219
PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS BERDASARKAN FAKTOR RISIKO PEKERJAAN PEKERJA PRODUKSI BAKSO CV UNIQUE MANDIRI PERKASA BEKASI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh : Agin Darojatul Aghnia 1112101000033 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017

PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS BERDASARKAN

FAKTOR RISIKO PEKERJAAN PEKERJA PRODUKSI BAKSO CV UNIQUE

MANDIRI PERKASA BEKASI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh :

Agin Darojatul Aghnia

1112101000033

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017

Page 2: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

i

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Mei 2017

Agin Darojatul Aghnia, NIM : 1112101000033

Pemetaan Keluhan Muskuloskeletal Disorders Berdasarkan Faktor Risiko Pekerjaan

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi Tahun 2017

xx + 147 halaman, 36 tabel, 34 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

Keluhan Muskuloskeletal disorders (MSDs) merupakan keluhan yang diakibatkan

adanya postur janggal, beban angkut berlebih dan gerakan berulang. Pekerja produksi bakso

CV Unique Mandiri Perkasa masih memiliki risiko untuk terjadinya keluhan MSDs

dikarenakan proses produksi yang semi konvensional dan juga desain kerja yang tidak

ergonomis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan terdapat pekerja masih memiliki

postur janggal, mengangkat beban >5kg, dan gerakan repetisi. Hasil wawancara pada 13

pekerja menunjukkan, sebanyak 11 pekerja mengeluhkan keluhan MSDs.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif untuk mengetahui pemetaan keluhan

MSDs berdasarkan faktor risiko pekerjaan yang dilakukan pada bulan Febuari 2017 hingga

Mei 2017 dengan jumlah sample sebanyak 40 pekerja Pengukuran dan penilaian risiko

menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Sedangkan untuk mengukur

tingkat keluhan MSDs menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM).

Hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 95% pekerja mengalami keluhan MSDs.

Terdapat 17,5% pekerja memiliki faktor risiko pekerjaan kategori tinggi. Hasil pemetaan

keluhan MSDs berdasarkan faktor risiko pekerjaan pada penelitian menunjukkan bahwa lebih

banyak pekerja dengan persentase pekerja yang mengalami keluhan MSD pada faktor risiko

pekerjaan yang berisiko dengan tiga bagian tertinggi adalah 100% pada gerakan repetisi, 95%

pada beban angkut dan pada bagian punggung sebesar 80%.

Untuk mengurangi keluhan MSDs perusahaan disarankan melakukan engineering

control berupa menambahkan meja kerja dan kursi kerja, memodifikasi ketinggian mesin,

dan menambahkan alat bergagang panjang dan nyaman digenggam.

Daftar bacaan: 109 (tahun 1989-2016)

Keyword: Musculoskeletal Disorders (MSDs), REBA, Keluhan MSDs

Page 4: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Thesis, May 2017

Agin Darojatul Aghnia, NIM: 1112101000033

Mapping of Musculoskeletal Disorders Complaints Based on Occupational Risk Factor of

Production Workers in CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi Year 2017

xx + 147 pages, 36 tables, 34 images, 7 attachments

ABSTRACT

Musculoskeletal disorders (MSDs) are caused by odd posture, excessive loads and repetitive

motion. Production workers of CV Unique Mandiri Perkasa meatballs are still exposed to the

risk of the occurrence of MSDs due to semi-conventional production process and also work

design that is not ergonomic. Based on preliminary study results, there are workers that still

have odd posture, lifting weights > 5kg, and repetitive movement. The results of interviews on

13 workers showed, as many as 11 workers complained about MSDs.

This research is descriptive quantitative to find out the mapping of MSDs complaints based

on occupational risk factors conducted in February 2017 until May 2017 with total sample of

40 workers. Measurement and risk assessment were done using Rapid Entire Body

Assessment (REBA) method. Meanwhile, measuring the level of MSDs complaints was done

using Nordic Body Map (NBM) questionnaire.

The result of this research is 95% of production workers have complaints for MSDs. There

are 17.5% of workers with high job risk factors. Results of mapping of MSDs complaints

based on occupational risk factors in the study showed that more workers with percentage of

workers who experienced MSDs complaints on risky work risk factors, especially 100% on

the repetitive movement, 95% on the load, and 80% on the back.

To reduce MSDs complaints, company is advised to do engineering control in the form of

adding work tables and work chairs, modifying the height of the machine, and adding

standardized tools to reach a distant object.

Reading list : 109 (1989-2016)

Keywords : Musculoskeletal Disorders (MSDs), REBA, MSDs Complaint

Page 5: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Page 6: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

v

Page 7: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Agin Darojatul Aghnia

Tempat/Tanggal

Lahir

Kuningan, 19 Juni 1994

Agama Islam

Jenis Kelamin Laki-Laki

Alamat Jl. Sepakat 2, RT.01/RW. 001 No.26, Kel.

Cilangkap, Kec. Cipayung, Jakarta Timur 13870

Nomor Hp +6285793241993

Email [email protected]

Riwayat

Pendidikan

TK Islam RA Bukhara

Pondok Rangon, Jakarta Timur

SD Negeri Cilangkap 04 Pagi

Cilangkap, Jakarta Timur

MTs. Negeri 22 Jakarta

Cipayung, Jakarta Timur

SMA Negeri 105 Jakarta

Ciracas, Jakarta Timur

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK), Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)

Tangerang Selatan, Banten

(1999-2000)

(2000-2006)

(2006-2009)

(2009-2012)

(2012-

sekarang)

Pengalaman

Organisasi

Anggota Pramuka MTs. Negeri 22 Jakarta

Anggota Klub Volly MTs, Negeri 22 Jakarta

Anggota Paskibra SMA Negeri 105 Jakarta

Anggota Klub Volly SMA Negeri 105 Jakarta

Staff IT Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif

(2006)

(2007)

(2010-2011)

(2009-2011)

(2014-2015)

Page 8: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

vii

Hidayatullah Jakarta

Manager IT Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

(2015-2016)

Pengalaman

Kepanitiaan

Panitia, Rapat Kerja Forum Studi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Panitia, Seminar Pengembangan Profesi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program

Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

(2013)

(2015)

Pengalaman

Pelatihan

Peserta Seminar Pengembangan Profesi K3

“Gambaran Budaya K3 di RS” di FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Peserta Seminar tentang Hari Peringatan

Tembakau Sedunia di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya

Menghadapai Tantangan Kesehatan Masyarakat

Indonesia Post MDGs: Healthy People – Healthy

Environment” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP

No.50 Tahun 2012 di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Workshop “Safety In The Process Industries” di

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Workshop “Ergonomics In The Work Place” di

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seminar Pengembangan Profesi “Optimalisasi

Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan

Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi

Nasional” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar Pengembangan Profesi “Have Your

Perfect Weight with a Proper Diet” di FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Seminar Pengembangan Profesi “Menstrual and

Pre-Menstrual Syndrome” di FKIK UIN Syarif

(2013)

(2013)

(2014)

(2014)

(2014)

(2014)

(2014)

(2014)

(2014)

Page 9: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

viii

Hidayatullah Jakarta

Kajian Ilmu K3 Bersama “Keselamatan

Konstruksi (Lifting Crane)” di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Workshop “Management Of Fire Safety” di

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Workshop “Risk Assessment In The Work

Place” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seminar Pengembangan Profesi “Combat The

Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis-

Free Country by 2020” di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Kajian Ilmu K3 Bersama “Pengenalan ISO

14001: 2015 dan Implementasinya” di FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2015)

(2015)

(2015)

(2015)

(2016)

Page 10: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,

Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayahNya jualah maka penulis mampu

merampungkan skripsi yang berjudul “Pemetaan Keluhan Muskuloskeletal Disorders

Berdasarkan Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja Produksi Bakso Cv Unique Mandiri

Perkasa Bekasi Tahun 2017”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah

SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang

pengetahuan Allah yang Maha luas.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan laporan ini,

penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta, yaitu Ayah, Ibu dan adik-adik saya serta Nadya atas do‟a dan

dukungan yang diberikan tidak mengenal batas dan waktu.

2. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing satu dan dosen

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan

arahan dan motivasi dalam menyusun, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Gitalia Budi Utami, M.KM selaku pembimbing dua yang senantiasa

memberikan masukan, arahan dan semangat kepada saya dalam menyusun dan

penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

para dosen Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diajarkan.

Page 11: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

x

5. Pak H. Sholihin, selaku owner CV Unique Mandiri Perkasa yang telah

mengizinkan dan memudahkan dalam melakukan penelitian

6. Pak Aan Anshori selaku manager di CV Unique Mandiri Perkasa yang telah

memfasilitasi dalam melakukan penelitian

7. Karyawan CV Unique Mandiri Perkasa yang secara sukarela membantu peneliti

ketika membutuhkan informasi dalam penyusunan skripsi

8. Astrid, Ika, Rico, Qory, Widi dan Nova yang telah membantu dalam turun

pengambilan data primer.

9. Teman-teman peminatan K3, dan Kesehatan Masyarakat 2012 lainnya yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap, semoga

kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh/shalehah di hadapan Allah SWT dan menjadi

pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang

membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

Semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya, dan kepada

seluruh pembaca secara keseluruhan.

Jakarta, Mei, 2017

Penulis

Page 12: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................................ xix

DAFTAR ISTILAH .............................................................................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................................................................. 8

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 9

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................................. 9

1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................................ 9

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 10

1.5.1 Bagi Perusahaan ............................................................................................................ 10

1.5.2 Bagi Pekerja .................................................................................................................. 10

1.5.3 Bagi Peneliti Lainnya .................................................................................................... 10

1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 10

2.1 Muskuloskeletal Disorders (MSDs) ..................................................................................... 10

2.1.1 Definisi Muskuloskeletal Disorders ............................................................................. 10

2.1.2 Gejala MSDs ................................................................................................................. 10

2.1.3 Keluhan MSDs .............................................................................................................. 11

2.1.4 Jenis-Jenis MSDs .......................................................................................................... 12

2.2 Alat Ukur MSDs ................................................................................................................... 15

2.2.1 Nordic Body Map (NBM) ............................................................................................. 15

2.2.2 Dutch Musculoskeletal Questionnaire (DMQ) ............................................................ 17

2.2.3 Musculoskeletal Discomfort Survey by NIOSH ........................................................... 19

2.2.4 Cornell Musculoskeletal Disorders Questionnaire (CMDQ) ...................................... 21

2.3 Faktor Risiko MSDs ............................................................................................................. 23

2.3.1 Faktor Individu .............................................................................................................. 23

Page 13: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xii

2.3.1.1 Usia ........................................................................................................................... 23

2.3.1.2 Masa Kerja ................................................................................................................ 24

2.3.1.3 Jenis Kelamin ............................................................................................................ 25

2.3.1.4 Kebiasaan Merokok .................................................................................................. 26

2.3.1.5 Indeks Masa Tubuh ................................................................................................... 27

2.3.1.6 Kesegaran Jasmani .................................................................................................... 29

2.3.1.7 Beban Kerja .............................................................................................................. 29

2.3.1.8 Kekuatan Fisik .......................................................................................................... 31

2.3.2 Faktor Pekerjaan ........................................................................................................... 33

2.3.2.1 Postur Kerja .............................................................................................................. 33

2.3.2.2 Gerakan Berulang ..................................................................................................... 34

2.3.2.3 Lama kerja ................................................................................................................ 34

2.3.2.4 Beban Angkut ........................................................................................................... 35

2.3.2.5 Quick Exposure Cheklist (QEC) ............................................................................... 36

2.3.2.6 Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) ..................................... 38

2.3.2.7 Rapid Upper Limb Assesment (RULA) .................................................................... 39

2.3.2.8 Rapid Entire Body Assesment (REBA) .................................................................... 42

2.3.2.9 Assessment of Repetitive Tasks (ART) .................................................................... 43

2.3.2.10 Manual Handling Assesment Chart (MAC) .......................................................... 44

2.3.3 Faktor Lingkungan ........................................................................................................ 49

2.3.3.1 Getaran ...................................................................................................................... 49

2.3.3.2 Mikroklimat .............................................................................................................. 49

2.3.3.3 Pencahayaan .............................................................................................................. 50

2.4 Upaya Pencegahan MSDs ..................................................................................................... 51

2.5 Kerangka Teori ..................................................................................................................... 53

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................................. 54

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................................. 54

3.2 Definisi Operasional ............................................................................................................. 56

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 60

Desain Penelitian ................................................................................................................. 60 4.1

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................................ 60

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................................ 60

4.4 Alat/ Instrumen Penelitian .................................................................................................... 61

4.5 Metode Pengambilan Data .................................................................................................... 62

4.6 Pengolahan Data ................................................................................................................... 74

4.6.1 Coding ........................................................................................................................... 74

Page 14: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xiii

4.6.2 Editing ........................................................................................................................... 77

4.6.3 Entry Data ..................................................................................................................... 77

4.6.4 Cleaning Data ................................................................................................................ 77

Teknik dan Analisis Data ...................................................................................................... 77 4.7

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................................................. 79

Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................................................. 79 5.1

Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pekerja ........................................................................ 85 5.2

Faktor Risiko Individu Pekerja ............................................................................................. 88 5.3

Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja ........................................................................................... 90 5.4

Pemetaan Keluhan Muskuloskeletal Disorders Berdasarkan Faktor Risiko Pekerjaan ........ 91 5.5

5.5.1 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Leher Berdasarkan Postur Leher ............................ 92

5.5.2 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Bahu Berdasarkan Postur Lengan ........................... 95

5.5.3 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Punggung Berdasarkan Postur Punggung ............... 98

5.5.4 Pemetaan Keluhan MSDs bagian Siku Berdasarkan Postur Lengan Bawah .............. 101

5.5.5 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Pergelangan Tangan Berdasarkan Postur

Pergelangan Tangan .................................................................................................... 104

5.5.6 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Kaki Berdasarkan Postur Kaki ............................. 106

5.5.7 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Beban Angkut Pekerja.................. 109

5.5.8 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Aktivitas ....................................... 111

5.5.9 Pemetaan Keluhan MSDs bagian Tangan Berdasarkan Penilaian Postur Genggaman .....

..................................................................................................................................... 114

5.5.10 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Bagian Proses Produksi ................................ 117

5.5.10.1 Pemetaan Keluhan MSDs Pada Proses Produksi Persiapan Bumbu .................. 117

5.5.10.2 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pemotongan Daging .............................. 119

5.5.10.3 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pengadukan ........................................... 120

5.5.10.4 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pencetakan Bakso ................................. 121

5.5.10.5 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Perebusan .............................................. 122

5.5.10.6 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pendinginan Bakso ................................ 124

5.5.10.7 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Packing ................................................. 125

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................................... 127

Keterbatasan Penelitian ....................................................................................................... 127 6.1

Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pekerja ...................................................................... 127 6.2

Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja ......................................................................................... 133 6.3

Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Faktor Risiko Pekerjaan ....................... 136 6.4

6.4.1 Keluhan Leher Berdasarkan Penilaian Postur Leher................................................... 136

6.4.2 Keluhan Bahu Berdasarkan Penilaian Postur Tangan ................................................. 139

Page 15: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xiv

6.4.3 Keluhan Punggung Berdasarkan Penilaian Postur Punggung ..................................... 141

6.4.4 Keluhan Siku Berdasarkan Penilaian Postur Lengan Bawah ...................................... 144

6.4.5 Keluhan Tangan Berdasarkan Penilaian Postur Pergelangan Tangan ........................ 145

6.4.6 Keluhan Kaki Berdasarkan Penilaian Postur Kaki ...................................................... 148

6.4.7 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Beban Angkut ............................................... 150

6.4.8 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Aktivitas Berisiko ......................................... 152

6.4.9 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Postur Genggaman ........................................ 154

6.4.10 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Proses Produksi ............................................ 155

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................ 164

Simpulan ............................................................................................................................. 164 7.1

Saran ................................................................................................................................... 166 7.2

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 169

LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 174

Page 16: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode ...................................................................................... 22

Tabel 2.3 Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas .................................................................... 31

Tabel 2.2 Indikator Kekuatan Fisik Handgrip Dynamometer .............................................................. 32

Tabel 2.4 Tabel Level Risiko RULA .................................................................................................... 41

Tabel 2.5 Tabel Level Risiko REBA .................................................................................................... 43

Tabel 2.6 Tabel Level Risiko ART ....................................................................................................... 44

Tabel 2.7 Kekurangan dan Kelebihan Metode ...................................................................................... 46

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................................................. 56

Tabel 4.1 Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas .................................................................... 65

Tabel 4.2 Indikator Kekuatan Fisik Handgrip Dynamometer............................................................... 66

Tabel 4.3 Tabel Skor A REBA ............................................................................................................ 72

Tabel 4.4 Tabel Skor B REBA.............................................................................................................. 72

Tabel 4.5 Tabel Skor C REBA.............................................................................................................. 73

Tabel 4.6 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA ............................................................ 74

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Pekerja Produksi Bakso CV Unique

Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................................ 85

Tabel 5.2 Gambaran Variabel-variabel Independen Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri

Perkasa Tahun 2017 .............................................................................................................................. 89

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja Produksi CV Unique Mandiri Perkasa

Tahun 2017 ........................................................................................................................................... 91

Tabel 5.4 Distribusi Faktor Risiko Pekerjaan Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 .................................................................................. 91

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Posisi Leher Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja Produksi Bakso

CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ............................................................................................. 92

Tabel 5.6 Distribusi Postur Leher Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................... 94

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Posisi Lengan Atas Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 .................................................................................. 95

Tabel 5.8 Distribusi Postur Lengan Atas Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso

CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ............................................................................................. 98

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Posisi Punggung Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 .................................................................................. 98

Tabel 5.10 Distribusi Postur Punggung Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso

CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ........................................................................................... 100

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Posisi Lengan Bawah Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 101

Tabel 5.12 Distribusi Postur Lengan Bawah Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................ 103

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Posisi Pergelangan Tangan Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 104

Tabel 5.14 Distribusi Postur Pergelangan Tangan Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 20170 ............................................................... 106

Page 17: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xvi

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Posisi Kaki Berdasarkan skoring REBA Pada Pekerja Produksi Bakso

CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ........................................................................................... 107

Tabel 5.16 Distribusi Postur Kaki Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................. 109

Tabel 5.17 Distribusi Beban Angkut Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................. 109

Tabel 5.18 Distribusi Beban Angkut Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................. 111

Tabel 5.19 Distribusi Penilaian Aktivitas Berdasarkan Metode REBA Pekerja Produksi Bakso CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................................. 112

Tabel 5.20 Distribusi Penilaian Aktivitas Metode REBA Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 113

Tabel 5.21 Distribusi Postur Genggaman Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................ 114

Tabel 5.22 Distribusi Postur Genggaman Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................ 117

Page 18: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama ........................................................................................................ 16

Gambar 2.2 Kerangka Teori.................................................................................................................. 53

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................................. 55

Gambar 4.1 Postur Punggung ............................................................................................................... 68

Gambar 4.2 Gambar Postur Leher ........................................................................................................ 68

Gambar 4.3 Gambar Postur Kaki .......................................................................................................... 69

Gambar 4.4 Postur Lengan Atas ........................................................................................................... 70

Gambar 4.5 Postur Lengan Bawah ....................................................................................................... 70

Gambar 4.6 Postur Pergelangan Tangan ............................................................................................... 71

Gambar 5.1 Alur Proses Produksi ......................................................................................................... 81

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Keluhan MSDs Pada Pekerja Produksi CV Unique Mandiri Perkasa

Tahun 2017 ........................................................................................................................................... 86

Gambar 5.3 Gambar Postur Leher Pekerja ........................................................................................... 93

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Postur Leher berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 .................................................................................. 94

Gambar 5.5 Postur Lengan Atas Pekerja .............................................................................................. 96

Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Atas berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................... 97

Gambar 5.7 Postur Punggung Pekerja .................................................................................................. 99

Gambar 5.8 Distribusi Frekuensi Postur Punggung berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 100

Gambar 5.9 Gambar Postur Lengan Bawah ........................................................................................ 102

Gambar 5.10 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Bawah berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 103

Gambar 5.11 Postur Pergelangan Tangan Pekerja .............................................................................. 105

Gambar 5.12 Distribusi Frekuensi Postur Pergelangan Tangan berdasarkan Proses Produksi Pada

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 .................................................... 105

Gambar 5.13 Gambar Postur Kaki Pekerja ......................................................................................... 107

Gambar 5.14 Distribusi Frekuensi Postur Kaki berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................ 108

Gambar 5.15 Distribusi Frekuensi Beban Angkut berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................................ 110

Gambar 5.16 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berisiko berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 113

Gambar 5.17 Postur dan Bentuk Genggaman Pekerja ........................................................................ 115

Gambar 5.18 Distribusi Frekuensi Postur Genggaman Berdasarkan Proses Produksi Pada Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017 ................................................................. 116

Gambar 5.19 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Persiapan

Bumbu ................................................................................................................................................. 118

Gambar 5.20 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Pemotongan

Daging ................................................................................................................................................. 119

Gambar 5.21 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Pengadukan 120

Page 19: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xviii

Gambar 5.22 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Pencetakan

Bakso .................................................................................................................................................. 121

Gambar 5.23 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Perebusan

Bakso .................................................................................................................................................. 123

Gambar 5.24 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Pendinginan

Bakso .................................................................................................................................................. 124

Gambar 5.25 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko Pekerja Packing Bakso

............................................................................................................................................................ 125

Page 20: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner dan Lembar Nordic Body Map (NBM)

Lampiran 2 Lembar Pengukuran Kekuatan Fisik

Lampiran 3 Lembar Observasi Beban Kerja

Lampiran 4 Lembar Observasi Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Lampiran 5 Output Hasil Analisis Data

Lampiran 6 Surat Keterangan Pengambilan Data

Lampiran 7 Dokumentasi

Page 21: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

xx

DAFTAR ISTILAH

ACGIH : American Counsel of Government Industrial Hygienists

HSE : Health Safety Executive

ILO : International Labour Organization

MSDs : Musculoskeletal Disorders

NBM : Nordic Body Map

NIOSH : National of Occupational Safety and Health

REBA : Rapid Entire Body Assessment

RULA : Rapid Upper Limb Analysis

UMASA : Unique Mandiri Perkasa

WHO ; World Health Organization

Page 22: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kerja yang baik adalah sistem kerja yang memiliki integrasi

yang baik antara tempat kerja dan langkah-langkah operasional kerja yang

wajib dilakukan pada suatu kegiatan kerja. Selain hal tersebut, penataan

tempat kerja dan peralatan yang digunakan maupun posisi tubuh pada saat

bekerja merupakan faktor utama terciptanya integrasi sistem kerja yang

baik, sehingga menjadikan pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien dan

juga membuat pekerja dalam kondisi yang aman (Astuti, 2007).

Kondisi pekerja dikatakan tidak aman apabila keselamatan dan

kesehatan pekerja mulai terganggu. Adanya kelelahan dan keluhan

musculoskeletal seperti tubuh terasa nyeri saat bekerja atau setelah bekerja

merupakan salah satu indikasi adanya gangguan keselamatan dan kesehatan

pekerja. Studi tentang Musculoskeletal Disorders (MSDs) menjelaskan

bahwa MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis yang dapat

mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal

yang mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang (NIOSH,

2010). Hal tersebut disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja

dan kondisi pekerjaan yang signifikan (WHO, 2003).

Data International Labour Organization (2013) dalam program The

Prevention of Occupational Diseases menyebutkan bahwa kasus

Musculoskeletal Disorders termasuk Carpal Tunnel Syndrome mewakili

Page 23: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

2

59% dari kasus penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Di

Inggris, kasus MSDs mencapai 40% dari semua kasus penyakit akibat kerja

pada periode tahun 2011 hingga 2012. Di Argentina pada tahun 2010 juga

tercatat bahwa sebanyak 22.013 kasus penyakit akibat kerja yang

merupakan kasus MSDs dengan kasus penyakit pernapasan. Di Korea, total

biaya pengeluaran dari kasus MSDs mencapai $6,89 miliar. Dana tersebut

merepresentasikan 0,7% dari Produk Domestik Bruto Negara tersebut (ILO,

2013).

Eurostat (2004) menjelaskan bahwa kasus MSDs merupakan penyakit

akibat kerja yang paling sering ditemukan pada pekerja, di berbagai bidang

pekerjaan, dimana kasus MSDs mencapai 45% dari total kasus penyakit

akibat kerja (Eurostat, 2004). Data European Survey on Working Condition

(2005) menjelaskan sebanyak 24,2% pekerja di Eropa terekspos posisi yang

melelahkan atau menyakitkan, 35% pekerja mengangkat beban yang sangat

berat, 62,3% pekerja mengalami gerakan tangan atau lengan yang berulang,

dan 72% pekerja berdiri atau berjalan sedikitnya selama seperempat dari

waktu kerjanya (EU-OSHA, 2010). Menurut Bureau of Labor Statistic

(BLS) (2015), gangguan muskuloskeletal menyumbang 32% dari semua

kasus cedera dan penyakit. Tingkat kejadian MSDs mencapai 33,8 kasus per

10.000 pekerja penuh waktu pada tahun 2014 (BLS, 2015). Data menurut

Depkes (2007) Di Indonesia, besaran kasus MSDs mencapai 16% dari total

9.482 responden pada 12 provinsi (Depkes, 2005).

Perusahaan makanan merupakan perusahaan terbesar dalam bidang

manufaktur. Para pekerja dalam industri ini mentransformasi proses

Page 24: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

3

pengemasan, pemindahan stok, dan produk agrikultur menjadi sebuah

produk makanan yang dapat dijumpai di restoran, maupun supermarket.

Namun besarnya industri dan banyaknya pekerja juga dapat menimbulkan

permasalahan kecelakaan dan kesakitan akibat kerja apabila tidak dibekali

dengan sistem yang baik. Pada perusahaan makanan di Amerika tercatat

93.200 kasus kecelakaan dan kesakitan, dimana dari jumlah kasus tersebut,

12% diantaranya merupakan kasus MSDs (BLS, 2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chiang (1990) di Taiwan

disebutkan bahwa sebanyak 207 pekerja pabrik makanan beku mengalami

gangguan muskuloskeletal berupa Carpal Tunel Syndrome (CTS) yang

diakibatkan gerakan berulang dan atau terkena pajanan dingin, 86 pekerja

pabrik makanan beku mengalami CTS yang diakibatkan karena gerakan

berulang tanpa terkena pajanan dingin, dan sebanyak 170 pekerja pabrik

makanan beku mengalami CTS yang diakibatkan gerakan berulang, dan

juga disertai terkena pajanan dingin (Chiang et al, 1990). Sedangkan di

Thailand kasus kejadian MSDs pada pabrik makanan beku memiliki OR

sebesar 35,1% (Thetkathuek et.al, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2014) pada perusahaan

kerupuk pada proses penjemuran ditemukan sebanyak 13,39% pekerja

mengalami keluhan sakit pada leher, bahu, pinggang, dan punggung serta

sebanyak 7,14% pekerja mengalami keluhan amat nyeri pada bagian

pergelangan tangan, lutut, betis dan pergelangan kaki. Berdasarkan hasil

penelitiannya hal tersebut diakibatkan karena pengangkatan beban yang

cukup berat dan berulang serta postur tubuh yang tidak ergonomis

Page 25: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

4

(Hasibuan, 2014). Pada industri informal dalam bidang makanan lainnya

seperti industri donat dijelaskan oleh Rahmawati (2010) bahwa masih

terdapat kejadian MSDs dengan risiko tinggi dalam proses produksi donat

(Rahmawati, 2010).

CV Unique Mandiri Perkasa merupakan perusahaan sektor informal

yang bergerak di bidang produksi makanan siap saji yang memproduksi

bakso. CV Unique Mandiri Perkasa berdiri dan memulai bisnis dalam

produksi bakso sejak tahun 1992. Proses produksi bakso yang dilakukan

oleh CV Unique Mandiri Perkasa terbilang masih semi konvensional, dalam

artian dalam setiap proses produksinya masih mengandalkan tenaga

manusia.

Proses produksi bakso di CV Unique Mandiri Perkasa terdapat

beberapa tahap, tahap awal dalam memproduksi bakso adalah proses

persiapan bahan baku. Bahan baku dalam membuat bakso sendiri terbilang

beragam, karena produk bakso yang dihasilkan memiliki spesifikasi khusus.

Proses persiapan bahan baku meliputi penakaran bumbu, sagu dan terigu,

pemotongan daging beku, kemudian penggilingan daging yang kemudian

setelah bahan baku siap, setiap bahan diatur komposisinya guna

menciptakan produk bakso yang beragam sesuai kelasnya. Pada proses

persiapan bahan baku, pekerja menakar bumbu menggunakan timbangan

dan dilakukan dengan posisi berjongkok. Pada proses penggilingan dan

pemotongan daging, pekerja mula-mula mengambil daging pada freezer,

kemudian daging diangkat ke meja pemotongan dan daging dipotong hingga

kecil. Setelah daging berukuran kecil, daging digiling hingga halus,

Page 26: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

5

kemudian setelah bumbu dan daging siap, bumbu dan daging diangkat

menuju proses pengadukan.

Proses selanjutnya merupakan proses pengadukan atau pencampuran

bahan baku yang telah disiapkan. Dalam proses ini, pekerja dibantu dengan

mesin pengaduk. Pekerja mengangkat dan menuang bahan baku bakso

berupa daging dan bumbu ke alat pengaduk, kemudian semua bahan baku

diaduk hingga membentuk adonan hingga kalis. Setelah dilakukan

pengadukan, adonan dibawa ke bagian pencetakan dan perebusan. Pada

proses pencetakan dan perebusan pekerja mengambil adonan dari wadah

dan menuangkannya ke mesin pencetak. Setelah bakso membentuk bulat,

pekerja memindahkan bakso ke alat perebusan dengan menggunakan

saringan, kemudian bakso direbus dalam waktu beberapa menit. Setelah

bakso matang, bakso diangkut dan dipindahkan ke meja pendinginan oleh

pekerja, dalam proses ini bakso dikipasi hingga dingin. Setelah bakso

dingin, bakso diangkut dan dipindahkan oleh pekerja menuju tempat

packing. Pada proses packing, pekerja menghitung jumlah bakso kemudian

dimasukkan kedalam kemasan dan bakso siap didistribusikan.

Berdasarkan proses industri yang masih semi otomatis, tak sedikit

menimbulkan permasalahan kesehatan, seperti permasalahan atau adanya

gangguan muskuloskeletal pada pekerja dikarenakan proses produksi yang

semi otomatis dan juga beban yang berat, selain itu tuntutan pasar untuk

permintaan barang yang mencapai 300.000 butir per hari juga menuntut

karyawan bekerja ekstra dan harus mengambil kerja lembur. Desain kerja

Page 27: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

6

yang tidak ergonomis pun membuat pekerja harus bekerja dengan postur

yang tidak sesuai sehingga menimbulkan gangguan musculoskeletal .

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 pekerja,

diperoleh data bahwa 84,6% pekerja yang merupakan responden dalam

studi pendahuluan mengalami gangguan musculoskeletal dengan rincian

27,3% pekerja mengalami nyeri pada punggung, 9% mengalami nyeri pada

lengan, 18% mengalami nyeri pada bahu, 9% mengalami nyeri pada kaki

dan juga 36,3% mengalami nyeri pada pinggang, dikarenakan banyak faktor

yang membuat pekerja mengalami gangguan muskuloskeletal.

Data lain yang di dapatkan dari hasil pengamatan adalah 61,5%

responden harus bekerja dengan mengangkat beban yang melebihi 5 kg

perharinya, 69,2% responden harus melakukan gerakan repetisi sebanyak

lebih dari 10 kali dalam satu menit dan beberapa responden harus bekerja

dengan posisi kerja yang kurang ergonomis dengan rincian 61,5% postur

punggung responden membungkuk hingga lebih dari 20o, 30,7% responden

bekerja dengan postur leher yang fleksi hingga 20o, 61,5% responden

bekerja dengan postur lengan ekstensi hingga 20-45o, 15,3% responden

bekerja dengan posisi lengan ekstensi hingga 45-90o.

Hasil pengamatan terhadap beban kerja juga menunjukkan data yang

bervariasi diantaranya beban kerja pada bagian perebusan memiliki beban

kerja dengan kategori menengah, pada bagian packing rata-rata pekerja

memiliki beban kerja ringan dan pada bagian pemotongan dan penggilingan

daging memiliki beban kerja berat. Hal tersebut merupakan faktor pekerjaan

Page 28: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

7

yang menyebabkan terjadinya MSDs. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hendra (2009) dijelaskan bahwa kejadian keluhan

muskuloskeletal lebih cenderung di sebabkan oleh faktor risiko pekerjaan

dengan rincian faktor risiko pekerjaan memiliki Odd Ratio sebesar 3,438,

sedangkan pada faktor risiko individu hanya sebesar 2,560 pada variabel

usia, dan 2,755 pada variabel lama kerja (Hendra, 2009).

Selain melakukan pengukuran postur dan keluhan, peneliti juga

melakukan pengukuran lingkungan guna mengetahui faktor lingkungan

yang dapat menyebabkan atau memperparah keluhan MSDs pada pekerja.

Diketahui bahwa hasil pengukuran pencahayaan pada bagian perebusan

hanya mencapai 32 lux, pada bagian pendinginan bakso hanya mencapai 70

lux dan pada bagian packing hanya mencapai 50 lux. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pencahayaan pada CV UMASA berada dibawah nilai

ambang batas yang berlaku yaitu 100 hingga 200 lux. Hasil pengukuran

suhu lingkungan pada sejumlah titik menunjukkan hasil yang cukup tinggi

dimana pada bagian perebusan mencapai 34oC, pada bagian packing

mencapai 32,8oC, dan pada bagian pemotongan daging mencapai 31,9

oC.

Untuk melakukan penilaian risiko MSDs atau penilaian risiko

ergonomi di tempat kerja terdapat banyak metode yang diperkenalkan oleh

para ahli, dimana metode – metode tersebut memiliki spesifikasi dalam

penentuan risiko ergonomi. Metode-metode tersebut misalnya Rapid Entire

Body Assessment (REBA). REBA memiliki perbedaan dalam cara ataupun

objek pengamatan dengan metode lainnya. Penggunaan REBA untuk

menilai postur pekerja secara keseluruhan dari anggota gerak atas hingga

Page 29: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

8

anggota gerak bagian bawah yang sesuai dengan aktivitas kerja yang ada

pada CV Unique Mandiri Perkasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pekerja CV

Unique Mandiri Perkasa, diketahui bahwa hampir keseluruhan kerja masih

semi otomatis dan juga perpindahan bahan baku menuju tiap prosesnya

masih menggunakan tenaga manusia. Hasil studi pendahuluan juga

menunjukkan bahwa banyak pekerja yang masih bekerja dengan postur yang

tidak sesuai seperti menunduk, membungkuk, memiringkan tubuh, dan juga

berjongkok, sehingga kegiatan tersebut menimbulkan keluhan – keluhan

gangguan muskuloskeletal pada pekerja. Keluhan-keluhan yang dirasakan

oleh pekerja dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja dan juga

membutuhkan biaya yang tinggi untuk menangani keluhan pada sistem

muskuloskeletal. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mengetahui

pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders berdasarkan faktor risiko

pekerjaan pada pekerja CV Unique Mandiri Perkasa.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pemetaan keluhan muskuloskeletal berdasarkan faktor risiko

pekerjaan pada pekerja di CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran keluhan muskuloskeletal disorders pekerja di CV

Unique Mandiri Perkasa tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran faktor risiko individu (usia, masa kerja, kebiasaan

merokok, indeks massa tubuh, beban kerja dan kekuatan fisik) pekerja di

CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017?

