25
-1- Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan; b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik, Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor 188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi perlu ditinjau kembali. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran; 3. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa; 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920 E-mail : [email protected] Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-1-

Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi

arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok

yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;

b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar

di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar

Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik,

Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi

sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor

188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman

Pelayanan Instalasi Sanitasi perlu ditinjau kembali.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;

3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan;

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RRUUMMAAHH SSAAKKIITT JJIIWWAA DDAAEERRAAHH SSUURRAAKKAARRTTAA Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920

E-mail : [email protected] Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH

NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI

PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH

Page 2: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-2-

11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008

tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan

Minimal;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;

14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 tahun

2015 tentangTata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011

tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Yang Wajib Dilaksanakan Daerah;

16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit

18. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang

Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa

Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta;

19. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun

2013 Tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum Daerah

Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Jawa Tengah

20. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan

Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);

21. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/086/2015 tanggal

30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan

Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah;

22. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor:

188/001.5/01/2018 tanggal 02 Januari 2018 tentang Pembentukan,

Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi

Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

MEMUTUSKAN:

Page 3: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-3-

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI

SANITASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.

4. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang selanjutnya disebut RSJD

Surakarta adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Klas A Khusus milik

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi

Jawa Tengah;

6. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah

bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang

menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;

7. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit

pelayanan yang meliputi : Ruang Lingkup pelayanan, Standar

ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan, Logistik,

Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.

8. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan

adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap

dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.

9. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,

serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam

lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti

keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

10. Kesehatan Lingkungan menurut WHO (World Health Organization),

kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang

harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia.

11. Kesehatan Lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan

Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi

lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang

dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung

tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Page 4: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-4-

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang Lingkup Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi

Sanitasi pada RSJD Surakarta, meliputi:

a. Standar Ketenagaan;

b. Standar Fasilitas;

c. Tatalaksana Pelayanan;

d. Logistik;

e. Keselamatan Pasien;

f. Keselamatan Kerja; dan

g. Pengendalian Mutu.

BAB III

STANDAR KETENAGAAN

Pasal 3

(1). Kualifikasi Sumber Daya Manusia, meliputi : jabatan, syarat jabatan

dan jumlah tenaga yang dipersyaratkan.

(2). Tabel nama jabatan, syarat jabatan dan jumlah tenaga sebagaimana

tercantum dalam lampiran I merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

(3). Pengaturan jaga / jadwal dinas bagi personil di Instalasi Sanitasi

sesuai dengan ketentuan jam kerja yang berlaku.

BAB IV

STANDAR FASILITAS

Pasal 4

(1). Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi pada RSJD Surakarta sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

(2). Denah Ruang dan Tabel Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

BAB V

TATALAKSANA PELAYANAN

Pasal 5

Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan di Instalasi Sanitasi meliputi:

a. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit;

b. Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman;

Page 5: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-5-

c. Penyehatan Air;

d. Pengelolaan Sampah /Limbah Padat;

e. Pengelolaan Linen;

f. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain;

g. Desinfeksi Dan Sterilisasi;

h. Perlindungan Radiasi;

i. Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan.

Bagian Kesatu

PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT

Pasal 6

Pelaksanaan Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit

dilakukan dengan cara :

1. Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan;

2. Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang;

3. Pengelolaan Kualitas Pencahayaan;

4. Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara;

5. Pengelolaan Kualitas Kebisingan.

Paragraf 1

Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan

Pasal 7

(1). Pemeliharaan kebersihan ruangan perawatan dilakukan setiap

harisedangkan ruangan non perawatan/ ruang administrasi dan

penunjang dilakukan setiap hari kerjaoleh cleaning service rekanan.

(2). Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah jam

makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

(3). Cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.

(4). Pembersihan menggunakan alat pel dan bahan antiseptic yang

ramah lingkungan.

(5). Masing-masing ruangan disediakan alat pel sendiri.

(6). Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan

bergerak menuju arah luar.

(7). Sewaktu membersihkan lantai, semua perabotan ruangan

diangkat/digeser agar pembersihan sempurna.

(8). Pemeriksaan angka kuman dengan usap dinding dan lantai

dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai KEPMENKES RI No 1204/

MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit.

