Upload
dokhanh
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN
DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER,
DUMAI, PROVINSI RIAU
MURDHANI PURBA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi
Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai,
Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Murdhani Purba
NIM E14090047
ABSTRAK
MURDHANI PURBA. Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-
HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau. Dibimbing oleh ELIAS.
Hutan mempunyai peranan penting dalam menyerap CO2 yang digunakan
dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan O2 dan sebagian besar energi
tersebut berada dalam bentuk biomassa. Salah satu tipe hutan yang memiliki
penyimpanan biomassa ialah hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah
menghitung potensi dan sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut.
Potensi total biomassa hutan sebesar 17 297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha.
Sebaran biomassa hutan alam gambut di areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas,
yaitu kelas rendah memiliki potensi biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas
sedang memiliki potensi biomassa antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha,
kelas tinggi memiliki potensi biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53
ton/ha, dan kelas sangat tinggi memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53
ton/ha. Penyebaran potensi biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi
rendah seluas 61 100 ha dengan potensi biomassa 10 387 000 ton, kelas potensi
sedang seluas 17 600 ha dengan potensi biomassa 4 595 888 ton, kelas potensi
tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi biomassa 2 195 880 ton, dan kelas potensi
sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi biomassa 118 896 ton.
Kata kunci: biomassa, hutan rawa gambut, sebaran biomassa
ABSTRACT
MURDHANI PURBA. Estimation of Forest Biomass Potential in Areas of
IUPHHKHA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Riau Province. Supervised by
ELIAS.
Forest has an important role in absorbing CO2 which used in the process of
photosynthesis to produce O2 and most of the produced energy is in the form of
biomass. One type of forest that has biomass storage is peat swamp forest. The
purpose of this study is to calculate the potential and the distribution of biomass in
the area of peat swamp forest. The results of the study showed that forest biomass
on 90 956 ha area are 17 297 664 tons. Distribution of natural peat forest biomass
in this area is classified into four classes, they are low grade that has biomass
potential less than 215.56 tons/ha, medium grade that has biomass potential
between 215.56 to 319.86 tons/ha, high grade that has biomass potential between
319.86 to 486.53 tons/ha, and very high grade that has biomass potential more
than 486.53 tons/ha. The spread of peat swamp forest consist of in low grade peat
61 100 ha with 10 387 000 tons biomass, in medium grade 17 600 ha with 4 595
888 tons biomass, in high grade 5 800 ha with 2 195 880 tons biomass and very
high grade 200 ha with 118 896 tons biomass.
Keywords : biomass , distribution of biomass, peat swamp forest
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN
DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER,
DUMAI, PROVINSI RIAU
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
MURDHANI PURBA
Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau
Nama : Murdhani Purba
NIM : E14090047
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Elias
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc. F. Trop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian ini berhasil
diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pendugaan Potensi
Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai,
Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir.
Elias, selaku dosen pembimbing juga kepada Tomi Yuwono S.Hut, yang
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam menyelesaikan penelitian ini dan
PT Diamond Raya Timber atas izin tempat dan bantuan akomodasi yang diberikan
selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, abang, kakak, adek, keluarga OMDA Partaru (angkatan 46), teman-
teman satu kontrakan, MNH46 serta seluruh civitas Fakultas kehutanan atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga tersusunnya skipsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2014
Murdhani Purba
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Metode Penelitian 2
Penghitungan Biomassa 4
Pembuatan Peta Sebaran Biomassa 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5
Analisis Vegetasi 6
Potensi Volume Tegakan 8
Pendugaan Biomassa 9
Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14
DAFTAR TABEL
1 Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi 6 2 Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi 7
3 Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi 8
4 Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan 8
5 Potensi biomassa di hutan primer 9 6 Potensi biomassa di hutan bekas tebangan 9 7 Potensi biomassa di hutan sekunder 10 8 Potensi biomassa di hutan terdegradasi 10 9 Selang biomassa hutan di setiap kondisi hutan 11
DAFTAR GAMBAR
1 Plot contoh 3
2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT. 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT. DRT,
Dumai, Provinsi Riau 14
2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai,
Provinsi Riau 15
3 Potensi per plot dan per ha di setiap kondisi hutan 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang penting dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Manfaat hutan diantaranya adalah
berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non-kayu dan satwa, dan berfungsi sebagai
penyimpan karbon, sumber keanekaragaman jenis dan genetik, pengatur tata air,
habitat satwa liar, estetika dan lain-lain.
Hutan berperan mengurangi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi pemicu
perubahan iklim global dengan cara mengikat gas CO2 di atmosfer. Gas-gas utama
yang termasuk dalam GRK adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan
sulfur heksafluorida (SF6). Gas-gas tersebut merupakan gas-gas penyebab
kerusakan lapisan ozon di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global.
Hutan menyerap karbon dioksida (CO2) yang ada di atmosfer melalui
proses fotosintesis. Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang
diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan
selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer. Diantara banyaknya jenis-jenis hutan
yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah hutan gambut.
Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang mempunyai peran
penting sebagai penyangga (buffer) lingkungan. Hal ini berhubungan dengan
fungsi gambut dalam gatra hidrologis, biokimia dan ekologis. Secara hidrologis
gambut dapat menyimpan air dimana gambut masih mentah (fibrik) dapat
menyimpan air sangat besar antara 500% - 1 000% bobot (kg/m3)(Noor, 2001).
