Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
-1-
Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi
arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok
yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar
di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar
Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi
sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor
188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Sanitasi perlu ditinjau kembali.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RRUUMMAAHH SSAAKKIITT JJIIWWAA DDAAEERRAAHH SSUURRAAKKAARRTTAA Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920
E-mail : [email protected] Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI
PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
-2-
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 tahun
2015 tentangTata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Yang Wajib Dilaksanakan Daerah;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
18. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta;
19. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun
2013 Tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jawa Tengah
20. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
21. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/086/2015 tanggal
30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah;
22. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor:
188/001.5/01/2018 tanggal 02 Januari 2018 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi
Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
MEMUTUSKAN:
-3-
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
SANITASI PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang selanjutnya disebut RSJD
Surakarta adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Klas A Khusus milik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi
Jawa Tengah;
6. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang
menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
7. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit
pelayanan yang meliputi : Ruang Lingkup pelayanan, Standar
ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.
8. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan
adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap
dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.
9. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
10. Kesehatan Lingkungan menurut WHO (World Health Organization),
kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
11. Kesehatan Lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
-4-
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi
Sanitasi pada RSJD Surakarta, meliputi:
a. Standar Ketenagaan;
b. Standar Fasilitas;
c. Tatalaksana Pelayanan;
d. Logistik;
e. Keselamatan Pasien;
f. Keselamatan Kerja; dan
g. Pengendalian Mutu.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Pasal 3
(1). Kualifikasi Sumber Daya Manusia, meliputi : jabatan, syarat jabatan
dan jumlah tenaga yang dipersyaratkan.
(2). Tabel nama jabatan, syarat jabatan dan jumlah tenaga sebagaimana
tercantum dalam lampiran I merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
(3). Pengaturan jaga / jadwal dinas bagi personil di Instalasi Sanitasi
sesuai dengan ketentuan jam kerja yang berlaku.
BAB IV
STANDAR FASILITAS
Pasal 4
(1). Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi pada RSJD Surakarta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
(2). Denah Ruang dan Tabel Standar Fasilitas Instalasi Sanitasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
Pasal 5
Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan di Instalasi Sanitasi meliputi:
a. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit;
b. Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman;
-5-
c. Penyehatan Air;
d. Pengelolaan Sampah /Limbah Padat;
e. Pengelolaan Linen;
f. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain;
g. Desinfeksi Dan Sterilisasi;
h. Perlindungan Radiasi;
i. Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan.
Bagian Kesatu
PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT
Pasal 6
Pelaksanaan Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit
dilakukan dengan cara :
1. Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan;
2. Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang;
3. Pengelolaan Kualitas Pencahayaan;
4. Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara;
5. Pengelolaan Kualitas Kebisingan.
Paragraf 1
Pemeliharaan Kebersihan Ruang Dan Bangunan
Pasal 7
(1). Pemeliharaan kebersihan ruangan perawatan dilakukan setiap
harisedangkan ruangan non perawatan/ ruang administrasi dan
penunjang dilakukan setiap hari kerjaoleh cleaning service rekanan.
(2). Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah jam
makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
(3). Cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.
(4). Pembersihan menggunakan alat pel dan bahan antiseptic yang
ramah lingkungan.
(5). Masing-masing ruangan disediakan alat pel sendiri.
(6). Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan
bergerak menuju arah luar.
(7). Sewaktu membersihkan lantai, semua perabotan ruangan
diangkat/digeser agar pembersihan sempurna.
(8). Pemeriksaan angka kuman dengan usap dinding dan lantai
dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai KEPMENKES RI No 1204/
MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
-6-
(9). Persyaratan kualitas kesehatan ruang bangunan harus sesuai
dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Paragraf 2
Pemeliharaan Kualitas Udara Ruang
Pasal 8
(1). Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak) Kadar
debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
(2). Indeks angka kuman untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan
Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
(3). Indeks kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara ruang rumah
sakit sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/
SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
Paragraf 3
Pengelolaan Kualitas Pencahayaan
Pasal 9
(1). Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan
peruntukkannya.
