Upload
doanquynh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
"Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning
Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2
Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan
Di SMK Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010”
Oleh :
NANI FAJAR WATI
K 7406108
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
50
"PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMADUAN COOPERATIF
LEARNING
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI AK 2
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN
DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010”
Oleh :
NANI FAJAR WATI
K 7406108
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
51
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Dra. Sri Witurachmi, M.M
NIP. 19540614 198103 2 001
Pembimbing II,
Muhtar, S.Pd M.Si
NIP. 19661231 199412 1 001
52
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd 1. __________
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, S.E, M.Si 2. __________
Anggota : Dra. Sri Witurachmi, M.M 3. __________
Anggota : Muhtar, S.Pd, M.Si 4. __________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 1960 07 27 1987 02 1 001
53
REVISI
Skripsi ini telah direvisi dengan anjuran Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi
Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd 1. __________
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, S.E, M.Si 2. __________
Anggota : Dra. Sri Witurachmi, M.M 3. __________
Anggota : Muhtar, S.Pd, M.Si 4. __________
54
ABSTRAK Nani Fajar Wati. "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMADUAN COOPERATIF LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI AK 2 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Mei 2010.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, (d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interprestasi (d) analisis dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I telah mencapai indikator kinerja lebih dari 70% siswa telah mencapai stansdar ketuntasan belajar minimal yaitu 75,00. Nilai rata-rata setelah penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick untuk ranah kognitif mengalami peningkatan angka sebesar 12,22 (rata-rata nilai sebelum siklus I yaitu 73,70, rata-rata nilai siklus I 85,92). Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 39 siswa untuk ranah kognitifnya dengan nilai rata-rata adalah 93,55. Pada siklus II ini terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,63 (rata-rata nilai siklus I 85,92, nilai rata-rata siklus II 93, 55). Nilai rata-rata setelah penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick untuk ranah psikomotorik mengalami peningkatan angka sebesar 12,00 (sebelum siklus I yaitu 63,38 nilai siklus I 75,38). Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,35 (rata-rata nilai siklus I 75,38, nilai rata-rata siklus II 79,63). Minat siswa pun terhadap pelajaran akuntasi keuangan mengalami peningkatan yang ditunjukkan peningkatan hasil belajar ranah afektinya, sebelum diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick 5% siswa yang cukup minat dalam belajar akuntansi keuangan, 85% siswa minat dan 10% siswa sangat minat dalam mempelajari akuntansi keuangan, sedangkan setelah diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick terdapat 60% siswa minat dalam mempelajari akuntansi keuangan dan sisanya sebanyak 40% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif
55
learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
MOTTO
Ø Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 7)
Ø Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya
keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam hari itu
ia akan diampuni oleh Allah (HR Ahmad)
Ø Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu,Allah akan
memudahkannya untuk menempuh jalan disurga(HR MUSLIM)
Ø Biarkan orang lain lebih baik dariku asalkan diriku yang sekarang jauh
lebih baik daripada diriku yang dulu (penulis)
56
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil istimewa ini penulis persembahkan ini untuk:
Ibu dan Bapak tersayang di rumah, terimakasih atas doa
dan kepercayaan yang diberikan selama ini.
Saudara-saudaraku tersayang Dwi, Legit, Ilham.
Sahabat – sahabat yang selalu ada untukku Vinata,
Befour (Novi terimakasih atas semua yang telah kamu
ajarkan padaku), Naraci, Atala, Septiari, Wahyuni,
Tante Yani, Elphi, Ratih Kecil, Satei, Vihi, Hami,
Nunik, Ari Wibowo, Giyatmi dan Yamti.
Teman-teman seperjuangan akuntansi 2006.
Adik-adik lesku tersayang.
Almamater.
57
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya serta dengan usaha keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Jurusan
Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu,
baik secara langsung dan tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan
terimakasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan
skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta telah menyetujui atas permohonan izin penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua BKK Pendidikan Akuntansi Program
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan izin dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Sri Witurachmi, M.M selaku pembimbing I yang dengan arif dan bijak
dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Muchtar, S.Pd M.Si selaku pembimbing II yang dengan arif dan bijak dalam
memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh dosen Program Ekonomi BKK Akuntansi yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan, sehingga dapat menunjang terselesaikan skripsi ini.
58
7. Tim penguji skripsi yang telah meyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna
menyelesaikan studi dibangku kuliah.
8. Drs. Mukaswan selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Surakarta yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
9. Drs. Edi Haryono, M.Pd selaku Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Surakarta
atas masukan-masukan yang diberikan kepada penulis.
10. Dra. Sri Lestari selaku guru Akuntansi Keuangan SMK Negeri 1 Surakarta
yang telah membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian.
11. Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
pembaca guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
59
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... v
HALAMAN MOTTO........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... .ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 8
D. Perumusan Masalah....................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka............................................................................... 11
1. Hakikat Belajar ...................................................................... 11
2. Keaktifan Belajar.................................................................... 15
3. Hakikat Model Pembelajaran .................................................17
4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................18
5. Hasil Belajar ........................................................................... 33
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 45
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 46
D. Hipotesis Tindakan........................................................................ 48
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 49
B. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 50
C. Metode Penelitian.......................................................................... 51
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 53
E. Prosedur pelaksanan Tindakan...................................................... 55
F. Proses Penelitian ........................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................... 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 63
C. Pembahasan ............................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 94
B. Implikasi ............................................................................... 95
C. Saran ............................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98
LAMPIRAN .........................................................................................100
61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Penempatan Siswa dalam Tim di Meja Tournament
25
Gambar 2. Bagan Putaran Permainan dengan Tiga Orang dalam Satu Meja Turnamen
31
Gambar 3.
Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar & Hasil Belajar
33
Gambar 4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas 47
Gambar 5. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 52
Gambar 6. Bagan Siklus Penelitian Tidakan Kelas 60
Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 86
Gambar 8. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa 88
Gambar 9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 89
Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 91
Gambar 11. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa 92
Gambar 12. Grafik Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 234
Gambar 13. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 236
Gambar 14. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 238
Gambar 15. Observasi Awal (Saat Pembelajaran Berlangsung) 251
Gambar 16. Observasi Awal (Saat Siswa Mengerjakan Ulangan Harian)
251
Gambar 17. Saat Talking Stick 251
Gambar 18. Siswa Sedang Diskusi Kelompok dan Kerja Kelompok (Kerja Tim)
252
Gambar 19. Saat Siswa Mempersentasikan Hasil Kerja Tim 252
Gambar 20. Siswa Sedang Melaksanakan Turnamen Akademik 252
Gambar 21. Siswa Sedang Melaksanakan Evaluasi Akhir 253
Gambar 22. Penghargaan Bagi Tim yang Berpretasi 253
Gambar 23. Wawancara dengan Siswa 254
62
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa XI AK 2 Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan
4
Tabel 2. Daftar Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa kelas XI Akuntansi Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan
5
Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
22
Tabel 4. Skor Permainan 31
Tabel 5. Lembar Rangkuman Skor TIM 31
Tabel 6. Lembar Skor Permainan Untuk Permainan dengan Empat Pemain
32
Tabel 7. Lembar Skor PermainanUntuk Permainan dengan Tiga Pemain
32
Tabel 8. Tingkatan Penghargaan Tim 33
Tabel 9. Kategori Ketertarikan Siswa Pada Mata Pelajaran 42
Tabel 10. Penskoran Tes Psikomotorik 44
Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian 50
Tabel 12. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa 58
Tabel 13. Pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta 61
Tabel 14. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 86
Tabel 15. nilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa 88
Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 89
Tabel 17. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 91
Tabel 18. Prosentase Keaktifan Siswa XI Akuntansi 2 93
Tabel 19. Daftar Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Ska 102
Tabel 20. Pedoman Wawancara 103
Tabel 21. Hasil Observasi Awal Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
107
Tabel 22. Hasil Belajar Siswa Sebelum TGT dan Talking Stick 112
Tabel 23. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik
113
Tabel 24. Obsevasi Awal Keaktifan Siswa Sebelum Diterapkan TGT dan Talking Stick)
117
63
Tabel 25. Pembagian Siswa dalam TIM 138
Tabel 26. Pembagian Meja Turnamen 139
Tabel 27. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif SiklusI
160
Tabel 28. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik
161
Tabel 29. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus I 165
Tabel 30. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus II
214
Tabel 31. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik
215
Tabel 32. Hasil Observasi Akhir Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
221
Tabel 33. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus II 223
Tabel 34. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 233
Tabel 35. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
234
Tabel 36. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 235
Tabel 37. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa
236
Tabel 38. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 237
Tabel 39. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik
338
64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah SMK Negeri 1 Surakarta 100
Lampiran 2. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Surakarta 101
Lampiran 3. Daftar Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta
102
Lampiran 4. Pedoman Wawancara pada Guru 103
Lampiran 5. Pedoman Wawancara pada Siswa 104
Lampiran 6. Tes Penilaian Ranah Afektif Sebelum Diterapkan Talking Stick dan Teams Games Tournament
105
Lampiran 7. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif SebelumDiterapkan TGT dan Talking Stick
107
Lampiran 8. Catatan Lapangan 1 109
Lampiran 9. Hasil Belajar Siswa Sebelum TGT dan Talking Stick
112
Lampiran 10. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik
113
Lampiran 11. Obsevasi Awal Keaktifan Siswa Sebelum Diterapkan TGT dan Talking Stick)
117
Lampiran 12. Silabus 119
Lampiran 13. RPP Siklus I 121
Lampiran 14. Daftar Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus I 131
Lampiran 15. Kunci Jawaban Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus I
133
Lampiran 16. Lembar Kerja Tim Siklus I 135
Lampiran 17. Kunci Jawaban Lembar Kerja Tim Siklus I 136
Lampiran 18. Pembagian Siswa dalam TIM 138
Lampiran 19. Pembagian Meja Turnamen 139
Lampiran 20. Aturan Permainan Dalam Kartu Impian 140
Lampiran 21. Soal-soal dalam Turnamen Akademik Siklus I 141
Lampiran 22. Kunci Jawaban Turnamen Akademik Siklus I 145
Lampiran 23. Lembar Skor dalam Permainan TGT Siklus 1 149
Lampiran 24. Lembar Rangkuman Skor TIM Siklus I 151
65
Lampiran 25. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I 153
Lampiran 26. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I
158
Lampiran 27. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus I
160
Lampiran 28. Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus I
161
Lampiran 29. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus I 165
Lampiran 30. Lembar Observasi Pengamatan Pada Guru Siklus I 167
Lampiran 31. Catatan Lapangan 2 170
Lampiran 32. RPP Siklus II 177
Lampiran 33. Daftar Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus II 187
Lampiran 34. Kunci Jawaban Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus II
189
Lampiran 35. Lembar Kerja Tim Siklus II 191
Lampiran 36. Kunci Jawaban Lembar Kerja Tim Siklus II 193
Lampiran 37. Soal-soal dalam Turnamen Akademik Siklus II 196
Lampiran 38. Kunci Jawaban Turnamen Akademik Siklus I 200
Lampiran 39. Lembar Skor dalam Permainan TGT Siklus II 204
Lampiran 40. Lembar Rangkuman Skor TIM Siklus II 206
Lampiran 41. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I 209
Lampiran 42. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus II
211
Lampiran 43. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus II
214
Lampiran 44. Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus II
215
Lampiran 45. Tes Penilaian Ranah Afektif Setelah Diterapkan Talking Stick dan Teams Games Tournament
219
Lampiran 46. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Setelah Diterapkan TGT dan Talking Stick
221
Lampiran 47. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus II 223
Lampiran 48. Lembar Observasi Pengamatan Pada Guru Siklus II 225
Lampiran 49. Catatan Lapangan 3 228
Lampiran 50. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 233
66
Lampiran 51. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 235
Lampiran 52. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 237
Lampiran 53. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi Keuangan Kelas XI Akuntansi 2
239
Lampiran 54. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas XI Akuntansi 2
242
Lampiran 55. Sertikat Penghargaan Bagi Tim Berprestasi 247
Lampiran 55. Gambar-gambar kegiatan 250
Lampiran 56. Surat-Surat Izin Penelitian 255
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kehidupan manusia.
Manusia sejak lahir memiliki fitrah untuk mencari tahu terhadap apa yang selama
ini belum diketahuinya. Tantangan globalisasi mendorong manusia untuk
mengetahui setiap informasi yang berkembang. Kemampuan dalam memperoleh
informasi secara cepat akan menjadikan manusia sebagai seseorang yang siap
memegang kendali dalam persaingan global. Dalam rangka inilah manusia
memerlukan kompetensi yang tinggi sehingga dapat membawanya pada tahap
pencapaian pengetahuan yang unggul dalam pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menuntut adanya perubahan dan perkembangan di segala bidang terutama dalam
bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki
kualitas sumber daya manusia, kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai
melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Oleh
karena itu peningkatan dan pembaharuan dalam bidang pendidikan harus terus
dilakukan agar tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai.
67
Berbagai usaha dalam peningkatan kualitas pendidikan telah dilakukan
salah satunya dengan perubahan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), bukan hanya itu saja peningkatan
efektivitas metode pembelajaran juga harus dilakukan. Dalam hal ini peran guru
sangatlah dibutuhkan. Para guru haruslah bekerja keras guna meningkatkan
kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari upaya
seorang guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif antara lain
penciptaan iklim sosial kelas, penciptaan iklim sosial emosional, dan pengelolaan
klasikal kelas atau dengan kata lain seorang guru harus mempunyai kemampuan
untuk mengelola kelas (management classroom).
Pada abad 21 ini kita perlu menelaah kembali praktik-praktik
pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia
pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh
dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan
tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi
umum yang sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap
bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan
muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya
dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka
lagi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena
dibayangi oleh tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
Tampak, perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar
siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar
mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah botol kosong
yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu
oleh guru. Selain itu alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju
siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lain. Bahkan
banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer
teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru secara penuh.
Terkait dengan hal itu maka efektivitas suatu pembelajaran dapat
68
dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dimana siswa
dituntut untuk aktif dalam pembelajaran (student oriented), siswa dituntut dapat
menemukan konsep-konsep baru, siswa dituntut dapat berpikir kritis, dan siswa
dituntut dapat bekerjasama tanpa ada rasa beban dan takut dalam mengikuti suatu
pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi sebagai objek yang akan diteliti,
metode pembelajaran yang sering dipakai pada mata pelajaran akuntansi masih
bersifat teacher centered dengan menggunakan metode yang masih konvensional,
akibatnya siswa menjadi pasif dan motivasi belajar siswapun relatif masih rendah,
sehingga mengakibatkan hasil belajar merekapun juga rendah. Siswa perlu
diajarkan bagaimana cara untuk mendapatkan informasi sendiri, apakah itu dari
guru, teman, bahan-bahan pelajaran, ataupun sumber-sumber lain. Oleh karena itu
perlu diadakan inovasi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan kemandirian sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu
dengan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilokasi yaitu di
kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta penulis menemukan terdapat
kurangnya minat siswa di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan
gaya mengajar guru masih konvensional sehingga perlu adanya variasi dalam
gaya mengajar agar siswa merasa tertarik terhadap mata pelajaran sehingga dapat
menumbuhkan keaktifan dan motivasi belajar siswa yang akan mampu
meningkatkan hasil belajar mereka.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti melalui nilai ulangan
harian pada materi mengelola kartu persediaan, hasil ulangan siswa belum
69
menunjukkan hasil yang optimal. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel nilai
siswa yang telah terlampir.
