78
PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI MASA KE MASA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh Rizky Ediputratama NIM: 106034001256 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2011 M.

PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

1

PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD

DARI MASA KE MASA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Rizky Ediputratama

NIM: 106034001256

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2011 M.

Page 2: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

2

PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD

DARI MASA KE MASA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Rizky Ediputratama

NIM: 106034001256

Pembimbing

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A

NIP: 19560221 199603 1 001

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2011 M.

Page 3: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

3

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA

NIP: 19560221 199603 1 001

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. M. Suryadinata, MA

NIP: 19600908 198903 1 005

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP: 19711003 199903 2 001

Penguji I

Hasanuddin Sinaga, MA

NIP: 19701115 199703 1 002

Penguji II

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP: 19711003 199903 2 001

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skrip yang berjudul “PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN

JIHAD DARI MASA KE MASA”, telah diajukan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juni

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 22 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Anggota,

Pembimbing

Page 4: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademis

(skripsi) ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi

SAW beserta keluarga dan sahabatnya, dan semoga kita semua mendapat

syafaatnya di kemudian hari nanti.

Atas pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

sangat sederhana ini, walaupun tidak sedikit rintangan dan hambatan hingga batas

waktu yang diberikan oleh pihak Fakultas. Di samping itu, rampungnya penulisan

skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin memberikan apresiasi

yang tinggi serta ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

kontribusinya dalam penyusunan skripsi ini:

1. Prof. Dr. Zainul Kamaluddin F. M.Ag selaku dekan dan Prof. Dr. M. Ikhsan

Tanggok, M.Si selaku pudek., dan Dr. Bustamin SE, M.Si selaku ketua

jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A selaku pembimbing, yang dengan sabar

telah membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini sampai rampung,

dengan kesabaran beliau sungguh sangat berarti bagi kelancaran penulisan

skripsi ini, penulis hanya bisa berdoa “Jazakumullah ahsana al-jaza”.

3. Dan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada para penguji, yang telah

dengan sabar menguji dan mengkoreksi skripsi ini. Terima kasih penulis

ucapkan kepada bapak Dr. M. Suryadinata, M.Ag selaku ketua panitia sidang

munaqasyah dan ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA sebagai sekretasis.

Kemudian ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Hasanuddin

Sinaga, MA selaku penguji I dan ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku

penguji II dalam sidang munaqasyah.

Page 5: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

ii

4. Segenap dosen dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, khususnya

Jurusan Tafsir Hadis, yang dengam ikhlas dan tulus mencurahkan dan

mentransfer wawasan serta pengetahuannya selama penulis menempuh studi

di kampus tercinta ini.

5. Segenap pimpinan dan stap Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,

perpustakaan Ushuluddin dan juga tak lupa kepada seluruh staf perpustakaan

Iman Jama‟ Lebak bulus yang telah memberikan fasilitas sumber

rujukan/referensi.

6. Ibunda tecinta, ibu Wirdaniwati Koto yang telah mengasuh, mendidik,

mendo‟akan, dan memberikan kasih saying serta dukungan, baik moril

ataupun materil selama penulis menjalani studi. Dan juga kepada kakak-

kakak, om, serta seluruh keluarga penulis yang kesemuanya selalu

memberikan semangat kepada penulis selama menempuh studi di kampus ini.

7. Kepada teman-teman penulis yang satu nasib, satu perjuangan, yang tangguh

dan gagah berani di kelas Tafsir Hadis A dan B. Terutama sahabat penulis

Soimuddin, Zainal Muttaqin, Syafiqul Subuh, Muhtar Hafifi, Rahmat

Hidayatullah, Tomi Sutrisno, Sulaiman, Sugeng Sugiarto, Mujiburrahman,

Ramfalak Siregar, Kokom, Lia. Serta teman-teman penulis yang telah sukses,

Fauziah Hasni, Nur Jannah, Monel, Nur Hidayah, Sahla, Riri, Taufik (petong),

dan bung Surna.

8. Dan teman-teman penulis satu kamar, Mahfud, Umam, Zein, Dayat, Muslih

(syeikh) yang selalu mendukung dan memberi semangat serta penuh

pengertian.

9. Kepada segenap kawan-kawan yang aktif dalam oraganisasi, baik yang berada

di dalam dan di luar kampus (KMM, IMM, HMI, PMII, KAMMI). Kepada

mereka penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah

memberikan kepada penulis sebuah contoh cerminan Mahasiswa yang

tangguh dan kreatif.

Page 6: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

iii

Dengan rampung dan selesainya karya tulis ini, penulis sangat menyadari

bahwa masih terdapat kekurangan disana-sini dan jauh dari kesempurnaan, baik

berkaitan dari segi penulisan, susunan kalimat ataupun yang lainnya. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan

yang sangat sederhana ini ada manfaatnya bagi nusa, bangsa dan agama, lebih

khusus bagi penulis sendiri, Amin amin ya robbal „alamin.

Jakarta, 03 Juni 2011

Page 7: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d da د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik keatas, menghadap ke kanan „ ع

gh ge dan ha غ

1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008/2009, hal. 492 - 495.

Page 8: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

v

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha هـ

apostrof „ ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab sama seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

______ a fathah

______ i kasrah

______ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

__ __ ai a dan i

__ __ au a dan u

Page 9: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

vi

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ــا

î i dengan topi di atas ــ

û u dengan topi di atas ـــ

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti oleh

huruf syamsyyiah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân

bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (– ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan

berbunyi ad-darûrah tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,

demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut

Page 10: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

vii

diikuti oleh kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh

no Kata Arab Alih aksara

tarîqah طشمح 1

al-jâmî‟ah al-islâmiyyah انجامعح اإلسالمح 2

wahdat al-wujûd حذج انجد 3

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Page 11: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i

PEDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………… iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .………………………………………..... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………. 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 7

D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 7

E. Metodologi Penelitian …………………………………………… 9

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………. 10

BAB II PEMAHAMAN DASAR SEPUTAR JIHAD

A. Definisi Jihad dan Makna Fî Sabîlillah…………………………… 12

B. Jihad di dalam Dustur Islam…… ………………………………... 18

a) Lafaz-lafaz Jihâd dalam Al-Quran…………………………… 18

Page 12: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

ix

b) Jihad di dalam Hadis Nabi SAW……………………………... 22

C. Status Hukum Jihad………………………………………………. 24

BAB III JIHAD DALAM AL-QURAN

A. Perintah Jihad …………………………………………………..... 29

B. Sasaran (objek), Sarana (media) dan Macam-macam Jihad ……... 34

a) Berjihad Melawan Orang-orang Kafir dengan Menggunakan

Argumen (Hujjah) dan Peperangan….……………………….. 38

b) Jihad Melawan Hawa Nafsu dan Setan………………………. 41

C. Tujuan Diperintahkannya Jihad ………………………………….. 45

BAB IV PENAFSIRAN JIHAD DARI MASA KE MASA

A. Sejarah Singkat Perjalanan Tafsir …………………………… 51

B. Penafsiran Ayat Jihad dari Periode Mutaqaddimîn Hingga Modern. 54

a) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Mutaqaddimîn

(abad 1-4 Hijrah) …………………………………………… 54

b) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Muta‟akhkhirîn

(abad 4-12 Hijrah) ………………………………………… 56

c) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Modern (abad 12 Hijrah) . 58

Page 13: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

x

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 61

B. Saran-saran .……………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran

Page 14: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menganugrahkan alam semesta serta menundukkannya bagi

manusia sebagai fasilitas penunjang yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.

Dia tidak membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak mampu dicerna oleh

akal, berbicara sesuatu yang tidak diketahui, dan berjalan tanpa petunjuk,

melainkan Allah menurunkan risalah-Nya yang bisa menuntun manusia kepada

tujuan hidup. Serta memberikan petunjuk bagi manusia bagaimana menata

rincian-rincian kehidupan dan interaksi sosial di antara mereka. Demikianlah

Allah menjamin bagi manusia tiang-tiang pokok eksistensi yang bersifat materil.

Allah juga menjamin eksistensi manusia secara rohani dan sosial yang tergambar

dalam petunjuk dan aturan yang diturunkan kepada mereka.

Risalah Allah selalu turun bagi manusia berturut-turut melalui perantara

seorang nabi dan rasul yang diutus kepada setiap kaum secara khusus dan

temporer, sebagaimana firman-Nya “Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus

sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya…”.2 Kemudian Allah

menyempurnakan agama-Nya dengan mengutus Muhammad SAW sebagai rasul

terakhir bagi seluruh umat manusia dan dengannya Allah menghapus setiap

risalah yang pernah datang sebelumnya. Keterangan ini senada dengan firman-

Nya yang berbunyi:

2 Depertemen Agama RI, AL-QURQN DAN TERJEMAHANNYA, (Bandung: CV

Diponegoro, 1995), h. 344.

Page 15: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

2

“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.”

(Q.s. Saba‟ [34]: 28)

Allah SWT menurunkan kepada Muhammad SAW kitab-Nya yang kekal

yaitu Al-Quran. Di dalamnya terangkum seluruh risalah secara sempurna yang

meliputi tanda-tanda kenabian dan petunjuk bagi kebahagian manusia di dunia

dan akhirat. Risalah yang sempurna ini kemudian diberi nama “Islam” dan

menjadi satu-satunya agama yang mendapat pengakuan serta keridhaan di sisi

Allah, sebagaimana firmannya “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah

hanyalah Islam…”.3 Selanjutnya Allah menjadikan umat Islam sebagai umat

panutan yang memimpin seluruh umat kepada agama yang benar serta

mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya kemenangan, dan untuk

terwujudnya hal tersebut diperlukan sebuah perjuangan.

Istilah Al-Quran untuk menunjukkan perjuangan adalah kata “jihâd”, suatu

keharusan bagi umat yang telah Allah pilih untuk peran ini dan telah dipercayakan

tugas penting agar menjadi umat yang berjuang. Karena itu datang perintah Allah

kepada umat Islam untuk berjihad sebagai konsekuensi pengemban tanggung

jawab menyiarkan Islam keseluruh penjuru dunia. Jihad di dalam Islam

merupakan unsur fundamental dan pokok karena merupakan sarana efektif untuk

3 Depertemen Agama RI, AL-QURQN DAN TERJEMAHANNYA, h. 80.

Page 16: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

3

mencegah kejahatan, baik yang terang-terangan maupun tersembunyi dan

mencegah kejahatan yang tumbuh dari dalam jiwa atau datang dari yang lain.

Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia

agar menghiasi diri dengannya serta memerintahkan manusia agar

memperjuangkan Islam hingga mengalahkan kebatilan.4 Menurut Sayyid Qutb inti

agama Islam itu adalah suatu gerakan pembebasan, mulai dari hati nurani setiap

individu dan berakhir di samudera kelompok manusia. Islam tidak pernah

menghidupkan sebuah hati lalu dipasrahkan menyerah tunduk kepada suatu

kekuasaan di atas permukaan bumi selain dari keuasaan Tuhan Yang Satu dan

Maha Perkasa. Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati kemudian

melepaskannya terbelenggu oleh keaniayaan dalam segala macam bentuk.5 Islam

mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa berjuang melalui jihad untuk

menegakkan kebebasan menganut serta menjalankan agama.

Jihad yang merupakan bagian integral wacana Islam sejak masa-masa awal

kedatangannya hingga sekarang telah melahirkan pendapat dan pandangan yang

bervariasi. Ketika mengkaji tentang jihad akan muncul berbagai pandangan dari

para ulama dan cendikiawan Islam, baik yang bersifat keras (mereka yang selalu

mengidentikkan antara jihad dan perang) serta yang besifat lunak (mereka yang

ingin mendistorsi makna jihad sehingga Islam tenggelam dalam kelemahan).

4 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudhu‟I Atas Pelbagai Persoalan

Ummat, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. ke-3, h. 501. 5 Sayyid Qutb, Dirasah Islamiyah, terjemah Dr. A. Rahman Zainuddin, MA. (Jakarta:

Media Da‟wah, t.th), h. 29.

Page 17: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

4

Di sisi lain, secara sosiologis ada kegelisahan di kalangan umat Islam

terhadap adanya kesenjangan realitas dengan ajaran ideal Islam. Satu sisi, Islam

diyakini sebagai agama yang cinta perdamaian, kasih sayang, toleran, dan

menghargai terhadap setiap perbedaan termasuk perbedaan agama dan keyakinan.

Bentuk-bentuk pemaksaan dan kekerasan bertentangan dengan ajaran Islam.

Tetapi pada sisi lain, sulit dibantah bahwa dalam Islam ada ajaran “jihad” yang

bisa dipahami dan diartikan dengan perang (dalam pengertian khusus).6 Hal ini

kemudian mendorong banyak aksi-aksi kekerasan akibat dari pengkajian yang

tidak menyeluruh terhadap ajaran Islam.

Bermula dari hancurnya sebuah pusat perbelanjaan yang terdapat di

Amerika berjuluk World Trade Center (WTC), sebuah tragedi dahsyat yang

mengantarkan tudingan miring terhadap eksistensi agama dan umat Islam di

seluruh dunia. Sejak saat itu berbergai dunia Islam, khususnya di Indonesia

stigmatisasi baru muncul, konsep jihad yang ada di dalam ajaran Islam

diidentikkan dengan kekerasan, radikalisme dan terorisme. Sehingga di Barat

konsep “jihad Islam” diartikan dengan peperangan yang bermotifkan agama

(perang suci). Seolah-olah mereka menganggap bahwa perang merupakan

kewajiban bagi umat Islam dalam mengukuhkan eksistensi agama, sedangkan

pedang dianggap sebagai instrumen yang beperan penting untuk menumpas

musuh-musuh Tuhan.

6 Penjelasan tentang masalah ini dapat dilihat pada bab berikutnya, namun untuk

memberikan sebuah contoh penulis mengemukakan pendapat Murtadha Mutthaharhi yang menitik

beratkan jihad dalam arti perang. Bahwa perang yang sifatnya defensif itu sah bagi individu,

selengkapnya baca; Murtadha Mutthaharhi, Jihad, terj. M. Hasem (Bandar Lampung: Yapi, 1987),

h. 27.

Page 18: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

5

Secara literatur istilah perang suci (the holy war) sebenarnya tidak dikenal

dalam perbendaharaan Islam. Menurut Drs. Muhammad Chirzin istilah the holy

war berasal dari sejarah Eropa dan dimengerti sebagai perang karena alasan-

alasan keagamaan. Pandangan Barat tersebut memberi corak kepada Islam sebagai

agama yang meyakini cara-cara kekerasan.7

Meskipun sebagian pelaku terorisme mengklaim dan diklaim sebagai

aktivis Islam, namun menjastis agama Islam sebagai pemicu yang bertanggung

jawab dibalik serangkaian aktivitas terorisme adalah sebuah tidakan yang sangat

terburu-buru dan terlalu dini. Sebab seluruh tindakan yang pada prinsifnya

mengandung kekerasan dilarang dan bertolak belakang dengan ajaran Islam. Di

dalam Islam haram hukumnya menghilangkan nyawa dan darah seseorang tanpa

alasan syar‟i, hal ini dapat dirujuk di dalam Al-Quran:

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu

tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak

akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu,

kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu

mempersaksikannya.”

