104
i PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG MUKJIZAT PARA NABI DALAM AL-QUR’AN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Muhamad Firdaus NIM: 11140340000128 PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./2018 M.

PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

  • Upload
    vuphuc

  • View
    241

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

i

PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG MUKJIZAT

PARA NABI DALAM AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Muhamad Firdaus

NIM: 11140340000128

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./2018 M.

Page 2: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut
Page 3: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut
Page 4: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut
Page 5: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

v

ABSTRAK

Muhamad Firdaus

Penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang Mukjizat Para Nabi Dalam al-

Qur’an.

Mukjizat merupakan peristiwa luar biasa yang diberikan oleh Allah

kepada para Nabi untuk membuktikan kenabiannya. Pada umumnya sesuatu yang

luar biasa itu menjadi tidak bisa masuk akal, irasional. Seperti halnya Nabi Musa

As. yang membelah lautan dan Nabi Isa As. yang bisa menghidupkan orang mati.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode analisis-deskriptif yang

berkisar pada penjelasan penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat

para nabi dalam al-Qur’an langkah yang penulis lakukan dalam pengumpulan data

adalah melacak kata mukjizat yang ada dalam terjemah tafsirnya Qur’an Suci

Terjemah dan Tafsir, kemudian mencari pembahasan mukjizat para nabi dalam al-

Qur’an, baru kemudian membandingkan terjemah bahasa Inggris dengan bahasa

Indonesianya. Selanjutnya menganalis penafsiran Maulana Muhammad Ali dan

mengkritiknya.

Semua ayat yang terkait dengan mukjizat para nabi dari mulai Nabi Ṣālih

A.s. sampai Nabi Muhammad Saw. keseluruhan ditafsirkan secara rasional oleh

Maulana Muhammad Ali, untuk menuju kesimpulan yang rasional ia terkadang

merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut sebagai

kiasan sehingga maksud ayat yang asalnya tidak masuk akal menjadi logis.

Penulis memberikan beberapa kritikan terhadap kesimpulan Maulana

Muhammad Ali bahwa adanya fakta sejarah dan fakta ilmiah mengenai peristiwa

tersebut, di sisi lain hadis yang digunakan oleh Muhammad Ali tidak sesuai

dengan konteksnya, dan kurang validnya rujukan yang ia gunakan yaitu Bible

yang notabenenya sudah banyak perubahan.

Kata Kunci: Tafsir, Mukjizat, Rasional, Maulana Muhammad Ali.

Page 6: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

vi

KATA PENGANTAR

بسمميحرلا نمحرلا هللا

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan

nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat merasakan nikmatnya Iman dan

Islam. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Akhir

zaman, Nabi Muhammad Saw. yang nanti pada Hari Kiamat akan memberikan

syafā’at al-uẓma. Alhamdulilah dengan izin dan bantuan dari Allah, penelitian ini

bisa selesai dengan judul “Penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang Mukjizat

Terbelahnya Bulan (Telaah atas ayat 1-4 Surat Al-Qamar)”. Skripsi ini diajukan

guna memenuhi syarat dalam penyelesaian pendidikan pada Program Studi Ilmu

al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belumlah sampai pada kata

“agak sempurna”. Untuk itu penulis sangat terbuka menerima segala saran,

kritikan dan masukan dari semua pihak agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang

ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung,

baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ucapkan milyaran terima

kasih kepada:

1. Bapakku Sarmin dan Ibuku Siti Muyeni yang telah memberikan segala

hidupnya, baik waktu, tenaga, nasihat, rasa cinta, kasih sayang dan doa yang

tulus sehingga bisa membakar semangat penulis untuk bisa bangkit lagi, lagi

dan lagi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Lilik. Ummi Kultsum, M.A, selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an

dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum. M. Pd selaku Sekertaris

Jurusan al-Qur‟an dan Tafsir.

Page 7: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

vii

5. Dosen Pembimbing Bapak Moh. Anwar Syarifudin, M.A., yang selalu

memberikan ilmu, arahan dan motivasi kepada penulis sampai terwujudnya

skripsi ini dengan baik.

6. Dosen penasehat akademik, Ibu Dr. Lilik. Ummi Kultsum, M.A., yang

banyak memberi bantuan dan masukan kepada penulis selama studi di

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, yang dengan ikhlas

memberikan ilmunya sehingga membuat penulis menjadi orang yang lebih

berarti.

8. Seluruh Masyāyikh dan Asātidh yang ada di Pondok Pesantren Al-Hikmah 1

Komplek Masjid Jami‟. Terutama pengasuh Kami KH. Labib Shodiq

Suhaimi yang telah mentransfer makanan ruh kepada penulis. Para Guru di

Madrasah Mu‟allimin Ad-Diniyyah (MMA) terutama Gus Ridwa Muwafiq,

Pak Mus‟idin, Pak Lukman, Pak Fuad, Pak Syaeful, Pak Mua‟lim, Gus Jalil

yang telah mengajari membaca dari huruf hija‟iyah sampai kitab kuning.

Semoga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan hidup oleh Allah Swt.

9. Para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ushuluddin. Terima kasih

atas referensi yang telah dipersembahkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku Ahmad Reza Wibowo dan Muhammad Robby Firliansyah yang

selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Semoga menjadi anak yang shalih berguna bagi keluarga, masyarakat,

agama, bangsa dan negara.

11. Teman-teman di Primordial Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) yang selalu

menjadi rumah kedua di Jakarta. Tempat mengolah rasa, menjadi dewasa,

kreatifitas sehingga membuat penulis menjadi orang yang lebih bermanfaat.

Di antara mereka adalah Istihani Arofah, Ilhamul Qolbi, Andi, Riza,

Robichul Baits, Zain al-Ma‟arif, Dede Hidayatullah, Elma Gusmia Silmi

dan seluruh teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu di

sini. Semoga kita semua bisa meraih kesuksesan yang diinginkan kita dan

juga diinginkan oleh Allah Swt.

Page 8: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

viii

12. Teman-teman satu atap Kost Semanggi II, bukan hanya tempat makan dan

tidur, melainkan belajar arti kehidupan. Mereka yang selalu menemani

kemana pun penulis pergi, selalu memotivasi dengan sindiran-sindiran

pedasnya. Di antara mereka adalah Rahmat Nur Sofyan, Fakhrur al-Izza,

Ade Lutfy Anugrah Aji, Ardianto, Syarif Hidayatullah. Semoga kita semua

meraih kesuksesan yang diinginkan Allah Swt. dan bisa menjaga

silaturahmi sampai masa tua.

13. Teman-teman satu Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang menjadi teman

senasib dan seperjuangan saat mati-matian mengerjakan skripsi, setia

menjadi konsultan juga. Di antara mereka adalah Iva Rustiana, Aswar

Shaleh, Habiburahman, Windi Hamdani. Dan seluruh mahasiswa Jurusan

Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.

Semoga kita dapat dipertemukan kembali di tempat yang paling baik di

dunia dan di akhirat.

14. Teman-teman TH D „Kandang Macan” yang selalu memberi warna lain

dalam kehidupan perkuliahan di Jakarta. Di antara mereka adalah Dede

Yasep, Rizki Fadhilah, Aufal Ghani, Sya‟dan, dua Amin, Faikar Faris,

Anas, Riki Hanafi dan seluruh teman satu kelas saat pertama kali

menyentuh dunia perkuliahan. Semoga kalian bisa cepat menyusul dan

tentunya ilmunya bermanfaaat di dunia dan di akhirat.

15. Teman-teman Enter Course. Tempat penulis bisa mengenal Bahasa Inggris

yang sebelumnya sangat buta, terutama Robi (senior di Fakultas) yang

selalu memberikan semangat agar segera wisuda.

Akhirnya penulis panjatkan doa kepada Allah Swt. semoga semua pihak

terkait yang telah memberikan jasanya mendapatkan perlindungan dari Allah

Swt., diberikan balasan yang setimpal baik di dunia maupun di akhirat. Āmīn...

Ciputat, 16 Juli 2018

Muhamad Firdaus

Page 9: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada

American Library Association-Library Congres Romanization (ALA-LC

Romanization Tables) yang terbit pada tahun 2012.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

th te dan es ث

j Je ج

ḥ h dengan titik di bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dh de dan ha ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sh es dan ye ش

ṣ es dengan titik di bawah ص

ḍ de dengan titik di bawah ض

ṭ te dengan titik di bawah ط

ẓ zet dengan titik di bawah ظ

Koma terbalik di atas ‘ ع

hadap ke kanan

gh Ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

Page 10: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

xiii

n En ن

w We و

h Ha ه

‘ ’ Koma atas hadap ke kiri

y Ye ي

2. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah ـــ

I Kasrah ـــ

U Ḍammah ـــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuannya alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ī i dengan garis di atas ـــ

ي ay a dan y ـــ

و aw a dan w ـــ

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اـــ ā a dengan garis di atas

يـــ á a dengan apostrof di atas

ī i dengan garis di atas ـــ ي

ū u dengan garis di atas ـــو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun

huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān

Page 11: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ...................................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 7

G. Metode Penelitian......................................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 11

BAB II MUKJIZAT PARA NABI

A. Gambaran Umum Mukijizat ........................................................................ 13

1. Definisi Mukjizat ................................................................................... 13

2. Pembagian Mukjizat............................................................................... 14

3. Syarat-Syarat Mukjizat........................................................................... 16

4. Mukjizat Menurut Aliran Islam yang Lain ............................................ 17

a. Mukjizat Menurut Syi’ah ................................................................. 17

b. Mukjizat Menurut Ahussunnah ........................................................ 18

B. Perdebatan Seputar Mukjizat ....................................................................... 20

BAB III MAULANA MUHAMMAD ALI DAN CORAK PEMIKIRANNYA

Page 12: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

x

A. Biografi Maulana Muhammad Ali ............................................................... 24

B. Pemikiran Maulana Muhammad Ali Tentang Mukjizat .............................. 35

C. Gambaran Umum Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir ................................. 37

1. Latar Belakang Penulisan ....................................................................... 40

2. Deskripsi Naskah dan Teks .................................................................... 41

3. Telaah Metodologis ................................................................................ 43

4. Karakteristik Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir .................................... 45

5. Komentar Tokoh terhadap Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir ............... 46

D. Ayat-ayat Mukjizat Nabi dalam Al-Qur’an ................................................. 47

BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI

TENTANG MUKJIZAT PARA NABI DALAM QUR’AN SUCI TERJEMAH

DAN TAFSIR

A. Penafsiran Maulana Muhammad Ali Tentang Mukjizat Para Nabi dalam

Al-Qur’an ..................................................................................................... 56

B. Kritik Terhadap Pandangan Maulana Muhammad Ali ................................ 79

BAB V KESIMPULAN

A. Penutup ......................................................................................................... 86

B. Saran-saran ................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 88

Page 13: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an turun pada zaman Nabi Muhammad Saw. kurang lebih empat

belas abad yang lalu dan sampai sekarang tidak henti-hentinya para ulama,

cendekiawan dan ilmuwan mengkaji al-Qur‟an, baik itu dari muslim maupun non-

muslim. Hal itu di karenakan al-Qur‟an tidak pernah sepi dari “hikmah”. Ia bisa

didekati dengan aneka-ragam pendekatan dan itu akan tetap melahirkan untaian

hikmah dari butiran-butiran ayat al-Qur‟an. Itulah kitab suci umat muslim dan

mukjizat terbesar dan teragung Nabi Muhammad Saw. yang selalu abadi dan tidak

pernah habis untuk dikaji.1

Segala macam ilmu pengetahuan sudah tercakup dalam kandungan al-

Qur‟an. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

ك نا ف ٱلأ ثالكم ما ف رطأ ه إل أمم أمأ ض ول ط ئر يطري بناحيأ رأ ء وما من دابة ف ٱلأ ت ب من شيأشرون ٣٨ ث إل ربمأ يأ

“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung

yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.

Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada

Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Q.s. al-Anām/6: 38)

م عث ف كل أم وي وأ هم شهيدا ة ن ب أ نأ عليأ نا ‎‎ أنفسهمأ م ؤلء على شهيدا بك وجئ أ نا ه ون زلأك كت ب عليأ ي ٱلأ ء لكل ان تب أ ة ىوهد شيأ

رى ورحأ لمي وبشأ مسأ ٨٩ للأ“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat

seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu

(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan

kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan

petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah

diri.” (Q.s. al-Naḥl/16: 89)

1 Ma‟mun Mu‟min, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016), h.

2.

Page 14: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

2

Rasulullah Saw. juga bersabda dalam hadisnya:

)ستكون فنت، قيل: وما املخرج منها؟ قال: كتاب هللا، فيه نبأ ما قبلكم، وخرب ما ملسو هيلع هللا ىلصوقال بعدكم، وحكم ما بينكم(

“Rasulullah Saw. berkata: “Akan terjadi fitan (fitnah-fitnah). Lalu para

sahabat bertanya: apa yang menyebabkan itu keluar wahai Rasul?. Rasul

SAW. pun menjawab: Kitabullah (al-Qur‟an), di dalamnya ada berita

sebelum kalian, kabar setelah kalian dan hukum di antara kalian.”

Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa al-Qur‟an mengandung berita masa

lalu dan masa depan. Ia sangat komprehensif, setiap ulama bisa mengambil ilmu

dari al-Qur‟an. Seperti para ulama Nahwu (ilmu alat/tata bahasa Arab) bisa

mengambil pelajaran dari teks al-Qur‟an itu sendiri, seperti ke-mu‟rab dan mabni-

an kalimat, dsb. Tidak jarang contoh-contoh dalam ilmu nahwu mengambil dari

al-Qur‟an. Belum lagi dari ulama Qurra‟ yang mengetahui bentuk ragam bacaan

al-Qur‟an. Para ulama Fiqh juga menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber hukum

yang paling utama. Selain ilmu-ilmu yang berbasis Islam, al-Qur‟an juga

mengandung ilmu umum yang lain seperti kedokteran, perdebatan, bentuk,

teknologi, perbandingan dan perbintangan.2

Salah satu metode penyampaian pesan dalam al-Qur‟an adalah dengan

menggunakan kisah sebagai media untuk memberikan hikmah kepada

pembacanya. Sebagaimana yang disampaikan Syaikh Mannā„ al-Qaṭṭan dalam

kitabnya Mabahits Fī „Ulūmīl Qur‟an bahwa ada tiga jenis kisah dalam al-Qur‟an;

pertama, kisah-kisah yang berhubungan dengan Nabi dimana kisah ini

menjelaskan tentang perjuangan para nabi, mukjizat-mukjizat untuk memperkuat

dakwahnya, dinamika cobaan yang diterimanya, dsb. Seperti kisah Nabi Nuh,

Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Ayyub, Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw. dan

rasul selainnya. Kedua, Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa

yang bisa diambil pelajarannya, namun mereka tidak dipastikan kenabiaanya.

Seperti kisah Talut dan Jalut, Luqman Al-Hakim dan Maryam. Ketiga, kisah-

kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar Rasulullah Saw.,

2 al-Suyuṭiy, Mukhtasar Al-Itqān Fī „Ulūmil Qur‟an (Beirut: Dār Al-Nafā‟is, 1987), h. 60-

63.

Page 15: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

3

artinya kisah-kisah tersebut terjadi pada zaman Rasul masih hidup. Seperti Perang

Badar, Perang Uhud, peristiwa Isra‟ Mi‟raj, dsb.3

Berdasarkan pembagian Syaikh Mannā„ al-Qaṭṭan di atas berarti di dalam al-

Qur‟an menjelaskan mukjizat-mukjizat para Nabi. Mukjizat adalah sesuatu yang

melemahkan manusia yang berbeda dengannya, sesuatu yang terjadi diluar

kebiasaan, Allah menjadikan mukjizat sebagai bukti kenabian untuk membantu

dakwahnya.4 Salah satu unsur yang wajib ada dalam mukjizat adalah adanya hal

atau peristiwa yang luar biasa, yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang

melebihi hukum sebab-akibat yang tidak bisa dijangkau oleh logika. Berbeda

dengan hipnotisme atau sihir, karena keduanya bisa dipelajari,5 selain itu karena

mukjizat itu tidak mentradisi, artinya tidak biasa dilakukan oleh segolongan

masyarakat atau kaum. Berbeda dengan sihir atau sulap yang mungkin biasa

dilakukan oleh sekelompok masyrakat seperti kaum Nabi Musa. Akan tetapi yang

dilakukan Nabi Musa adalah berbeda dengan tradisi sulap mereka yang “biasa-

biasa saja”. Nabi Musa melakukan hal yang luar biasa yaitu merubah tongkat

menjadi Ular besar. Lebih dari itu makna dari sihir itu sendiri adalah dusta dan

tidak benar-benar terjadi. Sedangkan mukjizat benar-benar nyata terjadi. Dengan

demikian sihir, hipnotisme, dan sulap maka tidak termasuk “luar biasa” dalam

pengertian ini.6

Secara garis besar mukjizat terbagi menjadi dua; pertama, mukjizat indrawi

yang bersifat material, tidak kekal. Dinamakan indrawi karena mukjizat tersebut

bisa dilihat langsung oleh kaum nabi yang menyampaikan risalah itu. Seperti

mkjizat terbakarnya Nabi Ibrahim yang bisa dilihat langsung oleh kaumnya.

Kedua, mukjizat imaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Seperti

3 Syaikh Mannā„ al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2015), h. 387-388. 4 al-Zarqāniy, Manāhil Al-„Irfān Fī „Ulūmīl Qur‟an, Juz 1 (Dār Al-Kitāb Al-„Azaliy), h.

63. 5 M. Quraish Shihab, Mujkizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1998), h. 24. 6 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h.

156.

Page 16: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

4

mukjizat al-Qur‟annya Nabi Muhammad yang bisa dilihat oleh umat setelahnya

dan sampai kepada kita sekarang ini.7

Nabi Muhammad Saw. pun seperti Nabi lainnya, ia mempunyai mukjizat

indrawi yang bisa dilihat langsung oleh umatnya saat itu. Salah satu mukjizat

indrawi Nabi Muhammad yang tertera dalam al-Qur‟an adalah tentang

terbelahnya bulan dengan isyarat jemarinya Nabi Muhammad Saw.

قمر ت ربت ٱلساعة وٱنشق ٱلأ ١ ٱق أ“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (Q.s. al-

Qamar/54: 1).

Ayat ini banyak ditafsirkan oleh para mufasir, baik mufasir tradisional

maupun kontemporer. Selama ini banyak mufasir yang menafsirkan ayat tersebut

dengan betul-betul bulan terbelah. Seperti Imam Fakhr al-Dīn al-Rāzī8, Ālusi

9 dan

al-Zamakhsyarī.10

Penulis memilihi ayat tersebut dan dimasukkan ke dalam latar

belakang masalah karena Nabi Muhammad merupakan Nabi terakhir yang tidak

hanya mendapatkan mukjizat indrawi tapi juga hissi/maknawi yang kekal sampai

akhir zaman yaitu al-Qur‟an.

Tapi yang menarik perhatian penulis adalah ada mufasir yang mencoba

menafsirkan ayat ini dengan pendekatan rasional, sehingga ayat yang

menerangkan mukjizat Nabi Muhammad Saw, ini ditafsirkan agar bisa masuk

logika dan mudah dipahami. Dialah Maulana Muhammad Ali, salah satu pendiri

Jemaat Ahmadiyah di India. Pemikirannya yang cenderung rasionalis membuat

penafsiran-penafsirannya menuai kontroversi. Untuk itu penulis ingin lebih dalam

mengkaji pandangannya tentang Mukjizat Nabi lewat karyanya yang sudah

diterjemahkan berjudul Quran Suci Terjemah dan Tafsir.

7 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib, h. 35. 8 Muhammad Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Mafātīḥ al-Ghaib, Juz 29 (Beirut: 1401 H), h. 29.

9 Ālūsī, Rūḥ al-Ma‟ānī fī Tafsīr al-Qur‟ān al-„Aẓīm wa al-Sab‟i al-Mathānī, Juz 26 (Beirut:

Mu‟assasah al-Risālah, 2010), h. 175. 10

al-Zamakhsyarī, Tafsīr al-Kasysyāf (Beirut: Dār al-Ma‟rifah, 2009), h. 1064.

Page 17: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

5

Dalam bukunya Religion Islam yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi Islamologi, dalam buku tersebut menjelaskan pandangannya

tentang mukjizat para nabi:

“kesulitan lain dalam hal mukjizat ialah adanya kenyataan bahwa,

betapapun ajaibnya pertunjukkan mukjizat itu, dapat saja diterangkan secara

ilmiah; dengan demikian, pertunjukkan ajaib itu tak mempunyai nilai lagi

sebagai tanda bukti seseorang yang mengaku sebagai utusan Tuhan.”11

Begitu pula dalam tafsirnya The Holy Qur‟an, ia mencoba merasionalkan

mukjizat pembelahan bulan Nabi Muhammad Saw. dengan argumen-argumen

yang bisa diterima oleh akal.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diindentifikasi dari latar belakang di atas

adalah:

1. .Sejarah Mukjizat para nabi.

Mengingat di dalam al-Qur‟an banyak menjelakan mukjizat para nabi

yang jelas sudah terjadi sebelum Nabi Muhammad Saw. lahir, karena

termasuk sisi kemukjizatan al-Qur‟an adalah bisa melihat masa lalu dan

masa depan. Pertanyaan yang muncul adalah kapan sebenarnya

peristiwa-peristiwa mukjizat itu terjadi?

2. Pandangan orientalis terhadap mukjizat dalam al-Qur‟an.

Proses kejadiannya yang tidak masuk akal tentu akan menarik perhatian

dari para orientalis yang ada di Barat, karena mereka tidak percaya

kepada hal yang irasional. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana

pandangan orientalis terhadap peristiwa ini?

3. Penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat para nabi dalam

al-Qur‟an.

Maulana Muhammad Ali adalah seorang pemimpin Ahmadiyah Lahore

yang mempunyai latar belakang pemikiran yang rasional. Hal ini tentu

saja membuatnya berbeda dengan ulama klasik dalam menafsirkan ayat-

ayat mukjizat nabi. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana

11

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah, 2013), h.

246-247.

Page 18: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

6

penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat para nabi dalam

al-Qur‟an?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Ada tiga hal yang bisa menjadi sumber penentuan masalah: Pertama, saran

dari dosen, peneliti senior dan lembaga pemberi dana. Kedua, literatur teknis.

Ketiga, pengalaman pribadi dan profesi. Adapun penulis menemukan masalah

karena faktor yang kedua yaitu literatur teknis dimana menelusuri tulisan-tulisan,

mengembangkannya dan membandingkan antara satu dengan yang lainnya.

Terkadang dalam proses tersebut menemukan masalah. Bahkan terkadang

pembahasan yang sudah lama pun bisa diangkat kembali jika ada sedikit celah

masalah dan itu sudah sangat berkontribusi dalam dunia akademik.12

Dari indentifikasi masalah di atas, penulis mengambil poin ketiga mengenai

penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat para nabi dalam al-Qur‟an.

Bahasan mengenai mukjizat para nabi ini dengan menggunakan pemikiran

Maulana Muhammad Ali. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

ayat yang menjelaskan mukjizat para nabi kemudian ditafsirkan dengan model

tafsiran Maulana Muhammad Ali kemudian penulis mengkritiknya. Masalah yang

akan di jawab dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat para

Nabi dalam al-Qur‟an?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengumpulkan ayat yang menerangkan mukjizat para nabi.

2. Menjelaskan penafsiran ulama klasik rasional tentang mukjizat para nabi

3. Menjelaskan penafsiran Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat para

nabi.

4. Menjelaskan kelemahan penafsiran Maulana Muhammad Ali.

E. Manfaat Penelitian

Secara akademik, penelitian ini melengkapi hasil penelitian-penelitian

kemukjizatan para nabi seperti karya Syukri Ismai‟il yang hanya menjelaskan

penafsirannya Maulana Muhammad Ali tentang mukjizat secara umum dan tidak

12

Anslem Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Penerjemah

Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 23-24.

Page 19: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

7

menjelaskan kelemahan atau kritikan terhadapnya dan penelitian terjemah Quran

Suci Maulana Muhammad Ali seperti Tesis Epistemologi Penafsiran Basyiruddin

Mahmud Ahmad dan Maulana Muhammad Ali karya Fikri Hamdani.

Secara praktis, kesimpulan dari penelitian ini dapat menjadi bagian dari

bahan ajar pada mata kuliah I‟jaz al-Qur‟an dan referensi penulis buku mukjizat

para nabi.

F. Tinjauan Pustaka

Buku-buku, Skripsi, Tesis, Disertasi, Jurnal maupun Artikel yang

menjelaskan pembahasan yang berkaitan dengan tafsiran Maulana Muhammad

Ali di antaranya tinjauan pustaka yang terkait dengan tema skripsi terbagi menjadi

dua bagian:

Pertama, kajian melingkupi kemukjizatan al-Qur‟an secara umum dan

kemukjizatan para nabi secara khusus.

Kedua, kajian yang telah membahas tentang Terjemah al-Qur‟an Maulana

Muhammad Ali.

Mereka yang telah menulis kajian kemukjizatan di antaranya adalah:

a. Ida Mawada Nur menulis “Terbelahnya Bulan dalam Al-Qur‟an (Telaah

Perbedaan Penafsiran Muhammad ibn Ahmad al-Qurṯubi dan Ahmad

Musṯafa al-Marāghi atas Ayat Terbelahnya Bulan dalam Surat al-Qamar

Ayat 1-5)”. Ia menjelaskan penafsiran dua mufasir: Muhammad ibn

Ahmad al-Qurṯubi dan Ahmad Musṯafa al-Marāghi. Keduanya berbeda

pendapat terkait tafsir terbelahnya bulan. Jika Muhammad ibn Ahmad

al-Qurṯubi berpendapat bahwa bulan memang sudah pernah terbelah,

akan tetapi Ahmad Musṯafa al-Marāghi berpandangan bahwa

terbelahnya bulan itu nanti ketika akan kiamat, menganggap sebagian

dari fenomena kiamat.13

13

Ida Mawada Nur, “Terbelahnya Bulan dalam Al-Qur‟an (Telaah Perbedaan Penafsiran

Muhammad ibn Ahmad al-Qurṯubi dan Ahmad Musṯafa al-Marāghi atas Ayat Terbelahnya Bulan

dalam Surat al-Qamar Ayat 1-5),” Skripsi pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan

Ampel, Surabaya, 2016, tidak dipublikasikan.

Page 20: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

8

b. Faidlir Rohman menulis “Pandangan Muhammad Rasyid Ridha

Terhadap Hadis-hadis Terbelahnya Bulan (Studi Kritik atas

Pemikiran)”. Dalam skripsinya Faidlir membahas tentang pendapat

Rasyid Ridha terkait Mukjizat terbelahnya bulan, ia beranggapan bahwa

hadis-hadis yang digunakan untuk meriwayatkan tentang ini itu cacat

(„ilat) baik dari segi sanad maupun matan. Beliau berpendapat demikian

karena basis dari pemikiran beliau adalah rasionalis makanya kontra

dengan hal-hal yang tidak masuk akal.14

c. Muhammad Syawali menulis “Studi Analisis Konsep Maulana

Muhammad Ali tentang Jihad”. Dalam karyanya ia membahas pendapat

Maulana Muhammad Ali tentang Jihad sekaligus meluruskan pandangan

para cendekiawan Barat dan jihad dalam perspektif fiqih yang identik

dengan qital (perang angkat senjata).15

d. Hikmatul Ulya menulis “Analisis terhadap Pemikiran Maulana

Muhammad Ali Tentang Konsep Pernikahan dalam Perspektif

Kesetaraan Gender”. Ia menjelaskan pandangan Maulana Muhammad

Ali bahwa konsep pernikahan itu sama dengan ajaran al-Qur‟an. Posisi

wanita dan pria sama baik jasmani maupun rohani. Setelah wanita

menikah ia bebas melakukan apa saja, maksudnya boleh bekerja yang

dia bisa. Ia tidak kehilangan haknya sebagai anggota masyarakat.

Tampaknya Muhammad Maulana Ali lebih toleran terhadap kaum

wanita.16

e. Muhammad Munawwir menulis “Pendapat Maulana Muhammad Ali

tentang Penolakan Hukuman Rajam bagi Pelaku Zina Muhsan”. Ia

membahas dalam skripsinya pendapat Maulana Muhammad Ali bahwa

menurutnya pelaku zina baik muhsan atau ghairu muhsan semuanya

didera 100 kali. Dengan demikian, berarti tidak ada yang dirajam.

14

Faidlir Rohman, “Pandangan Muhammad Rasyid Ridha Terhadap Hadis-hadis

Terbelahnya Bulan (Studi Kritik atas Pemikiran),” Skripsi pada Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 2001, tidak dipublikasikan. 15

Muhammad Syawali, “Studi Analisis Konsep Maulana Muhammad Ali tentang Jihad,”

Skripsi Fakultas Syari‟ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2009,tidak dipublikasikan. 16

Hikmatul Ulya, “Analisis terhadap Pemikiran Maulana Muhammad Ali Tentang Konsep

Pernikahan dalam Perspektif Kesetaraan Gender,” Skripsi pada Fakultas Syari‟ah, IAIN

Walisongo, Semarang, 2010, tidak dipublikasikan.

