16
Penentuan Fraksi Aktif...  (Tina R) 56 PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (  Artocarpus communis Forst.) SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN Candida albicans DAN Microsporum gypseum Tina Rostinawati, Sulistiyaningsi, Desi Ariani Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor ABSTRAK Daun sukun (  Artocarpu s communis  Forst.) secara empirik digunakan sebagai ramuan untuk mengobati penyakit kulit seperti bengkak atau gatal. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur penyebab penyakit kulit seperti Candida albicans dan  Microsporum gypseum. Pemakaian obat antijamur yang berkelanjutan dapat menyebabkan resistensi obat. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian obat alternatif dari bahan alam. Menurut penelitian Permana (2008), ekstrak daun sukun mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan  Microsporu m gypseum. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun sukun mengandung senyawa flavonoid, tanin, polifenol, saponin, steroid/triterpenoid, kuinon, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans  dan  Microspor um gypseum, Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) fraksi aktif tersebut, dan uji banding aktivitas dengan ketokonazol. Simplisia daun sukun diekstraksi dengan pelarut metanol selama 3 x 24  jam kemudian diuapkan sampai didapat ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Vakum (KCV) menggunakan eluen gabungan n-heksana, etil asetat dan metanol dengan gradien kepolaran meningkat. Hasil fraksinasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan bercak yang terlihat pada pemantauan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Masing-masing kelompok fraksi ini diuji aktivitasnya terhadap C. albicans  dan  M. gypseum dengan metode difusi agar. Kelompok fraksi yang aktif menghambat pertumbuhan C. albicans adalah kelompok fraksi A, B, C, D dan E, dengan aktivitas terbesar diberikan oleh kelompok fraksi B. Sedangkan, pada uji aktivitas terhadap  M. gypseum tidak ditemukan adanya kelompok fraksi yang aktif, dalam hal ini semua kelompok fraksi tidak dapat menghambat pertumbuhan  M. gypseum. Konsentrasi hambat tumbuh minimum kelompok fraksi B terhadap jamur C. albicans sebesar 13%. Kesetaraan aktivitas terhadap C. albicans antara kelompok fraksi B dan ketokonazol menunjukkan nilai 1.277.629 : 1, dengan R 2  0,970. Kata kunci: Daun sukun, Candida albicans ,  Microspo rum gypseum, fraksinasi ekstrak, aktivitas antijamur.

Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbuhan Candida Albicans Dan Microsporum Gypseum

Embed Size (px)

Citation preview

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 1/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

56

PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN

( Artocarpus communis Forst.) SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN

Candida albicans DAN Microsporum gypseum

Tina Rostinawati, Sulistiyaningsi, Desi Ariani Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor

ABSTRAK

Daun sukun ( Artocarpus communis Forst.) secara empirik digunakan sebagai ramuan

untuk mengobati penyakit kulit seperti bengkak atau gatal. Penyakit kulit dapatdisebabkan oleh jamur penyebab penyakit kulit seperti Candida albicans dan

 Microsporum gypseum. Pemakaian obat antijamur yang berkelanjutan dapat

menyebabkan resistensi obat. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian obat

alternatif dari bahan alam. Menurut penelitian Permana (2008), ekstrak daun sukunmampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan  Microsporum

gypseum. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun sukun mengandungsenyawa flavonoid, tanin, polifenol, saponin, steroid/triterpenoid, kuinon,

monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan

fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun dalam menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans  dan  Microsporum gypseum, Konsentrasi Hambat TumbuhMinimum (KHTM) fraksi aktif tersebut, dan uji banding aktivitas dengan

ketokonazol. Simplisia daun sukun diekstraksi dengan pelarut metanol selama 3 x 24

 jam kemudian diuapkan sampai didapat ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan dengancara Kromatografi Cair Vakum (KCV) menggunakan eluen gabungan n-heksana, etil

asetat dan metanol dengan gradien kepolaran meningkat. Hasil fraksinasi selanjutnyadikelompokkan berdasarkan bercak yang terlihat pada pemantauan KromatografiLapis Tipis (KLT). Masing-masing kelompok fraksi ini diuji aktivitasnya terhadap C.

albicans  dan  M. gypseum  dengan metode difusi agar. Kelompok fraksi yang aktif

menghambat pertumbuhan C. albicans  adalah kelompok fraksi A, B, C, D dan E,

dengan aktivitas terbesar diberikan oleh kelompok fraksi B. Sedangkan, pada ujiaktivitas terhadap  M. gypseum  tidak ditemukan adanya kelompok fraksi yang aktif,

dalam hal ini semua kelompok fraksi tidak dapat menghambat pertumbuhan  M.

gypseum. Konsentrasi hambat tumbuh minimum kelompok fraksi B terhadap jamurC. albicans sebesar 13%. Kesetaraan aktivitas terhadap C. albicans antara kelompok

fraksi B dan ketokonazol menunjukkan nilai 1.277.629 : 1, dengan R2 0,970.

