanyaan berikut bertujuan untuk memperoleh
penilaian atau taksiran para pakar yang berkompeten (expert knowlegde based
valuation) tentang peran penutup lahan (land cover / land use) terhadap jasa ekosistem.
Klasifikasi jasa ekosistem dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 17
Tabel 2.12. Klasifikasi Layanan Ekosistem
Klasifikasi Layanan Ekosistem Definisi Operasional
A. Fungsi Penyediaan (Provisioning)
1 Pangan Hasil laut, pangan dari hutan (tanaman dan hewan), hasil
pertanian & perkebunan untuk pangan, hasil peternakan
2 Air bersih Penyediaan air dari tanah (termasuk kapasitas
penyimpanannya), penyediaan air dari sumber permukaan
3 Serat (fiber) Hasil hutan, hasil laut, hasil pertanian & perkebunan untuk
material
4 Bahan bakar (fuel) Penyediaan kayu bakar dan bahan bakar dari fosil
B. Fungsi Pengaturan (Regulating)
1 Pengaturan iklim Pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, pengendalian gas
rumah kaca & karbon
2 Pengaturan tata aliran air
& banjir
Siklus hidrologi, serta infrastruktur alam untuk penyimpanan
air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan air
3 Pencegahan dan
perlindungan dari bencana
Infrastruktur alam pencegahan dan perlindungan dari
kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai dan tsunami
4 Pemurnian air Kapasitas badan air dalam mengencerkan, mengurai dan
menyerap pencemar
5 Pengolahan dan
penguraian limbah
Kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan menyerap
limbah dan sampah
6 Pemeliharaan kualitas
udara
Kapasitas mengatur sistem kimia udara
7 Pengaturan penyerbukan
alami (pollination)
Distribusi habitat spesies pembantu proses penyerbukan alami
8 Pengendalian hama &
penyakit
Distribusi habitat spesies trigger dan pengendali hama dan
penyakit
C. Fungsi Budaya (Cultural)
1 Spiritual & warisan leluhur Ruang & tempat suci, peninggalan sejarah, peninggalan leluhur
2 Tempat tinggal & ruang
hidup (sense of place)
Ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera, jangkar “kampung
halaman” yang punya nilai sentimental
3 Rekreasi & ecotourism Fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang menjadi
daya tarik wisata
4 Ikatan budaya, adat, pola
hidup
Keterikatan komunitas dan hubungan sosial, pelestarian
keragaman budaya (misalnya komunitas nelayan, komunitas
adat, masyarakat pedalaman, dll.)
5 Estetika Keindahan alam yang memiliki nilai jual
6 Pendidikan &
pengetahuan
Memiliki potensi untuk pengembangan pendidikan dan
pengetahuan
D. Fungsi Pendukung (Supporting)
1 Pembentukan lapisan
tanah & pemeliharaan
kesuburan
Kesuburan tanah
2 Siklus hara (nutrient) Kesuburan tanah, tingkat produksi pertanian
3 Produksi primer Produksi oksigen, penyediaan habitat spesies
A. Batasan Konsep
Batasan istilah yang terkait dengan statement di atas antara lain
1. a. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 18
b. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
2. Ekoregion adalah Adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Penetapan batas
ekoregion dengan mempertimbangkan kesamaan bentang alam, Daerah Aliran
Sungai, Keanekaragaman Hayati dan sosial budaya (UU 32 Tahun 2009). Dalam
operasionalisasinya penetapan ekoregion menggunakan pendekatan bentanglahan
(landscape) dengan mengikuti sistem klasifikasi yang digunakan Verstappen.
Selanjutnya jenis-jenis bentanglahan (landscape) akan dijadikan salah satu
komponen penaksir atau proxy jasa ekosistem (landscape based proxy)
3. Penutup Lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati,
merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakukan manusia yang
dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi,
perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut. Dalam
operasionalisasinya, digunakan sistem klasifikasi penutup lahan dari SNI 7645-2010,
dimana jenis-jenis penutup lahan tersebut dijadikan salah satu komponen penaksir
atau proxy jasa ekosistem (landcover/landused based proxy)
4. Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia dari berbagai
sumberdaya dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu
ekosistem yang dikelompokkan ke dalam empat macam manfaat yaitu manfaat
penyediaan (provisioning), produksi pangan dan air; manfaat pengaturan
(regulating) pengendalian iklim dan penyakit; manfaat pendukung
(supporting),seperti siklus nutrien dan polinasi tumbuhan; serta manfaat kultural
(cultural), spiritual dan rekreasional. Sistem klasifikasi jasa ekosistem tersebut
menggunakan standar dari Millenium Ecosystem Assessment (2005)
Berdasarkan batasan konsep tersebut, daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup diukur dengan pendekatan jasa ekosistem. Semakin tinggi nilai jasa
ekosistem, maka semakin tinggi pula kemampuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Untuk memperoleh nilai jasa ekosistem digunakan dua penaksiran yaitu
landscape based proxy dan landcover/landused based proxy, yang selanjutnya
digunakan dasar untuk melakukan pemetaan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 19
B. Batasan Bentang Lahan dan Penutup Lahan dan Jasa Ekosistem
1. Bentanglahan (landscape)
Bentanglahan sebagai unsur penentu batas ekoregion dapat ditentukan dengan
indikator bentuk lahan (landform). Karakteristik dan dinamika bentuklahan sangat
ditentukan oleh perbedaan relief (morfologi), struktur dan proses geomorfologi,
material penyusun (litologi), dan waktu (kronologi). Nama bentuk lahan yang banyak
digunakan sekarang kebanyakan didasarkan pada kenampakan permukaan (morfologi
atau topografi), genesis, struktur, dan tingkat pengikisan. Verstappen (1983)
mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya, yang dibagi menjadi 10 macam
bentuklahan asal proses (morfogenesa), yaitu:
Tabel 2.13. Bentuk Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu
No Bentuk lahan Karakteristik morfogenesa
1 Bentuk lahan asal
proses vulkanik
(V),
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
aktivitas gunungapi. Contoh: kawah, kaldera, kerucut gunungapi, kubah
lava, medan lava, medan lahar, dan sebagainya.
2 Bentuk lahan asal
proses struktural
(S),
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan
patahan, dan perbukitan kubah merupakan contoh-contoh untuk
bentuk lahan asal struktural
3 Bentuk lahan asal
fluvial (F)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
aktivitas sungai. Dataran banjir, dataran aluvial, teras sungai, tanggul
alam, dan rawa belakang, merupakan contoh-contoh satuan bentuk
lahan ini
4 Bentuk lahan asal
proses solusional
(S)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batugamping
dan dolomit. Karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa
karst, dan logva merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini
5 Bentuk lahan asal
proses
denudasional (D)
merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses degradasi, seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan
ini antara lain: bukit sisa, perbukitan terdenudasi, lembah koluvial, dan
sebagainya.
6 Bentuk lahan asal
proses aeolian (E)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
proses angin. Contoh satuan bentuk lahan adalah: gumuk pasir dengan
berbagai bentuknya, seperti: barchan, parallel, parabolik, bintang,
lidah, dan transversal
7 Bentuk lahan asal
marin (M)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain: gisik pantai (beach), bura (spit),
tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Selain itu juga
bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses
marine atau fluvio-marine, seperti delta dan estuari.
8 Bentuk lahan asal
glasial (G)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuk lahan ini adalah
lembah menggantung dan moraine.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 20
No Bentuk lahan Karakteristik morfogenesa
9 Bentuk lahan asal
organik (O)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan
bentuk lahan ini adalah pantai mangrove dan pantai terumbu karang.
10 Bentuk lahan asal
antropogenik (A)
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
aktivitas manusia. Waduk, kota, pelabuhan, dan pantai reklamasi
merupakan contoh-contoh satuan bentuk lahan hasil proses
antropogenik.
Beberapa jenis tanah yang seharusnya diperhatikan dalam bentang lahan dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.14. Jenis Tanah
JENIS TANAH DESKRIPSI
Tanah Litosol
Tanah Litosol masih saudara dengan tanah regosol, karena sama-sama
tergabung dalam ordo tanah entisol. Terbentuk dari perubahan iklim,
topografi dan aktivitas gunung merapi. Litosol berstruktur besar besar dengan
sedikit unsur hara.
Tanah Alluvial
Tanah alluvial adalah jenis tanah muda yang berasal dari pengendapan
material halus aliran sungai. Karena itu biasanya banyak ditemukan di hilir
sungai, karena terbawa dari hulu. Tanah ini berwarna kelabu dengan struktur
lepas lepas. Phnya sangat rendah (sekitar 5,3 - 5,8). Tapi ini justru
menguntungkan karena mudah dicangkul. Kandungan unsur tanah alluvial
sangat bergantung dengan iklim wilayahnya.
Tanah Regosol
Tanah Regosol merupakan salah satu sub jenis tanah Entisol. Yaitu tanah
yang berasal dari pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan
gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili. Jenis tanah ini belum
mengalami perkembangan sempurna.
Seperti tanah entisol pada umumnya, tanah regosol bertekstur kasar dengan
Ph 6-7. Tanah Regosol mengandung unsur P dan K serta sedikit unsur N. Sifat
tanah seperti ini sulit untuk menampung air, sehingga tidak semua tanaman
cocok ditanam pada tanah ini. Tanah regosol banyak tersebar di daerah yang
memiliki gunung merapi.
Tanah Cambisol/
Inceptisols
Ciri utama tanah jenis Inceptisols yaitu terdapat lapisan A, B dan C sehingga
solum tanah dalam. Tekstur tanah inceptisols beragam dari kasar hingga yang
halus, bergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya.
Tanah jenis Inceptisols merupakan tanah yang belum matang atau immature,
perkembangan profilnya masih lemah dibandingkan dengan tanah yang
matang dan banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Pengelolaan tanah jenis Inceptisols memerlukan pupuk organik dan anorganik
dengan kadar yang tinggi.
Tanah Gleisol
Tanah Gleisol merupakan tanah yang terpengaruh oleh air, yang ditandai
dengan adanya lapisan gleisol yang berwarna abu-abu/keabuabuan. Tanah
yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat
hidromorfik lain. Jenis tanah ini merupakan tanah yang relatif subur dibanding
yang lain.
Jenis tanah Gleisol merupakan jenis tanah yang terbentuk di daerah cekungan
yang dipengaruhi oleh air yang berlebihan. Secara genesis merupakan tanah
yang belum berkembang, tanahnya selalu jenuh air karena berdrainase buruk
sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik
(Harjowigeno, 2003), sehingga terjadi gleisasi. Tanah Gleisol selalu terbentuk
pada drainase yang selalu tergenang. Jenis tanah ini dengan kondisi tergenang
mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan tanaman pertanian
terutama tanaman padi sawah jika didukung dengan fasilitas irigasi dan
drainase yang baik.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 21
JENIS TANAH DESKRIPSI
Tanah Podsolik merah
kuning (PMK)
PMK adalah jenis tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tingi dan
suhu yang sangat rendah. Tanah PMK berwarna merah sampai kuning yang
berarti kurang subur karena pencucian.
Tanah PMK memiliki Ph rendah dan banyak mengandung unsur Al dan Fe.
Tanah Jenis Oxisols
Tanah jenis Oxisols merupakan tanah tua yang memiliki kandungan liat tinggi
tetapi tidak aktif, sehingga kapasitas tukar kationnya rendah. Tanah Oxisols
banyak mengandung oksida besi atau oksida Al dan memiliki horizon oksik.
Pengelolaan tanah Oxisols yaitu dengan membuat irigasi, pemberian pupuk,
pengapuran dan penambahan BO.
Tanah Laterit
Mirip dengan PMK, tapi dengan suhu yang jauh lebih tinggi. Tanah ini tadinya
subur dan kaya akan unsur hara, namun hilang karena larut dibawa air hujan.
Tanah ini banyak mengandung seskuioksida tapi sangat minim unsur hara.
Tanah Latosol
Tanah latosol terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Perkembangan horizon tanah Latosol berlangsung lambat sampai sedang. Hal
ini karena sebagian besar berada didaerah yang lembab.
Tanah Latosol berwarna merah hingga coklat dengan Ph 4,5-6,5. Unsur hara
yang dikandungnya berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tapi jenis tanah
ini mampu menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi.
Tanah Organosol
Tanah orgonosol terbentuk dari pelapukan dan pembusukan bahan bahan
organik. Tanah organosol biasanya dapat kita temui di daerah rawa-rawa atau
daerah yang banyak tergenang air. Jadi dapat diterka jenis tanah ini sangat
lembek karena tergenang air. Tanah organosol terbagi jadi dua macam, yaitu
tanah humus dan tanah tanah gambut.
Tanah humus Tanah humus adalah jenis tanah orgonosol yang sangat subur. Kandungan
unsur hara yang tinggi membuat warnanya jadi kehitaman.
Tanah gambut Tanah gambut juga mengandung banyak zat organik, tapi bersifat sangat
asam. Sehingga kurang cocok untuk tanaman.
Tanah Rendzina
Tanah Rendzina adalah tanah yang terbentuk dari batuan basalt, batu kapur
dan granit. teksturnya lembut dan daya permeabilitasnya tinggi sehingga
mampu mengikat air.
Tanah ini banyak mengandung unsur Ca, Mg dan sedikit hara dengan kadar
Ph tinggi.
Tanah Mediteran
Tanah ini merupakan bagian dari ordo Alfisol yang banyak terdapat di daerah
beriklim lembab. Terbentuk dari batuan berkapur yang banyak mengandung
karbonat.
Tanah mediteran banyak mengandung air, Al, Fe dan bahan organik lain.
Sehingga termasuk tanah yang subur.
Tanah Grumosol
Tanah ini merupakan bagian dari ordo vertisol yang memiliki kadar lempung
yang tinggi. Tanah grumosol terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas di
dalamnya. Tanah ini menjadi pecah pecah ketika kering dan sangat lengket
ketika hujan yang berarti tidak subur. Namun bukan berarti tak bisa ditumbuhi
sama sekali.
Tanah Jenis Ultisols
Sifat ciri utama tanah jenis Ultisols yaitu adanya pengendapan liat dari lapisan
A atau iluvasi dan diendapkan di lapisan B atau eluvasi. Sehingga kadar liat
dari horizon B > 1.2 kali kandungan liat dari horizon A atau disebut juga
Horizon Argilik. Tanah jenis Ultisols merupakan tanah penimbunan liat di
horizon bawah, memiliki sifat masam, dan pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah kejenuhan basanya kurang dari 35%. Tanah jenis Ultisols
biasanya berwarna merah sampai kuning, karena mengandung Al, Fe dan Mn
yang cukup tinggi.
Tanah Jenis Entisols
Sifat atau ciri tanah Entisols solum dangkal yaitu hanya terdapat lapisan A dan
diikuti lapisan C atau R. Tanah jenis Entisols tergolong jenis tanah yang masih
sangat muda, yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.
Tanah jenis Entisols terbentuk di daerah dengan bahan induk dari
pengendapan material baru atau di daerah yang laju erosi atau
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 22
JENIS TANAH DESKRIPSI
pengendapannya lebih cepat dibandingkan laju pembentukna tanah. Kata Ent
pada kata ‘Entisol’ berarti recent atau baru.
Tanah Jenis Histosols
Sifat utama dari tanah jenis Histosols yaitu memiliki kandungan bahan organik
yang lebih dari 20% untuk tanah yang bertekstur pasir dan lebih dari 30%
untuk tanah yang bertekstur liat. Lapisan yang memiliki kandungan bahan
organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm.
Tanah jenis Histosols berwarna kroma mantap dan mempunyai warna kurang
dari 3. Tekstur tanahnya beragam dan tidak berstruktur. Kata Histos pada kata
‘Histosols’ berarti jaringan tanaman.
Pengelolaan tanah jenis Histosols bisa dilakukan dengan memberikan kapur,
pemupukan unsur makro dan mikro.
Tanah Jenis Alfisols
Ciri utama tanah jenis Alfisols yaitu adanya selaput liat. Tanah Alfisols memiliki
horison argilik dengan endapan liat di lapisan B, kandik atau natrik dan
kejenuhan basa lebih dari 35%. Bentuk wilayah tanah alfisols beragam dari
bergelombang hingga tertoreh tekstur berkisar antara sedang hingga halus.
Cara pengelolaan tanah jenis Alfisols diantaranya dengan cara menambahkan
unsur hara organik, sistem irigasi yang baik, ada tanaman lorong, pembuatan
terassering pada lahan yang berlereng dan pembuatan guludan yang searah
dengan kontur.
Tanah Jenis Vertisols
Tanah jenis Vertisols merupakan tanah dengan kandungan liat yang tinggi,
lebih dari 30%. Tanah vertisols akan mengembang saat basah dan akan
mengkerut saat kering. Tanah Vertisols berwarna gelap, memiliki kandungan
pH yang cukup tinggi dan kapasitas tukar kationnya juga tinggi.
Tanah Jenis Andisols
Tanah jenis Andisols berkembang dari bahan induk abu vulkan, sinder dan
batu apung. Tanah Andisols mengandung banyak mineral dalam tanah,
memiliki potensi fiksasi fosfat yang tinggi, permeabilitas yang cepat dan
berwarna dari hitam, kelabu sampai coklat tua.
Cara pengelolaan tanah jenis Andisols yaitu dengan meningkatkan tanaman
penutup tanah, pembuatan teras pada lereng yang miring, membuat bedengan
dan menerapkan pola tanam tumpangsari.
Tanah Jenis Spodosol
Ciri utama dari tanah jenis Spodosol yaitu pada horizon bawah terjadi
penimbunan Fe dan Al-oksida, sedangkan pada lapisan atas terdapat horizon
eluvasi yang berwarna pucat. Terdapat lapisan pasir masam yang berwarna
putih abu-abu di atas lapisan lempung berpasir yang berwarna gelap.
Cara pengelolaan tanah jenis Spodosol yaitu dengan adanya tanaman penutup
lahan, membuat bedengan, guludan dan terasering sesuai tingkat kemiringan
lereng. Untuk meningkatkan produktivitas tanah bisa dilakukan dengan cara
pengapuran, penambahan BO, pemupukan dan budidaya tanaman adaptif.
Tanah Jenis Mollisols
Ciri utama dari tanah Mollisols yaitu mempunyai lapisan permukaan yang
berwarna gelap dan mengandung bahan organic yang tinggi. Tanah jenis
Mollisols memiliki kandungan kation basa yang tinggi, sehingga tanah jenis ini
tergolong sangat subur.
Cara pengelolaan tanah Mollisols yaitu dengan memanfaatkannya sebaik
mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Tanah Jenis Aridisols
Ciri utama dari tanah Aridisols yaitu adanya reaksi-reaksi fisik, kimia dan
biologi yang berjalan lambat karena kekurangan air. Tanah Aridisols memiliki
sifat yang hampir sama dengan tanah induknya, memiliki kandungan KB yang
tinggi dan memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Cara pengelolaan tanah Ardisols yaitu dengan memberikan tambahan bahan
organik dalam tanah, penanaman sistem cove crop dan penambahan vegetasi
di area yang dibutuhkan untuk melindungi dari terjadinya run off yang besar.
Tanah Jenis Gelisols
Tanah Gelisols terbentuk dalam lingkungan yang sangat dingin. Tanah ini
membeku pada ketebalan 100-200 cm dari permukaan tanah. Tanah Gelisols
tidak mempunyai horizon B dan hanya mempunyai horizon A yang berada di
lapisan es. Kandungan bahan organik tanah Gelisols terakumulasi di lapisan
paling atas, sehingga tanah Gelisols kebanyakan berwarna hitam atau coklat
tua. Tanah Gelisols termasuk tanah yang subur, kandungan kimia yang
dominan diantaranya kalium dan potassium.
Berdasarkan jenis tanah dapat diketahui juga untuk pemanfaatannya dengan vegetasi
sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 23
Tabel 2.15. Jenis Tanah dan Pemanfaatan
JENIS TANAH DESKRIPSI PEMANFAATAN DOMINASI WILAYAH
Tanah Litosol
Tanah Litosol masih saudara dengan tanah regosol, karena sama-sama tergabung dalam
ordo tanah entisol. Terbentuk dari perubahan iklim, topografi dan aktivitas gunung
merapi. Litosol berstruktur besar besar dengan sedikit unsur hara.
palawija Sumatra, Jawa, Sulawesi
Selatan dan Nusa
Tenggara.
Tanah Alluvial
Tanah alluvial adalah jenis tanah muda yang berasal dari pengendapan material halus
aliran sungai. Karena itu biasanya banyak ditemukan di hilir sungai, karena terbawa
dari hulu. Tanah ini berwarna kelabu dengan struktur lepas lepas. PHnya sangat rendah
(sekitar 5,3 - 5,8). Tapi ini justru menguntungkan karena mudah dicangkul. Kandungan
unsur tanah alluvial sangat bergantung dengan iklim wilayahnya.
padi dan palawija Jawa, Sumatra dan
Papua
Tanah Regosol
Tanah Regosol merupakan salah satu sub jenis tanah Entisol. Yaitu tanah yang berasal
dari pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu,
pasir, lahar, dan lapili. Jenis tanah ini belum mengalami perkembangan sempurna.
Seperti tanah entisol pada umumnya, tanah regosol bertekstur kasar dengan Ph 6-7.
Tanah Regosol mengandung unsur P dan K serta sedikit unsur N. Sifat tanah seperti ini
sulit untuk menampung air, sehingga tidak semua tanaman cocok ditanam pada tanah
ini. Tanah regosol banyak tersebar di daerah yang memiliki gunung merapi.
Tanaman yang cocok untuk
tanah ini adalah jenis palawija,
tembakau dan beberapa jenis
buah buahan yang tidak terlalu
memerlukan air.
Sumatra dan Nusa
Tenggara.
Tanah Cambisol/
Inceptisols
Ciri utama tanah jenis Inceptisols yaitu terdapat lapisan A, B dan C sehingga solum
tanah dalam. Tekstur tanah inceptisols beragam dari kasar hingga yang halus,
bergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya.
Tanah jenis Inceptisols merupakan tanah yang belum matang atau immature,
perkembangan profilnya masih lemah dibandingkan dengan tanah yang matang dan
banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Pengelolaan tanah jenis Inceptisols memerlukan pupuk organik dan anorganik dengan
kadar yang tinggi.
Tanah Inceptisols di Indonesia
banyak digunakan untuk
tanaman padi sawah, bisa juga
digunakan untuk budidaya
tanaman semusim, dan
tanaman hortikultura.
Tersebar di Indonesia
Tanah Gleisol Tanah Gleisol merupakan tanah yang terpengaruh oleh air, yang ditandai dengan
adanya lapisan gleisol yang berwarna abu-abu/keabuabuan. Tanah yang selalu jenuh
air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain. Jenis tanah
ini merupakan tanah yang relatif subur dibanding yang lain.
Jenis tanah Gleisol merupakan jenis tanah yang terbentuk di daerah cekungan yang
dipengaruhi oleh air yang berlebihan. Secara genesis merupakan tanah yang belum
berkembang, tanahnya selalu jenuh air karena berdrainase buruk sehingga berwarna
kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik (Harjowigeno, 2003), sehingga terjadi
gleisasi. Tanah Gleisol selalu terbentuk pada drainase yang selalu tergenang. Jenis tanah
ini dengan kondisi tergenang mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan
tanaman pertanian terutama tanaman padi sawah jika didukung dengan fasilitas irigasi
dan drainase yang baik.
banyak dimanfaatkan sebagai
tanah persawahan (Padi
Sawah)
Tersebar di Indonesia
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 24
Tanah Podsolik
merah kuning (PMK)
PMK adalah jenis tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tingi dan suhu yang
sangat rendah. Tanah PMK berwarna merah sampai kuning yang berarti kurang subur
karena pencucian.
Tanah PMK memiliki Ph rendah dan banyak mengandung unsur Al dan Fe.
Tanahnya berlempung dan
mudah basah. Cocok untuk
persawahan.
Tanah ini tersebar
merata di wilayah
Indonesia.
Tanah Jenis Oxisols
Tanah jenis Oxisols merupakan tanah tua yang memiliki kandungan liat tinggi tetapi
tidak aktif, sehingga kapasitas tukar kationnya rendah. Tanah Oxisols banyak
mengandung oksida besi atau oksida Al dan memiliki horizon oksik.
Pengelolaan tanah Oxisols yaitu dengan membuat irigasi, pemberian pupuk,
pengapuran dan pebambahan BO.
Lahan tanah Oxisols cocok
digunakan sebagai hutan
lindung.
Tanah ini tersebar
merata di wilayah
Indonesia.
Tanah Laterit
Mirip dengan PMK, tapi dengan suhu yang jauh lebih tinggi. Tanah ini tadinya subur
dan kaya akan unsur hara, namun hilang karena larut dibawa air hujan.
Tanah ini banyak mengandung seskuioksida tapi sangat minim unsur hara.
Walaupun tidak cocok untuk
sebagian tanaman, tanah ini
masih bagus untuk ditanami
jambu mete dan kelapa.
Banyak dijumpai di
sebagian Jawa,
Kalimantan dan
Sulawesi.
Tanah Latosol
Tanah latosol terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Perkembangan
horizon tanah Latosol berlangsung lambat sampai sedang. Hal ini karena sebagian besar
berada didaerah yang lembab.
Tanah Latosol berwarna merah hingga coklat dengan Ph 4,5-6,5. Unsur hara yang
dikandungnya berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tapi jenis tanah ini mampu
menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi.
Tanaman yang cocok adalah
tebu, coklat, tembakau, pala
dan panili.
Jenis tanah ini tersebar
di Sumatra, Jawa, Bali
dan Sulawesi.
Tanah Organosol
Tanah orgonosol terbentuk dari pelapukan dan pembusukan bahan bahan organik.
Tanah organosol biasanya dapat kita temui di daerah rawa-rawa atau daerah yang
banyak tergenang air. Jadi dapat diterka jenis tanah ini sangat lembek karena tergenang
air. Tanah organosol terbagi jadi dua macam, yaitu tanah humus dan tanah tanah
gambut.
Tanah humus
Tanah humus adalah jenis tanah orgonosol yang sangat subur. Kandungan unsur hara
yang tinggi membuat warnanya jadi kehitaman.
Tanah gambut
Tanah gambut juga mengandung banyak zat organik, tapi bersifat sangat asam.
Sehingga kurang cocok untuk tanaman.
Tanah humus banyak
digunakan untuk budidaya
tanaman padi, nenas dan
kelapa.
Tanah gambut saat ini tanaman
yang cocok di tanah gambut
hanya kelapa sawit.
Tersebar di pulau
Sumatra, Sulawesi,
Kalimantan dan sebagian
Jawa.
Tanah Rendzina
Tanah Rendzina adalah tanah yang terbentuk dari batuan basalt, batu kapur dan granit.
teksturnya lembut dan daya permeabilitasnya tinggi sehingga mampu mengikat air.
Tanah ini banyak mengandung unsur Ca, Mg dan sedikit hara dengan kadar Ph tinggi.
Cocok ditanami tanaman keras
semusim dan palawija.
Tersebar di Maluku,
Papua, Aceh dan
Sulawesi.
Tanah Mediteran
Tanah ini merupakan bagian dari ordo Alfisol yang banyak terdapat di daerah beriklim
lembab. Terbentuk dari batuan berkapur yang banyak mengandung karbonat.
Tanah mediteran banyak mengandung air, Al, Fe dan bahan organik lain. Sehingga
termasuk tanah yang subur.
Cocok untuk persawahan. Tersebar di Jawa,
Sulawesi, Sumatra dan
Nusa Tenggara.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 25
Tanah Grumosol
Tanah ini merupakan bagian dari ordo vertisol yang memiliki kadar lempung yang
tinggi. Tanah grumosol terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik yang
umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas di dalamnya. Tanah ini menjadi
pecah pecah ketika kering dan sangat lengket ketika hujan yang berarti tidak subur.
Namun bukan berarti tak bisa ditumbuhi sama sekali.
Tanah ini masih bisa ditanami
pohon jati dan rumput-
rumputan.
Tersebar di Sumatra
Barat, Jawa dan Nusa
Tenggara Timur.
Tanah Jenis Ultisols Sifat ciri utama tanah jenis Ultisols yaitu adanya pengendapan liat dari lapisan A atau
iluvasi dan diendapkan di lapisan B atau eluvasi. Sehingga kadar liat dari horizon B >
1.2 kali kandungan liat dari horizon A atau disebut juga Horizon Argilik. Tanah jenis
Ultisols merupakan tanah penimbunan liat di horizon bawah, memiliki sifat masam,
dan pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kejenuhan basanya kurang dari
35%. Tanah jenis Ultisols biasanya berwarna merah sampai kuning, karena
mengandung Al, Fe dan Mn yang cukup tinggi.
Untuk meningkatkan
produktivitas tanah jenis
Ultisols bisa dilakukan dengan
memberikan kapur,
penambahan BO, pemupukan,
penanaman tanaman adaftif,
budidaya tanaman lorong, dan
pembuatan terasering.
Tersebar di indonesia
Tanah Jenis Entisols
Sifat atau ciri tanah Entisols solum dangkal yaitu hanya terdapat lapisan A dan diikuti
lapisan C atau R. Tanah jenis Entisols tergolong jenis tanah yang masih sangat muda,
yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.
Tanah jenis Entisols terbentuk di daerah dengan bahan induk dari pengendapan
material baru atau di daerah yang laju erosi atau pengendapannya lebih cepat
dibandingkan laju pembentukna tanah. Kata Ent pada kata ‘Entisol’ berarti recent atau
baru.
Pengelolaan tanah jenis Entisols
bisa dilakukan dengan
memperbanyak menanam
tanaman penutup tanah seperti
rumput atau alang-alang.
Pada daerah yang berlereng
bisa dibuatkan terasering
supaya tidak mudah terjadi
erosi atau memanfaatkan
sistem agroforestri.
Tersebar di indonesia
Tanah Jenis Histosols
Sifat utama dari tanah jenis Histosols yaitu memiliki kandungan bahan organik yang
lebih dari 20% untuk tanah yang bertekstur pasir dan lebih dari 30% untuk tanah yang
bertekstur liat. Lapisan yang memiliki kandungan bahan organik tinggi tersebut
tebalnya lebih dari 40 cm.
Tanah jenis Histosols berwarna kroma mantap dan mempunyai warna kurang dari 3.
Tekstur tanahnya beragam dan tidak berstruktur. Kata Histos pada kata ‘Histosols’
berarti jaringan tanaman.
Pengelolan tanah jenis Histosols bisa dilakukan dengan memberikan kapur, pemupukan
unsur makro dan mikro.
Tanaman semusim dan
tanaman tahunan bisa
dibudidayakan pada tanah
Histosols lahan gambut.
Tersebar di Indonesia
Tanah Jenis Alfisols
Ciri utama tanah jenis Alfisols yaitu adanya selaput liat. Tanah Alfisols memiliki horison
argilik dengan endapan liat di lapisan B, kandik atau natrik dan kejenuhan basa lebih
dari 35%. Bentuk wilayah tanah alfisols beragam dari bergelombang sehingga tertoreh
tekstur berkisar antara sedang hingga halus.
Penggunaan tanah jenis Alfisols
di Indonesia diantaranya untuk
pesawahan, perkebunanan,
tegalan, hutan produksi dan
padang rumput.
Tersebar di Indonesia
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 26
Cara pengelolaan tanah jenis Alfisols diantaranya dengan cara menambahkan unsur
hara organik, sistem irigasi yang baik, ada tanaman lorong, pembuatan terassering pada
lahan yang berlereng dan pembuatan guludan yang searah dengan kontur.
Tanah Jenis Vertisols
Tanah jenis Vertisols merupakan tanah dengan kandungan liat yang tinggi, lebih dari
30%. Tanah vertisols akan mengembang saat basah dan akan mengkerut saat kering.
Tanah Vertisols berwarna gelap, memiliki kandungan pH yang cukup tinggi dan
kapasitas tukar kationnya juga tinggi.
Pengelolaan tanah jenis
Vertisols yaitu dengan
menggunakan sistem irigasi
yang baik, mengolah tanah
agar tetap jenuh dan
pemupukan dengan bahan
organik seperti kompos atau
pupuk kandang.
Tersebar di Indonesia
Tanah Jenis Andisols
Tanah jenis Andisols berkembang dari bahan induk abu vulkan, sinder dan batu apung.
Tanah Andisols mengandung banyak mineral dalam tanah, memiliki potensi fiksasi
fosfat yang tinggi, permeabilitas yang cepat dan berwarna dari hitam, kelabu sampai
coklat tua.
Cara pengelolaan tanah jenis Andisols yaitu dengan meningkatkan tanaman penutup
tanah, pembuatan teras pada lereng yang miring, membuat bedengan dan menerapkan
pola tanam tumpangsari.
Tanah Andisols bisa digunakan
untuk usaha pertanian berupa
budidaya tanaman industri,
tanaman produksi holtikultura,
tanaman tahunan dan tanaman
kentang.
Tersebar di Indonesia
Tanah Jenis
Spodosol
Ciri utama dari tanah jenis Spodosol yaitu pada horizon bawah terjadi penimbunan Fe
dan Al-oksida, sedangkan pada lapisan atas terdapat horizon eluvasi yang berwarna
pucat. Terdapat lapisan pasir masam yang berwarna putih abu-abu di atas lapisan
lempung berpasir yang berwarna gelap.
Cara pengelolaan tanah jenis Spodosol yaitu dengan adanya tanaman penutup lahan,
membuat bedengan, guludan dan terasering sesuai tingkat kemiringan lereng. Untuk
meningkatkan produktivitas tanah bisa dilakukan dengan cara pengapuran,
penambahan BO, pemupukan dan budidaya tanaman adaptif.
Tanah Spodosol tidak cocok
dijadikan lahan pertanian,
sebaiknya tetap dibiarkan saja
sebagai hutan atau daerah
konservasi.
Tersebar di Indonesia
Tanah Jenis Mollisols
Ciri utama dari tanah Mollisols yaitu mempunyai lapisan permukaan yang berwarna
gelap dan mengandung bahan organic yang tinggi. Tanah jenis Mollisols memiliki
kandungan kation basa yang tinggi, sehingga tanah jenis ini tergolong sangat subur.
Cara pengelolaan tanah Mollisols yaitu dengan memanfaatkannya sebaik mungkin
sesuai dengan kebutuhan.
Tanah Mollisols cocok
digunakan untuk usaha
budidaya tanaman semusim
yang berakar pendek seperti
padi, kacang tanah dan jagung.
Tersebar di Indonesia
Tanah Jenis Aridisols
Ciri utama dari tanah Aridisols yaitu adanya reaksi-reaksi fisik, kimia dan biologi yang
berjalan lambat karena kekurangan air. Tanah Aridisols memiliki sifat yang hampir
sama dengan tanah induknya, memiliki kandungan KB yang tinggi dan memiliki
kandungan bahan organik yang rendah.
Cara pengelolaan tanah Ardisols yaitu dengan memberikan tambahan bahan organic
dalam tanah, penanaman sistem cove crop dan penambahan vegetasi di area yang
dibutuhkan untuk melindungi dari terjadinya run off yang besar.
Tanah Ardisols tidak cocok
digunakan untuk bercocok
tanam, karena kondisi
lingkungannya yang kering.
Tapi masih bisa ditanami
dengan tanaman yang memang
membutuhkan intesitas cahaya
Tersebar di Indonesia
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 27
Sumber: Sistem Dudol-Soepraptohardjo (1957-1961), Pusat Penelitian Tanah Bogor (1978/1982), FAO/UNESCO (1974), USDA = Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003), Buku
Ajar Klasifikasi Tanah Dan Kesesuaian Lahan - Studi Agroekoteknologi Pertanian Udayana 2010 (https://www.slideshare.net/danurqahari/buku-ajarklasifikasitanahdankesesuaianlahan), Jenis Tanah
Untuk Pertanian Dan Perkebunan - Pusat Studi Ilmu Geografi Indonesia 2017, Diolah 2017.
matahari yang tinggi dan tidak
banyak membutuhkan air
seperti nanas, tebu dan buah
naga.
Tanah Jenis Gelisols
Tanah Gelisols terbentuk dalam lingkungan yang sangat dingin. Tanah ini membeku
pada ketebalan 100-200 cm dari permukaan tanah. Tanah Gelisols tidak mempunyai
horizon B dan hanya mempunyai horizon A yang berada di lapisan es. Kandungan
bahan organik tanah Gelisols terakumulasi di lapisan paling atas, sehingga tanah
Gelisols kebanyakan berwarna hitam atau coklat tua. Tanah Gelisols termasuk tanah
yang subur, kandungan kimia yang dominan diantaranya kalium dan potassium.
Tanah Gelisols tidak cocok
digunakan untuk bercocok
tanam, karena kondisi
lingkungannya yang ekstrim
dingin.
Tanah Gelisols bisa
ditemukan di daerah
Kanada, Siberia dan
Alaska.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 28
2. Penutup lahan (landcover)
Beberapa batasan pengertian tentang penutup lahan menurut SNI 7645-2010
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.16. Jenis Penutup Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu
No Jenis Penutup
lahan Pengertian
1 Sawah Areal pertanian yang digenangi air atau diberi air, baik dengan
teknologi pengairan (sawah irigasi), tadah hujan, maupun pasang
surut. Areal pertanian dicirikan oleh pola pematang dengan
ditanami jenis tanaman pangan berumur pendek (padi)
2 Sawah Pasang
Surut
Sawah yang diusahakan dalam lingkungan yang terpengaruh air
pasang surut air laut atau sungai
3 Ladang, Tegal,
Atau Huma
Pertanian lahan kering dengan penggarapan secara temporer
atau berpindah-pindah. Ladang adalah area yang digunakan
untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman selain padi, tidak
memerlukan pengairan secara ekstensif, vegetasinya bersifat
artifisial dan memerlukan campur tangan manusia untuk
menunjang kelangsungan hidupnya.
4 Perkebunan Lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tanpa
pergantian tanaman selama 2 tahun. Panen biasanya dapat
dilakukan setelah satu tahun atau lebih
5 Perkebunan
Campuran
Lahan yang ditanami tanaman keras lebih dari satu jenis atau
tidak seragam yang menghasilkan bunga, buah, dan getah, dan
cara pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.
Perkebunan campuran di Indonesia biasanya berasosiasi dengan
permukiman perdesaan atau pekarangan, dan diusahakan secara
tradisional oleh penduduk
6 Tanaman
Campuran
Lahan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi
7 Hutan Lahan
Kering Primer
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang
dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan
pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi yang masih
kompak dan belum mengalami intervensi manusia atau belum
menampakkan bekas penebangan.