Bila dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas XI
AK 1, nilai rata-rata siswa kelas XI AK 2 lumayan tertinggal, hal tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2. Daftar Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas XI Akuntansi Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan
Kelas XI AK 1 XI AK 2
Nilai rata-rata 80,25 73,7
(Sumber: Daftar Nilai Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI, 2010)
Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa hasil ulangan harian siswa
XI AK 2 lebih rendah daripada siswa kelas XI AK 1, nilai rata-rata merekapun
juga belum mencapai KKM (KKM untuk bidang keahlian akuntansi keuangan
kelas XI adalah 75) meskipun terdapat beberapa siswa yang nilainya sudah diatas
KKM namun siswa yang nilainya dibawah KKM jumlahnya juga sangat banyak
yaitu hampir 50%nya. Dikarenakan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran
akuntansi keuangan, peneliti beserta guru akuntansi keuangan kelas XI yaitu Dra
Sri Lestari mengidentifikasikan adanya minat dan motivasi belajar siswa yang
masih rendah, siswa kurang termotivasi untuk belajar karena pembelajaran
berlangsung secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan variasi dalam
pembelajaran membuat pembelajaran akuntansi keuangan terasa menjenuhkan
bagi sebagian besar siswa. Selain itu masih terlihat sebagian besar siswa kurang
aktif kecenderungan siswa untuk bicara dengan teman yang lain saat proses
pembelajaran sangat besar dan disaat diberi kesempatan untuk bertanya ataupun
menjawab pertanyaan dari guru tentang materi yang sedang dipelajari maka siswa
terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar
siswa masih kurang. Hal ini mengakibatkan sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara
70
menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh
siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran
tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru
tetapi dari teman pun mereka dapat memperoleh informasi yang berguna selain itu
juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan
menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran akuntansi keuangan, sehingga
nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI AK 2.
Peneliti telah berdiskusi dengan Dra Sri Lestari, selaku guru mata
pelajaran akuntansi keuangan kelas XI Akuntansi 2 dan telah sepakat
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) yang akan dipadukan dengan Talking Stick guna meningkatkan keaktifan
serta hasil belajar siswa. Robert E. Slavin (2008: 4) mengatakan bahwa
”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Sedangkan pendapat Sunal
dan Hans pada Isjroni (2009: 15) mengatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.”
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat banyak sekali metode
pembelajaran yang ada didalamnya seperti: Numbered Heads Together (NHT),
Jigsaw, Group Investigation (GI), Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening
Team, Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Courter Point, The Power
of Two, Giving Question and Getting Answer, Everyone is Teacher Here, Tebak
Pelajaran, Guided Note Taking, Modeling the Way, Silent Demonstration,
Learning Stars With A Question, Practice Rehearsal Pairs, Learning Contracts,
Learning Journals, Student Facilitator and Explaining, Student Teams
71
Achievement Divisions, Cooperatif Integrated Reading and Composition, Course
Review Horey, Examples Non Examples, Picture and Picture, Snawball
Throwing, Teams Games Tournament (TGT), Talking Stick dan lain-lain. Seperti
yang telah disebutkan diatas oleh peneliti bahwa dalam penelitian ini metode atau
pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan adalah pemaduan antara Teams
Games Tournament dengan Talking Stick.
Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Menurut Isjroni (2009: 83) “Teams Games Tournament adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku atau ras yang berbeda”. Aktivitas belajar dengan turnamen
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dalam turnamen tersebut siswa akan
berkompetisi sebagai wakil-wakil dari kelompok mereka dengan anggota dari
kelompok yang lain yang berkemampuan yang sama, TGT berfungsi sebagai
materi pelajaran sebelum siswa mengikuti kuis-kuis secara individual.
Menurut Saco (2006) pada http://karya-ilmiah.um.ac.id “dalam TGT
siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.” Permainan dapat disusun
guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
72
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis
pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil
sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa
dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi
kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah
untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai
kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam
bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula
sebagai review materi pembelajaran.
Talking Stick merupakan pendekatan pembelajaran dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diharapkan dapat
menarik minat siswa untuk belajar di kelas sehingga siswa dapat lebih aktif dalam
proses pembelajaran (http://learningwithme.blogspot.com/2006.com/2006/09).
Dengan demikian dapat tercipta suatu pembelajaran aktif yaitu sebagai suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika
peserta didik dapat belajar secara aktif maka mereka yang mendominasi kelas
sehingga pembelajaran terpusat pada siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: "Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif
Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi
Keuangan di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Apa penyebab siswa kurang berminat dalam pembelajaran akuntansi
keuangan?
73
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akuntansi keuangan?
3. Apakah pembelajaran akuntansi keuangan di kelas bersifat monoton dan tidak
menarik bagi siswa?
4. Apakah hasil belajar siswa yang rendah disebabkan karena pembelajaran yang
konvensional?
5. Apakah setiap siswa dapat bekerja sama dengan baik pada saat pembelajaran
akuntansi keuangan?
6. Apakah penerapan model pembelajaran pemaduan cooperatif learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil
belajar akuntansi siswa?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT)
dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT)
dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
maupun manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif
serta mendukung teori Pembelajaraan Kooperatif.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran akuntansi yang
74
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) dan Talking Stick.
c. Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka pengembangan penelitian
mengenai penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada
mata pelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kompetensi Dasar Mengelola
Kartu Utang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
1) Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
2) Pendorong bagi guru kelas lain untuk melaksanakan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
b. Bagi guru
1) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam mata pelajaran akuntansi
keuangan terutama mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa.
2) Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih
mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga
mencapai tujuan dengan baik.
3) Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang
diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran (terutama dalam
penerapan KTSP).
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya
5) Meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi keuangan.
75
c. Bagi siswa
1) Menumbuhkan kerja sama serta rasa kebersamaan antar siswa.
2) Meningkatkan keaktifan siswa.
3) Memotivasi siswa belajar akuntansi dengan cara yang menyenangkan
dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.
4) Menciptakan persaingan sehat antar siswa dalam berprestasi.
5) Meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi mahasiswa
1) Mengembangkan wawasan/ ilmu secara langsung yang dapat diambil
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dan Talking Stick yang diterapkan pada siswa akuntansi di
SMK.
2) Mendapat pengalaman baru.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang
ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk
mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada.
Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang
diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada,
perlu dilakukan kajian terhadap bahan pustaka yang relevan dengan topik
masalah.
1. Hakikat Belajar
a. Definisi Belajar
76
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosiologi menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh
sebagaian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya sebagai
property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas
sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar disekolah adalah
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak
semuannya salah karena seperti yang dikatakan Reber dalam Agus Suprijono
(2009: 3) mengatakan bahwa belajar adalah “ the process of acquiring
knowlwdge.” Belajar adalah proses mendapat ilmu pengetahuan.
Belajar sebagai konsep untuk mendapat pengetahuan dalam praktiknya
banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan
ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat mengumpulkan atau
menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas
menghafal. Siswa sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang
telah dipelajarinya. Sudah tentu pengertian belajar seperti ini belumlah tepat
untuk membentuk kepribadian seutuhnya.
Berikut ini merupakan beberapa definisi tentang belajar dari pakar
pendidikan yang dikutip dalam Agus Suprijono (2009: 2)
1) Gagne
“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.”
2) Travers
“Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.”
3) Cronbach
“Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.”
(Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman)
4) Harold Spears
“Learnig is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction.” (dengan kata lain, bahwa belajar adalah
77
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu).
5) Geoch
“Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).”
6) Morgan
“Learnig is any relatively permanent change in behavior that is a result
of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman).”
Dari beberapa definisi tentang belajar seperti yang telah diambil dari
beberapa pendapat pakar pendidikan peneliti dapat menyimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi
tertentu yang disebabkan adanya pengalaman yang berulang-ulang dalam
situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan dalam respon
pembawaan ataupun kematangan.
b. Prinsip Belajar
Menurut Agus Suprijono (2009: 4) “Prinsip-prinsip belajar meliputi 3 hal
yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku”. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif dan berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Bertujuan terarah. 7) Mencangkup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional
dari berbagai komponen belajar.
78
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
William Burton dalam Agus Suprijono (2009: 5) mengemukakan bahwa “ A
good learning situation consist of a rich and varied series of learning
experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction
with a rich varied and propocative envirotment”.
c. Kegiatan Belajar
Setiap jiwa individu yang menjalankan proses belajar tentunya menjalani
kegiatan belajar yang terus berkembang karena semakin tinggi jenjang
pendidikannya maka semakin tinggi pula dan semakin kompleks kegiatan
belajarnya. Kegiatan belajar banyak sekali tipenya, seperti yang dikemukakan
oleh John Travers dalam Agus Suprijono (2009: 7) bahwa “Kegiatan belajar
digolongkan menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar
pemecahan masalah.” Namun disamping itu ada pula yang menggolongkan
kegiatan belajar menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip,
belajar keterampilan dan belajar sikap.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 8) sendiri kegiatan belajar
dibagi menjadi beberapa tipe yaitu diantaranya:
1) Kegiatan belajar keterampilan, berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan peserta didik.
2) Kegiatan belajar pengetahuan, merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencangkup pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan berpikir.
3) Kegiatan belajar informasi, kegiatan belajar peserta didik memahami symbol, seperti kata, istilah, pengertian, dan peraturan. Belajar informasi yang terbaik adalah dengan memformulasikan informasi ke dalam rangkaian bermakna bagi para peserta didik dalam kehidupannya.
4) Kegiatan belajar konsep, adalah belajar mengembangkan infensi logika atau membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep merupakan satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda kedalam satu gagasan tunggal. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa keuntungan yaitu (1) mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan berbagai stimulus terbatas; (2) merupakan unsur-unsur pembangunan berpikir; (3)
79
merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi; (4) diperlakukan untuk memecahkan masalah.
5) Kegiatan belajar sikap/ kegiatan belajar afektif. Sikap diartikan sebagai pola tindakan peserta didik dalam merespon stimulus tertentu. Dalam kegiatan belajar sikap upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.
6) Kegiatan belajar memecahkan masalah, merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam kegiatan memecahkan masalah peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.
d. Pembelajaran dan Pengajaran
Istilah pembelajaran dan pengajaran tentunya sudah sering didengar
dikhalayak umum. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan
pengajaran terjemahan dari teaching. Pengajaran adalah proses, perbuatan,
cara mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Dengan
pengertian yang demikian menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar
berpusat pada guru. Guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan materi
dan informasi pada peserta didik sehingga peserta didik sebagai penerimanya.
Sehingga hal ini dapat disimpulkan pengajaran merupakan transplantasi
pengetahuan.
Pembelajaran berdasarkan makna berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Menurut Suherman (1992) dalam Asep Jihad (2009: 11)
“Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta
didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan
sikap.”
Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001) dalam Asep Jihad (2009: 12) Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama
menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini
akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara
80
efektif. Menurut Wragg (2007) dalam Asep Jihad (2009: 12) “Pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk
mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, konsep dan
bagaimana serasi dengan sesama atau suatu hasil belajar yang diinginkan.”
Dalam pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar sementara pada
pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir
lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya
untuk mempelajarinya. Jadi subyek pembelajaran adalah siswa, sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan
giat dalam belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Poewodarminto,
1992: 17) “Keaktifan adalah kegiatan.” Pada penelitian ini keaktifan yang
dimaksudkan adalah keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang dapat membawa perubahan
kearah yang lebih baik pada diri siswa karena adanya interaksi antara individu
dengan individu dengan lingkungan.
Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat
diamati secara langsung, setiap proses pembelajaran melalui asimilasi,
akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta
pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik,
kognitif dan social) penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap.
Menurut Nana Sudjana (2008: 61) keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
dapat dilihat dalam:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru bila tidak memahami
persoalan yang dihadapi
81
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis 8) Kesempatan menggunakan / menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya
b. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari keaktifan belajar pada diri seorang
siswa:
1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan
baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,
3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai
mencapai keberhasilannya,
4) Kebebasan dan keluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan
guru atau pihak lain
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana
Sudjana (2008: 14) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi
keaktifan belajar, yakni:
1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajarinya, 4) penguatan, 5) pemakaian dan pemindahan
3. Hakikat Model Pembelajaran
a. Definisi Model Pembelajaran
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
82
pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Mills dalam Isjoni (2009:
45) berpendapat “Model adalah representasi akurat sebagai proses actual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba berdasarkan
model itu.” Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran menurut Isjoni (2009: 46) dapat didefinisikan sebagai
“Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.”
Good (1972) dan Travers (1973) dalam Wina Sanjaya (2009: 48) “Model
adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks dari suatu
system naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya.” Model
bukanlah realitas akan tetapi representasi realitas yang dikembangkan dari
keadaan tertentu. Dengan demikian model pada dasarnya rancangan yang
dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu kedalam realitas yang
sifatnya lebih praktis.
Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “ each model guides us
as we design instruction to help student achieve various objectives.” Melalui
model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi penting,
apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, di luar kelas atau
mengawasi anak-anak. Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan
urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan
pembelajaran. Bentuk pembelajarannya menunjukkan dengan jelas kegiatan-
kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan-
kegiatan tersebut dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan oleh
siswa. Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
83
yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap pendekatan
memberikan peran berbeda kepada siswa, ruang fisik dan sistem sosial kelas.
Belajar kooperatif misalnya, memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel,
meliputi tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Berdasarkan
uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
pembelajaran yang berisikan serangkaian prosedur dan perangkat
pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Slavin (2008: 8)
“Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaburatif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Sedangkan
menurut Sunal dan Hans (2000) yang dikutip dari Isjoni (2009: 15)
mengemukakan “Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan
kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.
Selanjutnya Stahl (1994) yang dikutip dari Isjoni (2009: 15) menyatakan
“Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial.”
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Menurut Anita Lie (2008: 24)
84
menyatakan bahwa “Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup.”
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan
suatu kerja sama dan saling membantu antara siswa yang satu dengan yang
lain dalam mengerjakan tugas maupun dalam membahas materi.
Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekadar hanya belajar
dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur model cooperative
learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan
lebih efektif.
Roger dan David Jonshon dalam Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan cooperative learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong
royong harus diterapkan, yaitu: Saling Ketergantungan Positif, Tanggung
Jawab Perseorangan, Tatap Muka, Komunikasi Antaranggota dan Evaluasi
Proses Kelompok.
1) Saling Ketergantungan Positif.
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotannya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif maka guru perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri demi mencapai tujuan kelompok. Dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru terjadi saling
ketergantungan antar anggota kelompok
2) Tanggung Jawab Perseorangan.
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda. Hal ini bertujuan agar
anggota kelompok bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
tersebut. Setiap anggota kelompok akan menuntut teman-teman dalam satu
kelompok yang tidak melaksanakan tugas agar tidak menghambat teman
yang lain.
3) Tatap Muka
85
Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan
dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Pembentukan
sinergi ini bertujuan untuk menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota
kelompok perlu diberikan kesempatan untuk saling mengenal dan
menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan diskusi.
4) Komunikasi Antaranggota
Peserta didik harus dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi.
Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu kelompok akan tercapai apabila
para angotannya saling mendengarkan dan saling mengutarakan pendapat.
