Upload
iqbal
View
94
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
proposal mengenai pencemaran laut oleh aktivitas manusia terutama minyak
Citation preview
PENCEMARAN LAUT DITINJAU DARI HUKUM LINGKUNGAN
INTERNASIONAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA
A. Latar Belakang Masalah
Laut adalah bagian permukaan bumi yang cekung dan tertutup oleh air yang mempunyai
kadar garam tinggi. Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di
permukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua dengan benua
lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya. Laut memiliki arti penting dalam
kehidupan manusia, laut memiliki sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Tidak hanya memiliki sumber daya alam yang banyak, laut juga digunakan
manusia dalam kehidupan untuk berbagai manfaat seperti untuk transportasi, untuk
mengontrol iklim dunia, objek riset penelitian dan lain sebagainya.
Dewasa ini dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesadaran manusia akan pentingnya lingkungan laut sepertinya semakin berkurang.
Kegiatan manusia yang berhubungan dengan laut semakin hari semakin merusak laut itu
sendiri, kegiatan-kegiatan manusia mulai tidak bersahabat dengan lingkungan laut dan
mulai menimbulkan pencemaran yang menimbulkan kerusak bagi air laut sehingga
berdampak buruk pada biota laut.
Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan laut dalam kegiatan manusia oleh karena itu
sangat penting untuk melindungi lingkungan laut dari ancaman pencemaran yang
1
bersumber dari operasi kapal tanker, kecelakaan kapal tanker, scrapping kapal
(pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua), serta kebocoran minyak dan gas
dilepas pantai.
Pencemaran laut merupakan masalah yang cukup rawan, akan tetapi seringkali terabaikan
ketika kepentingan ekonomi lebih mendesak untuk di kedepankan. Masalah pencemaran
laut di perairan nusantara pernah menghangat dengan terjadinya tabrakan antara tanker
Nagasaki Spirit dan kapal angkut Ocean Blessing di lepas pantai belawan, Sumatra Utara
(1993), yang mengakibatkan tumpahnya minyak dan mengotori perairan di sekitarnya.1
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam
laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak
bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh
plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder
(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam
rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin
besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel
kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian
besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun
melalui tumpahan.
1 Melda Kamil Ariadno, Hukum Internasional Hukum yang Hidup, Diadit Media, Jakarta, hlm. 23.
2
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk
hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah
tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan proses di kapal, buangan
industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat
melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari perairan. Namun sumber
utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di
laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjdi fokus perhatian dari
masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar
pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut.
Dalam sejarah hukum laut internasional, perlindungan lingkungan laut lebih tua umurnya
dari pada Konvensi PBB 1982 tentang Hukum Laut. Pasal 24 Konvensi Jenewa mengenai
rezim laut lepas tahun 1958 menyatakan antara lain bahwa :
“every state shall draw up regulation to prevent pollution of the seas by the
discharge of oil from ship or pipelines or resulting from the exploitation and exploration
of the seabed and its subsoil, taking account to the existing treaty provisions on the
subject”
(“setiap Negara wajib mengadakan peraturan-peraturan untuk mencegah
pencemaran laut yang disebabkan oleh minyak yang berasal dari kapal atau pipa laut atau
yang disebabkan oleh eksplorasi dan eksploitasi dasar laut dan tanah di bawahnya, dengan
3
memperhatikan ketentuan-ketentuan perjanjian internasional yang terdapat mengenai
masalah ini”)2.
Walaupun dengan kenyataan bahwa pengaturan tentang perlindungan laut sudah ada sejak
lama, namun masih saja terjadi pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan laut.
Sebagai contoh pada 2009 terjadi pencemaran di laut Timor akibat meledaknya Kilang
Minyak Montara milik perusahaan Thailand di Australia, peristiwa yang kemudian dikenal
sebutan "Montara Timor Sea Oil Spill Disaster" ini disertai pula dengan zat timah hitam
bercampur bubuk kimia dispersant jenis Corexit 9500 dan 9572 yang sangat beracun
untuk menenggelamkan tumpahan minyak ke dasar Laut Timor. Kasus ini berdampak
besar terhadap kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur bahkan ada yang sampai
meninggal dunia yang diduga keras karena efek dari pencemaran tersebut. Masalah ini
tidak hanya menjadi perhatian khusus oleh Indonesia bahkan kasus pencemaran ini telah
menarik perhatian pemerintah internasional.
