17
ABSTRAK Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan genangan air di daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim hujan. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar yang berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan perumahan BTP mengalami sedimentasi serta penyempitan saluran drainase yang berdampak negatif pada kurangnya kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh drainase tersebut. Pada kawasan perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok AB, AC, AD, dan AF yang terjadi setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara 50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-rumah di sekitar Blok tersebut terendam air. Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya pengendalian banjir Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) secara struktural sehingga dampak kerugian akibat bencana banjir dapat diminimalisir. Dalam penentuan alternatif penanggulangan dilakukan analisis spatial wilayah untuk menentukan perencanaan yang sesuai. Kata kunci : Banjir, drainase A. PENDAHULUAN Banjir merupakan suatu fenomena alam.Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah

Pendahuluan Tibom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendahuluan Tibom

Citation preview

Page 1: Pendahuluan Tibom

ABSTRAK

Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam yang

terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran

drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada kawasan

permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan genangan air di

daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim hujan. Hal tersebut

diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar yang berdasarkan hasil

survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan perumahan BTP mengalami

sedimentasi serta penyempitan saluran drainase yang berdampak negatif pada kurangnya

kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh drainase tersebut. Pada kawasan

perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok AB, AC, AD, dan AF yang terjadi

setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara 50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-

rumah di sekitar Blok tersebut terendam air.

Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya pengendalian

banjir Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) secara struktural sehingga dampak

kerugian akibat bencana banjir dapat diminimalisir. Dalam penentuan alternatif penanggulangan

dilakukan analisis spatial wilayah untuk menentukan perencanaan yang sesuai.

Kata kunci : Banjir, drainase

A. PENDAHULUAN

Banjir merupakan suatu fenomena alam.Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI

(Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak

tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang

semestinya kering.

Kota Makassar merupakan salah satu Kota yang belum dapat menyelesaikan masalah banjir

yang biasa terjadi.Setiap musim penghujan, beberapa titik-titik lokasi mengalami genangan air

bahkan banjir karna faktor-faktor tertentu.Salah satu lokasi daerah rawan banjir di Kota

Makassar adalah Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Jalan Perintis Kemerdekaan VII,

Kecamatan Tamalanrea. Banjir tersebut tidak lain disebabkan oleh beberapa faktor seperti

landainya suatu kawasan sehingga menjadikan kawasan tersebut menjadi tempat pertemuan

terakhir dari aliran air yang ada di sekitar kawasan lain yang lebih tinggi.

Sistem jaringan drainase di suatu kawasan permukiman semestinya dirancang untuk

menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya kapasitas

saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang terjadi sehingga

kawasan tersebut tidak mengalami genangan atau banjir. Jika kapasitas sistem saluran drainase

Page 2: Pendahuluan Tibom

menurun dikarenakan oleh berbagai sebab maka debit yang normal sekalipun tidak akan bisa

ditampung oleh sistem yang ada. Menurunnya kapasitas sistem drainase dapat banyak

disebabkan karena terdapat endapan, terjadi kerusakan fisik sistem jaringan, adanya bangunan

lain di atas sistem jaringan. Pada waktu-waktu tertentu saat musim hujan sering terjadi

peningkatan debit aliran, atau telah terjadi peningkatan debit yang dikarenakan oleh berbagai

sebab, maka kapasitas sistem yang ada tidak bisa lagi menampung debit aliran, sehingga

mengakibatkan banjir di suatu kawasan. Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain,

curah hujan yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata guna lahan, kerusakan lingkungan

pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) disuatu kawasan. Kemudian jika suatu perkotaan atau

kawasan terjadi penurunan kapasitas sistem sekaligus terjadi peningkatan debit aliran, maka

banjir akan semakin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun

durasinya.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Pengertian banjir

Berdasarkan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil Tentang

PengendalianPemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir, banjir merupakan

aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relative tinggi dan tidak dapat ditampung

oleh saluran drainase atau sungai sehingga melimpah ke kanan dan ke kiri serta menimbulkan

genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia

dan lingkungan.

Bencana banjir dapat dikategorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam yang dipicu

oleh beberapa faktor penyebab seperti curah hujan, iklim, gemorfologi wilayah, dan aktivitas

manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam

dan lingkungan menjadi rusak.

2. Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Karakteristik kawasan rawan banjir secara garis besar terbagi menjadi 4 tipe, yaitu:

a. Daerah pesisir/pantai; dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau

sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Potensi banjir

berasal dari aliran sungai yang bermuara di pantai dan terjadinya pasang air laut.

b. Daerah dataran banjir (foodplain); daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur

ysungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relative datar, sehingga aliran

Page 3: Pendahuluan Tibom

air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap

banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut.

c. Daerah sempadan sungai; daerah rawan banjir yang berada sekitar 100m di kiri-kanan

sungai besar, dan 50m di kiri-kanan anak sungai atau sungai kecil.

d. Daerah cekungan; daerah yang relative cukup luas baik di daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan banjir, bila penataan

kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang

memadai. Daerah cekungan yang dilalui sungai, pengelolaan bantaran sungai harus

benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat

dihindarkan.

3. Faktor Penyebab dan Resiko Kawasan Rawan Bencana Banjir

Tabel Faktor Penyebab Kawasan Rawan Bencana Banjir di Daerah cekungan

Faktor Penyebab

Kondisi Alam Peristiwa Alam Aktivitas Manusia

Elevasi muka tanah

relative datar terhadap

muka air normal

sungai/ saluran

terdekat;

Kecepatan aluran

sungai rendah karena

kemiringan dasar

saluran yang relative

kecil.

Lama dan intensitas hujan tinggi,

baik hujan lokal di daerah

tersebut hujan di daerah hulu

sungai;

Meluapnya air sungai karena

kemiringan dasar saluran kecil

dan kapasitas aliran sungai tidak

memadai;

Sedimentasi, pendangkalan dam

penyempitan sungai.

Belum ada pola budidaya dan

pengembangan daerah cekungan;

Peruntukan tata ruang kawasan

belum memadai dan tidak sesuai;

Sistem drainase tidak memadai;

Prasarana pengendali banjir yang

terbatas;

Peruntukan tata ruang di daerah

penguasaan sungai (DPS) hulu.

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

Tabel Kriteria Resiko Kawasan Rawan Banjir Cekungan

Faktor PenyebabResiko

Tinggi Sedang Rendah

Kondisi

Alam

Topografi Datar & sedikit

landau

Landai & agak

curah

Curam & berbukit

Debit aliran Sungai >50m3/dt >10m3/dt <10m3/dt

Tingkat Permeabilitas <10mm/dt >10mm/dt >27,7mm/dt

Page 4: Pendahuluan Tibom

Tanah

Muka Air Tanah Tinggi Sedang Dalam

Tingkat Retensi Air Tinggi Sedang Rendah

Peristiwa

Alam

Intensitas Curah

Hujan

>200mm/th

Aktivitas

Manusia

Penyedotan Air Tanah Tidak terkendali Kurang

terkendali

Cukup terkendali

Sistem Drainase Buruk Cukup Baik

Pemanfaatan Ruang Melanggar

Rencana Tata

Ruang

Melanggar

RTRW

Sesuai RTRW

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

4. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir

Tabel Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir Cekungan

No. Tipologi KRB Pemanfaatan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

1 D1

Resiko Tinggi

Hutan Lindung

Kawasan resapan air

Kawasan sekitar danau/waduk,

mata air.

Hutan produksi

Hutan rakyat

Pertanian

Perikanan

Perhubungan/pelabuhan

2 D2

Resiko Sedang

Hutan Lindung

Kawasan bergambut

Kawasan resapan air

Sempadan sungai

Kawasan sekitar

danau/waduk/mata air.

Kawasan suaka alam

Taman nasional/taman hutan

raya/taman wisata alam

Hutan produksi

Hutan rakyat

Pertanian

Perikanan

Perkebunan

Perdagangan

Industry

Pertambangan

Permukiman

Perhubungan/pelabuhan

Pariwisata

3 D3 Hutan Lindung Hutan produksi

Page 5: Pendahuluan Tibom

Resiko Rendah

Kawasan bergambut

Kawasan resapan air

Sempadan sungai

Kawasan sekitar

danau/waduk/mata air.