(Q.s. al-Baqarah [2]: 84)

Dibutuhkan klarifikasi terhadap persoalan ini untuk menemukan

kebenaran tentang signifikansi spiritual jihad agar tidak ada kesalahan terhadap

aplikasi dalam menjalankannya. Serta terhindar dari spekulasi negatif khususnya

7 Muhammad Chirzin, Jihad di Dalam Al-Qur‟an; Telaah Normatif, Historis, dan

Prospektif, (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 1997), cet. 1, h. 4.

Page 19: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

6

dari kalangan umat Islam itu sendiri. Menjadi amat penting bagi setiap muslim

untuk memperolah jawaban tuntas atas pertanyaan mendasar tentang jihad dan

batasan-batasannya. Kenyataaan di atas mendorong penulis mengadakan

penelitian seputar perkembangan yang terjadi terhadap konsep jihad, yang

tertuang kedalam sebuah skripsi yang berjudul PENELUSURAN MAKNA DAN

PENAFSIRAN JIHAD DARI MASA KE MASA.

Perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendikiawan Islam dalam

mengkaji seputar konsep jihad seyogianya menjadi sebuah batu-loncatan dalam

menemukan solusi terhadap problematika kehidupan umat Islam dengan cara

mencari titik temu. Kita seharusnya menghormati setiap perbedaan pandangan

yang terjadi di kalangan ulama agar perbedaan tersebut menjadi sebuah rahmat

yang dapat mempersatukan umat Islam bukan sebaliknya, perbedaan tersebut

menjadi bencana yang mengantarkan kepada pertikaian di antara sesama muslim.

B. Pembatasan dan Perumasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam tulisan ini, maka

penulis merasa perlu memberikan batasan dan rumusan permasalahan. Pertama,

penulis membatasi pembahasan seputar pengkajian terhadap ayat-ayat Al-Quran

tentang jihad, tidak seluruhnya akan tetapi sebagian yang menyangkut

pembahasan. Kedua, agar skripsi ini terarah dan lebih komprehensif, maka penulis

akan merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu

bagaimana relevansi dan mengaktualisasikan jihad dengan konteks sosial

masyarakat Islam pada masa sekarang?.

Page 20: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

7

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya seluruh usaha yang terkait dengan kajian keislaman

bertujuan untuk menemukan solusi terhadap problematika-problematika yang

terjadi di tubuh umat Islam. Demikian pula dengan skripsi ini, diharapkan dapat

menemukan jalan keluar terhadap perbedaan pendapat menganai pemahaman

jihad. Di samping itu, tujuan penulisan skripsi ini di antaranya:

1. Guna melengkapi salah satu persyaratan kelulusan pada akhir program S1

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis dalam meraih gelar

S.Th.I (Sarjana Theologi Islam).

2. Sumbangan ilmiah untuk kepustakaan Islam, khususnya dalam kajian Al-

Quran.

3. Penulis mencoba menghadirkan bagaimana perkembangan konsep jihad dari

masa-kemasa, sehingga dapat dikomparasikan agar dapat diaktualisasikan

pada masa sekarang.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang jihad ini cukup menarik dan banyak dikaji oleh kalangan

akademis Muslim maupun non-Muslim. Begitu juga dengan buku-buku atau karya

tulis yang bertemakan tentang jihad sudah banyak sekali yang ditulis oleh tokoh-

tokoh Islam maupun non-Muslim. Di antaranya: FIQIH JIHAD karya Yusuf

Qardhawi, Jihad di Dalam Al-Qur‟an; Telaah Normatif, Historis, dan Prospektif

karya Drs. Muhammad Chirzin, M. Ag, Krisis Islam; Antara Jihad dan Teror

yang Keji karya Bernard Lewis, Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan

Page 21: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

8

Al-Bana; RUKUN JIHAD karya Ali Abdul Halim Mahmud (Penerj. Khozin Abu

Faqih, dkk).

Sementara itu karya-karya dalam bentuk skripsi yang betemakan jihad di

antaranya:

1. Perintah Berjihad (Pendekatan Ilmu Rijal Al-Hadits), karya Robinson Rahmat

Kuroso.8

2. Telaah Hadis Argumentasi Pelaku Bom Bunuh Diri Dalam Buku “Meluruskan

Makna Jihad”: Takhrij Hadis dan Analisa Sanad dan Matan, karya Ahmad

Nur Kholid.9

3. Dekonstruksi Tafsir Menuju Jihad Intelektual dan Moral (Studi Penafsiran

Terhadap QS Al-Ankabut : 69), karya Sulaiman Afifuddin yang berjudul 10

4. Jihad Dalam Al-Qur‟an Menenurut Perspektif Abdul Hadi Awang, karya

Mohd Hilman Bin Hasim yang berjudul.11

8 Robinson Rahmat Kuroso, Perintah Berjihad (Pendekatan Ilmu Rijal Al-Hadits), (Sripsi

S1 fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Universitas Islam Negri Jakarta, 2004). Dalam skripsi ini

yang dibahas adalah kualitas sanad hadis yang membicarakan perintah berjihad. Pendekatan yang

digunakan penulis dalam membahas kualitas sanad hadis adalah Ilmu Rijal Al-Hadits. 9 Ahmad Nur Kholid, Telaah Hadis Argumentasi Pelaku Bom Bunuh Diri Dalam Buku

“Meluruskan Makna Jihad”: Takhrij Hadis dan Analisa Sanad dan Matan, (Sripsi S1 fakultas

Ushuluddin dan Filsafat. Universitas Islam Negri Jakarta, 2009). Dalam karyanya penulis

menghadirkan argumentasi Imam Samudra berupa hadis tentang pelaku bom bunuh diri.

Kemudian si penulis mentakhrij hadis tersebut dan melakukan penelitian terhadap sanad dan

matannya. 10

Sulaiman Afifuddin, Dekonstruksi Tafsir Menuju Jihad Intelektual dan Moral (Studi

Penafsiran Terhadap QS Al-Ankabut : 69), (Sripsi S1 fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Universitas Islam Negri Jakarta, 2009). Pembahasan di dalam skripsi ini adalah seputar jihad yang

ditransformasikan kedalam jihad yang bermakna luas mencakup di dalamnya jihad intelektual. 11

Mohd Hilman Bin Hasim, Jihad Dalam Al-Qur‟an Mnenurut Perspektif Abdul Hadi

Awang, (Sripsi S1 fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta, 2009).

Page 22: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

9

5. Gerakan Haji Wasyid Serta Relevansinya Terhadap Konsep Jihad Dalam

Islam, karya Sa‟atu Adhia.12

6. Konsep Jihad Ahmadiyah: Sebuah Kajian Teologis, karya Ahmad Yani.13

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan dan Sumber Data

Untuk mengumpulkan dan meneliti data dalam penulisan skripsi ini

penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library riserch). Dalam hal ini

penulis merujuk kepada dua sumber, yakni sumber utama (primary resource) dan

sumber pendukung (secondary resource). Sumber pertama berasal dari kitab Al-

Quran dan kitab-kitab tafsir dari masa klasik hingga modern, sedangkan sumber

pendukungnya adalah buku-buku yang bertemakan jihad, media cetak dan web

yang memuat isu-isu tentang jihad dan sumber-sumber informasi lainnya.

2. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah

deskriptif-analitis. Pendekatan dengan metode deskriptif ini diharapkan dapat

memaparkan dengan jelas serta terperinci mengenai makna dan batasan jihad.

Kemudian dengan menganalisa data-data yang sudah ada penulis berharap dapat

terbangun sebuah konsep jihad yang sesuai untuk diterpkan pada masa sekarang.

12

Sa‟atu Adhia, Gerakan Haji Wasyid Serta Relevansinya Terhadap Konsep Jihad

Dalam Islam, (Skripsi S1 fakultas Ushuluddin dan Filsafat, jurusan Tafsir Hadis, Universitas Islam

Negri Jakarta, 2007). Skripsi ini membahas realitas sosial dan perjuangan masyarakat Banten

dalam menghadapi penjajah Belanda. Peran ulama‟ sangat signifikan di dalam memimpin

perlawanan tersebut. Penulis memaparkan sejarah perlawanan para ulama‟ di Banten (yang

dipimpin oleh Haji Wasyid) dan mengkomparasikannya dengan jihad dalam Islam. 13

Ahmad Yani, Konsep Jihad Ahmadiyah: Sebuah Kajian Teologis, (Skripsi S1 fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, jurusan Aqidah dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta, 2006).

Page 23: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

10

3. Metode Penulisan

Sebagai pedoman penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku

“Pedoman Akademk”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2008/ 2009.

F. Sitematika Penulisan

Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisis materi dalam

penulisan skripsi ini, maka berikut ini penulis jelaskan dalam sistematika

penulisan. Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab dibagi

menjadi sub bab, dan setiap sub bab mempunyai pembahasan masing-masing

yang antara satu dan lainnya saling berkaitan.

Bab I :Berisikan pendahuluan yang menguraikan argumentasi

signifikansi studi ini. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah,

tinjauan pustaka, pembatasan dan perumusan masalah, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II :Bab ini membahas tentang pemahaman dasar seputar jihad dan

batasan-batasannya dengan sub-pembahasan sebagai berikut; A.

Definisi jihad dan makna fî sabîlillah. B. Jihad di dalam dustur

Islam; a) lafaz-lafaz jihâd dalam Al-Quran, b) jihad di dalam hadis

Nabi SAW. C. Status hukum jihad.

Bab III :Pada bab ini penulis membahas sebagian ayat jihad dalam Al-

Quran, diantaranya mengenai: perintah jihad, sasaran (objek),

sarana (media), dan macam-macam jihad: berjihad melawan orang-

orang kafir dengan menggunakan argumen atau hujjah, jihad

Page 24: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

11

melawan hawa nafsu dan setan, dan yang terakhir adalah tujuan

diperintahkannya jihad.

Bab IV :Pada bab ini menelusuri penafsiran jihad dari periode

mutaqaddimîn hinggga modern. Terdiri dari; sejarah singkat

perjalanan tafsir, penafsiran ayat jihad dari periode mutaqaddimîn

hingga modern. a) penafsiran ayat jihad oleh ulama mutaqaddimîn

(abad 1-4 Hijrah), b) penafsiran ayat jihad oleh ulama

muta‟akhkhirîn (abad 4-12 Hijrah), c) penafsiran ayat jihad oleh

ulama modern (abad 12 Hijrah-Modern).

Bab V :Merupakan penutup dari skripsi ini yang terdiri dari kesimpulan

dan saran-saran.

Page 25: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

12

BAB II

PEMAHAMAN DASAR SEPUTAR JIHAD

A. Definisi Jihad dan Makna Fî Sabîlillah

Dalam kurun waktu terakhir, pasca runtuhnya WTC dan meletusnya aksi

terorisme istilah jihad mulai mencuat kepermukaan. Bukan hanya itu saja,

kalangan Islam sendiri menaruh perhatian besar terhadap konsep jihad

sebagaimana pemahaman Barat terhadap jihad yang hanya sebatas peperangan

(holy war). Di dalam Al-Quran memang terdapat kata perang dan anjuran untuk

melakukannya, namun kita harus menkaji terlebih dahulu sebelum memberikan

penilaian yang bersifat mengidentikkan antara jihad dengan peperangan.

Kitab-kitab bahasa Arab menyatakan bahwa kata jihâd dan mujâhadah

berarti “menguras kemampuan”. Secara bahasa, jihād berasal dari kata jahada,

artinya tenaga, usaha, atau kekuatan.14

Di dalam bahasa Arab kata benda جياد

(jihâd) adalah bentuk mashdar dari kata kerja جاىذ (jâhada), yang selanjutnya

merupakan turunan dari kata kerja جيذ (jahada) dengan jalan penambahan satu

huruf alif. Dengan perubahan berupa penambahan huruf alif itu menyebabkan

artinya berubah menjadi lebih intensif, yaitu “kesungguhan melaksakan

pekerjaan” meningkat menjadi maksimal “dengan jalan mencurahkan seluruh

potensi yang ada”.15

Menurut Yusuf Qardhawi jihâd adalah isim mashdar dari kata jâhada-

yujâhidu-jihâdân-mujâhadah. Kata jihad merupakan derivasi dari kata jahada-

14

Ahsin W. al-Hafidz, M.A., Kamus Ilmu AL-QUR‟AN, (Jakarta: AMZAH, 2006), cet. 2,

h.138. 15

Jan Ahmad Wassil, Tafsir Quran Ulul-Albab, h. 294

Page 26: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

13

yajhadu-jahdân. Dalam sebuah ungkapan diterangkan “Seorang laki-laki berjihâd

dalam sebuah hal”, itu berarti ia bersungguh-sungguh dalam hal tersebut.

Selanjutnya Ibn Mandzur dalam Lisan al-„Arab menulis, jihad ialah memerangi

musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan,

atau segala sesuatu yang di sanggupi.16

Jadi makna dari kata جاىذ (jâhada)

ditinjau dari segi kebahasaan adalah kesungguhan dalam melaksanakan sebuah

pekerjaan dengan jalan mencurahkan segenap potensi yang ada.

Sementara itu menurut istilah, jihad adalah suatu kewajiban bagi umat

Islam yang sifatnya berkelanjutan hingga hari kiamat. Tingkat terendahnya berupa

penolakan hati atas keburukan dan kemungkaran, sedangkan tingkatan

tertingginya berupa perang di jalan Allah. Di antara keduanya adalah perjuangan

dengan lisan, pena, tangan berupa pernyataan tentang kebenaran di hadapan

penguasa yang zalim.17

M. Quraisy Shihab dalam memakmanai kata jihad dengan

mengutip pendapat Ibnu Faris (w. 395 H) dalam bukunya Mu‟jam al-Maqayîs fi

al-Lughah, “Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung

arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya”.18

Menurut Fairuz Abadi

dalam kitabnya yang berjudul Basha-ir Dzawit Tamyiz, sebagaimana yang dikutip

oleh Dr. Ali Abdul Halim Mahmud beliau berkata:

“Jihad dan mujâhadah adalah menguras kemampuan dalam memerangi

musuh. al-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Fudhalah bin

„Ubaid, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Mujahid adalah

16

Imam al-Allamah abi al-Fdhl Jamaluddin Muhammad bin Mukrim Ibn al-Mandzur,

Lisan al-„Arab al-Muhith, (t.t.: Dar Lisan al-„Arab, t.th), h. 100. 17

Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Terj. Bustami A.

