100
UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH The Application of Cognitive Behavior Therapy (CBT) to Reduce Anxiety in Middle Age Children TESIS YOMI NOVITASARI 1006796765 PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2013 Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT)

UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK USIA

SEKOLAH

The Application of Cognitive Behavior Therapy (CBT)

to Reduce Anxiety in Middle Age Children

TESIS

YOMI NOVITASARI

1006796765

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JANUARI 2013

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 2: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

i

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT)

UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK USIA

SEKOLAH

The Application of Cognitive Behavior Therapy (CBT)

to Reduce Anxiety in Middle Age Children

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi Psikologi

YOMI NOVITASARI

1006796765

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

KEKHUSUSAN PSIKOLOGI KLINIS ANAK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JANUARI 2013

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 3: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

ii

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 4: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

iii

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 5: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

iv

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 6: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penghargaan terbesar

penulis berikan kepada Lukman Hakim, Orangtua, dan keluarga penulis atas

dukungan tiada henti yang selalu diberikan kepada penulis.

Tesis ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan

dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada :

- Dra. Dini P. Daengsari, M. Si. selaku pembimbing akademis, tesis dan kasus

penulis. Terima kasih banyak atas bimbingannya dalam pengerjaan tesis, penanganan

kasus, maupun selama penulis menjadi mahasiswi di program profesi ini.

- Prof. Dr. Siti Marliah Tambunan yang telah membimbing penulis selama

pengerjaan tesis ini dengan penuh kelembutan dan kesabaran.

- Prof. Fawzia Aswin Hadis dan Luh Surini Y. Savitri, M. Psi. yang telah berbagi

pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga untuk pengembangan diri penulis,

khususnya sebagai seorang Psikolog.

- Seluruh staf pengajar di bagian Magister Profesi Klinis Anak, terutama kepada

Efriyani Djuwita, S.Psi., M.Psi. dan Mita Aswanti M. Si., Psi. yang telah

membimbing penanganan kasus selama penulis menjalani proses perkuliahan pada

bagian profesi Klinis Anak.

- Seluruh teman-teman Klinis Anak (KLA XI) yaitu Mila, Belinda, Nuri, Indah,

Monik, Devi, Susan, Nia, Yayang, Ola, Hegar, Andria, Uthe, dan Sisi, atas

kebersamaan dan dukungannya selama ini.

- Sahabat penulis, yaitu Atun, Delima, dan Tri, atas doa dan dukungannya yang telah

diberikan.

Depok, 14 Januari 2013

Penulis

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 7: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

vi

ABSTRAK

Nama : Yomi Novitasari

Program Studi : Magister Profesi Psikologi Klinis Anak

Judul : Penerapan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk Menurunkan

Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah

Kecemasan merupakan kondisi yang dapat dialami banyak orang. Namun

kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang.

Gangguan kecemasan pada anak yang tidak ditangani dengan efektif dapat membuat

anak rentan terhadap masalah dalam fungsi kehidupannya dan mempengaruhi

perkembangan emosinya. Tesis ini memiliki desain penelitian single case dan

menerapkan bentuk intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk menurunkan

kecemasan pada anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia 9 tahun

yang mengalami kecemasan pada sejumlah hal, antara lain cemas menyeberang jalan,

pergi ke sekolah dan di rumah atau di kamar mandi sendirian. Sesi terapi dilakukan

sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 45 - 80 menit setiap sesinya. Pengukuran

efektivitas terapi ini dilakukan menggunakan alat ukur SCARED (Screen for Child

Anxiety Related Emotional Disorders), FSSC-R (Fear Survey Schedulle for Children

– Revised), dan CBCL (Child Behavior Checklist). Hasil dari terapi ini adalah CBT

tidak efektif untuk menurunkan kecemasan partisipan. Hal ini terlihat dari masih

adanya indikasi gangguan kecemasan yang diukur menggunakan SCARED dan

FSSC-R.

Kata kunci : Kecemasan; Cognitive Behavior Therapy.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 8: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

vii

ABSTRACT

Name : Yomi Novitasari

Major : Magister of Child Clinical Psychology

Title : The application of Cognitive Behavior Therapy (CBT) to Reduce Anxiety in

Middle Age Children

Anxiety is a common emotional condition in human life. Unfortunately, when

the anxiety becomes too intense, it can impair people daily activities. Failure to

intervene anxiety disorder in children with effective treatment may render the child

vulnerable to impairments in a wide range of functioning and result in deleterious

effect on his or her long-term emotional development. This thesis uses a single case

research design and applies the Cognitive Behavior Therapy (CBT) in order to reduce

anxiety in middle age children. The research participant is a nine-year old girl having

anxiety in several things, such as crossing the street, going to school and staying in

home or toilet alone. Therapy is conducted through 12, 45-80 minute sessions. This

therapy effectivity is assessed by SCARED (Screen for Child Anxiety Related

Emotional Disorders), FSSC-R (Fear Survey Schedulle for Children – Revised), and

CBCL (Child Behavior Checklist).The results of this therapy is an ineffective CBT to

reduce the child’s anxiety. The child has not experienced reduced scores in SCARED

and FSSC-R. This indicated that she still has anxiety disorder.

Key words : Anxiety; Cognitive Behavior Therapy.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 9: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................................................iv

KATA PENGANTAR..................................................................................................v

ABSTRAK...................................................................................................................vi

ABSTRACT................................................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................viii

DAFTAR TABEL, GRAFIK, & LAMPIRAN.............................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH 1.1 Pendahuluan.............................................................................................................1

1.2 Alasan Pemilihan Intervensi CBT...........................................................................7

1.3 Masalah Penelitian...................................................................................................7

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................8

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................8

1.5.2 Manfaat Praktis.........................................................................................8

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan..................................................................................9

2.1.2 Komponen Kecemasan...........................................................................10

2.1.3 Dampak Positif dan Negatif dari Kecemasan.........................................11

2.1.4 Kecemasan pada Anak............................................................................12

2.1.5 Gangguan Kecemasan pada Anak..........................................................13

2.1.6 Penyebab Gangguan Kecemasan............................................................15

2.2 Cognitive Behavior Therapy (CBT)

2.2.1 Definisi Cognitive Behavior Therapy (CBT).........................................17

2.2.2 Penerapan CBT dalam Menangani Kecemasan pada Anak...................18

2.2.3 Tahapan CBT dalam Menangani Kecemasan pada Anak......................19

2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah (6 – 12 tahun)................................................20

2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................................22

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Masalah dan Hipotesa Penelitian...........................................................................25

3.2 Desain Penelitian...................................................................................................25

3.3 Variabel Penelitian.................................................................................................25

3.4 Partisipan Penelitian..............................................................................................26

3.5 Prosedur Penelitian................................................................................................26

3.5.1 Tahap Perencanaan.................................................................................26

3.5.1.1 Pemeriksaan Psikologis Terhadap Partisipan..........................26

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 10: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

ix

3.5.1.2 Formulasi Masalah..................................................................27

3.5.1.3 Penetapan Intervensi yang Diberikan......................................27

3.5.1.4 Penetapan Tujuan Program......................................................27

3.5.1.5 Penetapan Rancangan Program...............................................27

3.5.1.6 Penetapan Cara Pengukuran Keberhasilan Intervensi.............40

3.5.1.7 Menghubungi Pihak-Pihak yang Bersangkutan......................44

3.5.2 Tahap Pelaksanaan..................................................................................44

3.5.3 Tahap Pengolahan Data..........................................................................45

3.5.4 Tahap Follow-up Program......................................................................45

BAB 4 PELAKSANAAN DAN HASIL

4.1 Pelaksanaan Pre-test..............................................................................................46

4.2 Pelaksanaan Program Intervensi CBT...................................................................46

4.2.1 Sesi 1.....................................................................................................47

4.2.2 Sesi 2.....................................................................................................48

4.2.3 Sesi 3.....................................................................................................49

4.2.4 Sesi 4.....................................................................................................51

4.2.5 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi...........................................................51

4.2.6 Sesi 5.....................................................................................................52

4.2.7 Sesi 6.....................................................................................................53

4.2.8 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi...........................................................55

4.2.9 Sesi 7.....................................................................................................56

4.2.10 Sesi 8.....................................................................................................57

4.2.11 Sesi 9.....................................................................................................59

4.2.12 Sesi 10...................................................................................................61

4.2.13 Sesi 11...................................................................................................63

4.2.14 Sesi 12...................................................................................................65

4.2.15 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi...........................................................66

4.3 Pelaksanaan Post-test.............................................................................................71

4.4 Analisa Hasil Pre-test dan Post-test.......................................................................71

4.4.1 Hasil SCARED.......................................................................................71

4.4.2 Hasil FSSC-R.........................................................................................73

4.4.3 Hasil CBCL............................................................................................74

4.4.4 Kesimpulan Hasil...................................................................................75

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan............................................................................................................77

5.2 Diskusi...................................................................................................................78

5.3 Saran......................................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 11: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

x

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Rancangan Kegiatan Program CBT............................................................29

4.1 Tabel Ringkasan Pelaksanaan Intervensi CBT......................................................67

4.2 Tabel Ringkasan Evaluasi Intervensi CBT............................................................70

4.3 Tabel Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test SCARED....................................71

4.4 Tabel Penurunan Skor SCARED yang Diisi D.....................................................72

4.5 Tabel Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test FSSC-R.......................................73

4.6 Tabel Penurunan Skor FSSC-R.............................................................................74

4.7 Tabel Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test CBCL..........................................74

DAFTAR GRAFIK

4.1 Grafik Skor Pre-test dan Post-test SCARED yang Diisi D...................................71

4.2 Grafik Skor Pre-test dan Post-test SCARED yang Diisi Ibu.................................72

4.3 Grafik Skor Pre-test dan Post-test FSSC-R...........................................................73

4.4 Grafik Skor Pre-test dan Post-test CBCL-1..........................................................75

4.5 Grafik Skor Pre-test dan Post-test CBCL-2..........................................................75

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Persetujuan...........................................................................xi

Lampiran 2. Catatan Harianku....................................................................................xii

Lampiran 3. Kartu Situasi Mudah..............................................................................xiii

Lampiran 4. Barometer Perasaan................................................................................xiv

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 12: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

1

BAB 1

PENDAHULUAN DAN MASALAH

1.1 Pendahuluan

Kecemasan merupakan hal yang umum dialami oleh manusia. Bornstein dan

Lamb serta Muris dkk (dalam Rice, 2008) menyatakan semua manusia, baik anak-

anak maupun orang dewasa, pernah mengalami kecemasan terhadap sesuatu, tetapi

hal-hal yang menjadi penyebab dan reaksi terhadap kecemasan tidaklah sama bagi

setiap orang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Albano (dalam Albano & Kendall,

2002) bahwa reaksi kecemasan terhadap hal tertentu merupakan proses yang wajar

terjadi selama tahap perkembangan seseorang dengan fokus kecemasan yang dapat

berubah di usia atau tingkat perkembangan kognitif yang berbeda. Salah satu

contohnya adalah kecemasan terhadap dokter gigi dan petir terjadi di awal usia

Sekolah Dasar, sementara kecemasan terhadap evaluasi (tes atau laporan lisan) dan

situasi sosial sebagian besar umumnya terjadi pada anak remaja. Selain itu, reaksi

setiap individu terhadap kecemasan juga dapat berbeda-beda. Ada reaksi terhadap

kecemasan yang tergolong wajar, tetapi ada juga yang berlebihan sehingga

menimbulkan masalah dalam kehidupan individu yang mengalaminya. Menurut

Albano dan Kendall (2002), kecemasan dalam tingkat tertentu dibutuhkan oleh

manusia karena memberikan fungsi perlindungan bagi dirinya agar bersikap waspada

terhadap bahaya dan/atau memotivasi perilaku tertentu yang adaptif untuk

menghindari hal-hal yang ditakutinya, misalnya belajar sebelum ujian atau melihat ke

sisi kiri dan kanan sebelum menyeberang jalan. Di sisi lain, kecemasan juga dapat

menjadi masalah atau gangguan, yaitu jika tidak sesuai dengan tingkat perkembangan

yang diharapkan (Albano dkk, 1996; Kazdin & Weisz, 1998; Kendall, 2000; dalam

Albano & Kendall, 2002), terjadi dalam frekuensi atau intensitas yang berlebihan atau

jika mempengaruhi dan mengganggu hubungan, fungsi sehari-hari, dan performa

sekolah atau pekerjaan (Barrios & Hartmann, 1988; Morris dkk, 2008; dalam Rice,

2008). Contohnya anak yang mengalami kecemasan terhadap sekolah atau kecemasan

berpisah dengan orangtua dapat menampilkan perilaku menghindari kecemasannya

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 13: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

2

dengan menolak sekolah (school refusal) (King & Bernstein, 2001 dalam Schroeder

& Gordon, 2002).

Gangguan kecemasan pada anak dan remaja merupakan fenomena yang umum

terjadi. Hal ini dinyatakan oleh beberapa peneliti, antara lain Muris dkk (2008),

Albano, Chorpita, dan Barlow (dalam Ishikawa dkk, 2007). Sejumlah penelitian

dilakukan untuk menemukan prevalensi terjadinya gangguan kecemasan pada anak

maupun remaja. Menurut Achenbrach dkk (1995) serta Setzer dan Albano (dalam

Gosch dkk, 2006) prevalensi terjadinya gangguan kecemasan pada anak berkisar

antara 12 % sampai 20 %. Penelitian Weiss dan Last (dalam Wenar & Kerig, 2005)

menemukan ada sekitar 10,7 % sampai 17,3 % anak dan remaja yang mengalami

gangguan kecemasan. Selain itu, berdasarkan penelitian Waddell dkk (2004) terdapat

64 ribu anak di British Columbia yang mengalami gangguan kecemasan. Sementara

pada penelitian Last, Perrin, Hersen, dan Kazdin (dalam Wenar & Kerig, 2005)

terdapat 45 % anak di klinik kesehatan mental yang didiagnosa mengalami gangguan

kecemasan. Di Indonesia pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi gangguan

jiwa oleh Hidayat dkk (2010) di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta

Barat pada bulan Mei sampai Juli 2008. Dari penelitian tersebut didapatkan jumlah

gangguan jiwa terbanyak adalah gangguan kecemasan yaitu sebesar 14% dari sampel

penelitian yang berjumlah 1052 orang. Namun penelitian ini tidak menyebutkan

berapa jumlah penderita gangguan kecemasan dari kalangan anak-anak. Jumlah anak

yang mengalami gangguan kecemasan juga dapat dilihat dari penanganan kasus yang

dilakukan oleh mahasiswa Program Profesi Klinis Anak di Klinik Terpadu Fakultas

Psikologi UI pada bulan Juli 2009 – Mei 2012. Dari hasil pemeriksaan tersebut

ditemukan sebanyak 1,71% anak yang mengalami gangguan kecemasan, yaitu

Separation Anxiety Disorder (0,73%), Generalized Anxiety Disorder (0,49%),

Specific Phobia (ketinggian, 0,24%), dan Anxiety NOS (0,24%). Dari data Klinik

Terpadu tersebut ditemukan pula adanya kecemasan pada anak, namun tidak

memenuhi kriteria gangguan kecemasan tertentu, antara lain kecemasan terhadap

pelajaran Bahasa Inggris, saat berpisah dengan ibu, dan terhadap klakson mobil.

Jumlah kecemasan tanpa diagnosa gangguan tersebut sebanyak 3,17%.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 14: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

3

Gangguan kecemasan dapat diukur dengan menggunakan sejumlah alat ukur.

Schroeder dan Gordon (2002) menyatakan The Screen for Child Anxiety Related

Emotional Disorders (SCARED) dan Fear Survey Schedulle for Children – Revised

(FSSC-R) merupakan skala yang paling banyak digunakan untuk mengukur

kecemasan. Selain alat ukur tersebut, Child Behavior Checklist (CBCL) juga

merupakan skala yang banyak digunakan untuk mengukur masalah emosi dan

perilaku anak, termasuk kecemasan.

Gangguan kecemasan merupakan kondisi yang serius dan relatif stabil dengan

onset yang awal dalam kehidupan dan berjalan secara fluktuatif sepanjang rentang

kehidupan (Albano & Kendall, 2002). Penelitian pada populasi anak usia sekolah

dengan kecemasan yang tinggi menunjukkan masalah kecemasan tidak menurun

secara spontan dan gangguan ini dapat menjadi kronis sehingga menyebabkan

pengaruh yang signifikan dalam fungsi kehidupan sehari-hari selama bertahun-tahun

(Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009). Jika gangguan ini tidak

teratasi dapat terus berlanjut sampai ia dewasa. Kecemasan yang tinggi sehingga

mempengaruhi fungsi sehari-hari juga terlihat pada subjek penelitian ini.

Subjek penelitian yang akan diintervensi ini adalah seorang anak perempuan

bernama D, yang saat ini berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Ia

merupakan anak tunggal yang kedua orangtuanya bekerja. Saat bayi sampai

menjelang masuk SD, D diasuh oleh tetangganya selama ibu bekerja. Setelah masuk

SD sampai saat ini, pengasuhan D dibantu oleh kakak ibu. Semenjak kecil D

merupakan anak yang penakut, pemalu, membutuhkan waktu yang relatif lama untuk

beradaptasi dengan lingkungan baru, dan cenderung menghindari situasi yang

membuatnya cemas. Kondisi tersebut membuat D harus ditemani di kelas oleh

pengasuh selama TK dan ditunggui di depan kelas selama kelas 1 SD.

Saat ini D nampak manja, masih tergantung atau belum mandiri dan sangat

membutuhkan dukungan dan bantuan orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-

harinya. Hal tersebut dipengaruhi pola asuh orangtua D dan pengasuh lainnya yang

cenderung selalu membantu D dalam melakukan kegiatan sehari-hari, seperti

memandikannya, menyuapi, memakaikan seragam sekolah. Mereka juga cenderung

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 15: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

4

overprotective terhadap D, misalnya tidak pernah melatih D berangkat ke sekolah

sendirian karena khawatir D belum bisa menyeberang jalan raya. Selain itu, ibu juga

terlihat sebagai sosok yang pencemas, contohnya ibu sering bertanya kepada D

apakah berani sekolah atau mengikuti ujian karena ia khawatir D mengalami

kecemasan sehingga menolak sekolah atau ujian.

Kecemasan ibu tersebut dipengaruhi oleh perilaku D yang pernah menolak masuk

sekolah selama 4 bulan yaitu selama semester 1 kelas 3 Sekolah Dasar. Berdasarkan

pemeriksaan psikologis, penyebab D menolak masuk sekolah adalah karena ia

mengalami gangguan kecemasan yaitu separation anxiety disorder (SAD) atau

kecemasan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan tahap perkembangan usianya

ketika berpisah dengan figur attachment utamanya yaitu ibu. Ia memenuhi 6 dari 8

kriteria SAD yaitu distress yang berlebihan dan berulang ketika menjelang atau saat

berpisah dengan ibu, memiliki kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus

mengenai bahaya yang mungkin menimpa ibu, enggan atau menolak ke sekolah

secara terus-menerus karena takut berpisah, ketakutan atau keengganan yang

berlebihan dan terus-menerus saat harus sendiri di rumah atau sekolah tanpa ibu atau

orang dewasa lainnya yang signifikan, menolak tidur jika tidak dekat dengan ibu,

keluhan gejala fisik yang berulang seperti pusing atau mual menjelang atau saat

berpisah dengan ibu. Durasi gangguan ini telah terjadi selama sebulan, muncul

sebelum usia 18 tahun, dan mengganggu fungsi sosial dan akademisnya.

D mau kembali bersekolah di semester 2 kelas 3 SD. Semenjak kembali

bersekolah D sudah tidak menangis ketika ibu pergi bekerja. Tetapi ia menolak

masuk sekolah ketika ada ulangan karena cemas mendapat nilai rendah dan dianggap

bodoh oleh teman. Ia juga menolak les di rumah guru jika tidak ditunggui orangtua,

masuk pelajaran komputer, harus ditemani ibu ketika harus mengikuti kegiatan

renang yang diadakan sekolah, dan ditemani orang lain saat di kamar mandi. Di kelas

4 ini, D sudah mau sekolah ketika ada ulangan ataupun pelajaran komputer. Tetapi ia

masih menolak les tanpa ditemani orangtua. Sejumlah kecemasan D lainnya juga

masih terlihat seperti cemas ketika sendirian di rumah, di kamar mandi, pergi ke

sekolah dengan berjalan kaki tanpa ditemani, menyeberang jalan raya, tidur sendirian,

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 16: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

5

menggunakan pisau dan jarum, mengerjakan PR tanpa dibantu ibu, menelepon teman

yang tidak akrab.

Penyebab rasa cemas D adalah adanya distorsi kognitif pada dirinya, yaitu pikiran

bahwa ia tidak mampu menghadapi situasi-situasi yang dipersepsikannya mengancam

sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Contohnya ia cemas menyeberang jalan

raya karena berpikir tidak bisa melakukannya sehingga takut tertabrak. Ia juga cemas

menelepon teman yang tidak akrab karena menganggap dirinya tidak bisa

melakukannya.

Penanganan gangguan kecemasan yang efektif penting dilakukan karena

kegagalan memberikan penanganan awal yang efektif dapat menyebabkan anak

menjadi rentan terhadap gangguan dalam fungsi kehidupan yang lebih luas dan

menghasilkan efek yang merugikan dalam perkembangan emosinya untuk jangka

panjang (Albano & Kendall, 2002). Oleh karena itu penting dilakukan penanganan

kecemasan pada diri D agar tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih serius di

kemudian hari.

Ada sejumlah intervensi yang pernah dilakukan untuk menangani gangguan

kecemasan pada anak yaitu antara lain Systematic Desensitization, Medication,

Family Intervention, dan Cognitive–Behavioral Therapy (CBT) (Haugaard, 2008).

Pada Intervensi Systematic Desensitization anak dihadapkan pada situasi yang

membuatnya cemas secara bertahap. Intervensi ini menggunakan proses yang disebut

reciprocal inhibition, yaitu memasangkan suatu respon yang menghambat kecemasan

(umumnya berupa relaksasi) dengan sumber kecemasan. Setelah hal ini dilakukan

cukup sering, maka kaitan antara sumber kecemasan dan perasaan cemas akan

berkurang atau terputus (Haugaard, 2008). Systematic desensitization ini hanya

menekankan aspek perilaku dalam mengatasi kecemasan anak. Intervensi lainnya

adalah Medication yang umumnya menggunakan Selective Serotonin Reuptake

Inhibitors (SSRIs) dan Tricyclic Antidepressant untuk mengatasi kecemasan (Foa

dkk, 2005; Labellarte & Ginsburg, 2002; dalam Haugaard, 2008). Berdasarkan

sejumlah penelitian, intervensi Medication kurang efektif menangani kecemasan pada

anak dibandingkan pada orang dewasa. Selain itu, sejumlah anak yang mendapat

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 17: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

6

intervensi Medication ini mengalami efek samping, antara lain mulut terasa kering,

mual, lelah, pusing (Geller & Spencer, 2005; dalam Haugaard, 2008). Intervensi

kecemasan berikutnya adalah Family Intervention yang berupa pelatihan terhadap

orangtua agar dapat mengatasi kecemasannya sendiri dan memiliki keterampilan

untuk membantu anak mereka mengatasi kecemasan, antara lain mengabaikan

perilaku cemas anak dan memberikan reinforcement terhadap perilaku yang sesuai.

Intervensi ini sesuai jika orangtua juga mengalami masalah kecemasan (Haugaard,

2008).

Selain ketiga intervensi kecemasan di atas, ada intervensi yang telah digunakan

secara luas dan efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan pada anak dan remaja,

yaitu Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) (Chambless & Ollendick,2001;

Cartwright-Hatton dkk, 2004; dalam Ishikawa, Okajima, Matsuoka, & Sakano, 2007;

King, Heyne, & Ollendick, 2005; Waddell, Godderis, Hua, McEwan,& Wong, 2004;

Albano & Kendall, 2002; Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009).

CBT bertujuan mengajarkan anak menyadari tanda-tanda adanya kecemasan yang

tidak diinginkan dan menjadikan tanda-tanda tersebut sebagai informasi yang akan

digunakan dalam strategi manajemen kecemasannya (Albano & Kendall, 2002). CBT

efektif dalam menurunkan gangguan kecemasan pada anak, baik diterapkan secara

individual, melibatkan anak dan orangtua, maupun dalam format kelompok (Rey,

Marin, & Silverman, 2011; Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009).

Efek positif CBT ini dapat dipertahankan dalam periode waktu 5 sampai 7 tahun

(Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009).

