34
TUGAS MATA KULIAH FARMASI LINGKUNGAN PENCEMARAN TANAH AKIBAT PESTISIDA Disusun oleh : Rizkia Putri (3311111 ) Nunik Utari Nurwulandari (3311111101) Dini Rosdini (3311111096) Dimasnanda N (3311111 ) UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FARMASI

MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

TUGAS MATA KULIAH FARMASI LINGKUNGAN

PENCEMARAN TANAH AKIBAT

PESTISIDA

Disusun oleh :

Rizkia Putri (3311111 )

Nunik Utari Nurwulandari (3311111101)

Dini Rosdini (3311111096)

Dimasnanda N (3311111 )

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

FARMASI

2012

Page 2: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat

menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu tugas mata

kuliah Farmasi Lingkungan.

Makalah ini berisi tentang Pencemaran Tanah yang disebabkan oleh

pestisida. Makalah ini berisi tentang dampak serta penanggulangan pencemaran

tanah yang disebabkan oleh pestisida.

Kami menucapkan terima kadih kepada seluruh pihak yang membantu

dalam penyelesaian tugas ini.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata dan penulisan.

Terima kasih.

Cimahi, 10 April 2012

Penyusun

i

Page 3: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………. ii

BAB I. Pendahuluan…………………………………………………….. 1

BAB II. Pestisida dan Pencemaran Tanah……………………………… 4

BAB III. Pencemaran Tanah oleh Pestisida di Semarang………………. 7

BAB IV. Dampak Pencemaran Tanah akibat Pestisida………………… 9

BAB V. Pencegahan Pencemaran Tanah akibat Pestisida……………… 12

BAB VI. Penanggulangan Pencemaran Tanah…………………………. 13

BAB VII. Kesimpulan…………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 21

ii

Page 4: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB I

PENDAHULUAN

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber

daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang

sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di

dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan

permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.

Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah

Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa

memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah

tersebut.

Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak

bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat

luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan

kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti

oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.

Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya

menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air

yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian,

terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.

Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan

sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah

berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi(landscape), terutama

pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan

lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang,

permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para

pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa

melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.

Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu

mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan

pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa

Page 5: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh

terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan

pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta

dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.

Pengertian Pencemaran Tanah

Pencemaran adalah masuknya energi atau bahan ke dalam lingkungan

yang menyebabkan timbulnya perubahan yang merusak lingkungan, kesehatan,

dan keberadaan manusia dan organisme lainnya. Timbulnya pencemaran ini selain

karena proses alam, seperti hujan asam dan gunung merapi, juga di sebabkan oleh

aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Secara umum,

pencemaran terdiri dari pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah,

dan juga pencemaran suara.

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia

masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi

karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,

penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan

sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau

limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang

langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,

maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.

Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia

beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung

kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di

atasnya.

Pencemaran tanah adalah masuknya bahan atau zat yang menurunkan

kualitas tanah. Penyebab pencemaran tanah berasal dari zat kimia (limbah

industri, pupuk buatan, dan deterjen), sampah organik yang di buang kesungai,

parit, atau kolam yang akan mengalami pembusukan, insektisida yang digunakan

untuk memberantas hama, tumpahan minyak, serta sampah plastik yang dapat

menurunkan porositas tanah. 

Page 6: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Keprihatinan atas pencemaran tanah berasal terutama dari risiko

kesehatan, dari kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi, uap dari

kontaminan, dan dari kontaminasi sekunder persediaan air dalam dan mendasari

tanah. Jenis kontaminasi atau pencemaran biasanya muncul dari pecahnya tanki

penyimpanan bawah tanah, aplikasi pestisida, perkolasi air permukaan

terkontaminasi untuk strata bawah permukaan, minyak dan bahan bakar dumping,

pencucian limbah dari tempat pembuangan sampah atau debit langsung dari

limbah industri untuk tanah.

Bahan kimia yang paling umum terlibat adalah minyak hidrokarbon,

pelarut, pestisida, timah dan lainnya logam berat. Ini terjadinya fenomena ini

berkorelasi dengan tingkat industrialisasi dan intensitas penggunaan kimia.