Perairan Asia Tenggara mencakup didalamnya laut Andanan, Selat Malaka dan Singapura,
Laut Cina Selatan, perairan kepulauan Indonesia dan Filipina termasuk laut arafuru dan
Laut Celebes. Seluruh perairan ini meliputi luas 8.94 juta km2 yang merupakan 2,5% dari
permukaan laut dan dunia.3 Dengan luas perairan yang dimiliki kawasan Asia Tengara
menyebabkan lebih 7% dari penduduk dikawasan ini hidup didaerah pantai.4 Hal ini
sangat menentukan dari kelestarian laut dan sebagian besarnya adalah penyebab dari
pencemaran laut.
2 Mochtar Kusuma Atmadja, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Sinar Grafika, 1992, hlm. 17.3 Ibid., hlm. 3.4 Ibid., hlm. 7
4
Wilayah laut Indonesia mengokupasi lebih dari dua pertiga keseluruhan wilayah republic
indonesia, laut memberikan berbagai sumber kekayaan alam, baik hayati maupun
nonhayati bagi Indonesia.5 Di perairan Nusantara pencemaran laut sudah mencapai titik
mendesak untuk diperhatikan dan ditangani secara khusus, terutama di perairan yang
menjadi jalur lintas pelayaran internasional. Di Indonesia pencemaran dan perusakan
lingkungan laut menjadi isu yang sangat penting untuk ditangani karena mengingat
ketergantungan rakyat Indonesia terhadap sumber daya lingkungan laut sangat besar demi
kelangsungan hidupnya. Tuntutan penduduk yang semakin meningkat telah
mengakibatkan pengekploitasian dan pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut yang
berlebihan. Disamping eksploitasi yang berlebihan, ancaman terhadap lingkungan laut
juga datang akibat pencemaran, baik dari darat maupun dari laut, serta teknik pemanfaatan
yang menyebabkan kerusakan. Saat ini pencemaran lingkungan laut mendapatkan
perhatian yang cukup besar karena dampak yang ditimbulkan terhadap kelestarian laut dan
manfaat dari sumber daya alam di laut menjadi terganggu, tidak hanya bagi negara pantai,
tetapi bagi umat manusia keseluruhan. Salah satu pencemaran yang terjadi di Indonesia
adalah pencemaran lingkungan laut yang berasal dari sumber daratan (land-based
sources). Limbah cair domestik dan industri (domestic and industrial sewage) merupakan
masalah pencemaran yang paling besar di banyak tempat di Indonesia. Hal ini umumnya
disebabkan karena tidak atau kurang memadainya fasilitas untuk menangani dan
mengelola limbah cair domestik dan industry.
5 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 72.
5
Secara umum, kegiatan atau aktivitas di daratan (land-based pollution) yang berpotensi
mencemari lingkungan pesisir dan laut antara lain : penebangan hutan (deforestation),
buangan limbah industri (disposal of industri waste), buangan limbah pertanian (disposal
of agricultural wastes), buangan limbah cair domestik (sewage disposal), buangan limbah
padat (solid wastes disposal), konversi lahan mangrove dan lamun (mangrove and swamp
conversion), dan reklamasi di kawasan pesisir (reclamation). Sedangkan kegiatan atau
aktivitas di laut (sea-based pollution) yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan
laut antara lain : perkapalan (shipping), dumping di laut (ocean dumping), pertambangan
(mining), eksplorasi dan eksploitasi minyak (oil exploration and exploitation), budidaya
laut (mariculture), dan perikanan (fishing). Pencemaran laut mempunyai dampak yang
buruk terhadap biota laut dan manusia.
Di Indonesia dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 1999
disebutkan : Bagi kegiatan yang menimbulkan limbah cair dan/atau limbah padat dari
kegiatan rutin operasional di laut, penanggung jawabnya diwajibkan untuk mengelola dan
membuang limbahnya di sarana pengelolaan limbah cair dan/atau limbah padat sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi dalam keadaan darurat,
pembuangan benda ke laut yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan dilaut dapat
dilakukan tanpa izin apabila:
a. Pembuangan benda dimaksudkan untuk menjamin keselamatan kegiatan di laut;
b. Pembuangan benda dimaksud disebabkan oleh adanya kerusakan pada
peralatannya dengan syarat bahwa semua upaya pencegahan yang layak telah
6
dilakukan atau pembuangan tersebut merupakan cara terbaik untuk mencegah
kerugian yang lebih besar.