9 Hutan Lahan
Kering Sekunder
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang
dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan
pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi yang telah
mengalami intervensi manusia atau telah menampakkan bekas
penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebang)
10 Hutan Lahan
Basah Primer
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah
berupa rawa termasuk rawa payau dan rawa gambut. Wilayah
lahan basah berkarakteristik unik yaitu (1) dataran rendah yang
membentang sepanjang pesisir, (2) wilayah berelevasi rendah, (3)
tempat yang dipengaruhi oleh pasang surut untuk wilayah dekat
pantai, (4) wilayah dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh
dari pantai, dan (5) sebagaian besar wilayah tertutup gambut.
Belum mengalami intervensi manusia atau belum menampakkan
bekas penebangan.
11 Hutan Lahan
Basah Sekunder
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah
berupa rawa termasuk rawa payau dan rawa gambut. Wilayah
lahan basah berkarakteristik unik yaitu (1) dataran rendah yang
membentang sepanjang pesisir, (2) wilayah berelevasi rendah, (3)
tempat yang dipengaruhi oleh pasang surut untuk wilayah dekat
pantai, (4) wilayah dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh
dari pantai, dan (5) sebagaian besar wilayah tertutup gambut.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 29
No Jenis Penutup
lahan Pengertian
Telah mengalami intervensi manusia atau telah menampakkan
bekas penebangan.
12 Semak Belukar Kawasan lahan kering yang ditumbuhi dengan berbagai macam
vegetasi alami heterogen dan homogen dengan tingkat
kerapatan jarang hingga rapat. Kawasan didominasi vegetasi
rendah (alami). Semak belukar biasanya kawasan bekas hutan
dan biasanya tidak menampakkan lagi bekas atau bercak
tebangan
13 Padang Rumput,
Alang-Alang, dan
Sabana
Areal terbuka yang didominasi berbagai jenis rumput yang tinggi
serta rumput rendah heterogen
14 Rumput Rawa Rumput yang berhabitat di daerah yang secara permanen
tergenang air tawar ataupun payau.
16 Permukiman Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung kehidupan manusia
17 Bangunan non
permukiman
Areal atau lahan yang digunakan sebagai tempat berusaha diluar
permukiman seperti untuk indutri, perdagangan dan jasa
18 Pertambangan Lahan terbuka sebagai akibat aktivitas pertambangan, dimana
penutup lahan, batu atau material bumi lainnya dipindahkan
oleh manusia
19 Lahan Terbangun
Non Permukiman
(Infrastruktur)
Areal yang telah mengalami substitusi penutup lahan alami
maupun semi alami dengan penutup lahan yang biasanya kedap
air atau relatif permanen seperti bangunan infrastruktur
trasportasi baik darat laut maupun udara
29 Danau atau
Waduk
Areal perairan dangkal, dalam dan permanen
21 Rawa Genangan air tawar atau air payau yang luas dan permanen di
daratan
22 Sungai Tempat mengalir air yang bersifat alamiah
23 Tambak Aktivitas untuk perikanan atau penggaraman yang tampak
dengan pola pematang disekitar pantai
Interpretasi citra yang digunakan untuk kegiatan ini adalah interpretasi citra
Landsat tahun 2016. Kodefikasi interpretasi menggunakan kodefikasi Kelas penutupan
lahan dalam penafsiran citra satelit optis resolusi sedang di bidang kehutanan, yang
sudah masuk dalam nomenklatur SNI (Standar Nasional Indonesia). Adapun klasifikasi
hasil interpretasi citra untuk wilayah kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.17. Klasifikasi Tutupan Lahan di Kabupaten Tanah Bumbu
No Kelas Simbol Kode Definisi
1 Hutan lahan
kering sekunder /
bekas tebangan
2002 Hs Hutan yang tumbuh secara alami sesudah
terjadinya kerusakan/perubahan pada
tumbuhan hutan yang pertama. Hutan yang
telah mengalami gangguan eksplotasi oleh
manusia, biasanya ditandai dengan adanya
jaringan jalan ataupun jaringan sistem
eksploitasi lainnya. Kenampakan berhutan
bekas tebas bakar yang ditinggalkan, bekas
kebakaran atau yang tumbuh kembali dari
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 30
No Kelas Simbol Kode Definisi
bekas tanah terdegradasi juga dimasukkan
dalam kelas ini
2 Hutan mangrove
primer
2004 Hmp Hutan yang tumbuh di daerah pantai atau
sekitar muara yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut (bakau, nipah dan nibung yang
berada di sekitar pantai, yang belum
menampakkan bekas penebangan). Pada
beberapa lokasi, hutan mangrove berada
lebih ke pedalaman
3 Hutan mangrove
sekunder
20041 Hms Hutan yang tumbuh di daerah pantai atau
sekitar
muara yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut (bakau, nipah dan nibung yang
berada di sekitar pantai), yang telah
memperlihatkan bekas penebangan dengan
pola alur, bercak, dan genangan atau bekas
terbakar.
4 Hutan rawa
sekunder / bekas
tebangan
20051 Hrs Hutan yang lantai hutannya secara periodik
atau sepanjang tahun terendam air (di daerah
berawa, termasuk rawa payau dan rawa
gambut) yang telah menampakkan bekas
penebangan, termasuk hutan sagu dan hutan
rawa bekas terbakar dan sudah mengalami
suksesi
5 Semak belukar 2007 B Hutan lahan kering yang telah tumbuh
kembali (mengalami suksesi) namun belum /
tidak optimal, atau lahan kering dengan
liputan pohon jarang (alami) atau lahan
kering dengan dominasi vegetasi rendah
(alami). Kenampakan ini biasanya tidak
menunjukkan lagi adanya bekas / bercak
tebangan
6 Hutan tanaman 2006 Ht Hutan tanaman yang dibangun dalam rangka
meningkatkan potensi dan kualitas hutan
produksi (sudah ditanami), termasuk hutan
tanaman untuk reboisasi dan hutan tanaman
industri.
7 Perkebunan/Kebun 2010 Pk Kebun (perkebunan) adalah lahan
bertumbuhan pohonpohonan yang dibebani
hak milik atau hak lainnya dengan
penutupan tajuk didominasi pohon buah
atau industri
8 Semak belukar
rawa
20071 Br Hutan rawa / mangrove yang telah tumbuh
kembali (mengalami suksesi) namun belum /
tidak optimal, atau bekas hutan rawa /
mangrove dengan liputan pohon jarang
(alami), atau bekas hutan rawa / mangrove
dengan dominasi vegetasi rendah (alami).
Kenampakan ini biasanya tidak menunjukkan
lagi adanya bekas / bercak tebangan
9 Pertanian lahan
kering
20091 Pt Aktivitas pertanian di lahan kering seperti
tegalan dan ladang.
10 Pertanian lahan
kering campur
semak
20092 Pc Aktivitas pertanian lahan kering dan kebun
yang berselang-seling dengan semak, belukar
dan hutan bekas tebangan. Sering muncul
pada areal perladangan berpindah, dan rotasi
tanam lahan karst.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 31
No Kelas Simbol Kode Definisi
11 Permukiman /
Lahan terbangun 2012 Pm
Lahan yang digunakan untuk permukiman,
baik perkotaan, pedesaan, industri, fasilitas
umum dll, dengan memperlihatkan bentuk-
bentuk yang jelas
12 Tanah terbuka 2014 T Lahan terbuka tanpa vegetasi (singkapan
batuan puncak gunung, puncak bersalju,
kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai,
endapan sungai), dan lahan terbuka bekas
kebakaran. Kenampakan lahan terbuka untuk
pertambangan dikelaskan pertambangan,
sedangkan lahan terbuka bekas pembersihan
lahanland clearing dimasukkan kelas lahan
terbuka. Lahan terbuka dalam kerangka
rotasi tanam sawah / tambak tetap
dikelaskan sawah / tambak
13 Pertambangan /
tambang
20141 Pb Lahan terbuka yang digunakan untuk
aktivitas pertambangan terbuka-open pit
(spt.: batubara, timah, tembaga dll.), serta
lahan pertambangan tertutup skala besar
yang dapat diidentifikasikan dari citra
berdasar asosiasi kenampakan objeknya,
termasuk tailing ground (penimbunan limbah
penambangan). Lahan pertambangan
tertutup skala kecil atau yang tidak
teridentifikasi dikelaskan menurut
kenampakan permukaannya
14 Rawa 50011 Rw Lahan rawa yang sudah tidak berhutan (tidak
ada
vegetasi pohon)
15 Tubuh air 5001 A Perairan, termasuk laut, sungai, danau,
waduk, dll. Kenampakan tambak, sawah dan
rawa-rawa telah digolongkan tersendiri
16 Tambak 20094 Tm Lahan untuk aktivitas perikanan darat (ikan /
udang) atau penggaraman yang dicirikan
dengan pola pematang (umumnya), serta
biasanya tergenang dan berada di sekitar
pantai
17 Transmigrasi 20122 Tr Lahan yang digunakan untuk areal
permukiman perdesaan (transmigrasi) beserta
pekarangan di sekitarnya. Sedangkan areal
transmigrasi yang telah berkembang, polanya
menjadi kurang teratur dan susah dipisahkan
lagi antara kebun, pertanian dan
pemukimannya, dikelaskan menjadi kelas
transmigrasi.
Penutupan lahan skala nasional memiliki 22 kelas penutupan lahan dengan 7
kelas penutupan hutan dan 15 kelas penutupan bukan hutan. Penetapan standar kelas
ini didasarkan pada pemenuhan kepentingan di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan secara khusus dan institusi-institusi terkait tingkat nasional secara umum.
Berdasarkan SNI 7645-2010 dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 32
Tabel 2.18. Kelas Penutupan Lahan
No Kode Toponimi Keterangan
1 2001 Hp Hutan Lahan Kering Primer
2 2002 Hs Hutan Lahan Kering Sekunder
3 2004 Hmp Hutan Mangrove Primer
4 2005 Hrp Hutan Rawa Primer
5 20041 Hms Hutan Mangrove Sekunder
6 20051 Hrs Hutan Rawa Sekunder
7 2006 Ht Hutan Tanaman
8 2007 B Belukar
9 2010 Pk Perkebunan
10 2012 Pm Pemukiman
11 2014 T Tanah Terbuka
12 2500 Aw Awan
13 3000 S Savanna/ Padang rumput
14 5001 A Badan Air
15 20071 Br Belukar Rawa
16 20091 Pt Pertanian Lahan Kering
17 20092 Pc Pertanian Lahan Kering Campur
18 20093 Sw Sawah
19 20094 Tm Tambak
20 20121 Bdr Bandara/ Pelabuhan
21 20122 Tr Transmigrasi
22 20141 Pb Pertambangan
23 50011 Rw Rawa
3. Jasa Ekosistem (Ecosystem Services)
Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium Ecosystem Assessment
(2005), jasa ekosistem dikelompokkan menjadi empat fungsi layanan, yaitu jasa
penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa pendukung (supporting),
dan jasa kultural (cultural), dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.19. Klasifikasi Jasa Ekosistem
Klasifikasi Layanan Ekosistem Definisi Operasional
Fungsi Penyediaan (Provisioning)
1 Pangan Hasil laut, pangan dari hutan (tanaman dan hewan), hasil
pertanian & perkebunan untuk pangan, hasil peternakan
2 Air bersih Penyediaan air dari tanah (termasuk kapasitas
penyimpanannya), penyediaan air dari sumber permukaan
3 Serat (fiber) Hasil hutan, hasil laut, hasil pertanian & perkebunan untuk
material
4 Bahan bakar (fuel) Penyediaan kayu bakar dan bahan bakar dari fosil
Fungsi Pengaturan (Regulating)
1 Pengaturan iklim Pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, pengendalian gas
rumah kaca & karbon
2 Pengaturan tata aliran air &
banjir
Siklus hidrologi, serta infrastruktur alam untuk penyimpanan
air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan air
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 33
Klasifikasi Layanan Ekosistem Definisi Operasional
3 Pencegahan dan
perlindungan dari bencana
Infrastruktur alam pencegahan dan perlindungan dari
kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai dan tsunami
4 Pemurnian air Kapasitas badan air dalam mengencerkan, mengurai dan
menyerap pencemar
5 Pengolahan dan penguraian
limbah
Kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan menyerap
limbah dan sampah
6 Pemeliharaan kualitas udara Kapasitas mengatur sistem kimia udara
7 Pengaturan penyerbukan
alami (pollination)
Distribusi habitat spesies pembantu proses penyerbukan
alami
8 Pengendalian hama &
penyakit
Distribusi habitat spesies trigger dan pengendali hama dan
penyakit
Fungsi Budaya (Cultural)
1 Spiritual & warisan leluhur Ruang & tempat suci, peninggalan sejarah, peninggalan
leluhur
2 Tempat tinggal & ruang
hidup (sense of place)
Ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera, jangkar “kampung
halaman” yang punya nilai sentimental
3 Rekreasi & ecotourism Fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang
menjadi daya tarik wisata
4 Ikatan budaya, adat, pola
hidup
Keterikatan komunitas dan hubungan sosial, pelestarian
keragaman budaya (misalnya komunitas nelayan, komunitas
adat, masyarakat pedalaman, dll.)
5 Estetika Keindahan alam yang memiliki nilai jual
6 Pendidikan & pengetahuan Memiliki potensi untuk pengembangan pendidikan dan
pengetahuan
Fungsi Pendukung (Supporting)
1 Pembentukan lapisan tanah
& pemeliharaan kesuburan
Kesuburan tanah
2 Siklus hara (nutrient) Kesuburan tanah, tingkat produksi pertanian
3 Produksi primer Produksi oksigen, penyediaan habitat spesies
Berikut ini uraian setiap layanan jasa ekosistem di Kabupaten Tanah Bumbu:
A. Bidang Lingkungan Hidup
1. Jasa Ekosistem Penyediaan Air
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan air bersih yaitu ketersediaan air
bersih baik yang berasal dari air permukaan maupun air tanah (termasuk kapasitas
penyimpanannya), bahkan air hujan yang dapat dipergunakan untuk kepentingan
domestik, pertanian, industri maupun jasa. Penyediaan jasa air bersih sangat
dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dan lapisan tanah atau batuan yang dapat
menyimpan air (akuifer). Air bersih merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat
sehingga mempunyai peran penting dalam kehidupan. Ekosistem memberikan manfaat
penyediaan air bersih yaitu ketersediaan air bersih baik yang berasal dari air permukaan
maupun air tanah (termasuk kapasitas penyimpanannya), bahkan air hujan yang dapat
dipergunakan untuk kepentingan domestik, pertanian, industri maupun jasa.
Jasa ekosistem penyediaan air ketersediaan air dalam, lahan datar, curah hujan
tinggi, vegetasi hutan tinggi sehingga air tidak bercampur sedimen (ini kualitas bukan
ketersediaan), recharge area, memiliki potensi yang tinggi sedangkan semak belukar
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 34
rendah. Skoring daya dukung daya tampung ketersediaan air dapat diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 2.20. Skoring DDDT Ketersediaan Air
No Morfologi Lereng* Ch
(mm)**
Penggunaan
Lahan*** CAT****
Sistem
Lahan
(Ground
water)*****
DDDT
Ketersediaan
air
Nilai
1 Gunung/Pegunungan
Dan
Bukit/Perbukitan
>40% 2382-
2387
Semua 0 None or
Slight
Ketersediaan
air sangat
rendah
1
2 Gunung/Pegunungan
Dan
Bukit/Perbukitan
25-
40%
2404-
2436
Semua 0 >400 ppm
NaCl
Ketersediaan
air rendah
2
3 Bukit/Perbukitan 15-
25%
2446-
2471
Semua 1 250 - 400
ppm NaCl
Ketersediaan
air sedang
3
4 Landai 2-15% 2481-
2485
Semua 1 <250 ppm
NaCl
Ketersediaan
air tinggi
4
5 Datar 0-2 % 2488-
2566
Semua 1 <250 ppm
NaCl
5
• *= Peta kelas lereng diturunkan dari RBI skala 1:50.000
• ** = Peta Curah hujan didapatkan dari http://id.data.climate.org (1982-2012)
• *** = Peta Tutupan lahan dari KLHK tahun 2016
• **** = Peta Cadangan Air Tanah
• ***** = Peta Ground water dari RePPProT 1987 Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016,
diolah 2017
Jasa ekosistem penyediaan air berdasarkan kecamatan dan daerah aliran sungai
(DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.21. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Per Kecamatan
Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Angsana 1,04 17.563,86 2.016,21 19.581,10
Batulicin 95,29 377,76 5.639,76 7.347,33 13.460,13
Karang
Bintang 0,16 6,22 10.741,65 9.391,94 20.139,97
Kuranji 0,01 628,71 10.835,66 11.464,39
Kusan Hilir 185,79 28.653,70 28.839,49
Kusan Hulu 30.848,19 46.848,29 53.175,74 19.454,84 150.327,05
Mantewe 9.878,89 8.232,55 53.464,99 15.093,04 86.669,48
Satui 2.025,33 15.096,93 55.581,91 15.052,67 87.756,84
Simpang
Empat 174,13 842,73 14.083,21 15.046,64 30.146,71
Sungai
Loban 27,41 3.350,74 34.854,90 38.233,06
Total 2.199,46 56.790,66 146.859,04 229.481,93 51.287,14 486.618,23
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 35
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan yang memiliki jasa
ekosistem penyediaan air sangat rendah berada di Kecamatan Satui dan Simpang Empat
mayoritas dengan morfologi pegunungan dan perbukitan. Sedangkan kecamatan yang
memiliki jasa ekosistem penyediaan air sedang dengan kelerengan 15-25%. Kecamatan
yang memiliki jasa ekosistem penyediaan air sangat tinggi berada di Kecamatan
Batulicin, Kecamatan Karang Bintang, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Mantewe
mayoritas dengan morfologi landai dan datar.
Tabel 2.22. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kabupaten Tanah Bumbu
DAS / Sub DAS
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Jumlah
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS BATULICIN 155,56 8.330,72 19.859,39 75.218,43 29.601,51 133.165,62
DAS CANTUNG 18,56 127,31 2.039,51 4.967,59 489,52 7.642,50
P. Burung 33,01 480,86 513,87
P. Suwangi 94,97 300,14 270,26 665,37
P. Tampakan 0,73 561,54 562,27
Sub DAS Batulaki 1.127,69 10.907,11 26.585,00 7.446,75 46.066,55
Sub DAS Betung 10,28 13.669,02 479,76 14.159,06
Sub DAS Bunati 6.042,88 1.452,43 7.495,31
Sub DAS Dua Laut 51,64 3.798,32 3.849,96
Sub DAS Dua
Pumpung 1,51 131,55 2.285,14 2.418,20
Sub DAS Keladan 1,04 12,68 2,26 15,98
Sub DAS Kusan Hilir 694,41 3.743,91 61.855,35 20.714,64 87.008,31
Sub DAS Kusan Hulu 8.122,99 11.711,58 9.267,16 29.101,73
Sub DAS Kusan
Tengah 17.964,51 26.172,56 16.173,27 1,71 60.312,06
Sub DAS
MARTAPURA 70,70 186,28 76,24 2,01 335,23
Sub DAS S.Cuka 7,16 3.376,11 1.821,72 5.204,99
Sub DAS Satui 826,94 10.295,14 23.226,04 4.265,83 38.613,95
Sub DAS Sebamban 57,51 11.252,78 21.173,28 32.483,56
Sub DAS Setarap 12.233,00 4.770,71 17.003,71
Jumlah Total 2.199,46 56.790,66 146.859,04 229.481,93 51.287,14 486.618,23
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan ketersediaan air berdasarkan daerah aliran sungai (DAS) di
Kabupaten Tanah Bumbu dengan penyediaan sangat tinggi berada di DAS Batulicin,
DAS Cantung, Sub DAS Betung dan Sub DAS Kusan Hilir, serta Sub DAS Kusan Tengah
yang mayoritas bermorfologi landai dan datar. Daerah aliran sungai berada di DAS
Batulicin, DAS Cantung, Sub DAS Martapura dan Sub DAS Satui yang memiliki jasa
penyediaan air sangat rendah memiliki morfologi pegunungan dan perbukitan.
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun untuk pemetaannya dengan memperhatikan
kondisi administrasi dan kondisi daerah aliran sungai sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 36
Peta 2.5. Jasa Ekosistem Air Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 37
Peta 2.6. Jasa Ekosistem Air Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 38
2. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan bahan pangan yaitu segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati (tanaman dan hewan) dan air (ikan), baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia. Jenis-jenis pangan di Indonesia sangat bervariasi diantaranya seperti
beras, jagung, ketela, gandum, sagu, segala macam buah, ikan, daging, telur dan
sebagainya. Penyediaan pangan oleh ekosistem dapat berasal dari hasil pertanian dan
perkebunan, hasil pangan peternakan, hasil laut dan termasuk pangan dari hutan.
Sektor pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia sehingga
ketersediaan bahan pangan menjadi aspek penting. Ekosistem memberikan manfaat
penyediaan bahan pangan yaitu segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
(tanaman dan hewan) dan air (ikan), baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
Jenis tanah subur, pola sungai, tanah alluvial-sawah dan kebun, gambut muka air
dangkal untuk pertanian, lahan perkebunan, peternakan, perikanan, kebun campuran,
jenis tanah latosol cocok untuk hutan, podsolik merah kekuningan dan spodosol cocok
untuk perkebunan memiliki potensi yang tinggi
Tabel 2.23. Skoring DDDT Ketersediaan Pangan
Tabel 2.24. N
o Jenis Tanah SPT Tanbu
Penggunaan
Lahan
DDDT Ketersediaan
Pangan Skor
1. Litosol, Aluvial Sulfidik, Aluvial
Sulfik, Aluvial Hidrik, Aluvial Gleik,
Alivial Eutrik
3,5,7,8 Semua Ketersediaan Pangan
Tinggi
5
2. Kambisol Litik, Kambisol Distrik,
Kambisol Eutrik
14, 16,30,34
Semua 4
3. Kambisol Gleik, Podsolik Kandik,
Oksisol Kandik
9,10,13,
,24,26,32
Semua Ketersediaan Pangan
sedang
3
4. Gleisol Sulfik, Gleisol Distrik,
Lateritik Haplik, Podsolik Haplik
1,2,18,19,20,
22,23,25,28,
29,31
Semua Ketersediaan Pangan
Rendah
2
5. Regosol Distrik, Oksisol Haplik 4,11,12,15,17,
21,27
Semua Ketersediaan Pangan
Sangat Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah
2017
Jasa ekosistem penyediaan pangan di Kabupaten Tanah Bumbu dirinci
berdasarkan kondisi administrasi dan daerah aliran sungai dapat ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 39
Tabel 2.24. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Per Kecamatan
Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (Ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Angsana 579,21 12.343,62 6,63 4.394,48 2.257,16 19.581,10
Batulicin 227,38 4.268,46 2.843,43 3.330,19 2.793,87 13.463,33
Karang Bintang 295,33 13.930,98 4.004,86 1.908,79 20.139,97
Kuranji 337,21 10.133,23 993,94 11.464,38
Kusan Hilir 3.008,02 7.736,02 2.358,77 1.919,79 13.815,76 28.838,37
Kusan Hulu 9.887,56 56.699,24 57.750,08 21.313,72 4.673,26 150.323,86
Mantewe 6.628,62 42.617,28 30.747,10 5.595,83 1.079,91 86.668,74
Satui 14.446,17 37.422,73 24.246,01 505,46 11.135,21 87.755,58
Simpang
Empat 466,64 18.112,07 629,76 6.253,09 4.682,83 30.144,39
Sungai Loban 1.411,78 34.649,02 113,83 2.056,16 38.230,80
Total 37.287,92 237.912,67 118.581,78 48.425,19 44.402,96 486.610,52
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Tabel 2.25. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Berdasarkan Daerah
Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 394,49 - 1.143,33 - 185,80 1.723,62
DAS Angsana 65,08 323,79 - 1.552,33 625,65 2.566,84
DAS Bakau 137,86 499,60 - - - 637,46
DAS Batulicin 7.315,69 61.516,52 19.801,95 17.182,09 5.204,64 111.020,89
DAS Batung-Buluh 598,79 4.816,88 252,65 - 321,70 5.990,02
DAS Belanak 0,99 171,01 - 48,88 8,18 229,06
DAS Buluh 31,94 1.317,66 36,57 101,85 648,13 2.136,15
DAS Bunati 232,04 2.353,75 - 2.210,33 538,51 5.334,64
DAS Bunati Kecil 2,64 - - - 531,92 534,56
DAS Cantung 227,43 6.180,19 3.975,95 1.124,94 - 11.508,50
DAS Cuka 49,72 - 1.194,05 - 205,40 1.449,16
DAS Dua 220,46 2.967,46 - - - 3.187,92
DAS Dua Laut Kecil 36,31 98,51 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,60 2.200,30 - - - 2.442,90
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,58 - - - 4.790,50
DAS Hanau 17,62 316,84 - 296,55 325,02 956,03
DAS Hanau Kecil - 277,76 - 54,84 223,58 556,18
DAS Kandang Haur - 496,27 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 11.956,68 61.037,15 54.911,28 21.418,59 15.978,61 165.302,30
DAS Langgawan 35,00 355,29 - - 272,35 662,64
DAS Loban 108,52 705,51 - - - 814,02
DAS Panyulingan - 300,04 - - - 300,04
DAS Samariti 20,09 1.015,40 - 273,66 486,92 1.796,08
DAS Satui 13.240,62 32.961,63 28.316,57 - 7.013,22 81.532,04
DAS Sebamban 405,97 30.927,97 - 415,83 1.874,79 33.624,56
DAS Segumbang
Besar
25,14 1.307,10 1.271,71 682,78 387,32 3.674,05
DAS Segumbang Kecil 4,33 - 105,66 - 145,58 255,56
DAS Sei Dua 96,29 2.362,52 - 1.096,77 1.129,12 4.684,70
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 40
Nama DAS
Jasa Ekosistem Pangan Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS Sei Kecil - 365,47 - 476,16 184,60 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 171,15 - 131,61 95,82 398,59
DAS Sepunggur Besar 8,04 203,72 262,96 - 503,90 978,62
DAS Sepunggur Kecil 5,25 - 30,37 - 268,05 303,67
DAS Serungga - 1.959,27 - 200,87 - 2.160,14
DAS Setarap 738,70 12.761,15 3.078,52 833,23 3.796,58 21.208,18
DAS Setarap Kecil 111,85 - - - 285,47 397,32
DAS Tanah Merah 440,54 - 254,98 - 1.067,66 1.763,18
DAS Tanah Merah
Satui
12,12 - 717,10 - 394,46 1.123,69
DAS Terusan 34,07 2.176,87 372,16 36,47 568,14 3.187,70
DAS Tungkaran
Pangeran
0,11 107,86 - 64,13 86,36 258,46
P.Burung 172,51 - - - 346,83 519,34
P.Suwangi 3,57 - - 284,90 384,29 672,77
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan - - 222,95 - 350,99 573,94
PM (pulau kecil
tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 291,44 - - 291,44
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
14,45 1.378,13 2.482,53 6,06 - 3.881,18
Jumlah Total 37.183,42 238.247,36 118.750,03 48.492,87 44.465,32 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem penyediaan pangan di
Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui jasa penyediaan pangan sangat rendah
mencapai 7,66%, penyediaan pangan rendah mencapai 48,89%, penyediaan pangan
sedang mencapai 24,37%, penyediaan pangan tinggi mencapai 9,95% dan penyediaan
pangan sangat tinggi mencapai 9,12%.
Berdasarkan wilayah administrasi dapat diketahui wilayah yang memiliki jasa
ekosistem penyediaan pangan sangat rendah berada di Kecamatan Satui mengingat jenis
tanah berupa gleisol sulfik, gleisol distrik, lateritik haplik, podsolik haplik dan oksisol
haplik. sedangkan jasa ekosistem penyediaan pangan sedang berada di Kecamatan
Kusan Hulu, dan jasa ekosistem penyediaan pangan sangat tinggi berada di Kecamatan
Kusan Hilir mengingat jenis tanah dominan berupa: litosol, aluvial sulfidik, aluvial sulfik,
aluvial eutrik, kambisol litrik, kambisol distrik, dan kambisol eutrik.
Berdasarkan daerah aliran sungai yang menyediakan jasa ekosistem sangat
rendah berada di DAS Satui, jasa ekosistem penyediaan pangan rendah DAS Batulicin
dan DAS Kusan, penyediaan jasa ekosistem pangan sedang berada di DAS Kusan dan
penyediaan jasa ekosistem pangan tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Kusan,
dominan dengan jenis tanah berupa: litosol, aluvial sulfidik, aluvial sulfik, aluvial eutrik,
kambisol litrik, kambisol distrik, dan kambisol eutrik.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 41
Peta 2.7. Jasa Ekosistem Pangan Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 42
Peta 2.8. Jasa Ekosistem Pangan Berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 43
3. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber
Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen
yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Ekosistem menyediakan serat alami
yang meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses
geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat
digolongkan ke dalam (1) serat tumbuhan /serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat
hewan, dan (4) serat mineral seperti logam dan carbon. Serat alami hasil hutan, hasil
laut, hasil pertanian & perkebunan menjadi material dasar dalam proses produksi dan
industri serta bio-chemical. Jasa ekosistem berupa hutan dan perbukitan memiliki serat
tinggi (kayu dan tanaman), sedangkan areal perkebunan, kebun campur, rawa lahan
kering lahan basah rendah sebagai berikut:
Tabel 2.26. Tabel Skoring DDDT Ketersediaan Serat
No Penutupan dan Penggunaan Lahan DDDT Ketersediaan
Serat tinggi Nilai
1 Hutan lahan kering primer Ketersediaan Serat
tinggi
5
2 Hutan lahan kering sekunder 4
3 Perkebunan, Hutan tanaman,
Pertanian lahan kering campur,
Semak belukar
Ketersediaan Serat
sedang
3
4 Pertanian lahan kering, Semak
belukar, rawa, hutan mangrove
primer, Hutan mangrove skunder,
Hutan rawa skunder,
Ketersediaan Serat
rendah
2
5 Terbuka, Sawah, Tambak,
Permukiman, Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa,
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov Kalsel 2016, diolah
2017
Jasa ekosistem penyediaan serat/ fiber di Kabupaten Tanah Bumbu berupa hasil
hutan, kebun, semak, belukar dan ialang sebagai bentuk ketersediaan serat dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.27. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan
Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Jumlah
Total sangat rendah rendah sedang tinggi
Angsana 1.401,34 3.691,52 14.484,51 0 19.577,37
Batulicin 2.246,09 4.756,63 6.226,02 230,81 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.406,70 10.471,58 0 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 0 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 13.553,04 5.702,58 0 28.838,54
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 44
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Jumlah
Total sangat rendah rendah sedang tinggi
Kusan Hulu 10.354,18 15.358,71 42.690,52 81.920,93 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 12.472,51 42.932,39 19.063,52 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 8.132,37 13.830,05 3.347,66 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 12.123,69 20.322,19 0 38.232,52
Total 55.015,44 98.055,41 185.964,90 147.560,09 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem dalam penyediaan serat
dalam wilayah administrasi Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui jasa ekosistem
penyediaan serat sangat rendah mencapai 11,31 %, jasa ekosistem penyediaan serat
rendah mencapai 20,15 %, sedangkan jasa ekosistem penyediaan serat sedang
mencapai 38,22 % dan jasa ekosistem penyediaan serat tinggi mencapai 30,32 %.
Berdasarkan tabel jasa ekosistem penyediaan serat dapat diketahui wilayah
dengan kategori jasa ekosistem penyedia serat sangat rendah berada di Kecamatan Satui,
jasa ekosistem penyedia serat rendah berada di Kecamatan Mantewe. Jasa ekosistem
penyediaan serat sangat rendah dan rendah dapat diketahui karakteristik penggunaan
lahan Pertanian lahan kering, Semak belukar, rawa, hutan mangrove primer, Hutan
mangrove sekunder, Hutan rawa sekunder, Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman,
Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa. Jasa ekosistem penyedia serat sedang
berada di Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Satui dengan dominasi tata guna lahan
perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering campur, semak belukar sedangkan
jasa ekosistem penyedia serat tinggi berada di Kecamatan Kusan Hulu dengan dominasi
penggunaan lahan hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder. Peta
jasa ekosistem serat/ fiber berdasarkan administrasi Kabupaten Tanah Bumbu dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 45
Peta 2.9. Jasa Ekosistem Serat/ Fiber Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 46
Tabel 2.28. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat/ Fiber Berdasarkan Daerah
Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Serat Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 763,04 710,89 - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 500,92 2.055,07 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 576,07 23,54 - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 34.011,79 38.720,89 30.230,65 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 4.020,76 1.739,99 - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 7,63 40,88 - 229,02
DAS Buluh 181,26 428,11 1.361,59 165,15 2.136,11
DAS Bunati 528,45 2.087,41 2.718,10 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 0,39 441,98 - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 11.512,05
DAS Cuka 328,06 817,66 304,09 - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.137,95 678,88 - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 12,28 70,70 - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - 2.442,93
DAS Godang-
Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 215,38 573,57 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 125,80 282,12 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 26.653,79 45.467,62 75.013,21 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 425,79 - - 662,65
DAS Loban 185,13 580,56 48,34 - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - 299,88
DAS Samariti 234,38 220,73 1.340,99 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 7.425,49 33.030,76 31.747,93 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 4.319,92 22.950,94 384,96 33.621,96
DAS Segumbang
Besar 1.406,07 1.440,08 827,95 - 3.674,09
DAS Segumbang
Kecil 226,03 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 969,53 2.880,36 342,75 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 211,12 530,13 - 1.025,49
DAS Sei Kecil
Bawah 186,70 136,64 75,12 - 398,46
DAS Sepunggur
Besar 663,40 310,64 4,59 - 978,63
DAS Sepunggur
Kecil 195,42 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 3.470,15 14.554,58 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 291,05 17,97 - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - 1.763,20
DAS Tanah Merah
Satui 531,29 548,13 44,28 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 46,05 2.171,30 26,06 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran 174,53 56,69 26,95 - 258,17
P.Burung 117,56 401,45 - - 519,01
P.Suwangi 128,69 160,97 143,34 236,05 669,05
P.Suwangi Kecil - 16,36 - - 16,36
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 47
Nama DAS
Jasa Ekosistem Serat Jumlah
Total (ha) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
P.Tampakan - 572,56 - - 572,56
PM - 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan - - 0,03 294,11 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 3.881,63
Jumlah Total 55.029,93 98.128,69 186.201,74 147.778,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem dalam penyediaan serat
dalam Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui jasa ekosistem
penyediaan serat sangat rendah mencapai 11,31 %, jasa ekosistem penyediaan serat
rendah mencapai 20,15 %, sedangkan jasa ekosistem penyediaan serat sedang
mencapai 38,22 % dan jasa ekosistem penyediaan serat tinggi mencapai 30,32 %.
Daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu yang menyediakan jasa
ekosistem serat sangat rendah berada di DAS Kusan dan jasa ekosistem penyedia serat
rendah berada di DAS Batulicin dengan penggunaan lahan dominan berupa: pertanian
lahan kering, semak belukar, rawa, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder,
hutan rawa sekunder, terbuka, sawah, tambak, permukiman, pertambangan,
transmigrasi, tubuh air, dan rawa. Jasa ekosistem penyedia serat sedang di DAS Satui,
DAS Batulicin dan DAS Kusan dengan tata guna lahan perkebunan, hutan tanaman,
pertanian lahan kering campur, semak belukar. Jasa ekosistem penyedia serat tinggi
berada di DAS Kusan dengan penggunaan lahan hutan lahan kering primer dan hutan
lahan kering sekunder. Peta jasa ekosistem serat/ fiber berdasarkan daerah aliran sungai
(DAS) Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 48
Peta 2.10. Jasa Ekosistem Serat/ Fiber Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 49
4. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik
Ekosistem menyediakan beragam sumber daya genetik yang melimpah dan
bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Sumberdaya genetik
berhubungan erat dengan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, dimana
keanekaragaman hayati yang tinggi akan diikuti dengan sumber daya genetik yang
melimpah. Ketersediaan dan distribusi sumberdaya genetik ditentukan oleh tipe
ekosistem yaitu ekoregion bentang alam dan penutup lahan khususnya areal
bervegetasi. Potensi penyediaan sumberdaya genetik dimanfaatkan sebagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam dan kompleks. Jasa
ekosistem sumberdaya genetik sangat erat kaitannya dengan hutan penghasil kayu
ranting serat tinggi, sawit tinggi (minyak) memiliki potensi yang tinggi sebagai berikut:
Tabel 2.29. Skoring DDDT Ketersediaan Sumber Daya Genetik
No Penggunaan Lahan DDDT Ketersediaan Sumber Daya Genetik Nilai
1 Hutan primer (lahan kering,
mangrove)
Ketersediaan Sumber Daya Genetik tinggi 5
2 Hutan sekunder (lahan kering,
mangrove, rawa)
4
3 Semak belukar, Pertanian lahan
kering campur, Semak belukar
rawa,
Ketersediaan Sumber Daya Genetik sedang 3
4 Perkebunan, Hutan tanaman,
Pertanian lahan kering,
Ketersediaan Sumber Daya Genetik rendah 2
5 Terbuka, Sawah, Tambak,
Permukiman, Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa,
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016,
diolah 2017
Jasa ekosistem sumber daya genetik berdasarkan wilayah administrasi dan daerah
aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.30. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.401,34 16.313,17 1.597,88 264,97 19.577,37
Batulicin 2.246,09 7.553,61 2.889,44 750,99 19,42 13.459,55
Karang
Bintang 1.261,69 18.730,33 147,95 20.139,97
Kuranji 1.492,31 9.103,51 868,56 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 12.657,66 3.789,20 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 30.356,33 26.351,51 83.262,31 150.324,33
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 50
Kecamatan
Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Mantewe 4.779,02 19.302,82 19.590,42 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 27.592,31 27.465,48 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang
Empat 4.832,57 7.209,33 12.267,48 5.833,27 30.142,65
Sungai
Loban 5.786,64 26.355,74 5.836,17 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 175.174,82 100.804,09 155.364,54 236,96 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem sumberdaya genetik
berdasarkan wilayah administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui penyedia
jasa ekosistem sangat rendah mencapai 11,31 % di Kecamatan Satui, jasa ekosistem
rendah mencapai 36% di Kecamatan Kusan Hulu dengan penggunaan lahan
perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering, lahan terbuka, sawah, tambak,
permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh air, dan rawa. Jasa ekosistem sedang
mencapai 20,72% dengan penggunaan lahan semak belukar, pertanian lahan kering
campur, semak belukar rawa. Jasa ekosistem tinggi mencapai 31,93% dan jasa
ekosistem penyedia sumberdaya genetik sangat tinggi mencapai 0,05%. sedangkan jasa
ekosistem penyedia sumberdaya genetik berdasarkan daerah aliran sungai Kabupaten
Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.31. Jasa Ekosistem Sumberdaya Genetik Berdasarkan Daerah
Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS Jasa Ekosistem Genetik Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 1.025,84 448,09 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 1.751,26 725,00 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 53.801,36 18.578,59 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 5.142,57 618,18 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 813,22 705,47 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 4.584,69 38,17 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 441,98 0,39 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 1.043,84 77,91 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.402,31 414,52 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.512,91 630,99 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 3.797,98 714,02 - - 4.790,56
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 51
Nama DAS Jasa Ekosistem Genetik Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 445,94 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 41.155,34 27.165,42 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 224,09 7,33 - - 299,88
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 16.935,02 23.208,11 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 21.965,60 5.050,81 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang
Besar
1.406,07 2.003,91 228,20 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang
Kecil
226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 105,84 3.073,46 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur
Besar
663,40 240,22 - 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 13.053,21 4.937,02 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 527,12 653,76 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah
Satui
531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 1.066,65 1.104,65 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil
tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Total 55.029,93 175.404,35 100.826,73 155.639,35 238,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem sumberdaya genetik
berdasarkan daerah aliran sungai (DAS) dapat diketahui penyedia jasa ekosistem sangat
rendah mencapai 11,31 %, jasa ekosistem rendah mencapai 36%, jasa ekosistem sedang
mencapai 20,72%, jasa ekosistem tinggi mencapai 31,93% dan jasa ekosistem penyedia
sumberdaya genetik sangat tinggi mencapai 0,05%. Daerah aliran sungai yang memiliki
jasa ekosistem penyedia genetik sangat rendah berada di DAS Kusan dan penyedia jasa
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 52
ekosistem genetik rendah berada di DAS Batulicin, dengan penggunaan lahan
perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering, lahan terbuka, sawah, tambak,
permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh air, dan rawa. Penyedia jasa ekosistem
genetik sedang berada di DAS Kusan dengan penggunaan lahan semak belukar,
pertanian lahan kering campur, semak belukar rawa. Penyedia jasa ekosistem tinggi
dan sangat tinggi berada di DAS Kusan dengan penggunaan hutan primer (lahan kering
dan mangrove), dan hutan sekunder (lahan kering, mangrove dan rawa). Berdasarkan
tabel di atas dapat dipetakan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 53
Peta 2.11. Jasa Ekosistem Genetik Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 54
Peta 2.12. Jasa Ekosistem Genetik Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 55
5. Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Jasa ekosistem pengaturan iklim dengan fungsi operasional pengaturan suhu,
kelembaban dan hujan, pengendalian gas rumah kaca dan karbon.