Page 21: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

9

Menurutnya dalam Al-Qur‟an tidak secara jelas menjelaskan hukuman

rajam, meskipun ada hadis yang merujuk tentang hal itu. Namun hadis

tersebut diragukan kualitasnnya.17

f. Edi Nuraini menulis “Persepsi Maulana Muhammad Ali tentang

hukuman mati bagi pelaku Riddah”. Dalam skripsinya dibahas bahwa

Maulana Muhammad Ali berpendapat bagi pelaku riddah itu tidak

dibunuh, melainkan harus dimediasi agar bisa kembali kepada Islam,

seperti yang dijelaskan dalam bukunya The Religion Of Islam. Nuraini

berpendapat bahwa istinbat hukum yang dilakukan Maulana

Muhammad Ali itu salah, karena dalam al-Qur‟an sudah jelas bahwa

pelaku riddah itu hukumannya adalah mati.18

g. Fikri Hamdani menulis “Epistemologi Penafsiran Basyiruddin Mahmud

Ahmad dan Maulana Muhammad Ali (Kajian Terhadap Ayat-Ayat

Kenabian)”. Dalam tesis tersebut dijelaskan bahwa terjadi

“ketidakjujuran” penafsiran yang dilakukan oleh Basyiruddin Mahmud

Ahmad. Hal ini terlihat ketika ia lebih memilih hadis-hadis yang

mendukung pendapatnya (mendukung preunderstanding-nya) dan

mengabaikan hadis-hadis yang terkesan kontradiktif dengan

pendapatnya. Penafsirannya lebih mengedepankan aspek kebahasaan

dalam menafsirkan ayat-ayat kenabian dan terkadang ada beberapa

kesalahan dan cenderung memaksakan agar bisa sesuai dengan

pandangannya tentang khātam Nabiyyīn.19

h. Rasionalisasi Tafsir Ayat-Ayat Mukjizat Kajian Tafsir The Holy Qur‟an

Maulana Muhammad Ali, M. Syukri Ismail, Jurnal Nur EL-Islam, No.2,

2016. Jurnal tersebut berisikan tentang metode penafsiran yang

dilakukan oleh Maulana Muhammad Ali bahwa metode penafsirannya

sangat rasional melebihi gurunya sendiri yaitu Muhammad Abduh dan

17

Muhammad Munawwir, “Pendapat Maulana Muhammad Ali tentang Penolakan

Hukuman Rajam bagi Pelaku Zina Muhsan,” Skripsi pada Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo,

Semarang, 2011, tidak dipublikasikan. 18

Edi Nuraini, “Persepsi Maulana Muhammad Ali tentang hukuman mati bagi pelaku

Riddah,” Skripsi pada Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Semarang, 2009, tidak dipublikasikan. 19

Fikri Hamdani, “Epistemologi Penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dan Maulana

Muhammad Ali (Kajian Terhadap Ayat-Ayat Kenabian,” Tesis pada Pascasarjana, UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta,2016, tidak dipublikasikan.

Page 22: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

10

Rasyid Ridha. Ia juga membandingkan dengan mufasir sebelumnya,

apakah lebih rasional atau tidak. Juga mengemukakan mufasir yang

kontra dengan pendapat Maulana Muhammad Ali seperti Qurasih

Shihab.20

Tentunya masih banyak lagi sumber sekunder berupa buku-buku, Skripsi,

Tesis, Disertasi, Jurnal dan artikel lainnya yang berkaitan dengan topik yang

dibahas.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif karena yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kepustakaan (Library Research).

Sebagaimana yang ditulis oleh Rulam Ahmadi yang merujuk pada Creswell,

bahwa karakteristik penelitian kualitatif dilihat dari segi tahapan adalah

mengeksplorasi masalah dan mengembangkan sebuah tema utama, mempunyai

tinjauan literatur, membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian secara khusus dan

umum, mengumpulkan berdasarkan kata-kata, dan terakhir menganalisis data

untuk deskripsi.21

2. Sumber data

Penulis membagi sumber menjadi dua; sumber primer dan sumber sekunder.

Untuk sumber primer penulis mengambil terjeman buku karangan langsung

Maulana Muhammad Ali yang berjudul Quran Suci Terjemah dan Tafsir. Dalam

buku itu berisikan tentang penafsiran-penafsiran kecil atau komentar (Syarah)

tentang seluruh ayat al-Qur‟an. Pada dasarnya penafsiran Maulana Muhammad

Ali didasari oleh rasionalitas, realistis dan ia memisah secara tegas antara

peristiwa akhirat dan keduniaan. Hal ini bisa dilihat dalam penafsirannya terhadap

peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim yang menurutnya sama seperti kasusnya Nabi

Muhammad yang lolos dari kejaran Kafir Quraisy. Ia berusaha memadukannya

dengan hukum sebab-akibat. Jika dilihat dari model penafsirannya, pertama ia

20

M. Syukri Ismail, “Rasionalisasi Tafsir Ayat-Ayat Mukjizat Kajian Tafsir The Holy

Qur‟an Maulana Muhammad Ali”, Jurnal Nur EL-Islam (Vol 3 No 2), h. 1. 21

Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.

17-18

Page 23: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

11

menjelaskan akar katanya dulu dan analisis semantik, lalu ia kaitkan dengan

historis dan budayanya. Maulana Muhammad Ali menggunakan sumber-sumber

yang valid, hal ini bisa dilihat dari perkataanya bahwa ia hanya percaya pada

Hadis Bukhari, namun pada kenyataanya ia juga mengambil kutub al-tis‟ah juga

dan sumber-sumber yang sesuai dengan fakta sejarah dan logis tentunya.

Sedangkan data sekundernya berupa buku seperti al-I‟Jās al-Ilmi fi Sunnah al-

Nabawiyyah karya Dr. Zaghlul al-Najjar, kamus, tesis skripsi, jurnal yang

membahas terkait materi ini.

Kemudian data-data tersebut penulis analisis-deskriptif sehingga bisa

menjelaskan apa yang dimaksud oleh Maulana Muhammad Ali. Setelah itu

penulis mencari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penafsirannya

Maulana Muhammad Ali dan mengkritik pendapatnya.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skirpsi ini yang menjadi pokok pembahasan adalah tiga

bab yang masing-masing mempunyai sub-sub sebagaimana yang akan dijelaskan

di bawah ini:

Bab I berisikan tentang latar belakang, pembatasan masalah dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian

dan sistematika penulisan. Pada bab I isinya merupakan pandangan umum dari isi

skripsi ini.

Bab II berisikan tentang gambaran umum mukjizat, mukjizat dalam

perspektif Syi‟ah, Ahlussunnah dan Ahmadiyah, pandangan ulama dan

cendekiawan tentang mukjizat. Karena pembahasan mukjizat menyangkut aliran

Islam tertentu yaitu Ahmadiyah, maka penulis membandingkan dengan aliran

yang lainnya. Penulis juga menyinggung perdebatan seputar mukjizat. Pada bab II

ini merupakan landasan teori.

Bab III berisikan tentang biografi Maulana Muhammad Ali, pemikirannya

dan pandangannya terhadap mukjizat para nabi. Dalam bab ini menjelaskan

tentang latar belakang tokoh yang akan dikaji, sehingga bisa memetakan

pembahasan atau pemikiran yang akan dibahas. Dalam bab ini penulis

Page 24: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

12

mengumpulkan ayat yang terkait dengan kata mukjizat dalam penafsirannya

Maulana Muhammad Ali dan mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan

mukjizat para nabi, kemudian diterjemahkan dengan versi yang bahasa Inggrisnya

agar bisa dibandingkan dengan yang bahasa Indonesia.

Bab IV berisikan tentang analisis penafsiran Maulana Muhammad Ali

tentang mukjizat para nabi. dalam bab IV menjelaskan inti dari skripsi dimana

pendapat Maulana Muhammad Ali akan dijabarkan secara jelas. Bab IV

merupakan analisis data.

Bab V berisikan tentang kesimpulan akhir dan saran serta harapan untuk

penelitian kedepannya agar mengembangkan lebih dalam lagi. Dalam bab V juga

sekaligus jawaban dari pertanyaan atau masalah yang terdapat pada bab I.

Page 25: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

13

BAB II

MUKJIZAT PARA NABI

A. Gambaran Umum Mukijizat

1. Definisi Mukjizat

Mukjizat secara bahasa merupakan derivasi dari kata أعجز (a’jaza) yang

bermakna “melemahkan” atau “menjadikan tidak mampu”. Sebagaimana

dijelaskan dalam Lisan al-’Arab; احلزم نفيض yang bermakna lawan dari teguh,

kuat.1 Adapun secara istilah, dalam Buku Ensikopedia dijelaskan bahwa mukjizat

adalah menjadikan sesuatu tidak mampu atau sesuatu yang luar biasa yang tidak

bisa dibuat hal serupa dengannya, itu secara bahasa. Secara istilah adalah sesuatu

yang luar biasa yang muncul pada seorang nabi, mendapatkan tantangan dan si

penantang tidak mampu untuk melawannya.2

Ada banyak ulama yang mendefinisikan:

a. Ibn Taimiyah (1263-1328 M) mengatakan bahwa mukjizat adalah nama atau

istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang luar biasa yang

keluar dari adat kebiasaan secara umum. Para ulama mutaqaddimin seperti

Imam Ahmad bin Hanbal dan selainnya mengunakan istilah itu dengan

“ayāt”. Namun belakangan banyak dari ulama muta‟akhirin yang

membedakan kedua lafadz tersebut; mukjizat untuk para nabi dan karomah

untuk para wali, keduanya mempunyai arti yang sama yaitu suatu hal yang

luar biasa yang keluar dari adat kebiasaan.3

b. Imam al-Suyūṭiy (1445-1505 M) mengatakan:

بتتحدي، سامل عن املعارضةامر خارق للعادة، مقرون Suatu hal yang luar biasa dan berbeda dengan kebiasaan, disertai dengan

tantangan dan pasti selamat dari tantangan tersebut.4

1 Ibn Manẓūr, Lisān al-‘Arab (Kairo: Dār al-Ma‟ārif), h. 2816.

2 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Mukjizat,” dalam Ensiklopedi Islam, Jilid 3 (Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 289. 3 Ibn Taimiyah, al-Mu’jizah wa Karamāt al-Auliyā’ (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

1985), h. 28. 4 al-Suyūṭiy, Mukhtasar al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’an, h. 645.

Page 26: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

14

c. Imam Zarqāniy (1645-1710 M) mendefinisikan mukjizat merupakan sesuatu

yang melemahkan manusia yang berbeda dan mereka tidak bisa membuat

yang serupa dengan hal tersebut; sesuatu luar biasa yang keluar pada batas-

batas sebab pada umumnya. Allah menjadikan di tangan pendakwah ada

bukti kenabian yang menjadi saksi atas kebenaran pendakwah tersebut.5

d. Quraish Shihab mengambil pendapat para pakar agama Islam bahwa

mukjizat adalah suatu hal yang luar biasa yang terjadi pada orang yang

mengaku sebagai nabi, hal itu digunakan sebagai bukti atas kebenarannya,

ditantangkan kepada yang ragu untuk membuat hal yang sama dengan

mukjizat tersebut tapi mereka tidak mampu untuk melakukannya.6

Dari beberapa definisi di atas yang dikemukakan oleh para ulama klasik dan

modern bisa disimpulkan bahwa yang menjadi poin penting adalah bahwa suatu

hal yang luar biasa itu dijadikan sebagai bukti atas kebenaran seorang nabi—

karena Ibn Taimiyah membedakan istilah luar biasa yang terjadi antara nabi

dengan wali; karomah—dan lawannya tidak bisa membuat hal yang serupa,

dipastikan akan kalah.

Lafadz mukjizat yang perlu diperhatikan adalah adanya ta’ marbūṭah di

akhir lafadz tersebut. Membuat maknanya mubālaghah sehingga bermakna

superlatif. Jadi kemampuan untuk melawan sangat menonjol, artinya sangat besar

kemungkinan menangnya sehingga bukan saja melemahkan namun juga sangat

melemahkan lawan.7

2. Pembagian Mukjizat

Sa‟īd Nursīy (1877-1960 M) membagi mukjizat ke dalam beberapa bagian

yang sangat rinci. Setidaknya ada tiga tingkatan yang ditawarkan oleh Sa‟īd

Nursīy:

Pertama, pembagian mukjizat dilihat dari segi periode kehidupan

Rasulullah Saw. itu dibagi menjadi dua:

a. Hal luar biasa yang tampak setelah Rasulullah Saw. wafat sebagai

pembenaran atas kenabiannya.

5 al-Zarqāniy, Manāhil al-‘Irfān Fī ‘Ulūm al-Qur’an, h. 63.

6 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib, h. 23. 7 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib, h. 23.

Page 27: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

15

b. Hal luar biasa yang tampak pada era saat Rasulullah Saw. masih hidup.

Kedua, hal luar biasa yang terjadi saat Rasulullah Saw. masih hidup juga

dibagi menjadi dua:

a. Sesuatu yang tampak pada kepribadian, perjalanan hidup, bentuk atau

gambar, dan kesempurnaan akhlaknya.

b. Sesuatu yang terjadi di luar dirinya; di alam semesta raya ini.

Ketiga, sesuatu hal yang luar biasa yang terjadi di luar dirinya yaitu alam

semesta, dibagi menjadi dua bagian:

1. Mukjizat yang tampak di sela-sela perjalanan dakwah Rasulullah Saw.

untuk mematahkan kerasnya hati orang-orang kafir dan menguatkan

iman orang mukmin, seperti peristiwa terbelahnya bulan, munculnya air

di antara jemari Rasulullah Saw., membuat kenyang orang banyak

dengan makanan yang sedikit, berbicara dengan hewan tumbuhan dan

batu, dan masih banyak lagi mukjizat yang lainnya.

2. Kejadian masa depan yang sudah diberitakan oleh Rasulullah Saw. akan

terjadinya kejadian tersebut seperti peristiwa terkalahnya Kaum Romawi

oleh Islam.8

Sedangkan Imam al-Suyuṭiy membagi mukjizat secara global yaitu dua:

Pertama, Mukjizat Ḥissiyah (indrawi). Kedua, Mukjizat Aqliyah (akal/ilmu).

Namun mukjizat Ḥissiyah adalah mukjizat yang paling sering terjadi pada nabi-

nabi Bani Israil. Hal ini dikarenakan kebodohan mereka, biasanya orang yang

bodoh hanya bisa dibalas dengan kekuatan fisik sedangkan orang berilmu dengan

menggunakan akal. Makanya umat Nabi Muhammad Saw. karena kecerdasannya

maka diberi keistimewaan mendapatkan mukjizat „aqliyyah yaitu al-Qur‟an. Di

sisi lain memang syariat yang dibawa Nabi Muhammad Saw. ditakdirkan oleh

Allah agar kekal sampai Hari Kiamat.9

Dengan demikian, mukjizat-mukjizat yang terjadi sebelum Nabi

Muhammad Saw. seluruhnya berupa mukjizat material indrawi, karena selain

mukjizat itu bisa dilihat dengan mata kepada sendiri juga mukjizat tersebut

bersifat temporer, artinya hanya terjadi pada saat mukjizat tersebut diturunkan.

8 Sa‟īd Nursiy, al-Mu’jizāt al-Akhmadiyyah. Penerjemah Ikhsān Qāsim as-Shālihiy (Kairo,

Syirkah Suzlir Linasyr, 2004), h. 15-16. 9 al-Suyuṭiy, Mukhtasar Al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’an, h. 645.

Page 28: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

16

Jadi umat-umat setelahnya tidak bisa melihat mukjizat tersebut secara langsung,

meskipun dalam hal ini al-Qur‟an menceritakan mukjizat-mukjizat para nabi

sebelum Nabi Muhammad Saw. Seperti peristiwa banjir bandang dan perahu

besar hanya bisa dilihat dirasakan oleh umat Nabi Nuh As. Begitu juga

terbakarnya Nabi Ibrahim As, Nabi Isa menghidupkan orang yang sudah

meninggal, dan mukjizat nabi-nabi yang lain. Hal ini di karenakan para nabi

sebelum Nabi Muhammad Saw. hanya diutus untuk umatnya sendiri, tidak untuk

umat-umat setelahnya. Sedangkan mukjizat „aqliyyah yang dimiliki oleh Nabi

Muhammad bisa dilihat oleh generasi setelahnya karena memang Nabi

Muhammad Saw. tidak diutus untuk satu kaum, melainkan seluruh alam.10

3. Syarat-Syarat Mukjizat

Jika melihat definisi yang di atas, maka benar seperti yang diungkapkan

oleh Ḥasan Ḍiyā‟ al-Dīn „Atar bahwa mukjizat mempunyai setidaknya ada tujuh

syarat yang harus dipenuhi agar bisa dikatakan sesuatu itu menjadi mukjizat:

1. Mukjizat itu diberikan oleh Allah karena reward (injāz) dari Allah Swt.

Maka seseorang tidak bisa membuat mukjizat yang sama dengan gaya

tangan Rasulullah Saw., karena itu pemberian dari Allah. Imam al-Rāzi

mengatakan tentang mukjizat bahwa ia termasuk „sesuatu‟ yang

mengandung unsur ucapan seperti al-Qur‟an, mengandung unsur

pekerjaan seperti keluarnya air di antara jemari, dan juga mengandung

unsur meninggalkan (tidak melakukan) seperti tidak terbakarnya Nabi

Ibrahim As.

2. Sesuatu itu harus membongkar kemapanan adat (kebiasaan), sesuatu

yang terjadi di luar kebiasaan. Maka mukjizat itu tidak ada hubungannya

dengan sebab akibat, karena pasti sesuatu itu yang sudah umum terjadi

di alam semesta.

3. Syarat yang paling penting adalah bahwa mukjizat itu tidak bisa

ditantang oleh penantangnya, artinya si penantang tersebut tidak bisa

membuat hal yang serupa mukjizat tersebut, karena itulah hakikat i’jāz

(melemahkan).

10

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib, h. 36.

Page 29: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

17

4. Kemudian mukjizat tersebut dimunculkan oleh orang yang mengaku

sebagai Nabi

5. Dalam memunculkan mukjizat tersebut harus sesuai dengan yang

diminta atau yang dituntut. Misalkan seorang nabi berkata: “mukjizatku

adalah menghidupkan orang mati”. Kemudian yang keluar adalah

mukjizat selain itu maka hal ini tidak bisa menunjukkan kebenarannya.

6. Sesuatu yang luar biasa itu tidak boleh menunjukan kebohongan

mukjizat itu sendiri. Misalkan membuat seekor kadal bisa berbicara

namun si kadal tersebut mengatakan bahwa dia (nabi) berbohong.

7. Sesuatu yang luar biasa itu tidak boleh muncul terlebih dahulu sebelum

mengaku sebagai nabi, melainkan harus berbarengan. Maka tidak

mungkin memunculkan dalil kebenaran sebelum mengaku sebagai

nabi.11

4. Mukjizat Menurut Aliran Islam yang Lain

a. Mukjizat Menurut Syi’ah

Mazhab politik pertama dalam Islam adalah Syi‟ah, mereka lahir pada akhir

masa pemerintahan Usman kemudian tumbuh subur pada masa Ali. Mereka

mengagumi sahabat Ali dimulai dari kekuatan beragamanya, bakat-bakatnya

sampai ilmunya. Oleh karena itu propagandis Syi‟ah menyebarkan pemikiran-

pemikirannya tentang sahabat Ali. Di antara mereka ada yang lurus dan juga ada

yang menyimpang. Kecintaan mereka bertambah ketika ahlul bait yang menjadi

keturunan Ali sekaligus menjadi keturunan Rasulullah Saw. mendapat penindasan

pada masa Bani Umayyah. Perbedaan antara golongan ektrem dengan golongan

yang moderat adalah mereka yang moderat tetap mengagumi sahabat Ali tapi

tidak sampai mengkafirkan golongan yang lain.12

Syi‟ah memberikan batas perbedaan antara mukjizat dengan perbuatan luar

biasa lainnnya. Pertama, tidak dapat diajarkan. Orang yang mempraktikkan

mukjizat akan melakukannya tanpa latihan terlebih dahulu, sedangkan perbuatan

luar biasa lainnya merupakan hasil dari praktik dan intruksi metodis. Seperti

11

Ḥasan Ḍiyā‟ al-Dīn „Atar, Al-Mu’jizah Al-Khālidah (Beirut: Dār al-Basyā‟ir al-

Islamiyyah, 1994), h. 21-22. 12

Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ’Aqidah dalam Islam. Penerjemah

Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2011), h. 34-35.

Page 30: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

18

contoh Nabi Musa A.s. yang melemparkan tongkatnya kemudian menjadi ular,

kemudian Allah menyuruh Nabi Musa A.s. untuk mengeluarkan tangannya dari

dada lalu terpancarlah sinar dari tangannya beliau sehingga menyilaukan siapapun

yang melihatnya. Kedua, tidak dapat ditangkal. Hal ini di karenakan mukjizat

murni dari Allah sehingga tidak ada yang bisa menandinginya karena Allah

mempunyai kekuatan yang tak terbatas. Sedangkan sihir, tenung serta praktik-

praktik klenik lainnya masih dapat ditangkal karena itu merupakan perbuatan

manusia. Ketiga, tidak terbatas. Mukjizat para Nabi tidak terbatas dengan satu

atau dua jenis mukjizat saja. Seperti halnya tongkat Nabi musa yang bisa

digunakan untuk membelah laut, melawan para penyihir dengan merubahnya

menjadi ular dan memunculkan mata air dari tanah. Keempat, spiritualitas.

Perbedaan ini sangatlah mencolok karena para penyihir tidak mempunyai

spiritualitas sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai mukjizat.13

b. Mukjizat menurut Ahlussunnah

Muhammad Tolhah Hasan mengutip definisi ahlussunnah dalam kitab al-

Mausū’ah al-’Arabiyyah al-Muyāsarah bahwa ahlussunnah adalah mereka yang

konsisten mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw. Mereka mempunyai pandangan

agama baik yang ‟uṣūl maupun yang furū„ sebagai bandingan dari kelompok

Syi‟ah. Di antara mereka ada yang disebut “Salaf” yang dimulai dari periode tiga

generasi muslim pertama, dan ada yang disebut sebagai “Khalaf”, yaitu generasi

yang datang setelahnya. Di antara mereka juga ada yang ketat dalam membatasi

akal dan juga ada yang toleran terhadapnya. Ada juga yang bersikap reformatif

(mujaddidūn) dan juga konservatif (muḥāfiẓūn). Golongan ini adalah golongan

mayoritas muslim.

Melihat ragam jenis dan karakter golongan Ahlussunah dalam hal ini Dr.

Jalal M. Musa mengatakan bahwa banyak kelompok-kelompok Islam yang

berebut klaim atas golongan ini. Kemudian label “wal-Jama‟ah” di akhir kalimat

menurut Abul Muḍaffar al-Isfarayini adalah karena golongan ini mengambil

“Ijma‟” dan “Qiyas” sebagai dasar hukum selain al-Qur‟an dan hadis.14

13

Ja‟far Subhani, Syi’ah Ajaran dan Praktiknya. Penerjemah Reza Shah-Kazemi (Jakarta:

Nur Al-Huda, 2012), h. 108-110. 14

Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah wal Jama’ah Dalam Persepsi dan Tradisi

NU (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 3-4.

Page 31: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

19

Sedangkan definisi yang ditawarkan oleh Sirodjuddin Abbas sedikit berbeda

dengan definisi di atas. Arti dari Ahlussunah adalah penganut sunnah nabi dan arti

wal Jama‟ah adalah penganut i‟tiqad sebagai i‟tiqad jama‟ah sahabat-sahabat nabi.

jadi definisi utuhnya adalah kaum yang mengikuti i‟tiqad yang dianut oleh Nabi

Muhammad Saw. dan sahabat-sahabatnya.

I‟tiqad Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat-sahabatnya sudah

termaktub dalam al-Qur‟an dan hadis, namun masih terpencar dan tersebar di

beberapa tempat. Kemudian lahirlah ulama besar Ushuluddin yang berusaha

mengumpulkan dan merapikan i‟tiqad-i‟tiqad itu semua, dialah Syaikh Abu Hasan

‟Ali al-Asy‟ari yang lahir di Basrah tahun 260 H dan wafat ditempat yang sama

pada tahun 324 H. Oleh karena itu ada orang yang menamakan kelompok

Ahlussunnah wal Jama‟ah dengan kaum Asya‟irah yang merupakan jama‟ dari

Asy‟ari yang dikaitkan kepada Imam Abu Hasan al-Asy‟ari.

Di dalam kitab-kitab ushuluddin juga sering ditemukan istilah “Sunni” yang

merupakan kependekan dari Ahlussunnah wal Jama‟ah, dan orang-orangnya

dinamakan “Sunniyun”.

Dalam kitab Ittiḥāf Sādāt al-Muttaqīn yang merupakan syarah dari kitab

Iḥyā’ Ulumuddin karangan al-Ghazali, dalam kitab tersebut disebutkan:

ة فاملراد بو األشاعرة واملاتريديةإذا أطلق أىل السن

“Apabila disebut kaum Ahlussunnah wal Jama‟ah, maka maksudnya adalah

orang-orang yang mengikut rumusan (paham) Asy‟ari dan paham Maturidi”

Maturidi adalah mereka yang mengikuti Imam Abu Mansur al-Maturidi,

seorang ulama ushuluddin juga yang paham i‟tiqadnya hampir sama dengan Abu

Hasan Asy‟ari. Beliau wafat di sebuah desa bernama Maturidi Samarqand di Asia

Tengah pada tahun 333 H.15

Ahlussunnah wal Jama‟ah meyakini bahwa semua peristiwa dan kejadian

yang ada di dunia ini merupakan Kehendak dan Kekuasaan Allah. Namun

berjalannya peristiwa-peristiwa tersebut ada yang secara konvensional, yang biasa

berjalan sesuai dengan “Sunnatullah”, diamana berlaku kapan saja dan dimana

saja. Ada juga yang berlaku inkonvensional (tidak biasa/luar biasa) yang

15

Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru,

2008), h. 2-3.

Page 32: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

20

menyimpang dari kebiasaan (khawāriq al-’Adāh) berdasarkan dekrit Allah, atau

bisa juga disebut dengan “Amrullah”. Seperti contoh api yang mempunyai sifat

asal panas dan membakar kemudian bisa menjadi dingin ketika Nabi Ibrahim

dibakar oleh Raja Namrud. Hal itu karena dekrit Allah.

Pada peristiwa tersebut berlangsung yang berlaku adalah “Amrullah” bukan

“Sunnatullah”. Sifat api yang tadinya panas kemudian berubah menjadi dingin,

hal ini tentu saja tidak bisa berlaku kepada kejadian yang lain, hanya kejadian

tertentu yang dikehendaki oleh Allah karena ada tujuan-tujuan khusus seperti

untuk menunjukan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim A.s.16

Syaikh Ḥāfiẓ bin Aḥmad al-Hakami memberikan keterangan mukjizat

menurut Ahlussunnah bahwa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang mengiringi

adanya penentangan dalam membawa risalah, dan tidak bisa dikalahkan. Mukjizat

ada yang bersifat kongkrit, artinya bisa diraba oleh pancaindra seperti keluarnya

seekor unta dari batu besar, tongkat berubah menjadi ular. Ada juga yang bersifat

abstrak, sehingga hanya bisa dirasakan hanya dengan hati nurani, seperti al-

Qur‟an.17

Dengan melihat berbagai bentuk mukjizat nabi pada zaman dahulu dan

mukjizat yang terjadi pada penutup para nabi dapat disimpulkan bahwa mukjizat

itu dipilih sesuai dengan kondisi kaum dimana seorang rasul tersebut diutus,

jenisnya juga disesuaikan dengan perkara yang paling masyhur pada zaman

mereka. Hal ini bertujuan agar pemahaman yang dibawa oleh suatu nabi sesuai

dengan tingkat pemikiran setiap umatnya.18

B. Perdebatan Seputar Mukjizat

Tejadi perbedaan di antara ulama tentang penetapan mukjizat sebagai bukti

kenabian. Para ulama Sunni menjadikan mukjizat sebagai level teratas dalam

membuktikan kebenaran kenabian. Seperti halnya ungkapan Abul Hasan Asy‟ari

yang menyatakan bahwa pembuktian kenabian Nabi Muhammad Saw. sudah jelas

di dalam al-Qur‟an. Abdul Malik Juwaini, Imam Haramain juga menyatakan

16

Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah wal Jama’ah Dalam Persepsi dan Tradisi

NU, h. 49-50. 17

Syaikh Ḥāfiẓ bin Aḥmad al-Hakami, Akidah Golongan Selamat. Penerjemah Amin

Ulwi (Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2015), h. 141. 18

Ali Muhammad al-Ṣallabi, Iman Kepada Rasul. Penerjemah M. Fakih (Jakarta: Ummul

Qura, 2015), h. 450.