(2). Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan
penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.
(3). Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
(4). Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu bulan sekali
oleh Instalasi Sanitasi RSJD Surakarta atau bekerjasama dengan
laboratorium rekanan.
(5). Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004, segera dibuat
rekomendasi perbaikan kepada Instalasi Pemeliharaan Sarana RSJD
Surakarta
Paragraf 4
Penghawaan (Ventilasi) Dan Pengaturan Udara
Pasal 10
(1). Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
-7-
(2). Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang
pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20
meter dari langit-langit.
(3). Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
(4). Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan
standar suhu, kelembaban dan tekanan udara sesuai dengan
Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
(5). Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali.
(6). Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
KEPMENKES RI No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Paragraf 5
Pengelolaan Kualitas Kebisingan
Pasal 11
(1). Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar
dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari
kebisingan.
(2). Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
harus sesuai dengan Ketentuan KEPMENKES RI No 1204/MENKES/
SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
(3). Sumber kebisingan di dalam ruangan diupayakan pengendaliannya
dengan cara pemasangan peredam, penyekatan, pemindahan, dan
pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
(4). Sumber kebisingan yang berasal dari luar ruangan diupayakan
pengendalianya dengan cara penanaman pohon atau meninggikan
tembok.
Bagian Kedua
HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
Pasal 12
Pelaksanaan Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman dilakukan
dalam tahapan :
1. Pengadaan Bahan Makanan;
2. Penyimpanan Bahan Makanan;
3. Pengolahan Makanan;
-8-
4. Pedistribusian Makanan;
5. Penyajian Makanan;
6. Tempat Pengolahan Makanan;
7. Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi.
Paragraf 1
Pengadaan Bahan Makanan
Pasal 13
(1). Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara
fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran,buah
harus baik, segar, tidak rusak atau tidak berubah bentuk, warna
dan rasa
(2). Bahan makanan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah
terdaftar pada DepKes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(3). Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak
atau pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan
untuk satu kali.
(4). Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak
basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan
makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.
Paragraf 2
Penyimpanan Bahan Makanan
Pasal 14
(1). Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia
berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
(2). Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang
terpisah.
(3). Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.
(4). Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk
mencegah genangan air dan kelembaban.
(5). Bahan makanan disimpan di rak-rak yang baik dengan ketinggian
rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini untuk menghindari
dan mencegah infeksi serangga serta memudahkan pembersihan.
(6). Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
-9-
Paragraf 3
Pengolahan Makanan
Pasal 15
(1). Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan
sikap dan perilaku yang hygienis, yaitu (tidak merokok, tidak
memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin, tidak
menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama mengolah
makanan)
(2). Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas
kaki.
(3). Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin minimal 6 bulan satu kali.
(4). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolah makanan selalu dibersihkan.
(5). Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber
penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan
oleh dokter.
(6). Selama melakukan pengolahan makanan penjamah makanan
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan
sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan
sebagainya.
(7). Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang besih dan
perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar
dapur.
(8). Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
Paragraf 4
Pedistribusian Makanan
Pasal 16
(1). Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan menggunakan
kereta makan tertutup, anti karat, bersih dan mudah dibersihkan.
(2). Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
(3). Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan
(4). Makanan tidak di campur dengan bahan-bahan lain seperti : linen,
alat tulis kantor (ATK) dan yang lainnya.
(5). Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan
ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
-10-
Paragraf 5
Penyajian Makanan
Pasal 17
(1). Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta makan khusus)
(2). Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah
dengan peralatan yang bersih.
(3). Ditutup dengan plastik transparan.
(4). Makanan disajikan dalam keadaan hangat
(5). Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan
(6). Petugas memakai pakaian bersih dan rapi
(7). Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien
Paragraf 6
Tempat Pengolahan Makanan
Pasal 18
(1). Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptic.
(2). Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup
asap.