Potensi lahan gambut di Indonesia sangat tinggi, yaitu dengan luas sekitar
20,6 juta ha, terdapat di tiga pulau besar, yaitu Sumatera (35%), Kalimantan
(32%), Papua (30%), Sulawesi (3%), dan sisanya (3%) tersebar pada areal yang
sempit (Wibowo dan Suyatno, 1998) Lahan gambut mempunyai peran yang
sangat penting dalam penyimpanan karbon. Hingga saat ini informasi dan
penelitian mengenai potensi dan sebaran biomassa dan massa karbon hutan
gambut masih sangat sedikit. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai hal
tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi potensi dan
sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. Diamond Raya Timber
(DRT), Dumai, Provinsi Riau.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai informasi potensi dan
sebaran biomassa hutan gambut di areal IUPHHKA-HA PT. DRT, Dumai,
Provinsi Riau yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau.
Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : peta areal kerja, data
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) PT. DRT, pita ukur, tongkat
kayu (1.30 m dan 4.0 m), phi-band, Global Positioning System (GPS), baterai,
clinometer, kompas, label, steples tembak, spidol permanen, cat, kuas, kamera
digital, alat tulis, tali plastik, tally sheet dan seperangkat komputer pribadi yang
dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Office (Word dan Excel), serta
aplikasi pengolahan citra dan pemetaan Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2.
Metode Penelitian
Pembuatan Plot Contoh
Dalam areal IUPHHK-HA PT. DRT diasumsikan terdapat 4 kondisi hutan
alam gambut. Keempat kondisi hutan alam gambut tersebut adalah sebagai
berikut: 1) Kondisi hutan alam gambut primer didefinisikan sebagai hutan alam
gambut yang belum banyak mengalami gangguan dan memiliki tajuk hutan yang
masih rapat. 2) Kondisi hutan gambut bekas tebangan didefinisikan sebagai hutan
yang telah mengalami aktivitas pemanenan hutan, namun masih memiliki potensi
vegetasi yang tinggi (tajuk masih rapat). 3) Kondisi hutan gambut sekunder
didefinisikan sebagai hutan bekas tebangan yang telah mengalami gangguan lebih
lanjut sehingga potensinya menurun dan telah menunjukkan adanya jenis-jenis
pionir yang berbeda dengan jenis alami sebelumnya. 4) Kondisi hutan gambut
terdegradasi didefinisikan sebagai hutan sekunder yang telah mengalami
gangguan lebih lanjut sehingga potensinya sangat sedikit dan hanya berupa semak,
tumbuhan bawah atau tanah kosong (Suwarna et al, 2012). Pembuatan plot contoh
sebanyak 26 buah yang tersebar pada keempat kondisi hutan alam gambut di atas
ditentukan sebagai berikut :
a. Penentuan plot contoh
Penentuan plot contoh dilakukan secara purposive sampling dengan
pertimbangan kemudahan aksesibilitas dan ketersebaran plot contoh pada masing
masing kondisi hutan.
b. Penentuan titik pusat plot
Penandaan dan pengukuran koordinat titik pusat plot contoh dengan
menggunakan GPS.
c. Pembuatan plot contoh
Plot contoh terdiri atas 1 (satu) petak contoh berukuran 20 m x 20 m untuk
pengukuran pohon dengan diameter 20 cm ke atas dan di dalamnya terdapat sub
petak contoh berukuran 10 m x 10 m untuk pengukuran tiang serta sub petak
contoh berukuran 5 m x 5 m untuk pengukuran pancang. Gambar petak contoh
ini disajikan pada gambar 1.
3
P
P
Gambar 1 Plot Contoh
Keterangan :
P : Titik pusat plot contoh
Petak Contoh berukuran 5 X 5 : Pengukuran pancang berdiameter 5-
10 cm
Petak Contoh berukuran 10 X 10 : Pengukuran tiang berdiameter 10-20
cm
Petak Contoh berukuran 20 X 20 : Pengukuran pohon berdiameter 20 cm
up
Metode Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan sumbu X dan Y yang melalui titik koordinat pusat plot sehingga
dapat ditarik garis sumbu X dan Y di lapangan.
b. Pembuatan batas-batas plot ukur pancang, tiang, dan pohon dengan tali plastik.
c. Mengidentifikasi jenis pancang, tiang, dan pohon.
d. Pengukuran koordinat X dan Y lokasi pancang, tiang, dan pohon.
e. Pengukuran tinggi total dan tinggi bebas cabang pancang, tiang, dan pohon.
f. Pengukuran diameter pancang pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah,
tiang dan pohon pada ketinggian 130 cm (dbh) dari permukaan tanah.
g. Penandaan pancang, tiang, pohon dengan menggunakan label. Label tersebut
berisi informasi jenis, diameter, dan tinggi bebas cabang, serta tinggi total
pancang, tiang, dan pohon.
Analisis Vegetasi
Vegetasi yang berupa pohon (diameter ≥ 5 cm) diklasifikasikan
berdasarkan tingkat pertumbuhannya, yakni (a) pancang yaitu permudaan yang
memiliki diameter dari 5 cm sampai 10 cm, (b) tiang yaitu permudaan yang
memiliki diameter mulai dari 10 cm sampai 20 cm, (c) pohon yaitu pohon yang
telah memiliki diameter diatas 20 cm.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008), kerapatan tegakan, frekuensi,
dominansi, dan INP dihitung dengan menggunakan rumus :
20 m
20 m
10 m
10 m
5 m
5 m
4
INP untuk pancang
INP untuk tiang dan pohon
Penghitungan Biomassa
Penghitungan biomassa pohon dengan menggunakan persamaan alometrik
lokal (hasil pembahasan Suwarna et al. 2012) W = 0.204 D2.393
, R2 = 97 % dan
data diameter pohon. Data diameter pohon hasil pengukuran pada plot-plot contoh
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan alometrik lokal tersebut sehingga
diperoleh potensi biomassa masing-masing plot contoh dan biomassa di setiap
kondisi hutan. Nilai rata-rata tersebut kemudian dibuat 4 selang nilai. Berdasarkan
selang nilai tersebut, potensi biomassa hutan dibagi menjadi 4 kelas (sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah).
