113
PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Hanifah Agda Nursitasari R.0013057 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2016

PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI … SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi

Embed Size (px)

Citation preview

PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN

SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA

SUNTER PLANT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Hanifah Agda Nursitasari R.0013057

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

2016

i

PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN

SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA

SUNTER PLANT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Hanifah Agda Nursitasari R.0013057

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

2016

ii

iii

iv

ABSTRAK PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI

UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2

Latar belakang : Penggunaan peralatan yang besar dan canggih di kantin perusahaan menyebabkan berbagai potensi bahaya yang dapat mengancam pekerja di kantin maupun pekerja di perusahaan. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan penerapan sistem proteksi di kantin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang gambaran penerapan sistem proteksi bahaya sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya dalam bekerja. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara dengan kepala koki, koki, para pekerja di kantin, departemen SHE, serta studi kepustakaan. Hasil : Sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dilakukan secara menyeluruh dari proses pengorderan, penerimaan barang, penyimpanan barang, pengolahan, pembersihan, pengolahan limbah, dan lain-lain. Potensi bahaya yang ada di kantin berupa kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan listrik, kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan lain-lain. Sistem proteksi diawali dengan mengidentifikasi bahaya dengan lembar IBPR. Selanjutnya dilakukan pengendalian bahaya dengan hirarki pengendalian pada masing-masing potensi bahaya dan disesuaikan dengan efektifitasnya. Langkah yang terakhir yaitu dilakukan evaluasi melalui audit internal oleh SHE departemen yang menunjukan bahwa potensi bahaya yang dilakukan di kantin telah terpenuhi dan perlu ditingkatkan lagi agar potensi bahaya benar-benar bisa dicegah. Simpulan : Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memiliki sistem proteksi bahaya yang berjalan dengan baik dan teratur. Sistem proteksi dilakukan mulai dari proses kerja awal hingga akhir untuk mengetahui potensi bahaya keseluruhan dan melakukan pengendalian potensi bahaya secara maksimal. Sistem proteksi bahaya sebagian besar telah memenuhi peraturan perundangan serta literatur terkait penelitian yang masih berlaku. Kata Kunci : Sistem Proteksi Bahaya di Kantin 1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dosen Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

v

ABSTRACT THE APPLICATION OF HAZARD PROTECTION SYSTEM IN CANTEEN

AS POTENTIAL HAZARD PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2

Background : The use of large and sophisticated equipment in the company canteen cause a variety of potential hazards that can threaten workers in canteen and workers in the company. Control measures that can be done by the application of hazard protection system in canteen. The purpose of this study is to know about the description of the application of hazard protection system in so that it can prevent the occurrence of hazards in the work. Methods : This research uses descriptive method which provides an implementation of hazards protection system in through direct observation to the field, interviews with the head chef, chef, canteen workers, SHE department and the study of literature. Results : Hazard protection system in the canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant conducted thoroughly from ordering, receipt of the goods, storage of goods, processing, cleaning, waste treatment, and others. The potential hazard in the canteen are fires/explosions, cold, falls from height, an electrical contact, contact with hazardous and toxic materials, and others. Protection system begins by identifying hazard by using IBPR sheet. From the results of hazard identification, hazard potential that most potentially is fire/explosion. Then carried out control of hazardsl by hierarchy of control of each potential hazard and adapted with effectiveness. The last step is evaluated by internal audit by the SHE department show that the potential hazards conducted in the canteen has been fulfilled and need to be improved so that the potential hazard completely preventable. Conclusion : Canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant has had The Hazard protection system that running properly and regularly. protection system carried out from beginning to end work processes to identify potential The Hazard and to control whole The Hazard potential optimally. Hazard protection systems have largely been fulfilling laws and related literature research that still valid. Keyword : Hazard Protection System in Canteen 1. Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of

Medicine, Sebelas Maret University. 2. Lecturer of Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program,

Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir: “Penerapan Sistem Proteksi Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso Indonesia Sunter Plant”. Dimana laporan ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran,

Univertsitas Sebelas Maret. 2. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes selaku Kepala Program Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Seviana Rinawati, S.KM, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan.

4. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku penguji yang telah memberikan pengarahan.

5. Bapak Heru Sudaryanto, Ibu Ferawati Candra Dewi dan Bapak Agus Triyanto, selaku SHE Departemen yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan kegiatan magang di PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

6. Bapak, ibu, dan adikku terima kasih atas segala doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.

7. Seluruh teman-temanku terima kasih untuk semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta,.......................... Penulis

Hanifah Agda Nursitasari

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv ABSTRACT ....................................................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5 B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 28 B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 28 C. Subyek Penelitian .......................................................................... 28 D. Sumber Data .................................................................................. 29 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30 F. Analisis Data .................................................................................. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 32 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 80 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98

A. Simpulan ....................................................................................... 98 B. Saran .............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100 LAMPIRAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........................ 14 Gambar 2. Contoh Safety Map ....................................................................... 21 Gambar 3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 29 Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant .... 32 Gambar 5. Proses Kerja Kantin ...................................................................... 33 Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin .................................................... 59 Gambar 7. Safety Map Canteen ..................................................................... 61 Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan)............................................. 64 Gambar 9. SOP (Kwali Range Low) .............................................................. 65 Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran .............................................. 66 Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api” ......................................................... 67 Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas ......................................................... 67 Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas ....................................................... 68 Gambar 14. APAR CO2 ................................................................................. 69 Gambar 15. Valve dan Detektor Gas .............................................................. 70 Gambar 16. Exhaust Hood ............................................................................. 71 Gambar 17. Chiller and Freezer .................................................................... 72 Gambar 18. Mesin Chopper ........................................................................... 74 Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah .................................................. 75 Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan ................................ 76 Gambar 21. APD Koki Kantin ....................................................................... 77

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bentuk Luka ....................................................................................... 14 Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan ........................................................................... 14 Tabel 3. Potensi Kecelakaan ............................................................................ 15 Tabel 4. Level Risiko ....................................................................................... 15 Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya ............................................................... 20 Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........... 34 Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan ..................... 38 Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) ............................................. 39 Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) ....................... 39 Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan ...................... 40 Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan ................................................. 41 Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan ......................... 42 Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) .............................................. 43 Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) ................................................. 44 Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan ....................................................... 44 Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan ......................................................... 45 Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie .............................. 46 Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno ...................................... 47 Tabel 19. IBPR Penyajian Makanan ................................................................ 48 Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman ............................................................... 48 Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan ........................................... 50 Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin ...................................................... 50 Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat ...................................................... 52 Tabel 24. IBPR Pengolahan Limbah Cair ........................................................ 52 Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap .................................................... 54 Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 ......................................... 54 Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan ................................................... 55 Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas ............................................................. 56 Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas ....................................................... 56 Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level) .............................................. 58 Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map .......................... 61

x

DAFTAR SINGKATAN

APAR : Alat Pemadam Api Ringan APD : Alat Pelindung Diri B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun BOD : Board of Directors FIFO : Fist In First Out GO : General Office IBPR : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko ILO : International Labour Organization ISS : Integrated Servis Solution ISO : International Organization for Standardization K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3L : Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan KY : Kiken Yochi (Prediksi Bahaya) LBP : Low Back Pain LDKB : Lembar Data Keselamatan Kerja LPG : Liquid Petrolium Gas NAB : Nilai Ambang Batas OHSAS : Occupational Health and Safety Assesment Series P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PAK : Penyakit Akibat Kerja PIC : Personal In Charger PKL : Praktik Kerja Lapangan SDS : Safety Data Sheet SHE : Safety Health Environment SOP : Standart Operational Prosedure STP : Sewage Treatment Plant STOP 6 : Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of Accident STP : Sewage Treatment Plant TKTD : Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat TPS : Tempat Penyimpanan Sementara WWT : Waste Water Treatment

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 2. Sertifikat Magang Lampiran 3. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 4. Proses Kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 5. Skill Matrix Pekerja Kantin Lampiran 6. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan Lampiran 7. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) Lampiran 8. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) Lampiran 9. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 10. IBPR Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 11. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan Lampiran 12. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) Lampiran 13. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) Lampiran 14. IBPR Pemanggangan Makanan Lampiran 15. IBPR Penggorengan Makanan Lampiran 16. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie Lampiran 17. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno Lampiran 18. IBPR Penyajian Makanan Lampiran 19. IBPR Penyajian Minuman Lampiran 20. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan Lampiran 21. IBPR Pembersihan Area Kantin Lampiran 22. IBPR Pengolahan Limbah Padat Lampiran 23. IBPR Pengolahan Limbah Cair Lampiran 24. IBPR Membersihkan Insect Trap Lampiran 25. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 Lampiran 26. IBPR Pembersihkan Lift Makanan Lampiran 27. IBPR Pengecekan Pipa Gas Lampiran 28. IBPR Pemasangan Tabung Gas Lampiran 29. Safety Map Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya zaman penggunaan akan teknologi maju

semakin tinggi. Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk

memenuhui kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai

dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri.

Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan terutama pada era

industrialisasi yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi

dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian

penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan yang berbahaya akan

terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2008).

Setiap ada proses kerja yang berhubungan dengan penggunaan

mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan yang berbahaya akan

menimbulkan potensi bahaya yang berdampak pada terjadinya kecelakaan

kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja. Menurut International Labour

Organization (ILO) pada tahun 2011 terjadi lebih dari 336 juta kecelakaan

kerja. Pada tahun 2012, tercatat angka kematian karena kecelakaan dan

Penyakit Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus pada setiap tahunnya.

Pada tahun 2013, kejadian kecelakaan kerja menyebabkan 1 pekerja di dunia

meninggal setiap 15 detik dan sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat

kerja (Aditya, 2015).

2

Potensi bahaya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat

membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Dalam

Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang

menyatakan “Pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk

menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan

kesehatan”. Proses kerja tidak dapat dihentikan akan tetapi potensi bahaya

yang mungkin timbul dapat dicegah dan ditangani dengan adanya sistem

proteksi bahaya.

Sistem proteksi bahaya dibuat oleh perusahaan dengan

mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan yang

tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga pekerja dan

produktifitasnya. Melalui hazard management process, risiko yang mungkin

timbul dapat diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan sedini mungkin melalui

pendekatan preventif, inovatif, dan partisipatif (Tarwaka, 2008).

Proses kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang dibahas

dilaporan khusus ini memiliki banyak potensi bahaya seperti kebakaran,

kontaminasi dengan bahan B3, tersengat listrik, keluhan musculoskeletal, dan

lain-lain. Banyaknya potensi bahaya dikarenakan penggunaan alat-alat kerja

dalam skala besar dan menggunakan sumber energi yang besar pula. Potensi

bahaya paling besar ditemukan di dapur kantin karena banyaknya peralatan

memasak di dapur untuk mengolah masakan.

Proses kerja di kantin sudah dilengkapi dengan sistem proteksi

bahaya untuk mencegah segala bentuk kemungkinan kecelakaan yang terjadi,

3

maka dari itu penulis ingin menganalisa tentang “Penerapan Sistem Proteksi

Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso

Indonesia Sunter Plant”.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini rumusan masalah dalam pembuatan laporan :

1. Bagaimana keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?

2. Apa saja sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter

Plant ?

3. Apa saja potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?

4. Bagaimana penerapan sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso

Indonesia Sunter Plant ?

C. Tujuan Penelitian

Berikut ini tujuan dari penelitian yang dilakukan :

1. Mengetahui keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

2. Mengetahui sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia

Sunter Plant.

3. Mengetahui potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

4. Mengetahui penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso

Indonesia Sunter Plant.

4

D. Manfaat Penelitian

1. Perusahaan

a. Mendapatkan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin

PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

b. Memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam penerapan sistem

proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan praktek

kerja lapangan.

b. Dapat menjadi referensi untuk menambah kepustakaan Program

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

3. Penulis

a. Meningkatkan wawasan dalam melakukan identifikasi dan

penilaian potensi bahaya serta sistem proteksi bahaya di Kantin PT.

Denso Indonesia Sunter Plant.

b. Mengetahui tentang bentuk pengendalian potensi bahaya yang ada di

Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

a. Definisi Tempat Kerja

Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, tempat kerja adalah ruangan atau lapangan

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja

bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu

usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.

b. Ruang Lingkup Tempat Kerja

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau

berhubungan dengan tempat kerja.

2. Sumber Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan

pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut

dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan

kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka bahaya

tersebut disebut sebagai bahaya nyata (Suma’mur, 1996). Sebab utama

dari kejadian kecelakaan kerja adalah faktor dan pelaksanaan K3 yang

6

belum diimplementasikan dengan benar. Sebab utama terjadinya

kecelakaan kerja meliputi beberapa faktor yang meliputi :

a. Manusia

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau

kerusakan terletak pada karyawan yang kurang terampil, kurang

pengetahuan, kurang bergairah, kurang tepat, dan terganggunya

emosi yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian.

Semua kecelakaan disebabkan oleh kelalaian manusia.

Kesalahan tersebut mungkin saja disebabkan oleh

perencanaan pabrik, kontraktor yang membangunnya, pembuatan

mesin-mesin, pengusaha, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan

kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan

mesin atau peralatan (Suma’mur, 1996). Faktor-faktor yang

melatar belakangi kesalahan dan tindakan berbahaya yang dilakukan

oleh manusia antara lain:

1) Kurang pengetahuan dan keterampilan

2) Tidak mampu untuk bekerja secara normal

3) Kelelahan dan kejenuhan

4) Penurunan konsentrasi

5) Stress

6) Kurang adanya motivasi dan kepuasan kerja

7) Sikap kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar dan masa

bodoh

7

8) Belum adanya adaptasi antara pekerja dengan mesin-mesin atau

peralatan kerja

b. Lingkungan

Ruang lingkup lingkungan tidak hanya pada lingkungan

fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan

fasilitas, pengalaman manusia sebelum dan saat bekerja, pengaturan

organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan

politik yang dapat mengganggu konsentrasi (Tarwaka, 2008).

c. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi

Dalam pelaksanaan kegiatan produksi, bahaya dari

bangunan, peralatan, dan instalasi perlu mendapat perhatian.

Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat keselamatan

dan kesehatan kerja. Begitu juga dengan desain ruangan,

pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedianya penerangan

darurat, makna dan rambu-rambu yang jelas, dan tersedianya jalan

penyelamatan diri (Syukri, 1997).

Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan kerja baik

dalam desain maupun konstruksi. Sebelum dipergunakan maka harus

diuji dan diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi

harus disesuaikan dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang

ditentukan. Harus ada pengecekan dan pengujian sebelum

pengoperasiannya berjalan. Hal ini bertujuan untuk menjamin

8

keselamatan operator yang juga sudah memenuhi persyaratan

(Syukri, 1997).

d. Bahan

Tingkat dan pengaruh yang ditimbulkan dari bahan dan

material berbeda-beda. Dapat berupa tingkat bahaya tinggi dapat

juga rendah, pengaruhnya juga ada yang dapat segera dilihat tetapi

ada juga yang bertahun-tahun baru dapat diketahui. Oleh karena itu

maka pihak perusahaan harus tahu sifat dari bahan yang digunakan

dalam produksi sehingga dapat mengambil langkah-langkah

pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja yang ditimbulkan oleh bahan tersebut yang dapat merugikan

perusahaan. Seperti untuk bahan kimia berbahaya harus dilengkapi

dengan Safety Data Sheet (SDS) yang dapat diminta pada pemasok

atau produsen dengan memasukannya pada kontrak pembelian bahan

(Syukri, 1997).

Bahaya yang ditimbulkan dari bahan atau material tersebut

mencakup berbagai risiko bahaya yang sesuai dengan sifatnya,

antara lain :

1) Mudah terbakar

2) Mudah meledak

3) Menimbulkan alergi

4) Menyebabkan kanker

5) Bersifat racun

9

6) Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan

7) Radioaktif

e. Proses

Pengaruh teknologi yang diterapkan pada alat maupun

bahan terhadap bahaya yang timbul dalam proses produksi sangat

besar. Industri manufacture menggunakan proses yang berbahaya

dimana di dalam prosesnya menggunakan suhu dan tekanan tinggi

yang dapat memperbesar risiko bahaya seperti pada proses

pengelasan part-part. Seringnya proses ini menimbulkan asap, debu,

panas, dan bahaya mekanis yang mengakibatkan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

f. Cara Kerja

Cara kerja yang salah dapat membahayakan orang itu

sendiri dan orang lain sekitarnya. Dalam bekerja perlu dan harus

memperhatikan dan menerapkan cara kerja yang benar. Dalam

rangka menghindari terjadinya kecelakaan kerja maupun insiden di

tempat kerja, maka perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut

(Syukri, 1997) :

1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan

cara yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan cidera

pada daerah tulang punggung.

10

2) Cara kerja yang salah mengakibatkan kecelakaan dan cidera

terutama yang sering terjadi adalah cidera pada tulang

punggung.

3) Pemakaian APD yang semestinya dan dengan cara pemakaian

yang benar.

3. Potensi Bahaya

Potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial

mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun

manusia. Tidak terduga karena tidak adanya unsur kesengajaan, terutama

dalam perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan

disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling

ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1996).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang tidak

diharapkan yang mengakibatkan sakit pada manusia, kerusakan,

hilangnya harta benda, atau gangguan proses produksi. Biasanya

kecelakaan merupakan hasil kontak dengan bahan atau sumber energi

(kimia, panas, mekanik, listrik, dan lain lain) yang melebihi nilai ambang

batas yang dapat diterima oleh tubuh atau struktur (Frank dkk, 1990).

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2

kelompok dan dapat juga merupakan gabungan atau kombinasi dari

kedua kelompok tersebut. Potensi bahaya dapat digolongkan menjadi 2

jenis yaitu kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, sebagai berikut :

11

a. Kondisi Tidak Aman

Kondisi yang tidak aman adalah kondisi yang mengandung

bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan, misalnya

penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada tempatnya,

pakaian kerja yang tidak sesuai atau tempat kerja yang tidak bersih

dan tidak teratur.

b. Tindakan Tidak Aman

Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak

sesuai dengan aturan yang dibuat, sehingga dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Perlu perhatian dan

pemantauan pada pelaksanaan hal-hal yang tidak sesuai peraturan,

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tidak

memakai APD saat bekerja, menjalankan peralatan tanpa ijin,

melepas safety device, menggunakan peralatan yang rusak, bersenda

gurau berlebihan saat bekerja, berlari dengan tergesa-gesa di tempat

kerja, melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugasnya, tanpa

SOP, dan lain-lain.

4. Sistem Proteksi Bahaya

a. Identifikasi Bahaya

Identifikasi dilakukan sebagai langkah awal untuk

mengenali potensi bahaya apa yang ada di suatu area kerja. Dalam

mengenali potensi bahaya, dapat dilakukan pengelompokan atau

12

klasifikasi potensi bahaya agar memudahkan dalam

penanggulangannya kemudian (Tarwaka, 2008).

Menurut Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia

tahun 1996, identifikasi bahaya merupakan proses pencarian semua

kegiatan dan situasi, produksi dan jasa yang dapat menimbulkan

potensi cidera atau sakit. Ini biasanya mempertimbangkan :

1) Jenis cidera atau sakit yang dapat timbul

2) Situasi atau kejadian yang dapat menimbulkan potensi cidera

atau sakit

Sedangkan menurut Astra International tahun 2006,

identifikasi merupakan prosedur pada saat sekarang yang

menentukan dampak dari kegiatan organisasi di masa lalu, sekarang,

dan yang berpotensi terjadi di masa mendatang. Pada ilmu K3

disebut dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko.

Identifikasi bahaya dilakukan untuk setiap tempat kerja,

mesin, peralatan, lay out, proses, dan setiap modifikasi yang

dilakukan identifikasi bahaya lingkungan kerja dan penilaian risiko

serta dampak lingkungan untuk mengetahui potensi bahaya dan

dampak sejak awal dan dilakukan penanggulangan sehingga

kemungkinan terjadi kecelakaan, penyakit akibat kerja, atau

pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pelaksanaan identifikasi

bahaya, penilaian risiko, dan dampak lingkungan harus dilakukan

secara menyeluruh. Berikut pelaksanaan identifikasi bahaya,

13

penilaian risiko, dan dampak lingkungan (PT. Denso Indonesia

Sunter Plant, 2008) :

1) Setiap departemen/seksi melakukan identifikasi bahaya

lingkungan kerja dan penilaian risiko. Identifikasi dilakukan

oleh petugas yang berkompeten dan melibatkan pengawas

(Leader, Foreman, Section Manajer).

2) Identifikasi pada lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian

Risiko (IBPR).

3) Setelah itu formulir diserahkan pada officer untuk diperiksa

4) Apabila ada hasil identifkasi yang tidak sesuai maka officer akan

menginformasikan kepada departemen/seksi tersebut untuk

dilakukan perbaikan.

5) Setelah hasil identifikasi bahaya sesuai maka dimintai tanda

tangan manajer area sebagai penanggungjawab, kemudian

komite SHE merekap serta membuat resume. 10 % dari hasil

resume tertinggi digunakan sebagai masukan kepada pihak

manajemen untuk menyusun Management Policy.

6) Management Policy yang dibuat kemudian diturunkan ke setiap

departemen/seksi untuk menyusun Activity Plan.

7) Penyusunan Management Policy dan Acticity Plan mengacu ke

Bussines Planning dan dalam menyusun activity plan harus

mengacu pada urutan tindakan pengendalian yaitu eliminasi,

rekayasa, administrasi, dan Alat Pelindung Diri.

14

Identifikasi bahaya diisikan pada Lembar Identifikasi

Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014.

Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Penilaian IBPR dengan format baru ini terdiri dari 4 (empat)

penilaian yang terdiri dari penilaian bentuk luka yang mungkin

timbul, frekuensi pekerajaan yang menyatakan tingkat keseringan

pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko sebagai berikut :

Tabel 1. Bentuk Luka Bentuk Luka Nilai

Kematian, cacat serius, (kehilangan pengelihatan, amputasi tangan dan kaki)

15

Cacat, luka yang menimbulkan hari kerja hilang 10 Luka yang tidak menimbulkan hari kerja hilang 5 Luka minor (kecelakaan minor seperti memar, tergores, dan lain-lain)

1

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan Frekuensi Nilai

Setiap hari atau lebih dari 1 kali/hari (sering) 5 Setiap bulan atau lebih dari 1 kali/bulan (agak sering) 4 Setiap tahun atau lebih dari 1 kali/tahun 2 Kurang dari setahun (jarang) 1

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

15

Tabel 3. Potensi Kecelakaan Klasifikasi Nilai

Kemungkinan tinggi

Perbaikan safety tidak dilakukan (walaupun berhati-hati tidak dapat dihindari)

15

Kemungkinan sedang

Ada kekurangan didalam perbaikan (kecuali berhati-hati tidak dapat dihindari)

10

Kemungkinan rendah

Ada beberapa bagian yang kurang dalam perbaikan safety

5

Kemungkinan kecil

Perbaikan safety dilakukan dan tidak perlu berhati-hati

1

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Tabel 4. Level Risiko Level Isi dari Penilaian Nilai

IV Sangat tinggi, risiko sangat tinggi dan perlu mengurangi risiko bahaya sebagai prioritas utama dengan melakukan perbaikan dalam segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain

27-35

III Tinggi, risiko tinggi dan perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dari segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain

22-26

II Sedang, perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dalam aspek hardware (perlengkapan), dan lain-lain

14-21

I Rendah, level risiko yang dapat diterima 3-13 Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Rumus penilaian risiko :

R = Level Risiko

S = Bentuk Luka

F = Frekuensi Pekerjaan

P = Potensi Kecelakaan

[R] = [S] + [F] + [P]

16

b. Pengenendalian Bahaya

1) Mapping Risk Hazard Potential

Mapping Risk untuk mengetahui daerah mana yang

berpotensi bahaya kecil, sedang, dan bahaya yang besar yang

dapat menimbulkan kecelakaan maupun menimbulkan penyakit

akibat kerja. Berikut Materi Penyusunan Mapping Risk Map

Potential (PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008) :

a) Pengenalan STOP 6

Klasifikasi STOP 6 adalah sebagai berikut:

S : Safety

T : Toyota

O : “0” (Zero) Accident

P : Project

6 : 6 Penyebab Kecelakaan

STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk

mencegah kecelakaan kerja yang berakibat luka

serius/cacat/meninggal yang digolongkan menjadi “6 Tipe

Kecelakaan”.

Jenis-jenis potensi bahaya (STOP 6) sebagai berikut :

(1) STOP 6 Tipe A (Apparatus)

Apparatus (mesin), yaitu potensi bahaya yang

berasal dari mesin. Seperti terjepit mesin, tergores

mesin, tersayat mesin, dan lain sebagainya.

17

Key Point :

(a) Pastikan seluruh tekanan angin/udara di mesin

tidak ada yang tersisa

(b) Adanya penahan/stopper (rantai block atau pins)

untuk mencegah benda jatuh

(c) Perhatikan benda yang bergerak dan berputar jarak

yang cukup antara operator dengan mesin

(d) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja di mesin

(e) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja mesin

(f) Komunikasi dan informasi

(2) STOP 6 Tipe B (Big Heavy)

Big Heavy (tertimpa beban berat), yaitu

potensi bahaya tertimpa benda kerja atau material yang

dapat menyebabkan sakit atau cedera.

Key Point :

(1) Check fungsi hoist, crane, kawat, garpu, dan

sebagainya. Perhatikan posisi limit switch agar

tidak terlalu tinggi/naik

(2) Perhatikan juga peralatan untuk mencegah jatuh

dari hanger

(3) Pembatas yang jelas antara lokasi yang aman

dengan lokasi kerja

18

(4) Posisi dan lokasi operator (crane, hoist dan lain

lain) dengan beban kerja

(3) STOP 6 Tipe C (Car)

Car (kendaraan), yaitu potensi bahaya

tertabrak kendaraan kerja atau kecelakaan transportasi

dalam proses kerja.

Key Point :

(a) Perhatikan ujung garpu forklift pada saat

mengangkut palet

(b) Perhatikan kapasitas maksimum muatan/beban

yang akan dibawa agar tidak terlempar dan jatuh

(c) Koordinasi dan konfirmasi dengan pekerja yang

memberi aba-aba pada saat bekerja bersama-sama

(d) Jangan mengemudikan forklift dengan kecepatan

tinggi

(4) STOP 6 Tipe D (Drop)

Drop (jatuh), yaitu potensi bahaya jatuh dari

tempat yang berbeda ketinggian.

Key Point :

(a) Check fungsi perlengkapan pengaman untuk lokasi

kerja yang tinggi dan naik/turun

(b) Penempatan tanda bahaya/peringatan ditempat

kerja yang strategis

19

(c) Posisi kaki-kaki tangga atau kursi jalan dalam

keadaan kokoh dan terdapat prosedur kerjanya

(5) STOP 6 Tipe E (Electric)

Electric (listrik), yaitu potensi bahaya

tersengat listrik.

Key Point :

(a) Pastikan alat dan mesin las dalam keadaan aman

untuk digunakan (tidak rusak)

(b) Pastikan ada tidaknya alat pengaman pada saat

terjadi hubungan singkat dari peralatan mesin

(c) Perhatikan bagus/jeleknya arde, isolator untuk arc

welding

(d) Pastikan lokasi kerja tidak dalam kondisi

lembab/basah

(6) STOP 6 Tipe F (Fire)

Fire (api), yaitu potensi bahaya kontak dengan

api atau benda panas.

