Upload
doanxuyen
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN INTERAKSI PEMBELAJARAN MELALUI
PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS REALISTIK
PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN WONOSARI 03
KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Semarang
Oleh :
M. Qurotul Aein
1401909109
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Qurotul Aein
NIM : 1401909109
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata
Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, 27 September 2011
M. Qurotul Aein
1401909109
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Setiap manusia pasti binasa kecuali orang yang berilmu. Setiap yang berilmu
juga binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Setiap pengamal ilmupun
akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmu dengan ikhlas niatnya”
(Al – Hadist).
”Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan,
merahasiakan musibah, dan merahasiakan shodaqoh”
(HR. Athabroni)
“ sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada orang lain”
( HR. Bukhori Muslim )
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur atas segala karunia-Nya karya ini
saya persembahkan kepada:
1. Abah dan Umi tercinta yang selalu memberi kasih sayang
dan doa serta semangat dalam setiap langkah penulis
2. Kedua Adik kecil Najib dan Zahwa tersayang yang selalu
menghibur penulis didalam duka.
3. Teman-teman kost, teman seperjuangan PGSD FIP UNNES
dan teman SDN Wonosari 03 yang selalu mendukung penulis.
4. Almamater penulis.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV
SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang”
Dalam penulisan skripsi ini berkat bimbingan dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.
2. Drs. Hardjono, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian.
3. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu jalannya penelitian.
4. Drs. Jaino, M. Pd. Dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dengan kesabaran serta kesungguhan hati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
5. Harmanto, S. Pd., M. Pd. Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dengan kesabaran serta kesungguhan hati sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan
6. Dra. Renggani, M. Si. Dosen Penguji Utama Skripsi, yang telah menguji
dengan teliti
7. Budi Sanyoto, S.Pd. Kepala SDN Wonosari 03 yang telah memberikan izin
penelitian.
8. Seluruh siswa, guru dan karyawan SDN Wonosari 03.
9. Teman-teman yang telah membantu melaksanakan penelitian.
Segalanya akan dikenang peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Semarang, 23 September 2011
Peneliti
vii
ABSTRAK Aein, Qurotul M. 2011. Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Drs. Jaino, M.Pd. Dan Harmanto, S.Pd., M. Pd. 185 Halaman.
Kata kunci : Interaksi Pembelajaran, kooperatif tipe Jigsaw Berbasis Realistik.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siswa disuruh membaca kembali materi yang ada di LKS dan siswa disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKS setelah itu proses belajar mengajar selesai. Aktifitas siswa cenderung pasif dan prestasi belajar siswa kelas IV masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu (65). Nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi yaitu 80, siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase 29% dan yang belum tuntas 22 siswa dengan presentase 70,96% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV yaitu 31. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : a) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03?. b) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan interaksi pembelajaran PKn kelas IV SD Negeri Wonosari 03?. c) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03?. Penelitian ini bertujuan : Meningkatkan keterampilan guru dalam upaya meningkatkan interaksi pembelajaran, Meningkatkan interaksi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 3 siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Wonosari 03. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik tes, observasi dan dokumentasi. Tehnik analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan keterampilan guru pada siklus I pertemuan 2 mendapat skor 20,presentase 56.25%, kategori baik. siklus II pertemuan 2 mendapat skor 26, presentase 81.2%, kategori baik. Sedangkan pada siklus III keterampilan guru mendapat skor 28, presentase 87.5%, kategori sangat baik. Interaksi pembelajaran siklus I pertemuan 2 mendapat skor 45, presentase 75% rata-rata 2,6 dengan kategori baik. Interaksi pembelajaran pada siklus II pertemuan ke 2 mendapat skor 52, presentase 86% rata-rata 3 kategori baik. Siklus III interaksi pembelajaran mendapat skor 55, presentase 91,6% rata-rata 3,2 kategori sangat baik. Sedangkan hasil belajar siklus I pertemuan ke 2 yang mengalami ketuntasan sebanyak 51,61% atau 15 siswa sedangkan yang belum tuntas 48,38% atau 15 siswa. Pada siklus II pada pertemuan 2 yang tuntas sebanyak 64,51% atau 20 siswa dan 35,48% atau 11 siswa belun tuntas. Pada siklus III yang mengalami ketuntasan sebanyak 87,09% atau 27 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 12,90% atau 4 siswa. Pelaksanaan penelitian ini adalah Pendekatan Koopertif Tipe Jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan keterampilan guru, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03. Saran dalam penelitian ini. Guru lebih banyak membaca dan mencari inovasi model pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan guru dan hasil pembelajaran dapat meningkat. Siswa jangan sungkan-sungkan bertanya, malu atau takut bertanya kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sekolah memfasilitasi yang dapat menunjang pembelajaran, seperti media, alat peraga, laboratorium sumber belajar dan dapat memberikan kenyamanan dalam pembelajaran.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................. vi
ABSTRAK................................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang………………………………………...... 1
B. PerumusanMasalah Dan PemecahanMasalah………. 12
1. PerumusanMasalah…………………………………… 12
2. PemecahanMasalah…………………………………... 12
C. TujuanPenelitian……………………………………….. 15
D. ManfaatPenelitian……………………………………… 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KajianTeori...…………………………………………... 17
1. PengertianInteraksi…………………………………... 17
2. Keterampilan Guru …………………………………… 45
3. Belajar ………………………………………………... 59
ix
4. PembelajaranKooperetif ……………………………... 67
5. KoopereatifTipeJigsaw…………………………....... 70
6. PendekatanRealistik …………………………………. 74
7. HakikatPendidikanKewarganegaraan ………………. 77
B. KajianEmpiris………………………………………….. 81
C. KerangkaBerpikir……………………………………… 85
D. HipotesisTindakan……………………………………... 87
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan SubyekPenelitian ………………………... 88
B. Prosedur / Langkah-LangkahPenelitian……………… 88
1. Perencanaan…………………………………………... 88
2. PelaksanaanTindakan ………………………………... 89
3. Observasi……………………………………………... 89
4. Refleksi ……………………………………………….. 89
C. SiklusPenelitian………………………………………… 89
1. SiklusPertama ………………………………………... 90
2. SiklusKedua …………………………………………. 92
3. SiklusKetiga …………………………………………. 95
D. Data Dan Pengumpulan Data …………………………... 99
E. TehnikPengumpulan Data ……………………………... 101
F. TehnikAnalisis Data ……………………………………. 103
1. Kualitatif……………………………………………… 103
2. Kuantitatif ……………………………………………. 104
G. IndikiatorKeberhasilan……..…………………………. 105
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian…………………………………………... 107
1. Deskripsi Data PelaksanaanPraSiklus ………………. 107
2. Deskripsi Data PelaksanaanSiklus I …………………. 108
a. Perencanaan ……………………………………….. 109
b. Pelaksanaan……………………………………….. 109
c. Obnservasi………………………………………… 113
1) ObservasiKeterampilan Guru …………………. 113
2) ObservasiInteraksiPembelajaran ……………... 114
3) HasilBelajar …………………………………... 116
d. Refleksi…………………………………………… 119
e. Revisi……………………………………………… 120
3. Deskripsi Data PelaksanaanSiklus II ………………… 122
a. Perencanaan ……………………………………. 122
b. Pelaksanaan……………………………………. 123
c. Observasi………………………………………. 126
1) ObservasiKeterampilan Guru ……………... 127
2) ObservasiInteraksiPembelajaran …………. 128
3) HasilBelajar……………………………….. 130
d. Refleksi………………………………………… 134
e. Revisi…………………………………………... 135
4. Deskripsi Data pelaksanaansiklus III………………… 136
a. Perencanaan………………………………………. 136
b. Pelaksanaan……………………………………….. 137
xi
c. Observasi………………………………………….. 140
1) ObservasiKeterampilan Guru………………….. 141
2) ObservasiInteraksiPembelajaran……………… 142
3) HasilBelajar…………………………………… 145
d. Refleksi……………………………………………….. 147
e. Revisi…………………………………………………. 149
B. Pembahasan…………………………………………….. 150
1. PemaknaanHasilTemuanPenelitian ………………… 150
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran …………. 150
b. Interaksi Pembelajaran……………………………. 157
c. HasilBelajar……………………………………… 169
2. ImplikasiHasilPenelitian ……………………………. 170
BAB V PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………… 180
B. Saran …………………………………………………….. 182
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 184
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 186
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Penilaian .............................................................................. 104
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan ............................................................................. 105
Tabel 3. Penilaan hasil Belajar Sebelum Perbaikan .......................................... 107
Tabel 4. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan I Dan
Pertemuan II ........................................................................................ 113
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Guru Siklus I ................................................ 113
Tabel 6. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I Dan
Pertemuan II ....................................................................................... 114
Tabel 7. Penilaian Interaksi Pembelajaran Siklus I………………………...... 116
Tabel 8. Analisis hasil belajar siklus I pertemuan I dan pertemuan II .............. 117
Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Minimal .............................................................. 117
Tabel 10. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II pertemuan I dan
Pertemuan II ..................................................................................... 127
Tabel 11. Penilaian keterampilan guru siklus II ............................................... 127
Tabel 12. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
Dan Pertemuan II ............................................................................. 128
Tabel 13. Penilaian interaksi pembelajaran siklus II ........................................ 130
Tabel 14. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I Dan Pertemuan
II ....................................................................................................... 131
Tabel 15. Kriteria Ketuntasan Minimal ............................................................ 131
Tabel 16. Hasil Pengamatan Guru Siklus III .................................................... 141
Tabel 17. Penilaian Keterampilan Guru Siklus III ............................................ 141
Tabel 18. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus III ........................ 142
Tabel 19. Penilaian interaksi pembelajaran siklus III ....................................... 143
xiii
Tabel 20. Analisis Hasil Belajar Siklus III ....................................................... 145
Tabel 21. Kriteria Ketuntasan Minimal
Tabel 22. Presentase Peningkatan Hasil Pengamatan Guru Per Siklus I, II
Dan III ..............................................................................................
Tabel 23. Presentase Peningkatan Interaksi Pembelajaran Per Siklus I, II dan
III ......................................................................................................
Tabel 24. Presentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Siklus ..................
146
173
176
178
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 86
Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Siklus 1pertemuan I .................................. 118
Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siklus 1pertemuan II ................................. 118
Gambar 4. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I dan
Pertemuan II .................................................................................... 119
Gambar 5. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I...................... 132
Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II .................... 132
Gambar 7. Diagram batang pelaksanaan siklus II pertemuan I dan
pertemuan II 133
Gambar 8. Diagram hasil belajar siswa siklus III ........................................... 146
Gambar 9. Diagram batang keterampilan guru dan interaksi pembelajaran
siklus I, siklus II dan siklus III ....................................................... 148
Gambar 10. Diagram Batang Presentase Ketuntasan Klasikal Siswa ............ 149
Gambar 11. Diagram Batang Presentase Peningkatan Keterampilan Guru .... 174
Gambar 12. Diagram batang peningkatan presentase interaksi pembelajaran 176
Gambar 13. Diagram Batang Presentase Peningkatan Hasil Belajar Per
Siklus 178
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen .............................................................. 186
Lampiran 2. Instrumen Penelitian .......................................................... 190
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......................... 201
Lampiran 4. Hasil Observasi Penelitian Keterampilan Guru .................. 233
Lampiran 5. Hasil Observasi Penilitian Interaksi Pembelajaran............... 240
Lampiran 6. Hasil Belajar Siswa………………………………………... 247
Lampiran 7. Foto Kegiatan……………………………….……………… 254
Lampiran 8. Surat – Surat .............................…………….…………….... 259
Lampiran 9. Catatan Lapangan .........................................………………. 262
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam UU RI No. 20 Pasal I Tahun 2003 bahwa pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Oleh karena itu setiap guru dituntut untuk
meningkatkan kompetensi siswanya dalam setiap pembelajaran, karena pada
dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang
dikehendaki dalam tingkah laku siswa.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat ( 1 ) menyatakan bahwa Struktur dan
Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pada jenjang
Pendidikan Dasar meliputi 5 kelompok mata pelajaran. Salah satunya adalah
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kewarganegaraan
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan, berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif serta sikap positif terhadap berbangsa dan
bernegara. Depdiknas (2005) menyatakan bahwa, “Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.
2
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman,
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh
individu agar terjadi pereubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang
tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan
sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Dari belajar
tersebut akan tampak perubahan perilaku individu sebagai akibat dari
belajarnya. Dari perubahan tersebut akan tampak baik perubahan dari
pengetahuan, keterampilan, penguasaan nilai-nilai dan perubahan sikapnya.
Menurut Gagne (1984) dalam Udin S. Winataputra, dkk (2005:2.3)
belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Ada tiga atribut pokok (ciri utama) belajar yaitu :
(1) Proses : Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir
dan merasakan. (2) Perubahan perilaku : Belajar adalah perubahan perilaku
atau tingkah laku, seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah
perilakunya baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau
penguasaan nilai-nilai (sikap). (3) Pengalamam : Belajar adalah mengalami,
artinya belajar terjadi di dalam interaksi antar individu dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Didalam lingkup kelas, guru mempunyai peran yang strategis
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru merupakan personil sekolah
3
yang memiliki kesempatan bertatap muka lebih banyak dengan siswanya,
oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai dan mengembangkan
materi pembelajaran, mengelola program belajar, mengelola kelas,
menggunakan media dan sumber, menguasai landasan pendidikan,
meningkatkan interaksi dalam belajar, merencanakan dan mempersiapkan
pembelajaran, serta mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Syaifudin
Nurdin (2002) dalam Ahmad Barizi(2009:150). Kemampuan guru dalam
memproses keterampilan serta menciptakan pembelajaran yang berkualitas
sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas
pembelajaran sangat bergantung pada keterampilan dan kemampuan guru,
terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara
efektif dan efisien yang terorganisir dengan baik.
Didalam proses belajar mengajar berlangsung interaksi dan
komunikasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagi yang dididik. Dalam
proses belajar mengajar interaksi merupakan kegiatan paling pokok dan
menjadi ruh dalam kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian
jika proses belajar mengajar tanpa adanya interaksi maka pembelajaran itu
tidak akan menghasilkan apa-apa dengan kata lain pembelajaran itu semu,
untuk itu seorang guru harus benar-benar terampil dalam mengelola interaksi
dalam pembelajaran agar kualitas dan hasil belajar akan meningkat lebih baik.
Selain itu guru dalam mengelola interaksi belajar mengajar harus memiliki
kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan
memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki
4
keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-
landasan pendidikan sebagai dasar bertindak. Dalam pembelajaran, interaksi
mempunyai beberapa tujuan yaitu : membantu menyeleksi bahan pengajaran
yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi metode yang akan
digunakan, memudahkan menyeleksi media dan alat bantu pengajaran,
menolong sikap, tingkah laku dan perbatan guru, memudahkan memberikan
penilaian, serta memudahkan mengorganisasika kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, memudahkan menyeleksi kemampuan yang
ingin diinginkan dari anak didik. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran
mempunyai arah dan tujuan yang jelas Syaifu Bahri Djamarah (2005:28)
Dalam belajar mengajar memunculkan istilah guru sebagai satu
pihak dan siswa sebagai lain pihak. Keduanya memegang peran, posisi dan
tanggung jawab yang berbeda-beda namun bersama-sama mencapai tujuan.
Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan susila
yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan
membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha untuk mencapai tujuan itu
dengan bantuan dan pembinaan dari guru. Dari paparan di samping kedua
belah pihak berada dalam interaksi edukatif. Didalam proses interaksi
edukatif mengandung sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru
transfer kepada anak didik. Proses intaraksi edukatif menjadi jembatan yang
menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan yang
menghantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang
diterima oleh anak didik. Dengan demikian interaksi edukatif adalah
5
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut pendapat Drs. Moh. Uzer Usman (1990)dalam Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. (2005 : 13) berpendapat bahwa kegiatan
interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragan coraknya, mulai dari
kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan
oleh anak didik. Hal ini tentu tergantung pada keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola
interakasi mutlak dilakukan oleh guru , hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana
kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.
Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi
antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar. kedua belah pihak tersebut harus aktif. Aktif
tersebut dalam arti sikap, mental dan perbuatan dalam pembelajaran dengan
beberapa pendekatan proses. Anak didik harus lebih aktif dari pada guru, guru
hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator untuk menghasilkan
interaksi yang menjadi interaksi multi arah seperti halnya guru, lingkungan
dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik. Hal tersebut tentunya
mempunyai tujuan yakni memperbaiki proses belajar mengajar dan
pembelajaran untuk lebih baik dan meningkat. Didalam pembelajaran seorang
guru juga harus menguasai pendekatan - pendekatan pembelajaran agar
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat membantu siswa berpikir positif,
kritis dan realistik yang kesemuanya itu dapat membantu peningkatan
6
pembelajaran siswa. Adapun yang dimaksud realistik adalah siswa dapat
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik
tolak dalam belajar. Realistik ini merupakan sebuah pendekatan yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan realistik ini
adalah sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan
pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri. http ://zahra-
abcde.blogs.pot.Com/2010/04/ mengajar-matematika-denganpendekatan.
html.
Realistik atau dunia nyata tidak hanya sebagai sumber
pembelajaran, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali
pembelajaran kedunia nyata. Pembelajaran diawali dengan masalah
kontekstual “dunia nyata yang berkaitan dengan isi dari pembelajarannya,
sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman yang pernah ia
dapat dalam kesehariannya sebelumnya secara langsung dituangkan dalam
pembelajaran. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan
konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-
konsep yang ia dapat ke bidang baru dari dunia nyata. Oleh karena itu, untuk
menjembatani konsep-konsep pembelajaran dengan pendekatan realistik
siswa perlu mengaplikasikan pengalaman sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar pendekatan realistik berpengaruh
penting terhadap aktifitas siswa itu sendiri, dimana didalam pelajaran tersebut
guru dapat mengaitkan masalah atau pencarian informasi terhadap dunia
nyata yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, siswa dapat menemukan
contoh-contoh nyata yang di apresiasikan pada waktu pembelajaran
7
berlangsung, sehingga dalam pendekatan realistik tersebut guru dengan
langsung dapat meningkatkan interaksi pembelajaran.
Namun didalam pembelajaran, seringkali dalam pelaksanaannya
guru kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat meningkatkan belajar
siswa. Terkait dengan hal tersebut, berdasarkan pengamatan/observasi
khususnya pada mata pelajaran PKn di SD Negeri wonosari 03 terutama
dalam proses belajar mengajarnya terdapat beberapa permasalahan yang
belum optimal. Pembelajaran masih didominasi oleg guru (teacher
centre)Guru dalam menerapkan pembelajaran kurang kreatif dan efektif,
dalam pembelajaran guru kurang mengoptimalkan media pembelajaran serta
model-model pembelajaran. Proses interaksi timbal balik antara siswa dengan
guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik,yaitu siswa masih malu dan
takut untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, interaksi siswa dalam
pembelajaran baik dengan siswa lain, dengan lingkungan, maupun dengan
pembelajarannya itu sendiri belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
Mayoritas siswa hanya duduk dan diam mendengarkan penjelasan dari guru,
siswa disuruh membaca kembali materi yang ada di LKS dan siswa disuruh
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKS yang berhubungan
dengan materi setelah itu proses belajar mengajar selesai.
Masalah-masalah diatas diperkuat oleh Lukman Hakim, S.Pd
sebagai kolaboratordalam penelitian ini. Didalam pengamatan bersama bahwa
interaksi multi arah masih belum tampak, aktifitas siswa cenderung pasif,
guru masih kurang terampil dalam mengajar, artinya siswa masih terpusat
pada guru serta guru kurang melibatkan lingkungan untuk menjadi sumber
8
sekaligus menjadi media pembelajaran. Selain itu aktifitas siswa cenderung
pasif dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03 masih di bawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu
(65). Hal tersebut dapat dilihat dalam rerata klasikal awal.Data hasil belajar
ditunjukkan dengan nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi yaitu 80, siswa
yang tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase 29% dan yang belum tuntas
22 siswadengan presentase 70,96% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV
yaitu 31. Beberapa faktor yang lain dapat diduga penyebab tidak
keberhasilan siswa diantaranya adalah jumlah siswa yang cukup banyak
ukuran kelas di SD yaitu sebanyak 31 siswa, sehingga didalam kelas
cenderung ramai untuk bercanda dan bermain-main dengan teman lainnya.
Untuk itu guru harus berpikir kembali dan meningkatkan kemabali
keterampilan serta kepedulian dalam mengajar agar masalah-masalah yang
terdapat didalam proses belajar menagajar dapat teratasi denagan baik.
Dengan adanya masalah ini, perlu adanya pemechan masalah salah
satunya yaitu dengan penerapan pembelajaran inovatif. Pembelajaran yang
bernaungdalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi de
ngan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Ada beberapa
model kooperatif yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok, TGT, TPS,
dan NHT.Memperhatikan uraian diatas bahwa untuk memecahkan masalah
yang terjadi, peneliti menetapkan alternatif tindakan pemecahan masalah
9
untuk meningkatkan interaksi pembelajaran PKn. Maka dalam Penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
berbasis realistik. Ketertarikan peneliti mengambil pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berbasisi realistik karena peneliti melihat dalam
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis realistik semua
anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab masing-masing baik
individu maupun kelompok yang mengaitkan dengan kehidupan seharai-hari
dengan kenyataannya. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw
berbasis realistik dibanding dengan diskusi lain yaitu seluruh anggota dalam
kelompok bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu
merupakan tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok. Model
jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa bergantung kepada teman satu
timnya untuk dapat memeberikan informasi yang diperlukan supaya dapat
berkinerja baik pada saat penilaian Robert E. Slavin (2009:237).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani Purwani Dewi,
2101404602 (2009) Deskripsi Interaksi Siswa dan Guru dalam Pembelajaran
Membaca Puisi Anak di Sekolah Dasar Kelas Rendah Melalui Teori Flander
dan Larsen-Freeman. Under Graduates thesis, Universitas Negeri
Semarang.Data penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru berbicara (GB)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 48,18%, (2) Siswa Berbicara (SB)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 27,53%, (3) Kesunyian (K)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 14,41%, (4) Rasio Respon Guru (RRG)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 32,45%, (5) Rasio Inisiatif Siswa (RIS)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 11,62%, (6) Rasio Respon Langsung
10
Guru (RRLG) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 69,45%, (7) Rasio
Pergantian Konten (RPK) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 45,77%, (8)
Rasio Tetap Siswa (RTS) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 0%, dan (9)
penggunaan bahasa antara siswa dan guru selama berinteraksi sebesar 93,56%
untuk penggunaan bahasa Indonesia, terdiri dari guru sebesar 65,34% dan
siswa 28,21%; dan penggunaan bahasa Jawa sebesar 6,44%, terdiri dari guru
3,13% dan siswa 3,32%. Data di atas mengindikasikan bahwa pola interaksi
guru dan siswa bersifat multi arah, namun tetap berpusat pada guru. Interaksi
yang terjadi antara guru dan siswa merupakan jenis interaksi
edukatif.http://lib.unnes.ac.id/75/.
Catur Endah Lestari. 2007, dengan judul Skipsi Peningkatan
Interaksi Pembelajaran Dan Hasil Belajar Dengan Strategi Pembelajaran
Everyone Is A Teacher Here Dalam Mata Pelajaran IPS Ekonomi Siswa
Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Kabupaten Semarang. Menunjukkan
bahwa dengan strategi Everyone Is A Teacher Here interaksi dan hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Terbukti dari data siklus I nilai rata-rata siswa
65,24 dengan kriteria ketuntasan klasikal 66.66%. siklus II rata-rata 71,6
dengan kriteria ketuntasan klasikal 79,19%. Siklus III rata-rata 78,85 dengan
ketuntasan klasikal 91,66%. Interaksi dalam pembelajaran juga meningkat
yaitu interaksi dalam menjawab pertanyaan sebesar 54,16%. Menyampaikan
pendapat sebesar 29,16%. Interaksi denga sumber ajar 50% didalam siklus I.
dalam siklus II interaksi menjawab pertanyaan sebesar 70,08%, interaksi
dalam menyampaikan pendapat sebesar 50%, 8interaksi dengan sumber ajar
79,16%. Didalam siklus III interaksi berrtambah meningkat yaitu, interaksi
11
menjawab pertanyaan sebesar 79,16%, mengemukakan pendapat sebesar
291,16%, interaksi dengan sumber ajar sebesar 91,16%.Skripsi oleh Catur
Endah Lestari 2010, dengan judul Skipsi. Peningkatan Interaksi
Pembelajaran Dan Hasil Belajar Dengan Strategi Pembelajaran Everyone Is
A Teacher Here. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang)
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji
penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan interaksi pembelajaran
melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasisi realistik pada mata
pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang.
Harapan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbasis realistik ini interaksi didalam belajar mengajar lebih meningkat dan
lebih baik serta dari interaksi hanya dua arah antara guru dan siswa menjadi
interaksi multi arah, siswa dan siswa, siswa dan guru serta guru dan siswa
dengan sumber belajar. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana
guru memainkan peranannya sesuai fungsinya sebagai fasilitator, motivator,
mediator, komunikator dan evaluator.
B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
a. Apakahpendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat
meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran PKn kelas IV
SDN Wonosari 03?
12
b. Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat
meningkatkan interaksi pembelajaran PKn kelas IV SD Negeri
Wonosari 03?
c. Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03?
2. Pemecahan Masalah
Semua siswa harus mendapatkan perhatian khusus oleh guru
tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula bahkan
perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan dan
perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah,
tentunya akan lebih baik pula penguasaan keterampilan atau konsep
terhadap pelajaran - pelajaran yang dipelajarinya. Guru juga dituntut tidak
memperlakukan perhatian khusus terhadap salah satu siswa di dalam kelas,
dan juga harus bisa di senangi dan disegani oleh siswa-siswanya. Dengan
menggunakan model pembelajaran, media pembelajaran dan pendekatan
dalam pembelajaran secara terus menerus dan berkelajutan serta
terorganisir dengan baik akan menumbuhkan semangat belajar siswa serta
dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa sehingga akan mampu
mengkondisikan dalam bentuk motifasi kepada siswa.
Demikian halnya dengan guru memberikan beberapa pendekatan
pembelajaran dan media pembelajaran dengan harapan baik maka akan
tercipta motifasi terhadan siswa, yang jelas guru dapat mengkondisikan
siswa dengan baik dalam belajar. Dengan pola demikian tentunya anak
akan lebih termotifasi dalam belajar.
13
Guru dapat pula menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe
jigsaw berbasis realistik yaitu :
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
b. Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
c. Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli
atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok
d. Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya dan mengaitkan wacana atau tugas tersebut ke
dunia nyata atau mencari bukti-bukti konkrit (riil)dari wacana atau
tugas tersebut.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
mendapat bukti konkrit atau berkaitan dengan dunia nyata (realistik)
serta dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau
tugas yang telah dipahami kepada kelompok asal
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
g. Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal).
14
h. Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan
guru memberikan klarifilkasi.
Hipotensis : Hipotensisi yang diajukan dalam proposal
penelitian ini adalah :“Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw
Berbasis Realistik Diharapkan Dapat Meningkatkan Interaksi Belajar
Siswa Kelas IV SDN Wonosari 03 Pada Mata Pelajaran PKn “.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini dengan
menggunakan pendekatan kooperatiftipe jigsaw berbasis realistik pada mata
pelajaran PKn SDN Wonosari 03 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan keterampilan guru dalam upaya meningkatkan interaksi
pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik
pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03.
2. Meningkatkan interaksi pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik pada mata pelaran PKn kelas IV SDN Wonosari
03.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari
03.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di
dalam dunia pendidikan sehingga penelitian ini dapat bermanfaat. Manfaat
yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
15
Agar siswa dapat meningkatkan interaksi dalam pembelajaran,
meningkatkan pemahaman, perhatian, aktivitas, dan keterampilan memalui
model pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
2. Bagi guru
a. Yaitu untuk menambah wawasan, pemahaman, keterampilan dan
kreativitas guru dalam rangka peningkatan sebagai tenaga profesional
dalam bidang pendidikan
b. Guru dapat memahami pentingnya model pembelajaran untuk
meningkatkan interaksi, aktifitas, perhatian dan prestasi belajar siswa
3. Bagi sekolah
a. Sebagai gambaran dalam upaya meningkatkan mutu dan hasil
pembelajaran di dalam sekolah
b. Mendorong guru - guru SDN Wonosari 03 untuk mengembangkan
wawasan profesionalnya, sehingga dapat meningkatkan kemajuan
sekolah
4. Bagi penulis
Dapat menambah keterampilan dalam menulis, menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis. Penulis juga dapat memperbaiki
proses pembelajaran dengan menggunakan beberapa model-model
pembelajaran.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Interaksi
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu
dua atau lebih objek memengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide
efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi
sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan.
Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.
http://id.wikipedia. org/wiki/Interaksi.
Dalam lingkup pembelajaran Interaksi menjadi tuntutan utama bagi
proses pemelajaran yang dibimbing oleh guru. Dengan interaksi maka
terjadi komunikasi dua arah antara guru sebagai fasilitator pembelajaran
dan siswa sebagai subyek belajarnya. Keberhasilan proses pembelajaran
pada dasarnya tergantung pada situasi yang tercipta atau diciptakan di
atara pembelajar dan pelajar atau pedidik dan pendidiknya. Hal ini terkait
dengan konsep dasar pembelajaran yang sangat membutuhkan sebuah
kondisi yang kondusif dan kondisi kondusif dapat tercipta jika diantara
kedua pihak mempunyai persepsi yang sama terhadap tujuan proses yang
mereka jalani. Jika tidak, tentunya kondisi tersebut hanya kamuflase atas
tujuan semu semata. Tanpa interaksi yang baik, tentunya akan terjadi
rekayasa sikap terhadap proses pembelajaran yang mereka lakukan dan
17
jika telah terjadi rekayasa tentunya hal tersebut sudah merupakan pratanda
kondisi negatif. Untuk mencapai keberhasilan di dalam proses
pembelajaran, maka seorang guru harus mampu menerapkan metode
interaksi yang sesuai dengan kondisi saat proses berlangsung.
Interaksi merupakan prasyarat agar tercipta sebuah komunikasi dua
arah yang selanjutnya memberikan pengalaman belajar maksimal bagi
anak didik. Peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran memang
tergantung pada sikap para pelaku pembelajaran, pembelajar dan pelajar
pada saat mengikuti proses pembelajarannya. Hal ini karena pada
prinsipnya proses pembelajaran merupakan interaksi antar dua orang atu
lebih untuk melakukan perubahan sistematis pada satu sisi, yaitu anak
didik. Jika tidak terjadi interaksi yang baik, tentunya proses pembelajaran
tidak dapat berlangsung maksimal.
a. Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat
interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan
pembelajaran. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara guru
(pengajar) dengan anak (murid), dalam hal ini harus menunjukan
adanya hubungan yang bersifat edukatif.
http://lubmazreserach.wordpress.com.Hal ini sejalan dengan pendapat
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag (2005:12), bahwa interaksi dalam
pembelajaran ialah interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif unsur
18
guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi
edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental
dan perbuatan dalam sistem pengajaran dengan menggunakan beberapa
pendekatan proses. Anak didik harus lebih aktif dari pada guru, guru
hanya bertindah hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. Kegiatan
interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari
kegiatan yang didomonasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang
dilakukan oleh anak didik. Hal ini tentu saja bergantung pada
keterampilan guru dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan,
serta untuk menghidupkan suasana kel;as demi keberhasilan anak didik
dalam mencapai tujuan belajar. Drs. Moh. Uzer Usman dalam Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag (2005:13) mengemukakan pendapatnya
tentang jenis pola interaksi yaitu :
1) Pola guru-anak didik.
Yaitu komunikasi sebagai aksi (satu arah)
2) Pola guru-anak didik-guru.
Yaitu ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antar
siswa (komunikasi sebagai interaksi)
3) Pola guru-anak didik-anak didik
yaitu ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama
lain.
4) Pola guru-anak didik, anak didik-guru, anak didik-anak didik.
19
Yaitu interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak
didik dengan anak didik (komunikasi sebagai interaksi multi arah)
5) Pola melingkar
yaitu setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali
apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.
Dalam proses belajar mengajar, interaksi mempunyai peranan
yang sangat penting. Hal ini karena dengan interaksi memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar. Tanpa adanya interaksi, proses
belajar mengajar tidak akan terjadi. Belajar mengajar sebagai suatu
proses memiliki beberapa tahap yang harus dilalui, pada dasarnya
merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya yaitu; tahap perencanaan, yang dengan perencanaan yang baik
akan memungkinkan terciptanya perencanaan yang baik pula untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan, dimana dalam
pelaksanaan juga harus mempunyai tujuan, metode, dan alat yang
digunakan dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung,
dan tahap evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan apakah tercapai atau tidak pembelajaran tersebut.
