Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
-1-
Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi
arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok
yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
b. bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar
di Unit Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar
Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi
sektoral maupun internal maka perlu ditetapkannya Penodman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dengan Peraturan Direktur
RS. Jiwa Daerah Surakarta.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RRUUMMAAHH SSAAKKIITT JJIIWWAA DDAAEERRAAHH SSUURRAAKKAARRTTAA Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920
E-mail : [email protected] Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR : 188 / 033.8 / 01 / 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
-2-
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008
tentang Rekam Medis;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Yang Wajib Dilaksanakan Daerah;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan pasien Rumah Sakit;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman pelaksanaan program JKN;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
18. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 378/Menkes/SK/IV/2008
tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit;
19. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit;
20. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701/YANMED/RSKS/GDE/
VII/1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat;
21. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta;
22. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun
2013 Tentang Tarif Pelayanan Pada Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jawa Tengah;
23. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
24. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/086/2015 tanggal
30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah;
-3-
25. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor:
188/001.5/01/2018 tanggal 02 Januari 2018 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Instalasi
Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
GAWAT DARURAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang selanjutnya disebut RSJD
Surakarta adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Klas A Khusus milik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi
Jawa Tengah;
6. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang
menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
7. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit
pelayanan yang meliputi : Ruang Lingkup pelayanan, Standar
ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan, Logistik,
Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.
8. Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertamapada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu denganmelibatkan berbagai
multidisiplin.
9. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma/penyakit serta kecepatan
penanganan/pemindahannya.
10. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul.
-4-
11. Survey Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap
kondisi yang mengancam jiwa.
12. Survey Sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari
perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi
semakin parah dan memperberat perubahanfungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
13. Pasien Gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatpertolongan secepatnya.
14. Pasien Gawat Tidak Darurat adalah Pasien berada dalam keadaan
gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker
stadium lanjut
15. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah Pasien akibat musibah yang
datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
16. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat, Misalnya pasien dengan ulcus
tropium , TBC kulit , dan sebagainya
17. Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian dimana terjadi interaksi
berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki
sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
18. Cidera adalah Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai
akibat kecelakaan.
19. Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaaan manusia, kerugian harta benda,kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkangangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional
yangmemerlukan pertolongan dan bantuan.
20. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salahsatu system / organ di bawah ini, yaitu :
Susunan saraf pusat, Pernafasan, Kardiovaskuler, Hati, Ginjal,
Pancreas.
21. Kegagalan (kerusakan) System / organ tersebut dapat disebabkan
oleh : Trauma / cedera, Infeksi, Keracunan (poisoning), Degerenerasi
(failure), Asfiksi, Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
(excessive loss of water andelectrolit)
-5-
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat pada RSJD Surakarta, meliputi:
a. Standar Ketenagaan;
b. Standar Fasilitas;
c. Tatalaksana Pelayanan;
d. Logistik;
e. Keselamatan Pasien;
f. Keselamatan Kerja; dan
g. Pengendalian Mutu.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Pasal 3
(1). Standar Ketenagaan pada Instalasi Gawat Darurat, meliputi : Jumlah,
kualifikasi pendidikan dan kompetensi lain yang dipersyaratkan.
(2). Tabel nama jabatan, syarat jabatan dan jumlah tenaga sebagaimana
tercantum dalam lampiran I merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
Pasal 4
Pengaturan jaga / jadwal dinas bagi personil di Instalasi Gawat Darurat,
dibedakan menjadi :
a. Pengaturan Jaga Perawat IGD;
b. Pengaturan Jaga Dokter IGD;
c. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen.
Bagian Kesatu
PENGATURAN JAGA PERAWAT IGD
Pasal 5
Pengaturan Jaga Perawat IGD sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf
a, meliputi :
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung
jawabkan olehKepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Kepala
Bidang Keperawatan
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawatpelaksana IGD setiap satu bulan.
-6-
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, makaperawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan.Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenagacukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaandisetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
(PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
masa kerja minimal 2tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat
daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, liburdan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jagasesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka
perawat yangbersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam
sebelum dinas pagi, 4 jamsebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu IGD,diharapkan perawat yang
bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,Apabila perawat
yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
makaKaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itulibur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telahditetapkan (tidak terencana), maka KaRu IGD akan
mencari perawat penggantiyang hari itu libur atau perawat IGD yang
tinggal di asrama. Apabila perawatpengganti tidak di dapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnyawajib untuk
menggantikan.
