Upload
faisal-iskandar
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
akutansi
Citation preview
Skripsi
ANALISIS PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RS BANYUMANIK
SEMARANG
Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Kesarjanaan (S1) di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Antonius Widicahyadi 96.60.0339
Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang 2005
v
ABSTRAKSI Rumah sakit bisa digolongkan sebagai organisasi atau perusahaan jasa, karena memiliki fungsi menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan. Dalam rangka peningkatan pelayanan, pihak RS membutuhkan dana. Dana tersebut bisa didapat dari tarif jasa yang dibebankan pada konsumen. Penghitungan harga pokok produk jasa menggunakan Activity based costing (ABC) pada rumah sakit bertujuan untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan jasanya dengan demikian pihak rumah sakit dapat menentukan harga pelayanan jasanya kepada konsumen. Obyek penelitian ini adalah Instalasi Kebidanan RS. Banyumanik. Ruang rawat inap yang digunakan adalah: Ruang Flamboyan setara kelas Very Important Person/ VIP, Ruang Dahlia setara kelas I, Ruang Melati setara kelas II, Ruang Bougenvile setara kelas III. Dengan menggunakan metode Activity Based Costing tarif rawat inap khusus bersalin per hari yang dihasilkan sebagai berikut: untuk kelas VIP dengan persalinan normal sebesar Rp.288.917,58 persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.326.311,6 dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.327.696,56. Untuk kelas I persalinan normal sebesar Rp.278.679,29, persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.316.073,3 dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.317.458,27. Untuk kelas II persalinan normal sebesar Rp.113.512,23 persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.150.906,25 dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.152.291,22. Untuk kelas III persalinan normal adalah Rp.125.186,57, persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.162.580,58 dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.163.965,55. Adanya perbedaan tarif pada masing-masing kelas dan setiap jenis persalinan terjadi karena metode ABC memperhatikan perbedaan jenis aktivitas yang dikonsumsi dan menggunakan penyebab biaya. Sedangkan dalam penentuan tarif oleh RS. Banyumanik tidak memperhatikan konsumsi aktivitas terlebih untuk aktivitas perawatan bidan.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………. iv
ABSTRAKSI ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR... ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
I.1. Latar belakang .......................................................................... 1
I.2. Rumusan masalah ..................................................................... 5
I.3. Batasan masalah ....................................................................... 5
I.4. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................. 6
I.5. Kerangka pikir............................................................................ 7
I.6. Sistematika penulisan ............................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10
II.1. Akuntansi biaya......................................................................... 10
II.2. Sistem biaya tradisional dan kelemahannya.............................. 11
II.3. Distorsi akibat penggunaan sistem akuntansi tradisional ......... 12
xiii
II.4. Activity Based Costing............................................................... 13
II.4.1. Definisi ABC................................................................. 13
II.4.2. Tahap-tahap penerapan ABC......................................... 14
II.4.2.1. Tahap pertama................................................. 14
II.4.2.2. Tahap kedua................................................... 18
II.4.3. Manfaat dan keterbatasan metode ABC....................... 19
II.4.3.1. Manfaat.......................................................... 19
II.4.3.2. Keterbatasan................................................... 19
II.5. ABC dalam organisasi jasa ....................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 22
III.1. Obyek dan lokasi penelitian ...................................................... 22
III.2. Metode pengumpulan data........................................................ 22
III.3. Teknik analisis data................................................................... 23
III.3.1. Tahapan perhitungan tarif dengan ABC System .......... 23
III.3.1.1. Mengidentifikasi aktivitas............................... 23
III.3.1.2. Mengasosiasikan berbagai biaya dengan
berbagai aktivitas............................................ 23
III.3.1.3. Penentuan kelompok-kelompok biaya yang
Homogen......................................................... 24
III.3.1.4. Penentuan tarif kelompok............................... 24
III.3.2. Membandingkan tarif..................................................... 24
xiv
BAB IV HASIL DAN ANALISIS…… .................................................... 25
IV.1. Tarif rawat inap di RS. Banyumanik......................................... 25
IV.2. Perhitungan harga pokok berdasarkan Activity Based Costing.. 25
IV.2.1. Pengidentifikasian aktivitas............................................ 25
IV.2.2. Mengasosiasikan berbagai biaya dengan aktivitas.......... 26
IV.2.3. Menentukan kelompok biaya yang homogen dan
penyebab biaya .............................................................. 27
IV.2.4. Menentukan tarif kelompok........................................... 33
IV.2.5. Pembebanan biaya-biaya............................................... 33
IV.2.6. Menentukan harga pokok rawat inap............................. 35
IV.2.7. Membandingkan harga pokok ABC.............................. 39
IV.2.8. Menentukan tarif rawat inap.......................................... 40
IV.2.9. Perbandingan tarif ABC................................................ 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan....................................................................................... 42
V.2. Saran................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 44
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan
sumber daya harus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan guna
mencapai hasil yang optimal. Rumah sakit sebagai bagian integral dari sistem
kesehatan nasional mempunyai posisi yang strategis dalam mewujudkan derajat
kesehatan bagi masyarakat yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, harus
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian. Salah satu fungsi rumah sakit yaitu menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,
pencegahan dan peningkatan kesehatan (NO.159b/MEN.KES/PER/II/1988,pasal
9). Melihat fungsi tersebut rumah sakit bisa digolongkan sebagai organisasi atau
perusahaan jasa.
2
Dalam rangka peningkatan kelancaran penyelenggaraan rumah sakit dan
peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat maka rumah sakit harus bisa mengakomodasi bermacam-
macam kepentingan dari berbagai pihak. Manajemen rumah sakit diharapkan bisa
menentukan langkah yang efektif dan efisien untuk pengelolaan rumah sakit
tanpa mengesampingkan sisi sosialnya. Manajemen rumah sakit harus
memberikan imbal jasa yang layak kepada karyawan dari berbagai profesi untuk
tenaga yang dikeluarkannya. Konsumen menginginkan pelayanan yang
memuaskan. Penyelenggaraan rumah sakit untuk mewujudkan kepentingan
tersebut tidak terlepas dari ketersediaan dana. Manajemen rumah sakit, sebagai
pusat penyelenggaraan, harus bisa menggali sumber dana dan mengelolanya.
Dana tersebut bisa didapat dari tarif jasa yang dibebankan pada konsumen.
Dalam akuntansi biaya, tarif jasa tersebut dapat ditentukan berdasar harga
pokok produk. Penghitungan harga pokok produk jasa pada rumah sakit bertujuan
untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan jasanya dengan
demikian pihak rumah sakit dapat menentukan harga pelayanan jasanya kepada
konsumen.
Activity based costing (ABC) merupakan sistem yang pertama-tama
mengakumulasikan biaya overhead untuk setiap aktivitas organisasi dan kemudian
menentukan biaya aktivitas untuk produk, jasa atau obyek biaya lainnya yang
disebabkan aktivitas.(Horngren, Sundem, dan Stratton, 1996: 135) Dalam sistem
ABC ada asumsi sebagai berikut, obyek biaya seperti produk menyebabkan
3
aktivitas. Aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan konsumsi sumber daya
mengakibatkan biaya.(Garrison & Noreen, 2000: 297)
Langkah utama yang pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah
mengidentifikasi aktivitas dalam menghasilkan produk, yang akan menjadi dasar
sistem tersebut. Aktivitas tersebut harus dikelompokkan dalam tingkatan yang
sesuai. Menurut Blocher ada 4 tingkatan aktivitas yaitu : aktivitas unit, aktivitas
batch, aktivitas pendukung produk dan aktivitas pendukung fasilitas. Kemudian
mengasosiasikan biaya-biaya yang terjadi karena aktivitas tersebut. Setelah biaya-
biaya yang terjadi diketahui maka dibentuklah cost pool atau kelompok-kelompok
biaya yang homogen berdasarkan kesamaan penyebab munculnya biaya yang
dapat diterangkan melalui satu penyebab biaya. Langkah berikutnya adalah
membentuk penyebab biaya atau cost driver. Langkah terakhir pada tahap ini
adalah menghitung tarif kelompok (pool rate) yaitu dengan membagi biaya-biaya
yang terjadi dengan masing-masing cost driver nya. Pada tahap kedua biaya pada
masing-masing pool rate dibebankan ke produk, yaitu dengan mengalikan pool
rate dengan unit-unit cost driver yang digunakan (Hansen & Mowen, 1995 :122).