Kawasan suaka alam

Taman nasional/taman hutan

raya/taman wisata alam

Hutan rakyat

Pertanian

Perikanan

Perkebunan

Perdagangan

Industry

Pertambangan

Permukiman

Perhubungan/pelabuhan

Pariwisata

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

5. Teknik Pengendalian dan Peringatan Dini Bencana Banjir

a. Teknik Pengendalian

Prinsip dasar pengendalian daerah banjir secara teknis dilakukan dilakukan dengan

meningkatkan dimensi palung sungai sehingga aliran air yang lewat tidak melimpah keluar dari

palung sungai. Manajemen yang dapat dilakukan antara lain:

Membuat tanggul sungai yang memadai serta membuat waduk atau tendon air untuk

mengurangi banjir puncak;

Menambah saluran pembuangan air dengan saluran sudetan (banjir kanal atau floodway).

Pengetatan larangan penggunaan lahan di bantaran sungai untuk bangunan.

Larangan pembuangan sampah ke saluran drainase.

Teknik pengendalian banjir di daerah tangkapan air bertumpu pada penurunan koefisien

limpasan melalui konservasi tanah dan air, yakni:

Upaya peningkatan resapan air hujan yang masuk ke dalam tanah.

Mengendalikan limpasan air permukaan pada pola aliran yang aman.

b. Peringatan Dini Bencana Banjir

Apabila sejak dari hulu sudah ada peringatan maka daerah hilir akan lebih siap menghadapi

banjir, sehingga kerugian dapat dikurangi.

Pada daerah hulu peringatan dini dapat dilakukan dengan:

Menempatkan pengukur hujan di hulu serta menyiapkan akses komunikasi ke wilayah

hilirnya. Apabila dalam sehari besarnya curah hujan mencapai 100mm dan masih terlihat

Page 6: Pendahuluan Tibom

hujan terlihat hujan turun cukup lama dan mungkin deras (terutama pada malam hari) maka

masyarakat sekitar daerah rawan banjir sudah harus siap mengungsi atau pindah ke tempat

yang lebih tinggi. Informasi ini harus dikirimkan ke daerah rawan banjir di hilirnya.

Identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir. Jika banyak material non tanah

tersangkut aliran air maka cenderung akan terjadi banjir besar. Banyaknya material

nontanah (ranting dan batang pohon) yang tersangkut dapat menunjukkan besarnya

kekuatan air yang mengangkutnya. Dengan demikian bila material yang yang terangkut

tersebut banyak maka volume air yang membawanya juga banyak sehingga dapat diprediksi

akan adanya banjir besar.

Melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan. Bila terlihat awan yang sangat

tebal dan hujan yang terus menerus, terutama jika beberapa hari terjadi turun hujan

berurutan, maka bencana banjir akan lebih besar sehingga masyarakat yang tinggal di

daerah rawan banjir diintruksikan agar lebih waspada dan bersiap untuk pindah ke tempat

yang lebih tinggi.

Peringatan dini di hulu tersebut secra berurutan diteruskan ke hilir secara sistematis dan

disempurnakan dengan perkembangan teknologi setempat seperti: penggunaan system telematri

(pengamatan jarak jauh dan tempat waktu), komunikasi via telepon (radio komunikasi), akses

telepon dan via sms setiap warga posko ke Pengendalian banjir secara baik dan lancar.

6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir (KRB)

Pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan rawan banjir dilakukan melalui 3 kegiatan utama,

yaitu:

a. Sistem perjanjian

Kebijakan system perizinan yang dikeluarkan instasnsi pemerintah dalam rangka

pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri dari:

1) Izin lokasi; dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten. Izin lokasi untuk

kawasan rawan banjir (KRB) dapat dilakukan berdasarkan:

Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RTRW Kota/Kabupaten;

Sesuai dengan kriteria pemanfaatan ruang untuk KRB;

Memiliki rencana evakuasi (emergency exit plan).

2) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB untuk KRB dapat diberikan berdasarkan:

Sesuai dengan izin lokasi yang telah dikeluarkan oleh instansi Pemda

Kota/kabupaten;

Page 7: Pendahuluan Tibom

Sesuai dengan kriteria mendirikan bangunan yang telah ditetapkan untuk KRB;

Memiliki rencana detil engineering yang lengkap, aman, dan sesuai dengan kriteria

mendirikan bangunan di KRB;

Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).

3) Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

IPB dapat diberikan berdasarkan:

Sesuai dengan IMB yang relah dikeluarkan oleh instansi Pemda Kota/kabupaten;

Sesuai dengan kriteria penggunaan bangunan yang ditetapkan untuk KRB;

Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).

b. Pengawasan

Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan

untuk mengamati, memeriksakesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.

Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilakukan dengan menggunakan norma,

standar, pedoman dan manual bidang penaatan ruang KRB. Pengawasan perlu dilakukan

agar pemanfaatan ruang tidak menyimpang dan melanggar rencana tata

ruang.Penyimpangan terhadap tata ruang KRB dapat berpotensi menimbulkan bahaya

banjir.

Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan oleh lembaga terkait seperti:

lembaga pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota),maupun lembaga non pemerintah

(LSM) yang peduli lingkungan.

Tabel Perizinan KRB Cekungan

Tipologi KRBPerizinan

Izin Terbatas Izin Bersyarat Dilarang

Cekungan D1

Kawasan Lindung Kawasan Lindung

&sebagian Kegiatan

Budidaya

Semua kegiatan

budidaya

D2

Kawasan Lindung &

sebagian Budidaya

Kawasan Lindung &

sebagian Kegiatan

Budidaya

D3

permukiman Kegiatan yg

menyebabkan

terjadinya banjir

Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009

Page 8: Pendahuluan Tibom

c. Penertiban

Penertiban dilakukan oleh lembaga terkait pemerintah yang bertujuan untuk

memberikan peringatan, pemberian sanksi sampai pada eksekusi di lapangan terhadap

penyimpangan dan pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang KRB yang

telah ditetapkan.

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB meliputi: sanksi administrasi, denda, dan

eksekusi di lapangan. Sanksi tersebut antara lain:

Peringatan tertulis;

Penghentian kegiatan sementara

Penghentian sementara pelayanan

umum (listrik, air bersih,

telepon,dll);

Penutupan lokasi;

Pencabutan izin;

Pembatalan izin;

Pembongkaran bangunan;

Pemulihan fungsi ruang;

Pidana dan Denda;

C. PEMBAHASAN

Perumahan Bumi Tamalanrea Permai terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan VII, Kecamatan

Tamalanrea, Kota Makssar. Kawasan rawan banjir di perumahan BTP berada di BTP blok AC,

AD, AE, AF. Secara topografi kawasan rawan banjir yang ada di Perumahan BTP berbentuk

Cekungan yang berada disekitar aliran anak Sungai Tallo.Kawasan rawan banjir berbentuk

cekungan yang dikelilingi dataran yang lebih tinggi sehingga pada saat hujan limpasan air

dipermukaan mengalir ke daerah cekungan sehingga menimbulkan genangan air bahkan banjir.

Berikut adalah tabel

Tabel Kawasan

Banjir di BTP

Page 9: Pendahuluan Tibom

Banjir yang terjadi di Perumahan BTP juga disebabkan oleh drainase yang

mengalami sedimentasi.Hal tersebut menyebabkan pengurangan volume drainase

sehingga saluran yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan menuju

ke sungai ataupun ke tempat pengeluaran terakhir.

Pengurangan dimensi drainase disebabkan karena kerusakan fisik jaringan drainase

dan adanya sedimentasi yang disebabkan akibat endapan lumpur, rumput dan sampah.

Sedimentasi mengakibatkan kapasitas sistem saluran drainase menurun sehingga

saluran tidak mampu menampung debitair dalam keadaan normal. Keadaan tersebut

dapat menjadi ancaman pada waktu-waktu tertentu, saat musim hujan sering terjadi

peningkatan debit aliran maka kapasitas sistem yang ada tidak bisa lagi menampung

debit aliran.

Banjir terjadi apabila hujan yang cukup tinggi dan jatuh tersebar merata di seluruh

kawasan

perumahan kemudian air hujan yang ada mengalir mengikuti topografi kawasan menuju

bagian cekungan perumahan. Air hujan tersebut kemudianberubah menjadi limpasan permukaan

yang terkumpul secara cepat pada suatu titik keluaran

(outlet) pada daerah cekungan.