Page 33: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

21

bahwa argumen kebenaran atas Nabi kita adalah mukjizat. Imam Fakhr al-Dīn Al-

Rāzī juga mengakui jika mukjizat merupakan sesuatu yang sangat penting yang

digunakan para teolog untuk membuktikan kenabian. Namun jika melihat dari

banyaknya karya tulisnya, Muhammad Baqiri Saidi Rousyan menyimpulkan

bahwa jalan manusia mencari kesempurnaan dan pengobatan seorang Nabi lebih

unggul dari pada mukjizat itu sendiri. Nabi adalah seorang dokter ruh, karena

dengan segala ajarannya ia mengobati batin manusia. Jalan “ilmu” ini lebih baik

daripada jalan mukjiazat yang bersifat inniy (sebab-akibat) dan mampu

menghilangkan keraguan kepada kenabian.19

Berbeda denngan para kalangan ulama teolog muktazilah biasanya

menempatkan posisi ajaran hidup nabi, pola hidup nabi dan moralitasnya sebagai

argumen yang paling kuat dalam membuktikan kenabian suatu nabi, kemudian

baru meletakkan mukjizat pada urutan kedua setelah itu. Seperti halnya pendapat

Qāḍii Abdul Jabbar Muktazili yang menyatakan bahwa mukjizat bisa dijadikan

bukti atas kebenaran klaim kenabian, namun kemudian ia merevisinya dan

mengatakan lagi bahwa para guru kami tidak berpegangan kepada mukjizat yang

dipastikan validitasnya setelah dipastikan kenabian beliau, adanya mukjizat

tersebut sebagai bukti validitas kenabian. Lalu bagaimana mungkin mukjizat

menjadi klaim kenabian setelah kenabian itu sendiri terbukti. Maka yang menjadi

klaim atas kebenaran kenabian adalah bukan mukjizat melainkan nabi (pola

hidup, moral, kehidupan) itu sendiri. Jadi dengan ini, mereka hanya memandang

mukjizat sebagai penegasan dan pemantapan bagi jiwa saja.20

Kemudian Rasyīd Riḍā tidak mengakui mukjizat selain mukjizat terbesar,

yaitu al-Qur‟an.21

Hal ini dikarenakan Ia berpendapat demikian berdasarkan ayat

al-Qur‟an yang menjelaskan pemintaan kaum musyrikin agar memperlihatkan

mukjizat (indrawi). Namun hal itu tidak diperkenankan oleh Allah dan menyuruh

Nabi Muhammad Saw. untuk menjawab: “Mahasuci Tuhanku, bukankah aku

19

Muhammad Baqir Saidi Rausyan, Menguak Tabir Mukjizat Membongkar Peristiwa Luar

Biasa Secara Ilmiah. Penerjemah Ammar Fauzi Heryadi (Jakarta: Sadra Press, 2012), h. 122-123 20

Muhammad Baqir Saidi Rausyan, Menguak Tabir Mukjizat Membongkar Peristiwa Luar

Biasa Secara Ilmiah. Penerjemah Ammar Fauzi Heryadi, h. 122. 21

Abd al-Qādīr Muḥammad Ṣāliḥ, Tafsīr wa al-Mufassirūn fī al’Aṣr al-Ḥadīth (Beirut: Dār

al-Ma‟rifah, 2003), h. 323.

Page 34: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

22

hanya manusia biasa yang manjadi Rasul?”.22

Rasyīd Riḍā menafsirkan ayat

tersebut bahwa permintaan orang-orang musyrik tersebut tidak dikabulkan oleh

Allah, karena melihat pada nabi-nabi terdahulu ketika kaumnya meminta hal yang

sama (mukjizat indrawi) dikabulkan oleh Allah namun mereka tetap saja ingkar

dan akhirnya dibinasakan. Karena Allah tidak menginginkan hal yang sama

terjadi pada umat Nabi Muhammad Saw. akhirnya permintaan dengan model

tersebut tidak diperkenankan.23

Jika ia menemukan di dalam hadis tentang

mukjizat maka ia akan menolaknya dan menakwilkannya agar sesuai dengan

pendapatnya.

Ia menolak hadis-hadis yang menerangkan adanya mukjizat selain al-

Qur‟ān, atau ia akan mencoba untuk mentakwilkannya agar sesuai dengan

pendapatnya yang diambil dari ayat al-Qur‟an atau hadis. Dengan demikian, maka

Rasyīd Riḍā tidak mengakui sisi luar biasa yang terjadi di dalam mukjizat.24

Rasyīd Riḍā mengatakan bahwa mukjizat-mukjizat tersebut tidaklah

digunakan untuk membuktikan kebenaran ajaran yang dibawanya, dan juga tidak

diajarkan kepada mereka. Adapun yang menjadi bukti akan kebenaran ajaran yang

dibawa Nabi Muhammad Saw. adalah al-Qur‟an itu sendiri. Selain kandungannya

yang mengandung mukjizat, juga umat Nabi Muhammad Saw. telah mengalami

perkembangan akal dan kebebasan berpikir, sehingga tidak akan tunduk terhadap

orang yang mengeluarkan sesuatu yang aneh, ajaib dan ghaib, malah menurut

Rasyīd Riḍā dianggap tidak sempurna kemajuan akal manusia kalau masih

percaya dengan hal-hal tersebut.

Kemudian nasib mukjizat kauniyah adalah bukan untuk membuktikan

kebenaran risalah yang dibawa oleh nabi, melainkan hanya berfungsi sebagai

rahmat dan pertolongan Allah kapada umatnya Nabi Muhammad Saw. di saat

dalam situasi yang genting dan bahaya. Seperti ketika Perang Badar dan Perang

Ahzab.

22

Lihat al-Isrā‟ ayat 93:

رف من ت يكون لك ب ي أو قى أو زخ من لرقيك ح ف ت ر نا كت ٱلسماء ولن ن ؤ رؤه اب ت ت ن زل علي حان ن ق رب ۥ قل سب

٩٣ ل رسو ار ىل كنت إل بش 23

M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al-Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manār (Jakarta:

Penerbit Lentera Hati, 2006), h. 99. 24

Abd al-Qādīr Muḥammad Ṣāliḥ, Tafsīr wa al-Mufassirūn fī al’Aṣr al-Ḥadīth, h. 323.

Page 35: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

23

Salah satu mukjizat kauniyah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.

adalah menyembuhkan orang yang buta, memberi makan dan minum banyak

orang dengan makanan yang sedikit, saat Perang Badar dimana Allah telah

memaksa awan yang berada di atas kaum muslimin untuk menurunkan hujan,

kemudian turunlah hujan deras sampai kaum muslimin harus mengkokohkan

kakinya ke tanah dengan kuat, karena pasirnya menjadi licin akibat banyaknya air

yang mengalir. Begitu juga yang terjadi saat Perang Tabuk dimana pada saat itu

matahari begitu terik sedangkan kaum muslimin telah habis persediaan minum

dan sebagainya, sehingga mereka terpaksa menyembelih unta mereka dan

mengeluarkan kotoran dari perut besarnya, kemudian memeras untuk mengambil

airnya hanya sekedar untuk membasahi lidah mereka. Pada saat itu Abu Bakar

R.a. meminta Nabi Muhammad Saw. untuk berdoa kepada Allah. Seketika itu

Nabi langsung mengangkat tangannya, sebelum tangannya turun seketika itu

langsung turun hujan lebat, sampai wadah-wadah air yang ada di unta mereka

terisi penuh oleh air hujan tersebut.25

25

Muḥammad Rasyīd Riḍā, Wahyu Illahi Kepada Muhammad. Penerjemah Josef C.D, h.

145-146.

Page 36: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

24

BAB III

MAULANA MUHAMMAD ALI DAN CORAK PEMIKIRANNYA

A. Biografi Maulana Muhammad Ali

Maulana Muhammad Ali lahir pada 1295 H/1878 M1 di Negara Bagian

Rumpur (Uttas Pradesa), India. Darah bagsawan mengalir dalam dirinya. Ayahya,

Abdul Ali Khan yang meninggal dunia ketika Maulana Muhammad Ali berumur

satu tahun.2 Namun dalam bukunya Jamil Ahmad dijelaskan bahwa ayahnya

meninggalkannya ketika berumur dua tahun.3 Ayahnya meninggalkan tiga putra,

Zulfikar, Shaukat, dan Muhammad. Ibunya, Abadi Bano merupakan seorang

wanita yang cerdas, ia mengirimkan putra-putranya ke Barliellg dan Aligarh

untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Kedua putranya, Shaukat dan

Muhammad mendapatkan posisi yang berbeda di Universitas Aligarh, jika

Shaukat digemari karena keahliannya dalam permainan cricket,4 maka

Muhammad disukai oleh kalangan sastrawan.5

Menurut S. Muhammad Tufail, Maulana Muhammad Ali ini orang yang

sangat cerdas. Terbukti sebelum genap umur lima tahun ia sudah masuk sekolah

dasar. Setelah tamat dari pendidikan menengahnya pada tahun 1890, ia masuk

Goverment College Lahore dan ditempuhnya dalam waktu lima tahun. Lulus

Fakultas Sastra (Faculty of Arts) pada 1892, Bachelor of Arts (B.A.) pada 1894,

dan Master of Arts (M.A.) pada 1895. Tidak hanya belajar di situ, ia juga

mengambil jurusan Matematika dan Hukum. Sejak tahun 1894, dalam usia yang

relatif muda, umur 19 tahun sambil menyelesaikan progam M.A. di Goverment

1 Jika melihat dalam website ahmadiyya.org Maulana Muhammad Ali dilahirkan pada 1874

M. “Brief Life”, artikel ini diakses pada 11 Apr. 18 dari http://ahmadiyya.org/m-ali/contents.htm. 2 Ahmad Rofi‟ Usmani, Ensiklopedia Tokoh Muslim (Bandung: Mizan, 2015), h. 431.

3 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, penerjemah Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1994), h. 279. 4 Kriket bukanlah olahraga yang cukup dikenal di dunia luar, hanya dikenal di tiga negara

saja; Inggris, India dan Pakistan. Olahraga ini berasal dari olahraga lama yang disebut Stooball.

Pada abad tujuh belas olahraga ini diadopsi oleh bangsawan Inggris dan berkembang sampai

sekarang. Permainnya lebih mirip baseball dan pemainnya terdiri dari sebelas orang. “Sejarah

Kriket”, artikel ini diakses pada 11 Apr. 18 dari https://sportsregras.com/id/semua-kriket-sejarah-

aturan/ 5 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 279.

Page 37: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

25

College, Maulana Muhammad Ali menjadi dosen dalam bidang Matematika di

Islamia College Lahore.6

Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Maulana Muhammad Ali ketika di

universitas. Ia pernah manjadi aktivis ekstra-kurikulum, dia juga menjadi orator,

penyair dan penulis. Ia orang yang cerdas sehingga cepat menyelesaikan

pendidikannya, terbukti pada tahun 1896 ia berhasilkan lulus B.A dalam usia yang

relatif mmuda, 18 tahun, bahkan mendapatkan nilai terbaik di Universitas

Allahabad. Tidak hanya itu, ia juga ditakuti oleh para staf Eropa karena ia berani

mengekspos kecongkakan yang dilakukan oleh para anggota staf Eropa tersebut.

Ia juga berani mengkritik mereka secara terang-terangan. Pandangannya yang

bebas sering ia perdebatkan di ruang kuliah, baik itu tentang isu nasional maupun

internasional, hal itu sangat mempermalukan para profresor Eropa. Berdasarkan

laporan temannya, Sajjar Haidar rektor Universitas berbangsa Eropa itu senang

ketika mengetahui Maulana Muhammad Ali pergi ke Inggris dan tidak lagi belajar

di Aligarh.7

Setelah meyelesaikan pendidikannya di Aligarh Muslim University pada

tahun 1314 H/1896 M ia melanjutkan di Lincoln College dan ia berhasil

menyelesaikan masa studinya selama empat tahun dan mendapatkan gelar B.A.-

nya dalam sejarah modern. Ia juga sangat menonjol di Universitas Cambridge

ketika menjadi presiden pertama Majlis India. Untungnya ia tidak dipilih untuk

masuk dinas pemerintahan sipil yang waktu itu hanya beberapa orang yang

mendapatkan hak istimewa yang bisa mendapatkannya. Andai kata ia bisa dipilih

maka India akan kehilangan orang yang sangat berharga dalam sejarah modern

India.8

Usai meyelesaikan pendidikan tinggi di Cambridge pada tahun 1318 H/1900

M, ia diangkat menjadi kepala pendidikan Negara Bagian Rumpur.9 Namun ia

melepas jabatan tersebut karena ia memaksa ingin mereformasi pendidikan yang

6 Ahmadiyah.org, “Maulana Muhammad Ali”, artikel ini diakses pada 17 April 2018 dari

http://ahmadiyah.org/maulana-muhammad-ali/ 7 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 279.

8 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 279-280.

9 Ahmad Rofi‟ Usmani, Ensiklopedia Tokoh Muslim, h. 431.

Page 38: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

26

ada di negara bagian itu, ia pun bentrok dengan para penjabat yang pangkatnya

lebih tinggi.10

Kemudian ia bergabung pada dinas sipil dan mengabdi di Negara Bagian

Baroda selama tujuh tahun, reformasi-reformasi yang ia terapkan masih dikenang

sampai sekarang. Selama hidup di Baroda ia sering menyumbangkan artikelnya

kepada The Times of India. Salah satu artikelnya yang berjudul Pemikiran

Tentang Perasaan Tidak Puas Masa Kini sangat diapresiasi. Pemikirannya yang

dinamis dan penuh dengan intelektual yang tinggi ternyata bisa tetap tegar

menerima pembatasan-pembatasan yang diadakan oleh pemerintah sipil.

Masyarakat India pada waktu itu dengan kondisinya yang miskin dan sangat

memprihatinkan ditambah juga penindasan yang dilakukan oleh kekuasaan asing

telah membangunkan tempramennya yang memang sering keluar kendali, ia

meninggalkan jabatannya lagi dan pergi ke Calcutta untuk menulis berkala pada

Week by Comrade yang terjadi pada 1 Januari 1911. Jiwa sosialisnya sangat

tinggi, ia membela kepentingan rakyat melalui media pers terbukti ketika ia

ditawarkan untuk menjadi perdana menteri di sebuah negara bagian India, tapi ia

dengan tegas menolak tawaran tersebut sebelum majalahnya terbit.11

Dalam tajuk rencana pertama Comrade, 1 Januari 1911, ia telah

membeberkan garis politik majalahnya: “Kita semua adalah partisan tidak untuk

sesuatu golongan, kita kawan bagi semua orang, yang secara mendalam

merasakan banyaknya resiko yang melekat pada ras-ras yang saling berbeda, di

antara keyakinan yang satu dengan keyakinan yang lain, dan permasalahannya

akan terus-menerus meningkat. Dengan sungguh-sungguh kita menginginkan

saling pengertian yang lebih baik di antara berbagai unsur politik yang baku saing

di bumi India ini.”

Selain pandai menulis ia juga merupakan sastrawan yang ideal, memiliki

integritas profesionalisme yang tinggi yang menjadi mercusuar bagi generasi

setelahnya. Majalahnya berdiri di garis paling depan dalam menentang eksploitasi

dan penindasan pemerintah asing. Ialah orang pertama yang paling lantang

10

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 280. 11

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 280.

Page 39: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

27

menentang peraturan pers yang despotik. Dalam membela kepentingan rakyat

tidak tanggung-tanggung, ia lakukan secara tuntas lewat Comrade-nya yang

memiliki gaya bahasa sendiri, telah menunjukkan contoh jurnaslisme merdeka.

Media ini berperan vital dalam pembentukan pandangan politik India modern.

Majalah Comrade pernah dibawa oleh bekas pegawai India berkebangsaan Inggris

karena pandangannya yang ditulis secara jujur dan menggunakan Bahasa Inggris

yang bagus.12

Memang pers bisa menjadi senjata yang sangat mematikan, seperti yang

disampaikan oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo “Sekarang, bukan TNI,

bersatu atau hancurnya bangsa ini bergantung pers”. Ia menitipkan nasib bangsa

Indonesia kepada para pejuang pers karena memang pers mempunyai posisi yang

sangat penting seperti yang dilakukan oleh Maulana Muhammad Ali.13

Seperti yang disampaikan oleh Dr. Thomas mengutip Mcnair dalam

bukunya An Introduction to Political Communication, bahwa media mempunyai

lima fungsi utama dalam suatu masyarakat demokrasi yang ideal:

1. Menyampaikan warga akan hal-hal yang sedang terjadi di sekitar

mereka. Dikenal juga dengan istilah fungsi media sebagai

surveilance atau monitoring.

2. Mengedukasi masyarakat mengenai arti dan betapa pentingnya

fakta-fakta.

3. Menyediakan suatu “panggung” untuk pidato politik publik dan

memfasilitasi pembentukan dari opini publik, menyalurkan opini

tersebut kembali kepada publi ketika opini tersebut muncul.

4. Memberikan publisitas kepada institusi-institusi pemerintahan dan

politik.

5. Menjadi sarana untuk berperan sebagai advokat untuk

memengaruhi massa dengan sudut pandang dan opini publik.14

Terlihat sangat jelas pada poin nomer lima, bahwa media bisa membela dan

menggiring opini masyarakat. Untuk membakar semangat masyrakat India dan

bangkit dari ketertindasan Maulana Muhammad Ali melakukannya lewat media.

12

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 280. 13

“Panglima TNI:Selamat Berjuang Insan Pers” , artikel ini diakses pada 12 April 2018

dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/02/08/ol26du365-panglima-tni-selamat-

berjuang-insan-pers. 14

Thomas Tokan Pureklolon, Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas Akademisi,

Politikus, dan Negarawan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama anggota Ikapi, 2016), h. 142.

Page 40: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

28

Hal ini senada dengan Pahlawan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara

(1889-1959 M) yang menggeluti dunia jurnalisme dan menulis di beberapa surah

kabar dan majalah pada waktu itu: Soedoitomo, Midden Java, De Expres,

Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Hampir semua

tulisannya mengkritik sosial-politik para penjajah. Ciri khas tulisannya halus,

komunikatif, mengena tetapi keras.15

Pada tahun 1912, kantor pusat Majalah Comrade dipindahkan ke Delhi

mengikuti perpindahan ibukota India dari Calcutta ke Delhi. Majalah ini bersama

majalah lainnya seperti al-Hilal di Azadar dan Zaminder di Lahore mempunyai

peran yang sangat signifikan dalam mempengaruhi umat muslim pada waktu itu.

Lalu pada Tahun berikutnya Maulana Muhammad Ali mendirikan Harian

Hamdard yang berbahasa urdu di Delhi. Dalam bukunya otobiografinya yang

berjudul My life, a fragment, ia menjelaskan bahwa dirinya terjun ke dunia

jurnalistik tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membela masyarakat, satu-

satunya cara untuk membantu mereka adalah dengan keterlibatannya dalam

politik.16

Pada tahun 1914 Maulana Muhammad Ali menulis sebuah tajuk

rencananya: Selamatkan Bangsa-bangsa Turki!. Sementara keamanan pemerintah

Indah terancam, Maulana Muhammad Ali dan teman-temannya dicap sebagai

orang-orang yang berbahaya oleh penguasa dan beberapa kali nasib nyawanya dan

teman-temannya terancam.17

Maulana Muhammad Ali berperan penting dalam memperjuangkan

kemerdekaan bangsa India. Di bawah kepemimpinannya yang dinamis kaum

muslim India tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tegar. Sebagai seorang yang

anti-imperialis kepeminpinannya mendominasi selama perempat bagian pertama

abad ini.

15

Suhartono Wiryopranoto, dkk., Perjuangan Ki Hajar Dewantara dari Politik ke

Pendidikan (Jakarta: Meseum Kebangkitan Nasional Direktorat jenderal Kebudayaan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 10. 16

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 280. 17

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 281.

Page 41: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

29

Pada tahun 1906, ia bersama empat orang lainnya; Mohsimul Mulk,

Wiqaaril Mulk, Nawab Samiallah dan Agha Khan dari Dacca mendirikan Liga

Muslim India. Mereka menganjurkan Maulana Muhammad Ali untuk menulis

Buku Hijau yang berisi laporan musyawarah pembentukan liga tersebut.

Maulana Muhammad Ali menikah dengan Fatima pada tahun 1901, namun

tujuh tahun kemudian pada tahun 1908 istrinya meninggal dunia. Kemudian atas

dorongan Maulana Nuruddin ia menikah lagi dengan putri Dr. Basharat Ahmad

yang bernama Mehrun Nisa pada 29 April 1910. Pernikahannya hanya dihadiri

dua orang temannya. Ia membawa mempelai wanita ke Qadian. Pada kesempatan

itu ia memberikan hadiah kepada istrinya sebuah salinan al-Qur‟an yang indah

dan berwarna-warni. 18

Dari pernikahan yang pertama Maulana Muhammad Ali dikaruniai seorang

anak perempuan dan dari pernikahan yang kedua dikaruniai enam anak

perempuan dan dua putra. Putri sulungnya yang bernama Atiya meninggal dunia

padatahun 1922 karena mengidap penyakit cukup lama. Putranya yang paling

muda Hamid Farooq dikirim ke Amerika Serikat pada tahun 1948 untuk

pendidikan tinggi dan dia ada disana ketika Maulana Muhammad Ali

meninggal.19

Akhirnya pada tahun 1912 perang Balkan meledak. Desakan Barat yang

modern terhadap Turki membuat Turki kewalahan, sehingga memaksa Maulana

Muhammad Ali untuk memberikan bantuan kepada Turki. Ia tidak hanya

ekspetasi belaka, namun juga terbukti benar adanya. Ia langsung mengirimkan

dokter di bawah pimpinan Dr. M.A. Ansari, didampingi A.R. Saddiqi dan Shohib

Qureshi. Inilah pertama kalinya dalam sejarah India membantu sampai

pengiriman dokter ke manca negara, dan sampai sekarang masyarakat Turki

18

Muhammad Ahmad, A Mighty Striing English Translation of Mujahid al-Kabir, The

Biography of Maulana Muhammad Ali Renowned author, scholar and missionary of Islam

(Lahore: Ahmadiyya Anjuman Isha‟at Islam Lahore, 2004), h. 437. 19

Muhammad Ahmad, A Mighty Striing English Translation of Mujahid al-Kabir, The

Biography of Maulana Muhammad Ali Renowned author, scholar and missionary of Islam, h. 438.

Page 42: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

30

berterima kasih atas bantuan itu. Dari kampanye bantuan ke Turki ini juga

menimbulkan bangkitnya Pan-Islamisme20

di India.21

Saat terjadi penembakan pada Machli Bassar di Cawnpore pada tahun 1913

membuat seluruh warga India muak, terutama Maulana Muhammad Ali. Hal ini

langsung merubah Maulana Muhammad Ali yang awalnya hanya berada di

belakang meja menjadi singa podium yang garang. Ia pergi ke Inggris didampingi

oleh Syed Wazir Hasan, sekretaris Liga Muslim untuk melakukan penyelesaian

secara terhormat atas peristiwa yang terjadi di Cawnpore. selain memberikan

ceramah, di sana ia juga aktif menulis koran dan melakukan penelitian. Tapi

sayang, usahanya sia-sia dan tidak menuai hasil yang diinginkan. Sepulang dari

India, beberapa bulannya terjadi perang dunia ke 1 pada tahun 1914. Turki

menjadi sekutu Jerman dan Maulana Muhammad Ali menghimbau pemerintah

Inggris agar memikirkan perasaan umat muslim di India.22

Bahkan Maulana Muhammad Ali pernah disekap di camp tawanan selama

kurang lebih lima tahun, dari 23 November 1915 hingga tahun 1919. Ia disekap

karena berpotensi mengancam penguasa Inggris. Ketika ia dikeluarkan pada tahun

1919 dunia sudah banyak berubah. Perang Dunia telah usai. Turki menjadi negara

diatas tanduk, karena telah melakukan perjanjian Versailles. Bahkan Llyold

George ingin menghapuskan Turki dari peta dunia.

Di tahun yang sama, 1914 terjadi perpecahan dalam organisasi Ahmadiyah.

Perpercahan tersebut terbagi menjadi dua. Pertama, Ahmadiyah Qadian yang

dipimpin oleh Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad yang ajarannya mencela ajaran

lainnya dan menuduh kafir, selain itu juga berkeyakinan bahwa pintu kenabian

masih terbuka. Kedua, Ahmadiyah Lahore yang dipimpin oleh Maulana

Muhammad Ali dan Kwaja Kamaluddin yang berpendapat sebaliknya, bahwa

20

Gagasan ini muncul pertama kali di Turki sejak abad ke-18 pada masa dinasti kesultana

Usmani, memuncak pada parohan kedua abad ke-19, dan dapat dilihat juga sebagai pengembangan

pemikiran Riḍā. Para Sultan Usmani ingin menegakkan kembali kekuasan para khalifah pada

generasi Islam yang mula-mula, yakni sebagai penguasa dibidang politik maupun keagamaan.

Menurut Aqib Suminto, pengertian Pan-Islamisme secara klasik adalah penyatuan seluruh dunia

Islam di bawah satu kekuasaan politik dan agama yang dikepalai oleh seorang khalifah. (Lihat Jan

S. Aritonang, Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, 2004), h. 129). 21

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 281. 22

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 282.

Page 43: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

31

pintu kenabian sudah ditutup setelah Nabi Muhammad Saw. dengan ini mereka

hanya meyakini Mirza Ghulam Ahmad bukan sebagai nabi melainkan hanya

sebagai mujaddid.

Maulana Muhammad Ali mendirikan organisasi baru karena tidak setuju

dengan khalifah II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad yang memunculkan

ajaran baru bahwa pendiri Ahmadiyah adalah betul-betul seorang Nabi, beliaulah

Ahmad (Mirza Ghulam Ahmad) yang diramalkan dalam al-Qur‟an Surah Ash-

Shāf ayat 6, dan terkahir semua orang yang tidak berbai‟at kepada Mirza

Basyirudin Mahmud Ahmad adalah kafir dan keluar dari Islam.23

Sesuatu yang besar juga terjadi di India setelah terjadinya tragedi yang

menimpa di Jallianwala Bagh pada 1919. Hal ini bagi Maulana Muhammad Ali

sendiri adalah persitiwa yang paling bergejolak dalam hidupanya. Yaitu ketika

seluruh partai politik di India bermusyawarah di Amritsar. Ia memulai dengan

membawa gerakan khilafatnya dan merubah India dari badan konstitusional

menjadi organisasi massa yang revolusioner. Dalam kongres tersebut Maulana

Muhammad Ali juga mengajak untuk memberikan bantuan kepada bangsa Turki

yang sedang dalam kondisi krisis. Hal itu mendapatkan respon yang baik, walhasil

wanita-wanita muslim di India melepaskan perhiasaanya untuk membantu Turki.

Ia juga bekerja sama dengan Mahatma Gandhi (1869-1949 M) untuk mengubah

sikap Inggris terhadap Turki, berkat kerjasama itu hubungan Islam dengan Hindu

menjadi erat dan melahirkan berdirinya Persatuan Hindu-India pada tahun 1920-

1922.24

Maulana Muhammad Ali berkeliling hampir seluruh anak benua selama

kurang lebih satu tahun dari Oktober 1920 sampai ia ditangkap untuk diadili yaitu

tanggal 1 September 1921. Ia rela berkeliling untuk menyerukan agar umat India

bangkit dari apatis dan agar melek politik aktual. Sebenarnya, ini adalah sebuah

pekerjaan yang sangat besar bagi orang biasa, tapi Maulana Muhammad Ali

menyelesaikan dalam waktu yang relatif singkat, delapan tahun.

23

Iskandar Zulkairnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta,

2011), h. 73-74. 24

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 282.

Page 44: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

32

Resolusi yang diajukan oleh Maulana Muhammad Ali pada tahun 1921

menuai respon yang positif ketika konferensi di Khilafat di Karachi. Isi dari

resolusi itu adalah bagi umat muslim tidak diperbolehkan untuk masuk ke tentara

Inggris dan barangsiapa yang masuk maka termasuk umat yang tidak taat

beragama. Akibatnya pengadilan Karachi menjatuhkan hukuman penjara selama

dua tahun kepada Maulana Muhammad Ali dan Shaukat Ali Husain Ahmad

Madni, serta tiga orang lainnnya. Hukuman tersebut dimulai pada tanggal Oktober

1921. Dampak dari itu adalah protesnya seluruh negeri, lebih dari itu resolusi

tersebut diumumkan di seluruh negeri India. Tak ada gading yang tak retak,

usahanya selama ini sia-sia karena ketika ia masih mendekam di penjara,

Musatafa Kamal (1881-1938 M)25

menghapus khilafat di Turki, dan di India pun

khilafat mengendur juga.26

Setelah Maulana Muhammad Ali dibebaskan dari penjara pada tahun 1923,

ia kemudian terpilih menjadi presiden Kongres Nasional India. Pada tahun itu

pula ia menyampainkan pidato yang sangat penting di Cocanada. Buah pikiran

dan kemampuan oratornya tidak ada yang bisa menandinginya dalam sejarah

A.I.C.C. ada seorang yang tiba-tiba dibebaskan dari penjara setelah pertemuan

rahasia bersama Raja Muda, yaitu Pandit Madan Mohan Malviya. Pandit bersama

Swami Gahardhamand melakukan gerakan Shudli Sanghattan yang menyebabkan

kerusuhan di seluruh India. Hal inilah yang menghancurkan hubungan

persaudaraan antara Muslim degan Hindu yang telah didirikan oleh Maulana

Muhammad Ali. Pem Gandhi terhasut oleh Malviya dan kelompoknya. Maulana

Muhammad pun sangat kecewa dan juga terpukul karena tidak bisa membawa

Gandhi kembali.27

25

Mustafa Kemal Attaturk meninggal tahun 1938. Banyak yang menganggapnya pahlawan

karena telah menyelamatkan turki dari penjajahan, ssebagian yang lain menganggapnya sebagai

tokoh pembaharu yang paling berhasil. Hampir dua abad pembaruan itu dilanjutkannya, entah

dengan paksaan atau argumentatif, yang jelas pembaruan itu dijalankan sejak hancurnya kesultana

Turki Usmani. Namun, di sisi lain banyak juga yang menghujatnya karena sikapnya kepada orang

Islam yang menyingkirkan Islam dari aspek kehidupan sehingga membuat Kemal menjadi kritikan

karena menganut sistem negara yang radikal itu. Lihat Syahrul Hidayat, Mengislamkan Negara

Sekuler, Partai Refah, Militer, dan Politik Elektoral, h. 74. 26

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 283. 27

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 283.

Page 45: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

33

Pada tahun 1926 ia menghadiri Konferensi Muslim Sedunia (Mu‟tamar

Alam al-Islam) yang diselenggarakan oleh Sultan Ibn Saud di Makkah. Dihadapan

Sang Raja yang despotisi itu ia menyampaikan gagasan dan pemikirannya dengan

tegas dan tanpa ragu sedikit pun. Karena tragedi menyakitkan di Jallianwala Bagh

yang menyebabkan retaknya hubungan antara umat Hindu dengan Islam Maulana

Muhammad Ali beberapa kali mengadakan konferensi untuk menyatukan kembali

hubungan itu tapi gagal. Ia bersama Quaid Al-Azam dan Muhammad Ali Zinnah

membantu merumuskan Rancangan Delhi yang isinya diantaranya adalah

memisahkan Sind dan Provinsi Bombay, dan reformasi dalam tubuh N.W.F.P.