ABC muncul karena ketidakmampuan sistem biaya tradisional dalam
menjawab perkembangan yang terjadi pada perusahaan manufaktur yang
bercirikan multi produk dan memiliki variasi yang berbeda dengan
mengkonsumsi aktivitas yang berbeda-beda pula. Dalam sistem ini pembebanan
BOP masih didasarkan pada pemakaian satu macam cost driver saja yaitu yang
berhubungan erat dengan volume produksi seperti jam tenaga kerja langsung atau
4
jam mesin, sehingga terjadi distorsi biaya yang pada akhirnya akan mempengaruhi
harga jual produk dan pengambilan keputusan oleh manajemen.
Pada awalnya ABC digunakan pada perusahaan manufaktur namun dalam
perkembangannya mulai diterapkan pada perusahaan jasa seperti rumah sakit
maupun bank. ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan pada Alexandria
Hospital, Union Pacific Railroad, Data Service Inc, AT&T, Firemend Fund, dll
(Blocher, Chen, Lin, 1999:138). Pada perusahaan manufaktur terdapat perbedaan
dengan perusahaan jasa. Dalam perusahaan manufaktur aktivitasnya cenderung
sama, tetapi dalam organisasi jasa dan sebagian besar organisasi non profit
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada prinsipnya ABC dapat diterapkan
pada organisasi jasa dengan menggunakan prosedur yang sama seperti digunakan
pada perusahaan manufaktur, karena dalam perusahaan jasa juga dilakukan
serangkaian aktivitas yang mengkonsumsi sumberdaya.
Rumah Sakit Banyumanik Semarang merupakan salah satu rumah sakit
swasta yang dikelola oleh Yayasan Al Manshurin Semarang. RS. Banyumanik
memiliki fasilitas antara lain instalasi laboratorium, instalasi radiologi, instalasi
gizi & loundry, instalasi gawat darurat, instalasi bedah, instalasi rawat inap,
instalasi rawat jalan dan instalasi kebidanan.
Dalam menentukan tarif, pihak manajemen masih menggunakan metode
perbandingan harga dengan rumah sakit lain yang memiliki kelas sama, untuk
menentukan tarif pelayanan jasanya. Menyadari peran kontribusi dari konsumen
turut mendukung perkembangan RS. Banyumanik, pihak manajemen perlu
5
mempertimbangkan pembebanan biaya yang sepadan dengan pelayanan yang
diberikan pada instalasi rawat inap.
Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dilakukan untuk menghitung tarif
pelayanan pada instalasi rawat inap dengan menggunakan metode activity based
costing. Hasil penentuan tarif ini akan dibandingkan dengan tarif yang saat ini
berlaku di RS. Banyumanik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
pengusulan tarif baru.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana menentukan tarif pelayanan pada instalasi rawat inap RS.
Banyumanik dengan menggunakan metode activity based costing ?
2. Dari tarif yang dihasilkan dari metode tersebut, akan dibandingkan
dengan tarif rawat inap berlaku tahun 2003 yang digunakan oleh RS.
Banyumanik.
I.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini ada pembatasan sebagai berikut :
1. Data-data yang digunakan adalah data tahun 2003.
2. Penelitian ini dilakukan pada instalasi rawat inap yang digunakan untuk
instalasi kebidanan (persalinan). Instalasi rawat inap khusus persalinan
ini dipilih karena dinilai paling banyak memberikan kontribusi bagi RS.
6
Banyumanik. Selama tahun 2003 tercatat ada 439 pasien yang
memperoleh jasa persalinan di instalasi kebidanan RS. Banyumanik.
3. Penghitungan ini tidak termasuk biaya obat dan biaya operasi.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tarif pelayanan instalasi rawat
inap khusus persalinan dengan menggunakan metode activity based costing. Tarif
tersebut akan dibandingkan dengan tarif berlaku 2003 yang digunakan oleh RS.
Banyumanik.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi RS. Banyumanik dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan
tarif pelayanan dan memberi gambaran tentang metode activity based
costing terutama bagi manajemen rumah sakit.
2. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman praktis dalam menghitung tarif pelayanan instalasi rawat
inap dengan metode activity based costing.
3. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai wacana tentang metode activity
based costing.
7
I.5. Kerangka Pikir
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan:
Alur penelitian ini yaitu mula-mula pihak rumah sakit menyediakan jasa
rawat inapnya. Perhitungan ini diawali dengan mengumpulkan data tahun 2003 di
Rumah Sakit Banyumanik
Instalasi Rawat Inap Bagian Persalinan (Aktivitas tahun
2003)
Kesimpulan
Menentukan harga pokok
dengan pendekatan
ABC
Harga pokok dari analisis beban dasar
2003
Tarif berlaku saat ini
Penentuan tarif berdasarkan
prosentase laba
8
instalasi rawat inap khusus bagian bersalin. Penentuan harga pokok dilakukan
dengan metode metode ABC.
Perhitungan harga pokok dengan pendekatan ABC mula-mula dilakukan
dengan mengidentifikasi berbagai aktivitas di instalasi rawat inap bagian
persalinan. Aktivitas tersebut dikelompokkan ke dalam tingkatan aktivitas yang
sesuai. Biaya-biaya kemudian diasosiasikan berdasar aktivitas tersebut, biaya-
biaya tersebut merupakan biaya aktual yang terjadi pada tahun 2003. Kemudian
dibentuk cost pool dan cost driver, dari sini kemudian dihitung pool rate untuk
masing-masing cost pool dengan cara membagi cost pool dengan jumlah cost
driver. Perhitungan harga pokok dilakukan dengan cara membagi total biaya
aktivitas tahun 2003 dengan jumlah kapasitas hari rawat inap selama setahun
(tahun 2003). Setelah harga pokok rawat inap bersalin dihasilkan, kemudian
menentukan tarif dengan menambah prosentase laba yang ditentukan oleh pihak
RS. Banyumanik, sebesar 7 % dari harga pokok. Berdasarkan perhitungan yang
dihasilkan akan dibandingkan dengan tarif yang berlaku pada tahun 2003. Hasil
perbandingan ini akan dijadikan dasar pembuatan tarif baru oleh pihak RS.
Banyumanik.
9
I.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pikir dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang digunakan penulis
untuk penyusunan skripsi ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai sumber dan jenis data,
gambaran umum RS. Banyumanik dan alat analisis data.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang penghitungan tarif dengan metode ABC dan
analisis dari hasil perhitungan tersebut.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini, penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil
perhitungan dalam Bab IV. Penulis juga akan memberi masukan-
masukan bagi RS. Banyumanik
10
BAB II
LANDASAN TEORI II.1. Akuntansi biaya
Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang
penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi
pesanan dari pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan yang
akan dijual (Halim, 1997:3). Harga pokok dapat digunakan untuk menunjukkan
pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk
(Mulyadi, 1991:10). Akuntansi biaya melakukan proses pencatatan, penggolongan
dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dengan cara-cara tertentu
yang sistematis.
