Pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknik sipil

Citation preview

I

4

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDengan semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan fasilitas yang diperlukan manusia mengakibatkan tidak dapat dihindarinya pembangunan diatas tanah lempung lunak. Secara umum tanah lempung lunak adalah suatu jenis tanah kohesif yang mempunyai sifat yang sangat kurang menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil yaitu kuat geser rendah dan kompresibilitasnya yang besar. Di samping itu permasalahan bangunan geoteknik banyak terjadi pada tanah lempung, misalnya: terjadi retak-retak suatu badan jalan akibat terjadi peristiwa swelling-shrinking pada tanah dasar, kegagalan suatu pondasi bangunan yang didirikan pada tanah lempung, dan lain-lain. Semua itu terjadi karena kondisi tanah lempung tersebut yang jelek, atau dengan kata lain kuat geser dari tanah lempung tersebut rendah. Kuat geser yang rendah mengakibatkan terbatasnya beban (beban sementara ataupun beban tetap) yang dapat bekerja diatasnya sedangkan kompresibilitas yang besar mengakibatkan terjadinya penurunan setelah pembangunan selesai. Oleh karena itu terbatasnya lahan dan tidak dapat dihindarinya pembangunan diatas tanah lunak maka perlu diadakannya perbaikan pada tanah lunak.

Oleh karena itu perlu ditinjau kembali sifat-sifat fisik dan mekanis tanah yang dalam hal ini tanah lempung lunak agar dapat diketahui perilaku tanah lempung tersebut dan besar beban yang dapat di terima oleh tanah lempung tersebut. Selain itu dengan diketahuinya karakteristik kuat geser tanah lempung di daerah Pulau Sicanang maka dapat dijadikan acuan dalam mendirikan suatu konstruksi di daerah tersebut. Perlu di sampaikan bahwa karakteristik tanah lempung di satu daerah berbeda dengan daerah yang lainnya, hal ini tercermin dari banyaknya jenis-jenis tanah lempung seperti: London clay, Weald clay, Java clay, kaolin dan lain-lain.

Agar tanah lempung lunak tersebut dapat didirikan suatu konstruksi yang dibutuhkan manusia, maka penyelidikan tanah tersebut harus dilakukan secara cermat. Akan tetapi, selama ini penyelidikan tanah di daerah tanah lunak seringkali mengalami kesulitan, berkenaan dengan sulitnya mendapatkan benda uji yang tidak terganggu (undisturbed sample) dan sulitnya melakukan pengujian terhadap sifat-sifat fisik tanah lunak termasuk pengujian kekuatan gesernya. Jadi hasil pengujian tanah dari suatu laporan pengujian laboratorium seringkali tidak mewakili kondisi sesungguhnya tanah

tersebut di lapangan (in situ). Tentunya hal ini merupakan suatu tantangan untuk dapat merencanakan suatu bangunan di atas tanah lunak secara aman dan ekonomis, termasuk dalam hal ini adalah menentukan parameter kekuatan tanahnya.

Di samping itu sering ditemukan bahwa hasil yang diperoleh dari penyelidikan lapangan (site investigation) akan bervariasi dari satu areal ke areal lainnya. Untuk keperluan praktis hal ini membuat sulit pekerjaan analisis sehingga diperlukan tambahan hasil test di laboratorium untuk menjadi dasar analisis suatu pendekatan teoritis maupun pendekatan teknis.