Dengan masih banyaknya terjadi kegiatan yang menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan laut walaupun telah ada pengaturannya secara internasional dan nasional maka
penulis tertarik untuk menggangkat penelitian tentang pengaturan perlindungan
lingkungan laut dari pencemaran agar lebih memperjelas pengetahuan terhadap
pengaturan-pengaturan yang ada dan berhubungan dengan perlindungan lingkungan laut
sehingga diharapkan tidak akan ada lagi pencemaran laut yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan hukum internasional untuk melindungi laut dari
pencemaran?
2. Bagaimana pengaturan tentang perlindungan laut di indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum internasional tentang perlindungan laut
dari pencemaran.
2. Untuk mengetahui pengaturan hukum internasional tentang perlindungan
lingkungan laut yang ada di Indonesia.
7
D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, aka nada beberapa manfaat yang penulis
dapatkan hendaknya, yaitu :
a. Secara Teoritis
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang secara teoritis diperoleh di bangku
kuliah.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal lingkungan laut.
b. Secara Praktis
1. Sebagai tambahan informasi bagi yang berminat dalam masalah
perlindungan lingkungan laut.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan umum tentang Hukum Lingkungan
a. Pengertian Hukum Lingkungan
Hukum lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tingkah laku
orang tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan terhadap
lingkungan yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan
suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.6
Menurut Danusaputro (1980:35-36) dalam R.M. Gatot P. Soemartono Hukum
Lingkungan Indonesia, hukum lingkungan adalah hukum yang mendasari 6 R.M. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm 46.
8
penyelenggaraan perlindungan dan tata pengelolaan serta peningkatan
ketahanan lingkungan.
Menurut Drupsteen, hukum lingkungan adalah hukum yang berhubungan
dengan lingkungan alam dalam arti seluas-luasnya.
Pengertian hukum lingkungan yang termuat dalam ketentua Pasal 1 ayat (1)
UU Nomor 4 tahun 1982 tentang Kententuan Pokok-Pokok Lingkungan Hidup
yang telah diperbarui dengan UU Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup menyatakan bahwa hukum lingkungan (lingkungan hidup)
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya.7
b. Sejarah Hukum Lingkungan
Hukum Lingkungan baru berkembang sangat pesat pada akhir tahun 1968 dan
permulaan tahun 1970, pada tahun 1972 diadakan konferensi internasional
pertama dan bersejarah di Stockholm, Swedia.8 Istilah “hukum lingkungan”
merupakan konsepsi yang relative masih baru dalam dunia keilmuan pada
umumnya dan dalam lingkungan ilmu hukum pada khususnya, yang tumbuh
dan sejalan bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran akan lingkungan.9
Hukum lingkungan Indonesia telah mulai berkembang semenjak zaman
penjajahan Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi hukum lingkungan pada masa
itu bersifat atau berorientasikan pemakaian (use-oriented law), hukum 7 Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 169.8 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 14.9 Ibid., hlm. 24.
9
lingkungan Indonesia berubah menjadi perlindungan (environment-oriented
law) setelah lahirnya hukum internasional yang ditandani dengan lahirnya
Deklarasi Stockholm 1972 (the Stockholm Declaration of 1972). 10 Hukum
Lingkungan yang bersifat use-oriented maksudnya adalah produk hukum yang
melulu memberikan hak kepada masyarakat internasional untuk
mengeksploitasi lingkungan dan sumberdaya alam tanpa membebani
kewajiban untuk menjaga, melindungi dan melestarikannya, sedangkan yang
bersifat environment-oriented adalah produk hukum yang tidak saja memberi
hak kepada manusia untuk memakai lingkungan tetapi juga membebani
manusia dengan suatu kewajiban untuk menjaga, melindungi dan
melestarikannya.
Dalam membahas hukum lingkungan Indonesia, kita tidak dapat melepaskan
diri dari sejarah pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, namun
pada masa itu masih berorintasikan pemakaian atau use-oriented.
Peraturan produk Pemerintah Hindia Belanda yang ada dan sebagian di antaranya masih berlaku sampai hari ini adalah sebagai berikut11 :
a. Paralvisscheriz Sponsen Visserchrij Ordonantie, staasblad 1916 No. 157 ( Peraturan tentang Perikanan Mutiara dan Perikanan Bunga Karang)
b. Vissherij Ordonantie, tahun 1920 No. 396 ( Peraturan tentang Perikanan )
c. Hinder Ordonantie, Staatblad 1926 No. 226 yang dirumuskan dengan Staatblad 1927 No. 499 ( Undang-Undang Gangguan )
d. Dieren Bescharmings Ordonantie, Staatblad 1931 No. 134 ( Undang-Undang tentang Perlindungan Binatang Liar )
e. Jacht Ordonantie Java en Madoera, Staatblad 1939 No. 733 ( Undang-Undang Perburuan di Jawa dan Madura )
10 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, 2008, hlm. 1.11 Sukanda Husin, op. cit., hal 1-2.