Secara alamiah ekosistem mampu memberikan jasa ekosistem berupa jasa
pengaturan iklim mikro, yang meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, angin,
pengendalian gas rumah kaca, dan penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim
dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik khususnya vegetasi, serta letak dan faktor
fisiografis seperti ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan kepadatan
vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang besar seperti pegunungan akan memiliki
sistem pengaturan iklim yang lebih baik dan bermanfaat langsung pada pengurangan
emisi karbondiokasida dan efek rumah kaca serta menurunkan dampak pemanasan
global seperti peningkataan permukaan laut dan perubahan iklim ekstrim dan
gelombang panas. Pegunungan didominasi oleh penggunaan lahan hutan, yang mana
penghasil oksigen.
Penggunaan lahan dan ketinggian tempat menyebabkan udara di pegunungan
dan perbukitan lebih sejuk dan relatif bersih. Hutan juga menjadi penyaring alami polusi
udara yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Dataran fluvial yang berpenggunaan lahan sawah juga mempunyai potensi
sangat tinggi untuk pengaturan iklim. Tanaman pangan atau lahan pertanian
menghasilkan juga oksigen dari hasil proses fotosintesis sehingga membuat udara lebih
sejuk.
Perbukitan dengan penggunaan lahan ladang mempunyai potensi sedang.
Rendahnya kerapatan vegetasi dan ketinggian tempat membuat potensinya tidak
sebaik kawasan hutan. Penggunaan lahan semak belukar di berbagai ekoregion
mempunyai potensi rendah untuk mengatur iklim. Kerapatan vegetasi relatif renggang,
luas tajuk pohon yang sempit dan ketinggian tempat rendah membuat oksigen yang
dihasilkan relatif sedikit. Kelestarian hutan merupakan hal yang penting agar iklim dalam
suatu daerah dapat dikontrol sehingga tetap sejuk serta menyerap polusi udara.
Hutan menghasilkan karbon dan oksigen sehingga suhu menjadi lebih sejuk.
Fungsi hutan lainnya adalah menyerap karbondioksida dan partikel kotor yang ada di
udara sehingga kualitas udara dapat terjaga. Hamparan tanaman kebun dan tanaman
semusim yang luas mampu menetralisir iklim disekitarnya menjadi sejuk. Oksigen
dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman, semakin rapat dan banyak jumlah vegetasi
maka semakin banyak oksigen yang dihasilkan. Penggunaan lahan semak belukar hanya
mempunyai potensi sedang untuk pengaturan iklim. Vegetasi di semak belukar relatif
sedikit atau didominasi sejenis rumput-rumputan. Oksigen yang dihasilkan tidak
sebanyak dibandingkan dengan tumbuhan atau tanaman. Jumlah vegetasi yang sedikit
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 56
di wilayah permukiman membuat pengaturan iklim tidak maksimal. Udara di perkotaan
sudah tercampur zat dari bahan bakar atau kegiatan industri sehingga terasa lebih panas.
Kelestarian hutan merupakan hal yang penting untuk menjaga kemampuan ekosistem
untuk pengaturan iklim. Daya dukung daya tampung pengaturan iklim dapat ditinjau
dari jenis tanah maupun dari penggunaan lahan yang dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.32. Tabel Skoring DDDT Pengaturan Iklim
No Jenis Tanah Penggunaan
Lahan Pengaturan Iklim Skor
1. Aluvial, Planosol, Hidromorf
Kelabu dan Laterit Air Tanah
Semua Pengaturan Iklim Tinggi 5
2. Latosol, Podsolik dan Podsol Semua 4
3. Barown Forest Soil, Non Celtic
Brown dan Mediteran
Semua Pengaturan Iklim sedang 3
4. Andosol, Lateric, Grumosol Semua Pengaturan Iklim
Rendah
2
5. Regosol, Litosol, Organosol dan
Renzina
Semua Pengaturan Iklim Sangat
Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah
2017
Tabel 2.33. Tabel Skoring DDDT Pengaturan Iklim
No Penggunaan Lahan DDDT Pengaturan Iklim Nilai
1 Hutan primer (lahan kering, mangrove) Pengaturan Iklim tinggi 5
2 Hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa) 4
3 Semak belukar, Pertanian lahan kering campur, Semak belukar rawa, Perkebunan, Hutan tanaman, Pertanian lahan kering,
Pengaturan Iklim sedang 3
4 Sawah, Permukiman, Transmigrasi, Pengaturan Iklim rendah 2
5 Terbuka, Tambak, Pertambangan, Tubuh Air, Rawa, 1 Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Jasa ekosistem pengaturan iklim berdasarkan wilayah administrasi dan daerah
aliran sungai Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.34. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan Administrasi
Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa ekosistem pengaturan iklim jumlah
total sangat
rendah rendah sedang tinggi
Sangat
tinggi
Angsana 879,26 522,09 17.911,05 264,97 19.577,37
Batulicin 934,72 1.311,37 10.443,04 750,99 19,42 13.459,55
Karang Bintang 249,67 1.012,02 18.878,28 20.139,97
Kuranji 57,50 1.434,81 9.972,07 11.464,38
Kusan Hilir 4.375,43 5.207,49 16.446,86 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 7.796,04 2.558,14 56.707,85 83.262,31 150.324,33
Mantewe 3.753,48 1.025,54 38.893,24 42.997,19 86.669,45
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 57
Kecamatan
Jasa ekosistem pengaturan iklim jumlah
total sangat
rendah rendah sedang tinggi
Sangat
tinggi
Satui 11.901,20 1.377,47 55.057,79 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang Empat 3.524,44 1.308,14 19.476,81 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 4.409,64 1.377,00 32.191,91 253,97 38.232,52
jumlah total 37.881,39 17.134,05 275.978,91 155.364,54 236,96 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel jasa ekosistem pengaturan iklim dengan wilayah administrasi
dapat diketahui jasa ekosistem pengaturan iklim sangat rendah mencapai 7,78%, jasa
ekosistem pengaturan iklim rendah mencapai 3,52%, dengan dominasi penggunaan
lahan antara lain: sawah, permukiman, transmigrasi, lahan terbuka, tambak,
pertambangan, tubuh air, dan rawa yang tersebar di semua Kecamatan di Kabupaten
Tanah Bumbu. Jasa ekosistem pengaturan iklim sedang mencapai 56,72% dengan
dominasi penggunaan lahan semak belukar, pertanian lahan kering campur, semak
belukar rawa, perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering yang tersebar di
semua kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Jasa ekosistem pengaturan iklim tinggi
mencapai 31,93%, dan jasa ekosistem pengaturan iklim sangat tinggi mencapai 0,05%
dengan karakteristik penggunaan lahan Hutan primer (lahan kering, mangrove), dan
Hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa) di Kecamatan Satui, Kecamatan Kusan
Hilir dan Kecamatan Batulicin.
Jasa ekosistem pengaturan iklim berdasarkan daerah aliran sungai (DAS)
Kabupaten Tanah Bumbu dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.35. Jasa Ekosistem Pengaturan iklim Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Iklim
Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 248,56 1,14 1.473,93 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 - 2.476,26 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau - 38,33 599,62 - - 637,95
DAS Batulicin 4.853,84 3.200,26 72.379,95 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 118,31 111,11 5.760,75 - - 5.990,16
DAS Belanak - 180,51 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 294,05 234,40 4.622,87 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 - 5.556,19 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 - 1.121,75 - - 1.449,82
DAS Dua 160,98 210,15 2.816,83 - - 3.187,96
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 58
Nama DAS
Jasa Ekosistem Iklim
Jumlah
Total (ha) Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
DAS Dua Laut
Kecil
52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 130,90 168,14 2.143,89 - - 2.442,93
DAS Godang-
Durian
111,60 166,96 4.512,00 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang
Haur
24,76 25,58 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 9.744,13 8.425,97 68.320,76 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 231,83 5,03 425,79 - - 662,65
DAS Loban 29,34 155,79 628,90 - - 814,03
DAS Panyulingan 20,72 47,74 231,41 - - 299,88
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 8.733,72 595,19 40.143,13 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.133,02 833,12 27.016,40 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang
Besar
365,43 1.040,64 2.232,11 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang
Kecil
159,14 66,88 - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 249,66 34,58 597,85 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil
Bawah
125,83 60,86 148,13 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur
Besar
405,77 257,64 240,22 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur
Kecil
195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 2.253,02 930,45 17.990,23 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 - 1.180,89 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah
Satui
257,56 273,73 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
90,88 83,65 45,62 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil
tanpa nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Jumlah Total 37.882,07 17.147,86 276.231,09 155.639,35 238,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 59
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem pengaturan iklim dengan
meninjau Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu diketahui jasa
ekosistem pengaturan iklim sangat rendah mencapai 7,78%, jasa ekosistem pengaturan
iklim rendah mencapai 3,52%, jasa ekosistem pengaturan iklim sangat rendah dan
rendah berada di DAS Kusan dengan dominasi penggunaan lahan antara lain: sawah,
permukiman, transmigrasi, lahan terbuka, tambak, pertambangan, tubuh air, dan rawa
di Kabupaten Tanah Bumbu berada DAS Kusan dan DAS Satui. Jasa ekosistem
pengaturan iklim sedang mencapai 56,7% dengan dominasi penggunaan lahan semak
belukar, pertanian lahan kering campur, semak belukar rawa, perkebunan, hutan
tanaman, pertanian lahan kering berada di DAS Batulicin. Jasa ekosistem pengaturan
iklim tinggi mencapai 31,95% dan jasa ekosistem pengaturan iklim sangat tinggi
mencapai 0,05% berada di DAS Kusan dengan karakteristik penggunaan lahan Hutan
primer (lahan kering, mangrove), dan Hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa).
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem pengaturan iklim di Kabupaten
Tanah Bumbu dengan pendekatan administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) dapat
dipetakan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 60
Peta 2.13. Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 61
Peta 2.14. Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 62
6. Jasa Ekosistem Pengaturan Aliran Air dan Banjir
Jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir sebagai fungsi siklus hidrologi,
serta infrastruktur alam untuk penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan
air.
Siklus hidrologi (hydrology cycle), adalah pergerakan air dalam hidrosfer yang
meliputi proses penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara (kondensasi), hujan
(presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus hidrologi yang terjadi di atmosfer meliputi
terbentuknya awan hujan, terbentuknya hujan, dan evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi. Sedangkan siklus hidrologi yang terjadi di biosfer dan litosfer yaitu
ekosistem air yang meliputi aliran permukaan, ekosistem air tawar, dan ekosistem air
laut.
Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada pengaturan tata air yang
baik untuk berbagai macam kepentingan seperti penyimpanan air, pengendalian banjir,
dan pemeliharaan ketersediaan air. Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat
dipengaruhi oleh keberadaan tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan.
Pulau Kalimantan yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan merupakan
potensi untuk recharge area. Recharge area yang relatif luas akan meningkatkan
cadangan air bersih. Ekoregion pegunungan dan perbukitan struktural dan dataran
fluvial mempunyai potensi tinggi untuk pengaturan tata air. Pegunungan dan perbukitan
yang penggunaan lahannya hutan mempunyai potensi tinggi untuk menyerap air.
Vegetasi di kawasan hutan menampung air hujan dan mengalirkanya dalam tanah
sehingga menjadi cadangan air tanah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka air hujan
yang dapat ditangkap semakin banyak. Perbukitan berpenggunaan lahan ladang dan
semak belukar memiliki potensi sedang. Kerapatan vegetasi yang relatif rendah serta
luas tajuk pohon sempit membuat air hujan yang dapat ditangkap relatif sedikit. Air
hujan akan menjadi run-off dan langsung masuk ke sistem sungai. Penggunaan lahan
permukiman memiliki potensi yang rendah untuk mengatur tata air. Sebagian besar
lahan di permukiman sudah diperkeras oleh aspal, semen atau bahan lain. Hal tersebut
akan menghalangi air hujan untuk masuk ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi
cadangan air. Air tanah akan menjadi run-off sehingga langsung masuk ke sungai atau
menjadi genangan. Kelestarian hutan sebagai recharge area merupakan hal penting agar
cadangan air relatif stabil.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 63
Tabel 2.36. Skoring DDDT Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir
No Morfologi Lereng Penggunaan Lahan
DDDT Pengaturan
Tata Aliran Air
dan Banjir
Nilai
1 Gunung/Pegunungan
Dan Bukit/Perbukitan
>40% Hutan primer (lahan
kering, mangrove)
Pengaturan Tata
Aliran Air dan
Banjir Sangat
Tinggi
5
2 Gunung/Pegunungan
Dan Bukit/Perbukitan
25-
40%
Hutan sekunder (lahan
kering, mangrove,
rawa)
Pengaturan Tata
Aliran Air dan
Banjir Tinggi
4
3 Bukit/Perbukitan 15-
25%
Semak belukar,
Pertanian lahan kering
campur, Semak
belukar rawa,
Perkebunan, Hutan
tanaman, Pertanian
lahan kering,
Pengaturan Tata
Aliran Air dan
Banjir Sedang
3
4 Datar 2-15% Sawah, Permukiman,
Transmigrasi
Pengaturan Tata
Aliran Air dan
Banjir Rendah
2
5 Datar 0-2 % Terbuka, Tambak,
Pertambangan, Tubuh
Air, Rawa
Pengaturan Tata
Aliran Air dan
Banjir Sangat
Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah
2017
Jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir dengan memperhatikan wilayah
administrasi Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.37. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan
Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa ekosistem tata aliran air dan banjir Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 811,32 17.494,10 1.271,95 19.577,37
Batulicin 888,37 11.086,56 1.313,80 157,13 13,68 13.459,55
Karang
Bintang 171,47 18.806,60 1.161,83 0,07 20.139,97
Kuranji 57,50 10.734,52 672,36 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 4.375,43 21.492,75 2.970,36 28.838,54
Kusan Hulu 5.978,90 49.157,08 50.711,85 30.242,58 14.233,92 150.324,33
Mantewe 1.814,94 30.116,74 36.754,99 13.620,02 4.362,61 86.669,31
Satui 9.951,46 50.461,14 21.291,02 4.119,61 1.923,86 87.747,09
Simpang
Empat 2.922,88 14.665,47 11.893,00 538,76 122,53 30.142,65
Sungai
Loban 3.765,66 31.644,75 2.822,01 0,10 38.232,52
Jumlah
Total 30.737,94 255.659,70 130.863,18 48.678,29 20.656,61 486.595,71
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 64
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem tata aliran air dan banjir
berdasarkan kecamatan, sedangkan jasa ekosistem tata aliran air dan banjir berdasarkan
daerah aliran air (DAS) dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.38. Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Banjir Berdasarkan
Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tata Aliran Air dan Banjir Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 196,18 1.455,13 72,32 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 2.476,26 79,73 - - 2.566,87
DAS Bakau - 637,95 - - - 637,95
DAS Batulicin 2.476,32 64.886,88 31.992,98 8.725,38 2.935,90 111.017,46
DAS Batung-Buluh 118,31 5.871,86 - - - 5.990,16
DAS Belanak - 204,34 23,87 0,81 - 229,02
DAS Buluh 181,26 1.271,22 607,39 34,08 42,17 2.136,11
DAS Bunati 243,46 4.737,46 353,05 - - 5.333,97
DAS Bunati Kecil 91,78 442,37 - - - 534,14
DAS Cantung 310,66 3.177,35 5.496,92 1.869,67 657,45 11.512,05
DAS Cuka 254,65 1.065,33 129,83 - - 1.449,82
DAS Dua 160,98 3.003,47 23,50 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 82,99 - - - 135,47
DAS Dua Pumpung 130,90 2.205,92 106,11 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 111,60 4.678,96 - - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 271,65 497,58 19,72 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 187,85 220,07 - - 556,19
DAS Kandang Haur 24,76 471,52 - - - 496,28
DAS Kintap - 3,31 21,57 2,43 - 27,30
DAS Kusan 8.259,87 66.864,24 50.652,58 27.841,98 11.686,10 165.304,77
DAS Langgawan 231,83 430,82 - - - 662,65
DAS Loban 29,34 784,69 - - - 814,03
DAS Panyulingan 20,72 279,16 - - - 299,88
DAS Samariti 234,38 906,98 640,99 13,75 - 1.796,10
DAS Satui 6.897,23 34.695,25 25.609,70 9.238,93 5.092,00 81.533,11
DAS Sebamban 4.165,76 25.302,47 4.116,10 33,92 3,72 33.621,97
DAS Segumbang Besar 365,43 3.180,42 128,24 - - 3.674,10
DAS Segumbang Kecil 159,14 66,88 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 460,96 2.013,19 2.092,66 100,88 17,07 4.684,76
DAS Sei Kecil 248,92 184,99 587,75 3,83 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 124,96 135,85 137,62 0,02 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 405,77 497,86 75,01 - - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 1,33 709,86 1.356,78 82,27 11,40 2.161,63
DAS Setarap 2.240,00 18.222,34 745,87 - - 21.208,21
DAS Setarap Kecil 88,17 309,01 - - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 1.180,89 - - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 257,56 624,69 241,45 - - 1.123,70
DAS Terusan 781,56 1.519,86 848,66 35,90 1,82 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran 90,88 119,21 48,01 0,07 - 258,17
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 65
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tata Aliran Air dan Banjir Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
P.Burung 117,56 238,76 162,70 - - 519,01
P.Suwangi 82,28 53,80 361,50 157,75 13,72 669,05
P.Suwangi Kecil - - 16,36 - - 16,36
P.Tampakan - 118,73 453,83 - - 572,56
PM - - 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - 33,66 127,80 132,67 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 0,80 297,92 3.029,02 461,23 92,52 3.881,49
Total 30.728,28 255.869,67 131.104,09 48.750,42 20.686,54 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jasa ekosistem pengaturan air
dan banjir dengan kategori sangat rendah mencapai 6,32%, jasa ekosistem pengaturan
air dan banjir dengan kategori rendah yang berada di morfologi permukaan datar
mencapai 52,54% tersebar di semua kecamatan namun yang terendah berada di
Kecamatan Satui dengan penggunaan lahan berupa: sawah, permukiman, transmigrasi
dan lahan terbuka, tambak, pertambangan, tubuh air, dan rawa.
Jasa ekosistem dengan kategori sedang yang berada di morfologi perbukitan
mencapai 26,89 % dengan penggunaan lahan semak belukar, pertanian lahan kering
campur, semak belukar rawa, perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering.
Jasa ekosistem pengaturan air dan banjir kategori sedang tersebar di semua kecamatan
di Kabupaten Tanah Bumbu.
Jasa ekosistem pengaturan air dan banjir yang memiliki luas dengan kategori
tinggi mencapai 10 % dan jasa ekosistem dengan kategori sangat tinggi mencapai
4,25% berada di pegunungan dan perbukitan dengan dominasi penggunaan lahan
hutan primer (lahan kering, mangrove), dan hutan sekunder (lahan kering, mangrove,
rawa) yang berada di Kecamatan Batulicin, Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan
Mantewe, Kecamatan Satui, dan Kecamatan Simpang Empat.
Jasa ekosistem pengaturan air dan banjir yang disediakan daerah aliran sungai
(DAS) dengan kategori sangat rendah memiliki luas mencapai 6,3 % dan jasa ekosistem
pengaturan air dan banjir dengan kategori rendah mencapai 52 %.
Jasa ekosistem pengatur air dan banjir sangat rendah dan rendah dengan
penggunaan lahan sawah, permukiman, transmigrasi dan lahan terbuka, tambak,
pertambangan, tubuh air, dan rawa. Daerah aliran sungai yang memiliki kemampuan
jasa pengaturan air dan banjir sangat rendah dan rendah dengan dominasi cukup besar
berada di DAS Kusan.
Jasa ekosistem pengaturan air dan banjir dengan kemampuan sedang memiliki
tata guna lahan Semak belukar, Pertanian lahan kering campur, Semak belukar rawa,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 66
Perkebunan, Hutan tanaman, dan Pertanian lahan kering. Daerah aliran sungai (DAS)
yang memiliki jasa ekosistem pengaturan air dan banjir dengan kemampuan sedang
berada di semua DAS kecuali di DAS Setarap kecil dan DAS Tanah Merah.
Daerah aliran sungai yang memiliki jasa ekosistem pengaturan air dan banjir
dengan kemampuan tinggi mencapai 10 % dan sangat tinggi mencapai 4,2 % dengan
penggunaan lahan hutan primer (lahan kering, mangrove) dan hutan sekunder (lahan
kering, mangrove, rawa) yang berada di DAS Serungga, DAS Terusan, DAS P.Suwangi,
Sub-Sub DAS Riam Kanan, Sub-Sub DAS Riam Kiwa.
Peta jasa ekosistem pengaturan air dan banjir yang berada di wilayah administrasi
dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 67
Peta 2.15. Jasa Ekosistem Pengatur Tata Air dan Banjir Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 68
Peta 2.16. Jasa Ekosistem Pengatur Tata Air dan Banjir Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 69
7. Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan energi, baik yang berasal dari fosil
seperti minyak bami dan batubara serta sumber energy alternatif dari alam seperti
tenaga air mikro hidro, tenaga matahari dan tenaga angin serta panas bumi. Selain itu
ekosistem juga menyediaan energi yang berasal dari bio massa minyak tanaman seperti
minyak sawit, minyak buah biji jarak. Hutan dan berbagai macam tanaman kayu-
kayuan juga memberikan sumbangan terhadap sumber energi.
Penggunaan lahan pegunungan didominasi oleh hutan. Hutan merupakan
penyedia energi terutama dari hasil hutan seperti kayu atau ranting. Pada daerah
pegunungan struktural kompleks Meratus ini didominasi material penyusun kelompok
batuan ultramafik dan batuhan malihan. Ekoregion ini juga kaya akan sumberdaya
mineral batubara yang merupakan salah satu sumber energi yang banyak dimanfaatkan
oleh manusia. Dataran fluvial yang relatif datar sehingga intensitas dan luasan
penyinaran matahari relatif tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
pembangkit listrik tenaga surya. Pemanfaatan energi yang terbarukan/alami harus
ditingkatkan agar ketergantungan terhadap energi fosil dapat berkurang. Potensi tinggi
penyediaan energi ini umumnya berada di daerah hutan lahan tinggi. Hal ini disebabkan
karena kayu dan ranting dari kawasan hutan dapat menjadi sumber energi bagi kegiatan
domestik masyarakat. Pada daerah pegunungan struktural kompleks Meratus ini
didominasi material penyusun kelompok batuan ultramafik dan batuhan malihan.
Ekoregion ini juga kaya akan sumberdaya mineral batubara yang merupakan salah satu
sumber energi yang banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Tabel 2.39. Skoring DDDT Penyediaan Energi
No Penutupan dan Penggunaan Lahan DDDT Ketersediaan
Energi Nilai
1 Hutan lahan kering primer Penyediaan Energi
Tinggi
5
2 Hutan lahan kering skunder 4
3 Perkebunan, Hutan tanaman, Pertanian lahan kering
campur, Semak belukar
Penyediaan Energi
Sedang
3
4 Pertanian lahan kering, Semak belukar rawa,Hutan
mangrove primer, Hutan mangrove skunder, Hutan
rawa skunder,
Penyediaan Energi
Rendah
2
5 Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman, Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa,
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Berdasarkan perhitungan daya dukung daya tampung dalam penyediaan energi dapat
diketahui sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 70
Tabel 2.40. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan
Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar jumlah
total sangat rendah rendah sedang tinggi
Angsana 1.401,34 3.691,52 14.484,51 19.577,37
Batulicin 2.246,09 4.756,63 6.226,02 230,81 13.459,55
Karang Bintang 1.261,69 8.406,70 10.471,58 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 13.553,04 5.702,58 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 15.358,71 42.690,52 81.920,93 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 12.472,51 42.932,39 19.063,52 87.747,09
Simpang Empat 4.832,57 8.132,37 13.830,05 3.347,66 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 12.123,69 20.322,19 38.232,52
jumlah total 55.015,44 98.055,41 185.964,90 147.560,09 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui penyediaan bahan bakar berdasarkan
wilayah administrasi Kabupaten Tanah Bumbu sedangkan jasa ekosistem penyediaan
bahan bakar dengan pendekatan daerah aliran sungai (DAS) dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Tabel 2.41. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar Berdasarkan DAS
Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Energi
Jumlah Total
(ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 763,04 710,89 - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 500,92 2.055,07 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 576,07 23,54 - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 34.011,79 38.720,89 30.230,65 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 4.020,76 1.739,99 - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 7,63 40,88 - 229,02
DAS Buluh 181,26 428,11 1.361,59 165,15 2.136,11
DAS Bunati 528,45 2.087,41 2.718,10 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 0,39 441,98 - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 11.512,05
DAS Cuka 328,06 817,66 304,09 - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.137,95 678,88 - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 12,28 70,70 - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 215,38 573,57 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 125,80 282,12 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 26.653,79 45.467,62 75.013,21 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 425,79 - - 662,65
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 71
Nama DAS
Jasa Ekosistem Energi
Jumlah Total
(ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
DAS Loban 185,13 580,56 48,34 - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - 299,88
DAS Samariti 234,38 220,73 1.340,99 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 7.425,49 33.030,76 31.747,93 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 4.319,92 22.950,94 384,96 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.440,08 827,95 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 29,54 - - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 969,53 2.880,36 342,75 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 211,12 530,13 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 136,64 75,12 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 310,64 4,59 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 108,25 - - 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 3.470,15 14.554,58 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 291,05 17,97 - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 548,13 44,28 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 46,05 2.171,30 26,06 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran 174,53 56,69 26,95 - 258,17
P.Burung 117,56 401,45 - - 519,01
P.Suwangi 128,69 160,97 143,34 236,05 669,05
P.Suwangi Kecil - 16,36 - - 16,36
P.Tampakan - 572,56 - - 572,56
PM (pulau kecil tak
bernama)
- 2,89 - - 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - 0,03 294,11 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 3.881,63
Total 55.029,93 98.128,69 186.201,74 147.778,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem penyediaan energi di
wilayah administrasi Kabupaten Tanah Bumbu dengan kategori sangat rendah mencapai
11,31% dan jasa ekosistem rendah mencapai 20,15% dengan penggunaan lahan
terbuka, sawah, tambak, permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh air, rawa,
pertanian lahan kering, semak belukar rawa,hutan mangrove primer, hutan mangrove
sekunder, dan hutan rawa sekunder yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten
Tanah Bumbu.
Wilayah administrasi yang memiliki jasa ekosistem penyediaan energi sedang mencapai
38,22% dengan penggunaan lahan perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering
campur, semak belukar yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu.
Wilayah administrasi yang memiliki jasa ekosistem penyediaan energi kategori
tinggi mencapai 30,32% dengan penggunaan lahan hutan lahan kering primer dan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 72
hutan lahan kering sekunder yang berada di Kecamatan Batulicin, Kecamatan Kusan
Hulu, Kecamatan Mantewe, Kecamatan Satui, dan Kecamatan Simpang Empat.
Secara spesifik wilayah administrasi Kabupaten Tanah Bumbu yang memiliki jasa
ekosistem penyediaan energi sangat rendah berada di Kecamatan Kusan Hulu,
penyediaan energi rendah berada di Kecamatan Mantewe, penyediaan energi sedang
berada di Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Satui, sedangkan penyediaan energi
tinggi berada di Kecamatan Mantewe.
Daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu yang menyediakan jasa
ekosistem penyediaan energi rendah berada di beberapa DAS dan Sub DAS di
Kabupaten Tanah Bumbu kecuali DAS Kintap, P.Suwangi Kecil, P.Tampakan, PM (pulau
kecil tak bernama), Sub-Sub DAS Riam Kanan. Kontribusi daerah aliran sungai yang
menyediakan jasa ekosistem energi rendah ini mencapai 11,29 % dengan penggunaan
lahan pertanian lahan kering, semak belukar rawa,hutan mangrove primer, hutan
mangrove skunder, hutan rawa skunder, dan lahan terbuka, sawah, tambak,
permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh air, rawa.
Daerah aliran sungai (DAS) yang menyediakan jasa ekosistem energi sedang
dengan penggunaan lahan perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan kering campur,
dan semak belukar dengan kontribusi mencapai 38,22 % yang berada di beberapa DAS
kecuali DAS Langgawan, DAS Segumbang Kecil, DAS Sepunggur Kecil, P.Burung,
P.Suwangi Kecil, P.Tampakan, dan PM (pulau kecil tak bernama).
Daerah aliran sungai (DAS) yang menyediakan jasa ekosistem energi tinggi
dengan penggunaan lahan hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder
dengan luasan mencapai 30,33% yang berada di DAS Batulicin, DAS Buluh, DAS
Cantung, DAS Kusan, DAS Satui, DAS Sebamban, DAS Sei Dua, DAS Serungga, DAS
Terusan, P.Suwangi, Sub-Sub DAS Riam Kanan, Sub-Sub DAS Riam Kiwa.
Berdasarkan daerah aliran sungai dapat dipastikan keberadaan DAS Kusan yang
menyediakan energi dari kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.
Berdasarkan tabel jasa ekosistem dapat diketahui penyediaan bahan bakar dengan
pendekatan administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
dipetakan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 73
Peta 2.17. Jasa Ekosistem Energi Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 74
Peta 2.18. Jasa Ekosistem Energi Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 75
B. BIDANG EKONOMI
1. Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet bumi
serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan tipis kulit
bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan
induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel
batuan atau mineral, bahan organik (senyawa organik dan organisme) air dan udara.
Mineral merupakan unsur utama tanah yang terbentuk dari padatan anorganik dan
mempunyai komposisi homogen. Ekosistem memberikan jasa pendukung berupa
pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan yang bervariasi antar lokasi.
Lokasi yang memiliki jenis batuan cepat lapuk, dengan kondisi curah hujan dan
penyinaran matahari yang tinggi akibat bentuk permukaan bumi serta didukung oleh
keberadaan organisme dalam tanah dan tumbuhan penutup tanah maka pembentukan
tanah semakin cepat. Jasa ekosistem dengan jenis tanah subur, curah hujan tinggi,
organisme tanah kompleks, vegetasi lahan hutan memiliki potensi yang tinggi.
Tabel 2.42. Skoring DDDT Pembentukan Lapisan Tanah dan
Pemeliharaan Kesuburan
No Jenis Tanah SPT Tanbu Penggunaan
Lahan
DDDT Pembentukan Lapisan
Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan
Skor
1. Litosol, Aluvial Sulfidik,
Aluvial Sulfik, Aluvial
Hidrik, Aluvial Gleik,
Alivial Eutrik
3,5,7,8 Semua Ketersediaan Pembentukan
Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan Sangat Tinggi
5
2. Kambisol Litik, Kambisol
Distrik, Kambisol Eutrik
14, 16,30,34
Semua Ketersediaan Pembentukan
Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan Tinggi
4
3. Kambisol Gleik, Podsolik
Kandik, Oksisol Kandik
9,10,13,
,24,26,32
Semua Ketersediaan Pembentukan
Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan Sedang
3
4. Gleisol Sulfik, Gleisol
Distrik, Lateritik Haplik,
Podsolik Haplik
1,2,18,19,20,
22,23,25,28,
29,31
Semua Ketersediaan Pembentukan
Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan Rendah
2
5. Regosol Distrik, Oksisol
Haplik
4,11,12,15,17,
21,27
Semua Ketersediaan Pembentukan
Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan Sangat Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Berdasarkan perhitungan jasa ekosistem lapisan tanah dan pemeliharaan
kesuburan yang dirinci per kecamatan dan daerah aliran sungai dapat diketahui
sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 76
Tabel 2.43. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan
Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Jumlah
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Angsana 579,21 12.343,62 6,63 4.394,48 2.257,16 19.581,10
Batulicin 227,38 4.268,46 2.843,43 3.330,19 2.793,87 13.463,33
Karang
Bintang 295,33 13.930,98
4.004,86 1.908,79 20.139,97
Kuranji 337,21 10.133,23
993,94
11.464,38
Kusan Hilir 3.008,02 7.736,02 2.358,77 1.919,79 13.815,76 28.838,37
Kusan Hulu 9.887,56 56.699,24 57.750,08 21.313,72 4.673,26 150.323,86
Mantewe 6.628,62 42.617,28 30.747,10 5.595,83 1.079,91 86.668,74
Satui 14.446,17 37.422,73 24.246,01 505,46 11.135,21 87.755,58
Simpang
Empat 466,64 18.112,07 629,76 6.253,09 4.682,83 30.144,39
Sungai
Loban 1.411,78 34.649,02
113,83 2.056,16 38.230,80
Jumlah
Total 37.287,92 237.912,67 118.581,78 48.425,19 44.402,96 486.610,52
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diiketahui jasa ekosistem lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan setiap kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan jasa
ekosistem lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan dirinci daerah aliran sungai dapat
diketahui sebagai berikut:
Tabel 2.44. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan
Dirinci Per Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Kesuburan Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 394,49 - 1.143,33 - 185,80 1.723,62
DAS Angsana 65,08 323,79 - 1.552,33 625,65 2.566,84
DAS Bakau 137,86 499,60 - - - 637,46
DAS Batulicin 7.315,69 61.516,52 19.801,95 17.182,09 5.204,64 111.020,89
DAS Batung-Buluh 598,79 4.816,88 252,65 - 321,70 5.990,02
DAS Belanak 0,99 171,01 - 48,88 8,18 229,06
DAS Buluh 31,94 1.317,66 36,57 101,85 648,13 2.136,15
DAS Bunati 232,04 2.353,75 - 2.210,33 538,51 5.334,64
DAS Bunati Kecil 2,64 - - - 531,92 534,56
DAS Cantung 227,43 6.180,19 3.975,95 1.124,94 - 11.508,50
DAS Cuka 49,72 - 1.194,05 - 205,40 1.449,16
DAS Dua 220,46 2.967,46 - - - 3.187,92
DAS Dua Laut Kecil 36,31 98,51 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,60 2.200,30 - - - 2.442,90
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,58 - - - 4.790,50
DAS Hanau 17,62 316,84 - 296,55 325,02 956,03
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 77
Nama DAS
Jasa Ekosistem Kesuburan Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Hanau Kecil - 277,76 - 54,84 223,58 556,18
DAS Kandang Haur - 496,27 - - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 11.956,68 61.037,15 54.911,28 21.418,59 15.978,61 165.302,30
DAS Langgawan 35,00 355,29 - - 272,35 662,64
DAS Loban 108,52 705,51 - - - 814,02
DAS Panyulingan - 300,04 - - - 300,04
DAS Samariti 20,09 1.015,40 - 273,66 486,92 1.796,08
DAS Satui 13.240,62 32.961,63 28.316,57 - 7.013,22 81.532,04
DAS Sebamban 405,97 30.927,97 - 415,83 1.874,79 33.624,56
DAS Segumbang Besar 25,14 1.307,10 1.271,71 682,78 387,32 3.674,05
DAS Segumbang Kecil 4,33 - 105,66 - 145,58 255,56
DAS Sei Dua 96,29 2.362,52 - 1.096,77 1.129,12 4.684,70
DAS Sei Kecil - 365,47 - 476,16 184,60 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 171,15 - 131,61 95,82 398,59
DAS Sepunggur Besar 8,04 203,72 262,96 - 503,90 978,62
DAS Sepunggur Kecil 5,25 - 30,37 - 268,05 303,67
DAS Serungga - 1.959,27 - 200,87 - 2.160,14
DAS Setarap 738,70 12.761,15 3.078,52 833,23 3.796,58 21.208,18
DAS Setarap Kecil 111,85 - - - 285,47 397,32
DAS Tanah Merah 440,54 - 254,98 - 1.067,66 1.763,18
DAS Tanah Merah Satui 12,12 - 717,10 - 394,46 1.123,69
DAS Terusan 34,07 2.176,87 372,16 36,47 568,14 3.187,70
DAS Tungkaran Pangeran 0,11 107,86 - 64,13 86,36 258,46
P.Burung 172,51 - - - 346,83 519,34
P.Suwangi 3,57 - - 284,90 384,29 672,77
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan - - 222,95 - 350,99 573,94
PM (pulau kecil tak bernama) - - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - 291,44 - - 291,44
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 14,45 1.378,13 2.482,53 6,06 - 3.881,18
Total 37.183,42 238.247,36 118.750,03 48.492,87 44.465,32 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem kesuburan tanah di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
diketahui kategori sangat rendah sebesar 7,66%, jasa ekosistem kesuburan rendah
sebesar 48,89%, jasa ekosistem kesuburan sedang sebesar 24,37%, kesuburan tinggi
sebesar 9,95%, sedangkan kesuburan sangat tinggi mencapai 9,12%.
