Upload
dinhtram
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
ARIF MAULANA AKBAR
NIM: 104011000129
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENERAPAN
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
ARIF MAULANA AKBAR
NIM: 104011000129
Di bawah Bimbingan
Muhammad Zuhdi, Ph.D.
NIP: 197207041997031002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skipsi yang berjudul “PENERAPAN PROFESIONALISME GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN” telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Maret 2010. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata Satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 11 Maret 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda
tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi PAI)
Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA
NIP. 19580112.198803.1.002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi PAI)
Drs. Sapiudin Shidiq, MA
NIP. 19670328.200003.1.001
Penguji 1
Dra. Djunaedatul Munawaroh, M.Ag
NIP. 19580918.198701.2.001
Penguji II
Dra. Eri Rossatria, M.Ag
NIP. 19470717.196608.2.001
Mengetahui,
Dekan FITK
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005.198703.003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 Maret 2010
Arif Maulana
Akbar
ABSTRAK
Arif Maulana Akbar
Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12
Jakarta Selatan.
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik
masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di
perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-
individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang
mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan
berkompeten. Terkait dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang
penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12
Jakarta Selatan. Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini
maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Studi Lapangan (Field Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan, melakukan wawancara
terhadap guru Pendidikan Agama Islam, dan menyebar angket kapada siswa untuk mengetahui penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam
memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.
Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan Metode Kualitatif
dan pendekatan Deskriptif Analisis, yakni mengumpulkan data secara sistematis
dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisis serta
menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat dengan wawancara
terhadap guru PAI yang ada di sekolah tersebut, serta pihak-pihak yang terkait,
seperti kepala sekolah dan kepala dewan guru, serta sebagian siswa yang beliau
ajar.
Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan penerapan
profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
adalah sudah berjalan dengan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana
dan prasarana yang kurang memadai. Seperti perpustakaan yang kurang terawat,
komputer yang kurang lengkap serta laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan peralatan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya,
zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik
jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun
yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang
terlena maupun terjaga atas sunnahnya.
Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur
kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.” Penulis gunakan untuk
memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal dari
tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya sebagai sebuah profesi
yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru seharusnya mempunyai
kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus dimilikinya. Tidak
mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan menjalani peranannya tanpa
memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran,
serta ilmu pengetahuannya.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak
akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya,
sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pendidikan Agama Islam, angkatan 2004. Serta Bapak dan Ibu Dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah yang telah
mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat untuk penulis.
4. Muhammad Zuhdi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak
pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan
memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh jajaran pendidikan di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan tempat penulis
melakukan PPKT dan penelitian. Terima kasih atas bantuannya.
6. Ibu penulis Alfiyah dan Bapak penulis Bunasir tercinta, atas tirakat suci, doa
dan air mata tersebunyi bagi kehidupan penulis, terima kasih, semoga pintu
Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu, Amin. Adik
penulis Maghfirotul Hardika Ningrum dan Ahmad Chusnul Khuluk atas
semua persembahan dari surga ini. Seluruh keluarga; Kakek (almarhum) dan
nenek (almarhum), serta keluarga besar, terima kasih atas doa yang terucap.
7. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Ahmad Dhani Prasetyo, tidak
terkecuali semua personel Dewa 19 dan TRIAD (Ikmal Tobing, Prinzes
Amanda, Taraz Bistara, CH Pramita). Teman-teman Komunitas Restoe
Boemi (KRB), Terutama Bang Kiki dan Tante Ai, Baladewa, The Rockers,
dan Sara Ditaputri.
8. Teman-teman seperjalanan, KESAN MATA (Kesatuan Santri Ma’had
Takhoshshush) Simbang Kulon Pekalongan, PAI angkatan 2004, IMABA
(Ikatan Mahasiswa Batang), FKMP (Forum Komunikasi Mahasiswa
Pekalongan), FORMAL (Forum Komunikasi Alumni dan Santri Lirboyo),
Pak Muis dan Bu Nana, SOCIETAS RERUM, KASTIL (Komunitas
Setengah Lingkaran), Teman-teman hunian 78F (Apen, Bohal, Alung, Nico,
Jhonday, Amin, Hery, Jovan, Theman, Bang Mun), serta teman-teman yang
sering berkenan menginjakkan kaki di atmosfer 78F. Spesial untuk La Hila
Band; semoga selalu sukses berkarya. Juga teman-teman yang lain tanpa
mengurangi rasa hormat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Hanya ucapan terima kasih yang selalu terurai yang bisa penulis
sampaikan.
9. Staff Perpustakaan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
atas pelayanannya.
10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Ciputat, 11 Maret 2010
Arif Maulana Akbar
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... .. i
KATA PENGANTAR ................................................................................... .. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. .. v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme ................................................................ 8
2. Syarat-syarat Profesionalisme ............................................................ 9
3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme .....................................11
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................. 14
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam ................................................... 18
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................. 22
C. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ........................................ 24
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ...................................... 27
3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ............................................... 29
D. Kerangka Konseptual ............................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian ...................................................... 34
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 35
D. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................... 36
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 36
F. Tehnik Pengolahan Data .......................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. Sejarah berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ............................. 38
2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ..................................... 39
3. Program Unggulan ............................................................................. 39
4. Tenaga Pengajar ................................................................................. 39
5. Karyawan ........................................................................................... 41
6. Siswa .................................................................................................. 42
7. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 42
8. Kurikulum Yang Digunakan .............................................................. 43
B. Derkripsi dan Analisa Data Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
1. Derkripsi dan Analisa Observasi Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 44
2. Derkripsi dan Analisa Wawancara Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 47
3. Derkripsi dan Analisa Angket Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 50
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 59
B. Saran .................................. ..................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik
masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di
perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-
individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang
mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan
berkompeten. Karena pendidik adalah: “Pimpinan yang diberikan dengan sengaja
dari orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani dan
rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.”1 Tidaklah mungkin
seorang pendidik, tanpa mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi dan
kompetensi yang mencukupi, dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik
dengan baik.
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan,
contohnya guru dengan siswa. Guru merupakan orang yang mengemban tugas
untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga harus mempunyai
keahlian didalam memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan
berdasarkan norma-norma susila yang berlaku di masyarakat. Bagi guru
Pendidikan Agama Islam (PAI), mereka juga harus memberikan ilmu
pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila menurut
ajaran Islam.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap mental,
prilaku dan kepribadian yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana
dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan motivasi dan
berfikir jauh ke depan, dengan mencontohkan kepribadian dan keteladanan
seorang guru itu sendiri sebagai contoh atau model-model. Artinya, setiap guru
1Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1991), h. 13
diharapkan mampu memberikan contoh bagi anak didiknya bagaimana berbuat,
bersikap dan bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam masyarakat modern sendiri, yang menempatkan profesionalisme
sebagai salah satu tonggak pengembangan masyarakat global, maka profesi guru
merupakan salah satu profesi yang ada di masyarakat. Dedi Supriadi mengatakan,
“Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini
memerlukan suatu keahlian khusus serta harus menguasai pengetahuan yang
mendalam dalam spesialisasinya.”2
Berbekal dari tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya
sebagai sebuah profesi yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru
seharusnya mempunyai kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus
dimilikinya. Tidak mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan
menjalani peranannya tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang
pendidikan dan pengajaran, serta ilmu pengetahuannya. Jadi seorang guru harus
memiliki kompetensi yang mencukupi dalam melaksanakan profesinya.
Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera di
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal
39, ayat 2, dikatakan bahwa ”guru/pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan
tinggi.3”
Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28,
tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, juga disebutkan
bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi,
yaitu:
2Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 1999), h. 95
3Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006), h. 27
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.4
Dalam penelitian ini penulis lebih melihat ke kompetensi pedagogik dan
profesional, karena pedagogik sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme
seorang guru. Ditunjang dengan kompetensi kepribadian, karena setiap perkataan
dan perbuatan guru yang dilihat siswa setiap hari dianggap benar dan siswa akan
berusaha untuk mengikuti sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh
karena itu jangan sampai, karena seorang guru tidak berkompeten, menyebabkan
minat siswa terhadap mata pelajaran agama (Baca: Pendidikan Agama Islam)
berkurang, atau tidak ada sama sekali. Hal ini hanya dapat dicegah dengan
penguasaan profesionalisme keguruan.
Dalam hal ini Utbah bin Abi Sofyan berkata kepada guru yng mengajarkan
ilmu kepada anaknya sebagai berikut: “Sebelum engkau memperbaiki anakmu,
hendaklah engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Karena mereka terpaku
pada matamu, yang baik disisi mereka adalah engkau katakan baik, dan keji di sisi
mereka adalah engkau katakan keji.”5
Maka dari itulah sebagai guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam,
dalam memberikan ilmu kepada siswanya harus disesuaikan dengan hukum yang
4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan, di akses pada tanggal 21 Februari 2009 dari www.setjendiknas.or.id
5Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: CV. Al-Hidayah, 1996),
h. 16
berlaku yang terdapat di dalam al-Quran maupun al-Hadits. Sebagai guru dalam
kegiatan sehari-hari harus dapat mencerminkan kehidupan yang Islami, sehingga
guru tidak boleh menyuruh orang lain berbuat kebajikan sedangkan mereka
berbuat kerusakan. Hal ini diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surah
Al-Baqarah ayat 44:
���������� ������� ����������� ����������
��� ��!"#�� ��$%#���� ���&')� �'*�)+ ���� , -⌧��� ���&'�/&�
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu
membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir” (QS. Al-
Baqarah: 44).