(3). Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux
(4). Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A)
(5). Kualitas bakteriologis air bersih dan air minum yang digunakan
diperiksa setiap bulan satu kali, sedangkan untuk kualitas kimia
fisika diperiksa 6 bulan sekali.
Paragraf 7
Pemeriksaan Alat Makan Dan Makanan Jadi
Pasal 19
(1). Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan sekali.
(2). Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/ gr sampel
makanan dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml
sampel minuman.
(3). Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm 2 permukaan dan tidak ada kuman E
Coli.
-11-
Bagian Ketiga
PENYEHATAN AIR
Pasal 20
Upaya Penyehatan air di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan :
1. Baku Mutu Dan Kebutuhan.
2. Pemantauan Kualitas.
Paragraf 1
Baku Mutu Dan Kebutuhan
Pasal 21
(1). Pengelolaan penyehatan air dilakukan dengan memperhatikan Baku
mutu air bersih dan baku mutu air minum.
(2). Baku mutu air bersih mengacu pada Permenkes
No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air, sedangkan baku mkutu air minum mengacu pada
Permenkes No.492/Menkes/SK/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
(3). Kebutuhan air bersih, jumlah kebutuhan air bersih tergantung
kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin
banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar jumlah
kebutuhan air
Paragraf 2
Pemantauan Kualitas
Pasal 22
(1). Pemeriksaan kualitas mikrobiologi air bersih dan air minum
dilaksanakan sendiri oleh Instalasi Sanitasi setiap bulan sekali dan
diperiksakan ke laboratorium rekanan setiap 3 bulan sekali.
(2). Pemeriksaan kualitas fisika dan kimia air bersih dan air minum
dilaksanakan oleh laboratorium rekanan setiap 6 bulan sekali
Bagian Keempat
PENGELOLAAN SAMPAH /LIMBAH PADAT
Pasal 23
Metode penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius dilakukan
dengan cara :
1. Pewadahan;
2. Pengumpulan;
3. Pemusnahan.
-12-
Paragraf 1
Pewadahan
Pasal 24
(1). Pewadahan limbah padat/sampah infeksius.
1. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius(kasa, perban,
kapas, handscone) dari ruang perawatan dan pelayanan
dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tetutup dilapisi
kantong plastik warna kuning.
2. Pewadahan limbah padat/sampah infeksius benda tajam (spuit
bekas) dari ruang perawatan dan pelayanan, dimasukkan ke
dalam kardus persegi panjang (safety box)
(2). Pewadahan limbah padat non infeksius :
1. Pewadahan limbah padat non infeksius dari semua di masukkan
ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik hitam.
2. Limbah padat non infeksius dipisahkan ke dalam 2 (dua)
kelompok yaitu limbah padat/ sampah organik (kertas, daun,
kayu, buah, sayuran, sisa makanan dll bahan yang bisa terurai)
dan limbah padat/ sampah an organik (plastik, botol, kaleng dll
bahan yang tidak bisa terurai)
Paragraf 2
Pengumpulan
Pasal 25
(1). Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam
1. Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari
ruang perawatan dan instalasi pelayanan apabila 2/3 bagian
kantong sudah terisi , segera diangkut ke tempat penampungan
sementara.
2. Kantong plastik kuning diikat kuat terlebih dahulu sebelum
diangkut ke tempat penampungan sementara.
3. Alat penampungan sementara limbah medis benda tajam dan
non benda tajam menggunakan kereta dorong khusus tertutup,
anti bocor, anti tusuk, bertuliskan INFEKSIUS dan tidak mudah
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membuka.
(2). Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor diangklut ke TPA
setiap hari atau setelah 2/3 bagian kantong terisi, agar tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
-13-
Paragraf 3
Pemusnahan
Pasal 26
(1). limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda
tajam
Pemusnahan limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius
non benda tajam dilaksanakan bekerjasama dengan pihak
rekananan yang sudah mempunyai ijin resmi.
(2). Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) setiap hari bekerjasama dengan pihak rekanan.