Gani dan Zaenal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 74. 18

M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudhu‟I Atas Pelbagai

Persoalan Ummat, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. Ke-3, h. 500.

Page 27: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

14

orang yang berjihad melawan jiwanya (hawa nafsunya) dalam rangka

menaati Allah”.19

Adapun menurut ulama fiqih, jihad berarti membunuh orang-orang kafir.

Sebagian ulama fiqih berpendapat bahwa jihad adalah mengerahkan kemampuan

untuk membunuh orang-orang kafir atau pemberontak (bughât). Ada juga yang

berpendapat bahwa jihad adalah mengajak kepada agama yang benar dan

memerangi orang-orang yang menolaknya. Ada juga yang mendefinisikan jihad

sebagai pengerahan usaha dan kemampuan di jalan Allah dengan nyawa, harta,

pikiran, lisan, pasukan, dan yang lainnya.20

Berpijak pada pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa jihad

adalah sebuah aktivitas dalam menjalakan ibadah kepada Allah SWT yang

didasarkan pada kesungguhan dengan cara mengerahkan seluruh kemampuan

yang dimiliki dengan nyawa, harta, pikiran, lisan, pasukan, dan lainnya. Defenisi

ini lebih relevan dalam memaknai jihad, karena mencakup seluruh jenis jihad

yang diterangkan oleh Al-Quran dan Sunnah. Selain itu, defenisi ini juga juga

tidak membatasi jihad sebagai bentuk peperangan terhadap orang-orang kafir saja.

Orientasinya adalah agar istilah jihad bisa mencakup seluruh usaha umat

Muslim dalam mencurahkan segenap kemampuan melawan keburukan dan

kebatilan. Dimulai dengan jihad terhadap keburukan yang ada di dalam diri

individual Muslim, berupa godaan setan, dilanjutkan dengan melawan keburukan

19

Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan al-Bana;

RUKUN JIHAD, Penerj. Khozin Abu Faqih, dkk., (Jakarta: Al-I‟tishom Cahaya Umat, 2001), cet.

1, h. 31. 20

Lihat al-Kasani, Badâ‟I‟ Al-Shanâ‟I‟, (Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, t.t.), juz 7, h. 97.

Lihat juga Ibn „Abidin, al-Durr al-Mukhtâr, (Beirut: Dar Ihya‟ Al-Turats Al-„Arabi, 1272 H.), juz

3, h. 217.

Page 28: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

15

di sekitar masyarakat (Muslim). Hingga berakhir pada perlawan terhadap

keburukan di manapun, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Kata jihâd di dalam Al-Quran sering di sandingkan dengan lafaz fi

sabîlillah (pada jalan Allah), misalnya dalam Q.s. al-Maidah [5]: 54, al-Anfal [8]:

72, al-Taubah [9]: 41 dan 81. Hal ini mengisyaratkan bahwa seluruh yang di

korban, baik jiwa dan harta dalam rangka mengamalkan jihad akan bernilai jika di

dasarkan „pada jalan Allah‟ (fi sabîlillah) serta mengharapkan keridhaan-Nya.

Ayat-ayat Al-Quran mengidentifikasikan sabîlillah sebagai jalan Allah,

seruan agama, dan ajaran-ajaran-Nya yang berdimensi keimanan, akhlak, sosial,

kemanusiaan dan pengasuhan yang dikandung Al-Quran dan tuntunan Nabi

Muhammad SAW. Hal itu tertera dalam firman Allah dalam surat al-An‟âm [6],

ayat 151-153:

Page 29: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

16

“Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh

Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,

berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu

membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan, kami akan memberi

rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati

perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun

yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan

Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.

demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang

lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,

Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu),

dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah

kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang kami perintahkan ini)

adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu

mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai

beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar

kamu bertakwa.”

(Q.s. al-An‟âm [6]: 151-153).

Nabi Muhammad SAW menafsirkan lafaz sabîlillah dengan kalimat Allah,

seruan-Nya, prinsip-prinsip dan manhaj-Nya. Imam Bukhari meriwayatkan

sebuah hadis yang artinya sebagai berikut:

“Seseorang berperang untuk memperoleh rampasan, yang lain berperang

untuk memperoleh sebutan dan seseorang berperang supaya dilihat

kedudukannya. Siapakah di antara mereka yang fi sabilillah? Nabi SAW

menjawab, Siapa berperang agar kalimat Allah unggul, maka ia fi

sabilillah.”21

21

Abu „Abdillah al-Bukahri, Shahih al-Bukhari,(Beirut: Darul Fikr, 1414 H./1994 M.),

juz IV, h. 25.

Page 30: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

17

Muhammad Rasyid Ridha mengemukakan dalam tafsirnya, bahwa sabilillah

adalah jalan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah yang dengannya agama

dipelihara dan keadaan umat membaik.22

Selain dirangkaikan dengan kata sabîlillah, kata jihâd juga sering

disandingkan dengan lafaz qitâl, hijrah, dan infaq, seperti dalam Q.s. al-Baqarah

[2]: 154, 190, 246, 261, Q.s. al-Nisâ [4]: 89, 100, al-Hajj [22]: 58, dan al-Nûr

[24]: 22. Jadi, ketika Al-Quran di suatu tempat merangkai lafaz jihâd dan fi

sabîlillah kemudian di tempat lain menyebutkan lafaz qitâl dan fi sabîlillah,

menurut penulis kedua lafaz tersebut (jihâd dan qitâl) berbeda makna meskipun

memiliki orientasi dan hasil yang sama ketika dirangkaikan dengan lafaz fi

sabîlillah, karena kandungan makna dari kata jihâd lebih luas dari pada istilah

qitâl. Oleh sebab itu penulis berpendapat bahwa qitâl adalah suatu bentuk dari

jihad.

Meskipun demikian, jihâd yang dijumpai di dalam Al-Quran tidak

semuanya memiliki arti berjuang di jalan Allah karena ada juga ayat yang

menggunakan kata jihâd untuk pengertian “berjuang dan berusaha seoptimal

mungkin untuk mencapai tujuan, walaupun tujuan tersebut condong kearah yang

negatif”. Kasus seperti ini dapat dijumpai di dalam Q.s. al-Ankabût [29]: 8 dan

Q.s. Luqmân [31]: 15. Kedua ayat tersebut berbicara di dalam konteks hubungan

antara anak yang beriman dan orang tua yang kafir.

B. Jihad di dalam Dustur Islam

22

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Quran Al-Hakim, (Mesir: Dar al-Manar, 1367 H.),

h. 254.

Page 31: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

18

a) Lafaz-lafaz Jihâd dalam Al-Quran

Sebelum mengkaji ayat-ayat tentang jihad, terlebih dahulu penulis akan

mengeksplor kata “jihâd” dan berbagai bentuk perubahan katanya (tashrif) di

dalam Al-Quran. Kata jihâd dan berbagai bentuknya terulang sebanyak empat

puluh satu kali di dalam Al-Quran. Kata jihâd yang mengandung pengertian

„berjuang di jalan Allah‟, ditemukan pada 33 ayat: 13 kali di dalam bentuk fi‟il

mâdhi ( kata kerja bentuk lampau), lima kali di dalam bentuk fi‟il/فعم ماض

mudhâri‟ (فعم مضاسع/kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang), tujuh

kali di dalam bentuk fi‟il amr (فعم أمش/kata kerja perintah), empat kali di dalam

bentuk mashdar, dan empat kali di dalam bentuk isim fâ‟il (إسم فاعم/kata benda

yang menunjukkan pelaku).23

M. Dawam Rahardjo24

mendeteksi kata-kata jihâd dan derivasi katanya di

dalam Al-Quran, berasal dari kata jahd (جـيـذ), kata ini terulang sebanyak lima

kali yaitu terdapat pada; Q.s. al-Mâidah [5]: 53, al-An‟âm [6]: 109, al-Nahl [16]:

38, al-Nûr [24]: 53, Fâthir [35]: 42. Dan berasal dari kata juhd (جـيـذ) yang hanya

ditemukan pada satu tempat saja di dalam Al-Quran, yaitu pada surat Al-Taubah,

ayat 79.

Muhammad Fuad Abdul Baqi merangkum kata jihâd dan berbagai bentuk

perubahan di dalam Al-Quran dalam kitabnya yang berjudul al-Mu‟jam Al-

23

M. Quraish Shihab, et.al, ENSIKLOPEDIA AL-QURAN: Kajian Kosakata, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), cet. 1, h. 396. 24

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Quran; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep

Kunci, (Jakarta: PARAMADINA, 1996), cet. 1, h. 516.

Page 32: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

19

Mufahras li al-Fadzhi al-Qur‟an al-Karim dengan berbagai bentuk, lebih jelasnya

penulis tuangkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Terma Jihâd Beserta Perubahan Bentuk Katanya di Dalam Al-Quran25

No Bentuk Kata Q.S Ayat Lafadz

1. al-Taubah [9] 19

2. al-„Ankabût [29] 6

3. al-„Ankabût [29] 8

4. Luqmân [31] 15

5. al-Baqarah [2] 218

6. Ali Imran [3] 142

7. al-Anfâl [8] 72

8. al-Anfâl [8] 74

9. al-Anfâl [8] 75

10. al-Nahl [16] 110

11. al-Ankabût [29] 69

12. al-Taubah [9] 16

13. al-Taubah [9] 20

14. al-Taubah [9] 88

15. al-Hujurât [49] 15

16. al-Shaff [61] 11

17. al-Ankabût [29] 6

18. al-Taubah [9] 44

25

Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li al-Fâzh al-Quran al-Karim,

(Beirut: Darul Fikr, 1407H ), h. 182-183.

Page 33: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

20

19. al-Taubah [9] 81

20. al-Mâ‟idah [5] 54

21. al-Taubah [9] 73

22. al-Tahrîm [66] 9

23. al-Furqân [25] 52

24. al-Mâ‟idah [5] 35

25. al-Taubah [9] 41

26. al-Taubah [9] 86

27. al-Hajj [22] 78

28. al-Mâ‟idah [5] 53

29. al-An‟âm [6] 109

30. An-Nahl [16] 38

31. An-Nûr [24] 53

32. Fâthir [35] 42

33. At-Taubah [9] 79

34. At-Taubah [9] 24

35. Al-Furqân [25] 52

36. Al-Mumtahanah [60] 1

37. Al-Hajj [22] 78

38. An-Nisâ‟ [4] 95

39. An-Nisâ‟ [4] 95

Page 34: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

21

40. An-Nisâ‟ [4] 95

41. Muhammad [47] 31

Jika ditinjau dari tempat turunnya ayat (al-asbâb al-nuzûl), ayat-ayat

tersebut (ayat-ayat tentang jihad) di atas sebagian turun pada saat Nabi

Muhammad SAW berada di Makkah, sedangkan ayat yang lain turun pada saat

Nabi telah hijrah ke Madinah atau biasa dikategorikan sebagai ayat madaniyah.26

Terdapat perbedaan antara ayat-ayat jihad periode Makkah dan ayat-ayat jihad

periode Madinah. Ayat-ayat jihad periode Makkah pada umumnya menyeru untuk

bersabar terhadap tindakan-tindakan musuh dan memang tidak ada pilihan lain

bagi mereka selain itu, di samping terus berdakwah secara lisan di tengah-tengah

umat manusia. Sedangkan ayat-ayat jihad periode Madinah cenderung menyeru

untuk menghadapi musuh secara konfrontatif dan membolehkan umat Islam

membalas ketika diserang musuh, ini sesuai dengan kondisi umat Islam pada saat

itu yang telah siap untuk membalas perlawanan musuh.

Demikianlah terma jihad beserta derivasinya di dalam Al-Quran yang

berhasil penulis kumpulkan dari sumber-sumber buku, eknsiklopedi, dan kamus

Al-Quran. Untuk mengantar penulis lebih dalam membahas seputar jihad, penulis

sudah memiliki modal awal dengan mengetahui tempat-tempat surat dan ayat

yang berbicara seputar jihad serta mengenal bentuk-bentuk kata yang digunakan

Al-Quran ketika berbicara tentang jihad.

26

(al-Furqân [25]: 52, al-Nahl [16]: 110, al-„Ankabut [29]: 6 dan 69) yang biasa di

masukkan oleh para ulama tafsir ke dalam kategori ayat makkiyah, sedangkan ayat yang lain

dikategorikan sebagai ayat madaniyah. Baca: Yusuf Qardhawi, FIQIH JIHAD, h. 73.

Page 35: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

22

b) Jihad di dalam Hadis Nabi SAW

Bagaimanapun hukum jihad di dalam Islam, kedudukannya tidak dapat

digantikan oleh sesuatu yang lain. Sebab melalui jihad umat dapat terlindungi dan

kehormatan negara-negara Islam dapat terjaga, serta kebebasan umat Muslim

dalam menyampaikan dakwah Islam terpelihara. Jihad merupakan benteng dan

pilar pertahanan umat, dengan jihad lahir para pahlawan Islam, pasukan-pasukan

Muslim yang tangguh, serta rela mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk

kepentingan agama Allah. Banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang

memotivasi kita untuk berjihad di jalan Allah, menerangkan keutamaanya, dan

mejelaskan kedudukan para pelakunya di sisi Allah SWT. Mereka memiliki

derajat yang sama dengan orang berpuasa serta orang yang mengerjakan shalat

malam dan tidak bosan melakukannya.

Di samping Al-Quran, di dalam hadis juga terrekam pesan-pesan tentang

jihad yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah hadis

yang terdapat di dalam kitab Shahih Bukhari, yang matan hadisnya sebagai

berikut:

انعمم أفضم لال سأنت عنو سسل انهو صه اهلل -أن سجال لال التن مسعد أ

التيا » فمال - عهو سهم مارا ا سسل انهو لال . «انصالج عه م تش » لهت

ن انذ مارا ا سسل انهو لال . «ان .«انجياد ف سثم انهو » لهت Seorang laki-laki berkata kepada ibn Mas‟ud, „amal apa yang paling

baik?‟, lalu ibn Mas‟ud berkata, “aku menanyakan hal yang serupa

kepada Rasulullah shalallahu „alaihi wa sallam, maka beliau menjawab,

"Shalat pada waktunya", aku berkata apa lagi ya Rasulallah, beliau

menjawab"Berbuat baik kepada kedua orang tua", aku berkata apa lagi ya

Rasulullah, beliau menjawab "Dan jihad di jalan Allah".27

27

Abu Abdillah al-Bukhari, Shahîh al-Bukhari, (Semarang: Toha Putra, t.th), juz ke-3, h.

200.

