PEMERINTAH KABUPATEN

Embed Size (px)

Citation preview

Dirgantara IndonesiaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasBelum DiperiksaArtikel ini tidak memiliki referensi sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa diverifikasi.Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.PT Dirgantara IndonesiaJenis Badan Usaha Milik Negara StrategisIndustri Dirgantara dan PertahananDidirikan 24 Agustus 2000, berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia di BandungKantor pusatBandung, IndonesiaProduk Pesawat komersialPesawat militerKomponen pesawatServis pesawatPertahananTeknik (engineering)Karyawan 3.720 (2004)Situs web www.indonesian-aerospace.comPT. Dirgantara Indonesia (DI) (nama bahasa Inggris: Indonesian Aerospace Inc.) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. DI didirikan pada 26 April 1976dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtaniokemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.Sikumbang, pesawat era NurtanioDirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya. Dirgantara Indonesia pernah mempunyai karyawan sampai 16 ribu orang. Karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Dirgantara Indonesia melakukan rasionalisasi karyawannya hingga menjadi berjumlah sekitar 4000 orang.Pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lain-lain.[rujukan?] Meskipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, DI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007.[1] Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan. [2].Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia. Pada awal 2012 Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan. Selain itu Dirgantara Indonesia juga sedang berusaha menyelesaikan 3 pesawat CN235 pesanan TNI AL, dan 24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER.Selain beberapa pesawat tersebut Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk membangun pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman KFX.Daftar isi[sembunyikan] 1Sejarah awalo 1.1LAPIP 1.1.1Gelatik o 1.2LIPNUR 2Produksio 2.1Pesawat Sayap Tetap o 2.2Komponen pesawat (sebagai sub-kontraktor pabrikanluar negeri)o 2.3Helikopter o 2.4Lainnya 3Direktur Utama 4Pranala luar 5Referensi[sunting]Sejarah awalIndustri Pesawat Terbang Nusantara (1976-2000)Jenis Badan Usaha Milik Negara StrategisIndustri Dirgantara dan PertahananDidirikan 23 Agustus 1976, berdasar akte notaris 15 pada 26 April 1976 di JakartaKantor pusatBandung, IndonesiaProduk Pesawat komersialPesawat militerKomponen pesawatServis pesawatPertahananTeknik (engineering)Karyawan 16.000BJ Habibie, Bapak Industri Pesawat Modern IndonesiaNurtanio, Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia[sunting]LAPIPKependekan dari Lembaga Persiapan Industri Penerbangan diresmikan pada 16 Desember 1961, dibentuk oleh KASAU untuk mempersiapkan Industri Penerbangan yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan nasional IndonesiaSehubungan dengan ini LAPIP pada tahun 1961 menandatangani perjanjian kerjasama dengan CEKOP (industri pesawat terbang Polandia) untuk mebangun sebuah industri pesawat terbang di Indonesia.Kontrak dengan CEKOP: Menbangun gedung untuk fasilitas manufaktur pesawat terbang Pelatihan SDM Memproduksi PZL-104 Wilga under licence sebagai Gelatik[sunting]GelatikPesawat Gelatik diproduksi sebanyak 44 unit,dipergunakan sebagai pesawat pertanian, transpor ringan dan aero-club[sunting]LIPNURPada tahun 1965 Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR kependekan dari Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio untuk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.[sunting]Produksi[sunting]Pesawat Sayap Tetap N-2130 , Proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997 N-250(Tahap uji terbang prototype) NC-212 CN-235 N-219 Sikumbangproduksi era Nurtanio Belalangproduksi era Nurtanio Kunangproduksi era Nurtanio Gelatikproduksi era LAPIP lisensi dari CEKOP Polandia (sekarang dikenal dengan nama PZL)[sunting]Komponen pesawat (sebagai sub-kontraktor pabrikan luar negeri) Komponen sayap dari Boeing 737 Komponen sayap dari Boeing 767 Komponen sayap dari Airbus A320 Komponen sayap dari Airbus A330 Komponen sayap dari Airbus A340 Komponen sayap dari Airbus A380 Komponen sayap dari Airbus A350 [3]

[sunting]Helikopter NBO 105dipergunakan secara luas di Indonesia, lisensi dari MBB Jerman NBK 117 NBell 412lisensi dari Bell Helicopter, AS NAS 330 Pumalisensi dari Aerospatiale, Perancis NAS 332 Super PumaPengembangan dari Puma, lisensi dari Eurocopter, Perancis Tailboom dan fuselage dari EC 725 dan EC 225 [4] [5]

[sunting]Lainnya SUT Torpedo Turbin Uap2 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT. DI)[6] Turbin Uap4 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT. DI)[7][sunting]Direktur UtamaBerikut adalah daftar Direktur Utama IPTN/Dirgantara Indonesia: Jusman Syafii Djamal (2000-2002) Edwin Sudarmo(2002-2005) Muhammad Nuril Fuad(2005-2007) Budi Santoso(2007-sekarang)[sunting]Pranala luar (Indonesia) Indonesian Aerospace[sunting]Referensi1. ^"PT DI Dipailitkan Pemerintah Kasasi", Kompas, 5 September 20072. ^"Pailit PT DI Dibatalkan", Kompas, 25 Oktober 20073. ^http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/08/18/brk,20100818-272162,id.html4. ^http://tekno.liputan6.com/berita/201001/261065/Eurocopter.Pesan.Rangka.dari.PT.Dirgantara.Indonesia5. ^http://visijobs.com/beta/news/detail/2010/01/29/Eurocopter-Perancis-Beri-Order-Besar-Pada-PT-DI6. ^http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=1223297. ^http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/03092913/kilas.ekonomi BandungKronologi Kasus PT Dirgantara Indonesia19 Pebruari 2004TEMPO Interaktif, Jakarta: Pengadilan Negeri Bandung mengabulkan gugatan Serikat Pekerja Karyawan PT Dirgantara, Rabu (18/2). Dengan gugatan ini, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang salah satunya adalah memutuskan ada rasionalisasi karyawan, dibatalkan. Inilah kronologi kasus ini:200311 JuliPT Dirgantara Indonesia ditutup. Keluar SK Dirut Edwin Soedarmo yang merumahkan semua (9.600) karyawan.14 Juli Menaker Jacob Nuwa Wea menyatakan tindakan merumahkan karyawan ilegal.19 AgustusRUPSLB Dirgantara mengukuhkan SK Dirut dan menyetujui PHK 6.000 karyawan. BPPN menjadi pemilik 92,7 persen saham Dirgantara.21 AgustusMenaker minta SK Dirut dicabut.3 SeptemberRatusan karyawan Dirgantara unjuk rasa di Jakarta.OktoberKaryawan Dirgantara hanya menerima 10-25 persen gaji.6 OktoberDirut Dirgantara mencabut SK merumahkan karyawan. Sebagai gantinya, diterbitkan 2 SK baru: permohonan izin PHK 3.900 karyawan yang tidak mengikuti seleksi ulang dan merumahkan sementara 2.600 karyawan yang menunggu hasil seleksi.7 OktoberPTUN memerintahkan pencabutan SK 11 Juli.22 OktoberKaryawan Dirgantara mengajukan gugatan perdata hasil RUPS 19 Agustus 2003 tentang restrukturisasi dan rasionalisasi serta RUPSLB 22 Agustus 2003 tentang dibuat oleh danendro : RadjaBerita Terkait Pengadilan Kabulkan Gugatan Karyawan Dirgantara Karyawan PT DI Menang Serikat Pekerja PT DI Larang Karyawan Ambil Pesangon Pesangon PT DI Dibayar 23 Februari 2004 Tim Advokasi SP-FKK Layangkan Surat Penolakan Berita jawamadura LainnyaUmat Islam Solo Demo Kasus Ambon (Selasa, 27/04/2004 | 16:34 WIB)Ketua DPC PKS Tewas Tertembak di Ambon (Senin, 26/04/2004 | 20:10 WIB)Ribuan Karyawan Wastra Indah Berdemo (Senin, 26/04/2004 | 18:37 WIB)Ketua KPU Jember Diadili (Senin, 26/04/2004 | 17:20 WIB)Hidayat: PKS Tidak Akan Masuk Kabinet (Senin, 26/04/2004 | 14:43 WIB)Puluhan Hektare Sawah di Bojong Genteng Terendam Banjir (Minggu, 25/04/2004 | 19:12 WIB)Texmaco Tidak Bayar Gaji Karyawan (Minggu, 25/04/2004 | 15:55 WIB)Kidang Pananjung Rawan Longsor Susulan (Jum'at, 23/04/2004 | 18:17 WIB)Jalur Selatan Cianjur Lumpuh Total Akibat Longsor (Jum'at, 23/04/2004 | 17:43 WIB)Mabes Polri Tetapkan 8 TO Baru Di Poso (Jum'at, 23/04/2004 | 17:21 WIB)Index Berita penggantian komisaris. 4 NovemberRapat KKSK memutuskan BPPN akan menalangi pesangon karyawan.13 NovemberSidang kabinet terbatas menyetujui PHK 6.600 karyawan. Ditargetkan selesai pada 21 November 2003.1 DesemberPerundingan bipartit karyawan dan manajemen Dirgantara buntu. Depnaker mengambil alih persoalan ini.23 DesemberDirgantara tidak mampu lagi membayarkan gaji karyawan yang terkena PHK. Karyawan memblokir perusahaan.30 DesemberDirut Dirgantara Edwin Soedarmo menolak anjuran Menaker membayar pesangon 2 kali ketentuan UU.200413 JanuariSidang pertama perundingan karyawan dan manajemen Dirgantara di Depnaker gagal.15 JanuariPanitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) meminta manajemen dan karyawan Dirgantara melakukan negosiasi ulang, dan 718 karyawan setuju PHK.29 JanuariP4P meluluskan rencana PHK terhadap 6.600 karyawan. 12 FebruariSerikat Pekerja Dirgantara mengajukan banding atas putusan P4P ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.18 FebruariPTTUN mengabulkan gugatan Serikat Pekerja.23 FebruariPesangon untuk 6.600 karyawan yang diberhentikan sebesar Rp 440 miliar, akan dibayarkan.Kirim Komentar| Baca Komentar buatan danendroEnglish | Japanese | Registrasi | Help | About us copyright TEMPO 2003Kembali ke atasHome | Budaya | Digital | Ekonomi |Internasional |Iptek |Jakarta | Nasional | Nusa| Olahraga | Indikator Majalah | Koran Tempo | Pusat DataBerikut tulisan DR. RizalRamli, saat menjadisaksiahli dalam sidang kasus PHK karyawan PT DirgantaraIndonesia, di PengadilanTinggi NegeriBandung pada hari Senin, 19 Januari 2003.Tulisanini menjadi kenanganbagi karyawandan (terutama) ekskaryawanPTDirgantaraIndonesia yangkini menyebar(dan"bukanlarii")keseluruh penjuru dunia untuk tetap memelihara,meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dibidangnya dan tanggung jawab (paling tidak) buatkeluarga. PT. DirgantaraIndonesia, KorbanPemerintahan Tanpa Visi dan Lemahnya Kepemimpinan De-Industrialisasi dan Peningkatan Pengangguran Kasus PT. Dirgantara Indonesia (DI) merupakan salahsatucontohdari banyakcontohlaintentang ketidakmampuan pemerintahan Megawati menangani berbagai masalah sektor riil yang dihadapi olehbangsaIndonesia. Tidakanehtelah terjadi peningkatan pengangguran selama dua tahun Pemerintahan Megawati.Sebetulnya tingkat pengangguran terbuka telah berkurang dari 40% pada tahun 1998 (puncak krisis ekonomi) menjadi 36,2%padatahun2001. Sejak Pemerintahan Megawati, pengangguran terbuka berbalik meningkat kembali menjadi 40% pada akhir tahun 2003. Peningkatanpenganggurantersebut terjadi karena tidak adanya visi, lemahnya kepemimpinan dan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah konkritdi sektor riil. Fokus utama pemerintah hanyalah pada stabilitas moneter seperti inflasi dan nilai tukar, tetapi mengabaikan penciptaan lapangan kerja dan penyelesaian berbagaimasalah disektor riilseperti industri, pertanian, dsb. Di sektor riil, fokusutama hanyalah penjualan kekayaan negara dan aset ummurryUmari Personal Message Report Abusewarisandari pemerintahsebelumnyaseperti kasus penjualanIndosat yangsangat merugikannegara. Indosat, semula PMA Amerika yangdibeli oleh pemerintahanSoehartodandiubahmenjadiPMDN