Potensi biomassa hutan PT. DRT diperoleh dari data IHMB dan persamaan
alometrik di atas. Hasil perhitungan potensi biomassa ini merupakan potensi
biomassa keseluruhan pohon (termasuk biomassa akar di dalam tanah).
Pembuatan Peta Sebaran Biomassa
Pembuatan peta sebaran biomassa hutan untuk mengetahui potensi biomassa
hutan di areal IUPHHK-HA PT. DRT yang disesuaikan dengan kelasnya. Potensi
dan sebaran potensi biomassa hutan di areal tersebut diperoleh dari penghitungan
biomassa pohon yang diperoleh dari data IHMB dan alometrik lokal biomassa
pohon. Pembuatan peta ini menggunakan perangkat lunak Arc GIS 9.3 dan Arc
View 3.2. Hasil pemetaan disajikan dalam bentuk peta sebaran potensi biomassa
hutan.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PT. DRT merupakan salah satu unit bisnis bidang pengusahaan hutan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan SK Menteri Kehakiman tanggal
27 September 1980 Nomor YA.5/116/2/1980. PT. DRT memperoleh IUPHHK-
HA berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 403/Kpts/Um/6/1979 tanggal 27
Juni 1979 dan Perpanjangan IUPHHK-HA berdasarkan SK Menteri Kehutanan
dan Perkebunan Nomor 443/Kpts-II/1998 tanggal 8 Mei 1998. Luas areal yang
dinyatakan sebagai areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT adalah sebesar 90 956 ha.
Secara geografis, areal IUPHHK-HA PT. DRT terletak pada koordinat
100050’-101
013’ BT dan 01
045’-02
018’ LU. Menurut administrasi pemerintahan,
PT. DRT terletak di Kecamatan Sinaboi, Bangko, Batu Hampar, Rimba Melintang,
dan Sungai Sembilan, Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai, Propinsi Riau.
Sedangkan menurut administrasi kehutanan, PT. DRT terletak pada kelompok
hutan Sei Sinepis, yaitu Dinas Kehutanan Propinsi Riau, Dinas Kehutanan
Kabupaten Rokan Hilir, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Dumai.
Adapun batas-batas wilayah PT. DRT adalah:
a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan lahan milik masyarakat
b. Sebelah Timur : Selat Malaka
c. Sebelah Selatan : HPH PT. Suntara Gajapati dan HTI PT. Ruas Utama Jaya
d. Sebelah Barat : Lahan milik masyarakat dan perkebunan kelapa sawit
(PT. Gunung Mas Raya dan PT. Sindora Seraya).
Fisiologi tanah di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Buku Satuan
Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam 3 grup, yaitu: Grup
Kubah Gambut, Grup Aluvial, dan Grup Marin. Sedangkan formasi geologi di
areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah dari PPT
dan Agroklimat Bogor (1990) Lembar Dumai dan Bagan Siapi-api (0817 dan
0818) terdiri dari: sedimen aluvium tersier dan kuarter.
Komposisi jenis dan potensi flora hutan rawa gambut PT. DRT
berdasarkan Istomo (2002) pada hutan primer di 9 PSP masing-masing 0.2 ha.
Pada tingkat pohon terdapat 30 - 38 spesies contohnya Balam (Palaquium
obovatum,), Jambu-Jambu (Eugenia sp.), dan Ramin (Gonystylus bancanus). Pada
tingkat tiang dan pancang terdapat 20 - 22 spesies contohnya Balam (Palaquium
obovatum,), Jambu-jambu ( Eugenia sp.), dan Pasir-pasir (Urandra secundiflora).
Pada tingkat semai terdapat 17 - 18 spesies contohnya Pasir-pasir (Urandra
secundiflora), Milas (Parastemon urophyllum), Jambu-Jambu ( Eugenia sp.)
Spesies pohon yang dikategorikan sebagai pohon komersil adalah Balam
(Palaquium obovatum), Meranti Batu (Shorea uliginosa), Meranti Bunga (Shorea
teysmanniana), Durian Burung (Durio carinatus), Suntai (Palaquium obovatum),
Bintangur (Calophyllum soulattri), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Punak
(Tetramerista glabra), Jangkang (Xylopia malayana), Pisang-Pisang (Mezzetia
parviflora), dan Ramin (Gonystylus bancanus). Untuk tumbuhan bawah, semak,
epifit, dan liana yang ada berjumlah sekitar 11 jenis tumbuhan bawah dan 7
spesies epifit, liana, dan semak. Komposisi jenis dan potensi fauna diketahui
melalui pengamatan tim pemantau satwa liar dan pengelola lingkungan PT. DRT
6
yang menyebutkan bahwa telah ditemukan sekitar 13 spesies mamalia dan 58
spesies burung.
Analisis Vegetasi
Komposisi Spesies pada Tingkat Pancang
Berdasarkan data yang diperoleh dari 26 plot contoh dan diasumsikan
kedalam 4 kondisi hutan rawa gambut di HPH PT. DRT dengan Penentuan plot
contoh dilakukan secara purposive sampling yang masing-masing memiliki luas
0.04 ha, diketahui yag teridentifikasi sebanyak 43 jenis. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Istomo (2006) bahwa jumlah seluruh jenis pohon di lokasi
tersebut adalah 43 jenis.
