18
6 1. Pendahuluan Penggunaan internet di lingkungan pendidikan mengalami peningkatan yang cepat, seiring dengan dianjurkannya pemanfaatan internet sebagai salah satu media pembelajaran di sekolah-sekolah. Penggunaan internet tidak hanya sekedar mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan komunikasi sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang direalisasikan dalam sebuah website sekolah. Bahkan saat ini sedang digalakkan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran elektronik atau pembelajaran berbasis internet (e-learning) dimana siswa dan guru bisa saling berkomunikasi melakukan pembelajaran dan ujian secara online dari manapun dan kapanpun. Problema sistem pendidikan di Indonesia masih mengacu pada metode teacher center learning” dimana guru dijadikan titik sentral keberhasilan siswa karena yang aktif dalam proses pengajaran adalah guru, sementara siswa pasif [1] Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan Learner-Centered Teaching adalah suatu paradigma atau metode dalam dunia pembelajaran dan pengajaran dimana di dalamnya siswa atau mahasiswa memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan [1]. Paradigma baru ini muncul sebagai jawaban atas paradigm lama yang cenderung berpihak kepada Teacher-Centered Learning (TCL). Berdasarkan wawancara dan observasi selama melakukan PPL di SMK Bina Nusantara, dapat diketahui bahwa pada saat mata pelajaran Produktif siswa merasa bosan dikarenakan guru menyampaikan materi dengan cara konvensional, yaitu guru menyampaikan materi dengan ceramah dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Komunikasi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam kenyataanya, terkadang siswa hanya sekedar datang dan duduk di kelas akan tetapi pesan yang disampaikan dalam pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa. Terbatasnya waktu belajar mengajar dikelas terkadang menghalangi para guru dalam memberikan semua materi pelajaran kepada siswanya. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi guru yang ingin menyampaikan materi secara detail kepada para siswa. Kesulitan ini banyak dikeluhkan oleh siswa dan guru yang terkadang materi yang butuh penjelasan dalam waktu yang lama justru harus dijelaskan waktu yang singkat. Berdasarkan permasalahan di atas, dengan adanya proses pembelajaran konvensional pada mata produktif di SMK Bina Nusantara (Binusa) Ungaran, pembelajaran berbasis komputer telah terbukti bisa lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran [2]. Berdasarkan latar belakang tersebut, diajukanlah penelitian untuk menggali potensi beserta manfaat yang dapat diberikan dari web e-learning Binusa terhadap proses pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan batasan masalah pada Penggunaan metode kolaboratif dengan media web e-learning Binusa sebagai

Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

  • Upload
    buingoc

  • View
    226

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

6

1. Pendahuluan

Penggunaan internet di lingkungan pendidikan mengalami peningkatan yang

cepat, seiring dengan dianjurkannya pemanfaatan internet sebagai salah satu media

pembelajaran di sekolah-sekolah. Penggunaan internet tidak hanya sekedar

mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan komunikasi sekolah

dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang direalisasikan dalam sebuah

website sekolah. Bahkan saat ini sedang digalakkan pembelajaran jarak jauh atau

pembelajaran elektronik atau pembelajaran berbasis internet (e-learning) dimana

siswa dan guru bisa saling berkomunikasi melakukan pembelajaran dan ujian

secara online dari manapun dan kapanpun.

Problema sistem pendidikan di Indonesia masih mengacu pada metode

“teacher center learning” dimana guru dijadikan titik sentral keberhasilan siswa

karena yang aktif dalam proses pengajaran adalah guru, sementara siswa pasif [1]

Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan

Learner-Centered Teaching adalah suatu paradigma atau metode dalam dunia

pembelajaran dan pengajaran dimana di dalamnya siswa atau mahasiswa memiliki

tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran

interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap

pembelajaran yang telah dikerjakan [1]. Paradigma baru ini muncul sebagai

jawaban atas paradigm lama yang cenderung berpihak kepada Teacher-Centered

Learning (TCL).

Berdasarkan wawancara dan observasi selama melakukan PPL di SMK Bina

Nusantara, dapat diketahui bahwa pada saat mata pelajaran Produktif siswa

merasa bosan dikarenakan guru menyampaikan materi dengan cara konvensional,

yaitu guru menyampaikan materi dengan ceramah dan siswa mendengarkan

penjelasan dari guru. Komunikasi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran

tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam kenyataanya, terkadang siswa hanya

sekedar datang dan duduk di kelas akan tetapi pesan yang disampaikan dalam

pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Terbatasnya waktu belajar mengajar dikelas terkadang menghalangi para

guru dalam memberikan semua materi pelajaran kepada siswanya. Hal ini menjadi

masalah tersendiri bagi guru yang ingin menyampaikan materi secara detail

kepada para siswa. Kesulitan ini banyak dikeluhkan oleh siswa dan guru yang

terkadang materi yang butuh penjelasan dalam waktu yang lama justru harus

dijelaskan waktu yang singkat.

Berdasarkan permasalahan di atas, dengan adanya proses pembelajaran

konvensional pada mata produktif di SMK Bina Nusantara (Binusa) Ungaran,

pembelajaran berbasis komputer telah terbukti bisa lebih efektif dan efisien dalam

mencapai tujuan pembelajaran [2].

Berdasarkan latar belakang tersebut, diajukanlah penelitian untuk menggali

potensi beserta manfaat yang dapat diberikan dari web e-learning Binusa terhadap

proses pembelajaran siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan batasan masalah pada

Penggunaan metode kolaboratif dengan media web e-learning Binusa sebagai

Page 2: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

7

media belajar dalam Mata Pelajaran Produktif di SMK Bina Nusantara Ungaran

khususnya pada kelas X TKJ1.Siswa akan melaksanakan proses pembelajaran

online. Siswa dapat mengunduh materi dan dapat berkomunikasi dengan guru atau

siswa lainya diluar jam pelajaran.