Ayat al-Quran di atas mempunyai pengertian, bahwa sebagai guru tidak
hanya bertugas mengajarkan akan tetapi juga memberikan bimbingan kepada
siswa, agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam ucapan maupun dalam tindakannya harus disesuaikan sesuai
dengan al-Quran dan al-Hadits.
Zainal Aqib mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai guru
setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut:
1. Menguasai kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan
yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran.
Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu
mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan kurikulum.
2. Menguasai materi setiap mata pelajaran
Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah
ditetapkan, tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam
semua materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi pelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses
belajar mengajar di kelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreativitas. 3. Menguasai metode dan evaluasi belajar
Guru harus menguasai berbagai metode mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memilih metode yang tepat sesuai materi
pelajaran, tingkat kecerdasan siswa, dan sebagainya. Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa, terutama sekali yang
menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil belajarnya.
4. Setia terhadap tugas
Disebabkan pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik,
dan intelektual seorang anak manusia, segala kegiatan belajar mengajar harus
disiapkan secara matang. Untuk itu, guru harus benar-benar menyatu,
menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya. 5. Disiplin dalam arti luas
Pendidik ataupun seorang guru merupakan pemimpin yang menjadi panutan siswa-siswanya. Oleh sebab itu, disiplin bagi seorang guru merupakan bagian
penting dari tugas-tugas kependidikan. Dalam hal ini, tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin, tetapi juga lebih penting adalah mendisiplinkan diri
sendiri sebagai ciri khas seorang guru.6
Sebagai siswa, setelah mendapatkan pelajaran pendidikan agama, maka
dalam dirinya akan tumbuh minat untuk melaksanakan ajaran agama sesuai
dengan ajaran yang pernah diterima di sekolah. Karena dalam kehidupannya
selalu melakukan hukum syariat agama, khususnya agama Islam. Pada akhirnya
sisiwa itu dapat digolongkan sebagai anak yang berguna bagi nusa, bangsa,
agama, maupun kedua orang tua.
Namun, kenyataan yang terjadi adalah profesionalisme yang seharusnya
dimiliki oleh setiap guru terkadang kurang bisa diterapkan secara maksimal
karena berbagai faktor. Diantaranya adalah kendala sarana dan prasarana yang
kurang memadai serta kualitas kompetensi guru yang tidak mencakup keempat
komponen-komponen kompetensi seperti yang tertera di dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, dan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, di atas.
Seperti yang terjadi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, kendala sarana dan
prasarana yang kurang memadai, seperti perpustakaan yang kurang lengkap, dan
ruang laboratorium yang kurang memadai, menjadi faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar. Penerapan profesionalisme guru itu sendiri sudah
berjalan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang
kurang memadai tersebut.
6Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajara, (Surabaya: Insan Cendikia,
2002), h. 84-86
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan
penelitian mengenai “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan
masalah berdasarkan asumsi penulis, diantaranya:
a. Rendahnya minat siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dalam mengikuti
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini penulis dapatkan ketika
mengikuti seorang guru Pendidikan Agama Islam mengajar di kelas.
Gejalanya seperti suasana kelas yang tidak kondusif serta interaksi guru
dan siswa yang kurang komunikatif.
b. Penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam
memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12
Jakarta Selatan yang kurang optimal. Gejalanya adalah guru kurang bisa
menyampaikan materi ajar dengan metode yang tepat serta penyampaian
materi ajar yang kurang relevan terhadap kondisi kekinian.
2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada penerapan profesionalisme guru
Pendidikan Agama Islam yang mencakup kualitas penguasaan materi dan
kualitas penjelasan materi dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
3. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam
dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12
Jakarta Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan bagi para
guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengajaran Pendidikan
Agama Islam.
2. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
kajian Pendidikan Agama Islam khususnya mengenai profesionalisme
keguruan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profesional artinya adalah
“bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya (lawan amatir).”7
Menurut Mc Leod, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah tentang
istilah profesional adalah kata sifat dari kata proffesion (pekerjaan) yang
berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.8
Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, “kata profesional berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang
yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya.”Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.”9
Berbicara mengenai profesionalisme guru, hal ini sesuai dengan ajaran
Islam. Dimana di dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara
profesional, dalam artian harus dilakukan dengan benar dan oleh orang yang
ahli. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai berikut:
� أ�� ه���ة ر� ا� � ��ل :������� وإذا : ��ل ر�!ل ا� �� ا�
$ )روا3 ال�12رى(و�. ا-,� ال� +�� أه�� *�ن)'� ال%��
7Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
cet. Ke-10, h. 789
8Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), cet. Ke-7, h. 230
9Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
cet. Ke-13, h. 14-15
“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. telah
bersabda: Jika urusan itu diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya.”10
Selanjutnya kata profesionalisme dalam kamus Inggris-Indonesia
karangan John M. Echols dan Hasan Shadily diartikan sebagai “sifat
profesional.”11
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, profesionalisme adalah
“kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional.”12
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme guru adalah
sifat, perilaku, atau tindak tanduk guru yang profesional dan berkualitas, yang
memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
2. Syarat-Syarat Profesionalisme
Sebagai suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional.
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani
Rusyan, mengemukakan syarat-syarat profesi guru terdiri dari:
a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.
b. Persyaratan psikis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami
gangguan kejiwaan.
c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi
yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki
sikap susila yang tinggi.
e. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
10HM. Suwarta Wijaya, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits Rasul,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2003), jilid I, cet. Ke-7, h. 144
11John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
1996), cet. Ke-21, h. 449
12Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2002), cet. Ke-7, h. 230
yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik.13
Selain itu, syarat profesi yang dikemukakan oleh N. A. Ametembun
yang membagi syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat primer dan
syarat sekunder. Masing-masing kategori tersebut memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
a. Syarat Primer, terbagi ke dalam dua kategori: Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik sebagai
transfer of values, yaitu:
1) Syarat personality, yaitu syarat yang menyangkut kepribadian
seseorang manjadi guru; meliputi kegiatan fisik, kesehatan psycis,
kesehatan psyco-somatic dan integritas pribadi.
2) Syarat morality, yaitu syarat yang manyangkut masalah kesusilaan
(moral).
3) Syarat religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan norma-
norma sebagaimana yang dianut oleh seorang guru.
Kedua, syarat yang berhubungan dengan interaksi proses belajar mangajar
sebagai transfer of knowledge dan skill, yaitu:
1) Syarat profesionality, yaitu syarat yang berhubungan dengan keahlian
di bidang keguruan terdiri dari pengetahuan dan keterampilan.
2) Syarat sociability, yaitu syarat yang berhubungan dengan kemampuan bergaul guru berdasarkan kompetensi sosial yang dimilikinya,
sehingga mudah disenagi anak didik. b. Syarat Sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang menjadi guru
yang berupa Surat Keputusan (SK) atau ijazah dari instansi yang berwenang.14
Dalam pasal 7 ayat (1) UU Guru dan Dosen, tentang guru profesional,
disebutkan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas.
13Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
BelajarMengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1999), cet. Ke-1. h. 9
14N. A. Ametembun, Guru dan Administrasi Sekolah, (Bandung: IKIP, 1981), h. 10
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesional.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenagan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan bagi guru dan memiliki
organisasi profesi keilmuan bagi dosen.15
3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme
Menurut Uzer Usman, seperti disebutkan dalam bukunya, bentuk-bentuk
kompetensi profesionalisme yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai landasan kependidikan
Uzer Usman menyebutkan bahwa untuk memenuhi kompetensi
profesionalisme yang baik, seorang guru harus menguasai landasan
kependidikan sebagai berikut:
1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional.
b) Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan menengah. c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah
dengan tujuan pendidikan nasional. d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengjaran yang menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional. 2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
a) Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan.
b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan.
c) Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan.
3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
b) Mengkaji prinsip-prinsip belajar.
15Asrorun Ni’am Sholeh, Pemngembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis
Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), cet. Ke-1, h. 105
c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar
mengajar.16
b. Menguasai bahan pengajaran
Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah
menguasai bahan pengajaran yang akan diajarkan kepada siswa, yaitu
sebagai berikut:
1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah.
c) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi.
d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks
dan buku pedoman khusus.
2) Menguasai bahan pengayaan
a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang
studi/mata pelajaran.
b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru.17
c. Menyusun program pengajaran
Selanjutnya adalah dapat menyusun program pengajaran dengan
baik seperti di bawah ini:
1) Menetapkan tujuan pembelajaran
a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran.
b) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran.
c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan
pembelajaran/pokok bahasan.
2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran
a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
a) Mengkaji berbagai metode mengajar.
b) Dapat memilih metode mengajar yang tepat. c) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat.
16M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
h. 28
17M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28
4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
a) Mengkaji berbagai media pengajaran.
b) Memilih media pengajaran yang tepat.
c) Membuat media pengajaran yang sederhana. d) Menggunakan media pengajaran.
5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar. a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar.
b) memanfaatkan sumber belajar yang tepat.18
d. Melaksanakan program pengajaran
Dilanjutkan dengan melaksanakan program pengajaran yang terkait
dengan mata pelajaran yang bersangkutan, seperti:
1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan kelas
b) Mengkaji faktor-faktor yang emmpengaruhi suasana belajar
mengajar
c) Menciptakan suasana belajar mengajar yang baik d) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan
2) Mengatur ruangan belajar a) Mengkaji berbagai tata ruang belajar
b) Mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas c) Mengatur ruang belajar yang tepat
3) Mengelola interaksi belajar mengajar a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar
b) Dapat mengamati kegiatan belajar mengajar
c) Menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar
d) Dapat menggunakan berbagai keterampilan kegiatan belajar
mengajar
e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar19
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Terakhir adalah menilai proses belajar mengajar untuk mengetahui
hasil yang didapatkan, dengan cara:
1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
a) Mengkaji konsep dasar penilaian.
b) Mengkaji berbagai teknik penilaian.
c) Menyusun alat penilaian.