Kata kunci: Daun sukun, Candida albicans,  Microsporum gypseum,  fraksinasi

ekstrak, aktivitas antijamur.

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 2/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

57

 ABSTRACT

 Breadfruit leaves (Artocarpus communis Forst.) was used empirically as ingredientto treat skin disease such as abscess or itch. The skin diseases can caused by fungus

that causing skin disease such as Candida albicans and Microsporum gypseum. The

usage of anti fungus medicine continually can caused medicine resistance. By the

way, it need conducted the searching of alternative medicine from natural matter.

Following Permana (2008) study, breadfruit leaves extract able to obstruct the

growing of Candida albicans and Microsporum gypseum. The result of

 phytochemical screening showed that breadfruit leaves contain flavonoids, tannins,

 polyphenols, saponines, steroids/triterpenoids, quinones, monoterpenoids and

sesquiterpenoids. The purposes of this research are to determine methanol extract

active fraction of breadfruit leaves that can inhibit the growth of Candida albicans

and Microsporum gypseum, Minimum Inhibitory Concentration of the active fractionand the equivalent activity between the active fraction of breadfruit leaves and

ketoconazole. The leaves extracted using methanol for 3 x 24 hours and evaporated.

The extract separated by Liquid Vacuum Chromatography (KCV) using combination

eluent of n-heksana, ethyl acetate, and methanol with increasing polarity gradient.

The fractionation result classified based on spotted that appear during observation of

Thin Layer Chromatography (KLT). Each group in the fraction then examined their

activities on C. albicans and M. gypseum by diffusion method. The fraction group

that actively inhibit C. albicans is fraction group of A, B, C, D and E and the largest

activities provided by fraction group B. Whereas in activities test on M. gypseum not

seem the fraction group actively. In these all of fraction group hadn’t inhibit the

growth of M. gypseum. The Minimum Inhibitory Concentration of fraction group B

on C. albicans is 13%. The equivalent activity between fraction group B and

ketoconazole on C. albicans indicates rate 1.277.629: 1, with R2 0,970.

 Keywords: Breadfruit leaves, Candida albicans, Microsporum gypseum, extracts

 fractionation, antifungal activities. 

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 3/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

58

PENDAHULUAN

Tanaman sukun ( Artocarpus

communis Forst.) merupakan suatu jenis

tanaman yang tumbuh di daerah tropis.

Tanaman sukun memiliki khasiat terapeutik

pada beberapa bagian diantaranya; bagian

bunga dapat digunakan sebagai obat sakit

gigi, kulit kayu dapat digunakan untuk

mencairkan darah bagi wanita setelah

melahirkan, sedangkan pada bagian daun

dapat digunakan untuk mengobati penyakit

kulit, jantung, ginjal maupun digunakan

sebagai obat radang (Heyne, 1987).

Daun sukun yang telah kuning dapat

dibuat minuman untuk obat penyakit

tekanan darah tinggi, kencing manis, dan

 juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan

obat penyembuh kulit yang bengkak atau

gatal (Koswara, 2006). Abu daun yang

dibakar dicampur dengan sedikit minyak

kelapa dan kunyit digunakan untuk

mengobati penyakit kulit  pada penduduk di

daerah Maluku. Campuran tersebut

dioleskan pada kulit yang sakit (Heyne,

1987).

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh

infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan

 jamur (Sundari dan Wien, 2001). Candida

albicans  merupakan bagian dari flora

normal selaput lendir di saluran pernapasan,

saluran cerna dan vagina dan dapat

menyebabkan candidiasis mulut (sariawan),

candidiasis usus, candidiasis vagina

(vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis

sistemik (Tjay dan Kirana, 2002).

