Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penerapan Prinsip Perspektif Dalam Menggambar Bentuk Pada Siswa KelasVIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
E R W I N10541 00334 10
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA2015
i
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat bagi orang lain
Manusia Hebat Adalah Manusia Yang Bisa
Mengendalikan Diri Disaat Dikuasai Amarah,
Tenang Saat Dipermalukan, Tersenyum Saat Di
Remehkan, Bersabar Saat Menemui Cobaan Dan
Bersyukur Untuk Semua Kekurangan Dan
Kelebihan Yang Dimilikinya.
Ku persembahkan karya sederhana iniUntuk orang tuaku, saudara-saudarakuSertaorang-orangyang mencintai
i
ABSTRAK
Erwin.2015. Penerapan Prinsip Gambar Perspektif “Garis” dalam MenggambarBentuk pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar. SkripsiJurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Muh.Rapi dan MaesarAshari.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggambarbentuk dalam menerapkan perspektif dengan teliti dan untuk mengetahuibagaimana persepsi siswa terhadap menggambar bentuk dalam menerapkanperspektif pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian iniadalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar. Adapun yangmenjadi sampel untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPMuhammadiyah Unismuh Makassar sebanyak 20 orang siswa. Untukmengumpulkan data, peneliti memberikan tes menggambar dan angket.
Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa ada banyak masalah ketikapeneliti memeriksa hasil menggambar siswa karena siswa yang memahamipenerapan prinsip perspektif kurang mampu menggambar dengan baik, butuhsedikit waktu untuk belajar agar bisa menggambar dengan teliti dan menghasilkangambar yang baik. Dan ada juga siswa yang mempunyai gambar yang baik, dalamartian lebih kelihatan rapi namun tidak begitu memahami penerapan prinsipperspektif dalam menggambar bentuk. Siswa ini harus banyak belajar bagaimanacara menerapakan prinsip perspektif dalam menggambar bentuk dan jugamembutuhkan bimbingan dari guru atau siswa yang sudah lebih dahulumemahami cara penerapan prinsip perspektif. Dan berdasarkan dari hasil skorangket siswa adalah 27,35 dengan artian mayoritas menggambar bentuk siswasangat rendah. Siswa memiliki persepsi negatif dalam penerapan prinsip gambarperspektif dalam menggambar bentuk.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alhamdulillahi Robbil Alamin. Dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat petunjukNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai kepada penyusunan skripsi dengan
proses begitu panjang. Salam dan salawat tetap tercurahkan kepada hamba dan
kekasih-Nya Rasulullah Muhammad SAW, keluarga beliau para sahabatnya dan
seluruh yang tetap istiqamah dalam ajaran islam.
Selanjutnya, peneliti juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada orang tuaku tercinta (Saharia dan Bahtiar) dan saudara-saudariku tercinta
(Irwan Bahtiar S.E dan Nurhalisah) atas doa mereka, cinta tulus mereka dan tanpa
waktu, finansial, motivasi dan pengorbanan mereka untuk kesuksesanku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
meraih gelar sarjana pendidikan pada jurusan seni rupa fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan namun, telah banyak kisah sedih dan bahagia yang terukir
mengarungi dalam menyelesaiakan penyusunan tugas akhir sebagai mahasiswa
tetapi berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak berupa doa,
materi, bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu peneliti tak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.H.Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
ix
2. Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn dan Muhammad Thahir, S.Pd.,
Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
4. Ucapan terima kasih saya yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
pertama saya bapak Dr. Muh. Rapi, M.Pd dan bapak Meisar Ashari S.Pd,
M.Sn sebagai pembimbing kedua saya yang dengan tulus ikhlas telah
meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan
dorongan kepada penulis mulai penyusunan rencana penelitian sampai
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Seni rupa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan kepada
penulis.
6. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah Unismuh Makassar, Drs. Kandacong Melle, M.Pd. selaku
Wakil Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar yang telah
membantu penulis dalam penelitian, Ibu masnaeni S.Pd selaku Guru Mata
Pelajaran Seni Budaya SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar atas segala
bantuan yang diberikan kepada penulis dari awal sampai kepada penelitian
selesai.
7. Spesial untuk teman tercinta Nurizzatil Hasanah, S.Pd dan Wahyuni dan
untuk sahabat-sahabatku Muh.Syakir, Andi Qul Ansar AA, Arya Rusmana,
x
Erwin Riadi dan untuk rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Seni Rupa 2010
terima kasih untuk dukungan, persahabatan dan kebersamaan mereka selama
menjalani perkuliahan.
Akhir penulis mengharapkan sumbangan saran kritik yang bersifat
membangun, karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari kesempurnaan dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT., semata.
Raditubillahi rabbaa wabilislamii diinan wabimuhammadin
sallallahualaihi wasallam nabiyyan akhirul qalam, segalanya penulis kembalikan
kepada Allah SWT., sebagai konsekuensi penghambaan secara totalitas semata-
mata kepada-Nya. Semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan walau
sekecil biji dzarrahpun memperoleh ganjaran di sisi-Nya (Amin).
Makassar, Agustus 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1B. Rumusan Masalah .......................................................... 4C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ......................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 7a. Kemampuan ............................................................. 7b. Penerapan .................................................................. 8c. Persepsi .................................................................... 9d. Perspektif ................................................................. 10e. Menggambar Bentuk ................................................ 22
B. Kerangka Pikir ............................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 31
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ............................................ 31B. Variabel dan Desain Penelitian ...................................... 32C. Definisi Oprasional Variabel ......................................... 33
xii
D. Populasi dan Sampul ...................................................... 34E. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 35F. Teknik Analisis Data ...................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 39
A. Hasil Penelitian .............................................................. 39a. Kemampuan Menggambar Bentuk dalam Menerapkan
Prinsip Gambar Perspektif ......................................... 39b. Persepsi Siswa Terhadap Menggambar Bentuk
Dengan Menerapkan Prinsip Gambar Perspektif ....... 41B. Pembahasan .................................................................... 46
a. Kemampuan Menggambar Bentuk dalam MenerapkanPrinsip Gambar Perspektif ......................................... 47
b. Persepsi Siswa Terhadap Menggambar BentukDengan Menerapkan Prinsip Gambar Perspektif ....... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 52
A. Kesimpulan ..................................................................... 52B. Saran................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 56
LAMPIRAN.................................................................................................... 58
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar HalamanGambar 2.1 Contoh Gambar Sederhana ........................................................ 12
Gambar 2.2 Contoh Gambar Benda .............................................................. 13
Gambar 2.3 Contoh Gambar Bangun Sederhana .......................................... 13
Gambar 2.4 Contoh Gambar Benda .............................................................. 13
Gambar 2.5 Contoh Gambar Sederhana ........................................................ 14
Gambar 2.6 Contoh Gambar Benda .............................................................. 14
Gambar 2.7 Contoh Gambar Bangun Sederhana .......................................... 16
Gambar 2.8 Contoh Gambar Benda .............................................................. 16
Gambar 2.9 Contoh Gambar Bangun Sederhana .......................................... 16
Gambar 2.10 Contoh Gambar Benda ............................................................ 17
Gambar 2.11 Contoh Gambar Bangun Sederhana ........................................ 17
Gambar 2.12 Contoh Gambar Benda ............................................................ 17
Gambar 2.13 Contoh Gambar Sederhana ...................................................... 18
Gambar 2.14 Contoh Gambar Perspektif Tiga Titik Hilang Dengan Sudut
Pandang Dari Udara ................................................................ 18
Gambar 2.15 Contoh Gambar Bangun Sederhana ........................................ 19
Gambar 2.16 Contoh Gambar Perspektif Tiga Titik Hilang Dengan Sudut
Pandang dari bawah ................................................................ 19
Gambar 2.17 Satu Titik Lenyap .................................................................... 21
Gambar 2.18 Dua Titik Lenyap .................................................................... 21
Gambar 2.19 Tiga Titik Lenyap .................................................................... 21
Gambar 2.20 Skema Kerangka Pikir ............................................................. 30
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian ........................................................... 33
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh ........... 34
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Pada Penelitian di Kelas VIII ............................... 34
Tabel 3.3 Indikator Penilaian ........................................................................ 35
Tabel 3.4 Pengkategorian Nilai Hasil Menggambar Siswa .......................... 36
Table 4.1 Daftar Nilai Siswa ......................................................................... 41
Tabel 4.2 Siswa merasa bosan dengan diterapkannya prinsip perspektif
dalam menggambar bentuk di mata pelajaran seni budaya ........... 42
Tabel 4.3 Siswa Merasa Termotivasi Dengan Penerapan Prinsip Gambar
Perspektif dalam Menggambar Bentuk ........................................ 42
Tabel 4.4 Penerapan Prinsip Gambar Perspektif Tidak Mempengaruhi
Skor Siswa dalam Menggambar Bentuk ...................................... 43
Tabel 4.5 Skor Siswa Dalam Menggambar Bentuk Lebih Tinggi Dengan
Menggunakan Prinsip Gambar Perspektif .................................... 43
Tabel 4.6 Dengan Menggunakan Prinsip Gambar Perspektif Dapat
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Dalam Menggambar ..... 43
Tabel 4.7 Prinsip Gambar Perspektif yang Diaplikasikan Dapat Mengurangi
Minat Siswa Dalam Menggambar Bentuk ................................... 44
Tabel 4.8 Dengan Menggunakan Prinsip Gambar Perspektif Dapat
Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menggambar .............. 44
Tabel 4.9 Siswa Kesulitan Menggambar Bentuk Dengan Diterapkannya
xv
Prinsip Gambar Perspektif .......................................................... 45
Tabel 4.10 Siswa Mampu Menggambar Bentuk Dengan Teliti Karena
Diterapkannya Prinsip Gambar Perspektif ................................. 45
Tabel 4.11 Dengan Menggunakan Prinsip Gambar Perspektif Tidak
Mempengaruhi Kemampuan Siswa Dalam Menggambar........... 46
Tabel 4.12 Total Skor Dari Angket .............................................................. 46
Tabel 4.13 Hasil Kerja Siswa ........................................................................ 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dewasa ini semakin dituntut untuk mengadakan
pembaharuan diberbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Dalam
dunia pendidikan di Indonesia ini telah ada pembaharuan yang ditandai dengan
adanya perubahan kurikulum. Pendidikan dasar ini terus diarahkan untuk
mendukung peningkatan mutu dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mempercepat
pembangunan. Agar bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi, maka salah satu wadah kegiatan yang dipandang berfungsi
untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah jalur pendidikan formal. Hal ini
sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bertabak, dalam rangkamencedaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertangung jawab(Departemen Pendidikan Nasional, 2003:125).