Key Point :

(a) Pastikan jangka waktu penyimpanan tabung gas

(b) Pastikan alat-alat deteksi/pengaman sudah

diperiksa secara teratur

(c) Harus ada prosedur kerja untuk menangani

penyimpanan tabung gas dan lain-lain

20

(d) Pastikan tanda/rambu-rambu larangan masuk atau

mendekati area kerja berbahaya lalu lintas forklift

(e) Pastikan kondisi jalan/jalur lalu lintas

forklift/towing yang rata atau tidak rusak

b) Klasifikasi Ranking Bahaya

Klasifikasi rangking bahaya merupakan penjabaran

dari masing-masing tipe STOP 6 yang terdiri dari

Apparatus, Big Heavy, Car, Drop, Electric, dan Fire yang

digunakan sebagai acuan penilaian. Berikut tabel klasifikasi

rangking bahaya :

Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya

Ranking

STOP 6 A B C D E F

Alat/ Mesin

Benda Besar/ Berat

Menyentuh Kendaraan

Jatuh/ Kejatuhan

Meninggal Tersengat Listrik

Api/ Benda Panas

A Meninggal dunia Cacat permanen

Seluruh anggota tubuh Lengan

Tinggi dan Berat ≥ 2 m

dan 20 kg < 2 m

Forklift Trailer

Tinggi > 3m

Tegangan > 220 V

Seluruh anggota tubuh Lengan

B Luka Stop produksi Kehilangan hari kerja

Bagian tubuh Lengan Kaki

Tinggi Berat : ≥2m 15-20kg <2m 50-100kg

Towing (Kereta Pengantar Barang)

Tinggi 2-3m

Tegangan 110-220 V

Bagian tubuh Lengan Kaki

C Luka ringan tidak absen Produksi tidak stop Tidak ada

Bagian tubuh Lengan Kaki Jari

Tinggi Berat : ≥2 m 15kg <2m 50kg

Dolly (Kereta Dorong Pengangkat Barang)

Tinggi < 2m

Tegangan <110V

Bagian tubuh Lengan Kaki Jari

Sumber : Standard of Risk Rank PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008

21

c) Contoh Safety Mapping

Safety mapping digunakan sebagai sarana

informasi keselamatan dalam bentuk gambar. Peta hanya

dibuat pada satu seksi pekerjaan saja dengan tujuan agar

informasi keselamatan berupa tingkat bahaya dalam suatu

proses kerja dibahas lebih detail dan tentunya bisa dengan

mudah dipahami para pekerja yang melihat safety map.

Berikut salah satu contoh safety map :

Gambar 2. Contoh Safety Map

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Key point :

(1) Gambarkan layout proses area kerja yang menjadi

scope identifikasi

(2) Utamakan risiko bahaya tinggi (Rank A/B) yang

tervisualisasi dalam safety map

(3) Informasi dan visualisasikan posisi/lokasi, kategori

STOP 6, dan potensi bahaya yang terdapat di area

tersebut

22

(4) Progress dan follow up semua temuan tersebut (before

and after) dan beri tanda pada temuan yang sudah di

tanggulangi

2) Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian

Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki

pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko

adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian

risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan

secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008)

antara lain :

a) Eliminasi (Elimination)

Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau

tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai

dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang

berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada

batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan

atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai

Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara

pengendalian risiko yang baik karena risiko terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.

b) Subtitusi (Subtitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk

menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih

23

berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih

aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang

masih diterima. Misalnya:

(1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta

(2) Proses menyapu diganti dengan proses vakum

(3) Bahan solvent diganti dengan bahan detergent

(4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan

c) Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek

kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi

bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban

berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor

beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben

suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan

kebisingan tinggi.

d) Isolasi (Isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara

memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti

menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup

(Control Room).

e) Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan

menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi

24

kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode

pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya

dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk

dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini

meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan

yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu

istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan

kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali

jadwal kerja, training keahlian, dan training K3.

f) Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan

terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya

dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah

pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri

sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti dari sarana

pengendalian risiko lainnya. Alat pelindung diri ini

disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan

alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan

keamanan dan kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan

penggunaan APD tergantung jika peralatan pelindungnya

tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan

situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara.

25

3) Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di

perusahaan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, meliputi :

a) Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran

Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus

ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan

dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan

obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.

Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara

umum meliputi:

(1) personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman

dan keahlian yang cukup

(2) catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran yang

sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi

manajemen, tenaga kerja, dan kontraktor kerja yang

terkait

(3) peralatan dan metode pengujian yang memadai harus

digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar

K3

(4) tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat

ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3

dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran

26

(5) penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk

menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden

(6) hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang

b) Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

(1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi

kinerja K3

(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui

pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal

SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang

kompeten

(3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya

untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3

dapat menggunakan jasa pihak lain

(4) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan

kepada pengusahan

(5) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan

untuk melakukan tindakan perbaikan

(6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan/atau standar.

27

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Sumber Bahaya: 1. Manusia 2. Lingkungan 3. Peralatan 4. Bahan 5. Poses 6. Cara kerja

Tempat Kerja

Potensi Bahaya: 1. Unsafe Condition 2. Unsafe Action

Sistem Proteksi Bahaya Kantin 1. Identifikasi 2. Pengendalian 3. Evaluasi

Tercapai Belum Tercapai

evaluasi

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan

menggunakan metode deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat, serta hubungan antar fenoma yang

diselidiki.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian yang diambil oleh penulis adalah :

Nama : PT. Denso Indonesia Sunter Plant (Peta dapat dilihat pada

lampiran 1)

Alamat : Jalan Gaya Motor I nomor 6 Sunter II, Kelurahan Sungai

Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara 14330, DKI Jakarta

2. Waktu penelitian : dari tanggal 2 Februari-31 Maret 2016

C. Subyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah inspeksi untuk mengetahui tentang

keselamatan dan kesehatan kerja di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

29

Berikut ini subyek penelitiannya :

1. Keadaan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

2. Sumber bahaya

3. Potensi bahaya

4. Sistem proteksi bahaya (identifikasi bahaya, pengendalian potensi

bahaya, dan evaluasi)

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survei ke

lapangan/tempat kerja, wawancara, serta diskusi dengan tenaga kerja.

a. Observasi

Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap potensi dan faktor bahaya yang ada dilingkungan kerja.

b. Wawancara

Data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan objek

peneliti baik tenaga kerja maupun seksi K3.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan untuk melengkapi laporan, yaitu :

a. Dokumen Perusahaan

Data yang diperoleh diambil dari dokumentasi perusahaan

dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen serta catatan

30

perusahaan yang berhubungan dengan prosedur pengisian IBPR,

prosedur tanggap darurat dan kebakaran, serta pencegahan

kecelakaan (stop six) yang telah diterapkan.

b. Studi Kepustakaan

Data diperoleh dari mempelajari manual pelaksanaan,

referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan inspeksi dan

pencegahan kecelakaan kerja.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung di area Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.

2. Wawancara/interview, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab dengan narasumber yang terkait dan

berwenang, serta berkompeten terhadap pelaksanaan identifikasi

penilaian dan risiko bahaya.

3. Studi pustaka, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan,

laporan penelitian yang sudah ada serta sumber literatur lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

31

F. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif, yaitu Sistem

Proteksi Bahaya Kebakaran pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant,

yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut akan dibandingkan dengan

Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, OSHAS 18001:2007, Peraturan Pemerintah nomor 50

tahun 2012 tentang SMK3, dan literatur terkait penelitian yang masih berlaku.

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ada sejak tahun 1978.

Kantin terdiri dari 2 lantai. Pada lantai satu terdapat dapur, tempat saji, dan

tempat makan karyawan, sedangkan pada lantai dua khusus untuk tempat saji

dan makan. Area makan kantin dapat menampung para pekerja yang

berjumlah 2.939 orang dengan sistem 2 shift, yaitu shift pertama untuk

pekerja pabrik dan shift kedua untuk pekerja kantor. PT. Denso Indonesia

Sunter Plant juga memiliki struktur organisasi (terdapat pada lampiran 3)

sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Menu yang disajikan setiap hari berbeda dan ditentukan oleh

manajer kantin yaitu Bapak Wawan yang bertanggung jawab atas kantin PT.

33

Denso Indonesia Group. Untuk plant 1 yaitu PT. Denso Indonesia Sunter

Plant, penanggung jawab operasional kantin yaitu Bapak Ivan Satya Yuli

selaku Head Chef. Head Chef bertanggung jawab untuk semua proses kerja

kantin (terdapat pada lampiran 4), berikut urutannya :

Gambar 5. Proses Kerja Kantin

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Banyak makanan yang harus diolah dan disajikan untuk para

pekerja, oleh karena itu peralatan yang digunakan untuk memasak harus

efektif dan dapat digunakan untuk memasak dalam sekali waktu dengan porsi

yang besar. Sehingga banyak alat yang tergolong besar dan canggih yang

digunakan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Setiap alat tersebut

menjadi tanggung jawab staff kantin terdapat pula skill matrix pekerja kantin

(Skill Matrix pada lampiran 5). Berikut daftar peralatan yang digunakan :

34

Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant No Proses Peralatan 1 Mengupas dan Memotong Pisau 2 Memotong Meat Slicer and Fruit Slicer 3 Menggiling Chopper, Grinder, dan Hand Blender 4 Merebus Kwali Range (High) dan (Low), Boiling

Pan, Stock Pot, dan Rice Coocker 5 Memanggang Oven and 6 Burner dan Griddle 6 Menggoreng Fryer dan Telting Pan 7 Memanaskan Makanan Bain Marie dan Sterno 8 Mendinginkan Makanan Undercounter Chiller (VIP and Small)

dan Chiller and Freezer 9 Mencuci Peralatan Masak Dishwasher machine

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

B. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

Dari hasil penelitian ditemukan sumber-sumber bahaya yang dapat

memicu munculnya bahaya di kantin. Berikut keterangan masing-masing

sumber bahaya :

g. Manusia

Sumber bahaya dari manusia berupa rendahnya tingkat

pendidikan, kurangnya skill/kemampuan yang dimiliki, serta kepribadian

yang belum sepenuhnya taat aturan.

h. Lingkungan

Sumber bahaya dari lingkungan berasal dari bahaya faktor

lingkungan fisik berupa tekanan panas di dapur, lingkungan yang lembab

di tempat pencucian peralatan masak dan peralatan makan, dan lain-lain.

i. Peralatan

Sumber bahaya dari peralatan berupa peralatan masak skala

besar dan canggih yang digunakan selama proses memasak di dapur.

35

Peralatan dapat menyebabkan bahaya seperti jari terpotong, kontak

dengan peralatan panas, kaki tertimpa peralatan, dan lain-lain.

j. Bahan

Sumber bahaya dari bahan berupa sabun cuci piring yang dapat

menimbulkan iritasi pada kulit dan beberapa bahan makanan yang juga

menimbulkan bahaya seperti minyak yang bisa menyebabkan

slip/terpeleset, buah yang berukuran besar menimpa kaki, dan lain-lain.

k. Proses

Sumber bahaya dari proses berupa proses memasak yang

menyebabkan terkena tekanan panas serta proses kerja lainnya yang

berada di kantin.

l. Cara Kerja

Sumber bahaya dari cara kerja berupa handling yang salah, tidak

menggunakan APD dengan benar, tidak mematuhi SOP, dan lain-lain.

C. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

1. Kondisi Tidak Aman

Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman

seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial dan mengakibatkan

kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada

tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa pekerja, tekanan

panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar gas skala besar

yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, dan lain-lain.

36

2. Tindakan Tidak Aman

Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan tindakan tidak aman di

kantin seperti tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat,

sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Bentuk tindakan tidak aman di kantin dapat berupa tidak menutup valve

saat akan memasang tabung gas LPG, manual handling yang salah dapat

mengakibatkan keluhan musculoskeletal, tidak menggunakan alat bantu

(sendok) saat memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan

jari terpotong, mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat

menyebabkan tangan tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang

dianjurkan seperti tidak memakai sarung tangan karet dan safety shoes

saat mencuci yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan

lain-lain.

D. Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

1. Identifikasi Potensi Bahaya

Kantin adalah salah satu bagian dari PT. Denso Indonesia Sunter

Plant yang juga berpengaruh besar keberadaannya untuk perusahaan.

Keberadaan kantin juga harus diperhatikan pula karena banyaknya

potensi bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian yang

besar bagi PT. Denso Sunter Plant bila tidak dilakukan sesuai prosedur.

Salah satu cara untuk mengatasi potensi bahaya yaitu dengan cara

melakukan identifikasi bahaya.

37

Potensi bahaya di kantin paling banyak dapat ditemukan di

dapur. Dimana di dapur banyak sekali alat-alat besar yang digunakan

untuk memasak skala besar, dengan demikian kantin perlu dilakukan

identifikasi potensi bahaya. Identifikasi potensi bahaya dilakukan oleh

orang yang berkompeten di kantin yaitu Head Chef Bapak Ivan Satya

Yuli. Identifikasi bahaya tersebut diisikan pada Lembar Identifikasi

Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014.