Tugas guru ialah mengajar, dimana guru harus membimbing
anak belajar dengan menyediakan situasi dan kondisi yang tepat agar
potensi anak dapat berkembang semaksimal mungkin, dengan
20
demikian tujuan pendidikan dapat tercapai, hal ini hanya dapat terjadi
dengan interaksi belajar mengajar.
Belajar mengajar adalah sebagai suatu proses memiliki
beberapa tahap yang harus dilalui, pada dasarnya belajar mengajar
merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya yaitu : tahap perencanaan, yang dengan perencanaan yang
baik akan memungkinkan terciptanya perencanaan yang baik pula
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan, dimana
dalam pelaksanaan juga harus mempunyai tujuan, metode, dan alat
yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung, dan tahap evaluasi yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan apakah tercapai atau tidak pembelajaran tersebut.
Masalah dalam interaksi yang terjadi kadang kala guru atau siswa
tidak memahami apa yang dibicarakan dalam suatu kegiatan belajar
mengajar hal ini menuntut seorang guru untuk dapat memilih kata-
kata yang mudah untuk dipahami oleh anak didik. Wacana kelas atau
biasa disebut interaksi yang terjadi di kelas, apabila dikemukakan
secara umum bahwa analisis wacana harus lah berkenan dengan cara-
cara informasi itu diseleksi, diformulasikan dan disampaikan kepada
penutur atau dengan kata lain informasi itu dipandang sebagai
pengetahuan yang diketahui, diperiksa, dan tidak diseleksi sama
sekali.
21
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah berlangsung interaksi guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar
mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai
pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan
komponen pendukung atau ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yaitu
(1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan : yakni untuk
membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi belajar
mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannya
interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang
telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur,
atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi belajar
mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan
sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (4) Ditandai
dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran,
maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
interaksi belajar mengajar, (5) Dalam interaksi belajar mengajar guru
berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi
proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6)
dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-
22
langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu,
kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui
apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar. Edi
Suardi (1980) dalam Sardiman A.M. (2011:15)
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi
belajar mengajar guru harus memiliki kemampuan mendesain
program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih
sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki
keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami
landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar
1) Faktor Guru
Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar.
Pada faktor ini yang perlu diperhatikan adalah keterampilan
mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan memanfaatkan
metode pembelajaran
2) Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada
faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik siswa
baik karakteristik umum maupun karakteristik khusus.
3) Faktor Kurikulum
23
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam
mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini perlu
diperhatikan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan
mengorganisasikan isi pembelajaran
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya pengalaman
belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan
lingkungan non fisik yang menunjang situasi interaksi belajar
mengajar optimal.http://guruproffesional.blogspot.com/2010/05/
interaksi-belajar-mengajar.html.
Adapun pengelolaan interaksi belajar mengajar adalah sebagai
berikut :
a) Menguasai bahan
Sebelum guru tampil didepan kelasuntuk mengelola
interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai
bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar
mengajar.
b) Mengelola program belajar mengajar
Guru juga harus mampu mengelola program-program
belajar mengajar agar proses belajar-mengajar dapat terkendali dan
berjalan dengan baik.
c) Mengelola kelas
24
Untuk mengajar didalam kelas guru dituntut mampu
mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar.
d) Menggunakan media dan sumber
Seorang guru harus benar-benar mengenal dan bisa,
memilih, membuat alat bantu pelajaran sederhana, mengelola dan
menggunakan laboraturium, menggunakan buku pegangan atau
buku sumber, menggunakan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar, menggunakan unit microteaching dalam program
pengalaman lapangan.
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk
pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa tersebut akan
terwujud secara nyata dengan menciptakan ketahanan nasioanal
dalam rangka mencapai cita-cita bangsa
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
Didalam proses belajar menggajar, kegiatan interaksi
antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan.
Dengan interaksi proses belajar mengajar akan tertransfer dengan
baik.
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Setiap siswa hakikatnya memiliki perbedaan antara stu
dengan yang lain, perbedaan tersebut akan menimbulkan perbedaan
25
yang lain misalnya soal kreativitas, gaya belajar siswa. Untuk itu
hal ini perlu diketahui oleh guru agar guru dapat mengambil
tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai.
h) Mengebal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
disekolah
Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru ujga sebagai
pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru
harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program
layanan bimbingan di sekolah agar kegiatan interaksi belajar
mengajarnya menjadi lebih tepat dab produktif.
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Seorang guru diosamping berperan sebagai pengajar juga
sebagai administator, dengan demikian guru harus mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekoalah.
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran
Disamping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing guru
juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan pengembangan
proses belajar mengajar.
Didalam belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan
siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian didalam
26
kegiatan interaksi guru dan siswadalam rangka transfer of knowledge
dan bahkan juga transfer of values, akan senatiasa menuntut
komponen yang serasi antara komponen satu dengan yang lainnya.
Serasi dalam hal ini berarti komponen komponen yang ada pada
kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jadi
proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya
tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-
komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi
belajar mengajar tersebut.
Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar,
komponen-komponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat atau
teknologi, sarana, dan tujuan. Untuk mencapai tujuan instruksional,
masing-masing komponen tersebut akan saling merespon dan
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga tugas
guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing
komponen agar menciptakan proses belajar mengajar yang lebih
optimal. Dengan demikian guru dselanjunya akan dapat
mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Didalam interaksi ada sejumlah komponen yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
sumber, dan evaluasi. 1) tujuan : Tujuan mempunyai arti penting
27
dalam kegiatan interaksi. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas
dan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. 2)
Bahan pelajaran : Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan
baik. Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi,
karena harus diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. 3) Kegiatan
belajar mengajar : Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan
dalam pendidikan. Semua komponen pengajaran akan diproses
didalamnya. Komponen inti yakni manusiawi, guru, dan anak didik. 4)
Metode : metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan
pembelajaran. 5) Alat : alat adalah segala sesuatu yang dapat di
gunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan
interaksi biasanya dipergunakan alat nonmaterial dan alat material.
Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat dan
sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu berupa globe,
papan tulis, kapur, gambar, diagram, lukisan, video dan sebagainya. 6)
sumber belajar : sumber belajar juga sangat dibutuhkan oleh guru dan
siswa sebagai penunjang keberhasilan dalam belajar. Sumber belajar
sangat banyak sekali, ada dimana-mana ; di sekolah, di halaman, di
pusat kota, di pedesaan, di buku, di majalah dan lain sebagainya. 7)
evaluasi : evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan
28
keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan
oleh guru dengan mengguanakan seperangkat instrumen penggali data
seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Menurut Agus Suprijono (2010) ada unsur interaksi promotif,
unsure ini pening karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. adapun cirri-ciri unsur promotif ini adalah : saling membantu
secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan sarana yang
diperlukan, memproses informasi secara bersama lebih efektif dan
efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumenttasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
c. Interaksi Belajar Mengajar Sebagai Interaksi Edukatif
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai
normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan
dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman kearah
mana akan dibawa proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
akan berhasil bila hasilnya mampu membawa perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dalam diri
anak didik. Belajar mengajar dikatakan bernilai normatif karena di
dalamnya ada sejumlah nilai, jadi wajar bila interaksi itu dinilai
bernilai edukatif. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik
29
harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya
satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental dan perbuatan.
Interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung
sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada
anak didik. Oleh karena itu, wajar bila interaksi edukatif tidak
berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interraksi
edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara
pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku
sesuai dengan pengetahuam yang diterima oleh anak didik.
Interaksi pemebelajaran atau interaksi edukatif dalam
pembelajaran menpunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu :
1) Interaksi edukatif mempunyai tujuan. Tujuan tersebut adalah untuk
membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2) Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
Yaitu agar mencapai tujuan yang optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu adanya prosedur atau langkah-langkah sistematik
dan relevan. Untuk mencapai tujuan mungki akan membutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda-beda.
3) Ditandai dengan penggarapan materi khusus. Dalam hal ini materi
perlu didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini perlu emperhatikan komponen-komponen
pengajaran yang lain. Materi sudah didesaindan dipersiapkan
sebelum melaksanakan interaksi edukatif.
30
4) Ditandai dengan aktivitas siswa. Yaitu sebagai konsekuensi, bahwa
anak didik merupakan sentral, maka aktivitas anak didik
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatis.
Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental
aktif
5) Guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranan sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motifasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru
harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi
edukatif, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat
dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
6) Interaksi edukatif membutuhkan disiplin. Disiplin disini diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan
yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru dengan pihak anak
didik
7) Mempunyai batas waktu. Yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak
didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan deberi waktu tertentu, kapan
tujuan sudah harus tercapai.
8) Diakhiri dengan evaluasi. Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah
evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan.
31
Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan
Dalam interaksi pembelajaran atau interaksi edukatif
mempunyai tujuan yang sangat penting, sebab tanpa tujuan kegiatan
yang telah dilakukan akan kurang bermakna, bahkan akan membuang-
buang wakstu dengan sia-sia. Oleh karena itu, tujuan menempati
posisi yang penting dalam semua aktifitas. Tujuan dapat memberikan
arah kegiatan yang jelas. Oleh karena itu, guru sebaiknya merumuskan
tujuan dalam pembelajarannya sebelum melaksanakan tugas mengajar
dikelas. Dengan cra itu guru akan mudah menyeleksi bahan
pengajaran yang akan disampaikan atau deberikan kepada anak didik.
Jadi tujuan menempati posisi yang strategis dalam kegiatan
interaksi edukatif. Nilai strategis itu adalah bahwa tujuan dapat
memberikan arah dalam interaksi edukatif, membantu menyeleksi
bahan pengajaran yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi
metode yang akan digunakan, memudahkan menyeleksi media dan
alat bantu pengajaran, menolong menyeleksi sikap, tingkah laku dan
perbuatan guru, memudahkan menyeleksi kemampuan yang
diinginkan dari anak didik, memudahkan memberikan penilaian, serta
memudahkan mengorganisasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran mempunyai
arah dan tujuan yang jelas.
32
d. Prinsip-Prinsi Interaksi Pembelajaran
Interaksi pembelajaran adalah intraksi yang tidak pernah sepi
dari masalah. Permasalahan bisa muncul dari pada anak didik, dimana
anak didik kurang mampu menempatkan perolehannya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai kedalam situasi
yang nyata dan berlainan. Kebanyakan anak didik hanya menerima
informasi dan kurang dapat memahami hubungannya dengan dunia
lingkungannya. Hal ini disebabkan bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam bentuk penjelasan kurang atau tidak dikaitkan
dengan situasi lingkungan nyata. Sebanyak apapun bahan yang
diberikan kepada anak didik, maka anak didik akan kurang mampu
menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan pelajaran
tidak dikaitkan dengan situasi nyata yang sedang dihadapi dan
dirasakan oleh anak didik.
Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar
kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi
pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1) Prinsip motivasi
Didalam interaksi pembelajaran tidak semua anak didik
termotivasi untuk bidang studi tertentu. Anak didik menerima
motivasi pembelajaran dengan cara berbeda-beda, ada anak didik
yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga
yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu diperhatikan
33
oleh guru agar dapat memberi motivasi yang berfariasi kepada anak
didik. Guru dapa menggunakan motivasi ekstrinsik yang
bersumber dari luar diri anak didik, motivasi ekstrinsik ini sangat
diperlukan oleh guru karena motivasi ini dapat diberikan kepada
anak didik, seperti bentuk ganjaran, pujian, hadiah, dan sebagainya.
2) Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
Seiap anak didik yang hadir dikelas memiliki latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Guru jangan
menyalahkan anak didik yang tidak bisa menguasai bahan pelajaran
dan jangan pula mengatakan anak didik bodoh atau memarahinya.
Koreksilah diri apakah guru mengabaikan bahan apersepsi yang
dipunyai oleh anak didik. Bila ingin bahan pelajaran mudah
dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak didik guru harus
memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari
lingkungan kehidupan mereka. Penjelasan yang guru berikan
dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak
didik akan memudahkan mereka menaggapi dan memahami
pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik mudah
memusatkan perhatiannya.
3) Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus
tertentu.
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola
tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah
34
dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola pelajaran dapat terpisah-
pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatiannya.
Titik pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang
hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab
atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4) Prinsip keterpaduan
Salah satu sumbangan dari guru untuk membantu anak didik
dalam upaya mengorganisasikan perolehan belajar adalah
penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok bahasan dengan
pokok bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda.
Misalnya dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata
pelajaran PKn, guru menghubungkannya dengan masalah akhlak
dalam mata pelajaran akidah akhlak. Ketrpaduan dalam
pembahasan dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam
memadukan perolehan belajar dalam interaksi pembelajaran.
5) Prinsip pemecahan masalah yang di hadapi
Masalah perlu dihadapi bukan dihindari. Menghindari
masalah sama halnya tidak mau membina diri untuk terbiasa
memecahkan masalah. Namun masalah bukan dicari, mencari
masalah sama halnya dengan mengundang masalah.
Lain halnya didalam interaksi belajar guru perlu menciptakan
suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak didik dikelas. Salah satu
indikator kepandaian anak didik banyak ditentukan oleh
35
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah dapt mendorong anak didik untuk lebih tegar
dan terbiasa dalam memecahkan berbagai masalah dalam belajar.
6) Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai
potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya.
Lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang potensi
anak didik.
Guru yang bijaksana akan membiarkan dan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan
sendiri informasi. Atau apabila memberikan informasi, hanya yang
mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari
dan menemukan sendiri informasinya.
7) Prinsip belajar sambil bekerja
Belajar secara verbal terkadang kurang membawa hasil bagi
anak didik, karena itulah dikembangkan konsep belajar secara
realistis atau belajar sambil bekerja (learning by doing). Berlajar
sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapat oleh anak didik lebih tahan
lama tersimpan didalam benak anak didik.
8) Prinsip hubungan sosial
Dalam proses belajar anak didik tidaklah sendiri, tetapi anak
didik membtuhkan orang alain dalam kegiatan belajar mengajar
36
(belajar bersama dalam kelompok) . konsepsi belajar seperti ini
dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerjasama
dalam kebaikan. Terlepas dari kegiatan “nyontek” ketika ulangan.
Kerjasama disini memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga
diciptakan di kelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak didik
dengan anak didik lainnya dalam belajar.
Keunggulan lain dari belajar bersama, yakni anak didik yang
belum mengerti penjelasan dari guru, akan menjadi mengerti dari
hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok, dalam kasus-
kasus tertentu penejelasan anak didik lebih efektif dimengerti dari
pada penjelasan dari guru. Hal demikianlah yang mendassari
pentingnya prinsip hubungan sosial.
9) Prinsip perbedaan individual
Ketika guru hadir didalam kelas guru akan berhadapan
dengan anak didik dengan segala perbedaannya. Perbedaan inilah
yang perlu guru sadari sehingga guru tidaka akan terkejut melihat
tingkah laku dan perbuatan anak didik yang berlainan antara yang
satu dengan yang lainnya.
Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik itu
adalah dari segi biologis, intelektual, dan psikologis. Semua
perbedaan ini akan memudahkan guru melakukan pendekatan
edukatif kepada setiap anak didik. Dalam mengajar guru perlu
menerapkan prinsip-prinsip motivasi, berangkat dari persepsi yang
37
dimiliki anak didik, fokus tertentu, keterpaduan, pemecahan
masalah, mencari, menemukan, mengembangkan sendiri, belajar
sambil bekerja, hubungan sosial dan perbedaan individual agar
kegairahan belajar anak didik dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama dengan suasana kelas yang kondosif.
e. Tahap-Tahap Interaksi Pembelajaran
R.D. Connes dalam Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag.
(2005:69) mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat
suksesif menjadi tiga tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Tahapan sebelum pengajaran
Dalam tahapan ini guru harus menyusun program tahunan
pelaksabaan kurikulum, program semester atau catur wulan (cawu),
program satuan pembelajaran dan perencanaan program
pengajaran. Dalam melaksanakan program-program tersebut diatas
perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan :
a) Bekal bawaan anak didik
Bekal bawaan anak didik sebagai bahan apersepsi anak
didik perlu diperhatikan oleh guru. Guru menyadari bahwa anak
didik anak didik membawa bahan apersepsi yang berbeda-beda.
Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak jauh dari pengalaman
dan pengetahuan yang anak didik punyai. Paling tidak masih
38
berhubungan sehingga anak didik mudah menyerap penjelasan
yang diberikan oleh guru.
b) Perumusan tujuan pembelajaran
Guru mutlak melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran memberikan arah yang jelas kemana
kegiatan interaksi akan dibawa. Didalam tujuan pembelajaran
tersimpan sejumlah norma seperti, norma susila, norma sosial,
norma huku, norma agama dan norma moral.
c) Penilaian metode
Metode adalah cara atau siasat yang digunakan dalam
pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut memperlancar kearah
pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata
jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
d) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar
Pengalaman belajar apa yang harus diberikan kepada anak
didik adalah suatu hal yang perlu mendapat perhatian guru.
Guru tidak dibenarkan memberikan pengalaman yang negatif
kepada anak didik, karena semua itu akan berkesan didalam jiwa
anak didik.
e) Pemilihan bahan dan peralatan belajar
Bahan adalah isi atau materi yang akan disampaikan
kepada anak didik dalam interaksi pembelajaran. Bahan yang
39
akan diberikan kepada anak didik harus diseleksi. Bahan apa
yang akan di terima oleh anak didik harus disesuaikan dengan
tingkat penguasaannya, bukan memberikan bahan pelajaran
yang sukar diterima dan dicerna oleh anak didik.
f) Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
Jumlah anak didik akan mempengaruhi suasana kelas.
Semakin banyak jumlah anak didik mudah terjadi konflik. Anak
lebih mudan memilh teman yang disukainya, sebaliknya dengan
jumlah anak didik yang sedikit lebih mudah mengendalikan
kelas bila terjadi kasus keributan, mengelola kelaspun lebih
mudah dari pada jumlah anak didik yang banyak. Didalam kelas
setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari siswa
satu dengan siswa yang alinnya.
g) Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
Jumlah jam untuk setiap mata pelajaran ada yang sama
ada juga yang berlainan. Masalah waktu ini akan berhibungan
dengan kedisiplinan dalam mengajar. Kelebihan pemakaian
waktu belajar berarti tidak disiplin dan merugikan guru lain
yang akan mengajar pada jam berikutnya. Oleh karena itu guru
harus mempertimbangkan jumlah jam pelajarean yang tersedia,
sehingga dapat mempersiapkan bahan pelajaran yang sesuai
waktu yang tersedia.
h) Mempertimbangkan pola pengelompokan
40
Pola pengelompokan anak didik bervariasi.
Pengelompokan bisa bisa menurut kesenangan berkawan. Selain
menurut kemampuan anak didik. Atau bisa juga menurut minat
anak didik. Pola lain misalnya pembentukan kelompok
diserahkan kepada anak didik diatur oleh guru sendiri atau diatur
oleh guru atas usul anak didik.
i) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
Belajar adalah berubah. Perubahan dalam belajar adalah
disadari setelah berahirnya kegiatan belajar. Agar perubahan itu
tercapai ada beberapa prinsip belajar yang patut diperhatikan,
antara lain : prinsip motivasi, pemusatan perhatian, pengambilan
pengertian yang pokok, pengulangan, kegunaan, pemanfaatan
hasil belajar atau pengalaman dan penghindaran dari segala
gangguan dalam pembelajaran.
2) Tahapan Pengajaran
Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah
direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam tahapan penngajaran ini, yaitu :
a) Pengelolaan dan pengendalian kelas
Salah satu syarat pengajaran yang baik ditetntukan oleh
pengelolaan dan pengendalian kelas yang baik. Suasana yang
kondusif sangat mendukung kegiatan interaksi belajar. Indikator
kelas yang kondusif dibuktikan dengan giat dan asiknya anak
41
didik belajar dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan
dari guru yang sedang memberi bahan pembelajaran.
b) Penyampaian informasi
Awal terjadinya komunikasi antara guru dengan anak
didik dikelas adalah diawali dengan penyampaian informasi dari
guru kepada anak didik. Informasi yang diberikan bukan hanya
menyangkut masalah apa yang harus dikerjakan oleh anak didik
tetapi juga menyangkut masalah lain, seperti petunjuk,
pengarahan, dan apersepsi yang divariasikan kedalam berbagai
bentuk tanpa menyita banyak waktu untuk kegiatan pokok.
c) Pengguanaan tingkah laku verbal dan non verbal
Apapun yang dilakukan guru didalam kelas pasti akan
terkait dengan masalah tingkah laku verbal dan non verbal.
Tingkah laku verbal itu misalnya dengan kata-kata : “bagus”,
“benar”, “tepat”, dan sebagainya. Dengan kalimat misalnya
“pekerjaanmu baik sekali”, saya senang dengan pekerjaanmu”
dan sebagainya.
d) Merangsang tanggapan balik dari anak didik
Indikator adanya tanggapan dari anak didik adalah ketika
guru menyampaikan bahan pelajaran, ketika itu juga anak didik
memberikan perhatian dan tanggapan atas tugas yang diberikan
untuk dikerjakan dalam kelompok atau sendiri-sendiri.
e) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
42
Kegiatan interaksi pembelajaran bukan hanya kegiatan
fisik yang dapat dilihat, tetapi juga kegiatan psikologis anak
didik. Namun pandangan anak didik yang tertuju kepada guru
bukan sebagai indikator untuk menilai belajar atau tidaknya
anak didik.
f) Mendiaknosis kesulitan belajar
Dengan mendiaknosis guru akan mudah mkelakukan
prognosa (ramalan) tentang bentuk perlakuan (treatment)
sebagai tindak lanjut (follow up) dari diaknosis.
g) Mempertimbangkan perbedaan individual
Dalam kelas myang jumlah anak didik yag banyak
cenderung heterogen. Berbagai sifat tingkah laku anak didik
terhimpun didalamnya.
h) Mengevaluasi kegiatan interaksi
Interaksi antar guru dengan anak didik bervariasi. Ada
interaksi satu arah (guru keanak didik), interaksi dua arah (guru
ke anak didik dan anak didik ke guru), dan minteraksi banyak
arah (guru-anak didik, anak didik-guru dan anak didik-anak
didik). Ketiga macam interaksi tersebut dapat guru jadikan
sebagai bahan evaluasi, apakah kegiatan interaksi yang telah
dilakukan sudah sampai pada tingkat optimal yakni sampai
ketingkat interaksi banyak arah.
3) Tahapan Sesudah Pengajaran
43
Tahapan ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah
pertemuan tatap muka dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru
yang tampak pada tahap sesudah mengajar, antara lain :
a) Menilai pekerjaan anak didik
Penilaian adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan yang harus guru lakukan sesudah pengajaran.
Untuk menilai keberhasilan siswa salah satunya adalah
melaksanakan tes tertulis, lisan, perbuatan atau tindakan.
Penilaian bisa dengan pendekatan analisis kuantitatif atau
analisis kualitatif.
b) Menilai pengajaran guru
Pekerjaan gurupun juga harus dinilai oleh guru sendiri.
Disisni kejujuran penilaian dituntut dari guru. Penilaian
diarahkan pada aspek antara lain gaya-gaya mengajar, struktur
penyampaian bahan pelajaran, penggunakaan metode, ketepatan
[erumusan tujuan pembelajaran, ketepatan pemakaian alat dana
alat bantu pengajaran.
c) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya
Membuat perencanaan pengajaran tidak asal membuat
semaunya guru, tetapi harus ada bahan pijakan yang dijadikan
sebagai patokan. Bahan pijakan ini adalah hasil penilaian
pekerjaan anak didik (evaluasi produk) dan hasil penilaian
pengajaran guru (evaluasi proses). Komponen-komponen yanmg
44
perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah ketepatan
perumusan tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan dengan
tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang akurat, pemakaian
alat pengajaran, pemilihan sumber belajar, pemakaian prosedur,
jenis dan alat evaluasi yang sesuai dengan rumusan tujuan
pembelajaran.
2. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran
a. Keteampilan Pendahuluan Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya sangat
dipengaruhi oleh kegiatan pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan
pendahuluan pembelajaran adalah untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efekif agar siswa secara penuh dalam mengikuti
kegiatan inti pembelajaran.
Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan
pembelajaran, diantaranya sebagai berikut :
1) Menciptakan kondisi awal pembelajaran
a) Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melaui bimbingan dari guru pada siswa. Atau melalui
cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.
b) Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam
mendorong siswa agar berkreatif, dalam belajar dan
mengembangkan keunggualan yang dimiliki siswa.
45
2) Melaksanakan apersepsi dan atau penilaian kemampuan awal siswa
Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan awal yang telah dimilki siswa. Serta guru perlu
menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan
materi yang akan dipelajari siswa. Dengan tidak mengenyampingkan
pemberian motivasi belajar terhadap siswa. Kegiatan tersebut
merupakan rangkaian yang perlu dikembangkan pada awal
pembelajaran.
b. Keterampilan Melaksanakan Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Oleh kerena itu, kegiatan inti dalam pembelajaran
merupakan kegiatan yang kompleks dalam proses belajar mengajar
yang mengutamakan pada proses pembentukan pengalaman belajar
siswa
Kegiatan inti dalam pembelajaran harus direncanakan oleh guru
berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Dengan memprioritaskan
pada aktifitas siswa yang dibilang secara efektif oleh guru.
1) Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi :
a) Memberitahukan tujuan/topic pelajaran yang akan dibahas
b) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh
siswa
c) Membahas/ menyajikan materi
46
Dalam langkah-langkah ini dikelompokan menjadi tiga kelompok
pembelajaran meliputi :
a) Pembelajaran klasikal, digunakan apabila materi pembelajaran lebih
bersifat fakta atau informative. Terutama ditujukan untuk
memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses belajar
mengajar. sehingga cenderung metode ceramah dan Tanya jawab
yang aka banyak dilakukan
b) Pembelajaran kelompok, digunakan apabila materi pelajaran lebih
mengembnagkan konsep pokok/sub-pokok bahasan yang sekaligus
mengembangkan aktifitas sisial, sikap nilai, kerjasama, dan aktivitas
dalam pemecahan masalah melalui kelompok belajar siswa.
Pembelajaran perseorangan digunakan apabila ingin membantu
proses belajar mengajar mengarah pada optimalisasi kemampuan
siswa secara individu. Serta untuk melaksanakan kegiatan
pengayaan dan perbaikan hasil proses belajar mengajar.
c. Keterampilan Melaksanakan Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien dan
fleksibel. Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus
merupakan rangkaian kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam kegiatan
akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran adalah :
1) Melaksanakan penilaian akhir
47
2) Mengkaji hasil penilaian akhir
3) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan diantaranya
:
a) Memberikan tugas atau latihan-latihan
b) Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
c) Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
d) Memberikan motivasi / bimbingan belajar
4) Mengemukakan topik bahasan yang akan datang
5) Menutup pelajaran.
d. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan gu\ru untuk
menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa
agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengahiri kegiatan
inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian
siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan
yaitu : menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas
yang akan dihadapi, memungkinkan siswa mengetahui batas-batas
tugasnya yang akan dikerjakan, siswa dapat mengetahui pendekatan-
pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian
48
pelajaran, memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan
dia pelajari, memberikan kemungkinan kepada siswa untuk
menggabungkan fakta-fakta, keterampilan, konsep-konsep yang
tercakup dalam suatu peristiwa dan memungkinkan siswa dapat
mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran.
e. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari
seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan dapat berupa
pengetahuan sampai dengan hal-hal yag merupakan hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir.
1) Keterampilan bertanya mempunyai tujuan :
a) Merangsang kemampuan berpikir siswa
b) Membantu siswa dalam belajar
c) Mengarahkan siswa pada tingkat intetaksi belajar yang mandiri
d) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan
berpikir tingkat rendah ketingkat yang lebih tinggi
e) Membantu siswa dalam mencapai tuuan pelajaran yang
dirumuskan.
2) Komponen-komponen keterampilan bertanya :
a) Keteerampilan dasar
(1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
49
(2) Memberi acuan
(3) Pemusatan kearah jawaban yang diminta
(4) Pemindahan giliran menjawab
(5) Penyebaran pertanyaan
(6) Pemberian waktu berpikir
(7) Pemberian tuntunan
b) Keterampilan lanjutan
(1) Pengubahan tujuan tingkat kognitif pertanyaan
(2) Urutan pertanyaan
(3) Melacak pertanyaan
(4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa
3) Hal-hal yang harus dihindari dalam keterampilan bertanya
(a) Menjawab pertanyaan sendiri
(b) Mengulang jawaban siswa mengulang-ulang jawaban siswa
(c) Mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak
f. Keterampilan Memberikan Penguatan
Memberi penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam
merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
1) Keterampilan memberi penguatan mempunyai tujuan yaitu :
a) Meningkatkan perhatian siswa
b) Melancarkan atau memudahkan proses belajar
c) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
50
d) Mengontrol atau mengubah sikap yang menggangu kearah
tingkah laku belajar yang produktif
e) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar
f) Mengarahkan kepada siswa cara berpikir yang baik dan inisiativ.
2) Komponen-komponen keterampilan memberi penguatan adalah :
a) Penguatan verbal. Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau
kalimat yang diucapkan guru. Contoh, “baik”, “bagus”, “ kamu
sangat pintar” dan lain-lain
b) Penguatan gestural. Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik,
gerakan wajah, atau anggota badan yang dapat membeikan kesan
kepada siswa, misalnya tepuk tangan, menaikkan ibu jari
“jempol”, tersenyum dan lain-lain.
c) Penguatan dengan cara mendekati. Penguatan ini dikerjakan
dengan cara mendekati siswa unruk menyatakan perhatian guru
terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa.
d) Penguatan dengan sentuhan. Guru dapat menyatakan penghargaan
kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, mengangkat tangan
siswa.
e) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya
bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan
tepat.
51
f) Penguatan dengan tanda atau benda. Penguatan ini merupakan
usaha guru dalam menggunakan bermacam-macamsimbol
penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif.
Bentuk penguatan ini antara lain : komentar tertulis dalam buku
pekerjaan siswa, member perangko, bintang, permen dan
sebagainya.
g. Ketereampilan Mengguanakan Variasi
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam
konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan
siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjikkan
ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif.
1) Prinsip-prinsip yang perlu dipahami dalam menggunakan
keterampilan variasi :
a) Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif
b) Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat
c) Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar
terstuktur dan direncanakan sebelumnya
d) Penggunaan kompponen variasi harus luwes dan spontan
berdasarkan balikan siswa.
2) Komponen-komponen keterampilan variasi :
a) Variasi dalam gaya mengajar guru
(1) Varaiasi suara : keras, lemah, cepat, lambat, tinggi, rendah,
besar dan kecil suara
52
(2) Pemusatan perhatian : pemusatan perhatian dapat
dikerjakan secara verbal, isyarat, atau dengan menggunakan
model
(3) Kesenyapan : pada saat guru menerangkan sering
diperlukan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba. Hal
tersebut bertujuan meminta perhatian siswa
(4) Kontak pandang : untuk meningkatkan hubungan dengan
siswa dan menghindarkan hal-hal yang bersifat impersonal,
maka kontak pandangan perlu dikerjakan selama proses
mengajarnya
(5) Gerakan badan dan mimik : perubahan ekspresi wajah,
gerakan kepala, badan sangat penting dalam proses
komunikasi
(6) Perubahan posisi guru : perhatian siswa dapat ditingkatkan
melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi
komunikasi.
b) Variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran
(1) Media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (oral)
(2) Media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual)
(3) Media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, raba atau
dimanipulasikan.
c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
53
Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutub
yang ekstrem, yakni guru sebagai pusat kegiatan dan siswa
sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara dua kutub
tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami siswa.
h. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang
diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan
hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran
siswa, dan bukan indoktrinasi.
1) Komponen-Komponena Keterampilan Menjelaskan :
a) Merencanakan penjelasan
Dalam merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi
pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa
dengan segala kesiapannya)
b) Menyajikan penjelasan
(1) Kejelasan : kejelasan tujuan, bahasa dan proses penjelasan
merupakan kunci dalam memberikan penjelasan
(2) Penggunaan contoh dan ilustrasi : contoh dan ilustrasi akan
mempermudah siswa yang sulit dalam menerima konsep
yang abstrak.
