9
PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN MOJOKERTO) Oleh : Rahmah 1 , Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA. DESS 1 , Drs. Kustiyo M.Si 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS - Sukolilo, Surabaya – 60111 2 LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Jakarta Abstrak Retensi berarti penyimpanan atau daya tampung. Daerah retensi banjir merupakan daerah yang digunakan untuk menyerap air dari sungai maupun hujan sebagai salah satu alternatif pencegah banjir. Oleh karena itu diperlukan pemetaan untuk penentuan daerah retensi banjir, khususnya di Kabupaten Mojokerto. Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat digunakan untuk memetakan daerah retensi banjir di Kabupaten Mojokerto. Penentuan daerah retensi banjir dibuat berdasarkan beberapa parameter yaitu jenis tanah, daerah genangan, curah hujan dan kelerengan. Peta daerah retensi banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah menggunakan software ER Mapper dan Arc View 3.3. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan daerah atau kawasan-kawasan yang bisa dioptimalkan sebagai daerah retensi banjir. Daerah retensi terdapat di daerah – daerah yang mengalami genangan rutin yaitu di kecamatan Gedeg, Jetis, Kemlagi, Bangsal, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri dan Sooko. Dari daerah genangan tersebut, dipilih tutupan lahan yang dapat dioptimalkan sebagai daerah retensi. Curah hujan berkisar 1500 – 2000 mm / tahun, dengan tingkat kelerengan sangat datar sampai curam. Daerah retensi yang baik yaitu daerah yang memiliki jenis tanah andosol, kemudian daerah retensi yang sedang yaitu daerah yang memiliki jenis tanah tanah aluvial, mediteran dan litosol. Luasan terbesar dari daerah retensi baik terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 5062.825 Ha, kemudian diikuti kebun yaitu sebesar 1283.028 Ha, tegalan sebesar 294.224 Ha dan rumput/semak sebesar 17.682 Ha. Untuk luasan terbesar dari daerah retensi sedang terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 11950.514 Ha, kemudian diikuti tegalan sebesar 9786.27 Ha, kebun sebesar 4043.507 Ha, rumput/semak sebesar 422.66 Ha, dan rawa sebesar 2.127 Ha. Kata Kunci : Citra SPOT 4, Daerah Retensi banjir, Jenis tanah, Daerah genangan, Curah hujan, Kelerengan PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Kabupaten Mojokerto memiliki curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar 984,7 – 2930,3 mm / tahun, memiliki keuntungan tersendiri yaitu adanya ketersediaan air yang cukup. Tetapi di sisi lain, Kabupaten Mojokerto sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dekat dengan pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik dan Lamongan yang merupakan pusat industri dan perdagangan, menyebabkan kawasan ini juga merupakan wilayah pengembangan pusat pertumbuhan. Hal ini berdampak terhadap perubahan tutupan lahan (tata guna lahan) dimana rawa dan lahan terbuka hijau beralih fungsi menjadi pemukiman. Dengan semakin berkurangnya rawa dan lahan terbuka hijau, maka semakin berkurang pula daerah yang dapat digunakan untuk penyerapan air (daerah retensi), baik luapan yang berasal dari sungai maupun yang berasal dari hujan. Curah hujan yang cukup tinggi, perubahan tutupan lahan, ditambah dengan adanya kerusakan hutan dan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya menyebabkan terjadinya banjir. Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggu, bahkan terhenti. Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan terulang tiap tahun, menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat diminimalkan. Salah satu upaya penanggulangan banjir yaitu dengan mengoptimalkan daerah retensi banjir. Perumusan Masalah Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah Bagaimana memperoleh informasi dari Citra SPOT 4 dan data-data pendukung lainnya yang diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tutupan lahan, 1

PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

  • Upload
    vuhuong

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN MOJOKERTO)

Oleh :

Rahmah1, Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA. DESS1, Drs. Kustiyo M.Si2

1Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS - Sukolilo, Surabaya – 60111 2 LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Jakarta

Abstrak

Retensi berarti penyimpanan atau daya tampung. Daerah retensi banjir merupakan daerah yang digunakan untuk menyerap air dari sungai maupun hujan sebagai salah satu alternatif pencegah banjir. Oleh karena itu diperlukan pemetaan untuk penentuan daerah retensi banjir, khususnya di Kabupaten Mojokerto.

Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat digunakan untuk memetakan daerah retensi banjir di Kabupaten Mojokerto. Penentuan daerah retensi banjir dibuat berdasarkan beberapa parameter yaitu jenis tanah, daerah genangan, curah hujan dan kelerengan. Peta daerah retensi banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah menggunakan software ER Mapper dan Arc View 3.3.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan daerah atau kawasan-kawasan yang bisa dioptimalkan sebagai daerah retensi banjir. Daerah retensi terdapat di daerah – daerah yang mengalami genangan rutin yaitu di kecamatan Gedeg, Jetis, Kemlagi, Bangsal, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri dan Sooko. Dari daerah genangan tersebut, dipilih tutupan lahan yang dapat dioptimalkan sebagai daerah retensi. Curah hujan berkisar 1500 – 2000 mm / tahun, dengan tingkat kelerengan sangat datar sampai curam. Daerah retensi yang baik yaitu daerah yang memiliki jenis tanah andosol, kemudian daerah retensi yang sedang yaitu daerah yang memiliki jenis tanah tanah aluvial, mediteran dan litosol. Luasan terbesar dari daerah retensi baik terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 5062.825 Ha, kemudian diikuti kebun yaitu sebesar 1283.028 Ha, tegalan sebesar 294.224 Ha dan rumput/semak sebesar 17.682 Ha. Untuk luasan terbesar dari daerah retensi sedang terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 11950.514 Ha, kemudian diikuti tegalan sebesar 9786.27 Ha, kebun sebesar 4043.507 Ha, rumput/semak sebesar 422.66 Ha, dan rawa sebesar 2.127 Ha. Kata Kunci : Citra SPOT 4, Daerah Retensi banjir, Jenis tanah, Daerah genangan, Curah hujan,

Kelerengan PENDAHULUAN Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Mojokerto memiliki curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar 984,7 – 2930,3 mm / tahun, memiliki keuntungan tersendiri yaitu adanya ketersediaan air yang cukup. Tetapi di sisi lain, Kabupaten Mojokerto sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dekat dengan pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik dan Lamongan yang merupakan pusat industri dan perdagangan, menyebabkan kawasan ini juga merupakan wilayah pengembangan pusat pertumbuhan. Hal ini berdampak terhadap perubahan tutupan lahan (tata guna lahan) dimana rawa dan lahan terbuka hijau beralih fungsi menjadi pemukiman.

Dengan semakin berkurangnya rawa dan lahan terbuka hijau, maka semakin berkurang pula daerah yang dapat digunakan untuk penyerapan air (daerah retensi), baik luapan yang berasal dari sungai maupun yang berasal dari hujan. Curah hujan yang cukup tinggi, perubahan tutupan lahan, ditambah dengan adanya kerusakan hutan

dan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya menyebabkan terjadinya banjir.

Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggu, bahkan terhenti. Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan terulang tiap tahun, menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat diminimalkan. Salah satu upaya penanggulangan banjir yaitu dengan mengoptimalkan daerah retensi banjir. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah Bagaimana memperoleh informasi dari Citra SPOT 4 dan data-data pendukung lainnya yang diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tutupan lahan,

1

Page 2: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

luasan serta menentukan daerah yang dapat dioptimalkan menjadi daerah retensi banjir di Kabupaten Mojokerto Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Citra yang digunakan adalah citra SPOT 4 2. Daerah penelitian di Kabupaten

Mojokerto 3. Parameter/variabel yang digunakan dalam

penentuan daerah retensi banjir yaitu jenis tanah, kelerengan, daerah genangan, dan curah hujan.

