25
1 RINGKASAN PUBLIK PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT. WIJAYA SENTOSA Luas 130.755 Ha KABUPATEN TELUK WONDAMA DAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Ketua Tim : Ir. Siswoyo, MSi Taman Darmaga Permai Blok No. 27B, RT.005 RW.003 Cihideung Ilir, Ciampea, Bogor, Jawa Barat Indonesia Telpon/Fax 08129674075 Email [email protected] Lisensi ALS Sementara Rencana Tata Guna Lahan : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Alam (IUPHHK-HA) Skema Sertifikasi Tata Guna Lahan: Sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council) FM/CoC

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

1

RINGKASAN PUBLIK PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI

DI AREAL IUPHHK-HA PT. WIJAYA SENTOSA

Luas 130.755 Ha KABUPATEN TELUK WONDAMA DAN TELUK BINTUNI

PROVINSI PAPUA BARAT

Ketua Tim : Ir. Siswoyo, MSi

Taman Darmaga Permai Blok No. 27B, RT.005 RW.003Cihideung Ilir, Ciampea, Bogor, Jawa Barat Indonesia

Telpon/Fax 08129674075Email [email protected] ALS Sementara

Rencana Tata Guna Lahan : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Alam (IUPHHK-HA)

Skema Sertifikasi Tata Guna Lahan:Sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council) FM/CoC

Page 2: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

2

DAFTAR ISTILAH

APL : Areal Penggunaan Lain (Non Forets Area) CITES : Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora CR : Critical Endangered (sangat terancam punah) DAS : Daerah Aliran Sungai (Watershed) EN : Endangered (terancamp punah) FGD : Focus Group Discussion (Diskusi kelompok terfokus) FSC : Forest Stewardship Council GIS : Geographic Information System Ha : Hektar (Hectare) HCV : High Conservation Value (Nilai Konservasi Tinggi /NKT) HCVF : High Conservation Value Forest (Hutan Nilai Konservasi Tinggi) HCVRN : High Conservation Value Forest Resource Network HL : Hutan Lindung (Protected Forest) HP : Hutan Produksi (Permanent Porduction Forest) HPK : Hutan Produksi Konversi (Convertible Production Forest) HPT : Hutan Produksi Terbatas (Limited Production Forest) IUCN : International Union for the Concervation of Nature IUPHHK : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (License to Commercially Utilize

Timber/Forest Concessionaire) IUPHHK HA : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (Natural Forest

Concessionaire) KBKT : Kawasan Bernilai Konervasi Tinggi KPPN : Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (Germplasm Concervation Area) NKT : Nilai Konservasi Tinggi PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Forest Protection and Natural

Coservation Agency, Ministry of Forestry) PKHP : Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan (Designation of Provincial Forest Area,

Inland Water, Coatal and Marine Ecosystem, based on Forestry Ministrial Decree) RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi SFM : Sustainable Forest Management (Pengelolaan Hutan Produksi Lestari/PHPL) SWP : Satuan Wilayah Pengembangan (Development Region Unit) TN : Taman Nasional (National Park) TNTC : Taman Nasional Teluk Cenderawasih VU : Vulnerable (Rentan) WWF IND - GFTN : World Wild Fund for Nature – Program Global Forest and Trade Network

Page 3: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

3

BAB 1. PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG

PT. Wijaya Sentosa merupakan perusahaan swasta nasional PMDN dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memperoleh IUPHHK-HA seluas 130.755 ha di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat sesuai dengan SK.556/Menhut-VI/2012 dan SK.33/Menhut-II/2013. Sebelumnya dilokasi ini dikelola oleh konsesi lain yang beroperasi sejak 1990 namun tidak dalam skala keseluruhan. Operasional PT Wijaya Sentosa dimulai sejak Tahun 2013. Areal kerja PT. Wijaya Sentosa berada di kawasan hutan produksi yang memiliki fungsi untuk produksi kayu hutan alam. Adapun fungsi hutan di areal ini didominasi oleh Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 89.471 ha (68,43%), dan sisanya merupakan hutan produksi tetap (HP) seluas 36.246 ha (27,72%) , hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 4.696 Ha (3,59%) serta areal penggunaan lain seluas 342 Ha (0,26%) .

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja PT Wijaya Sentosa yang dioverlapping-kan dengan Peta Tutupan Hutan 2015 Saat dilakukan Penilaian NKT.

PT. Wijaya Sentosa berkomitment untuk menerapkan system pengelolaan hutan yang bertanggungjawab khususnya skema FSC. Dalam skema FSC tersebut informasi keberadaan NKT dan KBKT dalam kawasan kelola PT Wijaya Sentosa mesti teridentifikasi, dipetakan dan dilakukan kegiatan pengelolaan serta pemantauan sehingga keberadaan attribute NKT dalam KBKT-nya bisa dipertahankan dan atau justru ditingkatkan. Proses penilaian NKT di PT Wijaya Sentosa dilakukan dengan mengacu pada Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia (Revisi Toolkit HCV Indonesia, 2008) dan Panduan Umum untuk Identifikasi NKT (HCVRN, 2013). Kemudian mengacu pada Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi

Page 4: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

4

Tinggi di Indonesia, salah satu prinsip dasar dari konsep NKT adalah wilayah-wilayah yang memiliki atribut nilai konservasi tinggi tidak selalu harus menjadi daerah dimana pengelolaan hutan tidak boleh dilakukan. Sebaliknya konsep NKT mensyaratkan agar pengelolaan dilaksanakan dengan cara menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatan NKT tersebut sebagai pendekatan kehati-hatian (precautionary approach), yang bisa membantu pengelola hutan untuk mencapai keseimbangan rasional antara kepentingan konservasi dengan pembangunan ekonomi jangka panjang Dalam pelaksanaan penilaian studi NKT, PT Wijaya Sentosa bekerjasama dengan Konsultan Independent PT Inti Mitra Makmur (IMM) yang diketuai oleh Ir. Siswoyo, M.Si (email: [email protected] ) yang merupakan ahli konservasi flora fauna tropis serta didukung oleh team yang memiliki keahlian dibidang jasa lingkungan, ahli social budaya, ahli social ekonomi dan ahli pemetaan (total team 11 orang). Konsultan IMM ini beralamat di Jl. Ceremai Raya Blok BB No. 279, Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Jawa Barat – Indonesia. Telpon/Fax : 021-8844934. Secara lengkap tatawaktu penilaian NKT hingga menghasilkan Laporan Akhir serta komposisi team penilai adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Tata Waktu Survei Lapangan di Areal PT. Wijaya Sentosa

