71
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DALAM MODEL REGRESI LINIER (EVIEWS) Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok dalam Mata Kuliah Ekonometrika II / C Disusun Oleh : 1. Biyanti Sita Maharani F0113023 2. Cynthia Kusuma F0113026 3. Dadang Arwinda F0113027 4. Dessy Anis S. F0113028 5. Dessy Putri Ayu K. F0113029 6. Erika Putri Menandi F0113034 7. Fajar Budi Harsakti F0113036 8. Fathimah Kurniawati F0113039 9. Hanif Fikriyah F0113043 10. Harin Ditya W. F0113045 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN 1

PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

--

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI

DALAM MODEL REGRESI LINIER (EVIEWS)

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

dalam Mata Kuliah Ekonometrika II / C

Disusun Oleh :

1. Biyanti Sita Maharani F0113023

2. Cynthia Kusuma F0113026

3. Dadang Arwinda F0113027

4. Dessy Anis S. F0113028

5. Dessy Putri Ayu K. F0113029

6. Erika Putri Menandi F0113034

7. Fajar Budi Harsakti F0113036

8. Fathimah Kurniawati F0113039

9. Hanif Fikriyah F0113043

10. Harin Ditya W. F0113045

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015

1

Page 2: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro

ekonomi yang berperan penting dalam suatu perekonomian. Konsumsi

merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang dan

jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang

melakukan pembelanjaan tersebut atau dapat jugadisebut sebagai pendapatan

yang dibelanjakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran

konsumsi yaitu tingkat pendapatan, tingkat harga, tingkat pendidikan, jumlah

keluarga, jenis kelamin, selera, dan perkiraan mengenai masa depan.

Salah satu faktor yang cukup krusial dalam pengeluaran konsumsi adalah

tingkat pendapatan. Pengeluaran konsumsi personal (personal consumption

expeniture) adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang baik

barang-barang tahan lama maupun barang-barang tidak tahan lama, dan jasa.

Adapun pendapatan disposable merupakan pendapatan yang siap untuk

dibelanjakan.

Adapun hubungan variabel pendapatan terhadap variabel konsumsi adalah

positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat

konsumsinya akan semakin tinggi pula. Untuk mengetahui lebih detail

bagaimana pengaruh variabel pendapatan terhadap variabel konsumsi maka

dapat kita lihat melalui model regresi linier. Selanjutnya untuk mengetahui

kesesuaian model terhadap hubungan dua variabel tersebut, dapat kita gunakan

uji asumsi klasik.

2

Page 3: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana model regresi linier dapat menerangkan hubungan variabel

pendapatan perkapita terhadap konsumi?

2. Bagaimana kesesuaian model jika di analisis dengan uji asumsi klasik?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel pendapatan terhadap

konsumsi dengan menggunakan model regresi linier.

2. Untuk mengetahui model tersebut telah sesuai dengan menggunakan uji

asumsi klasik.

3

Page 4: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENDAPATAN

1. Pengertian Pendapatan menurut Para Ahli

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh suatu

perusahaan dari suatu aktivitas yang dilakukannya, dan kebanyakan

aktivitas tersebut adalah aktivitas penjualan produk dan atau penjualan

jasa kepada konsumen. Kata pendapatan dalam dunia bisnis bukanlah

hal yang asing. Bagi investor, pendapatan tidak terlalu penting jika

dibandingkan dengan keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang

akan diterima setelah dikurangi dengan pengeluaran.

Kieso, Warfield dan Weygantd (2011;955)

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus

masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal

dari kontribusi penanaman modal.

Skousen, Stice dan Stice (2010;161)

Pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian (atau kombinasi

keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa

atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau

aktivitas centra yang sedang berlangsung.

John J. Wild (2003;311)

1. Pendapatan menurut ilmu ekonomi

4

Page 5: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat

dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan

mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti

keadaan semula.

2. Pendapatan menurut ilmu akuntansi

Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang

spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah.

Niswonger (2006;56)

Pendapatan merupakan kenaikan kotor (gross) dalam modal

pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagang, pelaksanaan

jasa kepada klien, menyewakan harta, peminjaman  uang, dan semua

kegiatan usaha profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

Zaki Baridwan

Pendapatan adalah kenaikan aktiva suatu badan usaha atau

pelunasan utang selama suatu periode yang berasal dari penyerahan

atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kerugian lain yang

merupakan kegiatan utama suatu badan usaha.

Kuswandi

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode yang

mengakibatkan kenaikan modal dan tidak berasal dari kontribusi

penanaman modal.

Nafarin (2006;15)

Pendapatan adalah arus masuk harta dari kegiatan perusahaan

menjual barang dan jasa dalam suatu periode yang mengakibatkan

kenaikan modal yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

5

Page 6: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Sofyan Syafri (2002 : 58)

Pendapatan adalah kenaikan gross di dalam asset dan penurunan

gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi

yang berasal dari kegiatan mencari laba.

Dyckman (2002 : 234)

Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva

sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari

keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang,

penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama

atau sentral entitas yang sedang berlangsung.

Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang

pendapatan yaitu sebagai berikut:

a) Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow)

aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan

ini menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.

b) Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada

penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau

produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan

sebagai outflow of good and services.

Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian

harus dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum

arus masuk aktiva benar-benar terjadi. Konsep dasar pendapatan yang

diungkapkan oleh Patton dan Littleton dinamakan sebagai produk

perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan merupakan arus

yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan.

2. Sumber-Sumber Pendapatan

6

Page 7: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam perusahaan dapat

diklasifikasikan sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi.

Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas

uama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non opearsi adalah

pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.

