44
i PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU<R DALAM TAFSI<R AL-QUR’A<N AL-‘AZ{I<M KARYA SAHAL BIN ‘ABDULLA< H AL-TUSTARI< SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: BAIHAKI NIM. 10532031 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

i

PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU<R DALAM TAFSI<R AL-QUR’A<N

AL-‘AZ{I<M KARYA SAHAL BIN ‘ABDULLA<H AL-TUSTARI<

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

BAIHAKI

NIM. 10532031

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU
Page 3: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU
Page 4: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU
Page 5: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

v

Motto

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka

beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(QS. Al-Baqarah (2): 186)

Page 6: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

vi

Karya ini kupersembahkan kepada

Page 7: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan

skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987

dan Nomor 0543b/U/1987

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

ba‘ b be ب

ta' t te ت

s\a s\ es (dengan titik di atas) ث

jim j je ج

h}a‘ h{ ha (dengan titik di bawah) ح

kha' kh ka dan ha خ

dal d de د

z\al z\ zet (dengan titik di atas) ذ

ra‘ r er ر

zai z zet ز

sin s es س

syin sy es dan ye ش

s}ad s} es (dengan titik di bawah) ص

d{ad d{ de (dengan titik di bawah) ض

t}a'> t} te (dengan titik di bawah) ط

z}a' z} zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik ( di atas)‘ ع

gain g ge غ

Page 8: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

viii

fa‘ f ef ف

qaf q qi ق

kaf k ka ك

lam l el ل

mim m em م

nun n en ن

wawu w we و

ha’ h h هـ

hamzah ’ apostrof ء

ya' y Ye ي

II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap

ditulis muta’addidah متعددة

ditulis ‘iddah عدة

III. Ta’ Marbutah diakhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

ditulis H}ikmah حكمة

ditulis Jizyah جزية

(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke

dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis h.

’<ditulis Kara>mah al-auliya االولياء كرامة

c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah

ditulis t.

Page 9: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

ix

الفطرة زكاة ditulis Zaka>t al-fit}rah

IV. Vokal Pendek

fath}ah ditulis a

kasrah ditulis i

d{ammah ditulis u

V. Vokal Panjang

1 FATHAH + ALIF

جاهلية

ditulis

ditulis

a>

Ja>hiliyah

2 FATHAH + YA’MATI

تنسىditulis

ditulis

a>

Tansa>

3 FATHAH + YA’MATI

كرمي

ditulis

ditulis

i>

Kari>m

4 DAMMAH + WA>WU MATI

فروضditulis

ditulis

u>

Furu>d{

VI. Vokal Rangkap

1 FATHAH + YA’ MATI

بينكمditulis

ditulis

Ai

bainakum

2 FATHAH + WA>WU MATI

قولditulis

ditulis

Au

qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

ditulis a antum أأنتم

ditulis u’iddat اعدت

ditulis la’in syakartum شكرمت نلئ

Page 10: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

x

VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah

ditulis dengan menggunakan "al"

ditulis al-Qur’a>n القرآن

ditulis al-Qiya>s القياس

'<ditulis al-Sama السماء

ditulis al-Syams الشمس

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau

pengucapannya

الفروض ذوى ditulis Z|awī al-Furu>d{

ditulis Ahl al-Sunnah السنة اهل

Page 11: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xi

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن هللا بسم

إالهللا اله ال أن أشهد ين والد نيا مورالد أ على نستعين به و لمين العا رب للهل الحمد

أجمعين به أصحا و له أ وعلى محمد نا سيد على والسالم والصالة هللا رسول محمدا أن وأشهد

Alhamdulillah, berkat rahmat dan pertolongan Allah swt, peneliti akhirnya

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Penafsiran Ayat-Ayat Nu>r dalam Tafsi>r

al-Qur’a>n al-‘Az}i>m Karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari>. Meskipun demikian,

semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan,

karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karenanya, saran dan kritik

membangun dari berbagai pihak senantiasa peneliti harapkan.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Musa Asy’ari, M.A. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Syaifan Nur M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 12: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xii

3. Bapak Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. selaku Ketua Jurusan Tafsir

Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga sekaligus sebagai ketua

pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).

4. Bapak Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga sekaligus sebagai pengelola Program

Beasiswa Santri Berprestasi.

5. Ibu Dr. Nurun Najwah, M.Ag. selaku Penasehat Akademik penulis.

Terimakasih atas nasehatnya dan yang senantiasa mendengar curhat dan

keluhan penulis selama kuliah.

6. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. selaku Dosen

Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya demi memberikan

saran dan motivasi yang sangat bernilai. Terima kasih atas kesabaran dan

keikhlasannya, semoga Allah swt. mencatatnya sebagai amal yang tak

terhingga.

7. Semua dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Bpk Prof. Dr. Suryadi,

M.Ag. Bpk Dr. Ahmad Baidhowi M.Si. Bpk Dr. Ahmad Rofiq, M.A. Bpk

M. Hidayat Noor, M.Ag. Bpk Dr. Abdul Mustaqim, M.Ag. Bpk Prof. Dr.

Fauzan Naif, M.A. Bpk Dr. M. Alfatih Suryadilaga, M.Ag. Bpk Dr.

Mahfudz Masduki, M.A. Bpk Yusron, M.A. Bpk Dr. Agung Danarto,

M.Ag. Bpk Dadi Nurhaedi, S.Ag. M.Si. Bpk Drs. Mansur, M.Ag. Bpk

Drs. Yusuf, M.Ag. Bpk Dr. Singgih Basuki, M.Ag. Bpk Drs. Indal Abror,

M.Ag. Bpk Ali Imron, S.TH.I., M.Si. Ibu Dr. Inayah Rohmaniyah,

Page 13: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xiii

M.Hum. Ibu Adib Shofia, S.S, M.Hum. dll), terima kasih atas

bimbingannya selama ini Bpk, Ibu, serta staf karyawan TU Fakultas

Ushuluddin, khususnya kepada mas Mujtaba, serta seluruh staf

Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.

8. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan

Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa, serta

seluruh pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang telah membina dan

mengawasi.

9. Kepada orang tua penulis, Jarkani (alm), H. Hasan dan Hj. Bahriyah.

Terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih, do’a dan didikannya.

Tidak ada yang patut penulis persembahkan melainkan do’a, semoga

Allah swt memberikan kebahagiaan lahir batin di dunia maupun di

akhirat, serta menempatkan pada tempat termulia penuh ridho di sisi-

NYA.

10. Keluargaku, ka’ Awy, adingku Laila Tanor dan M. Iqbal. Do’a dari kalian

adalah hal yang ku tungu-tunggu dan senyum kalian adalah motivasi dan

semangat terbesarku.