10
f. Natuur bescharmings Ordonantie, Staatblad 1941 No. 167 ( Undang-Undang tentang Perlindungan Alam )
g. Monumenten Ordonantie, Staatblad 1931 No. 238 jo. Staatblad 1934 No. 511 ( Undang-Undang tentang Monumen )
c. Pembagian Hukum Lingkungan
Berdasarkan kepentingan-kepentingan lingkungan yang bermacam-macam
dapat dibedakan bagian-bagian hukum lingkungan, yaitu :
a. Hukum Bencana (Rampenrecht)
b. Hukum Kesehatan Lingkungan (Milieuhygienerecht)
c. Hukum tentang Sumber Daya Alam atau Hukum Konservasi (Natural
Resources Law / Recht betreffende natuurlije rijkdommen)
d. Hukum tentang Pembagian Pemakaian Ruang atau Hukum Tata Ruang
(Recht betreffende de verdeling van het ruimtegebruik)
e. Hukum Perlindungan Lingkungan (Milieubeschermingsrecht)
Dalam R.M. Gatot P. Soemartono Hukum Lingkungan Indonesia (1996:52), Koesnadi Hardjasoemantri berpendapat bahwa, hukum lingkungan di Indonesia dapat meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Hukum Tata Lingkungan2) Hukum Perlindungan Lingkungan3) Hukum Kesehatan Lingkungan4) Hukum Pencemaran Lingkungan ( dalam kaitannya dengan misalnya
pencemaran oleh industry, dan sebagainya )5) Hukum Lingkungan Transnasional / Internasional ( dalam kaitannya
dengan dengan hubungan antar Negara )6) Hukum Perselisihan Lingkungan ( dalam kaitannya dengan misalnya
penyelesaian masalah ganti kerugian, dan sebagainya )
2. Tinjauan khusus tentang Pencemaran Laut
a. Pengertian Pencemaran
11
Dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa pencemaran adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Baku mutu lingkungan hidup
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup.
b. Pengertian Pencemaran Laut
Pencemaran laut dapat diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya
mahkluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut
oleh kegiatan manusia, baik di darat maupun di laut sehingga kualitas air laut
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak
sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.12
Para ahli yang tergabung pada badan-badan di bawah Perserikatan Bangsa-
Bangsa mendefinisikan pencemaran laut sebagai :
“introduction by man, diretcly or indirectly, of substance or energy into the
marine environment ( including) resulting in such deleterious effects as harm to living
12 Ibid., hal 72.
12
resources, hazardous human health, hindrance to marine activities including fishing,
impairment quality for use of sea water and reduction of amenities”.13
( Dimasukkannya oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, zat atau
energi ke dalam lingkungan laut yang berakibat meracuni atau merusak mahkluk hidup,
membahayakan kesehatan manusia, gangguan terhadap aktivitas laut termasuk
memancing, merusak kualitas air laut dan mengurangi kenyamanan )14
c. Pembagian Pencemaran Laut
Dalam hal pencemaran laut dapat dibedakan dalam enam kategori utama, sebagai berikut15 :
1) Marine pollution caused via the atmosphere by land based activities.Bukti ilmiah yang menunjukkan adanya tiga penyebab utama pencemaran laut golongan pertama ini, yaitu :
a) Penggunaan berbagai macam “synthethic chemicals” khususnya ‘chlorinated hydrocarbons” untuk pertanian
b) Pelepasan logam-logam berat (heavy metals) seperti merkuri akibat proses industry atau lainnya
c) Pengotoran atmosfir oleh hydrocarbons minyak yang dihasilkan oleh penggunaan minyak bumi untuk menghasilkan energy
2) The disposal of domestic and industrial wastesPencemaran yang yang disebabkan oleh pengaliran limbah domestic atau limbah industry dari pantai, baik melalui sungai, “sewage outlets” atau akibat “dumping”
3) Marine pollution caused by radioactivityPencemaran laut karena adanya kegiatan-kegiatan radioaktif alam ataupun dari kegiatan kegiatan manusia. Dua penyebab utamanya adalah percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah radioaktif, termasuk pencemaran yang disebabkan oleh penggunaan laut untuk kepentingan militer atau pembuangan alat-alat militer di laut.