(3) Memberikan penekanan : penekanan dapat dikerjakan
dengan cara mengadakan variasi dalam gaya mengajar
(variasidalam suara dan mimi dalam mengajar)
54
(4) Pengorganisasian : dikerjakan dengan caramembuat
hubungan antara contoh dalail menjadi jelas dan
memberikan ikhtiar butir-butir yang penting selama ataupun
pada akhir sajian
(5) Balikan : untuk mengetahui tinglkat pemahaman
siswa,balikan dapat diperoleh dengan cara memperhatikan
tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa
menjawab pertanyaan guru, dan meminta pendapat guru.
i. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan
melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif
yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah. Adapun
Komponen-komponen keterampilan
1) Pemusatan perhatian
a) merumuskan tujuan atau topic diskusi
b) menyatakan masalah yang spesifik dan menegaskan kembali
bila terjadi penyimpangan
c) menendai dengan cermat pembicaraan yang tidak relevan yang
akan menyimpang dari tujuan diskusi
d) membuat rangkuman sementara atau transisional sebelum
melanjutkan pada masalah berikutnya
2) memperjelas permasalahan
55
a) menganalisis pandangan siswa
b) meningkatkan urunan pikiran siswa
c) menyebarkan kesempatan berpartisipasi
3) memberikan pertanyaan langsung kepada siswa yang tidak
berpartisipasi
4) mencegah kegaduhan
5) mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli
pembicaraan
6) mendorong siswa untuk memberi komentar terhadap pendapat teman
7) menutup diskusi
a) membuat rangkuman secara jelas dan singkat
b) memberitahukan langkah tindak lanjut hasil diskusi
c) mengajak siswa menilai hasil dan proses diskusi
j. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan
sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya
menilai 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk
perorangan. Pada dasarnya pengajaran ini dapat dikerjakan dengan
membagi kelas dalam kelompok yang lebih kecil.
1) Peran guru
a) Sebagai organisator kegiatan belajar menagajar
b) Sebagai sumberinformasi bagi siswa
c) Sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar
56
d) Orang yang mendiaknosa kesulitan siswa serta memberikan
bantuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa
e) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
f) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama seperti siswa lainnya :, ini berarti guru ikut
menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah atau
memcari kesepakatan bersama sebagaimana siswa lain
melakukannya.
2) Komponen-komponen keterampilan
a) Keteerampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Suasana ini dapat diciptakan dengan cara : menunjukkan
kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa,
memberikan respon positif terhadap pikiran siswa, membangun
hubungan saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau
mendomoinasi tugas siswa, mendengarkan secara sismpati,
menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan
keterbukan serta berusaha mengendalikan situasi sehingga
siswa merasa aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan
alternative pemecahan masalah yang dihadapi.
b) Keterampilan mengorganisasi
c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
57
d) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
k. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan ini merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya kekondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik
dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
1) Prinsip penggunaan
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan komponen-komponen keterampilan mengelola kelas
adalah :
a) Kehangatan dan keantusiasan
b) Penggunaan bahan _ banhan yang menantang akan
meningkatkan gairah belajar siswa
c) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, pgaya
mengajar, dan pola interaksi
d) Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah
strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan yang timbul
e) Penekanan hal-hal yan positif dan menghinadari pemusatan
perhatian siswa pada hal-hal yang negative
f) Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri
dengan cara memberi contoh dalam perbauatan grun sehari-hari.
2) Komponen keterampilan
58
a) Menunjukkan sikap tanggap
b) Membagi perhatian
c) Memusatkan perhatian
d) Member petunjuk yang jelas
e) Menegur
f) Member penguatan
g) Memodifikasi tingkah laku
h) Pengelolaan kelompok
i) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
Melihat sedemikian kompleksnya keterampilan mengelola
kelas, maka penguasaan atau pemahaman komponen dan
keterampilan menggunakannya harus dikerjakan dan dilatih
secara intensif.
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Gagne (1984) dalam Udin S. Winataputra(2005:2.3) belajar
adalah suatuproses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Ada tiga atribut pokok (ciri utama) belajar
yaitu : 1) Proses : Belajar adalah proses mental dan emosional atau
proses berpikir dan merasakan. 2) Perubahan perilaku : belajar adalah
perubahan perilaku atau tingkah laku, seseorang yang belajar akan
berubah atau bertambah perilakunya baik yang berupa pengetahuan,
59
keterampilan motorik atau penguasaan nilai-nilai (sikap). 3)
Pengalamam : Belajar adalah mengalami, artinya belajar terjadi di
dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ( UU RI No.
20 : 2003, Bab I Pasal 1 ayat 20 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau
pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap. Belajar merupakan peristiwa
yang terjadi secara sadar dan disengaja, juga disertai dengan tindakan-
tindakan mental seperti berpikir dan berimajinasi, artinya seseorang
yang terlibat pada peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia
telah mempelajari sesuatu. Sehingga perubahan tingkah laku yang
terjadi merupakan perubahan yang diperoleh dari kegiatan yang disadari
dan sengaja dilakukan.
b. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini
akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
60
belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi
oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling
mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, meteri yang ingin diajarkan, guru dan
siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu,
jenis kegiatan yang dilakukan seta sarana prasarana belajar mengajar
yang tersedia.
Megenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak
dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai
dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional
sffects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan
tujuan yang merupakan hasil sampingan yaitu : tercapai karena siswa
“menghidupi (to live in) suatu sistem belajar lingkungan tertentu seperti
contohnya, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi
istilah nurturant affects.
Dari uraian di atas jika dirangkum dan ditinjau secara umum,
maka tujuan belajar itu ada tiga jenis.
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuajn berpikir, pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. Tujuan inilah yang
61
memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya didalam
kegiatan belajar.
Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk
kepentingan pada umumnya dengan model kuliah (pesentasi),
pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian, maka anak
didik/siswa akan diberi pengetahuan sehingga akan menambah
pengetahuannya dan sekaligus akan mncarinya sendiri untuk
mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya
pengetahuannya.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep. Juga
memerlukan suatu keterampilan. Jadi persoalannya adalah
keterampilan jasmani dan rohani. Keterampilan jasmani adalah
keterampiln-keterampilan yang dapat dilihat, diamati. Sehingga akan
menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota
tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedang keterampilan rohani
lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat sebagaimana ujung pangkalnya,
tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan dan
keterampilan berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan suatu masalah atau konsep.
Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak
melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan
62
melalui bahasa tulis atau lisan, bikan soal kosa kata atau tata bahasa,
semua itu memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada
pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu
dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru, cara
berinteraksi, misalnya dengan metode role playing.
3. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak
didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan
berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri
sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan prilaku
anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,
transfer of falues. Oleh karena itu guru tidak sekedar pengajar tetapi
betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu
kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak
didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara
berinteraksi atau motode-metode yang dapat digunakan misalnya
dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama ataupun role playing.
Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-
nilai. Pencapaian tujuan belajar bererti akan menghasilkan hasil
belajar.
63
c. Prinsip-Prinsip Belajar
1. Motivasi
Motifasi berfunsi sebagai motor penggerak aktivitas, motivasi
belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
individu yang sedang belajar. Bila seseorang menyadari bahwa
tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka
motivasi belajar akan muncul dengan kuat, moti tersebut biasa
disebut dengan motivasi intrinsik atau motivasi internal. Munculnya
motivasi belajar itu karena siswa ingin menguasai kemampuan yang
terkandung didalam tujuan pembelajaran
2. Perhatian
Perhatian erat sekali dengan motivasi bahkan tidakdapat
terpishkan.Perhatian adalah pemusatan energi psikis (fikiran dan
perasaan) terhadap suatu objek, semakin terpusat perhatiannya pada
pembelajaran maka prose belajar akan semakin baik dan hasilnya
akan semakin baik pula. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha
supaya perhatian siswa terpusan kepada pembelajaran.
3. Aktifitas
Bahwasanya belajar itu sendiri adalah aktifitas, yaitu aktifitas
mental dan emosional. Salah satu contoh. Bila ada siswa yang
sedang duduk dikelas pada saat pembelajaran berlangsung, akan
tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif dalam situasi
pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut dalam
64
pembelajaran. Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan
ada siswa yang tidak ikut aktif dalam belajar. Guru harus berusaha
meningkatkan kesadaran siswa atau kadar aktifitas pembelajaran
tersebut.
4. Umpan Balik
Disini siswa perlu dengan segera mengetahui apakh yang ia
lakukan didalam proses belajara atau yang ia peroleh dari belajar
tersebut sudah benar atau belum. Untuk itu siswa perlu sekali
memperoleh umpan balikdengan segera supaya ia tidak terlanjur
berbuat kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan belajar, oleh
karena itu guru harus menambah kadar pembelajaran agar aktifitas
siswa lebih tinggi dan siswa tidak banyak bergantung kepada guru,
karena siswa yang lebih banyak aktif mencari dan menemukan
sendiri.
5. Perbedaan individual
Belajar tidak dapat diwakilkan kepda orang lain, tidak belajar
berarti tidak memperoleh kemampuan. Belajar dalam arti proses
mental dan emosional terjadi secara individual. Disamping itu siswa
yang belajar sebagai pribadi tersendiri berbeda pemahaman kepada
yang lain dengan kata lain tingkat pemahamannya berbeda-beda,
perbedaan itu mungkindalam hal pengalaman, minat, bakat,
kebiasaan belajar, kecerdasan dan lain sebagainya. Oleh karena itu
guru harus memperlakukan sama kepada siswa, siswa lamban harus
65
di bantu begitu pula dengan siswa cerdas dapat di di beri kesempatan
untuk mengingkapan apa yang telah ia dapat dam belajar.
d. Aktifitas Belajar dalam Pembelajaran
Aktivitas artinya “kegiatan / keaktifan”. Jadi segala sesuatu
yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non fisik, merupakan suatu aktifitas. Belajar aktif adalah suatu sistem
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Aktivitas
siswa lebih mengarah kepada apa yang siswa lakukan (what the student
does) selama proses pembelajaran dan pengajaran berfungsi sebagai
penyokong pembelajaran (supporting learning). Dalam pengajaran
yang mengutamakan aktivitas siswa, guru hanya berperan sebagai
fasilitor. Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para
ahli mengadakan klasifikasi. http://www.One.indoskripsi.com. 2008
mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:
1) Kegiatan-kegiatan Visual: Membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang
lain bekerja dan bermain.
2) Kegiatan-kegiatan Lisan (oral): Mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan
interupsi.
66
3) Kegiatan-kegiatan Mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan Menulis: Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan Menggambar: Menggambar, membuat grafik,
chart, diagram, peta dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan Metrik: Melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, menyelenggarakan model permainan, mena
7) Kegiatan-kegiatan Mental: Merenung, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan
dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan Emosional: Minat, membedakan, berani, tenang
dan lain-lain.
4. Pembelajaran Kooperatif
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan
metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian
pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang
menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah
memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
67
pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun
dapat ditingkatkan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok srtategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama Eggen and Kauchak(1996:279) dalam Trianto,
S. Pd., M. Pd, (2007:42) Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalamansiskap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi
dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa
atausebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai
tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan
berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan diluar sekolah. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang
sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya, siswa secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-
masalah yang kompleks. Jadi dalam pembelajaran kooperatif aspek utama
adalah teman sejawat dan hakikat sosial.
68
Metode pembelajaran alternatif memiliki berbagai macam
perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik
prinsipil berikut ini:
a. Tujuan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperaatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam pembelajaran
tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang
diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.
b. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam
dua cara, yang pertama adalah dengan menjumlahkan skor kelompok
atau nilai rata-rata kusi individual atau penilaian lainnya, seperti dalam
model pembelajaran siswa. Yang kedua adalah spesialisasi tugas,
dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagaian
tugas kelompok.
c. Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode
pembelajaran tim siswa adalah penggunaan metode skor yang
memastikan semua siswa dapat kesmpatan yang sama untuk
berkontribusi dalam timnya.
d. Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan
kompetisi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk
bekerjasama dengan anggota timnya.
69
e. Spesialisasi tugas. Unsur utama dari Jigsaw, Group Investigation dan
metode spesialisasi tugas lainnya adalah tugas untuk melaksanakan
subtugas terhadap masing-masing anggota kelompok.
f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode
pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat
langkah kelompok, tetapi ada dua –TAI dan CIRC- mengadaptasikan
pengajaran terhadap kebutuhan individual.
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di
atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk
bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak
ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota
kelompok, tetapi semua harus aktif.
5. Kooperatif Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di
mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal,
baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada
pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2
kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli.
Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya
70
diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal
berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw :
a. Pembentukan Kelompok Belajar.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi
dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelompok kooperatif awal (kelompok asal). Siswa dibagi atas
beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota
diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di
kemampuan akademik.
Kelompok Ahli. Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala
yang sama pada kelompok asal.
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok
kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua
kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
71
Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli
atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas
yang telah dipahami kepada kelompok asal
Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal).
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
c. Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan
dalam tiga tahapan yaitu : tahap I (kooperatif asal), tahap II (kelompok
ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan aktivitas
siswa perlu ada motivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik. Dalam hal ini peneliti hanya meneliti sampai aktivitas siswa,
tidak meneliti sampai hasil belajar siswa.
72
d. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw
Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan pembelajaran
Cooperative tipe JigsawHalim Simatupang
Blogger9125tag.blogger.com 1999 :
1) Karena masing-masing siswa diberi tanggung jawab pribadi kepada
tiap kelompok, maka siswa dapat belajar bertanggung jawab dan
lebih memahami batasan yang didiskusikan.
2) Mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap.
3) Siswa lebih aktif untuk belajar.
4) Dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman-teman, karena
para siswa dihadapkan oleh tujuan-tujuan yang heterogen dalam
kelompok asal dan kelompok ahli.
5) Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
6) Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena para
siswa ikut aktif dalam pembehasan sampai kesuatu kesimpulan.
7) Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat
toleransi, siswa yang demokratis, kritis dalam berfikir, tekun, dan
sabar.
e. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Walau Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang fleksibel, namun kelemahan metode ini adalah:
73
a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing
maka dikhawatirkan kelompok akan macet
b. Jika jumlah anggota kurang akan menimbulkan masalah, misal jika
ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang pasif dalam diskusi
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang
belum terkondisi dengan
baik.http://dedenbinlaode.blogspot.com/2010/11/metode–jigsaw–
dan–hasil–belajar-kelas.html
6. Pendekatan Realistik
a. Pengertian pendekatan realistik
Pengertian pendekatan realistik http://zahra - abcde. blogspot.
com / 2010/04/mengajar-matematikadenganpendekatan.html “sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada
hakiki dasar pendidikan itu sendiri”. Menurut Sudarman Benu, (2000:
405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan
masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam
belajar”
Dunia nyata tidak hanya sebagai sumber pembelajaran, tetapi
juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali pembelajaran
kedunia nyata. Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual
“dunia nyata yang berkaitan dengan isi dari pembelajarannya, sehingga
74
memungkinkan siswa menggunakan pengalaman yang pernah ia dapat
dalam kesehariannya sebelumnya secara langsung dituangkan dalam
pembelajaran. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan
mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat
mengaplikasikan konsep-konsep yang ia dapat ke bidang baru dari
dunia nyata. Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep
pembelajaran dengan pendekatan realistik siswa perlu mengaplikasikan
pengalaman sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar pendekatan realistik berpengaruh
penting terhadap aktifitas siswa itu sendiri, dimana didalam pelajaran
tersebut guru dapat mengaitakan masalah atau pencarian informasi
terhadap dunia nyata yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, siswa
dapat menemukan contoh-contoh nyata yang di apresiasikan pada
waktu pembelajaran berlangsung, sehingga dalam pendekatan realistik
tersebut guru dengan langsung dapat meningkatkan interaksi
pembelajaran.
Pendekatan realistik menggunakan suatau situasi dunia nyata
atau suatu konteks sebagai titik tolak dalam belajar. Pada tahap ini
siswa belajar sambil melakukan aktivitas yang nyata berkaitan dengan
pembelajaran. Maksudnya siswa mengorganisasikan masalah dan
mencoba mengidentifikasi aspek pembelajaran yang ada pada masalah
tersebut.
b. Kelebihan metode pembelajaran realistik
75
Beberapa keunggulan dari metode pembelajaran realistik antara
lain:
1) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana
tegang tidak tampak.
2) Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
3) Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan.
4) Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
5) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
6) Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
c. Beberapa kelemahan dari metode pembelajaran realistik antara lain:
1) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
2) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
3) Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
d. Prinsip- prisip metode Pembelajaran Realistik
Terdapat 5 prinsip utama dalam metode pembelajaran realistik, yaitu:
1) Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal
yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
2) Perhatian diberikan pada pengembangan model ”situasi skema dan
simbol”.
3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.
76
4) Interaktif sebagai karakteristik diproses pembelajaran.
5) Intertwinning (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok
7. Hakikat Pendidikan kewarganegaraan
a. Pengertian PKn
Didalam Peraturan Pemerintah Dinas Pendidikan Tahun 2006
Tentang Standar Isi PKn, Pendidikan kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari
segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Di dalam
kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian
Mata Pelajaran Kewarganegaraan dijelaskan bahwa mata pelajaran
kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang ingin
membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, menguasai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan
prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, dinyatakan
bahwa mata pelajaran kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu:
1. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang
mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi pengetahuan
tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah
dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum
dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah
77
nasioanal, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak
sipil dan hak politik.
2. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) yang meliputi
keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Misalnya dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society),
keterampilan mempengruhi dan memonitoring jalannya
pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik,
keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan
mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik.
3. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) yang mencakup
kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religi,
toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, keberbasan
pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap
minoritas.
b. Tujuan dan Hakikat Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan SD
Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah
untuk mengembagkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, Berpartisipasi secara aktifdan bertanggung jawab,
serta beeertindak cerdas dalam kegiatan kemasyararakatan, berbangsa
dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri beerdasarkan pada karakter-karakter masyarakat
78
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secar
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah Pendidikan
kewarganegaraan sebagai program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai
pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestatikan nilai
luhur dan Moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku
dalam kehidupan sehari-hari para siswa dan mahasiswa baik sebagai
individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat Pendidikan
kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila
dan UUD1945http://ian43. wordpress. com/2010/10/18/ hakikat -
fungsi - dan - tujuan-pendidikan-kewarganegaraan - di-sd/
c. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
untuk kelas IV Sekolah Dasar
Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan untuk kelas IV
SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
79
1. Memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan,
meliputi : mengenal lembaga – lembaga dalam susunan
pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan, menggambarkan
struktur organisasi desa dan pemerintahan kecamatan.Memahami
sistem pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi, meliputi :
mengenal lembaga–lembaga dalam susunan pemerintahan
kabupaten, kota, dan provinsi, menggambarkan struktur organisasi
desa dan pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
2. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat, meliputi : mengenal
lembaga–lembaga Negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK,
menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti
presiden, wakil presiden, dan para menteri.
3. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya, meliputi:
memberikan contoh sederhana, pengaruh globalisasi di
lingkungannya, mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah
ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional, menentukan sikap
terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadai warganegara indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter
yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Permendiknas. 22 Th
80
2006 tentang standar isi PKn. Tujuan pembelajaran PKn adalah agar
peserta didik dapat berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, mampu berpartisipasi aktif dan
bertanggung jawab dalam kegiatan bermasyarakat, bebangsa, dan
bernagara, berkembang secara positif dan demokratif untuk membentuk
karakter masyarakat indonesia serta mampu berinteraksi an bekerja
sama dengan negara lain. Permendiknas. (22 : 2006) tentang standar isi
PKn.
B. Kajian Empiris
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya terhadap interaksi pembelajaran dengan berbagai pendekatan
Adapun hasil penelitian tersebut antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Rani Purwani Dewi, 2101404602
(2009) Deskripsi Interaksi Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Membaca
Puisi Anak di Sekolah Dasar Kelas Rendah Melalui Teori Flander dan
Larsen-Freeman. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.Data
penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru berbicara (GB) menghasilkan nilai
rata-rata sebesar 48,18%, (2) Siswa Berbicara (SB) menghasilkan nilai rata-
rata sebesar 27,53%, (3) Kesunyian (K) menghasilkan nilai rata-rata sebesar
14,41%, (4) Rasio Respon Guru (RRG) menghasilkan nilai rata-rata sebesar
32,45%, (5) Rasio Inisiatif Siswa (RIS) menghasilkan nilai rata-rata sebesar
11,62%, (6) Rasio Respon Langsung Guru (RRLG) menghasilkan nilai rata-
rata sebesar 69,45%, (7) Rasio Pergantian Konten (RPK) menghasilkan nilai
81
rata-rata sebesar 45,77%, (8) Rasio Tetap Siswa (RTS) menghasilkan nilai
rata-rata sebesar 0%, dan (9) penggunaan bahasa antara siswa dan guru
selama berinteraksi sebesar 93,56% untuk penggunaan bahasa Indonesia,
terdiri dari guru sebesar 65,34% dan siswa 28,21%; dan penggunaan bahasa
Jawa sebesar 6,44%, terdiri dari guru 3,13% dan siswa 3,32%. Data di atas
mengindikasikan bahwa pola interaksi guru dan siswa bersifat multi arah,
namun tetap berpusat pada guru. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa
merupakan jenis interaksi edukatif. Artinya, interaksi guru dan siswa
berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Karakteristik pembelajaran membaca puisi anak di kelas 1 SD Negeri
Kedungpatangewu mengindikasikan bahwa guru adalah orang yang bertugas
menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah
para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, dan latar belakang masing-
masing. Oleh karena itu, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menuangkan ide/inisiatifnya agar siswa dapat berkembang. Guru sering
mengadakan trik-trik khusus untuk membuat para siswa kembali semangat
dengan cara membuat suasana proses pembelajaran menyenangkan bagi
siswa kelas I SD, yaitu dengan mengadakan permainan misalnya sesekali
guru mengajak siswa bernyanyi dan memasukkan pengalaman sehari-hari
dengan catatan semua itu tidak melenceng dari materi pengajaran. Proses
pembelajaran membaca puisi anak pada siswa kelas 1 SD Negeri
Kedungpatangewu tergolong berhasil. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh
nilai rata-rata tes siswa yang tergolong dalam kategori baik yaitu sebesar
82
79,4. Kemudian hasil tes sikap siswa selama pembelajaran berlangsung
memperoleh nilai rata-rata sebesar 83 atau termasuk dalam kategori sangat
baik. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pola interaksi yang
bersifat multi arah dan karakteristik pembelajaran yang menyenangkan sangat
mempengaruhi penguasaan keterampilan membaca puisi anak pada siswa
kelas 1 Sekolah Dasar. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian disarankan
agar (1) para guru menciptakan pola interaksi multi arah dalam setiap
pembelajaran agar siswa berkesempatan untuk menuangkan ide/inisiatifnya,
(2) setiap pengajaran membaca puisi anak di kelas rendah harus
menyenangkan dan tidak membosankan siswa. Guru harus memiliki prinsip
”bermain sambil belajar” karena menurut ilmu psikologi, masa kanak-kanak
adalah masa mencari kesenangan dengan bermain (tahap mainan) sehingga
guru sesekali memasukkan permainan yang tidak melenceng dari materi
pengajaran sastra. http://lib.unnes.ac.id/75/.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Catur Endah Lestari. 2007,
dengan judul Skipsi Peningkatan Interaksi Pembelajaran Dan Hasil Belajar
Dengan Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Dalam Mata
Pelajaran IPS Ekonomi Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa
Kabupaten Semarang. Menunjukkan bahwa dengan strategi Everyone Is A
Teacher Here interaksi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Terbukti dari data siklus I nilai rata-rata siswa 65,24 dengan kriteria
ketuntasan klasikal 66.66%. siklus II rata-rata 71,6 dengan kriteria ketuntasan
klasikal 79,19%. Siklus III rata-rata 78,85 dengan ketuntasan klasikal
83
91,66%. Interaksi dalam pembelajaran juga meningkat yaitu interaksi dalam
menjawab pertanyaan sebesar 54,16%. Menyampaikan pendapat sebesar
29,16%. Interaksi denga sumber ajar 50% didalam siklus I. dalam siklus II
interaksi menjawab pertanyaan sebesar 70,08%, interaksi dalam
menyampaikan pendapat sebesar 50%, 8interaksi dengan sumber ajar
79,16%. Didalam siklus III interaksi berrtambah meningkat yaitu, interaksi
menjawab pertanyaan sebesar 79,16%, mengemukakan pendapat sebesar
291,16%, interaksi dengan sumber ajar sebesar 91,16%. (Skripsi oleh Catur
Endah Lestari 2010, dengan judul Skipsi. Peningkatan Interaksi
Pembelajaran Dan Hasil Belajar Dengan Strategi Pembelajaran Everyone Is
A Teacher Here. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang)
Antonilamini. 2008. Dengan judul Peningkatan Interaksi
Pembelajaran dengan Tehnik Pembelajaran Everyone is a Teacher Here
dalam Pembelajaran Ekonomi di KelasXII IPS SMA YKP Monamas Kota
Bontang.Menunjukkan bahwarendahnya percaya diri siswa untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan berdampak pada kemampuan siswa berinteraksi
dalam proses pembelajaran.Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
Interaksi pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran materi Ekonomi di
kelas XII IPS SMA YKP Monamas Kota Bontang. Penelitian Tindakan Kelas
dipilih dalam rangka memperbaiki, meningkatkan kualitas/mutu interaksi
pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas dengan fokus tehnik
pembelajaran everyone is a teacher here. Sebagai indikator peningkatan
Interaksi pembelajaran siswa dalam pembelajaran materi ekonomi adalah
84
siswa aktif saling berkomunikasi antar siswa dan guru, baik secara lisan
maupun tertulis, dengan cara mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan
dan memberikan gagasan, siswa dapat berinteraksi/memanfaatkan sumber
belajar secara maksimal dalam proses pembelajaran. Sumber data
dikumpulkan dari siswa, guru dan dokumen yang terlibat dalam penelitian.
Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri
dari:, hasil observasi terhadap pelaksana proses pembelajaran, hasil
wawancara dan hasil belajar. pada pra penelitian, siklus pertama, siklus
kedua, dan siklus ketiga Analisis data dilakukan melalui teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa tehnik pembelajaran
everyone is a teacher here dapat meningkatkan Interaksi pembelajaran siswa
dalam pembelajaran materai Ekonomi dan memperkecil tingkat kesulitan
siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan gagasan
dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas/mutu
interaksi pembelajaran dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa.http://www.infodiknas.com/peningkatan-interaksi-pembelajaran-
siswadalam-pembelajaran-ekonomi-di-kelas-xii-ips-sma-ykp-monamas-
bontang/.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan diatas, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kondisi Awal Kondisi Akhir
Proses pembelajaran masih berpusat pada guru
Hasil belajar meningkat
85
Tindakan
Gambar 1: Kerangka Berfikir Penelitian.
Pada dasarnya secara individu manusia itu berbeda-beda, demikian
pula dalam memahami konsep-konsep interaksi pembelajaran akan dicapai
melalui tingkat belajar yang berbeda-beda pula. Proses pembelajaran yang
masih berpusat pada guru mungkin akan lebih menghemat waktu, namun
akan dapat membuat siswa menjadi pasif sehingga aktivitas dan respon siswa
rendah. Interaksi siswa dalam pembelajaran dan penguasaan siswa rendah
menjadikan hasil belajar siswa rendah sehingga kualitas pembelajaranpun
juga ikut rendah.
Setelah diketahui penyebab rendahnya interaksi dalam pembelajaran
PKn, maka peneliti mengambil langkah-langkah serta tindakan. Tindakan
yang dilakukan peneliti adalah menggunakan model pembelajaran
Keterampilan guru masih rendah
Interaksi pembelajaran masih kurang
Interaksi pembelajaran meningkat
Hasil belajar rendah Guru Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw
Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II dan III
Siswa menjadi aktif
Siswa masih pasif
86
kooperative tipe jigsaw berbasis realistik untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam 3 siklus disertai
dengan kegiatan observasi. Terjadilah komunikasi antar siswa sehingga siswa
menjadi aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motifator.
Karena siswa aktif maka interaksi dan aktifitas serta respon siswa meningkat.
Dengan meningkatnya interaksi dan aktivitas dalam proses pembelajaran
maka hasil belajar siswa dapat meningkat pembelajaranpun menjadi lebih
baik.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian masalah yang ada di atas maka, hipotesis
tindakan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Jika
pembelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03 menerapkan pendekatan
kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik, maka keterampilan guru, interaksi
pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
87
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wonosari 03 Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang. Sebagai subyek penelitian adalah guru dan siswa
kelas IV SD Negeri Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang
pada mata pelajaran PKn.
B. Prosedur / Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang terdiri atas tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi (observing), dan
refleksi (reflecting). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, kemudian
diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk
siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa siklus.
1. Perencanaan
Perencanaan awal berupa telaah terhadap mata pelajaran PKn di
kelas IV SDN Wonosari 03, kemudian penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Peneliti merencanakan tindakan dalam 3 siklus dan
pada tiap siklus dua jam pelajaran yang dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
88
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dari
perencanaan tindakan yang telah dipersiapkan yaitu pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan kooperatiftipe jigsaw berbasis
realistik yang diuraikan dalam siklus I dengan dua pertemuan, siklus II
dengan dua pertemuan dan siklus III.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan
melibatkan guru kolaborasi atau guru bantu untuk mengamati keterampilan
guru serta interaksi dalam pembelajaran PKn yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasisi realistik dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar siswa dan menyesuaikan dengan
ketercapaian indikator kinerja, maka peneliti memperbaiki kelemahan
untuk siklus berikutnya agar pelaksanaannya lebih efektif.
C. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dirancang dalam 3 siklus, tiap
siklus 1,5 jam pelajaran yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan
berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap penting. Namun dalam
pelaksanaan siklus pertemuan satu dan dua hampir sama namun materi
berbeda.Adapun Perencanaan siklus antara lain:
89
1. Siklus pertama
a. Perencanaan
Dalam kegiatan apapun, perencanaan memiliki peran yang
penting. Dalam penelitian tindakan, perencanaan menjadi langkah
pertama yang menjadi dasar bagi langkah berikutnya. Adapun langkah-
langkah perencanaan adalah sebagai berikut :
Membuat skenario pembelajaran dan menyusun RPP dengan
pendekatan kooperatif jigsaw berbasis realistik
Mempersiapkan media dan alat peraga yang diperlukan
Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
Menyiapkan alat evaluasi
b. Pelaksanaan tindakan
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa“ siapa
yang pernah masuk kedalam kantor kepala desa atau kantor
kelurahan?
Guru menindaklanjuti apersepsi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala
misalnya A,B,C,D,E
Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-
masing siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
90
Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok
ahli atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi
satu kelompok
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama
untuk menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami
serta dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau
tugas yang telah dipahami kepada kelompok asal
Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli
masing-masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok
awal.
Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal)
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
Guru memberi evaluasi
c. Observasi
91
Observer melakukan pengamatan proses keterampilan guru,
proses interaksi pemebelajaran selama proses pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan selama proses pembelajaran
Menyimpulkan hasil pengamatan
Menentukan langkah selanjutnya.
2. Siklus kedua
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi
terdahulu. Tahap yang dilakukan dalam siklus ini adalah:
Membuat rencana pembelajaran PKn (RPP) dengan pendekatan
kooperatif jigsaw berbasis realistik
Mempersiapkan sumber dan media
Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses kegiatan
pembelajaran (siswa dan guru) yang digunakan oleh teman sejawat
untuk mengamati pelaksanaan pembelajarann PKn.
Menyusun evaluasi siklus.
b. Pelaksanaan tindakan
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa“ anak-
anak siapa yang tahu nama pak lurah desa wonosari?
Guru menindaklanjuti apersepsi
92
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli
atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami serta
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas
yang telah dipahami kepada kelompok asal
Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal).
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
93
Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
Guru memberi evaluasi
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (teman
sejawat). Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung
yaitu peneliti dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung
kemudian mencatat perilaku atau kejadian yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya, dan dilakukan selama proses pembelajaran dari
kegiatan awal sampai kegiatan akhir berlangsung. Kegiatan yang
diamati meliputi: (1) penyusunan rencana pembelajaran, (2)
keterampilan guru dalam pembelajaran (3). proses interaksi dalam
pembelajaran.
Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi untuk kemudian
dianalisa dan dilakukan refleksi. Instrumen ini akan lebih efektif jika
informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah
laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya,
instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali
informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.
d. Refleksi
Setelah pengamatan selesai dilakukan dalam rangka memperoleh
data, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis yang akhirnya dapat
dipergunakan sebagai dasar menarik suatu simpulan. Dari simpulan
94
tersebut, peneliti dapat menentukan perlu tidaknya diadakan penelitian
ulang atau penelitian kembali. Bila ternyata hasil simpulan tersebut
tidak sesuai dengaan rencana semula yang telah ditetapkan, maka
langkah berikutnya mencari faktor-faktor yang menyebabkan adanya
ketidaktercapaian tersebut.
Pengumpulaan data pada penelitian ini terdiri atas dua tahap.
Tahap pertama yaitu tahap observasi atau pengamatan pendahuluan,
tahap ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan guru kelas
lain, tepatnya sebelum peneliti melakukan proses pembelajaran di kelas.
Tahap kedua adalah tahap pengamatan selama dan setelah pemberian
tindakan.
Peneliti dan rekan sejawat mendiskusikan hasil pengamatan yang
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, makna,
penjelasan, proses dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil
dikumpulkan. Hasil yang diperoleh merupakan temuan tingkat
efektifitas desain pembelajaran yang dirancang dan daftar permasalahan
yang muncul di lapangan kemudian dipakai sebagai dasar untuk
melakukan perencanaan. Langkah selanjutnya diadakan perbaikan,
kemudian dimulai lagi dari awal untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dalam siklus berikutnya.