2. Kajian Pustaka

Penelitian oleh Urip Widodo dengan judul Penerapan Metode Kolaboratif

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran

Membaca Gambar Sketsa Di SMK Negeri 2 Klaten ini menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran kolaboratif berdampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa, baik itu dari hal afektif maupun psikomotoriknya. Ini

ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) setelah adanya penerapan pembelajaran kolaboratif

ini. Dalam proses penelitian ini dilakukan 3 tahap penelitian dan dilakukan dalam

2 siklus. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah tahap perencanaan tindakan,

tahap pelaksanaan tindakan serta refleksi tindakan. 3 tahapan ini dilakukan dalam

2 siklus penelitian. Pada siklus I dan siklus II terdapat perubahan keaktifan siswa

yang semakin meningkat. Penerapan metode kolaboratif dalam proses

pembelajaran membaca gambar sketsa terbukti dapat meningkatkan prestasi

belajar kognitif siswa. Ditunjukkan dengan hasil tes siswa yang dilakukan pada

saat pra siklus, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas.

Siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) juga meningkat

jumlahnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya nilai rata-rata kelas pada saat pra

siklus yaitu 7,1. Sedangkan pada saat siklus I cukup mengalami perubahan dan

mengalami peningkatan menjadi 7,8 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi

8,2. Jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat dari yang semula pra

siklus 11 orang, siklus I menjadi 20 orang dan pada siklus II meningkat menjadi

28 orang. Perubahan ini menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan metode

kolaboratif dalam pembelajaran membaca sketsa gambar memberikan dampak

positif terhadap prestasi siswa.

Penelitian lain “Penerapan Aplikasi E-learning Berbasis Web di STIMIK

AMIKOM Purwokerto”, disusun oleh Supangkat Eka Prasetya (10.11.00.49)

Jurusan Teknik Informatika STIMIK AMIKOM Purwokerto tahun 2009.

Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam

kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui

kegiatan kelompok. Namun para siswa dalam kelompok didorong untuk

menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu

dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran

merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan [3].

Di dalam pembelajaran kolaboratif diterapkan strategi belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar dan setiap anggota kelompok

tersebut harus bekerja secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam

sebuah kegiatan dengan struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang

penuh makna[4].

Langkah-langkah dalam penerapan metode kolaboratif ialah: a)

Page 3: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

8

mengorientasi siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun tugas

pembelajaran; d) memfasilitasi kolaborasi siswa; e) menilai dan mengevaluasi

pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan [4]. Dalam kelas yang

menggunakan model pembelajaran kolaboratif, pembelajaran yang terjadi adalah

pengetahuan yang terbagi antara guru dan siswa. Dengan demikian, guru maupun

siswa dianggap sebagai sumber informasi. Keadaan ini berbeda dengan keadaan

yang terjadi dalam kelas tradisional. Di dalam kelas tradisional guru dianggap

sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan serta pembelajaran yang

terjadi itu berpusat pada guru sebagai sumber informasi.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif

adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara berkelompok untuk

mendapatkan pengetahuan serta mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

pembelajaran kolaboratif siswa turut aktif dalam pembelajaran guna menghasilkan

pembelajaran yang bermakna.

E-learning memiliki banyak definisi. E-learning merupakan satu jenis

belajar-mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa

dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer

lainnya [5]. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi

elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan

komputer, maupun komputer standlone (mandiri). E-learning tidak berarti

menggantikan model pembelajaran konvensional di dalam kelas, tetapi

memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan

pengembangan teknologi pendidikan. E-learning merupakan istilah yang mengacu

pada pembelajaran yang ditunjang dengan teknologi yang menggunakan

seperangkat alat pengajaran dan pembelajaran seperti telefoni, audio, vedeotape,

telekonferensi, transmisi satelit [5]. Secara lebih sederhana, Allan mendefinisikan

e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi

komputer, atau biasanya internet [5].

E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam

penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria.

Pertama, merupakan jaringan dengan kemampuan memperbarui, meyimpan,

mendistribusikan, dan membagi materi ajar atau informasi. Kedua, pengiriman

sampai kepada pengguna dengan komputer menggunakan internet standar. Ketiga,

memfokuskan pada pandangan paling luas tentang pembelajaran dibalik

paradigma pembelajaran tradisional [5].

Setidaknya ada tiga fungsi e-learning terhadap kegiatan pembelajaran di

dalam kelas, yaitu: sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi. Sebagai

suplemen (tambahan) jika peserta didik memiliki kebebasan memilih, apakah

akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Sekalipun bersifat

opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan

pengetahuan. Kedua, sebagai komplemen (pelengkap) jika materi pembelajaran

elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima

peserta didik di dalam kelas. Hal ini juga berarti materi pembelajaran elektronik

diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Sebagai

pengayaan (enrichment) jika peserta diberikan kesempatan untuk mengakses

materi pembelajaran yang khusus untuk mereka dengan tujuan meningkatkan

Page 4: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

9

penguasaan materi. Sebagai program remedial jika siswa yang kesulitan

memahami materi di kelas memperoleh kesempatan memanfaatkan materi e-

learning yang khusus untuk mereka agar mudah memahami materi. Ketiga,

sebagai substitusi jika e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar,

misalnya dengan model-model kegiatan pembelajaran [5].

Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta

didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian

secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya

melalui internet [5].