Jumlah nilai nominal aktiova dapat bertambah melalui berbagai

transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya

pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan

aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah

nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:

a. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya

tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham.

b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan”

seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau

cabang perusahaan.

c. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.

d. Revaluasi aktiva.

e. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.

Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima

yang harus diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau

rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva

selain produk sebagaimana yang disebutkan dalam butir ke-dua.

3. Proses Pendapatan

Ada dua konsep yang sangat erat hubungannya dengan masalah

proses pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan

(Earning Process) dan proses realisasi pendapatan (Realization

Process).

7

Page 8: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

a. Proses pembentukan pendapatan (Earnings Process)

Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep

tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasrkan pada asumsi

bahwa semua kegiatan opoerasi yang diperlukan dalam rangka

mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi,

pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi

terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya

yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan

produksi.

b. Proses realisasi pendapatan (realization Process)

Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang

terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan

terjual atas dkontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan

tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa

dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak

penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan

belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses

penghimpunan pendapatan.

Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:

Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain

melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.

Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan

aktiva lancar.

4. Penilaian, Pengukuran, Pengakuan, dan Pemgungkapan

Pendapatan.

8

Page 9: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

a. Penilaian Pendapatan

Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang

dapat digunakan untuk menentukan berapa rupiah yan

diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam suatu transaksi

atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun

dalam laporan keuangan.

Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai

berikut:

1) Biaya Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar

pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar ssebesar

nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh

aktiva tersebut pada saat perolehan.

2) Biaya Kini (current cost): aktiva dinilai dalam wujud kas

(atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang

sama atau setara yang diperoleh sekarang.

3) Nilai realisasi atau penyelesaian (realization/settlement

value) : Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara

kas) yang sama atau setara aktiva yang sekarang dengan

menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).

4) Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar

kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke

nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat

memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.

b. Pengukuran Pendapatan

Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu

pendapatan diakui, yaiti pengukuran pendapatan dengan satuan

atau ukuran moneter dan penetapan waktu bahwa pendapatan

tersebut dapat dilaporkan sebagai pendapatan.

9

Page 10: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan

mengenai pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar

Akuntansi Keuangan yang isinya sebagai berikut:

“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang

dapat diterima, jumlah pendapatan yang imbul dari suatu

transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antra perusahaan

pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, dapat

diukur denga nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat

diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat

volume yang diperbolehkan perusahaan”.

Pendapatan dapat diukur dengan nilai tukar, ada dua hal

yang perlu diperhatikan dalam nilai tukar ini yaitu sebagai

berikut:

a. Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga

seperti rugi piutang ragu-ragu perlu disesuaikan untuk

menghitung net cash yang sebenarnya.

b. Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari

barang yang diserahkan dianggap sama dengan nilai

pasar wajar dari barang yang akan diterima maka nilai

tukarnya adalah nilai buku barang yang akan diterima

lebih atau kurang dari nilai buku barang yang akan

diserahkan maka selisihnya nilai pasar barang yang

diterima dengan nilai buku barang yang diserahkan

merupakan keuntungan.

Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan

antara lain:

10

Page 11: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

a) Cash Equivalent

Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan

menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang

tejual baru akan diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.

b) Nilai setara kas

Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau

dibayarkan pada masa mendatang dari hasil, penjualan aktiva

dalam kegiatan normal perusahaan.

c) Harga dibawah harga pasar

Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah

harga semula.

d) Harga pasar

Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya

simpanan, biaya penjualan, dan biaya penyerahan produk.

e) Harga kesepakatan

Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan

pelanggan dari setiap jumlah rupiah penjualan yang

disepakati dengan pelanggan.

c. Pengakuan Pendapatan

Tujuan dari semua usaha pada akhirnya dalah untuk

mendapatkan pendapatan yang bias meningkatkan nilai

perusahaan. Secara umu, pendapatan diakui pada saat

realisasinya atau sepanjang tahap (siklus) operasi. Ikatan

11

Page 12: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan

diakui adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari transaksi penjuala produk diakui pasa saat

tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal

penyerahan produk kepada pelanggan.

2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa

diakui pada saat jasa tersebut telah dilakukan dapat dibuat

fakturnya.

3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-

sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti”

pendapata bunga, dan royalty diakui sejalan dengan

berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yan

bersangkutan.

4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan

seperti penjualan aktiva tetap atau surat berharga diakui

pada saat tangal penjualan.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang

diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya imbalan

tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari

kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan

tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang

diterima atau yang dapat diterima. Berkaitan dengan masalah

pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui

tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan

bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan

ketika:

1. Pendapatan dihasilkan, dan

2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

12

Page 13: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Pengakuan pendapatan mendapat kendala yaitu proses

penentuan kapan pendapatan dapat diakui dan dilaporkan

untuk suatu periode tertentu dan berapa jumlahnya, proses

penetuan waktu dan besarnya pendapatan yang diakui ini

berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue

Realization)

Eldon S HEndriksen mengutp pernyataan American

Accounting Association Committee on Concept and Standard

External reporting mengenai realisasi ini yaitu: “Realisasi

bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya

berfungsi sebagai pedoman memutuskan kapan kejadian yang

jika dipecahkan sebagai termasuk dalam laba objektif yaitu

apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang dapat

diterima”.

Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat

dilakukan pada berbagai saat, yait:

1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi

2. Pengakuan pendapatan diakui pada saat selesainya

produksi

3. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penjualan

4. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas

1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses

produksi

Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses

produksi biasanya dilakukan oleh perusahaan yang

menjalankan produksi untuk kontrak jangka panjang.