Spesies  Microsporum  biasanya

menyebabkan infeksi kulit dan rambut,

tetapi jarang menyebabkan infeksi kuku

(Jawetz, et al., 1996). Jamur  Microsporum

gypseum dapat ditularkan langsung secara

fomitis, epitel, dan rambut yang

mengandung jamur.  Microsporum gypseum 

menyerang kulit tubuh, dan lebih sering

dialami oleh anak-anak. Infeksi kulit yang

disebabkan jamur ini terlihat membengkak

seperti sarang lebah dengan gejala bercak-

bercak meradang yang tidak berambut yang

lama kelamaan dapat menjadi alopesia

(kebotakan) permanen (Wicaksana, 2008).

Menurut Prof. Dr. Saiful Fahmi

Daili, SpKK, infeksi vaginal candidiasis

sensitif terhadap sejumlah besar antijamur.

Obat antijamur yang paling banyak

digunakan adalah golongan azol, seperti

flukonazol. Meski sudah ada laporan

resistensi, namun di Indonesia flukonazol

masih efektif dan tetap jadi pilihan.

Ketokonazol merupakan obat pertama untuk

vaginal candidiasis, tetapi sekarang ini

penggunaannya mulai terbatas karena efek

samping hepatotoksik (Andra, 2007).

Pemanfaatan bahan alam untuk tujuan

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 4/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

59

pengobatan penyakit kulit akibat jamur

dikenal juga oleh nenek moyang kita,

umumnya pemakaiannya berdasarkan

pengalaman; karena itu, penilaian dan

pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu

dilakukan baik secara invitro maupun invivo

(Sundari dan Wien, 2001).

Dari penelitian pendahuluan

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun

Sukun terhadap Jamur Candida albicans dan

Jamur  Microsporum gypseum dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun

sukun mempunyai khasiat sebagai

antimikroba terhadap jamur tersebut.

Kesetaraan ekstrak etanol daun sukun

dengan antibiotik ketokonazol terhadap

 jamur Candida albicans adalah 405:1 gram.

Ekstrak etanol daun sukun mempunyai

aktivitas terhadap  Microsporum gypseum,

sedangkan ketokonazol pada penelitian ini

tidak memiliki aktivitas pada konsentrasi

312,5-4500 ppm (Sulistiyaningsih, 2008).

ALAT, BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Alat yang digunakan pada penelitian

ini adalah alat kromatografi cair vakum

(KCV), alat penggiling, alat penguap vakum

putar/ rotary evaporator   (Buchi), autoklaf

(Hirayama), bejana pengembangan

kromatografi lapis tipis (Camag), cawan

penguap, cawan petri (Pyrex), erlenmeyer

(Pyrex), jangka sorong, labu ukur 100 ml

(Pyrex), lampu UV 254 dan 366 nm (Camag

UV-Betrachter), maserator, mikropipet

volume 50 µL (Eppendorf), mortir dan

stamper, ose, oven (Memmert), perforator

berdiameter 8 mm, spatel, timbangan

analitik (Mettler Toledo), volume pipet

(Pyrex), dan alat-alat gelas yang umum

digunakan di Laboratorium Kimia Bahan

Alam Farmasi.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini adalah daun sukun yang

diperoleh dari daerah Jawa Barat. Daun

sukun yang digunakan yaitu daun segar yang

diproses menjadi simplisia.

Bahan kimia yang digunakan dalam

penelitian ini adalah amil alkohol, amonia,

antibiotik ketokonazol (Kimia Farma),

aquadest, asam klorida 2N (Bratachem),

 Dimethyl Sulfoxide  (DMSO) (Merck),  eter

(Bratachem), etil asetat (Bratachem), gelatin

1% (Bratachem), kalium hidroksida 5%

(Bratachem), kloroform (Bratachem),

metanol (Bratachem), NaCl fisiologis

(Otsuka), n-heksana (Bratachem), pelat KLT

silika GF254 (Merck), pereaksi besi (III)

klorida, pereaksi Dragendorff, pereaksi

Liebermann Burchard, pereaksi Mayer,

Sabouraud Dextrose Agar   (SDA) (Oxoid),

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 5/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

60

serbuk magnesium (Bratachem), silika gel

G60 (Merck) dan vanilin 10% dalam asam

sulfat pekat.