Page 30: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

9

4. Bagaimana gambaran faktor risiko pekerjaan pekerja di CV Unique

Mandiri Perkasa tahun 2017?

5. Bagaimana pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders per bagian

tubuh berdasarkan faktor risiko pekerjaan pekerja di CV Unique

Mandiri Perkasa tahun 2017?

6. Bagaimana pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders berdasarkan

proses produksi pekerja di CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pemetaan keluhan muskuloskeletal

disorders terhadap faktor risiko pekerjaan pada pekerja CV Unique Mandiri

Perkasa tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan muskuloskeletal disorders pekerja di

CV Unique Mandiri Perkasa.

2. Diketahuinya gambaran faktor risiko individu (usia, masa kerja,

kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, beban kerja dan kekuatan fisik)

pekerja di CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017.

3. Diketahuinya gambaran faktor risiko pekerjaan pekerja di CV Unique

Mandiri Perkasa tahun 2017.

4. Diketahuinya pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders per bagian

tubuh berdasarkan faktor risiko pekerjaan.

Page 31: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

10

5. Diketahuinya pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders berdasarkan

proses produksi pekerja di CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Perusahaan

1. Memperoleh informasi mengenai potensi dan gangguan

muskuloskeletal yang diakibatkan oleh pekerjaan terhadap pekerja.

2. Sebagai referensi tambahan untuk mengevaluasi, dan rekomendasi

mengenai tindakan dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya

gangguan muskuloskeletal pada pekerja.

1.5.2 Bagi Pekerja

1. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai risiko dan

bahaya di tempat kerja, sehingga terhindar dari penyakit akibat kerja.

2. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika pekerja bekerja dengan

posisi tidak aman.

3. Memberikan motivasi dan masukan agar pekerja melakukan pekerjaan

yang lebih baik lagi.

1.5.3 Bagi Peneliti Lainnya

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemetaan keluhan

muskuloskeletal berdasarkan faktor risiko pekerjaan pada pekerja produksi

bakso CV Unique Mandiri Perkasa tahun 2017. Dalam penelitian ini untuk

Page 32: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

11

mengetahui keluhan MSDs digunakan kuesioner Nordic Body Map. Untuk

mengetahui data diri dan data individu menggunakan kuesioner tambahan

yang bersifat menanyakan data diri serta, untuk mengukur faktor risiko

pekerjaan dapat menggunakan metode REBA. Penelitian ini dilakukan

pada CV Unique Mandiri Perkasa pada bulan Februari 2017 sampai

dengan Mei 2017. Responden dari penelitian ini adalah pekerja produksi

bakso CV Unique Mandiri Perkasa yang berjumlah 40 pekerja. Penelitian

ini dilakukan karena CV Unique Mandiri Perkasa merupakan industri

makanan yang proses produksinya masih semi otomatis dan sebagian

besar masih menerapkan manual handling, selain itu masih ditemukan

postur janggal yang dilakukan pekerja.

Page 33: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

2.1.1 Definisi Muskuloskeletal Disorders

MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat

mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal

yang mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang

(NIOSH, 2010) merupakan gangguan yang disebabkan ketika seseorang

melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan

sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada

sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot (WHO, 2003).

MSDs umumnya terjadi tidak secara langsung melainkan

penumpukan-penumpukan cedera benturan kecil dan besar yang

terakumulasi secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, yang

diakibatkan oleh pengangkatan beban saat bekerja, sehingga

menimbulkan cedera dimulai dari rasa sakit, nyeri, pegal-pegal pada

anggota tubuh. Musculoskeletal disorders merupakan suatu istilah yang

memperlihatkan bahwa adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal

(Kroemer, 2002).

2.1.2 Gejala MSDs

MSDs ditandai dengan adanya gejala sebagai berikut yaitu : nyeri,

bengkak, kemerah-merahan, panas, mati rasa, retak, atau patah pada

tulang dan sendi dan kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya

Page 34: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

11

koordinasi tangan, susah untuk digerakkan (Suma‟mur, 2003). MSDs

diatas dapat menurunkan produktivitas kerja, kehilangan waktu kerja,

menimbulkan ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap

(Lukman, 2012).

Untuk memperoleh gambaran tentang gejala MSDs bisa

menggunakan Nordic Body Map (NBM) dengan cara melihat tingkat

keluhan sakit dan tidak sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta

tubuh (NBM) sehingga dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot

skeletal yang dirasakan oleh para pekerja (Kroemer, 2002).

2.1.3 Keluhan MSDs

Munculnya keluhan MSDs pada tubuh buruh angkut di pasar

ditandai dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan oleh para buruh.

Sedangkan pengertian keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada

bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari

keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Panero, 2003). Apabila otot

menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama akan

menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligament dan tendon.

Secara garis besar keluhan ini dibagi menjadi dua yaitu keluhan

sementara dan keluhan menetap (Surotin, 2012)

a. Keluhan sementara adalah keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, keluhan ini dapat hilang jika melakukan

istirahat dan pembebanan dihentikan sementara.

b. Keluhan menetap adalah keluhan otot yang bersifat menetap walaupun

sudah melakukan pemberhentian pengangkatan beban tetapi rasa sakit

Page 35: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

12

di otot masih muncul. Keluhan otot biasanya terjadi karena kontraksi

otot yang berlebihan yang disebabkan oleh pembebanan saat bekerja

yang terlalu berat dengan durasi yang cukup lama.

2.1.4 Jenis-Jenis MSDs

Adanya gangguan muskuloskeletal yang diakibatkan oleh cedera

pada saat bekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan cara

bekerja. Sehingga menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, dan

persendian. Sedangkan arti gangguan muskuloskeletal sendiri adalah

penyakit yang menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Gangguan

musculoskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan dapat terjadi

bilamana ada ketidakcocokan antara kebutuhan fisik kerja dan

kemampuan fisik tubuh manusia (Buckle, 2005).

Jenis-jenis keluhan MSDs pada bagian tubuh dibagi menjadi

beberapa bagian antara lain yaitu:

a) Nyeri Leher.

Penderita akan merasakan otot leher mengalami peningkatan

tegangan dan leher akan merasa kaku. Ini disebabkan karena leher

selalu miring saat bekerja dan peningkatan ketegangan otot. Leher

merupakan bagian tubuh yang perlindungannya lebih sedikit

dibandingkan batang tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena

trauma atau kelainan yang menyebabkan nyeri pada leher dan

gangguan gerakan terutama bila dilakukan gerakan yang mendadak

dan kuat (Muttaqin, 2008).

Page 36: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

13

Faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri leher pada pekerjaan

dengan aktivitas pergerakan lengan atas dan leher yang berulang-

ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta posisi leher yang

ekstrem saat bekerja. Pekerjaan yang sebagian besar waktunya selalu

duduk menggunakan komputer juga mempunyai risiko lebih besar

untuk mengalami nyeri leher (Breman, 2009) .

Gejala yang muncul pada saat nyeri leher antara lain rasa sakit di

leher dan terasa kaku, nyeri otot-otot yang terdapat pada leher, sakit

kepala dan migraine. Nyeri leher akan cenderung merasa seperti

terbakar. Nyeri bisa menjalar ke bahu, lengan, dan tangan dengan

keluhan terasa baal atau seperti ditusuk jarum. Nyeri yang tiba-tiba

dan terus menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang abnormal,

kepala menghadap ke sisi yang sebaliknya (Samara, 2007).

b) Nyeri bahu

Nyeri bahu hampir selalu didahului dengan munculnya tanda rasa

nyeri pada bahu terutama pada saat melakukan aktivitas gerakan yang

melibatkan sendi bahu sehingga seseorang yang merasakan nyeri pada

bahu merasa ketakutan untuk menggerakkan sendi bahunya. Nyeri

bahu pada pekerja yang dalam aktivitasnya harus mengangkat beban

berat, bukan disebabkan oleh proses degenerasi tetapi terjadi bila

lengan harus diangkat sebatas atau melebihi akromion. Posisi tersebut

bila berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya

iskemia pada tendon (Schwartz, 2000).

Page 37: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

14

Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan meningkatnya

aktivitas kontraksi otot dimana dapat mendorong terjadinya

peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan otot dan tegangan tendon.

Tekanan juga dihubungkan dengan beban statis pada otot bahu

(Anderson, 1997). Gejala yang biasanya muncul akibat nyeri pada

bahu yaitu: nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi, kerusakan

jaringan kolagen dan jaringan lunak.

c) Nyeri punggung.

Nyeri punggung disebabkan oleh ketegangan otot dan postur tubuh

yang saat mengangkat beban barang dengan posisi salah, beban

barang yang terlalu berlebihan. Sikap punggung yang membungkuk

dalam bekerja, membungkuk sambil menyamping, Posisi duduk yang

kurang baik dan di dukung dengan desain kursi yang buruk, berisiko

menyebabkan penyakit akibat hubungan kerja berupa gangguan

muskuloskeletal yang dapat menyebabkan kekakuan dan kesakitan

pada punggung (Jeyaratnam, 2009).

Keluhan pada punggung atau keluhan muskuloskeletal merupakan

keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri

yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat

sakit. Nyeri punggung dapat merupakan akibat dari aktivitas

kehidupan sehari-hari khususnya dalam pekerjaan yang berkaitan

dengan postur tubuh seperti mengemudi, pekerjaan yang

membutuhkan duduk yang terus menerus, atau yang lebih jarang nyeri

punggung akibat dari beberapa penyakit lain (Tulaar, 2008).

Page 38: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

15

2.2 Alat Ukur MSDs

2.2.1 Nordic Body Map (NBM)

1. Pengertian

Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran

subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Kuesioner Nordic

Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi.

Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena

sudah terstandarisasi dan tersusun rapi (Wilson and Corlett, 1995).

Untuk memperoleh gambaran keluhan MSDs menggunakan NBM

terdapat tingkat keluhan mulai dari tidak nyaman, sakit, hingga sangat

sakit. Hasil dari penggunaan NBM juga dapat melihat dan mengestimasi

tingkat keluhan dan jenis keluhan otot yang dirasakan oleh pekerja

(Katharine et al, 2005). Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini

bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit

sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja (Wilson and

Corlett, 1995).

2. Cara Pengukuran

Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah

dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu :

a. Leher (Bagian tubuh nomor 0 dan 1)

b. Bahu (bagian tubuh nomor 2 dan 3)

c. Punggung bagian atas (bagian tubuh nomor 5)

Page 39: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

16

d. Siku (bagian tubuh nomor 10, dan 11)

e. Punggung bagian bawah (bagian tubuh nomor 7 dan 8)

f. Pergelangan tangan/tangan (bagian tubuh nomor 14, 15, 16, dan 17)

g. Pinggul/paha (bagian tubuh nomor 9, 18, dan 19)

h. Lutut (bagian tubuh nomor 20, 21, 22, dan 23)

i. Tumit/kaki (bagian tubuh nomor 24, 25, 26, dan 27)

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama

Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk menunjukkan

ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut dan

menentukan tingkat keluhan yang dirasakan. Setelah menentukan

tingkat keluhan, kemudian dilakukan scoring, dimana dalam scoring

keluhan atau nyeri dikategorikan menjadi 4 yaitu tidak sakit

Page 40: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

17

mendapatkan nilai 0, agak sakit mendapatkan nilai 1, sakit

mendapatkan nilai 2, dan sangat sakit mendapatkan nilai 3. Tingkat

keluhan MSDs dikatakan rendah apabila total skor NBM 28-49.

Dikatakan sedang jika skor NBM 50-70, tinggi jika skor NBM 71-91

dan sangat tinggi jika skor NBM 92-112. (Tarwaka, 2015).

2.2.2 Dutch Musculoskeletal Questionnaire (DMQ)

1. Pengertian

DMQ merupakan suatu tool yang digunakan untuk mengukur

faktor risiko muskuloskeletal akibat kerja dan gejala yang menyertainya

pada populasi pekerja. Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran mengenai hubungan antara pekerjaan dengan gejala dan keluhan

muskuloskeletal pada pekerja. Gangguan muskuloskeletal terkait kerja

dianggap sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh postur janggal,

pergerakan tubuh dan beban kerja yang berlebihan (Stanton, et al., 2005).

DMQ terdiri dari sembilan halaman yang masing-masing berisi

sekitar 25 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Background variables (data individu pekerja); umur, jenis kelamin,

pendidikan, lama bekerja, sejarah pekerjaan dan shift kerja.

2) Task; rate prevalensi dan penerimaan pekerja terhadap beban kerja.

3) Musculoskeletal workload; postur, beban dan pergerakan.

Page 41: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

18

4) Work pace and psychosocial working condition; tuntutan kerja, kontrol

dan otonomi, pengorganisasian kerja dan dukungan sosial serta

kepuasan kerja.

5) Health; yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi kesehatan

pekerja khususnya mengenai gangguan atau keluhan muskuloskeletal.

Bagian ini hampir serupa dengan Nordic Musculoskeletal

Questionnaire.

6) Lifestyle

7) Perceived bottleneck and ideas for improvement; merupakan kolom

saran yang dapat diisi oleh pekerja dan bersifat optional.

2. Cara Pengukuran

DMQ merupakan suatu metode penilaian ergonomi yang bersifat survei.

Pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan proses

persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data hingga

diperoleh hasil penelitian dan upaya tindak lanjut yang mungkin

diperlukan.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:

Menentukan populasi pekerja berisiko

Komunikasi/Pemberitahuan Survei kepada Responden

Analisis pekerjaan dan jenis tugas (task)

Perencanaan pelaksanaan survei

Page 42: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

19

2. Tahap Survei/Pengumpulan

Data Survei dilakukan dengan penyebaran kuesioner berdasarkan

cara pelaksanaan yang telah direncanakan.

3. Tahap Pengolahan Data

Demi kemudahan dan menghindari kesalahan, dianjurkan

menggunakan bantuan statistik program untuk mengolah dan

menganalisis data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis dinyatakan

dalam laporan yang merupakan suatu rangkuman dan terdiri dari:

o Respons dan karakteristik umum responden

o Deskripsi tugas

o Beban kerja fisik

o Beban psikososial

o Prevalensi gangguan muskuloskeletal per anggota tubuh dalam 12

bulan terakhir

4. Penentuan Upaya Tindak Lanjut

Dari hasil survei dapat ditentukan upaya tindak lanjut yang

diperlukan. Kelompok pekerja yang menunjukkan rate keluhan

muskuloskeletal yang tinggi dan/atau pekerja dengan beban kerja yang

berat membutuhkan adanya penilaian ergonomi lebih lanjut dengan

metode yang lebih komprehensif (Hildebrandt dalam Stanton, et al., 2005).

2.2.3 Musculoskeletal Discomfort Survey by NIOSH

Metode penilaian risiko yang paling banyak digunakan untuk

ketidaknyamanan yang menyebabkan muskuloskeletal adalah

Page 43: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

20

menggunakan peta tubuh dengan skala penilaian untuk menilai rasa tidak

nyaman di beberapa daerah tubuh. Metode yang hampir sama dengan yang

digunakan oleh NIOSH adalah Standardized Nordic Questionnaire (SNQ)

dan University of Michigan Upper Extremity Questionnaire (UMUEQ).

Studi yang dilakukan oleh NIOSH terhadap ketidaknyamanan

musculoskeletal telah dilakukan dalam dekade terakhir, termasuk

penyelidikan laboratorium dan epidemiologi dan evaluasi bahaya

kesehatan di tempat kerja. (Stanton, et al., 2005).

Peta tubuh yang digunakan dalam banyak studi NIOSH hampir

sama dengan diagram standar digunakan untuk membedakan bagian

tungkai tubuh bagian atas dan bawah dalam SNQ (leher, bahu, siku,

pergelangan tangan-tangan, punggung bagian atas dan bawah, pinggul /

paha, lutut , pergelangan kaki / kaki) selain itu dalam penetuan keluhan

MSDs menggunakan kriteria berikut yaitu keluhan muncul setelah setahun

bekerja, keluhan muncul setelah bekerja di tempat kerja, keluhan muncul

secara berulang dan bukan akibat kecelakaan ataupun cedera yang terjadi

secara tiba-tiba. Berbeda dengan UMUEQ, yang menggunakan deskripsi

verbal untuk membedakan daerah tubuh (diagram hanya digunakan untuk

melokalisasi ketidaknyamanan pada tangan). Namun, rasa tidak nyaman di

daerah tubuh yang berbeda ditandai dalam survei NIOSH menggunakan

prosedur yang lebih mirip dengan UMUEQ, yang memberikan informasi

yang lebih lengkap dari ketidaknyamanan (misalnya, intensitas dan aspek

temporal) dari pada metode SNQ. (Stanton, et al., 2005).

Page 44: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

21

2.2.4 Cornell Musculoskeletal Disorders Questionnaire (CMDQ)

Cornell Musculoskeletal Disorders Questionnaire (CMDQ) telah

dikembangkan oleh Dr. Alan Hedge dan mahasiswa pascasarjana

ergonomi di Cornell University. Kuesioner didasarkan pada penelitian

sebelumnya mengenai gangguan muskuloskeletal pada pekerja kantor.

Skoring pada kuesioner ini pun mudah dilakukan dan dapat dilakukan oleh

siapa pun.

Dalam studi (1999) ketidaknyamanan muskuloskeletal antara

pengguna keyboard, Hedge et Al. menggunakan kuesioner yang

dikombinasikan Nordic Body Map dengan pertanyaan tentang prevalensi

nyeri muskuloskeletal, tingkat keparahan, dan apakah itu mengganggu

kinerja pekerjaan. Instrumen ini disebut Cornell Musculoskeletal

Disorders Questionnaire (CMDQ). Karena survei didasarkan pada Nordic

Musculoskeletal Questionnaire, Hedge menyimpulkan bahwa CMDQ

memiliki keabsahan yang sama (0% sampai 20%), meskipun belum diuji

secara klinis. CMDQ telah di uji validitas dan tes reabilitas selama tiga

minggu. Keterbatasan alat ini meliputi kurangnya pengujian validitas

klinis secara khusus dan pengembangan untuk digunakan sebagai alat

skrining pada gangguan muskuloskeletal tubuh bagian atas, dan juga alat

ini tidak menilai gangguan muskuloskeletal terkait pekerjaan (Hedge,

Morimoto, & McCrobie, 1999).

Page 45: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

22

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode

No Tools Kelebihan Kekurangan

1 Nordic Body Map Mengkaji seluruh tubuh

yang dibagi ke dalam

sembilan bagian tubuh.

Dapat digunakan untuk

mengevaluasi keluhan

MSDs

Menggunakan 28 titik

atau pertanyaan bagian

tubuh

Hanya melihat keluhan

secara subyektif

Subjektivitas tinggi

Tidak dapat mengetahui total

skor secara menyeluruh dari

suatu pekerjaan

Tidak terlalu melihat faktor

fisik di tempat kerja

2 Dutch

Musculoskeletal

Questionnaire

Metode DMQ telah

terstandarisasi.

Relatif murah dan mudah.

Menyediakan tinjauan

komprehensif yang luas

terhadap faktor risiko dan

angka kesakitan.

Dalam pelaksanaannya

tidak dibutuhkan

peralatan teknik.

DMQ merupakan data self-

reported dari pekerja

sehingga tidak

memungkinkan adanya

pengukuran pajanan yang

mendetail.

Kurang tepat jika diterapkan

pada kelompok kecil.

Tidak ada perhitungan

risiko.

Sangat dipengaruhi oleh

dukungan dan kerjasama dari

manajemen dan pekerja.

Analisis data membutuhkan

pengetahuan dan

keterampilan statistik.

3 Musculoskeletal

Discomfort Survey

by NIOSH

Penggunaannya mudah

Mengkaji seluruh bagian

tubuh

Dapat digunakan dalam

evaluasi keluhan MSDs

Bersifat subjektif

Tidak terdapat perhitungan

besar risiko

Tidak dapat mengukur

penyebab keluhan secara

mendetail

4 Cornell

Musculoskeletal

Disorders

Questionnaire

(CMDQ)

Memiliki validitas yang

sudah teruji

Telah dilakukan uji

reabilitas

Terdapat perhitungan

risiko

Belum teruji validitas secara

klinis

Penggunaannya tidak dapat

menganalisis faktor

pekerjaan

Pengujian validitas hanya

dilakukan di Turkey

Pemilihan NBM sebagai alat ukur keluhan muskuloskeletal disorders

dikarenakan NBM merupakan metode yang berbasis body map yang

Page 46: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

23

memudahkan pekerja dalam menentukan titik keluhan MSDs yang

dirasakannya. Selain itu, penggunaan metode NBM lebih mendetail karena

terdapat pertanyaan seputar tingkat keluhan pekerja yang dapat dijadikan

bahan evaluasi perusahaan untuk melakukan tindakan pencegahan. .

2.3 Faktor Risiko MSDs

Faktor penyebab timbulnya MSDs sulit untuk dijelaskan secara

pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dan

berperan dalam menimbulkan MSDs. Faktor tersebut dikategorikan

dalam tiga kategori, yaitu manusia, pekerjaan dan lingkungan (Oborne,

1995).

2.3.1 Faktor Individu

2.3.1.1 Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, masing-masing individu

akan mengalami penurunan kemampuan kerja pada jaringan tubuh

(otot, tendon, sendi, dan ligamen). Penurunan elastisitas tendon dan

otot mengakibatkan peningkatan jumlah kematian sel, sehingga

terjadi penurunan fungsi dan kapabilitas otot, tendon, dan ligamen

yang meningkatkan respons stres mekanik dan mengakibatkan

tubuh menjadi rentan terhadap MSDs, dan memiliki

kecenderungan bahwa risiko MSDs meningkat seiring

bertambahnya usia. (Ramadhani, 2003).

Keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada usia

kerja yaitu 24-65 tahun. Biasanya Keluhan pertama dialami pada

Page 47: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

24

usia 30 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur (Oborne, 2000), hal tersebut terjadi karena

pada usia lanjut kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun

sehingga keluhan otot yang dirasakan meningkat seiring bertambah

usia (Tarwaka, 2013).

Dalam penelitian Ulfah, dkk. (2014) disebutkan bahwa

sebanyak 21 pekerja atau 70% pekerja dengan usia ≥ 30 tahun

mengalami keluhan musculoskeletal (Ulfah, 2014). Pada

penelitian HSE (2010) dijelaskan bahwa penuaan dapat

menyebabkan penurunan fungsi dan kapasitas kerja sehingga

kerentanan mengalami gangguan musculoskeletal lebih besar

dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda. (HSE, 2010). Hasil

penelitian yang dilakukan Masliah (2014) juga menunjukkan

adanya hubungan yang kuat antara faktor usia dengan keluhan

Muskuloskeletal dengan pvalue sebesar 0,001 (Masliah, 2014).

Sedangkan pada penelitian Zulfiqor (2010) variable usia tidak

berpengaruh terhadap terjadinya keluhan MSDs pada pekerja

pengelasan bagian fabrikasi (Zulfiqor, 2010)

2.3.1.2 Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai

pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian

berlangsung. Penentuan waktu dapat diartikan sebagai pengukuran

kerja untuk mencatat tentang jangka waktu dan perbandingan kerja

yaitu mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan

Page 48: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

25

dalam suatu keadaan yang berguna untuk menganalisa keterangan

hingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan

pekerjaan pada tingkat prestasi tertentu (Santoso, 2004).

Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan

otot dan meningkatkan risiko Muskuloskeletal Disorders (MSDs),

terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang

tinggi dikarenakan masa kerja mempunyai hubungan dengan

keluhan otot. Semakin lama waktu seseorang untuk bekerja maka

seseorang tersebut semakin besar risiko untuk mengalami MSDs

(Tarwaka, 2013). Hendra (2009) menjelaskan pekerja dengan

massa kerja > 4 tahun memiliki risiko 2,755 kali lebih besar

terhadap terjadinya keluhan MSDs (Hendra, 2009).

Dalam penelitian yang dilakukan Rumegang, dkk. (2015)

diketahui bahwa hubungan antara masa kerja dengan keluhan

musculoskeletal pada tingkat kemaknaan 0,005 (95%) diperoleh

nilai p = 0,043 sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal

(Rumegang, 2015). Pada penelitian yang dilakukan oleh Masliah

(2014) juga menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja

dengan keluhan muskuloskeletal yang cukup signifikan dengan

pvalue sebesar 0,004 (Masliah, 2014).

2.3.1.3 Jenis Kelamin

Pengaruh jenis kelamin masih menjadi perdebatan, dan

terdapat perbedaan beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin

Page 49: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

26

terhadap risiko gangguan muskuloskeletal. Beberapa ahli

mengungkapkan bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari

kekuatan otot pria, khususnya bagian lengan, punggung dan kaki

(Battie, 1989), sehingga kekuatan otot yang lebih rendah dianggap

dapat mengakibatkan daya tahan otot yang kurang (Pheasant,

1991)

Penelitian yang dilakukan oleh Roquelaure (2009)

menunjukkan bahwa prevalensi dari kasus gangguan

muskuloskeletal pada pekerja wanita sebesar 14,8% dengan CI

95%, sedangkan pada pekerja pria, prevalensi kasus gangguan

muskuloskeletal sebesar 11,2%. Hal tersebut menandakan bahwa

kasus gangguan muskuloskeletal pada wanita lebih besar dari pria

dikarenakan kekuatan otot yang lebih lemah (Roquelaure, 2009).

2.3.1.4 Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok merupakan aktivitas subjek yang

berhubungan dengan perilaku merokok, yang diukur melalui

intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi rokok dalam

kehidupan sehari-hari (Komalasari dan Helmi, 2000).

Meningkatnya keluhan otot ada hubungan dengan lama dan tingkat

kebiasaan merokok seseorang. Seseorang yang merokok sebanyak

10 batang perhari memiliki peningkatan risiko terkena MSDs

mencapai 20% (Croasmun, 2003). Kebiasaan merokok membuat

kemampuan paru-paru dalam mengkonsumsi oksigen akan

menurun, sehingga dengan kurangnya asupan oksigen

Page 50: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

27

mengakibatkan kelelahan pada pekerja yang diakibatkan

pembakaran karbohidrat berkurang dan terjadi penumpukan asam

laktat dan menimbulkan nyeri pada otot (Tarwaka, 2004),

meskipun demikian, kebiasaan merokok masih menjadi perdebatan

oleh para ahli. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi

merokok semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan

(Tarwaka, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Zulfiqor (2010) diketahui

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan

merokok dengan keluhan muskuloskeletal dengan nilai p= 0,044

pada α=0,05 (Zulfiqor, 2010).

Adapun kategori kebiasaan merokok menurut Bustan

adalah

1. Berat: jika mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang

perhari

2. Sedang: jika mengkonsumsi rokok 10-20 batang perhari

3. Ringan jika mengkonsumsi rokok < 10 batang perhari

(Bustan, 2007)

2.3.1.5 Indeks Masa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)

seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau

mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak

mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian

Page 51: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

28

menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara

langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual

energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002).

Pengaruh status gizi dengan kejadian MSDs yaitu semakin gemuk

seseorang maka akan bertambah besar risiko orang tersebut

mengalami kejadian MSDs. Hal tersebut disebabkan karena

seseorang yang memiliki berat berlebih akan berusaha menopang

berat badan dengan cara mengontraksi otot punggung, dan apabila

terjadi secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya

penekanan pada bantalan saraf tulang belakang (Supariasa, 2001).

Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar

baru untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998

mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5 sebagai sangat kurus atau

underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau

overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal

bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas

dikategorikan pada dua tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II ( >

30) (CORE, 2007). Menurut depkes (2010) terdapat empat kategori

IMT di Indonesia, antara lain Kurus (<17,00), Normal (18,0-25,0),

Gemuk (25,1-27,0) dan Obesitas (>30) (Depkes, 2002)

Hasil penelitian Rahayu (2012) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan

kejadian muskuloskeletal dengan nilai p sebesar 0,016 (Rahayu,

2012). Sedangkan dalam penelitian Handayani (2011) indeks

Page 52: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

29

massa tubuh tidak memiliki hubungan yang signifikan, dengan

nilai p sebesar 0,348 (Handayani, 2011). Hal serupa juga terjadi

pada penelitian Zulfiqor (2010) dijelaskan bahwa indeks massa

tubuh memiliki nilai p sebesar 0,941 yang menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan terhadap keluhan MSDs pada

pekerja (Zuliqor 2010).

2.3.1.6 Kesegaran Jasmani

Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh kesegaran

jasmani. Battie dkk (1989) menjelaskan bahwa hasil penelitian

terhadap penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang

dengan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi memiliki risiko kecil

terhadap cedera otot.(Battie, 1989).

Berdasarkan hasil penelitian Nurazizah, (2014) berdasarkan

hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,011 dengan demikian

diketahui adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan olah

raga atau kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal

(Nurazizah, 2014). Hal tersebut didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zulfiqor (2010) dimana kesegaran jasmani

memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya keluhan

Muskuloskeletal pada pekerja pengelasan (Zulfiqor, 2010).

2.3.1.7 Beban Kerja

Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

yang sesuai dengan jenis pekerjaanya (Tarwaka, 2010). Beban

kerja ini menentukan bahwa berapa lama seseorang dapat bekerja

Page 53: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

30

sesuai dengan kapasitas kerjanya (Suma‟mur, 2009). Beban kerja

dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau

kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus

dihadapi. yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas,

lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,

ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja (Tarwaka, 2010).

Menurut Oesman (2010) kerja manual dan berulang-ulang pada

kondisi lingkungan yang panas merupakan salah satu faktor yang

berpotensi meningkatkan beban kerja fisik dan terjadinya

kecelakaan kerja sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat

kerja (keluhan muskuloskeletal dan kelelahan) (Oesman, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Al Hajj (2014) menjelaskan

bahwa beban kerja dengan heat stress memiliki hubungan terhadap

keluhan MSDs pada pekerja dengan OR 1,67 (Al Hajj, 2014).

Untuk melakukan perhitungan beban kerja berdasarkan laju

metabolik pekerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Setelah melakukan perhitungan, hasil laju metabolik

koreksi dibandingkan dengan table kategori laju metabolik untuk

mengetahui beban kerja pekerja. Adapun table kategorinya sebagai

berikut:

Page 54: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

31

Tabel 2.2 Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas

Kategori Laju Metabolik

(W)** Kegiatan

Istirahat 115

(100-125)*** Duduk

Ringan 180

(125 – 235)***

Duduk sambil melakukan pekerjaan

ringan dengan tangan, atau dengan

tangan dan lengan, dan mengemudi.

Berdiri sambil melakukan pekerjaan

ringan dengan lengan dan sesekali

berjalan.

Sedang

300

(235 – 360)***

Melakukan pekerjaan sedang: dengan

tangan dan lengan, dengan lengan dan

kaki, dengan lengan dan pinggang, atau

mendorong atau menarik beban yang

ringan. Berjalan biasa

Berat

415

(360 – 465)***

Melakukan pekerjaan intensif: dengan

lengan dan pinggang, membawa benda,

menggali, menggergaji secara manual,

mendorong atau menarik benda yang

berat, dan berjalan cepat.

Sangat Berat

500

(> 465)***

Melakukan pekerjaan sangat intensif

dengan kecepatan maksimal.

Sumber: Permenkes No.70 Tahun 2016

2.3.1.8 Kekuatan Fisik

Kekuatan fisik merupakan kemampuan fungsional

seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan

kekuatan otot atau tubuh pada periode waktu tertentu (Tarwaka,

2004), selain itu Chaffin and Park (1973) menemukan adanya

peningkatan keluhan punggung yang signifikan pada pekerja yang

melakukan tugas yang menuntut kekuatan yang melebihi batas

kemampuan otot (Chaffin, 1973).

Page 55: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

32

Bukhori (2010) menjelaskan bagi pekerja yang memiliki

kekuatan fisik yang lemah memiliki keluhan MSDs tiga kali lipat

dari yang memiliki kekuatan fisik tinggi (Bukhori, 2010). Pada

penelitian Anies, (2005) dijelaskan bahwa gangguan

muskuloskeletal tidak terjadi pada kontraksi otot yang hanya

mencapai 15% hingga 20% dari kekuatan otot maksimum

(Anies,2005).

Untuk mengetahui kekuatan fisik seseorang dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti tes kekuatan genggaman

dengan alat handgrip dynamometer, tes kekuatan punggung dengan

menggunakan tes back dynamometer dan tes fisik lainnya seperti

lari, push up, sit up dan pull up (Ismaryati, 2006).

Adapun indikator kekuatan fisik dari pengukuran dengan

handgrip dynamometer adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Indikator Kekuatan Fisik Handgrip Dynamometer

Usia Pria Wanita

Lemah Normal Kuat Lemah Normal Kuat

10-11 <12,6 12.6-22.4 >22.4 <11.0 11.0-21.6 >21.6

12-13 <19.4 19.4-31.2 >31.2 <14.6 14.6-24.4 >24.4

14-15 <28.5 28.5-44.3 >44.3 <15.5 15.5-27.3 >27.3

16-17 <32.6 32.6-52.4 >52.4 <17.2 17.2-29.0 >29.0

18-19 <35.7 35.7-55.5 >55.5 <19.2 19.2-31.0 >31.0

20-24 <36.8 36.8-56.6 >56.6 <21.5 21.5-35.3 >35.3

25-29 <37.7 37.7-57.5 >57.5 <25.6 25.6-41.4 >41.4

Page 56: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

33

Usia Pria Wanita

Lemah Normal Kuat Lemah Normal Kuat

30-34 <36.0 36.0-55.8 >55.8 <21.5 21.5-35.3 >35.3

35-39 <35.8 35.8-55.6 >55.6 <20.3 20.3-34.1 >34.1

40-44 <35.5 35.5-55.3 >55.3 <18.9 18.9-32.7 >32.7

45-49 <34.7 34.7-54.5 >54.5 <18.6 18.6-32.4 >32.4

50-54 <32.9 32.9-50.7 >50.7 <18.1 18.1-31.9 >31.9

55-59 <30.7 30.7-48.5 >48.5 <17.7 17.7-31.5 >31.5

60-64 <30.2 30.2-48.0 >48.0 <17.2 17.2-31.0 >31.0

65-69 <28.2 28.2-44.0 >44.0 <15.4 15.4-27.2 >27.2

70-99 <21.3 21.3-35.1 >35.1 <14.7 14.7-24.5 >24.5

2.3.2 Faktor Pekerjaan

2.3.2.1 Postur Kerja

Sikap kerja tidak alamiah atau yang biasa disebut dengan

postur janggal merupakan sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh gerak menjauhi posisi alami, misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung yang terlalu membungkuk,

kepala yang menengadah atau mengangkat, dan sebagainya.

Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi risiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal

(Tarwaka, 2013).

Disebutkan dalam penelitian Masliah 2014) menunjukkan

bahwa faktor postur memiliki hubungan yang signifikan terhadap

Page 57: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

34

terjadinya keluhan MSDs pada pekerja manual handling dengan

pvalue sebesar 0,004 (Masliah, 2014). Pada penelitian yang

dilakukan Budiman (2015) juga menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan keluhan

muskuloskeletal dengan nilai p=0,0356 (Budiman, 2015).

