84
Penafsiran Makna Azwāj Muahharah” dalam al- Quran Perspektif Tafsir al-Qurubi SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh: Faris Fadhil Yusup 11140340000099 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

Penafsiran Makna “Azwāj Muṭahharah” dalam al-

Quran Perspektif Tafsir al-Qurṭubi

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:

Faris Fadhil Yusup

11140340000099

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

Page 2: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam
Page 3: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam
Page 4: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PENAFSIRAN MAKNA AZWĀJ MUṬAHHARAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-QURṬUBĪ telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 07 Februari 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 07 Mei 2020

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA.

Dr. M. Suryadinata, MA NIP. 19711003 199903 2 001 NIP. 19600908 198903 1 005

Pembimbing,

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822.199703 1 002

Page 5: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

i

ABSTRAK

Faris Fadhil Yusup, Judul Skripsi “Penafsiran Makna “Azwāj

Muṭahharah” Perspektif Tafsir al-Qurtubī

Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang mana

didalamnya terdapat ribuan ayat. Uniknya, dalam ribuan ayat

tersebut setiap ayatnya bahkan setiap katanya memiliki multitafsir

sehingga tidak dapat ditafsirkan hanya dengan satu penafsiran saja,

melainkan dapat umbuh beribu makna. Begitu pula dengan

penafsiran azwaj muṭaharah yang memiliki beberapa makna

tergantung dengan siapa penafsirnya.

Oleh karena itu, pertanyaan utama dalam skripsi ini adalah

bagaimana al-Qurṭubi menafsirkan makna “Azwāj Muṭahharah”?

Untuk mendapatkan jawaban, penulis mengumpulkan ayat-ayat

yang terhimpun dalam satu tema, diantaranya al-Baqarah ayat 25,

Ali Imran ayat 15, dan al-Nisā ayat 57. Skripsi ini menggunakan metode kepustakaan (library

research) yang mana terdiri dari sumber primer dn sumber

sekunder. Sumber primer skripsi ini adalah al-Quran dan tafsir al-

Qurṭubi, sedangkan tafsir sekundernya diantaraya Tafsīr Ibn

Katsīr, Tafsīr Fakhr al-Rāzī, Tafsīr al-Munīr dan beberapa kitab

pendukung lainnya untuk mendapakan hasil terbaik.

Kesimpulan dari skripsi ini meurut al-Qurṭubi azwāj

mutahharah adalah wanita-wanita yang disucikan oleh Allah baik

wanita-wanita yang disucikan dari kotoran-kotoran yang pernah

dialami ketika di dunia, seperti buang air besar dan kecil keringat,

air ludah, haid, nifas, dan segala hal yang mengandung unsur-unsur

kekotoran, maupun non-fisik seperti tingkah laku atau akhlak.

Selain itu al-Qurṭubi juga menjelaskan bahwa azwāj mutahharah

adalah pemberian dari Allah sebagai balasan untuk orang-orang

yang melakukan amal soleh, beriman dan bertaqwa kepadanya.

Pemberian ini diberikan oleh Allah di dalam surga sebagai

kenikmatan berupa materi

Kata Kunci: Azwāj, Mutahharah, Tafsir al-Qurṭubi

Page 6: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah Swt penulis panjatkan atas segala

karunia, taufiq, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda

Nabi Muhammad saw rasul pilihan yang membawa cahaya penerang

dengan ilmu pengetahuan. Semoga untaian doa tetap tersurahkan kepada

keluarga, sahabat serta seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa

terselesaikan skripsi ini tidaklah semata atas usaha sendiri, namun berkat

bantuan motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA , selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menempuh study di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, MA, dan Fahrizal Mahdi MIRKH, selaku

ketua jurusan dan sekretaris jurusan Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena

beliau telah membantu dan memberikan kesempatan kepada

penulis melanjutkan studi S1. Semoga Allah selalu memberikan

kemudahan dari setiap langkah-langkahnya.

4. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan

Page 7: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

iii

untuk segera terselesaikannya skripsi ini. Semoga bapak dan

keluarga sehat selalu, panjang umur, dan murah rejeki.

5. Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M.A. Sebagai dosen pembimbing

akademik penulis, semoga keberkahan selalu bersama engkau.

6. Segenap dosen program Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir, penulis

mengucapkan banyak terima kasih karena telah sabar dan ikhlas

mendidik serta banyak memberikan berbagai macam ilmu

kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat

dunia dan akhirat.

7. Teruntuk orangtuaku ayahanda Drs. H. Edy Yusuf Dachlan,

ibunda Hj. Ade Nurasiah, S.Ag, yang telah membesarkan dan

selalu memberikan arahan, dukungan tiada henti baik moril

maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tiada

henti. Sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan kejenjang

perkuliahan sampai lulus. Kepada adik-adik penulis yang

tercinta yakni Ghina Nabila Yusuf, Zidny Laudza Yusuf, Zahira

Syahma Auia Yusuf, Fahman Faidhan Yusuf, dan Fahmi

Khotami Yusuf yang tak pernah henti memberikan dorongan

dan semangat kepada penulis hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

8. Teruntuk Kakek tercinta (Alm.) H. Dachlan Amirudin dan

Nenek tercinta Hj. Yudansyah Amin, juga (Alm.) H. Kamaludin

dan (Alm.) Hj. Sukaesih yang selalu memberikan semangat

kepada cucunya semasa hidupnya waaupun kini telah tiada,

penulis yakin mereka menyaksikan perjuangan penulis dan

bangga melihat proses penulisan skripsi ini. Dan tak lupa paman

dan bibi penulis yakni Ai Nuraini S.Ag beserta suami, Dendi

Daenuri, S.Pd beserta istri, yang selalu memberikan semangat

Page 8: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

iv

yang membara. Semoga Allah selalu meridhoi setiap

langkahnya dan selalu melimpahkan Raḥmān dan Raḥīm-Nya

kepada mereka. Amin Ya Rabbal’alamin.

9. Pustakawan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan-perpustakaan

lainnya yang telah banyak memberikan pinjaman buku-buku

yang menjadi rujukan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kawan-kawan penulis yakni Suyudi Sholihudin, S.H., Andi

Irfan Hilmi dan Ajeng Tahlia Wahyuni, S.Pd. sebagai

penyemangat penulis, Dayu Akraminas, M.Ag. M.H., Hadi

Asrori, S.Ag. dan Muhammad Sairi, M.Ag. yang selalu

memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini,

M. Rifadho L.I., S.Pd., Yayang Zulkarnaen beserta calon istriya

Dewi Rohmayanti, S.H sebagai saksi hidup penulisan skripsi ini,

Wildan Mubarok yang senantiasa menghidangkan masakan

terbaik, Keluarga Besar Masjid Fatahillah (terkhusus Hera

Sofyan, Abu Rofi, Rahmat Ramadhan, S.Ag., Muniri, S.Ag.,

Muhammad Dimaz, Ramadhan Dwi Cahyo dan Azminuh)

Keluarga Besar Riungan Mahasiswa Sukabumi yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, Pojok Kosan Subur dan kawan-

kawan jurusan Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir angkatan 2014 yang

tidak bisa disebutkan satu persatu yang rela berbagi ilmu, tawa,

canda serta support kepada penulis.

11. Tak lupa pula kepada team Josephson Creative (Josephson

Lighting Solution, Josephson Computer Doctor, Josephson

Photo Studio), CV. Sugih Hati, PT. Edy Yusuf Dachlan, Al-Ars

Group, Arifa Catering, Yenny Catering, Motekar Grafika, Uno

Coffee yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Page 9: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

v

Peneliti menyadari bahwa keilmuan dan wawasan peneliti masih

sedikit, bilamana tulisan ini masih terdapat kekeliruan mohon dimaafkan.

Akan tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang ada untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti berharap tulisan ini bisa bermanfaat dan memberikan

motivasi kepada para pembaca, sehingga bisa memotivasi untuk

mengamalkan Sunah Nabi Muhammad Saw.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Page 10: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality

Development dan Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan

ARAB NAMA LATIN KETERANGAN

Alif - Tidak dilambangkan ا

Ba’ B Be ب

Ta’ T Te ت

Tsa’ Ts Te dan es ث

Jim J Je ج

Ḥa’ Ḥ حHa dengan titik di

bawah

Kha’ Kh Ka dan Ha خ

Dal D De د

Dzal Dz De dan zet ذ

Ra’ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan ye ش

Page 11: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

vii

Ṣad Ṣ صEs dengan titik di

bawah

Ḍad Ḍ ضDe dengan titik di

bawah

Ṭa Ṭ طTe dengan titik di

bawah

Ẓa Ẓ ظZet dengan titik di

bawah

Ain ‘ Koma terbalik‘ ع

Ghain Gh Ge dan ha غ

Fa F Fa ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha’ H Ha ه

Hamzah ‘ Apstrof ء

Ya’ Y Ye ي

Page 12: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

viii

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong,

vocal rangkap atau diftong dan vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai

berikut:

1. Vokal Tunggal

Tanda

Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ A A ا

Kasraḥ I I ا

Ḍammaḥ U U ا

Contoh:

Kataba : كتب Naṣara dan : نصر

2. Vokal rangkap

Tanda

Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I ى ي

Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U ى و

Contoh:

ḥaula :حول Laisa : ليس

Page 13: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

ix

3. Vokal panjang

Tanda

Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ dan Ba Ā باA dengan garis di

atas

Kasrih dan Ba Ī بيI dengan garis di

atas

بوḌammah dan

Ba Ū

U dengan garis di

atas

Page 14: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................. i

KATA PENGARANTAR ...................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah. ................................................. 5

C. Rumusan dan Batasan Masalah.................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ........................................................ 6

F. Metodologi Penelitian ................................................ 8

G. Sistematika Penulisan ................................................. 13

BAB II BIOGRAFI DAN KARAKTERISTIK TAFSIR

AL-QURṬUBI

A. Riwayat Hidup Sosial dan Akademik al-Qurthubi ....... 15

B. Karya-Karya al-Qurthubi ............................................. 19

C. Latar Belakang dan Sistematika Penulisan Tafsir al-Jāmi’

liahkām al-Qur’ān ........................................................ 19

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BERPASANGAN

DI DUNIA DALAM ISLAM

A. Tinjauan Umum Penikahan ........................................ 26

B. Keabsahan Menikah ................................................... 31

C. Fungsi Pasangan Dalam Kehidupan Manusia ............ 34

Page 15: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

BAB IV ANALISIS KATA AZWĀJ MUṬAHHARAH

SEBAGAI PASANGAN DI SURGA

A. Term Berpasangan dalam al-Qur’an ........................... 39

B. Wujud Pasangan di surga ............................................ 41

C. Makna Kata Muṭahharah ............................................. 53

D. Esensi Azwāj Mutahharah ........................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 64

B. Saran ........................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai

sesuatu yang berkaitan dengan kesucian, mulai dari kebersihan

sesuatu yang terlihat hingga sesuatu yang tidak terlihat. Datangnya

Nabi Muhammad SAW ke dunia ini merupakan sebuah kabar gembira

bagi seluruh umat manusia, yang mana dengan datangnya beliau

seluruh manusia dibumi ini dijadikan insan yang terhormat, karena

hadirnya beliau perbudakan-perbudakan mulai dipersempit dan

bahkan dihapuskan.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, kata

Suci diartikan sebagai Bersih dari najis, bebas dari dosa, bebas dari

cela, bebas dari noda dan Maksum yang hanya diberikan kepada Nabi

Muhammad SAW. Secara etimologis, bersuci adalah membersihkan

diri dari kotoran. Kotoran yang kasat mata seperti halnya najis,

maupun kotoran yang bersifat maknawi seperti halnya aib.2

Islam merupakan wahyu terakhir yang diturunkan ke dunia

dan karena itulah agama yang paling lengkap dan sempurna. Agama

ini diwahyukan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad

SAW untuk menghapuskan ajaran-ajaran sebelumnya yang masih

belum sempurna.3 Al-Qur’ān ini diturunkan untuk menjadi pembeda

1 Syaikh Abdullah Ali Bassam dan Syaikh Abu Bakar al-Jazairi, “Sikap Islam

terhadap Perbudakan,” Diakses 18 Maret 2019 https://almanhaj.or.id/3062-sikap-

islam-terhadap-perbudakan.html 2 Musthafa al-Bugha dan Musthafa al-Khan, Ali al-Syurbaji, al-Fiqh al-

Manbaji ’ala al-Madzhab al-Imām al-Syafi’i, (Darul Musthafa, 2008), 50 3 M. Husain al-Thabatba’i, Inilah Islam Upaya Mehami Seluruh Konsep Islam

Secara Mudah, Terj. Ahsin Muhammad, (Jakarta: Pustaka Allamah Sayyid Hidayah,

1989), 41.

Page 17: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

2

mana yang benar mana yang salah karena didalamnya terdapat

petunjuk dan pembeda (Hudan dan Furqan) yang melahirkan

beberapa metode penafsiran untuk memahami ayat-ayat di

dalamnya.4

Karena setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda,

maka timbul berbagai macam penafsiran dalam memaknai ayat-ayat

dalam al-Qur’ān dan menjadikan sebuah bukti bahwa karena kesucian

al-Qur’ān satu kata dalam al-Qur’ān memiliki banyak makna.

Keanekaragaman makna ini disebabkan oleh latar belakang penafsir

itu sendiri, mulai dari lingkungan yang ia tinggal dan penguasaan ilmu

penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’ān.5

Dalam hal ini, penulis sangat tertarik untuk membahas ayat-

ayat tentang kesucian, karena dalam kehidupan sehari-hari penulis

sering menjumpai kejanggalan-kejanggalan dan kekeliruan-

kekeliruan yang ditemukan di kalangan masyarakat. Seperti halnya

seringkali tidak disadari bahwa najis, hadats, kotoran-kotoran yang

sangat kasat mata, juga seperti kebersihan hati yang tidak dapat dilihat

secara langsung. Semua yang dicantumkan di atas sering diabaikan

dan dianggap hal yang tidak penting yng ternyata jusru itu adalah

sesuatu yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas

keimanan seseorang. Rasulullah telah bersabda:

ي الله عنه قال : قال رسول اللهي صلى الله عل م الأشعريي رضي ماليك الاريثيي ابني عاصي يهي وسلم عن أبيياني : الطهور شط ... ر الإي

“Dari Abū Mālik Al-Hārits b. ‘Aṣīm Al-‘Asy’ārī

radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa

4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), 150. 5Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir; Peta Metodologi Penafsiran al-Qur’an

Periode Klasik hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka 2003), 81.

Page 18: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

3

sallam bersabda : Bersuci adalah bagian dari iman ... (HR.

Muslim)6”

Seperti halnya wudhu, mayoritas ulama fiqih berpendapat

berpendapat bahwa ketika seseorang berwudhu dengan tanpa

mengikuti aturan yang diajarkan, maka sholatnya akan sia-sia.7

Berkali-kali penulis menemukan orang-orang yang berwudhu tanpa

mengikuti aturan yang diajarkan, seperti yang berwudhu dengan tidak

tertib, berwudhu yang beranggapan yang penting basah, air yang

musta’mal tergunakan, padahal seperti beberapa contoh diketahui

bahwa membasuh tangan harus mengenai siku tetapi banyak orang

yang membasuh tangan hanya dengan membasahi lengan tanpa batas

yang telah mafhum. Contoh lain tidak sedikit orang yang membasuh

wajah dan sisa air dari wajah berjatuhan dan menetes ke air yang akan

digunakan untuk membasuh selanjutnya padahal itu sudah termasuk air

yang musta’mal dan sudah tidak sah jika digunakan kembali untuk

berwudhu.8

Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk membahas ayat-

ayat yang berkaitan dengan sesuatu yang suci, yang mensucikan dan

yang disucikan yang telah dibahas sebelumnya oleh para mufassir.