Page 36: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

23

(H.R. Bukhari)

Ibnu Hajar al-„Asqalani menerangkan bahwa penyebutan tiga macam amal

kebajikan yang utama itu adalah karena ketiganya merupakan lambang ketaatan-

ketaatan lainnya. Artinya, siapa yang mengabaikan shalat fardu hingga melampaui

waktunya tanpa uzur, padahal shalat itu demikian besar keutamaannya, maka

orang itu akan lebih mengabaikan ibadah yang lainnya. Siapa yang tidak berbuat

kebajikan kepada kedua orang tuanya, padahal demikian banyak hak mereka atas

diri anaknya maka ia akan lebih sedikit berbuat kebajikan kepada selain keduanya.

Dan barang siapa yang meninggalkan jihad menghadapi orang-orang kafir, setelah

sedemikian jelas-jelas perlawanan mereka terhadap agama Allah SWT, maka

terhadap berbagai jenis kefasikan ia akan lebih tidak perduli.28

Hadis lainnya yang berbicara seputar jihad adalah sebagai berikut:

حذثنا مسذد حذثنا خانذ حذثنا حثة تن أت عمشج عن عائشح تنت طهحح عن

أنيا لانت ا سسل انهو تش انجياد أفضم انعمم ، - سض اهلل عنيا - عائشح

.«نكن أفضم انجياد حج مثشس » أفال نجاىذ لال

Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Rasulullah, telah ditunjukkan

kepada kami bahwa jihad adalah amal yangpaling utama, apakah kami

(kaum wanita) tidak berjihad?”, Rasulullah saw menjawab, “Bagi kalian

jihad yang paling utama adalah haji mabrur”.

(H.R. Bukhari)

Hadis tersebut menunjukkan bahwa jihad memiliki cakupan makna yang

luas di dalam wawasan Islam, jihad bukanlah semata-mata berjuang di medan

perang. Di dalam hadis di atas diidentifikasikan oleh Nabi bahwa berhaji juga

termasuk jihad. Walaupun dalam konteksnya hadis ini berbicara tentang jihad bagi

28

Ahmad Ibn „Ali Hajar al-„Atsqalani, Kitab al-jihad was Siyar min Fathil Bari (Beirut:

Dar al-Balaghah, 1985), h. 11-12. 29

Muhammad bin Isma‟il abu Abdullah al-Bukhari, Al-Jami‟ Ash-Shahîh Al-Mukhtashar

(Shahîh Al-Bukhari), juz 10, h. 175.

Page 37: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

24

wanita, namun pemakaian kata jihad di dalam hadis ini memberikan indikasi

bahwa kata jihad memiliki makna yang luas. Dari hadis di atas dapat juga ditarik

kesimpulan bahwa jihad adalah setiap usaha sungguh-sungguh yang memerlukan

pencurahan tenaga untuk melakukannya dalam rangka memperoleh ridha Allah

SWT. Allah berfirman di dalam sebuah hadis qudsi, yang artinya sebagai berikut:

“Siapapun di antara hamba-hamba-Ku yang menunaikan jihad pada

jalan-Ku karena mengharap dan mencari keridhaan-Ku, Aku jamin untuk

mengembalikannya, jika ia Ku kembalikan, dengan segala apa yang

didapatnya berupa pahala atau harta rampasan. Dan jika ia Kuwafatkan

dalam jihad maka ia Kuampuni, Kuberi rahmat dan akan Kumasukkan ke

dalam surga”.30

Hadis-hadis tentang jihad secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian. Pertama, hadis-hadis yang menyebutkan jihad dalam konteks perang

di jalan Allah. Hal itu ditunjukkan dengan penyebutan kematian di medan jihad

serta perolehan ghanimah. Kedua, hadis-hadis yang menyebutkan jihad dalam arti

luas, yakni segala usaha yang memerlukan pencurahan tenaga dalam rangka

memperoleh ridha Allah, baik berupa ibadah khusus yang bersifat individual

maupun ibadah umum yang bersifat kolektif, berupa amar ma‟ruf nahi munkar.

C. Status Hukum Jihad

Ulama fiqih membagi fiqih Islam kedalam dua bagian besar, yaitu ibadah

dan muamalah. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala amalan yang

diwajibkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran dan diterangkan di dalam hadis

Nabi Muhammad SAW, dipahami oleh umat Islam sebagai rukun-rukun dan

30

M. Ali Usman, et.al, Hadis Qudsi: Pola Pembinaan Akhlak Muslim, (Bandung: CV

Diponegoro, 1991), h. 23.

Page 38: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

25

dasar-dasar agama Islam. Adapun yang dimaksud dengan muamalah adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan urusan kehidupan, baik berkaitan dengan

individu (seperti halal dan haram), keluarga (seperti nikah, talak, waris, wasiat),

masyarakat dalam bentuk aktivitas sipil, perdagangan dan negara (seperti

tanggung-jawab, syarat, hak, kewajiban pemimpin), umat (seperti persatuan,

negeri, aturan hukum syariat, serta hubungan dengan negara lain).31

Jika

demikian, dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa jihad dipandang dari

perspektif fiqih memasuki ranah muamalah.

Jihad merupakan warisan penting di dalam ajaran Islam karena ia adalah

media efektif untuk menjaga serta menyebar-luaskan agama tauhid ke seluruh

penjuru bumi. Islam bukanlah sebuah agama ekspoliatasi yang mengharus umat

manusia untuk takut dan memaksa mereka untuk memeluknya. Al-Quran sebagai

sumber ajaran Islam sejak empat belas abad yang lalu sudah mengajarkan

pluralisme, reformasi, dan fleksibelitas dalam beragama. Oleh karena itu, Islam

hanya datang menawarkan sebuah jalan lurus dalam menapaki kehidupan, baik

kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Itu artinya tidak mungkin di

dalam Al-Quran ada syariat yang mewajibkan umatnya untuk menyulut api

peperangan dengan tujuan teror. Orientasi jihad adalah untuk mempertahankan

dan menyebarkannya agama Islam dengan menganut asas pluralisme bukan

bertujuan menghancur umat dengan jalan terorisme.

Berbicara masalah hukum, ulama fiqih sepakat bahwa hukum jihad adalah

wajib (fardhun), akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang kapasitas hukum

31

Yusuf Qardhawi, FIQIH JIHAD, h. 10.

Page 39: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

26

kefardhun-annya (fardhu „ain atau fardhu kifayah). Di dalam kitab Bidayatul

Mujtahid karangan Ibnu Rusyd di terangkan bahwa jumhur ulama sepakat hukum

jihad adalah fardhu kifayah. Argumentasi yang menjadi pegangan terhadap

pendapat para jumhur ulama dalam menetapkan hukum jihad fardhu kifayah

adalah firman Allah:

...

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu

yang kamu benci… dan Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak

mengetahui.”

(Q.s. al-Baqarah [2]: 216).

Mengenai fardhu kifayah jihad, yakni apabila sebagian atau sekelompok

orang telah melaksanakan jihad maka yang demikian itu sudah bisa mengcover

dan menggugurkan kewajiban jihad bagi seluruh orang yang ada. Alasan ini

disandarkan pada firman Allah swt dalam surat al-Taubah ayat 122, sebagai

berikut:

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."

(Q.s. al-Baqarah [2]: 122)

Dan dalam firman-Nya yang lain disebutkan:

Page 40: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

27

"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)

yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan

Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang

yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk

satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala

yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas

orang yang duduk dengan pahala yang besar."

(Q.s. al-Nisâ‟ [4]: 95)

Rasulullah SAW tidak pernah keluar berperang melainkan ditinggalkannya

sebagian orang. Jika ayat-ayat ini digabungkan, maka penggabungan ini

menghendaki bahwa tugas berperang itu adalah fardhu kifayah.32

Di dalam al-

Mughnî, Ibn Quddamah menjelaskan makna kifâyah di dalam jihad yaitu jika ada

suatu kaum yang mumpuni untuk melakukan peperangan, bisa berupa tentara

yang telah disiapkan untuk perang atau orang yang memiliki kesiapan jiwa untuk

melakukannya secara sukarela. Dengan demikian, jika ada serangan dari musuh

yang datang dari luar atau dari musuh yang berada di negara Islam dapat

dihadapi.33

Beberapa ulama fiqih menyebutkan batasan tentang kewajiban perang

dengan fardhu kifâyah, yaitu jika pemimpin merasa yakin ia memiliki kekuatan

32

Berbeda dengan ulama yang lain, syeikh Abdu „I-Lah bin Hasan menyatakan bahwa

hukum jihad adalah “sukarela” (tathawwu‟), selengkapnya tentang penjelasan masalah jihad ini

lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1990), jilid II, cet. 1, h. 139-140. 33

Abdullah ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Quddamah, al-Mughnî, tahqîq oleh Abdullah

Abdul Hasan al-Turki dan Dr. Muhammad Abdul Fatah al-Hulwi, (Kairo: Hajar, 1410 H./1990

M.), cet. 1, juz 13, h. 8.

Page 41: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

28

yang bisa menyamai musuh. Jika tidak, mereka (musuh) tidak boleh diperangi

karena hal tersebut bisa membahayakan orang-orang Islam. Para ulama fiqih juga

menerangkan hal lain yang sangat penting seputar fardhu kifâyah, yaitu kewajiban

jihad akan gugur jika sebagian orang dari suatu negara itu sendiri yang

melakukannya.34

Ibnu al-Qayyim berkomentar seputar hukum jihad, menurut

beliau jihad adalah fardhu „ain, baik dilakukan dengan hati, lisan harta atau

tangan.35

34

Yusuf Qardhawi, FIQIH JIHAD, h. 24. 35

Muhammad Ibn Abu Bakr ibn Ayuyub ibn Sa‟ad al-Zar‟I ibn al-Qayyim, Zâd al-

Ma‟âd, tahqîq oleh Syu‟aib dan Abdul Qadir al-Arna‟uth, (Beirut: Mu‟assasah Al-Risalah, 1399

H./1979 M.), cet. 1, juz 3, h. 73.

Page 42: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

29

BAB III

JIHAD DALAM AL-QURAN

A. Perintah Jihad

Telah terpatri dalam pandangan mayoritas ulama Islam bahwa jihad yang

merupakan bagian penting di dalam agama Islam diperintahkan setelah hijrahnya

Nabi ke kota Madinah. Pendapat ini lahir dari pandangan bahwa jihad hanya

sekedar peperangan yang dilakukan dalam membela agama Islam. Jika ditinjau

dari tempat turunnya ayat (al-asbâb al-nuzûl), ayat-ayat tentang jihad sebagian

turun pada saat Nabi Muhammad SAW berada di Makkah.36

Setelah Rasulullah

hijrah ke Madinah dan menetap di sana, barulah ushul jihadiyah (dalil pokok

diperintahkannya berperang) ini muncul dan diwajibkan.

Kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam di

Makkah merupakan manifestasi jihad yang besar, meskipun beliau mengalami

banyak hambatan dan rintangan berupa cemoohan dan siksaan. Dan satu lagi yang

termasuk jihad pada masa Rasulullah SAW menyebarkan Islam di Makkah yaitu

kesungguhan mereka (Nabi dan para sahabatnya) dalam mempelajari kitab suci

Al-Quran. Hal tersebut dikatakan jihad sesuai dengan penjelasan Al-Quran dalam

surat al-Furqân dan al-Nahl, sebagai berikut:

36

(al-Furqân [25]: 52, al-Nahl [16]: 110, al-„Ankabut [29]: 6 dan 69) yang biasa di

masukkan oleh para ulama tafsir ke dalam kategori ayat makkiyah, sedangkan ayat yang lain

dikategorikan sebagai ayat madaniyah. Baca: Yusuf Qardhawi, FIQIH JIHAD, terj. Irfan Maulana

Hakim, et.al., (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010), cet.1, h. 73.

Page 43: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

30

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah

terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.”

(Q.s .al-Furân [25]: 52)

“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang

berhijrah sesudah menderita cobaan, Kemudian mereka berjihad dan

sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(Q.s .al-Nahl [16]: 110)

Mengenai kedua ayat tersebut di atas para ulama (Ibnu Zubair, Hasan al-

Basri, Ikrimah dan Jabir) sepakat bahwa kedua ayat tersebut turun di Makkah.

Ibnu Abbas berkata

“surah ini (an-Nahl) adalah Makkiyah, kecuali tiga ayat yaitu ayat ke 95-

97 yang dimulai dari firman Allah, „dan janganlah kamu tukar

perjanjianmu dengan Allah dengan haraga yang sedikit…‟ sampai pada

firman Allah, „…dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan”.37

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Amar bin Yasir disiksa hingga

tidak tahu apa yang mesti dikatakannya. Demikian juga Shuhaib, Abu Fukaikah,

Bilal, Amir bin Fuhairah, dan kaum Muslimin lainnya. Ayat ini (Q.s. al-Nahl [16]:

110) turun berkenaan dengan mereka yang telah diselamatkan oleh Allah SWT.38

Demikianlah sebab turunnya (asbâb an-nuzûl) ayat yang kedua.

37

Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthy, Menjadi Mujahid Sejati, terj. Saiful Hadi,

S.Ag., (Jakarta: PT. INTIMEDIA CIPTANUSANTARA, t.th.), cet. 1, h. 18. 38

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa‟d di dalam kitab al-Thabaqât, yang bersumber dari „Umar

bin al-Hakam, selengkapnya baca: K.H.Q. Shaleh, et.al., ASBÂBUN NUZÛL (Latar Belakang

Historis Turunnya Ayat Al-Quran), (Bandung: CV Penerbit Ponegoro, 2009), ed. 2, cet. 10, h. 316-

317.

Page 44: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

31

Firman Allah ”Kemudian mereka berjihad dan sabar” mengindikasikan

bahwa makna jihad yang terdapat di dalam ayat tersebut adalah berdakwah dan

bersabar, serta jihad dalam menanggung penderitaan dan kepayahan. Inilah yang

dilakukan umat Islam di Makkah sebelum hijrah ke Madinah. Dalam Islam antara

jihad, dakwah, dan sabar adalah ibadah yang memiliki perbedaan, akan tetapi

dakwah dan sabar masuk kedalam bagian dari jihad jika dilakukan dengan cara

sungguh-sungguh dengan seluruh kemampuan yang ada di dalam diri. Karena

prinsif dasar dari jihad itu sendiri adalah menuntut adanya kesungguhan dari si

pelaku dalam menjalankan ibadah, baik berupa dakwah dan sabar dalam kesulitan.

Sehingga nyata bagi Allah SWT kesungguhan yang dilakukan seorang hamba

dalam menjalankan perintah-Nya.

