7

Click here to load reader

Pemikiran John Locke Tentang Negara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemikiran John Locke Tentang Negara

PEMIKIRAN JOHN LOCKE TENTANG NEGARA

DAN KAITANNYA DENGAN REALITAS POLITIK-PEMERINTAHAN

KONTEMPORER

1. Deskripsi Pemikiran JOHN LOCKE tentang Negara

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul (Two Treatises of Civil Government). Sebelum Locke menulis Two Treatises of Government kehidupan politik Inggris dan Perancis Abad XVII didominasi oleh wacana doktrin monarki absolut. Dalam konteks sejarah Inggris, kelahiran doktrin monarki absolut itu merupakan jawaban terhadap kekacauan sosial politik akibat perang saudara dan perang-perang agama yang terjadi pada saat itu. Monarki absolut didasarkan pada kepercayaan bahwa kekuasaan mutlak raja bersifat ilahiah dan karena itu suci. Tuhanlah yang telah menganugerahkan kekuasaan itu kepada seorang raja. Kepercayaan ini kemudian terkenal dengan sebutan hak-hak ketuhanan raja.

Pandangan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa monarkhi absolut merupakan bentuk pemerintahan paling sesuai dengan kodrat hukum alam karena tiga alasan. Pertama, monarki absolut berakar pada tradisi otoritas paternal. Kedua, sistem pemerintahan monarki absolut merupakan copy Kerajaan Tuhan di muka bumi. Ketiga, monarki absolut merupakan cerminan kekuasaan tunggal Tuhan atas segala sesuatu di dunia ini.

Sementara itu, Locke hadir sebagai penentang gigih terhadap monarki absolut di negaranya. Locke menganggap bahwa monarki absolut bertentangan dengan prinsip civil society yang diyakininya. Civil society yaitu bentuk masyarakat yang merupakan gugatan terhadap doktrin absolutisme yang semula diciptakan untuk mengatasi supremasi naturalistik, membatasi wilayah dan ruang geraknya individu atau dalam hal ini adalah rakyat yang berarti manusia. Dari sinilah sebenarnya letak permusuhan intelektual Locke dengan Sir Robert Filmer, penyokong utama paham absolutisme kekuasaan monarki Eropa pada Abad XVII yang dituangkan dalam karyanya Patriarcha.

Locke kemudian menggambarkan suatu keadaan alamiah, yakni tahap pertama perkembangan masyarakat, keadaan dimana manusia terlahir kedunia memang dalam keadaan yang damai dan bersituasi harmonis, di mana semua manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama, pemikiran Locke ini sangat berbeda dengan pemikiran Hobbes yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang menakutkan bagi sesamanya dan manusia itu selalu berperang antar sesamanya. Dalam keadaan tersebut, setiap manusia bebas menentukan dirinya dan menggunakan

1

Page 2: Pemikiran John Locke Tentang Negara

apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Meskipun masing-masing orang bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan. Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke adalah larangan untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain. Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Tuhan.

Pada tahap perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, John Locke mengatakan bahwa Untuk mempertahankan harta miliknya atau hak-haknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing. Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut kemudian berubah menjadi keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan. Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar dari keadaan perang.

Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat kemudian sepakat untuk mengadakan sebuah perjanjian. Maka dalam perjanjian tersebut masyarakat menurut Locke memiliki dua perjanjian, yaitu pactum unionis (perjanjian membentuk negara) dan pactum subjectionis (perjanjian penyerahan).Pada tahap pertama diadakan pactum unionis (perjanjian membentuk negara), yaitu perjanjian antarindividu untuk membentuk body politic, yaitu negara. Kemudian pada tahap kedua, para individu yang telah membentuk body politic tersebut bersama-sama menyerahkan hak untuk mempertahankan kehidupan dan hak untuk menghukum yang bersumber dari hukum alam. Perjanjian penyerahan ini disebut pactum subjectionis (perjanjian membentuk kesatuan, organisme, atau negara).

Inilah awal lahirnya suatu Negara menurut Locke. Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian tersebut.

Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara. Kedua kuasa tersebut adalah hak untuk menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:1.Kekuasaan negara pada dasarnya adalah terbatas dan tidak mutlak sebab

kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara hanya dapat bertindak dalam batas-batas yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.

2. Tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia

2

Page 3: Pemikiran John Locke Tentang Negara

melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.Menurut Locke, kekuasaan Negara harus dibatasi mengingat bahwa pada hakekatnya Negara ada dan terbentuk karena rakyat dan untuk lebih menghindari kesewenang-wenangan kekuasaan. Kekuasaan negara harus dibatasi dengan cara mencegah sentralisasi kekuasaan ke dalam satu tangan atau lembaga. Hal ini, menurut Locke, dilakukan dengan cara memisahkan kekuasaan politik ke dalam tiga bentuk: kekuasaan legislatif (legislative power), kekuasaan eksekutif (executive power), dan kekuasaan federatif (federative power).