Untuk mempercepat daya kreatif manusia, salah satu faktor penentu adalah
melalui pendidikan. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitasnya. Dalam pendidikan formal, siswa
2
diberikan berbagai macam mata pelajaran yang semuanya membuat siswa untuk
menjadi aktif dan kreatif. Khususnya pada mata pelajaran seni budaya siswa
dituntut untuk berfikir sekreatif mungkin dengan begitu siswa menjadi aktif di
dalam kelas.
Pendidikan seni budaya, bermakna dan bermanfaat terhadap kebutuhan
perkembangan siswa yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam
bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar
dengan seni. Dalam mata pelajaran seni budaya terdapat beberapa aspek yang
dipelajari antara lain seni rupa, seni tari, seni suara dan seni peran. Aspek-aspek
tersebut memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuannya. Seperti
seni rupa sebagai ungkapan perasaan atau gagasan yang estetis dan bermakna
yang diwujudkan melalui media gambar : titik, garis, bidang, bentuk, warna,
tekstur dan gelap terang yang ditata dengan prinsip-pinsip tertentu. Melalui
gambar kita dapat melahirkan dan mengembangkan ide. Menggambar suatu objek
berarti menterjemahkan persepsi kedalam bahasa visual. Sedangkan menggambar
bentuk merupakan menggambar dengan meniru bentuk objek alam atau objek
benda yang sebenarnya. Dengan Kata lain, pengertian gambar bentuk adalah
gambar yang dibuat sesuai dengan kondisi aslinya.
Dalam menggambar kita sangat membutuhkan tekhnik agar hasil gambarnya
memuaskan. Sebuah gambar dapat terbentuk karena mengunakan berbagai macam
tekhnik tertentu seperti dalam menggambar objek, para penggambar atau pelukis
masing-masing memiliki tekhnik menggambar. Apapun gambarnya pasti memiliki
teknik berbeda antara penggambar atau pelukis satu dengan yang lainnya hal ini di
3
karenakan kenyamanan dalam pembentukan objek gambar, contoh kecilnya saja
dalam menggambar sketsa wajah manusia ada penggambar atau pelukis yang
memulai gambarnya dari bentuk lingkar kepala, dan ada juga yang memulai dari
bentuk wajah yang berupa mata, hidung, mulut dan sebagainya itu bukanlah
sebuah masalah karena setiap penggambar atau pelukis memiliki tekhniknya
masing-masing dalam menggambar karena menggambar itu perlu kenyamanan
dalam sebuah tekhnik.
Salah satu tekhnik atau prinsip menggambar bentuk yaitu perspektif yang
merupakan prinsip menggambar sesuai dengan penglihatan. Objek gambar yang
dekat digambar lebih besar, tinggi, dan jelas. Atau suatu gambar yang dituangkan
pada bidang gambar sesuai dengan pandangan mata. Proses gambarnya memakai
pedoman titik lenyap (TL). Titik lenyap adalah titik akhir dari penglihatan mata
dalam gambar perspektif.
Adapun peraturan-peraturan menggambar perspektif yang bermacam-
macam, pada dasarnya semua mengikuti keadaan alam. Dan hal ini dapat dijumpai
di alam sekitar kita, mata manusia sudah terbiasa untuk melihat benda-benda
sekeliling dalam bentuk perspektif. Seperti diketahui, mata manusia hanya mampu
melihat keadaan sekeliling dengan sudut pandang tertentu yang relatif dan
terbatas. Kemampuan manusia memandang ini tidak dapat dipaksakan untuk
melihat (memandang) obyek sekeliling dengan sudut pandang yang lebih besar.
Dalam penggambaran perspektif terkonstruksi, diumpamakan bahwa pengamatan
obyek berasal dari satu titik pandang, yaitu titik tempat pengamat berdiri
memandang obyek. Keterbatasan jarak pandang manusia ini akan menimbulkan,
4
titik hilang pada pandangan yang horizontal. Sebagai contoh, ketika kita sedang di
berada di pantai, ketika memandang laut lepas akan ada petemuan antara langit
dengan laut. Disitu lah letak keterbatasan pandangan mata manusia, maka dari itu
dibuatlah alat bantu berupa teleskop, teropong bintang atau binocular. Sehingga
timbulah pemikiran manusia dalam menggambarkan alam atau benda, maka
lahirlah tekhnik atau prinsip menggambar dengan perspektif.
Sehubungan dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yaitu memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan menggambar dalam
menerapkan prinsip gambar perspektif khususnya dalam menggambar bentuk.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Prinsip Gambar Perspektif dalam
Menggambar Bentuk pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah siswa dapat menerapkan prinsip perspektif dalam menggambar
bentuk di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar?
2. Bagaimana proses pelaksanaan menggambar bentuk dengan menerapkan
prinsip gambar perspektif di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh
Makassar?
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kemampuan siswa menerapkan prinsip perspektif
dalam menggambar bentuk di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh
Makassar.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses siswa terhadap menggambar bentuk
dalam menerapkan prinsip perspektif pada Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah Unismuh Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat meningkatkan proses
berkarya menggambar ekspresi bagi siswa dan untuk memudahkan guru dalam
mengajarkan siswa cara menggambar bentuk dengan teliti.
2. Siswa
Meningkatkan kemampuan menggambar dan motivasi siswa untuk
menggambar bentuk dengan lebih baik.
3. Bagi peneliti lainnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui dan
memperoleh tambahan ilmu pengetahuan mengenai gambar bentuk dan
6
pengalaman dari permasalahan yang dihadapi selama penelitian dan juga sebagai
bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan menjelaskan beberapa pengertian, sebagai berikut:
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Adapun pengertian kemampuan menurut
para ahli antara lain ialah :
Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan
bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34)
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan
sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat
berhasil.
Robbins (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan
bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang.
Menurut akhmad Sudrajat, kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki
setiap individu dalam melakukan suatu tindakan,kecakapan tersebut berbeda-beda
dan mempengaruhi potensi yang ada di dalam diri individu tersebut.
7
8
2. Penerapan
Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Menurut J.S Badudu dan Sutan
Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain,
1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan,
memasangkan (Ali, 1995:1044). Penerapan dapat juga diartikan sebagai
pelaksanaan. Adapun menurut Riant Nugroho penerapan pada prinsipnya cara
yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan (Nugroho, 2003:158).