Bagian Kedua
PENGATURAN JAGA DOKTER IGD
Pasal 6
Pengaturan Jaga Dokter IGD sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf
b, meliputi :
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka
Instalasi GawatDarurat dan disetujui oleh Kepala Bidang Pelayanan
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkanke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1
minggu sebelum jaga dimulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuaidengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan keKa Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3
hari sebelum tanggal jaga, sertadokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga pengganti.
-7-
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harusmenginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di
harapkan doktertersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti,
apabila dokter jagapengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi
Gawat Darurat wajib untukmencarikan dokter jaga pengganti,
yaitu digantikan oleh dokter jaga yangpada saat itu libur atau
dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokterjaga
pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajibuntuk menggantikan
Bagian Ketiga
PENGATURAN JADWAL DOKTER KONSULEN
Pasal 7
Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
huruf c, meliputi :
a. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Kepala Instalasi yang dapat dibantu oleh koordianator dokter jaga
IGD.
b. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudahdiedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang
bersangkutan 1 minggusebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuaidengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kabid Pelayanan atau ke Ka Instalasi IGD
paling lambat 3 hari sebelumtanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga konsulenpengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kabid Pelayanan atau ke Ka Instalasi IGD
dan diharapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti,apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Kabid Pelayanan atau Ka Instalasi IGD wajib
untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti
BAB IV
STANDAR FASILITAS
Pasal 8
(1). Standar Fasilitas Instalasi Gawat Daurat pada RSJD Surakarta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
(2). Tabel Tabel Standar Fasilitas Instalasi Gawat Daurat sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
-8-
BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
Pasal 9
Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan di Instalasi Gawat Daurat
meliputi:
a. Pendaftaran Pasien;
b. Sistim Komunikasi IGD;
c. Pelayanan Triase;
d. Pengisian Informed Consent;
e. Transportasi Pasien;
f. Pelayanan False Emergency;
g. Pelayanan Visum Et Repertum;
h. Pelayanan Death On Arrival (DOA);
i. Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit;
j. Sistim Rujukan;
Bagian Kesatu
PENDAFTARAN PASIEN
Pasal 10
(1). Petugas Penanggung Jawab Pendaftaran Pasien, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf a adalah Perawat IGD dan Petugas
Admission
(2). Perangkat Kerja Pendaftaran Pasien, sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 huruf a adalah Status Medis
(3). Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD Pendaftaran Pasien,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf a adalah
a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien /
keluarga dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )
b. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan bagian
Keswamas RSJD Surakarta
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission
akanmemberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang
bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung
jawab melakukan pendaftaran di bagian admission
-9-
Bagian Kedua
SISTIM KOMUNIKASI IGD;
Pasal 11
(1). Petugas Penanggung Jawab Sistim Komunikasi IGD, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf b adalah Dokter/perawat jaga IGD
(2). Perangkat Kerja Sistim Komunikasi IGD, sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 huruf b adalah Pesawat telpon dan Hand phone
(3). Tata Laksana Pelayanan Triase IGD Sistim Komunikasi IGD,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf b adalah
a. Antara IGD dengan unit lain dalam RS Jiwa Daerah Surakarta
adalah dengan nomorextension masing-masing unit ( IGD –118 )
b. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang
terkait denganpelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan
pesawat telephone langsungdari IGD
c. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan handphone (Dari luar RS Jiwa Daerah Surakarta
dapat langsung melalui telepon)
Bagian Ketiga
PELAYANAN TRIASE;
Pasal 12
(1). Petugas Penanggung Jawab Pelayanan Triase, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf c adalah Dokter/perawat jaga IGD
(2). Perangkat Kerja Pelayanan Triase, sebagaimana dimaksud pada Pasal
9 huruf c adalah Stetoscope, Tensimeter dan Status medis
(3). Tata Laksana Pelayanan Triase IGD Pelayanan Triase, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf c adalah
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO –
IGD – 002 )
b. Dokter/perawat jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien
secara lengkap danmenentukan prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa
/ mengancamfungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d. Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam
jiwa / fungsi vital,bila tidak segera ditangani dalam waktu
singkat. Penanganan dan pemindahanbersifat terakhir. Pasien
ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah
e. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasienditempatkan diruang non
bedah
-10-
Bagian Keempat
PENGISIAN INFORMED CONSENT;
Pasal 13
(1). Petugas Penangung Jawab Pengisian Informed Consent,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf d adalah Dokter jaga IGD
(2). Perangkat Kerja Informed Consent, sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 huruf d adalah Formulir Persetujuan Tindakan
(3). Tata Laksana Informed Consent, sebagaimana dimaksud pada Pasal
9 huruf d adalah
a. Dokter IGD yang sedang bertugas dibantu kepala shift
menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent pada pasien
/ keluarga pasien.
b. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap
disaksikan oleh perawat.
c. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
Bagian Kelima
TRANSPORTASI PASIEN;
Pasal 14
(1). Petugas Penanggung Jawab Transportasi Pasien, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf e adalah Perawat IGD dan Supir
Ambulan
(2). Perangkat Kerja Transportasi Pasien, sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 huruf e adalah Ambulan dan Alat Tulis
(3). Tata Laksana Transportasi Pasien IGD, sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 huruf e adalah
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS Jiwa
Daerah Surakartasebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi IGD .
b. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan
(nama pasien ruangrawat inap, waktu penggunaan & tujuan
penggunaan
c. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk
menyiapkankendaraan
d. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi
pasien.
-11-
Bagian Keenam
PELAYANAN FALSE EMERGENCY;
Pasal 15
(1). Petugas Penanggung Jawab Pelayanan False Emergency,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf f adalah Perawat
Admission dan Dokter jaga IGD
(2). Perangkat Kerja Pelayanan False Emergency, sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 huruf f adalah Stetoscope, Tensi meter dan Alat Tulis
(3). Tata Laksana Pelayanan False Emergency, sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 huruf f adalah
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian
admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran
dokter
Bagian Ketujuh
PELAYANAN VISUM ET REPERTUM;
Pasal 16
(1). Petugas Penanggung Jawab Pelayanan Visum Et Repertum ,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf g adalah Petugas Rekam
Medis dan Dokter jaga IGD
(2). Perangkat Kerja Pelayanan Visum Et Repertum, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf g adalah Form rekam medis
(3). Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum, sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 huruf g adalah
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari
pihak kepolisian/kejaksaan.
b. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada
dokter jaga yang menangani pasien terkait
c. visum et repertum diselesaikan oleh tim psikiater setelah
diadakan beberapa pemeriksaan
-12-
Bagian Kedelapan
PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL (DOA);
Pasal 17
(1). Petugas Penanggung Jawab Pelayanan Death On Arrival (DOA),
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf h adalah Dokter jaga IGD
dan Petugas Satpam
(2). Perangkat Kerja Pelayanan Death On Arrival (DOA), sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf h adalah Senter, Stetoscope, EKG dan
Surat Kematian
(3). Tata Laksana Death On Arrival IGD (DOA), sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 huruf h adalah
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan
perawatan jenazah
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah
dengan bagianumum / keamanan
Bagian Kesembilan
SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT;
Pasal 18
(1). Petugas Penanggung Jawab Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah
Sakit, sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf i adalah Perawat
IGD
(2). Perangkat Kerja Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf i adalah Ambulan dan
Handphone
(3). Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf i adalah
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi
mengenai kondisi pasienyang akan dibawa, kepada perawat IGD
RS Jiwa Daerah Surakarta.
b. Isi informasi mencakup :
1) Keadaan umum (kesadaran dan tanda – tanda vital)
2) Peralatan yang diperlukan di IGD (suction, monitor,
defibrillator)
3) Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
4) Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & kepala
Shift serta menyiapkanhal-hal yang diperlukan sesuai dengan
laporan yang diterima dari petugasambulan.
