230
RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 I - 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana seperti setiap tahunnya Pemerintah Daerah harus menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen yang disusun sebagai komitmen Pemerintah untuk mengisi pembangunan yang disusun sebagai hasil proses panjang perencanaan melalui keterlibatan partisipatif berbagai stakeholders secara aspiratif bottom-up dan top-down. Proses tersebut dimulai dari Kecamatan hingga ke Pusat dalam bentuk Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah/Nasional. Meskipun proses tersebut diatur dalam berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, namun pemerintah daerah sangat menyadari bahwa proses tersebut dilaksanakan bukan lagi semata untuk memenuhi aturan- aturan tersebut akan tetapi menjadi kebutuhan utama ketika menyusun perencanaan daerah sebagai upaya untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki daerah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, sehingga yang paling penting adalah keterlibatan masyarakat dan stakeholders itu sendiri dalam proses penyusunannya. Yang masih perlu diupayakan lebih baik lagi adalah bagaimana setiap orang dan lembaga merasa berkepentingan untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan, sementara birokrat sendiri masih perlu belajar bagaimana untuk mengakomodir dan mengelola berbagai aspirasi yang muncul bermodalkan sumberdaya yang ada. Sumatera Selatan yang meskipun baru memulai roda pemerintahan setelah dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur tanggal 7 November 2013, pembangunannya masih melanjutkan dari roda pemerintahan sebelumnya karena petahana terpilih untuk menduduki periode kedua jabatan Gubernur. Untuk itu, tahun 2014 merupakan tahun awal masa kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan terpilih periode 2013-2018. Pembangunan tahun 2014 yang saat ini mulai dilaksanakan menandai awal masa tersebut. Visi dan Misi yang diusung

PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

  • Upload
    leduong

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagaimana seperti setiap tahunnya Pemerintah Daerah harus menyusun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen yang

disusun sebagai komitmen Pemerintah untuk mengisi pembangunan yang disusun

sebagai hasil proses panjang perencanaan melalui keterlibatan partisipatif berbagai

stakeholders secara aspiratif bottom-up dan top-down. Proses tersebut dimulai dari

Kecamatan hingga ke Pusat dalam bentuk Musyawarah Rencana Pembangunan

Daerah/Nasional. Meskipun proses tersebut diatur dalam berbagai peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, namun pemerintah daerah sangat menyadari

bahwa proses tersebut dilaksanakan bukan lagi semata untuk memenuhi aturan-

aturan tersebut akan tetapi menjadi kebutuhan utama ketika menyusun

perencanaan daerah sebagai upaya untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya

yang dimiliki daerah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, sehingga yang

paling penting adalah keterlibatan masyarakat dan stakeholders itu sendiri dalam

proses penyusunannya. Yang masih perlu diupayakan lebih baik lagi adalah

bagaimana setiap orang dan lembaga merasa berkepentingan untuk terlibat secara

aktif dalam pembangunan, sementara birokrat sendiri masih perlu belajar

bagaimana untuk mengakomodir dan mengelola berbagai aspirasi yang muncul

bermodalkan sumberdaya yang ada.

Sumatera Selatan yang meskipun baru memulai roda pemerintahan setelah

dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur tanggal 7 November 2013,

pembangunannya masih melanjutkan dari roda pemerintahan sebelumnya karena

petahana terpilih untuk menduduki periode kedua jabatan Gubernur. Untuk itu,

tahun 2014 merupakan tahun awal masa kerja Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Selatan terpilih periode 2013-2018. Pembangunan tahun 2014 yang saat

ini mulai dilaksanakan menandai awal masa tersebut. Visi dan Misi yang diusung

Page 2: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 2

saat ini sedang dalam proses dielaborasikan ke dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-1018.

Kilas balik perjalanan pembangunan provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-2013

merupakan referensi berharga untuk menapak lebih maju dalam 5 (lima) tahun ke

depan. Banyak program yang hendak dipenuhi namun fakta terhadap berbagai

keterbatasan dan tantangan yang serba dinamis tidak dapat diabaikan. Untuk itu

mutlak perlu penajaman dan fokus ke pada hal-hal tertentu yang menjadi prioritas

untuk mencapai sasaran dan target yang diharapkan.

Dan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya berbagai pertimbangan akan

mendasari ditetapkannya arah kebijakan tahun 2015, baik dengan menganalisa

perkembangan lokal, nasional maupun global. Dalam dua tahun terakhir ini kondisi

perekonomian Sumatera Selatan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian

global. Utamanya terhadap ekspor dari sektor perkebunan yaitu karet dan kelapa

sawit, yang baik dalam jumlah maupun dalam harga sangat menurun sehingga

sangat berpengaruh kepada kemampuan perekonomian masyarakat.

Kondisi perekonomian global sampai saat ini tidaklah menguntungkan, yang

ditunjukkan antara lain oleh fenomena meningkatnya pengangguran di Eropa,

terjadinya government shutdown di Amerika, menurunnya pertumbuhan ekonomi di

Cina, India dan negara-negara BRIC, dan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal-hal

ini tercermin dari defisit transaksi perdagangan Indonesia khususnya di tahun 2013.

Upaya Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan

tekanan inflasi sekaligus mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan,

berpengaruh pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Namun demikian,

sebagian besar ekonom memperkirakan kondisi perekonomian global pada tahun

2014 akan sedikit lebih baik dari kondisi tahun 2013. KEN (Komite Ekonomi

Nasional) menyebutkan tahun 2014 sebagai tahun penyesuaian. Ada harapan

keadaan akan berubah menjadi amat baik, bila Indonesia memilih orang yang tepat

dalam pemilihan Presiden 2014.

Tahun 2014 ini negara Indonesia akan menjadi perhatian dunia karena akan

berlangsung PEMILU baik untuk memilih anggota legislatif maupun memilih

Presiden dan Wakil Presiden baru. Dengan demikian tahun 2015 akan menjadi

tahun awal pelaksanaan RPJMN tahun 2014-2019. Penyusunan anggaran

Page 3: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 3

seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran

publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh masyarakat.

Namun demikian dinamika sosial politik tersebut harus tetap diperhatikan demi

menjaga kesinambungan dan sinergi pembangunan daerah dengan pembangunan

nasional.

Dinamika penyelenggaraan pemerintahan baik di Pusat maupun Daerah

akhir-akhir ini, khususnya terkait dengan pengelolaan keuangan, belum

sepenuhnya sejalan dengan semangat good governance dan clean government.

Oleh karena itulah transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

semakin menjadi tuntutan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan good

governance dan clean government. Dalam konteks inilah maka penyusunan

anggaran yang dimulai dari dan dalam mekanisme Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) haruslah benar-benar memprioritaskan dan

mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Hal ini akan bermakna untuk memperoleh

prioritas dan efektivitas usulan kegiatan, juga sekaligus untuk mencegah peluang

yang dapat menimbulkan conflict of interest dan terjadinya korupsi, kolusi dan

nepotisme diantara pihak-pihak yang berkepentingan.

Pembangunan Perwilayahan di Sumatera Selatan akan semakin menjadi

perhatian sebagaimana telah dituangkan dalam rancangan RPJMD Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2013-2018. Berbagai target pembangunan makro untuk

seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan telah ditetapkan dan akan menjadi

upaya serta komitmen bersama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk memenuhi target-target tersebut dengan langkah-langkah

konkret.

Target pembangunan kewilayahan diarahkan untuk pengurangan

kemisikian, pengurangan pengangguran, peningkatan IPM, peningkatan

pertumbuhan ekonomi sekaligus mengejar target pengurangan emisi. Upaya ini

masih sejalan dan sinergi dengan empat strategi pembangunan (Four Track

Strategy) yang digaungkan oleh Pemerintah Pusat yaitu peningkatan pertumbuhan

ekonomi (pro-growth), penurunan kemiskinan (pro-poor), pengurangan

pengangguran (pro-job), dan pengurangan dan pencegahan kerusakan lingkungan

(pro-environment), yang selanjutnya diarahkan untuk mengurangi kesenjangan

Page 4: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 4

pembangunan antar kabupaten/kota. Selain itu pertimbangan Prioritas Nasional

yang hendak dicapai, juga dijadikan acuan dalam pembangunan berdimensi

kewilayahan ini, tentunya dengan memperhatikan arah perkembangan secara

keruangan, melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Hal

penting lainnya adalah bagaimana program kewilayahan ini dapat pula menjawab

pemenuhan capaian Millenium Development Goals (MDG‟s).

Perencanaan berdimensi kewilayahan Sumatera Selatan untuk periode

RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018 semakin dipertajam dengan

menetapkan target-target makro untuk setiap wilayah yang pencapaiannya akan

memerlukan dukungan dari seluruh sektor pembangunan. Upaya Pemerintah

Daerah untuk mendorong pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khususnya Koridor Ekonomi Sumatera,

terutama kabupaten/kota yang wilayahnya termasuk dalam “list of project” MP3EI

belum menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk itu yang perlu dilakukan oleh

Pemerintah Daerah adalah mendorong Pemerintah Pusat untuk mempercepat apa

yang menjadi tujuan utama adanya MP3EI yaitu „deregulasi‟. Di sisi lain, selain

memperhatikan MP3EI, RKPD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 juga

mempertimbangkan Masterplan Percepatan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

Indonesia (MP3KI), yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi

penanggulangan kemiskinan, dimana target pengurangan kemiskinan secara

nasional diharapkan mencapai angka 8%-10% pada tahun 2014.

Pokok-pokok tersebut di atas perlu menjadi perhatian khusus dalam

menyusun rencana pembangunan tahun 2015. Hal tersebut bertujuan untuk

mengantisipasi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang agar pelaksanaan

pembangunan di Sumatera Selatan dapat tetap berjalan maju dan meminimalisasi

rintangan.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar Hukum Penyusunan RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014

adalah sebagai berikut :

Page 5: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 5

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat

I Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor

70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1814);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Page 6: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 6

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4663);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4664);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4815);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

16. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

17. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2015;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Page 7: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 7

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 310);

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

20. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 17 Seri E);

21. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Daerah Tahun

2009 Nomor 5 Seri E);

22. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6

Seri E);

23. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2010

Nomor 2 Seri E).

1.3. Hubungan RKPD dan Dokumen Perencanaan Lainnya

Hubungan RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 dengan dokumen

perencanaan lainnya adalah sebagai berikut :

1. RKPD dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Dokumen RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 merupakan

masukan bagi penyusunan prioritas RKP Tahun 2015 terutama menyangkut

tujuan dan sasaran pembangunan, prioritas program dan kegiatan, serta

Page 8: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 8

kerangka pendanaan melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). Keterkaitan RKPD Tahun 2015 dan

RKP Tahun 2015 juga menyangkut sinergi dan sinkronisasi kebijakan

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan kebijakan Pemerintah dalam

mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milineum (MDGs);

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dilakukan melalui peningkatan

sinergi dan efektivitas program klaster 1-4, dalam kerangka Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI);

pelaksanaan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI); serta Peningkatan Ketahanan Pangan, Penanganan

Transportasi Kota-kota Besar, dan Perluasan Kesempatan Kerja.

2. RKPD dan dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan

Dokumen RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 disusun pada

masa transisi dari dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-

2013 ke RPJMD tahun 2013-2018. Namun maka Arah Kebijakan

Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan yang tertuang dalam RKPD tahun

2015 telah mengakomodir rancangan akhir RPJMD tahun 2013-2018, dan

sekaligus juga tetap memperhatikan dan mempedomani Kebijakan Daerah,

Nasional maupun International. Kebijakan Daerah, meliputi 1) Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2005-2025; 2) Hasil evaluasi pembangunan 2008-2012; serta 3) Asumsi

capaian tahun 2014 yang sedang berjalan pada saat disusunnya RKPD tahun

2015.

3. RKPD dan dokumen RENJA SKPD

RKPD merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (RENJA)

SKPD yang memuat kebijakan program dan kegiatan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi setiap SKPD yang dikoordinasikan melalui Musrenbangda.

Sebagai bagian dari langkah pembaharuan dalam penyusunan RKPD Tahun

2014 dan RENJA SKPD, setiap program dan kegiatan yang tercantum dalam

RKPD Tahun 2015 dan RENJA SKPD Tahun 2015 harus memperhatikan

dimensi wilayah kabupaten/kota.

Page 9: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 9

4. RKPD dan dokumen KUA-PPAS

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 merupakan dasar

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam penyusunan rancangan

Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun 2015 dan rancangan Prioritas Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2015.

1.4. Maksud dan Tujuan

RKPD akan menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan oleh

seluruh perangkat daerah, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi

Sumatera Selatan dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan.

RKPD memuat rencana kerja, program dan indikasi kegiatan yang bersifat terukur

dan berorientasi pada pendekatan fungsi pembangunan. RKPD juga akan menjadi

dasar dan acuan dalam penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun 2015,

Prioritas dan Plafon Anggaran (PPAS) Tahun 2015 dan Rencana Kerja Anggaran

(RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2015 hingga ke Rencana Anggaran

dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2015. Kemudian dalam implemetasinya

RKPD tidak hanya akan didanai oleh keuangan daerah, namun juga akan didukung

program pembangunan baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) maupun investasi swasta dan partisipasi masyarakat.

Tujuan disusunnya RKPD Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai

berikut:

1. Menyediakan satu acuan bagi DPRD Provinsi Sumatera Selatan, seluruh

Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah

Desa/Kelurahan di Provinsi Sumatera Selatan dalam menentukan prioritas

program dan kegiatan Tahun 2015 yang akan dibiayai dari APBD Provinsi dan

APBN;

2. Menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD

(KUA), rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2015;

Page 10: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 10

3. Memperkuat koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi pembangunan baik

antarSKPD, antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan, dan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan

Pemerintah;

4. Menyediakan tolak ukur untuk menilai dan mengevaluasi kinerja setiap SKPD

di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan;

5. Menciptakan iklim pemerintahan yang partisipastif, responsif, dan kondusif

dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan;

6. Menjadi acuan dalam pengembangan kerjasama dan kemitraan antara

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, swasta dan masyarakat.

1.5 Sistematika RKPD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2014 disusun mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dengan sistematika sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang (1) Latar Belakang, (2) Dasar Hukum Penyusunan, (3)

Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya, (4) Maksud dan

Tujuan, dan (5) Sistematika RKPD.

II. EVALUASI DAN CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA

SELATAN

Bab ini memuat tentang (1) Kinerja Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan;

(2) Evaluasi Pelaksanaan RKPD tahun 2012 serta capaian RPJMD; (3)

EvaluasiCcapaian Pelaksanaan Program Nasional; dan 5) Masalah dan

Tantangan.

Page 11: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 11

III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

Bab ini memaparkan (1) Arah Kebijakan Ekonomi Makro; dan (2) Arah

Kebijakan Keuangan Daerah.

IV. TEMA PEMBANGUNAN TAHUNAN 2015

Bab ini menguraikan (1) Kebijakan Pembangunan Nasional; (2) Kebijakan

Pembangunan Daerah; (3) Penyampaian Arah Kebijakan Pembangunan

Kepada Masyarakat.

V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS

Bab ini memuat rincian program dan kegiatan pokok SKPD tahun rencana

dengan indikator kinerja yaitu capaian program, keluaran kegiatan, hasil

kegiatan disertai pagu indikatifnya.

VI. RENCANA PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

Bab ini memuat (1) Gambaran Kekuatan dan Potensi Wilayah; (2) Gambaran

Konsentrasi dan Sasaran Spasial Sektor Unggulan Daerah; (3) Gambaran

Konektivitas antar Kabupaten/Kota; dan (4) Arah Kebijakan, Strategi, dan

Prioritas Pembangunan Kabupaten/Kota.

VII. PENUTUP

Page 12: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 12

Page 13: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 13

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN

RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

KEADAAN GEOGRAFI, ADMINISTRASI DAN TOPOGRAFI

Provinsi Sumatera Selatan telah dikenal sejak berabad lalu dengan sebutan

Bumi Sriwijaya. Sebutan ini tidak terlepas dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya sebagai

kerajaan maritim terbesar dan terkuat di abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi yang

menguasai hingga ke Madagaskar di Benua Afrika. Di masa kepemimpinan

Gubernur Bapak H. Alex Noerdin gaung tersebut selalu dikumandangkan dalam

bentuk lain yaitu melalui berbagai kegiatan penting dan universal serta berdampak

pada perputaran ekonomi masyarakat Sumatera Selatan. Selain itu didukung pula

oleh posisi strategis Sumatera Selatan yang berjarak lebih dekat ke negara-negara

Asia daripada Jakarta sebagai Ibukota Negara.

Posisi geografis provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1o 37‟ 27‟‟ sampai

4o 55‟ 17‟‟ Lintang Selatan dan antara 102o 3‟ 54‟‟ dan 106o 13‟ 26‟‟ Bujur Timur,

yang berbatasan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, yaitu di sebelah Utara

berbatasan dengan Provinsi Jambi, di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi

Kepulauan Bangka-Belitung, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi

Lampung dan di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Page 14: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 14

Dengan luas wilayah yang mencapai 91.806,36 Km, Sumatera Selatan

menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013 secara

administratif dibagi menjadi 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota, serta 228

kecamatan. Namun kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2013

dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2013, Sumatera Selatan ditambah lagi

dengan pembentukan masing-masing menjadi Pembentukan Kabupaten Penukal

Abab Lematang Ilir (PALI), dan Pembentukan Musi Rawas Utara, sehingga

Provinsi Sumatera Selatan secara administrasi menjadi 13 (tiga belas) Kabupaten

dan 4 (empat) Kota dengan jumlah desa sebanyak 2.823 desa, 363 kelurahan dan

231 kecamatan.

Tabel 2. 1

Luas Kabupaten dan Jumlah Kecamatan di Provinsi Sumsel 2013

No Kabupaten Kecamatan Luas (Km2)

1 Banyuasin 19 11,832.99

2 Empat Lawang 10 2,256.44

3 Lahat 22 5,311.74

4 Lubuk Linggau 8 401.50

5 Muara Enim 20 7,383.90

6 Pali* 5 1,840.00

7 Musi Banyuasin 14 14,266.26

8 Musi Rawas 14 6,350.00

9 Musi Rawas Utara** 7 6,008.65

10 Ogan Ilir 16 2,666.07

11 Ogan Komering Ilir 18 18,359.04

11 Ogan Komering Ulu 12 4,797.06

13 OKU Selatan 19 5,493.94

14 OKU Timur 20 3,370.00

15 Pagar Alam 5 633.66

16 Palembang 16 400.61

17 Prabumulih 6 434.50

TOTAL 231 91,806.36

sumber : Luas berdasarkan Permendagri No. 6 Tahun 2008

* Pemekaran dari Kabupaten Muara Enim

** Pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas

Page 15: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 15

Gambar 2. 1

Peta Administrasi Sumatera Selatan

Secara topografi, Sumatera Selatan berada pada wilayah yang bervariasi

mulai pegunungan di bagian Barat dengan ketinggian rata-rata antara 900 – 1200

mdpl yang merupakan pegunungan Bukit Barisan. Pegunungan Bukit Barisan ini

memiliki puncak-puncak dengan ketinggian tertinggi berada di Gunung Dempo

dengan ketinggian 3.159 mdpl, kemudian Gunung Bungkuk dengan ketinggian

2.125 mdpl, Gunung Seminung dengan ketinggian 1.964 mdpl, dan Gunung Patah

dengan ketinggian 1.107 mdpl. Sedangkan di bagian tengah merupakan wilayah

landai atau dataran rendah yang luas. Bagian Timur merupakan daerah pantai dan

wilayah pesisir yang terdiri dari rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang

surut. Panjang Kawasan Pesisir di Provinsi Sumsel ± 450 Km dari Sungai Benu

(batas Provinsi Jambi) sampai Sungai Mesuji (batas Provinsi Lampung).

Kawasan pegunungan juga menjadi sumber air yang potensial bagi Sumatera

Selatan. Air tersebut mengalir ke sembilan anak sungai yang dikenal dengan

Batanghari Sembilan.

Page 16: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 16

Tabel 2. 2

Sungai-Sungai Utama di Sumatera Selatan

No Sungai Panjang (Km) Lebar (m) Kedalaman (m)

1 Musi 700 50-200 5-6,5

2 Lematang 300 75 4-5

3 Ogan 350 50 1,5-5

4 Komering 360 - 4-5

5 Lakitan 150 55-60 3

6 Kelingi 80 50 2-3

7 Rawas 230 50 3-4,5

8 Batang Hari Leko 250 40 8,5-10

9 Lalan 260 8,5-10 8,5 Sumber : Data Dasar Bidang Infrastruktur Bappeda Prov. Sumsel, 2011

Kebanyakan sungai-sungai di atas bermata air dari Bukit Barisan. Sungai

yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai

Musi beserta anak sungainya, seperti Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai

Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas.

Sungai Musi sendiri mengalir sampai ke Palembang dan membelah Kota

Palembang menjadi dua kawasan yaitu Seberang Ilir di Utara dan Seberang Ulu di

Selatan.

Wilayah Sungai yang ada di Sumatera Selatan yang ditetapkan berdasarkan

Keppres Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai (WS), terdiri

dari : 1) WS Musi-Sugihan-Banyuasin dan Lemau, yang meliputi wilayah Provinsi

Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung; 2) WS Mesuji-Tulang Bawang

yang meliputi wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung; 3) WS Dasal-

Padang Guci meliputi wilayah Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.

Sementara untuk wilayah rawa tersebar di 7 wilayah, yaitu di Kabupaten

Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten OKI,

Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten OKU Timur dan Kota Palembang. Luas rawa

mencapai 613.795 Ha berupa rawa pasang surut dan rawa lebak, dengan luasan

rawa pasang surut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 17: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 17

Tabel 2. 3 Luas Daerah Rawa Pasang Surut di Sumatera Selatan

No Kabupaten/Kota Jumlah (Ha)

Baku Potensial Fungsi

1 Musi Banyuasin 68.864 68.864 26.175

2 Banyuasin 337.883 298.561 112.033

3 OKI 83.088 81.643 32.789

4 Ogan Ilir 66.291 61.760 36.426

5 OKU Timur 10.800 9.800 2.443

6 Muara Enim 17.390 17.390 5.600

7 Palembang 640 640 400

Jumlah 566.926 520.628 209.866 Sumber : Data Dasar Bidang Infrastruktur Bappeda Prov. Sumsel, 2011

PEREKONOMIAN

Provinsi Sumatera Selatan merupakan Provinsi yang memiliki sumber daya

alam yang berlimpah dan sering disebut sebagai Provinsi terkaya kelima di

Indonesia. Potensi sumber daya utama yang dimiliki oleh Sumatera Selatan antara

lain terdiri dari :

• Potensi kekayaan pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan dan

hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan).

• Potensi sumber daya alam pertambangan dan energi. Minyak bumi, gas alam,

batubara, geothermal/panas bumi, gas methana serta beberapa mineral seperti

batu gamping, emas, dan lainnya.

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi daerah dan mewujudkan

ketahanan ekonomi serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, geliat

ekonomi Sumatera Selatan didukung oleh sejumlah sektor utama penggerak roda

perekonomian. Salah satu pendukung serta bagian penting dari pengembangan

ekonomi Provinsi Sumatera Selatan adalah perkembangan koperasi, usaha mikro,

kecil, dan menengah (UMKM) yang segera bergeser ke industri kecil dan

menengah (IKM), keberadaan UMKM sudah teruji yang paling bertahan pada saat

krisis ekonomi.

Page 18: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 18

Perkoperasian di Provinsi Sumatera Selatan mengalami pertumbuhan dari

tahun ke tahun. Jumlah koperasi tahun 2008 sebanyak 4.164 koperasi kemudian

pada tahun 2013 berkembang menjadi 5,790 koperasi. Seiring itu, jumlah anggota

koperasi di Sumatera Selatan juga terus meningkat dari 746.920 orang pada tahun

2008 menjadi 811.870 orang pada tahun 2013 (Tabel 2.4). Hal ini disebabkan

tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap manfaat koperasi bagi

kesejahteraannya.

Tabel 2. 4

Data Kumulatif UMKM Se – Sumatera Selatan Per 31 Desember 2013

URAIAN SATUAN TAHUN

2009

TAHUN

2010

TAHUN

2011

TAHUN

2012

TAHUN

2013

RATA – RATA

PERKEMBANGAN

SELAMA 5 TAHUN

SEBELUMNYA (%)

Jumlah UMKM Unit 1.937.022 1.947.006 1.965.465 1.985.658 2.002.836 3,29

Pengusaha Mikro dan Kecil Unit 1.935.394 1.945.375 1.963.831 1.984.121 2.000.986 3,28

Pengusaha Menengah Unit 1.628 1.631 1.634 1.637 1.850 12

Modal Kerja&Investasi Rp. Juta 8.937.336 9.081.427 9.208.543 9.283.794 9.362.706 4,54

Pengusaha Mikro dan Kecil Rp. Juta 7.843.242 7.917.002 8.011.200 8.073.735 8.136.710 3,61

Pengusaha Menengah Rp. Juta 1.094.124 1.164.425 1.197.343 1.210.059 1.225.996 10,75

Omzet Rp. Juta 23.722.155 24.019.280 24.680.265 24.700.542 24.720.838 4,04

Pengusaha Mikro dan Kecil Rp. Juta 19.262.540 19.486.639 19.987.540 20.007.191 20.026.861 3,82

Pengusaha Menengah Rp. Juta 4.459.615 4.532.641 4.692.725 4.693.351 4.693.977 4,99

PenyerapanTenagaKerja Orang 2.861.527 2.880.639 2.899.139 2.924.571 2.950.428 3,01

Pengusaha Mikro dan Kecil Orang 2.836.794 2.855.931 2.874.362 2.899.765 2.925.392 3,03

Pengusaha Menengah Orang 24.733 24.762 24.777 24.806 25.036 1,21

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Sumsel, 2014

Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan UMKM antara lain

terbatasnya akses terhadap sumber daya produktif terutama permodalan,

lemahnya kualitas SDM pelaku usaha, terbatasnya penguasaan teknologi,

manajemen, informasi dan pasar. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah

terkait dengan permasalahan tersebut antara lain melalui program Jaminan Kredit

Daerah (Jamkrida) untuk mengatasi masalah permodalan dalam Kredit Usaha

Rakyat (KUR), serta melalui pelatihan pembinaan dan fasilitasi perkuatan

pengembangan kewirausahaan baru.

Page 19: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 19

Tabel 2. 5

Perkembangan Koperasi di Sumatera Selatan Tahun 2008–2013

URAIAN SATUAN 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 2013 %

Jumlah Koperasi

Unit 4,448 6.82 4,737 6.50 5,122 8.12 5,225 5,1 5,790 10,8

Jumlah Anggota

Orang 766,700 2.65 782,418 2.05 798,588 2.07 800,570 1,44 811,870 1,41

Pelaksanaan RAT

Unit 1,963 27.88 2,252 14.72 2,298 2.04 2,398 11,24 2,960 23,5

Modal Sendiri Rp. Juta 948,616 0.07 966,655 1.90 986,055 2.01 987,375 0,83 998,675 1,14

Modal Luar Rp. Juta 702,454 9.43 716,433 1.99 728,433 1.67 728,533 2,7 694,114 -4,72

Volume Usaha Rp. Juta 2,483,341 2.68 2,535,985 2.12 2,586,985 2.01 2,638,338 1,82 2,688,4

66 1,89

SHU Rp. Juta 112,283 0.27 114,753 2.20 117,053 2.00 117,713 1,0 129,583 10,0

Partisipasi Anggota

Rp. Juta 3,239 0.03 3,241 0.06 3,242 0.03 3,296 0,36 - -

Penyerapan Tenaga Kerja

Orang 36,741 1.34 37,163 1.15 37,463 0.81 37,669 0,78 - -

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Sumsel. 2014.

Sektor perdagangan juga mempunyai peran penting dalam perekonomian

Provinsi Sumatera Selatan. Sumbangan sektor perdagangan terus meningkat

dengan komoditi ekspor utama karet, produk kelapa sawit, dan batubara.

Komoditas unggulan tersebut sesuai dengan kegiatan ekonomi utama

sebagaimana tertuang dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi

Indonesia (MP3EI). Selama periode 2003-2011, neraca perdagangan Provinsi

Sumatera Selatan menunjukkan trend yang terus meningkat, ditunjukkan oleh nilai

ekspor yang selalu tumbuh lebih tinggi dibanding impor (Tabel 2.6). Nilai ekspor

Provinsi Sumatera Selatan rata-rata mengalami peningkatan sebesar 26,03 persen.

Pada tahun 2009, krisis finansial global telah mengakibatkan harga komoditas

menjadi turun sehingga berdampak pada perekonomian Sumatera Selatan.

Nilai ekspor dan impor turun drastis menyebabkan pertumbuhan ke level

negatif. Namun pada tahun 2010 neraca perdagangan Sumatera Selatan kembali

stabil bahkan tumbuh pesat di tahun 2011. Sementara di tahun 2012 mengalami

penurunan. Hal ini terjadi masih merupakan imbas dari krisis perekonomian yang

melanda Eropa yang merupakan salah satu tujuan ekspor Indonesia. Di tahun

2013, total ekspor Sumsel mengalami penurunan sebesar 10,47 % dibandingkan

tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya ekspor migas dan non

Page 20: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 20

migas. Komoditas karet masih menjadi kontributor terbesar ekspor Sumsel tahun

2013 dengan nilai elspor US $ 2,7 Milyar atau sebesar 82,19 %. Negara tujuan

ekspor utama Sumsel adalah Amerika Serikat ( 20,90 %), Malaysia ( 18,59 %), dan

Cina (15,42 %).

Dilihat dari peranan terhadap total impor non migas sepanjang tahun 2013,

golongan mesin-mesin/pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 45,67

% diikuti impor mesin/peralatan listrik sebesar 12,97% dan pupuk sebesar 10,54

%, dengan negara asal impor terbesar yaitu Cina ( US $ 302,85 juta) dan Malaysia

( US $ 53,15 juta).

Tabel 2. 6

Nilai Ekspor dan Impor Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2012 (US$ miliar)

Tahun Nilai

Ekspor Pertumbuhan Nilai Impor Pertumbuhan Surplus Pertumbuhan

2003 1,055 - 0,108 - 0,946 -

2004 1,293 22,52% 0,100 -7,77% 1,193 26,01%

2005 1,457 12,75% 0,192 91,16% 1,266 6,14%

2006 2,091 43,45% 0,283 47,78% 1,807 42,80%

2007 2,714 29,78% 0,178 -37,17% 2,536 40,30%

2008 3,441 26,77% 0,226 26,56% 3,215 26,78%

2009 2,150 -37,51% 0,208 -7,71% 1,942 -39,60%

2010 2,818 31,07% 0,107 -48,70% 2,711 39,63%

2011 5,057 79,45% 0,553 416,8% 4,504 66,13%

2012 4,371 -13,55% 0,506 -8,38% 3,865 -14,19%

2013 3,913 -10,47 % 0,565 11,66 % 3,912 1,22 %

Rata2 2,76 18,42% 0,246 53,26% 3,068 19,52%

Sumber : BPS Prov. Sumatera Selatan, 2014

Sedangkan jumlah impor Sumatera Selatan relatif stabil dengan pertumbuhan

rata-rata sebesar 53,26%. Selisih pertumbuhan antara nilai ekspor dan impor yang

besar ini telah membuat surplus neraca perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 19,52%.

Tiga sektor terbesar yang menyokong PDRB adalah sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2010,

sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Selatan sebesar

Page 21: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 21

17,7%. Di tahun 2011 kontribusi sektor pertanian sebesar 17,3%. Begitu juga

halnya pada triwulan I dan II tahun 2012, sektor pertanian masih berada di

peringkat 3 dengan memberikan kontribusi sebesar 16,4% dan 17%.

Pada sektor pertanian, Sumatera Selatan merupakan daerah penyumbang

beras nasional terbesar kelima dan memiliki komoditas unggulan lain seperti

kedelai, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, komoditas sayuran dan buah –

buahan. Ada beberapa fakta yang menunjukkan kemajuan Sumatera Selatan yang

cukup baik bila dibandingkan dengan wilayah lain di Sumatera. Peranan sektor

pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil

yang cukup besar terhadap kesempatan kerja. Sektor pertanian merupakan sektor

yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Tercatat sebanyak 2.029.448 tenaga

kerja (57,12%) bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, pengembangan sektor

pertanian kedepan harus lebih ditingkatkan guna peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan. Sumatera Selatan memiliki potensi cetak sawah seluas 81.912 Ha

dengan rencana kegiatan cetak sawah yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota dalam

kurun waktu 2013-2018. Dari seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, Ogan

Komering Ilir memiliki potensi cetak sawah terbesar mencapai 27.210 Ha.

Sedangkan kegiatan cetak sawah paling besar direncanakan dilakukan di

Banyuasin (7.400 Ha), OKU Timur (5.250 Ha) dan Musi Banyuasin (4.270 Ha).

Luas Lahan sawah di Sumatera Selatan saat ini mencapai 819.116 hektar

yang terdiri dari 4 (empat) tipologi lahan, yaitu irigasi, tadah hujan, pasang surut

dan lebak/folder serta lahan kering/bukan lahan sawah seluas 1.580.575 Ha.

Potensi peningkatan penggunaan lahan akan dilakukan melalui upaya: 1)

Optimasi Lahan Sementara Tidak Diusahakan (STD); 2) Peningkatan Intensitas

Pertanaman (IP); 3) Cetak Sawah.

Page 22: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 22

Produksi padi di Sumatera Selatan terus mengalami peningkatan setiap

tahun. Pada tahun 2009, produksi padi mencapai 3.125.239 ton menjadi

3.484.860 ton pada tahun 2012. Kabupaten penghasil padi terbesar tahun 2012

yaitu Banyuasin sebanyak 883.249 ton, OKU Timur sebanyak 716.556 ton, dan

OKI sebanyak 570.617 ton. Peningkatan produksi padi yang disebabkan

peningkatan produktivitas dan peningkatan luas panen serta penerapan teknologi

di Sumatera Selatan berdampak pada peningkatan surplus beras. Tahun 2011

Sumatera Selatan surplus beras sebanyak 1,3 juta ton. Tahun 2012 sebesar 1,2

juta ton dan tahun 2013 sebesar 1,5 juta ton. Permasalahan mendasar yang

muncul dalam sektor pertanian di Sumatera Selatan adalah pengembangan

produksi yang seharusnya sudah beralih ke pertanian dengan teknologi tinggi

sekaligus dengan hilirisasinya.

Tabel 2. 7

Produktivitas Padi di Sumatera Selatan (Ton/Ha)

No. Kabupaten/Kota Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Palembang 3,60 3,77 4,11 4,10

2 Musi Banyuasin 4,01 3,99 4,20 4,40

3 Banyuasin 4,12 4,00 4,19 4,16

4 Ogan Ilir 4,01 4,16 3,18 3,88

5 OKI 3,50 3,55 3,20 4,13

6 OKU Timur 5,02 5,23 5,15 5,35

7 OKU 4,02 4,17 4,17 4,25

8 OKU Selatan 3,72 3,75 3,16 4,21

9 Muara Enim 4,14 4,06 3,92 4,18

10 Lahat 4,43 4,02 4,23 4,33

11 Musi Rawas 4,00 4,25 4,34 4,33

12 Pagar Alam 3,00 2,98 4,03 2,95

13 Prabumulih 4,00 3,98 4,18 4,09

14 Lubuk Linggau 3,90 4,08 4,12 4,14

15 Empat Lawang 4,11 4,13 4,42 4,04

SUMSEL 4,19 4,25 4,31 4,38

NASIONAL 5,00 5,02 4,98 5,10 Sumber : Dinas Pertanian dan TPH Prov. Sumsel, 2013

Page 23: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 23

Dalam sub sektor perkebunan, hingga saat ini Provinsi Sumatera Selatan

memiliki empat komoditas andalan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Keempat komoditas tersebut adalah karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa yang

memiliki satuan luas dan produksi yang cukup signifikan (Produksi karet terluas

dan terbesar di Indonesia / 1,2 juta Ha)

Tabel 2. 8

Luas Areal dan Produksi Perkebunan Sumatera Selatan Tahun 2011

No Komoditi Luas Areal Produksi

1 2 3 4 5 6

Karet Kelapa Sawit

Kopi Kelapa Tebu

Lain-lain

1.205.809 Ha 823.850 Ha 252.388 Ha

71.438 Ha 26.902 Ha 30.656 Ha

1.113.140 Ton 2.109.507 Ton

152.257 Ton 67.381 Ton 91.124 Ton 17.184 Ton

Jumlah 2.411.043 Ha 3.550.593 Ton

Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Sumsel, 2011

Dalam Produksi sub sektor perkebunan lainnya adalah kopi, tebu, lada,

cengkeh, coklat, teh, tembakau, kemiri, dan kayu manis meskipun produksinya

tidak terlampau signifikan.

Karet merupakan komoditas perkebunan unggulan di Sumatera Selatan.

Komoditi karet masih menjadi kontributor terbesar ekspor Sumsel pada tahun 2011

dengan nilai mencapai USD $ 3,9 milliar yang memiliki persentase hingga 77,65%

dari total ekspor. Luas areal karet tahun 2011 mencapai 1.205.809 Ha dengan

produksi sebesar 1.113.140 ton. Selain karet, kelapa sawit juga merupakan

komoditas unggulan lainnya. Dengan luas areal mencapai 823.850 ha dan jumlah

produksi 2.109.507 ton di tahun 2011, kelapa sawit menyumbangkan nilai ekspor

sebesar USD $ 282.573 dan memiliki persentase 5,6% dari total ekspor Sumatera

Selatan.

Page 24: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 24

Tabel 2. 9

Realisasi dan Capaian Industri Perkebunan Disperindag 2008-2013

Sumber : Disperindag Prov Sumsel, Diskusi FGD Kerangka RPJMD 2008-2013

Dalam hal peningkatan nilai tambah hasil produksi, komoditas karet

merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peluang pengembangan

industri hilir yang cukup besar. Dalam jangka pendek, terdapat beberapa industri

yang dapat dikembangkan antara lain pembuatan kompon, vulkanisir ban, dan

spare part kendaraan bermotor roda dua. Dalam jangka mengengah dan panjang,

pengembangan industri hilir karet dapat diarahkan pada industri ban dan industri

peralatan otomotif lainnya, industri sarung tangan karet, industri untuk komponen

industri garmen, elektronik dan migas, serta barang-barang karet kebutuhan rumah

tangga. Ketersediaan bahan baku karet di Sumatera Selatan cukup besar dengan

produksi karet lebih dari 1 juta ton per tahun yang didukung oleh luas areal 1,195

juta hektar, dimana sekitar 90% adalah karet rakyat. Potensi produksi masih bisa

ditingkatkan lagi kedepannya dengan bertambahnya jumlah tanaman

menghasilkan, disamping program intensifikasi yang terus diupayakan.

Dari hasil penelitian Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan diperoleh

perhitungan tingkat kelayakan usaha industri kompon dengan nilai NPV sebesar

Rp. 5.145.711.734, IRR sebesar 55,66%, Benefit Cost Ratio sebesar 1.18. Hal ini

menunjukkan bahwa secara finansial pengusahaan industri kompon sangatlah

menguntungkan. Sebagai langkah awal, industri kompon akan diupayakan di

Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir.

Taget Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian

- Industri Karet Unit 26 31 29 32 30 42 35 - 40 -

- Industri Kelapa Sawit Unit 61 45 63 52 70 52 75 - 80 -

- Industri Kopi Unit 7 11 9 12 10 12 11 - 13 -

- Industri Kelapa Unit 2 5 4 5 5 7 7 - 9 -

- Ekspor US$ Juta 3.121,80 2.150.798 3.589,36 4.007.707 4.127,76 5.042.189 4.746,93 - 5.458,97 -

- Impor US$ Juta 133,28 208.414 144,46 106.939 156,58 553.907 169,71 - 183,95 -

- Kontribusi Ekspor Terhadap NasionalUS$ Miliar 3.121 2.151 3.590 4.008 4.128 4.488 4.747 - 5.459 -

Surplus Ekspor US$ Juta 2.987 2.151 3.444 4.008 3.971 4.488 4.577 - 5.275 -

Industri

Perdagangan

Indikator Utama20132008 2009 2010 2011 2012

Satuan

Page 25: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 25

Demikian juga perhitungan tingkat kelayakan industri vulkanisir ban. Dari hasil

perhitungan diperoleh, nilai NPV sebesar Rp. 496.655.278, IRR sebesar 84% dan

Benefit Cost Ratio sebesar 1.91. Secara finansial industri vulkanisir ban juga

sangat layak untuk dikembangkan. Industri vulkanisir ban saat ini dapat

dikembangkan di Kabupaten Ogan Ilir dengan memnfaatkan 6 unit peralatan

vulaknisir ban yang sudah ada. Begitu juga usaha pembuatan spare part

kendaraan bermotor roda dua, diperoleh hasil perhitungan NPV sebesar Rp.

17.109.468, IRR sebesar 35% dan Benefit Cost Ratio sebesar 1.11 untuk

pembuatan foot step, dan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 36.988.632, IRR

sebesar 55% dan Benefit Cost Ratio sebesar 1.18 untuk pembuatan engine

mounting was. Hal ini berarti secara finansial usaha industri pembuatan foot step

dan engine mounting was ini juga layak untuk dikembangkan dengan skala rumah

tangga.

Komoditas lainnya dengan peluang hilirisasi yang cukup signifikan selain

karet adalah kopi. Kopi adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan

Sumatera Selatan selain karet dan kelapa sawit. Dalam keterkaitan dangan industri

hilir, di Kabupaten Empat Lawang sudah ada diversifikasi kopi rasa buah,

khususnya rasa durian. Kopi rasa durian diharapkan dapat menciptakan segmen

pasar tersendiri. Berdasarkan perhitungan standar parameter kelayakan usaha

yang dilakukan oleh Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan, diperoleh NPV

sebesar Rp. 88.034.614 dengan nilai df 16%, BEP pada bulan ke 7 di tahun

pertama dan B/C dengan nilai 2 (positif), sehingga usaha produksi massal kopi

rasa durian tersebut layak dan menguntungkan dalam rangka meningkatkan

pendapatan petani kopi di Kabupaten Empat Lawang. Selain kopi, duku juga

merupakan produk unggulan Sumatera Selatan dari sub sektor perkebunan.

Industri hilir duku sudah ditunjang dengan adanya produk seperti bolu, selai, sari

buah, dodol, dan jelly dengan bahan dasar duku.

Page 26: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 26

Potensi lainnya adalah sektor perikanan. Sumatera Selatan memiliki potensi

yang besar di bidang kelautan dan perikanan khususnya perairan umum dengan

panjang garis pantai 526,51 kilometer dengan luas laut 8.105,97 Km2.

Gambar 2. 2 Peta Potensi Perairan Laut Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sumsel Produksi perikanan tangkap dari tahun 2009 sampai tahun 2013 sebesar

460.246,12 ton. dan produksi perikanan secara keseluruhan sampai pada tahun

2013 sebesar 1.957.700,22 ton. Peningkatan produksi perikanan tangkap dari

tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 disebabkan karena adanya bantuan sarana

dan prasarana perikanan tangkap untuk nelayan skala kecil dan bantuan kapal 30

GT kepada nelayan untuk dapat beroperasi sampai ZEE, sedangkan untuk

peningkatan produksi perikanan secara keseluruhan disebabkan karena adanya

upaya intensifikasi perikanan budidaya dengan meningkatkan produktifitas lahan

dan media budidaya. Sub sektor perikanan, memiliki keunggulan dalam produksi

ikan patin terbesar (62 % produksi Nasional).

Dengan besarnya jumlah produksi perikanan di Sumatera Selatan maka

diharapkan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan dalam mengkonsumsi ikan

dapat terpenuhi dengan baik. Saat ini pasca panen perikanan dapat ditemui dalam

Page 27: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 27

bentuk kerupuk ikan dan pempek serta makanan khas Palembang lainnya seperti

tekwan, model, laksan, celimpungan, pindang dan lain-lain. Permasalahan

mendasar hilirisasi perikanan di Sumatera Selatan saat ini adalah kurangnya

kemasan yang baik dalam menciptakan produk perikanan yang bermutu dan layak

dikonsumsi. Hingga saat ini, telah diterapkan sejumlah produk dalam kemasan baik

kemasan kotak maupun kaleng seperti terasi sungsang de jembret dan pindang

patin instan dengan menerapkan pengawasan mutu atau konsep HAACP (Hazard

Analysis Critical Control Point) untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan telah

aman secara prosesnya.

Tabel 2. 10 Realisasi Capaian Perikanan Hingga 2013

Indikator Perikanan Budidaya

Realisasi Capaian / Tahun (Ton) Realisasi s.d. 2013

Target 2013

% Capaian

Produksi Perikanan Budidaya*

2009 2010 2011 2012 2013

1.497.454,10 252.467,64 170,00

154.902,60 217.060,00 291.375,00 404.921,00 429.195,50

Produksi Perikanan tangkap*

86.181,28 87.315,54 94.268,10 95.997,40 96.483,80 460.246,12 88.469,28 109,06

JUMLAH PRODUKSI

PERIKANAN* 241.083,88 304.375,54 385.643,10 500.918,40 525.679,30 1.957.700,22 340.936,91 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sumsel

Selain perikanan terdapat juga sub sektor peternakan yang memiliki

keunggulan plasma nutfah yang tidak dimiliki oleh daerah lain yaitu kerbau rawa

dan itik pegagan.

Sektor pendukung lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah sektor

pertambangan dan energi. Sektor ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

pembentukan PDRB Sumatera Selatan. Namun dalam kenyataanya sektor

pertambangan dan energi belum mengoptimalkan serapan pendapatan daerah

untuk mengimbangi kecilnya serapan tenaga kerja dari sektor ini. Dilihat dari

Page 28: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 28

potensi seperti batubara, Sumatera Selatan memiliki potensi dan cadangan yang

berlimpah terutama dalam mendukung hilirisasi energi.