11. Keluarga besar PonPes Rasyidiyah Khalidiyah (pengasuh, pengurus

yayasan, muallim/muallimah). Terimakasih atas didikan dan bekal ilmu

yang telah diberikan kepada penulis dan selalu mendo’akan kesuksesan

penulis sebagai santrinya.

Page 14: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xiv

12. Keluarga besar Pondok Pesantren Diponegoro terimakasih atas

penerimaan dan waktunya yang telah menemani penulis selama masa

perkuliahan. Terima kasih Pak Kiai H. Syakir ‘Ali, M.Si. atas nasehat-

nasehatnya selama ini dan mohon ma’afkan segala kesalahan yang penulis

lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja, baik sikap maupun

prilaku penulis, selama tinggal di ponpes ini.

13. Sahabat-sahabatku di CSS MoRA UIN SUKA Angkatan 2010 (Ten Go);

Eko, Aslam, Helmi, Hilman, Solihin, Reno, Saiful, Dzaki, Asy’ari, Gatot,

Imam, Fauzan, Ridho, Susilo, Tholib, Taher, Saik, Wisnu, Fairuz,

Ismangil, Ghe, Wali dan wa bil khusus kepada Asep Nahrul M. dan

Kemaz M. Intizham yang selalu memberikan semangat yang tiada

habisnya, menemani di setiap waktunya, sampai saya sudah tidak bisa

berkata apa-apa lagi selain beribu-ribu ucapan terimakasih kepada kalian

semua. Begitu juga, teman-teman putri; Syifa, Jannah, Sifaz, Nilda,

Redha, Ida, Faza, Nafiz, Ulfah, Risa, Mas’ulah, Sahila, Halimah, Yuha

serta Syarifah. Terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama

ini. Kalian memang teman-temanku yang “luar biasa”. serta kakak2

angkatan yang telah mendahului (angkatan ’07, ’08 dan ‘09) serta adik2

angkatan semuanya. Salam CSS MoRA: Loyalitas Tanpa Batas!

14. Teman-teman dari banua (Amuntai & Kalsel); ka’ Dhiroh, ka’ Izul, ka’

Najib, ka’ Nisa, ka’ Leni, ka’ Dayat (IAIN wali9), ka’ Rifqi (IAIN

Ampel), ka’ Atul, ka’ Ita, ka’ Munirah, ka’ Rasyid (wali9), Raji, Fahrin,

Page 15: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xv

Devi, Nida, Syarifah, Ella, Ridho, Syafi’i, Jamal, Fikri, Aida dan Icha.

Terima kasih atas bantuan dan kegiatannya selama ini, bersama kalian

penulis merasa seakan-akan berada dalam rumah sendiri.

15. Seluruh orang-orang terkasih yang turut berjasa dalam penyelesaian

skripsi ini. Terima kasih semuanya.

Semoga bantuan semua pihak tersebut menjadi amal saleh serta mendapat

ganjaran yang berlipat ganda dari Allah swt, akhirnya mudah-mudahan skripsi ini

dapat bermanfaat. Amin . . . Ya Rabb al-'alamin.

Yogyakarta, 09 Juni 2014

Penulis

Baihaki

NIM. 10532031

Page 16: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xvi

ABSTRAK

Nu>r adalah salah satu kosakata pokok dan nama salah satu surah dalam

al-Qur’an. Nu>r yang sering diartikan dengan cahaya merupakan salah satu objek

tema yang banyak menarik minat para mufassir, khusunya mufassir yang

beraliran sufi. Salah satunya Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari>. Beliau hidup pada

awal abad ke-3 H. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Kitab tafsir karyanya ini merupakan salah satu kitab tafsir yang pertama

dalam bidang tafsir sufi yang sampai pada masa sekarang, dalam mukaddimah

kitabnya beliau berkata: “Makna zahir adalah makna yang umum yang sudah

terbaca lewat katanya. Sedangkan makna batin adalah makna pemahaman yang

dikandungnya, makna yang khusus dikehendaki.” Menafsirkan al-Qur’an dengan

model ini tidak hanya cukup dengan berkutat dalam bahasa saja, tetapi di sana

ada aspek nu>r yang diberikan Allah di hati orang yang bersih jiwa dan pikirannya.

Oleh karena itu, tema nu>r di kalangan para sufi memiliki posisi penting bagi

pencerahan jiwa manusia dalam membimbing dan menemukan kebahagiaan dan

kebenaran yang sesunguhnya.

Secara garis besar, penelitian ini berupaya menguraikan penafsiran ayat-

ayat tentang nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-

Tustari>. Dengan berusaha menjawab latar belakang di atas yang mencakup:

Bagaimana penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang

nu>r ?, bagaimana pola penafsirannya terhadap ayat-ayat tentang nu>r tersebut ?,

dan apa kelebihan dan kekurangannya?.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif-

analistis dengan pendekatan strukturalisme genetik, yang berfungsi untuk

menganalisis intrinsik karya itu sendiri, latar belakang penulis dan kondisi sosial

sosio-historis yang melingkupinya.

Dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah disebutkan di

atas terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, penafsiran Sahal bin ‘Abdulla >h al-

Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r terbagi menjadi dua bagian: pertama,

tafsir terkait ayat-ayat yang secara langsung memuat redaksi al-nu>r di dalamnya.

Kedua, tafsir tentang nu>r dalam ayat-ayat yang tidak memuat redaksi al-nu>r. Yang berimplikasi pada dua ragam penafsiran yaitu eksoteris dan esoteris.

Kedua, mengenai pola penafsirannya, Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari> tidak

memakai pola yang teratur dalam menjelaskan tafsiran tentang nu>rnya. Al-

Tustari> hanya menafsirkan ayat-ayat yang menurutnya perlu untuk ditafsirkan

sesuai indikasi yang bisa ia tangkap dalam ayat tersebut. Ketiga, mengenai

kelebihannya, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m merupakan kitab tafsir sufi pertama

yang memunculkan tentang teori nu>r Muh}ammad dan makna ini merupakan ciri

khas yang paling mencolok dalam penafsiran tentang nu>r yang Sahal al-Tustari>

jelaskan dalam kitab tafsirnya. Adapun salah satu kekurangannya, pada

penafsiran ayat QS. Al-Taubah (9): 32 dan QS. Al-S}aff (61): 8, dalam redaksi

kedua ayat nu>r pada kedua surah tersebut, hampir sama persis, tidak ada karinah

yang membedakannya, tetapi dalam penjelasannya beliau memaknai dengan dua

makna yang berbeda, tanpa disertai penjelasan kenapa dimaknai berbeda.