Tetapi publikasi laporan Nehru pada tahun 1928 yang menelanjangi Kongres

Nasionalis Hindu. hal itulah yang menentukan nasib Persatuan Hindu-Muslim.

Hal itu ternyata menjadi bomerang bagi Quaid Al-Azam dan Maulana

Muhammad Ali. Mereka pun mencoba untuk memodifikasi laporan itu pada

konferensi-konferensi di Calcutta namun tetap tak berujung manis, penyebabnya

adalah tidak didukung oleh pihak Hindu. Akhirnya Maulana Ali mengubah taktik

setelah 16 tahun tanpa henti berjuang demi kemerdekaan India. Ia telah

memberikan segalanya, jiwa, tenaga dan pemikirannya untuk menyatukan umat

Muslim dan Hindu tapi tidak pernah berhasil.28

Akhirnya pada tahun 1349 H/1930 H ia pergi ke Inggris, selain untuk

menghadiri konferensi Meja Bundar tentang masalah India juga untuk memeriksa

kesehatannya. Namun pada Ahad 15 Sya‟ban 1349 H/4 Januari 1931 M, penulis

atobiografi berjudul My Life, a Fragment ini wafat. Kemudian makamnya

dikebumikan tidak jauh dari Masjid Al-Aqsa atas usulan mufti Palestina saat itu.29

Beberapa bulan sebelum beliau meninggal, Perdana Menteri Pakistan, Liaquat Ali

Khan dan Ahmadiyah Gerakan Lahore membuka cabang di Markas PBB dengan

segala fasilitas yang lengkap. Namun sebelum terwujud, Maulana Muhammad Ali

sudah mennggal terlebih dahulu.30

28

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 284. 29

Ahmad Rofi‟ Usmani, Ensiklopedia Tokoh Muslim, h. 431. 30

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat? Catatan Bagi Umat Islam Indonesia

dalam Menyikapi Gerakan Ahmadiyah International (Jakarta: PT. Cahaya Kirana Rajasa, 2006), h.

56-57.

Page 46: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

34

Jika dilihat dari beberapa referensi yang penulis rujuk ada beberapa poin

yang penting. Jika melihat dari bukunya Jamil Ahmad itu sama sekali tidak

menujukkan partisipasinya terhadap Ahmadiyah padahal beliau adalah Presiden

Ahmadiyah Lahore. Penulis berasumsi mungkin menurut Jamil Ahmad ada yang

lebih penting sekedar menjadi Presiden Ahmadiyah Lahore—meskipun

Ahmadiyah Lahore tergolong moderat—yaitu dia ikut andil penuh dalam proses

kemerdekaan India, menjadi pemimpin Islam di India, mendobrak dan menyulut

semangat mereka, lebih dari itu ia menjalin hubungan antara Umat Hindu dengan

Muslim untuk bersama-sama membangun India, meskipun pada akhirnya terjadi

kegagalan dalam meredam konflik agama tersebut. Seperti yang terjadi di

Indonesia saat ini (2018), terjadi beberapa kasus yang berkaitan erat dengan

elemen-elemen agama. Dimulai terpelesetnya lidah ahok31

sampai dengan akhir-

akhir ini anak Presiden Soekarno, Bu Sukmawati yang menyinggung masalah

syari‟at Islam dan cadar dalam puisinya32

sehingga memicu kemarahan umat

muslim yang berkarakter pentol korek ini. Tidak sampai di situ, terakhir kasus

Rocky Gerung yang menyatakan bahwa kitab suci itu fiksi.33

Terlepas dari itu

semua yang ingin penulis sampaikan di sini adalah masalah agama sangat rentan

memicu konflik.

Memang jarang orang berkarakter seperti Maulana Muhammad Ali,

terbukti banyak yang kehilangan setelah kepergiannya, baik dari teman atau

lawan, dari Timur maupun Barat. Beberapa orang hebat pun memberikan kesan

terhadapnya seperti perkataan Iqbal, penyair dari Timur, “Sao-e-gardun rafs zah

rate ki paihanbar guzasht.” (Ia menuju surga melalui jalan yang telah ditempuh

31

Rina Atriana, “Hakim: Ahok Merendahkan Surah Al-Maidah 51”, artikel ini diakses pada

pada 17 April 2018 dari https://news.detik.com/berita/d-3496149/hakim-ahok-merendahkan-surah-

al-maidah-51. 32 Teatrika Handiko Putri, “Puisi Sukmawati Soekarnoputri Bikin Heboh, Ini Teks

Lengkapnya”, artikel diakses pada 17 April 2018 dari

https://news.idntimes.com/indonesia/teatrika/puisi-sukmawati-soekarnoputri-bikin-heboh-teks-

lengkap-1/full 33

Parastiti Kharisma Putri, “MUI Dalami Pernyataan Rocky Gerung „Kitab Suci Fiksi”,

artikel ini diakses pada 17 April 2018 dari https://news.detik.com/berita/3968986/mui-dalami-

pernyataan-rocky-gerung-kitab-suci-fiksi

Page 47: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

35

oleh nabi-nabi Islam.) H.G. Wells, novelis Inggris yang terkenal, mengatakan,

“Muhammad Ali mempunyai pena Macaully, lidah Burke, dan hati Napoleon.”34

Seorang dengan pikiran dan wawasan yang luas pasti mempunyai warisan

yang tidak akan pernah habis dan akan terus mengalir pahalanya, buku. Beberapa

karya Maulana Muhammad Ali antara lain: The Holy Qur‟an Arabic Text, English

Translation and Commentary, The Religion of Islam, A Manual of Hadith,

Muhammad The Prophet, Jihad in Islam, The Ahmadiyya Movement, Divorce in

Islam, The Unity of God, Call of Islam, Islam, Islam in Present War, The last

Prophet, Taqdir and Predestination, Heresy Islam, dan lain-lain.35

B. Pemikiran Maulana Muhammad Ali Tentang Mukjizat

Pada dasarnya pemikiran Maulana Muhammad Ali bisa terbaca dalam

karya-karyanya yang banyak. Untuk mengidentifikasi pemikirannya bisa dilihat

dalam bukunya The Religion of Islam, dalam buku tersebut Maulana Muhammad

Ali menjelaskan Islam secara komprehensif. Namun penulis tidak akan menulis

semua pemikirannya, hanya yang terkait dengan pembahasan mukjizat saja.

Dalam al-Qur‟an, mukjizat berarti tanda bukti atau tanda, yang mana

dengan tanda itu orang dapat mengenal sesuatu. Ada kata lain di dalam al-Qur‟an

yang maknanya mencakup pula mukjizat, yaitu ayat yang berarti tanda bukti atau

perkabaran Ilahi. Makna ayat yang pertama; tanda bukti itu mencakup mukjizat

dimana mukjizat itu menjadi bukti bahwa dia adalah utusan Allah SWT.

Sedangkan yang kedua; perkabaran Ilahi adalah ayat suci al-Qur‟an. Sebenarnya

yang menjadi bukti akan benarnya mukjizat itu adalah al-Qur‟an itu sendiri,

karena al-Qur‟an itu adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص dan sudah

terjamin kebenarannya dan akan abadi sampai Hari Kiamat.

Muḥammad Ṣādiq bin Barakatullah mengatakan dalam bukunya Penjelasan

Ahmadiyah bahwa berdasarkan firman Allah dalam al-Qur‟an bahwa

barang/sesuatu yang telah diberikan kepada para Nabi itu adalah „Bayyināt” dan

“Āyāt” yakni keterangan dan tanda-tanda. Nama “Mukjizat” tidak disebutkan di

dalam al-Qur‟an. Dalam hal ini Imam al-Suyuṭi berkata:

34 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 284.

35 “Books In English: Published by the Ahmadiyya Anjuman Isha‟at-e-Islam Lahore”,

artikel ini diakses pada 21 April 2018 dari aaiil.org/text/books/bookmain.shmtl.

Page 48: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

36

املعجزة أمر خارق للعادة على وفق التحدي

“Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang terjadi menurut seruan

orang-orang yang berdakwa itu” (Ushuluddin).

Kemudian mukjizat dibagi menjadi dua macam:

a. Mukjizat yang berhubungan dengan benda-benda.

b. Mukjizat yang berhubungan dengan akal dan ilmu pengetahuan.36

Selanjutnya orang kristen menulis tentang Islam, pada umumnya

berpendapat bahwa meksipun al-Qur‟an mencatat beberapa mukjizat para Nabi,

namun al-Qur‟an tidak menyebutkan mukjizat Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص selain al-

Qur‟an. Jika ditelisik lebih dalam, memang pengertian Al-Qur‟an tentang

mukjizat berlainan dengan Kristen, baginya mukjizat adalah segala-galanya,

bahkan sampai menggantikan dalil. Tidak hanya itu, seluruh ajaran Kristen juga

didasari atas mukjizat. Sebagaimana diketahui menurut kepercayaan umat Kristen

Yesus dibangkitkan dari kematian, hal itu adalah mukjizat karena sesuatu yang

luar biasa. Apa jadinya jika ia tidak bangkit, maka seluruh pondasi Kristen akan

hancur, karena hanya mengandalkan mukjizat. Dalam kitab Injil pun kedudukan

mukjiat bukan hanya menggantikan dalil, tapi juga hukum atau syari‟at, moral

ataupun rohani. Didalamnya dijelaskan mukjizat menghidupkan orang mati,

menyembuhkan orang buta, mengubah air manjadi anggur, setan-setan diusir dan

masih banyak lagi mukjizat yang dipertunjukkan. Jika kita melihat hal ini maka

kesan dari seorang Nabi bukanlah untuk memperbaiki akhlak umat manusia

dengan jalan iman kepada Allah, dan untuk menyakinkan suatu kebenaran bukan

dengan tanda bukti atau ukuran pertimbangan akal, melainkan dengan keajaiban-

keajaiban. Al-Qur‟an menjelaskan bahwa tujuan utama seorang nabi adalah untuk

menyempurnakan akhlak, di samping itu al-Qur‟an mengajarkan manusia untuk

melihat sejarah kisah masa lalu agar bisa diambil ibrahnya, bahwa umat yang mau

menerima kebenaran akan beruntung dan sebaliknya. Dalam rencana Tuhan

mukjizat ditunjukkan hanya untuk menunjukkan bahwa sumber kebenaran wahyu

itu gaib.

36

Muḥammad Ṣādiq bin Barakatullah, Penjelasan Ahmadiyah. Penerjemah Abdul Rozaq

(Yogyakarta: Neratja Press, 2014), h. 234-235.

Page 49: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

37

Isi al-Qur‟an berkali-kali menyinggung tentang kodrat manusia, kisah-kisah

masa lalu, dan banyak berisikan dalil-dalil. Memang demikian, tapi ia tidak

melupakan mukjizat:

هم ءاي وأقسموا بٱلله جهد أيم ا قل با لهيػؤمننه ة نهم لئن جاءتػ وما يشعركم ٱليمت عند ٱلله إنه

١٠٩ أنػهها إذا جاءت ل يػؤمنون

109. mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,

bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah

mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-

mukjizat itu hanya berada di sisi Allah". dan Apakah yang memberitahukan

kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. (Q.s.

al-An‟ām: 109).

“Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah”, dalam

petikan ayat tersebut sudah jelas bahwa yang memiliki hak penuh atas mukjizat

adalah Allah, bukan Nabi Muhammad Saw. Jadi al-Qur‟an tidak menggambarkan

Nabi Muhammad Saw. sebagai orang yang membawa keajaiban, tidak seperti

Yesus dalam Kitab Injil. Mukjizat itu tidak muncul sesuai kehendak Nabi atau

ketika Nabi dituntut untuk melakukannya, itu semua atas kehendak Allah Swt.

Maka dari itu jika dituntut tanda bukti yang luar biasa tentang benarnya Nabi

Muhammad jawabannya ialah tanda luar biasa itu akan keluar jika Allah sudah

menghendakinya.37

C. Gambaran Umum Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir

Sebelum masuk pada penafsiran Maulana Muhammad Ali yang ada dalam

karyanya Qur‟an Suci Terjemah dan Tafsir, perlu kita ketahui identitas dari buku

ini. Apakah termasuk kategori tafsir atau sebatas terjemah. Karena bagaimana pun

juga keduanya merupakan hal yang berbeda. Setidaknya para ulama telah

memberikan stardadisasi tentang tafsir dan terjemah.

Menurut Manna‟ al-Qaṭṭān dalam kitabnya Mabāḥith fī „Ulūm al-Qur‟an

menjelaskan bahwa lafadz „tafsir‟ merupakan bentuk maṣdar (تفعيل) dari فسر yang

bermakna اإلابنة (menjelaskan) الكشف (mengungkap) dan menjelaskan makna

37

Maulana Muhammad Ali, Islamologi, h. 241-244.

Page 50: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

38

yang masuk akal. Dalam Lisān al-„Arab bermakna اإلابنة والكشف املغطى (mengungkap yang terselubung). Dan Tafsir maksudnya adalah mengungkap

makna lafadz yang musykil. Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

نمك بٱلق وأحسن تػفسريا تونك بثل إله جئػ ٣٣ ول ي

33. tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu

yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan

yang paling baik penjelasannya. (Q.s al-Furqān/25: 33)38

Imam Al-Raghib berkata bahwa lafadz فسر dan سفر itu maknanya

berdekatan seperti halnya lafadznya yang mirip. Perbedaanya terletak pada

penggunaanya, jika fasara itu menjelaskan makna yang masuk akal sedangkan

safara menjelaskan atau membuat suatu benda bisa dilihat oleh mata, seperti

املرأة عن وجهها سفرت (muka wanita itu menjadi terlihat).

Secara istilah adalah (Abu Ḥayyan mendefinisikan):

علم يبحث عن كيفية النطق أبلفاظ القرآن ، ومدلولهتا وأحكامها اإلفرادية والرتكيبية ، ومعانيها اليت حتمل عليها حالة الرتكيب وتتمات لذالك

Ilmu yang membahas bagaimana berbicara mengeai lafadz-lafadz Al-

Qur‟an, maksud pengertiannya, hukum-hukum tentang ifrād dan tarkīb

(susunannya), dan makna-makna yang mencakup keadaan tarkīb dan

penyempurnan untuk itu semua.

Sebenarnya definisi yang ditawarkan oleh Abu Ḥayyan ini cukup

komprehensif, pertama pada bagian awal definisi “ يبحث عن كيفية النطق أبلفاظ علم maksudnya adalah pembahasan tentang Ilmu Qira‟at. Selanjutnya maksud ”القرآن

dari “ومدلىالتها” adalah Ilmu Bahasa dimana Ilmu tersebut sangat dibutuhkan dalam

hal ini. Maksud dari “وأحكامها اإلفرادية والرتكيبية” adalah mencakup Ilmu Taṣrīf dan

I‟rāb, Ilmu Bayān dan Ilmu Badī‟. Kemudian maksud dari “ ومعانيها اليت حتمل عليها adalah bahwa sebuah kalimat ada yang menunjukkan makna hakikat ”حالة الرتكيب

dan makna majaz, karena terkadang sebuah susunan kalimat (tarkīb) menunjukkan

makna ẓāhir namn maknanya mencakup selain ẓāhir maka itulah termasuk bagian

38

Maksudnya: Setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw. membawa suatu

hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.

Page 51: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

39

dari majaz. Terakhir maksud dari “وتتمات لذالك” yaitu mengetahui nāsikh dan

mansūkh, asbāb an-nuzūl, kisah-kisah dalam al-Qur‟an dsb.

Sedangkan menurut Imam Zarkāsyī:

وبيان معانيو ، واستخراج أحكامو وحكمو. ملسو هيلع هللا ىلص علم يفهم بو كتاب هللا املنزل على نبيو حممد Ilmu untuk memahami Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw. menerangkan maknanya dan mengeluarkan maksud hukum dan

hikmah-hikmahnya.39

Penjelasan selanjutnya mengenai definisi Terjemah. Secara bahasa menurut

Adh-Dhahabī ada dua makna:

1. Memindah perkataan dari bahasa satu ke bahasa yang lainnya tanpa

ada penjelasan sesuai dengan makna asal yang diterjemahkan.

2. Menjelaskan perkataan dan menerangkan maknanya dengan bahasa

yang lain.

Kemudian ia membagi terjemah menjadi dua:

1. Terjemah Ḥarfiyyah memindah perkataan dari bahasa satu ke bahasa yang

lainnya dengan menjaga kecocokan didalam peraturan dan urutannya

(kalimat), menjaga seluruh makna asalnya.

2. Terjemah Tafsīriyyah menjelaskan perkataan dan menerangkan maknanya

dengan bahasa yang lain tanpa menjaga urutan asal (kalimat), tanpa

menjaga seluruh makna asalnya.40

Dari penjelasan terjemah di atas dapat disimpulkan bahwa terjemah itu

hanya memindah bahasa dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya, baik itu

dengan merubah tatanan kalimat atau tidak, yang membedakan adalah

menjelaskan. Jika tafsir berarti menjelaskan makna, tentunya lebih luas jika

terjemah hanya mengalihbahasakan tanpa menjelaskan. Dengan ini berarti Qur‟an

Suci Terjemah dan Tafsir karangan Maulana Muhammad Ali ini masuk dalam

kategori tafsir, karena ada penjelasan tambahan yang diletakkan di bagian

footnote.

39

Manna‟ al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī „Ulūm al-Qur‟an (Kairo: Maktabah Wahbah), h. 316-317. 40

Muḥammad Ḥusain adh-Dhahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, juz 1 (Kairo: Maktabah

Wahbah, 2000), h. 19.

Page 52: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

40

1. Latar Belakang Penulisan

Karya tafsir ini berawal ketika berakhirnya Perang Dunia ke II, pada saat itu

sangat diperlukan perbaikan terjemahan Tafsir Qur‟an berbahasa Inggris.

Tepatnya dimulai pada tahun 1909 ketika Maulana Muhammad Ali mulai

menangani karya ini. Sebenarnya bukan karena faktor kondisi yang memaksa

untuk melakukan perbaikan, namun juga karena faktor internal dimana Maulana

Muhammad Ali pada saat itu semakin bertambahnya pengetahuan tentang al-

Qur‟an, ditambah setiap siang dan malam ia selalu sibuk mendalami al-Qur‟an,

hadis dan buku-buku Islam lainnya. Dalam waktu 33 tahun, sejak diterbitkannya

Edisi Pertama pada tahun 1917, Maulana Muhammad Ali telah menciptakan

banyak karya tentang keislaman, baik yang berbahasa Inggris maupun Urdu.

Maulana Muhammad Ali merasa berkewajiban untuk menuangkan buah

pikirannya ke dalam karya-karya, khususnya berbahasa Inggris karena yang

sudah tersebar luas diberbagai belahan dunia. Selain itu, pemahamannya tentang

al-Qur‟an yang sekarang dengan yang dulu waktu masih muda berbeda jauh, jelas

lebih baik sekarang. Pada akhir tahun 1946 mulailah ia memperbaiki terjemahan

al-Qur‟an (proses pembuatan tafsir al-Qur‟an). Namun, pada tahun 1947 terjadi

hal yang sangat genting di Pakistan. Akhirnya demi keamanan, pada tanggal 27

Agustus 1947 Maulana Muhammad Ali mengungsi di Dalhousie, tempatnya

bekerja pada waktu musim panas. Naskahnya sempat hilang, tapi berhasil beliau

kumpulkan kembali di Quetta, tempat yang ditinggalinya selama musim panas

pada tahun 1948. Setelah itu ia sakit keras dan sempat berhenti selama enam

bulan. Pada pertengahan 1950 akhirnya naskah bisa diselesaikan semuanya,

meskipun setelah itu Maulana Muhammad Ali sakit keras lagi. Dalam keadaannya

yang terbaring di Rumah Sakit ia tetap semangat untuk mengoreksi dan mengecek

kembali mukadimah.41

Adapun latar belakang dari penerjemahan The Holy Qur‟an karya Maulana

Muhammad Ali ini sebagaimana disampaikan oleh pihak GAI (Gerakan

Ahmadiyah Indonesia) bahwa meskipun di Indonesia sudah banyak karya

terjemah dan tafsir bahkan karya ulama keindonesiaan sendiri, tapi masih sedikit

41

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun

(Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2006), h. xii.

Page 53: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

41

yang menjelaskan masalah ayat mutasyābihāt. Oleh karena itu Maulana

Muhammad Ali mengisi kekosongan itu dengan penjelasan yang sangat jelas.42

Maulana Muhammad Ali melakukan awal penerjemahan pada tahun 1918,

terbitan tahun inilah yang diterjemahkan ke bahasan jawa oleh H.

Minhadjurrahman Djojosugito dan M. Mufti Syarif. Pada terjemahan selanjutnya

tahun 1928, Maulana Muhammad Ali menerbitkan terjemahan bahasa Inggris

tanpa huruf Arab ditaambah dengan tafsir singkat yang nantinya diterjemahkan ke

bahasa Belanda oleh Bapak Soedewo dan diterjemah menjadi bahasa Indonesia

oleh A. Azis. Kemudian terakhir, pada tahun 1951 Maulana Muhammad Ali

menerbitkan terjemah al-Qur‟an bahasa inggris yang sudah direvisi (edisi revisi)

yang kemudian diterbitkan oleh Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia.43

2. Deskripsi Naskah dan Teks

a. Judul Lengkap

Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir

b. Judul Populer di Khalayak Ramai

Judul yang terkenal di khalayak ramai adalah judul intinya saja yaitu

Qur‟an Suci.

c. Nama Penerbit

Penerbit : Darul Kutubil Islamiyah

Tempat terbit : Jakarta

Tahun terbitan : 2006

Cetakan : Cetakan ke dua belas

No ISBN : 979-97640-7-6

d. Jumlah Jilid

Tafsir ini hanya berjilid satu dan kandungannya 30 juz.

e. Jumlah Halaman

Tafsir ini berisi 1256 halaman yang terdiri hanya satu jilid.

f. Frekuensi Penerbitan

42

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun ,

h. VIII 43

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

VIII

Page 54: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

42

Pembuatan tafsir ini memakan waktu 33 tahun. Terbitan pertama pada

tahun 1917, lalu terbitan selanjutnya pada tahun 1928 berupa terjemahan

bahasa Inggris tanpa teks Arab dengan tafsirnya yang agak dipersingkat.

Pada tahun 1947 naskah kembali diperbaaiki sampai pertengahan 1948

terjadi peristiwa yang sangat berbahaya di Pakistan sehingga harus

pindah ke Dalhousie ditambah ia sakit keras sehingga mengharuskan

berhenti sampai enam bulan. Pada tahun tersebut naskahnya pernah

hilang juga. Terakhir pada tahun 1950 naskah bisa diselesaikan

seluruhnya.

g. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam tafsir ini seluruhnya menggunakan bahasa

Indonesia.

h. Ukuran Naskah

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan penulis, naskah Qur‟an Suci

cetakan Darul Kutubil Islamiyah ini berukuran 21,5 13,5 cm.

i. Sistematika Penulisan

Tafsir Qur‟an Suci ini diawali dengan tulisan kata pengantar dari si

penulis yang berisikan latar belakang penulisan tafsir, kemudian

mukadimah yang berisikan tentang hal yang berkaitan dengan al-Qur‟an

dimulai dari nama lain, sejarah, keistimewaan dsb. Kemudian daftar

nama kitab, penulisnya dan kunci referensi (dalam Qur‟an Suci

menggunakan singkatan-singkatan khusus untuk menunjukkan suatu

nama kitab yang dijadikan referensi), transliterasi, nama-nama orang

yang ada di Kitab Bibel dengan tidak diubah hurufnya, tapi ditulis

menurut bentuk yang diambil oleh Kitab Bibel. Kemudian hal-hal

penting saat membaca al-Qur‟an (semacam panduan membaca ayat yang

gharīb), setelah itu semua barulah menjelaskan ayat dimulai dari surah

al-Fātiḥah sampai an-Nās.

j. Teknik Penafsiran

Page 55: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

43

1. Setiap surah diawali dengan mukadimah atau pengantar yang

menjelaskan ruku‟44

yang ada dalam surah tersebut, menjelaskan

munasabah jika memang ada, terkadang juga menjelaskan makna

filosofis nama suatu surah.

2. Setiap ayat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, terkadang diberi

penjelasan dalam tanda kurung jika ada kata yang tidak jelas.

3. Dalam beberapa ayat yang dianggapnya penting ia bubuhkan footnote

dengan penjelasan yang cukup komprehensif dan disinilah letak

penafsirannya.

3. Telaah Metodologis

1. Jenis (نوع) Jika dilihat dari isi tafsirnya, Maulana Muhammad Ali lebih banyak

menggunakan akal dan pendapatnya sendiri dari pada menggunakan riwayat

dengan ini jenis tafsirnya masuk pada tafsir bi al-ra‟y45

. Tapi tidak semuanya

menggunakan akal, ada beberapa ayat yang ditafsirkan dengan beberapa riwayat

dan pendapat para ulama. Sebagaimana berikut:

يػها ٱلنهاس ٱتػهقوا ربهكم ٱلهذي ها وخلق ومحدة س خلقكم من نػهف يم هما وبثه زوجها منػ رجال منػ إنه ٱلله كان عليكم ر ٱتػهقوا ٱلله و ونساء اكثري

(۱) اب قي ٱلهذي تساءلون بول وٱلرحام “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki

dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga

dan mengawasi kamu”. (Q.s. al-Nisā‟/4:1)

Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa kata nafs dalam bahasa Arab

mempunyai penggunaan ganda (musytarak); pertama dalam kalimat kharajat

nafsuhu yang dalam hal ini berarti roh (soul), dan yang kedua penggunan nafs

dalam arti keseluruhan dari sesuatu (whole of a thing), dan esensi (essence).

44

Sebuah tanda yang ditaruh di ayat yang sebaiknya dibaca dalam satu raka‟at. Ditandai

dengan (ع) yang diletakkan di pinggir kanan atau kiri mushaf. 45

Menurut al-Ṣābūnī, bi al-ra‟y di sini bukan hanya menafsirkan semaunya saja. Tapi

ijtihadnya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang lurus yang sesuai dengan orang yang hendak

menafsirkan al-Qur‟an. Lihat Aṣ-Ṣābūnī, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis. Penerjemah

Muhammad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h. 249.

Page 56: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

44

Sedangkan nafs yang dimaksud dalam ayat ini adalah yang kedua, jadi jodoh itu

sesuai dengan pasangannya (ada sisi kesamaan).46

2. Corak Penafsiran (لون)47

Jika melihat kandungan dari tafsirnya maka kita akan melihat banyak ayat

yang menerangkan masalah yang terjadi di masyarakat, di dalam kata

pengantarnya Maulana Muhammad Ali juga mengatakan bahwa banyak sudah

tersebarnya bahasa Inggris di seluruh dunia sehingga beliau segera memperbaiki

terjemahan al-Qur‟annya yang dalam hal ini adalah tafsir ini sendiri.48

Dari sini

dapat disimpulkan bahwa tafsirnya bisa dikategorikan bercorak adab al-ijtimā‟i49

karena berusaha menafsirkan sesuai kebutuhan umat. Dalam beberapa ayat kita

bisa melihat penafsirannya terkait masalah poligami, berikut terjemahnya:

“Perlu kami tambahkan di sini bahwa menurut Islam, poligami bukanlah

peraturan, melainkan keadaan darurat, baik dalam teori maupun praktek,

yang dapat mengobati banyak kejahatan, teristimewa yang melanda

masyarakat Eropa. Bukan hanya disebabkan karena jumlah wanita lebih

banyak daripada jumlah pria, melainkan banyak pula sebab-sebab lain, yang

bukan saja menyangkut urusan moral, melainkan pula menyangkut

kesejahteraan fisik masyarakat. Pelacuran, suatu kejahatan besar dalam

dunia maju sekarang ini, benar-benar suatu penyakit yang menyebabkan

meningkatnya anak jadah (haram); kejahatan ini praktis tak dikenal di

46

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

265. 47

Menurut Ali Iyāzī, yang dimaksud denga al-Laun adalah si mufassir menafsirkan suatu

nash dengan mewarnai (memberikan ciri khusus) terhadap penafsirannya sesuai dengan

pemahamannya. Jadi, yang menjadi pertimbangan dalam penafsirannya adalah sesuai dengan

karakteristik pemikirannnya. Lihat Sayyid Muḥammad „Alī Iyāzī, al-Mufassirūn Ḥayātuhum wa

Manhajuhum (Teheran: Wazārāt al-Thaqāfah al-Irsyād al-Islamiy, 1313 H), h. 33.

Di dalam penafsiran al-Qur‟an ada beberapa kosa kata Arab yang terkait dengan metode

penafsiran, seperti manhaj, tharīqah, ittijah, madhab, dan al-laun. Dalam Al-Munawir. Kamus

Arab-Indonesia, kata tharīqah dan manhaj mempunyai pengertian yang sama, yaitu metode.

Sedangkan ittijah berarti arah, kecenderungan, orientasi, kata madhab bermakna aliran, dan kata

laun bermakna corak, warna dalam penafsiran. (Ma‟mun Mu‟min. Metodologi Ilmu Tafsir, h. 75). 48

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

xii. 49

Alī Iyāzī mengatakan bahwa ada dua pengertian tentang tafsir ijtimā‟i. Pertama, mufassir

berusaha menafsirkan ayat dengan fokus pada segala keadaan manusia, baik dari tingkatannya,

lemah-kuatnya, tinggi (mulia)-rendahnya, berilmu atau bodoh, beriman atau kufur, lalu

menawarkan solusi atau membuat aturan yang sekiranya bisa membaik keadan manusia dan lebih

condong ke ilmu sosial dan sejarah. Kedua, tafsir yang seakan tunduk dengan pemahaman

masyarakat dan kebutuhan modern. Jadi, dalam manhaj ini mufassir berusaha mencampurkan

tujuan agama (al-Qur‟an) dengan tujuan masyarakat. Lihat Sayyid Muḥammad „Alī Iyāzī, al-

Mufassirūn Ḥayātuhum wa Manhajuhum, h. 53.