Diobati limbah lumpur, yang dikenal di industri sebagai biosolids, telah menjadi

kontroversial sebagai pupuk untuk tanah. Karena merupakan produk sampingan

dari pengolahan limbah, umumnya mengandung kontaminan seperti organisme,

pestisida, dan logam berat dibandingkan tanah lainnya.

Page 7: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB II

PESTISIDA DAN PENCEMARAN TANAH

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber

daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang

sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di

dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan

permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.

Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro

menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme

yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, aktinomisetes,

alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh

perubahan lingkungan. 

Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah

Indonesia banyak yang tidak digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa

memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah

tersebut. Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

manusia, semakin tinggi pula daya saing untuk mencapai tingkat kemudahan

dalam setiap aktifitas hidupnya sehari-hari. Satu hal vital yang tidak luput dari

proses pengaplikasian pengetahuan memberikan dampak besar terhadap kegiatan

Page 8: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

pertanian tanah air yang notabene merupakan sumber pencaharian terbesar

sebagian masyarakat negara agraris ini. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dengan waktu yang seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka

diwujudkanlah hal tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas

pertanian tersebut berlangsung.

Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin

meningkat, maka sangat dibutuhkannya Ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan

pestisida. Karena menyangkut hal-hal tentang pertanian dan perkebunan yang

merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara Indonesia yang beriklim

tropis.

Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema. Di satu

sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa disadari

mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba

maupun lingkungan. Pemakaian pestisida haruslah sesuai dengan persyaratan dan

peraturan perundangan yang berlaku. Penggunaannya haruslah diperuntukkan

membasmi organisme pengganggu tanaman secara selektif dan seminimal

mungkin merugikan organisme dan target.

Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak

hanya para pejabat, tidak hanya sipemakai jasa. Kita semua memikul tanggung

jawab bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi

tangung jawab pabrik panghasil, dan tanggung jawab pemrintah yang memberi

Page 9: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan

semua negara.

Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan

berbahaya dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua Negara dunia juga

harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya. Bersikap mendua dalam

mengambil langkah kiranya kurang membantu. pemakaian pestisida dilarang

tetapi tetap diproduksi dan bahkan diekspor kenegara tetangga.

Setiap usaha pembrantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat

menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang

kasus-kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan

hilang sama sekali. Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi

lingkungan itu makin diperkecil.

Page 10: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB III

PENCEMARAN TANAH OLEH PESTISIDA DI SEMARANG

Pestisida merupakan suber pencemar utama lingkungan dalam kegiatan

pertanian, baik terhadap kualitas tanah maupun air tanah. Kabupaten Semarang

adalah wilayah yang penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai

petani sayur, bunga, buah dan tanaman produksi lain, seperti tembakau.

Umumnya mereka menggunakan pestisida secara rutin, baik ada hama maupun

tidak.

Kecamatan Ambarawa merupakan wilayah sentra pertanian sayuran

dengan tiga desa utama sebagai penghasil sayuran, yaitu Desa Bandungan, Desa

Candid an Desa Kenteng. Berdasarkan wawancara 13 petani sayuran, pada

umumnya mereka menanam cabe, buncus, tomat, seledri, daun bawang, sawi,

kapri dan bayam. Pendidikan para petani tersebut 46,2% tidak tamat sekolah

dasar, bahkan diantaranya belum bias baca tulis. Pendidikan yang rendah dapat

menentukan rendahnya pengetahuan dan kepedulian petani terhadap lingkungan

pertanian dari pencemaran pestisida terhadap tanah.

Jenis pestisida yang paling banyakdigunakan oleh para petani sayur

tersebut Curacron sebanyak 69,2%. Jenis pestisida lain yang digunakan adalah

Page 11: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Dencis, Dursban dan yang jarang digunakan adalah Matador dan Diazinon.

Pestisida tersebut termasuk dalam kelompok organofosfat yang bersifat agak

peresisten dan piretroid yang mudah terurai di lingkungan. Pola penggunaan

pestisida oleh para petani satur tersebut sangat tinggi, sebagian besar

menggunakan dua kali dalam seminggu.. Para petani pun menggunakan pestisida

tanpa mempertimbangkan dosis atau takaran yang tertulis dalam label. Dan

kemungkinan dosis pestisida ditinggikan penggunaannya jika banyak hama dan

apabila dalam musim penghujan.

