107
SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RSUD KOTA MADIUN Oleh : DEFRI INDRIANI NIM : 201302068 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

SKRIPSI

TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

DI RSUD KOTA MADIUN

Oleh :

DEFRI INDRIANI

NIM : 201302068

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN 2017

Page 2: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

ii

SKRIPSI

TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

DI RSUD KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

DEFRI INDRIANI

NIM : 201302068

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN 2017

Page 3: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

iii

Page 4: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

iv

Page 5: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

v

PERSEMBAHAN

Yang Utama dari segalanya…….

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT . Taburan cinta dan

kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan

ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia kemudahan

yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat

terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah

Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi

dan kusayangi

Ibu dan Bapak Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada

terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan Bapak yang

telah memberikan kasih saying, segala dukungan, dan cinta kasih yang

tiada terhingga yang tidak dapat kubalas hanya dengan selembar kertas

yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat ibu dan bapak bahagia karena kusadar selama ini

belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Bapak yang selalu

membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu

mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik.

Terima kasih Ibu…..Terima kasih Bapak…..

My Family

Untuk keluargaku, Tante- tante, om –om dan saudara – saudaraku

Hadi, Nadia, Dianingtyas, Nidya, Claudia dan Mayga, tiada yang paling

mengharukan saat kumpul bersama kalian. Terima kasih atas doa dan

bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku

persembahkan.

Page 6: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

vi

My Sweet Heart “Ahmad Faridudin”

Sebagai tanda cinta kasihmu, aku persembahkan karya kecil ini

buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang

telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas

akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku.

Terima kasih……

My Best Friend’s

Buat sahabat-sahabatku Anindyah Evrita Swasta Tasari, Anita Sefti

Rahayu, Devi Purwati, Ella Anggi Prismadani, dan semua nya yang gak bisa

aku sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, doa, nasehat,

hiburan, traktiran, ojekkan dan semangat yang kamu berikan selama aku

kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini.

Semoga keakraban di antara kita selalu terjaga.

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku…

Bapak Muncul Wiyana, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bapak Gaguk Eko

Waluyo S.Kep Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima

kasih banyak pak….,saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah

diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran bapak.

Terima kasih banyak pak…

Seluruh dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang

sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.

Page 7: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

vii

Page 8: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DEFRI INDRIANI

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama

Alamat

Email

:

:

:

Islam

Dsn. Slagreng, Ds. Sidorejo Rt/Rw

009/002 Kec. Sidorejo, Kab. Magetan

[email protected]

Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 21 November 1994

No. Hp : 082244044013

Riwayat Pendidikan :

2001 – 2007 : 1. SD Negeri Sidorejo

2007 – 2010 : 2. SMP Negeri 4 Magetan

2010 – 2013 : 3. SMA Negeri1 Plaosan

2013 – Sekarang : 4. STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun

Riwayat Pekerjaan : -

Page 9: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

ix

ABSTRAK

TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

DI RSUD KOTA MADIUN

Defri Indriani

201302068

Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas

struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Nyeri

merupakan fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan dan suatu tanda

adanya kerusakan jaringan dalam tubuh. Terapi menonton film humor merupakan

salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengalihkan sensasi yang tidak

menyenangkan oleh seseorang misalnya nyeri. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap

intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.

Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental dengan

pendekatan One Group pre-post test design, Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 16 pasien, Dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling

dan alat ukur yang digunakan adalah NRS (Numeric Rating Scale). Analisa data

menggunakan Uji Paired t test dengan derajat signifikansi α 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi perilaku

distraksi menonton film humor rata-rata tingkat nyeri 6,69. Setelah dilakukan

terapi perilaku distraksi menonton film humor tingkat nyeri menjadi 4,25.

Perbedaan perubahannya adalah 2,438. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan

bahwa nilai P value = 0,000 (p < α 0,05) yang mempunyai makna terdapat

pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap

intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.

Dengan demikian diharapkan untuk dapat menerapkan terapi perilaku

distraksi menonton film humor untuk mengurangi intensitas nyeri di Instansi

Rumah Sakit.

Kata kunci : Nyeri, fraktur, terapi humor

Page 10: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

x

ABSTRACT

DISTRACTION BEHAVIOR THERAPY WATCHING

THE HUMOR FILM ON POWER INTENSITY INTEGRATION POST

OPERATING FRACTURE IN RSUD KOTA MADIUN

Defri Indriani

201302068

Fracture is a complete or incomplete disorder of bone structure continuity

and is defined according to the type and extent. Pain is a phenomenon that is

often found in life and a sign of tissue damage in the body. Therapy watching

humor movies is one of the distraction techniques used to divert unpleasant

sensations by a person such as pain. The purpose of this study to determine the

effect of behavioral therapy distraction watching humor film on the intensity of

pain patients postoperative fractures in RSUD Kota Madiun.

This research design using Pre-Experimental method with One Group pre-

post test design approach. The sample in this research is 16 patients. By using

purposive sampling sampling technique and measuring instrument used is NRS

(Numeric Rating Scale). Data analysis using Paired t test with degree of

significance α 0,05.

The results showed that before the behavioral therapy distraction

watching the film humor the average level of pain 6.69. After the behavioral

therapy distraction watching the film humor pain level to 4.25. The difference is

2,438. The result of this research shows that P value = 0,000 (p <α 0,05) which

have significance is the effect of distraction behavioral therapy to watch the

humor film on the intensity of pain in post operation of fracture in RSUD Kota

Madiun.

Thus it is expected to be able to apply distraction behavior therapy to

watch a humor film to reduce the intensity of pain in the Hospital Institution.

Keywords: Pain, fracture, humor therapy

Page 11: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xi

DAFTAR ISI

Sampul Depan ......................................................................................................... i

Sampul Dalam ........................................................................................................ ii

Lembar Persetujuan ...............................................................................................iii

Lembar Pengesahan .............................................................................................. iv

Lembar Persembahan ............................................................................................. v

Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian............................................................... vii

Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................viii

Abstrak .................................................................................................................. ix

Abstract .................................................................................................................. x

Daftar Isi................................................................................................................ xi

Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv

Daftar Gambar ...................................................................................................... xv

Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi

Daftar Istilah....................................................................................................... xvii

Daftar Singkatan................................................................................................xviii

Kata Pengantar .................................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1 Konsep Terapi Perilaku Distraksi ............................................................. 8

2.1.1 Definisi Terapi Distraksi ................................................................ 8

2.2 Konsep Distraksi Visual ........................................................................... 9

2.2.1 Definisi Distraksi Visual ................................................................ 9

2.3 Konsep Terapi Humor ............................................................................ 10

2.4 Fungsi Humor ......................................................................................... 11

2.5 Konsep Fraktur ....................................................................................... 12

2.5.1 Definisi Fraktur............................................................................. 12

Page 12: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xii

2.5.2 Tipe Fraktur ................................................................................... 13

2.5.3 Patofisiologi Fraktur ...................................................................... 13

2.5.4 Manifestasi Klinis .......................................................................... 14

2.5.5 Penatalaksanaan Fraktur ................................................................ 15

2.5.6 Penatalaksanaan Fraktur Pada Tempat Spesifik ............................ 17

2.5.7 Manajemen Fisioterapi Fraktur ..................................................... 19

2.6 Konsep Nyeri .......................................................................................... 23

2.6.1 Definisi Nyeri ................................................................................ 23

2.6.2 Fisiologi Nyeri ............................................................................... 24

2.6.2.1 Reseptor Nyeri ....................................................................... 24

2.6.3 Mekanisme Nyeri .......................................................................... 25

2.6.4 Klasifikasi Nyeri ............................................................................ 26

2.6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri .................................... 27

2.6.6 Penatalaksanaan Nyeri ................................................................... 30

2.6.6.1 Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis ................................ 30

2.6.6.2Penatalaksanaan nyeri farmakologis ....................................... 33

2.6.7 Metode Pengukuran Intensitas Nyeri ............................................ 34

2.6.7.1 Skala Deskriptif ...................................................................... 34

2.6.7.2 Visual Analog Scale (VAS) ................................................... 35

2.6.7.3 Wong Baker Face Pain Scale ................................................. 35

BAB 3 KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 36

3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 36

3.2 Hipotesis ................................................................................................... 36

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 37

4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 37

4.2 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 37

4.2.1 Populasi ......................................................................................... 37

4.2.2 Sampel ........................................................................................... 38

4.2.3 Kriteria Sampel .............................................................................. 38

4.3 Teknik Sampling ...................................................................................... 39

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................... 40

4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ......................................... 41

4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 41

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 41

4.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 42

4.7 Lokasi Dan Waktu.................................................................................... 43

4.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 43

Page 13: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xiii

4.9 Pengolahan Data Dan Analisis Data ........................................................ 44

4.9.1 Pengolahan Data ............................................................................... 44

4.9.2 Analisis Data..................................................................................... 46

4.10 Etika Penelitian ...................................................................................... 48

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 50

5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................................ 50

5.2 Data Umum .............................................................................................. 51

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................... 51

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin ..................... 52

5.2.3 Uji Normalitas Data ........................................................................ 52

5.3 Data Khusus ............................................................................................. 53

5.3.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi

Menonton Film Humor .................................................................. 53

5.3.2 Intensitas Nyeri Sesudah Diberikan Terapi Perilaku Distraksi

Menonton Film Humor .................................................................. 54

5.3.3 Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku

Distraksi Menonton Film Humor .................................................... 55

5.4 Pembahasan .............................................................................................. 56

5.4.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi

Menonton Film Humor .................................................................. 56

5.4.2 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi

Menonton Film Humor ................................................................... 58

5.4.3 Pengaruh Pemberian Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi

Perilaku Distraksi Menonton Film Humor ..................................... 59

5.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 61

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 63

6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 63

6.2 Saran ......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

Page 14: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian .......................................................... 37

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Usia ............................... 51

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 52

Tabel 5.3 Uji Normalitas Data ......................................................................... 52

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi

perilaku distraksi menonton film humor ......................................... 53

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Intensitas nyeri sesudah diberikan terapi

perilaku distraksi menonton film humor ......................................... 54

Tabel 5.6 Analisa pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton

film humor ....................................................................................... 55

Page 15: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 40

Page 16: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 66

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 67

Lampiran 3 Lembar SOP Terapi Menonton Film Humor ................................. 68

Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................... 70

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 71

Lampiran 6 Numeric Rating Scale .................................................................... 72

Lampiran 7 Jadwal Penelitian ........................................................................... 73

Lampiran 8 Hasil Tabulasi ................................................................................ 74

Lampiran 9 Hasil Olah Data Distribusi Frekuensi ............................................ 75