-13-
Bagian Kesepuluh
SISTIM RUJUKAN;
Pasal 19
(1). Petugas Penanggung Jawab Sistim Rujukan, sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 huruf j adalah Dokter IGD dan Perawat IGD
(2). Perangkat Kerja Sistim Rujukan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 9
huruf j adalah Ambulan, Formulir persetujuan tindakan dan Formulir
rujukan
(3). Tata Laksana Sistim Rujukan IGD, sebagaimana dimaksud pada Pasal
9 huruf j adalah
a. Alih Rawat
1) Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga
rumah sakit rujukanmengenai keadaan umum pasein
3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat
IGD menghubungi RS rujukan sesuai kondisi pasien
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga
mengenai tujuanpemeriksaan diagnostik, bila setuju maka
keluarga pasien harus mengisiinformed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Jiwa Daerah
Surakarta
c. Spesimen
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan
pemeriksaan spesimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan
kepetugaslaboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan pengambilan spesimen
BAB VI
LOGISTIK
Pasal 20
(1). Logistik merupakan sistem pendukung kegiatan yang berkaitan
dengan penyiapan sarana dan prasarana demi kelancaran
pelaksanaan tugas;
(2). Logistik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai dari sumber
mata anggaran APBD dan/ atau BLUD RSJS Surakarta dalam tahun
berjalan.
-14-
Pasal 21
(1). Logistik yang tersedia di ruang IGD dikelompokkan menjadi dibagi
farmasi; makanan untuk pasien; logistik umum; logistik teknis dan
bahan tenun.
(2). Logistik farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Dalam
usaha memenuhi ketersediaan farmasi di ruang IGD, kepala ruang
berkoordinasi dengan instalasi farmasi, dengan sistem distribusi yang
telah ditetapkan oleh instalasi farmasi.
(3). Logistik makanan untuk pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Dalam usaha memenuhi ketersediaan makanan untuk pasien
IGD, kepala ruang berkoordinasi dengan instalasi gizi, dengan sistem
distribusi yang telah ditetapkan oleh instalasi gizi.
(4). logistik umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti alat
administrasi ruangan, alat kebersihan pasien, alat kebersihan
ruangan
(5). logistik teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yakni:
a. Alat kesehatan tidak habis pakai misalnya tensimeter, timbangan
badan, pengukur tinggi badan, alat fiksasi, dan lain-lain.
b. Alat kesehatan habis pakai, misalnya pampers, kapas beralkohol,
hand sanitizer, dan anti septik.
(6). Logistik bahan tenun sebagaimana dimaksud pada ayat (1),,
misalnya sprei, seragam pasien, taplak, dan lain-lain. Dalam usaha
memenuhi ketersediaan bahan tenun untuk pasien rawat inap, kepala
ruang berkoordinasi dengan instalasi laundry, dengan sistem
distribusi yang telah ditetapkan oleh instalasi laundry.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Pasal 22
(1). Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
(2). Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety) sebagaimana dimaksud
pada pasal (1) meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(3). Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety) sebagaimana dimaksud
pada pasal (1) ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
-15-
Pasal 23
Tujuan Keselamatan Pasien pada Instalasi Gawat Darurat, meliputi :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadipengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Pasal 24
Tata Laksana Keselamatan Pasien pada Instalasi Gawat Darurat,
meliputi:
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan
Insiden Keselamatan”
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Pasal 25
(1). Keselamatan Kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian dan kesengajaan.
(2). Keselamatan Kerja pada Instalasi Gawat Darurat dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Pasal 26
(1). Indikator mutu yang digunakan di IGD RS Jiwa Daerah Surakarta
dalam memberikan pelayanan adalah:
1. Waktu Tanggap Pelayanan Dokter Terhadap Pasien di IGD
2. Waktu Pelayanan Terhadap Pasien di IGD
(2). Dalam pelaksanaan indikator mutu pada Instalasi Gawat Darurat
menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi
serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.
-16-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor
188/2961.8/08/2014 tanggal 8 Agustus 2014 tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 03 Januari 2018
----------------------------------------------
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO
-17-
STANDAR KETENAGAAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.8 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018
TABEL POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI SDM IGD
NAMA JABATAN KUALIFIKASI KETERANGAN
Kepala Instalasi Dokter Memiliki sertifikat pelatihan
kegawatdaruratan
Kepala Ruang S1 Memiliki sertifikat pelatihan
kegawatdaruratan
Dokter Jaga S1 Memiliki sertifikat pelatihan
kegawatdaruratan
Kepala tim S1 Memiliki serifikat pelatihan
kegawatdaruratan
Perawat D3 Memiliki serifikat pelatihan
kegawatdaruratan
TABEL POLA PENGATURAN KETENAGAAN INSTALASI GAWAT DARURAT
NO WAKTU JUMLAH KETERANGAN
1. Dinas Pagi 6 (enam) orang
dengan standar
minimal bersertifikat
ACLS/BTCLS
1 orang Ka Inst.