Jihad dalam bentuk fi‟il amr adakalanya ditujukan kepada mukhatab

mufrad (orang kedua tunggal) dan adakalanya ditujukan kepada mukhatab jama‟

(orang kedua jamak). Amar jihad yang ditujukan kepada mukhatab mufrad dapat

dipahami bahwa pesan jihad tersebut ditujukan kepada perseorangan dan dapat

dilaksanakan secara perseorangan, sebagaimana pesan untuk menyeru manusia ke

jalan Allah (Q.s. al-Nahl [16]: 125) dan perintah untuk menyeru kepada kebajikan

(Q.s. al-A‟raf [7]: 199).

Amr jihad untuk mukhatab jama‟ mengandung pengertian bahwa perintah

tersebut ditujukan kepada khalayak agar dilaksanakan secara berjamaah. Hal

tersebut mengandung kemungkinan bahwa jihad tidak dapat dilaksanakan kecuali

secara bersama-sama atau melalui kerjasama yang satu dengan lainnya, seperti

tertera dalam firman Allah sebagai berikut:

Page 45: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

32

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat,

dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang

demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”

(Q.s. al-Taubah [9]: 41)

( ثماال Khifâfan wa tsiqâlan: Khifâf adalah bentuk plural dari kata (خفافا

khafîf, yaitu pemuda yang memiliki fisik yang kuat, mempunyai kesungguhan

berupa pembekalan dan kendaraan. Tsiqâlan adalah bentuk plural dari kata tsaqîl

yang memiliki arti seseorang yang sudah berumur tua, sakit dan fakir yang tidak

mempunyai kesungguhan dan persiapan. (رنكم) Dzâlikum mengandung maksud

bahwa berjihad dengan harta dan jiwa lebih baik daripada berdiam diri di rumah.

Ayat di atas berbicara tentang ajuran Hal itu memiliki nilai plus di hadapan Allah

SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Ayat di atas masih berbicara tentang

anjuran untuk pergi berjihad, dalam hal ini umat Islam akan melawan bangsa

Romawi yang berada di Syam.39

Kembali pada permasalahan sebelumnya bahwa ayat di atas merupakan

contoh amr jihad kepada mukhatab jama‟ yang mengandung arti undangan untuk

berjihad adalah bagi seluruh umat Islam dengan segala persiapan yang dapat

mereka bawa. Bahkan mereka yang sudah tua sekalipun harus ikut serta dalam

berjihad, orang-orang yang sudah berpengalaman untuk ditempatkan di tempat-

tempat berbahaya. Sedangkan yang belum berpengalaman, mereka ditempatkan

39

Ayat ini termasuk ayat yang tidak dinasaskh (dihapus), ayat ini yang menjadi

argumentasi terhadap adanya otoritas seorang pemimpin dalam mengumumkan jihad kepada

seluruh umat. Syaikh Abu Baakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Qur‟an al-AISAR, terj. Nafi‟

Zainuddin, Lc dan Suratman, Lc, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2007), cet. 1, h. 378.

Page 46: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

33

untuk tugas-tugas yang sesuai dengan keahlian masing-masing.40

Dari sini kita

dapat melihat bahwa setiap lapisan masyarakat Islam, baik tua maupun muda, kuat

maupun lemah, miskin maupun kaya bisa berpartisipasi dan memiliki kesempatan

untuk melaksanakan jihad.

Perintah jihad kepada kelompok tidak menutup kemungkinan untuk

dilaksanakan oleh sebagian umat Islam, tampa melibatkan seluruh kaum

Muslimin. Jika keadaan demikian, maka bagi yang tidak terlibat aktivitas tersebut,

seyogyanya mengambil alternatif kegiatan yang relatif sama nilainya dengan

kegiatan yang ia tinggalkan. Hal itu dapat disandarkan pada firman Allah swt:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

(Q.s. al-Taubah [9]: 122)

Sehubungan dengan ayat ini, Abdullah Yusuf Ali mengindikasikan bahwa

ayat di atas mengungkapkan sebuah amalan yang dapat dilakukan bagi mereka

yang tidak berangkat ke barisan depan. Amalan tersebut adalah liyatafaqqahû fi

dîn (memperdalam ilmu agama). Perang mungkin tidak dapat dihindari, namun

perang bukunlah hal yang diungul-ungulkan dengan mengabaikan amalan yang

lain. Memperdalam ilmu agama untuk mengetahui rincian dari syariat Islam akan

melahirkan sebuah keyakinan dengan sungguh dan akidah yang mantap, sehingga

40

Abdullah Yusuf Ali, Qur‟an Terjemah dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta: PT.

Pustaka Litera AntarNusa, 2009), cet. 3, h. 446.

Page 47: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

34

saat kembali kebarisan jihad akan melahirkan prajurit jihad dengan jiwa ketaatan

dan kedisiplinan.41

B. Sasaran (objek), Sarana (media) dan Macam-macam Jihad

Jihad dalam bentuk fi‟il (kata kerja), sebagian disertai dengan maf‟ul bih

(objek) dan sebagian lain tanpa menyebutkannya. Ayat-ayat yang disertai

pernyataan objeknya antara lain:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum

nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata

orang-orang yang sabar.”

(Q.s. al-Tahrîm [66]: 9)

Setelah memaparkan tentang keindahan surga bagi orang-orang beriman,

baik laki-laki maupun perempuan (mu‟minîn wa mu‟minât) pada ayat sebelumnya,

maka pada ayat ini Allah SWT menerangkan cara agar dapat mencapai surga

tersebut. Caranya adalah dengan berjihad melawan orang-orang kafir dan munfik

yang tidak mau menerima Islam sebagai akidah serta mengusik umatnya. Dalam

ayat ini, Allah SWT menganjurkan agar umat Islam yang ada pada masa

rasulullah untuk berjihad bersama beliau melawan kekuatan orang-orang kafir dan

kelicikan orang-orang munafik. Jika umat Islam pada saat itu bertahan dengan

kesabarannya dalam berjihad melawan musuh yang mereka hadapi (Kafir dan

41

Abdullah Yusuf Ali, Qur‟an Terjemah dan Tafsirnya, h. 470.

Page 48: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

35

Munafik),42

maka itu adalah modal awal bagi mereka untuk menggapai surga

yang berisakan segala keindahan.

Ulama berbeda pendapat tentang berjihad melawan orang kafir dan

munafik yang diperintahkan ayat ini. Ada yang memahami dalam arti

“berperanglah melawan orang-orang kafir dan beradu argumen dengan orang-

orang munafik”. Ada juga ulama yang memahami perintah jihad terhadap orang

munafik dengan tangan atau lidah, atau paling rendahnya menampakkan raut

muka keruh terhadap mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad terhadap

orang-orang munafik adalah dengan menegakkan sanksi hukum atas dosa dan

pelanggaran mereka. Menurut M. Quraish Syihab semua hal di atas (pendapat

para ulama seputar jihad terhadap orang munafik) dapat ditampung oleh perintah

berjihad, sebab itulah beliau dalam mengartikan kata ”انمنافمن yaitu ”جاىذ انكفاس

berjihadlah dengan berbagai cara yang sesuai, melawan orang kafir dan

munafik.43

Seluruh amal yang akan dikerjakan tentunya tidak luput dan penting

memperhatikan sarana yang harus dipergunakan. Tidak terkecuali dalam hal

ibadah kepada Allah SWT, seorang hamba harus mempersiapkan sarana-sarana

yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu ibadah tertentu. Sebagian ayat jihad

menyebutkan sarana yang dimaksud untuk melaksanakan jihad dan sebagian

42

Di dalam kitab tafsirnya, syeikh Mutawalli Sya‟rawi mengatakan bahwa kaum Kafir

dan Munafik dijadikan objek sasaran jihad karena dianggap dapat menghambat dakwah kebaikan

karena mereka para pembela kemungkaran. Munafik merupakan musuh yang sulit dari pada kaum

Kafir, karena sulitnya untuk mendeteksi orang-orang demikian. Lihat: Syeikh Muhammad

Mutawalli Sya‟rawi, TAFSIR SYA”RAWI, terj. H. Zainal Arifin, et.al., (Medan: Duta Azhar,

2006), cet. 1, h. 710-716. 43

M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 1, h. 618-

619.

Page 49: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

36

lainnya tanpa menyebutkannya. Ayat jihad yang menyebutkan sarana yang

digunakan dalam berjihad antara lain firman Allah sebagai berikut:

"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)

yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan

Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang

yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk

satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala

yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas

orang yang duduk dengan pahala yang besar."

(Q.s. al-Nisâ [4]: 95)

Dan di dalam firman-Nya yang lain:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu

perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu)

Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah

dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu

Mengetahui."

(Q.s. ash-Shaff [61]: 10-11)

Di dalam kedua ayat di atas jelas di sebutkan sarana yang dipergunakan

untuk berjihad, yakni harta benda dan diri atau nyawa. Pengertian harta benda

mencakup segala sesuatu yang dimiliki manusia yang tidak melekat pada dirinya.

Page 50: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

37

Sedangkan diri atau nyawa adalah meliputi segala sesuatu yang melekat pada diri

seseorang berupa tenaga, ilmu, pemikiran, dan lainnya.

Dalam suatu riwayat dikemukakan:

Ketika Rasulullah SAW sedang duduk-duduk bermuzakarah bersama para

sahabat beliau, tiba-tiba di antara para sahabat ada yang berkata,

“Sekiranya kami mengetahui amal yang lebih dicintai Allah, pasti kami

akan mengerjakannya.”Kemudian Rasulullah membacakan ayat yang

terdapat dalam surat ash-Shaf dari awal hingga akhir surat. Dalam riwayat

yang lain disebutkan bahwa ketika turun ayat “ ا أيا انزن آمنا ىم أدنكم

Hai orang-orang yang beriman, sukakah) عه تجاسج تنجكم من عزاب أنم

kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari

azab yang pedih?)”, kaum Muslimin berkata, “sekiranya kami tahu apa

yang dimaksud dengan tijârah (perniagaan) itu, pasti kami akan ikut serta

memberikan harta benda dan ahli family.”, maka Allah SWT menurunkan

ayat selanjutnya (Q.s. al-Shaff [61]: 11) yang menjelaskan bahwa tijârah

itu adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-

Nya.44

Sedangkan Ayat-ayat jihad yang tidak menyebutkan sarananya antara lain

sebagai berikut:

"Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang

berhijrah sesudah menderita cobaan, Kemudian mereka berjihad dan

sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang."

(Q.s. al-Nahl [16]: 110)

44

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa‟id bin Jubair,

selengkapnya baca: K.H.Q. Shaleh, et.al., ASBÂBUN NUZÛL (Latar Belakang Historis Turunnya

Ayat Al-Quran), h. 569-571.

Page 51: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

38

"Dan barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu

adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha

Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."

(Q.s. al-Ankabût [29]: 6)

"Hai nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan

bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan

itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali."

(Q.s. al-Tahrîm [66]: 9)

Dibandingkan dengan ayat-ayat jihad yang menyebutkan sarananya, ayat-

ayat jihad yang tidak menyebutkan sarananya memberikan sinyalemen untuk para

pelaku jihad agar menggunakan sarana apapun dalam berjihad sesuai dengan

kebutuhan, sejauh tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Artinya,

mengamalkan jihad dalam konteks yang seluas-luasnya tidak semerta-merta

melalui pertempuran dan menghadapi orang-orang kafir tidak selalu harus

menggunakan pedang terhunus.

a) Berjihad Melawan Orang-orang Kafir dengan Menggunakan Argumen

(Hujjah) dan Peperangan

"Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah

terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar."

(Q.s. al-Furqân [25]: 52)

Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menerangkan bahwa seandainya Dia

mau mengutus ke setiap negri seorang utusan untuk memperingatkan mereka dari

Page 52: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

39

kelalaian serta kezaliman. Namun Dia hanya mengutus satu orang utusan saja

untuk menyebarkan risalah-Nya, seorang Nabi dengan yang ukuran pribadi dan

ajarannya bukan hanya untuk satu negri saja tetapi untuk seluruh dunia. Allah

SWT menentukan bahwa tidak perlu lagi untuk setiap negri diutus seorang rasul

karena ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW dapat meliputi seluruh ragam

umat di seluruh dunia.

Maka diturunkanlah ayat 52 surat al-Furqân sebagai dorongan bagi Nabi

Muhammad SAW agar tidak tunduk terhadap orang-orang yang ingin

menghalangi penyebaran agama Islam. “Maka janganlah kamu mengikuti orang-

orang kafir…”, maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad jangan sampai

menyerah dengan menghentikan dakwah beliau hanya karena siksaan dari orang-

orang kafir. “Teruskan jihad dan dakwah ini dengan menggunakan Al-Quran,

“…dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang

besar.”. Al-Quran merupakan wahyu tuhan untuk seluruh umat manusia di muka

bumi ini, dan misi Nabi adalah berjuang menyebarkan Al-Quran selama hayatnya

masih dikandung badan, hingga kebenarannya dapat diterima umat manusia di

seluruh penjuru negri.45

Surat al-Furqân ayat 51-52 ini merupakan apresiasi dan sebuah

kehormatan yang diberikan kepada Muhammad karena telah diberikan amanah

untuk menyebarkan risalah bagi seluruh umat di muka bumi ini hingga hari

kiamat. Seolah Allah SWT berkata, “Kami telah memilih/mengkhususkanmu

Muhammad dengan keumuman risalah kepada sekalian umat manusia, sebagai

45

Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AZHAR, (Jakarta: PT PUSTAKA PANJIMAS, 1982), juz 14,

h.30.

Page 53: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

40

penghormatan terhadap dirimu dan ketinggian kedudukanmu. Oleh sebab itu,

terimalah dengan kesungguhan dan kekuatan penuh dalam menyampaikan risalah,

dan janganlah mengikuti orang-orang kafir”.46

Sebagai balasan terhadap apresiasi

Allah ini, Nabi diharapkan tidak mudah menyerah terhadap serangan orang-orang

kafir Quraisy dan tetap menyampaikan al-Quran sembari berjihad dengannya.

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,

(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah

mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari

tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar

bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di

Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika

mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.”

(Q.s. al-Baqarah [2]: 190-191)

Ayat di atas menjelaskan tentang perintah berjihad melawan orang-orang

kafir melalui perang, yang mana perang tersebut harus dilaksanakan dalam

kerangka difensif bukan opensif. Perang dalam konteks ayat di atas diperkenankan

sejauh untuk mempertahankan dan melindungi jiwa dari serangan musuh. Dalam

ayat ini juga terjawab sikap yang harus ditunjukkan terhadap musuh apabila

mereka memperlihatkan ancaman, artinya sikap tegas harus ditunjukkan kepada

46

Syaikh al-Syanqithi, Adhwa‟ul Bayan, Terj. Ahmad Affandi, (Jakarta: PUSTAKA

AZZAM, 2010), cet. 1, h. 276.