GAAP memperbolehkan dua metode akuntansi untu

13

Page 14: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

pendapatan atas kontrak jangka panjang, yaitu sebagai

berikut:

a. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of

Completion Method)

Metode persentase penyelesaian adalah bentu

alternative atas metode kontrak selesai. Dalam metode

ini, pengakuan pendapatan dicatat berdasarkan tingkat

kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain jumlah

pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan

berdasarkan tingkat penyelesaian, bagian pendapatan

dan beban (dan juga laba) diakui ketika dihasilkan pada

setiap periode akuntansi. Besarnya tingkat penyelesaian

dari suatu kontrak harus diukur dimana pengukuran

yang biasa digunakan adalah pengukuran masukan dan

pengukuran keluaran.

1) Pegukuran masukan (input measure)

Pengukuran masukan adalah upaya yang

dikorbankan pada suatu proyek pada tanggal

tertentu dibandingkan dengan total upaya yang

diperkirakan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proyek. Pengukuran ini meliputi:

Metode biaya ke biaya (cost to cost method)

Metode ini paling sering digunakan, dimana

tingkat penyelesaian ditentukan dengan

membandingkan biaya yang telah

dikeluarkan dengan estimasi biaya total yang

diharapkan.

14

Page 15: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Metode usaha yang diupyakan (effort

expended method)

Metode ini didasarkan oleh ukuran dari

pelaksanaan pekerjaan yang meliputi jam

kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan.

Bahan penyelesaian dengan menggunakan

metode ini diperoleh dengan cara yang sama

seperti metode biaya ke biaya.

2) Pengeluaran keluaran (output measure)

Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal

tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja

proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan

dengan menggunakan ukuran keluaran didasarkan

pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.

b. Metode kontrak selesai (completed contract method)

Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan

sudah selesai 100%. Semua biaya selama pelaksanaan

dalam pekerjaan. Tagihan atas kemajuan tidak dicatat

sebagaimana pendapatan, tetapi diakumulasikan

dalam akun kontrak persediaan. Metode kotrak selesai

harus digunakan hanya:

(1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak

jangka pendek

(2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode

persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau

15

Page 16: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

(3) Jika terdapat bahaya yang melejat dalam kontrak

itu diluar resiko bisnis yang normal dan berulang.

Metode kontak selesai (completed contract method)

ini hanya akan diguakan jika metode perssentase

penyelesaian (percentage of completion method) tidak

tepat.

2. Pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi

Pengakuan pendapatan atas dasar penyelesaian produksi

ditujukan untuk produk dalam criteria;

(1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga

pasar yang stabil,

(2) Biaya pemasaran yang tidak besar,

(3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan

pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada

tingkat kepastian diaman harga jual dan biaya tambahan

dapat diestimasi.

Kriteria utama untuk menmggunakan metode ini adalah

kemampuan realisasi yang handal yaitu produk harus

dapat dipasarkan segera pada harga tertentu yang dapat

dipengaruhi produsen tertentu.

3. Pengakuan pandapatan pada saat penjualan

Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya

penjualan merupakan dasar yang paling utama. Hal

tersebut didukung dengan alasan antara lain:

Harga produk sekarang sudah lebih pasti.

16

Page 17: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva

baru sudah menggantikannya, yakni pertukaran

telah terjadi.

Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan

sebagai peristiwa keuangan yang paling penting

dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.

Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan

atau peroleha produk dan biaya pelepasan sekarang

telah terjadi atau sekarang sudah ditentukan.

Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan

pada perusahaan yang bergerak dlam bidang produksi

atau perusahaan dagang. Kegiatan penjualan

merupakan hal yang paling menentukan dan

mempunyai arti keuangan sebab transaksi penjualan

mengakibatkan masuknya aktiva bau kedalam

perusahaan yang berupa kas atau piutang.

4. Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas

Penerimaan kas merupakan hal yang signifikan

dalam pengukuran pendapatan. Umumnya, tidak kritis

dalam proses opersaional untuk meningkatkan aktiva

bersih perusahaan. Penerapan dasar penerimaan kas

paling banyak dijumpai dalam perusahaan yang

melakukan penjualan yang bayarannya secara angsuran.

Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa dilakukan

dalam waktu relative pendek. Misalnya, perusahaan

angkutan atau bioskop maka saat penerimaan uang dari

konsumen hamper bersamaan dengan penyerahan jasa

sehingga keduanya dapat dijadikan dasar dalam

17

Page 18: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

pengukuran dan pengakuan pendapatan. Untuk jangka

panjang didalam satuan jasa, misalnya penyewaan

ruangan atau bangunan maka terdapat perbedaan antara

jumlah rupiah pendapatan yang diakui dala suatu

periode atas dasar penerimaan uang.

d. Pengungkapan Pendapatan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

23 mengenai pengungkapan pendapatan, perusahaan harus

mengungkapkan sebagai berikut:

1) Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan

pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentkan

tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa.

2) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui

selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:

Penjualan barang

Penjualan Jasa

Bunga

Dividen, dan

Royalty

e. Kriteria Pengakuan Pendapatan

Pengaakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial

Accounting Standard Board (FASB) ada dua kriteria yaitu

sebagai berikut:

1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi

atau cukup pasti akan segera terealisasi.

18

Page 19: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

2. Pendapatan baru adapat diakui jika pendapatan tersebut

sudah terbentuk atau terhimpun.

a) Metode Pencatatan Pendapatan

Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan

pendapatan harus berdasarkan ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan

perusahaan pada produknya

Jumlah pendapatan harud dapat diukur

Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas

Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat

diestimasi dengan tingkat kecermatan yang

memuaskan.

Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari

dua metode, yaitu sebagai berikut: metode berbasis

kas (cash basis method) dan metode aberbasis akrual

(accrual basis method).

Metode cash basis

Suatu system dimana pendapatan belum

diakui sebelum pendapatan tersebut belum

diterima. Metode ini banyak digunakan pada

perusahaan kecil dan orang-orang yang

menjual jasa, pada umumnya adalah orang-

orang yang memiliki keahlian tertentu.

Metode accrual basis

19

Page 20: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Metode pencatatan pendapatan, dimana

pendapatan itu dicatat pada saat sudah terjadi

hak tanpa memperhatikan pendapatan

tersebut diterima. Keuntungan metode ini

adalah karena metode ini sangat teliti dalam

pengukuran keuntungan (dalam laporan laba

rugi) dan neraca selisih.

b) Metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa

Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk

perusahaan yang kegiatannya sebagian besar dalam

penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai

berikut:

1. Metode kinerja khusus

Metode ini digunakan untuk penapatan jasa

yang dihasilkan dengan melakukan aksi tunggal.

Sebagai contoh: seorang dokter gigi

menghasilkan pendapatan atas penyelesaian

penambalan gigi.

2. Metode Kinerja Profesional

Metode ini digunakan untuk mengakui

pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih

dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa

melebihi satu periiode akuntansi.

3. Metode Kinerja Selesai

20

Page 21: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Metode ini digunakan untuk mengakui

pendapatan jasa yang dihasilkan dengan

melakukan serangkaian tindakan dimana yang

terakhir sangat penting dalam hubungannya

dengan total transaksi jasa dimana pendapatan

jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah

tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa

dengan metode kontrak selesai, yang

digunakan untuk kontrak jangka panjang.

4. Metode Penagihan

Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa

ketika ketdakpastian penagihan sangat tinggi

atau estimasi beban yang terkait dengan

pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga

persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi.

Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh.

Metode ini serupa dengan metode pemulihan

biya yang digunakan untuk penjualan produk.

c) Konsep dasar yang diperkirakan dalam pengakuan

pendapatan

Ada beberapa konsep dasar yang melandasi

laporan keuangan antara lain sebagai berikut:

1. Konsep Upaya dan HAsil (effort and

accomplishment concept)

Konsep ini menyatakan bahwa kas merupakan

pengukur upaya dan pendapatan merupakan

pengukur hasil.

21

Page 22: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

2. Konsep Bukti Berdaya Uji dan Objektif

Laporan keuangan akan mempunyai tingkat

manfaat dan tingkat keandalan 6yang cukup

tinggi apabila data keuangan didalamnya di

dukung oleh bukti-bukti yang objektif dan

dapat diuju kebenarannya,

3. Konsep Akuntansi mengakui adanya asumsi

yang relevan (assumption consept)

Konsep akuntansi menagkui adanya asumsi-

asumsi seperti bidang pengetahuan lain, dalam

banyak hal konsep dasar akuntansi dengan

sendirinya merupakan asunsi atau paling tidak

didasarkan atas asumsi yangtidak dapat diuji

validitasnya dengan pembuktian yang tuntas

tetapi dianggap mempunyai relevansi dengan

tujuan pelaporan keuangan.

4. Konsep Biaya Historical

Konsep biaya histories merupakan pengukur

potensi jasa yang paling objektif untuk jasa

yang baru diperoleh. Baiaya histories ini

menunjukkan harga pertukaran padasaat

terjadinya salah satu keunggulan biaya histories

yang terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak

yang independent.

B. Pendapatan Per Kapita

22

Page 23: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara

(Untoro, 2010: 13). Pendapatan perkapita menunjukan tingkat pendapatan

masyarakat dalam suatu negara. Variable yang digunakan untuk

menghitung pendapatan per kapita adalah produk nasional bruto dan

jumlah penduduk. Secara matematis, rumus perhitungan pendapatan per

kapita adalah sebagai berikut:

Pendapatan per kapita = Produk Nasional Bruto (GNP) / Jumlah

Penduduk.

Menurut Rakiman (2011: 80) Pendapatan Perkapita suatu negara

merupaka tolak ukur kemajuan dari negara tersebut , apabila pendapatan

perkapita suatu negara rendah dapat dipastikan mekanisme ekonomi

masyarakat di negara tersebut mengalami penurunan , dan begitu pula

sebaliknya apabila pendapatan perkapita suatu negara tinggi maka dapat

dipastikan mekanisme ekonomi masyarakat tersebut mengalami

peningkatan , tapi pendapatan tersebut bukan hanya didapat / diperoleh

dari mekanisme ekonomi masyarakatnya saja , banyak faktor yang

mempengaruhi penurunan / peningkatan pendapatan tersebut seperti

keadaan alam yang tidak dapat diperkirakan keadaannya, kondisi alam ini

dapat berubah sewaktu-waktu yang dapat menimbulkan bencana alam

yang akan membuat pendapatan suatu negara akan mengalami penurunan .

Hal ini berlaku bagi seluruh negara di belahan dunia tidak terkecuali di

negara Indonesia.

Manfaat Perhitungan Pendapatan per kapita

Manfaat perhitungan pendapatan perkapita sebagai indikator ekonomi

yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara,

pendapatan per kapita dihitung secara berkala , biasanya 1 tahun.

Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain sebagai

berikut (Alam, 2007: 50) :

a. Untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat

suatu

negara dari tahun ke tahun.

23

Page 24: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

b. Sebagai data perbandingan tingkat kesehjateraan suatu negara

dengan negara lain.

c. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan

negara lainnya.

d. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan

untuk mengambil lahan pertimbangan untuk mengambil langkah

di

bidang ekonomi.