No. Kegiatan Waktu 1 Persiapan Studi: a. Pengumpulan Data Sekunder Minggu III Bulan Januari 2015 b. Analisa Data Sekunder Minggu III dan IV Bulan Januari 2015 c. Penyusunan Metode Pengambilan Data Minggu IV Bulan Januari 2015 2 Survei Lapangan: a. Opening Meeting 4 Februari 2015 b. Pengumpulan Data Primer 4 sampai 16 Februari 2015 c. Pengolahan dan Analisis Data Sementara 16 Februari 2015 d. Pemetaan Sementara 15 sampai 17 Februari2015 e. Closing Meeting 17 Februari 2015 f. Konsultasi Publik 4 Mei 2015 3 Pengolahan dan Analisis Data Lanjutan 20 Februari – 20 Maret 4 Penyusunan Laporan dan Rekomendasi Maret – Mei 2015 5 Peer Review Juli 2015 6 Penyempurnaan Laporan Akhir Juli - Desember 2015 (Laporan Pertama) dan

Januari 2016 (Laporan Kedua)

Page 5: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

5

Tabel 2. Daftar Tim Penilaian NKT di Areal PT. Wijaya Sentosa

Nama Peran Keahlian

Ir. Siswoyo, Msi Ketua Tim, Pakar Keanekaragaman Hayati

Konservasi Flora Tropis, NKT Umum, NKT1 , NKT 2, NKT3

Ir. Dwi Harsono Pakar Jasa Lingkungan Hidrologi, Konservasi Tanah dan Air, NKT4

Ir. Junaidi Maksum Pakar Sosial Ekonomi Ilmu Sosial Ekonomi, NKT 5 Dra. Eko Nugrahaeni, Msi Pakar Sosial Budaya Ilmu Antropologi, NKT 6 Ir. Suryamada Bhakti Pakar Sosial Ekonomi Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Ainur Rohman, Amd Pakar Keanekaragaman Hayati Ilmu Fauna Catur Sotaradu R, S.Hut Surveyor Fauna Ilmu Fauna Indra Sofian, S.Hut Surveyor Jasa Lingkungan Konservasi Tanah dan Air Mansyur, Amd Surveyor Jasa Lingkungan Konservasi Tanah dan Air Dasep Gunawan, S. Hut Pakar Pemetaan, Surveyor Flora Ilmu SIG, Ilmu Konservasi Eka Prayudha, S.Hut Pakar Pemetaan, Surveyor Flora Ilmu SIG, Ilmu Konservasi

Dalam penilaian dan penyusunan laporan NKT ini, team menggunakan sejumlah referensi yang relevan terkait NKT, KBKT dan khususnya terkait informasi pengetahuan mengenai Papua. Secara lengkap daftar referensi yang digunakan dapat dilihat dalam BAB REFERENSI.

Page 6: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

6

BAB 2. METODE IDENTIFIKASI NKT

Proses identifikasi NKT di PT Wijaya Sentosa dilakukan melalui serangkaian tahapan yang digambarkan dalam alur berikut.

Gambar 2. Proses Penilaian Nilai Konservasi Tinggi yang dilakukan di PT Wijaya Sentosa.

Selain itu dilakukan juga proses Tier Rating yang dimaksudkan untuk menilai apakah hasil studi NKT di PT Wijaya Sentosa akan berlangsung di bawah kondisi skala, intensitas dan risiko yang berpotensi tinggi dan dampak untuk NKT. Dari hasil proses Tier Rating menunjukan Tier 1 yang berarti hasil stusi NKT di PT Wijaya Sentosa harus dilakukan review, minimal oleh ahli yang memegang ALS atau dalam proses registrasi.

Page 7: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

7

Metode Penilaian Flora/Tumbuhan Survei vegetasi di areal kerja PT. Wijaya Sentosa dititikberatkan pada daerah-daerah yang ada tutupan hutannya. Pengumpulan data flora untuk kepentingan studi ini dilakukan dalam unit contoh yang berbentuk jalur dengan lebar 20 meter, dengan panjang jalur sepanjang 100 – 500 meter. Panjang jalur disesuaikan dengan kondisi tutupan di lapangan, kemudian peletakkan jalur contoh digunakan metode purposive sampling. Sebelum jalur contoh ditetapkan, dilakukan terlebih dahulu kegiatan pengamatan lapangan secara cepat (recognaissance method) dan wawancara dengan masyarakat lokal/ staf perusahaan guna meningkatkan keakuratan data. Data flora yang diambil adalah data keberadaan spesies dalam unit contoh. Metode Penilaian Fauna/Satwa Liar Pengumpulan data satwaliar di lapangan untuk kepentingan studi ini dilakukan dalam unit contoh yang berbentuk jalur dengan lebar 50 meter, dengan panjang jalur sepanjang 100 – 500 meter. Panjang jalur disesuaikan dengan kondisi tutupan di lapangan, kemudian peletakkan jalur contoh digunakan metode purposive sampling. Sebelum jalur contoh ditetapkan, dilakukan terlebih dahulu kegiatan pengamatan lapangan secara cepat (recognaissance method) dan wawancara dengan masyarakat lokal/ staf PT. WIJAYA SENTOSA guna meningkatkan keakuratan data. Data satwaliar yang diambil adalah data kehadiran spesies dalam unit contoh. Kemudian, pengamatan satwaliar dilakukan pula di luar jalur contoh, terutama di daerah yang diketahui memiliki kehadiran spesies satwaliar tinggi. Survei Jasa Lingkungan Data dan informasi yang diambil untuk keperluan verifikasi aspek fisik adalah keberadaan dan kondisi jaringan sungai, jaringan jalan, batas wilayah, tipe dan jenis tanah, topografi wilayah, dan melakukan overview wilayah yang dinilai secara keseluruhan. Berkenaan dengan jasa lingkungan, data dan informasi yang perlu diverifikasi adalah: Kondisi tutupan lahan areal NKT4 dan sekitarnya; Kondisi kualitas air; warna, bau, rasa, kekeruhan; Debit sungai; aspek yang dikaji adalah luas penampang sungai (lebar dan kedalaman sungai) dan kecepatan aliran; Pemanfataan sungai, sumber/mata air, daerah rawa-rawa; Data dan informasi mengenai terjadinya banjir dan genangan-genangan; Pengecekan areal rawan longsor dan areal yang mempunyai Tingkat Bahaya Erosi Potensial Berat-Sangat Berat : tutupan lahan, kelerengan, panjang lereng, solum tanah; Pengecekan areal yang mempunyai kelerengan di atas 40%, kondisi tutupan lahan, solum tanah; Pengecekan ekosistem yang mempunyai kemampuan dalam pengendali fungsi hidrologis lokal dan sekat bakar alami: riparian, rawa; Data dan informasi kebiasaan masyarakat dalam penyiapan lahan, dengan pembakaran atau tidak. Survei Sosial dan Budaya untuk NKT 5 dan 6 Identifikasi NKT 5 ditujukan untuk mengidentifikasi kawasan yang bermilai penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Survei sosial untuk identifikasi NKT 5 (dan NKT 6) dilakukan melalui beberapa tahap, secara garis besar yakni : tahap identifikasi awal keberadaan komunitas masyarakat, wilayah adat, dan aktifitas masyarakat di dalam dan sekitar areal IUPHHK, penetapan lokasi survei serta metode dan panduan, pelaksanaan survei lapangan. Hasil survei selanjutnya diolah dan dianalisis sebagai dasar penilaian NKT. Berdasar hasil identiikasi ditetapkan 10 kampung sebagai lokasi survei, yakni 3 kampung di dalam areal dan 6 kampung di