Pengujian kekuatan geser tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan memakai berbagai peralatan uji geser, seperti Unconfined Compression, Laboratory Vane Shear, Direct Shear, dan Triaxial Apparatus. Sesuai dengan karakteristik peralatan tersebut, setiap pengujian dapat menghasilkan hasil uji yang berbeda untuk benda uji yang sama. Hal ini dapat terjadi karena prosedur pengujian dan cara kerja alat yang berbeda-beda serta target hasil uji utama dari masing-masing peralatan dalam penentuan parameter tanah. Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan hanya pengujian unconfined compression test dan triaxial apparatus. Pada pengujian unconfined compression test akan di analisis karakteristik thioxotropy serta kesensitivitas tanah lempung. Sementara pada pengujian triaksial unconsolidated undrained akan dianalisis hubungan tegangan regangan dengan pemberian tekanan sel yang berbeda-beda. Untuk memperoleh parameter kuat geser tanah, dalam tulisan ini dibuat melalui dua pengujian yaitu pengujian triaksial UU dan unconfined compression test. Melalui percobaan triaksial diperoleh nilai tegangan regangan yang bekerja sekaligus regangan yang terjadi pada sampel tanah, kemudian diperoleh parameter-parameter tanah yang banyak digunakan dalam ilmu mekanika tanah, seperti regangan pada waktu tanah runtuh, kohesi tanah (c).

Pada pengujian kuat tekan bebas (unconfined compression test) akan dibentuk sampel dengan variasi umur pemeraman yang berbeda-beda serta tanah asli (undisturbed). Nantinya akan diperoleh parameter kuat geser tanah serta karaketristik thixotropy tanah lempung. Penelitian ini dibuat berdasarkan jurnal dari Abdul Fatal dkk yang berjudul Studi Karakteristik Parameter Kuat Geser Tanah Lempung Pasir Honje Tol

Cipularang, Jawa Barat. Dalam jurnal Abdul Fatal dkk membahas tentang kuat geser

dengan variasi waktu pemeraman, serta pembasahan sampel dengan variasi waktu juga.

Sedangkan pada penelitian ini di samping membahas mengenai kuat geser dengan

variasi waktu waktu pemeraman, juga membahas mengenai peristiwa thixotropy. Di

samping itu, akan dibahas mengenai tegangan-regangan tanah lempung dengan

dimodelisasi dalam program Plaxis.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus (Soedarmo, 2005). Virus dengue disebarkan melalui beberapa vektor. Vektor utama DHF adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus. Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia dan dapat ditemukan di kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan (Djakaria, 2004).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam tinggi yang muncul tiba-tiba yang biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Penderita juga sering merasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian, nyeri tulang, dan perut terasa kembung. Tanda khas yang muncul saat penyakit mulai parah adalah terjadi pendarahan (Satari, 2004). Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan bahkan dikhawatirkan makin merajalela dengan pemanasan global. Untuk mengatasi masalah penyakit DBD di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan berbagai pemberantasan vektor, tapi hasilnya belum optimal. Usaha untuk memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kimia dan pengelolaan lingkungan. Pengendalian lingkungan yang telah dilakukan yaitu menutup tempat penyimpanan air bersih, membuang dan mengubur barang bekas yang dapat digenangi air hujan, sedangkan pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk yang pada dasarnya adalah memberantas jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukan (Chahaya, 2003). Pengendalian secara kimia dapat mengurangi vektor secara efektif yaitu dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida sintetik sebagai racun serangga, obat nyamuk semprot, obat nyamuk bakar dan obat nyamuk oles (Fauzan, 2007 dalam Juniarti, dkk., 2011). Insect repellent atau repelen adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk bila dioleskan ke permukaan kulit. Produk penolak nyamuk dalam bentuk losion ini sudah banyak beredar di pasaran. Losion tersebut umumnya mengandung DEET (Dietyltoluamide) dengan konsentrasi 10-15%. DEET diketahui mampu melindungi kulit dari gigitan nyamuk selama 8 jam ini, tetapi DEET memiliki beberapa efek samping seperti menimbulkan masalah iritasi ringan maupun berat terhadap kulit. Adanya beberapa efek samping dari bahan sintetik ini membuat kita melirik kembali potensi bahan alami untuk melindungi kulit dari gigitan nyamuk (Kardinan, 2005). Selain itu penggunaan insektisida sintesis jangka panjang dapat menimbulkan dampak yang lebih berat seperti gangguan sistem saraf otak dan akan menyebabkan kanker paru-paru dan kanker kulit (Fauzan, 2007 dalam Juniarti, dkk., 2011).Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Insektisida ini berasal dari tumbuhan sehingga memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi, yaitu karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang berat dan lebih selektif, yaitu tidak merugikan makhluk hidup dan lingkungan yang bukan sasaran (Kardinan, 2005). Ekstrak bawang putih dapat dipakai sebagai larvasida. Senyawa allisin yang terkandung dalam bawang putih dapat menembus membran sel serangga, baik larva maupun dewasa, dan menghancurkan gugus SH yang dimiliki Aedes aegypti sehingga mengganggu proses sintesa membran sel serta protein. Sedangkan turunannya (ajoene dan DADS) mengganggu proses fosforilasi oksidatif mitokondria hepar Aedes aegypti. Hal inilah yang menyebabkan kematian larva nyamuk dan nyamuk dewasanya (Atirah, 2010). Berdasarkan efek kandungan bawang putih terhadap nyamuk maka peneliti ingin mengetahui apakah kandungan ekstrak bawang putih memiliki efek sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.B.Rumusan MasalahWorld Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes, 2010). Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD. Menurut Sukowati (2010) perlindungan individu dengan menggunakan repellent cukup efektif untuk melindungi individu dari risiko penularan virus dengue. Penggunaan repellent sintetik menimbulkan banyak efek negatif, sehingga diperlukan alternatif penggantinya (Mustanir, 2011).