4) Ship-borne pollutans
13 Melda Kamil Ariadno, op.cit., hlm. 24.14 Terjemahan tersebut atas pemahaman dari peneliti sendiri. 15 Ibid., hal 24-25.
13
Pencemaran jenis ini dapat terdiri dari berbagai macam bentuk kapal dan muatan. Akan tetapi penyebab utamanya adalah tumpahan minyak di laut, yang dapat dibedakan karena kegiatan kapal seperti pembuangan air ballast atau karena adanya kecelakaan kapal di laut, terutama apabila kecelakaan itu melibatkan kapal tanker.
5) Pollution from offshore mineral productionKegiatan penambangan di dasar laut, terutama apabila terjadi kebocoran pada instalasi penambangan dan pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
d. Penyebab Pencemaran Laut
Penyebab pencemaran di laut adalah sebagai berikut :
1) Pencemaran oleh tumpahan minyak
Antara tahun 1990-1999, rata-rata tumpahan minyak ke laut menunjukkan
persentase sebagai berikut:
1) Natural seeps: 47 %
2) Consumption activities (land-based run-off, non tanker operational
releases and spills): 33 %
3) Tanker spills: 8 %
4) Other (atmospheric deposition and jettisoned aircraft fuel): 5 %
5) Transportation (cargo washings, coastal facility and pipeline spills): 4 %
6) Extraction (platforms and produced water): 3 %
2) Pencemaran oleh logam berat
Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
3) Pencemaran oleh sampah
14
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik,
sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia
II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik
ton.
4) Pencemaran oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka
sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol
hama tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Perstisida
mempunyai efek negative yang dapat membunuh biota laut.
5) Pencemaran akibat proses eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya
senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Efek yang di
timbulkan adalah penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya
menganggu kestabilan populasi organisme lain.
6) Pencemaran akibat Tingkat Keasaman
Dewasa ini kegiatan-kegiatan manusia mengakibatkan karbon dioksida semakin
banyak masuk ke atmosfer. Dengan meningkatnya jumlah kandungan karbon
dioksida di atmosfer hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang
berakibat buruk bagi biota laut.
7) Pencemaran akibat Kebisingan
15
Kegiatan-kegiatan yang di lakukan manusia di laut berpotensi menimbulkan
pencemaran akibat kebisingan ini, hal ini berpengaruh terhadap mahkluk hidup air
yang berkomunikasi dengan suara. Contoh kegiatan yang menimbulkan kebisingan
seperti : kegiatan militer, eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak, kegiatan
oceanografi dan perikanan , dan lain sebagainya.
e. Dampak yang ditimbulkan dari Pencemaran laut
Pencemaran yang terjadi di lingkungan laut menimbulkan dampak negatif baik
itu bagi biota laut maupun bagi manusia sendiri. Berikut beberapa dampak
yang di timbulkan dari pencemaran laut adalah :
1) Meracuni dan membunuh biota laut
Pencemaran yang terjadi akibat pembuangan minyak di laut atau
pembuangan logam berat di laut akan sangat membahayakan bagi biota laut
tersebut.
2) Meracuni dan membunuh manusia
Pencemaran air laut tidak hanya menimbulkan penyakit pada manusia
seperti penyakit kulit atau pencernaan, pencemaran air laut bahkan dapat
membunuh manusia. Hal ini pernah terjadi di Laut Timor yang
mengakibatkan meninggalnya orang yang di duga karena efek yang
ditimbulkan dari pencemaran air laut.
f. Kasus-Kasus Pencemaran Laut yang pernah Terjadi
Selama ini ada beberapa kasus-kasus pencemaran terhadap lingkungan laut yang
terjadi, sebagai contoh :
16
1) Tumpahan minyak Exxon Valdez terjadi di Prince William Sound, Alaska, pada
tanggal 24 Maret 1989.16
2) Tanker Showa Maru, karam di Selat Malaka tahun 1975, menumpahkan 1 juta
ton minyak mentah.
3) Pencemaran Teluk Buyat oleh PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Teluk
Buyat terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi
pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang).
4) Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan
ribuan orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk Minamata
Jepang.