Menurut Mulyadi (1991:7) ada 3 manfaat utama yang diperoleh dari
informasi akuntansi biaya, yaitu :
1. Untuk menentukan harga pokok produksi
2. Pengendalian biaya
3. Untuk pengambilan keputusan khusus.
Informasi biaya digunakan oleh manajemen untuk mengukur apakah masukan
yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dari nilai
keluarannya. Sehingga ukuran terdsebut dapat digunakan sebagai informasi
apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha yang sangat
diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi
perusahaannya.
11
Tanpa adanya informasi biaya, manajemen juga tidak memiliki dasar untuk
mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan
sumber ekonomi lain. Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang
memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber
ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran yang memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi dibanding dengan nilai masukan dikorbankan.
II.2. Sistem biaya tradisional dan kelemahannya
Sistem biaya tradisional adalah semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya
tetap dan biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk
yang diproduksi.
Menurut Mulyadi dan Johny (2000:404-405) ada beberapa kelemahan dalam
sistem biaya tradisional, yaitu :
1. Hanya menggunakan biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk
dan jasa. Hal ini menimbulkan suatu kegagalan dalam menyerap
konsumsi overhead yang benar menurut produk dan jasa individual.
2. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada
produk dan jasa. Maksudnya yaitu membagi biaya overhead ke dalam
unit, sehingga biaya-biaya yang timbul tidak dapat tertelusur dan juga
tidak dapat menemukan cara untuk mengurangi biaya karena produk dan
jasa yang dihasilkan berdasarkan kuantitas.
12
3. Pusat biaya terlalu besar. Sistem tradisional terutama memfokuskan pada
kinerja keuangan jangka pendek, sehingga sistem tradisional ini jika
digunakan untuk penetapan harga dan untuk mengidentifikasi produk
dan jasa yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
4. Tidak memperdulikan biaya pemasaran. Akuntansi biaya dalam sistem
tradisional ini hanya sedikit memperdulikan biaya pemasaran, sehingga
manajemen tidak memperoleh informasi biaya yang memungkinkan bagi
manajemen untuk menganalisis profitabilitas saluran distribusi, metode
pemasaran, jumlah order, daerah pemasaran dan sebagainya.
II.3. Distorsi akibat penggunaan sistem akuntansi
tradisional
Distorsi dari penggunaan sistem akuntansi tradisional dimulai ketika cost
driver berdasarkan unit tidak mampu untuk membebankan biaya overhead scara
tepat, yaitu proporsi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap
total biaya dan tingkat diversitas produk (Supriyono, 1994:227)
Menurut Supriyono (1995:36) ada 2 macam distorsi biaya yaitu:
1. Biaya yang terlalu rendah (under costed) untuk produk yang bervolume
kecil.
2. Biaya yang terlalu tinggi (overcosted) untuk produk yang bervolume
besar.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat
antara biaya yang dibebankan dengan sumber daya yang sebenarnya dikonsumsi.
13
Sistem tradisional tidak hanya secara sistematis mendistorsi biaya produk.
Informasi yang terdistorsi juga mengakibatkan tidak tepatnya perencanaan,
pengendalian biaya dan pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajemen,
sehingga dapat meningkatkan pemborosan dan kerumitan dalam produksi.
II.4. Activity Based Costing (ABC)
II.4.1. Definisi ABC
ABC merupakan sistem informasi tentang pekerjaan (atau aktivitas) yang
mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi customer. (Mulyadi &
Johny, 2000:405)
Menurut Michael A. Maher & Edward B. Deakin (1996) “Activity Based
Costing adalah metode perhitungan biaya yang membebankan biaya pertama dan
pada kegiatan untuk tiap produk”.
Menurut Anderson & Sollenberger (1992) “Activity Based Costing is a
system of accounting that focus on activities performed to produce product”.
Menurut Blocher, Chen dan Lin (1999) “ABC adalah pendekatan
penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa
berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas”.
Menurut Horngren, Sundem & Stratton “ABC system first accumulate
overhead costs for each of the activities of an organization, and then assigns the
costs of activities to the products, services, or other cost objects that caused that
activity”.
14
Menurut Garrison & Noreen (2002) “ABC is costing method that is
designed to provide managers with cost information for strategic and other
decisions that potentially affect capacity and therefore “fixed” costs”.
II.4.2. Tahap-tahap penerapan ABC
Ada dua tahap prosedur dalam penerapan ABC (Supriyono,1994 :231)
yaitu :
II.4.2.1. Tahap pertama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas
meliputi empat langkah sebagai berikut :
1. Penggolongan berbagai aktivitas.
Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interprestasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok
dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Aktivitas
dikelompokkan ke dalam 4 kategori aktivitas (Supriyono, 1994 :237) :
a. Aktivitas-aktivitas berlevel unit
Aktivitas berlevel unit (unit level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Semua
aktivitas di level ini akan menghasilkan biaya aktivitas berlevel unit,
yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit produk
yang diproduksi. Sebagai contoh penggunaan jam mesin akan
menghasilkan biaya operasi mesin, jam tenaga kerja langsung akan
15
menghasilkan biaya tenaga kerja langsung, penggunaan bahan
penolong menghasilkan biaya bahan penolong, yang digunakan
setiap unit produk dihasilkan.
b. Aktivitas-aktivitas berlevel batch
Aktivitas berlevel batch (batch level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi. Contoh
aktivitas ini adalah aktivitas set up, aktivitas penjadwalan produksi,
aktivitas pengelolaan bahan dan aktivitas inspeksi. Aktivitas ini
menimbulkan biaya aktivitas berlevel batch, yaitu biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi jumlah batch produk yang diproduksi. Biaya ini
bervariasi dengan jumlah batch produk yang diproduksi, namun
bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang
diproduksi dalam setiap batch. Contohnya biaya set up dan biaya
penjadwalan ulang.
c. Aktivitas berlevel produk
Aktivitas berlevel produk atau aktivitas penopang produk (product
sustaining activities) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk untuk diproduksi dan dijual. Contoh
aktivitas ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk,
perekayasaan proses, dan spesifikasi produk. Biaya yang timbul
karena aktivitas berlevel produk dinamakan biaya aktivitas berlevel
16
produk, yaitu biaya atas aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung
berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Contohnya biaya
penelitian dan pengembangan produk, biaya perekayasaan proses,
dan biaya spesifikasi produk
d. Aktivitas berlevel fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) atau aktivitas
penopang produk (facility sustaining activities) adalah aktivitas
untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang
diperlukan untuk menyediakan fasilitas untuk memproduksi produk.
Besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume atau bauran produk
yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh
berbagai jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas berlevel
fasilitas ini adalah manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,
keamanan, listrik dan penerangan, kebersihan, pajak bumi dan
bangunan serta depresiasi pabrik. Aktivitas ini menghasilkan biaya
aktivitas berlevel fasilitas, yaitu meliputi biaya atas aktivitas untuk
menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan
untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk
memproduksi produk. Contoh biaya ini adalah biaya manajemen
pabrik, biaya pemelihaaan bangunan, biaya keamanan, biaya listrik,
biaya kebersihan dan biaya pajak bumi dan bangunan.
2. Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitasnya
Setelah menggolongkan berbagai aktivitas maka langkah berikutnya
17
adalah menghubungkan berbagai biaya pada kelompok biaya level
aktivitas tersebut.