Al-Qur’ān merupakan kitab suci yang diturunkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia.

al-Qur’ān ini memberi petunjuk menuju jalan yang lurus dan

6 Jalaludin ‘Abd al-Rahman Al-Suyūṭī, Jami’ al- Shaghīr, (Jakarta: PT. Bina

Ilmu, t.t.), Jilid II, 57 7 Salah satu yang menyatakan tidaknya sah shalat adalah kelompok madzhab

Syafi’iyyah, lihat. Muhammad b. Khatīb al-Syarbīnī, Mughnī al-Muhtāj ila Ma’rifah

Ma’ānī Alfādz al-Minhāj, (Baerut: Dār al-Ma’rifah, 1997), 86 8 Ust. Zuhdi, “Contoh air musta’mal yang jarng disadari”, Diakses 18 Maret

2019, https://youtu.be/Z9M52ZxUorM

Page 19: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

4

memberikan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan

kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar.9

Al-Qur’ān bukanlah bacaan dan tulisan biasa sebagaimana

umumnya ditulis oleh penulis dan dicetak serta diterbitkan oleh

penerbit, akan tetapi al-Qur’ān membenarkan (kitab-kitab) yang

sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan

rahmat bagi kaum yang beriman.10

Dalam hal ini, penulis ingin melakukan penelitian terkait makna

suci yang lebih mendalam, diantaranya makna suci yang terkandung

dalam ayat sebagai berikut:

1. Al-Baqarah ayat 25

تي أن لم جنت ليح لوا ٱلص ري ٱلذيين ءامنوا وعمي رييوبش ي تيها مين ت ٱلأنر تها رزيقوا كلما ن ذا قالوا ر يزقا ثرة مين مي نا ٱلذيي ه بيها بيهيۦ وأتوا ق بل مين رزيق متش ليدون خ فييها وهم مطهرة أزوج فييها ولم

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang

beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan

surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap

mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu,

mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada

kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan

untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan

mereka kekal di dalamnya.”

2. Ali Imran ayat 15

ي ليكم م ين۞قل أؤن ب يئكم بي ريي جنت رب ييم عيند ٱت قوا ليلذيين ذ تيها مين ت تليديين ٱلأنر ن مطهرة وأزوج فييها خ ير وٱلل ٱلليه م ين وريضو بيٱلعيبادي بصي

“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang

lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang

bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga

yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di

9 QS. Al-Isra 17.9 10 QS. Yusuf 12:111

Page 20: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

5

dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang

disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat

akan hamba-hamba-Nya.”

3. Al-Nisa ayat 57

لهم جنت تي سندخي ليح لوا ٱلص رييوٱلذيين ءامنوا وعمي تيها مين ت ٱلأنر تليديين م أبدا فييها خ لهم مطهرة أزوج فييها ل ظلييل ظيل وندخي

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-

amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke

dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal

mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-

isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang

teduh lagi nyaman.”

B. Identifikasi Masalah

Adapun beberapa hal yang menjadi identifikasi dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Term azwāj yang terkait dengan pasangan di surga, dipahami

secara berbeda oleh para ulama. Sebagian

menginterpretasikan sebagai kenikmatan surgawi yang

diperoleh oleh kaum laki-laki sehingga menimbulkan

penilaian negatif sebagian orang

2. Pemahaman parsial mengakibatkan mis-interpretasi, seperti

term ajwāz sebagian diartikan dengan istri, dan bidadari

3. Pemahaman tentang azwāj mutahharah merupakan

pemahaman dari pasangan di surga, sehingga belum

dikategorikan sebagai pemahaman yang final

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari sekian banyaknya mufassir yang ada di dunia ini,

penulis lebih membahas penafsiran yang ditafsirkan oleh Abū

‘Abdullah Muhammad b. Ahmad b. Abū Bakr al-Anṣārī al-

Qurṭūbī dalam kitabnya yakni Tafsir al-Qurṭubi. Agar tidak

Page 21: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

6

terjadi penelitian yang umum, maka penulis membatasi kajian

dengan tema terkait pandangan al-Qurṭūbī terhadap term azwāj

mutahharah di dalam al-Qur’an sehingga timbul pertanyaan,

“Bagaimana al-Qurṭubi menafsirkan ayat-ayat tentang “Azwaj

Muṭahharah?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian pada umumnya memiliki tujuan untuk

menambah wawasan pemikiran terhadap objek yang di teliti.

Adapun tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui

penafsiran yang ditafsirkan oleh al-Qurṭubi mengenai ayat

tersebut.

Kedua, untuk memenuhi tugas akademik yang

merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan program studi

sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ketiga, memenuhi tugas akademik dengan tujuan untuk

memperoleh gelar Sarjana Agama S.1 (S.Ag)

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melanjutkan penelitian, tinjauan pustaka

sangatlah penting untuk dilakukan oleh peneliti, untuk

mengetahui apakah objek yang diteliti oleh peneliti tersebut

sudah pernah diteliti atau mungkin ada objek yang mirip dengan

apa yang diteliti. Sejauh penelusuran penulis, ada beberapa karya

tulis yang lebih dulu membahas mengenai “Penafsiran “Azwaj

Muṭahharah” dalam al-Qur’ān Perspektif Tafsir al-Qurṭubi” ini,

diantaranya:

Pertama, Uswatun Hasanah, SHI mahasiswi

Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Perbandingan

Page 22: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

7

Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam Skripsinya yang berjudul

“Perilaku Bersuci Masyarakat Islam; Etika

Membersihkan Najis” yang menjelaskan secara umum

tentang thaharah dan tata cara membersihkan najis yang

ia teliti di daerah Pulo Gebang.11

Kedua, Khoirunnisa’, S.Sy mahasiswi Fakultas

Syari’ah dan Hukum Jurusan Perbandingan Madzhab dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam Skripsinya yang berjudul “Perilaku

Thaharah (bersuci) Masyarakat Bukit Kemuning

Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”” yang

menjelaskan tentang penelitian pemahaman thaharah dan

perilaku bersuci masyarakat dalam kerangka hukum di

daerah Bukit Kemuning Lampung Utara.12

Ketiga, Moh. Faozan, S. Ag., Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menjelaskan tentang “Pasangan di Surga dalam al-

Qur’an” tulisan ini dibahas menggunakan analisis

semiotik Charles Sanders Peirce.

Keempat, Syafa’atu Silma S.Ag., Mahasiswa

Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menjelaskan tentang “Bidadari dalam al-Qur’an” dengan

11 Uswatun Hasanah, Perilaku Bersuci Masyarakat Islam; Etika Membersihkan Najis,

Skripsi UIN Jakarta; 2011 12 Khoirunnisa’, Perilaku Thaharah (bersuci) Masyarakat Bukit Kemuning

Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”, Skripsi UIN Jakarta, 2010

Page 23: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

8

menggunakan sumber primer penafsiran beberapa

mufassir Indonesia.

Selain yang penulis sebutkan, penulis menemukan

beberapa penulis artikel yang tak bertuan, ada juga yang

menulis artikel hasil salinan (Copy-Paste) yang ditulis

oleh blogger-blogger yang tak bertanggung jawab yang

penulis rasa tulisan mereka kurang pantas untuk dijadikan

referensi atau patokan bahkan untuk dijadikan tinjauan

pustaka.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, tampaknya

penelitian yang menyandingkan penafsiran al-Qurtūbī

terkait azwāj mutahharah belum dilakukan penelitian.

Maka penelitian ini menyandingkan pemahaman al-

Qurtūbī dengan tujuan untuk memenuhi jawaban dari

indentifikasi masalah terkait dengan tema, maka penulis

melakukan penelitian dengan judul “Penafsiran Makna

Azwāj Mutahharah dalam al-Qur’an Perspektif Tafsir al-

Qurtūbī”

F. Metodologi Penelitian

Untuk mencapai penelitian dengan mudah dan tepat

sasaran, menggunakan pemilihan metodologi penelitian

sangatlah berperan penting. Oleh karenanya penulis

menggunakan beberapa metode penelitian dalam pengumpulan

data dalam penulisan Skripsi ini, diantaranya:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,

yaitu penelitian dengan mengumpulkan kata atau kalimat dari

Page 24: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

9

individu, buku atau sumber yang lain.13 Penulis

menggunakan metode pendekatan penafsiran al-Qur’an dari

segi tafsir tematik. Yakni, menghimpun ayat-ayat al-Qur’an

yang memiliki tujuan yang sama, menyusunnya secara

kronologis selama memungkinkan dengan memperhatikan

sebab turunnya, menjelaskannya, mengaitkannya dengan

surah tempat ia berada, menyimpulkan dan menyusun

kesimpulan tersebut ke dalam kerangka pembahasan

sehingga tampak dari segala aspek, dan menilainya dengan

kriteria pengetahuan yang sahih.

Untuk lebih jelasnya, penulis menghimpun ayat-ayat Al-

Qur’an yang berkenaan ayat-ayat pasangan di surga,

kemudian menyusunnya berdasarkan kronologis serta sebab

turunnya ayat-ayat tersebut, sehingga diketahui

pengklasifikasiannya. Apakah ia tergolong ayat-ayat

makkiyah atau madaniyyah

2. Sumber data

Data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua

kategori, yaitu primer dan sekunder.14 Data primer

merupakan data inti yang menjadi rujukan utama dalam

meneliti, dalam hal ini penulis menggunakan Tafsir al-

Qurtūbī. Sedangkan sumber sekunder didapat dari tulisan

orang lain yang membicarakan dan mendiskusikan tentang

azwāj mutahharah melalui buku, artikel, jurnal dan lainnya

yang memiliki korespondensial dengan tema penelitian.

13 Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grafindo Persada,

2010), 19. 14Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research

(Yogyakarta:Sumbangsih, 1974), 2.

Page 25: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

10

3. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai pengumpulan data, penulis menggunakan

metode atau teknik library research, yaitu mengumpulkan

data-data melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada

kaitannya dengan pembahasan penulis.15 Teknik ini bisa

disebut juga sebagai studi dokumen yang merupakan salah

satu proses kajian penelitian untuk melihat dan menganalisis

pernyataan atau data seseorang atau kelompok. Studi

dokumen ini dilakukan dengan melihat hasil data dari para

penelitian yang sudah ada untuk melihat gejala perubahan

sosial di masyarakat mengenai penelitian penulis.16 sebagai

sumber pokoknya adalah al-Qur’an dan penafsirannya, serta

sebagai penunjangnya yaitu buku-buku ke Islaman yang

membahas secara khusus tentang Tafsir, disiplin Ilmu Bahasa

dan buku-buku yang membahas secara umum dan implisitnya

mengenai masalah yang dibahas.

Untuk memperoleh data yang diinginkan, penulis

mengkaji beberapa bacaan, artikel-artikel, penafsiran-

penafsiran yang berkaitan dengan ayat yang penulis maksud,

dengan melakukan identifikasi melalui pembacaan,

penumpulan, pengolahan dan pengkajian terhadap data

terdahulu yang terkait dengan judul yang dibahas oleh

penulis.

15 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung:Mandar

Maju, 1996), Cet. ke-7, 33. Selain Kartini Kartono, Sanapiah Faisal berpendapat bahwa

selain mengidentifikasi dokumen terdahulu, pengumpulan data dapat dilakukan dengan

cara menyebarkan angket yang disebar kepada responden-responden yang menjadi

sumber data penelitian. Lihat Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial Dasar

dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1989) 33 16 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Posdakarya ) hlm 216-217

Page 26: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

11

Adapun dalam pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an sebagai

bahan penafsiran adalah dengan pendekatan tafsir tematik

(maudhu’ī). Adapun langkah-langkah dalam mencari tema

ayat, hendaknya ditempuh untuk menerapkan metode

maudhu’ī. Langkah-langkah tersebut dengan menggunakan

teori al-Farmawī, di antaranya:17

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah

tersebut.

3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya,

disertai pengetahuan tentang asbāb al-nuzūl

4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya

masing-masing.

5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna

(outline).

6. Melengkapi pembahasan yang relevan dengan pokok

bahasan.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan

jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian

yang sama, atau mengkompromikan antara yang ‘am (umum)

dan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad (terikat),

atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya

bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan

4. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini

adalah deskriptif-analitik, yaitu mendeksripsikan

17 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung : Penerbit Mizan, 1994), h. 114-115.

Page 27: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

12

keseluruhan data yang sudah ada.18 Pada metode ini, penulis

menggunakan tiga macam metode, yaitu : pertama, metode

deduktif, yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan

bahan atau teori yang sifatnya umum untuk kemudiann

diuraikan dan diterapkan secara khusus dan terperinci.

Kedua, Metode induktif, yiatu metode analisis yang

berangkat dari fakta-fakta yang khusus lalu ditarik suatu

kesimpulan yang bersifat umum. Ketiga, Metode komparatif,

yaitu metode penyajian yang dilakukan dengan mengadakan

perbandingan antara satu konsep dengan lainnya, kemudiann

menarik suatu kesimpulan.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai

berikut: Pertama, mereduksi yaitu kegiatan merangkum atau

memilih data-data penting sehingga dapat memberikan

gambaran secara spesifik dalam menentukan permasalah

penelitian. Penulis memilih tema umum tentang pembelaan

terhadap al-Qur’an. Kedua, penyajian data. Kegiatan ini

dilakukan setelah mereduksi data. Selanjutnya data yang

sudah direduksi disajikan dengan diagram yang akan

mempermudah dalam memahami penjelasan deskriptif.

Ketiga, penarikan kesimpulan, kegiatan ini merupakan

kegiatan terakhir yang dilakukan dalam penelitian. Setelah

melakukan dua kegiatan di atas maka harus dilakukan

kesimpulan sebagai gambaran umum hasil penelitian

tersebut.

18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, (Bandung:

Alfabeta, 2017) hlm 245

Page 28: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

13

1. Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan

memberikan gambaran yang terkandung dalam penelitian ini,

penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I adalah bab pendahuluan yang didalamnya terbagi menjadi

Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian

serta Sistematika Penulisan.

Bab II pada bab ini membahas mengenai biografi al-Qurtūbī

yang memiliki nama lengkap Muhammad b. Ahmad b. Abū Bakr

b. Farh al-Anṣārī al-Khazraji al-Qurṭūbī. secara umum

sebelumnya yang berkaitan tentang sebagai pendahuluan awal

untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti, maka untuk

memulai pemahaman konsep perspektif tokoh, terlebih dahulu,

mengetahui latar belakang dan biografi tokoh.

Bab III mendeskripsikan tentang tinjauan umum tentang

berpasangan di dunia, yang meliputi :

Pertama, definisi pernikahan dan definisi Azwaj yang

akan dikumpulkan secara menyeluruh dan kemudian

didapatkan kesimpulan umum dalam pendefinisian.

Kedua, menjelaaskan tentang keabsahan menikah agar

mengetahui rukun-rukun dan syarat-syarat yang harus

dijalani dalam pernikahan.

Ketiga, menjelaskan fungsi pernikahan dalam kehidupan

manusia agar mendapatkan apa yang diharapkan dalam

pernikahan.

Pada pembahasan bab III, merupakan penjelasan langkah awal

untuk mengetahui variabel yang diteliti, tentunya pembahasan

Page 29: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

14

pada bab III dipapar secara umum, agar nantinya akan dijelas

secara inti di bab IV.

Bab IV adalah bab yang di dalamnya berisi pembahasan inti yang

telah penulis paparkan dirumusan masalah. Bab keempat ini di

dalamnya terdapat analisis kata Azwaj Muṭahharah sebagai

pasangan di surga. Dalam hal ini tentu penulis menggunakan

penafsiran karya al-Qurṭubi yakni al-Jāmi’ liahkām al-Qur’ān

dan didukung oleh penafsiran-penafsiran lainnya agar

mendapatkan hasil yang maksimal.

Bab V adalah bab terakhir, yakni penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran-saran.

Page 30: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

15

BAB II

BIOGRAFI DAN KARAKTERISTIK TAFSIR AL-QURṬUBI

A. Riwayat Hidup Sosial dan Akademik al-Qurṭubi

Pengarang tafsir al-Qurṭubi ini bernama Abū Abdullah Ibn

Abū Bakar Ibn Farḥ al-Anshārī al-Khazrajī al-Qurṭubi al-Mālikī.1

Beliau lahir di Kordoba, Andalusia, Spanyol pada tahun 580 H/1184

M.2 Beliau diakui sebagai mufassir yang sangat sholeh dan alim.3 Al-

Qurṭubi dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan hidup di

lingkungan yang sederhana, ayahnya seorang petani. Sejak kecil ia

dididik untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada para

gurunya di daerah tempat ia lahir, yakni mempelajari bahasa Arab,

hadits, dan al-Qur’ān. Selain itu, ia juga mempelajari beberapa ilmu

pendukung al-Qur’ān seperti fikih, nahwu, qira’at dan ia juga

memperdalam ilmu balaghah.