Page 8: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

8

sekitar areal IUPHHK. Identifikasi NKT 5 ini dipandu dengan formulir yang tersedia di dalam Buku Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia (2008). Untuk mendapatkan data atau informasi dari setiap kampung secara detail dilakukan focus group discussion (FGD) yang dilengkapi dengan wawancara dan dilanjutkan dengan verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan dilakukan pada kawasan-kawasan yang berindikasi sebagai NKT 5 dari hasil FGD. Verifikasi lapangan dilakukan dengan bantuan kepala kampung/tokoh adat/tokoh masyarakat dan staf PT.WIJAYA SENTOSA. Selanjutnya dilakukan overlay informasi yang saling berkaitan antara kondisi nyata di lapangan dengan informasi sekunder. Identifikasi lokasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis. Khusus terkait metode identifikasi kawasan NKT 6 dilakukan seperti pada metode identifikasi NKT 5. Informasi awal kawasan yang mempunyai fungsi atau nilai penting untuk identitas budaya tradisional/khas komunitas lokal, diperoleh melalui telaah data sekunder dari berbagai sumber. Berdasarkan informasi awal tersebut dilakukan identifikasi kawasan berindikasi NKT 6 pada tingkat lanskap, ekosistem, atau komponennya yang penting untuk identitas budaya khas. Sumber data dalam penilaian NKT 6 diperoleh dari subjek komunitas lokal yaitu; tokoh adat/tokoh masyarakat serta warga masyarakat, juga informasi dari hasil penelitian, dokumen sejarah dan dokumen lainnya yang ada. Penggalian informasi secara mendalam untuk identifikasi kawasan NKT 6 ini juga dilakukan melalui FGD dan wawancara mendalam serta pengecekan lapangan. Penilaian ini dilakukan dengan melibatkan pihak manajemen PT.WIJAYA SENTOSA bersama tenaga ahli dari luar dimana hal ini dikonsultasikan dengan tokoh-tokoh masyarakat lokal/tokoh adat. Selain itu, tujuan pengambilan data primer adalah untuk memperoleh data awal apakah memang masih terdapat suatu kawasan yang diakui berupa wilayah adat sebagai indikator-indikator yang disusun. Selain keberadaan suatu indikator juga digali seberapa luasan atau besaran dari indikator tersebut, misalnya dengan tiga skala, yaitu; rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya juga ditanyakan pada tokoh komunitas lokal seberapa penting makna dari indikator terhadap kehidupan komunitas lokal. Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan menggunakan pedoman FGD dan wawancara yang terstruktur dan terfokus pada informasi yang ingin diperoleh di kampung lokasi survey (10 kampung).

Page 9: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

9

BAB 3. TEMUAN DAN HASIL

Konteks Lanscape dan Tataguna Lahan Regional di Areal Sekitar PT Wijaya Sentosa

Batas lanskap Penilaian NKT pada areal kerja PT. Wijaya Sentosa adalah terbentang dari dataran pantai Teluk Wandamen di bagian timur hingga pegunungan di bagian barat areal konsesi. Sedangkan berdasarkan DAS, terbentang dari hulu DAS Naramasa hingga ke DAS bagian hilir di Teluk Bintuni dan DAS-DAS yang bermuara di Teluk Wandamen. Sebagian besar sub DAS yang ada bermuara ke Sungai Naramasa disebelah Barat.

PT Wijaya Sentosa dikelilingi oleh Hutan Lindung Wetur (utara), Hutan Lindung Naskeri (selatan), Taman Nasional Teluk Cendrawasih di Teluk Wandama (Timur). Selain itu terdapat empat Hutan Lindung yang belum diberi nama disekitar lokasi PT Wijaya Sentosa. Ada sebagian kecil areal di tengah, barat dan utara konsesi yang menjadi pemukiman desa masayarak setempat.

Berdasar Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan (PKHP) Provinsi Papua Barat Tahun 2014 (SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 783/Menhut-II/2014), areal IUPHHK-HA PT. WS terdiri dari kawasan hutan produksi tetap (HP) seluas 36.246 ha, hutan produksi terbatas (HPT) seluas 89.471 ha, hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 4.696 Ha dan areal penggunaan lain (APL) seluas 342 Ha. APL di dalam areal IUPHHK PT. WS tersebut tersebar di 3 (tiga) lokasi, yakni 2 (dua) lokasi berada di bekas kampung (kampung lama) di hulu Sungai Naramasa dan di Sungai Refideso, dan satu lokasi lainnya di Idoor. Pada Peta PKHP berdasar Keputusan Menteri Kehutananan Nomor 891/Kpts-II/1999 tahun 1999, APL di dalam areal IUPHHK-HA PT. WS (dahulu PT. Wapoga Mutiara Timber Unit I) tidak ada.

Sementara itu berdasar Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Papua Barat Tahun 2008 – 2028, wilayah Provinsi Papua Barat dibagi ke dalam 4 (empat) Satuan Wilayah Pengembangan (SWP), yakni : SWP 1 meliputi wilayah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Wondama; SWP 2 meliputi wilayah Kabupaten Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, dan Teluk Bintuni; SWP 3 meliputi wilayah Kabupaten Raja Ampat; dan SWP 4 meliputi wilayah Kabupaten Fak-Fak dan Kabupaten Kaimana. Mengingat areal IUPHHK PT. WS berada di dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Teluk Bintuni, maka areal ini termasuk dedalam wilayah SWP 1 dan SWP 2. Wilayah SWP 1 diarahkan untuk kegiatan admnistrasi, industry, pertanian, perikanan tangkap dan budidaya, dan kehutanan. Sedangkan SWP 2 diarahkan untuk pengembangan industri, pertambangan dan penggalian, perkebunan, kehutanan, pertanian, industri perikanan, perdagangan dan jasa.