Keterangan warna :

= sebelum dilakukan tindakan perbaikan

= setelah dilakukan tindakan perbaikan

Berikut ini IBPR di kantin dari proses awal (pengorderan)

sampai proses akhir (penyajian) serta kegiatan lainnya di kantin :

a. Proses Pengorderan

Pada proses pengorderan tidak dilakukan identifikasi

bahaya karena pengorderan dilakukan melalui via e-mail ke

distributor dan tidak ada potensi bahaya yang mungkin timbul.

b. Penerimaan dan Pengangkutan

Barang yang diorder dari distributor biasanya diantar

menggunakan mobil box. Urutan proses dari kegiatan penerimaan

dan pengangkutan yaitu mulai dari barang diturunkan dari mobil,

dilakukan pengecekan barang, pengangkutan barang menggunakan

alat angkut berupa trolley dan gerobak. Berikut IBPR proses

38

peneriman dan pengangkutan bahan makanan (IBPR pada lampiran

6) :

Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Penurunan

bahan makanan dari truk

Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak

5 1 5 5 10 5 20 11

2 Checklist bahan makanan

Tidak ada - - 5 5 1 1 6 6

3 Membuka bungkus bahan makanan

Tergores pisau saat membuka bungkus/kaleng dan tergores bagian bungkus yang tajam

1 1 5 5 1 1 7 7

4 Pengecekan bahan makanan dan sortir bahan makanan

Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan dan kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak

5 1 5 5 5 1 15 7

5 Menutup kembali bungkus/ merapikan kembali

Tergores bagian bungkus yang tajam

1 1 5 5 1 1 7 7

6 Mempersiapkan trolley dan keranjang

Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan dan kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak

5 1 5 5 5 1 15 7

7 Memasukkan bahan makanan ke keranjang

Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak

5 1 5 5 10 5 20 11

8 Membawa bahan makanan ke tempat pencucian/ penyimpanan

Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan, kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak, dan terpeleset karena lantai licin

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

c. Penyimpanan Barang

Setelah menerima barang/bahan makanan maka langkah

selanjutnya dilakukan penyimpanan. Sebelum dimasukkan ke tempat

penyimpanan, barang dipisahkan berdasarkan 2 jenis, yaitu : dry

39

food dan wet food. Bahan dry food biasanya akan langsung disimpan

di rak penyimpanan dan bahan wet food akan dibawa ke tempat

pencucian terlebih dahulu baru setelah bersih akan disimpan. Berikut

IBPR proses penyimpanan makanan (IBPR pada lampiran 7 dan 8) :

Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci)

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Pengangkatan

keranjang ke tempat pencucian

Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah yang banyak

5 1 5 5 10 1 20 11

2 Melepaskan bungkus/tali

Tergores pisau/bagian pembungkus yang tajam

1 1 5 5 1 1 7 7

3 Memilih jenis sayur dan diletakkan di wadah masing-masing

Terpeleset karena ceceran air di lantai, iritasi kulit karena getah, darah, tepung, dan lain-lain

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Membersihkan kotoran yang menempel dan mencuci di air/kran air yang mengalir

Terpeleset karena ceceran air di lantai

5 1 5 5 5 1 15 7

5 Tiriskan bahan makanan yang sudah dicuci

Terpeleset karena ceceran air di lantai

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Menempeli wadah dengan label kedatangan

Tergores bungkus yang tajam 1 1 5 5 1 1 7 7

7 Menyimpan di freezer/chiller

Kedinginan di chiller/freezer karena terjebak di dalamnya

15 5 5 5 5 5 25 15

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan)

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Pengangkatan

langsung/ menggunakan grobak/trolley dari penerimaan barang ke gudang penyimpanan

Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, posisi mengangkat yang salah dan terlalu berat

5 1 5 5 10 5 20 11

2 Melepas pembungkus dan memberi label kedatangan

Tergores pisau/bagian pembungkus yang tajam

1 1 5 5 1 1 7 7

Bersambung

40

Sambungan 3 Mengelompokkan

bahan sesuai jenis Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, posisi mengangkat yang salah dan terlalu berat, dan tergores pembungkus yang tajam

5 1 5 5 10 5 20 11

4 Penempatan barang sesuai FIFO (Fist In First Out)

Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak

5 1 5 5 10 5 20 11

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

d. Pengolahan

Pengolahan dalam kantin terdapat pada dapur yang berada

di lantai 1. Proses memasak di dapur yang berupa proses

pengupasan, pemotongan, penggilingan atau penghalusan,

perebusan, pemanggangan, penggorengan, dan pemanasan makanan.

Proses awal pada proses memasak yaitu mengupas dan

memotong. Proses ini dilakukan menggunakan pisau secara manual.

Berikut IBPR pengupasan dan pemotongan bahan makanan (IBPR

pada lampiran 9) :

Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Menyiapkan bahan

yang akan dikupas dan dipotong

Tangan tergores pisau dan kaki tertimpa bahan makanan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Mencuci dan membersihkan pisau

Tangan tergores atau tertusuk pisau

1 1 5 5 5 1 11 7

3 Mengasah pisau Tangan tersayat atau tertusuk pisau dan kejatuhan pisau

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Memegang bahan yang akan dikupas

Kaki tertimpa bahan yang dikupas karena ukurannya lebih besar dari genggaman

1 1 5 5 1 1 7 7

Bersambung

41

Sambungan 5 Proses mengupas

dan memotong Tangan tersayat atau tertusuk pisau

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Meletakkan ke wadah untuk bahan yang telah dikupas dan dipotong

Kaki tertimpa bahan makanan/wadah

1 1 5 5 1 1 7 7

7 Membersihkan peralatan potong

Tangan tersayat atau tertusuk pisau dan kejatuhan pisau

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Selain pemotongan menggunakan pisau terdapat pula

pemotongan bahan makanan menggunakan alat Meat slicer and

Fruit/Fegetable Slicer. Berikut IBPR pemotongan bahan makanan

(IBPR pada lampiran 10) :

Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan dan alat yang akan dipotong dan digunakan

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Memasukkan bahan ke wadah pemotongan

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas

10 5 5 5 1 1 16 11

4 Mulai proses pemotongan menggunakan mesin pemotong

Jari terpotong alat pemotong saat memasukkan bahan ke alat

10 5 5 5 5 1 20 11

5 Setelah selesai memotong, mencabut steker dari stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas

10 5 5 5 1 1 16 11

6 Mengambil bahan yang telah dipotong dan diletakkan ke wadah

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai

Jari tergores/terpotong karena kontak dengan alat yang masih beroprasi

10 1 5 5 5 1 20 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

42

Proses penggilingan dan penghalusan biasanya digunakan

untuk penggilingan atau penghalusan daging, bumbu, dan buah.

Proses penggilingan/penghalusan tersebut menggunakan alat

Chopper, Grinder, dan Hand Blender. Berikut IBPR penggilingan

atau penghalusan bahan makanan (IBPR pada lampiran 11) :

Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan yang akan digiling/haluskan dan alat yang akan digunakan

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Memasukkan bahan ke wadah penggilingan

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak

Tersengat listrik saat memasang steker/kontak dengan kabel yang terkelupas

10 5 5 5 1 1 16 11

4 Mulai proses penggilingan/ penghalusan menggunakan mesin

Jari tergiling alat pemotong saat memasukkan bahan ke alat (khusus untuk hand blender ada getaran pada tangan)

10 5 5 5 5 1 20 11

5 Setelah proses selesai mencabut steker dari stopkontak

Tersengat listrik saat mencabut steker/kontak dengan kabel yang terkelupas

10 5 5 5 1 1 16 11

6 Memindahkan hasil gilingan ke wadah

Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan

1 1 5 5 1 1 7 7

7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai

Jari tergores/terpotong karena kontak dengan alat

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Proses perebusan makanan menggunakan 2 jenis sumber

panas yaitu dari kompor (api) dan listrik. Perebusan makanan dengan

kompor (api) menggunakan alat Kwali Range (High), Kwali Range

(Low), Boiling Pan, dan Stock Pot. Sedangkan untuk perebusan

43

makanan dengan sumber lisrik yaitu Rice Cooker. Berikut IBPR

perebusan makanan menggunakan kompor (IBPR pada lampiran 12)

dan listrik (IBPR pada lampiran 13) :

Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor)

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan dan bumbu di meja

Kaki tertimpa bahan yang dibawa

1 1 5 1 1 1 7 7

2 Mempersiapkan alat dan kemudian membuka penutup alat

Cidera otot tangan karena mengangkat/mempersiapkan alat-alat yang berat

5 1 5 5 5 1 15 7

3 Menghidupkan kompor

Terbakar/ledakan karena menyulut benda mudah terbakar (sarung tangan, baju lengan panjang, dan lain-lain) dan kebocoran gas, serta tekanan panas karena berdekatan dengan sumber panas

15 5 5 5 5 5 25 15

4 Setelah air mendidih memasukkan bahan dan bumbu

Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas

5 1 5 5 5 1 15 7

5 Mengaduk menggunakan pengaduk sayur

Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Menutup kembali penutup alat

Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas dan tekanan panas karena berdekatan dengan alat

5 1 5 5 5 1 15 7

7 Proses merebus, tunggu beberapa menit

Tekanan panas karena berdekatan dengan alat

1 1 5 5 1 1 7 7

8 Setelah masak mematikan kompor dan membuka penutup Alat

Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas

5 1 5 5 5 1 15 7

9 Memindahkan masakan menggunakan Sendok sayur ke wadah penyajian

Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas dan kaki tersiram air panas/tertimpa wadah

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

44

Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik)

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan dan alat Tertimpa wadah/bahan yang sedang diangkat

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Membuka penutup alat dan menuangkan seluruh bahan

Cidera lengan otot karena mengangkat benda berat (handling air untuk merebus dan beras), dan tertimpa penutup/bahan yang sedang dibawa karena berat

5 1 5 5 5 5 15 11

3 Menhidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel yang terkelupas

10 1 5 5 1 1 16 7

4 Mengatur pilihan proses merebus dan lama merebus

Tidak ada 0 0 5 5 1 1 6 6

5 Proses merebus Kebakaran karna percikan api dari kabel kontak dengan pipa gas yang bocor, luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas, dan tekanan panas

10 5 5 5 5 1 20 11

6 Setelah matang mematikan alat sengan mencabut kabel dari sumber listrik

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel yang terkelupas

10 1 5 5 1 1 16 7

7 Membuka penutup alat

Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas

5 1 5 5 5 1 15 7

8 Memindahkan ke wadah saji

Luka pada kulit karena tersiram air/benda panas

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber

panas dari api dengan menggunakan alat Oven and Six Burner dan

Griddle. Berikut ini IBPR pemanggangan makanan (IBPR pada

lampiran 14) :

Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan yang akan dipanggang dan dituangkan ke wadah oven

Kaki tertimpa wadah oven karena terjatuh

1 1 5 5 1 1 7 7

Bersambung

45

Sambungan 2 Menghidupkan

oven dengan pematik dan api akan menyala

Kebakaran/ledakan karena api menyulut benda mudah terbakar dan gas LPG yang bocor, dan luka bakar karena kontak dengan api

15 5 5 5 5 5 25 15

3 Membuka oven lalu masukkan makanan yang akan dipanggang

Luka bakar karena kontak dengan api dan kaki tertimpa wadah oven

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Proses memanggang dan menunggu beberapa saat

Terpapar panas dari oven 1 1 5 5 1 1 7 7

5 Setelah matang membuka pintu oven dan mengambil makanan menggunakan lampin

Luka bakar karena kontak dengan wadah oven dan pintu oven yang panas dan kaki tertimpa wadah oven

5 1 5 5 5 5 15 11

6 Matikan oven dan tutup kembali pintu oven

Luka bakar karena kontak dengan api

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Proses penggorengan makanan menggunakan sumber panas

dari api dengan menggunakan alat Friyer dan Telting Pan. Berikut

ini IBPR penggorengan makanan (IBPR pada lampiran 15) :

Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

bahan makanan yang digoreng

Kaki tertimpa bahan makanan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Memasukkan minyak ke penggorengan

Terpeleset karena minyak yang tercecer di lantai

1 1 5 5 5 1 11 7

3 Menghidupkan kompor dan menunggu beberapa saat agar minyak panas

Terbakar/ledakan karena kontak dengan benda mudah terbakar dan kebocoran gas, dan luka bakar karena kontak dengan api

15 5 5 5 5 5 25 15

4 Memasukkan bahan makanan ke dalam penggorengan dan tunggu beberapa saat hingga matang

Kulit terluka karena terkena percikan minyak

5 1 5 5 5 1 15 7

Bersambung

46

Sambungan 5 Mengangkat

makanan menggunakan serok

Kulit terluka karena terkena percikan minyak

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Mematikan penggorengan

Luka bakar karena kontak dengan wajan penggorengan

5 1 5 5 5 1 15 7

7 Setelah minyak tidak lagi menetes, makanan

Kulit terluka karena tetesan minyak panas, terpeleset karena ceceran minyak, dan kaki tertimpa makanan yang panas

5 1 5 5 5 1 15 7

8 Memindahkan minyak yang sudah tidak terpakai ke wadah khusus dan diperlakukan sebagai bahan B3

Terpeleset ceceran minyak 5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber

panas dari listrik dan api. Alat pemanggang dengan sumber panas

dari listrik yaitu Bain Marie dan sumber panas dari api yaitu Sterno.