Ketika beranjak dewasa ia merasa ada yang kurang dengan

ilmu yang ia dapat, sehingga ia merantau keluar daerah untuk

memperdalam ilmu yakni di Mesir, di sana ia berguru kepada

beberapa guru, beberapa guru yang populer adalah Abū al-Abbās Ibn

1 Haji Khalifah, Kasyf al-Zunūn ‘An Asāmī al-Kutub wa al-Funūn, (Beriut:

Dār al-Fikr, 1994), jilid I, 422 2 Shohibul Adib dkk, Ulumul Qurān: Profil para Mufassir al-Qur’ān dan para

Pengkajiannya (Tangerang Selatan: Pustaka Dunia, 2011), 75 3Al-Sayyid Muhammad ‘Ali Iyazy, Al-Mufassirūn Hayātuhum wa

Manhājuhum, (Teheran, t.p, 1414) 409, lihat “Biografi Imam al-Qurṭubi | Ustadz

Khalid Basalamah”, Diakses tanggal 08 April 2019, https://youtu.be/abVBY2ZDBVc

Page 31: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

16

Umār al-Qurṭubi dan Abū Alī al-Hasan Ibn Muhammad al-Bakri4

yang dikenal sebagai ulama salaf yang mahir dalam bahasa Arab5

Al-Qurṭubi dikenal sebagai hamba Allah yang Shalih dan

tingkatannya telah mencapai ulama yang ma’rifatullah. Karena

kezuhudannya terhadap hal-hal yang bersifat duniawi, ia selalu

menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang berkaitan dengan

akhirat.

Salah satu guru al-Qurṭubi , Syaikh al-Dzahabī mengatakan,

“Dia adalah seorang imam yang memiliki ilmu yang lua dan

mendalam. Dia memiliki sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan

menunjukkan betapa luas pengetahuannya dan sempurna

kepandaiannya.”6

Al-Qurṭubi menghembuskan nafas terakhirnya pada malam

senin, 9 Syawal 671 H/1273 M di Mesir dan dimakamkan di

Elmeniya, yang berada di timur sungai Nil, dan hingga saat ini

makamnya sering diziarahi oleh banyak orang dari berbagai daerah.7

Selama masa hidupnya, al-Qurṭubi memiliki beberapa guru, di

antaranya adalah;

a. Ibn Rawwāj, yaitu al-Imam al-Muhaddits (ahli hadits) Abū

Muhammad Abd Wahhāb b Rawwāj. Nama aslinya adalah

Zhafīr b. ‘Alī b. Futuh al-Azdi al-Iskandarānī al-Malikī. Ia

wafat pada tahun 648 H.

4 Ibn Farhun, al-Dibaj al-Mazhab fi Ma’rifat A’yan, Ulama al-Madzab (Beriut:

Dar al-Fikr,t.th), 317 5 Muhammad Husen al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Mesir: Dār al-

Maktabah al-Harisah, 1976), 512 6 Al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurṭubi , Penerjemah Fathurrahman,dkk., (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2010), Jilid.1, 15. 7 Al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurhubi (terjemahan), jilid I, 15

Page 32: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

17

b. Ibnu al-Jumaizi, yaitu al-‘Allamah Baha’uddin Abū al-Hasan

‘Alī b. Hibatullah b. Salamah al-Maṣri al-Syafi’ī. Ia merupakan

salah seorang ahli dalam bidang hadits, fikih dan ilmu qira’at.

Ia wafat pada tahun 649 H.

c. Abū al-Abbās Ahmad b ‘Umar b. Ibrāhim al-Malikī al-Qurṭubi,

ia adalah penulis al-Mufhim fi Syarh Ṣahīh Muslim. Ia wafat

pada tahun 656 H

d. Al-Hasan al-Bakari, yaitu al-Hasan b. Muhammad b.

Muhammad b. Amrūk al-Taimi al-Naisabūrī al-Dimsyaqī, yang

sering dipanggil Abu Ali Shadruddin al-Bakari. Ia wafat pada

tahun 656 H.8

Dalam proses penafsiran al-Qur’ān, al-Qhurtubi terpengaruh

oleh ulama-ulama sebelumnya, di antaranya adalah:

a. Ibnu Athiyyah. Ia adalah al-Qādhi Abū Muhammad ‘Abd al-

Haqq b. Athiyyah. Ia adalah seorang penulis kitab al-Muharrar

al-Wajīz di al-Tafsīr.

b. Abū Ja’far al-Nuhas. Ia adalah seorang penulis kitab I’rāb al-

Qur’ān dan kitab Ma’ani al-Qur’ān.

c. Al-Mawardī. Ia adalah Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad al-

Mawardi, ia wafat pada tahun 450 H.

d. Al-Ṭabarī. Ia adalah Abū Ja’far Muhammad b. Jarīr al-Thabari,

ia adalah penulis kitab Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’ān yang

wafat pada tahun 310 H. Al-Qurṭubi banyak mengambil

pelajaran darinya terutama di bidang Tafsir bi al-Ma‘tsur.

8 Al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurṭubi (terjemahan), xvii-xviii

Page 33: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

18

e. Abū Bakar b. al-Arabi. Ia adalah penulis kitab Ahkām al-Qur’ān

yang wafat pada tahun 543 H. Al-Qurṭubi telah belajar darinya,

berdebat dan membantah kritikan-kritikannya terhadap para

ahli fikih dan ulama.9

Selain terprngaruh oleh orang-orang sebelumnya, ada beberapa

pengaruh dari pemikiran al-Qurṭubi terhadap tafsir-tafsir setelahnya,

di antaranya adalah:

a. Al-hafīdz Ibn Katsīr. Ia adalah Imamuddin Abū al-Fidā’ Ilmā’il

b. Amr b. Katsir, dalam penafsirannya Ibnu Katsir telah

terpengaruh oleh al-Qurṭubi. Ia juga telah banyak meriwayatkan

perkataan al-Qurṭubi tetapi secara maknawi, yaitu hanya

pengertian-pengertian saja dan tidak persis sama dengan teks

yang asli. Walaupun begitu, Ibnu Katsir juga mendebatkan dan

mengomentari pendapat-pendapat al-Qurṭubi dalam sebagian

masalah.

b. Abū Hayyān al-Andalusi al-Gharnaṭi dalam kitab tafsirnya yang

berjudul al-Bahr al-Muhith, ia wafat pada tahun 754 H

c. Al-Syaukanī. Nama lengkapnya adalah al-Qādhi al-Allamah

Muhammad b. ‘Alī b. Muhammad al-Syaukanī. Ia juga telah

belajar dari al-Qurṭubi dan banyak meriwayatkan perkataan al-

Qurṭubi dalam penafsiranya.10

9 Al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurṭubi (terjemahan), xix 10 Al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurṭubi (terjmahan), xx

Page 34: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

19

B. Karya-Karya al-Qurṭubi

Setelah al-Qurṭubi memiliki ilmu yang mumpuni, semasa

hidupnya ia menciptakan karya-karya berupa karya tulis,11 di

antaranya adalah:

a. Al-Jami’ li Ahkām al-Qur’ān

b. Al-Asna fī Syarh Asmā’ Allah al-Husna

c. Kitab al-Tazkīrah fi Ahwāl al-Mauta wa ‘Umur al-Akhīrah,

kitab ini masih dicetak hingga saat ini

d. Kitab al-Tidzkār fī Afdāl al-Azkār, kitab ini juga masih dicetak

hingga saat ini

e. Syarh al-Taqashshi

f. Al-I’lām bi Mā fī Dīn al-Nashara min al-Mafāshid wa al-

Auham wa Izhar Mahasin Dīn al-Islam

g. Risalah fi al-Qam al-Hadits

h. Qam’u al-Harsh bi al-Zuhd qa al-Qanā’ah

i. Kitab al-Aqdhiyyah

j. Arjuzah Jumi’a Fihā Asmā’ al-Nabi

C. Latar Belakang dan Sistematika Penulisan al-Jāmi’ li Ahkām al-

Qur’ān

a. Latar Belakang Penulisan al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān

Berawal dari pencarian ilmu para ulama’, al-Qurṭubi

terketuk dan berasumsi ingin menulis kitab Tafsir yang juga

memiliki nuansa fikih di dalamnya dengan menampilkan pendapat

imam-imam madzhab fiqih dan menampilkan hadits yang sesuai

dengan masalah yang dibahas. Selain itu kitab tafsir yang bernuansa

fikih pada saat itu sangat sedikit adanya. Oleh karenanyalah al-

11 Muhammad Husen al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid II, h.457,

lihat al-Qurṭubi , Tafsir al-Qurṭubi (terjemahan), xviii

Page 35: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

20

Qurṭubi menulis kitab tersebut. Karena ini akan memudahkan

masyarakat yang mana disamping mencari tafsiran, ia juga dapat

menemukan banyak pandangan imam madzhab fikih, hadits-hadits

Rasulullah SAW maupun pandangan para ulama tentang masalah

yang sedang dibahas.12

Judul lengkap tafsir ini adalah al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān

wa al-Mubayyin lima Tadammanah min al-Sunnah wa ay al-

Furqān, dilihat dari judulnya dapat diketahui bahwa kitab ini berisi

tentang kumpulan hukum-hukum dalam al-Qur’ān. Kitab tafsir ini

sering dikenal dengan sebutan “Tafsir al-Qurṭubi” karena

dinisbahkan kepada nama al-Qurṭubi atau bisa juga karena pada

sampul kitabnya yang berjudul “Tafsir al-Qurṭubi al-Jāmi’ li Ahkām

al-Qur’ān”.

Dalam karya-karyanya, al-Qurṭubi memiliki kemiripan

metode dengan metode tafsir al-Thabarī, karena al-Qurṭubi dalam

penafsirannya terpngaruhi oleh al-Thabari, tetapi ia memiliki

keunikan tersendiri dalam menafsirkan al-Qur’ān terkhusus dalam

menafsirkan kitab al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān.

Dalam menafsirkan kitab ini al-Qurṭubi menggunakan

metode tafsir bi al-ma’tsur, yakni metode tafsir yang menggunakan

riwayat-riwayat dan perkataan ulama sebelumnya dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’ān.

Dalam tafsirnya dapat dilihat bahwa al-Qurṭubi menafsirkan

ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum yang terdapat dalam al-

Qur’ān dengan mengabungkan al-Qur’ān dan hadits serta

menyatukan dengan masalah-masalah ibadah dan hukum. Ia juga

12 Suprapto, Kisah-kisah israīliyyāt dalam Tafsir al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān

Karya al-Qurthubī, Thesis IAIN Tulung Agung, 2016, Bab II, 31

Page 36: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

21

tidak sembarangan menggunakan hadits, melainkan ia mentakhrij

terlebih dahulu dan disandarkan langsung kepada periwayat

aslinya.13

b. Sistematika Penulisan al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān

Dalam menafsirkan al-Qur’ān, setidaknya dikenal ada tiga

sistematika penulisan, di antaranya:

1. Sistematika Muṣhafī, yaitu menafsirkan dengan berpedoman

pada susunan ayat-ayat dan surah-surah dalam mushaf, seperti

dimulai dari al-Fātihah, al-Bāqarah, Ali Imrān, dan seterusnya

hingga surah al-Nas.14

2. Sistematika Nuzūlī, yaitu menafsirkan al-Qur’ān dengan

berpedoman dengan urutan turunnya surah-surah al-Qur’ān.15

3. Sistematika Maudhu’ī, yaitu menafsirkan al-Qur’ān dengan

mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan topik yang

sama kemudian ditafsirkan.

Dalam hal ini, al-Qurṭubi menggunakan sistematika Muṣhafī

dalam penulisannya, yakni diawali dari surah al-Fatihah dan diakhiri

surah al-Nas yang berarti menafsirkan al-Qur’ān sesuai dengan urutan

ayat dan surah dalam mushaf al-Qur’ān.

Adapun langkah-langkah al-Qurṭubi dalam menafsirkan al-

Qur’ān dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan hadits-

hadits yang dapat disebut sebagai sumber dalil.

13 Suprapto, Kisah-kisah israīliyyāt dalam Tafsir al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān

Karya al-Qurthubī, Bab II, 30 14 Amin al-Khuli, Manāhij al-Tajdid, (Mesir: Dār al-Ma’rifat,1961), 300 15 Amin al-Khuli, Manahij al-Tajdid, 306

Page 37: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

22

2. Mengutip pendapat ulama dengan mencantumkan sumbernya

untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan apa

yang akan dibahas.

3. Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran-

ajaran Islam.

4. Mengumpulkan pendapat ulama lalu meneliti mana pendapat

yang paling kuat untuk mendapatkan pendapat yang dianggap

paling benar.

c. Metode Tafsir

Dalam kajian disiplin ilmu tafsir memiliki beberapa

metode yang digunakan para ulama tafsir, sebagaimana yang

diregulasikan oleh al-Farmawi. Menurutnya metode penafsiran

diklasifikasikan menjadi empat bagian antaranya: Ijmālī, Tahlilī,

Muqaran, dan Maudhū’ī.16 Dalam kasus Tafsir al-Qurṭubi

cenderung menggunakan metode analisis (tahlili). Metode tahlili

juga banyak digunakan oleh karya-karya tafsir yang besar, di

antaranya kitab Tafsir al-Tabari, Ibn Katsīr, Tafsir Mafātih al-

Ghaib, dan lain-lain. Penulis berkesimpulan bahwa metodologi

Tafsir al-Qurṭubi dipandang dari metodologi dalam menafsirkan

termasuk dalam kategori tahlili,17 yakni, metode analitis yang

menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an dengan menjelaskan

segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di

tafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup di

16 Abū al-Hayy Al-Farmawī, al-Bidayah Fi ala Tafsir al-Maudhu’iy (Mesir :

Maktabah al-Jumhuriyyah, 1977), h. 25 17Metode Tahlili, Berasal dari حلل-يحل ل, Tahlili yang berarti mengurai atau

menganalisis. Metode tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur’an dengan

memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan

bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an Mushaf Utsmani. Tafsir ini disebut juga Tajzi’i

(parsial). Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an Al-Karīm, h. V, (pengantar).

Page 38: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

23

dalamnya sesuai dengan keahlian hegemoni dan tendensius

mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.18 Biasanya tafsir

yang menggunakan tahlili menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an

dengan tartīb mushaf yang dimulai dari QS. al-Fatihah [1]

sampai QS. al-Nās [114]. Langkah-langkah dalam metodologi

tahlili biasanya menjelaskan derivasi kata sesua keilmuan

gramatika arab, kemudian menjelaskan substansi makna atau

tujuan ayat.

d. Corak Penafsiran al-Qurṭubi

Langkah pertama untuk mengetahu corak penafsiran,

terlebih dahulu kita harus mengetahu isi kandungan atau

substansi mufasir ketika menafsirkan ayat, apakah

dihegemonikan dengan Fiqhī, ilmī, Adabī, Tabiyah, Sufistik, dan

lainnya. Menjadikan hegemonitas ketika menafsirkan maka akan

mempengaruhi di dalam penafsiran.

Imam al-Farmāwī membagi corak penafsiran menjadi

tujuh bagian, yaitu corak tafsir al-Ma’tsur, al-Ra’yu, Sufi, fiqhi,

Ilmi, dan Adabi Ijtima’i. Para peneliti tafsir menyatakan bahwa

tafsir al-Qurṭubi ini masuk ke dalam corak tafsir fiqhi karena

dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’ān lebih banyak

menjelaskan tentang hukum-hukum. Oleh karenanya tafsir ini

sering disebut tafsir Ahkām.

Di samping kriteria ayat yang ia bahas, ia juga tidak

hpernah melupakan ayat-ayat selain ayat hukum. Dalam hal

menafsirkan ayat, para mufassir memiliki corak khas masing-

masing. Dalam tafsirnya, seringkali al-Qurṭubi menampilkan

18Nashirudin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta:Pustaka

pelajar,2000), Cet. II, h. 31

Page 39: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

24

diskusi-diskusi klasik tentang fiqih.19 Dari ciri khas inilah yang

membdakan corak al-Qurṭubi dengan tafsir-tafsir lainnya.