Manfaat e-learning antara lain adalah: (1) Melalui e-learning, siswa tidak

perlu pergi ke luar untuk mendapatkan pengetahuan, melainkan cukup dengan

mengakses pengetahuan tersebut dimana pun mereka berada dan kapan pun

mereka mau. (2) Melalui e-learning, pikiran siswa menjadi tidak terbatas dalam

mencari pengetahuan. Siswa pun dapat meningkatkan kemampuan mereka. (3)

Melalui e-learning, siswa dapat menjalin komunikasi dengan semua orang di

dunia melalui internet, lebih banyak yang bisa mereka ketahui dan dapatkan. (4)

Melalui e-learning, kemampuan siswa dalam bidang TIK meningkat sehingga

pembelajaran tidak lagi terbatas pada jadwal belajar dan buku ajar. (5) Melalui e-

learning, siswa dapat mencari ilmu pengetahuan dalam bidang apapun, tidak

terbatas pada satu bidang. Siswa pun bisa mendapatkan wawasan yang luas

tentang segala hal. (6) Melalui e-learning, siswa belajar dengan cara yang

menyenangkan sehingga terbebas dari stres dan tekanan yang biasa dialami di

sekolah formal. (7) Sifat e-learning interaktif dan inovatif. Materi bisa

disampaikan melalui kuis, gambar, grafik, ataupun video. (8) Siswa akan merasa

lebih percaya diri karena mahir dalam teknologi. (9) Melalui e-learning, sisa

didorong untuk bereksplorasi dengan website-website yang tersedia sehingga

kreativitas dan rasa ingin tahunya terus bertambah. (10) Melalui e-learning, siswa

tidak harus selalu berada dalam ruang kelas sehingga sangat membuka peluang

untuk munculnya pemikiran baru [5].

Manfaat lain dapat ditemukan jika dipandang dari segi guru. manfaat

tersebut antara lain: guru dapat mengembangkan media pembelajaran dan

pembaruan materi terus menerus. Guru dapat memberikan materi dan soal-soal

secara Online kepada siswa sehingga menghemat waktu dan biaya. Pemeriksaan

hasil ujian atau pelatihan pun dapat dilakukan dengan sistem otomatis [5].

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek alamiah, sampel sumber data secara purposive dan snowbal,

teknik analisis bersifat kualitatif [6]. Pengembangan media web e-learning Binusa

sebagai media belajar menggunakan metode sekuensial linear atau waterfall.

Sedangkan untuk menerapkan sistem e-learning peneliti melakukan penelitian

tindakan (Action research).

Penelitian tindakan adalah suatu penelitian kualitatif dimana semua individu

dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong [7].

Page 5: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

10

Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kegiatan penelitian

untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan

tindakan secara kolaborasi dan partisipatif [8].

Desain penelitian yang digunakan terdiri dari desain penelitian untuk

pembuatan dan pengembangan media pembelajaran dan desain penelitian untuk

penerapan media pembelajaran.

Pembuatan dan pengembangan media pembelajaran adalah pembuatan

dan pengembangan perangkat lunak berupa web e-learning dengan PHP dan

MySQL. Proses ini menggunakan model sekuensial linear atau siklus kehidupan

klasik atau model air terjun digambarkan seperti Gambar 1:

Gambar 1. Model Waterfall [9]

Metode pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan pada

perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada

tingkat dan kemajuan system pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan

pemeliharaan [10]. Model ini melingkupi aktivitas-aktivitas: (1) Definition Study /

Analysis (Analisis), yaitu curah pendapat tentang software, apa yang akan dibuat,

dan tujuan apa yang akan dipenuhi. Pemodelan yang dibuat masih bersifat umum

menggunakan context diagram. Context diagram merupakan gambaran secara

umum untuk mengidentifikasikan komponen-komponen yang ada pada sistem

seperti terlihat pada gambar 2. Sedangkan gambaran sistem secara keseluruhan

yang lebih detail dari context diagram terlihat pada DFD Level 1, seperti terlihat

pada gambar 3.

E-Learning

Guru

Siswa

Input ID Siswa

Input NilaiInput Jawaban

Upload Materi

Upload Soal

Informasi User

Tampilan beritaTampilan setting

Tampilan Data Guru

Tampilan Data Materi

Akses BeritaPencarian

Download Soal

Download Materi

Jawab Soal

Diskusi

Page 6: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

11

Gambar 2 Context Diagram

Gambar 3 DFD Level 1

(2) Basic Design (Desain Dasar), merumuskan desain dasar dari perangkat

lunak diatas kertas. (3) Technical Design / Detail Design (Desain Teknis),

merumuskan desain teknis dan fungsi masing-masing bagian diputuskan dan unit

rekayasa ditempatkan misalnya modul, dan program. (4) Construction /

Implementation (Konstruksi/Implementasi), pada tahap ini, source code ditulis.

(5) Testing (Pengujian), yaitu keseluruhan desain dan konstruksi program

diletakkan pada pengujian untuk melihat fungsinya. (6) Integration (Integrasi), di

dalam tahap integrasi, program digunakan setelah berhasil diuji. (7) Management

and Maintenance (Manajemen dan Pemeliharaan), manajemen dan pemeliharaan

dibutuhkan untuk memastikan bahwa sistem akan berjalan terus seperti yang

diharapkan [9]. Tipe pemeliharaan dapat corrective, adaptive, perfective, dan

Page 7: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

12

preventive [11].

Penerapan media pembelajaran berupa web e-learning menggunakan desain

penelitian Action Research model Kemmis. Penelitian ini dilakukan dalam dua

siklus. Setiap siklus mempunyai empat tahap penting yaitu: perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi [7]. Hal-hal yang penting dari desain penelitian

tindakan sebagai karakteristik setiap siklus adalah sebagai berikut: (a) Pada

awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman masalah

dikembangkan, dan rencana dibuat untuk beberapa bentuk strategi intervensi.

