6
1 AbstrakPT. Timur Megah Steel. merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembuatan bolt. Dalam proses inspeksi produksi bolt, perusahaan menetapkan karakteristik cacat yang bersifat atribut, yaitu kondisi gupil, crack, tidak center,ada goresan, keropos, dan ukuran tidak sesuai. Sejauh ini penyajian informasi kecacatan di PT Timur Megah Steel hanya sebatas penjumlahan cacat terbanyak, perusahaan tidak menggunakan pengendalian kualitas secara statistik. Sementara itu pengendalian kualitas sangat perlu diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standard atau kualitas mutu sesuai harapan.Dalam penelitian ini digunakan diagram kontrol multivariat np sebagai monitoring proses produksi pada perusahaan PT.Timur Megah Steel. Proses produksi bolt pada fase I, yaitu proses pada bulan Juni 2012 berdasarkan peta kendali multivariat np sudah terkendali dengan, namun peta ini tidak sesuai jika digunakan untuk periode Juli 2012 karena dengan peta ini proses pada bulan Juli tidak terkendali. Dengan peta kendali yang baru proses produksi bolt pada fase II, yaitu Juli 2012 menunjukkan kondisi terkendali dengan. Sehingga disimpulkan telah terjadi pergeseran proses dari fase I ke fase II. Batas kendali pada fase II lebih lebar dibandingkan fase I. Dapat dikatakan proses pada Bulan Juli lebih buruk dibandingkan pada bulan Juni 2012. Kata Kuncimultivariat , cacat, bolt, diagram kontrol. I. PENDAHULUAN ERKEMBANGAN industri manufaktur semakin pesat menuntut manajemen perusahaan untuk melakukan inspeksi proses produksi yang berkelanjutan demi terciptanya produk yang berkualitas agar konsumen tetap loyal terhadap produk tersebut. Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standard atau kualitas mutu sesuai harapan (Juran dan Gryna, 1983). Dalam penerapan pengendalian kualitas, terdapat konsep pengendalian kualitas statistik salah satunya dengan menggunakan peta kendali yang merupakan alat yang sering digunakan dalam pengendalian kualitas statistik yang berfungsi untuk memonitor suatu proses produksi dalam kondisi terkendali atau tidak. Jika variabel kualitas lebih dari satu, diagram kontrol multivariat lebih sensitif dibandingkan diagram kontrol univariat karena mempertimbangkan keeratan hubungan antar variabel. Pengembangan diagram Multivariat np diterapkan melalui proses penjumlahan proporsi cacat dari semua variabel karateristik yang dimana mempunyai korelasi antar variabel. Penelitian diagram multivariat untuk atribut ada dua macam yaitu diagram multivariat p dan multivariat np. Diagram Multivariat np dijelaskan oleh Lu et al.(1998) membahas diagram kontrol multivariat np lebih sensitif daripada diagram kontrol univariat np. Penerapan konsep diagram kontrol multivariat np pernah diterapkan oleh Mawarini (2009) pada kasus produksi panel listrik di salah satu perusahaan panel listrik terkemuka di dunia yaitu PT.Siemens, selanjutnya Wenny (2010) mengenai pengontrolan kualitas proses produksi kasus rokok sigaret kretek tangan di PT ‘X’, Surabaya Dalam penelitian ini akan diterapkan diagram kontrol multivariat np karena terdapat cacat atribut yang lebih dari dua variabel dan antar variabel karateristiknya mempunyai hubungan keeratan. PT. Timur Megah Steel. merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembuatan bolt. Dalam proses inspeksi produksi bolt, perusahaan menetapkan karakteristik atribut cacat, yaitu kondisi gupil, crack, tidak center,ada goresan, keropos, dan ukuran tidak sesuai. Sejauh ini penyajian informasi kecacatan di PT Timur Megah Steel hanya sebatas penjumlahan cacat terbanyak, perusahaan tidak menggunakan pengendalian kualitas secara statistik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian kualitas secara statistik dan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan proses produksi out of control. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diagram kontrol Univariat np Diagram kontrol adalah tampilan dalam bentuk grafik dari beberapa karakteristik kualitas yang telah diukur dan dihitung (Montgomery, 2005). Asas statistik yang melandasi pengendalian bagian cacat didasarkan pada distribusi binomial. Apabila sampel random dengan unit n dipilih, dan F adalah unit produk yang cacat, maka F berdistribusi binomial dengan parameter n dan p, yaitu: g n p p n g F p g g ) 1 ( ) ( (1) dimana n g ,..., 1 , 0 Cacat dalam sampel dapat didefinisikan sebagai perbandingan cacat dalam sampel dimana g dengan jumlah sampel n sebagai berikut. n g p ˆ (2) Mean dan varians dari p ˆ adalah np dan ) 1 ( 2 p np p Penerapan Diagram Kontrol Multivariat np pada Proses Produksi Hexagon Bolt M16x75mm di PT. Timur Megah Steel Gresik Febrianto, Muhammad Mashuri 1 , dan Lucia Aridinanti 2 Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] 1 dan [email protected] 2 P (3) (4)

Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

1

Abstrak— PT. Timur Megah Steel. merupakan salah satu

perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembuatan bolt.

Dalam proses inspeksi produksi bolt, perusahaan menetapkan

karakteristik cacat yang bersifat atribut, yaitu kondisi gupil,

crack, tidak center,ada goresan, keropos, dan ukuran tidak

sesuai. Sejauh ini penyajian informasi kecacatan di PT Timur

Megah Steel hanya sebatas penjumlahan cacat terbanyak,

perusahaan tidak menggunakan pengendalian kualitas secara

statistik. Sementara itu pengendalian kualitas sangat perlu

diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan

standard atau kualitas mutu sesuai harapan.Dalam penelitian

ini digunakan diagram kontrol multivariat np sebagai

monitoring proses produksi pada perusahaan PT.Timur

Megah Steel. Proses produksi bolt pada fase I, yaitu proses

pada bulan Juni 2012 berdasarkan peta kendali multivariat

np sudah terkendali dengan, namun peta ini tidak sesuai jika

digunakan untuk periode Juli 2012 karena dengan peta ini

proses pada bulan Juli tidak terkendali. Dengan peta kendali

yang baru proses produksi bolt pada fase II, yaitu Juli 2012

menunjukkan kondisi terkendali dengan. Sehingga

disimpulkan telah terjadi pergeseran proses dari fase I ke fase

II. Batas kendali pada fase II lebih lebar dibandingkan fase I.

Dapat dikatakan proses pada Bulan Juli lebih buruk

dibandingkan pada bulan Juni 2012.

Kata Kunci— multivariat , cacat, bolt, diagram kontrol.

I. PENDAHULUAN

ERKEMBANGAN industri manufaktur semakin pesat

menuntut manajemen perusahaan untuk melakukan

inspeksi proses produksi yang berkelanjutan demi

terciptanya produk yang berkualitas agar konsumen tetap

loyal terhadap produk tersebut.

Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses

produksi agar mendapatkan standard atau kualitas mutu

sesuai harapan (Juran dan Gryna, 1983). Dalam penerapan

pengendalian kualitas, terdapat konsep pengendalian

kualitas statistik salah satunya dengan menggunakan peta

kendali yang merupakan alat yang sering digunakan dalam

pengendalian kualitas statistik yang berfungsi untuk

memonitor suatu proses produksi dalam kondisi terkendali

atau tidak. Jika variabel kualitas lebih dari satu, diagram

kontrol multivariat lebih sensitif dibandingkan diagram

kontrol univariat karena mempertimbangkan keeratan

hubungan antar variabel. Pengembangan diagram

Multivariat np diterapkan melalui proses penjumlahan

proporsi cacat dari semua variabel karateristik yang

dimana mempunyai korelasi antar variabel.

Penelitian diagram multivariat untuk atribut ada dua

macam yaitu diagram multivariat p dan multivariat np.

Diagram Multivariat np dijelaskan oleh Lu et al.(1998)

membahas diagram kontrol multivariat np lebih sensitif

daripada diagram kontrol univariat np. Penerapan konsep

diagram kontrol multivariat np pernah diterapkan oleh

Mawarini (2009) pada kasus produksi panel listrik di salah

satu perusahaan panel listrik terkemuka di dunia yaitu

PT.Siemens, selanjutnya Wenny (2010) mengenai

pengontrolan kualitas proses produksi kasus rokok sigaret

kretek tangan di PT ‘X’, Surabaya Dalam penelitian ini

akan diterapkan diagram kontrol multivariat np karena

terdapat cacat atribut yang lebih dari dua variabel dan antar

variabel karateristiknya mempunyai hubungan keeratan.