Walaupun al-Qurṭubi menganut madzhab Mālikī, al-

Qurṭubi tidak fanatik terhadap madzhab yang ia anut, melainkan

konsep fiqih yang ia berikan cenderung kepada madzhab-

madzhab lain, bahkan tafsiran al-Qurṭubi ini cenderung terkesan

netral.20 Dengan demikian, penafsiran al-Qurṭubi dapat

dikatakan cukup objktif dengan didukung oleh argumen-argumen

yang kuat serta fakta sejarah yang valid.

e. Sumber Tafsir

Sumber tafsir atau dikenal dengan istilah masādir al-

tafsīr diklasifikasian oleh para ulama menjadi dua bagian: tafsir

bi matsūr dan bi al-ra’yī. Adapaun tafsir bi al-ra’yī merupakan

salah satu jenis penafsiran yang muncul petama kali dalam

sejarah khazanah intelektual Islam. Praktik penafsirannya adalah

ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran ditafsirkan dengan ayat-

ayat yang lain atau dengan riwayat dari Nabi Muhammad SAW,

para sahabat dan juga para tabi’in.21 Karya-karya tafsir yang

menggunakan al-ma’tsūr seperti Ibn Katsīr, al-Ṭabarī.

Sedangkan bi al-ra’yī yaitu sumber yang berpusat kepada

rasionalitas yang ilmiah. Penafsiran ini tidak hanya menguras

akal saja tetapi juga menggunakan dalil al-ma’tsūr hanya saja

yang menjadi dominasi adalah rasionalitas. Pada sumber kedua

ini sangat banyak ditemukan di tafsir-tasir para ulama seperti,

Fakhruddīn al-Rāzi (mafātih al-ghaib), Ibn ‘ Asyūr (tahrīr wa

19 Nasrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), 417 20 Muhammad Husen al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz III, 125 21Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), h. 42.

Page 40: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

25

tanwīr), al-Sya’rāwī (khawātir al-Qur’an), dan lain sebagainya.

Pada kasus Tafsir al-Qurṭubi justru bersumber kepada bi al-Ra’yī

karena banyak diisi dengan nuansa fiqh yang merupakan hasil

ijtihad ulama fiqh. Di sisi yang lain, ia juga memberikan smber

periwayatan, namun tidak sebanyak yang dilakukan oleh al-

Ṭabarī, Ibn Katsīr, dan al-Suyūṭi. Hemat penulis, penafsiran al-

Qurṭūbī adalah sebuah etos yang kerap kali ditemukan dalam

karya-karya kitab tafsir lain. Penafsiran yang banyak dihiasi

dengan nuansa fiqih, bahkan secara konsisten Imam al-Qurṭūbī

menghadirkan pendapat para tokoh fiqih. Meskipun secara awal

ditulisnya kitab ini dengan pola bi al-ra’yi (sumber

menggunakan rasionalitas), suatu tafsir akan mencerminkan

keterbatasan kemampuan penafsirnya dan tidak akan terlepas

dari periwayatan-periwayatan ulama terdahulu. Ketika seseorang

menafsirkan sebuah ayat, dalam benaknya juga hadir sekian

banyak subyek sebagai rujukannya.22

22Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian

Hermeneutika (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1996), h. 141.

Page 41: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

26

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG BERPASANGAN DI DUNIA

DALAM ISLAM

Pasangan adalah sebuah persatuan antara dua hal yang berbeda

yang ketika disatukan menjadi sesuatu yang saling melengkapi. Allah

telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan berpasang-

pasangan.1 mulai dari langit dan bumi, siang dan malam, laki-laki dan

peremuan, kiri dan kanan, atas dan bawah, suka dan duka atau apapun

yang tidak diketahui sama sekali. Dalam hal ini ada beberapa aturan

dalam Islam untuk mempertemukan dua insan yang berbeda yaitu

dengan adanya pernikahan.

A. Tinjauan Umum Pernikahan

Dalam ajaran Islam, pernikahan adalah sesuatu yang sakral di

mana Pernikahan bukan hal yang dapat dilakukan dengan candaan atau

senda gurau, serta tidak dapat dilakukan dengan sembarang aturan. Oleh

karenanya pernikahan dapat terjadi dan sah jika bertemunya seorang

laki-laki dan perempuan, tidak dapat dikatakan pernikahan jika terjadi

antara laki-laki dan laki-laki, ataupun sebaliknya perempuan dan

perempuan, serta harus memenuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh

agama, di antaranya adalah perlu dipatuhinya syarat-syarat dan rukun

rukun nikah. Berikut penulis uraikan penjelasan tentang pernikahan;

1 QS. Yāsīn ayat 36

Page 42: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

27

1. Definisi Pernikahan

Pernikahan berasal dari kata nikah (نكاح) dalam bahasa Arab yaitu

perjanjian perkawinan.2 Secara bahasa, nikah berasal dari kata nakaha

yang mengandung tiga arti yaitu:3 (نكح)

a. Pertama, nikah diartikan sebagai berhubungan badan, dimana

ketika seseorang melafalkan kata nikah maka yang ia maksud

adalah berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan.

Namun seiring berjalannya waktu, kata nikah menjadi berbeda

dengan kawin, yang mana kata nikah berarti adanya akad nikah

yang dilanjutkan dengan berhubungan badan, dan kawin berarti

dikhususkan untuk berhubungan badan saja.

b. Kedua, nikah berarti akad nikah yang mana ketika seseorang

melafalkan kata nikah maka yang ia maksud adalah akad nikah

itu sendiri.

c. Ketiga, nikah berarti gabungan akad nikah dan berhubungan

badan. Pengertian ini adalah pengertian paling kuat, karena

pernikahan didahului dengan akad nikah agar terjadinya

kehalalan dalam berhubungan badan.

Dari defenisi di atas, kata nikah lebih tepat diartikan sebagai

suatu ikatan legal formal dalam penikahan, sehingga kata ini tidak

memuat makna berhubungan badan.4

2 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia

Grup,2003), 7 3 D.A. Pakih Sati, Panduan Lengkap Pernikahan Fiqh Munakahat Terkini,

(Jogjakarta: Bening, 2011), Cet. Ke-1, 15 4 Abī Husain Ahmad b. Fāris Zakariyā, Mu’jam Maqāyis al-Lughah, (Bairut:

Dār al-Fik, t.t.), 475

Page 43: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

28

2. Definisi Azwāj

Azwāj dalam segi bahasa adalah kata jamak dari kata zauj yang

berarti suami dan zaujah berarti istri, namun pada umunya dalam al-

Qur’an hanya menggunakan kata zauj untuk ditujukan kepada suami

maupun istri. Kata zauj merupakan suatu kata yang bersifat single dan

menjadi sepasang ketika bergabung dengan sesuatu yang lain.

Namun dalam al-Qur’an kata zauj pada umumnya ditujukan untuk

pasangan. Sedangkan kata Azwāj selalu tertuju kepada pasangan manusia

(suami-istri). Sebagian kalangan mufasir, memahami kata azwāj untuk

ditujukan kepada kaum hawa, karena pada hakikatnya manusia berawal

dari seorang perempuan (tidak berlaku untuk Nabi Adam AS). Seperti

dalam salah satu ayat yang akan penulis bahas yakni:

كذما نهاررها ال ات ترري مرن تت نذ لهم جنذ

اتر أ الر رين آمنوا وعمرلوا الصذ ر الذ وبشر

ولهم فريها رزرقو رها رهر متشاب توا ب وأ ري رزرقنا مرن قبل ا مرنها مرن ثمرة ررزقا قالوا هذا الذ

ون وهم فريها خالر رة طهذ زواج م (٢٥)أ

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan

dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah

diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka

kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah : 25)”

Dalam ayat ini, al-Qur’an memberikan salah satu ciri bahwa kata

azwāj tertuju untuk isteri-isteri yang menjadi pasangan para lelaki di

surga nanti. Ayat ini menjelaskan tentang salah satu kehidupan yang ada

di surga, terutama dalam hal makanan dan pasangan.

Sedangkan Abu Ja’far al-Razī menjelaskan ayat ini bahwa

makanan-makanan yang akan Allah sediakan di surga nanti yakni buah-

Page 44: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

29

buahan yang hampir mirip secara bentuk dan teksturnya, namun dari segi

rasa masing masing memiliki rasa yang berbeda.

Selanjutnya dalam hal wanita yang disucikan para mufassir

sepakat bahwa arti yang terkandung dari kata ini adalah wanita yang

suci dari hadas kecil maupun dari haid, nifas dan hadas besar lainnya,

serta sifat ini bukan hanya sementara namun kekal adanya.

Islam sangat memuliakan kedudukan manusia dibandingkan

makhluk-makhluk lainnya, oleh karena itu dalam ajaran Islam tidak

diperkenankan untuk sewenang-wenang dalam menentukan pasangan

untuk menemani hidup di dunia ini. Untuk menjadikannya halal terdapat

aturan-aturan atau hukum-hukum yang harus dijalani untuk menjadikan

pasangan hidup antar sesama manusia. yakni dengan melalui jalan

pernikahan.

Nikah dalam bahasa arab terdapat dua kata yakni kata نكح )nakaha(

dan kata yang serupa yakni kata زوج )zawwaja(. Kedua kata terebut

adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang arab dalam

kehidupan sehari-hari. Selain jadi bahasa sehari-hari, kedua kata ini juga

banyak ditemukan dalam al-Qur’an, seperti halnya kata نكح )nakaha(

ditemukan 17 ayat yang di dalamnya terdapat kata ini, sedangkan kata

zawwaja( terdapat 20 ayat ditemukan dalam al-Qur’an. Keduanya( زوج

memiliki makna nikah.

Kata nikah berasal dari bahasa arab yakni nakaha-yankihu-

nikāhan yang berarti mengawini.5 Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, nikah adalah perkawinan yang dilakukan sesuai

dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.

5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemah Tafsir al-Qur’an, 1973), cet. Ke-1 467.

Page 45: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

30

Namun secara terminologi, kata nikah memiliki berbagi macam

definisi. Definisi-definisi ini diambil berdasarkan penjelasan imam-

imam madzhab.6 Adapun madzhab yang populer di antaranya:

1. Madzhab hanafi

Imam Hanafi menjelaskan bahwa nikah adalah akad dengan

tujuan memiliki kesenangan secara sengaja. Dalam hal ini imam

hanafi memahami bahwa menikah adalah tentang hubungan

suami istri.

2. Madzhab Maliki

Imam Malik menjelaskan bahwa nikah adalah suatu akad yang

menghalalkan kesenangan (jima’) dengan perempuan yang

bukan muhrimnya dengan sighat nikah. Dalam hal ini, imam

maliki memahami bahwa menikah adalah suatu penghalalan

untuk bersenang-senang dengan wanita yang bukan muhrimnya

dalam hal berjima’

3. Madzhab Syafi’i

Imam Syafi’i menjelaskan bahwa nikah adalah suatu akad yang

menngandung pemilikan wat’i dengan menggunakan kata

menikahkan atau mengawinkan atau kata lain menjadi sinonim.

Dalam hal ini, Imam Syafi’i memahami nikah mrupakan akad

kepemilikan wat’i dengan menggunakan kata “nikahkan” atau

“kawinkan” ataupun yang sinonim dengan kata tersebut

sehingga jadilah hubungan yang halal.

4. Madzhab Hambali

Imam Hambali menjelaskan bahwa nikah adalah suatu akad

dengan mengucapkan lafadz nikah atau kawin untuk manfaat

6 Sukron, Hukum Perempuan Memilih pasangan Nikah dalam pandangan

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, Jakarta: Skripsi perbandingan Madzhab Fakultas

Syari’ah dan Hukum, 11

Page 46: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

31

(menikmati) kesenangan. Dalam hal ini, Imam Hambali

memahami nikah adalah akad yang diucapkan dengan

menggunakan kata ankaha atau tazwij untuk mendapatkan

kesenangan.

Dari beberapa pengertian di atas yang dijelaskan oleh

empat imam madzhab, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

nikah adalah akad antara laki-laki dan perempuan demi

mendapatkan atau menghalalkan kesenangan dengan

menggunakan kata nikah (menikahkan) atau kawin

(mengawinkan) ataupun kata lain yang semakna dengan kedua

kata tersebut untuk menciptakan sebuah rumah tangga atau

keluarga demi memperbanyak keturunan. Dengan demikian tidak

diperkenankan berpasangan sejenis kelamin, karena selain

melanggar aturan yang diajarkan agama pasangan sejenis juga

mustahil akan mendapatkan keturunan.

B. Keabsahan Menikah

Menikah adalah mendirikan sebuah keluarga kecil yang harmonis,

sejahtera, dan bahagia. Harmonis dalam rangka menggunakan hak dan

kewajiban anggota keluarga, dikatakan sejahtera karena terciptanya

ketenangan lahir batin yang disebabkan dari terpenuhinya keperluan

hidup lahir batinmya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih

sayang antar anggota keluarga. Adapun menikah pada umumnya adalah

memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju

kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Karena tidak bisa

dipungkiri bahwa keindahan dunia tidak keluar dari koridor kesuksesan

materi dan bertemu dua insan yang berbeda hingga akhirnya memiliki

Page 47: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

32

keturunan.7 Itulah kebahagiaan di dunia yang Allah berikan kepada

manusia dan menjadi suatu fitrah yang Allah tentukan bagi setiap umat

manusia.8

Untuk mendapatkan semua kebahagiaan di atas secara halal, tentu

Islam telah memberikan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi,

ketentuan-ketentuan tersebut dikelompokkan menjadi rukun dan syarat.

Rukun di antaranya adalah mempelai laki-laki, mempelai perempuan,

wali nikah, dua saksi nikah dan yang paling penting terjadinya ijab qabul.

Adapun syarat sah di antaranya adalah beragama Islam, mempelai laki-

laki bukan mahrom dari mempelai perempuan, wali nikah mengetahui

dan menyetujui adanya pernikahan, tidak sedang melaksanakan haji dan

yang pasti bukan karena paksaan.

Mengenai perwalian, wali nikah bisa dikatakan pemegang

kekuasaan terhadap sebuah pernikahan. Oleh karenanya wali harus

dilimpahkan kepada orang yang bergama Islam dan sempurna untuk

kemaslahatan kekurangan orang yang akan dikuasainya itu.9 Selain itu,

wali juga harus dari orang yang muslim, sehingga jika seorang

perempuan muallaf dan keluarganya bukan dari umat Islam, maka hak

ayah dan keluarga (laki-laki) nya sebagai wali gugur dan harus

digantikan oleh wali hakim. Firman Allah dalam Surah al-Nisa ayat 144

فرين أولي ي ها ٱلذين ءامنوا ل ت تخذوا ٱلك علوا لل اأء من دون ٱلمؤمنين يأ أتريدون أن ت مبينا اعليكم سلطن

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk

menyiksamu)?”

7 QS. Ali Imran ayat 14 8 QS. Al-Rum ayat 30 9 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta: Lentera,

2001), Cet ke-7, 309

Page 48: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

33

Dalam hal perwalian, mayoritas yang digunakan di Indonesia

adalah madzhab Syafi’i jika perempuan akil balig dan berakal sehat itu

masih gadis, maka hak mengawini dirinya sepenuhnya ada pada wali,

sedangkan hak untuk wanita janda itu dari keduanya, yakni dari janda itu

sendiri dan juga wali nikahnya, wali tidak boleh memaksakan kehendak

untuk mengawinkan janda tersebut tanpa persetujuan dari diri janda itu

sendiri.10

Dalam urutan perwalian, di Indonesia telah disepakati bahwa

yang berhak sebagai wali secara berurutan adalah bapak, kakek, saudara

laki-laki sebapak seibu, saudara laki-laki sebapak saja, saudara laki laki

dari bapak (paman) dan anak laki-laki dari paman. Sedangkan jika wali

yang disebutkan dalam halangan, maka digantikan dengan wali hakim.

Adapun dalam perihal saksi pernikahan, saksi pernikahan harus

ada dua orang yang beragama Islam, baligh, berakal, dapat melihat dan

mendengar, adil, mengerti tujuan pernikahan. Adapun adil yang

dimaksud adalah orang yang tidak berdosa kecil yang keji seperti halnya

suka mencuri, suka perilaku tidak sopan dan sebagainya. Menurut

pendapat ulama lainnya, yang dimaksud dengan adil adalah orang yang

takwa dan berpegang teguh kepada adab syara’ yang berarti orang yang

taat ibadah dan menjauhi maksiat.11

Dengan demikian, ketika salah satu dari syarat dan rukun di atas

belum terpenuhi, maka pernikahan tidak dapat dilanjutkan, karena satu

sama lain saling membutuhkan.