Page 6: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-6-

(9). Persyaratan kualitas kesehatan ruang bangunan harus sesuai

dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Paragraf 2

Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang

Pasal 8

(1). Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak) Kadar

debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron

dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150

ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes.

(2). Indeks angka kuman untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan

Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

(3). Indeks kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara ruang rumah

sakit sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/

SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit.

Paragraf 3

Pengelolaan Kualitas Pencahayaan

Pasal 9

(1). Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak

menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan

peruntukkannya.

(2). Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan

penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.

(3). Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.

(4). Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu bulan sekali

oleh Instalasi Sanitasi RSJD Surakarta atau bekerjasama dengan

laboratorium rekanan.

(5). Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004, segera dibuat

rekomendasi perbaikan kepada Instalasi Pemeliharaan Sarana RSJD

Surakarta

Paragraf 4

Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara

Pasal 10

(1). Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang

(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.

Page 7: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-7-

(2). Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang

pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20

meter dari langit-langit.

(3). Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar

dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).

(4). Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa

sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan

standar suhu, kelembaban dan tekanan udara sesuai dengan

Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

(5). Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali.

(6). Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk

masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan

KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Paragraf 5

Pengelolaan Kualitas Kebisingan

Pasal 11

(1). Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar

dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari

kebisingan.

(2). Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit

harus sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/MENKES/

SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit.

(3). Sumber kebisingan di dalam ruangan diupayakan pengendaliannya

dengan cara pemasangan peredam, penyekatan, pemindahan, dan

pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.

(4). Sumber kebisingan yang berasal dari luar ruangan diupayakan

pengendalianya dengan cara penanaman pohon atau meninggikan

tembok.

Bagian Kedua

HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN

Pasal 12

Pelaksanaan Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman dilakukan

dalam tahapan :

1. Pengadaan Bahan Makanan;

2. Penyimpanan Bahan Makanan;

3. Pengolahan Makanan;

Page 8: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-8-

4. Pedistribusian Makanan;

5. Penyajian Makanan;

6. Tempat Pengolahan Makanan;

7. Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi.

Paragraf 1

Pengadaan Bahan Makanan

Pasal 13

(1). Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara

fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran,buah

harus baik, segar, tidak rusak atau tidak berubah bentuk, warna

dan rasa

(2). Bahan makanan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah

terdaftar pada DepKes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(3). Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak

atau pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan

untuk satu kali.

(4). Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak

basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan

makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.

Paragraf 2

Penyimpanan Bahan Makanan

Pasal 14

(1). Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan

dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia

berbahaya, serangga dan hewan lainnya.

(2). Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang

terpisah.

(3). Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari

65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.

(4). Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk

mencegah genangan air dan kelembaban.

(5). Bahan makanan disimpan di rak-rak yang baik dengan ketinggian

rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini untuk menghindari

dan mencegah infeksi serangga serta memudahkan pembersihan.

(6). Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

Page 9: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-9-

Paragraf 3

Pengolahan Makanan

Pasal 15

(1). Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan

sikap dan perilaku yang hygienis, yaitu (tidak merokok, tidak

memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin, tidak

menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama mengolah

makanan)

(2). Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas

kaki.

(3). Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan

secara rutin minimal 6 bulan satu kali.

(4). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat

pengolah makanan selalu dibersihkan.

(5). Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber

penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan

oleh dokter.

(6). Selama melakukan pengolahan makanan penjamah makanan

terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan

sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan

sebagainya.

(7). Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang besih dan

perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar

dapur.

(8). Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan ketentuan

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

Paragraf 4

Pedistribusian Makanan

Pasal 16

(1). Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan menggunakan

kereta makan tertutup, anti karat, bersih dan mudah dibersihkan.

(2). Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara

untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.

(3). Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan

(4). Makanan tidak di campur dengan bahan-bahan lain seperti : linen,

alat tulis kantor (ATK) dan yang lainnya.

(5). Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan

ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

Page 10: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-10-

Paragraf 5

Penyajian Makanan

Pasal 17

(1). Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan

menggunakan kereta makan khusus)

(2). Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah

dengan peralatan yang bersih.

(3). Ditutup dengan plastik transparan.