Berikut ini IBPR pemanggangan makanan dengan Bain Marie (IBPR

pada lampiran 16) dan pemanggangan makanan dengan Sterno

(IBPR pada lampiran 17) :

Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Makanan yang

telah siap diletakkan di serving disk

Kaki tertimpa serving disk/makanan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Mengisi air pada bain marie terlebih dahulu dengan membuka kran

Cidera otot karena mengangkat sember penuh air, kaki tertimpa ember, dan terpleset karena ceceran air

5 1 5 5 5 5 15 11

3 Menghidupkan alat dengan menghubungkan steker ke stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas

10 1 5 5 1 5 16 11

4 Meletakkan serving disk di tempat pemanas

Luka pada bagian kulit karena kontak dengan pemanas dan kaki tertimpa serving disk

5 1 5 5 5 1 15 7

Bersambung

47

Sambungan 5 Proses pemanasan

makanan Luka pada bagian kulit karena kontak dengan bain marie

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Setelah selesai menghangatkan makanan mematikan bain marie dengan mencabut steker dari stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas

10 1 5 5 1 5 16 11

7 Membersihkan bain marie dan membuang sisa air

Terpeleset karena ceceran air 1 1 5 5 1 1 7 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Makanan yang

telah siap diletakkan di serving disk

Kaki tertimpa serving disk/ makanan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Membersihkan terlebih dahulu bagian wadah kaleng sterno

Kaki tertimpa wadah sterno 1 1 5 5 1 1 7 7

3 Mengisi wadah dengan kaleng sterno

Kaki tertimpa kaleng sterno 1 1 5 5 1 1 7 7

4 Menyalakan sterno dengan pematik api

Luka pada bagian kulit karena kontak dengan api

5 1 5 5 5 1 15 7

5 Meletakkan sterno ke serving disk yang akan di hangatkan

Luka pada bagian kulit karena kontak dengan api dan kaki tertimpa sterno

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Setelah selesai menghangatkan makanan matikan sterno dengan menutup sterno

Luka pada bagian kulit karena kontak dengan bagian sterno yang panas

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

e. Penyajian

Proses penyajian di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter

Plant dibagi menjadi 2 yaitu penyajian makanan dan penyajian

minuman. Berikut ini IBPR penyajian makanan (IBPR pada

lampiran 18) dan penyajian minuman (IBPR pada lampiran 19) :

48

Tabel 29. IBPR Penyajian Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Memasukkan

peralatan makanan (tray, sendok, dan garpu) ke keranjang dan dibawa ke lantai 1 dan 2 dengan trolley

Cidera otot lengan karena barang terlalu berat dan kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa keranjang yang berisi peralatan makanan

5 1 5 5 5 1 15 7

2 Mempersiapkan peralatan makan di meja saji (tray dan wadah saji makanan) dan meja makan (sendok, garpu, krupuk)

Kaki tertimpa peralatan makan 5 1 5 5 5 1 15 7

3 Memindahkan sayur, lauk, dan lain-lain ke wadah saji dan memindahkan nasi ke termos nasi

Kaki/badan terguyur/tertimpa masakan yang panas

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Mengangkat dan membawa wadah berisi sayur, lauk, dan buah (isi ulang) termos nasi ke meja saji dengan trolley dan ada yang manual handling

Cidera otot lengan karena barang terlalu berat, kulit terluka karena kontak dengan benda panas, dan kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa wadah saji dan termos nasi

5 1 5 5 5 1 15 7

5 Memeriksa selalu persediaan makanan, dan bila habis diisi ulang kembali

Cidera otot lengan karena barang terlalu berat, kulit terluka karena kontak dengan benda panas, dan kaki terluka karena tertimpa wadah saji dan termos nasi

5 1 5 5 5 1 15 7

6 Untuk suplay makanan ke lantai dua menggunakan lift makanan

Bagian tubuh terguyur/kontak dengan makanan panas

5 1 5 5 1 1 11 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Manual handling

galon dari penyimpanan ke pengisian teko

LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa galon

10 1 5 5 5 5 20 11

Bersambung

49

Sambungan 2 Menata teko

minuman di atas meja dan membuka penutup teko

Kaki tertimpa teko 1 1 5 5 1 1 7 7

3 Manual handling galon dan menuangkan air ke teko

LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah dan kaki tertimpa galon

10 1 5 5 5 5 20 11

4 Menutup kembali teko dan membawa ke meja makan menggunakan trolley untuk lantai 2 menggunakan lift makanan

Kaki tertimpa teko, kaki terlindas teko dan tangan terjepit lift makanan

10 1 5 5 5 1 20 7

5 Mempersipakan gelas dan diletakkan di keranjang gelas dan memindahkan ke atas trolley

LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa keranjang berisi gelas

10 1 5 5 5 5 20 11

6 Gelas di angkut menggunakan trolley dan lift untuk lantai 2 kemudian ditata di meja makan

Nyeri pada lengan karena mendorong trolley yang berat, badan/kaki tertimpa keranjang yang berisi gelas, dan tangan/sarung tangan terjepit lift makanan

10 1 5 5 5 5 20 11

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

f. Pembersihan

Kegiatan bersih-bersih di PT. Denso Indonesia Sunter Plant

secara umum dibagi menjadi dua yaitu membersihkan peralatan

makanan dan membersihkan area kantin sebelum dan setelah makan.

Peralatan yang digunakan untuk membersihkan peralatan makanan

adalah kanebo, rak, dan dishwasher. Sedangkan peralatan yang

digunakan untuk membersihkan area kantin yaitu sapu lantai, pel,

dan kanebo/kain lap. Berikut ini IBPR membersihkan peralatan

makanan (IBPR pada lampiran 20) dan membersihkan area kantin

(IBPR pada lampiran 21) :

50

Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mengumpulkan

peralatan yang kotor dibawa dengan trolley ke tempat pencucian, diletakkan di keranjang berdasarkan jenis

Kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa keranjang yang berisi peralatan

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Mengambil peralatan yang kotor dan membuang sisa air atau makanan yang masih menempel

Kaki tertimpa peralatan makan

1 1 5 5 1 1 7 7

3 Peralatan dicuci di bak 1 menggunakan sabun kemudian dilakukan bembilasan pertama

Iritasi kulit karena kontak dengan sabun cuci piring (bahan B3), tertimpa peralatan makan yang dipindahkan, dan terpeleset air yang tercecer

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Peralatan dipindah ke bak 2 untuk dibilas lagi hingga bersih

Kaki tertimpa peralatan makan dan terpeleset ceceran air

1 1 5 5 1 1 7 7

5 Diletakkan ke keranjang yang bersih dan dibawa ke tempat yang kering

LBP karena posisi menggangkat yang salah dan beban berat, kaki tertimpa keranjang yang berisi peralatan, dan terpeleset ceceran air

10 1 5 5 5 5 20 11

6 Kemudian dilakukan pengeringan dengan pengelapan peralatan makan menggunakan kanebo dan diletakkan di keranjang yang bersih

Kaki tertimpa peralatan makan, terpeleset ceceran air

1 1 5 5 1 1 7 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

peralatan kebesihan yang akan digunakan

Kaki tersandung peralatan kebersihan

1 1 5 5 5 1 11 7

Bersambung

51

Sambungan 2 Menyapu lantai

terlebih dahulu seluruh area kerja

Tersandung sapu dan gangguan pernapasan karena

5 1 5 5 1 1 11 7

3 Membuang sampah ke tempat sampah

Tertimpa tempat sampah dan bersin-bersin karena debu

1 1 5 5 1 1 7 7

4 Mengambil peralatan pel dan air di ember

Cidera lotot lengan karena membawa ember berisi air, kaki tertimpa ember, dan terpeleset air pel

5 1 5 5 5 5 15 11

5 Mengepel lantai agar debu hilang

Kaki tertimpa ember dan terpeleset air pel

1 1 5 5 1 1 7 7

6 Mengelap meja saji, meja makan dan kaca bagian dalam

Tergores ujung meja yang runcing

1 1 5 5 1 1 7 7

7 Merapikan meja dan kursi

Kaki tertimpa kursi 1 1 5 5 1 1 7 7

8 Setelah selesai makan, membersihkan meja dengan lap dan menyapu lantai

Tergores ujung meja yang runcing dan terpeleset

1 1 5 5 1 1 7 7

9 Membawa peralatan makan yang kotor ke tempat pencucian dengan trolley

Cidera otot lengan dan kaki terlindas roda trolley

5 1 5 5 5 5 15 11

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

g. Pengolahan limbah

Kegiatan pengolahan limbah di PT. Denso Indonesia Sunter

Plant secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengolahan limbah

padat dan cair. Peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk

pengolahan limbah padat, yaitu plastik sampah, tempat sampah, dan

truk sampah. Untuk pengolahan limbah cair dibagi menjadi 2 yaitu

limbah cair non B3 dan B3. Limbah cair non B3 langsung dialirkan

ke tempat pengolahan limbah STP dan untuk limbah cair B3

(minyak jelantah) ditampung di tempat khusus. Berikut ini IBPR

52

pengolahan limbah padat (IBPR pada lampiran 22) dan pengolahan

limbah cair (IBPR pada lampiran 23) :

Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Menempatkan

sampah di setiap ruangan kantin dan memberi label sampah organik dan anorganik

Kaki tersandung tempat sampah

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Meletakkan plastik ke dalam sampah

Terjatuh/ terpeleset saat meletakkan plastik ke tempat sampah ukuran besar

1 1 5 5 1 1 7 7

3 Setelah makan selesai, petugas membuang sampah untuk sampah berukuran besar dengan cara naik ke bak sampah untuk mengambil plastik

Cidera otot lengan dan LBP karena mengankat sampah yang berat dan terjatuh saat mengangkat sampah yang berat

10 1 5 5 5 5 20 11

4 Plastik berisi sampah diserahkan ke petugas yang ada di bawah, untuk tempat sampah berukuran kecil cukup diangkat satu petugas

Cidera otot lengan dan LBP karena mengankat sampah yang berat dan terjatuh saat mengangkat sampah yang berat

10 1 5 5 5 5 20 11

5 Kemudian di angkat ke trolley dan dibawa ke tempat penampungan sampah sementara

Cidera otot karena mengangkut sampah yang berat dan kaki terlindas trolley

5 1 5 5 5 5 15 11

6 Sampah akan di angkut oleh truk sampah

Mengganggu pernapasan karena bau sampah yang menyengat

1 1 5 5 1 1 7 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 24. Pengolahan Limbah Cair

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Memisahkan

antara limbah cair non B3 dan B3

Iritasi kulit karena kontak dengan B3 dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)

5 1 5 5 5 1 15 7

Bersambung

53

Sambungan 2 Limbah cair non

B3 langsung masuk ke tempat pengolahan limbah cair domestik

Terpeleset air limbah 1 1 5 5 1 1 7 7

3 Untuk limbah B3 (minyak jelantah) diletakkan ke wadah khusus untuk menampung

Iritasi kulit karena kontak dengan B3, dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)

5 1 5 5 5 1 15 7

4 Pemindahan dalam bungkus plastik dan diletakkan di wadah khusus

Cidera lengan otot karena memindahkan barang berat dalam jumlah banyak, iritasi kulit karena kontaminasi dengan limbah B3, terguyur limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah)

10 1 5 5 5 5 20 11

5 Membawa ke truk pengangkutan limbah cair B3 (Penampung dan Pemanfaat Limbah B3)

Cidera lengan otot karena memindahkan barang berat dalam jumlah banyak, iritasi kulit karena kontaminasi dengan limbah B3, terguyur limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah)

10 1 5 5 5 5 20 11

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

h. Proses Kerja Lainnya

Proses kerja berikut merupakan proses kerja yang khusus

(potensi bahaya khusus) dan tidak termasuk alur proses kerja kantin

di atas. Berikut proses kerjanya terdapat membersihkan Insect trap,

membersihkan kaca luar lantai 2, membersihkan lift makanan,

pengecekan pipa gas, dan pemasangan tabung gas. Berikut ini IBPR

membersihkan Insect trap (IBPR pada lampiran 24), membersihkan

kaca luar lantai 2 (IBPR pada lampiran 25), membersihkan lift

makanan (IBPR pada lampiran 26), pengecekan pipa gas (IBPR pada

lampiran 27), dan pemasangan tabung gas (IBPR pada lampiran 28) :

54

Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

peralatan/alat yang akan digunakan

Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan

1 1 4 4 1 1 6 6

2 Memasang tangga yang akan dipakai tepat di tempat yang akan dibersihkan (insect trap)

Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan

1 1 4 4 1 1 6 6

3 Menaiki tangga untuk mengambil insect trap

Terjatuh dari ketinggian karena membawa barang berat dan badan tertimpa tangga

5 1 4 4 5 1 14 6

4 Mematikan alat dengan mencabut steker dari stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian

15 5 4 4 5 5 24 14

5 Membuka cover insect trap terlebih dahulu

Tangan tergores bagian cover yang tajam

1 1 4 4 5 1 10 6

6 Menbersihkan insect trap dilantai

Tangan tergores bagian alat yang tajam dan bersin-bersin karena menghirup debu

5 1 4 4 5 1 14 6

7 Setelah bersih tutup kembali cover, memasang kembali insect trap ke tempat semula

Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan

5 1 4 4 5 1 14 6

8 Menghidupkan kembali alat dengan menancapkan steker ke stopkontak

Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian

15 5 4 4 5 5 24 14

9 Turun dari tangga dan mengembalikan alat

Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan

5 1 4 5 1 14 6

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

peralatan kerja Kaki tertimpa window cleaning tools

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Membasahi window washer dengan air yang sudah dicampuri chemical

Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical

5 1 5 5 5 1 15 7

Bersambung

55

Sambungan 3 Proses

membersihkan kaca dengan window washer

Kaku pada otot lengan karena terlalu lama mengangkat lengan

5 1 5 5 5 5 15 11

4 Kemudian membersihkan sisa chemical yang menempel menggunakan window squegee

Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical, dan kaku pada otot lengan dan leher karena terlau lama mengangkat lengan dan menghadap ke atas

5 1 5 5 5 5 15 11

5 Mengeringkan kaca menggunakan kanebo

Kaku pada otot lengan karena terlalu lama mengangkat lengan

5 1 5 5 5 5 15 11

6 Untuk membersihkan lift lantai 2 menggunakan hook pada life line menuju area kerja

Terjatuh dari ketinggian karena hook terlepas dari life line

15 5 4 4 5 5 24 14

7 Melakukan proses pembersihan kaca seperti lantai 1

Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical, terjatuh dari ketinggian karena hook tidak terpasang sempurna, dan kaku pada otot leher karena terlau lama menghadap ke atas