padaawal tahun1980-an. Sejakitu, Indosat telah menyetor belasan triliun kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak dan dividen. Tanpa dijualpun sebetulnya Indosat akan mampu menyetor US$ 500 juta kepada negara dalam waktu 3 tahun, sama dengan harga penjualan oleh pemerintah Megawati. Penjualan Indosat tersebut sangat murah dansangat merugikannegara. Berbagai penjualan aset warisan yang dijualoleh pemerintah Megawati lebih sering didorong oleh motif mobilisasi sumberdaya untuk kepentingan pribadi dan kelompok.Sehingga tidak aneh selama dua tahun pemerintahanMegawati, kerugiannegarasemakin meningkat, dan terjadiproses deindustrialisasiyang mendorong peningkatan pengangguran. Penghianatan Terhadap Cita-cita Pendiri Republik Indonesia PT Dirgantara Indonesia adalah BUMN yang didirikan berdasarkan cita-cita founding father Republik Indonesia. Dalam pidato pada tahun 1950-an, berjudul"MengGarudalah Bangsaku", Soekarno meminta kesungguhan warga negara Indonesia yang cinta dirgantara untuk menguasai dan mendirikan industri pesawat terbangdi Indonesia. Dengan semangat itu, Wiweko, Nurtanio dll, dengan peralatan seadanya, mendirikan bengkel pesawat terbang dan pesawat terbang kecil. Kemudian Soekarno mendirikan Industri Pesawat Terbang Berdikari pada tahun 1960-an, yang kemudian dikembangkan oleh Soeharto menjadi industri dirgantara dengan nama PT.Nurtanio yang selanjutnyaberubahmenjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Kini oleh anak biologis Soekarno, Megawati, cita-cita generasi ayahkandungnyatersebut danhasil jerih payah, keringat, darah dan airmata putra-putra Indonesia yang cinta dirgantara, kini kandas di tengah jalan.Sebanyak 6.600 karyawan PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara, para engineer dan teknisi yang mempunyai keahlian dan pengalaman belasan tahun, akan diberhentikan karena kepemimpinan yang tidak memiliki visi dan lemahnya kepemimpinan untuk menyelesaikan masalah-masalah konkrit yang dihadapi olehsektorindustri. Sangat menyedihkan, mereka merasa lebih bermanfaat untuk mengadukan nasibnya kepada Gorilla dan Monyet di kawasan Rangunan Jakarta.Karena pemerintah Megawatitidak mampu mencari solusi lainkecuali PHK, padahal adaalternatif lain untuk menyelamatkan PT.Dirgantara Indonesia sehinggabisamenjadi kebanggaanuntukgenerasi mendatang. Penyelamatan PT Dirgantara Indonesia Periode Tahun 2000-2002 Akibat dari krisis ekonomi pada tahun 1998, pemerintah pada saat itu terpaksa menghentikan investasi tambahan yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut dari PT.IPTN, terutama dalamkaitannya dengan investasi pengembangan pesawat N250 yang sangat mahal. Harus pula diakui bahwa sebelumnya, biaya pengembangan dan operasi PT. IPTN sangat boros dan jor-joran terutama terlihat dalam bentuk pembelian peralatan yangserbamahal tetapi tidaktepat guna. Selama kepemimpinanHabibietersebut, banyakinefisiensi terjadi sehingga dapat dikatakan PT. IPTN merupakan suatu industri serba mahal (high-cost aircraft industry), yang tidak sensitif terhadap permintaan pasar. Padahalbanyak kasus di negara lain yangJuga memiliki industri penerbangan yang bekerja dengan prinsip efisiensi dan struktur biaya yang kompetitif seperti industri pesawat di China, India, Korea Selatan, Brazil, dll. Selamatahun1998sampai akhir 1999, PT. IPTN terus mengalami kesulitan likuiditas dan modal kerja yang berdampak pada operasi perusahaan. Sebagai Menko Perekonomian, pada tahun 2000, kami berupaya keras mencari solusi untuk menyelamatkan PT. IPTN. Salah satu pilihan adalah penutupanperusahanseperti yangdianjurkanoleh IMF. Tetapimenurut hemat kami, kerugian finansial bagi negarajikaperusahaan ditutupakan sangat mahal daninvestasi sumber dayamanusiadalam bentuk belasan ribu pegawai yang terdidik dan memiliki keahlian akan hilang sia-sia. Disamping itu, negara kepulauan yang sangat luas seperti Republik Indonesia jelas memerlukan industri penerbangan danmaritimasalkankompetitif dansesuai dengan permintaan pasar. Dengan pertimbangan seperti itu, kami memutuskan untuk tetap mempertahankan PT. IPTN tetapi dengan melakukan perubahan paradigma dari high-cost aircraft industry (industri penerbanganserba-mahal) menjadi competitive-cost aircraft industry (industri penerbangan kompetitif). Pengembangan produktidakbolehdilakukanatasdasar pengaruh kekuasaan Negaraatau (powerapproach).Strategi "technology push" diubah menjadi "market pull".Produksi harus ditentukan berdasarkan analisa permintaan pasar serta kemampuan daya saing. Bukan ditentukan oleh selera managemen yang "hobby dengan teknologi". Perubahan paradigma tersebut diperlukan agar PT. IPTNdapat bertahandanberkembangdikemudian hari. DenganpersetujuanPresidenpadawaktuitu, kami mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mempertahankan visi pendirian industri penerbangan, tetapi mengubah cara kerja dan modus operandi dari industri bersangkutan sesuai denganparadigmabaruyaituindustri penerbanganyangharuskompetitif. Sebagai bagian dari perubahan paradigma tersebut, kamimengubah nama PT. IPTN menjadiPT. Dirgantara Indonesia (PT. DI).2. Menetapkan bahwa periode tahun 2000-2003 sebagaiperiode konsolidasidan survival bagi PT. DI. Jika periode ini dilewati dengan selamat, maka setelah tahun 2004 PT. DI baru dapat memasuki peride pengembangan selanjutnya. Selamaperiodekonsolidasi dan survival perlu dilakukan reorientasi bisnis, restrukturisasi SDM,restrukturisasikeuangan dan peningkatan kinerja perusahaan.3. Dalamrangkareorientasi bisnisperusahaan selama periode konsolidasi, PT DI diminta untuklebihmemfokuskandiri padaproduksi spare parts dan komponen untuk raksasa perusahaan dunia seperti Boeing, Airbus, British Aerospace dll, karena Indonesia kompetitif dalam produksi parts dan komponen. Produksi lainnya hanya dibatasi pada produksi helikopter,pesawat CN-235 dan peralatan pendukung persenjataan.4.Melakukan perombakan direksi dan komisaris dengan kriteria integritas, kepemimpinan, kemampuan teknis, dan dikenal dikalangan industri penerbangan dunia. Kriteria yang terakhir sangat diperlukan karena dalam periode penyelamatan manajemen harus mampu mendapatkan order pekerjaan dari Boeing, Airbus, British Aerospace. Disamping itu, dilakukan pengurangan jumlah direksi dari 9 menjadi 5 orang, dan menunjuk kepala staf Angkatan Udara sebagai Komisaris Utama (Ex-officio).5. Meminta PT. DI diaudit dari segi finansial maupun prospek masa depan. Audit finansial dilakukan oleh Ernst & Young, sementara audit prospek masa depan dilakukan oleh Deloitte Touche.Kesimpulan audit Deloitte Touche adalah bahwa PT. DI memiliki infrastruktur, permesinan dan produk yang mampu dijadikan modal untuk membangun masa depan PT. DI yang lebih baik.6. Melakukan restrukturisasi hutang dan pengurangan beban finansial. Berdasarkan hasil proses due dilligence Ernst & Young dan Deloitte Touche, dan komitmen jajaran Direksi Baru untuk melakukan restrukturisasi perusahaan, rapat Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) yang kami pimpin memutuskan programrestruturisasi hutang, dengan pola "debt to equity swap", hutang PT Dirgantara Indonesia dijadikan Penyertaan Modal Sementara. PTDirgantara Indonesia berubah status, dari Debitur menjadi "anak perusahaan" BPPN. Untuk meningkatkan efisiensi lalu lintas bahan baku dan komponen, serta untuk mengurangi beban biaya untuk produksi pesawat terbang dan helikopter, MenteriKeuangan memberi status Kawasan Berikat kepada PT. Dirgantara. HasilProgram Penyelamatan PT. DI Periode 2000-2002 Pada Mei 2002, Ernst & Young mengeluarkan laporan audit keuangan PT Dirgantara Indonesia untuk tahun buku 2001 - 2002, dengan status wajar tanpa pengecualian. BerdasarkanauditErnst & Young tersebut,terbukti kinerja PT. DI menunjukkan hasil yang menggembirakan, antara lain : 1. Penjualan meningkat dari Rp. 508 milyar pada tahun 1999 menjadi Rp. 689 milyar tahun2000danmeningkat lagi menjadi Rp. 1,4 triliun tahun pada 2001.2. Merubah perusahaan dari keadaan rugi menjadi untung. Tahun 1999 perusahaan mengalami kerugiansebesar Rp. 75milyar, sementara pada tahun 2000 kerugian menurun menjadi Rp. 73 milyar dan pada tahun 2001 kerugian berubah menjadi keuntungan sebesar Rp. 11 milyar.3. Diversifikasi bisnis menghasilkan segmen pasar baruseperti bisnisjasarekayasadan rancang bangun pesawat terbang (Engineering & Technology Services) sebesar 3%, jasapembuatanperangkat lunaksistim antariksa dan teknologi informasi sebesar 5 % dan bisnisrekayasa interior pesawat terbang 0,5 %.4. Penurunan beban biaya produksi seperti diperlihatkan oleh peningkatan efisiensi tenaga kerja. Rasio penjualan per tenaga kerja meningkat dari 66 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 137 juta rupiah pada 2001.5. Kepercayaan pelanggan luar negeri mulai kembali meningkat, ditandai dengan keberhasilan memperoleh kontrak penjualan 2 buah pesawat terbang CN235 versi VVIP untuk digunakan oleh Presiden Korea Selatan, 2 buah pesawat terbang CN235 versi VIP yang akan digunakan untuk pejabat tinggi Kementerian Pertahanan dan Angkatan Udara Malaysia, serta 2 buah pesawat CN 235 untuk Angkatan Udara Pakistan. Disamping itu, PT. DI memperoleh kontrak jangka panjang 10 tahun untuk pembuatan komponen sayap untuk pesawat terbang penumpang terbesar di dunia superjumbo Airbus A380 dari British Aerospace.Selain itu Angkatan Udara Turki juga telah menunjuk konsorsiumkerjasama PT DI dan Thales Perancis untuk mengembangkan pesawat CN235tipepatroli maritim. Demikian juga Pemerintah Iran memberikan kepercayaan kepada tenaga ahli PTDirgantaraIndonesiauntukmengerjakan proyek konversi pesawat terbang Rusia menjadi pesawat kargo untuk operasi pasukan militer. Kinerja PT. DI Periode 1999-2001 (kinerja PT DI. pdf :attach) Berdasarkan audit Ernst & Young (2001) Tampakjelas bahwaupayapenyelamatanPT. DI padaperiode2000-2002berhasil mencapai target perbaikan kinerja perusahaan sepertiterlihat dalam bentuk peningkatan penjualan, kontrak baru, keuntungan operasi dan pengurangan kerugian netto dari Rp. 73 milyar pada tahun 2000 menjadi keuntungan sebesar Rp. 11 miliar pada tahun 2001. Ternyata jika ada visi yang jelas, dan kepemimpinan yang memahami aspek teknis, PT. DI dapat diselamatkan. Komponen yang paling sulit dalampenyelamatan tersebut adalah perubahan budaya kerja perusahaan. Budayaserbamahal, jor-jorantanpa memperhatikanaspekkompetitif sangat sulit untuk berubah. Upaya manajemen untuk memperbaiki budaya kerja tersebut agar berdasarkan prinsip kompentensi dan beban kerja, bukan senioritas ternyata mendapatkan perlawanan dari sejumlah karyawan senior. Manajemen saat itu tidak melakukan sosialisasi yang memadai untuk mengubahbudayakerjadanefisiensi perusahaan. Sementara itu, sebagian tokoh pekerja, tanpa memahami tujuan konsolidasi dan survival perusahaan, menuntut kenaikan gaji pada saat kondisi perusahaan belum terlalu baik. EraPemerintahanMegawati: Kondisi PT. DI Tidak Terus Membaik, Justru Semakin Merosot Perbaikan kinerja PT. DI selama periode konsolidasi dan survival tahun 2000-2002 ternyata tidak berlanjut, tetapi justru sebaliknya, kondisi perusahaan justru semakin merosot. Ini