3. Menentukan kelompok-kelompok biaya yang homogen
Kelompok biaya (cost pool) yang homogen adalah sekumpulan biaya
overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang
dilaksanakan dan bebagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh
penyebab biaya (cost driver) tunggal. Aktivitas-aktivitas overhead harus
dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama
untuk semua produk, supaya dapat dimasukkan ke dalam suatu cost pool
yang homogen. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari
sebuah cost driver. Cost driver harus dapat diukur sehingga overhead
dapat dibebankan ke berbagai produk. Dua faktor utama yang harus
diperhatikan dalam memilih cost driver atau penyebab biaya (Supriyono,
1994:245), yaitu:
a. Biaya Pengukuran
Dalam sistem ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan
digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk
memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap tersedia.
Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya
berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya
sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang
homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver.
Untuk keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada sistem
18
informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini
akan meminimumkan biaya pengukuran.
b. Pengukuran tidak langsung dan tingkat korelasi
Mengganti cost driver yang secara langsung mengukur penggunaan
suatu aktivitas dengan suatu cost driver yang secara tidak langsung
mengukur penggunaan itu dapat dilakukan untuk meminimumkan
biaya dalam memperoleh kuantitas cost driver. Penggantian ini
dilakukan dengan syarat kuantitas dari aktivitas yang digunakan
setiap transaksi kira-kira sama untuk setiap produk, Dalam kasus
seperti ini, indirect cost driver yang mempunyai korelasi tinggi dan
dapat digunakan.
4. Menentukan tarif kelompok
Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost
driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok
dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas
tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.
II.4.2.2. Tahap kedua
Pada tahap kedua ini biaya untuk setiap kelompok biaya overhead
dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tarif
kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan
penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk.
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit cost driver yang
digunakan.
19
II.4.3. Manfaat dan keterbatasan metode ABC.
II.4.3.1. Manfaat
ABC membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya
tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana
komposisi perbedaan produk, jasa, dan aktivitas perusahaan yang memberi
kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. Manfaat utama
ABC adalah :
a. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat
dan kepada keputusan stratejik yang lebih baik tentang penentuan harga
jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal.
b. ABC menyediakan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang
dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk
meningkatkan ‘product value’ dan ‘process value’ dengan membuat
keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya
secara lebih baik dan membantu perkembangan proyek-proyek
peningkatan ‘value’.
c. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan
untuk pengambilan keputusan bisnis.
II.4.3.2. Keterbatasan
Meskipun ABC memberikan alternatif penelusuran biaya ke produk
individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus
20
diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya
produk:
a. Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan
aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. contoh beberapa biaya
untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik
dan pengelolaan proses produksi.
b. Mengabaikan biaya. Keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa biaya
yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis.
Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi,
riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim garansi. Tambahan
biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk
menentukan biaya produk total. Secara tradisional biaya pemasaran dan
administrasi tidak dimasukkan dalam biaya produk karena persyaratan
pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP mengharuskan
memasukkan ke dalam biaya periode.
c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Sistem ABC sangat mahal
untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Di samping itu juga
membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem
akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu
lebih dari satu untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ABC
dengan sukses.
21
II.5. ABC dalam organisasi jasa
ABC lebih sering digunakan pada perusahaan manufaktur, namun ABC
dapat juga digunakan pada organisasi jasa. Organisasi jasa memiliki aktivitas dan
keluaran yang menimbulkan permintaan terhadap aktivitas itu sendiri.
Karakteristik dasar yang membedakan organisasi manufaktur dengan organisasi
jasa adalah dalam mengidentifikasi output. Untuk manufaktur, output berupa
produk nyata sehingga mudah diidentifikasi, sedangkan organisasi jasa outputnya
tidak berwujud. Namun demikian harus harus diidentifikasi agar dapat diukur
biayanya. ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan pada Alexandra
Hospital, Union Pacific Railroad, Amtrak Auto-Ferry Service, Data Service Inc,
AT&T, Fireman’s Fund, American Express, dan the Manvel Supply System
Command. (Blocher, Chen,Lin, 1999:138)
22
BAB III
METODE PENELITIAN III.1 Obyek dan lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil obyek instalasi rawat inap khususnya untuk
rawat inap pasien bersalin di RS. Banyumanik. Obyek ini dipilih karena Rumah
Sakit ini belum pernah menggunakan metode ABC untuk menentukan tarif rawat
inapnya. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Bina Remaja 61 Kel. Srondol Wetan
Banyumanik.
Instalasi kebidanan merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki oleh RS.
Banyumanik, digunakan untuk melayani masyarakat yang membutuhkan jasa
pertolongan sebelum melahirkan, melahirkan dan pasca melahirkan. Beberapa
ruang rawat inap di rumah sakit ini digunakan oleh pasien melahirkan. Dalam
penelitian ini ruang rawat inap yang digunakan adalah: Ruang Flamboyan setara
kelas Very Important Person/ VIP 4 kamar, Ruang Dahlia setara kelas I, 4 kamar,
Ruang Melati setara kelas II,7 kamar dan Ruang Bougenvile setara kelas III, 1
kamar.
III.2. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini, jenis dan cara perolehan data yang digunakan adalah:
1. Data primer
Data primer yang digunakan adalah jenis-jenis persalinan, aktivitas
perawatan, hari perawatan dan jam perawatan oleh bidan untuk pasien
23
bersalin dengan berbagai jenis persalinan. Data ini diperoleh dari wawancara
dengan bidan di instalasi kebidanan.
2. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan berupa: struktur organisasi dan riwayat
Rumah Sakit Banyumanik, jumlah pasien bersalin di instalasi kebidanan,
daftar biaya-biaya instalasi kebidanan 2003 dan Analisis Beban Dasar 2003.
Data tersebut diperoleh dengan cara pendokumentasian data yang ada di
bagian administrasi rumah sakit. Data sekunder lainnya adalah beberapa
literatur yang digunakan untuk studi pustaka.
III.3. Teknik analisis data
Alat analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penghitungan
harga pokok jasa rawat inap khusus pasien bersalin dengan ABC System.
III.3.1. Tahapan perhitungan tarif dengan ABC System
III.3.1.1. Mengidentifikasi aktivitas
Pada tahap ini aktivitas perawatan di instalasi rawat inap bagian
persalinan diidentifikasi, aktivitas-aktivitas ini kemudian dikelompokan berdasar
kategori aktivitas baik unit maupun fasilitas.
III.3.1.2. Mengasosiasikan berbagai biaya dengan
berbagai aktivitas
Pada tahap ini aktivitas-aktivitas yang ada dilekatkan pada sumber daya
yang dikonsumsinya, yang merupakan biaya aktual tahun 2003.
24
III.3.1.3. Penentuan kelompok-kelompok biaya yang
homogen
Penentuan kelompok biaya (cost pool) yang homogen ini dilakukan
berdasarkan pada kesamaan penyebab biaya yang dapat diterangkan melalui suatu
cost driver.
III.3.1.4. Penentuan tarif kelompok
Rumus untuk menghitung tarif kelompok (pool rate) dari masing-
masing cost pool adalah :
Total biaya aktual cost pool selama tahun 2003 Pool rate = Total cost driver untuk setiap cost pool
Pada tahap kedua, biaya untuk setiap kelompok BOP dibebankan
kepada berbagai jenis pelayanan bersalin, dengan rumus sebagai berikut:
Biaya yang dibebankan = pool rate x unit-unit cost driver yang digunakan.