18M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29
19M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 29
d) Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan
taraf pencapaian murid
e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid
2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan b) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar c) Dapat memenfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses
belajar mengajar20
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya). Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani,
yaitu “pedagogie”, yang berarti bimbingan kepada anak didik. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “education”
yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini
sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.21
Pendidikan, yang berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini mendapat awal
”me” sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberikan
latihan dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.22
Pengertian pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.23
Menurut Mc Leod sebagaimana dikutip dari Muhibbin Syah, dalam
bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik)
20M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29
21Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 1
22Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 263
23Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 263
artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give riset to), dan
mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit,
education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan.24
Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan ialah bimbingan atau
pertolongan secara sadar yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam
perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke
arah terbentuknya kepribadian muslim. Dan, Pendidikan dalam arti sempit,
ialah bimbingan yang diberikan kepada siswa sampai ia dewasa.
Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai
mencapai tujuan hidupnya; bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya
kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak anak dilahirkan
sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya
kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya.25
Jika kita merujuk kamus bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar
kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, ”rabba-yarbu” yang artinya bertambah
dan berkembang. Kedua, rabiya-yarbu yang dibandingkan dengan khafiya-
yakhfa yang berarti ”tumbuh dan berkembang”. Ketiga rabba-yarubbu yang
dibandingkan dengan madda-yamuddu dan berarti ”memperbaiki, mengurusi
kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan”.
Dari pengertian-pengertian dasar diatas, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa:
Pertama, pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki
tujuan, sasaran, dan target. Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak
adalah Allah SWT. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya
program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan
pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang
membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.
24Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997), h.256
25Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’rif
Bandung ), h. 31-32
Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah
SWT menciptaknya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti
syariat agama Allah SWT.26
Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.27
Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.28
Azyumardi Azra, mengomentari bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup
secara efektif dan efisien.29
Religi berasal dari bahasa Latin, menurut satu pendapat asalnya ialah
”relegere” yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut
pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.30
26Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 22
27UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003), h. 3
28Departemen agama RI,UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, (Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5
29Azumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,
1998), h. 3
30Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), h.
10
Adapun ”agama” merupakan perpaduan kata yang sangat mudah
diucapkan dan mudah untuk dijelaskan maksudnya (khususnya bagi orang
awam), tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebih-
lebih bagi para pakar.
Mahmud Saltut dalam bukunya Quraisy Shihab, menyatakan bahwa
agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya
untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Dalam bukunya Quraisy Shihab, menurut Syaikh Muhammad
Abdullah Badran, dalam bukunya Al-madkhal Ila Al-Adyan, berupaya untuk
menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Quran. Ia memulai
bahasannya dengan pendekatan kebahasaan.
Din yang biasa diterjemahkan ”agama”, menurut guru besar al-Azhar
itu, menggambarkan ”hubungan antara dua pihak dimana yang pertama
mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua.”
Jika demikian agama adalah ”hubungan antara makhluk dan
khaliqnya.” hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam
ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharianya.31
Sedangkan Islam, menurut pemakaian bahasa, berarti berserah diri
kepada Allah SWT.32 Hal ini dipertegas oleh firman Allah SWT berikut ini:
���0�1��� 23456 78�� 9:��1�;�4 "<�8�� >�?'1@�� 3�A B�C
5�D��*E☺����� �H%I���� ����J �KL�0-M�� 5N�O��/�� 9:�&EP�04
”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah SWT, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allah SWTlah mereka dikembalikan. ”(Ali Imran: 83).33
31M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 209-210
32Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 24
33Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 89
Kata Islam, menurut pendidikan umum yang berlaku, biasanya
mempunyai konotasi sebagai agama Allah SWT, atau agama yang berasal dari
Allah SWT (agama artinya jalan). Agama Allah SWT, berarti agama atau
ajaran yang bersumber dari Allah SWT, yang dimaksudkan jalan hidup yang
ditetapkan oleh Allah SWT bagi manusia untuk menuju dan kembali kepada-
Nya. Jadi agama Islam sebagai agama Allah SWT adalah jalan hidup yang
ditetapkan oleh Allah SWT (sebagai sumber kehidupan), yang harus dilalui
(ditempuh) oleh manusia, untuk kembali atau menuju kepada-Nya.
Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar
harus menjadi penganut agama yang baik, yang senantiasa mentaati ajaran
Islam dan menjaga agar Rahmat Allah SWT tetap berada pada dirinya. Ia
harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarnya yang
didorong oleh iman sesuai dengan akidah Islam.
Adapun mengenai pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,
berbeda-beda pula seperti yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam.
Menurut Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Ramayulis
dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Bahwa Pendidikan Islam (Al-Tarbiyah
Al-Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur
katanya, baik dengan lisan atau tulisan.34
Ahmad D. Marimba juga memberikan pengertian bahwa: “pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam”.35
Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan Islam merupakan
sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang
34Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 3-4
35Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 4
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-
nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan.
2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu
itu dapat tegak kokoh berdiri. Dimana dalam suatu bangunan dasar adalah
bagian yang sangat fundamental sebagai landasan agar bangunan tersebut
tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan dalam pendidikan
Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan
dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa
ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.
Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-
Quran, Al-Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di Negara kita.
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang tiada tandingannya.
Dan merupakan mu’jizat diturunkan kepada Muhammad SAW, Nabi-
Nya, sebagai penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat
Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita
secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya
merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas.
Keberadaan Tidak dalam ranah sosial diragukan lagi, karena
Al-Qur’an telah mempengaruhi setiap sendi sistem pendidikan
Rasulullah SAW, dan Sahabat, serta diperkuat ketika Aisyah r.a
menegaskan bahwa akhlak Rasullah SAW. adalah Al-Qur’an, hal ini
sesuai dengan yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Furqan: 32
sebagai berikut:
�Q�R�� �CS5RT8�� U��0⌧"⌧V -W��� �QX�Y$# 5N�O?'�
�����0!/���� K�Z�L [\E]5?D�� , E;5�D⌧O-M
�^�N;☯[5� `5N�� ⌧aE6�⌧&� U $N*\��'���H�� b⌧O5��0�
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “mengapa al-
quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”;
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya kelompok demi kelompok (QS. Al-Furqan:
32).36
Ada dua isyarat yang bias diambil dari penjelasan ayat diatas
yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu, pengokohan hati dan
pemantapan keimanaan dan sikap tartil dalam membaca Al-Qur’an.
Penurunan Al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang
mengandung konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-
Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang
bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari,
dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam
bentuk segumpal darah dalam rahim Ibu, sebagaimana firman Allah
SWT berikut ini:
���0�R�� �c1@���� E;�?��H Y5RT8�� �d?'EI 2ef �d?'EI
>3*��g^ �� h35A id?'� 2jf ���0�R�� E;9��H��
k�0�V%I�� 2Xf Y5RT8�� >cl'�m �c?'/������ 2f >cl'�m >3*��g^ �� ��A 1c�
op&�4 2�f “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS.al-Alaq: 1-5).37
36Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 564
37Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 1079
2) Al-Sunnah
Dalam dunia pendidikan, Rasulullah SAW, seperti dalam HR
Bukhori Muslim, menyerukan untuk menuntut ilmu pengetahuan
sebagai pengetahuan bekal dalam pendidikan dengan sabdanya:
“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim dan
muslimah.”
Mencermati hadits diatas menunjukan bahwa penguasaan ilmu
pengetahuan sangat penting untuk dijadikan sebagai bekal dalam
memasuki dunia yang penuh dengan problematika kehidupan, bahkan
untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang lebih kekal dan
abadi, yaitu kehidupan akhirat.38
Rasulullah SAW adalah sosok pendidik yang agung dan
pemilik metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.
Beliau dapat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik, dan kemampuan akalnya, terutama jika berbicara dengan
anak-anak. Beliau sangat memahami kondisi naluriah setiap orang
sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik material
maupun spiritual. Beliau senantiasa mengajak setiap orang untuk
mendekati Allah SWT dan syari’at-Nya sehingga terperiharalah fitrah
manusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan
kecenderungan hati, dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih
tinggi.
3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
a) UUD 1945, pasal 29
Ayat 1, berbunyi: “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”
38Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1996), h. 5
Ayat 2, berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaanya ”
Pasal 29, UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga
negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan
agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat
menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian, pendidikan
Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya
diizinkan dan di jamin oleh negara.39
b) GBHN
Di dalam GBHN tahun 1993 bidang agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa no. 2 disebutkan:
“Bahwa kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap
tuhan yang maha esa makin dikembangkan sehingga terdapat
kualitas keimanaan dengan ketaqwaan terhadapa tuhan yang maha
esa, kualitas kerukunaan antara dan antar umat beragama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa dalam usaha
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan
keimanaan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.”
c) Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang Sitem Pendidikan
Nasional.
1) Pasal 11 ayat 1 disebutkan:
“Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah
terdiri atas oendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan keduniaan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan
profesional”.
2) Pasal 11 ayat 2 disebutkan
“Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranaan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
39Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 2
tentang ajaran agama yang bersangkutan. Di antara syarat
dan prasyarat agar peserta didik yang menjalankan
peranannya dengan baik diperlukan berpengetahuan ilu
pendidikan Islam. Mengingat Islam ini tidak hanya
menekankan kepada segi teoritis saja, tetapi juga praktis. Ilmu
pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik
diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh
(teoritis dan praktis)”.40
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita
berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap
sebagai khalifah Allah SWT tidak dapat memegang peranan tanggung
jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi
yang membolehkan berbuat demikian.