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 80

Lampiran 11 Lembar Konsultasi ....................................................................... 81

Page 17: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xvii

DAFTAR ISTILAH

Acupressure : Pengobatan tradisional dari Tiongkok

Active Movement : Gerak yang dilakukan oleh otot – otot anggota

tubuh itu sendiri

Breathing Exercise : Latihan pernafasan

Hold Relax : Otot – otot memendek di kontraksikan secara

isometrik dengan kuat kemudian disusul oleh

relaksasi otot tersebut

Inform Concent : Persetujuan

Kriteria Inklusi : Ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel

Kriteria Ekslusi : Ciri – ciri anggota popolasi yang tidak dijadikan

sampel

Passive Movement : Latihan dengan gerakan

Reduksi : Tindakan memanipulasi fragmen tulang yang

patah

Retensi : Aturan umum dalam pemasangan gips

Rehabilitasi : Pengobatan fraktur

Static Contraction : Kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang

pendek otot

Triger Paint : Penekanan pada titik pengaktif

Uji Non Parametric : Metode yang tidak mendasarkan pada asumsi

distribusi populasi

Uji Paired t test : Merupakan uji yang digunakan untuk dua sample

data yang berpasangan. Pada uji ini menggunakan

sample yang sama, namun diberi perlakuan yang

berbeda, perlakuan sebelum di beri perlakuan

(pretest) dan sesudah diberi perlakuan (postest)

Page 18: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xviii

DAFTAR SINGKATAN

IASP : The Internasional Association for Study of Pain

NRS : Numeric Rating Scale

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

TENS : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

WHO : World Health Organization

VAS : Visual Analog Scale

Page 19: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

kuruniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul

“Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri

Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun”. Tersusunnya proposal

skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada

saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid) sebagai Ketua Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Mega Arianti P, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Muncul Wiyana S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai pembimbing I skripsi yang

dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing, sehingga

proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Gaguk Eko Waluyo.S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing II skripsi

yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi.

5. Aris Hartono S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai penguji skripsi yang telah

membimbing dengan baik.

6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka maupun

duka dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

Page 20: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

xx

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini.

Madiun, Agustus 2017

DEFRI INDRIANI

201302068

Page 21: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang dan menuju industrialisasi

tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat yang dapat

meningkat penggunaan alat transportasi / kendaraan bermotor khususnya bagi

masyarakat yang tinggal di perkotaan sehingga menambah arus lalulintas. Arus

lalulintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya

kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan juga banyak terjadi pada arus mudik

dan arus balik hari raya Idul Fitri, kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan

cidera tulang atau fraktur (Kompas, 2008).

Kecelakaan menurut WHO (Word Health Organitation) juga menyebabkan

kematian ± 1,25 juta orang setiap tahunnya, salah satu dari penyebab kematian

adalah fraktur, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa

muda. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan

Peneliti dan Pengembangan Depkes RI tahun 2013 angka kejadian cidera

mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil tahun 2007. Di Indonesia terjadi

kasus fraktur yang disebabkan oleh cidera antara lain karena jatuh, kecelakaan

lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh

yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (58%) turun menjadi 40,9%, dari

20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang

(25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dan 14.125 trauma benda tajam atau tumpul

Page 22: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

2

yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) turun menjadi 7,3%.

Menurut keterangan Ditlantas POLDA Jawa Timur merilis data kecelakaan di

Jawa Timur yang memprihatinkan, mencatat setidaknya hingga Agustus 2015

terdapat 13.477 peristiwa kecelakaan di lingkup Jawa Timur . Selanjutnya dari

peristiwa itu setidaknya 3.401 orang meninggal dunia, 1.019 orang luka berat,

17.229 luka ringan, dan sebagian besar berasal dari usia produktif antara 16-30

tahun. Korban luka berat mengalami luka yang sangat serius seperti cedera otak,

luka bakar, luka terbuka, hingga patah tulang. Masalah yang paling banyak pada

korban kecelakaan lalu lintas sehingga menyebabkan fraktur.

Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas

struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur

terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari yang lebih besar dari

yang diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan

yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena

kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya juga

terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah.

(Brunner & Suddarth : 2013).

Kerusakan-kerusakan pada jaringan di atas menimbulkan beberapa

manifestasi klinis yang khas, salah satunya yaitu nyeri. Nyeri merupakan

fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan dan suatu tanda adanya

kerusakan jaringan dalam tubuh (Zakiyah,2015). Pengalaman nyeri yang

dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsi nyeri dan ambang nyeri.

Page 23: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

3

Persepsi nyeri merupakan kesadaran seseorang tentang nyeri yang menyangkut

proses pengindraan bilamana terdapat rangsangan untuk merasa sakit. Klien yang

mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

Apabila tidak segera diatasi maka nyeri menyebabkan ketidakmampuan dan

imobilisasi pada individu untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.

Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan

non farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai

tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit,

dan akupuntur. Dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi

fisik maupun perilaku kognitif . Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk

mengubah cara berfikir tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik

ketika mengalami nyeri. Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit

dan kemudian membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap

penyakitnya, terapi kognitif sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri, salah

satunya yautu teknik distraksi (Murwani, 2009).

Teknik distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan

perhatian klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi

negatif. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas

retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input sensori yang

berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri

berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Salah satunya yaitu terapi humor.

Humor dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang dan membawa

pengaruh yang sangat besar terhadap sistem kekebalan tubuh seseorang, peredaran

Page 24: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

4

darah, endokrin, dan juga sistem syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap

kesehatan fisik maupun psikologis. Terapi humor adalah tindakan untuk

menstimulasi seseorang untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan

opiate endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah

menurunkan intensitas nyeri. Karena pengaruh dari terapi humor yang mampu

menstimulasi oelepasan endhorphin. Tertawa tidak hanya terkait dengan ekspresi

wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah perubahan kimia dalam darah. Derai

tawa yang baik membantu pengeluaran enzim dan hormon yang bermanfaat untuk

membantu fungsi normal berbagai organ tubuh. Hal ini disebabkan adanya

hubungan antara tertawa dan stimulasi otak dan kelenjar yang berbeda. Tertawa

meningkatkan tubuh melepaskan antihistamin alami, mengaktifkan T-sel yakni

antibiotik alami yang diproduksi dalam tubuh.

Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi

aktif klien, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat klien dalam

stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan

mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu

indra saja. Pada kasus fraktur ini meliputi pemberian intervensi kognitif langsung

kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai contoh yaitu melatih klien untuk

melakukan terapi distraksi yaitu menonton film humor, sehingga nyeri yang

dialami klien berkurang (Timby, 2009).

Page 25: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut “Adakah Pengaruh Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film

Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota

Madiun ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor

terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi intensitas nyeri pasien post operasi fraktur sebelum

dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor di RSUD Kota

Madiun.

2. Mengidentifikasi intensitas nyeri pasien post operasi fraktur sesudah

dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor di RSUD Kota

Madiun.

3. Menganalisis pengaruh pemberian terapi perilaku distraksi menonton

film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur di

RSUD Kota Madiun.

Page 26: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pemberian terapi perilaku

distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi

fraktur.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat Bagi Pasien

Memberi informasi tentang pemberian terapi perilaku distraksi

menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi

fraktur

2. Manfaat Bagi Perawat di Ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota

Madiun

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan

pemikiran serta bahan evaluasi untuk pemberian terapi perilaku

distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post

operasi fraktur .

3. Manfaat Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi data dasar yang dapat

digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai

pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap

intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.

Page 27: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

7

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih

memahami teori dan aplikasi pemberian terapi perilaku distraksi

menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi

fraktur.

Page 28: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Terapi Distraksi

2.1.1 Definisi Terapi Distraksi

Teknik distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan

perhatian klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi

negatif. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa

aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input

sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke

otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara

umum berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif klien, banyaknya

modalitas stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan

lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra saja

(Kozier & Erb, 2009).

Jenis Teknik Distraksi dalam Zakiyah 2015 antara lain :

1) Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi,menonton film humor, membaca

koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

2) Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan

musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkonsentrasi pada

Page 29: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

9

lirik dan irama lagu. Klien jug6a diperbolehkan untuk menggerakkan

tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

3) Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus dasar satu objek

memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung

dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas

melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat

(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi pernafasan

dan terhadap gambar yang memberi ketengangan,lanjutkan tehnik ini

hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

4) Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka teki silang, bermain kartu , melakukan

kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis

cerita.

2.2 Konsep Distraksi Visual

2.2.1 Definisi Distraksi Visual

Distraksi secara visual merupakan teknik pengalihan perhatian dengan

memanfaatkan indra penglihatan. Sebagai contohnya menikmati

pemandangan, menonton televisi, menonton film humor dan juga membaca

buku (Timby, 2009). Menonton film humor adalah salah satu terapi yang

mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan dan penyakit. Humor dapat

digunakan dalam upaya membina hubungan, humor dapat meredakan

Page 30: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

10

ketegangan, menurunkan kecemasan, melepaskan kemarahan, memfasilitasi

belajar, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan (Kozier,et al, 2009).

2.3 Konsep Terapi Humor

Saat ini, pemberian stimulasi humor untuk membuat orang lain

tertawa, tentunya sangat diperlukan apabila kita mengingat ada beberapa

orang di antara kita tidak dapat tertawa tanapa sebab yang pasti. Stimulasi

humor yang dimaksud dapat diberikan dalam bentuk berbagai media , seperti

VCD, badut, komik, sms lucu dan masih banyak lagi. Ada banyak tayangan

TV yang dapat memberikan stimulasi humor, seperti Empat Mata yang

didalangi oleh Tukul Arwana, Srimulat, Warkop DKI dan masih banyak lagi

film komedi lainnya. Terciptanya kreasi kritis untuk menggunakan media

humor sebagai bentuk terapi merupakan hal yang sangat beralasan. Sekarang

kita akan menggali kembali cerita terciptanya terapi humor modern. Berbagai

peneliti menunjukkan bahwa humor dapat digunakan untuk memfasilitasi

komunikasi dalam situasi sulit atau tegang. Individu yang memiliki kepekaan

terhadap humor mampu melakukan intropeksi terhadap perilakunya, dapat

berpandangan berbeda, tidak kaku, serta cenderung dalam menghadapi

masalahnya sehingga dapat melatih diri untuk mampu berpikir lebih fleksibel

(Safaria, 2012).