Berbeda dengan Nugroho, menurut Van Meter dan Van Horn penerapan
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah /swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan (dalam Wahab, 1997:65). Dalam
hal ini, penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil kerja yang diperoleh melalui
sebuah cara agar dapat dipraktekkan kedalam masyarakat.
a. Unsur-unsur penerapan
Penerapan merupakan sebuah kegiatan yang memiliki tiga unsur penting
dan mutlak dalam menjalankannya. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :
1. Adanya program yang dilaksanakan
2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
9
3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun
pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).
Berdasarkan pengertian di atas maka penerapan mempunyai unsur yaitu
program, target dan pelaksanaan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan.
3. Persepsi
Menurut Rakhmat (2004:49) persepsi ialah proses pemberian makna pada
sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain,
persepsi mengubah sensasi menjadi informasi, sedangkan sensasi merupakan
proses menangkap stimuli yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetap karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.
Sedangkan menurut Yusuf (2001:161) proses pengindraan tersebut
dinamakan persepsi ini dilakukan secara simultan pada suatu saat, serta dengan
segala aspek yang menyertainya. Aspek-aspek tersebut dicoba di lingkungan
dengan dirinya sendiri, untuk kemudian merealisasikannya ke dalam seluruh
aspek yang ada. Dengan kata lain persepsi adalah proses penerimaan rangsangan
atau pengindraan (sensasi) yang dimengerti dan dipahami secara sadar.
Hal senada juga yang disampaikan Chaphin yang dikutip oleh Disminta
(2005:108) mengartikan persepsi sebagai proses pengetahuan obyek dan kejadian
obyek dengan beberapa indera.
Berdasarkan dari landasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud persepsi adalah sesuatu yang menyangkut hubungan manusia dengan
lingkungannya, bagaimana orang yang bersangkutan mengerti dan dapat
10
menginterprestasikan stimulus yang ada di lingkungan, kemudian orang tersebut
memproses hasil penginderaannya itu sehingga timbullah makna tentang obyek
pada dirinya.
4. Perspektif
Perspektif atau sudut pandang adalah teknik atau metode untuk
menggambar objek-objek berupa benda, ruang (interior), dan lingkungan
(eksterior) yang ukurannya lebih besar dari manusia.
Perspektif, dalam dunia seni rupa kita tentunya pernah mendengar kata
tersebut. Tetapi apakah kita sudah memahami apa itu perspektif, berikut akan
coba uraikan apa itu sebenarnya perspektif. Secara etimologi perspektif berasal
dari bahasa Italia Prospettiva yang berarti gambar pandangan. Maka dari itu
perspektif berarti cara melihat suatu benda atau alam dengan teknik tertentu, yang
kemudian diaplikasikan ke bidang gambar (kertas, kanvas). Dengan pemakaian
konstrusksi perspektif memungkinkan kita untuk menggambarkan sebuah benda
atau ruang secara nyata di atas sebuah bidang datar (bidang gambar), atau untuk
memperjelas sebuah rencana yang telah digambarkan secara proyeksi geometri
(tampak atas, depan dan samping). Dengan adanya teknik perspektif
penggambaran suatu objek akan terlihat lebih bervolume, tidak datar (flat), dan
terciptanya keruangan.
a. Prinsip perspektif
Peraturan-peraturan perspektif yang berbeda-beda pada dasarnya semua
mengikuti keadaan alam. Hal ini karena mata manusia sudah terbiasa melihat
11
benda-benda sekeliling dalam bentuk perspektif. Maka orang akan lebih cepat
menangkap maksud sebuah gambar perspektif daripada proyeksi orthogonal.
Mata manusia hanya mampu melihat keadaan sekeliling dengan sudut
pandang tertentu yang relative terbatas. Kemampuan manusia memandag ini tidak
dapat dipaksakan untuk melihat (memandang) objek sekeliling dengan sudut
pandang yang lebih besar.
Dalam menggambar perspektif, pengamatan obyek berasal dari satu titik
pandang. Yaitu titik tempat pengamat berdiri memandang objek. Sudut
dipersempit secara relative, dan dengan cara ini garis-garis lurus akan tetap lurus
dan menghasilkan gambar perspektif yang tidak terdistorsi.
b. Jenis perspektif
1) Perspektif satu titik hilang
Pada dasarnya, perspektif satu titik hilang, dua titik hilang, dan tiga titik
hilang bisa dibagi lagi menjadi berbagai sudut pandang berdasarkan posisi mata
kita berada. Lebih sederhanya, sudut pandang bisa dibagi 3 macam sudut
pandang, yaitu sudut pandang mata burung, sudut pandang normal, dan sudut
pandang mata kucing.
Tahapan untuk menggambar teknik perspektif 1 titik hilang, yaitu sebagai
berikut:
1. Buatlah garis horizon di bagian atas bidang gambar.
2. Letakkan titik hilang di dalam garis horizon. Letak garis titik hilang
bisa di manapun, di pinggir/ di tengah bidang gambar.
12
3. Buatlah garis batas ruangan/ dinding dengan patokan garis berasal
dari titik hilang tersebut.
4. Gambarlah beberapa bangun dasar yang juga berpatokan pada garis
dari titik hilang tersebut. Menggambarnya harus dengan
perencanaan. Karena bangun dasar ini dijadikan gambar objek
benda.
5. Gambarlah seluruh detail benda dengan patokan komposisi pada
bangun dasar.
6. Gambarlah seluruh detail benda dengan patokan komposisi pada
bangun dasar.
7. Arsirlah seperlunya untuk memberikan kesan tiga dimensi, volume,
dan karakter benda.
a) Sudut pandang mata burung
Pada sudut pandang mata burung ini, mata kita seolah-olah berada di atas
dan melihat objek yang berada di bawah. Jadi, letak garis horiszon berada di atas
bidang gambar. Sementara itu, letak letak titik hilang berada pada garis tersebut,
bisa dibagian kiri, tengah, atau sebelah kanan. Bahkan bisa juga diletakkan di luar
bidang gambar. Setiap objek yang digambar, garisnya bersumber dari titik hilang.
Gambar 2.1. Contoh gambar sederhana(Dokumentasi : Erwin)
13
Gambar 2.2. Contoh gambar benda(Dokumentasi : Erwin)
b) Sudut pandang normal
Pada sudut pandang normal, diri kita seolah-olah berdiri normal
memandang lurus kedepan. Dengan demikian, bagian atas dan bagian bawah
terlihat lebih seimbang. Letak garis horizon tepat di tengah-tengah bidang gambar
dan titik hilang bisa diletakkan di mana saja pada garis tersebut. Semua objek
yang digambar garisnya berasal dari titik hilang.
Gambar 2.3. Contoh gambar bangun sederhana(Dokumentasi : Erwin)
Gambar 2.4. Contoh gambar benda(Dokumentasi : Erwin)
14
c) Sudut pandang mata kucing
Pada sudut pandang mata kucing, seolah-olah kita berada di posisi tiarap
dan melihat ke depan,sehingga objek bagian atas akan lebih dominan. Letak garis
horizon di bagian bawah bidang gambar dan letak titik hilang pada garis horizon.
Titik hilang ini dijadikan pusat untuk menarik garis dalam menggambarkan setiap
objek benda.
Gambar 2.5. Contoh bangun sederhana(Dokumentasi : Erwin)
Keterangan : Beberapa bentuk di bawah garis horisontal
Gambar 2.6. Contoh gambar benda
Keterangan : meja dan lemari berada di bawah garis horisontal
2) Perspektif dua titik hilang
Secara teknis, perspektif dengan 2 titik lenyap hampir sama dengan teknik
perspektif 1 titik lenyap. Pada teknik perspektif 2 titik hilang, pada garis horizon
terdapat 2 titik fokus. Persimpangan garis yang berasal dari 2 titik hilang ini akan
15
membentuk sebuah sudut. Biasanya, jika jarak antara 2 titik hilang ini terlalu
dekat, penampakan objek gambar benda mengalami distorsi.
Tahapan untuk menggambar teknik perspektif 2 titik hilang juga hampir
sama dengan teknik perspektif 1 titik hilang, yaitu sebagai berikut:
1. Buatlah garis horizon. Jika memakai sudut pandang mata burung, garis
horizon berada di atas bidang gambar. Jika memakai sudut pandang
normal, garis horizon berada di tengah-tengah bidang gambar. Jika
memakai sudut pandang mata kucing, garis horizon berada dibagian
bawah garis horizon.
2. Letakkan 2 titik, masing-masing di bagian ujung kiri dan kanan bidang
gambar.
3. Jika menggambar ruangan, buatlah batas ruangan itu dengan menarik
garis dari kedua titik tersebut.