Analisis vegetasi tingkat pancang dibedakan berdasarkan empat kondisi
hutan. Dari keempat kondisi hutan tersebut diperoleh spesies yang memiliki INP
tertinggi yaitu untuk hutan primer dengan spesies Euginia jambos dan Ilex
pleiobrachiata berturut-turut sebesar 31.67% dan 31.67%, pada hutan bekas
tebangan dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 54.44%, pada hutan
sekunder dengan spesies Palaquium obovatum dan Ilex pleiobrachiata berturut-
turut sebesar 45% dan 45%, dan pada hutan terdegradasi dengan spesies Ilex
pleiobrachiata. Tabel 1 menunjukkan tiga spesies tingkat pancang yang memiliki
INP tertinggi.
Tabel 1 Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi
Kondisi hutan No Spesies KR
(%)
FR
(%)
INP
(%)
Primer
1 Euginia jambos 15 16.67 31.67
2 Ilex pleiobrachiata 15 16.67 31.67
3 Palaquium obovatum 15 11.11 26.11
Bekas tebangan
1 Palaquium obovatum 27.78 26.67 54.44
2 Ilex pleiobrachiata 11.11 13.33 24.44
3 Callophylum soulattri 11.11 13.33 24.44
Sekunder
1 Palaquium obovatum 25 20 45
2 Ilex pleiobrachiata 25 20 45
3 Urandra scorpioides 16.67 20 36.67
Terdegradasi
1 Ilex pleiobrachiata 18.18 10 28.18
2 Palaquium pierre 9.09 10 19.09
3 Tetramerista glabra 9.09 10 19.09
Komposisi Spesies pada Tingkat Tiang
Analisis vegetasi tingkat tiang dibedakan berdasarkan empat kondisi hutan
yang berbeda. Dari keempat kondisi hutan tersebut diperoleh spesies yang
memiliki INP tertinggi yaitu untuk hutan primer dengan spesies Palaquium
obovatum sebesar 66.09%, pada hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium
obovatum sebesar 63.68%, pada hutan sekunder dengan spesies Palaquium
7
obovatum sebesar 58.18%, sedangkan pada hutan terdegradasi dengan spesies
Arthocarpus sp. sebesar 69.48 %. Tabel 2 menunjukkan tiga spesies tingkat tiang
yang memiliki INP tertinggi.
Tabel 2 Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi
Kondisi
hutan No Nama ilmiah
KR
(%)
FR
(%)
DR
(%)
INP
(%)
Primer
1 Palaquium obovatum 24.14 18.75 23.20 66.09
2 Lindera subumbelliflora 13.79 6.25 18.53 38.57
3 Urandra scorpioides 13.79 12.50 12.23 38.52
Bekas
tebangan
1 Palaquium obovatum 23.64 20 20.05 63.68
2 Mangifera sp 7.27 10 8.56 25.83
3 Urandra scorpioides 9.09 10 6.42 25.51
Sekunder
1 Palaquium obovatum 23.08 13.64 21.46 58.18
2 Carallia brachiata 11.54 13.64 11.08 36.26
3 Horsfieldia glabra 7.69 9.09 9.91 26.69
Terdegradasi
1 Arthocarpus sp. 25 14.29 30.20 69.48
2 Palaquium obovatum 12.50 14.29 17.65 44.43
3 Mangifera sp 12.50 14.29 8.24 35.02
Berdasarkan dari data tiga spesies yang memiliki INP tertinggi dari empat
kondisi hutan yang berbeda, diperoleh bahwa yang paling mendominasi pada
tingkat tiang adalah spesies Palaquium obovatum, dimana spesies tersebut berada
pada tiga kondisi hutan yang memiliki INP tertinggi. Suwarna et al. (2012)
menyatakan juga bahwa pada tingkat permudaan semai, pancang, dan tiang di
semua kondisi hutan alam gambut didominasi oleh satu jenis komersial yaitu
Palaquium obovatum.
Komposisi Spesies pada Tingkat Pohon
Analisis vegetasi pada tingkat pohon dari empat kondisi hutan yang
berbeda diperoleh INP spesies tertinggi pada hutan primer yakni spesies Carallia
brachiata sebesar 29.31 %, hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium
obovatum sebesar 59.51 %, hutan sekunder dengan spesies Palaquium obovatum
sebesar 28.21 %, dan hutan terdegradasi dengan spesies Palaquium obovatum
sebesar 65.09 %. Tabel 3 menunjukkan tiga spesies tingkat pohon yang memiliki
nilai INP tertinggi.
8
Tabel 3 Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi
Kondisi hutan No Nama ilmiah KR
(%) FR
(%) DR
(%) INP
(%)
Primer
1 Carallia brachiata 12.75 7.69 8.87 29.31
2 Euginia jambos 11.76 7.69 6.20 25.65
3 Palaquium obovatum 15.69 7.69 1.49 24.86
Bekas tebangan
1 Palaquium obovatum 25.26 13.73 20.52 59.51
2 Shorea uliginosa 5.26 7.84 23.42 36.53
3 Camnosperma macrophylla 9.47 7.84 7.20 24.52
Sekunder
1 Palaquium obovatum 9.09 10.42 8.70 28.21
2 Mangifera sp 9.09 6.25 7.24 22.58
3 Euginia jambos 9.09 6.25 6.01 21.35
Terdegradasi
1 Palaquium obovatum 25 17.39 22.70 65.09
2 Durio carinatus 10.71 8.70 17.78 37.19
3 Shorea uliginosa 7.14 8.70 8.50 24.34
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, menunjukkan bahwa spesies Palaquium
obovatum merupakan spesies dengan INP tertinggi yang banyak ditemukan pada
setiap kondisi hutan dan tingkat pertumbuhan. Tingginya INP Palaquium
obovatum pada setiap tingkat pertumbuhan menunjukkan bahwa spesies ini
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya sehingga
kemampuannya untuk bertahan hidup dan memperbanyak jenisnya besar. Hal ini
sesuai dengan Istomo (2006) yang menemukan bahwa jenis dominan pada tingkat
permudaan pohon di hutan alam gambut adalah Palaquium obovatum (balam),
Shorea uliginosa (meranti batu), dan Gonystylus bancanus (ramin).