adalah satu contoh bahwa Pemerintahan Megawati, tidak hanya tidakmampumemperbaiki kondisi sektor riil, tetapi justrumembuatnyamenjadi lebihburuk. Sehingga justru semakin meningkatkan pengangguran secara nasional selama dua tahun terakhir. Berikut contoh kebijakan salah kaprah oleh Pemerintah Megawati:1.Penggantianmanajemenpadatahun2002 yang lebih banyak berdasarkan pertimbangan nepotisme ketimbang profesionalisme. ManajemenbaruyangdilantikolehMenteri BUMN sdr. Laksamana Sukardi ternyata tidak memiliki kepemimpinan dan ternyata tidak dikenal di kalangan industri penerbangan dunia sehingga tidak aneh tidak mendapatkan order pekerjaan baru sepanjang tahun 2003.2.Dengan kondisi tanpa order pekerjaan, jelas terjadi kelebihan tenaga kerja sehingga solusi satu-satunya yang dilakukan oleh Direksi yang baru adalah PHK sebanyak 6600 orang. Direksi tidak mampu bekerja dan mendapatkan order pekerjaan, tetapi justru karyawan yang dikorbankan.3.Dalam kondisi banyak PHK seperti itu, Menteri BUMN justru meningkatkan komisaris dari 5 orang menjadi 7 orang.Suatu tindakan yang bertentangan dengan prinsip efisiensi dan rasa keadilan. Di negara-negara lain yang berhasil, justru dilakukan pengurangan jumlah direksi dan komisaris, serta pengurangan gaji direksi selama perusahaan dalam masa sulit. Misalnya,Lee Iacoca,bos perusahaan mobil besar AmerikaChrysler, bersediamenerima gaji hanya US$ 1 pada saat perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan. Dan barukemudianmendapatkanbonussetelah perusahaan kembali mendapatkan keuntungan. Di Jepang sangat biasa bos-bos perusahaan menerima potongan gaji dan fasilitas pada saat perusahaan sulit ketimbang melakukan PHKburuh perusahaan. Prinsip pengorbanan oleh pimpinan tersebut ternyata tidak hanya tidak dilakukan, tetapi Menteri BUMN justru melakukan pemborosan dengan peningkatan jumlah komisaris.4.Jika PHK dilakukan terhadap 6.600 pegawai PT. DI, ternyata biaya pesangon berdasarkan Undang-undangTenagaKerjaakanmenjadi sangat mahal mencapai sekitar Rp. 600 miliar. Biaya yang sebetulnya bisa digunakanuntuk tambahan modal kerja bagi operasi perusahaan. Yang lebih berbahaya lagi, seleksi pegawai yangakandiPHK terutama menggunakan kriteria loyalitas ketimbang keahlian maupun profesionalisme.Dengan profil pegawai yangtersisadi PT. DI seperti itu, sulit diharapkan PT. DI memiliki kemampuan teknis dan profesionalisme untuk menghasilkan pesawat yang reliable dan aman, suatukondisi yangsangat berbahaya dalam industri penerbangan. Dari langkah-langkahsalahkaprahdi atas, sangat jelasbahwaPemerintahanMegawati tidakmemiliki visi, kepemimpinanyanglemahdansarat dengan mis-manajemen, sehingga kinerja PT. DI yang telah mulai membaik pada periode 2000-2002 justru ternyata kembali rusak dan kondisinya semakin merosot.Adalah tidak benar dan tidak adil jika seluruh kesalahan kemudian dibebankan kepada para karyawan dalam bentuk PHK sebanyak 6.600 orang. Padahal PHK bukan satu-satunya solusi bagi PT. DI. Ada cara lain dan alternatif solusi yang akan mampu menyelamatkan PT. DI sehingga dapat menjadi industri penerbangan yang membanggakan bagi generasi mendatang. Pemerintahan tanpa visi, lemahkepemimpinan dan sangatpermisif terhadap korupsi harus segera dihentikan pada PEMILU Oktober 2004 ini. Jika tidak, proses de-industrialisasi akan semakin mengganas, PHK dan pengangguran akanmelonjak, danbanyaklagi aset warisandari pemerintahansebelumnyaakandijual dengan cara obral dan merugikannegaratetapi menguntungkan elit pemerintahan. PT.DI Dapat danHarusDiselamatkan:AdaSolusi Lain Selain PHK Pemerintah seharusnya melanjutkan kembali langkah-langkah penyelamatan PT. Dirgantara Indonesia yang telah dilakukan oleh manajemen periode sebelumnya. Bukan justru menghancurkannya. Aset sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih yang memiliki pengalaman belasan tahun seharusnya menjadi modal dasar bagi upayapenyelamatan PT.DI. PHKhanya dilakukan untuk karyawan yang menolak ikut serta dalam proses konsolidasi dansurvival perusahaan, bukan berdasarkanloyalitastetapi justrukompetensi dan profesionalisme. PT. DI dapat dan harus diselamatkan karena sebagai negara kepulauan yang sangat luas, Indonesia memerlukan industri dirgantara yang kompetitif dan tangguh, baik untuk keperluan komersial maupun pertahanan. Otonomi daerah dan pengawasan terhadap laut dan udara Indonesia maupun transportasi jarak pendek memerlukan transportasi udara yang murah dan efektif.Seandainya mayoritas pegawai PT. DI di PHK, maka investasi sumber daya manusia yangsangat mahal tersebut akan terbuang sia-sia dan akan sangat sulit untuk mendapatkannya kembali pada saat Indonesia memerlukanindustri penerbangan yangmurah dan kompetitif. Kebijakan Pemerintah Megawati dan manajemen PT. DI bahwa solusi satu-satunya adalah melakukan PHK, merupakan kebijakan yang tidak bertanggung jawab.Danhanyasekedar mengalihkantanggung jawab dari Menteri BUMN dan Direksi kepada karyawan. Sangat kontras dengan apa yang pernah dilakukanolehMenteri BUMNTanri Abeng, dalam penyelamatanBUMNyangberhasil karenaadanya visidan kepemimpinan darisdr. TanriAbeng. Pada waktu itu, misalnya, PT. Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan akibat krisis dan mis-manajemen. Sdr. Tanri Abeng melakukan penggantian manajemen, reiorientasi bisnis, restrukturisasi finansial, dan peningkatan kualitas layanan sehingga PT. Garuda Indonesia kembali sehat dan mampu meningkatkan kinerjanya. Demikian juga pada kasus kebangkrutan Bank Bumidaya, BankExim, danBankDagangNegara, Sdr. Tanri Abeng melakukan program penyelamatan dengan apa yang dikenal saat ini sebagai Bank Mandiri. Sdr. Tanri juga berhasil meningkatkan kinerja sejumlah BUMN perkebunan. Seandainya Sdr.Tanri tidak menjalankan tugasnya sebagai MenegBUMN, makadapat dibayangkansaat ini, puluhanribukaryawanGarudamaupunbank-bank BUMNakan mengalami nasibyangsamaseperti karyawan PT. DI. Upaya penyelamatan yang sama kami lakukan pada kasusPLN, yangsaat itumengalami kerugiandan kesulitan keuangan 17 kalilebih besar dariPT. DI. Kerugian kumulatif PT DI dari tahun 1986-2000 adalah Rp.1,98 triliun, sementara kerugian PT.PLN mencapai Rp. 26,9 triliun. Kami memerintahkan kepada PLN untuk melakukan revaluasi aset sekaligus memberikan fasilitas deffered tax payment, debt-equity swap dari sebagian hutang dalam upaya memperbaiki posisi keuangan PLN sehingga menjadi lebih sehat dan kembali memiliki akses kepada perbankan dan pasar obligasi. Dengan revaluasi aset tersebut, aset PLN meningkat dari Rp. 52triliunmenjadi Rp. 2002triliun, danmodalnya meningkat dari -Rp9,1triliunmenjadi +Rp. 119,4 triliun, dengan struktur aset dan modal kuat tersebut PLN memiliki akses untuk mendapatkan modal kerja dari perbankan maupun dari pasar obligasi.Kami jugamelakukan negosiasi denganpemasok listrik swasta agar supayatarif penjualan mereka kepada PLN turun darisekitar US 7 cent per KWH menjadihanya US 4 cent per KWH. Disamping itu, PLN juga diminta untuk mengurangi kerugian transmisi (transmissionloss) yangsaat itusangat tinggi. Dengan berbagai langkah tersebut, PLN dapat diselamatkan sehingga puluhan ribu karyawannya tidak mengalami nasib yang sama dengan karyawan PT. DI.Contoh-contoh di atas menunjukkan, jika Pemerintah cq. MenteriBUMN memiliki visi dan kepemimpinan, banyak masalah sebetulnya dapat diselesaikan yang justru dapat menciptakan lapangan kerja, bukan malah meningkatkan pengangguran dan PHK. Adalah ironis satu-satunya prestasi Pemerintah Megawati dalam sektor riil adalah penjualan dengan obral aset-aset negara yang sangat merugikan kepentinganbangsaIndonesia, tanpakemampuan samasekali untuk menyelamatkan dan meningkatkan nilai tambah aset yang ada. Berikut adalah alternatif solusi penyelamatan PT. DI yang hanya dapat dilakukan oleh suatu pemerintahan yang memiliki visi, kepemimpinan dan tidak korup: 1.Meneruskan perubahan paradigma dari high-cost aircraft industry menjadi competitive aircraft industry dan meneruskan reorientasi bisnis ke arah produksi parts dan komponen, dan produksi helikopter dibawah lisensi (NBO, Nbell, NAS-332, Super Puma), danpesawat kelas CN-235dan NC-212.2.MelakukanpergantianDireksi danmanajemen PT. DI yang jelas-jelas tidak mempunyai kemampuan dan jaringan internasional untuk mendapatkan order pekerjaan (terbukti tidak ada order pekerjaan selama tahun 2003), dan hanya mampu menyalahkan karyawan melalui tindakah PHK. Manajemen yang baru harus memenuhi kriteria integritas, kepemimpinan, kemampuan teknis dan memiliki jaringan internasional. Dengan kriteria tersebut manajemen harus mampumendapatkanorderpekerjaanbaru dari industri penerbangan dunia.3.Mengalihkan rencana dan kontrak pembelian helikopter tempur dari Rusia senilai US$ 70 juta dandari Polandiasebesar US$23jutakepada PT. DI. Pengalihan pekerjaan dan kontrak tersebut cukupuntukmemberikanruanggerak untukpenyelamatanPT. DI. Adalahironisdan sama sekali tidak bertanggung jawab bagi pemerintahan Megawati untuk membeli helikpoter dari RusiadanPolandiapadahal PT. DI memiliki kemampuan untuk membuat helikopter tempur dibawah lisensi fabrikan terkemuka di dunia seperti NBO, Nbell, NAS-332, dan Super Puma.4.Memerintahkan kepada manajemen baru PT. DI untukmelakukandivestasi aset-aset yangtidak terkait langsung dengan kegiatan produksi (non- coreasset) sehinggadapat dijadikantambahan modal kerja perusahaan.5.Melanjutkanrestrukturisasi finansial danutang PT. DI sehingga perusahaan kembali menjadi viablesehinggamemiliki akses kepada sektor perbankandanpasar uanguntukmendapatkan modal kerja tambahan.6.Unit-unit pabrikasi dan permesinan yang berkaitan denganteknologi persenjataandapat disinergikan dengan unit sejenis dari PT PINDAD, PT DAHANA dan PT PAL untuk diarahkan sebagai perusahaan mandiri dalam teknologi persenjataan dan teknologi militer. Dengan langkah ini, program efisiensi dan peningkatandayasainguntukprodukkomersiel dapat ditingkatkan dengan lebihsistimatis dan terencana. Kasus PT. Dirgantara Indonesia (DI) merupakan salahsatucontohdari banyakcontohlaintentang ketidakmampuan pemerintahan Megawati menangani berbagai masalah sektor riil yang dihadapi olehbangsaIndonesia. Tidakanehtelah terjadi peningkatan pengangguran selama dua tahun terakhir Pemerintahan Megawati. Tingkat pengangguran terbuka yang telah berkurang menjadi 36,2% pada tahun 2001, kembali meningkat menjadi 40% selama dua tahun terakhir Pemerintahan Megawati. Peningkatanpenganggurantersebut terjadi karena tidak adanya visi, lemahnya kepemimpinan dan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah konkritdi sektor riil seperti tampak dalamkasus PT. DI. Kinerja PT. DI yang semula membaik pada periode 2000-2002, kembali menjadi rusak dan merosot akibat salah kaprah kebijakan dan manajemen yang tidak kompeten. Indonesia memerlukan kepemimpinan yang visi, lebih efektif dan tidak korup. tanpa itu, berbagai masalah dalam bidang ekonomi, terutama pengangguran dantingkat daya beli rakyat, tidak akan terselesaikan.Indonesia deserves better leader ! DR. Rizal Ramli,Mantan Menko Perekonomian dan Menteri KeuanganSaksi ahliPengadilan Negeri BandungSenin, 19 Januari 2003.Tags: dirgantara indonesiaPrev: Do'a untuk IbundaNext: Kisah 'Pelarian' Para Ahli Dirgantarareply0 CommentsChronological Reverse Threadedaudio reply video replyAdd a Comment Shop Online in the Marketplace Philippines Marketplace Indonesia Marketplace Open a Free Shop 2012 Multiply English About Blog Terms Privacy Corporate Advertise API Help Sitemap Template de Jawa BaratKaryawan PT Dirgantara Indonesia Terima Putusan PHK19 Pebruari 2004TEMPO Interaktif, Bandung: Puluhan karyawan anggota Serikat Karyawan Forum Komunikasi Karyawan (SP-FKK) PT. Dirgantara Indonesia meminta surat keputusan pemutusan hubungan kerja di kantor PT. DI, Kamis siang (19/2). Walaupun kemarin, Rabu (18/2), Pengadilan Negeri Bandung memenangkan gugatan karyawan atas keputusan PHK sepihak kepada 6.600 karyawan, seperti diputuskan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 19 dan 22 Agustus 2003.Ahmad Nawawi, seorang anggota SP-FKK yang mengaku ikut berjuang sejak awal menolak putusan manajemen, terlihat ikut mengurus surat PHK. Menurutnya, putusan pengadilan itu semu. Pasalnya, majelis hakim tidak secara tegas menyatakan agar direksi kembali mengizinkan karyawan yang sudah dipecat, bekerja kembali dan wajib membayarkan gaji sejak Januari 2003. "Itu hanya putusan hiburan," kata Ahmad yang bekerja di unit pesawat N-250 itu.Untuk itulah, Ahmad yang sudah bekerja selama 20 tahun itu, memilih segera mengambil surat keputusan PHK dan mendapat pesangon untuk menghidupi keluarga. Sekarang saya lebih plong, hidup saya terasa lebih tenang dan pasti. Pesangon saya lumayan Rp 85 juta kata ayah 4 orang anak itu.Sementara itu, menurut karyawan lainnya, Kaswan, 35 tahun, hukum di Indonesia tidak memberikan jaminan apapun, termasuk PTUN atau PT TUN yang sekarang sedang memproses putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P). "Apakah kita akan terus menerus membiarkan hidup dalam ketidakpastian, sedangkan ketahanan ekonomi keluarga sudah hampir lumpuh? Pak Arif (Ketua SP-FKK) juga mempersilakan kita ambil uang pesangon," kata Kaswan yang mengaku mendapat banyak tawaran pekerjaan semisal dari perusahaan Aircraft Service di Pondok Cabe Jakarta.Menurut Koordinator Sekretariat PHK Didin Suryana, hingga tengah hari, sudah lebih dari 50 karyawan yang mengambil surat keputusan PHK. "Kendalanya justru banyak surat keputusan yang belum turun dari direksi," katanya.PT. DI mengeluarkan Rp 440 miliar untuk dana pesangon bagi dibuat oleh danendro : RadjaBerita Terkait Kronologi Kasus PT Dirgantara Indonesia Pengadilan Kabulkan Gugatan Karyawan Dirgantara Karyawan PT DI Menang Serikat Pekerja PT DI Larang Karyawan Ambil Pesangon Pesangon PT DI Dibayar 23 Februari 2004 Berita jawamadura LainnyaUmat Islam Solo Demo Kasus Ambon (Selasa, 27/04/2004 | 16:34 WIB)Ketua DPC PKS Tewas Tertembak di Ambon (Senin, 26/04/2004 | 20:10 WIB)Ribuan Karyawan Wastra Indah Berdemo (Senin, 26/04/2004 | 18:37 WIB)Ketua KPU Jember Diadili (Senin, 26/04/2004 | 17:20 WIB)Hidayat: PKS Tidak Akan Masuk Kabinet (Senin, 26/04/2004 | 14:43 WIB)Puluhan Hektare Sawah di Bojong Genteng Terendam Banjir (Minggu, 25/04/2004 | 19:12 WIB)Texmaco Tidak Bayar Gaji Karyawan (Minggu, 25/04/2004 | 15:55 WIB)Kidang Pananjung Rawan Longsor Susulan (Jum'at, 23/04/2004 | 18:17 WIB)Jalur Selatan Cianjur Lumpuh Total Akibat Longsor (Jum'at, 23/04/2004 | 17:43 WIB)Mabes Polri Tetapkan 8 TO Baru Di Poso (Jum'at, 23/04/2004 | 17:21 WIB)Index Berita 6.600 karyawannya. Kepada Tempo News Room Rabu kemarin (18/2), Direktur Utama PT. DI Edwin Soedarmo mengaku sudah mendapat kucuran dana dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), USD $ 27 juta. Jadi soal pembayaran pesangon tidak akan ada masalah. Karyawan akan terima utuh sekaligus. Tidak akan terjadi pembayaran bertahap, katanya sembari menambahkan jumlah karyawan yang sudah memproses PHK sudah lebih dari 1.000 orang. Rinny Srihartini - Tempo News Room Kirim Komentar| Baca Komentar buatan danendroEnglish | Japanese | Registrasi | Help | About us copyright TEMPO 2003Kembali ke atasHome | Budaya | Digital | Ekonomi |Internasional |Iptek |Jakarta | Nasional | Nusa| Olahraga | Indikator Majalah | Koran Tempo | Pusat DataKasus Dirgantara Indonesia, P4P Putuskan BipartitBesar Kecil NormalTEMPO Interaktif, Jakarta: Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) memberikan kesempatan bipartit: serikat karyawan dan direksi PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), untuk menyelesaikan masalah di perusahaan itu. Keputusan ini diambil, lantaran tidak tercapai kesepakatan pada sidang terakhir, di kantor Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), Kamis (15/1) malam, antara direksi PT. DI yang bersikeras melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 6600 orang karyawan dan pihak karyawan yang menilai proses PHK tidak dilakukan secara benar. "Kedua belah harus bernegosiasi. Terserah digunakan atau tidak," kata Sabar Sianturi, Ketua P4 Pusat usai sidang. Kesempatan negosiasi itu diberikan hingga 27 Januari 2004, pukul 12.00 WIB. "Apapun keputusannya, serikat karyawan dan direksi PT. DI harus berikan laporan tertulis. Selesai atau tidak, harus sudah di P4P," kata Sabar. Bila kesempatan negosiasi tidak dilakukan hingga batas waktu yang diberikan, P4P akan langsung mengadakan rapat pleno. Dalam rapat pleno itu juga, keputusan akhir nasib karyawan akan ditentukan. Tentu saja, hasilnya bisa ditolak oleh pihak yang tidak menyetujuinya. "P4P dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara. Bahkan, prosesnya dapat sampai pada tingkat kasasi Mahkamah Agung, bila belum dicapai kesepakatan," kata Sabar.Sebenarnya, kesempatan bipartit telah diberikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jacob Nuwa Wea, pada Desember 2003. Sayangnya, pertemuan tidak dihadiri Serikat Karyawan Forum Kontak Karyawan PT. DI. Hingga akhirnya, Direktur Utama PT. DI, Edwin Soedarmo mengatakan, akan terjadi PHK dan sudah menyiapkan uang pesangon serta dana pensiun. Konstriksivisme sebagai Sumbangan Khazanah Berpikir dalam Menyikapi Rekayasa Kemunduran Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)OPINI | 01 April 2011 | 14:12 Dibaca: 254Komentar: 1NihilBAB I. PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG tanah airkita adalahtanah air kepulauan,tanah air yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dipisahkan satu dari yang lain olehsamudra-samudradanlautan-lautan. tanahair kitainiadalah ditakdirkan oleh Allah SWT terletak antara dua benua dan duasamudra. Makabangsayanghidupdi atas tanahairyang demikian itu hanyalah bisa menjadi satu bangsa yang kuat jikalau iajayabukansajadi lapangankomunikasi darat, tetapi jugadilapangan komunikasi laut dan di dalam abad 20 ini dan seterusnya di lapangan komunikasi udara. (Pidato Ir.Soekarno di Hari Penerbangan Nasional pada tanggal 9 April 1962)Dari cuplikan pidato Ir.Soekarno tersebut tidaklah mengherankan jika cita-cita untuk memiliki perusahaan pesawat terbangsudahdiimpikansejakdulu. Upayauntuk memperkokoh kebangkitan Indonesia dengan teknologi sudah dicitakan sejak belumterpikir mengenai apa dan harus bagaimana juga seperti apa perusahaan tersebut akan dibuat.Pidato Ir. Soekarno mencerminkan betapa pengupayaan pendirian industri pesawat terbang di Indonesia merupakan hal yangharusdilakukan. Indonesiayangsangat dinamisdari keterbutuhan geografisnya membutuhkan sarana penghubung yang canggih. Pesawat terbang adalah salah satunya.Pesawat terbang merupakan salah satu sarana perhubungan yang penting artinya bagi pembangunan ekonomi dan pertahanan nasional, khususnya Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis yang sulit ditembus tanpa bantuan sarana perhubungan yang memadai. Dari kondisi tersebut, muncul pemikiran bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan selayaknya memiliki industri bahari dan industri pesawat terbang/dirgantara. Maka dirintislah kelahiran suatu industri pesawat terbang di Indonesia.Dari tahun1976cakrawalabarutumbuhnyaindustri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia dimulai. Di periode inilah semuaaspekprasarana,sarana, SDM, hukumdanregulasi serta aspek lainnya yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbangberusahaditata. Selainitumelalui industri ini dikembangkan suatu konsep alih/transformasi teknologi dan industri progresifyangternyatamemberikanhasil optimal dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan dalam waktu relatif singkat, 24 tahun.[1]Selama 24 tahun IPTN relatif berhasil melakukan transformasi teknologi, sekaligus menguasai teknologi kedirgantaraan dalam hal disain, pengembangan, serta pembuatan pesawat komputer regional kelas kecil dan sedang.Dalam rangka menghadapi dinamika jaman serta sistem pasar global, IPTN meredifinisi diri ke dalam DIRGANTARA 2000 dengan melakukan orientasi bisnis, dan strategi baru menghadapi perubahan-perubahanyangterjadi.UntukituIPTNmelaksanakan program retsrukturisasi meliputi reorientasi bisnis, serta penataan kembali sumber daya manusia yang menfokuskan diri pada pasar dan misi bisnis.Kini dalammasa survive IPTN mencoba menjual segala kemampuannya di area engineering dengan menawarkan jasa disain sampai pengujian , manufacturing part , komponen serta tollspesawat terbangdannon-pesawat terbang, sertajasa pelayanan purna jual.Pemikiran yang bukan main-main untuk bersikap dan berpandanganpada kenyataanbahwa IPTNtidak lagi sebesar, sejayadansehebatmasanya. Kecurigaanadanyarekayasapada proses kemunduran industri ini sangat kental. Keterkaitan beberapa pejabat atas kemunduran industri ini sangat berpengaruh.Filsafat dalam kontribusinya untuk ilmu pengetahuan menawarkan sebuah pemikiran dari sudut pandang yang konstrukstif.Menjadikanpemikiranyangsangatsubjektifsebagai landasan berpikir.B. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkanlatarbelakangdiatas, makadapatdirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apakah kemunduran IPTN benar merupakan hasil rekayasa?2.Paradigmadenganaliranseperti apayangbisadigunakan dalam menyikapi kasus tersebut?C. TUJUAN PENULISANPerumusan tujuan penulisan merupakan pencerminan arah dan penjabaran strategi terhadap fenomena yang muncul dalampenulisan, sekaligus supaya tulisan yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari tujuan semula. Tujuan penulisan adalah target yang ingin dicapai dalam penelitian, baik sebagai solusi atas masalah yang dihadapi (disebut sebagai tujuan obyektif) maupun sebagai pemenuhan atas sesuatu yang diharapkan (disebut sebagai tujuansubyektif). Olehkarenaitutujuanpenelitianini adalah sebagai berikut:1. Tujuan Obyektif dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:a. untukmengetahui kronologisdari kejadianyangsebenarnya menurut data serta sumber yang ada.b. untukmemberikan sumbanganberpikirdengan cara berpikir menggunakan padigma konstruksivisme2. Tujuan Subyektif dalam Penulisan ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang ditelitiBAB II. TINJAUAN PUSTAKA1. Tinjauan mengenai filsafat dan filsafat hukuma. Pengertian Filsafat1. Secara Etimologis berasal dari kata Philosophia yang terpenggal menjadi philos/filo yang artinya cinta dan sophia/sofa yang artinya kebijaksanaan2. Pengolahan secara ilmiah soal-soal umumyang bertahap dengan alam semesta dan kehidupan manusia (W.Windelband dalam History of philosophy)3. Pengetahuan alami yang diperoleh secara metodis dan disusun secara sistematis untuk memperoleh keterangan/pengetahuan yang mendasar tentang segala sesuatu (De Reeymaker)4. Kumpulan sikap/ kepercayaan, proses,kritik untuk memperoleh gambaran menyeluruh (pengetahuan yang metodis,sistematis dan koheren dengan seluruh kenyataan)b. Pengertian Filsafat Hukum1. Filsafat hukummerupakanfilsafat khusus yang dikenakan pada objek tertentu (hukum).2. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalahcabangfilsafatyaitufilsafattingkahlakuatauetika yangmernpelajari hakikathukum. Dengankatalain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objekfilsafathukumadalahhukum,danobjektersebut dikaji secaramendalamsampai kepadainti ataudasarnya, yang disebut hakikat.[2]c. Soal-soal Pokok FilsafatSoal-soal pokok filsafat melingkupi pertanyaan mengenai Apakah?. Pertanyaan tersebut meluas menjadi:o Apakah asal segala sesuatu?o Apakah hakikat segala sesuatu?o Apakah tujuan dari segala sesuatu?o Apakah kedudukan dalam segala sesuatu?o Apakah norma hidup manusia dalam segala sesuatu?Dari pertayaanseperti itukemudianfilsafatmemiliki cabng yang dikelompokkan dalam ontologi, epistemologi dan metodologi.Ontologi merupakan pertanyaan tentang bagaimana sifat dan bentuk daripada realitas (pertanyaan tentang hakikat)Epistemologi merupakan pertanyaan mengenai bagaimana sifat hubungan subjek dan objek.Metodologi merupakanpertanyaantentangbagaimanacara seseorang untuk menjawab pertanyaan tersebut.2. Tinjauan mengenai paradigma konstruksivismea. Pengertian Paradigma [merupakan suatu sistemfilosofis `payung yang meliputi ontologi, epistemologi, dan metodologi tertentu. Masing-masingnya terdiri dari serangkaian `belief dasar atau worldviewyang tidak dapat begitu saja dipertukarkan dengen belief dasar atau worldview dari ontologi, epistemologi dan metodologi paradigma lainnya serta yang merepresentasikan belief system dasar yang merekatkan si penganut/ pemegang/ pemakai paradigma tersebut pada worldview tertentu][3] Paradigma atau paradigm diturunkan dari kata campuran, gabungan atau amalgamasi dari bahasa Yunani paradeigma. Dalamhal ini paraberarti di sebelah, di samping, di sisi, berdampingan, atau di tepi sedangkan deiknunai atau deigma bermakna melihat atau menunjukkan[4]Dalamkonteks pengertian paradigma yang lebih mencakup sekaligussistematis, padatdanrasional inilahGubadanLincoln menawarkanempat paradigmautama. Keempat paradigmaitu antaralainpositivism, postpositivisme, critical theoryet al, dan construksivism. Keempat paradigma tersebut dibedakan satu sama lain melalui respon terhadap 3 pertanyaan mendasar yang meliputi pertanyaan ontologis, epistemologis dan metodologis.[5]3. Tinjauan mengenai IPTNa. Sejarah Industri Pesawat Terbang di IndonesiaPada tahun 1946, di Yogyakarta dibentuk Biro Rencana dan Konstruksi pada TRI-Udara. Dengan dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono dibuka sebuah bengkel di bekas gudang kapuk di Magetan dekat Madiun. Dari bahan-bahan sederhana dibuat beberapapesawat layangjenisZogling, NWG-1(Nurtanio Wiweko Glider). Pembuatan pesawat ini tidak terlepas dari tangan-tangan Tossin, Akhmad, dkk. Pesawat-pesawat yang dibuat enam buah ini dimanfaatkan untuk mengembangkan minat dirgantara serta dipergunakan untuk memperkenalkan dunia penerbangan kepada calon penerbang yang saat itu akandiberangkatkankeIndiagunamengikuti pendidikan dan latihan. Selain itu juga pada tahun 1948 berhasil dibuat pesawatterbangbermotordenganmempergunakanmesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Era ini ditandai dengan munculnya berbagai club aeromodeling, yang menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio Pringgoadisurjo.[6] Kemudian kegiatan ini terhenti karena pecahnya pemberontakan Madiun dan agresi Belanda.Pesawat rancangan Wi-weko Soepono diberi tanda WEL-X yang dibuat padatahun1948, denganmenggunakanmesinHarley DavidsonSetelahBelandameninggalkanIndonesiausahadi atas dilanjutkan kembali di Bandung di lapangan terbang Andir yang kemudian dinamakan Husein Sastranegara. Tahun 1953 kegiatan inidiberi wadah dengan nama Seksi Percobaan. Beranggotakan15personil, Seksi Percobaan langsung di bawah pengawasan Komando Depot Perawatan Teknik Udara, Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisurjo.[7]Berdasarkan rancangannya pada 1 Agustus 1954 berhasil diterbangkan prototip Si Kumbang, sebuah pesawat serba logam bertempat duduk tunggal yang dibuat sesuai dengan kondisi negara pada waktu itu. Pesawat ini dibuat tiga buah.[8]Si Kumbang, sebuah pesawat serba logambertempat duduk tunggal rancangan Nurtanio Pringgoadisuryo yang diterbangkan pada Agustus 1954Pada 24 April 1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan & Pembuatan berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 68.[9]Setahunkemudian, 1958berhasil diterbangkanprototip pesawat latihdasar Belalang89 yangketikadiproduksi menjadi Belalang90. Pesawat yangdiproduksi sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat. Di tahun yang sama berhasil diterbangkan pesawat oleh raga Kunang 25. Filosofinya untuk menanamkan semangat kedirgantaraan sehingga diharapkan dapat mendorong generasi baru yang berminat terhadap pembuatan pesawat terbang.[10]Sesuai dengankemajuan-kemajuanyangtelahdicapai juga untuk memungkinkan berkembang lebih pesat, dengan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara No. 488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan/LAPIP. Lembagayangdiresmikanpada16 Desember 1961 ini bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbanganyangmampumemberikandukungan bagi penerbangan di Indonesia . [11]Mendukung tugas tersebut, pada tahun 1961 LAPIP mewakili pemerintah Indonesia dan CEKOP mewakili pemerintah Polandia mengadakan kontrak kerjasama untuk membangun pabrik pesawat terbang di Indonesia . Kontrak meliputi pembangunanpabrik, pelatihankaryawanserta produksi di bawahlisensi pesawat PZL-104Wilga, lebih dikenal Gelatik. Pesawat yang diproduksi 44 unit ini kemudian digunakan untuk dukungan pertanian, angkut ringan dan aero club.[12]Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada tahun 1965melalui SKPresidenRI yaitu PresidenSoekarno, didirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP) yang intinya LAPIP serta PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.Pada bulan Maret 1966, Nurtanio gugur ketika menjalankanpengujianterbang, untuk menghormati jasa beliau maka LAPIP menjadi LIPNUR/Lembaga Industri PenerbanganNurtanio. Dalamperkembanganselanjutnya LIPNUR banyak memproduksi pesawat terbang latih dasar LT-200, serta membangun bengkel after-sales-service, maintenance, repair & overhaul.Perjalananini berlanjut dengandidirikannyabanyakhal yang berhubungan dengan pesawat terbang seperti Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang (LAPIP) pada 1960, pendirianbidangStudi TeknikPenerbangandi ITB pada1962, dibentuknyaDEPANRI (DewanPenerbangan danAntariksaRepublikIndonesia) pada1963. Kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya proyek KOPELAPIP (KomandoPelaksanaPersiapanIndustri PesawatTebang) pada Maret 1965. Bekerjasama dengan Fokker, KOPELAPIPtaklainmerupakanproyekpesawat terbang komersial.Sementaraituupaya-upayalainuntukmerintisindustri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera Indonesia yangmembanggakanantaralainadalah B.J. Habibie. Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan Seminar Pembangunan I se Eropa di Praha, salah satu hasil dari seminar tersebut adalah dibentuknya kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.Ketikaupayapendirianmulai menampakkanbentuknya dengannamaIndustri Pesawat TerbangIndonesia/IPINdi PondokCabe, Jakartatimbul permasalahandankrisisdi tubuh Pertamina yang berakibat pula pada keberadaan Divisi ATTP, proyeksertaprogramnya- industri pesawat terbang. Akantetapi karenaDivisi ATTPdanproyeknya merupakan wahana guna pembangunan dan mempersiapkan tinggal landas bagi bangsa Indonesia pada Pelita VI, Presiden menetapkan untuk meneruskan pembangunan industri pesawat terbang dengan segala konsekuensinya. [13]Maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12, tanggal 15 April 1975 dipersiapkan pendirian industri pesawat terbang. Melalui peraturan ini, dihimpun segala aset, fasilitas danpotensi negarayangadayaitu: - aset Pertamina, DivisiATTP yangsemuladisediakanuntukpembangunan industri pesawat terbangdengan aset LembagaIndustri Penerbangan Nurtanio/LIPNUR, AURI -sebagai modal dasar pendirian industri pesawat terbang Indonesia . Penggabungan aset LIPNUR ini tidak lepas dari peran Bpk. Ashadi Tjahjadi selaku pimpinan AURI yang mengenal BJ. Habibiesejaktahun1960an.Denganmodal ini diharapkan tumbuh sebuah industri pesawat terbang yang mampu menjawab tantangan jaman.[14]Tanggal28 April1976 berdasar Akte Notaris No. 15, di Jakarta didirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio denganDr, BJ. HabibieselakuDirektur Utama. Selesai pembangunan fisik yang diperlukan untuk berjalannya programyang telah dipersiapkan, pada 23 Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan industri pesawat terbang ini. Dalam perjalanannya kemudian, pada 11Oktober1985, PT. Industri Pesawat TerbangNurtanio berubah menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN [15].Dari tahun 1976 cakrawala baru tumbuhnya industri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia di mulai. Di periodeinilahsemuaaspekprasarana, sarana, SDM, hukum dan regulasi serta aspek lainnya yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang berusaha ditata. Selainitumelalui industri ini dikembangkansuatu konsep alih/transformasi teknologi dan industri progresif yang ternyata memberikan hasil optimal dalam penguasaan teknologi kedirgantaraandalamwaktu relatif singkat, 24 tahun.[16]CN-235 dan N250, hasil penguasaan teknologi putera-puteri Indonesia yang dirintis BJ. HabibieBAB III. KONTRIBUSI PENULISANPenulisan ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, antara lain:1. Kegunaan Teoritisa. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum tentang aliran dalam filsafat hukumb. Memberikan pemahaman secara konseptual mengenai paradigma konstruksivisme2. Kegunaan Praktisa. Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang sudah diperoleh.BAB IV. METODE PENULISANMetode penulisan karya tulis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data. Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan prosespenelusuranmelalui internet denganmencari datayang terkait. Selainitudilakukanpulapencariandengansudi pustaka yaitu membaca buku yang berkaitan keudian mengambil intisarinya untuk dituangkan kembali dalam tulisan ini.Setelahpenemuandatadilakukan. Hasil pemikirantersebut diolah dan disesuaikan dengan analisa penulis yang bersifat sangat subjektif. Penggunaan kerangka berpikir dalamberparadigma menjadikan pengaruh yang signifikan dalam proses penulisan.BAB V. PEMBAHASANA. RekayasaNyataDalamKemunduranIndustri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)PT Dirgantara Indonesia adalah BUMN yang didirikan berdasarkancita-citafoundingfather RepublikIndonesia. Dalam pidato pada tahun 1950-an, berjudul MengGarudalah Bangsaku, Soekarno meminta kesungguhanwarga negara Indonesia yang cinta dirgantara untuk menguasai dan mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia. Dengan semangat itu, Wiweko, Nurtanio dll, dengan peralatan seadanya, mendirikan bengkel pesawat terbang dan pesawat terbang kecil. Kemudian Soekarno mendirikan Industri PesawatTerbangBerdikari padatahun1960-an, yangkemudian dikembangkanolehSoehartomenjadi industri dirgantaradengan nama PT. Nurtanioyang selanjutnya berubahmenjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).[17]Akibat dari krisis ekonomi pada tahun 1998, pemerintah pada saat itu terpaksa menghentikan investasi tambahan yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut dari PT. IPTN, terutama dalam kaitannya dengan investasi pengembangan pesawat N250 yang sangat mahal. Harus pula diakui bahwa sebelumnya, biayapengembangandanoperasi PT. IPTNsangat boros dan jor-joran terutama terlihat dalambentuk pembelian peralatan yang serba mahal tetapi tidak tepat guna. Selama kepemimpinan Habibie tersebut, banyak inefisiensi terjadi sehingga dapatdikatakanPT. IPTNmerupakansuatuindustri serbamahal (high-cost aircraft industry), yang tidak sensitif terhadap permintaan pasar. Padahal banyak kasus di negara lain yang juga memiliki industri penerbangan yang bekerja dengan prinsip efisiensi danstruktur biayayangkompetitif seperti industri pesawat di China, India, Korea Selatan, Brazil, dll[18]Perbaikan kinerja PT. DI selama periode konsolidasi dan survival tahun2000-2002ternyatatidakberlanjut, tetapi justru sebaliknya, kondisi perusahaan justru semakin merosot. Ini adalah satucontohbahwa PemerintahanMegawati, tidak hanya tidak mampu memperbaiki kondisi sektor riil, tetapi justru membuatnya menjadi lebih buruk. Sehingga justru semakin meningkatkan pengangguran secara nasional selama dua tahun terakhir.[19]Berikut contoh kebijakan salah kaprah oleh Pemerintah Megawati:1.Penggantianmanajemenpadatahun2002yanglebih banyak berdasarkan pertimbangan nepotisme ketimbang profesionalisme. Manajemen baru yang dilantik oleh Menteri BUMN sdr. Laksamana Sukardi ternyata tidak memiliki kepemimpinan dan ternyata tidak dikenal di kalanganindustri penerbangandunia sehingga tidak aneh tidak mendapatkanorder pekerjaan baru sepanjang tahun 2003.2.Dengan kondisi tanpa order pekerjaan, jelas terjadi kelebihan tenaga kerja sehingga solusi satu-satunya yang dilakukan olehDireksiyangbaruadalahPHKsebanyak6600orang. Direksi tidakmampubekerjadanmendapatkanorder pekerjaan, tetapi justru karyawan yang dikorbankan.3. Dalamkondisi banyakPHKseperti itu, Menteri BUMNjustru meningkatkan komisaris dari 5 orang menjadi 7 orang. Suatu tindakan yang bertentangan dengan prinsip efisiensi dan rasa keadilan. Di negara-negaralainyangberhasil, justrudilakukan pengurangan jumlah direksi dan komisaris, serta pengurangan gaji direksi selama perusahaan dalam masa sulit. Misalnya, Lee Iacoca, bos perusahaan mobil besar Amerika Chrysler, bersedia menerima gaji hanya US$ 1 pada saat perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan. Dan baru kemudian mendapatkan bonus setelah perusahaan kembalimendapatkan keuntungan.DiJepang sangat biasabos-bos perusahaanmenerimapotongangaji dan fasilitas padasaat perusahaansulit ketimbangmelakukanPHK buruhperusahaan. Prinsippengorbananolehpimpinantersebut ternyatatidakhanyatidakdilakukan,tetapiMenteriBUMNjustru melakukan pemborosan dengan peningkatan jumlah komisaris.4. JikaPHKdilakukanterhadap6.600pegawaiPT.DI, ternyata biayapesangonberdasarkanUndang-undangTenagaKerjaakan menjadi sangat mahal mencapai sekitar Rp. 600 miliar. Biaya yang sebetulnya bisa digunakan untuk tambahan modal kerja bagi operasi perusahaan. Yanglebihberbahayalagi, seleksi pegawai yang akan di PHK terutama menggunakan kriteria loyalitas ketimbang keahlian maupun profesionalisme. Dengan profil pegawai yang tersisa di PT. DI seperti itu, sulit diharapkan PT. DI memiliki kemampuan teknis dan profesionalisme untuk menghasilkan pesawat yang reliable dan aman, suatu kondisi yang sangat berbahaya dalam industri penerbangan.[20]Dari kondisi-kondisi seperti itu keterpurukan atas IPTN diberikan kesan dibiarkan terjadi. Kemundurannya menjadi hal yang sulit diprediksikanmengingat kebanggaanyangtiadataraatas kehebatan dirgantara Indonesia.Keterlibatan IMF yang sengaja membiarkan IPTN hampir mengalami kebangkrutan bukan hal yang sulit dipercaya. Saran IMF agar memberhentikan IPTN menambah kesan bahwa rekayasa atas kemunduran IPTN benar terjadi.Kekhawatiran asing dengan kemajuan Indonesia menjadi alasan yang rasional mengapa IPTN harus dimundurkan dari kancah kebanggaan Internasional. Mengeliminasi IPTN sebagai perusahaan yang direkomendasikan merupakan tujuan besar agar pasaran asingtidakmendapatpesaingyangberarti.Sistemkapitalisatas monopoli lalu lintas perdagangan dunia bukan hal mustahil.B. Pandangan Konstruksivisme Dalam Menyikapi Kemunduran Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)Realitas atas apa yang dijadikan objek dari sebuah pemahaman merupakankunci utamauntukbersikapsampaiseterusnya.Cara berpikir yang menyeluruh menentukan suatu kayakinan yang konsisten.Paradigma yang dijadikan iman dalam bersikap adalah keseluruhan komponen set yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Karenamerupakanset yangsudahdibungkusmakauntuk dipertukarkan satu sama lain adalah kemustahilan.Guba dan Lincoln dalam kontribusinya memahami filsafat memberikantigapertanyaanmendasaruntukdijadikanindikator keteguhan suatu paradigma. Tiga pertanyaan itu meliputi ontologi, epistemologi danmetodologi.Dari pertanyaanitulahsuatualiran atas paradigma dikelompokkan.Dalam hal ini, konstruksivisme berpikiran bahwa ontologi adalah relativismeyangrealitasnyamajemukdanberagamberdasarkan pengalamansosial individual, lokal danspesifik. Epistemologinya yangtransaksional/ subjektivismendasarkanbahwapeneliti dan objek investigasi terkait secara interaktif, temuan tersebut diciptakan atau lebih tepatnya dikonstruksikan. Dengan metodologi hermeneutikal/ dialektikal dimana konstruksi tersebut ditelusuri melaluitransaksi antara peneliti dan objek investigasi.Keterkaitannya dengan kemunduran IPTN yang sangat disayangkan menambah wawasan pengetahuan bahwa sebuah pemikiran dengan jalan keteguhan berparadigma adalah suatu pandangan yang sangat membantu. Dalamperkara tersebut sebuah proses menskonstruksikan kebenaran yang ada dapat dimulai dari pemahaman tentang latar belakang apa yang sebenarnya ditujui oleh IPTN (selanjutnya akan penulis sebut dengan PT. DI).Kemajuan Indonesia yang mencenangkan lewat pendirian PT. DI merupakansuatukebanggaanyang tidak bisa dinafikkan lagi. Menjadi satu-satunya negara di kawasan asia tenggara yang memiliki perusahaan kedirgantaraan adalah ancaman bagi negara lain yang bergantung pada pasar untuk Indonesia.Kebangkitan perusahaan domestik yang turut membantu kemajuanIndonesiatidakdisambutbaiksemuapihak. Beberapa pihak yang memiliki kepentingan merasa disaingi dengan kemajuan yang dirintis oleh putra putri terbaik negeri ini. Kemunduran atas sesuatu yang seharusnya tidak terjadi menjadi pertanyaan mendasar mengenai kenapa hal tersebut bisa terjadi. Melihat niat suci pendirianPT.DI didasarkanataskeinginanyangkuatuntuk memajukan bangsa dan negara tercinta.Munculah suatu kemungkinan atas rekayasa yang disengaja untuk menjadikan PT. DI sebagai maskot ketidakmampuan rakyat Indonesia atas pengusaan teknologi tinggi dan lainnya. Keterbelakangan atas pengetahuan menjadi kambing hitam kemunduran PT.DIBumbu KKN yang melekat pada tahun-tahun kepengurusan para direksi dan organlainnya menjadi bukti nyata ketidakseriusan pemerintahdalammempertahankanhargadiri bangsa. Jabatan struktural menjadi gengsi tersendiri tanpa memikirkan tujuan sesungguhnya.BAB VI. PENUTUPA. KESIMPULANAda lima faktor menonjol yang menjadikan IPTN berdiri, yaitu : ada orang-orang yang sejak lama bercita-cita membuat pesawat terbang dan mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia; ada orang-orang Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi membuat danmembangunindustri pesawat terbang; adanyaorangyangmenguasai ilmupengetahuandanteknologi yang berdedikasi tinggi menggunakan kepandaian dan ketrampilannya bagi pembangunan industri pesawat terbang; adanya orang yang mengetahui cara memasarkan produk pesawat terbang secara nasional maupun internasional; serta adanya kemauan pemerintah.[21]Kontribusi filsafat dalam keteguhan berparadigma menjadi sumbangan ilmu pengetahuan. Berprinsip atas suatu kasus dengan menggunakancaraberpikir yangterstruktur adalahjalankeluar yang bijaksana.Rekayasa kemunduran PT. Dirgantara Indonesia membuka pikiran untuk merenunginya secara mengakar. Sebuah fakta yang dikonstruksikandengan rapi menjadiakankeyakinan bahwa aliran konstruksivisme berperan mendetail dalamproses pemahaman secara jelas suatu perkara.B. SARANPenyehatan yang dilakukan dengan terstruktur dan sistematis menjadi jalanyangurgent bagi keberlangsunganPT. Dirgantara Indonesia. Keterbukaan arus informasi atas aset kebanggaan milik rakyat Indonesia adalah keterbutuhan yang mendesak.Penyeragaman cita-cita akan unifikasi kemajuan negara merupakan niatluhuryangharusditanamsekokohmungkin. Kerjasamadan saling membantu adalah komplementer yang berkaitan.Keutuhan NKRI harus dijaga dengan terus menerus dan konsisten. Pemanfaatan PT. DI sebagai sarana pemasok yang relevan baiknya dimanfaatkandenganbaik. Hargadiri bangsamerupakanharga mati. Intervensi yang mengorbankan rakyat adalah sebuah pikiran dangkal.Keluardari ketergantunganpengaruh asing adalah jalan keluar.DAFTAR PUSTAKA Erlyn Indriarti, Diskresi dan paradigma,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010) http://www.genderang- angkasa.110mb.com/sejarahdirgantaraindonesia.html http://wartapedia.com/edukasi/pustaka/1471-sejarah-penerbangan-indonesia.html? showall=1 http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/02/biografi-bj-habibie-bapak-teknologi- dan-demokrasi-indonesia/2/ http://id.wikipedia.org/wiki/Dirgantara_Indonesia Abdul Ghofur Anshori,Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006)[1] http://www.genderang-angkasa.110mb.com/sejarahdirgantaraindonesia.html[2] Abdul Ghofur Anshori,Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006) halaman 3[3] Erlyn Indriarti, Diskresi dan paradigma,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010) halaman 4[4] Erlyn Indriarti, Diskresi dan paradigma,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010) halaman 13[5] Erlyn Indriarti, Diskresi dan paradigma,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010) halaman 19[6] http://www.genderang-angkasa.110mb.com/sejarahdirgantaraindonesia.html[7] ibid[8] ibid[9] ibid[10] ibid[11] ibid[12] ibid[13] ibid[14] ibid[15] ibid[16] ibid[17] tulisan DR. Rizal Ramli, saat menjadi saksi ahli dalam sidang kasus PHK karyawan PT Dirgantara Indonesia, di Pengadilan Tinggi Negeri Bandung pada hari Senin, 19 Januari 2003.