Mikroba uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jamur Candida

albicans dan  Microsporum gypseum. Jamur

ini ditumbuhkan dalam media Sabouraud

 Dextrose Agar  (SDA).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan

meliputi pengumpulan bahan dan

determinasi, skrining fitokimia, ekstraksi

dan evaporasi, fraksinasi ekstrak,

pemantauan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT), penyiapan jamur uji, uji aktivitas

kelompok fraksi, penentuan Konsentrasi

Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

kelompok fraksi aktif, uji banding aktivitas

dengan ketokonazol.

Pengumpulan Bahan dan Determinasi

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daun sukun yang

diperoleh dari daerah Jawa Barat. Determinasi

dilakukan di Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. 

Skrining Fitokimia

Penapisan fitokimia simplisia

meliputi pemeriksaan golongan alkaloid,

flavonoid, tanin, polifenolat, monoterpenoid

dan seskuiterpenoid, steroid, triterpenoid,

kuinon, dan saponin.

Ekstraksi dan Evaporasi

Serbuk simplisia daun sukun

diekstraksi menggunakan metode maserasi

dengan pelarut metanol, selama 3x24 jam.

Serbuk simplisia daun sukun dimasukkan ke

dalam maserator kemudian ditambahkan

pelarut metanol sampai seluruh serbuk

terendam dan didiamkan selama 24 jam.

Setelah 24 jam maserat ditampung dan pada

residu ditambahkan pelarut metanol lagi,

proses maserasi diulang sebanyak dua kali,

maserat yang diperoleh dipekatkan dengan

menggunakan rotavapor sampai terbentuk

ekstrak kental, lalu diuapkan lagi di atas

penangas air pada suhu 400C sampai berat

ekstrak konstan.

1.Fraksinasi Ekstrak

Ekstrak difraksinasi dengan cara

kromatografi cair vakum (KCV)

menggunakan fase diam silika gel G60 dan

fase gerak gabungan n-heksana, etil asetat

dan metanol dengan gradien kepolaran

meningkat.

2.Pemantauan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT)

Fraksi-fraksi yang diperoleh dari

KCV, kemudian dipantau dengan

kromatografi lapis tipis (KLT). Pada tahap

ini dilakukan optimasi pengembang yang

sesuai untuk kondisi pemantauan. Fraksi

yang memiliki persamaan pola kromatogram

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 6/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

61

pada sinar UV 254 dan 366 nm

dikelompokkan menjadi satu.

3.Penyiapan Jamur Uji 

Jamur dibiakkan pada media

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan

diinkubasi pada suhu 22-25ºC selama 2-3

hari. Biakan disuspensikan dalam larutan

NaCl fisiologis steril sehingga didapatkan

suspensi jamur C. albicans  dan jamur  M.

gypseum.

Uji Aktivitas Kelompok Fraksi

Sebanyak 20 ml SDA dicairkan dan

dibiarkan mencapai suhu kurang lebih 45ºC,

kemudian dituangkan ke dalam cawan petri

steril yang sudah berisi suspensi jamur

sebanyak 50 µL. Campuran tersebut

dihomogenkan dan dibiarkan hingga

menjadi padat, kemudian dibuat lubang

dengan menggunakan alat perforator.

Kelompok fraksi dilarutkan dengan

 Dimethyl Sulfoxide  (DMSO) agar didapat

konsentrasi 100%. Setelah mendapatkan

konsentrasi yang diinginkan, teteskan

sebanyak 50 µL fraksi ke dalam lubang-

lubang perforasi dan diinkubasi pada suhu

kamar sekitar 22-25ºC selama 2-3 hari.

Diameter hambat ditandai dengan adanya

zona bening, kemudian diameter hambat

diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh

Minimum (KHTM) Kelompok

Fraksi Aktif

Penentuan Konsentrasi Hambat

Tumbuh Minimum (KHTM) kelompok

fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun

dilakukan dengan metode pengenceran agar.

Tahap awal yang dilakukan adalah

pembuatan variasi konsentrasi fraksi aktif,

yaitu 10%, 11%, 12%, 13%, 14% dan 15%,

dimana 1% adalah 1 gram dalam 1 mL

pelarut, yaitu DMSO.

Uji Banding Aktivitas dengan Ketokonazol

Uji banding aktivitas ketokonazol

dilakukan dengan cara menguji aktivitas

ketokonazol dalam berbagai konsentrasi

antara lain 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm

dan 125 ppm yang dilarutkan dengan pelarut

HCl 0,1 N dan kelompok fraksi aktif dengan

konsentrasi 100%, 90%, 80% dan 70% yang

dilarutkan dengan DMSO. Uji banding

aktivitas dilakukan dengan metode difusi

agar menggunakan teknik perforasi.