An-Nahlawy menunjukkan 4 tujuan dalam Pendidikan Agama
Islam yaitu:
1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah SWT menyuruh manusia
merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah
SWT.
2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak.
Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak dari tabiat asal
manusia.
3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan
mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki ataupun perempuan.
4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potesi-potensi dan bakat-
bakat.41
Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Islam
sebagai berikut:
40Nur Uhbiyati, Ilmu ... (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 29-30
41Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam
Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004), h. 15
1) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukannya di antara
makhluk-makhluk dan bertanggung jawab perseorangan dalam hidup
ini.
2) Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya
dan tanggung jawabnya.
3) Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta) dan
mengajaknya memahami hikmah penciptanya dalam menciptakannya.
4) Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya pada ini,
untuk mengenal Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya42
Al-Abrasy dalam kajiannya tentang Pendidikan Agama Islam
menyimpulkan lima tujuan bagi Pendidikan Agama Islam:
Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia
1) Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat
2) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat
3) Menyiapkan pelajar dalam menguasai profesi tertentu agar dapat
mencari rezeki dam hiodup dengan mudah diasamping memelihara
segi kerohaniaan dan keagamaan.
4) Menumbuhkan semangat ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji
bukan sekedar ilmu.43
Ibnu Khaldun, sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman
keemasan Islam yang benyak menuliskan mengenai pendidikan, terutama
pada karyanya yang terkenal, yaitu muqadimah, membagi tujuan
pendidikan itu kepada:
1) Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya
syiar-syiar agama menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak
3) Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan sosial
42Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16
43Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16
4) Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan
5) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
6) Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.44
C. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk membahas pengertian guru pendidikan agama Islam, penulis
akan mamaparkan terlebih dahulu pengertian guru dan pendidikan agama
Islam.
Pengertian guru, dari segi bahasa berarti orang yang mendidik.45 Dari
pengertian ini menjelaskan bahwa guru adalah orang yang melakukan
kegiatan mendidik atau mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
disebutkan bahwa guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian,
profesinya) mengajar.46 Dengan demikian dapat dilihat bahwa guru secara
fungsional menunjukkan seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman serta keteladanan.
Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,
No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, dikatakan bahwa guru/pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan tinggi.47
44Risnayanti, Implementasi..., h. 17
45
WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.
Ke-12, h. 250
46
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988) , h. 288
47
Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006) , h. 27
Dengan demikian guru bukan hanya orang yang mengajar bidang studi
saja, tetapi guru juga orang yang mendidik dan membantu siswa dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai kedewasaan.
Dari pengertian guru di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru
bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan
kelas, tetapi merupakan tenaga profesional yang disamping memperhatikan
aspek kognitif, juga aspek psikomotorik dan afektif pada anak didik agar
tumbuh dan terbina secara utuh sebagai manusia-manusia yang berkepribadian
sehingga maksud mendidik untuk mengantarkan anak didik menuju ke arah
kedewasaan dapat tercapai.
Sebelum dibahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, maka
terlebih dahulu diketahui tentang pendidikan agama secara umum. Dalam
terminologi bahasa Arab, istilah pendidikan disebut tarbiyah dengan
pengertian: “Mengembangkan, memelihara, mengasuh atau membesarkan.”
Kata tarbiyah disini dengan maksud mengembangkan dan meningkatkan
secara setahap demi setahap.48
Kemudian Ngalim Purwanto berpendapat, bahwa pendidikan ialah:
“Segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan”.49
Memimpin perkembangan jasmani dan rohani anak untuk diarahkan
kepada tingkat yang lebih dewasa, merupakan pekerjaan yang memerlukan
waktu sangat panjang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru sebagai
sosok yang berperan dalam transfer of knowledge harus saling berinteraksi
(hubungan timbal-balik) dengan siswanya. Karena dengan hubungan timbal-
balik diantara guru dan siswa, pada akhirnya dapat menghantarkan kepada
tujuan yang diharapkan.
48Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta: Firdaus,
1992), cet. I, h. 1
49M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1991), h. 11
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan,
bahwa pendidikan ialah: “Usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya di masa yang akan
datang.”50 Peserta didik adalah: “Anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.” Sedangkan tenaga pendidik adalah: “Anggota
masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta
didik.”51
Selanjutnya pembahasan mengenai pengertian Pendidikan Agama
Islam. Setelah dibahas tentang pengertian pendidikan, maka sampailah pada
pembahasan tentang pendidikan agama. Zuhairini, dkk. Mengatakan, bahwa
pendidikan agama adalah “Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik supaya mereka sesuai dengan ajaran Islam.”52 Hidup
yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits. Sehingga hidup ini dilaksanakan
dengan amar ma’ruf nahi munkar yang disesuaikan dengan kemampuan.
Oleh karena itu, ajaran dalam agama Islam menurut Barmawie Umary
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Membangun persatuan umat secara teratur sesuai dengan perintah Allah
SWT dan ajaran Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan, usaha
dan pergaulan.
b. Memiliki segala syarat, sifat, kekuatan, kecakapan untuk memperoleh
daya guna menyelamatkan bangsa dan negara.
c. Menjaga terpeliharanya hubungan baik, kerjasama, persatuan antar umat
Islam dengan golongan lain yang dapat diperoleh faedah dan
manfaatnya.53
50Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan
Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan Sampai Dengan 1994,
(Jakarta: Sinar Grafika), cet . I, h. 2-3
51Undang-Undang..., h. 3
52Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem Modul
dan Permainan Simulasi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), h. 77
53Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), cet. II, h. 87
Jadi, pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang
memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga murid-muridnya agar
kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Disamping itu,
guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing yang memberikan
bimbingan agar para murid dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan
dapat mempraktekkan syari’at Islam.54
Pengertian di atas menunjukkan bahwa bimbingan dan dalam
pembentukan pribadi muslim pada anak didik dilakukan sejak dini, agar anak
didik dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai agama sejak mendapat
pendidikan yang paling rendah.
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompeten berarti cakap
(mengetahui); berkuasa (memutuskan, menentukan); berwenang. Sedangkan
kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu).55
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang
dikemukakan beberapa ahli sebagaimana yang termuat dalam buku M. Uzer
Usman berikut:
Menurut Broke and Stone sebagaimana dikutip dalam Uzer Usman,
kompetensi merupakan Descriptive of qualitative natur or teacher behavior
appears to be entirely meaningful (Gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru yang tampak sangat berarti).56
54
Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam
Depag RI, PedomanGuru Agama SD, (Jakarta: Proyek Pengambangan Sistem Pendidikan Agama,
1976), h. 8
55Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 584
56 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
h. 27
Sementara Charles E. Johnson, kompetensi merupakan Competency as
a rational ferformance wich satisfatorily meet the objective for a desired
condition (Perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan).57
Sedangkan Menurut Mc. Leod, kompetensi merupakan The state of
legally competent or qualified (Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat
menuntut ketentuan hukum).58
Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher
to responsibility perform has or her duties apropriately. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Selanjutnya beralih pada istilah
“profesional” yang berarti a vocation an wich profesional knowledge of some
department a learning science is used in its applications to the of other or in
the practice of an art found it.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan
yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.
Atas dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan
pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian
khusus dalam melaksanakan profesinya.59
Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera
di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang
57M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27
58M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27
59M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, disebutkan bahwa seorang
pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. b. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.60
3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal
27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus
diangkat dengan tugas utama mengajar. Disamping itu, ia mempunyai tugas
lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi
sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh
guru kepada siswa. Tiga layanan tersebut ialah:
a. Layanan instruksional.
b. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling).
c. Layanan administrasi.61
Secara keseluruhan tugas guru itu adalah sama, yaitu: meliputi tiga
layanan di atas tadi. Namun bagi guru pendidikan agama Islam, segala bentuk
60Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan, (www.setjendiknas.or.id)
61Depag RI, UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003)
layanan yang diberikan kepada pelajar hendaknya lebih mengarah kepada
pembentukan perilaku pelajaran yang Islami dan berakhlakul karimah.
D. Kerangka Konseptual
Guru profesional menurut Uzer Usman diartikan sebagai “orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.” Kemudian bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme menurut Uzer
Usman, yaitu:
Pertama, Menguasai landasan kependidikan; seperti mengenal tujuan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah
dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
Kedua, Menguasai bahan pengajaran; seperti menguasai bahan pengajaran
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan.
Ketiga, Menyusun program pengajaran; seperti menetapkan tujuan
pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan
mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan media
pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
Keempat, Melaksanakan program pengajaran; seperti menciptakan iklim
belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi
belajar mengajar.
Kelima, Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan; seperti menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran,
menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Penulis melihat, kondisi yang menyebabkan kurangnya profesionalisme
guru adalah kurang memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Kurang
memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang
tugas. Kurang memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Kurang memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Kurangnya penghasilan. Serta kurang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan diri.
Kemungkinan sebabnya adalah mereka jarang mengikuti workshop dan
pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Jarang mengikuti seminar-seminar tentang
pendidikan. Kurangnya tingkat kesejahteraan guru, sehingga kurang fokus dalam
mengajar. Serta kurangnya sarana bagi guru untuk pengembangan diri. Oleh
karena itu, agar guru memiliki profesionalisme yang baik, yaitu dengan mengikuti
workshop dan pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Mengikuti seminar-seminar
tentang pendidikan. Serta lebih banyak lagi belajar dan mencari literatur-literatur
yang berkaitan dengan pendidikan
Pada akhirnya, dengan program-program peningkatan profesionalisme
guru di atas, diharapkan seorang guru lebih memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi dan latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. Memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja.
Penerapannya di sekolah adalah seorang guru harus memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antar matapelajaran terkait, menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
keilmuan sehari-hari, dan menguasai langkah-langkah untuk memperdalam
pengetahuan atau materi bidang studi.
Untuk lebih mempermudah dalam melihat penerapan profesionalisme guru
PAI di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan, kita dapat melihat kerangka konseptual
yang di olah dari pembahasan teori tentang profesionalisme dan buku Usman
Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1999, dan buku
Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis
atas Lahirnya Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS,2006), Cet. Ke-1, h.105, dan UU
RI NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, BAB III Prinsip
Profesionalitas, Pasal 7, di bawah ini:
INPUT
Kondisi Guru
GAP PROSES
1. Kurang memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2. Kurang memiliki
komitmen untuk
meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak
mulia
3. Kurang memiliki
kualifikasi dan latar
belakang pendidikan
yang sesuai dengan
bidang tugas
4. Kurang memiliki
kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. Kurang memiliki
tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas
keprofesionalan
6. Kurangnya penghasilan
1. Mengikuti
workshop dan pelatihan-
pelatihan
profesi
keguruan
2. Mengikuti
seminar-
seminar
tentang
pendidikan
3. Lebih banyak
lagi belajar
dan mencari
literatur-
literatur yang
berkaitan dengan
pendidikan
1. Jarang
mengikuti
workshop
dan
pelatihan-pelatihan
profesi
keguruan
2. Jarang
mengikuti
seminar-
seminar
tentang
pendidikan
3. Kurangnya
tingkat
kesejahteraa
n guru,
sehingga
kurang fokus dalam
mengajar
4. Kurangnya
Ciri-ciri Guru Profesional
OUT PUT
a. Memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b. Memiliki komitmen
untuk meningkatkan
mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia
c. Memiliki kualifikasi
dan latar belakang
pendidikan yang sesuai
dengan bidang tugas
d. Memiliki
kompetensi yang
diperlukan sesuai
dengan bidang tugas
e. Memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas
keprofesionalan
f. Memperoleh
penghasilan yang
ditentukan sesuai
Strategi
Pemecahan
KERANGKA KONSEPTUAL
Masalah
1. seorang guru
harus memahami
materi ajar yang
ada dalam
kurikulum sekolah
2. memahami
struktur, konsep,
dan metode
keilmuan yang
menaungi atau
koheren dengan
materi ajar,
3. memahami
hubungan konsep
antar
matapelajaran
terkait
4. menerapkan
konsep-konsep
keilmuan dalam
keilmuan sehari-
hari
5. menguasai
APLIKASI
Penerapan di
Sekolah
mber:
Di olah dari buku Uzer Usman Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), 1999 dan buku Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan
Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas Lahirnya Guru dan Dosen, (Jakarta:
eLSAS,2006), Cet. Ke-1, h.105, dan UU RI NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, BAB III Prinsip Profesionalitas, Pasal 7
AB III
METODOLOGI PENELITIAN
E. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
Selain dipandang cocok dengan objek penelitian, juga merupakan
tempat penulis melakukan PPKT pada tahun 2008. Data yang diambil
lebih banyak, karena penulis mengikuti proses PPKT di sekolah tersebut
selama tiga bulan. Sedangkan waktu penelitian yaitu selama PPKT 2008
dan lima hari pada bulan Februari, yaitu pada tanggal 23-27 Februari
2009.
Fokus penelitian ini adalah meneliti bagaimana penerapan profesionalisme
guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan? Apakah sudah berjalan dengan baik atau
belum? Sehingga dapat dijadikan evaluasi bagi guru Pendidikan Agama Islam di
sekolah tersebut.
F. Metode Penelitian
Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini
maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Studi
Lapangan (field research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi
langsung di lapangan, melakukan wawancara terhadap guru Pendidikan
Agama Islam, dan menyebar angket kapada siswa untuk mengetahui
penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam
memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.
Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku yang
memfokuskan kajiannya dalam Pendidikan Islam, dokumen-dokumen
resmi, majalah dan surat kabar, baik sumber yang primer maupun
sekunder sebagai bahan rujukan teori profesionalisme keguruan. Yaitu
menggunakan buku-buku yang relevan dengan judul skripsi, setelah itu
penulis gunakan sebagai buku acuan.
Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan Metode
Kualitatif dan pendekatan Deskriptif Analisis, yakni mengumpulkan data
secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan,
menganalisis serta menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat
dengan wawancara terhadap guru PAI yang ada di sekolah tersebut,
serta pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dan kepala dewan
guru, serta sebagian siswa yang beliau ajar.
G. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “Jumlah keseluruhan subyek penelitian.”62 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
yang berjumlah 909. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi
terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.63 Guna untuk
menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis
menggunakan teknik sampling, dengan mengacu kepada pendapat
Suharsimi Arikunto yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau
20-25% atau lebih.
Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 11% dari jumlah
populasi yang ada, yaitu 99,99 sama dengan 100 siswa/i. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik atau
62Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. XII, h. 115.
63Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 117.
metode acak sederhana (simple random sampling). Dengan
pertimbangan sampel berjumlah 100 siswa dimaksudkan untuk
mempermudah penghitungan statistik. Dengan cara seperti ini, maka
diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang
sama untuk di pilih sebagai sampel penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga macam teknik
pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistemastis tentang
fenomena-fenomena yang diselidiki.64 Maksud dari observasi ini
adalah peneliti ingin melihat secara langsung kegiatan pengajaran itu
sendiri, apakah dilakukan secara profesional atau tidak.
2. Wawancara (interview), yaitu metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang ditanyakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.65 Caranya adalah dengan
mengemukakan sejumlah pertanyaan yang terstruktur kepada objek
yang diteliti, yaitu semua guru PAI yang ada di sekolah tersebut, yang
berjumlah dua orang. Serta pihak-pihak yang mempunyai otoritas
untuk menilai profesionalisme guru pada lembaga pendidikan
tersebut, yaitu Kepsek. dan Wakepsek. Bid. Kurikulum.
3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis
yang ditanyakan oleh penulis kepada sebagian siswa yang diajar oleh
guru PAI, mengenai penerapan profesionalisme guru PAI di sekolah
tersebut. Model angket yang digunakan adalah dalam bentuk tabel
dan terdiri 15 (butir) pertanyaan dengan memberikan chek list pada
64Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet.
Ke-2, h. 136
65Sutrisno Hadi, Metodologi Research, h. 193
setiap kolom yang sesuai dengan pilihan para siswa. Setiap butir
mempunyai alternatif 4 jawaban, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
I. Instrumen Pengumpulan Data
1. Pedoman observasi, yaitu daftar (list) hal-hal yang harus diamati ketika
observasi.
2. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk guru yang
telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan
profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
3. Pedoman angket, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang telah
dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan
profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
J. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah
selanjutnya adalah pengolahan data. Data yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara diolah secara kualitatif artinya “data tersebut
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan”.66 Sedangkan data yang
diperoleh melalui angket atau kuesioner diolah secara kuantitatif artiya
“data tersebut berwujud angka-angka hasil perhitungan atau
pengukuran, dan kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang
bersifat kualitataif”.67
66Anas Sujono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), cet. X, h. 245
67Anas Sujono, Pengantar Statistik..., h. 246.
Data-data yang telah dikumpulkan diolah lalu dideskripsikan
dengan menggunakan teknik statistik sederhana. Adapun rumus yang
digunakan dalam mencari persentase adalah dengan rumus:
Keterangan : P = Angka Prosentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of cases (Jumlah responden)
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi” oleh Tim Penyusun, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
P = F x 100 %
N
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah68
1. Sejarah Berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
Berawal untuk membantu pemerintah dalam pendidikan tahun 1981 di
Cilandak, PGRI memulai kegiatan pendidikan dengan 2 kelas dan berlangsung
dengan meminjam gedung sekolah (menumpang) SD 09/10 yang bertempat di
jalan Hj. Saleh Pondok Labu Jaksel dari tahun 1981-1997.
Pada tahun 1998 PGRI baru mendirikan bangunan di Jl. Pondok Labu I
B No 29 Pondok Labu Jakarta Selatan dengan SK Pendirian 2673/ 1. 851-
58/2007. Dari tahun 1998-Sekarang dengan jumlah kelas 20 ruangan, Peserta
didik sebanyak 909 orang, dengan Guru 45 orang, serta Pegawai atau tenaga
Administrasi 11 orang, di atas tanah seluas 2720 m2 adapun status sekolah
dalam terakriditasi “A”.
SMP PGRI 12 Jakarta Selatan memiliki standar sekolah permanen
dengan nomor statistik SMP (NSS/M): 204016307182 dengan luas bangunan
2. 713 M, Dan beralamat di Jl. Pondok labu 1B No 29 kelurahan Pondok Labu
Jakarta Selatan.
68Diperoleh dari soft file komputer SMP PGRI 12 Jakarta selatan dengan sedikit
modifikasi penyajian data: My Computer/Data/Profil Sekolah SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan.
2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
Visi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan adalah dengan melalui pendidikan
formal, menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang iptek dan
imtaq.
Sedangkan misinya adalah menggali dan memberdayakan kompetensi
dan budi pekerti siswa dengan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan melalui
komitmen bersama profesionalisme guru dan segenap tenaga kependidikan
sekolah.
Dengan visi dan misi di atas, diharapkan output dari lembaga
pendidikan ini mampu menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang
iptek dan imtaq, serta mempunyai budipekerti yang baik.