Page 10: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

10

Hasil temuan Identifikasi NKT di PT Wijaya Sentosa

Berdasarkan hasil penilaian NKT, semua attribute NKT teridentifikasi di areal PT. Wijaya. Hasil perhitungan planimetris menunjukkan luas total kawasan bernilai konservasi tinggi atau KBKT di areal IUPHHK-HA PT. Wijaya Sentosa adalah 45.848 ha atau sebesar 35.06% dari seluruh total areal perusahaan (130.755 ha). Secara ringkas temuan attribute NKT dan KBKT-nya dalam wilayah konsesi PT Wijaya Sentosa disajikan dalam table berikut:

Gambar 2. Peta Sebaran Kawasan Bernilai Tinggi (KBKT) di Areal IUPHHK-HA PT. Wijaya Sentosa

Page 11: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

11

Tabel 3. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa NKT Definisi Keberadaan

Ada/Potensi/Tidak ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

1 Konsentrasi keanekaragaman hayati termasuk spesies endemik, serta spesies langka, terancam punah atau genting (RTE) yang signifikan di tingkat global, regional atau nasional.

1.1 Kawasan yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman Hayati Bagi Kawasan Lindung dan/atau Konservasi

Ada Di dalam areal PT. Wijaya Sentosa terdapat kawasan yang berfungsi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yaitu kawasan lindung berupa sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan perlindungan satwa, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan penyangga Hutan Lindung dan Taman Nasional Cendrawasih, hutan darat, hutan rawa, hutan mangrove dan hutan karst. Diareal ini juga ditemukan kawasan yang potensi menjadi daaerah perlindungan satwa liar (DPSL)

19,768.60

1.2 Spesies Hampir Punah Ada Dalam konsesi PT Wijaya Sentosa ditemukan satu jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam kategori CR/Critically Endangered (kritis) menurut IUCN, yaitu Merawan (Hopea mengerawan Miquel) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah. Sedangkan jenis satwaliar kategore CR/Critically Endangered (kritis) ditemukan Kuskus bohai (Spilocuscus rufoniger) dan Kuskus biak (Spilocuscus wilsoni), dimana kedua jenis satwaliar tersebut ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah (SS Winkor, SS Bupati, SS Warumbai, dan SS Wawon). Kawasan lain yang teridentifikasi berpotensi sebagai habitat spesies tersebut ada di buffer zone hutan lindung dan KPPN.

23,378.82

1.3 Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup (Viable Population)

Ada Ditemukan jenis flora dan fauna yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 sebanyak 63 jenis (2 jenis tumbuhan dan 61 jenis satwaliar); termasuk dalam Daftar CITES Appendix II sebanyak 62 jenis (9 jenis tumbuhan dan 53 jenis satwaliar); termasuk ke dalam kategori VU/Vulnerable (rentan) menurut Daftar Merah IUCN sebanyak 17 jenis (6 jenis tumbuhan dan 11 jenis satwaliar), dan termasuk CR/Critically Endangered) sebanyak 3 jenis (1 jenis tumbuhan dan 2 jenis satwaliar).

27,485.94

Page 12: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

12

NKT Definisi Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

1.4 Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang Digunakan Secara Temporer

Ada Penutupan lahan di areal konsesi PT Wijaya Sentosa sebagian besar masih berhutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan UP menjadi kawasan yang sangat penting bagi individu jenis satwaliar. Kawasan berhutan dengan kanopi tinggi seringkalii digunakan oleh beberapa jenis burung sebagai tempat bertengger, beristirahat atau mencari pakan ataupun daerah riparian yang dimanfaatkan oleh reptil. Habitat kunci di kawasan IUPHHK-HA PT. WS adalah areal berhutan di sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar danau, daerah tangkapan air/bukit, Gua, rawa, BZ hutan lindung dan taman nasional, KPPN, dan kebun benih yang memiliki penutupan tajuk relatif rapat dengan kanopi tinggi sangat berperanan penting bagi jenis-jenis burung sebagai tempat bertengger untuk beristirahat atau mencari makan bagi beberapa jenis burung dari famili Accipitridae. Yaitu Accipiter fasciatus (Elang alap coklat); Accipiter cirrocephalus (Elang alap kalung); Accipiter poliocephalus (Elang alap pucat); Accipiter novaehollandiae (Elang alap kelabu); Accipiter melanochlamys (Elang alap mantel hitam); Accipiter meyerianus (Elang alap mayer); Haliastur indus (Elang bondol); Megatriorchis doriae (Elang alap doria)

27,294.41

2 Mosaik ekosistem dan ekosistem dengan tingkat lanskap yang luas yang signifikan secara global, regional atau nasional, dan berisi mayoritas populasi spesies yang timbul secara alami dan mampu bertahan hidup dalam pola persebaran dan kelimpahan alami.

2.1 Kawasan Bentang Alam Luas yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi Secara Alami

Ada Berdasarkan analisa Citra Landsat tutupan lahan di areal IUPHHK-HA PT. WS dapat dibedakan kedalam 5 (lima) macam, yaitu (1) Hutan sekunder/bekas tebangan seluas 56.804 ha (43,44 %), (2) Hutan primer seluas 68.766 ha (52,59 %), (3) Hutan Mangrove seluas 490 ha (0,37%), (4) Hutan rawa seluas 414 ha (0,32%) dan (5) Lahan terbuka seluas 65 ha (0,05%). Dengan melihat angka luasan tersebut, maka di areal IUPHHK-HA PT. WS tidak ditemukan adanya kawasan hutan inti sesuai dengan kriteria NKT2.1; namun di sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS ditemukan adanya kawasan hutan inti sesuai dengan kriteria NKT2.1 yaitu TN Teluk

19,739.35

Page 13: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

13

NKT Definisi Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

Cendrawasih dan Hutan Lindung-1, HL-2, Hl3, HL-4, dan HL Wetur yang berbatasan langsung dengan areal IUPHHK-HA PT. WS. Kawasan berhutan di areal IUPHHK-HA PT. WS sebagian merupakan bagian dari lansekap dengan HL dan TN Teluk Cendrawasih, dimana kondisi hutannya masih baik, sehingga daerah penyangga yang terdapat di areal IUPHHK-HA PT. WS (bufferzone hutan lindung dan taman nasional) dapat berfungsi sebagai areal yang dicadangkan atau diperlukan untuk menjamin bahwa proses ekologi alami dapat berlangsung tanpa gangguan akibat fragmentasi dan pengaruh daerah bukaan (edge effect).

2.2 Kawasan Alam yang Berisi Dua atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus (berkesinambungan)

Ada Areal konsesi PT Wijaya Sentosa memiliki dua ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan) yaitu ekosistem hutan dataran rendah dan rawa air tawar, hutan dataran rendah dan mangrove, serta rawa air tawar dan mangrove. Tutupan lahan ekosistem hutan dataran rendah, rawa air tawar, dan mangrove yang ditemukan di wilayah tersebut masih berupa hutan primer dan sekunder yang kondisinya baik.