Page 57: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

45

negara-negara yang menjalankan peraturan poligami sebagai tindakan

penyembuhan.”50

Jadi menurutnya poligami bukanlah sebagai aturan, melainkan sebagai obat.

Bukanya hanya karena faktor perempuan lebih banyak jumlahnya dari pada lelaki,

namun juga menyangkut kesejahteraan fisik masyarakat. Dengan adanya poligami

juga mengurangi banyaknya prostitusi yang terjadi di Eropa dan juga kejahatan-

kejahatan terhadap wanita lainnya.

3. Metode (طريقة)51

Metode yang digunakan dalam tafsir Qur‟an Suci ini adalah taḥlilī52

karena

Maulana Muhammad Ali berusaha menjelaskan kandungan ayat sesuai dengan

pemahamannya dan juga secara runtut dari juz 1 sampai juz 30.

4. Karakteristik Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir

Tafsir karya Maulana Muhammad Ali ini mempunyai ciri khusus yang

membedakan dengan tafsir-tafsir yang lainnya. Ia menafsirkan ayat yang

sekiranya perlu ditafsirkan dengan media footnote, jadi penafsirannya bukan

terletak di samping atau tepat di bawah ayat yang ditafsirkannya seperti kitab-

kitab tafsir pada umumnya. Selain itu ada juga ciri khusus yang dimiliki tafsir ini,

yaitu dalam penafsirannya, terkadang Maulana Muhammad Ali mengutip

pendapat para ulama dahulu dan dalam merujuk ke nama kitabnya ia hanya

memberikan kode-kode singkatan tertentu yang sudah ia jelaskan di awal tafsir ini

pada halaman XCII setelah mukadimah, seperti (A) berarti Asās Al-Balāghah

(kamus), Abu al-Qāsim Maḥmūd bin Umār Zamakhsyarī, (AD) berarti Kitāb As-

50

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

267. 51

Metode Tafsir yaitu cara-cara yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur‟an, sedangkan

Metodologi Tafsir yaitu ilmu tentang cara tersebut. Katakana saja pembahasan teoritis dan ilmiah

mengenai metode muqaran (perbandingan) misalnya disebut analisis metodologis, sedangkan jika

pembahasan itu berkaitan dengan cara penerapan metode terhadap ayat-ayat al-Qur‟an disebut

pembahasan metodik sedangkan cara menyajkan atau memformulasikan tafsir tersebut dinamakan

teknik atau seni penafsiran. Lihat Ma‟mun u‟min. Metodologi Ilmu Tafsir, h. 74. 52

Quraish Shihab menjelaskan pengertian metode taḥlilī bahwa metode ini berusaha

menjelaskan kandungan ayat sesuai dengan pandangan, kecenderungan mufasirnya secara runtut

30 juz dari mulai Surah al-Fātiḥah sampai dengan an-Nās. Lihat M. Quraish Shihab, Kaidah

Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur‟an

(Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 378.

Page 58: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

46

Sunan (Hadis), Abu Dawud Sulaimān, (Ah) menunjukkan Musnad (Hadis), Imam

Aḥmad bin Ḥanbal, dst.53

Ada beberapa perbedaan mendasar terkait sumber dan teknik

menerjemahkan dari Inggris ke Indonesia pada The Holy Qur‟an karya Maulana

Muhammad Ali:

1. Maulana Muhammad Ali terkadang mengutip Kitab Bibel, dalam

terjemahan Indonesia ini pencantuman Biblenya tidak menggunakan

versi Inggris, artinya tidak diterjemahkan melainkan langsung mengutip

yang versi Indonesia, karena sudah ada versi yang Indonesia terbitan

Lembaga Alkitab Indonesia, Jalan Teuku Umar 34, Jakarta.54

2. Ada perbedaaan kaidah bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa

Arab atau Inggris, bahasa Indonesia lebih simpel dan tidak serumit

kedua bahasa tersebut. Makanya dalam penerjemahan dari Arab atau

Inggris ke Indonesia terkadang ada istilah Arab atau Inggris yang harus

diberi keterangan tambahan karena minimnya pembendaharaan kosakata

atau aturan tata bahasa. Seperti contoh dalam bahasa Indonesia tidak ada

istilah jamak atau tathniyah (kata yang menunjukan arti dua) sehingga

ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar artinya tepat dan

tidak salah sasaran perlu ditambah keterangan lanjutan yang dalam

terjemahan tafsir ini biasanya menggunakan penjelasan tambahan dalam

tanda kurung.55

5. Komentar Tokoh terhadap Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir

Zwemer dalam majalah The Moeslem World, edisi bulan Juli 1931

mengatakan bahwa tafsir milik Mr. Pickthall tidak ubahnya hanya perbaikan dari

karya tafsir Ahmadiyah Maulana Muhammad Ali.56

Pendapat serupa juga

dikatakan oleh penulis-penulis yang lain, seperti penulis Islam in Its True Light

53

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

xcii. 54

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

IX 55

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

IX 56

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

xiv.

Page 59: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

47

menyebut tafsir ini sebagai “bintang petunjuk bagi karya orang Islam yang datang

kemudian.”

Maulana „Abdul majid Daryabadi, pengasuh majalah Such di Lucknow,

yang diakui sebagai pemimpin Islam ortodok, pada tanggal 25 Juli 1943 ia

menulis sebagai berikut:

“jika orang mengingkari keistimewaan tafsir Maulana Muhammad Ali yang

besar sekali pengaruhnya dan besar pula faedahnya bagi orang yang baru

saja memeluk Islam, berarti mengingkari sinar matahari. Tafsir ini

membantu meng-Islam-kan beribu-ribu orang kafir, dan mendekatkan

beratus-ratus ribu orang kafir kepada Islam. berbicara tentang diriku sendiri,

dengan segala senang hati saya akui bahwa tafsir ini merupakan salah satu

dari beberapa kitab yang menyebabkan saya memeluk Islam, lima belas atau

enam belas tahun yang lal8 tatkala saya dalam kegelapan, kekafiran dan

keragu-raguan. Bahkan Maulana Muhammad Ali dari Majalah „Comrade‟,

sangat tertarik dan selalu memuji-muji tafsir ini.”57

D. Ayat-ayat Mukjizat Para Nabi dalam Al-Qur’an

1. Nabi Shaleh A.s.: Mempunyai unta yang keluar dari batu besar.

ل وإلم رهۥ يمقوم قال اح ثود أخاىم صم ن إلمو غيػ ن ة قد جاءتكم بػين ٱعبدوا ٱلله ما لكم م مذه رهبكم كل فذروىا ة لكم ءاي ل نقة ٱلله ىم

خذكم ء و ول تسوىا بس ٱلله أرض ف ت

فػيأ

٧٣ م عذاب ألي

“And Thamūd (we sent) their brother Ṣālih. He said: O my people, serve

Allāh, you have no god other than Him. Clear proof has indeed come to you

from your Lord. This is Allāh‟s she-camel—a sign for you—so leave her

alone to pasture in Allah‟s earth, and do her no harm, lest painful

chastisement overtake you.” (Q.s. al-A‟rāf/7:73).58

ذهل نقة ٱلله كل فذروىا ة لكم ءاي ويمقوم ىمخذكم ء ول تسوىا بسو ٱلله أرض ف ت

فػيأ

٦٤ قريب عذاب

57

Maulana Muhammad Ali, Qur‟an Suci Terjemah & Tafsir. Penerjemah H.M. Bachrun, h.

xvii-xviii. 58

Terjemah Indonesia: “Dan kepada kaum Tsamud (kami utus) saudara mereka, Shalih.

Dia berkata: Wahai kaumku, mengabdilah kepada Allah; kamu tak mempunyai tuhan selain Dia.

Sesungguhnya telah datang kepada kamu tanda bukti dari Tuhan kamu. Ini adalah unta betina

Allah—sebagai tanda bukti bagi kamu—maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan jangan

sekali-kali kamu melukai dia, agar kamu tak terkena siksaan yang pedih.” Maulana Muhammad

Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed. (Lahore:

Ahmadiyyah Anjuman Isha‟at Islam, 1973), h. 335.

Page 60: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

48

“And, O my people, this is Allah‟s she-camel, a sign for you, so leave her to

pasture on Allāh‟s earth and touch her not with evil, lest a near

chastisement overtake you.” (Q.s. Hūd/11:64).59

2. Nabi Ibrahim A.s.: Dibakar di atas api dan tidak terbakar

رمىيم علىم وسلمما اد يمنار كون بػر قػلنا ٦٨ قالوا حرقوه وٱنصروا ءالتكم إن كنتم فمعلي إبػ٦٩

[68]“They said: Burn him, and help your gods, if you are going to do

(anything) [69]. We Said: O fire, be coolness and peace for abraham.” (Q.s.

al-Anbiyā‟/21:68-69).60

نوا لوۥقالوا ٩٦ وٱلله خلقكم وما تػعملون ٩٥ قال أتػعبدون ما تػنحتون يم ٱبػ ف فألقوه ان بػنػ

هم اد كي فأرادوا بول ٧٩ ٱلحيم ٩٨ٱلسفلي فجعلنم[95] “He said: Do you worship that which you hew out?”

[96] “And Allāh has created you and what you make.”

[97] “They said: Build for him a building, then cast him into the flaming

fire.”

[98] “And they designed a plan against him, but We brought them low.”

(Q.s. al-Ṣāffāt/37:95-98).61

و ٱلله من ٱل تػلوه أو حرقوه فأجنىملك ليم نهار فما كان جواب قػومول إله أن قالوا ٱقػ لقوم ت إنه ف ذم

ا ٱتهذت من دون ٱلله ٢٤ يػؤمنون مة ف بػينكم مهودهة ان أوثم وقال إنه يا ثه يػوم ٱلقيم نػ ة ٱلد يكفر ٱليػوم

59

Terjemah Indonesia: “Ia berkata: Wahai kaumku, tahukan kamu bahwa aku mempunyai

tanda bukti yang terang dari Tuhanku, dan Dia memberi rahmat kepadaku dari Dia sendiri—

maka siapakah yang akan menolong aku melawan Allah jika aku durhaka kepada-Nya? Maka

kamu tak menambah apa-apa kepadaku selain kerugian.” Maulana Muhammad Ali, The Holy

Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 451. 60

Terjemah Indonesia: [68] “Mereka berkata: Bakarlah dia, dam tolonglah tuhan kamu,

jika kamu ingin berbuat sesuat.” [69] “Kami berfirman: Wahai api, jadilah engkau dingin dan

damai bagi Ibrahim.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English

Translation and Commentary, 6th ed., h. 637. 61

Terjemah Indonesia: [95] “Ia berkata: Apakah kamu menyembah barang yang kamu

pahat?” [96] “Dan Allah telah menciptakan kamu dan barang yang kamu buat.” [97] “Mereka

berkata: Dirikanlah bangunan untuknya, lalu lemparlah dia dalam api yang menyala-nyala.” [98]

“Dan mereka menyiapkan rencana untuk melawan dia, tetapi kami jadikan mereka orang-orang

terhina.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and

Commentary, 6th ed., h. 850-860.

Page 61: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

49

وىمكم ابػعض بػعضكم ويػلعن ض بػعضكم ببػع وقال ط لو امن لوۥ ۞ف ٢٥ ٱلنهار وما لكم من نهمصرين ومأ

إلم مهاجر إن ٢٦ ۥ ىو ٱلعزيز ٱلكيم إنهو رب[24] “So naught was the answer of his people except that they said: Slay

him or burn him! But Allāh delivered him from the fire. Surely therein are

signs for a people who believe.”

[25] “And he said: You have only taken idols besides Allāh by way of

friendship between you in this world‟s life, then on the day of resurrection

some of you will deny others, and some of you will curse others; and your

abode is the Fire, and you will have no helpers.”

[26] “So Lot believed in him. And he said: I am fleeing to my Lord. Surely

He is the Mighty, the Wise.” (Q.s. al-Ankabūt/29:24-26).62

3. Nabi Musa A.s.:

a. membelah lautan

نا إلم موسىم أن ٱضرب بعصاك ٱلبحر فٱنفلق ٦ ٱلطهود ٱلعظيم ك ق فكان كل فر فأوحيػ [63] “Then We revealed to Moses: March on to the sea with thu staff. So it

parted, and each party was like a huge mound.” (Q.s. al-Syu‟arā‟/26:63).63

نا إلم موسىم أن أسر بعبادي فٱضرب تمف له اس يػب ٱلبحر ف اق لم طري ولقد أوحيػش ول ادرك ٧٧ ىم ت

“And certainly We revealed to Moses: Travel by night with My servants,

then strike for them a dry path in the sea, not fearing to be overtaken, nor

being afraid.” (Q.s. Ṭāhā/20:77).64

b. Mengetuk tongkat di tanah dan mengeluarkan air.

62

Terjemah Indonesia: [24] “Maka tiada lain jawab kaumnya ialah bahwa mereka

berkata: Bunuhlah dia atau bakarlah dia! Tetapi Allah menyelamatkan dia dari api.

Sesungguhnya dalam itu adalah tanda bukti bagi kaum yang beriman.” [25] “Dan ia (Ibrahim)

berkata: Sesungguhnya dalam itu adalah tanda bukti bagi kaum beriman.” [26] “Maka Luth

beriman kepadanya. Dan ia (Ibrahim) berkata: Aku hijrah kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia itu

Yang Maha-perkasa, Yang Maha-bijaksana.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic

Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 765. 63

Terjemah Indonesia: “Lalu kami wahyukan kepada Musa: Berjalanlah ke laut dengan

umatmu. Maka terbelahlah itu, dan masing-masing gelombang bagaikan bukit yang besar.”

Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary,

6th ed., h. 715. 64

Terjemah Indonesia: “Sesungguhnya Kami mewahyukan Kepada Musa: Berangkatlah

dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari, dan temukanlah untuk mereka jalan yang kering di

laut, dan janganlah takut tersusul, dan jangan pula merasa gentar.” Maulana Muhammad Ali,

The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 617.

Page 62: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

50

نػتا۞وإذ ٱستسقىم قد ا ن عشرة عيػ موسىم لقومول فػقلنا ٱضرب بعصاك ٱلجر فٱنفجرت منو ٱثػ ٦٠ ٱشربوا من رزق ٱلله ول تػعثػوا ف ٱلرض مفسدين و كلوا مهشربػهم أنس كل علم

“And when Moses prayed for water for his people, We said: March on to

the rock with thy staff. So there flowed from it twelve springs. Each tribe

knew their drinking-place. Eat and drink of the provisions of Allāh, and act

not corruptly, making mischief in the land.” (Q.s. al-Baqarah/2:60).65

c. merubah ular menjadi tongkat.

١٠٧ مبي ن عصاه فإذا ىي ثػعبا فألقىم

“So he threw his rod, then lo! It was serpent manifest,”(Q.s. al-

A‟rāf/7:107).66

ها فإذا ىي حيه ف ٢٠ تسعىم ة ألقىػم

“So he cast it down, and lo! It was a serpent, gliding.” (Q.s. Ṭāhā/20:20).67

d. Tangan Nabi Musa A.s. mengeluarkan cahaya.

١٠٨ ونػزع يدهۥ فإذا ىي بػيضاء للنهمظرين “And he drew forth his hand, and lo! It was white to the beholders.” (Q.s.

al-A‟rāf/7:108).68

رج بػيضاء من غري سوء ءاية أخرىم ٢٢ وٱضمم يدك إلم جناحك ت“And press thy hand to thy side, it will come out white without evi—another

sign.” (Q.s. Ṭāhā/20:22).69

4. Nabi Daud A.s.: melunakkan besi dengan tangannya.

65

Terjemah Indonesia: “Dan tatkala Musa memohon air untuk kaumnya, Kami berfirman:

Pergilah ke gunung batu dengan umat engkau. Maka mengalirlah dari sana dua belas mata air.

Tiap-tiap suku tahu akan tempat minum mereka. Makan dan minulah rezeki dari Allah, dan

janganlah berbuat jahat dengan berbuat rusak di bumi.” Maulana Muhammad Ali, The Holy

Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 29. 66

Terjemah Indonesia: “Maka ia melempar tongkatnyaa, lalu tiba-tiba itu adalah ular

yang terang.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and

Commentary, 6th ed., h. 341. 67

Terjemah Indonesia: “Maka ia melempar itu. Tiba-tiba itu adalah ular yang merayap.”

Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary,

6th ed., h. 612. 68

Terjemah Indonesia: “Dan ia mengeluarkan tangannya maka tiba-tiba itu nampak putih

bagi orang yang melihat.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English

Translation and Commentary, 6th ed., h. 341. 69

Terjemah Indonesia: “Tekankanlah tanganmu pada lambungmu, dan itu akan keluar

berwarna putih tanpa noda, sebagai tanda bukti yang lain.” Maulana Muhammad Ali, The Holy

Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 612.

Page 63: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

51

نا داوۥد بال ل منها فض ۞ولقد ءاتػيػ ر معو أوب يم وألنها لو ٱلديد ۥ وٱلطهيػ ١٠

“And certainly We gave David abundance from Us: O mountains, repeat

praises with him, and the birds, and We made the iron pliant to him.” (Q.s.

Sabā/34:10).70

ج ها خلق ظلم وٱلله ن لكم وجعل ل عل لكم م ٱلره تقيكم سرمبيل لكم وجعل ان أكنم ٱلبال ملك يتم نعمتوۥ عليكم لعلهكم تسلمون سكم كذم

٨١ وسرمبيل تقيكم أب

“And Allāh has made for you, of what he has created, shelters, and he has

given you in the mountains, places of retreat, and He has given you garment

to save you from the heat, and coats of mail to save you in your fighting.

Thus does He complete His favour to you that you may submit.” (Q.s. al-

Naḥl/16:81).71

و عة لبو وعلهمنم ن لتحصنكم لهكم س صنػ سكم مكرون أنتم فػهل أب ٨٠ شم

“And We taught him the making of coats of mail for you, to protect you in

your wars; will you then be grateful?” (Q.s. al-Anbiyā‟/21:80).72

5. Nabi Sulaiman A.s.

a. Mengendalikan angin dan jin.

ن ٱلريح ۥ عي ٱلقطر ومن ٱلن من يػعمل بػي لو وأسلنا شهر ورواحها ر غدوىا شه ولسليممهم عن أمرن نذقو من عذاب ٱلسهعري ١٢ يديو بذن ربول ومن يزغ منػ

“And (We made) the wind (sub-servient) to Solomon; it made a month‟s

journey in the evening; and We made a fountain of molten brass to flow for

him. And of the jinn there were those who worked before him by the

command of his Lord. And whoever turned aside from Our command from

70

Terjemah Indonesia: “Dan sesunggunya Kami telah memberikan kepada Daud anugerah

dari Kami: Wahai gunung-gunung ulanglah puji-pujian bersama dia, dan burung-burung, dan

besi Kami buat lunak bagi dia.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English

Translation and Commentary, 6th ed., h. 823. 71

Terjemah Indonesia: “Dan dari apa yang ia ciptakan, Ia membuat tempat berlindung

bagi kamu, dan Ia membuat gunung sebagai tempat berlindung bagi kamu, dan Ia membuat

gunung sebagai tempat pengungsian bagi kamu, dan Ia memberi pakaian kepada kamu untuk

melindungi kamu dari panas, dan baju besi untuk melindungi kamu dari panas, dan baju besi

untuk melindungi kamu untuk melindungi kamu dalam pertempuran. Demikianlah Ia

menyempurnakan nikmat-Nya kepada kamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” Maulana

Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h.

533. 72

Terjemah Indonesia: “Dan Kami mengajarkan kepadanya pembuatan baju besi untuk

kamu, untuk meindungi kamu dalam pertempuran. Apakah kamu berterima kasih?.” Maulana

Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h.

639.

Page 64: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

52

among them, We made him taste of the chastisement of burning.” (Q.s.

Sabā/34:12).73

نس وٱلطهري فػهم يوزعون ن جنودهۥ من ٱلن وٱإل ١٧ وحشر لسليمم“And his hosts of the jinn and the birds were gathered to Solomon, and they

were formed into groups.” (Q.s. al-Naml/27:17).74

b. Berbicara dengan hewan.

ل حتهم إذا أتػوا علىم واد ٱلنهمل يػها ة قالت ن ن يم طمنهكم سليمم كنكم ل ي ٱلنهمل ٱدخلوا مسم١٨ وجنودهۥ وىم ل يشعرون

“Until when they came to the valley of the Naml, a Namlite said: O Naml,

enter your houses, (lest) Solomon and his hosts crush you, while they know

not.” (Q.s. al-Naml/27:18).75

6. Nabi Yunus A.s.dibuang ke laut dan dimakan ikan.

ت أن له إلمو إله أنت فػنادىم عليو نػهقدر لهن أن فظنه اب مغمض وذا ٱلنون إذ ذهىب ف ٱلظلممنك إن كنت من ٱلظهملمي لك ن ٨٧ سبحم و من ٱلغم وكذم نم نا لوۥ وجنهيػ ٨٨ جي ٱلمؤمني فٱستجبػ

“And Dhu-l-Nūn, when he went away in wrath, and he thought that We

would not straiten him, so he called out among afflictions: There is no God

but Thou, glory be to Thee! Surely I am of the sufferers of loss.” (Q.s. al-

Anbiyā‟/21:87-88).76

73

Terjemah Indonesia: “Dan (Kami membuat) angin (sebagai pelayan) bagi Sulaiman;itu

(angin) membuat perjalanan sebulan di waktu pagi dan perjalanan di waktu sore; dan Kami

mengalirkan sumber cairan tembaga kepadanya. Dan di antara jin ada yang bekerja di hadapan

dia dengan izin Tuhannya. Dan barang siapa di antara mereka berpaling dari perintah Kami,

Kami akan membuat dia merasakan siksaan yang menghanguskan.” Maulana Muhammad Ali,

The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 824. 74

Terjemah Indonesia: “Dan dihimpun ke hadapan Sulaiman balatentaranya (yang terdiri)

dari jin dan manusia dan burung, dan mereka dibentuk menjadi beberapa golongan.” Maulana

Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h.

730. 75

Terjemah Indonesia: “Sampai tatkala mereka tiba kembali di lembah Naml, orang Naml

berkata: Wahai Naml, masuklah dalam rumah kamu, agar kamu tak dihancurkan oleh Sulaiman

dan balatentaranya sedangkan mereka tak merasa.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an

arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 731. 76

Terjemah Indonesia: “Dan Dzun-Nun, tatkala ia pergi dengan marah, dan ia mengira

bahwa Kami tak menyempitkan dia, maka ia menyeru di tengah-tengah kemalangan, (Ucapnya):

Tak ada Tuhan selain Engkau, Maha-suci Engkau! Sesungguhnya aku adalah golongan orang

yang lalim.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and

Commentary, 6th ed., h. 640.

Page 65: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

53

تػقمو ٱلوت وىو فٱل ١٤١ ان من ٱلمدحضي فساىم فك ١٤٠ إذ أبق إل ٱلفلك ٱلمشحون

عثون ١٤٣ فػلول أنهوۥ كان من ٱلمسبحي ١٤٢ م ملي ١٤٤ للبث ف بطنول إلم يػوم يػبػ[140] “When he fled to the laden ship,”

[141] “So he shared with others but was of those cast away.”

[142] “So the fish took him into its mouth while he was blamable.”

[143] “But had he not been of those who glorify (Us).”

[144] “He would have tarried in its belly till the day when they are raised.”

(Q.s. al-Ṣāffāt/37:140-144).77

٤٨ م إذ ندىم وىو مكظو فٱصب لكم ربك ول تكن كصاحب ٱلوت

“So wait patienly for the judgment of thy Lord, and be not like the

Companion of the fish, when he cried while he was in distress.” (Q.s. al-

Qalam/68:48).78

7. Nabi Isa A.s.

a. Nabi Isa A.s. membuat burung dari tanah liat dan meniupkan roh

kepadanya kemudian hiduplah burung tersebut.

b. Nabi Isa A.s. menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan

menyembuhkan penyakit kusta.

c. Nabi Isa A.s. dapat menghidupkan orang mati.

تكم ب إلم بن إسرمءيل ورسول رهبكم من ة اي أن قد جئػ ن لكم أخلق أن ة ٱلطهري ٱلطي كهي مرص وأحي ٱلموتىم بذن وأبرئ ٱلكمو وٱلبػ ا بذن ٱلله ر وأنػبئكم با فأنفخ فيو فػيكون طيػ ٱلله

كلون وما تدهخرون ف بػيوت لك لي ت ٤٩ مؤمني كنتم إن لهكم ة كم إنه ف ذم

“And (make him) a messenger to the Children of Israel (saying): I have

come to you with a sign from your Lord, that I determine for you out of dust

the form of a bird, then I breathe into it and it becomes a bird with Allāh‟s

permission, and i heal the blind and the leprous, and bring the dead to life

77

Terjemah Indonesia: [140] “Tatkala ia lari ke kapal penuh muatan.” [141] “Maka ia

mengambil bagian dengan orang-orang lain, tetapi ia termasuk orang yang dilemparkan.” [142]

“Maka sekiranya ia tak tergolong orang yang memahasucikan (Kami),” [144] “Niscaya ia akan

tinggal di perutnya sampai hari tatkaa mereka dibangkitkan.” Maulana Muhammad Ali, The

Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 863. 78

Terjemah Indonesia: “Maka nantikanlah keputusan Tuhan dikau dengan sabar, dan

jangalah engkau seperti Kawannya ikan, tatkala ia berseru selagi ia dalam kesengsaraan.”

Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary,

6th ed., h. 1090.

Page 66: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

54

with Allāh‟s permission; and I inform you should store in your houses.

Surely there is a sign in this for you, if you are believers.” (Q.s. Ali

‟Imrān/3:49).79

8. Nabi Muhammad Saw.

a. Allah mengirim bala bantuan 1000 malaikat ketika perang Badar.

ن ف لكم أن مدكم أبل إذ تستغيثون ربهكم فٱستجاب ئكة مردفي م ٩ ٱلملم“When you shought the aid of your Lord, so He answered you: I will assist

you with a thousand of the angels following one another.” (Q.s. al-

Anfāl/8:9).80

ثة ءالم م إذ تػقول للمؤمني ألن يكفيكم أن يدهك ن ف ربكم بثػلم ئكة منزلي م ١٢٤ ٱلملم

“Yea, if you are steadfast and keep your duty, and they come upon you in a

headlong manner, your Lord will assist you with five thousand of havoc-

making angels.” (Q.s. Ali Imrān/3:124).81

ن اف طر ليػقطع ١٢٧ ٱلهذين كفروا أو يكبتػهم فػينقلبوا خائبي م

“That He many cut off a part of those who disbelieve or abase them so that

they should return in failure.” (Q.s. Ali Imrān/3:127).82

b. Allah menutup mata orang kafir sehingga tidak bisa melihat Nabi

Muhammad Saw. keluar dari rumahnya, padahal sudah mengepung

rumah beliau dan bermaksud untuk membunuhnya.

79

Terjemah Indonesia: “Dan Ia (membuat dia) sebagai Utusan kepada kaum Bani Israil,

(ucapnya): Aku datang kepada kamu dengan tanda bukti dan Tuhan kamu, yakni aku menjadikan

untuk kamu dari tanah sebuah bentuk burung, lalu aku tiup ke dalamnya, maka jadilah itu burung

dengan izin Allah; dan aku menyembuhkan orang buta dan orang sakit lepra, dan aku

menghidupkan orang mati dengan izin Allah; dan aku beritahukan kepada kamu apa yang kamu

makan dari apa yang kamu simpan dam ruah kamu. Sesungguhnya ini adalah tanda bukti bagi

kamu, jika kamu mukmin.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English

Translation and Commentary, 6th ed., h. 144-145. 80

Terjemah Indonesia: “Tatkala kamu mohon bantuan kepada Tuhan kamu, lalu ia

mengabulkan (permohonan) kamu. Sesugguhnya aku akan membantu kamu dengan seribu

malaikat beruntun-runtun.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English

Translation and Commentary, 6th ed., h. 366. 81

“Tatkala engkau berkata kepada kaum mukmin: Apakah belum cukup bagi kamu bahwa Tuhan

kamu membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan?” Maulana Muhammad Ali,

The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 164. 82

Terjemah Indonesia: “Agar Ia memotong sebagian kaum kafir, atau menghinakan

mereka, sehingga mereka pulang dengan tangan hampa.” Maulana Muhammad Ali, The Holy

Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 165.

Page 67: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

55

هم اسد خلفهم ومن امن بػي أيديهم سد وجعلنا نم ٩ يػبصرون ل فػهم فأغشيػ“And We have set a barrier before them and a barrier behind them, thus We

have covered them, so that they see not.” (Q.s. Yāsīn/36:9).83

c. Nabi Muhammad dimintai oleh orang kafir untuk membelah bulan.

تػربت ٱلسهاعة وٱنشقه ٱلقمر ٢ مستمر سحر ويػقولوا يػعرضوا ة يػروا ءاي وإن ١ ٱقػ[1] “The hour drew nigh and the monn was rent asunder.”

[2] “And if they see sign, they turn away and say: Strong enchantment.”

(Q.s. al-Qamar/54:1-2).84

d. Nabi Muhammad melakukan perjalanan Isrā‟ dan Mi„rāj.