5) Pencemaran laut Timor pada 2009 akibat meledaknya Kilang Minyak Montara
milik perusahaan Thailand di Australia.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Metode penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder.17 Penelitian hukum
normatif yang dilakukan dalam penulisan ini lebih diarahkan kepada inventarisasi
hukum, yakni mengumpulkan data dan menelaah berbagai aturan-aturan hukum
yang ada dalam pengaturan hukum internasional dan dalam hukum nasional
16 http://setyawanrizqa.wordpress.com/2013/04/22/tumpahan-minyak-kapal-tanker-exxon-valdez/17 Soerjono soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2006, hlm. 13
17
Indonesia sebagai upaya untuk mengetahui pengaturan hukum tersebut terhadap
perlindungan lingkungan laut terhadap pencemaran yang banyak terjadi.
2. Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini melengkapi data primer
dan data sekunder. Namun dalam penelitian ini data utama yang dijadikan bahan
acuan untuk penulisan ini adalah data sekunder yang mencakup beberapa hal,
yakni :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat.
Yang dilengkapi ketentuan-ketentuan hukum internasional dan ketentuan
hukum nasional Indonesia yang terkait dengan perlindungan lingkungan laut
dan pencemaran terhadap lingkungan laut, baik yang terdapat dalam
perjanjian-perjanjian internasional, undang-undang yang ada di Indonesia,
maupun aturan-aturan hukum lainnya.
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran. Seperti hasil-hasil penelitian
orang lain, dan hasil karya dari kalangan hukum.
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, contohnya seperti kamus,
ensiklopedia, internet dan lain sebagainya.
Sedangkan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari berbagai pihak yang digunakan untuk validasi dan memberikan
18
penjelasan lebih lengkap kepada penulis tentang apa yang terdapat dari data
sekunder.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian hukum normatif dapat dilakukan beberapa teknik pengumpulan
data, diantaranya :
a. Mencari informasi untuk mendapatkan gambaran atau informasi tentang
penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
b. Kunjungan ke perpustakaan daerah maupun perpustakaan fakultas untuk
mendapatkan buku-buku, hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian, misalnya laporan penelitian, bulletin, brosur dan
lain sebagainya.
G. Sistematika Penulisan
Hasil dari penelitian ini terdiri dari 4 ( empat ) bab, dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
19
Pada bab ini diuraikan mengenai :
1. Tinjauan umum tentang Hukum Lingkungan yang meliputi :
a. Pengertian Hukum Lingkungan
b. Sejarah Hukum Lingkungan dan
c. Pembagian hukum lingkungan.
2. Tinjauan khusus tentang Pencemaran Laut
a. Pengertian Pencemaran
b. Pengertian Pencemaran Laut
c. Pembagian Pencemaran Laut
d. Penyebab Pencemaran laut
e. Dampak Pencemaran Laut
f. Contoh Kasus Pencemaran Laut
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan terhadap masalah yang
telah dikemukakan mengenai pengaturan pencemaran laut ditinjau dari
hukum lingkungan internasional dan hukum nasional Indonesia.
BAB IV : PENUTUP
20
Bab ini berisi kesimpulan terhadap semua permasalahan yang telah dibahas
dan saran yang perlu untuk perbaikan mengenai permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
21
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
Melda Kamil Ariadno, Hukum Internasional Hukum yang Hidup, Diadit Media, Jakarta.
Mochtar Kusuma Atmadja, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Sinar
Grafika, Jakarta, 1992.
R.M. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.
Soerjono soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Sukanda Husin, Hukum Lingkungan Internasional, Pusbangdik, Pekanbaru, 2009.
, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
B. LAIN-LAIN
http://gamasugara.blogspot.com/ di akses pada19 juni 2014 pukul 12.04 WIB
http://news.liputan6.com/read/670636/kasus-pencemaran-laut-timor-agenda-apec-2013
https://www.academia.edu/5236964/PENCEMARAN_LAUT di akses pada 22 juli 2014pukul 20.12 WIB
http://massal2003.wordpress.com/2011/10/22/sumber-sumber-pencemaran-laut-sources-of-marine-pollution/ di akses pada 25 juni 2014 pukul 20.25 WIB
22
http://setyawanrizqa.wordpress.com/2013/04/22/tumpahan-minyak-kapal-tanker-exxon-valdez/ di akses pada 22 juli 2014 pukul 20.24 WIB
http://gudang-ilmu-arianto.blogspot.com/2013/05/makalah-pencemaran-laut_7.html diakses pada 22 juli 2014 pukul 20.24 WIB
http://www.flobamora.net/berita/849/2014-02-18/kasus-pencemaran-laut-timor-pelanggaran-ham-berat.html
23