Berdasarkan jasa ekosistem kesuburan sangat rendah berada di Kecamatan Satui,
sedangkan jasa ekosistem kesuburan dengan kategori rendah, sedang dan tinggi berada
di Kecamatan Kusan Hulu, dan jasa ekosistem kesuburan sangat tinggi berada di
Kecamatan Kusan Hilir. Berdasarkan daerah aliran sungai untuk jasa ekosistem
kesuburan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Kusan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 78
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai yang penyediaan jasa ekosistem
kesuburan dengan kategori sangat rendah dan rendah sangat tergantung dengan jenis
tanahnya meliputi: regosol distrik, oksisol haplik, gleisol sulfik, gleisol distrik, lateritik
haplik, podsolik haplik dengan kontribusi luasan 56,54% yang tersebar di semua
kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai yang memiliki jasa ekosistem
kesuburan dengan kategori sedang memiliki jenis tanah Kambisol Gleik, Podsolik
Kandik, Oksisol Kandik yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu
dengan kontribusi luasan sebesar 24,37%.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai yang memiliki jasa ekosistem
kesuburan dengan kategori tinggi dan sangat tinggi yang memiliki jenis tanah Litosol,
Aluvial Sulfidik, Aluvial Sulfik, Aluvial Hidrik, Aluvial Gleik, Alivial Eutrik dan Kambisol
Litik, Kambisol Distrik, dan Kambisol Eutrik dengan kontribusi luasan 19,08 %.
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat pemetaan untuk jasa ekosistem lapisan
tanah dan pemeliharaan kesuburan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 79
Peta 2.19. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pengelolaan Kesuburan Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 80
Peta 2.20. Jasa Ekosistem Lapisan Tanah dan Pengelolaan Kesuburan Berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 81
2. Jasa Ekosistem Unsur Hara
Siklus hara dalam suatu ekosistem merupakan proses yang terintegrasi dari
pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam ekosistem itu sendiri dan juga
interaksinya dengan atmosfir, biosfir, geosfir dan hidrosfir. Energi yang dibutuhkan
untuk menggerakkan siklus hara ini didapatkan dari proses yang terjadi pada biosfir
yaitu proses fotosisntesis. Siklus hara adalah suatu proses suplai dan penyerapan dari
senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme. Hara essensial
yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur bahan anorganik alam. Kebutuhan
akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi (pohon) membedakannya dengan
organisme lainnya seperti manusia, hewan dan beberapa mikroorganisme yang
membutuhkan bahan makanan organik (Mengel et al,. 1987). Menurut Binkley (1987)
bahwa proses siklus hara mencakup proses mikroklimat, kualitas kimia dari bahan
organik, status kimia dari tanah dan aktivitas binatang.
Ekosistem secara alamiah memberikan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dari dalam tanah melalui serapan haranya dan kemudian diakumulasi dalam
jaringan tumbuhan dan kembali lagi ke tanah baik lansung atau tidak lansung sebagai
bahan organik. Proses dari serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan
kembali ke tanah melalui siklus yang bervarisi sesuai dengan kondisi tumbuhan, iklim
dan jenis tanahnya sendiri sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan
tanah dan tingkat produksi pertanian yang tinggi. Hara diperlukan untuk produksi
bahan organik baik pada tingkat trofik produser ataupun konsumer yang umumnya
berada dalam lingkungan abiotic dengan konsentrasi yang lebih rendah dari pada yang
dibutuhkan untuk aktivitas pertumbuhan. Meskipun begitu, organisme di dalam
ekosistem yang tua seperti hutan berisi hara dalam konsentrasi dengan jumlah yang
besar dan bernilai. Jasa ekosistem unsur hara dengan jenis tanah subur, curah hujan
tinggi, vegetasi lahan hutan memiliki potensi yang tinggi.
Tabel 2.45. Skoring DDDT Unsur Hara
No Jenis Tanah SPT
Tanbu Penggunaan Lahan
DDDT Unsur Hara Skor
1. Litosol, Aluvial Sulfidik,
Aluvial Sulfik, Aluvial
Hidrik, Aluvial Gleik,
Alivial Eutrik
3, 5, 7, 8 Hutan primer (lahan
kering, mangrove)
Ketersediaan Unsur
Hara Sangat Tinggi
5
2. Kambisol Litik, Kambisol
Distrik, Kambisol Eutrik
14, 16, 30,
34
Hutan sekunder (lahan
kering, mangrove, rawa)
Ketersediaan Unsur
Hara Tinggi
4
3. Kambisol Gleik, Podsolik
Kandik, Oksisol Kandik
9, 10, 13,
24, 26, 32
Semak belukar, Pertanian
lahan kering campur ,
Semak belukar rawa,
Ketersedi, an Unsur
Hara sedang
3
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 82
No Jenis Tanah SPT
Tanbu Penggunaan Lahan
DDDT Unsur Hara Skor
4. Gleisol Sulfik, Gleisol
Distrik, Lateritik Haplik,
Podsolik Haplik
1, 2, 18,
19, 20,
22, 23,
25, 28,
29, 31
Perkebunan, Hutan
tanaman, Pertanian
lahan kering,
Ketersediaan Unsur
Hara Rendah
2
5. Regosol Distrik
Oksisol Haplik
4, 11, 12,
15, 17, 21,
27
Terbuka, Sawah,
Tambak, Permukiman,
Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air,
Rawa,
Ketersediaan Unsur
Hara Sangat Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Berdasarkan skoring jasa ekosistem penyediaan unsur hara dapat ditampilkan
sebagai berikut:
Tabel 2.46. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Per Kecamatan
Kabupaten Tanah Bumbu
Row Labels
Jasa Ekosistem Unsur Hara Jumlah
Total sangat rendah rendah sedang tinggi Sangat tinggi
Angsana 573,58 12.618,24 3.865,83 2.519,72 19.577,37
Batulicin 111,28 6.428,17 4.431,42 2.473,23 18,65 13.462,75
Karang Bintang 295,33 14.058,96 3.872,17 1.913,50 20.139,97
Kuranji 337,21 10.150,58 976,59 11.464,38
Kusan Hilir 1.590,50 10.667,81 9.612,13 6.837,28 129,75 28.837,47
Kusan Hulu 1.445,45 46.064,74 38.003,73 64.807,31 150.321,24
Mantewe 1.127,20 36.767,88 20.229,36 28.544,29 86.668,74
Satui 3.665,83 51.930,53 11.838,33 20.259,20 51,96 87.745,85
Simpang Empat 188,51 15.696,05 7.832,26 6.423,51 30.140,33
Sungai Loban 1.217,52 34.853,41 701,91 1.457,44 38.230,28
Jumlah Total 10.552,42 239.236,37 101.363,73 135.235,49 200,36 486.588,37
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem unsur hara dirinci setiap daerah aliran sungai dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.47. Jasa Ekosistem Unsur Hara Dirinci Daerah Aliran Sungai
Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Hara Jumlah
Total (ha)
sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - 6,49 - - 6,49
DAS Anglai 2,27 1.189,64 358,00 173,72 - 1.723,64
DAS Angsana 65,08 323,79 921,75 1.256,26 - 2.566,88
DAS Bakau 45,72 591,76 - - - 637,47
DAS Batulicin 1.691,30 59.393,29 27.626,00 22.312,09 - 111.022,67
DAS Batung-Buluh 145,73 5.487,27 35,42 321,71 - 5.990,12
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 83
Nama DAS
Jasa Ekosistem Hara Jumlah
Total (ha)
sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Belanak 0,99 182,85 3,50 41,68 - 229,02
DAS Buluh 12,45 1.178,84 348,02 596,81 - 2.136,12
DAS Bunati 226,74 2.500,42 2.101,45 505,38 - 5.333,98
DAS Bunati Kecil 2,64 - 89,13 442,37 - 534,15
DAS Cantung - 4.914,78 2.202,80 4.391,12 - 11.508,69
DAS Cuka 11,06 1.230,28 7,53 200,33 - 1.449,19
DAS Dua 196,38 2.991,59 - - - 3.187,97
DAS Dua Laut Kecil 34,97 99,84 - - - 134,81
DAS Dua Pumpung 242,30 2.200,64 - - - 2.442,94
DAS Godang-Durian 175,93 4.614,65 - - - 4.790,58
DAS Hanau 15,15 283,07 184,60 473,22 - 956,04
DAS Hanau Kecil - 244,98 158,74 152,47 - 556,19
DAS Kandang Haur - 496,28 - - - 496,28
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 3.199,95 52.536,99 44.297,18 65.165,81 105,07 165.305,00
DAS Langgawan 29,63 360,67 139,95 132,41 - 662,65
DAS Loban 71,33 742,71 - - - 814,04
DAS Panyulingan - 299,88 - - - 299,88
DAS Samariti 9,93 1.021,57 228,45 536,15 - 1.796,11
DAS Satui 3.093,11 39.816,90 11.572,96 26.998,35 52,04 81.533,37
DAS Sebamban 330,91 30.683,55 1.243,32 1.364,29 - 33.622,08
DAS Segumbang Besar 25,14 2.371,13 1.240,30 37,53 - 3.674,11
DAS Segumbang Kecil 2,87 107,12 117,50 28,08 - 255,56
DAS Sei Dua 38,01 2.027,14 750,95 1.868,68 - 4.684,78
DAS Sei Kecil - 278,11 266,61 480,77 - 1.025,50
DAS Sei Kecil Bawah - 172,12 142,05 84,29 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 8,04 459,91 422,68 88,00 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 1,83 15,10 181,92 78,61 26,22 303,68
DAS Serungga - 988,64 970,66 200,87 - 2.160,17
DAS Setarap 516,73 15.899,71 2.015,84 2.776,01 - 21.208,28
DAS Setarap Kecil 30,57 81,14 57,60 227,87 - 397,19
DAS Tanah Merah 242,14 352,47 376,62 791,99 - 1.763,21
DAS Tanah Merah
Satui
4,01 288,37 566,07 265,25 - 1.123,70
DAS Terusan 34,07 2.343,37 715,26 95,05 - 3.187,75
DAS Tungkaran
Pangeran
- 127,16 84,23 46,78 - 258,17
P.Burung 7,74 164,78 109,82 236,68 - 519,02
P.Suwangi - 3,57 128,69 524,42 15,94 672,62
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 103,55 469,02 - 572,57
PM (pulau kecil tak
bernama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 291,42 - 291,44
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
- 413,84 1.700,98 1.766,42 - 3.881,24
Total 10.514,71 239.479,90 101.503,95 135.438,27 202,17 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 84
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia unsur hara di Kabupaten Tanah Bumbu
dapat diketahui kategori sangat rendah sebesar 2,17%, jasa ekosistem penyedia unsur
hara rendah mencapai 49,17%, jasa ekosistem penyedia unsur hara sedang mencapai
20,83%, jasa ekosistem penyedia unsur hara tinggi mencapai 27,79% dan jasa
ekosistem penyedia unsur hara sangat tinggi mencapai 0,04%.
Berdasarkan wilayah administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
jasa ekosistem penyedia unsur hara sangat rendah dan rendah berada di Kecamatan
Satui, jasa ekosistem penyedia unsur hara sedang dan tinggi berada di Kecamatan Kusan
Hulu, sedangkan jasa ekosistem penyedia unsur hara sangat tinggi berada di Kecamatan
Kusan Hilir.
Berdasarkan daerah aliran sungai dapat diketahui jasa ekosistem penyedia unsur
hara rendah berada di DAS Kusan dan DAS Satui, sedangkan jasa ekosistem penyedia
unsur hara rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Kusan.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu yang
memiliki jasa ekosistem penyedia unsur hara sangat rendah dan rendah memiliki
karakteristik jenis tanah Gleisol Sulfik, Gleisol Distrik, Lateritik Haplik, Podsolik Haplik,
Regosol Distrik dan Oksisol Haplik yang sesuai untuk pemanfaatan lahan perkebunan,
hutan tanaman, pertanian lahan kering, lahan terbuka, sawah, tambak, permukiman,
pertambangan, transmigrasi, tubuh air, dan rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem hara sedang dengan karakteristik jenis tanah Kambisol
Gleik, Podsolik Kandik, Oksisol Kandik sangat sesuai dengan penggunaan lahan semak
belukar, pertanian lahan kering campur, semak belukar rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem hara tinggi dan sangat tinggi memiliki karakteristik jenis
tanah Litosol, Aluvial Sulfidik, Aluvial Sulfik, Aluvial Hidrik, Aluvial Gleik, Alivial Eutrik,
Kambisol Litik, Kambisol Distrik, dan Kambisol Eutrik sangat sesuai dengan penggunaan
lahan Hutan primer (lahan kering, mangrove), Hutan sekunder (lahan kering,
mangrove, rawa). Pemetaan terhadap jasa ekosistem hara baik berdasarkan wilayah
administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 85
Peta 2.21. Jasa Ekosistem Unsur Hara Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 86
Peta 2.22. Jasa Ekosistem Unsur Hara Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 87
3. Jasa Ekosistem Produksi Primer
Ekosistem memberikan jasa produksi primer berupa produksi oksigen dan penyediaan
habitat spesies. Produksi oksigen memberikan dukungan bagi seluruh kehidupan
makhluk. Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada kehidupan. Ekosistem
memberikan jasa penghasil oksigen sekaligus mengurangi kadar karbondioksida dan
populasi udara di bumi. Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap
karbondioksida untuk pembutan makanan (fotosintesis). Hasil dari fotosintesis adalah
oksigen. Inilah gas yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas dan
memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa produksi oksigen bervariasi
antar lokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan vegetasi dan hutan.
Ekosistem dapat berfungsi sebagai penghasil oksigen dan pengikat karbon. Keberadaan
vegetasi seperti hutan yang menyerap karbondioksida untuk pembuatan makanan
melalui proses fotosintesis menghasilkan oksigen yang diperlukan makhluk hidup di
bumi untuk beraktivitas dan memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa
produksi oksigen bervariasi antarlokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan
vegetasi dan hutan. Jasa ekosistem produksi primer sebagai vegetasi lahan hutan
memiliki potensi yang tinggi.
Tabel 2.48. Skoring DDDT Produksi Primer
No Penggunaan Lahan DDDT Produksi Primer Nilai
1 Hutan primer (lahan kering, mangrove) Ketersediaan Produksi Primer
tinggi
5
2 Hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa) 4
3 Hutan tanaman, Perkebunan, Semak belukar,
Pertanian lahan kering campur, Semak belukar
rawa,
Ketersediaan Produksi Primer
sedang
3
4 Pertanian lahan kering Ketersediaan Produksi Primer
rendah
2
5 Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman,
Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa,
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Jasa ekosistem produksi primer berdasarkan administrasi dan daerah aliran
sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.49. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
Jasa ekosistem produksi primer Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.401,34 2.997,17 14.913,88 264,97 19.577,37
Batulicin 2.246,09 2.383,79 8.059,26 750,99 19,42 13.459,55
Karang
Bintang 1.261,69 8.321,79 10.556,49 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 88
Kecamatan
Jasa ekosistem produksi primer Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Kusan Hilir 9.582,92 7.410,04 9.036,82 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 12.818,59 43.889,26 83.262,31 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 9.747,02 45.310,77 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang
Empat 4.832,57 4.705,73 14.771,08 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 11.205,94 20.985,97 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 79.150,33 196.828,58 155.364,54 236,96 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Penyediaan jasa ekosistem produksi primer berdasarkan daerah aliran sungai di
Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.50. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Jasa Ekosistem Produksi Primer
Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 756,52 717,41 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 76,86 2.399,40 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 32.339,69 40.040,26 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 3.739,98 2.020,77 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 1.866,60 2.756,27 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 742,20 379,55 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.042,94 773,89 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 18.544,47 49.776,29 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - - 299,88
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 6.616,58 33.526,55 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 3.808,92 23.207,48 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.175,97 1.056,14 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 89
Nama DAS
Jasa Ekosistem Produksi Primer
Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Sepunggur Besar 663,40 235,63 4,59 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 1.926,47 16.063,76 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah Satui 531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran Pangeran 174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM - - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Total 55.029,93 79.243,63 196.987,46 155.639,35 238,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel penyediaan jasa ekosistem produksi primer di Kabupaten
Tanah Bumbu yang dapat dikategorikan sangat rendah mencapai 11,31%, jasa ekosistem
produksi primer rendah mencapai 16,27%, jasa ekosistem produksi primer sedang
mencapai 40,45%, jasa ekosistem produksi primer tinggi mencapai 31,93% dan jasa
ekosistem produksi primer sangat tinggi mencapai 0,05%.
Berdasarkan jasa ekosistem penyediaan produksi primer di Kabupaten Tanah
Bumbu berdasarkan wilayah administrasi dapat diketahui tingkatan kategori sangat
rendah berada di Kecamatan Satui, jenis penyediaan produksi primer rendah berada di
Kecamatan Mantewe, jenis penyediaan produksi primer sedang dan tinggi berada di
Kecamatan Kusan Hulu, sedangkan jenis penyediaan produksi primer sangat tinggi
berada di Kecamatan Kusan Hilir.
Berdasarkan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
jasa ekosistem produksi primer sangat rendah berada di DAS Kusan, jasa ekosistem
penyediaan produksi primer rendah berada di DAS Batulicin, sedangkan jasa ekosistem
penyedia produksi primer sedang, tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Kusan.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem produksi primer dengan kategori rendah dengan jenis
penggunaan lahan Pertanian lahan kering, Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman,
Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu yang
memiliki jasa ekosistem produksi primer dengan kategori sedang dengan jenis
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 90
penggunaan lahan Hutan tanaman, Perkebunan, Semak belukar, Pertanian lahan kering
campur, dan Semak belukar rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu yang
memiliki jasa ekosistem produksi primer tinggi dengan penggunaan lahan hutan primer
(lahan kering, mangrove) dan hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa).
Pemetaan jasa ekosistem penyedia produksi primer dengan berdasarkan wilayah
administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan
sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 91
Peta 2.23. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 92
Peta 2.24. Jasa Ekosistem Produksi Primer Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 93
4. Jasa Ekosistem Biodiversitas
Ekosistem telah memberikan jasa keanekaragaman hayati (biodiversity) di antara
makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan
ekosistem akuatik lain serta komplekskompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan
ekosistem yang menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakter
biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap perikehidupan.
Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan
sumberdaya alam hayati yang berakibat pada menurunnya sumberdaya alam hayati
tersebut apabila tidak dikelola secara lestari atau dikenal dengan degradasi sumberdaya
alam dan lingkungan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pengelolaan sumberdaya alam
hayati secara berkelanjutan menjadi prioritas. Mengingat, kebutuhan akan sumberdaya
alam hayati sangat tergantung pada kondisi suatu wilayah, maka dalam pelaksanaan
pengelolaannya diperlukan pemahaman terhadap nilai kenakeragaman hayati sebagai
sumberdaya alam hayati sesuai dengan wilayahnya. Nilai keanekaragaman hayati
mencakup tingkat keragamanan dan kelimpahan, sehingga dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan kawasan untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati yang ada
di dalam wilayah kelola suatu unit pengelolaan atau unit usaha. Jasa ekosistem
Biodiversitas sebagai vegetasi lahan hutan memiliki potensi yang tinggi
Tabel 2.51. Skoring DDDT Biodiversitas
No Penggunaan Lahan DDDT Biodiversitas Nilai
1 Hutan primer (lahan kering, mangrove) Ketersediaan Biodiversitas tinggi 5
2 Hutan sekunder (lahan kering, mangrove,
rawa)
4
3 Hutan tanaman, Perkebunan, Semak belukar,
Pertanian lahan kering campur semak
belukar, Semak belukar rawa,
Ketersediaan Biodiversitas sedang 3
4 Pertanian lahan kering Ketersediaan Biodiversitas rendah 2
5 Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman,
Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air,
Rawa,
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah
2017
Jasa ekosistem Biodiversitas Kabupaten Tanah Bumbu dapat disajikan
berdasarkan wilayah administrasi dan daerah aliran sungai sebagai berikut:
Tabel 2.52. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.401,34 2.997,17 14.913,88 264,97 19.577,37
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 94
Kecamatan
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Batulicin 2.246,09 2.383,79 8.059,26 750,99 19,42 13.459,55
Karang
Bintang 1.261,69 8.321,79 10.556,49 20.139,97
Kuranji 1.492,31 2.057,56 7.914,52 11.464,38
Kusan Hilir 9.582,92 7.410,04 9.036,82 2.657,15 151,60 28.838,54
Kusan Hulu 10.354,18 12.818,59 43.889,26 83.262,31 150.324,33
Mantewe 4.779,02 17.502,70 21.390,54 42.997,19 86.669,45
Satui 13.278,67 9.747,02 45.310,77 19.344,69 65,94 87.747,09
Simpang
Empat 4.832,57 4.705,73 14.771,08 5.833,27 30.142,65
Sungai Loban 5.786,64 11.205,94 20.985,97 253,97 38.232,52
Jumlah Total 55.015,44 79.150,33 196.828,58 155.364,54 236,96 486.595,85
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Tabel 2.53. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung 6,49 - - - - 6,49
DAS Anglai 249,70 756,52 717,41 - - 1.723,63
DAS Angsana 10,88 76,86 2.399,40 79,73 - 2.566,87
DAS Bakau 38,33 419,69 179,93 - - 637,95
DAS Batulicin 8.054,09 32.339,69 40.040,26 30.583,39 - 111.017,43
DAS Batung-Buluh 229,41 3.739,98 2.020,77 - - 5.990,16
DAS Belanak 180,51 - 48,51 - - 229,02
DAS Buluh 181,26 - 1.518,68 436,17 - 2.136,11
DAS Bunati 528,45 1.866,60 2.756,27 182,64 - 5.333,96
DAS Bunati Kecil 91,78 - 442,37 - - 534,14
DAS Cantung 347,98 17,79 5.538,40 5.607,88 - 11.512,05
DAS Cuka 328,06 742,20 379,55 - - 1.449,82
DAS Dua 371,13 2.042,94 773,89 - - 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 52,48 - 82,99 - - 135,47
DAS Dua Pumpung 299,04 1.152,21 991,68 - - 2.442,93
DAS Godang-Durian 278,56 2.395,62 2.116,38 - - 4.790,56
DAS Hanau 167,09 - 573,57 215,38 - 956,04
DAS Hanau Kecil 148,27 - 282,12 125,80 - 556,19
DAS Kandang Haur 50,33 - 445,94 - - 496,27
DAS Kintap - - 27,30 - - 27,30
DAS Kusan 18.170,11 18.544,47 49.776,29 78.687,21 126,64 165.304,72
DAS Langgawan 236,86 203,63 222,16 - - 662,65
DAS Loban 185,13 562,97 65,94 - - 814,03
DAS Panyulingan 68,47 - 231,41 - - 299,88
DAS Samariti 234,38 - 1.340,99 220,73 - 1.796,10
DAS Satui 9.328,91 6.616,58 33.526,55 31.995,01 66,03 81.533,09
DAS Sebamban 5.966,14 3.808,92 23.207,48 639,42 - 33.621,96
DAS Segumbang Besar 1.406,07 1.175,97 1.056,14 35,91 - 3.674,09
DAS Segumbang Kecil 226,03 - - 29,54 - 255,56
DAS Sei Dua 492,11 - 3.179,30 1.013,35 - 4.684,76
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 95
Nama DAS
Jasa Ekosistem Biodiversitas Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Sei Kecil 284,24 67,72 530,13 143,40 - 1.025,49
DAS Sei Kecil Bawah 186,70 73,01 75,12 63,64 - 398,46
DAS Sepunggur Besar 663,40 235,63 4,59 75,01 - 978,63
DAS Sepunggur Kecil 195,42 - - 81,72 26,54 303,68
DAS Serungga 19,51 - 1.171,46 970,66 - 2.161,63
DAS Setarap 3.183,47 1.926,47 16.063,76 34,50 - 21.208,20
DAS Setarap Kecil 88,17 - 309,01 - - 397,18
DAS Tanah Merah 582,32 459,51 721,37 - - 1.763,20
DAS Tanah Merah
Satui
531,29 - 350,96 241,45 - 1.123,70
DAS Terusan 944,39 - 2.171,30 72,11 - 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
174,53 18,67 26,95 38,02 - 258,17
P.Burung 117,56 - 238,76 162,70 - 519,01
P.Suwangi 128,69 - 143,34 380,49 16,53 669,05
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - 118,73 453,83 - 572,56
PM (pulau kecil tanpa
nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- - 0,03 294,11 - 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
2,17 - 1.120,24 2.759,22 - 3.881,63
Total 55.029,93 79.243,63 196.987,46 155.639,35 238,63 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia Biodiversitas di Kabupaten Tanah Bumbu
dapat diketahui kategori sangat rendah mencapai 11,31%, jasa ekosistem dengan
kategori rendah mencapai 16,27%, jasa ekosistem dengan kategori sedang mencapai
40,45%, jasa ekosistem dengan kategori tinggi mencapai 31,39% dan jasa ekosistem
dengan kategori sangat tinggi mencapai 0,05%.
Berdasarkan penyediaan jasa ekosistem biodiversitas dengan meninjau wilayah
administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui dengan kategori sangat rendah
berada di Kecamatan Satui, jasa ekosistem penyedia jasa dengan kategori rendah berada
di Kecamatan Mantewe, jasa ekosistem penyedia biodiversitas sedang dan tinggi berada
di Kecamatan Kusan Hulu, sedangkan jasa ekosistem penyedia biodiversitas sangat tinggi
berada di Kecamatan Kusan Hilir.
Berdasarkan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
penyedia jasa ekosistem biodiversitas sangat rendah di DAS Satui, jasa ekosistem
penyedia biodiversitas rendah dan sedang berada di DAS Batulicin, sedangkan jasa
ekosistem penyedia biodiversitas tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Satui.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 96
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu yang
memiliki ketersediaan biodiversitas rendah sesuai apabila pemanfaatan lahan diarahkan
Pertanian lahan kering, lahan Terbuka, Sawah, Tambak, Permukiman, Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air, dan Rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki ketersediaan biodiversitas sedang sesuai apabila pemanfaatan lahan
diarahkan Hutan tanaman, Perkebunan, Semak belukar, Pertanian lahan kering campur
semak belukar, dan semak belukar rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki ketersediaan biodiversitas tinggi sesuai dengan pemanfaatan lahan
diarahkan Hutan primer (lahan kering, mangrove), dan Hutan sekunder (lahan kering,
mangrove, rawa).
Jasa ekosistem penyedia biodiversitas di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
ditampilkan dengan pemetaan wilayah administrasi dan daerah aliran sungai.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 97
Peta 2.25. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 98
Peta 2.26. Jasa Ekosistem Biodiversitas Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 99
C. Bidang Sosial Budaya
1. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Ekosistem memberikan manfaat positif bagi manusia khususnya ruang untuk
tinggal dan hidup sejahtera. Ruang hidup ini didukung oleh kemampuan dan kesesuaian
lahan yang tinggi sehingga memberikan dukungan kehidupan baik secara sosial,
ekonomi maupun budaya. Jasa ekosistem sebagai tempat tinggal dan ruang hidup secara
sosial sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta peluang
pengembangan wilayah yang lebih besar. Jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang
hidup sebagai wilayah yang datar, air bersih mudah, pembangunan infrastruktur,
kemudahan pembangunan memiliki potensi yang tinggi
Tabel 2.54. Skoring DDDT Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
No Morfologi Lereng DDDT Tempat Tinggal Dan Ruang
Hidup Nilai
1 Gunung/Pegunungan Dan
Bukit/Perbukitan
>40% Ketersediaan Tempat Tinggal Dan
Ruang Hidup sangat rendah 1
2
Gunung/Pegunungan Dan
Bukit/Perbukitan
25-40% Ketersediaan Tempat Tinggal Dan
Ruang Hidup rendah 2
3
Bukit/Perbukitan 15-25% Ketersediaan Tempat Tinggal Dan
Ruang Hidup sedang 3
4 Landai 2-15% Ketersediaan Tempat Tinggal Dan
Ruang Hidup tinggi
4
5 Datar 0-2 %
5
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016,
diolah 2017
Jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang hidup sejahtera dengan memperhatikan
hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.55. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Kecamatan
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1,04 1.083,50 18.496,57 19.581,10
Batulicin 20,06 76,19 99,42 845,75 12.418,72 13.460,13
Karang
Bintang 0,16 7,37 1.279,45 18.852,98 20.139,97
Kuranji 0,01 1,37 701,86 10.761,14 11.464,38
Kusan Hilir 161,60 28.677,89 28.839,49
Kusan Hulu 14.785,30 16.319,25 14.728,27 37.508,67 66.985,55 150.327,03
Mantewe 4.976,77 6.590,26 8.092,64 27.954,17 39.055,50 86.669,33
Satui 2.038,47 2.212,71 2.225,90 16.561,56 64.718,20 87.756,84
Simpang
Empat 182,24 328,32 624,14 8.256,01 20.756,00 30.146,71
Sungai Loban 0,19 27,23 3.207,38 34.998,24 38.233,04
Jumlah Total 22.002,83 25.527,09 25.807,36 97.559,97 315.720,79 486.618,04
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 100
Berdasarkan tabel di atas dapat jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang hidup
berdasarkan administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu sedangkan jasa ekosistem tempat
tinggal dan ruang hidup berdasarkan daerah aliran sungai dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Tabel 2.56. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal Ruang Hidup Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak
P.Burung
- - - - 6,49 6,49
DAS Anglai - - - 125,75 1.597,86 1.723,62
DAS Angsana - - - - 2.566,83 2.566,83
DAS Bakau - - - - 637,94 637,94
DAS Batulicin 3.356,41 4.333,58 5.462,40 25.382,22 72.481,06 111.015,68
DAS Batung-
Buluh
- - - - 5.990,06 5.990,06
DAS Belanak - 0,99 2,72 30,46 194,89 229,06
DAS Buluh 42,18 18,65 21,55 310,92 1.742,85 2.136,14
DAS Bunati - - - 220,99 5.113,62 5.334,62
DAS Bunati
Kecil
- - - - 534,56 534,56
DAS Cantung 829,90 915,61 1.030,36 3.841,26 4.894,72 11.511,86
DAS Cuka - - 1,32 201,92 1.246,55 1.449,79
DAS Dua - - - 26,66 3.161,25 3.187,91
DAS Dua Laut
Kecil
- - - - 135,47 135,47
DAS Dua
Pumpung
- - 1,47 124,27 2.317,15 2.442,89
DAS Godang-
Durian
- - - - 4.790,48 4.790,48
DAS Hanau 4,73 15,00 33,11 249,09 654,10 956,02
DAS Hanau
Kecil
- - 0,60 93,67 461,91 556,18
DAS Kandang
Haur
- - - - 496,27 496,27
DAS Kintap 0,07 2,36 5,70 15,86 3,31 27,30
DAS Kusan 12.251,78 14.662,17 13.958,94 35.662,63 88.766,60 165.302,12
DAS
Langgawan
- - - - 662,64 662,64
DAS Loban - - - - 814,02 814,02
DAS
Panyulingan
- - - - 300,04 300,04
DAS Samariti 2,28 11,47 27,19 393,07 1.362,06 1.796,07
DAS Satui 5.209,63 5.109,62 4.457,55 19.576,27 47.178,71 81.531,78
DAS
Sebamban
3,72 13,21 87,33 4.518,47 29.001,72 33.624,45
DAS
Segumbang
Besar
- - - 92,64 3.581,40 3.674,03
DAS - - - - 255,56 255,56
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 101
Nama DAS
Jasa Ekosistem Tempat Tinggal Ruang Hidup Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Segumbang
Kecil
DAS Sei Dua 36,91 64,96 120,08 1.285,28 3.177,44 4.684,68
DAS Sei Kecil - 3,83 28,41 472,42 521,56 1.026,23
DAS Sei Kecil
Bawah
- 0,57 6,60 104,39 287,02 398,58
DAS
Sepunggur
Besar
- - - - 978,61 978,61
DAS
Sepunggur
Kecil
- - - - 303,67 303,67
DAS Serungga 13,94 39,17 48,02 719,11 1.341,36 2.161,59
DAS Setarap - - - 787,24 20.420,86 21.208,10
DAS Setarap
Kecil
- - - - 397,32 397,32
DAS Tanah
Merah
- - - - 1.763,17 1.763,17
DAS Tanah
Merah Satui
- - - 0,71 1.122,97 1.123,68
DAS Terusan 22,19 13,64 33,17 914,76 2.203,99 3.187,75
DAS
Tungkaran
Pangeran
- 1,20 3,88 33,78 219,59 258,46
P.Burung - - - - 519,34 519,34
P.Suwangi 20,62 75,91 94,77 276,35 201,54 669,19
P.Suwangi
Kecil
- - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - - - 573,93 573,93
PM (pulau
kecil tanpa
nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS
Riam Kanan
132,67 85,68 42,14 32,96 0,69 294,13
Sub-Sub DAS
Riam Kiwa
107,84 196,88 378,32 2.210,60 987,79 3.881,42
Total 22.034,85 25.564,50 25.845,64 97.720,12 315.973,88 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia tempat tinggal ruang hidup di Kabupaten
Tanah Bumbu dapat diketahui kategori sangat rendah mencapai 4,52%, jasa ekosistem
penyedia tempat tinggal ruang hidup kategori rendah mencapai 5,25%, kategori
sedang mencapai 5,3%, sedangkan jasa ekosistem penyedia tempat tinggal ruang hidup
kategori tinggi dan sangat tinggi mencapai 20,05% dan 64,88%.
Berdasarkan wilayah administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
jasa ekosistem penyedia tempat tinggal ruang hidup dengan kategori sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi di Kecamatan Kusan Hulu.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 102
Berdasarkan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
jasa ekosistem penyedia tempat tinggal ruang hidup dengan kategori sangat rendah,
tinggi dan sangat tinggi berada di DAS Kusan, jasa ekosistem penyediaan tempat tinggal
ruang hidup dengan kategori rendah berada di DAS Satui sedangkan jasa ekosistem
penyediaan tempat tinggal dan ruang hidup dengan kategori sedang berada di DAS
Batulicin.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem penyediaan tempat tinggal dan ruang hidup dengan
kemampuan sangat rendah dan rendah berada pada morfologi pegunungan dan
perbukitan dengan lereng 25-40% dan > 40%.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem penyediaan tempat tinggal dan ruang hidup sedang
memiliki morfologi perbukitan dengan kelerengan berkisar 15-25%.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem penyediaan tempat tinggal dan ruang hidup dengan
kemampuan tinggi memiliki morfologi lahan yang landai dan datar yang memiliki
kelerengan 0-2% dan 2-15%.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem tempat tinggal dan
ruang hidup di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dipetakan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 103
Peta 2.27. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 104
Peta 2.28. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II -
105
2. Peta Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang
menjadi daya tarik wisata. Berbagai macam bentuk bentang alam dan keunikan flora
dan fauna serta keanekaragaman hayati yang terdapat dalam ekosistem memberi ciri
dan keindahan bagi para wisatawan. Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak
keuntungan bahkan menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi bentangalam
berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya rekreasi dan ecotourism.
Ekosistem rekreasi dan ecotourism tinggi adalah ekoregion pegunungan,
perbukitan, dataran pantai dan dataran struktural. Daerah pegunungan biasanya
memiliki tutupan lahan dominan berupa hutan, sehingga memberikan pemandangan
yang indah dan memiliki udara serta suasana yang menyegarkan. Daerah pegunungan
struktural dan intrusif dapat dikembangkan sebagai daerah wisata pegunungan seperti
untuk pengembangan wisata outbond, ecotourism kebun, camping ground maupun
wisata edukasi. Daerah perbukitan karst mempunyai potensi untuk pengembangan jasa
rekreasi minat khusus karena mempunyai fenomena alam yang unik seperti gua,
stalagmit, stalaktit dan sungai bawah tanah. Sedangkan dataran pantai yang berbatasan
dengan laut memberikan panorama pantai yang indah dan berbagai potensi wisata laut
yang dapat dikembangkan sebagai kegiatan pariwisata, seperti diving, snorkeling, water
park. Jasa ekosistem rekreasi dan ekosistem dengan bentang alam berupa
pegununungan, pantai, hutan memiliki potensi yang tinggi.