3. Siklus ketiga
a. Perencanaan
95
Setelah pelaksanaan siklus I dan II ditemukan beberapa masalah
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dilaksanakan siklus III.
Pelaksanaan siklus III tetap mengacu pada pelaksanaan siklus II.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanan tindakan pembelajaran siklus III hampir sama dengan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan II, dengan langkah–
langkah sebagai berikut.
Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pelajaran yang lalu
Guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam
pembelajaran
Guru meyampaikan tujuan pelajaran
Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan
Guru menggunakan media benda – benda nyata untuk membantu
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli
atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
96
tanggung jawabnya dan mengaitkan wacana atau tugas tersebut ke
dunia nyata atau mencari bukti-bukti konkrit dari wacana atau tugas
tersebut.
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
mendapat bukti konkrit atau berkaitan dengan dunia nyata serta
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas
yang telah dipahami kepada kelompok asal
Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal).
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
Guru memberi reward atau penghargaan kepada kelompok
Guru bersama siswa menyimpulkan materi
Guru memberi evaluasi
c. Observasi
Berdasarkan observasi atau pengamatan pada setiap siklus baik
siklus I dan II serta siklus III guru sudah dapat memperbaiki
kesalahannya dalam setiap siklusnya. Pengamat mengamati kegiatan
97
guru dan siswa setelah itu menuliskannya dalam lembar observasi guru
dan siswa. Adapun hasil pengamatannya adalah sebagai berikut.
1. Dari guru :
Pada bagian awal penyampaian guru tentang apersepsi dan tujuan
pembelajaran dengan baik
Pengelolaan kelas dalam pembelajarn terlaksana lebih baik.
Guru memberikan pembelajaran serta mengaitkan pada dunia
nyata atau bukti konkrit
Penggunaan model pembelajaran dan penggunaan media telah
berjalan lebih baik
Kelompok yang dibentuk pada siklus II bisa bekerja sama dengan
baik dan lebih aktif baik dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
Guru dapat membimbing siswa untuk mengerjakan tugas
Guru dapat membimbing siswa menyajikan hasil kerja
kelompoknya.
2. Dari siswa
Sebagian besar siswa sudah bisa memahami apa yang
disampaikan oleh guru. Hal itu dibuktikan oleh pengamat.
Semua siswa sudah aktif kegiatan pembelajaran
Siswa sangat merespon dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw berbasis realitik
Siswa mampu berdiskusi dengan baik
Siswa mampu mengerjakan tugas
98
Semua siswa sudah aktif dalam kerja kelompok atau berdiskusi.
Siswa dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik
Suasana kelas sudah kondusif dan nyaman untuk melakukan
proses pembelajaran.
Interaksis dalam pembelajaran bertambah lebih aktif.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka
diadakan suatu proses refleksi dari tindakan yang telah dilaksanakan.
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus
I,sedangkan siklus II digunakan untuk membedakan pada siklus III
apakah ada peningkatan interaksi pembelajaran dan aktifitas belajar
siswa atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan, maka siklus dapat
diulang kembali pada siklus III.
D. Data dan pengumpulan data
1. Sumber data
a. Siswa
Sumber data siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan
evaluasi dalam pembelajaran PKn yang di peroleh secara sistematis dari
siklus pertama sampai siklus ketiga serta dari wawancara guru
b. Guru
Sumber data guru di peroleh dari lembar observasi keterampilam
dan aktifitas guru yang dilaksanakan oleh pengamat atau teman sejawat.
99
c. Data Dokumen
Sumber data awal adalah dokumen berupa data awal nilai hasil
tes sebelum dilakukan tindakan. Setelah melakukan tindakan data
dokumen berupa hasil keterampilan, interaksi pembelajaran, hasil kerja
siswa serta didukung dengan dokumentasi video dan foto.
d. Lembar Observasi
Sumber data ini diperoleh melalui hasil pengamatan terhadap
proses pelaksanaan pembelajaran baik sebelum, saat proses maupun
hasil dari pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD dengan media audio visual pembelajaran PKn.
2. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan
lembar pengamatan dan catatan lapangan dari proses keterampilan guru,
Interaksi pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam
pembelajaran PKn Berbentuk tes pada setiap siklus.
3. Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulan dengan menggunakan lembar observasi guru dan
siswa, pre tes, dan pos tes.
100
a. Data keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran PKn dengan
pendekatan jigsaw berbasis realistik pada saat dilaksanakannya
tindakan diambil dengan lembar observasi keterampilan guru.
b. Data interaksi dalam proses belajar mengajar diambil dengan
menggunakan lembar observasi.
c. Data hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan lembar soal
pretes dan postes.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode observasi pengamatan, metode tes, metode
dokumentasi serta catatan lapangan.
1. Metode Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang
menggambarkan keterampilan guru dan interaksi pembelajaran dalam
proses pembelajaran denagan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbasis realistik.
Teknik observasi adalah pengamatan yang dilakukan peneliti
memperoleh gambaran secara cermat tentang tindakan yang dilakukan dan
kemudian mendokumentasikan pengaruh atau dampak dari tindakan
tersebut Asrori. (2009:53).
101
2. Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini yaitu hasil jawaban dari soal dan
digunakan untuk memperoleh data tingkat penguasaan dan hasil belajar
siswa.
Teknik tes merupakan salah satu alat, cara dan langkah-langkah
yang sistematik digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu
siswa Ruminiati (2007:3.18).
3. Metode Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
ketrampilan guru, interaksi dalam pembelajaran yang diperoleh pada saat
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berbasisi realistik. Untuk memberikan gambaran
konkrit atas pelasanaan penelitian dan keterampilan guru serta proses
interaksi pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran koperatif tipe jigsaw berbasis realistik di gunakan
dengan dukumentasi foto dan video.
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan berisi catatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung apabila ada permasalahan yang muncul yang
tidak diharapkan oleh guru. Catatan lapangan ini berguna untuk
memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masukan
guru dalam melakukan refleksi.
102
F. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif
Data yang diperoleh dianalisa secara kolaboratif dengan teman
sejawat dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana
tindakan berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali pertemuan
tatap muka dan setiap akhir silkus. Data dianalisa secara kualitatif yaitu
lembaran observasi dan catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan
lapangan dan lembaran observasi dilakukan dengan jalan membandingkan
proses keterampilan guru, interaksi dalam pembelajaran dan keaktifan
siswa serta guru pada siklus satu dengan proses interaksi dalam
pembelajaran dan keaktifan siswa serta guru pada siklus dua dalam
pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
Dalam (Poerwanti, dkk:6-9) menerangkan cara untuk mengolah
data skor sebagai berikut :
a. Menentukan skor terendah
b. Menentukan skor tertinggi
c. Mencari median
d. Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori (sangat baik, baik, cukup,
kurang)
Jika:
R = skor terendah
T = skor tertinggi
103
n = banyaknya skor
Q2 = median
Letak Q2 = ଶସ ( n+1 ) untuk data ganjil atau genap
Q1 = kuartil pertama
Letak Q1 = ଵସ
( n +2 ) untuk data genap atau Q1 = ଵସ
( n +1 ) untuk data
ganjil.
Q3 = kuartil ketiga
Letak Q3 = ଵସ (3n +2 ) untuk data genap atau Q3 = ଵ
ସ ( 3n +1 ) untuk data
ganjil
Q4= kuartil keempat = T
Maka akan di dapat :
Tabel 1. Kategori penilaian data kualitatif
Kriteria Kentututasan Skala Penilaian
Q3 ≤ skor ≤ T Sangat Baik
Q2 ≤ skor < Q3 Baik
Q1 ≤ skor < Q2 Cukup
R ≤ skor < Q1 Kurang
2. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean dan
rerata. Adapun penyajian data kuantitatif dapat dipaparkan dalam bentuk
presentase. Adapun rumus presentase tersebut adalah sebagai berikut :
104
ρ = ∑n Keterangan
ρ = Presentase frekuensi
∑n = Jumlah frekuensi yang muncul
N = Jumlah total siswa
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan criteria ketuntasan
belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak
tuntas dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 2. Kriteria ketuntasan
(KKM SDN Wonosari 03 kelas IV)
G. Indikator Keberhasilan
Pendekatan kooperatif tipe jigwas berbasis realistik dapat
meningkatkan keterampilan guru, interaksi pembelajaran, hasil belajar siswa
dalam pelajaran PKn dikelas IV SD Negeri Wonosari 03 Bawang dengan
indikator sebagi berikut :
1. Terjadinya peningkatan keterampilan guru dalam meningkatkan interaksi
pembelajaran PKn dengan pendekatan kooperatif tipejigsaw berbasis
ralistik
Kriteia ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
x 100% N
105
2. Interaksi dalam pembelajaran PKn dengan pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik dinyatakan meningkat dengan kriteria sekurang-
kurangnya baik
3. 75 % hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Wonosari 03 mengalami
peningkatan individual sebesar ≥ 65 dalam pembelajaran PKn.
106
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pelaksanaan Pra Siklus
Sebelum diadakan pelaksanaan siklus terlebih dahulu guru
mengambil data awal untuk untuk melihat masalah-masalah yang muncul
dalam pembelajaran. Dalam pengambilan data awal atau pra siklus ini
pembelajaran dilaksanakan menggunakan metode lama (ceramah).
Peroleh data dalam pembelajaran tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Belajar Sebelum Perbaikan
No Keterangan Jumlah
1 Nilai rata-rata 60
2. Siswa yang tuntas belajar 9
3. Siswa yang tidak tuntas belajar 22
4. Nilai terendah 30
5. Nilai tertinggi 80
6. Persentase ketuntasan belajar (%) 29%
Berdasar data nilai sebelum perbaikan maka diketahui bahwa nilai
tuntas tingkat klasikal sebelum perbaikan pembelajaran hanya dicapai oleh
9 siswa atau 29% dan yangb belum tuntas 22 siswa atau 70.96% dari
sejumlah 31 siswa, Sedangkan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah
30 dengan rata-rata nilai kelas 60. Hasil belajar tersebut menjadi perhatian
serius bagi guru.
107
Sesuai dalam Pedoman PKM, peneliti memperoleh temuan-temuan
sehubungan dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran
yang dilakukan secara klasikal adalah: (1) keterampilan bertanya masih
belum sepenuhnya merata yang dilakukan oleh guru, (2) dalam
keterampilan memberi penguatan belum sepenuhnya dilakukan dengan
baik (3) Guru menjelaskan materi terlau keras (4) motivasi bagi siswa
masih sangat kurang (5) Guru menutup pelajaran tanpa membuat
rangkuman terlebih dahulu (6) banyak siswa yang masih pasif dalam
mengerjakan tugas (7) masih banyak siswa yang gaduh dan bermain-main
(8) siswa masih kurang aktif menerima pelajaran dan sebagian siswa jenuh
menerima pembelajaran (9) Pemusatan siswa dalam pembelajaran masih
kurang (10) penekanan nteraksi pembelajaran masih sangat kurang (11)
interaksi timbal balik masih belum tampak (12) interaksi masih dalam satu
arah (guru siswa) (13) interaksi dengan lingkungan dan Ciri -ciri interaksi
pembelajaran, Interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum, Pengelolaan
interaksi, Komponen-komponen interaksi, Interaksi didalam kelompok
jigsaw, Prinsip-prinsip interaksi pembelajaran, Tahapan interaksi
pembelajaran, Tingkah laku interaksi pembelajaran serta interaksi social
masih belum sepenuhnya tampak dalam pebelajaran.
2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Dalam siklus I dilaksanakan dengan dua petemuan, kedua
pertemuan tersebut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik. Pelaksanaan siklus I meliputi perencanaan,
108
pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi.Adapun siklus I dapat
dijabarkan hasil penelitian sebagai berikut :
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai
berikut :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi
Pemerintahan Desa
2) Menyiapkan media serta mempersiapkan siswa untuk membawa
pembelajaran kedalam dunia nyata yaitu dengan cara membawa
siswa untuk mengobservasi ke kantor kepala desa atau kantor
kelurahan yang berhubungan dengan materi.
3) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi. Lembar observasi ini
ada 2 macam, yaitu lembar keterampilan guru dan lembar interaksi
pembelajaran.
4) Menyiapkan soal evaluasiatau untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah mempelajari materi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan di SDN Wonosari 03.
Pelaksanaan meliputi pertemuan I dan pertemuan II. Pertemuan
Idilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 Juli 2011, dan pertemuan
IIdilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2011dikelas IV semester I mata
pelajaran PKn dengan alokasi waktu 2 x 35 (menit). Adapun
pelaksanaan siklus I pertemuan I dan pertemuan II sama namun yang
109
membedakan adalah materi pembelajaran. Kegiatan siklus I dalah
sebagai berikut :
1) Pra Pembelajaran
a) Mengkondisikan kesiapan belajar siswa.
b) Mengajak semua siswa berdo’a untuk mengawali pelajaran.
c) Presensi
d) Memotivasi siswa untuk berkooperatif
2) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menginformasikan cara belajar dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw dilajutkan dengan
memberi apersepsi yaitu dengan memberi pertanyaan ”siapa yang
tahu nama kepala desa wonosari”, ”siapa yang pernah masuk ke
kantor kepala desa atau kantor kelurahan”.
3) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru menyampaikan materi
ajar yang berhubungan dengan pembelajaran. Namun dalam
pembelajaran ada beberapa siswa yang bercanda dengan teman
lainnya. Melihat hal tersebut guru memberi teguran dan peringatan
kepada siswa tersebut agar bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pelajaran. Kemudian guru menarik perhatian siswa untuk bertanya
tentang materi yang sedang diajarkan, namun tidaksatupun siswa
110
yang ingin bertanya, hal itu mungkin dikarenakan siswa masih
malu dan takut untuk bertanya. Melihat hal tersebut guru membuat
permasalahan sedehana yang dapat menarik siswa untuk
bertanyaSetelah kegiatan eksplorasi selesai kemudian guru
menerapkan kegiatan elaborasi. Adapunlangkah-langkah
elabolarasi dalam pembelajaran ini guru mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok asal atau kelompok awal,setiap kelompok
terdiri dari 4-6 orang siswa yang diberi nomer misal A, B, C, D, E,
dan F, didalam kelopok asal masing masing siswa diberi tugas
yang berbeda-beda.Setelah terbentuk kelompok asal, dilanjutkan
dengan pengelompokan kelompok ahli dengan cara masing-masing
nomer yang sama atau tugas yang sama berkumpul atau
berkelompok menjadi satu tempat, didalam kelompok ahli ini
tugaskan kepada siswa untuk belajar bersama dan memahami serta
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari tugas yang telah
dipahami dikelompok ahli kepada kelompok asal. Kemudian
apabila tugas dari kelompok ahli sudah selesai dikerjakan, masing-
masing dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal (kelompok
awal). Setelah kembali kekelompok asal siswa disuruh untuk
bergantian menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli
ke kelompoh asal secara bergantian. Apabila masing-masing
kelompok telah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan
kemudian guru memberi klarifikasi dan penguatan. Selanjutnya
111
guru melaksanakan kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan ini Guru
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan guru memberi
penguatan. Setelah itu guru mengadakan pre tes untuk menentukan
skor dasar setiap siswa, dalam mengerjakan pre tes banyak siswa
yang bertanya dengan guru dan teman lainnya sehingga suasana
kelas menjadi gaduh. Setelah mengerjakan, hasil pre tes lalu
dikumpulkan.
Selama proses pembelajaran guru berkeliling kelas untuk
mengontrol dan memonitoring proses belajar kelompok. Beberapa
anggota kelompok masih ada yang ramai dan megerjakan sendiri-
sendiri, melihat hal ini guru menjelaskan agar siswa bekerjasama
untuk menyelesaikan tugas kelompok. Serta memberi motivasi
bahwa belajar dengan cara berkelompok itu memudahkan kita
untuk belajar.
4) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini Guru memberikan umpan balik kepada
siswa dengan melontarkan beberapa perntanyaan dan member
masalah-masalah yang bisa dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya
Guru bersama siswa menyimpulkan materi dan guru memberikan
tindak lanjut : guru menugaskan siswa untuk mencari tahu dan
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan Pemerintahan
Desa/Kelurahan di kehidupan kita.
112
c. Observasi
1) Observasi keterampilan Guru
Pengamatan keterampilan guru pada siklus I dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil pengamatan keterampilan guru siklus I
pertemuan I dan pertemuan II
No Aspek Keterampilan Guru Hasil Yang Dicapai
Pertemuan Ke I
Pertemuan Ke II
1 Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
2 3
2 Keterampilan bertanya 3 3
3 keterampilan memberi penguatan 2 2
4 Keterampilan menggunakan variasi 3 3
5 Katerampilan menjelaskan 2 2
6 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
2 2
7 Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan
2 3
8 Keterampilan mengelola kelas 2 2
Jumlah 18 20
Presentase 56.25% 62.5%
Rata-rata 2.25 2.5
Kategori Cukup Baik
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Guru Siklus I
Skor Nilai
25.75 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik
19,5 ≤ skor < 25.75 Baik
113
13,25 ≤ skor < 19,5 Cukup
8 ≤ skor < 13,25 Kurang
Tabel diatas menunjukan hasil keterampilan guru dalam
pembelajaran pada siklus 1 pertemuan pertama dan pertemuan ke
dua menunjukkan : hasil keterampilan yang di capai pada
pertemuan pertama adalah 18 dengan presentase 56.25% dan rata-
rata nilai 2,25. Hasil analisis kualitatif diatas tentang keterampilan
guru tersebut termasuk dalam kategori cukup. Artinya keterampilan
guru siklus I pada pertemuan pertama masih belum sepenuhnya
sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Hasil pertemuan kedua menunjukkan jumlah nilai adalah 20
dengan presentase 62,5% dan rata-rata nilai 2.5. Pada pertemuan
kedua ini termasuk dalam kategori baik, akan tetapi keterampilan
guru pada pertemuan kedua ini perlu diadakan perbaikan supaya
pada siklus berikutnya mendapat hasil sesuai yang diharapkan.
2) Observasi interaksi pembelajaran
Pengamatan interaksi pembelajaran pada siklus I dapat dilihat
pada tabel dibawah ini .
Tabel 6. Hasil pengamatan interaksi pembelajaran siklus I
Pertemuan I dan pertemuan II
No Aspek penilaian Hasil yang dicapai
Pertemuan I
Pertemuan II
1 Pola interaksi pembelajaran 2 3
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3 3
114
3 Interaksi pembelajaran dari faktor guru 3 3
4 Interaksi pembelajaran dari faktor siswa 2 2
5 Interaksi pembelajaran dari faktor
kurikulum 2 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor
lingkungan 2 2
7 Pengelolaan interaksi 3 3
8 Komponen-komponen interaksi 2 2
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok ahli) 2 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok asal) 2 2
11 Peran guru dalam interaksi pembelajaran 3 3
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 2 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(pemecahan masalah) 2 2
14 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(prinsip mencari, menemukan dan
mengembangkan sendiri)
1 2
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran) 3 3
16 Tingkah laku interaksi 3 3
17 Interaksi sosial 2 3
Jumlah 39 45
Presentase 65 % 75%
Rata-rata 2.2 2.6
Kriteria Cukup Baik
115
Tabel 7. Penilaian interaksi pembelajaran siklus I
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Selama kegiatan interaksi pembelajaran pada mata pelajaran
PKn berlangsung interaksi pembelajaran diamati oleh teman sejawat
dengan menggunakan instrument.
Tabel diatas menunjukan hasil pengamatan interaksi dalam
pembelajaran pada siklus I pertemuan I. hasil pengamatan
menunjukan bahwa hasil yang dicapai pada pertemuan I dengan
jumlah nilai 39 dengan presentase 65% dan rata-rata nilai 2,2. Dari
pertemuan I tersebut belum sepenuhnya mendapat kriteria sesuai
yang diharapkan dengan kriteria cukup.
Selanjutnya dari tabel diatas menunjukkan hasil pengamatan
interaksi dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan II mendapat
kriteria baik. Dengan nilai yang dicapai yaitu 45 dengan presentase
75% dan rata-rata nilainya yaitu 2.6.
3) Hasil Belajar
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua mengenai hasil belajar PKn materi
Pemerintahan Desa dengan menggunakan pendekatan kooperatif
116
tipe jigsaw berbasis realistik diperoleh data hasil belajar sebagai
berikut :
Tabel 8. Analisis Hasil Belajar Siklus I
pertemuan I dan pertemuan II
Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kualifikasi P I P II P I P II
80 2 2 6.45% 6.45% Tuntas
75 3 4 9.67% 12.90% Tuntas
70 4 4 12.90% 12.90% Tuntas
65 6 6 19.35% 19.35% Tuntas
60 12 12 38.70% 38.70% Belum Tuntas 55 4 3 12.90% 9.67% Belum Tuntas
Jumlah 31 100 %
Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak tuntas
117
Gambar 2
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I
Gambar 3
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I
Menurut data tabel diatas menunjukan bahwa dari 31 siswa
yang mengalami ketuntasan belajar pada pertemuan pertama
sebanyak 48.38%atau 15 siswa, sedangkan 51.61% atau 16 siswa
belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada
pertemuan pertama adalah 80 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 55
sebanyak 4 siswa. Dan hasil pertemuan kedua yang mengalami
ketuntasan belajar sebanyak 51.61% atau 16 siswa, sedangkan
48.38% atau 15 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi
yang diperoleh pada pertemuan kedua adalah 80 sebanyak 2 siswa
51.61%
48.38%
Hasil belajar siklus I pertemuan I
Tidak tuntas Tuntas
51.61%
48.38%
Hasil belajar siklus I pertemuan II
Tuntas Tidak tuntas
118
dan nilai terendah 55 sebanyak 3 siswa.Dengan demikian pada siklus
1 pertemuan kedua mengalami peningkatan walaupun belum sesuai
dengan indikator yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diadakan
pebaikan pada pelaksanaan tindakan disiklus II.
Tuntas Tidak tuntas
51.61% 51.61%
48.38% 4 8.38%
Pertemuan I pertemuan II
Gambar 4
Diagram batang hasil belajar Siklus I pertemuan I dan II
d. Refleksi
Refleksi tindakan pada siklus I ini lebih difokuskan pada
masalah yang muncul selama tindakan. Berdasarkan deskripsi data
siklus I pertemuan pertama dan kedua, maka dalam pembelajaran
ditemukan permasalahan sebagai berikut :
1) Guru perlu mengkaji dan memahami serta mengembangkan lagi
keterampilan yang akan diterapkan pada proses pembelajaran seperti
Hasil belajar siklus I pertemuan I dan II
45.5%
40.5%
35.5%
60.5%
55.5%
50.5%
119
pengelolaan kelas menyampaikan materi dengan mengaitkannya
kedalam dunia nyata.
2) Siswa perlu termotivasi dalam belajar sehingga siswa mampu
memaparkan pendapatnya dan dapat tercipta interaksi pembelajaran
dengan baik
3) Guru perlu memperhatikan lagi tahapan, komponen, serta prinsip
(prinsip pemecahan masalah dan prinsip mencari, menemukan dan
mengembangkan sendiri) atau proses interaksi
4) Perhatian dan bimbingan guru masih kurang merata, sehingga masih
ada kelompok yang menunggu bimbingan guru.
5) Penguatan guru terhadap kelompok jigsaw masih kurang, sehingga
masih ada kelompok yang bermain-main dengan teman lainnya.
6) Hasil tes tertulis dari evaluasi siklus I pertemuan kedua
terdapat51.61 atau 16 siswa mengalami ketuntasan belajar
sedangkan48.38% atau 15 siswa belum mengalami ketuntasan. Nilai
tertinggi 80 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 55 sebanyak 4
siswa. Sehingga ketuntasan belum sesuai dengan kriteria yang
diharapkan.
e. Revisi
Berdasarkan refleksi pada pembelajaran siklus I, ada beberapa hal
yang harus lebih ditingkatkan lagi oleh peneliti untuk melaksanakan
siklus II yaitu:
1) Guru harus lebih tegas terhadap siswa.
120
2) Guru perlu mengkaji dan memahami serta mengembangkan lagi
keterampilan yang akan diterapkan pada proses pembelajaran
seperti pengelolaan kelas menyampaikan materi dengan
mengaitkannya kedalam dunia nyata sehingga keterampilan guru
dalam mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
3) Guru harus lebih memotivasi dan membangkitkan semangat serta
keberanian siswa untuk bertanya, mengungkapkan pendapatnya
sehingga siswa mampu memaparkan pendapatnya dan dapat
tercipta interaksi pembelajaran dengan baik
4) Guru perlu memperhatikan dan meningkatkan lagi tahapan atau
proses interaksi yang akan terlaksana sehingga interaksi
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
5) Guru perlu memperhatikan lagi dalam Perhatian dan bimbingan
kepada kelompok sehingga pada kegiatan belajar didalam
kelompok jigsaw dapat berjalan dengan kondusif dan sesuai dengan
yang diharapkan
6) Hasil tes menunjukkan siswa belum mengalami ketuntasan yang
sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka dari itu guru perlu
meningkatkan lagi hasil belajar siswa ke siklus berikutnya sehingga
hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan.
121
3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1. Perencanaan
Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini masih tetap
akan melaksanakan tindakan utama seperti disiklus I, yaitu
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik. Pada siklus II ini ada beberapa hal yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. adapun
perbaikannya adalah sebagai berikut :
1) Perbaikan dalam melaksanakan tindakan pembelajaran siklus II
Meliputi :
a) Guru harus lebih tegas terhadap siswa.
b) Guru perlu memperhatikan lagi tahapan atau proses interaksi
yang akan terlaksana sehingga interaksi pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Guru meningkatkan pengkondidsian kelas,
sehingga interaksi pembelajaran dapat berjalan sesuai yang
diingingkan.
c) Guru masih jarang memberikan rangsangan agar siswa mau
aktif berfikir, dan bertanya.Rangsangan-rangsangan itu dapat
dilakukan guru sesering mungkin dengan kata-kata yang halus,
memberikan pertanyaan, merayu dan wajah berseri
d) Guru lebih memberikan perhatian dan bimbingan pada siswa
baik dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya maupun
122
dalam mempresentasikan hasil dan memberikan motivasi pada
siswa agar tidak takut bertanya dan mengeluarkan pendapat
2) Menyusun kembali RPP dengan materiPemerintahan Desa
3) Mempersiapkan kembali sumber dan media pembelajaran
4) Menyiapkan alat evaluasi
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru
dan interaksi dalam pembelajaran pada siklus II.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan di SDN Wonosari 03
dengan dua pertemuan. Pelaksanaan siklus II pertemuan pertamapada
hari rabu tanggal 11 Agustus 2011, dan pelaksanaan pertemuan kedua
pada hari rabu tanggal 18 Agustus kelas IV semester I mata pelajaran
PKn dengan alokasi waktu 2 x 35 (menit). Adapun kegiatanPertemuan
pertama dan kedua hampir sama hanya saja yang membedakan adalah
materi pembelajaran. Kegiatan siklus II dalah sebagai berikut :
1) Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengkondisikan kesiapan
belajar siswa,kemudian Salam dan berdoa, Menumbuhkan motifasi
dan Presensisiswa.
2) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini Guru memberikan motivasi agar siswa
semangat dalam pembelajaran selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Gurumenegaskan kembali cara belajar dengan
123
pendekatan jigsaw berbasis realistikdan guru memberikan apersepsi :
“diantara kalian siapa yang mempunyai ayah atau sanak keluarga
yang bekerja di kantor kelurahan/kantor Kepala Desa ? dan
dimanakah jika kita mau membuat KTP ?”
3) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini meliputi eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Adapun langkah-langkah eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi dapat dijelaskan sebagai berikut : langkah-langkah
eksplorasi : Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dan
siswa benar-benar siap menerima dan memperhatikan penjelasan
materi dari guru dengan mempertimbangkan kecepatan intonasi
suara dan ketepatan waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya guru
menarik pertanyaan kepada siswa dan memberi rangsangan kepada
siswa untuk bertanya. Selanjutnya kegiatan elaborasi. Langkah-
langkah elaborasi adalah sebagai berikut : Guru membagisiswa
dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal ata kelompok
awal yang beranggotakan 4-6siswa. Setiap siswa diberi nomor
kepala misalnya A,B,C,D,E dan F. Selanjutnya guru membagi tugas
sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam
kelompok asal mendapat tugas yang berbeda, selanjutnya guru
menyuruh dan membimbing siswa, Masing-masingsiswa nomor
yang sama berkumpul menjadi satukelompok ahliatau siswa yang
memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu kelompok.
124
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, guru menugaskan bagi semua anggota
kelompok ahli untuk memahami serta dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari wacana atau tugas yang telah dipahami
dari dikelompok ahli kepada kelompok asal. Apabila tugas telah
selesai dikerjakan dalam kelompok ahli guru menugaskan masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
Selanjutnya setelah kembali kekelompok asal guru memberikan
kesempatan secara bergantiankepada masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
awal (kelompok asal), apabila kelompok sudah menyelesaikan
tugasnya secara keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.Yang
terahir yaitu Konfirmasi. Langkah-langkah konfirmasi ini yaitu guru
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Dalam kegiatan ini
perntanyaan dari siswa meningkat dan setelah itu guru memberi
penguatan berupa kata-kata “pintar, bagus dan dengan acungan
jempol tangan”.Kegiatan yang terahir yaitu guru mengadakan pre tes
untuk menentukan skor atau nilai pada setiap individu siswa dalam
siklus II ini, dalam mengerjakan pre tes masih ada sebagian siswa
yang tengok kanan kiri (mencontek) dan bertanya dengan teman
lainnya sehingga suasana kelas menjadi ramai. selanjutnya Setelah
mengerjakan tugas, hasil pre tes lalu dikumpulkan.
125
Selama proses pembelajaran tidak lupa guru berkeliling kelas
untuk mengontrol dan memonitoring serta memberi arahandalam
proses belajar kelompok. Dalam siklus II ini ada beberapa anggota
kelompok yang ramai dan megerjakan sendiri-sendiri, melihat hal ini
guru menjelaskan agar siswa mau bersosialisasi bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas kelompok sehingga pekerjaan menjadi mudah
dikerjakan dan memudahkan kita untuk belajar.
4) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini Guru memberikan umpan balik kepada
siswa dengan melontarkan beberapa perntanyaan dan memberi
masalah-masalah yang bisa dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya Guru
bersama siswa menyimpulkan materi dan guru memberikan tindak
lanjut : guru menugaskan siswa untuk mencari tahu dan mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan Pemerintahan Desa / Kecamatan di
kehidupan kita.
c. Observasi
Data observasi penelitian ini berasal dari hasil pengamatan
observer (pengamat) yaitu pengamatan keterampilan guru dalam
mengajar dan pengamatan terhadap interaksi dalam pembelajaran pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan instrumen. Data lain
berasal dari catatan lapangan dari pembelajaran yang diamati oleh guru
maupun observer.
126
1) Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan setelah dilakukan analisis
pada siklus II maka diperoleh data sebagai berikut pada pertemuan I
dan II :
Tabel 10. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II
No Aspek Keterampilan Guru Hasil Yang Dicapai
Pertemuan I
Pertemuan II
1 Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
3 4
2 Keterampilan bertanya 3 3
3 keterampilan memberi penguatan 3 3
4 Keterampilan menggunakan variasi 3 4
5 Katerampilan menjelaskan 3 3
6 Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
3 3
7 Keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan
3 3
8 Keterampilan mengelola kelas 2 3
Jumlah 23 26
Presentase 71.8% 81.2%
Rata-rata 2.8 3.2
Kategori Baik Baik
Tabel 11. Penilaian Keterampilan Guru Siklus II
Skor Nilai
25.75 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik
19,5 ≤ skor < 25.75 Baik
127
13,25 ≤ skor < 19,5 Cukup
8 ≤ skor < 13,25 Kurang
Tabel diatas menunjukan hasil keterampilan guru dalam
pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik pada siklus II pertemuan pertama berjumlah 23dengan
presentase 71.8% dan rata-rata nilai 2.8. Hasil analisis kualitatif
diatas tentang keterampilan guru tersebut termasuk dalam
kategori baik. Namu pada pertemuan pertama tersebut perlu
diperbaiki lagi supaya mendapat hasil yang lebih baik lagi.
Hasil pertemuan kedua menunjukkan jumlah nilai adalah
26 dengan presentase 81.2% dan rata-rata nilai 3.2 Pada
pertemuan kedua ini termasuk dalam kategori baik, akan tetapi
keterampilan guru pada pertemuan kedua ini perlu ditingkatkan
lagi supaya pada siklus berikutnya mendapat hasil yang lebih baik
lagi.