Kelebihan CBT dibandingkan sejumlah intervensi di atas adalah CBT

menggabungkan beberapa intervensi menjadi suatu strategi yang mempengaruhi

berbagai isu yang berkaitan dengan kecemasan, misalnya menggunakan konsep

classical conditioning yang secara bertahap menghadapkan anak pada situasi yang

menimbulkan kecemasan (seperti dalam systematic desensitization), menggunakan

operant conditioning untuk mengurangi reinforcement dari perilaku menghindar dan

meningkatkan reinforcement untuk perilaku mengatasi kecemasan secara efektif, dan

menggunakan terapi kognitif untuk mengajarkan anak mengidentifikasi dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 18: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

7

memodifikasi kognisi yang mendukung kecemasannya (Haugaard, 2008). Komponen

kognitif penting dilibatkan dalam penanganan gangguan kecemasan karena sejumlah

penelitian menunjukkan distorsi kognitif dan pikiran negatif melatarbelakangi

kecemasan pada anak (Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009).

Adanya penambahan komponen kognitif melebihi strategi behavior karena dapat

meningkatkan kemampuan anak menggeneralisasi keterampilannya dan mengurangi

ketergantungan terhadap dorongan dari lingkungan (Dia, 2001). Dalam CBT, distorsi

kognitif pada anak yang menghambat perilakunya dibahas secara langsung dengan

analisa berdasarkan bukti (Dia, 2001).

1.2 Alasan Pemilihan Intervensi CBT

Pada kasus di atas, pelaksana intervensi memilih menggunakan intervensi CBT.

Adapun alasannya adalah D mengalami kecemasan yang dipengaruhi adanya distorsi

kognitif pada dirinya, yaitu berupa pikiran bahwa ia tidak mampu menghadapi

situasi-situasi yang dipersepsikannya mengancam sehingga membutuhkan orang lain.

Kecemasan tersebut sudah termasuk mengganggu aktivitas D sehari-hari karena ia

cenderung menampilkan perilaku menghindar, seperti menolak masuk sekolah,

mengikuti les, atau kegiatan baru, saat cemas. Gangguan kecemasan pada anak perlu

ditangani agar tidak berlanjut sampai ia dewasa, dan Cognitive-Behavioral Therapy

(CBT) merupakan intervensi yang terbukti efektif untuk mengatasi kecemasan serta

memiliki kelebihan dibandingkan sejumlah intervensi lainnya. Oleh karena itu,

pelaksana intervensi berasumsi intervensi CBT ini efektif untuk mengatasi kecemasan

pada D.

1.3 Masalah Penelitian

Masalah penelitian ini adalah apakah Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif

untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah, yaitu D ?

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 19: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

8

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas salah satu metode penanganan

gangguan kecemasan pada anak usia sekolah, yaitu Cognitive Behavior Therapy

(CBT).

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu Psikologi,

terutama mengenai penerapan CBT bagi anak usia sekolah yang mengalami

kecemasan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penerapan CBT ini diharapkan dapat menurunkan kecemasan pada diri D dengan

membantunya mengenali gejala-gejala kecemasannya, baik dalam bentuk fisiologis,

pikiran, maupun perilaku, dan menerapkan strategi yang efektif untuk menghadapi

situasi yang mencemaskannya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 20: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

9

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Schaefer dan Millman (1981) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan

khawatir, tertekan, dan gelisah terhadap kemungkinan munculnya kesulitan, masalah,

atau rasa sakit. Sementara Barlow (dalam Schroeder & Gordon, 2002) menyatakan

kecemasan merupakan kondisi emosi atau mood yang dikarakteristikkan dengan

adanya afek negatif, seperti ketegangan, perasaan gelisah, atau kekhawatiran

mengenai situasi, peristiwa, atau ketidakberuntungan yang mungkin akan terjadi. Ia

juga menambahkan bahwa kecemasan merupakan konstruk tripartite yang

melibatkan komponen fisiologis, kognitif, dan perilaku (dalam Albano & Kendal,

2002). Hal serupa juga dikemukakan oleh Lang (dalam Beidel & Turner, 2005) dan

Kendall (2012), namun Kendall menambahkan komponen emosi selain ketiga

komponen lainnya. Sedangkan peneliti lainnya yaitu Compton dkk (dalam Stallard,

2005) tidak secara spesifik menyebutkan adanya komponen-komponen tersebut

dalam mendefinisikan kecemasan. Compton dkk hanya menyatakan kecemasan

merupakan suatu respon yang dikondisikan, yaitu ketika seseorang menghadapi

situasi yang mendorong munculnya kecemasan, ia mengalami peningkatan perasaan

yang tidak menyenangkan (seperti peningkatan degup jantung, napas menjadi

pendek-pendek, berkeringat) dan pikiran negatif (misalnya “saya tidak akan mampu

menghadapinya”).

Dari sejumlah definisi kecemasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

merupakan kondisi yang tidak menyenangkan (seperti adanya rasa gelisah, khawatir,

tertekan) yang melibatkan sejumlah komponen pada diri individu, yaitu antara lain

fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 21: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

10

2.1.2 Komponen Kecemasan

Berdasarkan sejumlah definisi di atas, kecemasan memiliki beberapa komponen,

yaitu fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku. Penjabaran masing-masing komponen

adalah sebagai berikut :

a. Komponen Fisiologis

Saat mengalami kecemasan, seseorang dapat mengalami perubahan dalam

fisiologisnya. Perubahan tersebut dapat berupa sakit perut, berkeringat, sulit bernapas,

merasa kepanasan atau kedinginan, pusing, tangan dan kaki mati rasa atau kesemutan,

dada terasa sakit, mual, otot terasa sakit atau tegang, peningkatan detak jantung, sakit

tenggorokan, buang air tidak teratur, wajah memerah, gangguan pencernaan, gemetar

(Beidel & Turner, 2005; Friedberg & McClure, 2002; Barrios & Hartmann, dalam

Kendall, 2012).

b. Komponen Kognitif

Komponen kognitif pada kecemasan berupa cara berpikir atau mempersepsi

sesuatu secara salah. Menurut Barrett dkk, Bogels dan Zigterman (dalam Stallard,

2005), kecemasan dapat muncul jika seseorang cenderung mempersepsi situasi yang

ambigu sebagai situasi yang mengancam. Sementara menurut Barrios dan Hartmann

(dalam Kendall, 1991), Ehreinreich dan Gross (dalam Kendall, 2012), serta Albano dan

Kendall (2002), kecemasan dapat muncul karena terlalu memfokuskan perhatian

terhadap bahaya atau situasi yang mengancam.

Kendall (2012) juga menyatakan hal yang sama mengenai adanya distorsi kognitif

berupa persepsi yang salah mengenai ancaman. Namun ia menambahkan distorsi

kognitif lainnya, yaitu pemikiran yang terlalu mendalam atau pemikiran mengenai

sesuatu yang buruk akan terjadi dalam sebuah situasi yang dihadapinya, berbicara

dengan diri sendiri (self-talk) secara negatif, terlalu terpaku pada penilaian orang lain.

Sama halnya dengan Kendall (2012), Stallard ( 2005) juga mengemukakan bahwa

kecemasan umumnya dialami seseorang yang memiliki bias terhadap tanda-tanda

yang berkaitan dengan ancaman, cenderung lebih banyak memiliki harapan peristiwa

negatif akan terjadi, lebih banyak membuat evaluasi negatif mengenai performanya,

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 22: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

11

dan mempersepsikan dirinya tidak mampu mengatasi peristiwa yang menakutkan

yang mungkin akan terjadi.

c. Komponen Emosi

Emosi yang muncul saat seseorang mengalami kecemasan antara lain rasa

khawatir, takut, panik, dan mudah tersinggung (Friedberg & McClure, 2002).

d. Komponen Perilaku

Ada sejumlah perilaku yang ditampilkan seseorang saat ia mengalami kecemasan.

Kendall (2012) menyebutkan perilaku menghindar dari situasi yang mencemaskan

merupakan respon perilaku yang paling sering terjadi. Selain itu, saat cemas

seseorang juga dapat terlihat gelisah, menghindari kontak mata, dan berbicara dengan

suara pelan (Kendall, 1991). Sementara menurut Barrios dan Hartmann (dalam

Kendall, 2012), respon perilaku kecemasan adalah suara bergetar, postur tubuh kaku,

menangis, menggigit kuku, dan menghisap ibu jari. Friedberg dan McClure (2002)

juga menyatakan menghisap ibu jari sebagai perilaku yang muncul saat cemas,

namun ia menambahkan perilaku lainnya yaitu kewaspadaan yang berlebihan.

Contoh perilaku cemas lainnya dikemukakan oleh Beidel dan Turner (2005), yaitu

antara lain melekat pada orangtua, tantrum, tidak patuh atau melawan, berpura-pura

sakit saat menjelang ujian sehingga tidak perlu mengikuti ujian, menunda atau

berlama-lama melakukan hal lain untuk menghindari situasi tertentu, perilaku yang

dilakukan berulang-ulang.

2.1.3 Dampak Positif dan Negatif Dari Kecemasan

Kecemasan memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari

kecemasan, antara lain menyiapkan pikiran dan tubuh untuk bersikap waspada

terhadap bahaya (Westbrook, Kennerley, & Kirk, 2007; Albano & Kendall, 2002),

memotivasi seseorang untuk menampilkan perilaku yang adaptif dalam menghindari

hal-hal yang ditakutinya (Albano & Kendall, 2002), membantu seseorang untuk

merencanakan atau mengatur peristiwa di masa mendatang, misalnya memotivasi

anak untuk belajar menjelang ujian (Schroeder & Gordon, 2002), dan membantu

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 23: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

12

seseorang menyadari adanya masalah serta memotivasinya mencari solusi pemecahan

masalah (Santrock, 2000).

Kecemasan memiliki dampak negatif jika tidak sesuai dengan tingkat

perkembangan yang diharapkan (Albano dkk, Kazdin & Weisz, Kendall, dalam

Albano & Kendall, 2002), respon terhadap kecemasan yang berlebihan tersebut

terjadi tanpa ancaman yang nyata (Westbrook, Kennerley, & Kirk, 2007), bersifat

maladaptif dan terus-menerus terjadi, sulit dikontrol, dan tidak dapat dijelaskan

penyebabnya (Wenar & Kerig, 2005), terjadi dalam frekuensi atau intensitas yang

berlebihan sehingga mengganggu hubungan, fungsi sehari-hari, performa sekolah

atau pekerjaan (Barrios & Hartmann, Morris dkk, dalam Rice, 2008). Kondisi

kecemasan yang berlebihan tersebut jika tidak ditangani maka dapat menjadi masalah

atau gangguan dalam kehidupan seseorang.

2.1.4 Kecemasan Pada Anak

Kecemasan pada anak dalam kadar tertentu adalah sesuatu yang normal. Hal yang

membuat anak cemas dapat berubah seiring dengan perkembangan usianya

(Campbell, dalam Kendall, 2012). Contohnya, anak usia 5-6 tahun umumnya cemas

dengan ancaman terhadap kesejahteraan fisik mereka, sementara anak usia 8 tahun ke

atas cemas terhadap kompetensi perilaku, penilaian sosial, dan kesejahteraan

psikologis (Vasey & Daleiden, dalam Beidel & Turner, 2005). Anak yang berusia 8

tahun ke atas memiliki lebih banyak jumlah dan jenis kecemasan dibandingkan anak

usia 5 – 6 tahun, karena peningkatan perkembangan kognitif mereka memperbesar

kapasitas untuk cemas (Henker, Whalen, & O’Neil; Vasey & Daleiden, dalam Beidel

& Turner, 2005)

Kognisi atau pikiran yang dialami anak pencemas umumnya terkait dengan objek

atau peristiwa yang ditakuti, tetapi bagi beberapa anak, kecemasan dan pikiran negatif

tidak spesifik pada satu objek atau peristiwa (Beidel & Turner, 2005). Alfano dkk

(dalam Beidel & Turner, 2005) menyatakan meskipun kecemasan dapat

dilatarbelakangi oleh adanya distorsi dalam kognitif, namun tidak semua anak dapat

mengungkapkan pikiran yang mencemaskannya itu. Anak di bawah usia 12 tahun

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 24: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

13

dapat mengalami hambatan dalam menyampaikan pikirannya sehingga kesulitan

menjelaskan secara spesifik apa yang mereka cemaskan. Ketika merasa cemas, ia

hanya mampu menyatakan adanya rasa tidak enak atau mengekspresikan keluhan

fisik,misalnya sakit kepala.

2.1.5 Gangguan Kecemasan Pada Anak

Sejumlah peneliti menyatakan kecemasan merupakan gangguan psikiatris yang

paling sering terjadi pada anak dan remaja (Costello & Angold; Coyle; Stein &

Seedat, dalam Rice, 2008; Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009;

Gosch dkk, 2006). Gangguan kecemasan yang dapat terjadi pada anak-anak, antara

lain separation anxiety disorder, specific phobia, social phobia, obsessive-compulsive

disorder, generalized anxiety disorder, panic disorder (Haugaard, 2008).

Sejumlah penelitian mengenai kecemasan pada anak menunjukkan anak dengan

gangguan kecemasan memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Salah satunya

dikemukakan oleh Muris, Mayer, Den Adel, Roos, dan Van Wamelen (2009) yaitu

bahwa anak yang pencemas memiliki pikiran negatif yang lebih tinggi dibandingkan

dengan anak yang tidak pencemas. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Friedberg

dan McClure (2002) serta Stallard (2005) bahwa anak dengan gangguan kecemasan

cenderung menganggap bahaya atau peristiwa negatif akan terjadi. Stallard (2005)

menambahkan bahwa anak pencemas lebih sering membuat evaluasi negatif

mengenai performanya dan cenderung menilai dirinya kurang kompeten dalam

mengatasi bahaya atau menghadapi peristiwa yang memicu kecemasannya. Hal ini

juga dinyatakan oleh sejumlah peneliti lainnya, yaitu antara lain Friedberg dan

McClure (2002), Bogels dan Zigterman (dalam Gosch dkk, 2006), Muris, Mayer, Den

Adel, Roos, dan Van Wamelen (2009), serta Suveg dan Zeman, dalam Kendall,

2012).

Karakteristik anak dengan gangguan kecemasan lainnya dikemukakan oleh

Barrett, Rapee, Dadds, dan Ryan (dalam Stallard, 2005), yaitu bahwa anak tersebut

cenderung menginterpretasikan stimulus ambigu sebagai mengancam. Terkait dengan

aspek emosi, Suveg dan Zeman (dalam Kendall, 2012) serta Southam-Gerow dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 25: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

14

Kendall (2002) menyatakan anak dengan gangguan kecemasan cenderung mengalami

emosi dengan lebih kuat, tetapi kurang memahami cara mengelola emosi seperti

menyembunyikan dan mengubah emosi-emosinya.

Gangguan kecemasan menyebabkan sejumlah dampak negatif pada kehidupan

anak. Salah satu contohnya dikemukakan oleh Brady dan Kendall (dalam Kendall,

2012). Mereka menyatakan anak dengan gangguan kecemasan dapat mengalami

pencapaian akademik di bawah kapasitasnya serta komorbiditas yang tinggi dengan

gangguan psikiatris lainnya. Penelitian Verduin dan Kendall (dalam Kendall, 2012)

maupun Velting, Setzer, dan Albano (dalam Gosch dkk, 2006) juga menemukan hal

yang sama. Namun Verduin dan Kendall menambahkan anak dengan gangguan

kecemasan memiliki dukungan sosial yang rendah. Sementara Velting, Setzer, dan

Albano (dalam Gosch dkk, 2006) menemukan bahwa anak dengan gangguan

kecemasan juga mengalami hambatan dalam hubungan dengan teman sebaya.

Sedangkan menurut peneliti lainnya, yaitu Last, Hansen, dan Farnco serta Woodward

dan Fergusson (dalam Kendall, 2012), anak dengan gangguan kecemasan dapat

mengalami hambatan dalam hubungan dengan keluarga.

Penelitian menunjukkan bahwa pada sejumlah anak, gangguan kecemasan

seringkali tidak menghilang seiring dengan waktu jika tidak mendapatkan intervensi

yang tepat (Beidel & Turner, 2005) dan secara signifikan mempengaruhi fungsi

sehari-hari mereka selama bertahun-tahun (Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van

Wamelen,2009). Hal ini didukung oleh sejumlah penelitian longitudinal pada anak

dengan gangguan kecemasan. Menurut Aschenbrand dkk maupun Woodward dan

Fergusson (dalam Kendall, 2012), ketika dewasa, anak dengan gangguan kecemasan

dapat mengalami psikopatologi, seperti depresi, serta penggunaan obat-obatan

terlarang. Velting, Setzer, dan Albano (dalam Gosch dkk, 2006) juga menemukan

adanya penggunaan obat-obatan terlarang pada sejumlah individu dengan riwayat

gangguan kecemasan di masa kanak-kanak. Mereka menambahkan dampak gangguan

kecemasan lainnya saat anak tumbuh dewasa yaitu kecenderungan untuk tidak

bekerja.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 26: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

15

2.1.6 Penyebab Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu antara lain

faktor genetik, kognitif (Haugaard, 2008; Schroeder & Gordon, 2002; Wenar &

Kerig, 2005), dan pola asuh orangtua (Wenar & Kerig, 2005; Beidel & Turner, 2005).

Berikut penjelasan masing-masing faktor penyebab gangguan kecemasan :

a. Faktor Genetik

Gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh faktor genetik yang rentan terhadap

kecemasan. Faktor genetik ini diekspresikan dalam temperamen anak yang disebut

behavioral inhibition yaitu temperamen yang dikarakteristikan dengan sikap waspada

dan kaku dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan berbahaya, tidak familiar atau

yang melibatkan orang lain yang tidak familiar (Haugaard, 2008). Behavioral

inhibition tersebut membuat seseorang mudah mengembangkan kondisi patologis,

misalnya kecemasan yang tinggi, khususnya saat menghadapi lingkungan yang tidak

familiar atau pengalaman tertentu (Kagan, Reznick, & Snidman, dalam Schroeder &

Gordon, 2002; Haugaard, 2008).

b. Faktor Kognitif

Distorsi kognitif atau keyakinan / pikiran yang salah pada diri seseorang dapat

menjadi penyebab terjadinya gangguan kecemasan. Distorsi kognitif tersebut berupa

keyakinan yang tidak realistis bahwa dunia merupakan tempat yang berbahaya

(Wenar & Kerig, 2005) sehingga terlalu sensitif atau bersikap berlebihan terhadap

situasi yang dianggap berpotensi menimbulkan ancaman, bahkan cenderung

mempersepsi situasi yang ambigu sebagai situasi yang mengancam (Kendall &

Chansky, King & Mietz, dalam Schroeder & Gordon, 2002; Wenar & Kerig, 2005).

Menurut sejumlah peneliti, gangguan kecemasan juga disebabkan karena

seseorang menganggap dirinya tidak mampu mengatasi situasi yang menurutnya

menimbulkan bahaya atau memicu kecemasannya (Wenar & Kerig, 2005; Haugaard,

2008; Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009; Bandura dkk, dalam

Flatt & King, 2009). Muris, Mayer, Den Adel, Roos, dan Van Wamelen (2009),

menambahkan keyakinan seseorang bahwa kecemasan merupakan sesuatu yang tidak

dapat dikontrol juga dapat meningkatkan munculnya gangguan kecemasan.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 27: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

16

Sementara Bandura (1977, dalam Gosch dkk, 2006) menyebut keyakinan

seseorang mengenai kemampuannya mengatasi peristiwa atau objek yang

mencemaskan secara efektif tersebut sebagai self efficacy. Penelitian Suveg dan

Zeman (dalam Flatt & King, 2009) menunjukkan anak dengan self efficacy yang

rendah tidak mencoba berbagai strategi yang berbeda untuk menghadapi situasi yang

menimbulkan kecemasannya, selain menampilkan perilaku menghindar sehingga

gagal menguasai situasi tersebut, yang pada akhirnya membuat ia didiagnosa

mengalami gangguan kecemasan.

Menurut teori pembelajaran, gangguan kecemasan dapat disebabkan seseorang

terpapar informasi negatif yang memicu munculnya kecemasan (Schroeder &

Gordon, 2002). Informasi negatif tersebut dapat diperoleh dari orang lain maupun

melalui media yang ada seperti televisi, koran, atau internet. Pengalaman menghadapi

situasi yang mencemaskan baik secara langsung maupun dengan mengamati perilaku

orang lain juga dapat memicu perasaan cemas. Oleh karena itu, kecemasan pada anak

juga dapat muncul karena ia melihat contoh perilaku orangtua yang tidak tepat dalam

menghadapi kecemasan mereka (Schroeder & Gordon, Schaefer & Millman, Barrett

dkk, dalam Stallard, 2005).

Selain itu, proses pembelajaran juga terjadi dari perilaku menghindar yang

umumnya ditampilkan seseorang saat mengalami kecemasan. Menurut Stallard

(2005), perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan anak saat cemas

diminimalkan dengan memindahkan atau menghindari situasi yang mengancam. Hal

ini menyebabkan anak belajar mengatasi dan mengurangi perasaan cemasnya dengan

menghindari situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan. Perilaku menghindar ini

tidak efektif untuk mengatasi kecemasan karena hanya bersifat sementara dalam

membebaskan seseorang dari kecemasannya. Setelah beberapa waktu, perilaku

menghindar tersebut akan memperkuat kecemasannya (Mowrer, dalam Beidel &

Turner, 2005).

c. Faktor Pola Asuh Orangtua

Orangtua yang pencemas seringkali memiliki anak yang pencemas (Schaefer &

Millman, 1981). Orangtua yang pencemas cenderung menerapkan pola asuh yang

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 28: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

17

terlalu mengontrol atau melindungi terhadap anak mereka. Orangtua ini merasa anak

mereka sangat rapuh dan tidak yakin dengan kemampuan anak dalam mengatasi

masalah. Mereka ingin melindungi anaknya dari tekanan-tekanan hidup (Friedberg

&McClure, 2002). Hal ini membahayakan karena membatasi kesempatan anak untuk

mengembangkan kemampuan menghadapi masalah (Krohnc & Hock, Rapee, dalam

Stallard, 2005).

Pola asuh tersebut juga membuat anak kurang mampu mengelola emosi-

emosinya. Kemampuan yang rendah dalam mengelola emosi dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya gangguan kecemasan. Hal ini disebabkan individu yang

mengalami gangguan kecemasan kurang mampu memahami bagaimana cara

menyembunyikan atau mengubah emosi-emosinya (Kendall, 2012) atau kurang

memiliki kemampuan untuk menenangkan diri sendiri saat mengalami kecemasan

(Wenar & Kerig, 2005).

2.2 Cognitive Behavior Therapy (CBT)

2.2.1 Definisi Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Menurut Somers dan Queree (2007), Cognitive Behavior Therapy (CBT)

merupakan intervensi psikologis yang melibatkan interaksi antara cara berpikir,

merasa, dan berperilaku dalam diri seseorang. CBT membantu seseorang

mengidentifikasi pola kognitif atau pikiran dan emosi yang berkaitan dengan

perilakunya.

CBT dikembangkan berdasarkan pendekatan perilaku dan kognitif, sehingga

dalam penerapannya, CBT ini melibatkan sejumlah teknik intervensi perilaku dan

kognitif (Gosch, Flannery-Schroder, Mauro, & Compton, 2006). Berdasarkan

pendekatan perilaku, apa yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi perasaan

maupun pikirannya. Penerapan teori ini dalam praktek CBT adalah dalam

mengajarkan seseorang mempelajari perilaku dan cara baru untuk menghadapi suatu

situasi yang mengganggunya, dengan melibatkan pembelajaran keterampilan tertentu

(Somers & Queree, 2007). Sementara dalam pandangan pendekatan kognitif, cara kita

berpikir mengenai suatu peristiwa mempengaruhi bagaimana kita merasa dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 29: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

18

berperilaku. Namun, adakalanya seseorang tidak menyadari bahwa ia memiliki

pikiran atau keyakinan yang salah, yang juga dikenal dengan istilah distorsi kognitif.

Distorsi kognisi merupakan masalah karena selain tidak akurat, juga menyebabkan

munculnya emosi negatif atau perilaku menghindari situasi yang menjadi masalah

(Somers & Queree, 2007).

2.2.2 Penerapan CBT Dalam Menangani Kecemasan Anak

CBT merupakan intervensi yang efektif dan telah digunakan secara luas untuk

menangani masalah kecemasan pada anak dan remaja (Chambless & Ollendick,

Cartwright-Hatton dkk, dalam Ishikawa, Okajima, Matsuoka, & Sakano, 2007; King,

Heyne, & Ollendick, 2005; Waddell, Godderis, Hua, McEwan,& Wong, 2004;

Albano & Kendall, 2002; Muris, Mayer, Den Adel, Roos, & Van Wamelen, 2009).