Tabel 2.57. Skoring DDDT Rekreasi dan Ecotourism
No Morfologi Lereng Penggunaan Lahan DDDT Rekreasi Dan
Ekotourisme Nilai
1a Gunung/Pegunungan Dan Bukit/Perbukitan
>40% Hutan primer ( lahan kering, mangrove, rawa)
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem Sangat Tinggi
5
1b Datar-landai Bukit/Perbukitan Gunung/Pegunungan
0 s/d >40%
Karst, (semua tutupan vegetatif diatas karst)
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem Sangat Tinggi
5
1c Datar 0 – 2 % Pantai (semua tutupan vegetative diatas pantai)
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem Sangat Tinggi
5
2 Gunung/Pegunungan Dan Bukit/Perbukitan
25-40% Hutan sekunder (lahan kering, mangrove, rawa) Sawah
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem Tinggi
4
3 Bukit/Perbukitan 15-25% Hutan tanaman, Perkebunan, Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem sedang
3
4 Landai 2-15% Semak belukar, Pertanian lahan kering, Pertanian lahan kering campur, Semak belukar rawa,
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem rendah
2
5 Datar 0-2 % Terbuka, Tambak, Permukiman, Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa,
Ketersediaan Rekreasi Dan Ekosistem rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan
No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah
2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II -
106
Berdasarkan jasa ekosistem rekreasi dan ekosistem dapat diketahui administrasi
dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.58. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
Kecamatan
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.251,26 4.589,08 13.293,83 236,62 206,59 19.577,37
Batulicin 1.163,46 5.249,17 5.271,11 1.390,89 384,91 13.459,55
Karang Bintang 1.136,51 8.588,82 10.414,57 0,07 20.139,97
Kuranji 1.461,44 2.955,61 7.047,32 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 4.496,06 10.975,40 5.247,62 7.467,88 651,57 28.838,54
Kusan Hulu 7.051,83 52.001,52 44.654,90 31.830,78 14.785,30 150.324,33
Mantewe 2.835,26 44.980,45 18.583,72 11.145,09 9.124,78 86.669,31
Satui 11.053,21 44.640,72 25.376,66 4.099,94 2.576,57 87.747,09
Simpang Empat 3.665,38 18.938,56 4.096,64 2.422,80 1.019,27 30.142,65
Sungai Loban 4.869,85 17.535,23 15.067,79 231,69 527,96 38.232,52
Jumlah Total 38.984,27 210.454,57 149.054,16 58.825,77 29.276,94 486.595,71
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem rekreasi dan ekosistem dengan memperhatikan
daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.59. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
Nama DAS
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai - - - 125,75 1.597,86 1.723,62
DAS Angsana - - - - 2.566,83 2.566,83
DAS Bakau - - - - 637,94 637,94
DAS Batulicin 3.356,41 4.333,58 5.462,40 25.382,22 72.481,06 111.015,68
DAS Batung-Buluh - - - - 5.990,06 5.990,06
DAS Belanak - 0,99 2,72 30,46 194,89 229,06
DAS Buluh 42,18 18,65 21,55 310,92 1.742,85 2.136,14
DAS Bunati - - - 220,99 5.113,62 5.334,62
DAS Bunati Kecil - - - - 534,56 534,56
DAS Cantung 829,90 915,61 1.030,36 3.841,26 4.894,72 11.511,86
DAS Cuka - - 1,32 201,92 1.246,55 1.449,79
DAS Dua - - - 26,66 3.161,25 3.187,91
DAS Dua Laut Kecil - - - - 135,47 135,47
DAS Dua Pumpung - - 1,47 124,27 2.317,15 2.442,89
DAS Godang-Durian - - - - 4.790,48 4.790,48
DAS Hanau 4,73 15,00 33,11 249,09 654,10 956,02
DAS Hanau Kecil - - 0,60 93,67 461,91 556,18
DAS Kandang Haur - - - - 496,27 496,27
DAS Kintap 0,07 2,36 5,70 15,86 3,31 27,30
DAS Kusan 12.251,78 14.662,17 13.958,94 35.662,63 88.766,60 165.302,12
DAS Langgawan - - - - 662,64 662,64
DAS Loban - - - - 814,02 814,02
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II -
107
Nama DAS
Jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Panyulingan - - - - 300,04 300,04
DAS Samariti 2,28 11,47 27,19 393,07 1.362,06 1.796,07
DAS Satui 5.209,63 5.109,62 4.457,55 19.576,27 47.178,71 81.531,78
DAS Sebamban 3,72 13,21 87,33 4.518,47 29.001,72 33.624,45
DAS Segumbang Besar - - - 92,64 3.581,40 3.674,03
DAS Segumbang Kecil - - - - 255,56 255,56
DAS Sei Dua 36,91 64,96 120,08 1.285,28 3.177,44 4.684,68
DAS Sei Kecil - 3,83 28,41 472,42 521,56 1.026,23
DAS Sei Kecil Bawah - 0,57 6,60 104,39 287,02 398,58
DAS Sepunggur Besar - - - - 978,61 978,61
DAS Sepunggur Kecil - - - - 303,67 303,67
DAS Serungga 13,94 39,17 48,02 719,11 1.341,36 2.161,59
DAS Setarap - - - 787,24 20.420,86 21.208,10
DAS Setarap Kecil - - - - 397,32 397,32
DAS Tanah Merah - - - - 1.763,17 1.763,17
DAS Tanah Merah
Satui
- - - 0,71 1.122,97 1.123,68
DAS Terusan 22,19 13,64 33,17 914,76 2.203,99 3.187,75
DAS Tungkaran
Pangeran
- 1,20 3,88 33,78 219,59 258,46
P.Burung - - - - 519,34 519,34
P.Suwangi 20,62 75,91 94,77 276,35 201,54 669,19
P.Suwangi Kecil - - - 16,36 - 16,36
P.Tampakan - - - - 573,93 573,93
PM (pulau kecil tanpa
nama)
- - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
132,67 85,68 42,14 32,96 0,69 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
107,84 196,88 378,32 2.210,60 987,79 3.881,42
Jumlah Total 22.034,85 25.564,50 25.845,64 97.720,12 315.973,88 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia rekreasi dan ecotourism di Kabupaten
Tanah Bumbu dengan wilayah administrasi dan daerah aliran sungai dengan kategori
sangat rendah mencapai 8,01%, kategori rendah mencapai 43,25%, kategori sedang
mencapai 30,63%, kategori tinggi mencapai 12,09%, sedangkan sangat tinggi
mencapai 6,02%.
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia rekreasi dan ecotourism di Kabupaten
Tanah Bumbu dapat diketahui dengan pendekatan wilayah administrasi penyedia jasa
rekreasi dan ecotourism sangat rendah berada di Kecamatan Satui, penyedia jasa
ekosistem rekreasi dan ecotourism rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi berada di
Kecamatan Kusan Hulu. Sedangkan jasa ekosistem penyedia rekreasi dan ecotourism
dengan memperhatikan daerah aliran sungai Kusan sebagai penyedia jasa kategori
sangat rendah sampai dengan sangat tinggi.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II -
108
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki kemampuan rekreasi dan ekotourisme rendah dengan morfologi landai
dan datar dengan lereng 0-2% dan 2-15% dominasi penggunaan lahan semak belukar,
pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, semak belukar rawa, lahan
terbuka, tambak, permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh air, dan rawa.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem kemampuan rekreasi dan ekotourisme sedang dengan
morfologi perbukitan dengan penggunaan lahan hutan tanaman, dan perkebunan
dengan morfologi perbukitan kelerengan 15-25%.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memiliki jasa ekosistem rekreasi dan ekotourisme tinggi dengan morfologi datar-
landai, perbukitan dan pegunungan dengan kelerengan 0-2%, 0-40%, dan > 40%
dengan dominasi penggunaan lahan Hutan primer ( lahan kering, mangrove, rawa),
Karst, (semua tutupan vegetatif diatas karst), Hutan sekunder (lahan kering, mangrove,
rawa) dan Sawah.
Berdasarkan jasa ekosistem rekreasi dan ekosistem dengan memperhatikan
administrasi dan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan
pada peta sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 109
Peta 2.29. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 110
Peta 2.30. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekosistem Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 111
3. Peta Jasa Ekosistem Estetika Alam
Ekosistem bentang alam seperti laut, pegunungan, lembah, pantai dan lain
sebagainya telah memberikan nuansa keindahan alam dan nilainilai estetika Yang
mengagumkan Dan memiliki Nilai jual. Paduan bentang alam dan bentang budaya
semakin memperkuat nilai keindahan dan estetika yang telah diberikan oleh ekosistem.
Estetika keindahan alam terbentuk dari perpaduan berbagai bentangalam yang masing-
masing memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Penyediaan estetika keindahan
alam ini bergantung pada kondisi saat ini apakah masih dalam keadaan baik ataukah
sudah mengalami banyak kerusakan. Dataran pantai tidak diragukan lagi menyediakan
jasa estetika yang tinggi, karena adanya pemandangan indah yang terbentuk oleh
horizon langit dan lautan serta pantai. Keindahan pemandangan pantai juga didukung
dengan keindahan alamiah suasana pantai. Jasa ekosistem estetika alam berupa
pegununungan, pantai, hutan memiliki potensi yang tinggi sebagai berikut:
Tabel 2.60. Skoring DDDT Estetika Alam
No Morfologi Lereng Penggunaan Lahan DDDT Ekosistem Estetika
Alam Nilai
1a Gunung/Pegunungan
Dan
Bukit/Perbukitan
>40% Hutan primer (lahan
kering, mangrove,rawa)
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Snagat
Tinggi
5
1b Landai
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan
2-15%
15-25%
25-40%
Karst, (semua tutupan
vegetatif diatas karst)
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Snagat
Tinggi
5
1c Datar 0 – 2 % Pantai (semua tutupan
vegetative diatas pantai)
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Tinggi
5
2 Gunung/Pegunungan
Dan
Bukit/Perbukitan
25-40% Hutan sekunder (lahan
kering, mangrove,
rawa), Sawah
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Sedang
4
3 Bukit/Perbukitan 15-25% Hutan tanaman,
Perkebunan,
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Rendah
3
4 Landai 2-15% Pertanian lahan kering,
Semak belukar, Pertanian
lahan kering campur,
Semak belukar rawa,
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Snagat
Tinggi
2
5 Datar 0-2 % Terbuka, Tambak,
Permukiman,
Pertambangan,
Transmigrasi, Tubuh Air,
Rawa,
Ketersediaan Ekosistem
Estetika Alam Rendah
1
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007 (PermenPU No.20/PRT/M/2007), SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan
No.683/KPTS/UM/1981, Diskusi Pakar RPPLH Prov kalsel 2016, diolah 2017
Berdasarkan jasa ekosistem estetika alam dapat ditinjau dari administrasi dan
daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu yang dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 112
Tabel 2.61. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Tanah Bumbu
Kecamatan
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total sangat
rendah Rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Angsana 1.597,10 4.243,24 13.293,83 236,62 206,59 19.577,37
Batulicin 2.996,69 3.415,93 5.277,80 1.384,21 384,91 13.459,55
Karang Bintang 1.221,41 8.503,92 10.414,57 0,07 20.139,97
Kuranji 1.461,44 2.955,61 7.047,32 0,01 11.464,38
Kusan Hilir 7.692,08 7.779,39 5.247,62 7.467,88 651,57 28.838,54
Kusan Hulu 8.232,09 50.821,26 44.658,40 31.827,28 14.785,30 150.324,33
Mantewe 2.835,26 44.980,45 18.583,72 11.145,09 9.124,78 86.669,31
Satui 13.267,32 42.426,61 25.376,84 4.099,75 2.576,57 87.747,09
Simpang
Empat 4.505,27 18.098,68 4.096,64 2.422,80 1.019,27 30.142,65
Sungai Loban 5.387,57 17.017,51 15.067,86 231,61 527,96 38.232,52
Jumlah Total 49.196,24 200.242,60 149.064,60 58.815,32 29.276,94 486.595,71
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jasa ekosistem estetika alam
berdasarkan administrasi, sedangkan jasa ekosistem estetika alam berdasarkan daerah
aliran sungai (DAS) dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.62. Jasa Ekosistem Estetika Alam Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kabupaten Tanah Bumbu
Nama DAS
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
Anak P.Burung - - - - 6,49 6,49
DAS Anglai 201,18 1.181,90 269,32 - 71,24 1.723,63
DAS Angsana 262,72 457,54 1.671,65 71,20 103,77 2.566,87
DAS Bakau 123,30 443,23 - - 71,42 637,95
DAS Batulicin 6.740,98 56.874,29 33.506,60 7.444,39 6.451,20 111.017,46
DAS Batung-Buluh 482,61 4.020,28 1.402,59 - 84,68 5.990,16
DAS Belanak 168,72 51,10 0,81 - 8,39 229,02
DAS Buluh 288,17 565,79 884,73 294,14 103,28 2.136,11
DAS Bunati 494,03 1.917,19 2.718,10 165,77 38,88 5.333,97
DAS Bunati Kecil 69,23 - 424,96 - 39,95 534,14
DAS Cantung 310,66 6.545,50 1.618,74 1.029,62 2.007,53 11.512,05
DAS Cuka 330,11 805,26 301,64 - 12,80 1.449,82
DAS Dua 434,03 2.365,61 359,37 - 28,96 3.187,96
DAS Dua Laut Kecil 41,96 70,70 - - 22,80 135,47
DAS Dua Pumpung 229,40 1.801,37 361,32 - 50,85 2.442,93
DAS Godang-
Durian
258,70 3.109,64 1.402,36 - 19,86 4.790,56
DAS Hanau 157,68 543,42 23,82 197,57 33,55 956,04
DAS Hanau Kecil 137,58 281,53 0,60 88,64 47,85 556,19
DAS Kandang
Haur
36,03 - 378,76 - 81,48 496,28
DAS Kintap - 19,17 5,70 2,36 0,07 27,30
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 113
Nama DAS
Jasa Ekosistem Estetika Alam Jumlah
Total (ha) sangat
rendah rendah sedang tinggi
sangat
tinggi
DAS Kusan 14.794,62 52.939,12 48.789,46 36.174,88 12.606,69 165.304,77
DAS Langgawan 397,00 203,63 - - 62,02 662,65
DAS Loban 173,14 586,35 - - 54,55 814,03
DAS Panyulingan 52,98 7,33 218,30 - 21,28 299,88
DAS Samariti 231,20 1.322,27 16,28 205,46 20,90 1.796,10
DAS Satui 7.822,74 38.073,71 21.108,48 9.169,77 5.358,40 81.533,11
DAS Sebamban 5.147,60 9.814,07 18.254,44 262,43 143,44 33.621,97
DAS Segumbang
Besar
596,96 1.176,27 827,95 1.002,84 70,08 3.674,10
DAS Segumbang
Kecil
158,76 - - 77,70 19,10 255,56
DAS Sei Dua 753,91 2.766,85 405,99 658,49 99,52 4.684,76
DAS Sei Kecil 237,77 594,18 15,08 138,10 40,37 1.025,49
DAS Sei Kecil
Bawah
103,05 186,33 3,21 58,12 47,76 398,46
DAS Sepunggur
Besar
400,10 235,63 4,59 309,13 29,18 978,63
DAS Sepunggur
Kecil
193,83 - - 59,52 50,33 303,68
DAS Serungga 1,33 1.829,69 242,63 74,04 13,94 2.161,63
DAS Setarap 4.545,12 5.430,19 11.126,74 34,50 71,66 21.208,21
DAS Setarap Kecil 325,90 9,61 - - 61,68 397,18
DAS Tanah Merah 547,91 1.064,51 67,61 - 83,18 1.763,20
DAS Tanah Merah
Satui
813,85 44,99 - 235,52 29,34 1.123,70
DAS Terusan 730,31 1.254,96 1.079,03 39,82 83,68 3.187,80
DAS Tungkaran
Pangeran
106,55 78,85 0,07 32,51 40,19 258,17
P.Burung 179,89 - - 119,52 219,61 519,01
P.Suwangi 70,34 114,08 109,41 171,15 204,07 669,05
P.Suwangi Kecil - - - - 16,36 16,36
P.Tampakan 118,73 - - 280,64 173,19 572,56
PM - - - - 2,89 2,89
Sub-Sub DAS Riam
Kanan
- 0,70 32,98 127,79 132,67 294,13
Sub-Sub DAS Riam
Kiwa
0,80 1.737,06 1.647,15 388,64 107,84 3.881,49
Jumlah Total 49.271,46 200.523,89 149.280,45 58.914,24 29.148,96 487.139,00
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017
Berdasarkan tabel penyedia jasa ekosistem estetika alam di Kabupaten Tanah
Bumbu dapat diketahui bahwa penyediaannya untuk kategori sangat rendah mencapai
10,11%, penyediaan jasa ekosistem rendah mencapai 41,152%, jasa penyediaan sedang
mencapai 30,63%, jasa penyediaan tinggi mencapai 12,1% dan jasa penyediaan sangat
tinggi mencapai 6,02%.
Berdasarkan wilayah administrasi di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
daerah yang menyediakan jasa ekosistem estetika alam sangat rendah berada di
Kecamatan Satui, sedangkan daerah yang mampu menyedikan jasa ekosistem estetika
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 114
alam dari rendah sampai dengan sangat tinggi berada di Kecamatan Kusan Hulu.
Berdasarkan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui
penyedia jasa ekosistem estetika alam sangat rendah berada di DAS Kusan, penyedia
jasa ekosistem estetika alam rendah dan sedang berada di DAS Batulicin, penyedia jasa
ekosistem estetika alam tinggi berada di DAS Satui, sedangkan jasa ekosistem estetika
alam sangat tinggi berada di DAS Kusan.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
dengan jasa ekosistem estetika alam rendah dengan morfologi permukaan datar
dengan kelerengan 0-2% dan perbukitan dengan kelerengan 15-25% yang sesuai
diperuntukan tata guna lahan lahan terbuka, tambak, permukiman, pertambangan,
transmigrasi, tubuh air, dan rawa, Hutan tanaman, dan Perkebunan.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
dengan jasa ekosistem alam kategori sedang dengan morfologi perbukitan dan
pegunungan dengan kelerengan 25-40% dengan kesesuaian pemanfaatan lahan Hutan
sekunder (lahan kering, mangrove, rawa), dan Sawah.
Wilayah administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
dengan jasa ekosistem alam kategori tinggi dengan morfologi datar kelerengan 0-2%,
landai kelerengan 2-15%, perbukitan kelerengan 15-25% dan 25-40% dan
pegunungan > 40% yang sesuai dengan peruntukan tata guna lahan hutan primer
(lahan kering, mangrove,rawa), karst, (semua tutupan vegetatif diatas karst), pantai
(semua tutupan vegetatif diatas pantai), pertanian lahan kering, semak belukar,
pertanian lahan kering campur, dan semak belukar rawa.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jasa ekosistem alam
berdasarkan administrasi dan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
dapat di petakan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 115
Peta 2.31. Jasa Ekosistem Estetika Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 116
Peta 2.32. Jasa Ekosistem Estetika Berdasarkan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 117
2.3. INDIKASI DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN
2.3.1. Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Berdasarkan ketentuan
Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Pemerintah harus menyusun rencana tata ruang wilayah nasional
(RTRWN), pemerintah daerah provinsi harus menyusun rencana tata ruang wilayah
provinsi (RTRW provinsi), dan pemerintah daerah kabupaten harus menyusun rencana
tata ruang wilayah kabupaten (RTRW kabupaten), dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan hidup. Penyusunan rencana tata ruang wilayah yang tidak
memperhatikan daya dukung lingkungan hidup, dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan hidup seperti banjir, longsor dan kekeringan. Dalam upaya menangani
permasalahan tersebut di atas, dan dalam rangka pelaksanaan penjelasan Pasal 25
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang perlu disusun
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah.
Pedoman ini di samping digunakan untuk menentukan daya dukung lingkungan hidup
wilayah juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan ruang
sehingga setiap penggunaan lahan sesuai dengan kemampuan lahan.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui
kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya
kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber
daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan
sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang
sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu
kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative
capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada
kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan
serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh
karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan
kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam
pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 118
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan
hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan
lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu
wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan
acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung
lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif,
penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis,
efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya
memperhatikan kerja sama antar daerah.
Analisis daya dukung lingkungan digunakan untuk menganalisis lahan pertanian
dan daya tampungnya terhadap jumlah penduduk. Konsep mengenai daya dukung
lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan populasi, dimana jumlah populasi
sudah tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada.
Daya dukung lahan disini adalah kemampuan lahan untuk mendukung kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Cara mengetahui daya dukung lahan berdasarkan
perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di
suatu wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya
dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus
menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah masih dapat
mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan
defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi
kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut.
2.3.2. Daya Tampung Lingkungan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa daya tampung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, daya tampung beban
pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan
pencemaran tanpa menyebabkan air tersebut tercemar.
Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 tahun 2010
tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, disebutkan beberapa faktor yang
menentukan daya tampung beban pencemaran sungai secara umum sebagai berikut:
1. Kondisi hidrologi, hidrolika, dan morfologi sungai termasuk kualitas air badan
air yang ditetapkan daya tampungnya;
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 119
2. Kondisi klimatologi dan meteorologi seperti suhu udara, kecepatan angin dan
kelembaban udara;
3. Baku mutu air atau kelas air sungai;
4. Beban pencemar sumber tertentu (point source);
5. Beban pencemar sumber tak tentu (non point source);
6. Karakteristik dan perilaku zat tercemar yang dihasilkan sumber pencemar;
7. Pemanfaatan atau penggunaan sungai;
Faktor pengaman (margin of safety) yang merupakan nilai ketidakpastian dalam
perhitungan karena tidak memadainya data dan informasi tentang hidrolika dan
morfologi sungai, dan juga karena kurangnya pengetahuan mengenai karakteristik dan
perilaku zat pencemar. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.63. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan Kecamatan di
Kabupaten Tanah Bumbu
Kecamatan
Daya Dukung Daya Tampung
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
tinggi
Angsana 1.140,77 1.934,36 11.758,55 3.343,26 1.400,30 19.577,24
Batulicin 131,74 3.651,49 5.004,02 2.783,54 1.887,46 13.458,24
Karang Bintang 1.094,42 5.768,49 9.718,99 2.531,19 1.026,81 20.139,90
Kuranji 1.491,94 2.043,31 6.974,95 954,17 11.464,37
Kusan Hilir 1.079,91 10.154,04 11.053,07 3.899,84 2.649,42 28.836,29
Kusan Hulu 7.158,44 10.546,51 35.075,89 38.481,36 59.048,02 150.310,22
Mantewe 4.565,73 13.835,10 21.450,66 18.016,19 28.771,22 86.638,90
Satui 10.757,16 16.310,54 35.781,58 12.049,52 12.839,71 87.738,51
Simpang Empat 2.281,72 5.663,24 11.893,46 8.057,88 2.235,86 30.132,16
Sungai Loban 4.961,28 11.747,66 20.342,98 786,84 389,88 38.228,64
Total 34.663,10 81.654,75 169.054,15 90.903,80 110.248,69 486.524,48
Sumber: analisa tahun 2017
Berdasarkan daya dukung daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten Tanah
Bumbu dapat diketahui prosentasi kemampuan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi lingkungan hidup dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 120
Gambar 2.1. Prosentase Kemampuan Daya Dukung Daya Tampung
Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan kemampuan daya dukung daya tampung di Kabupaten Tanah
Bumbu dapat diketahui terbesar dengan kategori sedang. Kecamatan Kuranji perlu
dilakukan konservasi yang lebih karena kategori kemampuan sangat tinggi belum
tersedia. Pemetaan daya dukung daya tampung di Kabupaten Tanah Bumbu dapat
ditampilkan sebagai berikut:
7,1
16,8
34,7
18,7
22,7
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 121
Peta 2.33. Daya Dukung Daya Tampung Berdasarkan Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 122
Tabel 2.64. Daya Dukung Daya Tampung berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tanah Bumbu
DAS / Sub DAS
Daya Dukung Daya Tampung
Total
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
DAS BATULICIN 7.502,73 27.365,10 43.156,51 29.536,15 25.581,92 133.142,40
DAS CANTUNG 512,87 551,18 4.937,94 1.567,79 57,89 7.627,68
P. Burung 3,91 147,04 107,51 52,41 202,27 513,13
P. Suwangi 115,71 14,63 91,15 443,25 664,74
P. Tampakan 103,29 15,15 441,97 560,41
Sub DAS Batulaki 4.369,37 1.920,46 16.292,39 7.589,56 15.893,12 46.064,89
Sub DAS Betung 765,20 7.377,55 5.513,70 492,44 8,29 14.157,17
Sub DAS Bunati 526,25 867,34 3.866,72 1.216,92 1.014,70 7.491,92
Sub DAS Dua Laut 483,27 2.496,12 869,58 3.848,97
Sub DAS Dua Pumpung 278,81 1.068,90 1.070,43 2.418,14
Sub DAS Keladan 6,18 9,62 0,12 15,92
Sub DAS Kusan Hilir 6.343,99 18.911,18 37.195,71 19.464,17 5.089,89 87.004,94
Sub DAS Kusan Hulu 17,34 59,52 1.691,26 7.272,57 20.047,29 29.087,98
Sub DAS Kusan Tengah 2.484,89 1.794,17 9.772,68 13.539,61 32.719,27 60.310,62
Sub DAS MARTAPURA 3,74 2,62 321,16 327,53
Sub DAS S.Cuka 993,30 1.769,20 2.087,39 344,89 5.194,78
Sub DAS Satui 4.144,44 10.132,39 12.129,03 5.275,74 6.929,19 38.610,80
Sub DAS Sebamban 4.762,57 3.912,77 22.031,93 1.355,19 418,72 32.481,17
Sub DAS Setarap 1.474,17 3.159,96 8.200,10 3.087,33 1.079,76 17.001,31
Jumlah Total 34.663,10 81.654,75 169.054,15 90.903,80 110.248,69 486.524,48
Sumber: analisa tahun 2017
Berdasarkan kemampuan daya dukung daya tampung dari daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui pemetaan daya
dukung daya tampung berdasarkan daerah aliran sungai di Kabupaten Tanah Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 123
Peta 2.34. Daya Dukung Daya Tampung Berdasarkan DAS Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 124
2.4. DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN TERHADAP PERIJINAN
2.4.1. Perijinan HGU Terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai
Nama HGU Jumlah
Total (ha) Banjarmasin
agro Jaya Mandiri
Buana Karya Bakti
Gawi Makmur
Kalimantan
Inti Gerak Maju
Ladang Rumpun
Malindoraya Diraja
PN 13 Batulicin
Sajang Heulang
Singaland Asetama
Non HGU
Anak P.Burung - - - - - - - - - 5,49 5,49
DAS Anglai - 1.175,90 - - - - - - - 290,89 1.466,79
DAS Angsana - 1.578,78 33,84 - - - - 561,04 - 481,71 2.655,36
DAS Bakau - - - - - - - - - 541,82 541,82
DAS Batulicin 5.221,13 - - - - - 2.184,05 - 1.261,96 108.899,89 117.567,03
DAS Batung-Buluh - - - - - - - - - 5.092,28 5.092,28
DAS Belanak - - - - - - - - - 194,64 194,64
DAS Buluh - - - 434,09 - - - - - 1.381,75 1.815,84
DAS Bunati - - - - 574,83 - - 137,88 - 4.145,86 4.858,57
DAS Bunati Kecil - - - - - - - 368,40 - 85,68 454,08
DAS Cantung - - - - - - - - - 11.419,29 11.419,29
DAS Cuka - 441,86 - - - - - - - 789,52 1.231,39
DAS Dua - - - - - - - - - 2.773,17 2.773,17
DAS Dua Laut Kecil - - - - - - - - - 114,55 114,55
DAS Dua Pumpung - - - - - - - - - 2.076,67 2.076,67
DAS Godang-Durian - - - - - - - - - 4.114,77 4.114,77
DAS Hanau - - - - - - - - - 812,67 812,67
DAS Hanau Kecil - - - - - - - - - 472,76 472,76
DAS Kandang Haur - - - - - - - - - 421,65 421,65
DAS Kintap - - - - - - - - - 23,17 23,17
DAS Kusan 5.046,95 - - - - - - 4.887,05 5.136,41 144.577,13 159.647,54
DAS Langgawan - - - - - - - - - 563,28 563,28
DAS Loban - - - - - - - - - 691,91 691,91
DAS Panyulingan - - - - - - - - - 254,93 254,93
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 125
Daerah Aliran Sungai
Nama HGU
Jumlah Total (ha)
Banjarmasin agro Jaya Mandiri
Buana Karya Bakti
Gawi Makmur
Kalimantan
Inti Gerak Maju
Ladang Rumpun
Malindoraya Diraja
PN 13 Batulicin
Sajang Heulang
Singaland Asetama
Non HGU
DAS Samariti - - - - - - - - - 1.526,83 1.526,83
DAS Satui - 3.833,64 3.329,81 - - 13,56 - - - 75.159,44 82.336,45
DAS Sebamban - - - - 4.475,03 - - 1.392,54 - 34.258,40 40.125,98
DAS Segumbang Besar 1.246,27 - - - - - - - - 1.877,03 3.123,30
DAS Segumbang Kecil - - - - - - - - - 217,22 217,22
DAS Sei Dua - - - 22,90 - - - - - 3.964,74 3.987,64
DAS Sei Kecil - - - - - - - - - 871,74 871,74
DAS Sei Kecil Bawah - - - - - - - - - 338,68 338,68
DAS Sepunggur Besar 53,99 - - - - - - - - 777,88 831,87
DAS Sepunggur Kecil - - - - - - - - - 257,99 257,99
DAS Serungga - - - - - - - - - 1.833,68 1.833,68
DAS Setarap - 6.781,45 4.706,56 - 1.118,64 - - - - 8.811,63 21.418,29
DAS Setarap Kecil - - 408,30 - - - - - - 164,68 572,97
DAS Tanah Merah - 1.465,14 - - - - - - - 33,73 1.498,86
DAS Tanah Merah Satui 185,60 - - - - - - - - 769,60 955,19
DAS Terusan - - - 573,03 - - - - - 2.133,79 2.706,82
DAS Tungkaran Pangeran - - - - - - - - - 219,43 219,43
P.Burung - - - - - - - - - 440,95 440,95
P.Suwangi - - - - - - - - - 568,55 568,55
P.Suwangi Kecil - - - - - - - - - 13,83 13,83
P.Tampakan - - - - - - - - - 486,49 486,49
PM - - - - - - - - - 2,43 2,43
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - - - - - - - - 244,90 244,90
Sub-Sub DAS Riam Kiwa - - - - - - - - - 3.289,24 3.289,24
Jumlah Total 11.753,93 15.276,77 8.478,50 1.030,02 6.168,51 13,56 2.184,05 7.346,91 6.398,37 428.488,37 487.139,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 126
Peta 2.35. Daya Dukung Daya Tampung Terhadap Usaha Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 127
2.4.2. Perijinan IPPKH Terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Nama IPPKH
Jumlah Total (ha)
Mandala Usaha
Tambang Utama, PT
Praharana Muda
Parama, PT
Rizqi Utama
Indobara, PT
Tapin Sarana Jaya, PT
Tunas Inti Abadi, PT
Usaha Kawan Sejati,
PT
Wahana Baratama Mining,
PT
Yanuar Perkasa,
CV
Yiwan Mining,
PT Non IPPKH
Anak P.Burung - - - - - - - - - 5,49 5,49
DAS Anglai - - - - - - 12,18 - - 1.367,08 1.466,79
DAS Angsana - - - - - - - - - 2.655,36 2.655,36
DAS Bakau - - - - - - - - - 541,82 541,82
DAS Batulicin - 70,84 - - - - - - 1.670,14 112.832,54 117.567,03
DAS Batung-Buluh - - - - - - - - - 5.092,28 5.092,28
DAS Belanak - - - - - - - - - 194,64 194,64
DAS Buluh - - - - - - - - - 1.653,24 1.815,84
DAS Bunati - - - - - - - - - 4.858,57 4.858,57
DAS Bunati Kecil - - - - - - - - - 454,08 454,08
DAS Cantung - - - - - - - - - 11.413,46 11.419,29
DAS Cuka - - - - - - - - - 738,13 1.231,39
DAS Dua - - - - - - - - - 2.773,17 2.773,17
DAS Dua Laut Kecil - - - - - - - - - 114,55 114,55
DAS Dua Pumpung - - - - - - - - - 2.076,67 2.076,67
DAS Godang-Durian - - - - - - - - - 4.114,77 4.114,77
DAS Hanau - - - - - - - - - 812,67 812,67
DAS Hanau Kecil - - - - - - - - - 472,76 472,76
DAS Kandang Haur - - - - - - - - - 421,65 421,65
DAS Kintap - - - - - - - - - 23,17 23,17
DAS Kusan - 172,39 - - 20,78 - - - - 155.511,95 159.647,54
DAS Langgawan - - - - - - - - - 563,28 563,28
DAS Loban - - - - - - - - - 691,91 691,91
DAS Panyulingan - - - - - - - - - 254,93 254,93
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 128
Nama DAS
Nama IPPKH
Jumlah Total (ha)
Mandala Usaha
Tambang Utama, PT
Praharana Muda
Parama, PT
Rizqi Utama
Indobara, PT
Tapin Sarana Jaya, PT
Tunas Inti Abadi, PT
Usaha Kawan Sejati,
PT
Wahana Baratama Mining,
PT
Yanuar Perkasa,
CV
Yiwan Mining,
PT Non IPPKH
DAS Samariti - - - - - - - - - 1.526,83 1.526,83
DAS Satui 48,31 - 98,98 85,36 - 146,52 869,89 - - 74.752,98 82.336,45
DAS Sebamban - - - - 1.463,55 - - 59,12 - 35.644,23 40.125,98
DAS Segumbang Besar - - - - - - - - - 3.123,30 3.123,30
DAS Segumbang Kecil - - - - - - - - - 217,22 217,22
DAS Sei Dua - - - - - - - - 62,97 3.657,21 3.987,64
DAS Sei Kecil - - - - - - - - - 871,74 871,74
DAS Sei Kecil Bawah - - - - - - - - - 338,68 338,68
DAS Sepunggur Besar - - - - - - - - - 831,87 831,87
DAS Sepunggur Kecil - - - - - - - - - 257,99 257,99
DAS Serungga - - - - - - - - - 1.832,60 1.833,68
DAS Setarap - - - 1,73 - - - - - 21.408,09 21.418,29
DAS Setarap Kecil - - - - - - - - - 572,97 572,97
DAS Tanah Merah - - - - - - 8,63 - - 1.488,58 1.498,86
DAS Tanah Merah Satui - - - - - - - - - 955,19 955,19
DAS Terusan - - - - - - - - - 2.163,18 2.706,82
DAS Tungkaran Pangeran - - - - - - - - - 219,43 219,43
P.Burung - - - - - - - - - 440,95 440,95
P.Suwangi - - - - - - - - - 568,55 568,55
P.Suwangi Kecil - - - - - - - - - 13,83 13,83
P.Tampakan - - - - - - - - - 486,49 486,49
PM - - - - - - - - - 2,43 2,43
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - - - - - - - - 244,90 244,90
Sub-Sub DAS Riam Kiwa - - - - - - - - - 3.289,24 3.289,24
Jumlah Total 48,31 243,23 98,98 87,09 1.484,33 146,52 890,70 59,12 1.733,11 464.546,69 487.139,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 129
Peta 2.36. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 130
2.4.3. Perijinan HTI Terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Nama HTI Jumlah
Total (ha) Non HTI PT. Batulicin
Bumi Bersujud
PT. Hutan Rindang Banua
PT. Inni Joa PT. Jhonlin
Agro Mandiri
PT. Kirana Chatulistiwa
PT. Kodeco Timber
Anak P.Burung 5,49 - - - - - - 5,49
DAS Anglai 1.129,56 - 337,23 - - - - 1.466,79
DAS Angsana 2.655,36 - - - - - - 2.655,36
DAS Bakau 474,21 - 67,61 - - - - 541,82
DAS Batulicin 52.012,17 - 30.847,15 12.682,42 21.106,61 - 918,69 117.567,03
DAS Batung-Buluh 3.341,28 - 1.751,00 - - - - 5.092,28
DAS Belanak 194,64 - - - - - - 194,64
DAS Buluh 1.377,44 - - - - - 438,40 1.815,84
DAS Bunati 4.858,57 - - - - - - 4.858,57
DAS Bunati Kecil 454,08 - - - - - - 454,08
DAS Cantung 7.581,69 - - - 3.837,59 - - 11.419,29
DAS Cuka 851,39 - 380,00 - - - - 1.231,39
DAS Dua 1.909,21 - 863,95 - - - - 2.773,17
DAS Dua Laut Kecil 114,55 - - - - - - 114,55
DAS Dua Pumpung 1.945,36 - 131,31 - - - - 2.076,67
DAS Godang-Durian 1.532,35 - 2.582,42 - - - - 4.114,77
DAS Hanau 642,66 - - - - - 170,01 812,67
DAS Hanau Kecil 338,71 - - - - - 134,06 472,76
DAS Kandang Haur 421,65 - - - - - - 421,65
DAS Kintap 23,17 - - - - - - 23,17
DAS Kusan 89.316,24 - 51.627,64 17.043,96 - 1.659,69 - 159.647,54
DAS Langgawan 563,28 - - - - - - 563,28
DAS Loban 684,54 - 7,37 - - - - 691,91
DAS Panyulingan 254,93 - - - - - - 254,93
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 131
Nama DAS
Nama HTI
Jumlah Total (ha) Non HTI
PT. Batulicin Bumi
Bersujud
PT. Hutan Rindang Banua
PT. Inni Joa PT. Jhonlin
Agro Mandiri
PT. Kirana Chatulistiwa
PT. Kodeco Timber
DAS Samariti 934,70 - - - - - 592,14 1.526,83
DAS Satui 33.757,43 27.928,99 16.610,45 - - 4.039,57 - 82.336,45
DAS Sebamban 14.336,93 - 14.207,47 - - 11.581,57 - 40.125,98
DAS Segumbang Besar 3.123,30 - - - - - - 3.123,30
DAS Segumbang Kecil 217,22 - - - - - - 217,22
DAS Sei Dua 3.135,67 - - - - - 851,97 3.987,64
DAS Sei Kecil 606,54 - - - - - 265,20 871,74
DAS Sei Kecil Bawah 312,77 - - - - - 25,91 338,68
DAS Sepunggur Besar 831,87 - - - - - - 831,87
DAS Sepunggur Kecil 257,99 - - - - - - 257,99
DAS Serungga 1.678,90 - - - - - 154,78 1.833,68
DAS Setarap 17.481,35 - 766,53 - - 3.170,40 - 21.418,29
DAS Setarap Kecil 572,97 - - - - - 572,97
DAS Tanah Merah 780,49 - 718,37 - - - - 1.498,86
DAS Tanah Merah Satui 955,19 - - - - - - 955,19
DAS Terusan 2.052,66 - - - - - 654,17 2.706,82
DAS Tungkaran Pangeran 219,43 - - - - - - 219,43
P.Burung 440,95 - - - - - - 440,95
P.Suwangi 568,55 - - - - - - 568,55
P.Suwangi Kecil 13,83 - - - - - - 13,83
P.Tampakan 486,49 - - - - - - 486,49
PM 2,43 - - - - - - 2,43
Sub-Sub DAS Riam Kanan 241,35 3,55 - - - - - 244,90
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 3.197,51 0,00 91,73 - - - - 3.289,24