Page 17: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii

NOTA DINAS ................................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi

ABSTRAK ....................................................................................................... xvi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 7

D. Kajian Pustaka ......................................................................... 8

E. Metode Penelitian .................................................................... 12

F. Sistematika Pembahasan ......................................................... 15

Page 18: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xviii

BAB II. SAHAL BIN ‘ABDULLA>H AL-TUSTARI<> DAN TAFSI><R AL-

QUR’A<N AL–‘AZ}I<M

A. Biografi Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> ................................. 17

1. Kehidupan Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> dan Guru-

Gurunya ............................................................................... 17

2. Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> sebagai Guru Spritual dan

Murid-Muridnya ................................................................. 24

3. Karya-Karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> ...................... 31

4. Komentar Para Ulama Tentang Sahal bin ‘Abdullah al-

Tustari> .................................................................................. 33

B. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m dalam Kajian ................................ 34

1. Gambaran Kitab Tafsi>r al-Qur’a >n al-‘Az}i>m ........................ 34

2. Sistematika Penulisan Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im ..... 37

3. Metode Penafsiran Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im ........... 44

BAB III. PENAFSIRAN ESOTERIS AYAT-AYAT TENTANG NU><R

MENURUT SAHAL BIN ‘ABDULLA<H AL-TUSTARI<>

A. Pengertian Tafsir Eksoteris dan Tafsir Esoteris ...................... 55

1. Pengertian Tafsir Eksoteris .................................................. 57

Page 19: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xix

2. Pengertian Tafsir Esoteris .................................................... 58

B. Tinjauan Makna Nu>r dalam Perspektif Linguistik .................. 61

C. Ragam Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Nu>r Menurut Sahal

bin ‘Abdulla>h al-Tustari> .......................................................... 66

1. Cahaya Keimanan (QS. Al-Baqarah (2): 257) ................... 68

2. Cahaya al-Qur’an/agama Islam (QS. Al-Taubah (9): 32) .. 72

3. Cahaya Hati Orang-Orang Beriman (QS. Al-Zumar (39):

69) ...................................................................................... 73

4. Cahaya Keimanan yang Menyelamatkan dari Api Neraka

(QS. Al-Hadi>d (57): 12-13 ................................................. 74

5. Cahaya Kenabian Nabi Muhammad (QS. al-S{aff (61): 8) . 77

6. Karunia Orang Beriman di Surga (QS. al-Tahri>m (66): 8) 79

7. Relasi antara Nu>r dan Na>r (QS. Al-Baqarah (2): 260)....... 80

8. Nu>r Muh}ammad ................................................................. 85

a. Teori Nu>r Muh}ammad ................................................ 87

b. Jejak Rekam Penafsiran Nu>r Sahal al-Tustari> dalam

Karya Ulama yang lain .............................................. 99

D. Pola Penafisran Sahal bin ‘Abdullah Al-Tustari> dalam

Menafsirkan Ayat-Ayat Tentang Nu>r ..................................... 101

Page 20: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

xx

E. Kelebihan dan Kekurangannya ............................................... 103

1. Kelebihannya ........................................................................ 103

2. Kekurangannya ..................................................................... 106

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 109

B. Saran-Saran .............................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 113

CURRICULUM VITAE .................................................................................. 116

Page 21: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nu>r sering diartikan dengan cahaya. Sebenarnya nu>r bukanlah istilah

yang baru lagi di kalangan masyarakat. Istilah ini sudah sering digunakan

bahkan dalam bahasa sehari-hari. Di samping nu>r adalah salah satu nama

surah dalam al-Qur’an, nu>r juga merupakan salah satu kosakata pokok dalam

al-Qur’an yang banyak menarik minat para mufassir pada umumnya, maupun

mufassir yang beraliran sufi pada khususnya, dalam mengkaji dan membahas

tentang istilah dan tema ini.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa para mufassir dalam

menafsirkan al-Qur’an dikenal dengan dua cara, yaitu dengan cara tafsi>r bi al-

ma’s\ur dan tafsi>r bi al-ra’y. Tafsi>r bi al-ma’s \ur adalah tafsir yang mendasari

pembahasan dan sumbernya pada riwayat. Sedangkan tafsir bi al-ra’y adalah

tafsir yang mendasari sumbernya pada penalaran dan ijtihad. Dari dua metode

inilah kemudian lahir metode-metode lain yang menyebabkan metodologi

penafsiran al-Qur’an berkembang. Metode-metode yang dimaksud adalah

metode tahlili, metode muqaran dan metode maudhu’i.1

Sedangkan dalam tataran praksisnya, para ulama juga berbeda-beda

dalam mendekati al-Qur’an. Salah satunya adalah mendekatinya dengan

menggunakan ilmu tasawuf yang kemudian dikenal dengan istilah al-Tafsi>r

1 M. Alfatih Suryadilaga (dkk.), Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, Cet III,

2010), hlm. 41.

Page 22: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

2

al-Su>fi> atau sering ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku dengan tafsir

sufi.2

Sebagian ulama membagi tasawuf ini menjadi dua bagian: yaitu

tas}awuf nad}ari (teoritis) dan tas}awuf ‘amali (praktis). Tas}awuf nad}ari adalah

tasawuf yang bersandar pada wacana bahasan dan studi (pemikiran).

Sedangkan tas}awuf ‘amali adalah tasawuf yang bersandar pada zuhud,

tirakat, dan dedikasi total kepada ketaatan Allah swt. Maka pembagian ini

membawa konsekuensi kepada pembagian tafsir sufi menjadi dua juga yaitu

(1) Tafsi>r Su>fi> Nad}ari dan (2) Tafsi>r Su>fi> Isyari.3 Tafsir sufi nad}ari adalah

penafsiran yang dibangun untuk mempromosikan salah satu teori mistik

dengan menggeser tujuan al-Qur’an kepada tujuan dan target mistis mufassir.

Adapun Tafsi>r su>fi> isyari atau faid}y adalah penakwilan ayat-ayat al-Qur’an

yang berbeda dengan makna lahirnya yang kemudian disesuaikan dengan

petunjuk khusus yang diterima para tokoh sufisme, tetapi di antara kedua

makna tersebut masih dapat dikompromikan.4

Mengingat dalam praktik tafsir sufi dinilai telah terjadi penyimpangan

penafsiran, maka para ulama kemudian memberikan rambu-rambu sebagai

tolok ukur kebenaran tafsir sufi, antara lain seperti yang dikemukakan oleh

Ibnu Qayyim.5

2 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah. (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm.

52-53. 3 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah... hlm. 53.