Page 31: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

11

2.4 Fungsi Humor

Menurut Nielsen (Musbikin 2003 dalam Safaria 2012), fungsi

humor dibagi menjadi beberapa bagian, yakni sebagai berikut :

1) Fungsi Sosial, humor berfungsi sebagai salah satu cara dalam

meningkatkan keterampilan sosial. Humor mampu melancarkan

kemampuan sosialisasi, meningkatkan reaksi sosial yang positif sehingga

dapat menghindari reaksi negatif atau penolakan dari pihak lain. Sejalan

dengan hal tersebut, individu yang memiliki kemampuan dalam

mengekspresikan humor cenderung memiliki kemampuan dalam

mengekspresikan humor cenderung memiliki keterampilan sosial.

2) Fungsi Pendidikan, humor dan tertawa merupakan alat belajar yang

sangat penting. Selain itu, humor juga merupakan alat yang sangat

efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan pembicaraan, dan

dapat dijadikan sebagai alat persuasi yang baik.

3) Fungsi Fisiologis, humor dapat mengalihkan susunan kimia internal

seseorang dan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem

kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga sistem

syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik maupun

psikologis. Terapi humor adalah tindakan untuk menstimulasi seseorang

untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate

endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin

adalah menurunkan intensitas nyeri. Karena pengaruh dari terapi humor

yang mampu menstimulasi oelepasan endhorphin. Tertawa tidak hanya

Page 32: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

12

terkait dengan ekspresi wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah

perubahan kimia dalam darah. Derai tawa yang baik membantu

pengeluaran enzim dan hormon yang bermanfaat untuk membantu fungsi

normal berbagai organ tubuh. Hal ini disebabkan adanya hubungan

antara tertawa dan stimulasi otak dan kelenjar yang berbeda. Tertawa

meningkatkan tubuh melepaskan antihistamin alami, mengaktifkan T-sel

yakni antibiotik alami yang diproduksi dalam tubuh.

2.5 Konsep Fraktur

2.5.1 Definisi Fraktur

Fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet pada kontinuitas

struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur

terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari yang lebih besar

dari yang diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung,

kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan

karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya

juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan

sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan

pembuluh darah. (Brunner & Suddarth : 2013).

Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.

Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, biasanya patahan lengkap

atau tulang bergeser (Louis, S, 2000 dalam Andra & Yessie 2013).

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umunya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat 2005).

Page 33: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

13

2.5.2 Tipe Fraktur

Fraktur komplet adalah patah diseluruh penampang lintang tulang,

yang sering tergeser, sedangkan fraktur inkomplet juga disebut fraktur

greenstick. Patah terjadi hanya pada sebagian dari penampang lintang

tulang. Fraktur tertutup atau fraktur sederhana tidak menyebabkan robekan

di kulit. Fraktur terbuka atau fraktur campuran adalah patah dengan luka

pada kulit atau membrane mukosa meluas ke tulang yang fraktur. Fraktur

terbuka diberi peringkat sebagai berikut : derajat I : luka bersih sepanjang

kurang dari 1 cm ; derajat II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan

lunak yang luas ; derajat III : luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan

kerusakan jaringan lunak yang luas. Fraktur dapat juga dideskripsikan

menurut penempatan fragmen secara anatomik, terutama jika fraktur

tergeser atau tidak tergeser (Brunner & Suddarth : 2013).

2.5.3 Patofisiologi Fraktur

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress gangguan fisik, gangguan

metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik

yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan

mengakibatkan perdarahan, maka volume darah menurun. Hematoma akan

mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka

penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai

serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.

Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovascular yang

Page 34: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

14

menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping

itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan

dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan

jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada

umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan

immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah

dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. Sylvia, 2006 : 1183

(dalam Andra & Yessie 2013).

2.5.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis fraktur mencakup nyeri akut, kehilangan

fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, dan edema lokal

serta ekimosis. Tidak semua manifestasi ini terdapat dalam setiap fraktur

(Brunner & Suddarth 2013)

a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi.

b) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah bukannya tetap riged seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitas yang

bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas normal.

Page 35: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

15

Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal

otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

c) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas ada di bawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5

sampai 5cm (1 sampai 2 inci)

d) Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan yang lainnya (Brunner & Suddarth 2005 dalam Andra &

Yessie 2013).

2.5.5 Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitas. Reduksi

fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan

reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk

mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung – ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi

dapat dilakukan untuk mendapatkan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan

Page 36: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

16

bedah, fragmen tulang tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan

pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat

digunakan untuk mempeprtahankan frakmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah

fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen

tulang dalam posisi dan kesejajaaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna.

Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin

dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi

interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulangm dapat

dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler,

latihan isometric, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam

memperbaiki kemandirian dan harga diri (Brunner & Suddarth 2005 dalam

Andra & Yessie 2013).

Menurut Price 2006 dalam Andra & Yessie 2013, prinsip penanganan

fraktur dikenal dengan empat R yaitu :

a) Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian

dan kemudian di rumah sakit

b) Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak

aslinya.

Page 37: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

17

c) Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang

untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur

dan di bawah fraktur.

d) Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur.

2.5.6 Penatalaksanaan Fraktur pada Tempat Spesifik

Pemulihan fungsi secara maksimal adalah tujuan penatalaksanaan.

1) Klavikula

Fraktur klavikula (tulang selangka) adalah cidera yang sering terjadi

akibat jatuh atau pukulan langsung ke bahu.

2) Leher humeral

Pada fraktur leher humeral (paling sering terlihat pada wanita lansia

setelah jatuh dengan kondisi lengan terulur), melakukan pengkajian

neurovascular pada ekstermitas yang terganggu untuk mengevaluasi

beratnya cedera dan kemungkinan adanya saraf dan pembuluh darah

lengan yang ikut terganggu.

3) Siku

Fraktur siku (humerus distal) dapat menyebabkan cedera pada saraf

median, radial, atau ulnar. Evaluasi pasien untuk mengetahui adanya

parastesia dan tanda-tanda penurunan sirkulasi di lengan bawah dan

tangan.

4) Pergelangan tangan

Fraktur pergelangan tangan (radius distal) biasanya terjadi akibat

terjatuh pada tangan dalam kondisi dorsifleksi terbuka. Kondisi ini

Page 38: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

18

sering ditemui pada wanita lansia dengan osteoporosis tulang dan

jaringan lunak yang lemah yang tidak menyebarkan energi saat jatuh.

Tekankan langkah perawatan gips, atau pada fraktur yang lebih berat

dengan pemasangan kawat.

5) Tangan dan jari

Trauma tangan sering kali memerlukan tindakan bedah rekonstruksi

yang ekstensif. Sasaran terapi untuk mengembalikan fungsi tangan

secara maksimal. Pada fraktur yang tidak bergeser, jari tangan dibebat

selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk meredakan nyeri dan

melindungi ujung jari dan trauma lebih lanjut, tetapi fraktur yang

bergeser dan fraktur terbuka mungkin memerlukan tindakan reduksi

terbuka dengan fiksasi internal dengan menggunakan kawat atau pin.

6) Pelvis atau Panggul

Fraktur panggul dapat disebabkan oleh jatuh, kecelakaan kendaraan

bermotor atau cedera tabrakan. Minimal dua pertiga pasien ini

mengalami cedera berat.

7) Femur dan Pinggul

Fraktur batang femoral paling sering terjadi pada dewasa muda yang

mengalami tabrakan kendaraan bermotor atau jatuh dari tempat tinggi.

Sering kali, pasien ini menderita trauma multipel dan mengalami syok

akibat kehilangan 2 sampai 3 unit darah.

Page 39: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

19

8) Tibia dan Fibula

Fraktur tibia dan fibula (fraktur paling sering terjadi di bawah lutut)

cenderung terjadi akibat pukulan langsung, jaatuh dengan posisi

tungkai fleksi, atau akibat gerakan memuntir yang keras.

9) Rusuk

Fraktur rusuk sering terjadi pada orang dewasa dan biasanya tidak

menyebabkan kerusakan fungsi tetapi menimbulkan nyeri saat

bernapas (Brunner & Suddarth 2013).

2.5.7 Manajemen Fisioterapi Fraktur

Manajemen fisioterapi pada kasus fraktur dapat dibagi menjadi dua

tahap yaitu, pada tahap immobilisasi dan pada tahap setelah pelepasan

fiksasi. Selama fase immobilisasi, tujuan intervensi fisioterapi adalah

sebagai berikut :

a) Mengurangi oedem. Hal ini sangat penting dilakukan secepat

mungkin untuk mencegah pembentukan adhesi. Hal ini juga dapat

membantu mengurangi rasa nyeri.

b) Membantu menjaga sirkulasi, latihan aktif antara aktifitas otot

statik atau isotonik akan membantu menjaga suplai darah yang baik

ke jaringan lunak dan membantu menurunkan pembengkakan dan

mencegah pembentukan adhesi.

c) Memelihara fungsi otot dengan kontraksi statis.

d) Memelihara jarak sendi yang memungkinkan.

Page 40: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

20

e) Mengajarkan pasien bagaimana untuk menggunakan alat khusus.

Sedangkan pada fase setelah fiksasi dilepaskan, tujuan intervensi

fisioterapi adalah :

a) Untuk mengurangi pembengkakan. Bengkak tidak akan menjadi

masalah yang besar jika latihan dan aktivitas secara umum di

perhatikan selama periode immobilisasi. Akan tetapi dapat menjadi

sebuah masalah paada tungkai bawah jika otot-ototnya sangat

lemah karena menyebabkan vena tidak mempu memompa daraah

secara adekuat.

b) Untuk mendapatkan kembali jarak ferak sendi , sebelum mencoba

untuk mengembalikan jarak gerak sendi, harus menentukan

penyebabnya. Apakah disebabkan oleh edema, adhesi atau

kelemahan otot. Selain itu, jika terdapat gangguan pada permukaan

sendi hal ini memungkinkan menghalangi penurunan pada jarak

gerak sendi.

c) Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot, bergantung pada

aktivitas maksimal dari pengguna otot di setiap gerakan-gerakan

utama dan juga gerakan pada beberapa otot antagonis dan fxator.

d) Untuk melatih kembali gerakan fungsional secara penuh,

seharusnya memungkinkan untuk mendapatkan kembali gerak

fungsional penuh tetapi jika tidak, physio harus mengembalikan

fungsi optimum, dan besarnya pengembalian fungsi penuh

Page 41: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

21

bergantung pada komplikasi-komplikasi yang menghambat

pemulihan sepenuhmya.

Adapun modalitas fisioterapi fisioterapi yang dapat digunakan

dalam penanganan pasien fraktur antara lain :

Breathing exercise, merupakan latihan yang bertujuan untuk

memberikan latihan pernafasan, pada kasus ini untuk meningkatkan

volume paru pada pasca operasi, pmberian Breathing exercise dapat

memperlancar jalannya pernafasan dan membantu mempercepat

pengeluaran sisa sekret yang tertimbun dalam saluran pernafasan.