(4). Makanan disajikan dalam keadaan hangat

(5). Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan

(6). Petugas memakai pakaian bersih dan rapi

(7). Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien

Paragraf 6

Tempat Pengolahan Makanan

Pasal 18

(1). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat

pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptic.

(2). Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup

asap.

(3). Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux

(4). Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A)

(5). Kualitas bakteriologis air bersih dan air minum yang digunakan

diperiksa setiap bulan satu kali, sedangkan untuk kualitas kimia

fisika diperiksa 6 bulan sekali.

Paragraf 7

Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi

Pasal 19

(1). Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan sekali.

(2). Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/ gr sampel

makanan dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml

sampel minuman.

(3). Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman

sebanyak-banyaknya 100/cm 2 permukaan dan tidak ada kuman E

Coli.

Page 11: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-11-

Bagian Ketiga

PENYEHATAN AIR

Pasal 20

Upaya Penyehatan air di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan :

1. Baku Mutu Dan Kebutuhan.

2. Pemantauan Kualitas.

Paragraf 1

Baku Mutu Dan Kebutuhan

Pasal 21

(1). Pengelolaan penyehatan air dilakukan dengan memperhatikan Baku

mutu air bersih dan baku mutu air minum.

(2). Baku mutu air bersih mengacu pada Permenkes

No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air, sedangkan baku mkutu air minum mengacu pada

Permenkes No.492/Menkes/SK/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum.

(3). Kebutuhan air bersih, jumlah kebutuhan air bersih tergantung

kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin

banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar jumlah

kebutuhan air

Paragraf 2

Pemantauan Kualitas

Pasal 22

(1). Pemeriksaan kualitas mikrobiologi air bersih dan air minum

dilaksanakan sendiri oleh Instalasi Sanitasi setiap bulan sekali dan

diperiksakan ke laboratorium rekanan setiap 3 bulan sekali.

(2). Pemeriksaan kualitas fisika dan kimia air bersih dan air minum

dilaksanakan oleh laboratorium rekanan setiap 6 bulan sekali

Bagian Keempat

PENGELOLAAN SAMPAH /LIMBAH PADAT

Pasal 23

Metode penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius dilakukan

dengan cara :

1. Pewadahan;

2. Pengumpulan;

3. Pemusnahan.

Page 12: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-12-

Paragraf 1

Pewadahan

Pasal 24

(1). Pewadahan limbah padat/sampah infeksius.

1. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius(kasa, perban,

kapas, handscone) dari ruang perawatan dan pelayanan

dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tetutup dilapisi

kantong plastik warna kuning.

2. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius benda tajam (spuit

bekas) dari ruang perawatan dan pelayanan, dimasukkan ke

dalam kardus persegi panjang (safety box)

(2). Pewadahan limbah padat non infeksius :

1. Pewadahan limbah padat non infeksius dari semua di masukkan

ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik hitam.

2. Limbah padat non infeksius dipisahkan ke dalam 2 (dua)

kelompok yaitu limbah padat/ sampah organik (kertas, daun,

kayu, buah, sayuran, sisa makanan dll bahan yang bisa terurai)

dan limbah padat/ sampah an organik (plastik, botol, kaleng dll

bahan yang tidak bisa terurai)

Paragraf 2

Pengumpulan

Pasal 25

(1). Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam

1. Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari

ruang perawatan dan instalasi pelayanan apabila 2/3 bagian

kantong sudah terisi , segera diangkut ke tempat penampungan

sementara.

2. Kantong plastik kuning diikat kuat terlebih dahulu sebelum

diangkut ke tempat penampungan sementara.

3. Alat penampungan sementara limbah medis benda tajam dan

non benda tajam menggunakan kereta dorong khusus tertutup,

anti bocor, anti tusuk, bertuliskan INFEKSIUS dan tidak mudah

dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat

membuka.

(2). Limbah padat non infeksius

Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor diangklut ke TPA

setiap hari atau setelah 2/3 bagian kantong terisi, agar tidak

menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

Page 13: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-13-

Paragraf 3

Pemusnahan

Pasal 26

(1). limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda

tajam

Pemusnahan limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius

non benda tajam dilaksanakan bekerjasama dengan pihak

rekananan yang sudah mempunyai ijin resmi.