CBT untuk mengatasi kecemasan pada anak mengintegrasikan pendekatan perilaku

(behavior) yang sudah terbukti efisien (misalnya exposure task, relaksasi, role play)

dengan penekanan pada faktor pemrosesan informasi kognitif yang berkaitan dengan

kecemasan pada anak tersebut (Kendall, 2012). Tujuan intervensi ini adalah

mengajarkan anak mengenali tanda-tanda adanya dorongan kecemasan, dan

menggunakan tanda-tanda tersebut sebagai informasi dalam mengelola kecemasannya

(Kendall, 2012).

Penerapan pendekatan perilaku dalam CBT untuk menangani kecemasan anak ini

berupa penggunaan konsep classical conditioning, yaitu secara bertahap

menghadapkan anak pada situasi yang memicu kecemasannya (Haugaard, 2008).

Somers dan Queree (2007) menyatakan menempatkan seseorang dalam situasi yang

mencemaskannya secara bertahap dan aman (misalnya di ruangan terapis) dapat

melemahkan ikatan antara situasi yang mencemaskan dengan gejala kecemasan yang

dimunculkannya. Konsep pendekatan perilaku lain yang juga diterapkan dalam CBT

ini adalah operant-conditioning, yaitu mengurangi reinforcement yang diperoleh atas

perilaku menghindar anak dari kecemasan, dan meningkatkan reinforcement untuk

perilaku mengatasi kecemasan secara efektif (Haugaard, 2008). Hal ini dilakukan

karena menghindar merupakan perilaku yang sering ditampilkan anak saat mengalami

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 30: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

19

kecemasan, padahal menurut Somers dan Queree (2007) menghindar dapat

meningkatkan rasa takut terhadap situasi yang mencemaskan tersebut, dan dapat

membatasi kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara bebas. Oleh

karena itu, dalam CBT ini anak diberikan reinforcement ketika ia dapat mengganti

perilaku menghindarnya dengan perilaku lain yang lebih tepat saat menghadapi

kecemasan.

Penggunaan pendekatan kognitif berupa mengajarkan anak mengidentifikasi dan

memodifikasi kognisi yang menyebabkan kecemasannya (Haugaard, 2008). Dalam

pandangan CBT, respon perilaku dipengaruhi oleh pikiran atau kognisi. Perilaku yang

maladaptif merupakan hasil dari pikiran yang salah atau maladaptif. Menurut Kendall

dan Gosch (dalam Schroeder & Gordon, 2002) jika pikiran tersebut diubah, maka

perilaku maladaptif juga akan berubah. Oleh karena itu, terapi untuk anak dengan

masalah kecemasan sebaiknya fokus pada pikiran yang menyebabkan kecemasannya

(Schroeder & Gordon, 2002).

2.2.3 Tahapan CBT Dalam Menangani Kecemasan Anak

Secara umum, tahapan CBT dalam mengatasi kecemasan pada anak (Stallard, 2005)

adalah :

1. Psikoedukasi model kognitif dan teori yang mendasari penggunaan CBT dalam

treatment kecemasan anak.

2. Mengajarkan anak mengidentifikasi gejala-gejala fisiologis di badan mereka yang

merupakan tanda kecemasan. Kemudian anak diajarkan keterampilan relaksasi,

yang merupakan latihan melepaskan ketegangan otot besar sehingga menjadi

relaks secara bertahap (King, Hamilton, & Ollendick, dalam Kendall, 1991), untuk

mengatasi gejala-gejala fisiologis yang tidak menyenangkan saat cemas.

3. Mengajarkan anak mengidentifikasi pikiran yang menimbulkan kecemasan dan

menggantikannya dengan pikiran yang menurunkan kecemasan melalui berbicara

kepada diri sendiri (self-talk) secara positif.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 31: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

20

4. Melatih anak mengembangkan keterampilan menghargai diri sendiri (self-

reinforcement), misalnya memuji upaya yang telah ia gunakan, yaitu self-talk dan

relaksasi, dalam menghadapi kecemasan.

5. Melatih anak mengidentifikasi situasi atau peristiwa yang mencemaskannya dan

menyusunnya dalam hirarki kecemasan. Anak didorong menggunakan strategi

emosi dan kognitif yang diajarkan dalam CBT untuk mengatasi kecemasan pada

situasi-situasi tersebut. Kegiatan ini dikenal dengan istilah exposure task.

Kendall (2012) telah mengembangkan program CBT yang dikenal dengan Coping

Cat untuk menangani kecemasan pada anak dengan menggunakan 4 prinsip

berdasarkan tahapan di atas. Prinsip-prinsip tersebut dikenal dengan singkatan FEAR,

yang dijabarkan sebagai berikut :

1. F atau Feeling frightened, yaitu mengajarkan anak untuk mengenali gejala fisik

saat cemas.

2. E atau Expecting bad things to happen, yaitu mengajarkan anak mengidentifikasi

pikirannya saat cemas.

3. A atau Attitudes and actions that can help, yaitu mengajarkan anak

mengembangkan strategi mengatasi kecemasan.

4. R atau Result and Rewards, yaitu mengajarkan anak mengevaluasi usahanya dalam

mengatasi kecemasan dan menghargai diri mereka sendiri atas usahanya itu.

Kendall juga telah mengembangkan manual yang berisi materi yang akan

diberikan selama program Coping Cat berlangsung. Manual tersebut telah digunakan

secara luas dalam program CBT untuk menangani kecemasan pada anak (Gosch,

Flannery-Schroder, Mauro, & Compton, 2006).

2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Memasuki usia sekolah, kecepatan pertumbuhan fisik anak lebih lambat

dibandingkan usia sebelumnya, namun kematangan perkembangan motoriknya

menyebabkan anak usia sekolah mampu melakukan banyak kegiatan motorik dengan

koordinasi tubuh yang lebih baik (Papalia, Olds, & Feldman, 2006). Dalam aspek

kognitifnya, menurut Piaget, anak usia sekolah berada dalam tahap berpikir yang

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 32: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

21

kongkret (concrete operational thinking) (Bee & Boyd, 2007; Papalia, Olds, &

Feldman, 2006). Pada tahap ini anak dapat berpikir lebih logis dibandingkan

sebelumnya karena ia mulai dapat mempertimbangkan berbagai aspek dalam sebuah

situasi. Namun kemampuan berpikir logisnya ini masih terbatas pada situasi yang

kongkret atau nyata yang terjadi saat itu.

Dalam aspek emosi, ada sejumlah perubahan perkembangan emosi pada anak usia

sekolah (Kelebli, Wintre & Vailance, dalam Santrock, 2000), yaitu antara lain

peningkatan kemampuan untuk memahami emosi yang kompleks seperti rasa malu

dan bangga; memahami bahwa lebih dari satu emosi dapat dialami dalam suatu

situasi tertentu; menyembunyikan reaksi emosi yang negatif; dan menggunakan

strategi dari diri sendiri untuk mengarahkan perasaan (Santrock, 2000). Selain itu,

anak juga mampu mempertimbangkan berbagai aspek dalam situasi yang

membangkitkan emosi, sehingga membantu dirinya memahami yang dirasakan orang

lain dan respon apa yang tepat terhadap situasi tersebut (Sroufe, Cooper, & Dehart,

1996).

Menurut Erikson, isu utama pada anak usia sekolah adalah industry versus

inferiority (Papalia, Olds, & Feldman, 2006). Industry merupakan istilah untuk

menggambarkan keyakinan mengenai kompetensi diri yang disertai dengan

kecenderungan untuk memulai kegiatan, mencari pengalaman belajar, dan bekerja

keras untuk mencapai tujuan. Kegagalan yang berulang untuk menguasai

keterampilan baru akan membuat anak merasa tidak kompeten dan inferior (Sroufe,

Cooper, & Dehart, 1996).

Pada usia sekolah ini, pertemanan merupakan hal yang penting dan umumnya

berupa pertemanan dengan anak-anak lain yang sama dalam hal usia, jenis kelamin,

etnis, dan status sosial-ekonomi, serta yang tinggal berdekatan atau pergi ke sekolah

bersama-sama (Papalia, Olds, & Feldman, 2006). Selain itu, anak usia ini cenderung

membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain saat mengevaluasi diri

(Sroufe, Cooper, & Dehart, 1996). Dengan demikian, interaksi dengan teman tersebut

tidak hanya meningkatkan kemampuan sosial anak, tetapi juga memungkinkan ia

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 33: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

22

untuk menilai dan mengembangkan dirinya agar memiliki kemampuan yang setara

atau lebih baik daripada anak lainnya.

2.4 Kerangka Berpikir

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang, yang menurut

sejumlah peneliti melibatkan komponen fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.

Kecemasan dapat terjadi saat seseorang memiliki pikiran yang salah atau distorsi

kognitif. Pikiran tersebut akan mendorong munculnya kondisi yang tidak

menyenangkan dalam fisik maupun emosi seseorang, dan juga pada akhirnya

membuat dirinya menampilkan perilaku-perilaku tertentu. Respon perilaku tersebut

dapat berupa tindakan yang positif sehingga justru menguntungkan dirinya, namun

dapat juga berupa perilaku maladaptif yang biasanya merugikan karena dapat

mengganggu fungsi sehari-harinya. Perilaku maladaptif yang sering muncul saat

cemas adalah perilaku menghindar.

Perilaku menghindar akibat adanya kecemasan terlihat pada partisipan penelitian

ini, yaitu antara lain menolak sekolah saat ada ulangan karena takut mendapat nilai

rendah dan dianggap bodoh oleh teman, menghindari menyeberang jalan, menolak

berangkat sekolah sendirian, menolak les jika tidak ditemani orangtua, terburu-buru

di kamar mandi jika tidak ditemani, meminta ibu menelepon teman yang tidak akrab

untuk menanyakan PR, menolak menggunakan pisau dan jarum. Kecemasannya ini

disebabkan adanya distorsi kognitif pada dirinya yaitu keyakinan bahwa dirinya tidak

mampu menghadapi situasi yang dipersepsikannya mengancam dirinya sehingga

membutuhkan bantuan orang lain. Pikiran-pikiran tersebut memicu munculnya

perasaan cemas dan juga keluhan fisiologis, misalnya jantung berdetak kencang serta

badan gemetar saat berada di kamar mandi sendirian.

Selain distorsi kognitif seperti yang disebutkan di atas, faktor kognitif lainnya

adalah pengalaman gagal menghadapi situasi atau hal yang mencemaskan dan

reinforcement yang diperoleh dari perilaku menghindar saat cemas. Partisipan ini

pernah mengalami situasi yang mencemaskan yaitu ketika ia mengikuti pendidikan di

TK. Saat keluar kelas, ia tidak melihat pengasuhnya sehingga ia sangat cemas.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 34: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

23

Setelah peristiwa itu ia selalu ditemani pengasuh di kelas selama TK. Hal ini

membuatnya tidak terlatih untuk menghadapi kecemasan. Di sisi lain, ia juga

memperoleh reinforcement saat menolak masuk sekolah berupa perhatian dari

orangtua, meskipun seringkali perhatian tersebut berupa dimarahi oleh mereka.

Faktor lain penyebab gangguan kecemasan adalah genetik dan pola asuh

orangtua. Faktor genetik penyebab gangguan kecemasan berupa temperamen

behavior inhibition yang membuat seseorang rentan terhadap kecemasan. Partisipan

penelitian ini juga terlihat memiliki temperamen tersebut karena semenjak kecil ia

membutuhkan waktu yang relatif lama untuk berinteraksi dengan orang baru atau

beradaptasi di lingkungan baru. Ia juga kurang mampu mengelola emosi karena

selama ini orangtua dan pengasuh lainnya cenderung banyak membantu dan

overprotective serta tidak membekalinya dengan keterampilan mengelola emosi,

terutama saat cemas. Pola asuh yang terlalu melindungi tersebut membuat anak

merasa tidak kompeten dan cenderung memilih menampilkan perilaku menghindar

sebagai cara mengatasi kecemasannya.

Partisipan penelitian ini berada pada tahap perkembangan anak usia sekolah.

Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2006), salah satu gangguan emosional yang

umum terjadi pada anak usia sekolah adalah kecemasan. Memasuki usia sekolah, hal

yang memicu kecemasan anak mulai beralih dari kecemasan mengenai ancaman

terhadap fisiknya menjadi kecemasan terhadap kompetensi, penilaian sosial, dan

kesejahteraan psikologisnya (Vasey & Daleiden, 1994, dalam Beidel & Turner,

2005). Hal ini disebabkan, pada usia sekolah anak mulai menghadapi tantangan

berupa sejumlah tugas atau kegiatan yang membutuhkan kompetensi dirinya. Di usia

ini anak juga mulai mementingkan pertemanan dengan anak lain yang sebaya dan

perkembangan kognitifnya membuat ia mampu menilai kompetensinya berdasarkan

perbandingan dengan kemampuan teman-temannya. Ia akan merasakan sense of

industry yaitu keyakinan bahwa dirinya kompeten ketika berhasil melakukan

tantangan tersebut dengan baik atau setara dengan anak lainnya. Sebaliknya ketika ia

gagal, maka ia akan merasa inferior atau kurang mampu dibandingkan temannya.

Oleh karena itu kecemasan yang dirasakan anak usia sekolah berkaitan dengan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 35: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

24

kompetensi perilakunya dan penilaian sosial yang diperolehnya. Hal tersebut juga

terlihat pada partisipan ini. Ia merasa cemas ketika mendapat nilai pelajaran yang

buruk karena khawatir akan dianggap bodoh oleh temannya. Hal ini menguatkan

keyakinan bahwa ia tidak mampu.

Berdasarkan penelitian, gangguan kecemasan tidak akan hilang dengan sendirinya

tanpa penanganan yang tepat. Karena kecemasan melibatkan komponen kognitif,

perilaku, fisiologis, dan emosi, maka penanganan kecemasan yang tepat seharusnya

berupa intervensi yang melibatkan komponen-komponen tersebut. Menurut sejumlah

peneliti, CBT merupakan intervensi yang terbukti efektif dan telah banyak digunakan

dalam menangani masalah kecemasan pada anak. Dalam mengatasi kecemasan anak,

CBT menggunakan teknik-teknik perilaku maupun kognitif, yang mencakup edukasi

mengenai gejala fisik, pikiran, dan emosi yang dirasakan saat cemas, serta tindakan

yang sebaiknya dilakukan anak untuk mengatasi kecemasannya. Dengan melakukan

serangkaian kegiatan dalam intervensi CBT ini, partisipan diharapkan memiliki

keterampilan untuk mengelola kecemasannya sehingga ia tidak lagi menampilkan

perilaku menghindar saat cemas, melainkan perilaku lain yang lebih sesuai.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 36: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Masalah dan Hipotesa Penelitian

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah Cognitive Behavior Therapy (CBT)

efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah, yaitu D ?

Operasionalisasi masalah :

- Apakah CBT efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah yang

terukur melalui alat ukur Screen for Child Anxiety Related Emotional Disorders

(SCARED), Fear Survey Schedulle for Children – Revised (FSSC-R), dan Child

Behavior Checklist (CBCL) ?

Hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesa Alternative (Ha) : “Program intervensi dengan menggunakan Cognitive

Behavior Therapy (CBT) efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak usia

sekolah.”

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Single-Case AB Design atau Pre test - Post test Design,

yang merupakan desain penelitian experimental yang dapat digunakan untuk

mengukur pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya dengan menggunakan

satu partisipan saja (Gravetter & Forzano, 2009).

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu :

- IV (Independent Variable) atau variabel bebas, yaitu program Cognitive Behavior

Therapy (CBT).

- DV (Dependent Variable) atau variabel terikat, yaitu kecemasan pada anak usia

sekolah.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 37: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

26

Penilaian terhadap variabel ini diukur melalui alat ukur Screen for Child Anxiety

Related Emotional Disorders (SCARED), Fear Survey Schedulle for Children –

Revised (FSSC-R) dan Child Behavior Checklist (CBCL), serta hasil observasi dan

wawancara terhadap partisipan selama program intervensi berlangsung.

3.4 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian ini berjumlah satu orang, yaitu seorang anak perempuan

bernama D yang berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 Sekolah Dasar.

Karakteristik partisipan penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Anak usia sekolah berusia 9 tahun.

- Memiliki kemampuan intelektual yang rata-rata (IQ = 104, menurut skala Weschler)

- Mengalami kecemasan yang terlihat dari sejumlah perilaku, antara lain menolak les

di rumah guru jika tidak ditunggui orangtua, sendirian ketika pergi ke sekolah,

menyeberang jalan raya, di kamar mandi, di rumah, tidur, dan menolak menelepon

teman yang tidak akrab.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan

data.

3.5.1 Tahap Perencanaan

3.5.1.1 Pemeriksaan Psikologis Terhadap Partisipan

Pemeriksaan psikologis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai

kapasitas inteligensi, kepribadian serta masalah yang dihadapi partisipan. Pengukuran

psikologis ini dilakukan melalui wawancara dengan partisipan dan orangtua,

observasi terhadap partisipan, pemberian sejumlah tes psikologis terhadap partisipan.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan ada masalah kecemasan yang dialami D.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 38: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

27

3.5.1.2 Formulasi Masalah

D mengalami masalah kecemasan, yaitu cemas ketika harus sendirian saat pergi ke

sekolah, menyeberang jalan, pergi les, di rumah, di kamar mandi. Ia juga cemas

ketika menelepon teman yang tidak akrab, menggunakan pisau dan jarum. Faktor

penyebab kecemasannya adalah adanya distorsi kognitif yaitu pikiran bahwa ia tidak

mampu dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menghadapi situasi-situasi yang

membuatnya cemas. Dampak perilaku menghindar saat cemas ini adalah ibu harus

meninggalkan pekerjaannya untuk menemani aktivitas les D. Selain itu, D selalu

membutuhkan orang lain untuk menemaninya pergi sekolah, menyeberang jalan, ke

kamar mandi, tinggal di rumah, dan membantunya menelepon teman yang tidak

akrab.

3.5.1.3 Penetapan Intervensi yang Diberikan

Intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah kecemasan pada D adalah

Cognitive-Behavior Therapy (CBT).

3.5.1.4 Penetapan Tujuan Program

Secara umum, program ini bertujuan untuk menguji efektivitas Cognitive Behavior

Therapy (CBT) dalam penanganan gangguan kecemasan pada anak usia sekolah.

Tujuan khusus program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan partisipan dalam

mengelola kecemasannya dengan mengenali gejala kecemasan yang berupa tanda-

tanda fisiologis, menyadari pikiran dan perasaan saat cemas, dan menggunakan cara

yang efektif untuk mengatasi kecemasannya.

3.5.1.5 Penetapan Rancangan Program

Rancangan program ini dibuat berdasarkan manual Coping Cat yang

dikembangkan oleh Kendall dan terbukti efektif dalam menangani masalah

kecemasan pada anak. Manual Coping Cat ini merupakan panduan bagi pelaksana

intervensi dalam mengajarkan keterampilan pada anak untuk mengelola kecemasan

menggunakan FEAR, yaitu (a) mengenali kecemasan dan reaksi tubuh terhadap

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 39: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

28

kecemasan (Feeling frightened); (b) mengidentifikasikan pikiran yang mencemaskan

(Expecting bad things to happen), (c) mengembangkan rencana untuk menghadapi

situasi dengan relaksasi, modifikasi self -talk saat cemas dan perilaku coping (Attitude

& Action), (d) mengevaluasi performa dan self reward (Result & Reward).

Program yang dikembangkan Kendall ini juga menggunakan strategi perilaku,

seperti modelling, yaitu anak didorong untuk meniru perilaku yang tepat dalam

mengatasi kecemasan seperti yang dicontohkan oleh terapis, dan exposure task, yaitu

menempatkan anak dalam situasi yang memicu kecemasannya, baik dengan cara

membayangkan situasi tersebut maupun mengalaminya secara langsung (in vivo).

Selain itu, anak juga diberikan tugas mingguan untuk memberikan kesempatan

kepada anak mempraktekan keterampilan yang dipelajari dalam intervensi CBT.

Kendall menamakan tugas tersebut dengan istilah STIC (Show That I Can). STIC ini

merupakan komponen yang penting dalam intervensi CBT karena memfasilitasi anak

untuk mengembangkan rasa menguasai keterampilan yang diajarkan dalam mengatasi

kecemasan (Hudson & Kendall, dalam Kendall, 2012).

Program ini terdiri dari 12 sesi dengan durasi setiap sesinya adalah 1 jam. Rincian

kegiatan program ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 40: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

29

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

Sesi Materi Tujuan Kegiatan Waktu Peralatan

1

Pengenalan

Program

Penjelasan program Anak mendapat gambaran

singkat mengenai program

ini.

Pelaksana intervensi menjelaskan program yang akan dijalani

anak.

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

Berkenalan dengan

perasaan & pikiran

Anak memahami adanya

perasaan dan pikiran dalam

dirinya.

Anak menuliskan perasaan dan pikirannya dalam situasi

menyenangkan dan netral.

Berkenalan dengan

tugas dan latihan di

rumah

Anak termotivasi untuk

melaksanakan tugas yang

diberikan pada setiap sesi.

Pelaksana intervensi menjelaskan adanya tugas dan latihan di

rumah dalam program ini. Setiap kali anak mengerjakan tugas

latihan di rumah, ia akan mendapat nilai 2. Nilai tersebut akan

diakumulasikan. Ketika jumlah nilai anak mencapai 8, 16, dan

24, ia dapat menukarkan nilainya dengan hadiah yang

disepakati anak dan orangtua

Anak menulis hadiah yang ia inginkan di daftar hadiah.

2

Mengenali

Perasaan

Review tugas

latihan di rumah

sesi 1

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Kartu

Situasi

-Gunting

-Amplop

Perasaan- perasaan

seseorang

Anak memahami perasaan

– perasaan yang dapat

dialami seseorang.

Anak membuat daftar yang berisi sejumlah perasaan yang

berbeda.

Cara mengetahui

perasaan seseorang

Anak mampu mengenali

berbagai perasaan yang ada

dalam dirinya maupun

orang lain.

Anak menuliskan cara ia mengetahui seseorang sedang merasa

marah, sedih, senang, dan kaget.

Anak membaca contoh situasi dan menuliskan perasaan yang

ia alami jika berada dalam situasi tersebut.

Anak menggambar sebuah wajah yang menunjukkan perasaan

tersebut.

Anak menebak dan menuliskan perasaan orang-orang dalam

gambar.

Kartu situasi Anak mampu menuliskan

beberapa situasi dengan

tingkat kecemasan yang

berbeda.

Anak membuat “Kartu situasi” yang terdiri dari kartu

“MUDAH”, “SEDANG”, dan “MENANTANG”.

Berbagi cerita Anak mendapat insight

cara mengatasi situasi yang

Pelaksana intervensi berbagi cerita kepada anak mengenai

pengalamannya menghadapi situasi mencemaskan.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 41: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

30

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

mencemaskan.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak menuliskan hal yang membuatnya sangat cemas/ takut/

khawatir, dan situasi tenang beserta perasaan, dan pikirannya

pada situasi tersebut.

3

Reaksi Tubuh

Review tugas

latihan di rumah

sesi 2

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Materi

relaksasi Reaksi tubuh saat

cemas / takut

Anak memahami bahwa

tubuh seseorang akan

menunjukkan reaksi

tertentu ketika merasa

cemas atau takut.

Pelaksana intervensi menjelaskan reaksi tubuh saat cemas atau

takut.

Anak menuliskan tanda-tanda salah seorang keluarga atau

temannya sedang ketakutan atau cemas.

Anak menggambar seseorang yang sedang ketakutan atau

cemas.

Anak melingkari gambar tubuh yang terasa tidak nyaman saat

cemas atau takut, beserta apa yang dirasakan pada bagian

tubuh tersebut.

Penyebab reaksi

tubuh

Anak memahami bahwa

reaksi tubuh tertentu dapat

disebabkan oleh berbagai

alasan.

Anak membaca beberapa contoh situasi dan memilih alasan

yang tepat yang menyebabkan tokoh dalam cerita mengalami

situasi tersebut.

Langkah pertama

mengatasi

kecemasan

(Feeling

frightened)

Anak memahami langkah

pertama mengatasi

kecemasan, yaitu

menyadari adanya tanda-

tanda atau reaksi tubuh

tertentu saat cemas.

Pelaksana intervensi menjelaskan langkah pertama mengatasi

kecemasan.

Anak membayangkan dirinya sedang cemas dan menuliskan

tanda-tanda yang dirasakan saat itu.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

Pelaksana intervensi menjelaskan skala untuk menilai tingkat

kecemasan atau rasa takut seseorang.

