Upload
dajuko-butarbutar
View
116
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cacat material, komposisi kimia, proses manufaktur.docx
Citation preview
TUGAS PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES
MATERIAL
Dibuat sebagai tugas mata kuliahPemilihan Bahan dan proses
Oleh :
DAJUKO. B (03091005048)
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA2013
MATERIAL
oleh :
Dajuko Butarbutar
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas [email protected]
MATERIAL
Sesungguhnya suatu material yang dibuat menjadi komponen mesin
tidak homogen, karena bangayk mengandung cacat dan ketidakseragaman.
Beberapa hala yang mempengaruhi material adalah :
1. material banyak mengandung cacat. Perlu teknologi mutakhir agar
material tidak mengandung cacat. Secara alamiah material
mengandung cacat mikro berupa void, retak, fasa-fasa yabf berbeda
dan ketidakseragaman struktur.
2. Material mempunyai komposisi kimia tertentu yang akan berpengaruh
terhadap temperatur kerja, sifat mekanik, dan sensitivitas terhadap
lingkungan.
3. Proses manufaktur berpengaruh terhadap sifat material.
1. CACAT MATERIAL
Cacat-cacat logam, Kristalisasi ialah proses pembentukan Kristal yang
terjadi pada saat pembekuan, perubahan dari fasa cair ke fasa padat. Jika
ditinjau dari mekanismenya, kristalisasi terjadi melalui 2 tahap :
1. Tahapan Nucleation (pembentukan inti)
2. Tahapan Crystal Growth (Pertumbuhan Kristal)
Cacat-cacat Kristal (Imperfection)
Cacat dapat terjadi karena adanya solidifikasi (pendinginan) ataupun akibat
dari luar. Cacat tersebut dapat berupa :
Cacat titik (point defect) Dapat berupa :
a. Cacat kekosongan (Vacancy) yang terjadi karena tidak terisinya suatu
posisi atom pada lattice.
b. Interstitial (“salah tempat”, posisi yang seharusnya kosong justru ditempati
atom)
c. Substitusional (adanya atom “asing” yang menggantikan tempat yang
seharusnya diisi oleh atom)
Cacat garis (line defect)
Yakni Cacat yang menimbulkan distorsi pada lattice yang berpusat pada suatu
garis. Sering pula disebut dengan dislokasi. Secara umum ada 2 jenis dislokasi,
yakni : edge dislocation dan screw dislocation.
Cacat bidang (interfacial defect)
Ialah batasan antara 2 buah dimensi dan umumnya memisahkan daerah dari
material yang mempunyai struktur kristal berbeda dan atau arah kristalnya
berbeda, misalnya : Batas Butir (karena bagian batas butir inilah yang
membeku paling akhir dan mempunyai orientasi serta arah atom yang tidak
sama. Semakin banyak batas butir maka akan semakin besar peluang
menghentikan dislokasi. Kemudian contoh yang berikutnya adalah Twin (Batas
butir tapi special, maksudnya : antara butiran satu dengan butiran lainnya
merupakan cerminan).
Cacat Ruang (Bulk defect)
Perubahan bentuk secara permanen disebut dengan Deformasi Plastis,
deformasi plastis terjadi dengan mekanisme :
a. Slip, yaitu : Perubahan dari metallic material oleh pergerakan dari luar
sepanjang Kristal. Bidang slip dan arah slip terjadi pada bidang grafik dan arah
atom yang paling padat karena dia butuh energi yang paling ringan atau kecil.
b. Twinning terjadi bila satu bagian dari butir berubah orientasinya sedemikian
ombagian kristal yang lain yang tidak mengalami twinning.
Crystal Kisi-Kisi Menunjukkan Atom dan Pesawat
Skema Diagram (kisi pesawat) menunjukkan dislokasi sisi
Kanan Bawah Menunjukkan Dislokasi Ulir
2. pengaruh komposisi kimia
Pengaruh komposisi kimia bermacam-macam pada berbagai logam.
Unsur-unsur tertentu yang mempengaruhi struktur mikro dan sifat mekanis
besi tuang nodular adalah Silikon (Si), Mangan (Mn), Nikel (N), Khromium (Cr),
Tembaga (Cu), Tin (Sn), Molibdenum (Mo).
Pada BTN (besi tuang nodular) biasanya Mg dipadu dengan unsur lain, yaitu
paduan Mg Fe Si (5 – 20% Mg) dengan maksud agar menjadi lebih berat,
karena Berat Jenisnya rendah ( 1.74 : 7.4).
Unsur paduan yang umumnya terdapat pada besi tuang nodular adalah:
Silikon membentuk ferrit. Kadar Si yang lebih besar dari 4,0 %
menjadikan besi tuang nodular tahan oksidasi, tetapi besi tuang
nodular akan menjadi rapuh bila kandungan Si nya meningkat.
Kandungan ideal untuk Si antara 1 - 4 % akan menaikkan
kekuatan ferrit.
Mangan membentuk perlit, kekerasan dan karbida-karbida.
Karena hal yang terakhir, Mangan jarang diinginkan pada paduan.
Nikel membentuk perlit, bainit, sifat kekerasan, tanpa kerugian
seperti halnya Mangan.
Khromium mendorong timbulnya sifat kekerasan, dan karbida-
karbida. Penggunaannya dibatasi untuk tingkat kandungan
karbida (seperti tingkat-tingkat austenit umumnya).