Setelah itu mencari biaya per hari dari masing-masing kelas dan jenis persalinan.
Biaya per hari diperoleh dari biaya yang dibebankan tersebut kemudian dibagi
kapasitas setahun dari setiap kelompok biaya. Dari biaya perhari itu akan
diperoleh harga pokok rawat inap untuk setiap kelas dan jenis persalinan,
selanjutnya menentukan tarifnya. Penentuan tarif ini berdasarkan prosentase laba
sebesar 7 % yang sudah ditentukan oleh RS. Banyumanik.
III.3.2. Membandingkan tarif
Tarif yang dihasilkan dengan metode ABC kemudian dibandingkan
dengan tarif berlaku tahun 2003 yang digunakan di RS. Banyumanik.
25
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang penghitungan tarif harga pokok jasa rawat inap khusus
bersalin dengan menggunakan metode ABC system. Tarif ini akan dibandingkan
dengan tarif rawat inap yang saat ini (tahun 2003).
IV.1. Tarif rawat inap di RS. Banyumanik
Tarif rawat inap di Rumah Sakit Banyumanik terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Tarif Rawat Inap di RS Banyumanik
Nama Ruang Jenis Kelas
Tarif Rawat Inap per hari (Rp)
Flamboyan VIP 125.000 Dahlia I 105.000 Melati II 65.000 Bougenvile III 45.000 Sumber: Analisis Beban Dasar RS.Banyumanik (1 Juni 2003)
Tarif tersebut berlaku untuk semua jenis rawat inap. Termasuk untuk pasien
bersalin dengan segala jenis persalinan.
IV.2. Perhitungan harga pokok berdasarkan Activity
Based Costing.
IV.2.1. Pengidentifikasian aktivitas
Aktivitas yang diidentifikasi di ruang rawat inap instalasi bersalin RS.
Banyumanik antara lain: aktivitas pemberian makan dan minum, aktivitas
26
perawatan oleh bidan, penggunaan listrik, penggunaan air, aktivitas kebersihan
dan pemeliharaan dan aktivitas administrasi.
Aktivitas-aktivitas tersebut dimasukkan kedalam kelompok aktivitas
sebagai berikut: aktivitas pemberian makan dan minum dan perawatan oleh bidan
dikelompokkan kedalam aktivitas berlevel unit, karena besar kecilnya pemakaian
dipengaruhi jumlah hari pasien. Demikian juga untuk aktivitas administrasi,
penggunaan air dan penggunaan listrik. Sedangkan aktivitas kebersihan dan
pemeliharaan bangunan dikelompokkan dalam aktivitas berlevel fasilitas, karena
besar kecilnya pemakaian tidak dipengaruhi hari pasien. Jenis aktivitas dengan
pengelompokannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Identifikasi dan Pengelompokan Aktivitas Ruang Bersalin
No. Aktivitas Kelompok Aktivitas 1. Pemberian makan dan minum Unit 2. Perawatan oleh bidan Unit 3. Administrasi Unit 4. Penggunaan air bersih Unit 5. Penggunaan listrik Unit 6. Kebersihan dan pemeliharaan Fasilitas
Sumber: Data Sekunder Instalasi Bersalin
IV.2.2. Mengasosiasikan berbagai biaya dengan
aktivitas
Tahap selanjutnya adalah menentukan sumberdaya yang digunakan oleh
aktivitas tersebut. Sumber daya ini merupakan biaya aktual yang terjadi di RS
Banyumanik. Penentuan sumberdaya ini dapat dilihat pada tabel berikut:
27
Tabel 4.3
Penentuan Sumberdaya yang Digunakan Aktivitas
No. Aktivitas Data Biaya (Rp) 1. Pemberian makan dan minum 72.134.798 2. Perawatan oleh bidan 77.280.000 3. Administrasi 20.672.100 4. Penggunaan air bersih 1.273.315 5. Penggunaan listrik 72.630.300 6. Kebersihan dan pemeliharaan 133.880.602
Jumlah biaya aktivitas 377.871.115 Sumber: Data sekunder RS. Banyumanik
IV.2.3. Menentukan kelompok biaya yang homogen dan
penyebab biaya
Aktivitas-aktivitas yang terkumpul, kemudian dikelompokkan ke dalam
sebuah kelompok biaya (cost pool) dan penyebab biaya (cost driver).
Tabel 4.4 Penentuan Cost Pool dan Cost Driver
No. Aktivitas Cost Pool Cost Driver 1. Pemberian makan
dan minum Biaya Makan dan Minum
Jumlah hari rawat inap
2. Perawatan oleh bidan
Biaya Perawatan Bidan
Jumlah jam perawatan
3. Administrasi Biaya Administrasi Jumlah hari rawat inap 4. Penggunaan air
bersih Biaya PDAM Jumlah m3 air yang
dikonsumsi 5. Penggunaan listrik Biaya Listrik Jumlah KWH 6. Kebersihan dan
pemeliharaan Biaya Kebersihan dan Pemeliharaan
Luas lantai
Sumber: Data sekunder yang diolah
Penjelasan untuk tabel diatas dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Biaya makan dan minum
28
Pemberian makan dan minum pada pasien bersalin menimbulkan
biaya makan dan minum. Biaya ini meliputi pembelian bahan makanan
dan minuman serta biaya tenaga kerja untuk bagian dapur. Biaya makan
dan minum (gizi) per hari sudah ditentukan oleh pihak manajemen RS.
Banyumanik sebagai berikut: Kelas VIP sebesar Rp. 17.045 sedangkan
untuk Kelas I, II dan III adalah Rp. 12.845. Tenaga gizi melakukan
pengawasan terhadap makanan yang diberikan kepada pasien.
2. Biaya perawatan bidan
Perawatan yang diberikan oleh bidan menimbulkan biaya perawatan
bidan. Penelitian ini difokuskan pada jenis persalinan normal (partus
normal) dan persalinan melalui operasi. Jenis persalinan yang terakhir
tersebut terdiri dari operasi terprogram dan operasi tidak terprogram.
Persalinan normal memerlukan waktu perawatan yang relatif singkat
dari jenis persalinan lainnya. Rata-rata membutuhkan waktu 1 hari
tindakan, yaitu hari dimana dilakukan persalinan baik secara normal
maupun operasi, dan 1 hari rawat inap. Jumlah jam perawatan 99 menit
atau 1,65 jam. Rincian aktivitas perawatan bersalin normal dapat dilihat
pada lampiran 1.
Persalinan dengan operasi terprogram adalah jenis persalinan yang
dilakukan kepada pasien yang beberapa hari sebelum pelaksanaan operasi
telah melakukan konsultasi atau pemeriksaan terlebih dahulu. Persalinan
ini dipilih karena berbagai sebab antara lain: letak bayi terbalik
(sungsang), panggul sang ibu (pasien) kecil, postur ibu pendek. Persalinan
29
ini membutuhkan waktu rata-rata 1 hari tindakan dan 3 hari rawat inap.
Jumlah jam perawatan 492 menit. Rata-rata perhari 164 menit atau 2,73
jam. Rincian aktivitas perawatan pasien bersalin dengan operasi
terprogram dapat dilihat pada lampiran 2.
Persalinan dengan operasi tidak terprogram adalah persalinan yang
sedianya dilakukan secara normal namun secara mendadak harus
dilakukan operasi. Operasi ini dilakukan karena bayi terbelit tali pusar,
terjadi pendarahan vagina. Persalinan ini membutuhkan rata-rata 1 hari
tindakan dan 3 hari rawat inap dengan jumlah jam perawatan 497 menit.