4 Ahmad Izzan. Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung; Tafakkur, 2011), hlm. 204-205.

5 Dalam hal ini Ibnu Qayyim mengatakan beberapa kriteria tafsir sufi yang dapat

diterima sebagai berikut: a. Penafsiran tersebut tidak bertentangan dengan makna zhahirnya ayat,

Page 23: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

3

Kaum sufi berpendapat bahwa hakikat al-Qur’an tidak hanya terbatas

pada pengertian yang bersifat lahiriah saja, tetapi tersirat pula makna batin

(makna tersembunyi di balik kata) yang justru merupakan makna terpenting.6

Karena makna zahir adalah makna yang umum sedangkan makna batin itu

adalah makna yang khusus dikehendaki yang hanya diketahui oleh orang-

orang yang mendapat pelajaran dari Allah, dengan kelimpahan-kelimpahan

dan keridhaan-Nya.7 Menafsirkan al-Qur’an dengan model ini tidak hanya

cukup dengan berkutat dalam bahasa saja, tetapi di sana ada aspek nu>r yang

diberikan Allah di hati orang yang bersih jiwa dan pikirannya.8 Pemahaman

makna al-Qur’an yang dalam dan tersembunyi akan tersingkap bagi yang

memiliki kesucian hati (arbab al-qulu>b al-zakiyah)9 melalui latihan-latihan

ruhani.

Berdasarkan hal di atas itulah, tema nu>r (cahaya) bagi kalangan para

sufi, adalah suatu tema yang memiliki posisi penting (sentral) bagi

b. Makna atau penafsiran tersebut benar secara inheren, c. Antara penafsiran dan lafal yang

ditafsirkan memang ada hubungan. Ada pula ulama lain yang menambahkan tolok ukur kebenaran

tafsir sufi, yaitu bahwa, d. Makna batin tersebut tidak boleh diklaim sebagai satu-satunya makna

yang dikehendaki oleh Allah, yang menafikan makna zhahir, e. Penafsiran tersebut tidak boleh

bertentangan dengan akal atau syari’at, f. Penafsiran sufistik tersebut harus didukung oleh dalil

atau syahid secara syari’. Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta:

Pondok Pesantren LSQ & Adab Press, 2012), hlm. 128.

6 Ahmad al-Syirbashi, Sejarah Tafsir Qur’an,terj. Tim Pustaka Firdaus. Cet. III, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 133.

7 M. H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, (Qairo: Maktabah Wahbah,

2000), hlm. 282.

8 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah... hlm. 66.

9 Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din I, (Beirut Dar al-Fikr), 1995), hlm 323.

Page 24: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

4

pencerahan jiwa manusia dalam membimbing dan menemukan kebahagiaan

dan kebenaran sejati, termasuk mencari makna batin dalam sebuah ayat.

Kata nu>r sendiri dengan berbagai bentuk derivasinya, dalam al-Qur’an

terulang sebanyak 49 kali dalam 39 ayat yang tersebar dalam 24 surat.10 Yang

sebagiannya menjadi ungkapan simbolik (metaforis) yang menunjuk kepada

beberapa makna. Penafsiran terhadap ayat-ayat tentang nu>r menjadi menarik

untuk diteliti dan dikaji. Dalam hal ini penulis mengambil tema penafsiran

ayat-ayat nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-

Tustari> dengan mencoba mengumpulkan semua ayat-ayat tentang nu>r dalam

al-Qur’an kemudian menganalisisnya satu persatu.

Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> mempunyai nama lengkap Abu>

Muh}ammad Sahal bin ‘Abdulla>h bin Yunus bin ‘Isa bin ‘Abdulla>h bin Rafi >’

al-Tustari>. Lahir pada tahun 200 H/ 815 M dan wafat pada tahun 283 H/896

M.11 Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> adalah salah satu ulama yang paling alim,

zuhud, wara’ serta ahli ibadah. Beliau hidup pada abad ke-3 Islam, yaitu pada

abad yang banyak melahirkan ulama-ulama besar dalam berbagai bidang

keilmuan.12

Banyak karya yang beliau hasilkan, di antaranya adalah Mawa >’iz} al-

‘A<rifi>n, Jawa>ba>t Ahlu al-Yaqi>n, Qas}as}u al-Anbiya, Haz\a Fad}lan ‘an Tafsi>r

10 Muh}ammad Fua>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu’jam al-Mufahras li alfa>z al-Qur’a >n al-kari>m,

(Kairo: Da>r al-Fikr, 1981), hlm 725-726.

11 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, tahqiq T{aha ‘Abdu al-Rau>f dan Sa’ad

H{asan Muh}ammad ‘Ali, (Kairo: Da>r Al-Hara>m li al-Turats, 2004), hlm. 67.

12 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir (Kajian Komprehensif metode Para

ahli Tafsir), terj. Faisal shaleh dan Syahdianor, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.

51.

Page 25: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

5

Masyhur,13 dan Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Pada kitab tafsir yang terakhir

inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Kitab Tafsi>r al-Qur’an> al-‘Az}i>m adalah model tafsir yang khas dengan

dalil-dalil penafsiran para sufi yang lurus, di dalamnya juga berisikan

komentar pengarang terhadap penafsiran para sufi tersebut. Pengarangnya

adalah seorang yang terkemuka dalam kepribadian sufi yang berdasarkan

syariat dan mengikuti jejak Rasululah Saw.14

Poin yang ingin disampaikan berkenaan dengan kitab tafsir ini adalah

berkaitan dengan struktur atau komposisi dari karya ini, khususnya mengenai

penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat nu>r yang

mempunyai ciri khas tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh kitab lain.

Di antara contoh ayat QS. Al-Nu>r ayat 35.

Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas

13 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir... hlm. 54.

14 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir... hlm. 55.

Page 26: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

6

cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”15

Makna nu>r dalam ayat ini ( مثل نوره ) diartikan dengan nu>r nya nabi

Muhammad Saw.16 Sebuah makna nu>r yang banyak menarik perhatian para

ulama sesudahnya dan memang makna nu>r yang mendominasi yang banyak

Sahal al-Tustari> jelaskan dalam kitab tafsirnya ini.

Dalam contoh lain QS. Al-Baqarah ayat 257:

Artinya: “Allah pelindung orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”17 Ayat ini dimaknai Sahal al-Tustari> dalam konteks nu>r yang bermakna

cahaya keimanan yang dilimpahkan Allah di dalam hati orang-orang

beriman.18 Dan lain-lain lagi sebagainya.

Juga karena ini adalah salah satu kitab generasi yang paling pertama

dalam bidang tafsir sufi yang sampai kepada generasi sekarang sehingga ada

15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma

Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 354.