10 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Madzhab, 345 11 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung : Bandar

Maja,1990), 88

Page 49: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

34

C. Fungsi Pasangan Dalam Kehidupan Manusia

Dalam berkeluarga, tentu setiap orang menginginkan manfaat

dari berkeluarga itu sendiri. Adapun fungsi pernikahan secara rinci dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Menciptakan Ketenangan

Islam telah mengajarkan bahwa salah satu fungsi dari

menikah adalah menciptakan ketenangan. Sebagaimana Allah telah

berfirman dalam al-Quran surah al-Rum ayat 21 yang berbunyi:

ها ل تسكن وأا اومن ءايتهۦأ أن خلق لكم م ن أنفسكم أزوج نكم وجعل إلي مودة ب ي لك لأيت Iإن ورحةن ي ت فكرون ل قومف ذ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dengan menikah dapat

menciptakan ketenangan, dalam ayat ini Allah menggunakan kata

“Sakana” yang berarti tempat tinggal begitu tenteram dan cenderung

memberikan kenyamanan, sehingga penulis membagi ketenangan

dalam tiga bagian:

a. Ketenangan Jiwa

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa menikah merupakan

mempesatukan dua insan yang berbeda yang mana diantara

keduanya menjadi saling melengkapi. Sehingga ketika salah

satu diantara keduanya memiliki ketidakyamanan dalam hati

maka salah satu lainnya menjadi penawanya. contoh ketika

Page 50: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

35

seorang suami mengalami sebuah kegelisahan, maka seorang

istri adalah penenangnya.

b. Ketenangan Raga

Selain ketenangan jiwa, menikah juga menciptakan ketenangan

raga, karena dengan hubungan yang halal keduanya bisa

melampiaskan nafsunya satu sama lain, yang mana ketika

pernikahan ditunda-tunda dan keduanya sudah matang untuk

menikah hasrat yang seharusnya dilampiaskan itu menjadi

terpendam, dan jika dipendam akhirnya menimbulkan penyakit

atau sifat pemarah.

c. Ketenangan Materi

Selain ketenangan jiwa dan raga, menikah juga dapat menjadi

sumber pendatang materi seperti dijelaskan dalam dalil-dalil di

bawah ini:

a. Dunia ini perhiasan, dan sebaik baiknya perhiasan adalah

wanita shalihah (HR. Muslim). Dari hadits nabi ini dapat

disimpulkan bahwa wanita yang sholihah merupakan harta

terbesar dibandingkan dunia dan seisinya, karena ia

merupakan isteri yang amanah yang dapat menciptakan

ketenangan jiwa dan raga serta menjadi sumber rezeki

untuk suami karena doa-doanya, keamanahannya,

kesabarannya dan dapat melahirkan bibit unggul untuk

keturunannya dengan alasan seorang ibu adalah sekolah

pertama bagi anak-anaknya sehingga wanita yang sholehah

tidak akan pernah mengajarkan anaknya untuk berbuat

menyimpang.

Page 51: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

36

b. Di dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa menikah dapat

melapangkan rizki, salah satu di antaranya adalah surah al-

Nur ayat 32 yang berbunyi:

ى منكم وٱلصلحي من عبادكم وإماأئكمن إن يكونوا ف قراأء وأنكحوا ٱليسع و من فضلهۦ وٱلل عليمي غنهم ٱلل

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di

antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah)

dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan

perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan

kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan

Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa menikah akan

melapangkan rezeki bagi yang menjalankannya.

Kebanyakan dari masyarakat saat ini mereka enggan

menyegerakan menikah karena belum memiliki modal,

padahal Allah akan membukakan pintu-pintu rezeki bagi

hambanya yang ingin menikah dan meninggalkan zina.

2. Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan

Keurunan merupakan sambungan dan penyambung cita-cita

yang apabila terjadi suatu pernikahan, maka akan terbentuk sebuah

keluarga yang di dalamnya akan dilahirkan keturunan-keturunan

yang menjadi generasi penerus para orang tua sehingga generasi

tersebut akan melahirkan generasi lagi yang akan membentuk suatu

umat, yaitu umat Nabi Muhammad SAW.

3. Memenuhi Hajat Manusia

Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan

melimpahkan kasih sayang dan sudah menjadi kodrat manusia dan

iradat dari Allah menjadikan makhluknya hidup berpasang

Page 52: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

37

pasangan. Seperti yang telah Allah firmankan dalam QS. Yasin [36]:

36

هرم ومرمذ نفسررض ومرن أ

ا تنبرت ٱل زوج كذها مرمذ

ري خلق ٱل ا ل سبحن ٱلذ

يعلمون “Maha Suci Tuhan yang menciptakan pasangan pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka maupun yang tidak mereka ketahui”.

4. Memenuhi Panggilan Agama

Memenuhi panggilan agama di sini demi memelihara diri

dari kejahatan dan kerusakan. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

عن عبد الل بن مسعود رضي الله عنه قال لنا رسول الل صلى الله عليه وسلم ) طاع منكم الباءة ف لي ت زوج , فإنه أغض للبصر , ي معشر الشباب ! من است

مت فق عليه (وم ; فإنه له وجاء وأحصن للفرج , ومن ل يستطع ف عليه بلص “Dari Abdullah ibn Mas’ud ra berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai generai muda, barang siapa diantara kamu telah mampu

berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan

pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa yang

belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat

mengendalikannya”. (Muttafaq Alaih)”

Dalam Hadits lain, Rasulullah Saw bersabda:

ن ون ع م ي ن م يسى ب ا ع ن ث د م ح ا آد ن ث د ر ح ن الزه حد ب ا أ ن ث د حول ال رس ت ق ال ة ق ش ائ ن ع م ع اس ق ل اح ا ك لم الن ه وس ي ل لى الل ع الل ص

م ك ر ب ث ا ك ن م إ وا ف زوج ن وت س م ي ل نت ف س ل ب م ع ن ل ي م نت ف ن س من إ ام ف ي لص ه ب ي ل ع د ف ن ل ي ح وم ك ن ي ل ول ف ا ط ان ذ ن ك م وم الم

اء الص ه وج وم ل“Telah menceritakan kepada kami (Ahmad bin Al Azhar) berkata,

telah menceritakan kepada kami (Adam) berkata, telah

menceritakan kepada kami (Isa bin Maimun) dari (Al Qasim) dari

Page 53: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

38

('Aisyah) ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Menikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak

mengamalkan sunnahku berarti bukan dari golonganku. Hendaklah

kalian menikah, sungguh dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-

banyakkan umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah

menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa, karena puasa

itu merupakan tameng. (HR. Ibnu Majah).”

5. Menumbuhkan Kesungguhan untuk Bertanggung Jawab

Menumbuhkan kesungguhan untuk betanggung jawab

menerima kewajiban juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh

harta kekayaan yang halal sehingga bersemangat mencari rizki

sebagai bekal hidup untuk diri dan kekeluargaan.

6. Membersihkan Keturunan

Yang dimaksud membersihkan keturunan adalah agar

menghindari fitnah dan menjadikan suatu kejelasan terhadap asal-

usul seorang anak. Oleh karenanya Islam mengharamkan zina dan

poliandri serta menutup segala pintu yang menyebabkan fitnah-

fitnah kepada anak yang tidak jelas asal-usulnya sehingga anak yang

dilahirkan terhormat derajatnya.

Page 54: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

39

BAB IV

ANALISIS KATA AZWĀJ MUṬAHHARAH SEBAGAI

PASANGAN DI SURGA

Definisi secara umum derivasi azwāj muṭahharah adalah wanita-

wanita yang disucikan oleh Allah dari segala hal yang mengandung

unsur-unsur kotoran. Hal ini bisa ditemukan hanya di dalam surga bagi

orang-orang yang melakukan amal kebaikan. Surga bisa disebut juga

sebagai tempat pembalasan dari Allah untuk orang-orang yang

melakukan kebaikan, sebaliknya orang-orang yang membangkan dan

tidak mau melakukan kebaikan maka balasan dari Allah adalah neraka.

Di dalam surga digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan

kenikmatan dan keindahan. Salah satu kenikmatan yang diberikan oleh

Allah adalah nikmat materil berupa azwāj muṭahharah. Pada bagian ini

akan dijelaskan mengenai esensi tentang azwāj muṭahharah

A. Term Berpasangan dalam al-Qur’an

Dalam al-Qur’an derivasi أزواج (azwāj al-muṭahharah) merupakan

bentuk dua kata yang tergabung menjadi susunan na’at man’ūt. Dalam

al-Qur’an kedua kata ini ditemukan beberapa ayat, baik kedua kata itu

terpisah menjadi satu kata dalam ayat maupun kedua kata itu ditemukan

dalam satu ayat. Pertama, derivasi واجأز (azwāj) dalam al-Qur’an

ditemukan sebanyak sepeluh ayat, di antaranya: QS. al-Baqarah [2] 25,

QS. Alī ‘Imran [3] 15, QS. al-Nisā’ [4] 57, QS. al-‘An’ām [6] 143, QS.

al-‘Ahzāb [33] 37 dan

Page 55: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

40

52, QS. Yasin [36] 36, QS Ṣad [38] 58, QS. al-Zumar [39] 6, dan QS. al-

Zukhruf [43] 12.1 Kedua, derivasi مطهرة (muṭahharah) dalam al-Qur’an

ditemukan sebanyak lima ayat, di antaranya: QS. al-Baqarah [2] 25, QS.

Alī ‘Imran [3] 15, QS. al-Nisā’ [4] 57, QS. ‘Abasa [80] 14, dan QS. al-

Bayyinah [98] 2.2

Agar mempermudah dalam mempriodesasikan ayat-ayat ini, penulis

memberikan tabel dengan melihat turunnya ayat baik itu priodesasi

makkiyah maupun priodesasi madaniyyah.3

Tabel ayat azwāj muṭahharah

NO Periode Surah No.

Surah

No. Ayat

Al-Baqarah 2 25

Alī ‘Imran 3 15

1 Makkiyah Al-Nisā’ 4 57

Al-Ahzāb 33 37 dan 52

Al-Bayyinah 98 2

Al-Baqarah 2 25

1 Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī,Mu’jam al-Mufahras li al-Fādz al-Qur’an

al-Karīm (Qāhirah: Dār al-Hadīts), 333 2 Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī,Mu’jam al-Mufahras li al-Fādz al-Qur’an

al-Karīm (Qāhirah: Dār al-Hadīts), 429 3 Tentang istilah Makki dan Madani sendiri, para ulama berbeda pendapat

dalam memberikan batasan mengenai ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah. Ada yang

berpendapat berdasarkan masa turunnya yaitu ayat-ayat Makiyyah adalah ayat-ayat

yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, dan ayat-ayat Madaniyyah

adalah ayat-ayat yang diturunkan setelah

Rasulullah hijrah ke Madinah. Adapun yang berpendapat berdasarkan tempat

diturunkannya yaitu Makiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya,

seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah dan Madaniyyah merupakan ayat-ayat yang

turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Qubā; dan Sil. Lihat, Manna Khalil Al-

Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), cet. 16,

83-85

Page 56: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

41

Al-‘An’ām 6 143

2 Madaniyyah Yasin 36 36

Ṣad 38 38

Al-Zumar 39 6

Al-Zukhruf 43 12

Dari beberapa ayat yang dijelasakan di atas, penulis fokus kepada

ayat-ayat yang berkaitan dengan azwāj muṭahharah. Sehingga ayat yang

diteliti hanya ditemukan tiga ayat, di antaranya: QS. al-Baqarah [2] 25,

QS. Alī ‘Imran [3] 15, dan QS. al-Nisā’ [4] 57.

B. Wujud Pasangan di dalam Surga

Derivasi kata surga di dalam bahasa Arab yaitu جنة, yang berakar

dari kata jinna. Kata ini merupakan sinonim dari kata ستر (menutupi),

dan bentuk jamaknya (plural) adalah jinān.4 Dalam mu’jam al-wasīt kata

الحديقة ذات النخل و ,memiliki dua maksud di antaranya: pertama جنة

yaitu taman yang memiliki pepohonan. Kedua, kata Jannah الشجرة

diartikan sebagai البستان و دار النعيم الأخرة artinya suatu kebun dan tempat

pemberian nikmat di akhirat kelak.5 Adapun kata Jannah menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai dua arti. Pertama,

sebagai tempat alam akhirat yang membahagiakan ruh manusia yang

hendak tinggal di dalamnya dalam keadaan kekal. Kedua, sama dengan

surgaloka, kayangan tempat kediaman Batara Guru (Siwa) di sana juga

terdapat gabungan kata surga dan jannah menjadi Surga Jannah.

Gabungan kata ini diartikan sebagai alam akhirat tempat jiwa (ruh)

mengenyam kebahagiaan sebagai pahala perbuatan baik semasa hidup di

4 Kementrian Agama RI, Tafsir al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lentera

Abadi, 2010), jilid I, 61 5 Mu’jam al-Wasīt,, 141

Page 57: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

42

dunia.6 Sedangkan kata Jannah menurut al-Qurtubī di dalam tafsirnya,

derivasi kata Jannah diartikan dengan البستان (taman). Adapun alasan

digunakan derivasi Jannah dalam memaknai taman adalah menutupi

pandangan dikarenakan adanya pohon.7

Derivsi kata surga di dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak 147 kali,

yaitu berada di dalam 65 surah dengan bentuk derivasi mufrad (tunggal),

tasniyah dan jamak (plural).8 Kata Jannah ini merupakan bahasa Arab,

yang akar katanya adalah janna dan memiliki arti satara yaitu menutup

atau menyamarkan. Kata ini memiliki satu akar dengan kata jīn,9 janan,10

janīn,11 junūn, junnah,12 dan lainnya.

Mayoritas kata Jannah diartikan dengan surga abadi yang menjadi

balasan bagi orang-orang yang mukmin yang beramal salih. Tetapi

menurut para ulama berbeda pendapat mengenai surga yang ditempati

oleh Nabi Adam. Pendapat pertama mengatakan bahwa surga yang

ditempati oleh Nabi Adam adalah surga abadi yang ada di langit.

Pendapat kedua mengatakan bahwa surga yang dimaksud berada di

bumi. Kata yang digunakan oleh Allah SWT saat megeluarkan Adam

dari surga adalah ihbiṭū yang berarti “turunlah”. Pendapat pertama

6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi

3, cet. 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 1109 7 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I,

359 8 Muhammad Fuad ‘Abd al-Bāqī, Mu’jam al-Mufahras li Al-fāz al-Qur’ān bi

Hasiyah al- Mushaf al-Syarīf (Qāhirah: Dār al-Hadīts, 2007), 221-223 9 Jin adalah bukan golongan manusia. Lihat, Mu’jam al-Wasīt, 141 10 Bagian penutup mayit seperti kain kafan dan kuburan. Lihat, Mu’jam al-

Wasīt, 141 11 Artinya adalah anak yang masih dalam kandungan ibunya. Al-Rāghib al-

Asfahānī, Mu’jam Mufradāt al-Qur’ān (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah), h. 111-

112. Lihat juga, Mu’jam al-Wasīt, 141 12 Baju Pelindung dan penutup kepala. Lihat, Muhammad b. Mukrim b.

Manzūr al-Afriqī al-Misrī, Lisān al-‘Arab (Bairût: Dâr Sâdir, 1990), jilid. 3, h. 94. Dan

Mu’jam al-Wasīt, 141

Page 58: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

43

berargumen bahwa perintah turun dimaksud adalah turun dari langit.