Tabel 2. 11

Cadangan Batubara Sumatera Selatan (Juta Ton) No. Kab/Kota Terukur Terunjuk Tereka Jumlah

1. OKI - - 325 325

2. OKU 48,55 227,24 561 836,79

3. Muara Enim 4.026,29 3.413,12 6.197,32 13.636,53

4. Lahat 892,42 241,55 1.581,00 2.714,97

5. Musi Rawas - 120 1.115,00 1.235,00

6. Musi Banyuasin 355,86 2.840,21 295,64 3.491,71

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Sumsel

Cadangan batubara terbesar di Sumatera Selatan terdapat di kabupaten

Muara Enim yaitu sebesar 13.636,53 juta ton, sedangkan yang paling rendah

terdapat di kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu sebesar 325 juta ton.

Tabel 2. 12 Rasio Elektrifikasi Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 2012

No. Kab/Kota Rasio Elektrifikasi (%)

1 Palembang 90,1

2 Banyuasin 56,1

3 Musi Banyuasin 56,4

4 Musi Rawas 52,7

5 Muara Enim 66,1

6 Ogan Ilir 62,2

7 OKI 54,2

8 OKU 71,6

9 OKUT 68,4

10 OKUS 37,4

11 Lahat 68,6

12 Pagar Alam 76,8

13 Prabumulih 96,6

14 Lubuk Linggau 94,0

15 Empat Lawang 52,9

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Sumsel

Page 29: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 29

Selain besarnya potensi batubara yang dimiliki Sumatera Selatan,

ketersediaan listrik di tiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sudah

cukup memadai, khususnya di daerah kotamadya seperti Prabumulih (96,6%)

Lubuk Linggau (94,0%), dan Palembang (90,1%). Kabupaten OKU Selatan baru

mencapai rasio sebesar 37,4% dan menjadi persentase rasio elektrifikasi terendah

di Sumatera Selatan tahun 2012. Badan Geologi Kementerian ESDM

mempublikasikan potensi Geothermal di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2012 yaitu sebesar 1.888 MW atau 6,5 % dari potensi Nasional (29.038 MW) yang

tersebar di wilayah Kabupaten Muara Enim (Rantau Dedap, Lumut Balai),

Kabupaten OKUS (Ulu Danau, Marga Bayur dan Wai Selabung) Kabupaten Lahat

(Tanjung Sakti), Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Muratara.

Tabel 2. 13

Potensi Hilirisasi Geotermal Sumatera Selatan 2012

NO Lokasi Luas Potensi Wil Kerja Progres Kendala

1

Lapangangan panas bumi Lumut Balai dan Marga Bayur (WKP Lumut Balai, Deswa

Penindaian Kec. Semendo Darat Laut

Kab. Muara Enim, Kab. OKU, Kab OKUS

dan Kab. Lahat)

226.000 Ha

110-600 MW

PT. Pertamina

Geothermal Energy Lumut Balai

Perizinan yang telah terbit : Dokumen AMDAL,Ijin Pinjam Pakai Kawasan

Hutan (IPPKH), Perjanjian jual beli listrik dengan PT.

PLN (Persero). Saat ini sedang tahap survei

eksplorasi, pengeboran sumur eksplorasi,

persiapan konstruksi pembangkit dan pembangunan infrastruktur.

2

Lapangan panas bumi Rantau Dedap-

Segamit (WKP Rantau Dedap)

35.460 Ha

2 x 100 MW

PT. Supreme Energy Rantau Dedap

Akhir 2013 telah mengantongi Izin Pinjam

Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), Perjanjian jual beli listrik dengan PLN.

Saat ini persiapan kegiatan eksplorasi

(survey dan persiapan pengeboran) dan

pembangunan infrastruktur.

Page 30: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 30

3

Lapangan Panas Bumi Danau Ranau, OKUS Sumsel dan

Kab. Lampung Barat Prov. Lampung.

8.561 Ha 210 MW

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan

Konservasi energi Kementerian ESDM

merencanakan pelaksanaan lelang

wilayah kerja panas bumi Danau Ranau pada tahun

2013.

Saat ini menunggu pengesahan Undang-Undang Panas Bumi pengganti Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang

Panas Bumi

4

Daerah Tanjung Sakti, Kab. Empat Lawang, Kab. Lahat dan Kota

Pagar Alam Prov. Sumsel dan kab.

Seluma Prov. Bengkulu

125.700 Ha

Penugasan survey pendahuluan panas bumi

oleh PT. Hitay Tanjungsakti Energy.

Tumpang tindih dengan Hutan Lindung seluas

67.975,07 Ha dan Suaka Margasatwa

Gumai Pasemah seluas 2.541,47 Ha.

5 Daerah Lawang, Kab.

Empat Lawang 35.810

Ha

Penugasan survey pendahuluan panas bumi

oleh PT. Hitay Lawang Energy.

Tumpang tindih dengan Hutan Lindung seluas

9.188,5 Ha

6

Daerah Rawas, Kab. Muratara Prov.

Sumsel dan Kab. Merangin Prov. Jambi

54.230 Ha

Penawaran wilayah penugasan survey

pendahuluan panas bumi.

Tumpang tindih dengan Taman Nasional Kerinci

Seblat seluas 53.981,21 Ha.

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Sumsel

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi/Dinas atau

pihak terkait untuk meningkatkan peran sektor pertambangan dan energi, antara

lain :

• Percepatan pembangunan double track dan jalan khusus batubara

• Optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan khususnya untuk daerah-daerah

terpencil

• Optimalisasi serapan pendapatan daerah sektor pertambangan dan energi

• Menerapkan sistem penambangan yang memperhatikan kelestarian lingkungan

Di sektor industri yang berbasis sumber daya alam, terutama kaitannya

dengan hilirisasi, secara umum ada beberapa kendala yang muncul dalam

pengembangannya yaitu :

Untuk Industri Berbasis Hasil Tambang, pengolahan hasil tambang menjadi

produk industri, memerlukan teknologi tinggi dan energi besar, memerlukan

Page 31: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 31

skala usaha besar agar efisien, memerlukan kesinambungan bahan baku

dalam jangka panjang

Untuk Industri Pengolah Hasil Pertanian/Perkebunan/Perikanan/ Peternakan:

permintaan domestik untuk produk turunan dari sektor ini relatif lebih rendah

dibandingkan dengan permintaan pasar dunia, selain itu produk ini relatif sulit

menembus pasar ekspor karena sudah dikuasai oleh industri pengolahan dari

negara lain yang sudah berkembang lama.

Memperhatikan kebutuhan akan hilirisasi maka ada beberapa hal yang perlu

dilakukan dalam rangka penguatan hilirisasi dari pemerintah Sumsel/Dinas terkait

yaitu :

Pemenuhan standard industri pengolahan bagi ketersediaan dan

kesinambungan bahan baku oleh sektor hulu untuk industri pengolahan.

Penataan saluran distribusi dari sektor hulu ke industri pengolahan secara baik,

dalam arti sederhana, efektif dan efisien sehingga dapat menjaga

kesinambungan bahan baku dengan harga ekonomis dan tepat waktu. Fokus

bagi instansi yang terkait dengan sektor hulu pada kualitas dan kuantitas bahan

baku, dan instansi yang terkait dengan perdagangan dan transportasi serta

hukum dapat fokus kepada distribusi bahan baku untuk industri pengolahan.

Skala Usaha: mengingat peran Industrti Kecil Menengah (IKM) di Sumsel

sangat penting, maka dalam melakukan hilirisasi perlu diperhatikan skala usaha

perusahaan atau industri terkait. Idealnya, hilirisasi akan meningkatkan nilai

tambah dan memberikan efek berganda (multiplier effects) artinya perlu

diperhatikan tahapan dalam proses hilirisasi tersebut, misalnya untuk

penggilingan jagung menjadi tepung dapat diarahkan dan dilakukan oleh

industri kecil, selanjutnya pemanfaatan tepung jagung menjadi produk akhir

dapat dilakukan oleh skala usaha menengah atau besar. Dengan demikian,

akan tercipta keterkaitan antar industri, menyerap tenaga kerja dan berdampak

Page 32: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 32

positif kepada pengembangan sektor lain misalnya perdagangan,

pengangkutan dan jasa.

Komitmen Pemerintah; Perlunya komitmen pemerintah di semua tingkatan.

Kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana khususnya infrastruktur, konflik

lahan dan hambatan lainnya sudah dapat diminimalkan dan diselesaikan dalam

waktu singkat untuk mendukung hilirisasi.

KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA

Sumatera Selatan memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi sehingga

sangat dimungkinkan Sumatera Selatan akan semakin sulit untuk memenuhi

kebutuhan dasar masyarakatnya seperti air bersih, perumahan dan pemukiman,

dan juga lapangan pekerjaan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Sumatera

Selatan mencapai 7.121.790 jiwa, meningkat setiap tahun menjadi 7.701.528 jiwa

pada tahun 2012 atau meningkat 8,14% dari tahun 2008.

Tabel 2. 14

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk LPP 2010

– 2012 2008 2009 2010 2011 2012

Ogan Komering Ulu 264.743 267.022 324.045 334.295 338.369 2.10

Ogan Komering Ilir 696.505 707.627 727.376 742.374 752.906 1.67

Muara Enim 660.906 668.341 716.676 731.410 741.795 1.67

Lahat 340.556 341.055 369.974 374.505 380.398 1.34

Musi Rawas 499.238 505.940 525.508 535.614 543.349 1.62

Musi Banyuasin 510.387 523.025 561.458 580.489 587.325 2.19

Banyuasin 798.360 818.280 750.110 762.482 773.878 1.51

OKU Selatan 329.071 331.879 318.428 320.290 324.836 0.96

OKU Timur 576.699 581.665 609.982 619.460 628.827 1.47

Ogan Ilir 378.570 384.663 380.904 387.205 392.989 1.51

Empat Lawang 213.559 213.872 221.176 222.735 225.737 0.98

Page 33: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 33

Palembang 1.417.047 1.438.938 1.455.284 1.481.814 1.503.485 1.58

Prabumulih 136.253 137.786 161.984 166.960 169.022 2.06

Pagar Alam 116.316 116.486 126.181 127.706 129.719 1.34

Lubuk Linggau 183.580 186.056 201.308 206.086 208.893 1.39

Sumatera Selatan 7.121.790 7.222.635 7.450.394 7.593.425 7.701.528 1.60

Sumber: BPSProvinsi Sumsel

Dari tabel 2.14, terlihat pada tahun 2008 keadaan jumlah penduduk di Kota

Palembang memiliki jumlah penduduk 1.417.047 juta jiwa, di tahun yang sama

Kota Pagaralam jumlah penduduk sebanyak 116.316 juta jiwa. Tahun 2012 jumlah

penduduk terbesar berada di Kota Palembang dengan jumlah penduduk 1.503.485

juta jiwa. yang terkecil masih berada di Kota Pagaralam dengan jumlah penduduk

129.719 juta. Melihat laju pertumbuhan penduduk antara kabupaten/kota dalam

setahun terakhir juga cukup bervariasi. Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten

OKU dan Kota Prabumulih mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi

yaitu berturut-turut 2,19%, 2,10% dan 2,06%. Sedangkan untuk pertumbuhan

penduduk terdapat Lahat, Kota Pagaralam dan Lubuk Linggau, masing-masing

sebesar 1,34%, 1,34% dan 1,39%. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010-2012

sebesar 1.60% di Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Empat Lawang sebesar

0.96% dan 0.98% sedangkan di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir adanya

kesamaan peningkatan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1.51% begitu pula

pada Kabupaten Muara Enin dan Ogan Komering Ilir sebesar 1.67%.

Dalam hal penurunan angka kemiskinan, Sumatera Selatan telah melakukan

beberapa pendekatan program dan kegiatan. Sejak tahun 2011 program

penanggulangaan kemiskinan antara lain dilakukan dengan program MDGs yang

difokuskan pada tujuan pertama (Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan).

Pada tahun 2013 kemiskinan di Sumatera Selatan dilengkapi pula lewat program

Masterplan Percepatan dan Perluasan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia

(MP3KI) yang diintegrasikan dengan Program Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sebagai langkah awal,

Page 34: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 34

pada tahun 2013 dilakukan rekonsiliasi dengan menetapkan lokasi Quickwins di

beberapa Kabupaten/kota untuk Tahun 2014. Quickwins merupakan upaya untuk

mempercepat penurunan kemiskinan dengan pemilihan lokasi (pilot project) yang

paling memerlukan penanganan sesegera mungkin. Quickwins ditetapkan oleh

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, masing-masing 2 lokasi. Pusat

menetapkan 2 lokasi quickwins, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kecamatan

Sirah Pulau Padang) dan Kota Palembang (Kecamatan Kertapati). Sedangkan

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan lokasi di Kabupaten Ogan Ilir

(Kecamatan Pemulutan, dan Kabupaten Muara Enim (Kecamatan Tanjung Agung).

Per Maret 2012, batas Garis Kemiskinan (GK) Sumatera Selatan adalah

sebesar 252.377 rupiah per kapita per bulan. Berdasarkan GK, jumlah penduduk

miskin per Maret 2012 sebesar 1,057 juta jiwa atau berkurang sekitar 17.776 jiwa

dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya. Secara proporsi,

penduduk miskin tahun 2012 mencapai 13,78% dari jumlah seluruh penduduk

sumatera selatan atau sekitar 13 dari 100 jiwa penduduk di Sumatera Selatan

tergolong miskin. Angka tersebut menempatkan Provinsi Sumatera Selatan dengan

persentase penduduk miskin masih di atas rata-rata nasional (12,49%). Hingga

tahun 2012 jika dianalisis persebarannya menurut wilayah perkotaan dan

perdesaan, ada 63% lebih penduduk miskin Sumatera Selatan tinggal tersebar di

perdesaan, sebagaimana tergambar dari Tabel 2.15. Namun demikian laju

penurunan penduduk miskin di perdesaan cenderung lebih cepat daripada di

perkotaan dalam lima tahun terakhir (2005-2010).

Tabel 2. 15 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun

Penduduk Miskin

Kota Desa Total

Jumlah

(Ribu) %

Jumlah

(Ribu) %

Jumlah

(Ribu) %

2004 455,10 20,13 924,20 21,33 1.379,30 20,92

2005 557,80 21,19 871,20 20,90 1.429,00 21,01

Page 35: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 35

2006 559,50 22,32 847,40 20,14 1.446,90 20,99

2007 545,90 20,30 785,90 18,43 1.331,80 19,15

2008 514,70 18,87 734,90 17,01 1.249,60 17,73

2009 470,03 16,93 697,85 15,87 1.167,87 16,28

2010 471,20 16,73 654,50 14,67 1.125,70 15,47

2011 407,42 14,94 654,45 13,39 1.061,87 13,95

2012 388,65 14,16 668,38 13,57 1.057,03 13,78

2013 375,96 13,28 732,25 14,50 1.108,21 14,06

Sumber: BPS Provinsi Sumsel 2013, BPS Pusat

Tabel 2.16 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut

kabupaten/kota pada kondisi bulan Juli 2008 dan September 2011. Persentase

kemiskinan tertinggi berada di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu sebesar 25,45%

pada tahun 2008 dan menjadi 18,99% pada tahun 2011. Tertinggi kedua adalah

Kabupaten Musi Rawas dengan persentase kemiskinan mencapai 24,27% pada

tahun 2008 dan turun menjadi 18,25% pada tahun 2011. Persentase kemiskinan

tertinggi ketiga ada di Kabupaten Lahat yang mencapai 23,21% pada tahun 2008,

dan turun menjadi 17,92% pada tahun 2011 dan di tahun 2012 persentase

kemiskinan tertinggi masih mencapai 18.29% untuk Kabupaten Musi Banyuasin ,

17.67% di Kabupaten Musi Rawas dan di Kabupaten Lahat Persentase kemiskinan

sebesar 17.45%.

Tabel 2. 16 Jumlah dan Persentase Kemiskinan

Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2008-2012

Kab/Kota

2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah (Ribu)

% Jumlah (Ribu)

% Jumlah (Ribu)

% Jumlah (Ribu)

% Jumlah (Ribu)

%

OKU 38,60 14,64 35,10 13,17 39,90 12,28 38,30 11,58 37,6 11,19

OKI 122,70 17,67 114,20 16,17 116,50 15,98 111,90 15,06 109,9 14,53

Muara Enim 118,40 17,98 106,40 15,96 104,40 14,51 100,40 13,71 98,5 13,21

Lahat 78,70 23,21 71,30 20,98 70,50 19,03 67,70 17,92 66,4 17,45

Musi Rawas 120,70 24,27 108,00 21,40 102,00 19,38 98,00 18,25 96,2 17,67

MUBA 129,50 25,45 118,90 22,76 113,40 20,06 108,90 18,99 106,9 18,29

Banyuasin 122,40 15,38 112,10 13,72 93,00 12,39 89,30 11,66 87,6 11,27

OKU Selatan 47,70 14,56 42,10 12,73 36,70 11,53 35,30 10,84 34,6 10,49

Page 36: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 36

OKU Timur 69,60 12,12 57,70 9,95 59,90 9,81 57,50 9,23 56,4 8,98

Ogan Ilir 67,10 17,78 60,10 15,65 53,30 13,98 51,30 13,18 50,3 12,79

Empat Lawang 39,10 18,37 33,70 15,80 32,50 14,74 31,30 13,82 30,7 13,36

Palembang 235,30 16,66 211,80 14,75 218,50 15,00 210,00 14,13 206,3 13,59

Prabumulih 20,90 15,39 19,10 13,93 21,00 12,94 20,20 12,19 19,8 11,71

Pagaralam 11,80 10,23 11,20 9,66 12,40 9,81 11,90 9,24 11,7 9,00

Lubuklinggau 31,80 17,36 28,10 15,12 30,90 15,30 29,70 14,43 29,1 13,88

SUMSEL 1.254,30 17,67 1.130,00 16,28 1.105 14,80 1.061 13,95 1.042,0 13,48

Sumber: Hasil Olah Susenas 2012

Tingkat kemiskinan yang terendah di tahun 2011 yaitu di Kabupaten OKU

Timur, dimana pada tahun 2008 sebesar 12,12% menurun pada tahun 2011

menjadi 9,23%. Selain itu Kota Pagar Alam juga rendah persentase

kemiskinannya, dimana tahun 2008, persentase kemiskinan di Kota Pagaralam

sebesar 10.23%, dan mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 9,24%.

Tahun 2009 persentase kemiskinan terendah berada di Kota Pagaralam sebesar

9.66%, terendah kedua di kabupaten OKU Timur sebesar 9.95% dan selanjutnya

kabupaten OKU Selatan sebesar 12.73%. Tahun 2010 terjadi kesamaan

persentase tingkat kemiskinan terendah pada kabupaten OKU Timur dan

Pagaralam sebesar 9.81% Kota Pagaralam mengalami penurunanan persentase

kemiskinan di tahun 2011 sebesar 9.24% dan Kabupaten Oku Timur dengan

persentase tingkat kemiskinan naik menjadi 9.23% dibandingkan tahun

sebelumnya tahun 2010. Begitu pula dengan tahun 2012 persentase kemiskinan

terendah masih pada posisi yang sama kabupaten Oku Timur sebesar 8.98% Kota

Pagaralam 9.00% dan 10.49% di kabupaten Oku Selatan. Kabupaten OKU Selatan

adalah Kabupaten yang memiliki persentase kemiskinan terendah ketiga setelah

Kabupaten OKU Timur. Di OKU Selatan, persentase kemiskinan turun dari 14,56%

pada tahun 2008 menjadi 10,84% pada tahun 2011. Untuk Kota Palembang sendiri

sebagai ibukota provinsi, persentase penduduk masih sangat tinggi bahkan hampir

mendekati angka rata-rata provinsi yaitu sebesar 14,13% dan secara absolute

memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak diantara Kab/Kota di Provinsi

Sumatera Selatan yaitu sebesar 210.000 ribu jiwa atau dapat dikatakan jumlah

penduduk miskin sebenarnya paling banyak terdapat di Kota Palembang.

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan selama setahun terakhir

menunjukkan kondisi yang terjadi secara umum, dimana peningkatan jumlah

Page 37: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 37

penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Pada

Tabel 2.17 terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2012

dibandingkan dengan kondisi tahun 2011 meningkat sebanyak 85.775 orang

dengan laju pertumbuhan sebesar 1,62%. Jumlah angkatan kerja selama setahun

terakhir mengalami penurunan sebanyak 24.300 orang dengan laju penurunan

sebesar 0,64%.

Tabel 2. 17 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja

Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan, 2011-2012

Jenis Kelamin 2011 2012 Laju Pertumbuhan

PENDUDUK USIA KERJA (≥15 TH)

- Laki-laki 2.686.171 2.730.223 1,64

- Perempuan 2.613.786 2.655.509 1,60

- Total 5.299..957 5.385.732 1,62

ANGKATAN KERJA

- Laki-laki 2.313.769 2.350.312 1,58

- Perempuan 1.456.904 1.396.061 -6,08

- Total 3.770.673 3.746.373 0,64

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2012

Dilihat dari aspek gender selama periode Tahun 2011-2012, peningkatan laju

pertumbuhan penduduk meningkat sebanyak 44.052 orang dengan laju

pertumbuhan usia kerja laki-laki (1,64%) sejalan dengan peningkatan laju

pertumbuhan angkatan kerja laki-laki (1,58%) disertai dengan peningkatan

penduduk angkatan kerja laki-laki sebanyak 36.543 orang . Sedangkan

peningkatan laju pertumbuhan usia kerja perempuan (1,60%) menurun sebanyak

41.723 orang, dihadapkan juga pada penurunan pertumbuhan angkatan kerja

perempuan sebanyak 60.843 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 6,08%.

Jumlah angkatan kerja di Sumatera Selatan pada Agustus 2012 mencapai

3.746.373 orang, berkurang sekitar 24.300 orang dibandingkan Agustus 2011

sebesar 3.770.673 orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Sumatera

Selatan pada Agustus 2012 mencapai 3.532.932 orang, berkurang sekitar 20.172

orang dibandingkan keadaan pada Agustus 2011 yang sebesar 3.553.104 orang.

Page 38: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 38

Grafik 2. 1 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin (%).

Agustus 2006 - Agustus 2012

Sumber: Sakernas Agustus 2006 - Agustus 2012

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Selatan pada Agustus

2012 mencapai 5,70%, mengalami penurunan 0,07% dibandingkan TPT pada

Agustus 2011. Dari sisi gender, TPT laki-laki pada Agustus 2012 sebesar 4,87%,

lebih rendah dibandingkan TPT perempuan yang mencapai 7,09%.

Tabel 2. 18 Tingkat Pengangguran Terbuka Per Kabupaten/Kota Sumatera Selatan,

Tahun 2007-2012

No Wilayah Kab/Kota 2007

Agust 2008

Agust 2009

Agust 2010

Agust 2011

Agust

2012 Agust

1 Ogan Komering Ulu 8,97 8,76 7.29 5,46 4,96 5.40

2 Ogan Komering Ilir 8,57 7,31 7.04 7,46 4,68 10.95

3 Muara Enim 7,89 7,19 5.40 5,61 5,22 4.59

4 Lahat 4,83 4,48 4.44 2,50 4,67 4.46

5 Musi Rawas 4,54 2,58 2.64 2,40 3,87 1.78

6 Musi Banyuasin 5,09 5,29 6.79 5,99 4,46 3.47

7 Banyuasin 5,99 3,65 5.11 4,16 5,57 5.17

8 OKU Selatan 4,68 4,25 3.56 3,99 3,31 2.81

9 OKU Timur 8,84 8,22 5.51 3,68 4,05 2.62

10 Ogan Ilir 6,39 4,08 2.87 3,03 5,15 3.09

11 Empat Lawang 7,01 5,58 7.32 5,36 3,99 2.54

12 Kota Palembang 19,43 16,89 15.78 13,97 10,05 10.06

13 Kota Prabumulih 16,31 10,43 11.47 9,81 7,41 8.83

14 Kota Pagar Alam 10,21 8,55 11.37 9,76 6,02 3.91

15 Kota Lubuk Linggau 18,19 15,54 11.24 9,38 7,4 6.85

Sumatera Selatan 9,34 8,08 7.61 6,65 5,77 5.70

Nasional 9,11 8,39 7,87 7,14 6,56 6.14

Page 39: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 39

TPT di daerah perkotaan pada Agustus 2012 sebesar 9,51%, jauh lebih tinggi

dibandingkan TPT daerah pedesaan yang hanya sebesar 3,88%. Jika

dibandingkan dengan keadaan Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja pada

Agustus 2012 mengalami kenaikan hanya pada satu sektor, yaitu Sektor Industri

sebesar 21.896 orang, sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan.

Penurunan terbesar terjadi pada sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan sebesar 70.435 orang, kemudian sektor Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebesar 56.652 orang, diikuti sektor-sektor

lainnya.

Dalam satu tahun terakhir (Agustus 2012 – Agustus 2011) terdapat

penambahan pekerja dengan status buruh/karyawan sebesar 104.515 orang, dan

pekerja bebas di non pertanian sebesar 7.860 orang, sementara itu jumlah pekerja

di status pekerjaan lainnya terjadi penurunan. Penurunan pekerja terbesar terjadi

pada status pekerja yang berusaha sendiri sebesar 37.552 orang, kemudian

pekerja bebas di pertanian sebesar 29.260 orang dan pekerja yang berusaha

dibantu buruh tidak tetap sebesar 27.494 orang.

Persentase terbesar dari penduduk laki-laki yang bekerja pada bulan Agustus 2012 adalah pekerja berstatus buruh/karyawan (36,13 %), sedangkan persentase terbesar dari penduduk perempuan yang bekerja adalah sebagai pekerja tak dibayar (43,95 %).

Grafik 2. 2

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Tempat Tinggal (%) Agustus 2006 - Agustus 2012

Sumber: Sakernas Agustus 2006 - Agustus 2012

Page 40: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 40

Grafik 2.2 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di daerah

perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Tingginya

tingkat pengangguran terbuka di kota selain karena pengaruh pertumbuhan

alamiah penduduk, juga dipengaruhi oleh arus masuk angkatan kerja dari daerah

pedesaan juga banyaknya pencari kerja pertama kali sebagai konsekuensi dari

meningkatnya pendidikan penduduk di perkotaan. Sementara itu kesempatan kerja

sektor-sektor produktif di perkotaan yang tersedia tidak mampu menampung para

pencari kerja, maka berakibat pada tingginya tingkat pengangguran. Berbeda

dengan daerah pedesaan yang pada umumnya tingkat pendidikan penduduknya

relatif masih rendah sehingga angkatan kerja yang ada tidak mempunyai banyak

tuntutan terhadap jenis pekerjaan yang diinginkan dan mau menerima pekerjaan-

pekerjaan di sektor tradisional.

Tabel 2. 19

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Per Kabupaten/Kota Sumatera Selatan, Tahun 2007-2012

No Wilayah 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kab/Kota Agust Agust Agust Agust Agust Agust

1 Ogan Komering Ulu 63,18 65,98 66.21 65,64 70,46 62,50

2 Ogan Komering Ilir 76,63 72,35 67.45 69,70 74,09 75,19

3 Muara Enim 73,05 72,96 70.42 72,86 72,73 72,76

4 Lahat 72,91 72,71 70.71 72,87 71,99 73,32

5 Musi Rawas 76,58 75,00 73.48 72,77 73,65 80,81

6 Musi Banyuasin 71,89 73,15 71.10 67,39 73,35 66,82

7 Banyuasin 75,01 71,36 67.16 72,24 72,54 65,73

8 OKU Selatan 77,81 78,90 80.89 80,52 75,52 79,44

9 OKU Timur 66,48 67,12 68.30 74,62 73,47 71,49

10 Ogan Ilir 77,74 76,33 76.28 77,11 72,35 76,49

11 Empat Lawang 73,27 69,60 67.77 71,29 73,84 73,41

12 Kota Palembang 54,86 62,71 62.42 63,79 64,83 60,28

13 Kota Prabumulih 66,13 66,56 64.77 64,93 68,56 66,84

14 Kota Pagar Alam 73,55 67,53 67.32 78,48 70,09 71,42

15 Kota Lubuk Linggau 59,52 60,96 60.24 62,61 67,00 65,13

Sumatera Selatan 69,03 69,79 68.31 70,23 71,15 69,56

Nasional 66,99 67,18 67,23 67,72 68,34 67,88

Page 41: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 41

Tabel 2. 20 Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2012

Jenjang Pendidikan

Terdaftar Telah Ditempatkan Belum Ditempatkan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

SMU 10.916 6.517 3.401 2.629 7.515 3.888

Sarjana Muda 1.345 3.104 470 903 875 2.201

Sarjana 3.413 5.096 1.215 2.783 2.198 2.313

Total 15.674 14.717 5.086 6.315 10.588 8.402

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2012

Tingkat pengangguran terdidik (Tabel 2.20) didefinisikan sebagai jumlah

pencari kerja berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap

Penempatan Kerja berdasarkan jenis kelamin. Nampak bahwa pencari kerja untuk

tingkat pendidikan sekolah menengah keatas dengan total jumlah yang terdaftar

dari laki-laki berjumlah 15.674 orang dan perempuan berjumlah 14.717 orang yang

ditempatkan atau diterima kerja untuk laki-laki hanya 5.086 orang atau 32,45 %

sedangkan perempuan hanya 6.315 orang atau 42,91%. Artinya penangguran

terdidik masih lebh besar dari pekerja yang telah ditempatkan dalam hal ini pencari

kerja laki-laki berjumlah 10.588 orang atau 67,55% dan perempuan berjumlah

8.402 orang atau sebesar 57,09%. Perluasan lapangan pekerjaan perlu

ditingkatkan mengingat angkatan kerja dari tahun ke tahun akan meningkat dan

lulusan baru akan turut bersaing sehingga kesempatan pencari kerja terdidik

semakin kompetitif.

Capaian bidang pendidikan di Sumatera Selatan telah menunjukkan hasil

yang cukup berarti. Sebagai hasil dari Program Sekolah Gratis di Sumatera

Selatan, maka buta huruf masyarakat terus menurun; anak putus sekolah SD, SMP

dan SMA terus menurun; serta partisipasi anak usia sekolah SD, SMP dan SMA

terus meningkat. Angka partisipasi sekolah (APS) Sumatera Selatan terus

meningkat seperti terlihat pada Tabel 2.21.

Page 42: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 42

Tabel 2. 21 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Umur, 2011-2012

No Wilayah Kab/Kota 2011 2012

7 - 12 13 - 15 16 – 18 19 - 24 7 – 12 13 - 15 16 - 18 19 - 24

1 Ogan Komering Ulu 97,72 89,98 69,10 14,62 98,48 91,70 62,40

2 Ogan Komering Ilir 96,30 71,23 33,10 2,57 96,40 81,32 38,08

3 Muara Enim 98,21 85,65 47,99 1,88 96,47 88,00 50,47

4 Lahat 96,97 91,99 67,86 9,16 98,28 92,57 64,36

5 Musi Rawas 98,81 82,03 39,60 4,67 98,37 91,11 58,79

6 Musi Banyuasin 97,68 83,10 48,50 7,48 98,01 82,31 55,60

7 Banyuasin 96,57 83,14 45,21 9,19 97,13 88,97 56,05

8 OKU Selatan 97,07 93,12 59,47 2,43 98,24 85,64 59,28

9 OKU Timur 98,63 88,85 61,47 11,99 98,97 88,91 59,23

10 Ogan Ilir 96,91 82,20 52,48 13,24 98,70 83,49 46,19

11 Empat Lawang 98,93 86,14 64,37 8,29 97,83 92,92 76,44

12 Kota Palembang 98,76 89,02 72,10 26,86 99,10 92,04 68,63

13 Kota Prabumulih 98,68 90,01 70,31 9,53 97,99 91,13 71,82

14 Kota Pagar Alam 100,00 93,01 61,55 24,29 100,00 96,92 64,58

15 Kota Lubuk Linggau 100,00 89,42 71,91 24,14 99,55 89,22 62,12

Sumatera Selatan 97,91 85,32 55,93 12,25 98,04 85,52 58,31 13,55

Nasional 97,58 87,78 57,85 14,26 97,95 89,66 61,06 15,84

Sumber: BPS; Susenas, 2011-2012

Tabel 2.21 menunjukkan semakin tinggi umur, angka partispasi sekolah

semakin kecil, mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk yang tidak dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka Partisipasi Sekolah

anak-anak usia 7-12 tahun (usia SD) pada tahun 2011 telah mencapai 97,91%.

Pada kelompok umur 13-15 tahun (usia SLTP), angka partisipasi sekolah lebih

kecil (85,32%) dan pada kelompok umur 16-18 tahun, angka partisipasi sekolah

hanya sebesar 55,93%. Ini berarti bahwa masih ada 12,49% penduduk usia 13-15

yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTP dan 29,32% penduduk usia 16-18

yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA.

Page 43: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 43

Tabel 2. 22

Angka Buta Huruf Menurut Kabupaten/Kota 2005-2012

No Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kab/Kota 15+

1 Ogan Komering Ulu 4,90 2,79 2,32 1,93 1,57 1,57 4,07 3,26

2 Ogan Komering Ilir 5,30 5,35 5,35 5,25 4,76 3,44 4,55 5,25

3 Muara Enim 1,20 1,20 1,20 1,2 1,19 1,18 3,31 3,98

4 Lahat 4,00 3,09 2,80 2,45 2,41 2,22 2,76 2,34

5 Musi Rawas 4,50 4,49 3,50 3,5 3,49 3,48 4,12 2,64

6 Musi Banyuasin 4,50 4,10 3,50 3,71 3,46 2,99 2,30 1,41

7 Banyuasin 6,50 4,07 4,07 3,92 3,76 3,54 3,50 5,01

8 OKU Selatan 6,30 2,51 2,51 2,51 2,2 2,10 2,90 1,65

9 OKU Timur 8,80 5,53 5,37 5,37 5,33 5,27 5,15 6,21

10 Ogan Ilir 5,80 2,71 2,76 2,68 2,53 2,38 2,76 3,12

11 Empat Lawang - 4,20 3,25 2,98 2,72 2,22 2,66 1,64

12 Kota Palembang 2,30 1,37 1,37 1,37 1,31 1,29 2,66 1,06

13 Kota Prabumulih 2,30 2,30 2,10 1,71 1,34 1,34 3,24 2,66

14 Kota Pagar Alam 2,80 2,62 2,18 1,79 1,76 1,50 2,40 2,53

15 Kota Lubuk Linggau 5,00 1,97 1,97 1,97 1,67 1,60 2,07 2,35

Sumatera Selatan 4,10 3,41 3,34 2,95 2,79 2,64 3,35 3,10

Nasional 9,09 8,55 8,13 7,81 7,42 7,09 7,19 6,75

Sementara angka rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 baru mencapai 7,82 tahun, berarti

rata-rata baru sampai taraf pendidikan SMP pada kelas dua. Untuk tingkat

kabupaten/kota rata-rata lama sekolah tertinggi tercatat di Kota Palembang yang

mencapai 9,96 tahun, dengan penduduk laki-laki rata-rata 10,24 tahun dan

perempuan rata-rata 9,68 tahun. Ini berarti penduduk laki-laki rata-rata sudah

mengenyam pendidikan sampai SLTA kelas dua, sedangkan penduduk perempuan

secara rata-rata baru menamatkan tingkat SLTA kelas satu. Rata-rata lama

sekolah terpendek terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu baru 6,74 tahun

atau setara tamat Sekolah Dasar, dimana rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki

6,92 tahun dan perempuan 6,55 tahun. Demikian juga di Kabupaten Banyuasin dan

Musi Rawas, di mana rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki setara kelas 1

SLTP dan perempuan hanya setara kelas 6 SD. Persentase penduduk yang melek

Page 44: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 44

huruf pada tahun 2010 mencapai 97,36%, sisanya penduduk yang buta huruf

sebesar 2,64%. Sementara pada penduduk usia 45 tahun ke atas yang melek huruf

tercatat 91,90%. Ini berarti penduduk yang tidak dapat membaca atau buta huruf

lebih banyak dijumpai pada kelompok penduduk usia tua.

Tabel 2. 23

Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota 2008-2012

No Kab/Kota Rata-rata Lama Sekolah Peringkat

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

1 Ogan Komering Ulu 7,57 7,71 8,38 8,34 8,46 6 6 5 5 5

2 Ogan Komering Ilir 6,70 6,73 6,74 6,57 6.54 15 15 15 15 15

3 Muara Enim 7,30 7,35 7,49 7,67 7,39 8 8 9 8 9

4 Lahat 7,59 7,72 8,28 8,15 8,16 5 5 6 6 6

5 Musi Rawas 7,00 7,05 7,09 6,96 6,78 10 10 12 14 14

6 Musi Banyuasin 7,00 7,05 7,51 7,76 7,36 11 11 8 7 10

7 Banyuasin 7,00 7,01 7,02 7,07 7,30 12 12 13 13 11

8 OKU Selatan 7,10 7,15 7,45 7,50 7,13 9 9 10 11 12

9 OKU Timur 6,80 6,87 6,91 7,58 7,49 14 14 14 9 8

10 Ogan Ilir 7,46 7,52 7,53 7,46 7,08 7 7 7 12 13

11 Empat Lawang 6,88 6,94 7,23 7,57 7,64 13 13 11 10 7

12 Kota Palembang 9,90 9,95 9,96 9,98 10,22 1 1 1 1 1

13 Kota Prabumulih 8,88 9,00 9,16 9,35 9,17 3 3 3 3 2

14 Kota Pagaralam 8,42 8,54 8,95 8,94 9,06 4 4 4 4 4

15 Kota Lubuk Linggau 8,98 9,11 9,24 9,59 9,17 2 2 2 2 3

Sumatera Selatan 7,60 7,66 7,82 8,06 8,04

Dari Tabel 2.23 dapat dilihat tingkat kecukupan sarana dan prasarana

pendidikan melalui rasio siswa terhadap jumlah sekolah dan rasio siswa terhadap

jumlah guru. Rasio siswa sekolah secara umum mengalami penurunan dari tahun

ajaran 2006/2007 s.d. 2008/2009 tetapi kemudian sedikit meningkat pada tahun

2009/2010. Pada tahun ajaran 2009/2010, rata-rata 1 sekolah setingkat SD

menampung sebanyak 206 orang siswa, 1 sekolah setingkat SLTP rata-rata

menampung 243 orang siswa dan 1 sekolah setingkat SLTA rata-rata menampung

sebanyak 308 orang siswa.

Rasio siswa-guru cenderung menurun sejalan dengan terus bertambahnya

jumlah guru. Pada jenjang SD, pada tahun 2009/2010 satu orang guru mengawasi

Page 45: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 45

secara rata-rata 15 orang siswa, sedangkan pada jenjang SLTP rata-rata seorang

guru mengawasi 12 orang siswa dan pada jenjang SLTA seoarang guru

mengawasi rata-rata 13 orang siswa.

Tabel 2. 24

Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Siswa, Rasio Siswa-Sekolah dan

Rasio Siswa-Guru Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2006/2007 – 2010/2011

JENJANG PENDIDIKAN

2007/2008 2008/2009 2009/2010*) 2010/2011*) 2011/2012*)

Jumlah Sekolah

SD 4.770 4.882 4.573 4.530 4.437

SLTP 1.395 1.542 1.136 1.128 1.201

SLTA 762 863 727 709 797

Jumlah Guru

SD 60.128 62.280 59.552 57.436 62.757

SLTP 22.534 23.687 24.254 22.919 18.966

SLTA 13.709 16.109 18.302 18.001 21.302

Jumlah Siswa

SD 1.006.583 991.079 969.811 948.946 948.600

SLTP 344.756 358.202 323.986 310.542 327.534

SLTA 235.348 254.348 247.804 248.772 288.736

Rasio Siswa-Sekolah

SD 211,02 203,01 212,07 209,48 213,793

SLTP 247,14 232,30 285,20 275,30 272,718

SLTA 308,86 294,73 340,86 350,88 362,279

Rasio Siswa-Guru

SD 16,74 15,91 16,29 16,52 15,12

SLTP 15,29 15,12 13,36 13,55 17,27

SLTA 17,17 15,79 13,54 13,82 13,55

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Catatan: *) Tidak termasuk MI, MTs dan MA

Perkembangan kondisi kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan cenderung

membaik yang ditunjukkan oleh beberapa indikator kesehatan. Angka kematian

bayi dari 34,80 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menurun menjadi 31,50

Page 46: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 46

pada tahun 2008, kemudian menurun lagi menjadi 24,40 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2009. Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2002/2003 sebesar

307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2003), menurun menjadi 150 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2009.

Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk terjadi penurunan dari 34,4% pada

tahun 1999 menjadi 28% pada tahun 2005, berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Daerah (Riskesdas) tahun 2007, secara umum prevalensi gizi buruk di

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11,7%,

balita dengan gizi buruk menurun dari 1,3% pada tahun 2003 menjadi 0,04% pada

tahun 2008, dan persentase kecamatan yang bebas rawan gizi meningkat dari

69,29% pada tahun 2004 menjadi 70,3% pada tahun 2008. Berbagai kemajuan

tersebut mendorong peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) dari 67,9 pada

tahun 2003 menjadi 69,40 tahun pada tahun 2009, pada tahun 2010 menjadi 69,60

tahun. Hal ini menunjukan perbaikan mutu sumber daya manusia di Sumatera

Selatan.

Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah

satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan

ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di

pelosok. Namun ketersediaannya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan

dengan jumlah penduduk saat ini. Pada Tabel 2.25 jumlah puskesmas yang

tersedia selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan, pada tahun 2006

tersedia 250 puskesmas, sedangkan pada tahun 2010 menjadi 301 puskesmas.

Sedangkan untuk jumlah puskesmas pembantu dan rumah sakit mengalami

fluktuasi. Jumlah puskesmas dari 942 pada tahun 2006, turun menjadi 919 pada

tahun 2007 dan kemudian naik menjadi 920 tahun 2008-2010. Begitu pula dengan

jumlah Rumah Sakit dari 45 pada tahun 2006, turun menjadi 40 pada tahun 2007,

Page 47: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 47

lalu naik menjadi 49 pada tahun 2008 dan kembali turun berturut-turut pada tahun

2009-2010 sebesar 47 dan 44.

Selain ketersediaan sarana dan prasarana, pembangunan kesehatan harus

didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas. Rasio dokter

umum pada tahun 2007 baru mencapai 5,77 per 100.000 penduduk, sama dengan

1 orang dokter melayani 17.333 penduduk masih dibawah target yaitu 40 per

100.000 penduduk atau 1 per 2.500 penduduk.

Tabel 2. 25

Jumlah Puskesmas, Poskesdes dan Posyandu Provinsi Sumatera Selatan Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2012

No Wilayah Kab/Kota Jumlah

Penduduk

Jumlah

Puskesmas

Jumlah

Poskesdes

Jumlah

Posyandu

Rasio

Puskesmas

Per 100.000

Penduduk

1 Ogan Komering Ulu 338.369 16 160 342 4,77

2 Ogan Komering Ilir 752.906 25 228 764 3,85

3 Muara Enim 741.795 25 321 548 3,23

4 Lahat 380.398 31 180 443 8,09

5 Musi Rawas 543.349 27 129 419 4,96

6 Musi Banyuasin 587.325 26 160 391 4,30

7 Banyuasin 773.878 29 304 659 3,73

8 OKU Selatan 324.836 19 303 320 5,76

9 OKU Timur 628.827 22 305 652 3,48

10 Ogan Ilir 392.989 24 191 358 6,33

11 Empat Lawang 225.737 8 76 181 3,49

12 Palembang 1.503.485 39 107 959 2,59

13 Prabumulih 169.022 7 31 119 4,17

14 Pagar Alam 129.719 6 40 118 5,35

15 Lubuk Linggau 208.893 8 39 99 4,31

Sumatera Selatan 7.701.528 312 2.574 6.372 4,11

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel 2013

Page 48: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 48

Tabel 2. 26

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Tahun 2008-2010

Sarana Kesehatan 2008 2009 2010

Rumah Sakit 49 47 44

Puskesmas 277 291 301

Puskesmas Pembantu 920 920 920

Tempat Tidur Rumah Sakit 4.955 5.303 5.635

Posyandu 6.274 6.186 6.168

Sumber: BPS Provinsi Sumsel 2012

Tabel 2.27 di bawah ini menggambarkan perkembangan IPM dan

komponennya di Provinsi Sumatera Selatan selama periode 2004-2010. Secara

umum IPM mengalami trend yang meningkat selama periode tersebut yang tentu

saja merupakan gambaran adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat selama

periode tersebut. Angka Harapan Hidup meningkat dari 67,7 tahun pada tahun

2004 menjadi 69,60 tahun pada tahun 2010, cerminan meningkatnya derajat

kesehatan masyarakat Sumatera Selatan dalam periode tersebut. Aspek

pendidikan yang diwakili oleh dua komponen yaitu Angka Melek Huruf dan Rata-

rata Lama Sekolah juga menunjukkan trend yang meningkat selama periode

tersebut juga sebagai gambaran meningkatnya pendidikan masyarakat selama

2004-2010. Aspek ekonomi yang memperlihatkan meningkatnya daya beli

masyarakat Sumatera Selatan periode 2004-2011 tersebut.

Sekalipun trend IPM menunjukkan peningkatan periode 2004-2011, nilai IPM

Provinsi Sumatera Selatan masih jauh dari nilai IPM maksimum yaitu 100. Pada

tahun 2011, nilai IPM Provinsi Sumatera Selatan baru mencapai 73,42. Namun

demikian, angka ini masih berada di atas nilai IPM Nasional tahun 2011 yaitu

sebesar 72,77. Sedangkan dibandingkan dengan provinsi yang lain, IPM Sumatera

Selatan berada pada posisi menengah dengan peringkat 10 pada tahun 2011. IPM

tertinggi adalah Kota Palembang dengan nilai IPM sebesar 76,69, disusul oleh Kota

Prabumulih dengan nilai IPM sebesar 74,94. Sedangkan IPM terendah dimiliki oleh

Page 49: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 49

Kabupaten Musi Rawas dengan nilai IPM sebesar 68,38, disusul oleh Kabupaten

Empat Lawang dengan nilai IPM sebesar 69,08 (Tabel 2.28).