[18] ibid[19] ibid[20] ibid[21] http://www.genderang-angkasa.110mb.com/sejarahdirgantaraindonesia.html Laporkan Tanggapi Beri NilaiooooKOMENTAR BERDASARKAN : Deyesiana1 April 2011 14:35:180zzzzz..zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzSukaBalas |Tulis Tanggapan Anda REGISTRASI | MASUKFull NameEmail TEREKOMENDASIDiduga Ibu Obama Ikut Menjatuhkan Soekarno Agus SutondoAbraham Kena Perangkap Djohan SuryanaBenarkah Polisi Segan dengan Dosen, Tentara dan Choirul HudaKPSI, Penyelamat yang Rela Indonesia Dihukum FIFA Fajar ZWanita Mengatur Pria, Pantaskah? Auda Zaschkya INFO & PENGUMUMAN LETTERS TO KOMPASIANA INDEX Pemenang iB Blogshop Negeri 5 Menara Hak Jawab Manulife Indonesia terhadap Pemenang Kompasiana-HelloFest8 Essay TERAKTUALKPK dan Extra Ordinary Crime Wanita Mengatur Pria, Pantaskah? Data dan Fakta Seputar Seks dari Negara-negara di Malaysia MemangSelangkah Lebih Maju dari Indonesia Kriminalisasi dan Diskriminasi terhadap TKI Hanya Ada di INSPIRATIFBERMANFAATMENARIKSubscribe and Follow Kompasiana: Menyongsong Pengadilan HISenin, 6 September 2004 - 2:29 WIBShare :ShareinShareKasus PHK ribuan karyawan PT Dirgantara Indonesia (DI) masih belum hilang dalam ingatan kita. Ribuan karyawan yang menolak di-PHK secara spartan melakukan berbagai perlawanan untukmemperjuangkannasibmereka. Merekagigihmelakukandemodi Jakartadandi kantor pusat PT DI di Bandung. Beberapa kali mereka dalam rombongan besar naik mobil dan motor serta tidur di taman kota Jakarta. Perjuangan para karyawan itu memang tidak sepenuhnyaberhasil. Merekaharusmenerimakenyataanuntukdi PHK, sebagiankarena lelah dan sebagian karena keterdesakan ekonomi yang mengharuskan mereka untuk menerima uang pesangon.Perdebatanyangterjadi dalamkasusPTDI antarapihakperusahaandengankaryawan adalah contoh klasik perselisihan ketenagakerjaan di Indonesia. Masing-masing pihak menyampaikanargumentasi sesuai denganpemahamandanaspirasi mereka. Perusahaan menilai mereka adalah karyawan yang tidak produktif dan bermasalah. Sementara, karyawan menilai perusahaan telah bertindak semena-mena. Upaya Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea untuk menengahi kedua pihak juga tidak membuahkan hasil.Suprastruktur pemerintah menghadapi kasus-kasus perburuhanterbukti tidak bisa bekerja cukup adil di mata pihak-pihak yang berselisih. Apalagi, bila perselisihan industrial itu terjadi di BUMN, di mana di satusisi pemerintahbertindak sebagai regulator danpembuat kebijakandi bidangketenagekerjaan(Depnakertrans) dandi sisi lainbertindaksebagai pemegang saham perusahaan (Depkeu) dan pembina manajemen (Menneg BUMN). Situasi yangdilematispunterjadi. Menyediakanpesangonyangterlalubesarakanmemberatkan pemerintah. Namun, memberi pesangon yang kecil dianggap tidak pro kepada rakyat kecil.DayadukungpimpinanDepnakertrans terhadapperselisihanketenagakerjaandi BUMN selamaini relatifterbatas. BUMNtidaktundukpadasistemperundang-undangantenaga kerja. Akibatnya, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (P4) baik di tingkat daerah (P4D)maupundi tingkat pusat (P4P)tidakbisamenangani kasus-kasusperselisihandi lingkungan BUMN.Pernah ada yang mengadu ke Depnakertrans, lantas kami dipanggil P4D. Setelah kami jawab bahwaMerpati sebagai BUMNtidaktundukterhadapUUyangberlaku, sidangakhirnya ditutup. KalaumaudiajukanharuskePengadilanUmum,tuturTommyDjumars, SH., Human Resources Planning Officer Merpati Nusantara Airlines. UU yang menyebutkan, P4D dan P4P bisa menangani perselisihan sepanjang BUMN itu tunduk. Kenyataannya, kebijakan politikpemerintah(Depnakertrans)sangatmewarnaikeputusanyangdiambildiP4Ddan P4Pselamaini.UpayamemenangkankaryawandalamperadilanP4DdanP4P,misalnya, dinilai pengusaha hanya sebagai bagian dari kebijakan populis pemerintah.Kebijakan pemerintah bisa saja berubah bila tujuannya untuk menenangkan investor asing yang sudah berinvestasi maupun mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Itusebabnya, DirekturPTGemaMudaPerantamaSaiful S. Doeana, menilai Pemerintah berperan penting untuk mengawasi perusahaan dan tenaga kerja sehingga bisa menghasilkan kebijakanyangbenar-benar adil. Sebab, tidakselamanyaperusahaanbenar, dantidak selamanya pula pekerja benar, tambah pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan konsultansi SDM itu.JALAN BERLIKUMekanisme penyelesaian perselisihan perburuhan di Indonesia memiliki riwayat yang cukup berliku. Pada mulanya berlaku UU 22 Tahun 1957, yang menegaskan bahwa keputusan P4P bersifat final. Kalau ada hambatan dalam eksekusi keputusan P4P, maka Pengadilan Negeri akan memberikan viat eksekusi (persetujuan untuk melaksanakan keputusan P4P). Kemudian muncul UU No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta.Karena banyak sekali perundang-undangan dan peraturan yang tidak sesuai dengan perkembanganjaman, makalahirlahUUNo.25Tahun1997sebagai pengganti UUyang sebelumnyaberlaku. Menurut Purbadi Hardjoprajitno, SH, salahsatutokohpengacara ketenagakerjaansenior, kelahiranUUNo. 25 itumendapat reaksi keras dari berbagai kalangan sehingga pelaksanaan UU itu ditunda dan harus diganti dengan UU yang baru. UU itu dikritik tidak membela kepentingan buruh, penuh kolusi, dan sebagainya.Dalam pada itu, lahirnya UU tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) yaitu UU No. 5 tahun1996menyebabkankeputusanP4Ptidaklagi bersifat final. MeskipunhakimP4P berjumlah 15orang(masing-masing 5orangmewakilipemerintah,pengusaha,danserikat pekerja), denganketuanyaberasal dari Depnakertrans, keputusanP4Ptidaklagi bersifat final. KeputusanP4Pdianggapkeputusanpejabatnegara, sehinggasalahsatupihakyang tidak menerima keputusan P4P bisa menggugat di PTUN.SabarSianturi,TimAsistensiMennakertrans/KetuaP4P,mengatakanprosespenyelesaian sengketa perburuhan menjadi panjang dengan adanya PTUN itu. Padahal, tuturnya, pasal-pasal UU tentang PTUN tidak menyebutkan keputusan P4P adalah keputusan pejabat negara. Hal ituhanyaadadi kolompenjelasan. Makanya, bisadigugat olehpihak-pihakyang dirugikan.Menurut pengalamannya, biasanyayangmerasadirugikanadalahpengusaha karena harus mengeluarkan uang untuk membayar karyawannya.Selanjutnya, bila PTUN memberikan sebuah keputusan, PTUN akan memerintahkan lagi P4P untukmembuatkeputusanbaru. Repotnya, P4Pbisasajatidaksetujudengankeputusan PTUNitukarenamemiliki pertimbangansendiri sehinggamasalahnyajadi panjangdan makan waktu.Selain itu, ada beberapa kritik lain terhadap mekanisme penyelesaian P4D dan P4P. Pertama, karenaP4DatauP4Pitumenjadi organdi bawahDepnakertrans, makasedikit-banyak keputusan-keputusan yang dihasilkan tergantung dari selera pemerintah. Sebagai contoh, era reformasi mengharuskan pemerintah untuk bertindak populis, sehingga bandul keberpihakan mengayun ke arah pekerja. Keberpihakan ini tidak menjadi soal bila pengusahanya yang nakal, namun akan menjadi masalah bagi perusahaan-perusahaan yang tergolong baik.Kedua, hakimP4DdanP4Pcenderungmasihamatiran, kurangindependen, danrendah integritas dirinya. Perbedaankualitas pengetahuantentanghokumsangat terasaantara hakimmewakiliperusahaandenganhakimyangmewakilipekerja.Halinitercerminpada argumentasi dalam persidangan. Rendahnya integritas diri membuat peluang untuk berkolusi menjadi terbuka. Beberapa sumber menyebutkan, para hakimbisa dibeli oleh yang berkepentingan. Atau mereka menawarkan jasanya kepada pihak perusahaan dengan imbalan komisi (fee) tertentu dari jumlah kewajiban yang disepakati.Perusahaan yang baik tentu menolak praktik seperti ini, Sehingga sering terjadi keputusan persidangan memberatkan perusahaan tersebut, ungkap Iftida Yazar, Presiden Direktur PT Perkasa Perdana Elastindo, yang sempat bekerja di Citibank dan ABN Amro.SabarSianturitidakmengelaktentangkemungkinanadanyahakim-hakimP4yangnakal. Sebagai Ketua, saya saja masih bisa dipepet, ujarnya serius. Pendapat Sabar sebagai Ketua belum tentu didengar oleh 14 anggota hakim yang lain kalau mereka saling berkolusi. Oleh karenanya,Sabarmenegaskanparahakimharuslahorangyangjujur,menguasaimasalah, dan bertakwa. Jangan sampai ia mengkhianati hati nurani, karena ini masalah peradilan.Ketiga, dan ini sering dikeluhkan pengusaha, jumlah hakim yang diajukan perusahaan dalam P4 seringkali kurang dari 5 orang karena kesibukan mereka bekerja. Umumnya para hakim mewakili perusahaan adalah para pejabat dan staf bidang sumberdaya manusia perusahaan yang juga sibukdalamkesehariannya. Akibatnya, ketika dilakukanvoting, perusahaan seringkali kalah.AnekafaktakelemahanP4di atasmenjadikankredibilitasP4sebagai lembagaperadilan ketenagakerjaantidakbegitubaik. Belumlagi waktupenyelesaiannyayangsangat lama. TerbuktiparapengusahacenderungmenghindarkandiridariP4DatauP4P.Masalahnya jadi ruwet, tukas Harijanto, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia/CEO Dimention Footware Group. Ia sendiri lebih setuju untuk menyelesaikan permasalahan secara bipartite (pengusaha dan karyawan). Makanya saya sedih kalau ada pimpinan perusahaan yang tidak mau mengenal Serikat Pekerja-nya. Sebab, itu yang menjadi penyebab terjadinya deadlock, tambahnya serius.Hal senadadiungkapkanLusi Adrilina, Employee andIndustrial Relations HeadBank Danamon dan Tommy Djumarsa dari Merpati. Kami berusaha untuk menyelesaikan masalah secara bipartit, tanpa harus ke pengadilanataumelibatkanorang luar.Meski alot dan melelahkan, yang penting selesai, tukas mereka di tempat terpisah.JALUR BARU: PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIALKritik terhadap semua UU yang berlaku di bidang ketenagakerjaan - termasuk No. 25 Tahun 1997 terjawab dengan lahirnya 3 UU baru sebagai penggantinya: UU No. 21 Tahun 2000 TentangSerikatBuruh, UUNo. 13Tahun2003tentangKetenagakerjaan, danUUNo. 