Page 12: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB IV

DAMPAK PENCEMARAN TANAH AKIBAT PESTISIDA

Pemanfaatan bahan-bahan agrokimia yang berlebihan untuk menggenjot

produksi menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya lapisan tanah yang

mengandung nutrisi. Di samping itu, kualitas produksi yang dihasilkan pun akan

menurun. Pencemaran tanah merupakan masalah yang harus dihadapi. Pemakaian

pupuk dan pestisida dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi

tanah dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah

pertanian sudah makin parah dan dengan sudah mengendapnya pestisida maupun

bahan agrokimia lainnya dalam waktu yang cukup lama. Padahal, untuk

mengembalikan nutrisinya tanah memerlukan waktu ratusan tahun, sedangkan

untuk merusaknya hanya perlu beberapa tahun saja. Hal ini terlihat dari

menurunnya produktivitas karena hilangnya kemampuan tanah untuk

memproduksi nutrisi.

Ada beberapa pengaruh negatif lainnya pemakaian pestisida sintetis

secara tidak sesuai, yaitu :

Pertama, pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap manusia dan makhluk lainnya dalam bentuk

makanan dan minuman yang tercemar.

Kedua, matinya musuh alami dari hama maupun patogen dan akan

menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama yang jauh lebih berat

dari sebelumnya.

Ketiga, kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder. Contohnya:

penyemprotan insektisida sintetis secara rutin untuk mengendalikan

ulat grayak (hama primer) dapat membunuh serangga lain seperti

walang sembah yang merupakan predator kutu daun (hama sekunder).

Akibatnya setelah ulat grayak dapat dikendalikan, kemungkinan besar

tanaman akan diserang oleh kutu daun.

Page 13: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Keempat, kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti

lebah yang sangat serbaguna untuk penyerbukan.

Kelima, timbulnya kekebalan/resistensi hama maupun patogen

terhadap pestisida sintetis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, setiap

rencana penggunaan pestisida sintetis hendaknya dipertimbangkan

secara seksama tentang cara penggunaan yang paling aman, di satu sisi

efektif terhadap sasaran, di sisi yang lain aman bagi pemakai maupun

lingkungan.

Keenam, terkontaminasinya produksi pertanian (sayur, buah,

tembakau, dan lain-lain) dengan kandungan pestisida yang

membahayakan apabila masuk ke dalam tubuh.

Ketujuh, perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat

menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan

dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak

mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar

ini memilikiwaktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-

bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama

Sebenarnya tidak semua jenis insekta, cacing (nematode) dan lain-lain

merupakan hama dan penyakit bagi tanaman, akan tetapi racun serangga telah

membunuhnya. Tetapi makhluk-makhluk kecil ini sangat diperlukan untuk

kesuburan tanah selanjutnya. Apabila penyemprotan dilakukan secara berlebihan

atau takaran yang dipakai terlalu banyak, maka yang akan terjadi adalah kerugian.

Tanah disekitar tanaman akan terkena pencemaran pestisida. Akibatnya makhluk-

makhluk kecil itu banyak yang ikut terbasmi, sehingga kesuburan tanah menjadi

rusak karenanya. Bukan tidak mungkin tragedi kegersangan dan kekeringan

terjadi. 

Dan akibat yang paling parah, kesuburan tanah di lahan-lahan yang

menggunakan pestisida dari tahun ke tahun menurun.Dunia pertanian modern

adalah dunia mitos keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur dari berapa

banyaknya hasil panen yang dihasilkan. Semakin banyak, semakin dianggap maju.

Page 14: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Selain itu penggunaan pestisida berakibat :

1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah.

2. Kesuburan tanah merosot/tandus.

3. Tanah mengandung residu (endapan) pestisida 

4. Hasil pertanian mengandung residu pestisida 

5. Keseimbangan ekosistem rusak; dan 

6. Terjadi peledakan serangan dan jumlah hama. 

Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan

petunjuk penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil lingkup

risiko yang harus ditanggung manusia dan alam. Pemakaian pestisida secara

membabi buta bisa mengundang bencana. 

Page 15: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB V

PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH OLEH PESTISIDA

Pencemaran tanah akibat pestisida dapat dicegah dengan beberapa cara, sebagai

berikut :

1. Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk

pemberantasan hama seperti pestisida.

2. Penggunaan pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai

dengan aturan yang terdapat di label kemasan dan tidak sampai berlebihan.