Total 258.889,08 27.932,54 120.990,23 29.726,39 24.944,20 20.451,24 4.205,32 487.139,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 132
Peta 2.37. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Perijinan Usaha Kehutanan (Tanaman) Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 133
2.4.4. Perijinan HTI Terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Nama HPH
Total (ha)
Non HPH PT. Kodeco Timber
Anak P.Burung 5,49 - 5,49
DAS Anglai 1.466,79 - 1.466,79
DAS Angsana 2.655,36 - 2.655,36
DAS Bakau 541,82 - 541,82
DAS Batulicin 110.580,28 6.986,75 117.567,03
DAS Batung-Buluh 5.092,28 - 5.092,28
DAS Belanak 194,64 - 194,64
DAS Buluh 1.634,36 181,48 1.815,84
DAS Bunati 4.858,57 - 4.858,57
DAS Bunati Kecil 454,08 - 454,08
DAS Cantung 10.570,71 848,58 11.419,29
DAS Cuka 1.231,39 - 1.231,39
DAS Dua 2.773,17 - 2.773,17
DAS Dua Laut Kecil 114,55 - 114,55
DAS Dua Pumpung 2.076,67 - 2.076,67
DAS Godang-Durian 4.114,77 - 4.114,77
DAS Hanau 812,67 - 812,67
DAS Hanau Kecil 472,76 - 472,76
DAS Kandang Haur 421,65 - 421,65
DAS Kintap 23,17 - 23,17
DAS Kusan 159.647,54 - 159.647,54
DAS Langgawan 563,28 - 563,28
DAS Loban 691,91 - 691,91
DAS Panyulingan 254,93 - 254,93
DAS Samariti 1.526,83 - 1.526,83
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 134
Nama DAS
Nama HPH
Total (ha)
Non HPH PT. Kodeco Timber
DAS Satui 82.336,45 - 82.336,45
DAS Sebamban 40.125,98 - 40.125,98
DAS Segumbang Besar 3.123,30 - 3.123,30
DAS Segumbang Kecil 217,22 - 217,22
DAS Sei Dua 3.546,99 440,65 3.987,64
DAS Sei Kecil 871,74 - 871,74
DAS Sei Kecil Bawah 338,68 - 338,68
DAS Sepunggur Besar 831,87 - 831,87
DAS Sepunggur Kecil 257,99 - 257,99
DAS Serungga 523,22 1.310,46 1.833,68
DAS Setarap 21.418,29 - 21.418,29
DAS Setarap Kecil 572,97 - 572,97
DAS Tanah Merah 1.498,86 - 1.498,86
DAS Tanah Merah Satui 955,19 - 955,19
DAS Terusan 2.413,27 293,55 2.706,82
DAS Tungkaran Pangeran 219,43 - 219,43
P.Burung 440,95 - 440,95
P.Suwangi 568,55 - 568,55
P.Suwangi Kecil 13,83 - 13,83
P.Tampakan 486,49 - 486,49
PM 2,43 - 2,43
Sub-Sub DAS Riam Kanan 244,90 - 244,90
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 3.289,24 - 3.289,24
Grand Total 477.077,53 10.061,47 487.139,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 135
Peta 2.38. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Usaha Kehutanan (Alam) Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 136
2.4.5. Semua Perijinan Terhadap DDDT Daerah Aliran Sungai
Perijinan perusahaan yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Kabupaten Tanah Bumbu dengan berbagai kegiatan dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
Non Ijin Tambang
Arutmin Indonesia
Arutmin Indonesia - Ptba (Verifikasi)
Banjar Satrya Putra
Baramega Citra Mulia Persada
Borneo Indobara - Ptba
Generalindo Prima Coal
Generalindo Prima Coal Rl1
Geologi Sumber Daya Mineral
Anak P.Burung 5,49 - - - - - - - -
DAS Anglai 1.212,80 154,82 - - - - - - -
DAS Angsana 1.496,65 193,71 - - - - - - -
DAS Bakau 541,82 - - - - - - - -
DAS Batulicin 16.407,01 5.787,96 - - - - 32.341,33 9.847,74 1.635,53
DAS Batung-Buluh 4.320,71 - - - - - - - -
DAS Belanak 67,58 - - - - - - - -
DAS Buluh 390,27 352,84 - 655,84 - - - 318,05 -
DAS Bunati 3.215,91 44,57 - - - 648,50 - - -
DAS Bunati Kecil 27,40 383,85 - - - - - - -
DAS Cantung 600,66 1.404,46 - - - - 2.670,48 797,92 -
DAS Cuka 789,66 415,08 - - - - - - -
DAS Dua 1.684,31 - - - - - - - -
DAS Dua Laut Kecil 114,55 - - - - - - - -
DAS Dua Pumpung 2.076,67 - - - - - - - -
DAS Godang-Durian 1.731,87 - - - - - - - -
DAS Hanau 266,55 - - - - - - 71,81 -
DAS Hanau Kecil 210,40 - - - - - - - -
DAS Kandang Haur 421,65 - - - - - - - -
DAS Kintap 23,17 - - - - - - - -
DAS Kusan 64.800,98 535,96 - - - 14.144,48 3.415,40 - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 137
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
Non Ijin Tambang
Arutmin Indonesia
Arutmin Indonesia - Ptba (Verifikasi)
Banjar Satrya Putra
Baramega Citra Mulia Persada
Borneo Indobara - Ptba
Generalindo Prima Coal
Generalindo Prima Coal Rl1
Geologi Sumber Daya Mineral
DAS Langgawan 556,00 - - - - - - - -
DAS Loban 691,91 - - - - - - - -
DAS Panyulingan 254,93 - - - - - - - -
DAS Samariti 328,93 - - - - - - 86,41 -
DAS Satui 19.404,27 3.275,50 21,56 - - 10.334,13 - - -
DAS Sebamban 9.443,29 - - - - 13.585,13 - - -
DAS Segumbang Besar 1.893,16 - - - - - - - -
DAS Segumbang Kecil 217,22 - - - - - - - -
DAS Sei Dua 925,59 516,12 - 7,73 - - - 1.363,75 -
DAS Sei Kecil 208,65 - - - - - - - -
DAS Sei Kecil Bawah 165,40 - - - - - - - -
DAS Sepunggur Besar 831,87 - - - - - - - -
DAS Sepunggur Kecil 257,99 - - - - - - - -
DAS Serungga 60,31 0,00 - - - - - 1.773,36 -
DAS Setarap 3.394,33 291,11 348,00 - - 2.140,33 - - -
DAS Setarap Kecil - - - - - - - - -
DAS Tanah Merah 398,49 1.100,38 - - - - - - -
DAS Tanah Merah Satui 116,31 - - - - - - 5,39 -
DAS Terusan 892,30 842,07 - 192,90 12,90 - - 662,04 -
DAS Tungkaran Pangeran 200,91 - - - - - - - -
P.Burung 440,95 - - - - - - - -
P.Suwangi 79,46 - - - - - - - 489,09
P.Suwangi Kecil 13,83 - - - - - - - -
P.Tampakan 486,49 - - - - - - - -
PM (pulau kecil tanpa nama) 2,43 - - - - - - - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 138
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
Non Ijin Tambang
Arutmin Indonesia
Arutmin Indonesia - Ptba (Verifikasi)
Banjar Satrya Putra
Baramega Citra Mulia Persada
Borneo Indobara - Ptba
Generalindo Prima Coal
Generalindo Prima Coal Rl1
Geologi Sumber Daya Mineral
Sub-Sub DAS Riam Kanan 141,99 - - - - - - - -
Sub-Sub DAS Riam Kiwa 3.172,03 - - - - - - - -
Total 144.985,13 15.298,42 369,56 856,47 12,90 40.852,59 38.427,22 14.926,47 2.124,62
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
INDO BUTIRIMA
KUD GAJAH MADA
KUD. KARYA
MERATUS
LIANGANGGANG CEMERLANG
PT EKASATYA YANATAMA
PT INDOCOLNAS
BORNEO
PT. ADIABARA BANSATRA
PT. ANJAWARA
SATRYA
Anak P.Burung - - - - - - - -
DAS Anglai 99,17 - - - - - - -
DAS Angsana 473,34 - - - - - - 491,66
DAS Bakau - - - - - - - -
DAS Batulicin - - - 1.771,98 24.514,33 - 960,85 -
DAS Batung-Buluh - - - - - - - -
DAS Belanak - - - - - - - -
DAS Buluh - - - - - - - -
DAS Bunati - - - - - - - 166,03
DAS Bunati Kecil - - - - - - - 42,83
DAS Cantung - - - - 4.296,23 - - -
DAS Cuka 26,65 - - - - - - -
DAS Dua - - - - - - - -
DAS Dua Laut Kecil - - - - - - - -
DAS Dua Pumpung - - - - - - - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 139
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
INDO BUTIRIMA
KUD GAJAH MADA
KUD. KARYA
MERATUS
LIANGANGGANG CEMERLANG
PT EKASATYA YANATAMA
PT INDOCOLNAS
BORNEO
PT. ADIABARA BANSATRA
PT. ANJAWARA
SATRYA
DAS Godang-Durian - - - - - - - -
DAS Hanau - - - - - - - -
DAS Hanau Kecil - - - - - - - -
DAS Kandang Haur - - - - - - - -
DAS Kintap - - - - - - - -
DAS Kusan - - 117,78 - 705,24 2.251,61 - -
DAS Langgawan - - - - - - - -
DAS Loban - - - - - - - -
DAS Panyulingan - - - - - - - -
DAS Samariti - - - - - - - -
DAS Satui 115,68 - - - - - - 431,30
DAS Sebamban - - - - - - - 140,11
DAS Segumbang Besar - - - - - - - -
DAS Segumbang Kecil - - - - - - - -
DAS Sei Dua - - - - - - 5,21 -
DAS Sei Kecil - - - - - - - -
DAS Sei Kecil Bawah - - - - - - - -
DAS Sepunggur Besar - - - - - - - -
DAS Sepunggur Kecil - - - - - - - -
DAS Serungga - - - - - - - -
DAS Setarap 663,14 - - - - - - 2.358,95
DAS Setarap Kecil 331,26 - - - - - - 241,71
DAS Tanah Merah - - - - - - - -
DAS Tanah Merah Satui - - - - - - - -
DAS Terusan - 104,61 - - - - - -
DAS Tungkaran Pangeran - - - - - - - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 140
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
INDO BUTIRIMA
KUD GAJAH MADA
KUD. KARYA
MERATUS
LIANGANGGANG CEMERLANG
PT EKASATYA YANATAMA
PT INDOCOLNAS
BORNEO
PT. ADIABARA BANSATRA
PT. ANJAWARA
SATRYA
P.Burung - - - - - - - -
P.Suwangi - - - - - - - -
P.Suwangi Kecil - - - - - - - -
P.Tampakan - - - - - - - -
PM (pulau kecil tanpa nama) - - - - - - - -
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - - - - - - -
Sub-Sub DAS Riam Kiwa - - - - - - - -
Total 1.709,24 104,61 117,78 1.771,98 29.515,79 2.251,61 966,06 3.872,60
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
PT. ARUTMIN INDONESIA / PTBA
PT. BARAMEGA CITRA MANDIRI
PT. HARITA JAYARAYA
PT. PELTSART TAMBANG KENCANA
PT. SAMAJU
EKA PRATAMA
PT. SARIBUMI SINAR KARYA
PT. SCORPION SAMPANAHAN
MINERAL
Anak P.Burung - - - - - - -
DAS Anglai - - - - - - -
DAS Angsana - - - - - - -
DAS Bakau - - - - - - -
DAS Batulicin - - 1.701,09 3.130,46 - 1.010,50 18.458,27
DAS Batung-Buluh - - - - 771,57 - -
DAS Belanak - - 127,06 - - - -
DAS Buluh - - 98,85 - - - -
DAS Bunati - - - 783,57 - - -
DAS Bunati Kecil - - - - - - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 141
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
PT. ARUTMIN INDONESIA / PTBA
PT. BARAMEGA CITRA MANDIRI
PT. HARITA JAYARAYA
PT. PELTSART TAMBANG KENCANA
PT. SAMAJU
EKA PRATAMA
PT. SARIBUMI SINAR KARYA
PT. SCORPION SAMPANAHAN
MINERAL
DAS Cantung - - - - - - 1.649,54
DAS Cuka - - - - - - -
DAS Dua - - - 72,14 1.016,72 - -
DAS Dua Laut Kecil - - - - - - -
DAS Dua Pumpung - - - - - - -
DAS Godang-Durian - - - 183,30 2.199,60 - -
DAS Hanau - - 474,31 - - - -
DAS Hanau Kecil - - 262,37 - - - -
DAS Kandang Haur - - - - - - -
DAS Kintap - - - - - - -
DAS Kusan - 3.703,49 - 56.393,68 - - 12.562,16
DAS Langgawan - - - - 7,29 - -
DAS Loban - - - - - - -
DAS Panyulingan - - - - - - -
DAS Samariti - - 1.111,50 - - - -
DAS Satui 2.831,50 - - 30.216,37 - - -
DAS Sebamban - - - 16.814,05 143,39 - -
DAS Segumbang Besar - - 1.230,14 - - - -
DAS Segumbang Kecil - - - - - - -
DAS Sei Dua - - 1.164,03 - - 5,21 -
DAS Sei Kecil - - 663,09 - - - -
DAS Sei Kecil Bawah - - 173,28 - - - -
DAS Sepunggur Besar - - - - - - -
DAS Sepunggur Kecil - - - - - - -
DAS Serungga - - - - - - -
DAS Setarap - - - 8.021,42 - - -
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 142
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin
PT. ARUTMIN INDONESIA / PTBA
PT. BARAMEGA CITRA MANDIRI
PT. HARITA JAYARAYA
PT. PELTSART TAMBANG KENCANA
PT. SAMAJU
EKA PRATAMA
PT. SARIBUMI SINAR KARYA
PT. SCORPION SAMPANAHAN
MINERAL
DAS Setarap Kecil - - - - - - -
DAS Tanah Merah - - - - - - -
DAS Tanah Merah Satui - - 833,49 - - - -
DAS Terusan - - - - - - -
DAS Tungkaran Pangeran - - 18,52 - - - -
P.Burung - - - - - - -
P.Suwangi - - - - - - -
P.Suwangi Kecil - - - - - - -
P.Tampakan - - - - - - -
PM (pulau kecil tanpa nama) - - - - - - -
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - - 102,91 - - -
Sub-Sub DAS Riam Kiwa - - - 117,21 - - -
Jumlah Total 2.831,50 3.703,49 7.857,73 115.835,10 4.138,57 1.015,71 32.669,97
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Nama DAS
Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin Jumlah Total (Ha)
PT. WAHANA BARATAMA PT.BARAMEGA CITRA
MULIA PERSADA SQA. PT. INDAH RAGAM
LESTARITA
Anak P.Burung - - - 5,49
DAS Anglai - - - 1.466,79
DAS Angsana - - - 2.655,36
DAS Bakau - - - 541,82
DAS Batulicin - - - 117.567,03
DAS Batung-Buluh - - - 5.092,28
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 143
Nama DAS Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin Jumlah Total (Ha)
PT. WAHANA BARATAMA PT.BARAMEGA CITRA
MULIA PERSADA SQA. PT. INDAH RAGAM
LESTARITA
DAS Belanak - - - 194,64
DAS Buluh - - - 1.815,84
DAS Bunati - - - 4.858,57
DAS Bunati Kecil - - - 454,08
DAS Cantung - - - 11.419,29
DAS Cuka - - - 1.231,39
DAS Dua - - - 2.773,17
DAS Dua Laut Kecil - - - 114,55
DAS Dua Pumpung - - - 2.076,67
DAS Godang-Durian - - - 4.114,77
DAS Hanau - - - 812,67
DAS Hanau Kecil - - - 472,76
DAS Kandang Haur - - - 421,65
DAS Kintap - - - 23,17
DAS Kusan - 1.016,76 - 159.647,54
DAS Langgawan - - - 563,28
DAS Loban - - - 691,91
DAS Panyulingan - - - 254,93
DAS Samariti - - - 1.526,83
DAS Satui 1.233,33 - 14.472,80 82.336,45
DAS Sebamban - - - 40.125,98
DAS Segumbang Besar - - - 3.123,30
DAS Segumbang Kecil - - - 217,22
DAS Sei Dua - - - 3.987,64
DAS Sei Kecil - - - 871,74
DAS Sei Kecil Bawah - - - 338,68
DAS Sepunggur Besar - - - 831,87
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 144
Nama DAS Nama Perusahaan Tambang Yang diberi Ijin Jumlah Total (Ha)
PT. WAHANA BARATAMA PT.BARAMEGA CITRA
MULIA PERSADA SQA. PT. INDAH RAGAM
LESTARITA
DAS Sepunggur Kecil - - - 257,99
DAS Serungga - - - 1.833,68
DAS Setarap - - 4.201,01 21.418,29
DAS Setarap Kecil - - - 572,97
DAS Tanah Merah - - - 1.498,86
DAS Tanah Merah Satui - - - 955,19
DAS Terusan - - - 2.706,82
DAS Tungkaran Pangeran - - - 219,43
P.Burung - - - 440,95
P.Suwangi - - - 568,55
P.Suwangi Kecil - - - 13,83
P.Tampakan - - - 486,49
PM (pulau kecil tanpa nama) - - - 2,43
Sub-Sub DAS Riam Kanan - - - 244,90
Sub-Sub DAS Riam Kiwa - - - 3.289,24
Total 1.233,33 1.016,76 18.673,81 487.139,00
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu II - 145
Peta 2.39. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Semua Usaha Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 1
BAB III
PERMASALAHAN DAN TARGET LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
TANAH BUMBU
3.1. PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP
Menurunnya kualitas lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu merupakan
salah satu isu yang sangat penting sebagai dampak pertumbuhan ekonomi dan tekanan
jumah penduduk. Hal yang sering sulit untuk dijawab adalah apakah kualitas
lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu berada dalam kondisi baik, sedang, atau
buruk. Sejak tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengembangkan suatu indeks lingkungan berbasis Kabupaten yang memberikan
kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada periode tertentu. Indeksi
ini diterjemahkan dalam angka yang menerangkan apakah kualitas lingkungan berada
pada kondisi baik, atau sebaliknya. Berikut ini klasifikasi penjelasan kualitatif dari angka
indeks lingkngan hidup :
Tabel 3.1. Rentang Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Unggul X > 90
Sangat Baik 82 < X ≤ 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat Kurang 50 ≤ X < 58
Waspada X < 50
Pembagian kategori penjelasan kualitatif ini didasarkan pada sebaran angka
dalam perhitungan indeks. Kategori penjelasan kualitatif ini dijadikan dasar pembuatan
kebijakan dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami bagi publik. Dalam
fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu penentuan skala
prioritas yang disesuaikan dengan derajat permasalahan lingkungan hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 2
3.1.1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Tanah Bumbu
Indeks kualitas lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu
isu yang sangat penting untuk mengidentifikasi sumber permasalahan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Indeks kualitas lingkungan hidup Tanah Bumbu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. IKLH Tanah Bumbu tahun data 2015 - 2016
No Indikator Tahun 2015 Tahun 2016
Nilai Bobot Hasil Nilai Bobot Hasil
1 Indeks Pencemaran Air 50,00 30% 15 52,14 30% 15,643
2 Indeks Pencemaran Udara 86,305 30% 25,891 90,047 30% 27,014
3 Indeks Tutupan Hutan 67,204 40% 26,882 67,438 40% 26,975
Iklh Kabupaten / Provinsi 67,773 69,632
Kategori Cukup Cukup
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan IKLH selama 2 (dua) tahun dari tahun 2015– 2016
sebagaimana tabel di atas dapat diartikan bahwa terjadi penurunan kualitas lingkungan
hidup Kabupaten Tanah Bumbu dari kurang menjadi sangat kurang. Secara rinci khusus
untuk indeks pencemaran air terjadi peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun
dari kategori sangat kurang menjadi waspada dalam 2 (dua) tahun terakhir. Untuk
indeks pencemaran Untuk indeks tutupan hutan menunjukkan penurunan persentase
tutupan hutan sehingga masuk dalam kategori waspada. Sedangkan untuk indeks
kualitas udara menunjukkan penurunan mutu mengingat indeks pencemaran udara
mengalami peningkatan. Walaupun secara indeks kualitas lingkungan hidup dengan
kategori cukup.
Berdasarkan gambar trend Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah
Bumbu, terlihat bahwa kualitas lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu cenderung
terus mengalami penurunan. Untuk itu perlu upaya yang cukup serius dalam
melindungi dan mengelola lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu.
3.1.2. Pencemaran Air Permukaan/Sungai
Air khususnya air sungai mempunyai peran yang sangat strategis dalam
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air sungai bagi sebagian besar
masyarakat merupakan sumber air minum rumah tangga. Selain itu air sungai menjadi
sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya seperti industri, pertanian dan
pembangkit listrik. Di sisi lain sungai juga menjadi tempat pembuangan berbagai macam
limbah sehingga tercemar dan kualitasnya semakin menurun. Karena peranannya
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 3
tersebut, maka kualitas air sungai menjadi salah satu penting yang menjadi indikator
kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis kualitas air yang telah dilaksanakan
oleh BLHD Kabupaten Tanah Bumbu, dapat diketahui status mutu air dengan
berlandaskan Peraturan Gubernur Tanah Bumbu Nomor 5 tahun 2007 tentang baku
mutu air sungai yang diperuntukan untuk golongan air kelas I sebagaimana tabel di
bawah ini:
Tabel 3.3. Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan dari data – data hasil perhitungan status mutu air pada daerah DAS
Kusan, DAS Satui dan DAS Batulicin, dapat dibuat beberapa grafik perhitungan sebagai
berikut :
1. DAS Kusan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode indeks pencemar untuk DAS
Kusan menunjukkan kualitas air sungai pada bagian hulu dan hilir dimana Indeks
Pencemaran (IP) pada bagian hulu sebesar 3,77 dengan status tercemar ringan dan
Indeks Pencemaran (IP) pada bagian hilir sebesar 1,76 status tercemar ringan, sedangkan
pada bagian tengah menunjukan Indeks Pencemaran (IP) sebesar 5,28 dengan status
tercemar sedang.
Parameter yang menyebabkan Sungai Kusan memiliki status tercemar ringan-
sedang dan telah melampaui Baku Mutu diantaranya: Total Padatan Terlarut (TSS),
COD, DO, E.Coli dan Coliform.
2. DAS Satui
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 4
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode indeks pencemar untuk DAS Satui
menunjukkan kualitas air sungai pada bagian hulu dan hilir dimana Indeks Pencemaran
(IP) pada bagian hulu sebesar 2,58 dengan status tercemar ringan dan Indeks
Pencemaran (IP) pada bagian hilir sebesar 14,28 status tercemar ringan, sedangkan pada
bagian tengah menunjukan Indeks Pencemaran (IP) sebesar 5,5,26 dengan status
tercemar sedang.
Pada pemantauan terhadap DAS Satui pada tahun 2016 diketahui ada beberapa
parameter yang telah melampaui Baku Mutu diantaranya: Total Padatan Terlarut (TSS),
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD), Oksigen Terlarut (DO), E.Coli dan Coliform.
3. DAS Batucin
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode indeks pencemar untuk DAS
Batulicin di dapatkan hasil perhitungan pada bulan januari dan Agustus tahun 2016
menunjukkan peningkatan kualitas air sungai pada bagian hulu, tengah dan hilir dimana
Indeks Pencemaran
(IP) pada bagian hulu untuk tahap pertama sebesar 0,89 peningkatan kualitas pada
tahap II menjadi 0,73 dengan status memenuhi. Pada bagian tengah untuk tahap
pertama sebesar 1,78 dengan statsus tercemar ringan mengalami peningkatan pada
tahap II menjadi 0,75 dengan status memenuhi . Indeks Pencemaran (IP) pada bagian
hilir juga menunjukan peningkatan yaitu pada tahap pertama sebesar 1,75 menjadi 4,19
pada tahap II dengan status tercemar ringan.
Pada pemantauan terhadap DAS Batulicin pada tahun 2016 diketahui ada
beberapa parameter yang telah melampaui Baku Mutu diantaranya: Total Padatan
Terlarut (TSS), BOD, Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan E.Coli.
Dari hasil perhitungan status mutu air diketahui bahwa status mutu air DAS di
daerah kabupaten Tanah Bumbu bersifat memenuhi, tercemar ringan – sedang, dimana
hal ini disebabkan karena adanya parameter-parameter yang melebihi dari batas baku
mutu yang ditetapkan, diantara lain :
1. TSS merupakan residu dari padatan total dengan ukuran lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Partikel yang dimaksud dapat berupa partikel organik maupun
anorganik. Meningkatnya kadar TSS pada umumnya berbanding lurus dengan
meningkatnya tingkat kekeruhan di suatu badan air. Sumber-sumber utama yang
menyebabkan peningkatan nilai TSS adalah adanya degradasi terhadap lapisan
tanah sehingga menyebabkan adanya erosi pada aliran badan air. Hal ini dapat
di sebabkan oleh ulah tangan manusia ataupun secara alami misalkan tingginya
curah hujan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 5
2. Kadar DO cerendung lebih rendah dari batas baku mutu, hal ini dapat di
sebabkan karena banyaknya zat organik yang terlarut dalam air sungai sebagai
bagian dari limbah rumah tangga maupun secara alami masuk kedalam badan
air.
3. Kadar COD menggambarkan banyaknya kandungan bahan organik yang dapat
dioksidasi secara kimiawi, baik yang bersifat biodegradable maupun non
biodegradable di suatu perairan. Nilai COD yang tinggi menggambarkan
tingginya tingkat pencemaran suatu perairan.
4. Kadar BOD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan
sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam perairan.
5. Kadar E.Coli dan Coliform menggambarkan jumlah bakteri E.Coli yang
berbahaya bagi
kesehatan manusia. Bakteri E.Coli Merupakan penyebab utama diare.
Keberadaannya yang melebihi ambang batas dalam air mengindikasikan
tingginya pencemaran oleh perilaku buang air besar sembarangan oleh
masyarakat di sekitar sungai.
3.1.3. Pencemaran Udara Ambien dan Kebakaran Hutan/Lahan
Udara mempunyai arti penting di dalam kehidupan makhluk hidup dan
keberadaan benda-benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumberdaya alam yang
harus dilindungi untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Hal ini berarti
pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai
dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara menjadi
sangat penting untuk dilakukan.
Status mutu udara ambien daerah merupakan mutu udara ambien yang
menggambarkan keadaan kualitas udara ambien di suatu lokasi pada waktu tertentu.
Kondisi udara Kabupaten Tanah Bumbu masih dalam ambang normal, kondisi terburuk
hanya terjadi pada musim kemarau yaitu adanya peningkatan kadar debu sehingga
mengganggu aktivitas masyarakat di Kabupaten Tanah Bumbu, khususnya di daerah
yang dekat dengan lokasi industri (tambang), tetapi setelah masuk musim hujan kondisi
peningkatan kadar debu tersebut sudah berkurang.
Dampak yang ditimbulkan oleh peningkatan kadar debu pada musim kemarau
adalah berkurangnya jarak pandang karena terhalang oleh debu aktivitas lalu lintas
khususnya dari truk-truk pengangkut material galian C untuk kegiatan pembangunan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 6
yang sedang berlangsung, terjadinya iritasi pada mata dan terganggunya saluran
pernafasan. Hal ini berakibat terganggunya aktivitas masyarakat, industri dan dunia
usaha yang juga berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat di Kabupaten
Tanah Bumbu.
Pelaksanaan pengujian kualitas udara ambien dan tingkat kebisingan dilakukan di
10 (sepuluh) titik di 10 (sepuluh) kecamatan yaitu : Kecamatan Simpang Empat,
Kecamatan Mantewe, Kecamatan Angsana, Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Sungai
Loban, Kecamatan Satui dan Kecamatan Batulicin serta Kecamatan Kuranji, Kecamatan
Karang Bintang dan Kecamatan Kusan Hulu pada bulan juli dan november tahun 2015.
Dan hasil pengujian kualitas udara ambien dan tingkat kebisingan akan dibandingkan
dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 053 Tahun 2007, Tentang
Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.
Tabel 3.4. Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 7
Tabel 3.5. Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 8
Dari hasil pengujian kualitas udara ambient yang dilakukan pada 10 (sepuluh)
titik di 10 (sepuluh) kecamatan dan setelah di bandingkan dengan batas baku mutu yang
ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007,
diketahui bahwa parameter yang melebihi batas baku mutu yaitu hanya parameter
kadar hidrogen sulfida pada Kecamatan Kusan Hilir. Selain itu, hasil uji kualitas udara
ambien di kecamatan lainnya tidak menunjukkan adanya indikasi udara yang tercemar
melebihi ambang batas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar polutan masih
alamiah dan cukup aman bagi kesehatan.
Berdasarkan data-data hasil pengujian kualitas udara maka perlu upaya nyata
yang perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk menjaga
kualitas udara agar tetap aman bagi kesehatan ada berbagai macam cara diantaranya
adalah :
a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan agar tidak melakukan
pembukaan lahan dan hutan dengan cara membakar.
b. Menegaskan kewajiban masyarakat dan pelaku usaha atau kegiatan agar dalam
langkah kegiatannya tetap menjaga dan memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup khususnya pengelolaan kualitas udara
c. Melakukan himbauan kepada pihak industri agar melakukan penyimaran air pada
jalan di area industri.
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian
pencemaran udara.
e. Menindak tegas pelaku usaha atau anggota masyarakat yang melanggar ketentuan
sehingga menimbulkan pencemaran udara.
3.1.4. Bencana Alam
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696
Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan
Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 persen dari luas keseluruhan
Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil
sebesar 110,42 Km2 atau hanya 2,18 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
Urutan kecamatan dari yang terluas adalah Kusan Hulu, Mantewe, Satui, Kusan Hilir,
Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.
Sungai Utama yang ada di Tanah Bumbu terdiri dari 8 Sungai yaitu : Sungai
Batulicin, Sungai Kusan, Sungai Satui, Sungai Sebamban, Sungai Dua Laut, Sungai
Langawan, Sungai Kumpah, Sungai Betung. Panjang pantai ± 158,7 km dengan luas
perairan ± 640,9 km2. Secara umum pola sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
adalah berpola dendritik dimana salah satu sifat utamanya adalah apabila terjadi hujan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 9
secara merata di seluruh daerah aliran sungai, maka puncak banjirnya akan sedemikian
tinggi hingga berpotensi besar untuk menggenangi daerah yang ada di sekitar aliran
sungai, baik pada bagian hulu maupun pada bagian hilir sungai dari DAS Tanah Bumbu
(DAS Satui, DAS Kusan dan DAS Batulicin). Kondisi geografis Kabupaten Tanah Bumbu
yang demikian, ditambah dengan banyaknya kegiatan/usaha yang berpotensi
menimbulkan dampak penurunan kualitas lingkungan seperti pertambangan,
perkebunan, pelsus, kegiatan masyarakat lainnya maupun karena perubahan iklim yang
ekstrim, mendukung terjadinya bencana seperti banjir dan kebakaran.
Mengingat keterbatasan data yang didapat dari dinas/instansi terkait mengenai
data bencana selain data banjir seperti data kebakaran hutan/lahan, gempa bumi,
kekeringan dan tanah longsor, maka data bencana yang dapat diperbandingkan
kejadiannya setiap tahunnya hanya data bencana.
Pada Tahun 2015 berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu terdapat 1 Kecamatan yang mengalami bencana Banjir yakni
Kecamatan Batulicin dengan luas area terendam seluas 244 Ha. Terjadinya banjir ini,
selain disebabkan karena faktor iklim yang ekstrim / curah hujan yang tinggi diatas
normal sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah
serta sistem drainase yang ada tidak akan mampu menampung akumulasi air hujan
sehingga meluap maka berdampak terhadap terjadinya banjir.
Faktor lain juga dikarenakan kondisi daya dukung DAS menurun yang ditandai
semakin mengecilnya luas areal hutan, semakin luasnya lahan terbuka atau lahan kritis
akibat berbagai
aktifitas masyarakat yang memanfaatkan lahan tanpa memperhatikan daya dukung
lahan.
Faktor pendangkalan sungai juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya banjir dimana dengan terjadinya pendangkalan sungai berarti
terjadinya pengecilan tampang sungai hingga sungai tidak mampu lagi mengalirkan air
yang melewatinya dan menyebabkan meluapnya air sungai yang menyebabkan
terjadinya banjir. Pendangkalan sungai ini dapat disebabkan oleh sedementasi yang
terjadi terus menerus, akibat erosi yang intensif dibagian hulut dimana hal itu akibat
rusaknya DAS pada bagian hulu karena hutan yang mengalami degradasi dan rusaknya
kawasan pesisir.
Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas
meningkatnya debit banjir misalnya pada daerah pemukiman yang padat, khususnya
pemukiman di sekitar bantaran sungai yang tidak tertata dengan baik, mengakibatkan
daerah resapan air ke dalam tanah berkurang. Kondisi banjir akibat tingginya curah
hujan berbanding terbalik dengan kondisi air tanah pada musim kemarau yang sangat
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 10
rendah sehingga banyak penduduk yang mengalami kekurangan air, baik untuk
keperluan domestik maupun pertanian terutama di daerah dataran tinggi seperti
Kecamatan Sei. Loban dan Angsana. Disamping itu dibeberapa desa khususnya di
Kecamatan Kusan Hilir yang berada 0 – 3 meter dpl, hampir setiap tahunnya terjadi
intrusi air laut pada sumur penduduk dan air baku PDAM.
Selain bencana banjir, bencana kebakaran hutan dan lahan sepanjang tahun 2015
juga terjadi di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berdasarkan data kebakaran hutan di
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014 total luas kebakaran hutan dan lahan sekitar 246
Ha dan untuk data kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014
mengalami peningkatan seluas 1.775,5 Ha.
Daerah lokasi kebakaran hutan dan lahan rata-rata adalah daerah tanah dan
lokasi yang masih banyak terdapat hutan belukar yang terletak di antara permukiman
dan lahan pertanian. Penyebab terjadinya kebakaran karena dua hal yaitu proses
pembakaran alami yang disebabkan proses ground fire dan disebabkan oleh
pembakaran yang dilakukan oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab.
Upaya – upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan sudah di
lakukan, namun terbatasnya jumlah personel beserta peralatan dan diperparah dengan
musim kemarau berkepanjangan membuat antisipasi yang telah dilakukan cenderung
kurang efektif untuk mencegah kebakaran hutan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan penyebab umum dari terjadinya bencana
seperti bencana banjir dan kebakaran hutan/lahan adalah disebabkan oleh semakin
luasnya lahan kritis akibat pembalakan hutan secara besar-besaran dan pembukaan
lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang berakibat semakin luasnya padang
alang-alang dan semak belukar. Lahan seperti ini sangat kecil resistensinya dalam
menahan air pada musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau panjang yang
berdampak pada kebakaran hutan-lahan selain itu, penyebab lainnya adalah
pendangkalan sungai akibat sedimentasi yang besar pada wilayah hilir dan penumpukan
sampah di sungai.
Mengantisipasi berbagai hal tersebut, maka perlu adanya kampanye untuk tujuan
pelestarian lingkungan dan penyadaran kepada masyarakat tentang dampak dari
kerusakan lingkungan, revitalisasi sektor kehutanan, penegakan hukum, kerjasama
semua pihak yang terlibat untuk mengantisipasi bencana banjir dan kebakaran hutan-
lahan dan rehabilitasi hutan lahan secara besar-besaran.
3.1.5. Penurunan Luasan Tutupan Hutan / Lahan dan Banjir
Kegiatan pembangunan terjadi pada berbagai sektor industri, pertanian,
perikanan, peternakan, perkebunan, pariwisata, kesehatan, pertambangan, perumahan,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 11
perdagangan dan transportasi. Kegiatan-kegiatan tersebut diperkirakan akan dan telah
mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan pembangunan apabila tidak
memperhatikan kualitas lingkungan tentunya akan mengakibatkan terganggunya
keseimbangan ekosistem dan terjadinya degradasi lingkungan seperti tanah longsor,
erosi, sedimentasi, penggundulan hutan, peningkatan lahan kritis, pencemaran tanah,
air dan udara, abrasi pantai, instrusi air asin, serta penurunan debit air permukaan dan
air tanah. (Sastrawijaya, 2009). Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta
pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan
hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan
konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Manusia yang seharusnya memelihara,
menjaga, serta melestarikan lingkungan malah semakin membuat tekanan yang luar
biasa terhadap lingkungan. Eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam,
pertumbuhan penduduk yang meningkat, perkembangan teknologi, ekonomi dan
aktivitas sosial tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan telah
menyebabkan kemerosotan lingkungan dan pencemaran. Hutan merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagi penjaga tata
air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan
tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi
atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum
mendapat gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan
sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan
yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas areal pertambangan,
peternakan, dan pertanian menetap.
3.1.6. Telaahan Isu Pokok Permasalahan Lingkungan
Menurut Perda Kalimantan Selatan No 2 Tahun 2017 Tentang Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Isu Strategis adalah permasalahan
lingkungan hidup yang kejadiannya berulang dan berdampak besar serta luas terhadap
keberlangsungan fungsi lingkungan hidup.
Isu pokok merupakan isu yang akan diselesaikan berdasarkan hasil analisa data
yang mempertimbangkan pengaruh antara elemen pendorong, tekanan, dampak dan
respon. Pengaruh dari masing-masing elemen seperti pendorong, misalnya adanya
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 12
kegiatan pembangunan maka akan memberikan tekanan yaitu bertambahnya
kebutuhan lahan, kegiatan tersebut memberikan dampak yaitu turunnya daya dukung
lahan dan munculnya respon. Semua aspek ini akan saling berhubungan satu sama lain
dan perlu penyelesaian berupa kajian sehingga dapat digunakan untuk pengelolaan
lingkungan.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.
Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang selanjutnya
disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan
hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.