23,278.80

Page 14: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

14

NKT Definisi Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

2.3 Kawasan yang Mengandung Populasi dari Perwakilan Spesies Alami

Ada Kawasan konsesi PT Wijaya Sentosa memiliki beberapa jenis ekosistem yang bisa menjadi habitat alami bagi spesies yang ditemukan, baik dalam kategori CR maupun hanya sebagai habitat sementara. Yaitu kawasan hutan dataran rendah (low land), mangrove, rawa, dan karst. Semua keterwakilan spesies ditemukan dalam tipe kawasan hutan tersebut. Seperti: a). Di tipe hutan dataran rendah: Gaharu (Aquilaria filaria (Oken.) Merrill), Yebi-yebi (Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw), Merawan (Hopea mengerawan Miquel), Mersawa (Anisoptera costata Korth.), Merbau (Instia acuminata Merrill), Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze) dan lain lain. b). Di tipe hutan rawa: Da (Metroxylon sagu Rottb.), Tawo/weto/vetau (Aglaia tomentosa Merrill), Soma-soma/kofa (Barringtonia racemosa Hort. ex Miq.), Tanjung (Bruguiera gymnorrhiza), Watura (Bruguirea parviflora (Roxb.) Wight. & Arn.), Merbau (Intsia palembanica Miq.), dan lain lain. c). Di tipe hutan karst: Yatofa (Alstonia scholaris (L.) R. Br.), Cratoxylon arborescens Bl., Tanage/ikimuri (Ficus benjamina L.), Mahang daun lonjong (Macaranga conifera Muell. Arg.), Sudu/sabeta/nege/sopoi-sopoi/pue-pue/ kagonosa/ dora/norara (Mallotus penangensis Muell. Arg.), Kayu nona (Tetramerista glabra Miq.), dan lain lain. d). Di tipe hutan mangrove: Weda laut (Avicennia marina (Forst.f.) Bakh.), Watora/tonate/wabi-wabi (Rhizophora apiculata Bl.), Sapo (Sonneratia alba J. Smith.), Sapo (Sonneratia caseolaris (L.) Engl.), Tanjung (Bruguiera gymnorrhiza), dan Watura (Bruguirea parviflora (Roxb.) Wight. & Arn.).

28,898.02

3 Ekosistem, habitat atau refugia yang langka, terancam punah, atau genting.

Ada Di areal IUPHHK-HA PT. WS ditemukan adanya ekosistem yang termasuk terancam/langka, yaitu ekosistem Karst yang terdapat dalam sistem lahan IKN (Imskin). Tutupan lahan pada ekosistem karst masih berhutan dan berkondisi baik.

6,257.47

Page 15: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

15

NKT Definisi Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

4 Jasa ekosistem dasar dalam kondisi kritis termasuk perlindungan tangkapan air serta pengendalian erosi tanah dan lereng yang rentan.

4.1 Kawasan atau Ekosistem yang Penting Sebagai Penyedia Air dan Pengendalian Banjir bagi Masyarakat Hilir

Ada Di areal IUPHHK-HA PT. WS terdapat areal yang mengandung NKT4.1 berupa sungai dan sempadannya, mata air dan sempadannya, danau dan sempadannya, pantai dan sempadannya, daerah tangkapan air (bukit), gua, rawa air tawar, dan bufferzone hutan lindung.

19,950.03

4.2 Kawasan yang Penting bagi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Ada Areal IUPHHK-HA PT. WS mempunyai fisiografi datar sampai berbukit. Kondisi areal berbukit mempunyai peran sebagai daerah-daerah cekungan yang berfungsi sebagai tangkapan air yang penting untuk pengisian air bumi (aquifer), tetapi di sisi lain juga berpotensi longsor, erosi dan menyebabkan sedimentasi di badan-badan air (sungai) apabila tutupan lahannya tidak dikelola dengan baik. Sehingga kawasan sempadan sungai, perbukitan dengan lereng lebih dari 40% memiliki atribut NKT 4.2

4,565.80

4.3 Kawasan yang Berfungsi Sebagai Sekat Alam untuk Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan atau Lahan

Ada Kawasan konsesi PT Wijaya Sentosa yang berfungsi sekat alami untuk mencegah meluasnya kebajaran hutan dan lahan teridentifikasi di buffer zone hutan lindung, bufferzone TN Teluk Cendrawasih, hutan rawa primer dan sempadan sungai

11,448.37

5 Tempat dan sumberdaya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk setempat atau masyarakat adat (misalnya untuk mata pencaharian, kesehatan, gizi, air), yang teridentifikasi melalui

Ada Berdasarkan hasil survey dan analisis data tentang karakteristik masyarakat di kampung-kampung yang terdapat di dalam dan sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu Kampung Dusner-Siwosawo, Muandarisi, Simei/Sobiar, Nanimori, Sombokoro, Sandey, Werianggi, Tamoge, Obo, dan Idoor dapat disimpulkan bahwa di areal IUPHHK-HA PT. WS mengandung NKT5. Sumber-sumber bahan makanan sagu diidentifikasi dalam rumpun-rumpun sagu dihampir semua dusun yang ada dalam kawasan konsesi. Seperti Rumpun Sagu S. Mambiru; Rumpun Sagu S. Wingkor; Rumpun Sagu Km 4; Rumpun Sagu Maruandiwar; Rumpun Sagu Womba; Rumpun

4,139.15

Page 16: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

16

NKT Definisi Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

keterlibatan dengan penduduk atau masyarakat adat tersebut.

Sagu Km 14; Rumpun Sagu Wonton; Hutan Cadangan Kampung Idoor; dan lain lain

6 Tempat, sumberdaya, habitat dan lanskap yang memiliki nilai penting budaya, arkeologis, atau historis secara global atau nasional, atau nilai budaya, ekonomi atau religi/suci yang sangat penting bagi penduduk setempat atau masyarakat adat, yang teridentifikasi melalui keterlibatan dengan penduduk atau masyarakat adat tersebut.

Ada Di sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS sekurangnya terdapat lima kampung yang di dalamnya terdapat lokasi atau kawasan yang memiliki nilai penting bagi identitas budaya masyarakat lokal, yaitu Kampung Dusner-Siwosawo, Simei/Sobiar, Nanimori, Obo, dan Idoor. Ada sekitar 20 lokasi yang teridentifikasi sebagai NKT 6 ini, diantaranya: Bukit Orbuon; Diarpuri ;Hutan Adat Kampung Dusner (S. Sobiar); Namama (kampung lama); Sobiar (Kampung lama); Sioh (Kampung Lama); Hulu S. Simei / makam keramat ;Bukit Nabui/Gunung Botak; Tanjung Pamali S Naramasa

2,029.09

* Areal yang teridentifikasi sebagai NKT bisa memiliki lebih dari satu NKT

Page 17: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

17

Kemudian bedasarkan hasil analisa keberadaan NKT atau KBKT maka kawasan bernilai konservasi tinggi dalam konsesi PT WS dibagi dalam dua kategori:

Pertama; Kawasan bernilai konservasi tinggi yang masuk dalam kategori dilindungi atau dikonservasi seluas 25,729 ha atau 19.72% dari total luas areal PT Wijaya Sentosa. Hal ini dimaksudkan sebagai kawasan representative NKT yang dipertahankan seperti kondisi alaminya bahkan jika memungkinkan ditingkatkan kualitas nilai konservasi tinggi yang telah ditemukan. Kawasan bernilai konservasi tinggi yang masuk dalam kategori ini terdapat dalam table berikut.