Karenanya, surga yang ditempati Nabi Adam adalah surga abadi yang

ada di langit. Sedangkan pendapat kedua berpegang pada QS. al-Baqarah

[2] 61

رج ربك لنا فٱدع حد  وإذ قـلتم یـموسى لن نصب على طعام و ٱلرض تـنبت ما لنا یها بـقلها من هو بٱلذی أدن هو ٱلذی أتستـبدلون قال وبصلها وعدسها وفومها وقثاى

ءو بغضب م ن لة وٱلمسكنة وب خ ی ٱهبطوا مصرا فإن لكم ما سألتم وضر بت علیهم ٱلذ م لك  ٱلل ذ وكانوا لك  ذ ٱلق بغی ٱلنبی ـن ویـقتـلون ٱلل ب ـایـت یكفرون كانوا بن

با عصوا یـعتدون

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar

(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk

kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang

ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang

putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata:

"Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih

baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang

kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan,

serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena

mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka

selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”

Derivasi kata ihbiṭū menunjukkan perintah turun dari taman yang

indah ke suatu tempat lain di bumi. Dengan demikian, surga yang

ditempati oleh Nabi Adam menurut pendapat kedua berada di bumi pada

dataran tinggi.13 Bagi al-Asfahānī, ada dua alasan kenapa surga disebut

dengan menggunakan istilah jannah, yaitu; pertama, karena serupa

dengan kebun di bumi, walaupun antara keduanya memiliki perbedaan.

Kedua, karena nikmat-nikmat di dalamnya oleh Allah ditutup dari

penglihatan manusia.

13 Kementrian Agama RI, Tafsir al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lentera

Abadi, 2010), jilid I, 61-62

Page 59: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

44

Adapun secara implisit mayoritas ulama tafsir memberikan makna

Jannah (surga) memiliki kesamaan dikarenakan al-Qur’an tidak

memberikan definisi yang eksplisit terkait surga. Secara umum surga

merupakan tempat kenikmatan untuk seseorang yang telah melewati

aturan-aturan yang diperintahkan oleh Tuhan kepadanya. Salah satu

aturannya melakukan amal salih dan bertaqwa kepada-Nya.

Adapun alasan diciptakannya surga adalah sebagai bentuk balasan

Allah kepada hamba-Nya yang melakukan kebaikan. Hal ini telah

dijelaskan di dalam QS. al-Baqarah [2] 25

تها ٱلنـر كلم ری من ت ر ٱلذین ءامنوا وعملوا ٱلصـلحـت أن لم جنـت ت ا وبش نا من قـبل وأتوا بهۦ متشـبها ولم ف ها من ثرة ر زقا قالوا هـذا ٱلذی رزقـ

ج  ا أزو یه رزقوا منـخـلدون فیها وهم مطهرة

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan

dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah

diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa

dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka

kekal di dalamnya.”

Menurut al-Qurtubī, penyebutan derivasi ر ٱلذین ءامنوا sebagai وبش

bentuk apresiasi Allah dalam memberitahukan kepada hamba-Nya

sebuah informasi yang bisa membuat mereka senang. Apresiasi ini

disebabkan perbuatan-perbuatan yang salih. Ia menambahkan juga,

bahwa amal salih ialah diaktualisasikan dengan keimanan. Iman ada

dikarenakan ketaatan seseorang kepada Allah. Maka tidak mungkin

seseorang bisa masuk ke dalam surga kecuali seseorang sudah

melakukan amal salih dan mengaktualisasikan keimanan mereka

Page 60: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

45

masing-masing.14 Tidak hanya melakukan amal salih, tetapi juga

betaqwa dan beriman kepada-Nya, maka Allah memberikan balasan

kepadanya surga. Sebagaimana dijelaskan di dalam QS. al-Baqarah [2]

212

یا ویسخرون من ٱلذین ءامنوا وٱلذین ٱتـقوا فـوقـهم نـ یـوم زی ن للذین كفروا ٱلیـوة ٱلد یـرزق من یشاء بغی حساب ٱلقیـمة وٱلل

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir,

dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-

orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan

Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa

batas.”

Pada ayat ini menjelaskan dua posisi seorang manusia, yaitu:

pertama, bagi orang-orang yang menganggap dunia sebagai

perhiasaannya tidak ubah dengan orang kafir yang mengkultuskan dunia

tanpa mengingat-Nya sehingga Allah memberikan azab dan pembalasan

berupa neraka. Kedua, orang mukmin dan bertaqwa kepada-Nya akan

Allah berikan balasan rezeki yang tanpa perhitungan berupa surga yang

abadi di dalamnya.

Adapun antonim dari surga adalah neraka. Neraka merupakan tempat

bagi orang-orang yang masa hidup di dunia menolak ajaran-ajaran Islam.

Neraka juga merupakan balasan bagi orang-orang yang tidak taat kepada

Allah. Hal ini dijelaskan di dalam QS. al-Insyiqāq [84] 24

رهم بعذاب ألیم فـبش

“Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih”

14 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I,

362

Page 61: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

46

Menurut al-Qurtubī, ayat ini sebagai bentuk balasan Allah kepada

orang-orang kafir dan orang yang berbohong. Sebagai bentuk balasan

dari Allah adalah ditempatkan di neraka jahannam. Dari penjelasan ini,

menurut penulis Allah memberikan setiap jaminan kepada hamba-Nya,

baik masuk ke dalam surga maupun ke dalam neraka. Yang menjadikan

penentuan untuk masuk kedua tempat yang disediakan oleh Allah

tergantung dari tindakan dan perbuatan masing-masing.

Setelah mengetahui dari definisi surga, maka selanjutnya adalah

menjelaskan mengenai gambaran di dalam surga. Salah satu yang

diberikan oleh Allah bagi orang-orang melakukan kebaikan akan

mendapatkan pasangan di dalam surga. Selain itu ada beberapa hal

gambaran yang ada di dalam surga, di antaranya:

1. Ketersediaan akan kenikmatan

Pada ayat sebelumnya QS. al-Baqarah [2] 212, dijadikan sebagai

pijakan untuk orang yang melakukan amal salih, beriman, dan

bertaqwa akan mendapatkan kenikmatan yang tak terhingga dengan

tanpa perhitungkan dari Allah. Kenikmatan yang diberikan oleh

Allah beragam macamnya, di sini penulis mengklasifikasikan

menjadi dua bagian pertama, kenikmatan materil di antaranya:

a. Perhiasan bagi penghuni surga

Ayat yang menjelaskan tentang perhiasan bagi penduduk surga

yaitu QS. al-Kahfi [18] 31

تهم ٱلنـر یلون فیها من أساور من ذهب ری من ت ك لم جنـت عدن ت لـى أو

ویـلبسون ثیابا خضرا م ن سندس وإستبق متك ـین فیها على ٱلراىك نعم ٱلثـواب وحسنت مرتـفقا

“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan

Page 62: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

47

gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan

sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-

dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat

istirahat yang indah”

Menurut al-Qurtubī, ayat ini sebagai apreseasi Allah kepada

hamba-Nya yang telah melakukan amalan yang baik. Mereka yang

mendapatkan balasan surga, tentunya mendapatkan kemewahan baik

itu perhiasan emas, perak, kain sutra mapun istana-istana yang indah.

Bagi mereka yang melakukan yang keluar dari aturan Allah maka itu

tentu balasannya bukanlah surga melainkan neraka.15

b. Sungai-sungai yang mengalir

Tidak hanya perhiasan, sebagai bentuk keindahan di dalam surga

Allah memberikan visualisasi di dalam al-Qur’an berupa sungai-

sungai indah yang mengalir. Hal ini telah dijelaskan di dalam QS. al-

Baqarah [2] 25

تها ٱلنـر ری من ت تMenurut al-Qurtubī, kata tahtihā diartikan sebagai من تتها أي من

yaitu air yang mengalir di bawah pohon-pohon. Dari ,تت أشجارها

penjelasan al-Qurtubī dapat disimpulkan, bahwa keindahan di dalam

surga ditemukan air-air yang mengalir di bahwa pohon-pohon sebagai

bentuk keindahan surga. Pada ayat lain al-Qurtubī menjelaskan

tentang spesifikasi air yang ada di dalam surga, dijelaskan di dalam

QS. al-Qamar [54] 54

إن ٱلمتقین فی جنـت ونر

15 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I3,

260

Page 63: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

48

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman

dan sungai-sungai.”

Kata nahar menurut al-Juraij yang dikutip oleh al-Qurtubī,

bahwa sungai memiliki air biasa, air khamar, madu, dan susu.16

c. Bidadar-bidadari surga

Kenikmatan yang lainnya yang bisa ditemukan di dalam surga

adalah bidadari-bidadari. Menurut Syadi, bidadari adalah mereka

bermata jelita, cantik dan masih perawan. Kelopak matanya tampak

sayup, kecantikannya sangat menggiurkan. Kedua matanya memakai

celak, ucapannya nikmat didengar keringatnya adalah madu dan

mengagumkan pula bentuk tubuhnya, mulia akhlaknya, berkilauan

perhiasan yang dipakainya dan penuh kasih sayang. Tidak ada tabiat

kasar pada dirinya dan hanya kepada suaminya dia menghadap tidak

kepada yang lain.17 Adapaun ciri-ciri bidadari yang lainnya dijelaskan

di dalam QS. al-Waqī’ah [56] 22-23

كأمثـل ٱللؤلو ٱلمكنون وحور عین ”Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang

tersimpan baik.”

Pada ayat yang lain juga dijelaskan mengenai bidadari di dalam

surga dalam QS. al-Rahman [55] 56

ت  افیهن قـصر لهم ول جان هن إنس قـبـ ٱلطرف ل یطمثـ

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan

pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka

(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak

pula oleh jin.”

16 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī, Juz 20, 108-109 17 Khalid Abu Syadi, Semilir Angin Surga, (Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2006) cet ke 1, 83

Page 64: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

49

Pada teks فیهن قـصر ا ت ٱلطرف menurut al-Qurtubī, para wanita yang

menundukkan pandangannya, karena mereka memberikan batasan

pada penglihatan untuk selain suami-suaminya sehingga orang lain

tidak bisa melihat mereka di dalam surga. Sedangkan maksud teks لم

menurut al-Qurtubī, teks ini memiliki dua pandangan di يطمثهن

kalangan ulama tafsir, di antaranya: pertama, wanita-wanita yang

belum pernah disetubuhi oleh seorang laki-laki. Kedua, wanita-wanita

yang tidak pernah haid. Adapun kesimpulannya, di dalam surga Allah

telah menyediakan wanita-wanita yang suci baik itu wanita yang

belum pernah disetubuhi maupun wanita yang tidak akan pernah

haid.18

d. Tersedianya makanan dan minuman

Kenikmatan materi yang Allah berikan di dalam surga adalah

makanan dan minuman. Dalam al-Qur’an dijelaskan terkait gambaran

Allah telah menyediakan bagi hamba-Nya makanan dan minuman di

dalam QS. al-Waqī’ah [56] 20-21

ا ي شتهون م ا ي تخ ي رون ولحم ط ي ر م م كهة م ـ وف

Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, an daging burung

dari apa yang mereka inginkan.

Al-Qurtubī memberikan interpretasi pada ayat ini sebagai berikut:

أي يتخي رون ما شاءوا لكثرتها. وقيل: وفاكهة متخي رة مرضية، والت خير

الختيار

Secara umum, penafsiran al-Qurtubī memberikan penjelasan

bahwa penduduk surga berhak memilih makanan dan buah-buahan

18 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz 20,

154-155

Page 65: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

50

semaunya, dikarenakan begitu banyak tersedianya makanan,

minuman dan buah-buahan di dalam surga. Semua jenis makanan

tentunya makanan yang diridhai oleh Allah untuk dimakan oleh

penghuni surga.19

e. Istana-istana di dalam surga

Kenikmatan materil selanjutnya adalah tersedianya di dalam surga

berupa istana-istana megah untuk penghuni surga. Di dalam al-Qur’an

dijelaskan mengenai gambaran surga berupa materi istana-istana bagi

penghuni surga, di antaranya dijelaskan dalam QS. al-Furqān [25] 10

عل تها ٱلنـر وی ر ی من ت تـبارك ٱلذی إن شاء جعل لك خیا م ن ذ  لك جنـت تا لك قصور

“Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-

Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga

yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula)

untukmu istana-istana.”

Pada derivasi ا al-Qurtubī memberi penjelasan sebagai قصور

berikut:

والقصر ف اللغة البس، وس ي القصر قصراا لن من فیه مقصور عن أن یوصل إلیه. البـیت الط ین القصر. وما یـتخذ من الصوف والشعر وقیل: العرب تسم ي بـیوت

Secara umum, menurut al-Qurtubī kata al-qasr secara bahasa

diartikan sebagai al-habs (tempat tahanan). dinamai al-qasr karena

seseorang dibatasi untuk sampai kepadanya. sebagain kelompok

berpendapat, bahwa orang Arab menamainya al-qasr dengan rumah

tanah. sedangkan maksud yang digunakan dalam syi'ir diartikan

19 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz 20,

189

Page 66: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

51

dengan al-bait (rumah).20 Dari penjelasan ini, al-Qurtubī tendensi

kepada maksud kata al-qasr adalah rumah-rumah yang disediakan

oleh Allah di dalam surga bagi orang-orang yang melakukan kebaikan

dan taat kepadanya.

Kedua, kenikmatan inmateril. Salah satu kenikmatan immateril

adalah ru’yah Allah (melihat Allah). Kenikmatan ru’yah Allah

(melihat Allah) merupakan nikmat paling terbesar yang diperoleh

penghuni surga, sebab mereka bisa memandang Allah di surga. Allah

telah menyatakan di dalam al-Qur’an bahwa akan memberikan

kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk melihat-Nya di

surga.21 Sebagaimana dijelaskan di dalam QS. al-Qiyāmah [75] 22-

23

ا نظرة ضرة إل رب ذ ن یـومى وجوه

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.

Kepada Tuhannyalah mereka melihat.”

Menurut al-Qurtubī, ayat ini memberikan penjelasan bahwa

melihat Allah merupakan kenikmatan yang paling baik. Adapun

diktum mengenai melihat Allah merupakan pendapat mayoritas

ulama.22 Pada ayat terjadi di kalangan teologi antara ahl al-sunnah

wa al-jama’ah dengan mu’tazilah. Bagi kalangan mu’tazilah,

melihat Allah hal yang mustahil sebab bisa merusak keesaan (tauhid)

20 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz 15,

372 21 al-Asyqar Umar Sulaiman, Ensiklopedia Kiamat (Jakarta: Zaman, 2011),

cet. 1, 681 22 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz 21,

h. 427

Page 67: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

52

Allah.23 Seperti yang diinterpretasikan oleh al-Zamakhsyari sebagai

berikut:

ا ذ ه ، و ه ی غ ل إ ر ظ ن ت ـ ل ةا اص ا خ ب ر ل إ ر ظ ن ت ـ ة ر ظ ا ن ب ر ل إ م ی ع الن ة ر ض ن ن م ة ر اض الن ر ظ ن ن ل ف ل إ ن : أ اس الن ل و ق ـ ن م ن و ك ی ن أ ه ع م ح ص ي ی ذ ال و ل و ع ف م ال ي د ق ت ـن ع م اء ج الر و ع ق و الت ـن ع م د ی ر ، ت ب ع ن ص ا ی م

“berharap pahala dari Allah. (Kepada Tuhannyalah mereka

melihat) ini adalah makna dengan didahulukan objeknya, makna ayat

di atas harus disesuaikan dengan makna yang biasa digunakan secara

umum, seperti perkataan “aku menunggu Fulan apa yang dia lakukan

kepadaku, artinya adalah antipasti dan harapan.24”

Dalam kasus ini al-Zamakhsyari menginterpretasi derivasi kata

dengan mentakwilkan makna tekstual. Sehingga (nāzhirah) ناظرة

derivasi kata tersebut menjadi makna منتظرة al-tawaqqu’ wa al-raja

(berharap) yaitu seorang berharap untuk melihat Allah. Sebenarnya,

ayat ini secara eksplisit membicarakan tentang kemampuan manusia

untuk melihat Allah pada hari kiamat. Namun, al-Zamakhsyari dalam

menafsirkan ayat ini dipengaruhi doktrim-doktrin mazhab

Mu’tazilah yang dianutnya, yaitu prinsip ushul khamsah berupa al-

tauhid.