Bagian Kelima
PENGELOLAAN LINEN
Pasal 27
Proses pengelolaan linen di Instalasi Sanitasi dilakukan dengan tahap :
1. Persyaratan
2. Tata Laksana
Paragraf 1
Persyaratan
Pasal 28
(1). Persyaratan suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25
menit atau 95°C dalam waktu 10 menit.
(2). Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang di hasilkan
mudah terurai oleh lingkungan.
(3). Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 10 3 spora species Bacillus per inci persegi
Paragraf 2
Tata Laksana
Pasal 29
(1). Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang
berbeda.
(2). Penyerahan dan penerimaan linen menggunakan buku ekspedisi
dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
(3). Penggunaan detergent pencuci ditetapkan oleh bagian logistik serta
prasarana dan rumah tangga.
-14-
(4). Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari
pagi dan siang.
(5). Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan
gerobak linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
(6). Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur
lalu lintas.
Bagian Keenam
PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG
PENGGANGGU LAIN
Pasal 30
Upaya Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lain,
dilakukan dengan upaya :
1. Pengendalian Nyamuk;
2. Pengendalian Lalat;
3. Pengendalian Tikus;
4. Pengendalian Binatang Pengganggu Lain.
Paragraf 1
Pengendalian Nyamuk
Pasal 31
(1). Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan
menambahkan kimia “vectoback”
(2). Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan
menggunakan inseckiller, sedangkan di luar ruangan menggunakan
treatment fogging bila diperlukan.
(3). Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis, yaitu dengan
membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat
perindukan dengan air panas dan menutup celah-celah dinding.
(4). Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk,semprotan dan umpan
Paragraf 2
Pengendalian Lalat
Pasal 32
Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang elektrik
fly killer.
-15-
Paragraf 3
Pengendalian Tikus
Pasal 33
Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap
sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun.
Paragraf 4
Pengendalian Binatang Pengganggu Lain
Pasal 34
Dengan cara penangkapan kemudian dibuang ke tempat yang jauh dari
rumah sakit (contoh kucing)
Bagian Ketujuh
DESINFEKSI DAN STERILISASI
Pasal 35
Desinfeksi Dan Sterilisasi dilakukan dengan :
1. Petunjuk Penggunaan Desinfektan;
2. Sterilisasi;
3. Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan.
Paragraf 1
Petunjuk Penggunaan Desinfektan
Pasal 36
(1). Sangat penting membaca petunjuk dan prosedur penggunaan
desinfektan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya sebelum
menggunakan desinfektan yang bersangkutan. Agar tidak terjadi
salah pengenceran dan hal-hal yang dapat mengurangi daya bunuh
kuman dari desinfektan tersebut.
(2). Pengawasan terhadap prosedur pelaksanaan desinfeksi pada alat
dan ruang serta perlengkapan di unit-unit dengan resiko tinggi di
rumah sakit, perlu mendapat pengawasan lebih ketat.
Paragraf 2
Sterilisasi
Pasal 37
(1). Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia
-16-
(2). Sterilisasi alat medis secara fisik dengan pemanasan pada suhu +
121◦C selama 13 menit atau pada suhu 134 ◦C selama 13 menit dan
harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang
digunakan.
Paragraf 3
Barang-Barang Yang Sudah Disterilkan
Pasal 38
(1). Barang-barang yang sudah di sterilkan harus ditempatkan pada
almari khusus pada ruangan dengan suhu 18◦C - 22◦C dan
kelembaban 35% - 75% , Indikasi kuat untuk tindakan
sterilisasi/desinfeksi
(2). Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan perawatan pasien
yang dimasukkan jaringan sistem vaskuler atau melalui saluran
darah harus selalu disterilkan sebelum digunakan.
(3). Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoscopy,pipa endotrocheal harus disterilkan/didesinfeksi dahulu
sebelum digunakan.
(4). Semua peralatan operasi setelah di bersihkan dari jaringan, darah,
atau sekresi harus selalu di sterilkan sebelum di pergunakan.