4. Gambarlah beberapa bangun dasar dengan patokan dari kedua titik
hilangnya. Bangun dasar tersebut diletakkan dan dikomposisikan sesuai
dengan perencanaan gambar yang dibuat.
5. Gambarlah seluruh detail benda dengan berpatokan pada bangun dasar
yang sudah dibuat. Perhatikan proporsi dan perbandingan antara benda
yang satu dan benda yang lainnya.
6. Arsirlah seperlunya untuk memberikan kesan tiga dimensi, volume, dan
karakter benda.
16
a) Sudut pandang mata burung
Gambar 2.7. Contoh gambar bangun sederhana(Dokumentasi : Erwin)
Keterangan : beberapa bentuk berada di bawah garis horisontal
Gambar 2.8. Contoh gambar benda(Dokumentasi : Erwin)
Keterangan : Kursi dan meja berada di bawah garis horisontal
b) Sudut pandang normal
Gambar 2.9. Contoh gambar bangun sederhana(Dokumentasi : Erwin)
Keterangan : kubus berada di tengah-tengah garis horisontal
dan segitiga sama sisi berada atas garis horisontal, sementara tabung berada di
bawah garis horisontal
17
Gambar 2.10. Contoh gambar benda
Keterangan : Kursi dan meja berada di tenga-tengah garis horisontal
c) Sudut pandang mata kucing
Gambar 2.11. Contoh gambar bangun sederhana(Dokumentasi : Erwin)
Keterangan : beberapa bentuk berada diatas garis horisontal
Gambar 2.12. Contoh gambar benda
Keterangan : Kursi dan meja berada di atas garis horisontal
3) Perspektif tiga titik hilang
Perspektif dengan tiga titik hilang biasanya hanya bisa dipakai untuk
menggambarkan sesuatu yang sangat luas, besar, tinggi, dan secara visual
18
mengalami distorsi yang sangat ekstrem. Biasanya teknik ini dipakai untuk
menggambar outdoor dan sudut pandang dari udara, meskipun bisa juga dipakai
untuk sudut pandang dari bawah atau sudut pandang mata kucing. Agar tidak
mengalami distorsi yang berlebihan, sebaiknya titik hilang diletakkan jauh di luar
bidang gambar.
a) Sudut pandang mata burung atau penglihatan dari atas
Gambar 2.13. Contoh gambar sederhana
Gambar 2.14. Contoh gambar perspektif tiga titik hilang dengan sudut pandang
dari udara
19
b) Sudut pandang mata kucing
Gambar 2.15. Contoh gambar bangun sederhana
Gambar 2.16. Contoh gambar perspektif tiga titik hilang dengan sudut pandang
dari bawah/ mata kucing
c) Unsur-unsur perspektif
1) Bidang horison
Yang dimaksud bidang horison dalam gambar perspektif adalah bidang
khayalan, kedudukannya selalu setinggi mata pengamat dan sejajar dengan bidang
dasar. Berupa garis mendatar, dengan ketinggian mata pengamat dan memisahkan
gambar yang di atas dan di bawah mata. Tinggi cakrawala bervariasi menurut
20
tinggi mata si pengamat. Sikap pengamat (duduk/berdiri) menentukan tinggi
cakrawala.
2) Garis batas
Garis batas adalah penghabisan pandangan dari semua bidang horizontal.
Ketika kita memandang suatau objek, terdapat batas pendangan, maka dari itu
terjadi garis batas suatu benda.
3) Titik lenyap atau titik hilang
Titik hilang adalah titik dalam gambar perspektif di mana garis-garis yang
sesungguhnya dalam keadaan sejajar akan menghilang menuju titik ini. Objek-
objek yang pada kenyataannya sama besar, bila posisinya menjauhi pengamat
akan tergambarkan lebih kecil daripada objek yang lebih dekat dengan pengamat.
Letak titik hilang segaris lurus dengan garis cakrawala (untuk perspektif satu titik
hilang dan dua titik hilang).
4) Titik mata atau titik pandang
Titik pandang merupakan tempat pengamat berada. Dari titik tersebut
pengamat memandang objek dengan sudut pandang tertentu. Semakin jauh
pengamat berada dari objek, semakin luas pula objek yang mampu dipandang
pengamat. Biasanya objek pandangan dalam fokus yang tajam pada manusia
adalah relatif kecil titik tempat menghilangnya benda-benda yang menjauh dari
pandangan mata untuk benda yang tegak lurus dengan bidang (Vertikal).
d) Teknik menggambar perspektif
1) Satu titik lenyap : benda di lihat tepat di depan mata.
21
Gambar 2.17
2) Dua titik lenyap : benda di lihat dari samping/sudut.
Gambar 2.18.
3) Tiga titik lenyap : seperti dua titik lenyap tetapi di tambah satu titik lenyap
di bawah horizon.
Gambar 2.19
22
5. Menggambar bentuk
a. Menggambar
Menggambar dalam bahasa verbal berasal dari kata dasar gambar yang
mendapat imbuhan awalan me-, dengan kata asalnya akan menimbulkan peristiwa
persengauan atau mengalami proses nasalisasi. Sehingga kita dapat memahami
bahwa kata menggambar dan kata gambar memiliki pengertian yang berbeda.
Menggambar yang artinya kegiatan manusia membuat gambar, sedangkan yang
dimaksud dengan gambar ialah hasil tiruan benda mati atau hidup.
Dalam bukunya Anatomi Plastis, Meisar Ashari (2014) menjelaskan,
bahwa salah satu cabang bidang keilmuan dalam seni rupa yang mengedepankan
keterampilan dan penguasaan teknik menggunakan alat dan bahan dalam hal
memindahkan objek pada ruang dan bidang adalah menggambar. Untuk itu tujuan
dari pada penciptaan seni, menggambar disebut juga sebagai :
1. Ekspresi pribadi: sebagai upaya untuk mengungkapkan emosional
terdalam yang diwujudkan dalam berbagai simbolis rupa.
2. Aktualisai diri: usaha atau upaya untuk menbangun eksistensi pribadi
melalui ungkapan estetis.
3. Rekaman peristiwa: merupakan proses penciptaan karya seni dengan
alasan merekam suatu peristiwa tertentu yang menyentuh dan bermakna.
4. Alat komunikasi: upaya untuk membangun berbagai gagasan atau
imajinasi pencipta sehingga dapat dipahami oleh masyarakat penikmatnya.
Seiring dengan paradigma, menggambar saat ini tidak hanya didasari pada
apaa yang terlihat oleh mata semata-mata, namun menggambar dapat dijabarkan
23
secara komprehenshif dan luas. Untuk itu ada berbagai kegiataan menggambar
yang sering kita jumpai dalam dunia seni rupa, berdasarkan tujuan dan sifat
pembelajarannya antara lain seperti: Gambar bentuk, gambar ilustrasi, gambar
teknik, gambar imajinasi, gambar ekspresi, gambar model, gambar dekorasi,
gambar poster, gambar antomi.
Hal terpenting dalam menggambar adalah pemahaman kita terhadap azas
menggambar yang baik dengan menerapkan azas atau prinsip menggambar,
diharapkan gambar yang dihasilkan dapat lebih komunikatif, tertib jelas dan indah
dibanding dengan menggambar secara bebas dan mengabaikan prinsip-prinsip
menggambar dengan lazim. Kecuali, bila kalian telah mahir akan teknik dasar
menggambar dan mencoba sesuatu yang baru melalui eksperimen azas-azas
menggambar yang baru.
Jadi, menggambar ialah semua kegiatan berkarya yang menghasilkan
karya seni rupa dua dimensi (dwi) atau suatu karya seni rupa yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar.
bentuk (shape).
b. Defenisi bentuk
Istilah bentuk dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun (Shape) atau
bentuk plastis (Form). Setiap benda mempunyai bangun dan bentuk plastis.
Bentuk adalah struktur artikulasi sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari
suatu hubungan yang saling terkait, istilah penyajian sering didefenisikan cara
menyajikan, proses dan penampilan.
24
Bentuk adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk
itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsur
pendukung karya lainnya. Ini di jelaskan lebih lanjut oleh Dharsono, bahwa ada
dua macam bentuk yaitu :
a) Bentuk visual sifatnya “arsitektural” yaitu bentuk fisik dari sebuah
karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni
tersebut.
b) Bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan
timbal balik antara nilai-nilai yang di pancarkan oleh fenomena bentuk
fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional, atau yang disebut
“arsitektonik, Darsono dalam Meisar Ashari (2014 : 4)
Pada dasarnya apa yang di maksud dengan bentuk (form) adalah kualitas
daripada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan dari
komposisi unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk pertama, visual
form yaitu bentuk fisik dari suatu karya seniatau satu kesatuan dari unsure-unsur
pendukung karya seni tersebut. Kedua special form yaitu bentuk yang tercipta
karena adanya hubungan timbale balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh
phenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya.
Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari sabject
matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan susunan dari kesan
hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari kekuatan proses imajinasi
seorang penghayat itulah, maka akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (ini)
sebuah karya seni disebut juga makna, (Dharsono, 2007 : 33)
25
c. Eksplanasi menggambar bentuk
Menggambar bentuk adalah menggambar dengan meniru bentuk objek
alam atau obyek benda yang sebenarnya. Dengan Kata lain, pengertian Gambar
bentuk adalah gambar yang dibuat sesuai dengan kondisi aslinya.
Menurut Mulyana (1978:25) Menggambar bentuk adalah suatu proses
pembentukan dan pernyataan kembali buah dari hasil melihat, rencana dan rasa
indah terhadap suatu benda pada bidang datar. Sedangkan Iraji (1991:1)
mendefinisikan menggambar bentuk sebagai kegiatan menggambar yang
mentransformasikan objek atau bentuk-bentuk alam yang ada di sekitar kita pada
sebuah bidang gambar atau kertas.
Secara sederhana menggambar bentuk yaitu memindahkan objek/benda-
benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang
sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada.
1. Macam-macam bentuk
Rachmat Sehernawan & Rizal Ardya Nugraha dalam bukunya, Pendidikan
Seni Rupa, menguraikan lima macam gambar bentuk yang diterapkan pada
Sekolah Menengah Pertama (2010:19), berikut ini beberapa macam bentuk benda
seperti
1. Bentuk kubistis, Bentuk kubistis merupakan bentuk-bentuk menyerupai
kubus atau balok. Benda-benda yang memiliki bentuk kubistis, antara lain
televisi, lemari, meja, kulkas, dan mesin cuci.
26
2. Bentuk piramid dan kerucut
Bentuk piramid merupakan bentuk benda yang menyerupai limas.
Contohnya adalah piramid di Mesir. Adapun bentuk kerucut merupakan
benda dengan bentuk bagian ats lancip, contohnya, kubah dan topi hias.
3. Bentuk silindris
Bentuk silindris merupakan bentuk yang menyerupai tabung atau slinder.
Bentuk yang memiliki bentuk seperti ini memiliki bentuk seperti ini antara
lain gelas, ember, dan toples.
4. Bentuk bola atau bulat
Bentuk bola atau bulat merupakan bentuk benda yang menyerupai bola
yaitu bundar dan bagisan dalamnya terkesan berisi (pejal). Benda yang
memiliki bentuk seperti ini antara lain bola, semangka, dan globe.
5. Bentuk bebas atau tak beraturan
Bentuk bebas merupakan bentuk benda yang tidak memiliki keteraturan
atau lepas dari bentuk geometris. Contohnya, binatang, tas, sepatu,
pakaian, dan buah-buahan.
2. Langkah menggambar bentuk
Menurut Suhernawan & Nugraha dalam bukunya, Pendidikan Seni
Rupa (2010 19), yang dimaksud dengan langkah-langkah adalah prosedur atau
tata urutan kerja. Adapun langkah-langkah dalam menggambar bentuk adalah
sebagai berikut :
27
a. Pengamatan
Merupakan kegiatan mengenali objek yang akan di gambar. Objek
gambar harus diamati berulang-ulang dan lebih baik dilakukan dengan
bingkai (frame).
b. Membuat sket
Merupakan pindahan hasil pengamatan di atas bidang gambar dengan
cara mensketsa objek gambar secara tipis-tipis (membayang).
c. Menentukan gelap terang
Dalam menentukan gelap terang di dalam menggambar bentuk ada
beberapa macam teknik, yaitu:
1) Teknik linear
Merupakan cara menggambar objek gabar dengan garis sebagai
unsure yang paling menentukan baik garis lurus maupun lengkung.
2) Teknik blok
Merupakan cara menggambar dengan menutup objek gambar
menggunakan satu warna sehingga hanya terlihat bentuk globalnya (siluet).
3) Teknik arsir
Merupakan cara menggambar dengan garis saling menyilang atau
sejajar untuk menentukan gelap terang objek gambar sehingga tampak tiga
dimensi.
4) Teknik pointilis
Merupakan cara menggambar menggunakan titik-titik untuk
menentukan gelap terang.
28
5) Teknik dusel
Merupakan cara menggambar yang dalam menentukan gelap terang
objek menggunakan pensil yang digoreskan secara miring (rebah).
3. Prinsip menggambar bentuk
Dalam menggambar bentuk ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. Perspektif
Merupakan prinsip penting dalam menggambar bentuk karena dalam teknik
perspektif berarti menggunakan hukum perspektif yang menggunakan 1 atau 2
titik lenyap bahkan 3 titik lenyap.
b. Proporsi
Merupakan perbandingan bagian per bagian atau bagian dengan
keseluruhan. Dengan menerapkan prinsip ini maka objek gambar akan nampak
wajar.
Misalnya: gambar gubuk dibawah kaki gunung atau bukit dimana
proporsinya tentu gunung lebih besar dari gubuk dengan sudut pandang yang
wajar.
c. Komposisi
Merupakan suatu susunan atau letak objek gambar yang bila tepat akan
membuat objek gambar itu semakin indah.
d. Gelap terang (half-tone)
Merupakan hal yang paling pokok dalam suatu gambar atau lukisan. Karena
nilai suatu lukisan sering disalah artikan oleh seseorang yang melihat bahwa
29
lukisan jadi seperti tak ada artinya karena orang yang melihat hanya mencari sisi
terang dari lukisan seorang pelukis. Oleh karena itu gelap terang merupakan
keadaan bidang yang dibedakan dengan warna tua untuk gelap dan warna muda
untuk terang yang disebabkan oleh adanya pengaruh cahaya.
e. Bayang-bayang (shadow)
Dalam menggambar bentuk, pran bayang-bayang akan sangat menentukan
untuk terciptanya kesan tiga dimensi. Meskipun samar-samar bayang-bayang
harus ada.
Bayang-bayang dibedakan jadi 3 yaitu:
1. Bayangan karena sinar (bayang-bayang awal) yang berati bayangan yang
ada pada benda tersebut.
2. Bayangan benda karena sinar mengenai benda lain (bayang-bayang
langkah)
3. Bayangan benda pada permukaan yang licin (bayang-bayang sendiri)
4. Tujuan dan fungsi gambar bentuk
Mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/gagasan, perasaan dalam
wujud dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna.
Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Hasil gambarnya
menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan
ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar.Dalam menggambar bentuk
dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar.
30
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, upaya yang akan dilakukan yaitu
dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikir dan kemampuan menggambar khususnya dalam menggambar bentuk
dengan mnerapkan prinsip perspektif dan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan prinsip perspektif dalam menggambar bentuk.
Kerangka pikir yang telah dipaparkan tersebut di atas dituangkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:
Skema 2.1 Bagan skema kerangka pikir
KemampuanMenggambar
Bentuk
Persepsi Siswadalam Menggambar
Bentuk
Hasil
Penerapan Prinsip Perspektif
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif karena sifatnya menjelaskan atau mendiskripsikan fenomena yang
diteliti. Menurut Mardalis (2004:26) metode deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, dengan kata lain penelitian
deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dan
melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Sedangkan kualitatif bertujuan
untuk menghasilkan data yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku
yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu.
Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini menggunakan data seperti
yang diutarakan oleh Bogdan dan Taylor (1992:21-22) dalam Moleong (1990:3)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Unismuh
Makassar yang terletak di Jalan Talasalapang Raya Makassar Sulawesi Selatan.
31
32
B. Variabel dan desain penelitian
1. Variabel penelitian
Menurut Sugiyono (2013:38) Variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peniliti untuk diamati sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah objek atau kegiatan yang
mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
dalam menggambar bentuk dengan menerapkan prinsip perspektif pada siswa
Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar.
Variabel ini dapat dikategorikan sebagai variabel bebas karena mampu
atau tidaknya siswa menggambar untuk dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
keadaan sesungguhnya kemampuan siswa menggambar bentuk dengan
menerapkan prinsip perspektif.
2. Desain penelitian
Desain penelitian disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat
memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.