Potensi Volume Tegakan
Rumus yang dipakai dalam penghitungan volume pohon adalah rumus tabel
volume yang diperoleh dari IHMB di DRT yakni : untuk kelompok jenis meranti
V = 0.000022 D2.91799
dan untuk kelompok jenis rimba campuran V = 0.0000304
D2.8331
, dengan V adalah volume dan D adalah diameter. Volume jenis pohon
yang diperoleh dari rumus tersebut dibedakan berdasarkan permudaan pohon tiap
kondisi hutannya, kemudian dihitung ke potensi per ha berdasarkan luasan tiap
permudaan. Hasil penghitungan volume dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan
Kondisi Hutan
Potensi per ha
Pancang Tiang Pohon Volume
Total (m3) Volume (m3) Volume (m3) Volume (m3)
Primer 9.88 35.67 397.81 443.36
Bekas Tebangan 7.69 40.34 226.88 274.90
Sekunder 4.14 22.52 152.43 179.09
Terdegradasi 6.52 18.50 80.42 105.44
9
Tabel 4 menjelaskan mengenai jumlah potensi hutan (m3/ha) pohon-pohon
berdiameter 5 cm ke atas dalam setiap kondisi hutan alam tropika rawa gambut.
Dari empat kondisi hutan yakni hutan primer, bekas tebangan, sekunder, dan
terdegradasi diperoleh rata-rata potensi per ha, secara berturut-turut adalah 443.36
m3/ha, 274.9 m
3/ha, 179.09 m
3/ha, dan 105.44 m
3/ha. Jumlah potensi hutan
mengalami penurunan sesuai dengan tingkat degradasi hutan seperti hutan bekas
tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi. Hutan terdegradasi memiliki
potensi hutan yang terendah sesuai dengan tingkat degradasi yang paling rendah.
Pendugaan Biomassa
Hasil biomassa yang diperoleh dibedakan berdasarkan kondisi hutan yakni
hutan primer, hutan bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi, yang
disajikan dalam bentuk biomassa per ha. Hasil perhitungan potensi biomassa
dapat di lihat pada Tabel 5, 6, 7, dan 8.
Tabel 5 Potensi biomassa di hutan primer
No Plot
Potensi per ha
Pancang Tiang Pohon Biomassa
Total (ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton)
2 27 75.49 391.49 493.99
8 41.51 38.21 371.64 451.35
13 41.55 24.41 498.83 564.79
16 12.14 73.88 461.65 547.67
17 37.31 112.72 869.58 1 019.62
18 10.13 105.50 373.83 489.45
Rata-rata 28.27 71.70 494.50 594.48
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata potensi biomassa pada tingkat
vegetasi pohon jauh lebih tinggi yaitu 494.50 ton/ha, diikuti permudaan tingkat
tiang yaitu 71.70 ton/ha, dan permudaan tingkat pancang yaitu 28.27 ton/ha, dan
rata-rata potensi biomassa total pada hutan primer sebesar 594.48 ton/ha.
Tabel 6 Potensi biomassa di hutan bekas tebangan
No Plot
Potensi per ha
Pancang Tiang Pohon Biomassa
total (ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton)
3 0 79.79 775.21 855.00 4 30.55 93.55 221.09 345.18 7 24.10 83.39 119.61 227.10
14 0 71.30 251.15 322.45 19 14.40 79.59 236.36 330.35 20 65.77 115.94 159.14 340.84 23 14.24 62.23 243.44 319.91 25 19.99 81.35 186.61 287.96
Rata-rata 21.13 83.39 274.08 378.60
10
Rata-rata potensi biomassa pada tingkat vegetasi pohon jauh lebih tinggi
yaitu 274.08 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang yaitu 83.39 ton/ha, dan
permudaan tingkat pancang yaitu 21.13 ton/ha. Potensi rata-rata biomassa total di
hutan bekas tebangan sebesar 378.60 ton/ha.
Tabel 7 Potensi biomassa di hutan sekunder
No Plot
Potensi per ha
Pancang Tiang Pohon Biomassa total
(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton)
1 14.48 46.76 207.79 269.02
5 0 11.87 265.87 277.73
9 9.19 65.82 149.42 224.43
10 20.53 18.72 205.54 244.79
12 13.05 82.15 196.31 291.51
21 28.75 83.57 95.87 208.19
26 0 12.54 299.70 312.24
Rata-rata 12.29 45.92 202.93 261.13
Rata-rata potensi biomassa total di hutan sekunder sebesar 261.13 ton/ha.
Dari tabel 7 diketahui bahwa potensi rata-rata tertinggi terdapat pada tingkat
vegetasi pohon yaitu sebesar 202.93 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang
sebesar 45.92 ton/ha, dan terendah pada permudaan tingkat pancang sebesar 12.29
ton/ha.