3. Program Unggulan
a. Menerapkan kurikulum terpadu yang merupakan ciri khas, pengayaan dan
pendalaman materi Bahasa Asing (Arab-Inggris), Matematika dan
Komputer.
b. Menekankan pengajaran keagamaan, al-Qur’an, dan shalat berjama’ah.
c. Mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler:
olah raga, PMR, Pramuka, Paskibra, UKS, dsb.
Dengan visi, misi dan program unggulan inilah yang membawa SMP
ini kepada kemajuan sehingga mendapat akreditasi “A.”
4. Tenaga Pengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena ia adalah faktor
yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa guru proses
belajar mengajar tidak akan langsung. Dengan demikian tujuan pendidikan
akan tercapai.
Saat ini semua bidang studi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dipegang
oleh guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, mereka adalah sarjana-
sarjana dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Adapun jumlah guru yang mengajar di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan
berjumlah 45 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1
Tenaga Pengajar
No Nama Jenis Kelamin Pendidikan
1 Dra. Hj. Sartini, MM P S2 (Manajemen)
2 Hj. Hajarilah, S.Pd P S1 (B.inggris)
3 Dwi suprianto, S.Pd L S1 (Matematika)
4 M. Dahlan, S.Pd L S1 (Matematika)
5 Sutarno, S.Pd L S1 (Matematika)
6 Drs. Usmanawar L S1 (Ekonomi)
7 H. Jayadi Umar, S. Pd L S1 (Agama Islam)
8 Siti Rukoyah, S.Pd P S1 (Ekonomi)
9 Drs. A. Ramli Topan L S1 (B. Indonesia)
10 Sri Dady Riyanto,S. Pd L S1 (Fisika)
11 Endangsih N, S. Pd P S1 (Biologi)
12 Dwi Ema Kartini,S. Pd P S1 (B.Indonesia)
13 Dalmasri, S. Pd L S1 (B.Inggris)
14 Sri Kustantinah, S. Pd P S1 (Biologi)
15 Imam taufik, S. Pd L S1 (Penjaskes)
16 S. Budiningsih, S. Pd P S1 (B. Indonesia)
17 Linda Wati, S. Pd P S1 (Matematika)
18 Sudarwanarto, SE L S1 (Ekonomi)
19 Mulyadi, SE L S1 (Computer)
20 R. Krismayanti, S. Pd P S1 (Tata Boga)
21 Deny Suharman, SR L S1 (Matematika)
22 Syahrul Rahman, Sog L S1 (Computer)
23 Azian Indrawati, S. Pd P S1 (Sejarah)
24 Dalbini, S. Pd L S1 (B. Indonesia)
25 Novi Ziarni, SH P S1 (PPKN)
26 Agung Suprianto, ST L S1 (Matematika)
27 Atmaja, S.Ag L S1 (Agama Islam)
28 Abdul Rahim, S. Pd L S1 (B. Indonesia)
29 Budiono, ST L S1 (Matematika)
30 Heni Widodo, S. Pd P S1 (Matematika)
31 Eni Novrita, P S1 (KTK)
32 Ending Wahyuni, SAI P S1 (Matematika)
33 Sri widiastuti, S. Pd P S1 (B. Inggris)
34 Nanang Budiarso, L S1 (Seni Budaya)
35 Parul Roji, BA L S1 (Penjaskes)
36 RatnaMambarSari,S.Pd P S1 (BK)
37 Aina Nur Utami, S. Pd P S1 (BK)
38 Susianti, S. Pd P S1 (B. Inggris)
39 Sumartini, S. Pd P S1 (B. Inggris)
40 Lilik julianto L S1 (B. Inggris)
41 Jumi Hartati, S. Pd P S1 (B. Inggris)
42 Sis Karno Binjai, S. Pd L S1 (B. Arab)
43 Dian Panji Sagita L S1 (Seni Musik)
44 Sumartini P S1 (B. Inggris)
45 Kartono, S. Pd L S1 (PPKN)
Jumlah pengajar laki-laki yaitu 25 orang; sedangkan jumlah pengajar
perempuan 20 orang. Jumlah keseluruhan pengajar yaitu 45 orang.
5. Karyawan
Karyawan merupakan salah satu unsur tenaga kependidikan, tenaga
kependidikan lainnya harus bekerjasama dengannya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Dengan terjalinnya hubungan baik antara mereka, maka akan terjalin
kerjasama yang baik pula dan proses belajar mengajar akan berjalan dengan
lancar dan baik. Adapun karyawan yang membantu jalannya proses 11 orang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2
Karyawan
No. Nama Karyawan Jenis
Kelamin Jabatan Pendidikan
1 Suyudi L Ka. TU SLA
2 Ngali L Staf TU SLA
3 Mawih L Staf TU SD
4 Eva Rohana P Staf TU SMK
5 Yelmareni P Staf TU SMA
6 dr. Lia Meyliana P Dokter S.1
7 Sri Yuli Triastantik, SKM P Suster S.1
8 Senen L Pesuruh SD
9 Acep Muyadi L Pesuruh SD
10 Munadi L Keamanan SMP
11 Rahmat Zamaludin L Pesuruh SLA
Jumlah karyawan laki-laki yaitu tujuh orang; sedangkan jumlah karyawan
perempuan empat orang. Jumlah keseluruhan karyawan yaitu 11 orang.
Jumlah karyawan yang pendidikan akhirnya SD yaitu tiga orang; SMP
satu orang; SLA tiga orang; SMK/SMA dua orang; dan S1 dua orang.
6. Siswa
Tabel 3
Siswa
Jenis Kelamin No Kelas
L P Jumlah
1. I 157 158 315
2. II 173 155 328
3. III 123 187 300
JUMLAH 453 456 909
7. Sarana dan Prasarana
Tabel 4
Sarana dan Prasarana
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepsek. 1 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Administrasi 1 Baik
5 Ruang Informasi 1 Baik
6 Ruang BK 1 Baik
7 Ruang OSIS 1 Baik
8 Ruang Tamu 1 Baik
9 Lab. Bahasa 1 Kurang
10 Lab. IPA 1 Cukup baik
11 Lab. Komputer 1 Baik
12 Mushola 1 Baik
13 UKS 1 Baik
14 Ruang Kelas 20 Cukup baik
15 Perpustakaan 1 Kurang
16 Lapangan Volly 1 Baik
17 Lapangan Badminton 1 Baik
18 Lapangan Futsal 1 Baik
19 Lapangan Sepak Bola 1 Baik
20 Lapangan Basket 1 Baik
21 Kantin 1 Bersih
22 Parkir 1 Cukup Luas
23 Pos Satpam 1 Baik
24 Toilet Guru 2 Bersih
25 Toilet Siswa 10 Bersih
8. Kurikulum Yang Digunakan
Perkembangan yang terjadi sekarang ini turut mempengaruhi
kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat pada
kurikulum di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, di mana untuk kelas 1 dan 2
menggunakan kurikulum yang baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), sedangkan kelas 3 masih menggunakan KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi).
Adapun kurikulum yang digunakan oleh sekolah SMP PGRI 12
Jakarta ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Struktur
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai berikut:
Tabel 5
Struktur Program Kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
No. Mata Pelajaran Alokasi Waktu
1 PPKn/ Pend. Kewarganegaraan 2 jam
2 Pendidikan Agama 2 jam
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 jam
4 Bahasa Inggris 4 jam
5 Pendidikan Jasmani 2 jam
6 Matematika 4 jam
7 IPA 4 jam
8 IPS 4 jam
9 Teknologi Informatika Komputer 2 jam
10 Seni Budaya 2 jam
11 Bimbingan dan Penyuluhan 1 jam
12 PLKJ 2 jam
13 Tata Boga 2 jam
14 Pembukuan 2 jam
Khusus pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Akhlak),
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama dan visi misi sekolah.
B. Deskripsi dan Analisa Data Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
1. Deskripsi dan Analisa Observasi Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
Untuk dapat melakukan deskripsi dan analisa data observasi,
penulis menggunakan skor sebagai berikut:
1. Skor 1 berarti Tidak Baik,
2. Skor 2 berarti Kurang Baik,
3. Skor 3 berarti Cukup,
4. Skor 4 berarti Baik,
5. Skor 5 berarti Sangat Baik..
Penetapan skor ini berdasarkan pada terpenuhinya indikator-
indikator kompetensi yang dapat dilihat pada lampiran observasi. Hasilnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Kompetensi Pedagogik
No. Aspek Penilaian Skor Nilai
Guru PAI 1 5 Sangat Baik 1 Persiapan tertulis
Guru PAI 2 5 Sangat Baik
Guru PAI 1 4 Baik 2 Keterampilan membuka pelajaran
Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 4 Baik 3 Kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran Guru PAI 2 5 Sangat Baik
Guru PAI 1 3 Cukup 4 Penggunaan variasi metode dan
teknik pembelajaran Guru PAI 2 3 Cukup
Guru PAI 1 4 Baik 5 Keterampilan bertanya dan
menjawab pertanyaan Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 3 Cukup 6 Penggunaan dan ketepatan
media/alat bantu pembelajaran Guru PAI 2 3 Cukup
Guru PAI 1 4 Baik 7 Evaluasi pembelajaran
Guru PAI 2 3 Cukup
Guru PAI 1 4 Baik 8 Keterampilan menutup pelajaran
Guru PAI 2 4 Baik
Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi
pedagogik kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.
Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kualitas gaya interaksi dan
pengelolaan pembelajaran, dan dalam evaluasi pembelajaran. Sedangkan
dalam kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran, guru PAI 2
lebih baik. Sedangkan dalam evaluasi pembelajaran, guru PAI 1 lebih
baik.
