19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Badan kesehatan dunia (WHO) telah merencanakan program pengadaan air bersih bagi umat manusia. mengingat semakin langkanya air bersih, akibat ulah manusia dan perbuatan manusia yang merusak sumber daya alam serta lingkungan. Di Indonesia diperkirakan sekitar 70% penduduk kota dan dan 90% peduduk pedesaan belum dapat menikmati air bersih dan sehat. Perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup serta penyediaan air bersih dan sehat merupakan program pemerintah Indonesia. Sejak tahun 1975 pemerintah melalui Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 01/birhukmas/I/1975 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Pada tahun 1990 diperbaharui dengan Permenkes RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air. Merupakan prioritas, baik masalah pengadaan, penyediaan air bersih di kota maupun di desa. Sesuai dengan tujuan WHO tentang program penyediaan air bersih bagi manusia. Dan ikut mendukung program pemerintah tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup serta penyediaan air bersih dan sehat. Diperlukan pengawasan terhadap sumber dan cadangan air dari bahaya pengrusakan dan pencemaran 1

Penentuan Kadar Klorida

  • Upload
    vindy

  • View
    258

  • Download
    33

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AKAMAMI

Citation preview

Page 1: Penentuan Kadar Klorida

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan dan fungsinya tidak pernah

dapat digantikan oleh senyawa lain. Badan kesehatan dunia (WHO) telah merencanakan

program pengadaan air bersih bagi umat manusia. mengingat semakin langkanya air bersih,

akibat ulah manusia dan perbuatan manusia yang merusak sumber daya alam serta

lingkungan.

Di Indonesia diperkirakan sekitar 70% penduduk kota dan dan 90% peduduk pedesaan

belum dapat menikmati air bersih dan sehat. Perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup

serta penyediaan air bersih dan sehat merupakan program pemerintah Indonesia. Sejak tahun

1975 pemerintah melalui Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republic Indonesia Nomor 01/birhukmas/I/1975 tentang syarat-syarat dan pengawasan

kualitas air minum. Pada tahun 1990 diperbaharui dengan Permenkes RI nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air. Merupakan prioritas,

baik masalah pengadaan, penyediaan air bersih di kota maupun di desa.

Sesuai dengan tujuan WHO tentang program penyediaan air bersih bagi manusia. Dan

ikut mendukung program pemerintah tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup

serta penyediaan air bersih dan sehat. Diperlukan pengawasan terhadap sumber dan cadangan

air dari bahaya pengrusakan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan ulah manusia.

Pengrusakan dan pencemaran sumber air serta cadangan air dapat berupa pengrusakan hutan,

pembuangan limbah rumah tangga industry dan sebagainya. Pengawasan tersebut salah

satunya adalah analisa mutu air di laboratorium.

Pengujian air di laboratorium sekarang ini merupakan analisis yang sangat penting dan

menentukan , karena analisis air merupakan salah satu parameter analisa dampak lingkungan.

Pengujian air di laboratorium meliputi pengujian fisika, kimia, radioaktif dan mikrobiologi.

Dengan mengetahui betapa pentingnya sumber air bersih bagi kehidupan manusia, diharapkan

kita semua dapat aktif turut membantu program pemerintah dalam mengamankan, melindungi

dan melestarikan sumber-sumber kekayaan alam terutama sumber air bersih.

1

Page 2: Penentuan Kadar Klorida

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan klorida?

2. Berapa kadar klorida dalam sampel air yang di teliti?

3. Bagaimana metode yang dapat di gunakan untuk mengukur kadar klorida?

4. Apakah sampel air yang di teliti layak di konsumsi?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

1. mengetahui pengertian klorida

2. mengetahui Metode yang dapat di gunakan untuk mengukur kadar klorida

3. Mengetahui kelayakan konsumsi air yang di teliti

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kadar klorida pada sampel air yang di teliti

2

Page 3: Penentuan Kadar Klorida

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Klorida

Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk

membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam klorida (HCl)

mengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, yang disebut Natrium klorida dengan

rumus kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl. Klorida dalam

senyawa kimia, satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini

berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana

dari suatu klorida anorganik adalah asam klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa

organik (suatu atau organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), sering disebut metil klorid

(Panjaitan,2009).

Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun

sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, besi (III)

klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas).

Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai

koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan

sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari

besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam

sintesis organik (Putranto, 2009).

Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di

kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis

natrium klorida yang terlarut dalam air. Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan

membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam

jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk

kebutuhan manusia.

3

Page 4: Penentuan Kadar Klorida

B. Metode Penentuan Klorida

Dalam klorida, dikenal 3 macam metoda argentometri, yaitu : metode Mohr, metode

Volhard, dan metode Fajans.

1.      Metode Mohr

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam larutan

yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion

kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula

hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :

2H+ + 2CrO42- 2HCrO4 Cr2O72- + H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion

perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya

menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut

(Svehla, 1990).

Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan

juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi

ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida,

dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada sejak awal,

pada titik kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan

larutan klorida standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan

menggunakan indikator kromat (Svehla, 1990).

2. Metode Volhard

Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah

contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi,

Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi

dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah thiosianat yang

menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil,

dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang

teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion

klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3

yang ditambahkan berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag

tersebut kemudian di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi

4

Page 5: Penentuan Kadar Klorida

cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.

Sehingga :

AgCl + CNS- AgCNS + Cl-

Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-

akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl

sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga

melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat

reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui

ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi

dengan AgNO3 sampai warna merah hilang (Khopkar, 1990)

3. Metode Fajans

Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator

adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik

akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika

didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan

adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah

akibat adsorpsi pada permukaan (Harjadi, 1993)

C. Standar Klorida Dalam air

Klorida dalam bentuk ion Cl- adalah anion anorganik yang banyak terdapat dalam air.

Adanya klorida yang berlebihan dalam air minum dapat menyebabkan gangguan pada sifat

fisis air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan.

persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/

2002, sebagai mana kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk air minum adalah 250

mg/l.

5

Page 6: Penentuan Kadar Klorida

D. Kerangka Konseptual

6

Kebutuhan air

Air Sungai

Syarat FisikaSyarat Radio

aktif

Klorida

Memenuhi syarat Permenkes RI. No 907

( < 250 mg/l )

Tidak Memenuhi syarat Permenkes RI. No 907

( > 250 mg/l )

Syarat Kimiawi

Syarat Mikrobiologis

Page 7: Penentuan Kadar Klorida

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

A. Metode

Metode percobaan yang digunakan adalah titrasi Argentometri

B. Alat Dan Bahan

a. Alat

1. Erlenmeyer

2. Beaker glass

3. Buret Dan statif

4. Buret

5. Kertas pH

6. Gelas Ukur

7. Pipet tetes

b. Bahan

1. NaCl 0,01 N

2. Aquades

3. Indikator K2CrO4 5%

4. Larutan AgNo3 0,01 N

5. Serbuk MgO

6. Sampel

C. Prosedur Kerja

Pembakuan AgNo3 0,01 N

1. Pipet Nacl 0,01 N sebanyak 25 ml

2. Tambah aquades 25 ml

3. Tambahkan indicator K2CrO4 5% sebanyak 1 ml

4. Titrasi dengan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah coklat

5. Catat volume AgNO3 yang di gunakan

7

Page 8: Penentuan Kadar Klorida

Penentuan Kadar klorida pada sampel

1. Ukur pH sampel

2. Pipet 50 ml sampel, masukkan ke Erlenmeyer

3. Tambahkan serbuk Mgo sampai suasana netral atau sedikit basa (jika sampel bersifat

asam), di ukur kembali pH sampel

4. Tambah indicator K2CrO4 5% 2-3 tetes

5. Di titrasi menggunakan AgNO3 0,01 N hingga terbentuk endapan merah bata muda

6. Dicatat volume AgNO3 yang di gunakan

Titrasi Larutan Blanko

1. Pipet 50 ml aquades, di masukkan ke dalam Erlenmeyer di ukur pH aquades

2. Tambahkan serbuk mgo sampai suasana netral atau sedikit basa (jika sampel bersifat

asam), di ukur kembali pH aquades

3. tambahkan indicator K2CrO4 5% 2-3 tetes

4. Di titrasi menggunakan AgNO3 0,01 N hingga terbentuk endapan merah bata muda

5. Dicatat volume AgNO3 yang di gunakan

D. Hasil

1. Pembakuan

8

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 NaCl 0,01 N 25 ml Bening

2 + aquades 25 ml Bening

3 + indicator K2CrO4 1 ml Kuning

4 Titrasi dengan AgNo3 Merah coklat

5 Volume titran 1 24,9 ml

6 Volume titran 2 24,6 ml

Page 9: Penentuan Kadar Klorida

2. Penentuan kadar Klorida

3. Titrasi Larutan Blanko

9

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 pH Sampel 7 (Netral)

