9
PEMERIKSAAN FISIK B1-B6 B1 (Breathing) Pada inspeksi didapatkan pasien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronki pada pasien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada pasien strok dengan penurunan tingkat kesadaran (koma). Pada pasien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi torak didapatkan taktil vremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. B2 (Blood) Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada pasien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah >200mmHg) B3 (Brain) Disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasikan bicara). Atraksia (ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya

Pemfis b1 b6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Okk

Citation preview

Page 1: Pemfis b1 b6

PEMERIKSAAN FISIK B1-B6

  B1 (Breathing)

Pada inspeksi didapatkan pasien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,

penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi

napas tambahan seperti ronki pada pasien dengan peningkatan produksi secret dan

kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada pasien strok dengan

penurunan tingkat kesadaran (koma). Pada pasien dengan tingkat kesadaran

komposmentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi torak

didapatkan taktil vremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi

napas tambahan.

  B2 (Blood)

Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang

sering terjadi pada pasien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat

terjadi hipertensi massif (tekanan darah >200mmHg)

  B3 (Brain)

Disebabkan  oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasikan bicara).

Atraksia (ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya),

seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya

Lobus frontal : kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan Stroke

menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah

mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah

kolateral (sekunder dan aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik

sepenuhnya. Peningkatan B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lainnya

 Pengkajian tingkat kesadaran

        Kualitas kesadaran pasien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter

yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan pasien dan

respon terhadap lingkungan adalah indikator yang paling sensitif untuk disfungsi system

Page 2: Pemfis b1 b6

persarafan. Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam

kewaspadaan dan keterjagaan

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran pasien stroke biasanya berkisar pada tingkat

letargi, stupor dan semikomatosa. Jika pasien sudah mengalami koma maka penilaian

GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran pasien dan bahan evaluasi untuk

pemantauan pemberian asuhan.

 Pengkajian fungsi serebral

Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus

frontal dan hemisfer

Ekspresi Status mental  

Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara. ekspresi wajah dan aktivitas

motorik pasien. Pada pasien strok tahap lanjut biasanya ststus mental pasien mengalami

perubahan.

Fungsi intelektual

Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus pasien

mengalami brain damage yang kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan

yang tidak begitu nyata

 Kemapuan bahasa

Penurunan kemampuan bahasa tergantung pada daerah lesi yang mempengaruhi fungsi

serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian porterior dari girus

temporallis superior (area wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu pasien tidak

dapat memahami bahasa lisan dan bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior

dari girus frontalis inferior (area Broka) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu pasien

dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.

Disatria (kesulitan berbicara, ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang jika

kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori atau fungsi intelektual

kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang

Page 3: Pemfis b1 b6

perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang

menyebabkan pasien ini menghadapi masalah prustasi dalam program rehabilitasi

mereka. Depresi umum terjadi danmungkin diperberat oleh respon alamiah pasien

terhadap penyakit katastrofik ini.Masala psikologis lain juga umum terjadi dan

dimanifestasikan oleh emosi yang labil, permusuhan, prustasi, dendam dan kurang

kerjasama.

Strok hemisfer kanan didapatkan hemiparase sebelah kiri tubuh, penilaian buruk dan

mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi

berlawanan tersebut. Pada strok hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku

lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global,

afasia dan mudah frustasi.

 Pengkajian saraf cranial

Pemeriksaan ini meliputi pemerikasaan saraf cranial I – XII

-    Saraf I

Biasanya pada pasien stroke tidak ada kalinan pada fungsi penciuman

-    Saraf II

Disfungsi persepsi fisual karena gangguan jara sensori primer diantara mata dan kortek

fisual. Gangguan hubungan fisual- spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek

dalam area spasial) sering terlihat pada pasien denga hemiplegia kiri  . pasien mungkin

tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan dalam

menyocokkan pakaian ke bagian tubuh

-    Saraf III, IV dan VI

Jika akibat stroke mengakibatkan paralilsis, pada satu sisi otot -otot okularis didpatkan

penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit

-    Saraf  V

Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan

kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi

ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus

-    Saraf VII

Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi

Page 4: Pemfis b1 b6

-    Saraf IX dan X

Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut

-    Saraf XI

Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

-    Saraf XII

Lidah simetris, terdapat defiasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan

normal

Pengkajian system motorik

Stroke adalah penyakit saraf motorik atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol

volunteer terhadap gerakan motorik, oleh karena UMM bersilangan, gangguan control

motor volunteer dapat menunjukkan kerusakan pada UMM di sisi yang berlawanan dari

otak.

-          Inspeksi umum didpatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada

sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah

tanda yang lain.

-          Fasikulasi didapatkan pada oot-otot ekstremitas

-          Tonus otot didapatkan meningkat

-          Kekuatan otot pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi

sakit didapatkan tingkat nol

-          Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena hemiparese dan

hemiplegia.

Pemeriksaan Refleks

Pemerikasaan reflek terdiri atas pemerikasaan reflek profunda dan pemeriksaan reflek

patologis

-          Pemeriksaan reflek profunda : pengetukan pada tendon, ligamnetum atau periosteum

derajat reflek pada respon normal

-          Pemeriksaan reflek patologis : pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan

menghilang setelah beberapa hari reflek fisiologis akan muncul kembali didahului

dengan reflek patologis

Page 5: Pemfis b1 b6

-          Gerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, TIC dan distonia. Pada keadaan

tertentu pasien biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan stroke

disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder apabila

areal fokal kortika yang peka

Pengkajian system sensori

       Dapat terjadi hemihipestesi. Pada pasien terdapat ketidakmampuan untuk

menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepesi fisual karena gangguan jara sensori

primer diantara mata dan kortek fisual.

       Gangguan hubungan fisual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dengan

area spasial) sering terlihat pada pasien hemiplagia kiri. Pasien mungkin tidak dapat

memakai pakaian tanpa bantuan karene ketidakmampuan mencocokkan pakaian ke

bagian tubuh. Kehilangan sensoro stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau

mungkin lebih berat, dengan kehilangn propriosepsi (kemampuan untuk merasakan

posisi dan gerakan bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli

fisuan, taktil dan audiotorius).

  B4 (Bladder)

Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena

konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk

mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang

control sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini dilakukan

katerisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut

menunjukkan kerusakan neurologis luas.

  B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah

pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam

lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya

terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi Yng

berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

  B6 (Bone)

Page 6: Pemfis b1 b6

Stroke merupakan penyakit yang mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap

gerakan motorik. Oleh karena neuron motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat

menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)

karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi

tubuh adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika kekurangan O2 kulit akan tampak pucat

dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji

tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena pasien stroke

mengalami masalah mobilitas fisik.

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau

paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan

istirahat