2.3.2.2 Gerakan Berulang

Aktivitas berulang atau repetitive adalah aktivitas yang

dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul,

membelah kayu, mengangkat dan mengangkut barang. Pekerjaan

repetitive dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa

metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang

biasa terjadi pada tangan atau lengan bawah ketika melakukan

kegiatan berulang, gerakan yang kasar dan kuat termasuk

pekerjaan yang berisiko tinggi (Tarwaka, 2013).

Menurut penelitian Mokhtar (2013) repetitive work atau

gerakan berulang merupakan faktor utama yang menyebabkan

peningkatan prevalensi musculoskeletal disorders. (Mokhtar,

2013). Dalam penelitian Andini (2015) menjelaskan bahwa faktor

gerakan repetisi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya

keluhan MSDs pada pekerja (Andini, 2015)

2.3.2.3 Lama kerja

Pada umumnya seseorang bekerja selama 6 hingga 8 jam

dalam sehari, sehingga sisa waktunya selama 14 hingga 18 jam

dapat digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan

Page 58: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

35

keluarga maupun masyarakat. Adanya penambahan jam kerja dapat

menurunkan efisiensi kerja, menurunkan produktivitas, timbulnya

kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat

kerja. Biasanya seseorang bekerja selama 40 hingga 50 jam dalam

seminggu (Suma‟mur, 2004).

Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan

keluhan otot dan dapat meningkatkan risiko gangguan

musculoskeletal disorders terutama untuk jenis pekerjaan dengan

menggunakan kekuatan kerja yang cukup tinggi (Budiono, 2003).

Pada penelitian Hendra (2009) juga menunjukkan bahwa lama

kerja mempengaruhi keluhan muskuloskeletal pada pekerja

(Hendra, 2009).

2.3.2.4 Beban Angkut

Beban angkut adalah aktivitas pekerjaan yang dibebankan

kepada pekerja yang meliputi beban fisik maupun beban mental.

Beban yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

mengakibatkan pekerja mengalami gangguan atau penyakit akibat

kerja (Bustan, 2000). Beban yang berlebihan mengakibatkan

peregangan otot yang terlalu berlebih yang melebihi kemampuan

optimum otot yang dapat meningkatkan risiko keluhan otot (Vi,

2000).

Beban yang diperbolehkan diangkat pada seseorang

menurut ILO yaitu 23-25 Kg. Mengangkat suatu beban yang terlalu

berat dapat mengakibatkan Diskus pada tulang belakang serta

Page 59: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

36

dapat menyebabkan kelelahan karena adanya peningkatan yang

disebabkan oleh tekanan pada diskus intervertebralis (OSHA,

2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Masliah (2014)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

berat beban terhadap terjadinya keluhan muskuloskeletal pada

pekerja manual handling di makasar dengan pvalue sebesar 0,001

(Masliah, 2009). Hal serupa pada penelitian yang dilakukan oleh

Setyaningsih (2009) juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara beban angkut dengan keluhan muskuloskeletal

dengan nilai p = 0,029 (Setyaningsih, 2009).

Adapun cara mengetahui faktor risiko pekerjaan dapat

dilakukan dengan metode-metode berikut:

2.3.2.5 Quick Exposure Cheklist (QEC)

1. Pengertian

Quick Exposure Cheklist (QEC) dikembangkan untuk

memungkinkan praktisi kesehatan dan keselamatan kerja untuk melakukan

penilaian factor risiko musculoskeletal (Stanton et, al , 2005). QEC

berfokus pada penilaian dan perubahan eksposur sehingga memungkinkan

penerapan intervensi di tempat kerja dengan segera. Berdasarkan masukan

dari praktisi kesehatan dan keselamatan serta ahli ergonomi, dilakukan

modifikasi dan pengembangan lebih lanjut untuk kegunaan dan validitas

QEC menggunakan pendekatan partisipatif pada simulasi maupun pekerja

sungguhan. QEC memiliki tingkat sensitivitas dan reliabilitas yang diterima

Page 60: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

37

secara luas. Kajian lapangan membuktikan bahwa QEC dapat digunakan

pada cakupan tugas (task) yang luas. Empat aspek kegunaan yang

didapatkan meliputi sikap, pembelajaran, fleksibilitas, dan efektivitas

(Stanton, et,al, 2005).

2. Aplikasi dan kegunaan QEC

a. QEC dapat digunakan untuk beberapa tujuan, meliputi :

1) Identifikasi faktor-faktor risiko untuk kerja terkait MSDs.

2) Mengevaluasi tingkat risiko pajanan untuk bagian tubuh yang

berbeda.

3) Menyarankan tindakan yang perlu diambil untuk mengurangi risiko.

4) Mengevaluasi efektivitas intervensi ergonomi di tempat kerja.

5) Memberikan pengetahuan kepada pengguna tentang risiko

musculoskeletal di tempat kerja.

b. Prosedur penilaian QEC terdiri dari empat tahapan penilaian,

diantaranya:

1) Observer’s Assessment

Observer’s Assessment atau penilaian oleh pengamat dilakukan

dengan menggunakan checklist untuk menilai suatu jenis tugas (task)

tertentu. Sebelum melakukan penilaian, setidaknya harus didahului

dengan observasi terhadap satu rangkaian proses kerja. Jika suatu

pekerjaan (job) terdiri dari beberapa variasi tugas (task), penilaian

dilakukan satu persatu dengan checklist terpisah. Pengamatan

mengobservasi postur dan posisi tubuh pekerja ketika melakukan

pekerjaan berdasarkan beberapa point pada checklist. Anggota tubuh

Page 61: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

38

yang dinilai yaitu punggung, bahu, lengan, pergelangan tangan dan

tangan serta leher.

2) Worker’s Assessment

Worker’s Assessment checklist merupakan angket/kuesioner yang

berisi beberapa pertanyaan mengenai pekerjaan dan faktor-faktor lain

yang berkaitan dengan karakteristik dan kondisi kerja. Checklist diisi

oleh pekerja yang telah diamati dan dinilai oleh pengamat.

3) Perhitungan Nilai Pajanan

Penghitungan nilai pajanan dilakukan dengan menggunakan

table exposure scores.

4) Penentuan tindakan perbaikan/intervensi

Setelah tingkat pajanan/risiko diketahui, diharapkan adanya

upaya tindak lanjut terhadap pekerjaan yang telah dinilai demi

meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan kesehatan dan

keselamatan pekerja (Stanton, et,al, 2005).

2.3.2.6 Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF)

Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem

tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu

pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan bagian tubuh

yang dapat berisiko terhadap terjadinya CTD (Cummulative Trauma

Disorders) atau risiko gangguan kesehatan pada sistem rangka. Penilaian

pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari

ketiga penetapan data ( sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya)

Page 62: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

39

dan juga yang paling memberikan beban paling berat. Bagian tubuh yang

dianalisa meliputi : tangan kiri, dan pergelangan tangan kiri, siku kiri,

bahu kiri, leher, punggung, tangan kanan dan pergelangan tangan kanan,

siku kanan, bahu kanan dan kaki (Humantech, 1995)

Metode BRIEF menilai postur terhadap beberapa bagian-bagian

tubuh diantaranya:

a) Tangan dan pergelangan tangan kiri

b) Siku kiri

c) Bahu kiri

d) Leher

e) Punggung

f) Tangan dan pergelangan tangan kanan

g) Siku kanan

h) Bahu kanan

i) Kaki

Metode BRIEF juga menilai pekerjaan menggambarkan tinjauan

ulang ergonomi secara mendalam dan juga dapat menentukan beban yang

paling berat yang diterima pekerja (Humantech, 1995).

2.3.2.7 Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

1. Pengertian

RULA adalah sebuah metode survei yang di kembangkan untuk

kegunaan investigasi ergonomi pada tempat kerja, dimana penyakit otot

rangka tubuh bagian atas yang terkait kerja teridentifikasi. Piranti ini tidak

Page 63: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

40

membutuhkan peralatan khusus dalam menyediakan pengukuran postur

leher, punggung, lengan dan tubuh bagian atas seiring fungsi otot dan

beban luar yang di alami tubuh. Pengembangan RULA dilakukan melalui

evaluasi mengenai postur yang di adopsi pekerja, tenaga yang dibutuhkan

serta gerakan otot baik oleh operator display maupun operator yang

bekerja dalam berbagai tugas manufaktur dimana risiko yang terkait

dengan kelainan otot rangka pada tubuh bagian atas yang mungkin ada

(Mc Atamney, 1993)

Metode ini menggunakan diagram-diagram dari postur tubuh dan

tabel-tabel penilaian untuk menyediakan evaluasi paparan faktor-faktor

risiko. Faktor - faktor risiko yang di jelaskan merupakan faktor beban

eksternal yaitu:

a. Jumlah gerakan.

b. Pekerja dengan otot statis.

c. Tenaga.

d. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan.

e. Waktu kerja tanpa istirahat.

2. Cara Pengukuran

a. Tahap 1

Untuk memudahkan dan mempercepat dalam pengukuran,

metode RULA membagi pengukuran tubuh menjadi 2 kelompok,

yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A meliputi bagian

lengan atas dan bawah serta pergelangan tangan, sedangkan pada

kelompok B meliputi leher, punggung dan kaki.

Page 64: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

41

Pengelompokan tersebut dilakukan untuk memastikan

seluruh postur tubuh dapat terekam dengan baik sehingga segala

kejanggalan atas atau batas postur oleh kaki, punggung atau leher

yang dapat mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat

tercakup.

b. Tahap 2

Setelah membagi kelompok A dan B, kemudian dilakukan

skoring, dimana skoring dilakukan dengan cara merekam kegiatan

kemudian menentukan skor yang dihasilkan dari suatu kegiatan

atau pekerjaan. Setiap skor yang dihasilkan dimasukkan kedalam

tabel A untuk kelompok A dan tabel B untuk kelompok B, untuk

memperoleh skor A dan skor B.

c. Tahap 3

Setelah memperoleh skor A dan B maka kedua skor

dimasukkan kedalam tabel grand score untuk memperoleh tindakan

yang dibutuhkan atau tingkat risiko. Adapun tingkatan Action level

pada grand score sebagai berikut:

Tabel 2.4 Tabel Level Risiko RULA

Level Skor Action Level

Low 1 – 2 Postur dapat terima selama tidak berulang untuk

waktu yang lama

Medium 3 – 4 Dibutuhkan penyelidikan lebih jauh dan

mungkin saja diperlukan perubahan

High 5 – 6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera

Very high >7` Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan

sesegera mungkin

Sumber: Mc Atamney, 1993

Page 65: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

42

2.3.2.8 Rapid Entire Body Assesment (REBA)

1. Pengertian

Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett

dan Dr. Lynn Mc Atamney Merupakan ergonom dari universitas di

Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occuptaional

Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat

untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan

pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga

dipengaruhi faktor coupling Beban eksternal yang ditopang oleh tubuh

serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring

general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya

pengurangan risiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney,

2000).

2. Cara Pengukuran

a. Observasi pekerjaan

b. Menentukan postur yang akan di teliti

c. Penilaian postur dengan menggunakan form penilaian dan

melakukan perhitungan skor postur yang diteliti

d. Penilaian menggunakan tabel

e. Perhitungan nilai REBA

f. Menentukan nilai tingkat risiko

Page 66: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

43

Tabel 2.5 Tabel Level Risiko REBA

Skor Action Level

1 Risiko dapat ditiadakan

2 – 3 Risiko rendah, perubahan mungkin dibutuhkan

4 – 7 Risiko menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan

segera

8 – 10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan perubahan

11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan

Sumber: Hignett and Mc, Atamney, 2000

2.3.2.9 Assessment of Repetitive Tasks (ART)

1. Pengertian

Assessment of repetitive tasks (ART) tool adalah sebuah metode

yang diperkenalkan oleh Health and Safety Executive (HSE) yang didesain

untuk membantu safety inspector untuk menilai kegiatan repetitif terutama

bagian tangan dan lengan atau anggota gerak atas. ART memudahkan

untuk menilai beberapa faktor risiko yang berkontribusi dalam terjadinya

gangguan pada anggota gerak bagian atas terutama tangan dan lengan,

dimana kegiatan repetitif biasa ditemukan di perusahaan produksi,

pemrosesan, perakitan, pengepakan, dan pekerjaan penyusunan yang

peralatannya melibatkan penggunaan tangan (HSE, 2009).

2. Cara penggunaan

a. Lakukan observasi untuk mengetahui kondisi kerja dan aktivitas

kerja dari responden

b. Konsultasikan pekerja yang bertanggung jawab sebelum

melakukan pengukuran

Page 67: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

44

c. Rekam dengan video jika perlu, guna membantu memudahkan

dalam proses perhitungan

d. Setelah melakukan observasi deskripsikan pekerjaan yang akan

dinilai

e. Pastikan membaca pedoman penggunaan metode

f. Lakukan perhitungan yang terbagi dalam empat bagian

Bagian A: Frekuensi dan gerakan berulang

Bagian B: Kekuatan

Bagian C: Postur janggal

Bagian D: Faktor tambahan

g. Setelah melakukan penilaian dari tiap-tiap bagian, seluruhnya

dijumlah dan di kalikan dengan durasi, sehingga akan

mendapatkan skor akhir seperti berikut:

Tabel 2.6 Tabel Level Risiko ART

Exposure score Proposed exposure level

0–11 Low Pertimbangkan keadaan individu

12–21 Medium Diperlukan investigasi lebih lanjut

22 or more High Sangat diperlukan Investigasi lebih lanjut

Sumber: HSE, 2009

2.3.2.10 Manual Handling Assesment Chart (MAC)

1. Pengertian

Alat MAC dikembangkan untuk membantu pengguna

mengidentifikasi risiko tinggi aktivitas pengguna di tempat kerja

penanganan dan dapat digunakan untuk menilai risiko yang ditimbulkan

Page 68: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

45

oleh mengangkat, membawa dan kegiatan manual handling. MAC

dirancang untuk membantu dalam memahami, menafsirkan dan

mengkategorikan tingkat risiko dari berbagai faktor risiko yang diketahui

terkait dengan kegiatan penanganan manual. Analisis risiko dalam MAC

menggabungkan numerik dan sistem skor warna untuk menyorot besarnya

risiko dari tugas manual handling. (HSE, 2003).

2. Cara Pengukuran

a. Lakukan observasi atau mengamati tugas (merekam dengan video

dapat membantu) untuk memastikan bahwa apa yang diamati

adalah prosedur kerja normal.

b. Pilih jenis yang tepat dari penilaian (yaitu mengangkat, membawa

atau team handling). Jika tugas melibatkan mengangkat dan

membawa, pertimbangkan keduanya.

c. Ikuti panduan penilaian yang tepat dan grafik alir untuk

menentukan tingkat risiko untuk masing-masing faktor risiko.

d. Masukkan band warna dan nilai numerik pada lembar skor MAC.

Band warna membantu menentukan prioritas unsur-unsur dari

tugas membutuhkan penanganan.

e. Masukkan informasi pekerjaan dan gunakan skor untuk membantu

mengidentifikasi faktor risiko yang perlu diperiksa. Total skor

tidak ada hubungan dengan action level suatu objek.

f. Jika individu melakukan sejumlah tugas, nilai masing-masing

secara terpisah dan memprioritaskan tindakan berdasarkan skor

risiko tertinggi.

Page 69: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

46

Tabel 2.7 Kekurangan dan Kelebihan Metode

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

1 Quick Exposure

Checklist

1. Mencakup factor-faktor risiko fisik

musculoskeletal .

2. Mudah dipelajari dan digunakan.

3. Mempertimbangkan kombinasi

dan interaksi berbagai factor risiko

di tempat kerja.

4. Memiliki tingkat sensitivitas dan

penggunaan yang tinggi.

5. Melibatkan penilaian dari dua

pihak, pengamat dan pekerja (inter

dan intra observer)

1. Metode ini hanya memungkinkan untuk

melihat kondisi “terburuk” dalam pekerjaan.

2. Dalam hal penilaian beban atau berat benda,

QEC bersifat subjektif dengan

mengandalkan penilaian/perkiraan pekerja,

sehingga seringkali tidak akurat.

3. Efek kumulatif dari semua kegiatan yang

dilakukan selama bekerja diabaikan.

4. Metode ini tidak dapat memprediksi cedera

pada individu.

5. QEC mengabaikan factor-faktor risiko

individu seperti jenis kelamin, usia atau

sejarah medis dalam penilaian tingkat risiko

umum.

2 Baseline Risk

Identifiation of

Ergonomics

Factors

1. Dapat mengkaji hampir seluruh

bagian tubuh (sembilan bagian)

2. Dapat menentukan bagian mana

yang memiliki beban paling berat

3. Dapat mengidentifikasi penyebab

awal MSDs

4. Tidak membutuhkan seorang ahli

ergonomi untuk melakukan

penilaian pekerjaan menggunakan

BRIEF

1. Tidak dapat mengetahui total skor secara

menyeluruh dari suatu pekerjaan

2. Banyak faktor yang harus diuji

3. Membutuhkan waktu pengamatan yang

lebih lama

4. Tidak dapat digunakan untuk manual

handling

Page 70: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

47

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

3 Rapid Entire Body

Assesment

(REBA)

1. Merupakan metode yang cepat

untuk menganalisa postur kerja

yang menyebabkan risiko

ergonomi

2. Dapat mengidentifikasi faktor –

faktor risiko dalam pekerjaan

3. Dapat digunakan untuk postur

tubuh yang stabil maupun tidak

stabil

4. Skor akhir dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah,

menentukan prioritas dan

perubahan yang dilakukan

1. Hanya menilai aspek postur dari pekerja

2. Tidak mempertimbangkan kondisi yang

dialami oleh pekerja terutama yang

berkaitan dengan faktor psikososial

3. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja

terutama yang berkaitan dengan vibrasi,

temperatur dan jarak pandang

4 Rapid Upper Limb

Assesment

(RULA)

1. Menilai sebuah angka perbedaan

postur selama putaran dalam

bekerja untuk menyiapkan sebuah

profil dari beban otot.

2. Dapat dijadikan tindakan lebih

lanjut dari investigasi dan tindakan

perbaikan.

3. Pemberian skor pada RULA lebih

rinci

4. Mudah digunakan, cepat dam

praktis

1. Hanya untuk pekerjaan dengan postur statis

atau duduk atau berdiri terus menerus,

kurang cocok untuk pekerjaan dengan

gerakan dinamis

2. Tidak ada tinjauan rekam medis

3. Metode ini tidak bisa mengukur gerakan

tangan menggenggam, meluruskan,

memutar dan memerlukan tekanan pada

telapak tangan, dan

4. Metode ini tidak bisa mengukur

antropometri tempat kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya postur janggal

5. Assesment of 1. Mudah digunakan, cepat dan 1. Hanya menilai postur bagian atas

Page 71: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

48

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

Repetitive Tasks

(ART)

praktis

2. Menilai gerakan repetitif secara

rinci dan jelas

3. Menilai gerakan tangan

menggenggam meluruskan

memutar dan besar grip pada

tangan

4. Dapat menilai gerakan dinamis

2. Hanya untuk menilai gerakan berulang yang

memiliki beban ringan

3. Pada penilaian postur kurang rinci dalam

menilai, hanya sebatas frekuensi dan durasi

postur janggal dilakukan.

6. Manual Handling

Assesment Chart

1. Menilai kegiatan angkat angkut

secara rinci

2. Mudah digunakan

3. Penilaian cepat dan praktis

1. Tidak cocok untuk kegiatan mendorong dan

menarik

2. Tidak dapat menilai risiko tubuh bagian atas

3. Tidak dapat menilai risiko secara penuh.

Pemilihan metode REBA dalam penelitian ini dikarenakan penggunaan metode REBA menilai risiko secara

keseluruhan tubuh, sehingga hal tersebut cocok untuk menilai berbagai kegiatan kerja yang memiliki aktivitas yang

berbeda seperti yang terdapat pada aktivitas kerja pegawai bagian produksi CV. Unique Mandiri Perkasa yang memiliki

proses produksi dan aktivitas kerja yang beragam. Selain itu, pemilihan REBA dalam penelitian ini, karena metode

REBA sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui faktor risiko pekerjaan yang terdapat di CV Unique

Mandiri Perkasa, berupa postur kerja secara keseluruhan, aktivitas berulang dan beban angkut.

Page 72: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

49

2.3.3 Faktor Lingkungan

2.3.3.1 Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot

bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot

(Suma‟mur, 1989). Pekerjaan yang berhubungan dengan getaran akan

mengakibatkan pekerja mengalami mati rasa pada bagian tangan sehingga pekerja

membutuhkan tenaga yang lebih saat bekerja dengan cara menggenggam

(Nursatya, 2008).

Dalam penelitian Andini (2015) dijelaskan bahwa faktor lingkungan berupa

getaran memiliki hubungan terhadap terjadinya keluhan MSDs pada pekerja

(Andini, 2015), hal tersebut di dukung oleh penelitian Magnusson (1996) bahwa

kasus MSDs pada pengemudi sebanyak 50% disebabkan oleh getaran yang

dihasilkan oleh kendaraannya (Magnusson, 1996)

2.3.3.2 Mikroklimat

Perbedaan suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang sangat signifikan akan

mengakibatkan penggunaan energi yang berlebihan dikarenakan adaptasi tubuh

dengan suhu lingkungan, sehingga tubuh menjadi lebih mudah lelah dan

menurunnya kekuatan otot (NIOSH, 1997). Di negara tropis seperti Indonesia

suhu normal yang baik untuk orang Indonesia adalah 22.5 – 26oC dengan

kelembaban udara sebesar 40-75% (Tarwaka, 2004). Sedangkan berdasarkan

PERMENKES No. 1405 Tahun 2002 mengenai persyaratan kesehatan

lingkungan dan industri, standar suhu dalam lingkungan industri adalah 18-30o

C,

dengan kelembaban 65%-95% (Permenkes, 2002).

Page 73: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

50

Dalam penelitian Pienimaki (2000) dijelaskan bahwa temperatur ekstrim

yang rendah memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan MSDs pada pekerja

dengan OR sebesar (2,2) (Pienimaki, 2000). Serupa dengan Pienimaki, penelitian

yang dilakukan oleh Piedrahita (2004) menjelaskan bahwa temperature ekstrim

dingin menyebabkan keluhan MSDs pada pekerja dengan prevalensi 11,2 dengan

CI (95%) (Piedrahita, 2004). Pada penelitian lain yang dilakukan Magnavita

(2011) menjelaskan bahwa temperatur panas memiliki hubungan yang signifikan

terhadap keluhan MSDs pada pekerja dengan nilai P< 0,005 dan nilai OS sebesar

2,73 (Magnavita, 2011) .

2.3.3.3 Pencahayaan

Pencahayaan merupakan hal yang mempengaruhi penglihatan manusia

untuk dapat melihat objek dengan jelas. Pencahayaan yang kurang

mengakibatkan mata menjadi lebih cepat lelah. Pencahayaan juga merupakan

faktor yang mempengaruhi kejadian keluhan muskuloskeletal pada pekerja,

seperti penelitian yang dilakukan Bridger (1995), diketahui apabila suatu ruang

kerja yang tidak memiliki pencahayaan yang cukup mengakibatkan postur leher

menjadi fleksi ke depan atau menunduk sehingga berisiko mengalami MSDs

(Bridger,1995). PERMENKES No.1405 tahun 2002 menjelaskan, pencahayaan

minimal untuk perindustrian adalah 100 lux dengan kategori pekerjaan kasar dan

tidak dilakukan secara terus menerus (Permenkes, 2002)

Dalam penelitian Magnavita (2011) dijelaskan bahwa pencahayaan

mempengaruhi kejadian keluhan MSDs pada pekerja dengan nila OR sebesar

2,22 (Magnavita, 2011). Hal tersebut didukung dengan penelitian Ghosh (2010)

yang menjelaskan bahwa keluhan MSDs pada penambang emas di India

Page 74: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

51

dikarenakan pencahayaan yang kurang yakni hanya sebesar 19 Lux (Ghosh,

2010).

2.4 Upaya Pencegahan MSDs

Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan kerja yang penting dan

perlu dikelola dengan cara memberlakukan program ergonomi untuk keselamatan dan

kesehatan kerja. Kejadian MSDs dapat dikendalikan dengan program ergonomi yang

elemen-elemennya mencakup:

a. Rekognisi sumber masalah

b. Evaluasi pekerjaan yang diduga mungkin sebagai faktor risiko

c. Identifikasi dan evaluasi faktor-faktor yang menjadi penyebab

d. Melibatkan pekerja sebagai peserta yang memberi tahu secara aktif

e. Menyediakan perlindungan kesehatan yang tepat untuk pekerja yang

mengalami MSDs

Pengendalian program yang umum yang harus diimplementasikan ketika risiko

MSDs dikenali, meliputi:

a. Pendidikan bagi pekerja, supervisor, engineers, dan manajer

b. Melaporkan sejak awal gejala yang dialami oleh pekerja

c. Evaluasi dan pengawasan secara terus menerus data medis, kesehatan, dan

cedera

Pengendalian secara khusus pada pekerjaan yang langsung berhubungan dengan

MSDs mencakup engineering controls dan administrative controls seperti berikut ini:

1. Berikut merupakan pengendalian-pengendalian engineering untuk mengeliminasi

atau mengurangi faktor-faktor risiko pada pekerjaan yang dapat di pertimbangkan:

Page 75: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

52

a. Menggunakan metode kerja, seperti analisis gerakan untuk mengeliminasi

pengerahan tenaga dan gerakan yang tidak seharusnya

b. Menggunakan bantuan mesin untuk mengeliminasi atau mengurangi

pengerahan tenaga dalam menggunakan alat dan objek kerja

c. Menyeleksi atau mendesain peralatan untuk mengurangi beban, menghemat

waktu, dan memperbaiki postur

d. Menyediakan tempat kerja yang dapat disesuaikan dengan penggunaannya

untuk mengurangi jangkauan dan memperbaiki postur

e. Mengimplementasikan program dan pengendalian kualitas untuk mengurangi

pergerakan dan beban yang tidak seharusnya, khususnya yang berhubungan

dengan pekerjaan yang tidak memiliki nilai tambah.

2. Pengendalian administratif untuk mengurangi risiko karena pengurangan waktu

pajanan, contohnya sebagai berikut:

a. Mengimplementasikan standar kerja yang memberi izin pekerja untuk berhenti

sejenak atau melakukan peregangan otot seperlunya, paling tidak hal tersebut

dilakukan satu kali dalam satu jam.

b. Merelokasikan penempatan kerja, seperti memberlakukan rotasi pekerja,

sehingga pekerja tidak menghabiskan waktu seluruh shift kerjanya dengan

melakukan atau mengerjakan tuntutan tugas yang tinggi (ACGIH, 2007).

Page 76: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

53

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan faktor risiko ergonomi yang merupakan penyebab terjadinya

MSDs yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu

berupa umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, masa kerja, lama kerja, kesegaran

jasmani, indeks masa tubuh, dan kekuatan fisik. Faktor pekerjaan antara lain sikap tidak

alamiah, gerakan repetitif, dan beban angkut. Selanjutnya faktor lingkungan yang

mempengaruhi kejadian MSDs adalah getaran, mikroklimat dan pencahayaan. Adapun

skema yang didapat sebagai berikut:

Sumber : Tarwaka( 2013), Santoso(2004,) Pheasant (1991), Peter Vi ( 2000)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Faktor Pekerjaan

(Postur Kerja, Gerakan

Berulang, Lama

kerja,Beban Angkut)

Faktor Individu

1. Usia

2. Masa Kerja

3. Jenis Kelamin

4. Indeks Masa Tubuh

5. Kebiasaan Merokok

6. Kesegaran Jasmani

7. Beban Kerja

8. Kekuatan Fisik

Faktor Lingkungan:

1. Getaran

2. Mikroklimat

3. Pencahayaan

Keluhan MSDs

Page 77: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

54

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemetaan keluhan MSDs

berdasarkan faktor risiko pekerjaan, mengetahui gambaran faktor risiko individu dan

faktor risiko pekerjaan, yaitu faktor individu seperti usia, masa kerja, indeks massa

tubuh, kebiasaan merokok, beban kerja dan kekuatan fisik. Faktor risiko pekerjaan

berupa postur pekerja, gerakan repetitif dan beban angkut pekerja. Pada faktor individu

terdapat beberapa faktor yang tidak diteliti seperti lama kerja, dan kesegaran jasmani.

Lama kerja tidak diteliti karena seluruh pekerja bekerja selama 8 jam sehari. Kesegaran

jasmani tidak diteliti karena berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa

seluruh pekerja tidak melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani

seperti rutin berolah raga. Jenis kelamin tidak diteliti karena semua pekerja memiliki

jenis kelamin laki-laki. Pada faktor lingkungan tidak diteliti karena kondisi lingkungan

bersifat homogen dengan karakteristik memiliki suhu diatas 30oC, pencahayaan

dibawah 100 lux dan secara keseluruhan tidak ada pekerja yang kontak langsung

dengan faktor getaran, sehingga tidak dilakukan penelitian mengenai faktor lingkungan.

Adapun penilaian risiko yang dilakukan adalah menggunakan kuesioner NBM

dan metode penilaian risiko ergonomi berupa REBA untuk menilai postur secara

keseluruhan sehingga hal tersebut cocok untuk menilai berbagai kegiatan kerja yang

memiliki aktivitas yang berbeda seperti yang terdapat pada aktivitas kerja pekerja

bagian produksi CV Unique Mandiri Perkasa yang memiliki proses produksi dan

aktivitas kerja yang beragam. Maka diperoleh kerangka konsep seperti berikut:

Page 78: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

55

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Usia

Keluhan MSDs

Masa Kerja

Indeks Massa Tubuh

Kebiasaan Merokok

Beban Kerja

Kekuatan Fisik

Faktor Pekerjaan

Page 79: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

56

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel-variabel yang menjadi unsur penting dalam melakukan penelittian.

Pengertian dari tiap-tiap variabel dijelaskan secara jelas supaya pembaca dapat mengerti dan mengetahui maksud dari penelitian.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

1. Keluhan MSDs Keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh

seseorang mulai dari keluhan

sangat ringan sampai sangat sakit

yang dirasakan oleh pekerja pada

bagian leher, bahu, punggung, siku,

punggung bawah, tangan, paha dan

pinggul, betis, tumit dan kaki, serta

lutut.

Kuesioner ordinal Kuesioner

Nordic Body

Map

1. Ada keluhan: Jika skor NBM 1- 112

2. Tidak ada keluhan: Jika skor NBM 0

(Wilson and Corlett, 1995)

2. Usia Masa hidup pekerja yang dihitung

dari tanggal lahir sampai saat

dilakukan penelitian

Kuesioner Ordinal Kuesioner 1. ≥ 30 tahun

2. < 30 tahun

(Ulfah, 2014).

3. Masa Kerja Waktu kerja responden terhitung

mulai pertama kerja sampai dengan

dilakukannya penelitian

Kuesioner Ordinal Kuesioner 1. > 4 Tahun

2. ≤ 4 Tahun

(Hendra, 2009)

4. Indeks Massa

Tubuh

Kondisi status gizi pekerja saat

dilakukan penelitian yang dihitung

menggunakan rumus

BB(kg)/TB(m)2

Pengukuran

Langsung

Ordinal Timbangan

Berat Badan

Digital dan

Mikrotoise

(Pengukuran

1. Gemuk: jika IMT > 25,01 2. Kurus: jika IMT < 18,5

3. Normal: jika IMT 18,5 - 25,0 (Depkes, 2002)

Page 80: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

57

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Tinggi

Badan)

5 Kebiasaan Merokok Kegiatan menghisap rokok yang

dilakukan secara teratur, berulang

dan sulit untuk dihentikan

Menanyakan

pekerja melalui

kuesioner

Ordinal Kuesioner 1. Berat: merokok > 20 batang perhari

2. Sedang: merokok 10-20 batang perhari

3. Ringan : Merokok < 10 batang perhari

(Bustan, 2007)

6. Beban Kerja Beban yang diterima oleh pekerja

sebagai yang diperoleh dari

pekerjaannya dan dinyatakan

dalam jumlah kalori yang

dikeluarkan selama melakukan

pekerjaannya.

Pengukuran berat

badan, dan

observasi

kegiatan kerja

Ordinal Timbangan.

dan Kamera

Digital

1 Sangat berat: Laju Metabolik >465

2 Berat: Laju Metabolik 360- 465

3 Sedang: Laju Metabolik 235 – 360

4 Ringan: Laju Metabolik 125 - 235

5 Istirahat: Laju Metabolik 100 - 125

(Permenkes No. 70 Tahun 2016)

7 Kekuatan Fisik Penilaian terhadap aktivitas otot

tangan pekerja yang diukur

menggunakan hand grip

Mencengkramkan

tangan pada

pegangan

handgrip

Ordinal Hand Grip 1. Kuat

2. Normal

3. Lemah

(Ismaryati, 2006)

8 Penilaian Faktor

Pekerjaan

Pemberian angka terhadap postur

kerja, gerakan berulang, dan beban

angkut pekerja yang diamati

berdasarkan metode penilaian

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

REBA:

1. Tidak ada risiko jika skor 1

2. Risiko rendah, jika skor 2-3

3. Risiko menengah jika skor 4-7

4. Risiko tinggi, jika skor 8-10

5. Risiko sangat tinggi, jika skor 11+

(Mc Atamney, 2000)

a. Postur Leher Gerakan menunduk, menengadah,

miring dan rotasi leher yang terjadi

pada saat pekerja bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

REBA :

1. 0-20o Fleksi sampai ekstensi

2. > 20o fleksi atau ekstensi

Page 81: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

58

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

penilaian (Mc Atamney, 2000)

b. Postur

Punggung

Gerakan fleksi atau rotasi

punggung yang terjadi pada saat

pekerja bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. Lurus

2. 0-20o Fleksi sampai ekstensi

3. 20-60o fleksi atau ekstensi

4. >60o ¬Fleksi

5. Posisi Punggung Memutar atau Miring

(Mc Atamney, 2000)

c. Postur

Lengan Atas

Gerakan aduksi, abduksi, fleksi,

ekstensi pada lengan atas pekerja

yang terjadi pada pekerja saat

bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. Fleksi 0-20o

2. 20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi

3. 45-90o fleksi

4. >90o Fleksi

5. posisi lengan adducted atau rotated

atau atau jika bahu ditinggikan

(Mc Atamney, 2000)

d. Postur

lengan

bawah

Gerakan aduksi, abduksi, fleksi,

ekstensi pada lengan bawah pekerja

yang terjadi pada pekerja saat

bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. 60 o - 100

o fleksi

2. < 20o fleksi atau > 100

o ekstensi

(Mc Atamney, 2000).

e. Postur

pergelangan

tangan

Gerakan fleksi atau ekstensi pada

pergelangan lengan pekerja yang

terjadi pada pekerja saat bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. 0- 15o Fleksi

2. > 15 o fleksi atau ekstensi

3. pergelangan memutar

(Mc Atamney, 2000)

f. Postur kaki Gerakan postur kaki pekerja yang

stabil, tidak stabil dan fleksi yang

terjadi pada saat bekerja.