Tabel 8 Potensi biomassa di hutan terdegradasi
No Plot
Potensi per ha
Pancang Tiang Pohon Biomassa total
(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton) Biomassa(ton)
6 7.46 15.32 88.55 111.34
11 9.06 21.98 146.58 177.62
15 0 101.20 75.76 176.96
22 42.66 22.92 156.80 222.38
24 32.13 29.84 99.73 161.70
Rata-rata 18.26 38.25 113.48 170
Tabel 8 menunjukkan bahwa potensi rata-rata biomassa total di hutan
terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Dilihat dari hasil potensi biomassa di setiap
permudaan potensi biomassa tertinggi terdapat pada vegetasi tingkat pohon yaitu
sebesar 113.48 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang sebesar 38.25 ton/ha dan
terendah pada permudaan tingkat tiang yaitu sebesar 18.26 ton/ha.
Apabila dibandingkan potensi biomassa antara keempat kondisi hutan, hutan
yang memiliki rata-rata potensi biomassa total tertinggi adalah hutan primer
sebesar 594.48 ton/ha, menyusul hutan bekas tebangan sebesar 378.60 ton/ha, dan
hutan sekunder sebesar 261.13 ton/ha , sedangkan terendah yaitu hutan
11
terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
semakin tinggi kerusakan hutan maka semakin tinggi pula tingkat penurunan
simpanan biomassa. Hal ini disebabkan oleh adanya simpanan biomassa yang
hilang akibat proses dekomposisi bahan organik mati dan proses pengeluaran
biomassa keluar hutan. Pada penelitian ini, pengurangan biomassa pada tegakan
hutan dari kondisi hutan primer menjadi kondisi hutan bekas tebangan akibat
pemanenan hutan yaitu sebesar 215.88 ton/ha. Sejalan dengan hasil penelitian
Tresnawan & Rosalina (2002) menyatakan bahwa pembukaan hutan dan
perubahan dalam penggunaan lahan yang disebabkan oleh kegiatan pemanenan
hutan mengakibatkan pengurangan biomassa dalam jumlah besar, yaitu ±100
ton/ha di hutan alam dataran rendah (lahan kering).
Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa
PT. DRT memiliki luas areal 90 956 ha dan memiliki areal efektif
produksi seluas 76 523 ha, serta memiliki 847 plot Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB). Plot IHMB diklasifikasikan juga ke dalam 4 kelas
sesuai dengan potensi biomassanya.
Potensi biomassa pada hutan alam gambut diklasifikasikan menjadi 4 kelas,
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas tersebut
berdasarkan dari 4 kondisi hutan dan potensi biomassa rata-rata setiap kondisi
hutan alam gambut yang telah dibuat selang nilai. Hutan primer merupakan hutan
yang memiliki potensi biomassa rata-rata tertinggi dan selang nilai lebih dari
486.53 ton/ha. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas sangat tinggi. Hutan
bekas tebangan merupakan kondisi hutan yang memiliki selang biomassa diantara
319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha dan masuk ke dalam potensi kelas tinggi.
Pada potensi kelas sedang, selang biomassa 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha
adalah hutan sekunder. Potensi biomassa rata-rata terendah yaitu hutan
terdegradasi. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas rendah yang memiliki
selang biomassa di bawah 215.56 ton/ha.
Tabel 9 Selang biomassa hutan disetiap kondisi hutan
Tipe Hutan Biomassa rata-
rata (ton/ha) Selang biomassa
(ton/ha) Kelas Warna
Primer 594.48 > 486.53 sangat tinggi hijau tua
Bekas tebangan 378.60 319.86 – 486.53 tinggi hijau
Sekunder 261.13 215.56 – 319.86 sedang hujau muda
Terdegradasi 170 < 215.56 rendah putih
Peta sebaran biomassa dibuat dengan bantuan menggunakan Arc GIS 9.3
dan Arc View 3.2 dan disajikan pada gambar 2.
12
Gambar 2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT.
Berdasarkan peta sebaran biomassa pada gambar 2 dapat dilihat bahwa
warna kelas yang paling banyak mendominasi adalah kelas rendah (warna putih)
sebanyak 611 plot (61 100 ha), disusul kelas sedang (warna hijau muda) sebanyak
176 plot (17 600 ha), lalu kelas tinggi (warna hijau) sebanyak 58 plot (5 800 ha),
dan warna yang paling sedikit adalah kelas sangat tinggi (warna hijau tua)
sebanyak 2 plot (200 ha). Untuk petak yang memiliki motif garis-garis merupakan
petak yang tidak ada data dari data IHMB yang diperoleh. Dari hasil tersebut
disimpulkan bahwa penyebaran biomassa di areal IUPHHK-HA PT. DRT yang
paling banyak mendominasi adalah kelas rendah.
Potensi total biomassa di areal IUPHHK-HA PT. DRT adalah 17 297 664
ton yang terdapat pada areal seluas 90 956 ha, dengan perincian sebagai berikut:
areal berpotensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi 118 896 ton biomassa,
areal berpotensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi 2 195 880 ton biomassa,
areal berpotensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi 4 595 888 ton biomassa,
areal berpotensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi 10 387 000 ton biomassa.