Tabel 7
Kompetensi Profesional
No. Aspek Penilaian Skor Nilai
Guru PAI 1 4 Baik 9 Kualitas penguasaan materi
Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 5 Sangat Baik 10 Kualitas penjelasan materi
Guru PAI 2 4 Baik
Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi
profesional kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.
Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kualitas penjelasan materi.
Dalam kualitas penjelasan materi, guru PAI 1 lebih baik.
Tabel 8
Kompetensi Kepribadian
No. Aspek Penilaian Skor Nilai
Guru PAI 1 4 Baik 11 Kepribadian yang mantap dan
stabil Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 4 Baik 12 Kepribadian yang dewasa
Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 3 Cukup 13 Kepribadian yang arif
Guru PAI 2 3 Cukup
Guru PAI 1 4 Baik 14 Kepribadian yang berwibawa
Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 5 Sangat Baik 15 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan Guru PAI 2 4 Baik
Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi
kepribadian kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan
baik. Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam berakhlak mulia dan
dapat menjadi teladan. Dalam kualitas penjelasan materi, guru PAI 1 lebih
baik.
Tabel 9
Kompetensi Sosial
No. Aspek Penilaian Skor Nilai
Guru PAI 1 4 Baik 16 Kemampuan berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan
peserta didik Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 5 Sangat Baik 17 Kemampuan berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
Guru PAI 2 4 Baik
Guru PAI 1 3 Cukup 18 Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
orang tua atau wali peserta didik Guru PAI 2 4 Baik
Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi
sosial kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.
Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kemampuan berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik, guru PAI 1 lebih baik.
Sedangkan dalam kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua atau wali peserta didik, guru PAI 2 lebih baik.
Hasil temuan observasi dari dua orang guru PAI di atas
menunjukkan bahwa secara umum penerapan profesionalisme guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan sudah berjalan
dengan baik, meskipun ada sedikit perbedaan yang dapat dilihat pada tabel
di atas.
2. Deskripsi dan Analisa Wawancara Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
a. Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum, sekolah selalu mengikuti
kurikulum yang berlaku, tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian
tertentu. Hal ini dijelaskan oleh Dwi Supriyanto, S.Pd., selaku wakil
kepala sekolah bidang kurikulum. Menurut beliau guru selalu aktif
terlibat dalam penyusunan kurikulum di sekolah. Artinya guru selalu
mengikuti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pada bidang
studi masing-masing, dan melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang ada.
Secara signifikan tidak ada kurikulum di sekolah ini yang
membedakan dengan sekolah lain. Kecuali Bahasa Arab, yang
merupakan salah satu program unggulan di sekolah ini.
b. Pengembangan Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas profesional di tingkat sekolah,
dilakukan dengan pengembangan diri secara rutin melalui MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), supaya pengembangan kurikulum
di sekolah tersebut berjalan lebih baik. Sedangkan pada tingkatan kelas
yaitu dengan mengetahui karakteristik masing-masing kelas, serta
memberikan pengembangan diri bagi siswa melalui pendidikan ekstra
kurikuler.
Menurut Dwi Supriyanto, S.Pd., selaku wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, ada beberapa kelemahan yang dimiliki guru-guru di
sekolah ini dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, yaitu
kurangnya perangkat media serta ruang laboratorium (laboratorium
terpadu, ruang serbaguna, serta ruang multimedia). Hal ini dapat
menyebabkan proses pembelajaran dan pengembangan potensi anak
didik sedikit terkendala.
c. Kehadiran Guru
Dari hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sartini, MM., selaku
kepala sekolah, guru di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan diharuskan
datang ke sekolah tepat waktu. Jika guru datang ke sekolah tidak tepat
waktu, sangsinya yaitu diberi teguran, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
Sedangkan menurut H. Jayadi Umar, S.Pd., selaku wakil kepala
bidang. humas dan juga guru PAI, jika beliau tidak hadir maka beliau
menyiapkan tugas bagi siswa. Sedangkan jika siswa yang tidak hadir,
maka diberikan tugas kepada siswa yang bersangkutan sebagai
pengganti jam pelajaran yang terlewati.
Sementara itu menurut Atmaja, S.Ag., selaku guru PAI, jika
beliau tidak hadir maka memberikan konfirmasi kepada pihak sekolah
dan memberikan tugas bagi siswa. Sedangkan jika siswa yang tidak
hadir, maka ditanyakan kepada teman terdekat siswa kenapa siswa
tersebut tidak hadir, serta diberitahukan kepada wali kelasnya.
Kemudian siswa tersebut disuruh belajar sendiri kepada temannya
megenai materi yang tertinggal.
d. Penguasaan Materi
Di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan, semua guru menjalankan
tugasnya sesuai dengan bidang ilmunya. Dra. Hj. Sartini, MM., selaku
kepala sekolah mengungkapkan adanya upaya peningkatan kualitas
penguasaan materi bagi guru yaitu dengan mengikutkan guru dalam
seminar dan workshop, serta monitoring, baik oleh pihak sekolah, yaitu
dewan guru, maupun dari pihak luar.
Sedangkan dari pihak guru PAI, tugas kedua guru tersebut
sesuai dengan bidang ilmunya, yaitu S1 Pendidikan Agama Islam.
Keduanya juga meningkatkan kualitas penguasaan materi dengan
mengikuti seminar dan pelatihan peningkatan kualitas materi dan
mengikuti undangan pelatihan, serta seminar-seminar pendidikan.
e. Perencanan Pengajaran
Menurut Dra. Hj. Sartini, MM., selaku kepala sekolah, semua
guru SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan membuat RPP masing-masing.
Dalam hal ini H. Jayadi Umar, S.Pd., selaku wakil kepala bidang.
humas dan juga guru PAI, beliau mengikuti RPP yang sudah ada, dan
disesuaikan dengan kurikulum yang mengacu kepada SK (Standar
Kelulusan). Sedangkan Atmaja, S.Ag., selaku guru PAI, membuat
sendiri RPP tersebut dengan acuan sendiri.
f. Strategi, Metode, dan Media Pengajaran
Dalam penerapan strategi, metode, dan penggunaan media
pengajaran, kepala sekolah memastikan semua guru menggunakan
strategi dan metode yang tepat dengan melakukan supervisi per satu
semester.
Kemudian, semua guru termasuk kedua guru PAI yang ada di
sekolah tersebut memastikan menggunakan strategi dan metode yang
tepat, yaitu dengan penggunaan alat bantu media yang disesuaikan
dengan materi. Secara umum tidak ada kesulitan dalam penggunaan alat
bantu media tersebut, hanya saja terkendala dengan minimnya alokasi
waktu penggunaannya.
g. Evaluasi
Setelah semua proses pembelajaran tersebut berlangsung, hal
yang terakhir di lakukan adalah evaluasi. Kepala sekolah melakukan
evaluasi terhadap kinerja guru dengan pembinaan terus menerus, serta
memberikan kriteria-kriteria yang sesuai dengan profesionalismenya.
Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah dipenuhinya perangkat
media serta ruangan laboratorium terpadu dan ruang serbaguna.
Kemudian melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas diri melalui:
1) Diskusi dengan Guru Mata Pelajaran Agama Islam yang lain di
Sekolah pada minggu pertama,
2) Mengikuti MGMPAI (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama
Islam) di Kecamatan pada minggu kedua,
3) Mengikuti MGMPAI (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama
Islam) di Kotamadya pada minggu ketiga,
4) Workshop di Kanwil. Depag,
5) Mengikuti seminar-seminar tentang pendidikan, dsb.
3. Deskripsi dan Analisa Angket Penerapan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.
Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada seratus
siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, yang terdiri dari 30 siswa kelas VII,
40 siswa kelas VIII, dan 30 siswa kelas IX, yang diajar oleh kedua guru
PAI. Penyebaran angket kepada siswa ini dimaksudkan untuk mengetahui
Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI
12 Jakarta Selatan. dari sudut pandang siswa. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 10
Guru yang selalu datang tepat waktu
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 62 62
b. Setuju 27 27
1
c. Tidak Setuju 9 9
d. Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru yang selalu datang tepat waktu,
sebanyak 62 siswa (62%) menjawab sangat setuju, 27 siswa (27%)
menjawab setuju, 9 siswa (9%) menjawab tidak setuju, dan 2 siswa (2%)
menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa sangat setuju
mengenai guru yang selalu datang tepat waktu, dan ini mengindikasikan
bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 11
Guru menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 32 32
b. Setuju 65 65
c. Tidak Setuju 3 3
2
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru yang menyampaikan materi dengan cara
yang mudah dipahami, sebanyak 32 siswa (32%) menjawab sangat setuju,
65 siswa (65%) menjawab setuju, 3 siswa (3%) menjawab tidak setuju.
Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian
besar siswa setuju mengenai guru yang menyampaikan materi dengan cara
yang mudah dipahami, dan ini mengindikasikan bahwa guru bersikap
profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 12
Guru menjawab dengan baik pertanyaan dari siswa
mengenai materi yang ada di buku ajar
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 29 29
b. Setuju 60 60
c. Tidak Setuju 11 11
3
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru yang menjawab dengan baik pertanyaan
dari siswa mengenai materi yang ada di buku ajar, sebanyak 29 siswa
(29%) menjawab sangat setuju, 60 siswa (60%) menjawab setuju, 11 siswa
(11%) menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat
tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai guru yang
menjawab dengan baik pertanyaan dari siswa mengenai materi yang ada di
buku ajar, dan ini mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional
dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 13
Guru mempunyai pengetahuan dan pemahaman agama yang luas
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 67 67
b. Setuju 31 31
c. Tidak Setuju 2 2
4
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru mempunyai pengetahuan dan
pemahaman agama yang luas, sebanyak 67 siswa (67%) menjawab sangat
setuju, 31 siswa (30%) menjawab setuju 2 siswa (2%) menjawab tidak
setuju. Tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju sangat tidak setuju.