2) Observasi interaksi pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan setelah dilakukan analisis di
siklus II pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka
diperoleh data dalam interaksi pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil pengamatan interaksi pembelajaran siklus II
Pertemuam pertama dan pertemuan kedua
No Aspek penilaian Hasil yang dicapai
Peretmuan I Pertemuan II
1 Pola interaksi pembelajaran 3 3
128
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3 3
3 Interaksi pembelajaran dari faktor
guru 3 4
4 Interaksi pembelajaran dari faktor
siswa 3 3
5 Interaksi pembelajaran dari faktor
kurikulum 3 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor
lingkungan 2 3
7 Pengelolaan interaksi 3 3
8 Komponen-komponen interaksi 2 2
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok ahli) 3 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok asal) 3 3
11 Peran guru dalam interaksi
pembelajaran 4 4
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 3 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran (pemecahan masalah)
2 3
14 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran (prinsip mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri)
2 2
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran)
3 4
16 Tingkah laku interaksi 3 3
17 Interaksi sosial 3 3
Jumlah 48 52
Presentase 80% 86%
Rata-rata 2.8 3
Kriteria Baik Baik
129
Tabel 13. Penilaian interaksi pembelajaran siklus II
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Selama kegiatan interaksi pembelajaran pada mata pelajaran
PKn berlangsung pada siklus II, interaksi pembelajaran diamati oleh
teman sejawat dengan menggunakan instrument pengamatan.
Tabel diatas menunjukan hasil pengamatan interaksi dalam
pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama. hasil pengamatan
menunjukan bahwa hasil yang dicapai pada pertemuan I dengan
jumlah nilai 48 dengan presentase 80% dan rata-rata nilai 2,8 hasil
menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama menunjukkan kriteria
baik.
Selanjutnya dari tabel diatas menunjukkan hasil pengamatan
interaksi dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua
mendapat kriteria baik. Dengan nilai yang dicapai yaitu 52 dengan
presentase 86% dan rata-rata nilainya yaitu 3.
3) Hasil Belajar
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil
belajar PKn pada pertemuan pertama dan pertemuan keduadengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik
diperoleh data hasil belajar sebagai berikut :
130
Tabel 14. Analisis Hasil Belajar Siklus Ii Pertemuan Pertama Dan Pertemuan Kedua
Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
(%) Kualifikasi
P I P II P I P II
100 - 1 3.22% Tuntas
90 4 4 12.90% 12.90% Tuntas
85 5 - 16.12% - Tuntas
80 6 10 19.35% 32.25% Tuntas
70 4 5 12.90% 16.12% Tuntas
60 11 11 35.48% 35.48% Belum Tuntas 55 1 - 3.22% - Belum Tuntas
Jumlah 31 100 %
Tabel 15. Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak tuntas
Tuntas61,29%
Tidak tuntas 38.70%
Hasil belajar siswa pertemuan I
131
Gambar 5.
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II
Gambar 6.
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II
Menurut data tabel diatas menunjukan bahwa dari 31 siswa
yang mengalami ketuntasan belajar pada pertemuan pertama
sebanyak 61.29%atau 19 siswa, sedangkan 30.70% atau 12 siswa
belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada
pertemuan pertama adalah 90 sebanyak 4 siswa dan nilai terendah
55berjumlah 1 siswa. Dan hasil pertemuan kedua yang mengalami
ketuntasan belajar sebanyak 64.51% atau 20 siswa, sedangkan
35,48% atau 11 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi
yang diperoleh pada pertemuan kedua adalah 100 berjumlah1 siswa
dan nilai terendah 60 sebanyak 11 siswa.Dengan demikian pada
siklus II pertemuan kedua hasil belajar siswa masih belum
sepenuhnya mencapai indikator yang diharapkan, manundari tabel
diatas pengambilan data lewat tes tertulis dan tes proses, sudah
Tuntas64,51%
Tidak tuntas35,48%
hasil belajar pertemuan II
132
menunjukkan adanya peningkatan dari hasil belajar siswa kelas IV
pada siklus II pertemuan kedua.Namun pertemuan kedua belum
mencapai indicator. Oleh karena itu untuk mencapai indikator yang
diharapkan perlu diadakan pebaikan pada pelaksanaan tindakan
disiklus III.
Gambar 7.
Diagram Batang Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Pertama Dan
Pertemuan Kedua
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini lebih difokuskan pada masalah yang
muncul selama tindakan. Berdasarkan deskripsi data siklus II maka
ditemukan hasil refleksi sebagai berikut :
1) Kemampuan guru dalam memberi penguatan kepada kelompok
jigsaw masih kurang sehingga kegiatan pembelajaran masih belum
optimal.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Pertemuan I Pertemuan2
pertemuan I dan pertemuan II
tuntas
tidak tuntas
133
2) Kemampuanguru dalam pengelolaan interaksi masih kurang
sehingga kegiatan dalam interaksi pembelajaran masih belum
optimal.
3) Guru dalam mengelola prinsip interaksi (prinsip pemecahan
masalah) serta (prinsip mencari, menemukan dan mengembagkan
sendiri) masih kurang sehingga dalam proses interaksi pembelajaran
masih belum sepenuhnya berjalan sesuai hasil yang diinginkan
4) Dalam bekerja dengan kelompok masih ada siswa yang hanya mau
bekerja sama dengan teman tertentu saja tidak dengan semua
anggota kelompok dan masih ada siswa yang bercanda dengan teman
lainnya.
5) Dari 31 siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus II
pertemuan kedua sebanyak 64,51% atau 20 siswa, sedangkan
35,48% atau 11 siswa masih belum tuntas dalam belajar dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Dengan demikian pada siklus II
hasil belajar siswa belum sepenuhnya mencapai indikator yang
diharapkan.
e. Revisi
Berdasarkan refleksi pada pembelajaran siklus II ini, ada
beberapa hal yang harus lebih ditingkatkan lagi oleh peneliti untuk
melaksanakan siklus III yaitu:
134
1) Guru harus meningkatkan lagi dalam memberi penguatan kepada
kelompok jigsaw sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan optimal
2) Guru harus meningkatkan kemampuan dalam mengelola komponen-
komponen interaksi sehingga proses interaksi pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
3) Guru lebih mengembangkan lagi prinsip interaksi (prinsip
pemecahan masalah) serta (prinsip mencari, menemukan dan
mengembagkan sendiri) sehingga dalam proses interaksi belajar
mengajar sepenuhnya dapat berjalan sesuai hasil yang diinginkan
4) Guru harus memberikan motivasi dan arahan kepada siswa agar
dapat bekerja dengan semua anggota kelompok baik dalam
kelompok ahli dan kelompok asal.
5) Guru perlu meningkatkan dan mengembangkan kegiatan belajar
mengajar dengan lebih baik sehinga hasil belajar siswadapat
mencapai ketuntasan yang diharapkan.
4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III
a. Perencanaan
Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus III ini masih
tetap akan melaksanakan tindakan utama seperti disiklus I dan siklus II,
yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik. Pada siklus III ini ada beberapa hal yang akan dilakukan untuk
135
memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I dan II. adapun
perbaikannya adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan dalam melaksanakan tindakan pembelajaran siklus III
Meliputi :
a) Guru harus meningkatkan lagi dalam memberi penguatan kepada
kelompok jigsaw sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan optimal
b) Guru harus meningkatkan kemampuan dalam mengelola
komponen-komponen interaksi sehingga proses interaksi
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
harapan.
c) Guru lebih mengembangkan lagi prinsip interaksi (prinsip
pemecahan masalah) serta (prinsip mencari, menemukan dan
mengembagkan sendiri) sehingga dalam proses interaksi belajar
mengajar sepenuhnya dapat berjalan sesuai hasil yang diinginkan
d) Guru harus memberikan motivasi dan arahan kepada siswa agar
dapat bekerja dengan semua anggota kelompok baik dalam
kelompok ahli dan kelompok asal.
e) Guru perlu meningkatkan dan mengembangkan kegiatan belajar
mengajar dengan lebih baik sehinga hasil belajar siswa dapat
mencapai ketuntasan yang diharapkan.
2. Menyusun kembali RPP dengan materiPemerintahan
3. Mempersiapkan kembali sumber dan media pembelajaran
136
4. Menyiapkan alat evaluasi
5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru
dan interaksi dalam pembelajaran pada siklus III.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus III ini dilaksanakan di SDN Wonosari 03
pada hari kamis 08 September 2011 kelas IV semester I mata pelajaran
PKn dengan alokasi waktu 2 x 35 (menit). Adapun kegiatan siklus III
dalah sebagai berikut :
1) Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan ruangan alat
dan sumber belajar dengan baik, mengkondisikan kesiapan belajar
siswa, kemudian Salam dan berdoa, Menumbuhkan motifasi dan
Presensi siswa.
2) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru memberikan motivasi agar siswa
semangat dalam pembelajaran, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, guru menegaskan kembali cara belajar dengan
pendekatan jigsaw berbasis realistikdan guru memberikan apersepsi :
“siapa yang pernah masuk ke kantor kecamatan, pemerintahan
kecamatan lebih tinggi dari pada pemerintahan…….?”.
3) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini meliputi eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Adapun langkah-langkah eksplorasi, elaborasi dan
137
konfirmasi dapat dijelaskan sebagai berikut : langkah-langkah
eksplorasi : Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dan
siswa benar-benar siap menerima dan memperhatikan penjelasan
materi dari guru dengan mempertimbangkan kecepatan intonasi
suara dan ketepatan waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya guru
menarik pertanyaan kepada siswa dan memberi rangsangan kepada
siswa untuk bertanya. Selanjutnya kegiatan elaborasi. Langkah-
langkah elaborasi adalah sebagai berikut : Guru membagi siswa
dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal ata kelompok
awal yang beranggotakan 4-6siswa. Setiap siswa diberi nomor
kepala misalnya A,B,C,D,E dan F. Selanjutnya guru membagi tugas
sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam
kelompok asal mendapat tugas yang berbeda, selanjutnya guru
menyuruh dan membimbing siswa, Masing-masing siswa nomor
yang sama berkumpul menjadi 1 kelompok ahliatau siswa yang
memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu kelompok.
Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggungjawabnya, guru menugaskan bagi semua anggota kelompok
ahli untuk memahami serta dapat menyampaikan informasi tentang
hasil dari wacana atau tugas yang telah dipahami dari dikelompok
ahli kepada kelompok asal. Apabila tugas telah selesai dikerjakan
dalam kelompok ahli guru menugaskan masing-masing siswa
138
kembali ke kelompok asal atau kelompok awal. Selanjutnya setelah
kembali kekelompok asal guru memberikan kesempatan secara
bergantiankepada masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil
diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok awal (kelompok asal),
apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan
guru memberikan klarifilkasi. Yang terahir yaitu Konfirmasi.
Langkah-langkah konfirmasi ini yaitu guru memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa. Dalam kegiatan ini perntanyaan dari siswa
meningkat dan setelah itu guru memberi penguatan berupa kata-kata
“pintar, bagus dan dengan acungan jempol tangan”.Kegiatan yang
terahir yaitu guru mengadakan pre tes untuk menentukan skor atau
nilai pada setiap individu siswa dalam siklus III ini, dalam
mengerjakan pre tes masih ada sebagian siswa yang bertanya dengan
teman lainnya sehingga suasana kelas menjadi ramai. selanjutnya
Setelah mengerjakan tugas, hasil pre tes lalu dikumpulkan.
Selama proses pembelajaran tidak lupa guru berkeliling kelas
untuk mengontrol dan memonitoring serta memberi arahan dan
motivasi dalam proses belajar kelompok. Dalam siklus III ini ada
beberapa anggota kelompok yang ramai dan megerjakan sendiri-
sendiri, melihat hal ini guru menjelaskan agar siswa mau
bersosialisasi bekerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok
sehingga pekerjaan menjadi mudah dikerjakan dan memudahkan kita
untuk belajar.
139
4) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini Guru memberikan umpan balik kepada
siswa dengan melontarkan beberapa perntanyaan dan memberi
masalah-masalah yang bisa dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya Guru
bersama siswa menyimpulkan materi dan guru memberikan tindak
lanjut : guru menugaskan siswa untuk mencari tahu dan mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan Pemerintahan Desa / Kecamatan di
kehidupan kita.
c. Observasi
Data observasi penelitian ini berasal dari hasil pengamatan
observer (pengamat) yaitu pengamatan keterampilan guru dalam
mengajar dan pengamatan terhadap interaksi dalam pembelajaran
dengan instrumen. Data lain berasal dari catatan lapangan dari
pembelajaran yang diamati oleh guru maupun observer.
1) Observasi Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan setelah dilakukan analisis
pada siklus III maka diperoleh data sebagai beriksut :
Tabel 16. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III
No Aspek Keterampilan Guru Hasil Yang
Dicapai
1 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 4
2 Keterampilan bertanya 3
3 keterampilan memberi penguatan 4
4 Keterampilan menggunakan variasi 4
140
5 Katerampilan menjelaskan 3
6 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 4
7 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan
3
8 Keterampilan mengelola kelas 3
Jumlah 28
Presentase 87.5%
Rata-rata 3.5
Kategori Sangat baik
Tabel 17. Penilaian Keterampilan Guru Siklus III
Skor Nilai
25.75 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik
19,5 ≤ skor < 25.75 Baik
13,25 ≤ skor < 19,5 Cukup
8 ≤ skor < 13,25 Kurang
Tabel diatas menunjukan hasil keterampilan guru dalam
pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik pada siklus III berjumlah 28 dengan presentase 87% dan rata-
rata nilai 3.5. Hasil analisis kualitatif diatas tentang keterampilan guru
tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Namu pada siklus III ini
perlu diperbaiki dan dikembangkan lagi supaya keterampilan guru dapat
meningkat lebih baik lagi.
2) Observasi interaksi pembelajaran
141
Berdasarkan hasil observasi interaksi pembelajaran dan
setelah dilakukan analisis di siklus III inimaka diperoleh data dalam
interaksi pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 18. Hasil pengamatan interaksi pembelajaran siklus III
No Aspek Penilaian Hasil Yang
Dicapai
1 Pola interaksi pembelajaran 4
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3
3 Interaksi pembelajaran dari faktor guru 4
4 Interaksi pembelajaran dari faktor siswa 3
5 Interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor
lingkungan 3
7 Pengelolaan interaksi 3
8 Komponen-komponen interaksi 3
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok
ahli) 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok
asal) 3
11 Peran guru dalam interaksi pembelajaran 4
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(pemecahan masalah) 3
14
Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(prinsip mencari, menemukan dan
mengembangkan sendiri)
3
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran) 4
16 Tingkah laku interaksi 3
17 Interaksi sosial 3
142
Jumlah 55
Presentase 91.6%
Rata-rata 3,2
Kriteria Sangat baik
Tabel 19. Penilaian interaksi pembelajaran siklus III
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Tabel diatas menunjukan hasil pengamatan interaksi dalam
pembelajaran pada siklus III. Hasil pengamatan menunjukan bahwa
hasil yang dicapai pada pola interaksi pembelajaranmendapat kriteria
baik dengan nilai 3. Ciri-ciri interaksi pembelajaran mendapat kriteria
baik dengan nilai 3. Selanjutnya interaksi pembelajaran dari faktor
guru mendapat kriteria sangat baik dengan nilai 4. Interaksi
pembelajaran dari faktor siswa mendapat kriteria 3. Interaksi
pembelajaran dari faktor kurikulum mendapat kriteria baik dengan
nilai 3. Interaksi pembelajaran dari faktor lingkungan mendapat
kriteria baik dengan nilai 3. Selanjutnya yaitu pengelolaan interaksi
pembelajaran. Pengelolaan interaksi pembelajaran ini mendapat
kriteria baik dengan nilai 3. Komponen-kompnen interaksi
pembelajaran ini mendapat kriteria baik dengan nilai 3. Selanjutnya
interaksi pembelajaran didalam kelompok jigsaw(kelompok ahli).
143
Interaksi dalam kelompok ahli ini mendapat kriteria baik dengan nilai
3. Interaksi pembelajaran dalam kelompok jigsaw (kelompok asal).
Interaksi pembelajaran dalam kelompok asal ini mendapat kriteria
baik dengan nilai 3. Komponen selanjutnya yaitu peran guru dalam
interaksi pembelajaran. Peran guru dalam interaksi pembelajaran ini
mendapat kriteria sangat baik dengan nilai 4. Selanjutnya prinsip-
prinsip interaksi pembelajaran. Prinsip interaksi pembelajaran ini
mendapat kriteria sangat baik dengan nilai 4. Selanjutnya adalah
prinsip interaksi pembelajaran (pemecahan masalah). Prinsip
pemecahan masalah ini mendapat baik cukup dengan nilai 3.
Selanjutnya prinsip interaksi pembelajaran (prinsip mencari,
menemukan dan mengembangkan sendiri), dalam prinsip ini
mendapat kriteria baik dengan nilai 3. Selanjutnya tahapan interaksi
pembelajaran (tahapan sebelum pengajaran). Dalam tahapan ini
mendapat criteria sangat baik dengan nilai 4. Dalam tingkah laku
interaksi pembelajaran ini mendapat ktiteria baik dengan nilai 3. Yang
terhir yaitu keterampilan interaksi sosial. Dalam interaksi sosial ini
mendapat kriteria baik dengan nilai 3.
Dari data diatas dapat diketahui hasil pengamatan siklus III
dengan jumlah nilai 55 dengan presentase 91,6% dan rata-rata nilai
3,2 dengan kriteria sangat baik. Dari data hasil siklus III telah
menunjukkan peningkatan dalam interaksi pembelajaran dengan baik,
untuk itu hasil tersebut perlu dipertahan kan dan sebisa mungkin
144
dikembangkan lagi agar interaksi pembelajaran dapat meningkat lebih
baik lagi.
3) Hasil Belajar
Berdasarkan data hasil penelitian siklus III mengenai hasil
belajar PKn dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik diperoleh data hasil belajar sebagai berikut :
Tabel 20. Analisis Hasil Belajar Siklus III
Nilai Frekuensi Frekuensi
Relatif (%) Kualifikasi
100 5 16.12% Tuntas
90 5 16.12% Tuntas
85 3 9.67% Tuntas
80 8 25,80% Tuntas
70 6 19.35% Tuntas
60 4 12.90% Belum Tuntas Jumlah 31 100%
Tabel 21. Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak tuntas
145
Gambar 8.
Diagram. Hasil Belajar Siswa Siklus III
Menurut data tabel diatas menunjukan bahwa dari 31 siswa
yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 87,09% atau 27 siswa,
sedangkan 12,90 % atau 4 siswa belum mengalami ketuntasan dalam
belajar. Nilai tertinggi pada siklus III ini adalah 100 dan nilai
terendah adalah 60. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 22% dari siklus sebelumnya. Dengan demikian pada siklus
III hasil belajar siswa sudah mencapai indikator yang diharapkan.
d. Refleksi
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus III secara keseluruhan
sudah baik dan mencapai kriteria yang diinginkan. Adapun refleksi
pada siklus III sebagai berikut
1) Hasil keterampilan guru pada siklus III adalah 28 presentase 87.5%
dengan kriteria penilaian sangat baik sehingga telah memenuhi
indikator keberhasilan keterampilan guru yaitu sekurang-kurangnya
baik.
87,09%
12.90%
Hasil Belajar Siklus III
Tuntas
146
2) Jumlah dari interaksi pembelajaran pada siklus III ini adalah 55
presentase 95% dengan kriteria sangat baik sehingga sudah
memenuhi indikator yang telah ditetapkan yaitu
interaksipembelajaran meningkat dengan kriteria sekurang-
kurangnya baik.
3) Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar
siswa pada siklus III adalah 87.09% atau 27 siswa sudah
mengalami ketuntasan, sedangkan 12.90% atau 4 siswa masih
belum mengalami ketuntasan dalam belajar.
4) Berikut ini adalah paparanhasil keterampilan guru, interaksi
pembelajaran dan hasil belajardari pelaksanaan siklus I, siklus II
dan siklus III.
Gambar 9.
Diagram Batang Keterampilan GuruDan Interaksi
Pembelajaran Siklus I, siklus II dan siklus III
0
10
20
30
40
50
60
siklus I siklus II siklus III
keterampilan guru
interaksi pembelajaran
147
Diagram batang diatas menunjukan perolehan nilai
keterampilan guru dan interaksi pembelajaran pada siklus I, siklus
II dan siklus III. Keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor
20, siklus II memperoleh skor 26 dan pada siklus III memperoleh
skor 28. Interksi pembelajaranpada siklus I memperoleh nilai 45,
siklus II memperoleh skor 53 dan pada siklus III memperoleh skor
55. Dengan demikian keterampilan guru dan interaksi
pembelajaran dari siklus I, II ke siklus III mengalami peningkatan.
5) Persentase ketuntasan klasikal siswa dari siklus I, siklus II dan
siklus III adalah sebagai berikut :
Gambar 10.
Diagram Batang Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa
Diagram batang diatas menunjukkan persentase ketuntasan
klasikal belajar siswa terjadi peningkatan dari siklus I sebesar
siklus I siklus II siklus III
hasil belajar siswa siklus I, II dan III 51.61% 64.51% 87.09%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
100.00%
hasil belajar siswa siklus I, II dan III
148
51.61%, siklus II sebesar 64.51%, dan pada siklus III meningkat
menjadi 87.09%.
e. Revisi
Berdasarkan refleksi pada siklus III maka guru harus dapat
meningkatkan keterampilan dalam mengajar sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Selain itu guru harus
mendukung terciptanya interaksi pembelajaran agar dapat menunjang
hasil belajar siswa dan guru dapat menciptakan kegiatan pembelajaran
yang menarik dan bervariasi sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa tidak merasa bosan atau
jenuh.
Dari hasil penelitian siklus III, hasil menunjukkan sudah
mencapai indikator yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas ini
dinyatakan berhenti pada siklus III.
B. Pembahasan
1. Pemaknaan Hasil Temuan Penelitian
a. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran
1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik diperoleh: pada siklus I observer menilai keterampilan
membuka dan menutup pembelajaran mendapat kriteria cukup pada
149
pertemuan pertama,sedangkan pada pertemuan ke dua mendapat
kriteria baik. Pada siklus II mendapatkan kriteria baik. Sedangkan
pada siklus III mendapat kriteria sangat baik. Hal ini terbukti karena
ada 6 komponen yang muncul yaitu: menarik perhatian siswa,
menimbulkan motivasi, memberikan acuan, membuat kaitan,
meninjau kembali, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Keterampilan ini sesuai dengan peranan guru sebagai
motivator dan sebagai Evaluator yang mengevaluasi siswa dalam
proases pembelajaran (Sardiman 2003:143-146).
2) Keterampilan Bertanya
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik diperoleh : pada siklus I pertemuan pertemuan pertama
observer menilai keterampilan bertanya guru baik, dan pada siklus II
observer tetap memberikan nilai sangat baik terhadap keterampilan
bertanya guru. Hal ini terbukti karena ada 6 komponen yang muncul
yaitu: pengungkapan pertanyaan secara jelas, pemusatan,
pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu, berfikir, dan
pemberian tuntunan.
Keterampilan guru ini sebagai organisator dalam pembelajaran
yaitu sebagai pengelola pembelajaran (Sardiman 2003:143).
Komponen keterampilan bertanya juga sesuai dengan salah satu
peran guru sebagai Transmitter yaitu guru bertindak sebagai
150
penyebar kebijakan dalam keterampilan bertanya guru ( sardiman
2003:144)
Penelitian ini sesuai dengan salah satu keterampilan dasar
mengajar yaitu keterampilan bertanya yang meliputi pengungkapan
pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan
kearah Jawaban yang diminta, pemindahan giliran menJawab,
penyebaran pertanyaan, pemberian waktu berpikir, dan pemberian
tuntunan (JJ. Hasibuan 2009: 63).
3) Keterampilan Memberi Penguatan
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik diperoleh: pada siklus I pertemuan kedua observer menilai
Keterampilan memberi penguatan guru cukup. Sedangkan pada
siklus II observer menilai dengan kriteria baik. Sedangkan pada
siklus III menilai keterampilan guru dengan kriteria sangat baik. Hal
ini terbukti karena ada 6 komponen yang muncul yaitu: penguatan
verbal, penguatan gestural, penguatan dengan cara mendekati,
penguatan dengan sentuhan, penguatan dengan memberi kegiatan
yang menyenagkan dan berupa tanda atau benda.
Keterampilan memberi penguatan yang dilakukan guru sudah
sesuai dengan salah satu peranan guru yaitu sebagai motivator yang
dapat merangsang dan mendorong siswa untuk aktif, kreatif dalam
pembelajaran (Sardiman 2003:144).
151
Penelitian ini sesuai dengan salah satu keterampilan dasar
mengajar yaitu keterampilan memberi penguatan yang meliputi
penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan dengan cara
mendekati, penguatan dengan sentuhan, penguatan dengan
memberikan kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa
tanda atau benda (JJ. Hasibuan 2009: 59).
4) Keterampilan Mengadakan Variasi
Berdasarkan tabel keterampilan guru dan catatan lapangan
pada saat mengajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik diperoleh: pada siklus I pertemuan pertama
dan kedua observer menilai Keterampilan mengadakan variasi guru
baik, pada siklus II pertemuan pertama dan kedua keterampilan guru
masih sama yairu baik. Sedangkan pada siklus III mendapat haasi
sangat baik. Hal ini terbukti karena ada 4 komponen yang muncul
yaitu: variasi suara, pemusatan perhatian, variasi gerakan badan dan
mimik dan variasi penggunaan media dan bahan.
Penelitian ini sesuai dengan salah satu keterampilan dasar
mengajar yaitu keterampilan mengadakan variasi yang meliputi
variasi dalam gaya mengajar guru, variasi penggunaan media dan
bahan-bahan pengajaran, dan variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa (JJ. Hasibuan 2009: 63).
5) Keterampilan Menjelaskan
152
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik pada siklus I pertemuan pertama dan kedua observer
menilai keterampilan menyampaikan materi pembelajaran mendapat
kriteria cukup, hal ini terbukti karena ada 2 komponen yang muncul
yaitu: perencanaan isi materi dan siswa, penyajian materi dengan
jelas serta memberikan tekanan pada materi yang penting.
Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan
kedua observer memberikan skor 3 dengan kategori baik yang
muncul adalah perencanaan isi materi dan penerima, penyajian
materi yang jelas serta memberikan penekanan pada materi yang
penting, serta adanya balikan dari guru. Sedangkan pada siklus III
juga mendapat kriteria baik.
Hasil pengamatan pada penelitian ini menyebutkan 3
indikator yang muncul. Indikator yang muncul adalah perencanaan
materi ataupun isi yang dapat dilihat dalam RPP. Hal tersebut seuai
dengan guru sebagai pengarah yang dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan yang dicita-
citakan (Sardiman 2003:144).
Indikator kedua yang muncul adalah penyajian materi yang
jelas, memberikan tekanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru
menguasai materi atau bahan pembelajaran sehingga dapat
menyampaikan dengan jelas dan ada tekanan pada materi yang
153
penting. Penyajian materi juga menunjukkan peranan guru sebagai
Informator yaitu sebagai sumber informasi dalam pembelajaran atau
kegiatan akademik lainnya (Sardiman 2003:143).
6) Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan diperoleh: pada siklus I pertemuan pertama
dan pertemuan kedua observer menilai keterampilan memimpin
diskusi kelompok kecil cukup, pada siklus II mendapatkan nilai baik.
Dan pada siklus III mendapat kriteria sangat baik. Hal ini terbukti
karena ada ada 6 komponen yang muncul yaitu: memusatkan
perhatian, memperjelas masalah atau urunan pendapat, menganalisis
pandangan siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi dan
menutup diskusi
Penelitian ini sesuai dengan salah satu keterampilan dasar
mengajar yaitu keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
yang meliputi pemusatan perhatian, mengklasifikasi masalah,
menganalisis pandangan anak didik, meningkatkan distribusi,
membagi partisipasi, dan menutup diskusi Djamarah (2005: 160).
7) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik diperoleh : pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan
kedua observer menilai keterampilan mengajar kelompok kecil dan
154
perorangan mendapat kriteria cukup, pada siklus II pertemuan
pertama mendapat kriteria cukup sedangkan pada pertemuan ke dua
mendapat kriteria baik dan pada siklus III juga mendapatkan nilai
yang baik juga. Hal ini terbukti karena ada komponen yang muncul
yaitu: keterampilan membimbing dan memudahkan belajar siswa,
dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Penelitian ini sesuai dengan salah satu keterampilan dasar
mengajar yaitu keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan yang meliputi keterampilan mengadakan pendekatan
secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar, dan keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar JJ.
Hasibuan (2009: 78).
8) Keterampilan Mengelola Kelas
Berdasarkan tabel keterampilan guru pada saat mengajar
dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik diperoleh: pada siklus I pertemuan pertama mendapat
kriteria cukup, pada pertemuan kedua siklus I mendapat kriteria baik,
pada siklus II pertemuan pertama dan kedua observer menilai
keterampilan mengelola kelas baik dan pada siklus III juga
mendapatkan nilai yang baik juga. Hal ini terbukti karena ada
komponen yang muncul yaitu : menunjukan sikap tanggap, membagi
155
perhatian, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan
memberi penguatan.
Keterampilan ini sesuai dengan kompetensi yang harus
dimiliki guru yaitu mengelola kelas yang didalamnya mengatur tata
ruang kelas dan menciptakan iklim belajar yang serasi Udin S.
Winataputra (2005:8.27).
b. Interaksi pembelajaran
1) Interaksidalam pola interaksi pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan pola interaksi pada sikus I
dan II mendapat kriteria baik dengan nilai 3, hal ini karena
balikan bagi guru belum ada, sedangkan pada siklus III
memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik, diskriptor yang
muncul yaitu interaksi antara guru dengan anak didik, ada interaksi
bagi guru dan anak didik saling belajar dan interaksi multi arah.
Iteraksi optimal antara guru dengan anak didik dan antara anak
didik dengan anak didik (interaksi multi arah). Tanpa adanya
interaksi, proses belajar mengajar tidak akan terjadi Syaful Bahri
Djamarah (2005: 13).
2) Ciri-ciri interaksi pembelajaran
Berdasarkan observasi cirri-ciri interakasi pada siklus II, II
dan siklus III mendapat kriteria baik dengan nilai 3, dikarenakan
komponen-komponen dalam ciri-ciri interaksi pembelajaran telah
ada didalam interaksi pembelajaran dan berjalan dengan baik.
156
Adapun 3 diskriptor yang muncul pada cirri-ciri interaksi ini
adalah merencanakan pembelajaran (RPP), guru membimbing,
memotifasi siswa dalam belajar dan ada evaluasi dari guru yang
terbuka. Hal ini sesuai dengan tujuan dalam cirri-ciri interaksi,
sebab tanpa tujuan kegiatan yang telah dilakukan akan kurang
bermakna, bahkan akan membuang-buang waktu dengan sia-sia.
Tujuan tersebut adalah untuk membantu anak didik pada suatu
perkembangan tertentu Syaful Bahri Djamarah (2005: 15)
3) interaksi pembelajaran dari faktor guru
Dalam interaksi pembelajaran dari factor guru pada siklus I
mendapat kriteria baik dengan nilai 3, pada siklus I diskriptor yang
tidak tampak adalah guru kurang dalam menggunakan media,
namun pada siklus II dan siklus III interaksi dari factor guru
memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Pada siklus III ini
diskriptor interaksi pembelajaran dari faktor guru telah
dilaksanakan semua dengan baik. Hal ini sesuai dengan guru
adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar. Pada
factor ini perlu diperhatikan adalah keterampilan guru dalam
mengajar, mengelola tahapan pembelajaran dan memanfaatkan
metode pembelajaran http : // guruproffesional. blogspot. Com /
2010 / 0 5 / interaksi – belajar - mengajar.html.
4) Interaksi pembelajaran dari faktor siswa
157
Interraksi dari factor siswa pada siklus I mendapat kriteria
cukup dengan skor 2, karena siswa belum sepenuhnya antusias
dalam mengikuti pembelajaran akan tetapi siswa mampu menerima
pembelajaran, siswa dapat memperhatiakan penjelasan dari guru
dan siswa mampu melaksanakan evaluasi dengan antusias pada
siklus II dan III dengan skor 3 dan mendapat kriteria baik. Siswa
adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada faktor ini
yang perlu diperhatikan adalah karakteristik siswa baik
karakteristik umum maupun karakteristik khusushttp : //
guruproffesional. blogspot. Com / 2010 / 0 5 / interaksi – belajar -
mengajar.html.
5) Interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum
Dalam faktor ini pada siklus I, II dan III mendapat kriteria
baik dengan nilai 3, dalam factor kurikulum ini guru kesulitan
dalam memenuhi tujuan pembelajaran yang mengacu pada
karakteristik siswa. namun ada 3 diskriptor yang tampak dalam
interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum yaitu guru membuat
RPP sesuai dengan kurikulum, kegiatan pembelajaran berpusat
pada siswa dan media pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan
siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran, faktor ini
perlu diperhatikan bagaimana cara memusatkan tujuan
pembelajaran dan mengorganisasikan isi pembelajaran http : //
158
guruproffesional. blogspot. Com / 2010 / 0 5 / interaksi – belajar -
mengajar.html.