Bagian Kedelapan
PERLINDUNGAN RADIASI
Pasal 39
Tata laksana perlindungan radiasi harus sesuai dengan Keputusan Mentri
Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya yaitu :
1. Perizinan;
2. Sistem Pembatasan Dosis;
3. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion;
4. Kalibrasi;
5. Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.
Paragraf 1
Perizinan
Pasal 40
Semua peralatan yang memajankan radiasi dan menggunakan zat
radioaktif, harus memperoleh izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(sesuai PP Nomor 64 Tahun 2000 tentang perizinan Pemanfaatan Tenaga
Nuklir, pasal 2 ayat 1).
-17-
Paragraf 2
Sistem Pembatasan Dosis
Pasal 41
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh
melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas
Paragraf 3
Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion
Pasal 42
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
pemanfaatan radiasi pengion diantaranya :
a. Organisasi
b. Peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis perorangan, pemantau
daerah kerja dan pemantau lingkungan hidup harus berfungsi
dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
c. Pemantauan dosis perorangan
d. Pemeriksaan kesehatan
e. Penyimpanan dokumentasi
f. Jaminan kualitas
g. Pendidikan dan pelatihan
Paragraf 4
Kalibrasi
Pasal 43
(1). Alat ukur radiasi harus dikalibrasi minimal 1 tahun sekali
(2). Keluaran radiasi (output) peralatan radioterapi harus dikalibrasi
secara berkala minimal 2 tahun sekaali.
(3). Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instansi yang telah
terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas
Paragraf 5
Penanggulangan Kecelakaan Radiasi
Pasal 44
(1). Pencegahan dan penanggulangan terhadap kecelakaan radiasi
harus mengutamakan pada keselamatan manusia.
(2). Lokasi tempat kejadian harus diisolasi dengan memberi tanda
khusus seperti pagar.
(3). Barang atau bahan yang terkena pancaran radiasi harus segera
diisolasi kemudian didekontaminasi.
-18-
Bagian Kesembilan
UPAYA PROMOSI KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasal 45
Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan berdasarkan :
1. Metode/ Sarana;
2. Sasaran Dan Jenis Materi.
Paragraf 1
Metode/ Sarana Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan
Pasal 46
(1). Secara langsung dengan cara koseling, dikusi, ceramah,
demontrasi, partisipatif, pameran, melalui pengeras suara dan lain-
lain
(2). Media cetak dengan penyebaran leaflet, pemasangan poster,
gambar, spanduk, tata tertip, pengumuman tertulis, dan
pemasangan spanduk.
(3). Media elektronik dengan radio, televise khusus lingkungan rumah
sakit.
Paragraf 2
Sasaran Dan Jenis Materi Upaya Promosi Kesehatan Lingkungan
Pasal 47
(1). Karyawan disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau
pada waktu pertemuan dengan materi hubungan fasilitas sanitasi
dengan kesehatan, syarat-syarat fasilitas sanitasi, pentingnya
pengadaan/ pemeliharaan/pembersihan fasilitas sanitasi,
pentingnya member contoh terhadap pasien/ keluarga pasien dan
pengunjung tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas
kesehatan lainnya dengan benar
(2). Pasien, keluarga pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar
dengan materi cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih
dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan
lainnya
BAB VI
LOGISTIK
Pasal 48
(1). Logistik merupakan sistem pendukung kegiatan yang berkaitan
dengan penyiapan sarana dan prasarana demi kelancaran
pelaksanaan tugas;
-19-
(2). Logistik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai dari sumber
mata anggaran APBD dan/ atau BLUD RSJS Surakarta dalam tahun
berjalan.