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi total biomassa di
areal hutan alam rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau adalah sebesar 17
297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha. Sebaran biomassa hutan alam gambut di
areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas rendah memiliki potensi
biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas sedang memiliki potensi biomassa
antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha, kelas tinggi memiliki potensi
biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha, dan kelas sangat tinggi
memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53 ton/ha. Penyebaran potensi
biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi rendah seluas 61 100 ha
dengan potensi 10 387 000 ton biomassa, kelas potensi sedang seluas 17 600 ha
dengan potensi 4 595 888 ton biomassa, kelas potensi tinggi seluas 5 800 ha
dengan potensi 2 195 880 ton biomassa, dan kelas potensi sangat tinggi seluas 200
ha dengan potensi 118 896 ton biomassa.
Saran
Penelitian serupa perlu dilakukan kembali untuk mengetahui apakah
potensi biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. DRT bertambah banyak
atau berkurang dalam periode tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Istomo. 2002. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah
dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut [disertasi] Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Istomo. 2006. Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan
Rawa Gambut (studi kasus di wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber,
Bagan Siapi-Api, Provinsi Riau). Jurnal Manajemen Hutan Tropika
12(3):40-57
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut.Yogyakarta: Kanisius
Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Suwarna U, Elias, Darusman D, Istomo. 2012. Estimasi Simpanan Karbon Total
dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika di Indonesia. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika 18(2):118-128
Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan Biomassa di atas Tanah pada
Ekosistem Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan (studi kasus Rutan
Dusun Aro, jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1): 15-29
Wibowo P, and Suyatno N. 1998. An Overview of Indonesia Wetland Sites-II (an
Update Information): Included in the Indonesia Wetland Database.
Wetlands International-Indonesia Programme dan Dirjen PHPA. Bogor
14
Lampiran 1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT.
DRT, Dumai, Provinsi Riau
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili
1 Arang-arang Myristica lowiana Myristicaceae
2 Babi kurus Ctenolophon parvifolius Linaceae
3 Balam Palaquium obovatum Sapotaceae
4 Bengku Ganua motleyana Sapotaceae
5 Bintangur Calophyllum inophyllum Guttiferae
6 Cempeda Air Artocarpus integer Moraceae
7 Durian Durio zibethinus Bombacaceae
8 Durian bunga Durio sp. Bombacaceae
9 Durian burung Durio caniratus Bombacaceae
10 Gerunggang Cratoxylon arborescens Hyperiaceae
11 Jambu-jambu Euginia jambos Myrtaceae
12 Jangkang Sterculia foetida Malvaceae
13 Kelat Carallia brachiata Rhizophoraceae
14 Kempas Koompassia malaccensis Fabaceae
15 Laban Vitex pubescen Verbenaceae
16 Mahang Macaranga populifolia Euphorbiaceae
17 Mangga-mangga Mangifera parvifolia Anacardiaceae
18 Manggis-manggis Garcinia sp. Guttiferae
19 Medang lendir Alseodaphne umbelliflora Lauraceae
20 Medang telur Lindera subumbelliflora Lauraceae
21 Mendarahan Knema cinerea Myristicaceae
22 Menpisang Mezzetia parviflora Annonaceae
23 Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae
24 Meranti anak Shorea sp. Dipterocarpaceae
25 Meranti batu Shorea uliginosa Dipterocarpaceae
26 Meranti bunga Shorea teysmanniana Dipterocarpaceae
27 Meranti durian Shorea sp. Dipterocarpaceae
28 Meranti telur Shorea sp. Dipterocarpaceae
29 Milas Parastemon urophyllum Rosaceae
30 Nangka-nangka Arthocarpus sp. Annonaceae
31 Nyatoh Payena leerii Sapotaceae
32 Pasak linggan Aglaia rubiginosa Meliaceae
33 Pasir-pasir Uranda secundiflora Icacianaceae
34 Pulai Alstonia pneumathopora Apocynaceae
35 Punak Tetramerista glabra Theaceae
36 Ramin Gonystylus bancanus Thymeleaceae
37 Silumar Jackia ornata Rubiaceae
38 Sungkai Peronema canescens Verbenaceae
39 Simpur Dillenia excelsa Dilleniaceae
15
40 Suntai Palaquium pierre Sapotaceae
41 Terpis Polyanthia sumatrana Annonaceae
42 Terentang Camnosperma macrophylla Anacardiaceae
43 Timah-timah Ilex bogoriensis Aquifoliaceae
Lampiran 2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT,
Dumai, Provinsi Riau
No No Plot X (UTM) Y (UTM)
1 1 739653 234143
2 2 738611 233352
3 3 734665 235848
4 4 735695 235598
5 5 735660 235333
6 6 736672 234982
7 7 737614 234687
8 8 737612 234487
9 9 738684 234206
10 10 737637 232853
11 11 737684 232487
