Upload
mariana-ade-cahaya
View
682
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENCAPAIAN KONSEP
(Concept Attainment)
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah pengajaran biologi
Disusun oleh:
1. Dolly Hermayanti ( 1202199)
2. Yanthi Sianipar (1201528)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
Pencapaian Konsep
(Concept Attainment)
A. Pembelajaran Pencapaian Konsep
Menurut Gage (Dahar, 1989:11), belajar merupakan suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Perubahan
perilaku yang diharapkan sebagai hasil belajar dapat berbentuk kecakapan
intelektual, kecakapan motorik dan sikap. Tetapi hasil utama dari pendidikan
yang harus kita capai adalah belajar konsep. Siswa harus belajar konsep
karena siswa akan mampu mengelompokkan peristiwa-peristiwa, objek-
objek, dan kegiatan yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memecahkan masalah yang ada. Konsep yang dimaksud disini tidak
lain adalah kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus yang ada di
lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu
merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian,
sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar
yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building
blocks) dalam struktur berpikir individu. Untuk memecahkan masalah, siswa
harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, berdasarkan konsep yang telah
ia miliki.
Sampai saat ini, definisi konsep yang tepat belum ada. Dahar (1989:89)
menyatakan bahwa konsep-konsep merupakan penyajian-penyajian internal
dari sekolompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat dipahami dan
konsep-konsep itu harus disimpulkan dari perilaku. Menurut Rosser (Dahar,
1989: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-
objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut yang sama. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide atau
gagasan yang dapat mengelompokkan objek-objek yang memiliki atribut
sama.
Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang
diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu
ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian,
kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser, 1984).
Tujuh dimensi konsep menurut Flavell (1970) adalah:
1. atribut
2. struktur
3. keabstrakan
4. keinklusifan
5. generalitas/keumuman
6. ketepatan
7. kekuatan
Model pencapaian konsep merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok pengolahan informasi. Model pencapaian konsep adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga
konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini
memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut mampu
membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka
juga harus dapat membentuk susunan suatu konsep dengan kemampuannya
sendiri. Oleh karena itu, siswa tidak disediakan rumusan suatu konsep,
melainkan mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh
yang memiliki penekanan terhadap ciri-ciri (atribut) dari konsep itu.
Model pembelajaran pencapaian konsep dimulai dengan “penulisan nama
suatu konsep” berikut ciri-ciri penting yang dimilikinya. Menurut Naylor &
Diem (1087:223-225) menguraikan langkahnya sebagai berikut:
1. Menunjukkan serangkaian contoh dan bukan contoh dari konsep yang
dipelajari secara berurutan
2. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menguji contoh dan non-
contoh serta menduga aturan suatu konsep
3. Menegaskan dan menjelaskan nama dan definisi atau rumusan suatu
konsep
4. Menunjukkan contoh-contoh dan bukan contoh tambahan, kemudian
meminta siswa mengklasifikasikannya dan menanyakan “mengapa
merekan mengklasifikasinnya seperti itu?”
5. Menguji pemahaman siswa tentang konsep berdasarkan contoh-contoh
yang mereka buat sendiri
Mengurutkan contoh dan bukan contoh secara sistematis merupakan
bagian kegiatan pembelajaran yang sangat penting dalam pencapaian konsep.
Cara ini akan mempengaruhi siswa dalam memproses data, jika siswa hanya
dihadapkan pada contoh saja, itu akan membatasi pemahaman siswa. Berbeda
halnya jika siswa dihadapkan pula pada bukan contoh, siswa akan terbantu
dalam mengidentifikasi ciri-ciri yang penting dalam suatu konsep. Usaha
membandingkan contoh dan bukan contoh merupakan kegiatan yang
menghadapkan siswa untuk berpikir sistematis dan logis dalam mengamati
perbedaan contoh dan bukan contoh.
Dalam membantu siswa mempelajari berbagai konsep, guru harus
memfokuskan pembelajarannya kepada pemahaman konsep yang berorientasi
pada pengembangan kognitif siswa. Oleh karena itu, pembelajaran konsep
harus didasarkan pada pendekatan yang menyangkut pengembangan
keterampilan berpikir.
Terdapat dua jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran pencapaian konsep yaitu pendekatan induktif dan pendekatan
deduktif. Berdasarkan pendekatan induktif, pembelajaran konsep biologi
dimulai dengan menyampaikan contoh dan bukan contoh suatu konsep,
meneliti kelebihan yang terdapat pada contoh konsep, merumuskan konsep,
memberikan contoh baru, kemudian meminta siswa untuk menggunakan
definisi (abstrak). Sedangkan pembelajaran biologi berdasarkan pendekatan
deduktif dimulai dari mendefinisikan konsep (abstrak), menjelaskan istilah
dalam definisi, memberikan contoh dan bukan contoh, kemudian
menggunakan konsep untuk memberi contoh baru. Inti dari kedua pendekatan
ini, terlihat pada bagian akhir yaitu keduanya memberikan kesempatan pada
siswa untuk menerapkan pengetahuannya.