Tabel 4. Kawasan Representative atau Perwakilan Nilai Konservasi Tinggi Yang dilindungi Sesuai Dengan Kondisi Alaminya di Areal PT. Wijaya Sentosa

Kedua; Kawasan bernilai konservasi tinggi yang masuk dalam kategori kawasan hutan yang bisa dipanen/dimanfaatkan dengan perlakukan kehati-hatian yang tinggi. Kawasan bernilai konservasi tinggi yang masih bisa dimanfaatkan ini berada dalam ekosistem hutan dipterocarpacea dataran rendah, yang sebagian besar masih berhutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder dengan total luas 20.056 Ha. Dimana yang termasuk dalam kawasan bernilai konservasi tinggi ini meliputi

Area NKT Nilai NKT Luas (Ha) Buffer KL/Sempadan Pantai NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT

2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 3, NKT 4.1, NKT 4.3

6.521

Danau dan Mata Air NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT2.2, NKT 2.3, NKT 4.1, NKT 5

136

Landscape Karst NKT 1.1, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.3, NKT 3, NKT 4.1, NKT 4.2, NKT 4.3

2.944

KB/ KPPN NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 4.1, NKT 4.3

1.384

KL Lainnya (Hutan Keramat, Kampung, dll)

NKT 1.1, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.3, NKT 4.1, NKT 5, NKT 6

2.219

Lahan Basah (Rawa/ Mangrove) NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 3, NKT 4.1, NKT 4.3

1.477

Landscape Hutan Rawa Primer NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 3, NKT 4.1

3.058

Sempadan Sungai NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 4.1, NKT 4.3, NKT 5

4.393

Berbukit/Slope >40% NKT 1.1, NKT 2.1, NKT 2.3, NKT 4.1, NKT 4.2

3.660

Grand Total 25.792

Page 18: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

18

NKT 1.1, NKT 1.2, NKT 1.3, NKT 1.4, NKT 2.1, NKT 2.2, NKT 2.3, NKT 4.2. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan tersebut menjadi kawasan yang sangat penting bagi individu jenis satwaliar baik karena kondisi kanopi hutan yang tinggi dimana seringkalii digunakan oleh beberapa jenis burung sebagai tempat bertengger, beristirahat atau mencari pakan ataupun daerah riparian yang dimanfaatkan oleh reptil. Seperti beberapa jenis burung dari famili Accipitridae. Yaitu Accipiter fasciatus (Elang alap coklat); Accipiter cirrocephalus (Elang alap kalung); Accipiter poliocephalus (Elang alap pucat); Accipiter novaehollandiae (Elang alap kelabu); Accipiter melanochlamys (Elang alap mantel hitam); Accipiter meyerianus (Elang alap mayer); Haliastur indus (Elang bondol); Megatriorchis doriae (Elang alap doria). Sedangkan untuk jenis tumbuhan terdapat jenis Gaharu (Aquilaria filaria (Oken.) Merrill), Yebi-yebi (Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw), Merawan (Hopea mengerawan Miquel), Mersawa (Anisoptera costata Korth.), Merbau (Instia acuminata Merrill), Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze) dan lain lain. Kandungan NKT dalam kawasan ini adalah NKT 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 2.1; 2.2; 2.3; dan 4.2. Pertimbangan penetapan kawasan ini masih bisa dipanen/dimanfaatkan oleh PT WS adalah kawasan hutan tersebut merupakan areal efektif pemanenan seperti areal pemanenan blok RKT lainnya. Dimana dalam pemanfaatannya PT WS diwajibkan untuk:

• Menerapkan system pemanenan yang ramah lingkungan atau RIL (Reduce Impact Logging),

• Memberikan tatabatas yang jelas terhadap kandungan nilai NKT yang ditemukan di areal ini dan memasukkannya dalam peta kerja sehingga bisa menjadi panduan para pekerja untuk melindungi dan meminimalkan dampak kerusakan NKT tersebut. Misalnya perlindungan sempadan sungai, perlindungan jenis pohon yang dilindungi, perlindungan habitat satwa penting dan dilindungi, perlindungan situs budaya/relegi masyarakat setempat dll

• Melakukan survey identifikasi populasi flora dan fauna yang penting dalam KBKT tersebut dan melakukan pemantauan secara periodic mengenai kondisi dinamikanya .

• Menerapkan penentuan Jatah Tebangan Tahunan di areal tersebut secara conservative untuk kepentingan kehati-hatian, dengan mengutamakan perhitungan berdasakan riap tegakan serta pertimbangan ekologis/konservasi lainnya.

Proses Konsultasi Penilaian dan Penyusunan Laporan NKT PT Wijaya Sentosa Konsultasi publik dilakukan pada hari Senin Tanggal 4 Mei 2015 di Kabupaten Teluk Wondama, dengan melibatkan Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Manokwari, Universitas Papua, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Teluk Wondama, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Bidang Pengelolaan TNTC Wilayah II Wasior, WWF Indonesia Manokwari, Sekretaris Distrik Kuriwamesa, Polsek, Koramil), tokoh masyarakat lokal (kepala kampung, tokoh adat, petuanan, dan tokoh masyarakat), dan staf perusahaan. Disamping itu pada saat survey lapangan dilakukan pula diskusi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan tingkat lokal melalui Focus Group Discussion (FGD) atau Focus Group Interview (FGI) dengan tokoh masyarakat di kampung-kampung lokasi survey.

Page 19: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

19

Laporan NKT PT Wijaya Sentosa telah mengalami perbaikan hingga revisi kedua yang terbit pada Februari 2016 dimana proses perbaikan laporan tersebut (termasuk revisi rencana Pengelolaan NKT-nya) dilakukan setelah mendapat masukan dari para stakeholder (seperti WWF IND-GFTN) seperti dari temuan-temuan dalam audit sertifikasi FSC dan stakeholder lainnya, dari Oktober 2015 hingga Februari 2016.