C. Teori Konsumsi

1. Konsumsi

Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa

yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa

yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang

dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang

dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi barang lain.¹

Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah

untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat

kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan

pokok maupun sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan

kebutuhan rohani. Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran

seseorang atau masyarakat. Adapun pengertian kemakmuran disini adalah

semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang maka semakin makmur, sebaliknya

semakin rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin.32 Konsumsi

secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa yang secara

langsung akan memenuhi kebutuhan manusia.33 Untuk dapat mengkonsumsi,

24

Page 25: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

seseorang harus mempunyai pendapatan, besar kecilnya pendapatan seseorang

sangat menentukan tingkat konsumsinya.

2. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi adalah satu kurva yang menggambarkan sifat hubungan

di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan

nasional (disposabel income) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat

dinyatakan dalam persamaan :

C = a + bY

Dimana :

C = Tingkat konsumsi

a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0

b = Kecenderungan konsumsi marginal

Y = Tingkat pendapatan nasional

Dari rumusan yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa

besarnya konsumsi sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Namun yang

perlu digaris bawahi adalah perubahan (peningkatan) konsumsi yang disebabkan

oleh perubahan (peningkatan) pendapatan tidak bersifat proporsional. Oleh karena

itu, tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka

semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi pada tingkat

tabungannya. Kelebihan dari pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi

dapat disisihkan untuk tabungan.37 Terdapat dua konsep untuk mengetahui sifat

hubungan antara disposabel income dengan konsumsi dan disposabel income

dengan tabungan yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan

menabung.

a. Konsep kecenderungan mengkonsumsi

25

Page 26: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

kecenderungan mengkonsumsi marginal dan kecenderungan

mengkonsumsi rata-rata. Kecenderungan mengkonsumsi marginal dapat

dinyatakan dengan MPC (Marginal Propensity to Consume) yang dapat

diartikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi yang

dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel yang diperoleh.

Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula :

MPC = Yd . C∆

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC

(Average Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai

perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat

pendapatan disposabel ketika konsumsi tersebut dilakukan. Nilai APC

dapat dihitung dengan menggunakan formula:

APC =Yd . C

b. Konsep kecenderungan menabung

Kecenderungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu

kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung

ratarata. Kecenderungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS

(Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan

tabungan dengan pertambahan pendapatan disposabel. Nilai MPS dapat

dihitung dengan menggunakan formula:

MPS = Yd . S∆

Kecenderungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS

(Average Propensity to Save), menunjukkan perbandingan di antara

tabungan dengan pendapatan disposabel. Nilai APS dapat dihitung dengan

menggunakan formula:

APS = Yd . S

D. Teori Konsumsi Menurut Para Ahli

a. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model).

26

Page 27: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

1) Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi.

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption)

sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable

income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung

tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun

tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi

otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat,

maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut

tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

C = Co + b Yd

Dimana :

C = konsumsi

Co = konsumsi otonomus

b = marginal propensity to consume (MPC)

Yd = pendapatan disposabel

0 ≤ b ≥1

Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa catatan mengenai

fungsi konsumsi Keynes tersebut:

a) Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi Keynes

menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang

keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan

hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.

b) Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan

pendapatan yang diperoleh sebelumnya dan bukan pula pendapatan yang

diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan).

27

Page 28: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

c) Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau

pendapatan permanen.

2) Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume).

Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to

Consume) disingkat MPC adalah konsep yang memberikan gambaran tentang

berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit.

Seperti pada uraian pada tabel 2.1, jumlah tambahan konsumsi tidak akan

lebih besar daripada tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak

akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika

pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol

(tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup di bawah batas

konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1.

Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal

(Marginal Prospensity to Consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap

tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi

marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan

pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi

perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari

umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

3) Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-Rata (Average Propensity to Consume).

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume)

disingkat APC adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel

total.

28

Page 29: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang

disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Prospensity to

Consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang

lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

4) Hubungan Konsumsi dan Tabungan

Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar

digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita

dapat menyatakan dengan :

Yd = C + S

Dimana :

S = tabungan (saving)

Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan

dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan

pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan

menabung marjinal (Marginal Propensity to Save disingkat MPS). Sedangkan

rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut

kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save disingkat APS).

5) MPC dan MPS

Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai

tambahan konsumsi dan tabungan, maka:

Jika kedua sisi persamaan kita bagi dengan , maka:

29

Page 30: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

1 = MPC + MPS atau MPS = 1 – MPC

Dari sini dapat disimpulkan bahwa nilai total MPC ditambah MPS sama

dengan satu. Pada saat pendapatan disposabel masih rendah, setiap unit tambahan

pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati

satu. Nilai MPS mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di negara-

negara miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka

ingin melakukan investasi terpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana

pinjaman tersebut berasal dari negara-negara kaya, yang nilai MPC-nya sudah

makin mengecil, sementara MPS-nya makin besar. Nilai total APC ditambah

dengan APS juga sama dengan satu. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan

menggunakan matematika sederhana:

Yd = C + S

E. Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of

Consumption).

Model konsumsi siklus hidup (Life Cycle Hypothesis of

ConsumptionI, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani,

Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa

kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan

model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan

pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel.

Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya pendapatan

disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan

30

Page 31: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi

perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode:

1) Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak

manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar

antara usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya

manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah

berpenghasilan.

2) Periode Produktif Periode ini umumnya berlangsung dari usia

sekitar dua puluh tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan

meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia

sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel

menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi.