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. Tertopang, bobot merata

2. Tidak tertopang, bobot tidak merata

3. Lutut antara 30-60o fleksi

4. Lutut >60o ¬Fleksi

(Mc Atamney, 2000)

Page 82: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

59

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

g. Aktivitas

Berisiko

Pemberian pada pergerakan yang

berisiko berupa gerakan statis,

gerakan berulang, dan gerakan yang

merubah postur kerja yang

dilakukan pekerja

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian,

stopwatch

1. Tidak Memiliki Aktivitas Berisiko

2. Aktivitas Berulang

3. Aktivitas Statis

4. Aktivitas yang menyebabkan perubahan

postur

(Mc Atamney, 2000)

h. Beban

Angkut

Pemberian nilai terhadap kegiatan

angkat angkut yang dilakukan

pekerja ketika melakukan pekerjaan

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. < 5kg

2. 5kg-10kg

3. >10kg

4. Penambahan Secara Tiba-tiba

(Mc Atamney, 2000)

i. Genggaman

tangan

Penilaian terhadap posisi pekerja

saat menggenggam suatu benda

dalam proses pekerjaannya

Observasi Ordinal Kamera

digital, dan

form

penilaian

1. Pegangan Pas dan Genggaman Kuat

2. Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak

ideal

3. Pegangan tangan tidak bisa diterima

walau memungkinkan

4. Pegangan tidak aman

(Mc Atamney, 2000)

Page 83: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

60

BAB IV

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian 4.1

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross

sectional. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner untuk mengetahui

keluhan MSDs dan faktor risiko MSDs pada individu. Sedangkan untuk melakukan

penilaian terhadap faktor risiko pekerjaan peneliti menggunakan form Rapid Entire Body

Assesment (REBA) yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan kerja pekerja pada

setiap proses pekerjaan di CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai bulan Mei 2017 dengan

lokasi penelitian berada di Bekasi, di CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi CV Unique

Mandiri Perkasa yang berjumlah 40 pekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah total

populasi pekerja yang bekerja langsung dan berhubungan dengan proses kerja yang

meliputi proses penakaran bumbu, proses pemotongan dan penggilingan daging, proses

pengadukan, proses pencetakan, proses perebusan, proses pendinginan, dan proses

packing.

Penentuan total populasi dikarenakan berdasarkan perhitungan sample minimum

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 84: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

61

Keterangan :

n: Besar sampel minimal yang diperlukan

N: Besar Populasi

D: Tingkat kepercayan atau ketepatan yang diambil

Maka perhitungan besar sampel minimum sebagai berikut:

n =

n =

n = 36, 36, maka sample minimum adalah 37 orang.

Berdasarkan hasil perhitungan sampel minimum, diketahui besaran sampel

minimum adalah 37 pekerja, sehingga pengambilan total populasi sebanyak 40 pekerja

sudah mencukupi.

Adapun kriteria sample dalam penelitian ini adalah pekerja yang tidak mengalami

kecelakaan kerja, atau cedera akibat kecelakaan.

4.4 Alat/ Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data diri pekerja mengenai usia,

masa kerja, dan kebiasaan merokok

2. Kuesioner Nordic Body Map (NBM)

Kuesioner Nordic Body Map (NBM) merupakan instrumen yang

digunakan untuk memperoleh data mengenai keluhan MSDs.

3. Form Rapid Entire Body Assesment, (REBA)

Page 85: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

62

Form REBA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

risiko pekerjaan berupa postur tubuh, gerakan repetitif dan kegiatan manual

handling pekerja.

4. Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan posisi/ postur dan

juga gerakan pada saat observasi pekerja.

5. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk menghitung waktui atau durasi saat bekerja

atau saat melakukan observasi.

6. Timbangan berat badan digital merek Camry

Timbangan digunakan untuk mengukur berat badan pekerja dalam

perhitungan IMT dan juga menghitung beban yang di angkat pekerja saat

melakukan pekerjaan.

7. Mikrotoise merek Seca 206

Mikrotoise digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja dalam

perhitungan IMT pekerja.

8. Handgrip Dynamometer CAMRY EH101

Merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kekuatan isometri

maksimum otot tangan dan lengan atas.

4.5 Metode Pengambilan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data

yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi/perusahaan atau perorangan

langsung dari objeknya. Adapun sumber data primer pada penelitian ini diperoleh

melalui:

a. Kuesioner

Page 86: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

63

Kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data diri pekerja dan faktor risiko

pekerja dengan cara meminta pekerja untuk mengisi secara langsung.

b. Pengukuran Langsung

Tujuan dari pengukuran secara langsung adalah untuk mendapatkan data

mengenai IMT, suhu lingkungan dan juga berat beban yang di angkat oleh pekerja.

c. Observasi

Observasi, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tahapan pekerjaan, postur

pekerja, gerakan repetisi pekerja dan kegiatan manual handling pekerja. Pada penelitian

ini observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati pekerja dan proses kerja.

Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen

penelitian yang digunakan antara lain:

1. Variabel Keluhan MSDs

Keluhan MSDs pada pekerja diperoleh dengan cara menanyakan langsung

pekerja melalui kuesioner NBM, dimana pekerja menentukan titik keluhan dan

tingkat keluhan yang dirasakan sehingga diperoleh skor keluhan MSDs. Adapun

indikator skoringnya adalah tidak sakit mendapatkan nilai 0, agak sakit mendapatkan

nilai 1, sakit mendapatkan nilai 2, dan sangat sakit mendapatkan nilai 3. Berdasarkan

skor tersebut, hasil dari penentuan titik dan tingkat keluhan dijumlahkan, sehingga

diperoleh data:

a. Tidak ada keluhan jika skor NBM 0

b. Rendah apabila total skor NBM 28-49.

c. Sedang jika skor NBM 50-70

d. Tinggi jika skor NBM 71-91 dan

e. Sangat tinggi jika skor NBM 92-112.

2. Variabel Usia

Data usia pekerja diperoleh dengan cara memberikan kuesioner berupa data diri

pekerja yang kemudian diisi oleh pekerja.

Page 87: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

64

3. Variabel Masa Kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan berapa lama telah

bekerja di CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi.

4. Variabel Kebiasaan Merokok

Data mengenai jumlah rokok yang dikonsumsi oleh pekerja yang diperoleh

dengan cara memberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai kebiasaan

merokok, jumlah rokok perhari dan jenis rokok yang digunakan.

5. Variabel Indeks Massa Tubuh

Data mengenai indeks massa tubuh diperoleh dengan mengukur berat badan

menggunakan timbangan berat badan, sedangkan pengukuran tinggi badan diperoleh

dengan menggunakan pengukur tinggi badan. Data yang diperoleh adalah:

a. Gemuk : jika IMT > 25,0.

b. Kurus ; jika IMT <18,5.

c. Normal : jika IMT = 18.5-25,0

6. Variabel Beban Kerja

Untuk mengetahui beban kerja pekerja, pertama-tama melakukan pengukuran

berat badan untuk mengetahui metabolisme basal responden. Setelah melakukan

pengukuran, dilakukan pengamatan aktivitas pekerjaan selama minimal 4 jam waktu

kerja. Setelah melakukan pengamatan terhadap aktivitas pekerjaan, peneliti

melakukan perhitungan beban kerja yang diterima responden dengan mengacu pada n

Permenkes No. 70 tahun 2016 Mengenai Standard dan Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Industri. perhitungan beban kerja berdasarkan laju metabolik pada

pekerja menggunakan rumus sebagai berikut:

Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan tabel berikut:

Page 88: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

65

Tabel 4.1 Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas

Kategori Laju Metabolik

(W)** Kegiatan

Istirahat 115

(100-125)*** Duduk

Ringan 180

(125 – 235)***

Duduk sambil melakukan pekerjaan

ringan dengan tangan, atau dengan tangan

dan lengan, dan mengemudi. Berdiri sambil

melakukan pekerjaan ringan dengan lengan

dan sesekali berjalan.

Sedang

300

(235 – 360)***

Melakukan pekerjaan sedang: dengan

tangan dan lengan, dengan lengan dan kaki,

dengan lengan dan pinggang, atau

mendorong atau menarik beban yang ringan.

Berjalan biasa

Berat

415

(360 – 465)***

Melakukan pekerjaan intensif: dengan

lengan dan pinggang, membawa benda,

menggali, menggergaji secara manual,

mendorong atau menarik benda yang berat,

dan berjalan cepat.

Sangat Berat

500

(> 465)***

Melakukan pekerjaan sangat intensif dengan

kecepatan maksimal.

Sehingga data yang diperoleh dari pengukuran beban kerja adalah:

a. Istirahat jika laju metabolik (100-125)

b. Ringan jika laju metabolik (125-235)

c. Sedang jika laju metabolik (235-360)

d. Berat jika laju metabolik (360-465)

e. Sangat berat jika laju metabolik (>465)

7. Variabel Kekuatan Fisik

Untuk mengetahui kekuatan fisik pekerja, dilakukan pengukuran dengan

menggunakan alat handgrip dynamometer. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali,

kemudian skor yang digunakan merupakan skor rata-rata dari hasil pengukuran.

Kemudian hasil pengukuran di cocokkan dengan tabel indikator kekuatan fisik untuk

mengetahui kategori kekuatan fisik pekerja.

Page 89: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

66

Tabel 4.2 Indikator Kekuatan Fisik Handgrip Dynamometer

Usia Pria Wanita

Lemah Normal Kuat Lemah Normal Kuat

10-11 <12,6 12.6-22.4 >22.4 <11.0 11.0-21.6 >21.6

12-13 <19.4 19.4-31.2 >31.2 <14.6 14.6-24.4 >24.4

14-15 <28.5 28.5-44.3 >44.3 <15.5 15.5-27.3 >27.3

16-17 <32.6 32.6-52.4 >52.4 <17.2 17.2-29.0 >29.0

18-19 <35.7 35.7-55.5 >55.5 <19.2 19.2-31.0 >31.0

20-24 <36.8 36.8-56.6 >56.6 <21.5 21.5-35.3 >35.3

25-29 <37.7 37.7-57.5 >57.5 <25.6 25.6-41.4 >41.4

30-34 <36.0 36.0-55.8 >55.8 <21.5 21.5-35.3 >35.3

35-39 <35.8 35.8-55.6 >55.6 <20.3 20.3-34.1 >34.1

40-44 <35.5 35.5-55.3 >55.3 <18.9 18.9-32.7 >32.7

45-49 <34.7 34.7-54.5 >54.5 <18.6 18.6-32.4 >32.4

50-54 <32.9 32.9-50.7 >50.7 <18.1 18.1-31.9 >31.9

55-59 <30.7 30.7-48.5 >48.5 <17.7 17.7-31.5 >31.5

60-64 <30.2 30.2-48.0 >48.0 <17.2 17.2-31.0 >31.0

65-69 <28.2 28.2-44.0 >44.0 <15.4 15.4-27.2 >27.2

70-99 <21.3 21.3-35.1 >35.1 <14.7 14.7-24.5 >24.5

Data yang diperoleh dari pengukuran kekuatan fisik adalah:

a. Lemah

b. Normal

c. Kuat

Page 90: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

67

8. Variabel Faktor Pekerjaan

Data mengenai postur tubuh diperoleh dengan cara melakukan pengamatan atau

observasi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) yang

digunakan oleh Hignett dan McAtamney (2000). Lembar pengukuran diisi dengan

memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid Entire Body Assesment

(REBA). Penilaian skor metode ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu skor A

(punggung, leher, kaki, dan beban), skor B (lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan dan pegangan) dan skor C (skor A + Skor B + Activity score). Berikut proses

pengukuran dan penilaian metode REBA:

1) Skor A

Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu :

a) Posisi Punggung

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi

punggung pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut:

(1) Skor 1 : Lurus / tegak alamiah

(2) Skor 2 : 0o - 20

o fleksion sampai ekstension

(3) Skor 3 : 20 o - 60

o fleksion

(4) Skor 4 : > 60 o fleksion

(5) Skor +1 : jika memutar/miring kesamping

Page 91: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

68

Gambar 4.1 Postur Punggung

b) Posisi Leher

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher

pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0 o - 20

o fleksion sampai ekstension

(2) Skor 2 : >20 o fleksion atau ekstension

(3) Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke kiri

Gambar 4.2 Gambar Postur Leher

c) Posisi Kaki

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi kaki

pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki sebagai berikut:

Page 92: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

69

(1) Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata jalan atau duduk

(2) Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar merata/postur tidak stabil

(3) Skor +1 : jika lutut antara 30o - 60

o fleksion

(4) Skor +2 : Jika lutut >60o fleksion ketika tidak duduk

Gambar 4.3 Gambar Postur Kaki

d) Beban

Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan menentukan besar beban yang

diangkat atau di angkut oleh pekerja, kemudian dinilai dengan menentukan

skor hasil.

Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai berikut:

(1) Skor 0 : beban <5 Kg

(2) Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg

(3) Skor 2 : beban >10 Kg

(4) Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara tiba – tiba

2) Skor B

Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) Posisi Lengan Atas

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi

lengan atas pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan atas sebagai berikut:

Page 93: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

70

(1) Skor 1 : 0o - 20

o fleksion sampai ekstension

(2) Skor 2 : > 20o ekstension 20o - 45o fleksion

(3) Skor 3 : 45 o - 90

o fleksion

(4) Skor 4 : > 90 o fleksion

(5) Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau rotated

(6) Skor +1 : jika bahu ditinggikan

(7) Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi

Gambar 4.4 Postur Lengan Atas

b) Posisi Lengan Bawah

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi

lengan bawah pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan bawah sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 60 o - 100

o fleksion sampai ekstension

(2) Skor 2 : <20 o fleksion atau >100o fleksion

Gambar 4.5 Postur Lengan Bawah

Page 94: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

71

c) Pergelangan tangan

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada

pergelangan pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi pergelangan tangan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0 o - 15

o fleksion sampai ekstension

(2) Skor 2 : >15 o fleksion atau ekstension

(3) Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau kiri

Gambar 4.6 Postur Pergelangan Tangan

d) Pegangan

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar selama proses kerja

berlangsung, lalu menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada

pergelangan pekerja. Setelah mendapat besar sudut, lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi pegangan sebagai berikut:

(1) Skor 0 (Good) : pegangan pas dan tepat di tengah, genggaman kuat

(2) Skor 1 (Fair) : pegangan tangan bisa diterima tetapi tidak ideal

(3)Skor 2 (Poor) : pegangan tangan tidak bias diterima walau memungkinkan

(4)Skor 3 (Unacceptable) : dipaksakan pegangan yang tidak aman

Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja, kemudian hasil

pengukuran tersebut diteliti berdasarkan tabel penilaian metode. Penilaian metode

REBA terbagi menjadi empat tahap, tahapan-tahapan tersebut adalah:

Page 95: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

72

1) Tabel skor A

Setelah selesai menentukan penilaian kemudian cocokkan hasil

pengukuran skor A yaitu postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban.

Hasil dari pencocokan masing-masing penilaian dengan table skor A pada tahap

ini adalah untuk mendapatkan nilai skor A. Berikut merupakan tabel penilaian

skor A:

Tabel 4.3 Tabel Skor A REBA

Table A

Neck

Legs

1 2 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Trunk

Posture

Score

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5kg 5-10 kg >10kg Penambahan

secara tiba-tiba

2) Tabel skor B

Pada tahap ini yaitu mencocokkan skor lengan atas, lengan bawah,

pergelangan tangan dan pegangan. Setelah mencocokkan hasil penilaian, makan

pada tahap ini akan mendapatkan nilai skor B. Berikut tabel penilaian skor B:

Tabel 4.4 Tabel Skor B REBA

Table

B

Lower Arm

Wrist

1 2

1 2 3 1 2 3

Upper Arm

Score

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

Page 96: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

73

Table

B

Lower Arm

Wrist 1 2

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 - fair 2- Poor 3- Unacceptable

pegangan pas

dan tepat

ditengah,

genggaman kuat

pegangan

tangan bisa

diterima tapi

tidak ideal

pegangan tangan

tidak bias

diterima walau

memungkinkan

Dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

3) Tabel skor C

Pada tahap ini, hasil dari tabel skor A dan tabel skor B dicocokkan

dengan tabel skor C. setelah dicocokkan tambahkan hasil pencocokan dengan

skor aktivitas, sehingga dengan demikian, diperoleh skor akhir yang akan di

cocokkan dengan tabel level risiko tindakan. Berikut tabel penilaian skor C:

Tabel 4.5 Tabel Skor C REBA

Score A (score

from table A

+load/force score)

Table C

Score B, (table B value +coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Activity Score

Page 97: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

74

Score A (score

from table A

+load/force score)

Table C

Score B, (table B value +coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

+1 = jika 1 atau lebih

bagian tubuh statis, ditahan

lebih dari 1 menit

+1 = jika ada pengulangan

gerakan dalam rentang

waktusingkat, diulang lebih

dari 4 kali per menit 4) Tabel

level risiko dan tindakan (tidak

termasuk berjalan)

+1 = jika gerakan

menyebabkan perubahan

atau pergeseran postur yang

cepat dari posisi awal

4) Tabel Level Risiko dan Tindakan

Pada tahap ini hasil dari tabel skor C dicocokkan kembali untuk

mengetahui besar risiko dari penilaian, dan juga tindakan yang perlu di lakukan.

Berikut tabel level risiko dan tindakan perbaikan REBA:

Tabel 4.6 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA

Level

Action Skor Keterangan Risiko dan Tindakan Perbaikan

0 1 Risiko dapat ditiadakan

1 2 – 3 Risiko rendah, perubahan mungkin dibutuhkan

2 4 – 7 Risiko menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan

segera

3 8 – 10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan perubahan

4 11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan

4.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data yang telah diperoleh/dikumpulkan dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

4.6.1 Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban kuesioner yang ada untuk

mempermudah proses pengolahan dalam komputerisasi. Pengkodean ini dijadikan

sebagai langkah awal pengolahan data. Mengkode jawaban adalah merubah data

Page 98: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

75

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pada proses coding ini, variabel

independen dan dependen akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa.

a. Variabel Keluhan MSDs

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah 0. Jika ada keluhan MSDs 1. Jika

tidak ada keluhan MSDs

b. Variabel Usia

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah 0. Usia ≥ 30 tahun dan 1. < 30

tahun.

c. Variabel Masa Kerja

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah 0. Massa kerja > 4 tahun dan 1.

Massa kerja ≤ 4 tahun

d. Variabel Indeks Massa Tubuh

Pada variabel ini, coding yang dilakukan 0. Jika IMT pekerja > 25, 01. Jika IMT

pekerja < 18,5 dan, 2. Jika IMT pekerja 18,6 – 25.

e. Variabel Kebiasaan Merokok

Pada variabel ini coding yang dilakukan adalah 0. jika kebiasaan merokok pekerja

berat, 1. Jika kebiasaan merokok pekerja sedang, dan 2. Pekerja memiliki kebiasaan

merokok ringan.

f. Variabel Beban Kerja

Pada variable ini coding yang dilakukan adalah 0. jika beban kerja pekerja sangat

berat, 1. Jika beban kerja pekerja berat, 2. Jika beban kerja pekerja sedang 3.

Pekerja memiliki beban kerja ringan dan 4. Jika beban kerja pekerja dalam kategori

istirahat.

g. Variabel Kekuatan Fisik

Pada variable ini coding yang dilakukan adalah 0. jika kekuatan fisik pekerja lemah,

1. Jika kekuatan fisik pekerja normal, 2. Jika kekuatan fisik pekerja kuat.

h. Variabel Faktor Pekerjaan

Pada variabel ini coding yang dilakukan adalah 0. Jika skor penilaian pada REBA

11+ dan 1. Jika skor penilaian pada REBA 8-10, 2. Jika Jika skor penilaian pada

REBA 4-7, 3. Jika skor penilaian pada REBA 2-3, dan 4. Jika skor penilaian pada

REBA 1 .

1) Postur leher, pada variabel ini coding yang dilakukan adalah 0 jika posisi leher

> 20o fleksi atau ekstensi dan 1 jika posisi leher 0-20o Fleksi sampai ekstensi.

Page 99: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

76

2) Postur punggung pada variabel ini coding yang dilakukan adalah 4 jika posisi

punggung Lurus, 3 jika posisi punggung 0-20o Fleksi sampai ekstensi, 2 jika

posisi punggung 20-60o fleksi atau ekstensi, 1 jika posisi punggung >60o Fleksi

dan 0 jika Posisi Punggung Memutar atau Miring.

3) Postur lengan atas pada variabel ini coding yang dilakukan adalah skor 4 jika

postur lengan atas Fleksi 0-20o, 3 jika posisi lengan atas 20-45o Fleksi atau

>20o ekstensi, 2 jika posisi lengan atas45-90o fleksi, 1 jika posisi lengan atas

>90o Fleksi, dan 0 jika posisi lengan adducted atau rotated atau atau jika bahu

ditinggikan.

4) Postur lengan bawah pada variabel ini coding yang dilakukan adalah 1 jika

postur lengan bawah 60 o - 100

o fleksi dan 1 jika posisi lenan bawah < 20o

fleksi atau > 100o ekstensi.

5) Postur pergelangan tangan pada variabel ini coding yang dilakukan adalah skor

2 jika posisi pergelangan tangan 0- 15o Fleksi, 1 jika posisi per> 15

o fleksi atau

ekstensi dan 0 jika pergelangan memutar.

6) Postur kaki pada variabel ini coding yang dilakukan adalah skor 3 jika kaki

Tertopang, bobot merata, 2 jika kaki Tidak tertopang, bobot tidak merata, 1 jika

Lutut antara 30-60o fleksi dan 0 jika Lutut >60

o Fleksi

7) Beban angkut, pada variabel ini coding yang dilakukan adalah skor 3 jika beban

< 5kg, 2 jika beban 5kg-10kg, 1 jika beban>10kg dan 0 jika terdapat

penambahan beban secara tiba-tiba.

8) Aktivitas berisiko, pada variabel ini coding yang dilakukan adalah akor 1 jika

tidak memiliki aktivitas berisiko, 0 jika terdapat aktivitas berulang atau aktivitas

statis atau aktivitas yang menyebabkan perubahan postur.

9) Genggaman tangan, pada variabel ini coding yang dilakukan adalah skor 3 jika

pegangan pas dan genggaman kuat, 2 jika pegangan tangan bisa diterima tapi

Page 100: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

77

tidak ideal, 1 jika pegangan tangan tidak bisa diterima walau memungkinkan

dan 0 jika pegangan tidak aman.

4.6.2 Editing

Editing merupakan proses sebelum pengolahan dara, data tersebut diedit terlebih

dahulu dengan tujuan untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian

jawaban kuesioner, konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuesioner.

Sehingga dapat diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan atas data

tersebut.

4.6.3 Entry Data

Data yang telah dilakukan pengkodean tersebut kemudian dimasukkan dalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4.6.4 Cleaning Data

Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data yang sudah dientri untuk

melihat adanya kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data bertujuan untuk

mengetahui missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data.

Teknik dan Analisis Data 4.7

Analisis data merupakan kelanjutan dari tahapan pengolahan data. Setelah data

diberi nilai dan dimasukkan (entry), data kemudian dianalisa dengan menggunakan

komputer. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat untuk memperoleh

gambaran dari setiap variabel yang diamati. Pengolahan dan analisis data pada penelitian

ini akan menggunakan software untuk menghitung hasil pengukuran subjektif yang

menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan juga menggunakan form

REBA untuk menilai tingkat risiko faktor pekerjaan.

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi,

persentase, dan statistik deskriptif dari setiap variabel yang diteliti. Analisis ini akan

disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun grafik. Variabel yang di analisis ialah

Page 101: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

78

variabel dependen dan independen. Variabel tersebut ialah keluhan MSDs, , usia, masa

kerja, indeks massa tubuh, beban kerja, dan faktor pekerjaan (berupa postur kerja,

gerakan berulang dan beban angkut).

Pemetaan keluhan muskuloskeletal disorders berdasarkan faktor risiko pekerjaan

dilakukan dengan menggunakan metode Nordic Body Map (NBM) dalam proses

mapping. Untuk menunjukkan besaran masalah pada saat mapping digunakan kode

warna dengan keterangan sebagai berikut:

a. Biru untuk besaran masalah 0%.

b. Hijau untuk besaran masalah 1% hingga 25%.

c. Kuning untuk besaran masalah 26% hingga 50%.

d. Jingga untuk besaran masalah 51% hingga 75%.

e. dan Merah untuk besaran masalah lebih dari 75%.

Page 102: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

79

BAB V

HASIL PENELITIAN

Gambaran Lokasi Penelitian 5.1

Penelitian ini dilakukan di CV. Unique Mandiri Perkasa yang merupakan salah

satu pabrik manufaktur bidang makanan yang memproduksi bakso. CV Unique Mandiri

Perkasa berlokasi di Jalan Raya Pasar Kecapi, RT.04 RW.02, Kelurahan Jatiwarna,

Bekasi Jawa Barat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1995 dengan nama CV Idola

Jaya dan sempat mengalami beberapa pergantian nama sampai akhirnya pada tahun

2006 perusahaan ini menggunakan nama CV Unique Mandiri Perkasa.

CV Unique Mandiri Perkasa saat ini memiliki jumlah karyawan sekitar 50

pekerja yang terbagi dalam beberapa kelompok kerja (divisi) yang dikepalai oleh

masing-masing seorang kepala divisi. Adapun divisi-divisi yang ada di CV. Unique

Mandiri Perkasa saat ini adalah Administrasi dan Management, Divisi Produksi dimana

dalam divisi ini terdapat beberapa bagian yaitu Ingredients ( Peracikan Adonan ),

Mixing Adonan (pengadukan Adonan), Pemotongan dan Penggilingan Daging, Forming

( Pencetakan Bakso ), Boilling ( Perebusan ), Cooling (Pendinginan ), Packaging dan

yang terakhir adalah Divisi Pemasaran.

Sesuai dengan komitmen awal berdirinya CV. Unique Mandiri Perkasa yang

ingin menyajikan produk halal dan berkualitas, maka dalam pemilihan bahan baku pun

sangatlah selektif dengan mengutamakan bahan baku yang sudah bersertifikasi halal dari

LPOM MUI. Bahan baku digolongkan kepada dua jenis kriteria yakni : Bahan Baku

Utama & Bahan Baku Penolong. Jenis dan merek bahan baku yang dipakai diantaranya:

daging 65 CL, daging ayam, sagu aren, dan tapioka yang merupakan bahan utama.

Sedangkan bahan penolongnya berupa penyedap rasa, benzoat, potas sorbet, fibrisol,

benzoate acid, union, dan kaldu sapi.

Page 103: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

80

Proses produksi dalam pembuatan bakso di CV Unique Mandiri perkasa masih

menerapkan sistem produksi yang semi otomatis dimana dalam prosesnya masih dibantu

oleh tenaga manusia untuk melakukan perpindahan dari proses satu ke proses lainnya.

Dalam proses pematangan bakso, pihak CV Unique Mandiri Perkasa menggunakan

steam atau uap yang mana dapat menurunkan cost produksi dibandingkan dengan

penggunaan gas maupun batu bara. Namun penggunaan steam atau uap yang tidak

didukung dengan ventilasi yang baik seperti yang terdapat di CV Unique Mandiri

Perkasa dapat mengakibatkan peningkatan suhu lingkungan. Adapun proses produksi

bakso CV Unique Mandiri Perkasa pada gambar 5.1:

Page 104: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

81

Gambar 5.1 Alur Proses Produksi

Persiapan Bahan Baku

Memotong daging

sapi dan daging

Ayam

Menggiling daging

yang telah dipotong

Menimbang daging

sesuai komposisi

bakso

Menimbang

bahan baku yang

dibutuhkan

Meracik bumbu

dan penambahan

rasa pada bahan

Baku

Persiapan Bumbu Pemotongan

Daging

Pengolahan Bahan Baku

Pengadukan

Bahan

Pencetakan

Mencampurkan

seluruh bahan

baku

Bahan baku di

aduk

menggunakan

mesin pengaduk

Memasukan adonan

yang sudah di aduk

ke mesin pencetak

Bakso

Memindahkan bakso

yang sudah di cetak

ke panci perebusan

Perebusan Bakso

Merebus bakso

yang telah di cetak

Memindahkan

bakso yang

matang ke proses

pendinginan

Pendinginan

Bakso

Mendinginkan

bakso dengan

kipas di meja

pendingin

Memindahkan

bakso yang telah

dingin ke bagian

Packing

Pengolahan Bahan Baku

Pengepakan

Bakso

Bakso yang telah

dingin di masukan

ke bungkus sesuai

jenis bakso

Page 105: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

82

1. Persiapan Bahan Baku

Pada proses persiapan bahan baku terbagi menjadi 2 bagian, yaitu

penyiapan bumbu dan penyiapan daging. Adapun proses keduanya

sebagai berikut:

a. Menyiapkan bumbu

Pada proses ini pertama pekerja menimbang sagu maupun

tepung yang kemudian tepung dan terigu dimasukan ke dalam

wadah. Setelah tepung dan bumbu dimasukkan kedalam wadah dan

ditimbang, kemudian memasukkan bumbu tambahan ke dalam

tepung tersebut guna menciptakan rasa yang enak. Setelah

menambahkan bumbu, seluruh bahan dipindahkan ke ruang

pengadukan untuk diaduk dengan bahan lainnya.

b. Penyiapan daging

Daging merupakan bahan baku utama pembuatan bakso,

dimana daging dalam proses produksi CV Unique Mandiri Perkasa

menggunakan daging beku dan daging ayam potong. Pada proses

penyiapan daging, aktivitas yang dilakukan pekerja adalah pertama

mengambil daging dari ruang penyimpanan beku, kemudian daging

diangkut ke meja pemotongan dan daging dipotong kecil-kecil.

Setelah menjadi potongan kecil, daging diangkat ke alat

penggilingan daging, lalu daging ditimbang untuk disesuaikan

dengan resep bakso yang ingin dibuat.

Page 106: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

83

2. Pengadukan Bahan Baku

Pada proses ini seluruh bahan baku yang telah disiapkan sesuai

dengan klasifikasi bakso atau produk yang akan dibuat dituang ke

mesin pengaduk atau mixer bakso lalu seluruh bahan diaduk hingga

adonan menjadi kalis. Pada proses ini juga terdapat penambahan bahan

baku berupa sagu dan es batu untuk menciptakan produk yang

berkualitas dan mencegah gagalnya dalam pencetakan bakso.

3. Pencetakan

Pada proses pencetakan bakso, aktivitas yang dilakukan oleh

pekerja bagian ini adalah mengangkut bak yang berisi adonan dari

ruang pengadukan. Kemudian adonan dimasukkan kedalam mesin

pencetak. Setelah memasukkan adonan, pekerja harus memastikan

bentuk dari bakso sesuai dengan jenis bakso yang dicetak. kemudian

apabila bentuk sudah sempurna, bakso dipindahkan ke bak atau

langsung diangkut menggunakan saringan untuk di rebus pada bagian

perebusan. Pada proses pencetakan CV Unique Mandiri Perkasa

menggunakan bak berisikan air panas yang dipanaskan oleh uap panas

supaya bakso setelah dicetak tidak hancur ketika akan dipindahkan ke

bagian perebusan.

4. Perebusan

Setelah melalui proses pencetakan dan bakso sudah membentuk

bulat, kemudian bakso di rebus di panci besar berisikan air mendidih.

Pada proses ini aktivitas pekerja adalah mengambil bakso pada wadah

penyimpanan sementara bakso yang telah di cetak lalu memasukkan

Page 107: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

84

kedalam panic untuk memasak bakso tersebut agar bakso matang.

Setelah beberapa saat bakso diangkat dan dipindahkan ke keranjang

untuk dibawa ke ruangan pendinginan.

5. Pendinginan

Setelah bakso matang, kemudian bakso dipindahkan ke ruang

pendinginan untuk menurunkan suhu bakso sehingga bakso dapat di

kemas dan siap dipasarkan. Dalam proses ini, aktivitas yang dilakukan

pekerja adalah mengambil bakso yang sudah dipindahkan ke keranjang

oleh pekerja perebusan, kemudian dipindahkan ke ruangan

pendinginan, kemudian bakso diangkat dan dituangkan ke meja

pendinginan yang man diatas meja pendinginan terdapat kipas yang

membantu proses pendinginan. Setelah bakso dituang diatas meja,

pekerja membalikkan bakso agar penurunan suhu merata. Setelah

cukup dingin, bakso dimasukkan kedalam keranjang dan dibawa ke

bagian packing.

6. Packing

Pada proses ini setelah bakso didinginkan dan dipindahkan dari

ruang pendinginan, pekerja mengangkut bakso ke atas meja. Setelah

diangkut dan dituang diatas meja, bakso dihitung, dan dimasukkan

kedalam bungkus sesuai dengan jenis baksonya. Kemudian kemasan di

press dengan alat press, dan bakso siap di pasarkan.

Page 108: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

85

Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pekerja 5.2

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan

muskuloskeletal terdiri dari faktor risiko individu dan faktor risiko

pekerjaan. Pada faktor risiko individu terdiri dari beberapa variable yaitu

usia, masa kerja, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, kekuatan fisik

dan beban kerja. Adapun distribusi keluhan muskuloskeletal pada

penelitian ini dijelaskan pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Pekerja

Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)

Keluhan MSDs

Pekerja

Ada keluhan 38 95,0%

Tidak ada

keluhan 2 5,0%

Total 40 100,0%

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, responden yang memiliki tingkat

keluhan MSDs rendah sebanyak 38 pekerja atau sebesar 95%, dan

responden yang sama sekali tidak memiliki keluhan MSDs adalah sebesar

2 pekerja atau sebesar 5%. Adapun rincian dari keluhan MSDs pada

pekerja sebagai berikut:

Page 109: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

86

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Keluhan MSDs Pada Pekerja Produksi CV

Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

1. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Leher

Berdasarkan gambar 5.2 di atas diketahui bahwa responden yang

memiliki keluhan muskuloskeletal disorders pada bagian leher sebanyak

23 pekerja (57,5%), sedangkan pekerja yang tidak memiliki keluhan

muskuloskeletal disorder pada bagian leher sebanyak 17 pekerja (42,5%).

2. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Bahu

Berdasarkan grafik 5.2 di atas, responden yang memiliki keluhan

MSDs pada bagian bahu sebanyak 15 pekerja atau sebesar 37,5%,

sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian

bahu sebanyak 25 pekerja atau sebesar 62,5%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan

Page 110: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

87

3. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Punggung

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian punggung sebanyak 25 pekerja atau sebesar 62,5%, sedangkan

responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian punggung

sebanyak 15 pekerja atau sebesar 37,5%.

4. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Siku

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian siku sebanyak 3 pekerja atau sebesar 7,5%, sedangkan

responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian siku sebanyak

37 pekerja atau sebesar 92,5%.

5. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Punggung Bawah

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian punggung bawah sebanyak 25 pekerja atau sebesar 62,5%,

sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian

punggung bawah sebanyak 15 pekerja atau sebesar 37,5%.

6. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Tangan

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian tangan sebanyak 16 pekerja atau sebesar 40%, sedangkan

responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian tangan

sebanyak 24 pekerja atau sebesar 60%.

7. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Paha dan Pinggul

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian paha dan pinggul sebanyak 10 pekerja atau sebesar 25%,

Page 111: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

88

sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian

paha dan pinggul sebanyak 30 pekerja atau sebesar 75%.

8. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Betis

Berdasarkan gambar 5.2 responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian betis sebanyak 17 pekerja atau sebesar 42,5%, sedangkan

responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian paha dan

pinggul sebanyak 23 pekerja atau sebesar 57,5%.

9. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Tumit dan Kaki

Berdasarkan gambar 5.2, responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian tumit dan kaki sebanyak 9 pekerja atau sebesar 22,5%,

sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian

tumit dan kaki sebanyak 31 pekerja atau sebesar 77,5%.