1 orang Ka Ru
1 orang Dokter Jaga
3 orang Pelaksana
2. Dinas Sore 4 (empat) orang
dengan standar
minimal bersertifikat
ACLS/BTCLS
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Dokter Jaga
2 orang Perawat Pelaksana
3. Dinas Malam 4 ( empat ) orang
dengan standar
minimal bersertifikat
ACLS/BTCLS
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Dokter Jaga
2 orang Perawat Pelaksana
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO
-18-
STANDAR FASILITAS
INSTALASI GAWAT DARURAT
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 188 / 033.8 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018
FASILITAS & SARANA
IGD RS Jiwa Daerah Surakarta berlokasi di sebelah timur gedung utama yang terdiri dari
ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah minor , ruangan tindakan non
bedah,ruangan observasi, ruangan dekontaminasi dan ruangan khusus pasien psikiatri.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiridari
satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur,
ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur, ruangan khusus psikiatri terdiri dari 3
(tiga) tempat tidur.
PERALATAN
Peralatan yang tersedia di IGD RSJD Surakarta mengacu kepada buku pedoman pelayanan
Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat. Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantungseperti monitor dan defribrilator.
NO NAMA KETERANGAN
1. Alat – alat untuk
ruang resusitasi
1) Mesin suction (1 set)
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter (1 set)
3) Laringoskope anak & dewasa (1 set)
4) Spuit semua ukuran (masing – masing 10 buah)
5) Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan)
6) Infus set / transfusi set (5 / 5 buah)
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada
gantungan infus &penghalang (1 buah
8) Gunting besar (1 buah)
9) Defribrilator (1 buah)
10) Monitor EKG (1 buah)
11) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan
resusitasi (1 buah)
12) Papan resusitasi (1 buah)
13) Ambu bag (1 buah)
14) Stetoskop (1 buah)
15) Tensi meter (1 buah)
16) Thermometer (1 buah)
17) Tiang Infus (1 buah)
-19-
2. Alat – alat untuk
ruang tindakan
bedah
1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang
punggung (1 set )
2) Verban segala ukuran :
4 x 5 em (5 buah)
4 x10 em (5 buah)
3) Vena seksi set (1 set)
4) Extraksi kuku set (2 set)
5) Hecting set (5 set)
6) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
Jarum ( 1 set )
7) Lampu sorot (1 buah)
8) Kassa (1 tromol)
9) Cirkumsisi set (1 set)
10) Ganti verban set (3 set)
11) Stomach tube / NGT
Nomer 12 (3 buah)
Nomer 16 (3 buah)
Nomer 18 (2 buah)
12) Spekulum hidung (2 buah)
13) Spuit sesuai kebutuhan
5 cc (5 buah)
2.5 cc (5 buah)
14) Infus set (1 buah)
15) Dower Catheter segala ukuran
Nomer 16 (2 buah)
Nomer 18 (2 buah)
16) Emergency lamp (1 buah)
17) Stetoskop (1 buah)
18) Tensimeter ( 1 buah )
19) Thermometer ( 1 buah )
20) Elastis verban sesuai kebutuhan
6 inchi ( 1 buah )
4 inchi ( 2 buah )
3 inchi ( 1 buah )
21) Tiang infus ( 2 buah )
3. Alat – alat untuk
ruang tindakan
non bedah
1) Stomach tube / NGT
Nomer 16 ( 2 buah )
Nomer 18 ( 2 buah )
Nomer 12 ( 3 buah )
2) Urine bag ( 3 buah )
3) Otoscope ( 1 buah )
4) Nebulizer ( 1 buah )
5) Mesin EKG ( 1 buah )
6) Infus set ( 1 buah )
7) IV catheter semua nomer ( 1 set )
-20-
8) Spuit sesuai kebutuhan :
1 cc ( 5 buah )
2.5 cc ( 5 buah )
5 cc ( 5 buah )
10 cc ( 5 buah )
20 cc ( 3 buah )
50 cc ( 3 buah )
9) Tensimeter ( 1 buah )