3) Periode Tidak Produktif Lagi Periode ini berlangsung setelah

usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak

memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Pola

konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain,

manusia harus merencanakan alokasi pendapatan 43 disposabelnya. Ada

saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus

menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup

dengan menggunakan uang tabungannya.

Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori ini adalah :

C = aWR + Cyl

Dimana:

WR = kekayaan riil

a = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan

YL = pendapatan tenaga kerja

c = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja

31

Page 32: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan

(assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan

meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya

inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan

harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang

beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan

sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja.

Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan

meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus

kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien

pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang

tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun

pengeluaran-pengeluaran lain.

F. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

a. Faktor – faktor Ekonomi

1) Pendapatan rumah tangga (Household Income)

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat

konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, makin tinggi

pula tingkat konsumsi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,

kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi

menjadi semakin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi

semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang

lebih baik.

2) Kekayaan rumah tangga (Household Wealth).

Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah

kekayaan riil (rumah, tanah dan mobil) dan finansial (deposito

berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan

tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan

disposabel. Misalnya, bunga deposito yang diterima tiap bulan dan

deviden yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah

32

Page 33: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

tangga. Demikian juga dengan rumah, tanah dan mobil yang

disewakan. Penghasilan-penghasilan tadi disebut sebagai penghasilan

non upah. Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan dipakai

sebagai konsumsi dan tentunya hal ini akan meningkatkan pengeluaran

konsumsi.

3) Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat.

Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah

barang-barang konsumsi tahan lama (Consumers Durables).

Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif dan

negatif. Barang-barang yang tahan lama biasanya harganya mahal,

yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung.

Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus

banyak menabung (konsumsi berkurang). Namun apabila membelinya

dengan cara kredit, maka masa untuk menghemat adalah sesudah

pembelian barang.

4) Tingkat bunga (Interest Rate).

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi/mengerem keinginan

konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang

maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi,

maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan

semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan

berhutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau

menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal,

sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. Sama halnya

dengan mereka yang memiliki banyak uang. Tingkat bunga yang tinggi

menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan

ketimbang dihabiskan untuk konsumsi. Jika tingkat bunga rendah,

maka yang terjadi adalah sebaliknya. Bagi keluarga kaya, menyimpan

uang di bank menyebabkan ongkos menunda konsumsi terasa lebih

besar. Sementara bagi keluarga yang kurang mampu, biaya meminjam

33

Page 34: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

yang menjadi lebih rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah

konsumsi.

5) Perkiraan tentang masa depan (household expectation about the

future).

Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik,

mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi.

Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah

tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun

mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

6) Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.

MPC pada kelompok masyarakat berpendapatan tinggi lebih

rendah dibanding MPC pada kelompok masyarakat yang

berpendapatan rendah. Keinginan pemerintah untuk mengurangi

ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan

bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.

Misalnya, Rp.100 juta yang ditarik oleh pemerintah dalam bentuk

pajak dari kelompok masyarakat berpendapatan tinggi (dengan MPC

sebesar 0,65) akan menyebabkan berkurangnya konsumsi mereka

sebanyak Rp.65 juta. Namun tambahan pendapatan sebanyak Rp.100

juta itu yang diterima oleh kelompok masyarakat berpendapatan

rendah (dalam bentuk transfer payment, subsidi) akan menyebabkan

pengeluaran konsumsi mereka bertambah sebanyak Rp.80 juta (karena

MPC mereka sebesar 0,8). Dengan demikian tampak bahwa dengan

tingkat pendapatan nasional yang sama, besarnya konsumsi

masyarakat menjadi lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya,

karena kebijakan pemerintah melakukan redistribusi pendapatan

nasional.

b. Faktor – faktor Demografi

1) Jumlah penduduk

34

Page 35: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar

pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran

rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya,

walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih

rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat

pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura.

Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat

penduduk Singapura. Tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat

besar. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila

jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat

tinggi. Hal ini terjadi juga di negara Amerika Serikat dan Jepang.

Pengeluaran konsumsi penduduk masing-masing negara tersebut

puluhan kali lipat penduduk Indonesia. Sebab jumlah penduduknya

hampir sama dengan Indonesia, tetapi pendapatan per kapitanya

puluhan kali lipat dari Indonesia.

2) Komposisi penduduk

Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari

beberapa klasifikasi, di antaranya usia (produktif dan tidak

produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah

tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk

terhadap tingkat konsumsi yaitu:

a) Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia

produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi, terutama

bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang

tinggi, dengan upah yang wajar atau baik. Sebab makin banyak

penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.

b) Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat

konsumsinya juga makin tinggi. Sebab pada saat seseorang/suatu

keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin

35

Page 36: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

banyak. Yang harus mereka penuhi bukan lagi sekedar kebutuhan

untuk makan dan minum, melainkan juga kebutuhan informasi,

pergaulan masyarakat yang lebih baik serta kebutuhan akan

pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensinya).

Seringkali biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini

jauh lebih besar daripada biaya pemenuhan kebutuhan untuk

makan dan minum.

c) Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah

perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga makin tinggi. Sebab

umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif

dibanding masyarakat pedesaan.

c. Faktor – faktor Non-Ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh

terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial-budaya

masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan,

perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok

masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Contoh paling konkret

di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar

tradisional ke pasar swalayan. Begitu juga kebiasaan makan, dari

makan masakan yang disediakan ibu di rumah menjadi kebiasaan

makan di restoran atau pusat-pusat jajanan yang menyediakan

makanan cepat saji (fast food). Demikian juga, rumah bukan hanya

sekedar tempat berlindung dari panas dan hujan melainkan ekspresi

dari keberadaan diri. Tidak mengherankan bila ada rumah tangga

yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahkan miliaran rupiah,

hanya untuk membeli rumah idaman.

Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa yang

mempengaruhi apa, sehingga menyebabkan terjadinya

perubahan /peningkatan konsumsi. Sebab ketiga faktor diatas

36

Page 37: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

saling terkait erat dan saling memengaruhi. Karena itu, bisa saja

terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah

yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang

sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuannya. Sikap tersebut

mungkin akibat pengaruh dari kehidupan kelompok kaya yang

mereka tonton dalam sinetron di televisi.

37

Page 38: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data sekunder. Dimana

data sekunder merupakan data yang meliputi faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumsi dengan menganalisis pendapatan yang

mempengaruhi konsumsi.

B. Analisis Data

1. Model Statistik

Untuk menguji hipotesis akan dilakukan analisis dengan model

regresi linier. Persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

Model A : PPCEt = α1 + α2PDPIt + α3PDPIt−1 + ut

Model B : PPCEt = β1 + β2PDPIt + β3PPCEt−1 + ut

Keterangan :

PPCE = Per Capita Personal Consumption Expenditure.

PDPI = Personal Disposable Income.

2. Uji T

Merupakan pengujian variable independen secara individu yang

dilakukan untuk melihat signifikansi dari variabel independen

sementara variabel yang lain konstan. Uji signifikansi adalah prosedur

yang digunakan dalam pengujian kebenaran atau kesalahan dari hasil

hipotesis nol dari sampel.

- Ho diterima jika –t hitung < t tabel < t hitung

- Ho ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

38

Page 39: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

3. Uji F Statistik (Pengaruh Secara Serentak)

Uji F bertujuan untuk mencari pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

- F hit < F tabel Ho diterima.

- F hit > F tabel Ho ditolak.

4. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam

analisa regresi dimana hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien

determinasi antara nol dan satu. R² merupakan koefisien determinasi

yang digunakan untuk mengetahui seberapa persen variasi perubahan

variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel

independen.

5. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi

variabel independen di antara satu dengan yang lainnya.

Multikolinieritas berfungsi untuk mengetahui hubungan

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan

model regresi.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran

atau varian faktor pengganggu tidak konstan sepanjang

observasi. Heteroskedastisitas terjadi jika muncul

gangguan dalam fungsi regresi yang tidak sama sehingga

penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil

ataupun besar (tetapi masih tetap tidak bisa dan konsisten).

39

Page 40: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terdapat trend di dalam variabel yang

diteliti sehingga mengakibatkan e juga mengandung trend. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Apabila regresi dilakukan dengan menggunakan eviews, maka dapat dilihat dari

nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti model

lolos dari masalah autokorelasi

40

Page 41: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

BAB IV

PEMBAHASAN & ANALISIS

Terdapat 2 model akhir akan dipilih menjadi model yang terbaik. 2 model tersebut

menggunakan :

A. Distributed Lag model

Ini merupakan hasil dari pengujian regresi linier dengan metode

distributed lag mode, yaitu :

Estimation Equation:

=====================

PPCE = C(1) + C(2)*PDPI + C(3)*PDPI(-1)

Substituted Coefficients:

=====================

PPCE = -1.299053631 + 0.920411051*PDPI + 0.09314095354*PDPI(-1)

Dependent Variable: PPCE

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 11:54

Sample(adjusted): 1971 1991

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.299054 0.321722 -4.037819 0.0008

PDPI 0.920411 0.152947 6.017858 0.0000

PDPI(-1) 0.093141 0.147643 0.630854 0.5361

R-squared 0.988766 Mean dependent var 11.11862

Adjusted R-squared 0.987517 S.D. dependent var 1.295180

S.E. of regression 0.144705 Akaike info criterion -0.896674

Sum squared resid 0.376912 Schwarz criterion -0.747456

41

Page 42: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Log likelihood 12.41507 F-statistic 792.1102

Durbin-Watson stat 0.809223 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil Nilai

R2 0.988766

Schwarz criterion -0.747456

Akaike info criterion -0.896674

B. Autoregressive Model

Dependent Variable: PPCE

Method: Least Squares

Date: 12/15/15 Time: 22:37

Sample(adjusted): 1971 1991

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,

C -81,11157 336,3956 -0,241120 0,8122

PDPI 0,903278 0,036314 24,87429 0,0000

PPCE(-1) -0,000169 0,037680 -0,004481 0,9965

R-squared 0,982985 Mean dependent var 10059,38

Adjusted R-squared 0,981095 S,D, dependent var 766,3055

S,E, of regression 105,3645 Akaike info criterion 12,28429

Sum squared resid 199830,2 Schwarz criterion 12,43351

Log likelihood -125,9851 F-statistic 519,9508

Durbin-Watson stat 1,510095 Prob(F-statistic) 0,000000

Hasil Nilai

R2 0,982985

Schwarz criterion 12,43351

Akaike info criterion 12,28429

42

Page 43: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Dari hasil kedua model diatas, apabila dibandingkan masing-masing nilai R2,

schwarz criterion, dan akaike info criterion, maka model yang terbaik adalah

model dengan metode distributed lag.

Dimana nilai R2 distribusted lag lebih besar dubandingkan dengan autoregressive

model dan nilai schwarz criterion dan akaike info criterion distributed lag lebih

kecil dibandingkan autograssive model. Nilai R2 distributed lag sebesar 0.988766,

nilai schwarz criterion sebesar -0.747456, dan nilai akike info criterion sebesar -

0.896674. Kemudian Nilai R2 distributed lag sebesar 0,982985, nilai schwarz

criterion sebesar 12,43351, dan nilai akike info criterion sebesar 12,28429.