Adapun bentuk Desain penelitian ini digambarkan dalam skema seperti
dibawah ini :
33
Skema 3.1 Desain Penelitian
C. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan Variabel penelitian, maka pendefenisian terhadap variabel
perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru. Adapun
defenisi operasional variable tersebut adalah
1. Kemampuan siswa menggambar bentuk dalam menerapkan prinsip
perspektif. Maksudnya adalah Tes menggambar yang diberikan peneliti
kepada siswa untuk mengukur kemampuan siswa menerapkan prinsip
perspektif dalam menggambar bentuk.
2. Persepsi siswa terhadap menggambar bentuk dengan menerapkan prinsip
perspektif.
Penerapan Prinsip Perspektifdalam Menggambar Bentuk
Kemampuan SiswaMenggambar
Bentuk
Persepsi Siswa terhadapPenerapan PrinsipPerspektif dalam
Menggambar Bentuk
Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
34
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Adapun populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah Unismuh Makassar yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah
siswa keseluruhan adalah 58 siswa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar
No KELAS BANYAK SISWA
1 VIIIa 30
2 VIIIb1 17
3 VIIIb2 20
Jumlah67
2. Sampel
Adapun yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah siswa kelas VIIIb2
SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar sebanyak 10 orang siswa dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Sampel pada Penelitian di kelas VIII SMP
Muhammadiyah Unimuh Makassar.
No Kelas Populasi Sampel
1 VIIIa 30 -
2 VIIIb1 17 -
3 VIIIb2 20 10
Jumlah 57 10
E. Teknik Pengumpulan Data
35
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Peneliti memberikan tes menggambar kepada siswa.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode tes ini digunakan
untuk mengukur kemampuan menggambar bentuk siswa dengan menerapkan
prinsip gambar perspektif.
Adapun indikator penilaian menggambar bentuk dengan penerapan prinsip
gambar perspektif dan Kategori nilai hasil menggambar siswa sebagai berikut:
Table 3. Indikator Penilaian
No. KeterampilanButir
Instrumen
1. Penggunaan teknik sesuai prosedur 20
2. Kecermatan titik hilang 30
3. Ketepatan proporsi 20
4. Ketepatan komposisi 20
5. Nilai estetis 10
Jumlah 100
Tabel 4. Pengkategorian Nilai Hasil Menggambar Siswa
Interval Skor Kategori
85 – 100 Sangat Tinggi
75 – 84 Tinggi
60 – 74 Sedang
46 – 59 Rendah
0 - 45 Sangat Rendah
36
2. Peneliti memberikan angket kepada siswa.
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Wirartha, 2006:226). Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan prinsip gambar
perspektif dalam menggambar bentuk. Angket dalam penelitian ini bersifat
tertutup artinya jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih
jawabannya dalam bentuk pilihan ganda.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul melalui tes kemampuan menggambar bentuk siswa
dengan menerapkan prinsip gambar persektif dan angket respon siswa terhadap
penerapan prinsip gambar perspektif dalam menggambar bentuk akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Untuk menganalisa data yang diperoleh dalam
penelitian ini, penulis terlebih dahulu mengklasifikasikan atau mengelompokkan
data berdasarkan variabel. Kemudian dideskripsikan yakni dengan memaparkan
data yang diperoleh sesuai dengan data yang telah ditemukan di lapangan. Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menggambar bentuk dengan menerapkan
prinsip gambar perspektif, akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif,
yaitu data yang terkumpul dideskripsikan secara rinci, yakni (a) reduksi data, (b)
sajian data, (c) penarikan kesimpulan. Untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan prinsip gambar perspektif dalam menggambar bentuk, analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus Mean.
37
Mean ini digunakan untuk mengetahui atau menghitung nilai rata-rata
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan aritmatika. Penghitung mean
tersebut ditentukan dengan cara mengkombinasikan bobot nilai tiap jawaban
responden tersebut di beri nilai:
Tabel 5. Bobot Nilai
Kategori SS S TS STS
Pernyataan Positif 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4
Apabila mayoritas tanggapan responden sangat setuju (SS) maka besarnya
mean akan mendekati angka 4 dan sebaliknya, apabila mayoritas tanggapan
responden menyatakan sangat tidak setuju (STS), maka besarnya mean akan
mendekati angka 1 (dalam skala 1-4). Berdasarkan nilai maksimum dan nilai
minimum tersebut dapat diketahui bagaimana persepsi responden.
Menurut Arikunto (2005:284) rumus mean adalah sebagai berikut:
1. = ∑Keterangan :
X = Rata-rata hitung
∑X = Jumlah semua nilai angket / kuesioner
N = Jumlah responden
Langkah selanjutnya data dijabarkan dalam bentuk kalimat yang
mengandung penelitian simpulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bagaimana
penerapan prinsip gambar perspektif dalam menggambar bentuk.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan dari hasil
analisis data.
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, kemampuan menggambar bentuk dalam
menerapkan prinsip gambar perspektif dan persepsi siswa terhadap menggambar
bentuk dengan menerapkan prinsip gambar perspektif di Kelas VIII SMP
Muhammadiyah Unismuh Makassar, Peneliti menganalisis data dengan
memberikan tes dan angket.
a. Kemampuan menggambar bentuk dalam menerapkan prinsip gambarperspektif.
Untuk mengumpulkan data, peneliti menjelaskan cara menggambar bentuk
dengan menerapkan prinsip gambar perspektif sebelum memberikan tes
menggambar kepada siswa. Hasil dari tes menggambar siswa, dapat membantu
menganalisis kemampuan siswa dalam menggambar bentuk dengan menerapkan
prinsip perspektif.
Ada banyak masalah ketika peneliti memeriksa hasil menggambar siswa
karena siswa yang memahami penerapan prinsip perspektif kurang mampu
menggambar dengan baik, butuh sedikit waktu untuk belajar agar bisa
menggambar dengan teliti dan menghasilkan gambar yang baik. Dan ada juga
siswa yang mempunyai gambar yang baik, dalam artian lebih kelihatan rapi
namun tidak begitu memahami penerapan prinsip perspektif dalam menggambar
38
39
bentuk. Siswa ini harus banyak belajar bagaimana cara menerapakan prinsip
perspektif dalam menggambar bentuk dan juga membutuhkan bimbingan dari
guru atau siswa yang sudah lebih dahulu memahami cara penerapan prinsip
perspektif.
Dari analisis data yang di lakukan oleh peneliti dengan pemeriksaan hasil
menggambar siswa dengan menerapkan gambar perspektif dalam menggambar
bentuk pada mata pelajaran Seni Budaya siswa kelas VIII di SMP
Muhammadiyah Unismuh pada dasarnya sudah mampu menggambar bentuk.
Tetapi dengan diterapkannya gambar perspektif dalam menggambar bentuk
membuat beberapa siswa jadi sulit menggambar dengan baik. Namun dari sisi lain
ada juga siswa yang mampu menghasilkan gambar bentuk yang baik dengan
penerapan gambar perspektif.
Dari hasil keseluruhan gambar siswa menjelaskan bahwa dengan
diterapkannya gambar perspektif dalam menggambar bentuk, merupakan hal yang
sulit bagi siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah Unismuh karena siswa kurang
kreatif dalam menggambar sehingga hasil gambar bentuk saja tidak memuaskan.
Hasil menggambar siswa akan sangat tidak memuaskan jika diterapkan gambar
perspektif dalam menggambar bentuk.
Siswa masih perlu bimbingan dari guru untuk menghasilkan gambar bentuk
yang baik dengan menerapkan gambar perspektif, baik dalam bentuk materi atau
pun praktek. Dalam menggambar bentuk sama halnya dengan “memotret” sebuah
atau sekelompok objek yang sengaja disediakan untuk “dipotret” ke atas bidang
gambar. Mengapa “memotret”? Karena kriteria utama dalam menggambar bentuk
40
adalah kemiripan objek, baik itu kemiripan bentuk,warna, karakter, dll. Definisi
singkat tersebut menyiratkan bahwasannya untuk mencapai kriteria tersebut siswa
memerlukan kemampuan atau keahlian menggambar yang tidak didapatkan secara
singkat atau kilat, jadi siswa harus terus berlatih menggambar agar bisa
menghasilkan gambar yang baik dalam menggambar bentuk dengan menerapkan
gambar perspektif.
Tabel 6. Daftar Nilai Siswa Dengan PembelajaranGambar Bentuk
NO NAMA SISWANILAI
KETSangatMampu
MampuKurangMampu
TidakMampu
1 Izzul Islam √ 32 Muh. Yusuf G √ 23 M. Izyra Al Munawar √ 34 Muh. Fitra R √ 25 Fatahillah Ahmad √ 36 Muhammad Taufan √ 27 Moch Fadhel Lukman √ 38 M. Al Gazali √ 29 Ahmad Azhar Amar √ 210 Zulfikar Ali Fahmi √ 1
b. Persepsi siswa terhadap menggambar bentuk dengan menerapkan prinsipgambar perspektif.