Tabel 2. 27

IPM dan Komponen, Provinsi Sumatera Selatan 2004 - 2012

IPM dan

Komponen 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

IPM 69,60 70,20 71,09 71,40 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99

Angka Harapan

Hidup 67,7 68,3 68,8 69,00 69,20 69,40 69,60 69,80 70,10

Angka Melek Huruf 95,70 95,90 96,59 96,66 97,05 97,21 97,36 97,44 97,50

Rata-rata Lama

Sekolah 7,40 7,50 7,60 7,60 7,60 7,66 7,82 7,84 8,00

PPP 608,40 610,30 625,30 617,59 623,49 628,30 629,38 633,57 637,47

Tabel 2. 28 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2004-2012

No Wilayah 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 OKU 69,30 69,90 70,90 71,40 71,92 72,36 73,14 73,59 74.01

2 OKI 68,10 68,80 69,00 69,15 69,64 70,06 70,61 71,07 71.45

3 Muara Enim 68,10 68,70 69,10 69,42 69,91 70,38 70,81 71,26 71.65

4 Lahat 67,20 67,60 68,40 69,35 69,99 70,53 71,30 71,83 72.29

5 Musi Rawas 64,40 65,00 65,60 66,31 66,77 67,33 67,89 68,38 69.01

6 Musi Banyuasin 68,10 68,70 69,00 69,64 70,54 71,13 71,81 72,44 73.15

7 Banyuasin 66,70 67,20 68,10 68,60 69,08 69,45 69,78 70,28 70.70

8 OKU Selatan 67,90 68,80 70,00 70,28 70,66 71,02 71,42 71,82 72.29

9 OKU Timur 65,10 65,40 67,50 68,14 68,88 69,39 69,68 70,34 70.72

10 Ogan Ilir 65,60 66,00 67,20 68,17 68,67 69,17 69,51 70,09 70.52

11 Empat Lawang 66,59 67,17 67,68 68,15 68,61 69,08 69.69

12 Kota Palembang 73,10 73,60 74,30 74,94 75,49 75,83 76,23 76,69 77.38

13 Kota Prabumulih 70,70 71.\1 71,70 72,51 73,20 73,69 74,27 74,94 75.45

14 Kota Pagar Alam 69,50 69,90 71,10 71,70 72,16 72,48 73,19 73,70 74.15

15 Kota Lubuk Linggau 65,80 66,30 68,00 69,24 69,69 70,18 70,56 71,10 71.46

Sumatera Selatan 69,60 70,20 71,10 71,40 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99

Peringkat Sumsel 13 13 13 12 10 10 10 10

Nasional 68,70 69,60 70,01 70,59 71,17 71,76 72,27 72,77 73,29

Peringkat Nasional 111 108 124 121

Page 50: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 50

Dari tabel di atas dapat diidentifikasi empat kabupaten/kota dengan IPM

terendah yaitu Kabupaten Musi Rawas, Empat Lawang, Ogan Ilir dan Ogan

Komering Ulu. Namun secara umum tren IPM sejak tahun 2002 - 2011 di Provinsi

Sumatera Selatan dan 15 Kab/Kota menggambarkan kinerja yang cenderung

meningkat dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya dari tahun 1996 hingga

2010, IPM juga pernah mengalami penurunan pada tahun 1999 (data terlampir) di

seluruh Provinsi dikarenakan krisis ekonomi moneter yang terjadi di tahun 1998

yang mempengaruhi daya beli masyarakat (pengeluaran per kapita).

Tabel 2. 29

Indeks Pembangunan Gender (IPG) / GDI

Tahun 2004-2012

No Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012

1 OKU 58,41 58,70 59,51 60,20 60,86

2 OKI 57,52 57,62 57,81 58,65 59,00

3 Muara Enim 65,78 65,86 66,52 67,40 67,90

4 Lahat 67,09 67,43 66,52 67,40 69,37

5 Musi Rawas 54,20 54,56 55,36 56,11 56,64

6 Musi Banyuasin 66,65 66,99 67,56 68,13 68,72

7 Banyuasin 59,97 60,14 61,14 61,98 62,41

8 OKU Selatan 57,83 58,45 59,33 60,02 60,67

9 OKU Timur 60,50 61,20 62,16 62,76 63,39

10 Ogan Ilir 56,83 57,46 58,32 59,34 59,79

11 Empat Lawang 62,37 62,86 63,80 64,62 65,29

12 Kota Palembang 65,28 65,70 66,64 67,55 68,05

13 Kota Prabumulih 58,83 59,16 60,00 60,92 61,40

14 Kota Pagar Alam 56,98 57,21 57,57 58,67 59,17

15 Kota Lubuk Linggau 58,03 58,50 59,39 60,33 60,88

Sumatera Selatan 64,80 64,97 66,00 66,84 68,88

Nasional 66,38 66,77 67,20 67,80 68,52

Sumber: Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2013 kerjasama Kementerian PP dan PA dan BPS Pusat

Page 51: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 51

INFRASTRUKTUR

Pembangunan infrastruktur sangat diperlukan untuk mewujudkan

pemerataan, meningkatkan kualitas hidup dan konektivitas antar daerah yang pada

akhirnya akan membuka lapangan pekerjaan, memfasilitasi pertumbuhan sektor

industri & usaha kecil menengah, pertanian dan pertambangan yang bermuara

kepada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan.

Transportasi Darat

Infrastruktur jalan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 mencapai

17.248,65 Km yang meliputi jalan kewenangan Nasional, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Jalan Nasional di Sumsel dengan kondisi mantap sepanjang

1.389,44 Km (96,20%), jalan mantap kewenangan Provinsi sepanjang 1.193,59 Km

(81,59%) dan jalan mantap kewenangan Kabupaten/Kota sepanjang 8.601,49 Km

(59,98%). Hal ini menunjukkan bahwa untuk infrastruktur jalan masih ada

sepanjang 6.064 Km jalan di Sumsel yang belum dalam kondisi baik, selain itu

beberapa ruas jalan utama di Sumsel juga sering terjadi kemacetan akibat

kapasitas jalan yang ada tidak mampu menampung volume kendaraan yang lewat.

Pada kurun waktu satu tahun terakhir ini juga laju kerusakan ruas jalan melebihi

dari upaya peningkatan/rehabilitasi jalan yang ada sebagai akibat dari tingginya lalu

lintas kendaraan dengan tonase tinggi (MST 10 ton – 16 ton) sedangkan

kemampuan daya dukung jalan di Sumatera Selatan rata-rata 10 ton.

Kemacetan jalan juga diperparah dengan tidak optimalnya pengaturan Ruang

Milik Jalan (RUMIJA) dengan banyaknya bangunan yang berdiri melanggar batas,

pasar tumpah, pedagang kaki lima, perguruan tinggi dan sekolah serta tingginya

pertumbuhan kendaraan dalam lima tahun terakhir ini terutama kendaraan pribadi.

Rata-rata terjadi peningkatan mencapai10% setiap tahun. Rasio panjang jalan

terhadap jumlah kendaraan juga belum berimbang dan masih jauh dari kondisi idal.

Page 52: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 52

Panjang Jumlah Kdr Rasio Panjang Jumlah Kdr Rasio Panjang Jumlah Kdr Rasio Panjang Jumlah Kdr Rasio Panjang Jumlah Kdr Rasio

Ogan Komering Ulu 573.680 44,853 0.013 719.240 49,837 0.014 788.332 55,375 0.014 788.332 61,527 0.013 788.332 67,680 0.012

Ogan Komering Ilir 1,932.730 39,433 0.049 2,045.160 43,815 0.047 1,725.956 48,683 0.035 1,727.566 54,092 0.032 1,727.566 59,501 0.029

Muara enim 1,668.490 63,061 0.026 1,765.420 70,068 0.025 1,740.343 77,853 0.022 1,816.653 86,504 0.021 1,883.663 95,154 0.020

Lahat 1,851.670 42,235 0.044 1,346.470 46,928 0.029 1,500.458 52,142 0.029 1,500.448 57,936 0.026 1,500.448 63,729 0.024

Musi Rawas 2,035.410 26,564 0.077 1,488.630 29,515 0.050 1,491.722 32,795 0.045 1,906.662 36,439 0.052 1,906.662 39,528 0.048

Musi Banyuasin 1,824.030 59,927 0.030 1,466.770 66,585 0.022 1,483.395 73,984 0.020 1,435.295 82,204 0.017 1,435.295 90,424 0.016

Palembang 855.130 823,428 0.001 974.885 914,920 0.001 963.588 1,016,577 0.001 963.588 1,129,530 0.001 960.588 1,242,483 0.001

Prabumulih 495.320 59,899 0.008 447.700 66,555 0.007 447.849 73,950 0.006 447.849 82,167 0.005 447.849 90,383 0.005

Pagaralam 524.330 6,739 0.078 561.570 7,488 0.075 592.200 8,319 0.071 592.200 9,244 0.064 592.200 10,168 0.058

OKU Selatan 229.760 7,889 0.029 662.079 8,765 0.076 698.349 9,739 0.072 698.349 10,821 0.065 698.349 11,903 0.059

OKU Timur 943.250 37,412 0.025 894.370 41,569 0.022 884.347 46,188 0.019 1,145.577 51,320 0.022 1,145.577 56,452 0.020

Ogan Ilir 946.060 14,561 0.065 991.150 16,179 0.061 1,027.977 17,977 0.057 1,027.977 19,974 0.051 1,027.977 21,972 0.047

Empat Lawang 427.330 8,447 0.051 508.170 9,386 0.054 605.293 10,428 0.058 605.793 11,587 0.052 1,417.943 12,746 0.111

Lubuk Linggau 428.360 24,042 0.018 531.010 26,713 0.020 520.464 29,681 0.018 532.134 32,979 0.016 550.234 36,277 0.015

Banyuasin 1,375.000 38,319 0.036 1,116.500 42,577 0.026 1,117.647 47,308 0.024 1,144.867 52,564 0.022 1,165.967 57,821 0.020

Provinsi Sumsel 16,110.550 1,296,809 0.012 15,519.124 1,440,899 0.011 15,587.920 1,600,999 0.010 16,333.290 1,778,888 0.009 17,248.650 1,956,222 0.009

Kab/Kota2009 2010 2011 2012 2013

untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan selalu memprioritaskan

peningkatan jalan dan jembatan dan pembangunan jalan dan jembatan baru

menuju daerah-daerah yang strategis, serta terus berupaya meningkatkan kualitas

jalan yang ada.

Tabel 2. 30

Rasio Panjang Jalan/Jumlah Kendaraan

Provinsi Sumatera Selatan

Dari gambaran kondisi jalan dan jembatan di Sumsel saat ini terlihat bahwa

jika tidak dilakukan antisipasi ke depannya akan berdampak kepada lamanya

waktu tempuh kendaraan yang akan berakibat kepada “ekonomi biaya tinggi” yang

pada akhirnya akan membuat tingginya biaya pengangkutan barang sehingga

dapat melambungkan harga barang yang tentu saja akan mempengaruhi sektor

perekonomian. Selain itu juga lamanya waktu tempuh akan berpengaruh kepada

kualitas produk-produk hasil pertanian yang diangkut melalui transportasi darat.

Page 53: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 53

Tabel 2. 31

Kondisi Kemantapan Jalan di Sumatera Selatan Tahun 2009-2013

Sumber : BPJN III, DPU Bina Marga Provinsi, DAK Kab/Kota

Untuk prasarana pendukung, saat ini di Sumatera Selatan memiliki 36

terminal angkutan umum yang terdiri atas terminal tipe B sebanyak 18 terminal

(50%), tipe C sebanyak 11 terminal (30,56%) dan sisanya sebanyak 7 terminal

(19,44%) termasuk terminal tipe A yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota. Semakin

banyaknya angkutan antar kabupaten/kota dalam provinsi dan angkutan antar

provinsi yang berplat hitam (travel) berdampak terhadap semakin berkurang

angkutan umum (berplat kuning) pada jurusan yang sama yang pada akhirnya juga

berdampak semakin berkurangnya angkutan umum yang masuk ke terminal.

Tabel 2. 32

Data Terminal di Provinsi Sumatera Selatan

No Kabupaten/Kota Nama Terminal Tipe Terminal

1 Palembang 1. Karya Jaya A

2. Alang-Alang Lebar A

3. Plaju B

4. Jakabaring B

5. Tangga Buntung C

6. Lemabang C

7. Sako C

2 Prabumulih 1. Prabumulih B

2. Kota Prabumulih C

3 Pagaralam 1. Nendagung B

2. Pagar Gading C

4 Lubuk Linggau 1. Simpang Perintis B

(km) (%) (km) (%) (km) (%) (km) (%) (km) (%)

1

- Panjang Total 1,244.98 1,444.26 1,444.26 1,444.26 1,444.26

- Panjang Jalan Mantap 1,203.64 96.68% 1,328.86 92.01% 1,263.73 87.50% 1,339.92 92.78% 1,389.44 96.20%

- Panjang Jalan Tidak Mantap 41.34 3.32% 115.40 7.99% 180.53 12.50% 104.34 7.22% 54.82 3.80%

2

- Panjang Total 1,748.49 1,620.17 1,620.17 1,465.87 1,462.87

- Panjang Jalan Mantap 1,121.10 64.12% 967.48 59.71% 1,007.84 62.21% 1,122.94 76.61% 1,193.59 81.59%

- Panjang Jalan Tidak Mantap 627.39 35.88% 652.69 40.29% 612.34 37.79% 342.93 23.39% 269.28 18.41%

3

- Panjang Total 13,117.08 12,454.69 12,523.49 13,423.16 14,341.52

- Panjang Jalan Mantap 8,115.96 61.87% 5,464.56 43.88% 7,901.14 63.09% 8,432.50 62.82% 8,601.49 59.98%

- Panjang Jalan Tidak Mantap 5,001.12 38.13% 6,990.13 56.12% 4,622.35 36.91% 4,990.66 37.18% 5,740.03 40.02%

Jalan Provinsi

Jalan Nasional

Jalan Kabupaten/Kota

No Status Jalan2009 2010 2011 2012 2013

Page 54: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 54

No Kabupaten/Kota Nama Terminal Tipe Terminal

2. Muara C

3. Kalimantan C

4. Watas C

5. Satelit C

5 Banyuasin 1. Betung A

6 Musi Banyuasin 1. Randik B

7 Empat Lawang - - - -

8 Ogan Ilir 1. Km 32 Indralaya B

9 Ogan Komering Ilir 1. Kayu Agung B

2. Tanjung Raja B

3. Tulung Selapan B

10 Ogan Komering Ulu 1. Baturaja A

11 OKU Timur 1. Kota Baru B

2. Lubuk Harjo B

12 OKU Selatan 1. Muara Dua C

13 Muara Enim 1. Muara Enim A

2. Simpang Kodim B

3. Bantingan B

4. Talang Ubi B

14 Musi Rawas 1. Simpang Periuk A

2. Lakitan B

3. Trawas B

15 Lahat 1. Batay A

2. Muara Siban B

3. Lembayung C

Jumlah 7 18 11

Sumber : Statistik Dishubkominfo Sumsel 2012

Transportasi Perkeretaapian

Untuk pengangkutan barang dalam volume besar dan dengan jarak yang

cukup jauh memang akan lebih efektif jika diangkut dengan menggunakan kereta

api atau kapal. Akan tetapi angkutan kereta api di Sumatera Selatan masih terbatas

pada kawasan tertentu (Palembang-Lampung dan Palembang-Lubuk Linggau),

belum ada jalur yang menuju outlet pengiriman barang di Sumsel dan masih

menggunakan single track dan dengan kondisi rel yang sudah cukup tua sehingga

kapasitasnya terbatas. dari 675 km jalan kereta api yang ada di Sumatera Bagian

Selatan sebagian besar (89%) merupakan single track dan sisanya sepanjang 75

Page 55: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 55

km merupakan jalur double track. Dari sisi kemampuan beban gandar sebagian

besar jalan kereta api di Sumatera Selatan mempunyai kemampuan maksimal 13

ton dan baru sebagian kecil (32%) yang mempunyai beban gandar mencapai 18 T.

Tabel 2. 33

Rute dan Panjang Rel PT. KA Drive III di Wilayah Sumbagsel

No Lintasan Panjang

(km)

Beban Gandar

(Ton)

1 Kertapati-Prabumulih 77,8 13

2 Prabumulih-Baturaja 96 13

3 Baturaja-Martapura 32 18

4 Martapura-Kota Bumi 98 18

5 Kota Bumi-Tanjung Karang 86 18

6 Prabumulih-Muara Enim 74 13

7 Muara Enim-Lahat 38,3 13

8 Lahat-Tebing Tinggi 66 13

9 Tebing Tinggi-Lubuk Linggau 49 13

10 Lintasan Lainnya 58,85 13

Total 675,95

Sumber : Dishubkominfo Sumatera Selatan

Gambar 2. 3

Jalur Kereta Api dan Stasiun di Sumatera Bagian Selatan

Transportasi Sungai

Km. 374+443

Km. 367+039

*

*

Km. 354+344

**

Km. 381+524

Km. 344+254

*

*

Km. 333+422

**

Km. 4+100

Km. 388+500

Km. 373+335

Km. 400+102

PT. TEL

PT. PERTAMINA

PT. SEMEN

BATURAJA

PT. BA

X. 5

X. 6

Km.322+705 LLG

Km.322+295 Kpt

TLS I/II

PT. BAKm. 7+250

TLS III

PT. BA

Asam

Asam Baru

Tanjung Rambang

Pagar Gunung

Mentur BaruMentur

Peninjauan BaruPeninjauan

LRMBIK

BIK Baru

Belatung Baru

Belatung

Tiga Gajah BaruTiga Gajah

Tanjung Enim

SpancarSpancar Baru

Tanjung Enim Baru

Gilas Baru

Gilas

Muaraenim

Km. 396+093

Lahat

Km

. 43

4+

15

9

Tebing Tinggi

Km. 500+740

Lubuk Linggau

Km. 549+448

Muara Gula

Bungamas

Sukacita

PrabumulihNiru

Penimur

Belimbing Baru

Belimbing

Perjito

Gunung

Megang

Penanggiran

Ujan Mas

Km. 387+895

Km. 242+890

Longsiding 2009-2010

Partial Double Track 2012

Partial Double Track 2011

Partial Double

Track 2012

Partial Double

Track 2010

Payakabung

Simpang

Railbus

Inderalaya

Kertapati

Martapura

Baturaja

Km. 195+641

Km. 205+399

Km. 218+708

Km. 227+985

Km. 229+978

PT. Semen

Baturaja

PT. Pertamina

Km. 250+768

Km. 259+592

Km. 267+099

Km. 278+877

Km. 290+736

Km. 295+800

Km. 309+260

Km. 318+800

Batas Subdivre Kertapati/Tanjung Karang

Km. 318+500

Km. 302+800

Km. 285+750

Km. 237+150

Km. 459+986

Km. 423+632

Km. 12+859

Km. 528+945

Km. 519+903

Km. 484+974

Km. 474+365

Batas Sumsel-Lampung, Km. 188+892

Stasiun Pada Ibukota Kabupaten

atau Kota Besar

Stasiun Akhir Kertapati dan Lubuk

Linggau

Rencana Stasiun Baru 2010-2014

Jalur Double Track

Jalur Single Track

Page 56: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 56

Daerah yang memiliki akses baik ke Alur Sungai terdapat 8 kabupaten, 62

kecamatan dan 356 desa/kelurahan atau 11,59 % dari 3.079 desa di Sumatera

Selatan.

Tabel 2. 34 Jumlah Wilayah di Sekitar Sungai

No. Sungai Wilayah dengan Akses ke Sungai Baik

Kabupaten/

Kota Kecamatan Jumlah

Kec

am

ata

n

Jumlah

D

e

s

a

1 Banyuasin Banyuasin Tanjung Lago 1 4

2 Batanghari Leko Musi Banyuasin Batanghari Leko 1 10

3 Calik Banyuasin Pulau Rimau 1 10

4 Kelingi Musi Rawas Bulan Tengah Suku Ulu,

Muara Kelingi,

Muara Lakitan

3 5

5 Komering OKI Kota Kayu Agung, Sirah

Pulau Padang,

Jejawi, Lempuing

Jaya

4 29

OKU Timur Buay Pemuka Bangsa Raja,

Buay Pemuka

Peliung, Cempaka,

Madang, Suku II,

Semendawai Barat

5 11

6 Lalan Musi Banyuasin Bayung Lencir, Lalan 2 16

7 Lematang Muara Enim Abab, Rambang Dangku,

Sungai Rotan,

Tanah Abang,

Muara Belida

5 23

8 Lilin Banyuasin Tungkal Ilir 1 2

Musi Banyuasin Sungai Lilin 1 1

9 Lumpur OKI Cengal, Pampangan,

Tulung Selapan

3 23

10 Mesuji OKI Pedamaran Timur, Sungai

Menang, Cengal

3 9

11 Musi Banyuasin Banyuasin I, Rantau Bayur 2 24

Muara Enim Penukal Utara 1 1

Musi Banyuasin Sanga Desa 1 3

Palembang Gandus, Ilir Timur II,

Kertapati, Seberang

Ulu I

4 10

12 Ogan Ogan Ilir Lubuk keliat, Muara Kuang,

Rantau Alai,

Indralaya Utara,

Kandis, Pemulutan,

Pemulutan Barat,

Pemulutan Selatan,

12 65

Page 57: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 57

No. Sungai Wilayah dengan Akses ke Sungai Baik

Kabupaten/

Kota Kecamatan Jumlah

Kec

am

ata

n

Jumlah

D

e

s

a

Tanjung Batu,

Tanjung Raja

13 Rawas Musi Rawas Karang Dapo, Rawas Ilir,

Rawas Ulu, Rupit,

Ulu Rawas

5 34

14 Saleh Banyuasin Air Saleh, Rambutan, Muara

Sugihan

3 30

15 Sugihan Banyuasin Muara Sugihan 1 18

16 Telang Banyuasin Banyuasin II, Makarti Jaya,

Muara Telang

3 27

Total 62 355

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, 2012

Jumlah Dermaga Sungai di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 89 unit yang

tersebar di 10 Kabupaten di Sumatera Selatan. Sebagian besar (87%) dermaga-

dermaga Sungai tersebut dalam kondisi baik, 3% dalam kondisi rusak dan sisanya

(10%) tidak diketahui kondisinya.

Tabel 2. 35

Daftar Dermaga Sungai dan Danau di Sumatera Selatan

No Dermaga Lokasi Jenis

Dermaga Kondisi Tahun

Pembuatan

1 Gandus S. Musi, Palembang Ponton Baik 2006-2008

2 Tangga Buntung (35 Ilir)

S. Musi, Palembang Ponton Baik 1992/1993

3 Sekanak S. Musi, Palembang Ponton Baik 2006

4 Benteng Kuto Besak

(BKB)

S. Musi, Palembang Ponton Baik 2007

5 Bawah Ampera

(7 ulu)

S. Musi, Palembang Ponton Baik -

6 16 Ilir S. Musi, Palembang Ponton Baik 2002

7 16 Ilir (Bawah

Ampera)

S. Musi, Palembang Ponton Baik 2004

8 Kertapati S. Musi, Palembang Ponton Baik -

9 Kertapati (Samping Stasiun KA)

S. Ogan, Palembang Beton Baik 2011

Page 58: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 58

No Dermaga Lokasi Jenis

Dermaga Kondisi Tahun

Pembuatan

10 10 Ulu S. Musi, Palembang Ponton Baik -

11 Rumah Buruk - - Baik -

12 Pasar Kuto - - Baik -

13 1 Ilir - - Baik -

14 Tangga Takat - - Baik -

15 13 Ulu - - Baik -

16 Padatuan - - Baik -

17 Padatuan 7 Ulu (a) - - Baik 2009

18 Padatuan 7 Ulu (b) - - Baik 2011

19 5 Ulu - - Baik -

20 4 Ulu - - Baik -

21 Sei Buaya - - Baik -

22 Pegayut - - Baik -

23 Ki Merogan - - Baik 2008

24 Tangga Batu S. Musi, Palembang Ponton Rusak -

25 Pasar Induk

Jakabaring

S. Ogan, Palembang Ponton Baik 2003/2005

26 Sei Lais S. Musi, Palembang Ponton Baik -

27 Bek Ang DAM (TNI) S. Musi, Palembang - Baik 2010

28 Kampung Kapiten S. Musi, Palembang - Baik 2008

29 Lawang Kidul S. Musi, Palembang - Baik 2008

30 3/4 Ulu S. Musi, Palembang - Baik 2010

31 Masjid Jamik S. Musi, Palembang - Baik 2010

32 Solok Betutu S. Musi, Palembang - Baik 2009

33 Pemulutan(Pos Peng)

S. Ogan, Ogan Ilir Ponton Baik 1990

34 Tanjung Raja S. Ogan, Ogan Ilir Ponton Baik 1994

35 Muara Kuang S. Ogan, Ogan Ilir - - -

36 Kuala Sugihan S. Sugihan, OKI Ponton Baik 1990

37 Lebong Hitam S. Lebong Hitam, OKI Ponton Baik 1990

38 Pelabuhan Laut Sungai Lumpur

S. Lumpur, OKI Kayu Baik 1990

39 Sungai Batang S. Batang, OKI Ponton Baik 1990

40 Tulung Selapan S. Tulung Selapan, OKI Beton Baik 2000

41 Sugihan Kanan Jalur 27, OKI Kayu Baik 2003

42 Kuala XII S. Kuala, OKI Ponton Baik 1990

43 Cengal Cengal, OKI Beton Baik 2007

44 Pulau Padang S. Lumpur, OKI - Baik -

45 Pampangan S. Lumpur, OKI - Baik -

46 Sukodarmo (Jejawi) S. Komering, OKI Beton Baik 2007

47 Muara Kumbang S. Musi, Banyuasin Kayu Baik 2003

48 Upang S. Sugihan, Banyuasin Kayu Baik 2003

Page 59: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 59

No Dermaga Lokasi Jenis

Dermaga Kondisi Tahun

Pembuatan

49 Makarti Jaya S. Sebalik Jalur 9 (P9),

Banyuasin

Ponton Rusak 1983

50 Sungsang S. Lilin, Banyuasin Ponton Baik 2004/2006

51 Sugihan

(Ma. Padang)

Jalur 20, Banyuasin Ponton Baik 1998

52 Sugihan Kiri

(cendana)

Jalur 14, Banyuasin Kayu Baik 2003

53 Sugihan Kiri (Timbul

Jaya)

Jalur 13, Banyuasin Kayu Baik 2003

54 Gasing Gasing Beton,

Ponton

Baik 2003/2004

55 Muara Telang Jalur 8, Banyuasin Ponton Baik 2003

56 Telang Jaya Jalur 8, Banyuasin Besi/Kayu Baik 1992

57 Simpang PU S. Telang, Banyuasin Ponton Baik 1997

58 Muara Telang Jalur 4, 5 Telang, Banyuasin

Ponton Baik 2005

59 Sembilang S. Sembilang,

Banyuasin

Ponton Baik 2003/2004

60 Pengumbuk S. Musi Banyuasin Besi/Kayu Baik 2001

61 Teluk Betung P. Rimau, Banyuasin Ponton Baik -

62 Muara Padang S. Sebalik, Banyuasin Beton Baik -

63 Penuguan S. Lilin, Banyuasin - - -

64 Karang Agung S. Lalan, Muba Beton Baik 1985

65 Sungai Lilin S. Lilin, Muba Ponton Baik 2004

66 Sekayu S. Musi, Muba Beton Baik 1993

67 Muara Lematang S. Lematang, Muba Ponton Baik 1990

68 Bayung Lincir S. Lalan, Muba Ponton Baik 2009

69 Babat S. Musi, Muba - - -

70 Telang S. Lalan, Muba - - -

71 Pangkalan Bulian S. Batang Hari Leko,

Muba

- - -

72 Muara Rawas S. Kelingi, Muba - - -

73 Teluk Kijing S. Batang Hari Leko, Muba

- - -

74 Muara Teladan S. Batang Hari Leko,

Muba

- - -

75 Simpang S. Komering, OKU - - -

76 Banding Agung Danau Ranau, OKU Selatan

Baja Baik 1993

77 Kota Batu Danau Ranau, OKU

Selatan

Baja,Lantai

Kayu

Rusak 1994

78 Talang Pangeran

(Pemulutan)

S. Ogan, Ogan Ilir Ponton Baik 2006

79 Muara Rupit S. Rawas, Musi Rawas Beton Baik -

80 Muara Kelinci S. Kelinci, Musi Rawas - Baik -

81 Muara Lakitan S. Kelinci, Musi Rawas - Baik -

82 Beringin Teluk S. Rawas, Musi Rawas - Baik -

Page 60: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 60

No Dermaga Lokasi Jenis

Dermaga Kondisi Tahun

Pembuatan

83 Pauh S. Rawas, Musi Rawas - Baik -

84 Padang Tepung S. Kelinci, Lahat - Baik -

85 Kota Agung S. Lematang, Lahat - Baik -

86 Muara Enim S. Lematang,

Muara Enim

- Baik -

87 Beringin S. Ogan, Muara Enim - Baik -

88 Gunung Megang S. Lematang,

Muara Enim

- Baik -

89 Muara Lematang S. Musi, Muara Enim - Baik -

Sumber : Statistik Dishubkominfo 2012

Angkutan Sungai (Kapal) mengalami penurunan jumlah yang beroperasi

antara lain dipengaruhi oleh pembukaan jalan baru dan pendangkalan pada alur

pelayaran sungai sebagai dampak dari sedimentasi. Selain itu Pelabuhan Boom

Baru Palembang yang saat ini sebagai outlet utama untuk pengangkutan barang

melalui kapal juga memiliki beberapa kendala antara lain : sulit untuk

dikembangkan karena berada ditengah pemukiman, kedalaman alur pelayaran

relatif dangkal, sehingga pelayaran sangat tergantung dengan pasang surut sekitar

6 jam/hari dan panjang alur pelayaran sungai Musi ke ambang luar relatif jauh ±

108 km (60 mil) yang menyebabkan tingginya biaya operasional kapal yang akan

berlabuh.

Transportasi Udara

Angkutan udara di Sumatera Selatan juga belum seimbang, dari 8 bandar

udara yang ada, hanya 3 yang beoperasi (SMB II Palembang dan Silampari Lubuk

Linggau dan Atung Bungsu Pagaralam), sedangkan 5 bandara lainnya (bandara

perintis) saat ini belum beroperasional sehingga pilihan perjalanan orang dan

barang di Sumsel sebagian besar tertumpu pada fasilitas Jalan Raya.

Page 61: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 61

Tabel 2. 36

Kondisi Bandar Udara di Provinsi Sumatera Selatan

No Kab/Kota Nama

Bandara

Run Way Jenis

Pesawat

Keterangan

Keterangan 1 Palembang SMB II 3000 x 45 m Boeing 737/

Air Bus 330

Operasional Bandara

Internasional

2 Muara Enim Pendopo 1300 x 20 m - Vacuum

3 Muara Enim Tanjung Enim 900 x 23 m Cassa 212 Vacuum

4 Muara Enim Serdang

Gelumbang

1000 x 18 m DHC-6 Vacuum

5 Lubuk

Linggau

Silampari 2050 x 30 m Fokker 50 Operasional dengan

rute Lubuk Linggau-

Palembang dan Lubuk

Linggau Jakarta (PP) 6 Oku Selatan Banding Agung 900 x 23 m Cassa 212 Vacuum

7 Pagaralam Atung Bungsu 1400 x 30 m Fokker 50 Mualai Operasional

Tahun 2014

8 Muba Sekayu 900 x 23 m Cassa 212 Vacuum

Sumber : Dishubkominfo, 2012

Sumber Daya Air

Infrastruktur lainnya yang berkaitan erat dengan bidang perekonomian di

Sumsel adalah infrastruktur Daerah Rawa dan Daerah Irigasi yang mendukung

sektor pertanian terutama produksi beras. Berdasarkan data tahun 2012, Provinsi

Sumatera Selatan memiliki luasan irigasi baku seluas 269.209 Ha dan luas

potensial sebesar 211.596 Ha. Dari luasan potensial tersebut, baru 67,97% atau

seluas 143.842 Ha yang telah menjadi daerah fungsional yang terdiri dari irigasi

teknis seluas 90.965 Ha, irigasi semi teknis 48.817 Ha dan irigasi sederhana seluas

4.060 Ha. Selain itu, Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki luasan daerah rawa

yang tersebar di pantai timur Sumatera Selatan yang terdiri dari rawa pasang surut

dan rawa non-pasang surut. Rawa pasang surut memiliki luasan baku sebesar

584.956 Ha dan luasan potensial sebesar 538.658 Ha. Dari luasan potensial

Page 62: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 62

Baku Potensi Fungsi Baku Potensi Fungsi Baku Potensi Fungsi Baku Potensi Fungsi

1. Kab. Musi Rawas 28,074 26,907 20,095 51,535 39,652 22,389 51,538 39,652 22,389 51,538 39,652 22,389

2. Kota Lubuk Linggau - - - 1,385 1,080 520 1,385 1,080 520 1,385 1,080 520

3. Kab. Empat Lawang - - - 24,688 10,928 6,726 24,088 9,988 6,726 24,088 9,988 6,726

4. Kab. Lahat 24,130 24,130 6,856 33,107 15,377 10,355 33,243 - 10,355 33,243 - 10,355

5. Kota Pagar Alam 19,336 19,336 2,895 28,060 19,066 2,645 28,060 19,066 2,645 28,060 19,066 2,645

6. Kab. Muara Enim 3,615 3,615 642 9,437 5,428 4,174 9,437 5,428 4,174 9,437 5,428 4,174

7. Kab. OKU 2,599 3,969 929 8,868 3,587 1,398 36,863 30,767 1,398 36,863 30,767 1,398

8. Kab. OKU Timur 70,614 70,614 51,978 70,604 70,504 50,317 70,604 70,504 50,317 70,604 70,504 50,317

9. Kab. OKU Selatan 5,424 5,375 4,423 12,621 6,817 6,536 12,621 6,817 6,536 12,621 6,817 6,536

10 Kota Prabumulih 350 350 220 350 350 220 350 350 220 350 350 220

11 Kab. OKI 1,020 1,020 1,001 1,020 1,020 1,001 1,020 1,020 1,001 1,020 1,020 1,001

Luas Area (Ha) Luas Area (Ha)

201120102009

No Wilayah

2012

Luas Area (Ha)Luas Area (Ha)

tersebut, baru 40% atau seluas 215.866 ha rawa pasang surut yang berfungsi.

Untuk rawa non-pasang surut memiliki luasan baku sebesar 114.274 Ha dan

luasan potensial sebesar 100.474 Ha. Dari luasan potensial tersebut, baru 30%

atau seluas 30.775 ha rawa non pasang surut yang berfungsi.

Tabel 2. 37 Luas Jaringan Irigasi di Sumatera Selatan Tahun 2009 – 2012

Sumber : BBWSS VIII, DPU Pengairan Sumsel, DAK Kab/Kota

Tabel 2. 38

Luas Daerah Rawa Pasang Surut di Sumatera Selatan Tahun 2012

No Kabupaten/Kota Rawa Pasang Surut (Ha)

Baku Potensial Fungsi

1 Kab. Muara Enim 17,390 17,390 5,600

2 Kab. OKU Timur 10,800 9,800 2,443

3 Kab. OKI 83,088 81,643 32,789

4 Kab. Ogan Ilir 66,291 61,760 36,426

5 Kota Palembang 640 640 400

6 Kab. Banyuasin 337,883 298,561 112,033

7 Kab. Muba 68,864 68,864 26,175

Jumlah 584,956 538,658 215,866

Sumber : Data Dasar Bidang Infrastruktur Bappeda Prov. Sumsel, 2012

Tantangan ke depan yang dihadapi adalah masih banyaknya lahan potensial

yang belum dikembangkan menjadi daerah irigasi teknis. Selain itu perlunya

mempertahankan dan menjaga luasan irigasi dan rawa tersebut agar tidak terjadi

penyusutan dan alih fungsi lahan yang dapat mengancam ketahanan pangan dan

menurunnya daya dukung lingkungan. Pemanfaatan lahan irigasi dan rawa di masa

Page 63: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 63

mendatang tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan pangan nasional, namun

juga mampu mensejahterakan masyarakat.

Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan data BPS tahun 2012, Persentase rumah tangga dengan akses

air bersih pada tahun baru mencapai 58,13% berada dibawah rata-rata Nasional

64,60% dan target MDG‟s 2015 sebesar 70%. Rumah tangga dengan akses

sanitasi layak juga baru mencapai 50,87% berada dibawah rata-rata nasional

59,71% dan target MDG‟s sebesar 62,41%.

Grafik 2. 3

Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Air Bersih Tahun 2008 - 2012

Sumber : BPS 2008 - 2012

Selanjutnya untuk cakupan pelayanan persampahan pada penduduk

perkotaan di Sumatera Selatan saat ini baru mencapai 38,81%, jika dilihat dari

jumlah timbunan sampah yang terangkut di perkotaan Sumatera Selatan saat ini

baru mencapai 23,13%. hal ini menunjukkan bahwa timbunan sampah yang

terangkut sebagian besar berupa timbunan sampah di fasilitas umum seperti pasar-

48,2351,83 52,5

57,37 58,13

30

35

40

45

50

55

60

65

70

2008 2009 2010 2011 2012

Persentase RT Dengan Akses Air Bersih

Page 64: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 64

pasar tradisional. Persoalan air bersih, sanitasi dan persampahan ini kedepannya

juga perlu menjadi perhatian dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang akan bermuara kepada meningkatnya nilai Indeks Pembangunan

Manusia di Sumatera Selatan.

Grafik 2. 4

Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Sanitasi Layak Tahun 2008 – 2012

Sumber : BPS 2008 – 2012

Untuk pemukiman, sampai saat ini Pemerintah telah membuat 2.800 unit

rumah murah dan membangun Rusunawa di 5 Kawasan dalam rangka untuk terus

mengurangi kawasan kumuh di Sumatera Selatan.

Grafik 2. 5

Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan

Sumber : DPU Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan 2012

39,0341,4

45,32

49,4850,87

30

35

40

45

50

55

60

2008 2009 2010 2011 2012

Persentase RT Dengan Akses Sanitasi Layak

38,81

Page 65: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 65

Tabel 2. 39

Data Pembangunan Perumahan dan Permukiman Bekerjasama dengan Kementerian

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Selatan 2011

2.2 Evaluasi Pencapaian Prioritas Pembangunan tahun 2013

Tahun 2013 merupakan tahun akhir dari tahapan pelaksanaan RPJMD

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2013. Tema Pembangunan tahun 2013

adalah “„Sumatera Selatan Gemilang‟ dipilih sebagai tema Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 yang merupakan

puncak pelaksanaan 4 tahun tahapan pembangunan di Sumatera Selatan sebagai

implementasi RPJMD.Infrastruktur Dan Investasi” dengan mendorong

pembangunan untuk tetap pada empat jalur (track) yang diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sumberdaya manusia Indonesia yaitu

pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan kerja (pro-job), pro-pengurangan

kemiskinan (pro-poor), dan pro-lingkungan (pro-environment).

Tema pembangunan tahun 2013 kemudian ditempuh dengan menitikberatkan

pada 7 (tujuh) Prioritas Pembangunan sebagai berikut:

1. Tata Kelola Pemerintahan

No. Provinsi/Kab/

Kota

Rumah

Murah/MBR

(Unit)

Rusunawa Keterangan

1 Sumatera Selatan 2.000 1 kawasan Rencana pembangunan

rusunawa di kawasan

Jakabaring

2 Palembang - 3 kawasan Rusunawa yang telah

dibangun pada Kawasan

Kasnariasyah, 5 Ulu dan

IAIN Raden Fatah

3 Musi Banyuasin 800 - -

4 Ogan Ilir - 1 kawasan Pembangunan rusunawa di

kawasan Unsri Inderalaya

Jumlah 2.800 unit 5 kawasan

Page 66: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 66

2. Pengembangan SDM, Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan

Pengangguran.

3. Pengembangan Agribisnis.

4. Pengembangan Sumber Daya Energi.

5. Percepatan Penyediaan Infrastruktur Strategis.

6. Pengembangan Pusat Olahraga Nasional

7. Keberlanjutan Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana.

Pelaksanaan pembangunan tahun 2013 juga tidak terlepas dari upaya untuk

memenuhi target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2008-2013. Secara ringkas pencapaian pembangunan dalam prioritas yang telah

ditetapkan untuk tahun 2013 dengan menjabarkannya kedalam masing-masing urusan

sebagai berikut:

Prioritas 1: Tata Kelola Pemerintahan

Masyarakat Sumatera Selatan yang sejahtera merupakan tujuan yang menuntut

kerja keras dan perubahan mendasar di seluruh aspek pembangunan dengan

menerapkan filosofi 3R-Change (Reorientasi-Reposisi-Revitalisasi) melalui pelaksanaan

berbagai program pembangunan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

khususnya di Sumatera Selatan.

Secara umum pencapaian Prioritas 1 Tata Kelola Pemerintahan sudah berjalan

dengan baik di tahun 2013. Hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator, yang

dimanifestasikan melalui pelaksanaan urusan pemerintahan. Indikasi tesebut

diantaranya adalah, terdapat 22 SKPD yang memperoleh nilai Baik/Sangat baik

terhadapa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), terbangunnya

sistem penelitian online, peningkatan kapasitas dan kapabilitas Aparatur pada tahun

2013 telah mencapai 94,56%, Penerapan ICT terhadap pelayanan publik yang sudah

Page 67: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 67

mencapai 76,75%, pengembangan Sumsel free wifi area, sistem pelayanan masyarakat

dengan sistem pelayanan mandiri (self-service) dengan memanfaatkan teknologi

informasi komunikasi pada Pustakaan Daerah Sumsel, arsip daerah yang semakin

tertata, serta upaya peningkatan kemampuan aparat dalam urusan catatan sipil.

Namun demikian capaian pada prioritas pada tahun 2013, tetap harus

dipertahankan pada tahun-tahun selanjutnya karena, tata kelola pemerintahan

merupakan suatu siklus yang berlanjut, karena pada tahun mendatang, tata kelola

pemerintahan yang baik, dimana tuntutan terhadap pelayanan publik, yang cepat dan

ekonomis harus didukung oleh penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang

mapan pula. Secara detail capaian prioritas Prioritas 1 Tata Kelola Pemerintahan

dijelaskan pada masing-masing urusan di bawah ini :

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.

Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang

dilakukan terhadap 37 (tiga puluh tujuh) SKPD Provinsi Sumsel, diperoleh hasil

sebanyak 22 SKPD yang memperoleh penilaian Baik/Sangat Baik atau

sebesar 59,46%.

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah(EKPPD) pada 15 (lima

belas) Kabupaten/Kota se Provinsi Sumatera Selatan, dan semuanya

memperoleh prestasi Tinggi.

Di bidang pengelolaan keuangan telah disusun sesuai rencana kegiatan

tahunan daerah berupa dokumen pelaksanaan anggaran Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang perubahan struktur

organisasi dari Biro Keuangan dan Aset Daerah Sekretariat Daerah menjadi

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

Page 68: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 68

Bulan April tahun 2011 pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan

piagam penghargaan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai

Daerah Berprestasi berdasarkan Kinerja Keuangan, Kinerja Pendidikan, serta

Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan.

Beberapa keberhasilan yang dicapai dalam bidang Penelitian pada tahun

2013 adalah :

1) Anugrah IPTEK Budipura bidang Jaringan iptek dari Kemenristek.

2) Anugerah IPTEK sebagai Provinsi Pelopor Penguatan Sistem Inovasi

Daerah dari Kemenristek & Kemendagri.

3) Pembangunan pusat layanan inovasi terpadu berbasis arsitektur (innovation

center berbasis ICT) yang berguna untuk mempermudah proses perizinan

penelitian dan pusat data penelitian secara online.

Capaian realisasi terhadap target peningkatan kapasitas dan kapabilitas

Aparatur pada tahun 2013 telah mencapai 94,56 % dan bila dibandingkan

realisasi tahun 2012 sebesar 93,86 telah terjadi peningkatan sebesar 0,70%.

Peningkatan kapasitas dan kapabilitas Aparatur ini didukung oleh program

Pendidikan Kedinasan dengan mengefektifkan kegiatan pemantauan dan

evaluasi penyelenggaraan pendidikan bagi PNS di lingkungan Pemerintahan

Provinsi Sumatera Selatan.

Capaian realisasi terhadap target peningkatan Validitas data Pegawai Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2013 telah mencapai 94,56 % dan bila

dibandingkan realisasi tahun 2012 sebesar 93,68 telah terjadi peningkatan

sebesar 0,88 % melalui program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

dengan penguatan Pembangunan/ Pengembangan Sistem Informasi

Kepegawaian Daerah.

Pembinaan dan Monitoring SAKIP di Lingkungan Pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan hasil yang dicapai adalah Penilaian terhadap Akuntabilitas

Page 69: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 69

Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2009 sampai dengan

tahun 2013 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. 40 Penilaian terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Sumsel

Tahun 2009-2013 No Tahun Nilai Predikat

1. 2009 36,82 C

2. 2010 52,38 CC

3. 2011 58,94 CC

4. 2012 65,18 B

5. 2013 68,20 B

Urusan Komunikasi dan Informatika

Sesuai dengan target RPJMD Tahun 2008-2013 urusan komunikasi dan

informatika yaitu terwujudnya jaringan informasi dan komunikasi yang merata

seluruh wilayah. Secara umum capaian sasaran ini belum tercapai dengan baik,

karena belum secara keseluruhan indikator kinerja sasaran terealisasi 100%.