Tujuan Tugas Akhir Tujuan dari penelitian ini adalah

melakukan pengolahan dan analisis data dari citra satelit SPOT 4 dan data-data pendukung lainnya yang digunakan untuk menentukan lokasi daerah retensi banjir. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah suatu informasi mengenai kondisi di daerah Mojokerto yang dapat dijadikan daerah retensi banjir sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengantisipasi terjadinya banjir. Selain itu diharapkan juga sebagai informasi bagi penelitian yang lain. METODOLOGI Lokasi Penelitian

Kabupaten Mojokerto secara geografis terletak pada koordinat 112° 19’ 39” hingga 112° 39’ 54” Bujur Timur dan 7° 18’ 14” hingga 7° 46’ 43” Lintang Selatan. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Mojokerto adalah 692,15 km2 yang terbagi menjadi 18 kecamatan dan 304 desa. Adapun batas wilayah Kabupaten Mojokerto adalah : Batas utara : Kabupaten Lamongan dan

Kabupaten Gresik Batas timur : Kabupaten Sidoarjo dan

Kabupaten Pasuruan Batas selatan : Kabupaten Malang dan

Kota Batu Batas barat : Kabupaten Jombang

Gambar 1 : Lokasi Geografis Kabupaten Mojokerto (BAPPEKAB Mojokerto)

Peralatan dan Bahan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: • Perangkat Keras (Hardware)

1. Notebook TOSHIBA Intel Core Duo (1,6 GHz, FSB 533, Cache 1MB) Memori 2 GB DDR2 SDRAM PC-3200

2. Printer HP Deskjet-F380 3. GPS Navigasi GARMIN eTrex Vista

Memori Internal 24 MB, 12 parallel chanel GPS receiver, Barometric Altimeter, Electronic Compass

• Perangkat Lunak (Software) 1. Sistem Operasi Windows XP 2. Microsoft Word 2003 Microsoft Excel

2003 3. Matlab R2008a 4. ER Mapper 7. 5. Arc View 3.3

Bahan 1. Citra satelit SPOT 4 Kabupaten

Mojokerto (Sumber : LAPAN) • Tanggal 11 Januari 2008.

Gambar 2 : Citra Multi Spektral

SPOT 4 11 Januari 2008

Ket : Akuisisi : 11 Januari 2008. Path / Row : 296/365 Level : 2A Band : 1,2,3,4

• Tanggal 16 Juli 2008

Gambar 3 : Citra Multi Spektral

SPOT 4 16 Juli 2008

Kota M j k

Kab Mojokert

Ket : Akuisisi : 16 Juli 2008 Path / Row : 297/365

2

Page 3: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

Level : 2A Band : 1,2,3,4

2. Peta RBI Kabupaten Mojokerto skala 1:25000 tahun 2006 (Sumber: BAPPEKAB Mojokerto )

3. Data SRTM/Shuttle Radar Topographic Mission (Sumber : LAPAN)

4. Data Curah Hujan dan stasiun pengamat hujan Kabupaten Mojokerto (Sumber : DPU Pengairan Kabupaten Mojokerto )

5. Data genangan rutin Kabupaten Mojokerto (Sumber : DPU Pengairan Kabupaten Mojokerto )

6. Data Jenis Tanah Kabupaten Mojokerto (Sumber: BAPPEKAB Mojokerto )

Metodologi penelitian Tahapan yang akan dilaksanakan dalam

penelitian ini adalah:

Gambar 4 : Diagram Alir Kegiatan Penelitian

Gambar 5 : Diagram Alir Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Jaring Titik Kontrol (Strength of Figure) Jumlah Titik : 18 titik Jumlah Baseline : 36 baseline N Ukuran = Baseline x 3

= 36 x 3 = 108 N Parameter = Titik x 3

= 18 x 3 = 54 U = N Ukuran – N Parameter

= 108 – 54 = 54 Besar SoF = trace {( [A] x [A] T)-1 } U

= 2.5720 x 10-004

= 0.0002572 Dari hasil perhitungan SoF didapat besar

SoF yaitu 0.0002572. Nilai SoF tersebut memenuhi batas toleransi yang disyaratkan untuk koreksi geometrik yaitu 1. Koreksi Geometrik