Jika hujan berlangsung selama 2 jam, kawasan

cekungan permukiman akan mengalami banjir

hingga mencapai paha orang dewasa atau sekitar

±50cm-1meter. Pada saat hujan deras, hampir 70%

Gambar masjid yang dijadikan posko pengungsian wargasaat

banjir

Gambar drainase yang mengalami sedimntasi

Gambar dimensi drainase

Page 10: Pendahuluan Tibom

bangunan rumah yang di kawasan cekung terendam

banjir.Sebagian masyarakat mengungsi di masjid yang

berada tidak jauh dari lokasi permukiman karena

belum tersedia posko pengungsian.

Pada saat mengungsi, masyarakat tidak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah,

bantuan yang ada datang berasal dari swadaya masyarakat di sekitar lokasi banjir.Untuk

mengantisipasi terjadinya banjir secara swadaya masyarakat menaikan pondasi rumah

mereka masing-masing untuk mengurangi kemungkinan air masuk kedalam

rumah.Selain itu, secara swadaya masyarakat menimbun jalan untuk menaikkan elevasi

kawasan.

Gambar Peta Topografi Kawasan dan Arah Aliran Air

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kawasan permukiman Perumahan BTP berada pada kawasan dengan tipologi dataran rendah

cekungan dengan elevasi lahan rata-rata lebih rendah daripada elevasi muka air banjir

maksimum dengan resiko tinggi terhadap banjir, maka perencanaan pengendalian pencegahan

banjir yang dapat dilakukan antara lain:

a. Sarana dan Prasarana

Kontruksi: pembuatan tanggul dengan konstruksi dan elevasi 60cm lebih tinggi dari muka

air banjir maksimum, dan dibuat tempat tinggal dengan konsep rumah panggung;

Drainase: normalisasi saluran dan sungai, pembuatan system polder dengan waduk.

Penyediaan: waduk/kolam retensi dan system pompanisasi

Sumur Resapan : Normalisasi sistem penyerapan secara sederhana dengan membuat

sumur resapan di pekarangan rumah

Sarana Pelengkap Lainnya : Penyediaan peta daerah rawan banjir, jalur evakuasi,

lokasi tempat penampungan sementara, posko banjir yang pada musim kemarau juga

Page 11: Pendahuluan Tibom

dapat difungsikan sebagai aula, serta penyediaan pos pengawasan ketinggian air.

b. Vegetasi

Vegetasi: menanam vegetasi berupa tanaman semusim yang mampu meresapkan air,

mencegah erosi dan memiliki nilai estetika seperti veriver dan bamboo. Veriver merupakan

jenis tanaman spesies rumput. Bambu yang dimaksud disini adalah semua jenis bambu

termasuk bambu hias. Kedua tanaman ini selain dapat meresap air dalam volume yang

banyak, tanaman tersebut juga berfungsi sebagai pencegah erosi.

c. Regulasi:

Melakukan pemanfaatan ruang yang sesuai untuk daerah rawan banjir di kawasan cekung;

Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan ruang di kawasan rawan banjir

dengan melakukan perizinan, pengawasan, penertiban agar sesuai dengan peruntukan lahan

setempat.

Mengurangi aktifitas aspek yang terkait faktor-faktor kerentanan sebagai berikut :

- Posisi jauh - dekatnya permukiman / aktifitas penduduk dari sungai (peraturan

garis sempadan sungai harus diperhatikan).

- Posisi tinggi rendahnya suatu wilayah pada saat melakukan aktifitas

- Perlu dilakukan pemerataan persentase bangunan, sehingga tidak terjadi

bangunan yang terkonsentrasi hanya pada satu wilayah saja.

- Perlu dilakukan penyelamatan terutama pada penduduk usia tua dan balita

- Keselamatan penduduk di sektor rentan seperti pertanian

Page 12: Pendahuluan Tibom

- DAFTAR PUSTAKA

Paimin, dkk.2009. Teknik Mitigisi Banjir dan Tanah Longsor.Trapenbos International

Indonesia Programme.

Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir (Kawasan

Budidaya - Tipologi - Dataran Rendah Cekungan)