Adapun capaian indikator kinerja yang belum mencapai target yaitu :

Persentase capaian Indikator Penerapan ICT terhadap pelayanan publik

sebesar 76,75% belum sepenuhnya mencapai sasaran. Hal ini disebabkan

masih terbatasnya kemampuan fasilitas untuk mendukung pelaksanaan ICT dan

rendahnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan di bidang

teknologi.

Persentase jumlah desa yang dapat dilayani Jaringan Pos, Telekomunikasi dan

Informatika dari 15 Kabupaten/Kota yang ditargetkan sudah mencapai 100%

dengan dilaksanakan Program Kerjasama Informasi dan Media Massa, Program

Pengembangan Pos dan Telekomunikasi, dan Program Pengembangan Aplikasi

Telekomunikasi.

Page 70: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 70

Penerapan ICT di Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2013 ditargetkan 40%

dan terealisasi 40% serta terus dikembangkannya program wi-fi Area di Provinsi

Sumatera Selatan dengan tujuan agar masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan

dapat menikmati akses internet secara gratis.

Urusan Kearsipan

Kinerja kearsipan ditunjukkan dengan mulai meningkatnya kualitas tertib

administrasi kearsipan dijajaran Pemerintah di 15 Kabupaten/Kota. Tertib

administrasi tersebut telihat dari terselamatkannya arsip statis dan arsip sejarah

yang penyimpanannya dilakukan di depo dalam roll O”pack. Tertatanya tertib arsip

in-aktif di depo dalam roll O’pack tersebut akan memudahkan penemuan kembali

arsip bila dibutuhkan. Jumlah arsip yang tertata di depo-depo arsip Badan Arsip

Daerah Provinsi Sumatera Selatan meliputi Arsip In-Aktif sebanyak 12.439 berkas

(setelah retensi arsip) dan Arsip Statis sebanyak 9.031 berkas. Selain itu

pelayanan arsip dilaksanakan dalam bentuk Sistem Layanan Arsip (Aplikasi Touch

Screen) dan Sistem Informasi Manajemen Arsip Daerah (SIMARDA), keduanya

merupakan pelayanan dengan menggunakan sistem komputerisasi untuk data-data

arsip penting. Dalam upaya pendataan dan penataan dokumen/arsip daerah

khususnya arsip sejarah perjuangan di Provinsi Sumatera Selatan melalui

kerjasama Badan Arsip Daerah dengan DHD.

Urusan Perpustakaan

Pada urusan Perpustakaan, untuk mempermudah pengunjung dalam

memanfaatkan bahan bacaan yang ada diperpustakaan telah dikembangkan

sistem pelayanan masyarakat dengan sistem pelayanan mandiri (self-service)

dengan memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). Adapun hasil

capaian Tahun 2013 sebagai berikut:

Page 71: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 71

1. Perpustakaan Kota LubukLinggau terpilih sebagaiJuara I Perpustakaan Umum

Kabupaten/Kota Terbaik Tingkat Nasional mewakili Provinsi Sumatera Selatan di

Jakarta

2. Terpilihnya Pustakawan IAIN Raden Fatah mewakili Provinsi Sumatera Selatan

sebagai Peringkat Harapan III Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional.

3. Tahun 2013 juga telah terbentuk 112 unit perpustakaan desa/kelurahan melalui

Program Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan dan tersalurnya koleksi

siap layan sebanyak 112.000 eksemplar dan 224 unit rak buku.

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

Dalam rangka menertibkan administrasi kependudukan dan catatan sipil,

telah terealisasi beberapa capaian, diantaranya :

Terlaksananya Bintek Peningkatan Pelaporan Catatan Sipil bagi Petugas

Registrar Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan yang

diikuti oleh 135 orang peserta,

Terlaksananya Bintek Penyusunan Indikator Kependudukan berbasis SIAK

dengan peserta dari Kecamatan dan Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan

dengan peserta sebanyak 90 orang.

Terlaksananya Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan penerapan e-KTP

Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan.

Prioritas 2: Pengembangan SDM, Penanggulangan Kemiskinan dan

Pengurangan Pengangguran

Berbagai keberhasilan ditunjukkan oleh Provinsi Sumatera Selatan antara lain

dengan investasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang berkontribusi dalam

mengurangi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sepanjang tahun 2008-2013. TPT

Sumatera Selatan juga selalu lebih rendah dari TPT Nasional. Pada tahun 2013 TPT

Page 72: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 72

mencapai 5,00%, dan mengalami penurunan hingga 0,07% dibandingkan TPT pada

Agustus 2012. Penurunan TPT ini merupakan bukti bahwa pertumbuhan ekonomi

Sumatera Selatan telah berkontribusi secara signifikan dalam memperluas kesempatan

kerja dan berusaha. Berkurangnya TPT juga sejalan dengan menurunnya persentase

penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2008 persentase penduduk

miskin adalah 17,73% dan berdasarkan catatan BPS Provinsi Sumatera Selatan di

tahun 2013 jumlah penduduk miskin hingga bulan September 2013 sebesar 1.108.210

jiwa atau 14,06 persen dari total penduduk Sumatera Selatan.

Keberhasilan dalam pengurangan persentase kemiskinan yang dilaksanakan

selama lima tahun terakhir tersebut utamanya dicapai melalui pelaksanaan program-

program yang berpihak kepada masyarakat seperti Program Sekolah Gratis, Berobat

Gratis, Bantuan Hukum Gratis, Perumahan Bagi Masyarakat yang Berpenghasilan

Rendah, Jaminan Kredit Tanpa Agunan, dan Asuransi Kesejahteraan Sosial.

Beberapa keberhasilan yang telah dicapai, memang harus dimantapkan kembali

melalui program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dalam rangka

memastikan peningkatan kualitas SDM di Sumatera Selatan telah dicapai dan

meminimalisir indicator-indikator yang belum tercapai. Oleh karena itu, pada tahun 2015

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengendakan kembali pembangunan SDM ini

melalui agenda Pemantapan Pengembangan SDM sehingga mampu menjawab

tantangan dan perkembangan sosial ekonomi pada tahun-tahun selanjutnya, terutama

terkait dengan upaya peningkatan produktivitas dan nilai tambah daerah, termasuk di

dalamnya bagaimana upaya-upaya signfikan dalam menanggulangi kemiskinan dan

pengurangan kemiskinan. Secara detail capaian Pengembangan SDM,

Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran dijelaskan pada

masing-masing urusan di bawah ini :.

Urusan Pendidikan

Page 73: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 73

Perkembangan kualitas sumber daya manusia Sumatera Selatan

menunjukan pencapaian yang signifikan, terutama sejak diluncurkannya program

pendidikan gratis.

Adapun capaian yang telah diraih urusan Pendidikan yaitu :

1. Meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM)

dan meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah, yaitu :

a. Meningkatnya APK tingkat TK/PAUD dari 48,36% tahun 2011 menjadi

52,42% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi

52,96%. APK tingkat SD tahun 2013 mencapai 102,08%. APK tingkat

SMP/MTs sebesar 96,36%. APK SMA, MA, SMK mencapai 81,27% pada

tahun 2013.

b. Meningkatnya APM tingkat SD menjadi 95,52% tahun 2013.APM tingkat

SMP/MTs mencapai 83,98%. APM tingkat SMA, MA, SMK tahun 2013

mencapai 68,88%.

c. Meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) tingkat usia 7-12 tahun dari

97,80% pada tahun 2009 menjadi 98,96% pada tahun 2013. APS tingkat

usia 13-15 tahun meningkat dari 84,65% pada tahun 2009 menjadi 99,87%

pada tahun 2013. APS tingkat usia 16-18 tahun meningkat dari 54,10%

pada tahun 2009 menjadi 74,65% pada tahun 2013.

2. Menurunnya penduduk Buta Aksara usia 15 – 44 tahun dari 2,79% pada tahun

2009 menjadi 2,24% pada tahun 2013.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga memberikan perhatian serius dalam

rangka meningkatkan akses dan mutu pendidikan dengan terobosan, mendirikan SMA

Negeri Sumatera Selatan Bertaraf Internasional yang pengelolaannya bekerja sama

dengan Sampoerna Foundation. Sekolah ini hanya menerima untuk siswa cerdas yang

miskin. Saat ini lulusannya sudah ada menjadi mahasiswa di universitas ternama di

Amerika Serikat.

Page 74: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 74

Selain Pendidikan Usia Dini, SD/MI, SMP/MTs, serta SMU/MA, Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan juga berkomitmen untuk pembangunan pendidikan hingga

ke perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan melalui pelaksanaan Kegiatan Beasiswa

Kemitraan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 telah membantu 300 mahasiswa

S1, 87 mahasiswa S2 dan 52 mahasiswa S3 di berbagai universitas terkemuka di

Indonesia yaitu: ITB, IPB, UGM, UI, UNSRI, UNY, UPI Bandung dan UIN Syarif

Hidayatullah.Atas komitmen yang serius dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

dalam mendukung pendidikan dari tingat PAUD, SD, SMP, SMU hingga ke perguruan

tinggi tinggi ini Gubernur Sumatera Selatan menerima penghargaan dari Gubernur Iowa,

Terry E Branstad.

Urusan Kesehatan

Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, pembangunan kesehatan diarahkan

kepada penyediaan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu, yang salah

satu bentuk pengejawantahannya melalui program Jaminan Sosial Kesehatan

(Jamsoskes) Sumsel Semesta atau yang lebih dikenal dengan program “Berobat

Gratis”.

Beberapa capaian kinerja di urusan kesehatan diantaranya adalah :

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup

mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Jika

dibandingkan dengan target tahun 2013, capaian yang diperoleh sudah

melampui target yang ditetapkan, yaitu 29 per 1.000 Kelahiran Hidup. Jumlah

kematian bayi pada tahun 2013 sebanyak 100 orang. Berdasarkan survey

yang ada, proyeksi AKI untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 228

per 100.000 Kelahiran hidup. Capaian AKI Provinsi Sumatera Selatan telah

melampaui target yang ditetapkan sebesar 359 per 100.000 Kelahiran Hidup.

Page 75: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 75

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Jumlah kematian ibu dari tahun 2008 sampai dengan 2013 bergerak secara

fluktuatif, dimana pada tahun 2013 jumlah kematian Ibu Maternal mencapai

141 orang dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 144 orang dan 120 orang

pada tahun 2011.

3. Persentase Gizi Buruk pada Balita

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam

MDGs adalah status gizi balita. Capaian Kinerja Program Perbaikan Gizi

Masyarakat di Provinsi Sumatera selatan berupa Persentase Gizi Buruk pada

balita menunjukkan penurunan yang signifikan, yaitu dari 1,36% pada tahun

2011 menjadi 0,71 % pada tahun 2012 dan tahun 2013 menjadi 0,46%. Upaya

penurunan prevalensi gizi buruk pada balita antara lain mengoptimalkan

kegiatan penimbangan di posyandu.

4. Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi

Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah kecamatan dengan prevalensi gizi

kurang dan gizi buruk pada balita < 15% pada kurun waktu tertentu.

Kecamatan Bebas Rawan Gizi di Provinsi Sumatera Selatan, cenderung

mengalami peningkatan, dari 67,73% pada tahun 2008 meningkat menjadi

83.57 pada tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi 92,96% pada tahun

2013 (Pada tahun 2011 dan 2012 tidak dilakukan pemantauan Status gizi

karena minimnya dana untuk kegiatan program perbaikan gizi masyarakat).

5. Presentase Rumah Tangga yang Ber PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta perperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat. Capaian kinerja Program Promosi

Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu Persentase Rumah Tangga

yang ber-PHBS menunjukkan kenaikan yang signifikan dari 58,77% pada

Page 76: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 76

tahun 2011 meningkat menjadi 61,32% pada tahun 2012 dan mencapai 62,61

pada tahun 2013.

6. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri

Posyandu merupakan salah satu Upaya Kesehatan bersumber daya

Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat

yang bertujuan untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat

terutama ibu, bayi dan anak.

Capaian kinerja program, yaitu persentase Posyandu Purnama menunjukkan

peningkatan yang signifikan dari 47,52% pada tahun 2011 menjadi 48,03%

pada tahun 2012 dan 49,23 pada tahun 2013. Begitu juga dengan persentase

Posyandu Mandiri juga mengalami peningkatan dari 6,7% pada tahun 2011

meningkat menjadi 7,67% pada tahun 2012 dan mencapai 8,65 pada tahun

2013.

7. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas

Penduduk yang memanfaatkan puskesmas adalah penduduk yang datang

berkunjung ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

diberikan di puskesmas (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas sebesar 40% pada

tahun 2011 cenderung stabil yaitu tetap 40% pada tahun 2012 dan mengalami

peningkatan pada tahun 2013 mencapai 55,20%.

8. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan

Spesialis Dasar

Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesialis dasar

adalah rumah sakit yang telah mempunyai 4 dokter spesialis dasar, yaitu

Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Anak, Spesialis Bedah dan

Spesialis Penyakit Dalam. Persentase Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4

pelayanan kesehatan spesialis dasar pada tahun 2013 sebesar 41,10% (12

Page 77: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 77

RSU pemerintah dan 17 RSU pemerintah non TNI POLRI dan BUMN yang

ada). Capaian tahun 2013 ini masih belum dapat memenuhi target yang

ditetapkan, yaitu sebesar 91 %. Pada tahun 2012, persentase rumah sakit

yang telah menyelenggarakan 4 pelayanan spesialis dasar sudah mencapai

71%. Belum tercapainya target yang ditetapkan karena keterbatasan tenaga

dokter spesialis yang ada di semua rumah sakit di kabupaten/kota.

9. Persentase Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Capaian program kesehatan ibu, salah satu indikatornya adalah Persentase

Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan. Capaian kinerja program

menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 89,55%, tahun 2011 menjadi

90,55% pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 92,04%.

10. Persentase keluarga yang memiliki akses air bersih

Capaian kinerja Program Kesehatan Lingkungan adalah indikator Persentase

Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih di Provinsi Sumatera Selatan

menunjukkan ada peningkatan yaitu dari 71,53% pada tahun 2011 meningkat

menjadi 74,46% pada tahun 2012 dan 76,66% pada tahun 2013.

11. Rasio Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk

Rasio Puskesmas terhadap penduduk adalah setiap satu puskesmas, berapa

penduduk yang dilayani. Berdasarkan standar yang ada, bahwa setiap satu

puskesmas melayani paling banyak 30.000 penduduk. Pada tahun 2012

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai Puskesmas sebanyak 308 tersebar di

15 kabupaten/kota, maka rasio puskesmas terhadap penduduk telah mencapai

standar yaitu 1 : 24.978 penduduk. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan

terus dilakukan terutama dengan meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan

mulai dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya sampai

dengan pelayanan kesehatan rujukan di tingkat Rumah Sakit. Dalam kurun

waktu 3 tahun terakhir, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dasar, khususnya

Puskesmas terus mengalami peningkatan menjadi 319 Puskesmas pada tahun

Page 78: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 78

2013. Hal ini menyebabkan rasio antara Puskesmas dengan jumlah penduduk

yang harus dilayani juga semakin membaik yaitu 1 : 24.142 sudah jauh

melampui target rasio yang ditetapkan yaitu 1 : 30.000. Namun, jika dilihat

berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dengan radius dan jarak terjauh

penduduk yang harus dilayani, maka masih ada daerah-daerah yang

membutuhkan pembangunan Puskesmas baru, atau meningkatkan status

Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas yang bertujuan untuk mendekatkan

aksesibilitas penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan serta

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Beberapa capaian di urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak adalah keserasian kebijakan di berbagai bidang pembangunan terhadap

program Kualitas Hidup Anak dan Perempuan, diantaranya publikasi program

perlindungan perempuan (poster, standing banner), Raperda perdagangan orang

(traffcking), pelaksanaan penanganan anak bermasalah hukum dan upaya

pembentukan kota layak anak. Tersusun dan dikembangkannya berbagai

peraturan, kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang mendukung

peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan diantaranya keterampilan

Pengelola P2TP2A, Kecamatan Sayang Ibu, Bina Keluarga Balita, Pengembangan

Desa Prima dan Hasil-hasil Pembangunan Pemberdayaan Perempuan. Dalam hal

Penguatan Kelembangaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Sasaran hasil

pembangunan adalah meningkatnya kemitraan dan kapasitas pelaksanaan

pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak diantaranya terbentuknya vocal point di

SUPD dan pemahaman SUPD tentang PPRG. Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan penghargaan

Page 79: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 79

berupa Eka Parahita Pratama tahun 2013, penghargaan tersebut diberikan oleh

Presiden Republik Indonesia.

Urusan Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan di Sumatera Selatan diarahkan untuk mewujudkan daerah

yang memiliki sumber daya manusia handal dengan produktivitas tinggi yang

bermartabat dan berkeadilan melalui masyarakat yang kreatif memiliki kemampuan

daya saing tinggi. Upaya tersebut ditunjukkan dengan berhasilan-keberhasilan

yang disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. 41

Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Selatan

Sasaran / Indikator Satuan Realisasi

2009 2010 2011 2012 2013

Penduduk yang bekerja % 92.39 93.35 94.23 94.30 95,00

Penduduk yang menganggur % 5.20 4.67 4.11 3.96 3,39

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 7.61 6.65 5.77 5.70 5,00

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumsel

Realisasi capaian sasaran Penduduk yang bekerja pada tahun 2013

mengalami kenaikan menjadi 95% dibanding tahun 2009 sebesar 92,39%. Ini

menunjukan kenaikan jumlah penduduk usia kerja yang dibarengi dengan kenaikan

penduduk yang bekerja, dan merupakan pengaruh langsung dari pembangunan

perekonomian di Sumatera Selatan.

Pembangunan perekonomian tersebut juga menunjukan hasil yang positif,

dengan berkurangnya penduduk yang menganggur, dimana terjadi pengurangan.

jumlah penduduk yang menganggur dari 5,20% di tahun 2009 menjadi 3,39% pada

tahun 2013, sedangkan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) tahun 2013

mencapai 5,00% atau terjadi penurunan sebesar 2,61% dari semula 7,61% di

tahun 2009. Penurunan tingkat pengangguran terbuka banyak dipengaruhi oleh

Page 80: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 80

program pengentasan kemiskinan dan pengangguran yang telah sesuai dan tepat

sasaran.

Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Hingga tahun 2013, jumlah keluarga yang tercatat oleh BKKBN Provinsi

Sumatera Selatan adalah mencapai 2.098.402 KK. Angka tersebut mengalami

peningkatan dari semula 2.042.151 KK di tahun 2012, atau mengalami peningkatan

sebesar 2,7% atau 56.251 KK. Adapun rincian tahapan keluarga tersebut sebagai

berikut :

a) Keluarga Pra Sejahtera

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar

3,6% atau berkurang sebanyak 9.103 KK, dari 253.879 KK.di tahun 2012

menjadi 244.776 KK di tahun 2013.

b) Keluarga Sejahtera I

Jumlah Keluarga Sejahtera I tahun 2013 mengalami pergeseran dari 472.391

KK di tahun 2012 meningkat menjadi 478.212 KK di tahun 2013, atau naik

sebesar 1,2% atau 5.821 KK.

c) Keluarga Sejahtera II

Jumlah Keluarga Sejahtera II tahun 2013 mencapai 906.318 KK mengalami

peningkatan sebesar 4,9 atau 45.003 KK dibandingkan tahun 2012 sebanyak

861.315 KK.

d) Keluarga Sejahtera III

Jumlah Keluarga Sejahtera III tahun 2013 mencapai 427.918 KK. Mengalami

peningkatan sebesar 3,7% atau meningkat 15.846 KK dibandingkan tahun

2012 sebanyak 412.072 KK.

e) Keluarga Sejahtera III Plus

Jumlah Keluarga Sejahtera III Plus tahun 2013 mengalami penurunan menjadi

41.178 KK dari 42.494 KK di tahun 2012, atau mengalami penurunan sebesar

3% atau 1.316 KK.

Page 81: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 81

Pencapaian PB (Peserta KB Baru) sampai dengan bulan Desember 2013

pada tingkat Provinsi sebanyak 410.631 peserta atau 108,5% dari KKP yang

tercantum pada kontrak kerja Kepala BKKBN Provinsi Sumatera Selatan dan

Kepala BKKBN Pusat Tahun 2013 sebesar 378.429 peserta.

Apabila dilihat pada tingkat Kabupaten/Kota, ada 9 (sembilan) Kabupaten/

Kota yang pencapaiannya diatas rata - rata provinsi (108,5%) yaitu, Muba

(116,9%), OKI (120,7%), OKU (115,6%), Lahat (121,6%), Banyuasin (121,3%),

Prabumulih (154,2%), Pagar Alam (117,6%), OKU Selatan (109,7%) dan Empat

Lawang (121,3%). Sedangkan 6 (enam) Kabupaten/Kota lainnya pencapaian masih

dibawah rata-rata provinsi.

Terkait pemberdayaan keluarga yang ditinjau dari perkembangan jumlah

kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) tercatat

terdapat 2.681 kelompok UPPKS dari 3.318 jumlah desa yang ada di Sumatera

Selatan, atau rasio yang mencapai 80,8%. Rasio tersebut menunjukkan berarti hampir

semua desa di Kabupaten/Kota sudah mempunyai kelompok UPPKS.

Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Di bidang pemberdayaan masyarakat capaian yang dihasilkan yaitu:

1. Meningkatnya peran lembaga/organisasi masyarakat yang ada di

pedesaan/kelurahan dalam mewujudkan kehidupan sosial budaya, ekonomi,

dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa.

2. Pemanfaatan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat

melalui pembekalan pelaku lembaga/organisasi masyarakat, pengembangan

lembaga/organisasi masyarakat, gelar teknologi tepat guna tingkat provinsi dan

nasional.

3. Penilaian desa/kelurahan, dan peningkatan usaha ekonomi masyarakat pesisir.

Sedangkan pencapaian di bidang pemerintahan desa yaitu:

Page 82: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 82

1. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan yang

efektif dalam memberikan pelayanan masyarakat desa/kelurahan baik secara

manajemen dan administratif

2. pengelolaan aset serta kekayaan desa yang optimal dalam mewujudkan

Pemerintahan Desa/Kelurahan yang Profesional melalui pelatihan, bimtek,

rakor.

Urusan Sosial

Berbagai penanganan masalah sosial telah diupayakan di tahun 2013, antara

lain upaya untuk penanganan anak nakal, wanita tuna susila dan penyalahgunaan

Nafza. Adapun capaian di urusan sosial yaitu:

1. Penurunan angka anak nakal di tahun 2013 sebesar 18,8%. Penurunan ini

melalui upaya peningkatan kualitas Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala,

pemberian bantuan sosial dasar (cash transfer) kepada anak yang bermasalah

dengan hukum serta penyuluhan/ sosialisasi yang melibatkan tokoh agama,

tokoh masyarakat, organisasi sosial dan anak nakal tentang penanganan anak

nakal.

2. Penanganan terhadap Wanita Tuna Susila pada tahun 2013 mengalami

penurunan mencapai 13,89% atau meningkat 3,59% dari target yang ditetapkan

sebesar 10,3%.

3. Korban penyalahgunaan Nafza pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar

13,46. Upaya tersebut ditempuh antara lain melalui pembinaan, pengawasan

terhadap eks pengguna narkoba; peningkatan bantuan usaha ekonomi produktif;

sosialisasi pencegahan penyalahgunaan nafzal; serta pemantapan petugas

NAPZA di tingkat kelurahan.

Urusan Koperasi dan UKM

Beberapa keberhasilan telah dicapai oleh Bidang Koperasi dan UKM di tahun 2013:

Page 83: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 83

1. Tahun 2013 jumlah koperasi telah menjadi 5.790 unit atau melebihi target RPJMD

yaitu 4.598 unit. Jumlah Koperasi di Tahun 2012 berjumlah 5.225 unit dan

meningkat di Tahun 2013 menjadi 5.790 unit atau 10,81%. Jumlah anggota

meningkat sebanyak 1,4%, pelaksanaan RAT juga mengalami kenaikan

sebanyak 18,98%, jumlah modal turun 1,35%, volume usaha naik 1,9% dan

SHU naik 10,08% dari tahun sebelumnya.

2. Jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada tahun 2013 menjadi 2.002.836

(dua juta dua ribu delapan ratus tiga puluh enam) unit meningkat dari

1.985.658 (satu juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu enam ratus lima

puluh delapan) unit pada tahun 2012. Selain jumlahnya, nilai omzet dan volume

UMKM juga mengalami peningkatan. Tahun 2012 omzet UMKM sebesar Rp.24,70

triliun dan pada tahun 2013 meningkat menjadiRp.24,72 triliun.Volume usaha

UMKM pada tahun2013 sebesar Rp.2,69 triliun dimana capaian tersebut

meningkat dari pencapaian tahun 2012 yaitu Rp.2,64 triliun. Pertumbuhan industri

dan koperasi yang berbasis potensi unggulan Sumatera Selatan tentunya juga

berkontribusi positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha baru

di Sumatera Selatan.

Prioritas 3: Pengembangan Agribisnis

Urusan Pertanian

Produksi Padi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 terealisasi

sebanyak 3.593.232 ton, meningkat sebesar 113.974 ton bila dibandingkan dengan

tahun 2012 yaitu sebesar 3.479.258 ton GKG. Capaian kinerja sasaran produksi

padi pada tahun 2013 baru mencapai 85,96%, hal ini disebabkan karena tidak

maksimalnya peningkatan produktivitas dan tidak terlaksananya kegiatan SLPTT

terutama SLPTT Kawasan Pertumbuhan yaitu di Kabupaten Musi Banyuasin

Page 84: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 84

seluas 2000 ha dan Banyuasin 3.150 ha, dan gagal panen seluas 1.623 ha di

Kabupaten OKI yang terserang hama tikus dan banjir.

Produktivitas Jagung pada tahun 2013 di targetkan 3,74 ton/Ha dan

terealisasi sebesar 4,70 ton/Ha, dengan capaian produksi jagung sebanyak

147.499 ton. capaian ini telah melebihi target yang di tetapkan pada tahun 2013 ini

disebabkan meningkatnya penggunaan benih unggul oleh petani, penerapan pupuk

berimbang, kurangnya serangan organisme penggangu tanaman dan rendahnya

bencana banjir / kekeringan (dampak perubahan iklim), serta adanya kegiatan

penyediaan sarana produksi penerapan budidaya jagung berupa bantuan benih

jagung denfarm seluas 70 ha. Peningkatan ini juga disebabkan oleh adanya

penggunaan pupuk berimbang terutama terjadi disentra pertanaman jagung seperti

di Kabupaten Banyuasin, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, Musi Rawas dan Empat

Lawang, peningkatan pemakaian benih unggul terutama varietas Pioneer, BISI 2,

BISI 816 dan NT 10 pada pertanaman kegiatan SLPTT.

Produktivitas Kedelai pada tahun 2013 di targetkan 1,51 ton/Ha dan

terealisasi sebesar 1,53 ton/Ha dengan produksi sebesar 8.760 ton. Peningkatan

ini karena adanya Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada & Swasembada berkelanjutan

melalui kegiatan perluasan penerapan tanaman kedelai di 5 Kabupaten/kota (

Lahat, MURA, OKU Timur, OKI dan Banyuasin), Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT), bantuan sarana pasca panen dan penanganan pasca

panen. Sementara untuk produksi kedelai tahun 2013 di targetkan 23.701 ton dan

terealisasi sebesar 8.760 ton. Capaian kinerja sasaran tahun 2013 belum bisa

mencapai target, hal ini disebabkan karena adanya keterlambatan penyaluran

benih bersubsidi untuk kegiatan SLPTT sehingga mengganggu jadwal tanam hal

ini menyebabkan berkurangnya luas tanam. Disamping itu harga kedelai sangat

fluktuatif dan faktor cuaca yang tidak mendukung menyebabkan petani kurang

berminat untuk menanam kedelai.

Page 85: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 85

Urusan Peternakan

Produksi daging pada tahun 2013 di targetkan 83.146 ton dan terealisasi

mencapai 72.315 ton (86,97%). Adapun produksi daging sebanyak 72.315 ton

tersebut terdiri dari daging sapi sebesar 17.483 ton (22,91% dari porsi sasaran),

daging kerbau 4.029 ton (5,28 % dari porsi sasaran) daging kambing 4.000 ton

(5,24 % dari porsi sasaran) dan daging unggas sebesar 46.803 ton (64,72 % dari

porsi sasaran). Produksi daging sapi terbanyak terdapat di Kota Palembang yaitu

5.376,19 ton, hal ini di karenakan Kota Palembang sebagai kota yang paling

banyak jumlah pemotongan ternak sapinya. Untuk produksi daging kerbau

terbanyak terdapat di Kabupaten Muara Enim yaitu 805,57 ton, produksi daging

kambing terbanyak terdapat juga di Kota Palembang yaitu sebesar 1.313,82 ton.

Sedangkan produksi daging unggas terbanyak juga terdapat di Kota Palembang

yaitu sebesar 12,435,92 ton.

Diharapkan hasil yang telah dicapai dapat di tingkatkan dimasa yang akan

datang, sehingga pembangunan sub sektor peternakan dapat terlaksana dan

berkembang sesuai rencana serta menjadi komoditas terdepan dalam

pembangunan ekonomi Sumatera Selatan.

Urusan Perkebunan

Secara umum pencapaian hasil pembangunan perkebunan di Sumatera

Selatan telah mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMD, seperti pada

Komoditi unggulan Karet (101,57 %) dan Kelapa Sawit (105,45%). Pada komoditi

karet dan kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan makin bagusnya

harga komoditi dipasar sehingga petani semakin terpacu dalam meningkatkan

produksi dengan meningkatkan intensitas penyadapan, menggunakan bibit unggul

dan pemakaian pupuk.

Selama tahun 2013 Dinas perkebunan Provinsi Sumatera Selatan telah

memberikan bantuan bibit karet untuk peremajaan dan pengembangan seluas

Page 86: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 86

2300 ha, benih sawit sebanyak 40.000 butir, bibit stek kopi 960.600 stek, bibit

kakao 75.000 batang, alat panen karet 500 paket, benih karet 2.000.000 butir, dan

bahan pembeku ramah lingkungan 22.000 kg/liter. Pada tahun 2013 telah

terlaksana program revitalisasi perkebunan seluas 5.445,35 ha untuk komoditi

karet dengan nilai sebesar Rp.70.408.670.917,- sedangkan untuk komoditi kelapa

sawit seluas 35.867,04 ha dengan total nilai sebesar Rp.1.040.830.000.000,-. Total

terlaksananya program revitalisasi perkebunan selama tahun 2013 seluas

41.312,88 ha dengan nilai sebesar Rp.1.121.238.670.917,-. Program revitalisasi

perkebunan ini merupakan kegiatan perluasan, peremajaan dan rehabilitasi

tanaman perkebunan dengan didukung kredit investasi perbankan dan subsidi

bunga oleh pemerintah.

Urusan Kelautan dan Perikanan

Produksi perikanan pada tahun 2013 sebesar 525.679,30 ton atau naik 5,04

% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 500.449,20 ton, sedangkan persentase

pencapaian sasarannya sebesar 154,19 % dengan target 340.936,91 ton.

Peningkatan dan pencapaian sasaran produksi perikanan dipicu oleh

meningkatnya produksi perikanan tangkap dan budidaya.

Produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2013 sebesar 44.531,80 ton

atau naik 1,00 % dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 44.090,90 ton,

sedangkan persentase pencapaian sasarannya sebesar 108,54 % dengan target

41.028,82 ton. Sementara untuk produksi perikanan tangkap di perairan umum

pada tahun 2013 sebesar 51.952,00 ton atau naik sebesar 1,00 % dibandingkan

tahun 2012 yang sebesar 51.437,60 ton,sedangkan persentase pencapaian

sasarannya sebesar 109,51% dengan target 47.440,46 ton.

Peningkatan dan pencapaian sasaran produksi perikanan tangkap di

laut dan di perairan umumdipengaruhi oleh meningkatnya bantuan sarana dan

prasarana perikanan tangkap yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumsel

Page 87: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 87

kepada nelayan, yaitu dalam bentuk alat tangkap, mesin dan kapal berukuran 5 GT

dan 30 GT untuk dioperasikan di fishing ground yang lebih jauh.

Produksi perikanan budidaya pada tahun 2013 sebesar 429.195,50 ton atau

naik 5,99 % dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 404.922,00 ton, sedangkan

persentase pencapaian sasarannya sebesar 170,00 % dengan target 252.467,64

ton. Peningkatan dan pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya juga

dipengaruhi oleh meningkatnya sarana dan prasarana perikanan budidaya yang

diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumsel kepada pembudidaya ikan, yaitu dalam

bentuk pakan ikan, mesin pakan dan benih. Peningkatan dan pencapaian produksi

perikanan budidaya, terutama pada komoditas patin,semakin menguatkan

posisiProvinsi Sumsel sebagai pusat pengembangan budidaya patin nasional, di

mana lebih dari 60 % produksi patin nasional berasal dari Provinsi Sumsel. Hal

tersebut memicu meningkatnya intensifikasi usaha budidaya, terutama di kolam air

tenang dan keramba.

Jumlah konsumsi ikan masyarakat pada tahun 2013 sebesar 35,80kg atau

naik 1,39 % dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 35,31 kg, sedangkan

persentase pencapaian sasarannya sebesar 127,67 % dengan target 28,04kg .

Peningkatan konsumsi ikan masyarakat dipicu oleh meningkatnya produksi

perikanan, serta gencarnya Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan

(Gemarikan) yang dilaksanakan di kabupaten/kota.

Urusan Ketahanan Pangan

Pembangunan Ketahanan Pangan didasarkan kepada tiga pilar utama yaitu

ketersediaan, distribusi dan harga pangan serta konsumsi dan keamanan pangan.

Dilihat dari produksi dan kebutuhan konsumsi langsung pangan masyarakat,

secara umum Sumatera Selatan sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan

sendiri. Data produksi dan Konsumsi langsung masyarakat beberapa komoditas

pangan pada Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Page 88: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 88

Tabel 2. 42 Produksi dan Konsumsi Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013.

No. Komoditas Produksi*)

(ton)

Kebutuhan Konsumsi **)

(ton)

+/-

1. Beras 3.347.814 824.646 2.523.168

2. Jagung 147.499 977 146.522

3. Kacang Tanah 3.403 1.638 1.765

4. Kacang Hijau 1.783 1.149 634

5. Ubi Kayu 147.913 28.157 119.756

6. Ubi Jalar 14.206 6.148 8.058

7. Kedelai 8.750 88.004 (79.244)

8. Gula Pasir 104.793 82.919 21.874

9. Minyak Goreng/Sawit 325.598 66.973 258.625

10. Sayur dan Buah 572.031 348.424 223.607

11. Daging 40.432 7.097 33.335

12. Telur 63.310 66.398 (3.088)

13. Susu 69 25.082 (25.013)

14. Ikan 938.685 157.505 781.180

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumsel

Target RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013 yang

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan “ untuk

mewujudkan daerah surplus pangan yang berkelanjutan dan komoditas

perdagangan yang berdaya saing tinggi ” melalui 3 indikator yaitu :

a. Rawan Pangan dan Gizi Berkurang

Program/Kegiatan Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan di 15 Kabupaten

dan Program/Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan di 15 (lima belas)

Kabupaten di Sumatera Selatan dilaksanakan sebagai kontribusi Provinsi

Sumatera Selatan dalam mendukung komitmen Nasional (Indonesia) untuk

mencapai tujuan pembangunan millenium (MDG‟s) yang antara lain menanggulangi

kemiskinan dan kelaparan 1 % per tahun.

Seperti yang diketahui, pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi

Sumatera Selatan berdasarkan Berita Resmi Statistik berjumlah 1.110.370 orang.

Dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah penduduk miskin yang ada sebanyak

Page 89: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 89

1.042.035 orang. Ini berarti dibandingkan tahun 2012, terjadi kenaikan jumlah

penduduk miskin sebanyak 68.335 orang (6,15%).

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan, melalui kegiatan

Penanganan Daerah Rawan Pangan Tahun 2013, telah memberikan bantuan

Pemberdayaan Masyarakat yang mengalami rawan pangan (masyarakat miskin),

sebanyak 1.500 KK di 15 (lima belas) Kabupaten/Kota, berupa Beras sebanyak

15.000 Kg, Gula Pasir sebanyak 4.500 Kg dan Minyak Goreng sebanyak 4.500 Kg.

Sehingga Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2013 dari target 1 % yang

telah ditetapkan, telah memberikan kontribusi terhadap penanganan rawan pangan

dan gizi (masyarakat miskin) di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,03 % dari

total penduduk miskin.

b. Pola Pangan Harapan

Skor PPH penduduk Sumatera Selatan tahun 2012 sebesar 80,07 dan tahun

2013 sebesar 86,82 sudah mecapai dari target yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 86,82 tetapi masih dibawah standar ideal PPH 100 yang ditargetkan akan

dicapai pada tahun 2015.

Beberapa kelompok bahan pangan yang masih dibawah konsumsi harapan

dan perlu ditingkatkan adalah dari kelompok umbi-umbian, pangan hewani,

buah/biji berminyak, kacang-kacangan serta kelompok sayur dan buah. Tetapi

selain meningkatkan konsumsi kelompok pangan yang disebutkan diatas, perlu

juga dilakukan penurunan konsumsi pangan dari kelompok padi-padian yang saat

ini masih mendominasi sumber karbohidrat dengan skor AKG sebesar 27,64 dari

skor Ideal sebesar 25,00.

Adapun sasaran ini akan dicapai melalui upaya gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yaitu melakukan Sosialisasi melalui

Promosi/Pameran, Lomba Menu Beragam Bergisi Berimbang (3B), pemasangan

spanduk, billboard, leaflet, beriklan di TV, radio, dll. Pembinaaan dan Sosialisasi

Page 90: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 90

tersebut dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan khususnya tentang

pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman.

Jadi melihat pencapaian skor PPH yang mencapai target, berarti berbagai

program yang telah dijalankan sudah efektif untuk menuju Pola Pangan Harapan

yang ideal (Skor PPH 100) yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2015

mendatang.

c. Cadangan Pangan Daerah

Jumlah Cadangan Pangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013

sebesar 74.912,5 ton beras, di banding Tahun 2012 sebesar 73.687,5 ton beras

bearti meningkat sebesar 1.225 ton beras yaitu sebesar 1,66 %. Dengan demikian

cadangan pangan daerah Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2012 terdapat

peningkatan sebesar 1,66 % dari target 5 %. Hal ini dilaksanakan dalam mencapai

Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan dalam bidang ketersediaan

dan cadangan pangan khususnya pada indikator penguatan cadangan pangan

yang pada definisi operasionalnya adalah tersedianya cadangan pangan

pemerintah di tingkat Kabupaten/Kota minimal sebesar 100 Ton ekuivalen beras

dan di tingkat Provinsi minimal sebesar 200 Ton ekuivalen beras.

Urusan Industri

Kinerja Sektor Industri di Sumatera Selatan tahun 2013 meningkat cukup

signifikan melebihi target yang ditentukan yaitu: Industri Karet meningkat dari 47

unit di tahun 2012 menjadi 51 unit pada tahun 2013 melebihi target yang ditetapkan

yaitu sebanyak 40 unit, Industri Kelapa sawit meningkat dari 58 unit di tahun 2012

menjadi 62 unit pada tahun 2013, Industri Kopi meningkat dari 21 unit di tahun

2012 menjadi 30 unit pada tahun 2013 melebihi target yang ditetapkan yaitu

sebanyak 13 unit, Sementara Industri Kelapa pada tahun 2013 konstan sebanyak

10 unit.

Page 91: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 91

Prioritas 4: Pengembangan Sumber Daya Energi

Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral (Lumbung Energi)

Meningkatnya penerimaan PNBP dari migas untuk Provinsi Sumatera

Selatan, sebesar 7,36% dibandingkan tahun 2012, yaitu dari Rp.

978.079.990.157,- pada tahun 2012 menjadi Rp.1.049.939.131.116,- pada tahun

2013; nilai realisasi PNBP tersebut belum termasuk dana bagi hasil di

kabupaten/kota;

Pada tahun 2013, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera

Selatan juga memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi

laboratorium sebesar Rp. 62.587.000,- sedangkan retribusi jasa peralatan

eksplorasi Rp. 10.009.414,- dan pencetakan peta (SIG) Rp 2.900.000,-. Realisasi

penerimaan dari PAD ini mencapai 100,10 % dari target yang ditetapkan pada

tahun 2013.

Pada tahun 2013 jumlah desa berlistrik di Provinsi Sumatera Selatan

bertambah sebanyak 203 desa, dimana pada tahun 2012 jumlah desa berlistrik

sebanyak 2.607 desa dan pada tahun 2013 menjadi 2.810 desa; sehingga

persentase rasio desa berlistrik di Provinsi Sumatera Selatan mengalami

peningkatan sebesar 6,78%, yaitu dari 82,60% pada tahun 2012 menjadi 88,20%

pada tahun 2013. Sementara Pelanggan listrik PLN di Sumatera Selatan

bertambah 130.773 pelanggan atau naik 10,46% menjadi 1.381.534 pelanggan

dibanding periode yang sama tahun 2012. Seiring dengan peningkatan jumlah

pelanggan tersebut, daya tersambung listrik juga meningkat mencapai 1.950,1

MVA atau naik 12,24% dibanding tahun 2012, sedangkan energi terjual juga

mengalami peningkatan untuk tahun 2013, sebesar 278,33 GWh dari 3.454,51

GWh menjadi 3.732,84 GWh (naik 8,06%) dibandingkan dengan tahun 2012.

Tahun 2013 Rasio elektifikasi meningkat dari 66,77% pada tahun 2012 menjadi

71,55% melampaui target yang ditetapkan sebesar 70%

Page 92: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 92

Prioritas 5: Percepatan Penyediaan Infrastruktur Strategis

Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ditunjukkan dengan semakin

membaiknya infrastruktur jalan dan jembatan. Percepatan pelaksanaan

pembangunan Infrastruktur Strategis berkaitan erat dengan pencapaian di Bidang

Pekerjaan Umum, dimana pembangunan diarahkan dalam upaya mempertahankan

tingkat pelayanan jasa prasarana jalan dan jembatan serta pembangunan dan

pengembangan pengairan yang terintegrasi dengan Sektor Pertanian dengan tetap

memperhatikan aspek berkelajutan dan berwawasan lingkungan.

Urusan Pekerjaan Umum

Infrastruktur jalan di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 15.587 Km yang

meliputi jalan kewenangan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tahun 2013

Jalan Nasional di Sumsel dengan kondisi mantap 97,72%, jalan mantap

kewenangan Provinsi 81,59% dan jalan mantap kewenangan Kabupaten/Kota

sepanjang 12.523,49 Km (65,90%). Pada kurun waktu 1 tahun terakhir ini laju

kerusakan ruas jalan melebihi dari upaya peningkatan/rehabilitasi jalan yang ada

sebagai akibat dari tingginya lalu lintas kendaraan dengan tonase tinggi (MST 10

ton – 16 ton) sedangkan kemampuan daya dukung jalan di Sumatera Selatan rata-

rata 8 ton.

Saat ini Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan bersama Pemerintah

Pusat bersinergis mendorong percepatan pembangunan infrastruktur strategis

Sumatera Selatan terutama yang terkait dengan pembangunan jalan tol, double

track jalur kereta api, Kereta api perkotaan (Monorail), underpass, fly over, dan

pembangunan duplikasi Musi II serta percepatan pembangunan jembatan Musi III,

Musi IV, dan Musi VI dan optimalisasi fungsi terminal, serta beroperasinya

pelabuhan Tanjung Api-Api dan terwujudnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Page 93: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 93

Tanjung Api-Api yang mendukung pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan ke

depan.

Infrastruktur lainnya yang berkaitan erat dengan bidang perekonomian di

Sumsel adalah infrastruktur Daerah Rawa dan Daerah Irigasi yang mendukung

sektor pertanian terutama produksi beras. Jumlah luasan areal sawah yang telah

berhasil dialiri dan difungsikan melalui kegiatan Peningkatan dan Rehabilitasi

Jaringan Irigasi, Jaringan Rawa dan Operasi dan Pemeliharaan seluas 39.248 Ha

melebihi target RPJMD TA. 2013 seluas 20.634 Ha dengan presentase

peningkatan sebesar 190,21% . Untuk Cakupan pelayanan air bersih target

capaian pelayanan air bersih tahun 2013 yaitu 54,26 % dengan realisasi capaian

60,12 %. Indikator ini didukung oleh Program percepatan di sektor air minum dalam

dimana target MDG‟s provinsi Sumsel pada 2015 sebesar 70%. Pelayanan air

minum kabupaten/kota terdiri dari pelayanan air minum penduduk perkotaan dan

penduduk perdesaan. Cakupan pelayanan air minum penduduk perkotaan tahun

2013 mencapai 58,17 % dan perdesaan 61,78 %, sehingga rata-rata capaian air

bersih mencapai 60,12 %. Cakupan pelayanan penyehatan lingkungan

permukiman tahun 2013 terdiri dari penanganan persampahan, drainase, dan air

limbah. Untuk penanganan penyehatan lingkungan permukiman capaian realisasi

sebagai berikut :

Penanganan persampahan 66,67 % ,

Drainase 46,67 % , serta

Air Limbah 33,33 %

Pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2013 ini meliputi peningkatan

pembangunan tahun sebelumnya dan juga ada juga pembangunan di lokasi yang

baru. Untuk pembangunan di bidang persampahan dilakukan di Kabupaten Ogan

Ilir, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir, sehingga penanganan mencapai 66,67 %.