Joyce & Weil (1986:34) menggambarkan tahapan pelaksanaan model
pembelajaran pencapaian konsep seperti terlihat pada bagan di bawah ini:
TAHAP PERTAMA
MENYAJIKAN DATA DAN MENGIDENTIFIKASI KONSEP
Guru menyajikan contoh yang sudah berlabel
Siswa membandingkan karakteristik contoh positif dan contoh negatif
Siswa merumuskan hipotesis
Siswa merumuskan definisi menurut karakteristik yang terdapat pada
contoh
TAHAP KEDUA
PENGETESAN KETERCAPAIAN KONSEP
Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang belum berlabel
Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan merumuskan kembali
definisi menurut karakteristik penting
Siswa membuat contoh-contoh tambahan
TAHAP KETIGA
ANALISIS STRATEGI BERFIKIR
Guru membimbing diskusi
Siswa menggambarkan cara berpikirnya melalui kegiatan diskusi
tentang ciri-ciri yang terdapat pada konsep, hipotesis dan definisi
Apabila langkah-langkah dari model pembelajaran pencapaian konsep di
atas dijabarkan, dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Dampak instruksional dan pengiring yang dihasilkan oleh pembelajaran
pencapaian konsep dapat dilihat pada bagan berikut:
Ada dua hal penting dalam pembelajaran concept attainment (pencapaian
konsep) yaitu;
(1) menentukan tingkat pencapaian konsep, dan
(2) analisis konsep.
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa
sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau
tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat
klasifikatori atau tingkat formal.
Tingkat perkembangan kognitif Piaget dapat membimbing guru untuk
menentukan tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan. Sebagian besar
dari konsep-konsep yang dipelajari selama tingkat perkembangan pra-operasional
merupakan konsep-konsep pada tingkat konkret dan identitas.Selama tibgkat
operasional kongkret, dapat diharapkan pencapaian klasifikatori, paling sedikit
untuk konsep-konsep yang mempunyai contoh konkret. Tingkat-tingkat
pencapaian konsep yang diharapkan tercermin pada tujuan pembelajaran yang
dirumuskan sebelum proses belajar-mengajar dimulai.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pembelajaran pencapaian
konsep. Untuk melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan
beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) atribut-atribut kriteria dan atribut-atribut variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh dari konsep, dan
(5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
B. Cara Individu Memperoleh Konsep-Konsep
Menurut teori Ausubel (Dahar, 1989:81), individu memperoleh konsep
melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi
konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi
konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses
perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh
pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan
proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk
belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif,
abstraktif dan diferensiasi. Contoh perolehan konsep pada anak adalah ketika
anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan terdekatnya. Misalnya,
pada saat seorang anak yang baru berumur 2 tahun memanggil Bapak dan
Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-sama
anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan
saat tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah
Bapak.
Asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat
mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang
telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku
sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi
atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah
hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep
gajah dengan hewan-hewan lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka asimilasi
konsep merupakan salah satu contoh belajar penerimaan bermakna
(meaningful reception learning).
Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif, pembentukan konsep
lebih memakan waktu daripada assimilasi konsep. Ahli teori belajar discovery
learning, menyakini bahwa pembelajaran konsep melalui pembentukan
konsep lebih bermakna daripada siswa mempelajari konsep melalui asimilasi
konsep.
C. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Pengembangan konsep-konsep melalui satu seri tingkatan. Empat tingkat
pencapaian konsep menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88) adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat konkret
Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap
suatu benda yang pernah ia kenal. Misalnya pada suatu saat anak bermain
kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia
menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah
kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret. Dengan
demikian dapat dikatakan juga anak mampu membedakan stimulus yang
ada di lingkungannya terhadap kelereng tersebut. Pada saat ini anak sudah
mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.
2. Tingkat identitas
Seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila
ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi
ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan
melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng
dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.
3. Tingkat klasifikatori
Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang
berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak mampu membedakan
antara apel yang masak dengan apel yang mentah.
4. Tingkat formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan
konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut
yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan
contoh secara verbal.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna. 1996. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
__________. Concept Attentment. (online).
http://www.csun.edu/coe/eed/holle/PACT/instruction/conceptattainment.
pdf (diakses 29 September 2012)
___________. Teori Belajar Konsep. (online). www.ut.ac.id/html (diakses 5
Oktober 2012)