6) Interaksi pembelajaran dari faktor lingkungan
Dalam faktor ini pada siklus I mendapat kriteria cukup
dengan nilai 2, namun pada siklus II dan siklus III mengalami
peningkatan dengan criteria baik dan mendapat skor 3.Didalam
siklus I faktor ini masih sedikit siswa yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber dan media pembelajaran. Namun
didalam siklus II dan siklus III ada 3 diskriptor yang tampak adalah
menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
mengkondisiskan lingkungan sekolah yang kondusif dan merasa
nyaman dalam kegiatan pembelajaran. Didalam interaksi belajar
mengajar lingkungan fisik dan non fisik perlu diperhatikan karena
faktor ini dapat menunjang interaksi belajar mengajar yang
optimal. Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya
pengalaman belajar http : // guruproffesional. blogspot. Com / 2010
/ 0 5 / interaksi – belajar - mengajar.html.
7) Pengelolaan interaksi pembelajaran.
Pengelolaan interaksi pembelajaran pada siklus II, siklus II
dan siklus III ini mendapat kriteria baik dengan nilai 3, dalam
pengelolaan interaksi ini kurang terdukungnya terciptanya kelas
yang kondusif, masih ada siswa yang gaduh dan berbicara dengan
teman lainnya atau siswa bermain-main sendiri akan tetap
159
diskriptor yang tampak adalah Mendukung terciptanya interaksi
pembelajaran, menggunakan media yang dapat melibatkan siswa
untuk memanfaatkannya dan menilai hasil belajar siswa secara
terbuka. Hal ini sesuai dengan kegiatan interaksi antara guru dan
siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan, dengan interaksi
proses belajar mengajar akan tertransfer dengan baik. Seorang guru
harus benar-benar mengenal dan bisa memilih, membuat alat bantu
sederhana, mengelola dan menggunakan laboratorium,
menggunakan buku pegangan atau buku pegangan untuk
terciptanya pengelolaan interaksi. Serta menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran Syaiful Bahri Djamarah (2005:21)
8) Komponen-kompnen interaksi pembelajaran
Komponen ini pada siklu I dan siklus II mendapat kriteria
cukup dengan nilai 2. Dalam komponen ini masih banyak
kekurangan antara lain masih banyak siswa yang malu untuk
mengapresiasikan pengalaman belajara kedalam pembelajaran dan
siswa masih kurang kreatif. Namun didalam siklus 3 memperoleh
skor 3 dengan kategori baik adapun komponen yang muncul adalah
tujuan dapat memberi arah yang jelas yang dapat dilakukan oleh
siswa, ada alat peraga yang dapat dimanfaatkan siswa dan ada
langkah-langkah kerja yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan
tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana
kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Ada alat peraga
160
yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi biasanya dipergunakan alat
nonmaterial dan alat material, alat nonmaterial bias any berupa
suruhan, perintah, larangan dll, sedangkan alat material atau alat
bantu biasanya berupa globe, papan tulis, gambar, video dan lain
sebagainya syaiful Bahri Djamarah (2005:24).
9) Interaksi pembelajaran didalam kelompok jigsaw (kelompok ahli).
Interaksi dalam kelompok ahli ini mendapat kriteria baik
dengan nilai 3. Interaksi dalam kelompok ahli ini siswa masih
banyak yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya dan
cenderung meniru jawaban teman lainnya. Namun didalam siklus
III ini siswa mampu berorganisasi dalam kelompok jigsaw (tim
ahli), siswa saling tukar pikiran, dan siswa dapat disiplin dalam
berkelompokjigsaw. Hal ini sejalan dengan unsur pembelajaran
kooperatif yaitu unsur interaksi promotif, cirri-ciri unsure promotif
ini adalah : saling membantu secara efektif dan efisien, saling
memberi informasi dan saran, memproses informasi secara
bersama, saling mengingatkan, saling membantu dalam
merumuskan dan mengembangkan argument, saling percaya, dan
saling memotivasi Agus Suprijono (2010:61)
10) Interaksi pembelajaran dalam kelompok jigsaw (kelompok asal).
161
Interaksi pembelajaran dalam kelompok asal pada siklus I
mendapat kriteria cukup dengan nilai 2. Hal ini dikarenakan masih
banyak siswa di kelompok ahli belum mampu, takut dan malu
untuk menjelaskan didalam kelompok asal serta siswa masih
banyak yang takut dan malu untuk mengungkapkan hasilkedepan
kelas. Akan tetapi pada siklus II dan siklus III interaksi
pembelajaran dalam kelompok asal medapat criteria baik dengan
perolehan skor 3. Hal ini karena banyak siswa di kelompok ahli
mampu menjelaskan didalam kelompok asal, siswa mampu saling
bertukar pikiran dan siswa disiplin dalam berkelompok baik itu
dalam mengerjakan tugas dan ketepatan waktu dalam mengerjakan
tugas kelompok. Pada siklus III interaksi pembelajaran dalam
kelompok jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan
unsur pembelajaran kooperatif yaitu unsur interaksi promotif, cirri-
ciri unsure promotif ini adalah : saling membantu secara efektif
dan efisien, saling memberi informasi dan saran, memproses
informasi secara bersama, saling mengingatkan, saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argument, saling
percaya, dan saling memotivasi Agus Suprijono (2010:61)
11) Peran guru dalam interaksi pembelajaran.
Peran guru dalam interaksi pembelajaran pada siklus I
mendapat kriteria kurang dengan skor 2. Hal ini dikarenakan dalam
menghidupkan dan menumbuhkan motivasi agar terjadi interaksi
162
masih sangat kurang dilakukan oelh guru. Peran guru dalam
interaksi pembelajaran pada siklus II dan siklus III memperolek
skor 4 dengan criteria sangat baik, karena dalam siklus III ini peran
guru mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan peran guru
sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agat terjadi proses interaksi yang kondusif.
Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses
interaksi, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat
dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik Syiful Bahri Djamarah
(2005).
12) Prinsip-prinsip interaksi pembelajaran
Prinsip interaksi pembelajaran pada siklus I, siklus II dan
siklus III mendapat kriteria baik dengan nilai 3. Dalam prinsip
interaksi ini masih ada siswa yang masih pasif dalam belajar
sambil bekerja, namun pada siklus I, siklus II dan siklus III ada
motivasi dari guru, ada keterpaduan dan ada hubungan sosial baik
itu dari siswa antar siswa lain dan siswa dengan guru. Didalam
interaksi pembelajaran tidak semua anak didik termotivasi untuk
bidang studi tertentu, anak didik menerima pembelajaran dengan
cara berbeda-beda, ada anak didik yang memiliki motivasi tinggi,
ada yang sedang dan ada juga yang rendah. Hal ini perlu
diperhatikan oleh guru agar dapat member motivasi yang bervariasi
kepada anak didik.
163
Salah satu sumbangan dari guru unuk membantu anak
didik dalam upaya mengorganisasikan perolehan belajar adalah
penjelasan yang mengkaitkan antara suatu pokok dengan pokok
bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya
dalam mata pelajaran PKn pokok bahasan moral guru
menghubungkannya dengan masalah ahlaq.
Dalam proses belajar anak didik tidak sendiri, tetapi anak
didik membutuhkan orang lain dalam kegiatan belajar (belajar
bersama dalam kelompok). Konsepsi belajar seperti ini
dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerjasama
dalam kebaikan. Terlepas dari kegiatan ”nyontek” ketika ulangan.
Kerjasama disini memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga
diciptakan dikelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak didik
dengan anak didik lainnya dalam belajar Syaiful Bahri Djamarah
(2005).
13) Prinsip interaksi pembelajaran (pemecahan masalah).
Prinsip pemecahan masalah pada siklus I mendapat kriteria
cukup dengan nilai 2. Dalam prinsip interaksi ini masih banyak
kekurangannya antara lain dalam memberikan langkah-langkah
pemecahan masalah masih kurang dan siswa hanya memechkan
masalah yang diberi guru pada saaat penugasaan soal. Namun
pada siklus II dan siklus III mengalami peningkatan denngan skor
3 dan kategorinya adalah baik, adapaun diskriptor yang tamapak
164
pada siklus II dan III ini yaitu guru menciptakan suatu masalah
yang perlu dipecahkan oleh siswa, guru memberikan langkah-
langkah pemecahan masalah, guru membimbing dalam pemecahan
masalah. Hal ini sejalan dengan salah satu indicator kepandaian
anak didik banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, pemecahan masalah dapat mendorong
anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah
belajar Syaiful Bahri Djamarah (2005:66)
14) prinsip interaksi pembelajaran (prinsip mencari, menemukan dan
mengembangkan sendiri)
Pada siklus I dan siklus II prinsip ini mendapat kriteria
cukup dengan nilai 2. Dalam prinsip ini siswa masih berkesulitan
dalam mengembangkan dari pencarian dan temuan informasi yang
dapat mendukung pembelajaran, masih banyak siswa yang enggan
aktif dalam menggali informasi pembelajaran. Sedangkan pada
siklus III prinsip interaksi ini memperoleh criteria baik dengan skor
3, pada siklus III ini diskriptor yang muncul yaitu Siswa mencari
informasi pembelajaran sendiri untuk menunjang potensinya, siswa
menemukan informasi pembelajaran sendiri untuk menunjang
potensinya, guru memberi pijakan dan membimbing kepada siswa
untuk mencari, menemukan dan mengembangkan informasi
pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan guru yang bijaksana akan
membiarkan dan member kesempatan kepada anak didik untuk
165
mencari dan menemukan sendiri informasi. Cara belajar ini akan
menumbuhkan kepercayaan pada diri anak didik tentang apa yang
mereka lakukan itu Syaiful Bahri Djamarah (2005:67)
15) Tahapan interaksi pembelajaran (tahapan sebelum pengajaran).
Dalam tahapan ini pada siklus I mendapat kriteria baik
dengan nilai 3 namun dalam tahapan ini masih ada kekurangan
dalam mengapresiasikan pengalaman pengajaran oleh guru.
Sedangkan pada siklus II dan III mendapat criteria sangat baik
dengan skor 4, hal ini karena ke empat diskriptor yaitu guru
memilih metode pengajaran, guru memiliki bahan dan peralatan
pengajaran, guru memiliki pengalaman pengajaran dan guru
memusatkan perhatian telah tapak semua dalam siklus II dan siklus
III.hal ini sejalan dengan tahapan interaksi dalam tahapan sebelum
pengajaran yaitu antara lain : pemilihan metode, pemilihan
pengalaman – pengalaman belajar, pemilihan bahan dan peralatan
belajar syaiful Bahri Djamaran (2005:71)
16) Tingkah laku interaksi pembelajaran.
Dalam tingkah laku interaksi pembelajaran ini pada siklus
I, sikus II dan siklus III mendapat ktiteria baik dengan nilai 3,
Dalam tingkah laku interaksi pembelajaran ini dalam pemberian
petunjuk masih sangat minim. Sedangkan diskriptor yang tampak
pada siklus I, II dan III adalah memberi pengarahan,
menyampaikan pertanyaan dan menyampaikan bahan pelajaran
166
kepada anak didik dengan tingkah laku non verbal.Hal ini sejalan
dengan gaya-gaya guru dalam mengajar merupakan gabungan dari
kedua tingkah laku (verbal dan non verbal) tersebut. Kedua tingkah
laku tersebut saling menguatkan bila dipergunakan dengan tepat
dan benar syaiful Bahri Djamarah (2005:75).
17) Interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial ini pada siklus I, siklus II dan siklus
III mendapat kriteria baik dengan nilai 3. Dalam interaksi sosial ini
sudah terlaksana dengan baik, mulai dari kecakapan berkomunikasi
antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa lainnya, dapat bekerja kelompok walaupun masih ada siswa
yang pasif dan solidaritas siswa terhadap siswa lainnya yang tinggi.
Seperti siswa yang belum paham dapat bertnya dengan teman
lainnya dan teman lainnya memberi cara serta arahan dalam
menjawab tugas. Hal ini sejalan dengan unsur pembelajaran
kooperatif yaitu unsur interaksi promotif, ciri-ciri unsur promotif
ini adalah : saling membantu secara efektif dan efisien, saling
memberi informasi dan saran, memproses informasi secara
bersama, saling mengingatkan, saling membantu dalam
merumuskan dan mengembangkan argument, saling percaya, dan
saling memotivasi Agus Suprijono (2010:61)
c. Hasil belajar siswa
167
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa dengan pendekatan model koopertif tipejigsaw berbasis
realistikdalam pembelajaran PKn dari siklus I sampai siklus III. Hasil
belajar siswa pada siklus Isiswa yang mengalami ketuntasan belajar
pada pertemuan pertama sebanyak 48.38% atau 15 siswa, sedangkan
51.61% atau 16 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi yang
diperoleh pada pertemuan pertama adalah 80 sebanyak dua siswa dan
nilai terendah 55 sebanyak empat siswa dan hasil pertemuan kedua
yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 51.61% atau 16 siswa,
sedangkan 48.38% atau 15 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai
tertinggi yang diperoleh pada pertemuan kedua adalah 80 sebanyak 2
siswa dan nilai terendah 55 sebanyak 3 siswa. Dengan demikian pada
siklus I pertemuan kedua mengalami peningkatan walaupun belum
sesuai dengan indikator yang diharapkan. Pada siklus II menagalamai
peningkatan pada pertemuan pertama sebanyak 61.29% atau 19 siswa,
sedangkan 30.70% atau 12 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai
tertinggi yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 90 sebanyak 4
siswa dan nilai terendah 55 berjumlah 1 siswa. Dan hasil pertemuan
kedua yang mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar
sebanyak 64,51% atau 20 siswa, sedangkan 35,48% atau 11 siswa
belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada
pertemuan kedua adalah 100 berjumlah 1 siswa dan nilai terendah 60
sebanyak 11 siswa sedangkan pada siklus III mengalami penigkatan
168
dari 31 siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 87,09% atau
27 siswa, sedangkan 12,90 % atau 4 siswa belum mengalami ketuntasan
dalam belajar. Nilai tertinggi pada siklus III ini adalah 100 dan nilai
terendah adalah 60. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar
22,58% dari siklus sebelumnya. Dengan demikian pada siklus III hasil
belajar siswa sudah mencapai indikator yang diharapkan. Penelitian ini
telah sesuai dengan kriteria minimum ketuntasan belajar adalah 75%.
Dalam penelitian yang dilakukan terlihat adanya peningkatan
hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn. Hal tersebut
membuktikan bahwapendekatan koopertif tipe jigsaw berbasis
realistikpembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil pembelajaran
PKn.
2. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi awal, dalam pembelajaran belum
adanya penggunanaan model pembelajaran yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran. Maka dalam mengatasi masalah tersebut dilakukan
berbagai upaya yang ditempuh dengan cara memperbaiki keterampilan
mengajar guru, interaksi pembelajaran sehingga berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
Salah satu cara memperbaiki keterampilan guru dan meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model koopertif tipe
jigsaw berbasis realistik dalam pembelajaran PKn. Didalam model
koopertif tipe jigsaw berbasis realistikada kerjasama dalam kelompok dan
169
dalam menetukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu
sehingga setiap anggota kelompok tidak dapat menggantungkan pada
anggota lain. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menunjang kelompoknya untuk mendapat nilai yang maksimal sehingga
ada motivasi untuk belajar. Dengan demikian, pentingnya tujua kelompok
dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif kepada
siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong
untuk melakukan usaha yang maksimal. Jika nilai siswa baik maka pada
belajar kelompok semua anggotanya akan termotivasi mempelajari
meterinya, maka nilai anggotanya akan ikut baik Robert E. Slavin
(2009:82). Namun didalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik, peneliti
menemukan beberapa kelemahan-kelemahan dalam penggunaan
pemebelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
Kelemahan tersebut yaitu, banyak siswa yang belum paham dengan
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif jigsaw berbasis
realistik, dalam pembentukan kelompok cenderung ramai dan gaduh serta
masih banyak siswa yang memilih-milih teman untuk berkelompok, dalam
pelaksanaan membutuhkan waktu yang relatif lama hal tersebut karena
dalam penataan ruangan belum terkondisi dengan baik serta dalam
mengatur posisi siswa dalam berkelompok membutuhkan waktu yang
lama. Namun demikian, dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat teratasi
dan terkondisikan dengan baik dengan beberapa solusi. Adapun solusi
170
yang dapat mengatasi dari kelemahan-kelemahan tersebut yaitu : dengan
penekanan kembali kepada siswa untuk mempelajari cara belajar dengan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik agar dapat
meminimalisir kegaduhan dan keramaian, mempersiapkan siswa dengan
matang sebelum melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistikagar siswa dapat
bertanggung jawab dalam belajar dengan cara jigsaw berbasis realistik,
mempersiapkan penataan ruangan dengan baik sebelum pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realsitik
agar dalam pengaturan posisi siswa dapat terkondisi dengan baik,
membentuk penomeran agar siswa tidak lagi memilih-milih untuk
berkelompok dalam belajar, selalu mengingatkan kepada siswa untuk
belajar dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik. Dari
sulusi-solusi diatas dapat meminimalisir/mengurangi waktu yang lama dari
cara belajar dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik,
sehingga penggunaan waktudalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik efisien dan dapat
berjalan dengan baik.
Mengacu dari pemikiran ini maka peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas yaitu Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata
Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang.
171
Setelah dilakukan tindakan, observasi dan evaluasi diperoleh hasil
yang menunjukkan adanya peningkatan pada data awal, siklus I, siklus II
dan siklus III.
Hasil penilaian keterampilan guru padasiklus I pertemuan pertama
adalah 18 dengan presentase 56.25% dan rata-rata nilai 2,25. Hasil analisis
kualitatif diatas tentang keterampilan guru tersebut termasuk dalam
kategori cukup. Hasil pertemuan kedua siklus I menunjukkan jumlah nilai
adalah 20 dengan presentase 62.5% dan rata-rata nilai 2,5. Pada pertemuan
kedua ini termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II pertemuan pertama
berjumlah 23 dengan presentase 71% dan rata-rata nilai 2,8. Hasil analisis
kualitatif diatas tentang keterampilan guru tersebut termasuk dalam
kategori baik, pada hasil siklus II pertemuan kedua menunjukkan jumlah
nilai adalah 26 dengan presentase 81.2% dan rata-rata nilai 3.2. Pada
pertemuan kedua ini termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pada siklus
III berjumlah 28 dengan presentase 87.5% dan rata-rata nilai 3,5. Hasil
analisis kualitatif diatas tentang keterampilan guru tersebut termasuk
dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada
siklus I, siklus II dan siklus III telah menunjukkan ketercapaian indikator
keberhasilan.
Table 22. Presentase Peningkatan Hasil Pengamatan Keterampilan
Guru Siklus I Ke Siklus Ii Dan Siklus II Kesiklus III.
Siklus Nilai Presentase Presentase
Peningkatan siklus
172
Siklus I – siklus II 20 - 26 62.5% - 81.2% 15%
Siklus II – Siklus III 26 - 28 81.2% - 87.5% 6,25%
Keterampilan guru pada pembelajaran mengalami peningkatan yang sama
yaitu 15%. Hal tersebut karena penekanan ditujukan pada interaksi
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Namun keterampilan gurupun dapat
meningkat karena dalam pelaksanaannya hampir sama pada pelaksanaan
siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III.
Gambar 11. Diagram presentase peningkatan keterampilan guru.
Peningkatan interaksi pembelajaran yaitu pada siklus I pertemuan I.
hasil pengamatan menunjukan bahwa hasil interaksi pembelajaran yang
dicapai pada pertemuan I dengan jumlah nilai 39 dengan presentase 65%
dan rata-rata nilai 2,2.Selanjutnya peningkatan interaksi dalam
pembelajaran pada siklus I pertemuan II mendapat kriteria baik. Dengan
nilai yang dicapai yaitu 45 dengan presentase 75% dan rata-rata nilainya
yaitu 2.6. pada siklus II pertemuan pertama. hasil pengamatan menunjukan
bahwa hasil yang dicapai pada pertemuan I dengan jumlah nilai 48 dengan
0%
5%
10%
15%
20%
siklus I - siklus II siklus II- siklus III
Presentase Peningkatan Keterampilan Guru
173
presentase 80% dan rata-rata nilai 2,8 hasil menunjukkan bahwa pada
pertemuan pertama menunjukkan kriteria baik.Selanjutnya pada pertemuan
kedua mengalami peningkatan dalam interaksi pembelajaran pada siklus II
pertemuan kedua ini mendapat kriteria baik. Dengan nilai yang dicapai
yaitu 52 dengan presentase 86% danrata-rata nilainya yaitu 3. Sedangkan
pada siklus III mengalami peningkatan dengan hasil pengamatan dengan
jumlah nilai 55 dengan presentase 91,6% dan rata-rata nilai 3,2 dengan
kriteria sangat baik. Dari data hasil siklus III telah menunjukkan
peningkatan dalam interaksi pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil
yang telah dicapai pada siklus I, siklus II dan siklus III telah menunjukkan
ketercapaian indikator keberhasilan pada interaksi pembelajaran.
Adapun dari perubahan-perubahan peningkatan interaksi
pembelajaran diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :Hasil presentase
penilaian interaksi pembelajaran mengalami kenaikan pada siklus I ke
siklus II sebanyak 11% dan dari siklus II kesiklus III mengalami
peningkatan sebanyak 6%. Dari interaksi pembelajaran tersebut
mengalami peningkatan yang berbeda karena dalam pelaksanaannya yang
diamati oleh kolaborator dengan menggunakan lembar pengamatan
interaksi pembelajaranhanya ada 7 komponen yang meningkat pada siklus
I kesiklus II dan pada siklus II ke siklus III hanya ada tiga komponen yang
meningkat yaitu pada pola interaksi pembelajaran, komponen-komponen
interaksi pembelajaran dan prinsip-prinsip interaksi pada prinsip mencari,
menemukan dan mengembangkan.Perbedaan tersebut karena pada siklus
174
III yang lebih ditekankan yaitu pada pola interaksi, komponen-komponen
interaksi dan prinsip-prinsip interakasi. Karena peneliti merasa pada
komponen-komponen interaksi pembelajaran yang lain sudah mengalami
peningkatan. Adapun tabel dan gambar diagram batang peningkatan
interaksi pembelajaran adalah sebagai berikut :
Table 23. Presentase Peningkatan Interaksi Pembelajaran
Pada Siklus I Ke Siklus II Dan Siklus II Ke Siklus III
Siklus Nilai Presentase Peningkatan presentase siklus
Siklus I – siklus II 45 - 52 75% - 86% 11%
Siklus II – siklus III 52 - 55 86% - 91,6% 6%
Gambar 12. Diagram Batang Peningkatan
Presentase Interaksi Pembelajaran.
Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan bahwa dari 31 siswa
yang mengalami ketuntasan belajar pada pertemuan pertama sebanyak
48.38% atau 15 siswa, sedangkan 51.61% atau 16 siswa belum tuntas
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
siklus I ke siuklus II siklus II ke siuklus III
presentase peningkatan interaksi pembelajaran
175
dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada pertemuan pertama
adalah 80 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 55 sebanyak 4 siswa. Dan
hasil pertemuan kedua yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak
51.61% atau 16 siswa, sedangkan 48.38% atau 15 siswa belum tuntas
dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada pertemuan kedua
adalah 80 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 55 sebanyak 3 siswa. Pada
siklus II menunjukan bahwa dari 31 siswa yang mengalami ketuntasan
belajar pada pertemuan pertama sebanyak 61.29% atau 19 siswa,
sedangkan 30.70% atau 12 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai
tertinggi yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 90 sebanyak 4
siswa dan nilai terendah 55 berjumlah 1 siswa. Dan hasil pertemuan kedua
pada siklus II yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 64.51% atau
20 siswa, sedangkan 35.48% atau 11 siswa belum tuntas dalam belajar.
Nilai tertinggi yang diperoleh pada pertemuan kedua adalah 100
berjumlah 1 siswa dan nilai terendah 60 sebanyak 11 siswa. Sedangakan
pada siklus III menunjukan bahwa dari 31 siswa yang mengalami
ketuntasan belajar sebanyak 87.09% atau 27 siswa, sedangkan 12,90 %
atau 4 siswa belum mengalami ketuntasan dalam belajar. Nilai tertinggi
pada siklus III ini adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 22.58% dari siklus sebelumnya.
Dengan demikian pada siklus III hasil belajar siswa sudah mencapai
indikator yang diharapkan.
176
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II yaitu
dengan peningkatan presentase sebesar 12.87% sedangkan pada siklus
siklus III mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 22.58%.
peningkatan tersebut karena pada siklus III ini siswa telah memahami
tentang pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis
realistik, sehingga guru tidak lagi kesulitan dalam mengkondisikan siswa
untuk belajar dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik.
Dalam pembelajaran tersebut tidak lagi terpusat pada guru (teacher
centre), akan tetapi guru sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator,
elevator dan sebagai pembimbing dalam pembelajaran dan yang lebih
banyak belajar adalah siswa dimana siswa lebih aktif dari pada guru hal
tersebut memungkinkan siswa dapat memahami dan bertanggung jawab
dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Adapun tabel
peningkatan tersebut adalah sebagi berikut
Tabel 24. Presentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Siklus Siswa yang tuntas Presentase
Peningkatan presentase per
siklus
Siklus I – siklus II 16 - 20 siswa 51.61% - 64.51% 12.87%
Siklus II – siklus III 20 – 27 siswa 64.51% - 87.09% 22.58%
177
Gambar 13. Diagram Batang Presentase Peningkatan Hasil Belajar Per Siklus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalamIII siklus, setiap I
siklus terdiri dari dua kali pertemuan, namun pada siklus III hanya satu
kali pertemuan, karena pada siklus III pertemuan pertama keberhasilan
yang ditetapkan sudah tercapai dengan baik dalam keterampilan guru,
interaksi pembelajaran serta hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatankoopertif
tipe jigsawberbasis realistik pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan
keterampilan guru, interaksi pembelajaran dan hasil belajar siswa.
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
siklus I ke siklus II siklus II ke siklus III
presentase hasil belajar
178
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keterampilan guru, interaksi
pembelajaran dan hasil belajar siswa menggunakan pendekatankoopertif tipe
jigsaw berbasis realistikpada pembelajaran PKn kelas IV SD N Wonosari 03,
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatankoopertif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan
keterampilan guru hal itu terbukti pada siklus I keterampilan guru
mendapat nilai adalah 20 dengan presentase 62,5% dan rata-rata nilai 2,5
termasuk dalam kategori baik, pada siklus II jumlah nilai pada
keterampilan guru adalah 26 dengan presentase 81.2% dan rata-rata nilai
3.2. Pada siklus II ini termasuk dalam kategori baik sedangkan pada
siklus III mengalami peningkatan dengan jumlah nilai 28, presentase
87.5% dan rata-rata nilai 3,5. Hasil analisis keterampilan guru tersebut
termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Pendekatan koopertif tipe jigsaw berbasis realistikdapat meningkatkan
interaksi pembelajaran terbukti pada siklus I mendapat kriteria baik.
Dengan nilai yang dicapai yaitu 45 dengan presentase 75% dan rata-rata
nilainya yaitu 2.6. pada siklus II peningkatan mendapat kriteria baik.
Dengan nilai yang dicapai yaitu 52 dengan presentase 86% dan rata-rata
nilainya yaitu 3. Pada siklus III mengalami peningkatandengan jumlah
179
nilai 55 dengan presentase 91,6% dan rata-rata nilai 3,2 dengan kriteria
sangat baik. Dari data hasil siklus III telah menunjukkan peningkatan
dalam interaksi pembelajaran dengan baik.
3. Pendekatan koopertif tipejigsawberbasis realistik dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas IV terbukti pada siklus I
mengalami ketuntasan belajar sebanyak 51.61% atau 16 siswa, sedangkan
48.38% atau 15 siswa belum tuntas dalam belajar. Nilai tertinggi yang
diperoleh pada siklus I adalah 80 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 55
sebanyak 3 siswa. Pada siklus II mengalami ketuntasan belajar sebanyak
64.51% atau 20 siswa, sedangkan 35.48% atau 11 siswa belum tuntas
dalam belajar. Nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus II adalah 100
dan nilai terendah 60.Sedangkan pada siklus III meningkat Menurut data
menunjukan bahwa dari 31 siswa yang mengalami ketuntasan belajar
pada siklus III sebanyak 87,09% atau 27 siswa, sedangkan 12,90 % atau 4
siswa belum mengalami ketuntasan dalam belajar. Nilai tertinggi pada
siklus III ini adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 22.58% dari siklus
sebelumnya. Dengan demikian pada siklus III hasil belajar siswa sudah
mencapai indikator yang diharapkan.
Berdasarkan simpulan diatas maka hipotesis dalam penelitian
ini yaitu Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik dapat meningkatkan
keterampilan guru, interaksi pembelajaran dan hasil belajar pada
180
pembelajaran PKn kelas IV SD N Wonosari 03 Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang telah terbukti.
B. Saran
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa
kelas IV SDN Wonosari 03Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, maka
peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru dalam setiap pembelajaran PKn yang dilakukannya perlu
merencanakan metode atau pendekatan dan mempersiapkan media yang
digunakan untuk menjadikan pembelajaran PKn lebih mudah dipahami
dan disenangi.
b. Guru lebih banyak membaca dan mencari inovasi model pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan keterampilan guru.
c. Penerapan dengan pendekatankooperatif jigsaw berbasis realistik
guru diharapkan mengkondisikan waktu dengan baik agar pembelajaran
lebih efektif.
d. Pendekatan pembelajaran kooperatif tipejigsaw berbasis realistik dapat
meningkatkan keterampilan guru, interaksi pembelajarandan hasil
belajar siswa, sehingga pendekatan ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk pembelajaran PKnuntuk meningkatkan hasil belajar siswa.
181
2. Bagi siswa
a. Hendaknya lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realisrik, sehingga
hasil belajar yang diharapkan menjadi lebih baik.
b. Jangan sungkan-sungkan bertanya, malu atau takut bertanya kepada
guru apabila terdapat kesulitan dalam memahamai materi pelajaran.
3. Bagi sekolah
Akan lebih baik lagi apa bila sekolah memfasilitasi yang dapat
menunjang pembelajaran, seperti media, alat peraga, laboratorium sumber
belajar dan dapat memberikan kenyamanan dalam pembelajaran, serta
mendukung terciptanya pembelajaran dengan baik.
182
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Antonilamini. 2008. Dengan judul Peningkatan Interaksi Pembelajaran
dengan Tehnik Pembelajaran Everyone is a Teacher Here dalam Pembelajaran Ekonomi di KelasXII IPSSMA YKP Monamas Kota Bontang. Dalam http://www. infodiknas. com/peningkatan – interaksi – pembelajaran – siswa – dalam – pembelajaran – ekonomi - di-kelas – xii – ips – sma - ykp-monamas - bontang/. Diakses tanggal 19 Maret 2011.
Anwarholil. 2009. Interaksi Sebagai Proses Belajar. Dalam
http://anwarholil.blogspot.com /2009/01/interaksi-sebagai-proses-belajar.html diakses 19 Maret 2011
Arikunto Suharsimi, suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT Bumi Aksara Djamarah Bahri Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta. Endah Lestari, Catur. 2010. Peningkatan Interaksi Pembelajaran Dan Hasil
Belajar Dengan Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here. Universitas Negeri Semarang : Fakultas Ekonomi
Hasibuan.JJ. Moedjiono.2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA http : // dedenbinlaode. blogspot.com/2010/11/metode–jigsaw–dan–hasil–belajar-
kelas.html. diakses tanggal 19 September 2011. Ian. 2010. Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Di Sd. (http://ian43 wordpress. com / 2010 / 10 / 18 / hakikat - fungsi - dan - tujuan - pendidikan kewarganegaraan - di - sd/). Diakses tanggal 20 Maret 2011.
183
Idris, Muhammad dan Barizi, Ahmad. 2009. Menjadi Guru Unggul.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA. Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidkkan Kewarganegaraan SD.
Jakarta : DEPDIKNAS Sajan, Nugroho, agung. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :
Pusat Perbukuan Depdiknas. Salvin, Robert E. 2009. Cooperative learning Teori, Riset Dan Praktik.
Bandung : Nusa Media. Suprijono Agus. 2010. Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Wibowo, Eddy, Mungin. et al. 2009. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.
Universitas Negeri Semarang. Winataputra, Udin S, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Universitas Terbuka, Depdiknas. Wood, Derek. Dkk. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta :
Kata Hati Zahra. 2010. Mengajar Matematika Dengan Pendekatan Realistik.
http://zahraabcde. blogspot. Com / 2010 / 04 / mengajar – matematika - denganpendekatan. Html. Diakses 19 Maret 2011.
Zuliyanto .2008. Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa Dlam Pembelajaran
PKn Dalam http://www.One.indoskripsi.com diakses 19 Maret 2011.