3. Gunakan pestisida pada bagian tanaman saja, jangan disemprotkan pada

bagian tanah.

4. Gunakan pestisida yang lebih ramah lingkungan.

5. Gunakan hanya pada musim tertentu, seperti saat musim hama, dengan

sesuai aturan.

Page 16: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB VI

PENANGGULANGAN PENCEMARAN TANAH

V.1. Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah

yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on-site)

dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di

lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari

pembersihan venting (injeksi).

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan

kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah

tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut

disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke

bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak

yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan

off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

V.2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan

menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan

untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang

kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Hal yang perlu diketahui dalam melakukan remediasi, yaitu:

1. Jenis pencemar (organic atau anorganik),

2. Terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak,

3. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari lingkungan

tersebut,

4. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P),

5. Jenis tanah,

6. Kondisi tanah (basah, kering)

7. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,

8. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera atau bisa

ditunda).

Page 17: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan

menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Atau bioremediasi adalah

penggunaan mikriirganisme untuk menurangi polutan di lingkungan.

Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik atau anorganik

polutan. Yang termasuk polutan-polutan antara lain :

- Logam-logam berat,

- petrolum hidrokarbon, dan

- senyawa-senyawa organic terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan

lain-lain.

Gambar. Sel Bioremediasi

Tujuan bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat

pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon

dioksida dan air). Kelebihan teknologi ini adalah :

1. Relatif lebih ramah lingkungan,

2. Biaya penanganan yang relative lebih murah,

3. Bersifat fleksibel.

Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh

mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur

kimia polutan tersebut, yang disebut dengan biotransformasi. Pada banyak

kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun

Page 18: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi

metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.

Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan

biotransformasi/biodegradasi adalah dengan cara :

1. Seeding : mengoptimalkan populasi aktivitas mikroba indigenous

(bioremediasi intrinsic) dan atau penambahan mikroorganisme

exogenous (bioaugmentasi.

2. Feeding : memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi

(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).

Bioremediasi terbagi 2 :

1. In situ : dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar

2. Ex situ : tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan

yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai

mikroba. Bioremediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol.

Dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan

jenis tanah yang lebih beragam.

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan

penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb.

2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu

mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.

3. Penerapan immobilized enzymes.

4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau

mengubah pencemar.

Kunci sukses bioremediasi adalah :

1. Dilakukan karakterisasi lahan (site characterization) :

a. sifat dan struktur geologis lapisan tanah.

b. lokasi sumber pencemar.

c. perkiraan banyaknya hidrokarbon yang terlepas dalam tanah.

d. sifat-sifat lingkungan tanah : derajat keasaman (pH), temperatur

tanah, kelembaban hingga kandungan kimia yang sudah ada,

kandungan nutrisi, ketersediaan oksigen.

Page 19: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

e. mengetahui keberadaan dan jenis mikroba yang ada dalam tanah.

2. Treatability study.

a. Sesudah data terkumpul, kita bisa melakukan modeling untuk

menduga pola distribusi dan tingkat pencemarannya. Salah satu

teknik modeling yang kini banyak dipakai adalah bioplume

modeling dari US-EPA. Di sini, diperhitungkan pula faktor

perubahan karakteristik pencemar akibat reaksi biologis, fisika dan

kimia yang dialami di dalam tanah.

b. Rekayasa genetika terkadang juga perlu jika mikroba alamiah tak

memuaskan hasilnya.

c. Treatability study juga akan menyimpulkan apakah reaksi dapat

berlangsung secara aerobik atau anaerobik.

Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi

gen” yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.

Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan

pemahaman kita tentang bagaimana mikroba” memodifikasi polutan

beracun menjadi tidak berbahaya.

Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di

laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.

Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali

dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat

mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada

minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan

bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di

laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut

belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya

dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas.

Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen

molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.

Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:

1. Biostimulasi.

Page 20: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke

dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan

dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau

tanah tersebut.

2. Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan

tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara

ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi

di suatu tempat. Hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan

adalah

sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar

mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan

belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam

bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan

yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.

3. Bioremediasi Intrinsik

Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah

yang tercemar.

Kelas zat kimia yang sering diolah dengan bioremediasi

menjadi peluang kedepan untuk pengembangan green business yang

berbasis pada teknologi bioremediasi dengan :

1. System One Top Solution (close system).

2. Dengan pendekatan multi-proses remediation technologies, artinya

pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan yang terdegradasi dapat

diteruskan sampai kepada kondisi lingkungan seperti kondisi awal

sebelum Kontaminasi ataupun pencemaran terjadi.

Usaha mencapai total grenning program ini dapat dilanjutkan

dengan rehabilitasi lahan dengan melakukan kegiatan

phytoremediasi dan penghijauan (vegetation establishement) untuk

lebih efektif dalam mereduksi, mengkontrol atau bahkan

mengeliminasi hasil bioremediasi kepada tingkatan yang sangat

aman lagi buat lingkungan.

Page 21: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

Biaya teknologi Bioremediasi di Indonesia berada didalam kisaran

20-200 USD per meter kubik bahan yang akan diolah (tergantung

dari jumlah dan konsentrasi limbah awalserta metoda aplikasi), jauh

lebih murah dari harga yang harus dikeluarkan dengan teknologi

lain seperti incinerasi dan soil washing (150-600 USD).

Bagi industri, penanganan lahan tercemar dengan teknologi

bioremediasi memberikan nilai strategis :

1. Effisiensi, kesadaran bahwa banyak sumber daya alam kita adalah

non-renewable resources (ex. minyak dan gas), dengan teknologi

ramah lingkungan yang cost-effective (seperti bioremediasi) akan

secara langsung berimplikasi kepada pengurangan biaya

pengolahan.

2. Lingkungan, ketika suatu perusahaan begitu konsern dengan

lingkungan, diharapkan akan terbentuk sikap positif dari pasar

yang pada akhirnya seiring dengan kesadaran lingkungan

masyarakat akan mengkondisikan masyarakat untuk lebih memilih

“green Industry” dibanding industri yang berlabel “red industri”

atau mungkin “black industry”, evaluasi kinerja industri dalam

pengelolaan lingkungan hidup (Proper) sudah mulai dilakukan oleh

pemerintah (KLH), diharapkan kedepan, akan terus dikembangkan

menjadi pemberian sertifikasi ISO 14001, hasilnya adalah

perluasan pasar dengan "greening image".

3. Environmental Compliance, ketaatan terhadap peraturan

lingkungan menunjukan bentuk integrasi total dan aktif dari

industri terhadap regulasi yang dibangun oleh pemerintah untuk

kepentingan masyarakat luas. Sikap ini juga akan memberi penilai

positif dari masyarakat selaku konsumen terhadap perusahaan

tertentu.

Pemerintah, melalui Kementrian Lingungan Hidup, membuat

Payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi

untuk mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan

Page 22: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

pertambangan dan perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya

(logam berat dan pestisida) disusun dan tertuang didalam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003

tentang tatacara dan persyaratan teknis dan pengelolaan limbah

minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara

biologis (Bioremediasi).

Page 23: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

BAB VII

KESIMPULAN

Pencemaran tanah adalah masuknya bahan kimia buatan manusia sehingga

mengubah sifat alami tanah. Pestisida adalah salah satu bahan kimia tersebut yang

dapat mencemari tanah. Cemaran pestisida dalam tanah dapat member dampak

yang merugikan baik terhadap tanah,tanaman serta manusia dan hewan. Untuk

menghindarinya, kita harus mencegah pencemaran tersebut dengan mengurangi

penggunaan pestisida dan menggunakannya sesuai aturan. Bila telah terjadi

pencemaran lakukan penanggulangan dengan remediasi dan bioremediasi.

Page 24: MAKALAH PENCEMARAN PESTISIDA

DAFTAR PUSTAKA

Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 121 hal.

Wikipedia. 2007. Pencemaran Tanah (On-line).http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran_tanah. diakses 26 Desember 2007.Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang. 112 hal.Makalah Pencemaran Tanah « Son_Earth’s Zone The Last Geolog in the

World.htm.

Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil

Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 121 hal.

Wikipedia. 2007. Pencemaran Tanah (On-line).

http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran_tanah. diakses 26 Desember 2007.

Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang. 

Kusno S, 1992, Pencegahan Pencemaran Pupuk dan pestisida. Jakarta : Penerbit

Swadaya.

Ekha Isuasta,1988, Dilema Pestisida. Yogyakarta : Kanisius .