Untuk pembangunan di sektor drainase dilaksanakan untuk mengurangi luasan

genangan di kabupaten/kota, capaiannya sebesar 46,67 %. Sedangkan

Page 94: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 94

penanganan air limbah diarahkan pada penanganan limbah secara komunal

dengan pembangunan ataupun peningkatan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja

(IPLT) di kabupaten/kota capaiannya sebesar 33,33 %. Persentase penurunan

kawasan pemukiman kumuh pada tahun 2013 di targetkan 3 kawasan yang

tertangani dan 100 % terealisasi Hal ini dikarenakan pembangunan yang

dilaksanakan pada tahun 2013 dititikberatkan pada penataan kawasan kumuh di

kawasan perkotaan dan penyediaan prasarana dasar pada kawasan masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR) di kawasan perkotaan.

Urusan Perhubungan

Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan dioptimalkan untuk mendukung

aksesibilitas daerah pesisir dan perairan sebagai moda transportasi alternatif di luar

angkutan darat. Pelabuhan Boom Baru Palembang yang saat ini sebagai outlet

utama untuk pengangkutan barang melalui kapal juga memiliki kendala sulit untuk

dikembangkan karena berada ditengah pemukiman, Kedalaman alur pelayaran

relatif dangkal, sehingga pelayaran sangat tergantung dengan pasang surut

sekitar 6 jam/hari dan Panjang alur pelayaran sungai Musi ke ambang luar relatif

jauh ± 108 km (60 mil) yang menyebabkan tingginya biaya operasional kapal yang

akan berlabuh. Terkait hal tersebut Pemerintah Provinsi sumatera Selatan terus

melakukan percepatan penyelesaian pembangunan Pelabuhan Laut Tanjung Api-

Api. Saat ini sejak tanggal 11 Desember 2013 Pelabuhan Penyemberangan

Tanjung Api-Api telah dioperasikan oleh Menteri Perhubungan.

Sarana transportasi udara khususnya Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II

telah menjadi Bandara Internasional yang sudah melayani 41 kali penerbangan/hari

ke dalam dan luar negeri dengan pergerakan angkutan udara pada tahun 2009

mengangkut penumpang 1.826.014 orang dan tahun 2013 meningkat menjadi

3.174.312 orang. Pemerintah mendorong pengembangan bandara yang ada di

Kabupaten/Kota yang saat ini ada di Kabupaten Musi Rawas, Kota Pagaralam,

Page 95: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 95

Kabupaten Lahat, dan Kabupaten OKU Selatan dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi, pariwisata dan aksesibilitas antar wilayah.

Terkait kunjungan wisata manca negara dan wisata domestik dengan

didukung ketersediaan infrastruktur pendukung meningkat dari 2.676.547 orang

wisatawan di tahun 2008 menjadi 14.737182 orang wisatawan di tahun 2013.

Secara umum capaian urusan Perhubungan Tahun 2013 telah sesuai dengan

target RPJMD Tahun 2008-2013. Perbandingan capaian dan realisasi indikator

kinerja di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pertumbuhan Sarana, Prasarana Perhubungan meningkat 10%, melalui

program pengembangan lalu lintas angkutan jalan yang capaiannya antara

lain: Pembangunan sarana angkutan lalu lintas jalan berupa pengadaan

keselamatan lalu lintas jalan , seperti paku jalan dan pagar pengaman jalan.

Program pengembangan angkutan sungai dan penyeberangan juga

berpengaruh meningkatkan persentase pertumbuhan sarana dan prasarana

perhubungan. Selain itu juga diadakan pembangunan lapangan terbang

perintis di Kabupaten Lahat.

2) Jumlah Produksi Angkutan Penumpang, meliputi :

a. Angkutan Udara pada tahun 2013 meningkat, hal ini disebabkan tingkat

perekonomian masyarakat Sumsel meningkat sehingga menggunakan

angkutan udara sebagai alat transportasinya. Selain itu jalan yang macet

dan masih beroperasinya truk pengangkut batubara membuat

transportassi darat kurang diminati oleh penumpang.

b. Angkutan Sungai, danau dan penyeberangan sebanyak 126.827 orang,

disebabkan banyaknya tujuan ke Bangka menggunakan feri dan

dilaksanakan Program Pengembangan Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangan.

c. Angkutan Laut terjadi kenaikan signifikan menjadi sebanyak 561.942 orang

pada tahun 2013 dibanding tahun sebelumnya sebanyak 510.857 orang,

Page 96: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 96

hal ini karena bertambahnya operator kapal cepat melayani tujuan Bangka

dan Batam. Untuk pengembangan angkutan laut Dinas Perhubungan

Komunikasi dan informatika Provinsi Sumatera Selatan merencanakan

pembangunan laut di Tanjung Api Api guna menampung kelebihan

angkutan di Boombaru.

d. Angkutan Darat belum mencapai capaian target yaitu sebesar 11.699.741

orang dari 15.536.590 orang yang ditetapkan, dikarenakan kondisi jalan

banyak yang rusak serta jauhnya jarak tempuh sehingga menyebabkan

terlalu lama melakukan perjalanan darat dan menjamurnya airline tujuan

Palembang.

e. Angkutan Kereta Api meningkat sebanyak 1.568.050 orang. Hal ini

disebabkan meningkatnya arus lalu lintas angkutan batubara, sehingga

masyarakat merasa lebih cepat dan aman sampai ke tempat tujuan

menggunakan angkutan kereta api.

3) Jumlah Produksi Angkutan Barang

a. Angkutan Udara mencapai 15.440,7 ton. Hal ini disebabkan bertambahnya

jumlah penerbangan tujuan Palembang baik itu dari Jakarta, Bangka,

Batam, Riau serta kecenderungan masyarakat memilih angkutan udara

untuk pengiriman barang. Untuk program angkutan udara dilaksanakan

pengawasan dan pembinaan bandara, pemeliharaan X Ray di ruang VIP

bandara.

b. Angkutan Sungai, danau dan penyeberangan mencapai sebanyak

186.013,3 ton. Hal ini disebabkan aktifitas transportasi yang padat serta

peningkatan fasiltas angkutan sungai di kawasan Sungai Musi.

c. Angkutan Laut mencapai sebanyak 19.531.460 ton melampaui target yang

ditetapkan yaitu sebanyak 17.120.200 ton.

d. Angkutan Kereta Api naik sebanyak 15.477.119 ton, dikarenakan

tambahan angkutan batubara menggunakan kereta api.

Page 97: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 97

4) Untuk kelebihan muatan dalam hal pelanggaran di tahun 2013 masih tinggi

yaitu 15,79%, hal ini diakibatkan masih banyaknya yang mengangkut barang

melebihi kapasitas angkut. Dalam hal ini jembatan timbang belum sepenuhnya

efektif dalam mengatasi kelebihan muatan.

Prioritas 6: Pengembangan Pusat Olahraga Nasional

Urusan Olahraga

Tahun 2013 capaian yang berhasil diraih meliputi:

1. Meraih peringkat 4 Nasional pada Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren

Nasional (POSPENAS) di Provinsi Gorontalo dengan perolehan medali : 6

Medali Emas, 7 Medali Perak, 8 Medali Perunggu.

2. Peringkat 13 pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan perolehan medali : 2 Medali Emas, 2

Medali Perak, 10 Medali Perunggu.

3. Juara I cabang Tarik Tambang Putri dalam Lomba Olahraga Tradisional tingkat

Nasional di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.

4. Pada Special Olympics Asia Pacific (SO ASPAC) Regional Games yang

dilaksanakan di Castle New South Wales Australia pada tanggal 28 November

s/d 7 Desember 2013 atlet-atlet Special Olympics (SOINA) Provinsi Sumatera

Selatan mengirimkan 4 orang atlet sebagai bagian dari Kontingen Indonesia

pada cabang Olahraga Atletik, Bulutangkis dan Sepak Bola. Dengan perolehan

Medali : 5 Medali Emas, 3 Medali Perak dan 1 Medali Perunggu

5. Provisi Sumatera Selatan pada tahun 2013 juga ditunjuk menjadi tuan rumah

pelaksanaan Islamic Solidarity Games (ISG) III dengan 13 (tiga belas) cabang

olahraga serta diikuti oleh 38 negara yang tergabung dalam Islamic Solidarity

Sport Federation (ISSF) yang berlangsung dengan sukses baik itu

Page 98: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 98

penyelenggaraan maupun prestasi, hal ini dpat dibuktikan dengan keberhasilan

Indonesia menjadi Juara Umum pada ajang ISG III tahun 2013 ini dengan

peroleh medali : 36 Medali Emas, 34 Medali Perak, 34 Medali Perunggu

6. Tahun 2013 juga Provinsi Sumatera Selatan mendapat penghargaan dari

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia bagi Pelaku Olahraga

yang berprestasi yaitu :

1. Drs. Meirizal Usra, M. Kes : Wasit Cabang Loncat Indah

2. Eva Ruliningtias : Wasit Cabang Dayung

3. Lucky Ramdhani : Pelatih Anggar

4. Reni Anggraini : Atlet Anggar

5. Maharani Ardi : Atlet Menembak

6. Nardi : Masseure Olahraga

7. Pada pelaksanaan Sea Games XXVII yang berlangsung di Myanmar atlet-atlet

Provinsi Sumatera Selatan juga berhasil memperoleh medali: 1 Medali Emas, 2

Medali Perak dan 3 Medali Perunggu.

Jakabaring Sport City dan Palembang Sport and Convention Center sebagai

tempat penyelenggaran olahraga tingkat internasional yaitu antara lain:

1. South Sumatera Premium ASTC/ITU Triathlon-Duathlon Championships

2013,

2. The Third South Sumatera Governor Cup Asia Pacific Beach Volley Ball Tour

2013;

3. Asian Basket Ball League Home Game Indonesia Warriors VS Malaysia

Dragon;

4. World Cup Water Ski and Wake Board Championships;

5. Open Canoeing South East Asia 2013 dan Kejuaraan Dayung Yunior U-15;

6. Dan yang fenomenal yaitu; The 3rdIslamic Solidarity Games (ISG), tanggal 22

September-01 Oktober 2013, yang diikuti oleh 1.586 orang dari 38 negara

Page 99: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 99

Urusan Kepemudaan

Pembinaan pemuda oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera

Selatan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas generasi muda/pemuda yang mempunyai sikap menjunjung

tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa, sikap keteladanan dan disiplin, mandiri dan

mempunyai daya saing serta bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang harus

dilaksanakan sedini mungkin dilingkungan keluarga, sekolah dan di lingkungan

masyarakat. Selain itu diarahkan untuk meningkatkan kualitas generasi muda,

mengembangkan suasana serta semangat yang sehat dan menumbuhkan sikap

tanggap terhadap tantangan pembangunan masa depan.

Hasil dari program dan kegiatan tersebut antara lain :

- Peningkatan kualitas pemuda yang dibina dalam kegiatan Pertukaran Pemuda

Antar Negara (PPAN), Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP), Paskibraka,

Pemuda Pelopor, Pelatihan Kewirausahaan, Diklat Manajemen Organisasi dan

Kepemimpinan Pemuda.

- Peningkatan kemampuan pemuda dibidang kewirausahaan dan pertanian.

Sasaran urusan Kepemudaan adalah meningkatnya peran serta pemuda

dalam proses pembangunan daerah. Hasil tersebut dapat dilihat dari kegiatan

sebagai berikut:

1. Fasilitasi Pekan Temu Wicara Organisasi Pemudasebanyak 30 orang

mengalami peningkatan menjadi 850 orang.

2. Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) sebanyak 5 orang.

3. Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP) sebanyak 28 orang.

4. Pengiriman Jambore Pemuda Indonesia (JPI) sebanyak 28 orang.

5. Pemilihan Pemuda Pelopor sebanyak 21 orang.

6. Paskibraka Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 50 orang.

Page 100: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 100

Prioritas 7: Keberlanjutan Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana

Urusan Kehutanan

Capaian hasil dan sasaran kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas

Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan dan UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan

dan Lahan pada tahun 2013, sebagai berikut :

1) Sasaran 1: Pemanfaatan potensi sumber daya hutan berupa peningkatan

produksi hasil hutan menuju 8 juta m3 dan terjaminnya kepastian kawasan

hutan sehingga dapat berfungsi secara optimal melalui kegiatan prakondisi

terbentuknya KPHP di 4 lokasi oleh pemerintah kabupaten setempat.

Produksi hasil hutan disini dimaksudkan adalah produksi hasil hutan dari Hutan

Tanaman Industri (HTI). Adapun data produksi hasil hutan pada tahun 2003

sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 43

Produksi Hasil Hutan Pada Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2013

No. Tahun Luas Tebangan (ha) Volume tebangan (m3)

1 2003 14.997,00 2.269.319,00

2 2004 12.670,00 2.200.000,00

3 2005 17.477,00 2.450.000,00

4 2006 15.111,00 1.832.000,00

5 2007 20.150,06 2.194.133,34

6 2008 25.544,63 2.849.824,76

7 2009 34.023,21 3.620.896,19

8 2010 43.686,09 4.737.139,38

9 2011 42.123,42 4.590.177,73

10 2012 48.824,89 3.918.514,30

11 2013 4.140.860,27

Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 2013di targetkan sebesar

8.000.000,00 m3 (pada RPJMD) atau sebesar 6.520.965,95 m3 (pada

rencana teknis perusahaan). Realisasi produksi HTI sebesar 4.140.860,27 m3

atau 51,76% (target RPJMD) dan 63,50% (target pada rencana teknis

perusahaan). Produksi kayu ini berasal dari kegiatan penyiapan lahan (land

Page 101: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 101

clearing) sebanyak 16.870,02 m3 atau 0,41% dan penebangan hutan tanaman

sebanyak 4.123.990,25 m3 atau 99,59%. Kegiatan penanaman HTI di Provinsi

Sumatera Selatan telah dimulai sejak tahun 1989. Pada tahun 2013 terdapat

19 (sembilan belas) pemegang izin HPHTI dengan luas konsesi 1.330.270 Ha.

Target penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 seluas

±167.411,62 Ha dengan realisasi penanaman seluas ±108.893,50 Ha

(65,11%). Belum tercapainya target produksi hutan tanaman industri ini

disebabkan beberapa hal yaitu :

Beberapa perusahaan IUPHHK-HTI di Provinsi Sumatera Selatan masih

dalam tahap pembangunan infrastruktur, sehingga kegiatan produksi belum

bisa optimal. Selain itu akses jalan ke areal IUPHHK-HTI pada musim hujan

rusak sehingga menghambat kegiatan pembangunan HTI.

Terjadi serangan hama dan penyakit tanaman akasia seperti yang terjadi

pada areal IUPHHK-HT PT. Musi Hutan Persada. Tanaman akasia diserang

oleh hama monyet sehingga menyebabkan potensi produksi kayu tiap

hektar menurun. Dalam rangka memutus rantai hama monyet tersebut,

maka PT. Musi Hutan Persada mengganti jenis tanaman dari akasia

menjadi Eucalyptus pelita.

Adanya masalahmasalah tenurial seperti perambahan kawasan hutan oleh

masyarakat sekitar, sehingga menghambat pelaksaan pembangunan HTI.

Berkenaan dengan indikator kinerja sasaran terselesaikannya

permasalahan penggunaan kawasan hutan melalui rekonstruksi batas

kawasan hutan di 3 lokasi, kegiatan identifikasi dan rekonstruksi batas

kawasan hutan terhadap permasalahan/kasus kawasan hutan yang

merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi

Sumatera Selatan.

Page 102: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 102

Pada tahun 2013 pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan di

Provinsi Sumatera Selatan dilaksanakan sepanjang 26,885 km di 1 (satu)

lokasi kawasan hutan di Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan

Kabupaten Musi Rawas.

Selain itu Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan

kegiatan Identifikasi Permasalahan Kawasan Hutan di 4 lokasi antara lain:

Permasalahan Kawasan HP Meranti Muba di wilayah Desa Keban I

Kabupaten Muba;

Permasalahan Kawasan HP Suban Jeriji di wilayah Desa Saka Jaya

Kabupaten Muara Enim;

Permasalahan Kawasan HP Meranti – Sungai Kapas di Wilayah Desa

Bumi Makmur dan Desa Sumber Sari Kabupaten Musi Rawas; dan

Permasalahan Kawasan HP Mesuji IV Way Hitam di wilayah Desa

Kembang Jajar Kabupaten OKI.

Berkaitan dengan indikator kinerja sasaran berupa terlaksananya

prakondisi pembentukan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) di 4 lokasi, diketahui bahwa kawasan hutan di Provinsi

Sumatera Selatan sampai dengan saat ini belum dikelola secara intensif dan

dimanfaatkan secara optimal. Kondisi tersebut disebabkan karena belum

adanya kelembagaan pengelola hutan yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH), baik itu berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan

Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas

Kehutanan Provinsi maupun Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota pada saat ini

lebih bersifat pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari maka

seluruh kawasan hutan terbagi dakam KPH. KPH tersebut dapat berbentuk

Page 103: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 103

Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

(KPHP). Hal ini menjawab permasalahan yang muncul saat ini, misalnya

kondisi hutan yang memperihatinkan ditandai dengan meningkatnya laju

degradasi hutan, kurang berkembangnya investasi di bidang kehutanan,

rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya

illegal logging dan illegal trade, merosotnya perekonomian masyarakat di

dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak

terkelola dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya strategis

dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi.

Kawasan hutan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan sebagai

KPH sesuai Keputusan Menteri No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10

Pebruari 2010. Penetapan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan

terbagi menjadi 24 Unit KPH terdiri dari 14 unit KPH Produksi seluas

2,059,461 ha dan 10 unit KPH Lindung seluas 498,941 ha. Penetapan

tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaan pada setiap unit

KPH. Menurut letak wilayah kerjanya, penetapan KPH tersebut terdiri atas

lintas kab/kota 4 unit KPH dan 20 unit KPH terletak di dalam

kabupaten/kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61

Tahun 2011, Kelembagaan KPH yang wilayahnya lintas kab/kota dibentuk

dengan Perda Provinsi dan KPH yang wilayahnya dalam dibentuk dengan

Perda Kabupaten/Kota.

Kelembagaan KPH yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2012

sebanyak 3 unit yaitu KPHP Unit III (Kabupaten Musi Banyuasin), KPHP

Unit V,dan KPHP Unit VI (Kabupaten Musi Rawas), namun masih berbentuk

UPTD belum pengacu pada Permendagri. KPH yang telah ditetapkan

sebagai model oleh Menteri Kehutanan sebayak 2 unit yaitu KPHP Unit III

Page 104: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 104

dan KPHP Unit VI. Pada tahun 2012, KPH yang diusulkan sebagai model

dan pada akhir tahun ditetapkan sebagai KPH Model yaitu:

KPHP Unit IV (Kabupaten Musi Banyuasin)

KPHP Unit V (Kabupaten Musi Rawas)

KPHP Unit VII (Provinsi Sumatera Selatan)

Dalam rangka memenuhi peraturan perundangan dan percepatan

pembangunan KPH, maka kegiatan Pembentukan KPHP tahun 2013 antara

lain fasilitasi pembangunan KPH berupa sosialisasi, koordinasi dan

monitoring serta penyiapan prakondisi KPH pada unit-unit KPH di Provinsi

Sumatera Selatan. Progres Pembangunan KPH sampai dengan tahun 2013

yaitu :

Pembentukan Kelembagaan KPH.

Dari 24 Unit KPH, telah terbentuk 9 organisasi KPH yang berbentuk

UPTD DAN SKPD, yaitu :

- UPTD KPHP UNIT III Lalan Mangsang Mendis Kab. Muba tahun

2009, ditingkatkan menjadi SKPD pada tahun 2012

- UPTD KPHP UNIT VI LAKITAN Kab. Musi Rawas Tahun 2010

- UPTD KPHP UNIT V RAWAS Kab. Musi Rawas Tahun 2010

- SKPD KPHP UNIT IV MERANTI Kab. Muba Tahun 2012

- UPTD KPHL UNIT I BANYUASIN Kab.Banyuasin Tahun 2013

- UPTD KPHP UNIT II LALAN SEMBILANG Kab. Banyuasin Tahun

2013

- UPTD KPHL UNIT XII OGAN ULU Kab. Muara Enim Tahun 2013

- SKPD KPHP UNIT VII DAN UNIT VIII BENAKAT BUKIT COGONG

Provinsi Sumsel (proses diundangkan Gubernur)

- SKPD KPHP UNIT XIV DAN UNIT XX SUBANJERIJI MARTAPURA

Provinsi Sumsel (proses diundangkan Gubernur)

Penetapan KPH Model

Page 105: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 105

- KPHP UNIT III Lalan Mangsang Mendis Kab. Muba Tahun 2010

- KPHP UNIT VI LAKITAN Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

- KPHP UNIT V RAWAS Kabupaten Musi Rawas Tahun 2012

- KPHP UNIT IV MERANTI Kabupaten Muba Tahun 2012

- KPHP UNIT VII BENAKAT Provinsi Sumsel Tahun 2012

Usulan KPH Model Tahun 2013

- KPHL UNIT I BANYUASIN Kabupaten Banyuasin

- KPHP UNIT II LALAN SEMBILANG Kabupaten Banyuasin

- KPHL UNIT XII OGAN ULU Kabupaten Muara Enim

- KPHP UNIT XIV dan UNIT XX Subanjeriji Martapura

Sasaran terlaksananya prakondisi pembentukan kelembagaan

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di 4 lokasi sudah tercapai

dengan telah terlaksananya prakondisi pembentukan kelembagaan

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di 9 lokasi.

Penetapan wilayah KPH perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan

pembentukan kelembagaan dan penyusunan rencana pengelolaan.

Pembentukan kelembagaan KPH, hubungan tata kerja dan SDM yang

profesional belum diatur oleh Pemerintah Pusat. Hal ini menyebabkan

kinerja pembentukan kelembagaan KPH sedikit terkendala, sehingga

diperlukan kebijakan pemerintah daerah agar pembentukan kelembagaan

KPH segera terbentuk.

2) Sasaran 2: Penatausahaan industri hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan

tertib sesuai ketentuan, sehingga terjadi peningkatan jumlah industri yang aktif

50% dan peningkatan penerimaan hasil hutan sebesar 100%.

Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 106: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 106

Keadaan industri hulu (industri penggergajian) berupa Industri Pengelolaan

Hasil Hutan Kayu (IPHHK) yang aktif di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2008 sampai dengan 2013 berdasarkan penyampaian Rencana Pemenuhan

Bahan Baku Industri (RPBBI) adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 44 Kondisi Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Sumsel 2008-2013

No Tahun IPHHK

Aktif Tidak Aktif Jumlah

1. 2008 120 54 174

2. 2009 125 40 165

3. 2010 126 28 154

4. 2011 121 48 169

5. 2012 120 61 181

6. 2013 109 75 184

Pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah IPHHK yang aktif dibandingkan

dengan tahun 2012.

Penerimaan Negara dari Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2013 meliputi

Provinsi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). Penerimaan

negara dari sub sektor kehutanan pada tahun 2013 sebesar

Rp.24.514.407.165,16,- Penerimaan ini berasal dari :

PSDH : Rp. 10.093.686.938,80

DR : Rp. 14.420.720.226,36 atau US$ 1.475.190,49

Penerimaan negara yang berasal dari sub sektor kehutanan dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 45 Penerimaan Negara dari Sub Sektor Kehutanan Sumsel 2008-2013

No. Tahun PSDH Rp. DR

Rp. US $

1. 2008 18.331.341.864,38 25.743.702,00 2,302,447.45

2. 2009 17.257.081.175,50 42.253.499.582,12 4.046.202,82

Page 107: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 107

3. 2010 30.109.665.004,00 77.083.313.593,00 -

4. 2011 30.843.250.559,50 68.543.765.669,71 7.805.641,82

5. 2012 40.103.868.082,89 53.117.085.710,54 5.671.807,48

6. 2013 10.093.686.938,80 14.420.720.226,36 1.475.190,49

Penerimaan negara yang berasal dari sub sektor kehutanan pada tahun

2013 ditarget sebesar Rp.14.671.548.000. Realisasi penerimaan negara dari

sub sektor kehutanan pada tahun 2013sebesar Rp.24.514.407.165,16,- atau

167,09%.

Terjadi penurunan pada target penerimaan subsektor kehutanan pada

tahun 2013. Hal ini disebabkan pada tahun 2013 diprediksi sudah tidak ada lagi

Land Clearing dalam rangka pembukaan/penyiapan areal HTI, sehingga

penerimaan suubsektor kehutanan murni dari tebangan hutan tanaman yang

hanya dikenakan PSDH. Namun demikian peluang penerimaan DR masih

terbuka mengingat adanya regulasi baru tentang penatausahaan hasil hutan

yang berasal dari hutan hak/tanah milik.

3) Sasaran 3: Peran serta masyarakat dalam meningkatkan rehabilitasi hutan dan

lahan kritis sebesar 100%.

Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada

saat ini telah dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan peran

serta/partisipasi masyarakat. Dengan meningkatnya peran serta/partisipasi

masyarakat, diharapkan akan terjadi pengurangan lahan kritis yang signifikan.

Namun sejauh ini peran serta/partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan

dan lahan dirasakan masih sangat rendah.

Adapun luas hutan dan lahan yang direhabilitasi mengalami dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 108: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 108

Tabel 2. 46 Luas Hutan dan Lahan Yang Direhabilitasi 2008-2013

No. Tahun Luas Lahan yg direhabilitasi (Ha)

1. 2008 159.479,700

2. 2009 196.278,870

3. 2010 249.796,000

4. 2011 344.480,135

5. 2012 307.530,828

6. 2013 152.218,160

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan

antara lain:

Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan meliputi kegiatan:

Koordinasi Penyelengaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan, pembinaan

dan Pengendalian, serta Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam

Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Pelaksanaan Kegiatan One Billion Indonesian Trees (OBIT), Bulan

Menanam Nasional dan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon,

dan Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat/Pengkayaan Hutan Rakyat dalam

rangka rehabilitasi hutan dan lahan.

Pengadaan Bibit pohon Penghijauan dalam rangka peringatan Bulan

Bahkti menanam sebanyak 24.000 batang. Jenis bibit antara lain: Mahoni,

jelutung, bambang lanang, tanjung, serta tanaman MPTS jenis matoa dan

nangka .

Pengembangan aneka usaha kehutanan di Kabupaten MUBA dan Empat

Lawang serta bantuan bibit yang diberikan kepada masyarakat sebanyak

33.000 batang.

Rehabilitasi Hutan Catchment Area Daerah Irigasi Bendungan di

Kabupaten Empat Lawang dan Lahat seluas 200 Ha. Jenis tanaman

antara lain tanaman kehutanan jenis bambang lanang dan MPTS jenis

Karet.

Page 109: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 109

Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan

Rakyat dan Lumbung Kayu Desa, fasilitasi masyarakat untuk

mengembangkan Hutan Tanaman Rakyat (pada areal hutan produksi) dan

Hutan Rakyat (pada lahan milik masyarakat).

Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu berupa a) Pelatihan

Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu berupa budidaya rotan dan gaharu

di Kabupaten Lahat dan OKU Timur ; b) Bimbingan Teknis Kegiatan

Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu berupa budidaya rotan dan gaharu

di Kabupaten Lahat dan OKU Timur; dan c) Bantuan bibit kepada

masyarakat/kelompok tani berupa tanaman rotan sejumlah 4.400 batang

dan tanaman gaharu sejumlah 13.200 batang.

Pembangunan Hutan Rakyat melalui Kegiatan Tabungan Pendidikan

Hutan Rakyat. Hasil kegiatan ini adalah Pembangunan Hutan Rakyat dan

bantuan bibit tanaman kehutanan sebanyak 33.000 batang di 3 lokasi

yaitu: 1) Desa Megang Sakti Kecamatan Megang Sakti IV Kabupaten Musi

Rawas, 2) Desa Bamasco Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi

Rawas, dan 3) Desa Kedung Rejo Kecamatan Buay Madang Timur

Kabupaten OKU Timur. Jenis bibit tanaman yang diberikan kepada

masyarakat adalah jabon, bambang lanang, sengon serta bibit tanaman

MPTS jenis karet

4) Sasaran 4: Jumlah hot spot kebakaran hutan dan lahan menurun sebesar

10%, dan penurunan perambahan kawasan hutan dan illegal logging sampai

dengan dibatas daya dukung sumberdaya hutan

Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 110: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 110

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia

yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan peta rawan kebakaran

Provinsi Sumatera Selatan dimana kelas rawan kebakaran dibagi menjadi 5

kelas rawan, maka prosentase luas kerawanan wilayah adalah tidak rawan

30,04 %, kerawanan rendah 39,86 %, sedang 19,74 %, rawan 20,94 dan

sangat rawan 7,94%. Penyebab kebakaran hutan dan lahan diantaranya

adalah aktifitas pembakaran yang dilakukan berbagai pihak untuk bermacam

kepentingan utamanya adalah pembakaran lahan untuk pertanian (sonor),

perkebunan, mencari ikan dan lain sebagainya, kemudian juga disebabkan

kondisi lahan gambut yang luas dan masih banyaknya lahan tidur, dimana

pada musim kemarau panjang akan mengering dan rawan terbakar. Kedua

faktor penyebab tersebut dipacu oleh adanya fenomena alam el-nino yang

menyebabkan kemarau panjang dan bersifat kering.

Kondisi musim kemarau Tahun 2013 tergolong kemarau basah atau lebih

basah dibandingkan musim kemarau Tahun 2012. Pengaruh langsung yang

terjadi adalah menurunnya jumlah hotspot pada tahun 2013, yaitu 1.656

hotspot dibandingkan tahun 2012 yang hanya terdeteksi sebanyak 8.077

hotspot.

Adapun jumlah hotspot kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 47 Penerimaan Negara dari Sub Sektor Kehutanan Sumsel 2008-2013

Tahun Jumlah Hotspot 2009 6.201 2010 798 2011 6.842 2012 8.077 2013 1.656

Page 111: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 111

Pada tahun 2013 masih terpantau hotspot seperti pada tabel di atas,

namun terjadi penurunan jumlah hot spot kebakaran hutan dan lahan.

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan kebakaran hutan dan lahan

diantaranya adalah: a) pembukaan lahan dengan pembakaran masih

dipandang cara yang paling praktis, mudah dan murah untuk usaha pertanian

dan perkebunan, b) kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi terhadap

pengendalian kebakaran juga masih sangat rendah, c) kebakaran sering terjadi

pada areal remote yang sulit dijangkau oleh regu pemadam kebakaran, d)

meskipun sudah relatif banyak penanggung jawab usaha yang memiliki sarana

dan prasarana pemadaman kebakaran namun juga masih cukup banyak yang

belum memilikinya, dan e) Kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

secara terkoordinir dan terpadu belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan dan lahan selama tahun 2013 adalah :

Monitoring perkembangan iklim, cuaca dan hotspot harian sepanjang

tahun yang merupakan bagian dari sistem informasi kebakaran. Hasil

monitoring dianalisa dan disampaikan kepada Bupati dan pihak terkait

melalui surat Gubernur terutama pada saat menjelang kemarau dalam

rangka melakukan peringatan dini (early warning) pengendalian kebakaran

hutan dan lahan.

Melakukan kesiapsiagaan, diantaranya mengaktifkan Posko Siaga Api

selama 5 bulan dari Juni sampai dengan akhir Oktober, monitoring

kesiapsiagaan dengan 9 Kabupaten/Kota dan 5 pemegang izin usaha

kehutanan dan lahan, koordinasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan

di 12 kabupaten/kota, pelatihan sistem informasi kebakaran di 1

kabupaten, supervisi aparatur pengelola sistem informasi kebakaran di 3

kabupaten, pelatihan penyegaran Regu Kebakaran Desa Terlatih (RKDT)

Page 112: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 112

di 27 Desa pada 6 Kabupaten dengan jumlah peserta keseluruhan 270

orang.

Melakukan pencegahan kebakaran melalui kegiatan publikasi berupa iklan

layanan masyarakat di koran lokal 20 kali, patroli pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui darat 19 kali, ground

check hotspot 15 kali.

Pemadaman kebakaran hutan dan lahan dilakukan bersama-sama yaitu

dengan melakukan pemadaman langsung lewat darat yang dikoordinir

oleh BPBD Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan Dinas

Kehutanan, BKSDA dan melibatkan Manggala Agni, Tagana, SAR, Regu

masyarakat terlatih (RKDT dan MPA), Regu Perusahaan

(perkebunan/HTI) dan instansi terkait lainnya, serta bekerjasama dengan

BNPB sebagai pendukung dana dan BPPT sebagai pelaksana

operasional melakukan pemadaman lewat udara yaitu melaksanakan TMC

(Teknologi Modifikasi Cuaca) berupa hujan buatan.

Dalam menangani masalah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2013 telah mengalami kemajuan yang

berarti. Untuk mengatasi permasalahan tersebut upaya yang dilakukan

adalah: a) meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan

masyarakat baik oleh pemerintah maupun penanggung jawab usaha dan

LSM, b) memberikan penekanan pada wilayah sekitar bandara, kota

palembang, lokasi pencadangan perkebunan, lahan-lahan gambut agar

tidak terbakar, c) menekankan kepada para penanggung jawab usaha HTI

dan perkebunan agar melengkapi sarana, prasarana dan regu pemadam

kebakaran yang memadai, dan d) meningkatkan koordinasi dan kerjasama

dengan berbagai pihak terkait untuk melakukan pengendalian kebakaran

hutan dan lahan secara terpadu.

Page 113: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 113

Kegiatan identifikasi pelanggaran hutan dilaksanakan untuk

mengidentifikasi pelanggaran hutan yang terjadi di daerah meliputi

kegiatan penebangan kayu ilegal, perambahan liar, pencurian kayu,

pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen yang sah, dan kegiatan

pelanggaran hutan lainnya.

Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan dilaksanakan berupa operasi

pengamanan hutan terhadap pelanggaran hutan yang terjadi di daerah

meliputi operasi terhadap kegiatan penebangan kayu ilegal, perambahan

liar, pencurian kayu, pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen

pengangkutan yang sah dan kegiatan pelanggaran hutan lainnya.

Pengamanan hutan berupa operasi pengamanan hutan sebanyak 4 kali,

operasi pengamanan hutan terpadu sebanyak 1 kali, identifikasi

pelanggaran hutan sebanyak 5 kali, patroli pengamanan hutan sebanyak 5

kali, supervisi pengamanan hutan sebanyak 4 kali, dan supervisi

pengamanan terpadu sebanyak 1 kali.

Selain itu juga dilaksanakan operasi pengamanan hutan terpadu bekerja

sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin dan SPORC

Brigadir Siamang BKSDA Sumatera Selatan. Kegiatan operasi

pengamanan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan secara simultan,

yaitu kegiatan koordinasi, identifikasi, patroli, operasi, dan supervisi

sehingga pelaksanaannya efektif dan efisien.

Beberapa kegiatan utama dalam urusan kehutanan menunjukkan hasil

yang baik dalam mendukung pemanfaatan hutan di Sumatera Selatan,

diantaranya adalah meningkatnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan

berupa peningkatan produksi hasil hutan menuju 8 juta m3 dan terjaminnya

kepastian kawasan hutan sehingga dapat berfungsi secara optimal melalui

Kegiatan Prakondisi terbentuknya KPHP di 4 lokasi oleh pemerintah kabupaten

Page 114: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 114

setempat. Keberhasilan pemanfaatan hutan dibarengi pula dengan

penatausahaan industri hasil hutan dan menjamin tertibnya iuran kehutanan

sesuai dengan ketentuan, sehingga terjadi peningkatan jumlah industri yang

aktif 50% dan peningkatan penerimaan hasil hutan sebesar 100%.

Selanjutnya, urusan kehutanan semakin berupaya untuk meningkatkan

peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan kritis, serta

mengurangi jumlah hotspot kebakaran hutan dan lahan hingga 10%, dan

penurunan perambahan kawasan hutan dan illegal logging.

Urusan Penanggulangan Bencana

Di tahun 2013, Penanggulangan Bencana Sumatera Selatan telah melakukan

berbagai upaya penanggulangan bencana sebagai berikut :

Jumlah kejadian bencana sebanyak : 199 (seratus sembilan puluh sembilan)

kali kejadian bencana. Lokasi kejadian bencana meliputi : 15 Kabupaten/Kota, 152

Kecamatan, dan 384 Desa / Kelurahan dengan Jenis kejadian bencana berupa :

Banjir sebanyak 29 kali kejadian, Banjir Bandang 5 kali kejadian, Kebakaran 108

kali kejadian, Tanah Longsor 21 kali kejadian, Angin Puting Beliung 34 kali kejadian

dan Kecelakaan 3 kali Kejadian. Adapun Korban menderita sebanyak 21.645 KK /

119.994 Jiwa meliputi : Meninggal dunia 27 Orang,Luka berat 4 Orang, Luka ringan

14 Orang.

Kerusakan akibat bencana berupa : Rumah terbakar 406 Unit,Rumah rusak

berat / roboh 56 Unit, Rumah rusak ringan 175 Unit, Rumah terendam 20.161 Unit

dengan Perkiraan kerugian yang terdata sebesar Rp.

590.814.300.000,-(Lima Ratus Sembilan Puluh Milyar Delapan Ratus Empat Belas

Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah). Adapun penangganan yang telah dilakukan :

Melakukan peninjauan ke lokasi bencana, Melakukan koordinasi dengan

Kabupaten / Kota dan Instansi terkait di Provinsi Sumatera Selatan (Dinas PU

Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya, Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan, Dinas

Page 115: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 115

Sosial) untuk melakukan tindakan tanggap darurat secepatnya, Memberikan

bantuan tanggap darurat pemenuhan kebutuhan dasar berupa makanan,

pakaian, obat-obatan dan pelayanan kesehatan, Meneruskan dan memberikan

rekomendasi permintaan bantuan pasca bencana dari Kabupaten / Kota ke Badan

Nasional Penanggulangan Bencana, Mendirikan Posko Penanggulangan Bencana

Banjir 24 jam yang siap membantu bila terjadi bencana banjir di seluruh wilayah

Provinsi Sumatera Selatan, Pengadaan 3 (tiga) pompa apung portable untuk

penanggulangan kebakaran di kawasan pesisir sungai sekaligus pelatihan

keterampilan pengoperasian pompa air, Memberikan bantuan pangan berupa

beras kepada beberapa Kabupaten/Kota yang terkena banjir pada akhir tahun 2013

antara lain Kota Palembang 2 Ton Beras, Kabupaten Musi Rawas 5 Ton Beras,

Kabupaten Musi Banyuasin 16,5 Ton Beras, dan Kabupaten Banyuasin 7,5 Ton

Beras

Sampai dengan saat ini kejadian bencana di Sumatera Selatan bervariasi

mulai dari skala kecil yang bersifat lokal sampai dengan bencana berskala nasional

seperti bencana banjir yang merendam ribuan rumah warga di beberapa

Kabupaten/Kota seperti Muara Enim, Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Ilir

pada akhir tahun 2013 ini.

Page 116: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 116

Page 117: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 117

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI

MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

Perkiraan Perkembangan Ekonomi Daerah Tahun 2014

Dengan mempertimbangkan prediksi pertumbuhan perekonomian

dunia pada tahun 2015 sebesar 3,9 persen dan pertumbuhan ekonomi

nasional 2015 yang akan berkisar 5,2 persen per tahun, perekonomian

Provinsi Sumatera Selatan kurun waktu lima tahun ini sebagai berikut :

tahun 2015 perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,3 persen.

Sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi tahun 2015 yaitu sektor listrik, gas

& air bersih (9,4%). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor sekunder dan

tersier lebih mendominasi dibandingkan sektor primer. Dengan pertumbuhan

ekonomi ini, PDRB atas harga berlaku tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp.

287 triliun dan pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai Rp. 257,50

triliun. PDRB tahun 2013 sebesar Rp. 232,30 triliun, tahun 2012 Rp. 205

triliun, realisasi PDRB tahun 2011 sebesar Rp. 181,78 triliun. Sektor-sektor

yang menyumbang pembentukan PDRB tertinggi adalah sektor

pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 69,04 triliun, sektor industri

pengolahan sebesar Rp. 56,99 triliun, serta sektor pertanian sebesar Rp.

50,04 triliun.

Sumber utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan

ditentukan oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, ekspor dan

pembentukan modal domestik bruto atau investasi dan konsumsi

pemerintah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh

Page 118: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 118

peningkatan produksi dan nilai tambah dari sektor pertanian terutama sub

sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan; sektor pertambangan

dan penggalian; serta sektor industri pengolahan.

Dengan memperhitungkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun

2015 dan juga fluktuasi harga berbagai komoditas, tingkat inflasi pada

tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 4,0 persen. Tingkat inflasi ini lebih

rendah dibanding perkiraan inflasi tahun 2013 yang sebesar 6,0 persen.

Pelaksanaan Pemilihan Presiden tahun 2014 membuat investor akan

menunggu, hanya sektor jasa yang akan terdorong meningkat karena

permintaan sektor ini diprediksi akan naik, hal ini juga berpengaruh pada

situasi perekonomian Sumatera Selatan. Kebijakan yang diarahkan untuk

mengendalikan inflasi antara lain adalah stabilisasi harga pangan,

pengurangan biaya trasnportasi dan pengamanan pasokan bahan bakar

minyak. Pengendalian harga pangan akan dilakukan melalui peningkatan

produksi pangan dan pengamanan jalur distribusi pangan dari daerah

penghasil pangan ke pasar. Upaya pengurangan biaya transportasi akan

ditempuh melalui perbaikan prasarana transportasi dan penambahan sarana

transportasi. Pengamanan pasokan bahan bakar minyak akan dilakukan

dengan menjaga keseimbangan pasokan dan menertibkan alokasi bahan

bakar minyak.

Tabel 3. 1

Kerangka Ekonomi Makro Sumatera Selatan

INDIKATOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

Pertumbuhan Ekonomi 5,43 6,5 6,0 6,4 6,2 6,3

PDRB ADHB

(Rp. Trilyun)

157,77 181,78 205,62 232,30 257,50 287

PDRB/kapita

(Rp. Juta)

21,171 24,003 26,742 29,594 31,6 33,8

Inflasi (%/tahun) 6,02 3,78 7,0 6,0 5,2 4,0

Tingkat Kemiskinan (%) 15,47 14,24 13,72 14,06 12,29 11,86

Tingkat Pengangguran

(%)

6,65 6,55 5,67 7,00 4,85 4,70

Catatan: *) angka proyeksi

Page 119: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 119

Penetapan berbagai asumsi kerangka ekonomi makro Provinsi

Sumatera Selatan ditujukan untuk memberikan suatu dorongan (stimulus)

dan sekaligus peluang bagi para pelaku usaha untuk melakukan investasi

baru dan mengembangkan usaha. Dengan bertambahnya investasi dan

meningkatnya skala usaha, pertumbuhan ekonomi diharapkan mendorong

perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan

pengurangan kemiskinan.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Arah kebijakan keuangan daerah Provinsi Sumatera Selatan tahun

2015 mencakup arah dan kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah dan

pembiayaan daerah.

Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Rencana pendapatan daerah yang dituangkan dalam APBD

merupakan perkiraan yang terukur, rasional serta memiliki kepastian dasar

hukum penerimaannya.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk penganggaran Pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam merencanakan target PAD mempertimbangkan kondisi

perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan

pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2015 dan realisasi penerimaan PAD

tahun sebelumnya, serta ketentuan perturan perundang-undangan terkait.

b. Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman

pada Undang_undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

retribusi Daerah, sehingga dilarang menganggarkan penerimaan pajak

daerah dan retribusi daerah yang peraturan daerahnya bertentangan

dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dan atau telah dibatalkan.

c. Kebijakan penganggaran tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha.

Page 120: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 120

d. Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk

investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan dalam APBD pada

akun pendapatan, kelompok Pendapatan Asli Daerah, jenis lain-lain PAD

yang Sah, obyek hasil pengelolaan dana bergulir dan rincian obyek hasil

pengelolaan dan bergulir dari kelompok masyarakat penerima.

e. Rumah sakit yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD), maka penerimaan rumah sakit tersebut

termasuk pelayanan masyarakat miskin melalui Jaminan Kesehatan

Masyarakat (JAMKESMAS) dicantumkan dalam APBD sebagai Jenis

Retribusi.

2. Dana Perimbangan

a. Perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) didasarkan pada alokasi

DAU Tahun Anggaran 2014 dengan memperhatikan realisasi Tahun

Anggaran 2013.

b. Perhitungan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) mempertimbangkan besaran

alokasi DBH yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Tahun

Anggaran 2014, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak stabilnya harga

hasil produksi minyak/gas/pertambangan lainnya Tahun 2015 dan/atau

tidak tercapainya hasil produksi minya/gas/pertambangan lainnya Tahun

2015, serta memperhatikan realisasi DBH Tahun Anggaran 2013.

c. Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK), dapat dianggarkan sebagai pendapatan

daerah, sepanjang telah ditetapkan dalam APBN Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan memperoleh

DAK Tahun Anggaran 2015 setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun

Anggaran 2015 ditetapkan, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

menganggarkan DAK dimaksud dengan cara terlebih dahulu melakukan

perubahan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan tentang penjabaran

APBD Tahun Anggaran 2015 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan

DPRD, selanjutnya DAK dimaksud ditampung dalam Peraturan Daerah

tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Page 121: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 121

Penetapan target penerimaan hibah yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah

lainnya atau sumbangan pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi

swasta dalam/luar negeri yang tidak mengikat dan tidak mempunyai

konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau

pemberi sumbangan dianggarkan dalam APBD pada kelompok Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah, setelah adanya kepastian penerimaan

dimaksud.

Perkiraan pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2015 adalah sebagai berikut:

Pendapatan Daerah pada APBD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015

diperkirakan sebesar Rp. 8.039.458.366.000,- meningkat bila dibanding APBD

Tahun 2014 sebesar Rp. 7.136.875.876.000,- atau bertambah sebesar

Rp. 902.582.490.000,- atau 12,65%, yang bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Daerah meningkat dari Rp. 2.482.128.778.000,- pada

tahun 2014 naik menjadi Rp. 3.384.711.268.000,- pada tahun 2015 atau

meningkat sebesar Rp. 902.582.490.000,- atau 36,36%.

b. Dana Perimbangan pada tahun 2015 dianggarkan tetap senilai Rp.