Page 54: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

41

orang-orang kafir meskipun harus melalui peperang (walaupun perang identik

dengan kekerasan) demi menjaga kehormatan agama. Adapun sebagai batasannya

adalah bahwa umat Islam di dalam berperang tidak boleh berlebihan, artinya ayat

ini melarang membunuh perempuan, anak-anak, orang tua renta, dan para

pendeta.47

Adapun sebab turun ayat ini terkait dengan perjanjian Hudaibiyyah,

Rasulullah SAW beserta sahabatnya berekonsiliasi dengan orang-orang musyrik

untuk kembali ke Masjid Haram pada musim haji tahun depan. Pada tahun

berikutnya ketika rasul dan para sahabat beliau hendak kembali lagi ke Masjid

Haram beliau khawatir tidak bisa memasukinya. Kemudian Allah SWT

menurunkan ayat di atas.48

Dalam ayat ini ada satu hal yang perlu mendapat

perhatian, bahwa perang harus dilakukan di jalan Allah (fî sabîlillâh). Perang akan

terjadi jika ada bingkai yang melatar-belakangi dan menjadi tujuan dari perang

tersebut adalah mempertahankan diri dari serangan musuh.

b) Jihad Melawan Hawa Nafsu dan Setan

Tingkatan pertama dari jihad yang disebutkan Ibn al-Qayyim dan ulama

lainnya adalah jihad melawan hawa nafsu atau diri (jihâd al-nafs). Maksudnya

adalah mencurahkan segenap usaha dan kemampuan untuk berkomitmen terhadap

aturan Allah dan meniti jalan-Nya yang lurus. Hal ini mencakup ketaatan dan

peribadahan kepada Allah SWT, menjauhi maksiat, dengan melaksanakan

47

Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zmakhsyari, Tafsir al-

Kasysyaf, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah), jilid 1, h. 233. 48

Abu Hasan al-Wahidi, Asbâb al-Nuzûl, (Kairo: Dar al-Hadits, 1998), h. 49-50.

Page 55: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

42

kewajiban terhadap Tuhan, diri, umat, semua manusia, alam, serta semua

makhluk.

Jihad spiritual, yaitu jihad yang medan perjuangannya adalah nafsu,

insting, dan tendensi. Inilah sebagaimana yang diterangkan rasulullah SAW dalam

hadisnya, dari Fadahalah bin „Ubaid:

تن إسحاق ، لال أنثأنا : أنثأنا عثذ اهلل ، عن اتن انمثاسن ، لال : حذثنا عه

ح ، لال ج تن شش ، أنو سمع عمش تن مانه : ح الن أخثشن أت ىانئ انخ

، مل ذ ، مل : انجنث سمعت سسل اهلل صه انهو : سمعت فضانح تن عث

سهم مل و جم: عه .انمجاىذ من جاىذ نفسو ف سثم اهلل عز

Dari Fadhalah bin Ubaid, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw

bersabda: al-Mujâhidu adalah orang yang berjihad melawan dirinya

(nafsunya) di jalan Allah „Azza wa Jalla.”49

(H.R. Ahmad)

Hal senada diungkapkan pula dalam firman Allah SWT di dalam surat al-

Ankabût ayat 69, yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-

benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat

baik.”

(Q.s. al- Ankabût [29]: 69)

Imam al-Thabari menyebutkan bahwa ayat sebelumnya mengindikasikan

tempat kembali bagi orang-orang kafir adalah neraka. Pada ayat ini Allah SWT

menyebutkan bahwa mereka yang mendustakan atas Allah dengan sebenar-benar

dusta, dari kaum Quraisy, akan diperangi oleh orang-orang yang mengharapkan

49

Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal,

(Beirut: „Âlimul Kutub, 1449 H./1998 M.), cet. 1, juz 6, h. 22. Selain imam Ahmad, hadis ini juga

di riwayatkan oleh ima Tirmidzi dan Ibn Hibban.

Page 56: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

43

tegaknya kalimat Allah dan menolong agama Allah. Terhadap orang-orang

tersebut (Islam) Allah akan menunjukkan jalan yang lurus ( نيم سثهناننيذ ).

Sedangkan imam Alusi menjelaskan di dalam tafsirnya, di antara manusia orang

yang dari awal berjihad (جاىذا) dengan menginginkan jihad yang kekal Kami

akan menunjukkan mereka (نيم maknanya adalah orang-orang yang berjihad ,(ننيذ

dengan istiqmahnya iman sungguh Allah akan menunjukkan jalannya yang lurus

menuju syurga.50

Dan Allah akan bersama orang-orang yang berbuat baik ( إن انهو نمع

artinya Allah akan menolong hambanya yang berjihad, baik jihad ,(انمحسنن

dalam arti makna dan lapaz. Arti jihad dari lafaz dalam ayat ini yaitu berperang

mempertahankan agama Allah, sedangkan dari aspek maknanya mengandung

pengertian orang-orang yang membersihkan hati dari segala bentuk dosa, dan

Allah akan menunjukkannya jalan yang lurus menuju surga dengan pertolongan-

Nya.

Yusuf Qardhawi mendiskretkan godaan setan terhadap manusia pada dua

jalan, yaitu melalui jalan penghiasan (tazyîn) dan jalan penyesatan (ighwâ).

Makna tazyîn yang digunakan setan adalah dengan jalan memperindah suatu

kejelekan dan keburukan sehingga terlihat baik, lalu menutupi kebenaran dengan

kebatilan-kebatilan sehingga berbagai urusan menjadi membingungkan. Adapun

jalan penyesatan (ighwâ) yaitu sebagaimana rayuan setan terhadap Adam agar

mau memakan buah dari pohon terlarang, hal tersebut terrekam dalam Al-Quran

50

Syihabuddin Mahmûd ibn Abdullah al-Alusi, Rûhul Ma‟âni fi Tafsîril Qur‟an al-„Azîm,

(Mawqi‟ al-Tafâsîr, t.th), juz 15, h. 318.

Page 57: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

44

(Q.s. al-A‟râf [7]: 21 dan Q.s. Thâ Hâ [20]: 120). Hal tersebut terus berlangsung

hingga menjatuhkan adam kepada kesesatan. Bujukan setan telah merusaknya

dengan memamfaatkan faktor kelemahan dan kealfaan manusiawinya.

Al-Quran memberikan kita senjata untuk memerangi musuh yang abstrak

ini, dinataranya dengan:

1. Memohon perlindungan (isti‟âdzah) kepada Allah dari kejahatan setan, Allah

SWT berfirman:

“Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari

bisikan-bisikan syaitan.”

(Q.s. al-Mu‟minûn [23]: 97)

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna “Aku berlindung

kepada Allah” adalah “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan

setan yang terkutuk agar tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan

dunia, atau menghalangi untuk mengerjakan apa yang telah Allah perintahkan”.

Allah memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari setan jenis

jin, karena ia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi kebaikan.51

2. Mengingat Allah (dzikrullâh), karena ia (setan) adalah makhluk yang

tabiatnya sering bersembunyi (khannâs) dan penakut.

3. Merancang permusuhan dengan setan, karena memang ia adalah musuh yang

nyata bagi umat manusia (lihat: Q.s. al-Baqarah [2]: 208)

51

Abu al-Fadâ‟ Isma‟il bin Umar bin Katsir, Tafsîr al-Qur‟â al-„Azîm, (Dar Thaibah,

1420 H./1999 M.), juz 1, h. 5.

Page 58: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

45

4. Mewaspadai intrik dan tipu-daya setan yang banyak sekali. Sebagiannya ada

yang tampak, seperti minuman keras, judi, dan wanita.

C. Tujuan Diperintahkannya Jihad

Tegaknya kalimat tauhid membutuhkan lahan yang subur bagi

persemaiannya, serta membutuhkan pupuk untuk menumbuh-suburkan dalam

pemeliharaan orang-orang yang beriman. Di samping itu, kalimat tauhid yang

Allah mandatkan kepada rasulullah SAW menghajatkan pribadi-pribadi yang

kokoh serta kuat dan senantiasa siap menghalau segala rintangan yang

menghadang. Agar kalimat Allah tercermin dalam segala kebajikan yang

senantiasa diupayakan untuk dapat terwujud dalam segala aspek kehidupan di

dunia.

Seluruh kewajiban yang ada di dalam agama Islam memiliki hikmah dan

kemaslahatan yang tidak akan kembali kepada Allah, karena Allah Maha Kaya

atas semesta alam. Hikmah dan kemaslahatan tersebut hanya akan kembali kepada

manusia. Di dalam Islam tidak hanya cukup memerintahkan seorang hamba untuk

menyembah Allah dalam bentuk shalat, shaum, dan tasbîh pada waktu petang dan

pagi. Islam pun tidak cukup memerintahkan umat untuk menyembah Allah

dengan cara mengeluarkan sebagian hanrtanya dalam bentuk zakat yang berfungsi

sebagai penyucian dan bantuan bagi orang-orang lemah. Islam pun tidak cukup

untuk memerintahkan seorang Muslim untuk menyembah Allah dengan cara pergi

haji ke Ka‟bah.

Hal tersebut di atas tidak cukup dilakukan oleh seorang Muslim selama

dunia penuh dengan kebatilan, kerusakan, serta orang-orang yang menentang

Page 59: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

46

kebaikan. Umat Muslim bukanlah umat yang menerima apa-adanya kebatilan dan

kezaliman sementara ia hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan tindakan

pencegahan. Ibadah yang dilakukan seorang Muslim harus menjadi modal untuk

melawan segala bentuk keburukan, sebagaimana ibadah zakat sebagai saham

dalam melakukan kebaikan dan hidup di akhirat. Inilah yang disebut jihad di jalan

Allah, yaitu mencurhkan kemampuan dengan jiwa, harta, akal, dan lisan untuk

membela kebenaran. Ibadah tersebut bukan ibadah ritual (sya‟â‟îriyyah) seperti

shalat dan haji, melaikan ibadah yang dilakukan dengan niat dan tujuan serta

mengandung nilai muamalah.52

Seorang Muslim diperintahkan untuk melakukan kewajiban jihad sama

seperti ia diperintahkan untuk shalat, shaum, dan zakat. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah

jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-

Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

(Q.s. al-Mâ‟idah [5]: 35)

Dan firman Allah

52

Yusuf Qrdhawi, FIQIH JIHAD, h. 6.

Page 60: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

47

“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat

kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang

sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama

orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-

orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya

Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi

atas segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat

dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka

dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.”

(Q.s. al-Hajj [22]: 77-78)

Allah SWT menjadikan jihad sebagai barometer dan bukti keimanan yang

nyata, serta untuk mengingkari kaum yang mengaku beriman tetapi enggan

melakukan pengorbanan dan jihad. firman Allah SWT yang menggambarkan

realitas tersebut tertera di dalam Al-Quran,53

kemudian Allah menjelaskan bahwa

mereka bukan kaum Mukmin yang sejati serta menjelaskan bahwa orientasi jihad

adalah sebagai sebuah manifestasi keimanan seseorang, bukan hanya iman itu

sekedar ucapan yang keluar dari mulut, melalui firman-Nya:

53

QS. al-Hujurât ayat 14 yang berbunyi: “Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami

Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk',

Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya,

dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.”. baca: DEPERTEMAN AGAMA RI, AL-QURAN DAN

TERJEMAHANNYA, (Bandung: Diponegoro, 1995), h. 413.

Page 61: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

48

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang

yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka

tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa

mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”

(Q.s. al-Hujurât [49]: 15)

Seorang Muslim adalah pemilik risalah-komprehensif, risalah tersebut

tidak layak diemban orang-orang negatif dan mengisolasi diri. Risalah ini hanya

layak diemban oleh orang-orang positif dan mujahid. Risalah tersebut adalah

risalah yang memiliki tujuan agar kebenaran dan keadilan menjadi kendali serta

petunjuk kepada kebaikan dan istiqamah ada di mana-mana sehingga kalimat

Allah menjadi yang paling tinggi di bumi-Nya. Risalah Islam ini datang untuk

melawan kelemahan di dalam hati, kekeliruan di dalam berfikir, penyimpangan di

dalam perilaku, kezaliman di dalam kehidupan sosial, penindasan di dalam

kehidupan bernegara, dan kezaliman antar manusia.

Allah SWT menjadikan kehidupan di alam semesta ini dalam bentuk

berpasang-pasangan. Ada kebaikan yang bersandingan dengan kejahatan serta

kenikmatan dan rasa sakit, manusia memiliki akal dan insting serta sehat dan

sakit. Dunia diiringi oleh cahaya dan kegelapan serta malam dan siang, dalam

dunia materi ada cahaya dan kegelapan sedangkan di dunia gaib ada malaikat dan

setan. Manusia pun memiliki potensi kebaikan dan kuburukan, jiwa kebaikan

manusia diberikan oleh malaikat dan jiwa keburukan manusia dibisikan oleh

setan. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu apapun yang

tersembunyi dari-Nya, baik di langit maupun di bumi.

Dari berbagai ayat-ayat yang berbicara masalah jihad sebagaimana yang

telah dipaparkan sebelumnya tampak empat unsur pokok jihad, di mana antara

yang satu dan yang lainnya saling berkaitan dengan tambahan satu unsur sebagai

unsur kelima di luar sistem. Keempat unsur pertama adalah pelaku, tujuan sarana

Page 62: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

49

dan objek. Unsur kelima yang terdapat di luar sistem tidak lain adalah pihak yang

member tugas jihad, yaitu Allah SWT.

Berdasarkan uraian terhadap ayat-ayat jihad yang terdahulu , pihak yang

diseru untuk mengemban tugas jihad yaitu Rasulullah dan orang-orang beriman

sebagai pelaku jihad (lihat di dalam Q.s. al-Nisâ [4]: 76). Unsur yang kedua

adalah sarana jihad yang mencakup jiwa raga dan harta benda, hal itu meliputi

segala sarana fisik dan non-fisik. Lisan dan pena termasuk di antara sarana-sarana

yang dapat dipergunakan untuk berjihad, dengan kata lain dalam seluruh aspek

kehidupan dapat dijumpai sarana-sarana yang bisa dipergunakan untuk berjihad.

Kemudian unsur selanjutnya adalah tujuan jihad, yaitu esensi tegaknya agama

Islam di muka bumi ini serta untuk menguji keabsahan iman seorang hamba.

Unsur yang keempat yaitu objek jihad, kita sudah mengetahui bahwa

wawasan tentang jihad bukanlah sekedar wacana tetang perang dan kekerasan

melaikan usaha sungguh-sungguh dalam menyebarkan dan menjaga agama Islam

yang bersifat universal. Umat Islam bukan hanya rentan terhadap serangan orang-

orang kafir, namun mereka juga rentan terhadap serangan dari problem-problem

sosial kehidupan seperti kemiskinan, kobodohan, dan juga hawa nafsu individu

umat Islam itu sendiri. Dan unsur yang terakhir yaitu Allah SWT yang menjadi

tolak ukur jihadnya umat Islam menjadi bernilai, sebab jihad merupakan media

bagi seorang hamba untuk mendapat keridhaan Allah.