Sebanyak 40 µL suspensi jamur dimasukkan

ke dalam cawan petri berdiameter 20 cm,

lalu ditambahkan 40 mL SDA yang masih

cair bersuhu 45°C lalu dihomogenkan.

Setelah memadat, dibuat lubang-lubang

dengan menggunakan perforator. Sebanyak

50 µL ketokonazol dan kelompok fraksi

aktif dari masing-masing variasi konsentrasi

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 7/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

62

dimasukkan ke dalam lubang-lubang yang

terdapat dalam satu cawan, lalu diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 22-25°C. Adanya

aktivitas antijamur ditunjukkan dengan

adanya daerah bening di sekitar lubang.

Diameter daerah bening tersebut diukur

menggunakan jangka sorong.

Nilai uji banding diperoleh dengan

membandingkan respon berupa diameter

hambat pertumbuhan jamur  dari kelompok

fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun

terhadap respon diameter hambat

pertumbuhan jamur  dari ketokonazol pada

kondisi yang sama. Hasil pengamatan

ketokonazol dibuat dalam bentuk kurva

linier dengan data logaritma konsentrasi

(ppm) pada sumbu x dan diameter hambat

(mm) pada sumbu y, kemudian ditentukan

garis dan persamaan regresi liniernya. Kurva

yang menunjukkan respon ketokonazol

tehadap diameter hambat pertumbuhan

 jamur  digunakan sebagai pembanding bagi

respon kelompok fraksi aktif ekstrak

metanol daun sukun yang memiliki aktivitas

tertinggi terhadap jamur yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengumpulan Bahan dan

Determinasi

Daun sukun yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari daerah

Jatinangor, Jawa Barat. Determinasi

dilakukan di Laboratorium Taksonomi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Padjadjaran. Hasil determinasi menunjukkan

bahwa bahan yang diperoleh merupakan

tanaman sukun ( Artocarpus communis

Forst.) dari famili Moraceae. 

Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia simplisia

daun sukun ( Artocarpus communis Forst.) 

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.)

Golongan Hasil pemeriksaan

Alkaloid -

Flavonoid +Tanin +

Polifenol +

Saponin +Steroid/Triterpenoid +

Kuinon +

Monoterpenoid dan seskuiterpenoid +

Keterangan : +: terdeteksi -: tidak terdeteksi

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 8/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

63

Hasil Ekstraksi dan Evaporasi

Hasil ekstraksi simplisia daun sukun

dengan pelarut metanol berupa ekstrak

berwarna hijau, dan berbau khas. Simplisia

daun sukun sebanyak 527,31 g diekstraksi

menghasilkan 62,27 g ekstrak kental,

sehingga didapat rendemen sebesar 11,80%. 

Hasil Fraksinasi Ekstrak 

Hasil fraksinasi ekstrak

menggunakan KCV dengan fase diam silika

gel G60 dan fase gerak n-heksana : etil

asetat secara gradien dari perbandingan

100:0 sampai perbandingan 0:100 serta etil

asetat : metanol dengan perbandingan 90:10

dan 80:20 diperoleh 18 fraksi. Hasil

fraksinasi dapat dilihat pada Tabel 2..

Tabel 2. Hasil Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.)

Fraksi Eluen Konsentrasi (%)

1 N-Heksana 1002 N-Heksana : Etil Asetat 95 : 5

3 N-Heksana : Etil Asetat 90 : 10

4 N-Heksana : Etil Asetat 90 : 105 N-Heksana : Etil Asetat 80 : 20

6 N-Heksana : Etil Asetat 80 : 20

7 N-Heksana : Etil Asetat 70 : 30

8 N-Heksana : Etil Asetat 60 : 409 N-Heksana : Etil Asetat 50 : 50

10 N-Heksana : Etil Asetat 40 : 60

11 N-Heksana : Etil Asetat 30 : 7012 N-Heksana : Etil Asetat 20 : 80

13 N-Heksana : Etil Asetat 10 : 90

14 Etil Asetat 10015 Etil Asetat : Metanol 90 : 10

16 Etil Asetat : Metanol 80 : 20

17 Bilasan Metanol 10018 Bilasan Metanol 100

Hasil Pemantauan Kromatografi Lapis

Tipis (KLT)

Fraksi-fraksi yang diperoleh dari

KCV dipantau dengan Kromatografi Lapis

Tipis (KLT) dengan kondisi sebagai berikut:

Fase diam : silika gel GF254

Fase gerak : 1. n-heksana : etil

asetat (6 : 4) 2. n-heksana : etil asetat

(8 : 2) . Deteksi : sinar tampak

(visible), sinar UV 254 nm, sinar UV

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 9/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

64

366 nm dan H2SO4  10% dalam

etanol.