3.841.411.648.000,- atau tidak mengalami perubahan dari APBD tahun

2014.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada tahun 2015 dianggarkan Rp.

813.335.450.000,- atau tidak mengalami peruahan dari tahun 2014.

Page 122: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 122

Tabel 3. 2

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2015

APBD 2014 Proyeksi APBD 2015

1 3 4 5 6

1. PENDAPATAN DAERAH 7.136.875.876.000,00 8.039.458.366.000,00 902.582.490.000,00 12,65

1.1. 2.482.128.778.000,00 3.384.711.268.000,00 902.582.490.000,00 36,36

1.1.1. - 2.275.320.400.000,00 3.160.567.025.000,00 885.246.625.000,00 38,91

1.1.2 - 16.671.012.000,00 17.502.423.000,00 831.411.000,00 4,99

1.1.3. - 113.471.240.000,00 122.541.110.000,00 9.069.870.000,00 7,99

1.1.4. - 76.666.126.000,00 84.100.710.000,00 7.434.584.000,00 9,70

1.2. 3.841.411.648.000,00 3.841.411.648.000,00 - 0,00

1.2.1. - 2.793.113.988.000,00 2.793.113.988.000,00 - 0,00

- Bagi Hasil Pajak 683.024.160.000,00 683.024.160.000,00 - 0,00

- Bagi Hasil Bukan Pajak 2.110.089.828.000,00 2.110.089.828.000,00 - 0,00

1.2.2. - 985.542.760.000,00 985.542.760.000,00 - 0,00

1.2.3. - 62.754.900.000,00 62.754.900.000,00 - 0,00

1.3. 813.335.450.000,00 813.335.450.000,00 - 0,00

1.3.1. - - - - 0,00

1.3.2. - 812.555.450.000,00 812.555.450.000,00 - 0,00

1.3.3. - Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 780.000.000,00 780.000.000,00 - 0,00

- Dana Hibah WISMP-2 - - 0,00

7.136.875.876.000,00 8.039.458.366.000,00 902.582.490.000,00 12,65

%

2

Dana Perimbangan

NO URAIANAPBD

BERTAMBAH/ BERKURANG

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah

Hasil Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

JUMLAH PENDAPATAN……………………

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Pendapatan Hibah

Dana Bantuan Opersional Sekolah (BOS)

Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota

yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib

diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk

peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas

umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan

urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah

ditetapkan.

Page 123: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 123

Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik

dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan

kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran

dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan

kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi

langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud

ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan target capaian kinerja

setiap belanja, baik konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun

program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas

perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan

anggaran.

Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Belanja Pegawai :

a. Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana

kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD dan pemberian gaji ketiga belas.

b. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD

sesuai formasi pegawai tahun 2015.

c. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala,

kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan

memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5 % (dua koma lima

persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

d. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD

dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2015 dengan mempedomani

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12

Page 124: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 124

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan

penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan

penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak

diperkenankan dianggarkan dalam APBD.

e. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian

bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD

serta PNSD dibebankan pada APBD dengan mempedomani Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan

Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan

Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program

Jaminan Sosial.

f. Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan

kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai amanat

Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan

dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan

kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa

kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun

2011. Berdasarkan Paraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 4 Tahun

2013 tentang Tambahan Penghasilan PNS dan CPNS di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, disebutkan bahwa Tambahan

Penghasilan Pegawai dibayarkan setelah berakhirnya bulan berjalan

dengan memperhatikan tingkat kehadiran.

g. Penganggaran Insentif pajak Dinas Pendapatan Daerah didasarkan pada

capaian target pendapatan dan bagi UPTD yang realisasi pendapatannya

tidak mencapai target maka tidak dapat dibayarkan insentif pajaknya.

Page 125: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 125

h. Tunjangan guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD yang

bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2015 melalui dana transfer ke

daerah dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan

ke dalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening

berkenaan.

2. Belanja Bunga

Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bunga pinjaman, baik

jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang supaya

dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun Anggaran 2015.

3. Belanja Subsidi

Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada

perusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayanan publik,

antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan Kewajiban Pelayanan

Umum (Public Service Obligation). Belanja Subsidi tersebut hanya diberikan

kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual dari hasil produksinya

terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/lembaga

tertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yang merupakan

kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2015,

perusahaan/lembaga penerima subsidi harus terlebih dahulu dilakukan audit

sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab

keuangan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

4. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD

mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD,

Page 126: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 126

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang

Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang- undangan lain di bidang

hibah dan bantuan sosial.

Dalam rangka menjalankan dan memelihara fungsi pemerintahan daerah dibidang

kemasyarakatan dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan memberikan bantuan sosial kepada kelompok/anggota

masyarakat namun tetap secara selektif/tidak mengikat, memiliki identitas yang

jelas, sesuai dengan tujuan penggunaan dan berdomisili dalam wilayah

administrasi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan jumlahnya dibatasi

dan dalam mekanismenya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial

yang bersumber dari APBD. Penganggaran dan pencairan hibah dilaksanakan

sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 26

Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan perubahannya. Penerima hibah

yang belum mempertanggungjawabkan hibah yang diterimanya pada Tahun

2014, tidak dapat diberikan hibah Tahun 2015.

5. Belanja Bagi Hasil Pajak

Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan Provinsi

Sumatera Selatan kepada Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan pada APBD

dilakukan setelah dilakukan penghitungan oleh oleh Dinas Pendapatan Daerah

dan disesuaikan dengan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2015,

sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2014 yang belum direalisasikan

kepada Pemerintah Provinsi yang menjdai hak Kabupaten/Kota ditampung

dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

a. Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari

pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota harus

mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata cara

penganggaran dana bagi hasil tersebut harus memperhitungkan rencana

Page 127: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 127

pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran 2015, sedangkan

pelampauan target Tahun Anggaran 2014 yang belum direalisasikan

kepada pemerintah kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan APBD

Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah

Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

b. Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan

belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah

desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari pajak daerah dan

retribusi daerah kabupaten/kota.

c. Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah

dari pemerintah provinsi untuk pemerintah kabupaten/kota dan pendapatan

Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari pemerintah

kabupaten/kota untuk pemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke

dalam daftar nama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa

selaku penerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah

dan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.

6. Belanja Bantuan Keuangan :

a. Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat

menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya

yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal,

membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia

alokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari penerima bantuan

keuangan tersebut, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.

b. Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis belanja

bantuan keuangan, objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik

dan rincian objek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan.

Besaran penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik

berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun

2009 tentang Pedoman, Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam

APBD, Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertangungjawaban

Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah

Page 128: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 128

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009

tengtang Pedoman, Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD,

Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan

Bantuan Keuangan Partai Politik.

c. Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan

alokasi dana untuk desa dan desa adat yang diterima dari APBN dalam

jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam APBD

kabupaten/kota Tahun Angggaran 2015 untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat serta

kemasyarakatan.

Bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa dapat dicairkan setelah Pemerintah

Desa menyampaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

d. Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan

keuangan tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah daerah/desa

selaku penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima

bantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan.

e. Bantuan modal kerja hanya dapat diberikan kepada Kelompok Tani atau

Koperasi yang dikelola oleh Masyarakat Desa dan tidak dapat diberikan

kepada perusahaan swasta/perorangan yang tujuannya untuk mencari

keuntungan. Bantuan modal kerja kepada Kelompok Usaha Bersama dapat

diberikan setelah dievaluasi/diverifikasi kewajarannya dan

direkomendasikan oleh Kepala Dinas Koperasi dan UKM.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam menganggarkan bantuan

keuangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersifat umum didasarkan

pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal. Selain bantuan

keuangan yang bersifat umum, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga

memberikan bantuan keuangan yang bersifat khusus untuk membantu capaian

program prioritas Pemerintah Provinsi yang dilaksanakan sesuai urusan yang

menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota seperti program sekolah

gratis dan berobat gratis serta pembangunan sarana pendidikan dan

Page 129: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 129

kesehatan. Sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus dari

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa diarahkan

untuk percepatan atau akselerasi pembangunan desa. Bantuan keuangan

kepada partai politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, objek

belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian objek belanja nama

partai politik penerima bantuan keuangan.

7. Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan

mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2014 dan kemungkinan adanya

kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar

kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan

belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana,

penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidak tertampung

dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2015, termasuk

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan

kegiatan pemerintah daerah Tahun Anggaran 2015, Pemerintah Provinsi Sumatera

Selatan memperhatikan hal - hal sebagai berikut:

1. Pengangguran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan

urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.

Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan

kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh

masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan

keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Program dan

kegiatan yang dituangkan harus memperhatikan skala prioritas dan

berorientasi pada ootcome serta merupakan kewenangan SKPD yang

bersangkutan. Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan

Page 130: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 130

kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja

(ASB), dan standar satuan harga. ASB dan standar satuan harga. ASB dan

standar satuan harga ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan

digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD.

2. Belanja Pegawai :

Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran

honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan,

kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan

sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka

mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya

didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD

dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap

efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian

Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan. Suatu kegiatan tidak

diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja

honorarium dan rincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD.

Pengalokasian honorarium setinggi-tingginya sesuai dengan besaran yang

tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang Standar Biaya Umum.

Penganggaran biaya outsourcing maksimum sebesar yang telah dianggarkan

pada Tahun 2014.

3. Barang Belanja dan Jasa :

a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada

jenis belanja barang dan jasa dengan menambahkan obyek dan rincian

obyek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala

daerah.

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat

hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang

bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja

tersebut dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa sesuai kode

rekening berkenaan.

Page 131: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 131

c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan

nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah

pegawai dan volume pekerjaan serta memeperhitungkan sisa persediaan

barang Tahun Anggaran 2014.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan

orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101

Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi cakupan

penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang bersumber dari

APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya dalam bentuk program

dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi

pelayanan kesehatan.

e) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan

Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD

mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana

Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan dan

Dukungan Biaya Operasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei

2014.

f) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan

studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas

luar negeri dilakukan seefisien mungkin dan memperhatikan tingkat

kepentingannya. Khusus untuk penganggaran perjalanan dinas luar negeri

berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang

Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri dan Peraturan Meneteri Dalam Negeri

Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri

bagi Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri,

Page 132: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 132

Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

g) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah,

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui penerapan penganggaran

belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek

pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-

hal sebagai berikut:

1. Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai biaya riil;

2. Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

3. Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum.

Standar satuan harga perjalanan dinas selanjutnya akan ditetapkan dengan

keputusan kepala daerah.

h) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang mengikutsertakan non

PNSD diperhitungkan dalam belanja perjalanan dinas. Tata cara

penganggaran perjalanan dinas dimaksud mengacu pada ketentuan

perjalanan dinas yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

i) Tidak diperkenankan untuk menganggarkan biaya pelaksanaan sosialisasi

atau bimbingan teknis. Materi yang akan disampaikan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan pemahaman tersebut agar diserahkan kepada

Kabupaten/Kota untuk mensosialisasikannya.

j) Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dapat diikuti adalah yang dilaksanakan

oleh lembaga resmi yang dapat menerbitkan sertifikasi atas pelaksanaan

diklat serta mempunyai kompetensi dan keahlian pada bidang dimaksud.

k) Beasiswa yang diberikan bagi PNS Pemerintah Provinsi dialokasikan pada

Badan Kepegawaian Daerah, sedangkan alokasi beasiswa pada Belanja

Tidak Langsung yang penganggaran dan proses pencairannya berdasarkan

rekomendasi Dinas Pendidikan, hanya dapat digunakan oleh Non PNS

Pemerintah Provinsi.

l) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya mempedomani Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Page 133: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 133

Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

dan Pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

5) Belanja Modal :

a) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memprioritaskan alokasi belanja

modal pada APBD Tahun Anggaran 2015 untuk pembangunan dan

pengembangan sarana dan prasarana yang terkait dengan peningkatan

pelayanan kepada masyarakat.

b) Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik daerah dan

pemeliharaan barang milik daerah menggunakan dasar perencanaan

kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana diatur

dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan Pasal 7

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007. Selanjutnya, untuk

pengadaan barang milik daerah juga memperhatikan standar sarana dan

prasarana kerja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7

Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah

Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana

Kerja Pemerintah Daerah.

Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan milik

daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang

Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Penganggaran pengadaan belanja modal

c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum mempedomani

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Bangunan Untuk Kepentingan Umum,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012

tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun

2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan

Page 134: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 134

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang

Bersumber Dari APBD.

d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan

dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan.

Nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga

beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan

pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai

maksud Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Dengan arah kebijakan belanja tahun 2015, perkiraan belanja

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 adalah sebagai

berikut:

Belanja Daerah meningkat dari Rp. 5.763.277.895.000,- pada tahun

anggaran 2014 menjadi Rp. 6.493.705.447.580,- pada tahun 2015 atau

meningkat sebesar Rp. 730.427.552.580,- atau 12,67 %. Belanja daerah

tersebut terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.

(1) Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp.

4.378.705.447.580,- naik dibanding tahun 2014 Rp. 3.390.696.058.000,- atau

meningkat sebesar Rp. 988.009.389.580,- atau 29,14%.

(2) Belanja Langsung

Belanja Langsung tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp.

2.115.000.000.000,- turun dibanding tahun 2014 Rp. 2.372.581.837.000,-

atau menurun sebesar Rp. 257.581.837.000,- atau sebesar -10,86%.

Page 135: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 135

Berdasarkan hal tersebut proyeksi Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung pada APBD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015

digambarkan pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3. 3

Belanja Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2015

Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Kebijakan Pembiayaan Daerah pada APBD Provinsi Sumatera Selatan

Tahun Anggaran 2015 terkait dengan proyeksi Penerimaan Pembiayaan

Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp. 295.716.617.000,- sama dengan

SiLPA tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut maka target dan proyeksi

Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah pada APBD Tahun

Anggaran 2015 digambarkan pada tabel 3.4. berikut:

Tabel 3. 4

Pembiayaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014- 2015

APBD 2013 PROYEKSI APBD 2014

1 3 4 5 6,00

2. 5.763.277.895.000,00 6.493.705.447.580,00 730.427.552.580,00 12,67

2.1. 3.390.696.058.000,00 4.378.705.447.580,00 988.009.389.580,00 29,14

2.1.1. - 679.352.608.000,00 804.687.235.600,00 125.334.627.600,00 18,45

2.1.2. - - - -

2.1.3. - 1.492.704.039.000,00 1.787.666.447.795,00 294.962.408.795,00 19,76

2.1.4. - 600.000.000,00 600.000.000,00 - -

2.1.5. - 500.000.000.000,00 600.000.000.000,00 100.000.000.000,00 20,00

2.1.6. - 693.039.411.000,00 1.177.758.562.000,00 484.719.151.000,00 69,94

2.1.8. - 25.000.000.000,00 7.993.202.185,00 (17.006.797.815,00) (68,03)

2.2. 2.372.581.837.000,00 2.115.000.000.000,00 (257.581.837.000,00) (10,86)

2.2.1. - -

2.2.2. - -

2.2.3. - -

5.763.277.895.000,00 6.493.705.447.580,00 730.427.552.580,00 12,67

Belanja Modal

Belanja Bantuan

Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota

dan Pemerintahan Desa

JUMLAH BELANJA…………….

NO

Belanja Subsidi

Belanja Pegawai

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota

dan Pemerintah Desa

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Tidak Terduga

JUMLAH%URAIAN

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

BERTAMBAH/

BERKURANG

2

BELANJA DAERAH

BELANJA LANGSUNG

Page 136: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 136

APBD 2013 PROYEKSI APBD 2013

1 3 4 5 6

3.

3.1. 295.716.617.000,00 295.716.617.000,00 - 0,00

3.1.1 - 295.716.617.000,00 295.716.617.000,00 - 0,00

295.716.617.000,00 295.716.617.000,00 - 0,00

3.2. 300.753.771.000,00 906.294.552.420,00 605.540.781.420,00 201,34

3.2.1. - 41.002.692.000,00 187.872.691.605,00 146.869.999.605,00 358,20

3.2.2. - 259.751.079.000,00 - (259.751.079.000,00) -100,00

- 200.879.478.600,00 200.879.478.600,00 100,00

- 500.000.000.000,00 500.000.000.000,00 100,00

- 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 100,00

- 7.542.382.215,00 7.542.382.215,00 100,00

300.753.771.000,00 906.294.552.420,00 605.540.781.420,00 201,34

3.3. (5.037.154.000,00) (610.577.935.420,00) (605.540.781.420,00) 12.021,49

NO URAIANJUMLAH BERTAMBAH/

BERKURANG %

2

Pembiayaan Netto

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun Anggaran Sebelumnya

(SILPA)

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Penyertaan Modal (Investasi)

Daerah

Hutang Bagi Hasil Pajak 2011

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

Hutang Bagi Hasil Pajak 2012

Hutang Bagi Hasil Pajak 2013

HutangKepada RSMH 2013

Hutang Berobat Gratis ke Kab/Kota

dan Pihak Ketiga

Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah

Berdasarkan uraian di muka, maka kerangka pendanaan

Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada APBD Tahun

Anggaran 2015 dapat digambarkan dalam tabel 3.5 sebagai berikut:

Page 137: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 137

Tabel 3. 5

Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2015

NO URAIAN

APBD BERTAMBAH/ BERKURANG

% APBD 2014 Proyeksi APBD 2015

1 2 3 4 5 6

1. PENDAPATAN DAERAH 5.768.315.049.000,00 7.104.283.383.000,00 1.335.968.334.000,00 23,16

1.1. Pendapatan Asli Daerah 2.287.016.036.000,00 2.482.128.778.000,00 195.112.742.000,00 8,53

1.1.1. - Pajak Daerah 1.994.720.400.000,00 2.275.320.400.000,00 280.600.000.000,00 14,07

1.1.2 - Hasil Retribusi Daerah 16.565.200.000,00 16.671.012.000,00 105.812.000,00 0,64

1.1.3. - Hasil Pengelolaan Kekayaan yang

dipisahkan

145.043.436.000,00 113.471.240.000,00 (31.572.196.000,00) -21,77

1.1.4. - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

130.687.000.000,00 76.666.126.000,00 (54.020.874.000,00) -41,34

1.2. Dana Perimbangan 2.644.842.763.000,00 3.808.819.155.000,00 1.163.976.392.000,00 44,01

1.2.1. - Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak

1.749.137.596.000,00 2.793.113.988.000,00 1.043.976.392.000,00 59,69

- Bagi Hasil Pajak 558.070.090.000,00 683.024.160.000,00 124.954.070.000,00 22,39

- Bagi Hasil Bukan Pajak

1.191.067.506.000,00 2.110.089.828.000,00 919.022.322.000,00 77,16

1.2.2. - Dana Alokasi Umum (DAU)

870.516.767.000,00 970.516.767.000,00 100.000.000.000,00 11,49

1.2.3. - Dana Alokasi Khusus (DAK)

25.188.400.000,00 45.188.400.000,00 20.000.000.000,00 79,40

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah

836.456.250.000,00 813.335.450.000,00 (23.120.800.000,00) -2,76

1.3.1. - Pendapatan Hibah 21.252.900.000,00 0 (21.252.900.000,00) -100,00

1.3.2. - Dana Bantuan Opersional Sekolah (BOS)

814.067.820.000,00 812.555.450.000,00 (1.512.370.000,00) -0,19

1.3.3. - Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD

687.000.000,00 780.000.000,00 93.000.000,00 13,54

- Dana Hibah WISMP-2 448.530.000,00 - (448.530.000,00) -100,00

JUMLAH PENDAPATAN… 5.768.315.049.000,00 7.104.283.383.000,00 1.335.968.334.000,00 23,16

2. BELANJA DAERAH 5.763.277.895.000,00 6.493.705.447.580,00 730.427.552.580,00 12,67

2.1. BELANJA TIDAK

LANGSUNG

3.390.696.058.000,00

4.378.705.447

.580,00

988.009.389.5

80,00

29,14

2.1.1. - Belanja Pegawai 679.352.608.000,00 804.687.235.600,00 125.334.627.600,00 18,45

2.1.2. - Belanja Subsidi - - - 0,00

2.1.3. - Belanja Hibah 1.492.704.039.000,00 1.787.666.447.795,00 294.962.408.795,00 19,76

2.1.4. - Belanja Bantuan Sosial 600.000.000,00 600.000.000,00 - 0,00

2.1.5. - Belanja Bagi Hasil Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah

Desa

500.000.000.000,00 600.000.000.000,00 100.000.000.000,00 20,00

Page 138: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 138

2.1.6. - Belanja Bantuan Keuangan

kepada Provinsi/Kabupa

ten/Kota dan Pemerintahan

Desa

693.039.411.000,00 1.177.758.562.000,00 484.719.151.000,00 69,94

2.1.7. - Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000,00 7.993.202.185,00 (17.006.797.815,00) -68,03

2.2. BELANJA LANGSUNG 2.372.581.837.000,00 2.115.000.000.000,00 (257.581.837.000,00) -10,86

2.2.1. - Belanja Pegawai

2.2.2. - Belanja Barang dan Jasa

2.2.3. - Belanja Modal

JUMLAH BELANJA………………………..

.

5.763.277.895

.000,00

6.493.705.447

.580,00

730.427.552.5

80,00

12,67

SURPLUS/DEFISIT………………………..

5.037.154.000

,00

610.577.935.4

20,00

605.540.781.4

20,00

12.021,49

3. PEMBIAYAAN DAERAH

3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN

295.716.617.000,00

295.716.617.0

00,00

-

0,00

3.1.1 - Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun

Anggaran Sebelumnya

(SILPA)

295.716.617.000,00

295.716.617.0

00,00

-

0,00

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

295.716.617.000,00 295.716.617.000,00 - 0,00

3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN

300.753.771.0

00,00

906.294.552.4

20,00

605.540.781.4

20,00

201,34

- Penyertaan Modal (Investasi)

Daerah

41.002.692.00

0,00

187.872.691.6

05,00

146.869.999.6

05,00 358,20

- PT Bank Sumsel Babel

-

100.000.000.0

00,00

100.000.000.0

00,00 100,00

- PT. BPR Sumsel -

50.000.000.00

0,00

50.000.000.00

0,00 100,00

- PT. Hotel Swarna Dwipa

15.872.692.00

0,00

12.872.691.60

5,00

(3.000.000.39

5,00) -18,90

- PT. Penjaminan Kredit

Daerah

25.000.000.00

0,00

25.000.000.00

0,00

-

0,00

- PT. Asuransi Bangun Askrida

130.000.000,0

0

-

(130.000.000,

00) -100,00

- Hutang Hasil Bagi Pajak Tahun 2011

259.751.079.0

00,00

-

(259.751.079.

000,00) -100,00

- Hutang Hasil Bagi Pajak Tahun 2013

-

200.879.478.6

00,00

200.879.478.6

00,00 100,00

- Hutang Hasil Bagi Pajak 100,00

Page 139: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 139

Tahun 2014 - 500.000.000.000,00

500.000.000.000,00

- Hutang Kepada RSMH Tahun 2014

-

10.000.000.00

0,00

10.000.000.00

0,00 100,00

- Hutang Berobat Gratis ke Kab/Kota dan Pihak Ketiga

-

7.542.382.215

,00

7.542.382.215

,00 100,00

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

300.753.771.0

00,00

906.294.552.4

20,00

605.540.781.4

20,00 201,34

3.3. Pembiayaan Netto

(5.037.154.00

0,00)

(610.577.935.

420,00)

(605.540.781.

420,00) 12.021,49

Page 140: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 140

TEMA PEMBANGUNAN

TAHUN 2015

Pada tahun 2014, sebagai tahun pertama pelaksanaan RPJMD periode 2013-

2018,RKPD disusun perencanaan dalam keadaan masa transisi dari RPJMD

sebelumnya, artinya belum sepenuhnya implememtaatif dari RPJMD Provinsi

Sumatera Selatan 2013-2018. Sedangkan tahun 2015 RKPD harus sudah mulai

disusun sebagai implementatif RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-

2018. Selain mengacu kepada RPJMD, RKPD juga disusun dengan

memperhatikan lingkungan global dan nasional, terutama yang akan memberikan

pengaruh besar terhadap perencanaan pembangunan di Sumatera Selatan.

Dalam Background Study Penyusunan RPJMN 2015-2019, Buku III:

Pembangunan Berdimensi Kewilayahan, untuk Wilayah Sumatera diuraikan antara

lain mengenai Potensi dan Permasalahan Sumatera.

a. POSISI STRATEGIS SUMATERA DI KORIDOR NASIONAL, REGIONAL,

GLOBAL

Secara geostrategis, Sumatera merupakan gerbang ekonomi nasional ke

pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur dan Australia (MP3EI).

Sumatera merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia (ekspor-impor)

untuk negara ASEAN.

70% lahan penghasil kelapa sawit Indonesia berada di Sumatera sehingga

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan

memproduksi 43% CPO sejak tahun 2007.

Sumatera menghasilkan 65% produksi karet Nasional sehingga

memposisikan Indonesia sebagai negara kedua terbesar penghasil karet

alami di dunia (28%).

85% karet di Sumatera merupakan komoditi ekspor Indonesia untuk dunia.

Page 141: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 141

Sumatera merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan

Lumbung Energi Nasional.

52,4 miliar ton batubara berada di Sumatera, dengan 90% cadangannya

berada di Sumatera Selatan.

b. SUMATERA SELATAN DALAM KORIDOR SUMATERA MP3EI

Palembang merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Pusat Kegiatan Ekonomi

Koridor Sumatera.

3 (tiga) kawasan pengembangan ekonomi di Sumatera Selatan adalah

Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat (batubara), Kawasan Muara Enim

(kelapa sawit) dan Kawasan Pendopo (batubara).

Sumatera Selatan adalah salah satu Klaster Industri, di samping Sumut dan

Riau.

Sumatera Selatan merupakan simpul perkebunan karet, di samping Sumatera

Utara, Riau dan Jambi.

Sumatera Selatan merupakan simpul perkebunan sawit, di samping

Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Lampung.

Sumatera Selatan merupakan simpul pertambangan batubara.

Pengembangan infrastruktur pelabuhan, listrik, kereta api dan infratruktur

pendukung lainnya.

c. SUMATERA SELATAN DALAM RENCANA TATA RUANG PULAU SUMATERA

Pusat Kegiatan Nasional adalah Palembang, sementara Pusat Kegiatan

Wilayah adalah Lubuk Linggau, Muara Enim, Lahat, Prabumulih, Sekayu,

Kayuagung dan Baturaja.

4 (empat) Kawasan Andalan di Sumatera Selatan adalah:

o Palembang dan sekitarnya: perikanan dan kelautan, industri, industri

lanjutan, industri kreatif.

o Muara Enim dan sekitarnya: perkebunan kelapa sawit, industri lanjutan,

perikanan dan kelautan, pariwisata.

o Lubuk Linggau dan sekitarnya: perkebunan kelapa sawit, perkebunan

karet.

Page 142: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 142

o Danau Ranau dan sekitarnya: perikanan dan kelautan, perkebunan kopi,

hortikultura, pariwisata, industri kreatif.

o Pengembangan infrastruktur air, transportasi dan infrastruktur pendukung

lainnya.

d. PERMASALAHAN PULAU SUMATERA

Ketimpangan tingkat perekonomian antar provinsi (wilayah Pesisir Timur dan

Pesisir Barat).

Ketimpangan nilai investasi di wilayah Pesisir Timur dan Pesisir Barat.

Nilai tambah untuk hasil komoditas pertambangan non migas (batubara, bijih

besi, timah) masih rendah.

Hasil komoditas pertanian dan perkebunan (kelapa sawit, karet) masih

rendah.

Pemanfaatan potensi perikanan belum optimal.

Belum optimalnya pengembangan potensi pariwisata.

Tingkat pengangguran masih cukup tinggi.

Ketidakmerataan kualitas SDM antar provinsi.

Ketidakmerataan infrastruktur, khususnya infrastruktur transportasi yang

kurang merata dan memadai.

Kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan terutama untuk kegiatan

pertambangan dan perkebunan.

Minimnya pasokan tenaga listrik.

Keterbatasan sumber daya air.

Meningkatnya potensi bencana alam.

Berkurangnya lahan perkebunan, pertanian dan hutan.

Semakin berkurangnya kualitas lingkungan pantai dan laut.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 menjadi bagian dari tahap

ketiga dari RPJMN 2015 – 2019. Dalam Tahap ketiga tersebut ditujukan untuk lebih

memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan

keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta

Page 143: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 143

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Adapun

penekanan dalam RPJMN 2015-2019 adalah:

1. Pembangunan berkelanjutan,People-Profit-Planet didukung dengan governance

2. Indonesia sudah menjadi Middle Income Country (level bawah), Pembangunan

ke depan harus menyiapkan landasan untuk “menghindar” dari Middle Income

Trap

3. 2025-2030 Ada peluang bonus demografi (proporsi penduduk produktif >

proporsi penduduk non produktif (anak-anak dan lansia), Pembangunan ke

depan harus dapat mempersiapkan agar ini menjadi peluang (bonus) dan bukan

beban (liabilities).

Dengan tahun 2015 menjadi tahun pertama RPJMN 2015-2019 yang

disertai dengan Presiden untuk periode yang sama maka Tema RKP 2015

ditetapkan Melanjutkan Reformasi Pembangunan bagi Percepatan Pembangunan

Ekonomi yang Berkeadilan. Tema ini dipilih dengan mempertimbangkan:

Berdasarkan pelaksanaan pencapaian dan sebagai keberlanjutan dari RPJMN-

2

Kesesuaian dengan tema RPJMN-3 (2015-2019): memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan

SDA dan SDM berkualitas, serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

Kata Kuncinya adalah (1) Reformasi Pembangunan dan (2) Percepatan

Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan.

Adapun prioritas pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019

mengacu pada 9 Bidang Pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam

RPJPN 2005-2025:

1. Sosial budaya dan kehidupan beragama;

2. Ekonomi;

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

4. Politik;

5. Pertahanan dan Keamanan;

6. Hukum dan Aparatur;

Page 144: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 144

7. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang;

8. Penyediaan Sarana dan Prasarana;

9. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan tersebut serta dengan

mengacu kepada Rancangan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018

maka perencanaan tahun 2015 akan disusun sebagaimana diuraikan dibawah ini:

4.1. Tema dan Sub Tema Pembangunan

Rancangan awal RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018,

memuat VISI yang diusung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan

terpilih yakni “Sumatera Selatan Sejahtera, Lebih Maju dan Berdaya Saing

Internasional” dengan 4 (empat) MISI yakni:

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi (produktivitas).

Memantapkan stabilitas daerah (stabilitas).

Meningkatkan pemerataan yang berkeadilan (ekuitabilitas).

Meningkatkan pengelolaan lingkungan yang lestari dan penanggulangan

bencana (sustainabilitas).

Dalam rumusan sederhana, masa depan Sumatera Selatan yang diinginkan

adalah dalam rangka mencapai:

Kemakmuran daerah;

Kesejahteraan rakyat; dan

Eksistensi Sumatera Selatan di lingkup nasional, regional dan internasional.

Upaya untuk mencapai Visi dan Misi Sumatera Selatan 2008-2013 dituangkan

ke dalam perencanaan dan 2 (dua) strategi, yakni strategi pembangunan dan

strategi operasional. Strategi pembangunan merupakan sarana untuk

menginformasikan dan mendapatkan komitmen dari para stakeholders (pemangku

kepentingan) baik untuk kepentingan pelaksanaan program maupun pengawasan.

Strategi pembangunan dimaksud adalah:

Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi (Produktivitas)

Page 145: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 145

Pertumbuhan ekonomi perlu ditopang oleh pertumbuhan dari sisi pengeluaran dan

sisi produksi yang seimbang agar peningkatan jumlah permintaan tidak diikuti

tekanan inflasi yang tinggi.

1) Sisi Pengeluaran meliputi:

a) Peningkatan daya beli masyarakat.

b) Peningkatan iklim investasi.

c) Peningkatan penyerapan anggaran dan perbaikan kualitas belanja.

d) Peningkatan daya saing ekspor.

2) Sisi produksi meliputi:

a) Peningkatan nilai tambah produksi.

b) Peningkatan perdagangan antar wilayah

c) Peningkatan infrastruktur.

Memantapkan Stabilitas Daerah (Stabilitas)

Untuk meningkatkan stabilitas daerah dilakukan 3 (tiga) aspek yaitu:

1) Stabilitas ekonomi dengan menjaga stabilitas harga dan nilai tukar.

2) Stabilitas sosial dengan mencegah konflik sosial, melalui:

a) Pelaksanaan pembangunan dengan mempertimbangkan aspek pemerataan

dan keadilan;

b) Pelaksanaan mekanisme perencanaan pembangunan partisipatif; dan

c) Pelaksanaan program dan kegiatan yang bernuansa membangun harmoni

sosial.

3) Stabilitas politik

a) Memantapkan pertahanan dan keamanan

b) Memantapkan pelaksanaan Pemilu 2014 dan Pemilukada

c) Memfasilitasi peningkatan peran dan kapasitas forum-forum komunikasi

seperti FKPD (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah), FKUB (Forum

Komunikasi Umat Beragama).

Meningkatkan Pemerataan Yang Berkeadilan (Ekuitabilitas).

Strategi meningkatkan pemerataan yang berkeadilan adalah:

1) Pemberdayaan melalui peningkatan partisipasi dan perluasan pemanfaat.

2) Peningkatan SDM yang berkualitas berbasis kompetensi.

Page 146: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 146

3) Penanggulangan kemiskinan.

Meningkatkan Pengelolaan Lingkungan Yang Lestari Dan Penanggulangan

Bencana (Sustainabilitas).

Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan yang berkelanjutan, sekaligus sebagai upaya penguasaan dan

pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklm. Hal ini

diselenggarakan dengan:

1) Meningkatkan pengelolaan hutan dan lahan gambut secara lestari.

2) Mengendalikan kerusakan lingkungan dengan menurunkan, mengawasi dan

mengendalikan pencemaran lingkungan dan sumber-sumbernya.

3) Meningkatkan pengelolaan daerah aliran sungai secara terpadu.

4) Meningkatkan kemampuan penanggulangan bencana melalui kapasitas aparatur

pemerintah dan menjamin berlangsungnya fungsi sistem peringatan dini.

Secara khusus, strategi operasional menuju masyarakat sejahtera meliputi 3

(tiga) hal pokok, yaitu Reorientasi, Reposisi, dan Revitalisasi.

Reorientasi, ditujukan untuk penguatan SDM aparatur pemerintah yang bersih,

berwibawa, profesional dan berjiwa enterpreneur menuju upaya menjamin

pembiayaan pembangunan serta manajemen pembangunan yang diarahkan

untuk memacu pemerataan melalui pertumbuhan bukan sebaliknya.

Pertumbuhan adalah alat ukur yang mengindikasikan kemajuan pencapaian

kesejahteraan, yang dalam bentuk sederhana berupa pengurangan jumlah

penduduk miskin dan pengangguran.

Reposisi, dimaksudkan sebagai perubahan peran Pemerintah Provinsi dari

pelaksana menjadi perencana, pelaksana dan pembiaya pembangunan

sekaligus. Perubahan peran tersebut mengharuskan perbedaan pola kerja

pimpinan puncak Pemerintah Provinsi dari mengatur ke dalam (inward looking)

menjadi mencari ke luar (outward looking). Artinya, daerah tidak dapat

sepenuhnya menggantungkan pada kekuatan sumber daya alam yang tersedia

tetapi harus mampu membangun jejaring yang luas (pembiayaan, kerjasama,

pasar, investasi).

Page 147: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 147

Revitalisasi, dimaksudkan untuk menguatkan kembali perencanaan jangka

panjang dan lembaga perencana. Dalam satu daerah hanya ada satu rencana

pembangunan induk yang menjadi acuan semua pihak terkait dan bertanggung

jawab dalam pelaksanaan dan pembiayaan. Hal ini memungkinkan terjadinya

keterpaduan dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga lebih efektif, efisien

dan profesional.

Strategi operasional ini secara substansif tidaklah berbeda dengan tema

pokok yang telah ditetapkan untuk periode 5 (lima) tahun sebelumnya (2008-2013).

Namun, mengingat perwujudan masyarakat sejahtera merupakan upaya yang

menuntut perubahan mendasar yang dramatis dan terus menerus, maka Tema

Pokok ini patut dipertahankan sebagai strategi operasional yang harus ditingkatkan

dan dipertajam pelaksanaannya. Artikulasi strategi operasional iniadalah

pembangunan yang harus dilaksanakan secara Cerdas oleh orang yang Handal

dan Amanah serta memegang Norma yang berlaku melalui Gerakan bersama

menuju Ekonomi maju, yang dicapai dengan merubah haluan (Reorientasi),

penempatan diri yang proporsional (Reposisi) dan bersandar pada kekuatan

rencana yang baik (Revitalisasi).

Sejumlah program prioritas yang disusun untuk mendukung pencapaian visi

dan misi di atas dirumuskan sebagai:

1) Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

2) Pendidikan, Kesehatan dan Sosial Budaya.

3) Penanggulangan Kemiskinan.

4) Pembangunan Pertanian.

5) Infrastruktur dan Energi.

6) Investasi dan Pengembangan Usaha.

7) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.

8) Pengembangan Wilayah.

Dengan melihat capaian pembangunan tahun 2008-2013 yang secara umum

menunjukkan peningkatan yang signifikan, maka asumsi yang digunakan dalam

penentuan sasaran pembangunan tahun 2013-2018 adalah terlaksananya program

prioritas beserta penjabarannya secara tepat, tajam dan terkoordinasi. Memang

sangat diperlukan kerja yang ekstra keras untuk mewujudkan berbagai kegiatan

Page 148: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 148

atau proyek strategis sebagai upaya terobosan untuk mempercepat sekaligus

mendukung terlaksananya program prioritas secara komprehensif.

Sasaran pembangunan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018 adalah:

1) Percepatan laju pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu menurunkan tingkat

pengangguran terbuka hingga sekitar 2-3 persen pada akhir 2018. Kombinasi

percepatan pertumbuhan ekonomi dari berbagai kebijakan yang terarah

diharapkan mempercepat penurunan angka kemiskinan menjadi sekitar 6-8

persen. Untuk itu pertumbuhan ekonomi ditargetkan tumbuh 6-7 persen per

tahun dengan tingkat inflasi yang terkendali berkisar 3-4 persen.

2) Sasaran di bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat

terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu dan kompetensi pendidikan. Hal

ini akan ditandai oleh meningkatnya lama sekolah, pendidikan lanjutan,

berkembangnya pendidikan kejuruan.

3) Sasaran di bidang kesehatan berupa peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai oleh meningkatnya angka

harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

4) Dalam bidang pangan diproyeksikan meningkatnya ketahanan pangan yang

ditandai oleh meningkatnya nilai tukar petani dan terjangkaunya harga pangan.

5) Bidang infrastruktur akan ditandai antara lain oleh semakin mantapnya jalan

provinsi, angkutan kereta api, sungai, laut dan udara yang lancar dan aman,

terbangunnya kawasan Tanjung Api-Api, pasokan listrik dan air bersih,

pengelolaan persampahan, sanitasi dan telekomunikasi.

6) Di bidang energi perlu dicapai ketahanan energi melalui diversifikasi energi,

penggunaan energi terbarukan, dan meningkatnya efisiensi konsumsi energi.

7) Sasaran yang hendak dicapai di bidang lingkungan hidup adalah pengelolaan sumber

daya alam yang berwawasan lingkungan, perbaikan mutu lingkungan hidup, turunnya laju

kerusakan lingkungan, meningkatnya kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Dalam upaya mendukung pencapaian tujuan, sasaran dan prioritas

pembangunan nasional maka pembangunan Provinsi Sumatera Selatan harus searah

dengan pembangunan nasional. Uraian tujuan, sasaran dan prioritas RKPD Provinsi

Sumatera Selatan sebagaimana tercantum pada tabel 4.1.

Page 149: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 149

Tabel 4.1

Sinkronisasi Tujuan, Sasaran

dan Prioritas RKPD

terhadap RKP Tahun 2015

Page 150: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 150

Page 151: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 151

Page 152: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 152

Page 153: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 153

Page 154: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 154

Seluruh sektor pembangunan seyogyanya memiliki kaitan langsung (hulu-hilir,

forward–backward,sentrifugal-sentripetal). Namun masih sering terlihat

adanyaketimpangan, baik yang bersifat sektoral maupun wilayah, sehingga

diperlukan terobosan berupa penekanan pada fokus program atau sektor/sub

sektor tertentu yang diperhitungkan mampu menjadi pemicu sekaligus pemacu

(trigger) bagi program dan/atau sektor/subsektor lainnya. Mekanisme KISS

(koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) yang selama ini diterapkan

dengan berbagai pendekatan impelementasi, ternyata belum optimal mencapai

seluruh keterkaitan sektor pembangunan yang seharusnya dapat digambarkan

dalam suatu program pembangunan daerah. Salah satu pendekatan implementasi

dilakukan melalui rapat koordinasi teknis antara SKPD Provinsi dengan SKPD

Kabupaten/Kota terkait yang bertujuan untuk:

1) Menyepakati kepastian dan ketepatan jenis dan lokasi kegiatan;

2) Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilaksanakan dengan kerjasama antar daerah;

3) Mengidentifikasi dan menentukan sharing pembiayaan antara Provinsi dengan

Kabupaten/Kota agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan secara tuntas;

4) Melengkapi sekaligus menjamin tuntasnya suatu kegiatan yang didanai oleh

APBN; dan

5) Mengidentifikasi kegiatan yang dapat didukung oleh pihak ketiga, baik berupa

swadaya masyarakat maupun dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility).

Optimalisasi rapat koordinasi teknis juga bermakna untuk menjamin terwujudnya

keseimbangan pembangunan antar wilayah. Setiap wilayah akan terfokus pada

pengembangan potensi khas daerah sehingga memungkinkan terjadinya transaksi

pasar antar daerah antar komoditi. Upaya ini secara langsung akan mendongkrak

pertumbuhan ekonomi daerah karena terpenuhinya 2 (dua) dari 4 (empat) komponen

pokok pertumbuhan ekonomi, yakni konsumsi rumah tangga yang menggerakkan

tumbuh dan berkembangnya industri kecil, UMKM dan koperasi, dan perdagangan

hasil produksi antar daerah.

2 (dua) komponen pokok lain juga mutlak perlu dicermati, yakni investasi, yang

menciptakan peluang kerja, dan belanja publik/government spending, untuk

mempercepat perputaran ekonomi di tengah masyarakat dan dunia usaha. Hingga

saat ini, daya serap anggaran yang dihitung pada akhir tahun anggaran belum

Page 155: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 155

memuaskan. Di samping daya serap yang rendah, menumpuknya penggunaan

anggaran di ujung tahun anggaran juga perlu mendapat koreksi yang lebih tajam.

Ke empat komponen pokok pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan

secara sinergis akan menyeimbangkan antara upaya peningkatan investasi yang

bertujuan untuk membuka lapangan kerja dan mempercepat pertumbuhan daerah,

dengan kemandirian daerah dalam mengelola potensi daerah dan menjaga

stabilitas perekonomian masyarakat dan lokal.

Dengan demikian, unsur-unsur pokok tema Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 adalah:

1. Pemantapan Perekonomian DaerahAPBD

Peningkatan nilai tambah produksi daerah;

Peningkatan ketahanan ekonomi;

Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif;

Pemantapan infrastruktur.

2. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan

Pembangunan SDM;

Penurunan kemiskinan dan pengangguran;

Mitigasi bencana;

Peningkatan kesejahteraan rakyat lainnya.

3. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik

Membaiknya kinerja birokrasi dan pemberantasan korupsi;

Memantapkan penegakan hukum, pertahanan, dan pelaksanaan

Pemilukada 2015.

Berbagai hal sebagaimana telah diuraikan terdahulu menjadi pertimbangan

dalam merumuskan tema pembangunan tahun 2015 yaitu MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH POTENSI DAERAH. Adapun sub

temanya adalah Mewujudkan Hilirisasi Produksi Pertanian dan Energi.

Tema pembangunan ini sudah sejalan dengan Rancangan Akhir Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-

2018. Uraian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan arah kebijakan tercantum

pada tabel 4.2.

Page 156: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 156

Tabel 4.2

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran,

Strategi dan Arah

Kebijakan RPJMD Provinsi

Sumatera Selatan Tahun

2013-2018

Page 157: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 157

Page 158: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 158

Page 159: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 159

Page 160: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 160

Page 161: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 161

Page 162: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 162

Page 163: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 163

Page 164: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 164

Page 165: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 165

Page 166: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 166

Page 167: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 167

Page 168: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 168

Page 169: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 169

4.2. Agenda Pembangunan tahun 2015

Upaya-upaya untuk memenuhi tema yang telah ditetapkan, adalah dengan

menguraikannya menjadi agenda-agenda pembangunan yakni:

1) Pemantapan pengembangan sumber daya manusia.

2) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran, yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama

masyarakat perdesaan.

3) Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pertanian dan energi melalui

hilirisasi industri pengolahan yang berwawasan lingkungan.

4) Optimalisasi hasil kajian pusat-pusat inovasi dan pengembangan daerah

dalam menghasilkan keunggulan daerah yang sesuai dengan potensi khas

daerah.

5) Percepatan penanganan konflik lahan dan batas wilayah.