Sedangkan al-Qurtubī tendensi kepada diktum mayoritas para

ulama, bahwa seorang mukmin yang diberikan balasan oleh Allah di

surga adalah bisa melihat Allah. Ini merupakan kenikmatan yang

23 Konsep keesaan (tauhid) Allah bagi kalangan mu’tazilah adalah Allah itu

Esa, tidak ada yang bisa menyamai-Nya, bukan jisim (benda) bukan pribadi (syahs),

bukan jauhar (substansi), bukan aradl (non essential property). Lihat Imam al-Asy’ari,

Maqālāt al-Islamiyyin wa Ikhtilāf al-Mushallīn ( Bairut: Maktabah al-‘Asriyyah, 1990),

h. 235 24 Abī al-Qāsim Mahmūd b. ‘Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasysyāf ‘an Haqā’iq

Ghawāmid al-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqwīl fi Wuuh al-Ta’wīl (Maktabah al-‘Abīkān,

1998), jilid I, h. 20 dan jilid VI, h. 270

Page 68: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

53

paling baik di banding kenikmatan materil yang telah disebutkan

pada sub bab sebelumnya.

2. Kenikmatan yang infinitif

Kehidupan yang kekal menjadi salah satu keinginan manusia. Di

dunia kehidupan yang kekal tidak terjadi kecuali kehidupan di

akhirat yang telah Allah janjikan atas kekekalan untuk hidup. Dalam

al-Qur’an membahasakan kekekalan itu dengan menggunakan istilah

khālidun atau derivasi lain yang diawali mā al-Nafī. Misalnya,

Firman Allah dalam QS. al-Baqarah [2] 25

لدون هايوهم ف ـ خ

Saat mengomentari ayat ini, dalam struktur masalah ketiga,

Fakhruddīn al-Rāzī menegaskan bahwa bila kenikmatan-kenikmatan

didapatkan dan bersamaan dengan itu ada rasa takut akan hilangnya

kenikmatan-kenikmatan tersebut maka Allah dalam ayat ini

menjelaskan kekekalannya. Ayat ini menunjukkan kesempurnaan

nikmat dan kebahagiaan yang diperoleh di dalam surga.25

C. Makna Kata Muṭahharah

Derivasi muṭahharah berasal dari kata ار ه ط -ر ه ط ي -ر ه ط (ṭahura-

yathuru-tuhran) yang memiliki makna س ن الد ال و ز و اء ق ن (suci dan

hilangnya kotoran).26 Kata mutahhar merupakan bentuk isim maf’ul

(objek) sehingga memiliki makna yang disucikan oleh Allah. Muṭahhar

merupakan objek yang disucikan langsung oleh Allah untuk diberikan

25 Fakhr al-Dīn al-Rāzī (w. 606 H), Tafsīr Fakhr al-Rāzī al-Musytahir bi al-

Tafsīr al-Kabīr Wa Mafātiḥ al-Ghaib (Bairut: Dār al-Fikr, 1981), Jil. 1, h. 139 26 Abī al-Husain Ahmad b. Fāris b. Zakariyā, Mu’jam Maqāyis al-Lughah (Dār

al-Fikr), h. 428

Page 69: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

54

kepada orang-orang yang melakukan kebaikan sehingga mendapatkan

balasan berupa surga beserta pasangan yang disucikan.

Para ulama berbeda-beda dalam menentukan batasan apa saja yang

Allah sucikan kepada wanita-wanita di dalam surga. Menurut al-Qurtubī

kata muṭahharah ialah perempuan yang suci dari haid, ludah, dan semua

jenis kotoran (najis) manusia. Ia juga mengutik pendapat lain yaitu ‘Abd

al-Razāq yang diberitahu dari al-Tsaurī dari Ibn Abī Najīd dari

Mujāhid,“kata muṭahharah yaitu mereka yang suci dari air seni, buang

air besar, tidak beranak, tidak haid, tidak mengeluarkan air mani, dan

tidak mengeluarkan air ludah.” Menurut al-Qurtubī, semua ini

merupakan sifat-sifat penduduk surga yang merupakan kenikmatan dan

kebahagian mereka yang telah melakukan perintah-Nya.27

Adapaun menurut mufasir lain seperti Fakhruddīn al-Razi, Ibn

Katsir, Wahbah al-Zuhailī, dan Imam Nawawi, mereka memberikan

interpretasi yang sejalan dengan al-Qurtubī. Pada intinya muṭahhar

adalah wanita-wanita yang disucikan dari kotoran-kotoran yang pernah

dialami ketika di dunia, seperti buang air besar dan kecil keringat, air

ludah, haid, nifas, dan segala hal yang mengandung unsur-unsur

kekotoran. Dalam hal ini para ulama tidak terjadi mis-interpretasi di

dalam menentukan batasan-batasan dalam menentukan hal apa saja yang

disucikan oleh Allah. Para ulama berlandasan dengan sesuatu yang

mengundung unsur-unsur kotor tidak ditemukan di dalam surga.

D. Esensi Azwāj Muṭahharah

pada sub bab ini, penulis menjelaskan mengenai esensi (hakikat)

mengenai Azwāj Muṭahharah. Dalam hal ini penulis memberikan

27 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I, h.

362

Page 70: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

55

pandangan beberapa mufasir untuk dikompromikan dengan interpretasi

al-Qurtubī.

1. Pandangan Mufasir Terkait Azwāj Muṭahharah

Derivasi ajwāz muṭahharah ditemukan di dalam al-Qur’an

sebanyak tiga ayat di antaranya : QS. al-Baqarah [2] 25, QS. Ali

‘Imran [3] 15, dan QS. al-Nisā’ [4] 57. Sebelum melakukan analisis

terhadap interpretasi al-Qurtubī, penulis menghadirkan interpretasi

dari berbagai penafsiran ulama sebagai perbandingan.

Ayat pertama QS. al-Baqarah [2] 25 Ibn Katsīr berpendapat,

maksud dari teks رة طه م ia mengutip tiga pendapat , ولهم ف يها أزو اج

pertama, Ibn Abū Talhah meriwayatkan dari Ibn ‘Abbās bahwa

muṭahharah artinya suci dari naji dan kotoran. Kedua, Mujāhid

mengatakan, yang dimaksud dari muṭahharah adalah suci dari haid,

buang air besar, buang air kecil, dahak, ingus, ludah, air mani, dan

beranak. Ketiga, Qatadah mengatakan bahwa muṭahharah adalah

suci dari kotoran dan dosa (najis). Ia juga menambahkan dari riwayat

lain yaitu tidak ada haid dan tidak ada tugas. Dari tiga pendapat ini,

Ibn Katsir mengikuti pendapatnya yang ketiga yaitu dari Qatadah.28

Menurut Syaikh Nawawi al-Bantanī, ولهم ف يها diartikan sebagai

surga. اأزو ج kata azwāj ia mengartikan sebagai bidadari dan

perempuan (cucu adam). Sedangkan kata رة طه م (muṭahharah)

Imam Nawawi berpendapat, suci dari haid dan segala bentuk najis

(buruk) baik itu kotoran yang ditemukan dari kebiasaan manusia

maupun prilaku buruk.29

28 Ismā’il Ibn ‘Umar b. Katsīr, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm Tafsīr Ibn Katsīr

(Libya: Maktabah Awlād al-Syaikh li Turās, 2000), juz 1, h. 322-323 29 Muhammad b. ‘Umar b. Al-Nawawī al-Jāwī, Marāh Labīd Li Kasyf Ma’na

al-Qur’an al-Majīd (Libanan: Bairut Dār al-Kitab al-‘Alamiyyah, 1997), Juz 1, h. 13

Page 71: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

56

Menurut Fakhrudin al-Rāzī, رة اأزو ها يولهم ف طه مج teks ini

memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan muṭahharah

ialah suci badanya dari haid, istihādah dan segala hal yang berbentuk

najis. Ayat ini tendensi kepada perempuan sebagai petunjuk adanya

pemberitahuan beberapa hal: pertama, bahwasanya perempuan

ketika haid maka Allah melarang suami untuk mendekatinya

(berhubungan intim) sebagaimana dijelaskan di dalam QS. al-

Baqarah [2] 222

قل هو أذ ى فاعتزلوا الن ساء في المحيض

Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu

menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh

Sebab Allah melarang untuk mendekatinya karena ada najis yang

bisa menghalangi suami untuk mendekati istri. Maka ketika di dalam

surga, semua istri tidak dalam keadaan najis (haid) dan maksiat.

Kedua, siapa saja yang telah mnyelesaikan tuntunan secara baik

maksudnya ketika perempuan haid maka dia tau larangan-larangan

yang harus ditinggalkan. seharus tentunya dilarang untuk masuk

dalam Masjid. Sebaliknya ketika ketentuan-ketentuan itu dilanggar

maka bagaimana bisa masuk ke dalam surga? Sebab ia tidak dalam

keadaan suci. Ketiga, siapa saja pakaiannya terkena najis maka

dalam madzhab Syafi’ī shalatnya tidak sah. Begitu juga apabila

ditemukan najis-najis dan maksiat di dalam hatinya bagaimana

shalatnya bisa diterima. Kesimpulannya, bahwasanya Allah telah

menghiasi para ahli surga dari kesalahan-kesalahan dan kotoran.30

Menurut Wahbah al-Zuhailī, kata sepemikiran dengan أزو اج

interpretasi Imam Nawawi yaitu bidadari dan lainnya. Sedangkan

30 Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Tafsīr Fakhr al-Rāzī al-Musytahir bi al-Tafsīr al-

Kabīr Wa Mafātiḥ al-Ghaib (Bairut: Dār al-Fikr, 1981), juz 2, h. 142

Page 72: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

57

kata رة م طه yaitu suci dari haid, ludah dan sesuatu hal yang

ditemukan najis.31

Ayat kedua QS. Alī ‘Imran [3] 15 menurut Ibn Katsir, ayat ini

memberitahukan perihal tentang perihal yang lebih baik dari

kehidupan di dunia yaitu kebahagian di akhirat. Di antarnya adalah

رة اأزو طه مج maksudnya adalah disucikan dari kotoran, najis,

penyakit, haid, nifas, dan lain sebagainya yang biasa dialami oleh

perempuan di dunia.32

Menurut Syaikh Nawawi, ayat ini memberikan informasi

mengenai kehidupan yang lebih baik dari dunia yaitu orang bertakwa

kepadanya yang diberikan ganjaran surga isinya adalah istri-istri

yang disucikan. Kata رة اأزو طه مج yaitu hilangnya haid, nifas, ludah,

air manis, cacat fisik, dan akhlak buruk.33

Menurut Fakhruddīn al-Razī, kata رة اأزو طه مج maksudnya

adalah pemberian Allah nikmat yang besar ialah memberikan

kenikmatan perempuan-perempaun yang memiliki kesatuan yang

sama yaitu muṭahharah (suci). Kata رة طه ,maksudnya suci dari haid م

nifas dan segala sesuatu kebiasan buruk perempuan ketika di dunia.

Kemudia para perempuan itu masuk ke surga dalam keadalan suci

baik itu akhlak maupun cacat fisik.34

31 Wahbah al-Zuhaili berbeda dengan ulama lainnya dengan mengkategorikan

air ludah (air liur) sebagai suatu yang najis. Redaksi kata yang ia gunakan adalah بصاق dalam kamus diartikan sebagai air ludah. Ia menjelaskan kata ini dalam bab khusus

tentang mufradāt al-lughawī, yaitu kata-kata secara Bahasa. Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr

al-Munīr Fī al-‘Aqīdah wa al-Syarī’ah wa al-Manhaj (Damaskus: Dār al-FIkr, 2009),

juz 1, h. 114 32 Ismā’il Ibn ‘Umar b. Katsīr, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm Tafsīr Ibn Katsīr

(Libya: Maktabah Awlād al-Syaikh li Turās, 2000), juz 3, h. 32 33 Muhammad b. ‘Umar b. Al-Nawawī al-Jāwī, Marāh Labīd Li Kasyf Ma’na

al-Qur’an al-Majīd (Libanan: Bairut Dār al-Kitab al-‘Alamiyyah, 1997), Juz 1, h. 117 34 Fakhr al-Dīn al-Rāzī (w. 606 H), Tafsīr Fakhr al-Rāzī al-Musytahir bi al-

Tafsīr al-Kabīr Wa Mafātiḥ al-Ghaib (Bairut: Dār al-Fikr, 1981), juz, 7, h. 216

Page 73: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

58

Menurut Wahbah al-Zuhailī, ayat ini menjelaskan bahwa balasan

bagi orang yang bertakwa adalah dua hal yaitu surga dan perempuan-

perempuan yang suci. kata muṭahharah ia mengartikan sebagai suci

dari keburukan, haid dan nifas.35

Ayat ketiga QS. al-Nisā’ [4] 57 menurut Ibn Katsir, ayat ini Allah

memberikan balasan kepada orang yang beriman berupa surga. Di

dalamnya terdapat رة اأزو طه مج . ia menjelaskan juga maksud dari

azwāj muṭahharah adalah suci dari haid, nifas, dan segala penyakit,

akhlak-akhlak yang buruk dan sifat-sifat yang kurang. Ia juga

mengutip pendapat Ibn ‘Abbās, bahwa yang dimaksud azwāj

muṭahharah adalah suci dari kotoran dan penyakit. Sama penafsiran

sebelumnya, ia menambah kan pendapat Mujāhid, bahwa azwāj

muṭahharah adalah suci dari air seni, haid, dahak, ludah, mani, dan

tidak beranak. Dan pendapat Qatadah, azwāj muṭahharah adalah

suci dari penyakit, suci dari dosa-dosa, dan tiada haid serta tiada

beban.36

Menurut Syaikh Nawawi, pada ayat ini ia memberikan

interpretasi bahwa orang yang beriman nantinya di akhirat

mendapatkan kebahagian berupa surga yang kenikmatannya tidak

terputus, serta mendapatkan di dalamnya رة اأزو طه مج . Kata azwāj

muṭahharah menurutnya adalah suci dari haid, nifas dan segala hal

yang buruk ketika hidup di dunia.37

Menurut Fakhruddīn al-Rāzi, seperti biasa Allah menghadirkan

ayat al-Qur’an dengan konsep al-wa’du al-wa’īd (janji dan

35 Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr Fī al-‘Aqīdah wa al-Syarī’ah wa al-

Manhaj (Damaskus: Dār al-FIkr, 2009), juz 2, h. 185 36 Ismā’il Ibn ‘Umar b. Katsīr, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm Tafsīr Ibn Katsīr

(Libya: Maktabah Awlād al-Syaikh li Turās, 2000), juz 4, h. 122-123 37 Muhammad b. ‘Umar b. Al-Nawawī al-Jāwī, Marāh Labīd Li Kasyf Ma’na

al-Qur’an al-Majīd (Libanan: Bairut Dār al-Kitab al-‘Alamiyyah, 1997), Juz 1, h. 203

Page 74: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

59

ancaman). Pada ayat ini ditemukan dua pokok permasalahan.

Pertama, ayat ini memberikan informasi bahwa orang beriman tidak

cukup beriman saja melainkan juga melakukan amal-amal soleh,

sebab iman dan amal soleh memiliki ikatan. Kedua, Allah

memberikan kenikmatan dan kebahagian bagi orang yang beriman

dan melakukan amal soleh berupa surga. Di dalamnya Allah

memberikan رة اأزو طه مج . Menurut Fakhruddīn al-Rāzi, suci dari

haid, nifas, dan segala hal yang memiliki unsur najis ketika di dunia.

Ia menambahkan, ayat ini telah dijelaskan sebelumnya pada QS. al-

Baqarah [2] 25.38

Menurut Wahbah al-Zuhailī, kata رة طه diartikan sebagai suci م

dari aib-aib serta kotoran (najis) baik terlihat secara fisik maupun

non-fisik. Informasi dari ayat ini juga mengenai balasan terhadap

orang yang beriman berupa surga. Di dalamnya terdapat perempuan

(istri) yang disucikan oleh Allah dari aib-aib fisik, prilaku dan

kebiasan yang buruk. Ini merupakan bentuk kenikmatan yang

sempurna bagi balasan orang yang beriman dan beramal soleh.39

2. Analisis Azwāj Muṭahharah perspektif al-Qurtubī

a. Definisi Azwāj Muṭahharah perspektif al-Qurtubī

Dari tiga ayat, ia hanya mendefinisikan kata azwāj muṭahharah

secara lengkap hanya di dalam QS. al-Baqarah [2] 25. Sedangkan

pada ayat setelahnya QS. Ali ‘Imran [3] 15 dan QS. al-Nisā’ [4] 57,

38 Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Tafsīr Fakhr al-Rāzī al-Musytahir bi al-Tafsīr al-

Kabīr Wa Mafātiḥ al-Ghaib (Bairut: Dār al-Fikr, 1981), juz 10, h. 140-141 39 Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr Fī al-‘Aqīdah wa al-Syarī’ah wa al-

Manhaj (Damaskus: Dār al-FIkr, 2009), juz 3, h. 124

Page 75: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

60

ia hanya mengkomentari dengan menambahi ما تقد م maksudnya,

penjelasanya sudah dibahas pada ayat sebelumnya.