(2). Limbah padat non infeksius

Limbah padat non infeksius dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) setiap hari bekerjasama dengan pihak rekanan.

Bagian Kelima

PENGELOLAAN LINEN

Pasal 27

Proses pengelolaan linen di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan tahap :

1. Persyaratan

2. Tata Laksana

Paragraf 1

Persyaratan

Pasal 28

(1). Persyaratan suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25

menit atau 95°C dalam waktu 10 menit.

(2). Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses

pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang di hasilkan

mudah terurai oleh lingkungan.

(3). Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak

mengandung 6 x 10 3 spora species Bacillus per inci persegi

Paragraf 2

Tata Laksana

Pasal 29

(1). Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang

berbeda.

(2). Penyerahan dan penerimaan linen menggunakan buku ekspedisi

dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.

(3). Penggunaan detergent pencuci ditetapkan oleh bagian logistik serta

prasarana dan rumah tangga.

Page 14: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-14-

(4). Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari

pagi dan siang.

(5). Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan

gerobak linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.

(6). Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur

lalu lintas.

Bagian Keenam

PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG

PENGGANGGU LAIN

Pasal 30

Upaya Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain,

dilakukan dengan upaya :

1. Pengendalian Nyamuk;

2. Pengendalian Lalat;

3. Pengendalian Tikus;

4. Pengendalian Binatang Pengganggu Lain.

Paragraf 1

Pengendalian Nyamuk

Pasal 31

(1). Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan

menambahkan kimia “vectoback”

(2). Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan

menggunakan inseckiller, sedangkan di luar ruangan menggunakan

treatment fogging bila diperlukan.

(3). Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis, yaitu dengan

membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat

perindukan dengan air panas dan menutup celah-celah dinding.

(4). Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,

bubuk,semprotan dan umpan

Paragraf 2

Pengendalian Lalat

Pasal 32

Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang elektrik

fly killer.

Page 15: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-15-

Paragraf 3

Pengendalian Tikus

Pasal 33

Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap

sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan

menggunakan umpan beracun.

Paragraf 4

Pengendalian Binatang Pengganggu Lain

Pasal 34

Dengan cara penangkapan kemudian dibuang ke tempat yang jauh dari

rumah sakit (contoh kucing)

Bagian Ketujuh

DESINFEKSI DAN STERILISASI

Pasal 35

Desinfeksi Dan Sterilisasi dilakukan dengan :

1. Petunjuk Penggunaan Desinfektan;

2. Sterilisasi;

3. Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan.

Paragraf 1

Petunjuk Penggunaan Desinfektan

Pasal 36

(1). Sangat penting membaca petunjuk dan prosedur penggunaan

desinfektan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya sebelum

menggunakan desinfektan yang bersangkutan. Agar tidak terjadi

salah pengenceran dan hal-hal yang dapat mengurangi daya bunuh

kuman dari desinfektan tersebut.

(2). Pengawasan terhadap prosedur pelaksanaan desinfeksi pada alat

dan ruang serta perlengkapan di unit-unit dengan resiko tinggi di

rumah sakit, perlu mendapat pengawasan lebih ketat.

Paragraf 2

Sterilisasi

Pasal 37

(1). Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua

mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia

Page 16: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-16-

(2). Sterilisasi alat medis secara fisik dengan pemanasan pada suhu +

121◦C selama 13 menit atau pada suhu 134 ◦C selama 13 menit dan

harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang

digunakan.

Paragraf 3

Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan

Pasal 38

(1). Barang-barang yang sudah di sterilkan harus ditempatkan pada

almari khusus pada ruangan dengan suhu 18◦C - 22◦C dan

kelembaban 35% - 75% , Indikasi kuat untuk tindakan

sterilisasi/desinfeksi

(2). Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan perawatan pasien

yang dimasukkan jaringan sistem vaskuler atau melalui saluran

darah harus selalu disterilkan sebelum digunakan.

(3). Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti

endoscopy,pipa endotrocheal harus disterilkan/didesinfeksi dahulu

sebelum digunakan.