Hasil koreksi geometrik pada citra yang telah di mozaik diperoleh nilai rata-rata RMSerror sebesar 0,06, hal tersebut berarti bahwa pergeseran rata-rata setelah dilakukan rektifikasi adalah sebesar 0,06 x 20 m = 1,2 m, Nilai ini memenuhi batas toleransi yang disyaratkan untuk koreksi geometrik Citra SPOT 4 dengan resolusi

3

Page 4: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

20 m, toleransi kesalahan yang diperbolehkan adalah maksimal 1 piksel (20 m). Tabel 1 Daftar koordinat GCP dan RMS citra SPOT 4 tahun 2008

Koordinat Citra Koordinat UTM No. X Y E N

RMS

1 358.37 1426.4 657298.33 9174594.15 0.00

2 376.35 1400.16 657657.49 9175119.53 0.01

3 553.62 1315.57 661198.55 9176820.31 0.00

4 559.95 1446.46 661202.94 9174205.48 0.01

5 340.13 1578.34 656931.17 9171557.57 0.00

6 560.54 1580.84 661331.60 9171521.21 0.01

7 296.96 1768.94 656066.02 9167747.09 0.01

8 373.83 2059.67 657594.96 9161943.28 0.01

9 435.37 1788.84 658828.88 9167358.09 0.01

10 273.76 2560.96 655587.67 9151922.67 0.01

11 259.41 2399.02 655304.23 9155157.03 0.00

12 669.59 1132.25 663517.67 9180489.70 0.01

13 605.85 427.77 662257.90 9194560.46 0.01

14 413.00 1120.74 658394.84 9180704.25 0.01

15 521.67 672.25 660572.80 9189670.97 0.00

16 534.15 978.00 660816.14 9183563.40 0.00

17 756.39 654.27 665259.20 9190044.44 0.01

18 288.76 1966.82 655898.45 9163793.36 0.00 Sumber : Hasil Pengolahan Klasifikasi Citra

Klasifikasi yang dilakukan pada citra SPOT 4 menggunakan klasifikasi visual. Hasil dari klasifikasi citra SPOT 4 yaitu berupa Peta tutupan lahan yang diklasifikasi menjadi 8 kelas yaitu : a. Sawah

Sawah merupakan area yang ditanami jenis tumbuhan padi. Sawah memiliki dua jenis yaitu sawah tadah hujan dan sawah irigasi.

b. Kebun Kebun merupakan area yang berupa jenis tumbuhan yang hanya ditumbuhi satu jenis tumbuhan yang dipotensialkan oleh masyarakat.

c. Tegalan Tegalan merupakan jenis tumbuhan yang

ditumbuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan.

d. Hutan Hutan merupakan area yang berupa jenis pepohonan yang tinggi baik itu pepohonan yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

e. Semak/rumput Semak/rumput merupakan vegetasi yang berupa tanaman liar yang tidak dipotensialkan oleh masyarakat.

f. Badan Air Badan air merupakan area yang berupa sumber air seperti sungai, danau, waduk.

g. Pemukiman

Pemukiman merupakan area yang berupa bangunan yang diperuntukkan sebagai perumahan, fasilitas umum, perkantoran, dan industri.

h. Rawa Rawa merupakan vegetasi yang berupa tanaman liar serta di genangi air dan tidak dipotensialkan oleh masyarakat. Tabel 2 Jenis dan luas area tutupan lahan

No Jenis Tutupan

Lahan Area (Ha) Area (%)

1 Sawah 32757.360 32.8 2 Kebun 16197.161 16.2 3 Tegalan 23236.445 23.2 4 Hutan 11536.798 11.5 5 Semak/rumput 1727.926 1.7 6 Badan Air 607.843 0.6 7 Pemukiman 14002.261 14.0 8 Rawa 3.86 0.0 Sumber : Hasil Pengolahan