Salah satunya berisi tentang pembuatan dan pengembangan media e-learning

dengan metode waterfall. (b) Kemudian intervensi dilakukan berdasarkan rencana

yang telah disusun. (c) Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan

dilakukan dalam berbagai bentuk (Monitoring pelaksanaan dengan observasi). (d)

Strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai

pemahaman yang cukup (atau menerapkan solusi yang mampu untuk) terhadap

suatu masalah diperoleh [7].

Model Action research yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

yang dikemukakan oleh Kemmis [7].

Sebelum siklus I penelitian dilaksanakan prasiklus penelitian. Prasiklus

penelitian adalah proses belajar mengajar dengan cara konvensional tanpa

menggunakan media e-learning. Adapun deskripsi pelaksanaan setiap siklus

adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan prasiklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi. (a) Perencanaan terdiri dari dua langkah, yaitu: menyusun rencana

pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran

dengan metode ceramah, kemudian menyusun instrumen yang terdiri dari lembar

pengamatan dan lembar tes formatif tertulis dan lisan. (b) Pelaksanaan, pada awal

kegiatan pembelajaran, guru terlebih dulu mengkondisikan siswa agar siap

mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah pembelajaran dengan

metode ceramah tanpa media e-learning. Penjelasan materi dengan ceramah,

tanya jawab dengan siswa, memberikan tugas pada siswa, dan pengumpulan

tugas. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan review, memotivasi

siswa dan mengumumkan bahwa pertemuan selanjutnya siswa akan langsung

belajar di laboratorium komputer. (c) Pengamatan/pengumpulan data, dilakukan

setelah pelaksanaan. Guru melakukan pengamatan saat proses pembelajaran

berlangsung. Caranya adalah dengan mencatat keaktifan siswa sesuai indikator

yang telah ditentukan. Prasiklus penelitian memperlihatkan siswa kurang antusias,

tidak aktif bertanya, tidak memperhatikan guru, dan tidak dapat bekerjasama. (d)

Refleksi, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui

pencapaian kompetensi dasar yang diinginkan. Melakukan kajian tentang proses

penelitian tindakan mengenai apa yang telah dan yang belum terjadi, apa yang

dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi dan tindakan apa yang perlu dilakukan.

Prestasi belajar siswa masih rendah, karena semua siswa belum mencapai nilai

ketuntasan belajar minimal (75). Penelitian dilanjutkan pelaksanaan siklus I.

Siklus I penelitian dilaksanakan setelah prasiklus. Siklus I terdiri dari:

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (a) Perencanaan, merupakan

tahap awal penelitian. Pada tahap ini, guru: (1) menyusun rencana pembelajaran

Page 8: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

13

sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran kolaborasi

dengan media e-learning. Pada tahap ini, peneliti menyusun RPP Pembelajaran

dengan metode kolaborasi dan memasukkan media e-learning. (2) Guru

mempersiapkan dan mengaktifkan web e-learning. (3) Menyusun materi ke dalam

bentuk dokumen file kemudian diunggah ke web e-learning. (4) Menyusun soal

latihan ke dalam bentuk dokumen file kemudian diunggah ke web e-learning. (5)

Menyusun instrumen yang terdiri dari lembar hasil pengamatan dan lembar hasil

tes. (b) Pelaksanaan, dilakukan setelah proses perencanaan selesai. Pada awal

kegiatan pembelajaran, guru memulai proses pertama pembelajaran kolaborasi

dengan terlebih dulu mengorientasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran.

Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang telah

memanfaatkan media web e-learning. Langkah kedua pembelajaran kolaborasi

adalah membentuk kelompok. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.

Melakukan tanya jawab dengan siswa. Proses selanjutnya adalah memberi tugas

kepada siswa dalam kelompok. Siswa memanfaatkan web e-learning untuk

mengunduh tugas dari guru. Siwa juga memanfaatkan informasi materi dari web

e-learning dalam mengerjakan tugas tersebut. Tanya jawab terjadi antara

kelompok siswa yang satu dengan yang lainnya. Kemudian guru memfasilitasi

jalannya kolaborasi siswa dan menjawab pertanyaan yang memerlukan penjelasan

guru. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan review tentang materi

yang telah dipelajari dengan cara melempar pertanyaan kepada siswa. Guru

mencatat siswa yang menjawab pertanyaan guru sebagai penilaian dan evaluasi

pembelajaran kolaborasi. Guru memotivasi siswa tentang hikmah yang

mempelajari periperal. Guru mengumumkan bahwa akan ada tugas di web e-

learning yang harus diambil dan dikerjakan siswa secara berkelompok di rumah.

Pada pertemuan selanjutnya siswa kembali belajar di laboratorium komputer.

Menutup pembelajaran dengan hamdalah dan doa. (c) Pengamatan/pengumpulan

data, merupakan pengamatan proses pembelajaran. Kegiatan pengamatan pada

siklus pertama hakikatnya sama dengan kegiatan pengamatan pada prasiklus.

Mencatat keaktifan siswa sesuai indikator yang telah ditentukan pada lembar

observasi. Mengamati keaktifan siswa telah mengalami peningkatan dari

prasiklus. Siswa semuanya telah memperhatikan penjelasan dari guru, antusias

siswa bertambah dengan media e-learning, dan siswa mulai aktif bertanya. Pada

siklus ini, siswa juga telah mulai ada yang bertanya dan mengemukakan pendapat.