Page 63: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

50

BAB IV

PENAFSIRAN JIHAD DARI MASA KE MASA

A. Sejarah Singkat Perjalanan Tafsir

Tafsir54

memiliki sejarah yang panjang, berlangsung melalui berbagai

tahapan dan kurun waktu sehingga mencapai bentuknya seperti yang terlihat pada

saat sekarang. Sejarah tafsir telah dimulai sejak dini, yaitu sejak zaman Rasulullah

SAW sebagai orang pertama yang bertugas mengurai maksud-maksud dalam

wahyu-wahyu Allah dan dan menyampaikannya kepada umat. Upaya menelusuri

sejarah penafsiran Al-Quran yang sangat panjang dan tersebar luas di segenap

penjuru dunia Islam itu tentu saja bukan perkara mudah, apalagi untuk

menguraikannya secara panjang lebar dan detil. Atas dasar itu, skripsi ini tidak

akan menguraikan sejarah penafsiran Al-Quran dengan uraian panjang-lebar, luas,

mendalam, dan kongkrit.

Drs. Ahmad Izzan dengan mengutip pendapat sebagian ahli tafsir mebagi

periodesasi penafsiran Al-Quran kedalam tiga fase: periode mutaqaddimîn (abad

1-4 Hijrah), periode muta‟akhkhirîn (abad 4-12 Hijrah), dan periode modern (12-

sekarang). Periode mutaqaddimîn meliputi masa Nabi Muhammad SAW, sahabat,

tabi‟in, dan tabi‟ al-tabi‟în. Sepeninggal Nabi penafsiran ayat Al-Quran dilakukan

oleh para sahabat. Dari kalangan sahabat tercatat beberapa ahli tafsir, di

54

Secara bahasa (etimologis), tafsir berarti menjelaskan (al-îdhah), menerangkan (al-

tibyân), menampakkan (al-izhâr), menyibak (al-kasyf), dan merinci (al-tafshîl). Kata tafsir

terambil dari kata al-fasr yang berarti al-ibânah dan al-kasyf yang keduanya berarti membuka

(sesuatu) yang tertutup (kasyf al-mughaththâ). Secara isltilah, tafsir adalah rangkaian penjelasan

dari pembicaraan atau teks Al-Quran, atau tafsir juga dapat difahami sebagai penjelasan lebih

lanjut terhadap ayat-ayat Al-Quran yang dilakukan oleh seorang ulama tafsir. Orang yang

menafsirkan al-Quran disebut mufassir (jamaknya adalah mufassirûn atau mufassirîn), dengan

persyaratan khusus, baik bersifat fisik dan psikis maupun diniyyah (keagamaan), terutama syarat-

syarat yang bersifat akademik. Untuk ulasan yang lebih jelas dan spesifik baca: H. Ahmad Izzan,

Metodelogi Ilmu Tafsir, (Jakarta: Tafakur, 2011), cet. 3, h. 4 dan 27.

Page 64: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

51

antaranya: al-khulafa al-râsyidîn (13 H/ 634 M-40 H/ 661 M), Ibnu Mas‟ud (w.

32 H/ 652 M), Zaid bin Tsabit (w. 45 H/ 665 M), Ubay bin Ka‟ab (w. 20 H/ 692

M), Abu Musa al-Asy‟ari (w. 44 H/ 664 M), Abdullah bin Zubair (w. 73 H/ 692

M), dan Abdullah bin Abbas (68 H/ 687 M). Tidak dapat dipungkiri bahwa para

sahabat Nabi Muhammad SAW memiliki peran penting dalam pengembangan

tafsir Al-Quran.55

Selanjutnya langkah mulia para sahabat (menafsirkan ayat Al-Quran)

diikuti oleh generasi berikutnya. Tegasnya, penafsiran dari para sahabat diterima

baik oleh generasi tabi‟în di berbagai daerah Islam. Generasi tabi‟în

menyampaikan ilmu tafsir yang mereka peroleh dari para sahabat ke generasi

selanjutnya (tabi‟ al-tabi‟în). Pada generasi ketiga inilah pentadwinan atau

pembukuan tafsir dimulai. Akan tetapi, tafsir-tafsir karya ulama generasi sahabat

hingga tabi‟ al-tabi‟în tidak dapat kita jumpai pada masa sekarang, yang ada

hanyalah nukilan-nukilan yang dinisbatkan kepada mereka sebagaimana termuat

dalam kitab-kitab tafsir bil ma‟tsur.

Perluasan wilayah agama dan pergaulan umat Islam dengan dunia luar

turut mempengaruhi kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam

pada masa selanjutnya. Peradaban dan kebudayaan Islam pun semakin mengalami

kemajuan, termasuk tafsir. Dalam upaya menafsirkan Al-Quran, para ahli tafsir

merasa tidak cukup hanya dengan mengutip riwayat-riwayat dari para sahabat

nabi, tabi‟în, dan tabi‟ al-tabi‟în sebagaimana yang dilakukan selama ini, tetapi

55

H. Ahmad Izzan, Metodelogi Ilmu Tafsir, h. 18.

Page 65: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

52

mereka mulai berorientasi pada penafsiran Al-Quran berdasarkan pendekatan ilmu

bahasa dan penalaran ilmiah.

Dalam kalimat lain, tafsir Al-Quran pada periode ini (muta‟akhkhirîn)

tidak hanya berpedoman degan metode tafir bi ma‟tsur sebagaimana yang

dilakukan selama ini, tetapi juga berupaya keras mengembangkan tafsir bil al-

dirâyah dengan segala macam implikasinya. Karena itu, tafsir Al-Quran

mengalami perkembangan sedemikian rupa dengan fokus-perhatian pada

pembahasan aspek-aspek tertentu sesuai dengan tendensi dan kecenderungan

kelompok ulama tafsir itu sendiri.

Ulama tafsir yang hidup pada periode ini di antaranya: imam al-

Zamkhsyari (467-538 H/ 1074-1143 M) dengan karyanya al-Kasysyaf yang

menafsirkan Al-Quran menggunakan pendekatan bahasa (keindahan bahasa/

balaghah). al-Qurthubi (w. 671 H/ 1272 M) dengan karyanya al-Jami‟ li Ahkâm

al-Qur‟an yang fokus terhadap penafsiran ayat-ayat hukum. Ibn al-„Arabi (w. 638

H/ 1240 M) dengan karyanya Ahkâm al-Qur‟an. Masih banyak ulama tafsir

dengan karya-karyanya yang lahir pada periode mutakhkhirîn, dan dengan

pendekatan yang berbeda-beda dalam menafsirkan Al-Quran.

Periode selanjutnya dari perjalanan tafsir adalah yaitu periode modern

yang dimulai dari akhir abad Sembilan belas hingga kini (sekitar tahun 1830-an).

Pada periode ini munculnya tokoh-tokoh pembaharu Islam, seperti Sayyid Ahmad

Khan dengan karyanya Tafhîm Al-Qur‟ân dan Muhammad Abduh dengan karya

tafsir al-Manâr. Keduanya terpanggil melakukan kritik terhadap produk-produk

Page 66: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

53

penafsiran para ulama terdahulu yang di anggap tidak lagi relevan dengan konteks

zaman modern.56

B. Penafsiran Ayat Jihad dari Periode Mutaqaddimîn Hingga Modern

a) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Mutaqaddimîn (abad 1-4 Hijrah)

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang

murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum

yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang

bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras

terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak

takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,

diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas

(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”

(Q.s. al-mâ‟idah [5]: 54)

Menurut sejarah, setelah Rasulullah SAW wafat sekelompok orang dari

suku Arab Badui murtad dan menolak mengeluarkan zakat, sehingga Abu Bakar

dan para sahabatnya memerangi mereka sampai mereka kembali kepangkuan

Islam dan memperbaharui keislamannya. Mereka inilah (Abu Bakar dan para

sahabatnya) yang disebutkan ciri-cirinya oleh Allah SWT dalam ayat ini sebagai

orang-orang yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka, karena

mereka berjihad (berjuang) di jalan Allah dan tidak pernah gentar terhadap celaan

orang-orang yang mencela.

56

H. Ahmad Izzan, Metodelogi Ilmu Tafsir, h. 20-25.

Page 67: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

54

Anas bin Malik berkata: “Para sahabat tidak suka memerangi orang-orang

yang enggan membayar zakat…, maka Abu Bakar menyandang pedangnya…”

Ibnu Mas‟ud berkata: “Mulanya kami tidak suka, kemudian akhirnya kami mau

menyandang pedang (untuk memerangi orang-orang yang enggan mengeluarkan

zakat)”.57

Ayat ini menggambarkan dan mengajarkan para sahabat agar tetap

teguh dalam menjaga kemurnian dan keorisinilan syariat Islam, terrealisasikan

dalam usaha mereka memerangi orang-orang yang murtad sepeninggal Nabi SAW

serta mereka yang tidak mau membayar zakat dan tidak mau menjalan syariat

Islam.

Sikap tegas para sahabat kepada orang-orang kafir, sebagaimana yang

digambarkan oleh Ibnu Mas‟ud di atas, bukan berarti memaksa mereka untuk

tidak memegang kepercayaannya. Namun, sikap tegas para sahabat ini diarahkan

pada musuh dan upaya-upaya mereka melecehkan ajaran agama dan umat Islam.

Inilah yang mengobarkan semangat jihad di dalam diri para sahabat nabi yang

besikap tegas, kuat pendirian, dan tidak bertoleransi dalam hal-hal yang prinsipil

terhadap orang-orang kafir.

Jihad merupakan sarana dalam mempertahankan agama dan kemurnian

syariat Islam, karena sesungguhnya Islam bukan sebuah agama yang terikat

dengan ruang dan waktu. Nabi Muhammad diutus bagi seluruh umat bumi,

berbeda halnya dengan dengan nabi-nabi sebelum beliau yang diutus hanya untuk

suatu kaum dan bersifat temporer. Maka Allah SWT menurunkan ayat yang

terdapat di dalam surat al-Furqân ayat 52, demikianlah ditafsirkan oleh Ibnu

57

Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas‟ud, terj. Ali Murtadho Syahudi, (Jakarta:

PUSTAKA AZZAM, 2009), cet. 1, h.471.

Page 68: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

55

Abbas.58

Dari penafsiran Ibnu Abbas dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas

Rasulullah adalah untuk menyebarkan Islam hingga seluruh umat yang berada di

seluruh pelosok bumi dapat merasakannya, langkah awal beliau adalah mendidik

sahabatnya untuk mengerti Islam, mempersiapkan mental mereka, dan

mewariskan semangat untuk tetap membela serta meneruskan dakwah Islam ke

seluruh penjuru bumi.

b) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Muta’akhkhirîn (abad 4-12 Hijrah)

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan

untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang

tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang

muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya

Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi

atas segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat

dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka

dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.

(Q.s. al-Hajj [22]: 78)

Al-Thabari di dalam tafsirnya berkomentar mengenai masalah jihad yang

terdapat di dalam ayat di atas, menurut beliau terdapat perbedaan pendapat di

kalangan ahli ta‟wil menganai ta‟wil dari ayat (جاىذا ف انهو حك جياده ), sebagian

mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dari potongan ayat di atas adalah

58

Muhammad Nasib al-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj. Drs. Syihabuddin,

(Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 2001), cet. 3, h. 556.

Page 69: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

56

seruan untuk berjihad melawan orang-orang musrik pada jalan Allah dengan

sebenar-benarnya jihad. berbeda dengan pendapat di atas, Ibnu Katsir memberikan

penjelasan mengenai ayat yang berbunyi جاىذا ف انهو حك جياده memiliki arti

berjihad menggunakan harta, lidah, dan diri kamu. Bunyi ayat ini identik dengan

bunyi ayat اتما انهو حك تماتو (Q.s. Ali Imran [3]: 102).59

Sedangkan mengenai jihad yang terdapat di dalam surat al-Baqarah

imam al-Thabari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ,(جاىذا ف سثم انهو)

wa jâhidû di dalam ayat tersebut bermakna berperanglah (wa qâtilû wa hâribû).

Dan adapun fî sabîlillâh adalah jalan atau agama Allah, jadi yang dimaksud oleh

ayat جاىذا ف سثم انهو انزن ىاجشا adalah orang-orang yang berpaling atau

menjauh dari pemerintahan umat yang syirik adalah hijrah bagi mereka.

Kemudian memerangi orang-orang musyrik agar mereka masuk Islam dan

berharap mendapatkan rihda Allah dan memasukkan mereka ke dalam surganya

Allah dengan keutamaan rahmat-Nya.60

Imam al-Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat diatas (Q.s. al-Hajj [22]:

78) mengatakan bahwa ayat tersebut tidak hanya sekedar menjelaskan perintah

perang saja. Perintah jihad dalam ayat ini berarti memadukan antara ibadah ritual

dan ibadah sosial, dan ini adalah sebuah dimensi terpenting dalam kehidupan ini.

Imam al-Zamakhsyari melanjutkan, ayat ini merupakan revolusi terbesar dalam

jihad melalui perintah dari Allah SWT. Maksud beliau adalah hendaknya dalam

59

Abu al-Fadâ‟ Isma‟il bin Umar bin Katsir, Tafsîr al-Qur‟â al-„Azîm, (t.tt.: Dar Thaibah,

1420 H./1999 M.), juz 4, h. 455. 60

Muhammad bin Jarir al-Thabari, Jâmi‟ul Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, (t.tt.: Mu‟assasah

al-Risalah, 1420 H./2000 M.), cet. 1, juz 4, h. 318.

Page 70: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

57

berjihad jangan hanya bertumpu pada jihad dalam arti perang, melainkan pada

upaya membersihkan jiwa dari nafsu. Perintah jihad hakiki (haqqa jihâdihi) yang

dimaksud dalam ayat ini adalah bukan semata-mata jihad untuk tujuan duniawi,

melainkan jihad degan tujuan melaksanakan perintah-Nya dan mencari ridha-

Nya.61

c) Penafsiran Ayat Jihad oleh Ulama Modern (abad 12 Hijrah)

Sayyid Qutb mengemukakan bahwa di dalam Islam amal yang dimaksud

dengan ibadah tidak hanya sebatas amal-amal yang wajib saja, melainkan segala

gerakan dan aktivitas berfikir yang diniatkan oleh seseorang kepada Allah

termasuk ibadah. Ibadah menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya

sehingga kehidupannya berdiri di atas fondasi yang kukuh dan jalur yang

menghubungkan antara mahluk dan Tuhannya. Ibadah dapat membangkitkan

kehidupan yang istiqamah, dan kehidupan jamaah yang berdiri di atas fondasi

iman dan kemurnian ideologi.