10. Gambaran Keluhan MSDs Pada Bagian Lutut

Berdasarkan gambar 5.2, responden yang memiliki keluhan MSDs

pada bagian lutut sebanyak 11 pekerja atau sebesar 27,5%, sedangkan

responden yang tidak memiliki keluhan MSDs pada bagian lutut sebanyak

29 pekerja atau sebesar 72,5%.

Faktor Risiko Individu Pekerja 5.3

Berikut adalah gambaran distribusi faktor risiko individu pekerja

produksi CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017:

Page 112: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

89

Tabel 5.2 Gambaran Variabel-variabel Independen Pada Pekerja Produksi

Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

No Variabel Kategori Frekuensi

N %

1 Usia >30 tahun 20 50,0%

≤ 30 tahun 20 50,0%

2 Masa Kerja > 4 Tahun 12 30,0%

≤ 4 Tahun 28 70,0%

3 Kebiasaan

Merokok

Sedang 12 30,0%

Ringan 17 42,5%

Tidak Merokok 11 27,5%

4 Indeks Massa

Tubuh

Gemuk 15 37,5%

Kurus 2 5,0%

Normal 23 57,5%

5 Beban Kerja

Berat 7 17,5%

Sedang 9 22,5%

Ringan 24 60,0%

6 Kekuatan Fisik Lemah 35 87,5%

Normal 5 12,5%

1. Gambaran Usia Pekerja

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, responden yang memiliki usia lebih

dari 30 tahun sebanyak 20 pekerja atau sebesar 50%, sedangkan responden

yang memiliki usia kurang dari sama dengan 30 tahun juga sebanyak 20

pekerja atau sebesar 50%.

2. Gambaran Masa Kerja Pekerja

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, responden yang memiliki masa kerja

lebih dari 4 tahun sebanyak 12 pekerja atau sebesar 30%, sedangkan

responden yang memiliki masa kerja kurang dari sama dengan 4 tahun

sebanyak 28 pekerja atau sebesar 70%.

3. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja

Berdasarkan tabel 5.14 diatas, responden yang memiliki kebiasaan

merokok sedang sebanyak 12 pekerja atau sebesar 30%, responden yang

Page 113: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

90

memiliki kebiasaan merokok ringan sebanyak 17 pekerja atau sebesar

42,5%, sedangkan responden yang tidak merokok sebanyak 11 pekerja

atau sebesar 27,5%.

4. Gambaran Indeks Massa Tubuh Pekerja

Berdasarkan tabel 5.15 diatas, responden yang memiliki indeks

massa tubuh gemuk sebanyak 15 pekerja atau sebesar 37,5%, responden

yang memiliki indeks massa tubuh kurus sebanyak 2 pekerja atau sebesar

5%, sedangkan responden yang memiliki indeks massa tubuh normal

sebanyak 23 pekerja atau sebesar 57,5%.

5. Gambaran Beban Kerja Pekerja

Berdasarkan tabel 5.16, responden yang memiliki beban kerja berat

sebanyak 7 pekerja atau sebesar 17,5%, responden yang memiliki beban

kerja sedang sebanyak 9 pekerja atau sebesar 22,5%, sedangkan responden

yang memiliki beban kerja ringan sebanyak 24 pekerja atau sebesar 60%.

6. Gambaran Kekuatan Fisik Pekerja

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, responden yang memiliki kekuatan

fisik lemah sebanyak 35 pekerja atau sebesar 87,5%, sedangkan responden

kekuatan fisik normal sebanyak 5 pekerja atau sebesar 12,5%.

Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja 5.4

Berikut adalah gambaran distribusi faktor risiko Pekerjaan pekerja

produksi CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017:

Page 114: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

91

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja Produksi

CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

NO Faktor Risiko Pekerjaan Frekuensi

N Persentase

1 Rendah 24 60,0 %

2 Sedang 9 22,5 %

3 Tinggi 7 17,5 %

Total 40 100,0%

Berdasarkan tabel 5.3 responden yang memiliki faktor risiko

pekerjaan tinggi sebanyak 7 pekerja atau sebesar 17,5%, pekerja dengan

faktor risiko pekerjaan sedang sebanyak 9 pekerja atau sebesar 22,5%

sedangkan pekerja dengan faktor risiko pekerjaan rendah sebanyak 24

pekerja atau sebesar 60%.

Pemetaan Keluhan Muskuloskeletal Disorders Berdasarkan Faktor 5.5

Risiko Pekerjaan

Berikut merupakan hasil distribusi frekuensi faktor risiko pekerjaan

terhadap terjadinya keluhan MSDs pada pekerja produksi CV Unique

Mandiri Perkasa Bekasi yang terdapat pada tabel 5.4:

Tabel 5.4 Distribusi Faktor Risiko Pekerjaan Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Faktor Risiko Pekerjaan

Keluhan MSDs

Ya Tidak

N % N %

Rendah 23 95.8% 1 4.2%

Sedang 9 100% 0 0%

Tinggi 6 85.7% 1 14.3%

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa pekerja yang memiliki

faktor risiko pekerjaan dengan kategori tinggi sebanyak 6 pekerja atau

85.7% mengalami keluhan MSDs, pekerja dengan kategori sedang

Page 115: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

92

sebanyak 9 pekerja atau 100% mengalami keluhan MSDs, sedangkan

pekerja dengan faktor risiko pekerjaan dengan kategori rendah sebanyak

23 pekerja atau 95.8% pekerja mengalami keluhan MSDs.

5.5.1 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Leher Berdasarkan Postur Leher

Penilaian postur leher dilakukan berdasarkan metode observasi

REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1 jika

posisi leher dalam keadaan 0-20o Fleksi sampai ekstensi, skor 2 jika posisi

leher > 20o fleksi atau ekstensi, dan skor +1 jika posisi leher memutar atau

miring ke kanan atau ke kiri.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Posisi Leher Berdasarkan skoring REBA

Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Leher Frekuensi Persentase

0-20o Fleksi sampai ekstensi 6 15,0%

> 20o fleksi atau ekstensi 34 85,0%

Berdasarkan tabel 5.5 dketahui bahwa pekerja yang memiliki

postur yang lebih berisiko atau dengan postur leher > 20o

fleksi atau

ekstensi sebanyak 34 pekerja atau sebesar 85,0%.

Berikut merupakan gambar pekerja dengan postur leher > 20o

fleksi

atau ekstensi

Page 116: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

93

a b

Gambar 5.3 Gambar Postur Leher Pekerja

Gambar (a) merupakan aktivitas pekerja sedang melakukan

perhitungan bakso pada bagian packing. Sedangkan gambar (b)

menunjukkan pekerja bagian pencetakan sedang mengawasi hasil cetakan

bakso. Pada gambar 5.3 dijelaskan bahwa kedua pekerja memiliki postur

leher yang menunduk lebih dari 20o fleksi atau ekstensi.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur leher berdasarkan proses

produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri Perkasa

sebagai berikut:

Page 117: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

94

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Postur Leher berdasarkan Proses Produksi

Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.4 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki postur berisiko paling banyak adalah proses produksi persiapan

bumbu, pengadukan, proses pencetakan, proses perebusan dan proses

pendinginan yakni seluruh pekerja pada proses tersebut memiliki postur

yang berisiko.

Hasil distribusi frekuensi dari postur leher terhadap terjadinya

keluhan MSDs pada bagian leher dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Postur Leher Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Leher

Keluhan Leher

Ya Tidak

N % N %

0-20o Fleksi sampai ekstensi 3 50,0% 3 50,0%

> 20o fleksi atau ekstensi 20 58,8% 14 41,2%

2, 100%

3, 75%

1, 100%

6, 100%

3 100%

3, 100%%

16, 76.2%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0-20o Fleksi sampai ekstensi > 20o Fleksi atau ekstensi

Page 118: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

95

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur leher > 20o fleksi atau ekstensi sebanyak 20 pekerja

mengalami keluhan MSDs pada bagian leher, atau sebesar 58,8%.

5.5.2 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Bahu Berdasarkan Postur Lengan

Penilaian postur lengan atas dilakukan berdasarkan metode

observasi REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1

jika posisi lengan 0o - 20

o fleksion sampai ekstension, skor 2 jika posisi

lengan atas > 20o ekstension 20o - 45o fleksion, skor 3 jika posisi lengan

atas 45 o

- 90 o

fleksion, skor 4 jika posisi lengan > 90 o

fleksion, skor +1

jika posisi lengan adducted atau rotated atau jika bahu ditinggikan.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur lengan atas pada

pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Posisi Lengan Atas Berdasarkan skoring

REBA Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Posisi Lengan Atas Frekuensi Persentase

Fleksi 0-20o 16 40,0%

20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi 13 32,5%

45-90o fleksi 7 17,5%

>90o Fleksi 4 10,0%

posisi lengan adducted atau

rotated atau jika bahu

ditinggikan

0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui pekerja yang bekerja dengan posisi

lengan atas paling berisiko yakni posisi lengan atas fleksi >90o sebanyak 4

pekerja atau sebesar 10,0%.

Berikut merupakan contoh pekerja dengan postur lengan atas 45-

90o fleksi:

Page 119: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

96

Gambar 5.5 Postur Lengan Atas Pekerja

Pada gambar 5.5 menjelaskan bahwa pekerja bagian pendinginan

sedang membolak-balikan bakso agar bakso dngin secara merata. Pada

gambar dijelaskan pekerja memiliki postur yang melebihi postur alamiah

yakni fleksi 0-20o.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur lengan atas berdasarkan

proses produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri

Perkasa sebagai berikut:

Page 120: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

97

Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Atas berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.6 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki postur yang paling berisiko paling banyak adalah proses produksi

pendinginan yakni seluruh pekerja pada proses tersebut memiliki postur

lengan atas yang paling berisiko yakni fleksi >90o.

Hasil distribusi frekuensi dari postur lengan atas terhadap

terjadinya keluhan MSDs pada bagian punggung dapat dilihat pada tabel

5.8 berikut:

0 0 0 16.7%

0

100%

0

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0-20⁰ Fleksi 20-45⁰ Flexi atau >20⁰ extensi 45-90⁰ fleksi >90⁰ Fleksi

Page 121: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

98

Tabel 5.8 Distribusi Postur Lengan Atas Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Lengan Atas

Keluhan Bahu

Ya Tidak

N % N %

Fleksi 0-20o 5 31,2% 11 68,8%

20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi 4 30,8% 9 69,2%

45-90o fleksi 4 57,1% 3 42,9%

>90o Fleksi 2 50,0% 2 50,0%

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur lengan atas > 90o fleksi sebanyak 2 pekerja mengalami

keluhan MSDs pada bagian bahu, atau sebesar 50,0%. sedangkan pekerja

yang bekerja dengan postur lengan atas 45-90o fleksi dan memiliki

keluhan MSDs pada bagian bahu sebanyak 4 (57.1%) pekerja.

5.5.3 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Punggung Berdasarkan Postur

Punggung

Penilaian postur punggung dilakukan berdasarkan metode

observasi REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1

jika posisi punggung dalam keadaan lurus atau tegak, skor 2 jika posisi

punggung dalam keadaan 0-20o Fleksi sampai ekstensi, Skor 3 jika posisi

punggung 20 o

- 60 o

fleksion, skor 4 jika posisi punggung > 60 o

fleksion

dan skor +1 : jika punggung memutar/miring ke samping.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur punggung pada

pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Posisi Punggung Berdasarkan skoring REBA

Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Punggung Frekuensi Persentase

Lurus 8 20,0%

0-20o Fleksi sampai ekstensi 19 47,5%

Page 122: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

99

Posisi Punggung Frekuensi Persentase

20-60o fleksi atau ekstensi 2 5,0%

>60o Fleksi 6 15,0%

Posisi Punggung Memutar atau

Miring 5 12,5%

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui pekerja yang bekerja dengan

posisi punggung paling berisiko yakni posisi punggung memutar atau

miring sebanyak 5 pekerja atau sebesar 12,5%.

Berikut merupakan postur punggung pekerja yang membungkuk

20-60o fleksi atau ekstensi:

a b

Gambar 5.7 Postur Punggung Pekerja

Pada gambar 5.7 (a) merupakan aktivitas pekerjasedang

melakukan pendinginan pada bakso di bagian pendinginan, sedangkan

gambar 5.7 (b) menunjukkan pekerja sedang memeriksa apakah bakso

sudah tercetak secara sempurna. Kedua pekerja memiliki postur punggung

yang membungkuk.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur punggung berdasarkan

proses produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri

Perkasa sebagai berikut:

Page 123: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

100

Gambar 5.8 Distribusi Frekuensi Postur Punggung berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.8 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki postur yang paling berisiko paling banyak adalah proses produksi

pendinginan yakni seluruh pekerja pada proses tersebut memiliki postur

yang berisiko.

Hasil distribusi frekuensi dari postur punggung terhadap terjadinya

keluhan MSDs pada bagian punggung dapat dilihat pada tabel 5.10

berikut:

Tabel 5.10 Distribusi Postur Punggung Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Punggung

Keluhan Punggung

Ya Tidak

N % N %

Lurus 4 50,0% 4 50,0%

100%

75%

16.7% 33.3%

16.7% 33.3%

100%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Lurus 0-20⁰ Fleksi Fleksi 20-60⁰ Fleksi >60⁰ Memutar atau miring

Page 124: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

101

Posisi Punggung

Keluhan Punggung

Ya Tidak

N % N %

0-20o Fleksi sampai

ekstensi 11 57,9% 8 42,1%

20-60o fleksi atau ekstensi 1 50,0% 1 50,0%

>60o Fleksi 5 83,3% 1 16,7%

Posisi Punggung Memutar

atau Miring 4 80,0% 1 20,0%

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur punggung > 60o fleksi sebanyak 5 pekerja mengalami

keluhan MSDs pada bagian punggung, atau sebesar 83,3%. sedangkan

pekerja yang bekerja dengan postur punggung memutar atau miring dan

memiliki keluhan MSDs pada bagian punggung sebanyak 4 (80,0%)

pekerja.

5.5.4 Pemetaan Keluhan MSDs bagian Siku Berdasarkan Postur Lengan

Bawah

Penilaian postur lengan bawah dilakukan berdasarkan metode

observasi REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1

jika posisi lengan bawah 20 o

- 100 o

fleksion, dan skor 2 : jika lengan

bawah < 20o fleksi atau > 100

o ekstensi.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur lengan bawah pada

pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Posisi Lengan Bawah Berdasarkan skoring

REBA Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Lengan Bawah Frekuensi Persentase

60 o - 100

o fleksi 40 100,0%

< 20o fleksi atau > 100

o ekstensi 0 0,0%

Page 125: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

102

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui pekerja yang bekerja dengan

posisi lengan bawah seluruhnya memiliki posisi lengan bawah fleksi 60 o

-

100 o

.

Berikut postur lengan bawah pekerja dengan sudut 60 o

- 100 o

fleksi:

Gambar 5.9 Gambar Postur Lengan Bawah

Gambar 5.9 menunjukkan aktivitas pekerja sedang melakukan

packing bakso dan siap memindahkan bakso ke bagian pengiriman. Postur

dari lengan bawah pekerja pada proses itu adalah 65,9o

fleksi atau ekstensi.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur lengan bawah berdasarkan

proses produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri

Perkasa sebagai berikut

Page 126: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

103

Gambar 5.10 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Bawah berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.10 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa seluruh

pekerja memiliki posisi lengan bawah fleksi 60 o - 100

o.

Hasil distribusi frekuensi dari postur lengan bawah terhadap

terjadinya keluhan MSDs pada bagian punggung dapat dilihat pada tabel

5.12 berikut:

Tabel 5.12 Distribusi Postur Lengan Bawah Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Lengan Bawah

Keluhan Siku

Ya Tidak

N % N %

60 o - 100

o fleksi 3 7,5% 37 92,5%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

60-100⁰ fleksi <20⁰ fleksi atau > 100' ekstensi

Page 127: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

104

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur lengan bawah 60 o

- 100 o

fleksi hanya sebanyak 3 pekerja

mengalami keluhan MSDs pada bagian siku, atau sebesar 7,5%.

5.5.5 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Pergelangan Tangan Berdasarkan

Postur Pergelangan Tangan

Penilaian postur pergelangan tangan dilakukan berdasarkan metode

observasi REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1

jika posisi pergelangan tangan dalam keadaan 0- 15o Fleksi sampai

ekstensi, Skor 2 jika posisi pergelangan tangan > 15 o

fleksi atau ekstensi

dan skor +1 : jika pergelangan memutar.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur pergelangan tangan

pada pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Posisi Pergelangan Tangan Berdasarkan

skoring REBA Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa

Tahun 2017

Posisi Pergelangan

Tangan Frekuensi Persentase

0- 15o Fleksi 15 37,5%

> 15 o fleksi atau ekstensi 25 62,5%

pergelangan memutar 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui pekerja yang bekerja dengan

posisi pergelangan tangan paling berisiko yakni posisi pergelangan > 15 o

fleksi atau ekstensi sebanyak 25 pekerja atau sebesar 62,5%.

Berikut postur pergelangan tangan pekerja > 15 o

fleksi atau

ekstensi:

Page 128: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

105

Gambar 5.11 Postur Pergelangan Tangan Pekerja

Gambar 5.11 menunjukkan pekerja sedang memindahkan bakso

dari proses pencetakan menuju proses perebusan bakso. Dijelaskan pada

gambar 5.18 bahwa pekerja memiliki postur pergelangan tangan > 15 o

fleksi atau ekstensi.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur pergelangan tangan

berdasarkan proses produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique

Mandiri Perkasa sebagai berikut

Gambar 5.12 Distribusi Frekuensi Postur Pergelangan Tangan berdasarkan

Proses Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa

Tahun 2017

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0-15⁰ Fleksi >15⁰ Fleksi atau Ekstensi

Page 129: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

106

Berdasarkan gambar 5.12 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki postur yang paling berisiko paling banyak adalah proses produksi

perebusan dan pencetakan yakni seluruh pekerja pada proses tersebut

memiliki postur pergelangan tangan yang berisiko.

Hasil distribusi frekuensi dari postur pergelangan tangan terhadap

terjadinya keluhan MSDs pada bagian pergelangan tangan dapat dilihat

pada tabel 5.14 berikut:

Tabel 5.14 Distribusi Postur Pergelangan Tangan Terhadap Terjadinya

Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

20170

Posisi Pergelangan Tangan

Keluhan Tangan

Ya Tidak

N % N %

0- 15o Fleksi 5 33,3% 10 66,7%

> 15 o fleksi atau ekstensi 11 44,0% 14 56,0%

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur pergelangan tangan > 15 o

fleksi atau ekstensi sebanyak 11

pekerja mengalami keluhan MSDs pada bagian tangan, atau sebesar 44%.

5.5.6 Pemetaan Keluhan MSDs Bagian Kaki Berdasarkan Postur Kaki

Penilaian postur kaki dilakukan berdasarkan metode observasi

REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 1 jika kaki

tertopang, bobot tersebar merata jalan atau duduk, skor 2 jika kaki tidak

tertopang, bobot tersebar merata/postur tidak stabil, skor +1 : jika lutut

antara 30o - 60

o fleksion dan skor +2 : Jika lutut >60

o fleksion ketika tidak

duduk.

Page 130: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

107

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur kaki pada pekerja

produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Posisi Kaki Berdasarkan skoring REBA

Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Kaki Frekuensi Persentase

Tertopang, bobot merata 32 80,0%

Tidak tertopang, bobot

tidak merata 7 17.5%

Lutut antara 30-60o fleksi 1 2.5%

Lutut >60o

Fleksi 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui pekerja yang bekerja dengan

posisi kaki paling berisiko yakni posisi Lutut 30-60o

Fleksi sebanyak 1

pekerja atau sebesar 2,5%.

Berikut merupakan gambar postur kaki pekerja yang tidak

tertopang dengan sempurna:

Gambar 5.13 Gambar Postur Kaki Pekerja

Pada gambar 5.13 pada proses pendinginan bakso diketahui bahwa

pekerja memiliki postur kaki yang tertumpu secara tidak sempurna.

Page 131: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

108

Adapun hasil distribusi frekuensi postur kaki berdasarkan proses

produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri Perkasa

sebagai berikut:

Gambar 5.14 Distribusi Frekuensi Postur Kaki berdasarkan Proses Produksi

Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.14 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki postur kaki yang paling berisiko paling banyak adalah proses

produksi packing yakni sebanyak 1 pekerja atau sebesar 4.8% pada proses

tersebut memiliki postur yang berisiko yakni postur lutut 30-60o fleksi.

Hasil distribusi frekuensi dari postur kaki terhadap terjadinya

keluhan MSDs pada bagian kaki dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut:

4.8%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tertopang Sempurna Tertopang Tidak Rata Lutut 30-60⁰ Fleksi Lutut >60⁰ Fleksi

Page 132: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

109

Tabel 5.16 Distribusi Postur Kaki Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Posisi Kaki

Keluhan Kaki

Ya Tidak

N % N %

Tertopang, bobot merata 15 46,8% 17 53,2%

Tidak tertopang, bobot

tidak merata 4 57,9% 3 42,1%

Lutut antara 30-60o fleksi 1 100,0% 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan postur kaki 30- 60o fleksi sebanyak 1 pekerja mengalami keluhan

MSDs pada bagian kaki, atau sebesar 100,0%. Sedangkan, pekerja yang

bekerja dengan postur tidak tertopang, bobot tidak merata dan memiliki

keluhan MSDs pada bagian kaki sebanyak 4 (57,9%) pekerja.

5.5.7 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Beban Angkut

Pekerja

Penilaian beban angkut dilakukan berdasarkan metode observasi

REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 0 jika

beban <5 Kg, skor 1 jika beban antara 5 – 10 Kg, skor 2 jika beban >10 Kg

dan skor +1 : Jika ada penambahan beban secara tiba – tiba.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari beban angkut pada pekerja

produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.17 Distribusi Beban Angkut Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Beban Angkut Frekuensi Persentase

< 5kg 12 30,0%

5kg-10kg 20 50,0%

>10kg 8 20,0%

Penambahan Secara

Tiba-tiba 0 0,0%

Page 133: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

110

Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa beban angkut yang

dimiliki pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa paling banyak

adalah pekerja yang mengangkat beban seberat 5kg hingga 10 kg dengan

jumlah pekerja sebanyak 20 pekerja atau sebesar 50,0%. Sedangkan

pekerja yang memiliki beban angkut paling berisiko sebanyak 8 pekerja

(20,0%) dengan beban lebih dari 10kg.

Adapun hasil distribusi frekuensi beban angkut berdasarkan proses

produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri Perkasa

sebagai berikut

Gambar 5.15 Distribusi Frekuensi Beban Angkut berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.15 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki beban angkut yang paling berisiko paling banyak adalah proses

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

< 5kg 5kg - 10kg >10kg

Page 134: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

111

produksi pengadukan yakni sebanyak 1 pekerja atau sebesar 100,0%, pada

proses perebusan sebanyak 2 pekerja atau 66,7%, pada proses persiapan

bumbu sebanyak 1 (50,0%) pekerja dan pemotongan daging sebanyak 2

(50,0%) pekerja. Pada proses tersebut memiliki beban angkut yang

berisiko yakni beban dengan berat > 10Kg

Hasil distribusi frekuensi dari beban angkut terhadap terjadinya

keluhan MSDs dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut:

Tabel 5.18 Distribusi Beban Angkut Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Beban Angkut

Keluhan MSDs

Ya Tidak

N % N %

< 5kg 11 91,7% 1 8,3%

5kg-10kg 20 100,0% 0 0,0%

>10kg 7 95,0% 1 5,0%

Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan beban angkut seberat > 10kg sebanyak 7 pekerja mengalami

keluhan MSDs, atau sebesar 95,0%. sedangkan pekerja yang bekerja

dengan beban angkut seberat 5kg-10kg dan memiliki keluhan MSDs

sebanyak 20 (100,0%) pekerja.

5.5.8 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Aktivitas

Penilaian aktivitas dilakukan berdasarkan metode observasi REBA.

Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor +1 jika terdapat 1

atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit, atau jika ada

pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4

Page 135: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

112

kali per (tidak termasuk berjalan), atau jika gerakan menyebabkan

perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi

Adapun hasil distribusi frekuensi dari nilai aktivitas pada pekerja

produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.19 Distribusi Penilaian Aktivitas Berdasarkan Metode REBA

Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Aktivitas Frekuensi Persentase

Tidak Memiliki Aktivitas

Berisiko 8 20,0%

Aktivitas Berulang 32 80,0%

Aktivitas Statis 0 0,0%

Aktivitas yang menyebabkan

perubahan postur 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.19 diketahui bahwa sebanyak 32 pekerja

memilki aktivitas berulang dalam pekerjaannya atau sebesar 80,0%.

Adapun hasil distribusi frekuensi beban angkut berdasarkan proses produksi pada

pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

0

25%

100% 100%

33.3%

100%

95.8%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Aktivitas Berulang Tidak Ada Aktivitas Berisiko

Page 136: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

113

Gambar 5.16 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berisiko berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.16 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki aktivitas yang paling berisiko paling banyak adalah proses

produksi pengadukan yakni sebanyak 1 pekerja atau sebesar 100,0%, pada

proses pencetakan sebanyak 6 pekerja atau 100,0%, pada proses

pependinginan sebanyak 3 (100,0%) pekerja dan packing 20 (95.8%)

pekerja. Pada proses tersebut memiliki aktivitas yang berisiko yakni

adanya aktivitas berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit.

Hasil distribusi frekuensi dari penilaian aktivitas metode REBA

terhadap terjadinya keluhan MSDs dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut:

Tabel 5.20 Distribusi Penilaian Aktivitas Metode REBA Terhadap

Terjadinya Keluhan MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri

Perkasa Tahun 2017

Penilaian Aktivitas

Keluhan MSDs

Ya Tidak

N % N %

Tidak Ada Aktivitas Berisiko 6 75,0% 2 25,0%

Terdapat Aktivitas Berulang 32 100,0% 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.20 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

aktivitas berulang sebanyak 32 pekerja mengalami keluhan MSDs, atau

sebesar 100,0%.

Page 137: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

114

5.5.9 Pemetaan Keluhan MSDs bagian Tangan Berdasarkan Penilaian

Postur Genggaman

Penilaian genggaman dilakukan berdasarkan metode observasi

REBA. Adapun kategori penilaian REBA sebagai berikut: skor 0 jika

pegangan pas dan tepat di tengah, genggaman kuat, skor 1 jika pegangan

tangan bisa diterima namun tidak ideal, skor 2 jika pegangan tangan tidak

bisa diterima walau memungkinkan dipaksakan dan skor 3 jika pegangan

yang tidak aman.

Adapun hasil distribusi frekuensi dari postur genggaman pada

pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa sebagai berikut:

Tabel 5.21 Distribusi Postur Genggaman Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Genggaman Frekuensi Persentase

Pegangan Pas dan Genggaman

Kuat 27 67,5%

pegangan tangan bisa diterima

tapi tidak ideal 13 32,5%

pegangan tangan tidak bisa

diterima walau memungkinkan 0 0,0%

Pegangan tidak aman 0 0,0%

Berdasarkan tabel 5.21 diketahui bahwa genggaman yang dimiliki

pekerja produksi CV Unique Mandiri Perkasa paling banyak adalah

pekerja dengan genggaman yang pas dan kuat dengan jumlah pekerja

sebanyak 27 pekerja atau sebesar 67,5%, sedangkan pekerja dengan

genggaman yang dapat diterima namun tidak ideal sebanyak 13 pekerja

atau 32,5%.

Berikut merupakan gambar pekerja dengan pegangan yang dapat

diterima namun tidak ideal

Page 138: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

115

Gambar 5.17 Postur dan Bentuk Genggaman Pekerja

Gambar 5.17 menunjukkan pekerja bagian perebusan bekerja

menggunakan keranjang untuk menyaring dan mengambil bakso dari panci

perebusan. Keranjang yang digunakan memiliki postur genggaman yang

tidak alamiah dan tidak aman.

Adapun hasil distribusi frekuensi postur genggaman berdasarkan

proses produksi pada pekerja produksi bakso di CV Unique Mandiri

Perkasa sebagai berikut

Page 139: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

116

Gambar 5.18 Distribusi Frekuensi Postur Genggaman Berdasarkan Proses

Produksi Pada Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun

2017

Berdasarkan gambar 5.18 diketahui bahwa berdasarkan seluruh

proses produksi yang terdapat pada CV Unique Mandiri Perkasa yang

memiliki genggaman yang paling berisiko paling banyak adalah proses

produksi pemotongan daging yakni sebanyak 4 pekerja atau sebesar

100,0%, pada proses pencetakan bakso sebanyak 6 pekerja atau sebesar

100%, dan pada proses perebusan sebanyak 3 pekerja atau 100,0%.

Hasil distribusi frekuensi dari postur genggaman terhadap

terjadinya keluhan MSDs dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut:

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Genggaman Pas dan Kuat Dapat Digenggam, Tidak Ideal

Page 140: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

117

Tabel 5.22 Distribusi Postur Genggaman Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa Tahun 2017

Genggaman

Keluhan MSDs

Ya Tidak

N % N %

Pegangan Pas dan Genggaman Kuat 9 33,3% 18 66,7%

Pegangan tangan bisa diterima tapi

tidak ideal 7 53,8% 6 46,2%

Berdasarkan tabel 5.22 diketahui bahwa pekerja yang bekerja

dengan genggaman bisa diterima namun tidak ideal sebanyak 7 pekerja

mengalami keluhan MSDs, atau sebesar 53,8%. sedangkan pekerja yang

bekerja dengan genggaman pas dan kuat dan memiliki keluhan MSDs

sebanyak 9 pekerja atau sebesar (33,3%).

5.5.10 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Bagian Proses Produksi

5.5.10.1 Pemetaan Keluhan MSDs Pada Proses Produksi Persiapan Bumbu

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses persiapan bumbu, seperti yang dijelaskan oleh gambar

5.19:

Page 141: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

118

a b

Gambar 5.19 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Persiapan Bumbu

Berdasarkan gambar 5.19 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses persiapan bumbu paling banyak adalah keluhan pada kaki dan

tumit, dengan jumlah pekerja sebanyak 2 pekerja atau sebesar 100%

pekerja. Sedangkan pada gambar 5.19 (b) menjelaskan bahwa postur

berisiko pada pekerja proses persiapan bumbu banyak terjadi pada bagian

leher sebanyak 2 pekerja (100%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi,

pada punggung sebanyak 2 pekerja (100%) dengan postur 0-20o Fleksi

sampai ekstensi, dan lengan atas sebanyak 2 pekerja (100%) dengan postur

20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi.

Page 142: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

119

5.5.10.2 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pemotongan Daging

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses pemotongan daging, seperti yang dijelaskan oleh

gambar 5.20:

a b

Gambar 5.20 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Pemotongan Daging

Berdasarkan gambar 5.20 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses pemotongan daging paling banyak adalah keluhan pada punggung

bawah, dengan jumlah pekerja sebanyak 4 pekerja atau sebesar 100%

pekerja. Sedangkan pada gambar 5.20 (b) dijelaskan bahwa postur berisiko

pada pekerja proses pemotongan daging banyak terjadi pada bagian leher

sebanyak 3 pekerja (75%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi, pada

punggung sebanyak 4 pekerja (100%) dengan postur 0-20o Fleksi sampai

Page 143: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

120

ekstensi dan juga postur punggung fleksi > 60o, dan pada lengan atas

sebanyak 3 pekerja (75%) dengan postur 20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi.

5.5.10.3 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pengadukan

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses pengadukan, seperti yang dijelaskan oleh gambar 5.21

a b

Gambar 5.21 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Pengadukan

Berdasarkan gambar 5.21 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses pengadukan paling banyak adalah keluhan pada punggung dan

tangan, dengan jumlah pekerja sebesar 100% pekerja pada proses produksi

tersebut.

Sedangkan pada gambar 5.21 (b) dijelaskan bahwa postur berisiko

pada pekerja proses pengadukam banyak terjadi pada bagian leher

Page 144: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

121

sebanyak 1 pekerja (100%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi, dan

pada punggung sebanyak 1 pekerja (100%) dengan postur 0-20o Fleksi

sampai ekstensi.

5.5.10.4 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pencetakan Bakso

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses pencetakan bakso seperti yang dijelaskan pada gambar

5.22:

a b

Gambar 5.22 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur

Berisiko Pekerja Pencetakan Bakso

Berdasarkan gambar 5.22 diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses pencetakan bakso paling banyak adalah keluhan pada punggung,

Page 145: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

122

punggung bawah, betis, dan tangan dengan jumlah pekerja sebanyak 5

pekerja atau sebesar 83,3% pekerja.

Pada gambar 5.22 (b) menjelaskan bahwa postur berisiko pada

pekerja proses pencetakan bakso banyak terjadi pada bagian leher

sebanyak 6 pekerja (100%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi, pada

punggung sebanyak 6 pekerja (100%) dengan postur 0-20o fleksi sampai

ekstensi, 20-60o fleksi atau ekstensi, >60

o fleksi, dan posisi punggung

memutar atau miring, pada lengan atas sebanyak 6 pekerja (100%) dengan

postur 45-90o fleksi dan >90

o ekstensi dan pada pergelangan tangan

sebanyak 6 pekerja (100%) dengan postur >15o fleksi atau ekstensi.

5.5.10.5 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Perebusan

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses pencetakan bakso seperti yang dijelaskan pada gambar

5.7:

Page 146: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

123

a b

Gambar 5.23 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Perebusan Bakso

Berdasarkan gambar 5.23 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses perebusan bakso paling banyak adalah keluhan pada leher,

punggung, dan punggung bawah dengan jumlah pekerja sebanyak 2

pekerja atau sebesar 66,7% pekerja. Sedangkan pada gambar 5.23 (b)

menjelaskan bahwa postur berisiko pada pekerja proses perebusan bakso

banyak terjadi pada bagian leher sebanyak 3 pekerja (100%) dengan postur

> 20o fleksi atau ekstensi, pada punggung sebanyak 3 pekerja (100%)

dengan postur 0-20o fleksi sampai ekstensi, 20-60

o fleksi atau ekstensi,

>60o fleksi, dan posisi punggung memutar atau miring, pada lengan atas

Page 147: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

124

sebanyak 3 pekerja (100%) dengan postur 20-45o Fleksi atau >20

o ekstensi

dan 45-90o fleksi dan pada pergelangan tangan sebanyak 3 pekerja (100%)

dengan postur >15o fleksi atau ekstensi.

5.5.10.6 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Pendinginan Bakso

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses pendinginan bakso seperti yang dijelaskan pada

gambar 5.8

a b

Gambar 5.24 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Pendinginan Bakso

Berdasarkan gambar 5.24 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses pendinginan bakso paling banyak adalah keluhan pada leher dan

Page 148: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

125

punggung dengan jumlah pekerja sebanyak 3 pekerja atau sebesar 100%

pekerja. Sedangkan pada gambar 5.24 (b) dijelaskan bahwa postur berisiko

pada pekerja proses pendinginan bakso banyak terjadi pada bagian leher

sebanyak 3 pekerja (100%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi, pada

punggung sebanyak 3 pekerja (100%) dengan postur memutar atau miring,

dan pada lengan atas sebanyak 3 pekerja (100%) dengan postur >90o fleksi

5.5.10.7 Pemetaan Keluhan MSDs pada Proses Packing

Berikut merupakan hasil pemetaan keluhan yang dirasakan oleh

pekerja pada proses packing seperti yang dijelaskan pada gambar 5.9

a b

Gambar 5.25 (a) Pemetaan Keluhan MSDs dan (b) Pemetaan Postur Berisiko

Pekerja Packing Bakso

Page 149: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

126

Berdasarkan gambar 5.25 (a) diketahui bahwa keluhan MSDs pada

proses packing bakso paling banyak adalah keluhan pada leher dengan

jumlah pekerja sebanyak 13 pekerja atau sebesar 61,9% pekerja.