15 5 4 4 5 5 24 14

8 Setelah bersih turun dengan hati-hati dan melepaskan pada life line

Terjatuh dari ketinggian karena hook terlepas dari life line

15 5 4 4 5 5 24 14

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Pengecekan

keadaan lift makanan

Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6

2 Mematikan sistem operational lift

Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6

3 Menarik keluar alas lift makanan lalu dilap dengan lap yang lembab

Kejatuhan alas lift makanan 5 1 5 5 1 1 11 7

4 Membersihkan bagian dalam lift

Kepala terhantuk lift 1 1 5 5 1 1 7 7

5 Kemudian membersihkan bagian luar pintu lift dengan lap lembab hingga bersih

Terpeleset cairan pembersih/air

1 1 5 5 1 1 7 7

Bersambung

56

Sambungan 6 Setelah

dibersihkan hidupkan kembali lift

Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6

7 Mengisi cheksheet lift barang setelah selesai membersihkan

Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

peralatan kerja: ember, spon busa, kain lap dan air sabun

Kaki tertimpa peralatan kerja dan terpeleset karena air busa

1 1 5 5 1 1 7 7

2 Melakukan pengecekan dengan membasahi pipa gas dan bagian sambungan pipa dengan spon dan busa sabun

Tangan tergores bagian yang runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa

5 1 5 5 5 1 15 7

3 Memperhatikan setiap gelembung udara, bila ada segera tutup valve gas

Pingsan karena menghirup gas, meledak kareka kontak dengan api, terjepit alat saat memperbaiki sambungan, dan terpeleset karena ceceran air busa

15 5 5 5 5 5 25 15

4 Setelah selesai dicek, mengelap pipa gas dengan kain lap hingga bersih dan kering agar tidak korosif

Tangan tergores bagian yang runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa

5 1 5 5 5 1 15 7

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas

No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko

S F P R 1 Mempersiapkan

alat Kaki tertimpa peralatan, terlindas trolley

5 1 5 5 1 1 11 7

2 Mengecek pressure gauge, bila kosong segara dipasang tabung gas yang baru

Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api

15 5 5 5 1 1 25 11

Bersambung

57

Sambungan 3 Menutup aliran

gas pada main valve dan valve selang tabung

Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api

15 5 5 5 5 1 25 11

4 Putar regulator ke arah kiri dan lepaskan konektor selang penghubung tabung dan pipa

Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api

15 5 5 5 15 5 35 15

5 Lepaskan rantai pengikat tabung

Tangan terjepit rantai, badan tertimpa tabung

1 1 5 5 5 1 11 7

6 Bawa tabung gas kosong ke gudang dengan trolley dan pasang tag "kosong" pada tabung

Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas

1 1 5 5 5 1 11 7

7 Ambil gas baru dengan trolley ke pemasangan tabung gas

Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas

1 1 5 5 5 1 11 7

8 Letakkan di tempat gas, ikat dengan rantai

Badan tertimpa gas dan tangan terjepit rantai

1 1 5 5 5 1 11 7

9 Pasang konektor selang dan putar penutup regulator ke kiri setelah itu puka penutup valve

Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes saat tabung hampir habis, terjepit penutup valve

15 5 5 5 15 5 35 15

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Dari IBPR diatas dilakukan penilaian dengan keempat penilaian

(bentuk luka, frekuensi pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko)

dan hasil dari identifikasi bahaya akan didapat level dan prioritas potensi

bahaya yang harus dilakukan penanganan. Berikut hasil dari form IBPR

yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant beserta prioritas

bahaya dan level bahayanya :

58

Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level)

No Proses IBLK Prioritas Risiko Level

1 Peneriman dan Pengangkutan

Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan

LBP 20 (II) 11(I)

2 Penyimpanan Barang

Penyimpanan Wet Food (Dicuci)

Dingin

25 (III) 11 (I)

Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan)

LBP 20 (II) 11 (I)

3 Pengolahan Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan

Tersayat 15 (II) 7 (I)

Pemotongan Bahan Makanan Jari Tepotong

20 (II) 11 (I)

Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan

Jari tergiling

20 (II) 11 (I)

Perebusan Makanan (Kompor)

Terbakar/ Ledakan

25 (III) 15 (II)

Perebusan Makanan (Listrik) Kebakaran 20 (II) 11 (I) Pemanggangan Makanan Terbakar/

Ledakan 25 (III) 15 (II)

Penggorengan Makanan Terbakar/ Ledakan

25 (III) 15 (II)

Pemanasan Makanan dengan Bain Marie

Tersengat listrik

16 (II) 11(I)

Pemanasan makanan dengan Sterno

Luka bakar 15 (II) 7 (I)

4 Penyajian Penyajian Makanan LBP 15 (II) 7 (I) Penyajian Minuman LBP 20 (II) 11 (I)

5 Pembersihan Pembersihan Peralatan Makan

LBP 20 (II) 11 (I)

Pembersihan Area Kantin Sebelum Dan Setelah Makan

LBP 15 (II) 11 (I)

6 Pengelolaan Limbah

Pengelolaan Limbah Padat LBP 20 (II) 11 (I) Pengelolaan Limbah Cair B3 20 (II) 11 (I)

7 Lain-lain Pembersihan Insect Trap Tersengat listrik

24 (III) 14 (II)

Pembersihan Kaca Lantai 2 Jatuh dari ketinggian

24 (III) 14 (II)

Pembersihan Lift Makanan Kejatuhan alas lift

11 (I) 7 (I)

Pengecekan Pipa Gas Kebakaran/ Ledakan

25 (III) 15 (II)

Pemasangan Tabung Gas Kebakaran/ Ledakan

35 (III) 15 (II)

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

59

Dari tabel prioritas bahaya diatas dapat dilihat dengan jelas pada

grafik berikut ini :

Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Dari grafik di atas dapat diketahui potensi bahaya yang paling

mungkin terjadi adalah kebakaran atau ledakan. Hal tersebut dikarenakan

sumber energi terbesar yang digunakan untuk proses di kantin

menggunakan gas LPG dan menghasilkan api.

2. Pengendalian Bahaya

a. Mapping Risk Hazard Potential

Pengendalian bahaya yang paling umum mencangkup

seluruh potensi bahaya di kantin yaitu dengan menggunakan safety

map. Safety map digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan

bahaya yang akan dihadapi di area yang akan dituju dengan melihat

safety map pekerja akan tahu apa saja yang mungkin dapat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

SebelumPerbaikan

SetelahPerbaikan

60

menimpanya dan dapat lebih berhati-hati dalam melakukan

pekerjaan di area tersebut. Safety Map di PT. Denso Indonesia

Sunter Plant menggunakan pedoman dari PT. Toyota Manufacturing

Indonesia yaitu Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of

Accident (STOP 6). STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk

mencegah kecelakaan kerja yang berakibat pada luka serius atau

cacat atau meninggal yang digolongkan menjadi 6 tipe kecelakaan.

Kriteria yang harus dipahami dalam pembuatan safety map yaitu

harus mengetahui potensi bahaya dan dapat menganalisa tergolong

potensi bahaya A, B, C, D, E, dan F dan menentukan rangking

bahayanya.

Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant juga tidak luput

dalam pembuatan safety map. Pembuatan safety map di kantin

sendiri hanya pada bagian dapur karena dapur adalah tempat yang

paling berpotensi terjadi banyak kecelakaan. Banyaknya peralatan

yang besar dan sumber panas yang dihasilkan membuat dapur perlu

lebih perhatian dan penanganan dalam bidang keselamatan terutama

dalam hal kebakaran karena kebanyakan proses kerja di kantin

menggunakan tenaga panas. Tidak hanya sumber panas, potensi

bahaya yang dapat terjadi yaitu dingin, jari terpotong, tertimpa

peralatan masak dan lain-lain. Safety map kantin yang telah dibuat

masih berisikan tentang potensi bahaya yang telah dilakukan

61

perbaikan. Perbaikan dilakukan untuk potensi bahaya yang menjadi

prioritas. Berikut ini safety map (pada lampiran 29) di kantin :

Gambar 7. Safety Map Canteen Sumber : Hasil Pendataan, 2016

Pada safety map tersebut terdapat kotak-kotak penilaian

yang berisikan tentang proses pekerjaan, STOP 6, Potensi Bahaya

dan kaizen/perbaikan. Untuk lebih jelasnya lagi penilaian stop six

pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah sebagai

berikut :

Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map

No Proses Pekerjaan

R S 6 Potensi Bahaya Kaizen (Perbaikan)

1 Pipa gas LPG untuk mengalirkan gas ke kompor

C F Terjadi kebocoran gas dan bila kontak dengan api dapat menimbulkan kebakaran, serta jarak pemasangan detektor gas terlalu jauh sehingga ada bagian yang tidak bisa terdeteksi (hanya terdapat 4 detektor gas) dan hanya terdapat 1 (satu) valve on/off yang berada di pipa sentral

Jarak antar detektor gas diperpendek dengan menambahkan 2 detektor lagi, sekarang detektor gas ada 6 dan setiap alat dilengkapi valve on/off

Bersambung

62

Sambungan

2 Mengambil/meletakkan makanan dalam freezer

C O Pekerja dapat terjebak di freezer saat gagang pintu membeku dan pintu tidak bisa terbuka

Memasang alarm otomatis pada freezer sehingga bila ada yang terkunci di freezer alarm akan menyala

3 Berlalu-lalang di dapur

C F Lantai dapur di area alat-alat masak licin dan dapat menyebabkan terpeleset dan kontak dengan benda panas

Lantai sudah dilapisi dengan rubber safety dan dibersihkan setiap harinya

4 Penggunaan lampu dapur

C O Intensitas penerangan kurang dan tidak terdapat penutup safety pada lampu yang dapat menyebabkan pekerjaan kurang nyaman dalam bekerja

Lampu sudah diberi penutup safety

5 Lalu-lalang di sekitar rak peralatan dapur

C D Tertimpa/kejatuhan peralatan yang berada di rak

Rak sudah diberi pengaman pagar pembatas hanya saja masih terdapat potensi tertimpa peralatan masak dari rak paling atas

6 Penempatan masakan saji

C D Tertimpa makanan saji Sudah disiapkan trolley susun untuk penempatan makanan siap saji

7 Penempatan beras dan tepung

C O Terpeleset karena ceceran beras dan tepung

Sudah dibuatkan tempat khusus untuk penyimpanan beras dan tepung yang akan dipakai

8 Penempatan bumbu dapur

C D Penempatan bumbu tidak beraturan mudah terkontaminasi satu dengan yang lain.

Di tempatkan di box khusus sesuai jenis bumbu

9 Penggunaan mesin chopper

C A Jari terpotong saat menggunakkan mesin chopper

Mesin chopper telah dimodifikasi dan dilengkapi dengan alat emergency stop

10 Memasak B F Potensi terkena uap panas, tersiram air panas, kulit kontak dengan benda panas, dan terkena percikan minyak panas

Menggunakan pakaian berwarna terang dan mudah menyerap keringat, apron, APD (safety shoes, masker, sarung tangan)

Sumber : Hasil Pendataan, 2016

63

Keterangan tabel :

a. R : Rangking Bahaya

A = Meninggal dunia dan cacat permanen

B = Luka, produksi terhenti dan kehilangan hari kerja

C = Luka ringan tidak absen dan produksi tidak terhenti

b. S 6 : STOP 6

A = Apparatus D= Drop

B = Big Heavy E = Electric

C = Car F = Fire

b. Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian

Pengendalian potensi bahaya selanjutnya yang akan dibahas

yaitu potensi bahaya yang menjadi prioritas dalam setiap IBPR

proses kerja kantin dimana telah didapatkan hasil yaitu :

kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan

listrik, keluhan musculoskeletal, jari terpotong, jari tergiling, kontak

B3, dan luka bakar. Pengendalian potensi bahaya menggunakan

hirarki pengendalian dan disesuaikan dengan bentuk pengendalian

yang dibutuhkan. Berikut pengendalian potensi bahayanya :

1) Kebakaran/Ledakan

Potensi bahaya kebakaran/ledakan adalah potensi

bahaya yang paling mungkin terjadi di kantin akibat penggunaan

sumber energi panas yang digunakan dalam proses kerjanya.

Dampak atau bahaya yang timbul dapat mempengaruhi proses

64

kerja kantin maupun proses produksi PT. Denso Indonesia

Sunter Plant untuk pencegahan potensi bahaya

kebakaran/ledakan dengan hirarki pengendalian berupa

substitusi dan administratif. Berikut penjelasannya :

a) Substitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk

mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari

yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.

Pengendalian ini dapat menurunkan bahaya dan risiko

minimal melalui desain sistem ataupun desain

ulang. Pengendalian potensi bahaya kebakaran dengan

substitusi yang dilakukan oleh Kantin PT. Denso Indonesia

Sunter Plant adalah:

(1) Mengganti standar penggunaan stopkontak dan staker

dari yang sebelumnya boleh menggunakan jenis A

harus beralih ke jenis F. Hal ini bertujuan menghindari

percikan api menyebar jika terjadi bunga api.

Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan)

Sumber : Dunia listrik, 2010

65

b) Administratif

Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari

sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan

dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan

mematuhi, memiliki kemampuan, dan keahlian cukup untuk

menyelesaikan pekerjaan secara aman. Pengendalian

potensi bahaya kebakaran dengan administrasi yang

dilakukan oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah :

(1) Standart Operating Prosedur (SOP)

Gambar 9. SOP (Kwali Range Low)

Sumber : PT Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan

disediakan SOP. SOP tersebut ditempelkan pada

peralatan atau dekat dengan pekerjaan yang dilakukan.

Peletakannyapun stategis sehingga dapat dilihat dengan

jelas.