(4). Semua peralatan operasi setelah di bersihkan dari jaringan, darah,

atau sekresi harus selalu di sterilkan sebelum di pergunakan.

Bagian Kedelapan

PERLINDUNGAN RADIASI

Pasal 39

Tata laksana perlindungan radiasi harus sesuai dengan Keputusan Mentri

Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya yaitu :

1. Perizinan;

2. Sistem Pembatasan Dosis;

3. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap

Pemanfaatan Radiasi Pengion;

4. Kalibrasi;

5. Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.

Paragraf 1

Perizinan

Pasal 40

Semua peralatan yang memajankan radiasi dan menggunakan zat

radioaktif, harus memperoleh izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(sesuai PP Nomor 64 Tahun 2000 tentang perizinan Pemanfaatan Tenaga

Nuklir, pasal 2 ayat 1).

Page 17: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-17-

Paragraf 2

Sistem Pembatasan Dosis

Pasal 41

Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh

melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas

Paragraf 3

Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap

Pemanfaatan Radiasi Pengion

Pasal 42

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terhadap

pemanfaatan radiasi pengion diantaranya :

a. Organisasi

b. Peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis perorangan, pemantau

daerah kerja dan pemantau lingkungan hidup harus berfungsi

dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

c. Pemantauan dosis perorangan

d. Pemeriksaan kesehatan

e. Penyimpanan dokumentasi

f. Jaminan kualitas

g. Pendidikan dan pelatihan

Paragraf 4

Kalibrasi

Pasal 43

(1). Alat ukur radiasi harus dikalibrasi minimal 1 tahun sekali

(2). Keluaran radiasi (output) peralatan radioterapi harus dikalibrasi

secara berkala minimal 2 tahun sekaali.

(3). Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instansi yang telah

terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas

Paragraf 5

Penanggulangan Kecelakaan Radiasi

Pasal 44

(1). Pencegahan dan penanggulangan terhadap kecelakaan radiasi

harus mengutamakan pada keselamatan manusia.

(2). Lokasi tempat kejadian harus diisolasi dengan memberi tanda

khusus seperti pagar.

(3). Barang atau bahan yang terkena pancaran radiasi harus segera

diisolasi kemudian didekontaminasi.

Page 18: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-18-

Bagian Kesembilan

UPAYA PROMOSI KESEHATAN LINGKUNGAN

Pasal 45

Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan berdasarkan :

1. Metode/ Sarana;

2. Sasaran Dan Jenis Materi.

Paragraf 1

Metode/ Sarana Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan

Pasal 46

(1). Secara langsung dengan cara koseling, dikusi, ceramah,

demontrasi, partisipatif, pameran, melalui pengeras suara dan lain-

lain

(2). Media cetak dengan penyebaran leaflet, pemasangan poster,

gambar, spanduk, tata tertip, pengumuman tertulis, dan

pemasangan spanduk.

(3). Media elektronik dengan radio, televise khusus lingkungan rumah

sakit.

Paragraf 2

Sasaran Dan Jenis Materi Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan

Pasal 47

(1). Karyawan disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau

pada waktu pertemuan dengan materi hubungan fasilitas sanitasi

dengan kesehatan, syarat-syarat fasilitas sanitasi, pentingnya

pengadaan/ pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi,

pentingnya member contoh terhadap pasien/ keluarga pasien dan

pengunjung tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas

kesehatan lainnya dengan benar

(2). Pasien, keluarga pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar

dengan materi cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih

dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan

lainnya

BAB VI

LOGISTIK

Pasal 48

(1). Logistik merupakan sistem pendukung kegiatan yang berkaitan

dengan penyiapan sarana dan prasarana demi kelancaran

pelaksanaan tugas;

Page 19: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-19-

(2). Logistik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai dari sumber

mata anggaran APBD dan/ atau BLUD RSJS Surakarta dalam tahun

berjalan.

(3). Tabel Daftar Logistik di Instalasi Sanitasi sebagaimana tercantum

dalam lampiran III merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Direktur ini.

BAB VII

KESELAMATAN PASIEN

Pasal 49

(1). Keselamatan pasien merupakan sistem yang menyelenggarakan

asuhan pasien yang aman, meliputi penilaian risiko, identifikasi, dan

pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko.