Rata-rata per hari adalah 166 menit atau 2,77 jam. Aktivitas perawatan
bersalin dengan operasi tidak terprogram dapat dilihat pada lampiran 3.
Ringkasan jam perawatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Waktu Perawatan Pasien Bersalin
Jenis Persalinan
Jumlah Hari
Jumlah jam
Rata-rata per hari (jam)
Normal 1 1,65 1,65 Operasi Terprogram 3 8,2 2,73 Operasi Tidak Terprogram 3 8,28 2,77
Sumber: data primer yang diolah
Tabel di bawah adalah perincian hari rawat inap pasien bersalin di RS.
Banyumanik tahun 2003.
Tabel 4.6 Hari Rawat Inap Pasien Bersalin Tahun 2003
Jenis Persalinan
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Jumlah hari
Normal 9 28 102 47 186 Operasi Terprogram 78 159 237 54 528
30
Operasi Tidak Terprogram 57 117 45 12 231 Jumlah 144 304 384 113 945
Sumber: data sekunder yang sudah diolah
Cost driver untuk biaya perawatan bidan dapat dihitung dengan cara,
mengalikan hari rawat inap (HRI) pasien (Tabel 4.6) dengan jam
perawatan per hari. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Perhitungan Cost Driver untuk Biaya Perawatan Bidan
Jenis Persalinan Hari Rawat Inap
Jam Perawatan
perhari
Jumlah permintaan jam perawatan
tahun 2003 Normal 186 1,65 306,9 Operasi
Terprogram 528 2,73 1.441,44 Operasi
Tidak Terprogram 231 2,77 639,87 Total 2.388,21
Sumber : data sekunder yang sudah diolah
3. Biaya administrasi
Aktivitas administrasi menyebabkan adanya biaya administrasi.
Biaya ini terdiri dari biaya untuk peralatan tulis dan kertas serta gaji tenaga
administrasi. Cost driver untuk biaya ini adalah jumlah hari rawat inap
pasien tahun 2003 yaitu 945 hari. Terdiri 144 hari untuk kelas VIP, 304
hari untuk kelas I, 384 hari untuk kelas II dan 113 hari untuk kelas III.
4. Biaya PDAM
Penggunaan air bersih menyebabkan terjadinya biaya PDAM.. Cost
driver biaya ini adalah jumlah rata-rata penggunaan air bersih (m3) oleh
31
pasien. Air digunakan untuk buang air kecil dan besar, mandi setiap
harinya. Besarnya penggunaan air bersih sebagai berikut:
Tabel 4.8 Pemakaian Air Bersih
Kelas Konsumsi/pasien/hari HRI Jumlah konsumsi air tahun2003
VIP 0,25 m3 144 36 m3 I 0,25 m3 304 76 m3 II 0,25 m3 384 96 m3 III 0,25 m3 113 28,25 m3
Jumlah 1 m3 945 236,25 m3 Sumber: data sekunder yang diolah
5. Biaya listrik
Penggunaan listrik untuk lampu, kulkas, TV dan AC akan menyebabkan
biaya listrik.. Cost driver untuk biaya ini adalah jumlah rata-rata
penggunaan listrik (KWH) untuk setiap pasien setiap hari. Besar kecilnya
tergantung pada hari rawat inap pasien. Tabel berikut berisi tentang
pemakaian listrik di setiap kelas.
Tabel 4.9 Penggunaan Listrik per Hari
Kelas
Alat listrik x jumlah x jam penggunaan Watt jam KWH
VIP Lampu TL 20 W x 1 x 5 100 21,18 Lampu TL 20 W x 1 x 16 320 Lampu Pijar 15 W x 1 x 8 120 Kulkas 60 W x 1 x 24 1.440 TV 75 W x 1 x 16 1.200 AC 750 W x 1 x 24 18.000 21.180 I Lampu TL 20 W x 1 x 5 100 20,06 Lampu TL 20 W x 2 x 16 640 Lampu Pijar 15 W x 1 x 8 120
32
TV 75 W x 1 x 16 1.200 AC 750 W x 1 x 24 18.000 20.060
II Lampu TL 20 W x 1 x 16 320 1,08 Lampu Pijar 15 W x 1 x 8 120 Kipas Angin 40 W x 1 x 16 640 1.080
III Lampu TL 40 W x 1 x 16 640 2,56 Lampu TL 20 W x 2 x 16 640 Kipas Angin 40 W x 2 x 16 1.280 2.560
Sumber: Analisis Beban Dasar 2003 (diolah)
Tabel berikut berisi jumlah rata-rata pemakaian listrik untuk setiap pasien
per hari per bed.
Tabel 4.10 Aktivitas Penggunaan Listrik Tahun 2003
Kelas Konsumsi / Pasien / Hari (KWH) HRI Konsumsi
tahun 2003 VIP 21,18 144 3.049,92
I 20,06 304 6.098,24 II 1,08 384 414,72 III 2,56 113 289,28
Jumlah (KWH) 9852,16 Sumber: data sekunder yang diolah
6. Biaya kebersihan dan pemeliharaan
Aktivitas kebersihan dan pemeliharan bangunan akan menyebabkan biaya
kebersihan dan pemeliharaan. Biaya ini meliputi upah tenaga kebersihan
dan peralatan yang digunakan untuk aktivitas kebersihan dan pemeliharaan
seperti alat pel, sabun, obat pel. Cost driver untuk biaya ini adalah luas
lantai. Luas lantai untuk ruang rawat inap bersalin adalah sebagai berikut:
33
Kelas VIP 56 m3 Kelas I 96 m3 Kelas II 84 m3 Kelas III 18 m3
Jumlah 254 m3
IV.2.4. Menentukan tarif kelompok
Penentuan tarif kelompok (pool rate) ini dilakukan dengan cara membagi
biaya aktual untuk setiap kelompok biaya tahun 2003 dengan jumlah cost driver
untuk setiap kelompok biaya (cost pool). Tabel berikut adalah rincian tarif
kelompok untuk setiap kelompok biaya.
Tabel 4.11 Penghitungan Pool Rate
No. Aktivitas Biaya Aktual (Rp)
Jumlah Cost Driver
Tarif Kelompok (Rp)
1 Pemberian makan dan minum 72.134.798 Sesuai tarif
yang ditentukan VIP = 17.045/hari
I, II, III = 12.845/hari
2 Perawatan oleh bidan 77.280.000 2.388,21
jam perawatan 32.358,96/ jam
3 Administrasi 20.672.100 945 hari 21.875,24 / hari
4 Penggunaan air bersih 1.273.315 236,25 m3 5.389,69 / m3
5 Penggunaan listrik 72.630.300 9.852,16 KWH 7372,02 / KWH
6 Kebersihan dan pemeliharaan 133.880.602 254 m3 527.088,98 / m2
Sumber: Data sekunder yang diolah.
IV.2.5. Pembebanan biaya-biaya
Pembebanan ini menggunakan rumus penghitungan:
biaya overhead yang dibebabkan = tarif kelompok x unit cost driver yang
digunakan.