Keterampilan berkomunikasi merupakan proses yang panjang, akan tetapi
proses ini sangat bermanfaat untuk menanbah pengalaman belajar,
pembinaan perkembangan mental dan emosional. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, maka
peserta didik harus mampu berkomusikasi.
5) Evaluasi Proses Kelompok.
Evaluasi proses kelompok dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama
antara anggota, agar pada proses pembelajaran selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih baik.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.
(2000) dalam Isjoni (2009: 39), yaitu:
a) Hasil belajar akademik Hasil belajar akademik siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu Dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari individu yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kelompok dilakukan untuk
86
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan belajar saling menghargai satu sama lain dalam berbagai latar belakang kondisi.
c) Pengembangan keterampilan sosial Pengembangan keterampilan sosial mengajarkan kepada siswa bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas belajar dengan model kooperatif
dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengungkapkan
pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat.
Selain itu dalam belajar biasanya siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-
menolong menguasai tugas yang dihadapinya. Beberapa ahli menyatakan
bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa terlibat secara aktif pada proses pembelajaran
sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan
komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya. Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan
kelemahan, diantaranya:
Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
(1) Kelebihan (2) Kelemahan (a) Meningkatkan harga diri tiap individu (b) Penerimaan terhadap perbedaan
individu yang lebih besar. (c) Konflik antar pribadi berkurang (d) Sikap apatis berkurang (e) Pemahaman yang lebih mendalam (f) Retensi atau penyimpanan lebih lama (g) Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi. (h) Model pembelajaran kooperatif dapat
mencegah keagresivan dalam system kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
(i) Meningkatkan kemajuan belajar
(a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
(b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
(c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan
87
(pencapaian akademik) (j) Meningkatkan kehadiran siswa dan
sikap yang lebih positif (k) Menambah motivasi dan percaya diri (l) Menambah rasa senang berada di
sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya
(m) Mudah diterapkan dan tidak mahal
hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
(d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
(Sumber:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelebihan-
model-pembelajaran-kooperatif.html)
b. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Kemudian siswa
bekerja dalam tim-timnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menuntaskan pelajaran yang telah dipresentasikan oleh guru, akhirnya
diadakan turnamen akademik tentang bahan ajar tersebut. Dalam turnamen
tersebut siswa berkompetisi dengan anggota tim lain yang setara dalam
kinerja akademik mereka yang lalu, agar dapat menyumbangkan poin pada
skor tim mereka.
Menurut Slavin (2008: 170), menyatakan bahwa TGT terdiri dari siklus
regular dari aktivitas pengajaran, sebagai berikut:
Pengajaran. Menyampaikan pelajaran Belajar Tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Tournament. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogeny, dengan meja tournament tiga peserta. Rekognisi Tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
88
1) Komponen Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat lima komponen
yaitu : persentasi kelas, tim, game, turnamen, dan penghargaan tim.
a) Presentasi Kelas
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi
pelajaran dengan pengajaran langsung ataupun diskusi. Fokus
presentasi pada kelas berbeda dengan presentasi pada kelas biasa,
karena hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknis
pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa harus
memperhatikan secara cermat sebelum presentasi berlangsung. Siswa
harus menyadari bahwa kecermatannya belajar selanjutnya dan akan
menentukan nilai tim mereka.
b) Tim
Tim terdiri dari empat sampai enam siswa anggota kelas dengan
kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada
di kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, atau ras dan
suku. Fungsi tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua
anggota tim belajar lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan
anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan dapat mengerjakan
soal-soal dalam turnamen yang baik. Setelah presentasi kelas kegiatan
tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan
jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim.
c) Game
Permainan bertujuan untuk menguji pengetahuan yang dicapai
siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang
kontennya relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan
89
lain. Permainan dilakukan oleh tiga atau empat siswa yang
berkemampuan setara dan masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Kelengkapan permainan kebanyakan berupa pertanyaan atau soal dan
kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor.
Seorang siswa mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari
nomor terambil yang sesuai dan berusaha menjawab pertanyaan.
Siswa lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang
berbeda.
d) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan
berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap
minggu atau akhir unit, setelah guru memberi presentasi dikelas dan
setiap tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar
kegiatan siswa. Dalam turnamen tiga atau empat siswa yang setara
dan mewakili tim berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan setara
ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal
menyumbang nilai maksimum bagi timnya.
Ilustrasi hubungan tim-tim yang anggotanya heterogen dan meja
turnamen dengan anggota yang homogen adalah sebagai berikut:
Meja Meja Meja Meja
Turnament Turnament Turnamen Turnament
1 2 3 4
A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
90
Gambar 1. Contoh Penempatan Siswa dalam Tim di Meja Turnamen
Sumber: Slavin (2008: 168)
Gambar diatas menunjukkan bahwa penempatan siswa pada
meja turnamen berdasarkan rangking kemampuan awal siswa pada
satu tim. Meja 1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan
kemampuan awal tertinggi dalam tim dan sebagai meja “tertinggi”
tingkatannya disbanding meja turnamen 2, meja turnamen 2 lebih
tinggi tingkatannya disbanding meja tourssnament 3. Meja turnamen 4
merupakan meja tournament yang terendah tingkatannya.
Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru
melakukan pengaturan kedudukan siswa pada tiap meja turnamen.
Kecuali pemenang pada meja “tertinggi” pemenang setiap meja
dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja turnamen selain yang ada
pada meja “terendah” tingkatannya diturunkan satu tingkat ke meja
yang lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan
mengalami penaikkan dan penurunnan sehingga akan sampai kepada
meja yang sesuai kriteria mereka.
e) Penghargaan Tim
Guru kemudian mengumumkan kelompok/ tim yang menang,
masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila nilai
rata-rata skor memenuhi/ melebihi kriteria yang ditentukan.
c. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Talking Stick.
Pembelajaran dengan talking stick mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan talking stick diawali oleh
penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi
kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang
cukup untuk melakukan aktivitas ini.
91
Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang meneriama tongkat tersebut
diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
Kemudian guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan
refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan
terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama
siswa merumuskan kesimpulan.
d. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT) dan Talking Stick
Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick meliputi:
persiapan materi, penetapan siswa dalam tim, dan penetapan siswa dalam
meja turnamen.
1) Persiapan materi
Materi pengajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
disajikan dalam presentasi kelas dan turnamen, bentuk rancangan tersebut
dapat dikemas dalam satuan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pembelajaran, materi pengajaran, lembar kegiatan siswa,
kelengkapan turnamen yang akan digunakan dalam turnamen akademik
dan tes hasil belajar yang akan diuji setelah pembelajaran selesai.
a) Persiapan untuk talking stick yaitu meliputi:
(1) Menyiapkan sebuah tongkat atau bisa juga diganti dengan bola.
(2) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
telah diajarkan.
b) Sedangkan persiapan turnamen meliputi:
(1) Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
telah diajarkan
(2) Guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan yaitu kartu soal,
undian yang berisi nomor soal dan lembar skor permainan.
2) Penetapan siswa dalam tim
92
Setiap tim beranggotakan empat sampai enam siswa yang terdiri dari
siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai. Selain itu dalam
penempatan tim guru sebaiknya mempertimbangkan kriteria keterangan
lainnya, misalnya jenis kelamin, latar belakang sosial, kinerja, suka atau
tidak suka dan lainnya, perlu diperhatikan untuk tidak membentuk
kombinasi yang mematikan, namun jangan membebaskan siswa memilih
timnya sendiri.
3) Penetapan Siswa dalam meja turnamen
Dalam satu meja turnamen terdiri dari tiga atau empat siswa yang
bermain/berkompetisi dengan kemampuan seimbang/setara dan sebagai
wakil tim yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar turnamen berjalan
sesuai dengan tujuan. Dalam menetapkan banyak anggota setiap meja
turnamen sebaiknya memperhatikan banyaknya tim terbentuk. Jika banyak
tim merupakan kelipatan dari banyak anggota meja turnamen, maka
penempatan siswa dalam tim dan pada meja turnamen yang misalnya
terdiri dari 40 siswa, 10 tim dan 4 siswa dalam meja turnamen dan 1 meja
turnamen yang berjumlahkan 4 siswa.
e. Langkah dan Aktivitas Pembelajaran
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick
mengikuti siklus sebagai berikut: pemberian materi pelajaran, belajar
kelompok, turnamen akademik, penghargaan tim dan pemindahan.
Uraian aktivitas dari masing-masing langkah-langkah adalah sebagai
berikut:
1) Pemberian Materi Pelajaran
Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah mempersentasikan pelajaran
dalam kelas dengan memberikan pelajaran langsung atau diskusi materi.
Presentasi pelajaran dimulai dengan mengulangi keterampilan atau materi
pelajaran yang merupakan prasyarat, selanjutnya guru memulai presentasi
pelajaran. Untuk mengevaluasi pemahaman siswa, guru memberikan
pertanyaan kepada siswa dengan menggunakan alat bantu tongkat atau
93
bola kepada beberapa siswa, kepada siswa yang telah menerima tongkat
diharuskan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
2) Belajar Kelompok
Kemudian langkah berikutnya siswa mempelajari LKS/ modul secara
kelompok. Selama belajar kelompok siswa berada dalam timnya, tugas
anggota tim adalah menguasai materi yang telah diberikan guru dan
membantu teman satu tim untuk menguasai materi tersebut.
3) Turnamen Akademik
Dalam turnamen akademik diperlukan perangkat pembelajaran yaitu
kelengkapan turnamen yang berisi:
Ø Kartu soal
Ø Kunci jawaban
Ø Satu set undian bernomor
Ø Lembar pencatatan skor
Langkah-langkah dalam pelaksanaan turnamen akademik adalah
sebagai berikut:
a) Siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan
b) Setelah siswa menempati meja turnamen masing-masing, perwakilan
dari masing-masing meja turnamen mengambil perlengkapan
turnamen
c) Melakukan pengundian untuk menentukan siapa yang akan menjadi
pembaca pertama, penantang pertama, penantang kedua dan
penantang ketiga
d) Masing-masing siswa mengerjakan soal sesuai dengan kartu impian
yang telah dipilih, pembaca pertama membacakan soal yang terdapat
didalam kartu impian lalu mengemukakan jawaban dari pertanyaan
yang diambil dan siswa di sebelah kirinya memiliki kesempatan untuk
94
menantang dan menyampaikan jawaban yang berbeda. Bila ia
mengatakan pas atau tidak menggunakan kesempatan tersebut atau
jika penantang kedua mempunyai jawaban yang berbeda dari kedua
jawaban pertama, penantang kedua dapat menantang. Para penantang
harus berhati-hati karena mereka akan kehilangan skor 3 poin apabila
jawaban mereka salah, apabila setiap siswa telah menjawab,
menantang atau pas, siswa diminta mencocokkan jawaban dengan
kunci jawaban dari guru. Pemain yang memberikan jawaban dengan
benar berhak menyimpan kartu impiannya dan memperoleh poin
sesuai dengan yang tertera dalam soal
e) Putaran selanjutnya segala sesuatunya bergerak satu posisi kekiri,
yaitu penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi
penantang pertama, penantang ketiga menjadi penantang kedua dan
pembaca menjadi penantang ketiga
f) Siswa diminta mencatat nilai yang diproleh dikolom permainan satu
lembar skor permainan.
g) Apabila masih ada waktu, siswa diminta mengambil undian dan soal
sampai guru menyatakan bahwa waktu telah habis serta mencatat
banyaknya nilai yang telah diperoleh dikolom permainan dua pada
lembar skor permainan dan seterusnya.
Seluruh siswa memainkan permainan tersebut pada waktu yang sama.
Sementara siswa sedang bermain, guru berkeliling dari satu kelompok ke
kelompok lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memastikan
bahwa setiap siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh
menit sebelum permainan berakhir guru memberi tahu bahwa waktu habis
dan meminta siswa menghentikan permainan kemudian siswa menjumlah
skor yang mereka peroleh dalam setiap permainan (apabila mereka
memainkan permainan lebih dari satu) dan mengisi total skor mereka.
Secara umum mintalah siswa memberi poin 60 untuk siswa yang mencapai
95
skor tertinggi, poin 40 untuk siswa yang lebih rendah dan poin 20 untuk
siswa yang terendah, kemudian mereka harus mengisi nama, tim dan skor
mereka pada lembar skor permainan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3
setelah permainan selesai guru bersama siswa membahas soal-soal yang
belum jelas.
96
Pembaca
Penantang I
Penantang II
Gambar 2. Bagan Putaran Permainan dengan Tiga Orang dalam Satu Meja Turnamen.
(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)
Tabel 4. Skor Permainan Meja No: Putaran ke :
Pemain Tim Game 1
Game 2
Game 3
Total Point Turnamen
A I 5 7 12 20 B II 14 10 24 60 C III 11 12 23 40
(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)
Tabel 5. Lembar Rangkuman Skor TIM Nama TIM :
Nama Anggota Point Turnamen ….. ….
Total skor tim Rata-rata skor tim
Penghargaan
….. …. .... ….
(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)
1. Mengambil salah satu kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan
2. Membaca dengan kertas pertanyaan 3. Mencoba menjawab pertanyaan
Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban yang berbeda) atau boleh melewatinya
Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantang yang salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke dalam kotak jika ada
97
Tabel 6. Lembar Skor Permainan Untuk Permainan dengan Empat Pemain
Pemain Tidak ada yang seri
Seri nilai tertinggi
Seri nilai tengah
Seri nilai rendah
Seri nilai tertingi 3macam
Seri nilai terendah 3macam
Seri empat macam
Seri nilai tertinggi dan terendah
Skor tertinggi
60 50 60 60 50 60 40 50
Skor tengah atas
40 50 40 40 50 30 40 50
Skor tengah bawah
30 30 40 30 50 30 40 30
Skor terendah
20 20 20 30 20 30 40 30
Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)
Tabel 7. Lembar Skor PermainanUntuk Permainan dengan Tiga Pemain
Pemain Tidak ada yang seri
Seri nilai tertinggi
Seri nilai terendah
Seri 3 macam
Skor tertinggi 60 50 60 40 Skor tengah 40 50 30 40 Skor tertinggi 20 20 30 40 Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)
4) Penghargaan
Setelah selesai permainan, meminta siswa untuk menghitung skor tim
dan siapkan tulisan hasil turnamen untuk diumumkan pada papan
pengumuman. Untuk melakukan ini pertama kali periksalah poin turnamen
pada lembar skor permainan, langkah berikutnya pindahkan tiap poin
turnamen siswa ke lembar ikhtisar tim, jumlahkan seluruh skor anggota
tim dan bagilah dengan banyaknya anggota tim yang ikut bertanding.
Pemberian penghargaan terhadap tim diberikan berdasarkan perolehan
skor rata-rata. Menurut Robert E. Slavin ada tiga macam tingkatan
penghargaan yang diberikan. Ketiga macam penghargaan tersebut seperti
tercantum dalam tabel berikut ini:
98
Tabel 8. Tingkatan Penghargaan Tim
Kriteria (Rata-Rata Tim) Penghargaan 40 45 50
TIM BAIK TIM SANGAT BAIK TIM SUPER
Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)
Penghargaan kepada tim dapat diberikan sertifikat. Kriteria dalam
pemberian penghargaan ini, tim baik hanya akan menerima ucapan selamat
didalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, kemudian
menampilkan tim super pada papan bulletin mingguan, tempatkan foto dan
nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang anda lakukan
untuk merekognisi tim berprestasi, sangat penting untuk
mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan
individu) merupakan sesuatu yang penting karena inilah yang akan
memotivasi para siswa untuk membantu teman saru timnya belajar.