Latihan pernafasan ini dilakukan secara aktif. Breathing exercise secara

aktif yaitu ketika pasien sudah sadar. Latihan pernafasan ini juga dapat

digunakan untuk general relaksasi, mengurangi stress, dan ketegangan

setelah operasi.

Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan

gerakan. Yang dihasilkan oleh tenaga atau kekuatan dari luar tanpa

adaanya kontraksi otot atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan

sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah

memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, mencegah pemendekan

otot, dan mencegah perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan

sampai batas nyeri pasien.

Active movement, merupakan gerak yang dilakukan oleh otot-otot

anggota tubuh itu sendiri. Gerak yang dalam mekanisme pengurangan

nyeri dapat terjadi secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan

Page 42: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

22

secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup

gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan penurunan

nyeri.

Static contraction,merupakan kontraksi otot tanpa disertai

perubahan panjang pendek otot. Static kontraksi dapat meningkatkan

“pumping action” yaitu suatu rangsangan yang menyebabkan dinding

kapiler yang terletak pada otot melebar sehingga sirkulasi darah lancar.

Hold relax, adalah suatu teeknik dimana otot yang memendek

dikontraksikan secara isometrik dengan kuat yang kemudian disusul

dengan relaksasi otot tersebut. Efek dari gerakan ini untuk rileksasi otot-

otot yang mengalami spasme sehingga dapat dilakukan penguluran yang

maksimal sehingga dapat menurunkan nyeri spasme.

Resisted movement, latihan ini merupakan latihan aktif dimana otot

bekerja melawan tahanan. Efek dari latihan ini dapat meningkatkan

tekanan otot, dimana latihan ini akan meningkatkan rekrutmen otot,

sehingga semakin banyak melibatkan komponen otot-otot.

Latihan gerak fungsional, ini bertujuan untuk mempersiapkan

aktifitas kesehariannya seperti duduk, berdiri, jalan sehingga penderita

mampu secara mandiri dapat melakukan perawatan diri sendiri.

Home program education, dalam hal ini pasien diberi pengertian

tentang kondisinya dan harus berusaha mencegah cidera ulang atau

komplikasi lebih lanjut dengan cara aktifitas sesuai kondisi yang telah

diajarkan oleh terapis. Disamping itu juga peran keluarga sangatlah

Page 43: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

23

penting untuk membantu dan mengawasi segala aktifitas pasien di

lingkungan masyarakatnya (Maryani, 2008).

2.6 Konsep Nyeri

2.6.1 Definisi Nyeri

Nyeri merupakan fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan

dan suatu tanda adanya kerusakan jaringan dalam tubuh. Bisa juga diartikan

sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai suatu penderitaan

yang diakibatkan oleh persepsi yang nyata, ancaman, dan fantasi luka.

(Zakiyah, 2015).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tertentu yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Andarmoyo,

2013).

Tournaire & Theau-Yonneau (2007) mendefinisikan nyeri sebagai

pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional

yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh.

Pengalaman nyeri yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh

persepsi nyeri dan ambang nyeri. Persepsi nyeri merupakan kesadaran

seseorang tentang nyeri yang menyangkut proses pengindraan bilamana

terdapat rangsangan untuk merasa sakit. Ambang nyeri merupakan intensitas

terendah suatu rangsangan yang menyebabkan klien sadar bahwa ia merasa

sakit. Persepsi nyeri dan ambang nyeri berhubungan terbalik. Jika persepsi

Page 44: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

24

seseorang tinggi, maka ambangnya rendah dan sebaliknya (Sherwood,

2011).

2.6.2 Fisiologi Nyeri

2.6.2.1 Reseptor nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima

rangsang nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai

reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespons

pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri

disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielin

dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.

Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep

somatic) dan pada daerah visceral. Oleh karena pembedahan letak nosiseptor

kutaneus berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri daerah ini biasanya mudah

dilokalisasi dan didefinisikan (Porth 2004 dalam Zakiyah 2015).

Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen.

1) Serabut delta A

Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30 m/detik

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan. Impuls yang dihasilkan oleh serabut

ini sifatnya tajam dan memberikan sensasi yang akut.

Page 45: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

25

2) Serabut delta C

Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan dengan kecepatan

transmisi 0,5-2 m/detik yang terdapat pada daerah yang lebih dalam,

nyeri biasanya lebih tumpul dan sulit dilokalisasi. Nyeri biasanya

pertama kali dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat dan

mudah diketahui lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut delta A

atau jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti dengan sensasi yang

tumpul dan lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai rasa

tidak nyaman, sensasi tersebut melibatkan serabut delta C sebagai jalur

lambat (Sherwood, 2011). Sebagai contoh, pada saat jari kita tertusuk,

sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi myeri yang tajam

kemudian diikuti dengan nyeri yang lebih difus (menyebar).

2.6.3 Mekanisme Nyeri

Suatu rangkaian proses elektrofisiologi terjadi antara kerusakan

jaringan sebagai sumber rangsang nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri

yang secara kolektif disebut nosiseptif. Terdapat empat proses yang terjadi

pada suatu nosiseptif yaitu sebagai berikut :

1) Proses Transduksi

Merupakan proses di mana suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu

aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat

berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi

nyeri).

Page 46: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

26

2) Proses Terminasi

Merupakan fase di mana stimulus dipindahkan dari saraf perifer

melalui medulla spinalis menuju otak.

3) Proses Modulasi

Proses dari mekanisme nyeri di mana terjadi interaksi antara system

analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri

yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis.

4) Persepsi

Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari

proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu

perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri (Carol &

Taylor, 2011).

2.6.4 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri berdasarkan lama atau waktu kejadian dalam Zakiyah

2015, nyeri dibagi menjadi :

1) Nyeri akut

Menurut Faderation of State Medical Boards of United States, nyeri

akut adalah respons fisiologis normal yang diramalkan terhadap

rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu

pembedahan, trauma, dan penyakit akut.

Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan

yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya,

terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.

Page 47: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

27

2) Nyeri kronis

The International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan

nyeri kronis sebagai nyeri yang menetap melampaui waktu

penyembuhan normal yakni enam bulan. Nyeri kronis dibedakan

menjadi dua, yaitu : nyeri nonmaligna (nyeri kronis persisten dan nyeri

kronis intermitten) dan nyeri kronis maligna. Karakteristik

penyembuhan nyeri kronis tidak dapat diprediksi meskipun

penyebabnya kadang sulit ditentukan.

Nyeri kronis persisten merupakan perpaduan dari manifestasi fisik

dan psikologi sehingga nyeri ini idealnya diberikan intervensi fisik dan

psikologi. Pada umumnya nyeri ini diakibatkan oleh kesalahan

diagnosis, rehabilitasi yang tidak adekuat, siklus pemulihan, complex

regional pain syndrome, myofascial pain syndrome, dan depresi.

Nyeri kronis intermitten merupakan eksaserbasi dari kondisi nyeri

kronis. Nyeri ini terjadi pada periode yang spesifik. Contoh nyeri

kronis intermitten adalah migrain, nyeri abdomen yang dihubungkan

dengan kerusakan pencernaan dalam jangka waktu yang lama.

Nyeri kronis maligna biasanya disebabkan oleh kanker yang

pengobatannya tidak terkontrol atau disertai gangguan progresif

lainnya,nyeri ini dapat berlangsung terus menerus sampai kematian.

2.6.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri dalam Zakiyah

2015, antara lain:

Page 48: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

28

a) Usia

Usia mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri.

Perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak sangat

mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih

kecil mempunyai kesulitan dalam menginterprestasikan nyeri, anak

akan kesulitan mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan

nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan.

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespons terhadap

nyeri.

c) Kebudayaan

Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang bahwa

memperlihatkan tanda-tanda kesakitan berarti memperlihatkan

kelemahan pribadinya, dalam hal itu maka sifat tenang dan

pengendalian diri merupakansifat yang terpuji. Pada beberapa

beberapa kebudayaan lain justru sebaliknya, memperlihatkan nyeri

merupakan salah satu hal yang alamiah.

d) Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri,

sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan

penurunan sensasi nyeri. Pengalihan perhatian dilakukan dengan cara

Page 49: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

29

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lalu

sehingga sensasi yang dialami klien dapat menurun.

e) Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap

klien akan memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri

tersebut memberi kesan suatu ancaman, kehilangan, hukuman, atau

suatu tantangan.

f) Ansietas

Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang

kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan sebaliknya,

nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas bagi klien yang

mengalami nyeri.

g) Mekanisme koping

Gaya koping dapat mempengaruhi klien dalam mengatasi nyeri. Klien

yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsikan diri mereka

sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil

akhir suatu peristiwa seperti nyeri, klien tersebut juga melaporkan

bahwa dirinya mengalami nyeri yang tidak terlalu berat.

h) Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat

menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila

Page 50: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

30

kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi nyeri terasa

bertambah berat.

i) Pengalaman sebelumnya

Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi

pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan

tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa klien

tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada masa yang akan

datang, apabila klien sejak lama mengalami serangkaian episode nyeri

tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas

atau rasa takut akan muncul.

j) Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien

dapat mempengaruhi respons terhadap nyeri. Klien yang mengalami

nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat

untuk mendapatkan dukungan , bantuan, atau perlindungan.

2.6.6 Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri adalah cara meringankan nyeri atau

mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima klien.

Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu

penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis dan farmakologi.

2.6.6.1 Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk

memandang obat sebagai salah satunya metode untuk menghilangkan

Page 51: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

31

nyeri. Namun begitu banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologis yang

membantu dalam menghilangkan nyeri.

Bentuk-bentuk penatalaksanaan nonfarmakologis meliputi ;

1) Pemberian kompres panas dan dingin

Kompres dingin dan panas dapat dijadikan salah satu strategi untuk

menurunkan nyeri yang efektif pada beberapa kondisi, terapi kompres

dingin dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri

dalam reseptor yang sama seperti pada cedera. Area pemberian

kompres panas dan dingin dapat menimbulkan respons sistemik dan

respon lokal. Stimulasi ini mngirimkan impuls-impuls dari perifer ke

hipotalamus yang kemudian menjadi sensasi temperature tubuh secara

normal (Potter dan Perry, 2005 dalam Zakiyah,2015).

2) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah salah satu

alat yang digunakan untuk menurunkan nyeri dengan menggunakan

gelombang bifasik melalui elektroda pada kulit, umumnya berupa

stimulator mesin kecilyang dioperasikan dengan baterai dengan arus

keluaraan 0-50 mA. Frekuensi bervariasi dari 2 Hz sampai 300 Hz,

frekuensi rendah digunakan untuk nyeri kronis dan sedikit lebih tinggi

(80-120 Hz) untuk nyeri akut.

3) Masase

Masase adalah melakukan tekanan dengan menggunakan tangan pada

jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligametum tanpa

Page 52: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

32

menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditunjukkan

untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan memperbaiki

sirkulasi.

4) Acupressure

Acupressure merupakan salah satu cara pengobatan tradisional

Tiongkok yang sudah lama dikenal keberadaanya. Di Barat, cara

pengobatan yang sama dengan acupressure adalah penekanan-

penekanan pada titik pengaktif (trigger point), di mana dalam hal nyeri

titik pengaktif adalah sama dengan titik akupuntur. menurut beberapa

peneliti, acupressure ternyata mempunyai hasil yang cukup signifikan

dan dalam perkembangannya selama ribuan tahun, acupressure

mempunyai banyak ragam dalam hal teknik dan metode, kemudian

berkembang menjadi poiting therapy.

5) Distraksi

Merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian

klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi

negative. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarakan teori

bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang

menerima impuls sensori yang berlebihan maka dapat menyebabkan

terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak

dirasakan oleh klien).

Page 53: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

33

6) Relaksasi

Relaksasi adalah metode yang dapat digunakan untuk menurunkan

kecemasan dan ketegangan otot. Klien dapat menggunakan imajinasi

aatau membayangkan sesuatu untuk menurunkan nyeri. Imajinasi

merupakan strategi yang menggunakan gambaran mental

(perumpamaan) untuk membantu relaksasi.

7) Hipnotis

Menurut Brendan (2011), hipnotis dapat membuat kondisi yang sangat

santai, konsentrasi batin dan perhatian terfokus pada diri pasien.

Hipnotis juga dapat disesuaikan dengan metode pengobatan yang

berbeda, seperti terapi kognitif perilaku.

2.6.6.2 Penatalaksanaan nyeri farmakologi

Semua obat yang mempunyai efek analgesic biasanya efektif untuk

mengatasi nyeri. Hal tersebut dimungkinkan karena nyeri akan mereda

atau hilang seiring dengan laju penyembuhan jaringan yang rusak atau

sakit. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan

opiat (narkotik), nonopiat/obat anti inflamasi non steroid (AINS), obat-

obatan adjuvant atau ko-analgesik. Berdasarkan aksinya, obat-obatan

analgesik dibagi menjadi dua golongan analgesik nonopioid dan analgesik

opioid. Kedua jenis analgesik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target

aksinya.

Obat-obatan dalam kelompok analgesik non-opioid ini memiliki

target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase. Enzim ini berperan

Page 54: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

34

dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Efek

samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan

lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, serta reaksi

alergi di kulit.

Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka

lama dan dosis besar (Ikawati, 2010). Obat-obat analgesik non-opioid

diantaranya Salisilat, turunan p-aminofenol, indoles dan komponen terkait,

fenamat, derivat asam arilpropionik, derivat pirazolon, devirat oxicam,

devirat asam asetat, dan agen miscellaneous. Sedangkan analgesik opioid

merupakan golongan obat pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif

untuk mengatasi nyeri yang hebat. Mempunyai daya penghalang nyeri

yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan saraf pusat

(SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan

nyaman (Zakiyah, 2015).

2.6.7 Metode pengukuran intensitas nyeri

2.6.7.1 Skala deskriptif dalam Zakiyah 2015 :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri

Keterangan :

0 : Tidak nyeri 4-6 : Nyeri sedang

1-3 : Nyeri ringan 7-10 : Nyeri berat

Page 55: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

35

Skala numerik (Numeric Rating Scale / NRS ), skala ini digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Klien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. ( Perry & Potter

2007)

2.6.7.2 Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah suatu garis lurus atau horizontal

sepanjang 10 cm, yang memiliki intensitas nyeri yang terus-menerus dan

pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.

2.6.7.3 Wong Baker Face Pain Scale

Laporan nyeri pada anak biasanya dimungkinkan pada usia 4

tahun, tetapi hal tersebut juga tergantung pada kematangan kognitif dan

emosional anak. Pada usia 4-5 tahun, anak-anak dapat membedakan

“lebih, kurang, atau sama”, sehingga dapat menggunakan Wong-Baker

Faces Pain Rating Scale jika dijelaskan dengan tepat dan merupakan skala

yang relative sederhana dengan sejumlah pilihan (Wilson, 2009).

Page 56: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

36

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan : Diteliti

Tidak diteliti

Berpengaruh

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Terapi Perilaku Distraksi Menonton

Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi

Fraktur.

3.2 Hipotesis

Ha : Ada Pengaruh Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor

Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang

Anggrek Dan Seruni RSUD Kota Madiun.

Fraktur Nyeri

Nyeri post operasi berkurang /

teratasi

Terapi Nonfarmakologi

Distraksi Visual :

Menonton film humor

Membaca Koran

Melihat

pemandangan

Melihat

pertandingan

Page 57: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

37

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode Pra-Eksperimental dengan pendekatan One Group Pra-Post Test

Design.Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi

sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi

(Nursalam, 2013).

Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian

Subyek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes

S O1 X O2

Keterangan :

S : Subyek

O1 : Observasi intervensi nyeri post operasi fraktur sebelum dilakukan

terapi distraksi menonton film humor

X : Intervensi (terapi distraksi menonton film humor)

O2 : Observasi intensitas nyeri post operasi fraktur setelah dilakukan terapi

distraksi menonton film humor

Page 58: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

38

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel

(Mardalis, 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur post

operasi yang ada di ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota Madiun yang

berjumlah 28orang rata-rata dalam satu bulan.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

penelitian (Mardalis, 2010).

Besar sampel dalam peneltian ini dengan menggunakan rumus Gay dalam

Fathnur (2016).jumlah sampel untuk penelitian eksperimental minimal 15

sampel sehingga rumus perhitungan sampel untuk penelitian ini adalah :

( t - 1 ) ( r-1 ) > 15

( 1 – 1 ) ( r – 1 ) > 15

0 ( r – 1 ) > 15

r = 15 + 1

r = 16

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang dirawat di

Ruang Anggrekdan SeruniRSUD Kota Madiun yang sesuai dengan kriteria

inklusi.

Keterangan :

t = banyak kelompok perlakuan

r = jumlah replikasi

Page 59: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

39

4.2.3 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi

bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol

ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti kriteria sampel

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).

a. Kriteria inkusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil atau dijadikan sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Pasien post operasi fraktur yang dirawat diruang Anggrek RSUD Kota

Madiun hari ke 1 - 7

2. Pasien yang bersedia diberi terapi distraksi menonton film humor

3. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inkusi dari penelitian karena beberapa alasan

(Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

1. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan

2. Pasien yang tidak kooperatif

4.3 Teknik Sampling

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan

metode accidental yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan

ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.(Notoatmodjo,

2012).

Page 60: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

40

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).

dan Seruni

Gambar 4.1. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi :

Semua pasien post operasi fraktur yang dirawat di ruang Anggrekdan Seruni RSUD Kota

Madiun yang berjumlah 28orang

Sampel :

Sebagian pasien post operasi fraktur yang dirawat diruangAnggrek dan Seruni RSUD

Kota Madiun dengan jumlah 16 orang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi

Sampling :accidental

Pengumpulan data :

Numeric Rating Scale (NRS)

- Intensitas nyeri sebelum

diterapi

- Intensitas nyeri setelah

diterapi

Pengolahan dan analisis data :

Editing, Coding, Scoring dan Tabulating.

Uji Statistik paired t-test

Hasil dan kesimpulan

Variabel Variabel bebas

Terapi menonton film

humor

Variabel terikat

Intensitas nyeri pada pasien post

operasi fraktur

Page 61: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

41

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara menetukan

variabel-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel independen,

dependen, moderator, kontrol dan interving (Hidayat, 2007). Variabel penelitian

ini yaitu :

1) Variable independent (variabel bebas)

Variable independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (Sugiyono,

2011).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi distraksi menonton film

humor.

2) Variable dependent (variabel terikat)

Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variable independent (Sugiyono, 2011). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena.Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Page 62: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

42

Tabel 4.2. Definisi operasional variabel

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Parameter Alat Ukur

Skala

Data Skor

Variabel

bebas :

Teknik

distraksi

menonton

film

humor

Teknik

pengalihan

perhatian yang

memanfaatkan

sense pada

humor

seseorang

sehingga bisa

merubah

pikiran,

perasaan dan

perilaku

melalui sebuah

film humor

Memberi terapi

menonton film

humor kepada

pasien post

operasi fraktur :

1. Jenis film yang

di tonton yaitu

Warkop DKI

Reborn atau

Mr.Bean.

2. Durasi

pemberian terapi

menonton film

humor ±10 menit

3. Dilakukan 1

jam sebelum

minum obat

1.SOP

2. Laptop

3. DVD film

humor

_ _

Variabel

terikat :

Nyeri

pada

pasien

post

operasi

fraktur

Nyeri

merupakan

rasa tidak

nyaman yang

dirasakan oleh

pasien post

operasi fraktur

.

Memberikan

Numeric Rating

Scale

(NRS)kepada

pasien post

operasi fraktur.

Menggunakan

Numeric

Rating

Scale(NRS)

rentang 0-10

Interval SkorNyeri

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Page 63: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

43

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar instrument

dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) oleh Dharma 2011 dengan

hasil validitas 0,86 , yang digunakan sebagai alat pengukur intensitas nyeri atau

tingkat nyeri dengan rentang nilai 0 (nol) tidak nyeri, 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri

sedang), dan 7-10 (nyeri hebat), selain dengan alat ukur Numeric Rating Scale

(NRS), pemberian terapi menonton film humor diberikan selama 15-30 menit.

4.7 Lokasi dan Waktu

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota

Madiun.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2016,

untuk proses pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan

Juli 2016.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013).

Page 64: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

44

Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

berikut :

1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Madiun.

2. Mengurus ijin penelitian kepada RSUD Kota Madiun.

3. Meminta ijin kepada kepala ruang Anggrek dan Seruni RSUD Kota

Madiun untuk melakukan penelitian.

4. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, tujuan dan

manfaat penelitian kepada calon responden dan keluarga calon responden,

bila bersedia menjadi responden maka keluarga calon responden

dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.

5. Mengukur intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur sebelum

dilakukan terapi menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)

6. Memberikan terapi distraksi menonton film humor kepada responden

selama ±10 menit.