Anak memperhatikan reaksi tubuhnya saat merasakan beberapa

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 42: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

31

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

perasaan yang berbeda selama satu hari. Ia juga diminta untuk

menilai tingkat kecemasannya dengan menggunakan skala

tersebut

4

Relaksasi

Review tugas

latihan di rumah

sesi 3

Anak mendapat

kesempatan untuk

menunjukkan hasil

kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”.

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Hadiah

Anak dapat menukarkan akumulasi nilainya dengan hadiah

yang disepakati.

Saat tubuh tenang

dan tegang

Anak menyadari adanya

perbedaan reaksi tubuh

saat tegang dan tenang.

Anak membayangkan situasi yang membuatnya senang dan

tenang. Ia menuliskan apa yang tubuhnya rasakan dalam situasi

tersebut.

Anak mengepalkan jarinya dan membandingkan apa yang ia

rasakan saat itu dengan sebelumnya.

Anak berakting seperti robot dan boneka kain. Lalu

menceritakan perbedaan saat menjadi robot dan boneka kain.

Anak menilai seberapa tenang gambar kempat kucing dengan

skala 1 – 4.

Otot tubuh Anak mampu mengenali

bagian tubuh yang terasa

tegang.

Pelaksana intervensi menjelaskan otot pada tubuh manusia.

Anak menuliskan nama otot-otot yang ada pada gambar tubuh

manusia.

Anak menunjukkan bagian otot tersebut di tubuhnya dan

membuat ototnya menjadi tegang.

Belajar relaksasi Anak mampu melakukan

relaksasi saat ia merasa

cemas, tegang, atau takut.

Pelaksana intervensi mengajarkan anak beberapa latihan

relaksasi yang dapat membantunya menenangkan diri saat

sedang cemas, tegang, atau takut.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

Anak diminta untuk latihan relaksasi di rumah dan mencatat

pengalaman tersebut di bukunya.

Anak diminta untuk menuliskan pengalaman lain ketika ia

merasa cemas atau takut, serta perasaan dan pikirannya saat itu.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 43: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

32

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

rumah.

Evaluasi sesi 1 - 4 Orangtua partisipan

mendapat informasi

mengenai pelaksanaan

program dan dukungan

yang perlu mereka berikan

untuk keberhasilan

program ini.

Pelaksana intervensi dan orangtua partisipan membahas

pelaksanaan sesi 1 - 4, termasuk hal-hal yang mendukung dan

menghambat program.

60

menit

5

Mengenali

Pikiran

Review tugas

latihan di rumah

sesi 4

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

Berkenalan dengan

pikiran

Anak menyadari adanya

pikiran dalam diri

seseorang.

Pelaksana intervensi menjelaskan kegiatan berpikir seseorang

dapat berupa berbicara kepada diri sendiri.

Pelaksana intervensi menunjukkan ilustrasi adanya pikiran

dengan gambar balon pikiran.

Anak menuliskan isi pikiran dalam gambar balon pikiran.

Pikiran yang

berbeda

Anak memahami bahwa

orang yang berbeda dapat

memiliki pikiran yang

berbeda dalam situasi

yang sama.

Pelaksana intervensi menjelaskan bahwa orang yang berbeda

dapat memiliki pikiran yang berbeda dalam situasi yang sama.

Anak membaca contoh situasi dan menuliskan apa pikiran

masing-masing tokoh dalam situasi tersebut.

Anak menuliskan pikiran yang berbeda di balon pikiran.

Pikiran yang

berbeda = perasaan

dan tindakan yang

berbeda

Anak memahami bahwa

pikiran yang berbeda dapat

menghasilkan perasaan dan

tindakan yang berbeda.

Pelaksana intervensi menjelaskan bahwa pikiran yang berbeda

dapat menghasilkan perasaan dan tindakan yang berbeda.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 44: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

33

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

Anak menuliskan perbedaan tindakan dan perasaan orang

dalam gambar jika ia memiliki pikiran yang pertama dan

kedua.

Langkah kedua

mengatasi

kecemasan

(Expecting bad

things to happen).

Anak memahami langkah

kedua mengatasi

kecemasan yaitu dengan

menyadari pikirannya saat

cemas.

Pelaksana intervensi menjelaskan pikiran dapat membantu

seseorang menghadapi suatu situasi, tetapi dapat juga membuat

cemas atau takut.

Anak melingkari dan menjelaskan gambar kartun yang paling

ketakutan.

Pelaksana intervensi menjelaskan langkah kedua mengatasi

kecemasan.

Anak memikirkan situasi yang membuatnya merasa takut atau

cemas. Lalu bermain peran dengan situasi tersebut.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak menuliskan 2 situasi yang membuatnya merasa cemas

atau takut serta pikirannya saat itu. Ia melakukan relaksasi saat

merasa cemas atau takut.

6

Sikap dan

Tindakan

Review tugas

latihan di rumah

sesi 5

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Karton

-Gunting Langkah ketiga

mengatasi

kecemasan

(Attitudes and

actions).

Anak memahami langkah

ketiga untuk mengatasi

kecemasan, yaitu memilih

sikap dan tindakan yang

dapat membantu

menghadapi kecemasan

Pelaksana intervensi mereview langkah pertama dan kedua

mengatasi kecemasan.

Pelaksana intervensi menjelaskan langkah ketiga mengatasi

kecemasan.

Anak membuat kartu untuk mengingat ketiga langkah yang

telah dipelajari.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 45: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

34

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

Anak membaca contoh situasi dan menuliskan cara

menghadapi situasi tersebut menggunakan ketiga langkah yang

telah dipelajarinya.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak menuliskan 2 situasi yang membuatnya cemas. Ia harus

menggunakan apa yang telah dipelajarinya untuk menghadapi

situasi tersebut. Ia diminta menuliskan pengalamannya tersebut

dalam buku catatannya.

7

Hasil dan

Hadiah

Review tugas

latihan di rumah

sesi 6

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Barometer

perasaan

-Gunting

-Paku

payung

-Lem

-Karton

Langkah keempat

mengatasi

kecemasan (Result

and rewards).

Anak memahami langkah

keempat untuk mengatasi

kecemasan yaitu dengan

menghargai hasil yang

didapat dari tindakan yang

dilakukan

Pelaksana intervensi menjelaskan langkah keempat dalam

mengatasi kecemasan

Anak menuliskan pengertian hadiah dan beberapa jenis hadiah.

Anak membaca sejumlah situasi dan menuliskan bentuk hadiah

yang dapat diterima oleh tokoh dalam situasi tersebut.

Anak membuat barometer perasaan

Anak menggunakan barometer perasaan untuk menilai

perasaannya dalam sebuah situasi.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak mencatat 2 situasi yang membuatnya merasa cemas dan

menggunakan langkah - langkah yang telah dipelajari untuk

menghadapi situasi tersebut.

Anak menilai seberapa baik usaha yang ia lakukan untuk

mengatasi kecemasan tersebut.

Anak menuliskan bagaimana ia memberi hadiah untuk dirinya

atas usaha tersebut.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 46: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

35

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

8

Empat

Langkah

FEAR

Review tugas

latihan di rumah

sesi 7

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Hadiah

-Karton

-Gunting

-Lem

-Pensil

warna

-Stiker

Anak dapat menukarkan akumulasi nilainya dengan hadiah.

Empat langkah

FEAR

Partisipan dapat mengingat

dan menerapkan 4 langkah

mengatasi kecemasan

(FEAR).

Pelaksana intervensi menjelaskan kepanjangan singkatan

FEAR dan. Anak menulisnya di buku catatan.

Anak membuat kartu rencana FEAR

Anak menyelesaikan contoh situasi kecemasan dengan

menggunakan 4 langkah yang telah dipelajari.

Anak menggambar tokoh dalam cerita dengan balon pikiran

Anak membayangkan situasi yang membuatnya agak cemas

dan menggunakan 4 langkah FEAR untuk menghadapi situasi

tersebut.

Anak menuliskan satu tokoh favoritnya yang dapat

membantunya menghadapi situasi mencemaskan

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak menunjukkan kartu FEAR yang telah ia buat kepada

orangtuanya, dan menjelaskan langkah-langkahnya kepada

mereka.

Anak mencatat situasi yang membuatnya cemas dan

mempraktekkan langkah-langkah FEAR untuk menghadapi

situasi tersebut.

Evaluasi sesi 5 -8 Orangtua partisipan

mendapat informasi

mengenai pelaksanaan

program dan dukungan

yang perlu mereka berikan

untuk keberhasilan

program ini.

Pelaksana intervensi dan orangtua partisipan membahas

pelaksanaan sesi 5 - 8, termasuk hal-hal yang mendukung dan

menghambat program.

60

menit

9

Latihan Situasi

“Mudah”

Review tugas

latihan di rumah

sesi 8

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 47: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

36

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

-Lembar

Bank Nilai

-Kartu

situasi Latihan 4 langkah

FEAR

Anak mampu menerapkan

4 langkah FEAR untuk

mengatasi situasi yang

membuatnya agak cemas.

Anak mengingat 4 langkah FEAR dan menuliskannya di buku

tanpa melihat catatan.

Anak mengambil satu kartu situasi “Mudah”, dan menuliskan 4

langkah untuk menghadapi situasi tersebut.

Anak dan pelaksana intervensi memerankan situasi tersebut.

Menilai tingkat

kecemasan

Anak mampu menilai

tingkat kecemasannya

menggunakan skala yang

diajarkan.

Pelaksana intervensi menjelaskan skala untuk mengukur

tingkat kecemasan.

Anak menilai tingkat kecemasannya pada situasi “Mudah”

tersebut.

Latihan berikutnya Anak mampu menerapkan

4 langkah FEAR untuk

mengatasi situasi yang

membuatnya agak cemas.

Anak mengambil satu kartu situasi “Mudah”. Lalu

menggambar dan menuliskan cerita tokoh favoritnya yang

sedang menghadapi situasi tersebut.

Anak memerankan situasi yang telah ia buat tersebut.

Anak menuliskan 2 alasan yang dapat menyebabkan seseorang

merasa cemas jika berada dalam situasi tersebut.

Anak mencatat pikiran dan perasaannya dalam situasi tersebut.

Anak membuat rencana untuk menghadapi situasi tersebut.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak diminta untuk menerapkan 4 langkah FEAR dalam

situasi “Mudah” tersebut, di rumah. Lalu menilai dan mencatat

tingkat kecemasannya dalam situasi tersebut dengan skala

kecemasan dan juga barometer perasaan.

Anak menuliskan pikiran, perasaan, dan tindakannya dalam

situasi itu.

Anak memberikan hadiah untuk dirinya sendiri atas upaya

yang sudah ia lakukan untuk menghadapi situasi tersebut.

Anak menggambar tokoh favoritnya yang dianggap dapat

membantunya mengatasi kecemasan.

10 Review tugas Anak mendapat Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di 60 -Buku kerja

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 48: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

37

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

Latihan Situasi

“Sedang”

latihan di rumah

sesi 9

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai” menit anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Kartu

situasi Latihan situasi

“Sedang”

Anak dapat menerapkan

langkah-langkah mengatasi

kecemasan dalam situasi

yang dianggapnya

“Sedang” atau

menimbulkan kecemasan.

Anak mengambil kartu situasi “Sedang”

Anak menjelaskan perasaannya dalam situasi tersebut,

penyebab kecemasannya, dan cara menghadapi situasi tersebut.

Anak memerankan situasi tersebut.

Anak menuliskan hal yang sudah ia lakukan dengan cukup baik

dalam menghadapi situasi tersebut. Ia memberikan hadiah

untuk dirinya sendiri atas upayanya itu.

Anak diminta mempraktekkan langkah-langkah mengatasi

kecemasan dalam kesehariannya. Ia menuliskan situasi

tersebut, tingkat kecemasannya dalam situasi itu, dan rencana

untuk menghadapinya.

Latihan berikutnya Anak dapat menerapkan

langkah-langkah mengatasi

kecemasan dalam situasi

yang dianggapnya

“Sedang” atau yang

menimbulkan kecemasan.

Anak mengambil kartu situasi “Sedang”, yaitu bukan situasi

yang mudah maupun menantang.

Anak menjelaskan perasaannya dalam situasi tersebut,

penyebab kecemasannya, dan cara menghadapi situasi tersebut.

Anak memerankan situasi tersebut.

Anak menuliskan hal apa yang sudah ia lakukan dengan cukup

baik dalam menghadapi situasi tersebut. Ia memberikan hadiah

untuk dirinya sendiri atas upayanya itu.

Anak diminta mempraktekkan langkah-langkah mengatasi

kecemasan dalam kesehariannya. Ia menuliskan situasi

tersebut, tingkat kecemasannya dalam situasi itu, dan rencana

untuk menghadapinya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 49: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

38

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak mencatat 2 situasi yang membuatnya cemas dan langkah-

langkah untuk mengatasi situasi tersebut.

Anak membuat cerita tentang bagaimana tokoh favoritnya

membantu nya mengatasi situasi yang membuat cemas

11

Latihan situasi

“Menantang”

Review tugas

latihan di rumah

sesi 10

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Kartu

situasi Latihan situasi

“Menantang”

Anak mampu mengatasi

kecemasannya dalam

situasi “Menantang”

Anak mengambil kartu situasi “Menantang”. Lalu membuat

rencana menghadapi situasi ini dengan menggunakan 4

langkah FEAR.

Anak dan pelaksana intervensi memerankan situasi tersebut.

Anak membuat rencana untuk menghadapi situasi nyata yang

sangat mencemaskannya. Ia menuliskan situasi tersebut,

menilai tingkat kecemasannya, dan langkah-langkah mengatasi

kecemasan pada situasi itu.

Latihan berikutnya Anak mampu mengatasi

kecemasannya dalam

situasi “Menantang”

Anak mengambil kartu situasi “Menantang”. Ia membuat

rencana menghadapi situasi ini dengan menggunakan 4

langkah FEAR.

Anak dan pelaksana intervensi memerankan situasi tersebut.

Anak membuat rencana untuk menghadapi situasi nyata yang

sangat mencemaskannya. Ia menuliskan situasi tersebut,

menilai tingkat kecemasannya, dan langkah-langkah mengatasi

kecemasan pada situasi itu.

Tugas latihan di

rumah

Anak mendapat

kesempatan

mempraktekkan apa yang

ia pelajari dari sesi ini di

rumah.

Anak membuat poster 4 langkah FEAR dan

menggantungkannya di tempat yang ia suka.

Anak mencatat 2 situasi yang membuatnya sangat cemas dan

bagaimana ia mengatasinya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 50: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

39

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Program CBT

12

Penutup

Review tugas

latihan di rumah

sesi 11

Anak mendapat

kesempatan menunjukkan

hasil kerjanya di luar sesi

program dan mendapat

umpan balik dari pelaksana

intervensi.

Pelaksana intervensi dan anak membahas tugas latihan di

rumah. Anak mencatat nilainya di lembar “Bank Nilai”

60

menit

-Buku kerja

anak

-Alat tulis

-Lembar

Bank Nilai

-Hadiah

Anak dapat menukarkan akumulasi nilainya dengan hadiah

Review program Anak memahami materi

yang telah ia pelajari dalam

program ini.

Pelaksana intervensi mengajak anak untuk mereview materi

yang sudah anak pelajari, manfaat yang ia dapat serta kesulitan

yang dialami anak dalam menerapkan materi tersebut.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 51: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

40

3.5.1.6 Penetapan Cara Pengukuran Keberhasilan Intervensi

Indikator keberhasilan program intervensi ini adalah adanya penurunan tingkat

kecemasan anak yang terukur dari alat ukur SCARED, FSSC-R, dan CBCL.

a. Screen for Child Anxiety Related Emotional Disorders (SCARED)

SCARED mengukur tipe gangguan kecemasan tertentu pada anak usia 9 – 18

tahun. Skala ini terdiri dari SCARED-Child Version yang diisi oleh anak dan

SCARED-Parent version yang diisi oleh orangtua. Schroeder & Gordon (2002)

menyebutkan untuk anak usia 8 – 11 tahun sebaiknya diberikan penjelasan mengenai

pertanyaan skala ini atau didampingi orang dewasa yang dapat memberikan

penjelasan jika dibutuhkan.

SCARED mengukur 5 faktor yaitu (1) Panic/Somatic ( 13 item), (2) Generalized

Anxiety (9 item), (3) Separation Anxiety (8 item), (4) Social Phobia (7 item ), (5)

School Phobia (4 item). SCARED memiliki discriminant validity yaitu valid untuk

membedakan anak dengan dan tanpa gangguan kecemasan dan dalam masing-masing

gangguan kecemasan, serta membedakan anak yang mengalami kecemasan dan yang

depresi (Schroeder & Gordon, 2002). SCARED memiliki reliabilitas internal

konsistensi dan test-retest yang baik (Birmaher, dalam Crocetti dkk, 2009).

Berdasarkan sejumlah penelitian, koefisien reliabilitas SCARED berkisar antara 0,70

– 0,85 (Vigil-Colet dkk, 2009).

SCARED terdiri dari 41 item berupa pernyataan dengan pilihan jawaban

menggunakan rating scale 0 - 2 ( 0 untuk tidak sesuai, 1 untuk kadang-kadang sesuai,

dan 2 untuk sangat atau seringkali sesuai).

Instruksi SCARED :

Anak atau orangtua diminta membaca sejumlah pernyataan dan melingkari angka di

kolom samping pernyataan yang menggambarkan dirinya. Mereka melingkari angka

2 jika pernyataan sangat atau seringkali sesuai dengan dirinya, angka 1 jika kadang-

kadang sesuai, atau angka 0 jika tidak sesuai.

Contoh item SCARED :

1. Ketika saya takut, saya sulit bernapas 0 1 2

1 Saya merasa sakit kepala ketika di sekolah 0 1 2

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 52: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

41

Scoring SCARED :

Cara mendapatkan skor pada alat ukur ini adalah dengan menjumlahkan semua angka

yang dijawab untuk menentukan adanya gangguan kecemasan atau tidak. Jumlahkan

angka untuk setiap faktor untuk menentukan jenis gangguan kecemasan yang dialami

anak. Kemudian jumlah total dan jumlah masing-masing faktor dibandingkan dengan

norma.

Tabel Norma SCARED

Item Norma Gangguan

Semua item Total Skor >/= 25 Anxiety Disorder

1,6,9,12,15,18,19,22,24,27,30,34,38 Skor >/= 7 Panic Disorder / Somatic Symptom

5,7,14,21,23,28,33,35,37 Skor >/= 9 Generalized Anxiety Disorder (GAD)

4,8,13,16,20,25,29,31 Skor >/= 5 Separation Anxiety Disorder (SAD)

3,10,26,32,39,40,41 Skor >/= 8 Social Phobia

2,11,17,36 Skor >/= 3 School Phobia

Uji Keterbacaan Alat Ukur SCARED

Uji keterbacaan terhadap alat ukur SCARED dilakukan dengan cara analisis kualitatif

terhadap kalimat-kalimat yang terdapat dalam alat ukur. Uji keterbacaan ini dilakukan

pada 3 orang anak berusia 8 sampai 9 tahun pada tanggal 10 dan 11 Maret 2012.

Hasil uji keterbacaan ini adalah sebagian besar item tes dapat dipahami dengan anak,

namun ada beberapa item yang kurang dimengerti anak sehingga item tersebut perlu

diganti dengan kata-kata lain yang lebih mudah dipahami anak. Item yang diganti

adalah item 3, 12, 21, 26, 31, dan 33. Selain itu, anak kadang lupa dengan kriteria

pilihan jawaban 0 – 2 yang ada di halaman pengantar, sehingga penjelasan kriteria

tersebut perlu dimasukkan ke bagian soal.

b. Fear Survey Schedulle for Children – Revised (FSSC-R)

FSCR-R direvisi dari skala aslinya yang dipublikasikan oleh Scherer dan

Nakamura (1968) oleh Ollendick pada tahun 1983, sementara normative data, score

mean, dan standard deviation dikembangkan oleh Ollendick, King, dan Frary pada

tahun 1989 (Schroeder & Gordon, 2002).

FSCR-R ini didesain untuk anak usia 7 – 18 tahun dan terdiri dari 80 item yang

didesain untuk mengidentifikasi ketakutan khusus pada anak, membedakan anak yang

mengalami ketakutan yang wajar dan yang berlebihan, dan merupakan alat yang baik

untuk mengukur hasil treatment. FSCR-R ini mendokumentasikan jumlah (frekuensi)

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 53: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

42

dan intesitas rasa takut dengan menggunakan 3 point- scale yaitu “none” (tidak

takut), “some” (kadang-kadang takut), dan “a lot” (sangat takut ). Skala ini mengukur

5 faktor yaitu failure & criticism, The Unknown, Minor Injury & Small Animals,

Danger & Death, dan Medical Fears (Schroeder & Gordon, 2002).

FSCR-R memiliki internal consistency, test-retest reliability, dan construct

validity (Ollendick, 1983, dalam Lee & Miltenberger, 1996). Skala ini dapat

membedakan antara penderita school phobia dan yang bukan school phobia, serta

school phobia dengan gangguan kecemasan yang lainnya (Last & Francis, 1988,

dalam Lee & Miltenberger, 1996).

Instruksi FSSC-R: anak diminta untuk memberikan tanda silang pada kotak yang

menggambarkan rasa takutnya.

Contoh item FSSC-R:

1. Membacakan laporan lisan tidak takut kadang-kadang takut sangat takut

2. Sakit saat di sekolah tidak takut kadang-kadang takut sangat takut

Scoring FSSC-R :

Berikan nilai 1 untuk “tidak takut”, 2 untuk “kadang-kadang takut”, dan 3 untuk

“sangat takut”. Untuk menentukan skor intesitas setiap faktor jumlahkan item-item di

setiap faktor. Untuk menentukan total intesitas, jumlahkan setiap faktor. Untuk

menentukan skor frekuensi, jumlahkan item yang di skor 3 dari semua faktor.

Kemudian skor intensitas, frekuensi, dan jumlah total masing-masing faktor

dibandingkan dengan norma

Item Norma Gangguan

Semua item Total Skor >/= 139 Intensitas rasa takut yang berlebihan

Semua item Jumlah item yang

mendapat skor 3 > 17

frekuensi rasa takut yang berlebihan

1,3,5,14,15,19,24,28,29,31,38,40,42,44,46,4

8,54,63,64,65,66,69,80

Skor >/= 39 Fear of Failure and Criticsm

6,9,13,17,36,37,45,49,53,56,57,60,62,67,68,

71,74,75

Skor >/= 29 Fear of The Unknown

4,7,11,18,25,30,32,33,35,39,43,47,50,52,77,

78,79

Skor >/= 28 Fear of Minor Injury and Small Animals

10,20,23,26,34,41,58,59,70,72,73,76 Skor >/= 26 Fear of Danger and Death

8,21,22,51 Skor >/= 7 Medical Fears

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 54: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

43

Uji Keterbacaan Alat Ukur FSSC-R

Uji keterbacaan terhadap alat ukur FSSC-R dilakukan dengan cara analisis kualitatif

terhadap kalimat-kalimat yang terdapat dalam alat ukur. Uji keterbacaan ini dilakukan

pada 3 orang anak berusia 8 sampai 9 tahun pada tanggal 10 dan 11 Maret 2012.

Hasil uji keterbacaan ini adalah sebagian besar item tes dapat dipahami dengan anak,

namun ada beberapa item yang kurang dimengerti anak (item 13, 48, dan 68)

sehingga perlu diberikan penjelasan saat anak mengerjakannya.

c. Child Behavior Checklist (CBCL)

CBCL ini dikembangkan oleh Achenbach pada tahun 1991 dan digunakan untuk

mengukur masalah internalizing dan externalizing pada anak dan remaja (Sattler,

2002). Masalah internalizing atau masalah perilaku yang mengarah ke dalam diri

sendiri adalah menarik diri, keluhan fisik, kecemasan / depresi. Sedangkan masalah

externalizing atau masalah perilaku yang mengarah keluar diri sendiri adalah perilaku

agresif dan menyimpang. Selain itu, CBCL ini juga mengukur masalah perilaku lain,

yaitu masalah sosial, pikiran yang bermasalah, masalah atensi, dan masalah lain-lain.

CBCL ini digunakan untuk anak usia 4 sampai 18 tahun dan diisi oleh orangtua.