(d) Refleksi, untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan. Siklus I

penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa jika

dibandingkan dengan kondisi prasiklus penelitian. Pada siklus I, sebanyak 50%

siswa telah mampu mencapai ketuntasan belajar minimal. Karena prestasi belajar

belum mencapai target minimal yaitu 75%, maka penelitian dilanjutkan.

Kekurangan yang ada pada siklus I adalah belum adanya sarana tanya jawab

melalui web e-learning. Peneliti memahami bahwa fitur tanya jawab sangat

penting dalam web e-learning. Oleh sebab itu, dilakukan penambahan fitur chat

untuk mengakomodasi kebutuhan tanya jawab antara guru dengan siswa.

Siklus II penelitian dilaksanakan setelah siklus I. Tahap awalnya adalah

perencanaan yang terdiri dari: (1) Menyusun rencana pembelajaran perbaikan

sesuai dengan hasil refleksi siklus pertama, yaitu pembelajaran kolaboratif dengan

Page 9: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

14

media web e-learning dengan belajar kelompok. Peneliti melakukan perbaikan

media web e-learning dengan menambah fitur chat. (2) Mempersiapkan web e-

learning. (3) Menyusun materi dalam bentuk dokumen file dan upload ke web e-

learning. (4) Menyusun soal ujian dan memasukkannya ke dalam fitur ujian tryout

di dalam web e-learning. (5) Menyusun instrumen yang terdiri dari lembar

pengamatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.

Setelah perencanaan selesai, dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pada awal

kegiatan pembelajaran, guru terlebih dulu mengorientasi siswa agar siap

mengikuti pembelajaran sebagai langkah pertama pembelajaran kolaboratif.

Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran kolaborasi dengan

web e-learning yang telah ditambahi fitur chatting. Guru membentuk kelas ke

dalam kelompok belajar sebagai langkah kedua pembelajaran kolaboratif.

Menjelaskan materi secara singkat. Tanya jawab siswa. Langkah ketiga

pembelajaran kolaborasi adalah memberikan tugas kepada siswa agar mengunduh

materi dan mengerjakan soal. Dalam proses tersebut, guru memfasilitasi siswa.

Siswa menerapkan fitur chatting antara kelompok dan guru hanya menjawab

pertanyaan dengan fitur chatting pula. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru

melakukan review tentang materi yang telah dipelajari, mencatat siswa yang

menjawab pertanyaan, memotivasi siswa dan menjelaskan bahwa fitur chat ini

bisa digunakan di rumah jika ada materi yang belum dipahami siswa.

Tahap pengumpulan data kemudian dilakukan. Pada siklus kedua penelitian,

guru mengamati kondisi siswa dan kelas. Pembelajaran berlangsung dengan baik.

Siswa semuanya memperhatikan penjelasan guru. Siswa memiliki antusias tinggi,

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan terutama melalui fitur chatting. Secara

keseluruhan, kondisi kelas dikatakan telah kondusif bagi proses belajar mengajar.

Kegiatan refleksi pada siklus kedua penelitian mengungkapkan bahwa

prestasi belajar pada tahap ini telah mencapai peningkatan sesuai target penelitian.

Semua siswa berhasil mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Oleh

sebab itu, penelitian dihentikan.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bina Nusantara Ungaran pada kelas X

TKJ 1 dengan jumlah siswa 31 siswa. Jadwal penelitian dimulai dari bulan

Februari 2014 – Juni 2014.

Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan tes. Observasi

merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian

yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal

yang diteliti [12]. Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan bahasa

lisan baik secara tatap muka atau melalui media tertentu [12]. Tes adalah alat

untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran [13]. Tes

yang digunakan adalah tes perbaikan dan perawatan periferal yang berupa soal

pilihan ganda yang berjumlah 15 dan soal esay 5.

Setelah data terkumpul, data kemudian dianalisis. Menganalisis data adalah

satu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki

makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian [12]. Teknik analisis

data yang digunakan bersifat kualitatif dengan dilandasi oleh hasil atau keluaran

dari setiap tindakan latihan, baik tertulis maupun lisan [7].

Page 10: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

15

4. Hasil pembahasan dan implementasi

Pada keadaan awal sistem pembelajaran, sistem pembelajaran untuk mata

pelajaran produktif di kelas X SMK Bina Nusantara menggunakan sistem

konvensional. Sistem pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah

sehingga memposisikan guru sebagai pusat pembelajaran. Guru adalah satu-

satunya sumber belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar mengajar pun

berjalan satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Berdasarkan observasi dan wawancara

peneliti, pada kondisi awal ini ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Siswa

merasa cepat bosan. (2) Keaktifan siswa rendah karena guru yang lebih aktif, dan

siswa pasif. (3) Pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan rendah. (4)

Guru kekurangan waktu untuk memberikan materi di kelas.

Peneliti memutuskan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran

yaitu web e-learning dan menerapkannya di pembelajaran dengan metode

kolaborasi.

Hasil pengembangan media pembelajaran adalah terwujudnya web e-

learning.

Gambar 4. Halaman Utama Aplikasi

Halaman utama terdiri dari beberapa menu. E-learning menjadi salah satu

menu di dalamnya. Menu tersebut adalah: web utama, PSB Online, BKK Binus,

Pramuka SMK Binus, OSIS SMK Binus, Galery Kegiatan, Bank Video

Streaming, Makalah Renata, dan E-learning. Adapun yang diterapkan dan

dikembangkan pada penelitian ini adalah e-learning. Jika menu e-learning diklik,

maka akan diarahkan ke halaman login. Halaman Home disusun sedemikian rupa

untuk membuka peluang pengembangan aplikasi di masa mendatang.