Di bawah ini terdapat penjelasan grafis dari tutupan lahan di atas sebagai berikut : Gambar 4. Grafik Tutupan Lahan

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Sawah

Kebu

n

Tegal

anHuta

n

Semak/

rumpu

t

Bada

n Air

Pemuki

manRa

wa

Jenis Tutupan Lahan

Area

(Ha)

Uji Ketelitian

Ketelitian klasifikasi masuk dalam toleransi yang ditetapkan apabila KH atau ketelitian seluruh klasifikasi memiliki nilai diatas 80%. (Anderson dalam Febrianto2006)

Pada cek lapangan kali ini, jumlah titik sampel sebanyak 70 titik untuk semua kelas yang terklasifikasi, didapatkan data 13 titik yang keliru dalam pengklasifikasiannnya. Sehingga dari data yang diperoleh, dapat dirumuskan menjadi: JSL = 70 titik JKI = 70 – 13 = 62 titik Maka :

%100xJSLJKIKI =

%1007562 xKI =

67,82=KISehingga dengan nilai 82,67%, maka klasifikasi

dianggap benar karena memiliki nilai di atas 80%.

4

Page 5: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

Curah Hujan Pada daerah penelitian ini, terdapat 20

stasiun pengamat curah hujan. Data curah hujan yang ada tersebut di buat peta isohyet yaitu garis yang menguhubungkan besarnya curah hujan yang sama. Tabel 3 Total dan rata-rata curah hujan 10 tahun terakhir menurut kecamatan dan stasiun pengamatan di Kabupaten Mojokerto tahun 2006

No. Kecamatan Stasiun

Pengamat Curah Hujan

(mm) 1 Jatirejo Cakarayam 1793.6 2 Pacet Pacet 2327.2 3 Pacet Pandan 2142.8 4 Ngoro Janjing 2276 5 Trawas Trawas 2930.3 6 Gondang Pugeran 1680.1 7 Dlangu Sumbersoko 1485.6 8 Dlangu Klegen 1779 9 Mojosari Mojosari 1770.1

10 Bangsal Pudaksari 2129.5 11 Puri Tampung 1224.3 12 Puri Tangunan 1656.2 13 Puri Pasinan 1698.7 14 Trowulan Trowulan 1735.9 15 Trowulan Kasiyan 1511.6 16 Trowulan Pandansili 1186.2 17 Trowulan Ketangi 1699.1 18 Sooko Sambiroto 1676.9 19 Gedeg Gedeg 1806.8 20 Gedeg Terusan 984.7

Sumber : Hasil Pengolahan Di bawah ini terdapat penjelasan grafis

dari curah hujan di atas sebagai berikut : Gambar 5. Grafik Curah Hujan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Cakar

ayam

Pacet

Pand

anJan

jingTra

was

Puger

an

Sumbe

rsoko

Klege

n

Mojosar

i

Puda

ksari

Tampu

ng

Tang

unan

Pasin

an

Trowula

n

Kasiy

an

Pand

ansili

Ketan

gi

Sambir

otoGed

eg

Terus

an

Stasiun Pengamatan

Cura

h Hu

jam

(mm

)

Curah hujan di wilayah Mojokerto pada

bulan Januari hingga Maret 2006 cukup tinggi, namun pada bulan April hingga Oktober mengalami penurunan. Selanjutnya di bulan November kembali mengalami peningkatan.

Curah hujan rerata tahunan (annual) yang terjadi di wilayah Kabupaten Mojokerto tergolong tinggi, berkisar antara 984,7 – 2930,3 mm / tahun. Secara umum, curah hujan di wilayah tengah Kabupaten dan Kota Mojokerto, berkisar antara 1500 – 2000 mm / tahun. Curah hujan terendah

berada di daerah tengah Kabupaten dan semakin bergerak ke arah selatan, maka curah hujan di wilayah perbukitan-pegunungan semakin tinggi. Kelerengan

Pada Daerah Kabupaten Mojokerto, kelerengan terendah mengambil jatah terluas dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto, yaitu 47045.499 ha yang sebagian besar terdapat di bagian tengah Kabupaten Mojokerto. Kelerengan terbesar terdapat di bagian selatan Kabupaten Mojokerto yang terdiri dari perbukitan dan dataran tinggi.