66

(2) Pelatihan (Training)

Pelatihan penanganan kebakaran diberikan

kepada pekerja di kantin yang terpilih untuk mengikuti

pelatihan agar para pekerja tahu cara menangani

kebakaran sehingga kebakaran dapat ditangani secepat

mungkin. Pelatihan kebakaran diadakan oleh

departemen SHE. Berikut training pemadaman api

dengan kain Goni basah dan APAR yang diberikan

kepada para pekerja kantin :

Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2011

Pelatihan penggunaan APAR bagi karyawan

Kantin diberikan oleh anggota TKTD bagian satgas

pemadaman kebakaran. Seluruh pekerja kantin diberi

materi tentang kebakaran terlebih dahulu dan kemudian

dilanjutkan dengan praktik pemadaman kebakaran

menggunakan karung basah dan APAR. Pelatihan ini

bertujuan untuk membekali para karyawan kantin agar

bisa menjaga diri dan lingkungan kerjanya.

67

(3) Penyediaan Safety Sign

Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api”

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Safety sign yang tertempel di dapur PT. Denso

Indonesia Sunter Plant berkaitan dengan keselamatan

bidang kebakaran yaitu : segitiga api, listrik, letak

detektor, dresscode yang diperbolehkan untuk

memasuki kantin, dan larangan untuk memasuki dapur

kecuali yang berkepentingan karena dapur termasuk

area terbatas karena banyaknya sumber panas yang

dihasilkan.

Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

68

Safety sign juga di tempel di storage gas yaitu

tempat sumber energi berada. Safety sign yang ditempel

yaitu peringatan untuk menjauhi area tersebut bagi

yang tidak berkepentingan.

(4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO)

Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Sistem lock out (penguncian) dilakukan

dengan memasang valve on/off. Setiap gas yang

tersambung pada pipa dilengkapi dengan valve

sehingga bila ada kebocoran valve dapat ditutup.

Pemasangan tanda dilakukan untuk menginformasikan

status tabung gas. Penanda yang disediakan berupa

tanda yang bertuliskan, “Gas Isi”, “Gas Kosong”, Gas

Bocor”, dan “Sedang Dalam Perbaikan Jangan

Digunakan”.

69

(5) Pemasangan Safety Device

(a) APAR

Safety devive untuk penanganan terhadap

kebakaran yang dipasang di kantin untuk

menghindari potensi bahaya kebakaran yaitu

APAR. APAR yang terpasang pada kantin

berjumlah 6 yaitu 3 buah di lantai 1 dan 3 buah di

lantai 2. Jenis APAR yang digunakan adalah dry

chemical karena bahan tersebut cocok untuk

memadamkan api yang dapat membakar peralatan

kantin.

Gambar 14. APAR CO2

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Tinggi pemasangan tanda pemasangan

APAR adalah 170 cm dari dasar lantai dan untuk

jarak pemasangan APAR lebih dari 15 m. APAR

70

yang terpasang juga dilakukan pemeriksaan rutin

dan disediakan pula check sheet keadaan APAR.

(b) Pemasangan Valve On/Off dan Detektor Gas

Gambar 15. Valve dan Detektor Gas

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Pemasangan valve tersebut bertujuan

untuk menghentikan aliran gas pada alat masak

yang tidak dipakai. Untuk berjaga jaga bila ada

kebocoran gas tidak akan menyulut ke kompor

yang ada di dekatnya.

Pemasangan detektor gas bertujuan untuk

mencegah kebocoran gas pada pipa yang dapat

menyebabkan kebakaran. Detektor gas yang

terpasang pada pipa di dapur yaitu berjumlah 6

buah.

Valve

Detector Gas

71

(c) Exhausted Hood

Gambar 16. Exhaust Hood

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Exhaust Hood adalah alat penghisap udara

atau alat penghisap asap pada dapur. Biasa juga

disebut cooker hood. Pemasangannya tepat berada

di atas peralatan masak karena asap yang

dihasilkan naik dan dapat dihisap, sehingga

kegiatan masak-memasak di Kantin PT. Denso

Indonesia Sunter Plant terbebas dari asap atau uap

yang menyebabkan suhu di dapur panas.

(6) Pemasangan Jalur Evakuasi Menuju Titik Kumpul

Pemasangan jalur evakuasi juga dilakukan di

kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang

dalam jumlah banyak berkumpul di dalamnya saat jam

istirahat dan karena ada potensi bahaya pula di

dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi tersebut dapat

72

mempermudah korban mengetahui jalur yang aman dan

cepat untuk bisa ke arah assembly point dimana

assembly point berada di depan gedung utama PT.

Denso Indonesia Sunter Plant.

2) Dingin

Potensi bahaya dingin bahkan sampai membeku dapat

terjadi pada pekerja yang memasuki chiller dan freezer yang

berukuran besar. Saat memasuki chiller/freezer pintu harus

ditutup kembali untuk menjaga suhu di dalamnya. Bahaya

terjadi bila ada yang terjebak di dalamnya. Gagang pintu di

dalam chiller/freezer dapat membeku sehingga tidak bisa

dibuka. Ruangan yang kedap suara juga mengakibatkan orang

diluar tidak mengetahui bila ada orang di dalam.

Gambar 17. Chiller and Frezzer

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

73

Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara

administratif yaitu dengan memasang safety device berupa alarm

pada alat pendingin tersebut. Alarm tersebut akan berbunyi bila

lampu di chiller/freezer menyala dan tidak dimatikan dalam

waktu 3 menit. Lampu yang menyala di pendingin tersebut

sebagai tanda bahwa ada orang di dalamnya dan bila lampu

dimatikan maka alarm akan berhenti.

3) Jatuh dari ketinggian

Pekerjaan yang terdapat potensi bahaya jatuh dari

ketinggian adalah memasang insect trap dan membersihkan

jendela luar lantai 2. Penanganan potensi bahaya jatuh dari

ketinggian menggunakan cara administratif, yaitu pemasangan

insect trap dan pembersihan jendela luar lantai 2 dilakukan oleh

sub kontraktor yang dilakukan dua minggu sekali. Pekerjaan

tersebut menggunakan jasa sub kontraktor karena pekerjanya

lebih kompeten dan memiliki peralatan keselamatan yang

lengkap. Dalam pelaksanaannya diawasi pula oleh pihak SHE

Departemen.

4) Kontak dengan listrik

Potensi bahaya kontak dengan listrik dapat dialami

oleh pekerja kantin terutama koki yang memasak menggunakan

sumber energi listrik. Pencegahan yang dilakukan dengan cara

administratif yaitu memberi training cara memasak dan

74

penggunaan alat memasak dan memberi safety sign pada sumber

listrik.

5) Keluhan Musculoskeletal

Keluhan musculoskeletal yang dialami para pekerja

kantin berupa LBP dan nyeri pada lengan dan leher yang

disebabkan oleh manual handling galon, termos nasi,

pengangkatan keranjang berisi peralatan makan, dan lain-lain.

Penanganan untuk keluhan musculoskeletal telah

dilakukan dengan cara administratif yaitu menyediakan trolley

dan lift makanan, hanya saja para pekerja masih sering

melakukan manual handling.

6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam

Potensi bahaya ini terjadi pada penggunaan alat-alat

pemotong dan penggiling seperti : meat slicer, fruit/vegetable

slicer, chopper, dan hand blender dari alat-alat tersebut yang

paling berbahaya dan pernah memakan korban adalah mesin

chopper (pencacah).

Gambar 18. Mesin Chopper

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

75

Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara

rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya

dengan emergency stop.

7) Kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun

Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Bahan yang tergolong B3 di kantin adalah sabun

untuk mencuci piring dan minyak jelantah. Penanganan potensi

bahaya bahan B3 ini dilakukan dengan cara substitusi dan

administrasi

a) Substitusi

Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan

cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi

bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci

peralatan makan karena banyaknya peralatan makan yang di

cuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam jumlah

yang banyak.

76

b) Administratif

Pengendalian potensi bahaya dengan cara

administratif yaitu dengan menampung limbah B3 berupa

minyak jelantah ke wadah-wadah jurigen yang nantinya

akan diangkut oleh pengangkut limbah B3.

c) Alat Pelindung Diri

Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

APD yang diberikan yaitu perupa sarung tangan tebal,

sepatu boot, apron dari bahan kain untuk melindungi tubuh dari

kontak dengan B3.

8) Luka bakar

Luka bakar ini sering dialami oleh koki sebagai ahli

memasak yang pekerjaannya berhubungan dengan panas. Luka

bakar yang dialami koki yaitu berasal dari kontak dengan

peralatan memasak yang panas dan tersiram air panas. Untuk

77

menangani potensi bahaya tersebut yaitu menggunakan cara

pemakaian APD berupa sarung tangan karet dan safety shoes

untuk menghindari kontak panas. Seragam yang dikenakan oleh

koki disesuaikan pula dengan potensi bahaya luka bakar.

Gambar 21. APD Koki Kantin

Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016

Seragam yang digunakan oleh Koki di PT. Denso

Indonesia Sunter Plant didesain dengan lengan panjang dan

celana panjang untuk menghindari kontak kulit dari benda

panas.

3. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja

petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi

kinerja dilakukan melalui beberapa kegiatan berikut :

a. Briefing pagi dengan General Office (GO), yang mengikuti briefing

adalah penanggung jawab kantin Bapak Ivan Satya Yuli selaku Head

78

Chef. Kegiatan briefing digunakan sebagai sarana sharing dengan

menyampaikan hasil kinerja pada hari sebelumnya dan

menyampaikan permasalahan yang dihadapi (jika ada) di hadapan

anggota lain dan manajer. Manajer akan memberikan koreksi hasil

kinerja secara langsung, jalan keluar dan saran perbaikan kinerja.

b. Safety Patrol, safety patrol merupakan kegiatan patrol terhadap

pelaksanaan K3L di semua area oleh kelas manager up dan wakil

serikat pekerja. Safety patrol dilakukan untuk meninjau langsung

pelaksanaan K3L termasuk penerapan sistem protesi bahaya di

kantin apakah sudah terpenuhi atau belum. Setelah itu hasil akan

dirapatkan dan hasil rapat diinformasikan kepada pihak kantin

tentang tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. hasil audit internal

diserahkan kepada manajer.

c. Internal audit, internal audit dilakukan oleh auditor internal

perusahaan (berpengalaman dan telah mendapat pelatihan) dengan

pihak SHE departemen sebagai penanggung jawab berlangsungnya

audit internal. Dalam internal audit akan dicek hasil kinerja kantin

dalam pemenuhan sistem proteksi kantin mulai dari kelengkapan

dokumen hingga aksi nyata yang telah dilakukan kantin. Temuan-

temuan dalam audit akan ditulis dilembar audit internal. Auditor

akan memberikan saran berbaikan dengan batas waktu yang

ditentukan. Setelah melakukan perbaikan pihak auditee (penanggung

jawab kantin) harus menulis dilembar audit internal tentang

79

perbaikan yang telah dilakukan. Kemudian hasil audit akan

diserahkan kepada pihak departemen SHE yang menampung hasil

audit. Setelah diinput hasilnya oleh pihak SHE departemen

selanjutnya hasil audit internal diserahkan kepada manajer.

80

BAB V

PEMBAHASAN

E. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

PT. Denso Indonesia Sunter Plant menyediakan kantin sebagai

pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan para pekerja yang berjumlah 2.939

orang telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

nomor 3 tahun 1982 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja,

pasal 2 butir i yang menyatakan “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja

meliputi memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat

kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makanan di tempat kerja” dan telah memenuhi pula Surat

Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 1 tahun 1979 tentang

Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan yang menyatakan “Semua

perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya

menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan”.

Terdapat struktur organisasi di kantin serta tugas masing-masing

anggota dalam pengelolaan kantin. Penanggung jawab kelangsungan proses

kerja kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah Head Chef kantin

Bapak Ivan Satya Yuli telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) yang menyatakan “Pengurus

diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya”.

81

F. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

Sumber bahaya di kantin berasal dari faktor manusia, lingkungan,

peralatan, bahan, proses, dan cara kerja sesuai dengan teori Suma’mur yaitu

Bahaya tersebut dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum

mendatangkan kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka

bahaya tersebut disebut sebagai bahaya nyata” (Suma’mur, 1996).

G. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

1. Kondisi Tidak Aman

Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman di

kantin seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial yang dapat

mengakibatkan kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan

yang tidak pada tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa

pekerja, tekanan panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar

gas skala besar yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, lantai yang

licin karena ceceran air dan lain-lain. Gambaran potensi bahaya berikut

sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tetang Keselamatan

Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang menyatakan “Ketentuan-ketentuan

dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana dibuat,

dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,

peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan

kecelakaan, kebakaran atau peledakan”

82

2. Tindakan Tidak Aman

Potensi bahaya akibat tindakan tidak aman di kantin dapat

berupa tidak menutup valve saat akan memasang tabung gas LPG,

manual handling yang salah dapat mengakibatkan keluhan

musculoskeletal, tidak menggunakan alat bantu (sendok) saat

memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan jari terpotong,

mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat menyebabkan tangan

tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang dianjurkan seperti

tidak memakaian sarung tangan plastik dan safety shoes saat mencuci

yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan lain-lain.

Gambaran potensi bahaya berikut sesuai dengan Undang-Undang nomor

1 tahun 1970 tetang Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang

menyatakan “Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam

tempat kerja di mana dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin,

pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan”.

H. Sistem Proteksi Bahaya Kantin

Berikut pembahasan dari sistem proteksi bahaya di Kantin PT.

Denso Indonesia Sunter Plant :

1. Identifikais Potensi Bahaya

Dalam pencegahan potensi bahaya PT. Denso Indonesia Sunter

Plant membuat prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko.