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yang
saling berkaitan yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)
belajar-mengajar dan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (2008: 2)
hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan instruksional
(a) (c)
(b)
Pengalaman belajar hasil belajar
(proses belajar mengajar)
Gambar 3. Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar & Hasil Belajar
99
Keterangan:
(a) Menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman
belajar
(b) Menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar
(c) Menunjukkan hubungan tujuan instruksional hasil belajar
Dari diagram diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kegiatan
penilaian dinyatakan dalam garis (c) yaitu suatu tindakan untuk melihat
sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai
siswa dalam bentuk hasil belajar yang akan diperlihatkan oleh siswa setelah
menempuh pengalaman belajarnya.Tujuan instruksional pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab
itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku
siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai-
tidaknya tujuan-tujuan instruksional, dapat diambil tindakan perbaikan
pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional,
dalam hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik
bagi upaya memperbaiki proses belajar mengajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Hasil belajar adalah sesuatu yang menjadi milik siswa
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Humalik
(1999) dalam Asep Jihad (2009: 15) “Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi
dan abilitas.”
Untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar maka diadakan pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan
alat ukurnya. Menurut Purwanto (2009: 2) yang dikutip dari Kerlinger (1996:
687) “Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat
ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu.” Dalam pendidikan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan
testing untuk membandingkan kemampuan siswa yang diukur dengan tes
sebagai alat ukurnya.
100
b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh
mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.
Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil
tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang
bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi
mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan
perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui
tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan
balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran
dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu,
penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil
belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang
ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas
maka penilaian berfungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan
fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman
belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media
pembelajaran, dll.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam
bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
101
c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil
belajar adalah untuk:
1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata
pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut
dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan
siswa lainnya
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah,
dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni
seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa
ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya
memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa
agar menjadi manusia yang berkualitas.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran
serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar
yang dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada
diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program
pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi
dalam mekalsanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam
memilih dan menggunakan metode mengajar dan alat bantu
pembelajaran.
4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi
pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam
mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah
memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan
sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. Laporan disampaikan
kepada pihak yang berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat
102
melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban
kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan
belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester.
d. Aspek-Aspek Dalam Hasil Belajar
Menurut Agus Suprijono (2009: 5) “Hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan.” Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2) Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Sedangkan menurut Bloom pada Agus Suprijono (2009: 6) “Hasil belajar
mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.” Domain
kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehensive
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analisis (menguraikan, penentuan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routing dan rountinized.
Psikomotorik juga meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, social,
manajerial, dan intelektual.
103
Sejalan dengan pendapat Benjamin S. Bloom, Usman (2001) dalam Asep
Jihad (2009: 16) menyatakan bahwa “Hasil belajar yang dicapai oleh siswa
sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan
guru sebelumnya dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu domain kognitif,
afektif dan psikomotorik.”
1) Domain Kognitif a) Pengetahuan. Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif
meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting.
b) Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan
c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. d) Analisa. Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama
kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan antara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir
e) Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian-bagian atau element satu/ bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.
f) Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi dan lain-lain.
2) Domain Afektif a) Memperhatikan. Jenjang ini akan meliputi sifat sensitive terhadap
adanya eksistensi suatu fenomena tertentu/suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.
b) Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat didalamnya.
c) Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik membentuk suatu system nilai yang dapat menuntun perilaku.
d) Mempribadi. Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir dalam suatu system yang bersifat internal, memilili kpntrol perilaku.
104
3) Domain Psikomotorik a) Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang
dapat diamati maka ia akan mulai membuat sesuatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat system otot-ototnya dan dituntut oleh dorongan kata untuk menirukan
b) Manifupasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati.
c) Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.
d) Artikulasi. Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.
e) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak didik telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action yang urut.
Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses
belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya
perubahan ketiga domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani
proses belajar.
Berdasarkan pendapat dari para pakar pendidikan diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa
akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses
belajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan
perilaku domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang
diinginkan terjadi sesuai dengna tujuan pendidikan. Hasil perubahan tingkah
laku tersebut meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
e. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu
penilaian tes dan penilain non tes.
1) Tes
Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 66) merupakan “Tes
penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi
105
yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa.” Tes diujikan setelah
siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan
untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Macam-macam
tes menurut Purwanto (2009: 67) yang dikutip dari Gronlund dan Linn
(1990: 12-13) yaitu:
a) Tes formatif Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Setiap pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya.
b) Tes sumatif Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti semester.
c) Tes diagnostik Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.
d) Tes penempatan Tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
2) Non Tes
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:
a) Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas.
b) Skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa
c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis
d) Catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya
e) Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. (Purwanto, 2009: 69)
106
Dalam penelitian ini untuk menilai keaktifan siswa dilakukan dengan
melakukan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, aspek yang
dinilai adalah keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan talking
stick, keaktifan siswa pada saat diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam
mengikuti turnamen akademik, dan kemandirian siswa dalam mengerjakan
soal evaluasi.
Sedangkan untuk penilaian hasil belajar siswa, peneliti melakukan
penilaian tes dan non tes. Untuk pengukuran ranah kognitifnya peneliti
melakukan tes tertulis kepada dengan diberi evaluasi diakhir siklus.
Pada evaluasi diakhir siklus 1 yaitu dengan memberi tes bentuk objektif
dan tes bentuk esai. Pada tes objektif untuk jawaban benar mendapat skor 1
dan jawaban salah mendapat skor 0, untuk tes bentuk esainya setiap soal
mendapat skor maksimal 5 untuk jawaban sempurna, jika jawaban hampir
sempurna mendapat skor 4, jika kurang sempurna (jika 50 % jawaban benar)
mendapat skor 3, jika jawaban yang benar hanya sedikit sekali (30% benar)
mendapat skor 2, untuk jawaban salah mendapat skor 1 dan apabila tidak
dijawab mendapat skor 0. Sedangkan untuk evaluasi diakhir siklus 2 tesnya
hanya berupa esay saja.
Untuk menilai ranah afektifnya dilakukan dengan menyebar angket
kepada siswa. Penyebaran angket ini dilakukan 2 kali yaitu sebelum
diterapkannya model pembelajaran pemaduan antara team games tournament
dan talking stick dan angket yang kedua diberikan kepada siswa setelah
penerapan model pembelajaran pemaduan teams games tournament dan
talking stick selesai dilaksanakan. Penialain afektif dengan menyebar angket
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa mempelajari
akuntansi keuangan. Penskoran untuk ranah afektif umumnya dibuat dalam
bentuk skala bertingkat yaitu dengan rentang 5-1 atau 1-5 tergantung arah
pertanyaan/ pernyataannya. Misal untuk jawaban sangat setuju diberi skor 5,
jawaban setuju diberi skor 4, jawaban kurang setuju diberi skor 3, jawaban
tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Bila
menggunakan 20 butir pernyataan atau pertanyaan maka akan diperoleh skor
107
maksimum 100 dan skor minimum 20. Bila digunakan kategori sebagai
berikut:
Tabel 9. Kategori Ketertarikan Siswa Pada Mata Pelajaran
Skor Kriteria 0-20 Tidak berminat 20-40 Kurang berminat 41-60 Cukup berminat 61-80 Berminat 81-100 Sangat berminat
(Sumber, Asep Jihad, 2009: 89)
Apabila seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan
dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran akuntansi keuangan dan
memperoleh skor 90 berarti siswa tersebut sangat minat terhadap pelajaran
akuntansi.
Untuk menilai ranah psikomotoriknya dilakukan pengamatan dengan
cermat dan objektif, serta menggunakan pedoman pengamatan yang berisi
aspek yang diamati dan bobot masing-masing. Pengamatan yang dilakukan
untuk memberi nilai pada ranah psikomotorik siswa dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu mulai dari pemberian materi sampai dengan
dilakukannya evaluasi akhir (post tes) pada setiap siklus. Misalkan pada
pertemuan pertama dimasing-masing siklus siswa diberi pertanyaan melalui
talking stick, disini guru dapat menilai psikomotorik siswa dengan mengamati
bagaimana kecapatan siswa menjawab pertanyaan dari guru. Skor yang
diberikan kepada siswa yaitu dengan rentang 1-5, dengan perincian sebagai
berikut: skor 5 (baik sekali) untuk siswa yang dapat menjawab pertanyaan
dari guru dengan cepat dan penuh rasa percaya diri, skor 4 (baik) untuk siswa
yang cepat menjawab tetapi dia ragu-ragu dengan jawabanya, skor 3 (cukup)
untuk siswa yang memerlukan waktu sejenak untuk menjawab pertanyaan
dari guru, skor 2 (kurang) untuk siswa yang menjawab dengan ragu-ragu dan
membutuhkan waktu yang lama, dan skor 1 (kurang sekali) untuk siswa yang
sama sekali tidak menjawab dan tidak mau mencoba untuk menjawabnya.
108
Pada pertemuan kedua dimasing-masing siklus siswa diperintahkan untuk
berdiskusi dengan kelompoknya, guru dapat mengamati psikomotor dari
siswa dengan mengamati siswa ketika berdiskusi dengan kelompok masing-
masing. Skor yang diberikan yaitu dengan rentang 1-5, siswa akan mendapat
skor 5 (baik sekali) jika dapat bekerjasama dengan baik, menghargai pendapat
teman dan mau memberi penjelasan kepada teman yang mengalami kesulitan
atau kurang paham terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Skor
4 (baik) akan diperoleh siswa jika dia dapat bekerjasama dengan baik,
menghargai pendapat dari teman namun kurang sabar dalam menghadapi
teman sekelompoknya yang masih mengalami kesulitan. Skor 3 (cukup) jika
siswa dapat bekerjasama dengan baik namun dia kurang dapat menghargai
pendapat teman dengan baik. Skor 2 (cukup) jika siswa kurang dapat
bekerjasama dengan siswa yang lain. Skor 1 (kurang sekali) jika siswa sama
sekali tidak dapat bekerjasama dengan baik (menyepelekan diskusi).
Ketika sedang melaksanakan turnamen akademik, siswa juga diamati
untuk dinilai psikomotoriknya yaitu bagaimana kecepatan dan keberanian
dari masing-masing siswa untuk menjawab pertanyaan dalam turnamen
akademik, skor yang diberikan yaitu dengan rentang 1-5 dengan rincian
sebagai berikut: skor 5 (baik sekali) akan diperoleh siswa jika dia cepat
menjawab pertanyaan dan berani menantang peserta lain meskipun
taruhannya pengurangan poin apabila dia salah menjawab, skor 4 (baik)
diberikan kepada siswa yang cepat menjawab pertanyaan namun dia kurang
berani menantang lawan untuk berebut poin. Skor 3 diberikan kepada siswa
yang memerlukan waktu sejenak untuk berfikir dalam menjawab namun dia
juga memiliki keberanian untuk menantang peserta lain. Skor 2 (kurang)
akan diperoleh siswa yang membutuhkan waktu berfikir cukup lama dalam
menjawab pertanyaan dan dia tidak berani menantang lawannya dalam
perebutan poin. Skor 1 (kurang sekali) akan diperoleh siswa yang tidak mau
mencoba menjawab pertanyaan karena dia merasa benar-benar tidak bisa
menjawab pertanyaan dan dia tidak berani menantang lawan dalam berebut
poin.
109
Dalam penilain ranah psikomotorik ini peneliti juga mengamati siswa
saat mengerjakan post tes (evaluasi diakhir siklus). Aspek yang diamati yaitu
meliputi kecepatan siswa dalam menyelesaikan evaluasi dan kerapian
pekerjaan siswa. Skor yang diberikan dengan rentang 1-5. Skor 5 (baik
sekali) akan diperoleh siswa jika dia dapat menyelesaikan tes dalam waktu
yang cepat (selesai sebelum waktu yang ditentukan) dan pekerjaannya pun
rapi tanpa ada coretan. Skor 4 (baik) akan diperoleh siswa jika dia cepat
mengerjakan tes namun pekerjaanya terdapat sedikit coretan, skor 3 (cukup)
akan diperoleh siswa jika dia menyelesaikan tes tepat pada waktunya dan
pekerjaannya terdapat sedikit coretan. Skor 2 (kurang) untuk siswa yang
belum menyelesaikan tesnya sesuai waktu yang ditentukan namun
pekerjaanya rapi. Skor 1 (kurang sekali) akan diperoleh siswa jika dia tidak
dapat menyelesaikan tes sesuai waktu yang telah ditentukan dan pekerjaannya
pun terdapat banyak coretan-coretan. Contoh model penskorannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 10. Penskoran Tes Psikomotorik
Aspek yang diamati
No. Nama Siswa
Kecepatan menjawab pertanyaan
saat talking stick
Kerja sama dalam diskusi
kelompok
Kecepatan menjawab
dan keberanian
saat turnament akademik
Kecepatan dan
kerapian pekerjaan
saat evaluasi tertulis
Jumlah Skor
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ... … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
(Sumber: bentuk tabel diolah sendiri berdasarkan acuan Asep Jihad, 2009)
110
B. Penelitian yang Relevan
Devi Catur Pawestri. 2009. Dalam skipsinya yang berjudul ”Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kelas X SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dewi Kustantina. 2009. Dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Program
Keahlian Penjualan di Ngunut Tulungagung”. Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Yusmiati. Dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Reading Comprehension Melalui Pendekatan Cooperative
Learning Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas VII SMPN 67 Jakarta”.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kemampuan reading
comprehension dengan menggunakan cooperative learning tipe talking stick di
kelas VII SMPN-167 Jakarta dapat meningkatkan kemampuan Reading
Comprehension siswa.
Ningsih, Retno. 2008. Dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI di SMA ISLAM
Retakreditasi A Malang.” Berdarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa: (1) Penerapan Model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA ISLAM Malang dapat
meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar ekonomi siswa. (2) Penerapan
pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi
siswa kelas XI IPS SMA ISLAM Malang ditinjau dari aspek kognitif.
111
Ika Rahmawati, 2007. “Penerapan Model Pembelajaran Inovatif
(Innovatif Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
4 Malang”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
model pembelajaran inovatif metode talking stick dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan kemandirian belajar siswa.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan di atas adalah
sama-sama menerapkan model pembelajaran inovatif model cooperatif learning
tipe Teams Games Tournament (TGT) dan tipe Talking Stick yang dapat
membangkitkan minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang relevan di atas adalah dalam penelitian ini peneliti
memadukan dua metode pembelajaran yang terdapat dalam model pembelajaran
cooperatif learning yaitu TGT dan Talking Stick. Kedua metode tersebut
dilaksanakan secara bersamaan dalam proses pembelajaran dimana metode
Talking Stick digunakan sebagai penunjang metode TGT untuk meningkatkan
keaktifan dan antusias siswa selama pembelajaran, sedangkan dalam penelitian
yang relevan diatas hanya menggunakan salah satu metode pembelajaran saja
yaitu TGT saja atau Talking Stick saja.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan masalah
dan tema dalam penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Untuk mengetahui
keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar perlu dilakukan
evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara kontinyu. Untuk mencapai hasil
belajar yang optimal diperlukan langkah-langkah nyata untuk mencapainya.