Tembaga membentuk perlit, dan kekerasan. Umumnya
penggunaan tembaga pada sifat beban-beban kekuatan tinggi,
tingkat-tingkat perlit sampai dengan 2,0%.
Timah bereaksi sama seperti tembaga, tetapi kandungan yang
dapat dipertahankan sekitar 0,1 % pada tingkat yang
samadengan pengaruh sekitar 1,0 % dari tembaga.
Molibdenum membentuk sifat kekerasan, bainit dan sifat-sifat
temperatur mekanis yang tinggi. Kadar maksimum yang
ditambahkan sekitar 1,0 %.
Pada baja :
Belerang (S). Sampai 0,1 % kandungan belerang tidak mempengaruhi sifat-sifat baja. Sifat dapat di tempa berkurang pada temperature tinggi. Kelebihan belerang mengakibatkan baja kurang kuat maupun daktilitasnya berkurang.
Fosfor. Fosfor menambah sifat cair baja pada saat meleleh, akan tetapi
kelebihan fosfor mengurangi kekuatan, daktilitas maupun ketahanan terhadap
benturan.
Silikon. Sampai 0,2% silikon tidak berpengaruh terhadap sifat bajanya.
Bila kandungan silikon berlebihan kekuatan maupun elatisitas baja agak naik,
tanpa mengurangi sifat daktilitasnya.
Mangaan. Sampai I% kandungan mangaan sedikit menaikan
kekuatan baja. Akan tetapi di alas 1,5% baja menjadi sangat getas sehingga
tidak banyak dipakai.
Dalam baja tahan karat terdapat unsur pemadu utama yang
berpengaruh seperti Cr, C dan Ni dengan masing-masing fungsi. Jika Cr
dipadukan pada baja diatas 12-13 %, lapisan karat yang berwarna merah pada
permukaan tidak akan terbentuk, karena adanya lapisan tipis krom oksida
Cr2O3 pada permukaan yang stabil (permukaan pasif). Apabila baja
mengandung lebih dari 17 % Cr, maka akan terbentuk suatu lapisan yang
stabil sehingga dapat melindungi baja dari serangan korosi. Korosi pada baja
sering terjadi akibat adanya pengendapan karbida pada batas butir dan
oksidasi Cr pada permukaan, yang menyebabkan terjadinya pengurangan
krom yang dapat menyebabkan ketahanan korosi menjadi menurun.
Jika Ni dipadukan pada besi, maka kehilangan berat yang disebabkan
korosi dalam asam akan berkurang dan ketahanan korosinya akan baik. Baja
tahan karat adalah baja paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur
paduan, seperti Cr dan Ni. Dari jenis baja paduan Fe-Cr-Ni yang pertama
termasuk dalam jenis baja paduan adalah jenis martensitik dan feritik dan
yang kedua adalah baja austenitik.
Adanya Cr dan Ni dalam baja tahan karat berfungsi sebagai penyetabil fasa
ferit dan austenit yang dapat menghasilkan tiga jenis struktur dasar yang
masing-masing ditunjukkan oleh struktur dominan yang terbentuk sehingga
baja tahan karat dapat dibedakan menjadi baja tahan karat martensitik, feritik
dan austenitic.
pengaruh unsur kimia pada besi/baja yang diperlakukan
panas.
3. Jenis-jenis proses manufaktur
1. Proses pengecoran (casting)
Suatu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku
peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan
bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan
sebagai suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan
untuk menghasilkan bagian-bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua
macam, yaitu traditional casting (tradisional) dan non-traditional
(nontradisional).
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses
pembuatan dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada
benda kerja sehingga diperoleh produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan
surface finish yang diinginkan.
3. Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja
dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
4. Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian
dari daerah yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan
didaerah tersebut akan menyebabkan terjadinya ikatan sambungan.
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Heat treatment adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan
cara perlakuan panas.
Ulasan Jenis-jenis perlakuan panas logam khususnya logam baja sebagai
berikut :
Tujuan perlakuan panas pada material logam yaitu untuk meningkatkan sifat-
sifat material untuk kondisi operasional komponen. Macam-macam perlakuan
panas yang umumnya dilakukan antara lain :
Pengerjaan anil (annealing)
Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan logam baja hingga di atas
temperatur trasnformasi (723oC) bertujuan untuk mengubah ke fasa
austenit kemudian didinginkan secara perlahan-lahan (pendinginan tungku).
Tujuan utama pengerjaan ini adalah softening baja.
Pengerjaan Normalisasi (Normalizing)
Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi fasa
austenit penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga
mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite
tergantung komposisi unsure karbon.
Pengerjaan pengerasan (Quenching treatment)
Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi
austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram CCT baja karbon
rendah). Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam atau media
pendingin lainnya. Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan
kekerasan baja.
Pengerjaan temper (tempering treatment)
Perlakuan pemanasan kembali logam baja yang telah dikeraskan
(quenching) dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak
rendah dibawah suhu transformasi eutectoid (lihat diagram fasa biner Fe-C).
Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam sehingga keuletan
(ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting dalam perlakuan
temper adalah temperatur, waktu pemanasan dan lain-lain.
Perlakuan Pembebasan Tegangan ( Stress Relieving Treatment)
Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam logam
baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran,
pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan
memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk
beberapa saat kemudian didinginkan diudara.
Speroidisasi (Spherodizing)Perlakuan pemanasan untuk menhasilkan karbida yang berbentuk bulat (globular) di dalam logam baja.
6. Surface treatment
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia, metal spraying.