Hasil pengelompokan fraksi-fraksi

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengelompokan Fraksi-Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus

communis Forst.)

Fraksi Eluen Konsentrasi (%) Pengelompokan

1 N-Heksana 100 Fraksi 1,2 dan 3

termasuk kelompok

fraksi A

2 N-Heksana : Etil Asetat 95 : 5

3 N-Heksana : Etil Asetat 90 : 10

4 N-Heksana : Etil Asetat 90 : 10 B

5 N-Heksana : Etil Asetat 80 : 20 C

6 N-Heksana : Etil Asetat 80 : 20 D

7 N-Heksana : Etil Asetat 70 : 30 E

8 N-Heksana : Etil Asetat 60 : 40 Fraksi 8 dan 9 termasuk

kelompok fraksi F9 N-Heksana : Etil Asetat 50 : 50

10 N-Heksana : Etil Asetat 40 : 60 Fraksi 10 dan 11

termasuk kelompok

fraksi G11 N-Heksana : Etil Asetat 30 : 70

12 N-Heksana : Etil Asetat 20 : 80

Fraksi 12, 13, 14, 15 dan

16 termasuk kelompok

fraksi H

13 N-Heksana : Etil Asetat 10 : 90

14 Etil Asetat 100

15 Etil Asetat : Metanol 90 : 10

16 Etil Asetat : Metanol 80 : 20

17 Bilasan Metanol 100 Fraksi 17 dan 18 termasuk

kelompok fraksi I18 Bilasan Metanol 100

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 10/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

65

Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi

Pengujian dilakukan terhadap jamur

Candida albicans  dan  Microsporum

gypseum  dengan konsentrasi kelompok

fraksi 100% menggunakan metode difusi

agar.

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus

communis Forst.) terhadap Candida albicans 

Fraksi Diameter Hambat (mm)

A 11,96

B 12,53

C 11,63

D 12,63

E 10,20

F 0

G 0

H 0

I 0

Berdasarkan hasil pengamatan dapat

diketahui bahwa kelompok fraksi A, B, C, D

dan E dengan konsentrasi 100% dapat

menghambat pertumbuhan jamur

C.albicans. Diameter hambat terbesar

diberikan oleh fraksi D sebesar 12,63 mm,

dan diameter hambat terkecil diberikan oleh

fraksi E sebesar 10,20 mm. Tetapi pada

pengamatan selanjutnya, diketahui bahwa

setelah didiamkan selama 4 hari, pada zona

hambat kelompok fraksi D dan E mulai

ditumbuhi oleh jamur C. albicans,

sedangkan pada zona hambat kelompok

fraksi A, B dan C tetap bening. Oleh karena

itu, untuk menentukan KHTM dan uji

banding aktivitas digunakan kelompok

fraksi B yang mempunyai diameter hambat

terbesar kedua yaitu 12,53 mm. Hasil uji

aktivitas kelompok fraksi ekstrak metanol

daun sukun terhadap Candida albicans 

dapat dilihat pada Gambar 1.

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 11/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

66

(a)

(b)

Gambar 1. Hasil uji aktivitas kelompok fraksi ekstrak metanol daun sukun ( Artocarpus

communis Forst.) terhadap Candida albicans

Keterangan:

(a)  Hasil uji aktivitas kelompok fraksi A-E

(b) Hasil uji aktivitas kelompok fraksi F-I

Tabel 5. Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpuscommunis Forst.) terhadap Microsporum gypseum 

Fraksi Diameter Hambat (mm)

A 0

B 0

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 12/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

67

C 0

D 0

E 0

F 0

G 0

H 0

I 0

Berdasarkan hasil pengamatan dapat

diketahui bahwa pada konsentrasi 100%

semua kelompok fraksi tidak dapat

menghambat pertumbuhan jamur  M.

gypseum. Hal ini karena tidak adanya zona

hambat pada hasil pengamatan.