Sedangkan berdasarkan gambar 5.25 (b) diketahui bahwa postur berisiko

pada pekerja proses packing banyak terjadi pada bagian leher sebanyak 16

pekerja (762%) dengan postur > 20o fleksi atau ekstensi.

Page 150: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

127

BAB VI

PEMBAHASAN

Keterbatasan Penelitian 6.1

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal

disorders, peneliti menggunakan kuesioner NBM. Adapun keluhan

muskuloskeletal disorders yang ditanyakan hanya berdasarkan perasaan

atau keluhan subjektif yang dirasakan oleh pekerja, sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan lain guna mendapatkan hasil yang lebih objektif

dalam mengetahui keluhan MSDs pada pekerja, semisal menggunakan

teknik palpasi.

Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pekerja 6.2

MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat

mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal

yang mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang

(NIOSH, 2010) merupakan gangguan yang disebabkan ketika seseorang

melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga

mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem

Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot (WHO, 2003).

Dalam penelitian ini, keluhan MSDs yang diperoleh dari kuesioner

NBM dikelompokkan menjadi 9 bagian, yaitu: bagian leher, bahu,

punggung, siku, punggung bawah, tangan, paha dan pinggul, betis, tumit

serta lutut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 38

pekerja (95%) pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal disorders.

Page 151: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

128

Keluhan muskuloskeletal disorders ditetapkan berdasarkan kuesioner

NBM yang di dalamnya terdapat 28 pertanyaan mengenai keluhan MSDs

dan tingkat keluhan MSDsnya. Penentuan keluhan MSDs menurut

Kroemer (2001) dijelaskan bahwa untuk memperoleh gambaran tentang

gejala MSDs bisa menggunakan Nordic Body Map (NBM) dengan cara

melihat tingkat keluhan sakit dan tidak sakit. Dengan melihat dan

menganalisa peta tubuh (NBM) sehingga dapat diestimasi tingkat dan

jenis keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh para pekerja (Kroemer,

2002).

Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluhan

yang paling banyak dirasakan pekerja adalah keluhan pada leher

sebanyak 23 pekerja (57,5%), keluhan pada punggung dan punggung

bawah sebanyak 25 pekerja (62,5%) dan pada bagian betis sebanyak 17

pekerja (42,5%). Keluhan tersebut banyak ditemui pada perusahaan yang

bergerak di industri makanan dimana pada prosesnya banyak dengan

posisi kerja berdiri, dengan siklus kerja yang pendek dan cepat sehingga

menimbulkan keluhan MSDs.

Sikap kerja yang tidak alami antara lain punggung terlalu

membungkuk, pergerakan tangan terangkat, bekerja dengan posisi berdiri

dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh,

maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau

sering disebut sebagai MSDs. MSDs merupakan masalah yang signifikan

pada pekerja. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa,

Page 152: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

129

kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa

terbakar (Lukman, 2012).

Namun, dikarenakan penggunaan metode NBM yang bersifat

subjektif berdasarkan keluhan yang dirasakan pekerja, perlu dikaji ulang

terkait keluhan yang dialami pekerja. Agar mendapatkan hasil yang lebih

objektif, diperlukan metode tambahan semisal melakukan uji palpasi atau

uji tekan pada bagian yang dikeluhkan pekerja agar mendapatkan hasil

yang lebih objektif (Morton, 1997).

Keluhan muskuloskeletal dipengaruhi oleh faktor risiko pekerjaan

yang terdiri dari postur kerja, gerakan repetisi atau gerakan berulang,

beban angkut, dan lama kerja. Selain faktor risiko pekerjaan, terdapat

pula faktor risiko individu yang terdiri usia, masa kerja, kebiasaan

merokok, indeks massa tubuh, kekuatan fisik dan beban kerja.

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa rata-rata usia pekerja adalah

33,4 tahun, dengan usia pekerja yang paling muda adalah 19 tahun dan

yang paling tua adalah 56 tahun, dan sebanyak 20 pekerja (50%) pekerja

memiliki kategori kelompok umur lebih dari 30 tahun. Berdasarkan data

tersebut diketahui bahwa rata-rata kelompok umur pada pekerja CV

Unique Mandiri Perkasa memiliki kerentanan terhadap terjadinya keluhan

MSDs. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan mengakibatkan

penurunan kemampuan kerja pada jaringan tubuh (otot, tendon, sendi, dan

ligamen). Dimana penurunan kemampuan kerja jaringan tubuh tersebut

dapat menimbulkan terjadinya keluhan berupa MSDs pada tubuh.

Menurut Oborne (2000) keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang

Page 153: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

130

pada usia kerja yaitu 24-65 tahun. Biasanya Keluhan pertama dialami

pada usia 30 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur (Oborne, 2000). Ulfah dkk. (2014) juga menjelaskan

bahwa sebanyak 70% pekerja yang memiliki keluhan MSDs terdapat pada

kategori usia berisiko atau usia lebih dari 30 tahun.

Selain usia, masa kerja pada penelitian ini diketahui bahwa

sebagian besar pekerja memiliki masa kerja yang kurang dari sama

dengan 4 tahun, dengan frekuensi distribusi sebanyak 28 pekerja (70%).

Sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun sebanyak

12 pekerja (30%). Masa kerja menjadi faktor penting dikarenakan

semakin lama bekerja menggunakan kekuatan otot dapat mengakibatkan

terjadinya keluhan MSDs. Tarwaka (2013) juga menyebutkan bahwa

semakin lama waktu seseorang untuk bekerja maka seseorang tersebut

semakin besar risiko untuk mengalami MSDs (Tarwaka, 2013).

Penetapan masa kerja diperoleh dengan menanyakan pekerja sudah

berapa lama bekerja di perusahaan tersebut dengan menggunakan

kuesioner. Penentuan masa kerja berisiko dan tidak berisiko merujuk pada

penelitian yang dilakukan oleh Hendra (2009). Dalam penelitiannya

dijelaskan bahwa pekerja dengan massa kerja > 4 tahun memiliki risiko

2,755 kali lebih besar terhadap terjadinya keluhan MSDs (Hendra, 2009).

Meningkatnya keluhan otot ada hubungan dengan lama dan tingkat

kebiasaan merokok seseorang. Seseorang yang merokok sebanyak 10

batang perhari memiliki peningkatan risiko terkena MSDs mencapai 20%

(Corasmun, 2003) .Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

Page 154: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

131

besar pekerja merupakan perokok dan memiliki kebiasaan merokok yang

sedang dengan jumlah pekerja sebanyak 12 pekerja (30%), sedangkan

untuk perokok ringan sebanyak 17 pekerja (42,5%). Kebiasaan merokok

membuat kemampuan paru-paru dalam mengkonsumsi oksigen akan

menurun, sehingga dengan kurangnya asupan oksigen mengakibatkan

kelelahan pada pekerja yang diakibatkan pembakaran karbohidrat

berkurang dan terjadi penumpukan asam laktat dan menimbulkan nyeri

pada otot (Tarwaka, 2004) Merokok yang berkepanjangan dengan jumlah

yang semakin banyak dapat meningkatkan pula keluhan otot yang

dirasakan (Tarwaka, 2013). Penetapan kebiasaan merokok diperoleh

dengan menanyakan pekerja menggunakan kuesioner. Penentuan

tingkatan kebiasaan merokok merujuk pada penelitian yang dilakukan

oleh Bustan (2007) dimana dijelaskan bahwa perokok berat: merupakan

perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari, perokok

sedang merupakan perokok yang mengkonsumsi rokok 10 hingga 20

batang perhari, dan perokok ringan adalah orang yang mengkonsumsi

rokok kurang dari 10 batang perhari (Bustan, 2007).

Keluhan MSDs juga dipengaruhi dengan status gizi seseorang yaitu

semakin gemuk seseorang maka akan bertambah besar risiko orang

tersebut mengalami kejadian MSDs, karena seseorang dengan berat

berlebih akan berusaha menopang berat badan dengan cara mengontraksi

otot punggung, dan apabila terjadi secara terus menerus akan

menyebabkan terjadinya penekanan pada bantalan saraf tulang belakang

(Supariasa, 2001). Hasil penelitian pada pekerja produksi CV Unique

Page 155: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

132

Mandiri Perkasa menunjukkan bahwa sebanyak 15 pekerja (37,5%)

memiliki indeks massa tubuh dengan kategori gemuk, sedangkan yang

memiliki indeks massa tubuh kurus hanya sebanyak 2 pekerja (5%).

Menurut Supriasa (2001) menjelaskan pengaruh status gizi dengan

kejadian MSDs yaitu semakin gemuk seseorang maka akan bertambah

besar risiko orang tersebut mengalami kejadian MSDs (Supriasa, 2001).

Faktor risiko kekuatan fisik merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya keluhan MSDs, pada penelitian ini diketahui

bahwa kekuatan fisik yang dimiliki pekerja produksi CV Unique Mandiri

Perkasa adalah sebagian besar memiliki kekuatan fisik yang lemah,

dengan jumlah pekerja sebanyak 35 pekerja (87,5%), sedangkan sebanyak

5 pekerja (12,5%) memiliki kekuatan fisik yang normal. Bukhori (2010)

menjelaskan bagi pekerja yang memiliki kekuatan fisik yang lemah

memiliki keluhan MSDs tiga kali lipat dari yang memiliki kekuatan fisik

tinggi (Bukhori, 2010). Selain itu Chaffin and Park (1973) menemukan

adanya peningkatan keluhan punggung yang signifikan pada pekerja

yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan yang melebihi batas

kemampuan otot (Chaffin, 1973).

Selain kekuatan fisik, beban kerja pada penelitian ini diketahui

bahwa distribusi beban kerja pada pekerja produksi CV Unique Mandiri

Perkasa sebagai berikut, pekerja yang memiliki beban kerja berat

sebanyak 7 pekerja (17,5%), pekerja yang memiliki beban kerja sedang

sebanyak 9 pekerja (22,5%). Menurut Oesman (2010) peningkatan beban

kerja fisik menimbulkan penyakit akibat kerja (keluhan muskuloskeletal

Page 156: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

133

dan kelelahan) (Oesman, 2010). Al Hajj (2014) juga menjelaskan bahwa

beban kerja fisik dapat mempengaruhi keluhan pada muskuloskeletal

disorders (Al Hajj, 2014)

Faktor Risiko Pekerjaan Pekerja 6.3

Risiko kerja berhubungan erat dengan kejadian keluhan MSDs.

Seperti yang diungkapkan oleh para ahli ergonomic dan peneliti-peneliti

sebelumnya. Faktor risiko kerja adalah sifat/karakteristik pekerja atau

lingkungan kerja yang dapat meningkatkan kemungkinan pekerja

menderita keluhan MSDs (La Dao, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja produksi CV Unique

Mandiri Perkasa diketahui bahwa pekerja yang memiliki faktor risiko

pekerjaan tinggi sebanyak 7 pekerja atau sebesar 17,5%, pekerja dengan

faktor risiko pekerjaan sedang sebanyak 9 pekerja atau sebesar 22,5%

sedangkan pekerja dengan faktor risiko pekerjaan rendah sebanyak 24

pekerja atau sebesar 60% Menurut Zulfiqor (2010) faktor risiko pekerjaan

dapat mempengaruhi terjadinya keluhan MSDs (Zulfiqor, 2010). Cohen

(2007) juga menjelaskan berbagai faktor yang berhubungan dengan

MSDs pada pekerja furnitur, juga menunjukkan hubungan antara risiko

kerja dengan MSDs. Faktor pekerjaan merupakan salah satu faktor yang

dapat menyebabkan MSDs Cohen (2007). Widjaya (2014) menjelaskan

bahwa faktor risiko pekerjaan memiliki kecenderungan terhadap keluhan

MSDs sebesar 4,5 kali lebih besar (Widjaya, 2014).

. Berdasarkan penilaian REBA faktor risiko pekerjaan yang diteliti

selain tingkat risiko, penilaian juga dilakukan pada postur, pada gerakan

Page 157: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

134

repetisi, dan pada beban angkut. Sikap kerja tidak alamiah atau yang biasa

disebut dengan postur janggal merupakan sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh gerak menjauhi posisi alami, Semakin jauh

posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi risiko

terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2013).

Dalam penelitian ini, postur yang diteliti adalah postur leher,

postur punggung, , postur lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan,

postur kaki dan genggaman. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

pekerja yang memiliki faktor risiko pekerjaan dengan postur janggal atau

tidak alamiah paling banyak adalah postur leher lebih dari 20o

fleksi atau

ekstensi sebanyak 34 pekerja atau (85%) yang di jumpai pada proses

produksi bagian persiapan bumbu, pengadukan, proses pencetakan, proses

perebusan dan proses pendinginan. Pekerja yang memiliki postur

punggung berisiko yaitu sebanyak 32 pekerja (80%0 yang dijumpai pada

pada proses pendinginan dan pencetakan. Pekerja yang memiliki postur

lengan atas yang berisiko yaitu sebanyak 24 pekerja (60%) banyak

ditemukan di setiap proses produksi dengan risiko tertinggi ditemukan di

proses pendinginan bakso. Pekerja yang bekerja dengan posisi

pergelangan tangan yang berisiko atau dengan posisi pergelangan >15o

fleksi atau ekstensi sebanyak 25 pekerja (62,5%) yang banyak dijumpai

pada proses persiapan bumbu, pemotongan daging, pencetakan,

perebusan dan packing., dan pekerja yang bekerja dengan posisi kaki

berisiko sebanyak 8 pekerja (20%) yang dijumpai pada proses produksi

pencetakan, perebusan, pendinginan dan packing, serta sebanyak 13

Page 158: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

135

pekerja (32,5%) memiliki genggaman yang dapat diterima namun tidak

ideal banyak ditemui pada proses pencetakan, perebusan dan pemotongan

daging, sedangkan postur lengan bawah diketahui semua pekerja pada

seluruh proses memiliki postur lengan bawah yang alamiah.

Disebutkan dalam penelitian Masliah 2014) menunjukkan bahwa

faktor postur memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya

keluhan MSDs pada pekerja manual handling dengan pvalue sebesar

0,004 (Masliah, 2014). Pada penelitian yang dilakukan Budiman (2015)

juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara posisi

kerja dengan keluhan muskuloskeletal.

Selain postur, gerakan berulang juga diteliti dalam penelitian ini.

Diketahui sebanyak 32 pekerja memilki aktivitas berulang dalam

pekerjaannya atau sebesar 80%.dimana pekerjaan dengan aktivitas

berulang banyak ditemui pada proses kerja pengadukan, pencetakan,

pendinginan dan packing. Menurut penelitian Mokhtar (2013) repetitive

work atau gerakan berulang merupakan faktor utama yang menyebabkan

peningkatan prevalensi musculoskeletal disorders. (Mokhtar, 2013).

Dalam penelitian Andini (2015) menjelaskan bahwa faktor gerakan

repetisi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan MSDs

pada pekerja (Andini, 2015).

Beban angkut juga diteliti, dikarenakan banyak pekerja yang

bekerja dengan beban angkut yang berisiko. Berdasarkan hasil penelitian

pekerja yang mengangkat beban berlebih sebanyak 28 pekerja atau 70%.

Pekerja yang mengangkat beban berisiko hampir ditemui pada semua

Page 159: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

136

proses, namun pekerja yang mengangkat beban dengan berat > 10kg

dijumpai dalam proses persiapan bumbu, pemotongan daging,

pengadukan, pencetakan, dan perebusan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Masliah (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara berat beban terhadap terjadinya keluhan muskuloskeletal

pada pekerja manual handling di makasar Masliah, 2009). Penelitian yang

dilakukan oleh Setyaningsih (2009) juga diketahui bahwa beban angkut

mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal (Setyaningsih, 2009).

Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Faktor Risiko 6.4

Pekerjaan

Pemetaan didefinisikan sebagai proses penggambaran suatu objek

atau permasalahan yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan

informasi mengenai objek tersebut termasuk di dalamnya profile maupun

masalah. (Netting, 1993). Dalam penelitian ini, objek pemetaan berupa

variabel keluhan muskuloskeletal dan variabel faktor risiko pekerjaan.

Pemetaan keluhan MSDs pada masing-masing bagian tubuh berdasarkan

faktor risiko pekerjaan dapat dijelaskan pada bagian di bawah ini.

6.4.1 Keluhan Leher Berdasarkan Penilaian Postur Leher

Leher merupakan bagian tubuh yang perlindungannya lebih sedikit

dibandingkan batang tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena

trauma atau kelainan yang menyebabkan nyeri pada leher dan gangguan

gerakan terutama bila dilakukan gerakan yang mendadak, dan bekerja

dengan postur yang tidak sesuai (Muttaqin, 2008). Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa pekerja yang memiliki postur leher lebih dari

Page 160: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

137

20o

fleksi atau ekstensi sebanyak 34 pekerja atau sebesar 85% pekerja,

dimana seharusnya pekerja bekerja dengan postur alamiah atau memiliki

postur leher 0-20o fleksi sampai ekstensi. Berdasarkan hasil penelitian juga

diketahui pekerja yang memiliki keluhan muskuloskeletal di bagian leher

dengan postur leher lebih dari 20o

fleksi atau ekstensi sebanyak 58,8%,

meskipun pada postur leher dengan keadaan alamiah atau normal terdapat

pula pekerja yang mengalami keluhan muskuloskeletal disorders pada

bagian leher. Diketahui juga pekerja yang memiliki postur leher 0-20o

fleksi sampai ekstensi banyak dijumpai pada proses produksi bagian

persiapan bumbu, pengadukan, proses pencetakan, proses perebusan dan

proses pendinginan yakni seluruh pekerja pada proses tersebut memiliki

postur yang berisiko dengan postur leher lebih dari 20o

fleksi atau ekstensi.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada proses tersebut pekerja

memiliki meja kerja yang terlalu rendah sehingga mengakibatkan pekerja

harus menunduk dalam melakukan pekerjaannya. Breman (2005)

menjelaskan Faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri leher pada

pekerjaan dengan aktivitas pergerakan lengan atas dan leher yang

berulang-ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta posisi leher

yang ekstrem saat bekerja (Breman, 2005). Menurut Oesman (2011),

sarana kerja yang tidak ergonomis, lingkungan kerja yang tidak memenuhi

syarat dan sikap kerja yang tidak alamiah juga merupakan sebagian besar

masalah yang muncul, khususnya dalam lingkungan industri skala kecil.

Masalah-masalah tersebut disamping memberikan beban tambahan juga

gangguan sistem muskuloskeletal, keluhan subjektif dan kelelahan yang

Page 161: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

138

berakibat pada rendahnya produktivitas kerja (Oesman, 2011). NIOSH

(1997) juga menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan

pekerja dapat menyebabkan WMSDs atau MSDs yang berhubungan

dengan pekerjaan jika tidak terdapat perbaikan terhadap lingkungan kerja

dalam waktu yang lama (NIOSH, 1997).

Untuk mengurangi risiko terjadinya keluhan MSDs dapat

dilakukan dengan memberikan meja kerja pada proses penyiapan bumbu,

dan proses pencetakan sehingga pekerja saat menuang bumbu atau

mengambil adonan yang diletakkan dibawah lantai dapat memperbaiki

postur pekerja. Untuk bagian pengadukan, perebusan dan pendinginan

dapat meninggikan meja kerja dengan menyesuaikan antropometri pekerja

sehingga postur kerja pekerja dapat diperbaiki guna mencegah terjadinya

keluhan MSDs. ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan,

menyeleksi atau mendesain peralatan dapat mengurangi beban,

menghemat waktu, dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007). Humantech

(2016) juga menjelaskan bahwa pengaturan dan menentukan meja kerja

yang sesuai dapat mengurangi keluhan MSDs yang diakibatkan oleh

postur kerja akibat ketidaksesuaian antara meja kerja dengan pekerjanya

(humantech, 2016). NIOSH (2016) menjelaskan bahwa desain yang baik

biasanya akan membuat pekerja nyaman dalam bekerja (NIOSH, 2016).

Sehingga dengan dilakukannya perbaikan meja kerja atau penambahan

meja kerja dapat mengurangi risiko pekerja dalam bekerja terutama ketika

bekerja dalam keadaan terlalu menunduk.

Page 162: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

139

6.4.2 Keluhan Bahu Berdasarkan Penilaian Postur Tangan

Nyeri bahu hampir selalu didahului dengan munculnya tanda rasa

nyeri pada bahu terutama pada saat melakukan aktivitas gerakan yang

melibatkan sendi bahu sehingga seseorang yang merasakan nyeri pada

bahu merasa ketakutan untuk menggerakkan sendi bahunya. Hal tersebut

dapat terjadi bila bahu harus mengangkat beban yang berat dan aktivitas

yang melibatkan pengangkatan lengan melebihi atau sebatas akroniom.

Posisi tersebut bila berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan

terjadinya iskemia pada tendon dan menyebabkan nyeri (Schwartz, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang

memiliki lengan atas yang berisiko yaitu sebanyak 24 pekerja atau sebesar

60%. Postur berisiko yang dimiliki pekerja antara lain 20-45o Fleksi atau

>20o ekstensi sebanyak 13 pekerja atau 32,5%, postur lengan atas 45-90o

fleksi sebanyak 7 pekerja atau 17,5%, > 90o Fleksi sebanyak 4 pekerja

atau 10%, sedangkan seharusnya pekerja bekerja dengan postur lengan

atas fleksi 0-20o.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang

mengalami keluhan MSDs pada bagian bahu dan bekerja dengan postur

lengan atas > 90o fleksi sebanyak 2 pekerja, atau sebesar 50,0%. pekerja

yang bekerja dengan postur lengan atas 45-90o fleksi 4 (57.1%) pekerja.

Diketahui juga, pekerja yang memiliki postur paling berisiko dengan

postur lengan atas > 90o fleksi terdapat pada proses pendinginan bakso,

sebanyak 3 pekerja (100%). Pada proses pendinginan bakso, aktivitas yang

Page 163: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

140

membuat pekerja membentuk postur lengan atas hingga > 90o. di

akibatkan pekerja menjangkau objek kerja yang jauh sehingga pekerja

membentuk postur yang tidak alamiah.

Vi (2000) menjelaskan bahwa peregangan otot yang berlebihan

pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya

menuntut pengerahan yang besar (Vi, 2000). Tarwaka (2010) menjelaskan

bahwa kegiatan menjangkau objek kerja terlalu jauh dapat menyebabkan

keluhan MSDs (Tarwaka, 2010). Selain posisi bahu yang melebihi atau

sejajar akroniom, dan kegiatan menjangkau, tekanan tinggi pada otot bahu

juga dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas kontraksi otot dimana

dapat mendorong terjadinya peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan

otot dan tegangan tendon. Tekanan juga dihubungkan dengan beban statis

pada otot bahu yang dapat mengakibatkan keluhan pada bahu (Bernard,

1997).

Untuk mengeliminasi risiko ergonomi hingga memperoleh posisi

kerja dan lingkungan kerja yang nyaman pada pekerja pendinginan adalah

dengan cara mendekatkan jangkauan objek kerja dengan pekerja degan

cara mendesain ulang meja kerja dengan ukuran yang tidak terlalu lebar,

dimana objek kerja yang jauh dapat menyebabkan otot berkontraksi

sehingga dapat menyebabkan nyeri pada otot. Selain mendekatkan objek

dengan jangkauan, dapat pula dilakukan dengan menggunakan peralatan

pembantu seperti penggunaan alat bergagang panjang ketika melakukan

pekerjaan guna mencegah pekerja bekerja dengan posisi yang janggal.

Page 164: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

141

ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan tempat kerja dan

peralatan kerja yang dapat disesuaikan dengan penggunaannya, dapat

mengurangi jangkauan dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007).

6.4.3 Keluhan Punggung Berdasarkan Penilaian Postur Punggung

Keluhan pada punggung atau keluhan muskuloskeletal merupakan

keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang

berbeda-beda yang dirasakan pada bagian punggung seseorang. Nyeri

punggung dapat merupakan akibat dari aktivitas kehidupan sehari-hari

khususnya dalam pekerjaan yang berkaitan dengan postur tubuh seperti

mengemudi, pekerjaan yang membutuhkan duduk yang terus menerus,

atau yang lebih jarang nyeri punggung akibat dari beberapa penyakit lain

(Tulaar, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang

memiliki postur punggung yang berisiko secara keseluruhan sebanyak 32

pekerja (80%). Postur berisiko yang dimiliki pekerja antara lain 0-20o

Fleksi sampai ekstensi sebanyak 19 pekerja (47,5%), postur punggung 20-

60o fleksi atau ekstensi sebanyak 2 pekerja (5%), pekerja dengan postur

>60o Fleksi sebanyak 6 pekerja (15%), dan posisi punggung

memutar atau miring sebanyak 5 pekerja atau (12,5%), seharusnya pekerja

bekerja dengan postur punggung dengan keadaan lurus.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui pekerja yang memiliki

keluhan muskuloskeletal di bagian punggung dengan postur 0-20o Fleksi

sampai ekstensi sebanyak 11 pekerja atau 57,9%, postur punggung 20-60o

fleksi atau ekstensi sebanyak 1 pekerja atau 50%, postur punggung >60o

Page 165: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

142

Fleksi sebanyak 5 pekerja atau 83,3%, dan posisi punggung memutar atau

miring sebanyak 4 pekerja atau 80%.

Diketahui juga pekerja yang memiliki postur punggung paling

berisiko yaitu postur punggung membengkok ataupun miring, banyak

dijumpai pada proses pendinginan bakso dimana seluruh pekerja dari

proses pendinginan memiliki postur punggung yang miring dikarenakan

aktivitas pekerja dalam menjangkau objek kerja yang jauh. Selain pada

bagian pendinginan, postur miring atau memutar juga masih ditemukan

pada bagian pencetakan dan perebusan, dimana pada kedua bagian tersebut

masing-masing terdapat 1 pekerja (16,7%) yang memiliki postur tidak

alamiah pada bagian pencetakan, dan 33,3% pada bagian perebusan. Pada

bagian pencetakan aktivitas yang mengakibatkan pekerja bekerja dengan

postur yang miring adalah ketika pekerja mengambil adonan yang berada

di bawah, sehingga mengakibatkan pekerja memiliki postur miring.

Sedangkan pada bagian perebusan, aktivitas yang mengakibatkan pekerja

harus berpostur memutar adalah ketika pekerja mengangkat bakso yang

sudah masak dari dalam drum perebusan.

Lukman (2012) menjelaskan bahwa postur yang tidak alamiah

seperti punggung yang terlalu membungkuk yang mengakibatkan posisi

tubuh semakin menjauh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi

pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau sering disebut sebagai

MSDs (Lukman, 2012) Penelitian Hendra (2009) menunjukkan bahwa

keluhan MSDs akibat sikap kerja yang tidak ergonomi terbanyak pada

Page 166: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

143

pekerja yang mengenai bagian leher dan punggung bawah dirasakan oleh

98 pekerja (Hendra, 2009). Jalajuwita (2015) menjelaskan bahwa sikap

kerja atau posisi kerja yang tidak alamiah dapat mengakibatkan munculnya

keluhan penyakit berupa WMSDs (work related musculoskeletal

disorders).Posisi kerja mengacu pada bagaimana postur tubuh yang

dilakukan, posisi kerja yang nyaman dan aman akan mempengaruhi

produktivitas kerja yang lebih baik (Jalajuwita, 2015).

Penempatan objek kerja dekat dengan jangkauan pekerja

merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi keluhan MSDs

pada pekerja, sehingga pekerja tidak membutuhkan posisi ekstra untuk

menjangkau benda atau objek yang diluar jangkauan tubuhnya, dan juga

dapat diberikan peralatan kerja yang bergagang panjang guna mengurangi

jangkauan yang berlebih sehingga diharapkan dapat menurunkan risiko

dan keluhan MSDs bagian punggung pada pekerja. Selain itu pengaturan

ketinggian air pada proses perebusan juga perlu dilakukan, sehingga

pekerja tidak perlu membungkuk untuk meraih objek kerja yang berada

pada posisi yang rendah atau pun cara yang lain yang dapat dilakukan

adalah menyediakan pekerja alat penyaringan dengan gagang yang

panjang dan nyaman pada saat digunakan. Pada proses pencetakan, untuk

mengeliminasi postur punggung yang terlalu membungkuk atau bahkan

miring dapat dilakukan dengan menambahkan meja kerja dan alat dengan

gagang yang panjang agar pekerja tidak perlu menunduk saat mengambil

adonan. Pelatihan pada pekerja juga perlu dilakukan seperti saat akan

Page 167: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

144

mengambil objek yang berada di lantai dengan cara berjongkok agar posisi

punggung tidak membungkuk.

ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan, menyeleksi atau

mendesain peralatan dapat mengurangi beban, menghemat waktu, dan

memperbaiki postur (ACGIH, 2007). Humantech (2016) juga menjelaskan

bahwa pengaturan dan menentukan meja kerja yang sesuai dapat

mengurangi keluhan MSDs yang diakibatkan oleh postur kerja akibat

ketidaksesuaian antara meja kerja dengan pekerjanya (Humantech, 2016).

ACGIH (2007) juga menjelaskan bahwa menyediakan tempat kerja dan

peralatan kerja yang dapat disesuaikan dengan penggunaannya, dapat

mengurangi jangkauan dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007). OSHA

(2000) menjelaskan bahwa mengatur ketinggian meja kerja merupakan

cara agar terhindar dari postur kerja yang janggal (OSHA, 2000).

6.4.4 Keluhan Siku Berdasarkan Penilaian Postur Lengan Bawah

Keluhan siku terjadi karena adanya gerakan yang terjadi pada sendi

engsel humerus, dan ulna, pada sendi peluru antara capitulum humeri dan

radius serta sendi kisar antara ulna dan radius. Adapun gerakan yang

mempengaruhi keluhan pada siku adanya gerakan berulang pada tangan,

beban kerja dan sikap tubuh (Widjaja, 1998). Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa seluruh pekerja sudah memiliki postur pada lengan bawah

yang sesuai. Namun, berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat yang

mengalami keluhan MSDs pada bagian lengan bawah pekerja. Hal tersebut

dapat diakibatkan oleh banyak faktor seperti adanya gerakan repetisi,

adanya aktivitas pengangkatan beban yang berlebih dapat mengakibatkan

Page 168: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

145

keluhan pada bagian lengan bawah. Menurut Tarwaka (2013) pekerjaan

berulang dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa metabolisme

dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasa terjadi pada tangan

atau lengan bawah ketika melakukan kegiatan berulang, gerakan yang

kasar dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko tinggi (Tarwaka, 2013).

Aktivitas berulang pada siku terkait aktivitas yang melibatkan siklik fleksi

maupun ekstensi serta fleksi pada pergelangan tangan yang menghasilkan

beban pada daerah siku juga merupakan faktor terjadinya keluhan MSDs

pada bagian siku (Widjaja, 1998)

Memanfaatkan waktu istirahat dengan baik, dan juga melakukan

peregangan baik sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaan sehingga

dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, merupakan cara yang dapat

dilakukan pekerja untuk mengurangi keluhan MSDs yang dirasakan.

Grandjean (2000) menjelaskan pengaturan waktu kerja dengan

memanfaatkan waktu istirahat yang cukup merupakan cara untuk

mengurangi paparan faktor risiko pekerjaan (Grandjean, 2000). Selain itu,

peregangan teratur di sela-sela pekerjaan akan bermanfaat untuk

mengurangi ketegangan otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi

kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan, memperbaiki kewaspadaan

mental, mengurangi risiko cedera (Anderson, 2010).

6.4.5 Keluhan Tangan Berdasarkan Penilaian Postur Pergelangan Tangan

Pergelangan tangan merupakan area penting untuk terjadinya

gerakan tangan. Sikap tubuh tidak alamiah saat bekerja, frekuensi ketika

bergerak disertai sikap tidak alamiah dapat menyebabkan terjadinya

Page 169: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

146

keluhan MSDs pada pergelangan tangan dan tangan (Budiono dkk., 2003).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pekerja yang bekerja dengan posisi

pergelangan tangan yang berisiko atau dengan posisi pergelangan >15o

fleksi atau ekstensi sebanyak 25 pekerja (62,5%). Seharusnya pekerja

bekerja dengan posisi pergelangan 0-15o

fleksi. Hasil penelitian juga

menjelaskan bahwa pekerja yang bekerja dengan postur >15o fleksi

ditemukan sebanyak 11 pekerja (44%) memiliki keluhan pada bagian

tangannya.

Data penelitian menunjukkan bahwa proses produksi yang

memiliki postur janggal yang paling berisiko terdapat pada proses

pencetakan dan perebusan, dimana dalam kedua proses ditemukan seluruh

pekerja memiliki postur lengan yang tidak ergonomis yakni, dengan posisi

pergelangan tangan > 15 o fleksi atau ekstensi.

Aktivitas yang membuat pekerja bagian pencetakan memiliki

postur janggal adalah saat pekerja mengambil adonan dan membawa

adonan untuk dimasukkan kedalam mesin pencetak bakso, tempo yang

cepat juga mengakibatkan pekerja tidak memperhatikan postur pada

pergelangan tangannya. Pada pekerja bagian produksi aktivitas yang

mengakibatkan pekerja memiliki postur pergelangan tidak alamiah adalah

ketika memindahkan bakso yang sudah di cetak menuju panci perebusan.

Selain itu beban yang terlalu berat saat memindahkan bakso menuju panci

perebusan juga mengakibatkan pekerja memiliki postur tidak alamiah pada

pergelangan tangan.

Page 170: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

147

Widjaja (1998) menjelaskan bahwa pekerjaan berulang yang

berkaitan dengan pergelangan tangan dan tangan sebagai aktivitas

pekerjaan berulang atau siklik seperti tangan yang menggenggam atau

pergelangan tangan yang ekstensi dan fleksi, atau adanya penyimpangan

pada ulna/radial dan suspinasi atau pronasi mengakibatkan terjadinya

keluhan MSDs pada bagian tangan dan pergelangan tangan (Widjaja,

1998)

Dikarenakan tidak dapat mengeliminasi melalui rekayasa teknik

atau merubah cara kerja, maka saran yang dapat di berikan adalah dengan

cara memanfaatkan waktu istirahat kerja dengan baik, sehingga otot akan

relaks dan dapat mengurangi nyeri pada otot serta melakukan peregangan

sebelum bekerja. Selain itu, mengurangi beban objek saat melakukan

pengambilan adonan juga dapat dilakukan dalam mengurangi keluhan

pada pergelangan tangan pekerja. Grandjean (2000) menjelaskan

pengaturan waktu kerja dengan memanfaatkan waktu istirahat yang cukup

merupakan cara untuk mengurangi paparan faktor risiko pekerjaan

(Grandjean, 2000). Selain itu, peregangan teratur di sela-sela pekerjaan

akan bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot, memperbaiki

peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan,

memperbaiki kewaspadaan mental, mengurangi risiko cedera (Anderson,

2010). OSHA (2000) menjelaskan bahwa mengurangi beban pada saat

mengangkat objek kerja merupakan cara agar pekerja terhindar dari postur

yang tidak alamiah (OSHA, 2000).