12 12 735858 230857
13 13 736654 231683
14 14 732089 230655
15 15 732235 232649
16 16 730249 235133
17 17 729731 234069
18 18 735352 234069
19 19 734682 230052
20 20 733671 230031
21 21 732695 230030
22 22 734134 230044
23 23 733891 230042
24 24 733181 230046
25 25 732113 231320
26 26 732149 232316
16
Lam
pir
an 3
Po
tensi
per
plo
t d
an p
er h
a di
seti
ap k
ond
isi
hu
tan
NVo
lum
e
(m3)
biom
assa
(kg)
NVo
lum
e
(m3)
biom
assa
(kg)
NVo
lum
e
(m3)
biom
assa
(kg)
NVo
lum
e
(m3)
biom
assa
(ton
)N
Volu
me
(m3)
biom
assa
(ton
)N
Volu
me
(m3)
biom
assa
(ton
)2
30,02
67,50
50,38
754,92
1611
,60
1565
9,78
1200
9,56
27,00
500
37,68
75,49
400
290,09
391,49
337,32
493,99
84
0,04
103,78
30,19
382,06
1610
,94
1486
5,40
1600
15,34
41,51
300
18,92
38,21
400
273,60
371,64
307,85
451,35
135
0,04
103,87
20,11
244,13
1615
,85
1995
3,15
2000
14,78
41,55
200
11,39
24,41
400
396,21
498,83
422,37
564,79
162
0,01
30,35
60,36
738,83
1615
,62
1846
5,88
800
4,06
12,14
600
36,14
73,88
400
390,61
461,65
430,81
547,67
175
0,03
93,28
70,58
1127
,23
2030
,60
3478
3,20
2000
12,38
37,31
700
58,00
112,72
500
765,05
869,58
835,43
1019
,62
181
0,01
25,33
60,52
1054
,95
1810
,85
1495
3,08
400
3,15
10,13
600
51,91
105,50
450
271,31
373,83
326,37
489,45
30
0,00
0,00
70,37
797,86
1233
,83
3100
8,55
00,00
0,00
700
37,30
79,79
300
845,67
775,21
882,97
855,00
42
0,03
76,37
60,47
935,48
106,25
8843
,49
800
11,92
30,55
600
47,28
93,55
250
156,21
221,09
215,41
345,18
73
0,02
60,25
60,42
833,90
122,89
4784
,23
1200
8,36
24,10
600
41,88
83,39
300
72,17
119,61
122,41
227,10
140
0,00
0,00
60,34
713,04
107,43
1004
6,03
00,00
0,00
600
34,04
71,30
250
185,79
251,15
219,83
322,45
192
0,01
35,99
60,38
795,92
146,36
9454
,53
800
4,89
14,40
600
38,37
79,59
350
159,01
236,36
202,27
330,35
205
0,06
164,42
100,57
1159
,36
124,09
6365
,41
2000
25,40
65,77
1000
56,53
115,94
300
102,13
159,14
184,05
340,84
232
0,01
35,60
60,29
622,31
136,79
9737
,49
800
4,84
14,24
600
28,74
62,23
325
169,81
243,44
203,40
319,91
254
0,02
49,98
80,39
813,54
124,97
7464
,43
1600
6,08
19,99
800
38,56
81,35
300
124,22
186,61
168,86
287,96
12
0,01
36,20
50,22
467,57
96,13
8311
,47
800
4,93
14,48
500
21,71
46,76
225
153,22
207,79
179,86
269,02
50
0,00
0,00
10,06
118,67
79,29
1063
4,67
00,00
0,00
100
5,70
11,87
175
232,24
265,87
237,94
277,73
91
0,01
22,97
40,34
658,20
113,94
5976
,75
400
2,79
9,19
400
34,10
65,82
275
98,50
149,42
135,40
224,43
104
0,02
51,33
10,10
187,19
115,84
8221
,71
1600
6,57
20,53
100
9,78
18,72
275
146,04
205,54
162,39
244,79
122
0,01
32,63
70,41
821,50
75,91
7852
,33
800
4,38
13,05
700
40,52
82,15
175
147,84
196,31
192,74
291,51
213
0,03
71,87
60,40
835,69
92,30
3834
,92
1200
10,33
28,75
600
40,43
83,57
225
57,57
95,87
108,33
208,19
260
0,00
0,00
20,05
125,35
129,26
1198
8,00
00,00
0,00
200
5,38
12,54
300
231,58
299,70
236,96
312,24
61
0,01
18,66
20,06
153,22
52,46
3542
,05
400
2,55
7,46
200
6,41
15,32
125
61,43
88,55
70,39
111,34
112
0,01
22,66
10,11
219,77
64,25
5863
,18
800
2,83
9,06
100
10,97
21,98
150
106,21
146,58
120,00
177,62
150
0,00
0,00
70,51
1012
,02
62,02
3030
,40
00,00
0,00
700
51,21
101,20
150
50,61
75,76
101,83
176,96
224
0,04
106,64
30,10
229,20
64,60
6272
,03
1600
16,02
42,66
300
9,94
22,92
150
115,02
156,80
140,98
222,38
244
0,03
80,33
30,14
298,42
52,75
3989
,04
1600
11,18
32,13
300
13,99
29,84
125
68,81
99,73
93,98
161,70
Prim
er
biom
assa
(ton
/ha)
Panc
ang
Tian
gPo
hon
Panc
ang
Tian
g
Beka
s
Teba
ngan
Seku
nder
Terd
egra
dasi
No
Plot
Kond
isi
Vtot
(m3/
ha)
Poho
n
Pote
nsi p
er P
lot
Pote
nsi p
er H
a
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sisordak, Kec. Parmonangan, Kab. Tapanuli
Utara, tanggal 12 Juli 1991, dari pasangan Bapak Ratlan Purba dan Ibu Hitda
Hutabarat sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun 2009, penulis
menyelesaikan kegiatan belajar di SMA Swasta HKBP I Tarutung. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI, serta
terdaftar menjadi mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah mengikuti kepanitiaan
BCR sebagai devisi komisi disiplin periode 2011/2012, panitia Temu Manajer
sebagai komisi disiplin periode 2011/2012, anggota Forest Management Student
Club (FMSC) periode 2010/2011, anggota UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa
Kristen) periode 2009/2013, ketua OMDA PARTARU (Parsadaan Anak Rantau
Tarutung) periode 2011/2012.
Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Cikeong-Tangkuban Perahu. Tahun 2011 penulis melaksanakan
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Sukabumi. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
Perum Perhutani KPH Banyumas Timur selama 2 bulan. Penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA
PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau” untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan IPB, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Elias.