(3). Tabel Daftar Logistik di Instalasi Sanitasi sebagaimana tercantum
dalam lampiran III merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Pasal 49
(1). Keselamatan pasien merupakan sistem yang menyelenggarakan
asuhan pasien yang aman, meliputi penilaian risiko, identifikasi, dan
pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
(2). Kecelakaan pasien akibat kegiatan layanan sanitasi dapat dicegah
dengan berbagai cara, antara lain :
1. Saat melakukan tindakan yang bisa membahayakan pasien,
pasien di pindah ke ruang lain terlebih dahulu, seperti saat
fogging di ruangan, saat menggunakan bahan kimia ( racun
rayap, ulat, tikus, dll )
2. Memilih tempat yang tidak terjangkau pasien untuk menyimpan
alat dan bahan pembersih.
3. Penggunaan papan petunjuk (lantai basah dll) saat melakukan
tindakan agar orang yang lewat bisa lebih berhati-hati
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Pasal 50
(1). Keselamatan Kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian dan kesengajaan.
(2). Kecelakaan kerja di Instalasi Sanitasi dapat dicegah dengan :
1. Pemakaian Alat Pelindung Diri.
2. Pemasangan penyekat pada alat kerja yang berbahaya.
3. Pemasaangan alat pemantau kerja mekanis pada mesin-mesin.
4. Penggantian alat/ bagian alat yang rusak dengan yang baru.
5. Pemberian petunjuk kerja yang tepat.
6. Pemasangan tanda peringatan pada tempat-tempat yang
berbahaya.
7. Pendidikan dan latihan tentang runtun/ prosedur kerja kepada
petugas
-20-
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Pasal 51
(1). Pengendalian mutu layanan sanitasi adalah upaya yang dilakukan
untuk menjamin mutu pelayanan agar selalu meningkat.
(2). Upaya program pengendalian mutu layanan sanitasi yang harus
dilakukan meliputi :
1. Standarisasi SDM sesuai dengan kualifikasi dan jumlah sesuai
dengan tugas dan beban kerja.
2. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang
tugas masing-masing melalui : pelatihan, seminar dan lain-lain.
3. Terjaminnya peralatan dalam kondisi prima baik secara fisik
maupun fungsi.
4. Setahun sekali dilakukan uji kalibrasi terhadap semua peralatan
di Instalasi Sanitasi oleh badan yang berwenang.
5. Melakukan perawatan berkala baik harian, mingguan, bulanan,
maupun tahunan terhadap peralatan sanitasi
6. Menyusun protap baik protap administrasi maupun protap teknis
sanitasi
7. Mereview protap dan kebijakan-kebijakan apakah masih sesuai
dengan kondisi terkini atau tidak.
8. Protap dibuat bersama-sama, diberlakukan oleh direktur dan
dilaksanakan secara bersama-sama, apabila ada protap yang
belum dibuat harus sesegera mungkin dibuat.
9. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan baik teknis
maupun administrasi apakah sesuai dengan prosedur.
10. Mengontrol apakah alat berjalan dengan semestinya dan bahan
tersedia dengan baik dan cukup.
11. Melaksanakan evaluasi terhadap semua kegiatan sebulan sekali
untuk dilaporkan kepada Direktur.
(3). Kegiatan Peningkatan Mutu di Instalasi Sanitasi meliputi :
1. Menetapkan dan mengukur capaian indicator mutu, mengolah
dan melakukan Analisa setiap 3 bulan
2. Mengukur capaian standar pelayanan minimum
3. Peningkatan mutu SDM dengan cara :
a. Orientasi pegawai baru
b. Pelatihan internal dan eksternal dalam bidang teknis tertentu
sesuai kebutuhan rumah sakit
c. Pendidikan berkelanjutan.