(2). Kecelakaan pasien akibat kegiatan layanan sanitasi dapat dicegah

dengan berbagai cara, antara lain :

1. Saat melakukan tindakan yang bisa membahayakan pasien,

pasien di pindah ke ruang lain terlebih dahulu, seperti saat

fogging di ruangan, saat menggunakan bahan kimia ( racun

rayap, ulat, tikus, dll )

2. Memilih tempat yang tidak terjangkau pasien untuk menyimpan

alat dan bahan pembersih.

3. Penggunaan papan petunjuk (lantai basah dll) saat melakukan

tindakan agar orang yang lewat bisa lebih berhati-hati

BAB VIII

KESELAMATAN KERJA

Pasal 50

(1). Keselamatan Kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus

diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat

kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian dan kesengajaan.

(2). Kecelakaan kerja di Instalasi Sanitasi dapat dicegah dengan :

1. Pemakaian Alat Pelindung Diri.

2. Pemasangan penyekat pada alat kerja yang berbahaya.

3. Pemasaangan alat pemantau kerja mekanis pada mesin-mesin.

4. Penggantian alat/ bagian alat yang rusak dengan yang baru.

5. Pemberian petunjuk kerja yang tepat.

6. Pemasangan tanda peringatan pada tempat-tempat yang

berbahaya.

7. Pendidikan dan latihan tentang runtun/ prosedur kerja kepada

petugas

Page 20: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-20-

BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

Pasal 51

(1). Pengendalian mutu layanan sanitasi adalah upaya yang dilakukan

untuk menjamin mutu pelayanan agar selalu meningkat.

(2). Upaya program pengendalian mutu layanan sanitasi yang harus

dilakukan meliputi :

1. Standarisasi SDM sesuai dengan kualifikasi dan jumlah sesuai

dengan tugas dan beban kerja.

2. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang

tugas masing-masing melalui : pelatihan, seminar dan lain-lain.

3. Terjaminnya peralatan dalam kondisi prima baik secara fisik

maupun fungsi.

4. Setahun sekali dilakukan uji kalibrasi terhadap semua peralatan

di Instalasi Sanitasi oleh badan yang berwenang.

5. Melakukan perawatan berkala baik harian, mingguan, bulanan,

maupun tahunan terhadap peralatan sanitasi

6. Menyusun protap baik protap administrasi maupun protap teknis

sanitasi

7. Mereview protap dan kebijakan-kebijakan apakah masih sesuai

dengan kondisi terkini atau tidak.

8. Protap dibuat bersama-sama, diberlakukan oleh direktur dan

dilaksanakan secara bersama-sama, apabila ada protap yang

belum dibuat harus sesegera mungkin dibuat.

9. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan baik teknis

maupun administrasi apakah sesuai dengan prosedur.

10. Mengontrol apakah alat berjalan dengan semestinya dan bahan

tersedia dengan baik dan cukup.

11. Melaksanakan evaluasi terhadap semua kegiatan sebulan sekali

untuk dilaporkan kepada Direktur.

(3). Kegiatan Peningkatan Mutu di Instalasi Sanitasi meliputi :

1. Menetapkan dan mengukur capaian indicator mutu, mengolah

dan melakukan Analisa setiap 3 bulan

2. Mengukur capaian standar pelayanan minimum

3. Peningkatan mutu SDM dengan cara :

a. Orientasi pegawai baru

b. Pelatihan internal dan eksternal dalam bidang teknis tertentu

sesuai kebutuhan rumah sakit

c. Pendidikan berkelanjutan.