10) Stetoskop ( 1 buah )
11) Thermometer ( 1 buah )
12) Tiang infus ( 1 buah )
4. Alat – alat untuk
ruang observasi
1) Tensi meter ( 1 buah )
2) Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3) Termometer ( 1 buah )
4) Stetoskop ( 1 buah )
5) Standar infus ( 1 buah )
6) Infus set ( 1 set )
7) IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8) Spuit sesuai kebutuhan
1 cc ( 5 buah )
2.5 cc ( 5 buah )
5 cc ( 5 buah )
10 cc ( 5 buah )
5. Alat-alat dalam
ruangan khusus
psikiatri
Fiksasi mekanik
6. Alat – alat dalam
trolly emergency
1) Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RSJD
Surakarta
2) Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RSJD
Surakarta
3) Alat – alat kesehatan
a) Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1
buah )
b) Oropharingeal airway
Nomer 3 ( 2 buah )
Nomer 4 ( 2 buah )
c) Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
d) Magyl forcep
e) Face mask ( 1 buah )
f) Urine bag non steril ( 5 buah )
g) Spuit semua ukuran
h) Infus set ( 1 set)
i) Endotracheal tube ( dewasa & anak )
Nomer 2.5 ( 1 buah )
Nomer 3 ( 1 buah )
Nomer 4 ( 1 buah )
Nomer 7 ( 1 buah )
Nomer 7.5 ( 1 buah )
-21-
Nomer 8 ( 1 buah )
j) Slang oksigen sesuai kebutuhan
k) Stomach tube / NGT
Nomer 16 ( 2 buah )
Nomer 18 ( 2 buah )
Nomer 12 ( 3 buah )
l) IV catheter sesuai kebutuhan
Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )
Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )
m) Suction catheter segala ukuran
Nomer 10 ( 3 buah )
Nomer 12 ( 2 buah )
n) Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 )
7. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSJD Surakarta
saat ini memiliki 2 (dua ) unit ambulance yang kegiatannya
berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
FASILITAS & SARANA UNTUK AMBULANCE
NO NAMA KETERANGAN
1. Perlengkapan
Ambulance
1) AC
2) Sirine
3) Lampu rotater
4) Sabuk pengaman
5) Sumber listrik / stop kontak
6) Lemari untuk alat medis
7) Lampu ruangan
8) Wastafel
2. Alat & Obat
1) Tabung Oksigen ( 1 buah )
2) Mesin suction ( 1 buah )
3) Monitor EKG 1 buah )
4) Stretcher ( 1 buah )
5) Scope ( 2 buah )
6) Piala ginjal ( 5 buah )
7) Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving (Cairan infus : RL, NaCL 0,9
% ( 5 / 10 kolf )
Senter ( 2 buah )
Stetoskop ( 3 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Piala ginjal ( 5 buah )
Oropharingeal air way
Gunting verban ( 2 buah )
Tongue Spatel ( 1 buah )
Reflex hummer ( 2 buah )
Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
-22-
TABEL STANDAR OBAT IGD RS JIWA DAERAH SURAKARTA
NO NAMA KETERANGAN
1. Obat Live Saving
a. Injeksi
Haloperidol 5 mg (Lodomer) Ampul inj
CPZ 25 inj ampul
Aminophilin Ampul
Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodics
Diazepam Ampul ( Minor Transquillizer)
Ephinephrin Ampul 2
Lidocain Ampul Anastetic lokal
Valium Ampul 14 Sedatif
Olanzapine inj ( Zyprexa)
Aripriprazole (Abilify) inj
b. Tablet Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/Betabloker
Adalat 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi /Betabloker
Haloperidol 5 mg
Risperidone 2 mg
Risperidone 3 mg
Trifluperazine 5 mg
Chlorpromazine 25 mg, 100 mg
Amitriptiline 25 mg
Clobazam 10 mg
Quetiapine (Seroquel) XR 200mg dan 400 mg
c. Cairan Infus
Dextrose 5 % 500 ml
RL 500 ml
Na Cl 500 ml
d. Suppositoria
Dulcolax supp
Analgetik
2. Obat Penunjang
a. Injeksi Mersibion injeksi
b. Obat tablet
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
R. BASOEKI SOETARDJO