16 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m... hlm. 206.

17 Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (al-Qur’a>n al-Kari>m)... hlm. 43.

18 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m... hlm. 106.

Page 27: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

7

kemungkinan banyak kitab-kitab yang bercorak sufi setelahnya yang

kemudian mengikuti atau bahkan menjadikan referensi kepada kitab ini.

Berdasarkan pemaparan dan karena latar belakang di atas itulah,

kajian yang dilakukan dalam penelitian ini menjadi sangat menarik untuk

diteliti lebih jauh dan lebih mendalam lagi.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di

atas, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dijawab dalam

penelitian ini secara ekplisit dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-

ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m ?

2. Bagaimana pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dalam

menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a >n al-

‘Az}i>m ?

3. Apa kelebihan dan kekurangannya ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan rumusan yang telah disusun, penelitian ini memiliki

tujuan sebagai berikut:

1. Memahami penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-

ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im.

Page 28: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

8

2. Mengetahui pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dalam

menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-

‘Az}i>m.

3. Dapat memberikan gambaran tentang kelebihan dan kekurangan

dalam penafsiran ini.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman

yang komprehensif dan integral terhadap penafsiran Sahal bin

‘Abdulla>h al-Tustari> tentang nu>r.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis (academic

significance), dapat menambah informasi dan khazanah intelektual

khususnya di bidang tafsir dan juga diharapkan memiliki arti

kemasyarakatan (social significance) khususnya bagi umat Islam.

3. Diharapkan penelitian ini dapat membantu usaha-usaha peningkatan,

penghayatan dan pengalaman ajaran, nilai al-Qur’an.

D. Kajian Pustaka

Adapun telaah pustaka yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah

kajian seputar literatur-literatur yang di dalamnya membahas tentang Sahal

bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dan literatur-literatur yang membahas tentang

tema-tema nu>r.

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap literatur-literatur yang

mengkaji atau membahas tentang Sahal bin ‘Abdulla>h al–Tustari> masih

Page 29: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

9

jarang ditemukan. Sejauh penelusuran yang dilakukan, Penulis menemukan

pembahasan ini disisipkan dalam kitab Tafsi>r wa al-Mufassiru>n karya

Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, pembahasan tentang al-Tustari> pada kitab ini

sangat ringkas, tidak lebih dari tiga halaman, yang mencakup penjelasan

singkat mengenai biografi Sahal al-Tustari> dan metode penafsirannya dalam

kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m.19

Sementara yang lain. M. Anwar Syarifuddin menulis dalam sebuah

Jurnal Studi Qur’an yang berjudul “Otoritas penafsiran sufistik Sahl al-

Tustari>”. Dalam tulisan ini, ia menjelaskan seputar kehidupan Sahal al-

Tustari> dan isi penafsirannya, dengan pokok bahasan mengenai beberapa

contoh penafsiran tentang analogi rumah Tuhan, simbolisasi kosmik, elemen

kejiwaan serta elemen eskatologis.20 Adapun yang penulis lakukan adalah

penelitian tentang penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-

ayat nu>r dalam kitab tafsirnya. Dan mengenai karya ilmiah berupa skripsi,

penulis sendiri belum menemukannya dilingkungan UIN, khususnya UIN

Sunan Kalijaga.

Adapun literatur-literatur yang membahas seputar tema nu>r, penulis

menemukan beberapa bahasan, hanya saja tidak dibahas secara utuh dan

menyeluruh dalam karya ilmiah atau buku. Tema tersebut dibahas secara

ringkas, bahkan hanya disisipkan dalam tema-tema lain.

19 M. H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, (Qairo: Maktabah Wahbah,

2000), hlm. 281-283.

20 M. Anwar Syarifuddin. “Otoritas penafsiran sufistik Sahl al-Tustari>”, Jurnal Studi

Qur’an, Vol. 2, No. 1, 2007, hlm. 135-170.

Page 30: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

10

Fuad Kauma, dalam bukunya yang berjudul Tamsil al-Qur’a>n:

Memahami Pesan-Pesan Moral dalam Ayat-Ayat Tamsil, pada salah satu

bagiannya memuat ulasan perumpamaan Cahaya Allah (QS. Al-Nu>r ayat 35)

yang merujuk kepada Tafsi>r al-S{awi. pebahasannya mencakup pengertian nu>r,

juga berusaha menggali pesan-pesan moral dalam perumpamaan al-Qur’an

sebagai pelajaran bagi manusia, supaya menyadari hakikat hidupnya.21

Afzalur Rahman dalam karyanya al-Qur’an dalam Berbagai Disiplin

Ilmu, di dalamnya terdapat bahasan ayat-ayat al-Qur’an tentang nu>r dalam

persfektif science. Yang memotivasi para saintist muslim untuk

mengobservasi dan membedah uraian misteri-misteri di belakang warna dan

fenomena yang tampak dalam dunia fisik. Ayat-ayat tersebut menjadi ladang

observasi dan motivasi bagi para saintist untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya tentang spektrum cahaya sebagai fenomena yang

tampak dalam dunia fisik yang diobservasi sehari-harinya oleh masyarakat

manusia pada umumnya.22

Di antara penelitian karya ilmiah yang membahas seputar tema nu>r

antara lain sebagai berikut. Skripsi yang berjudul “Penafsiran Esoteris al-

Ghazali Terhadap Ayat-Ayat Tentang Nu>r”,23 yang dilakukan oleh Dadan

Muhammad Ramdan, Penelitian ini lebih terfokus kepada penafsiran ayat nu>r

21 Fuad Kauma, Tamsil al-Qur’an: Memahami pesan-pesan Moral dalam ayat-ayat

tamsil, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 27-32.

22 Afzalur Rahman, Al-Qur’an dalam berbagai Disiplin Ilmu,terj. Zaimuddin (Jakarta:

LP3SI, 1988), hlm 69-74.

23 Dadan Muhammad Ramdan, “Penafsiran Esoteris al-Ghazali Terhadap Ayat-Ayat

Tentang Nu>r.” , Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan TH, tahun 2003.

Page 31: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

11

berdasarkan persfektif al-Ghazali dengan kesimpulan bahwa al-Ghazali dalam

menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r tetap berpegang pada makna zahir yang

ditujukan ayat-ayat tersebut dan melengkapinya dengan pemaknaan yang

memiliki kecenderungan sufistik yang cukup kental serta kecenderungan

falsafi. Begitu juga skripsi yang dilakukan oleh Ali Romdhon yang berjudul

“Tafsi>r QS. Al-Nu>r Ayat 35 dalam Kitab Misykat al-Anwa>r Al-Ghazali

(Telaah Tafsir Sufistik)”,24 Hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan

penelitian di atas karena kesamaan tema yang dikaji dan tokohnya, juga

kitab yang menjadi rujukan sumber premirnya.