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
diuraikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dipilih harus mampu
meningkatkan keaktifan belajar siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan bagi
112
siswa ketika belajar. Oleh karena itu, guru harus membuat variasi atau kombinasi
model mengajar inovatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu Penerapan Model
Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament
(TGT) dan Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK
2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010," maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar siswa rendah, ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas saat ulangan harian sebesar 73,70
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick
1) Presentasi kelas yang dilakukan oleh guru. 2) Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada
beberapa siswa dengan bantuan tongkat untuk menentukan siapa yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan guru.
3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen baik, jenis kelamin, ras dan etnisitas maupun kemampuannnya.
4) Memberi kesempatan siswa untuk mempelajari materi dan mendiskusikannya dengan teman satu tim (belajar tim).
5) Melaksanakan turnamen akademik, wakil tim yang mempunyai kemampuan sama berada dalam satu meja
6) Pemberian reward bagi tim berprestasi
Peningkatan hasil belajar akuntansi keuangan tinggi/ meningkat (karena siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran) ditandai dengan tercapainya KKM 75 sebanyak 75%
113
Proses pembelajaran konvensional yang dilakukan selama ini hanya
didominasi oleh guru. Siswa hanya pasif menerima ilmu pengetahuan yang telah
diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak dapat berkembang secara mandiri.
Tidak adannya variasi dalam pembelajaran akuntansi mengakibatkan siswa
kurang berminat terhadap mata pelajaran tersebut. Selain itu siswa juga akan
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan karena kurangnya
keaktifan siswa dalam bertanya maupun diskusi.ini mengakibatkan rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.
Untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi, peneliti akan menerapkan
model pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT) dan
Talking Stick. Dalam pembelajaran ini siswa yang sudah faham terhadap materi
yang dipelajari, maka harus mengajari teman satu timnya agar semua anggota
dalam tim dapat memahami seluruh materi yang sedang dipelajari sehingga akan
terbentuk pembelajaran yang menarik, berkesan dan membuat siswa lebih
bersemangat sehingga diharapkan hasil belajar meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pemaduan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI Akuntansi 2 pada mata
pelajaran akuntansi keuangan.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
94
A. Tempat Dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Surakarta yang beralamat di
Jalan Sungai Kapuas No. 28, Surakarta, telp. (0271) 653085. Sekolah Menengah
Kejuruan ini di bawah pimpinan Bapak Drs. H. Mukaswan yang bertindak sebagai
kepala sekolah. Sekolah ini memiliki 18 kelas yang terdiri dari:
a. Kelas X terdiri dari 6 kelas
b. Kelas XI terdiri dari 6 kelas
c. Kelas XII terdiri dari 6 kelas
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI AK 2 dengan jumlah siswa
sebanyak 40 orang. Alasan memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:
1) Menurut pendapat beberapa siswa bahwa dalam pembelajaran akuntansi yang
dilakukan selama ini kurang menarik dan belum menunjukkan hasil
maksimal.
2) Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik mengingat
peneliti sebagai alumni di sekolah tersebut.
3) Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis,
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran akuntansi keuangan yaitu Dra. Sri Lestari, yang membantu dalam
pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara
tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalitan
dari hasil penelitian.
2. Waktu Penelitian
95
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Febuari 2010
sampai Maret 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian
Jenis Kegiatan Des 2009
Jan 2010
Feb 2010
Maret 2010
April 2010
Mei 2010
1. Persiapan Penelitan
a. Penyusunan judul b. Penyusunan
proposal
c. Perizinan 2. Perencanaan Tindakan 3. Implementasi Tindakan
a. Siklus I b. Siklus II
4. Review 5. Penyusunan Laporan
B. Subyek Dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1
Surakarta. Alasannya karena pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan
dan rendahnya hasil belajar siswa kelas XI Akunatansi 2 SMK Negeri 1
Suarakarta. Kedua, karena kelas XI Akuntansi 2 belum pernah digunakan
penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang
pada subyek, waktu dan obyek yang sama. Ketiga, peneliti memiliki hubungan
baik dengan guru mata pelajaran akuntansi keuangan.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas
selama penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Teams
Games Tournament dan Talking Stick, yang meliputi:
a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick.
b. Hasil belajar siswa.
C. Metode Penelitian
96
Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan kelas. PTK pertama kali dilakukan oleh Kurt Kewin untuk
mendeskripsikan penelitian yang merupakan perpaduan dari pendekatan
eksperimental dalam bidang ilmu sosial dan program tindakan sosial untuk
menanggapi permasalahan sosial. Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3),
pengertian dari PTK adalah ”Suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan.” Menurut Zainal Aqib (2009: 18) menyatakan bahwa ”PTK
merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas
dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.”
Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui PTK antara lain
siswa, guru, materi pelajaran, peralatan, hasil pembelajaran, lingkungan, dan
pengelolaan (Suharsimi Arikunto, 2009: 58). Penelitian Tindakan Kelas berbeda
dengan penelitian lainnya, PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
1. Inkuiri Reflektif. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tuga (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).
2. Kolaboratif. Kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan sendiri peneliti dari luar kelas, tetapi peneliti harus berkolaborasi dengan guru, kolaborasi ini hanya bersifat basa basi tetapi harus ada dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas.
3. Reflektif. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil tindakan. (Suharsimi Arikunto, 2009: 110)
Tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas menurut Susilo (2009: 17)
adalah sebagai berikut :
a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
97
d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari-hari.
e. Adapun tujuan penyertaan penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
Siklus I Siklus II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 5. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009: 74)
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan Data I
Pelaksanaan tindakan II
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan / Pengumpulan Data II
98
Keterangan:
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan mencangkup: (1) identifikasi masalah, (2) analisis
penyebab terjadinya masalah, dan (3) pengembangan bentuk tindakan (aksi)
sebagai pemecahan masalah.
2. Tindakan (Acting)
Setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana
pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan tindakan
dalam proses pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.
3. Observasi (Observing)
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas
dilakukan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran lengkap secara
objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari
tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru
dalam tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan
dengan cara diskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas
penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh
tindakan yang dirancang. Melalui refleksi inilah maka peneliti akan
menentukan keputusan untuk melakukan siklus selanjutnya ataukah berhenti
karena masalahnya telah terpecahkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan nara sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
”Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik
mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap
muka ataupun melalui saluran media tertentu (Wina Sanjaya, 2009: 96).”
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi
99
guna memperoleh data terkait dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan
tindakan dan respon yang diberikan sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Jenis wawancara bebas terpimpin dilakukan, dimana peneliti
membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan, tetapi cara bagaimana
pertanyaan itu diajukan sesuai dengan kebijaksanaan interviewer.
2. Observasi
”Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diteliti (Wina Sanjaya, 2009: 86). ”
Dalam PTK observasi dapat dilakukan untuk memantau guru dan untuk
memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi digunakan
untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan masalah
PTK itu sendiri. Berhubungan dengan kegiatan siswa observasi dapat
dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa
sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru.
Jenis –jenis observasi bila dilihat dari hubungan observer dan observant
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi partisipatif dan observasi
nonpartisipatif. Obsevasi partisipatif yaitu observasi yang dilakukan apabila
observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh observant.
Sedangkan observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan
observer dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dengan demikian dalam
observasi nonpartisipatif ini observer murni sebagai pengamat.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengamati
pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran akuntansi dilakukan oleh para
siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama dan sesudah siklus penelitian
berlangsung. Jenis observasi digunakan adalah observasi partisipatif artinya
peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran (tindakan)
100
3. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan adalah pilihan ganda dan esai
yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan awal siswa
dan hasil pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe TGT pada mata
pelajaran akuntansi. Sedangkan tes yang digunakan untuk metode
pembelajaran talking stick yaitu tes secara lisan.
4. Catatan Harian
Menurut Wina Sanjaya (2009: 98) ”Catatan harian merupakan instrumen
untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan
yang dilakukan guru.” Catatan harian berguna melihat perkembangan
tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Menurut Rochiati Wiriatmadja (2005: 123) ”Penulisan catatan harian
hendaknya menuliskan tanggal kejadian dengan hal-hal yang mendetail dari
penelitian kelas, seperti waktu, pokok bahasan dan tempat penelitian.”
5. Dokumentasi
Dokmentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
penelitian tindakan kelas dilakukan dokumentasi ini berupa pengambilan
gambar atau photo pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap kegiatan yaitu:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori
yang relevan
c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama
d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi
101
2. Tahap Persiapan Tindakan
a. Penyusunan jadwal penelitian
b. Penyusunan rencana pembelajaran
c. Penyusunan soal evaluasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus yaitu: siklus pertama dan siklus
kedua. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interprestasi serta tahap analisis dan
refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan yakni untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran akuntansi melalui
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dipadu dengan Talking
Stick dalam proses pembelajaran akuntansi. Hipotesis tindakan ini
dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah
direncanakan.
5. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melakukan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian.
F. Proses Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian adalah meningkatnya hasil
belajar akuntansi dan keaktifan siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan Talking Stick. Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut
dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi
dan interprestasi dan (4) Analisis dan Refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya. Dalam penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.
102
1. Rancangan Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan, pada tahap ini peneliti menyusun skenario
pembelajaran, instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis dan
menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Pada tahap ini guru dan peneliti menyusun:
1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan materi pelajaran yang lampau dan mengaitkan
dengan pelajaran yang akan dipelajari
b) Guru guru menerangkan materi yang bersangkutan
c) Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi
yang telah diterangkan guru memberikan pertanyaan kepada
siswa kemudian melemparkan tongkat kepada siswa dan bagi
siswa yang menerima tongkat tersebut harus menjawab
pertanyaan yang telah diberikan guru
d) Guru membagi kelompok-kelompok sesuai yang telah ditentukan
sebelumnya
e) Guru memberikan tugas kepada kelompok agar siswa
menyelesaikan soal latihan mengenai apa yang telah diterangkan
secara bersama-sama masing-masing kelompok bertanggung
jawab atas anggota kelompoknya agar mengerti materi yang
diberikan karena masing-masing anggota akan dipertandingkan
dengan anggota team lain.
f) Turnamen antar anggota kelompok, dibagi menjadi meja - meja
turnamen dimana setiap meja berbeda anggota kelompoknya
mewakili kelompok yang sebelumnya dimana soal-soal dalam
turnamen itu adalah materi yang diberikan oleh guru yang perlu
dipelajari lagi.
2) Instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
3) Menetapkan indikator ketercapaian.
103
Tabel 12. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek yang diukur Persentase Target Capaian Cara Mengukur
Keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran
75% Diamati saat
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
observasi dan dihitung
dari jumlah siswa yang
menunjukkan perhatian
dan kesungguhan dalam
KBM
Ketuntasan hasil belajar
(standar nilai 75)
75% Dihitung dari jumlah
siswa yang mendapat
nilai 75 ke atas, untuk
siswa yang mendapat
nilai 75 dianggap telah
mencapai ketuntasan
belajar
b. Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan
observasi terhadap dampak tindakan.
c. Tahap observasi dan interprestasi, dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasikan aktivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan talking stick pada proses pembelajaran akuntansi tentang
kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama untuk mendapatkan
data.
d. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil
observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana
yang perlu diperbaiki/disempurnakan dan bagian mana yang telah
memenuhi target.
104
2. Rancangan Siklus Kedua
Pada siklus kedua perencanaan tindakan dengan hasil yang telah dicapai
pada tindakan siklus pertama sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan
materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran akuntansi, termasuk
perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi serta analisis dan
refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya
Pada tanggal 1 September 1946 di kota Surakarta telah berdiri sebuah
lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Tinggi Ekonomi dengan lokasi di
Jalan Simpon. Pada tahun 1947-1948 namanya diubah menjadi Sekolah Ekonomi
Menengah dengan alamat di Jalan Tembaga 11 Surakarta. Sejalan dengan
perkembangan waktu, pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 nama sekolah
itu diganti menjadi Sekolah menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang tetap
bertahan sampai tahun 1996, pada tanggal 1 Januari 1997 nama SMEA diubah
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Surakarta. Yang berlokasi
di Jalan Kapuas No. 28 Surakarta.
Adapun para pengabdi Negara yang telah memegang jabatan sebagai
pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta
No Nama Masa Jabatan 1. Drs. KRMT. Prawironegoro 1 September 1946 - 19 Desember 1948 2. Mr. KRMT Tirtodiningrat 27 Desember 1948 - tahun 1954 3. Drs. Prawironegoro 27 Desember 1954 - tahun 1955 4. R.S. Budiwiryo 27 Desember 1955 – 31 Maret 1958 5. R.S. Soecipto 1 April 1958 – 10 Desember 1965 6. D. Soetadi 20 Desember 1965 – 23 Januari 1967 7. Drs. Roelijan S 23 Januari 1967 – 1 Juni 1981 8. Soeparjo Sastro Admojo, B.A 1 Juni 1981 – 1 Maret 1986 9. Drs. Soekemi 1 Maret 1986 – 27 Juni 1987 10. Drs. Soedarjono 27 Juni 1987 – 13 Maret 1988 11. Drs. Wiranto 13 Maret 1988 – 30 Agustus 1988
105
12. Sunarno, B.A 30 Agustus 1988 – 1 Januari 1993 13. Dra. Soekiyah Nayono 28 Januari 1993 – 29 Juli 1999 14. Drs. Mukaswan 1 Juli 1999 – sekarang
(Sumber: data arsip sekolah)
SMK Negeri 1 Surakarta mengacu pada bidang keahlian “Bisnis dan
Manajemen” dengan program keahlian sebagai berikut:
a. Akuntansi
b. Administrasi Perkantoran
c. Manajemen Bisnis
SMK Negeri 1 Surakarta saat ini dikepalai oleh seorang kepala sekolah
yaitu Drs. H. Mukaswan, yang dibantu oleh 4 Wakil Kepala Sekolah yaitu:
a. Waka Kurikulum: Drs. Edy Haryono, M.Pd
b. Waka Kesiswaan: Drs Daroji
c. Waka Ketenagaan: Fatmawati, S.Pd
d. Waka Humas: Drs. Kuncahyo
2. Keadaan Lingkungan Belajar
Letak SMK Negeri 1 Surakarta di Jalan Kapuas No. 28 Surakarta ini
letaknya sangat strategis, karena mudah dijangkau oleh alat transportasi,
lingkungan sekolah ini sangat mendukung untuk kegiatan belajar mengajar karena
letaknya di pinggiran kota. Meskipun lokasi SMK Negeri 1 tidak dipinggir jalan
raya bukan berarti lokasi tersebut sulit dijangkau karena sekitar 200 meter
terdapat jalan rtaya yang dilalui oleh berbagai anggkutan umumdekat dengan jalan
raya, tetapi suasana di dalam sekolah tidak terpengaruh oleh suara bising
kendaraan karena letak gedung sekolah menjorok ke dalam dan di dalam gedung
sekolah terdapat pepohonan yang asri untuk menambah rasa nyaman belajar bagi
siswa-siswanya.
Dalam rangka menunjang keberhasilan pendidikannya, SMK Negeri 1
Surakarta berupaya secara bertahap untuk melengkapi sarana-prasarana
pendidikannya. Hingga kini SMK Negeri 1 Surakarta telah memiliki ruang belajar
106
yang representatif, laboratorium Akuntasi, laboratorium administrasi perkantoran,
laboratorium penjualan, laboratorium bahasa, laboratorium komputer,
perpustakaan, ruang karawitan, dan sarana penunjang lainnya.
3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Surakarta
a. Visi SMK Negeri 1 Surakarta
Mencetak tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten dibidang akuntansi,
sekretaris dan penjualan untuk dapat bersaing diera globalisasi.
b. Misi SMK Negeri 1 Surakarta
1. Meningkatkan proses pendidikan dan latihan (diklat) yang efektif dan
efisien
2. Bekerja sama dengan dunia usaha/ industri dan lembaga lain untuk
pelatihan siswa yang relevan dengan bidang keahliannya
3. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris
4. Membiasakan untuk berlatih berwirausaha sejak kelas 1
5. Meningkatkan kompetensi guru dan staf administrasi sesuai dibidang
keahliannya dengan penataran, studi lanjut, studi banding dan seminar
4. Pelaksanaan Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan SMK Negeri 1 Surakarta pada tahun 2010
untuk kelas X, XI, dan XII baik program keahlian akuntansi, administrasi
perkantoran (sekretaris) dan tata niaga (penjualan) menggunakan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP).
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Keuangan
di Kelas XI Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Surakarta
Kegiatan penelitian diawali dengan observasi dan diskusi dengan guru
akuntansi keuangan kelas XI Akuntansi 2 untuk mengetahui kondisi awal kelas
terutama yang berkaitan dengan mata pelajaran akuntansi keuangan. Kegiatan
observasi dilakukan pada tanggal 5 Febuari 2010 dan 12 Febuari 2010.
107
Berdasarkan dokumentasi nilai dan hasil diskusi awal dengan guru mata pelajaran
akuntansi keuangan diperoleh tingkat penguasaan materi akuntansi siswa yang
relative masih rendah. Identifikasi lebih lanjut terhadap model pembelajaran yang
digunakan oleh guru mata pelajaran akuntansi keuangan masih bersifat
konvensional yaitu dengan ceramah. Kondisi pembelajaran berpusat pada guru
(teacher centre), guru aktif sedangkan siswa bersikap pasif sehingga proses
pembelajaran kurang melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental dalam
kegiatan pembelajaran.
Adanya permasalahan ini maka timbul pemikiran untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model yang lebih memusatkan
keaktifan siswa. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja
dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi
antarangota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi
tugas antar anggota kelompok selama kegiatan belajar berlangsung.
Peneliti menggunakan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick pada penelitian ini. TGT
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan permainan
akademik. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model
pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar. Talking Stick merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat,
setelah guru memberi sedikit penjelasan materi, sebagai refleksi mengenai
pemahaman siswa guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan
kemudian melemparkan tongkat (bisa juga diganti dengan bola) kepada salah satu
siswa, bagi siswa yang memperoleh tongkat/bola siswa tersebut wajib menjawab
pertanyaan dari guru.
Dalam penelitian ini model pembelajaran Teams Games Tournament
sengaja dipadukan dengan Talking Stick yaitu untuk lebih menambah antusiasme
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam Teams Games Tournament sebelum
diadakan kerja tim (diskusi kelompok) siswa diberi penjelasan materi secara
singkat terlebih dahulu kemudian diberi variasi dengan talking stick untuk
108
menarik siswa agar lebih bersemangat dalam menjawab pertanyaan dari guru
sebagai refleksi pemahaman siswa setelah diberi sedikit penjelasan dari guru.
Pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick ini membuat siswa
menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar
karena siswa akan lebih termotivasi dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa
dapat mengeluarkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi
dengan teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam proses belajar
mengajar, dan tidak malu bertanya jika ada materi yang masih belum jelas. Dalam
pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif mengikuti proses belajar mengajar
mulai dari kegiatan menjawab pertanyaan guru ketika talking stick, belajar dalam
tim, kerja tim dan turnamen akademik (games).
Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
Talking Stick ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama, guru hanya menjelaskan
konsep materi pelajaran sehingga memudahkan siswa dalam menangkap inti
materi. Kedua, adanya kegiatan belajar tim, siswa deberi kesempatan untuk
mendalami materi bersama teman satu tim dan bertukar pendapat/ gagasan yang
melibatkan peran serta siswa. Ketiga, adanya kegiatan kerja tim yang akan melatih
siswa untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Keempat, adanya
turnamen akademik yang mengharuskan siswa menjawab soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang telah mereka pelajari, ini untuk menguji daya
tangkap dan pemahaman siswa ketika belajar tim. Kelima, siswa akan lebih
antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru secara lisan.
Penilaian terhadap siswa pada pembelajaran kooperatif TGT dan Talking
Stick ini meliputi keaktifan siswa selama pembelajaran, penilaian ranah kognitif
siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami tentang materi yang
dipelajari, penilaian ranah afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam
mempelajari akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik siswa untuk
mengetahui keterampilan siswa.
109
2. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan
Siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT dengan media
kartu impian dan Talking Stick menggunakan bola sebagai pengganti tongkatnya.
Pengukuran peningkatan hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan
pengamatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran.
a. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Jumat, 5
Februari 2010 dan Jumat, 12 Febuari 2010 diruang guru SMK Negeri 1
Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan
yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat
bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan 4 kali
pertemuan dengan rincian 3 kali pertemuan masing-masing 2 jam
pelajaran dan satu kali jam pelajaran berdurasi 45 menit. Penelitian ini
direncanakan dimulai tanggal 15 Febuari 2010 sampai dengan 19 Maret
2010. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
(a) Menyiapkan perangkat pembelajaran
Peneliti dibantu Ibu Sri Lestari selaku guru mata pelajaran akuntansi
keuangan kelas XI Akuntansi 2 menyiapkan silabus mata pelajaran
akuntansi keuangan kelas XI, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario
pembelajran akuntansi keuangan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick.
Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Pertemuan Pertama ( Senin, 15 Februari 2010)
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Sosialisasi pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick serta
materi yang akan dipelajari kepada siswa.
110
(2) Pembentukan tim, dari 40 siswa dibagi kedalam 10 tim. Masing-
masing tim beranggotakan 4 siswa yang heterogen.
(3) Penyajian konsep-konsep materi pelajaran.
(4) Pelaksanaan talking stick dengan memberi pertanyaan secara
lisan kepada siswa.
(5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
(6) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan
diskusi dalam tim.
Pertemuan Kedua (Senin, 22 Februari 2010)
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Penyajian materi melanjutkan materi pertemuan pertama.
(2) Pemberian pertanyaan kepada siswa yang belum menjawab pada
pertemuan sebelumnya dengan model talking stick.
(3) Belajar tim dan kerja tim.
(4) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
(5) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan
turnamen akademik antar tim, siswa diminta untuk
mempersiapkan diri.
Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Maret 2010)
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Penempatan siswa pada meja turnamen. Siswa yang mempunyai
kemampuan akademik yang sama ditempatkan pada satu meja.
(2) Pelaksanaan turnamen akademik.
(3) Review pelaksanaan turnamen akademik.
(4) Pemberitahuan kepada siswa bahwa besok akan diadakan
evaluasi yang pertama, siswa diharapkan menyiapkan diri.
Pertemuan Keempat (Jumat, 5 Maret 2010)
111
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Pelaksanaan tes hasil belajar.
(2) Pengumuman pemenang turnamen
(b) Menyiapkan instrument penelitian
Peneliti menyusun instrument penelitian, yaitu berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi tentang penerapan pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick.
(c) Menyiapkan meteri sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Materi pokok yang digunakan dalam penerapan pembelajaran TGT
dan Talking Stick untuk siklus I adalah kartu utang.
Standar Kompetensi: Mengelola Kartu Utang
Kompetensi Dasar:
(1) Mendiskripsikan Pengelolaan Kartu Utang
(2) Mengidentifikasi Data Utang
(d) Mendesain alat evaluasi berupa tes formatif untuk mengetahui tingkat
hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif TGT
dan Talking Stick
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan (
masing-masing 2 jam pelajaran) seperti yang telah direncanakan yaitu
tanggal 15 Februari, 22 Februari, 1 Maret dan 5 Maret 2010 di ruang
kelas XI Akuntansi 2. Pelaksanaan dilaksanakan selama 8 x 45 menit
sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Materi pada siklus pelaksanaan tindakan I ini adalah kartu utang.
Pada awal pelaksanaan tindakan diberi pengarahan tentang model
pembelajaran TGT dan Talking Stick kepada siswa. Hal ini bertujuan
112
agar pelaksanaan model pembelajaran tersebut berjalan lancar.
Pengarahan tersebut berupa langkah-langkah pembelajaran kooperatif
TGT dan Talking Stick yang meliputi: mendengarkan penyajian materi
dari guru, menjawab pertanyaan dari guru bagi siswa yang mendapat
tongkat/ bola yang diberikan guru, belajar bersama dengan teman satu
tum, mengerjakan lembar kerja tim, melaksanakan games tournament.
Dengan adanya pengarahan tersebut maka siswa akan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai model pembelajaran kooperatif TGT dan
Talking Stick, sehingga siswa dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakanpada tiap tahap. Selain itu guru juga
memberi penjelasan tentang aspek-aspek yang dinilai selama model
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick dilaksanakan yaitu:
keaktifan siswa, kecepatan menjawab saat talking stick, kerja sama dalam
diskusi kelompok, kecepatan dan keberanian menjawab saat turnamen
akademik, kecepatan dan kerapian saat mengerjakan evaluasi. Guru juga
menjelaskan bahwa akan adanya reward atau penghargaan bagi tim yang
memenuhi kriteria tertentu, hal ini kan menambah antusias siswa untuk
bekerja sama dalam tim dan kompetisi antar tim.
Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi secara garis
besar kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan
melempar bola kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa
tersebut berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pertemuan
kedua dilaksanakan dengan melanjutkan penjelasan materi sebelumnya
kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan melempar bola
kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa tersebut
berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru setelah itu
menempatkan siswa kedalam tim yang telah dibentuk untuk belajar tim
dan mengerjakan tugas tim. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan
mengadakan turnamen akademik berupa soal-soal yang berhubungan
dengan materi yang telah dipelajari. Pertemuan keempat dilaksanakan
dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui pencapaian
113
belajar siswa. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai
berikut:
(a) Pertemuan Pertama (Senin, 15 Februari 2010)
(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka
dan mengecek kehadiran siswa
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas
(3) Guru memberi pengarahan tentang metode pembelajaran TGT dan
Talking Stick yang akan diterapkan
(4) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan 4 siswa yang berbeda kemampuan
akademiknya
(5) Guru menerangkan materi tentang utang usaha, dan utang jangka
pendek
(6) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang telah dijelaskan, guru melemparkan tongkat/ bola kepada
siswa dan bagi siswa yang mendapat tongkat diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru
(7) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Dyah Ayu dan Ajeng
Sayekti.
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siswa yang
mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dengan talking stick
baru 50% dan akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya
dikarenakan keterbatasan waktu.
(b) Pertemuan Kedua (Senin, 22 Februari 2010)
(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka
dan mengecek kehadiran siswa
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas
114
(3) Mengulang sedikit materi yang terdahulu yang ada kaitannya
dengan materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan
pertanyaan kepada siswa agar guru tahu seberapa jauh
pemahaman siswa (dengan menerapkan Talking Stick: guru
melemparkan bola kepada salah satu siswa, bagi siswa yang
mendapat tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan
dari guru)
(4) Guru menerangkan materi tentang utang jangka panjang
(5) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang telah dijelaskan, guru melemparkan bola kepada siswa dan
bagi siswa yang mendapat bola diwajibkan menjawab pertanyaan
dari guru
(6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi
yang telah disampaikan dan mendiskusikan dengan anggota
kelompok tentang materi yang diajarkan
(7) Siswa mengerjakan lembar kerja tim. Lembar kerja tim
dikumpulkan pada hari itu juga. Guru dan siswa membahas hasil
kerja mereka. Guru mempersilakan tim yang bersedia
mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada saat itu Sastri sebagai
perwakilan tim kenanga maju ke depan kelas untuk
mempersentasikan hasil kerja timnya.
(8) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Tanvika dan Anastasia.
Pelaksanaan tindakan kedua sampai pada langkah kerja tim
hanya terdapat satu tim saja yang mempresentasikan hasil kerja
mereka karena keterbatasan waktu pelajaran.
(c) Pertemuan Ketiga (1 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
115
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.
(3) Guru memjelaskan cara main dan aturan main games.
(4) Guru mengumumkan penempatan siswa pada meja turnamen.
(5) Guru membagikan perlengkapan untuk games.
(6) Siswa melaksanakan games/ turnamen akademik. Peneliti yang
bertindak sebagai guru beserta guru yang mengajar akuntansi
keuangan kelas XI mengawasi jalannya turnamen akademik.
(7) Setelah waktu untuk turnamen akademik berakhir, guru mereview
jalannya turnamen akademik kemudian membahas soal turnamen
akademik yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah itu guru
menghitung skor yang diperoleh siswa.
(8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi tes
hasil belajar sesuai apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Pelaksanaan pertemuan ketiga ini diakhiri dengan membahas
soal yang dianggap sulit oleh siswa saat turnamen akademik
berlangsung.
(d) Pertemuan Keempat (5 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.
(3) Guru membarikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tes hasil belajar.
(4) Guru membagikan soal kepada siswa lalu mempersilakan siswa
untuk mengerjakannya secara mandiri.
(5) Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar agar
hasilnya benar-benar mencerminkan kemampuan siswa, pada saat
tes berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba bertanya
kepada temannya, namun guru segera memperingatkan siswa
untuk mengerjakan soalnya secara mandiri.
116
(6) Meskipun pada awal-awalnya terdapat beberapa siswa yang
mencoba untuk bertanya kepada temannya, namun kegiatan
evaluasi pertama berlangsung cukup tertib.
(7) Kegiatan belajar tim, kerja tim, turnamen akademik dan kegiatan
evaluasi pada siklus I sudah berakhir, kemudian memberi
penghargaan pada tim yang berhasil memperoleh skor terbanyak.
Penghargaan yang diberikan yaitu reward oleh guru yang berupa
sertifikat dan bingkisan untuk tim yang terbaik. Pada siklus I tim
Mawar mendapat predikat Superteam dengan skor rata-rata 50,
dan tim Anggrek dan Kenanga berhasil memperoleh skor rata-rata
tim 40 sehingga mereka mendapat predikat tim baik (goodteam).
Setelah tes hasil belajar dan pemberian penghargaan bagi
masing-masing tim yang berprestasi selesai maka kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ini berakhir yang kemudian akan
dilaksanakan siklus ke II.
3) Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan
dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi
dilakukan oleh peneliti mengacu pada lembar observasi yang telah
disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan
pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
tournament dan Talking Stick serta untuk mengetahui kemampuan siswa
menerima materi pembelajaran dengan adanya pemaduan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick. Pada saat observasi
berlangsung, kegiatan peneliti yang juga berperan sebagai guru saat
penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
Talking Stick adalah memantau pelaksanaan pembelajaran kooperatif
TGT dan Talking Stick. Guru melakukan penyajian kelas tentang
pelaksanaan model kooperatif TGT dan Talking Stick serta penjelasan
konsep materi tentang kartu utang dengan sub materi identifikasi data
117
utang. Guru juga melakukan penilaian terhadap peran serta siswa selama
kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa selama
pembelajaran, penilaian ranah kognitif siswa untuk mengetahui sejauh
mana siswa memahami tentang materi yang dipelajari, penilaian ranah
afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam mempelajari
akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik siswa untuk
mengetahui keterampilan siswa.
Awal pembelajaran atau pertemuan pertama, siswa terlihat biasa-
biasa saja saat penyajian materi secara ceramah namun ketika diselingi
dengan pertanyaan lisan kemudian guru melempar bola kepada siswa dan
mengharuskan siswa yang memperoleh bola untuk menjawab seketika itu
juga siswa terlihat lebih berantusias dalam mengikuti pembelajaran.
Meskipun pada pertemuan pertama ini terdapat 13 siswa yang izin tidak
mengikuti pelajaran dikarenakan kegiatan keagamaan namun suasana
pembelajaran sudah terlihat lebih aktif dibandingkan sebelum penerapan
TGT dan Talking Stick. Pada pertemuan kedua saat belajar tim dan
diskusi tim siswa terlihat sudah kompak dengan timnya meskipun
terdapat beberapa siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan
timnya. Suasana pembelajaran tertihat aktif dengan adanya interaksi antar
anggota tim, yang saling mengutarakan pendapatnya masing-masing dan
memberikan bimbingan kepada teman satu timnya yang masih
kebingungan terhadap materi yang dipelajari. Pada pertemuan ketiga saat
turnamen akademik berlangsung siswa terlihat bersemangat untuk
mengikuti turnamen akademik tersebut. Masing-masing siswa berusaha
untuk menyumbangkan skor bagi tim mereka dengan menggunakan
strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal. Pada
pertemuan keempat , semua siswa mengerjakan soal tes dengan sebaik-
baiknya.
4) Analisis dan Refleksi
118
Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick mampu meningkatkan
hasil belajarnya dan keaktifan siswapun meningkat. Untuk penilaian hasil
belajar dari ranah kognitif dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil
belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 85,92 terlihat
meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sebelum
penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick yaitu
73,70. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan
75,00 sebanyak 34 siswa dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Dengan kata
lain, indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu 85% siswa
telah memperoleh nilai diatas 75,00 dari 70% target yang direncanakan.
Untuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik siswa peneliti
melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan pengamatan sekitar 70% siswa nilai
psikomotoriknya telah mencapai 75,00. Dengan kata lain indikator
ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu sebesar 70% siswa telah
memperoleh nilai minimal 75,00 dari target 70% yang telah
direncanakan.
Berdasarkan pengamatan pada siklus I siswa lebih aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan sebelum diterapkannya
model pembelajaran TGT dan Talking Stick. Siswa tampak aktif dalam
menjawab pertanyaan guru saat Talking Stick, aktif dalam diskusi dan
kerja kelompok serta aktif saat turnamen akademik. Rata-rata keaktifan
siswa pada siklus I mencapai 70,83% dengan demikian indikator
ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 70% telah
tercapai.
Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus
I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
(a) Masih terdapat siswa yang belum bisa bekerjasama dengan anggota
dalam timnya karena ketidakcocokan antar siswa yang satu dengan
yang lain
119
(b) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengutarakan pendapat
karena dia merasa malu ketika memberikan pendapatnya pada teman.
(c) Terdapat beberapa siswa yang tidak mau menjawab pertanyaan saat
talking stick dengan alasan tidak bisa.
(d) Pada saat turnamen akademik berlangsung guru merasa kualahan
dalam menjangkau semua siswa untuk dimonitoring jalannya
turnamen akademik.
Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah:
(1) Guru harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan
langsung terhadap anak yang mengalami kesulitan bekerjasama
dengan anggota kelompoknya, sehingga setiap siswa memiliki
motivasi dan kesadaran bekerjasama dengan orang lain.
(2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa agar mereka tidak malu
dalam mengutarakan pendapatnya karena dengan keberanian
mengutarakan pendapat kepada orang lain akan menumbuhkan
pemikiran kritis dalam dirinya.
(3) Guru memberikan pemahaman kepada siswa agar mereka tidak takut
mencoba untuk menjawab pertanyaan dari guru dan memberikan
pemahaman bahwa mereka bisa karena mencoba.
(4) Pada turnamen akademik selanjutnya peneliti yang bertindak sebagai
guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan
Talking Stick meminta bantuan guru pengampu mata pelajaran
akuntansi keuangan untuk ikut serta dalam memonitoring siswa saat
turnamen berlangsung.
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari
Sabtu, 6 Maret 2010 diruang guru SMK Negeri 1 Surakarta. Guru
bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
120
dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus II akan dilaksanakan 3 kali pertemuan, masing-
masing pertemuan 2 jam pelajaran. Penelitian ini direncanakan dimulai
tanggal 12 Maret, 15 Maret dan 19 Maret 2010. Tahap perencanaan
tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
(a) Menyiapkan perangkat pembelajaran
Peneliti dibantu Ibu Sri Lestari selaku guru mata pelajaran akuntansi
keuangan kelas XI Akuntansi 2 menyiapkan silabus mata pelajaran
akuntansi keuangan kelas XI, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario
pembelajran akuntansi keuangan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Skenario
pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Pertemuan Pertama (Jumat, 12 Maret 2010)
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Penyajian konsep-konsep materi.
(2) Pemberian pertanyaan lisan kepada siswa dengan melemparkan
bola kepada siswa, bagi siswa yang memperolehnya wajib untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
(3) Belajar tim dan kerja tim.
(4) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
(5) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan
turnamen akademik antar tim, siswa diminta untuk
mempersiapkan diri.
Pertemuan Kedua (Senin, 15 Maret 2010)
Alokasi waktu: 2 x 35 menit
(1) Penempatan siswa pada meja turnamen. Siswa yang mempunyai
kemampuan akademik yang sama ditempatkan pada satu meja.
(2) Pelaksanaan games.
(3) Review pelaksanaan games tournament.
121
(4) Pemberitahuan kepada siswa bahwa besok akan diadakan
evaluasi yang pertama, siswa diharapkan menyiapkan diri.
Pertemuan Ketiga (Jumat, 19 Maret 2010)
Alokasi waktu: 2 x 45 menit
(1) Pelaksanaan tes hasil belajar.
(2) Pengumuman pemenang turnamen
(3) Menyebar angket untuk penilaian ranah afektif
(b) Menyiapkan instrument penelitian
Peneliti menyusun instrument penelitian, yaitu berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi tentang penerapan pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick.
(c) Menyiapkan meteri sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Materi pokok yang digunakan dalam penerapan pembelajaran TGT
dan Talking Stick untuk siklus II masih sama dengan siklus I namun
berbeda Kompetensi dasarnya adalah kartu utang.
Standar Kompetensi: Mengelola Kartu Utang
Kompetensi Dasar:
(1) Membukukan Mutasi Utang ke Kartu Utang
(2) Menyusun Laporan Utang
(d) Mendesain alat evaluasi berupa tes formatif untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif
TGT dan Talking Stick
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
(masing-masing 2 jam pelajaran) seperti yang telah direncanakan yaitu
122
tanggal 12 Maret, 15 Maret dan 19 Maret 2010 di ruang kelas XI
Akuntansi 2. Pelaksanaan dilaksanakan seharusnya dilaksanakan selama
3 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP namun pada
tanggal 15 Mare 2010 terdapat Try Out untuk kelas XII maka untuk
kelas X dan kelas XI masuk sekolahnya siang, setiap jam pelajaran hanya
berdurasi 35 menit, sehingga untuk pertemuan tanggal 15 Maret 2010
hanya 2 x 35 menit.
Pelaksanaan tindakan ini guru menerapkan model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick dengan media kartu impian dan bola.
Saat pembelajaran guru hanya menjelaskan materi secara garis besar dan
kegiatan selanjutnya lebih dipusatkan pada diskusi kelompok serta
pembelajaran dengan turnamen akademik.
Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi secara garis
besar kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan
melempar bola kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa
tersebut berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu
menempatkan siswa kedalam tim yang telah dibentuk untuk belajar tim
dan mengerjakan tugas tim. Pertemuan kedua dilaksanakan dengan
mengadakan turnamen akademik berupa soal-soal yang berhubungan
dengan materi yang telah dipelajari. Pertemuan ketiga dilaksanakan
dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui pencapaian
belajar siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
(a) Pertemuan Pertama (Jumat, 12 Maret 2010)
(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka
dan mengecek kehadiran siswa
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas
(3) Guru menerangkan materi tentang identifikasi umur utang,
pembukuan utang kedalam kartu utang dan pembuatan laporan
utang.
123
(4) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang telah dijelaskan, guru melemparkan bola kepada siswa dan
bagi siswa yang mendapat bola diwajibkan menjawab pertanyaan
dari guru
(5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi
yang telah disampaikan dan mendiskusikan dengan anggota
kelompok tentang materi yang diajarkan
(6) Siswa mengerjakan lembar kerja tim. Lembar kerja tim
dikumpulkan pada hari itu juga. Guru dan siswa membahas hasil
kerja mereka. Guru mempersilakan tim yang bersedia
mempresentasikan hasil kerja mereka.
(7) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Sastri, Dyah Ayu,
Anastasia, dan Rika
Pelaksanaan tindakan pertama sampai pada langkah kerja tim
karena keterbatasan waktu ada beberapa siswa yang belum mendapat
kesempatan (mendapat bola) untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Selain itu siswa juga tidak dapat mempersentasikan hasil kerja tim
mereka dikarenakan keterbatasan waktu pula.
(b) Pertemuan Kedua (Senin, 15 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.
(3) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya kepada siswa
yang belum mendapat kesempatan untuk mendapatkan bola, guru
melemparkan bola kepada siswa dan bagi siswa yang mendapat
bola diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru.
(4) Guru mengumumkan penempatan siswa pada meja turnamen.
(5) Guru membagikan perlengkapan untuk turnamen.
124
(6) Siswa melaksanakan games/ turnamen akademik. Peneliti yang
bertindak sebagai guru beserta guru yang mengajar akuntansi
keuangan kelas XI mengawasi jalannya turnamen akademik.
(7) Setelah waktu untuk turnamen akademik berakhir, guru mereview
jalannya turnamen akademik kemudian membahas soal turnamen
akademik yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah itu guru
menghitung skor yang diperoleh siswa.
(8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi tes
hasil belajar sesuai apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Pelaksanaan pertemuan kedua ini diakhiri dengan membahas
soal yang dianggap sulit oleh siswa saat turnamen akademik
berlangsung.
(c) Pertemuan Ketiga (Jumat, 19 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.
(3) Guru membarikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tes hasil belajar.
(4) Guru membagikan soal kepada siswa lalu mempersilakan siswa
untuk mengerjakannya secara mandiri.
(5) Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar agar
hasilnya benar-benar mencerminkan kemampuan siswa, pada saat
tes berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba bertanya
kepada temannya, namun guru segera memperingatkan siswa
untuk mengerjakan soalnya secara mandiri.
(6) Meskipun pada awal-awalnya terdapat beberapa siswa yang
mencoba untuk bertanya kepada temannya, namun kegiatan
evaluasi pertama berlangsung cukup tertib.
(7) Kegiatan belajar tim, kerja tim, turnamen akademik dan kegiatan
evaluasi pada siklus II sudah berakhir, kemudian memberi
125
penghargaan pada tim yang berhasil memperoleh skor terbanyak.
Penghargaan yang diberikan yaitu reward oleh guru yang berupa
sertifikat dan bingkisan untuk tim yang terbaik. Pada siklus II tim
Tulib mendapat predikat Great Team (tim sangat baik) dengan
skor rata-rata 45, dan tim Anggrek, Mawar dan Kenanga berhasil
memperoleh skor rata-rata tim 40 sehingga mereka mendapat
predikat tim baik (goodteam).
3) Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan
dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi
dilakukan oleh peneliti mengacu pada lembar observasi yang telah
disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan
model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dan Talking
Stick serta untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi
pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif TGT dan
Talking Stick. Pada saat observasi berlangsung, kegiatan peneliti yang
juga berperan sebagai guru saat penerapan model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick adalah memantau pelaksanaan
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Guru melakukan
penyajian kelas tentang pelaksanaan model kooperatif TGT dan Talking
Stick serta penjelasan konsep materi tentang kartu utang dengan sub
materi identifikasi data utang. Guru juga melakukan penilaian terhadap
peran serta siswa selama kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan
siswa selama pembelajaran, penilaian ranah kognitif siswa untuk
mengetahui sejauh mana siswa memahami tentang materi yang dipelajari,
penilaian ranah afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam
mempelajari akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik
siswa untuk mengetahui keterampilan siswa.
Selama pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick
berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa belajar
126
dalam timnya tentang sub materi identifikasi umur utang, membukukan
mutasi utang ke kartu utang dan penyusunan laporan utang, sebagian
besar siswa sudah dapat memberikan kontribusi bagi timnya masing-
masing. Pada saat turnamen berlangsung mereka terlihat sangat
bersemangat untuk memenangkan turnamen demi menyumbangkan skor
terbaik untuk tim mereka.
Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan pada siklus II. Siswa yang semula pasif mendengarkan
penjelasan dari dan teman telah berani bertanya dan mengeluarkan
pendapatnya. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada
siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran.
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick
mampu meningkatkan hasil belajarnya dan keaktifan siswapun
meningkat. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan
TGT dan Talking Stick karena siswa sudah terbiasa dengan model
pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick menjadi lebih efektif.
Untuk penilaian hasil belajar dari ranah kognitif mengalami peningkatan
pada siklus II ini yang dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil
belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 93,55% terlihat
meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka pada siklus I yaitu
dengan rata-rata 85,92. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas
standar ketuntasan 75,00 sebanyak 39 siswa dari jumlah keseluruhan 40
siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus II telah
tercapai yaitu 97,5% siswa telah memperoleh nilai diatas 75,00 dari 75%
target yang direncanakan.
Untuk penilain hasil belajar ranah psikomotorik siswa peneliti
melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran
127
berlangsung. Berdasarkan pengamatan pada siklus II sekitar 77,5% siswa
nilai psikomotoriknya telah mencapai 75,00. Dengan kata lain indikator
ketercapaian pada siklus II telah tercapai yaitu sebesar 75% siswa telah
memperoleh nilai minimal 75,00 dari target 75% yang telah
direncanakan.
Untuk penilaian hasil belajar ranah afektif mengenai minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran akuntansi keuangan menunjukkan bahwa
setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking
Stick minat siswa semakin tinggi.
Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan dibandingkan pada saat
siklus I. Siswa tampak lebih aktif dalam menjawab pertanyaan guru saat
Talking Stick, aktif dalam diskusi dan kerja kelompok serta aktif saat
turnamen akademik. Rata-rata keaktifan siswa pada siklus II mencapai
85% dengan demikian indikator ketercapaian yang telah ditetapkan
sebelumnya yaitu sebesar 75% telah tercapai.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick pada
siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap memuaskan sehingga tidak
perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus
II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
(a) Guru lebih bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk
lebih memperhatikan presentasi guru saat kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung
(b) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang
tidak perlu (mengobrol sendiri) dan siswa lebih bersemangat ketika
diskusi berlangsung. Disamping itu siswa juga lebih antusias ketika
menjawab pertanyaan dari guru.