7. Mengukur intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur setelah

dilakukan terapi menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)

8. Mengumpulkan Numeric Rating Scale (NRS) yang telah diisi oleh

responden dan memeriksa kelengkapannya.

9. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.

Page 65: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

45

4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini melalui tahap-tahap antara lain :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007).Pada penelitian ini, data yang

diperoleh diteliti kembali dengan maksud untuk mengetahui kelengkapan

data yang diberikan. Setiap data yang terkumpul dilakukan pengecekan

apakah semua data telah lengkap, jika belum lengkap akan dicari

selengkapnya.

b. Coding

Peneliti melaukan penyusunan secara sistematis data mentah ke

dalam bentuk yang sudah dibaca untuk pengolahan data.Peneliti membuat

kode untuk hasil penelitian yang didapat.Coding merupakan kegiatan

pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa

kategori. Pada variable independen yaitu tingkat nyeri peneliti

menggunakan kode jawaban berupa:

Tidak nyeri = 1

Nyeri ringan = 2

Nyeri sedang = 3

Nyeri berat = 4

Page 66: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

46

c. Scoring

Scoring (pemberian skor) adalah suatu kegiatan untuk memberikan

skor sesuai jawaban yang dipilih oleh responden.Hal ini dimaksudkan

untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga

mempermudah perhitungan.

a) Pemberian skor untuk intensitas nyeri atau tingkat nyeri dengan

menggunakan Numeric Rating Scale:

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan

4-6 : nyeri sedang

7-10 : nyeri berat

d. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010).

4.9.2 Analisis Data

Analisa data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan (Sugiyono, 2011).

Page 67: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

47

Analisa data dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk

menganalisis teknik distraksi menonton film humor terhadap intensitas

nyeri pasien dengan post operasi fraktur. Penyajiannya dalam bentuk

distribusi dan prosentase dari setiap variabel (Notoatmodjo,

2012).Semua karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu : usia

dan jenis kelamin berbentuk kategorik yang di analisis menggunakan

analisa proporsi dan dituangkan dalam table distribusi frekuensi.

Data yang akan dianalisa dengan menggunakan rumus

prosentase sebagai berikut :

P = ∑𝐹

𝑁𝑥 100 %

Keterangan :

P : Prosentase

N : Jumlah Populasi

F : Frekuensi Jawaban

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga ada hubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo

2005). Analisa bivariat ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh

terapi distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien

post operasi fraktur. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini

Page 68: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

48

menggunakan data interval, data yang diperoleh adalah data pre test

dan post test serta dianalisis menggunakan uji peired t test

menggunakan SPSS 16.0 dengan nilai kesalahan α 0,05.

Digunakan uji paired t test ini apabila sampel yang digunakan

saling berhubungan, artinya satu sampel akan menghasilkan dua

data.rancangan ini palinng umum dikenal dengan rancangan pre-post,

artinyamembandingkan rata-rata nilai pre test dan post test dari satu

sampel ( Riwidikdo, 2013)

Uji paired t test termasuk uji parametik yang salah satunya

data harus berdistribusi normal, uji normalitas adalah uji untuk

mengukur apakah data yang kita miliki berdistribusi normal sehingga

dapat dipakai statistik parametrik yaitu uji paired t test, jika data tidak

valid untuk digunakan, sehingga disarankan untuk menggunakan uji

non parametrik data yang berpasangan ( wilcoxon). Uji normalitas ini

dapat dilihat dengan uji kolmogrov-Smirnov, dimana jika sig > 0,05

maka distribusi normal, jika sig <0,05 maka data tidak berdistribusi

normal.

4.10 Etika Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun, manusia

tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang

berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia lain sebagai

objek penelitian juga tidak terlepas dari etika sopan santun. Dalam hubungannya

antar kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya.

Page 69: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

49

Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan

penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta

berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian yang

dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian

(Nugroho, 2012).

1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk

tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek.Peneliti seyogyanya cukup menggunakan coding

sebagai penggati identitas responden (Nugroho, 2012).

2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua

subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan gender, agama, dan sebagainya (Nugroho, 2012).

3. Prinsip Manfaat (Benefit)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

Page 70: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

50

subjek.Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian (Nugroho, 2012).

Page 71: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

51

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Terapi

Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien

Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun” pada tanggal 16 Juni – 25 juni

2016 dengan jumlah sampel dari penelitian ini sejumlah 16 responden yang

dipilih sesuai dengan kriteria inklusi.Hasil penelitian meliputi tingkat nyeri

sebelum diberikan terapi menonton film humor dan sesudah diberikan terapi

menonton film humor. Kemudian data ini diuji dengan menggunakan Uji

Statistik paired t-testuntuk mengetahui pengaruh pemberian terapi menonton

film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik

Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No.12b Madiun.

Kelurahan Sogaten, Mangunharjo, Madiun. RSU milik Pemerintah Kota ini

mempunyai luas tanah 45.000 m² dengan luas bangunan 10.966,74 m². Di RSUD

Kota Madiun terdapat 217 tempat tidur yang terdiri dari : 14 tempat tidur kamar

VIP, 36 tempat tidur kamar kelas I, 32 tempat tidur kamar kelas II, 85 tempat tidur

kamar kelas III, 6 tempat tidur kamar ICU, 10 tempat tidur kamar HCU, 16 tempat

tidur di IGD, 11 tempat tidur kamar bersalin, 5 tempat tidur ruang operasi, 2

tempat tidur ruang isolasi. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di RSUD

Kota Madiun antara lain : 71 perawat, 26 bidan, dan 33 dokter. Dalam penelitian

Page 72: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

52

ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

memiliki 2 ruang kelas 1, 1 ruang kelas 2, Ruang obsevarsi dengan 8 tempat

tidur, ruang rawat gabung 10 tempat tidur, terdapat tempat untuk memandikan

bayi, serta ruang tindakan. Ruang nifas terdiri 10 bidan dan 1 dokter.

RSUD Kota Madiun memiliki visi dan misi dalam melakukan pelayanan

terhadap masyarakat. Visi RSUD Kota Madiun yaitu mewujudkan fasilitas

kesehatan masyarakat yang terjangkau. Misi RSUD Kota Madiun yaitu

meningkatkan SDM yang berkualitas.Data penelitian yang diperoleh seluruhnya

merupakan data primer yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang di isi oleh

responden.

5.2 Data Umum

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Kota Madiun

tahun 2017

Variabel Mean Median Mode Min-

Max

SD CI-95%

Usia

(Tahun)

29,00 27,50 26 23-38 4,604 26,55 – 31,45

Sumber:Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden

adalah 29,00 tahun dengan nilai tengah usia responden adalah 27,50 tahun. Usia

responden paling banyak adalah 26 tahun, usia responden termuda adalah 23

tahun dan usia tertua 38 tahun dengan standart deviasi sebesar 4,604 tahun. Dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia

responden berada diantara 26,55sampai dengan 31,45 tahun.

Page 73: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

53

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamindi RSUD Kota

Madiun tahun 2017

Sumber : DataPrimer, 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

mengalami fraktur sebagian besar adalah berjenis kelamin wanita sebanyak 10

responden (62,5%) dan selebihnya berjenis kelamin pria sebanyak 6 responden

(37,5%).

5.2.3 Uji Normalitas Data

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data

Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS, 2017

Sebelum melakukan analisis data menggunakan uji Paired T Test, terlebih

dahulu peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan uji kolmogorov

smirnov. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menggunakan uji

Paired T Test. Berdasarkan hasil normalitas data pada tabel 5.3 diatas, didapatkan

hasil nilai signifikasi output spss intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Pria 6 37,5%

2 Wanita 10 62,5%

Total 16 100%

Kolmogorov

Smirnov Test

Asymp.Sig. (2-tailed)

Intensitas nyeri sebelum

dilakukan terapi

Intensitas nyeri sesudah

dilakukan terapi

0,252

0,316

Page 74: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

54

distraksi menonton film humoradalah 0,252 dan intensitas nyeri sesudah diberikan

terapi perilaku distraksi menonton film humoradalah 0,316. Sehingga apabila

diambil keputusan dengan nilai intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku

distraksi menonton film humoryaitu 0,252 > 0,05 dan nilai intensitas nyeri

sesudah diberikan terapi perilaku distraksi menonton film humoryaitu 0,316> 0,05

maka dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Page 75: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

55

5.3 Data Khusus

5.3.1. IntensitasNyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku DistraksiMenonton

Film Humor di RSUD Kota Madiun

Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan

Terapi Perilaku DistraksiMenonton Film Humor di RSUD Kota

Madiun tahun 2017

Intensitas

nyeri

sebelum

terapi

perilaku

distraksi

menonton

film humor

Mean Median Modus Min –

Max

SD CI-95%

6,69

7,00

7

5-8

0,946

6,18 -7,19

Sumber : Data Primer, 2017

Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai intensitas nyeri sebelum

diberikan terapi menonton film humor. Hasil penelitian terhadap 16 responden di

RSUD Kota Madiunpada tabel 5.4 dijelaskan bahwa rata - rata intensitas nyeri

sebelum diberikanterapi perilaku distraksimenonton film humor adalah 6,69

dengan nilai tengah yaitu sebesar 7,00. Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi

perilaku distraksimenonton film humor paling banyak adalah 6,69 dengan

intensitas nyeri terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8. Sedangkan standart

deviasinya sebesar 0,856. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa95% diyakini rata - rata intensitas nyeri sebelum dilakukan terapiperilaku

distraksi menonton film humor berada diantara nilai 3,79sampai dengan 4,71.

Page 76: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

56

5.3.2 IntensitasNyeri Sesudah Diberikan Terapi Perilaku Distraksi Menonton

Film Humor di RSUD Kota Madiun

Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Intensitas Nyeri Sesudah Diberikan

Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor di RSUD Kota

Madiun tahun 2017.

Intensitas

nyeri

sesudah

terapi

menonton

film humor

Mean Median Modus Min –

Max

SD CI-95%

4,25

4,00

4

3 - 6

0,856

3,79-4,71

Sumber : Data primer ,2017

Berdasarkan tabel 5.5diatas dapat diketahui bahwa rata – rata intensitas

nyeri sesudah diberikan terapiperilaku distraksimenonton film humor adalah 4,25,

dengan nilai tengah intensitas nyeri adalah 4,00. Intensitas nyeri sesudah

dilakukan terapi perilaku distraksimenonton film humor paling banyak adalah 4,

dengan intensitas terendah 3 dan tertinggi 6.Sedangkan standart deviasinya

sebesar 0,856.Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini

rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku distraksimenonton film

humor berada di antaraintensitas 3,79 sampai dengan 4,71.