Jumlah item CBCL sebanyak 115 item berupa pernyataan dengan pilihan jawaban

menggunakan rating scale 0 - 2 ( 0 untuk tidak benar, 1 untuk terkadang atau

beberapa kali benar dan 2 untuk sangat benar atau seringkali benar). CBCL memiliki

reliabilitas internal konsistensi sebesar 0,78; test-retest reliability sebesar 0,86; dan

interrater reliability sebesar 0,72 (Sattler, 2002). Selain itu, CBCL memiliki

concurrent validity yang cukup baik yaitu berkorelasi dengan alat ukur masalah

perilaku lainnya yaitu Conner’s Parent Questionnaire dan Revised Behavior Problem

Checklist. CBCL juga memiliki discriminant validity yang cukup baik, yaitu ada

perbedaan skor CBCL yang signifikan antara anak yang dirujuk dengan masalah

perilaku dan yang tidak (Sattler, 2002).

Instruksi CBCL :

Orangtua diminta membaca sejumlah pernyataan dan melingkari angka di kolom

samping pernyataan yang menggambarkan diri anak. Mereka melingkari angka 2 jika

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 55: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

44

pernyataan sangat atau seringkali benar, angka 1 jika terkadang atau beberapa kali

benar, atau angka 0 jika tidak benar.

Contoh item CBCL :

0 1 2 1. Bertingkah laku kekanak-kanakan untuk usianya.

0 1 2 2. Alergi (jelaskan)___________________________

Scoring CBCL :

Cara mendapatkan skor total pada CBCL adalah dengan menjumlahkan semua skor

pada masing-masing ranah perilaku. Untuk mendapatkan skor masalah internalizing,

skor total ranah perilaku menarik diri, keluhan fisik, dan depresi dijumlahkan, dan

kemudian dikurangi skor item 103. Sementara untuk mendapatkan skor masalah

externalizing adalah skor total ranah perilaku menyimpang dan perilaku agresif

dijumlahkan. Selanjutnya skor-skor tersebut dibandingkan dengan norma yang ada

untuk menentukan apakah perilaku anak termasuk dalam kategori normal, mendekati

masalah klinis (borderline clinica)l, atau sudah menjadi masalah klinis.

3.5.1.7 Menghubungi pihak-pihak yang bersangkutan

Peneliti menghubungi D dan orangtuanya untuk menyampaikan program

intervensi yang akan dilaksanakan, yang mencakup waktu pelaksanaan, jumlah sesi,

gambaran materi yang akan diberikan, dan bentuk kerjasama yang diharapkan dari

orangtua dan D. Orangtua dan D diminta untuk menandatangani form persetujuan

mengikuti program intervensi ini.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum program dilaksanakan, yaitu

membina rapport dengan D, menyadarkan D mengenai masalahnya dan memotivasi

D untuk mengikuti program intervensi. Selain itu peneliti juga melakukan

pengukuran perilaku sebelum program dilaksanakan (pre-test) menggunakan alat

ukur SCARED dan FSSC-R yang diisi oleh D, serta CBCL dan SCARED yang diisi

oleh orangtua.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 56: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

45

Program intervensi CBT ini terdiri dari 12 sesi dengan dibagi menjadi 2 sesi

setiap minggu. Durasi setiap sesi adalah 1 jam. Kegiatan program ini dilaksanakan di

rumah kakak ibu D pada bulan Oktober – Nopember 2012. Pelaksana intervensi akan

mengadakan pertemuan dengan orangtua pada sesi ke 4 dan 9 untuk

menginformasikan dan mengevaluasi pelaksanaan program.

Setelah program selesai dilaksanakan, dilakukan pengukuran kembali (post-test)

yang bertujuan untuk mengukur efektifitas program ini dalam mengatasi kecemasan

pada anak usia sekolah. Alat ukur yang digunakan dalam post-test ini adalah

SCARED dan FSSC-R yang diisi oleh anak, serta CBCL dan SCARED yang diisi

orangtua.

3.5.3 Tahap Pengolahan Data

Analisa terhadap pencapaian tujuan intervensi dilakukan melalui :

- Evaluasi pelaksanaan program.

- Analisis kuantitatif, yaitu berdasarkan skor total pre-test dan post-test pada alat ukur

SCARED, FSSC-R, dan CBCL.

- Analisis kualitatif, yaitu berdasarkan hasil observasi, wawancara D dan orangtua,

hasil pekerjaan D selama program berlangsung, dan isi pembicaraan dengan D pada

setiap pelaksanaan sesi program

3.5.4 Tahap Follow-up Program

Proses follow-up dilakukan 1 minggu, dan 3 minggu setelah intervensi ini selesai

dilakukan. Proses follow-up ini dilakukan untuk melihat konsistensi penurunan

kecemasan pada diri D setelah berakhirnya program. Pelaksana intervensi akan

melakukan wawancara dengan orangtua untuk melakukan follow-up ini.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 57: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

46

BAB 4

PELAKSANAAN DAN HASIL

Bab ini membahas mengenai pelaksanaan pre-test, program intervensi CBT, post-

test, dan analisa hasil pre-test dan post-test.

4. 1 Pelaksanaan Pre-test

Pre-test dilakukan dengan meminta ibu mengisi SCARED-parent version dan

CBCL pada tanggal 2 Oktober 2012. Sedangkan D mengisi SCARED-child version dan

FSSC-R pada tanggal 3 Oktober 2012.

4.2 Pelaksanaan Program Intervensi CBT

Program intervensi ini dilaksanakan di rumah kakak ibu karena orangtua D

bekerja sehingga tidak ada yang menjaga D di rumahnya. Intervensi terdiri dari 12 sesi

yang rencananya dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari Senin dan Kamis,

dimulai dari tanggal 15 Oktober 2012 sampai tanggal 22 Nopember 2012. Namun

pelaksanaan program ini tidak berjalan sesuai rencana. Pelaksanaan program tertunda

sebanyak 7 kali, yaitu pada sesi ke 4 karena D masuk sekolah pagi (25 Oktober 2012),

dan karena sakit panas (29 Oktober 2012), sesi 7 karena libur hari besar (15 Nopember

2012), D ingin bermain dengan adik sepupunya dan ibu tidak berhasil membujuknya

untuk mengikuti program intervensi (19 Nopember 2012), sesi 11 karena D masuk

sekolah pagi (6 Desember, 2012), dan mengikuti Ujian Akhir Semester (10 & 13

Desember 2012).

Durasi waktu direncanakan 60 menit setiap sesi (pukul 09.00 – 10.00). Namun

saat pelaksanaan intervensi, durasi waktu berkisar antara 45 sampai 80 menit setiap sesi.

Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah materi dan lamanya pengerjaan tugas

oleh D selama sesi intervensi berlangsung.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 58: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

47

4.2.1 Sesi 1

Materi : Pengenalan Program

Tujuan : D mendapat gambaran singkat mengenai program ini, memahami adanya

perasaan dan pikiran dalam dirinya, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas

yang diberikan pada setiap sesi.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 15 Oktober 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.50

Deskripsi Kegiatan :

Pelaksana Intervensi (PI) menjelaskan program yang akan diikuti D beserta

alasan mengapa D harus menjalani program tersebut, yaitu karena D memiliki

kecemasan terhadap banyak hal yang terukur dari alat ukur FSSC-R dan SCARED yang

telah diisinya saat pre-test. D setuju untuk mempelajari cara mengatasi kecemasan

tersebut dengan mengikuti program intervensi ini. Pada sesi ini D juga diperkenalkan

dengan adanya perasaan dan pikiran yang dialami seseorang dalam situasi tertentu. Ia

diminta untuk mengisi contoh situasi yang menyenangkan dan yang netral yang pernah

dialaminya beserta pikiran dan perasaannya pada saat itu. D menuliskannya sebagai

berikut :

Situasi Perasaan Pikiran

Jalan-jalan ke Ciwiday

(Ciwideuy)

Senang Aku kedinginan di Bandung. Aku juga senang memetik stoberi dan

enak ke kawah putih karena dingin

Nonton TV Biasa saja Vilem itu biasa saja tidak seru, aku ganti saja vilem yang seru

Selanjutnya D diperkenalkan dengan tugas latihan di rumah yang akan

diterimanya setiap sesi. D akan mendapat nilai 2 jika ia mengerjakan tugas tersebut. Nilai

dapat dikumpulkan. Jika jumlah nilainya sudah mencapai 8, 16, dan 24, maka ia dapat

menukarnya dengan hadiah yang disepakatinya dengan orangtua. D menyatakan bersedia

mengerjakan tugas yang diberikan, dan kemudian menuliskan hadiah yang ingin

diperolehnya jika ia berhasil mengumpulkan nilai (poin) dalam jumlah yang disepakati,

sebagai berikut :

Nilai Hadiah

8 Aku mau berenang

16 Aku mau kaset PVP

24 Aku mau papan seluncur

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah yang harus

dikerjakannya yaitu menuliskan situasi yang membuatnya merasa sangat senang beserta

pikiran dan perasaannya saat itu.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 59: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

48

Secara umum D cukup koperatif selama sesi berlangsung. Ia mau mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan, namun sering terlihat ragu-ragu saat akan menjawab

sehingga perlu didorong oleh PI.

4.2.2 Sesi 2

Materi : Mengenali Perasaan

Tujuan : D mendapat kesempatan menunjukkan hasil kerjanya di luar sesi program dan

mendapat umpan balik dari pelaksana intervensi, memahami perasaan –

perasaan yang dapat dialami seseorang, mampu mengenali berbagai perasaan

yang ada dalam dirinya maupun orang lain, mampu menuliskan beberapa

situasi dengan tingkat kecemasan yang berbeda, mendapat insight cara

mengatasi situasi yang mencemaskan.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 18 Oktober 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.20

Deskripsi Kegiatan :

Di awal sesi, PI memeriksa tugas latihan di rumah yang telah dikerjakan D. Ia

mendapat nilai 2 karena telah menyelesaikan tugas tersebut. Tugas tersebut dikerjakan D

di pagi hari sebelum sesi 2 dengan dibantu oleh ibu. Ibu mengarahkan D mengenai apa

yang harus ditulisnya di kolom perasaan dan pikiran. Sementara untuk kolom situasi, D

dapat mengerjakannya tanpa bantuan ibu.

Selanjutnya, D mendapat penjelasan bahwa setiap orang dapat mengalami

sejumlah perasaan yang berbeda. D mampu menyebutkan 6 perasaan yang diketahuinya

dan menceritakan pengalamannya dengan perasaan-perasaaan tersebut. D agak kesulitan

menuliskan caranya mengetahui seseorang yang sedang marah, sedih, senang, dan kaget,

sehingga perlu diarahkan oleh PI. Sedangkan saat diminta menebak perasaan orang

dalam gambar maupun contoh cerita, ia mampu melakukannya dengan baik.

Kegiatan berikutnya adalah D membuat kartu situasi yang diisinya dengan

berbagai situasi atau objek yang mencemaskannya berdasarkan jawabannya di lembar

FSSC-R, SCARED, dan pengalamannya sehari-hari. D mengelompokkan kartu-kartu

tersebut menjadi kartu “Mudah” (easy), “Sedang” (medium), dan “Menantang”

(challenging). Kartu “MUDAH” berisi situasi yang hanya membuatnya merasa sedikit

cemas atau takut. Kartu “SEDANG” berisi situasi yang membuatnya cemas atau takut.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 60: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

49

Sedangkan kartu “MENANTANG” berisi situasi yang membuatnya sangat cemas atau

takut. Dari pengelompokkan tersebut terlihat ia memiliki kecemasan terhadap banyak

hal. Berikut hal-hal yang ditulisnya dalam kartu situasi :

Mudah Sedang Menantang

Takut gelap Di kamar mandi

sendirian

Takut hantu Sendirian

Hewan buas (macan

kumbang, harimau

benggala)

Berada di tempat sepi Sesuatu yang buruk

terjadi pada ibu

Bicara dengan orang

yang tidak dikenal

dengan baik

Ke dokter gigi Les tanpa diantar

orangtua

Jauh dari keluarga Kebakaran / terbakar

Takut benda tajam

(pisau, jarum)

Tidur sendirian Menyeberang jalan

sendirian

Naik roller coaster

Telepon/ SMS teman

yang tidak akrab

Menginap di rumah

orang lain (kerabat)

Di rumah sendirian Gagal ulangan / tes /

ujian

Takut tinggi Melihat darah Berkelahi

Ibu pergi tanpa

mengajaknya

Dikritik orang lain Anjing dengan tatapan

galak

Bertemu dengan

seseorang untuk

pertama kalinya

Dianggap bodoh Tidak naik kelas

Sakit saat di sekolah Mendapat nilai jelek Anjing dengan tatapan

Pencuri masuk ke

rumah

Dimarahi orangtua

Setelah D selesai mengelompokkan kartu tersebut, PI berbagi cerita mengenai

pengalaman yang mencemaskan PI. Kemudian, D menceritakan ketakutannya terhadap

hantu saat di rumah, sekolah, dan di tempat mengaji. Meskipun ia tahu bahwa hantu

tidak dapat menyakitinya, namun ia kesulitan mengatasi ketakutannya itu karena selalu

terbayang wajah hantu yang menyeramkan.

Selama sesi ini D cukup koperatif. Ia banyak bercerita ketika ditanya dan setelah

PI berbagi pengalaman yang mencemaskan PI. Saat kesulitan menjawab pertanyaan cara

mengetahui seseorang yang sedang marah, sedih, senang, dan kaget, ia hanya tersenyum.

Di akhir sesi D mendapat penjelasan mengenai latihan di rumah yang harus

dikerjakannya yaitu menuliskan situasi yang membuatnya sangat cemas / takut dan yang

membuatnya tenang, beserta pikiran dan perasaannya saat itu.

4.2.3 Sesi 3

Materi : Reaksi Tubuh

Tujuan : D memahami bahwa tubuh seseorang akan menunjukkan reaksi tertentu ketika

merasa cemas atau takut, memahami bahwa reaksi tubuh tertentu dapat

disebabkan oleh berbagai alasan, dan memahami langkah pertama mengatasi

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 61: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

50

kecemasan, yaitu menyadari adanya tanda-tanda atau reaksi tubuh tertentu saat

cemas.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 22 Oktober 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.45

Deskripsi Kegiatan :

Di awal sesi, D dan PI membahas mengenai tugas latihan rumah. D mengerjakan

tugas tersebut di malam hari sebelum sesi ini. Ibu mengarahkan D mengenai apa yang

harus ditulisnya di kolom situasi. Sedangkan untuk kolom perasaan dan pikiran, D

mengerjakannya tanpa bantuan ibu.

Pada sesi ini D mempelajari langkah pertama mengatasi kecemasan, yaitu

menyadari adanya tanda-tanda atau reaksi tubuh tertentu saat cemas. D mampu

menyebutkan tanda-tanda ketakutan yang terlihat pada gambar kucing, yaitu ekornya

naik, badannya lompat, dan berkeringat. Ia juga mampu menjawab tanda-tanda orang

lain yang sedang cemas (pingsan, kaget, dan berteriak). Ketika membahas mengenai

bagian tubuh yang terasa tidak nyaman saat seseorang cemas, D mengalami kesulitan. Ia

terlihat ragu-ragu dalam menjawab dan terkadang diam saja sambil berpikir lama,

sehingga perlu didorong oleh PI. Saat tidak mampu menjawab, ia hanya tersenyum

dengan wajah cemas. Hal yang berbeda terjadi saat D menghadapi soal cerita tokoh-

tokoh yang mengalami kecemasan. Ia mampu menjawab soal tersebut dengan baik. D

menyatakan gejala kecemasan yang ia rasakan adalah jantungnya berdetak kencang. D

juga mau menceritakan pengalamannya sakit saat giginya di tambal sehingga ia cemas

jika harus ke dokter gigi. Selain itu, ia juga bercerita mengenai kecemasannya di hari itu

yaitu harus maju ke depan kelas untuk membaca hapalan puisi. Ia cemas karena belum

hapal puisi tersebut.

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai skala untuk mengukur tingkat

kecemasan dan tugas latihan di rumah, yaitu menuliskan situasi yang mencemaskannya

serta menilai tingkat kecemasannya menggunakan skala tersebut.

Selama sesi ini D cukup koperatif. Ia mau bercerita yang berkaitan dengan materi

yang dijelaskan, meskipun tanpa diminta. Tetapi ia tidak pernah mengajukan pertanyaan

saat diberi kesempatan bertanya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 62: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

51

4.2.4 Sesi 4

Materi : Relaksasi

Tujuan : D menyadari adanya perbedaan reaksi tubuh saat tegang dan tenang, mampu

mengenali bagian tubuh yang terasa tegang, dan mampu melakukan relaksasi

saat ia merasa cemas, tegang, atau takut.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 1 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.45

Deskripsi Kegiatan :

D lupa mengerjakan tugas latihan di rumah sehingga ia tidak mendapat nilai di

sesi ini. Ia setuju untuk mengerjakan tugas tersebut di rumah beserta tugas untuk sesi 5.

Saat ditanya materi sebelumnya ia terlihat berpikir lama dan akhirnya tidak dapat

menjawab, sehingga PI mereview kembali materi yang sudah dipelajari. D kesulitan

menjawab bagaimana reaksi tubuh seseorang ketika tenang dan ketika tegang, sehingga

perlu diarahkan oleh PI. Selanjutnya ketika PI memintanya mengepalkan tangan untuk

menegangkan otot, berakting sebagai robot dan boneka kain, maupun relaksasi, ia terlihat

ragu-ragu. Setelah memperhatikan contoh yang PI berikan, akhirnya D mau

melakukannya bersama-sama dengan PI. Pada tugas menilai seberapa tegang gambar

kucing-kucing dan menunjukkan otot-otot tubuh manusia pada gambar, ia dapat

melakukannya dengan baik.

Di akhir sesi D diberikan penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

mempraktekkan relaksasi saat cemas, dan menuliskan pengalaman yang

mencemaskannya beserta pikiran dan perasaannya saat itu.

4.2.5 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi

Tujuan : Orangtua partisipan mendapat informasi mengenai pelaksanaan program dan

dukungan yang perlu mereka berikan untuk keberhasilan program ini.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 1 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 13.00 – 14.00

Deskripsi Kegiatan :

Pada sesi evaluasi ini, ibu mendapat informasi mengenai materi yang telah

dipelajari D selama sesi 1 – 4. Ibu menyatakan D jarang bercerita mengenai kegiatan

intervensi ini. D juga tidak pernah membaca kembali materi intervensi yang telah

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 63: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

52

dipelajarinya. Sama seperti PR dari sekolahnya, ia juga masih perlu diingatkan untuk

mengerjakan tugas latihan di rumah oleh ibu. Ibu memang selalu membantu D

mengerjakan tugas latihan di rumah, namun sebenarnya D cukup paham mengenai tugas

yang harus dikerjakannya itu. D tidak mengerjakan tugas latihan di rumah untuk sesi 4

karena ada sesi 4 sempat tertunda sebanyak 2 kali sehingga D lupa ada tugas tersebut. D

mengeluh kepada ibu bahwa dirinya tidak mendapat nilai di sesi 4 karena lupa

mengerjakan tugas itu, padahal seharusnya ia mendapat banyak nilai dan dapat

ditukarkan dengan hadiah.

Setelah sesi 3, D menolak diantar ke rumah kakak ibu untuk mengikuti intervensi.

Ia merasa durasi intervensi terlalu lama sehingga waktunya untuk bermain dengan adik

sepupunya, yang sedang berada di rumahnya, menjadi berkurang. D yang awalnya selalu

berangkat ke sekolah dari rumah kakak ibu, lebih memilih di rumahnya semenjak ada

adik sepupunya dari Jawa. Saat tidak mau mengikuti program intervensi, D menangis

dan menarik tangan ibu ketika ibu akan berangkat bekerja. Namun setelah dibujuk ibu,

akhirnya D mau mengikuti intervensi dengan syarat durasi waktunya tidak lama.

4.2.6 Sesi 5

Materi : Mengenali Pikiran

Tujuan : D menyadari adanya pikiran dalam diri seseorang, memahami bahwa orang

yang berbeda dapat memiliki pikiran yang berbeda dalam situasi yang sama,

memahami bahwa pikiran yang berbeda dapat menghasilkan perasaan dan

tindakan yang berbeda, dan memahami langkah kedua mengatasi kecemasan

yaitu dengan menyadari pikirannya saat cemas.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 5 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.50

Deskripsi Kegiatan :

D mengerjakan tugas latihan di rumah di pagi hari menjelang sesi 5 dengan

dibantu ibu. Ia juga mengerjakan tugas latihan untuk sesi 4 yang lupa diselesaikannya. D

berhasil mengumpulkan 8 nilai sehingga ia dapat menukarnya dengan hadiah kegiatan

berenang. Menurut D, ia akan berenang bersama ibu dan sepupunya di minggu depan.

D mau menceritakan situasi-situasi yang mencemaskannya selama 3 hari

sebelumnya, yaitu saat pisau pramukanya hilang di jalan, tidak membawa buku IPA dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 64: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

53

IPS ke sekolah, serta tidak mengerjakan PR. Ia cemas dimarahi ibu jika tahu pisau

pramukanya hilang. Namun ternyata ibu tidak memarahinya saat ia memberitahu ibu. Ia

cemas dimarahi guru ketika tidak membawa buku pelajaran IPA dan IPS, dan

mengerjakan PR. Namun pelajaran IPS diganti dengan ulangan sehingga tidak perlu

buku. Sedangkan pelajaran IPA diganti dengan pelajaran lainnya. PR juga tidak diperiksa

guru sehingga ia tidak dimarahi. D setuju saat PI menjelaskan bahwa tidak semua

kecemasannya menjadi kenyataan. D memang mengerjakan tugas latihan di rumah ini,

tetapi ia hanya mempraktekkan relaksasi sekali saja yaitu saat pisau pramukanya hilang.

Ia melakukan relaksasi di depan kelas dan jantungnya yang berdetak kencang menjadi

lebih tenang. D tidak mempraktekkan relaksasi pada situasi-situasi lain karena lupa. Saat

PI memintanya mempraktekkan kembali relaksasi, D mampu melakukannya.

Selama intervensi, D memperhatikan penjelasan PI dan mau serta mampu

mengerjakan tugas yang diberikan. Pada sesi ini, D mempelajari langkah kedua

mengatasi kecemasan yaitu menyadari pikirannya saat cemas. Ia dapat menjawab dengan

cepat tugas-tugas menebak pikiran tokoh dalam gambar ataupun soal cerita. Ia juga mau

menceritakan pengalamannya menghadapi situasi yang mencemaskan yaitu

menyeberang jalan. D pernah terpaksa harus menyeberang jalan sendirian saat akan ke

rumah kakak ibu karena di rumahnya tidak ada orang. Ia mengikuti seorang ibu yang

juga akan menyeberang jalan. Setelah itu ia menyeberang jalan lainnya saat sepi. Ketika

diajak berakting menyeberang jalan, ia terlihat ragu-ragu. Namun setelah memperhatikan

contoh yang diberikan PI, ia mau berakting bersama-sama dengan PI.

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

menuliskan 2 situasi yang mencemaskannya beserta perasaan dan pikirannya saat itu.

4.2.7 Sesi 6

Materi : Sikap Dan Tindakan

Tujuan : D memahami langkah ketiga untuk mengatasi kecemasan, yaitu memilih sikap

dan tindakan yang dapat membantu menghadapi kecemasan.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 12 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.15

Deskripsi Kegiatan :

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 65: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

54

D sudah menyiapkan bukunya saat PI datang. Ia lupa mengerjakan tugas latihan

di rumah karena ada jeda waktu satu minggu antara sesi 5 dan 6. D belum mendapat

reward berenang dari ibu karena hujan turun ketika akan pergi ke kolam renang.

Menurutnya mungkin ia akan berenang di akhir minggu ini.

D kesulitan saat diminta mengingat dan menuliskan dua langkah mengatasi

kecemasan sehingga dibantu oleh PI. Setelah itu, D dan PI membuat kartu untuk

mengingat langkah-langkah mengatasi kecemasan. D cukup antusias mengerjakan tugas

ini.

Di sesi ini D belajar mengenai langkah ketiga untuk mengatasi kecemasan yaitu

menentukan beberapa alternatif tindakan ketika menghadapi situasi yang

mencemaskannya. Saat mengerjakan soal cerita mengenai seorang anak yang cemas

ketika akan berteman dengan teman barunya, D bercerita mengenai anak baru di

sekolahnya. Ia mengerjakan soal tersebut dengan membayangkan yang menjadi tokoh

dalam cerita itu adalah sahabatnya dan teman barunya tersebut. Ia menuliskan tindakan

yang dapat dilakukan tokoh tersebut adalah berkenalan dengan anak baru tersebut,

mengajaknya bermain petak jongkok, dan duduk di dekatnya. D menyebutkan tindakan

terbaik untuk dapat berteman dengan anak baru tersebut adalah dengan berkenalan

terlebih dahulu. Setelah itu D menuliskan tindakan yang dapat dilakukannya ketika

cemas karena tidak membawa buku PR ke sekolah, yaitu antara lain:

1. Tetap masuk sekolah dan mengubah pikiran “takut dimarahi guru” menjadi “tidak

dimarahi, hanya disuruh membuang sampah.”