Page 11: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

16

Gambar 5 login e-learning

Jika menu e-learning pada halaman utama diklik, maka jendela login e-

learning akan ditampilkan. Pada bagian ini pengguna diminta mengisi username

dan password kemudian memilih statusnya sebagai siswa atau guru.

Gambar 6 interface guru

Interface guru akan ditampilkan jika pengguna login menggunakan status

guru. Menu-menu yang ada antara lain: (a) Home: merupakan menu untuk menuju

halaman utama. (b) Statistik Siswa: untuk melihat daftar siswa. (c) UpSload

materi: fasilitas guru mengunggah materi pelajaran. Pada bagian ini guru juga

dapat melihat materi apa saja yang telah diunggahnya. (d) Input Soal: merupakan

fasilitas guru menyusun soal-soal berbentuk pilihan ganda beserta jawabanya ke

dalam aplikasi. Guru juga dapat melihat soal-soal yang telah dia susun. (e) Mata

pelajaran: berisi informasi mengenai jumlah materi berdasarkan mata pelajaran

disertai guru pengampunya. (f) Guru: berisi informasi mengenai jumlah materi

berdasarkan guru. (g) Pencarian: berisi alat untuk mencari materi pelajaran.

Gambar 7 interface siswa

Interface siswa ditampilkan jika pengguna login menggunakan status

siswa. Menu yang ada antara lain: (a) Home: merupakan menu untuk menuju

halaman utama. (b) Ujian Tryout: merupakan fasilitas bagi siswa untuk latihan

soal. Pada bagian ini siswa dapat memilih soal latihan berdasarkan mata pelajaran.

(c) Mata pelajaran: berisi informasi mengenai jumlah materi berdasarkan mata

pelajaran disertai guru pengampunya. Siswa dapat mengunduh materi yang telah

disediakan pada bagian ini. (d) Guru: berisi informasi mengenai jumlah materi

Page 12: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

17

berdasarkan guru. Pada bagian ini siswa dapat melihat profil guru beserta jumlah

materi yang telah diunggah, sekaligus mengunduhnya. (e) Pencarian: berisi alat

untuk mencari materi pelajaran. Setelah ditemukan, siswa dapat melihat informasi

yang ada lalu mengunduh materi tersebut.

Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan aplikasi web e-

learning yang telah disusun. Pada tahapan ini, peneliti menggunakan e-learning

sebagai media pembelajaran kolaborasi mata pelajaran produktif. Dengan

melaksanakan Action research, akan diketahui bagaimana cara penerapan media

e-learning yang tepat dalam pembelajaran.

Pada prasiklus penelitian, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

metode ceramah. Dengan metode tersebut dapat diketahui hasil analisis mengenai

keaktifan siswa pada Tabel 1:

Tabel 1 Keaktifan Siswa pada Pra Siklus Penelitian

Keterangan Jumlah %

Bertanya kepada guru 5 16,1%

Menjawab pertanyaan guru 15 48,4%

Bekerjasama dalam kelompok 15 48,4%

Ikutserta dalam kegiatan 25 80,6%

Berperan dalam kelompok 15 48,4%

rata-rata

48,4%

Nilai rata-rata keaktifan kelas adalah 48,4%. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah hanya dapat membuat kelas

aktif sebesar 48,4%. Adapun prestasi siswa dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

Keterangan Nilai Keterangan

Tertinggi 80

Terendah 54

Tuntas 11 35,5%

Tidak Tuntas 20 64,5%

Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada prasiklus penelitian,

diketahui bahwa 11 siswa (35,5%) tuntas, 20 siswa (64,5%) tidak tuntas.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam materi pelajaran yang diberikan

menunjukkan bahwa siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan dengan

materi ceramah.

Selain itu, melalui pengamatan peneliti diketahui bahwa siswa terlihat

bosan, mengantuk, kurang memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan hasil

analisis data pada prasiklus penelitian, maka peneliti melakukan siklus I.

Siklus I penelitian merupakan usaha menjawab permasalahan yang ada

pada kondisi awal dan prasiklus penelitian. Data keaktifan siswa pada siklus I

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3:

Page 13: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

18

Tabel 3 Keaktifan Siswa pada Siklus I

Keterangan Jumlah %

Bertanya kepada guru 12 38,7%

Menjawab pertanyaan guru 20 64,5%

Bekerjasama dalam kelompok 19 61,3%

Ikutserta dalam kegiatan 26 83,9%

Berperan dalam kelompok 13 41,1%

Rata-rata

58,1%

Setelah melaksanakan siklus I penelitian dengan menerapkan metode

kolaborasi dengan media web e-learning keaktifan siswa meningkat. Berdasarkan

analisis data penelitian diketahui nilai rata-rata keaktifan sebesar 58,1%. Nilai ini

meningkat dari kondisi prasiklus yaitu 48,4%. Dari observasi peneliti menemukan

bahwa sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan media web.

Banyak pertanyaan-pertanyaan dari siswa mengenai materi maupun media e-

learning. Adapun data mengenai prestasi siswa adalah Tabel 4:

Tabel 4 Prestasi Siswa pada Siklus I

KETERANGAN Nilai Keterangan

Rata-rata 74,70968

Tertinggi 82

Terendah 64

Tuntas 20 64,5%

Tidak Tuntas 11 35,5%

Pada siklus I penelitian, peneliti menemukan 20 siswa (64,5%) berhasil

tuntas. Jika dibandingkan dengan prasiklus penelitian sejumlah 35,5%, kondisi ini

mengalami peningkatan. Setelah menggunakan media web e-learning, siswa

memperoleh pemahaman yang lebih terhadap materi pelajaran. Siswa memiliki

motivasi yang lebih tinggi karena tertarik dengan media yang peneliti gunakan.