184
LAMPIRAN 1
KISI-KISI INSTRUMEN
185
KISI-KISI PENELITIAN TINDAKAN
Peningkatkan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw
Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
Variabel Indikator Sumber Data Instrumen
A. Keterampilan guru
dalam upaya
meningkatkan
interaksi
pembelajaran
1. Keterampilan
Membuka dan
Menutup Pelajaran
2. Keterampilan Bertanya
3. Keterampilan Memberi
Penguatan
4. Keterampilan
Menggunakan Variasi
5. Keterampilan
Menjelaskan
6. Keterampilan
Membimbing Diskusi
7. Keterampilan
Mengajar Kelompok
kecil dan Perorangan
8. Keterampilan
Mengelola Kelas
~ Guru
~ Foto
- Lembar observasi
keterampilan guru
B. Interaksi dalam
pembelajaran PKn
melalui pendekatan
kooperatif tipe
jigsaw berbasis
realistik
1. Pola interaksi
pembelajaran
2. Ciri-ciri interaksi
pembelajaran
3. Interaksi pembelajaran
dari faktor guru
~ Guru
~ Siswa
- Lembar observasi
Pengamatan
interaksi
pembelajaran
- Dokumentasi
186
4. Interaksi pembelajaran
dari faktor siswa
5. Interaksi pembelajaran
dari faktor kurikulum
6. Interaksi pembelajaran
dari faktor lingkungan
7. Pengelolaan interaksi
pembelajaran
8. Komponen-komponen
interaksi pembelajaran
9. Interaksi didalam
kelompok
jigsaw(kelompok ahli)
10. Interaksi didalam
kelompok
jigsaw(kelompok asal)
11. Peran guru dalam
interaksi pembelajaran
12. Prinsip-prinsip
interaksi pembelajaran
13. Prinsip-prinsip
interaksi (pemecahan
masalah)
14. Prinsip-prinsip
interaksi ( prinsip
mencari, menemukan,
mengembangkan
sendiri)
15. Tahapan interaksi
(tahapan sebelum
pengajaran)
187
16. Tingkah laku interaksi
pembelajaran
17. Keterampilan social
C. Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik
Peningkatan hasil belajar
individual adalah
sekurang-kurangnya 75 %
dengan nilai ketuntasan
sebesar ≥ 65 dalam
pembelajaran PKn
- Siswa
- Lembar tes
Tes tertulis
188
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN
189
LEMBAR PENGAMATAN KETERAMPILAN GURU DENGAN PENDEKATAN JIGSAW BERBASIS REALISTIK
Pertemuan……. Siklus…… Sekolah : SDN Wonosari 03 Kelas/semester : IV/I Pokok bahasan : Hari / tanggal : Nama pengamat : Lukman Hakim, S.Pd Brilah tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia di bawah ini Petunjuk :
a. Bacalah dengan cermat 8 indikator keterampilan guru b. Dalam melakukan penilaian mengacu pada diskriptor yang sudah
ditetapkan c. Berilah tanda (√) pada angka 1,2,3 atau 4 sesuai dengan deskriptor d. Skala penilaian untuk setiap masing-masing deskriptor adalah sebagai
berikut 1. jika deskriptor sesuai dengan huruf a 2. jika deskriptor sesuai dengan huruf b 3. jika deskriptor sesuai dengan huruf c 4. jika deskriptor sesuai dengan huruf d
No Indikator Deskriptor
Tingkat
Kemampuan
1 2 3 4
1 Keterampilan
Membuka dan
Menutup Pelajaran
1) Menarik perhatian
siswa
2) Menimbulkan
motivasi
3) Memberikan acuan
4) Membuat kaitan
5) Meninjau kembali
6) Mengevaluasi
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-6 komponen
2 Keterampilan
Bertanya
1) Pengungkapan
pertanyaan secara
jelas
2) Pemberian Acuan
3) Pemusatan
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
190
4) Pemindahan Giliran
5) Penyebaran
6) Pemberian waktu
berfikir
Pemberian Tuntunan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4 -6 komponen
3 Keterampilan
Memberi Penguatan
1) Penguatan Verbal
2) Penguatan penguatan
gestural
3) Penguatan dengan
cara mendekati
4) Penguatan dengan
sentuhan
5) Penguatan dengan
memberikan kegiatan
menyenangkan
6) Penguatan berupa
tanda atau benda
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-6 komponen
4 Keterampilan
Menggunakan
Variasi
1) Variasi suara
2) Pemusatan perhatian
3) Gerakan badan dan
mimik
4) Perubahan posisi guru
5) Variasi penggunaan
media dan bahan
pengajaran
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-6 komponen
5 Keterampilan
Menjelaskan
1) Kejelasan
2) Penggunaan contoh
dan ilustrasi
3) Pemberian tekanan
4) Balikan
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
191
5) Pengorganisasian
(cara membuat contoh
atau dalin yang jelas
dan relefan)
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-5 komponen
6 Keterampilan
Membimbing
Diskusi kelompok
kecil
1) Memusatkan
perhatian
2) Memperjelas masalah
atau urunan pendapat
3) Menganalisa
pandangan siswa
4) Meningkatkan urunan
siswa
5) Menyebarkan
kesempatan
berpartisipasi
6) Menutup diskusi
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-6 komponen
7 Keterampilan
Mengajar
Kelompok kecil dan
Perorangan
1) Keterampilan
mengadakan
pendekatan secara
pribadi
2) Menerima pesan
siswa dengan penuh
perhatian dan
pengertian
3) Keterampilan
Mengorganisasikan
4) Keterampilan
membimbing dan
memudahkan belajar
siswa
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-5 komponen
192
5) Keterampilan
merencanakan dan
melaksanakan
kegiatan belajar
mengajar
8 Keterampilan
Mengelola Kelas
Komponen
1) Menunjukkan sikap
tanggap
2) Membagi perhatian
3) Memusatkan
perhatian kelompok
4) Menegur
5) Memberi penguatan
6) Pengelolaan
kelompok
a. Guru menggunakan
1 komponen
b. Guru menggunakan
2 komponen
c. Guru menggunakan
3 komponen
d. Guru menggunakan
4-6 komponen
Jumlah
Keterangan Penilaian R = skor terendah = 8 T = skor tertinggi = 32 n = banyaknya skor = 24 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 24 +1 )
= ଶସ x 25
= 12.5 Jadi Q2 adalah = 19.5 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n +1 )
= ଵସ
( 24+1 )
= ଵସ
x 25 = 6.25
Jadi Q1 adalah 13.25 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (n +1 )
= ଷସ
( 24 + 1 )
= ଷସ
x 25
Wonosari, ........................2011 Observer
Lukman Hakim
Lukman Hakim, S.Pd.
193
= 18.75 Jadi Q3 adalah 25.75 Q4= kuartil keempat = T = 32
Skor Nilai 25.75 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik
19,5 ≤ skor < 25.75 Baik 13,25 ≤ skor < 19,5 Cukup
8 ≤ skor < 13,25 Kurang
194
LEMBAR OBSERFASI / PENGAMATAN INTERAKSI PEMBELAJARAN
Pertemua….. Siklus…..
Nama SD : SDN Wonosari 03 Nama pengamat : Lukman Hakim, S.Pd. Kelas/semerter : IV/I Hari / tanggal : Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia di bawah ini sesuai dengan
pengamatan.
No Aspek yang
dinilai Diskriptor
Skor Keterangan
1 2 3 4
1 Pola interaksi
pembelajaran
a. Ada interaksi antara guru
dengan anak didik
b. Ada balikan bagi guru
c. Ada balikan bagi guru dan
anak didik saling belajar
d. Interaksi multi arah (guru-
anak didik, anak didik-guru,
anak didik-anak didik)
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
2 Ciri -ciri
interaksi
pembelajaran
a. Merencanakan
pembelajaran (RPP)
b. Ada aktifitas siswa tanpak
dalam RPP
c. Guru membimbing,
memotifasi siswa dalam
belajar
d. Ada evaluasi dari guru yang
terbuka
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
3 Interaksi
pembelajaran
dari faktor guru
a. Guru mengelola tahapan
pembelajaran.
b. Guru Memanfaatkan metode
pembelajaran
c. Guru Menguasai materi
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
195
pembelajaran
d. Guru menggunakan media
4 Interaksi
pembelajaran
dari faktor siswa
a. Siswa siap menerima
pelajaran
b. Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru
c. Siswa antusias mengikuti
pembelajaran
d. Siswa mampu melaksanakan
evaluasi
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
5 Interaksi
pembelajaran
dari faktor
kurikulum
a. Guru membuat RPP sesuai
dengan kurikulum
b. Tujuan pembelajaran
mengacu pada karakteristik
siswa
c. Kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa
d. Media pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
6 Interaksi
pembelajaran
dari faktor
lingkungan
a. menggunakan Lingkungan
sekolah sebagai sumber
belajar
b. mengkondisiskan
lingkungan sekolah yang
kondusif
c. siswa dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber
belajar
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
196
d. merasa nyaman dalam
kegiatan pembelajaran
7 Pengelolaan
interaksi
a. Mendukung terciptanya
interaksi pembelajaran
b. Menjadikan kondisi kelas
yang kondusif sehingga bisa
terjadi interaksi
c. Menggunakan media yang
dapat melibatkan siswa
untuk memanfaatkannya
d. Menilai hasil belajar siswa
secara terbuka
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
8 Komponen-
komponen
interaksi
a. Tujuan dapat memberi arah
yang jelas yang dapat
dilakukan oleh siswa
b. Ada pengalaman belajar
yang dilakukan oleh siswa
untuk mengembangkan
bahan ajar
c. Ada alat peraga yang dapat
dimanfaatkan siswa
d. Ada langkah-langkah kerja
yang dilakukan siswa untuk
menguasai bahan ajar
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
9 Interaksi
didalam
kelompok
jigsaw(kelompo
k ahli)
a. Mampu berorganisasi dalam
kelompok jigsaw(tim ahli)
b. Saling tukar pikiran
c. Disiplin dalam berkelompok
d. Mampu mengemukakan
pendapat
1 =1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
197
10 Interaksi
didalam
kelompok
jigsaw
(kelompok asal)
a. Masing-masing siswa di
kelompok ahli mampu
menjelaskan didalam
kelompok asal
b. Saling tukar pikiran
c. Disiplin dalam berkelompok
d. Mampu mengemukakan
pendapat
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
11 Peran guru
dalam interaksi
pembelajaran
a. Menghidupkan dan
menumbuhkan motivasi agar
terjadi interaksi
b. Sebagai mediator dalam
proses interaksi
c. Guru mempermudah
tumbuhnya interaksi
d. Guru segagai tokoh/contoh
didalam proses interaksi
belajar
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
12 Prinsip-prinsip
interaksi
pembelajaran
a. Ada motivasi
b. Ada keterpaduan
c. Belajar sambil bekerja
d. Ada hubungan social
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
13 Prinsip-prinsip
interaksi
(pemecahan
masalah)
a. Guru menciptakan suatu
masalah yang perlu
dipecahkan oleh siswa
b. Guru memberikan langkah-
langkah pemecahan masalah
c. Siswa termotifasi untuk
memecahkan masalah
d. Guru membimbing dalam
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
198
pemecahan masalah
14 Prinsip-prinsip
interaksi (
prinsip mencari,
menemukan,
mengembangka
n sendiri)
a. Siswa mencari informasi
pembelajaran sendiri untuk
menunjang potensinya
b. Siswa menemukan informasi
pembelajaran sendiri untuk
menunjang potensinya
c. Siswa mengembangkan
sendiri dari pencarian dan
temuan informasi
pembelajaran
d. Guru memberi pijakan dan
membimbing kepada siswa
untuk mencari, menemukan
dan mengembangkan
informasi pembelajaran
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
15 Tahapan
interaksi
pembelajaran
(sebelum
pengajaran)
a. Guru memilih metode
pengajaran
b. Guru memiliki bahan dan
peralatan pengajaran
c. Guru memiliki pengalaman
pengajaran
d. Guru memusatkan perhatian
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
16 Tingkah laku
interaksi
pembelajaran
a. Memberi petunjuk
b. Memberi pengarahan
c. Menyampaikan pertanyaan
d. Menyampaikan bahan
pelajaran kepada anak didik
dengan tingkah laku non
verbal
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
199
17 Interaksi sosial a. Kecakapan berkomunikasi
b. Bekerja kooperatif
c. Berkolaboratif
d. Solidaritas
1=1 indikator tampak
2 =2 indikator tampak
3 =3 indikator tampak
4 = 4 indikator tampak
Jumlah skor
Keterangan Penilaian R = skor terendah = 17 T = skor tertinggi = 68 n = banyaknya skor = 52 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 52 +1 )
= ଶସ x 53
= 26,5 Jadi Q2 adalah 42,5 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n + 1 )
= ଵସ
( 52 +1 )
= ଵସ
x 53 = 13,25
Jadi Q1 adalah 29,25 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 52 + 1 )
= ଷସ
x 53 = 39.75
Jadi Q3 adalah 55,75 Q4= kuartil keempat = T = 68
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
200
LAMPIRAN 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
201
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus 1 pertemuan 2
Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Kelas / Semester : IV / 1 Mata pelajaran : PKn Materi pokok : struktur desa/kelurahan Alokasi waktu : 2 x 35 menit Hari / tanggal :
A. Standar kompetensi
1. Memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan.
B. Kompetensi dasar
1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintah kecamatan. C. Indikator
1. Menyebutkan tugas, hak dan kewajiban BPD.
2. Menggambar struktur desa/kelurahan.
3. Menjelaskan persamaan desa dan kelurahan.
4. Menjelaskan perbedaan desa dan kelurahan.
5. Menyebutkan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan.
D. Tujuan pembelajaran
1. Melalui tanya jawab dan pemberian contoh siswa dapat menyebutkan
tugas, hak dan kewajiban BPD.
2. Melalui operasional alat peraga siswa dapat menggambar struktur
desa/kelurahan.
3. Melalui diskusi dan contoh siswa dapat menjelaskan persamaan desa dan
kelurahan.
4. Melalui diskusi dan contoh siswa dapat menjelaskan perbedaan desa dan
kelurahan.
5. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan lembaga kemasyarakatan
desa/kelurahan.
E. Materi pokok
1. Materi :Struktur pemerintahan desa/kelurahan.
2. Konsep :
202
Tugas, hak dan kewajiban BPD. Struktur desa/kelurahan. Persamaan dan perbedaan desa dan kelurahan. Lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan.
3. Nilai :
Mengetahui struktur dalam kelembagaan serta mematuhi sistem tersebut sesuai dengan nilai dalam falsafah hidupnya.
4. Moral :
Dapat membentuk moral paham pada sistem dan ada upaya untuk mengikuti sistem tersebut merupakan moral yang diharapkan.
5. Norma :
Untuk mematuhi norma diperlukan norma kebiasaan, kesopanan, agama, hukum dan kesusilaan dalam memahami dan mengikuti sistem.
6. Tujuan :
Membentuk warga negara yang baik dan memahami desa/kelurahan. F. Model pembelajaran, metode, media dan sumber belajar
Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab pengamatan. Media : kantor kelurahan/desa bagan struktur organisai Sumber belajar : Buku Cooperiative Learning Teori, Riset dan praktik.
Bandung. Nusa Media. Buku Profesonalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya. Percetakan Insan Cendekia. KTSP SD Negeri Wonosari 03.
G. Langkah – langkah pembelajaran 1. Pra Kegiatan (+ 5 menit)
a. Salam dan doa
b. Menarik perhatian siswa
c. Menumbuhkan motifasi
d. Presensi
2. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
a. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam pembelajaran
b. Guru melaksanakan apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan pemerintahan desa “Mengajak siswa untuk
menyebutkan struktur desa/kelurahan”sekaligus memotivasi siswa.
203
c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai.
d. Guru menginformasikan cara belajar dengan pendekatan jigsaw
berbasis realistik
3. Kegiatan inti ( ± 50 menit )
a) Eksplorasi ( ± 10 menit )
1) Guru tanya jawab dengan siswa tentang struktur desa/kelurahan
berdasarkan garis koordinasi.
2) Guru tanya jawab dengan siswa tentang tugas dari masing –
masing jabatan pada struktur desa/kelurahan
b) Elaborasi ( ± 30 menit )
1) Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 4-5 siswa. Setiap siswa diberi nomor kepala
misalnya A, B, C, D, E
2) Selanjutnya guru membagi tugas sesuai dengan materi yang
diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat
tugas yang berbeda namun tetap mengacu pada materi,
3) Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok
ahli atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul
menjadi satu kelompok (kelompok ahli)
4) Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama
untuk menjadi tim ahli sesuai dengan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
5) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami
tugas dan tanggung jawabnya
6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli,
masing-masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok
awal.
7) Selanjutnya guru memberi kesempatan secara bergantian kepada
masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dari
tugas kelompok ahli ke kelompok awal (kelompok asal)
204
8) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi.
9) Guru memberikan penegasan terhadap materi yang diperlajari.
c) Konfirmasi ( ± 5 menit )
1) Guru member kesempatan siswa untuk bertanya
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4. Kegiatan akhir ( ± 20 menit )
a) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman / simpulan
pelajaran.
b) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
c) Guru memberikan soal evaluasi.
d) Guru menutup pelajaran.
H. Evaluasi
1. Prosedur tes
a. Tes awal : ada
b. Tes dalam proses : ada
c. Tes akhir : ada
2. Bentuk : Pilihan ganda, isian singkat, uraian
3. Jenis soal : tes tertulis
4. Alat : soal dan lembar kerja siswa
Mengetahui Kepala Sekolah Budi Sanyoto, S. Pd NIP. 195809171978021001
Batang,........ ………. 2011 Praktikan M. Qurotul Aein NIM. 1401909109
205
1. Materi ajar
Pemerintahan Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja pemerintah desa, Tugas BPD meliputi : a. menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,
b. menyelenggarakan pemilihan kepala desa dan perangkat desa,
c. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah desa.
Anggota BPD dipilih berdasarkan musyawarah mufakat. BPD biasanya beranggotakan para tokoh masyarakat yang mewakili komunitas tertentu di desa itu. Mereka dipilih biasanya karena mempunyai pengaruh di masyarakat, masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat atau diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Anggota BPD memiliki hak antara lain : a. mengajukan rancangan peraturan daerah
b. menyampaikan pendapat dan usul
c. mengajukan pertanyaan
d. memilih dan dipilih
e. memperoleh tunjangan
selain memiliki hak, anggota BPD juga memiliki kewajiban, antara lain a. mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 1945 dan mentaai semua
peraturan perundang – undangan.
b. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan negara
c. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
desa
Sebagai lembaga pemerintahan desa dan kelurahan memiliki struktur organisasi, Berikut bagan struktur organisasi desa: a. Struktur organisasi desa
206
b. Struktur organisasi kelurahan
c. Persamaan dan perbedaan desa dan kelurahan :
Persamaan : 1. Desa dan kelurahan merupakan lembaga pemerintahan yang palling
bawah
2. Wilayah desa dan kelurahan merupakan gabungan dari beberapa RW
3. Pemerintah desa dan kelurahan merupakan unsur pemerintahan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat
Perbedaan :
NO Pemerintahan desa Pemerintahan kelurahan 1. 2. 3. 4. 5.
Dipimpin oleh kepala desa Bukan pegawai negeri sipil Dipilih langsung melalui pilkades Digaji tanah kas desa Didesa terdapat badan permusyawarahan desa (BPD)
Dipimpin oleh lurah Pegawai negeri sipil Diangkat oleh walikota Digaji oleh pemerintah Dikelurahan terdapat dewan kelurahan
207
Selain lembaga pemerintah desa di atas, ada pula lembaga-lembaga
kemasyarakatan di desa atau kelurahan, antara lain: a. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
b. Karang Taruna
c. Koperasi
d. Lembaga Musyawarah Desa (LMD)
e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD)
f. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau Lembaga Pemberdayaan
Perempuan (LPP)
Tujuan pembentukan lembaga kemasyaratan adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
b. Menciptakan kondisi dinamis untuk pemberdayaan masyarakat
c. Membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahdalam kehidupan
beragama, bermasyarakat dan bernegara
2. Kegiatan Kelompok
Lembar kerja kelompok jigsaw a. Salah satu tujuan pembentukan lembaga kemasyaratan adalah…
b. Buatlah bagan struktur organisasi desa dan kelurahan
c. Jelaskan persamaan pemerintahan desa dan pemerintahan kelurahan
1) ………
2) ………
3) ……….
d. Jelaskan perbedaan pemerintahan desa dan pemerintahan kelurahan
Perbedaan :
NO Pemerintahan desa Pemerintahan kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
e. Anggota BPD dipilih berdasarkan…
208
3. Kunci jawaban
a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, Menciptakan
kondisi dinamis untuk pemberdayaan masyarakat, Membantu kelancaran
penyelenggaraan pemerintahdalam kehidupan beragama, bermasyarakat
dan bernegara.
b. Bagan struktur desa dan kelurahan
Desa :
Kelurahan :
c. Persamaan :
1) Desa dan kelurahan merupakan lembaga pemerintahan yang palling
bawah
2) Wilayah desa dan kelurahan merupakan gabungan dari beberapa RW
3) Pemerintah desa dan kelurahan merupakan unsur pemerintahan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat
d. Perbedaan :
No Pemerintahan desa Pemerintahan kelurahan 1. 2. 3.
Dipimpin oleh kepala desa Bukan pegawai negeri sipil Dipilih langsung melalui pilkades
Dipimpin oleh lurah Pegawai negeri sipil Diangkat oleh walikota
209
4. 5.
Digaji tanah kas desa Didesa terdapat badan permusyawarahan desa (BPD)
Digaji oleh pemerintah Dikelurahan terdapat dewan kelurahan
e. musyawarah mufakat
4. Lembar evaluasi
1. Kepala desa menetapkan peraturan desa bersama ….
a. BPD c. kepala dusun b. ketua RW d. LKMD
2. Dalam sistem pemerintahan desa kedudukan BPD dengan kepala desa ialah
….
a. lebih tinggi kepala desa c. semuanya di bawah kepala dusun b. lebih tinggi BPD d. sejajar antara BPD dan kades
3. Berikut lembaga-lembaga kemasyaarakatan yang terdapat di desa, kecuali
….
a. posyandu c. koperasi b. PKK d. BPR
4. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan
tugas ….
a. kepala desa c. BPD b. kepala dusun d. LKMD
5. Badan permusayawarahan desa kependekan dari…
a. BPD c. KUD
b. BKD d. BKK
6. Kepala desa dalam melaksanakan tugasya sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan bersama…
a. BPD c. RW dan RT b. PKK d. lintas kemasyarakatan
7. Menurut struktur organisasi tata kerja pemerintahan desa peranan kepala
desa sebagai….
a. pelaksana tugas c. penaggung jawab b. koordinasi utama d. konsultasi bersama
8. Hubungan antar atasan dan bawahan sebaiknya…
a. secara bebas c. menurut situasi b. sesuai aturan d. menurut kesepakatan
9. Wadah untuk generasi muda adalah…
210
a. PKK c. koperasi b. karang taruna d. posyandu
10. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah perlu dijalin hubungan
kerja yang…
a. merugikan c. saling mencela b. harmonis d.tidak tertib
11. Struktur organisasi di tingkat desa menunjukkan..
a. tata kerja pemerintahan desa c. uraian pejabat di desa b. tata kerja perangkat desa d. uraian kelembagaan di desa
12. Pembuatan struktur organisasi merupakan kewenangan dari…
a. kepala desa c. pemerintahan kelurahan b. pemerintahan desa d. BPd
13. Susunan organisasi tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan..
a. peraturan daerah kabupaten c. peraturan daerah kecamatan b. peraturan daerah kota d. peraturan desa
14. Model struktur organisasi di setiap desa..
a. sama c. berbeda b. seimbang d. selaras
15. Dalam struktur organisasi tata kerja di kelurahan dibuat oleh . . .
a. kepala kelurahan c. pemerintahan kelurahan b. pemerintahan desa d. lembaga kemasyarakatan
16. Hubungan kepala dessa dengan ketua BPD dalam struktur organisasi tata
kerja desa sebagai garis..
a. komando c. konsultasi b. koordinasi d. kerjasama
17. Masa bakti struktur organisasi tata kerja pemerintahan desa adalah . . .
a. 3 tahun c. 5 tahun b. 4 tahun d. 6 tahun
18. Untuk lebih lanjut, pedoman penyusunan struktur organisasi tata kerja di
pemerintahan desa di atur dalam. . .
a. peraturan daeerah kabupaten/ c. peraturan pemerintahan pengganti
kota Undang - Undang b. peraturan daerah provinsi d. peraturan pemerintahan
19. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi setiap pejabat dalam struktur
organisasi desa perlu adanya . . .
211
a. garis komando dan koordinasi c. penetapan pejabat yang menjalankan tugas
b. penjelasan tugas pokok d. uraian singkat tugas pokok dan dan fungsi secara umum fungsi setiap jabatan
20. Dalam struktur organisasi pemerintahan desa memerlukan. . .
a. uraian tugas pokok dan fungsi c. uraian tugas pokok dan fungsi yang jelas yang singkat b. penjelasan masing-masing jabatan d. penjelasan kepala desa
5. kunci jawaban 1.a 6.d 11.a 16.b 2.d 7.b 12.b 17.d 3.d 8.b 13.d 18.c 4.c 9.b 14.a 19.a 5.a 10.b 15.c 20.d
212
RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN Siklus II Pertemuan 2
Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Kelas / Semester : IV / 1 Mata pelajaran : PKn Materi pokok : Pemerintahan kecamatan Alokasi waktu : 2 x 35 menit Hari / tanggal :
A. Standar kompetensi
1. Memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan.
B. Kompetensi dasar
1.1. Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan desa dan
pemerintah kecamatan.
C. Indikator
1. Menyebutkan tugas camat, sekretaris camat, kepala seksi
2. Menyebutkan lembaga keamanan yang ada di wilayah kecamatan.
3. Menyebutkan tempat umum di wilayah kecamatan.
D. Tujuan pembelajaran
1. Melalui tanya jawab dan diskusi siswa dapat menyebutkan tugas camat,
sekretaris camat, kepala seksi.
2. Melalui pemberian contoh siswa dapat menyebutkan lembaga keamanan
yang ada di wilayah kecamatan.
3. Melalui model dan diskusi siswa dapat menyebutkan tempat umum di
wilayah kecamatan.
E. Materi pokok
1. Materi : Pemerintahan kecamatan.
2. Konsep :
Tugas camat, sekretaris camat, kepala seksi. Lembaga keamanan di
wilayah kecamatan. Tempat umum di wilayah kecamatan.
3. Nilai :
Mengetahui sistem pemerintahan kecamatan dalam kelembagaan serta
mematuhi sistem tersebut sesuai dengan nilai dalam falsafah hidupnya.
213
4. Moral :
Dapat membentuk moral paham pada sistem pemerintahan kecamatan dan
ada upaya untuk mengikuti sistem tersebut merupakan moral yang
diharapkan.
5. Norma :
Untuk mematuhi norma diperlukan norma kebiasaan, kesopanan, agama,
hukum dan kesusilaan dalam memahami pemerintahan kecamatan.
6. Tujuan :
Membentuk warga negara yang baik dan memahami Kecamatan.
F. Model pembelajaran, metode, media dan sumber belajar
Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw.
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab.pengamatan.
Sumber belajar : Buku Cooperiative Learning Teori, Riset dan praktik.
Bandung. Nusa Media.
Buku Profesonalisme Guru Dalam Pembelajaran.
Surabaya. Percetakan Insan Cendekia.
KTSP SD Negeri wonosari 03.
G. Langkah – langkah pembelajaran
1. Pra Kegiatan (+ 5 menit)
a. Salam dan doa
b. Menarik perhatian siswa
c. Menumbuhkan motifasi
d. Presensi
2. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
a. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam pembelajaran
b. Guru menginformasikan cara belajar dengan pendekatan jigsaw
berbasis realistic
c. Guru melaksanakan apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan pemerintahan kecamatan Siapa yang masih ingat
214
pelajaran kemarin? Siapa yang tahu tentang wilayah kecamatan?”
sekaligus memotivasi siswa.
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
3. Kegiatan inti ( ± 50 menit )
a. Eksplorasi ( ± 10 menit )
1) Guru menjelaskan materi tugas camat dan sekertaris camat dan
stafnya
2) Guru tanya jawab dengan siswa tentang pemerintaha kecamatan.
b. Elaborasi ( ± 30 menit )
1) Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 4-5 siswa. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A, B, C, D, E
2) Selanjutnya guru membagi tugas sesuai dengan materi yang
diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat
tugas yang berbeda namun tetap mengacu pada materi Masing-
masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli atau
siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok (kelompok ahli)
3) Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
4) Guru berkeliling membimbing jalannya diskusi.
5) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami tugas
dan tanggung jawabnya
6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
7) Selanjutnya guru memberi kesempatan secara bergantian kepada
masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dari tugas
kelompok ahli ke kelompok awal (kelompok asal)
215
8) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi atau penegasan.
c. Konfirmasi ( ± 5 menit )
1) Guru member kesempatan siswa untuk bertanya
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4. Kegiatan akhir ( ± 20 menit )
a. Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman / simpulan
pelajaran.
b. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan soal evaluasi.
d. Guru menutup pelajaran..
H. Evaluasi
1. Prosedur tes
a. Tes awal : ada
b. Tes dalam proses : ada
c. Tes akhir : ada
2. Bentuk : Pilihan ganda, isian singkat, uraian
3. Jenis soal : tes tertulis
4. Alat : soal dan lembar kerja siswa
Mengetahui
Kepala Sekolah
Budi Sanyoto, S. Pd
NIP. 195809171978021001
Batang,........ ………. 2011
Praktikan
M. Qurotul Aein
NIM. 1401909109
216
A. Materi ajar
Pemerintahan Kecamatan
(pak camat memimpin rapat)
Kecamatan dipimpin oleh camat. Kecamatan adalah tingkat
pemerintahan di atas desa atau kelurahan. Camat adalah seorang Pegawai
Negeri Sipil. Ia menerima gaji dari pemerintah. Dalam menjalankan
tugasnya, camat dibantu oleh seorang sekretaris kecamatan (sekcam),
kepala-kepala urusan, dan kepala-kepala seksi
Pegawai di lembaga pemerintahan kecamatan, lembaga
pemerintahan kecamatan terdiri atas:
a. Camat.
Camat adalah kepala pemerintahan kecamatan yang bertugas
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan segala bidang, dan
memelihara keamanan serta ketenteraman masyarakat kecamatan.
b. Sekretaris Kecamatan (Sekcam)
Sekcam memimpin sekretariat kecamatan yang berada di bawah
camat dan bertanggung jawab langsung kepada camat. Tugasnya
membantu camat di bidang administrasi dan pelayanan umum
Dalam menjalankan tugasnya, Camat dibantu beberapa kepala seksi.
Kepala seksi sebagai pembantu dan pelaksana tugas camat sesuai
bidangnya masing-masing. Untuk urusan teknis seperti melayani surat
217
menyurat, mengirim undangan, mencatat keluar masuknya keuangan dan
lainnya, diserahkan kepada staf pegawai kecamatan
Dalam menjaga keamanan, camat dibantu oleh kepolisian sektor
(Polsek) yang dikepalai kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek). Camat juga
dibantu Komando Rayon Militer (Koramil) yang dikepalai oleh Komandan
Rayon Militer (Danramil). Camat, Kapolsek, dan Danramil disebut
muspika (musyawarah pimpinan kecamatan).
Camat ditunjuk oleh bupati aau wali kota atas usul dari sekertaris
daerah (sekda). Karena itulah camat bertanggung jawab kepada bupati atau
wali kota melalui sekertaris daerah diakhiri jabatannya
Tugas camat menurut PP. Nomor 41 Tahun 2007 meliputi:
a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat,
b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum,
c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan,
d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum,
e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan,
f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan
B. Lembar Kerja Kelompok Jigsaw
a. Sebutkan tugas camat …….
b. Sebutkan tugas sekretaris kecamatan……..
c. Sebutkan tugas kepala seksi………
d. Camat bertanggung jawab kepada……
e. Dalam menjaga keamanan dan ketertiban camat dibantu oleh…….
218
C. Lembar evaluasi
1. Pusat kesehatan di tingkat kecamatan disebut ….
a. rumah sakit c. posyandu
b. poliklinik d. puskesmas
2. Koramil membantu camat di bidang ….
a. pembangunan c. pertahanan
b. pemerintahan d. keamanan dan ketertiban
3. Memberikan pelayanan di bidang pendidikan adalah tugas lembaga….
a. kantor KUA c. dinas pendidikan
b. danramil d. kapolsek
4. Polsek dipimpin oleh ….
a. kapolsek c. kapolres
b. danramil d. kapolda
5. Sekretaris kecamatan disingkat ….
a. sekda c. sekcam
b. sekil d. sekdes
6. Kecamatan dipimpin oleh ….
a. walikota c. camat
b. lurah d. bupati
7. Camat diangkat atas usul ....
a. kepala desa c. sekretaris kecamatan
b. sekretaris daerah d. pamong desa
8. Camat diangkat oleh ....
a. sekretaris daerah c. kepala desa
b. walikota atau bupati d. gubernur
9. Komandan rayon militer di tingkat kecamatan adalah ....
a. dandim c. dankopasus
b. danramil d. danrem
10. Berikut yang tidak termasuk bagian dari MUSPIKA adalah ….
a. camat c. danramil
219
b. kapolsek d. sekretaris kecamatan
D. Kunci jawaban
a. Menyelenggarakan pemerintahan kecamatan, pembangunan segala bidang,
dan memelihara keamanan serta ketentraman masyarakat kecamatan
b. Membantu camat dibidang administrasi dan pelayanan umum
c. Memimpin pelaksanaan tugas dimasing-masing bidang seksi, menyusun
program melaksanakan dan pemberdayaan di masing-masing bidang
d. Camat bertanggung jawab kepada bupati atau wali kota melalui sekretaris
daerah.
e. Kepolisian Sektor (Polsek) yang dikepalai Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek), Koramil (Komandan Rayon Militer) yang dikepalai
Komandan Rayon Militer (Danramil), Camat, Kapolsek dan Danramil
biasa disebut Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan).