Tabel 4 Kelerengan di Daerah Kabupaten Mojokerto

Prosen Klasifikasi Area (m2) Ha 0 - 2 Sgt datar 470454986 47045.499 2 - 8 datar 227738220 22773.822

8 - 15 landai 54469353 5446.935 15 - 25 Agk curam 52604729 5260.473 25 - 40 curam 61478679 6147.868

> 40 Sgt curam 127820624 12782.062 Sumber : Hasil Pengolahan

Di bawah ini terdapat penjelasan grafis dari kelerengan di atas sebagai berikut : Gambar 6. Grafik Kelerengan

05000

100001500020000250003000035000400004500050000

Sgt datar datar landai Agakcuram

curam Sgt curam

Klasifikasi

Area

(Ha)

Jenis Tanah

Jenis tanah di wilayah Mojokerto sebagian besar terdiri dari mediteran yang terdapat di bagian timur dari Kabupaten Mojokerto, kemudian masing-masing diikuti dengan Andosol di bagian barat, Aluvial di bagian tengah, grumusol di bagian utara, litosol serta asosiasi non calcic brown, brown forest soil, dan renzina. Tanah Andosol baik diperuntukkan sebagai daerah retensi karena daya mengikat air sangat tinggi, sangat gembur, tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur tinggi, sehingga mudah diolah, jumlah makro pori banyak menyebabkan permeabilitas (peresapan air) tinggi. Tanah Aluvial sangat baik diperuntukkan untuk daerah pertanian karena tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

5

Page 6: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

Tabel 5 Jenis tanah serta luasannya

Keterangan Area(m2)

Luas Genangan

(Ha)

Aluvial 204931655 20493.166

Andosol 213754629 21375.463

Grumusol 117483662 11748.366

Litosol 89298328 8929.833

Mediteran 286585944 28658.594Non Calcic Brown, Brown Forest Soil dan Renzina 88663759.1 8866.376

Sumber : Hasil Pengolahan Di bawah ini terdapat penjelasan grafis

dari jenis tanah di atas sebagai berikut : Gambar 7. Grafik Jenis Tanah

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Aluvial Andosol Grumusol Litosol Mediteran Non Calcic Brown,Brown Forest Soil

dan Resina

Jenis Tanah

Luas

Gen

anga

n (H

a)

Genangan

Daerah yang sering mengalami genangan rutin adalah daerah gedeg, jetis, kemlagi, bangsal, mojoanyar, mojosari, ngoro, pungging, puri, sooko. Hal ini selain karena disebabkan kelerengannya yang rendah, curah hujan cukup tinggi dan dilalui pula oleh sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Mojokerto. Tabel 4.5 Daerah Genangan rutin serta luasannya

Genangan Area(m2) Ha Gedeg 26509629 2650.963Jetis 61843233 6184.323Kemlagi 58086582 5808.658Bangsal 24707340 2470.734Mojoanyar 24806384 2480.638Mojosari 28851297 2885.13Ngoro 69105290 6910.529Pungging 45507934 4550.793Puri 37810014 3781.001Sooko 25080460 2508.046

Sumber : Hasil Pengolahan Di bawah ini terdapat penjelasan grafis

dari daerah genangan di atas sebagai berikut : Gambar 8. Grafik Daerah Genangan

010002000300040005000600070008000

Gedeg

Jetis

Kemlag

i

Bang

sal

Mojoan

yar

Mojosar

iNgo

ro

Pungg

ing Puri

Sook

o

Genangan

Area

(Ha)