Dalam menganalisis data melalui angket, peneliti memberikan pertanyaan
persepsi siswa terhadap menggambar bentuk dengan menerapkan prinsip gambar
perspektif.
1. Siswa merasa bosan dengan diterapkannya prinsip perspektif dalam
menggambar bentuk di mata pelajaran seni budaya.
41
Tabel 7. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 7 35%2 Setuju 3 15%3 Tidak Setuju 7 35%4 Sangat Tidak Setuju 3 15%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 7 siswa (35%) mengatakan sangat
setuju,3 siswa (15%) mengatakan setuju, 7 siswa (35%) mengatakan tidak setuju
dan 3 siswa (15%) mengatakan sangat tidak setuju.
2. Siswa merasa termotivasi dengan penerapan prinsip gambar perspektif
dalam menggambar bentuk.
Tabel 8. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 7 35%2 Setuju 10 50%3 Tidak Setuju 2 10%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 7 siswa (35%) mengatakan sangat
setuju, 10 siswa (50%) mengatakan setuju, 2 siswa (10%) mengatakan tidak setuju
dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
3. Penerapan prinsip gambar perspektif tidak mempengaruhi skor siswa
dalam menggambar bentuk.
Tabel 9. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 6 30%2 Setuju 10 50%3 Tidak Setuju 3 15%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%
42
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 6 siswa (30%) mengatakan sangat
setuju, 10 siswa (50%) mengatakan setuju, 3 siswa (15%) mengatakan tidak setuju
dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
4. Skor siswa dalam menggambar bentuk lebih tinggi dengan menggunakan
prinsip gambar perspektif.
Tabel 10. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 10 50%2 Setuju 7 35%3 Tidak Setuju 0 0%4 Sangat Tidak Setuju 3 15%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 10 siswa (50%) mengatakan sangat
setuju, 7 siswa (35%) mengatakan setuju, 0 siswa (0%) mengatakan tidak setuju
dan 3 siswa (15%) mengatakan sangat tidak setuju.
5. Dengan menggunakan prinsip gambar perspektif dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa dalam menggambarr bentuk.
Tabel 11. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 11 55%2 Setuju 7 35%3 Tidak Setuju 1 5%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 11 siswa (55%) mengatakan sangat
setuju, 7 siswa (35%) mengatakan setuju, 1 siswa (5%) mengatakan tidak setuju
dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
43
6. Prinsip gambar perspektif yang diaplikasikan dapat mengurangi minat
siswa dalam menggambar bentuk.
Tabel 12. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 9 45%2 Setuju 2 10%3 Tidak Setuju 6 30%4 Sangat Tidak Setuju 3 15%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 9 siswa (45%) mengatakan sangat
setuju, 2 siswa (10%) mengatakan setuju, 6 siswa (30%) mengatakan tidak setuju
dan 3 siswa (15%) mengatakan sangat tidak setuju.
7. Dengan menggunakan prinsip gambar perspektif dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggambar bentuk.
Tabel 13. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 10 50%2 Setuju 8 40%3 Tidak Setuju 1 5%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 10 siswa (50%) mengatakan sangat
setuju, 8 siswa (40%) mengatakan setuju, 1 (5%) siswa (5%) mengatakan tidak
setuju dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
8. Siswa kesulitan menggambar bentuk dengan diterapkannya prinsip
gambar perspektif.
44
Tabel 14. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 4 20%2 Setuju 3 35%3 Tidak Setuju 10 50%4 Sangat Tidak Setuju 3 15%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 4 siswa (20%) mengatakan sangat
setuju, 3 siswa (35%) mengatakan setuju, 10 siswa (50%) mengatakan tidak
setuju dan 3 siswa (15%) mengatakan sangat tidak setuju.
9. Siswa mampu menggambar bentuk dengan teliti karena diterapkannya
prinsip gambar perspektif.
Tabel 15. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 12 60%2 Setuju 4 20%3 Tidak Setuju 3 15%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 12 siswa (60%) mengatakan sangat
setuju, 4 siswa (20%) mengatakan setuju, 3 siswa (15%) mengatakan tidak setuju
dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
10. Dengan menggunakan prinsip gambar perspektif tidak mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menggambar bentuk.
Tabel 16. Angket Respon Siswa
No. Klasifikasi Frekuensi Persentase1 Sangat Setuju 5 60%2 Setuju 10 20%3 Tidak Setuju 4 15%4 Sangat Tidak Setuju 1 5%
Total 20 100%
45
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 5 siswa (25%) mengatakan sangat
setuju, 10 siswa (50%) mengatakan setuju, 4 siswa (20%) mengatakan tidak
setuju dan 1 siswa (5%) mengatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan dari tabel, peneliti menggunakan rumus Arikunto untuk
mengetahui hasil dari jawaban angket siswa, dimana hasil jawaban siswa dari
tanggapan positif untuk sangat setuju adalah 200, 108 setuju, 14 tidak setuju, dan
7 sangat tidak setuju. Dan hasil jawaban siswa dari tanggapan negatif adalah 31
sangat setuju, 56 setuju, 90 tidak setuju, dan 44 sangat tidak setuju.
Kategori SS S T STSTanggapan Positif 200 108 14 7Tanggapan Negatif 31 56 90 44
Total Skor 547Table 17. dari 20 siswa, total skor dari angket adalah 547. Jadi, skor rata-
rata adalah: = ∑=
x = 27,35
dari hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa belajar seni
budaya dengan penerapan prinsip perspektif dalam menggambar bentuk adalah
27,35 menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi negatif dalam penerapan
prinsip gambar perspektif dalam menggambar bentuk.
B. Pembahasan
Bagian ini menyajikan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan tentang
kemampuan menggambar bentuk dalam menerapkan prinsip gambar perspektif
dan persepsi siswa terhadap menggambar bentuk dengan menerapkan prinsip
46
gambar perspektif di Kelas VIII SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar
dianalisis dari hasil tes siswa dan angket.
1. Kemampuan Menggambar Bentuk Dalam Menerapkan Prinsip GambarPerspektif.
Peraturan perspektif yang berbeda-beda pada dasarnya semua mengikuti
keadaan alam. Hal ini karena mata manusia sudah terbiasa melihat benda-benda
sekeliling dalam bentuk perspektif. Seperti yang kita ketahui, mata manusia hanya
mampu melihat keadaan sekeliling dengan sudut pandang tertentu yang relatif dan
terbatas. Kemampuan manusia memandang ini tidak dapat dipaksakan untuk
melihat (memandang) obyek sekeliling dengan sudut pandang yang lebih besar.
Dalam penggambaran perspektif terkonstruksi, diumpamakan bahwa pengamatan
obyek berasal dari satu titik pandang, yaitu titik tempat pengamat berdiri
memandang obyek. Keterbatasan jarak pandang manusia ini akan menimbulkan,
titik hilang pada pandangan yang horizontal. Sebagai contoh, ketika kita sedang
berada di pantai, ketika memandang laut lepas akan ada pertemuan antara langit
dengan laut. Disitu lah letak keterbatasan pandangan mata manusia.
Ketika memeriksa hasil menggambar siswa, banyak kesalahan yang peneliti
temukan mulai dari tidak sesuainya prosedur penggunaan teknik, kecermatan titik
hilang, ketepatan proporsi, serta ketetapan komposisi yang tidak sesuai dengan
penerapan prinsip gambar perspektif. Kesalahan lainnya yaitu siswa yang
memahami penerapan prinsip perspektif kurang mampu menggambar dengan
baik, butuh sedikit waktu untuk belajar agar bisa menggambar dengan teliti dan
menghasilkan gambar yang baik. Dan ada juga siswa yang mempunyai gambar
yang baik, dalam artian lebih kelihatan rapi namun tidak begitu memahami
47
penerapan prinsip perspektif dalam menggambar bentuk. Siswa ini harus banyak
belajar bagaimana cara menerapakan prinsip perspektif dalam menggambar
bentuk dan juga membutuhkan bimbingan dari guru atau siswa yang sudah lebih
dahulu memahami cara penerapan prinsip perspektif. Ada beberapa siswa yang
sudah mampu menerapkan gambar perspektif. Dilihat dari kertas kerja siswa
dibawah ini:
Tabel 18. Hasil Karya Siswa
No Nama Gambar Perspektif Keterangan
1 Izzul Islam Sudah mampu memahami
perspektif sebuah objek dan
hanya saja perlu sedikit
waktu untuk memperbaiki
gambar agar menjadi lebih
proporsional.