Sebuah disertasi yang ditulis oleh Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad: Pintu

Menuju Allah: Telaah atas Pemikiran Sufistik Syeikh Yusuf al-Nabhani,

Karya ini membahas tema tasawuf tentang konsep Nu>r Muh}ammad sebagai

makhluk yang pertama kali diciptakan. Tema pokok kajian disertasi ini

adalah pandangan Syeikh Yusuf al-Nabhani tentang Nu>r Muh}ammad. Konsep

ini berangkat dari surat al-Maidah ayat 15 sebagai sandarannya. Diduga ayat

ini menjadi isyarat al-Qur’an tentang Nu>r Muh}ammad.25

Setelah melihat dan menelaah satu persatu dari penelitian di atas,

penulis belum menemukan pembahasan mengenai penafsiran ayat-ayat

tentang nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-

24 Ali Romdhon, “Tafsi>r QS. Al-Nu>r Ayat 35 dalam Kitab Misykat al-Anwa>r Al-Ghazali

(Telaah Tafsir Sufistik).” , Skripsi Ushuluddin Jurusan TH, tahun 2009.

25 Sahabuddin, Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah (Telaah atas Pemikiran Sufistik

Syeikh Yusuf al-Nabhani), (Makasar: Yayasan al-ahkam, 2002).

Page 32: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

12

Tustari>. Inilah yang menjadi perbedaan dan kelebihan yang dimiliki dalam

penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah diharuskan untuk menggunakan

metode yang jelas. Hal ini berguna untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dari sebuah penelitian. Metode yang dimaksud di sini merupakan cara kerja

untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan.26

Dengan kata lain, metode ini merupakan cara atau aktivitas analisis yang

dilakukan oleh seorang peneliti dalam meneliti objek penelitiannya untuk

mencapai hasil atau kesimpulan tertentu. Terkait dengan metode, ada

beberapa poin yang penulis tegaskan:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research)

yaitu penelitian yang berbasiskan pada data-data kepustakaan, baik dari

berupa buku, jurnal, artikel maupun bacaan lainnya yang terkait dengan

objek penelitian ini. Dalam hal ini, terutama adalah kitab Tafsi>r al-Qur’a>n

al-‘Az}i>m Karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari>.

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun yang dimaksud dengan metode pengumpulan data adalah

metode atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

26 Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997),

hlm. 7.

Page 33: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

13

diperlukan dalam penelitian melalui prosedur yang sistematik dan

standar. Adapun yang dimaksudkan dengan data dalam penelitian adalah

semua bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau

fenomena yang ada kaitannya dengan riset.27 Data yang dikumpulkan

dalam suatu penelitian harus relevan dengan pokok persoalan. Untuk

mendapatkan data yang dimaksud diperlukan suatu metode yang efektif

dan efisien dalam artian metode harus praktis, dan tepat dengan obyek

penelitian.

Data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini

diperoleh dengan jalan dokumentatif atas naskah-naskah yang terkait

dengan objek penelitian ini. Ada dua jenis sumber data yang diperlukan

dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah sumber data primer dan yang

kedua adalah sumber data sekunder.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab yang

berjudul Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, yaitu sebuah kitab tafsir yang

dikarang oleh Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> sendiri.

Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

semua buku, naskah, jurnal, artikel dan website yang berhubungan dengan

objek kajian penelitian tersebut.

3. Analisis Data

27 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.

3.

Page 34: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

14

Analisis data merupakan proses penyederhanaan terhadap data-

data yang ada (baik data primer maupun sekunder) dalam bentuk yang

mudah dibaca dan diinterpretasikan.28 Adapun metode yang digunakan

dalam menganalisa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

deskriptif-analitis yaitu penelitian yang menuturkan dan menganalisa

dengan panjang lebar, yang pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada

pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data.29 Dalam

hal ini, penulis ingin menjabarkan tentang penafsiran ayat-ayat nu>r dalam

Tafsi>r al-Qur’a >n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> kemudian

menganalisisnya satu per-satu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan strukturalisme genetik30. Pendekatan strukturalisme genetik

adalah pendekatan yang menganalisis tiga unsur kajian, yaitu 1). Intrinsik

teks itu sendiri, 2). Latar belakang penulis, dan 3). Kondisi sosio-historis

yang melingkupinya. Strukturalisme memandang bahwa keterkaitan

dalam struktur itulah yang mampu memberi makna yang tepat, karena

dengan melihat gaya struktur yang ia gunakan, akan terlihat gaya

pemikiran Sahal al-Tustari> dalam menafsirkan kitabnya dan setting sosio-

historisnya. Termasuk penafsirannya, terhadap ayat-ayat nu>r dalam kitab

28 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitataif, (Bandung: Rosdakarya, 1991), hlm.

263.

29 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik, (Bandung:

Tarsito, 1994), hlm. 45.

30 Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet 8, (Yogyakarta: Reka

Sarasin, 1998), hlm. 164-165.

Page 35: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

15

tafsirnya tersebut. Sebab strukturalisme pada dasarnya berasumsi bahwa

karya sastra (teks) adalah suatu kontruksi dari unsur-unsur yang

mengandung tanda-tanda.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini dibahas mengenai apa saja yang

dipaparkan dalam skripsi ini. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

pemahaman dan mendapatkan gambaran yang sistematis terhadap isi

penelitian ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan mengenai

signifikansi penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang yang membahas

mengenai seberapa penting dan menariknya tema yang diangkat untuk

dijadikan sebuah penelitian. Selanjutnya dibahas mengenai rumusan masalah

yang hendak dijawab dalam penelitian ini, kemudian mengenai tujuan dan

kegunaan penelitian ini, telaah pustaka yang mencoba mendeskripsikan

secara singkat penelitian-penelitian yang terdahulu yang terkait dengan tema

dan melihat orisinalitas penelitian ini dengan cara membandingkan dengan

penelitian sebelumnya. Setelah telaah pustaka, dilanjutkan dengan membahas

mengenai metode penelitian yang berisikan tentang jenis dan sifat penelitian,

metode pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan yang terakhir dari

bab ini yaitu menjelaskan tentang gambaran umum tentang isi penelitian ini

secara menyeluruh.

Page 36: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

16

Bab kedua membahas mengenai sketsa biografi Sahal bin ‘Abdulla>h

al-Tustari>, dan karya-karyanya, yang mencakup riwayat hidup Sahal bin

‘Abdulla>h al-Tustari>, guru-gurunya dan murid-muridnya yang melingkari

pertumbuhan atau mobilitas penafsirannya, juga kajian terhadap Tafsi>r al–

Qur’a>n al–‘Az}i>m karyanya.