Bila umat Islam telah bersiap-siap dengan bekal hubungan dengan Allah

dan kehidupan istiqamah, sehingga hatinya lurus dan kehidupannya juga lurus,

maka pada saat itu mereka dibebankan dengan konsolidasi umum yang berat.

....

"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

benarnya…”

(Q.s. al-Hajj [22]: 78)

61

Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zmakhsyari, Tafsir al-

Kasysyaf, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah), jilid 3, h. 168. Pendapat demikian juga dutarakan

oleh ima al-Razi, bahwa makna jihad di dalam ayat tersebut sangat beragam maknanya.

Page 71: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

58

Ungkapan ini menurut Sayyid Qutb adalah umum, sehingga yang

dimaksud berjihad di dalam ayat ini adalah menghadapi musuh-musuh yang

mengancam keamanan dalam beragama, baik musuh yang datangnya dari luar

(setan, orang kafir, orang munafik, dan orang fasik) diri dan yang datang dari diri

sendiri (hawa nafsu, kebodohan, kemalasan). Karena sesungguhnya Allah telah

menetapkan pilihan-Nya terhadap umat yang istiqimah untuk menangung

tanggung jawab besar.62

Al-Maraghi dalam menjelaskan ayat di atas berkomentar bahwa berjihad

di jalan Allah merupakan ibadah yang utama, dengan catatan niat tulus dan ikhlas

demi mendapatkan keridhaan-Nya. Ini merupakan tanggung jawab yang besar

karena dibutuhkan kesabaran yang tinggi terhadap celaan orang-orang yang

mencela dalam menjalankan jihad. Menurut al-Maraghi, dengan mengutip

pendapat al-Raghib, beliau mendefenisikan jihad sebagai aktivitas yang menuntut

pengerahan segala kemampuan dalam mengantisipasi musuh. Selanjutnya al-

Maraghi membagi jihad kepada tiga macam, yaitu:

1. Jihad melawan musuh yang tampak, seperti orang-orang kafir (mereka yang

memberikan ancaman)

2. Jihad melawan setan

3. Jihad melawan hawa nafsu, adapun macam jihad yang terkhir inilah menurut

beliau yang paling berat.63

62

Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, et.al., (Jakarta: GEMA

INSANI, 2004), cet. 1, jilid 8, h. 151. 63

Ahmad Musthafa al-Maraghi, TAFSIR AL-MARAGHI, terj. Drs. Anwar Rasyidi, et.al.,

(Semarang: TOHA PUTRA, 1989), cet. 1, h. 251.

Page 72: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

59

Dalam hal ini, harus diakui bahwa istilah jihad sering ditafsirkan dengan

makna perang melawan orang-orang kafir yang dirasa akan mengancam Islam,

akan tetapi peperangan yang dilancarkan kaum Muslimin bukanlah penperangan

melainkan sebuah pertahanan untuk tetap tegaknya agama tauhid ini. Namun,

seiring perjalanan waktu maka penafsiran terhadap ayat-ayat jihad berkembang

melalui pendekatan berbeda yang dipakai oleh para ulama tafsir yang datang

setelahnya. Hal ini disebabkan keluasan makna jihad yang terdapat di dalam ayat-

ayat Al-Quran dan disampaikan dalam berbagai konotasi dan denotasi dalam

rangka menunjukkan adanya distingsi dari segi makna jihad yang terdapat di

dalam setiap ayat.

Keluasan cakupan jihad memberikan peluang terhadap seluruh umat Islam

untuk dapat menjalankannya. Jihad bukan hanya bagi prajurit yang ahli dalam

menggunakan senjata dan memungkinnya untuk menghalangi orang-orang yang

mengusik ketentraman agama Islam. Setiap individual umat Islam yang

melakukan penempahan diri untuk dapat menaklukkan hawa nafsu agar menurut

perintah darinya termasuk ke dalam hamba-hamba yang berjihad. Karena itu,

Allah berpesan agar jihad tidak disalah-gunakan untuk tujuan duniawi dan gengsi

belaka. Jihad tidak boleh dilakukan hanya karena ada harta rampasan (al-

ghanimah) karena jihad merupakan ibadah yang totalitas dari kehidupan, baik di

medan perang maupun di luar medan perang.

Page 73: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hal penting yang harus kita ingat adalah bahwa jihad merupakan suatu

kewajiban yang pasti dan berlaku hingga hari kiamat. Perintah jihad tidak

meneriman naskh (penghapusan), karena tidak ada nasakh setelah Nabi

Muhammad SAW wafat. Setiap hukum Islam yang ditetapkan oleh Al-Quran dan

sunnah, maka relevansinya akan berlaku hingga hari kiamat. Termasuk persoalan

yang disepakati oleh umat Islam adalah bahwa perintah, larangan, dan hukum-

hukum yang ditetapkan Al-Quran tidak memiliki batasan waktu, baik hukum yang

menyangkut ibadah atau muamalah, yang salah satunya adalah ketentuan tentang

jihad. Selain itu, Nabi sendiri mengatakan bahwa tidak ada hijrah setelah

pembebasan kota Makka yang ada hanya jihad dan niat, jika kamu diseru untuk

melakukannya maka bergegaslah (H.R. Bukhari).

Barangkali setiap hukum, cara dan strategi pelaksanaannya berkembang

sesuai dengan konteks-sosial umat Islam, tetapi konsepsi utama mengenai hukum

ini tetap terjaga dan tidak berubah. Adapun konsepsi utama dalam jihad adalah

umat Islam harus senantiasa dalam keadaan disegani, baik dalam bidang militer,

ekonomi, pemikirin, keilmuan. Hal ini dapat terwujud dengan andanya usaha

sungguh-sunggu untuk menciptakan individual Muslim yang tangguh dan terlatih

dalam segala aspek kehidupan agar siap dan mampu melawan musuh-musuh

Islam, mengusir penjajah, menjaga kebebasan dakwah, dan menyelamatkan

orang-orang yang tertindas di muka bumi.

Page 74: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

61

Islam tidak memerintahkan umatnya untuk memerangi musuh, selama

mereka tidak memerangi umat Islam. Namun apabila umat Islam merasa terancam

dengan keberadaan musuh, Isalm menganjurkan umatnya untuk mengantisipasi

kemungkinan tersebut jika bukti-bukti yang mengarah kesana sudah jelas terlihat.

Hal ini memberikan sinyalemen bahwa tujuan Islam dan risalahnya adalah

menciptakan perdamaian dalam kehidupan, bukan dengan menghilangkan

semangat jihad dari jiwa kaum Mulim. Jika semangat jihad sudah tidak ada di

dalam jiwa umat Islam, maka akan digantikan oleh penyakit wahn yang

mengakibatkan umat Islam menjadi mangsa empuk bagi musuh-musuhnya.

Di zaman kontemporer seperti sekarang ini kaum Muslim wajib berusaha

membangun kekuatan di berbagai sapek kehidupan, seperti kekuatan ekonomi,

kekuatan militer, dan kekuatan pribadi umat, yang mencakup materi, pemikiran,

keilmuan, keimanan, dan moral. Mempersiapkan umat untuk berjihad adalah

wajib sampai benar-benar siap untuk bertarung dalam mempertahankan keutuhan

agama Islam.

B. Saran-saran

Setelah panjang lebar membahas makna dan penafsiran jihad dari masa ke

masa, dengan merujuk kepada al-Quran, kitab-kitab tafsir, dan hadis Nabi, maka

penulis merumuskan saran-saran bagi para pembaca sebagai berikut:

1. Bagi seluruh lapisan masyarakat hendaknya mengerti atau paham betul setiap

detail dari ajaran Islam umumnya, khususnya menyangkut maslalah jihad

harus dikaji secara menyeluruh agar tidak ada lagi sikap phobia tehadapnya.

Page 75: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

62

2. Jihad bukanlah semata-mata mengenai peperang, ia mencakup seluruh aspek

kehidupan, oleh karena itu hendaklah setiap muslim berjihad dengan

keahliannya masing-masing yang mamfaat dapat menjaga keutuhan agama

Islam

3. Hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya perpecahan di kalangan umat

Islam mengenai kajian seputar jihad hendaknya dihindari, diupayakan mencari

titik temunya.

4. Dan bagi para pembaca, penulis menyarankan agar memberi kritik, saran dan

masukan yang sifatnya membangun bagi penulis. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun

materi. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

khasanah ilmu pengetahuan ke-Islaman pada umumnya, dan khususnya bagi

diri penulis sendiri. Alhamdulillâhirabbil „âlamîn, akhirul kalâm wassalâmu

„alaikum wa rahmatullâhi wa barakatuhu.

Page 76: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

63

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah Yusuf, Qur‟an Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1993)

al-Atsqalani, Ahmad Ibn „Ali bin Hajar, Fathil Bari (Beirut: Dar al-Balaghah,

1985)

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalis, Modernis

Hingga Post-Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996)

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, al-Mu‟jam al-Mufahras li Al-Fâzh Al-Quran Al-

Karim, (Beirut: Darul Fikr, 1407H )

al-Buthy, Muhammad Sa‟id Ramadhan, Menjadi Mujahid Sejati, terj. Saiful Hadi,

S.Ag., (Jakarta: PT. INTIMEDIA CIPTANUSANTARA, t.t.)

Chirzin, Drs. Muhammad, M. Ag, Jihad di Dalam Al-Qur‟an; Telaah Normatif,

Historis, dan Prospektif, (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 1997)

Dahlan, M.D., et.al., Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-

ayat Al-Quran, , (Bandung: CV Diponegoro, 1975)

al-Dzahabi, Dr. Muhammad Husain, al-Tafsîr wal Mufassirûn, (T.tp.: T.pn., 1396

H./ 1976 M.)

al-Hafidz, Drs. Ahsin W., Kamus Ilmu AL-QUR‟AN, (Jakarta: AMZAH, 2006)

Isawi, Muhammad Ahmad, Tafsir Ibnu Mas‟ud, terj. Ali Murtadho Syahudi,

(Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2009)

Johnson, James Turner, Ide Perang Suci Dalam Tradisi Islam dan Barat, terj. Ali

Noor Zaman, (Yogyakarta: QALAM, 2002)

Katsir, Abu al-Fadâ‟ Isma‟il bin Umar bin, Tafsîr al-Qur‟â al-„Azîm, (T.tp.: Dar

Thaibah, 1420 H./1999 M.)

Khan, Majid Ali, Muhammad Saw Rasul Terakhir, Terj. Fathul Umam (Bandung:

Pustaka, 1985)

Page 77: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

64

Lewis, Bernard, Krisis Islam; Antara Jihad dan Teror yang Keji, Terj. Ahmad

Lukman, (Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2004)

Mahmud, Ali Abdul Halim, Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-

Bana; RUKUN JIHAD, Penerj. Khozin Abu Faqih, dkk., (Jakarta: Al-

I‟tishom Cahaya Umat, 2001)

al-Maraghi, Ahmad Musthafa, TAFSIR AL-MARAGHI, terj. Drs. Anwar Rasyidi,

et.al., (Semarang: TOHA PUTRA, 1989)

al-Mandzur, Imam al-Allamah abi al-Fdhl Jamaluddin Muhammad bin Mukrim

Ibn, Lisan Al-„Arab al-Muhith, (T.tp.: Dar Lisan al-„Arab, t.t.)

Mutthaharhi, Murtadha, Jihad, terj. M. Hasem (Bandar Lampung: Yapi, 1987)

Nasr, Seyyed Hossein Umar, Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern,

terj. Lukman Hakim (Bandung: Pustaka, 1994)

Prasetya, Avie, “Pelaku Bom Bali Tak Sangka Dahsyatnya Ledakan.”, Artikel ini

diakses pada 5 April 2011 dari

http://news.okezone.com/read/2007/12/15/1/68528/pelaku-bom-bali-

tak-sangka-dahsyatnya-ledakan

Qardhawi, Yusuf, FIQIH JIHAD, terj. Irfan Maulana Hakim, et.al., (Bandung: PT.

Mizan Pustaka, 2010)

_______Fiqih Zakat, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1405 H/ 1985 M)

_______Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Bana, terj. Bustami A. Gani

dan Zaenal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)

Qutb, Sayyid, Dirasah Islamiyah, terj. Dr. A. Rahman Zainuddin, MA. (Jakarta:

Media Da‟wah, t.th)

_______Fî Zhilâl Al-Qur‟an, (Beirut: Dar Ihya Turats Al-„Arabi, 1967)

al-Qaththan, Manna‟, Mabâhits fi „Ulûm Al-Quran, (Riyad: Mansyurat al-„Asr al-

Hadist, 1973)

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi Al-Quran; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

konsep Kunci, (Jakarta: PARAMADINA, 1996)

Page 78: PENELUSURAN MAKNA DAN PENAFSIRAN JIHAD DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4296/1/RIZKY... · rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

65

RI, Depertemen Agama, AL-QUR‟AN DAN TERJEMAHANNYA, (Bandung: CV

Diponegoro, 1995)

Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Quran Al-Hakim, (Mesir: Dar al-Manar,

1367 H.)

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1990)

Shaleh, et.al., ASBÂBUN NUZÛL (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat Al-

Quran), (Bandung: CV Penerbit Ponegoro, 2009)

Shihab, M. Quraish, ENSIKLOPEDIA AL-QURAN: Kajian Kosakata, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007)

_______Membumikan Al-Quran jilid 2, (Tanggerang: Lentera Hati, 2011)

_______Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudhu‟I Atas Pelbagai Persoalan Ummat,

(Bandung: Mizan, 1996)

Suara Media, “Italia Bongkar Konspirasi Akbar Mossad-CIA Dalam Peristiwa

9/11.” Artikel ini diakses pada 7 April 2011 dari

http://www.suaramedia.com/berita-dunia/eropa/10681-italia-bongkar-

konspirasi-akbar-mossad-cia-dalam-peristiwa-911.html

Syari‟ati, Ali, Rasulullah Saw Sejak Hijrah Hingga Wafat, terj. Afif Muhammad

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1995)

al-Thabari, Muhammad bin Jarir, Jâmi‟ul Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, (T.tp.:

Mu‟assasah al-Risalah, 1420 H./2000 M.)

al-Wahidi, Abu Hasan, Asbâb al-Nuzûl, (Kairo: Dar al-Hadits, 1998)

Wehr, Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic, (New York: Ithaca, 1976)

Yunus, H. Mahmud, KAMUS ARAB-INDONESIA, (JAKARTA: PT.

HIDAKARYA AGUNG)

al-Zmakhsyari, Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad, Tafsir

al-Kasysyaf, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah)