Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP (INVESTIGASI) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENULISAN LAPORAN WAWANCARA SISWA KELAS VIII SMPN SATAP 4 LIUKANG TUPABIRING PULAU KARANRANG
KABUPATEN PANGKEP
TESIS
HERMAWATI NIM: 04034622009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP (INVESTIGASI) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENULISAN LAPORAN
WAWANCARA SISWA KELAS VIII SMPN SATAP 4 LIUKANG TUPABIRING PULAU KARANRANG KABUPATEN PANGKEP
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh
HERMAWATI
NIM: 04034622009
kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
ii
TESIS
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP (INVESTIGASI) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENULISAN LAPORAN
WAWANCARA SISWA KELAS VIII SMPN SATAP 4 LIUKANG TUPABIRING PULAU KARANRANG KABUPATEN PANGKEP
yang disusun dan diajukan oleh
HERMAWATI NIM: 04034622009
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 25 Juni 2012
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Kamaruddin, M. A. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Ketua Sekretaris
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Universitas Muhammadiyah Pendidikan Bahasa Makassar, dan Sastra Indonesia Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. NBM 988 463 NBM 866 922
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR PROGRAM PASCASARJANA
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Telp. 0411866972 Fax 0411-865588 Makassar 90221
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul Tesis :Penerapan Metode Pembelajaran Co-Op Co-Op (Investigasi) dalam Peningkatan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep
Nama Mahasiswa : Hermawati NIM : 04034622009 Program Studi : Pendidikan Bahasa Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 25 Juni
2012 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Juni 2012
Tim Penguji:
1. Prof. Dr. H. Kamaruddin, M. A. (………………………….) (Ketua/Pembimbing/Penguji)
2. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. (………………………….) (Sekretaris/Pembimbing/Penguji)
3. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M.,M.Pd. (………………………….) (Penguji)
4. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. (………………………….) (Penguji)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama Mahasiswa : Hermawati NIM : 04034622009 Program Studi : Pendidikan Bahasa Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Juni 2012
Yang menyatakan,
Hermawati
v
PRAKATA
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa taala
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul ”Penerapan Metode Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi) dalam
Peningkatan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep” Tesis ini diajukan
guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dalam bentuk
bimbingan, saran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang telah membantu penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. H. Kamaruddin, M. A. pembimbing I
dan Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar dan Direktur Program Pascasarjana Universitas
vi
Muhammadiyah Makassar beserta staf, yang telah memberikan bantuan dan
kemudahan kepada penulis, baik pada waktu mengikuti perkuliahan, penelitian,
maupun pada saat penulisan tesis. Ucapan terima kasih pula kepada seluruh dosen
dan Ketua Prodi. Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah membekali penulis
berbagai pengetahuan selama perkuliahan sampai pada hasil penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru kelas VIII SMPN Satap
4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian, dan semua guru di SMPN Satap 4 Liukang
Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep yang telah membantu selama
penelitian berlangsung. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada seluruh keluarga yang senantiasa setia mendoakan penulis agar
dapat meraih kesuksesan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap pengembangan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
Semoga bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak mendapatkan pahala dari
Allah swt.
Makassar, Juni 2012
Penulis,
vii
ABSTRAK
HERMAWATI, 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi) dalam Peningkatan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep, dibimbing oleh Kamaruddin sebagai Ketua Komisi dan Abd. Rahman Rahim sebagai Sekretaris.
Tujuan penelitian, yaitu meningkatkan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep Tahun Pelajaran 2011/2012. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, tes menulis, dan alat perekam. Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op dalam peningkatan pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep dilaksanakan selama dua siklus. Pada siklus I, proses mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan mengalami dikategorikan masih kurang. Hal ini disebabkan oleh perhatian, antusiasme, dan kemampuan siswa menjadi investigasi sebagai bentuk co-op co-op yang kurang memadai. Selain itu, guru belum menuntun dan membimbing secara totalitas kepada siswa dalam melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op. Namun, proses pelaksanaan mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan pada siklus II sudah meningkat yang didukung oleh perhatian, semangat belajar, kesenangan, serta keterampilan siswa melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op terhadap temannya. Dengan demikian, proses pelaksanaan siklus I rata-rata dikategorikan kurang dan meningkat pada siklus II menjadi kategori tinggi. (2) Penilaian pembelajaran dalam penerapan pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep siklus I dikategorikan sedang dengan ketuntasan (5,71%) yang mampu mendapatkan nilai 70 ke atas. Namun, pada siklus II meningkat menjadi kategori tinggi dengan ketuntasan mencapai 91,42% yang mendapat nilai 70 ke atas.
viii
ABSTRACT HERMAWATI, 2012. Applying Co-Op Co-Op Learning Method (Investigation) To Increase Writing Skill of Interview Report of the Student Second Grade of SMP Negeri Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. (supervised by Kamaruddin as the head of commission and Abdul Rahman Rahim as secretary)
The purpose of this research was to describe®- of planning, conduction
planning, and applying assement method of co-op co-op learning (investigation) to increase writing skill of interview report of the student second grade of SMP Negeri Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. The used approach in this research was qualitative approach. The type of this research is class room action research. This research was conducted in the second of SMP Negeri Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. Instrument to be used was observation, writing test, and recording tools. Tecnic analyzed to be used is descriptip qualitative.
The result of this research showed that (1) the learning proces by applying investigation method in the form of co-op co-op learning (investigation) to increase writing skill of interview report of the student second grade of SMP Negeri Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep that was conducted for two cycles. In the first cycles, the proces to change interview text becomed report was categirazed still less. It was due to an attention, enthusiasm, and the student ability hi doing investigation on the form of co-op co-op were still low. Beside that, the teacher didn't guide to the student yet hi doing investigation on the form of co-op co-op. Nevertheless, the process of changing interview text becoming a report on second cycle had incresed that was supported by attention, learning spirit, attractiveness, and the student's skill to do investigation in the form of co-op co-op. So that, the processof the first cycle implementing was categorized still less and increase on the second cycle becomed high category. (2) the learning asseement in applying learning co-op co-op (investigation) to increase writing skill of interview report of the student second grade of SMP Negeri Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep the first cycle was categorized in fan- with the achievement (5,71 %) which got score about 70 and over. But, hi the second cycle becomed high with the achievement (91,42 %) which got score 70 and over.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
PRAKATA v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10
A. Tinjauan Pustaka 10
B. Kerangka Pikir 38
BAB III METODE PENELITIAN 40
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 40
B. Desain Penelitian 40
C. Definisi Istilah 41
x
D. Data dan Sumber Data 42
E. Instrumen Penelitian 43
F. Teknik Pengumpulan Data 44
G. Prosedur Penelitian 44
H. Teknik Analisis Data 48
I. Indikator Keberhasilan 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50
A. Hasil Penelitian 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 113
A. Simpulan 113
B. Saran 114
DAFTAR PUSTAKA 116
LAMPIRAN 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia di SMP pada dasarnya bertujuan membekali
peserta didik keterampilan berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis. Perubahan atau pergantian kurikulum selalu menimbulkan
masalah dan kebingungan bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan,
terutama guru. Apa pun kurikulumnya, guru bahasa Indonesia harus tetap berpegang
pada tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Guru perlu terus berusaha meningkatkan
kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Karena kurikulum yang berlaku pada beberapa tahun terakhir ini adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru harus mengenal, membekali diri, dan
menyiasati kurikulum ini. Dengan demikian, guru dapat menghadapi dan
menanggulangi masalah-masalah yang muncul dalam tugas-tugas
profesionalismenya.
KTSP 2006 telah mampu memberikan sebuah tatanan baru dalam
pembelajaran. Salah satu langkah awal dalam pembelajaran, yaitu keterampilan
berbahasa. Tujuan pembelajaran keterampilan berbahasa dilakukan untuk
mendapatkan output (hasil) yang terampil dalam bidang kebahasaan. Pembelajaran
berbahasa yang dimaksudkan adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Keempat keterampilan tersebut mampu menawarkan sebuah resolusi
2
dalam menunjukkan kompetensi dirinya apabila dilaksanakan secara tepat. Salah satu
pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih menunjukkan kompetensinya, serta
menjadi diri sendiri adalah keterampilan menulis.
Standar kompetensi menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia
merupakan upaya untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pribadi yang mampu,
karena siswa akan mampu menuangkan ide/gagasannya, perasaannya, dan
pendapatnya dalam bentuk tulisan sesuai dengan keinginannya. Sejalan dengan
kenyataan tersebut, Syafi’ie (1998: 26) mengemukakan bahwa menulis adalah
menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan informasi ke dalam bentuk
tulisan dan kemudian mengirimkannya kepada pembaca (orang lain). Oleh karena
itu, menulis dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang produktif.
Keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang
berorientasi pada reproduksi merupakan suatu hal yang paling kompleks yang
membutuhkan beberapa syarat penguasaan kosakata, ketatabahasaan, kemampuan
menyusun dan merangkaikan gagasan, serta mengembangkan gagasan dalam suatu
kebutuhan yang logis, padat, dan mudah dipahami. Oleh karena itu, siswa sangat
dituntut dapat menguasai aspek-aspek yang termuat dalam keterampilan menulis agar
dapat menuangkan gagasannya secara terpadu dan dalam bahasa yang dapat
dimengerti oleh pembacanya.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang menggunakan proses berpikir.
Proses berpikir tersebut dilakukan penulis dalam dua hal, yakni apa dan bagaimana
cara menulis. Apa yang ditulis berkaitan dengan gagasan atau materi yang akan
3
ditulis, sedangkan bagaimana cara menulis berkaitan dengan pengembangan
gagasan. Proses menggali materi yang akan ditulis dilakukan melalui kegiatan
pemilihan topik, pengumpulan bahan, perencanaan penataan tulisan, penetapan
tujuan menulis dan pengembangan gagasan. Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Enre (1994: 163) mengatakan bahwa salah satu tugas penting seorang penulis ialah
menguasai cara menulis dan berpikir akan banyak membantu dalam usaha
pencapaian sesuatu tujuan yang penting.
Hasil pengamatan peneliti, menunjukkan bahwa rata-rata siswa kurang
menyukai pembelajaran menulis. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mengorganiasikan
tulisannya dengan tepat. Siswa menganggap bahwa menulis membutuhkan
kelengkapan syarat yang harus dipenuhi sehingga menjadi suatu beban moril yang
ditanggung. Kondisi ini memungkinkan terciptanya minat rendah terhadap kegiatan
pembelajaan menulis. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis
tidak secara langsung diketahui oleh guru. Hal ini disebabkan oleh guru yang kurang
memahami keinginan siswanya dalam pembelajaran sehingga berimbas pada siswa
yang semakin tidak menyenangi pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, tidak
terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Salah satu keterampilan menulis yang dirasakan sulit bagi siswa kelas VIII
SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep adalah
menulis laporan hasil wawancara. Berdasarkan pengamatan selama ini sebagai
pengajar di sekolah ini adalah tingkat penguasaan siswa menulis laporan wawancara
sangat rendah. Perolehan nilai rata-rata semester yang lalu pada aspek menulis
4
laporan wawancara rata-rata belum mencapai KKM sehingga dilakukan program
remedial dengan tujuan menuntaskan kemampuan siswa menulis laporan wawancara.
Rendahnya kemampuan siswa menulis laporan wawancara disebabkan oleh
kemampuan siswa mendapatkan dan memahami informasi dari narasumber.
Informasi yang telah diperoleh dari narasumber sulit pula dikomunikasikan dalam
bentuk tulisan laporan. Ketidakmampuan siswa mendapatkan dan memahami
informasi dari narasumber karena kemampuan melakukan proses wawancara yang
kurang, ketidakmampuan melakukan tanya jawab terhadap narasumber untuk
memperoleh informasi, serta ketidaktahuan meramu dan mengomunikasikan
informasi dalam bentuk tertulis yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
menulis laporan akan lebih efektif apabila terjadi komunikasi langsung tentang
kesulitan dan keinginan siswa dalam pembelajaran tersebut. Namun, siswa jarang
mengemukakan kesulitan atau harapannya terhadap pembelajaran menulis laporan
kepada guru sehingga guru tidak mengantisipasi hal tersebut. Artinya, guru tidak
benar-benar mengetahui gambaran tentang perkembangan belajar siswa, khususnya
pembelajaran menulis laporan.
Mencermati uraian tersebut, menulis laporan memegang peranan kunci dalam
dunia pendidikan mulai dari tingkat sekolah lanjutan sampai di perguruan tinggi. Hal
ini perlu dikemukakan karena banyak siswa yang mengalami kesulitan jika diberi
tugas oleh guru untuk menulis laporan. Dengan demikian, alangkah idealnya jika
5
latihan menulis laporan mulai diintensifkan di tingkat sekolah menengah pertama.
Kalau usaha ini dilakukan dengan baik, maka siswa diharapkan memiliki
keterampilan menulis laporan.
Berdasarkan pengalaman penulis, area kesulitan para siswa dalam menulis
laporan secara umum yaitu prosedur penulisan dan kemampuan memformulasikan
ide di dalam kalimat bahasa Indonesia ragam ilmiah dengan tepat. Khusus poin
memformulasikan ide di dalam kalimat bahasa Indonesia ragam ilmiah dengan tepat
memang merupakan sebuah keterampilan yang sulit dilakukan oleh siswa. Hal ini
disebabkan oleh banyak hal, seperti siswa harus menguasai tata bahasa dan kaidah
bahasa Indonesia baku. Hal inilah yang banyak tidak mampu dilakukan oleh siswa
sehingga dalam menulis karya ilmiah banyak terjadi kesalahan berbahasa.
Fenomena yang sering terjadi tersebut harus diatasi. Untuk mengatasi kendala
pembelajaran menulis laporan, guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam
memilih strategi pembelajaran sehingga minat dan motivasi siswa dalam menulis
laporan semakin meningkat. Strategi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut,
yaitu penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi).
Pelaksanaannya dilakukan dengan mengajarkan siswa melakukan investigasi
terhadap narasumber. Setelah itu, informasi yang diperoleh diubah menjadi laporan
berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa
metode co-op co-op dapat dijadikan sebagai metode yang tepat untuk membantu
memudahkan siswa dalam menciptakan sebuah tulisan yang berbentuk laporan. Hal
ini dinyatakan sebab melalui kegiatan co-op co-op (investigasi) dengan narasumber
6
banyak informasi yang dapat diperoleh. Informasi yang diperoleh tersebut langsung
dapat diformulasikan dalam bentuk tulisan yang sistematis.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik meneliti tentang kemampuan
siswa menulis laporan hasil wawancara dengan judul “Penerapan Metode
Pembelajaran co-op co-op (Investigasi) dalam Peningkatan Kemampuan Penulisan
Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep.” Hal ini dilakukan karena penelitian yang relevan
masih kurang. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fatimah (2006) dengan judul:
Kemampuan Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Makassar Mengubah Teks Wawancara
Menjadi Bentuk Paragraf.” Hasilnya menunjukkan bahwa siswa belum mampu
mengubah teks wawancara menjadi paragraf. Selanjutnya, Sartika (2010) dengan
judul ”Keterampilan Menggunakan Teks Wawancara Menjadi Laporan Ilmiah Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng.” Hasilnya menujukkan
bahwa siswa terampil menggunakan dan mengubah teks wawancara menjadi bentuk
laporan ilmiah. Namun, ada kendala yang dihadapi oleh siswa dari segi penggunaan
bahasa dan sistematika penulisan laporan ilmiah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap problematik pembelajaran
menulis laporan hasil wawancara di kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring
Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep, karena masih ada siswa yang belum dapat
mengubah hasil wawancara ke dalam bentuk laporan. Padahal, materi itu sudah
diajarkan sejak kelas VII. Dalam Kurikulum 2006 (KTSP) Bahasa Indonesia untuk
SMP kelas VIII terdapat materi menulis laporan dan menulis hasil wawancara. Selain
7
itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur tingkat kemampuan
mengembangkan teks wawancara menjadi laporan sekaligus untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap konsep pengajaran menulis laporan diterapkan di sekolah
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanaah perencanaan penerapan metode pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan
wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep?
2. Bagaimanaah pelaksanaan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi)
dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa
kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang
Kabupaten Pangkep?
3. Bagaimanaah penilaian penerapan metode pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan
wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep?
8
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan metode pembelajaran co-op
co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara
siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten
Pangkep. Secara khusus, tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengkaji perencanaan penerapan metode pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan
wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep.
2. Mengkaji pelaksanaan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi)
dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa
kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang
Kabupaten Pangkep.
3. Mengkaji penilaian penerapan metode pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan
wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara
teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih rinci
dan mendalam mengenai penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi)
9
dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII
SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP untuk
menyusun metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
terutama (a) peningkatan kemampuan menulis laporan berdasarkan teks wawancara;
(b) sebagai bahan masukan yang berguna bagi penyusun buku atau materi pelajaran
dan penyusun kurikulum pembelajaran dalam menentukan kebijakan pembelajaran,
khususnya pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama; (c)
sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Metode Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi)
a. Konsep Metode Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi)
Co-op co-op adalah sebuah bentuk Group investigation. Slavin (2008: 22)
menyatakan bahwa co-op co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang dirinya dan dunia, dan selanjutnya memberikan kesempatan untuk saling
berbagi pemahaman baru dengan teman-teman sekelasnya. Metodenya sederhana dan
fleksibel.
Co-op co-op sebagai sebuah bentuk group investigation (kelompok
investigasi) dikembangkan oleh Shiomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv,
merupakan perencanaan pengaturan-kelas yang umum di mana para siswa bekerja
dalam kelompok kecil dengan menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi
kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan and Sharan dalam
Slavin, 2008: 24). Dalam metode ini, para siswa dibebaskan membentuk
kelompoknya sendiri yang terdiri atas dua sampai enam orang anggota. Kelompok
ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas,
membagi topik-topik ini menjadi tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk mempersipkan laporan kelompok.
10
11
Group investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak
awal tahun abad ini. Paling terkenal di antara tokoh-tokoh termuka dan orientasi
pendidikan ini adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperatif di dalam
kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan
yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreativitas
kooperatif di mana guru dan siswa membangun proses pembelajaran yang didasarkan
pada perencanaan mutual dan berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan
mereka masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala
aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa
yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini.
Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para
siswa.
Sebuah metode investigasi-kooperatif dan pembelajaran di kelas diperoleh
dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran
sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group investigation tidak akan
dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung
dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dan
pembelajaran di dalam kelas (Suprijono, 2010: 93). Komunikasi dan interaksi
kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila
dilakukan dalam kelompok kecil, karena pertukaran di antara teman sekelas dan
sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek ras sosial dan kelompok,
pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat
12
bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa
untuk belajar (Slavin, 2008: 2145).
1) Menguasai Kemampuan Kelompok
Kesuksesan implementasi dan group investigation sebelumnya menuntut
pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Fase ini sering disebut sebagai
meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan
sejumlah kegiatan akademik dan nonakademik yang dapat membangun norma-norma
perilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas.
Group investigation sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi yang
berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensistesiskan
informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat
multiaspek. Tugas akademik haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota
kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusi, dan tidak boleh dirancang
hanya untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual (siapa, apa,
kapan, dan sebagainya). Misalnya, group investigation akan sangat ideal untuk
mengajari tentang pelajaran sejarah dan budaya dan sebuah negara atau tentang
pelajaran biologi hutan hujan, tetapi tidak sesuai digunakan untuk mengajari
pelajaran kemampuan pemetaan atau unsur-unsur tabel periodik. Secara umum, guru
merancang sebuah topik yang cakupannya luas, di mana para siswa selanjutnya
membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah hasil
13
perkembangan dan ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya dengan
pertukaran gagasan di antara para siswa.
Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dan berbagai
sumber, baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam-
macam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi,
ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa
selanjutnya mengevaluasi dan mensistesiskan informasi yang disumbangkan oleh
tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.
2) Perencanaan Kooperatif
Group investigation mementingkan perencanaan kooperatif bagi siswa.
Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan
tuntutan dari proyek. Siswa bersama menentukan yang ingin diinvestigasikan
sehubungan dengan upaya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi; sumber apa
yang dibutuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana menampilkan proyek
yang sudah selesai ke hadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam
kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat positif di
antara angota kelompok.
Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke
dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan
proyek investigasi berskala penuh. Guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh
14
kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan
untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas.
3) Peran Guru
Dalam kelas yang melaksanakan proyek group investigation, guru bertindak
sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-
kelompok yang ada untuk melihat bahwa siswa bisa mengelola tugasnya, dan
membantu tiap kesulitan yang dihadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah
dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek
pembelajaran.
Peran guru ini dipelajari dengan praktik sepanjang waktu, seperti halnya
peran siswa. Pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan
komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa. Banyak kesempatan bagi
guru sepanjang waktu sekolah untuk memikirkan berbagai variasi peran
kepemimpinan, seperti dalam diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-
kelompok kecil. Dalam diskusi ini guru membuat model-model dan berbagai
kemampuan: mendengarkan, membuat ungkapan, memberi reaksi yang tidak
menghakimi, mendorong partisipasi, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa co-op co-op adalah metode
pembelajaran yang berbasis investigasi yang pelaksanaannya di kelas berorientasi
pada penggalian, pencarian, dan penelusuran informasi yang sedetail-detailnya.
15
b. Implementasi Metode Co-Op Co-Op (Investigasi)
Dalam Co-op co-op atau group investigation, para murid bekerja melalui
enam tahap. Tahap-tahap ini dan komponen-komponennya dijabarkan di bawah ini
dan selanjutnya digambarkan secara rinci. Guru perlu mengadaptasikan pedoman ini
dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para murid. Sama halnya seperti
penekanan waktu, tetapi pedoman-pedoman ini cukup bersifat umum untuk dapat
diaplikasikan dalam skala kondisi kelas yang luas (Slavin, 2008: 218).
Adapun tahap implementasi metode co-op co-op menurut (Slavin, 2008:
229), yaitu:
1) Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa
Pada awal memulai unit pelajaran di kelas di mana Co-op Co-op digunakan,
guru mendorong para siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan
sendiri terhadap subjek yang akan dicakupi. Serangkaian kegiatan membaca,
menyampaikan pelajaran, atau pengalaman dapat dilakukan untuk tujuan ini. Lalu
melakukan diskusi kelas yang terpusat pada siswa. Tujuan dan diskusi ini dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalarn pembelajaran unit pelajaran dengan
membuka dan memancing rasa ingin tahu, bukan untuk mengarahkan kepada topik
khusus untuk dipelajari. Diskusi mengarah pada sebuah pemahaman di antara guru
dan semua siswa mengenai yang ingin dipelajari dan dialami oleh para siswa
sehubungan dengan topik yang akan dicakupi.
16
Waktu yang dibutuhkan untuk langkah pertama tergantung pada bagian yang
diperluas yang merupakan bagian berbeda disebabkan oleh perbedaan ketertarikan
terhadap topik. Pentingnya diskusi terpusat pada siswa yang pertama tidak bisa
dipandang rendah. Co-op Co-op berpotensi menjadi tidak sukses bagi tiap siswa
yang tidak memiliki ketertarikan aktif terhadap topik yang berhubungan dengan unit
pelajaran dan yang tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang topik
tersebut.
2) Menyeleksi Tim Pembelajaran Siswa dan Pembentukan Tim
Apabila para siswa belum mulai bekerja dalam tim, perlu mengaturnya ke
dalam tim heterogen yang terdiri atas empat sampai lima anggota seperti dalam
STAD. Lalu menggunakan latihan pembentukan tim dan menugasi mengerjakan
unit-unit pelajaran. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan
yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai Co-op Co-op.
3) Seleksi Topik Tim
Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa memilih topik
untuk timnya. Apabila pemilihan topik tim tidak langsung diikuti dengan diskusi
kelas berpusat pada siswa, perlu mengingatkan siswa (melalui papan tulis, OHP, atau
selebaran) topik yang merupakan topik yang paling banyak menarik perhatian
seluruh kelas. Lalu menunjukkan bahwa tim dapat bekerja sama paling baik dalam
menyadari tujuan-tujuan kelas apabila mereka memilih topik yang berhubungan
dengan topik yang paling menarik bagi kelas. Mendorong para siswa untuk
17
mendiskusikan berbagai macam topik di antara anggota kelompok sendiri supaya
dapat memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota timnya.
4) Pemilihan Topik Kecil
Begitu kelas sebagai sebuah keseluruhan membagi unit pelajaran ke dalam
bagian-bagian untuk menciptakan pembagian tugas di antara tim-tim yang ada di
kelas, tiap tim membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota
tim. Tiap siswa memilih topik kecil yang mencakup satu aspek dan topik tim.
Topik kecil ini mungkin saja tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk
saling berbagi referensi dan bahan pelajaran, tetapi tiap topik kecil harus
memberikan kontribusi yang unik bagi usaha tim. Keterlibatan guru dalam pemilihan
topik kecil bisa bervariasi, tergantung pada tingkat kemampuan para siswa. Guru
boleh saja meminta supaya topik kecil tersebut sesuai dengan persetujuannya untuk
memastikan bahwa topik-topik tersebut sesuai dengan tingkat ketertarikan siswa atau
bahan-bahan pendukung yang diperlukan memang ada.
5) Persiapan Topik Kecil
Setelah para siswa membagi topik timnya menjadi topik-topik kecil, mereka
akan bekerja secara individual. Mereka masing-masing tahu akan tangung jawabnya
terhadap topik kecil dan bahwa kelompok tersebut tergantung pada mereka untuk
menemukan aspek penting dan usaha yang dilakukan tim.
Persiapan topik kecil memiliki beberapa macam bentuk yang berbeda,
tergantung pada sifat pelajaran unit di kelas yang akan dipelajari. Persiapannya bisa
18
saja melibatkan penelitian kepustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau
eksperimen, menciptakan proyek individual, atau sebuah kegiatan ekspresif seperti
menulis atau melukis. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam ketertarikan yang
semakin kuat karena para siswa tahu mereka akan membagi hasil karyanya dengan
teman satu timnya dan bahwa hasil kerja mereka akan memberikan kontribusi
terhadap presentasi tim.
6) Presentasi Topik Kecil
Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual, mereka
mempresentasikan topik kecil kepada teman satu timnya. Tahap ini sama seperti
laporan tim pada Jigsaw. Presentasi topik kecil di dalam tim haruslah bersifat formal,
yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus, dan berdiri ketika mempresentasikan
topik kecilnya.
Presentasi dan diskusi topik kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang
dapat membuat semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan
pengalaman yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Mengikuti presentasi
tersebut, anggota tim mendiskusikan topik tim seperti sebuah panel para ahli. Para
siswa tahu bahwa topik kecil tersebut, bagaikan sepotong bagian teka-teki, dan harus
ditempatkan secara bersama-sama dalam sebuah keseluruhan yang koheren untuk
menghasilkan presentasi tim di hadapan kelas yang baik. Interaksi dengan sesama
teman dalam mengerjakan topik yang sama menciptakan sebuah kesempatan
munculnya sebagian inti pembelajaran yang paling penting.
19
Selama presentasi topik kecil, pembagian tugas di dalam tim bisa didorong
supaya ada satu anggota tim yang mencatat, yang lainnya mengkritik, yang lain lagi
memberi dukungan, dan yang lain lagi memeriksa poin-poin yang mencapai titik
temu dan yang tidak dan informasi yang dipresentasikan.
7) Persiapan Presentasi Tim
Para siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi
tim. Di sana harus ada sintesis aktif dari topik kecil-topik kecil tersebut supaya
selama diskusi tim presentasi tim akan menjadi lebih dari sekadar sekumpulan
presentasi topik kecil.
Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topik
kecil. Presentasi panel di mana tiap anggota melaporkan topik kecil mereka sangat
dianjurkan, karena mungkin saja terdapat kesalahan yang akan membuat gagalnya
pencapaian tingkat sintesis kooperatif tertinggi. Bentuk presentasi tersebut haruslah
ditentukan berdasarkan konten materinya. Misalnya, bila sebuah kelompok tidak
dapat mencapai kesepakatan, maka bentuk ideal presentasi mereka adalah
mempresentasikan debat ke hadapan kelas. Format-format yang sifatnya bukan
pengajaran langsung seperti memamerkan, mendemonstrasikan, pusat pembelajaran,
lakori singkat, dan diskusi kelas yang dipimpin tim adalah contoh-contoh bentuk
presentasinya yang dianjurkan. Penggunaan papan tulis, OHP, media-media audio
visual, dan selebaran juga dianjurkan.
20
8) Presentasi Tim
Selama waktu presentasinya, tim memegang kendali kelas. Semua anggota
tim bertanggung jawab pada bagimana waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di
kelas digunakan selama presentasi mereka. Mereka sangat dianjurkan untuk
menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas yang ada di kelas.
Karena tim mempunyai kesulitan dalam mengelola waktu, guru biasanya
harus menunjukkan seorang pengatur waktu yang bukan berasal dari anggota tim
yang sedang berpresentasi. Pengatur waktu tersebut memegang kartu peringatan
apabila waktu yang tersisa hanya tinggal lima menit, satu menit, atau sudah tidak ada
lagi waktu yang tersisa.
Dalam presentasi mereka tim boleh saja memasukkan sebuah periode tanya-
jawab dan/atau waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik. Sebagai
tambahan, mengikuti presentasi tersebut guru mungkin akan merasa perlu memimpin
sesi dan/atau mewawancara tim supaya tim lainnya dapat mempelajari sesuatu
mengenai apa yang terlibat dalam pembangunan presentasi tersebut. Biasanya tim
yang sukses akan dipandang sebagai model. Selama sesi wawancara setelah
presentasi ini, guru memberikan strategi yang mungkin berguna bagi tim lainnya
dalam unit-unit co-op co-op berikutnya.
9) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan: (1) pada saat presentasi tim
dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh
21
teman satu tim; dan (3) pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil oleh
tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa.
Mengikuti tiap presentasi, guru memandu diskusi kelas mengenai unsur-unsur
yang paling kuat dan lemah dalam konten dan format presentasi tersebut. Bentuk-
bentuk evaluasi formal kadang kala juga digunakan bagi anggota tim dan kontribusi
tim.
2. Menulis Laporan
a. Pengertian Menulis Laporan
Menulis laporan merupakan salah satu aplikasi dari keterampilan berbahasa,
khususnya menulis. Menulis laporan adalah kegiatan melaporkan secara tertulis hasil
pengamatan/observasi, wawancara, pencatatan, kunjungan, dan sebagainya sebagai
bukti nyata bahwa penulis telah melaksanakan kegiatan tersebut. Menulis laporan
merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Menulis laporan adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir
berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan
tulisan yang baik pula. Bahkan, tanpa penalaran tidak akan ada pengetahuan yang
benar. Syafi’ie (1998: 27) mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika
menulis laporan adalah penalaran yang baik. Hal ini berarti untuk menghasilkan
simpulan yang benar harus dilakukan penalaran secara cermat dengan berdasarkan
pikiran yang logis. Penalaran yang salahi akan menuntun kepada simpulan yang
salah.
22
Kegiatan menulis laporan itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan, yang
melewati beberapa tahap, yakni pramenulis, penulisan, dan revisi. Ketiga tahap
penulisan menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Dalam tahap pramenulis akan
ditentukan hal-hal pokok yang akan ditulis, sedangkan tahap penulisan akan
dilakukan kegiatan mengembangkan gagasan dalam kalimat, paragraf, dan wacana
(Akhadiah, dkk., 1994: 2).
Menulis laporan merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi
gagasan. Banyak yang melakukannya secara spontan, tetapi juga ada yang berkali-
kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali (Sumardjo, 2001: 30). Senada
dengan hal itu, California Writing Project (dalam Deporter & Hernacki, 2001: 50)
menyatakan bahwa proses menulis itu meliputi (1) persiapan, mengelompokkan, dan
menulis cepat, (2) draf kasar, gagasan dieksplorasi dan dikembangkan, (3) berbagi,
seorang rekan membaca draf tersebut dan memberikan umpan balik,(4)
memperbaiki, dan umpan balik, perbaiki tulisan tersebut dan bagikan lagi, (5)
penyuntingan, perbaiki semua kesalahan, tatabahasa, dan tanda baca, (6) penulisan
kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan, dan (7) evaluasi,
periksalah apakah tugas ini sudah selesai.
Menulis laporan termasuk bagian menulis kreatif yakni kegiatan menulis
yang berkembang dari gagasan yang kreatif. Mirriam (2006: 169) menyarankan
bahwa menulis laporan merupakan gagasan yang mengalir dari hasil pengamatan dan
observasi seseorang ke dalam sebuah tulisan. Gagasan kreatif yang sudah
23
diungkapkan dalam bentuk tulisan akan menggambarkan hal-hal yang telah
diobservasi oleh penulis.
Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dinyatakan bahwa keterampilan
menulis merupakan ciri orang yang terpelajar. Terkait dengan hal itu, Morsey (dalam
Tarigan 1994: 4) mengemukakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang-orang
terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan/memberitahukan,
mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik
oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan
jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, struktur
kalimat.”
Sehubungan dengan hal tersebut, (Syafi’ie, 1998: 56) mengemukakan tujuan
menulis sebagai berikut:
1) Mengubah keyakinan pembaca, yaitu pembaca diharapkan mempercayai
sesuatu hal yang berkaitan dengan perihal pokok tulisan atau menyetujui
apa yang kita kemukakan dalam tulisan yang kita sajikan.
2) Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu pada pembaca, yaitu pembaca
diharapkan memahami perihal pokok yang kita sajikan.
3) Merangsang proses berpikir pembaca, yaitu pembaca diharapkan dapat
terangsang untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan perihal
pokok yang kita sajikan.
4) Menyenangkan atau menghibur pembaca.
24
5) Memberitahu pembaca.
6) Memotivasi pembaca.
Menulis laporan dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1) Mendorong siswa untuk menulis dengan jujur, bertanggung jawab, dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa secara hati-hati, integritas, dan
sensitif.
2) Merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa.
3) Menghasilkan tulisan yang bagus organisasinya, tepat, jelas, dan
ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu
yang terkandung dalam hati dan pikiran.
b. Laporan
1) Pengertian Laporan
Karya tulis ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan
ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, artikel
jurnal, yang pada dasarnya semuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut
dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya (Firman, 2004: 26).
25
Karya ilmiah umumnya berbentuk laporan penelitian, kertas kerja, makalah,
skripsi, tesis, disertasi, dan buku-ajar. Setiap bentuk karya ilmiah ini memiliki
format yang relatif berbeda yang harus diikuti oleh setiap penulis. Karya ilmiah juga
dibedakan berdasarkan perbedaan sasaran pembaca atau sasaran pendengar. Itulah
sebabnya, kita mengenal istilah (1) karya ilmiah populer untuk orang awam, dan (2)
karya ilmiah akademik bagi ilmuwan. Perbedaan ini antara lain ditandai oleh
penggunaan bahasa dalam hal pilihan kata, gaya bahasa, dan perbedaan topik tulisan.
Jika sasaran tulisan adalah kalangan ilmuwan, bahasa yang digunakan adalah bahasa
ragam ilmiah yang biasa juga disebut ragam teknis, dan bila sasaran tulisan
kalangan awam, bahasa yang digunakan bahasa ragam populer (Tanjung dan Ardial
(2005: 7).
Meskipun terdapat perbedaan format dan bahasa yang digunakan, namun ada
ciri kesamaan kedua ragam bahasa itu. Kesamaan itu ditandai oleh orisinalitas,
kejelasan masalah yang dibahas, ketajaman analisis dan keruntunan kesimpulan
yang dirumuskan oleh penulis. Kejelasan masalah yang dibahas ditentukan oleh (1)
kemampuan memahami dan menelaah permasalahan secara kritis, (2) kemampuan
memilah unsur-unsur masalah dan penghayatan keterkaitan antara unsur yang
satu dengan yang lain, dan (3) kemampuan mendeskripsikan atau memaparkan
dengan bahasa yang jelas, lancar, efektif, dan komunikatif (Firman, 2004: 27).
26
2) Sitematika Penulisan Laporan
Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan untuk menjawab
empat pertanyaan berikut: (1) apa yang menjadi masalah, (2) kerangka acuan teoretik
apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?, (3) bagaimana cara yang telah
dilakukan untuk memecahkan masalah itu?, (4) apa yang ditemukan?; serta (5)
makna apa yang dapat diambil dari temuan itu? Paparan tentang hal yang menjadi
masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan.
Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan
masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoretis atau
Teori atau Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang
semacamnya. Paparan mengenai hal-hal yang dilakukan dikemas dalam bagian yang
seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan
Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan
dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian. Sementara itu, paparan tentang makna
dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau
Pembahasan. Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati.
Sistematika karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masyarakat keilmuan dalam
bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi) (Firman,
2004: 28).
Breer (1992: 28) mengemukakan bahwa struktur isi sebuah karya tulis ilmiah
bergantung kepada jenisnya, apakah merupakan makalah, skripsi, atau tesis. Hal ini
27
sejalan yang dikemukakan oleh (Tanjung dan Ardial, 2005: 50-70). Secara umum,
isinya diurutkan seperti berikut:
a) Bagian Pendahuluan. Bagian ini biasanya berisi latar belakang penelitian.
Biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa penelitian ini
dilakukan, apa fokus dari penelitian, apa yang menjadi batasannya. Survei
terhadap karya-karya orang lain yang mirip bisa dituliskan pada bagian
ini (atau pada bagian teori pendukung);
b) Bagian Teori Pendukung. Bagian ini biasanya berisi teori-teori atau hal-
hal yang menjadi pendukung dari penelitian yang dilakukan. Bagian ini
jangan terlalu mendominasi tulisan. Usahakan singkat dan arahkan
pembaca kepada referensi yang digunakan. Bagian Isi merupakan pokok
utama tulisan. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan desain yang akan
dilakukan, implementasi, pengujian, dan hal-hal lain yang merupakan
laporan dari pekerjaan. Bagian ini bisa terdiri atas beberapa bab, sesuai
dengan kebutuhan. Misalnya, penulis dapat membuat satu bab mengenai
implementasi dan satu bab lagi mengenai pengujiannya. Dasar-dasar
kesimpulan ditarik atau diutarakan pada bagian ini. Pada bagian penutup
dapat dituliskan kembali;
c) Bagian Penutup. Bagian ini berisi simpulan dan saran. Bagian ini hanya
merangkumkan pokok-pokok yang menarik saja. Perlu diperhatikan
bahwa hal-hal yang muncul pada bagian ini semestinya sudah muncul
pada bagian isi.
28
3. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2002: 135). Menurut Alwi, dkk. (2002: 1127), wawancara
adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan
atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui
radio, atau ditayangkan pada layar televisi.
Maksud pengadaan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba
(1985: 266), antara lain mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain; merekonstruksi
peristiwa yang dialami pada masa lalu; memproyeksi peristiwa sebagai hal yang
diharapkan dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan
manusia (triangulasi); menverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
b. Jenis-jenis Wawancara
Ada bermacam-macarn cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
dalam kepustakaan. Dua di antaranya dikemukakan di sini, yaitu menurut Patton
(1980: 197). Cara pembagian pertama dikemukakan oleh Patton (1980: 197) sebagai
29
berikut: 1) wawancara pembicaraan informal, 2) pendekatan menggunakan petunjuk
umum wawancara, dan 3) wawancara baku terbuka. Pembagian wawancara yang
dilakukan okh Patton didasarkan atas perencanaan pertanyaannya. Ketiga pembagian
itu dijelaskan secara singkat di bawah ini.
1) Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada
pewawancara itu sendiri. Jadi, bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan
pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara demikian dilakukan pada latar
alamiah. Hubungan lubungan pewawancara dengan yang diwawancarai adalah dalam
suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti
pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan,
yang diwawancarai malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa
ia sedang diwawancarai.
2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusun
pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara dilakukan. Pokok-pokok yang
dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan
pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan
sebelumnya. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang
proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat
30
tercakup seluruhnya. Petunjuk itu mendasarkan diri atas tanggapan bahwa ada
jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang
jelas tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu.
Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan
responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
3) Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama
untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan atau pendalaman
(probing) terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan
pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk
mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seorang yang
diwawancarai dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaannya untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya “kemencengan” (bias). Wawancara jenis ini bermanfaat pula
dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang dan yang diwawancarai cukup
banyak jumlahnya.
Pembagian lain dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985: 160-170).
Pembagiannya adalah 1) wawancara oleh tim atau panel, 2) wawancara tertutup dan
wawancara terbuka, 3) wawancara riwayat secara lisan, dan 4) wawancara terstruktur
dan tak terstruktur. Berturut-turut hal itu diuraikan berikut ini.
31
1) Wawancara oleh Tim atau Panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu
orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai. Jika
cara ini digunakan, hendaknya pada awalnya sudah disepakati dan disetujui oleh
yang diwawancarai, apakah ia tidak berkeberatan diwawancarai oleh dua orang. Di
pihak lain seorang pewawancara dapat saja memperhadapkan dua orang atau lebih
yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.
Cara pertama baik digunakan dalam latihan dengan seorang ahli yang
berpengalaman yang menjadi model pewawancara. Maksud utamanya ialah untuk
melatih cara bertanya, keterampilan mendengarkan gaya, cara memperdalam
pertanyaan, dan sebagainya. Kekurangan pada cara kedua ialah setiap orang yang
diwawancarai ingin berbicara sekaligus dan satu-dua anggota mungkin menolak
dengan keras pandangan temannya yang lain.
Kelompok yang diwawancarai barangkali menjadi terlalu besar sehingga
proses wawancara menjadi tidak seimbang antara pewawancara dengan yang
diwawancarai.
2) Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka (Covert and Overt)
Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan
tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan
wawancara. Cara demikian tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang
biasanya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya
32
digunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu.
3) Wawancara Riwayat Secara Lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang telah membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian,
dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah mengungkapkan riwayat hidup,
pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulan, dan lain-lain. Wawancara
semacam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga yang diwawancarai berbicara
terus-menerus, sedangkan pewawancara duduk mendengarkan dengan baik diselingi
dengan sekali-sekali mengajukan pertanyaan. Mereka yang tertarik kepada
pelaksanaan wawancara demikian dapat mengikuti petunjuk-petunjuk sebagai
berikut:
a) Buatlah dan ajukanlah pertanyaan yang sangat terbuka!
b) Karena maksud utama adalah merekonstruksi peristiwa masa lalu, pewawancara
hendaknya jangan menginterupsi.
c) Ingat bahwa diam itu bermanfaat untuk memberi kesempatan kepada yang
diwawancarai untuk mengingat “film” yang diperankannya dulu.
d) Gunakan dokumen atau bahan bacaan yang berkenaan dengan peristiwa besar
yang dilakukannya dengan maksud untuk memicu dan memberi api pada
ceritanya.
33
e) Manfaatkan jaringan informan agar banyak sekali yang dapat digali dari orang
yang sangat penting ini.
f) Asumsikan bahwa semua yang dikemukakannya penting dan kelak akan
dirumuskan serta ditata kembali.
4)Wawancara Terstruktur dan Wawancara Tak Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang
menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis.
Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan disusun dengan ketat. Jenis ini dilakukan
pada situasi jika sejumlah sampel yang representatif ditanyai dengan pertanyaan
yang sama dan hal ini penting sekali. Semua subjek dipandang mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Jenis wawancara
ini tampaknya bersamaan dengan yang dinamakan wawancara baku terbuka menurut
Patton seperti yang dijelaskan di atas.
Format wawancara yang digunakan bisa bermacam-macam. Format itu
dinamakan “protokol wawancara”. Protokol wawancara itu dapat juga berbentuk
terbuka. Pertanyaan-pertanvaan itu disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah
dalam desain penelitian. Pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur secara
sangat terstruktur. Keuntungan wawancara terstruktur ialah jarang mengadakan
pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan yang diwawancarai agar jangan
sampai berdusta.
34
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan yang
terstruktur. Ciri-cirinya adalah kurang diinterupsi dan arbitrer. Wawancara semacam
ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.
Hasil wawancara semacam ini menekankan kekecualian, penyimpangan, penafsiran
yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau
perspektif tunggal.
Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur dalam hal waktu
bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya.
Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang
khas. Biasanya responden memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, serta
mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan.
Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari responden. Pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti
dalam percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya berjalan lama dan sering kali
dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. Dalam proses wawancara demikian
kadang-kadang terjadi pewawancara atau yang diwawancarai sudah “mengajari”
semua yang ada di benaknya dan apa yang diketahuinya kepada lawan bicaranya.
Peneliti hendaknya menyadari situasi demikian sehingga dapat meluruskan kembali
pembicaraan.
Wawancara tak terstruktur dilakukan pada keadaan-keadaan berikut:
a) bila pewawancara berhubungan dengan orang ‘penting’;
35
b) jika pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi
pada seorang subjek tertentu;
c) apabila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
“penemuan” (discovery);
d) jika pewawancara tertarik untuk mempersoalkan bagian-bagian tertentu
yang tak normal (etiologi);
e) jika pewawancara tertarik untuk berhubungan langsung dengan salah
seorang responden;
f) apabila pewawancara tertarik untuk mengungkapkan motivasi, maksud,
atau penjelasan dari responden;
g) apabila pewawancara mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu
peristiwa, situasi, atau keadaan tertentu.
c. Pencatatan Data Wawancara
Pencatatan data selama wawancara penting sekali karena data dasar yang akan
dianalisis didasarkan atas “kutipan” hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan
data itu perlu dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin. Ada
pencatatan data yang dilakukan melaiui tape recorder dan ada pula yang dilakukan
melalui pencatatan pewawancara sendiri. Perekaman data melalui tape recorder
hendaknya dilakukan dengan memperoleh persetujuan yang diwawancarai terlebih
dahulu. Di samping itu, selain perekaman dengan tape-recorder, sebaiknya
pewawancara juga membuat catatan. Catatan dimaksudkan untuk: (1) membantu
36
pewawancara agar dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya, (2) membantu
pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita suara sehingga
mempermudah analisis (Moleong, 2002: 151).
Setelah atau selama wawancara dilakukan, pewawancara perlu membuat
transkrip”. Transkrip ialah salinan hasil wawancara dalam pita suara ke dalam
ketikan di atas kertas. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan transkrip ialah
biasanya memerlukan waktu empat kali lipat dari waktu wawancara. Jika sukar dan
tidak ada waktu, transkrip mungkin tidak perlu dilakukan sepenuhnya. Akan tetapi,
untuk kepentingan analisis, digunakan catatan yang dicek dan pita suara.
Jika tape-recorder digunakan, pewawancara cukup mencatat frase-frase pokok
saja sehingga akhirnya menjadi sebuah daftar butir pokok yang berupa kata-kata
kunci dari yang dikemukakan oleh yang diwaancarai. Lebih baik lagi apabila
pewawancara dapat menulis steno.
Pewawancara terlebih dahulu perlu mengembangkan singkatan-singkatan
yang digunakannya dalam catatan. Misalnya, untuk kutipan pembicaraan ada
tandanya, untuk ide, pikiran, pendapat ada tanda khususnya, dan seterusnya. Jika
dalam keadaan tertentu tape-recorder tidak dapat digunakan karena rusak atau karena
tidak dihendaki oleh yang diwawancarai, catatan lapangan menjadi alat utama. Jika
yang diwawancarai mengatakan sesuatu yang sangat penting dan pencatatan tidak
sempuma, pewawancara membacakannya dan memintakan persetujuan kepada yang
diwawancarai untuk mengecek kebenarannya.
37
Melalui latihan berulang, cara menyingkat kata-kata dalam wawancara dapat
ditingkatkan. Hal itu tampak dalam catatan yang dibuat dalam wawancara. Suatu hal
yang perlu diingat oleh pewawancara ialah setelah selesai berwawancara dan
pewawancara tiba di rumah atau tempat tinggal, ia harus secepatnya membuat
catatan lapangan dan memberikan komentar pada bagian-bagian penting. Hal itu
hendaknya dilakukan secepat mungkin selama pikiran dan ingatan masih segar-
bugar. Persoalan tentang catatan lapangan akan diuraikan tersendiri.
d. Kegiatan Sesudah Wawancara
Kegiatan sesudah wawancara berakhir cukup penting artinya bagi wawancara
dalam rangka pengecekan keabsahan data. Selain itu, pewawancara hendaknya
menggunakan waktu itu untuk mengecek kualitas datanya. Pertama-tama periksalah,
apakah tape-recorder berfungsi dengan baik. Jika sekiranya rusak atau ada
gangguan, secepatnya pewawancara membuat catatan lapangan secara lengkap
berdasarkan catatan yang telah dibuatnya. Walaupun tape recordernya berfungsi
dengan baik, pewawancara tetap membuat catatan lapangan dengan cara yang telah
diuraikan terdahulu (Moleong, 2002: 152).
Menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu sebagai acuan, adakanlah
pemeriksaan terhadap hal-hal yang diperlukan, seperti: apakah seluruh informasi
yang diperlukan dalam wawancara semuanya telah terjaring? Jika belum, apa
persoalannya? Apakah perumusan dan pengajuan pertanyaan kurang memadai?,
38
Apakah pertanyaannya dirumuskan secara salah ataukah cara pengajuannya yang
tidak tepat?
Catatan lainnya tentang wawancara perlu pula dilakukan seperti di mana
wawancara itu dilakukan, siapa yang hadir, bagaimana reaksi yang diwawancarai,
bagaimana peranan pewawancara sendiri, dan hal-hal apa saja yang dapat dicatat
untuk memperkaya konteks wawancara.
Di samping yang telah dikemukakan, sesudah wawancara dituntut disiplin
yang tinggi bagi pewawancara untuk mengorganisasi dan mensistematisasikan data
agar siap dijadikan bahan analisis.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menuntut keterampilan siswa di bidang menulis. Salah
satu keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa adalah menulis laporan hasil
wawancara.
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan teks wawancara menjadi
bentuk laporan. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagikan teks wawancara
kepada setiap siswa. Siswa mengamati dan memahami isi wawancara tersebut lalu
diubah ke dalam bentuk tulisan laporan. Hasil tulisan (laporan) siswa dianalisis
sehingga menghasilkan temuan.
Pelaksanaan penelitian melalui desain penelitian tindakan kelas yang terdiri
atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,
39
observasi, dan refleksi. Hasil penerapan tersebut merupakan bahan analisis untuk
mengungkap dan menghasilkan temuan penelitian ini. Secara sederhana, alur
penelitian ini digambarkan seperti berikut ini.
Bagan Kerangka Pikir
Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia
Pembelajaran Penulisan Laporan Wawancara
KTSP 2006
Penerapan Metode Pembelajaran Cop Cop
(Investigasi)
Kesesuaian Isi dengan Judul
Laporan
Organisasi Laporan
Pemakaian Bahasa
Pemakaian Diksi
Penggunaan Ejaan dan
Tanda Baca
Analisis
Temuan
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan
ini dilakukan untuk menggambarkan dan mengamati proses penerapan metode
pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan
laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam bentuk
siklus, terdapat empat tahap, yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (action),
3) Pengamatan (observing), dan 4) Refleksi (refleting).
B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini adalah salah satu upaya untuk memperbaiki
praktik pembelajaran agar lebih bermanfaat. Bila demikian, guru dapat mengetahui
secara jelas masalah-masalah yang ada di kelas dan cara mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini didesain dengan penelitian kualitatif. Proses penelitian dilambangkan
dalam bentuk perangkat-perangkat yang terdiri atas perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Secara umum gambaran alur siklus penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada skema desain penelitian berikut ini.
40
41
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Pelaksanaan SIKLUS II Refleksi
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 2. Model PTK Menurut (Arikunto, 2008:16)
C. Definisi Istilah
Untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian ini, peneliti mendefinisikan
istilah penelitian yang digunakan, yaitu metode co-op co-op (investigasi) dan
kemampuan penulisan laporan wawancara.
Metode co-op co-op adalah metode pembelajaran yang berbasis investigasi
yang pelaksanaannya di kelas berorientasi pada interogasi, penggalian, pencarian,
dan penelusuran informasi yang sedetail-detailnya. Kemampuan menulis laporan
wawancara adalah tingkat keterampilan memaparkan dan menguraikan hasil yang
diperoleh dari kegiatan investigasi terhadap suatu masalah dalam bentuk laporan
42
yang bersistem dengan judul yang menarik, penggunaan bahasa dan ejaan yang tepat,
organisasi laporan yang tepat, pemilihan kata yang benar.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penelitian ini adalah data perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Data
penelitian diperoleh dari proses dan tes pembelajaran dengan penerapan metode
pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan
laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep.
a. Data Perencanaan
Data perencanaan berupa rancangan pembelajaran yang disusun oleh peneliti
bersama guru. Rancangan tersebut meliputi rumusan tujuan pembelajaran, rancangan
proses pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, pemilihan media
pembelajaran, dan evaluasi.
b. Data Pelaksanaan
Data pelaksanaan memuat tentang proses pembelajaran melalui tim
investigasi pada materi menulis laporan hasil wawancara. Data tersebut, mulai dari
kegiatan pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis. Data tersebut berdasarkan dari
hasil observasi serta pengamatan terhadap kegiatan siswa yang dibimbing oleh guru
43
bersama peneliti selama proses pembelajaran berlangsung sampai pada tahap
evaluasi, serta data hasil membaca yang dilakukan oleh siswa.
c. Data Evaluasi
Data evaluasi berupa hasil tes menulis laporan hasil wawancara siswa kelas
VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep
setelah mengikuti pembelajaran.
2. Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh dari aktivitas guru dan siswa. Siswa kelas VIII-2
dipilih sebagai subjek terteliti berdasarkan pertimbangan bahwa kelas tersebut
sedang mempelajari aspek menulis laporan wawanacara.
E. Instrumen Penelitian
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpul
data, yaitu pedoman observasi, studi dokumentasi, wawancara, dan tes menulis
laporan hasil wawancara. Pedoman observasi merupakan pedoman bagi peneliti
dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Studi dokumentasi
merupakan pedoman untuk menelaah rancangan pembelajaran dan hasil
pembelajaran. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk memperoleh
gambaran tentang metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam
meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara. Tes menulis laporan
merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
menulis laporan hasil wawancara.
44
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, analisis dokumentasi
(dokumentasi terhadap materi pelajaran, metode pelajaran, dan rancangan
pembelajaran), tahap refleksi, dan evaluasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti
mengamati latar kelas dan suasana berlangsungnya pembelajaran. Setiap siklus
dilakukan bersama-sama dengan guru secara kolaboratif.
Studi dokumentasi dilakukan dengan menelaah perencanaan pembelajaran
yang telah disusun. Studi dokumentasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman
yang berkaitan dengan kriteria perencanaan dan kriteria kemampuan menulis siswa.
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru setiap selesai pembelajaran kedua
siklus. Tes dilakukan setiap akhir siklus. Bentuk tes adalah esai yakni tes menulis
laporan hasil wawancara.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai. Siklus I dilaksanakan selama 2
minggu (3 kali pertemuan) dan siklus II dilaksanakan selama 2 minggu (3 kali
pertemuan). Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Analisis kurikulum bahasa Indonesia kelas VIII.
45
2) Membuat perangkat pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan materi menulis laporan hasil wwancara.
3) Membuat lembar observasi untuk mengamati dan mengidentifikasikan segala
yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung.
4) Guru mempersiapkan LKS yang dijadikan tugas kelompok.
5) Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan penulisan laporan
wawancara.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pada awal tatap muka, guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pelaksanaan pengajaran kurang lebih 10 menit.
2) Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang
pembagiannya menurut ukuran kemampuan yang pintar, sedang, kurang
disatukan dalam satu kelompok. Tiap kelompok berjumlah 4 orang.
3) Siswa diberi tugas latihan berupa soal diselesaikan secara berkelompok.
Kemudian siswa mendiskusikan dalam kelompoknya.
4) Selama proses belajar mengajar berlangsung setiap kelompok tetap diawasi,
dikontrol, dan diarahkan serta dibimbing secara langsung pada kelompoknya
yang mengalami kesulitan.
5) Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya.
46
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Observasi ini dilakukan pada saat guru melaksanakan proses belajar
mengajar. Guru mencatat hal yang dialami oleh siswa dan kondisi belajar siswa
berdasarkan lembar observasi yang sudah disiapkan dalam hal ini mengenai
kehadiran siswa, perhatian dan keaktifan dalam mengikuti proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Merefleksi setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menilai dan mengamati perkembangan hasil belajar siswa setiap kelompok
serta nilai tes akhir.
2) Mengamati dan mencatat perkembangan-perkembangan yang dialami siswa
pada saat belajar baik per seorangan maupun kelompok.
3) Menarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis refleksi dan keseluruhan data
yang diperoleh.
4) Memberikan kesimpulan pada siswa untuk memberi tanggapan, saran
perbaikan melalui tes.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Melanjutkan tahap perencanaan pada siklus I ke siklus II.
2) Dari hasil refleksi siklus I, guru menyusun rencana baru untuk
ditindaklanjuti, atau mengawasi siswa lebih tegas lagi dan memberikan
47
arahan dan motivasi kepada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran atau
tidak.
3) Anggota kelompok diacak dengan tetap memperhatikan heterogenitas
kelompok dan memberi motivasi siswa agar lebih bersemangat belajar secara
kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II ini adalah melanjutkan langkah-langkah siklus I dan
memperbaiki yang dianggap perlu dalam memecahkan masalah. Tindakan yang perlu
dilaksanakan adalah:
1) Melanjutkan tindakan pembelajaran.
2) Kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas diberi
bimbingan secara langsung dan sekali-kali diarahkan secara klasikal
demikian pula halnya dengan tugas yang dikerjakan secara individu.
3) Lembar jawaban dari masing-masing kelompok dan individu dikoreksi dan
dibetulkan kemudian dikembalikan untuk menjadi bahan diskusi, kemudian
untuk soal-soal yang dianggap perlu penjelasan lebih lanjut, maka dibahas
secara klasikal.
4) Guru memberikan pujian atau semangat baik kelompok maupun individu.
c. Pengamatan Tindakan
Pada tahap ini melanjutkan kegiatan pada siklus I
48
d. Refleksi Hasil Tindakan
Refleksi dilakukan dengan merenungkan dan mencermati kembali hasil
pembelajaran yang telah dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari
siklus I dan siklus II. Selain itu, menelaah kekurangan selama pembelajaran
berlangsung dan jika dinyatakan sudah berhasil, maka penelitian ini tidak dilanjutkan
dan disimpulkan bahwa metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dapat
meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep.
H. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan menggambarkan nilai rata-rata perolehan dan persentase, standar
deviasi, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi. Selain itu,
mendeskripsikan proses pembelajaran dalam bentuk kualitatif.
Kategorisasi yang digunakan untuk menentukan hasil penerapan metode
pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan
laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep, tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Format Distribusi Kategori Kemampuan Siswa pada Siklus I dan II
No Interval (dalam skor) Kategori 1 0 – 34 Sangat rendah 2 35 – 54 Rendah 3 55 – 64 Sedang 4 65 – 84 Tinggi 5 85 – 100 Sangat tinggi
Jumlah
49
Tabel 3.2 Format Distribusi Frekuensi, Persentase, serta Kategori Ketercapaian Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan II
Tes Belajar Interval Nilai Kategori
Siklus
I dan II
Nilai 70 ke atas Tuntas
Nilai di bawah 70 Tidak tuntas
Sumber: KKM Sekolah
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila terjadi perubahan sikap
murid terhadap bahan ajar dalam proses belajar mengajar dan dari segi hasil belajar
terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar menulis.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini diukur berdasarkan
peningkatan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. Selain itu,
peneltian ini dianggap berhasil apabila penerapan metode pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dapat meningkatkan aktivitas dan keaktifan siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep dalam
pembelajaran.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan metode penelitian yang telah
diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini dipaparkan hasil penelitian
penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan
kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang
Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini disajikan berdasarkan asumsi dari tes siklus I dan II. Setiap siklus
dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan yang disesuaikan dengan tahapan menulis.
Tiap pertemuan dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 2 x 40 menit.
Paparan data hasil penelitian diperoleh dari pemantauan pembelajaran dalam
penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam meningkatkan
kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang
Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep. Data penelitian ini terdiri atas data
proses dan data hasil kegiatan menulis siswa. Data proses diperoleh melalui
observasi kegiatan siswa ketika sedang melaksanakan proses pembelajaran menulis
di kelas. Data hasil diperoleh dari hasil tes menulis laporan secara individu. Paparan
ini diperoleh melalui catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi terhadap semua
kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di kelas.
50
51
1. Penyajian Data Proses Pelaksanaan Penerapan Metode Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi) dalam Meningkatkan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep
a. Siklus I
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, peneliti dan guru secara
kolaboratif melakukan persiapan pembelajaran. Peneliti dan guru menyamakan
persepsi tentang RPP yang akan dilaksanakan di kelas. Kemudian guru memberikan
masukan mengenai hal-hal yang dianggap perlu dalam kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut meliputi bahan yang akan diajarkan, waktu, sumber belajar, media
pembelajaran, dan penilaian akhir untuk siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tereapai secara maksimal. Selama penelitian dilaksanakan, peneliti berkolaborasi
dengan 1 orang guru dan 1 rekan peneliti, yakni untuk membantu lebih
mengefektifkan proses pembelajaran dan penilaian haisl belajar.
Peneliti hanyalah sebagai pengamat yang terlibat langsung dalam upaya
memberikan metode pembelajaran kemampuan mengubah teks wawancara menjadi
bentuk laporan kemudian dilanjutkan oleh guru. Selanjutnya, peneliti mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara totalitas, meliputi cara guru
menerapkan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif.
1) Pertemuan Pertama
Pembelajaran pada proses ini terdiri atas dua aspek yang diuraikan, yaitu
aspek pelaksanaan dan observasi guru dan siswa.
52
a) Pelaksanaan
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan lingkup materi pembelajaran penulisan
laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau
Karanrang Kabupaten Pangkep.
Dalam kegiatan pembelajaran ini yang dilakukan adalah: kegiatan awal: (10
menit) yaitu guru membuka pembelajaran, guru mengecek kehadiran siswa, guru
melakukan apersepsi dengan menanyakan materi yang lalu dan memberikan
pandangan tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan indikator, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara
heterogen.
Pada kegiatan (60 menit), terdiri atas guru menjelaskan materi, guru memberi
arahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op
co-op (investigasi), guru menjelaskan prosedur memperagakan co-op co-op
(investigasi), guru bertanya tentang hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi),
siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal
yang menarik tentang co-op co-op (investigasi), guru membagikan teks wawancara
kepada setiap kelompok. Setelah itu, guru mengarahkan siswa untuk membaca teks
tersebut, siswa menuliskan pokok — pokok wawancara, guru menugasi siswa dalam
kelompok bergantian melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op tentang
materi yang dipelajari, setelah melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
dalam kelompok, setiap wakil kelompok melakukan investigasi sebagai bentuk co-op
co-op untuk seluruh siswa dalam kelas (klasikal), guru membimbing siswa untuk
53
memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada dalam mengubah teks wawancara,
siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa diharapkan dapat saling membantu
dan membimbing dalam menemukan dan merumuskan masalah yang diajukan,
mengajukan masalah dan bertanya. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat
menemukan sendiri topik yang sesuai, judul yang relevan, penyusunan kerangka
laporan sesuai dengan hasil observasinya melalui bertanya dengan teman kelompok,
mengajukan dugaan, mengumpulkan data, dan diakhiri dengan penyimpulan.
Bertanya digunakan untuk menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Setelah membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menyapa siswa dan
memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru mengemukakan tujuan
pembelajaran saat itu, yakni menulis laporan. Kemudian, guru bersama siswa
membagi kelompok belajar, tiap kelompok terdiri atas 5 siswa. Dalam pembagian
kelompok tersebut, guru mengupayakan terbentuknya kelompok yang heterogen,
baik dari segi kemampuan akademik maupun dari segi gender siswa. Setelah itu,
guru membagi model laporan kepada masing-masing kelompok.
Kegiatan guru selanjutnya, menyajikan informasi tugas pembelajaran kepada
siswa. Dalam kegiatan ini, guru menyampaikan materi pembelajaran menulis
laporan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam penyusunan kerangka laporan
dengan memperhatikan beberapa aspek, yakni unsur kriteria paragraf (kelengkapan,
keruntutan, kesatuan, dan kepaduan), unsur argumen (pernyataan, data, dan
54
pembenaran), dan unsur mekanik kebahasaan (tata baca, ejaan, dan diksi). Untuk
membangkitkan skemata siswa terhadap objek penulisan, maka guru melakukan
kegiatan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa dalam tahap
pramenulis. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru mengarahkan siswa
bekerja dalam kelompok. Jadi, selama proses belajar kelompok berlangsung, guru
terus-menerus melakukan observasi dan intervensi terhadap semua kelompok.
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengetes kompetensi siswa dalam menulis
laporan. Meskipun, dalam proses pembelajaran siswa bekerja sama secara
berkelompok. Namun, penilaian siswa dilakukan secara individual. Hal ini dilakukan
untuk mengukur akuntabilitas individual siswa dalam kerja kelompok.
Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk menunjukkan bagian-bagian
laporan sesuai pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Kegiatan ini
dilakukan agar pengalaman nyata yang benar-benar telah dialami siswa dapat
diungkapkannya secara langsung dalam bentuk laporan. Kemudian, guru
mengajukan masalah dan bertanya jawab kepada siswa tentang tema yang telah
dipilih sesuai dengan masalah. Kegiatan tanya jawab dilakukan untuk
membangkitkan skemata siswa, menentukan tujuan, menentukan bentuk tulisan,
menentukan kerangka paragraf, dan menentukan judul laporan.
Urutan kegiatan akhir selama (10 menit), yaitu guru menyimpulkan
pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi, dan penugasan.
55
b) Observasi
Bentuk aktivitas guru secara umum sebagai upaya mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran menulis laporan melalui co-op co-op (investigasi) pada
pertemuan pertama siklus I, dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut.
Tabel 4.1. Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus I
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
56
Berdasarkan Tabel 4.1 tampak kegiatan guru pertemuan I. Rata-rata aktivitas
guru dikategorikan kurang. Misalnya, aktivitas guru dalam menyapa siswa dengan
ramah dikategorikan baik. Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
dikategorikan baik. Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran dikategorikan
baik. Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami dikategorikan kurang.
Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan
melalui co-op co-op (investigasi) dikategorikan kurang. Menjelaskan prosedur co-op
co-op (investigasi) dikategorikan kurang. Memperagakan strategi co-op co-op
(investigasi) dikategorikan kurang. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op
co-op (investigasi) dikategorikan kurang. Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-
op co-op (investigasi) dikategorikan kurang. Mengarahkan siswa untuk mengubah
teks wawancara menjadi laporan dikategorikan kurang. Mengajak siswa memahami
mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan dikategorikan
kurang. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
dikategorikan kurang. Membimbing siswa secara individu dikategorikan kurang.
Mengadakan refleksi bersama siswa dikategorikan kurang.
Kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran menulis laporan
pada siklus I merupakan fokus perbaikan dalam pembelajaran menulis pada siklus
berikutnya. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
guru tidak terlepas dari respons positif dan kemampuan, serta minat siswa dalam
melakukannya.
57
Selanjutnya, hasil pengamatan aktivitas siswa pertemuan pertama siklus I
disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama siklus I
1 Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 5 14.28 5 14.28 15 42.85 10 28.57
2. Keaktifan membaca materi 5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 3 8.57 7 20 15 42.85 10 28.57
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
5 14.28 5 14.28 15 42.85 10 28.57
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
3 8.57 10 28.57 15 42.85 7 20
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 2 5.71 5 14.28 15 42.85 13 37.14
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 5 14.28 8 22.85 15 42.85 7 20
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 5 8.57 5 14.28 15 42.85 10 28.57
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 9 25.71 8 22.85 11 31.42 7 20
10. Keaktifan siswa menjadi pendengayang baik 5 8.57 9 25.71 11 31.42 10 28.57
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 7 20 10 28.57 13 37.14 5 14.28
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
58
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum memusatkan
perhatian terhadap penjelasan guru dan arahan guru tentang materi pembelajaran
menulis. Keaktifan dalam menyimak penjelasan guru dikategorikan kurang dengan
persentase 42,85%. Keaktifan membaca materi dikategorikan kurang dengan
persentase 42,85%. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
dikategorikan kurang dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa mendiskusikan
tugas untuk menemukan penyelesaiannya dikategorikan kurang dengan persentase
42,85%. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru
tentang hal-hal yang menarik tentang co-op co-op (investigasi) dikategorikan kurang
dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan
dikategorikan kurang dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa mengubah teks
wawancara menjadi laporan dikategorikan kurang dengan persentase 42,85%.
Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan dikategorikan kurang
dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab dikategorikan
kurang dengan persentase 31,42%. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik
dikategorikan kurang dengan persentase 37,14%. Keaktifan siswa berwawancara
yang sopan dikategorikan kurang dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa
melakukan refleksi dikategorikan kurang dengan persentase 42,85%.
2) Pertemuan Kedua
a) Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran tahap menulis laporan melalui co-op co-op
(investigasi) dilakukan pada pertemuan kedua selama 2x40 menit. Proses
59
pembelajaran ini difokuskan pada: (1) penuangan gagasan menjadi draf laporan, (2)
melakukan perevisian laporan, (3) melakukan penyuntingan atau pengeditan laporan,
(4) penulisan kembali hasil perevisian draf laporan. Penuangan gagasan tersebut
dengan memperhatikan: (1) unsur kriteria paragraf yang baik (kelengkapan,
keruntutan, keutuhan, dan kepaduan), (2) unsur argumen (pernyataan, data, dan
pembenaran), dan (3) unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan, dan diksi).
Kegiatan awal selama 10 menit terdiri atas: Guru membuka pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi. Menjelaskan tujuan
pembelajaran. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
Kegiatan inti selama 60 menit yaitu Guru menjelaskan materi. Guru memberi
pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-
op co-op (investigasi). Guru menjelaskan prosedur memperagakan co-op co-op
(investigasi). Guru membagikan teks wawancara kepada setiap kelompok. Setelah
teks wawancara dibagikan, guru mengarahkan siswa untuk membaca teks tersebut.
Siswa menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan. Siswa
menuliskan kerangka laporan. Guru menugasi siswa dalam kelompok bergantian
melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op tentang materi yang dipelajari.
Setelah melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op dalam kelompok, setiap
wakil kelompok melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op untuk seluruh
siswa dalam kelas (klasikal). Siswa mengembangkan kerangka menjadi laporan
dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca. Siswa melaporkan tugas-tugas dan
siswa lain menanggapi.
60
Kegiatan akhir selama 10 menit yaitu guru menyimpulkan pembelajaran.
guru dan siswa melakukan refleksi. penugasan.
Berdasarkan teknik penuangan gagasan ke dalam draf laporan, lalu siswa
memulai menyusun draf secara individu. Siswa menyesuaikan jawaban pertanyaan
yang telah disusun untuk dituangkan sebagai gagasan pengembangan draf laporan.
Ketika pembelajaran berlangsung siswa menanyakan ‘apakah jawaban pertanyaan
yang dijadikan kerangka laporan boleh ditambah atau dihilangkan? Guru langsung
mengarahkan siswa bahwa kerangka laporan tersebut tentu boleh ditambah atau
dihilangkan dan kalau perlu diubah. Namun, yang paling penting adalah keterkaitan
antara rincian kerangka laporan tersebut disesuaikan dengan topik yang telah
ditentukan sebelumnya.
Setelah siswa selesai menulis, guru meminta satu orang siswa setiap
kelompok untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Sementara itu, kelompok
yang lain menyimak dan menanggapi hasil laporan yang sedang dibaca temannya.
Hasil kegiatan tersebut menunjukkan bahwa siswa belum berani bertanya dan
mengemukakan pendapat. Mereka hanya duduk sambil memperhatikan dan
menyimak apa yang sedang dibaca temannya di depan kelas. Hal ini menandakan
bahwa selama ini siswa tidak terbiasa melakukan tanya jawab ketika pembelajaran
menulis berlangsung, dan guru tidak pernah melatih keterampilan bertanya jawab
ketika siswa sedang menulis. Untuk mengatasi hal tersebut, guru langsung
memotivasi siswa agar melatih keberanian dengan jalan temu pendapat antarsiswa
sekelompok, antarkelompok, dan antara siswa dengan guru.
61
Kegiatan menulis yang dilaksanakan selama dua jam pelajaran ditanggapi
beragam oleh siswa. Sebagian siswa menilainya sudah tepat, sedangkan yang lain
menilainya tidak cukup waktu untuk menulis draf laporan, karena ada hambatan-
hambatan dalam kegiatan menulis paragraf antara lain, siswa segan mengajukan
pendapatnya, tidak percaya diri, dan malu diolok-olok temannya. Hal ini, sering
terjadi di kalangan siswa yang tidak terlatih mental dan minatnya. Hasil
pengembangan kerangka laporan berdasarkan topik ke dalam draf awal siswa terteliti
kelompok tinggi, sedang, dan rendah dapat dipaparkan sebagai berikut.
b) Observasi
Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus I dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Siklus I
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
62
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
Berdasarkan Tabel 4.3 tampak kegiatan guru pertemuan II masih sama
dengan pertemuan I. Rata-rata aktivitas guru dikategorikan kurang. Misalnya
aktivitas guru dalam menyapa siswa dengan ramah dikategorikan baik. Memotivasi
siswa melalui musik (bernyanyi bersama) dikategorikan baik. Menyampaikan tujuan
dan kegiatan pembelajaran dikategorikan baik. Memberi kesempatan tentang hal
yang belum dipahami dikategorikan kurang. Memberi pengarahan tentang kegiatan
mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op co-op (investigasi)
dikategorikan kurang. Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi)
dikategorikan kurang. Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi)
dikategorikan kurang. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op
(investigasi) dikategorikan kurang. Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-
op (investigasi) dikategorikan kurang. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks
wawancara menjadi laporan dikategorikan kurang. Mengajak siswa memahami
mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan dikategorikan
kurang. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
63
dikategorikan kurang. Membimbing siswa secara individu dikategorikan kurang.
Mengadakan refleksi bersama siswa dikategorikan kurang.
Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 4.3 menunjukkan, bahwa kondisi
pembelajaran yang belum optimal, seperti keadaan pada pertemuan pertama aktivitas
siswa dalam pembelajaran masih perlu dibenahi. Guru masih mempertimbangkan
perubahan mendasar tentang peran siswa dalam pembelajaran perlu dioptimalkan,
karena kurikulum pendidikan yang bernuansa pembaharuan ini memandang siswa
sebagai subjek pembelajaran. Guru hanya memotivasi siswa agar memiliki daya
juang yang tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Untuk
mengoptimalkan usaha pencapaian tujuan pembelajaran kelas, maka guru harus
memiliki trifungsi, yakni sebagai pendidik dan pembimbing, sebagai mitra siswa, dan
sebagai pengamat aktivitas siswa dan dirinya sebagai katalisator peningkatan mutu
pendidikan.
Bila dalam Tabel 4.3 di atas yang terekam adalah semua kegiatan dan peran
guru selama jam pelajaran berlangsung, maka pada Tabel 4.3 merekam semua
aktivitas siswa selama jam pembelajaran berlangsung yang merupakan koneks
respons siswa terhadap semua informasi yang diterima dari guru. Oleh karena itu,
hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran tahap menulis laporan pertemuan
kedua siklus I dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
64
Tabel 4.4. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru
5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
2. Keaktifan membaca materi 10 28.57 15 42.85 13 37.14 5 14.28
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
5 14.28 10 28.57 13 37.14 7 20
4.
Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
7 20 10 28.57 13 37.14 5 14.28
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan
5 14.28 6 17.14 14 40 10 28.57
7.
Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan
8 22.85 10 28.57 12 34.28 5 14.28
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan
8 22.85 8 22.85 10 28.57 9 25.97
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 9 25.97 10 28.57 11 31.42 5 14.28
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 8 22.85 9 25.97 10 28.57 8 22.85
11. Keaktifan siswa dalam berwawancarayang sopan 8 22.85 10 28.57 12 34.28 5 14.28
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 8 22.85 11 31.42 12 34.28 4 11.42
65
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ada sebagian siswa yang belum memusatkan
perhatian terhadap penjelasan guru dan arahan guru tentang materi pembelajaran
menulis. Keaktifan dalam menyimak penjelasan guru dikategorikan kurang dengan
persentase 42,85%. Keaktifan membaca materi dikategorikan kurang dengan
persentase 37,14%. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
dikategorikan kurang dengan persentase 37,14%. Keaktifan siswa mendiskusikan
tugas untuk menemukan penyelesaiannya dikategorikan kurang dengan persentase
42,85%. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru
tentang hal-hal yang menarik tentang co-op co-op (investigasi) dikategorikan kurang
dengan persentase 37,14%. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan
dikategorikan kurang dengan persentase 40%. Keaktifan siswa mengubah teks
wawancara menjadi laporan dikategorikan kurang dengan persentase 34,28%.
Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan dikategorikan kurang
dengan persentase 28,57%. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab dikategorikan
kurang dengan persentase 31,42%. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik
dikategorikan kurang dengan persentase 28,57%. Keaktifan siswa berwawancara
yang sopan dikategorikan kurang dengan persentase 34,28%. Keaktifan siswa
melakukan refleksi dikategorikan kurang dengan persentase 34,28%.
3) Pertemuan Ketiga
a) Pelaksanaan
Tahap pembelajaran pertemuan ketiga difokuskan pada: (1) membacakan
laporan di depan kelas, (2) revisi dan menulis kembali laporan berdasarkan
66
masukkan yang diterima baik dari guru maupun teman kelompok, dan (3)
memajankan hasil laporan pada mading sekolah.
Kegiatan awal selama 10 menit, yaitu Guru membuka pembelajaran. Guru
mengecek kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi. Menjelaskan tujuan
pembelajaran. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
Kegiatan inti selama 60 menit, yaitu Guru menjelaskan materi. Guru
memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan
melalui co-op co-op (investigasi). Guru menugasi siswa menukarkan laporannya.
Siswa merevisi laporan hasil koreksi teman. Siswa menyunting draf laporan tulisan
teman berdasarkan: kesesuaian laporan dengan teks wawancara, penggunaan bahasa
dan ejaan. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi
Kegiatan akhir selama 10 menit, yaitu guru menyimpulkan pembelajaran.
Guru dan siswa melakukan refleksi. Penugasan.
Secara klasikal dalam pembelajaran ini, guru mengarahkan siswa untuk
menata ulang gagasan yang telah dituangkan pada draf laporan. Pembelajaran yang
berkaitan dengan perevisian draf, guru melalui curah pendapat mengarahkan siswa
bahwa hal-hal yang dapat dilakukan adalah menambah informasi tulisan,
mempertajam perumusan gagasan, mengubah urutan pikiran, membuang informasi
yang tidak relevan, dan menggabungkan gagasan yang relevan.
Pembelajaran yang berkaitan dengan penyuntingan draf, guru melalui curah
pendapat mengarahkan siswa bahwa hal-hal yang dapat dilakukan adalah membaca
seluruh tulisan, memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat, memperbaiki salah
67
tulis, memperbaiki ejaan dan tanda baca.
Kegiatan pembelajaran teknik curah pendapat siswa baru memahami cara
mengorganisasikan gagasan dengan kriteria paragraf yang baik, seperti kelengkapan,
keruntutan, keutuhan, koherensi. Selain itu, melalui tulisan siswa dikenalkan dengan
struktur laporan, seperti kalimat topik, kalimat pengembang, kalimat penegas, dan
pernyataan (claim), data (ground), pembenaran (warrant). Pelaksanaan pembelajaran
tahap pascamenulis ini difokuskan pada: (1) pemublikasian tulisan dengan
membacakan di depan kelas, (2) menuliskan kembali tulisan hasil diskusi kelas, (3)
memublikasikan tulisan di papan pajanan.
Kegiatan pembelajaran pemublikasian tulisan dengan membacakan di depan
kelas dilakukan secara kelompok dan klasikal. Pembacaan ditekankan pada ketepatan
menyuarakan tulisan. Ketepatan dilihat dari lafal, intonasi, suara yang wajar, dan
lancar. Saat salah seorang membaca hasil kerja, siswa yang lain siap dengan catatan
untuk menyimak tentang isi bacaan sambil mencatat kesalahan unsur kebahasaannya.
Ketika pembacaan selesai dilakukan, maka siswa yang mencatat kesalahan atau
kekurangan temannya diberi kesempatan memberikan komentarnya untuk
menyampaikan hasil catatannya.
Hasil catatan respons berupa pembetulan kesalahan penulisan dari temannya,
sebagian besar mereka dapat menerima dengan senang hati. Mereka telah menyadari
bahwa respons teman itu merupakan hasil perbaikan untuk kemajuan di masa yang
akan datang. Sebelumnya guru sudah menanamkan nilai-nilai berdiskusi bahwa
perbaikan adalah untuk kesempurnaan tulisan itu sendiri sebagai antisipasi sekaligus
68
memberikan peningkatan.
Guru mengingatkan kembali bahwa bagi siswa yang merasa mengalami
kesalahan atau kekurangan hasil tulisan dapat dibetulkan kembali dengan cara
menuliskan pembetulannya. Saat menuliskan kembali tulisannya tampak antusias.
Kemudian, siswa seakan berlomba menyelesaikannya untuk memajankan hasil
tuisannya di tempat yang telah disediakan.
Berdasarkan pedoman yang dapat dilakukan pada perevisian, tiap-tiap
kelompok membacakan hasil kerjanya. Diperoleh hasil kerja bahwa ada gagasan
yang perlu ditambah, dan ada juga gagasan yang perlu dihilangkan. Hal-hal yang
berkaitan dengan penyuntingan diperoleh hasil kerja pilihan kata yang kurang tepat,
ejaan, dan tanda baca digunakan bukan pada tempatnya.
Apabila siswa membaca laporan di depan kelas, maka teman kelompok lain
bertindak sebagai penyunting laporan dengan cara mendengarkan pembacaan
tersebut. Kemudian, menandai kata-kata atau kalimat yang salah itu dengan
menuliskan perbaikan dan menyerahkannya pada kelompok presentasi. Jika salah
seorang siswa telah selesai membaca, maka siswa yang lain memberikan aplaus
dengan tepuk tangan. Selain memberikan aplaus, juga memberikan respons atau
tanggapan dengan cara memberikan pujian, atas pertanyaan, dan tanggapan terhadap
pembacaan hasil laporan. Dalam pembacaan hasil tulisan, ada di antara siswa merasa
malu-malu tampil di depan kelas. Demikian pula siswa cenderung ragu-ragu
menanggapi hasil pembacaan temannya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru
69
langsung memotivasi dan mengarahkan siswa agar memberanikan diri tampil di
depan kelas. Kondisi seperti ini terjadi dalam pembelajaran menulis pada siklus I.
b) Observasi
Secara umum aktivitas guru dalam pembelajaran pascamenulis pada
pertemuan ketiga dapat disajikan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Aktivitas Guru pada Pertemuan Ketiga Siklus I
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
70
Berdasarkan Tabel 4.5 tampak kegiatan guru pertemuan III yang rata-rata
sudah baik. Misalnya aktivitas guru dalam menyapa siswa dengan ramah
dikategorikan sangat baik. Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
dikategorikan baik. Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran dikategorikan
baik. Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami dikategorikan baik.
Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan
melalui co-op co-op (investigasi) dikategorikan baik. Menjelaskan prosedur co-op
co-op (investigasi) dikategorikan baik. Memperagakan strategi co-op co-op
(investigasi) dikategorikan baik. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-
op (investigasi) dikategorikan baik. Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op
co-op (investigasi) dikategorikan baik. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks
wawancara menjadi laporan dikategorikan baik. Mengajak siswa memahami
mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan dikategorikan baik.
Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
dikategorikan baik. Membimbing siswa secara individu dikategorikan baik.
Mengadakan refleksi bersama siswa dikategorikan baik.
Berdasarkan data Tabel 4.5 di atas ditunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru selama proses pembelajaran pada pascamenulis ini telah sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya. Guru telah berusaha mengarahkan dan
memantau seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bila ada
siswa yang mengalami hambatan, guru langsung memotivasi siswa tersebut.
Misalnya, siswa merasa malu-malu atau ragu-ragu tampil membacakan hasil
71
tulisannya di depan kelas. Guru memandang perlu memberikan bimbingan kepada
siswa untuk mendapatkan trik-trik awal yang perlu dilakukan menjelang giliran
tampil tiba sehingga siswa tersebut termotivasi untuk membacakan hasil karyanya di
depan kelas. Guru telah mengarahkan siswa yang lain sebagai pengamat sekaligus
mencatat setiap kesalahan unsur kebahasaan dari pembacaan laporan temannya, dan
bila telah selesai tampil langsung diserahkan perbaikannya.
Kegiatan proses pembelajaran pascamenulis yang diarahkan oleh guru
selanjutnya adalah memberikan petunjuk kepada siswa tentang pendokumentasian
dan pemublikasian hasil tulisannya pada tempat yang disediakan. Bagi siswa yang
telah melaksanakan tugasnya dengan baik selalu dberikan pujian dan aplaus,
sehingga siswa yang belum mendapat giliran tampil termotivasi untuk segera
mengambil giliran tampil di depan kelas. Ketertarikan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran seperti di atas tidak terlepas dari kelihaian guru menggunakan
metode tertentu. Dalam hal ini penerapan co-op co-op (investigasi) dalam
pembelajaran menulis laporan sangat tepat.
Aktivitas guru di kelas tertentu selalu berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Keberhasilan guru menggunakan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran tertentu sangat ditentukan tercapainnya tujuan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, aktivitas guru dalam
pembelajaran pascamenulis yang tertera pada Tabel 4.5 di atas sangat berhubungan
dengan aktivitas siswa dalam melakukan proses pembelajaran tersebut.
72
Adapun, aktivitas siswa dalam pembelajaran pascamenulis seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus I
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 12 34.28 14 40 5 14.28 4 11.42
2. Keaktifan membaca materi 10 28.57 15 42.85 4 11.42 4 11.42
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 9 25.97 11 31.42 10 28.57 5 14.28
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
12 34.28 13 37.14 6 17.14 4 11.42
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
10 28.57 15 42.85 6 17.14 4 11.42
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 8 22.85 12 34.28 8 22.85 7 20
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 10 28.57 11 31.42 10 28.57 4 11.42
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 9 25.97 11 31.42 8 22.85 7 20
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 12 34.28 14 40 5 14.28 4 11.42
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 10 28.57 15 42.85 5 14.28 5 14.28
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yangsopan 11 31.42 15 42.85 5 14.28 4 11.42
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 9 25.71 13 37.14 9 25.71 4 11.42
73
Tabel 4.6 sudah menunjukkan perubahan yang positif. Keaktifan dalam
menyimak penjelasan guru dikategorikan baik dengan persentase 40%. Keaktifan
membaca materi dikategorikan baik dengan persentase 42,85%. Keaktifan
melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op dikategorikan baik dengan
persentase 31,42%. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan
penyelesaiannya dikategorikan baik dengan persentase 37,14%. Siswa mengamati
guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik
tentang co-op co-op (investigasi) dikategorikan baik dengan persentase 42,85%.
Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan dikategorikan baik dengan
persentase 34,28%. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan
dikategorikan baik dengan persentase 31,42%. Keaktifan siswa membaca atau
melaporkan hasil pekerjaan dikategorikan baik dengan persentase 31,42%. Keaktifan
siswa dalam bertanggung jawab dikategorikan baik dengan persentase 40%.
Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik dikategorikan baik dengan persentase
42,85%. Keaktifan siswa berwawancara yang sopan dikategorikan baik dengan
persentase 42,85%. Keaktifan siswa melakukan refleksi dikategorikan baik dengan
persentase 37,14%.
Tabel 4.6 menujukkan bahwa indikator pembelajaran yang telah dirumuskan
dalam RPP sebagian besar tercapai. Rata-rata indikator sudah bagus pelaksanaannya.
Aspek yang belum optimal akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
74
b. Siklus II
1) Pertemuan Pertama
Pembelajaran pada proses ini sama dengan siklus I sebelumnya yang terdiri
atas dua aspek, yaitu aspek pelaksanaan dan obervasi guru dan siswa.
a) Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan dengan lingkup materi pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa
kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep.
Rata-rata pelaksanaan pembelajaran siklus II ini mengulangi pelaksanaan
siklus I. Dalam kegiatan pembelajaran ini yang dilakukan adalah kegiatan awal: (10
menit) yaitu guru membuka pembelajaran, guru mengecek kehadiran siswa, guru
melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok secara heterogen.
Pada kegiatan (60 menit), terdiri atas guru menjelaskan materi, guru memberi
pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-
op co-op (investigasi), guru menjelaskan prosedur memperagakan co-op co-op
(investigasi), guru bertanya tentang hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi),
siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal
yang menarik tentang co-op co-op (investigasi), guru membagikan teks wawancara
kepada setiap kelompok, setelah teks wawancara dibagikan, guru mengarahkan siswa
untuk membaca teks tersebut, siswa menuliskan pokok — pokok wawancara, guru
75
menugasi siswa dalam kelompok bergantian melakukan investigasi sebagai bentuk
co-op co-op tentang materi yang dipelajari, setelah melakukan investigasi sebagai
bentuk co-op co-op dalam kelompok, setiap wakil kelompok melakukan investigasi
sebagai bentuk co-op co-op untuk seluruh siswa dalam kelas, guru membimbing
siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada dalam mengubah teks
wawancara, siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi.
Urutan kegiatan akhir selama (10 menit), yaitu guru menyimpulkan
pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi, dan penugasan.
Metode yang digunakan adalah metode co-op co-op. Dalam pelaksanaannya,
siswa diharapkan dapat salang membantu dan membimbing dalam menemukan dan
merumuskan masalah yang diajukan, mengajukan masalah dan bertanya.
Menemukan digunakan agar siswa dapat menemukan sendiri topik yang sesuai, judul
yang relevan, penyusunan kerangka laporan sesuai dengan hasil observasinya
melalui bertanya dengan teman kelompok, mengajukan dugaan, mengumpulkan data,
dan diakhiri dengan penyimpulan. Bertanya digunakan untuk menggali informasi,
mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahuinya.
Setelah membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menyapa siswa dan
memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru mengemukakan tujuan
pembelajaran saat itu, yakni menulis laporan. Kemudian, guru bersama siswa
membagi kelompok belajar, tiap kelompok terdiri atas 5 siswa. Dalam pembagian
kelompok tersebut, guru mengupayakan terbentuknya kelompok yang heterogen,
76
baik dari segi kemampuan akademik maupun dari segi gender siswa. Setelah itu,
guru membagi model laporan kepada masing-masing kelompok.
Kegiatan guru selanjutnya, menyajikan informasi tugas pembelajaran kepada
siswa. Dalam kegiatan ini, guru menyampaikan materi pembelajaran menulis
laporan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam penyusunan kerangka laporan
dengan memperhatikan beberapa aspek, yakni unsur kriteria paragraf (kelengkapan,
keruntutan, kesatuan, dan kepaduan), unsur argumen (pernyataan, data, dan
pembenaran), dan unsur mekanik kebahasaan (tata baca, ejaan, dan diksi). Untuk
membangkitkan skemata siswa terhadap objek penulisan, maka guru melakukan
kegiatan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa dalam tahap
pramenulis. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru mengarahkan siswa
bekerja dalam kelompok. Jadi, selama proses belajar kelompok berlangsung, guru
terus-menerus melakukan observasi dan intervensi terhadap semua kelompok.
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengetes kompetensi siswa dalam menulis
laporan. Meskipun, dalam proses pembelajaran siswa bekerja sama secara
berkelompok. Namun, penilaian siswa dilakukan secara individual. Hal ini dilakukan
untuk mengukur akuntabilitas individual siswa dalam kerja kelompok.
Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk menunjukkan bagian-bagian
laporan sesuai pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Kegiatan ini
dilakukan agar pengalaman nyata yang benar-benar telah dialami siswa dapat
diungkapkannya secara langsung dalam bentuk laporan. Kemudian, guru
mengajukan masalah dan bertanya jawab kepada siswa tentang tema yang telah
77
dipilih sesuai dengan masalah. Kegiatan tanya jawab dilakukan untuk
membangkitkan skemata siswa, menentukan tujuan, menentukan bentuk tulisan,
menentukan kerangka paragraf, dan menentukan judul laporan.
b) Observasi
Bentuk aktivitas guru secara umum sebagai upaya mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran menulis laporan melalui co-op co-op (investigasi) pada
pertemuan pertama siklus II, dapat dilihat pada Tabel 4.7, sebagai berikut.
Tabel 4.7 Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama) √
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami √
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
78
Berdasarkan Tabel 4.7 tampak kegiatan guru pertemuan I. Rata-rata aktivitas
guru dikategorikan baik. Misalnya aktivitas guru dalam menyapa siswa dengan
ramah dikategorikan sangat baik. Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi
bersama) dikategorikan sangat baik. Menyampaikan tujuan dan kegiatan
pembelajaran dikategorikan sangat baik. Memberi kesempatan tentang hal yang
belum dipahami dikategorikan baik. Memberi pengarahan tentang kegiatan
mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op co-op (investigasi)
dikategorikan baik. Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) dikategorikan
sangat baik. Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) dikategorikan sangat
baik. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
dikategorikan sangat baik. Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks
wawancara menjadi laporan dikategorikan sangat baik. Mengajak siswa memahami
mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan dikategorikan sangat
baik. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
dikategorikan sangat baik. Membimbing siswa secara individu dikategorikan sangat
baik. Mengadakan refleksi bersama siswa dikategorikan sangat baik.
Kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran menulis laporan
pada siklus II merupakan fokus perbaikan dalam pembelajaran menulis pada siklus
berikutnya. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
guru tidak terlepas dari respons positif dan kemampuan, serta minat siswa dalam
melakukannya.
79
Selanjutnya, hasil pengamatan aktivitas siswa pertemuan pertama siklus II
disajikan dalam Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
2. Keaktifan membaca materi 13 37.14 16 45.71 3 8.57 3 8.57
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
11 31.42 12 34.28 8 22.85 4 11.42
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
13 37.14 14 40 5 14.28 3 8.57
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 9 25.71 13 37.14 7 20 6 17.14
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan
12 34.28 14 40 6 17.14 3 8.57
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan
11 31.42 13 37.14 6 17.14 5 14.28
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 12 34.28 15 42.85 4 11.42 4 11.42
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 12 34.28 16 45.71 4 11.42 3 8.57
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 12 34.28 15 42.85 5 14.28 3 8.57
80
Tabel 4.8 menunjukkan perubahan yang signifikan aktivitas siswa yang sudah
memusatkan perhatian terhadap penjelasan dan arahan guru tentang materi
pembelajaran menulis. Keaktifan dalam menyimak penjelasan guru dikategorikan
sangat baik dengan persentase 42,85%. Keaktifan membaca materi dikategorikan
baik dengan persentase 45,71%. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-
op co-op dikategorikan sangat baik dengan persentase 34,28% Keaktifan siswa
mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaiannya dikategorikan sangat baik
dengan persentase 40%. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab
pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik tentang co-op co-op (investigasi)
dikategorikan sangat baik dengan persentase 42,85% Keaktifan siswa mengajukan
pertanyaan dan tanggapan dikategorikan sangat baik dengan persentase 37,14%.
Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan dikategorikan sangat
baik dengan persentase 40%. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil
pekerjaan dikategorikan sangat baik dengan persentase 37,14%. Keaktifan siswa
dalam bertanggung jawab dikategorikan baik dengan persentase 42,85%. Keaktifan
siswa menjadi pendengar yang baik dikategorikan baik dengan persentase 42,85%.
Keaktifan siswa berwawancara yang sopan dikategorikan baik dengan persentase
45,71%. Keaktifan siswa melakukan refleksi dikategorikan sangat baik dengan
persentase 42,85%.
81
2) Pertemuan Kedua
a) Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran tahap menulis laporan melalui co-op co-op
(investigasi) dilakukan pada pertemuan kedua selama 2x40 menit. Proses
pembelajaran ini difokuskan pada: (1) penuangan gagasan menjadi draf laporan, (2)
melakukan perevisian laporan, (3) melakukan penyuntingan atau pengeditan laporan,
(4) penulisan kembali hasil perevisian draf laporan. Penuangan gagasan tersebut
dengan memperhatikan: (1) unsur kriteria paragraf yang baik (kelengkapan,
keruntutan, keutuhan, dan kepaduan), (2) unsur argumen (pernyataan, data, dan
pembenaran), dan (3) unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan, dan diksi).
Kegiatan awal selama 10 menit terdiri atas: Guru membuka pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi. Menjelaskan tujuan
pembelajaran. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
Kegiatan inti selama 60 menit. Guru menjelaskan materi lalu memberi arahan
tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op co-op
(investigasi). Guru menjelaskan prosedur memperagakan co-op co-op (investigasi).
Guru membagikan teks wawancara kepada setiap kelompok. Setelah teks
wawancara dibagikan, mengarahkan siswa membaca teks tersebut. Siswa
menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan. Siswa
menuliskan kerangka laporan. Guru menugasi siswa/kelompok bergantian melakukan
investigasi sebagai bentuk co-op co-op tentang materi yang dipelajari. Setelah
melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op dalam kelompok, setiap wakil
82
kelompok melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op untuk seluruh siswa
dalam kelas (klasikal). Siswa mengembangkan kerangka menjadi laporan dengan
memperhatikan ejaan dan tanda baca. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain
menanggapi.
Kegiatan akhir selama 10 menit yaitu guru menyimpulkan pembelajaran.
guru dan siswa melakukan refleksi. penugasan.
Berdasarkan teknik penuangan gagasan ke dalam draf laporan, lalu siswa
memulai menyusun draf secara individu. Siswa menyesuaikan jawaban pertanyaan
yang telah disusun untuk dituangkan sebagai gagasan pengembangan draf laporan.
Ketika pembelajaran berlangsung siswa menanyakan ‘apakah jawaban pertanyaan
yang dijadikan kerangka laporan boleh ditambah atau dihilangkan? Guru langsung
mengarahkan siswa bahwa kerangka laporan tersebut tentu boleh ditambah atau
dihilangkan dan kalau perlu diubah. Namun, yang paling penting adalah keterkaitan
antara rincian kerangka laporan tersebut disesuaikan dengan topik yang telah
ditentukan sebelumnya.
Setelah siswa selesai menulis, guru meminta satu orang siswa setiap
kelompok untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Sementara itu, kelompok
yang lain menyimak dan menanggapi hasil laporan yang sedang dibaca temannya.
Hasil kegiatan tersebut menunjukkan bahwa siswa belum berani bertanya dan
mengemukakan pendapat. Mereka hanya duduk sambil memperhatikan dan
menyimak apa yang sedang dibaca temannya di depan kelas. Hal ini menandakan
bahwa selama ini siswa tidak terbiasa melakukan tanya jawab ketika pembelajaran
83
menulis berlangsung, dan guru tidak pernah melatih keterampilan bertanya jawab
ketika siswa sedang menulis. Untuk mengatasi hal tersebut, guru langsung
memotivasi siswa agar melatih keberanian dengan jalan temu pendapat antarsiswa
sekelompok, antarkelompok, dan antara siswa dengan guru.
Kegiatan menulis yang dilaksanakan selama dua jam pelajaran ditanggapi
beragam oleh siswa. Sebagian siswa menilainya sudah tepat, sedangkan yang lain
menilainya tidak cukup waktu untuk menulis draf laporan, karena ada hambatan-
hambatan dalam kegiatan menulis paragraf antara lain, siswa segan mengajukan
pendapatnya, tidak percaya diri, dan malu diolok-olok temannya. Hal ini, sering
terjadi di kalangan siswa yang tidak terlatih mental dan minatnya. Hasil
pengembangan kerangka laporan berdasarkan topik ke dalam draf awal siswa terteliti
kelompok tinggi, sedang, dan rendah dapat dipaparkan sebagai berikut.
b) Observasi
Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9. Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Siklus II
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK
4 3 2 1 1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama) √
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami √
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op
√
bersambung….
84
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
Berdasarkan Tabel 4.9 tampak kegiatan guru pertemuan II yang rata-rata
sudah baik. Rata-rata aktivitas guru dikategorikan sangat baik. Misalnya aktivitas
guru dalam menyapa siswa dengan ramah dikategorikan sangat baik. Memotivasi
siswa melalui musik (bernyanyi bersama) dikategorikan sangat baik. Menyampaikan
tujuan dan kegiatan pembelajaran dikategorikan sangat baik. Memberi kesempatan
tentang hal yang belum dipahami dikategorikan sangat baik. Memberi pengarahan
tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Menjelaskan prosedur co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Memperagakan strategi co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-
op co-op (investigasi) dikategorikan sangat baik. Mengajak siswa merenungkan
kegiatan co-op co-op (investigasi) dikategorikan sangat baik. Mengarahkan siswa
untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan dikategorikan sangat baik.
Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara
Lanjutan Tabel 4.9
85
keseluruhan dikategorikan sangat baik. Membimbing siswa untuk memaknai dan
menangkap nilai-nilai yang ada dikategorikan sangat baik. Membimbing siswa
secara individu dikategorikan sangat baik. Mengadakan refleksi bersama siswa
dikategorikan sangat baik.
Apabila dalam Tabel 4.9 di atas yang terekam adalah semua kegiatan dan
peran guru selama jam pelajaran berlangsung, maka pada Tabel 4.9 merekam semua
aktivitas siswa selama jam pembelajaran berlangsung yang merupakan koneks
respons siswa terhadap semua informasi yang diterima dari guru. Oleh karena itu,
hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran tahap menulis laporan pertemuan
kedua siklus II dapat disajikan pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
2. Keaktifan membaca materi 14 40 17 48.57 2 5.71 2 5.71
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 13 37.14 14 40 5 14.28 3 8.57
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
14 40 15 42.85 4 11.42 2 5.71
5.
Siswa mengamati guru sebagaimodel dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 10 28.57 14 40 6 17.14 5 14.28
bersambung ….
86
7. Keaktifan siswa mengubah teks
wawancara menjadi laporan 13 37.14 15 42.85 5 14.28 2 5.71
8. Keaktifan siswa membaca atau
melaporkan hasil pekerjaan 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung
jawab 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar
yang baik 14 40 15 42.85 3 8.57 3 8.57
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan
14 40 17 48.57 2 5.71 2 5.71
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata siswa sudah memusatkan perhatian
terhadap penjelasan dan arahan guru. Keaktifan dalam menyimak penjelasan guru
dikategorikan sangat baik dengan persentase 45,71%. Keaktifan membaca materi
sangat baik dengan persentase 48,57%. Keaktifan melakukan investigasi sebagai
bentuk co-op co-op sangat baik dengan persentase 40%. Keaktifan siswa
mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaiannya sangat baik dengan
persentase 42,85%. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan
guru tentang hal-hal yang menarik tentang co-op co-op (investigasi) sangat baik
dengan persentase 45,71%. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan
sangat baik dengan persentase 40%. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara
menjadi laporan sangat baik dengan persentase 42,85%. Keaktifan siswa membaca
atau melaporkan hasil pekerjaan sangat baik dengan persentase 42,85%. Keaktifan
siswa dalam bertanggung jawab dikategorikan baik dengan persentase 45,71%.
Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik dikategorikan baik dengan persentase
Lanjutan Tabel 4.10
87
42,85%. Keaktifan siswa berwawancara yang sopan dikategorikan baik dengan
persentase 48,57%. Keaktifan siswa melakukan refleksi sangat baik dengan
persentase 45,71%.
3) Pertemuan Ketiga
a) Pelaksanaan
Tahap pembelajaran pertemuan ketiga difokuskan pada: (1) membacakan
laporan di depan kelas, (2) revisi dan menulis kembali laporan berdasarkan
masukkan yang diterima baik dari guru maupun teman kelompok, dan (3)
mendokumentasikan serta memajankan hasil laporan pada mading sekolah.
Kegiatan awal selama 10 menit, yaitu guru membuka pembelajaran. Guru
mengecek kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi. Menjelaskan tujuan
pembelajaran. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen.
Kegiatan inti selama 60 menit, yaitu guru menjelaskan materi. Guru memberi
pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-
op co-op (investigasi). Guru menugasi siswa menukarkan laporannya. Siswa
merevisi laporan hasil koreksi teman. Siswa menyunting draf laporan tulisan teman
berdasarkan: kesesuaian laporan dengan teks wawancara, penggunaan bahasa dan
ejaan. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi. Kegiatan akhir
selama 10 menit, yaitu guru menyimpulkan pembelajaran. Guru dan siswa
melakukan refleksi. Penugasan.
Secara klasikal dalam pembelajaran ini, guru mengarahkan siswa untuk
menata ulang gagasan yang telah dituangkan pada draf laporan. Pembelajaran yang
88
berkaitan dengan perevisian draf, guru melalui curah pendapat mengarahkan siswa
bahwa hal-hal yang dapat dilakukan adalah menambah informasi tulisan,
mempertajam perumusan gagasan, mengubah urutan pikiran, membuang informasi
yang tidak relevan, dan menggabungkan gagasan yang relevan.
Pembelajaran yang berkaitan dengan penyuntingan draf, guru melalui curah
pendapat mengarahkan siswa bahwa hal-hal yang dapat dilakukan adalah membaca
seluruh tulisan, memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat, memperbaiki salah
tulis, memperbaiki ejaan dan tanda baca.
Kegiatan pembelajaran teknik curah pendapat siswa baru memahami cara
mengorganisasikan gagasan dengan kriteria paragraf yang baik, seperti kelengkapan,
keruntutan, keutuhan, koherensi. Selain itu, melalui tulisan siswa dikenalkan dengan
struktur laporan, seperti kalimat topik, kalimat pengembang, kalimat penegas, dan
pernyataan (claim), data (ground), pembenaran (warrant). Pelaksanaan pembelajaran
tahap pascamenulis ini difokuskan pada: (1) pemublikasian tulisan dengan
membacakan di depan kelas, (2) menuliskan kembali tulisan hasil diskusi kelas, (3)
memublikasikan tulisan di papan pajanan.
Kegiatan pembelajaran pemublikasian tulisan dengan membacakan di depan
kelas dilakukan secara kelompok dan klasikal. Pembacaan ditekankan pada ketepatan
menyuarakan tulisan. Ketepatan dilihat dari lafal, intonasi, suara yang wajar, dan
lancar. Saat salah seorang membaca hasil kerja, siswa yang lain siap dengan catatan
untuk menyimak tentang isi bacaan sambil mencatat kesalahan unsur kebahasaannya.
Ketika pembacaan selesai dilakukan, maka siswa yang mencatat kesalahan atau
89
kekurangan temannya diberi kesempatan memberikan komentarnya untuk
menyampaikan hasil catatannya.
Hasil catatan respons berupa pembetulan kesalahan penulisan dari temannya,
sebagian besar mereka dapat menerima dengan senang hati. Mereka telah menyadari
bahwa respons teman itu merupakan hasil perbaikan untuk kemajuan di masa yang
akan datang. Sebelumnya guru sudah menanamkan nilai-nilai berdiskusi bahwa
perbaikan adalah untuk kesempurnaan tulisan itu sendiri sebagai antisipasi sekaligus
memberikan peningkatan.
Guru mengingatkan kembali bahwa bagi siswa yang merasa mengalami
kesalahan atau kekurangan hasil tulisan dapat dibetulkan kembali dengan cara
menuliskan pembetulannya. Saat menuliskan kembali tulisannya tampak antusias.
Kemudian, siswa seakan berlomba menyelesaikannya untuk memajankan hasil
tuisannya di tempat yang telah disediakan.
Berdasarkan pedoman yang dapat dilakukan pada perevisian, tiap-tiap
kelompok membacakan hasil kerjanya. Diperoleh hasil kerja bahwa ada gagasan
yang perlu ditambah, dan ada juga gagasan yang perlu dihilangkan. Hal-hal yang
berkaitan dengan penyuntingan diperoleh hasil kerja pilihan kata yang kurang tepat,
ejaan, dan tanda baca digunakan bukan pada tempatnya.
Apabila siswa membaca laporan di depan kelas, maka teman kelompok lain
bertindak sebagai penyunting laporan dengan cara mendengarkan pembacaan
tersebut. Kemudian, menandai kata-kata atau kalimat yang salah itu dengan
menuliskan perbaikan dan menyerahkannya pada kelompok presentasi. Jika salah
90
seorang siswa telah selesai membaca, maka siswa yang lain memberikan aplaus
dengan tepuk tangan. Selain memberikan aplaus, juga memberikan respons atau
tanggapan dengan cara memberikan pujian, atas pertanyaan, dan tanggapan terhadap
pembacaan hasil laporan. Dalam pembacaan hasil tulisan, ada di antara siswa merasa
malu-malu tampil di depan kelas. Demikian pula siswa cenderung ragu-ragu
menanggapi hasil pembacaan temannya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru
langsung memotivasi dan mengarahkan siswa agar memberanikan diri tampil di
depan kelas. Kondisi seperti ini terjadi dalam pembelajaran menulis pada siklus II.
b) Observasi
Secara umum aktivitas guru dalam pembelajaran pascamenulis pada
pertemuan ketiga dapat disajikan pada Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11. Aktivitas Guru pada Pertemuan Ketiga Siklus II
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui co-op co-op (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur co-op co-op (investigasi) √
7 Memperagakan strategi co-op co-op (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-op co-op (investigasi)
√
bersambung ….
91
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan co-op co-op (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
Berdasarkan Tabel 4.11 tampak kegiatan guru pertemuan II yang rata-rata
sudah baik. Rata-rata aktivitas guru dikategorikan sangat baik. Misalnya aktivitas
guru dalam menyapa siswa dengan ramah dikategorikan sangat baik. Memotivasi
siswa melalui musik (bernyanyi bersama) dikategorikan sangat baik. Menyampaikan
tujuan dan kegiatan pembelajaran dikategorikan sangat baik. Memberi kesempatan
tentang hal yang belum dipahami dikategorikan sangat baik. Memberi pengarahan
tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan melalui co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Menjelaskan prosedur co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Memperagakan strategi co-op co-op
(investigasi) dikategorikan sangat baik. Bertanya tentang hal yang, menarik dari co-
op co-op (investigasi) dikategorikan sangat baik. Mengajak siswa merenungkan
kegiatan co-op co-op dikategorikan sangat baik. Mengarahkan siswa untuk
mengubah teks wawancara menjadi laporan dikategorikan sangat baik. Mengajak
siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
dikategorikan sangat baik. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap
nilai-nilai yang ada dikategorikan sangat baik. Membimbing siswa secara individu
Lanjutan Tabel 4.11
92
dikategorikan sangat baik. Mengadakan refleksi bersama siswa dikategorikan sangat
baik.
Berdasarkan data Tabel 4.11 di atas ditunjukkan bahwa hasil observasi
aktivitas guru selama proses pembelajaran pada pascamenulis ini telah sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya. Guru telah berusaha mengarahkan dan
memantau seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bila ada
siswa yang mengalami hambatan, guru langsung memotivasi siswa tersebut.
Misalnya, siswa merasa malu-malu atau ragu-ragu tampil membacakan hasil
tulisannya di depan kelas. Guru memandang perlu memberikan bimbingan kepada
siswa untuk mendapatkan trik-trik awal yang perlu dilakukan menjelang giliran
tampil tiba sehingga siswa tersebut termotivasi untuk membacakan hasil karyanya di
depan kelas. Guru telah mengarahkan siswa yang lain sebagai pengamat sekaligus
mencatat setiap kesalahan unsur kebahasaan dari pembacaan laporan temannya, dan
bila telah selesai tampil langsung diserahkan perbaikannya.
Kegiatan proses pembelajaran pascamenulis yang diarahkan oleh guru
selanjutnya adalah memberikan petunjuk kepada siswa tentang pendokumentasian
dan pemublikasian hasil tulisannya pada tempat yang disediakan. Bagi siswa yang
telah melaksanakan tugasnya dengan baik selalu dberikan pujian dan aplaus,
sehingga siswa yang belum mendapat giliran tampil termotivasi untuk segera
mengambil giliran tampil di depan kelas. Ketertarikan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran seperti di atas tidak terlepas dari kelihaian guru menggunakan
93
metode tertentu. Dalam hal ini penerapan co-op co-op (investigasi) dalam
pembelajaran menulis laporan sangat tepat.
Aktivitas guru di kelas tertentu selalu berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Keberhasilan guru menggunakan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran tertentu sangat ditentukan tercapainnya tujuan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, aktivitas guru dalam
pembelajaran pascamenulis yang tertera pada Tabel 4.11 di atas sangat berhubungan
dengan aktivitas siswa dalam melakukan proses pembelajaran tersebut.
Adapun aktivitas siswa dalam pembelajaran pascamenulis seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus II
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak penjelasan guru 17 48.51 15 42.85 2 5.71 1 2.85
2. Keaktifan membaca materi 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 16 45.71 14 40 3 8.57 2 5.71
4.
Keaktifan siswa mendiskusikan
tugas untuk menemukan
penyelesaian 16 45.71 15 42.85 3 8.57 1 2.85
5.
Siswa mengamati guru sebagai
model dan menjawab pertanyaan
guru tentang hal-hal yang menarik
dari co-op co-op (investigasi)
17 48.51 16
45.71
1 2.85 1 2.85
bersambung….
94
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 16 45.71 15 42.85 2 5.71 2 5.71
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 16 45.71 15 42.85 3 8.57 1 2.85
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 17 48.51 15 42.85 2 5.71 1 2.85
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 16 45.71 15 42.85 2 5.71 2 5.71
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
Tabel 4.12 sudah menunjukkan perubahan yang positif. Keaktifan dalam
menyimak penjelasan guru dikategorikan sangat baik dengan persentase 48,51%.
Keaktifan membaca materi dikategorikan sangat baik dengan persentase 48,51%
Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op dikategorikan sangat
baik dengan persentase 45,71% Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk
menemukan penyelesaiannya dikategorikan sangat baik dengan persentase 45,71%
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal
yang menarik tentang co-op co-op dikategorikan sangat baik dengan persentase
48,51%. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan dikategorikan
sangat baik dengan persentase 45,71%. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara
menjadi laporan dikategorikan sangat baik dengan persentase 45,71%. Keaktifan
siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan dikategorikan sangat baik dengan
persentase 48,51%. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab dikategorikan sangat
baik dengan persentase 48,51%. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik
dikategorikan sangat baik dengan persentase 45,71%. Keaktifan siswa berwawancara
Lanjutan Tabel 4.12
95
yang sopan dikategorikan sangat baik dengan persentase 48,51%. Keaktifan siswa
melakukan refleksi dikategorikan sangat baik dengan persentase 48,51%.
2. Penyajian Hasil Tes Pembelajaran Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi) dalam Meningkatkan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep
a. Siklus I
Berdasarkan analisis data siklus I dengan 35 orang (lihat lampiran), diperoleh
gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu memperoleh nilai 100 sebagai nilai
maksimal. Nilai tertinggi hanya 73 yang diperoleh oleh 1 orang dan niali terendah,
yaitu 55,5 yang diperoleh oleh 1 orang.
Berdasarkan perolehan skor, nilai, beserta frekuensinya dapat diketahui hasil
siklus I dalam pembelajaran menulis laporan seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.13. Distribusi Nilai Siklus I
Interval (dalam Nilai) Kategori Frekuensi Persentase 86 – 100 71– 85 56– 70 41 – 55 0 – 40
Sangat tinggi Tinggi
Sedang/Cukup Rendah
Sangat rendah
0 2 32 1 0
0 5.71 91.42 2.85
0 Jumlah 35 100
Berdasarkan kategori kemampuan siswa tersebut dapat dinyatakan bahwa
tidak ada siswa (0%) yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat
tinggi. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan tinggi
sebanyak 2 orang (5,71%); siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan
sedang sebanyak 32 orang (91,42%); siswa yang memperoleh nilai pada kategori
96
kemampuan rendah sebanyak 1 orang (2,85%); tidak ada siswa yang memperoleh
nilai pada kategori kemampuan sangat rendah (0%). Hal ini menunjukkan bahwa
hasil siklus I dikategorikan sedang.
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam kriteria
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan KKM sekolah mata pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila jumlah siswa mencapai
85% yang memperoleh nilai 70 ke atas. Sebaliknya, siswa dikatakan tidak mampu
apabila jumlah siswa kurang dari 85% yang memperoleh nilai 70.
Tabel 4.14 Distribusi Ketuntasan pada Siklus I
Tes Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siklus I
Nilai 70 ke atas Tuntas 2 5,71 Nilai di bawah 70 Tidak tuntas 33 94,28
Jumlah 35 100 Berdasarkan pada Tabel 4.14, dapat diketahui frekuensi dan persentase hasil
siklus I dalam pembelajaran menulis laporan, yaitu sebanyak 2 siswa (5,71%) yang
mampu mendapatkan nilai 70 ke atas dan 33 siswa yang mendapat nilai di bawah 70
(94,28%). Hal ini berarti bahwa pembelajaran menulis laporan siklus I belum
memadai (belum tuntas). Hal ini dinyatakan sebab hanya (5,71%) yang mendapat
nilai 70 ke atas atau tidak mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%. Jadi, ditinjau
dari aspek ketuntasan belajar, siswa dinyatakan rata-rata belum tuntas untuk siklus I.
97
b. Siklus II
Berdasarkan analisis data siklus II dengan 35 orang (lihat lampiran),
diperoleh gambaran, tidak ada yang memperoleh nilai 100. nilai teringgi 89,5
sebanyak 1 siswa dan nilai terendah, yaitu 66,5 yang diperoleh oleh 1 orang.
Berdasarkan perolehan skor, nilai, beserta frekuensinya dapat diketahui hasil siklus II
dalam pembelajaran menulis laporan seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.15 Distribusi Nilai Siklus II
Interval (dalam Nilai) Kategori Frekuensi Persentase 86 – 100 71– 85 56– 70 41 – 55 0 – 40
Sangat tinggi Tinggi
Sedang/Cukup Rendah
Sangat rendah
5 27 3 0 0
14.28 77,14 8,57
0 0
Jumlah 35 100 Berdasarkan kategori kemampuan siswa tersebut dapat dinyatakan bahwa
sebanyak 5 siswa (14,28%) yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat
tinggi. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan tinggi
sebanyak 27 orang (77,14%); siswa yang memperoleh nilai pada kategori
kemampuan sedang sebanyak 3 orang (8,57%); dan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan rendah dan sangat rendah (0%). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil siklus dikategorikan tinggi.
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam kriteria
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan KKM sekolah mata pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila jumlah siswa mencapai
98
85% yang memperoleh nilai 70 ke atas. Sebaliknya, siswa dikatakan tidak mampu
apabila jumlah siswa kurang dari 85% yang memperoleh nilai 70.
Tabel 4.16 Distribusi Ketuntasan pada Siklus II
Tes Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siklus II
Nilai 70 ke atas Tuntas 32 91,42 Nilai 70 ke bawah Tidak tuntas 3 8,57
Jumlah 35 100
Berdasarkan pada Tabel 4.16, dapat diketahui frekuensi dan persentase hasil
siklus II dalam pembelajaran menulis laporan, yaitu sebanyak 32 siswa (91,42%)
yang mampu mendapatkan nilai 70 ke atas dan 3 siswa yang mendapat nilai di bawah
70 (8,57%). Hal ini berarti bahwa pembelajaran menulis laporan siklus II memadai
(tuntas). Hal ini dinyatakan sebab sudah melebih target 85% dengan perolehan
persentase mencapai (91,42%) yang mendapat nilai 70 ke atas. Jadi, ditinjau dari
aspek ketuntasan belajar, siswa dinyatakan rata-rata sudah tuntas untuk siklus II.
4. Refleksi Pembelajaran Pembelajaran Co-op Co-op (Investigasi) dalam Meningkatkan Kemampuan Penulisan Laporan Wawancara Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep
a. Siklus I
Refleksi data penelitian pembelajaran menulis laporan pada siklus I ini
difokuskan pada pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.
99
Refleksi pelaksanaan pembelajaran menulis laporan pada siklus I dapat dibagi
menjadi: (1) tahap pramenulis, (2) tahap menulis, (3) tahap pascamenulis. Adapun,
wujud pelaksanaan dari ketiga tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Pertama, refleksi pelaksanaan pembelajaran menulis laporan tahap
pramenulis dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mendapatkan gambaran
tercapaianya tujuan pembelajaran menulis pada siklus I. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan guru agar lebih baik pelaksanaan siklus II, sebagai berikut. (1)
Melalui curah pendapat guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat kluster (jaringan) topik di papan tulis. Supaya pelaksanaannya tertib
digunakan sistem keterwakilan dari kelompok tinggi, kelompok sedang, dan
kelompok rendah. (2) Melalui curah pendapat guru hendaknya mengarahkan siswa
untuk memilih topik sesuai dengan tema yang dikembangkan. (3) Melalui tanya
jawab guru hendaknya menjelaskan kepada siswa untuk memilih judul dengan
memperhatikan kesesuaian dengan tema, topik, isi tulisan. (4) Melalui tanya jawab
hendaknya guru mengarahkan siswa untuk menyusun kerangka/struktur laporan
sesuai dengan teknik menulis laporan.
Kedua, refleksi pelaksanaan pembelajaran tahap menulis pada siklus I
sebagai berikut. (1) Siswa mengembangkan kerangka/struktur laporan lebih banyak
mengikuti model atau contoh. Hendaknya siswa dilatih untuk mengonstruksi sendiri
kerangka paragraf melalui kerja sama teman kelompok dengan teknik dan pola
tertentu. (2) Siswa dilatih mengembangkan tulisan menggunakan kerangka, agar draf
yang dipaparkan itu tidak lepas dari tema atau topik. Selain itu, teknik induktif dan
100
deduktif dengan pola kausalitas perlu dioptimalkan latihannya. (3) Dalam proses
perevisian atau perbaikan hendaknya dilakukan dengan teman sejawat. Namun, peran
guru sebagai pendamping masih diperlukan, karena tidak seluruh aspek yang
berkaitan dengan perevisian dikuasai oleh siswa. (4) Dalam proses penyuntingan atau
pengeditan hendaknya dilakukan dengan teman sejawat melalui sharing, tetapi guru
berperan sebagai pendamping. Penyuntingan berkaitan dengan mekanikal tulisan,
siswa lebih banyak mengalami kesalahan untuk menempatkan kata depan dengan
awalan, penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat penempatan tanda
koma pada kalimat entimen atau berkausalitas.
Ketiga, refleksi pelaksanaan pembelajaran tahap pascamenulis pada siklus I
sebagai berikut. (1) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membacakan hasil tulisannya di depan kelas sesuai porsi dari masing-masing
kelompok tinggi, kelompok sedang, kelompok rendah. Guru perlu memberikan
balikan atas tampilan unjuk kerja siswa sekaligus memberikan penguatan. (2) Guru
perlu memberikan contoh membaca di depan kelas sesuai dengan lafal, intonasi yang
wajar, dan ketepatan menyuarakan dengan wajar. (3) Komentar siswa harus
mencakup aspek keterincian kriteria paragraf, unsur argumen, dan pola
pengembangan laporan.
Hasil pengamatan peneliti dibahas bersama guru kolaborator. Misalnya, apa
yang ditemukan peneliti dalam pengamatan cocok dengan pendapat guru kolaborator
tersebut. Artinya, bila ada langkah atau tahap yang kurang atau belum mencapai
101
target, guru juga merasakan hal yang sama. Setelah itu, peneliti dan guru berupaya
untuk memaksimalkannya.
b. Siklus II
Refleksi dilaksanakan setelah siswa melaksanakan tindakan pembelajaran
siklus II. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bahasa Indonesia
tentang seluruh proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa.
Refleksi yang telah dilaksanakan bersama guru merupakan upaya untuk mengetahui
hasil tindakan yang berupa proses dan hasil tindakan yang berupa produk. Selain itu,
kegiatan tersebut dilakukan dengan memperhatikan respons yang disampaikan oleh
siswa dalam temu pendapat bersama guru selama pembelajaran berlangsung.
Kegiatan refleksi diarahkan pada perencanaan dan pelaksanaan.
Refleksi pelaksanaan pembelajaran dibagi atas tiga tahapan kegiatan, yaitu
(1) kegiatan pembelajaran tahap pramenulis, (2) kegiatan tahap menulis, (3) kegiatan
tahap pascamenulis. Ketiga tahapan kegiatan pembelajaran tersebut merupakan
implementasi dari apa yang telah direncanakan peneliti bersama guru yang tertuang
dalam RPP sebagai panduan pengajaran di kelas. Adapun, refleksi pelaksanaan
pembelajaran menulis dari ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut.
Pertama, kegiatan pembelajaran tahap pramenulis telah memberikan latihan
keterampilan bagi siswa berupa pengalaman menentukan topik, mengembangkan
topik dengan teknik membuat pertanyaan sekaligus jawabannya, dan menyusun
kerangka laporan berdasarkan rumusan kalimat dari jawaban pertanyaan. Kegiatan
tersebut dilakukan siswa dengan sistem kerja sama dalam kelompok kerja, dan tiap
102
anggota kelompok sangat antusias menyelesaikan tugasnya. Bila, ada teman yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, maka mereka saling membantu
menyelesaikan kesulitan itu. Budaya kerja dengan saling membagi pengetahuan dan
pengalaman antarsiswa menghasilkan ketuntasan belajar yang merata. Karena yang
pintar dapat memberikan yang kurang dengan jalan menjelaskan kepada teman dan
dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya, sekaligus mengaplikasikan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki. Bagi yang kurang pengetahuan akan
mendapatkan tambahan dari temannya, sehingga penguasaan materi tertentu akan
merata pada semua anggota kelompok.
Kedua, refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahap menulis
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator untuk menyamakan temuan
pengamatan, sehingga keduanya memiliki pandangan yang sama terhadap hasil kerja
siswa. Kemudian, hasil kerja siswa dalam bentuk tulisan yang telah dianalisis
bersama untuk disesuaikan dengan rencana dan tujuan penulisan. Jika, hasil tulisan
siswa telah sesuai dengan rencana dan tujuan penulisan, serta menunjukkan
peningkatan yang signifikan, maka siklus berikutnya tidak perlu dilanjutkan.
Adapun, refleksi pelaksanaan pembelajaran tahap menulis pada siklus II sebagai
berikut. (1) Siswa menyusun laporan lebih banyak berkreasi menurut inisiatif sendiri
tidak lagi mengikuti model atau contoh. Siswa sudah dilatih untuk mengonstruksi
sendiri laporan melalui kerja sama teman kelompok dengan teknik dan pola tertentu.
(2) Siswa telah terlatih mengembangkan tulisan menggunakan kerangka, agar draf
yang dipaparkan itu tidak lepas dari tema atau topik. (3) Dalam proses perevisian
103
atau perbaikan draf sangat tepat dilakukan dengan teman sejawat. Namun demikian,
peran guru sebagai pendamping masih diperlukan, karena tidak seluruh aspek yang
berkaitan dengan perevisian dikuasai oleh siswa. (4) Dalam proses penyuntingan atau
pengeditan dilakukan dengan teman sejawat melalui sharing, tetapi guru berperan
sebagai motivator, fasilitator, dan inisiator masih diperlukan.
Ketiga, refleksi pelaksanaan pembelajaran tahap pascamenulis pada siklus II
sebagai berikut. (1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membacakan
hasil tulisannya di depan kelas sesuai porsi dari masing-masing kelompok, yaitu
kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Setelah itu, guru
memberikan balikan atas tampilan unjuk kerja siswa sekaligus memberikan
penguatan. (2) Guru terlebih dahulu memberikan contoh membaca di depan kelas
sesuai dengan lafal, intonasi yang wajar dan ketepatan menyuarakan dengan wajar.
(3) Komentar siswa mencakup aspek keterincian kriteria paragraf, unsur argumen,
pola pengembangan paragraf, dan unsur kebahasaan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dibahas bersama guru kolaborator
tentang pelaksanaan pembelajaran menulis laporan telah sesuai dengan yang
direncanakan dalam RPP dan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Misalnya, apa yang ditemukan peneliti dalam pengamatan cocok dengan
pendapat guru kolaborator tersebut. Artinya, hasil pembelajaran menulis yang telah
dilakukan siswa dalam siklus II menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.
104
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penyajian hasil analisis data, dibahas tentang pembelajaran
dalam penerapan metode investigasi terhadap peningkatan pembelajaran co-op co-op
(investigasi) dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa
kelas VIII SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep.
Permasalahan pokok tersebut meliputi kompetensi mengubah teks wawancara
menjadi bentuk laporan dengan memperhatikan aspek kesesuaian judul dengan isi
laporan, oraganisasi laporan, tata bahasa, diksi, dan ejaan.
Penerapan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan
melalui metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op menekankan pada pengajuan
masalah dan pemecahan masalah. Pengajuan masalah terdiri atas dua aspek penting,
yaitu accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa
memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang telah ditentukan.
Sementara challenging berkaitan dengan sejauh mana siswa tertantang dari situasi
yang telah diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah.
Pengajuan masalah memunculkan reaksi siswa terhadap situasi yang telah
disediakan oleh guru. Reaksi tersebut berupa respons dalam bentuk pernyataan,
terlepas dari apakah pertanyaan tersebut dapat dipecahkan atau tidak. Pertanyaan
tersebut mungkin berkaitan dengan situasi yang diberikan atau merupakan
pengembangan dari situasi lain.
Hasil tes pratindakan menunjukkan bahwa kompetensi siswa dalam hal
kesesuaian judul dengan isi laporan, oraganisasi laporan, tata bahasa, diksi, dan
105
ejaan dalam menulis laporan sangat rendah. Hal ini yang menjadi tolok ukur peneliti
untuk mendapatkan sumber data. Pada prinsipnya, pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran menulis laporan, tempat belajar tidak terikat di mana dan kapan
saja dapat dilaksanakan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah ataupun di
tempat rekreasi siswa bebas memilih objek untuk dijadikan sebagai objek tulisan.
Itulah yang dilakukan guru dan peneliti memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih objek sesuai dengan hasil observasi siswa sendiri dan hasil sangat
menggembirakan karena dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan metode
investigasi sebagai bentuk co-op co-op dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
hal menulis laporan meliputi kesesuaian judul dengan isi laporan, oraganisasi
laporan, tata bahasa, diksi, dan ejaan. Evaluasi keterampilan menulis yang
difokuskan pada kesesuaian judul dengan isi laporan, oraganisasi laporan, tata
bahasa, diksi, dan ejaan, sejalan dengan prinsip utama evaluasi keterampilan menulis
yang dikemukakan oleh (Nurgiyantoro, 2008). Menurutnya, penilaian menulis dapat
dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian judul dengan isi laporan, oraganisasi
laporan, tata bahasa, diksi, dan ejaan.
Evaluasi keterampilan menulis yang difokuskan pada kesesuaian judul
dengan isi laporan, oraganisasi laporan, tata bahasa, diksi, dan ejaan, setelah
dilakukan tindakan pertama dan kedua menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan karena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
laporan.
106
Pada hasil tes siklus pertama ditunjukkan bahwa ketepatan isi gagasan dalam
menulis laporan sudah meningkat yang tergolong tinggi. Hasil analisis siklus pertama
aspek isi gagasan, oraganisasi isi, tata bahasa, diksi, dan ejaan berada pada kategori
tinggi. Namun, keempat aspek dalam menulis laporan tersebut masih perlu diberikan
melalui pembelajaran berdasarkan siklus dengan menerapkan metode investigasi
sebagai bentuk co-op co-op dalam pembelajaran menulis laporan. Hasil tes siklus
pertama menunjukkan bahwa ketepatan isi gagasan dalam menulis laporan tergolong
rendah.
Hal tersebut berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa dalam mengubah
teks wawancara menjadi bentuk laporan siklus I. Berdasarkan kategori kemampuan
siswa dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa (0%) yang memperoleh nilai pada
kategori kemampuan sangat tinggi. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai pada
kategori kemampuan tinggi sebanyak 2 orang (5,71%); siswa yang memperoleh nilai
pada kategori kemampuan sedang sebanyak 32 orang (91,42%); siswa yang
memperoleh nilai pada kategori kemampuan rendah sebanyak 1 orang (2,85%); tidak
ada siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat rendah (0%). Hal
ini menunjukkan bahwa hasil siklus I dikategorikan sedang.
Pada aspek ketuntasan, dapat diketahui frekuensi dan persentase hasil
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan siklus I, yaitu
sebanyak 2 siswa (5,71%) yang mampu mendapatkan nilai 70 ke atas dan 33 siswa
yang mendapat nilai di bawah 70 (94,28%). Hal ini berarti bahwa pembelajaran
menulis laporan siklus I belum memadai (belum tuntas). Hal ini dinyatakan sebab
107
hanya (5,71%) yang mendapat nilai 70 ke atas atau tidak mencapai kriteria yang
ditetapkan, yaitu 85%. Jadi, ditinjau dari aspek ketuntasan belajar, siswa dinyatakan
rata-rata belum tuntas untuk siklus I.
Pada hasil tes siklus kedua tergolong tinggi. Hasil analisis siklus kedua aspek
isi gagasan, oraganisasi isi, tata bahasa, diksi dan ejaan berada pada kategori tinggi.
Oleh karena itu, keempat aspek dalam menulis laporan tersebut sudah dipahami oleh
siswa.
Hal tersebut berdampak positif terhadap hasil belajar siswa dalam mengubah
teks wawancara menjadi bentuk laporan siklus II. Berdasarkan kategori kemampuan
tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada
kategori kemampuan sangat rendah dan rendah (0%). Artinya, nilai yang diperoleh
siswa rata-rata berada pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi.
Selanjutnya, pada aspek ketuntasan belajar, dapat diketahui frekuensi dan
persentase hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan
siklus II, yaitu sebanyak 32 siswa (91,42%) yang mampu mendapatkan nilai 70 ke
atas dan 3 siswa yang mendapat nilai di bawah 70 (8,57%). Hal ini berarti bahwa
pembelajaran menulis laporan siklus II memadai (tuntas). Hal ini dinyatakan sebab
sudah melebihi target 85% dengan perolehan persentase mencapai (91,42%) yang
mendapat nilai 70 ke atas. Jadi, ditinjau dari aspek ketuntasan belajar, siswa
dinyatakan rata-rata sudah tuntas untuk siklus II.
Peningkatan kemampuan siswa tersebut tentunya dipengaruhi pula oleh
penerapan penilaian pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk
108
laporan. Pelaksanaan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi bentuk laporan melalui metode investigasi sebagai bentuk co-op
co-op dibagi dua macam penilaian, yaitu (1) penilaian proses kegiatan pembelajaran
menulis dan (2) penilaian hasil tulisan menulis laporan siswa. Penilaian proses
adalah suatu bentuk penilaian kinerja siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis dari tahap pramenulis sampai tahap
pascamenulis. Penilaian hasil adalah suatu bentuk penilaian produk dari kegiatan
pembelajaran menulis dalam wujud tulisan atau laporan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan melalui metode
investigasi sebagai bentuk co-op co-op dilakukan dalam dua macam penilaian, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Hal ini, sejalan dengan Tompkins (1994:131)
yang menyatakan bahwa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan
pembelajaran menulis dan kemampuan menulis peserta didik digunakan penilaian
proses menulis dan penilaian hasil.
Penilaian proses meliputi penilaian secara keseluruhan proses kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik mulai tahap pramenulis, menulis,
dan pascamenulis. Dalam penilaian proses kegiatan pembelajaran ditemukan adanya
antusias, aktivitas, produktivitas, dan kerja sama peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran menulis. Untuk menilai antusias, aktivitas, produktivitas, dan kerja
sama peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran menulis dengan menggunakan
109
lembar observasi. Lembar observasi tersebut berguna untuk memberikan arahan
kepada guru tentang aktivitas yang perlu dilakukan dan dikuasai oleh siswa.
Penilaian hasil meliputi hasil laporan peserta didik yang dinilai berdasakan
rambu-rambu hasil yang telah disiapkan. Penilaian hasil dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menganalisis perkembangan kemampuan peserta didik
dalam mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan yang dimanfaatkan
sebagai dasar perbaikan pembelajaran setiap siswa. Sasaran yang dinilai dalam
penilaian hasil belajar adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap apa yang
dipelajarinya itu, tampak pada keberhasilan tujuan pengajaran. Penilaian hasil
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran dikumpulkan melalui tahap pramenulis,
menulis, dan pascamenulis.
Secara umum, temuan penilaian hasil pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi bentuk laporan melalui metode investigasi sebagai bentuk co-op
co-op menunjukkan, bahwa semua siswa terteliti kelompok tinggi, sedang, dan
rendah telah mencapai ketuntasan belajar.
Secara khusus penilaian hasil tulisan peserta didik selama pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan pada siklus II dapat dipaparkan
sebagai berikut. (1) Kesesuaian topik atau masalah penulisan dengan tema telah
mencapai ketuntasan belajar dengan kualifikasi sangat baik. (2) Kesesuaian susunan
pertanyaan dan jawaban dengan pengembangan topik/masalah (dengan kata tanya:
apa, mengapa, dan bagaimana) tercapai ketuntasan dengan kualifikasi sangat baik.
(3) Penentuan judul sesuai dengan masalah, tema, topik, dan isi laporan tercapai
110
ketuntasan belajar dengan kualifikasi sangat baik. (4) Keterincian pengembangan
gagasan dengan penalaran telah mencapai ketuntasan belajar dengan kualifikasi
sangat baik. (5) Ketepatan pengorganisasian gagasan dengan unsur kriteria paragraf
yang baik (kelengkapan, keruntutan, keutuhan dan kepaduan) telah mencapai
ketuntasan belajar dengan kualifikasi sangat baik. (6) Ketepatan penggunaan unsur
menulis laporan mencapai ketuntasan belajar dengan kualifikasi sangat baik. (7)
Ketepatan penggunaan unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan, dan diksi) dalam tulisan
tercapai ketuntasan belajar dengan kualifikasi sangat baik.
Berdasarkan temuan penilaian hasil tulisan yang dicapai oleh siswa selama
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan pada siklus II
hampir semua siswa terteliti telah mencapai ketuntasan belajar. Walaupun, ada
peserta didik yang mengalami sedikit hambatan pada dua aspek dalam pembelajaran
menulis siklus II, yaitu pemenuhan unsur kriteria menulis laporan yang baik dan
ketepatan pemakaian unsur mekanik kebahasaan. Hal tersebut dapat ditempuh
dengan konferensi kecil antarsiswa dalam kelompok dengan bimbingan guru, maka
hambatan dapat teratasi. Dengan demikian, hasil tulisan peserta didik pada siklus II
telah menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.
Penerapan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op dapat
meningkatkan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan.
Melalui metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op, siswa benar-benar tertuntun
belajar berdasarkan masalah dan memecahkan masalah (problem solving). Selain itu,
siswa mengalami proses pembelajaran menulis laporan yang selama ini hanya
111
menguatamakan hasil. Bukan hanya hal tersebut, melainkan juga pembelajaran
dengan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op mendidik siswa belajar
merumuskan dan menyelesaikan berbagai masalah.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Upu (2003 : 15) bahwa sebagai suatu
metode, investigasi sebagai bentuk co-op co-op berkaitan dengan pendidikan siswa
melalui perumusan situasi yang menantang, sehingga dapat mengajukan pertanyaan
yang dapat diselesaikan dan berakibat kepada peningkatan kemampuan dalam
memecahkan masalah. Selain itu, investigasi sebagai bentuk co-op co-op
berhubungan dengan kompleksitas dan kualitas masalah yang diajukan oleh siswa
berdasarkan situasi dan masalah yang diberikan.
Berdasarkan penerapan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op dalam
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan, tampak bahwa
metode ini membangun struktur kognitif siswa. Hal ini dilakukan oleh siswa dengan
cara mengaitkan skemata yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan
metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op merupakan suatu metode yang efektif
karena kegiatan investigasi sebagai bentuk co-op co-op itu sesuai dengan pola pikir
dalam arti pengembangan sering terjadi dari investigasi sebagai bentuk co-op co-op.
Penerapan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op dalam
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan memberikan
banyak manfaat bagi siswa, yaitu membuka peluang dan kesempatan berpikir bebas
dan kritis, memotivasi siswa, siswa melakukan pembaharuan konsep atau
pemecahan masalah. Selain itu investigasi sebagai bentuk co-op co-op menjadi awal
112
usaha intelektual yang berfungsi untuk merangsang pikiran, mendobrak wawasaan
yang kaku dan sempit, membuka cakrawala dan mencerdaskan. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Ahmadi dan Prasetya (2005), bahwa metode investigasi sebagai
bentuk co-op co-op memberikan banyak manfat dalam pembelajaran, yaitu (1)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih luas dan
menganalisis secara lebih mendalam tentang suatu topik. (2) Memotivasi siswa untuk
belajar lebih lanjut. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
sikap kreatif, bertangguang jawab, dan berdiri sendiri. (4) Pengetahuan akan lebih
lama diingat siswa karena diperoleh dari hasil belajar atau hasil eksperimen yang
berhubungan dengan minat mereka dan lebih terasa berguna untuk kehidupan
mereka.
113
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, disimpulkan hasil penelitian ini, yaitu:
1. Perencanaan penerapan metode pembelajaran co-op co-op (investigasi) dalam
meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep yaitu peneliti
dan guru menyamakan persepsi tentang RPP yang akan digunakan, memilih
bahan yang akan diajarkan, waktu, sumber belajar, media pembelajaran, dan
penilaian akhir untuk siswa agar tujuan pembelajaran dapat tereapai secara
maksimal. Selama penelitian dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan seorang
guru dan seorang rekan peneliti, yakni untuk membantu lebih mengefektifkan
proses pembelajaran dan penilaian haisl belajar.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode investigasi dalam
meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep dilaksanakan
selama dua siklus. Pada siklus I, proses mengubah teks wawancara menjadi
bentuk laporan mengalami dikategorikan masih kurang. Hal ini disebabkan oleh
perhatian, antusiasme, dan kemampuan siswa menjadi investigasi sebagai bentuk
co-op co-op yang kurang memadai. Selain itu, guru belum menuntun dan
membimbing secara totalitas kepda siswa dalam melakukan investigasi sebagai
113
114
bentuk co-op co-op. Namun, proses pelaksanaan mengubah teks wawancara
menjadi bentuk laporan pada siklus II sudah meningkat yang didukung oleh
perhatian, semangat belajar, kesenangan, serta keterampilan siswa melakukan
investigasi sebagai bentuk co-op co-op terhadap temannya. Dengan demikian,
proses pelaksanaan siklus I rata-rata dikategorikan kurang dan meningkat pada
siklus II menjadi kategori tinggi.
3. Penilaian pembelajaran dalam penerapan pembelajaran co-op co-op (investigasi)
dalam meningkatkan kemampuan penulisan laporan wawancara siswa kelas VIII
SMPN Satap 4 Liukang Tupabiring Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep siklus
I dikategorikan sedang dengan ketuntasan (5,71%) yang mampu mendapatkan
nilai 70 ke atas. Namun, pada siklus II meningkat menjadi kategori tinggi dengan
ketuntasan mencapai 91,42% yang mendapat nilai 70 ke atas.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang berkaitan dengan hasil penelitian pembelajaran
menulis laporan melalui metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op, maka
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Disarankan yang berprofesi sebagai guru pada umumnya dan guru bahasa
Indonesia khususnya agar membuat perencanaan pembelajaran yang disusun
secara matang dengan mempertimbangkan aspek kondisi siswa sebelum
melaksanakan pembelajaran di kelas.
115
2. Disarankan guru yang mengalami kendala dalam melaksanakan pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan atau jenis tulisan lainnya
hendaknya menggunakan metode investigasi sebagai bentuk co-op co-op. Metode
tersebut terbukti dapat mengatasi masalah pembelajaran menulis di kelas karena
siswa dapat mengonstruksi pengetahuan dengan bertolak pada masalah yang
diajukan.
3. Disarankan guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak hanya menilai hasil
belajar, tetapi lebih menekankan penilaian proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang inovatif adalah metode
investigasi sebagai bentuk co-op co-op yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berpikir kritis dan menanggapi masalah yang diajukan dan
berpikir dalam merumuskan masalah.
116
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Nurdin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: YE.
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Pustaka Setia.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1994. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan., dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Breer, David F. 1992. Writing and Speaking in the Technology Professions: a practical guide. La Trobe: IEEE Press.
Deporter, Bobby dan Hernacki, Mike. 2001. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Enre, Fachrudin Ambo. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud, Proyek PLPTK
Fatimah. 2006. ”Kemampuan Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Makassar Mengubah Teks Wawancara Menjadi Bentuk Paragraf.” Skripsi. Makassar: FBS UNM.
Firman, Harry. 2004. Menulis Karya Ilmiah. Online (Http://www. bdg.centrin.net.id//). Diakses April 2011.
Lincoln, Yvonna S. dan Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverliy Hills: Sage Publication.
Mirriam, Caryn. 2006. Daripada Bete Nulis Aja. Bandung: KAIFA.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muchlisoh, dkk. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
116
117
Patton, Michael Quinn. 1980. Qualitative Evaluation Methods. Beverliy Hills: Sage Publication.
Sartika. 2010. ”Keterampilan Menggunakan Teks Wawancara Menjadi Laporan Ilmiah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng.” Tesis. Makassar: PPs UNISMUH.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusamedia.
Sumardjo, J., 2001. Catatan Kecil tentang Menulis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafi’ie. Imam. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tompkins, G. E. 1994. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillan.
Upu, Hamzah. 2003. Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika (Pegangan untuk Dosen, Mahasiswa PPS, Calon Guru dan Guru Matematika). Bandung: Pustaka Ramadan.
118
LAMPIRAN
119
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
Sekolah : SMPN Satap 4 Liukang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/ 2 Waktu : 6 x 40 menit
I. Standar Kompetensi
Menulis : 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan teks pidato dalam bentuk laporan.
II. Kompetensi Dasar 12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam bentuk laporan dengan menggunakan
ejaan yang tepat III. Indikator
A. Kognitif Produk
1. Menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan
Proses Menuliskan pokok — pokok wawancara.
B. Psikomotor 1. Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan dengan
memperhatikan ejaan dan tanda baca. c. Afektif
1. Karakter Tanggung jawab Pendengar yang baik Berwawancara yang sopan
2. Keterampilan sosial Kerja sama
IV. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan cop cop (investigasi), siswa dapat: A. Kognitif
Produk 1. Menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk
laporan Proses
1. Menuliskan pokok — pokok wawancara.
120
B. Psikomotor 1. Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan dengan
memperhatikan ejaan dan tanda baca. c. Afektif
1. Karakter Bertanggung jawab Menjadi pendengar yang baik Berwawancara yang sopan
2. Keterampilan sosial Bekerja sama
V. Materi Pembelajaran Pokok-pokok isi wawancara Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan
VI. Strategi Pembelajaran 1. Pendekatan : Kontekstual 2. Metode : Cop cop, penugasan, dan Diskusi
VII. Media Pembelajaran 1. Rekaman visual wawancara 2. LCD
VIII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi 2. Guru membentuk tim/kelompok melalui proses penyeleksian anggota
tim yang heterogen. 3. Guru menjelaskan prosedur memperagakan cop cop (investigasi) 4. Guru bertanya tentang hal yang menarik dari cop cop (investigasi) 5. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru
tentang hal-hal yang menarik tentang cop cop (investigasi) 6. Guru membagikan teks wawancara kepada setiap kelompok. 7. Setelah teks wawancara dibagikan, guru mengarahkan siswa untuk
membaca teks tersebut. 8. Siswa menuliskan pokok — pokok wawancara. 9. Guru menugasi siswa dalam kelompok secara bergantian melakukan
investigasi sebagai bentuk cop cop yang mengajari temannya tentang materi yang dipelajari.
121
10. Guru membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada dalam mengubah teks wawancara
11. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan. Pertemuan II Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi 2. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara
menjadi laporan melalui cop cop (investigasi) 3. Guru menjelaskan prosedur memperagakan cop cop (investigasi) 4. Guru membagikan teks wawancara kepada setiap kelompok. 5. Setelah teks wawancara dibagikan, guru mengarahkan siswa untuk
membaca teks tersebut. 6. Siswa menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk
laporan 7. Siswa menuliskan kerangka laporan 8. Guru menugasi siswa dalam kelompok bergantian melakukan
investigasi sebagai bentuk cop cop tentang materi yang dipelajari. 9. Setelah melakukan investigasi sebagai bentuk cop cop dalam kelompok,
setiap wakil kelompok melakukan hal yang sama seluruh siswa dalam kelas (klasikal).
10. Siswa mengembangkan kerangka menjadi laporan dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca.
11. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan.
Pertemuan III Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi
122
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi 2. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara
menjadi laporan melalui cop cop (investigasi) 3. Guru menugasi siswa menukarkan laporannya 4. Siswa merevisi laporan hasil koreksi teman. 5. Siswa menyunting draf laporan tulisan teman berdasarkan: kesesuaian
laporan dengan teks wawancara, penggunaan bahasa dan ejaan. 6. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan.
IX. Sumber Belajar/Alat/Bahan 1. Buku pedoman wawancara 2. Teks wawancara 3. Laporan
X. Penilaian Jenis Tagihan: Tugas individu Ulangan Bentuk Instrumen: Uraian bebas (terlampir pada instrumen)
Liukang, Agustus 2015
Peneliti, Guru Mata Pelajaran, Hermawati Iksan, S. Pd. NIM 04034622009 NIP 19820828 200902 1 001
Mengetahui :
Kepala SMPN Satap 4 Liukang Kabupaten Pangkep, Umar A.S., S. Pd. NIP 19661231 199203 1 082
123
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
Sekolah : SMPN Satap 4 Liukang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/ 2 Waktu : 6 x 40 menit
I. Standar Kompetensi
Menulis : 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan teks pidato dalam bentuk laporan.
II. Kompetensi Dasar 12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam bentuk laporan dengan menggunakan
ejaan yang tepat III. Indikator
A. Kognitif Produk
1. Menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan
Proses Menuliskan pokok — pokok wawancara.
B. Psikomotor 1. Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan dengan
memperhatikan ejaan dan tanda baca. c. Afektif
1. Karakter Tanggung jawab Pendengar yang baik Berwawancara yang sopan
2. Keterampilan sosial Kerja sama
IV. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan cop cop (investigasi), siswa dapat: A. Kognitif
Produk 1. Menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk
laporan Proses
2. Menuliskan pokok — pokok wawancara.
124
B. Psikomotor 1. Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan dengan
memperhatikan ejaan dan tanda baca. c. Afektif
1. Karakter Bertanggung jawab Menjadi pendengar yang baik Berwawancara yang sopan
2. Keterampilan sosial Bekerja sama
V. Materi Pembelajaran Pokok-pokok isi wawancara Mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan
VI. Strategi Pembelajaran 3. Pendekatan : Kontekstual 4. Metode : Cop cop, Tanya Jawab, dan Investigasi Kelompok
VII. Media Pembelajaran 1. Format Wawancara 2. Rekaman visual wawancara 3. LCD
VIII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi dan tema wawancara 2. Guru membentuk tim/kelompok melalui proses penyeleksian anggota
tim yang heterogen. 3. Guru menjelaskan prosedur memperagakan cop cop (investigasi) 4. Guru bertanya tentang hal yang menarik dari cop cop (investigasi) 5. Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru
tentang hal-hal yang menarik tentang cop cop (investigasi) 6. Guru setiap kelompok menentukan topik wawancara dan menentukan
daftar pertanyaan. 7. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber yang telah ditetapkan. 8. Setelah wawancara dilakukan, siswa melengkapi dan merevisi haisl
wawancara
125
9. Guru membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada dalam wawancara
10. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan. Pertemuan II Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi 2. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah hasil wawancara
menjadi laporan melalui cop cop (investigasi) 3. Guru menjelaskan prosedur memperagakan cop cop (investigasi) 4. Guru menugasi kepada setiap kelompok membaca kembali stiap haisl
awancara yang telah diperoleh dari kegiatan wawancara. 5. Siswa menuliskan kerangka laporan 6. Setelah wawancara dibaca, guru mengarahkan siswa untuk menyusun
laporan hasil wawancara. 7. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan. Pertemuan III Kegiatan Awal: (10 menit) 1. Guru membuka pembelajaran 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru melakukan apersepsi 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok secara geterogen Kegiatan Inti: (60 menit) 1. Guru menjelaskan materi 2. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara
menjadi laporan melalui cop cop (investigasi) 3. Guru menugasi siswa menukarkan laporannya 4. Siswa merevisi laporan hasil koreksi teman.
126
5. Siswa menyunting draf laporan tulisan teman berdasarkan: kesesuaian laporan dengan teks wawancara, penggunaan bahasa dan ejaan.
6. Siswa melaporkan tugas-tugas dan siswa lain menanggapi Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Penugasan.
IX. Sumber Belajar/Alat/Bahan 1. Buku pedoman wawancara 2. Teks wawancara 3. Laporan
X. Penilaian Jenis Tagihan: Tugas individu Ulangan Bentuk Instrumen: Uraian bebas (terlampir pada instrumen)
Liukang, Agustus 2015
Peneliti, Guru Mata Pelajaran, Hermawati Iksan, S. Pd. NIM 04034622009 NIP 19820828 200902 1 001
Mengetahui :
Kepala SMPN Satap 4 Liukang Kabupaten Pangkep, Umar A.S., S. Pd. NIP 19661231 199203 1 082
127
Lampiran 3. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui cop cop (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur cop cop (investigasi) √
7 Memperagakan strategi cop cop (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari cop cop (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan cop cop (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
Keterangan:
SB: Sangat Baik, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran
B: Baik jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru terlaksana, namun terdapat sedikit kekurangan.
K: Kurang, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru kurang terlaksana dengan baik
SK: Sangat Kurang, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru tidak terlaksana.
128
Lampiran 4. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No.
Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan SB B K SK 4 3 2 1
1 Menyapa siswa dengan ramah √
2 Memotivasi siswa melalui musik (bernyanyi bersama)
√
3 Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. √
4 Memberi kesempatan tentang hal yang belum dipahami
√
5 Memberi pengarahan tentang kegiatan mengubah teks wawancara menjadi laporan mellaui cop cop (investigasi)
√
6 Menjelaskan prosedur cop cop (investigasi) √
7 Memperagakan strategi cop cop (investigasi) √
8 Bertanya tentang hal yang, menarik dari cop cop (investigasi)
√
9 Mengajak siswa merenungkan kegiatan cop cop (investigasi)
√
10. Mengarahkan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi laporan.
√
11. Mengajak siswa memahami mengubah teks wawancara menjadi laporan secara keseluruhan
√
12. Membimbing siswa untuk memaknai dan menangkap nilai-nilai yang ada
√
13. Membimbing siswa secara individu √
14. Mengadakan refleksi bersama siswa √
Keterangan:
SB: Sangat Baik, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran
B: Baik jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru terlaksana, namun terdapat sedikit kekurangan.
K: Kurang, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru kurang terlaksana dengan baik
SK: Sangat Kurang, jika indikator yang dinilai dan kegiatan guru tidak terlaksana.
129
Lampiran 5.
Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus I Pertemuan I
1 Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 5 14.28 5 14.28 15 42.85 10 28.57
2. Keaktifan membaca materi 5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 3 8.57 7 20 15 42.85 10 28.57
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
5 14.28 5 14.28 15 42.85 10 28.57
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
3 8.57 10 28.57 15 42.85 7 20
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 2 5.71 5 14.28 15 42.85 13 37.14
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 5 14.28 8 22.85 15 42.85 7 20
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 5 8.57 5 14.28 15 42.85 10 28.57
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 9 25.71 8 22.85 11 31.42 7 20
10. Keaktifan siswa menjadi pendengayang baik 5 8.57 9 25.71 11 31.42 10 28.57
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 7 20 10 28.57 13 37.14 5 14.28
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
130
Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus I Pertemuan II
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru
5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
2. Keaktifan membaca materi 10 28.57 15 42.85 13 37.14 5 14.28
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
5 14.28 10 28.57 13 37.14 7 20
4.
Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
5 14.28 10 28.57 15 42.85 5 14.28
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
7 20 10 28.57 13 37.14 5 14.28
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan
5 14.28 6 17.14 14 40 10 28.57
7.
Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan
8 22.85 10 28.57 12 34.28 5 14.28
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan
8 22.85 8 22.85 10 28.57 9 25.97
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 9 25.97 10 28.57 11 31.42 5 14.28
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 8 22.85 9 25.97 10 28.57 8 22.85
11. Keaktifan siswa dalam berwawancarayang sopan 8 22.85 10 28.57 12 34.28 5 14.28
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 8 22.85 11 31.42 12 34.28 4 11.42
131
Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus I Pertemuan III
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 12 34.28 14 40 5 14.28 4 11.42
2. Keaktifan membaca materi 10 28.57 15 42.85 4 11.42 4 11.42
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 9 25.97 11 31.42 10 28.57 5 14.28
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
12 34.28 13 37.14 6 17.14 4 11.42
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
10 28.57 15 42.85 6 17.14 4 11.42
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 8 22.85 12 34.28 8 22.85 7 20
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 10 28.57 11 31.42 10 28.57 4 11.42
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 9 25.97 11 31.42 8 22.85 7 20
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 12 34.28 14 40 5 14.28 4 11.42
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 10 28.57 15 42.85 5 14.28 5 14.28
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yangsopan 11 31.42 15 42.85 5 14.28 4 11.42
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 9 25.71 13 37.14 9 25.71 4 11.42
132
Lampiran 6 Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus II
Pertemuan I
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
2. Keaktifan membaca materi 13 37.14 16 45.71 3 8.57 3 8.57
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op
11 31.42 12 34.28 8 22.85 4 11.42
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
13 37.14 14 40 5 14.28 3 8.57
5.
Siswa mengamati guru sebagai model dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 9 25.71 13 37.14 7 20 6 17.14
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan
12 34.28 14 40 6 17.14 3 8.57
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan
11 31.42 13 37.14 6 17.14 5 14.28
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 12 34.28 15 42.85 4 11.42 4 11.42
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 12 34.28 16 45.71 4 11.42 3 8.57
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 12 34.28 15 42.85 5 14.28 3 8.57
133
Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus II Pertemuan II
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
2. Keaktifan membaca materi 14 40 17 48.57 2 5.71 2 5.71
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 13 37.14 14 40 5 14.28 3 8.57
4. Keaktifan siswa mendiskusikan tugas untuk menemukan penyelesaian
14 40 15 42.85 4 11.42 2 5.71
5.
Siswa mengamati guru sebagaimodel dan menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang menarik dari co-op co-op (investigasi)
14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 10 28.57 14 40 6 17.14 5 14.28
7. Keaktifan siswa mengubah teks
wawancara menjadi laporan 13 37.14 15 42.85 5 14.28 2 5.71
8. Keaktifan siswa membaca atau
melaporkan hasil pekerjaan 13 37.14 15 42.85 4 11.42 3 8.57
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung
jawab 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar
yang baik 14 40 15 42.85 3 8.57 3 8.57
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan
14 40 17 48.57 2 5.71 2 5.71
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 14 40 16 45.71 3 8.57 2 5.71
134
Kriteria Hasil Observasi Kegiatan Siswa siklus II Pertemuan III
No. Aspek yang Dinilai
Hasil Pengamatan
SB B K SK
F % F % F % F %
1. Keaktifan dalam menyimak Penjelasan guru 17 48.51 15 42.85 2 5.71 1 2.85
2. Keaktifan membaca materi 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
3. Keaktifan melakukan investigasi sebagai bentuk co-op co-op 16 45.71 14 40 3 8.57 2 5.71
4.
Keaktifan siswa mendiskusikan
tugas untuk menemukan
penyelesaian 16 45.71 15 42.85 3 8.57 1 2.85
5.
Siswa mengamati guru sebagai
model dan menjawab pertanyaan
guru tentang hal-hal yang menarik
dari co-op co-op (investigasi)
17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
6. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan tanggapan 16 45.71 15 42.85 2 5.71 2 5.71
7. Keaktifan siswa mengubah teks wawancara menjadi laporan 16 45.71 15 42.85 3 8.57 1 2.85
8. Keaktifan siswa membaca atau melaporkan hasil pekerjaan 17 48.51 15 42.85 2 5.71 1 2.85
9. Keaktifan siswa dalam bertanggung jawab 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
10. Keaktifan siswa menjadi pendengar yang baik 16 45.71 15 42.85 2 5.71 2 5.71
11. Keaktifan siswa dalam berwawancara yang sopan 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
12. Keaktifan siswa melakukan refleksi 17 48.51 16 45.71 1 2.85 1 2.85
135
Lampiran 7. Skor Siswa Siklus I Pemeriksa I No. Kode Aspek Penilaian Jumlah
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 5 5 5 5 6 5 5 5 7 7 55 2. 02 5 5 6 7 6 5 7 6 5 5 58 3. 03 7 7 10 10 7 7 5 7 7 5 70 4. 04 5 5 8 8 5 7 6 5 5 5 59 5. 05 7 7 10 5 6 5 5 6 5 5 60 6. 06 6 6 5 5 6 6 7 7 5 8 62 7. 07 5 5 5 5 5 7 5 5 5 5 53 8. 08 8 8 5 6 7 5 6 5 5 5 59 9. 09 7 7 5 5 6 5 7 7 5 5 58 10. 010 5 5 10 8 7 7 5 6 6 5 65 11. 011 5 5 5 6 5 5 5 5 7 7 55 12. 012 5 5 10 8 7 9 6 5 5 10 70 13. 013 6 6 5 5 6 8 5 6 6 7 61 14. 014 8 8 7 5 5 6 5 7 6 6 62 15. 015 7 7 5 6 5 5 7 7 5 8 63 16. 016 6 6 5 5 9 6 7 7 5 7 58 17. 017 5 5 5 7 10 9 9 6 5 5 61 18. 018 5 5 5 5 7 5 6 7 6 7 60 19. 019 7 7 5 5 5 5 7 10 6 7 65 20. 020 7 7 6 10 5 7 5 9 5 7 66 21. 021 5 5 5 5 6 6 7 9 6 7 61 22. 022 6 6 8 5 9 7 8 5 5 7 65 23. 023 5 5 5 5 5 7 5 5 5 8 55 24. 024 7 7 6 10 7 5 5 7 5 7 65 25. 025 6 6 5 5 6 8 6 6 5 5 58 26. 026 5 5 7 5 6 7 6 7 5 7 60 27. 027 5 5 6 10 7 5 5 7 5 8 63 28. 028 8 8 5 5 5 7 6 8 9 5 65 29. 029 6 6 5 5 9 6 5 7 8 7 63 30. 030 5 5 5 5 5 6 5 5 6 10 58 31. 031 5 5 7 7 5 6 7 5 5 8 60 32. 032 7 7 7 5 6 7 6 6 7 10 67
136
33. 033 8 8 6 5 7 6 5 5 7 10 66 34. 034 6 6 5 10 5 7 6 5 5 5 56 35. 035 5 5 10 10 5 5 7 5 6 10 63
Keterangan:
1. Skor menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan 2. Skor menuliskan pokok-pokok informasi dari teks 3. Skor mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan
137
Pemeriksa II No. Kode Aspek Penilaian Jumlah
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 6 6 6 6 7 6 5 6 8 7 63
2. 02 6 7 7 8 6 5 8 7 5 5 64
3. 03 8 6 10 10 7 8 5 8 7 7 76
4. 04 6 6 8 8 5 8 7 5 5 5 63
5. 05 8 7 10 6 6 5 5 7 5 5 64
6. 06 7 8 6 6 7 7 8 8 6 5 68
7. 07 6 7 6 6 5 8 5 5 5 5 58
8. 08 8 8 6 6 8 5 6 5 5 5 62
9. 09 8 7 6 8 6 5 7 8 5 5 65
10. 010 6 7 10 8 8 6 5 7 7 7 71
11. 011 6 6 6 7 5 5 5 5 8 8 61
12. 012 6 6 10 8 8 10 7 5 5 7 72
13. 013 7 8 6 5 7 9 5 7 7 8 69
14. 014 8 8 8 6 6 7 5 8 7 8 71
15. 015 8 8 6 6 5 5 8 8 6 7 67
16. 016 7 6 6 7 10 7 8 8 5 5 69
17. 017 6 6 6 6 10 10 7 6 8 5 70
18. 018 6 8 6 6 8 5 6 7 6 7 71
19. 019 8 7 8 10 5 5 7 10 6 8 74
20. 020 6 6 7 6 5 8 5 10 5 8 68
21. 021 7 6 6 6 7 6 8 10 7 8 70
22. 022 7 6 8 5 10 8 9 5 5 8 71
23. 023 6 6 6 10 5 8 6 5 5 7 64
138
24. 024 7 7 7 5 5 8 5 5 5 5 59
25. 025 7 7 6 5 7 9 7 7 5 7 67
26. 026 6 6 8 10 6 7 6 8 5 8 70
27. 027 6 6 6 6 7 5 5 8 5 5 59
28. 028 7 8 6 6 5 6 7 8 10 7 70
29. 029 6 6 7 5 10 7 6 7 9 10 73
30. 030 7 7 8 7 5 7 5 5 7 8 66
31. 031 6 6 6 5 6 7 8 5 5 10 64
32. 032 7 7 6 7 7 8 7 7 5 10 71
33. 033 8 8 5 6 8 7 5 5 8 7 67
34. 034 7 7 7 6 5 7 6 6 5 4 60
35. 035 6 6 5 10 5 5 5 5 5 5 57
Keterangan:
1. Skor menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan 2. Skor menuliskan pokok-pokok informasi dari teks 3. Skor mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan
139
Lampiran 8. Nilai Siklus II Pemeriksa I No. Kode Aspek Penilaian Jumlah
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 7 7 7 8 7 6 6 6 8 6 67
2. 02 7 8 7 10 7 6 8 7 6 5 69
3. 03 8 9 8 8 9 9 8 9 9 8 85
4. 04 6 7 10 7 6 8 7 6 8 6 71
5. 05 8 8 8 7 7 6 6 7 8 7 72
6. 06 8 8 10 7 7 7 8 8 6 6 75
7. 07 7 8 7 7 6 8 6 6 6 8 69
8. 08 8 8 7 8 8 6 7 6 6 7 70
9. 09 8 8 7 8 7 6 8 8 6 5 71
10. 010 7 8 10 8 7 8 6 7 7 8 76
11. 011 7 7 7 7 6 6 7 6 8 7 69
12. 012 8 8 10 9 9 10 8 7 7 8 84
13. 013 8 8 7 6 7 9 6 7 7 10 77
14. 014 8 8 8 7 6 7 6 8 7 10 74
15. 015 8 8 7 7 6 6 8 8 6 10 74
16. 016 8 7 7 8 10 7 8 8 6 7 75
17. 017 8 8 8 8 9 9 8 9 8 9 84
18. 018 7 8 7 7 8 6 7 8 7 9 74
19. 019 8 8 8 7 6 6 8 10 7 8 76
20. 020 8 8 8 9 8 8 8 9 7 9 82
21. 021 7 7 7 7 7 7 8 10 7 8 76
22. 022 8 7 8 8 9 8 9 8 7 9 81
140
23. 023 7 7 7 10 6 8 6 6 6 8 71
24. 024 8 8 8 6 8 6 6 8 6 8 72
25. 025 8 8 7 6 7 9 7 7 6 9 74
26. 026 7 7 8 10 7 8 7 8 5 6 73
27. 027 7 7 7 7 8 7 6 8 5 8 70
28. 028 8 8 7 7 6 8 7 9 9 8 77
29. 029 8 7 8 6 10 7 6 8 8 8 76
30. 030 7 7 8 8 6 7 6 6 6 6 67
31. 031 7 7 7 6 6 7 8 6 7 10 71
32. 032 8 8 7 8 7 8 7 7 5 8 58
33. 033 8 8 6 7 8 7 6 6 7 7 70
34. 034 8 8 8 7 6 8 7 5 5 6 68
35. 035 7 7 5 10 6 6 8 7 6 7 69
Keterangan:
1. Skor menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan 2. Skor menuliskan pokok-pokok informasi dari teks 3. Skor mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan
141
Pemeriksa II No. Kode Aspek Penilaian Jumlah
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 8 8 8 8 8 7 6 6 8 8 66
2. 02 8 9 8 9 7 6 9 9 6 8 78
3. 03 9 10 9 9 10 10 9 10 10 8 94
4. 04 7 8 10 9 6 9 8 8 6 6 75
5. 05 9 9 9 8 7 6 6 6 6 9 77
6. 06 9 9 10 8 8 8 9 9 6 6 82
7. 07 8 9 8 8 6 9 6 6 6 6 72
8. 08 8 8 8 8 9 6 7 7 6 8 74
9. 09 8 8 8 9 7 6 8 8 6 7 76
10. 010 8 9 10 9 9 7 6 6 7 8 81
11. 011 8 8 8 9 6 6 6 6 9 8 75
12. 012 9 9 10 9 10 9 10 9 8 9 92
13. 013 9 9 8 8 8 10 6 6 8 10 85
14. 014 9 9 9 7 7 8 6 6 8 10 82
15. 015 8 9 8 8 6 6 9 9 8 10 81
16. 016 9 8 8 7 10 8 9 9 7 7 82
17. 017 8 9 9 9 10 10 9 9 8 9 90
18. 018 8 9 8 9 9 6 7 7 6 9 79
19. 019 8 8 9 8 6 6 8 8 8 8 79
20. 020 9 9 9 10 9 9 9 9 8 9 90
21. 021 8 8 8 8 8 7 9 9 8 8 82
22. 022 9 8 9 9 10 9 10 9 8 10 91
23. 023 8 8 8 10 6 9 7 7 8 5 75
24. 024 8 7 9 7 6 9 6 6 6 8 72
142
25. 025 8 8 8 7 8 10 8 8 6 9 80
26. 026 8 7 9 10 7 8 7 7 6 5 74
27. 027 8 8 8 8 8 6 6 6 6 8 75
28. 028 8 8 8 8 6 7 8 8 10 8 80
29. 029 8 8 9 7 10 8 7 7 10 8 83
30. 030 8 8 9 8 6 8 6 6 8 8 75
31. 031 8 8 8 7 7 8 9 9 6 5 71
32. 032 8 8 8 8 8 9 8 8 6 10 79
33. 033 8 8 7 8 9 8 6 6 9 8 77
34. 034 8 8 9 8 6 8 7 7 6 7 74
35. 035 7 7 6 10 6 7 6 6 6 5 69
Keterangan:
1. Skor menjelaskan cara mengubah teks wawancara ke dalam bentuk laporan 2. Skor menuliskan pokok-pokok informasi dari teks 3. Skor mengubah teks wawancara menjadi bentuk laporan!
143
Lampiran 9. Rata– rata Nilai Siswa per Aspek Siklus I (Nilai Pemeriksa I + Pemeriksa II) Siklus I
No. Kode Aspek Penilaian
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 5.5 5.5 5.5 5.5 6.5 5.5 5 5.5 7.5 7
2. 02 5.5 6.5 6.5 7.5 6 5 7.5 6.5 5 5
3. 03 7.5 5.5 10 10 7 7.5 5 7.5 7 6
4. 04 5.5 5.5 8 8 5 7.5 6.5 5 5 5
5. 05 7.5 6.5 10 5.5 6 5 5 6.5 5 5
6. 06 6.5 7.5 5.5 5.5 6.5 6.5 7.5 7.5 5.55 6.5
7. 07 5.5 6.5 5.5 5.5 5 7.5 5 5 5 5
8. 08 7.5 7.5 5.5 6 7.5 5 6 5 5 5
9. 09 7.5 6.5 5.5 6.5 6 5 7 7.5 6.5 5
10. 010 5.5 6.5 10 8 7.5 6.5 5 6.5 7.5 6
11. 011 5.5 5.5 5.5 6.5 5 5 5 5 5 7.5
12. 012 5.5 5.5 10 8 7.5 9.5 6.5 5 6.5 8.5
13. 013 6.5 7.5 5.5 5 6.5 8.5 5 6.5 6.5 7.5
14. 014 8 7.5 7.5 5.5 5.5 6.5 5 7.5 5.5 7
15. 015 7.5 8 5.5 6 5 5 7.5 7.5 5 7.5
16. 016 6.5 5.5 5.5 6 9.5 6.5 7.5 7.5 6.5 6
17. 017 5.5 5.5 5.5 6.5 7.5 9.5 8 6 6 5
18. 018 5.5 7.5 5.5 5.5 7.5 5 6 7 6 7
19. 019 7.5 6.5 7.5 7.5 5 5 7 10 5 7.5
20. 020 7.5 5.5 6.5 8 5 7.5 5 9.5 6.5 7.5
21. 021 5.5 5.5 5.5 5.5 6.5 6 7.5 9.5 5 7.5
22. 022 6.5 5.5 8 5 9.5 7.5 8.5 5 5 7.5
144
23. 023 5.5 5.5 5.5 7.5 5 7.5 5.5 5 5 7.5
24. 024 7 6.5 6.5 7.5 6 6.5 5 6 5 6
25. 025 6.5 6.5 5.5 5 6.5 8.5 6.5 6.5 5 6
26. 026 5.5 5.5 7.5 7.5 6 7 6 7.5 5 7.5
27. 027 5.5 5.5 6 8 7 5 5 7.5 5 6.5
28. 028 7.5 7.5 5.5 5.5 5 6.5 6.5 8 9.5 7
29. 029 6 5.5 6 5 9.5 6.5 5.5 7 8.5 8.5
30. 030 6 6.5 6.5 6 5 6.5 5 5 6.5 9
31. 031 5.5 5.5 6.5 6 5.5 6.5 7.5 5 5 9
32. 032 7 6.5 6.5 6 6.5 7.5 6.5 6.5 6 10
33. 033 8 7.5 5 6 7.5 6.5 5 5 7.5 8.5
34. 034 6.5 6.5 6.5 5.5 5 7 6 5.5 5 4.5
35. 035 5.5 5.5 5 10 5 5 6 5 5.5 7.5
145
Lampiran 10. Rata– rata Nilai Siswa per Aspek Siklus I (Nilai Pemeriksa I + Pemeriksa II) Siklus II
No. Kode Aspek Penilaian
1 2 3
(0-10)
(0-10)
A (0-10)
B (0-10)
C (0-10)
D (0-10)
E (0-10)
F (0-10)
G (0-10)
H (0-10)
1. 01 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 6.5 6 6.5 8 7 2. 02 7.5 8.5 7.5 9.5 7 6 8.5 7.5 6 6.5 3. 03 8.5 9.5 9.5 8.5 9.5 9.5 8.5 9.5 9.5 8 4. 04 6.5 7.5 10 8.5 6 8.5 7.5 7 7 6 5. 05 8.5 8.5 8.5 7.5 7 6 6 6.5 7 8 6. 06 8.5 8.5 10 7.5 7.5 7.5 8.5 8.5 6 6 7. 07 7.5 8.5 7.5 7.5 6 8.5 6 6 6 7 8. 08 8 8 7.5 7.5 8.5 6 7 6.5 6 7.5 9. 09 8 8 7.5 8.5 7 6 8 8 6 6 10. 010 7.5 8.5 10 8.5 8 7.5 6 6.5 7 8 11. 011 7.5 7.5 7.5 8.5 6 6 6.5 6 8.5 7.5 12. 012 8.5 8.5 10 9 9.5 9.5 9 8 7.5 8.5 13. 013 8.5 8.5 7.5 8 7.5 9.5 6 6.5 7.5 10 14. 014 8.5 8.5 8.5 6.5 6.5 7.5 6 7 7.5 10 15. 015 8 8.5 7.5 7.5 6 6 8.5 8.5 7 10 16. 016 8.5 7.5 7.5 7 10 7.5 8.5 8.5 6.5 7 17. 017 8 8.5 8.5 8.5 9.5 9.5 8.5 9 8 9 18. 018 7.5 8.5 7.5 8 8.5 6 7 7.5 6.5 9 19. 019 8 8 8.5 7.5 6 6 8 10 7.5 8 20. 020 8.5 8.5 8.5 9.5 8.5 8.5 8.5 9 7.5 9 21. 021 7.5 7.5 7.5 8 7.5 7 8.5 10 7.5 8 22. 022 8.5 7.5 8.5 8.5 9.5 8.5 9.5 8.5 7.5 9.5 23. 023 7.5 7.5 7.5 7.5 6 8.5 6.5 6 7 6.5 24. 024 8 7.5 8.5 6.5 7 7.5 6 7 6 8 25. 025 8 8 7.5 8.5 7.5 9.5 7.5 7.5 6 9 26. 026 7.5 7 8 8.5 7 8 7 8.5 5.5 5.5 27. 027 7.5 7.5 7.5 7.5 8 6.5 6 8.5 5.5 8 28. 028 7.5 7.5 7.5 7.5 6 7.5 7.5 9 9.5 8 29. 029 8 8 8.5 6.5 10 7.5 6.5 8 9 8 30. 030 8 7.5 8.5 8 6 7.5 6 6 7 7 31. 031 7.5 7 7.5 6.5 6.5 7.5 8.5 6 6.5 7.5 32. 032 8 8 8 8 7.5 8.5 7.5 7.5 5.5 9 33. 033 8 8 6.5 7.5 8.5 7.5 6 6 8 7.5 34. 034 8 8 8.5 7.5 6 8 7 6 5.5 6.5 35. 035 7 7.5 5.5 10 6 6.5 7 7.5 6 6
146
Lampiran 11. Rekapitulasi Nilai Siklus I
No. Kode Skor
Rata-rata
Nilai Pemeriksa I Pemeriksa II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035
55 58 70 59 60 62 53 59 58 65 55 70 61 62 63 58 61 60 65 66 61 65 55 65 58 60 63 65 63 58 60 67 66 56 63
63 64 76 63 64 68 58 62 65 71 61 72 69 71 67 69 70 71 74 68 70 71 64 59 67 70 59 70 73 66 64 71 67 60 57
59 61 73 61 62 65
55.5 60.5 61.5 68 58 71 65
66.5 65
63.5 65.5 65.5 69.5 67
65.5 68
59.5 62
62.5 65 61
67.5 68 62 61 69
66.5 58 60
59 61 73 61 62 65
55.5 60.5 61.5 68 58 71 65
66.5 65
63.5 65.5 65.5 69.5 67
65.5 68
59.5 62
62.5 65 61
67.5 68 62 61 69
66.5 58 60
147
Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Siklus II
No. Kode Skor
Rata-rata
Nilai Pemeriksa I Pemeriksa II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035
67 69 85 71 72 75 69 70 71 76 69 84 77 74 74 75 84 74 76 82 76 81 71 72 74 73 70 77 76 67 71 58 70 68 69
66 78 94 75 77 82 72 74 76 81 75 92 85 82 81 82 90 79 79 90 82 91 75 72 80 74 75 80 83 75 71 79 77 74 69
66.5 73.5 80.5 73
74.5 78.5 70.5 72
73.5 78.5 72 88 81 78
77.5 78.5 89
76.5 77.5 86 79 86 73 72 77
73.5 72.5 78.5 79.5 71 71
68.5 73.5 71 69
66.5 73.5 89.5 73
74.5 78.5 70.5 72
73.5 78.5 72 88 81 78
77.5 78.5 89
76.5 77.5 86 79 86 73 72 77
73.5 72.5 78.5 79.5 71 71
68.5 73.5 71 69
148
Rubrik Penilaian Keterampilan Mengubah Teks
No. Aspek Penilaian Skor
1. Kesesuaian topik dengan isi laporan a. Topik laporan sangat sesuai dengan isi laporan b. Topik laporan sesuai dengan isi laporan c. Topik laporan kurang sesuai dengan isi laporan d. Topik laporan tidak sesuai dengan isi laporan
0–10 8–10 6–7 4–5 0–3
2. Kesesuaian topik, hasil wawancara, dan isi secara keseluruhan a. Topik sangat sesuai dengan hasil wawancara dan isi secara
keseluruhan b. Topik sesuai dengan hasil wawancara dan isi secara keseluruhan c. Topik kurang sesuai dengan hasil wawancara dan isi secara
keseluruhan d. Topik tidak sesuai dengan hasil wawancara dan isi secara
keseluruhan
0–10 8–10
6–7 4–5
0–3
3. Kesesuaian pertanyaan dan jawaban dengan penguraian topik a. Penguraian topik sangat sesuai dengan struktur pertanyaan dan
jawaban b. Penguraian topik sesuai dengan struktur pertanyaan dan jawaban c. Penguraian topik kurang sesuai dengan struktur pertanyaan dan
jawaban d. Penguraian topik tidak sesuai dengan struktur pertanyaan dan
jawaban
0–10 8–10
5–7 2–4
0–1
4. Keterincian pengembangan gagasan dengan teknik induktif dan pola kausalitas a. Keterincian pengembangan gagasan sangat sesuai dengan teknik
induktif dan pola kausalitas b. Keterincian pengembangan gagasan sesuai dengan teknik induktif
dan pola kausalitas c. Keterincian pengembangan gagasan kurang sesuai dengan teknik
induktif dan pola kausalitas d. Keterincian pengembangan gagasan tidak sesuai dengan teknik
induktif dan pola kausalitas
0–10
8–10
5–7
2–4
0–1
5. Ketepatan dalam mengorganisasikan gagasan dengan kriteria paragraf (kelengkapan, keruntutan, keutuhan, dan koherensi) a. Ketepatan dalam mengorganisasikan gagasan sangat sesuai
dengan kriteria paragraf (kelengkapan, keruntutan, keutuhan, dan koherensi)
b. Ketepatan dalam mengorganisasikan gagasan sesuai dengan kriteria paragraf (kelengkapan, keruntutan, keutuhan, dan
0–10
8–10
5–7
149
koherensi) c. Ketepatan dalam mengorganisasikan gagasan kurang sesuai
dengan kriteria paragraf (kelengkapan, keruntutan, keutuhan, dan koherensi)
d. Ketepatan dalam mengorganisasikan gagasan tidak sesuai dengan kriteria paragraf (kelengkapan, keruntutan, keutuhan, dan koherensi)
2–4
0–1
6. Ketepatan penggunaan struktur paragraf atau argumen (kalimat topik/pernyataan (claim), kalimat pengembang/data (ground), dan kalimat penegas/pembenaran (warrant) a. Sangat tepat dalam penggunaan struktur paragraf atau argumen
(kalimat topik/pernyataan (claim), kalimat pengembang/data (ground), dan kalimat penegas/pembenaran (warrant)
b. Tepat dalam penggunaan struktur paragraf atau argumen (kalimat topik/pernyataan (claim), kalimat pengembang/data (ground), dan kalimat penegas/pembenaran (warrant)
c. Kurang tepat dalam penggunaan struktur paragraf atau argumen (kalimat topik/pernyataan (claim), kalimat pengembang/data (ground), dan kalimat penegas/pembenaran (warrant)
d. Tidak tepat dalam penggunaan struktur paragraf atau argumen (kalimat topik/pernyataan (claim), kalimat pengembang/data (ground), dan kalimat penegas/pembenaran (warrant)
0–10
8–10
5–7
2–4
0–1
7. Ketepatan penulisan unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan, dan diksi) a. Sangat tepat dalam penulisan unsur kebahasaan (tanda baca,
ejaan, dan diksi b. Tepat dalam penulisan unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan, dan
diksi) c. Kurang tepat dalam penulisan unsur kebahasaan (tanda baca,
ejaan, dan diksi) d. Tidak tepat dalam penulisan unsur kebahasaan (tanda baca, ejaan,
dan diksi)
0–10
8–10
5–7
2–4
0–1