PT. Timur Megah Steel. merupakan salah satu

perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembuatan

bolt. Dalam proses inspeksi produksi bolt, perusahaan

menetapkan karakteristik atribut cacat, yaitu kondisi gupil,

crack, tidak center,ada goresan, keropos, dan ukuran tidak

sesuai. Sejauh ini penyajian informasi kecacatan di PT

Timur Megah Steel hanya sebatas penjumlahan cacat

terbanyak, perusahaan tidak menggunakan pengendalian

kualitas secara statistik. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengendalian kualitas secara statistik dan identifikasi

faktor-faktor yang menyebabkan proses produksi out of

control.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diagram kontrol Univariat np

Diagram kontrol adalah tampilan dalam bentuk grafik dari

beberapa karakteristik kualitas yang telah diukur dan

dihitung (Montgomery, 2005).

Asas statistik yang melandasi pengendalian bagian

cacat didasarkan pada distribusi binomial. Apabila sampel

random dengan unit n dipilih, dan F adalah unit produk

yang cacat, maka F berdistribusi binomial dengan

parameter n dan p, yaitu:

gnpp

ngFp

g

g

)1()(

(2.(1)

dimana ng ,...,1,0

Cacat dalam sampel dapat didefinisikan sebagai

perbandingan cacat dalam sampel dimana g dengan jumlah

sampel n sebagai berikut.

n

gp ˆ (2)

Mean dan varians dari p adalah

np

dan

)1(2 pnpp

Penerapan Diagram Kontrol Multivariat np

pada Proses Produksi Hexagon Bolt M16x75mm di PT. Timur

Megah Steel Gresik

Febrianto, Muhammad Mashuri 1, dan Lucia Aridinanti 2

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected] 1dan [email protected] 2

P

(3)

(4)

Page 2: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

2

adi p yang tidak diketahui dapat ditaksir dengan p . Maka

garis tengah, batas kendali atas dan batas kendali bawah

pada peta kendali np adalah sebagai berikut.

)1(3 ppnpnBKA

pnGT

)1(3 ppnpnBKB

B. Diagram Kontrol Multivariat np

Analisis multivariat adalah metode analisis statistik

yang digunakan untuk menganalisis data secara serentak

dengan banyak variabel (Johnson & Wichern, 2002).

Sehingga, jika pemeriksaan obyek secara atribut dilakukan

pada lebih dari satu karakteristik kualitas maka diagram

kontrol yang digunakan adalah diagram kontrol multivariat

atribut.

Proses yang diamati dapat diasumsikan i adalah

karakteristik kualitas, pi merupakan probabilitas dari

sebuah item cacat pada karakteristik kualitas i.

Karakteristik-karakteristik kualitas itu mungkin tidak

independen maka disebut koefisien korelasi antara

karakteristik i dan karakteristik j adalah ij . Dengan

cacatan:

jiij

ij

jiij

,1

1

(6)

Jika Ci adalah jumlah dari unit item cacat dengan

karakteristik kualitas i di dalam sampel, maka dapat

ditentukan perhitungan statistik X yang merupakan

jumlahan pembobot dari unit item cacat dari semua

karakteristik kualitas di dalam sampel secara matematis

dapat dituliskan sebagai berikut :

m

iip

iCX

1 (7)

Keterangan :

),...,2,1( npppP merupakan proporsi vektor item cacat

mxmij adalah matrik koefisien korelasi

iC = banyaknya cacat tiap variabel ke-i

C = (C1,C2, ..., Cm) adalah vektor dari jumlah unit item

cacat

Alasan pemilihan ip1 sebagai pembobot

karakteristik kualitas dalam perhitungan statistik X adalah

pertama, tidak seperti diagram kontrol Hotelling T2

untuk

proses multivariat perhitungan statistik uji X dalam

diagram MNP merupakan lanjutan dari diagram univariat

np. Kedua, nilai harapan dari statistik uji

m

iipnXE

1)(

meningkatkan fungsi dari jp yang berhubungan dengan

bagian internal proses yang dipantau dan didefinisikan

sebagai jumlah pembobot unit item cacat terhadap seluruh

karakteristik kualitas.

id menunjukkan jumlah kerugian yang mengindikasi

tingkat keparahan item cacat dalam i karakteristik kualitas,

maka statistik uji X yang dapat diterapkan dalam kondisi

nyata adalah sebagai berikut

m

i

iiiD pCdX1

(8)

dimana D adalah vektor item cacat dan dituliskan sebagai

berikut

),...,,( 21 mdddD (9)

Mean dari statistik uji X pada rumus (2.2) adalah sebagai

berikut

ip

m

iiCEid

m

iip

iC

idEDXE

1

)(

1)( .

m

iipidn

ip

m

iipnid

1

1

(10)

Keterangan :

iC = banyaknya cacat tiap variabel ke-i

ip = rata-rata proporsi cacat pada variabel ke-i dengan

banyaknya sampel tiap pengamatan ke-j.

Estimasi vektor proporsi item cacat secara umum

adalah sebagai berikut. (Lu, 1998)

),...,2

,1

(1

,...,1 2

,1 11

mpppnk

k

jmjC

nk

k

j jC

nk

k

j jC

k

k

jjP

P

Dengan ij merupakan koefisien korelasi antar variabel

karakteristik i = 1, 2, ..., m. Dimana

)var()var(

),cov(ˆ

ji

ji

ijCC

CC

k

h

k

h

jh

jh

k

h

k

h

ih

ih

k

h

jh

jh

k

h

k

h

ih

ih

k

C

Ck

C

C

k

C

Ck

C

C

1

2

1

1

2

1

1

1

14

(12)

Dengan menggunakan prinsip umum diagram kontrol

Shewhart, maka didapatkan batas untuk diagram Mnp.

m

j

m

j jijpipijjpnjpnBKB

m

jjpnGT

m

j

m

j jijpipijjpnjpnBKA

1 1)1)(1(2)1(3

1

1 1)1)(1(2)1(3

dimana:

P = nilai estimasi dari vektor proporsi item cacat P

= nilai estimasi matrik korelasi.

C. Profil PT. Timur Megah

PT. Timur Megah Steel adalah perusahaan yang

memproduksi baut mulai tahun 1976 dan bertempat di

Desa Cangkir km 20-21 Driyorejo Gresik.Gambar

Proses pertama dalam pembuatan bolt di PT. Timur

Megah Steel adalah menampung bahan baku kawat paku

yang berbentuk gulungan besar yang beratnya bisa

(5)

(13)

(11)

Page 3: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

3

mencapai beberapa ton. Kemudian gulungan kawat ini

dibersihkan dari kerak dan dibentuk dengan diameter yang

diinginkan. Proses ini disebut coating. Selanjutnya

dilakukan annealing yaitu penghilangan tegangan pada bolt

dengan jalan pemanasan terlebih dahulu kemudian

didinginkan perlahan-lahan dengan rate tertentu secara

konstan.

Setelah proses annealing berakhir, gulungan kawat akan

dimasukkan ke dalam sebuah mesin dan dibentuk menjadi

batang bolt dan kepala bolt. Kepala bolt akan dibentuk

menjadi hexagon atau segi empat, proses ini dinamakan

trimming. Selanjutnya bagian batang bolt dibuat ulir sesuai

ukuran dimana ini dinamakan rolling. Kemudian tahap

proses selanjutnya adalah sortir yaitu menyeleksi semua

jenis bolt hasil dari proses produksi dari unit pabrikasi

yang sesuai standart kualitas yang telah ditentukan oleh

Quality Control (QC). Jika produk baik maka

dikategorikan bolt kualitas 1(kualitas baik), sedangkan

produk bolt yang buruk dikategorikan bolt kualitas 2

(kualitas kurang baik).bolt kualitas 1 diperuntukkan kepada

konsumen yang memesan sedangkan bolt kualitas 2

diperuntukan konsumen penampung. Tahap terakhir adalah

pengemasan yang ditempatkan pada box. Box adalah

bahan kemas terbuat dari kardus dengan ketebalan tertentu

yang digunakan untuk mengepak hasil selesai untuk

kemudian dikirim ke konsumen.

III. METOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data

Pengambilan sampel dilakukan pada tahap sortir

dimana seluruh baut hasil produksi setiap jam dikumpulkan

kemudian diambil sampel secara acak sebanyak 10 buah.

Karena tiap hari produksi memerlukan waktu 8 jam maka

didapat sampel sebanyak 80 baut. Sumber data adalah

sekunder pada 15 Juni 2012 sampai dengan 18 Juli 2012.

Dalam Proses Pembuatan hexagon bolt dibutuhkan waktu

sebanyak 34 hari.

Langkah analisis yang dialkukan meliputi:

1. Pengumpulan data

Tahap ini dilakukan pengumpulan data di PT.Timur

Megah Steel Gresik yaitu data proses produksi

hexagon bolt M16 X 75mm tahap sortir pada 15 Juni

2012 sampai 18 Juli 2012. Sampel diambil setiap

selang waktu satu jam selama sehari pada saat

produksi berlangsung, dengan ukuran sampel sebesar

80 hexagon bolt M16 X 75mm.

2. Menghitung rata-rata proporsi cacat ( ip ) masing-

masing karakter kualitas ke-i, i=1, 2,..., 6.

3. Menghitung nilai statistik X pada masing-masing

subgrup ke k bulan Juni

4. Menghitung estimasi vektor proporsi item cacat ke m

5. Menghitung nilai korelasi antar variabel

6. Menghitung batas kendali diagram multivariat np

bulan Juni

7. Plot statistik X dengan batas kendalinya,jika terdapat

out of control maka titik tersebut dihilangkan.

8. Membandingkan peta kendali np univariat dengan np

multivariat. Selanjutnya mengidentifikasi proses pada

bulan Juli apakah sudah dalam keadaan terkendali

atau belum.

9. Menghitung rata-rata proporsi cacat ( ip ) masing-

masing karakterisktik kualitas ke-i dimana i = 1, 2, ...,

6.

10. Menghitung nilai statistik X pada masing-masing

subgrup ke k bulan juli

11. Plot statistik X dengan batas kendalinya,jika terdapat

out of control maka titik tersebut dihilangkan.

12. Menarik kesimpulan

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Korelasi Antar Variabel

Koefisien korelasi antar variabel digunakan untuk

mengetahui seberapa besar keterkaitan antar masing-

masing variabel. Uji hipotesis untuk koefisien korelasi:

H0 : ρ = 0

H1 : ρ ≠ 0

Dengan tingkat signifikansi 5% tolak H0 jika p-value

kurang dari 5% yang berarti ada hubungan antara variabel

satu dengan yang lain.

Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan bahwa ada

beberapa variabel yang signfikan karena memiliki nilai

koefisien korelasi lebih dari 0,5. Variabel-variabel yang

sigifikan yaitu variabel 1 dan variabel 2 dengan nilai

koefisien korelasi sebesar 0,569 Selain itu, variabel 1 dan

variabel 4 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,554,

variabel 1 dan variabel 6 dengan koefisien korelasi sebesar

-0,586, variabel 5 dan variabel 6 dengan koefisien korelasi

sebesar -0,639, variabel 2 dan variabel 4 dengan koefisien

korelasi sebesar 0,512, variabel 2 dan variabel 6 dengan

koefisien korelasi sebesar -0,574, dan variabel 4 dan

variabel 6 dengan koefisien korelasi sebesar -0,585. Hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansi dua arah dimana nilai p-

value kurang dari 0,05. Meskipun ada beberapa pasang

variabel yang tidak signifikan, namun hal ini berbeda

dengan kondisi di lapangan dimana 6 variabel ini

mempengaruhi satu sama lain. Sehingga asumsi adanya

korelasi antar variabel dapat dikatakan terpenuhi dan dapat

dilanjutkan ke analisis selanjutnya. Tabel 1 Nilai koefisien Korelasi dari 6 Variabel

Variabel C1 C2 C3 C4 C5 C6

C1

Pearson Corr. 1 0,569* 0,288 0,554

* 0,258 -0,586

*

Sig. (2-tailed) 0,021 0,279 0,026 0,334 0,017

C2

Pearson Corr 0,569* 1 0,294 0,512

* 0,007 -0,574

*

Sig. (2-tailed) 0,021 0,269 0,042 0,981 0,02

C3

Pearson Corr. 0,288 0,294 1 0,045 -0,199 0,226

Sig. (2-tailed) 0,279 0,269 0,869 0,459 0,399

C4

Pearson Corr. 0,554* 0,512

* 0,045 1 0,369 -0,585

*

Sig. (2-tailed) 0,026 0,042 0,869 0,159 0,017

C5

Pearson Corr. 0,258 0,007 -0,199 0,369 1 -0,639*

Sig. (2-tailed) 0,334 0,981 0,459 0,159 0,008

C6

Pearson Corr. -0,586* -0,574

* 0,226 -0,585

* -0,639

* 1

Sig. (2-tailed) 0,017 0,02 0,399 0,017 0,008

Page 4: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

4

B. Estimasi Parameter

Setelah didapatkan nilai koefisien korelasi maka

selanjutnya adalah menaksir parameter. Berdasarkan

persamaan (11) dan data cacat bulan Juni, maka didapatkan

nilai-nilai estimasi parameter seperti terlihat pada Tabel 2 Tabel 2 Nilai Estimasi Parameter

Nilai

0.116406

0.120313

0.041406

0.099219

0.074219

0.021875

Berdasarkan nilai rata-rata proporsi pada Tabel 4.2

maka hasil yang didapatkan nilai taksiran parameter

yang memiliki nilai paling besar adalah jenis cacat gupil

(C2) dengan nilai 0.120313, hal ini berarti bahwa dari 80

sampel yang diambil yang mengalami jenis cacat gupil

sebanyak 12 persen. Kemudian yang kedua adalah keropos

(C1) dengan nilai 0.116406. Sedangkan nilai taksiran

parameter yang memiliki nilai paling kecil adalah tidak

center antara body dan kepala (C6) dengan nilai 0.021875,

hal ini berarti bahwa dari 80 sampel yang diambil yang

mengalami jenis cacat tidak center antara body dan kepala

sebesar 2 persen.

C. Pengendalian Produksi

Berikutnya adalah menghitung batas kendali pada peta

kendali atribut Mnp dan menghitung statistik X

berdasarkan pada persamaan (8) dengan ukuran sampel n

sebesar 80 dan nilai k sebesar 16 pengamatan. Berdasarkan

persamaan (5) maka didapatkan batas kendali bawah

(BKB) sebesar 62,63401, batas kendali atas (BKA) sebesar

197.6625 dan garis tengah sebesar 130.1482. Karena telah

incontrol seperti ditunjukkan pada gambar 1 maka dilanjut

nanti akan dilanjutkan pada fase II.

Gambar 1 Peta Kendali Multivariat np fase I pada Proses

Produksi Bolt

Untuk melihat apakah hasil yang didapatkan pada

peta kendali multivariat np fase I dapat mewakili dari

setiap jenis cacat, maka dilakukan analisis dengan peta

kendali univariat np seperti yang ditunjukkan pada gambar

2 untuk kategori jenis cacat keropos dimana diperoleh

BKB sebesar 0,706909, nilai garis tengah sebesar 9,3125

dan BKA sebesar 17,91809. Dari peta kendali tersebut,

terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang berada di luar

batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis cacat

keropos telah terkendali.

Gambar 2 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat Keropos

Gambar 3 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat gupil

Gambar 3 menunjukkan hasil peta kendali univarite

np dengan nilai BKB sebesar 0,895571, nilai garis tengah

sebesar 9,625 dan BKA sebesar 18,35443. Dari peta

kendali tersebut, terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang

berada di luar batas kendali sehingga dapat dikatakan

bahwa jenis cacat gupil telah terkendali.

Gambar 4 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat Panjang Tidak

Sesuai

Gambar 4 menunjukkan hasil peta kendali univarite

np dengan nilai BKB sebesar 0, nilai garis tengah sebesar

3,3125 dan BKA sebesar 8,658347. Dari peta kendali

tersebut, terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang berada

di luar batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis

cacat panjang tidak sesuai telah terkendali.

Gambar 5 menunjukkan hasil peta kendali univarite

np dengan nilai BKB sebesar 0, nilai garis tengah sebesar

7,9375 dan BKA sebesar 15,95932. Dari peta kendali

tersebut, terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang berada

di luar batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis

cacat goresan telah terkendali.

Gambar 5 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat Goresan

Page 5: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

5

Gambar 6 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat Crack

Gambar 6 menunjukkan hasil peta kendali univarite np

dengan nilai BKB sebesar 0, nilai garis tengah sebesar

5,9375 dan BKA sebesar 12,97109. Dari peta kendali

tersebut, terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang berada

di luar batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis

cacat crack telah terkendali.

Gambar 7 Peta Kendali Univariat np Jenis Cacat Tidak Center

Gambar 7 menunjukkan hasil peta kendali univarite np

dengan nilai BKB sebesar 0, nilai garis tengah sebesar 1,75

dan BKA sebesar 5,67498. Dari peta kendali tersebut,

terlihat bahwa ada pengamatan yang berada di luar batas

kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis cacat tidak

center belum terkendali.

Pada analisis pengendalian proses produksi untuk fase II

menggunakan data pada bulan Juli 2012 sebanyak 18

pengamatan dengan jumlah ukuran sampel yang sama yaitu

80. Dengan menggunakan parameter dan batas-batas

kendali pada fase I yang sudah terkendali yaitu

BKA=197.6625, garis tengah = 130.1482, dan BKB =

62.63401 dan setelah menghitung nilai statistik X untuk

fase II ditampilkan pada gambar 8 yang memperlihatkan

bahwa proses produksi bolt cenderung tidak membentuk

pola tertentu namun terdapat beberapa titik pengamatan

yang keluar dari batas kendali. Titik yang tidak terkendali

tersebut merupakan pengamatan ke-14, ke-17 dan ke-18.

Berikut adalah tabel nilai statistik dari masing-masing

pengamatan yang tidak terkendali. Tabel 4.3 Nilai Statistik X yang tidak terkendali

Pengamatan ke- Statistik X

14 55.12967

17 35.53641

18 44.87462

Gambar 8 Peta kendali multivariat np fase II pada Proses

Produksi Bolt

D. Identifikasi Penyebab Sinyal Out of Control

Dalam diagram kendali Mnp, untuk mendeteksi sinyal out

of control dari pengamatan dengan tiga cara. Pertama,

menghitung nilai statistik Zi pada tiap titik yang out of

control sebagaimana hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3

sebagai berikut,

Tabel 4 Penentuan Variabel out of control

Variabel ke- Zi(14) Zi(17) Zi(18)

1 -11.847 -11.847 -15.401

2 4.899 -17.963 -21.229

3 -10.111 -10.111 5.715

4 -15.008 -7.804 -11.406

5 -12.461 -16.396 -12.461

6 -13.663 -13.663 -13.663

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengamatan ke-14 nilai

Z4 = -15.008 memberikan nilai tertinggi, sehingga dapat

disimpulkan cacat crack merupakan kontributor terbesar

yang menyebabkan pengamatan ke 14 menjadi out-of-

control. Pada pengamatan ke-17 nilai Z2 = -21.229

memberikan nilai tertinggi, sehingga dikatakan bahwa

cacat gupil merupakan kontributor terbesar yang

menyebabkan pengamatan ke 17 menjadi out-of-control.

Sedangkan pada pengamatan ke-18 nilai Z2 = -21.229

memberikan nilai tertinggi, sehingga dikatakan bahwa

cacat gupil merupakan kontributor terbesar yang

menyebabkan pengamatan ke 18 menjadi out-of-control.

Cara kedua untuk mengidentifikasi penyebab sinyal

Out of Control adalah melihat jenis cacat mana yang

memiliki frekuensi lebih dominan di proses sortir pada

pembuatan produk bolt menggunakan diagram pareto pada

gambar 9 dimana frekuensi cacat tertinggi adalah jenis

cacat gupil (C2) dengan prosentasenya 25,4%. Selanjutnya

adalah keropos (C1) dengan prosentase 24,6%. Untuk

frekuensi jenis cacat terkecil yaitu tidak center antara body

dan kepala bolt (C6) sebesar 4,6%. Sementara untuk bulan

Juli 2012 terdapat jenis cacat yang memiliki frekuensi

cacat tertinggi adalah jenis cacat gupil (C2) dengan

prosentasenya 26,1%. Selanjutnya frekuensi jenis cacat

yang sering muncul adalah keropos (C1) prosentasenya

sebesar 22,0%. Untuk frekuensi jenis cacat terkecil yaitu

panjang tidak sesuai (C3) sebesar 4,4%.

jenis cacat otherpanjang tidak sesuai

crackgoresan

keroposgupil

600

500

400

300

200

100

0

100

80

60

40

20

0

Coun

t

Perc

ent

Pareto Chart of jenis cacat bulan juni

Gambar 9 Diagram Pareto Jenis Cacat Pada Bolt Juni 2012

jenis cacat Othertidak center

crackgoresan

keroposgupil

500

400

300

200

100

0

100

80

60

40

20

0

Coun

t

Perc

ent

Pareto Chart of jenis cacat bulan juli

Gambar 10 Diagram Pareto Jenis Cacat Pada Bolt Juli 2012

Page 6: Penerapan Diagram Kontrol Multivariat pada Proses Produksi ... · Pengendalian kualitas diterapkan dalam tahapan proses produksi agar mendapatkan standar. d. atau kualitas mutu sesuai

6

Cara ketiga untuk mengidentifikasi penyebab sinyal

Out of Control adalah dengan menelusuri faktor-faktor

penyebab terjadinya kecacatan menggunakan diagram

ishikawa.

Gambar 11 Diagram Ishikawa Cacat Bolt

Gambar 11 memperlihatkan bahwa bahwa cacat

bolt disebabkan karena cacat keropos,crack,gupil,

dll. Cacat keropos disebabkan karena faktor manusia

yang lelah dan meterial yang tidak tertata rapi

sehingga terkena hujan. Cacat crack disebabkan

karena kualitas faktor manusia yang lelah dan bahan

baku yang terlalu keras. Cacat tidak center karena

faktor manusia lelah dan proses penyambungan

kurang sempurna.

V. KESIMPULAN/RINGKASAN

A. Kesimpulan

1. Proses Proses produksi bolt pada fase I, yaitu proses

pada bulan Juni 2012 berdasarkan peta kendali

multivariat np sudah terkendali, namun tidak cocok

digunakan untuk bulan Juli 2012.

2. Jenis cacat yang paling sering terjadi berdasarkan

diagram pareto adalah gupil, keropos, crack dan

goresan. Cacat keropos disebabkan karena faktor

manusia yang lelah dan meterial yang tidak tertata rapi

sehingga terkena hujan. Cacat crack disebabkan

karena kualitas faktor manusia yang lelah dan bahan

baku yang terlalu keras. Cacat gupil disebabkan karena

faktor manusia lelah dan sedikit benturan pada proses

annealing. Cacat jenis goresan disebabkan karena

faktor manusia lelah dan pembentukan diameter kawat

pada mesin kurang sempurna.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil dan

pembahasan yang telah dilakukan yaitu untuk perusahaan

PT. Timur Megah Steel, masih perlu melakukan perbaikan

pada setiap jenis cacat yang terjadi. Untuk jenis cacat gupil

sebaiknya mesin pada proses annealing pengontrolannya

lebih ditingkatkan untuk menghindari proses benturan.

Sedangkan untuk jenis cacat keropos, goresan dan crack

sebaiknya pemilihan bahan baku dan gulungan kawat

benar-benar diperhatikan kualitas dan pemeliharaannya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Febrianto selaku penulis mengucapkan terima kasih

kepada jurusan Statistika ITS Surabaya yang telah

memberikan dukungan sehingga telah terselesaikan laporan

ini dengan baik. Terima kasih juga saya sampaikan kepada

PT. Timur Megah Steel yang telah memberikan data dan

atas kerjasamanya terhadap penulis dan jurusan Statistika

ITS Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Johnson, A.R. and Wichern, D.W. (2002). Applied Multivariate

Statistical Analysis 5th. New Jersey. Prentice Hall, Upper Saddle

River.

[2] Juran, J. M, dan Gryna, F. (1983). Quality Planning and Analysis

(2nd Edition). New Delhi: Hill Publishing Company Ltd

[3] LU, X. S. (1998). Control Chart for Multivariate Attribute

Processes. International Journal of Production Research, 3477-

3489(13).

[4] .Mawarini, Y. F. (2009). Pengontrolan Kualitas Proses Produksi

Panel Listrik PT. Siemens Indonesia Menggunakan Diagram

Kontrol Multivariat np (Mnp Chart). Tugas Akhir Jurusan

Statistika. Surabaya: ITS.

[5] Montgomery, D. C. (2005). Introduction to Statistical Quality

Control, 5th edition. New York: John Wiley and Sons, Inc

[6] Rakhmania, W. (2010). Pengontrolan Kualitas Proses Produksi

Rokok Unit Sigaret Kretek Tangan di PT. X Menggunakan

Diagram Kontrol Multivariat np (Mnp). Tugas Akhir Jurusan

Statistika. Surabaya: ITS.

Lel

ah

Cacat bolt

Goresa

n

Crack

Manu

sia

Lel

ah

Man

usia

Kualitas

bahan

baku

terlalu

keras Lel

ah

Pembentuk

an diameter

kawat yang

kurang

sempurna

Me

sin

Mater

ial

Gupil

Manus

ia

Lel

ah

Sedikit

benturan

pada

proses

annealin

g

Mesin

Tidak center

Manu

sia

Proses

penyamb

ungan

kurang

sempurna

Met

ode

Keropo

s

Manusia Bahan

baku

kehujana

n Lel

ah Materi

al Panjang tidak sesuai

Manusia

Proses

pemotonga

n kurang

sempurna

Lel

ah Me

tod

e