4.3. Sasaran dan Program Prioritas

Pelaksanaan agenda-agenda tersebut ditujukan untuk memenuhi beberapa

sasaran dan akan dilaksanakan dalam bentuk program-program yang terindikasi

sebagai berikut:

Pemantapan pengembangan sumber daya manusia. Sasaran dari agenda ini

menyiapkan sumberdaya manusia Sumatera Selatan yang memiliki kemampuan

untuk berinteraksi terutama dengan dunia usaha yang semakin maju pesat di

Sumatera Selatan. Utamanya adalah sumberdaya manusia yang paham dengan

berbagai potensi sumber daya alam baik dalam hal kemampuan enterpreneur

maupun memiliki keahlian untuk dunia usaha berbasis sumberdaya alam Sumatera

Selatan.

Adapun program prioritas yang mendukung pencapaian sasaran tersebut

diindikasikan antara lain sebagai berikut:

1. Program Pendidikan Anak Usia Dini

2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

3. Program Pendidikan Menengah

Page 170: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 170

4. Program Pendidikan Non Formal

5. Program Pendidikan Luar Biasa

6. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

7. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

9. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

10. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

11. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

12. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

13. Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak

14. Program Pengembangan SDM Kesehatan

15. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

16. Program Pengawasan Obat dan Makanan

17. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

18. Program Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menulat dan Tidak Menular

19. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

20. Program Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Khusus

21. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

22. Program Pendidikan Kesehatan

23. Program Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Khusus

24. Program Peningkatan Sumber Daya Manusia

25. Program Penataan Bangunan

26. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan

27. Program Pengembangan LLAJ

28. Program Pengembangan Transportasi Perkotaan

29. Program Pengembangan Aplikasi Telekomunikasi

30. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

31. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

32. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

33. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, KAT & PMKS

34. Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana

35. Program Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana

Page 171: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 171

36. Program Rehabilitasi Pasca Bencana

37. Program Kesiapsiagaan Bencana

38. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

39. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

40. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

41. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja

dan Keuangan

42. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

43. Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan

Hidup Pemuda

44. Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Kecakapan Hidup

Pemuda

45. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga

46. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

47. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

48. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

49. Program Peningkatan Keamanan Dan Kenyamanan Lingkungan

50. Program Pendidikan Politik Masyarakat

51. ProgramPemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan

Ketenteraman serta Perlindungan Masyarakat

52. Pembinaan Pelaporan Catatan Sipil

53. Program Kerjasama Wilayah Perbatasan

54. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan

55. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

56. Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

57. Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan anak

58. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan

59. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

60. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur

Negara

61. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

62. Program Pendidikan Kedinasan

63. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan KORPRI

Page 172: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 172

64. Program Pembinaan dan Pengembangan Usaha, Bantuan Hukum dan Sosial

65. Program Pembinaan Olahraga, Seni, Budaya, Mental dan Rohani

66. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa

67. Program Peningkatan Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintahan desa

68. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa

69. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa

70. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Infromasi

71. Program Penguatan Kelembagaan

72. Program Pengawasan Isi Siaran

73. Program Pengelolaa Struktur dan Sistem Penyiaran

74. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

75. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

76. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

77. Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluh Pertanian

78. Program Pemberdayaan kelembagaan dan ketenagaan Penyuluh Perikanan

79. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi

80. Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+ dan RAD GRK

81. Peningkatan Kapasitas SDM Kebudayaan dan Pariwisata

82. Program Kedinasan Pelaksanaan Pembangunan

83. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

84. Program Pengembangan BBI Sentral Air Tawar dan BBI Lokal Prov. Sumatera

Selatan

85. Program Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Perdagangan

Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Adapun

agenda ini terutama akan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di perdesaan. Kemiskinan dipandang sebagai masalah kompleks yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan seperti tingkat pendapatan,

kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender

dan kondisi lingkungan.Selain itu kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai

ketidakmampuan ekonomi, akan tetapi juga kegagalam memenuhi hak-hak dasar,

Page 173: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 173

yang secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan

lingkungan hidup. Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan di tahun 2015

berupaya untuk melakukan pendekatan pengurangan kemiskinan berbasis wilayah

dengan memperhatikan ciri khas penyebab kemiskinan di masing-masing

kabupaten/kota dengan harapan akan memicu percepatan pengurangan

kemiskinan di Sumatera Selatan.

Adapun indikasi program prioritas sebagai langkah implementatif Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan dalam mempercepat penurunan angka kemiskinan

adalah sebagai berikut:

1. Program Pengawasan Obat dan Makanan

2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

4. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

5. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

6. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

7. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

8. Program Pembangunan Talud/Turap dan Bronjong

9. Program Pengendalian Banjir

10. Program Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-Gorong

11. Program Pengembangan Kinerja Penglolaan Air Minum dan Air Limbah

12. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

13. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

14. Program Pemberdayaan Fakir Miskin KAT dan PMKS

15. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

16. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

17. Program Tangkap Darurat Penanggulangan

18. Program Rehabilitasi Pasca Bencana

19. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

20. Program Peningkatan Kesempatan Kerja

21. Program Pembangunan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha

Kecil Menengah

Page 174: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 174

22. Program Pembangunan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil

Menengah

23. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan

24. Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan

hidup Pemuda

25. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan

26. Program Peningkatan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

27. Program Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Daerah Rawan

28. Program Peningkatan SDM dan Teknologi Pangan

29. Program Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan

Pangan Segar

30. Program Dukungan Manajemen dan Teknis

31. Program Peningkatan Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

32. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Masyarakat

33. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa

34. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

35. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

36. Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluh Pertanian

37. Program Penguatan Sistem Logistik Daerah

Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pertanian dan energi melalui

hilirisasi industri pengolahan yang berwawasan lingkungan. Sumatera Selatan

merupakan provinsi yang memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah.

Selain migas, beberapa komoditi pertanian dan perkebunan merupakan komoditi

ekspor yang menjadi primadona internasional, seperti kelapa sawit dan karet.

Namun demikian produksi komoditi tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah,

artinya belum memberikan nilai tambah baik kepada pemerintah maupun

masyarakat petani itu sendiri. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Sumatera

Selatan akan lebih berupaya keras untuk membangun pabrik-pabrik pengolah yang

akan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi maupun setengah jadi. Akan

diperlukan beberapa trik-trik tertentu untuk menarik berbagai investasi, terutama

dengan menyiapkan outlet-outlet representative untuk mengeluarkan produk-

Page 175: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 175

produk tersebut, salah satu cara dengan mulai diupayakannya pengembangan

Kawasan Tanjung Api-Api sebagai klaster industri dan pelabuhan.

Untuk memenuhi sasaran tersebut maka agenda ini akan didukung oleh indikasi

beberapa program antara lain:

1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

2. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

3. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan

Jaringan Pengairan lainnya

4. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

6. Program Perkuatan Permodalan UMKMK

7. Program Peningkatan Kegiatan Usaha UMKMK

8. Program Pengembangan Kemitraan

9. Program Peningkatan Pemasaran Hasil UMKMK

10. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

11. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

12. Program Kerjasama Wilayah Perbatasan

13. Program Pembangunan Bidang Ekonomi

14. Program Peningkatan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

15. Program Peningkatan Ketersediaan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan

16. Program Peningkatan SDM dan Teknologi Pangan

17. Program Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan

Pangan Segar

18. Program Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya

19. Program Peningkatan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

20. Program Peningkatan SDM dan Teknologi Pangan

21. Program Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya

22. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan

23. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura

24. Program Pengelolaan Sistem Penyediaan Perbenihan Tanaman Pangan dan

Hortikultura

25. Program Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura

Page 176: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 176

26. Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

27. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Pemasaran dan Industri

Hasil Pertanian

28. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

29. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan

30. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkebunan

31. Program Pengembangan Perbenihan Perkebunan

32. Program Proteksi Tanaman Perkebunan

33. Program Pengembangan Kelembagaan Usaha Perkebunan/PKUP

34. Program Pencegahan Penanggulangan Penyakit Ternak

35. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

36. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

37. Program Pengembangan Informasi & Statistik Peternakan

38. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

39. Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluh Pertanian

40. Program Pengembangan Teknologi Pertanian Tepat Guna

41. Program Pemberdayaan kelembagaan dan ketenagaan Penyuluh Perikanan

42. Program Pengembangan Teknologi Perikanan Tepat Guna

43. Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluh Kehutanan

44. Program Pengembangan Teknologi Kehutanan Tepat Guna

45. Program Pengembangan Kerjasama Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan

46. Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan

47. Program Menurunkan Laju Degradasi Hutan

48. Pengembangan Promosi Pemasaran

49. Pengembangan Destinasi Pariwisata

50. Pengembangan Kemitraan

51. Pengelolaan Kekayaan Budaya

52. Permuseuman dan Nilai-nilai Budaya

53. Pengembangan Nilai Budaya

54. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

55. Program Pengusahaan Pertambangan dan Peningkatan Produksi Batubara

Page 177: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 177

56. Program Pengembangan dan Pemanfaatan Geologi ESDM

57. Program Pemanfaatan dan Pengusahaan Migas

58. Program Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru untuk Kebutuhan

Listrik bagi Masyarakat

59. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

60. Program Pengembangan Perikanan budidaya

61. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

62. Program Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan

63. Program Pengembangan BBI Sentral Air Tawar dan BBI Lokal Prov. Sumatera

Selatan

64. Program Optimalisasi LPPMHP

65. Program Perlindungan konsumen dan Pengamanan Perdagangan

66. Program Penguatan Sistem Logistik Daerah

67. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

68. Program Sistem Informasi Pengembangan Kemitraan

69. Program Peningkatan Daya Saing Produk - Produk Industri Kecil Melalui

Perbaikan Mutu, Desain dan Diversifikasi Produk

70. Program Pengembangan Industri Kreatif

Optimalisasi hasil kajian pusat-pusat inovasi dan pengembangan daerah

dalam menghasilkan keunggulan daerah yang sesuai dengan potensi khas

daerah. Untuk mendukung agenda hilirisasi terutama untuk produksi pertanian

maka sangat diharapkan pusat-pusat kajian dan inovasi akan berperan untuk

memberikan umpan kepada Pemerintah berupa inovasi terhadap penciptaan

berbagai nilai tambah akan produk-produk pertanian. Investasi terhadap hilirisasi

produk-produk Sumatera Selatan tidak hanya akan bergantung kepada

perusahaan-perusahaan besar, namun juga usaha-usaha yang dikelola oleh

masyarakat baik secara perorangan maupun berkelompok, seperti UKM dan

UMKMK.

Untuk memenuhi sasaran tersebut maka indikasi program sebagai

implementasinya antara lain adalah:

Page 178: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 178

1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

3. Program Penataan Kawasan

4. Program Pengembangan LLAJ

5. Program Pengembangan LLASDP

6. Program Pengembangan Transportasi Udara

7. Program Kerjasama Informasi dan Media Massa

8. Program Pengembangan Transportasi Perkotaan

9. Program Pengembangan Aplikasi dan Telekomunikasi

10. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

11. Program Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana

12. Program Penguatan Kelembagaan Litbang

13. Program Litbang dan Inovasi Bidang Pendidikan

14. Program Litbang dan Inovasi Bidang Kesehatan

15. Program Litbang dan Inovasi Bidang Lingkup Pertanian

16. Program Litbang dan Inovasi Bidang Pertambangan dan Energi

17. Program Litbang dan Inovasi Bidang Bidang Peningkatan Ekonomi dan

Penanggulangan Kemiskinan

18. Program Litbang dan Inovasi Bidang Pemerintahan, Hukum, Ham dan Sosial

Kemasyarakatan

19. Program Litbang dan Inovasi Bidang Informasi dan Komunikasi

20. Program Litbang dan Inovasi Bidang Perhubungan dan Pariwisata

21. Program Inkubator Teknologi

22. Program Pendayagunaan IPTEK

23. Program Desiminasi IPTEK Hasil Litbang dan Inovasi

24. Program Kemitraan Inovasi IPTEK

25. Sentra HKI (Hak Kekayaan Intelektual)

26. Pengembangan Destinasi Pariwisata

27. Pengelolaan Keragaman Budaya

Percepatan penanganan konflik lahan dan batas wilayah. Meskipun secara

umum konflik di Sumatera Selatan tidaklah terjadi secara signifikan namun tetap

perhatian khusus diberikan kepada permasalahan ini. Konflik yang terjadi

Page 179: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 179

umumnya akibat perebutan lahan dan batas wilayah yang pada umumnya berakar

kepada potensi yang dimiliki wilayah perbatasan tersebut. Oleh karena agenda ini

akan berupaya memfasilitasi penyelesaian masalah-masalah tersebut dengan akan

didukung oleh berbagai program yang terindikasi sebagai berikut:

1. Program Inspeksi Jalan dan Jembatan

2. Program Pengendalian Banjir

3. Program Perencanaan Tata Ruang

4. Program Penataan Bangunan

5. Program Peningkatan Keamanan Dan Kenyamanan Lingkungan

6. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat

7. Program Penataan daerah Otonomi Baru

8. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkebunan

9. Program Pengukuhan Kawasan Hutan

10. Program Penurunan Laju Deforestasi

11. Program Menurunkan Laju Degradasi Hutan

4.4. Tahapan Pembangunan

Sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2013-2018 telah ditetapkan Tahapan Pembangunan yang merupakan arah

komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan setiap tahunnya untuk mencapai

visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan. Adapaun Tahapan Pembangunan

untuk tahun 2015 adalah sebagai Tahap Penguatan: Peningkatan Produktivitas

dan Nilai Tambah Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Pariwisata (Hilirisasi).

Tahap pembangunan 2015 merupakan tahapan untuk mendorong

transformasi Provinsi Sumatera Selatan melalui peningkatan peran industri

pengolahan (hilirisasi) hasil pertanian dan pertambangan di Provinsi Sumatera

Selatan. Tahap pembangunan ini mengutamakan peningkatan produktivitas dan

nilai tambah pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, kelautan dan

perikanan, dan pariwisata; pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan

pertambangan; pembangunan infrastruktur strategis terutama pembangunan jalan,

pelabuhan, jaringan infrastruktur lainnya untuk mendukung Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Tanjung Api-Api; pembangunan prasarana dan sarana termasuk

Page 180: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 180

transportasi untuk mendukung pariwisata; serta pemberdayaan dan penguatan

usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK).

Secara lebih detail tahap pembangunan tahun 2015 diarahkan untuk

mendukung tercapainya hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang cepat, tepat, murah dan tidak

berbelit-belit;

2. Meningkatnya mutu layanan pendidikan dan kesehatan;

3. Meningkatnya efektivitas penanggulangan kemiskinan dengan memperkuat

sinergi antarSKPD, antara SKPD Provinsi dengan SKPD Kabupaten/Kota dan

antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Pemerintah, serta

kerjasama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan swasta;

4. Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan industri pengolahan

(hilirisasi) hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan

perikanan;

5. Terbangunnya infrastruktur strategis pendukung KEK Tanjung Api-api;

6. Terbangunnya prasarana pendukung pengembangan pariwisata;

7. Berkembangnya usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK)

terutama dengan meningkatnya akses permodalan, manajamen usaha,

teknologi produksi, informasi dan pemasaran;

8. Berkembangnya pola kemitraan dan kerjasama investasi antara Pemerintah

Provinsi, masyarakat dan swasta;

9. Tertatanya proses inovasi teknologi berbasis Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

Page 181: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 181

Page 182: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 182

RENCANA PROGRAM

DAN KEGIATAN PRIORITAS

Rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, target, satuan,

pagu indikatif, lokasi, SKPD penanggunggjawab dan keterkaitannya dengan

prioritas dan sasaran pembangunan dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai

berikut:

Page 183: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 183

Page 184: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 184

RENCANA PEMBANGUNAN BERDIMENSI

KEWILAYAHAN

Dalam menyusun perencanaan pembangunan berbasis pengembangan

wilayah, penting untuk melihat keterpaduan sektoral, spasial, dan antar pelaku

pembangunan di dalam dan antar wilayah. Sebagai upaya mewujudkan

pembangunan berimbang, maka pembangunan wilayah perlu senantiasa diarahkan

pada tujuan pengembangan wilayah, antara lain mencapai pertumbuhan,

pemerataan, dan keberlanjutan.

Arah kebijakan pembangunan kewilayahan dimaksudkan untuk

meningkatkan pemerataan pembangunan dengan tetap mengoptimalkan

pengembangan potensi daerah. Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya

sinergi pembangunan antardaerah dalam memantapkan Sumatera Selatan sebagai

lumbung pangan dan energi nasional serta pendorong pertumbuhan wilayah dalam

Koridor Ekonomi Sumatera.

Penyusunan arah kebijakan pembangunan kewilayahan dilakukan dengan

tahapan: (i) melakukan identifikasi kekuatan dan potensi wilayah Sumatera

Selatan, (ii) mengidentifikasi sebaran dan konsentrasi spasial sektor-sektor

unggulan, (iii) mengidentifikasi konektivitas wilayah, dan (iv) formulasi arah

kebijakan dan strategi.

I. Karakteristik Wilayah di Sumatera Selatan

Luas wilayah Sumatera Selatan mencapai 91,592.43 Km2 atau 4,79%

terhadap luas wilayah Indonesia. Dari tabel 6.1 terlihat bahwa Sumatera Selatan

menempati urutan ketujuh wilayah terluas di Indonesia. Oleh karena itu masih

sangat dimungkinkan bagi Sumatera Selatan terus memekarkan wilayah

kabupaten/kota. Hingga tahun 2013, Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 17

Page 185: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 185

(tujuh belas) kabupaten/kota, dengan 2 (dua) Daerah Otonomi Baru (DOB) yang

dimekarkan di tahun 2013. Adapun kedua DOB tersebut adalah Kabupaten

Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

Muara Enim, dan Kabupaten Musi Rawas Utara dengan Kabupaten Induk

Kabupaten Musi Rawas.

Dilihat dari luas wilayah maka Kabupaten Ogan Komering Ilir dan

Kabupaten Musi Banyuasin termasuk wilayah yang paling luas di Sumatera

Selatan, akan tetapi kedua kabupaten tersebut memiliki geografi yang lebih banyak

lahan basah atau perairan sehingga sulit untuk dikembangkan. Namun demikian,

mulai direncanakan untuk mulai mengembangkan wilayah pesisir pantai Timur

Sumatera Selatan yang merupakan bagian wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir

dan Kabupaten Musi Banyuasin yang terisolasi dan jauh dari pusat pemerintahan.

Tabel 1

Luas Wilayah Per Provinsi Di Indonesia

NAMA PROVINSI LUAS WILAYAH

(KM2)

PERSENTASE TERHADAP LUAS

INDONESIA

JUMLAH KAB/KOTA

PAPUA 319,036.05 16.70 13

KALIMANTAN TIMUR 204,534.34 10.70 10

KALIMANTAN TENGAH 153,564.50 8.04 14

KALIMANTAN BARAT 147,307.00 7.71 15

PAPUA BARAT 97,024.27 5.08 29

SUMATERA SELATAN 91,592.43 4.79 17

RIAU 87,023.66 4.55 12

SUMATERA UTARA 72,981.23 3.82 33

SULAWESI TENGAH 61,841.29 3.24 13

NANGGROE ACEH DARUSSALAM 57,956.00 3.03 23

JAMBI 50,058.16 2.62 11

NUSA TEGGARA TIMUR 48,718.10 2.55 22

JAWA TIMUR 47,799.75 2.50 38

MALUKU 46,914.03 2.46 11

SULAWESI SELATAN 46,717.48 2.44 24

SUMATERA BARAT 42,012.89 2.20 19

KALIMANTAN SELATAN 38,744.23 2.03 13

Page 186: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 186

SULAWESI TENGGARA 38,067.70 1.99 14

JAWA BARAT 35,377.76 1.85 27

LAMPUNG 34,623.80 1.81 15

JAWA TENGAH 32,800.69 1.72 35

MALUKU UTARA 31,982.50 1.67 10

BENGKULU 19,919.33 1.04 10

NUSA TENGGARA BARAT 18,572.32 0.97 10

SULAWESI BARAT 16,787.18 0.88 6

BABEL 16,424.06 0.86 7

SULAWESI UTARA 13,851.64 0.72 14

GORONTALO 11,257.07 0.59 6

BANTEN 9,662.92 0.51 8

KEPULAUAN RIAU 8,201.72 0.43 7

BALI 5,780.06 0.30 9

DI YOGYAKARTA 3,133.15 0.16 5

DKI JAKARTA 664.01 0.03 -

KALIMANTAN UTARA

5

INDONESIA 1,910,931.32 100.00 351

Sumber: BPS

Sebagaimana telah disinggung dalam Bab 2 keadaan topografi Sumatera

Selatan bervariasi mulai dari pegunungan hingga pesisir pantai dan rawa gambut.

Di Bagian Barat terdapat Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan menjadi

perbukitan dan daerah lembah. Daerah perbukitan memiliki ketinggian 900 sampai

1.200 meter di atas permukaan laut. Puncak-puncak tertinggi pada Bukit Barisan

antara lain puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m),

Gunung Patah (1.107 m), dan Gunung Bungkuk (2.125 m). Sedangkan di Bagian

Timur terdapat pesisir pantai yang terdiri dari rawa-rawa dan perairan payau yang

dipengaruhi pasang surut. Secara detail topografi wilayah Sumatera Selatan dapat

dilihat pada tabel 6.2.

Tabel 2

Kabupaten/Kota dengan Ketinggian dan Jarak ke Ibukota Provinsi

No Kabupaten/Kota Ibukota Kab/Kota Ketinggian dari Permukaan Laut (m)

Jarak ke Ibukota Provinsi (Km)

1 Pagar Alam Pagar Alam 289 480

Page 187: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 187

2 OKU Selatan Muara Dua 133 280

3 Empat Lawang Tebing Tinggi 130 360

4 Musi Rawas Muara Beliti 120 350

5 Lubuk Linggau Lubuk Linggau 120 360

6 Lahat Lahat 102 240

7 Prabumulih Prabumulih 95 95

8 OKU Timur Martapura 83 261

9 Ogan Komering Ulu Baturaja 70 221

10 Banyuasin Pangkalan Balai 63 35

11 Muara Enim Muara Enim 45 220

12 Ogan Ilir Indralaya 25 35

13 Ogan Komering Ilir Kayu Agung 18 120

14 Musi Banyuasin Sekayu 15 120

15 Palembang Palembang 8 0 Sumber: Sumsel Dalam Angka, 2012

Perwilayahan dipandang sebagai pembagian suatu wilayah yang luas ke

dalam wilayah yang lebih kecil, dan dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembentukan wilayah itu sendiri, umumnya berdasarkan wilayah administrasi. Hal

serupa dapat pula ditujukan untuk wilayah dengan beberapa kesamaan seperti

kondisi fisik, ruang lingkup pengaruh ekonomi dengan pusat pertumbuhan, bahkan

kesamaan budaya dan adat istiadat yang berasal dari leluhur yang sama.

Demikian pula halnya dengan wilayah di Sumatera Selatan, dilihat dari

topografi maka pengembangan wilayah akan dikelompokkan menjadi wilayah

pegunungan, pegunungan ke lembah, lembah ke dataran, dataran ke lahan basah

yaitu pesisir pantai dan rawa gambut. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka

akan terbagi atas wilayah pegunungan terdiri dari Pagar Alam, OKUS Selatan,

Empat Lawang, Musi Rawas, Muratara dan Lubuk Linggau, serta Lahat.

Pegunungan ke dataran terdiri dari Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Prabumulih,

OKU, OKU Timur, Muara Enim. Sedangkan dataran dan lahan basah menjadi

bagian wilayah Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Palembang, Musi

Banyuasin. Ditinjau dari Ogan Komering Ulu, OKU Selatan, OKU Timur. Pagar

Alam, Empat Lawang, Lahat dan Muara Enim. Musi Rawas, Lubuk Linggau,

Muratara, Musi Banyuasin. Prabumulih, PALI. Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir,

Palembang, Banyuasin.

Dalam rencana tata ruang Provinsi Sumatera Selatan terdapat dua puluh

satu Kawasan Strategis yang menjadi fokus pengembangan wilayah di Sumatera

Page 188: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 188

Selatan, yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai

pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya

dan atau lingkungan.

I.1. Potensi Wilayah

Dua tahun terakhir menjadi tahun yang kurang berpihak kepada

pertumbuhan ekspor terutama untuk komoditi perkebunan dan pertambangan di

Sumatera Selatan, utamanya komoditi karet dan sawit serta batubara. Hasil

perkebunan karet dan sawit dari Sumatera Selatan berperan penting sebagai

komoditi ekspor unggulan nasional. Secara keseluruhan, di sektor perkebunan

Sumatera Selatan menyumbang hampir 7 (tujuh) persen dalam pembentukan

output nasional. Di samping itu, wilayah ini juga dikenal sebagai Lumbung Energi

Nasional yang ditunjukkan dengan kontribusi wilayah sebesar lebih dari 10

(sepuluh) persen di sektor pertambangan migas. Di samping itu Sumatera Selatan

masih memiliki potensi di sektor pertambangan batubara dan perikanan. Latar

belakang kesejarahan yang panjang sejak kerajaan Sriwijaya merupakan kekuatan

intangible di samping citra positif produk-produk khas daerah (songket, kuliner)

yang bisa dimanfaatkan bagi pengembangan pariwisata.

Kekuatan dan potensi di atas memiliki momentum yang tepat untuk

dikembangkan lebih lanjut bila melihat peluang yang tersedia baik di tingkat

nasional maupun global. Pengembangan koridor ekonomi (MP3EI) wilayah

Sumatera diperkirakan akan meningkatkan investasi baik secara langsung di

sektor-sektor unggulan di mana Sumatera Selatan memiliki posisi yang kuat

maupun berupa percepatan pembangunan infrastruktur skala besar. Peluang

berikutnya datang dari masih meningkatnya permintaan global atas komoditi

pangan dan energi, termasuk sumber energi terbarukan (etanol, biodisel). Di sisi

lain, tren peningkatan lapisan kelas menengah nasional dengan daya beli tinggi juga

diperkirakan masih berlangsung. Kesemuanya ini menyediakan peluang bagi

pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah Sumsel.

I.2. Konsentrasi dan Sebaran Spasial Sektor Unggulan Wilayah

Page 189: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 189

Dalam rangka pengembangan klaster industri unggulan diperlukan analisis

konsentrasi dan sebaran spasial sektor-sektor unggulan wilayah. Dengan

mengkombinasikan metode kuantitatif Coefficient of Localization dan Location

Quotient akan diketahui pola-pola sebaran sektor-sektor tersebut secara spasial.

Sektor-sektor pertambangan, perikanan budidaya, hortikultura buah-buahan,

perkebunan karet dan industri manufaktur relatif terkonsentrasi di beberapa daerah

saja. Demikian juga dengan sektor angkutan dan telekomunikasi serta keuangan,

di mana Palembang memiliki peran yang sangat besar.

Tabel 3

Konsentrasi dan Sebaran Spasial Sektor Unggulan

SEKTOR COEFF. OF LOCALIZATION KONSENTRASI SPASIAL

Padi 0.33 Banyuasin (25%) Ogan Komering UluTimur (17%) Ogan Komering Ilir (16%)

Palawija 0.37 Ogan Komering Ilir (23%) Musi Banyuasin (18%) Ogan Komering Ulu Timur (16%) Banyuasin (16%)

Hortikultura – sayuran

0.29 Ogan Komering Ulu Timur (16%) Muara Enim (15%) Banyuasin (13%) Ogan Komering Ilir (13%)

Hortikultura – buah-buahan

0.48 Ogan Ilir (27%) Ogan Komering Ulu Timur (27%) Muara Enim (14%)

Sapi 0.30 Muara Enim (17%) Ogan Komering Ulu Timur (16%) Lahat (11%) Musi Rawas (11%) Ogan Komering Ilir (10%)

Perikanan Budidaya

0.60 Ogan Komering Ilir (43%) Banyuasin (23%) Musi Banyuasin (22%)

Karet 0.43 Musi Rawas (40%) Musi Banyuasin (16%)

Manufaktur 0.42 Palembang (60%)

Pertambangan 0.57 Musi Banyuasin (32%) Banyuasin (32%) Muara Enim (20%)

Perdagangan 0.25 Palembang (40%)

Angkutan & telekomunikasi

0.6 Palembang (80%) Lubuk Linggau (3%)

Page 190: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 190

Keuangan 0.35 Palembang (47%) Prabumulih (6%) Lubuk Linggau (6%)

Jasa-jasa 0.23 Palembang (40%), OKU (5%), Lubuk Linggau (4%), Prabumulih (2%)

Total sektor jasa

0.30 Palembang (47%), Lubuk Linggau (4%), OKU (5%), Prabumulih (3%)

Catatan: Angka di dalam kurung menggambarkan peran Kab/Kota dalam pembentukan output sektoral secara wilayah

Produksi Karet

Jika dilihat dari volume produksinya, sentra budidaya perkebunan karet

rakyat terkonsentrasi di dua daerah di wilayah tengah-barat, yakni Kabupaten Musi

Rawas dan Kabupaten Muara Enim. Kedua daerah tersebut pada tahun 2011

berproduksi masing-masing sebesar 273 ribu ton dan 233 ribu ton. Di samping

kedua daerah utama tersebut, kabupaten Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin

juga menghasilkan produksi yang lumayan tinggi, masing-masing 169 ribu ton dan

106 ribu ton. Total produksi keempat daerah tersebut menyumbang 70 persen lebih

produksi karet rakyat Sumatera Selatan. Sementara itu produksi karet di daerah

lain bervariasi di bawah 100 ribu ton.

Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra produksi karet tersebut

adalah penyuluhan teknik budidaya, perlindungan dari gejolak harga, dan akses

pendanaan khususnya untuk mendukung peremajaan tanaman yang telah

melewati periode optimum tingkat produktivitasnya. Di samping itu untuk petani

karet skala kecil perlu dipikirkan pengembangan sumber penghasilan tambahan

berupa aktivitas non-farm di perdesaan.

Gambar 1

Pusat Penghasil Karet di Provinsi Sumatera Selatan, tahun 2011

Page 191: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 191

Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka 2011 (BPS), diolah.

Produksi Kopi

Sentra produksi kopi utama Sumatera Selatan terkonsentrasi di wilayah

barat-selatan (barat daya) yang merupakan daerah dataran tinggi. Kabupaten

penghasil kopi terbesar pada tahun 2011 adalah Ogan Komering Ulu, Ogan

Komering Ulu Selatan dan Empat Lawang, masing-masing dengan volume produksi

40,8 ribu ton, 32,9 ribu ton, dan 28,7 ribu ton. Total produksi ketiga daerah tersebut

menyumbang 60 persen produksi Sumatera Selatan. Di samping ketiga sentra

utama tersebut, masih terdapat dua daerah dengan hasil kopi relatif besar yakni

Kabupaten Lahat dengan produksi 21 ribu ton. Sedangkan produksi daerah-daerah

lain bervariasi di kisaran dua-ribuan ton ke bawah.

Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra produksi tersebut adalah

penyuluhan teknik budidaya, pembinaan pascapanen (pengolahan, pengemasan, dan

standarisasi mutu), akses pemasaran, dan akses pendanaan untuk mendukung

pengembangan dan peremajaan tanaman tua dengan varitas unggul. Pengembangan

industri pengolahan kopi sangat strategis meningkatkan nilai tambah industri kopi di

tingkat lokal.

Gambar 2

Pusat Penghasil Kopi Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011

Page 192: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 192

Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka 2011 (BPS), diolah.

Kelapa Sawit

Sentra produksi kelapa sawit rakyat yang utama terkonsentrasi di wilayah

utara-barat (barat laut) yaitu di Kabupaten Musi Banyuasin Muara Enim, dan Musi

Rawas. Pada tahun 2011 total produksi di ketiga daerah tersebut menyumbang 67

persen (dua pertiga) total produksi sawit Sumatera Selatan, dengan masing-masing

produksinya berturut-turut adalah 1,429 juta ton, 1,225 juta ton, dan 1,186 juta ton.

Di samping ketiga sentra utama tersebut menyusul dua daerah dengan total

produksi cukup signifikan yakni Kabupaten Banyuasin (814 ribu ton) dan Ogan

Komering Ilir (812 ribu ton).

Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra produksi sawit adalah

penyuluhan, pembinaan, dan akses pendanaan untuk mendukung peremajaan

tanaman tua khususnya kepada petani perkebunan rakyat. Hal ini penting

mengingat indikasi penurunan tingkat produktivitas kelapa sawit dibandingkan

periode 90-an sampai awal 2000-an. Di samping itu mediasi dan penyelesaian

permasalahan pertanahan juga sangat penting untuk menjamin keberlangsungan

industri sawit dan pemberdayaan masyarakat sekitar perkebunan.

Gambar 3

Pusat Penghasil Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011

Page 193: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 193

Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka 2011 (BPS), diolah.

Peternakan Sapi dan Kerbau

Sentra peternakan sapi dan kerbau tersebar di wilayah tengah dan tenggara

yakni Ogan Komering Ulu Timur dengan populasi sapi mencapai 70 ribu ekor dan

kerbau 2,4 ribu ekor. Di samping daerah utama tersebut menyusul empat

kabupaten dengan populasi sapi pada kisaran 30-40 ribu ekor, yakni Musi Rawas,

Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan Banyuasin. Total populasi sapi di keenam

kabupaten tersebut menyumbang 70 persen lebih populasi ternak sapi Sumatera

Selatan.

Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra peternakan sapi adalah

penyuluhan dan pembinaan khususnya terkait dengan kesehatan dan reproduksi

sapi, akses pemasaran, pengawasan infrastruktur rumah potong hewan dan

pendingin untuk sapi potong, dan pengembangan/pembinaan koperasi susu untuk

sapi perah.

Gambar 4

Pusat Populasi Ternak Sapi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011

Page 194: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 194

Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka 2011 (BPS), diolah.

I.3. Konektivitas Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Selama ini konektivitas intrawilayah Sumatera Selatan dilayani terutama

oleh jaringan jalan. Di bagian Timur terdapat jaringan jalan nasional Jalur Lintas

Timur (Jalintim) yang telah ditetapkan sebagai salah satu infrastruktur inti Koridor

Ekonomi Sumatera. Sementara bagian tengah dan barat dilayani Jalur Lintas

Tengah (Jalinteng). Kedua jaringan tersebut juga berfungsi sebagai penyangga

konektivitas antarwilayah yang menghubungkan Sumatera Selatan dengan Provinsi

Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Di samping itu juga terdapat jaringan rel kereta api

yang menghubungkan Palembang dan Lubuk Linggau.

Dalam konteks Koridor Ekonomi Sumatera, posisi Palembang sangat

strategis, dan berpotensi sebagai pusat pertumbuhan wilayah Sumatera. Oleh

karena itu, diperlukan penguatan konektivitas intrawilayah Sumatera Selatan agar

manfaat percepatan dan pertumbuhan dapat disebarkan ke seluruh wilayah.

Secara umum, jaringan konektivitas intrawilayah perlu dibangun antara Palembang

dan Lubuk Linggau dengan simpul-simpul kegiatan utama di Palembang,

Prabumulih, Baturaja, dan Lubuk Linggau. Simpul-simpul tersebut dengan skalanya

masing-masing berfungsi sebagai pusat pelayanan wilayah atau fungsi koleksi dan

Page 195: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 195

distribusi barang dan jasa. Palembang sebagai hub utama akan melayani aktivitas

internal maupun eksternal Sumatera Selatan (antar provinsi dan antarpulau

Sumatera). Sedangkan Prabumulih, Lubuk Linggau dan Baturaja akan menjadi

hub internal yang akan melayani daerah-daerah di sekitarnya. Oleh karenanya,

skala pembangunan infrastruktur dalam koridor-koridor tersebut juga tentunya akan

disesuaikan.

Pengembangan sub koridor Palembang-Lubuk Linggau ini dalam klaster

dan peningkatan efisiensi produksi (economies of scale) serta spesialisasi; dan

akhirnya diperkuat dengan (3) eksternalitas positif atau spillover seiring terjadinya

difusi teknologi dan kompetisi yang sehat yang mendorong bergulirnya inovasi.

Gambar 5

Struktur Konektivitas Wilayah

Untuk meningkatkan konektivitas sub koridor Palembang-Lubuk Linggau

direncanakan pengembangan jalan baru yang menghubungkan Palembang-Lubuk

Linggau-Bengkulu yaitu ruas jalan baru yang dapat berupa jalan tol atau arteri

primer, dan selain jaringan jalan darat, perhubungan udara juga perlu

dikembangkan dengan pembukaan rute-rute baru penerbangan perintis yang

menghubungkan kawasan sekitar seperti rute Palembang-Lubuk Linggau, dan

Palembang-Bengkulu maupun ke luar pulau Jawa.

Page 196: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 196

I.4. Kapasitas Fiskal

Menteri Keuangan setiap tahunnya mengeluarkan Peraturan Menteri

Keuangan untuk menunjukkan peta kapasitas fiskal daerah. Yang dimaksud

dengan Kapasitas Fiskal sebagaimana diuraikan dalam peraturan menteri

keuangan tersebut adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing

daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD untuk membiayai tugas

pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

penduduk miskin.

Tujuan dikeluarkannya peta tersebut utamanya adalah digunakan untuk

pengusulan oleh pemerintah daerah baik dalam hal sebagai penerima hibah,

penilaian atas usulan pinjaman daerah, maupun penentuan besaran dana

pendamping dan/atau hal lain yang diatur secara khusus dalam peraturan

perundang-undangan. Artinya, secara sepintas peta tersebut tidak lebih sekedar

cara pemerintah menurunkan sejumlah anggaran kedaerah.

Namun demikian dalam konteks pengembangan daerah peta tersebut dapat

dimanfaatkan untuk melihat kemampuan daerah untuk mandiri dalam membangun

daerahnya masing-masing, atau dengan kata lain kemandirian daerah menjadi

semakin tinggi seiring dengan meningkatnya kapasitas fiskal daerah.

Kebutuhan fiskal yang dimiliki oleh daerah juga berhubungan dengan

pembangunan sosial di masing-masing daerah. Pembangunan sosial merupakan

aspek yang penting setidaknya karena tiga alasan. Pertama, aspek sosial adalah

ukuran yang jelas sebagai hasil pembangunan ekonomi. Peningkatan dalam

indikator-indikator ekonomi tidak banyak artinya jika tidak ada peningkatan

indikator-indikator sosial. Kedua, ada keterkaitan antara dua rangkaian ini,

pendapatan yang tinggi menghasilkan kapasitas untuk tingkat kehidupan yang lebih

baik. Sebaliknya standar kesejahteraan yang lebih besar akan menghasilkan

produktivitas dan efisien yang lebih tinggi. Ketiga, kemajuan sosial berperan dalam

kohesi dan kerukunan masyarakat.

Penghitungan indeks kapasitas fiskal dilakukan dengan menghitung

kapasitas fiskal masing-masing daerah Kabupaten/Kota dibagi rata-rata kapasitas

Page 197: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 197

fiskal seluruh daerah Kabupaten/Kota. Dari indeks tersebut dikelompokkan menjadi

4 (empat) kategori yaitu indeks≥2 sangat tinggi; indeks 1≤indeks≤2 tinggi; indeks

0,5<indeks<1 sedang; dan indeks≤0,5 rendah. Peta Kapasitas Fiskal

Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Namun peta tersebut belum

mencantumkan dua DOB di Provinsi Sumatera Selatan yang dimekarkan pada

tahun 2013, yaitu Kabupaten PALI dan Kabupaten Musi Rawas Utara.

Tabel 4

Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota

No Daerah Indeks Kapasitas Fiskal

Kategori

1 Kota Pagar Alam 1,4904 Tinggi

2 Kabupaten Musi Banyuasin 1,0921 Tinggi

3 Kota Prabumulih 1,0028 Tinggi

4 Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) 0,7349 Sedang

5 Kabupaten Empat Lawang 0,7174 Sedang

6 Kabupaten OKU Selatan 0,6291 Sedang

7 Kota Lubuk Linggau 0,6004 Sedang

8 Kabupaten Muara Enim 0,5722 Sedang

9 Kabupaten Ogan ILir 0,5137 Sedang

10 Kabupaten Musi Rawas 0,4581 Rendah

11 Kabupaten Banyuasin 0,4281 Rendah

12 Kabupaten Lahat 0,4216 Rendah

13 Kabupaten Ogan Komering Ilir 0,3744 Rendah

14 Kabupaten OKU Timur 0,3633 Rendah

15 Kota Palembang 0,1740 Rendah

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.07/2014

Berkaitan dengan gambaran kemampuan keuangan daerah di atas akan

dikaitkan aspek-aspek sosial yang tergambar dari capaian beberapa indikator

makro sebagaimana akan diuraikan pada sub bab selanjutnya, terutama untuk

indikator pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, Indeks

Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi.

II. Kinerja Makro dan Peta Permasalahan Kabupaten/Kota

Page 198: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 198

Capaian selama periode RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008-

2013 ditandai dengan berbagai kesuksesan, akan tetapi masih banyak yang perlu

diperbaiki dan menjadi suatu kesinambungan tiada henti dan tidak terlepas dari

situasi, kondisi dan potensi daerah. Namun demikian beberapa indikator utama

pembangunan menunjukkan bahwa terjadi paradoks terhadap pembangunan

Sumatera Selatan terutama terhadap potensi, pertumbuhan ekonomi serta

penyerapan tenaga kerja.

Gambar 6

Perkembangan Indeks Gini

Gambar 6.6 menunjukkan Indeks Gini Sumatera Selatan yang semakin

meningkat, yang berarti semakin meningkatnya kesenjangan antarindividu di

Sumatera Selatan dimana kesenjangan tersebut dikhawatirkan akan mengarah

kepada kecemburuan dan konflik sosial. Bahkan meskipun beberapa tahun terakhir

pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan menunjukkan hasil yang cukup baik namun

secara rata-rata lima tahun kebelakang belum cukup baik bila dibandingkan dengan

provinsi lain di Pulau Sumatera, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.7 dibawah,

dimana rata-rata pertumbuhan hanya 5,42%.

Gambar 7

0,31 0,320,3 0,31

0,34 0,34

0,40,340,36 0,35

0,37 0,380,41 0,41

0,25

0,3

0,35

0,4

0,45

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012Indek Gini Sumatera Selatan

Page 199: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 199

Pertumbuhan Ekonomi Nasional rata-rata 2008-2012 (%)

Pertumbuhan yang terjadi masih belum merata antar kabupaten/kota

dimana masih terjadi daerah-daerah dengan tingkat pendapatan rendah tumbuh

namun belum mampu mengejar daerah-daerah berpendapatan tinggi.

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan terus menurun dari 1,254 juta

orang (17,73%) pada tahun 2008 menjadi 1,104 juta orang (15,47%) pada tahun

2010. Jumlah penduduk miskin terus menurun dari 1,042 juta orang pada tahun

2012 menjadi 1,110 juta orang pada tahun 2013. Sementara, persentase

kemiskinan justru meningkat dari 13,48 persen pada tahun 2012 menjadi 14,24

persen pada tahun 2013. Kondisi ini menyiratkan bahwa penurunan jumlah

penduduk miskin lebih lambat dari peningkatan jumlah penduduk.

Penduduk miskin sebagian besar tinggal di perdesaan, yaitu sebanyak

725,60 ribu (14,50%) lebih besar dibanding jumlah penduduk miskin perkotaan

sebanyak 384,77 ribu (13,77%). Perbandingan antarkabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Selatan menunjukkan bahwa daerah dengan angka kemiskinan yang

relatif tinggi adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Lahat, Kabupaten

Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kota Lubuk Linggau. Karaktersitik

kemiskinan di Sumatera Selatan antara lain adalah terbatasnya akses penduduk

miskin terhadap pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha dan

permodalan; terbatasnya akses pelayanan dasar seperti air bersih, sanitasi, rumah

layak huni dan kecukupan pangan.