Pada siklus I penelitian ini, waktu yang dipakai terasa kurang, dan siswa masih

ingin terus belajar walaupun waktu telah habis. Banyak pertanyaan siswa yang

belum terjawab pada waktu pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, maka peneliti merasa

perlu menambah dan memperbaiki fitur chat pada aplikasi e-learning. Hal ini

untuk mengakomodasi kurangnya waktu untuk menjawab pertanyaan dan

memberikan materi tatap muka di kelas. Dengan fitur chat ini, maka siswa dapat

mengajukan pertanyaan secara Online saat belajar di rumah.

Perbaikan-perbaikan telah dilakukan pada siklus II. Perbaikan tersebut

berupa perbaikan media e-learning, yaitu penambahan fitur, dan perbaikan

metode mengajar. Setelah dilakukan perbaikan tersebut, diperoleh data mengenai

keaktifan siswa Tabel 5:

Page 14: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

19

Tabel 5 Keaktifan Siswa pada Siklus II

Keterangan Jumlah %

Bertanya kepada guru 25 80,6%

Menjawab pertanyaan guru 25 80,6%

Bekerjasama dalam kelompok 27 87,1%

Ikutserta dalam kegiatan 31 100,0%

Berperan dalam kelompok 26 83,9%

Rata-rata

86,5%

Keaktifan siswa pada siklus II penelitian ini mencapai 86,5%.

Dibandingkan dengan siklus I yang mencapai 74,2%, maka kondisi kelas pada

siklus II ini mengalami peningkatan. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar tinggi. Dan permasalahan waktu yang kurang terpecahkan

dengan fasilitas chat pada aplikasi yang sudah ditambahkan. Dengan fasilitas chat

ini siswa dapat belajar kapanpun dimanapun, dan mengajukan pertanyaan saat

mengalami kesulitan di luar jam pelajaran di kelas. Saat pembelajaran dikelas,

fitur chatting menjadi daya tarik yang besar agar siswa aktif bertanya dan

menjawab pertanyaan.

Adapun prestasi belajar siswa dapat diketahui dari Tabel 6:

Tabel 6 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II

Nama Siswa Nilai Keterangan

Rata-rata 78,25806

Tertinggi 90

Terendah 60

Tuntas 28 90,3%

Tidak Tuntas 3 9,7%

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa

mencapai 90,3% pada siklus II. Pada siklus kedua ini, siswa yang tidak tuntas

hanya 3 orang. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, diketahui bahwa ketiga-

tiganya tergolong siswa yang tidak aktif dalam hampir semua mata pelajaran.

Solusi untuk siswa yang tidak tuntas adalah dengan memberikan remedial berupa

materi dan latihan soal di luar jam sekolah.

Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas chatting siswa, peneliti

melakukan perhitungan frekuensi chatting siswa. Hasilnya dituliskan dalam tabel

7. Tabel 7 Frequensi Chatting Siswa pada Siklus II

No Interval

Catting Fabs Frel(%)

1 0-2 5 16% 2 3-5 2 6% 3 6-8 5 16% 4 9-11 10 32% 5 12-14 5 16% 6 15-17 4 13%

Page 15: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

20

Jumlah 130 100

Banyaknya kegiatan chatting yang dilakukan oleh 31 orang siswa

sebanyak 130 kali. Yang paling banyak adalah ada 10 siswa yang melakukan 9-

111 kali chatting. Dari data lain diketahui bahwa siswa rata-rata melakukan

chatting 8,6. Chatting terbanyak 17 kali walaupun ada 5 siswa yang chatting 2

kali atau kurang.

Setelah seluruh tahap siklus pembelajaran dilaksanakan, peneliti

melakukan Analisis Sistem Web E-learning. Tabel 8 Analisis Kemanfaatan

KEMANFAATAN JUMLAH %

SANGAT BERMANFAAT 6 19%

BERMANFAAT 19 61%

KURANG BERMANFAAT 3 10%

TIDAK BERMANFAAT 3 10%

JUMLAH 31 100%

Tabel 9 Analisis Kemudahan

KEMUDAHAN JUMLAH %

SANGAT MUDAH 7 23%

MUDAH 15 48%

SEDANG 6 19%

SULIT 3 10%

31 100%

Tabel 8 dan Tabel 9 berturut-turut menampilkan hasil analisis

kemanfaatan dan kemudahan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner.

Dua puluh lima siswa menyatakan bahwa web e-learning bermanfaat dan sangat

bermanfaat dan 22 siswa mengatakan bahwa pemakaiannya mudah dan sangat

mudah.

Untuk menguji validitas hasil penelitian tentang prestasi siswa, peneliti

menghitung korelasi hasil masing-masing siklus dan membandingkannya dengan

tabel r product momen dengan n=31 dan signifikansi 5%, yaitu 0,355. Hasilnya,

nilai korelasi prasiklus 0,84, siklus I 0,78 dan siklus II 0,74 sehingga lebih tinggi

dari nilai tabel r. Kesimpulannya hasil penelitian prestasi siswa valid.

Untuk keaktifan siswa dengan, nilai r tabel dengan n=5 dan signifikansi

5% adalah 0,878. Hasil perhitungan untuk prasiklus 0,97, siklus I 0,95 dan siklus

II 0,89 sehingga lebih besar dari tabel r. Kesimpulannya hasil penelitian

keaktifan valid.