ن ٱله ن ل ذي أسرىم بعبدهل لي سبحم ٱلمسجد ٱلرام إل ٱلمسجد ٱلقصا ٱلهذي بمركنا حولوۥ م

إنهوۥ ىو ٱلسهميع ٱلبصري ١ لنريوۥ من ءايمتنا

“Glory to Him Who carried His servant by night from the Sacred Mosque to

the Remote Mosque, whose precincts We blessed, that We might show him

of Our signs! Surely He is the Hearing, the Seeing.” (Q.s. al-Isrā‟/17:1).85

83

Terjemah Indoesia: “Dan kami memasang satu tabir di depan mereka dan satu tabir

(lagi) di belakang mereka, dengan demikian Kami menutup mereka sehingga mereka tidak bisa

melihat.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and

Commentary, 6th ed., h. 842. 84

Terjemah Indonesia: [1] “Sa‟ah sudah dekatdan bulan terbelah.” [2] “Dan jika mereka

melihat tanda bukti, mereka berpaling dan berkata: Sihir yang kuat.” Maulana Muhammad Ali,

The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and Commentary, 6th ed., h. 1007. 85

Terjemah Indonesia: “Maha-suci Dia yang menjalankan hamba-Nya pada malam hari

dari Masjid Suci ke Masjid yang jauh, yang sekelilingnya Kami berkahi, agar Kami perlihatkan

kepadanya sebagian pertanda Kami. Sesungguhnya Dia itu Yang Maha-mendengar, Yang Maha-

melihat.” Maulana Muhammad Ali, The Holy Qur‟an arabic Text, English Translation and

Commentary, 6th ed., h. 544.

Page 68: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

56

BAB IV

ANALISIS PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG

MUKJIZAT PARA NABI DALAM QUR’AN SUCI TERJEMAH DAN

TAFSIR

A. Penafsiran Maulana Muhammad Ali Tentang Mukjizat Para Nabi dalam

Al-Qur’an

1. Mukjizat Nabi Shaleh A.s. mempunyai unta yang keluar dari batu besar.

لوإلى اح ثودأخاىمصىۥ يىقومقال ره نإلىوغيػ منة قدجاءتكمبػينٱعبدواٱللهمالكمم

ذهرهبكم ٱللهىى نقة ءايۦ كلفذروىاة لكمٱللهأرضفت ول بس خذكمءوتسوىا

فػيأ

ألي ٧٣ م عذاب

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh.

Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan

bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu

dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka

biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya

dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan

yang pedih.” (Q.s. al-A‟rāf/7:73).

ذهۦنقةٱللهويىقوم كلفذروىاة لكمءايىىخذكمءولتسوىابسو ٱللهأرضفت

فػيأ

٦٤ قريب عذاب

“Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang

menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi

Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang

akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat" (Q.s. Hūd/11:64).

Maulana Muhammad Ali menyebutkan bahwa Kabilah Tsamud dalam al-

Qur‟an seringkali disandingkan dengan Kabilah ‟Ad. Meskipun dalam al-Qur‟an

sering disebutkan bersama, namun terpaut jauh, secara tempat dan waktunya.

Kabilah Tsamud terkenal sebagai cicit Aram, cucu Nabi Nuh A.s. Jejak-jejak

sejarahnya dapat ditemukan dalam Ptolemy. Kabilah ini mengalami masa

kejayaan selama dua ratus tahun lebih, sesudah Kabilah ‟Ad, dan menempati

daerah yang terkenal dengan nama al-Hijr (Q.s. al-Ḥijr/15:80), dan tanah datarnya

Page 69: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

57

dengan nama Wad al-Qurā yaitu batas daerah sebelah selatan Syiria dan sebelah

utara jazirah Arab.1

Maulana Muhammad Ali berkomentar tentang ayat yang menjelaskan

mukjizat Nabi Shaleh A.s. bahwa dalam al-Qur‟an maupun hadis tidak disebutkan

unta betina yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Shaleh A.s. itu merupakan

unta yang indah dan besar. Dikatakan unta betina karena unta tersebut diberikan

oleh Allah kepada Nabi Shaleh A.s. sebagai bukti atas kebenaran risalah yang

dibawanya. Tapi orang-orang tersebut malah menyembelihnya karena tidak mau

menerima kebenaran yang datang dari Nabi Shaleh A.s.

Maulana Muhammad Ali memberikan catatan bahwa pemberian unta

betina sebagai barang bukti bukanlah hal yang aneh. Bangunan kasar yang disebut

Ka‟bah pun menjadi barang bukti kepada manusia seluruh dunia, sehingga

barangsiapa yang mencoba merusaknnya pasti ia akan binasa.

2. Mukjizat Nabi Ibrahim A.s. dibakar di atas api dan tidak terbakar.

كنتمفىعلي كونبػرقػلنا ٦٨ قالواحرقوهوٱنصرواءالتكمإن ااد يىنار رىىيمعلىىوسلىم إبػ٦٩

68. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika

kamu benar-benar hendak bertindak"

69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi

keselamatanlah bagi Ibrahim." (Q.s. al-Anbiyā‟/21:68-69).

تػنحتون ما أتػعبدون تػعملون ٩٥ قال وما لوۥ ٩٦ وٱللهخلقكم نوا ٱبػ يىقالوا ففألقوهان بػنػ

هماد كيفأرادوابوۦ٧٩ ٱلحيم ٩٨ٱلسفليفجعلنى95. Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu

pahat itu

96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat

itu"

97. Mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar)

Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu"

98. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan

mereka orang-orang yang hina” (Q.s. al-Ṣāffāt/37:95-98).

1 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun (Jakarta: Darul

Kutubil Islamiyah, 2006), h. 477

Page 70: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

58

منٱلنهار تػلوهأوحرقوهفأجنىىوٱلله إلهأنقالواٱقػ كانجوابقػوموۦ لكليىفما تإنهفذىا ٢٤ يػؤمنونلقوم ندونٱللهوقالإنه يػومفبػينكممهودهةان أوثىٱتهذتم ثه يا نػ ةٱلد ٱليػوى

مة وىىكمابػعض بػعضكمويػلعنضيكفربػعضكمببػعٱلقيىننهىصرينومأ ٢٥ ٱلنهارومالكمم

وقالط لوامنلوۥ ۞ف إلىمهاجر إن ٢٦ ۥىوٱلعزيزٱلكيمإنهورب 24. Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan:

"Bunuhlah atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman”

25. Dan berkata Ibrahim: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu

sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di

antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat

sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian

kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah

neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun”

26. Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim:

"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan)

Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana” (Q.s. al-Ankabūt/29:24-26).

Dalam kitab-kitab tafsir banyak menerangkan tentang detail dibakarnya

Nabi Ibrahim A.s. tetapi dari keterangan tafsir yang dapat dipercaya tidak

membenarkan dongengan ini. Dalam al-Qur‟an tidak dijelaskan bahwa Nabi

Ibrahim A.s. benar-benar dimasukkan ke dalam api, memang benar musuh-musuh

Nabi Ibrahim A.s. memutuskan beliau untuk dibunuh dengan cara dibakar seperti

yang dijelaskan dalam Q.s. al-Anbiyā‟/21:68-69. Tetapi dalam Q.s. al-

Anbiyā‟/21:70 dan Q.s. al-Ṣāffāt/37:98 hanya diterangkan kegagalan mereka

dalam rencana tersebut “membuat mereka menderita dan rugi” dan “kami jadikan

mereka dibawah”.2

Dalam keterangan Q.s. al-Ankabūt/29:24 Allah menyelamatkan Nabi

Ibrahim A.s. dari api, tapi tidak dijelaskan secara detail apakah diselamatkan

sesudah masuk dalam kobaran api atau sebelumnya. Sedangkan yang dijelaskan

dalam Q.s. al-Anbiyā‟/21:71 justru menjelaskan bahwa diselamatkannya beliau

dari pembakaran itu dengan perginya beliau ke negeri lain. Hal ini sama seperti

2 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 915-916.

Page 71: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

59

hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. saat diganggu oleh kafir

Makkah.3

3. Mukjizat Nabi Musa A.s.

a. membelah lautan

فٱنفلق أنٱضرببعصاكٱلبحر موسىى ناإلى كلفرفأوحيػ ٦٣ ٱلطهودٱلعظيمكقفكان “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan

tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah

seperti gunung yang besar” (Q.s. al-Syu‟arā‟/26:63)

أنأسربعباديفٱضرب موسىى ناإلى تىفلهاس يػبٱلبحرفاق لمطريولقدأوحيػشولادرك ٧٧ ىىت

“Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu

dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk

mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul

dan tidak usah takut (akan tenggelam)" (Q.s. Ṭāhā/20:77).

b. mengetuk tongkat di tanah dan mengeuarkan air.

نػتا فٱنفجرتمنوٱثػ لقوموۦفػقلناٱضرببعصاكٱلجر موسىى ن عشرةعيػ۞وإذٱستسقىىقدا

ولتػعثػوافٱلرضمفسدينٱشربوامنوكلوامهشربػهم أنسكلعلم ٦٠ رزقٱلله “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami

berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah

daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui

tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang

diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan

berbuat kerusakan” (Q.s. al-Baqarah/2:60).

Menurutnya kalimat iḍrib bi‟aṣāka al-baḥra sama dengan iḍrib bi‟aṣāka al-

hajar. Jadi iḍrib bi‟aṣāka al-hajar mempunyai dua makna: Pertama, pukullah

batu dengan tongkatmu, Kedua, berjalanlah, pergilah, bergegaslah ke gunung

batu dengan umatmu. Sebenarnya Ḍaraba (ضرب) mempunyai banyak alternatif

makna lain selain memukul, seperti melempar. Berjalan, pergi ke tempat lain,

mengemukakan perumpamaan, dan masih banyak lagi. 4

3 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 916.

4 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 43.

Page 72: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

60

Dalam ayat yang lain (Q.s. al-Baqarah/2:50), Maulana Muhammad Ali

menerangkan dalam tafsirannya nomor 82 bahwa al-Qur‟an tidak menerangkan

secara jelas bagaimana Bani Isra‟il menyeberangin atau bagaimana lautan itu

dibelah. Ia mengutip penjelasan dalam Bibel bahwa laut yang dimaksud adalah

Laut Merah ujung Utara: “Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan

semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur

yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.”

(Kitab Keluaran 14:21), dengan demikian sangat dimungkinkan bagi Bani Isra‟il

untuk melintasi laut tersebut karena dalam keadaan kering tidak ada air. Menurut

keterangan lain pada saat Bani Isra‟il menyeberang laut dalam keadaan surut

sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menyeberang, dan ketika Fir‟aun dan

pengikutnya menyeberang justru laut itu seketika menjadi pasang dan

menenggelamkan Fir‟aun dan pengikutnya.5 Di tempat yang lain al-Qur‟an

menjelaskan bahwa Nabi Musa bersama para pengikutnya berjalan di malam hari

dan menemukan jalan yang kering di lautan.6

c. Merubah ular menjadi tongkat.

١٠٧ مبي ن عصاهفإذاىيثػعبافألقىى

“Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu

menjadi ular yang sebenarnya” (Q.s. al-A‟rāf/7:107).

d. Tangan Nabi Musa A.s. mengeluarkan cahaya.

للنهىظرين ١٠٨ ونػزعيدهۥفإذاىيبػيضاء “Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi

putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya” (Q.s. al-

A‟rāf/7:108).

Maulana Muhammad Ali dalam menafsirkan ayat ini mengutip Bible dan

menemukan adanya kekurangan dalam keterangan Bible dalam menjelaskan dua

mukjizat ini (tongkat dan tangan cahaya), bahwa disebutkan dalam Bible kitab

Keluaran pasal 4 diterangkan dengan sangat jelas bahwa Nabi Musa A.s.

diberikan dua tanda bukti; tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang

5 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 38.

6 Lihat Q.s. Ṭāhā/20: 77.

Page 73: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

61

dimasukkan ke dalam baju di depan dada menjadi putih. Begitu juga yang

disebutkan dalam kitab Keluaran 4:8 diterangkan dengan jelas bahwa Nabi Musa

A.s. diperintahkan untuk memperlihatkan dua tanda tersebut. Namun jika melihat

ayat 7 hanya menerangkan tanda bukti tentang tongkat saja, tidak dengan tangan

bercahaya.7

Kemudian Maulana Muhammad Ali mempertimbangkan tentang dua

mukjizat ini, bahwa tongkat yang dibawa oleh Nabi Musa A.s. merupakan tongkat

biasa, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat lain dalam al-Qur‟an (Q.s.

Ṭāhā/20:18).8 Dalam al-Qur‟an tidak ada ayat yang menjelaskan secara jelas

bahwa ketika tongkat itu dilempar menjadi ular, bahkan ketika kaumnya, Bani

Isra‟il dalam keadaan bahaya pun ia tongkat tersebut tidak digunakan. Tongkat

tersebut digunakan pada dua tempat saja: (1) ketika Nabi Musa A.s. wawancara

dengan Tuhannya sebelum pergi ke Fir‟aun, (2) ketika Nabi Musa A.s.

menghadap Fir‟aun untuk yang pertama kalinya yaitu ketika Fir‟aun meminta

bantuan kepada tukang sihir.9

Ketika tongkat tersebut menjadi ular, hal itu memang disaksikan oleh Nabi

Musa A.s. sendiri. Karena pada saat itu Nabi Musa A.s. dalam keadaan kasyaf;

suatu keadaan dimana orang dipindah ke alam rohani. Keadaan inilah yang sering

dialami oleh para nabi dan orang-orang yang tulus pada waktu mereka menerima

wahyu Ilahi. Pada saat masuk ke alam tersebut memang mereka tidak tidur, tapi

mereka yakin bahwa jiwa mereka membubung tinggi keluar batas wilayah fisik,

sehingga bisa melihat apa yang mata biasa tidak bisa melihatnya, dan mendengar

apa yang telinga biasa tidak biasa mendengarnya. Tapi terkadang pengaruh kasyaf

itu begitu kuat, sehingga membuat orang-orang yang ada disekitarnya ikut

terpengaruh juga, seperti para penyihir yang melihat tongkat Nabi Musa A.s.

menjadi ular. Namun demikian, tujuan utama dari mukjizat tersebut adalah bukan

untuk pertunjukan. Mukjizat mengisyaratkan sesuatu yang agung; sebuah kiasan

7 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 487.

8غنميولفيهام باعلىى هاوأىش ؤاعليػ ١٨ اربأخر ى قالىيعصايأتػوكه

“Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun)

dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya" (Q.s.

Ṭāhā/20:22) 9 Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 487.

Page 74: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

62

dimana tongkat diibaratkan sebagai umatnya Nabi Musa A.s. yang akan

mengalahkan musuh-musuhnya. Sedangkan tangan Nabi Musa A.s. yang menjadi

putih mengisyaratkan bahwa dalil yang dibawa Nabi Musa A.s akan memancar

sinar yang terang.10

هافإذاىيحيهف ٢٠ تسعىىة ألقىػى “Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular

yang merayap dengan cepat” (Q.s. Ṭāhā/20:20)

رجبػيضاءمنغيسوءءاية أخر ىوٱضمميدك جناحكت ٢٢ إلى“Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih

cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula)” (Q.s.

Ṭāhā/20:22).

Seperti penafsiran Maulana Muhammad Ali pada Surah al-A‟rāf/7:107

dimana ketika Nabi Musa mengalami hal itu (mukjizat merubah tongkat menjadi

ular), ia berada pada keadaan—Maulana Muhammad Ali menyebutkannya dengan

istilah istimewa—yang hanya dialami oleh para penerima wahyu. Dua peristiwa

luar biasa itu (merubah tongkat menjadi ular dan tangan bercahaya) menunjukkan

sesuatu peristiwa yang dalam, Maulana Muhammad Ali mengutip ayat 23 dimana

dalam ayat tersebut terjemahannya “Agar Kami perlihatkan kepada engkau

sebagai tanda bukti Kami yang besar.” Maulana Muhammad Ali mengatakan

bahwa kata „aṣā artinya umat sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir nomor 96.

Jadi berubahnya tongkat tersebut menjadi ular dan merayap itu menunjukkan

bahwa umatnya Nabi Musa yang awalnya terkekang kaku oleh Fir‟aun akan bebas

bergerak.11

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kalimat yadun bayḍā‟ juga memiliki

arti yang dalam; kiasan. Secara harfiah kalimat tersebut mempunyai makna

„tangan yang putih‟ dan juga mengandung arti dalil yang terang-benderang, bukti

atau bukti yang ditunjukkan dan hujjah, mengutip kamus Lexicon. Kemudian arti

dalam yang menurut versinya Maulana Muhammad Ali adalah „hujjah Nabi Musa

A.s. akan menang.12

e. Nabi Daud A.s. melunakkan besi dengan tangannya.

10

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 487-488. 11

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 879. 12

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 879.

Page 75: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

63

ناداوۥد بال ل منهافض۞ولقدءاتػيػ رمعوأوبيى وألنهالوٱلديدۥوٱلطهيػ ١٠

“Dan sesunggunya Kami telah memberikan kepada Daud anugerah dari Kami:

Wahai gunung-gunung ulanglah puji-pujian bersama dia, dan burung-burung,

dan besi Kami buat lunak bagi dia.” (Q.s. Sabā/34:10).

Maulana Muhammad Ali memberikan tiga makna alternatif pada kata

awwaba; (1) makna aslinya adalah kembali, (2) jika diterapkan kepada para

manusia maka berarti bepergian di siang hari. Untuk makna pertama dan kedua

merujuk pada Kamus Lexicon. (3) Jika kata tersebut digunakan untuk sindiran

maka bermakna „kembali dari kondisi durhaka menuju kepatuhan‟ atau

„mengulang puji-pujian kepada Allah‟. Para mufasir berpendapat bahwa gunung-

gunung mengulang-ulang pujian kepada Allah, memahasucikan Allah. Tetapi

melihat kalimat setelahnya menyinggung masalah burung-burung mengiringi

tentara yang menang, seperti yang dijelaskan dalam tafsir nomor 1387.13

Selain

itu juga disebutkan juga masalah besi, ini menunjukan kemenangan Nabi Daud

A.s. Maka dari itu maksud dari gunung-gunung yang menyanyikan pujian adalah

orang-orang yang bertempat tinggal di gunung ditaklukan oleh Nabi Daud. Kata

Jibāl bermakna orang yang perkasa seperti penjelasan dalam tafsir nomor 1604,14

orang perkasa tersebut kemudian diperintah Nabi Daud A.s. untuk membantunya

menaklukan musuh. Maksud besi dibuat lunak oleh Nabi Daud adalah banyak

sekali besi yang digunakan beliau dalam pertempuran, begitu juga baju rantai

yang dijelaskan dalam ayat berikutnya.15

هاخلقظلىوٱللهج نلكموجعلل عللكمم تقيكمسرىبيللكموجعلان أكنىٱلبالم ٱلرهلكيتمنعمتوۥعليكملعلهكمتسلمون كذى سكم

٨١ وسرىبيلتقيكمب

“Dan dari apa yang ia ciptakan, Ia membuat tempat berlindung bagi kamu,

dan Ia membuat gunung sebagai tempat berlindung bagi kamu, dan Ia

membuat gunung sebagai tempat pengungsian bagi kamu, dan Ia memberi

13

Banyak sya‟ir Arab yang menjelaskan bahwa burung menjadi pengiring kemenangan

tentara karena untuk memakan bangkai pasukan yang kalah. Lihat Maulana Muhammad Ali,

Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 764. 14

kata jabāl berarti gunung juga bisa berarti kepala atau pemimpin rakyat menurut Kamus

Lexicon. Keterangan ini ada dalam Surah Ṭāhā/20: 105 yang menjelaskan kata jibāl dalam ayat

tersebut bermakna „pemimpin rakyat‟. Lihat Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah &

Tafsir, H.M. Bachrun, h. 894. 15

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1186.

Page 76: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

64

pakaian kepada kamu untuk melindungi kamu dari panas, dan baju besi

untuk melindungi kamu dari panas, dan baju besi untuk melindungi kamu

untuk melindungi kamu dalam pertempuran. Demikianlah Ia

menyempurnakan nikmat-Nya kepada kamu agar kamu berserah diri

(kepada-Nya).” (Q.s. al-Naḥl/16:81).

Di sini hanya disebutkan untuk melindungi diri dari panas saja, tidak

disebutkan untuk dingin. Hal ini menurut Maulana Muhammad Ali jika dua hal

yang berlawanan disebutkan salah satunya saja maka satunya sudah terwakilkan,

karena mencakup yang lain. Begitu juga menurut Imam Zajjaj bahwa melindungi

dari dingin, kalimat akhirnya (melindungi dari dingin) dihilangkan.16

و عةلبووعلهمنى ن لتحصنكملهكمسصنػ سكم مكرونأنتمفػهلب ٨٠ شى

“Dan Kami mengajarkan kepadanya pembuatan baju besi untuk kamu, untuk

meindungi kamu dalam pertempuran. Apakah kamu berterima kasih?.” (Q.s. al-

Anbiyā‟/21:80).

Menurut Maulana Muhammad Ali ayat ini menerangkan bahwa pada zaman dahulu

orang tidak mengerti pembuatan baju zirah. Ayat ini hanya menerangkan bahwa karena

Nabi Daud A.s. maka pasukan Bani Isra‟il harus dilengkapi sebaik mungkin untuk

mendukung kemenangan pasukan Nabi Daud A.s. Lihat tafsir nomor 202317

dan 2024.18

f. Nabi Sulaiman

a. Mengendalikan angin dan jin.

نسوٱلطهيفػهميوزعون نجنودهۥمنٱلنوٱل ١٧ وحشرلسليمى “Dan dihimpun ke hadapan Sulaiman balatentaranya (yang terdiri) dari

jin dan manusia dan burung, dan mereka dibentuk menjadi beberapa

golongan.” (Q.s. al-Naml/27:17).

Dalam menafsirakan ayat ini Maulana Muhammad Ali berpendapat bahwa dalam

ayat tersebut balatentara Nabi Sulaiman A.s. terbagi menjadi tiga golongan; (1)

Jin, (2) manusia dan (3) ṭā‟ir. Adapun terkait pasukan jin sudah diterangkan

dalam tafsir nomor 1647,19

yaitu merekalah kabilah pegunungan yang sudah

16

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 765. 17

Besi dibuat lunak oleh Nabi Daud karena saking banyaknya besi yang digunakan

kebutuhan beliau saat berperang. Lihat Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir,

H.M. Bachrun, h. 1186. 18

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 918. 19

Dalam ayat lain (Q.s. Ṣad/38:31-33) Nabi Sulaiman memperkerjakan orang yang telah

ditaklukkan untuk bekerja sebagai penyelam dan membangun gedung. Maulana Muhammad Ali

merujuk Kamus Lexicon bahwa kata syaiṭān artinya orang yang sombong, memberontak dan

Page 77: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

65

ditaklukan oleh Nabi Sulaiman A.s. Kemudian yang dimaksud ṭā‟ir adalah

pasukan kavaleri, karena kata ṭā‟ir itu maknanya bisa berarti burung juga bisa

berarti kuda. Menurutnya digabungnya tiga macam pasukan kemudian dibagi

beberapa golongan ini menunjukan bahwa ketiga-tiganya adalah pasukan

manusia. Kata ṭā‟ir (طائر) dan ṭayr (طي) berasal dari kata ṭāra (طار) yang diartikan

terbang. Kata ṭā‟ir bukan hanya digunakan untuk hewan yang mempunyai sayap

saja, bisa juga untuk hewan yang tidak mempunyai sayap yang larinya sangat

cepat seperti kuda. Maka dari itu kata ṭayyār (طيار) yang merupakan bentuk

intensif (ṣīghāt mubālaghah) dari kata ṭā‟ir jika tersendiri maka artinya kuda yang

galak dan cekatan yang hampir terbang karena terlalu kencang larinya, Maulana

Muhammad Ali merujuk pada Kamus Tāj al-‟Arūs dan Lexicon. Kemudian dalam

Kamus Lexicon juga dijelaskan bahwa ṭayyār bisa juga berarti sekumpulan orang.

Dari beberapa rujukan dan penjelasan Maulana Muhammad Ali terkait kata ṭā‟ir

bukanlah menunjukan arti burung, melainkan kavaleri kuda. Hal ini dikuatkan

bahwa Nabi Sulaiman menyukai kuda seperti yang tertera dalam Surah Ṣad/38:31-

33.20

Namun Maulana Muhammad Ali juga menambahkan bahwa bisa juga

diartikan burung secara harfiah, mengingat burung juga sangat dibutuhkan untuk

membantu gerakan militer dalam pertempuran.21

نٱلريحغ ولسليمى ومنٱلنمنيػعملبػي ٱلقطر وأسلنالوۥعي ورواحهاشهر دوىاشهر همعنأمرننذقومنعذابٱلسهعي ومنيزغمنػ ١٢ يديوبذنربوۦ

“Dan (Kami membuat) angin (sebagai pelayan) bagi Sulaiman;itu (angin)

membuat perjalanan sebulan di waktu pagi dan perjalanan di waktu sore;

dan Kami mengalirkan sumber cairan tembaga kepadanya. Dan di antara

lancang, baik itu manusia, jin atau binatang. Lihat Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah

& Tafsir, H.M. Bachrun, h. 919

فنىتٱلياد 20 ٱلصهى بٱلعشي ٣١ إذعرضعليو أحبػبتحبه تػوارتبٱلجابفػقالإن حتهى عنذكررب ٣٢ ٱلي ردوىاعليه ابٱلسوقوٱلعناق ٣٣ فطفقمسح

31. (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan

cepat waktu berlari pada waktu sore

32. maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda)

sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan"

33. "Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku". Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu (Q.s.

Ṣad/38:31-33). 21

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1054.

Page 78: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

66

jin ada yang bekerja di hadapan dia dengan izin Tuhannya. Dan barang

siapa di antara mereka berpaling dari perintah Kami, Kami akan membuat

dia merasakan siksaan yang menghanguskan.” (Q.s. Sabā/34:12).

Dalam penafsirannya Maulana Muhammad Ali yang nomor 1646 dijelaskan

bahwa kapal Nabi Sulaiman yang menjalani perjalanan satu bulan lamanya bisa

ditempuh menjadi satu hari jika mendapatkan angin yang bagus, ia merujuk pada

Bible Kitab Raja-raja I, 9:26. Dalam Kamus Lexicon dijelaskan bahwa kata rīḥun

bisa berarti kekuasaan, pemerintahan atau jajahan. Dengan demikian, maka

maksudnya adalah terbentangnya wilayah kerajaan Nabi Sulaiman yang begitu

luas sehingga untuk mengelilinya butuh waktu berbulan-bulan.22

Kemudian jin-jin tersebut tidak lain adalah orang-orang yang ditaklukkan

oleh Nabi Sulaiman dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan. Ia merujuk dalam

Kitab Tawarikh II, 2:2-18: “Dan Solomon mengerahkan tujuh puluh ribu kuli,

delapan puluh ribu tukang pahat di pegunungan dan tiga ribu enam ratus mandor

untuk mengawasi mereka”. Dalam Surah Ṣad/38:37 juga diterangkan bahwa Nabi

Sulaiman menaklukkan setan-setan yang tidak lain mereka adalah ahli menyelam

dan membuat bangunan. Dalam kitab jilid satu yang menerangkan hal Himāsah,

Tabrizi menjelaskan tentang pepatah Arab yang menerangkan bahwa jinnya telah

pergi manakala mereka menjadi lemah dan hina.23

b. Berbicara dengan hewan.

يػهاٱلنهملٱدخل لة يىوادٱلنهملقالتن إذاأتػواعلىى نحتهى طمنهكمسليمى كنكملي وامسى

١٨ وجنودهۥوىمليشعرون

“Sampai tatkala mereka tiba kembali di lembah Naml, orang Naml berkata: Wahai

Naml, masuklah dalam rumah kamu, agar kamu tak dihancurkan oleh Sulaiman

dan balatentaranya sedangkan mereka tak merasa.” (Q.s. al-Naml/27:18).

Maulana Muhammad Ali berpendapatb bawha kesalahan yang sering terjadi

pada dongeng-dongeng tentang Nabi Sulaiman adalah salah paham tentang makna

naml. Ia mengutip Kamus Tāj al-‟Arūs bahwa wāḍ al-naml adalah nama lembah

di antara Jibrin dan „Asqalan. Sedangkan kata Namlatun adalah nama suatu

kabilah, sama seperti halnya nama Mā‟azin yang makna aslinya adalah telur

semut. Dalam Tāj al-‟Arūs juga dijelaskan bahwa naml berarti orang yang pandai,

22

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h 1187 23

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1188.

Page 79: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

67

begitu juga keterangan Namlah adalah nama suatu kabilah, dijelaskan dibawah

kata barq kamus menulis abriqah termasuk perairan Namlah.24

g. Nabi Yunus dibuang ke laut dan dimakan ikan.

عليو أنلهننػهقدر فظنه ضب ا إذذهىبمغى ٱلنون إلهأنتوذا تأنلهإلىو فٱلظلمى فػناد ىكنتمنٱلظهىلمي نكإن لكن ٨٧ سبحى وكذى ومنٱلغم نى نالوۥوجنهيػ ٨٨ جيٱلمؤمني فٱستجبػ

“Dan Dzun-Nun, tatkala ia pergi dengan marah, dan ia mengira bahwa

Kami tak menyempitkan dia, maka ia menyeru di tengah-tengah

kemalangan, (Ucapnya): Tak ada Tuhan selain Engkau, Maha-suci Engkau!

Sesungguhnya aku adalah golongan orang yang lalim.” (Q.s. al-

Anbiyā‟/21:87-88).