2. Mengganti buku PR dengan buku Matematika.

3. Berpikir bahwa buku PR tidak akan dipakai sehingga ia tidak akan dimarahi guru.

Dari ketiga alternatif tindakan itu, D menyatakan tindakan yang terbaik adalah dengan

mengganti buku PR dengan buku Matematika karena ia dapat menyalin PR ke buku

tersebut.

Selanjutnya D menuliskan dua hal yang sudah dipelajarinya dalam menghadapi

kecemasan, yaitu relaksasi dan pikiran positif.

Di akhir sesi ini, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah yaitu

menuliskan 2 situasi yang mencemaskannya beserta langkah-langkah untuk menghadapi

kecemasan tersebut.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 66: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

55

Selama sesi ini, D cukup koperatif. Ia banyak bercerita mengenai teman dan

sekolahnya, serta pengalaman kecemasannya. Contohnya, D cemas ketika tidak

membawa buku pelajaran ataupun lupa mengerjakan PR. Tetapi terkadang ia masih

melakukannya karena tidak dimarahi guru, melainkan hanya diminta membuang sampah

ke depan sekolah atau menghapal pelajaran di depan kelas bersama teman lain yang juga

melakukan kesalahan yang sama. Selain itu, D juga bercerita bahwa ia pernah

menyeberang jalan raya berdua dengan temannya. Tetapi ia cemas jika harus

menyeberang jalan raya sendirian.

4.2.8 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi

Tujuan : Orangtua partisipan mendapat informasi mengenai pelaksanaan program dan

dukungan yang perlu mereka berikan untuk keberhasilan program ini.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 19 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 13.00 – 14.00

Deskripsi Kegiatan :

Evaluasi ini dilakukan lebih awal dari rencana sebelumnya yaitu setelah sesi 8,

karena D menolak mengikuti kegiatan intervensi setelah sesi 6. Ibu menyatakan di pagi

hari menjelang sesi 7, D mengatakan ingin berhenti mengikuti intervensi tanpa

menyebutkan alasannya. Padahal di hari sebelumnya D mengatakan akan mengikuti

intervensi di rumah kakak ibu seperti biasanya. Ia juga telah mengerjakan tugas latihan di

rumah dan mendapat reward berenang di hari Sabtu. Di pagi hari itu D menolak diantar

ke rumah kakak ibu dan tidak mau ditinggal ibu bekerja. Ia mengambil kunci motor ibu

sehingga ibu pun marah. Setelah dibolehkan untuk tinggal di rumah, barulah D

mengembalikan kunci motor ibu.

Semenjak ada jeda satu minggu dari sesi 3 ke sesi 4, D sering menunjukkan

keengganannya mengikuti intervensi kepada ibu. D pernah mengeluh banyak PR dari

sekolah dan jika ditambah dengan tugas dari kegiatan intervensi, ia khawatir waktu

bermainnya dengan adik sepupunya akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan D malas

mengikuti intervensi. Ibu tetap berusaha membujuk D dengan mengatakan D harus

mengikuti intervensi karena pernah mogok sekolah dan belum bisa mengatur

kemarahannya. Sementara ayah mengatakan kepada ibu agar intervensi ini dihentikan

saja karena D jadi rewel. Kondisi ini membuat ibu selalu khawatir di malam Senin dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 67: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

56

Kamis, ia cemas D tidak mau mengikuti intervensi lagi dan ibu harus repot

membujuknya di pagi hari.

Selain malas mengikuti intervensi, D juga malas mengaji dan mengikuti pelajaran

komputer. Ia sering enggan mengikuti kegiatan itu dan kadang diijinkan oleh ibu yang

tidak ingin D marah. D juga malas mengerjakan PR maupun membereskan buku

pelajarannya. Ia selalu menunggu ditemani ibu mengerjakan PR. Terkadang D tertidur

sehingga ibu lah yang mengerjakan PRnya. Ibu khawatir D akan dihukum guru jika tidak

mengerjakan PR dan kembali mogok sekolah. Tetapi ia juga khawatir D tidak mengerti

pelajarannya jika ibu yang mengerjakan PR. Selama evaluasi ini terlihat ibu cukup

memiliki insight bahwa yang menyebabkan D malas adalah karena ia banyak membantu

dan tidak konsisten dalam menerapkan disiplin. Ibu menyadari bahwa ia harus

membiarkan D mendapat konsekuensi tidak mengerjakan PR, namun ibu tidak mau repot

jika D marah di pagi hari dan tidak mau sekolah. Tetapi ibu cukup terbuka terhadap

masukan dari PI untuk mengubah pola asuhnya dengan meminta D membuat jadwal PR

dan membiarkan D mendapat konsekuensi dari sekolah jika tidak mengerjakan PR, serta

terus mengikutsertakan D dalam program intervensi untuk memutus pola respon D yang

cenderung menghindar dari kegiatan yang tidak disukainya.

4.2.9 Sesi 7

Materi : Hasil Dan Hadiah

Tujuan : D memahami langkah keempat untuk mengatasi kecemasan yaitu dengan

menghargai hasil yang didapat dari tindakan yang dilakukan.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 22 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.50

Deskripsi Kegiatan :

D terlihat ceria dan sudah siap dengan bukunya saat PI datang. Di awal sesi,

D dan PI membahas mengenai latihan di rumah yang dikerjakan D. Ia menuliskan

takut menyeberang jalan sebagai situasi yang mencemaskannya. Ia merasa

jantungnya berdetak kencang karena takut tertabrak kendaraan. Tindakan-tindakan

yang dapat dilakukannya adalah menyeberang pelan-pelan dan menunggu ada orang

lain yang menyeberang, melihat ke kiri dan kanan, dan melihat situasi jalan sampai

sepi. Ia tahu cara menyeberang yang benar, namun selama ini belum banyak

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 68: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

57

mendapat kesempatan untuk menyeberang jalan raya sehingga cemas jika harus

melakukannya sendirian. D bahkan mengatakan jika jalanan tidak sepi dan tidak ada

teman menyeberang jalan, ia akan menunggu sampai ibu pulang bekerja di malam

hari.

Situasi mencemaskan berikutnya adalah hantu. D merasa mukanya pucat dan

berkeringat dingin karena takut dicekik hantu. Tindakan yang dapat dilakukannya

adalah berdoa, bersembunyi, dan mencari perlindungan teman atau orangtua. D

banyak bercerita ketika membahas mengenai rasa takutnya terhadap hantu. Ia sering

mendengar cerita hantu dari teman dan menonton film hantu. D tidak pernah melihat

atau diganggu oleh hantu. Ia juga tahu bahwa cerita hantu di film bukan kejadian

yang sebenarnya dan kadang teman pun suka mengarang cerita seram. Namun ia

tetap merasa takut sehingga selalu minta ditemani teman saat di kamar mandi

sekolah.

Setelah membahas latihan di rumah, D mempelajari langkah keempat untuk

mengatasi kecemasan yaitu dengan menghargai hasil yang didapat dari tindakan yang

dilakukan. D mengetahui hadiah tetapi kesulitan mendefinisikannya. Ia menyimak

penjelasan PI mengenai hadiah dan dapat mengerjakan tugas yang diberikan setelah

diberikan contoh. Selanjutnya D membuat barometer perasaan yang berbentuk seperti

jam, sehingga D menyebutnya jam perasaan. D dapat menggunakan barometer

tersebut untuk menjawab soal cerita.

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

menuliskan 2 situasi yang mencemaskannya, beserta langkah-langkah mengatasinya,

dan menilai seberapa baik ia mampu melakukan langkah-langkah tersebut serta

hadiah yang didapatnya.

4.2.10 Sesi 8

Materi : Empat Langkah Fear

Tujuan : D dapat mengingat dan menerapkan 4 langkah mengatasi kecemasan

(FEAR).

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 26 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.05

Deskripsi Kegiatan :

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 69: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

58

D tidak mengerjakan tugas latihan di rumah karena ia dan ibu tidak mengerti

tugas tersebut. Alasan lainnya adalah karena tugas tersebut harus dipraktekkan

sedangkan D baru mengerjakannya di malam hari sebelum sesi 8. Di awal sesi ini, PI

membantu D mengerjakan satu bagian tugas latihan di rumah tersebut. D memilih

takut pergi ke sekolah sendirian dengan berjalan kaki sebagai situasi yang

mencemaskannya. Selama ini D tidak pernah berangkat sekolah sendirian dengan

berjalan kaki. Ia takut terlambat jika ke sekolah dengan berjalan kaki, dan juga

merasa tidak nyaman karena tidak ada teman mengobrol. Tetapi ia pernah pulang dari

sekolah ke rumah dengan berjalan kaki bersama temannya. Setelah sampai pasar dan

harus berpisah dengan teman karena berbeda arah pulang, D berjalan dengan terburu-

buru ke rumahnya. D menyebutkan tindakan yang dapat dilakukannya untuk

menghadapi situasi ini adalah meminta diantar ibu atau pamannya. Setelah PI

menyatakan bahwa mungkin mereka tidak dapat mengantarnya, D menyebutkan

tindakan lainnya yaitu menjemput teman, berangkat jam 12 siang, dan naik becak. D

memilih tindakan berangkat jam 12 sebagai tindakan terbaik karena perjalanan ke

sekolah sekitar 10 menit dan ia tidak akan terlambat jika berangkat di jam tersebut.

Tindakan ini juga dipilihnya karena temannya tidak selalu bisa berangkat

bersamanya, sementara becak hanya ada di pasar. D memang belum mempraktekkan

tindakan tersebut tapi ia menilai tindakan tersebut cukup baik dan akan menghadiahi

dirinya dengan membeli jajanan mie.

Setelah itu, D diminta menghapal 4 langkah menghadapi kecemasan yang

tertulis dalam kartu yang pernah dibuatnya. Ia dapat menghapal dengan cepat dan

menuliskannya di buku kerja. Selanjutnya D mengerjakan soal cerita mengenai anak

yang cemas ketika masuk ke sekolah baru. D mampu menuliskan gejala cemas yang

mungkin dirasakan anak tersebut yaitu jantung berdetak cepat, berkeringat dingin,

dan wajah cemberut. Menurutnya anak tersebut malu dengan teman-teman barunya.

Tetapi ia berpikir cukup lama mengenai penyebab anak tersebut malu. PI

menambahkan bahwa anak tersebut mungkin cemas karena belum mengenal teman

barunya, apakah baik atau tidak. D bercerita bahwa di kelasnya ada teman yang baik,

tetapi ada juga yang jahil. D menuliskan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan

anak tersebut adalah pergi ke sekolah, berkenalan dengan teman, dan minta diantar

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 70: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

59

orangtuanya. Hadiah yang diberikan untuk anak tersebut berupa pujian bahwa dirinya

hebat karena mau berangkat ke sekolah sendirian.

Selanjutnya D menuliskan situasi yang mencemaskannya adalah ke kamar

mandi sekolah sendirian. Ia merasa jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya

berkeringat dingin karena takut ada hantu di kamar mandi sekolahnya itu. Semenjak

kelas 1, ia sering mendengar cerita hantu di sekolah dari teman maupun kakak

sepupunya sehingga ia takut ke kamar mandi sendirian. D menulis tindakan yang

dapat dilakukannya adalah berpikir positif (“aku pipis aja ah, paling juga ga ada

hantu”), menarik napas, dan kemudian kembali ke kelas. Ia akan menghadiahi dirinya

dengan pujian “Aku hebat mau ke kamar mandi sendirian”.

Materi terakhir di sesi ini adalah mengatasi kecemasan dengan

membayangkan tokoh favorit membantunya. D menyebutkan Power Ranger sebagai

tokoh favoritnya dan pernah melihat filmnya di laptop kakak sepupunya.

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

menunjukkan kartu cara mengatasi kecemasan dan menjelaskannya kepada

orangtuanya, serta menuliskan satu situasi yang mencemaskannya dan

mempraktekkan langkah-langkah mengatasi kecemasan. D menyatakan ia akan

mempraktekkan cara mengatasi kecemasan saat di kamar mandi rumah sendirian.

Malam sebelumnya ia minta ditemani ayah ke kamar mandi karena takut hantu.

Kemudian pagi hari di sesi ini ia juga hanya mandi sebentar saja dan tidak

menggosok gigi karena takut hantu pocong. D tahu hantu tersebut tidak dapat

menyakitinya karena tangannya diikat, tetapi ia pernah mendengar cerita kakak ibu

yang diikuti hantu pocong.

4.2.11 Sesi 9

Materi : Latihan Situasi Mudah

Tujuan : D mampu menerapkan 4 langkah FEAR untuk mengatasi situasi yang

membuatnya agak cemas, dan mampu menilai tingkat kecemasannya

menggunakan skala yang diajarkan.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 29 Nopember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.00

Deskripsi Kegiatan :

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 71: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

60

Di awal sesi, D dan PI membahas mengenai tugas latihan di rumah yang telah

dikerjakannya. D sudah menunjukkan kartu cara mengatasi kecemasan kepada ibu,

tetapi ibu hanya diam saja. D juga telah mengerjakan cara mengatasi kecemasannya

saat di kamar mandi rumah sendirian. Tetapi tindakan yang ditulisnya masih belum

tepat, yaitu mandi dengan terburu-buru, memanggil ibu untuk menyabuninya, dan

mengajak ibu mengobrol dari kamar mandi. Sampai sesi ini D berhasil

mengumpulkan 16 nilai dan dapat menukarnya dengan hadiah kaset PVP.

Selanjutnya D mampu menuliskan 4 langkah mengatasi kecemasan tanpa

melihat catatan sebelumnya atau kartunya. Sesi ini diisi dengan praktek mengatasi

kecemasan dengan tingkat “Mudah” atau yang hanya sedikit mencemaskan. Situasi

yang dipilih adalah cemas terhadap benda tajam seperti pisau dan jarum. Jari D

pernah tergores saat memotong kentang dengan pisau sehingga ia tidak mau

menggunakan pisau lagi. Sebelum praktek dilakukan D menuliskan langkah-langkah

mengatasi kecemasannya ini, yaitu menarik napas saat jantungnya berdetak kencang,

mengubah pikiran negatif menjadi positif (yaitu tangannya tidak akan terpotong kalau

pelan-pelan), dan harus pelan-pelan. D tampak terkejut ketika PI mengatakan D akan

praktek memotong menggunakan pisau. Ia menilai kecemasannya di angka 3 (agak

takut / agak cemas) dari 5 skala kecemasan. Kemudian D memotong pisang dan daun

bawang dengan perlahan. Ia menyatakan berani memotong karena pisaunya kecil.

Setelah selesai memotong, D menilai kecemasannya di angka 1 (sangat tenang). D

memberikan hadiah kepada dirinya berupa pujian “aku hebat bisa memotong dengan

pisau.”

Wajah D tampak sedikit cemas ketika PI meminta D praktek menjahit kain

menggunakan jarum. D mau melakukannya setelah PI memberi contoh. Saat menjahit

D terlihat hati-hati dan tampak tenang. Ia sempat berkomentar bahwa kainnya lembut

sekali. Setelah selesai menjahit, ia menyatakan dirinya merasa tenang.

Praktek berikutnya adalah menelepon teman D, yaitu L, untuk menanyakan

PR. Selama ini ibu lah yang selalu menelepon atau mengirimkan SMS kepada L

untuk menanyakan PR. D jarang bermain dengan L sehingga ia tidak berani

menelepon L. D tampak sangat cemas ketika diberitahu akan praktek menelepon L. Ia

tidak dapat menjawab langkah-langkah mengatasi kecemasan di situasi ini meskipun

PI sudah memberinya contoh praktek menggunakan tokoh favoritnya. Ia takut

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 72: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

61

teleponnya tidak diangkat oleh L. D menuliskan langkah mengatasi kecemasan itu,

yaitu mengubah pikirannya menjadi positif (teleponnya pasti diangkat oleh L),

menelepon, dan akan menghadiahi dirinya dengan coklat jika mau menelepon L.

Kemudian PI mengajak D berakting menelepon temannya tersebut. D menilai

kecemasannya di skala 4 (cemas/takut). Saat terlihat cemas, PI mengajak D

melakukan relaksasi. Setelah itu D menyatakan siap menelepon L. Tetapi ketika

menunggu telepon diangkat D sempat menyerahkan HP kepada PI, namun PI

mengembalikannya ke D. Saat telepon diterima oleh ibu L, D mempraktekkan

percakapan sesuai yang dicontohkan PI. Setelah selesai, D menyatakan dirinya mulai

merasa tenang. Ia memberikan pujian kepada dirinya, yaitu “aku hebat bisa

menelepon L sendirian”.

Di akhir sesi, D diberikan penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

mempraktekkan kembali apa yang sudah dilakukannya di sesi ini. D memilih akan

praktek memotong menggunakan pisau di rumah.

4.2.12 Sesi 10

Materi : Latihan Situasi Sedang

Tujuan : D dapat menerapkan langkah-langkah mengatasi kecemasan dalam situasi

yang dianggapnya “Sedang” atau menimbulkan kecemasan.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 3 Desember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.00

Deskripsi Kegiatan :

Di awal sesi, D dan PI membahas mengenai latihan di rumah yang

dikerjakannya. D hanya menuliskan situasi memotong menggunakan pisau, tetapi ia

tidak mempraktekkannya. Menurut D ibu hanya diam saja ketika D mengatakan

harus praktek memotong sungguhan. Padahal di malam sebelum sesi ini, ibu sempat

mengirimkan SMS kepada PI untuk bertanya latihan di rumah yang harus dikerjakan

D. Ibu mengiyakan ketika PI menyatakan D harus mempraktekkan kembali latihan

yang sudah dilakukannya di sesi sebelumnya yaitu memotong dengan pisau atau

menelepon L. D belum mendapat reward kaset PVP karena ibu belum sempat

membelinya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 73: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

62

Di sesi ini, D latihan menghadapi kecemasan dengan tingkat “Sedang” atau

yang membuatnya cemas. D memilih membahas situasi berada di tempat sepi. Ia

bercerita pernah naik motor bersama ayah, ibu, dan kakak sepupunya melintasi

pinggiran hutan yang sepi. D takut karena ayah mengatakan ada hantu pocong. Ia

merasa jantungnya berdetak kencang sehingga menutup wajahnya sampai berada di

jalan yang ramai. Selain menutup wajah, tindakan yang akan dilakukan D saat

menghadapi situasi seperti itu lagi adalah berdoa agar tidak ada hantu. Ia akan

menghadiahi dirinya dengan coklat jika berani menghadapi situasi tersebut.

Latihan berikutnya adalah menyeberang jalan raya. D menilai kecemasannya

menyeberang jalan berada pada skala 4 (cemas/takut). Langkah-langkah mengatasi

kecemasannya yaitu menunggu jalan sampai sepi, menengok ke kiri dan kanan,

menunggu ada orang menyeberang jalan, dan melambaikan tangannya ke arah

kendaraan saat menyeberang. PI menambahkan jika D hati-hati maka ia dapat

menyeberang jalan dengan aman. Saat membahas hal ini D tampak gelisah, ia

menjawab pertanyaan PI dengan suara pelan dan terlihat tidak bersemangat. Ketika

akan praktek menyeberang jalan raya di depan rumah kakak ibu, D menyatakan tidak

cemas, tetapi kedua tangannya dingin dan ia sering meremas-remas tangannya. PI

meminta D menggosok kedua tangannya yang dingin agar menjadi hangat dan juga

menarik napas (relaksasi). PI mencontohkan cara menyeberang jalan, kemudian

menemani D menyeberang jalan sebanyak 1 kali. Selanjutnya D praktek

menyeberang jalan sendirian sebanyak 2 kali. Setelah menyeberang jalan, D

mengatakan sebelumnya jantungnya berdetak kencang karena takut tertabrak, tapi

ketika sudah menyeberang ia merasa lebih tenang.

Situasi mencemaskan berikutnya adalah di kamar mandi sendirian. D takut

ada hantu pocong di kamar mandi. Caranya menghadapi situasi ini adalah dengan

memanggil ibu untuk menyabuninya, tidak menutup pintu kamar mandi, dan

mengobrol dengan ibu dari kamar mandi. D tidak pernah melihat hantu pocong

sungguhan di kamar mandi. Ia hanya terbayang wajah pocong yang menyeramkan

yang dilihatnya di film. PI menjelaskan bahwa hantu tersebut ada di pikirannya D

sehingga D harus mengubah pikirannya tentang hantu tersebut. D tersenyum saat PI

menggambar wajah pocong yang sedang tersenyum sehingga tidak terlihat

menyeramkan. PI meminta D untuk melihat gambar tersebut, kemudian memejamkan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 74: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

63

matanya sambil membayangkan wajah itu. D setuju saat PI memintanya

mempraktekkan di rumah mengganti wajah pocong seram dengan wajah tersenyum

ketika ia takut di kamar mandi.

Di akhir sesi, D diberi penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

menuliskan 2 situasi yang mencemaskannya beserta langkah-langkah mengatasi

situasi tersebut dan membuat cerita tentang bagaimana tokoh favoritnya membantu D

mengatasi situasi tersebut.

4.2.13 Sesi 11

Materi : Latihan Situasi Manantang

Tujuan : D mampu mengatasi kecemasannya dalam situasi “Menantang”.

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 17 Desember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.55

Deskripsi Kegiatan :

Pelaksanaan sesi ini tertunda sebanyak 3 kali karena D masuk sekolah pagi (6

Desember 2012), dan mengikuti Ujian Akhir Semester (10 dan 13 Desember 2012).

Pada tanggal 13 Desember 2012, PI bertemu dengan ibu dan D untuk memberikan

form catatan harian yang harus diisi D mulai tanggal 14 – 20 Desember sebagai

latihan praktek mengatasi kecemasan. Ibu bersedia memantau pengisian form

tersebut.

Di awal sesi, PI menanyakan form catatan harian tersebut, namun D lupa

membawanya. Menurut D form tersebut belum diisi karena ibu mengatakan akan

diisi menjelang sesi 12. Setelah itu, D dan PI membahas latihan di rumah yang D

kerjakan. Ia menuliskan situasi yang mencemaskannya adalah tidur sendirian karena

takut hantu. Saat cemas ia memanggil ibu atau ayah untuk menemaninya (menepuk-

nepuk badannya). Sementara yang dilakukan tokoh favoritnya untuk mengatasi hal

tersebut adalah dengan memejamkan mata dan berdoa sebelum tidur. D menyatakan

ia tidak pernah tidur sendirian, sehingga tidak mempraktekkan apa yang dilakukan

tokoh favoritnya tersebut.

Situasi mencemaskan berikutnya adalah buang air kecil di toilet sekolah

sendirian. D takut hantu di toilet sehingga selalu minta diantar temannya. Ia menulis

yang dilakukan tokoh favoritnya dalam menghadapi situasi tersebut adalah berusaha

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 75: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

64

tenang dan membuang jauh-jauh pikiran adanya hantu di toilet sekolah. Tetapi D juga

tidak mempraktekkan yang dilakukan tokoh favoritnya tersebut karena selalu

ditemani teman saat ke toilet di sekolah.

Setelah membahas latihan tersebut, D menonton video kartun cara mengatasi

takut terhadap setan melalui doa. D dapat menceritakan kembali video tersebut

setelah selesai menontonnya. Saat ditanya apa saja, selain berdoa, yang dapat

dilakukannya untuk mengatasi ketakutan terhadap hantu, D menyebutkan mengubah

pikiran, lalu mengeluarkan kertas bergambar hantu pocong yang sedang tersenyum.

PI menambahkan bahwa D dapat mengalihkan pikiran tentang hantu dengan

bernyanyi, menghapal puisi atau pelajaran, dan yang terpenting menghindari cerita

atau film tentang hantu.

Kegiatan berikutnya adalah membahas situasi yang “Menantang” atau

membuatnya sangat cemas. Situasi pertama yang dibahas adalah takut hal buruk

terjadi pada ibu. D terdiam lama ketika ditanya hal buruk apa yang terpikir olehnya

yang mungkin terjadi pada ibu. Ia tidak pernah berpikir takut ibu mengalami

kecelakaan motor, tetapi pernah takut ibu sakit. Tindakan yang dipilih D adalah

mengubah pikirannya bahwa ibu selalu menjaga kesehatannya. Situasi menantang

berikutnya adalah jauh dari keluarga. Selama ini D jarang jauh dari keluarga. Ia

pernah menginap di rumah saudaranya tanpa ditemani orangtua, tetapi ditengah

malam ia terbangun dan menangis karena tidak ada ibu. Akhirnya D dijemput

orangtuanya. Kesempatan D untuk jauh dari keluarga saat ini memang belum ada.