128
0
20
40
60
80
100
Sebelum TGTdan Talking
Stick
Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
(c) Kekompakan dan kerjasama antar siswa mengalami peningkatan
karena mereka telah terbiasa untuk bekerja sama dalam timnya.
Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah:
(1) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pelajaran yang
kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
(2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model
pembelajaran saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat
mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.
C. Pembahasan
Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
Talking Stick ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar akuntansi keuangan siswa. Penelitian yang dilakukan
dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model yang sama pada setiap
siklusnya yaitu pemaduan TGT dan Talking Stick dengan menggunakan media
kartu impian dan bola. Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran
mampu meningkatkan hasil belajar. Selain itu dengan penerapan model
pembelajaran TGT dan Talking Stick dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada grafik
berikut:
1. Penilaian Hasil Belajar Siswa Kognitif
Tabel 14. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Prosentase (%) Kriteria Sebelum TGT dan Talking
Stick Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas 37,5 15 2,5 Tuntas 62,5 85 97,5
129
Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Penilaian aspek kognitif siswa pada saat diterapkannya
pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick
dilakukan melalui pemberian post tes diakhir siklus. Sedangkan
penilaian kognitif siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick diperoleh dari ulangan harian siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai rata-rata
nilai ulangan siswa sebelum penerapan model pembelajaran TGT dan
Talking Stick adalah 73,70 dengan prosentase siswa yang tuntas adalah
sebesar 62,5%. Hal ini menunjukkna bahwa hasil belajar kognitif siswa
masih rendah sebab banyak siswa yang belum mencapai nilai 75,00
sebagai nilai batas tuntas keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai
ulangan siswa dikarenakan siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Banyak siswa yang tidak mau bertanya kepada guru
meskipun mereka belum faham terhadap materi yang bersangkutan,
selain itu siswa juga cepat merasa bosan karena pembelajaran kurang
inovatif.
Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif siswa. Hal ini terbukti pada nilai post tes diakhir siklus I
nilai rata-rata siswa 85,92 dengan prosentase ketuntasan sebesar 85%
terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa yaitu sebesar 22,5%
(prosentase sebelum siklus I yaitu 62,5%, prosentase siklus I 85%)
peningkatan nilai rata-ratanya yaitu sebesar 12,22 (sebelum siklus I
yaitu 73,70, nilai siklus I 85,92). Dengan demikian indikator
ketercapaian belajar siswa pada siklus I sebesar 70% telah tercapai. Hal
ini menunjukkan siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan
oleh guru sebab adanya penerapan pemaduan model pembelajaran TGT
130
dan Talking Stick. Pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar
kognitif siswa yang terbukti dengan nilai rata-rata mereka adalah 93,55
dengan prosentase ketuntasan sebesar 97,5% melampaui indikator
ketercapaian ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebelumnya
yaitu 75%. Apabila dibandingkan dengan siklus I, prosentase
ketuntasan siswa mengalami peningkatan sebesar 12,5% ( siklus I 85%,
siklus II 97,50%), dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,63 (rata-
rata nilai siklus I 85,92, nilai rata-rata siklus II 93, 55). Apabila
dibandingkan dengan sebelum penerapan TGT dan Talking Stick, nilai
rata-rata siswa siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,85 (sebelum
penerapan TGT dan Talking Stick 73,70, siklus II 93,55) dengan
peningkatan prosentase ketuntasan siswa sebesar 35% (sebelum
penerapan 62,5%, siklus II 97,5%). Di dalam penilaian aspek kognitif
ini pada siklus II masih terdapat seorang siswa yang tidak tuntas dalam
belajarnya dikarenakan nilainya dibawah KKM yaitu hanya
memperoleh 73, perlakuan yang dilakukan oleh guru kepada siswa ini
adalah dengan pendekatan langsung pada siswa tersebut yaitu dengan
memberikan konseling diantaranya mencari tahu permasalahan apa
yang sedang dihadapi siswa yang menjadi hambatannya dalam belajar.
Jika permasalahan itu dikarenakan siswa kesulitan terhadap materi
pelajaran yang bersangkutan maka guru memberikan penjelasan ulang
secara perlahan agar siswa paham dengan materi yang dianggapnya
sulit, jika permasalahan yang dihadapi siswa tersebut berkaitan dengan
masalah pribadinya maka guru berusaha untuk memberikan solusi guna
membantu siswa untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Tabel 15. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa Jumlah siswa Prosentase Kriteria
Sebelum Penerapan TGT dan
Talking Stick
Setelah Penerapan TGT dan
Talking Stick
Sebelum penerapan TGT dan
Talking Stick
Setelah Penerapan TGT dan
Talking Stick
131
Tidak Minat 0 0 0% 0% Kurang Minat 0 0 0% 0% Cukup minat 2 0 5% 0% Berminat 34 24 85% 60% Sangat Minat 4 16 10% 40%
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
0
20
40
60
80
100
TidakMinat
KurangMinat
CukupMinat
Berminat Sangatberminat
% SebelumTGT danTalking Stick
% SetelahTGT danTalking Stick
Gambar 8. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam ranah afektif
dilakukan dengan menyebar angket kepada siswa. Berdasarkan data
yang diperoleh peneliti terlihat bahwa minat siswa dalam mempelajari
akuntansi keuangan mengalami peningkatan setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Hal ini dapat
terbukti bahwa siswa yang sangat berminat dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi keuangan mengalami peningkatan sebanyak 12
orang (sebelum TGT dan Talking Stick 4, setelah TGT dan Talking
Stick 16), peningkatan prosentase siswa yang sangat minat dalam
mengikuti pembelajaran akuntansi keuangan adalah 30% (sebelum TGT
dan Talking Stick 10%, setelah TGT dan Talking Stick 40%). Hal ini
menandakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran TGT
dan Talking Stick siswa lebih berantusias dalam mengikuti
pembelajaran.
132
3. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik
Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
0
20
40
60
80
100
Sebelum TGTdan Talking
Stick
Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
Gambar 9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik
Untuk mengetahui hasil belajar ranah psikomotorik siswa
peneliti melakukan pengamatan kepada siswa sebelum diterapkan
pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick
dan ketika diterapkannya kedua model pembelajaran kooperatif
tersebut selama pembelajaran pada siklus I dan dan siklus II.
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian terlihat bahwa
ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang artinya keterampilan
siswa dalam pembelajaran akuntansi keuangan mengalami peningkatan.
Sebelum diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick
hasil belajar ranah psikomotorik siswa rendah yang ditunjukkan dengan
jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 keatas hanyalah 6 orang (15%)
dari 40 siswa. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak memiliki
keterampilan yang baik dalam akuntansi keuangan namun mereka
cenderung acuh terhadap pembelajaran. Hasil belajar ranah
Prosentase (%) Kriteria Nilai awal Nilai siklus I Nilai Siklus II
Tidak Tuntas 85 30 22,5 Tuntas 15 70 77,5
133
psikomotorik siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick, yang
dibuktikan dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai psikomotorik
minimal 75 ada 28 siswa, hal ini mengalami peningkatan sebanyak 55%
(sebelum diterapkan TGT dan Talking Stick 15%, siklus I 70%).
Dengan demikian indikator ketercapain ketuntasan belajar siswa pada
siklus I sebesar 70% telah tercapai. Pada siklus II hasil belajar ranah
psikomotorik siswa mengalami peningkatan 7,5% dari siklus I (siklus I
70%, siklus II 77,5%) sehingga indikator ketercapaian ketuntasan
belajar siswa untuk siklus II sebesar 75% telah tercapai. Dengan
adanya kenaikan prosentase ketuntasan siswa ini menandakan bahwa
keterampilan mereka setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick lebih baik daripada sebelum
diterapkan model pembelajaran TGT dan Talking Stick, selain itu siswa
juga lebih terampil dalam pembelajaran baik dalam bekerjasama dengan
temannya, mengeluarkan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari
guru.
Berdasarkan hasil penilaian ketiga aspek diatas (kognitif, afektif
dan psikomotorik) nilai siswa dalam aspek kognitif lebih tinggi
dibandingkan aspek psikomotorik dikarenakan keterampilan siswa
dalam hal kognitif (pengetahuan, pemahaman, menganalisa) lebih
dominan dibandingkan dengan keterampilan psikomotorik masing-
masing siswa.
Berdasarkan hasil penilaian ketiga aspek diatas (kognitif, afektif
dan psikomotorik) dalam pembelajaran akuntansi keuangan siswa XI
Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Surakarta menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif TGT dan Talking Stick. Sebagian besar siswa dapat
melibatkan diri secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Siswa menunjukkan lebih berantusias, lebih aktif
dan mengubah perilakunya lebih positif setelah penerapan model
134
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Hal ini terlihat dari
perubahan siswa selama pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pemaduan TGT dan
Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas maka ketuntasan hasil belajar
siswa dan siswa dapat setiap siklus mengalami peningkatan yang dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 17. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Ranah Kognitif Ranah Psikomotorik Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas
Sebelum TGT dan Talking Stick
37,5% 62,5% 85% 15%
Siklus I 15% 85% 30% 70% Siklus II 2,5% 97,5% 22,5% 77,5%
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Apabila digambarkan dengan grafik maka peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
0
20
40
60
80
100
Kognitif Psikomotorik
Sebelum TGTdan TalkingStick
Siklus I
Siklus II
Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa untuk ranah afektif tidak
diikutsertakan pada grafik diatas dikarenakan penilaian ranah afektifnya
dilaksanakan pada saat sebelum penerapan pemaduan model
pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick dan setelah
diterapkannya pemaduan model pembelajaran kooperatif TGT dan
Talking Stick jadi pada penelitian ini penilaian ranah afektifnya tidak
135
pada saat proses pembelajaran dengan TGT dan Talking Stick
berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi di kelas XI Akuntansi 2 sebelum
diterapkannya pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
Talking Stick dan selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang
telah menerapkan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan Talking Stick keaktifan siswa didalam kelas terus mengalami
peningkatan yang akan ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 18. Prosentase Keaktifan Siswa Kelas XI Akuntansi 2 Ketika diterapkan TGT dan
Stick Sebelum
diterapkan TGT dan Talking Stick Siklus I Siklus II
Prosentase 27,5% 70,83% 85% (Sumber: data primer yang diolah, 2010)
0
20
40
60
80
100
Sebelum TGTdan Talking Stick
Siklus I Siklus II
Persentase KeaktifanSiswa
Gambar 11. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Penilaian keaktifan siswa dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan grafik diatas keaktifan siswa mengalami peningkatan
pada siklus I dibandingkan sebelum diterapkan TGT dan Talking Stick yaitu
sebesar 43,33% (sebelum TGT dan Talking Stick 27,5%, siklus I 70,83). Dengan
demikian indikator ketercapain keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 70%
telah tercapai. Pada siklus II keaktifan siswa juga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I yaitu sebesar 14,17% (siklus I 70,83% dan siklus II
85%) sehingga indikator ketercapaian ketuntasan belajar siswa untuk siklus II
sebesar 75% telah tercapai.
136
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
G. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta Surakarta. Indikator peningkatan
hasil belajar siswa antara lain:
a. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini bisa
dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian hasil
belajar siswa untuk ranah kognitif siswa yang tuntas sebelum diterapkan
TGT dan Talking Stick adalah 62,5%, pada siklus I siswa yang tuntas
sebesar 85% dan pada siklus II siswa yang tuntas sebesar 97,5%.
b. Minat siswa terhadap pembelajaran akuntansi keuangan meningkat. Hal
ini dapat dilihat dari penilaian ranah afektif siswa, sebelum diterapkannya
model pembelajaran TGT dan Talking Stick 5% siswa yang cukup minat
dalam belajar akuntansi keuangan, 85% siswa minat dan 10% siswa sangat
minat dalam mempelajari akuntansi keuangan, sedangkan setelah
diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick terdapat 60%
siswa minat dalam mempelajari akuntansi keuangan dan sisanya sebanyak
40% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi keuangan.
c. Keterampilan siswa juga mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari
penilaian ranah psikomotorik siswa. Sebelum diterapkannya model
pembelajaran TGT dan Talking Stick nilai rata-rata siswa untuk ranah
psikomotorik sebesar 63,38, pada siklus I nilai rata-rata mereka sebesar
75,38 dan pada siklus II nilai rata-rata mereka menjadi 79,63.
d. Selain ketiga ranah diatas berdasarkan observasi kelas siswa terlihat
antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi
keuangan, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan
137
peningkatan dari 27,5% (sebelum diterapkan model pembelajaran TGT
dan Talking Stick) menjadi 70,83% (pada siklus I), dan pada siklus II
sebesar 85%. Siswa sudah tidak malu dan lebih berani untuk menjawab
pertanyaan dari guru, senang berdiskusi dengan temannya dan tidak takut
lagi dalam mengeluarkan pendapatnya baik kepada guru maupun dengan
teman yang lainnya.
H. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik
implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut :
1. Implikasi Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan
pembelajaran akuntansi keuangan pada materi mengelola kartu utang dengan
menggunakan model pembelajaran TGT dan Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari segi keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik yang
dapat dilihat dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik siswanya. Hal
ini disebabkan model pembelajaran TGT dan Talking Stick selalu
menekankan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik ketika
menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dalam tim maupun pada saat
mengikuti turnamen akademik..
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang
saling berkaitan satu sama yang lainnya. Faktor-faktor tersebut berasal dari
pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru antara lain dalam
mengembangkan dan menjelaskan suatu materi, kemampuan guru dalam
mengembangkan strategi dan model serta metode pembelajaran, kemampuan
guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, serta
kemampuan guru dalam meningkatkan minat dan semangat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang berasal dari siswa
138
antara lain minat, antusias belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan pemaduan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang disesuaikan pula dengan materi
pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas
baik proses maupun hasil dari pembelajaran akuntansi keuangan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, guru dapat menerapkan berbagai model dan
metode pembelajaran yang baru, inovatif dan menyenangkan yang dapat
memacu siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.
I. Saran
Berdasarkan atas hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
a. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan
belajar mengajar.
b. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha
mengembangkan model dan metode pembelajaran yang menjadikan siswa
untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas
dengan menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil
pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kemampuan yang dimiliki.
139
b. Hendaknya selalu mengembangkan model dan metode pembelajaran yang
dapat merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami
materi pembelajaran.
c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan
sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan siswa dapat
lebih mudah memahami materi pembelajaran.
3. Bagi siswa
a. Hendaklah berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran.
b. Hendaknya siswa dapat bekerjasama dalam arti positif, baik dengan guru
maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
c. Hendaknya meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang baik
sehingga tidak merasa canggung ketika hendak bertanya maupun
mengutarakan pendapat kepada orang lain.
140
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia
Asep Jihad. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press
Cholid Narbuko. 2003. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Devi Catur Pawestri. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teams
Games Tournament (TGT) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sebagai
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 3
Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: UNS
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Nana Sujana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Oemar Humalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Purwodarminto. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rochiati Wiriatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Suharsimi Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup
141
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya
http://www.penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelebihan-model
pembelajaran-kooperatif.html)
Diakses pada tanggal 3 Desember 2009 pukul 12.53 WIB
http://learning withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html
Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 pukul 10.00 WIB
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/3313/1073
Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 pukul 10.37 WIB