5.3.3. Pengaruh Pemberian Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor

terhadap intensitasnyeri pasien post operasi fraktur di RSUD kota Madiun

Tabel 5.6 Analisa pengaruh pemberianterapi perilaku distraksi menonton film

humor terhadap intensitas nyeri pasienpost operasi fraktur di RSUD

Kota Madiun tahun 2017

Intensitas

nyeri

sebelum

terapi

perilaku

distraksi

menonton

film humor

Mean Median Modus Min –

Max

SD CI-95%

6,69

7,00

7

5-8

0,946

6,18 -7,19

Page 77: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

57

Intensitas

nyeri

sesudah

terapi

menonton

film humor

Mean

4,25

Median

4,00

Modus

4

Min –

Max

3-6

SD

0,856

CI-95%

3,79-4,71

n Mean SD CI-95% p – Value

Beda

pengaruh

sebelum dan

sesudah

intervensi

16

2,438

0,814

2,004 – 2,871

0.000

Sumber :Hasil olah data dengan SPSS, 2017

Berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa perbedaan rata - rata intensitas

nyeri sebelum dan sesudah terapi perilaku distraksi menonton film humor pada 16

responden adalah 2,438 dengan nilai standart deviasi sebesar 0,814. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata - rata perbedaan

intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi perilaku distraksi menonton film

humor berada diantara intensitas 2,004 sampai dengan 2,871 dengan p - value

sama dengan 0,000.

Hasil uji Paired T Test didapatkan p = 0,000 < α = 0,05 berarti H0 ditolak

dan H1 diterima artinya ada perbedaan antar variabel. Hasil ini berarti ada

pengaruh terapi perilaku distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri

pasien post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun

Page 78: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

58

5.4 Pembahasan

5.4.1 Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Perilaku Distraksi

Menonton Film Humor Pada Pasien PostOperasi FrakturDi RSUD

Kota Madiun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan

terapi perilaku distraksi menonton film humor pada 16 pasien postoperasifraktur

didapatkan rata-rata intensitas nyeri sebesar 6,69 yang termasuk kedalam kategori

nyeri sedang.Dari data yang diperoleh, sebagian besar responden mengalami nyeri

berat (skala 7-10) yaitu berjumlah 10 responden.6 responden lainnya mengalami

nyeri sedang (skala 4-6) dan tidak ada responden yang mengalami nyeri

ringan.Hal ini menunjukkan bahwa responden mengalami nyeridengan intensitas

yang berbeda mulai dari nyeri sedang sampai dengan nyeri berat.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden diketahui bahwa laki –

laki lebih mampu untuk menahan nyeri daripada wanita .Faktor jenis kelamin ini

dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah

bahwasannya laki – laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan

mengenai respon mereka terhadap nyeri. Untuk contoh laki – laki tidak pantas

untuk mengeluh nyeri, beda dengan wanita tidak bisa menahan nyeri (Knale,

2011).

Berdasarakan teori fraktur adalah gangguan komplet atau tak terkomplet

pada kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan

keluasannya.Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih dari

yang lebih besar dari yang diserapnya.Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman

langsung, kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak, atau

bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur

Page 79: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

59

disekitarnya juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke

otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan

pembuluh darah (Brunner & Suddarth, 2013).Kerusakan-kerusakan pada jaringan

di atas menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang khas, salah satunya yaitu

nyeri (Zakiyah,2015).

Mubarak (2007)mendefinisikan nyeri sebagai perasaan tidak nyaman, baik

ringan maupun berat. Menurut Aziz (2009), nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif dan perasaan nyeri

pada setiap orang berbeda-beda dalam hal skala ataupun tingkatannya. Hanya

orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya.Brunner & Suddarth (2012) mengemukakan nyeri merupakan apapun

yang menyakitkan tubuh individu yang mengalaminya dan kapanpun individu

menyatakannya adalah nyata (Solehati dan Kosasih, 2015).Tingkat nyeri yang

dirasakan oleh responden dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Perry and

Potter (2006) menyatakan bahwa beberapa faktor mempengaruhi nyeri antara lain

adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas,

keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga dan

social.

Pengalaman nyeri operasi sebelumnya terkadang meningkatkan stress pada

periode post operasi, karena pasien akan bertanya-tanya tentang keefektifan

prosedur terhadap perbaikan sakitnya. Selain itu pendapat dari Potter dan Perry

(2006) menyatakan setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, apabila

Page 80: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

60

seseorang belum merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi pertama nyeri dapat

menggangu koping terhadap nyeri.

Dari uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa dalam skala atau

tingkatannya, perasaan nyeri yang dirasakan oleh setiap orang berbeda-

beda.Hanya orang tersebutlah yang dapat menunjukkan skala atau tingkat nyeri

yang dialaminya.Nyeri yang dirasakan oleh responden yang mengalami fraktur

dapat terjadi karena hantaman langsung, gerakan memuntir yang mendadak, atau

bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem.Hal ini menyebabkan kerusakan

jaringan sehingga kontinuitas jaringan tulang terputus dan akhirnya terjadi nyeri.

5.4.2 Intensitas Nyeri Sesudah Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film

HumorTerhadap Intensitas Nyeri Pasien PostOperasi frakturDi RSUD

Kota Madiun

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 16 responden di RSUD Kota Madiun

didapatkan rata-rata intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku distraksi

menonton film humor adalah 4,25 yang termasuk kedalam kategori nyeri sedang

dengan intensitas terendah 3 dan intensitas tertinggi 6. Responden yang

mengalami nyeri sesudah dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film

humor selama 10 menit intensitas nyeri semua responden mengalami penurunan.

Hal ini sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknik

distraksi untuk mengurangi nyeri.Responden mengatakan sesudah diberikan terapi

nyeri yang dirasakan dapat berkurang. Secara teori, teknik distraksi merupakan

strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien ke stimulus yang lain

daripada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Teknik distraksi mengakibatkan

aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input

Page 81: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

61

sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak

(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara umum

berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif klien, banyaknya modalitas

stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif

dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra saja (Kozier & Erb,

2009).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa terapi perilaku distraksi

merupakan salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri utamanya nyeri pada pasien post operasi fraktur. Pada penelitian ini

sebagian besar skala nyeriresponden sesudah dilakukan terapi perilaku distraksi

mengalami perubahan yaitu berupa penurunan.Hal ini dapat terjadi karena melalui

teknik distraksi berupa menonton film humor membuat responden menjadi lebih

rileks sehingga persepsi terhadap nyeri yang dirasakanpun berkurang.

5.4.3 Pengaruh Pemberian Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film

Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di

RSUD Kota Madiun

Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri pada

pasien post operasi fraktursebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku distraksi

menonton film humor. Dari hasil analisis data yang diperoleh terbukti bahwa

terapi perilaku distraksi menonton film humor yang telah dilakukan oleh peneliti

pada 16 responden pasien post operasi fraktur dapat menurunkan intensitas nyeri.

Pada awal diberikan terapi menonton film humor rata-rata intensitas nyeri adalah

sebesar 6,69 (mengalami nyeri berat). Setelah pemberian terapi menonton film

humor dan diobservasi selama 10 menit, ternyata rata-rata intensitas nyeri mampu

Page 82: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

62

menurun menjadi 4,25 (mengalami nyeri sedang) dan terdapat beda rata-rata

sebelum dan sesudah intervensi sebesar 2,438. Berdasarkan hasil uji Paired

Sampel t Test pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan 0,05 diperoleh sig

(0,000) < 0,05. Kesimpulan dari uji Paired Sampel t Test adalah terdapat

pengaruh yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan

pemberian terapi perilaku distraksi menonton film humor pada pasien post operasi

fraktur. Hal ini berarti ada pengaruh antara pemberian terapi perilaku distraksi

menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur.

Hal ini dapat terjadi karena humor dapat mengalihkan susunan kimia

internal seseorang dan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem

kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga sistem syaraf

yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik maupun psikologis.

Terapi humor adalah tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa,

tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate endogenous yang disebut

dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah menurunkan intensitas nyeri

(Musbikin 2003 dalam Safaria 2012).

Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi

aktif klien, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat klien dalam

stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan

mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu

indra saja. Pada kasus fraktur ini meliputi pemberian intervensi kognitif langsung

kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai contoh yaitu melatih klien untuk

Page 83: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

63

melakukan terapi distraksi yaitu menonton film humor, sehingga nyeri yang

dialami klien berkurang.

Terapi menonton film humor adalah tindakan untuk menstimulasi

seseorang untuk tertawa, tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiate

endogenous yang disebut dengan endhorphin. Manfaat endhorphin adalah

menurunkan intensitas nyeri.Karena pengaruh dari terapi humor yang mampu

menstimulasi pelepasah endhorphin.Tertawa tidak hanya terkait dengan ekspresi

wajah, tetapi juga menyebabkan sejumlah perubahan kimia dalam darah.

Penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Fadlani (2014) tentang terapi perilaku distraksi terhadap intensitas nyeri pasien

dengan fraktur femur yang terpasang traksi.Penelitian ini menggunakan desain

Eksperimental dan dilakukan pada 20 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh terapi perilaku distraksi dengan hasil p-value = 0.005, maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas nyerifraktur

setelahdiberikanterapi perilaku distraksi. Hal ini berarti terapi perilaku distraksi

efektif dalammenurunkan nyeri fraktur.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan konsep teoritis

dan hasil penelitian terkait yang ada dapat didefinisikan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara dilakukan terapi perilaku distraksi menonton film humor

terhadap intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. Sehingga terapi perilaku

distraksi dapat diterapkan sebagai salah satu alternatifuntuk membantu

menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur.

Page 84: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

64

5.5. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bisa dikatakan belum sempurna, yaitu antara lain:

1) Responden tidak selalu tertarik dengan film humor sehingga dapat

mempengaruhi hasil.

2) Peneliti tidak mengukur intensitas nyeri menggunakan NRS saat

responden menonton film humor.

3) Peneliti melakukan penelitian di bangsal sehingga responden tidak

berfokus pada film humor karena di bangsal banyak responden lainnya.

Page 85: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

65

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada

pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan

kesimpulan sebagai berikut :

1) Intensitas nyeri sebelum diberikan terapi perilaku distraksi menonton film

humor pada responden post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun rata-rata

adalah nyeri berat.

2) Intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku distraksi menonton film

humor pada responden post operasi fraktur di RSUD Kota Madiun rata-rata

adalah nyeri sedang.

3) Ada penurunan signifikan intensitas nyeri sesudah diberikan terapi perilaku

distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pasien post operasi

fraktur di RSUD Kota Madiun.dengan rata-rata perubahan 2,312. Dengan nilai

p = 0,000 < α = 0,05, berarti hal ini pula ada pengaruh terapi perilaku

distraksi menonton film humor terhadap intensitas nyeri pada pasien post

operasi fraktur.