2 50 ml sampel Bening

3 + indicator K2CrO4 1 ml Kuning

4 Titrasi dengan AgNo3 Merah Bata Muda

5 Volume titran 1 3,2

6 Volume titran 2 3

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 pH aquades 6 (Asam)

2 50 ml Aquades Bening

3 Serbuk MgO Putih

4 + indicator K2CrO4 1 ml Kuning

5 Titrasi dengan AgNo3 Merah Bata Muda

6 Volume titran 1 2,9 ml

7 Volume titran 2 2,8 ml

Page 10: Penentuan Kadar Klorida

Hasil Perhitungan

Pembakuan AgNo3

NO Titrasi Hasil Titrasi

1 Titrasi 1 24,9 ml

2 Titrasi 2 24, 6 ml

3 Titrasi rata-rata 24, 75 ml

N AgNo3 = V NaCl x N NaCl

V AgNo3

= 25 x 0,01

24,75

= 0,01 N

Perhitungan Kadar Klorida

1. Hasil Titrasi Kadar Klorida

2. Hasil Titrasi Blanko

10

NO Titrasi Hasil Titrasi

1 Titrasi 1 3,2 ml

2 Titrasi 2 3 ml

3 Titrasi rata-rata 3,1 ml

NO Titrasi Hasil Titrasi

1 Titrasi 1 2,9 ml

2 Titrasi 2 2,8 ml

3 Titrasi rata-rata 2,85 ml

Page 11: Penentuan Kadar Klorida

Kadar Cl (mg/l) = ( A - B ) x n x 35,45 x 1000

ml sampel

= ( 3,1 – 2, 85 ) x 0,01 x 35,45 x 1000

50

= 88,625

50

= 1,77 mg/l

Keterangan :

A : Volume larutan baku AgNo33 Untuk titrasi sampel (ml)

B : Volume larutan baku AgNo33 Untuk titrasi Blanko (ml)

C : Normalitas larutan baku AgNo33 Sebelum di bulatkan (mgrek/ml)

11

Page 12: Penentuan Kadar Klorida

BAB IV

PEMBAHASAN

Standarisasi AgNO3 dengan NaCl ( dengan indikator K2CrO4 ) Metode yang digunakan

pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indikator K2CrO4.

Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan

hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan

menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen.

Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi

membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi

semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai

dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat

habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol

grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl.

Setelah percobaan dilakukan dan hasilnya dihitung, didapatkan kadar klorida di dalam

sampel air adalah sebesar 1,77 mg/l. Artinya, kadar klorida pada sampel tersebut memenuhi

standar baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 kadar

maksimum klorida yang diizinkan dalam air baku adalah sebesar 250 mg/l.   

12

Page 13: Penentuan Kadar Klorida

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan rasa

asin dalam air bersih . Kadar klorida pada sampel air dengan menggunakan metode

Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 14,5345 mg/ l, dan telah memenuhi persyaratan

kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai

mana kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/l.

B. Saran

1. Hendaknya kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan utamanya penyediaan

air bersih.

2.  Kadar klor pada air harus tetap dipantau karena klor sangat berfungsi untuk membersihkan

bakteri.

13

Page 14: Penentuan Kadar Klorida

DAFTAR PUSTAKA

Jatilaksono. 2009. Laporan Praktikum K loRida . [online]. http://www.desinfektan/tp%20klorin.htm.com [Diakses 13 November 2014]

http://idhe-blok.blogspot.com/2012/05/pemeriksaan-kesadahan-dan-klor-di.html [Diakses 13 November 2014]

http://unalea.blogspot.com/2010/02/laporan-praktikum-klorida.html [Diakses 13 November 2014]

Anonim, 2009. Komponen Air Bersih. hhtp://digilib-mpl. Net/Detail. Php?Row=2&Tp=Airminum&Kode=865. [Diakses 13 November 2014].

14