Artinya sebagian besar siswa sangat setuju mengenai guru mempunyai
pengetahuan dan pemahaman agama yang luas, dan ini mengindikasikan
bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 14
Guru berpenampilan rapi dan sopan
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 85 85
b. Setuju 12 12
c. Tidak Setuju 3 3
5
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru berpenampilan rapi dan sopan, sebanyak
85 siswa (85%) menjawab sangat setuju, 12 siswa (12%) menjawab setuju,
3 siswa (3%) menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab
sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa sangat setuju mengenai
guru berpenampilan rapi dan sopan, dan ini mengindikasikan bahwa guru
bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 15
Guru berkepribadian baik dan memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 41 41
b. Setuju 58 58
c. Tidak Setuju 1 1
6
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru berkepribadian baik dan memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi, sebanyak 41 siswa (41%) menjawab
sangat setuju, 58 siswa (58%) menjawab setuju, 1 siswa (1%) menjawab
tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa setuju mengenai guru berkepribadian baik dan
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, dan ini mengindikasikan
bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 16
Guru menggunakan buku sumber ajar lain
selain buku ajar wajib dari sekolah
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 19 19
b. Setuju 74 74
c. Tidak Setuju 7 7
7
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru menggunakan buku sumber ajar lain
selain buku ajar wajib dari sekolah, sebanyak 19 siswa (19%) menjawab
sangat setuju, 74 siswa (74%) menjawab setuju, 7 siswa (7%) menjawab
tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa setuju mengenai guru menggunakan buku sumber
ajar lain selain buku ajar wajib dari sekolah, dan ini mengindikasikan
bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 17
Guru menciptakan suasana belajar yang menarik
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 28 28
b. Setuju 68 68
c. Tidak Setuju 4 4
8
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru menciptakan suasana belajar yang
menarik, sebanyak 28 siswa (28%) menjawab sangat setuju, 68 siswa
(68%) menjawab setuju, 4 siswa (4%) menjawab tidak setuju. Tidak ada
siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa
setuju mengenai guru menciptakan suasana belajar yang menarik, dan ini
mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 18
Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar
dengan metode Ceramah
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 11 11
b. Setuju 13 13
c. Tidak Setuju 67 67
9
d. Sangat Tidak Setuju 9 9
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan
materi ajar dengan metode ceramah, sebanyak 11 siswa (11%) menjawab
sangat setuju, 13 siswa (13%) menjawab setuju, 67 siswa (67%) menjawab
tidak setuju, dan 9 siswa (9%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa tidak setuju jika guru menyampaikan materi ajar
dengan metode ceramah, dan ini mengindikasikan bahwa siswa lebih
faham jika guru menyampaikan materi ajar tidak dengan metode ceramah.
Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan
terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka
lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini
menunjukkan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 19
Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar
dengan metode Demonstrasi
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 15 15
b. Setuju 63 63
c. Tidak Setuju 20 20
10
d. Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan
materi ajar dengan metode demonstrasi, sebanyak 15 siswa (15%)
menjawab sangat setuju, 63 siswa (63%) menjawab setuju, 20 siswa (20%)
menjawab tidak setuju, dan 2 siswa (2%) menjawab sangat tidak setuju.
Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham jika
guru menyampaikan materi ajar dengan metode demonstrasi.
Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan
terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka
lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 20
Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar
dengan metode Diskusi
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 6 6 11
b. Setuju 77 77
c. Tidak Setuju 13 13
d. Sangat Tidak Setuju 4 4
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan
materi ajar dengan metode diskusi, sebanyak 6 siswa (6%) menjawab
sangat setuju, 77 siswa (77%) menjawab setuju, 13 siswa (13%) menjawab
tidak setuju, dan 4 siswa (4%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham jika guru
menyampaikan materi ajar dengan metode diskusi.
Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan
terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka
lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 21
Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar
dengan metode Tanya jawab
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 28 28
b. Setuju 51 51
c. Tidak Setuju 21 21
12
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan
materi ajar dengan metode tanya jawab, sebanyak 28 siswa (28%)
menjawab sangat setuju, 51 siswa (51%) menjawab setuju, 21 siswa (21%)
menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak
setuju. Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham
jika guru menyampaikan materi ajar dengan metode tanya jawab.
Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan
terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka
lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 22
Guru menggunakan media dalam menyampaikan materi pelajaran
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 27 27
b. Setuju 59 59
c. Tidak Setuju 3 3
13
d. Sangat Tidak Setuju 11 11
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru menggunakan media dalam
menyampaikan materi pelajaran, sebanyak 27 siswa (27%) menjawab
sangat setuju, 59 siswa (59%) menjawab setuju, 3 siswa (3%) menjawab
tidak setuju, dan 11 siswa (11%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa setuju mengenai guru menggunakan media dalam
menyampaikan materi pelajaran, dan ini mengindikasikan bahwa guru
bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 23
Guru memberikan pertanyaan/ulangan setiap selesai memberikan materi
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 12 12
b. Setuju 64 64
c. Tidak Setuju 24 24
14
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru memberikan pertanyaan/ulangan setiap
selesai memberikan materi, sebanyak 12 siswa (12%) menjawab sangat
setuju, 64 siswa (64%) menjawab setuju, 24 siswa (24%) menjawab tidak
setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya
sebagian besar siswa setuju mengenai guru memberikan
pertanyaan/ulangan setiap selesai memberikan materi, dan ini
mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 24
Guru melakukan remedial jika sebagian besar nilai siswa rendah
No. Alternatif Jawaban F %
a. Sangat Setuju 75 75
b. Setuju 22 22
c. Tidak Setuju 3 3
15
d. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 100 100%
Dari Tabel mengenai guru melakukan remedial jika sebagian besar
nilai siswa rendah, sebanyak 75 siswa (75%) menjawab sangat setuju, 22
siswa (22%) menjawab setuju, dan 3 siswa (3%) menjawab tidak setuju.
Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian
besar siswa sangat setuju mengenai guru melakukan remedial jika
sebagian besar nilai siswa rendah, dan ini mengindikasikan bahwa guru
bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Dari hasil angket seratus siswa di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta
Selatan sudah berjalan dengan baik. Karena menurut siswa SMP PGRI 12
Jakarta Selatan, guru PAI di SMP tersebut sudah menjalankan tugas
profesionalnya dengan baik.
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai penerapan profesionalisme guru PAI di SMP
PGRI 12 Jakarta Selatan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan
profesionalisme guru PAI di sekolah tersebut berjalan dengan baik, hanya saja
masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Seperti
perpustakaan yang kurang terawat, komputer yang kurang lengkap serta
laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan
peralatan.
Hal ini penulis dapatkan dan dapat dilihat dari hasil observasi, wawancara,
dan angket tentang penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di
SMP PGRI 12 Jakarta Selatan yang telah penulis peroleh dari lapangan.
D. Saran
Setelah penulis mengetahui dan menyimpulkan hasil dari temuan
penelitian di atas, penulis mengajukan beberapa saran terkait dengan penerapan
profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru yang ada di sekolah
tersebut. Penulis mengajukan beberapa saran berikut ini:
1. Penggunaan alat bantu media (laboratorium terpadu, ruang serbaguna, serta
ruang multimedia) di sekolah tersebut harus lebih dimaksimalkan. Karena ada
dasarnya penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah
tersebut sudah berjalan dengan baik, hanya saja penggunaan alat bantu media
yang kurang dimaksimalkan dengan baik.
2. Penggunaan variasi metode yang lebih dimaksimalkan. Hal ini dimaksudkan
agar siswa tidak mengalami kejenuhan karena guru lebih terpaku pada satu
metode.
3. Usaha untuk meningkatkan kualitas diri guru harus dipertahankan dan
dilakukan secara terus menerus. Seperti mengikuti MGMPAI (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran Agama Islam), serta mengikuti workshop-workshop dan
seminar-seminar tentang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Al-Abrasy, Muhammad Atyhiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,
Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996
Ametembun, N. A., Guru dan Administrasi Sekolah, Bandung: IKIP, 1981
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995
Aqib, Zainal, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan
Cendikia, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006, Cet. XII
Azra, Azyumardi, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos, 1998
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995
Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,
2006
Departemen Agama RI, UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan,
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam,
2006
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1999, cet. Ke-10
Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia, 1996, cet. Ke-21
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, cet. Ke-2
Kurniawan, Yedi, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta:
Firdaus, 1992, cet. I
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’rif Bandung
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1985
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1985
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1991
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak
Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Jakarta: Perpustakaan
Umum, 2004
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992
Sholeh, Asrorun Ni’am, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis
Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006,
cet. Ke-1
Sujono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000, cet. X
Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa, 1999
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002, cet. Ke-7
Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat
Islam Depag RI, Pedoman Guru Agama SD, Jakarta: Proyek
Pengambangan Sistem Pendidikan Agama, 1976
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan
Skripsi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah 2007
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, 1993, cet. II
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan
Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan
Sampai Dengan 1994, Jakarta: Sinar Grafika, cet . I
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001, cet. Ke-13
UU Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Focus Media, 2003
Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
BelajarMengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999, cet. Ke-1
Wijaya, HM. Suwarta, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits
Rasul, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, jilid I, cet. Ke-7
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem
Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya: Usaha Nasional, 1977
2. Internet www.setjendiknas.or.id, diakses pada tanggal 21 Februari 2009