Kemungkinan jauh dari keluarga adalah jalan-jalan bersama sekolah ke TMII di

bulan Januari 2013. D menyatakan ia berani mengikuti kegiatan tersebut tanpa

didampingi ibu karena banyak teman dan tidak ada temannya yang didampingi

orangtua. Padahal di semester sebelumnya D pernah harus ditemani ibu dalam

kegiatan renang dari sekolah karena merasa tidak bisa membilas tubuh dan

mengganti baju renangnya.

Di sesi ini D juga bercerita bahwa ia sudah berani menyeberang sebanyak 2

kali meskipun masih bersama sepupunya, yaitu saat menyeberang jalan di pasar kaget

dekat rumah kakak ibu, dan pergi dari rumah kakak ibu ke rumahnya. Ketika akan

membeli es di warung, ibu menyuruh ayah menemani D dan sepupunya karena

khawatir D tidak bisa menyeberang jalan. Karena lama menunggu ayah, D dan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 76: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

65

sepupunya pergi saja. Tetapi ayah menyusul mereka sehingga D pun ditemani ayah

menyeberang jalan. D menyatakan sebenarnya ia bisa menyeberang jalan sendiri.

Di akhir sesi, D mendapat penjelasan mengenai tugas latihan di rumah, yaitu

menuliskan 2 situasi menantang lainnya dan mempraktekkan cara menghadapi situasi

tersebut.

4.2.14 Sesi 12

Materi : Penutup

Tujuan : D memahami materi yang telah ia pelajari dalam program ini.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 20 Desember 2012

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 10.05

Deskripsi Kegiatan :

Di awal sesi, D dan PI membahas catatan harian yang dikerjakan D di malam

sebelum sesi 12 ini. Ibu membantu D mengerjakannya. Dalam catatan harian tersebut

D menulis berbagai kecemasan yang ia rasakan dari tanggal 13 Desember 2012

(Kamis) sampai tanggal 19 Desember 2012 (Rabu), yaitu antara lain takut ada hantu

saat mandi sendirian, tidur sendiri, ke kamar mandi, masuk rumah untuk mengambil

air minum tanpa ditemani, ke kamar mandi di rumah saudaranya, dan di rumah

sendirian. Selain itu D juga menulis ia takut dimarahi guru karena khawatir salah

jadwal sekolah. Sebagian besar tindakan yang ia lakukan untuk menghadapi

kecemasannya tersebut adalah meminta bantuan ayah atau ibu dan relaksasi. D juga

menulis tindakan lainnya seperti mengubah pikiran cemas dan membayangkan tokoh

favoritnya membantunya pada beberapa situasi. Namun ketika ditanya lebih detail

mengenai tindakan-tindakan tersebut D tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan

D ternyata tidak mempraktekkan tindakan tersebut.

Pada sesi ini PI mengajak D mereview materi yang sudah ia pelajari dari sesi

1 sampai 11, dengan cara membuka kembali buku kerja D dan membahasnya secara

singkat. Setelah itu D menuliskan materi yang sudah dipelajarinya sambil melihat

catatan sebelumnya. D tampak kesulitan saat diminta menuliskan apa yang ia suka

dan tidak sukai dari intervensi ini, sehingga PI perlu mengulas kembali kegiatan-

kegiatan selama intervensi. D menyebut kegiatan yang ia sukai adalah mengerjakan

soal berbentuk cerita karena sudah ada pilihan jawabannya. Sedangkan yang kurang

ia sukai adalah praktek menelepon temannya (L) karena membuatnya cemas. Setelah

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 77: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

66

itu D menuliskan manfaat yang didapatnya dari intervensi ini adalah dapat belajar

mengatasi kecemasan. Kesulitan yang ia alami dalam menerapkan materi intervensi

ini adalah ketika mengubah pikiran cemas karena saat cemas ia sulit berpikir positif.

Di akhir sesi ini, PI menjelaskan kepada D bahwa perlu waktu untuk dapat

mengatasi kecemasan dan yang terpenting adalah D selalu berusaha mempraktekkan

apa yang sudah ia pelajari sehingga nanti D dapat menguasai cara-cara mengatasi

kecemasannya.

4.2.15 Evaluasi Pelaksanaan Intervensi

Tujuan : Orangtua partisipan mendapat informasi mengenai pelaksanaan program dan

dukungan yang perlu mereka berikan untuk keberhasilan program ini.

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 20 Desember 2012

Waktu Pelaksanaan : 13.00 – 14.00

Deskripsi Kegiatan :

Di awal pertemuan, ibu menceritakan perilaku D yang masih menunjukkan

kecemasannya, yaitu takut ke kamar mandi sendirian saat di rumah saudaranya dan

mengambil minum di rumah sendirian karena takut ada hantu. Ia juga cemas saat naik

motor bersama ibu melewati jalan yang sepi dan rel kereta api tempat pernah terjadi

kecelakaan yang didengar D dari saudaranya. Di hari berikutnya D meminta ibu

untuk melintasi jalan yang lain dan ibu menurutinya. D juga menolak untuk

menginap di rumah saudaranya karena takut mengompol. Menurut ibu, D sering

terbangun di tengah malam dan mencari ibu. Jika tidak ada ibu di sisinya D akan

pindah ke tempat ibu atau menangis. Hal ini membuat D sulit untuk menginap di

rumah orang lain tanpa ditemani orangtuanya.

Di sisi lain, D sudah sedikit menunjukkan perubahan yaitu berani di kamar

mandi tanpa memanggil ibu untuk minta disabuni saat mandi dan menyatakan dirinya

bisa menyeberang jalan. Namun karena ibu khawatir, ibu meminta ayah menemani D

menyeberang jalan.

Sampai sesi terakhir ibu selalu membantu D mengerjakan tugas latihan di

rumah. Namun tidak semua tugas dipraktekkan oleh D, contohnya praktek memotong

dengan pisau dan mengatasi kecemasan di kamar mandi. Ibu terlihat gelisah saat

ditanya mengapa D tidak praktek memotong dengan pisau. Ia berdalih D sudah bisa

dan saat kelas 3 SD D sering memotong-motong sisa sayuran ibu. Tetapi ibu tidak

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 78: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

67

tahu kalau setelah itu D pernah tergores pisau saat mengupas kentang yang

membuatnya tidak berani menggunakan pisau lagi.

Di akhir pertemuan, PI menjelaskan kepada ibu bahwa selama intervensi D

cukup mudah memahami materi yang diberikan. Namun pemahaman saja tidak

cukup untuk membuat D mampu mengatasi kecemasannya. D membutuhkan lebih

banyak latihan dan ibu diminta untuk membantu D mempraktekkan apa yang sudah

dipelajarinya dari program ini.

Tabel 4.1 Ringkasan Pelaksanaan Intervensi CBT

Sesi Tanggal Waktu Kegiatan Hasil Latihan di

rumah

Keterangan

1 15-10- 2012 09.00-

09.50

Penjelasan mengenai

program ini

Bersedia

mengikuti

program ini

Belum

diberikan

Menuliskan

pengalaman

menyenangkan dan

netral, beserta

perasaan dan

pikirannya saat itu

Ragu dalam

menjawab, perlu

didorong PI

Penjelasan tugas

setiap sesi dan latihan

di rumah

Bersedia

mengerjakan

tugas yang akan

diberikan

2 18-10-2012 09.00-

10.20

Menyebutkan 6

perasaan berbeda dan

pengalamannya saat

mengalami perasaan

tersebut

Dapat dikerjakan

D

PR

dikerjakan

dan D

mendapat

nilai 2

PR dikerjakan

di pagi hari

sebelum sesi 2.

Sebagian

jawaban PR

diarahkan ibu

Menentukan cara

mengetahui orang

lain sedang marah,

sedih, senang, dan

terkejut

D kesulitan Lebih mudah

menjawab soal

jika ada pilihan

jawaban

Menjawab soal cerita,

menggambar wajah

sesuai perasaan tokoh

cerita, menebak

perasaan berdasarkan

gambar

Dapat dikerjakan

D

Membuat dan

mengelompokkan

kartu situasi

Dapat dikerjakan

D

Kartu situasi

menantang

lebih banyak

dibuat oleh D Mendapat insight

menghadapi

kecemasan dari cerita

PI

D mendapat

insight bahwa

tidak semua yang

dicemaskannya

menjadi

kenyataan

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 79: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

68

3 22-10-2012 09.00-

09.45

Menyebutkan tanda

kecemasan pada

gambar kucing,

menggambar wajah

cemas

Dapat dikerjakan

D

PR

dikerjakan

dan D

mendapat

nilai 2

PR dikerjakan

di malam hari

sebelum sesi 3.

Sebagian

jawaban PR

diarahkan ibu

Penjelasan langkah 1

menghadapi

kecemasan.

Menentukan bagian

tubuh yang tidak

nyaman saat cemas

Ragu dalam

menjawab, lama

berpikir, perlu

didorong PI

Lebih mudah

menjawab soal

jika ada pilihan

jawaban

Menjawab soal cerita

tentang reaksi tubuh

Dapat dikerjakan

D

4 1-11-2012 09.00-

09.45

Menuliskan situasi

dan reaksi tubuh saat

tenang

Dapat

menyebutkan

situasi, tetapi

kesulitan

menjawab reaksi

tubuh

Lupa

mengerjakan

PR. Tidak

mendapat

nilai.

Tertunda 1

minggu. Lupa

dengan materi

sebelumnya,

sehingga

direview PI

Praktek mengepalkan

tangan, menjadi

robot, boneka kain,

relaksasi

Di awal ragu.

Mau melakukan

setelah melihat

contoh dan harus

bersama-sama PI

Menentukan tingkat

ketegangan gambar

kucing

Dapat dilakukan

D

Menuliskan nama

otot dengan pilihan

jawaban

Dapat dilakukan

D

5 5 -11-2012 09.00-

09.50

Penjelasan langkah 2

mengatasi

kecemasan.

Menuliskan pikiran

pada gambar

Dapat dilakukan

D

PR sesi 4 dan

5 dikerjakan.

D mendapat

nilai 4

.

PR dikerjakan

di pagi hari

sebelum sesi 5.

Sebagian

jawaban PR

diarahkan ibu.

D dapat

menukarkan

nilai dengan

reward

berenang

Menentukan pikiran

tokoh cerita

Dapat dilakukan

D

Menentukan tindakan

ketika pikiran

berbeda

Dapat dilakukan

D

Akting menyeberang

jalan

Mau melakukan

setelah melihat

contoh dan

bersama-sama PI

6 12-11-2012 09.00-

10.15

Mengingat 2 langkah

menghadapi

kecemasan

D lupa Lupa

mengerjakan

PR. Tidak

mendapat

nilai.

Belum

mendapat

reward

berenang

karena hujan.

Reward baru

diberikan

tanggal 17-11-

2012.

Membuat kartu

langkah menghadapi

kecemasan

Dapat dilakukan

D

Penjelasan langkah 3

menghadapi

kecemasan

D

memperhatikan

penjelasan

Menentukan tindakan

tokoh dalam soal

cerita untuk

Dapat dilakukan

D

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 80: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

69

mengatasi

kecemasannya

Menentukan

tindakannya saat

cemas karena lupa

membawa buku PR

Dapat dilakukan

D

Menuliskan 2 hal

yang dipelajari dalam

menghadapi

kecemasan

Dapat dilakukan

D

7 22-11-2012 09.00-

09.50

Mempelajari langkah

4 menghadapi

kecemasan.

Menuliskan definisi

hadiah

Tahu tentang

hadiah tapi

kesulitan

mendefinisikann

ya

PR sesi 6 dan

7 dikerjakan.

D mendapat

nilai 4

Tertunda 1

minggu. PR

dikerjakan di

malam hari

sebelum sesi 7.

Sebagian

jawaban PR

diarahkan ibu.

Menuliskan jenis

hadiah

Dapat dilakukan

D

Mengerjakan soal

cerita mengenai

hadiah

Dapat dilakukan

D

Memahami dan

membuat barometer

perasaan

Dapat dilakukan

D

8 26-11-2012 09.00-

10.05

Menghapal dan

menuliskan 4 langkah

menghadapi

kecemasan

Dapat dilakukan

D

PR tidak

dikerjakan

karena belum

dipraktekan

Mengerjakan soal

cerita menggunakan

4 langkah tersebut

Dapat dilakukan

D

Mengerjakan 4

langkah menghadapi

kecemasan D saat di

kamar mandi sekolah

Dapat dilakukan

D

Menentukan tokoh

favorit untuk

membantu mengatasi

kecemasan

Dapat dilakukan

D

9 29-11-2012 09.00-

10.00

Praktek situasi

mudah : memotong

dengan pisau,

menjahit dengan

jarum, menelepon

teman

Awalnya terlihat

cemas, tetapi

dapat dilakukan

dengan baik

PR sesi 8 dan

9 dikerjakan.

D mendapat

nilai 4

D dapat

menukar

nilainya dengan

reward kaset

PVP.

Jawaban PR

masih

menunjukkan

ketergantungan

pada bantuan

orang lain saat

cemas

10 3-12-2012 09.00-

10.00

Praktek situasi

sedang :

membayangkan

mengatasi kecemasan

saat berada di tempat

sepi, di kamar mandi.

Dapat dilakukan

D

PR

dikerjakan.

Mendapat

nilai 2

PR tidak

dipraktekkan. D

belum

mendapat

reward kaset

PVP karena ibu

tidak sempat Praktek menyeberang D terlihat cemas

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 81: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

70

jalan tapi mau dan

mampu

melakukannya

membelinya.

Reward baru

diberikan

menjelang sesi

12 dan diganti

dengan mainan

monopoli atas

keinginan D

11 17-12-2012 09.00-

09.55

Praktek situasi

menantang :

mengatasi kecemasan

saat membayangkan

hal buruk terjadi pada

ibu, jauh dari

keluarga

Terlihat cemas

ketika membahas

hal ini, tetapi

dapat

menggunakan

langkah

menghadapi

kecemasan

PR

dikerjakan.

Mendapat

nilai 2

Tertunda

sebanyak 3 sesi.

Belum

mengerjakan

catatan harian

yang diberikan

tanggal 13-12-

2012

12 20-12-2012 09.00-

10.05

Review materi

sebelumnya.

Menuliskan apa yang

sudah dipelajari

Dikerjakan D

dengan melihat

catatan

PR

dikerjakan.

Mendapat

nilai 2

Catatan harian

dikerjakan

malam hari

sebelum sesi

12.

Menyebutkan yang

manfaat, serta hal

yang disukai dan

tidak dari program ini

Ragu-ragu

menjawab

sehingga perlu

didorong PI

D dapat

menukarkan

nilai dengan

reward papan

seluncur

Tabel 4.2 Ringkasan Evaluasi Intervensi CBT

Tanggal Catatan evaluasi Upaya orangtua

1-11-2012 Jadwal evaluasi sesuai rencana, yaitu

setelah sesi ke 4

D jarang bercerita tentang kegiatan

intervensi

-

D tidak membaca kembali materi yang

sudah dipelajari

Ibu mencoba mengingatkannya, tapi tidak

dilakukan D

D malas mengerjakan latihan di rumah Ibu mengingatkan dan membantu D

mengerjakannya

Setelah sesi 3, menolak intervensi

karena menganggap durasinya terlalu

lama.

Ibu berhasil membujuk D mengikuti sesi 4

– 6

19-11-2012 Jadwal evaluasi dimajukan karena D

menolak mengikuti intervensi (harusnya

setelah sesi 8, menjadi setelah sesi 6)

Ayah meminta ibu menghentikan

intervensi. Ibu masih ingin melanjutkan

intervensi, tetapi khawatir D marah dan

kembali mogok sekolah. Ibu sepakat

meneruskan intervensi untuk memutus

pola respon D yang cenderung menghindar

dari kegiatan yang tidak disukainya. Ibu

berhasil membujuk D untuk mengikuti

intervensi sampai selesai.

D menolak intervensi setelah sesi 6

karena merasa terbebani dengan tugas

latihan di rumah dan waktu bermain

berkurang

20-12-2012 Jadwal evaluasi sesuai rencana, yaitu

setelah sesi ke 12

D masih cemas ketika sendirian di

kamar mandi di rumah saudaranya,

sendirian di rumah, melewati jalan yang

sepi meskipun bersama ibu, menginap di

rumah saudara

Ibu menuruti keinginan D untuk tidak

melintasi jalan sepi, dan menginap di

rumah saudara.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 82: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

71

D yang sebelumnya sering memanggil

ibu karena takut di kamar mandi

sendirian, di hari ini tidak memanggil

ibu. D juga menyatakan berani

menyeberang jalan.

Ibu belum mengizinkan D menyeberang

jalan karena menganggap D tidak bisa.

D masih harus dibantu mengerjakan

latihan di rumah

Ibu membantu, tetapi tidak memberikan

kesempatan praktek kepada D

4.3 Pelaksanaan Post-test

Post-tes dilakukan pada tanggal 20 Desember 2012. D mengisi SCARED-

child version dan FSSC-R di rumah kakak ibu, sementara ibu mengisi SCARED-

parent version dan CBCL di ruang pemeriksaan Fakultas Psikologi UI.

4.4 Analisa Hasil Pre-test dan Post-test

4.4.1 Hasil SCARED

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test SCARED

Anxiety Skor D Skor ibu

Pre-

test

Indikasi

(ya/tidak)

Post

-test

Indikasi

(ya/tidak)

Pre-

test

Indikasi

(ya/tidak)

Post

-test

Indikasi

(ya/tidak)

Anxiety Disorder 27 Ya 33 Ya 42 Ya 26 Ya

Panic Disorder

/Somatic Symptom 7 Ya 7 Ya 10 Ya 5 Tidak

Generalized Anxiety

Disorder (GAD)

2 Tidak 5 Tidak 9 Ya 5 Tidak

Separation Anxiety

Disorder (SAD) 9 Ya 10 Ya 9 Ya 7 Ya

Social Phobia 6 Tidak 7 Tidak 12 Ya 9 Ya

School Phobia 3 Ya 4 Ya 2 Tidak 0 Tidak

Grafik 4.1 Skor Pre-test dan Post-test SCARED yang Diisi D

0

5

10

15

20

25

30

35

Anxiety

Disorder

Panic

Disorder /

Somatic

Symptom

Generalized

Anxiety

Disorder

(GAD)

Separation

Anxiety

Disorder

(SAD)

Social

Phobia

School

Phobia

Pre-test

Post-test

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 83: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

72

Grafik 4.2 Skor Pre-test dan Post-test SCARED yang Diisi Ibu

Grafik skor pre-test dan post-test SCARED yang diisi D di atas menunjukkan

adanya peningkatan skor D untuk hampir semua dimensi yang diukur SCARED. Hal

ini mengindikasikan D mengalami peningkatan kecemasan yang diukur setelah

mengikuti intervensi. Namun gangguan kecemasan yang dialami D masih sama

seperti yang terukur saat pre-test yaitu gangguan kecemasan secara umum, panic

disorder, separation anxiety disorder, dan school phobia. D tidak mengalami

generalized anxiety disorder dan social phobia meskipun ada peningkatan skor pada

gangguan tersebut.

Sementara pada grafik skor pre-test dan post-test SCARED yang diisi ibu

menunjukkan adanya penurunan skor SCARED yang diisi oleh ibu untuk semua

dimensi. Secara umum D masih mengalami gangguan kecemasan namun skornya

sudah jauh berkurang (pre-test = 42, post-test = 26). D juga masih mengalami

separation anxiety disorder dan social phobia meskipun terjadi penurunan skor.

Sementara pada generalized anxiety disorder dan panic disorder terjadi penurunan

skor dari pre-test dan post-test sehingga tidak ada lagi indikasi D mengalami kedua

gangguan tersebut. Sedangkan skor pre-test dan post-test D pada school phobia

sama-sama mengindikasikan tidak ada gangguan tersebut pada diri D.

Di sisi lain, jika dianalisa berdasarkan item-item SCARED ini, terlihat adanya

penurunan skor pada sejumlah item, yaitu item 6, 7, 11, 22, 26, 29, dan 40.

Tabel 4.4 Penurunan Skor SCARED yang Diisi D

Gangguan Item No

item

Pre-test Post-test

Panic Disorder /Somatic

Symptom

Pingsan 6 2 0

Berkeringat 22 1 0

Generalized Anxiety Disorder Gugup 7 2 1

05

1015202530354045

Anxiety

Disorder

Panic

Disorder /

Somatic

Symptom

Generalized

Anxiety

Disorder

(GAD)

Separation

Anxiety

Disorder

(SAD)

Social Phobia School

Phobia

Pre-test

Post-test

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 84: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

73

(GAD)

Separation Anxiety Disorder

(SAD)

Jauh dari keluarga 29 2 1

Social Phobia Bicara dengan orang tidak

dikenal dengan baik

26 2 1

Pergi ke acara dimana ada

orang yang tidak dikenal

dengan baik

40 1 0

School Phobia Sakit perut di sekolah 11 1 0

Dari tabel di atas terlihat D tidak merasakan gejala panik berupa merasa ingin

pingsan saat cemas dan banyak berkeringat saat ketakutan. Ia juga hanya kadang-

kadang merasa gugup. D yang awalnya sangat tidak suka berada jauh dari keluarga

menjadi hanya kadang-kadang saja tidak suka. Ia juga hanya kadang-kadang saja

merasa cemas bicara dengan orang yang tidak dikenal dengan baik. D sudah tidak

merasa cemas lagi ketika pergi ke acara dimana ada orang lain yang tidak dikenal

dengan baik. Selain itu, D juga tidak mengalami sakit perut lagi saat di sekolah.

4.4.2 Hasil FSSC-R

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test FSSC-R

Anxiety Skor

Pre-test Indikasi (ya/tidak) Post-test Indikasi (ya/tidak)

Intensitas rasa takut yang berlebihan 180 Ya 180 Ya

Frekuensi rasa takut yang berlebihan 50 Ya 50 Ya

Fear of Failure and Criticsm 50 Ya 49 Ya

Fear of The Unknown 41 Ya 46 Ya

Fear of Minor Injury and Small Animals 47 Ya 45 Ya

Fear of Danger and Death 34 Ya 34 Ya

Medical Fears 8 Ya 6 Tidak

Grafik 4.3 Skor Pre-test dan Post-test FSSC-R

020406080

100120140160180200

Intensitas

rasa takut

Frekuensi

rasa takut

Fear of

Failure

and

Criticsm

Fear of

The

Unknown

Fear of

Minor

Injury and

Small

Animals

Fear of

Danger

and Death

Medical

Fears

Pre-test

Post-test

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 85: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

74

Pada pre-test terlihat D mengalami kecemasan berlebihan pada semua

dimensi yang diukur oleh FSSC-R. Grafik di atas menunjukkan intensitas dan

frekuensi rasa takut D yang berlebihan tetap sama saat diukur sebelum dan setelah

intervensi. Hal yang sama juga terlihat pada kecemasannya terhadap bahaya dan

kematian (fear of danger & death). Skor kecemasan D terhadap kegagalan dan kritik

(fear of failure & criticsm), terluka dan hewan kecil (fear of minor injury & small

animals) mengalami penurunan, namun masih mengindikasikan adanya kecemasan D

yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Skor kecemasan D pada berbagai hal

lainnya (fear of the unknown) mengalami peningkatan dan mengindikasikan adanya

kecemasan yang berlebihan pada hal tersebut. Sedangkan skor kecemasan D terhadap

hal-hal medis (medical fears) mengalami penurunan sehingga kecemasan D yang

berlebihan terhadap hal tersebut menjadi normal.

Sedangkan jika dianalisa berdasarkan jawaban D per item tampak ada

sejumlah penurunan skor pada item 4, 7, 31, dan 60.

Tabel 4.6 Penurunan Skor FSSC-R

Gangguan Item No

item

Pre-test Post-test

Fear of Failure and Criticsm Dikritik orangtua 31 2 1

Fear of The Unknown Tidur dalam suasana gelap 60 3 1

Fear of Minor Injury and Small

Animals

Cicak 4 3 2

Benda-benda tajam 7 3 2

Dari tabel di atas terlihat D sudah tidak merasa cemas dikritik orangtua. D

yang awalnya sangat takut tidur dalam suasana gelap karena hantu, setelah intervensi

sudah tidak merasa cemas lagi. Sementara terhadap cicak dan benda tajam, D hanya

kadang-kadang saja merasa cemas.

4.4.3 Hasil CBCL

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Pre-test dan Post-test CBCL Sindroma Skor

Pre-test Indikasi Post-test Indikasi

Withdrawn 5 Normal 2 Normal

Somatic Complaints 3 Normal 2 Normal

Anxious/Depressed 8 Normal 6 Normal

Social Problems 5 Normal 4 Normal

Thought Problems 2 Normal 2 Normal

Attention Problems 7 Normal 3 Normal

Deliquent Behavior 4 Normal 0 Normal

Aggressive Behavior 6 Normal 4 Normal

Other Problems 8 4

Internalizing 16 (T = 65) Internalizing problem 10 (T = 58) Normal

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 86: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

75

Externalizing 10 (T = 54) Normal 4 (T = 44) Normal

Total 48 (T = 65) Clinical 27 (T = 54) Normal

Grafik 4.4 Skor Pre-test dan Post-test CBCL-1

Grafik 4.5 Skor Pre-test dan Post-test CBCL-2

Sebagian besar skor CBCL yang diisi oleh ibu saat pre-test menunjukkan

perilaku D masih tergolong normal. Namun secara umum D mengalami internalizing

problem atau masalah yang mengarah pada dirinya yaitu perilaku menarik diri

(withdrawn), keluhan fisik (somatic complaints), dan kecemasaan / depresi (anxious /

depressed). Dan jika dilihat dari skor total, D mengalami masalah perilaku yang

tergolong clinical sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Hal yang berbeda

terlihat saat pengukuran post-test dimana hampir semua skor D mengalami

penurunan dan D pun sudah tidak mengalami internalizing problem lagi.

4.4.4 Kesimpulan Hasil

Skor yang didapat dari pengisian SCARED dan CBCL oleh ibu saat pre-test

mengalami penurunan saat post-test pada sebagian besar dimensi yang diukur alat tes

0123456789

Pre-test

Post-test

0

10

20

30

40

50

60

Internalizing Externalizing Total

Pre-test

Post-test

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 87: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

76

tersebut. Sementara skor yang didapat dari pengisian SCARED oleh D mengalami

peningkatan di hampir semua dimensi yang diukur. Selain itu pada FSSC-R pun skor

D masih tinggi, dan ada beberapa skor yang masih sama antara pre-test dengan post-

test, bahkan ada dimensi yang mengalami peningkatan skor. Hal ini menunjukkan

sebelum intervensi ibu menilai D memiliki kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan penilaian D terhadap dirinya. Sedangkan setelah intervensi ibu menilai

tingkat kecemasan D sudah menurun. Sementara D menilai tingkat kecemasannya

meningkat setelah intervensi.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 88: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

77

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan 12 sesi intervensi CBT yang diikuti D dapat disimpulkan

sebagai berikut :

Berdasarkan evaluasi selama pelaksanaan intervensi terlihat D memiliki

sejumlah kecemasan yang dialaminya sehari-hari, yaitu antara lain cemas untuk

menggunakan pisau dan jarum, menyeberang jalan raya, menelepon atau

mengirimkan SMS kepada teman yang tidak akrab, pergi ke sekolah sendirian dengan

berjalan kaki, di kamar mandi sendirian, di rumah sendirian, tidur sendirian, pergi les

tanpa diantar, menginap di rumah orang lain, dimarahi guru karena lupa mengerjakan

PR atau membawa buku pelajaran. Kecemasannya yang sudah berkurang adalah

memotong dengan pisau, menjahit dengan jarum, dan menyeberang jalan raya karena

selama intervensi D telah mempraktekkannya. Sementara kegiatan menelepon teman

yang tidak akrab masih enggan dilakukannya, meskipun sudah pernah

dipraktekkannya, karena merasa cemas. Kecemasan lainnya masih ada pada diri D

karena D belum mempraktekkannya secara langsung, melainkan hanya

membayangkan situasinya saja.

Berdasarkan pengisian alat ukur SCARED oleh D sebelum intervensi (pre-

test) terdapat indikasi D mengalami gangguan kecemasan, yaitu panic disorder,

separation anxiety disorder, dan school phobia. Sedangkan dari pengisian FSSC-R

oleh D saat pre-test terdapat indikasi D mengalami intensitas dan frekuensi rasa takut

yang berlebihan, yaitu terhadap kegagalan dan kritik, terluka dan sejumlah hewan

kecil, bahaya dan kematian, hal-hal medis dan hal lainnya yang diukur alat ini.

Sementara pada saat setelah intervensi (post-test), terdapat peningkatan skor

kecemasan D pada skala SCARED dan FSSC-R yang diisi oleh D. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa intervensi CBT ini tidak efektif untuk menurunkan

kecemasan pada diri D.

Di sisi lain, berdasarkan pengisian alat ukur SCARED oleh ibu sebelum

intervensi dilakukan, terdapat indikasi D mengalami gangguan kecemasan, yaitu

panic disorder, generalized anxiety disorder, separation anxiety disorder, dan social

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 89: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

78

phobia. Berdasarkan pengisian CBCL oleh ibu pun terdapat indikasi D mengalami

internalizing problem atau masalah yang mengarah pada dirinya, yaitu mencakup

perilaku menarik diri, keluhan fisik, dan kecemasan / depresi. Namun, berdasarkan

pengukuran SCARED dan CBCL setelah intervensi dilakukan, terdapat penurunan

kecemasan D. D masih mengalami separation anxiety disorder dan social phobia,

sedangkan panic disorder dan generalized anxiety disorder sudah tidak dialaminya

lagi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan intervensi CBT tidak efektif menurunkan

kecemasan D.

5.2 Diskusi

Intervensi CBT yang diberikan terhadap D tampaknya hanya menambah

pemahaman D untuk mengatasi kecemasan, namun tidak meningkatkan

kemampuannya untuk menghadapi kecemasan secara signifikan. Menurut Silverman

dkk (dalam Rey, Marlin, & Silverman, 2011) sekitar 20% sampai 40% anak dengan

gangguan kecemasan yang mendapat intervensi CBT gagal berespon secara positif

terhadap intervensi ini, sehingga masih memenuhi kriteria gangguan kecemasan di

akhir treatment. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi hal ini, yaitu psikopatologi

yang dialami orangtua, keterlibatan orangtua, tingkat keparahan gangguan, kognitif,

komorbid dengan gangguan lainnya, masalah dalam keluarga, dan proses yang terjadi

selama intervensi (Rey, Marlin, & Silverman, 2011).

Faktor pertama yang perlu diperhatikan adalah psikopatologi orangtua.

Kondisi psikopatologi orangtua perlu dipertimbangkan dalam pemilihan intervensi

kecemasan pada anak. D yang mengalami kecemasan pada sejumlah hal memiliki ibu

yang juga pencemas. Kondisi ibu tersebut dapat mempengaruhi hasil intervensi.

Menurut Schaefer dan Millman (1981), orangtua yang pencemas cenderung

menerapkan pola asuh yang terlalu mengontrol atau melindungi anak sehingga

membatasi kesempatan anak mengembangkan kemampuannya mengatasi masalah.

Contohnya terlihat pada saat D merasa dirinya sudah mampu menyeberang jalan

setelah latihan saat intervensi, ibu masih menganggap D tidak bisa dan menutup

kesempatannya untuk menyeberang tanpa ditemani orangtua. Hal ini dapat

melemahkan keyakinan D bahwa ia mampu menyeberang jalan dan kembali tidak

berani melakukannya sendirian. Hal ini dinyatakan oleh Suveg dkk (2006) bahwa

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 90: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

79

keyakinan orangtua bahwa anaknya lemah dan tidak mampu mengatasi situasi yang

mencemaskannya dapat disadari anak, sehingga anak menolak mencoba menghadapi

hal yang mencemaskannya.

Dengan kondisi ibu yang pencemas tersebut, perlu dipertimbangkan

intervensi lain yang tampaknya lebih tepat dibandingkan CBT, misalnya family

intervention. Jenis intervensi tersebut berupa pelatihan terhadap orangtua agar dapat

mengatasi kecemasannya sendiri dan memiliki keterampilan untuk membantu anak

mereka mengatasi kecemasan (Haugaard, 2008). Dalam intervensi tersebut

keterlibatan orangtua diharapkan lebih baik. Sementara pada intervensi CBT terhadap

D ini keterlibatan dan kerjasama orangtua masih tidak sesuai yang diharapkan. Ayah

tidak pernah terlibat, bahkan saat D ingin berhenti dari intervensi, ayah

menyetujuinya dan berusaha mempengaruhi ibu. Sementara ibu menyadari bahwa D

memerlukan intervensi tetapi sikapnya juga tidak selalu mendukung program ini. Hal

ini terlihat saat D ingin berhenti dari intervensi, ibu sempat terpikir untuk

menyetujuinya. Ibu tidak mau repot saat D tidak mau mengikuti intervensi dan

menangis. Ia juga cemas D akan kembali mogok sekolah jika dipaksa mengikuti

intervensi. Contoh sikap ibu yang kurang mendukung lainnya adalah diam saja ketika

D menunjukkan kartu mengatasi kecemasan yang dibuatnya.

Faktor lain yang mempengaruhi tidak efektifnya intervensi ini adalah tingkat

keparahan gangguan. Berdasarkan pemeriksaan terhadap D, terlihat ia mengalami

tingkat kecemasan yang cukup tinggi. Stallard (2005) menyatakan anak dengan

sejumlah kesulitan yang terlihat saat intervensi dilakukan, dapat membuat pelaksana

intervensi menjadi tidak fokus. Hal ini terjadi pada PI. Banyaknya hal yang

mencemaskan D membuat PI kurang fokus dalam menentukan perilaku cemas mana

yang paling signifikan untuk diintervensi. PI berusaha untuk memberikan exposure

pada sejumlah perilaku cemas D, sementara jumlah sesi exposure pada intervensi ini

terbatas. Hal ini menyebabkan exposure yang dilakukan tidak optimal. Ketika

menghadapi anak dengan sejumlah kesulitan, Stallard (2005) menyarankan agar

pelaksana intervensi fokus pada target intervensi. Ketika target tersebut tercapai,

barulah dilakukan intervensi terhadap kesulitan yang lainnya. Jadi, pada kasus D ini

PI sebaiknya menentukan satu saja perilaku cemas yang paling signifikan untuk

diberikan intervensi.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 91: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

80

Dengan fokus pada satu perilaku cemas, exposure yang diberikan dapat lebih

optimal. Misalnya D tidak hanya sekedar membayangkan menghadapi situasi cemas,

tetapi juga mendapat kesempatan mempraktekkannya secara nyata. Meskipun

menurut Kendall (2012) tugas exposure dapat dilakukan berupa membayangkan

situasi yang mencemaskan, namun pada D akan lebih efektif jika exposure diberikan

secara langsung. Pengalaman exposure secara langsung dapat meningkatkan perasaan

bahwa ia mampu menghadapi situasi tersebut. Hal ini terlihat setelah D praktek

menyeberang jalan, ia menyatakan pada orangtua bahwa dirinya berani dan bisa

menyeberang jalan, padahal sebelumnya D selalu mengatakan tidak bisa.

Faktor lainnya yang menyebabkan intervensi ini kurang efektif adalah

motivasi D yang rendah untuk mengikuti intervensi. D merasa waktu bermainnya

berkurang dengan mengikuti intervensi ini, apalagi selama intervensi ada sepupu D

dari Jawa dan D selalu ingin bermain dengannya. Selain itu, selama ini D masih

malas dan harus selalu dibantu dalam mengerjakan PRnya dari sekolah. Ia merasa

semakin terbebani dengan tugas latihan di rumah dari PI yang harus dikerjakannya. Ia

beberapa kali lupa mengerjakan tugas latihan di rumah. Ketika dikerjakan pun,

dilakukan di malam atau pagi hari menjelang sesi berikutnya dan tanpa dipraktekkan.

Padahal menurut Hudson dan Kendall (Kendall, 2012), tugas latihan di rumah

merupakan komponen yang penting dalam intervensi CBT karena memfasilitasi anak

untuk mengembangkan rasa menguasai keterampilan yang diajarkan dalam mengatasi

kecemasan. Orangtua juga tidak mendukung D untuk mempraktekkan tugas di

rumah, padahal mereka sudah mendapat informasi dari PI mengenai tugas tersebut.

Selain itu, orangtua tidak segera memberikan reward yang seharusnya ia terima

karena telah mengerjakan tugas tersebut. Hal itu juga dapat menurunkan motivasi D

untuk terus menjalani intervensi.

Dari uraian mengenai sikap negatif D terhadap tugas latihan di rumah, dapat

dipertimbangkan apakah anak dengan sikap demikian sesuai diberikan intervensi

CBT. Intervensi lain yang lebih tepat perlu dipikirkan kembali. Misalnya, intervensi

modifikasi perilaku dengan teknik systematic desensitization, yang lebih fokus

kepada perilaku cemas anak yang akan diubah melalui exposure secara bertahap.

Faktor lainnya yang menghambat efektivitas intervensi ini adalah pelaksanaan

intervensi tidak sesuai jadwal atau banyak tertunda. Padahal menurut Suveg dkk

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 92: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

81

(2006), kehadiran anak yang konsisten dalam intervensi setiap minggu sangat

diperlukan agar anak dapat mengingat materi yang diberikan di sesi sebelumnya dan

tugas dikerjakan sesuai waktunya.

Selain uraian di atas, ada satu faktor lagi yang penting untuk didiskusikan dan

bermanfaat untuk intervensi selanjutnya, yaitu mengenai penggunaan alat ukur.

Intervensi ini menggunakan alat ukur SCARED dan FSSC-R untuk menguji

efektivitas intervensi. Namun belum dilakukan standarisasi kedua alat ukur ini di

Indonesia, sehingga norma yang dipakai pun masih berdasarkan penelitian di luar

negeri. Hal ini dapat menyebabkan hasil pengukuran SCARED dan FSSC-R tersebut

tidak menggambarkan kondisi anak yang sebenarnya. Selain itu, pemilihan alat ukur

untuk intervensi sebaiknya dipertimbangkan secara matang. Penggunaan alat ukur

yang tidak tepat dapat mempengaruhi efektivitas intervensi. Hal ini terjadi pada

intervensi CBT yang dilakukan PI. Banyaknya faktor yang diukur oleh kedua

instrumen ini membuat PI kurang fokus dan kesulitan menentukan mana gangguan

kecemasan yang perlu diutamakan untuk diintervensi.

5.3 Saran

Saran yang diberikan untuk penerapan intervensi selanjutnya adalah

sebaiknya PI mempertimbangkan dengan matang mengenai permasalahan yang akan

ditangani dengan intervensi. Jika PI menemukan adanya sejumlah masalah

kecemasan pada klien, PI sebaiknya menentukan satu masalah yang paling penting

untuk ditangani. Hal ini dilakukan agar PI fokus dalam menerapkan intervensi. Selain

itu, pelaksanaan exposure pun dapat lebih fokus pada satu kecemasan dan dilakukan

secara bertahap sampai klien benar-benar dapat mengatasi kecemasannya.

Pemilihan intervensi yang sesuai untuk permasalahan klien sangat dibutuhkan

agar hasilnya efektif. Penggunaan alat ukur pun perlu dipertimbangkan dengan hati-

hati agar apa yang terjadi pada intervensi PI ini tidak terulang di kemudian hari.

Saran berikutnya adalah orangtua sebaiknya dilibatkan lebih intensif lagi

dalam program ini, misalnya dengan memberikan materi cara mengatasi kecemasan

kepada ibu yang terlihat juga memiliki kecemasan dalam mengasuh D. Saran lainnya

untuk ibu adalah ibu sebaiknya juga mengikuti intervensi untuk mengatasi

kecemasannya. Selain itu, ayah perlu dilibatkan dalam intervensi. Selama ini ayah

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 93: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

82

sibuk dengan pekerjaannya dan cenderung bersikap kurang mendukung program ini.

Untuk intervensi selanjutnya ayah dapat dilibatkan dalam pemberian reward untuk

kemauan D mengikuti intervensi ini dan menerapkannya dalam kesehariannya.

Saran lainnya adalah orangtua sebaiknya meningkatkan kerjasama mereka

dalam pelaksanaan intervensi ini, terutama memastikan D tidak sekedar mengerjakan

tugas latihan di rumah, tetapi juga telah mempraktekkannya. Orangtua juga sebaiknya

meningkatkan kemandirian D dalam mengerjakan tugas latihan di rumah. Misalnya

dengan meminta D menyelesaikan terlebih dahulu tugas itu tanpa dibantu. Setelah

selesai, barulah orangtua memeriksa dan mendiskusikan jawaban D.

Untuk mempertahankan motivasi D mengikuti intervensi ini, orangtua

sebaiknya menepati pemberian reward terhadap D. Selain itu, orangtua juga

sebaiknya menunjukkan minat mereka terhadap kegiatan intervensi yang diikuti D,

misalnya dengan bertanya kepada D mengenai materi yang dipelajarinya.

Saran selanjutnya adalah orangtua memberikan kesempatan kepada D untuk

menghadapi kecemasannya dengan menerapkan apa yang sudah dipelajari dari

intervensi CBT, dan tidak mengijinkan D menghindari situasi yang

mencemaskannya. Orangtua diharapkan konsisten dalam menerapkan hal ini.

Orangtua juga sebaiknya memberikan reinforcement, misalnya pujian, atas kemauan

D menghadapi kecemasannya.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 94: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

DAFTAR PUSTAKA

Albano, A. M., & Kendall, P. C. (2002). Cognitive behavioral therapy for children

and adolescents with anxiety disorder : clinical research advance.

International Review of Psychiatry, 14, 129 – 134.

Bee, H., & Boyd, D. (2007). The developing child. (11th ed.). New York : Pearson

Education, Inc.

Beidel, D.C., & Turner, S. M. (2005). Childhood anxiety disorders_a guide to

research and treatment. New York : Routledge.

Crocetti, E., Hale III, W. W., Fermani, A., Raaijmakers, Q., & Meeus, W. (2009).

Psychometrics properties of the Screen for Child Anxiety Related Emotional

Disorder (SCARED) in the general Italian adolescent population : a validation

and a comparison between Italy and The Netherlands. Journal of Anxiety

Disorders, 23, 824-829.

Dia, D. A. (2001). Cognitive-behavioral therapy with a six-year-old boy with

separation anxiety disorder : a case study. Health & Social Work, 26(2).

Friedberg, R. D., & McClure, J. M. (2002). Clinical practice of cognitive therapy

with children and adolescents. New York : The Guilford Press.

Gosch, E. A., Flannery-Schroder, E., Mauro, C. F., & Compton, S. N. (2006).

Principles of cognitive-behavioral therapy for anxiety disorders in children.

Journal of Cognitive Psychotherapy, 20(3), 247.

Gravetter, F. J., & Forzano, L. B. (2009). Research methods for the behavioral

sciences. USA : Wadsworth.

Haugaard, J. J. (2008). Child psychopathology. New York : McGraw-Hill.

Hidayat, D., Ingkiriwang, E., Andri, Asnawi, E., Widya, R. S., & Susanto, D. H.

(2010). Penggunaan metode dua menit (M2M) dalam menentukan prevalensi

gangguan jiwa di pelayanan primer. Majalah Kedokteran Indonesia, 60(10).

Ishikawa, S., Okajima, I., Matsuoka, H., & Sakano, Y. (2007). Cognitive behavioural

therapy for anxiety disorders in children and adolescents : a meta-analysis.

Child and Adolescent Mental Health, 12(4), 164 – 172.

Kendall, P. C. (2012). Child and adolescent therapy : cognitive-behavior procedures.

(4th ed.). New York : The Guilford Press.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 95: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

King, N. J., Heyne, D., & Ollendick, T. H. (2005). Cognitive-behavioral treatment for

anxiety and phobic disorders in children and adolescents : a review.

Behavioral Disorders, 30(3). 241 – 257.

Muris, P., Mayer, B., Den Adel, M., Roos, T., & Van Wamelen, J. (2009). Predictors

of change following cognitive-behavioral treatment of children with anxiety

problems : a preliminary investigation on negative automatic thoughts and

anxiety control. Child Psychiatry Hum Dev, 40, 139 – 151.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2006). A child’s world_infancy

through adolescence. (10th ed.). New York : McGraw Hill.

Peurifoy, R. Z. (2005). Anxiety, phobias, & panic_ a step-by-step program for

regaining control of your life. New York : Warne-Book

Rey, Y., Marin, C. E., & Silverman, W. K. (2011). Failures in cognitive-behavior

therapy for children. Journal of Clinical Psychology : In Session, 67(11),

1140 – 1150.

Rice, C. L. (2008). Reducing anxiety in middle school and high school students : a

comparison of cognitive-behavioral therapy and relaxation training

approach. Dissertation. The Faculty of Department Special Education,

Rehabilitation, and School Psychology, University of Arizona.

Santrock, J. W. (2000). Children. (6th ed.). New York : McGraw-Hill.

Sattler, J. M. (2002). Assessment of children_behavioral and clinical applications.

(4th ed.). San Diego : Jerome M. Sattler Publisher, Inc.

Schaefer, C. E. & Millman, H. L. (1981). How to help children with common

problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Schroeder, C. S., & Gordon, B. N. (2002). Assessment & treatment of childhood

problems. (2nd ed.). New York : The Guilford Press.

Somers, J., & Queree, M. (2007). Cognitive behavioural therapy. British Columbia :

The Centre for Applied Research in Mental Health and Addiction

(CARMHA) at Simon Fraser University.

Sroufe, L. A., Cooper, R. G., & Dehart, G. B. (1996). Child development. (3rd ed.).

New York : McGraw-Hill.

Stallard, P. (2005). Think good – feel good_using CBT with children and young

people. USA : John Wiley & Sons Inc.

Suveg, C.; Roblek, T. L., Robin, J., Krain, A., Aschenbrand, S., & Ginsburg, G.

(2006). Parental involvement when conducting Cognitive-Behavioral

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 96: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

Therapy for children with anxiety disorders. Journal of Cognitive

Psychotherapy : An International Quaterly, 20(3).

Vigil-Colet, A., Canals, J., Cosi, S., Lorenzo-Seva, V., Ferranzo, P. J., Hernandez-

Martinez, C., et al (2009). The factorial structure of the-41-item version of the

screen for child anxiety related emotional disorder (SCARED) in a Spanish

population of 8 to 12 years-old. International Journal of Clinical and Health

Psychology, 9(2), 313 - 327.

Waddell, C., Godderis, R., Hua, J., McEwan, K., & Wong, W. (2004). Preventing

and treating anxiety disorders in children and youth_ a research report

prepared for the British Columbia Ministry of children and family

development. The University of British Columbia, 1.

Wenar, C., & Kerig, P. (2005). Developmental psychopathology_from infancy

through adolescence. (5th ed.). New York : McGraw-Hill.

Westbrook, D., Kennerley, H., & Kirk, J. (2007). CBT_an introduction to cognitive

behavior therapy. London : Sage Publications Ltd.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 97: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

xi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengikuti rangkaian program

intervensi Cognitive Behavior Therapy untuk membantu anak saya menurunkan

kecemasannya. Program ini terdiri dari 12 sesi dengan durasi 60 menit untuk setiap

sesinya. Materi program berupa pengenalan mengenai pikiran, perasaan, dan reaksi

tubuh saat anak cemas, serta langkah-langkah untuk menurunkan kecemasan.

Saya tidak keberatan apabila hasil intervensi ini dipresentasikan kepada pembimbing

pelaksana intervensi ataupun digunakan untuk keperluan:

tesis

pengajaran

pertemuan profesional/ilmiah

Semua data dan hasil rekaman akan dijaga kerahasiaannya dan hanya diketahui oleh

pelaksana intervensi dan pembimbing.

Depok, 2 Oktober 2012

( Orangtua D ) ( Yomi Novitasari )

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 98: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

xii

CATATAN HARIANKU

NAMA :

USIA :

Hari

&Tanggal

Yang

mencemaskan

aku hari ini

Yang ku

pikirkan

Yang ku lakukan Hasilnya Hadiah untukku

Meminta

bantuan

ibu/ayah

Meng

hindar

Relaksasi

(tarik

napas)

Mengubah

pikiranku

menjadi

Bayangkan

Power Ranger

membantuku

Tindakan

lain

Pujian Hadiah

lain

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 99: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

xiii

KARTU SITUASI “MUDAH”

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013

Page 100: PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334203-T32571-Yomi Novitasari.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN DAN MASALAH ... Gangguan kecemasan pada

xiv

BAROMETER PERASAAN

SANGAT TENANG

SANGAT CEMAS TENANG

CEMAS NETRAL

MERASA TERGANGGU RAGU-RAGU

Guntinglah tanda panah di bawah ini. Lalu tempelkan di tengah barometer perasaan.

Penerapan cognitive..., Yomi Novitasari, Psikologi, 2013