Page 86: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

66

6.2. Saran

1) Bagi RSUD Kota Madiun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penggunaan

terapi menonton film humor dapat dilanjutkan / dipertahankan pada pasien

post operasi fraktur.

2) Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan Skripsi ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi akan

melakukan penelitian selanjutnya, sehingga mahasiswa akan mampu

mengetahui mengenai pembelajaran pemberian terapi menonton film humor

terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dan

pembanding untuk penelitian selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yang

berhubungan dengan terapi menonton film humor dalam menurunkan tingkat

nyeri.

Page 87: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

67

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S . 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz.

Yogjakarta.http//digilib.stikeskusumahusada.ac.id gdl/php di unduhpada 6

Maret 2017 pukul 10.00 WIB

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka

Cipta.

Brunner &Suddarth. 2005. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Brunner &Suddarth. 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.

Jakarta : EGC.

Carol R & Taylor. 2011.Fundamentals of Nursing. Edisi ke-7. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

H, M. Mohammad. 2016. Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Tingkat Nyeri Pasca Operasi Fraktur. Skripsi. Stikes Bhakti Husada Mulia

Madiun.

Hidayat, A Aziz. 2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data .

Jakarta :Salemba Medika.

Ikawati, Zullies.2010.Cerdas Mengenali Obat. Yogjakarta: Kanisius.

Kozier&Erb. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.

Louis,S.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Maryani.2008. KTI :Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Operasi

Fraktur Femur 1/3 Medikal Destra Dengan Pemasangaan Plate And Screw

Di Rso Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Murwani. 2009. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Musbikin.2003. Manajemen Emosi Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Page 88: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

68

Porth, C M.2004. Phatophysiology concept of altered health states. 7thed :

Lippincott Williams & Wilkins.

Price. Sylvia, A. 2006. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid

2. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Safaria, Triantoro.2012. Manajemen Emosi. Edisi 1, cetakan ke-2. Jakarta :Bumi

Aksara.

Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisike-2. Jakarta :

EGC.

Solehati, T. dan Kosasih, C.E. (2015).Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam

Keperawatan Maternitas.PT Refika Aditama. Bandung

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.Alfabeta, Batang.

Syamsudajat R, De jongWim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :

EGC.

Timby, Barbara Khun. 2009. Fundamental nursing skill and concepts. : Lippincott

Williams & Wilkins.

Wilson.2009. Wong’s Essentialis of Padiatric Nursing. St Louis : Mosby.

Zakiyah, Ana. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan

Berbasis Bukti. Jakarta :Salemba Medika.

Page 89: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

69

LAMPIRAN 1

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 90: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

70

LAMPIRAN 2

SURAT REKOMENDASI PENELITIAN

Page 91: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

71

LAMPIRAN 3

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

“Terapi Menonton Film Humor”

Pengertian : Teknik pengalihan perhatian yang memanfaatkan sense pada

humor seseorang sehingga bisa merubah pikiran, perasaan dan

perilaku melalui sebuah film humor

Tujuan : Membawa pengaruh yang sangat besar terhadap sistem

kekebalan tubuh seseorang, peredaran darah, endokrin, dan juga

sistem syaraf yang sangat berpengaruh positif terhadap kesehatan

fisik maupun psikologis.

Persiapanalat :

1. Laptop

2. DVD film humor

NO PROSEDUR

Pre Interaksi

1 Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi

2 Beri salam dan panggil nama klien

3 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien / keluarga

Tahap Kerja

4 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan

5 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik

6 Menetapkan perubahan pada perilaku yang diinginkan seperti relaksasi ,

stimulasi, konsentrasi.

7 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman

8 Batasi stimulasi eksternal seperti pengunjung, panggilan telepon selama

menonton film humor

9 Dekatkan laptop dan dekatkan pada klien

10 Pastikan laptop dan DVD film humor dalam kondisi baik

11 Nyalakan laptop dan putar film humornya 10 menit

Page 92: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

72

12 Pastikan volume laptop sesuai dan tidak terlalu keras

Terminasi

13 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

14 Merapikan alat – alat

15 Cuci tangan

Dokumentasi

16 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Page 93: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

73

LAMPIRAN 4

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kpd Yth

Bpk / Ibu / Saudara / Saudari

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiswa program S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia

Madiun :

Nama : Defri Indriani

NIM : 201302068

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Terapi Distraksi

Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di

Ruang Anggrek dan Ruang Seruni RSUD Kota Madiun”.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan bapak/ ibu/

saudara/ saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya

lakukan. Kerahasiaan data bapak/ ibu/ saudara/ saudariakan kami jaga dan

informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian

ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan bapak/ ibu/

saudara/ saudari saya mengucapkan terimakasih.

Madiun, Agustus 2017

Peneliti,

Defri Indriani

Page 94: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

74

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat ,jaminan

kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Program S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang

bernama Defri Indriani mengenai “ Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film

Humor Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD KOTA

MADIUN” saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat

bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan

memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.

Peneliti

(…………………….)

Madiun, Agustus 2017

Responden

(…………………….)

Page 95: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

75

LAMPIRAN 6

Inisial :

Umur :

Sebelum di berikan terapi menonton film humor

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai :

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-10 : Nyeri berat

Sesudah di berikan terapi menonton film humor

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai :

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-10 : Nyeri berat

Page 96: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

76

LAMPIRAN 7

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Pembuatan Dan KonsulJudul

2 Penyusunan Proposal

3 Bimbingan Proposal

4 Ujian Proposal

5 Revisi Proposal

6 Pengambilan Data Awal

7 Penelitian

8 Pengambilan data Akhir

9 Penyusunan Dan KonsulSkripsi

10 Ujian Skripsi

Page 97: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

77

LAMPIRAN 8

Hasil Tabulasi Data

Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor Terhadap Intensitas Nyeri

Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota Madiun

NO Inisial Usia Responden Jenis

Kelamin

Intensitas

Nyeri Sebelum

Kriteria Intensitas Nyeri

Sesudah

Kriteria

1 S 38 th Wanita 8 Nyeri Berat 6 Nyeri Sedang

2 P 30 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Ringan

3 A 27 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Sedang

4 T 29 th Pria 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang

5 D 28 th Wanita 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedaang

6 N 24th Pria 7 Nyeri Berat 3 NyeriRingan

7 N 23 th Pria 6 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan

8 I 34 th Pria 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang

9 S 30 th Pria 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang

10 E 25 th Wanita 8 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang

11 E 26 th Wanita 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedanng

12 W 33 th Wanita 7 Nyeri Berat 4 Nyeri Ringan

13 N 26 th Wanita 6 Nyeri sedang 3 Nyeri Ringan

14 S 26 th Wanita 8 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang

15 P 27 th Wanita 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang

16 P 38 th Pria 7 Nyeri Berat 5 Nyeri Sedang

Jumlah NyeriRingan = 0

NyeriSedang = 6

NyeriBerat = 10

NyeriRingan = 5

NyeriSedang = 11

NyeriBerat = 0

Page 98: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

78

LAMPIRAN 9

HASIL OLAH DATA DISTRIBUSI FREKUENSI

Statistics

Usia

responden

Tingkat nyeri

sebelum

terapimenont

on film

humor

Tingkat nyeri

sesudah

terapimenont

on film

humor

N Valid 16 16 16

Missing 0 0 0

Mean 29.00 6.69 4.25

Std. Error of Mean 1.151 .237 .214

Median 27.50 7.00 4.00

Mode 26 7 4

Std. Deviation 4.604 .946 .856

Skewness .895 -.352 .182

Std. Error of Skewness .564 .564 .564

Minimum 23 5 3

Maximum 38 8 6

Page 99: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

79

Statistics

Jenis kelamin responden

N Valid 16

Missing 0

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid pria 6 37.5 37.5 37.5

wanita 10 62.5 62.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia responden 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Tingkat nyeri sebelum

terapi menonton film

humor

16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Tingkat nyeri sesudah

terapi menonton film

humor

16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Page 100: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

80

Descriptives

Statistic Std. Error

Usia responden Mean 29.00 1.151

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 26.55

Upper Bound 31.45

5% Trimmed Mean 28.83

Median 27.50

Variance 21.200

Std. Deviation 4.604

Minimum 23

Maximum 38

Range 15

Interquartile Range 6

Skewness .895 .564

Kurtosis -.060 1.091

tingkatnyerisebelumtera

pimenonton film humor

Mean 6.69 .237

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 6.18

Upper Bound 7.19

5% Trimmed Mean 6.71

Median 7.00

Variance .896

Page 101: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

81

Std. Deviation .946

Minimum 5

Maximum 8

Range 3

Interquartile Range 1

Skewness -.352 .564

Kurtosis -.471 1.091

Tingka nyeri sesudah

terapi menonton film

humor

Mean 4.25 .214

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 3.79

Upper Bound 4.71

5% Trimmed Mean 4.22

Median 4.00

Variance .733

Std. Deviation .856

Minimum 3

Maximum 6

Range 3

Interquartile Range 1

Skewness .182 .564

Kurtosis -.316 1.091

Page 102: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

82

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tingkat nyeri

sebelum

terapimenont

on film

humor

Tingkat nyeri

sesudah terapi

menonton

film humor

N 16 16

Normal Parametersa Mean 6.69 4.25

Std. Deviation .946 .856

Most Extreme

Differences

Absolute .254 .240

Positive .183 .240

Negative -.254 -.198

Kolmogorov-Smirnov Z 1.017 .959

Asymp. Sig. (2-tailed) .252 .316

a. Test distribution is Normal.

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 Tingkat nyeri sebelum

terapi menonton film

humor

6.69 16 .946 .237

Page 103: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

83

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 Tingkat nyeri sebelum

terapi menonton film

humor

6.69 16 .946 .237

Tingkat nyeri sesudah

terapi menonton film

humor

4.25 16 .856 .214

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tingkat nyeri sebelum

terapi menonton film

humor & tingkat nyeri

sesudah terapi

menonton film humor

16 .596 .015

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Page 104: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

84

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Tingkat nyeri

sebelum terapi

menonton film

humor – tingkat

nyeri sesudah

terapi menonton

film humor

2.438 .814 .203 2.004 2.871 11.97

9 15 .000

Page 105: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

85

LAMPIRAN 10

Page 106: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

86

LAMPIRAN 1

LEMBAR KONSULTASI

P
Typewriter
1
Page 107: SKRIPSI TERAPI PERILAKU DISTRAKSI MENONTON FILM HUMOR

87