Upload
anisa-karina
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
behavior therapy
Citation preview
PENDEKATAN TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)
Materi Kuliah Psikoterapi UIN-Makassar,Fak. Dakwah, Jur. BPI, Dosen: Ir.Henrikus, S.Psi,
CHt
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi
yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan
psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang
didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi
(deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun
1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk
mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus
dan Respon.
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF
Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans
Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika
Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki
pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku
sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan
sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan
kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan
celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada
program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan
bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.
Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson
menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak
dengan masalah perilaku.
Tujuan:
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah
laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari
ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya
terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-
pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum
dipelajari;
Meningkatkan perilaku, atau
Menurunkan perilaku
Meningkatkan perilaku:
Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
Mengurangi perilaku:
Punishment: memberi stimulus aversi
Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
Extinction: menahan reinforcer
Teori dasar Metode Terapi Perilaku
Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari
(learned)
Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau
ditinggalkan (unlearning)
Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni
terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia,
para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur
penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses
terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis
tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan
terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .
Bentuk bentuk terapi Perilaku
1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi
untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus
lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh
psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa
takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi
terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang
individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu
mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi
sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian,
anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien
bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama
gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika
subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan
menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.
Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa
menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol
situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.
3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk
memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan
melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun
1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian
Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement
dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam
memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu
keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang
dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja
dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada
laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai
akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk
pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip
pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku
mereka untuk menghindari rangsangan negatif.
Tehnik Terapi:
1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah
laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan
atau judgement oleh terapis.
4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan
meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan
denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular.
Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga
dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan
relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang
tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya.
Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape
recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan
untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang
menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman
relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.
6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama
observasi pembelajaran.
Attention to the model.
Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi
dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
1. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau
perasaan tersinggung.
2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya,
3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Prosedur:
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan
hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk
bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara
terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling
menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai
atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan
peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap
tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku
simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan
terhambat/hilang.
Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme,
Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan
kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.
Efek-efek samping:
Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan
ditekan hanya apabila penghukum hadir.
Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka
individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan
tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah
boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan
membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia
adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku
operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup
membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali
tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan
pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari
pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang
mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan,
pencontohan, dan token economy.
Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran
atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk
mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk
rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-
pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki
nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan
memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut
sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu
respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu.
Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang
guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa
memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak
autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa
membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer
maupun sekunder.
Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah
laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap
penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan
yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku,
pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku
yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini,
penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah
tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian
perkuatan bisa dikurangi.
Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa
perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola
tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk
menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang
maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena
tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu
lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan
penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua
dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus
kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak
agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
Modeling, metodenya dengan mengamati seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang
model. Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman
langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain
berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh
dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi
emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu
mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa
mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian
diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan
kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku
model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai
pengamat.
Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku
apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan
pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-
perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar
dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip
dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil
pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan
waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan
metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi
global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi
analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala
sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang
sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di
jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku
dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic
adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala,
tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan
neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu
disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien.
Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu
pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis
pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.