Page 200: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 200

Tabel 5

Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun

Penduduk Miskin

Kota Desa Total

Jumlah (Ribu)

Persen Jumlah (Ribu)

Persen Jumlah (Ribu)

Persen

2004 455,1

0 20,13

924,20

21,33 1.379,3

0 20,92

2005 557,8

0 21,19

871,20

20,90 1.429,0

0 21,01

2006 559,5

0 22,32

847,40

20,14 1.446,9

0 20,99

2007 545,9

0 20,30

785,90

18,43 1.331,8

0 19,15

2008 514,7

0 18,87

734,90

17,01 1.249,6

0 17,73

2009 470,0

3 16,93

697,85

15,87 1.167,8

7 16,28

2010 471,2

0 16,73

654,50

14,67 1.125,7

0 15,47

2011 407,4

2 14,94

654,45

13,39 1.061,8

7 13,95

2012 388,6

5 14,16

668,38

13,57 1.057,0

3 13,78

2013 375,9

6 13,28

732,25

14,50 1.108,2

1 14,06

Sumber: BPS Provinsi Sumsel 2012, BPS Pusat

Tabel 6

Jumlah dan Persentase Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2008-2011

Kab/Kota Juli 2008 Juli 2009 Juli 2010 Sept 2011

Jumlah (Ribu)

persen Jumlah

(Ribu) persen

Jumlah (Ribu)

persen Jumlah

(Ribu) persen

OKU 38,60 14,64 35,10 13,17 39,90 12,28 38,30 11,58

OKI 122,70 17,67 114,20 16,17 116,50 15,98 111,90 15,06

Muara Enim 118,40 17,98 106,40 15,96 104,40 14,51 100,40 13,71

Lahat 78,70 23,21 71,30 20,98 70,50 19,03 67,70 17,92

Page 201: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 201

Musi Rawas 120,70 24,27 108,00 21,40 102,00 19,38 98,00 18,25

MUBA 129,50 25,45 118,90 22,76 113,40 20,06 108,90 18,99

Banyuasin 122,40 15,38 112,10 13,72 93,00 12,39 89,30 11,66

OKU Selatan 47,70 14,56 42,10 12,73 36,70 11,53 35,30 10,84

OKU Timur 69,60 12,12 57,70 9,95 59,90 9,81 57,50 9,23

Ogan Ilir 67,10 17,78 60,10 15,65 53,30 13,98 51,30 13,18

Empat Lawang

39,10 18,37 33,70 15,80 32,50 14,74 31,30 13,82

Palembang 235,30 16,66 211,80 14,75 218,50 15,00 210,00 14,13

Prabumulih 20,90 15,39 19,10 13,93 21,00 12,94 20,20 12,19

Pagaralam 11,80 10,23 11,20 9,66 12,40 9,81 11,90 9,24

Lubuklinggau 31,80 17,36 28,10 15,12 30,90 15,30 29,70 14,43

SUMSEL 1.254,30 17,67 1.130,00 16,28 1.105 14,80 Sumber: Hasil Olah Susenas 2012

Tabel 7

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2004-2011

No Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 OKU 69,30 69,90 70,90 71,40 71,92 72,36 73,14 73,59

2 OKI 68,10 68,80 69,00 69,15 69,64 70,06 70,61 71,07

3 Muara Enim 68,10 68,70 69,10 69,42 69,91 70,38 70,81 71,26

4 Lahat 67,20 67,60 68,40 69,35 69,99 70,53 71,30 71,83

5 Musi Rawas 64,40 65,00 65,60 66,31 66,77 67,33 67,89 68,38

6 Musi Banyuasin 68,10 68,70 69,00 69,64 70,54 71,13 71,81 72,44

7 Banyuasin 66,70 67,20 68,10 68,60 69,08 69,45 69,78 70,28

8 OKU Selatan 67,90 68,80 70,00 70,28 70,66 71,02 71,42 71,82

9 OKU Timur 65,10 65,40 67,50 68,14 68,88 69,39 69,68 70,34

10 Ogan Ilir 65,60 66,00 67,20 68,17 68,67 69,17 69,51 70,09

11 Empat Lawang 66,59 67,17 67,68 68,15 68,61 69,08

12 Kota Palembang 73,10 73,60 74,30 74,94 75,49 75,83 76,23 76,69

13 Kota Prabumulih 70,70 71.\1 71,70 72,51 73,20 73,69 74,27 74,94

14 Kota Pagar Alam 69,50 69,90 71,10 71,70 72,16 72,48 73,19 73,70

15 Kota Lubuk Linggau 65,80 66,30 68,00 69,24 69,69 70,18 70,56 71,10

Sumatera Selatan 69,60 70,20 71,10 71,40 72,05 72,61 72,95 73,42

Peringkat Sumsel 13 13 13 12 10 10

Nasional 68,70 69,60 70,01 70,59 71,17 71,76 72,27 72,77

Peringkat Nasional 111 109 125

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2012

Page 202: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 202

Tabel 8

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2005-2011

No Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Ogan Komering Ulu 8,97 8,76 7.29 5,46 4,96

2 Ogan Komering Ilir 8,57 7,31 7.04 7,46 4,68

3 Muara Enim 7,89 7,19 5.40 5,61 5,22

4 Lahat 4,83 4,48 4.44 2,50 4,67

5 Musi Rawas 4,54 2,58 2.64 2,40 3,87

6 Musi Banyuasin 5,09 5,29 6.79 5,99 4,46

7 Banyuasin 5,99 3,65 5.11 4,16 5,57

8 OKU Selatan 4,68 4,25 3.56 3,99 3,31

9 OKU Timur 8,84 8,22 5.51 3,68 4,05

10 Ogan Ilir 6,39 4,08 2.87 3,03 5,15

11 Empat Lawang 7,01 5,58 7.32 5,36 3,99

12 Kota Palembang 19,43 16,89 15.78 13,97 10,05

13 Kota Prabumulih 16,31 10,43 11.47 9,81 7,41

14 Kota Pagar Alam 10,21 8,55 11.37 9,76 6,02

15 Kota Lubuk Linggau 18,19 15,54 11.24 9,38 7,4

Sumatera Selatan 8,97 9,33 9,34 8,08 7.61 6,65 5,77

Nasional 9,11 8,39 7,87 7,14 6,56

Di samping berorientasi pertumbuhan dan pemerataan (growth with

equality), pengembangan wilayah juga diarahkan untuk mengurangi kemiskinan

dan meningkatkan pembangunan manusia. Hal ini karena hakikat dari

pembangunan adalah peningkatan kualitas dan kapabilitas manusia. Oleh karena

itu sangat penting melakukan analisis secara simultan antara potensi dan

permasalahan wilayah.

Page 203: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 203

Kualitas sumber daya manusia secara umum tergambar dari Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM yang rendah menjadi gambaran

rendahnya daya saing sumber daya manusia, yang selanjutnya akan berpengaruh

pada daya saing daerah. Daerah-daerah dengan nilai IPM relatif rendah adalah

Musi Rawas, Empat Lawang, Ogan Ilir, OKU Timur, dan Banyuasin. Secara umum

daerah-daerah ini perlu memprioritaskan pembangunan manusia yang meliputi

aspek pendidikan, kesehatan, dan pengembangan kapasitas.

Di bidang pendidikan, daerah-daerah yang perlu mendapat prioritas

perhatian di antaranya adalah OKI, OKU Timur, Musi Rawas, Banyuasin, Empat

Lawang, OKU Selatan, Muara Enim, dan Musi Banyuasin. Rata-rata lama sekolah

di daerah-daerah tersebut relatif rendah.

Tabel 9

Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Rata-rata Lama Sekolah

(Tahun)

2009 2010

OGAN KOMERING ULU 7.71 8.38

OGAN KOMERING ILIR 6.73 6.74

MUARA ENIM 7.35 7.49

LAHAT 7.72 8.28

MUSI RAWAS 7.05 7.09

MUSI BANYUASIN 7.05 7.51

BANYUASIN 7.01 7.02

OGAN KOMERING ULU SELATAN 7.15 7.45

OGAN KOMERING ULU TIMUR 6.87 6.91

OGAN ILIR 7.52 7.53

EMPAT LAWANG 6.94 7.23

KOTA PALEMBANG 9.95 9.96

KOTA PRABUMULIH 9 9.16

KOTA PAGAR ALAM 8.54 8.95

KOTA LUBUK LINGGAU 9.11 9.24

SUMATERA SELATAN 7.66 7.82

INDONESIA 7.72 7.92

Page 204: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 204

Angka rata-rata lama sekolah di atas erat kaitannya dengan Angka

Partisipasi Sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan menengah atas. Dalam

hal ini daerah-daerah yang perlu mendapat prioritas peningkatan akses pendidikan

menengah atas adalah OKI, Musi Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, OKU

Selatan, Banyuasin, Ogan Ilir, dan Prabumulih.

Tabel 10

Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kab/Kota dan Umur Tahun 2010

Kabupaten/Kota Usia 7 – 12 Usia 13 – 15 Usia 16 – 18

Ogan Komering Ulu 99,28 88,59 56,19

Ogan Komering Ilir 98,04 80,00 37,22

Muara Enim 98,23 83,80 49,98

Lahat 99,35 91,81 66,30

Musi Rawas 98,20 76,72 36,88

Musi Banyuasin 98,38 81,34 42,20

Banyuasin 95,96 81,35 51,16

OKU Selatan 97,26 87,53 49,11

OKU Timur 96,83 83,80 61,58

Ogan Ilir 95,57 81,03 51,02

Empat Lawang 98,15 88,31 74,57

Palembang 99,36 93,82 68,27

Prabumulih 99,50 90,42 53,03

Pagar Alam 99,23 95,88 62,69

Lubuk Linggau 98,01 88,34 64,88

Sumatera Selatan 98,00 85,41 54,79

Sumber: BPS; Susenas 2010

Sementara itu daerah-daerah yang perlu mendapatkan prioritas di bidang

kesehatan adalah Musi Rawas, Lubuk Linggau, Empat Lawang, Ogan Ilir, Banyuasin,

Muara Enim, OKI, dan Lahat. Di daerah-daerah tersebut, angka harapan hidup relatif

rendah yang menandakan rendahnya derajat kesehatan masyarakat secara umum.

Tingkat kesehatan yang rendah akan menjadi penghambat peningkatan produktivitas

tenaga kerja.

Page 205: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 205

Tabel 11

Angka Harapan Hidup Menurut Kab/Kota Tahun 2010

Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup

(Tahun)

2009 2010

OGAN KOMERING ULU 69.30 69.40

OGAN KOMERING ILIR 67.79 68.02

MUARA ENIM 67.47 67.66

LAHAT 67.90 68.23

MUSI RAWAS 64.44 64.80

MUSI BANYUASIN 69.59 69.86

BANYUASIN 67.23 67.41

OGAN KOMERING ULU SELATAN 69.30 69.37

OGAN KOMERING ULU TIMUR 68.29 68.36

OGAN ILIR 65.98 66.27

EM PAT LAWANG 65.42 65.50

KOTA PALEMBANG 70.90 71.13

KOTA PRABUMULIH 71.51 71.91

KOTA PAGAR ALAM 69.95 70.17

KOTA LUBUK LINGGAU 65.54 65.69

SUMATERA SELATAN 69.40 69.60

INDONESIA 69.21 69.43

Permasalahan kemiskinan bisa dianalisis menurut persebaran spasial

penduduk miskin dan persentase penduduk miskin terhadap total penduduk

wilayah. Dilihat dari persebaran spasialnya, jumlah penduduk miskin terbesar

berada di Kota Palembang. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota

Palembang mencapai 211,8 ribu orang atau 18 persen dari total penduduk miskin

Sumatera Selatan. Menyusul berikutnya empat kabupaten yang memiliki jumlah

penduduk miskin cukup besar yakni Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir,

Banyuasin, dan Muara Enim. Jumlah penduduk miskin di keempat kabupaten

tersebut berturut-turut 199 ribu, 114 ribu, 112 ribu, dan 106 ribu orang. Jumlah

total penduduk miskin di kelima kabupaten/kota tersebut ekuivalen dengan sekitar

60 persen penduduk miskin Sumatera Selatan.

Namun demikian jika dilihat dari prevalensinya atau persentase penduduk

miskin terhadap total populasi di masing-masing kabupaten/kota, maka tiga daerah

Page 206: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 206

dikategorikan memiliki tingkat kemiskinan tinggi, yakni di atas 20 persen. Satu dari

lima penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan Lahat

dikategorikan miskin. Tepatnya, persentase penduduk miskin di ketiga daerah

tersebut berturut-turut adalah 22,8 persen, 21,4 persen, dan 21,0 persen. Di bawah

ketiga daerah tersebut, daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan cukup

tinggi adalah Muara Enim, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Empat Lawang, dan Lubuk

Linggau. Tingkat kemiskinan di lima kabupaten/kota tersebut berkisar antara 15-16

persen. Penurunan kemiskinan di daerah-daerah ini akan berkontribusi signifikan

bagi penurunan kemiskinan secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 8

Distribusi dan Prevalensi Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2010

Sumber: BPS, diolah

Permasalahan kemiskinan umumnya berkaitan dengan isu pembangunan

manusia dengan pola hubungan yang saling mempengaruhi. Kemiskinan akan

menghambat akses masyarakat pada pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Sebaliknya pendidikan rendah dan kesehatan yang buruk akan menurunkan

produktivitas kerja yang berujung pada jerat kemiskinan. Oleh karena itu analisis

tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat erat kaitannya dengan kemiskinan.

Daerah-daerah yang memiliki permasalahan kesehatan relatif serius

umumnya merupakan daerah-daerah yang juga mengalami permasalahan

kemiskinan. Hal ini tampak pada indikator Angka Harapan Hidup yang merupakan

indikator utama tingkat kesehatan masyarakat, di mana daerah-daerah yang

memiliki capaian rendah adalah Musi Rawas, Empat Lawang, Lubuk Linggau, dan

Page 207: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 207

Ogan Ilir. Keempat daerah tersebut memiliki angka harapan hidup kurang dari 67

tahun dan tingkat kemiskinannya cukup tinggi.

Gambar 9

Angka Harapan Hidup dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2010

Kemiskinan juga menjadi penghambat bagi percepatan pertumbuhan.

Rumah tangga miskin memiliki keterbatasan modal bagi pengembangan usaha,

tidak mampu menyekolahkan anak, dan memiliki mobilitas yang rendah untuk

mampu menangkap peluang. Daerah-daerah yang perlu mendapat prioritas adalah

Musi Banyuasin, Musi Rawas, Lahat, Ogan Komering Ilir, Lubuk Linggau, dan

Palembang. Daerah-daerah dengan potensi pendapatan yang tinggi seperti Musi

Banyuasin dan Palembang perlu meningkatkan pemberdayaan penduduk miskin

dan meningkatkan aksesnya terhadap kegiatan pembangunan daerah.

Di samping permasalahan di atas, salah satu faktor pembatas bagi

pengembangan wilayah adalah kondisi geografi. Beberapa daerah dicirikan oleh

topografi/kelerengan yang cukup besar. Kondisi ini menuntut pengendalian

pemanfaatan lahan yang lebih ketat untuk mempertahankan daya dukung

lingkungan dalam menjamin keberlangsungan pembangunan. Namun demikian ini

tidak berarti pembangunan di daerah tersebut dibatasi. Yang diperlukan adalah

mengembangkan sektor-sektor yang memiliki efek konservasi relatif tinggi seperti

Page 208: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 208

perkebunan, pertanian terasering, dan pariwisata. Daerah-daerah tersebut adalah

Empat Lawang, Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, dan Pagar Alam.

Tabel 12

Luas Kabupaten/Kota Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kabupaten/ Kota

Luas (Ha)

0-8% 8 - 15 % 16-25% 26-40% >40%

1 Banyuasin 1.181.610 1.689 - - -

2 Empat Lawang 18.212 62.253 38.531 2.141 104.506

3 Lahat 126.787 142.785 148.751 5.133 107.718

4 Lubuk Linggau 2.863 24.546 5.492 1.569 5.680

5 Muara Enim 710.763 122.335 26.611 25.262 37.418

6 Musi Banyuasin 1.284.134 113.236 20.934 - 8.323

7 Musi Rawas 542.957 267.264 160.457 20.200 244.988

8 OKI 1.832.553 2.293 1.058 - -

9 OKU 236.011 124.065 58.855 41.939 18.836

10 OKU Selatan 124.040 129.222 137.501 95.939 62.693

11 OKU Timur 297.717 39.109 174 - -

12 Pagar Alam 86 26.931 20.005 11.703 4.641

13 Palembang 40.061 - - - -

14 Prabumulih 24.760 15.220 3.470 - -

15 Ogan Ilir 266.607 - - - -

Total 6.422.553 1.070.948 621.840 1.714.422 5.922.802

Sumber : RTRW Provinsi Sumatera Selatan 2005-2019.

III. Arah Kebijakan, Strategi dan Prioritas Pembangunan Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

Sebagaimana diuraikan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun

2013-2018 bahwa sebagai upaya untuk mensinergikan perencanaan

pembangunan provinsi dengan kabupaten/kota di Sumatera Selatan untuk

pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan antarkabupaten/kota,

maka ditetapkan beberapa target indikator kinerja daerah kabupaten/kota yaitu

Page 209: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 209

untuk empat target kinerja, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan,

pengurangan pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia.

Tabel 13

Target Kinerja Pembangunan Kabupaten/Kota Tahun 2015

No Kabupaten/Kota

Indikator KInerja

Pertumbuhan Ekonomi

Kemiskinan (%)

Pengangguran (%)

IPM

1 Ogan Komering Ulu 7,32 10,56 4,61 74,64

2 Ogan Komering Ilir 6,58 13,07 8,74 72,00

3 Muara Enim 5,44 12,52 3,87 72,19

4 Lahat 6,10 16,29 4,14 73,00

5 Musi Rawas 5,61 16,71 1,92 69,66

6 Musi Banyuasin 3,33 17,45 5,37 73,99

7 Banyuasin 6,27 10,39 5,02 71,20

8 OKU Selatan 7,34 9,65 2,69 72,77

9 OKU Timur 7,20 8,46 2,45 71,34

10 Ogan Ilir 7,19 11,74 4,89 71,08

11 Empat Lawang 6,26 12,63 2,83 70,29

12 Palembang 8,76 12,44 9,75 77,97

13 Prabumulih 5,75 10,90 8,15 76,16

14 Pagaralam 6,36 8,17 3,97 74,74

15 Lubuk Linggau 6,58 13,36 5,47 71,99

16 Penukal Abab Lematang Ilir

17 Musi Rawas Utara

18 Sumatera Selatan 6,00 13,24 4,27 74,60

Upaya sinergi perencanaan untuk mencapai target-target pembangunan

tersebut dimulai pada saat musyawarah perencanan pembangunan. Pendekatan

yang dilakukan adalah menggunakan indikator kemiskinan ditinjau dari lima

dimensi yaitu ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, pangan dan infrastruktur

dasar dengan mensinergikan program dan kegiatan di SKPD provinsi dengan

kabupaten/kota disesuaikan dengan karakteristik kemiskinan di masing-masing

kabupaten/kota.

III.1. Arah Kebijakan, Strategi, dan Instrumen Umum Pembangunan

Secara umum arah kebijakan pembangunan wilayah Sumatera Selatan

adalah sebagai berikut:

Page 210: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 210

1. Memperkuat keunggulan wilayah berbasis sumber daya lokal, yakni sebagai

lumbung pangan, lumbung energi, dan salah satu pusat perdagangan dan

pariwisata nasional.

2. Memperkuat konektivitas domestik baik intrawilayah maupun antarwilayah

dengan memantapkan Palembang, Prabumulih, Baturaja, dan Lubuk Linggau

sebagai simpul-simpul distribusi dan koleksi.

3. Mendorong pengembangan klaster industri pengolahan di Palembang,

Prabumulih, dan Lubuk Linggau.

4. Mendukung percepatan implementasi proyek-proyek MP3EI (pembangunan

Pelabuhan Tanjung Api-Api, pemantapan jalan Palembang-Muara Enim).

Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan dengan strategi dan instrument

berikut:

1. Peningkatan koordinasi pembangunan & pemeliharaan infrastruktur produksi

a. Koordinasi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah pusat dan

pemerintah kabupaten/kota diperlukan untuk mensinergikan pembangunan

jaringan jalan dan irigasi yang terbagi menurut kewenangan masing-

masing (jalan nasional, provinsi, kabupaten dan jaringan irigasi primer,

sekunder, tersier).

b. Koordinasi antara pemerintah provinsi dan PLN serta penyedia listrik

swasta diperlukan untuk meningkatkan pemerataan suplai listrik di seluruh

wilayah.

c. Koordinasi antar SKPD diperlukan dalam rangka penajaman fokus belanja

pemerintah.

2. Peningkatan kerjasama antar daerah yang difokuskan pada:

a. Harmonisasi peraturan/perijinan investasi.

b. Pengurangan hambatan distribusi barang antar daerah.

3. Peningkatan akses permodalan yang diutamakan melalui:

a. Dukungan sertifikasi tanah

b. Dukungan/subsidi kredit UMKM

Page 211: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 211

4. Pengembangan lembaga perlindungan/penjaminan komoditas pertanian

5. Penguatan citra positif daerah yang difokuskan pada:

a. Dukungan inovasi produk lokal dengan mengoptimalkan desain,

pengemasan, dan branding.

b. Promosi investasi dan festival budaya daerah.

III.2. Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Kabupaten/Kota

Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pengembangan Kabupaten Ogan Komering Ulu diarahkan sebagai sentra

perkebunan, peternakan dan pertambangan. Dari sisi sektoral, sumber

pertumbuhan wilayah adalah perdagangan, pertanian, dan jasa-jasa. Oleh karena

itu, prioritas pembangunan di Ogan Komering Ulu diarahkan pada:

- Peningkatan produktivitas perkebunan

- Peningkatan akses permodalan khususnya bagi petani skala kecil

- Pemantapan jaringan jalan produksi

- Pemantapan pengelolaan pasar Baturaja sebagai kolektor dan distributor lokal

Kabupaten Ogan Komering Ilir

Pengembangan Kabupaten Ogan Komering Ilir diarahkan sebagai sentra

produksi pangan khususnya padi, palawija, hortikultura, ternak, dan perikanan

budidaya. Dari sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan daerah adalah pertanian,

perdagangan, dan bangunan. Oleh karena itu, prioritas pembangunan di Ogan

Komering Ilir perlu diarahkan pada:

- Peningkatan produktivitas pertanian dengan fokus pemantapan jaringan irigasi

dan penyuluhan.

- Peningkatan efisiensi distribusi input produksi : sarana pertanian/alsintan, bibit

unggul, pupuk, pakan ternak.

- Pemantapan prasarana dengan fokus jalan produksi dan pasar produk

pertanian.

Page 212: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 212

- Peningkatan dukungan akses permodalan, yang bias dilakukan melalui subsidi

kredit dan didukung penjaminan produksi pertanian.

- Pemberdayaan koperasi petani.

- Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan menengah dan

kesehatan.

Kabupaten Muara Enim

Pengembangan Kabupaten Muara Enim diarahkan untuk memantapkan

perannya sebagai salah satu sentra pertambangan. Namun demikian untuk

perspektif jangka panjang, pengembangan daerah ini juga diarahkan pada sektor-

sektor unggulan terbarukan dengan basis utama pertanian, khususnya komoditi

sapi, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Sektor pertambangan dan pertanian

merupakan sumber utama pertumbuhan daerah. Oleh karena itu, prioritas

pembangunan diarahkan pada:

- Pemantapan dan pemeliharaan infastruktur jalan

- Peningkatan produktivitas pertanian dengan fokus: penyuluhan, pemanfaatan

bibit unggul, jaminan distribusi pupuk dan pakan ternak

- Peningkatan dukungan akses permodalan bagi petani dan peternak

- Peningkatan dukungan pemberdayaan koperasi petani.

- Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan menengah dan

kesehatan.

Kabupaten Lahat

Pengembangan Kabupaten Lahat diarahkan sebagai sentra produksi

hortikultura khususnya sayur-sayuran dan peternakan khususnya sapi. Sektor

pertanian dan pertambangan berperan penting bagi perekonomian daerah dan

merupakan sumber utama pertumbuhan. Oleh karena itu prioritas pembangunan

diarahkan pada:

- Peningkatan produktivitas pertanian dan peternakan melalui penyuluhan,

pemanfaatan bibit/benih unggul, serta didukung jaminan kelancaran distribusi

pupuk, pakan ternak dan alsintan.

- Peningkatan dukungan akses kredit modal

Page 213: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 213

- Peningkatan infrastruktur jalan

- Dukungan pemberdayaan koperasi petani

- Pengembangan agrowisata.

- Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses kesehatan.

- Peningkatan daya dukung lingkungan.

Kabupaten Musi Rawas

Pengembangan Kabupaten Musi Rawas diarahkan sebagai sentra produksi

perkebunan dan pertanian, khususnya komoditi karet, sapi, padi, dan buah-buahan.

Di samping itu Musi Rawas juga merupakan salah satu penghasil tambang. Sektor

pertanian dan pertambangan merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi

daerah. Oleh karena itu prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas melalui kegiatan penyuluhan, pemanfaatan bibit

unggul, jaminan distribusi pupuk dan alsintan, serta dukungan peremajaan

(revitalisasi) tanaman karet

- Peningkatan dukungan akses permodalan bagi petani dan pelaku usaha

perkebunan rakyat yang bisa dilakukan melalui pemberian subsidi kredit

maupun dukungan sertifikasi tanah

- Peningkatan infrastruktur jalan

- Pemberdayaan koperasi petani.

- Penanggulangan kemiskinan serta peningkatan akses pendidikan menengah

dan kesehatan.

- Peningkatan daya dukung lingkungan.

Kabupaten Musi Banyuasin

Pengembangan Kabupaten Musi Banyuasin diarahkan untuk memantapkan

perannya sebagai salah satu sentra utama pertambangan, perkebunan, dan

pertanian. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan perekonomian terbesar kedua

setelah Palembang (diukur dari PDRB ADHB) dan diperkirakan semakin

berkembang karena berada dalam Koridor Ekonomi Sumatera. Musi Banyuasin

memiliki banyak komoditas unggulan, diantaranya pertambangan, karet, perikanan,

Page 214: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 214

palawija, padi, dan peternakan sapi. Secara sektoral, sumber utama pertumbuhan

ekonomi daerah adalah pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Oleh karena

itu prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Pengendalian kompetisi lahan untuk pertambangan, pertanian, dan perkebunan

- Pemantapan dan pemeliharaan jaringan jalan

- Peningkatan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas pertanian khususnya melalui dukungan penyuluhan,

pemanfaatan bibit/benih unggul, jaminan distribusi pupuk dan alsintan

- Peningkatan jalur logistik dan pemasaran

- Peningkatan akses permodalan bagi petani, peternak, nelayan, dan petani

perkebunan rakyat.

- Pemberdayaan koperasi petani, peternak, nelayan.

- Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan menengah.

Kabupaten Banyuasin

Pengembangan Kabupaten Banyuasin diarahkan untuk memantapkan

perannya sebagai salah satu sentra utama pertanian dan pertambangan.

Kabupaten Banyuasin berperan penting dalam mendukung Sumatera Selatan

sebagai lumbung pangan dengan komoditi unggulan padi, palawija, hortikultura

sayur-sayuran, dan perikanan. Dari sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan

ekonomi daerah adalah pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Oleh karena

itu prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas usaha pertanian melalui penyuluhan, pemanfaatan

bibit unggul, jaminan distribusi pupuk dan alsintan

- Peningkatan dukungan akses permodalan bagi petani dan nelayan

- Pemantapan dan pemeliharaan jaringan jalan

- Pemantapan akses pemasaran

- Pemberdayaan koperasi petani dan nelayan

- Peningkatan akses pendidikan menengah dan kesehatan

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Page 215: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 215

Pengembangan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan diarahkan untuk

memacu pertumbuhannya dan mengejar ketertinggalannya dari daerah lain.

Percepatan pembangunan diarahkan pada sektor-sektor yang memiliki keunggulan

komparatif, yakni tanaman pangan padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan,

dan peternakan sapi. Pengembangan sektoral ini perlu didukung dengan

penguatan aksesibilitas wilayah dengan memperkuat konektivitas jaringan jalan

dengan Jalur Lintas Tengah serta dengan hub lokal Baturaja (Ogan Komering Ulu).

Oleh karena itu, prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Perluasan pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas pertanian melalui peningkatan penyuluhan,

pemanfaatan bibit/benih unggul, peningkatan distribusi pupuk dan alsintan

- Peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan

- Peningkatan akses permodalan bagi petani

- Peningkatan akses pemasaran

- Peningkatan daya dukung lingkungan

- Peningkatan akses pendidikan menengah

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

Pengembangan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur diarahkan sebagai

sentra produksi pangan, khususnya komoditi padi, palawija, sayur-sayuran, buah-

buahan, dan ternak sapi. Pertumbuhan komoditi-komoditi tersebut telah

berkontribusi menjadikan sektor pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

daerah di samping sektor perdagangan dan jasa-jasa. Oleh karena itu prioritas

pembangunan diarahkan pada:

- Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan dukungan akses permodalan

- Peningkatan produktivitas usaha pertanian dengan fokus pada peningkatan

penyuluhan, pemanfaatan bibit unggul, peningkatan jaminan distribusi pupuk

dan alsintan

- Peningkatan dan pemeliharaan jalan produksi

- Dukungan pemberdayaan koperasi petani dan peternak

Page 216: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 216

Kabupaten Ogan Ilir

Pengembangan Kabupaten Ogan Ilir diarahkan untuk memantapkan

perannya sebagai sentra produksi pangan dan daerah penyangga perkotaan

Palembang dan Prabumulih. Komoditi unggulan daerah adalah hortikultura buah-

buahan, sayur-sayuran, padi dan ternak sapi. Namun demikian sumber

pertumbuhan ekonomi daerah dalam beberapa tahun terakhir adalah jasa-jasa,

bangunan, dan perdagangan. Hal ini menggambarkan besarnya pengaruh kegiatan

di daerah tetangga Palembang dan Prabumulih. Oleh karena itu prioritas

pembangunan diarahkan pada:

- Pembangunan & pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas usaha pertanian dengan fokus pada kegiatan

penyuluhan, pemanfaatan bibit/benih unggul, peningkatan jaminan distribusi

pupuk dan alsintan

- Peningkatan infrastruktur jalan produksi

- Pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya alih fungsi lahan pertanian

beririgasi teknis

- Peningkatan akses pendidikan menengah dan kesehatan

Kabupaten Empat Lawang

Pengembangan Kabupaten Empat Lawang diarahkan sebagai sentra

produksi pertanian. Sumber utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah sektor

pertanian dan perdagangan. Percepatan pertumbuhan pertanian sangat penting

mengingat besarnya pangsa pertanian dalam struktur perekonomian daerah. Oleh

karena itu prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi

- Peningkatan produktivitas usaha pertanian melalui penyuluhan, pemanfaatan

bibit unggul, peningkatan jaminan distribusi pupuk dan alsintan

- Peningkatan dukungan akses permodalan melalui subsidi kredit pertanian dan

sertifikasi tanah

- Peningkatan infrastruktur jalan produksi

- Pemberdayaan koperasi pertanian

- Peningkatan daya dukung lingkungan

Page 217: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 217

- Peningkatan akses pendidikan menengah dan kesehatan

Kota Palembang

Pengembangan Kota Palembang diarahkan untuk memantapkan perannya

sebagai kota utama yang merupakan pusat industri, jasa keuangan, serta simpul

utama perdagangan dan transportasi untuk intra dan antarwilayah. Sektor

unggulan wilayah merupakan ciri daerah perkotaan yakni industri manufaktur dan

sektor jasa (perdagangan, keuangan, angkutan dan komunikasi). Sektor-sektor

tersebut merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi daerah. Pembangunan

Kota Palembang akan menentukan sejauh mana wilayah Sumatera Selatan

mendapatkan manfaat dari percepatan pembangunan Koridor Ekonomi Sumatera.

Oleh karena itu prioritas pembangunan diarahkan pada:

- Peningkatan dan pemantapan infrastruktur perkotaan yang meliputi: jalan kota

dan jembatan, jaringan energi (listrik dan gas), persampahan, sanitasi dan

drainase

- Peningkatan dan pemantapan infrastruktur strategis wilayah seperti

telekomunikasi, perhubungan (bandar udara dan akses pelabuhan laut)

- Peningkatan manajemen transportasi perkotaan dan antar kota

- Peningkatan manajemen pasar sebagai kolektor dan distributor regional

- Pengembangan pariwisata

- Pengendalian pemanfaatan ruang

- Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan pelaku usaha di sektor

informal

Kota Prabumulih

Pengembangan Kota Prabumulih diarahkan untuk memantapkan perannya

sebagai salah satu pusat pelayanan jasa dan kegiatan di tingkat wilayah. Dalam

kaitan pengembangan koridor internal Palembang-Lubuk Linggau, posisi Kota

Prabumulih strategis sebagai sah satu simpul transportasi dan perdagangan

wilayah. Sektor unggulan daerah di antaranya keuangan dan perdagangan serta

buah-buahan. Sumber pertumbuhan ekonomi daerah dicirikan oleh sektor-sektor

Page 218: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 218

perkotaan yaitu perdagangan, bangunan, dan keuangan. Oleh karena itu prioritas

pembangunan diarahkan pada:

- Peningkatan infrastruktur jalan dan prasarana perkotaan lainnya seperti

persampahan, sanitasi dan drainase, serta kelistrikan

- Peningkatan manajemen pasar regional sebagai kolektor dan distributor

komoditi unggulan dari daerah sekitar

- Peningkatan dukungan pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan

dan pertanian dengan fokus peningkatan akses permodalan dan teknologi

khususnya pada UMKM serta pengembangan balai-balai latihan kerja

- Pengendalian pemanfaatan ruang

- Peningkatan akses pendidikan menengah

Kota Pagar Alam

Pengembangan Kota Pagar Alam diarahkan sebagai kota jasa dan

pariwisata dataran tinggi. Dikelilingi oleh bentang alam pegunungan dan daerah

pertanian yang indah, potensi pengembangan pariwisata sangat menjanjikan.

Sektor unggulan daerah adalah sektor jasa dan komoditas hortikultura sayur-

mayur. Sementara itu sumber pertumbuhan ekonomi daerah adalah konstruksi,

jasa-jasa, dan perdagangan. Oleh karena itu prioritas pembangunan diarahkan

pada:

- Peningkatan infrastruktur penunjang pariwisata yang meliputi telekomunikasi,

kelistrikan, dan transportasi

- Peningkatan infrastruktur perkotaan seperti jalan kota, sanitasi dan drainase,

dan persampahan

- Pengembangan agrowisata

- Peningkatan produktivitas usaha tani: penyuluhan, pemanfaatan bibit unggul,

jaminan suplai pupuk dan alsintan

- Pemberdayaan koperasi petani

- Pengendalian pemanfaatan ruang dan peningkatan daya dukung lingkungan

Kota Lubuk Linggau

Page 219: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 219

Pengembangan Kota Lubuk Linggau diarahkan sebagai pusat kota jasa dan

industri pengolahan yang melayani wilayah bagian barat. Dengan posisinya yang

strategis, Kota Lubuk Linggau juga berpotensi melayani wilayah Bengkulu. Sektor

unggulan daerah khas daerah perkotaan yakni perdagangan dan jasa lainnya.

Demikian juga sumber utama pertumbuhan daerah, yakni sektor konstruksi,

perdagangan, dan jasa-jasa. Oleh karena itu prioritas pembangunan diarahkan

pada:

- Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan: jalan, sanitasi dan

drainase, dan persampahan

- Peningkatan jaringan telekomunikasi dan kelistrikan

- Pemantapan pengelolaan pasar regional

- Dukungan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan

melalui: difusi teknologi, akses permodalan, dan pengembangan balai latihan

kerja

- Pengendalian pemanfaatan ruang

- Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses pelayanan kesehatan

III.3. Konsep Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan

Konsep tata ruang wilayah provinsi merupakan konsep dari rencana

kerangka tata ruang wilayah yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan

(sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem

jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi.

Sistem perkotaan wilayah provinsi adalah rencana susunan kota dan

kawasan perkotaan di dalam wilayah provinsi yang menunjukkan keterkaitan

keadaan saat ini maupun rencana antar kota/perkotaan yang membentuk hirarki

pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah provinsi.

Pusat-pusat kegiatan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang

merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi terdiri atas :

1. Sebuah Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kota Palembang yang merupakan

kawasan perkotaan yang fungsinya akan melayani kegiatan skala internasional,

Page 220: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 220

nasional atau beberapa provinsi, khususnya Belajasumba (Bengkulu, Lampung,

Jambi, Sumatera Selatan dan Bangka-Belitung);

2. Sebelas Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Sungsang (Tanjung Api-api),

Indralaya, Kayuagung, Prabumulih, Baturaja, Muara Enim, Lahat,

LubukLinggau, Sekayu, Pagar Alam dan Martapura. Kesembilan PKW ini

merupakan kawasan perkotaan yang fungsinya akan melayani kegiatan skala

provinsi atau beberapa kabupaten/kota sedemikian hingga seluruh wilayah

Provinsi Sumatera Selatan dapat terlayani secara cukup merata;

3. Empat Belas Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Pangkalan Balai, Muara Beliti,

Tebing Tinggi, Muara Dua, Martapura, Gumawang, Tugumulyo, Talang Ubi,

Peninjauan, Muara Rupit, Sungai Lilin, Bayung Lencir, Tanjung Raja, Muara

Lakitan dan Pengadonan. Kesepuluh PKL ini merupakan kawasan perkotaan

yang fungsinya akan melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa

kecamatan.

Sementara itu telah ditetapkan pula Kawasan Strategis Provinsi, yaitu

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau

lingkungan. Pemerintah daerah kabupaten/kota tetap memiliki kewenangan dalam

penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis yang menjadi

dasar penetapan kawasan strategis.

Kawasan Strategis di Provinsi Sumatera Selatan yang secara lebih rinci

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 14

Kawasan Strategis di Provinsi Sumatera Selatan

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

Page 221: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 221

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

1 Kawasan Perkotaan Metropolitan Palembang.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek:

1) Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2) Dukungan jaringan prasarana dan

fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan

Pengembangan pembangunan vertikal Berpotensi sebagai kawasan ekonomi

untuk persaingan di tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah

2 Kawasan Perkotaan Lubuk Linggau.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek :

1) Sektor unggulan perdagangan, jasa, industri yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

2) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan perkotaan

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Menyelaraskan struktur dan pola ruang, serta

arah pengembangan wilayah agar terintegrasi dan saling mendukung dengan kawasan tetangga

3 Kawasan Muara Enim dan sekitarnya.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1) Sektor unggulan pertanian,

pertambangan, dan perkebunan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

2) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

3) Mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; dan

4) Mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi.

Perlu sinergitas pembangunan antar sektor. Perlu sinergitas infrastruktur. Pengembangan Kawasan Agribisnis.

Page 222: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 222

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

4 Kawasan Perkotaan Pagar Alam.

Kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis sosial budaya di wilayah provinsi. Kawasan ini memiliki : 1)Situs bersejarah dunia; 2)Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 3)Tempat perlindungan peninggalan budaya;

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan perkotaan.

Perlu sinergitas infrastruktur. Menyelaraskan struktur dan pola ruang, serta

mengembangan wilayah agar terintegrasi dan saling mendukung dengan kawasan tetangga.

Pengembangan kawasan wisata budaya dan alam. Pelestarian cagar budaya.

5 Kawasan Tanjung Api Api.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan e k o n o m i p r o v i n s i d a l a m a s p e k : 1)Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri

Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan

Mengembangkan pelabuhan internasional Mengintegrasikan dengan pengembangan

wilayah disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta

6 Kawasan Koridor Palembang- Prabumulih

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan e k o n o m i p r o v i n s i d a l a m a s p e k : 1)Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah

kawasan pertanian

7 Kawasan Koridor Lahat - Muara Enim

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1)Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah

kawasan pertanian/hutan Perlu pelestarian cagar budaya yang

berpotensi menjadi daya tarik wisat

8 Kawasan Koridor Baturaja-Martapura.

Pusat berbagai kegiatan ekonomi yang medukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi provinsi;

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah

kawasan pertanian/hutan

Page 223: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 223

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

9 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Danau Ranau.

1)Kawasan kegiatan ekonomi yang dikembangkan bagi dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; dan 2)Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah

kawasan pertanian/hutan Mengembangkan kawasan wisata terpadu

dan agroindustri Mengoptimalkan pemanfaatan Danau

Ranau untuk kegiatan pariwisata & kegiatan khusus sesuai daya dukungnya.

10 Kawasan Agropolitan Musi Rawas.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1)Sektor unggulan pertanian, industri, pertambangan, kehutanan, dan perikanan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 3)Mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan;

Merupakan daerah lumbung padi nasional Mempertahankan luasan lahan sawah/perkebunan Meningkatkan produktivitas lahan sawah/perkebunan Meningkatkan pendapatan petani dengan

program multiaktivitas agribisnis dan perbaikan irigasi

Memperkecil resiko banjir dan kekeringan Mengembangkan kawasan agribisnis dari

hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan

11 Kawasan Agropolitan OKI.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1)Sektor unggulan pertanian yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 3)Mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

Merupakan daerah lumbung padi nasional Mempertahankan luasan lahan sawah/perkebunan Meningkatkan produktivitas lahan sawah/perkebunan Meningkatkan pendapatan petani dengan

program multiaktivitas agribisnis dan perbaikan irigasi

Memperkecil resiko banjir dan kekeringan Mengembangkan kawasan agribisnis dari

hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan

Page 224: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 224

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

12 Kawasan Pesisir OKI. Kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang : 1)Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; 2)Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian.

Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan

Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove

Pengembangan/ peningkatan kegiatan ekonomi pesisir

Peningkatan kualitas pemukiman nelayan Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi

konservasi kawasan

13 Kawasan Panas Bumi (Geothermal) Lumut Balai Rantau Dadap (Semendo Darat Laut, Darat Tengah, Darat Ulu Kabupaten Muara Enim).

Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan SDA dan/atau teknologi tinggi di wilayah provinsi yang : 1)Memiliki sumber daya alam geotermal strategis; 2)Memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Pemanfaatan SDA energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Sinergitas dengan pengembangan wilayah sekitar.

14 Kawasan Tulung Salapan - Cengal Kabupaten OKI.

Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah provinsi.

Pengembangan jaringan infrastruktur Pengembangan ekonomi kawasan

Page 225: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 225

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

15 Kawasan Palembang dan sekitarnya (termasuk Sekayu dan Kayuagung).

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek: 1)Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2)Sektor unggulan pertanian, industri, pertambangan, kehutanan, perikanan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 3)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 4)Mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; atau 5)Mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; 6) Sebagai kawasan andalan nasional.

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah

kawasan pertanian/hutan Pengembangan kawasan agribisnis;

16 Kawasan Obyek Militer Baturaja (OMIBA).

Kawasan yang memiliki fungsi pertahanan keamanan sebagai kawasan latihan militer.

Pengembangan/peningkatan kualitas kawasan.

17 Kawasan Agropolitan OKU Timur.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1)Sektor unggulan pertanian yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 3)Mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan;

Merupakan daerah lumbung padi nasional Mempertahankan luasan lahan sawah/perkebunan Meningkatkan pendapatan petani dengan program multiaktivitas agribisnis dan perbaikan

irigas Memperkecil resiko banjir dan kekeringan Mengembangkan kawasan agribisnis dari

hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan

18 Kawasan Koridor Lubuk Linggau - Muara Beliti

Pusat berbagai kegiatan ekonomi yang medukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi provinsi;

Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional

Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan pertanian/hutan

Page 226: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 226

No Kawasan Strategis Kriteria Arahan Penanganan

19 Kawasan Taman Nasional Sembilang

Kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang 1) Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; 2)Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan

Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove

Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan

20 Kawasan Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang (Perlindungan Buaya Senyulong)

Kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang : 1) Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; 2)Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan

Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove

Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan

21 Kawasan Minapolitan a. Ogan Ilir b. Ogan Komering Ilir c. Ogan Komering

Ulu d. OKU Timur e. Banyuasin f. OKU Selatan g. Musi Banyuasin h. Musi Rawas i. Kota Palembang.

Kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek : 1)Sektor unggulan perikanan dan industri yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 2)Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 3)Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan;

Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan

Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya

Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis

Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan

Sumber : Draft RTRW Prov. Sumsel 2013-2033

Page 227: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 227

IV. Prioritas Kewilayahan Kabupaten/Kota

Memperhatikan karakteristik serta kinerja Kabupaten/Kota serta target-target

kinerja pembangunan Kabupaten/Kota sebagaimana yang ditetapkan dalam

RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2013-2018, maka Prioritas Pembangunan

secara kewilayahan diformulasikan dengan menggunakan pendekatan

pengurangan kemiskinan. Adapun program-program prioritas kewilayah tersebut

adalah sebagai berikut

Page 228: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 228

Page 229: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 229

BAB VII

PENUTUP

Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan bila dilihat dari posisi

saat ini, saat tahun 2014 ini akan diwarnai secara menonjol oleh dinamika politik

dan gejolak perekonomian dunia. Namun demikian optimisme tetaplah harus

diutamakan mengingat perjalanan sejarah negeri dimana berbagai gejolak dalam

negeri mampu diatasi secara baik dan bijak oleh bangsa.

Peluang daerah untuk lebih maju, unggul, terdepan dan kreatif terbentang

luas, asalkan kesungguhan yang disertai kerja keras dan dengan tidak henti-henti

berinovasi senantiasa didahulukan. Lebih terutama daripada itu adalah

meningkatkan kerjasama dengan masyarakat luas yang akan lebih mengarahkan

segala daya upaya pelaksanaan pembangunan sesuai dengan harapan

masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

sangat ditentukan oleh koordinasi dan sinergi yang solid antar SKPD, kerjasama

yang saling mengisi dan menguatkan antara SKPD Provinsi Sumatera Selatan

dengan seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, serta

pengendalian dan evaluasi yang cermat dan akurat, sehingga sangat diharapkan

setiap program dan kegiatan benar-benar bermanfaat nyata bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kemajuan daerah. Dan sebagai

upaya untuk mencapai keberhasilan melalui sinergitas perencanaan pembangunan

maka pelaksanaan RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 akan ditempuh

melalui kaidah-kaidah pelaksananaan sebagai berikut:

1. RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 merupakan dasar Penyusunan

Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran

2015 yang akan dilaksanakan pada Tahun 2015.

Page 230: PENDAHULUAN - bappeda.sumselprov.go.id · seyogyanya tidak terpengaruh dengan suasana politik tersebut karena anggaran publik haruslah berorientasi kepada pembangunan dan seluruh

RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015

I - 230

2. Seluruh kebijakan dan program yang tercantum dalam RKPD Tahun 2015

selanjutnya akan dilaksanakan oleh SKPD melalui penyusunan Rencana Kerja

(Renja) SKPD dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD dengan

menerapkan sistem perencanaan dan penganggaran yang terpadu, berbasis

kinerja dan menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, transparan,

akuntabilitas dan partisipasi.

3. RKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 memuat daftar program dan

kegiatan yang akan menjadi instrumen utama bagi seluruh jajaran Pemerintah

Sumatera Selatan dalam meningkatkan kinerja pembangunan melalui

pembenahan administrasi pemerintahan dan peningkatan jangkauan dan mutu

pelayanan kepada masyarakat.

4. Berbagai tantangan pembangunan harus dihadapi dengan bekerja lebih keras

dan lebih cerdas, memperkuat koordinasi dan sinergi seluruh jajaran Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan dengan Pemerintah Pusat maupun dengan

meningkatkan partisipasi masyarakat sipil dan membangun kerjasama yang

saling memberikan manfaat dengan para pelaku usaha.

5. Untuk menjaga efektivitas pelaksanaan program, SKPD di lingkungan Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan wajib melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan

serta melakukan tindakan koreksi yang diperlukan dalam bentuk laporan berkala

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku.

Seberat apapun tantangan pasti dapat diatasi oleh kebersamaan. Sumatera

Selatan Sejahtera dan Lebih Maju pasti dapat kita wujudkan bersama.

GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

H. ALEX NOERDIN