Di dalam tafsirnya, ia menafsirkan kata azwāj muṭahharah

secarah terpisah. Pertama kata أزواج (azwāj). Ia mengawali

penafsiranya dengan memberikan i’rāb dalam gramatika Arab yaitu

susunan ibtidā’ (mubtada) dan khabar.40 Kata azwāj merupakan

bentuk jamak (plural) dari kata زوج (zauj). Kata زوج (zauj) bisa di

berbagai posisi makna, misalnya جل perempuan) المرأة زوج الر

sebagai pasangan laki-laki) dan bisa diposisi makna جل زوج المرأة الر

(laki-laki sebagai suami perempuan).

Kedua, derivasi رة dalam gramatika arab kata ,(muṭahharah) مطه

ini menjadi na’at41 dari kata أزواج. Kata رة merupakan kata مطه

jamak (plural) dari kata طاهرة (ṭāhirah), maknanya adalah الط هارة

suci dan bersih.42

b. Pola Interpretasi Ayat-ayat Azwāj Muṭahharah menurut al-

Qurtubī

Setelah mengetahui definisi dari kata azwāj muṭahharah,

selanjutnya pada subbab ini, penulis menganalisis dalam pola

40 Ibtidā’ (mubtada) adalah isim marfu’(kata benda) yang berperan sebagai

pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh, yaitu bersifat amil maknawi dengan

dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau permulaan kalimat.

Sedangkan khabar adalah isim marfu’(kata benda) yang di-musnad-kan (disandarkan)

kepada ibtidā’ (mubtada), yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada’ dan

mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar. Lihat, Moch Anwar, Ilmu Nahwu

:Terjemahan Matan al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya

(Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2012), cet. 27, h. 85 41 Na’at adalah salah satu dari lima tawābi’ yang menyempurnakan makna

lafadz yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu antara sifat-sifatnya. Lihat

Bahaudin ‘Abdullah Ibn ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibn ‘Aqil (Bandung: Sinar

Baru, 2012), jilid 2, h. 626 42 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I,

h.362

Page 76: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

61

penafsiran al-Qurtubī mengenai azwāj muṭahharah. Al-Qurtubī tidak

menafsirkan ketiga ayatnya secara detail, hanya saja ia menafsirkan

panjang lebar mengenai azwāj muṭahharah di dalam QS. al-Baqarah

[2] 25.

Al-Qurtubī dalam menafsirkan kata azwāj ia tidak menjelaskan

secara mendalam. Penafsiran al-Qurtubi tidak jauh beda dengan yang

lainnya seperti yang dilakukan oleh mufasir Ibn Katsir, Fakruddin al-

Rāzi, Wahbah al-Zuhaili, meskipun ia tidak hidup satu zaman namun

memiliki kesamam. Perbedaaan interpretasi ditemukan pada Imam

Nawawi, kata azwāj bukan hanya istri yang diartikan sebagai

perempuan dengan didapati dari hasil proses regulasi akad nikah

ketika di dunia, tetapi diartikan juga sebagai bidadari yang telah

disediakan oleh Allah yang merupakan janji-Nya. Al-Qurtubī tidak

memberikan penjelasan apakah azwāj dalam kontek ayat di sini

diartikan wanita yang dinikahi ketika dunia atau para wanita yang

sudah ditentukan oleh Allah seperti interpretasi yang ditawari oleh

Syaikh Nawawī.

Hemat penulis, derivasi pertama al-Qurtubī tidak menjelaskan

secara detail, sehingga kata setelahnya yang menjadikan sifat

penjelasan (na’at). Sehingga tidak bisa menyempurnakan makna

sebelumnya. Perempuan yang mana disucikan oleh Allah? Apakah

wanita yang didapati dari proses regulasi pernikahan di waktu dunia

ataukan perempuan yang sudah dihadiri langsung oleh Allah yang

dinamai dengan bidadari. Hanya saja derivasi muṭahharah sejalan

dengan mufasir lainnya, yaitu hasil kesimpulan perempuan yang

tinggal di surga merupakan manusia pilihan yang disucikan langsung

oleh Allah tanpa ada satupun kecacatan dan kotoran-kotoran baik itu

kotoran najis secara fisik, maupun non-fisik.

Page 77: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

62

c. Konteks Ayat perspektif al-Qurtubī

Setelah melakukan analisis terhadap penafsiran al-Qurtubī terkait

azwāj muṭahharah, langkah selanjutnya adalah melihat konteks

penafsiran yang dilakukan oleh al-Qurtubī QS. al-Baqarah [2] 25.

Pada ayat yang lain ia tidak memberikan komentar yang panjang,

namun al-Qurtubī memberikan kesimpulan yang telah dilakukannya

penafsirannya pada ayat sebelumnya. Adapaun konteks penafsiran

yang dilakukan al-Qurtubī di antaranya:

Pertama, ayat ini menjelaskan tentang balasan yang dilakukan

oleh orang-orang kafir dan orang-orang yang beriman.43 Hemat

penulis, kesalahan yang dilakukan oleh orang kafir adalah

mengingkari kebenaran al-Qur’an sehingga balasan yang Allah

berikan kepada mereka adalah masuk ke dalam neraka sebagaimana

dijelaskan ayat sebelumnya QS. al-Baqarah [2] 24.

Kedua, menurut al-Qurtubī ayat ini memeliki maksud dan tujuan

balasan bagi orang yang melakukan amal soleh. Salah satu sikap

soleh seseorang adalah berimana kepada Allah, karena itu

merupakan sikap tunduk seseorang kepada-Nya. Sehingga apabila

telah mengaktualisasikan keimanan terhadap pribadi seseorang maka

balasan dari Allah adalah surga.44

Hemat penulis, ayat ini sebagai berita gembira bagi orang-orang

yang beriman kepada-Nya. Pada teks ini Allah memerintahkan Nabi

Muhammad untuk menyampaikan berita gembira bagi orang-orang

yang beriman kepada-Nya. Iman yang dihargai oleh Allah adalah

43 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I, h.

358 44 Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū ‘Abdillah (w. 671 H),

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī (Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), Juz I, h.

359

Page 78: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

63

beriman dengan kebijakan, maksudnya kebijakan yang sejalan

perintah agama. Ayat ini juga tidak hanya untuk melakukan iman,

tetapi juga disertai dengan tindakan dan perbuatan yang baik.

Apabila seseorang melakukan perbuatan baik maka hasilnya adalah

iman. Adapun balasan Allah terhadap orang yang beriman dan

melakukan tindakan dan perbuatan yang baik adalah kenikmatan

surga yang merupakan lawan dari neraka. Surga yang dimaksud dari

ayat ini adalah taman-taman yang indah kemudian dihiasi dengan

sungai-sungai yang mengalir. Tidak hanya keindahan saja, Allah

juga memberikan kenikmatan yang berbeda sekali ketika Allah

memberikan kenikmatan semasa di dunia, salah satu kenikmatan

yang ada di dalam surga adalah wanita-wanita yang suci.

Kenikmatan yang diberikan oleh Allah sangat berbeda sekali

kenikmatan yang diberikan ketika di dunia. Ini terbukti ketika Allah

memberikan kenikmatan wanita-wanita yang suci dari segala hal

yang memiliki najis (kotoran) semasa hidupnya di dunia, seperti

haid, nifas, urin, buang air besar, dan lainya. Bahkan tidak ditemukan

sedikitpun kecacatan secara fisik maupun non-fisik dari wanita-

wanita yang disucikan oleh Allah sebagai balasan orang yang

beriman dan melakukan kebijakan dan perbuatan yang baik.

Page 79: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kajian analisis di atas, maka langkah selanjutnya

adalah memberikan kesimpulan. Dalam hal ini penulis memberikan

beberapa hal poin di antaranya: pertama, derivasi azwāj mutahharah

secara eksplisit diartikan al-Qurtubī adalah wanita-wanita yang

disucikan oleh Allah baik wanita-wanita yang disucikan dari kotoran-

kotoran yang pernah dialami ketika di dunia, seperti buang air besar dan

kecil, keringat, air ludah, haid, nifas, dan segala hal yang mengandung

unsur-unsur kekotoran, maupun non-fisik seperti tingkah laku atau

akhlak.

Kedua, term azwāj (pasangan) diartikan oleh al-Qurtubī wanita-

wanita yang disucikan oleh Allah adalah mereka yang didapati dari hasil

proses regulasi akad nikah ketika di dunia, tetapi diartikan juga sebagai

bidadari yang telah disediakan oleh Allah yang merupakan janji-Nya.

Ketiga, azwāj muṭahharah bagi al-Qurtubī adalah pemberian dari

Allah sebagai balasan untuk orang-orang yang melakukan amal soleh,

beriman dan bertaqwa kepadanya. Pemberian ini diberikan oleh Allah di

dalam surga sebagai kenikmatan berupa materi adalah azwāj

mutahharah (pasangan yang disucikan)

Keempat, diktum dan pernyataan al-Qurtubī mengenai azwāj

mutahharah sejalan dengan pemahaman dan pradigma dari kalangan

ulama tafsir seperti penulis kutip, seperti Fakhruddīn al-Razī, Ibn Katsīr,

Wahbah al-Zuhaili, dan Syaikh Nawawi al-Bantanī.

Page 80: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

65

B. Saran

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

rujukan untuk penelitian selanjutnya, di mana peneltian selajutnya

dapat digali lebih lanjut apakah masih ada makna yang lebih luas

tentang azwāj muṭahharah ini atau penelitian yang lebih spesifik dari

penelitian ini

Page 81: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

66

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdillah, Muhammad b. Ahmad al-Anshārī al-Qurṭubī Abū.

Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’an Tafsīr al-Qurṭubī. Kairo:

Maktabah al-Ṣafa, 2005, Juz I

Abdul, Ghazali Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Grup, 2003

Adib, Shohibul dkk. Ulumul Qurān: Profil para Mufassir al-

Qur’ān dan para Pengkajiannya. Tangerang Selatan:

Pustaka Dunia, 2011

‘Alī Iyazy, Al-Sayyid Muhammad. Al-Mufassirūn Hayātuhum wa

Manhājuhum. Teheran, t.p, 1414

Anwar, Ahmad. Prinsip-Prinsip Metodologi Research.

Yogyakarta:Sumbangsih, 1974

Anwar, Moch. Ilmu Nahwu :Terjemahan Matan al-Jurumiyyah

dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung:Sinar Baru

Algensindo, 2012, cet. 27

‘Aqil, Bahaudin ‘Abdullah Ibn, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibn

‘Aqil. Bandung: Sinar Baru, 2012

al-Asfahānī, Al-Rāghib. Mu’jam Mufradāt al-Qur’ān. Beirūt: Dār

al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Baidan, Nasrudin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005

Al-Bāqī, Muhammad Fu’ād ‘Abd. Mu’jam al-Mufahras li al-Fādz

al-Qur’an al-Karīm. Qāhirah: Dār al-Hadīts

Biografi Imam al-Qurṭubi | Ustadz Khalid Basalamah.” Diakses

tanggal 08 April 2019. https://youtu.be/abVBY2ZDBVc

Faisal, Sanapiah. FORMAT-FORMAT PENELITIAN SOSIAL

Dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1989

Page 82: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

67

Al-Farhun, Ibn. al-Dibāj al-Mazhab fi Ma’rifat A’yān. Ulama al-

Madzab. Beriut: Dar al-Fikr,t.th

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung :

Bandar Maja, 1990

Hasanah, Uswatun. Perilaku Bersuci Masyarakat Islam; Etika

Membersihkan Najis. Skripsi S1., Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2011

Al-Jāwī, Muhammad b. ‘Umar b. Al-Nawawī. Marāh Labīd Li

Kasyf Ma’na al-Qur’an al-Majīd. Libanan: Bairut Dār al-

Kitab al-‘Alamiyyah, 1997, Juz 1

Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial,

Bandung:Mandar Maju, 1996, Cet. ke-7

Al-Katsīr, Ismā’il Ibn ‘Umar b. Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm Tafsīr

Ibn Katsīr. Libya: Maktabah Awlād al-Syaikh li Turās,

2000, juz 3

Kementrian Agama RI. Tafsir al-Qur’an dan Terjemahnya.

Jakarta: Lentera Abadi, 2010, jilid I

Al-Khafi, Rashad Hasan. Tarīkh Tasyri’ al-Islami. Penerjemah

Nadirsyah Hawari, Jakarta: Amzah, 2009

Khalifah. Kasyf al-Zunūn ‘An Asāmī al-Kutub wa al-Funūn. Juz I.

Beriut: Dār al-Fikr, 1994

Khoirunnisa’, Perilaku Thaharah (bersuci) Masyarakat Bukit

Kemuning Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”,

Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010

Khuli, Amin. Manāhij al-Tajdid. Mesir: Dār al-Ma’rifat,1961

Al-Misrī, Muhammad b. Mukrim b. Manzūr al-Afriqī. Lisān al-

‘Arab. Bairût: Dâr Sâdir, 1990, jilid. 3

Page 83: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

68

Al-Mugniyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta:

Lentera, 2001, Cet ke-7

Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir; Peta Metodologi

Penafsiran al-Qur’an Periode Klasik hingga

Kontemporer. Yogyakarta, Nun Pustaka, 2003

Al-Musthafa al-Bugha, Musthafa al-Khan, Ali al-Syurbaji, al-Fiqh

al-Manbaji ’ala al-Madzhab al-Imām al-Syafi’i, Darul

Musthafa, 2008/1429H

Al-Qattān, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: PT.

Pustaka Litera Antar Nusa, 2013, cet. 16

Al-Qurṭubi. Tafsir al-Qurṭubi. Penerjemah Fathurrahman,dkk.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2010, Jilid.1

Rāzī, Fakhr al-Dīn. Tafsīr Fakhr al-Rāzī al-Musytahir bi al-Tafsīr

al-Kabīr Wa Mafātiḥ al-Ghaib. Bairut: Dār al-Fikr, 1981,

juz 2

Sati, D.A. Pakih. Panduan Lengkap Pernikahan (Fiqh Munakahat

Terkini). Jogjakarta: Bening, 2011

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. (Bandung: Mizan,

1992)

Sukron. Hukum Perempuan Memilih pasangan Nikah dalam

pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i. Jakarta:

Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Suprapto, Kisah-kisah israīliyyāt dalam Tafsir al-Jāmi’ li Ahkām

al-Qur’ān Karya al-Qurthubī. Thesis S2., IAIN Tulung

Agung. 2016

Syadi, Khalid Abu. Semilir Angin Surga. Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2006, cet ke 1

Page 84: Penafsiran Makna Azwāj Muṭahharah” dalam alrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51568/1... · PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam

69

Syaikh Abdullah Ali Bassam dan Syaikh Abu Bakar al-Jazairi,

“Sikap Islam terhadap Perbudakan,” Diakses 18 Maret

2019. https://almanhaj.or.id/3062-sikap-islam-terhadap-

perbudakan.html.

Al-Syarbīnī, Muhammad b. Khatīb, Mughnī al-Muhtāj ila

Ma’rifah Ma’ānī Alfādz al-Minhāj, (Baerut: Dār al-

Ma’rifah, 1997)

Ṭabataba’ī, M. Husain. Inilah Islam Upaya Mehami Seluruh

Konsep Islam Secara Mudah. Terj. Ahsin Muhammad.

Jakarta: Pustaka Allamah Sayyid Hidayah, 1989

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, cet. 4

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penerjemah Tafsir al-Qur’an, 1973

Al-Zahabī, Muhammad Husen. al-Tafsir wa al-Mufassirun. Mesir:

Dār al-Maktabah al-Harisah, 1976

Zuhailī, Wahbah. Tafsīr al-Munīr Fī al-‘Aqīdah wa al-Syarī’ah wa

al-Manhaj. Damaskus: Dār al-FIkr, 2009, juz 1