Daerah Retensi Dari hasil overlay peta – peta parameter yang ada, yaitu peta curah hujan, genangan, kelerengan, jenis tanah dan tutupan lahan maka di dapatkan peta daerah retensi. Lahan yang dioptimalkan sebagai daerah retensi adalah lahan yang berupa semak/rumput, kebun, tegalan, sawah, rawa, hutan yang mengalami genangan rutin. Curah hujannya 1500 – 2000 mm, dengan tingkat kelerengan sangat datar sampai curam. Jenis tanah yang baik dijadikan daerah retensi yaitu jenis tanah andosol, kemudian daerah retensi sedang yaitu tanah aluvial, mediteran dan litosol. Untuk jenis tanah grumusol merupakan daerah retensi yang kurang baik. Sedangkan jenis tanah asosiasi Non Calcic Brown, Brown Forest Soil dan Renzina merupakan daerah yang tidak tepat untuk dijadikan daerah retensi. Hal ini di dasarkan oleh tingkat permeabilitasnya (peresapan terhadap air). Tabel 4.6 Daerah Retensi berdasarkan Tutupan Lahan serta luasannya dalam Hektar

Daerah retensi

tutupan lahan

Retensi tinggi (ha)

Retensi sedang

(ha)

Retensi rendah

(ha)

Retensi sangat rendah

(ha) kebun 1283.028 4043.507 961.109 8.325 rumput/semak 17.682 422.660 - - sawah 5062.825 11950.514 576.931 25.451 rawa - 2.127 1.655 - tegalan 294.224 9786.270 2217.456 282.251 Sumber : Hasil Pengolahan Kesimpulan

Besar SoF yaitu 0.0002572. Nilai SoF tersebut memenuhi batas toleransi yang disyaratkan untuk koreksi geometrik yaitu 1.

Hasil koreksi geometrik sebesar 0,06, hal tersebut berarti bahwa pergeseran rata-rata setelah dilakukan rektifikasi sebesar 0,06 x 20 m = 1,2 m, Nilai ini memenuhi batas toleransi yang disyaratkan untuk koreksi geometrik Citra SPOT 4 dengan resolusi 20 m, toleransi kesalahan yang diperbolehkan adalah maksimal 1 piksel (20 m).

6

Page 7: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

Tutupan lahan terbesar yaitu sawah dengan luas 32757.360 ha yang merupakan 32.8 % dari keseluruhan tutupan lahan yang ada.

Nilai uji ketelitian sebesar 82,67%, maka klasifikasi dianggap benar karena memiliki nilai di atas 80%.

Curah hujan rerata tahunan (annual) yang terjadi di wilayah Kabupaten Mojokerto tergolong tinggi, berkisar antara 984,7 – 2930,3 mm / tahun.

Pada Daerah Kabupaten Mojokerto, kelerengan terendah mengambil jatah terluas dari seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto, yaitu 47045.499 ha yang sebagian besar terdapat di bagian tengah Kabupaten Mojokerto. Kelerengan terbesar terdapat di bagian selatan Kabupaten Mojokerto yang terdiri dari perbukitan dan dataran tinggi.

Jenis tanah di wilayah Mojokerto sebagian besar terdiri dari mediteran yang terdapat di bagian timur dari Kabupaten Mojokerto, kemudian masing-masing diikuti dengan Andosol di bagian barat, Aluvial di bagian tengah, grumusol di bagian utara, litosol serta asosiasi non calcic brown, brown forest soil, dan renzina.

Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Tanah Andosol baik diperuntukkan sebagai daerah retensi karena daya mengikat air sangat tinggi, sangat gembur, tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur tinggi, sehingga mudah diolah, jumlah makro pori banyak menyebabkan permeabilitas (peresapan air) tinggi.

Luasan terbesar dari daerah retensi tinggi terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 5062.825 Ha, kemudian diikuti kebun yaitu sebesar 1283.028 Ha, tegalan sebesar 294.224 Ha dan rumput/semak sebesar 17.682 Ha. Untuk luasan terbesar dari daerah retensi sedang terdapat pada tutupan lahan sawah yaitu sebesar 11950.514 Ha, kemudian diikuti tegalan sebesar 9786.27 Ha, pemukiman sebesar 8895.213 Ha, kebun sebesar 4043.507 Ha, rumput/semak sebesar 422.66 Ha, hutan sebesar 247.294 Ha dan rawa sebesar 2.127 Ha.