Maulana Muhammad Ali berpendapat bahwa Dhū al-Nūn adalah nama lain

dari Nabi Yunus A.s., Imam al-Rāzi mengatakan bahwa Nūn artinya adalah ikan

yang besar. Maka artinya adalah tuannya Ikan. Pada permulaan turunya wahyu

Nabi Yunus disebut sebagai Ṣāḥib al-Ḥūt (kawannya ikan) sebagaimana

diterangkan dalam Surah al-Ḥaqqāh/68:48. Jadi nama tersebut diambil dari

peristiwa tersebut. Menurut Maulana Muhammad Ali Nabi Yunus marah kepada

umatnya bukan kepada Allah, kemudian ia pergi meninggalkan umatnya. Jadi

tidak pergi meninggalkan Allah, di sisi lain Allah tidak bertempat.25

Maulana Muhammad Ali memberi klaim kafir kepada orang yang

menafsirkan bahwa lan naqdira ‟Alaih bahwa Allah dalam ayat tersebut tidak

berkuasa atau mampu atas Nabi Yunus A.s., menurutnya kata qudrah dalam ayat

tersebut bukan bermakna kuasa atau mampu. Tapi maknanya adalah “kami tidak

akan menyempitkan dia” atau “Kami tak dapat memutuskan yang bertentangan

dengan dia” (Lexicon). Dalam al-Qur‟an kata qadara (قدر) digunakan untuk arti

menyempitkan seperti dalam Surah al-Ra„d/13:26 yang berarti menyempitkan

rezeki.26

Nabi Yunus A.s. meninggalkan umatnya dengan marah dan mengira ada

24

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1154. 25

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h 920.

26ياوماٱليػ نػ ةٱلد وفرحوابٱليػوى

ويػقدر يػبسطٱلرزقلمنيشاء يافٱلخرةٱلله نػ ةٱلد متىوى ٢٦ ع إله“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka

bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan)

kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (Q.s. al-Ra„d/13:26).

Page 80: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

68

tempat (umat) lain yang akan menerima beliau, untuk menuntun ke jalan yang

benar.27

Kemudian Maulana Muhammad Ali kembali mengutip Kamus Lexicon dan

menafsirkan ẓulumāt al-baḥr sebagai malapetaka atau kesengsaraan karena orang

yang dalam keadaan sengsara diibaratkan sedang berjalan di kegelapan gulita

yang tidak bisa menemukan jalan.28

ٱلفلكٱلمشحون إل أبق ١٤٠ إذ فكان ٱلمدحضيفساىم ٱلوتوىو ١٤١ من فٱلتػقمو

كانمنٱلمسبحي ١٤٢ مليم عثون ١٤٣ فػلولأنهوۥ يػوميػبػ إلى ١٤٤ للبثفبطنوۦ[140] “Tatkala ia lari ke kapal penuh muatan.”

[141] “Maka ia mengambil bagian dengan orang-orang lain, tetapi ia

termasuk orang yang dilemparkan.”

[142] “Maka sekiranya ia tak tergolong orang yang memahasucikan

(Kami),”

[144] “Niscaya ia akan tinggal di perutnya sampai hari tatkaa mereka

dibangkitkan.” (Q.s. al-Ṣāffāt/37:140-144).

Seperti penafsiran ayat sebelumnya, bahwa tidak mungkin Nabi Yunus A.s.

lari dari Allah, karena beliau adalah seorang nabi maka tidak mungkin melakukan

hal yang demikian. Di sisi lain kerajaan Allah sangatlah luas tak terbatas.

Kemudian para mufasir menafsirkan ayat ini bahwa Nabi Yunus A.s. lari dari

kaumnya atau dari Raja.29

Kata sāhama mempunyai arti mengundi atau membagikan barang dengan

orang lain (Lexicon), akan tetapi Maulana Muhammad Ali merujuk Bible dan

menemukan bahwa Nabi Yunus masuk kapal kemudian jatuh terlempar karena

angin yang kencang, bukan sebab diundi.30

Dalam Kitab Yunus 1:17, tertera Nabi Yunus ditelan ikan. Kemudian

Maulana Muhammad Ali menjelaskan kata iltaqama dalam al-Qur‟an, bahwa kata

tersebut tidak selalu bermakna menelan. Kata laqm yang artinya sesuap, kemudian

27

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 920-921. 28

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 921. 29

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1247. 30

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1247.

Page 81: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

69

berubah menjadi iltaqama yang berarti mengulum atau memeluk. Dalam Kamus

Lexicon diterangkan sebuah kalimat iltaqama fāhā fi al-taqbīl yang artinya ia

mengulum bibirnya dalam mulutnya pada waktu mencium. Dalam al-Qur‟an

menggunakan kata iltaqama yang tidak harus berarti menelan, bisa juga berarti

mengulum dan memeluk. Ia mengutip pendapat seorang mufassir yang

mengatakan bahwa hanya tumitnya Nabi Yunus A.s. saja yang masuk ke dalam

mulutnya.31

لكمربكول وىومكظوم فٱصب كصاحبٱلوتإذند ى ٤٨ تكن

“Maka nantikanlah keputusan Tuhan dikau dengan sabar, dan jangalah

engkau seperti Kawannya ikan, tatkala ia berseru selagi ia dalam

kesengsaraan.” (Q.s. al-Qalam/68:48).

Menurut Maulana Muhammad Ali Nabi Yunus dikatakan sebagai Ṣāḥib al-

Ḥūt karena persitiwa yang terjadi pada saat Nabi Yunus bertemu dengan ikan,

lihat tafsir ayat al-Ṣāffāt/37:142.32

h. Nabi Isa A.s.

a. Nabi Isa A.s. membuat burung dari tanah liat dan meniupkan roh

kepadanya kemudian hiduplah burung tersebut.

b. Nabi Isa A.s. menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan

menyembuhkan penyakit kusta.

c. Nabi Isa A.s. dapat menghidupkan orang mati.

تكمب قدجئػ بنإسرىءيلأن إلى كهيايةم ورسول نٱلطي أخلقلكمم ةٱلطهي نرهبكمأن بذنٱلله رصوأحيٱلموتىى وأبرئٱلكمووٱلبػ ابذنٱلله ر افأنفخفيوفػيكونطيػ وأنػبئكم

كلونوماتدهخرونفكنتممؤمنيت لكلية لهكمإن إنهفذى ٤٩ بػيوتكم

“Dan Ia (membuat dia) sebagai Utusan kepada kaum Bani Israil,

(ucapnya): Aku datang kepada kamu dengan tanda bukti dan Tuhan kamu,

yakni aku menjadikan untuk kamu dari tanah sebuah bentuk burung, lalu

aku tiup ke dalamnya, maka jadilah itu burung dengan izin Allah; dan aku

menyembuhkan orang buta dan orang sakit lepra, dan aku menghidupkan

orang mati dengan izin Allah; dan aku beritahukan kepada kamu apa yang

kamu makan dari apa yang kamu simpan dam ruah kamu. Sesungguhnya ini

adalah tanda bukti bagi kamu, jika kamu mukmin.” (Q.s. Ali ‟Imrān/3:49).

31

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1127. 32

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1583.

Page 82: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

70

Apa yang diterangkan dalam ayat tersebut di atas adalah tentang mukjizat-

mukjizat Nabi Isa As. yang sangat luar biasa dimuai dari meniupkan roh kepada

burung yang terbuat dari tanah lalu seketika langsung hidup dan terbang,

kemudian menyembuhkan orang yang sakit (lepra, buta, lumpuh, dsb), dan

terakhir menghidupkan orang yang sudah meninggal. Menurutnya jika perkataan

Nabi Isa As. dipahami secara tekstual maka tentu akan membingungkan, karena

semua itu termasuk hal yang di luar jangkauan akal. Namun, jika dipahami secara

alegoris maka akan menemukan titik temu. Maulana Muhammad Ali mengatakan

bahwa Nabi Isa As. sering menggunakan uangkapan-ungkapan alegoris atau

kiasan seperti yang digambarkan dalam Injil dan Al-Qur‟an datang untuk

menjelaskan kiasan-kiasan tersebut.

Setidaknya ada empat kata dalam ayat tersebut yang harus dijelaskan

maknanya, kata Maulana Muhammad Ali. Empat kata itu adalah khalq, ṭīn, nafkh

dan ṭair. Kata khalq, mengutip Kamus Arabic English Lexicon karya Edward

William Lane bermakna menentukan ukuran dan menentukan timbangan, sinonim

dari kata taqdīr (تقدير); dalam hal ini berarti khalq „menjadikan suatu barang‟

seperti yang terdapat dalam sya‟ir-sya‟ir sebelum Islam (jahiliyyah). Sedangkan

khalq yang berarti menciptakan itu hanya berlaku untuk Allah Sang Maha

Pencipta seperti yang sudah ditegaskan dalam Al-Qur‟an bahwa mereka tidak bisa

mencoptakan, bahkan mereka sendiri diciptakan.33

Kata selanjutnya adalah ṭīn dan nafkh. Manusia diciptakan dari tanah;

berarti manusia itu awalnya hina, karena tempatnya tanah adalah dibawah dan

لقون 33 ئ اوىمي لقونشيػلي ٢٠وٱلهذينيدعونمندونٱلله

“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun,

sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang”. (Q.s. al-Naḥ/16: 20)

لكونلنفسهمضراول لقونولي ئ اوىمي لقونشيػي ءالة له ولحيػوىة وٱتهذوامندونوۦ لكونمو نػفع اولي

٣ ولنشو ا“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-

tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk

(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu

kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)

membangkitkan”. (Q.s. Aa-Furqān/25: 3).

Page 83: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

71

selalu diinjak-injak. Namun, menjadi mulia karena ditiupkan roh oleh Allah

sehingga dihormati para malaikat, seperti yang diterangkan di beberapa tempat

dalam Al-Qur‟an.34

Terakhir kata ṭair atau ṭa‟ir yang artinya burung, seperti halnya asad yang

makna aslinya singa tapi sering dijadikan kiasan untuk orang yang berani. Jadi

menurut Maulana Muhammad Ali tidaklah mengapa jika kata ṭair dikiaskan untuk

„orang yang sudah terbang ke alam tinggi dan tidak condong ke bumi atau kepada

barang-barang duniawi‟. Di tempat lain di dalam Al-Qur‟an diterangkan bahwa

ada umat yang terbang dengan sayap dan ada pula yang melata di bumi.35

Jadi

maksud dari ayat tersebut ternyata ada orang-orang yang hanya mau berada di

bumi karena tidak mau meninggalkan urusan dunianya, dan ada juga orang-orang

yang melesat terbang tinggi karena rohaninya terbebas dari dunia. Dengan

demikian berarti maksud Nabi Isa As. adalah umat-umatnya yang awalnya hina

karena selalu condong ke bumi kemudian menuruti segala perintah Nabi Isa As,

untuk menjelajah dunia guna menyebarkan kebenaran. Inilah benar-benar burung

yang telah ditiupkan roh kebenaran oleh utusan Allah (Nabi Isa As.) dan berubah

menjadi burung yang terbang di angkasa raya.36

i. Nabi Muhammad Saw.

a. Allah mengirim bala bantuan 1000 malaikat ketika perang Badar.

ثةءالىإذتػقولللمؤمنيألنيكفيكمأنيدهك نفمربكمبثػلى ئكةمنزليم ١٢٤ ٱلملى

بشر امنطي 34 لق خى ئكةإن جدين ٧١ إذقالربكللملى توۥونػفختفيومنروحيفػقعوالوۥسى ٧٢ فإذاسوهيػ71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan

menciptakan manusia dari tanah"

72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh

(ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". (QS Ṣad/38: 71-72).

مهافػرهطنافٱلكتىبوم 35 شرونامندابهةفٱلرضولطىئريطيبناحيوإلهأمم أمثالكم مي رب إلى ثه منشيء

٣٨ “ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan

kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam

Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (Q.s. al-Anām/6: 38) 36

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 206-207.

Page 84: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

72

“Tatkala engkau berkata kepada kaum mukmin: Apakah belum cukup bagi

kamu bahwa Tuhan kamu membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang

diturunkan?” (Q.s. Ali Imrān/3:124).

Maulana Muhammad Ali dalam mengatkan ada keterkaitan antara ayat ini

dengan Surah al-Anfāl/8:9 bahwa kekuatan musuh tiga ribu orang, lau Allah

menjanjikan akan diberi bantuan malaikat tiga ribu. Kemudian yang menjadi

masalah selanjutnya adalah apakah turunnya malaikat ini secara fisik benar-benar

turun?. Dijelaskan dalam Surah al-Anfāl/8:10-11 sebagai penjelas lanjutan dari

ayat 9 bahwa Allah memberikan jaminan keamanan dan ketenangan kepada kaum

muslimin, serta mengkokohkan hati mereka.37

Jadi Allah tidak memberikan

bantuan malaikat secara langsung melainkan hanya sebuah kekuatan batin berupa

ditambahnya mental dan dijaminnya keamanan pada diri mereka. Kemudian pada

ayat selanjutnya Surah al-Anfāl/8:1238

dijelaskan bahwa akan dijatuhkan rasa

takut kepada orang kafir sehingga tercapailah tujuan malaikat dan kaum muslim

akan memenangkan pertempuran meskipun dengan selisih tiga banding satu.39

كفرواأويكبتػهمفػينقلبواخائبي نٱلهذين ١٢٧ ليػقطعطرف ام

“Agar Ia memotong sebagian kaum kafir, atau menghinakan mereka,

sehingga mereka pulang dengan tangan hampa.” (Q.s. Ali Imrān/3:127).

ئكةمردفي نٱلملى مدكمبلفم ٩ إذتستغيثونربهكمفٱستجابلكمأن

ٱلله 37 إنه منعندٱلله وماٱلنهصرإله بوۦقػلوبكم ولتطمئنه بشر ى حكيم وماجعلوٱللهإله يكمٱلنػعاسأمن ١٠ عزيز نوة إذيػغش منٱلسهماءماويػنػ قػلوبكمويػثػبتبوٱلقدامبويطهركملء زلعليكمم ١١ ۦويذىبعنكمرجزٱلشهيطىنوليػربطعلىى

10. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar

gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-

Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu

dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan

mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu). (Q.s al-Anfāl/8:10-11).

38 معكم أن ئكة يوحيربكإلٱلملى فػوقٱلعناقوٱضإذ ٱلرعبفٱضربوا كفروا سألقيفقػلوبٱلهذين ءامنوا ٱلهذين ربوافػثػبتوا

كلهبػنا هم ١٢ نمنػ

12. (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama

kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan

rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah

tiap-tiap ujung jari mereka. (Q.s al-Anfāl/8:12). 39

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 236.

Page 85: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

73

“Tatkala kamu mohon bantuan kepada Tuhan kamu, lalu ia mengabulkan

(permohonan) kamu. Sesugguhnya aku akan membantu kamu dengan seribu

malaikat beruntun-runtun.” (Q.s. al-Anfāl/8:9).

Maulana Muhammad Ali menafsirkan ayat ini bahwa tujuan berperang

antara kaum muslimin dengan kaum kafir itu berbeda. Jika kaum kafir ingin

menghancurkan kaum muslimin, namun jika kaum muslimin diberi tahu tujuan

Tuhan menyiksa orang kafir bukan untuk menghancurkan mereka, akan tetapi

untuk memotong kepala penjahat dan pemimpin mereka. Ia mengutip dalam Kitab

al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur‟ān bahwa kata ṭaraf mempunyai arti sebagian. Oleh

karena itu dalam Kamus Lexicon diterjemahkan dengan sebagian golongan atau

sebagian pemimpin. Jadi ketika pemimpinnya yang diicar terlebih dahulu maka

pengikutnya pun pasti akan kehilangan semangat dan kemenangan diraih oleh

kaum muslimin, ditambah Khalid bin Walid yang masuk Islam saat perjalanan

pulang ke Mekkah.40

b. Allah menutup mata orang kafir sehingga tidak bisa melihat Nabi

Muhammad Saw. keluar dari rumahnya, padahal sudah mengepung

rumah beliau dan bermaksud untuk membunuhnya.

أيديهم بػي همفػهمليػبصرونوجعلنامن نى افأغشيػ اومنخلفهمسد ٩ سد“Dan kami memasang satu tabir di depan mereka dan satu tabir (lagi) di

belakang mereka, dengan demikian Kami menutup mereka sehingga mereka

tidak bisa melihat.” (Q.s. Yāsīn/36:9).

Maulana Muhammad Ali menggunakan kiasan dalam menafsirkan ayat ini,

bahwa maksud dari tabir yang menghalangi dari depan adalah mereka para orang

kafir keras kepala tidak mau mengikuti kebenaran, jika mereka mengikutinya

makanya mereka pasti akan mendapatkan derajat yang luhur. Kemudian maksud

dari tabir yang dibelakang adalah mereka orang-orang kafir tidak mau melihat

sejarah umat masa lalu dimana mereka dibinasakan karena kekeras-kepalaan

mereka tidak mau mengikuti kebenaran yang telah dibawa oleh nabi-nabi

mereka.41

c. Nabi Muhammad dimintai oleh orang kafir untuk membelah bulan.

40

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 237. 41

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1215.

Page 86: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

74

ٱلقمر تػربتٱلسهاعةوٱنشقه مستمر ١ ٱقػ ٢ وإنيػرواءاية يػعرضواويػقولواسحر [1] “Sa‟ah sudah dekatdan bulan terbelah.” [2] “Dan jika mereka melihat

tanda bukti, mereka berpaling dan berkata: Sihir yang kuat.” (Q.s. al-

Qamar/54:1-2).

Maulana Muhammad Ali mengatakan dalam tafsirnya bahwa peristiwa

terbelahnya bulan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw. itu tergolong

hadis yang masyhur.42

Ditambah lagi dianggap shahih oleh Imam Bukhari dan

Muslim. Ibnu Atsir sendiri mengatakan: “Peristiwa terbelahnya bulan itu

diriwayatkan dalam hadis mutawatir (diulang-ulang dan berturut-turut) dengan

sanad yang sahih”. Fakta tentang kejadian itu memang tidak bisa dibantah, tetapi

pada kenyataannya dalam hadis-hadis secara rinci ada perbedaan. Seperti yang

dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud bahwa beliau melihat puncak Gunung Hira‟ berada di

antara kedua bagian bulan yang terbelah.43

Selain Ibnu Mas‟ud Ibnu Abbas juga

meriwayatkan hadis tentang terbelahnya bulan tapi dengan rincian yang berbeda.

Jika Ibnu Mas‟ud mengatakan bulan tersebut terbelah sehingga kedua belahannya

terlihat di antara puncak Gunung Hira, sedangkan Ibnu „Abbas mengatakan satu

bagian bulan yang terbelah kelihatan sedangkan bagian yang lain tidak terlihat,

Maulana Muhammad Ali mengambil keterangan ini dari Tafsīr Al-Kasysyāf.

Selanjutnya Maulana Muhammad Ali mengambil pendapat ar-Rāzī yang

disimpulkan dari beberapa hadis yang ditemuinya yang menjadi bantahan

terhadap peristiwa luar biasa itu, bahwa peristiwa itu hanyalah sebuah fenomena

gerhana yang menimbulkan terlihatnya separuh pada bulan di langit. Meskipun

demikian, Jumhur Ulama tidak meragukan kesahihan hadis tentang itu, dan

memang peristiwa itu benar adanya. Dalam sejarah mukjizat hanya mukjizat

42

Menurut Imam al-Rāzī juga hadis-hadis yang digunakan untuk meriwayatkan peristiwa

terbelahnya bulan itu merupakan hadis shahih yang sudah masyhur. Lihat Muhammad al-Rāzī

Fakhr ad-Dīn, Mafātīḥ al-Ghaib, Juz 29, h. 29. 43

Hadis tentang ini bisa dlihat dalam Shaḥīḥ al-Bukhārī

_حدثنامسدد،حدثناييعنشعبة،وسفيانعنالعمشعنإبراىيمعنأبمعمرعنابنمسعودقال:انشقالقمر4684 اشهدوا.ملسو هيلع هللا ىلص:فرقتي،فرقةفوقالبل،وفرقةدونو.فقالرسولهللاملسو هيلع هللا ىلصعلىعهدرسولهللا

Lihat dalam Shaḥīḥ al-Bukhārī, (Beirut, Dār al-Fikr), h, 1237.

Page 87: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

75

inilah yang ada catatan pada saat peristiwa itu terjadi. Jadi di antara mukjizat nabi-

nabi yang lainnya mukjizat ini begitu unik.44

Namun sebagian mufassir yang lain ada yang menafsirkan bahwa ayat ini

ditunjukkan untuk peristiwa terbelahnya bulan bukan pada zaman Nabi

Muhammad Saw., tapi pada waktu Hari Kiamat sudah dekat. Selain pendapat

tentang Hari Kiamat ada juga yang mufassir mengatakan bahwa kata insyaqqal-

qamar artinya perkara menjadi terang, kenapa mengatakan seperti ini alasannya

adalah bangsa Arab mengibaratkan perkara yang sudah jelas sebagai Bulan, sama

halnya dengan waktu pagi diibaratkan falaq, yang makna aslinya merekah atau

membelah, Maulana Muhammad Ali mengambil pendapat-pendapat ini dari

Tafsir Baḥr al-Muḥīṭ karangan Abu Ḥayyan Al-Andalusī. Selanjutnya Maulana

Muhammad Ali mengutip Imam ar-Rāghib al-Isfahānī dalam Kitabnya Al-

Mufradāt alfāẓ al-Qur‟ān bahwa kalimat insyaqqal-qamar mempunyai tiga arti:

(1) Bulan terbelah pada zaman Nabi Suci. (2) Terbelahnya bulan pada Hari

Kiamat sudah dekat. (3) perkara menjadi terang.45

Maulana Muhammad Ali menjelaskan ayat kedua Surah al-Qamar ini bahwa

tanda bukti itu sebagai enchantment (pesona) yang kuat, jadi orang-orang kafir

mengatakan kalau peristiwa tersebut yang menjadi bukti atas kebenaran risalah

yang dibawanya adalah sebuah sihir yang kuat, bukan kejadian yang sebenarnya.

Lafadz mustamir dalam ayat tersebut diartikan Maulana Muhammad Ali sebagai

kuat, berarti pula tidak kekal, artinya barang itu ada lalu hilang, bersifat

sementara, terakhir diartikan terus-menerus dalam arti barang itu menggantikan

barang yang lama.46

d. Nabi Muhammad melakukan perjalanan Isrā‟ dan Mi„rāj.

نٱلمسجد م بعبدهۦليل نٱلهذيأسر ى ٱلرامإلٱلمسجدٱلقصاٱلهذيبىركناحولوۥسبحى

إنهوۥىوٱلسهميعٱلبصي١ لنريوۥمنءايىتنا

44

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1461. 45

Lihat ar-Rāghib al-isfahānī, Mufradāt alfāẓ al-Qur‟ān (Beirut: Dār al-Syāmiyyah, 2009),

h, 459. 46

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1462.

Page 88: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

76

“Maha-suci Dia yang menjalankan hamba-Nya pada malam hari dari

Masjid Suci ke Masjid yang jauh, yang sekelilingnya Kami berkahi, agar

Kami perlihatkan kepadanya sebagian pertanda Kami. Sesungguhnya Dia

itu Yang Maha-mendengar, Yang Maha-melihat.” (Q.s. al-Isrā‟/17:1).

Dipermulaan penafsirannya ia menyebutkan bahwa banyak riwayat,

terutama oleh Imam Bukhari tentang peristiwa Isra‟ Mi‟raj. kemudian Maulana

Muhammad Ali menafsirkan peristiwa Mi‟raj tidak dengan badan wadah fisik

Nabi, melainkan hanya pengalaman rohani Nabi Muhammad seperti yang

dijelaskan dalam tafsir 1441 yang menyebutkan tentang ru„yah atau visiun, bahwa

terjadi pertentangan tentang apakah Mi‟raj menggunakan badan secara fisik atau

rohaninya saja.47

Menurut Maulana Muhammad Ali banyak yang berpendapat bahwa Nabi

secara fisik melakukan Mi‟raj, namun untuk pendapat yang kedua bahwa

rohaninya saja itu juga banyak tokoh-tokoh yang penting untuk mendukug

pendapat ini, seperti Aisyah dan Mu‟awiyah. Kemudian Maulana Muhammad Ali

menolak pendapat mayoritas ulama tersebut berdasarkan al-Qur‟an, bahwa Mi‟raj

menggunakan ru‟ya; “ru‟ya yang kami perlihatkan kepada engkau” (Q.s. al-

Barā‟ah/9:60). Banyak juga hadi yang menguatkan hal ini, bahwa tatkala malaikat

mendatangi Nabi Muhammad dalam keadaan mata beliau tertidur tapi hatinya tak

tidur. Dalam riwayat lain Nabi Muhammad mengatakan bahwa pada waktu itu

beliau dalam keadaan tertidur dan terjaga. Maulana Muhamad Ali mengatakan

bahwa Mi‟raj bertemu dengan Tuhan adalah perkara yang rohani makanya

melihatnya pun dengan mata rohani.48

Peristiwa Mi‟raj menunjukan kemenangan

beliau di dunia, sedangkan Isra‟ beliau ke Yerussalem menunjukan bahwa beliau

akan mewarisi keberkahan Nabi Bani Isra‟il.49

Sangatlah wajar jika Maulana Muhammad Ali berpendapat demikian,

karena dalam bukunya Religion of Islam ia menjelaskan tentang pandangannya

tentang mukjizat bahwa dalam al-Qur‟an mukjizat menggunakan istilah ayat yang

mempunyai dua makna; tanda bukti dan perkabaran Ilahi. Istilah yang

digunkanan untuk menunjukkan mukjizat adalah yang pertama (tanda bukti),

47

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 781 48

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 789. 49

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 781.

Page 89: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

77

sedangkan yang kedua itu untuk al-Qur‟an. Orang-orang kristen pada umumnya

berpendapat bahwa meskipun dalam al-Qur‟an diceritakan beberapa mukjizat

Nabi namun al-Qur‟an tidak mengakui adanya mukjizat selain mukjizat al-Qur‟an

itu. Hal ini dikarenakan pengertian mukjizat menurut Islam dan Kristen itu

berbeda. Bagi Kristen mukjizat adalah segala-galanya bahkan sampai

menggantikan dalil, syari‟at dan hukum, karena seluruh ajaran Kristen

berdasarkan mukjizat Yesus, karena jika Yesus tidak bangkit maka bangunan

Kristen sudah pasti akan hancur berantakan.50

Kemudian ia berpendapat bahwa suatu mukjizat itu harus diuji terlebih

dahulu kebenarannya sebelum membuktikan kebenaran seorang Nabi, namun

pada kenyataanya terkadang susah untuk membuktikan bahwa mukjizat itu benar-

benar terjadi. Kemudian masalah selanjutnya, seberapa ajaib mukjizat tersebut

tetap saja bisa dibuktikan secara ilmiah sehingga itu membuat peristiwa itu tidak

mempunyai sisi keistimewaan lagi.51

Namun, paham rasionalisme yang dimiliki oleh Maulana Muhammad Ali

tidak sampai pada level postivisme,52

karenanya ia tidak menuntut bukti empiris

atas peristiwa tersebut, tapi hanya diterima oleh akal itu sudah cukup. tidak seperti

Muhammad Abduh yang terpengaruh filsafat Barat seperti yang dikatakan oleh

Fuad Syukri. Ketika menafsirkan langit terbelah53

dengan mengatakan bahwa

terjadi tabrakan antar planet karena hilangnya gaya tarik menarik (gravitasi) antar

planet yang menyebabkan hancurnya seluruh planet.54

Sebenarnya genealogi pemikiran Maulana Muhammad Ali tertuju pada

pemikiran Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M) yang sama-sama hidup di India

50

Maulana Muhammad Ali, Islamologi, h. 241. 51

Maulana Muhammad Ali, Islamologi, h. 246. 52

Sebuah aliran filsafat yang dipelopori oleh Auguste Comte (1798-1857 M) yang hanya

mengakui fakta yang dapat diamati sebagai ilmu pengetahuan, ia mencoba membebaskan klaim-

klaim metafisik dari ilmu pengetahuan. Istilah “positif” yang sering terdapat dalam tulisan Comte

maksudnya sama dengan filsafat positivismenya. Fakta positif adalah “fakta real” atau “yang

nyata”. Hal positif adalah sesuatu yang dapat diuji atau diverifikasi oleh setiap orang yang mau

membuktikannya. Lihat Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, h. 141-

142. 53

Lihat Q.s. al-Inṣiqāq/84: 1. 54

Fuad Syukri, “Bias Filsafat Barat dalam Tafsir Modern Muhammad Abduh” Journal of

al-Qur‟ān and Hadīth Studies, Vol. 3, No. 2. (2014): h. 281.

Page 90: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

78

dan berbenturan dengan Barat langsung. Model penafsirannya terhadap al-Qur‟an

di dasarkan pada natur (alam). Jadi ia menolak adanya mukjizat dan segala

sesuatu yang terjadi diluar kebiaasaan. Makanya ia menyatakan bahwa kenabian

“nubuwwah” didapatkan melalui cara latihan jiwa (riyāḍah nafsiyah), tujuan

tersebut bersifat alami dan manusiawi dan didapatkan dengan cara yang

manusiawi. Meskipun demikian, ia tetap menerima Nabi Muhammad Saw.

sebagai nabi yang terakhir.55

Sayyid Ahmad Khan membuat lima belas prinsip tafsir Al-Qur‟an yang dan

ada dua poin utama yang menurut Javed Majeed sangat penting. Pertama, bahwa

karya Tuhan yang sering dialihaksarakan dengan istilah werk af gad atau qanūn-e

fitrat, pada kenyataannya sama dengan hukum alam dan sains modern. Kedua,

untuk menentukan ayat-ayat dalam al-Qur‟an ditafsirkan metaforis atau tidak itu

dilihat dari kesesuaianya terhadap kebenaran ilmiah dan ilmu pengetahuan alam.

Hal ini senada dengan Jamaludin al-Afghani bahwa dalam menafsirkan al-Qur‟an

harus memanfaatkan akal secara penuh, dan jika ditemukan adanya kontradiktif

terhadap akal maka ayat tersebut ditafsirkan secara metaforis.56

Meskipun pemikiran Maulana Muhammad Ali cenderung rasional tapi

tampaknya tidak sampai pada level “keblabasan”. Haji Agus Salim ketika

memberikan pengantar pada terjemahan The Holy Qur‟an edisi Indonesia ia

mengatakan bahwa isi dari tafsir tersebut tidak membatalkan pendapat-pendapat

tafsir yang mu‟tabar, jika pun ada perbedaan itu sudah terjadi sejak dulu. Lalu ia

menambahkan betapapun tafsir Maulana Muhammad Ali ini sangat modern dan

takluk dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi tidak sampai melewati batas paham

materialisme, rasionalisme, paham mistik yang menyimpang dari Iman dan tauhid

Islam yang benar, artinya terhindar dari kesesatan kaum Ẓahriyyah, Mu‟tazilah57

dan Bāṭiniyyah.58

55

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikirannya, cet ke 3 (Bandung:

penerbit Mizan, 1995), h. 7. 56

John Cooper (dkk), Pemikiran Islam Dari Sayyid Ahmad Khan Hingga Nasr Hamid Abu

Zayd, terj. Wakhid Nur Effendi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), h. 11-12. 57

Golongan yang berawal dari perbedaan pendapat sang murid; Wāṣil bin aṭā‟ dengan

gurunya; Ḥasan al-Baṣrī. Ketika ia menanyakan kepada gurunya tentang status pelaku dosa besar,

sebelum Ḥasan al-Baṣrī menjawab ia sudah menjawab pertanyaanya sendiri dengan mengatakan

Page 91: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

79

B. Kritik Terhadap Pandangan Maulana Muhammad Ali

Sebagian besar pandangan Maulana Muhammad Ali bersifat rasional,

bahkan dalam hal yang sudah masuk wilayah irasional pun tetap ia mencoba

untuk merasionalkan hal itu. Seperti contoh dalam hal yang sifatnya luar biasa, di

luar batas akal; mukjizat para nabi. Penafsirannya tentang terbelahnya bulan di

dalam tafsirnya The Holy Qur‟an, meskipun pada awalnya ia mengutip banyak

riwayat yang mendukung akan peristiwa itu. Namun, pada akhirnya ia

berkesimpulan bahwa itu adalah semacam fenomena yang membuat sebagian

bulan terlohat menghilang dan sebagiannya lagi masih utuh, mengutip hadis dari

Ibn „Abbas. Kesimpulan selanjutnya ia mengatakan bahwa itu fenomena luar

biasa karena pengaruh kekuatan kasyaf Nabi Muhammad Saw.

Ada beberapa kelemahan dalam pandangannya khususnya terkait mukjizat

terbelahnya bulan dan umumnya terkait mukjizat secara keseluruhan. Kelemahan-

kelemahan ini bisa menjadi kritik terhadap pandangan Maulana Muhammad Ali.

Pertama, ia berpendapat bahwa bulan itu semacam gerhana sehingga

membuat bulan tersebut terlihat sebagiannya dan sebagiannya lagi menghilang, ia

mengambil kesimpulan ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn „Abbas

yang ia kutip dari kitab Tafsīr al-kasysyaf karya Imam Zamakhsyarī:

انفلقفلقتيفلقةذىبت،وفلقةبقيت

“bulan terbelah menjadi dua, sebagian yang satu hilang dan yang satunya lagi

tersisa”

Berdasarkan footnote yang ada dalam kitab Tafsīr al-kasysyaf

menunjukkan bahwa hadis tersebut ada dalam kitab Ṣaḥīḥ Bukharī dalam kitab

Tafsīr surat iqtarabat al-sā‟ah dengan nomor hadis 4868, dan dalam kitab Ṣaḥīḥ

Muslim kitab Ṣifāt al-Munāfiqīn bab insyiqāq al-qamar dengan nomor hadis

43_2800. Tapi dalam kedua kitab tersebut tidak ada hadis yang berbunyi seperti

bahwa pelaku dosa besar itu tidak mukmin dan tidak kafir, al-manzilun bayna al-manzilatain.

Kemudian Wāṣil meninggalkan majlis Ḥasan al-Baṣrī dan sang guru kontan bereaksi: i‟tazala

anna Wāṣil. Sejak saat itulah Wāṣil dan pengikutnya dikenal dengan istilah Mu‟tazilah. Lihat

Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 127. 58

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. VII.

Page 92: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

80

itu. Setelah dicari hadis tersebut, peneliti temukan dalam kitab al-Bidāyah wa al-

Nihāyah karya Ibn Kathīr dengan versi lengkapnya sebagai berikut:

نكليب،عنابنصاحل،عنابنعباس.قال:ورويأبونعيممنطريقالسديالصغي،عانشقالقمرفلقتي.فلقةذىبت،وفلقةبقيت.قالابنمسعود:لقدرأيتجبلحراءبي

فلقيتالقمر،فذىبتفلقة.فتعجبأىلمكةمنذللكوقالو:ىذاسحرمصنوع،ولهللاسيذىب.وقالليثبنأبسليم،عنجماىد.قال:انشقالقمرعلىعهدرس

لببكر:اشهدواايأببكر.وقالاملشركون:سحرملسو هيلع هللا ىلصملسو هيلع هللا ىلصفصارفرقتي،فقالالنيب القمرحتانشق.

“Diriwayatkan dari Abu Nu‟aim dari jalur al-Suddīy kecil, dari Kalbīy,

dari Ibn Ṣālih, dari Ibn „Abbas berkata: bulan terbelah menjadi dua, yang

satu hilang dan yang satunya lagi masih tersisa. Ibn Mas‟ud berkata:

Sungguh aku telah melihat gunung Ḥirā‟ berada di antara dua belahan

bulan, belahan satunya langsung menghilang. Orang-orang Mekkah pun

heran atas peristiwa itu dan mengatakan bahwa ini adalah sihir yang

dibuat-buat, dan akan hilang (sihir itu). Laith bin Sulaim dari Mujāhid

berkata: Bulan terbelah menjadi dua pada zaman Rasulullah Saw. Nabi

Saw. berkata kepada Abu Bakar: Saksikanlah wahai Abu Bakar. Orang-

orang msyrik berkata: Nabi Muhammad Saw. telah menyihir bulah

sehingga terbelah.”59

59

Abu al-Fidā‟ Ismā‟il bin Kathīr, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 3 (Beirut: Dār Ibn Kathīr,

2015), h. 360.

Gambar 4.1: Bulan terlihat setengah karena pantulan cahaya dari matahari

(sumber: www. Staticflickr.com)

Page 93: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

81

Berdasarkan konteks dalam hadis di atas tidak membicarakan masalah

gerhana, justru membicarakan peristiwa terbelahnya bulan pada zaman Nabi

Muhammad Saw. dengan demikian berarti Maulana Muhammad Ali kurang tepat

jika mengatakan gerhana bulan atas dasar hadis ini. Selain itu, hadis ini tidak ada

dalam kitab Ṣaḥiḥain sehingga dimungkinkan hadis ini lemah meskipun bisa

dikuatkan dengan hadis-hadis mirip yang lain. Ibn Kathīr juga tidak menemukan

riwayat ini dalam Kitab Dalā‟il Nubuwwah dan Durr al-Manthūr.60

Kedua, adanya fakta sejarah yang menunjukkan bahwa bulan pernah

terbelah pada zaman Nabi Muhammad Saw. Dr. Zaghlul al-Najjar mengatakan

dalam bukunya yang mengutip Prof. Muhammad Hamidullah bahwa di Museum

Britania, London tersimpan manuskrip India kuno dengan nomor induk 2807/152-

173 yang menyatakan bahwa salah seorang raja Malibar (wilayah yang terletak di

sebelah barat daya India), yang bernama Chakrawati Farmas yang pernah

menyaksikan terbelahnya bulan pada masa Rasulullah. Suatu ketika datang

rombongan pedagang muslim yang hendak berlayar ke Cina dan singgah terlebih

dahulu di Malibar, kemudian raja tersebut menanyakan peristiwa tersebut kepada

rombongan pedagang itu dan mereka pun mengatakan kalau itu adalah mukjizat

Nabi Muhammad Saw. Akhirnya Raja Chakrawati Farmas mendatangi Rasulullah

dan menemukan menyatakan keislamannya. Namun, ketika perjalanan pulang

sang raja meninggal dunia dan jenazahnya di kuburkan di daerah Thafar. Tidak

lama kemudian kabar tentang meninggalnya Raja Chakrawati terdengar oleh

rakyatnya dan mereka pun masuk Islam sehingga mereka menjadi penduduk India

yang masuk Islam pertama kali.61

Sebenarnya masih terjadi perbedaan tentang sosok raja tersebut, dalam

keterangan lain seperti yang dikatakan bahwa raja yang masuk Islam tersebut

bernama Cheraman Perumal, seorang raja Kodungallur. Ketika ia bertemu

60

Abu al-Fidā‟ Ismā‟il bin Kathīr, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 3, h. 360. 61

Zaghlul al Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi Menyibak fakta-fakta ilmiah

dalam Sabda Rasulullah yang kebenarannya baru tersingkapkan di era kemajuan sains dan

teknologi terj. Yodi Indrayadi (dkk), h. 120. Bandingkan dengan Annamarie Schimmel, Cahaya

Purnama Kekasih Tuhan Dan Muhammad adalah Utusan Allah, Penerjemah Rahmani Astuti dan

Ilyas Hasan, h. 107-108

Page 94: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

82

Rasulullah sempat disaksikan oleh sahabat Abu Bakar dan mengganti namanya

menjadi Tajuddin, demikian kata Dr. Navas, Muhammad Hamidullah dan K.J.

Hospital.62

Bukan hanya sosok raja yang menjadi perbedaan pendapat, informasi

tentang masuk Islamnya Raja Cheraman Perumal juga masih agak rancu. B.S.

Rao, seorang sejarahwan menyatakan bahwa Raja Cheraman Perumal masuk

Islam antara 642-643 M atau 22 H, masuk Islam melalui misi dakwah ke Kerala

yang dipimpin oleh sahabat Mālik bin Dīnār. Sedangkan sejarahwan budaya

Hindu lainnya, seperti Dr. P.K. John dan K.R. Vaidyanathan mengaitkan Raja

Cheraman Perumal denga Rajasekhara Varman dan Chakrawati Farmas yang

berkuasa di era Kollam dan hidup pada 820-844. Dengan demikian, bisa

dikatakan kesaksian Raja Cheraman Perumal terhadap peristiwa terbelahnya bulan

masih kurang kuat jika dilihat dari sisi sejarah.63

Ketiga, fakta ilmiah bahwa bulan pernah terbelah. Hal ini dibuktikan dengan

pengalaman Dr. Zaghlul al Najjar ketika memberikan perkuliahan yang

disampaikan di fakultas kedokteran Universitas Cardiff, Inggris beberapa tahun

lalu, ketika saat itu tahun 2007 berdasarkan buku yang ia tulis. Ada audiens yang

menanyakan terkait mukjizat terbelahnya bulan yang terjadi pada zaman

Rasulullah yang tertera jelas dalam surat al-Qamar ayat 1. Audiens itu

menanyakan apakah peristiwa itu termasuk mukjizat ilmiiah? Dr.Zaghlul al Najjar

kemudian menjawabnya bahwa itu adalah mukjizat indrawi yang diberikan

kepada Rasulullah untuk membuktikan kenabiannya, karena memang saat itu

ditantang oleh orang-orang Mekkah untuk melakukan hal demikian. Mukjizat

bukanlah peristiwa alamiah, sehingga peristiwanya pun tidak semuanya bisa

diilmiahkan dan berdasarkan teori ilmu pengetahuan. Seandainya saja al-Qur‟an

tidak memberitakan akan hal itu, niscaya kita umat muslim sekarang tidak akan

pernah mempercayai dan mengetahuinya.

Setelah menyampaikan jawaban tersebut. Beberapa saat kemudian ia ada

seorang warga Inggris Muslim yang menjabat sebagai ketua partai muslim

62

Andri Mesapati (dkk), 50 Misteri Dunia Menurut Al-Qur‟an (Buku Kedua), h. 239. 63

Andri Mesapati (dkk), 50 Misteri Dunia Menurut Al-Qur‟an (Buku Kedua), h. 239-240.

Page 95: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

83

Inggris, Tuan Pidcock. Ia ingin menambahkan jawaban atas apa yang telah

disampaikan Dr. Zaghlul al-Najjar. Katanya ia mempunyai kenangan tersendiri

dengan awal Surat al-Qamar, peristiwa itu terjadi pada tahun 1978. Ketika ia

melakukan riset perbandingan agama dan membaca al-Qur‟an al-Karim ia

membaca awal Surat al-Qamar, memahami kandungannya dan ia langsung tidak

percaya dengan isi kandungan ayat tersebut yang menjelaskan bahwa bulan

pernah terbelah menjadi dua. Dengan izin Allah ia ditakdirkan oleh Allah untuk

melihat siaran BBC. Acara tersebut dibawakan oleh pembawa acara yang terkenal

yaitu James Burke dan menghadirkan tiga ilmuwan Amerika yang melakukan

ekspedisi di bulan. James Burke mengkritik proyek yang dilakukan para ilmuwan

tersebut dengan menghambur-hamburkan uang ratusan juta dollar lebih

mementingkan planet lain sedangkan kondisi umat manusia yang ada di

permukaan bumi masih banyak yang kelaparan terbelenggu kemiskinan, tersiksa

kebodohan dan terbelakang. Para ilmuwan itu menjawab bahwa penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan perkembangan di bidang kedokteran, industri dan

pertanian. Namun, tetap saja Burke mengkritik mereka dengan proyek

pemborosan uang tersebut, terutama proyek perjalanan ke bulan.

Para ilmuwan tetap berusaha meyakinkan Burke bahwa perjalanannya ke

bulan membuahkan hasil yang sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, karena

mereka menemukan sebuah fakta ilmiah yang jika tanpa perjalanan ke sana orang-

orang tidak akan mungkin percaya dengan hal itu. James Burke pun penasaran

dan menanyakan: “Fakta apa?”. Mereka menjawab: “sebenarnya bulan pernah

terbelah menjadi dua dan menyatu kembali kami menemukan fakta bahwa ada

rekahan yang menghujam jauh ke dasar bulan.”

Setelah melihat tayangan itu, ia terlonjak dari tempat duduknya seakan tidak

percaya dengan apa yang barusan dilihatnya. Ia mengatakan bahwa tidak salah

lagi, itu adalah mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang diceritakan dalam al-

Qur‟an. Mukjizat itu terbukti di era teknologi modern saat ini dan Allah

mentakdirkan orang Amerika yang membuktikan hal itu dengan melalui perantara

para astronot amerika yang pergi ke sana. Kemudian ia mengambil terjemahan al-

Page 96: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

84

Qur‟an dan membaca kembali Surat al-Qamar dengan lidah yang bergetar dan

setelah itu ia masuk Islam setelah mengalami itu semua.64

Gambar 4.2: Kawah yang dinamakan dengan The Hyginus Rille, panjang kawah ini sekitar 150 km, jika

disetarakan dengan bumi menjadi 5 km dan kedalaman kawah ini kurang lebih 80 km. (Sumber:

commons.m.wikipedia.org).

Para peneliti ruang angkasa membuktikan bahwa rekahan-rekahan di

permukaan bulan yang menghujam sampai ke perut bulan itu memang ada. Bisa

dikira-kirakan dalam dari rekahan itu sampai ratusan bahkan ribuan meter,

sedangkan lebarnya kira-kira lima kilometer. Rekahan yang dikenal dengan nama

Rima or Lunar Rilles membentuk jalur yang membelah bulan yang dihubungkan

denga beberapa lubang yang dalamnya lebih dari sembilan kilometer dan luas

lebih dari seribu kilometer. Dari banyaknya rekahan yang ada di bulan, yang

paling terkenal dikenal dengan namaa Hyginus Rille, dan lubang yang terkenal

adalah Mare Orientalis.65

Keempat, terkadang Maulana Muhammad Ali mengutip dari Bible yang

notabenenya sudah berubah tidak seperti aslinya, isinya pun banyak data yang

64

Zaghlul al Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi Menyibak fakta-fakta ilmiah

dalam Sabda Rasulullah yang kebenarannya baru tersingkapkan di era kemajuan sains dan

teknologi terj. Yodi Indrayadi (dkk), h. 123-124. 65

Zaghlul al Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi Menyibak fakta-fakta ilmiah

dalam Sabda Rasulullah yang kebenarannya baru tersingkapkan di era kemajuan sains dan

teknologi terj. Yodi Indrayadi (dkk), h. 125.

Page 97: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

85

sudah tidak valid lagi dan banyak cerita-cerita yang terkesan dibuat-buat. Seperti

dalam Kitab Tawarikh II, 2:2-18 yang menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman

mempunyai kuli yang merupakan bekas orang-orang yang pernah

ditaklukkannya.66

Hal ini terkesan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai sikap yang

otoriter sebagai raja.

66

Maulana Muhammad Ali, Quran Suci Terjemah & Tafsir, H.M. Bachrun, h. 1188.

Page 98: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

86

BAB V

KESIMPULAN

A. Penutup

Dalam memahami penafsiran Maulana Muhammad Ali perlu kita perlu

melihat latar belakang dan lingkungan sosio-historisnya, karena hal tersebut akan

sangat mempengaruhi sebuah penafsiran seseorang. Maulana Muhammad Ali

yang hidup di India berdampingan dengan Inggris (Barat) dan sekaligus menjadi

pemimpin Ahmadiyah Lahore membuatnya mempunyai pemikiran-pemikiran

yang rasional.

Maulana Muhammad Ali mempunyai karya tafsir The Holy Qur’an yang

sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan nama Qur’an Suci Terjemah

dan Tafsir merupakan terjemahan al-Qur‟an disertai dengan penjelasan-penjelasan

darinya. Dalam karyanya tersebut, ketika menemukan ayat-ayat yang

berhubungan dengan hal yang irasional, seperti mukjizat ia akan mencoba mencari

alternatif agar makna dari ayat-ayat tersebut menjadi rasional sehingga dapat

dipahami oleh akal. Terkadang ia berpendapat bahwa ayat itu adalah metaforis

seperti mukjizat Nabi Isa As., bahwa ia sering menggunakan ungkapan metaforis.

Terkadang juga menghubungkan dengan ayat-ayat lain sehingga muncul

interpretasi yang rasional seperti Nabi Musa As. yang menyeberang lautan dan

dalam ayat lain dijelaskan bahwa ia berjalan di tanah yang kering.

Namun dalam menafsirkan terkadang Maulana Muhammad Ali merujuk

pada Bible yang notabenenya sudah berubah sehingga terkadang di dalamnya

terdapat cerita-cerita yang kurang valid seperti halnya kisah Isra‟iliyat dalam

penafsiran al-Qur‟an. Kemudian penafsirannya banyak berbenturan dengan fakta

yang sudah ditemukan pada saat ini, seperti bukti ilmiah tentang pembelahan

bulan.

Page 99: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

87

B. Saran-saran

Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh banyak

kekurangan dimana-mana, baik dari teknis penulisan maupun isi dari kandungan

serta argumennya. Maka dari itu penulis mengharapkan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya agar bisa meneruskan dan mengembangkan kajian skripsi ini menjadi

lebih elaboratif dan komprehensif. Adapun beberapa hal yang dapat menjadi

kajian lanjutan dalam penelitian ini adalah:

Pertama, pengkajian secara mendetail tentang kritikan terhadap ulama atau

tokoh yang berpendapat rasional tentang mukjizat para nabi mengingat kurangnya

argumen yang ditawarkan oleh penulis, hal ini didasari juga terbatasnya literatur

yang didapatkan oleh penulis.

Kedua, pengkajian tokoh Maulana Muhammad Ali tentang pemikirannya

yang lain, mengingat tokoh India ini mempunyai pemikiran yang kontroversi

seperti Sir Ahmad Khan, Muhammad Abduh dan Rasyīd Riḍā.

Page 100: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

88

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjuddin. I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah

Baru, 2008.

„Atar, Khasan Ḍiyā‟ al-Dīn. Al-Mu’jizah Al-Khālidah. Beirut: Dār al-Basyā‟ir al-

Islamiyyah, 1994.

Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka, terj. Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1994.

Ahmad, Muhammad. A Mighty Striing English Translation of Mujahid al-Kabir,

The Biography of Maulana Muhammad Ali Renowned author, scholar and

missionary of Islam. Lahore: ahmadiyya Anjuman Isha‟at Islam Lahore,

2004.

Ali, Maulana Muhammad Ali. Islamologi. Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah,

2013.

_______. The Holy Qur’an Arabic Text, English Translation and Commentary.

Lahore: Ahmadiyyah Anjuman Isha‟at Islam, 1991.

_______. The Holy Qur’ān Arabic Text, English Translation and Commentary.

Lahore: Ahmadiyyah Anjuman Isha‟at Islam, 1973.

Ālūsī. Rūḥ al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm wa al-Sab’i al-Mathānī, juz 26.

Beirut: Mu‟assasah al-Risālah, 2010.

Aritonang, Jan S. Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. 2004,

al-Bāqī, Muhammad Fu‟ad Abdul. Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an al-

Karīm. Kairo: Dār al- al-Ḥādīth, 1364 H.

al-Bayhaqī, Abu Bakar Ahmad bin Husain, Dalā’il al-Nubuwwah wa Ma’rifatu

Aḥwāli Ṣāḥib al-Syarī’ah. Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah.

al-Bukhārī, Imām, Shaḥīḥ al-Bukhārī. Beirut, Dār al-Fikr.

al-Dhahabī, Muḥammad Ḥusain. al-Tafsīr wa al-Mufassirūn. juz 1. Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000.

Cooper, John, (dkk). Pemikiran Islam Dari Sayyid Ahmad Khan Hingga Nasr

Hamid Abu Zayd, terj. Wakhid Nur Effendi. Jakarta: Penerbit Erlangga,

2002.

al-Hakami, Ḥāfiẓ bin Aḥmad. Akidah Golongan Selamat. Penerjemah Amin Ulwi.

Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2015.

Hamdani, Fikri. “Epistemologi Penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dan

Maulana Muhammad Ali (Kajian Terhadap Ayat-Ayat Kenabian,” Tesis S2

Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ,2016.

Page 101: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

89

Ḥanbal, Aḥmad bin. Musnad al-Imām al-Ḥāfiẓ Abi Abdillah Aḥmad bin Ḥanbal.

Saudi Arabia, Bayt al-Afkār al-Dawliyah, 1998.

Hasan, Muhammad Tholhah. Ahlussunnah wal Jama’ah Dalam Persepsi dan

Tradisi NU. Jakarta: Lantabora Press, 2005.

al-Isfahānī, ar-Rāghib. Mufradāt alfāẓ al-Qur’ān Beirut: Dār al-Syāmiyyah, 2009

Ismail, M. Syukri. “Rasionalisasi Tafsir Ayat-Ayat Mukjizat Kajian Tafsir The

Holy Qur‟an Maulana Muhammad Ali”, Jurnal Nur EL-Islam, Vol 3, No 2.

(September 2016): h. 1-17.

Iyāzī, Sayyid Muḥammad „Alī. al-Mufassirūn Ḥayātuhum wa Manhajuhum.

Teheran: Wazārāt al-Thaqāfah al-Irsyād al-Islamiy, 1313 H.

Jamrah, Suryan A. Studi Ilmu Kalam. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Jauziy, Ibn. Zād Al-Masīr fī ‘Ilmi Tafsīr. Beirut: Dār Ibn Ḥazm, 2002.

Kathīr, Abu al-Fidā‟ Ismā‟il bin. al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 3. Beirut: Dār Ibn

Kathīr, 2015.

Kulan, Muhammad Fathullah Qadar. Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita?,

terj. Ibnu Ibrahim Ba‟adillah. Jakarta: Replubika, 2015.

Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, cet-3, 2016.

Mahally, Abdul Halim. Benarkah Ahmadiyah Sesat? Catatan Bagi Umat Islam

Indonesia dalam Menyikapi Gerakan Ahmadiyah International. Jakarta: PT.

Cahaya Kirana Rajasa, 2006.

Manẓūr, Ibn. Lisānul ‘Arab. Kairo: Dar al-Ma‟arif.

Mesapati, Andri. (dkk), 50 Misteri Dunia Menurut Al-Qur’an (Buku Kedua).

Bandung: Penerbit Mizania, 2016

Mu‟min, Ma‟mun. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta,

2016.

Munawwir, Muhammad. “Pendapat Maulana Muhammad Ali tentang Penolakan

Hukuman Rajam bagi Pelaku Zina Muhsan,” Skripsi S1 Fakultas Syari‟ah

IAIN Walisongo, Semarang, 2011.

al Najjar, Zaghlul. Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi Menyibak fakta-fakta

ilmiah dalam Sabda Rasulullah yang kebenarannya baru tersingkapkan di

era kemajuan sains dan teknologi. terj. Yodi Indrayadi (dkk). Jakarta:

zaman, 2010.

al-Nasafī, Abdullah bin Ahmad. Tafsīr al-Nasafī Madārik al-Tanzīl wa Ḥaqā’iq

al-Ta’wīl, juz 3. Beirut: Dār al-Kalam al-Tayyib, 1998.

Page 102: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

90

Nasution, Harun. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikirannya, cet ke 3. Bandung:

penerbit Mizan, 1995.

Nur, Ida Mawada. “Terbelahnya Bulan dalam Al-Qur‟an (Telaah Perbedaan

Penafsiran Muhammad ibn Ahmad al-Qurṯubi dan Ahmad Musṯafa al-

Marāghi atas Ayat Terbelahnya Bulan dalam Surat al-Qamar Ayat 1-5),”

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel, Surabaya,

2016.

Nuraini, Edi. “Persepsi Maulana Muhammad Ali tentang hukuman mati bagi

pelaku Riddah,” Skripsi S1 Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Semarang,

2009.

Nursiy, Sa‟īd. al-Mu’jizāt al-Akhmadiyyah, terj. Ikhsān Qāsim as-Shālihiy. Kairo,

Syirkah Suzlir Linasyr, 2004.

Pureklolon, Thomas Tokan. Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas

Akademisi, Politikus, dan Negarawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

anggota Ikapi, 2016

al-Qaṭṭān, Manna‟. Mabāḥith fī ‘Ulūm al-Qur’an. Kairo: Maktabah Wahbah.

________. Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.

Rausyan, Muhammad Baqir Saidi. Menguak Tabir Mukjizat Membongkar

Peristiwa Luar Biasa Secara Ilmiah. Penerjemah Ammar Fauzi Heryadi.

Jakarta: Sadra Press, 2012.

al-Rāzī, Muhammad Fakhr al-Dīn. Mafātīḥ al-Ghaib, Juz 29. Beirut: 1401 H.

Riḍā, Muḥammad Rasyīd. Wahyu Illahi Kepada Muhammad. Penerjemah Josef

C.D, t.t, t.p.

Rohman, Faidlir. “Pandangan Muhammad Rasyid Ridha Terhadap Hadis-hadis

Terbelahnya Bulan (Studi Kritik atas Pemikiran),” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2001.

al-Ṣābūnī, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, terj. Muhammad Qodirun Nur.

Jakarta: Pustaka Amani, 2001.

al-Ṣallabi, Ali Muhammad. Iman Kepada Rasul. Penerjemah M. Fakih. Jakarta:

Ummul Qura, 2015.

Ṣāliḥ, Abd al-Qādīr Muḥammad. Tafsīr wa al-Mufassirūn fī al’Aṣr al-Ḥadīth.

Beirut: Dār al-Ma‟rifah, 2003.

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

_______. Mujkizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 1998.

Page 103: PENAFSIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42207/2/MUHAMAD... · merujuk pada Bible dan cara yang lain adalah memaknai ayat tersebut

91

_______. Rasionalitas Al-Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir al-Mana.r Jakarta:

Penerbit Lentera Hati, 2006.

________. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta:

Lentera Hati: 2002.

Strauss, Anslem dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Subhani, Ja‟far. Syi’ah Ajaran dan Praktiknya. Penerjemah Reza Shah-Kazemi

Jakarta: Nur Al-Huda, 2012.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2013.

al-Suyūṭī. Durr al-Manthūr fī Tafsīr bi al-Ma’thūr, juz 14. Kairo: Markaz Hijr lil

Buḥūth wa al-Dirāsāt al-„Arabiyyah al-Islamiyyah, 2003.

_______, Mukhtasar Al-Itqān Fī ‘Ulūmil Qur’an. Beirut: Dār Al-Nafā‟is, 1987.

Syawali, Muhammad. “Studi Analisis Konsep Maulana Muhammad Ali tentang

Jihad,” Skripsi S1 Fakultas Syari‟ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2009.

Syukri, Fuad. “Bias Filsafat Barat dalam Tafsir Modern Muhammad Abduh”

Journal of al-Qur’ān and Hadīth Studies, Vol. 3, No. 2. (2014): h. 265-295.

Taimiyah, Ibn. al-Mu’jizatu wa Karamātul Auliyā’. Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyah, 1985.

Ulya, Hikmatul. “Analisis terhadap Pemikiran Maulana Muhammad Ali Tentang

Konsep Pernikahan dalam Perspektif Kesetaraan Gender,” Skripsi S1

Fakultas Syari‟ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2010.

Usmani, Ahmad Rofi‟. Ensiklopedia Tokoh Muslim. Bandung: Mizan, 2015.

Wiryopranoto, Suhartono (dkk), Perjuangan Ki Hajar Dewantara dari Politik ke

Pendidikan. Jakarta: Meseum Kebangkitan Nasional Direktorat jenderal

Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Zahrah, Muhammad Abu. Aliran Politik dan ’Aqidah dalam Islam. Penerjemah

Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib Jakarta: Gaya Media Pratama,

2011.

al-Zamakhsyarī. Tafsīr al-Kasysyāf. Beirut: Dār al-Ma‟rifah, 2009.

al-Zarqāniy, Manāhil Al-‘Irfān Fī ‘Ulūmīl Qur’an, Juz 1 Dār Al-Kitāb Al-„Azaliy.

Zulkairnain, Iskandar. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2011.

aaiil.org/text/books/bookmain.shmtl

http://ahmadiyya.org/m-ali/contents.htm.