Page 20: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

20

BAB 4.PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Potensial Ancaman Keberadaan NKT dan KBKT di PT Wijaya Sentosa Dari hasil identifikasi KBKT di PT WS, setidaknya ditemukan adanya beberapa potensial ancaman terhadap keberadaan attribute NKT dan KBKT yang ditemukan. Yaitu: Ancaman 1 : Pembangunan jalan dan sarana lainnya, akan menyebabkan antara lain: fragmentasi habitat, kerusakan habitat bagi tumbuhan dan satwa liar, serta hilangnya jenis tumbuhan yang termasuk CR/Critically Endangered (kritis). Ancaman 2 : Pemanenan hasil hutan (penebangan pohon dan penyaradan), ancaman yang akan terjadi antara lain : yang melampaui batas areal NKT sebagai akibat belum dilakukan tata atas pada areal NKT di lapangan, sehingga menyebabkan fragmentasi dan kerusakan habitat bagi tumbuhan dan satwa liar, serta hilangnya jenis tumbuhan dan terganggunya satwaliar yang termasuk CR/Critically Endangered (kritis). Ancaman 3 : Penanaman di areal terbuka dengan menggunakan jenis tanaman eksotik dan/ atau invasif, ancaman yang akan ditimbulkan antara lain: dapat menyebar dan menginvasi areal NKT yang pada akhirnya dapat rusak atau terfragmennya lansekap dengan potensi istimewa yang dapat menjaga kelangsungan hidup populasi dari perwakilan spesies alami. Ancaman 4 : Adanya pencemaran bahan kimia yang masuk ke perairan yang masuk ke perairan, yang masuk ke perairan, dapat mempengaruhi kehidupan reptilia dari family Varanidae dan Crocodylidae. Ancaman 5 : Terjadinya kegiatan pembalakan liar dan perambahan kawasan, sebagai akibat belum adanya pengakuan dari pihak-pihak terkait tentang batas dan keberadaan areal NKT. Ancaman 6 : Terjadinya kegiatan perburuan satwaliar, sebagai akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian jenis tumbuhan dan satwaliar yang termasuk CR/Critically Endangered (kritis). Ancaman 7: Adanya konversi hutan sebagai akibat perubahan RTRWP atau RTRWK yang tidak mempertimbangkan keberadaan areal NKT, sehingga akan menghilangkan keberadaan jenis tumbuhan dan satwaliar yang termasuk CR/Critically Endangered (kritis) beserta habitatnya. Ancaman 8 : Kebakaran hutan dan lahan, yang dapat mematikan jenis tumbuhan dan satwaliar yang termasuk CR/Critically Endangered (kritis) di areal NKT. Ancaman 9 : Lemahnya penegakan hukum.

Page 21: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

21

Rekomendasi Pengelolaan dan Pemantauan NKT dan KBKT di PT Wijaya Sentosa Secara ringkas kegiatan pengelolaan dan pemantauan attribute NKT dan KBKT di PT. Wijaya Sentosa meliputi kegiatan:

1. Pemetaan KBKT dan mengintegrasikan dalam peta kerja PT. Wijaya Sentosa. Peta inimenjadi induk bagi semua turunan peta kerja dilingkungan PT. Wijaya Sentosa.

2. Implementasi tahapan TPTI khususnya terkait tatabatas kawasan lindung yang masuk dalam KBKT maupun blok RKT.

3. Melakukan sosialisasi kepada para pihak baik staff karyawan, masyarakat sekitar dan juga pihak Pemerintah Pusat dan PEMDA (provinsi, kabupaten, kota) terkait keberadaan attribute NKT dan KBKT di wilayah konsesi PT. Wijaya Sentosa. Sehingga jika ada rencana pembangunan dari pihak PEMDA maka keberadaan KBKT tersebut dipertimbangkan dalam mengambil keputusan.

4. Implementasi RIL dalam perencanaan dan operasional pemanenan termasuk implementasi sistem evaluasi kualitas RIL.

5. Monitoring tutupan kawasan hutan baik menggunakan satelit image maupun patroli kawasan hutan secara berkala.

6. Monitoring hotspot kebakaran hutan melalui satellite. 7. Survey populasi flora-fauna dilindungi dan masuk dalam kategori CR/IUCN (Kuskus Bohai,

Kuskus Biak dan Hopea mengarawan Miquel). 8. Perlindungan dan pengamanan dari kegiatan perburuan illegal khususnya pada jenis

satwa Kuskus Bohai dan Kuskus Biak. 9. Perlindungan dan pengamanan dari kegiatan penambangan liar dan perambahan hutan.

10. Perlindungan keterwakilan ekosistem yang ada di PT. Wijaya Sentosa termasuk wilayah peralihan tipe ekosistemnya/ecotone.

11. Perlindungan jenis tumbuhan Hopea Mengarawan dari penebangan, baik oleh PT. Wijaya Sentosa

12. Melakukan monitoring dampak lingkungan (tanah dan air) serta sosial bagi desa-desa yang terkena dampak kegiatan PT. Wijaya Sentosa.

13. Perlindungan situs budaya milik masyarakat berupa deliniasi di peta, di lapangan dan dikeluarkan dari area produksi.

Target lokasi pengelolaan dan pemantauan attribute NKT dan KBKT di PT. Wijaya Sentosa adalah sebagi berikut:

1. Kawasan Resapan Air: Gunung Botak, Landscape Karst, Bukit dengan ekosistem Karst 1-4, Slope > 40 %, area rawa 1-6; Ekoton Lahan Basah

2. Sempadan Sungai: Sempadan Kali Koke, Sempadan Kali Kuri, Sempadan Kali Sanggia, Sempadan Kali Wombu, Sempadan Sungai (SS) Anak Sungai Sawinggu; SS Anak Sungai Wowor; SS Andaikowo; SS Esen; SS Etri; SS Idoor; SS Kurinabi; SS Kutuwai; SS Menkusiware; SS Nanimori; SS Nengga; SS Pabuara; SS Rapideso; SS Rubati; SS Sawaden; SS Sawinggu; SS Senggi; SS Sobiar; SS Naramasa; SS Wagene; SS Warumbai; SS Warwaran; SS Warwati; SS Watiri; SS Weiranggi; SS Wingkor; SS Wowor dan SS Yawarone

Page 22: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

22

3. Kawasan Sekitar Mata Air (KSMA): KSMA Km 2; KSMA Ararom; KSMA Mata Air Bersih Simei; KSMA Mata Air Warumbai; KSMA Sumber Air Endop;

4. Kawasan Sekitar Danau: Danau 3 dan Danau Bebek 5. Buffer Zone HL dan TN: Sempadan Pantai Teluk Cendrawasih 1; Sempadan Pantai 6. Teluk Cendrawasih 2; BZ HL 1 – HL 6; BZ HL WETUR 7. Goa: Goa 1 dan Goa 2; Goa S Hilang; Goa S Muncul 8. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) dan Kebun Benih: KB 1; KPPN 1-4 9. Kawasan Lindung Lainnya: Kampung Lama Simei; Kampung Lama Sobiar; Kampung Lama

Sioh; Kampung Lama Refideso; Mangrove1; Mangrove 2; Hutan Keramat Idoor; Kampung Lama Obo