-21-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor
188/2961.25/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Sanitasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 53
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 03 Januari 2018
----------------------------------------------
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO
-22-
TABEL KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA INSTALASI SANITASI
NO NAMA JABATAN SYARAT JABATAN JUMLAH
1. Kepala Instalasi
Sanitasi
a. Pendidikan minimal Sarjana Kesehatan Masyarakat.
b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Ahli.
c. Mempunyai kemampuan sebagai pemimpin.
d. Mempunyai kemampuan perencanaan.
e. Mempuyai kemampuan
penyelenggaraan/pelaksanaan.
f. Mempunyai kemampuan pengawasan.
g. Mempunyai kemampuan kerjasama lintas
program/lintas sektor.
h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
2. Penanggung Jawab
Laboratorium dan
Promosi Kesehatan
Lingkungan
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan.
b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas
lingkungan fisika, kimia dan mikrobiologi.
d. Mampu melaksanakan pengambilan sampel untuk
pemeriksaan kualitas lingkungan.
e. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air
bersih dan air minum.
f. Mampu melaksanakan pemeriksaan kualitas air
limbah.
g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan.
h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
3. Penanggung Jawab
Pengelolaan Limbah
dan Penyehatan Air
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan.
b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil.
c. MampuPemantauan Jaringan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah)
d. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat
medis per ruangan
e. Mampu Pemantauan pengelolaan limbah padat non
medis per ruangan
f. Mampu Desinfeksi air bersih dan air limbah
g. Mampu Registrasi pengambilan & pengiriman
limbah padat medis
h. Mampu mengadministrasikan kegiatan
i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS), Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
KUALIFIKASI SUMBER DAYA
MANUSIA INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018
-23-
4. Penanggung Jawab
Monitoring Sanitasi
Ruang, Lingkungan
dan Pengendalian
Binatang
Pengganggu
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil. c. Mampu melakukan Pemantauan pemeliharaan
taman dan lingkungan luar d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi ruang dan
bangunan e. Mampu melakukan Survey kecoak f. Mampu melakukan Survey tikus, lalat & binatang
pengganggu lainnya g. Mampu melaksanakan administrasi kegiatan h. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS),
Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
5. Penanggung Jawab
Monitoring Higiene
Makanan, Minuman,
Laundry, Desinfeksi,
Sterilisasi dan
Radiasi
a. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan. b. Pernah mengikuti Diklat Jabatan Fungsional
Sanitarian Terampil. c. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Makanan
dan Minuman d. Mampu melakukan Pemantauan Sanitasi Laundry e. Mampu melakukan Pemantauan Desinfeksi/
Sterilisasi Peralatan Medis f. Mampu melakukan Pemantauan Radiasi g. Mampu melakukan administrasi kegiatan h. Mampu melakukan tugas lain yang berkaitan
dengan kedinasan i. Mampu melaksanakan Basic Life Support(BLS),
Hand Higiene, evaluasi bencana dan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO
-24-
TABEL STANDAR FASILITAS INSTALASI SANITASI
1 Fasilitas bangunan
a. Bangunan pengolah limbah b. Bangunan pengolah air c. Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi d. Bangunan dan peralatan laboratorium kesehatan lingkungan e. Alat sterilisasi/ desinfeksi f. Alat pencucian dan pembersihan
2 Fasilitas Peralatan
a. Peralatan Laboratorium Kesling b. Autoklaf c. Inkubator d. Komputer e. Meja f. Kursi g. Almari h. Sound Level Meter i. Thermohigrometer j. Multiparameter
DENAH RUANG DAN TABEL STANDAR
FASILITAS INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018
-25-
TABEL DAFTAR LOGISTIK
INSTALASI SANITASI
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.27 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018
TABEL JENIS LOGISTISK INSTALASI SANITASI
NO JENIS LOGISTIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Mesin pembakar sampah infeksius (Incinerator) yang berijin
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Bangunan pengolah air bersih/ reservoir air bersih
Bangunan gudang bahan dan alat sanitasi
Peralatan laboratorium kesehatan lingkungan
Alat sterilisasi (sterilisator)
Alat pencucian dan pembersihan
Alat desinfeksi (desinfektor)
Alat pemeriksaan dan monitoring sanitasi
Sarana pengelolaan sampah
Standar layanan RS/ Pedoman/ Panduan/Protap
Peraturan perundangan di bidang sanitasi RS
Buku/ reference
Informasi kemajuan IPTEK
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO