26
Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019 51 DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i1.3807 PENERAPAN METODE BILHIKMAH, MAU’IZATUL HASANAH, JADIL DAN LAYYINAH PADA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN ACEH Nurdin Widyaiswara Ahli Muda Balai Diklat Keagamaan Provinsi Aceh, Indonesia email: [email protected] Abstract The Qur'an and the Hadith of the Messenger of Allah (SAW) if examined carefully will be found in many ways, processes, techniques, strategies or methods that are very effective to be applied in the world of education, so that it will produce a generation of the style of Qur'an and in the style of the Messenger of Allah. But unfortunately educators and leaders today rarely involve themselves studying the verses of Al-Qur' an and the Sirah of the Messenger of Allah SAW related to various methods that he has applied in guiding his community except for only a small part. Whereas in Al-Quran there are several methods of teaching and educating that are very effective and efficient to be implemented at this time, this method has been proven to produce millions of ummah accepting Islam for the invitation of the Messenger of Allah, namely through the Bilhikmah method, Al- Mau'izah Hashanah, Al-Jadil and Al-Layyinah as described in the Qur'an letter An-Nahl verse 125. This writing aims to reveal how the learning process in the Aceh training center. The method used is descriptive with a library research approach and study of the results of field research. Keywords: Bilhikmah method; Mau‟izatulhasanah; Al-Jadil; Al-Layyinah PENDAHULUAN Era dewasa ini beragam cara, pola, teknik, strategi, model dan metode pembelajaran bermunculan baik dari teori orang Barat maupun dari orang Islam itu sendiri. Hal yang sangat disayangkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diterapkan oleh instansi berwenang, yang dalam hal ini adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Provinsi Aceh dan lembaga kediklatan lainnya seperti Lembaga Penjaminan Mutu

PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

51

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i1.3807 PENERAPAN METODE BILHIKMAH, MAU’IZATUL HASANAH, JADIL DAN LAYYINAH PADA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN ACEH

Nurdin

Widyaiswara Ahli Muda Balai Diklat Keagamaan Provinsi Aceh, Indonesia email: [email protected]

Abstract

The Qur'an and the Hadith of the Messenger of Allah (SAW) if examined carefully will be found in many ways, processes, techniques, strategies or methods that are very effective to be applied in the world of education, so that it will produce a generation of the style of Qur'an and in the style of the Messenger of Allah. But unfortunately educators and leaders today rarely involve themselves studying the verses of Al-Qur' an and the Sirah of the Messenger of Allah SAW related to various methods that he has applied in guiding his community except for only a small part. Whereas in Al-Quran there are several methods of teaching and educating that are very effective and efficient to be implemented at this time, this method has been proven to produce millions of ummah accepting Islam for the invitation of the Messenger of Allah, namely through the Bilhikmah method, Al-Mau'izah Hashanah, Al-Jadil and Al-Layyinah as described in the Qur'an letter An-Nahl verse 125. This writing aims to reveal how the learning process in the Aceh training center. The method used is descriptive with a library research approach and study of the results of field research.

Keywords: Bilhikmah method; Mau‟izatulhasanah; Al-Jadil; Al-Layyinah

PENDAHULUAN

Era dewasa ini beragam cara, pola, teknik, strategi, model dan

metode pembelajaran bermunculan baik dari teori orang Barat maupun

dari orang Islam itu sendiri. Hal yang sangat disayangkan bahwa kegiatan

pendidikan dan pelatihan yang diterapkan oleh instansi berwenang, yang

dalam hal ini adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Provinsi

Aceh dan lembaga kediklatan lainnya seperti Lembaga Penjaminan Mutu

Page 2: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

52

Pendidikan (LPMP) Provinsi Aceh lebih dominan menyelenggarakan

diklat model-model dan metode pembelajaran yang umumnya banyak

mengangkat teori dari Barat, seperti model jigsaw, picture and picture,

teaching and Learning, andragogi dan lain sebagainya yang minim menyertai

metode-metode berdasarkan teori Islam.

Implikasi dari kesemuaya itu tentunya akan berdampak pada

kemampuan peserta diklat dalam menerapkan metode yang berlandaskan

pada teori-teori Barat, yang saat pelaksanaan pembelajaran di sekolah

dipastikan mereka juga akan menerapkan teori-teori yang telah mereka

pelajari di Balai Diklat.

Hasil observasi penulis di beberapa madrasah khususnya di Kota

Banda Aceh yaitu MAN Model Banda Aceh, MIN Model Banda Aceh,

MIN Merduati Banda Aceh, MTsN Model Banda Aceh, MIN Tungkob

Aceh Besar, MTsN Tungkob Aceh Besar, MAN Tungkob Aceh Besar

menunjukkan bahwa tidak ada hal signifikan terhadap peningkatan dan

perubahan tingkah peserta didik sebagai buah hasil dari kinerja para

pendidik. Begitu juga sering ditemui orangtua yang salah kaprah dalam

hal mendidik anaknya sehingga menghasilkan anak yang keras terhadap

orangtuanya, temannya bahkan dengan gurunya. Hal ini sangat terkait

dengan pola dan metode didikan yang kurang menyentuh qalbu terhadap

peserta didik itu sendiri baik di sekolah, di madrasah maupun pada balai

diklat manapun.

Terlepas dari realita di atas, penulis menyimpulkan bahwa baik

widayaiswara, guru, orangtua, dan semua insan yang terlibat dalam

dunia pendidikan jarang merealisasikan bahkan telah melupakan

beberapa pola dan metode pendidikan yang sumbernya dari al-Qur‟an

dan hadis berdasarkan metode Rasulullah.

Fenomena di atas tentunya sangat tidak diinginkan dalam dunia

pendidikan saat ini, hal ini sangatlah urgent untuk ditelusuri dan dicari

solusinya agar semua widyaiswara dan alumni peserta diklat di Balai

Diklat Keagamaan Provinsi Aceh memiliki kompetensi yang lebih dalam

Page 3: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

53

menerapkan metode, strategi, teknik dan model pembelajaran dengan

lebih banyak mengadopsikan teori-teori Islam yang dalam ini adalah teori

dalam Al-Qur‟an dan metode rasulullah Saw.

Karena salah satu metode yang sangat efektif dan mujarab yang

pernah dipraktikkan oleh rasulullah Saw dalam membimbing dan

mengajak ummatnya kejalan sirathal mustaqim adalah “metode Bilhikmah,

Al-Mau‟izah Hasanah, Al-Jadil Dan Al-Layyinah. Hal ini sebagaimana

disebutkan dalam Al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125, walaupun

kebanyakan mufassir menanggapi ayat tersebut berkaitan dengan metode

dakwah. Namun tidak sedikit para sufi dan ahli pendidikan yang

mengaitkan ayat ini sebagai metode pendidikan Islam, seperti Imam Al-

Ghazali, Ibnu Khaldun, Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir dan tokoh-

tokoh lainnya.

Penelitian ini menggunakan Metode penelitian deskriptif. Ruang

lingkup atau objek penelitian adalah para peserta diklat, widyaiswara

atau narasumber Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Provinsi

Aceh. Tempat penelitiannya adalah pada Balai Pendidikan dan Pelatihan

keagamaan Provinsi Aceh yang beralamat di Jln. Syiah Kuala Nomor 116

Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Bahan atau instrumen dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri sehingga peneliti harus memvalidasi

semua data yang ada di lapangan”. Teknik pengumpulan datanya adalah

observasi Partisipatif dan observasi tak berstruktur dan wawancara

tidak berstruktur. Teknik analisis data dalam penulisan ini adalah reduksi

data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi dan

Beranjak dari hal di atas, penulis sangat tertarik dan terpanggil

untuk mengkaji metode tersebut kepermukaan dengan harapan menjadi

bahan pertimbangan bagi penulis, orangtua, guru, dosen, widyaiswara,

maupun para pemimpin lembaga/isntansi dalam mengelola

kepemimpinannya. Berdasarkan latar belakang dan beberapa penjelasan

di atas, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran

secara actual factual mengenai bagaimana implementasi metode

Page 4: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

54

Bilhikmah, Al-Mau‟izah Hasanah, Al-Jadil Dan Al-Layyinah yang diterapkan

oleh widyaiswara di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Provinsi

Aceh, serta rencana dan upaya yang akan dilakukan dalam meningkatkan

pemahaman dan antusias tenaga pendidik di Balai Diklat Aceh dalam

setiap proses pendidikan dan pelaihan bagi peserta diklat.

PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran Ala Rasulullah Berdasarkan Konteks Al-Qur’an

Rasulullah Saw adalah sosok pilar yang sangat mampu dan sukses

membimbing ummatnya kejalan kebenaran. Hal ini tidak terlepas dari

uswah dan metode yang beliau terapkan, baik sikap, prilaku dan

keteladannya yang mampu diwujudkan dengan metode bilhikmah,

mau‟izatul hasanah dan al-Layyinah. Kesemua metode tersebut sangat

relevan dengan dunia pendidikan saat ini, karena pencetusnya adalah

seoarang rasul yang sumbernya dari Al-Qur‟an. Namun realitanya ummat

Islam dan para pendidik di Indonesia telah terkontaminasi dengan teori-

teori dan metode orang Barat. Padahal Al-quran telah mengungkapkan

beberapa metode rasulullah Saw berdasarkan surat An-Nahl Ayat 125

yang telah beliau aplikasi dan implementasi terhadap ummatnya yaitu:

ادلم بلت ىيى أىحسىن وعظىة الىسىنىة وىجى بيل رىبكى بلكمىة وىالمى ادع إلى سىبيلو وىىوى أىعلىم بلمهتىدينى)النحل (525:إن رىبكى ىوى أىعلىم بىن ضىل عىن سى

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S An-Nahl: 125).

Dari ayat di atas, terdapat beberapa makna dan hikmah yang dapat

diambil yang salah salah satunya berkaitan dengan metode yang tepat

dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada insan pendidik.

Dimana metode yang terdapat pada ayat di atas dapat menjadi sebuah

rujukan bagi insan pendidik untuk diterapkan baik di tingkat Balai Diklat

Page 5: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

55

yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, di madrasah, di rumah dan di

lembaga pendidikan lainnya.

Hal ini berdasarkan pemahaman Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan

Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain Berikut Asbabun-

nuzul, 2006), yaitu: 1) Metode bil-hikmah: dengan keteladanan

(menyatunya ucapan dan perbuatan sesuai dengan hati). 2) Metode

mauidzah hasanah, yaitu metode ceramah. Dengan menyampaikan materi

pendidikan dengan perkataan yang lemah lembut namun tegas dan benar

berdasarkan ilmu dan menggunakan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat

kepandaian dan bahasa yang dikuasai peserta didik. Memberikan nasihat

dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf

pengetahuan. 3) Metode mujadalah: dengan menggunakan argumen,

seperti diskusi, halaqah, seminar, berdebat. Cara berargumen harus

mempertimbangkan benar dan salahnya. Berdebat dengan mengeluarkan

pendapat yang kebenarannya dapat dipahami oleh akal dan diyakini oleh

hati (metode diskusi). 4) Hasil akhir dari pendidikan kita serahkan

(tawakkal) kepada Allah SWT.

Itulah beberapa metode pembelajaran yang dipraktekkan oleh

rasulullah Saw berdasarkan pemahaman para ulama dari surat An-Nahl

ayat 125. Untuk lebih jelasnya beberapa metode tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Metode Bil-Hikmah

Sebagai metode dalam pembelajaran dimanapun, al-Hikmah

diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, lapang dada, hati yang bersih,

dan menarik perhatian orang kepada agama atau materi yang

disampaikan. Ibnu Qayim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang

paling tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang

mendefinisikan bahwa hikmah adalah “pengetahuan tentang kebenaran

dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya. Hal

Page 6: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

56

ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami Al-Qur‟an dan

mendalami Syariat-syariat Islam serta hakikat iman”1.

Dalam redaksi lain, Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-

Nasafi, mendevinisikan arti hikmah adalah “penyampaian materi dengan

menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan”.2

Menurut Syekh Zamakhsyari dalam kitabnya “al-Kasyaf”, al-

hikmah adalah perkataan yang pasti dan benar. Ia adalah dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.

Selanjutnya, Syekh Zamakhsyari mengatakan hikmah juga diartikan

sebagai Al-Qur‟an yakni ajaklah mereka (manusia) mengikuti kitab yang

memuat hikmah.3

Dari beberapa penjelasan pakar di atas dapat dipahami bahwa

metode bil-hikmah merupakan kemampuan seorang pendidik yang

dalam hal ini termasuk widyaiswara, guru, dosen dan sebagainya dalam

menjelaskan materi-materi, dokrin-dokrin Islam serta realitas yang ada

dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Di samping itu,

metode bil-hikmah adalah kemampuan dan ketepatan seorang pendidik

dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik mengajar dengan

kondisi objektif peserta didik. Singkatnya metode bil-hikmah sebagai

sebuah sistem yang mampu memadukan kemampuan antara teoritis dan

praktis dalam melaksanakan proses pembelajaran.4

_____________

1Ibnu Qayyim, at-Tafsiru Al-qayyimu, (Jakarta: Darul Fikr, 2000), h. 77

2Hafidz al-Din AbiBarakatAbdillah bin Ahmad bin Mahmud Annasafi, Madarik At TanzilwaHaqa‟iq at Ta‟wil, (Birut-Libanon: Dar Al-Fiqr, 2000), h. 204

3Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqoiqi al-Tanzil wa Uyuuni al-Aqowili fi al-wujuuh al-Takwil, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyyah, 1995.

4Penelitian yang dilakukan oleh Indriani Nurzaman yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Bil Hikmah terhadap Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qurān Anak Usia Dini” beberapa hasil penelitiannya adalah: 1) Menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode Bil-Hikmah terhadap peningkatan kemampuan yang dikuasai oleh anak dalam membaca al-Qurān anak dalam waktu yang relatif singkat. 2) Menjawab persoalan bahwa metode Bil-Hikmah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam membantu meningkatkan kemampuan membaca al-Qurān usia dini. 3) Direkomendasikan untuk guru dapat menggunakan metode Bil-

Page 7: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

57

Dengan demikian, metode bil-hikmah ini merupakan metode

pembelajaran yang sangat hebat dan ampuh untuk diterapkan kepada

peserta diklat karena metode ini diarahkan untuk memadukan

kemampuan antara teoritis dan praktis dalam melaksanakan proses

pembelajaran sehingga peserta diklat akan lebih terarah dalam

memadukan teori yang dipelajari untuk dipraktekkan dalam

pembelajaran di sekolahnya nantinya.

2. Mau’izhah Hasanah

Pentingnya penerapan metode mauizhah al-hasanah dalam setiap

sesi pembelajaran, rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis yang

berbunyi:

عت رىسولى الله صلى الله عليه وسلم ي ىقول : مىن رىأىى ن أىب سىعيد الدري رىضيى الله عىنو قىالى : سىه بيىده، فىإن لى يىستىطع فىبلسىانو، فىإن لى يىستىطع فىبقىلبو وىذىلكى من كم منكىرا ف ىلي غىي

(رواه مسلم) .أىضعىف الإيىان Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, ubahlah

dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak

mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah

iman.” (HR. Muslim).

Dengan memahami hadits tersebut, terdapat tiga tahapan metode

dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Metode dengan tangan (bilyadi), tangan di sini bisa difahami

secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang

dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau

power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila

dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.

b. Metode dengan lisan (billisan), maksudnya dengan kata-kata yang

lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan

kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.

Hikmah dalam pembelajarannya serta media, sehingga metode Bil-Hikmah ini menjadi satu kesatuan yang saling mendukung sehingga berjalan optimal dalam mengefektifkan tingkat kemampuan membaca al-Qurān anak.

Page 8: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

58

c. Metode dakwah dengan hati (bilqalb), maksudnya dalam

berdakwah hati tetap ikhlas, apabila suatu saat mad'u atau objek

dakwah menolak pesan yang disampaikan, mencemoh, mengejek

atau bahkan memusuhi, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh

membalasnya dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap

mencintai objek dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya

mendoakan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah Swt.

Siti muriah sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin,

mengartikan Mauizah al-hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya

adalah mamberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik,

dapat diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran,

menghindari sikap kasar, dan tidak mencaci atau menyebut kesalahan

audiens, sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas

kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak

subjek dakwah. Jadi dakwah bukan propaganda.5

Ali Musthafa Ya‟cup mengartikan mauizah al-hasanah dengan

ucapan yang berisi nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang-orang

yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan

sehingga pihak audiens dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh

subjek dakwah.6

Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi sebagaimana yang dikutuip

oleh hasanudin dalam buku Metode Dakwah mengemukakan bahwa al-

mauizah al-hasanah adalah perkataan-perkataan yang tersembunyi bagi

mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat

kepada mereka dengan al-Qur‟an.7

Berdasarkan beberapa devinisi yang dijelaskan di atas dapat

dipahami bahwa metode mauizah al-hasanah adalah metode mengajar

_____________

5Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.100

6Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,..., h. 100

7Munzier Saputra dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, ed-revisi, 2006), h.15

Page 9: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

59

berupa ungkapan, perbuatan atau tindakan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,

peringatan, pesan-pesan penting (wasiat) yang dapat dijadikan sebagai

acuan dan panduan dalam berdakwah menuju tercapainya tujuan-tujuan

dakwah. Dapat pula dikatakan dengan ungkapan yang sarat dengan nilai-

nilai edukatif yang menggugah hati dan membangkitkan kesadaran akan

Tuhan (merasa bertuhan).

Oleh karena itu sifat dari metode mauizhah al-hasanah ini lebih

persuasive, dinamis yang jauh dari sikap egois, agitasi emosional dan

apologi. Metode pembelajaran mauizhah al-hasanah metode yang

bervariatif praktis dan dinamis yang sangat cocok dengan tuntutan dan

perkembangan zaman.

Prinsip penerapan metode pembelajaran mauizah al-Hasanah

teraplikasi dalam bentuk ahsan qaul dan ahsan amal. Ahsan Qaul diartikan

sebagai bentuk komunikasi verbal dengan menggunakan kata-kata atau

pembicaraan yang bernilai edukasi dan bersifat penyadaran dan

memberikan pembelajaran yang membekas dijiwa orang yang mendengar

dan menerima isi pembicaraan tersebut. Sedangkan ahsan amal diartikan

sebagai tindakan nyata yang dikenal dengan penyampaian materi

dengan bilhal.

Perkataan qaulan sebagai simbol komunikasi penyejuk hati dan

penumbuhan kesadaran jiwa dalam Al-Qur‟an ditemukan sebanyak 55

variasi dalam berbagai ayat antara lain: 1) Qaulan ma‟rufan terdapat dalam

surat al-Baqarah ayat 235, An-Nisa‟ ayat 5 dan 8 serta surat Al-ahzab ayat

32; 2) Qaulan sadidan, terdapat dalam surat An-Nisa‟ ayat 9 dan Al-Ahzab

ayat 70; 3) Qaulan Balighan, terdapat dalam surat An-Nisa‟ ayat 63; 4)

Qaulan karimah, terdapat dalam surat Al-Isra‟ ayat 23; 5) Qaulan maysuran,

terdapat dalam surat Al-Isra‟ ayat 28; 6) Qaulan Azhiman, terdapat dalam

surat Al-Isra‟ ayat 40; 7) Qaulan Layyinan, terdapat dalam surat Thaha ayat

44; 8) Qaulan min abbin rahim, terdapat dalam surat Yasin ayat 58; 9)

Qaulan Tsaqilan, terdapat dalam surat al-Munzammil ayat 5; 10) Qaulan

Page 10: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

60

Ahsan (ahsan Qaula), terdapat dalam surat Lukman ayat 33; 11) Qaulan

Salaman, terdapat dalam surat Alfurqan ayat 63.

Menurut al-Qahtany pembelajaran yang meghendaki mauidhah

hasanah yang tepat sasaran harus memerhatikan lima hal, sebagai berikut:

a. Memerhatikan dengan seksama jenis kemungkaran yang

berkembang sesuai dengan konteks waktu dan tempat.

b. Mengukur skala prioritas kemungkaran yang mesti lebih dahulu

ditangni sesui derajat kerusakannya di masyarakat.

c. Memikirkan efek yang ditimbulkan lebih jauh oleh kemungkaran

ini dari segi psikis, sosial, kesehatan, hingga finansial.

d. Menghadirkan argumentasi agama terkait dengan efek

kemungkaran tersebut, bisa dari ayat Al-quran, hadis, perkataan

sahabat atau nasihat ulama.

e. Jika mau, nasihat-nasihat ini dapat didokumentasikan dalam

bentuk tulisan bertema yang mengupas bahaya suatu

kemungkaran dalam hidup manusia serta memotivasi mereka

untuk bertaubat.8

3. Mujadalah

Terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama antara lain; Ibnu

Sina (980-1037M) sebagai dikutip oleh Zâhiri ibn „Iwâd al-Alama‟î,

berpendapat bahwa makna jidal ialah bertukar fikiran dengan cara

bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan bicara. Sedangkan

menurut al-Jurjani, jidal adalah mengokohkan pendapatnya masing-

masing dan berusaha menjatuhkan lawan bicara dari pendirian yang

dipeganginya. Sedangkan Abi al-Biqai dalam Muhammad Abu al-Fatah

al-Bayanuni, jidal dimaknai dengan ungkapan dalam penolakan kepada

_____________

8A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 200), h. 205-206

Page 11: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

61

seseorang dengan cara membantahnya karena rusaknya perkataan

dengan suatu hujjah.9

Dengan memperhatikan pengertian di atas, terdapat dua

bentuk jidal, yaitu jidal yang terpuji dan yang tercela. Adapun jidal yang

terpuji bertujuan untuk menegakan dan membela kebenaran, dilakukan

dengan ushlub yang benar dan relevan dengan masalah yang dijadikan

pokok bahasan. Sedangkan jidal yang membawa kepada kebatilan, maka

jidal seperti itu adalah tercela. Terkait adanya jidal yang tercela, maka al-

Qur‟an mengatur jidal tersebut dengan cara yang lebih baik, sejalan

dengan pendekatan dakwah yang ditetapkan oleh nash, karena cara ini

merupakan pendekatan metode akal yang paling konkrit dan

diekspresikan dalam bentuk diskusi, perbandingan, percakapan dan

istilah lain yang menunjukan kepada makna tersebut berdasarkan

tempatnya.

Sedangkan dalam memahami kata مجادلة dalam surat al-Nahl 125

adalah dengan arti berbantah-bantahan, sebab jika diambil arti bermusuh-

musuhan, bertengkar, memintal dan memilin, tampaknya tidak

memenuhi apa yang dimaksud oleh ayat tersebut secara keseluruhan.

Agaknya bila diambil dari kata مجادلة tesebut, secara lugas, untuk

memahami konsep pembelajaran, maka pengertiannya akan menjadi

negatif, akan tetapi setelah dirangkai dengan kata hasanah (baik), maka

artinya menjadi positif. Dalam hal ini Muhammad Khair Ramadhan

Yusuf mengemukakan bahwa mujadalah al-lati hiya ahsan ialah:

"ungkapan dari suatu perdebatan antara dua sudut pandangan yang

bertentangan untuk menyampaikan kepada kebenaran yang kebenaran

tersebut bertujuan membawa kepada jalan Allah Swt”.10

_____________

9Muhammad Abu al-Fatah al-Bayanuni, Al-Madkhal Ila „Ilmi Al-Da‟wah, (Beirut: Risalah Publishers, 2001), h. 55

10Muhammad Khair Ramadhan Yusuf (terj.), Peran Media Informasi Islam dalam Pengembangan Ummat, (Jakarta: al-Kautsar, 1996), h. 28

Page 12: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

62

Akar kata جدل dalam al-Qur‟an ditemukan sebanyak 29 kali dalam

berbagai bentuk dan tersebar dalam 15 surat, yaitu

surat Makkiyah sebanyak 10 surat dan Madaniyah 5 surat. Jidal yang

berkaitan dengan bahasan ini ternyata didapati 10 kali berada pada

surat Makkiyah dan 5 kali pada surat Madaniyah.

Indikasi ini menunjukan bahwa metode dakwah mujadalah lebih

banyak digunakan di kalangan masyarakat Makkah. Hal ini sesuai

dengan situasi dan kondisi Makkah saat itu, dimana masyarakatnya

sangat radikal dengan persoalan akidah (kemahaesaan Allah), meliputi

tentang keesaan Allah Swt., penetapan kerasulan, hari kebangkitan dan

pembalasan, hari akhirat dengan segala keadaannya, neraka dengan

segala siksaan azabnya, surga dengan segala nikmatnya dan bantahan

orang-orang kafir dengan dalil akal dan melalui tanda-tanda kekuasaan

Allah yang terdapat pada alam.

Selain persoalan akidah, juga meletakan dasar-dasar syari‟at secara

umum, budi pekerti yang mulia sebagai dasar pembinaan masyarakat,

kebiasaan-kebiasaan yang jelek dari orang orang musyrik, seperti

pertumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, membunuh

anak dan lain sebagainya. Sedangkan pada surat Madaniyah ayat-ayatnya

lebih banyak mempersoalkan aspek ibadah, mu‟amalah, hukum, aturan

keluarga, warisan, keutamaan jihad, shalat jama‟ah, masalah politik dan

perang, damai serta persoalan kemasyarakatan.

Metode مجادلة ini pada prinsipnya ditujukan kepada objek peserta

didik yang mempunyai tipologi antara menerima dan menolak materi ajar

yang disampaikan kepada mereka. Pada objek ini mujadalah memainkan

peranannya, sehingga objek pengajaran dapat menerima dengan perasaan

mantap dan puas. Metode ini memberi isyarat kepada pendidik untuk

menambah wawasan dalam segala aspek, sehingga pada akhirnya dapat

memberikan jawaban atau bantahan kepada objek peserta didik secara

benar dan baik serta menyenangkan perasaan.

Page 13: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

63

Debat sebagai metode pengajaran pada dasarnya mencari

kebenaran dan kehebatan Islam. Kecuali itu, berdebat efektif dilakukan

hanya kepada orang-orang yang membantah akan kebenaran Islam.

Sedangkan objek pengajaran yang masih kurang percaya atau kurang

mantap terhadap kebenaran Islam (tidak membantah) belum diperlukan

metode debat sebagai metode mengajar. Berbeda dengan sesama ulama

(intelektual) berdebat adalah rahmat. Sedangkan di kalangan masyarakat

awam atau pendidik yang relative rendah kemampuannya, berdebat

hanya akan menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.

Model metode mujadalah al-lati hiya ahsan ini meliputi dua bagian,

yaitu;

1) Al-Asilah wa al-Ajwibah (tanya jawab).

Bentuk al-asilah ajwibah yang dimaksud di sini adalah suatu bentuk

metode mengajar Mujadalah bi al-lati Hiya Ahsan yang digunakan dalam

bentuk memberi jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan

oleh peserta yang belum atau mereka dapati, atau belum mereka ketahui

secara pasti hakikat atau penjelasannya. Dengan kata lain metode ini

berbentuk tanya jawab, saling tukar pikiran antara sasaran peserta dan

pelaksana pengajaran (widyaiswara).

Metode ini dilakukan dengan cara seseorang atau kelompok yang

pandai berhadapan langsung dengan orang pandai lainnya. Bentuk

metode ini menyatakan hal-hal yang belum diketahui sebelumnya oleh

lawan pembicaraannya kepada orang yang dianggap mengetahui dan

sekaligus bisa memberikan jawaban-jawaban memuaskan hatinya,

sedangkan diskusi berbentuk tukar pikiran antara objek peserta dengan

subjek pengajar yang keduanya sudah sama-sama mengetahui materi

yang didiskusikan. Karena semua kegiatan yang dimaksud tujuannya

adalah untuk mencari keridhaan Allah Swt semata-mata.11

_____________

11Muhammad Khair Ramadhan Yusuf (terj.), Peran Media Informasi Islam dalam Pengembangan Ummat, (Jakarta: al-Kautsar, 1996), h. 28

Page 14: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

64

Bentuk metode ini muncul pada masa Rasulullah, di mana para

shahabat banyak yang bertanya kepada Nabi tentang berbagai masalah

yang mereka hadapi, dengan harapan para shabahat dapat menerima

jawaban dari Nabi. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kalangan

shahabat itu adalah pertanyaan yang benar-benar mereka tidak

mengetahui sama sekali, baik dalam hukum, maupun pelaksanaannya.

Masalah yang muncul itu dijawab dan diselesaikan oleh al-Qur‟an secara

transparan kepada Nabi Saw. Jawaban itu adakalanya dijawab dengan

wahyu dan adakalanya dengan hadis, ataupun jawaban itu dijawab

melalui sikap dan tindak tanduk nabi sendiri.

2) b). Al-hiwar (dialog).

Kata hiwâr berasal dari bahasa Arab dari akar kata : يحاور -حور-

yang berarti perdebatan yang memerlukan jawaban, atau tanya jawabمحاورة

terkait satu objek tertentu yang mendekati kepada munaqasah dan

mubahastah terhadap suatu persoalan dan peristiwa yang terjadi.

Selanjutnya Muhammad Khair mengemukakan bahwa hiwar adalah seni

atau metode dari beberapa metode moderen dengan mempergunakan

pikiran atau beberapa objek dalam upaya menyampaikan kepada suatu

kesimpulan.

Di dalam al-Qur‟an persoalan-persoalan yang muncul pada Nabi

adalah tanya jawab yang terjadi di kalangan umat, sekaligus ada solusi

dari Allah Swt., sehingga para penanya lansung menerima keputusan atau

jawaban pada saat terjadinya suatu persoalan waktu itu.

Memperhatikan ketiga metode yang dikemukakan di atas,

(hikmah, maw‟izhah al-hasanah dan mujadalah al-lati hiya ahsan)

nampaknya hampir semua buku-buku tentang metode pembelajaran

menyorotinya pada dataran konsep atau sebagai doktrin normatif yang

berasal dari al-Qur‟an. Hal ini paling tidak terlihat pada

metode hikmah dan mauizhah al-hasanah. Misalnya hikmah adalah suatu

Page 15: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

65

metode dalam menyampaikan materi lewat ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya.

Pada umumnya penulis ilmu mengajar lainnya hanya melihat sisi

doktrin normatif saja pada ayat-ayat al-Qur‟an, sehingga terlihat dengan

jelas pembicaraan seputar dataran konsep, padahal sebuah metode selain

berbicara teori sekaligus sebenarnya metode itu sesuatu yang bersifat

aplikatif. Artinya sesuatu yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Begitu juga tentang metode mauizhah seolah-olah hanya

juga pada tataran konsep dan normatif. Sebenarnya kedua metode di atas

di satu sisi adalah dogmatis, sedangkan di sisi lain keduanya aplikatif,

dan pernah diterapkan (direalisasikan) oleh Nabi Muhammad SAW

melalui petunjuk al-Qur‟an kepadanya, sebab tidak sesuatupun yang

dilakukan oleh Nabi, melainkan berdasarkan pertunjuk Allah. Jika

memang ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua metode di atas

hanya pada tataran konsep, agaknya ada benarnya, karena mereka hanya

melihatnya sebagai materi dakwah, bukan sebagai metode dakwah.

Demikian juga halnya dengan metode mujadalah al-lati hiya ahsan,

tidak hanya berbicara sebatas konsep, namun al-Qur‟an telah

mengaplikasikannya melalui petunjuk al-Qur‟an dalam melaksanakan

pembelajaran Islam. Mujadalah hasanah itu dipahami dengan bertukar

fikiran atau berdiskusi dengan baik, maka mujadalah telah bersifat

aplikatif (diterapkan) sebagaimana dua metode sebelumnya

(hikmah dan maw‟izhah al- hasnah) dan telah dipraktekan oleh nabi

Muhammad SAW dalam mengembangkan ajaran Islam kepada umat

manusia.

Kedua metode tersebut (hikmah dan maw‟izhah al-hasanah),

dapat dibedakan. Metode hikmah lebih menekankan kepada kemampuan

fikiran dan ketajaman rasionalitas (intelektualitas) penerima dakwah,

sedangkan metode mau‟izah menekankan kepada ketepatan pesan yang

disampaikan. Akan tetapi berbeda halnya dengan metode

ketiga, mujadalat hasanah, seandainya mujadalah hasanah itu dipahami

Page 16: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

66

dengan bertukar pikiran atau berdiskusi dengan baik, maka ia memang

sudah bersifat aplikatif dan bisa diterapkan.

Nurcholish Madjid, dalam salah satu tulisannya dalam Tabloid

Tekad dengan mengutip pendapat Ibn Rusyd, mengemukakan bahwa

dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi

yang mengarah kepada falsafah, dengan nasehat yang baik, yang berarti

retorika efektif dan populer, dan dengan mujadalah yang lebih baik,

maksudnya metode dialektis yang unggul. Indikasi ini menunjukan

bahwa metode dakwah berserta modelnya pada surat al-Nahl 125, telah

diaplikasikan oleh Rasulullah dalam mengajak manusia kepada Islam

dalam berbagai bentuk. Model dari masing-masing metode itu merupakan

bagian yang tak terpisahkan satu sama lainnya.

4. Layyinah

Islam memiliki cara dan metode dalam menyampaikan materi

sesuai dengan situasi, kondisi dan karakterristik peserta didik yang

dihadapi. Tentunya hal itu tidak lepas dari bimbingan syari‟at. Terkadang

materi ajar harus disampaikan dengan sikap lemah lembut dan terkadang

dengan sikap keras, tegas, dan lugas. Namun sikap yang kedua ini sering

dianggap sebagai sikap yang salah dan tidak mengandung hikmah.

Bahkan terkadang dianggap dapat menimbulkan akibat yang fatal bagi

pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri. Sehingga muncul protes dari

berbagai pihak ketika salah seorang pendidik bersikap keras, tegas dan

lugas terhadap peserta didiknya.

Fenomena ini tampak ketika salah seorang guru memarahi

muridnya yang melakukan keributan dengan temannya saat proses

pembelajaran berlangsung. Mereka menganggap bahwa sikap keras,

tegas, dan lugas dalam mengajar tidak mencerminkan akhlak mulia

karena mengandung kezhaliman terhadap peserta didik dan

menyebabkan mereka malas pergi kesekolah.

Respon dari wali siswa ini muncul berdasarkan prinsip

mengajarkan mereka dengan cara dan metode yang keras. Pada setiap hal

Page 17: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

67

yang berakibat munculnya kemarahan masyarakat harus dijauhkan dalam

dunia pendidikan. Fakta ini sering memunculkan di kalangan masyarakat.

Untuk menghindari imej seperti itu dikalangan masyarakat, maka

hendaknya dalam melaksanakan proses pembelajaran guru tetap

melaksanakannya dengan baik dan dengan kata yang santun. Hal ini lebih

baik mengingat kondisi anak didik sekarang dengan dulu berbeda.

Sebagaimana firman Allah Swt kepada nabi Musa q dan nabi Harun, yang

berbunyi:

بىآ إلى فرعىونى إنو طىغىى ف ىقولاى لىو ق ىولا لينا لعىلو ي ىتىذىكر أىو يىشىى (43)اذىىArtinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia

telah malampaui batas; maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan

kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS.

Thaha (20): 43-44).

Sepantasnya seorang pendidik benar-benar merenungkan ayat ini!

Karena kalau siap keras dan hati kasar akan menyebabkan manusia

menjauhi Nabi Muhammad jika kedua sifat itu ada pada beliau-, padahal

beliau adalah manusia paling mulia di hadapan Allah, maka bagaimana

dengan orang lain yang derajatnya jauh di bawah beliau, jika dia bersikap

keras dan berhati kasar.

Dengan demikian, di antara kewajiban pendidik adalah memilih

kalimat yang lembut dan tidak kasar, agar penyampaian materi sampai

kepada anak didik. Jangan sampai mereka lari agtau sama sekali mereka

tidak mau belajar. Banyak bimbingan dari Allah dan Rasul-Nya agar

setiap insan pendidik bersikap lembut ketika melaksanakan proses

pembelajaran, sehingga materi yang disamasaikan dapat diterima dengan

baik.

Namun demikian, bukan berarti seorang pendidik selalu bersikap

lemah-lembut dalam segala keadaan. Bahkan pada keadaan-keadaan

tertentu dia dituntut untuk bersikap tegas dan keras. Sikap lemah-lembut

dan keras diletakkan pada tempatnya masing-masing, dan itulah hikmah

Page 18: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

68

yang perlu fahami dan dilakukan saat berlangsunya proses pembelajaran

di sekolah. Ketika khalifah Al-Makmun dinasehati dengan kasar oleh

seseorang, beliau berkata: “Hai laki-laki, bersikaplah lemah-lembut,

sesungguhnya Allah telah mengutus orang yang lebih baik daripada

kamu (yaitu nabi Musa q ), kepada orang yang lebih buruk daripada aku

(yaitu Fir‟aun), dan Dia memerintahkannya dengan sikap lemah-

lembut”.12

Senada dengan pentingnya sifat dan kata-kata yang lemah lebuh

dalam proses pembelajaran, Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis

yang berbunyi:

إلا زىانىو وىلاى ي ن زىع من شىيء إلا شىانىو إن الرفقى لاى يىكون ف شىيء

Artinya: Sesungguhnya lemah-lembut tidak berada pada sesuatu

kecuali pasti menjadikannya indah, dan tidaklah lemah-lembut

dihilangkan dari sesuatu kecuali pasti menjadikannya buruk. (HR.

Muslim no. 2594, dari „Aisyah)

Para ulama mengatakan: kata “syai‟in (sesuatu)” pada kalimat di

atas adalah nakirah (kata tidak tertentu) yang berada pada rangkaian

peniadaan, sehingga mengenai segala perkara. Maksudnya bahwa lemah-

lembut terpuji di dalam segala urusan. Oleh karena itulah adanya lemah-

lembut di dalam dakwah termasuk perkara yang akan menjadikannya

indah, sehingga dakwah itu akan lebih kuat menarik hati (manusia) dan

menghasilkan tujuan. Dan ketiadaan lemah-lembut di dalam dakwah

termasuk perkara yang akan menjadikannya buruk.

C. Implementasi Metode Bil-Hikmah, Mau’izhah Hasanah, Mujadalah dan Layyinah dalam Pembelajaran Pada Balai Diklat Keagamaan Provinsi Aceh

1. Metode Bil-hikmah

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode bil-hikmah

adalah penyampaian materi dengan menggunakan perkataan yang benar

_____________

12Syekh Fadhl Ilahi, Min Sifatid Da‟iyah Al-Liin war Rifq, (Jakarat: An-Nur, 2016), h: 12

Page 19: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

69

dan pasti, yaitu menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan

pada peserta. Di samping itu, metode bil-hikmah adalah kemampuan dan

ketepatan seorang pendidik dalam memilih, memilah dan menyelaraskan

teknik mengajar dengan kondisi objektif peserta didik. Singkatnya metode

bil-hikmah sebagai sebuah sistem yang mampu memadukan kemampuan

antara teoritis dan praktis dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dari

beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata-kata

hikmah sebenarnya lingkupnya sangatlah luas, tidak terbatas pada

menemukan (mengungkapkan) kebenaran, dan membantah kebatilan.

Hasil diskusi dan penelitian penulis di Balai Diklat Keagamaan

Aceh menunjukkan bahwa rata-rata peserta sangat setuju dan menarik

hatinya apabila pola dan metode bilhikmah saat menyampaikan materi

diklat dapat disampaikan melalui cara-cara yang pasti yang didasari

dengan dalil-dalil yang konkrit, tidak asal-asalan saja. (Wawancara

dengan peserta diklat penyuluh agama Islam Non PNS Angkatan XII di

BDK Aceh Tahun 2018).

Berkaitan dengan bagaimana penerapan materi bilhikmah ini, salah

satu narasumber/widyaiswara menyampaikan bahwa dalam menerapkan

pemberlajaran kepada peserta diklat, siapun narasumbernya hendaknya

dapat memadukan kemampuan peserta diklat antara teoritis dan praktis.

Maksudnya bahwa teori yang disampaikan tersebut dapat dipraktekkan

oleh diri si penyampai materi itu terlebih dahulu kemudian baru

diarahkan kepada peserta. (Wawancara dengan salah satu widyaiswara di

BDK Aceh Tahun 2018).

Dengan demikian, seyogyanya metode bilhikmah ini dapat menjadi

pilihan/rujukan dan harus diterapkan oleh setiap tenaga

pengajar/widyaiswara dengan peserta diklatnya, orang tua dalam

mendidik anaknya, guru di sekolah dengan muridnya, dan seorang

pemimpin dengan para bawahannya. Karena kunci suksesnya Rasulullah

Saw dalam membina dan mendidik ummatnya adalah dengan metode

bilhikmah ini. Praktek metode bilhikmah ini selalu beliau aplikasikan bagi

Page 20: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

70

sendiri terlebih dahulu sehingga ummatnya dengan leluasa mengikuti

beliau. Urgensitasnya penerapan metode ini mengingat karakteristik

peserta diklat yang berbeda pemikiran dan keinginannya. Apabila

metodenya salah justru malah mereka akan berbalik dan menolak

mentah-mentah apa kita sampaikan.

2. Metode Mau‟izhatul hasanah

Menurut Ibnu Katsir mau‟izhah ialah memberikan nasihat yang baik

yakni nasihat nasihat dengan berupa peringatan-peringatan yang telah Allah

gambarkan dalam al-Qur‟an serta dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Adapun at-Thabari memberikan

penjelasan bahwa mau‟izhah hasanah ialah perkataan atau pelajaran yang indah,

yaitu tentang hujjah-hujjah yang terdapat dalam al-Qur‟an serta nikmat-nikmat

yang diberikan oleh Allah kepada manusia seperti yang tergambar dalam al-

Qur‟an.

Berdasarkan redaksi di atas, sifat mau‟izhah hasanah sebagai suatu

nasihat yang tertuju pada hati (perasaan) yang lembut, tanpa

meninggalkan karakter nasihat itu yang tertuju pada akal, dari akallah

sehingga menimbulkan stimulus untuk diwujudkan dalam konteks yang

nyata.

Hasil kajian penulis dari Al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125 dan

penelitian penulis di lapangan dengan peserta diklat terkait dengan

metode mau‟izhah hasanah ini menunjukkan bahwa qalbun dan aktifitas

seseorang akan terbentuk dan mau diwujudkan dengan rasa ikhlas jika

penerangan dan perintah yang diberikan dengan cara lemah lembut.

Karena sifat manusia pada fitrahnya adalah putih dan lemah lembut

walaupun mereka memiliki kesalahan tetapi apabila diingatkan dengan

cara yang kasar lebih-lebih dipermalukan di depan umum maka mereka

menolaknya.

Menurut penulis, aplikasi metode mau‟izah hasanah dengan

peserta diklat adalah dengan cara penyampaian materi yang lebih

menyentuh qalbu mereka, bisa juga lewat tayangan-tayangan kisah islami,

kisah para nabi, auliya Allah, kisah para sahabat rasulullah dan begitu

Page 21: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

71

juga untaian kata-kata yang disampaikan oleh narasumber sendiri yang

mengandung hikmah-hikmah. Tanpa menggunakan kata-kata yang

sifatnya lelucon.

Dengan demikian, implementasi dari metode mau‟izhah

hasanah tatanannya harus mampu tertuju pada hati sanubari dengan

lemah lembut tanpa dibarengi dengan sifat kasar. Rasulullah Saw masa

jahiliyah menghadapi berbagai karakteristik. Apabila dalam memberikan

nasehat dengan cara kasar maka mereka akan menolaknya dengan

spontan. Tetapi beliau sanggup melaksanakan metode mau‟izhah

hasanah ini dengan baik sampai akhir hayat beliau. Begitu juga dalam

kehidupan pendidik saat ini yang menghadapi berbagai model karakteri

anak didiknya yang tentunya apabila dalam prosesnya terlalu kasar maka

pembelajan dengan anak didik akan gagal.

3. Metode Mujadalah

Istilah mujadalah berasal dari kata jaadala, yujaadilu, jaadalatan,

mujaadalatan yang memiliki arti berbantah-bantahan. Dalam kaitan ini,

Ibnu Katsir memberikan penjelasan bahwa metode mujadalah yang berarti

perdebatan yang dilakukan dengan cara terbaik ialah jika perdebatan

dalam sebuah diskusi tidak dapat dihindarkan maka hendaklah mendebat

dengan cara yang baik, bersahabat, santun, lembut serta menggunakan

perkataan yang lembut. Beliau menuturkan sebuah firman Allah, yaitu :

Artinya: dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan

dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara

mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang

diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami

dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri”.

(Q.S. Al-„Ankabut, 29 : 46).

Al-Thabari menerangkan bahwa mujadalah pada ayat ini berdebat

dengan cara yang baik atau dengan bantahan yang baik. Adapun

bantahan ini dilakukan untuk menjaga kehormatan diri dan sebagai

upaya agar terhindar dari peremehan serta intimidasi terhadap diri kita.

Page 22: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

72

Al-Qurthubi lebih sederhana menafsirkan mujadalah ini adalah melakukan

diskusi dengan tidak menggunakan kekerasan.

Analisa penulis berkaitan dengan metode mujadalah bahwa

metode ini sangat baik diterapkan dalam proses pembelajaran. Tetapi

metode ini tidak semua jenjang dan tingkat sekolah diterapkan termasuk

Tingkat SD/MI, dan tingkat Tsanawiyah. Untuk tingkat ini menurut

penulis bahwa mereka masih dalam taraf berpikir mereka belum tahap

kematangan sehingga apabila metode ini diterapkan bagi mereka akan

dikhawatirkan terjadinya perkelahian dalam kelas karena mereka belum

mampu mengontrol emosinya. Lain halnya dengan Tingkat Aliyah,

tingkat mahasiswa, dan peserta diklat, maka metode mujadalah ini sangat

efektif diterapkan karena dapat menghidupkan suasana pembelajaran

sehingga akan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Selain itu untuk

tingkat ini, mereka memiliki control emosi yang maksimal sehingga tidak

akan menimbulkan konplik dan perkelahian.

Dalam dunia widyaiswara, penulis sangat membuka lebar metode

mujadalah ini. Mengingat para pesertanya adalah para penghulu,

penyuluh, dosen dan para guru-guru dimana cara berpikir mereka sangat

bijak dan matang sehingga walaupun terjadinya diskusi yang tegang

tetapi pada ujung-ujungnya mereka dapat mengontrol emosi mereka.

4. Metode al-Laiyyinah (Lemah-Lembut)

Kunci sukses dan berkesannya seseorang sangat terpengaruh

dengan perkataannya yang sopan dan lemah lembut. Rasulullah sangat

dihormati dan dijunjungtinggi oleh ummatnya karena perkataan beliau

sangat lemah lembut. Metode lemah lembut dalam perkataan, perbuatan

akan menjadi sarana penting berasilnya proses pembelajaran. Dalam hal

ini, Ar-Rifq menyatakan bahwa sifat lemah lembut di dalam berkata dan

bertindak serta memilih untuk melakukan cara yang paling mudah.

(Fathul Bari syarh Shahih Al Bukhari).

Untuk itu, sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk berhias

dengan sifat yang sangat mulia tersebut, karena ia merupakan bagian dari

Page 23: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

73

sifat-sifat yang dicintai oleh Allah Swt. Dengannya pula merupakan sebab

seseorang dapat meraih berbagai kunci kebaikan dan keutamaan.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak

akan bisa meraih berbagai kebaikan dan keutamaan. Pentingnya metode

lembut ini, Allah Swt telah memerintahkan rasulnya untuk berlemah

lembut terhadap umatnya, sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat

Thaha ayat 44 yang berbunyi:

ف ىقولا لىو ق ىولا لىينا لىعىلو ي ىتىذىكر أىو يىشىىArtinya: maka ucapkan olehmu (Musa) dengan perkataan yang

lemah lembut, mudah-mudahan dia (Fir‟un) teringat ia atau memiliki

rasa takut (QS. Thaha: 44)

Dari ayat di atas sangat jelas bahwa Allah memerintahkan rasulnya

dalam memberikan pengajaran dengan cara lemah lembut. Bersikaplah

lemah lembut selalu dalam tutur kata dan jauhi ucapan yang kasar karena

ucapan yang lemah lembut akan mampu menjinakkan jiwa yang sedang

berontak. Sangat banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur‟an dan as-Sunnah

mengenai hal ini. Sebagaimana firmannya dalam surat Ali Imran (03): 159

yang artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku

lemah lembut terhadap mereka.”(QS. Ali Imran (03): 159).

An-Nawâwi dalam syarahnya mengatakan hadis ini menunjukkan

keagungan perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah

lembut dan mengasihi orang bodoh (yang belum mengetahui tata cara

salat). Ini juga perintah agar pendidik berperilaku sebagaimana

Rasulullah saw. dalam mendidik. Inilah pentingnya metode lemah lembut

dalam pendidikan, karena materi pelajaran yang disampaikan pendidik

dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut

yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab

dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.

Pengaplikasian metode ini sangat berdampak baik pada umat

manusia bila seluruh manusia baik muslim ataupun nonmuslim

teredukasi untuk mengamalkannnya. karena kebanyakan tindakan-

Page 24: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

74

tindakan pelampiasan emosi hingga tindakan-tindakan criminal berawal

dari luapan emosi dari lubuk hati yang dipicu pula oleh perkataan yang

kasar atau tidak lemah lembut. Akan tetapi hal itu sangat tidak disadari

oleh kebanyakan manusia yang membuat mereka sesuka hati

melontarkan perkataan mereka dengan kasar. Meski isi dan kandungan

yang ada pada suatu perkataan sebenarnya adalah hal baik, akan tetapi

akan menjadi suatu ranjau yang memiliki letupan keras dihati bilamana

perkataan tersebut disampaikan dengan cara yang salah.

Misalnya, seorang guru yang melontarkan perkataan yang diiringi

dengan intonasi tinggi (emosi) mungkin akan melukai perasaan murid

yang menerima perkataan tersebut atau salah memahami makna dari

perkataan tersebut yang nantinya mampu membuat murid merasa bahwa

gurunya tersebut membencinya. Berbeda dengan guru yang

menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang lemah

lembut, mungkin akan lebih terngiang di hati mereka.

Sebagai seorang muslim yang baik, seharusnya akan sangat paham tentang

metode komunikasi yang diterapkan oleh ajaran agama Islam ini. Rasulullah SAW

adalah seorang figure yang terkenal denga tutur katanya yang lemah lembut pada

setiap perkataannya. Lumrahnya seorang Rasul juga pasti pernah mengalami suatu

amarah karena Ia juga manusia biasa seperti hamba Allah lainnya. Akan tetapi

beliau tidak pernah menyampaikan perkataannya dengan kasar atau terdengar

keras meskipun disaat ia sedang marah.

PENUTUP

Metode penerapan pendidikan dan pengajaran oleh Widyaiswara Balai

diklat Keagamaan Provinsi Aceh bagi peserta diklat, sebagai berikut:

1. Dari hasil kajian ayat-ayat Al-qur‟an dan pendapat para tafsir, dapat

dipahami bahwa metode hikmah adalah dialog dengan

menggunakan kata-katan yang benar, bijak, lembut, sopan,

memudahkan, disertai dengan dalil-dalil yang kuat (ilmiah dan

logis). Metode hikmah diartikan dengan seuatu yang diturunkan dan

berasal dari Nabi Muhammad Saw.

Page 25: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019

75

2. Adapun metode mau‟izhah, yaitu metode dengan nasihat-nasihat

yang lemah lembut lagi benar, ajakan pada suatu hal

yang positif atau memberi pelajaran dan peringatan dengan dalil-

dalil (argumentasi) yang dapat diterima oleh akal atau kemampuan

peserta didik, disertai keteladanan dari yang menyampaikan.

Metode mujadalah dapat diterapkan pada kelas/tingkat-tingkat

tertentu dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik peserta.

Sedangkan metode layyinah adalah metode lunak, lemah lembut

yang perlu diterapkan dalam kondisi apapun.

3. Ada suatu hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik lebih-

lebih ketika menggunakan metode ini, yaitu adanya ketauladanan,

artinya ada kesesuaian antara yang ia sampaikan dengan prilakunya

sehari-hari. Sebab ketika ada seorang guru yang menggunakan

metode mau‟izhah, tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan

perilakunya, maka jangan berharap banyak terhadap perubahan

perilaku peserta didiknya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abduh, Muhammad, Al-Mau‟izah Al-Hasanah, t.t: 1985

Abu al-Fatah al-Bayanuni, Muhammad, Al-Madkhal Ila „Ilmi Al-Da‟wah, (Beirut: Risalah Publishers, 2001

Ash-Shabuni, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, (Jakarta: Keira Publishing, 1998, t.t., jil.2

Bahri, Fathul, Meniti Jalan Dakwah, Jakarta: Amzah, 2008

Baz, Abdul Aziz, ad-Dakwah Ilallah wa Akhlaqud Da'iyah, t.t., jil

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008

Hafidz al-Din AbiBarakatAbdillah bin Ahmad bin Mahmud Annasafi, Madarik At-TanzilwaHaqa‟iq at Ta‟wil, (Birut-Libanon: Dar Al-Fiqr, 2000.

Ibnu Qayyim, at-Tafsiru Al-qayyimu, Jakarta: Darul Fikr, 2000

Ilyas Ismail, A, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Page 26: PENERAPAN METODE BILHIKMAH MAU’IZATUL HASANAH JADIL …

Penerapan Metode...

76

Khair Ramadhan Yusuf, Muhammad (terj.), Peran Media Informasi Islam dalam Pengembangan Ummat, (Jakarta: al-Kautsar, 1996

Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Imam Abu Ja‟far , ami‟ al-Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an", (At-Thabari, t.t., jil. 5

Muhidin, Asep, Dakwah dalam Perspektif al-Qur‟an, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Munir Amin, Samsul, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009

Quraib Al-Ashma`I, Abdul Malik bin, Tarikhul Arab Al- Awwalin, Basra.

Saputra, Munzier dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta, ed-revisi,2006

Siti Muriah, Metode Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000

Syekh Fadhl Ilahi, Min Sifatid Da‟iyah Al-Liin war Rifq, Jakarat: An-Nur, 2016

Syihata, Abdullah, Dakwah Islamiyah, Jakarta: Rofindo,1986

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Media Pratama, 1987

Warson Al-Munawwir, Ahmad , Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, ed-2, 1997

Ya‟kub, Ali Musthafa, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997

Yahya Omar, M. Toha, Islam dan Dakwah, Jakarta: Widjaya, cet-2, 2004

Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqoiqi al-Tanzil wa Uyuuni al-Aqowili fi al-wujuuh al-Takwil, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyyah, 1995.