Perancangan Web E-learning ini menggunakan metode waterfall dengan

memanfaatkan PHP dan MySQL. Karena berbasis web intranet, maka dapat

diakses di komputer manapun yang terhubung jaringan wi-fi dengan menggunakan

web browser. Kemudahan ini tidak ditemukan pada program yang bersifat

standalone yang harus diinstall di asing-masing komputer. Hal ini telah

dimanfaatkan peneliti dengan menanamkan program ke komputer server di lab

Page 16: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

21

komputer kemudian diakses oleh 31 siswa saat pembelajaran pada siklus I dan

siklus II. Program berjalan dengan baik tanpa kendala. Aplikasi bersifat

multithread sehingga dapat diakses oleh banyak orang dalam waktu bersamaan.

Karena hanya perlu dipasang pada satu komputer, maka pemeliharaannya

pun mudah. Cukup memperbaiki koding program pada satu komputer maka

komputer yang lain telah dapat menggunakannya kembali tanpa perlu instal ulang

ke masing-masing komputer.

Kondisi ini ditemukan saat perlu penambahan fitur baru pada program.

Fitur tersebut adalah chat yang sangat diperlukan untuk mendukung fungsi

program sebagai media pembelajaran interaktif. Peneliti hanya perlu memperbaiki

program di komputer server tanpa harus instal ulang program di banyak komputer

sehingga sangat menghemat waktu.

Kesederhanaan tampilan aplikasi web e-learning juga menjadi nilai

tambah. Siswa maupun guru dapat menggunakan aplikasi web e-learning dengan

sedikit belajar. Sebagian besar guru dan siswa telah familiar dengan halaman web,

membuka web, mengunduh dokumen, mengisi form data dan melakukan aktivitas

chat.

Kesulitan yang ditemui bersifat teknis terkait dengan pengaturan aplikasi

web e-learning di server agar bisa diakses ke komputer client. Kendala lainnya

adalah masalah ketergantungan sistem pada jaringan baik LAN maupun Internet.

Tanpa adanya jaringan, maka sistem tidak akan terbentuk dan program hanya

dapat dibuka pada satu komputer. Aplikasi juga rentan serangan virus ataupun

hacker yang bermaksud merusak aplikasi.

Hasil praktek pada siklus I menunjukkan bahwa fitur chat sangat

diperlukan sehingga dilakukan perbaikan web e-learning dengan penambahan

fitur tersebut. Chat memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru maupun

siswa lain. Namun demikian, kontrol guru diperlukan agar siswa tidak

menyalahgunakan fitur tersebut sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif.

Keberadaan materi-materi yang dapat diunggah guru dan diunduh oleh

siswa dapat mengatasi masalah waktu belajar yang kurang. Sedangkan

kemampuan aplikasi dalam menerima masukan soal dari guru dan jawaban dari

siswa dapat menambah waktu latihan bagi siswa. Guru dapat membuat soal-soal

latihan tanpa kendala waktu, dan siswa juga dapat mengerjakannya kapanpun dia

mau.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa (1) Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengembangkan aplikasi web e-learning adalah dengan metode sekuensial linear

atau waterfall. (2) Penerapan media pembelajaran berupa web e-learning yang

tepat dapat dieksplorasi dengan menggunakan desain penelitian Action research.

(3) Salah satu cara menerapkan media pembelajaran e-learning adalah dengan

memadukannya dengan model pembelajaran kolaborasi. (4) Perpaduan antara

model pembelajaran kolaborasi dan media web e-learning mampu meningkatkan

keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. (5) Fitur chat adalah

Page 17: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

22

fitur penting dalam aplikasi e-learning karena merupakan sarana tanya jawab dan

komunikasi antara siswa dengan guru.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengajukan saran bahwa (1) E-learning sebaiknya dikembangkan lebih lanjut

untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain. (2) Fitur chat yang ada di dalam

web e-learning dapat lebih disempurnakan dengan memanfaatkan web cam

sehingga lebih efektif dan interaktif. (3) Web e-learing dapat dikembangkan lebih

lanjut dengan menambahkan berkas-berkas video berisi materi pelajaran sehingga

siswa lebih tertarik. (4) Efektifitas pembelajaran jarak jauh dapat ditingkatkan

dengan metode pembelajaran yang mengakomodasi penggunaan e-mail misalnya

dalam mengumpulkan tugas.

6. Daftar Pustaka

[1] Permana, Wim. (2008). Implementasi WordPress Sebagai Blogging

Software Pendukung Student-Centered Learning. Skripsi Sarjana jurusan

ilmu komputer FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

[2] Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

[3] Sato, Manabu (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah. Makalah

dalam Bacaan Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan Pengalamn

Jepang dan IMSTEP. Jakarta Sistems.

[4] Barkley, Elizabet E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. (2012).

Collaborative Learning Techniques : Teknik-teknik Pembelajaran

Kolaboratif. Penerjemah : Narulita Yusron. Bandung : Penerbit Nusa Media.

[5] Rahmasari, Gertika, Rita Rismiati, 2013. E-learning pembelajaran jarak

jauh untuk SMA, Bandung : Penerbit Yrama Widya.

[6] Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

[7] Emzir., 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta : Rajawali Pers.

[8] Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

[9] Waterfall Model: http://www.waterfall-model.com, diakses tanggal 20 Juli

2014

[10] Proboyekti, tt, Bahan Ajar Rekayasa Perangkat Lunak: Software Process

Model I, http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/softwareprocess.pdf, Diakses:

20/07/2014

[11] Williams, Laurie, and Sarah Heckman, 2008, Maintenance,

http://openseminar.org/se/modules/22/index/screen.do, Diakses tanggal 20

Juli 2014

[12] Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

[13] Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta

Page 18: Penerapan dan Pengembangan Pembelajaran Kolaboratif dengan Media Web E-learning …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5123/3/T1... ·  · 2015-11-07pembelajaran elektronik atau

23