10. Landscape Hutan Primer 11. Landscape Hutan Rawa Primer 12. Landscape Karst

Page 23: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

23

BAB 5.REFERENSI DALAM IDENTIFIKASI NKT DAN KBKT

DI PT WIJAYA SENTOSA

1. Anonimous. 1990. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

2. Anonimous. 1990. Keppres 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 3. Anonimous. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya. 4. Anonimous. 1991. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa 5. Anonimous. 1991. Peraturan Pemeritah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai 6. Anonimous. 1993. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63/Prt/1993 Tentang Garis

Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai 7. Anonimous. 1999. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 8. Anonimous. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 9. Anonimous. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya

Air 10. Anonimous. 2005. Laju Kerusakan Hutan Kalimantan dari Tahun 1950 - 2005 dan Perkiraan Laju

Kerusakan Hutan Kalimantan Tahun 2010 – 2020 11. Anonimous. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. 12. Anonimous. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan No. P32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 13. Anonimous. 2014. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014. www.iucnredlist.org 14. Bismark. 1980. Mengenal Jenis-Jenis Hylobatidae. Jurnal Kehutanan Indonesia No. 11 Th.IV.

Direktorat Jenderal Kehutanan. Bogor. 15. Bruce, Bechler, Zimmerman,D.A; Part, T.K; 2001. Burung-burung di kawasan Papua (Papua, Papua

Nugini dan Pulau satelitnya. Puslitbang LIPI dan Birdlife International. 16. Chivers, D.J. 1977. Primate Conservation. Academic Press, New York. 17. Chivers, D.J. Malayan Forest Primate. Ten Years Study in Tropical Rain Forest. Plenum Pressn, New

York. 18. CITES. 2014. Protected Species. <www.cites.org>. didownload pada 26 Juli 2014. 19. Deshaye, Jean dan P. Moriiset. 1989. Species Area Relationship and the LOSS Effect in Subartic

Archipelago. Biological Conservationh 48 (1889) : 265-146 Society of London on 24th and 25 th November 1989). The Zoological Society of London, Clarendon Press-Oxford.

20. Gipps, J.H.W. 1991. Beyon Captive Breeding: Re-Introducing Endangered Mammals to The Wild (The Proceedings of Symposium held at the Zoological

21. Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 22. HCV RSPO Indonesia Working Group (HCV-RIWG). 2009. Pedoman Pengelolaan dan Pemantauan

Nilai Konservasi Tinggi (NKT) untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di Indonesia Versi Draft Pertama September 2009.

23. HCVRN. 2013. Panduan Umum untuk Identifikasi Nilai-Nilai Konservasi Tinggi (NKT). 24. HCVRN. 2013. Pola Acu (Templete) Laporan Penilaian Nilai-Nilai Konservasi Tinggi (NKT). 25. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I (Terjemahan : Badan Litbang Kehutanan). Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

Page 24: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

24

26. ________. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II (Terjemahan : Badan Litbang Kehutanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

27. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III (Terjemahan : Badan Litbang Kehutanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

28. ________. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia IV (Terjemahan : Badan Litbang Kehutanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

29. Istomo. 2002. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Hutan Rawa Gambut. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

30. IUCN. 2015. IUCN Red List Categories. Prepared by the IUCN Species Survival Commission. IUCN, Gland, Switzerland.

31. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 1992. Indonesian Country Study on Biological Diversity. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta.

32. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Kawasan Bernilai Ekonomi Tinggi di Indonsia. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. Jakarta.

33. Kreb, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publishers. New York. Pp. 293-327. 34. Kumara, I. 2006. Karakteristik Spasial Habitat Beberapa Jenis Burung Rangkong di Taman nasional

Danau Sentarum. Tesis pada Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 35. Manan, S., S. Supangkat, Y. Abas dan S. Sukandar, 1984, Conservation Program on Sago Palm

Indonesia, Paper Presented at the Expert Consultation on the Development of the Sago Palm Products, Jakarta, January 16 – 21, 1984.

36. Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor-Indonesia.

37. Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, dan K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor-Indonesia.

38. Cox. M.J; Paul. P; Thitulhup. K, 1998. A Photographic Guide To Snake and Other Reptiles of Thiland, Singapore and Peninsular Malaysia.

39. Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency. Jakarta.

40. Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution, dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI Bekerjasama dengan GEF-Biodiversity Collections Project. Bogor.

41. Odum, H.T. 1983. Systems Ecology. John Willey, New York 644pp. 42. Payne, J. C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.R. Kartikasari. 2000. Panduan lapangan Mamalia di

Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Wildlife Conservation Society, The Society Malaysia dan WWF Malaysia. Indonesia – Malaysia.

43. Prastowo. 2008. Pengelolaan Ekosistem Mata Air. Dalam: Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan (Eds: Arsyad, S. & E. Rustiadi). Crespent Press dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

44. PROSEA. 1992. Plant Resources of South-East Asia 2 : Edible Fruits and Nuts (Editors : E.W.M. Verheij and R.E. Coronel). PROSEA Foundation. Bogor-Indonesia.

45. ________. 1992. Plant Resources of South-East Asia 3: Dye and Tannin-Producing Plants (Editors : R.H.J.M. Lemmens and N. Wulijarni-Soetjipto). PROSEA Foundation. Bogor-Indonesia.

46. ________. 1994. Plant Resources of South-East Asia 5: (1) Timber Trees : Major Commercial Timbers (Editors: I. Soerianegara and R.H.M.J. Lemmens). PROSEA Foundation. Bogor-Indonesia.

47. ________. 1999. Plant Resources of South-East Asia 12 : (1) Medicinal and Poisonous Plants 1 (Editors : L.S. de Padua, N. Bunyapraphatsara and R.H.M.J. Lemmens). PROSEA Foundation. Bogor-Indonesia.

Page 25: PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI DI AREAL IUPHHK-HA PT

25

48. Sastrapradja, S., E.A. Widjaja, S. Prawiroatmodjo, dan S. Soenarko. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor.

49. Sastrapradja, S., K. Kartawinata, U. Soetisna, Roemantyo, H. Wiriaditana, dan S. Soekardjo. 1979. Kayu Indonesia. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor.

50. Sastrapradja, S., J.J. Afriastini, dan H. Sutarno. 1983. Makanan Ternak. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor.

51. Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1984. Kerabat Beringin. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor. 52. Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor. 53. Stewart C., George P., Rayden T., dan Nussbaum R. (Proforest), 2008. Pedoman Pelaksanaan

Penilaia n Nilai Konservasi Tinggi (Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Para Praktisi Dan Penilai Lapangan). Proforest- Oxford OX1 3HZ

54. Yayasan Adi Sanggoro. 1996. Alokasi dan Tata Guna Lahan Rasional. Yayasan Adi Sanggoro, Lembaga Penelitian. Bogor.