Tabel 4.12 Pembebanan Biaya Perawatan Bidan Tahun 2003
Jenis Persalinan Tarif Kelompok (Rp)
Jam Perawatan
Biaya Tahun 2003
34
Normal 32.358,96 306,9 9.930.964,82 Operasi Terprogram 32.358,96 1.441,44 46.643.499,3 Oiperasi Tidak Terprogram 32.358,96 939,87 20.705.527,74
Jumlah Biaya Perawatan 77.279.991,86 Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4. 13 Pembebanan Biaya Administrasi
Kelas Tarif Kelompok (Rp)
Hari Rawat Inap Tahun
2003 Biaya Tahun 2003
VIP 21.875,24 144 3.150.034,56 I 21.875,24 304 6.650.072,96 II 21.875,24 384 8.400.092,16 III 21.875,24 113 2.471.902,12
Jumlah Biaya Administrasi 20.672.101,8 Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.14 Pembebanan Biaya Air Bersih / PDAM
Kelas Tarif Kelompok (Rp)
Jumlah Konsumsi Biaya Tahun 2003
VIP 5.389,69 36 m3 194.028,84 I 5.389,69 76 m3 409.616,44 II 5.389,69 96 m3 517.410,24 III 5.389,69 28,25 m3 152.258,74
Jumlah Biaya PDAM 1.273.314,26 Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.15 Pembebanan Biaya Listrik
Kelas Tarif Kelompok (Rp)
Jumlah Konsumsi
(KWH) Biaya Tahun 2003
VIP 7.372,02 3.049,92 22.484.071,24 I 7.372,02 6.098,24 44.956.347,24 II 7.372,02 414,72 3.057.324,13 III 7.372,02 289,28 2.132.577,95
Jumlah Biaya Listrik 72.630.320,56 Sumber: Data sekunder yang diolah
35
Tabel 4.16 Pembebanan Biaya Kebersihan dan Pemeliharaan
Kelas Tarif Kelompok (Rp) Luas (m3) Biaya Tahun 2003
VIP 527.088,98 56 29.516.982,88 I 527.088,98 96 50.600.542,08 II 527.088,98 84 44.275.474,32 III 527.088,98 18 9.487.601,64
Jumlah Biaya Kebersihan dan Pemeliharaan 133.880.600,92
Sumber: data sekunder yang diolah
IV.2.6. Menentukan harga pokok rawat inap
Setelah mengetahui tarif kelompok untuk setiap kelompok biaya,
dilakukan penghitungan harga pokok untuk setiap jenis persalinan dan setiap jenis
kelasnya. Harga pokok tersebut diperoleh dari jumlah seluruh biaya yang
dibebankan untuk setiap kelompok biaya. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.17 Perhitungan Harga Pokok Rawat Inap Persalinan Kelas VIP
No. Biaya Aktivitas Biaya per Tahun (Rp)
Kapasitas Setahun
Biaya per Hari (Rp)
1 Biaya Makan dan Minum - - 17.045
(Tarif RS) 2 Biaya Administrasi 3.150.034,56 144 (HRI) 21.875,24 3 Biaya PDAM 194.028,84 144 (HRI) 1.347,42 4 Biaya Listrik 22.484.071,24 144 (HRI) 156.139,38 5 Biaya Kebersihan dan
Pemeliharaan 29.516.982,88
1460 (Kapasitas
maksimal 4 TT x 365 hari)
20.217,11
36
365 hari)
Jumlah Biaya 216.624,15
6 Biaya Perawatan Bidan Persalinan Normal Operasi Terprogram Operasi Tdk Terprogram
53.392,28 88.339,96 89.634,32
Sumber : Data sekunder yang diolah TT : Tempat Tidur HRI : Hari Rawat Inap
Besarnya harga pokok rawat inap persalinan kelas VIP adalah:
Normal : Rp. 216.624,15 + Rp. 53.392,28 = Rp. 270.016,43 Operasi Terprogram : Rp. 216.624,15 + Rp. 88.339,96 = Rp. 304.964,11 Operasi Tdk Terprogram : Rp. 216.624,15 + Rp. 89.634,32 = Rp.
306.258,47
Perhitungan Biaya Perawatan per hari sama untuk semua kelas
1. Biaya Perawatan Bersalin Normal (N) Sehari = Tarif x Jam perawatan per hari x = Rp. 32.358,96 x 1,65 jam = Rp. 53.392,28
2. Biaya Perawatan Bersalin dengan Operasi Terprogram (OT) Sehari = Tarif x Jam perawatan per hari = Rp. 32.358,96 x 2,73 jam = Rp. 88.339,96
3. Biaya Perawatan Bersalin dengan Operasi Tidak Terprogram (OTT) Sehari = Tarif x Jam perawatan per hari = Rp. 32.358,96 x 2,77 jam = Rp. 89.634,32
Tabel 4.18
Perhitungan Harga Pokok Rawat Inap Persalinan Kelas I
No. Biaya Aktivitas Biaya per Tahun (Rp)
Kapasitas Setahun
Biaya per Hari (Rp)
1 Biaya Makan dan Minum - - 12.845
(Tarif RS) 2 Biaya Administrasi 6.650.072,96 304 (HRI) 21.875,24 3 Biaya PDAM 409.616,44 304 (HRI) 1.347,42
37
4 Biaya Listrik 44.956.347,24 304 (HRI) 147.882,72 5 Biaya Kebersihan dan
Pemeliharaan 50.600.542,08
2190 (Kapasitas
maksimal 6 TT x 365 hari)
23.105,27
Jumlah Biaya 207.055,65
6 Biaya Perawatan Bidan Persalinan Normal Operasi Terprogram Operasi Tdk Terprogram
53.392,28 88.339,96 89.634,32
Sumber: Data sekunder yang diolah TT : Tempat Tidur HRI : Hari Rawat Inap
Besarnya harga pokok rawat inap persalinan kelas I adalah:
Normal : Rp. 207.055,65 + Rp. 53.392,28 = Rp. 260.447,93 Operasi Terprogram : Rp. 207.055,65 + Rp. 88.339,96 = Rp. 295.395,61 Operasi Tdk Terprogram : Rp. 207.055,65 + Rp. 89.634,32 = Rp.
296.689,97
Tabel 4.19 Perhitungan Harga Pokok Rawat Inap Persalinan Kelas II
No. Biaya Aktivitas Biaya per Tahun (Rp)
Kapasitas Setahun
Biaya per Hari (Rp)
1 Biaya Makan dan Minum - - 12.845
(Tarif RS) 2 Biaya Administrasi 8.400.092,16 384 (HRI) 21.875,24 3 Biaya PDAM 517.410,24 384 (HRI) 1.347,42 4 Biaya Listrik 3.057.324,13 384 (HRI) 7.961,78 5 Biaya Kebersihan dan
Pemeliharaan 44.275.474,32
5110 (Kapasitas
maksimal 14TT x 365 hari)
8.664,48
Jumlah Biaya 52.693,92
6 Biaya Perawatan Bidan Persalinan Normal Operasi Terprogram Operasi Tdk Terprogram
53.392,28 88.339,96 89.634,32
38
Sumber: Data sekunder yang diolah TT : Tempat Tidur HRI : Hari Rawat Inap
Besarnya harga pokok rawat inap persalinan kelas II adalah:
Normal : Rp. 52.693,92 + Rp. 53.392,28 = Rp. 106.086,2 Operasi Terprogram : Rp. 52.693,92 + Rp. 88.339,96 = Rp. 141.033,88 Operasi Tdk Terprogram : Rp. 52.693,92 + Rp. 89.634,32 = Rp.
