pemicu 2 ginjal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jawaban pemicu ginjal

Citation preview

14. Definisi, klasifikasi dan patofisiologi edemaa) definisi edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan diantara sel-sel tubuh atau didalam berbagai rongga tubuh, terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik sistem kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta berpindahnya air dari interavaskular ke interstitium.Kalsifikasi edema klasifiasi edema ditentukan berdasarkan kembali atau tidaknya edema apabila dipencet atau ditekan, maka edem dibedakan menjadi 2, yaitu :A.Edema pittingPada edema ini, apabila daerah yang mengalami oedema dipencet, maka akan timbul cekungan pada derah yang ditekan, bentuknya sesuai dengan bentuk benda yang kita gunakan untuk menekan. Sebenarnya cekungan yang tebentuk ini dapat kembali seperti semula, membutuhkan waktu yang cukup lama. Edema dengan keadaan seperti ini disebut edema pitting.Edema pitting ini biasanya terjadi pada kasus edem sistemik.B. Edema non pittingEdema non pitting adalah kedaaan edema dimana apabila dipencet atau ditekan pada bagian edema, maka dengan segera cekungan itu akan kembali ke seperti semula, bahkan tidak akan timbul bekas bahwa bagian yang terkena edema sudah ditekan. Edema non pitting ini biasanya terjadi dapat kasus edema yang disebabkan karena inflamasi, obstruksi pembuluh limfe.b) Patofisiologi edema edema terjadi pada kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler atau peningkatan tekanan osmotik interstisial, atau penurunan tekanan osmotik plasma. Ginjal mempunyai peranan sentral dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan kontrol volume cairan ekstraseluler melalui pengaturan ekskresi natrium dan air. Hormon antidiuretik disekresikan sebagai respon terhadap perubahan dalam volume darah, tonisitas dan tekanan darah untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

3.d. non farmako dx-untuk edema: Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten juga terutama orang tua dengan edema tungkai berat karena kemungkinan adanya insufisiensi venous. Pembatasan diet garam 1-2 g/hr dan pembatasan cairan. Pengukuran berat badan tiap hari untuk mengevaluasi edema dan keseimbangan cairan harus dicatat. BB diharapkan turun 0,5-1 kg/hr. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Mengindari menggosok kulit. Perawatan mata. Tidak jarang mata ertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.-untuk hipertensiPembatasan diet garam yang berperan dalam pengelolan hipertensi.

Preventif dx Memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan penyakit sindrom. Membatasi asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya. Menghindari makanan yang diasinkan. Melakukan diet tinggi protein. Mengindari atau mengontrol faktor penyebabnya seperti a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom Alport, miksedema.b. Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.c. Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga, bisa ular.d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schnlein, sarkoidosis.