Page 21: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-21-

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 52

Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:

Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor

188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman

Pelayanan Instalasi Sanitasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 53

Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan Di : Surakarta

Pada Tanggal : 03 Januari 2018

----------------------------------------------

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO

Page 22: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-22-

TABEL KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA INSTALASI SANITASI

NO NAMA JABATAN SYARAT JABATAN JUMLAH

1. Kepala Instalasi

Sanitasi

a. Pendidikan minimal Sarjana Kesehatan Masyarakat.

b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional

Sanitarian Ahli.

c. Mempunyai kemampuan sebagai pemimpin.

d. Mempunyai kemampuan perencanaan.

e. Mempuyai kemampuan

penyelenggaraan/pelaksanaan.

f. Mempunyai kemampuan pengawasan.

g. Mempunyai kemampuan kerjasama lintas

program/lintas sektor.

h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)

1

2. Penanggung Jawab

Laboratorium dan

Promosi Kesehatan

Lingkungan

a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan.

b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional

Sanitarian Terampil.

c. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas

lingkungan fisika, kimia dan mikrobiologi.

d. Mampu melaksanakan pengambilan sampel untuk

pemeriksaan kualitas lingkungan.

e. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air

bersih dan air minum.

f. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air

limbah.

g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan.

h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)

1

3. Penanggung Jawab

Pengelolaan Limbah

dan Penyehatan Air

a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan.

b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional

Sanitarian Terampil.

c. MampuPemantauan Jaringan IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah)

d. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat

medis per ruangan

e. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat non

medis per ruangan

f. Mampu Desinfeksi air bersih dan air limbah

g. Mampu Registrasi pengambilan & pengiriman

limbah padat medis

h. Mampu mengadministrasikan kegiatan

i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)

1

KUALIFIKASI SUMBER DAYA

MANUSIA INSTALASI SANITASI

LAMPIRAN I

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018

TANGGAL : 03 Januari 2018

Page 23: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-23-

4. Penanggung Jawab

Monitoring Sanitasi

Ruang, Lingkungan

dan Pengendalian

Binatang

Pengganggu

a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional

Sanitarian Terampil. c. Mampu melakukan Pemantauan pemeliharaan

taman dan lingkungan luar d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi ruang dan

bangunan e. Mampu melakukan Survey kecoak f. Mampu melakukan Survey tikus, lalat & binatang

pengganggu lainnya g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS),

Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)

1

5. Penanggung Jawab

Monitoring Higiene

Makanan, Minuman,

Laundry, Desinfeksi,

Sterilisasi dan

Radiasi

a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional

Sanitarian Terampil. c. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Makanan

dan Minuman d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Laundry e. Mampu melakukan Pemantauan Desinfeksi/

Sterilisasi Peralatan Medis f. Mampu melakukan Pemantauan Radiasi g. Mampu melakukan administrasi kegiatan h. Mampu melakukan tugas lain yang berkaitan

dengan kedinasan i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS),

Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)

1

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO

Page 24: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-24-

TABEL STANDAR FASILITAS INSTALASI SANITASI

1 Fasilitas bangunan

a. Bangunan pengolah limbah b. Bangunan pengolah air c. Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi d. Bangunan dan peralatan laboratorium kesehatan lingkungan e. Alat sterilisasi/ desinfeksi f. Alat pencucian dan pembersihan

2 Fasilitas Peralatan

a. Peralatan Laboratorium Kesling b. Autoklaf c. Inkubator d. Komputer e. Meja f. Kursi g. Almari h. Sound Level Meter i. Thermohigrometer j. Multiparameter

DENAH RUANG DAN TABEL STANDAR

FASILITAS INSTALASI SANITASI

LAMPIRAN II

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018

TANGGAL : 03 Januari 2018

Page 25: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUUMMAAH A …

-25-

TABEL DAFTAR LOGISTIK

INSTALASI SANITASI

LAMPIRAN III

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018

TANGGAL : 03 Januari 2018

TABEL JENIS LOGISTISK INSTALASI SANITASI

NO JENIS LOGISTIK

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Mesin pembakar sampah infeksius (Incinerator) yang berijin

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Bangunan pengolah air bersih/ reservoir air bersih

Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi

Peralatan laboratorium kesehatan lingkungan

Alat sterilisasi (sterilisator)

Alat pencucian dan pembersihan

Alat desinfeksi (desinfektor)

Alat pemeriksaan dan monitoring sanitasi

Sarana pengelolaan sampah

Standar layanan RS/ Pedoman/ Panduan/Protap

Peraturan perundangan di bidang sanitasi RS

Buku/ reference

Informasi kemajuan IPTEK

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

R. BASOEKI SOETARDJO