Saran • Penelitian mengenai daerah retensi banjir

dilakukan secara berkala (satu - dua

tahun) sehingga mempunyai data pembanding.

• Penelitian mengenai daerah retensi banjir dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter lain seperti geologi, erodibilitas dan lain-lain.

• Menggunakan citra yang memiliki kondisi baik (tidak mengalami kerusakan/streapping) sehingga akan mempermudah dalam pengolahan citra.

Daftar Pustaka Arsyad, S. 1989. Konversi Tanah dan Air.

Penerbit IPB press. Bogor. Cahyo, A. 2007. Penentuan kemampuan lahan

dengan Landsat 7 ETM. Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hardaningrum, F. 2005. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Limpasan Dan Genangan Air Hujan Di Kabupaten Sidoarjo. Program Pasca Sarjana, Program Studi Teknik Sipil, FTSP – ITS. Surabaya

Hariyanto, 2006. Inventarisasi Aset Pemkot Surabaya Dengan Metode Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo). Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik-44/168.html dikunjungi pada tanggal 12 Mei 2009, pukul 14.00 WIB

http://www.edukasi.net/mapok/mp_full.php?id=216&fname=materi5.html

dikunjungi pada tanggal 12 Mei 2009, pukul 15.00 WIB

http://www.ritc.or.id dikunjungi pada tanggal 5 Juni 2009, pukul 20.00 WIBhttp://www.scribd.com/doc/16237834/Geotechnic

al-Engineeringdikunjungi pada tanggal 12 Mei 2009, pukul 15.00 WIB

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=98&fname=geo107_13.htm dikunjungi pada tanggal 12 Mei 2009, pukul 15.00 WIB

GPS Navigasi GARMIN eTrex Vista, http://www.bhinneka.com/products/sku00106688.aspx dikunjungi pada tanggal 28 Januari 2008

7

Page 8: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

Kustiyo dkk, 2000. Diktat Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. LAPAN. Jakarta

Lilesand T.M, and Kiefer R. W, 2004, Remote Sensing and Image Interpretation, Fifth Edition, John Wiley & Sons. New York.

Lubis, 2006. Bagaimana Menentukan Daerah Resapan Air Tanah ?. Graduate School of Science and Technology, Chiba University. Japan. INOVASI Vol.6/XVIII/Maret 2006

Prahasta, E, 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung

Prahasta, E, 2004. Sistem Informasi Geografis : ArcView lanjut.Informatika. Bandung

Prahasta, E, 2004. Sistem Informasi Geografis Tools and Plug-Ins. Informatika. Bandung

Prahasta, E. 2007. Sistem Infomasi Geografis : Tutorial Arc View. Informatika. Bandung

Purwadhi, H.F. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Grasindo. Jakarta.

Retention < en.wikipedia.org/wiki/Retention_basin – 31k >. Dikunjungi pada tanggal 24 September 2008, pukul 09.15 WIB

Sukojo, BM. 2003. Pemetaan Ekosistem Di Wilayah Gunung Bromo Dengan Teknologi Penginderaan Jauh. Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Makara, teknologi, vol. 7, no. 2, agustus 2003

SPOT (satellites) <http://en.wikipedia.org/wiki/SPOT>. Dikunjungi pada tanggal 12 Februari 2008, pukul 14.00 WIB

8

Page 9: PENENTUAN DAERAH RETENSI BANJIR …jurnalteknikgeodesi.weebly.com/uploads/2/9/9/7/29976551/its... · banjir Kabupaten Mojokerto bersumber dari data citra SPOT 4 tahun 2008 dan diolah

1. Peta Kelerengan

2. Peta Tutupan Lahan

3. Peta Tanah

4. Peta Daerah Genangan

5. Peta Curah Hujan

5. Peta Daerah Retensi

9