UJI ASUMSI KLASIK MODEL

PPCE = -1.299053631 + 0.920411051*PDPI + 0.09314095354*PDPI(-1)

A. Uji Normalitas

Dalam uji model ini, menunjukkan bahwa hasii JB statistik data tersebut adalah

1.2298 yang artinya lebiih besar dari nilai 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa

JB statistik pada model menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga tidak

menolak Ho. Hal ini berarti bahwa residual berdistribusi normal.

B. Uji Linearitas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 8.742642 Probability 0.008831

Log likelihood ratio 8.713645 Probability 0.003158

Test Equation:

Dependent Variable: PPCE

43

Page 44: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 12:47

Sample: 1971 1991

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.360038 2.940869 2.502674 0.0228

PDPI -0.215479 0.404892 -0.532188 0.6015

PDPI(-1) -0.066956 0.134810 -0.496672 0.6258

FITTED^2 0.057595 0.019479 2.956796 0.0088

R-squared 0.992581 Mean dependent var 11.11862

Adjusted R-squared 0.991272 S.D. dependent var 1.295180

S.E. of regression 0.121002 Akaike info criterion -1.216371

Sum squared resid 0.248906 Schwarz criterion -1.017414

Log likelihood 16.77190 F-statistic 758.1367

Durbin-Watson stat 1.254849 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil uji linearitas, didapatkan bahwa nilai F statistik pada Ramsey reset test

menunjukkan hasil sebesar 8.742. Maka itu artinya nilai F tidak signifikan karena

lebih dari 0.05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan tidak terjadi

kesalahan spesifikasi pada model.

C. Uji Homoskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.428012 Probability 0.786298

Obs*R-squared 2.029864 Probability 0.730266

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 12:57

44

Page 45: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

Sample: 1971 1991

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.239113 0.505710 -0.472825 0.6427

PDPI -0.116331 0.242872 -0.478979 0.6384

PDPI^2 0.005233 0.009937 0.526658 0.6057

PDPI(-1) 0.160600 0.208205 0.771354 0.4517

PDPI(-1)^2 -0.007126 0.008610 -0.827564 0.4201

R-squared 0.096660 Mean dependent var 0.017948

Adjusted R-squared -0.129175 S.D. dependent var 0.018243

S.E. of regression 0.019386 Akaike info criterion -4.844281

Sum squared resid 0.006013 Schwarz criterion -4.595586

Log likelihood 55.86496 F-statistic 0.428012

Durbin-Watson stat 2.022002 Prob(F-statistic) 0.786298

Untuk mencari homoskedastisitas maka harus dibandingkan dengan nilai x2. Nilai

X2 sebesar 28.86 maka itu artinya nilai 28.86 > 2.02 jadi tidak terdapat

heteroskedastisitas dalam model.

D. Uji Multikoleniaritas

Regresi awal

Dependent Variable: PPCE

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 13:11

Sample(adjusted): 1971 1991

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.299054 0.321722 -4.037819 0.0008

PDPI 0.920411 0.152947 6.017858 0.0000

PDPI(-1) 0.093141 0.147643 0.630854 0.5361

45

Page 46: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

R-squared 0.988766 Mean dependent var 11.11862

Adjusted R-squared 0.987517 S.D. dependent var 1.295180

S.E. of regression 0.144705 Akaike info criterion -0.896674

Sum squared resid 0.376912 Schwarz criterion -0.747456

Log likelihood 12.41507 F-statistic 792.1102

Durbin-Watson stat 0.809223 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil regresi linier antar variabel bebas

Dependent Variable: PDPI

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 13:07

Sample(adjusted): 1971 1991

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.773282 0.448782 1.723068 0.1011

PDPI(-1) 0.951791 0.036949 25.75966 0.0000

R-squared 0.972164 Mean dependent var 12.26919

Adjusted R-squared 0.970699 S.D. dependent var 1.268010

S.E. of regression 0.217054 Akaike info criterion -0.126951

Sum squared resid 0.895134 Schwarz criterion -0.027473

Log likelihood 3.332984 F-statistic 663.5601

Durbin-Watson stat 1.975796 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: PDPI(-1)

Method: Least Squares

Date: 12/16/15 Time: 13:09

Sample(adjusted): 1971 1991

Included observations: 21 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

46

Page 47: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

C -0.453621 0.488958 -0.927730 0.3652

PDPI 1.021405 0.039651 25.75966 0.0000

R-squared 0.972164 Mean dependent var 12.07819

Adjusted R-squared 0.970699 S.D. dependent var 1.313563

S.E. of regression 0.224851 Akaike info criterion -0.056362

Sum squared resid 0.960605 Schwarz criterion 0.043117

Log likelihood 2.591797 F-statistic 663.5601

Durbin-Watson stat 1.972877 Prob(F-statistic) 0.000000

Perbandingan nilai masing-masing R2 maka nilai R2 pada regresi asal memiliki

nilai tertinggi yaitu 0.9887. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

multikoleniaritas pada model tersebut.

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil pengujian model tersebut, didapat model regresi linear yang baik

adalah dengan menggunakan metode distributed lag. Setelah mendapatkan model

yang terbaik, maka dilakukan uji asumsi klasik terhadap model. Dari uji asumsi

47

Page 48: PENDAHULUAN EKONOMETRIKA 2

klasik, mulai dari uji normalitas, linearitas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan

multikoleniaritas maka didapatkan hasil bahwa tidak ada kesalahan dari

spesifikasi model.

48