2 Muh. Yusuf G Mampu menerapkan
perspektif dalam
menggambar bentuk namun
belum tepat dalam penetapan
proporsi, sedangkan pada
komposisi gambar sudah
sesuai.
48
3 M. Izyra Al
Munawar
Sudah mampu menentukan
perspektif sebuah objek tapi
masih perlu sediki latihan
agar lebih proporsional.
4 Muh. Fitra R Sudah cukup mampu
menentukan perspektif dalam
menggembar bentuk ,
komposisi dan proporsi
sudah sesuai ketentuan.
5 Fatahillah
Ahmad
Sudah mampu menerapkan
perspektif dalam sebuah
objek gambar karena sudah
sesuai dengan ketetapan.
Namun, dalam
pengerjaannya membutuhkan
sedikit waktu lebih agar
gambar terlihat lebih indah.
6 Muhammad
Taufan
Sudah mengerti penerapan
perspektif sebuah gambar
bentuk namun kurang dalam
menetapkan proporsi
49
7 Moch Fadhel
Lukman
Objek masih kurang proporsi
tapi sudah bisa dikatakan
mengerti tentang penerapan
perspektif dalam
menggambar bentuk.
8 M. Al Gazali Cukup bisa menentukan titik
hilang tapi dalam ketetapan
komposisi maupun proporsi
sangat kurang.
9 Ahmad Azhar
Amar
Sudah mengerti cara
penerapan perspektif dalam
menggambar bentuk namun
masih kurang ddalam
proporsinya
10 Zulfikar Ali
Fahmi
Sudah mampu memahami
tentang penerpan perspektif
dalam menggambar bentuk
namun komposisi masih
perlu diasah kembali.
Dalam menggambar perspektif, pengamatan obyek berasal dari satu titik
pandang. Yaitu titik tempat pengamat berdiri memandang objek. Sudut
dipersempit secara relative, dan dengan cara ini garis-garis lurus akan tetap lurus
dan menghasilkan gambar perspektif yang tidak terdistorsi.
50
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan saat menerapkan gambar
perspektif dalam menggambar bentuk yaitu bidang horizon, garis batas, titik
lenyap atau titik hilang dan titik mata atau titik pandang namun dari hasil
menggambar siswa sepertinya tidak memperhatikan unsur-unsur tersebut.
2. Persepsi Siswa Terhadap Menggambar Bentuk Dengan MenerapkanPrinsip Gambar Perspektif.
Rakhmat (2004:49) persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi
sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi
mengubah sensasi menjadi informasi, sedangkan sensasi merupakan proses
menangkap stimuli yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,
tetap karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.
Sementara itu berdasarkan analisis data yang dikumpulkan melalui angket,
ditemukan bahwa mayoritas siswa setuju dengan pernyataan positif dan tidak
setuju dengan pernyataan negatif tentang penerapan gambar perspektif dalam
menggambar bentuk. Hasil akhir dari angket siswa adalah 27,35 artinya bahwa
siswa memiliki persepsi negatif pada penerapan gambar perspektif dalam
menggambar bentuk.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini membahas tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan analisis data.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan gambar perspektif di SMP Muhammadiyah
Unismuh Makassar sebagai berikut:
1. Ada banyak masalah ketika peneliti memeriksa hasil menggambar siswa
karena siswa yang memahami penerapan prinsip perspektif kurang
mampu menggambar dengan baik, butuh sedikit waktu untuk belajar agar
bisa menggambar dengan teliti dan menghasilkan gambar yang baik. Dan
ada juga siswa yang mempunyai gambar yang baik, dalam artian lebih
kelihatan rapi namun tidak begitu memahami penerapan prinsip
perspektif dalam menggambar bentuk. Siswa ini harus banyak belajar
bagaimana cara menerapakan prinsip perspektif dalam menggambar
bentuk dan juga membutuhkan bimbingan dari guru atau siswa yang
sudah lebih dahulu memahami cara penerapan prinsip perspektif.
2. Siswa memiliki persepsi negatif dalam penerapan prinsip gambar
perspektif dalam menggambar bentuk, seperti siswa tidak mengetahui
unsur-unsur dalam menggambar perspektif yang harus diperhatikan.
Berdasarkan dari hasil akhir angket siswa adalah 27,35 dengan artian
51
52
mayoritas menggambar bentuk siswa sangat rendah. Dengan penerapan
prinsip gambar perspektif dalam menggambar bentuk siswa menemukan
banyak pengalaman untuk mengetahui bagaimana cara menggambar
yang baik. Seperti siswa harus lebih aktif, focus dan serius dalam
menggambar. Dalam kasus ini guru harus mengkontrol dan membimbing
siswa pada saat proses menggambar berlangsung.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada
Guru Seni Budaya di SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar, Siswa dan
Peneliti selanjutnya.
1. Saran untuk Guru Seni Budaya
a. Guru harus menggunakan alternative dalam mengajar seni budaya
karena dapat memperbaiki kemampuan menggambar siswa terutama
dalam penerapan gambar perspektif dalam menggambar bentuk.
b. Guru harus lebih mengkontrol siswa pada saat proses menggambar
berlangsung.
c. Di sarankan kepada Guru Seni Budaya untuk memaksimalkan dalam
pemberian bimbingan kepada siswa dalam menggambar bentuk.
2. Saran untuk siswa
a. Siswa harus memberikan perhatian mereka pada saat guru menjelaskan
cara menggambar bentuk yang baik.
53
b. Siswa harus mengingat kesalahan dalam menggambar agar mereka
bisa menggambar dengan lebih teliti dan menghasilkan gambar yang
baik.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjtunya yang ingin melanjutkan penelitian seperti ini harus
lebih baik dan melengkapi informasi penting.
b. Peneliti selanjutnya harus mencari informasi lain tentang penerapan
gambar perspektif dalam menggambar bentuk.
54
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke
Implementasi. Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara
Ali Lukman.(1995:1044). Penerapan Belajar. Jakarta. Balai Pustaka
Arikunto, suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Artgrindcore. 2011. Perspektif Dalam Dunia Seni Rupa, (Online),
(http://alixbumiartyou.blogspot.com/2011/11/perspektif-dalam-dunia-seni-
rupa.html, diakses 28 Maret 2015).
Ashari Meisar. 2014. Anatomi Plastis. Makassar: UNISMUH
Badudu j.s dan Sultan Mohammad Zain.(1996:1487).Penerapan Pembelajaran.
Bandung. Pustaka Prima
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Dharsono. 2007. Kritik Seni. Jakarta: Rekayasa Sains.
Dismita.2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Emzir. 2012. Metedoogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Iriaji dan Hariyanto. Disunting oleh Pranyoto. 1990/1991. Menggambar Bentuk.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Malang Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy J. 1990. Methodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Mulyana.1987.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja Rosdakarya
Notepedia. 2013. Pengertian Perspektif dan Sejarah Perkembangannya, (Online),
(http://www.notepedia.info/2013/10/pengertian-perspektif-dan-
sejarah.html#comment-form, diakses 28 Maret 2015).
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
54
55
Riant nugroho.(2003:158). Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Formulasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1,
Jakarta: Salemba Empat.
Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: PT
Gramedia
Suhernawan, R. & Nugraha, R. A. 2010. Seni Rupa Untuk SMP/MTs Kelas VII,
VIII, dan IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: Panrita Press Unismuh Makassar.
Undang-Undang Republik Indinesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2011. Jakarta: Pustaka Yustisia.
Wiratha, I Made.2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: ANDI
Yusdi, Milman. 2011. Pengertian Kemampuan, (Online),
(http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html,
diakses 28 Maret 2015).
Yusuf, Pawid M. 2001. Pengantar Aplikasi Teori Ilmi Sosial Komunikasi untuk
Perpustakaan dan Informasi. Bandung: Dafind
71
RIWAYAT HIDUP
Erwin., lahir di Lapeo pada tanggal 3
Desember 1992 merupakan anak dua dari tiga
bersaudara. Anak dari pasangan Bahtiar dan Saharia.
Penulis memulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar
pada tahun 1998 di SDN 005 Lapeo dan selesai pada
tahun 2004.
Pada tahun itu juga (2004) penulis melanjutkan pendidikan di Mts DDI
Lapeo dan tamat tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Campalagian dan tamat tahun 2010.
Kemudian pada tahun 2010 penulis berhasil lulus dan terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa , Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Strata Satu (S1).