Page 171: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

148

6.4.6 Keluhan Kaki Berdasarkan Penilaian Postur Kaki

Keluhan muskuloskeletal disorders pada bagian kaki banyak

dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah postur yang tidak

alamiah (kaki yang tidak tertopang secara sempurna, dan sendi yang

membentuk sudut tertentu), gerakan berulang pada kaki dan juga peralatan

yang digunakan pada kaki (Rao, 2012). Berdasarkan hasil penelitian

diketahui pekerja yang bekerja dengan posisi kaki berisiko sebanyak 8

pekerja (20%). Pekerja yang bekerja dengan posisi Lutut 30-60o

Fleksi

sebanyak 1 pekerja (2,5%) dan pekerja yang bekerja dengan posisi kaki

tidak tertopang, dan bobot tidak merata sebanyak 7 pekerja (17.5%),

seharusnya pekerja bekerja dengan posisi kaki tertopang secara sempurna.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebesar 100% pekerja yang

bekerja dengan posisi Lutut 30-60o

Fleksi memiliki keluhan

muskuloskeletal disorders pada bagian kaki. Pekerja yang bekerja dengan

posisi kaki tidak tertopang, dan bobot tidak merata sebanyak 4 pekerja

(57,9%) mengalami keluhan muskuloskeletal disorders pada bagian

kakinya, adapun pekerja yang memiliki keluhan namun memiliki postur

yang baik dapat diakibatkan oleh banyak hal.

Berdasarkan seluruh proses produksi yang terdapat pada CV

Unique Mandiri Perkasa yang memiliki postur kaki yang paling berisiko

paling banyak adalah proses produksi packing yakni sebanyak 1 pekerja

atau sebesar 4.8% pada proses tersebut memiliki postur yang berisiko

yakni postur lutut 30-60o fleksi. Sedangkan untuk pekerja yang bekerja

dengan postur kaki tidak tertopang secara sempurna, banyak terdapat pada

Page 172: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

149

proses produksi pencetakan sebanyak 2 pekerja (33,3%), perebusan

sebanyak 1 pekerja (33,3%), pendinginan bakso sebanyak 2 pekerja

(66,7%) dan packing sebanyak 2 pekerja (9,52%).

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pekerja yang

bekerja dengan posisi kaki alamiah dan mengeluhkan keluhan

muskuloskeletal disorders pada kakinya, dikarenakan terlalu lama berdiri

pada saat bekerja. Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang

sama/tetap seperti berdiri akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap

kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha

menyeimbangkan tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja

statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga

menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament

dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya disebut

dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

Untuk mengurangi keluhan pada bagian kaki di proses packing

adalah dengan menyediakan tempat duduk agar pekerja bekerja dengan

nyaman dan dapat mengurangi keluhan yang dirasakan pekerja karena,

pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk dapat mengurangi beban

statis yang diterima oleh kaki, sehingga diharapkan dapat menurunkan

faktor risiko pada bagian kaki. ACGIH (2007) menjelaskan bahwa

menyediakan peralatan kerja yang dapat diatur sesuai dengan pekerjanya

Page 173: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

150

serta menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dapat mengurangi risiko

ergonomi pada pekerja (ACGIH, 2007)

6.4.7 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Beban Angkut

Beban yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

mengakibatkan pekerja mengalami gangguan atau penyakit akibat kerja

(Bustan, 2000). Beban yang berlebihan mengakibatkan peregangan otot

yang terlalu berlebih yang melebihi kemampuan optimum otot yang dapat

meningkatkan risiko keluhan otot (Vi, 2000).Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa pekerja yang mengangkat beban berlebih sebanyak 28

pekerja (70%). Adapun beban angkut yang diangkat pekerja paling banyak

adalah pekerja yang mengangkat beban seberat 5kg hingga 10 kg dengan

jumlah pekerja sebanyak 20 pekerja (50%), sedangkan beban yang

diangkat dengan berat lebih dari 10 kg sebanyak 8 pekerja (20%),

seharusnya pekerja bekerja dengan beban angkut kurang dari 5kg.

Diketahui bahwa pekerja yang bekerja dengan beban angkut seberat >

10kg sebanyak 7 pekerja mengalami keluhan MSDs, (95%). sedangkan

pekerja yang bekerja dengan beban angkut seberat 5kg-10kg dan memiliki

keluhan MSDs sebanyak 20 (100%) pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian juga menjelaskan bahwa proses

produksi yang terdapat yang memiliki beban angkut yang paling berisiko

paling banyak adalah proses produksi pengadukan yakni sebanyak 1

pekerja (100%), pada proses in, aktivitas yang memiliki beban angkut >

10kg adalah ketika pekerja harus mengangkut es batu, daging dan bahan

baku lainnya ke dalam mesin pengaduk. Pada proses perebusan sebanyak 2

Page 174: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

151

pekerja (66,7%) pada proses ini, kegiatan yang mengharuskan pekerja

mengangkat beban angkut lebih dari 10kg adalah saat pekerja mengangkat

bakso yang sudah masak ke troli dan ketika mengangkat bakso dari troli ke

meja pendinginan. Pada proses persiapan bumbu sebanyak 1 (50%)

pekerja, dimana dalam proses ini pekerja harus mengangkut terigu dan

tepung dari ruang penyimpanan menuju ruang penakaran tepung dan

terigu. Pada pemotongan daging sebanyak 2 (50%) pekerja diharuskan

mengangkat beban lebih dari 10 kg perharinya ketika pekerja mengambil

daging dari ruang penyimpanan dingin menuju ruang pemotongan dan

penggilingan, serta ketika pekerja harus memindahkan daging dari ruang

pemotongan menuju ruang pengadukan..

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Masliah (2014)

menunjukkan bahwa berat beban mempengaruhi terjadinya keluhan

muskuloskeletal pada pekerja manual handling di makasar (Masliah,

2009). Hal serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih

(2009) juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

beban angkut dengan keluhan muskuloskeletal (Setyaningsih, 2009).

Keluhan MSDs yang dialami pekerja salah satunya dikarenakan

mengangkat beban yang terlalu berat, sehingga untuk mengurangi beban

yang lebih dari 10kg, pekerja dapat meminta bantuan guna mengurangi

peregangan otot yang terjadi akibat mengangkat beban terlalu berat. Pada

proses memindahkan barang atau adonan yang berat disarankan agar

menggunakan pesawat sederhana seperti penggunaan roda, selain itu, perlu

dilakukan training tata cara mengangkat dengan baik dan benar. Menurut

Page 175: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

152

HSE (2016) penanganan manual handling dapat dilakukan dengan cara

bekerja dalam tim guna mengurangi beban yang diterima, dan mengurangi

risiko keluhan MSDs (HSE, 2016). Setiadi (201) menjelaskan juga bahwa

penggunaan alat bantu seperti penggunaan troli dapat meringankan

pekerjaan dan menurunkan risiko pekerjaan yang dilakukan dengan cara

manual handling (Setiadi, dkk., 2013). Selain itu, pelatihan mengenai

pengenalan dan pencegahan risiko ergonomi juga dapat dilakukan agar

pekerja paham akan bahaya ergonomi dan penggunaan alat kerja sehingga

terhindar dari risiko ergonomi, agar pekerja mengenali bahaya dan bekerja

dengan kehati-hatian (Kurniawidjaja, 2014).

6.4.8 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Aktivitas Berisiko

Menurut penelitian Mokhtar (2013) repetitive work atau gerakan

berulang merupakan faktor utama yang menyebabkan peningkatan

prevalensi musculoskeletal disorders. (Mokhtar, 2013). Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa sebanyak 32 pekerja memilki aktivitas

berulang dalam pekerjaannya (80%), sedangkan seharusnya pekerja tidak

memiliki aktivitas yang melebihi 4 gerakan dalam 1 menit. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang bekerja dengan aktivitas

berulang sebanyak 32 pekerja (100%).mengalami keluhan MSDs.

Adapun, berdasarkan seluruh proses produksi yang terdapat pada

CV Unique Mandiri Perkasa yang memiliki aktivitas yang paling berisiko

paling banyak adalah proses produksi pengadukan yakni sebanyak 1

pekerja atau sebesar 100%, pada proses pencetakan sebanyak 6 pekerja

atau 100%, pada proses pendinginan sebanyak 3 (100%) pekerja dan

Page 176: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

153

packing 20 (95.8%) pekerja. Pada proses tersebut memiliki aktivitas yang

berisiko yakni adanya aktivitas berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit.

Dalam penelitian Andini (2015) menjelaskan bahwa faktor gerakan

repetisi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan MSDs

pada pekerja (Andini, 2015). Tarwaka (2013) menjelaskan bahwa

pekerjaan repetitive dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa

metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasa

terjadi padq a tangan atau lengan bawah ketika melakukan kegiatan

berulang, gerakan yang kasar dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko

tinggi (Tarwaka, 2013).

Dikarenakan proses yang tidak dapat dirubah dan tidak ada alat

untuk dieliminasi, sehingga saran yang dapat diberikan adalah agar pekerja

memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin untuk mengurangi rasa

nyeri yang ditimbulkan oleh gerakan berulang. Saran lain, adalah dengan

cara melakukan peregangan pada otot agar otot menjadi relaks dan mampu

mengurangi keluhan nyeri yang di rasakan. Grandjean (2000) menjelaskan

pengaturan waktu kerja dengan memanfaatkan waktu istirahat yang cukup

merupakan cara untuk mengurangi paparan faktor risiko pekerjaan

(Grandjean, 2000). Selain itu, peregangan teratur di sela-sela pekerjaan

akan bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot, memperbaiki

peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan,

memperbaiki kewaspadaan mental, mengurangi risiko cedera (Anderson,

2010).

Page 177: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

154

6.4.9 Keluhan MSDs Berdasarkan Penilaian Postur Genggaman

Sikap tidak alamiah pada saat memegang atau menggunakan

handtools dengan diiringi dengan frekuensi yang terus menerus dan juga

dengan durasi yang lama dapat meningkatkan keluhan muskuloskeletal

pada tangan dan pergelangan tangan (Budiono dkk., 2003). Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 13 pekerja (32,5%) memiliki

genggaman yang dapat diterima namun tidak ideal. Seharusnya pekerja

memiliki genggaman yang pas dan kuat. Diketahui bahwa pekerja yang

bekerja dengan genggaman dapat diterima namun tidak ideal yang

memiliki keluhan MSDs pada bagian tangan sebanyak 7 pekerja (53,8%).

OSHA (1999) menjelaskan bahwa keluhan muskuloskeletal pada bagian

lengan dapat dikarenakan adanya gerakan berulang, beban yang terlalu

berat, tipe genggaman, dan beban genggaman (OSHA, 1999). Gupta

(2014) menjelaskan bahwa postur genggaman memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keluhan muskuloskeletal pada bagian tangan (Gupta,

2014)

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan pekerja yang memiliki

genggaman yang paling berisiko, paling banyak terdapat pada proses

produksi pemotongan daging yakni sebanyak 4 pekerja (100%), pada

proses pencetakan bakso sebanyak 6 pekerja (100%), dan pada proses

perebusan sebanyak 3 pekerja (100%).

Adapun saran yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengganti

peralatan yang digunakan dengan peralatan yang memiliki genggaman

yang pas dan kuat, sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan

Page 178: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

155

aman. OSHA (2000) menjelaskan bahwa untuk mengurangi risiko

pekerjaan juga dapat dilakukan dengan cara menyediakan peralatan yang

sesuai dengan pekerjaan dan sesuai dengan genggaman pekerja (OSHA,

2000). ACGIH (2007) juga menjelaskan bahwa menyediakan tempat kerja

dan peralatan kerja yang dapat disesuaikan dengan penggunaannya, dapat

mengurangi jangkauan dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007).

6.4.10 Pemetaan Keluhan MSDs Berdasarkan Proses Produksi

Proses produksi di CV Unique Mandiri Perkasa terdiri dari 7

proses, diantaranya proses persiapan bumbu, pemotongan daging,

pengadukan adonan, pencetakan adonan, perebusan bakso, pendinginan

bakso dan pengepakan bakso. Perbedaan aktivitas proses produksi

mengakibatkan pekerja memiliki perbedaan dalam keluhan

muskuloskeletal yang dirasakan.

Pada proses persiapan bumbu, diketahui pekerja memiliki keluhan

pada bagian leher 1 pekerja (50%), punggung bawah 1 pekerja (50%), kaki

2 pekerja (100%), paha 1 pekerja (50%) pekerja dan tumit 1 pekerja (50%)

dengan postur berisiko paling banyak ditemui pada bagian leher, lengan

atas dan punggung. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa

pekerja memiliki aktivitas yang menunduk saat bekerja, meja kerja yang

rendah dan pekerja bekerja dengan posisi kaki yang menekuk. Breman

(2005) menjelaskan Faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri leher

pada pekerjaan dengan aktivitas pergerakan lengan atas dan leher yang

berulang-ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta posisi leher

yang ekstrem saat bekerja (Breman, 2005). Menurut Oesman (2011),

Page 179: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

156

sarana kerja yang tidak ergonomis, lingkungan kerja yang tidak memenuhi

syarat dan sikap kerja yang tidak alamiah juga merupakan sebagian besar

masalah yang muncul, khususnya dalam lingkungan industri skala kecil..

Untuk mengurangi keluhan tersebut, dapat dilakukan dengan cara

menambahkan meja kerja yang sesuai dengan postur tubuh pekerja,

memberikan pelatihan terhadap bahaya ergonomi agar pekerja tidak

berpostur tidak alamiah. ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan,

menyeleksi atau mendesain peralatan dapat mengurangi beban,

menghemat waktu, dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007). Humantech

(2016) juga menjelaskan bahwa pengaturan dan menentukan meja kerja

yang sesuai dapat mengurangi keluhan MSDs yang diakibatkan oleh

postur kerja akibat ketidaksesuaian antara meja kerja dengan pekerjanya

(humantech, 2016).

Pada proses pemotongan daging, pekerja memiliki keluhan paling

banyak pada punggung bawah sebanyak 4 pekerja (100%) dan pada

punggung sebanyak (50%), pada bagian bahu sebanyak 1 pekerja (25%),

keluhan pada leher sebanyak 1 pekerja (25%) dan pada tangan sebanyak 1

pekerja (25%) dengan pekerja memiliki postur berisiko paling banyak pada

leher, bahu, dan punggung . Berdasarkan hasil pengamatan, keluhan MSDs

pada pekerja diakibatkan aktivitas kerja yang mengangkut beban lebih dari

30kg perhari, kurangnya pengetahuancra mengangkat dan angkut yag baik

dan benar engakibatkan pekerja memiliki keuhan pada bagian – bagin

tersebut. . Masliah (2014) menjelaskan bahwa berat beban mempengaruhi

terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja manual handling di

Page 180: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

157

makasar (Masliah, 2009). Hal serupa pada penelitian yang dilakukan oleh

Setyaningsih (2009) juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara beban angkut dengan keluhan muskuloskeletal

(Setyaningsih, 2009).

Sehingga untuk mengurangi keluhan pada pekerja bagian

pemotongan daging adalah degan cara memberikan pengetahuan dan

pelatihan kepada pekeja agar pekerja bekerja dengan aman dan nyaman.

Kurniawidjaya (2014) menjelaskan bahwa pelatihan mengenai pengenalan

dan pencegahan risiko ergonomi juga dapat dilakukan agar pekerja paham

akan bahaya ergonomi dan penggunaan alat kerja sehingga terhindar dari

risiko ergonomi, agar pekerja mengenali bahaya dan bekerja dengan

kehati-hatian (Kurniawidjaja, 2014).

Pada proses pengadukan, keluhan yang paling banyak ditemui

adalah pada bagian punggung sebesar 100% dan bagian tangan sebesar

100% dengan postur pekerja paling banyak ditemui pada bagian leher dan

punggung. Berdasarkan hasil pengamatan, keluhan pada pekerja bagian

pengadukan diakibatkan pekerja bekerja pada meja kerja yang rendah

sehingga pekerja menundukkan badannya. Selain itu, beban yang harus

diangkut pekerja juga melebihi 5kg perharinya mengakibatkan tangan

pekerja mengalami keluhan. Oesman (2011), sarana kerja yang tidak

ergonomis, lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat dan sikap kerja

yang tidak alamiah juga merupakan sebagian besar masalah yang muncul,

khususnya dalam lingkungan industri skala kecil (Oesman, 2011).

Page 181: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

158

Untuk mengurangi keluhan tersebut, dapat dilakukan dengan cara

menambahkan meja kerja yang sesuai dengan postur tubuh pekerja,

memberikan pelatihan terhadap bahaya ergonomi agar pekerja tidak

berpostur tidak alamiah. ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan,

menyeleksi atau mendesain peralatan dapat mengurangi beban,

menghemat waktu, dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007). Humantech

(2016) juga menjelaskan bahwa pengaturan dan menentukan meja kerja

yang sesuai dapat mengurangi keluhan MSDs yang diakibatkan oleh

postur kerja akibat ketidaksesuaian antara meja kerja dengan pekerjanya

(humantech, 2016).

Pada proses pencetakan bakso, keluhan MSDs yang banyak

ditemui adalah leher sebanyak 3 pkerja (50%), bahu dan lutut sebanyak 4

pekerja (66,7%) punggung, punggung bawah dan betis sebayak 5 pekerja

(83,3%) dengan postur berisiko paling banyak ditemui pada proses ini

adalah pada postur leher, punggung, lengan atas, dan pergelangan tangan.

Berdasarkan hasil pengamatan, hal tersebut terjadi karena pada bagian

pencetakan proses produksi memiliki meja kerja yang berada di bawah

sehingga pekerja membungkuk dan mejangkau benda yang dibawah pada

saat melakukan pekerjaannya, dan juga proses kerja dengan posisi berdiri

juga mengakibatkan pekerja mengalami keluhan pada betis.

Lukman (2012) menjelaskan bahwa postur yang tidak alamiah

seperti punggung yang terlalu membungkuk yang mengakibatkan posisi

tubuh semakin menjauh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi

pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau sering disebut sebagai

Page 182: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

159

MSDs (Lukman, 2012). Penelitian Hendra (2009) menunjukkan bahwa

keluhan MSDs akibat sikap kerja yang tidak ergonomi terbanyak pada

pekerja yang mengenai bagian leher dan punggung bawah dirasakan oleh

98 pekerja (Hendra, 2009). Grandjean (1993) menjelaskan sikap kerja

berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha

menyeimbangkan tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja

statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga

menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament

dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya disebut

dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan adalah

dengan cara menyediakan meja kerja agar pekerja tidak meletakan objek

kerja di bawah lantai yang mengakibatkan pekerja membungkuk ketika

bekerja. ACGIH (2007) menjelaskan bahwa menyediakan, menyeleksi

atau mendesain peralatan dapat mengurangi beban, menghemat waktu, dan

memperbaiki postur (ACGIH, 2007). Untuk mengurangi keluhan pada

kaki dapat juga dilakukan dengan cara memanfaatkan waktu istirahat

dengan baik dan juga melakukan peregangan. Grandjean (2000)

menjelaskan pengaturan waktu kerja dengan memanfaatkan waktu istirahat

yang cukup merupakan cara untuk mengurangi paparan faktor risiko

pekerjaan (Grandjean, 2000). Selain itu, peregangan teratur di sela-sela

Page 183: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

160

pekerjaan akan bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot,

memperbaiki peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan,

kelelahan, memperbaiki kewaspadaan mental, mengurangi risiko cedera

(Anderson, 2010).

Pada proses perebusan dan pendiniginan bakso keluhan yang

banyak dialami oleh pekerja adalah Punggung sebayak 66,7% pada proses

perebusan, dan 100% pada proses pendinginan, keluhan pada leher sebesar

66,7% pada proses perebusan, dan 100% pada proses pendinginan, dan

keluhan pada bahu sebesar 33,3% pekerja pada kedua proses. Pada proses

perebusan, postu7r yang berisiko paling banyak ditemui pada bagian tubuh

leher, punggung, lengan atas, dan juga pergelangan. Sedangkan pada

proses pendinginan postur berisiko paling banyak ditemui pada leher,

punggung dan lengan atas. Adapun hal yang dapat meyebakan pekerja

mengalami keluhan pada punggung, leher, dan bahu adalah postur pekerja

yang terlalu membungkuk dan condong kedepan mengakibatkan pekerja

mengalami keluhan pada punggung,. Posisi objek kerja yang terlalu rendah

juga mengakibatkan pekerja mengalami keluhan pada leher dan aktivitas

menjangkau yang terlalu jauh mengakibatkan pekerja mengalami keluhan

pada bahu.

Lukman (2012) menjelaskan bahwa postur yang tidak alamiah

seperti punggung yang terlalu membungkuk yang mengakibatkan posisi

tubuh semakin menjauh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi

pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau sering disebut sebagai

MSDs (Lukman, 2012). Sedangkan Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa

Page 184: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

161

kegiatan menjangkau objek kerja terlalu jauh dapat menyebabkan keluhan

MSDs (Tarwaka, 2010). Selain posisi bahu yang melebihi atau sejajar

akroniom, dan kegiatan menjangkau, tekanan tinggi pada otot bahu juga

dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas kontraksi otot dimana dapat

mendorong terjadinya peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan otot dan

tegangan tendon. Tekanan juga dihubungkan dengan beban statis pada otot

bahu yang dapat mengakibatkan keluhan pada bahu (Bernard, 1997). Dan

juga NIOSH (1997) menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang tidak

sesuai dengan pekerja dapat menyebabkan WMSDs atau MSDs yang

berhubungan dengan pekerjaan jika tidak terdapat perbaikan terhadap

lingkungan kerja dalam waktu yang lama (NIOSH, 1997).

Untuk mengurangi keluhan pada proses perebusan dan pendiginan

adalah pada proses perebusan adalah perlunya disediakan peralatan khusus

yang memiliki karakteristik bergagang panjang dan mudah di genggam

untuk mengurangi aktivitas menjangkau terlalu jauh sehingga mengurangi

postur leher, punggung dan bahu yang tidak alamiah. ACGIH (2007)

menjelaskan bahwa menyediakan tempat kerja dan peralatan kerja yang

dapat disesuaikan dengan penggunaannya, dapat mengurangi jangkauan

dan memperbaiki postur (ACGIH, 2007).

Pada proses packing keluhan yang banyak dialami oleh pekerja

adalah keluhan pada leher sebanyak 13 pekerja (61,9%), pada punggung

sebanyak 12 pekerja (57.1%) dan pada betis sebanyak 10 pekerja (47,8%)

dengan postur berisiko paling banyak ditemui pada bagian tubuh leher.

Berdasarkan hasil observasi, keluhan yag terjadi pada bagian packing

Page 185: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

162

adalah ketika pekera bekerja dengan cara menunduk, dan bekerja dengan

posisi kerja berdiri dengan lama dan statis, sehingga mengakibatkan

pekerja mengalami keluhan pada leher, punggung dan betis. Jalajuwita

(2015) menjelaskan bahwa sikap kerja atau posisi kerja yang tidak alamiah

dapat mengakibatkan munculnya keluhan penyakit berupa WMSDs (work

related musculoskeletal disorders).Posisi kerja mengacu pada bagaimana

postur tubuh yang dilakukan, posisi kerja yang nyaman dan aman akan

mempengaruhi produktivitas kerja yang lebih baik (Jalajuwita, 2015).

Grandjean (1993) menjelaskan sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan

membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan tubuhnya sehingga

menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan

kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah pada

anggota tubuh bagian bawah. Apabila otot menerima beban statis secara

berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan

inilah yang biasanya disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs)

atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

Sehingga untuk mengurangi keluhan MSDs pada proses produksi

bagian packing dapat dilakuan dengan cara memberikan pekerja kursi

kerja agar pekerja tidak berdiri dalam bekerja sehingga dapat mengurangi

keluhan pada betis dan postur membungkuk maupun menunduk. ACGIH

(2007) menjelaskan bahwa menyediakan peralatan kerja yang dapat diatur

sesuai dengan pekerjanya serta menciptakan lingkungan kerja yang

nyaman dapat mengurangi risiko ergonomi pada pekerja (ACGIH, 2007)

Page 186: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

163

Selain itu memanfaatkan istirahat yang cukup dan melakukan peregangan

juga dapat menguragi keluhan yag dirasakan. Grandjean (2000)

menjelaskan pengaturan waktu kerja dengan memanfaatkan waktu istirahat

yang cukup merupakan cara untuk mengurangi paparan faktor risiko

pekerjaan (Grandjean, 2000). Selain itu, peregangan teratur di sela-sela

pekerjaan akan bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot,

memperbaiki peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan,

kelelahan, memperbaiki kewaspadaan mental, mengurangi risiko cedera

(Anderson, 2010).

Secara umum pekerja yang memiliki keluhan pada bagian

tubuhnya memiliki aktivitas maupun postur yang berisiko pada saat

melakukan pekerjaan. Namun, beberapa pekerja dengan postur berisiko,

aktivitas berisiko, dan faktor risiko pekerjaan yang tinggi juga memiliki

keluhan yang belum dirasakannya. Sehingga apabila dibiarkan, akan

mengakibatkan peningkatan terhadap jumlah pekerja yang mengalami

keluhan MSDs.

Page 187: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

164

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 7.1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja

produksi bakso CV Unique Mandiri Perkasa dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 38 atau sebesar 95% pekerja di CV Unique Mandiri Perkasa

mengalami keluhan MSDs. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan

bahwa keluhan MSDs terbanyak adalah keluhan pada punggung

sebanyak 25 pekerja atau sebesar 62,5%, kemudian keluhan pada

leher sebanyak 23 pekerja atau 57,5%, pada bagian betis sebanyak 17

pekerja atau sebesar 42,5% dan pada tangan sebanyak 16 pekerja atau

sebesar 40%.

2. Sebanyak 20 pekerja (50%) pekerja memiliki kategori kelompok

umur lebih dari 30 tahun, sebanyak 28 pekerja (70%) memiliki masa

kerja yang kurang dari sama dengan 4 tahun, sebanyak 12 pekerja

(30%) memiliki kebiasaan merokok dengan kategori sedang,

sebanyak 15 pekerja (37,5%0 memiliki IMT dengan kategori gemuk,

sebanyak 35 pekerja (87,5%) memiliki kekuatan fisik yang lemah, dan

sebanyak 7 pekerja (17,5%) memiliki beban kerja yang berat.

3. Hasil distribusi frekuensi faktor risiko pekerjaan dengan kategori

tinggi sebanyak 7 pekerja atau sebesar 17,5%, kategori sedang

sebanyak 9 pekerja atau sebesar 22,5% dan kategori rendah sebanyak

24 pekerja atau sebesar 60%.

Page 188: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

165

4. Sebanyak 58,8% pekerja mengalami keluhan leher dengan postur

leher > 20o fleksi atau ekstensi, dijumpai pada poses produksi

persiapan bumbu, pengadukan, perebusan dan pendinginan bakso.

5. Sebanyak 50% pekerja mengalami keluhan bahu dengan postur

lengan atas >90o fleksi dijumpai pada proses produksi pendinginan.

6. Sebanyak 80% pekerja mengalami keluhan bagian punggung dengan

postur punggung memutar atau miring, dijumpai pada proses produksi

perebusan dan pendinginan bakso

7. Sebanyak 7,5% pekerja mengalami keluhan pada siku dengan postur

60-100o fleksi.

8. Sebanyak 44% pekerja mengalami keluhan pada tangan dengan postur

pergelangan tangan > 15o fleksi atau ekstensi, dijumpai pada proses

produksi perebusan dan pencetakan bakso.

9. Sebanyak 57,9% pekerja mengalami keluhan pada kaki dengan postur

kaki tidak tertopang sempurna, dijumpai pada proses produksi

pencetakan, perebusan, pendinginan dan packing.

10. Sebanyak 95% pekerja mengalami keluhan MSDs dengan beban

angkut > 10kg perhari, yang dijumpai pada proses persiapan bumbu,

pemotongan daging, pengadukan dan perebusan bakso.

11. Sebanyak 100% pekerja mengalami keluhan MSDs dengan pekerjaan

berulang, yang dijumpai pada proses pengadukan, pencetakan,

pendinginan dan packing.

Page 189: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

166

12. Sebanyak 53,8% pekerja mengalami keluhan pada tangan dengan

genggaman bisa di terima namun tidak ideal, yang dijumpai pada

proses pemotongan daging, pencetakan dan perebusan.

13. Secara umum pekerja yang memiliki keluhan pada bagian tubuhnya

memiliki aktivitas maupun postur yang berisiko pada saat melakukan

pekerjaan. Beberapa pekerja dengan postur berisiko, aktivitas

berisiko, dan faktor risiko pekerjaan yang tinggi juga memiliki

keluhan yang belum dirasakannya

Saran 7.2

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan dapat menerapkan pengendalian bahaya ergonomi

seperti:

a. Pada proses persiapan bumbu dan pencetakan untuk mengurangi

keluhan pada leher bahu, kaki serta menurangi risiko beban kerja lebih

dari 10kg, perlunya menambahkan meja kerja supaya pekerja tidak

membungkuk untuk menjangkau objek kerja yang berada di bawah

lantai atau saat pekerja menuang bumbu ke baskom.

b. Pada proses pengadukan untuk mengurangi keluhan pada punggung,

pergelangan tangan, kaki, dan risiko gerakan repetisi perlu

memperhitungkan ketinggian meja kerja yang disesuaikan dengan

tubuh pekerja.

c. Pada proses perebusan, untuk mengurangi keluhan pada leer,

punggung tangan dan kaki perlu mengganti alat penyaringan dengan

alat yang pas dan nyaman untuk digenggam.

Page 190: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

167

d. Pada proses pendinginan bakso, untuk mengurangi kelua pada leher

bahu punggung dan kaki, perusahaan perlu menyediakan alat dengan

gagang panjang sehingga pekerja tidak perlu menjangkau objek dengan

postur bahu fleksi yang berlebihan dan postur punggung yang miring

dan memutar.

e. Pada proses packing, untuk menguragi keluhan pada kaki dan risiko

kerja gerakan repetisi perlu disediakan kursi kerja guna mengurangi

rasa nyeri pada kaki akibat terlalu lama berdiri dan postur kaki yang

tidak tertopang secara sempurna.

f. Pada seluruh proses kerja, perlunya dilakukan pelatihan mengenai

bahaya ergonomi dan pentingnya pencegahan bahaya ergonomi

g. Melakukan survey atau penilaian lebih lanjut terhadap faktor penyebab

terjadinya MSDs, dan memantau keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

2. Bagi Pekerja

1. Menggunakan alat bantu berupa troley guna mengurangi mendorong

dan membawa beban yang terlalu berat seperti pada proses

pemotongan daging, memindahkan adonan dari proses pengadukan ke

proses pencetakan, dan memindahkan bakso dari proses perebusan ke

proses pendinginan.

2. Menyimpan dan menaruh objek kerja pada ketinggian yang sesuai

dengan posisi kerja seperti pada bagian persiapan bumbu, pengadukan,

pencetakan, dan packing.

Page 191: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

168

3. Mendekatkan jangkauan objek kerja dengan tubuh saat akan

mengangkat objek kerja seperti pada proses pemotongan daging, dan

proses packing.

4. Mengurangi gerakan atau postur tidak alamiah seperti mengurangi

jangkauan horizontal seperti pada proses produksi pendinginan bakso,

pencetakan bakso, perebusan bakso dan proses packing bakso.

5. Melakukan peregangan sebelum melakukan pekerjaan guna

mengurangi rasa nyeri pada keluhan yang dirasakan.

6. Beristirahat secara seimbang dan cukup saat bekerja

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Menggunakan teknik palpasi dalam menentukan keluhan yang

dirasakan oleh pekerja dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih

objektif.

Page 192: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

169

DAFTAR PUSTAKA

ACGIH. 2007. Threeshold Llimit Values. TLVs® and BEIs ® Book.

Al Hajj, Mohammed. Et.al. 2014. Workplace Injury among Waste Management Workers:

Emphasis on Heat Stress. Sunshine ERC Research

Anderson, Putz V. 1997 . Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. National Institute

for Occupational Safety and Health

Anderson, Bob. 2010. Stretching in The Office (Peregangan untuk Orang Kantoran). Jakarta:

Serambi Ilmu Semesta.

Andini, Fauzia. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. J MAJORITY : Volume 4

Nomor 1

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Elex Media Computindo Astuti, R.D Dan Suhardi, B. 2007. Analisis Postur Kerja Manual Material Handling

Menggunakan Metode OWAS (Ovako Work Postur Analysis System). Jurnal Gema

Teknik. 10 (01): 67-75.

Battié, M.C., Bigos, S.J., Fisher, L.D., Hansson, T.H., Jones, M.E., Wortley, M.D. 1989.

Isometric lifting as a strength predictor of industrial back pain. Spine, 14(8): 851-856.

Ex.26-72.

Bernard B.P. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. National Institute For

Occupationa Safety And Health. Available from URL : http://www.cdc.gov/niosh.pdf

BLS. 2015. Nonfatal Occupational Injuries And Illnesses Requiring Days Away From Work,

2014.

BLS. 2008. Injuries, Illnesses, and Fatalities in Food Manufacturing

Breman, Audrey et al. 2009. Praktek Keperawatan Klinis. Buku kedokteran EGC. Jakarta.;

Edisi 5

Bridger, R.S. 1995. Inroduction to Ergonomi. Singapore : Mc. Graw - Hill International.

Buckle, peter. Ergonomics And Musculoskeletal Disorders: Overview, Occupational Medicine.

Oxford university press; 2005

Budiman, Farid. 2015. Hubungan Posisi Kerja Angkat Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorder Pada Nelayan Tangkap Di Muara Angke Pluit Jakarta Utara. Forum Ilmiah

Volume 12 Nomor 1, Jakarta

Budiono, Sugeng. Dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:

UNDIP

Bukhori, Endang. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerja Dengan Terjadinya Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas Di

Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Banten Tahun 2010. Skripsi. Jakarta. FKIK

UIN Syarif Hidayatullah.

Bustan, M.N. 2000. Epidemologi penyakit tidak menular. Rineka cipta. Jakarta.

Bustan M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi Kedua. Rineka Cipta. Jakarta

Chaffin, D.B. Park, K.S. 1973. A longitudinal study of low-back pain as associated with

occupational weight lifting factors. The American Industrial Hygiene Association

Journal 34 (12), 513-525

Chiang, H-C. Chen S-S. 1990. The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome in Frozen Food

Factory Employees. Kaohsiung J Med Sci 1990;6:73-80.

Centre for Obesity Research and Education (CORE). 2007. Body Mass Index: BMI Calculator.

Didapat dari:http://www.core.monash.org/bmi.html.

Page 193: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

170

Cohen A. 2007. Elements of ergonomics programs: a primer based on workplace evaluation of

musculoskeletal disorders.Department of Health And Human Services; Croasmun, jenie. 2003. Link reported between smoking and MSDs. Annals of Rheumatic

diseases: Reuters. Diakses dari http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.

Departemen Kesehatan RI. 2002.Pedoman Praktis untuk Mempertahankan Berat Badan Normal

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Gizi Seimbang. Bina Kesehatan

Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2005.Profil Masalah Kesehatan Tahun 2005. Jakarta: Departemen

Kesehaan RI.

EU-OSHA. 2010. Annex to Report: Work-related musculoskeletal disorders Facts and figures.