2 Tahun 2004tentang LembagaPenyelesaianPerselisihan HubunganIndustrial(PPHI).UU terakhir mengkoreksi berbagai hal terkait dengan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.Salahsatuhal yangdrastis dari UUNo. 2Tahun2004adalahmendirikanPengadilan HubunganIndustrial (HI)denganmenggabungkannyakedalamsystemperadilanumum (dalamhaliniPengadilanNegeri)sehinggasecaraorganisasiberadadibawahMahkamah Agung. Penggabungan ini lebih memberikan kepastian dan kekuatan hukum sehingga setiap keputusanyangdiambil akanterlaksanasecaraefektif. Selainitu, penyelesaianpersoalan perburuhan dibatasi maksimal 30 hari di tingkat Pengadilan Negeri maupun di tingkat MA. PenyelesaianPerselisihanHubunganIndustrial(PPHI) akanditanganimajelis hakimyang terdiri dari 3 Hakim, yaitu Hakim karir di Pengadilan Negeri (bertindak sebagai Ketua) dan 2 Hakim Ad-hoc (masing-masing 1 orang mewakili serikat pekerja dan perusahaan).Kombinasi antara Hakim karir dan Hakim Ad-hoc ini di mata Purbadi merupakan kombinasi yang baik. Hakim dari peradilan umum menguasai masalah-masalah hukum formal, dan para HakimAdhocdianggapmengertidanmemahamihukumperburuhandenganbaik.Sebab, menurutnya, masalah perburuhan tidak hanya soal hukum an sich, tetapi melibatkan faktor sosiologis, ekonomi, politik, dan sebagainya.Hanyasaja,apakahjumlahhakimyang3orangitumemadaiuntukmemutuskanperkara secara adil, memang masih menjadi persoalan besar. Mungkin akan lebih baik bila jumlah hakimmenjadi 6orang, terdiri dari 2Hakimkarir(KetuadanWakil Ketuasidang)dan masing-masing 2 HakimAd-hoc mewakili serikat pekerja dan perusahaan. Kendati penambahanhakimini menyebabkanbiaya tunjangan bertambah, tetapi hal ini akan menyebabkan jual-beli suara bisa dihindarkan sehingga keputusannya benar-benar credible.Adasejumlahhal lainyangperludicermati dandikritisi dari PPHIyangbaru. Purbadi, misalnya, mempertanyakan mekanisme pelaksanaan dari proses peradilan mengingat kasus perburuhan bukan tergolong perkara biasa. Ia mencakup perkara perdata, yang mengharuskankaryawanmengerti pulahukumacaraperdata. Belumlagi adanyaunsur intimidasidarisalahsatupihakterhadappihaklainnyadankebutuhanpengamananyang besar bila kasusnya melibatkan ratusan atau ribuan karyawan. Hal ini tidak diantisipasi oleh konseptor UU tersebut, ungkapnya.Kelemahan lain menyangkut ketentuan sita jaminan pada pasal 96. Di situ disebutkan, sita jaminan karena pengusaha tidak membayar uang skorsing dapat dikeluarkan oleh pengadilan tapi tidak boleh ada perlawanan dan upaya hukum yang lain. Ini kan aneh, tukas Purbadi lagi. Bagaimana jadinya kalau asset yang disita itu adalah milik orang lain, misalnya agunan bank, bank akan kehilangan haknya. Ia menyimpulkan, UU ini tidak bisa dilaksanakan karena ada tabrakan dengan UU yang lain.Dari segi sistem, Sabar Sianturi menilai P4 jauh lebih bagus karena pemerintah berargumentasi dengan pihak-pihak yang berperkara. Juga dibedakan PHK perorangan atau perkelompok.Sistemyangbarumemanglebihsingkat,namunmurnibersikaphukum, katanya. Sama seperti Purbadi, Sabar melihat unsur kemanusiaan pada sistem peradilan yang baruitusangatkurang, khususnyauntuktenagakerjalevel bawah. Merekaadalahorang susah, dan perusahaan langsung main PHK saja begitu ketahuan mencuri sedikit. Memang pencurianitumelanggarperaturanperusahaan. Tetapi di P4P, kami masihmenimbang-nimbang dan bertanya apakahtidak ada uang kebijaksanaan. Di peradilan kelak,langsung pakai pasal-pasal saja.Inilah konsekuensi lain dari keinginan untuk mengedepankan azas hukum dalam PPHI yang baru. Supaya tidak menjadi korban, para karyawan dituntut untuk menjaga tindakannya agar tidak di-PHK secara semena-mena. Padahal, kalau dipikir-pikir, para pimpinan perusahaan lebih sering dan banyak melakukan pencurian di perusahaan dibandingkan karyawan biasa. Namunkarena prinsip bosbisamelakukan apasajadan selalu benar,merekasulit dijerat hukum.BELUM SIAPSeharusnya, UU No. 2 Tahun 2004 mulai berlaku pada tanggal 14 bulan Januari 2005. Itu berarti sekitar 3 bulanlagi. Dalamwaktu yang singkat itu, persiapan-persiapanyang dilakukan berbagai pihak terkait terkesan masih minim. Pemerintah sendiri baru siap sebatas konsep. Implementasinyamemangmasihgelap. Rasanya, perhatianpemerintahterhadap pelaksanaanUUNo. 2Tahun2004mengendormengingatbelumpastinyapemerintahan mendatang.Lantas, bagaimanadenganHakimAdhocdari kalanganpengusahadanserikat pekerja? Kami baruakanbertemudenganparaanggotauntukmerumuskanberbagai hal terkait denganHakimAd-hocdansystemPPHIyangbaru,ungkapStephenZ.Satyahadi,Ketua Komite Bank dan Asuransi Asosiasi Perusahaan Indonesia (APINDO).Ketua APINDO yang juga Ketua Tim Perumus RUU Ketenagakerjaan APINDO/KADIN DR. H. Hasanuddin Rahman memperkirakan APINDO harus merekrut 150 orang Hakim Ad-hoc di seluruhIndonesia. Jumlahyangsamatentunyajugaharusdisediakanolehkalangan serikat pekerja.Akan tetapi, pengurus dari beberapa serikat pekerja tingkat nasional mengaku masih bingung tentangrencanaseleksi HakimAd-hocuntukmewakili pekerjaitu. Banyaknyaorganisasi yang mengaku mewakili serikat pekerja membuat penunjukan Hakim Ad-hoc versi pekerja itu sulitdanmakanwaktu,meskimerekaselamainidikoordinasikanolehSPSI.Kamiharus konsolidasi dulu dengan pengurus serikat pekerja lainnya, tutur seorang pengurus pusat SP sektor keuangan yang minta namanya tidak disebutkan.Kunci keberhasilandari sistemPPHIyangbaruterletakpadakualitashakimyangakan bertugas di Pengadilan HI. Selain memenuhipersyaratandasar sesuai UU, para hakimitu harus memiliki kompetensi tinggi dalam hukum ketenagakerjaan. Oleh sebab itu, Iftida Yasar, pengurusAPINDO, melihat perlunyadibuat standarisasi kualifikasi paraHakimAd-hoc. Syukur-syukur ada lembaga sertifikasi khusus untuk itu, ungkapnya. Standarisasi itu akan membuat kualitas persidangan terjaga.Idealnyamemangbegitu. Masalahnya, sejauhmanaparaserikat pekerjadanpengusaha benar-benar berkomitmen untuk melahirkan sistemPPHI yang professional dengan membuat rencana aksi yang jelas dan berkualitas. Tanpa komitmen tersebut, Pengadilan HI tak akan banyak berbeda dengan P4 dan P4. Menurut Saiful S. Doeana, efektivitas Pengadilan HIsangat tergantungkepadaindividupengelolanyadankomitmenpemerintah. Selama individu pengelolanya baik, otomatis lembaga itu akan menjadi baik, paparnya.Selain faktor kompetensi, standar moral para Hakim Ad-hoc juga harus tinggi. Mereka adalah figur-figur yang bisa melihat persoalan secara jernih, tidak bersikap membabi-buta membela kepentingan pihaknya, dan tidak bisa dibeli. Keluhan terhadap para hakim di P4D dan P4P selama ini umumnya mencakup ketiga hal tersebut.SemuapihakmenaruhharapanterhadapmekanismePPHIyangbaru. Harapantersebut mungkin akan sulit terwujud bila melihat ketidaksiapan pemerintah menjalankan UU No. 2 Tahun 2004 itu. Saya tidak akan terkejut bila pemerintah akhirnya menyatakan penundaan berlakunya UU itu, tegas Kemalsyah Siregar, praktisi hokumketenagakerjaan dari Kemalsyah Cembyn & Affriline Attorneys At Law. Penundaan ini akan melengkapi beberapa kejanggalan perundang-undangan tenaga kerja yang dibuat pemerintah sekarang. Contoh lain disampaikanLusi Adrilina, EmployeeandIndustrial RelationsHeadBankDanamon. Ia menilai UU No. 13 Tahun 2003 juga cacat karena harus berlaku Mei 2004. Padahal, lembaga PPHI-nya belum ada. Hal ini jelas merugikan pekerja dan perusahaan, tukasnya. Artikel Lainnya :10 Langkah untuk Bangkit dari PHK10 Alasan Perusahaan Besar Gagal Menjaga Best Talent31% Bos Mengaku Punya Anak Emas di Kantor7 Poin Penting dalam Kebijakan TeleworkingMewujudkan Kebijakan Perlindungan dan Penempatan TKITetap Produktif Bekerja di Tengah Bencana AlamUS$ 500.000.000 Untuk Dirgantara Indonesia?(2)II. PT DIRGANTARA INDONESIA; ANTARA PRESTIGE DAN PROFITPT DI memang merupakan cita-cita jangka panjang, suatu industri kedirgantaraan yang merupakanindustri padat teknologi, padat modal danbelummemiliki industri dasar dengan efisiensi dan efektifitas yang cukup untuk mendukungnya. Kita memiliki sumber daya manusia yang bisa merancang dan mungkin membuat pesawat terbang. Sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk industri ini. Tetapi untuk mendiirikan dari dasar, suatuindustri inovasi kedirgantaraanyangmengolahbahanmentahsampai menjadi pesawat terbangyangbisadijual, membutuhkanmodal danayangsangat besar. Selain dana, banyak hambatan terutama lain yang membuat PT DI terseok-seok.SebenarnyaPTDI memiliki potensi suksessebagai perusahaanpembuat pesawat terbang, apabila PT DI dikelola dengan manajemen yang baik dan profesional dengan mengedepankanparadigmabisnisyangwajar dantidakbertumpupadapemerintah yang berkuasa. Masalah di PT DI mencuat sejak krisis tahun 1998. Kegagalan pembuatan N250danN2130yangtelah memakanbiayayangsangat besar dan akhirnyahanyadiakui sebagai sunkcost. LaranganIMFagar pemerintahSoeharto tidak lagi memberikanbantuankeuangan kepadaPTDI sebenarnyadapat dilihat sebagaisuatu langkah penghematan atau profesionalisme badan usaha selain dapat pula dipandang sebagai langkah untuk mematikan industri dirgantara Indonesia.Titik berat pendirian industri dirgantara ini adalah pada faktor kebanggaan. Sementara tahapan pembangunan yang dijalankan pemerintah orde baru waktu itu menitikberatkan pada sektorpertanian, swasembada pangandanpembuatan mesin industri,tiba-tiba dengan gegap gempita bangsa ini mendirikan pabrik pesawat terbang. Kondisi keuangan bangsa kita yang waktu itu bisa dikatakan ajaib membuat pendirian IPTN berjalan dengan ajaib pula. Dana berlimpah ruah, dukungan penuh dariorang nomor satumembuat segalanyamenjadi mudah. IPTNberjalandenganbaikdanmemang dapat memproduksi pesawat yang mendapat pengakuan internasional. Hal ini memang patut kita banggakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, bangga ini sudah tak cukup lagi. IPTN sebenarnya bisa dikatakan proyek mercu suar yang tidak tahu kapan akan menghasilkan keuntungan. Kondisikeuangan IPTN sebagaisuatu entitas bisnis sangat tidakmenguntungkan. Namundemikiandalambidangpenguasaanteknologi dan penerapannya, industri ini memang memiliki prestasi yang sangat luar biasa.Haruspuladiakui bahwasebelumnyabahwabiayapengembangandanoperasi PT. IPTN sangat borosdanjor-joranterutama terlihatdalam bentuk pembelianperalatan yangserbamahal tetapi tidaktepat guna. Banyakinefisiensi terjadi sehinggadapat dikatakan PT. IPTN merupakan suatu industri serba mahal (high-cost aircraft industry), yangtidaksensitifterhadappermintaanpasar. Padahalbanyakkasusdinegara lain yangjugamemiliki industri penerbanganyangbekerjadenganprinsipefisiensi dan struktur biaya yang kompetitif sepertiindustri pesawat di China, India, Korea Selatan, Brazil, dll.Selama tahun 1998 sampai akhir 1999, PT. IPTN terus mengalami kesulitan likuiditas dan modal kerja yang berdampak pada operasi perusahaan. Salah satu pilihan adalah penutupan perusahan seperti yang dianjurkan oleh IMF. Tetapi kerugian finansial bagi negara jika perusahaan ditutup akan sangat mahal dan investasi sumber daya manusia dalam bentuk belasan ribu pegawai yang terdidik dan memiliki keahlian akan hilang sia-sia. Disamping itu, negara kepulauan yang sangat luas seperti Republik Indonesia jelas memerlukan industripenerbangan dan maritim asalkan kompetitif dan sesuaidengan permintaan pasar. Baru pada sekitar tahun 2000, PT DI mulai bangkit dengan menerima pesanan dari dalam dan luar negeri.Kesulitan keuangan PT DI sebenarnya lebih disebabkan karena dampak dari kekacauan dankegagalan masalaluyang memberatkan PT DIuntuk melangkahke depan. Selain faktor kesalahan menajemen, masalah hutang masa lalu yang tak kunjungselesai jugasangat mempengaruhi pencapaianDI saat ini. Jadi walaupun penjualan mengalami kenaikan, PT DI tetap mengalami kerugian. Berbagai usaha telah dilakukan oleh manajemen PT DI dan pemerintah untuk membantu mengangkat PT DI dari kesulitan yang dialami. Tahun 2010 PT Dirgantara Indonesia (DI) mengaku sudah mendapatkan bantuan pinjaman non cash alias non tunai dari perbankan, tapi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri penerbangan ini mengaku masih tak bisa menutupi kerugiannya. Dan segar ini belumjuga dapat menyelesaikan permasalah likuiditas dan modal kerja PT DI. Akibat kesulitan modal kerja, sejak 2008 PT DI kerap gagal menyelesaikan pesanan. Padahal memproduksi pesawat memakan waktu hingga dua tahun sejak kontrak diteken. Agar perusahaan bisa berjalan normal, minimal dalamsetahunPTDirgantaraharusmendapatkanpesananRp1,5triliun, dengan modal kerja minimal Rp 750 miliar. Dengan peralatan dan mesin industri yang semakintua, PTDI jugamengalami masalahproduktifitas. Pere