Strategi khusus ekoregion Kalimantan adalah sebagai berikut
− Mempertahankan dan meningkatkan luas wilayah berfungsi lahan khususnya
wilayah yang berfungsi memberikan Jasa Pengatur terutama daerah
pegunungan di Pulau Kalimantan Bagian Utara dan Penyimpan Air terutama
di Pulau Kalimantan bagian selatan dan barat
− Mengelola dampak dari dorongan pengembangan perkotaan, budidaya dan
infrastruktur terutama pada wilayah-wilayah ekosistem sensitive seperti , karst
dan danau
− Memulihkan, mempertahankan dan mengendalikan kawasan habitat dan
koridor satwa liar serta wilayah di sekitar kawasan konservasi
− Menjaga, meningkatkan dan memulihkan fungsi Daerah Aliran Sungai
− Pemulihan ekosistem rusak dan melaksanakan pencadangan pemanfaatannya
, terutama pada wilayah
− Memulihkan daerah-daerah yang terkontaminasi B3 dan limbah B3
− Mengelola dampak kegiatan di laut terutama di Selat Makassar di bagian
selatan
Program dan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh BLHD Kabupaten Tanah
Bumbu adalah sebagai berikut :
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dengan
kegiatan sebagai berikut:
− Koordinasi Penilaian Kota Sehat/Adipura
− Pemantauan Kualitas Lingkungan
− Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Lingkungan Hidup
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 13
− Pengkajian Dampak Lingkungan
− Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian Lingkungan Hidup
− Penanggulangan dan Pemulihan Pencemaran
− Koordinasi Penilaian Adiwiyata
− Pengembangan Kapasitas dalam Rangka Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup
− Pelayanan Pengaduan Masyarakat
2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
− Kegiatan Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan
3. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
− Pengujian Kadar Polusi Limbah Padat dan Limbah Cair
− Pengujian Emisi/Polusi Udara akibat Aktifitas Industri
− Akreditasi Laboratorium Lingkungan Hidup
− Peningkatan Pengelolaan Laboratorium Lingkungan
3.1.7. Analisis Driver (Pendorong), Pressure (Tekanan), State (Kondisi), Impact
(dampak), dan Response
Pengelolaan lingkungan hidup memiliki potensi konflik yang tinggi. Hal ini
karena ciri–ciri yang melekat padanya dan cara pandang pihak yang berkepentingan
berbeda-beda. Ciri–ciri yang dimaksud adalah intangible eksternalitas negatif, jangka
panjang, dan masih kuatnya anggapan bahwa lingkungan merupakan barang publik
Secara garis besar konflik lingkungan dikategorikan sebagai konflik peninggalan masa
lalu dan konflik di era reformasi. Pada konflik masa lalu, permasalahan biasanya
menyangkut masalah perebutan pemanfaatan sumber daya alam antara masyarakat dan
pihak yang berkepentingan seperti pemerintah dan pengusaha. Sedangkan konflik di era
reformasi lebih kompleks lagi, karena konflik tidak hanya terjadi antara masyarakat
dengan pemerintah atau pengusaha tetapi juga konflik antar sektor dalam
pemerintahan, konflik antar masyarakat, dan konflik antar pengusaha. Beberapa potensi
konflik lingkungan yang muncul terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam antara
lain:
• Belum adanya konsep distribusi yang adil untuk masyarakat dan pengusaha daerah
terhadap penguasaan potensi sumber daya alam baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 14
• Peraturan dan perundangan yang di terapkan belum berorientasi pada
peningkatan peran masayarakat dan pengusaha daerah dalam pengeloaan sumber
daya alam, bahkan cenderung diamputasi.
• Ketidak pastian hukum bahkan kriminalisasi terhadap pengusaha daerah oleh
aparat penegak hukum mengakibatkan keberadaan pengusaha daerah semakin
terpojok bahkan sampai menimbulkan trauma untuk berusaha.
• Hambatan birokrasi baik tingkat pusat maupun daerah belum memberikan
kemudahan bagi pengusaha daerah untuk berusaha dan berkiprah dalam
pengelolaan sumber daya alam.
Sedangkan potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
manusia antara lain:
• Aktivitas pertambangan batubara yang cukup luas di Kabupaten Tanah Bumbu
telah merusak atau menurunkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Zat
berbahaya logam berat seperti merkuri, timbal, besi dan air raksa (emas) yang
masuk ke badan air mulai terdeteksi. Hal ini diperkirakan akibat pembuangan
limbah kegiatan industri dan pertambangan ke media sungai.
• Pencemaran air sungai oleh kegiatan domestik seperti tinja atau kotoran manusia.
Hampir seluruh aliran sungai baik besar maupun kecil telah tercemar oleh limbah
domestik yang berasal dari kotoran manusia.
Selain potensi pencemaran di atas, cara bertani yang dilakukan warga dengan
mengandalkan penggunaan pupuk dan pestisida telah mempercepat penghancuran
struktur desa-desa tradisional karena terjadinya perubahan distribusi kesejahteraan.
Hanya petani yang memiliki modal yang tetap bertahan sementara petani miskin
atau petani gurem semakin kesulitan melanjutkan kegiatan pertanian meskipun
pertanian sebagai satu-satunya sumber pendapatan mereka. Penduduk miskin yang
tidak mempunyai lahan akan terusir dari desa berpindah ke kota-kota besar mencari
pemenuhan kebutuhan hidup tanpa bekal keterampilan apapun yang sangat diperlukan
untuk bertahan hidup.
Sebagian penduduk lainnya masuk ke kawasan hutan untuk membuka hutan
karena lahan pertanian yang tersedia semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok sekalipun. Kondisi ini menambah masalah seperti pembuangan dan
pengelolaan limbah, penyediaan air bersih, kekurangan perumahan dan pengangguran.
Penebangan hutan, serta membuka lahan-lahan baru untuk digarap tanpa
memperhatikan konservasi tanah mengakibatkan lahan-lahan menjadi marjinal
terutama pada lereng yang curam, sehingga erosi secara intensif sulit dihindarkan,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 15
produktivitas tanah menurun, longsor, banjir di musim penghujan dan kekeringan di
musim kemarau. Kondisi ini yang berlangsung secara berkepanjangan membahayakan
kelestarian lingkungan.
Kerusakan lingkungan dan kemiskinan jika terjadi terus menerus maka akan
menimbulkan berbagai permasalahan yang lebih berat dalam kehidupan manusia yang
dapat menjadi bencana kemanusiaan seperti kelaparan, pencemaran, kesulitan
pemenuhan air bersih, penyebaran penyakit dan gangguan kesehatan lain.
Ancaman pemanasan global yang akan menaikkan permukaan laut merupakan
ancaman hampir besar penduduk terutama yang tinggal di pesisir pantai disamping
menyebabkan badai dan banjir.
Pengentasan kemiskinan menjadi salah satu solusi untuk diintegrasikan dalam
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Kemiskinan akan memaksa
manusia mampu melakukan apa saja termasuk ancaman terhadap lingkungan hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang paling pokok.
Beberapa perijinan yang sudah dilakukan oleh pelaku usaha di Kabupaten Tanah
Bumbu dapat ditampilkan sebagai berikut:
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 16
Tabel 3.6. Penggunaan Lahan oleh HGU terhadap Daerah Aliran Sungai
Nama DAS
Nama HGU
Jumlah
Total (ha)
Banjarmasin
agro Jaya
Mandiri
Buana
Karya
Bakti
Gawi
Makmur
Kalimantan
Inti
Gerak
Maju
Ladang
Rumpun
Malindoraya
Diraja
PN 13
Batulicin
Sajang
Heulang
Singaland
Asetama
Non HGU
Anak P.Burung - - - - - - - - - 5,49 5,49
DAS Anglai - 1.175,90 - - - - - - - 290,89 1.466,79
DAS Angsana - 1.578,78 33,84 - - - - 561,04 - 481,71 2.655,36
DAS Bakau - - - - - - - - - 541,82 541,82
DAS Batulicin 5.221,13 - - - - - 2.184,05 - 1.261,96 108.899,89 117.567,03
DAS Batung-
Buluh
- - - - - - - - - 5.092,28 5.092,28
DAS Belanak - - - - - - - - - 194,64 194,64
DAS Buluh - - - 434,09 - - - - - 1.381,75 1.815,84
DAS Bunati - - - - 574,83 - - 137,88 - 4.145,86 4.858,57
DAS Bunati Kecil - - - - - - - 368,40 - 85,68 454,08
DAS Cantung - - - - - - - - - 11.419,29 11.419,29
DAS Cuka - 441,86 - - - - - - - 789,52 1.231,39
DAS Dua - - - - - - - - - 2.773,17 2.773,17
DAS Dua Laut
Kecil
- - - - - - - - - 114,55 114,55
DAS Dua
Pumpung
- - - - - - - - - 2.076,67 2.076,67
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 17
Nama DAS
Nama HGU
Jumlah
Total (ha)
Banjarmasin
agro Jaya
Mandiri
Buana
Karya
Bakti
Gawi
Makmur
Kalimantan
Inti
Gerak
Maju
Ladang
Rumpun
Malindoraya
Diraja
PN 13
Batulicin
Sajang
Heulang
Singaland
Asetama
Non HGU
DAS Godang-
Durian
- - - - - - - - - 4.114,77 4.114,77
DAS Hanau - - - - - - - - - 812,67 812,67
DAS Hanau Kecil - - - - - - - - - 472,76 472,76
DAS Kandang
Haur
- - - - - - - - - 421,65 421,65
DAS Kintap - - - - - - - - - 23,17 23,17
DAS Kusan 5.046,95 - - - - - - 4.887,05 5.136,41 144.577,13 159.647,54
DAS Langgawan - - - - - - - - - 563,28 563,28
DAS Loban - - - - - - - - - 691,91 691,91
DAS Panyulingan - - - - - - - - - 254,93 254,93
DAS Samariti - - - - - - - - - 1.526,83 1.526,83
DAS Satui - 3.833,64 3.329,81 - - 13,56 - - - 75.159,44 82.336,45
DAS Sebamban - - - - 4.475,03 - - 1.392,54 - 34.258,40 40.125,98
DAS Segumbang
Besar
1.246,27 - - - - - - - - 1.877,03 3.123,30
DAS Segumbang
Kecil
- - - - - - - - - 217,22 217,22
DAS Sei Dua - - - 22,90 - - - - - 3.964,74 3.987,64
DAS Sei Kecil - - - - - - - - - 871,74 871,74
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 18
Nama DAS
Nama HGU
Jumlah
Total (ha)
Banjarmasin
agro Jaya
Mandiri
Buana
Karya
Bakti
Gawi
Makmur
Kalimantan
Inti
Gerak
Maju
Ladang
Rumpun
Malindoraya
Diraja
PN 13
Batulicin
Sajang
Heulang
Singaland
Asetama
Non HGU
DAS Sei Kecil
Bawah
- - - - - - - - - 338,68 338,68
DAS Sepunggur
Besar
53,99 - - - - - - - - 777,88 831,87
DAS Sepunggur
Kecil
- - - - - - - - - 257,99 257,99
DAS Serungga - - - - - - - - - 1.833,68 1.833,68
DAS Setarap - 6.781,45 4.706,56 - 1.118,64 - - - - 8.811,63 21.418,29
DAS Setarap Kecil - - 408,30 - - - - - - 164,68 572,97
DAS Tanah
Merah
- 1.465,14 - - - - - - - 33,73 1.498,86
DAS Tanah
Merah Satui
185,60 - - - - - - - - 769,60 955,19
DAS Terusan - - - 573,03 - - - - - 2.133,79 2.706,82
DAS Tungkaran
Pangeran
- - - - - - - - - 219,43 219,43
P.Burung - - - - - - - - - 440,95 440,95
P.Suwangi - - - - - - - - - 568,55 568,55
P.Suwangi Kecil - - - - - - - - - 13,83 13,83
P.Tampakan - - - - - - - - - 486,49 486,49
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 19
Nama DAS
Nama HGU
Jumlah
Total (ha)
Banjarmasin
agro Jaya
Mandiri
Buana
Karya
Bakti
Gawi
Makmur
Kalimantan
Inti
Gerak
Maju
Ladang
Rumpun
Malindoraya
Diraja
PN 13
Batulicin
Sajang
Heulang
Singaland
Asetama
Non HGU
PM - - - - - - - - - 2,43 2,43
Sub-Sub DAS
Riam Kanan
- - - - - - - - - 244,90 244,90
Sub-Sub DAS
Riam Kiwa
- - - - - - - - - 3.289,24 3.289,24
Total 11.753,93 15.276,77 8.478,50 1.030,02 6.168,51 13,56 2.184,05 7.346,91 6.398,37 428.488,37 487.139,00
Sumber: Hasil analisis tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 20
Tabel 3.1. Peta Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan dan Perijinan Semua Usaha Kabupaten Tanah Bumbu
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 21
Tabel 3.7. Analisis Driver (Pendorong), Pressure (Tekanan), State (Kondisi), Impact (dampak), dan Response
No Pendorong Tekanan Dampak Kondisi Lingkungan
1. Pertumbuhan Penduduk Pertambahan pemukiman penduduk − Alih fungsi lahan menjadi
pemukiman
− Turunnya kualitas air permukaan
/ sungai
− Naiknya jumlah timbulan sampah
− Berkurangnya daerah
resapan air
− Pencemaran air
permukaan/ sungai
2. Pembangunan Sektor
perkebunan
− Kebutuhan lahan perkebunan
kelapa sawit meningkat
− Alih fungsi (konversi) kawasan
hutan menjadi perkebunan
− Alih fungsi lahan menjadi
perkebunan
− Turunnya daya dukung
penyediaan air
− Turunnya daya dukung habitat
− Hilangnya cadangan carbon yang
berasal dari lahan
− Konflik manusia dan
hewan-hewan
meningkat
− Frekuensi kebakaran
lahan meningkat di
musim kemarau
− Meningkatnya frekuensi
dan volume banjir
3. Pembangunan Infrastruktur Kebutuhan akan sumber daya alam
meningkat
Pembukaan kawasan hutan menjadi
fasilitas umum seperti jalan dan
pemukiman
− Turunnya kemampuan jasa
lingkungan dalam penyediaan air
− Merosotnya ketersediaan sumber
daya alam
− Meningkatnya frekuensi
dan volume banjir
− Kekeringan di musim
kemarau
4. Kebijakan Pulau Kalimantan
Sebagai Lumbung Energi
− Alih fungsi kawasan hutan
menjadi areal pertambangan
terbuka (open pit)
− Alih fungsi pertanian menjadi areal
pertambangan terbuka (open pit)
− Berkurangnya tutupan lahan
sebagai ekosistem alami
− Pertambangan terbuka
menghilangkan vegetasi alami
sehingga menurunkan
kemampuan menyerap air
− Berkurangnya luas daerah
tangkapan air
− Meningkatnya frekuensi
dan volume banjir di
sekitar area
pertambangan saat
musim penghujan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 22
No Pendorong Tekanan Dampak Kondisi Lingkungan
− Menurunnya muka air
tanah di sekitar area
pertambangan
5. Tekanan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan dan
Permintaan Pasar
Alih fungsi hutan menjadi lahan
budidaya pertanian
Alih fungsi hutan menjadi area
penambangan liar
− Turunnya kemampuan jasa
lingkungan menyimpan air
− Rusaknya ekosistem/lingkungan
− Berkurangnya
ketersedian air bersih
− Pencemaran sungai oleh
limbah pemurniaan
tambang
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 23
3.1.8. Target Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Hidup
Secara konsepsi perhitungan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) memiliki
sifat komparatif yang berarti nilai satu Kabupaten relatif terhadap Kabupaten lainnya.
Dalam perspektif IKLH, anhka indeks ini bukan semata-mata peringkat, namun lebih
kepada suatu dorongan uapaya perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu menjadikan IKLH sebagai titik referensi untuk
menuju angka ideal yaitu 100. Semakin jauh dengan angka 100 mengindikasikan harus
semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lignkungan hidup yang harus
dilakukan.
Target IKLH adalah persyaratan kinerja yang dapat diukur dan dapat dilakukan
bagi sebagian dan seluruh organisasi yang timbul dari tujuan lingkungan dan perlu
disusun dan dilaksanakan untuk mencapai seluruh tujuan tersebut. Untuk target
perlindungan dan pengelolaan kualitas lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu
selama kurun waktu 30 (tiga puluh) tahun dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 3.8. Target IKLH Kabupaten Tanah Bumbu
Keterangan
Target
2021 2026 2031 2036 2041 2046
IKLH : 60,96 62,84 64,73 66,61 68,49 70,38
Air 54,32 57,32 60,32 63,32 66,32 69,32
Udara 88,69 88,84 88,99 89,14 89,29 89,44
Tutupan
Hutan
45,15 45,40 45,65 45,90 46,15 46,40
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel di atas, target indeks kualitas lingkungan hidup dimaksudkan untuk
mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang berkualitas dimana diharapkan lingkungan
hidup Tanah Bumbu akan berkurang dari pencemaran air, pencemaran udara dan
terjaganya tutupan hutan/lahan. Semua ini dengan harapan tercapainya masyarakat
yang sejahtera melalui pembangunan yang berwawasan lingkungan. Target pencapaian
indeks kualitas air adalah menaikkan ratarata sebesar 0,6 poin per tahun selama 30
(tiga) puluh tahun. Pada akhir perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup diharapkan akan tercapai di kriteria cukup dengan angka 69,32. Target indeks
kualitas air sangat sulit untuk mengalami kenaikan yang signifikan mengingat kondisi
sungai-sungai di Tanah Bumbu sudah pada kriteria tercemar ringan sampai sedang dan
kondisi saat ini indeks kuaitas air Kabupaten Tanah Bumbu masih di bawah indeks
kualitas air nasional. Pencemaran air merupakan salah satu fenomena yang banyak
terjadi di kehidupan sekarang ini khususnya pada negara-negara berkembang.
Pencemaran air menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air sehingga akan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu III - 24
menimbulkan kerugian bagi lingkungan. Sumber-sumber pencemar air dapar berasal
dari faktor alami maupun manusia. Pada kenyataannya faktor manusia lebih dominan
memberikan dampak terhadap pencemaran air dibandingkan faktor alam. Pencemar
yang berasal dari faktor alam meliputi peningkatan zat tersuspensi karena erosi, banjir
dan akibat intrusi air laut. Sementara itu sumber pencemaran yang dihasilkan manusia
antara lain karena kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, kegiatan pemanfaatan
hutan, dan kegiatan penambangan. Target indeks kualitas udara dalam RPPLH ini
adalah menaikkan 0,03 poin pertahun. Target peningkatan indeks kualitas udara cukup
rendah mengingat indeks kualitas udara Kabupaten Tanah Bumbu sudah pada kriteria
sangat baik (di atas 82) sehingga untuk meningkatkan menjadi kriteria unggul adalah
sangat sulit mengingat pertumbuhan industri / kegiatan pembangunan, berkurangnya
tutupan hutan/lahan dan pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Untuk target
indeks tutupan hutan/lahan yang ingin ditingkatkan adalah sebesar 0,05 poin pertahun.
Target ini sangat kecil mengingat kemampuan untuk melakukan rehabilitasi kawasan
hutan masih sangat terbatas baik dari keterbatasan anggaran dan keterbatasan sumber
daya manusia. Selain itu laju kerusakan hutan juga akibat pelaksanaan perikehidupan
manusia dan pembangunan juga cukup tinggi dibandingkan dengan kemampuan untuk
merehabilitasinya. Dan yang tidak kalah penting adalah masalah kewenangan dalam
pengelolaan kawasan hutan sebagian besar masih menjadi kewenangan pemerintah
pusat. Dengan keterbatasan kewenangan ini juga menjadi kendala dalam menetapkan
target indeks tutupan hutan yang tinggi. Pengelolaan sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan atau berkelanjutan merupakan upaya untuk menanggulangi
masalah kerusakan lingkungan yang terjadi. Proses pembangunan yang berwawasan
lingkungan merupakan usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya alam
tetapi tidak merusak sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya harus
memperhatikan pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam tersebut.
Adanya peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang produksi tidak perlu
mengorbankan lingkungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila
lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dan keberadaan
sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat. Dalam
pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan lingkungan
tanpa menghambat kemajuan pembangunan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 1
BAB IV
ARAHAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
Untuk mencapai tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup perlu
adanya manajemen strategis yang menetapkan target perencanaan untuk mencapai
kualitas lingkungan hidup yang diinginkan melalui pemberdayaan sumber daya yang
ada. Penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini
merupakan proses mengagendakan perencanaan pembangunan berbasis sumber daya
alam sekaligus merancang segala program yang mendukung dan menciptakan kualitas
lingkungan hidup yang lebih baik. Strategi rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup memberikan gambaran, bagaimana berbagai sasaran perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dicapai melalui perencanaan pembangunan
berbasis sumber daya alam. Arah kebijakan merupakan jabaran rinci tahap-tahap
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilalui dari setiap tahap
perencanaan pembangunan berbasis sumber daya alam untuk mewujudkan kualitas
lingkungan hidup yang lebih baik. Arahan merupakan suatu rangkaian tahapan atau
langkahlangkah yang berisikan kerangka utama perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam upaya untuk mencapai target perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dalam rangka mewujudkan
pengendalian pemanfaatan sumber daya alam, pengendalian kerusakan dan
pencemaran serta pelestarian fungsi lingkungan hidup, Undang–undang nomor 32
Tahun 2009 mengamanatkan perlu disusun rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (RPPLH). Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
terdiri dari empat muatan, yaitu: 1. pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya
alam; 2. pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup; 3.
pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam;
dan 4. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Prinsip pembangunan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 2
berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam melalui penerapan kebijakan
pengendalian perusakan sumber daya alam akan menjaga dan meningkatkan daya
dukung lingkungan. Untuk itu perlu upaya penyusunan rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Tanah Bumbu yang terarah dan
berkesinambungan.
4.1. RENCANA PEMANFAATAN DAN/ATAU PENCADANGAN
SUMBER DAYA ALAM
Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip
keberlanjutan pembangunan nasional di masa mendatang. Terciptanya keseimbangan
antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
merupakan prasyarat penting bagi terlaksananya keberlanjutan pembangunan berbasis
sumber daya alam dan lingkungan hidup tersebut. Upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai upaya dan tindakan yang dilakukan dalam pembangunan dengan
selalu mengkaitkan aspek keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara terus menerus atau berkelanjutan. Secara sederhana pembangunan berkelanjutan
dimaknai sebagai membangun saat ini dengan memperhatikan kepentingan generasi
mendatang, kondisi kualitas lingkungan hari ini yang kita nikmati harus dapat pula
dinikmati oleh generasi mendatang. Agar pemanfaatan sumber daya alam dapat terus
berkesinambungan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tingkat ekstrasi
tidak melebihi tingkat regenerasi, emisi pembuangan tidak melebihi kemampuan alam
untuk menyerapnya serta kapasitas regenerasi sumber daya alam dan penyerapan faktor
emisi dianggap sebagai modal alam. Apabila kita gagal memeliharanya, maka
pemanfaatan sumber daya alam tidak akan dapat berkelanjutan. Pemanfaatan sumber
daya alam yang terkendali dan pembangunan yang ramah lingkungan akan menjadi
salah satu modal dasar yang sangat penting bagi pembangunan nasional secara
keseluruhan. Untuk menjaga keseimbangan dan kelestariannya perlu dilakukan berbagai
langkah dan tindakan strategis yang tercakup dalam pembangunan berbasis sumber
daya alam dan lingkungan.
Tujuan dari rencana pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam
adalah :
a. Menjaga keberlanjutan ketersediaan dan penggunaan sumber daya alam;
b. Mencegah penyusutan/penurunan jumlah dan mutu cadangan modal sumber
daya alam; dan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 3
c. Memastikan pemanfaatan sumber daya alam akan meningkatkankan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat Adapun sasaran yang ingin dicapai
adalah harmonisasi rencana pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu melalui
pendekatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 4
Tabel 4.1. Rencana Pemanfaatan dan/ atau Pencadangan Sumber Daya Alam
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKASI PROGRAM/ KEGIATAN LOKASI PELAKSANA
Menerapkan daya
dukung dan daya
tampung
lingkungan hidup
dalam pemanfaatan
dan
pencadangan sumber
daya alam
1. Menyesuaikan
struktur ruang
dan pola ruang
rencana tata
ruang Kabupaten
Tanah Bumbu
dengan daya
dukung dan daya
tampung
lingkungan
berbasis jasa
ekosistem
2. Membatasi
ekstrasi sumber
daya alam yang
agar tidak
melebihi daya
dukung dan daya
tampung
lingkungan
1. Program penyusunan tata
ruang
2. Perlindungan,
Rehabilitasi, Pemulihan
dan Konservasi Cadangan
SDA dan LH
1. Persentase kesesuaian rencana
tata ruang wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu dengan Jasa
Ekosistem :
a. Penyediaan pangan,
b. Penyediaan air bersih,
c. Penyediaan serat,
d. Penyediaan energi,
e. Penyediaan sumber daya
genetik.
f. Pengaturan iklim
g. Pengaturan tata aliran air dan
banjir,
h. Budaya : tempat tinggal
dan ruang hidup,
i. Rekreasi dan Ecotourisme,
j. Estetika Alam,
k. Pendukung : Pembentukan
lapisan tanah dan kesuburan
l. Siklus hara,
m. Produksi primer,
n. Perlindungan plasma nutfah
(Biodiversitas)
2. Ekstrasi sumber daya alam tidak
melebihi daya dukung dan daya
dukung lingkungan
a. DAS Langgawan
b. DAS Loban
c. DAS Panyulingan
d. DAS Samariti
e. DAS Satui
f. DAS Sebamban
g. DAS Segumbang Besar
h. DAS Segumbang Kecil
i. DAS Sei Dua
j. DAS Sei Kecil
k. DAS Sei Kecil Bawah
l. DAS Sepunggur Besar
m. DAS Sepunggur Kecil
n. DAS Serungga
o. DAS Setarap
p. DAS Setarap Kecil
q. DAS Tanah Merah
r. DAS Tanah Merah Satui
s. DAS Terusan
t. DAS Tungkaran Pangeran
u. P.Burung
v. P.Suwangi
w. P.Suwangi Kecil
x. P.Tampakan
y. PM (pulau kecil tanpa
nama)
z. Sub-Sub DAS Riam Kanan
aa. Sub-Sub DAS Riam Kiwa
Dinas PUPR,
Bappeda,
Dinas LH,
Dinas
Pertambangan,
Dinas
Perkebunan,
Dinas
Pertanian
Melindungi,
mempertahankan
dan
memulihkan fungsi
Menetapkan
kawasan
dengan jasa
pengatur air
Program penyusunan
tata ruang
1. Persentase daerah dengan jasa
ekosistem pengatur air tinggi
yang masuk kawasan lindung
Daerah yang memiliki
Jasa Pengatur Tata
Aliran Air dan Banjir
dan pengaturan iklim
1. Dinas
PUPR
2. Bappeda
3. Dinas LH
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 5
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKASI PROGRAM/ KEGIATAN LOKASI PELAKSANA
kawasan-kawasan
dengan
jasa ekosistem
pengaturan air
tinggi.
tinggi sebagai
kawasan
lindung /
konservasi dalam
tata ruang wilayah
Kabupaten Tanah
Bumbu
2. Luas rehabilitasi lahan kritis
semakin menurun
yang tinggi 4. Dinas
Kehutanan
Melindungi dan
membatasi
pemanfaatan
wilayah yang
memiliki
daya dukung tinggi.
Moratorium
perijinan
kegiatan/usaha
yang
berpotensi
menurunkan di
wilayah jasa
lingkungan
tinggi
Program
Pengendalian
Pemanfaatan ruang
Persentase daerah dengan jasa
ekosistem tinggi yang masuk
kawasan lindung
Daerah yang memiliki
Jasa Pengatur Tata
Aliran Air dan Banjir
dan pengaturan iklim
yang tinggi
1. Badan
Perijinan,
2. Dinas
PUPR
3. Dinas LH
4. Dinas
Kehutanan
Membatasi alih
fungsi
lahan pertanian
menjadi
non pertanian dan
membatasi
pengembangan non
pangan pada
wilayah
dengan jasa
lingkungan
penyedia pangan
tinggi.
Memperketat
perijinan
kegiatan/usaha di
daerah yang
memiliki nilai
tinggi untuk
pertanian tanaman
pangan
Program
Pengendalian
Pemanfaatan ruang
Luas lahan pertanian tanaman
pangan dan hortikultura tidak
mengalami penyusutan.
Daerah yang memiliki
Jasa Penyedia Pangan
Tinggi
1. Badan
Perijinan,
2. Dinas
Pertanian
3. Dinas LH
4. Dinas
PUPR
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 6
Tabel 4.2. Rencana Pemanfaatan dan/atau Pencadangan Sumber Daya Alam Berdasarkan Jasa Ekosistem
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Penyediaan serat
3. Penyediaan energi
4. Penyediaan sumber daya genetik.
5. Pengaturan iklim
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
11. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
Hutan
Lindung
1. Dalam kawasan hutan lindung dapat dilakukan kegiatan lain yang bersifat
komplementer/saling melengkapi terhadap fungsi hutan lindung;
2. Dilarang melakukan kegiatan pertambangan pola terbuka di kawasan hutan lindung;
3. Kawasan hutan lindung yang memiliki daya dukung sangat tinggi tidak dapat dialihfungsikan
menjadi peruntukan bukan kawasan hutan lindung;
4. Kawasan hutan lindung yang telah rusak kondisi vegetasi dan lingkungannya, statusnya dapat
diturunkan menjadi kawasan hutan lainnya dan setelah dilakukan proses restorasi dan
rehabilitasi dapat dikembalikan dengan fungsi semula;
5. Pembangunan prasarana wilayah strategis yang melintasi kawasan hutan lindung diizinkan
hanya sebatas jalur lintasan beriringan dengan melakukan proses perubahan peruntukan,
perubahan fungsi kawasan hutan dan/atau proses pinjam pakai kawasan hutan setelah
mendapat rekomendasi dari Bupati berdasarkan pertimbangan teknis dan administrasi dari
BKPRD;
6. Pembangunan sarana dan prasarana wilayah strategis dalam kawasan hutan lindung yang
telah rusak kondisi lingkungannya dan tidak mungkin untuk dikembalikan dengan fungsi
semula diizinkan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati berdasarkan pertimbangan teknis
dan administrasi dari BKPRD;
7. Izin sebagaimana dimaksud diberikan bersamaan dengan proses perubahan peruntukan,
perubahan fungsi kawasan hutan dan/atau proses pinjam pakai kawasan hutan; dan
8. Penggunaan kawasan hutan untuk sarana dan jaringan prasarana wilayah strategis diizinkan
setelah disetujuinya permohonan perubahan peruntukan, perubahan fungsi kawasan hutan
dan/atau pinjam pakai kawasan hutan oleh pihak yang berwenang.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
1. Paling sedikit 30% (tiga puluh per seratus) dari seluruh luas Kesatuan Hidrologis ditetapkan
sebagai fungsi lindung Ekosistem serta terletak pada puncak kubah dan sekitarnya;
2. Dalam hal di luar 30% (tiga puluh per seratus) dari seluruh luas Kesatuan Hidrologis )
ditetapkan sebagai fungsi lindung Ekosistem jika masih terdapat :
a. dengan ketebalan 3 m (tiga meter) atau lebih;
b. plasma nutfah spesifik dan/atau endemik
c. spesies yang dilindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan/atau
d. Ekosistem yang berada di kawasan lindung sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata
ruang wilayah, kawasan hutan lindung, dan kawasan hutan konservasi,
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 7
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
10. Produksi primer 3. Pemanfaatan Ekosistem dilakukan berdasarkan rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem
4. Pemanfaatan Ekosistem dapat dilakukan pada Ekosistem dengan fungsi lindung dan fungsi
budidaya.
5. Pemanfaatan Ekosistem wajib dilakukan dengan menjaga fungsi hidrologis.
6. Dilarang melakukan kegiatan budidaya di kawasan ber yang memiliki ketebalan lebih besar
atau sama dengan 3 (tiga) meter;
7. Kubah yang berada dalam areal usaha yang belum dilakukan budidaya wajib dipertahankan
sebagai Ekosistem dengan fungsi lindung;
8. Kubah yang berada dalam areal usaha yang telah dibudidayakan merupakan ekosistem
dengan fungsi lindung, masih dapat dipanen, dilarang ditanami kembali setelah pemanenan,
dan wajib dilakukan pemulihan; dan
9. Diizinkan membangun prasarana wilayah yang melintasi kawasan ber dengan ketebalan lebih
besar atau sama dengan 3 (tiga) meter sebatas jalur l intasan setelah mendapat rekomendasi
dari Bupati berdasarkan pertimbangan teknis dan administrasi dari BKPRD.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
Resapan Air 1. Dilarang mendirikan konstruksi bangunan yang menghalangi dan memperlambat proses
aliran resapan air kecuali untuk kegiatan penelitian, bangunan pengendali air, sistem
peringatan dini dan untuk kepentingan umum di kawasan resepan air pada kawasan lindung;
dan
2. Kawasan budidaya yang difungsikan sebagai kawasan resepan air dipersyaratkan mempunyai
adanya sumur-sumur resapan air, bahan dan tumbuhan yang mempunyai daya serap air
tinggi, tingkat kerapatan bangunan rendah, terbatas, dan konstruksi bangunan tidak
menghalangi proses aliran resapan air.
Sempadan
Pantai
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya di kawasan sempadan pantai yang termasuk dalam
zona inti wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kecuali kegiatan penelitian, bangunan
pengendali air, dan sistem peringatan dini;
2. Diizinkan melakukan kegiatan budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan tradisional di
kawasan sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas dalam wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil;
3. Diizinkan melakukan kegiatan budidaya sesuai peruntukan kawasan di kawasan sempadan
pantai yang termasuk zona lain dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
4. Dalam penentuan sempadan pantai agar memperhatikan keberadaan perkampungan
nelayan, kawasan pariwisata, kawasan kepelabuhanan/ dermaga dan maritim, kawasan
industri, kawasan pertahanan dan keamanan serta kawasan rawan bencana alam.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 8
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
Sempadan
Sungai
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai di
kawasan sempadan sungai;
2. Dalam kawasan sempadan sungai yang telah terlanjur terjadinya kawasan permukiman agar
dilakukan penataan dan atau revitalisasi yang mendukung kelancaran arus sungai dan keasrian
bantaran sungai dan mengupayakan jalan inspeksi yang ramah lingkungan;
3. Dalam penentuan sempadan sungai agar memperhatikan keberadaan perkampungan,
kawasan pariwisata, kawasan kepelabuhanan/ dermaga dan maritim, kawasan industri,
kawasan pertahanan dan keamanan dan kawasan rawan bencana alam; dan
4. Diizinkan membangun prasarana wilayah sepanjang untuk kepentingan umum secara terbatas
di kawasan sempadan sungai.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
Sekitar
Danau/Waduk
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi danau/waduk di kawasan
sempadan waduk/danau;
2. Diizinkan melakukan kegiatan penunjang pariwisata alam secara terbatas di kawasan
sempadan waduk/danau; dan
3. Diizinkan membangun prasarana wilayah dan utilitas lainnya sepanjang untuk penelitian,
kegiatan penelitian, bangunan pengendali air, dan sistem peringatan dini di kawasan
sempadan waduk/danau.
Sempadan
Mata Air
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air di kawasan sempadan
mata air; dan
2. Diizinkan melakukan kegiatan penunjang pariwisata alam secara selektif dan terbatas dalam
kawasan sempadan mata air masih.
Sempadan
Irigasi
1. Ruang sempadan jaringan irigasi hanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan penggelolaan
jaringan irigasi;
2. Dalam keadaan tertentu sepanjang tidak mengganggu fisik dan fungsi jaringan irigasi, ruang
sempadan jaringan irigasi dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain; dan
3. Keadaan tertentu sebagaimana yang dimaksud di atas dapat berupa pelebaran jalan dan
pembuatan jembatan, pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air
minum, pipa gas, mikrohidro dan kegiatan yang bersifat sosial untuk kepentingan umum.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
Ruang
Terbuka Hijau
1. Ruang Terbuka Hijau dilarang dialihfungsikan;
2. Diizinkan membangun kebun raya beserta fasilitas pendukungnya di lokasi Ruang Terbuka
Hijau;
3. Diizinkan membangun fasilitas pelayanan sosial secara terbatas dan memenuhi ketentuan
yang berlaku di lokasi Ruang Terbuka Hijau.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 9
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
Cagar Alam 1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya di kawasan cagar alam;
2. Diizinkan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
kesadaran konservasi, dan pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk menunjang budidaya
di kawasan cagar alam;
3. Kawasan cagar alam yang telah rusak kondisi vegetasi dan lingkungannya, statusnya dapat
diturunkan menjadi kawasan lindung lainnya dan setelah dilakukan proses restorasi dan
rehabilitasi, dapat dikembalikan ke fungsi semula;
4. Pembangunan prasarana wilayah strategis yang melintasi kawasan cagar alam diizinkan
sebatas jalur lintasan beriringan dengan melakukan proses perubahan peruntukan dan/atau
perubahan fungsi kawasan hutan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati berdasarkan
pertimbangan teknis dan administrasi dari instansi berwenang;
5. Pembangunan sarana dan prasarana wilayah strategis dalam kawasan cagar alam yang telah
rusak kondisi lingkungannya dan tidak mungkin untuk dikembalikan dengan fungsi semula
diizinkan setelah mendapat rekomendasi dari Bupatiberdasarkan pertimbangan teknis dari
instansi berwenang;
6. Izin sebagaimana dimaksud di atas dapat diberikan bersamaan dengan proses perubahan
peruntukan, perubahan fungsi kawasan hutan dan/atau proses pinjam pakai kawasan hutan;
dan
7. Penggunaan kawasan hutan untuk sarana dan jaringan prasarana wilayah strategis diizinkan
setelah disetujuinya permohonan perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan
hutan oleh pihak yang berwenang.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
Suaka
Margasatwa
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya;
2. Dilarang melakukan kegiatan perburuan satwa yang dilindungi undang-undang;
3. Diizinkan melakukan kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam secara terbatas;
4. Diizikan melakukan pembangunan prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan,
dan bangunan pencegah bencana alam;
5. Kawasan suaka margasatwa yang telah rusak kondisi vegetasinya, berkurang dan/atau
punahnya satwa yang dilindungi beserta rusaknya lingkungan wilayah jelajah satwa, statusnya
dapat diturunkan menjadi kawasan lindung lainnya dan setelah dilakukan proses restorasi
dan rehabilitasi dapat dikembalikan dengan fungsi semula;
6. Pembangunan sarana dan prasarana wilayah strategis dalam kawasan suaka margasatwa yang
telah rusak kondisi lingkungannya dan tidak mungkin untuk dikembalikan dengan fungsi
semula diizinkan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati berdasarkan pertimbangan teknis
dan administrasi dari BKPRD;
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 10
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
7. Izin sebagaimana dimaksud di atas dapat diberikan bersamaan dengan proses perubahan
peruntukan, perubahan fungsi kawasan hutan dan/atau proses pinjam pakai kawasan hutan;
dan
8. Penggunaan kawasan hutan untuk sarana dan jaringan prasarana wilayah strategis
diperkenankan setelah selesai dan disetujuinya perubahan peruntukan dan perubahan fungsi
kawasan hutan oleh pihak yang berwenang
Taman Hutan
Raya
1. Dilarang melakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan taman
hutan raya;
2. Kawasan taman hutan raya dilarang dialihfungsikan, kecuali terjadi perubahan fungsi dan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
3. Diizinkan kegiatan pariwisata alam dan pariwisata konvensi sesuai ketentuan yang berlaku;
4. Diizinkan melakukan budidaya lain yang menunjang kegiatan pariwisata; dan
5. Diizinkan membangun prasarana wilayah.
1. Pengaturan tata aliran air dan banjir
2. Pengaturan iklim
3. Perlindungan plasma nutfah (Biodiversitas)
4. Penyediaan serat
5. Penyediaan energi Penyediaan sumber daya
genetik.