EASHW

Eurostat. 2004. Eurostat, „Work and health in the EU: A statistical portrait‟, Office for Official

Publications of the European Communities, Luxembourg, 2004

Ghosh, Tirthankar.et.al. 2010. Work-related musculoskeletal disorder: An occupational

disorder of the goldsmiths in India. IJCM, Vol.35, Issue 2

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed. Taylor and Francis Inc. London.

Grandjean, E. 2000. Fitting the Task to the Man, A Textbook of Occupational Ergonomics.

Taylor and Francis Inc. London

Grummer-Strawn LM et al., 2002. American Journal of Clinical Nutrition. Dalam: Centers of

Disease Control and Prevention. Assessing Your Weight: About BMI for Adult.

Gupta, dkk. 2014. Ergonomic in Destiny. Int J Clin Pediatr Dent. 2014 Jan-Apr; 7(1): 30–34.

Handayani, Wita. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal

Disorders PT. Surya Toto Indonesia, Tbk Tangerang Tahun 2011. Skripsi. Jakarta.

FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Hasibuan, M.H.M. 2014. Perancangan Ulang Fasilitas Kerja di Stasiun Penjemuran

Berdasarkan Aspek Ergonomi. Repository USU.

Hedge, A., Morimoto, S. And McCrobie, D. 1999.Effects of keyboard tray geometry on upper

body posture and comfort, Ergonomics, 42 (10), 1333-1349.

Hendra, Dkk. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada

Pekerja Panen Kelapa Sawit. TI-UNDIP HSE. 2016. Manual Handling. Diakses dari http://www.hse.gov.uk/msd/manualhandling.htm

HSE.2010. Ageing and Work-Related Musculoskeletal Disorders. Diakses dari:

www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr799.pdf

HSE. 2009. Assessment of repetitive tasks of the upper limbs (the ART tool). Diakses dari: http://www.hse.gov.uk/pubns/indg438.pdf

HSE. 2003. Manual handling assessment charts (the MAC tool). Diakses dari:

www.hse.gov.uk/pUbns/indg383.pdf

Humantech. 1995. Applied Ergonomics Training Manual 2nd Edition. Australia: Barkeley Vale.

Humantech. 2016. Hierarchy of controls for Musculoskeletal Disorders. Australia: Barkeley

Vale.

ILO. 2013. The Prevent of Occupational Diseases [online]. Diakses dari:

www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf

Page 194: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

171

Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)

dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press): Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Jalajuwita, Rovanaya N. 2015. Hubungan Posisi Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada

Unit Pengelasan PT. X Bekas. The Indonesian Journal of Occupational Safety and

Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–42

Jeyaratnam, J. 2009 Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. EGC. Jakarta;

Katharine, et al. 2005. Musculoskeletal Disorders, Mental Health and The Work Environment.

University Oxford

Komalasari, D.,Helmi, A. F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja.

Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada Vol.3 No.1

http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf

Kroemer, K. H. E. 2002. Ergonomics, Definition of Ergonomics [online]. Dari: www.nsc.org

Kurniawidjaja, Mely, dkk, 2014. Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain pada

Perawat di Rumah Saki. MKB, Volume 46 No. 4, Desember 2014

La Dao J. 2004. Occupational health & safety. 2nd ed. Illionis: National safety Council;.

Lukman, Nurma N. 2012. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika;

Magnavita, N. et.al. 2011. Environmental discomfort and musculoskeletal disorders. Occup Med. Vol 61, Issue 3

Magnusson. Et:al. 1996. Are Occupational Drivers at an Increased Risk for Developing

Musculoskeletal Disorders? .Spine Journal, Vol. 21

Masliah. Dkk. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds)

Pada Pekerja Manual Handling Di Pelabuhan Makassar. Departemen K3 UNHAS McAtamney, L. and Corlett, E.N. 1993. “RULA: A Survey Method for Investigation of Work-

Related Upper Limb Disorders”. Applied Ergonomics, 24(2), 91-99.

McAtamney, L. Hignet, S. 2000 Rapid Entire Body Assessment (REBA); Applied Ergonomics.

D.L. Kimbler. Clemson University.

Mokhtar, Deros BM, Sukadarin. 2013. Evaluation Of Musculoskeletal Disorders Prevalence

During Oil Palm Fresh Fruit Bunches Harvesting Using RULA. Advanced

Engineering Forum. 10: 110-15

Morton, P. Gonce, 1997. Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi SOAPIE. EGC:

Jakarta.

Muttaqin, Arief. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal . Jakarta

Netting, F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry.1993. Social Work Macro Practice,

New York: Longman.

NIOSH. 1997. Musculoskeletal Disorders (MSDs) and Workplace Factors – A Critical Review

of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck,

Upper Extremity and Low Back. NIOSH: Center for Disease Control and

Preventation.

NIOSH. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical. Review of

Epidemiologic Evidence for Work Related MSDs. NIOSH: Center for Disease Control

and Preventation.

NIOSH. 2007. Ergonomic Guidelines ForManual Material Handling. Diakses dari:

https://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/

Page 195: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

172

NIOSH. 2010. Musculoskeletal Disorders and Workplace Faktors: A Critical Review of

Epidemiologic Evidence for Work Related Musculoskeletal Disorders. NIOSH:

Centers of Disease Contrrol and Prenvention.

NIOSH. 2016. Engineering Control. Centers of Disease Contrrol and Prenvention. Diakses

dari: https://www.cdc.gov/niosh/engcontrols/

Nurazizah, Sherly. Dkk. 2014. Hubingan Kebiasaan Olahraga dengan Low Back Pain

Disability. UNISBA; Bandung

Nursatya M. 2008. Risiko MSDs Pada Pekerja Catering di PT. Pusaka Nusantara. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work. Third Edition. England: John Wiley and Sons Ltd.

Oborne, david J. 2000. Ergonomics at work. Human factor in design and development.3rd

edition. John wiley and Sons itd: chicester.

Oesman, T., I.. 2010. Intervensi Ergonomi Pada Proses Stamping Part Body Component

Meningkatkan Kualitas Dan Kepuasan Kerja Serta Efisiensi Waktu di Divisi Stamping

Plant PT ADM JAKARTA. Disertasi. Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja

Universitas Udayana, Denpasar.

Oesman, T., I.. 2011. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja

Melalui Subjective Self Rating Test. Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Yogyakarta

OSHA. 2000. Ergonomi : The Study Of Work. US: department of labour

OSHA. 1999. Preventing Muskuloskeletal Disorders in Construction Workers. US: department

of labour

Panero j dan zelnik M. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Erlangga. Jakarta;

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 Mengenai Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Dan Industri

Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 Mengenai Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Pheasant, S.1991. Ergonomics, Work and Health. London : Macmillan Academic Profesional

Ltd.

Piedrahita, Hugo. et.al. 2004. Musculoskeletal symptoms in cold exposed and non-cold exposed

workers. International Journal of Industrial Ergonomics Vol.34, Issue 4

Pienimaki, Tuomo. 2000. Cold Exposure And Musculoskeletal Disorders And Disease A

Review. International journal of circumpolar health: Oulu

Rahayu, Windi A. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal

Pada Pekerja Angkat-Angkut Industri Pemecahan Batu Di Kecamatan Karangnongko

Kabupaten Klaten. JKM: FKM UNDIP Rahmawati,Suci. 2010. Analisa Tingkat Risiko Terjadinya Musculoskeletal Disorders Pada

Aktivitas Pekerjaan di Unit produksi Donat PD.Safari Donat, Ciputat, 2010. UIN

FKIK, Jakarta

Rao, Smita.Riskowsky, Jody. Etc. 2012. Musculoskeletal Conditions of the Foot and Ankle:

Assessments and Treatment Options. NCBI. Diakses dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3414868/

Roquelaure, Yves, et.al. 2009. Risk Factor for Upper-Extremity Musculoskeletal Disorders in

the Working Population. PMC. Diakses dari :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3189514/

Page 196: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

173

Rumegang, Yoanry. Dkk. 2015. Hubungan Antara Umur, Masa Kerja Dan Sikap Kerja dengan

Keluhan Muskuloskeletal Pada Nelayan Pukat Cincin Di Kelurahan Maasing

Kecamatan Tuminting Kota Manado. Medkes UNSRAT; Manado

Samara, Diana. 2007. Neck musculoskletal among workers with static position. Jakarta:

Universitas medicina; Vol 26-No 3

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. CV Masagung.

Jakarta;

Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.; edisi 6

Setiadi, Muhammad Yuda, dkk. 2013. Usulan Alat Bantu Pemindahan Batako Untuk

Mengurangi Risiko Musculoskeletal Disorders Di PT. XYZ. Medan: Jurnal USU vol.1,

No.3

Setyaningsih, Yuliani. Dkk. 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan

Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Vol. 4 / No. 1

Srie, Ramadhani, dkk. 2003. Ergonomi dalam Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua

(Revisi), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang;

Stanton, Neville, et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA:

CRC Press.

Suma‟mur, P. K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Mas Agung.

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Surotin, et al. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan System

Muskuloskeletal. Salemba Medika. Jakarta;

Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di

Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo. Revisi Edisi: 2

Tarwaka. 2013. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:

Harapan Press.. Revisi Edisi: 1

Tarwaka. 2010. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:

Harapan Press.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas.

Surakarta: UNIBA Press.

Thetkathuek , A. et.al. 2016. Factors affecting the musculoskeletal disorders of workers in the

frozen food manufacturing factories in Thailand. Int J Occup Saf Ergon. 2016;22(1):49-

56. doi: 10.1080/10803548.2015.1117353.

Tulaar, angela B,M. 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Departemen kedokteran fisik dan

rehabilitasi. Universitas Indonesia. Jakarta

Ulfah, Nur, dkk. 2014.Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders pada pekerja Laundr.

JKM. UNSOED : Purwokerto

Vi, Peter. 2000. Musculoskeletal Disorders.

www.csao.org/uploadfiles/magazines/vol.11no3/musculo.html

WHO, World Health Organization.2003. Burden Major of Musculoskeletal Condition

Widjaya, Maria Polo, dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Low

Back Pain Pada Pekerja Furniture. FKUHO

Widjaja, Surya dr. 1998. Kinesiologi; The Anatomy of Motion = Anatomi Alat Gerak. Jakarta:

FKUI

Wilson, John R. Corlett, E.N. 1995. Evaluation of Human Work, 2nd Edition. CRC Press

Zulfiqor, Muhamad Taufik. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Musculosceletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia Tahun 2010. Skripsi. Jakarta. FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Page 197: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Kpd. Yth. Responden

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Agin Darojatul Aghnia mahasiswa Universitas Islam Negeri Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada CV Unique Mandiri Perkasa Bekasi.

Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap pekerjaan dan posisi saudara.

Untuk keperluan tersebut diharapkan kesediaan dan kesungguhan saudara untuk menjawab

pertanyaan dengan sebenar-benarnya karena kejujuran jawaban yang saudara berikan sangat

mempengaruhi proses penelitian ini. Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima

kasih.

Pernyataan:

Saya menyatakan bahwa saya secara sukarela bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini.

Peneliti Responden

( ________________________ ) ( ________________________ )

A Karakter Pekerja (Diisi oleh

peneliti)

A1 Nama Responden ………………………

A2 Tanggal lahir responden........ ………

A3 Berat Badan.....................................kg (Diukur Peneliti)

A4 Tinggi Badan....................................cm (Diukur Peneliti)

B Masa Kerja (Diisi oleh

peneliti)

B1 Sejak kapan Anda mulai bekerja di Pabrik ini……

B2 Apakah sebelumnya pernah bekerja di industri/ tempat lain?

Page 198: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

1. Ya

2. Tidak (lanjut C1)

B3 Berapa lama anda bekerja di industri/ tempat sebelumnya?.........thn

C Kebiasaan Merokok

C1 Apakah saat ini anda merokok?

1. Ya (lanjut ke C6)

2. Tidak

C2 Apakah anda pernah merokok?

1. Ya

2. Tidak

C3 Sejak Kapan anda berhenti merokok?

C4 Kapan anda memulai merokok?

C5 Saat merokok, berapa banyak rokok yang anda habiskan dalam sehari?

C6 Sejak kapan anda memulai merokok?

C7 Berapa banyak rokok yang anda habiskan dalam sehari?

C8 Apa jenis rokok yang biasa anda konsumsi?

Page 199: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

D Keluhan MSDs

No. Lokasi Tingkat Kesakitan Peta Bagian Tubuh A B C D

0 Sakit / kaku pada leher atas

1 Sakit pada leher bawah

2 Sakit pada bahu kiri

3 Sakit pada bahu kanan

4 Sakit pada lengan atas kiri

5 Sakit pada punggung

6 Sakit pada lengan atas kanan

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada pantat (buttock)

9 Sakit pada pantat (bottom)

10 Sakit pada siku kiri

11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan

18 Sakit pada paha kiri

19 Sakit pada paha kanan

20 Sakit pada lutut kiri

21 Sakit pada lutut kanan

22 Sakit pada betis kiri

23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada peergelangan kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri

27 Sakit pada kaki kanan

Keterangan:

A = tidak terasa sakit ,

B = sedikit sakit/ Sedang

C = sakit

D = sangat sakit.

Page 200: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN 2

Lembar Pengukuran Kekuatan Fisik

NO Nama Hasil Pengukuran Kekuatan Fisik

Rata-Rata 1 2 3 4 5

1 Warham 27.7 28.7 34.4 33.3 37.5 32.32

2 Adit 36.1 36.3 46.1 36.2 35.3 38

3 Adam 34.4 36.1 40.4 37.9 37.2 37.2

4 Fery 20.9 23.1 26.3 33.2 26.1 25.92

5 Anas 17.4 18.2 18.1 22.3 21.2 19.44

6 Agung 27.8 25.4 38.5 29.1 28.0 29.76

7 Lugi 23.3 25.6 30.7 37.4 29.2 29.24

8 Warim 18.8 18.4 21.4 20.1 19.9 19.72

9 Saprudin 14.2 17.6 18.6 18.0 16.7 17.02

10 Giri 23.4 24.5 30.7 38.7 26.7 28.88

11 Riyanto 28.8 26.9 29.6 32.4 30.4 29.62

12 Harun 17.8 28.9 24.6 20.7 20.5 20.5

13 Maman 15.5 25.8 27.9 32.7 26.8 25.74

14 Hilman 28.1 29.2 28.9 33.8 29.3 29.86

15 Heri 32.7 30.4 45.2 34 34 35.26

16 Adam 31.5 27.7 43 35.9 34.7 34.56

17 Oban 35.4 35.1 42.1. 38 35.9 37.3

18 Dani 27.6 33 44.3 39.6 33.2 35.54

19 Tara 25.4 31.1 36.0 42.2 34.7 33.88

20 Sudarna 25.9 24.9 42.2 32 29.4 30.88

21 Aris 33.8 28.4 45.5 35.5 34.1 35.46

22 Jaja 23.3 22.7 34.7 24.8 24.8 26.6

23 Boni 21.6 20.5 30.2 26.8 30 25.82

24 Mahfud 29.1 25.7 33.3 31.2 30.6 29.98

25 Wawan 30.3 26.5 32.8 27.3 25.2 28.42

26 Syahril 30.9 29.3 33.3 31.4 31.2 31.22

27 Aan 24.6 23.8 29.4 28.8 25.7 26.46

28 Ade 29.5 28.1 40.5 32.3 33.3 32.74

29 Yanto 28.8 26.7 29.4 30.6 28 28.7

30 Nardo 25.4 23.7 30.9 30.9 26.6 27.5

31 Rudi 32.3 27.2 36.1 33.1 29.5 31.64

32 Asidik 23.1 22.7 30.7 26.3 25.3 25.62

33 Haeroni 22.9 27.0 38.3 29.3 28.7 29.24

34 Afif 31.3 33 33.9 32.2 32.5 32.58

35 Dedi 43.1 40.5 45.1 44.7 44.2 43.5

36 Aan A. 21.8 20.8 25.7 25.6 24.3 23.64

37 Indra 24.3 20.2 24.7 24.7 25.1 23.8

38 Wanda 30.3 31.2 36.6 34.2 33.5 33.16

39 Anwar 27.2 24.9 25.7 25.78 24.7 25.56

40 Mujadi 27.3 24.3 28.5 26.1 25.6 26.36

Page 201: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN 3

Lembar Observasi Beban Kerja

No Unit Produksi Proses Kerja Kegiatan Kerja

Kategori

Beban

Kerja

1 Packing

Menghitung Bakso

Berdiri, melakukan perhitungan bakso, kemudian

memasukkan bakso kedalam bungkus bakso atau ke

mangkuk mesin press

Ringan

(180)

Mengepak Bakso

Berdiri, sesekali duduk, memasukkan bakso yang

telah dikemas kedalam karung, kemudian mengikat

karung dengan tali dan mengangkat karung ke mobil

pengiriman atau gudang penyimpanan

Ringan

(180)

2 Pendinginan Pendinginan Bakso

Berdiri, melakukan pekerjaan dengan tempo cepat

dan berulang, membolak-balikkan bakso,

mengangkat bakso, dan mengambil bakso dari ruang

perebusan dengan beban lebih dari 10kg, kemudian

membawa bakso yang sudah dingin ke ruang

packing

Berat (415)

3 Pencetakan Bakso Pencetakan Bakso

Berdiri melakukan pekerjaan dengan tempo cepat

dan berulang, melibatkan pinggang untuk

membungkuk, mengambil adonan dari ruang

pengadukan, mengambil adonan dari lantai lalu

menuang adonan ke mesin pencetak, dan

memindahkan bakso yang telah dicetak ke dalam

wadah

Berat (415)

4 Perebusan Bakso Perebusan

Berdiri, bekerja secara intensif, memindahkan bakso

dari proses pencetakan ke panci perebusan,

mengaduk aduk bakso, kemudian mengangkat bakso

dengan penyaringan, memindahkan kedalam wadah

untuk didinginkan

Berat (415)

5 Pengadukan Mengaduk adonan Berdiri, melakukan pekerjaan secara intensif, Berat (415)

Page 202: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

No Unit Produksi Proses Kerja Kegiatan Kerja

Kategori

Beban

Kerja

mengangkat bahan baku bakso dan daging yang

telah disajikan ke mesin pengaduk, mengangkat es

batu dan memasukan es batu kedalam mesin

pengaduk, mengaduk adonan dengan tangan hingga

kalis, kemudian mengangkat adonan ke wadah untuk

dicetak

6 Pemotongan

daging

Memotong daging

Mengambil daging dari ruang penyimpanan beku

dengan berat lebih dari 20kg, membuka bungkus

daging, mengangkat daging ke meja pemotongan,

memotong daging hingga kecil, kemudian

memindahkan daging dari meja pemotongan.

Berat (415)

Penggilingan daging

dan penimbangan

daging

Mengambil daging yang telah dipotong, mengangkat

ke meja penggilingan dengan posisi berdiri,

kemudian memindahkan daging ke wadah untuk

ditimbang, setelah ditimbang daging dipindahkan ke

ruang pengadukan

Berat (415)

7 Persiapan Bumbu

Menimbang dan

menakar tepung

Mengambil tepung dari gudang penyimpanan,

menimbang tepung untuk proses pengadukan

dengan posisi berdiri, kemudian memindahkan

tepung ke bagian pengadukan

Sedang

(300)

Menakar bumbu

Bekerja dengan posisi duduk sesekali berjalan,

menakar bumbu ke wadah kecil, memindahkan

bumbu ke bagian pengadukan

Ringan

(180)

Page 203: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN 4

Page 204: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN 5

Analisis Univariat kat_usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Usia Berisiko 20 50.0 50.0 50.0

usia tidak berisiko 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

MK_kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid masa kerja > 4 tahun 12 30.0 30.0 30.0

Masa Kerja <= 4 tahun 28 70.0 70.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

IMT_kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid gemuk 15 37.5 37.5 37.5

Kurus 2 5.0 5.0 42.5

Normal 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

BebanKerjaM_kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berat 7 17.5 17.5 17.5

sedang 9 22.5 22.5 40.0

ringan 23 57.5 57.5 97.5

istirahat 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kekuatan_fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lemah 35 87.5 87.5 87.5

normal 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

kebiasaan_meroko_kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sedang 11 27.5 27.5 27.5

ringan 29 72.5 72.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Page 205: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

kat_reba

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tinggi 7 17.5 17.5 17.5

sedang 9 22.5 22.5 40.0

rendah 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Leher

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 23 57.5 57.5 57.5

tidak 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

bahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 15 37.5 37.5 37.5

tidak 25 62.5 62.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

punggung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 25 62.5 62.5 62.5

tidak 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

siku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 3 7.5 7.5 7.5

tidak 37 92.5 92.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

punggung_bawah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 25 62.5 62.5 62.5

tidak 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 16 40.0 40.0 40.0

Page 206: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

tidak 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

paha_pinggul

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 10 25.0 25.0 25.0

tidak 30 75.0 75.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

betis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 17 42.5 42.5 42.5

tidak 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

tumit_kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 9 22.5 22.5 22.5

tidak 31 77.5 77.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 11 27.5 27.5 27.5

tidak 29 72.5 72.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

pos_punggung * punggung Crosstabulation

punggung

Total ya tidak

pos_punggung Lurus Count 4 4 8

% within pos_punggung 50.0% 50.0% 100.0%

Flexi 0-20 Count 11 8 19

% within pos_punggung 57.9% 42.1% 100.0%

flexi 20-60 Count 1 1 2

% within pos_punggung 50.0% 50.0% 100.0%

flexi >60 Count 5 1 6

% within pos_punggung 83.3% 16.7% 100.0%

memutar Count 4 1 5

% within pos_punggung 80.0% 20.0% 100.0%

Total Count 25 15 40

% within pos_punggung 62.5% 37.5% 100.0%

divisi * pos_punggung Crosstabulation

pos_punggung

Total Lurus Flexi 0-20 flexi 20-60 flexi >60 memutar

Page 207: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

divisi Persiapan Bumbu Count 0 2 0 0 0 2

% within divisi .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 0 3 0 1 0 4

% within divisi .0% 75.0% .0% 25.0% .0% 100.0%

Pengadukan Count 0 1 0 0 0 1

% within divisi .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 0 0 1 4 1 6

% within divisi .0% .0% 16.7% 66.7% 16.7% 100.0%

Perebusan Count 0 0 1 1 1 3

% within divisi .0% .0% 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

Pengeringan Count 0 0 0 0 3 3

% within divisi .0% .0% .0% .0% 100.0% 100.0%

Packing Count 8 13 0 0 0 21

% within divisi 38.1% 61.9% .0% .0% .0% 100.0%

Total Count 8 19 2 6 5 40

% within divisi 20.0% 47.5% 5.0% 15.0% 12.5% 100.0%

divisi * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

divisi Persiapan Bumbu Count 2 0 2

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 4 0 4

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pengadukan Count 1 0 1

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 6 0 6

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Perebusan Count 2 1 3

% within divisi 66.7% 33.3% 100.0%

Pengeringan Count 3 0 3

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Packing Count 20 1 21

% within divisi 95.2% 4.8% 100.0%

Total Count 38 2 40

% within divisi 95.0% 5.0% 100.0%

divisi * pos_lenga_atas Crosstabulation

pos_lenga_atas

Total

fleksi 0-20 > 20 extensi 20-

45 flexi 45- 90 flexi > 90 flexi

divisi Persiapan Bumbu Count 0 2 0 0 2

% within divisi .0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 1 3 0 0 4

% within divisi 25.0% 75.0% .0% .0% 100.0%

Page 208: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

Pengadukan Count 1 0 0 0 1

% within divisi 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 0 0 5 1 6

% within divisi .0% .0% 83.3% 16.7% 100.0%

Perebusan Count 0 1 2 0 3

% within divisi .0% 33.3% 66.7% .0% 100.0%

Pengeringan Count 0 0 0 3 3

% within divisi .0% .0% .0% 100.0% 100.0%

Packing Count 14 7 0 0 21

% within divisi 66.7% 33.3% .0% .0% 100.0%

Total Count 16 13 7 4 40

% within divisi 40.0% 32.5% 17.5% 10.0% 100.0%

pos_lenga_atas * bahu Crosstabulation

bahu

Total ya tidak

pos_lenga_atas fleksi 0-20 Count 5 11 16

% within pos_lenga_atas 31.2% 68.8% 100.0%

> 20 extensi 20-45 flexi Count 4 9 13

% within pos_lenga_atas 30.8% 69.2% 100.0%

45- 90 flexi Count 4 3 7

% within pos_lenga_atas 57.1% 42.9% 100.0%

> 90 flexi Count 2 2 4

% within pos_lenga_atas 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 15 25 40

% within pos_lenga_atas 37.5% 62.5% 100.0%

divisi * pos_lenga_bawah Crosstabulation

pos_lenga_bawah

Total 60-100 flexi

divisi Persiapan Bumbu Count 2 2

% within divisi 100.0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 4 4

% within divisi 100.0% 100.0%

Pengadukan Count 1 1

% within divisi 100.0% 100.0%

Pencetakan Count 6 6

% within divisi 100.0% 100.0%

Perebusan Count 3 3

% within divisi 100.0% 100.0%

Pengeringan Count 3 3

% within divisi 100.0% 100.0%

Packing Count 21 21

Page 209: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

% within divisi 100.0% 100.0%

Total Count 40 40

% within divisi 100.0% 100.0%

pos_lenga_bawah * siku Crosstabulation

siku

Total ya tidak

pos_lenga_bawah 60-100 flexi Count 3 37 40

% within pos_lenga_bawah 7.5% 92.5% 100.0%

Total Count 3 37 40

% within pos_lenga_bawah 7.5% 92.5% 100.0%

divisi * pos_pergelangan Crosstabulation

pos_pergelangan

Total 0-15 flexi sampai

extensi > 15 flexi atau

extensi

divisi Persiapan Bumbu Count 1 1 2

% within divisi 50.0% 50.0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 2 2 4

% within divisi 50.0% 50.0% 100.0%

Pengadukan Count 1 0 1

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 0 6 6

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Perebusan Count 0 3 3

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pengeringan Count 3 0 3

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Packing Count 8 13 21

% within divisi 38.1% 61.9% 100.0%

Total Count 15 25 40

% within divisi 37.5% 62.5% 100.0%

pos_pergelangan * tangan Crosstabulation

tangan

Total ya tidak

pos_pergelangan 0-15 flexi sampai extensi Count 5 10 15

% within pos_pergelangan 33.3% 66.7% 100.0%

> 15 flexi atau extensi Count 11 14 25

% within pos_pergelangan 44.0% 56.0% 100.0%

Total Count 16 24 40

% within pos_pergelangan 40.0% 60.0% 100.0%

divisi * pos_kaki Crosstabulation

pos_kaki Total

Page 210: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

tertopang sempurna

tertopang tidak rata lutut flexi 30-60 lutut flexi >60

divisi Persiapan Bumbu Count 2 0 0 0 2

% within divisi 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 4 0 0 0 4

% within divisi 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pengadukan Count 1 0 0 0 1

% within divisi 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 4 2 0 0 6

% within divisi 66.7% 33.3% .0% .0% 100.0%

Perebusan Count 1 1 0 1 3

% within divisi 33.3% 33.3% .0% 33.3% 100.0%

Pengeringan Count 1 2 0 0 3

% within divisi 33.3% 66.7% .0% .0% 100.0%

Packing Count 18 2 1 0 21

% within divisi 85.7% 9.5% 4.8% .0% 100.0%

Total Count 31 7 1 1 40

% within divisi 77.5% 17.5% 2.5% 2.5% 100.0%

pos_kaki * keluhan_kaki Crosstabulation

keluhan_kaki

Total Ya Tidak

pos_kaki tertopang sempurna Count 15 16 31

% within pos_kaki 48.4% 51.6% 100.0%

tertopang tidak rata Count 4 3 7

% within pos_kaki 57.1% 42.9% 100.0%

lutut flexi 30-60 Count 1 0 1

% within pos_kaki 100.0% .0% 100.0%

lutut flexi >60 Count 0 1 1

% within pos_kaki .0% 100.0% 100.0%

Total Count 20 20 40

% within pos_kaki 50.0% 50.0% 100.0%

pos_punggung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Lurus 8 20.0 20.0 20.0

Flexi 0-20 19 47.5 47.5 67.5

flexi 20-60 2 5.0 5.0 72.5

flexi >60 6 15.0 15.0 87.5

memutar 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

pos_kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Page 211: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

Valid tertopang sempurna 31 77.5 77.5 77.5

tertopang tidak rata 7 17.5 17.5 95.0

lutut flexi 30-60 1 2.5 2.5 97.5

lutut flexi >60 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

pos_lenga_atas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid fleksi 0-20 16 40.0 40.0 40.0

> 20 extensi 20-45 flexi 13 32.5 32.5 72.5

45- 90 flexi 7 17.5 17.5 90.0

> 90 flexi 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

pos_lenga_bawah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 60-100 flexi 40 100.0 100.0 100.0

pos_pergelangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-15 flexi sampai extensi 15 37.5 37.5 37.5

> 15 flexi atau extensi 25 62.5 62.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

divisi * pos_leher Crosstabulation

pos_leher

Total Flexi 0-20 Flexi >20

divisi Persiapan Bumbu Count 0 2 2

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 1 3 4

% within divisi 25.0% 75.0% 100.0%

Pengadukan Count 0 1 1

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pencetakan Count 0 6 6

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Perebusan Count 0 3 3

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pengeringan Count 0 3 3

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Packing Count 5 16 21

% within divisi 23.8% 76.2% 100.0%

Total Count 6 34 40

% within divisi 15.0% 85.0% 100.0%

Page 212: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

pos_leher

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Flexi 0-20 6 15.0 15.0 15.0

Flexi >20 34 85.0 85.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

pos_leher * Leher Crosstabulation

Leher

Total ya tidak

pos_leher Flexi 0-20 Count 3 3 6

% within pos_leher 50.0% 50.0% 100.0%

Flexi >20 Count 20 14 34

% within pos_leher 58.8% 41.2% 100.0%

Total Count 23 17 40

% within pos_leher 57.5% 42.5% 100.0%

divisi * beban_angkut Crosstabulation

beban_angkut

Total < 5kg 5-10kg > 10 kg

divisi Persiapan Bumbu Count 1 0 1 2

% within divisi 50.0% .0% 50.0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 0 2 2 4

% within divisi .0% 50.0% 50.0% 100.0%

Pengadukan Count 0 0 1 1

% within divisi .0% .0% 100.0% 100.0%

Pencetakan Count 0 5 1 6

% within divisi .0% 83.3% 16.7% 100.0%

Perebusan Count 0 1 2 3

% within divisi .0% 33.3% 66.7% 100.0%

Pengeringan Count 0 3 0 3

% within divisi .0% 100.0% .0% 100.0%

Packing Count 11 9 1 21

% within divisi 52.4% 42.9% 4.8% 100.0%

Total Count 12 20 8 40

% within divisi 30.0% 50.0% 20.0% 100.0%

beban_angkut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5kg 12 30.0 30.0 30.0

5-10kg 20 50.0 50.0 80.0

> 10 kg 8 20.0 20.0 100.0

Page 213: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

beban_angkut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5kg 12 30.0 30.0 30.0

5-10kg 20 50.0 50.0 80.0

> 10 kg 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

beban_angkut * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

beban_angkut < 5kg Count 11 1 12

% within beban_angkut 91.7% 8.3% 100.0%

5-10kg Count 20 0 20

% within beban_angkut 100.0% .0% 100.0%

> 10 kg Count 7 1 8

% within beban_angkut 87.5% 12.5% 100.0%

Total Count 38 2 40

% within beban_angkut 95.0% 5.0% 100.0%

kat_reba * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

kat_reba tinggi Count 6 1 7

% within kat_reba 85.7% 14.3% 100.0%

sedang Count 9 0 9

% within kat_reba 100.0% .0% 100.0%

rendah Count 23 1 24

% within kat_reba 95.8% 4.2% 100.0%

Total Count 38 2 40

% within kat_reba 95.0% 5.0% 100.0%

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Aktivitas 40 1.00 2.00 1.1500 .36162

Genggaman 40 1.00 2.00 1.3250 .47434

Valid N (listwise) 40

Aktivitas * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

Aktivitas Ada AKtivitas Berulang atau Statis

Count 32 2 34

% within Aktivitas 94.1% 5.9% 100.0%

Tidak Ada Count 6 0 6

% within Aktivitas 100.0% .0% 100.0%

Page 214: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

Total Count 38 2 40

% within Aktivitas 95.0% 5.0% 100.0%

Genggaman * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

Genggaman Pegangan Mudah digenggam Count 26 1 27

% within Genggaman 96.3% 3.7% 100.0%

Cukup Baik, tidak ideal Count 12 1 13

% within Genggaman 92.3% 7.7% 100.0%

Total Count 38 2 40

% within Genggaman 95.0% 5.0% 100.0%

Aktivitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada AKtivitas Berulang atau Statis

34 85.0 85.0 85.0

Tidak Ada 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Genggaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pegangan Mudah digenggam 27 67.5 67.5 67.5

Cukup Baik, tidak ideal 13 32.5 32.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

divisi * Genggaman Crosstabulation

Genggaman

Total Pegangan Mudah

digenggam Cukup Baik, tidak

ideal

divisi Persiapan Bumbu Count 2 0 2

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 0 4 4

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pengadukan Count 1 0 1

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 0 6 6

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Perebusan Count 0 3 3

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pengeringan Count 3 0 3

Page 215: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Packing Count 21 0 21

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Total Count 27 13 40

% within divisi 67.5% 32.5% 100.0%

divisi * Aktivitas Crosstabulation

Aktivitas

Total

Ada AKtivitas Berulang atau

Statis Tidak Ada

divisi Persiapan Bumbu Count 0 2 2

% within divisi .0% 100.0% 100.0%

Pemotongan Daging Count 1 3 4

% within divisi 25.0% 75.0% 100.0%

Pengadukan Count 1 0 1

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Pencetakan Count 6 0 6

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Perebusan Count 1 2 3

% within divisi 33.3% 66.7% 100.0%

Pengeringan Count 3 0 3

% within divisi 100.0% .0% 100.0%

Packing Count 20 1 21

% within divisi 95.2% 4.8% 100.0%

Total Count 32 8 40

% within divisi 80.0% 20.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas * kel_msds 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Aktivitas * kel_msds Crosstabulation

kel_msds

Total ada keluhan tidak ada keluhan

Aktivitas Ada AKtivitas Berulang atau Statis

Count 32 0 32

% within Aktivitas 100.0% .0% 100.0%

Tidak Ada Count 6 2 8

% within Aktivitas 75.0% 25.0% 100.0%

Page 216: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

Total Count 38 2 40

% within Aktivitas 95.0% 5.0% 100.0%

Genggaman * tangan Crosstabulation

Count

tangan

Total ya tidak

Genggaman Pegangan Mudah digenggam 9 18 27

Cukup Baik, tidak ideal 7 6 13

Total 16 24 40

Genggaman * tangan Crosstabulation

tangan

Total ya tidak

Genggaman Pegangan Mudah digenggam Count 9 18 27

% within Genggaman 33.3% 66.7% 100.0%

Cukup Baik, tidak ideal Count 7 6 13

% within Genggaman 53.8% 46.2% 100.0%

Total Count 16 24 40

% within Genggaman 40.0% 60.0% 100.0%

Page 217: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LAMPIRAN 6

Surat Izin Penelitian

Page 218: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal

LMPIRAN 7

Dokumentasi

Page 219: PEMETAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35977/1/Agin... · DAN. KESEHATAN KERJA ... Nama Agin Darojatul Aghnia Tempat/Tanggal