Proteinuriaa.definisi Proteinuria merupakan gejala utama sindrom nefrotik, proteinuria yang terjadi lebih berat dibandingkan proteinuria pada penyakit ginjal yang lain. Jumlah proteindalam urin dapat mencapai 40mg/jam/m2 luas permukaan tubuh (1gr/m2/hari) atau 2-3,5gram/24 jam. Proteinuria yang terjadi disebabkan perubahan selektifitas terhadap protein dan perubahan padafilter glomerulus. Menurut Bawazier proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya protein dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit dari atas nilai normal.b. cara mendeteksiA. Persiapan Pemeriksaan Proteinuria. Beberapa yang perlu diperhatikan pada saat pengumpulan urin yaitu :a) Kerusakan sampel urin harus dihindarkan, karena itu pengumpulan urin harus ditempatkan pada wadah kering, bersih dan sebaiknya secepat mungkin dilakukan pemeriksaan. Apabila pemeriksaan urin terlambat maka akan terjadi dekomposisi urin sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.b) Pengumpulan urin berdasarkan kegunaannya. 1. Pengumpulan urin untuk urinalisis pemeriksaan kimiawi dan mikroskopis.2. Pengumpulan urin secara kuantitatif. Sebaiknya urin dikumpulkan 24 jam. Urin dikumpulkan, dicatat jumlahnya kemudian dilakukan pemeriksaan, dikurangi pemberian cairan, alkohol, obat obatan dan makanan tertentu.Beberapa teknik pengumpulan urin yaitu:1. Pengumpulan urin 24 jam.Ditentukan saat mulainya hingga waktu yang sama pada hari berikutnya.2. Pengumpulan urin secara clean catch midstream. Pada laki-laki dilakukan dengan membersihkan glans penis sedangkan untuk wanita dilakukan dengan membersihkan vulva dengan cara membuka labia kiri dan kanan.3. Beberapa teknik khusus untuk keadaan tertentu : a. Untuk penderita yang tidak dapat mengeluarkan urin dilakukan pengambilan dengan menggunakan kateter. b. Suprapubik aspirasi yaitu dengan cara menusukkan jarum diatas simpisis pubis. c. Kateterisasi ureteral, yaitu dengan menggunakan cytoscopi. B. Metode Pemeriksaan Proteinuria.Pemeriksaan protein dalam urin dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Metode kualitatif Metode kalorimetrik Metode ini dilakukan dengan reagen strip tetrabromofenol biru yaitu albustik, dengan melihat perubahan yang terjadi akibat pH urin. Metode turbidimetri Cara ini menggunakan asam sulfosalisilat 20%. Urin yang dicentrifuge lebih dahulu kemudian urin diambil sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan asam sulfosalisilat 20% sebanyak 3 tetes. 2. Metode semi kuantitatif. Metode ini menggunakan asam sulfosalisilat 20%, caranya adalah 2 tabung reaksi kecil masing masing di isi 3 ml urin yang akan diperiksa. Urin pada tabung pertama adalah sebagai kontrol sedangkan urin pada tabung kedua adalah yang akan diuji. Tabung kedua ditetesi 8 tetes asam sulfosalisilat 20%, ditunggu selama 5 menit kemudian dikocok perlahan dan dibandingkan kedua tabung dengan latar belakang hitam. Bila tidak terlihat perbedaan kekeruhan antara kedua tabung, maka hasil tes proteinuria dikatakan negatif (kadar protein < 0.050 g/dl). Bila tabung kedua lebih keruh dibandingkan dengan tabung pertama maka dikatakan trace jika tampak jelas adanya kekeruhan (kadar protein 0.020 g/dl), 1+ jika jelas adanya kekeruhan tetapi tidak dijumpai granulasi (kadar protein 0.050 g/dl), 2+ jika kekeruhan dengan disertai granulasi tetapi tidak dijumpai gumpalan (kadar protein 0.20 g/dl), 3+ jika kekeruhan dengan granulasi dan disertai gumpalan (kadar protein 0.5 g/dl), 4+ jika penggumpalan dari protein yang ada atau penggumpalan yang solid (kadar protein 1.0 g/dl). Hasil dari penilaian diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya bila kadar deterjen yang ada dalam tabung tinggi maka akan mempengaruhi hasil demikian juga bila dijumpai bahan radiografik maka penggumpalan yang terjadi akan lebih nyata dan bahan dapat mengkristal.3. Metode kuantitatif.a) Metode automatik Menggunakan biuret technique dimana turbudimetri menggunakan benzethonium klorida yang dilarutkan dalam medium alkalis.b) Metode spektrofotometer Metode ini menggunakan asam sulfosalisilat dimana penggumpalan yang terjadi diperiksa menggunakan spektrofotometer. Pemeriksaan ini dapat dijadikan sebagai gold standard dalam mendeteksi proteinuria hanya saja harganya mahal. Cara kerja metode ini adalah1) Urin di tampung di dalam jerigen dengan memakai pengawet thymol sebanyak 2-3 butir. 2) Urin dikumpulkan selama 24 jam yaitu urin yang keluar mulai pukul 08.00 wib pagi sampai 08.00 wib pagi keesokan harinya. Sewaktu mulai pengumpulan urin anak miksi terlebih dahulu. 3) Ukur volume urin dan di catat. 4) Masukkan urin kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml sampai 4 ml kemudian panaskan dengan suhu 1000oC didalam waterbath selama 5 sampai 10 menit. 5) Apabila positif tambahkan asam asetat 6% sebanyak 2 tetes sampai 3 tetes dan panaskan kembali. 6) Tentukan derajat proteinuria. 7) Apabila urin negatif tidak dilakukan pengenceran. 8) Apabila urin positif, lakukan pengenceran dengan cara : a. Positif +1, pengenceran 5X (1 ml urin ditambahkan 4 ml aquades)b. Positif +2, pengenceran 10X (1 ml urin ditambahkan 9 ml aquades) c. Positif +3 dan +4, pengenceran 40X (1 ml urin ditambahkan 39 ml aquades) 9) Ambil urin yang telah diencerkan sebanyak 4 ml +1 ml TCA (Trichlor Acitic Acid 12.5 M), kemudian campurkan dan inkubasi 5-10 menit temperatur kamar. 10) Untuk standar diambil 20 ul serum normal + 5 ml aquades, kemudian dicampurkan dengan urin yang telah diencerkan sebanyak 4 ml + TCA 1 ml dan di inkubasi selama 5-10 menit dalam temperatur kamar. 11) Baca pada spektrofotometer Hasil = = ....mg% = =mg%.Sumber:1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26337/4/Chapter%20II.pdf2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25621/4/Chapter%20II.pdf Histologi glomerulusGlomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Bangunan ini tersusun oleh gelung-gelung pembuluh darah kapiler yang merupakan cabang-cabang dari arteriol yang masuk ke dalam glomerulus yang dikenal sebagai vasa aferen. Semua pembuluh darah kapiler tadi kemudian bergabung lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen. Pembuluh darah tadi diliputi oleh podosit yang membentuk simpai Bowman lapis viseral. Disebelah luar terdapat lapis parietal simpai Bowman yang disusun oleh epitel selapis gepeng. Pada glomerulus terdapat sel-sel mesangial intraglomerular yang berbentuk kuboid rendah yang terletak diantara kapiler-kapiler darah. Dengan mikroskop cahaya ketiga macam sel tersebut, yaitu sel endotel kapiler, sel podosit, dan sel-sel mesangial intraglomerular sulit dibedakan satu sama lainnya.Sumber: Wonodirekso Sugito, Martoprawiro, dkk. Penuntun Praktikum Histologi. Jakarta: Dian Rakyat. 2013