6. Rekreasi dan Ecotourisme
7. Estetika Alam,
8. Pembentukan lapisan tanah dan kesuburan
9. Siklus hara
10. Produksi primer
Taman Wisata
Alam
1. Dilarang melakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan taman
wisata alam;
2. Dilarang mengubah bentang alam dan mempengaruhi fungsi kawasan;
3. Diizinkan untuk melakukan penelitian dan kegiatan untuk kepentingan pendidikan; dan
4. Diizinkan melakukan pembangunan prasarana yang mendukung fungsi kawasan.
Pantai
Berhutan
Bakau
1. Dilarang dilakukan reklamasi dan pembangunan permukiman yang mempengaruhi fungsi
kawasan dan merubah bentang alam;
2. Penebangan mangrove pada kawasan yang telah dialokasikan dalam perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk budidaya perikanan dizinkan
sepanjang memenuhi kaidah konservasi; dan
3. Diizinkan melakukan kegiatan penelitian dan wisata alam sepanjang tidak merusak kawasan
pantai berhutan bakau dan habitat satwa liar yang ada.
Cagar Budaya 1. Dilarang mendirikan bangunan di kawasan cagar budaya dilindungi dengan sempadan radius
paling rendah 100 meter; dan
2. Tidak diperkenankan mendirikan bangunan lain, kecuali bangunan pendukung cagar budaya.
Rawan
Bencana Alam
1. Pengembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan rawan
bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code) sesuai
dengan potensi bahaya/bencana alam, serta dilengkapi jalur evakuasi;
2. Kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada kawasan rawan
bencana;
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 11
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
3. Dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang
untuk mengurangi risiko bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini; dan
4. Diizinkan melakukan kegiatan budidaya lain, seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan,
serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi risiko yang timbul akibat bencana alam.
Lindung
Geologi
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya di permukiman kawasan cagar alam geologi;
2. Kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan bencana geologi
harus mengikuti peraturan bangunan (building code) yang sesuai dengan potensi bencana
geologi yang mungkin timbul dan dibangun jalur evakuasi;
3. Pada kawasan bencana alam geologi budidaya permukiman dibatasi dan bangunan yang ada
harus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan rawan bencana alam geologi;
4. Dilarang mendirikan bangunan di kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah, kecuali bangunan yang terkait dengan sistem jaringan prasarana wilayah dan
pengendali air ;
5. Diizinkan melakukan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan secara terbatas di
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan
6. Diizinkan melakukan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan secara terbatas
Lindung
lainnya
1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali sarana dan prasarana yang mendukung kawasan
lindung; dan
2. Sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah yang melintasi kawasan lindung lainnya harus
memperhatikan perilaku flora dan fauna yang berada di dalamnya.
Penyediaan Air Bersih Penyediaan
Air
1. Penyediaan sumber daya air dapat menjamin ketersediaan air baku secara terus menerus
untuk kepentingan pertanian serta perikanan darat terutama pada musim kemarau;
2. Penyediaan sumber daya air dapat menjamin ketersedian air baku untuk kebutuhan air
minum dengan membentuk sistem penyediaan air minum regional melalui pola pipanisasi
dari sumber airnya dengan difasilitasi pemerintah daerah serta kerja sama antardaerah
kabupaten/kota terutama daerah perkotaan maupun perdesaan;
3. Sarana prasarana pengelolaan sumber daya air dapat mengurangi frekuensi, sebaran dan
luasan kejadian banjir melalui kanalisasi, sodetan dan normalisasi sungai terutama pada
musim penghujan;
4. Ketersediaan air tanah pada daerah pertambangan melalui pengadaan sumur-sumur bor dan
void bekas tambang dengan melakukan pola perlakuan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
5. Mempertahankan dan menambah kawasan lindung untuk menjamin ketersedian air pada
daerah yang memiliki bendungan, bendung dan saluran irigasi;
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 12
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
6. Mempertahankan tanaman spesifik daerah rawa dan fisik lahan rawa untuk menjamin
ketersediaan air pada daerah pengairan; dan
7. Dilarang melakukan kegiatan penambangan mineral dan batubara minimal dengan jarak 500
(lima ratus) meter dari lokasi sarana dan prasarana sumber daya air terdekat.
Penyediaan pangan Pertanian
Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
1. Kegiatan pertanian tanaman pangan dan hortikultura pada lahan basah dan lahan kering
dilarang menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian lingkungan,
antara lain penggunaan pupuk yang berlebihan dan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan serta pengolahan tanah yang tidak memperhatikan aspek konservasi;
2. Dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan dan hortikultura lahan basah dilarang
menggunakan sumber air secara boros dan dianjurkan melakukan penghematan air pada
lahan kering melalui teknik konservasi tanah;
3. Mengalokasikan dan menetapkan lahan pertanian pangan dan lahan cadangan pertanian
pangan sebagai upaya perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan pada kawasan-
kawasan pertanian;
4. Melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang berupa lahan beririgasi, lahan
reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut (lebak) dan atau lahan tidak beririgasi dari
alih fungsi lahan;
5. Alih fungsi kawasan pertanian untuk menjadi fungsi sektor pertanian tanaman pangan dan
hortikultura lainnya diizinkan sepanjang tidak mengganggu luasan, sebaran, produksi,
produktivitas komoditas pertanian, sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
mengikuti kaidah-kaidah lingkungan hidup;
6. Pembatasan alih fungsi kawasan pertanian yang ketat untuk menjadi fungsi sektor
nonpertanian lainnya terutama pada kawasan pertanian beririgasi, kawasan tanaman
pertanian spesifik daerah yang disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah, produksi dan
produktivitas dengan deliniasi tata batas yang jelas;
7. Membatasi pemanfaatan/penggunaan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura
sesuai dengan tingkat kesuburan tanah, produksi dan produktivitas untuk menjadi fungsi
sektor nonpertanian lainnya sepanjang jalan arteri primer (jalan nasional) dan kolektor
primer (jalan provinsi)
8. Diizinkan mendirikan bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian;
9. Diizinkan melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, pengembangan dan
pendidikan;
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 13
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN
10. Sebaran dan luasan areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam kawasan pertanian
dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang provinsi dan kabupaten/kota; dan
11. Dilarang melakukan kegiatan penambangan mineral dan batubara minimal dengan jarak
500 (lima ratus) meter dari lokasi areal pertanian tanaman pangan berkelanjutan terdekat.
Tempat tinggal dan
ruang hidup
Kawasan
Pemukiman
1. Diizinkan membangun sarana dan prasarana pendukung kawasan permukiman;
2. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial dan fasilitas umum termasuk
ruang terbuka hijau;
3. Pengalokasian ruang dan penyelenggaraan kawasan siap bangun (kasiba), lingkungan siap
bangun (lisiba), rumah susun milik (rusunami), rumah susun sewa (rusunawa) pada kawasan
permukiman;
4. Pembatasan, perbaikan dan revitalisasi kawasan kumuh pada kawasan permukiman
perkotaan besar dan kawasan metropolitan;
5. Diizinkan melakukan kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya
dengan skala pelayanan lingkungan, sepanjang tidak mengganggu kelangsungan kehidupan
sosial masyarakat;
6. Dilarang membangun kawasan permukiman di dalam kawasan lindung/konservasi dan lahan
pertanian dengan irigasi teknis;
7. Pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman harus sesuai dengan
peraturan teknis antara lain koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, sempadan
bangunan;
8. Arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan lokasinya menyebar
di seluruh wilayah Daerah; dan
9. Dilarang melakukan kegiatan penambangan mineral dan batubara minimal dengan jarak 500
(lima ratus) meter dari lokasi kawasan permukiman terdekat.
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 14
4.2. RENCANA PEMANFAATAN DAN/ATAU PENCADANGAN
SUMBER DAYA ALAM
Kegiatan dari rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi
lingkungan hidup adalah berupaya untuk melindungi sumber daya alam dari kerusakan
serta melakukan pengelolaan kawasan yang sudah ada untuk menjamin kualitas
ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan
baik dan tetap terjaga.
Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi pertanian, pemukiman atau
perkebunan, telah menyebabkan adanya perubahan kondisi iklim mikro. Konversi lahan
hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman, perkebunan oleh masyarakat sekitar hutan
di Kabupaten Tanah Bumbu telah menyebabkan perubahan fungsi hidrologi yang
signifikan, sehingga dapat mengancam keseimbangan dinamik sumberdaya lahan dan
lingkungan.
Terbukanya penutupan lahan akibat pembukaan hutan memberikan konsekuensi
terhadap peningkatan tingkat erosi atau aliran permukaan dalam sistem lahan dan
daerah aliran sungai (DAS). Dalam upaya pemeliharaan dan perlindungan kualitas
lingkungan hidup diperlukan adanya kerja sama antara semua pihak baik oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat umum yang bersifat kolektif atau secara sendiri-
sendiri dengan melibatkan ketiga komponen tersebut. Partisipasi masyarakat dapat
diartikan sebagai suatu usaha terencana untuk melibatkan masyarakat atau pihak-pihak
yang terkait dalam proses pembuatan keputusan (decision making) dalam kaitannya
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Partisipasi masyakarat dapat
mencegah atau menyelesaikan konflik melalui komunikasi dua arah yang terus menerus,
dan menguntungkan berbagai pihak yang terlibat. Mengikutsertakan masyarakat secara
aktif dalam kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup banyak
memberikan keuntungan, di antaranya penelaahan kebutuhan dan masalah lingkungan
yang lebih akurat, meningkatkan kredibilitas perencanaan lingkungan hidup,
teridentifikasinya solusi-solusi alternatif yang dapat diterima secara sosial, dan
menciptakan rasa memiliki atas rencana pengelolaan yang ditetapkan.
Kemitraan juga memiliki beberapa elemen kunci, di antaranya saling pencaya
dan menghargai (compatibility), memberi manfaat bagi semua pihak, wewenang dan
keterwakilan yang sederajad, komunikasi, adaptabilitas, dan integritas dalam rangka
pengembangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Tanah
Bumbu, keterlibatan Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat akan lebih
membantu dalam pengembangan kemitraan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 15
Perguruan Tinggi berperan membantu upaya memahami permasalahan,
pemecahan masalah, dan perumusan kemitraan yang dapat dikembangkan; sedangkan
LSM membantu pelaksanaan kemitraan dengan menjadi fasilitator atau pendamping.
Hal yang penting adalah keterlibatan masyarakat sejak awal secara utuh mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu.
Tujuan perencanaan pemeliharaan dan perlindungan kualitas lingkungan hidup
adalah :
a. Mencegah dan mengendalikan kerusakan lingkungan hidup;
b. Mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan hidup;
c. Menjaga dan meningkatkan kinerja layanan ekosistem; dan
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan kualitas lingkungan
hidup dalam rangka memelihara dan melindungi keberlanjutan fungsi lingkungan.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 16
Tabel 4.3. Rencana Pemeliharaan dan Perlindungan Kualitas dan/atau Fungsi Lingkungan Hidup
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKASI PROGRAM LOKASI PELAKSANA
Meningkatkan dan
memulihkan kualitas
air permukaan
1. Menurunkan beban
pencemaran dari sumber
pencemar yang berasal dari
dunia usaha/kegiatan industri
2. Menurunkan beban
pencemaran dari kegiatan
limbah domestik
1. Inventarisasi dan
identifikasi sumber
pencemar
2. Penetapan daya
tampung pencemaran
air
3. Penetapan baku mutu
air limbah
4. Penyusunan kebijakan
pengendalian
pencemaran air
5. Penetapan prioritas
dan target perizinan
lingkungan yang
berkaitan dengan
beban pencemaran
pembuangan air
limbah ke sumber air
6. Pengawasan
pengendalian
pencemaran air
1. Jumlah sumber
pencemar point source
dan non point source
yang terinventarisasi dan
teridentifikasi.
2. Jumlah sungai yang
ditetapkan daya
tampung pencemaran
air
3. Jumlah sungai yang
diupayakan dijaga dan
diperbaiki kualitas
airnya
4. Jumlah sungai dan
garis sempadannya
yang diupayakan
perlindungannya
5. Jumlah jenis industri
yang ditetapkan baku
mutu lebih ketat dari
baku mutu nasional.
6. Jumlah peraturan di
daerah yang
dikeluarkan
7. Persentasi penurunan
beban pencemaran
sumber air yang
diprioritaskan
8. Jumlah kegiatan/ usaha
yang membuang ke
sumber air yang
diawasi
1. Anak P.Burung
2. DAS Anglai
3. DAS Angsana
4. DAS Bakau
5. DAS Batulicin
6. DAS Batung-Buluh
7. DAS Belanak
8. DAS Buluh
9. DAS Bunati
10. DAS Bunati Kecil
11. DAS Cantung
12. DAS Cuka
13. DAS Dua
14. DAS Dua Laut Kecil
15. DAS Dua Pumpung
16. DAS Godang-Durian
17. DAS Hanau
18. DAS Hanau Kecil
19. DAS Kandang Haur
20. DAS Kintap
21. DAS Kusan
22. DAS Langgawan
23. DAS Loban
24. DAS Panyulingan
25. DAS Samariti
26. DAS Satui
27. DAS Sebamban
28. DAS Segumbang Besar
29. DAS Segumbang Kecil
30. DAS Sei Dua
31. DAS Sei Kecil
32. DAS Sei Kecil Bawah
33. DAS Sepunggur Besar
34. DAS Sepunggur Kecil
35. DAS Serungga
Bappeda
Dinas LH
Dinas PUPR
Dinas Kesehatan
Dinas Pertambangan
Dinas Perindustrian
Dinas Perkebunan
Dinas Kehutanan
Dinas Perijinan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 17
36. DAS Setarap
37. DAS Setarap Kecil
38. DAS Tanah Merah
39. DAS Tanah Merah Satui
40. DAS Terusan
41. DAS Tungkaran Pangeran
42. P.Burung
43. P.Suwangi
44. P.Suwangi Kecil
45. P.Tampakan
46. PM (pulau kecil tanpa nama)
47. Sub-Sub DAS Riam Kanan
48. Sub-Sub DAS Riam Kiwa
Mempertahankan
fungsi hutan sebagai
wilayah pengatur air
dan iklim dengan
luasan yang cukup
dan
proporsional di setiap
Kabupaten/Kota.
1. Mempertahankan dan
meningkatkan luas wilayah
berfungsi lindung, khususnya
wilayah yang berfungsi
memberikan Jasa Pengatur
dan Penyimpan Air
2. Pembangunan Hutan Kota di
setiap ibukota
Kabupaten/Kota
3. Pembangunan ruang terbuka
hijau (RTH)
Program Rehabiltasi dan
Pemulihan Cadangan SDA
1. Persentase luas tutupan
hutan/lahan
2. Luas hutan kota
3. Luas ruang terbuka hijau
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Bappeda
Dinas LH
Dinas PUPR
Dinas Kehutanan
Dinas Pertambangan
Memperbaiki sistem
pengelolaan dan
pemulihan ekosistem
bernilai penting
(Karst,
, mangrove)
1. Melaksankaan rehabilitasi
kawasan hidrologis terutama
lahan bekas kebakaran,
daerah karst, dan mangrove
2. Penghentian (Moratorium)
pemberian ijin usaha di lahan
, karst, dan mangrove
1. Program Rehabiltasi dan
Pemulihan Cadangan
SDA
2. Pengelolaan Ruang Laut
3. Kegiatan Pengendalian
Pencemaran dan
Kerusakan Lahan
1. Luas daerah karst yang
ditetapkan sebagai
kawasan lindung
2. Kawasan yang
ditetapkan peta kesatuan
hidrologis nya
3. Luas lahan yang
ditetapkan sebagai fungsi
lindung
4. Kawasan Mangrove
yang terehabilitasi
5. Lahan yang dipantau
status kualitasnya
meningkat setiap tahun
Daerah Hidrologis
, Daerah
Karst, Daerah
Mangrove
Dinas
Perijinan
Dinas LH,
Dinas Kehutanan,
Dinas Pertambangan,
Dinas Perikanan
Dinas Perkebunan
Dinas Perindustrian
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 18
6. Luas lahan yang rusak di
luar kawasan hutan yang
terpulihkan meningkat
setiap tahun.
Menjaga,
meningkatkan dan
memulihkan fungsi
Daerah Aliran Sungai
prioritas lintas
kabupaten dan
Ekosistemnya.
1. Pembatasan perijinan kegiatan
/ usaha di DAS prioritas
2.Penanaman / Rehabilitasi
Hutan dan Lahan terutama di
lahan kritis
1. Perlindungan,
Rehabilitasi, Pemulihan
dan Konservasi
Cadangan SDA dan LH
2. Pemanfaatan Potensi
Sumber daya Hutan
1. Persentase penurunan
kasus illegal logging
2. Persentase penurunan
kasus illegal minning
3. Berkurangnya luas lahan
kritis
4. Luas lahan kritis yang
direhabilitasi
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas
Perijinan
Dinas Kehutanan,
Dinas Perkebunan,
Dinas Pertambangan,
Dinas LH,
Penerapan instrumen
insentif dan disinsentif
dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
1. Pemberian penghargaan bagi
usaha/kegiatan yang dapat
mengelola lingkungan lebih
dari yang dipersyaratkan atau
inovasi dlm pengelolaan
lingkungan
2. Pengurangan pajak bagi
pelaku usaha/ kegiatan yang
bisa mengurangi beban
pencemaran lingkungan
3. Pemberian sanksi bagi pelaku
usaha/ kegiatan yang
melakukan pencemaran dan
perusakan lingkungan
Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan
Lingkungan
Proper
1. Jumlah kegiatan/usaha
yang mendapat
penghargaan proper
2. Jumlah kegiatan/ usaha
yang mendapat
pengurangan pajak
3. Jumlah kegiatan/ usaha
yang mendapat sanksi
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas Pendapatan,
Dinas LH,
Dinas Pertambangan,
Dinas Perkebunan
Dinas Pertanian
Dinas Perindustrian
Melanjutkan
pengembangan
daerah konservasi
Menetapkan kabupaten sebagai
kabupaten konservasi
Program Perlindungan dan
Konservasi SDA
Jumlah kabupaten sebagai
kabupaten konservasi
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 19
Pemulihan kawasan
bekas tambang, lahan
kritis, dan bekas
kebakaran lahan dan
hutan.
1. Reklamasi dan revegetasi
lahan bekas tambang
2. Rehabilitasi lahan kritis
3. Rehabilitasi areal
1. Program pengelolaan
pertambangan mineral
dan batubara
2. Pengendalian,
Perusakan Lingkungan
Hidup, dan
Pengusahaan Bidang
Pertambangan
3. Program rehabiltasi dan
pemulihan cadangan
SDA
4. Pemulihan Kerusakan
Lahan Akses Terbuka
Pengendalian
1. Persentase Luas Lahan
terganggu yang telah
dilakukan kegiatan
reklamasi oleh
Pemegang IUP dan
PKP2B
2. Luas reklamasi lahan
bekas tambang
3. Luas Lahan terlantar
(abandoned land) bekas
pertambangan yang
difasilitasi pemulihannya
meningkat
4. Prosentase Penurunan
frekuensi terjadinya
kebakaran hutan dan
lahan
5. Persentasi penurunan
jumlah hotspot
6. Persentase penurunan
luas kebakaran hutan
dan lahan
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas Pertambangan,
Dinas Kehutanan,
Dinas Pertanian,
Dinas Perkebunan,
Dinas LH
Memulihkan daerah
daerah
yang
terkontaminasi B3
dan
limbah B3
Rehabilitasi dan pembersihan
(clean up) daerah yang
terkontaminasi Limbah B3
1. Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
2. Pengelolaan Sampah,
Limbah dan B3
3. Kegiatan Pemulihan
Kontaminasi Limbah B3
1. Sistem dan mekanisme
inventarisasi dan
identifikasi lahan
terkontaminasi limbah
B3 tersedia
2. Sistem dan mekanisme
tanggap darurat Limbah
B3 tersedia dan
beroperasi
3. Jumlah limbah B3 yang
terkelola sesuai
peraturan perundangan
meningkat
4. Jumlah tanah
terkontaminasi limbah
B3 terpulihkan
Daerah yang
tercemar B3 dan
Limbah B3
Dinas LH
Dinas Pertambangan
Dinas Perhubungan
Dinas Pertanian
Dinas Perkebunan
Dinas Perindustrian
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 20
5. Lahan terkontaminasi
limbah B3
terinventarisasi dan
teridentifikasi setiap
tahun
6. Lahan terkontaminasi
limbah B3 yang
dipulihkan oleh
penanggung jawab
Usaha/ kegiatan
meningkat setiap tahun
7. Lahan terkontaminasi
limbah B3 yang
difasilitasi pemulihannya
meningkat.
Mempertahankan luas
dan fungsi wilayah
dengan jasa
lingkungan
sumberdaya genetik
dan habitat spesies
tinggi.
Memulihkan, mempertahankan
dan mengendalikan kawasan
habitat dan koridor satwa liar
serta wilayah di sekitar
kawasan konservasi.
Program Perlindungan dan
Konservasi SDA
Luas kawasan konservasi
sumber
daya alam
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas Pertanian
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 21
4.3. RENCANA PENGENDALIAN, PEMANTAUAN SERTA
PENDAYAGUNAAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM
Arahan pengendalian adalah upaya melaksanakan pencegahan dan pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan karena kebijakan, rencana, program dan/atau
kegiatan pembangunan melalui mekanisme penerapan instrument KLHS, tata ruang,
baku mutu lingkungan, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, Amdal/UKL–UPL,
perijinan, instrument ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undang berbasis
lingkungan hidup, anggaran berbasis LH, analisis resiko LH, audit lignkungan hidup, dan
instrument lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
Pengendalian dan pemulihan dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, atau pelaku
usaha sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab.
Arahan pengendalian, pemantauan, dan evaluasi pemanfaatan sumber daya
alam difokuskan pada aspek perijinan, penertiban secara hukum, pemantauan secara
berkala serta pemberdayaan masyarakat untuk ikut menjaga keberlangsungan
lingkungan hidup.
Aspek lainnya yaitu instrumen penegakan hukum lingkungan berdasarkan UU
No. 32/2009 terdiri dari administrasi, perdata, dan pidana. Jika terjadi pelanggaran
baik itu perorangan atau secara bersama, maka pelanggar dapat dituntut mulai dari segi
administrasi, kemudian perdata dan sampai pada pidana.
Penerapan sanksi administrasi tidak membebaskan pelanggar dari tanggung
jawab pemulihan dan pidana (Pasal 78). Penegakan hukum memiliki arti yang luas,
meliputi segi preventif dan represif. Pemerintah juga diharuskan turut aktif dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Lebih jauh, peran masyarakat dalam
penegakan hukum harus ditingkatkan sehingga kegiatan penegakan hukum lebih efektif
dan efisien. Hal ini karena di banyak permasalahan klasik terkait keterbatasan
sumberdaya (SDM dan finansial). Yang penting dilakukan adalah dibuatkan mekanisme
penegakan yang dapat dijalankan bersama antara aparat penegak hukum dan
msyarakat.
Pemantauan secara periodik terhadap kondisi ekosistem perlu dilakukan dalam
rangka evaluasi program-program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Hasil pemantauan dapat digunakan untuk memperbaiki program-program selanjutnya
maupun untuk penanggulangan dan pemulihan kondisi kerusakan lingkungan.
Pemantauan juga dilakukan terhadap pelaksanaan perijinan yang telah dikeluarkan
sebagai dasar untuk memberikan insentif, disinsentif maupun sanksi seperti denda dan/
atau pencabutan ijin.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 22
Kegiatan rencana pengendalian, pemantauan serta pendayagunaan dan
pelestarian sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam
upaya mencegah perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat,
perairan tawar dan laut, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas
lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Tujuan perencanaan pengendalian, pemantauan, pendayagunaan, dan
pelestarian sumber daya alam adalah :
a. Memastikan pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan kriteria pemanfaatan
dan pencadangan sumber daya alam.
b. Mendorong pelaksanaan tindakan-tindakan efisiensi, diversifikasi, dan
peningkatan nilai tambah pemanfaatan sumber daya alam yang diikuti upaya
penyempurnaan terus menerus.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah mewujudkan tata kelola
pemerintahan dalam rangka pengendalian, pemantauan dan pendayagunaan
lingkungan hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 23
Tabel 4.4. Rencana Pengendalian Pemantauan serta Pendayagunaan dan Pelestarian Sumber Daya Alam
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKASI PROGRAM LOKASI PELAKSANA
Mengembangkan sistem
pemantauan IKLH Kabupaten
yang terintegrasi dengan
Pusat dan Provinsi
1. sistem pemantauan
kualitas air sungai -sungai
lintas kabupaten/kota
2. sistem pemantauan
kualitas udara
3. sistem perhitungan
tutupan hutan/lahan yang
akuntabel
Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Hidup
1. Indeks Kualtas air
2. Indeks kualitas udara
3. Indeks tutupan
hutan/lahan
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH
Dinas Kehutanan
Mengembangkan
peraturan dan sistem
penganggaran berbasis
lingkungan hidup.
Penetapan anggaran
lingkungan hidup yang
memadai bagi PPLH dari
APBD
Penyusunan Anggaran
Pendapatan Belanja
Daerah
1. Jumlah Perda/Pergub tentang
Lingkungan Hidup
2. Persentase pembiayaan kegiatan
lingkungan yang dilaksanakan oleh
APBD
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Bappeda
Badan Keuangan
Daerah
Mengembangkan
sistem perijinan lingkungan
hidup.
Penyusunan kajian
sebelum pemberian ijin
lingkungan sesuai daya
dukung dan daya tampung
lingkungan
Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Jumlah perijinan yang
dikeluarkan
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas
Perijinan,
Dinas LH
Penerapan instrumen
ekonomi dalam pengelolaan
lingkungan hidup di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
pengurangan pajak bagi
pelaku usaha/kegiatan yang
mengelola lingkungan lebih
dari yang dipersyaratkan
Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Sharing anggaran antara
Kabupaten/Kota dengan pihak
provinsi
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
Bappeda
Dinas LH Dinas
Pendapatan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 24
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKASI PROGRAM LOKASI PELAKSANA
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Memantapkan koordinasi
antara pemerintah daerah
dalam perencanaan
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup.
membentuk forum
koordinasi perlindungan
dan pengelolaan LH
Koordinasi antar OPD
lingkungan hidup
Forum OPD lingkungan
hidup se - Kalsel
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH
Bappeda
Dinas PUPR
Dinas Pertanian
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas Perindustrian
Mengembangkan
Perangkat pengawasan
sumber dan bahan pencemar
lingkungan.
Meningkatkan peran
pengawas lingkungan
hidup
Program Peningkatan
Sumber Daya Aparatur
Jumlah kegiatan/usaha
yang diawasi
Kabupaten Tanah
Bumbu
Dinas LH
Meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup
1. Pelibatan masyarakat
dalam penyusunan
perencanaan Lingkungan
2. Pemberian penghargaan
bagi masyarakat dan
swasta
Program Kalpataru,
Program Adiwiyata
Saka Kalpataru
Abdi Persada
Lingkungan
1. Jumlah sekolah yang terlibat
dalam program adiwiyata
2. Jumlah Mitra Komunitas dan
Organisasi Masyarakat, Dunia
Usaha, Organisasi Profesi yang
berperan dalam perlindungan
dan pengelolaan LH
Kabupaten Tanah
Bumbu
Dinas LH,
Dinas Pendidikan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 25
4.4. RENCANA ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak
dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi merupakan investasi jangka
panjang bagi kesejahteraan masyarakat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu dan rangka mitigasi.
Perubahan iklim mikro di suatu lokasi dikaitkan dengan keberadaan manusia
(permukiman) di sekitar hutan, akan berpengaruh terhadap perasaan nyaman dan tidak
nyaman bagi penghuninya. Masyarakat, sebagai tingkat kenyamanan sebenarnya
berhubungan dengan kondisi nyata iklim mikro pada kurun waktu tertentu. Pemanasan
global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat jumlah emisi gas
rumah kaca di atmosfir. Efek gas rumah kaca merupakan akumulasi gas rumah kaca hasil
emisi yang memantulkan panas/ energi di atmosfir bumi dengan pantulan tersebut,
sehingga bumi mengalami peningkatan temperatur. Pemanasan global dapat
memberikan dampak terjadinya perubahan iklim global yaitu pada proses penguapan,
pembentukan awan, pola hujan dan kecepatan angin.
Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi pertanian, pemukiman, atau perkebunan,
telah menyebabkan adanya perubahan kondisi iklim mikro, yang lebih mengarah
kepada kondisi kurang nyaman. Perubahan-perubahan yang telah terjadi, juga nampak
jelas ketika melakukan survei lapangan dengan membandingkan tutupan bervegetasi
hutan dengan tutupan vegetasi bukan hutan apalagi tutupan semak belukar. Usaha-
usaha yang dapat dilakukan misalnya dengan program penghijauan dan reboisasi,
peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), penanaman tanaman buah-buahan di
pekarangan rumah penduduk, dan sebagainya. Perubahan iklim mikro yang dipicu oleh
kegiatan konversi hutan, juda dapat berdampah terhadap karakteristik aliran sungai dan
pembentukan lahan kritis.
Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman, perkebunan oleh
masyarakat sekitar hutan di Kalimantan Selatan telah menyebabkan perubahan fungsi
hidrologi yang signifikan, sehingga dapat mengancam kesetimbangan dinamik
sumberdaya lahan dan lingkungan. Terbukanya penutupan lahan akibat pembukaan
hutan memberikan konsekuensi terhadap peningkatan erosi dan aliran permukaan
dalam sistem lahan dan daerah aliran sungai (DAS).
Pengelolaan lahan secara tradisional dan belum adanya penerapan tindakan
konservasi tanah dan air yang dilakukan petani perambah hutan, menyebabkan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 26
terjadinya peningkatan erosi dan aliran permukaan yang sangat drastis pada gilirannya
membawa dampak merugikan yang sangat besar bagi petani (on site effect) dan
masyarakat lain yang dipengaruhinya (off site effect).
Konversi hutan menjadi lahan pertanian dengan tanaman semusim, semak
belukar, dan kebun, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan erosi dan aliran
permukaan yang sangat nyata dan menurunkan fungsi hidrologi DAS. Perubahan
penggunaan hutan menjadi lahan untuk pemukiman menyebabkan infiltrasi air
permukaan berkurang, meningkatkan aliran permukaan, dan pengisian air tanah
menjadi berkurang, termasuk menurunnya debit aliran mata air.
Perubahan pola pemanfaatan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan,
tegalan, dan permukiman akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam
suatu DAS atau sub DAS di Kalimantan Selatan. Selain itu, berbagai aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan rumah tangga,
pertanian, dan perkebunan, akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada
penurunan kualitas air sungai.
Secara umum penyebab kerusakan DAS di Kalimantan Selatan disebabkan oleh
konversi hutan, yaitu berkurangnya tutupan hutan dalam suatu DAS menjadi daerah
perladangan, pertanian, perkebunan rakyat, atau perkebunan swasta, dan juga tidak
sedikit sudah menjadi lahan permukiman. Jika perubahan tutupan hutan menjadi lahan
perkebunan kelapa sawit terjadi, maka dapat menyebabkan erosi di daerah hulu yang
besar, terutama pada awal pembukaan lahan.
Proses pembukaan lahan telah menyebabkan hilangnya tegakan vegetasi yang
menutupi permukaan tanah, sehingga terjadi kehilangan bahan organik lebih cepat dan
kerusakan terhadap struktur tanah. Peluang terjadinya degradasi lahan oleh aliran
permukaan (run off) dan erosi akan semakin besar bila terjadi curah hujan yang tinggi,
kemiringan lereng yang curam, dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya. Kerusakan utama yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah
kemunduran kualitas sifat-sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Kemunduran kualitas
tanah tersebut dapat berupa kehilangan keanekaragaman hayati, unsur hara dan bahan
organik yang terbawa oleh erosi, tersingkapnya lapisan tanah yang miskin hara dan
sifat-sifat fisik yang menghambat pertumbuhan tanaman, menurunnya kapasitas infiltrasi
dan kapasitas tanah menahan air, meningkatnya kepadatan tanah dan ketahanan
penetrasi, serta berkurangnya kemantapan struktur tanah. Hal tersebut pada akhirnya
berakibat pada memburuknya pertumbuhan tanaman, menurunnya produktivitas tanah
atau meningkatnya pasokan yang dibutuhkan untukmempertahankan produksi.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, sangat berbahaya bila terkontaminasi
dengan lingkungan, oleh sebab itu perusahaanperusahaan di Kalimantan Selatan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 27
diwajibkan untuk mengelola Limbah B3 nya dengan baik dan benar. Perusahaan-
perusahaan tambang, perkebunan, pembangkit listrik dan industri besar lainnya dalam
mengelola limbah B3 diatur dengan peraturan khusus, sehingga dalam mengelola,
mendistribusikan dan pemusnahannya memerlukan tatacara dan Standart Operasional
Prosedur tersendiri.
Pengelolaan sampah skala rumah tangga perlu dterapkan dengan melakukan
kegiatan Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R) adalah kegiatan memperlakukan sampah
dengan cara, menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang.
Tujuan Rencana Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim adalah tersusunnya
rencana pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi
terhadap dampak perubahan iklim dan mengurangi penyebab perubahan iklim (Gas
Rumah Kaca) Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan ketahanan dan
kesiapan terhadap perubahan iklim.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 28
Tabel 4.5. Rencana Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKASI PROGRAM LOKASI PELAKSANA
Meningkatkan
efisiensi
pemanfaatan air
dan
mengembangkan
infrastruktur
sistem
penampung dan
distribusi air.
Pembangunan /
Pengembangan teknologi
panen air (embung, dam,
parit, dan sumur serapan)
Program Pengembangan Sarana dan
Prasarana
1. Jumlah Tampungan Air Embung, Situ, Waduk
yang dibangun
2. Persentase Luas Irigasi dan Rawa dalam Kondisi
Baik
3. Persentase Luas jaringan irigasi/rawa yang
dikembangkan
4. Jumlah penyediaan prasarana air baku
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas PUPR
Dinas LH
Dinas
Pertanian
Pengendalian
tata ruang
kawasan
perkotaan secara
komprehensif.
Penyusunan RTRW
berbasis jasa lingkungan
Program Perencanaan
Tata Ruang
1. Persentase kesesuaian Ruang kawasan
perkotaan dengan jasa ekosistem
2. Luas Hutan Kota
3. Luas RTH
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas PUPR,
Bappeda
Dinas LH
Pengembangan
sistem
transportasi
massal yang
ramah
lingkungan.
1. Pengembangan
tranportasi berbahan
bakar gas
2. Mendorong
pengembangan
kendaraan bermotor
yang ramah lingkungan
dan memenuhi standar
emisi gas buang
Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
1. Jumlah moda berbahan bakar gas
2. Jumlah moda yang memenuhi baku mutu
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas
Perhubungan,
Dinas LH
Perlindungan
daerah
pesisir dari abrasi
dan
intrusi air laut.
1. Menetapkan kawasan
perlindungan/ konservasi
mangrove
2. Rehabilitasi hutan
mangrove.
1. Program Pengelolaan dan
Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan
Laut
2. Pengelolaan dan Pengembangan
Konservasi Kawasan dan Jenis
1. Jumlah kawasan konservasi yang dilakukan
upaya perlindungan dan pelestariannya
2. Luas hutan mangrove yang direhabilitasi
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
Dinas
Perikanan,
Dinas PUPR,
Dinas LH
Dinas
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 29
STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKASI PROGRAM LOKASI PELAKSANA
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Kehutanan
Pengurangan
eksploitasi
air tanah.
Pembatasan ijin pembuatan
sumur bor untuk kegiatan
industri
dan pertambangan yang
berpotensi memotong dan
mengurangi air tanah
Program Perlindungan
dan Konservasi SDA
Jumlah sumur bor oleh kegiatn/usaha 1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH,
Dinas PUPR
Pengurangan
dan
pengelolaan
sampah
1. Pengurangan timbulan
sampah melalui 3R
(reduce, reuse, recycle)
2. Perbaikan proses
pengelolaan sampah di
TPA
3. Meningkatan/
pembangunan/
rehabilitasi TPA
4. Pemanfaatan sampah
menjadi produksi energi
yang ramah lingkungan
1. Pembangunan, Peningkatan,
Rehabilitasi, Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana Publik, Aparatur,
Perumahan, Air Minum,
Persampahan dan Limbah
2. Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan
3. Infrastruktur Tempat Pengolah
Sampah Terpadu/3R
4. Pembangunan Infrastruktur
Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah
1. Persentase timbulan sampah yang terkelola
2. Persentase penurunan sampah mencapai 20%
3. Jumlah recycle center skala kota yg terbentuk
dan beroperasi
4. Jumlah recycle center skala kota yang difasilitasi
dan bermitra dengan dunia usaha
5. Jumlah bank sampah yang terbentuk/ terfasilitasi
6. Persentase timbulan sampah sebagai sumber
energi terbarukan
7. Terbangunnya TPST/3R skala komunal
8. Jumlah infrastruktur tempat pemrosesan akhir
sampah
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH,
Dinas PUPR
Pengelolaan
limbah
domestik
1. Peningkatan pengelolaan
air limbah di perkotaan
2. Pemanfaatan limbah
menjadi produksi energi
yang ramah lingkungan
1. Infrastruktur Air Limbah dengan
Sistem Terpusat Skala Kota,
Kawasan dan Komunal
2. Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT)
1. Infrastruktur limbah dengan sistem terpusat skala
kota
2. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
1. Angsana
2. Batulicin
3. Karang Bintang
4. Kuranji
5. Kusan Hilir
6. Kusan Hulu
7. Mantewe
8. Satui
9. Simpang Empat
10. Sungai Loban
Dinas LH,
Dinas PUPR
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu IV - 30
BUPATI TANAH BUMBU,
H. SUDIAN NOOR