Kunci jawaban pilihan ganda
1. d
2. d
3. c
4. a
5. c
6. c
7. b
8. b
9. b
10. d
220
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus III
Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Kelas / Semester : IV / 1 Mata pelajaran : PKn Materi pokok : Pemerintahan kabupaten dan kota Alokasi waktu : 2 x 35 menit Hari / tanggal :
A. Standar kompetensi
2. Memahami pemerintahan kabupeten, kota dan provinsi
B. Kompetensi dasar
2.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota
dan provinsi
C. Indikator
1. Menjelaskan wilayah kabupaten atau kota
2. Menjelaskan lembaga pemerintahan kabupaten atau kota
3. Menjelaskan tugas bupati
4. Menjelaskan cara pemilihan kepala daerah
D. Tujuan pembelajaran
1. Melalui tanya jawab dan diskusi siswa mampu menyebutkan wilayah
kabupaten atau kota
2. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan lembaga pemerintahan
kabupaten atau kota
3. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan tugas bupati
4. Melalui pemberian contoh siswa dapat mengetahui pemilihan kepala
daerah
E. Materi pokok dan analisis muatan materi
1. Materi : Pemerintahan kabupaten atau kota.
2. Konsep :
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Mengenal pemerintahan
kabupaten/kota, Mengetahui lembaga pemerintahan kabupaten/kota
221
3. Nilai :
Mengetahui sistem pemerintahan kabupaten dalam kelembagaan serta
mematuhi sistem tersebut sesuai dengan nilai dalam falsafah hidupnya.
4. Moral :
Dapat membentuk moral paham pada sistem pemerintahan kabupaten dan
ada upaya untuk mengikuti sistem tersebut merupakan moral yang
diharapkan.
5. Norma :
Untuk mematuhi norma diperlukan norma kebiasaan, kesopanan, agama,
hukum dan kesusilaan dalam memahami pemerintahan kabupaten.
6. Tujuan :
Membentuk warga negara yang baik.
F. Model pembelajaran, metode, media dan sumber belajar
Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw.
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab.pengamatan.
Sumber belajar : Buku Cooperiative Learning Teori, Riset dan praktik.
Bandung. Nusa Media.
Buku Profesonalisme Guru Dalam Pembelajaran.
Surabaya. Percetakan Insan Cendekia.
KTSP SD Negeri wonosari 03.
G. Langkah – langkah pembelajaran
1. Pra Kegiatan (+ 5 menit)
a. Salam dan doa
b. Menarik perhatian siswa
c. Menumbuhkan motifasi
d. Presensi
2. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
a. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat dalam pembelajaran
b. Guru menginformasikan cara belajar dengan pendekatan jigsaw
222
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
d. Guru melaksanakan apersepsi “siapa yang pernah melihat pemilihan
bupati didaerah kalian?”
3. Kegiatan inti ( ± 50 menit )
a. Eksplorasi ( ± 10 menit )
1) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang
diajarkan
2) Guru tanya jawab dengan siswa tentang materi yang diajarkan
b. Elaborasi ( ± 30 menit )
1) Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 4-5 siswa. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A, B, C, D, E
2) Selanjutnya guru membagi tugas sesuai dengan materi yang
diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat
tugas yang berbeda namun tetap mengacu pada materi Masing-
masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli atau
siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok (kelompok ahli)
3) Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
4) Guru berkeliling membimbing jalannya diskusi.
5) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami tugas
dan tanggung jawabnya
6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
7) Selanjutnya guru memberi kesempatan secara bergantian kepada
masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dari tugas
kelompok ahli ke kelompok awal (kelompok asal)
223
8) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan guru memberikan klarifilkasi atau penegasan.
c. Konfirmasi ( ± 5 menit )
1) Guru member kesempatan siswa untuk bertanya
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
3) Guru memberi motivasi agar siswa selalu semangat belajar
4. Kegiatan akhir ( ± 20 menit )
a. Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman / simpulan
pelajaran.
b. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan soal evaluasi.
d. Guru menutup pelajaran.
H. Evaluasi
1. Prosedur tes
b. Tes awal : ada
c. Tes dalam proses : ada
d. Tes akhir : ada
1. Bentuk : isian dan pilihan ganda,
2. Jenis soal : tes tertulis
3. Alat : soal dan lembar kerja siswa
Mengetahui Kepala Sekolah Budi Sanyoto, S. Pd NIP. 195809171978021001
Batang,........ ………. 2011 Praktikan M. Qurotul Aein NIM. 1401909109
224
1. Materi Ajar
Pemerintahan Kabupaten Dan Kota
a. Wilayah kabupaten dan kota
Kabupaten merupakan gabungan dari beberapa kecamatan.
Wilayah kabupaten lebih luas daripada wilayah kecamatan. Keadaan
wilayah kabupaten yang satu berbeda dengan yang lain. Ada yang di
dataran tinggi dan dataran rendah. Juga bisa berupa gunung atau
pegunungan, bukit, atau daerah pantai, teluk, dan laut. Keadaan
penduduknya juga berbeda. Ada yang padat dan ada yang jarang. Mata
pencaharian penduduknya tergantung pula dengan keadaan alam masing-
masing kabupaten atau kota. Penduduk yang tinggal di tepi pantai
umumnya sebagai nelayan. Adapun yang tinggal di kota-kota bekerja
sebagai pegawai. Ada yang menjadi pegawai negeri. Ada yang menjadi
pegawai swasta. Bahkan ada juga yang berdagang dan memberikan
layanan jasa.
Kota juga terdiri atas beberapa kecamatan. Pemerintahan kota
juga termasuk daerah tingkat II, tetapi kepala daerahnya disebut wali kota.
Ada pemerintah kota yang mempunyai anggota DPRD, tetapi ada yang
Pelantikan Bupati
225
tidak. Pemerintahan kota yang tidak mempunyai anggota DPRD, misalnya
di Jakarta. Keadaan kota dan kabupaten itu berbeda Jika dibandingkan
dengan kabupaten, pemerintah kota cenderung lebih sempit dilihat dari sisi
geografis. Perbedaan lain yang mencolok adalah tersedianya fasilitas-
fasilitas hidup yang lebih lengkap dan modern di kota-kota. Jika
pemerintah kabupaten belum bisa merata dalam penyediaan fasilitas-
fasilitas hidup, di kota, fasilitas-fasilitasnya hampir merata.
b. Lembaga pemerintahan kabupaten / kota
Pemilihan daerah secara langsung diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004. Menurut Undang-Undang
tersebut yang dimaksud pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintah oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas perbantuan. Adapun pemerintah
tingkat kabupaten atau kota adalah bupati atau wali kota, wakil bupati atau
wakil wali kota, dan perangkat daerah kabupaten atau kota.
perangkat pemerintahan kabupaten atau kota dengan
pemerintahan kecamatan sangat berbeda. Perangkat pemerintahan di
kabupaten atau kota jauh lebih rumit daripada di kecamatan. Perangkat
daerah kabupaten atau kota meliputi sekretaris daerah (sekda), asisten,
kepala bagian, dan kepala subbagian. Adapun lembaga-lembaga daerah
kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
1. Bupati atau wali kota
Bupati adalah kepala pemerintahan kabupaten. Wali kota adalah
kepala pemerintahan kota. Keduanya bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota atau kabupaten.
Bupati dan wali kota dipilih langsung oleh masyarakat melalui Pilkada
(pemilihan kepala daerah). Bupati dan wakilnya atau wali kota dan
wakilnya dalam Pilkada diajukan oleh partai politik atau gabungan
partai politik yang mempunyai kursi minimal 15% di DPRD setempat.
Bupati atau wali kota mempunyai tugas dan wewenang berikut :
226
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD
kabupaten/kota.
b) Mengajukan rancangan peraturan daerah (perda).
c) Menetapkan perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD.
d) Menyusun dan mengajukan rancangan perda tentang APBD kepada
DPRD.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota
DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota yang memiliki fungsi legislasi (penyusunan
peraturan daerah), anggaran, dan pengawasan.
Tugas dan kewajiban DPRD kabupaten/kota:
e. melaksanakan demokrasi di wilayah kabupaten/kota,
f. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah,
g. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi
(gagasan masyarakat).
DPRD kabupaten/kota memiliki wewenang untuk melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan pemerintahan kabupaten/kota oleh
bupati/wali kota. DPRD kabupaten/kota merupakan mitra bupati/wali
kota dalam pelaksanaan pemerintahan kabupaten/kota.
Adapun kelengkapan DPRD terdiri atas:
227
a) pimpinan
b) komisi,
c) panitia musyawarah,
d) badan kehormatan,
e) panitia anggaran,
f) alat kelengkapan lain yang diperlukan.
3. Perangkat daerah
Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretaris daerah
(sekda), asisten daerah, kepala bagian, dan kepala subbagian.
a) Sekretaris daerah (sekda) memimpin sekretariat daerah yang berada
di bawahnya dan bertanggung jawab langsung kepada
bupati/walikota.
b) Asisten daerah membantu sekretaris daerah sesuai bidangnya
masing-masing. Asisten daerah terdiri atas:
1) asisten tata praja,
2) asisten pembangunan,
3) asisten administrasi.
Asisten daerah dibantu beberapa kepala bagian (kabbag). Kepala
bagian melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Kepala bagian dibantu beberapa kepala subbagian (kasubbag).
Adapun bagian-bagian di bawah asisten daerah ialah bagian
pemerintahan, bagian hukum, bagian perekonomian, bagian bina sosial,
bagian administrasi pembangunan, bagian umum dan bagian
perlengkapan.
4. Muspida
Bupati/wali kota dalam membina wilayah dibantu oleh
muspida (musyawarah pimpinan daerah), yang terdiri:
a) Komandan kodim (komando distrik militer),
b) Kapolres (kepala kepolisian resort),
228
c) Kepala kejaksaan negeri, dan
d) Kepala pengadilan negeri.
5. Lembaga pembantu tugas bupati/wali kota
Lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang membantu tugas
bupati/wali kota antara lain:
1) Dinas-dinas daerah, seperti kesehatan, pekerjaan umum, pendidikan,
dan lain-lain.
2) Lembaga teknis daerah seperti Badan Kepegawaian Daerah, Badan
Pengawas Daerah, Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, dan
lain-lain.
3) Kecamatan.
4) Desa/kelurahan.
3. Lembar Soal Kelompok Jigsaw
a. Apakah wilayah dan keadaan kabupaten dengan kota itu berbeda ?
jelaskan……..
b. Dalam UUD No. 32 Tahun 2004 berisi tentang ?...........
c. Apakah pemilihan camat dan bupati/wali kota itu sama ? jelaskan………..
d. Sebutkan tugas dan wewenang bupati atau wali kota………….
e. Sebutkan tugas dan kewajiban DPRD kabupaten atau kota……….
4. Soal evaluasi pilihan ganda
1. Gabungan dari wilayah kecamatan disebut ….
1. Provinsi c. kabupaten/kota
2. kota d. kawedanan
2. Pemerintah kabupaten adalah ….
a. daerah tingkat I c. daerah karesidenan
b. daerah tingkat II d. daerah administratif
3. Wilayah kabupaten yang terletak di dataran tinggi, suhu udaranya….
a. panas c. dingin
b. sejuk d. hujan
229
4. DPRD singkatan dari………..
a. Departemen perwakilan daerah
b. Daerah perwakilan rakyat
c. Dewan permusyawaratan perwakilan daerah
d. Dewan perwakilan rakyat daerah
5. Menyerap dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat merupakan tugas
lembaga ….
a. asisten pemerintahan c. DPRD
b. sekretaris daerah c. kepala bagian pemerintahan
6. Lembaga yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah ialah
a. KPPI c. DPRD
c. KPUD d. Pemerintah kabupaten/kota
7. Undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah ialah ….
a. UU. RI No. 34 Tahun 2004
b. UU. RI No. 32 Tahun 2004
c. UU. RI No. 33 Tahun 2004
d. UU. RI No. 31 Tahun 2004
8. Menyusun rancangan peraturan daerah merupakan tugas ….
a. wakil wali kota c. bupati
b. wakil bupati d. camat
9. Pemerintah kota (pemkot) dikepalai seorang ….
a. gubernur c. bupati
b. wedana d. wali kota
10. Bupati mengepalai daerah ….
a. kotamadya c. kecamatan
b. kabupaten d. kota administrasi
Kunci jawaban
1. Berbeda. Pemerintahan kota cenderung lebih sempit dari pada
pemerintahan kabupaten dilihat dari sisi geografisnya. Kota tersedia
230
fasilitas-fasilitas hidup yang lebih lengkap dan modern, jika kabupaten
belum bisa merata dalam penyediaan fasilitas-fasilitas hidup.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonommi dan tugas perbantuan
3. Berbeda. Kalau camat ditunjuk oleh bupati atau walikota atas usul dari
sekretaris daerah (sekda). Sedangkan kalau bupati/wali kota dipilih
langsung oleh masyarakat kabupaten/kota
4. a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten /kota
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD kabupaten/kota, b)
mengajukan rancangan peraturan daerah (perda), c) menetapkan perda
yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD, 4) menyusun dan
mengajukan rancangan perda tentang APBD kepada DPRD\
5. a) melaksanakan demokrasi diwilayah kabupaten/kota, b)
memeperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat didaerah, c)
menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi
(gagasan masyarakat).
Kunci jawaban pilhan ganda
1. a
2. a
3. c
4. d
5. c
6. c
7. b
8. c
9. d
10. b
231
LAMPIRAN 4
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN GURU
232
Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I
No Aspek Keterampilan Guru Dan
Menggunakan Pedekatan Jigsaw
Hasil Yang Dicapai
Skor
1 Pra pembelajaran 3
2 Membuka pelajaran 3
3 Melaksanakan kegiatan awal 3
4 Menyampaikan materi dan mengkaitkannya
kedalam dunia nyata
2
5 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
jigsaw
3
6 Membimbing siwa dalam kelompok jigsaw 3
7 Memberi penguatan kepada siswa dalam
kelompok jigsaw
2
8 Mengelola kelas 2
9 Melaksanakan kegiatan akhir 3
10 Menutup pelajaran 2
Jumlah 26
Presentase 65%
Rata-rata 2.6
Kategori Baik
Keterangan Penilaian Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan : R = skor terendah = 10 T = skor tertinggi = 40 n = banyaknya skor = 31 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 31 +1 )
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
233
= ଶସ x 32
= 16 Jadi Q2 adalah = 25 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n +1 )
= ଵସ
( 31+1 )
= ଵସ
x 32 = 8
Jadi Q1 adalah 17 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 31 + 1 )
= ଷସ
x 32 = 24
Jadi Q3 adalah 33 Q4= kuartil keempat = T = 40
Skor Nilai 33 ≤ skor ≤ 40 Sangat Baik 25≤ skor <33 Baik 17≤ skor< 25 Cukup 10≤ skor <17 Kurang
234
Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II
No Aspek keterampilan guru dan menggunakan
pedekatan jigsaw Hasil yang dicapai
1 Pra pembelajaran 3
2 Membuka pelajaran 4
3 Melaksanakan kegiatan awal 3
4 Menyampaikan materi dan mengkaitkannya
kedalam dunia nyata
3
5 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
jigsaw
3
6 Membimbing siwa dalam kelompok jigsaw 3
7 Memberi penguatan kepada siswa dalam
kelompok jigsaw
3
8 Mengelola kelas 2
9 Melaksanakan kegiatan akhir 3
10 Menutup pelajaran 3
Jumlah 30
Presentase 75%
Rata-rata 3
Kategori Baik
Keterangan Penilaian Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan : R = skor terendah = 10 T = skor tertinggi = 40 n = banyaknya skor = 31 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 31 +1 )
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
235
= ଶସ x 32
= 16 Jadi Q2 adalah = 25 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n +1 )
= ଵସ
( 31+1 )
= ଵସ
x 32 = 8
Jadi Q1 adalah 17 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 31 + 1 )
= ଷସ
x 32 = 24
Jadi Q3 adalah 33 Q4= kuartil keempat = T = 40
Skor Nilai 33 ≤ skor ≤ 40 Sangat Baik 25≤ skor <33 Baik 17≤ skor< 25 Cukup 10≤ skor <17 Kurang
236
Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III
No Aspek keterampilan guru dan menggunakan
pedekatan jigsaw Hasil yang dicapai
1 Pra pembelajaran 3
2 Membuka pelajaran 4
3 Melaksanakan kegiatan awal 3
4 Menyampaikan materi dan mengkaitkannya
kedalam dunia nyata 3
5 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
jigsaw 4
6 Membimbing siwa dalam kelompok jigsaw 4
7 Memberi penguatan kepada siswa dalam
kelompok jigsaw 3
8 Mengelola kelas 3
9 Melaksanakan kegiatan akhir 4
10 Menutup pelajaran 3
Jumlah 34
Presentase 85%
Rata-rata 3.4
Kategori Sangat baik
Keterangan Penilaian Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan : R = skor terendah = 10 T = skor tertinggi = 40 n = banyaknya skor = 31 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 31 +1 )
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
237
= ଶସ x 32
= 16 Jadi Q2 adalah = 25 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n +1 )
= ଵସ
( 31+1 )
= ଵସ
x 32 = 8
Jadi Q1 adalah 17 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 31 + 1 )
= ଷସ
x 32 = 24
Jadi Q3 adalah 33 Q4= kuartil keempat = T = 40
Skor Nilai 33 ≤ skor ≤ 40 Sangat Baik 25≤ skor <33 Baik 17≤ skor< 25 Cukup 10≤ skor <17 Kurang
238
LAMPIRAN 5
HASIL OBSERVASI INTERAKSI PEMBELAJARAN
239
Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus I
No Aspek penilaian Hasil yang dicapai
1 Pola interaksi pembelajaran 3
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3
3 Interaksi pembelajaran dari faktor guru 3
4 Interaksi pembelajaran dari faktor siswa 2
5 Interaksi pembelajaran dari faktor
kurikulum 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor
lingkungan 2
7 Pengelolaan interaksi 3
8 Komponen-komponen interaksi 2
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok ahli) 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw
(kelompok asal) 2
11 Peran guru dalam interaksi pembelajaran 3
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(pemecahan masalah) 2
14 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(prinsip mencari, menemukan dan 2
240
mengembangkan sendiri)
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran) 3
16 Tingkah laku interaksi 3
17 Interaksi sosial 3
Jumlah 45
Presentase 75%
Rata-rata 2.6
Kriteria Baik
Keterangan Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan Penilaian : R = skor terendah = 17 T = skor tertinggi = 68 n = banyaknya skor = 52 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 52 +1 )
= ଶସ x 53
= 26,5 Jadi Q2 adalah 42,5 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n + 1 )
= ଵସ
( 52 +1 )
= ଵସ
x 53 = 13,25
Jadi Q1 adalah 29,25 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 52 + 1 )
= ଷସ
x 53 = 39.75
Jadi Q3 adalah 55,75
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
241
Q4= kuartil keempat = T = 68
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
242
Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus II
No Aspek penilaian Hasil yang dicapai
1 Pola interaksi pembelajaran 3
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3
3 Interaksi pembelajaran dari faktor guru 4
4 Interaksi pembelajaran dari faktor siswa 3
5 Interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor lingkungan 3
7 Pengelolaan interaksi 3
8 Komponen-komponen interaksi 2
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok
ahli) 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok
asal) 3
11 Peran guru dalam interaksi pembelajaran 4
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran
(pemecahan masalah) 3
14
Prinsip-prisip interaksi pembelajaran (prinsip
mencari, menemukan dan mengembangkan
sendiri)
2
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran) 4
16 Tingkah laku interaksi 3
17 Interaksi sosial 3
Jumlah 52
Presentase 86%
Rata-rata 3
Kriteria Baik
243
Keterangan Penilaian Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan Penilaian : R = skor terendah = 17 T = skor tertinggi = 68 n = banyaknya skor = 52 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 52 +1 )
= ଶସ x 53
= 26,5 Jadi Q2 adalah 42,5 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n + 1 )
= ଵସ
( 52 +1 )
= ଵସ
x 53 = 13,25
Jadi Q1 adalah 29,25 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 52 + 1 )
= ଷସ
x 53 = 39.75
Jadi Q3 adalah 55,75 Q4= kuartil keempat = T = 68
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
244
Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus III
No Aspek penilaian Hasil yang
dicapai
1 Pola interaksi pembelajaran 4
2 Ciri-ciri interaksi pembelajaran 3
3 Interaksi pembelajaran dari faktor guru 4
4 Interaksi pembelajaran dari faktor siswa 3
5 Interaksi pembelajaran dari faktor kurikulum 3
6 Interaksi pembelajaran dari faktor lingkungan 3
7 Pengelolaan interaksi 3
8 Komponen-komponen interaksi 3
9 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok ahli) 3
10 Interaksi dalam kelompok jigsaw (kelompok asal) 3
11 Peran guru dalam interaksi pembelajaran 4
12 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran 3
13 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran (pemecahan
masalah) 3
14 Prinsip-prisip interaksi pembelajaran (prinsip
mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri) 3
15 Tahapan interaksi (sebelumpembelajaran) 4
16 Tingkah laku interaksi 3
17 Interaksi sosial 3
Jumlah 55
245
Presentase 91.6%
Rata-rata 3,2
Kriteria Sangat baik
Keterangan Penilaian Skor 1 =1 deskriptor tampak Skor 2 =2 deskriptor tampak Skor 3=3 deskriptor tampak Skor 4=4 deskriptor tampak Keterangan Penilaian : R = skor terendah = 17 T = skor tertinggi = 68 n = banyaknya skor = 52 Q2 = median Letak Q2 = ଶ
ସ ( n+1 )
= ଶସ ( 52 +1 )
= ଶସ x 53
= 26,5 Jadi Q2 adalah 42,5 Letak Q1 = ଵ
ସ ( n + 1 )
= ଵସ
( 52 +1 )
= ଵସ
x 53 = 13,25
Jadi Q1 adalah 29,25 Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ଷ
ସ (3n +1 )
= ଷସ
( 52 + 1 )
= ଷସ
x 53 = 39.75
Jadi Q3 adalah 55,75 Q4= kuartil keempat = T = 68
Skor Nilai
55,75≤ skor ≤ 68 Sangat Baik
42,5≤ skor <55,75 Baik
29,25≤ skor <42,5 Cukup
17 ≤ skor < 29,25 Kurang
Wonosari, ........................2011
Observer
Lukman Hakim, S.Pd.
246
LAMPIRAN 6
HASIL BELAJARA SISWA
247
Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai Kategori
1 Abdul Manap 55 Tidak tuntas
2 Akhmad Toyib 60 Tidak tuntas
3 Ali Subkhan 70 Tuntas
4 Arjunada 55 Tidak tuntas
5 Atok Rohman 80 Tuntas
6 Eli Setiowati 60 Tidak tuntas
7 Gilang Ainurrazak 65 Tuntas
8 Hasanudin 60 Tidak tuntas
9 Hofifatul Hasanah 75 Tuntas
10 Jumar 65 Tuntas
11 Lutfiatullatifah 60 Tidak tuntas
12 M. Nafizzudin 75 Tuntas
13 Mas’udah 70 Tuntas
14 Masruroh 60 Tidak tuntas
15 Oki Yuliawan 65 Tuntas
16 Risma Anggraini 55 Tidak tuntas
17 Rizal Muhaimin 60 Tidak tuntas
18 Rizka Alfiana 60 Tidak tuntas
19 Saqib Alfarozak 70 Tuntas
20 Sri Amalia 70 Tuntas
248
21 Taufikurrohman 60 Tidak tuntas
22 Tediyanto 65 Tuntas
23 Tegar Aditya 80 Tuntas
24 Uke Rahmawati 60 Tidak tuntas
25 Widiyani 60 Tidak Tuntas
26 Yahya arif 65 Tuntas
27 Yuliana 65 Tuntas
28 Yuryoqo Hanif 75 Tuntas
29 Yahrotullatifah 60 Tidak tuntas
30 Zazid Nahdhirin 60 Tidak tuntas
31 Zahrotunnisa’ 75 Tuntas
Jumlah 2015
Rata-rata 65
Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai Ketuntasan
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
Persentase Evaluasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nilai Ketuntasan Frekuensi Persentase
≥ 65 Tuntas 16 51,61
< 65 Tidak Tuntas 15 48,38
249
Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II
No Nama Siswa Nilai Kategori
1 Abdul Manap 60 Tidak tuntas
2 Akhmad Toyib 60 Tidak tuntas
3 Ali Subkhan 80 Tuntas
4 Arjunada 60 Tidak tuntas
5 Atok Rohman 90 Tuntas
6 Eli Setiowati 60 Tidak tuntas
7 Gilang Ainurrazak 70 Tuntas
8 Hasanudin 60 Tidak tuntas
9 Hofifatul Hasanah 80 Tuntas
10 Jumar 80 Tuntas
11 Lutfiatullatifah 60 Tidak Tuntas
12 M. Nafizzudin 90 Tuntas
13 Mas’udah 80 Tuntas
14 Masruroh 70 Ttuntas
15 Oki Yuliawan 80 Tuntas
16 Risma Anggraini 60 Tidak tuntas
17 Rizal Muhaimin 60 Tidak tuntas
18 Rizka Alfiana 70 Tuntas
19 Saqib Alfarozak 80 Tuntas
20 Sri Amalia 80 Tuntas
250
21 Taufikurrohman 70 Tuntas
22 Tediyanto 80 Tuntas
23 Tegar Aditya 100 Tuntas
24 Uke Rahmawati 60 Tidak tuntas
25 Widiyani 60 Tidak tuntas
26 Yahya arif 80 Tuntas
27 Yuliana 80 Tuntas
28 Yuryoqo Hanif 90 Tuntas
29 Yahrotullatifah 70 Tuntas
30 Zazid Nahdhirin 60 Tidak tuntas
31 Zahrotunnisa’ 90 Tuntas
Jumlah 2270
Rata-rata 73.2
Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai Ketuntasan
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
Persentase Evaluasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Nilai Ketuntasan Frekuensi Persentase
≥ 65 Tuntas 20 64,51
< 65 Tidak Tuntas 11 35,48
251
Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus III
No Nama Siswa Nilai Kategori
1 Abdul Manap 60 Tidak tuntas
2 Akhmad Toyib 70 Tuntas
3 Ali Subkhan 90 Tuntas
4 Arjunada 70 Tuntas
5 Atok Rohman 100 Tuntas
6 Eli Setiowati 60 Tidak tuntas
7 Gilang Ainurrazak 85 Tuntas
8 Hasanudin 70 Tuntas
9 Hofifatul Hasanah 90 Tuntas
10 Jumar 80 Tuntas
11 Lutfiatullatifah 70 Tuntas
12 M. Nafizzudin 100 Tuntas
13 Mas’udah 80 Tuntas
14 Masruroh 80 Tuntas
15 Oki Yuliawan 90 Tuntas
16 Risma Anggraini 70 Tuntas
17 Rizal Muhaimin 60 Tidak tuntas
18 Rizka Alfiana 80 Tuntas
19 Saqib Alfarozak 90 Tuntas
20 Sri Amalia 90 Tuntas
252
21 Taufikurrohman 80 Tuntas
22 Tediyanto 80 Tuntas
23 Tegar Aditya 100 Tuntas
24 Uke Rahmawati 80 Tuntas
25 Widiyani 85 Tuntas
26 Yahya arif 85 Tuntas
27 Yuliana 80 Tuntas
28 Yuryoqo Hanif 100 Tuntas
29 Yahrotullatifah 60 Tidak Tuntas
30 Zazid Nahdhirin 70 Tuntas
31 Zahrotunnisa’ 100 Tuntas
Jumlah 2505
Rata-rata 80
Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai Ketuntasan
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
Persentase Evaluasi Hasil Belajar Siswa Siklus III
Nilai Ketuntasan Frekuensi Persentase
≥ 65 Tuntas 27 87,09
< 65 Tidak Tuntas 4 12,90
253
LAMPIRAN 7
FOTO PENELITIAN
254
Membuka Pelajaran
Presentasi Kelas
255
Kelopok Asal
Membagi Tugas Kelopok Asal
256
Membagi Kelompok Ahli
Diskusi Kelopok Ahli
257
Membimbing Kelompok
Presentasi Kedepan Kelas
258
LAMPIRAN 8
SURAT – SURAT
259
260
261
LAMPIRAN 9
CATATAN LAPANGAN
262
CATATAN LAPANGAN
Kesulitan-Kesulitan Yang Ditemukan Pada Pembelajaran PKn Dengan
Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik
1. Kesulitan pada kegiatan awal
Pada tahap ini Siswa banyak yang ramai dan bermain-main serta siswa
basnyak yang tidak memperhatikan pada waktu guru menginformasikan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kooperatif jigsaw dan
menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kesulitan pada pembentukan kelompok jigsaw
Pada waktu membentuk kelompok masih banyak siswa yang ingin
membentuk kelompok dengan teman dekatnya saja, dan masih banyak siswa
putri yang malu berkelompok dengan siswa putra.
3. Kesulitan pada mempresentasikan jawaban kepada teman kelompok
asal.
Pada waktu siswa mempresentasikan hasil keja di kelompok asal, masih
banyak siswa yang malu dan takut untuk mempresentasikan jawabanya, dan
masih banyak siswa yang yang tidak mau dan malah cenderung ramai.
4. Kesulitan pada mempresentasikan kedepan kelas
Siswa kalau disuruh mempresentasikan hasil kerjanya kedepan kelas
masih malu-malu dan takut salah serta pada waktu siswa disuruh menanggapi
jawabanya siswa hanya pasif dan tidak ada yang menaggapi, hal ini karena
siswa malu dan takut salah serta siswa masih kurang percaya diri dan diawali
dengan saling menunjuk kepada siswa lainnya untuk disuruh maju.
263
CATATAN LAPANGAN
Solusi Kesulitan-Kesulitan Yang Ditemukan Pada Pembelajaran PKn
Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik
1. Guru menegur siswa dan membujuk siswa dengan kata-kata yang halus yang
dapat memotivasi siswa sehingga siswa dapat dalam memperhatikan
penjelasan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran jigsaw sehingga siswa
terfokus pada yang disampaikan informasi dari guru dan siswa dapat
berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan semuasiswa termotivasi untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya.
2. Guru memberikan arahan dan bimbingan serta menanamkan pengertian-
pengertian kepada siswa puti untuk mampu berkelompok dengan siswa putra
yang dapat membuat lebih kompak dalam kelompok. Sehingga siswa putrid
lebih percaya diri terhadap dirinya jika siswa puti juga mampu berperilaku
positif dalam pembelajaran dari pada siswa putra. Dan guru menyuruh siswa
untuk saling berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman
lainnya tanpa pengecualian gander. Hal ini dapat membuat siswa lebih
termotivasi untik berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi kepada teman
lainnya, hal ini juga dapat meberikan pengaruh positif dalam berkelompok dan
dapat bekerjasama dengan baik.
3. Guru membujuk siswa dan memotivasi siswa sehingga siswa mampu dan
berani mengungkapkan mengungkapkan pengetahuannya tentang hasil
jawabannya didalam diskusi kepada kelompoknya. Dan guru benar-benar
264
meyakinkan siswa bahwa siswa bisa dan mampu. Sehingga siswa dapat
semangat dalam mempresentasikan hasilnya.
4. Sebelum melaksanakan kegiatan akhir dalam kelompok sebaiknya guru
memberikan evalusi secara lisan dan siswa ditunjuk namanya untuk maju
kedepan kelas, karena biasanya tanpa ditunjuk siswa hanya saling menunjuk
kepada sesama temannya untuk maju kedepan kelas dahulu, dengan cara tadi
dapat memberikan motivasi siswa agar sebelum meju kedepan kelas dengan
cara ditunjuk oleh guru siswa dapat benar-benar membaca kembali hasil yang
telah dikerjakan tadi dan memberikan siswa termotivasi untuk mengkaji lagi
tentang hasiljawabannya tadi untuk dipersiapkan jika di suruh maju oleh guru.
Dan hal ini juga dapat memberikan rangsanggan kepada siswa untuk selalu
mengevaluasi dan dipelajari lagi jawannya yang telah dikerjakan pada tugas
kelompoknya. Dan juga dapat memberikan keberanian dan kebiasaan kepada
siswa untuk maju mempresentasikan kedepan kelas dengan baik.