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai dalam kehidupan sehari hari adalah bawang putih (Allium sativum L.). Bawang putih mengandung senyawa aktif yang dilaporkan memiliki aktivitas penolak nyamuk (repellent) yaitu allisin (Atirah, 2010).

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu1. Bagaimana pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti ?2. Berapa konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) yang paling efektif sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti ?3. Berapa konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) yang mempunyai daya proteksi 50% dan 99,9% sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti ?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalaha. Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent yang paling efektif terhadap nyamuk Aedes aegypti.b. Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent untuk memperoleh daya proteksi 50% dan 99,9% terhadap nyamuk Aedes aegypti.D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi :1. Bagi ilmu kajian parasitologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai penolak nyamuk (repellent) dan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu parasitologi khususnya entomologi dalam lingkup pengendalian vektor penyebab demam berdarah.

2. Bagi peneliti, memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti dan dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti.3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) dapat digunakan sebagai repellent dalam usaha menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue di Indonesia. Penelitian ini juga dapat mendukung upaya pemeliharaan tanaman legundi sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat (apotek hidup).E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka teori

Gambar 1. Kerangka Teori

(Sumber: Modifikasi Widiani, 2012; Mustanir, 2011; Maia, 2011; Sukowati, 2010)2. Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka KonsepF. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Analisis Data

Dengan rumus WHO, hitung persentase daya protektif masing-masing konsentrasi perlakuan

Nyamuk betina Aedes aegypti

Aktivitas menggigit untuk menghisap darah

Jalan masuk penularan penyakit

Menghisap darah

Adrenalin dan serotonin dalam darah merangsang pembentukan jenis hormon gonadotropin nyamuk

Hormon gonadotropin nyamuk merangsang terjadinya ovulasi dan proses pembentukan telur

Allisin dan Flavanoid dalam ekstrak bawang putih

Hitung jumlah nyamuk yang hinggap dalam waktu 30 detik pada masing-masing konsentrasi (kontrol maupun perlakuan)

Hari 3

Kurungan I

Kurungan II

Kurungan III

Hari 2

Kurungan I

Kurungan II

Kurungan III

Hari 1

Kurungan I

Kurungan II

Kurungan III

Konsentrasi10%

Konsentrasi30%Lengan kiri

Konsentrasi40%

Konsentrasi0%Lengan kanan

Ekstrak Bawang Putih