Kekuasaan legislatif adalah lembaga yang membuat undang-undang dan peraturan-peraturan hukum fundamental lainnya. Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang melaksanakan undang-undang dan peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleh kekuasaan legislatif. Sedangkan kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang berkaitan dengan masalah hubungan luar negeri, kekuasaan menentukan perang, perdamaian, liga dan aliansi antarnegara, dan transaksi-transaksi dengan negara asing.

Ketiga cabang kekuasaan tersebut harus terpisah satu sama lain baik mengenai tugas atau fungsinya dan mengenai alat perlengkapan yang menyelenggarakannya. Dengan demikian, tiga kekuasaan tersebut tidak boleh diserahkan kepada orang atau badan yang sama untuk mencegah konsentrasi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Hal ini dimaksudkan agar hak-hak asasi warga negara akan lebih terjamin.

2. Analisis Dan Interpretasi Faham Negara Menurut John Locke serta Kaitannya dengan Realitas Politik-Pemerintahan Kontemporer

1. Pemikiran John Locke mengenai masyarakat sangatlah sesuai dengan realitasnya, memang benar pada dasarnya manusia terlahir dengan hak-hak lahiriah dari kodrat Tuhan dan dalam keadaan yang damai dan harmonis, namun keharmonisan tersebut menghilang karena pada hakikatnya manusia mempunyai hasrat untuk mencapai atau meraih sesuatu dalam hal ini adalah kebutuhan, dalam usaha untuk mencapai atau untuk mendapatkan apa yang di inginkan manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing. Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut kemudian berubah menjadi keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.

2. Negara terbentuk karena adanya Motivasi manusia untuk mendirikan negara, yaitu untuk menjamin hak-hak asasinya, terutama hak miliknya, menjadi tujuan negara. Oleh karena itu, kewajiban-kewajiban utama negara adalah untuk melindungi kehidupan dan hak milik para warga negara. Hanya demi tujuan itulah para warga Negara meninggalkan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang penuh ketakutan itu. Oleh karena itu, negara mempergunankan kekuasaannya untuk

3

Page 4: Pemikiran John Locke Tentang Negara

memelihara lahir batin kepentingan masyarakat. Namun apabila melihat realita sekarang ini apabila suatu Negara yang ternyata gagal mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak rakyatnya masih pantas disebut dengan Negara????.

3. Konsep hak-hak lahiriah yang disebutkan oleh John Locke adalah merupakan konsep dasar dari terbentuknya Hak Asasi Manusia(HAM) yang kemudian dipakai oleh beberapa Negara termasuk Indonesia. Untuk menjamin HAM tersebut dibentuklah sebuah peratuan dan hukum yang mengaturnya yang dikenal dengan konstitusi didalam suatu Negara.

4.Kekuasan Negara menurut Locke juga harus dibatasi, dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu pembuat undang-undang(legislative), Pelaksana Undang-undang(eksekutif), dan hubungan luar negeri(federative). Locke tidak memisahkan pengadilan sebagai lembaga kekuasaan yang beriri sendiri, karena baginya kekuasaan eksekutif selain menjalankan undang-undang, ia termasuk juga di dalamnya kekuasaan untuk mengadili. Contoh yang paling mencolok adalah Mahkamah Agung Amerika Serikat, Negara yang secara penuh menerapkan prinsip Locke tentang pembagian kekuasaan dimana presiden dan kongres sepenuhnya saling bergantung, sedangkan Mahkamah Agung tidak bergantung pada keduanya.

3. Kesimpulan

Pemikiran John Locke dalam konteks perkembangan pemerintahan dalam suatu Negara secara konseptual masih banyak dipakai diberbagai Negara, sekarang ini banyak atau bahkan hampir diseluruh Negara yang ada telah mengakui akan adanya hak-hak lahiriah manusia yang dibawa sejak ia lahir yang dikenal dengan HAM dan juga telah banyak Negara-negara yang telah benar-benar mengatur dan memuatnya di dalam konstitusi Negara tersebut.

Pembatasan kekuasaan Negara yang implementasi dengan adanya pembagian kekuasaan juga diterapkan di beberapa Negara termasuk Indonesia. Pembagian kekuasan ini menurut John Locke dilakukan untuk menghindarkan adanya pemusatan kekuasaan pada satu pihak yang dikhawatirkan kedepannya akan muncul penyalahgunaan kekuasaan.

4

Page 5: Pemikiran John Locke Tentang Negara

DAFTAR PUSTAKA

Russell, Betrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat, Penerjemah Sigit Jatmiko, dkk, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta).

5