142.328,24
Tabel 4. 20 Perhitungan Harga Pokok Rawat Inap Persalinan Kelas III
No. Biaya Aktivitas Biaya per Tahun (Rp)
Kapasitas Setahun
Biaya per Hari (Rp)
1 Biaya Makan dan Minum - - 12.845
(Tarif RS) 2 Biaya Administrasi 2.471.902,12 113 (HRI) 21.875,24 3 Biaya PDAM 152.258,74 113 (HRI) 1.347,42 4 Biaya Listrik 2.132.577,95 113 (HRI) 18.872,37 5 Biaya Kebersihan dan
Pemeliharaan 9.487.601,64
1095 (Kapasitas
maksimal 3 TT x 365 hari)
8.664,48
Jumlah Biaya 63.604,51
6 Biaya Perawatan Bidan * Persalinan Normal Operasi Terprogram Operasi Tdk Terprogram
53.392,28 88.339,96 89.634,32
Sumber: Data sekunder yang diolah TT : Tempat Tidur HRI : Hari Rawat Inap
Besarnya harga pokok rawat inap persalinan kelas III adalah:
Normal : Rp. 63.604,51 + Rp. 53.392,28 = Rp. 116.996,79 Operasi Terprogram : Rp. 63.604,51 + Rp. 88.339,96 = Rp. 151.944,47
39
Operasi Tdk Terprogram : Rp. 63.604,51 + Rp. 89.634,32 = Rp.
153.238,83
IV.2.7. Membandingkan harga pokok ABC
Harga pokok yang dihasilkan dengan perhitungan metode ABC tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga pokok yang pernah dihitung oleh RS.
Banyumanik (Analisis Beban Dasar Th.2003 RS. Banyumanik). Tabel berikut
merupakan perbandingan harga pokok tersebut.
Tabel 4.21 Perbandingan Harga Pokok
Jenis Harga Harga Selisih Kelas Persalinan Pokok ABC Pokok (2003)
VIP Normal 270.016,43 125.665 144.351,43
Operasi Terprogram 304.964,11 125.665 179.299,11
Operasi Tidak Terprogram
306.258,47 125.665 180.593,47
I Normal 260.447,93 66.506 193.941,93
Operasi Terprogram 295.395,61 66.506 228.889,61
Operasi Tidak Terprogram
296.689,97 66.506 230.183,97
II Normal 106.086,2 48.891 57.195,20
40
Operasi Terprogram 141.033,88 48.891 92.142,88
Operasi Tidak Terprogram 142.328,24 48.891 93.437,24
III Normal 116.996,79 33.653 83.343,79
Operasi Terprogram 151.944,47 33.653 118.291,47
Operasi Tidak Terprogram 153.238,83 33.653 119.585,83
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil perbandingan tersebut harga pokok untuk semua jenis persalinan
dan kelas yang ditetapkan oleh RS. Banyumanik terlalu kecil dibebankan
dibanding dengan harga pokok yang dihitung dengan metode ABC.
IV.2.8. Menentukan tarif rawat inap
Komponen tarif rawat inap bersalin terdiri dari harga pokok ditambah laba.
Laba ditentukan oleh RS. Banyumanik sebesar 7% dari harga pokok. Tabel
berikut akan memuat tarif rawat inap bersalin berdasar metode ABC.
Tabel 4.22 Penghitungan Tarif
Jenis Harga Laba TARIF Kelas Persalinan Pokok 7% (Rp)
VIP Normal 270.016,43 18.901,15 288.917,58 Operasi Terprogram 304.964,11 21.347,49 326.311,60 Operasi Tidak Terprogram 306.258,47 21.438,09 327.696,56
I Normal 260.447,93 18.231,36 278.679,29
Operasi Terprogram 295.395,61 20.677,69 316.073,30 Operasi Tidak Terprogram 296.689,97 20.768,30 317.458,27
II Normal 106.086,20 7.426,03 113.512,23
Operasi Terprogram 141.033,88 9.872,37 150.906,25
Operasi Tidak Terprogram 142.328,24 9.962,98 152.291,22
41
III Normal 116.996,79 8.189,78 125.186,57
Operasi Terprogram 151.944,47 10.636,11 162.580,58
Operasi Tidak Terprogram 153.238,83 10.726,72 163.965,55 Sumber : Data sekunder yang diolah
IV.2.9. Perbandingan tarif ABC
Tarif yang diperoleh dengan metode ABC kemudian dibandingkan dengan
tarif yang digunakan pada instalasi rawat inap. Tabel berikut berisi perbandingan
tarif ABC dengan tarif berlaku di RS. Banyumanik.
Tabel 4.23 Perbandingan Tarif
Jenis Tarif
Kelas Persalinan ABC
Tarif Berlaku (2003) Selisih
VIP Normal 288.917,58 125.000 163.917,58 Operasi Terprogram 326.311,60 125.000 201.311,60 Operasi Tidak Terprogram 327.696,56 125.000 202.696,56 I Normal 278.679,29 105.000 173.679,29 Operasi Terprogram 316.073,30 105.000 211.073,30 Operasi Tidak Terprogram 317.458,27 105.000 212.458,27 II Normal 113.512,23 65.000 48.512,23 Operasi Terprogram 150.906,25 65.000 85.906,25 Operasi Tidak Terprogram 152.291,22 65.000 87.291,22
42
III Normal 125.186,57 45.000 80.186,57 Operasi Terprogram 162.580,58 45.000 117.580,58 Operasi Tidak Terprogram 163.965,55 45.000 118.965,55
Sumber: Data sekunder yang diolah
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada bab IV, penulis membuat
beberapa kesimpulan.
1. Tarif rawat inap khusus bersalin yang dihasilkan menggunakan metode ABC
sebagai berikut: Tarif kelas VIP untuk persalinan normal sebesar
Rp.288.917,58 persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.326.311,6
dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.327.696,56.
2. Tarif rawat inap khusus bersalin kelas I untuk persalinan normal sebesar
Rp.278.679,29, persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.316.073,3
dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.317.458,27.
3. Tarif rawat inap khusus bersalin kelas II untuk persalinan normal sebesar
Rp.113.512,23 persalinan dengan operasi terprogram sebesar Rp.150.906,25
dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar Rp.152.291,22.
4. Tarif rawat inap khusus bersalin kelas III untuk persalinan normal adalah
Rp.125.186,57, persalinan dengan operasi terprogram sebesar
Rp.162.580,58 dan persalinan dengan operasi tidak terprogram sebesar
Rp.163.965,55.
Tarif tersebut dibandingkan dengan tarif rawat inap tahun 2003. Hasilnya
RS. Banyumanik membebankan tarif terlalu rendah dibanding dengan tarif
menggunakan metode ABC yang ternyata lebih tinggi. Namun tarif hasil
43
penghitungan dengan metode ABC ini lebih akurat karena mengakomodasi
konsumsi berbagai aktivitas yang digunakan.
V.2. Saran
Tarif hasil penghitungan dengan metode ABC ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan tarif rawat inap, khususnya untuk pasien
bersalin. Sehingga RS. Banyumanik mendapat imbal jasa yang sepadan dengan
pelayanan jasa yang diberikan kepada pasien.
Untuk membedakan tarif per kelas, bisa juga menentukan prosentase laba
yang berbeda untuk setiap kelas rawat inap.
44
DAFTAR PUSTAKA
Amida, Christina Is, 2002, ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK
BERDASARKAN “ACTIVITY BASED COSTING” (Studi Kasus pada RSU Ungaran), Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin, 2000, Manajemen
Biaya Dengan Tekanan Stratejik, Jakarta: Salemba Empat. Garrison, Ray H. dan Eric W. Norren, 2000, Akuntansi Manajerial,
Jakarta: Salemba Empat. Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Jakarta:
Salemba Empat. Maher, Michael W. dan Edward D. Deakin, 1997, Akuntansi Biaya,
Jakarta: Erlangga. Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999, Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media. Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen
untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta: BPFE. Tim Redaksi Wikrama Waskhita, 1993, Seri Peraturan Perundang-
Undangan Republik Indonesia 1985-1992, Jakarta, PT. Wikrama Waskhita.