Hasil Penentuan Konsentrasi Hambat

Tumbuh Minimum (KHTM) Kelompok

Fraksi Aktif

Pengujian ini dilakukan terhadap

 jamur Candida albicans  dengan berbagai

konsentrasi kelompok fraksi B dengan

menggunakan metode pengenceran agar,

didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) Kelompok Fraksi B

terhadap Candida albicans

Konsentrasi Fraksi B (%) Hasil

11 +

12 +

13 -

14 -

15 -

Keterangan:

+ : Tumbuh jamur

-  : Tidak tumbuh jamur

Berdasarkan hasil pengamatan dapat

diketahui bahwa kelompok fraksi B dengan

konsentrasi 12% belum dapat menghambat

pertumbuhan jamur C. albicans, sedangkan

kelompok fraksi B dengan konsentrasi 13%

sudah dapat menghambat pertumbuhan

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 13/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

68

 jamur C. albicans. Jadi, nilai KHTM berada

pada konsentrasi 13%. Hasil penentuan

KHTM kelompok fraksi B terhadap

Candida albicans dapat dilihat pada Gambar

2.

(a)  (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2. Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) kelompok fraksi B

terhadap Candida albicans

Keterangan:

(a) Fraksi B dengan konsentrasi 11%

(b) Fraksi B dengan konsentrasi 12%

(c) Fraksi B dengan konsentrasi 13%

(d) Fraksi B dengan konsentrasi 14%

(e) Fraksi B dengan konsentrasi 15%

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 14/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

69

Hasil Uji Banding Aktivitas Ketokonazol

terhadap Candida albicans

Uji banding aktivitas ketokonazol

dilakukan terhadap jamur C. albicans 

dengan berbagai konsentrasi pengenceran

dilakukan dengan menggunakan metode

difusi agar, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Banding Aktivitas terhadap Candida albicans

Zat Uji Konsentrasi (ppm) Diameter Hambat (mm)

Ketokonazol 1000

500

250

125

40,53

37,50

35,23

33,93

Kelompok Fraksi B 1 x 10 (100%)

0,9 x 106 (90%)

0,8 x 106 (80%)

0,7 x 106 (70%)

17,33

12,96

11,36

10,00

Berdasarkan hasil pengamatan dapat

diketahui bahwa ketokonazol dapat

menghambat pertumbuhan jamur C.

albicans. Maka dibuatlah kurva baku antara

log konsentrasi ketokonazol dan diameter

hambat, sehingga diperoleh persamaan garis

lurus y = 7,331x + 18,11 dengan R2 sebesar

0,970. Hasil uji banding aktivitas dapat

dilihat pada Gambar 4.9 Lampiran 6,

sedangkan kurva baku dapat dilihat pada

Gambar 4.10 Lampiran 7. Nilai banding

aktivitas dapat dihitung menggunakan

persamaan: Nilai banding = Aktivitas

kelompok fraksi : aktivitas antibiotik

Penetapan nilai kesetaraan aktivitas

dilakukan dengan memasukkan data pada

tabel 4.7 ke dalam persamaan regresi linier.

Dengan memasukkan nilai diameter hambat

kelompok fraksi B pada konsentrasi 106 

(100%) diperoleh nilai kesetaraan

konsentrasi ketokonazol sebesar 0,7827

ppm. Nilai banding aktivitas sebagai berikut:

1.000.000 : 0,7827 = 1.277.629 : 1

Artinya 1.277.629 bagian kelompok fraksi B

setara dengan 1 bagian ketokonazol.

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 15/16

Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)

70

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kelompok fraksi A, B, C, D dan E

dari ekstrak metanol daun sukun mampu

menghambat pertumbuhan Candida

albicans  dengan aktivitas terbesar

ditunjukkan oleh kelompok fraksi B

dengan konsentrasi 100%. Nilai KHTM

kelompok fraksi B berada pada konsentrasi

13%. Nilai banding aktivitasnya dengan

ketokonazol terhadap Candida albicans 

sebesar 1.277.629 : 1. Namun pada uji

aktivitas terhadap  Microsporum gypseum 

tidak ditemukan kelompok fraksi yang

aktif, dalam hal ini semua kelompok fraksi

tidak dapat menghambat pertumbuhan

 Microsporum gypseum.

SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat

dilakukan penelitian lebih lanjut ke arah

isolasi senyawa aktif dari daun sukun

terhadap Candida albicans sehingga bisa

dikembangkan menjadi obat antijamur.

DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2007. Terapi Pilihan untuk Vaginal Candidiasis. Medikamentosa. 7(1): 1. Available at:

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/onenews_print.asp ?IDNews=571.[Diakses

tanggal 14 Mei 2009].

Backer, C.A. and Bakkuinzen R.C. Jr. 1965. Flora of Java. Vol. III. Groningen: Wolter-

Noordhoff NV.

Chiew, Y.F. 2007.  Rapid Determination of Fluconazole Susceptibilities for Clinical

Specimens with Possible Polymicrobial Candida spp. Available at:

http://nzmj.org/journal/120-1255/2567/. [Diakses tanggal 19 Januari 2010].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 7.

Garniswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. 661-672.

Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, and A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi II.

Bandung: Penerbit ITB. 1,4,5,8.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. 6, 20, 27-28.

Hardin Library for the Health Sciences University of Iowa. 2009.  Microsporum gypseum.Available at: http://www.lib.uiowa.edu/Hardin/md/cdc/2936  .html. [Diakses tanggal

19 Januari 2010].

Hargono, D., Farouq, Sudiro S., Suwidjijo P., Titik R.R., Udin S.T., dan Sumarsono. 1986.

Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 8, 10, 16.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II   (Diterjemahkan oleh Badan Litbang

Kehutanan Jakarta). Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya. 670-672.

7/22/2019 Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun Artocarpus Communis Forst. Sebagai Penghambat Pertumbu…

http://slidepdf.com/reader/full/penentuan-fraksi-aktif-ekstrak-metanol-daun-sukun-artocarpus-communis-forst 16/16

Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009

71

Hostettmann, K., M. Hostettmann, and A. Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif:

Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam (Diterjemahkan oleh Kosasih P.). Bandung:

Penerbit ITB. 9-11,33-35.

Hugo, W. B. and A. D. Russel. 1977. Pharmaceutical Microbiology. New York: Blackwell

Scientific Publications. 116.Hutapea, J.R. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Jakarta: Departemen Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 15-16.

Jawetz, Ernest, J. Melnick dan E. Adelberg. 1996.  Mikrobiologi Kedokteran (Diterjemahkan

oleh Edi N., R.F. Maulany). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 195-196,613.

Koswara, Sutrisno. 2006. Sukun sebagai Cadangan Pangan Alternatif . Available

at:http://ebookpangan.com/artikel/potensisukunsebagaicadanganpangannasional.pdf .

[Diakses tanggal 12 Mei 2009].

Madigan, M.T. 1997.  Biology of Microorganisms. 8th

  Edition. New Jersey: Prentice Hall

International. 119.

Mutschler, E. 1986. Dinamika Obat  (Diterjemahkan oleh Mathilda, B.W). Edisi V. Bandung:

Penerbit ITB. 4,100-101.

Pelczar, M.J. 1998.  Dasar-Dasar Mikrobiologi (Diterjemahkan oleh Ratna S.H.). Cetakan 1

& 2. Jakarta: UI Press. 202-206.

Permana, C. 2008. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun ( Artocarpus altilis 

[Parkins.] Fosbberg) terhadap Bakteri  Escherichia coli,  Bacillus subtilis  dan jamur

Candida albicans,  Microsporum gypsium. [Skripsi]. Jatinangor: Fakultas Farmasi

UNPAD. 32.

Schunack, W. 1990. Senyawa Obat   (Diterjemahkan oleh Dr. Jore R.W. M. Sc. dan Dr.Sriewoelan S.). Edisi II. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. 100.

Stahl, E. 1985.  Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: Penerbit ITB.

3.

Summer, S. 2009.  Natural cure for yeast infection. Available at:

http://productresearch.wordpress.com/. [Diakses tanggal 19 Januari 2010].

Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur. Cermin

 Dunia Kedokteran. 130: 28. Available at:http://www.

kalbe.co.id/files/cdk/files/11InformasiTumbuhanObatsebagaiAntiJamur130.pdf. 

[Diakses tanggal 6 Mei 2009].

Susilawati, Y., Moelyono M.W., Titi W.N., Ami T., dan Yoppi I. 2007. Panduan Praktikum

Fitokimia. Jatinangor: Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Padjadjaran. 11.