Bab ketiga, merupakan inti dari pembahasan ini, membahas

penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r.

Bab ini terdiri dari lima subbab, yaitu; subbab pertama menjelaskan tentang

pengertian eksoteris dan esoteris, subbab kedua menguraikan tinjauan makna

nu>r dalam perspektif linguistik, subbab ketiga membahas tentang ragam

penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r,

subbab keempat menjelaskan tentang pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-

Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r dan subbab kelima menguraikan

kelebihan dan kekurangan penafsiran ini.

Bab keempat, merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah

dikemukakan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti disertai

dengan saran-saran yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk

kajian lebih lanjut dari penelitian ini, sekaligus merupakan penutup rangkaian

dari pembahsan skripsi ini.

Page 37: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

109

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap penafsiran ayat-ayat nu>r

dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari> ini,

penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Dari beberapa macam ayat tentang nu>r yang Sahal al-Tustari>

paparkan, terdapat delapan makna nu>r yang penulis temukan dalam kitab

tafsirnya, yang terbagi menjadi dua bagian: pertama, tafsir terkait ayat-ayat

yang secara langsung memuat redaksi al-nu>r di dalamnya. Kedua, tafsir

tentang nu>r dalam ayat-ayat yang tidak memuat redaksi al-nu>r. Dengan

terdapat dua ragam makna penafsiran yang Sahal al-Tustari> berikan yaitu

esoteris dan eksoteris. Adapun kedelapan makna-makna nu>r tersebut yaitu:

1. Cahaya Keimanan.

2. Cahaya al-Qur’an/agama Islam.

3. Cahaya Hati Orang-Orang Beriman.

4. Cahaya Keimanan Yang Menyelamatkan dari Api Neraka.

5. Cahaya Kenabian Nabi Muhammad.

6. Karunia Orang Beriman di Surga.

7. Relasi antara Nu>r dan Na>r.

8. Nu>r Muh}ammad.

Page 38: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

110

Dan dari kedelapan makna nu>r yang didapatkan dalam penelitian ini,

sebagaimana yang disebutkan di atas, ada satu makna nu>r yang mendapat

perhatian lebih dari Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> yaitu makna nu>r yang

terdapat dalam QS. Al-Nu>r (24): 35, yang diartikan dengan nu>r Muh}ammad

Saw. Dengan penekanan dua tema pokok yang didapatkan ketika Sahal al-

Tustari> membicarakan tentang nu>r Muh}ammad ini, yaitu: Pertama,

Muh}ammad mempunyai waktu yang spesial dalam pra-eksistensi bersama

Tuhan. Kedua, semua ciptaan telah diciptakan dari nu>r Muh}ammad.

Mengenai pola penafsirannya, Sahal-Tustari> tidak memakai pola yang

teratur dalam menjelaskan tafsiran tentang nu>rnya yang terdapat dalam kitab

tafsirnya, al-Tustari hanya menafsirkan ayat-ayat yang menurutnya perlu

untuk ditafsirkan sesuai indikasi yang bisa ia tangkap dalam ayat tersebut.

Dengan demikian tidak mesti ayat yang terdapat redaksi nu>rnya akan ia

tafsirkan makna nu>r dalam ayat tersebut, begitu juga sebaliknya, ayat yang

tidak terdapat redaksi nu>r tetapi ia kemudian menafsirkan penjelasan yang

mengandung pemaknaan nu>r di dalamnya. Contoh terbanyak dari pernyataan

kedua adalah ketika Sahal menjelaskan makna nu>r Muh}ammad yang tersebar

di berbagai surah dan ayat-ayat yang lainnya.

Adapun mengenai kelebihan dan kekurangannya, salah satu

kelebihannya adalah kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m merupakan kitab sufi

pertama yang memunculkan tentang teori nu>r Muh}ammad sebagaimana yang

termaktub dalam isi kitab tafsirnya dan ini merupakan ciri khas yang paling

mencolok dalam penafsiran tentang makna nu>r yang Sahal al-Tustari> jelaskan

Page 39: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

111

dalam kitab tafsirnya. Adapun kekurangannya, pemaknaan tentang makna nu>r

khususnya nu>r Muh}ammad, Sahal al-Tustari> tidak meruntutkan

penjelasannya dalam satu runtutan, tetapi menyebarkannya dalam ayat-ayat

yang terpisah-pisah, sehingga untuk mengetahui tentang pemaknaan nu>r

Muh}ammadnya secara mendetail harus mencari seluruh isi tafsirannya yang

ia jelaskan tentang nu>r Muh}ammad.

B. Saran-Saran

Setelah melewati proses pembahasan dan pengkajian terhadap

penafsiran ayat-ayat nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m karya Sahal bin

‘Abdullah al-Tustari>, maka dalam upaya pengembangan kajian dan penelitian

berikutnya, terdapat beberapa rekomendasi yang kiranya dapat berguna untuk

penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan kepada ayat-ayat

tentang nu>r dalam kitab tafsirnya yang penulis dapatkan dengan cara

mengumpulkan semua ayat-ayat yang membahas tentang nu>r. Penulis

berharap untuk penelitian selanjutnya dapat menambah objek

kajiannya dalam ayat-ayat yang lain yang lebih menarik.

2. Dalam penelitian ini, penulis belum mendapatkan penjelasan secara

pasti mengenai apakah Sahal al-Tustari> adalah orang pertama yang

murni mencetuskan tentang teori nu>r Muh}ammad, sebagaimana yang

terdapat dalam kitab tafsirnya. Atau ada orang sebelum beliau yang

sudah mencetuskannya, hanya saja tidak terdapat dalam sebuah karya

Page 40: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

112

kitab tafsir. Oleh sebab itu, dalam penelitian selanjutnya diharapkan

dapat mengungkap hal tersebut.

3. Penelitian ini merupakan salah satu tentang penelitian tafsir sufistik.

Penulis berharap dalam penelitian selanjutnya dapat mengambil

tema-tema pokok lainnya yang masih banyak belum diungkapkan,

misalnya tentang konsep prikeabadian jiwa yang Sahal al-Tustari

singgung dalam penafsiran yang terdapat dalam kitab tafsirnya.

Akhirnya, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt. penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skiripsi ini. Menyadari akan keterbatasan

kemampuan manusia dan usaha maksimal yang telah dilakukan, dengan

setulus hati dan sikap terbuka, penulis mengharapkan kritikan dan saran

konstruktif sebagai evaluasi dan refleksi untuk penelitian ini dan penelitian

selanjutnya.

Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan manfaat

dan memberikan kontribusi bagi pemahaman penafsiran al-Qur’an, khususnya

untuk untuk penulis sendiri maupun bagi pembaca umumnya. Semoga Allah

senantiasa menunjukan kita ke jalan yang benar serta senantiasa diterangi

oleh cahaya-Nya. Wa Allahu a’la>m bi al-s}awwa>b wa al-h}amdu li Allahi rabbi

al-‘a>lami>n.

Page 41: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

113

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1995.

As}faha>ni al-, Al-Ragib. Mu’jam Mufrada>t li Alfa>z al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-

Kutub al-‘Ilmiyah. T.th.

Ba>qi> al-, Muh}ammad Fua>d ‘Abd. Al-Mu’jam al-Mufahras li alfa>z al-Qur’a >n al-kari>m. Kairo: Da>r al-Hadi>s. 1998.

Baraja, Abbas Arfan. Ayat–Ayat Kauniyah. Malang: UIN-Malang Press. 2009.

Bowering, Gerhard. The Mystical Vision of Existence in Classical Islam (The Qur’anic Hermeneutics of the Sufi Sahl At-Tustari). Berlin, New York:

de Gruyter. 1979.

Chittick, William C dan Nicholas Heer. Tafsi>r Esoteris Gazali dan Sam’ani. Terj.

Ribut Wahyudi. Yogyakarta: Pustaka Sufi. 2003.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: PT. Sygma

Examedia Arkanleema. 2009.

Farmawy al-, ‘Abd Al-Hay. Metode Tafsir Mawdhu’i (Suatu Pengantar). Terj.

Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994.

Faudah, Mahmud Basuni. Tafsi>r–Tafsi>r Al-Qur’a>n (Perkenalan dengan Metodologi Tafsi>r). Terj. H.M.. Mochtar Zoerni dan Abdul Qadir Hamid. Bandung: Pustaka, 1987.

Gha>zali> al-, Abu> H{ami>d. Ihya> ‘Ulu>m al-Di>n I. Beirut: Da>r al-Fikr. 1995.

Ibn Zakaria, Ah}mad ibn Fa>ris. Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz V. Mesir:

Maktabah Mustafa> al-Ba>bi> al-Halabi> wa aula>duhu.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakkur. 2011.

Kauma, Fuad. Tamsil al-Qur’an: Memahami pesan-pesan Moral dalam ayat-ayat tamsil. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2000.

Keeler, ‘Ali dan Annabel Keeler. Tafsi>r al-Tustari> (Great Commentaries on the Holy Qur’a>n). Amman: Royal Aal al-Bayt. 2011.

Koentjaningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

1997.

Page 42: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

114

Mahmud, Mani’ Abd Halim. Metodologi Tafsir (Kajian Komprehensif metode Para ahli Tafsir). Terj. Faisal shaleh dan Syahdianor. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2006.

Manz}u>r, Ibnu. Lisa>n al-‘Arab. Beirut: Da>r Ihya al-Tura>s\ al-‘Arabi>. t.th.

Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitataif. Bandung: Rosdakarya. 1991.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet 8. Yogyakarta: Reka

Sarasin. 1998.

Mustaqim, Abdul. Dinamika sejarah tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Pondok

Pesantren LSQ & Adab Press. 2012.

Qat}t}a>n al-, Manna>’ Khali>l, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakir AS. Bogor:

Pustaka Lintera AntarNusa, 2013.

Qurt}ubi> al-. Tafsi>r Al-Qurtubi>. ta’liq; M. Ibrahi>m al-Hifnawi, takhrij; Mahmu>d Hamid ‘Us \man, terj. A. Khotib. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008.

Rahman, Afzalur. al-Qur’an dalam berbagai disiplin ilmu. Jakarta: LP3SI. 1987.

S{abuni> al-, M. Aly>. Pengatar Studi al-Qur’an (al-Tibya>n). terj. Moch. Chudlori

Umar dan Moh. Matsna H.S. Bandung: PT Ma’arif. 1996.

Sahabuddin. Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah (Telaah atas Pemikiran Sufistik Syeikh Yusuf al-Nabhani). Makasar: Yayasan al-ahkam. 2002.

Sulami> al-. Tafsi>r al-Sulami>. Tahqi>q; Said Imra>n, Juz II. Beirut: Da>r al-kutub al-

‘ilmiyah. 2001.

Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito. 1994.

Suryadilaga, M. Alfatih (dkk), Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, Cet

III. 2010.

Syarifuddin, M. Anwar. “Otoritas Penafsiran Sufistik Sahl al-Tustari”.> Jurnal Studi Qur’an, Vol. II, No. 1. 2007.

Syi>ra>ji al-, M. Bin Ibrahi>m S}adruddin. Tafsir al-Qur’an al-Kari>m (tafsi>r a>yatin al-nu>r). Qum: Intisyara>t bi>da>r. t.th.

Syirbasi al-, Ahmad. Sejarah Tafsir al-Qur’an. ter. Pustaka Firdaus. Cet. III.

Jakarta: Pustaka Firdaus. 1994.

Page 43: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

115

Tustari al-, Sahal. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Tahqiq T{aha ‘Abdur Rauf dan

Sa’ad H{asan Muh}ammad ‘Ali >. Kairo: Da>r Al-Hara>m li al-Turats.

Z|ahabi> al-, M. Husein. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n juz II. Qairo: Maktabah

Wahbah. 2000.

Page 44: PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU

116

CURRICULUM VITAE

Nama : Baihaki

NIM : 10532031

Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

TTL : Amuntai, 18 Januari 1993

No. HP : 085799336757

Email : [email protected]

Orang Tua : Ayah : Jarkani (Alm), H. Hasan

: Ibu : Bahriyah

Alamat Asal : Desa Panawakan RT. 02 No. 22, Kec. Haur Gading,

Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalimantan Selatan

Pondok Asal : Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Normal Islam Putera

Alamat di Jojga : Kompleks Pesantren Diponegoro, RT/RW: 01/38,

Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY

Pendidikan Formal : SDN Panawakan : 1999-2004

: MTs Normal Islam Putera Rakha : 2004-2007

: MA Normal Islam Putera Rakha : 2007-2010

: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010-2014

Pengalaman Organisasi :

- Staf Redaksi Majalah Dinding (Mading) MA Nipa Rakha Amuntai Periode

2008-2009

- Anggota IKA RAKHA YK (Ikatan Keluarga Alumni Rakha Yogyakarta)

2013-Sekarang

- Anggota CSS MoRA UIN Sunan Kalijaga periode 2010-2014