83

Identifikasi bahaya dilakukan untuk seluruh proses kegiatan di kantin.

Hal ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012

tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

terdapat pada pasal 9 ayat (3) yang menyatakan “Dalam menyusun

rencana K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pengusaha harus

mempertimbangkan : (a) hasil penelaahan awal; (b) identifikasi potensi

bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; (c) peraturan perundang-

undangan dan persyaratan lainnya; dan (d) sumber yang dimiliki”.

Identifikasi bahaya Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

dilakukan oleh Head Chef yang merupakan seorang yang berpengalaman

dan tahu betul seluk beluk kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan

Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 pasal 3

ayat (2) yang berisi “Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan

Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Pemerintah ini pada Lampiran II Kriteria Audit SMK3 elemen 6

keamanan bekerja berdasarkan SMK3 kriteria 6.1.1 yang menyatakan

“Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai,

mengendalikan risiko yang mungkin timbul dari suatu proses kerja”.

2. Pengendalian Potensi Bahaya

a. Mapping Risk Hazard Potential

Safety map di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

sudah sesuai dengan area tempat kerja serta penilaian potensi

84

bahayanya. Tujuan pembuatan safety map sebagai sarana

komunikasi dengan gambar kepada para pekerja/visitor yang

berkepentingan untuk masuk sehingga mengetahui terlebih dahulu

bahaya apa saja yang mungkin terjadi. Safety map merupakan

gambar peta bidang keselamatan dan telah memenuhi Undang-

Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14

butir b yang menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang

dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan

semua semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja

yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja”.

b. Pengendalian Potensi Bahaya dengan Hirarki Pengendalian

Pengendalian potensi bahaya di PT. Denso Indonesia Sunter

Plant dilakukan menggunakan hirarki pengendalian. Hal tersebut

telah memenuhi OSHAS 18001:2007 yaitu saat menetapkan

pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk

menurunkan risiko berdasarkan hirarki berikut : a) eliminasi; b)

substitusi; c) pengendalian teknik; d) pengendalian administratif; e)

Alat Pelindung Diri.

1) Kebakaran/Ledakan

Hirarki pengendalian potensi bahaya kebakaran/ledakan

yang dilakukan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant berupa

substitusi dan pengendalian administratif :

85

a) Substitusi

Penggantian steker dan stopkontak yang tadinya

boleh menggunakan jenis A semua harus beralih ke jenis F.

Hal tersebut telah memenuhi Undang-Undang nomor 1

tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir

o yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara segala

jenis bangunan” dan huruf r yang menyatakan

“Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi lebih

tinggi”.

b) Pengendalian Administrasi

(1) Pembuatan SOP

Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan

disediakan SOP. Hal tersebut telah memenuhi

Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang

SMK3 pada elemen 6 Keamanan bekerja berdasarkan

SMK3 kriteria 6.3.1 yang menyatakan “Terdapat

prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi

untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan

dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten

serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang

yang berwenang di perusahaan”.

86

(2) Pelatihan (Taining)

Pelatihan yang dilakukan untuk pekerja kantin

adalah pelatihan pemadaman kebakaran. Pelatihan

tersebut dilakukan pada pekerja yang dalam proses

kerjanya berkaitan pada potensi bahaya yang

bersangkutan. Hal ini telah memenuhi Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012

tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja lampiran 1 point C tentang

pelaksanaan rencana kerja K3 yang menyatakan

“Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan

pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan

penyelenggaraan setiap pelatihan yang dibutuhkan”.

Lampiran II point A tentang kriteria Audit SMK3 yang

menyatakan “Petugas yang bertanggung jawab untuk

penanganan keadaan darurat telah ditetapkan dan

mendapatkan pelatihan”.

Training pemadaman kebakaran belum

dilakukan secara berkala sehingga belum memenuhi

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

nomor 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang

menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi dan

87

memadamkan kebakaran sebagaiman dimaksud pada

ayat (1) meliputi: huruf e penyelenggaraan latihan dan

gladi penanggulangan kebakaran secara berkala”.

(3) Penyediaan safety sign

Penempelan safety sign di kantin dan storage

gas sudah tertempel sesuai kegunaannya. Akan tetapi

pemasangan safety sign tersebut masih kurang atau

belum lengkap karena belum memasang safety sign

pada bagian-bagian penting seperti pemasangan pada

peralatan-peralatan masak yang menimbulkan panas

dan safety sign untuk memperingatkan lokasi pencucian

peralatan licin, dan lain-lain. Belum memenuhi

Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 14 yang menyatakan

“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya

semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan

semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat

kerja yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk

pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.

(4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO)

Pemasangan LOTO sudah diterapkan di area

gas storage untuk penguncian menggunakan valve

on/off dan penandaan tentang status gas telah

88

memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf r yang

menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan

pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”

(5) Penyediaan safety device

(a) APAR

APAR telah terpasang di kantin PT.

Denso Indonesia Sunter Plant dan jenis yang

digunakan yaitu dry chemical yang sesuai pada

perabotan kantin yang tergolong dalam kelas A

(kayu, kertas, kain, karet, plastik,dan lain-lain),

kelas B (bensin, gas, oil, cat, solvents, dan lain-

lain) dan kelas C (komputer, panel listrik, dan lain-

lain). Hal tersebut telah memenuhi Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor

186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang

menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi

dan memadamkan kebakaran sebagaiman

dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b

Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan

kebakaran dan sarana evakuasi”. Akan tetapi

89

pemasangannya terlalu tinggi sehingga belum

memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi nomor 4 tahun 1980 tentang Syarat-

syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR pasal

4 ayat (3) yang menyatakan “Tinggi pemberian

tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm

dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok

alat pemadam api ringan bersangkutan”.

APAR yang terpasang juga dilakukan

pemeliharaan rutin dan disediakan pula check sheet

APAR. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 4

tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan

Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 11

ayat (1) yang menyatakan “Setiap alat pemadam

api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam

setahun, yaitu: (a) pemeriksaan dalam rangka 6

(enam) bulan; (b) pemeriksaan dalam 12 (dua

belas) bulan”.

(b) Pemasangan Valve On/Off dan Detector Gas

Pemasangan valve on/off dan detector gas

telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1)

90

butir o yang menyatakan “Mengamankan dan

memelihara segala jenis bangunan” dan huruf r

yang menyatakan “Menyesuaikan dan

menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi lebih tinggi”.

(c) Pemasangan exhaust hood

Pemasangan exhaust hood telah

memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir o

yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara

segala jenis bangunan” dan huruf r yang

menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan

pengaman pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi lebih tinggi”.

(6) Pemasangan Jalur Evakuasi

Pemasangan jalur evakuasi juga dipasang di

kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang

dalam jumlah banyak berkumpul dan terdapat potensi

bahaya pula di dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi

tersebut dapat memperudah korban mengetahui jalur

yang aman dan cepat untuk bisa ke arah assembly point

dimana assembly point berada di depan gedung utama

PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Hal tersebut telah

91

memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia nomor 186 tahun 1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2

ayat (2) yang menyatakan “Kewajiban mencegah,

mengurangi dan memadamkan kebakaran sebagaiman

dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b Penyediaan

sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan

sarana evakuasi”.

2) Kedinginan

Pengendalian potensi bahaya dingin dilakukan dengan

cara administratif yaitu dengan memasang safety device berupa

alarm pada alat pendingin tersebut. Hal tersebut telah memenuhi

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan

menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”

3) Jatuh dari ketinggian

Penanganan potensi bahaya jatuh dari ketinggian

menggunakan cara administratif melalui kerjasama dengan sub

kontraktor dan diawasi oleh bagian SHE Departemen. Hal ini telah

memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun

2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja elemen 6 klausa 6.2 pengawasan kriteria 6.2.1 yang

menyatakan “Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap

92

pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan

petunjuk kerja yang telah ditentukan”. Terpenuhi pula klausa 6 .3

seleksi dan penempatan personil kriteria 6.3.2 yang menyatakan

“Penugasan pekerjaan harus berdasarkan kemampuan dan

keterampilan serta kewenangan yang dimiliki”.

4) Kontak dengan listrik

Pencegahan yang dilakukan dengan cara substitusi

yaitu memberi training cara memasak dan penggunaan alat

memasak dan memberi safety sign pada sumber listrik. Hal ini

sudah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II point A tentang

kriteria Audit SMK3 yang menyatakan “Petugas yang

bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah

ditetapkan dan mendapatkan pelatihan” dan Undang-undang

nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 yang

menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya

semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua

bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja yang

mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja”.

93

5) Keluhan Musculoskeletal

Penanganan keluhan musculoskeletal telah dilakukan

hanya saja pekerja masih melakukan manual handling sehingga

hal tersebut belum memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf (m) yang

menyatakan “Salah satu syarat keselamatan kerja adalah

memeperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan kerja, dan prosesnya”.

6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam

Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara

rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya

dengan emergency stop. Hal tersebut telah memenuhi Undang-

Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3

butir r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan

pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya

menjadi bertambah tinggi.”

7) Kontak Bahan Berbahaya dan Beracun

a) Substitusi

Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan

cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi

bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci

peralatan makan. Karena banyaknya peralatan makan yang

dicuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam

94

jumlah yang banyak. Hal tersebut telah memenuhi Undang-

Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan

menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”

b) Administratif

Pengendalian potensi bahaya dengan cara

administratif dengan menampung limbah B3 berupa minyak

jelantah ke wadah-wadah jerigen belum sesuai karena

tempat penyimpanannya belum mampu melindungi B3 dari

paparan sinar matahari dan belum memiliki saluran drainase

untuk mengalirkan tumpahan dengan demikian belum

memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun pasal 16 ayat (1) yang menyatakan

“Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a

paling sedikit memenuhi persyaratan: (a) desain dan

konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan

dan sinar matahari; (b) memiliki penerangan dan ventilasi;

dan (c) memiliki saluran drainase dan bak penampung.

Wadah limbah B3 tidak dilengkapi dengan label dan simbol

sehingga belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah

95

Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pasal

19 ayat (2) yang menyatakan “Kemasan Limbah B3

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekati Label

Limbah B3 dan Simbol”.

c) Alat Pelindung Diri

APD yang diberikan berupa sarung tangan dari

bahan karet, sepatu boot, apron dari bahan kain untuk

melindungi tubuh dari kontak dengan B3. Hal tersebut telah

memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir f yang menyatakan

“Syarat keselamatan kerja dengan memberi alat-alat

perlindungan diri pada para pekerja”.

8) Luka Bakar

Cara menangani potensi bahaya tersebut dengan

menggunakan pemberian APD berupa sarung tangan karet dan

safety shoes untuk menghindari kontak panas serta seragam

yang didesain panjang menutup tubuh agar terhindar dari kontak

dengan benda panas. Hal tersebut telah memenuhi Undang-

Undag nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3

ayat (1) butir f yang menyatakan “Syarat keselamatan kerja

dengan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”.

Terpenuhi pula Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012

96

tentang SMK3 kriteria 6.1.6 yang menyatakan “Alat pelindung

diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara benar

serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai”.

3. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja

petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi

kinerja dilakukan melalui kegiatan briefing, safety patrol, dan audit

internal. Evaluasi dilakukan dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya di

kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (1) yang menyatakan

“Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3”.

Evaluasi yang dilakukan dengan audit internal dilakukan oleh

internal audit dilakukan oleh auditor internal perusahaan (berpengalaman

dan telah mendapat pelatihan). Hal tersebut telah memenuhi Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (2)

“Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal

SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten”.

Hasil evaluasi diserahkan kepada manajer telah memenuhi

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal

97

14 ayat (4) yang menyatakan “Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada pengusaha”.

Dalam kegiatan evaluasi diberikan saran perbaikan untuk

melakukan tindakan perbaikan pada hasil evaluasi yang belum sesuai

telah memenuhi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (5) yang menyatakan “Hasil pemantauan

dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan

untuk melakukan tindakan perbaikan”.

98

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil laporan Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso

Indonesia Sunter Plant dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kantin yang meliputi pengadaan kantin dan struktur organisasi kantin

telah memenuhi peraturan yang berlaku.

2. Sumber bahaya di kantin meliputi faktor manusia, lingkungan, peralatan,

bahan, proses, dan cara kerja.

3. Potensi bahaya di kantin yang meliputi kondisi tidak aman dan tindakan

tidak aman sesuai dengan jenis bahaya dalam peraturan perundangan

yang berlaku dan memerlukan penanganan keselamatan kerja.

4. Sistem proteksi bahaya kantin yang meliputi identifikasi bahaya,

pengendalian potensi bahaya, dan evaluasi telah memenuhi peraturan

yang berlaku namun ada beberapa yang belum memenuhi yaitu pada

pengendalian potensi bahaya pada potensi bahaya kebakaran/ledakan,

kontak dengan B3, dan keluhan musculoskeletal.

B. Saran

Sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant

sudah berjalan sesuai prosedur hanya saja perlu perbaikan pada pengendalian

potensi bahaya dalam hal-hal berikut :

99

1. Pada potensi bahaya kebakaran/ledakan sebaiknya dilakukan perbaikan

dalam pelatihan pemadaman kebakaran yang perlu dilakukan secara

berkala, pemasangan safety sign dilengkapi lagi terutama untuk peralatan

yang menimbulkan panas, dan pemasangan APAR diperbaiki dengan

menurunkan letak pemberian tanda pemasangan menjadi 125 cm.

2. Pada potensi bahaya kontak dengan B3 sebaiknya dilakukan perbaikan

dengan memberi simbol dan tabel pada wadah jerigen yang berisi limbah

cair B3 serta penyusunan limbah harus diperbaiki dengan meletakkan

jerigen yang berisi limbah B3 pada rak-rak sehingga tersusun rapi.

3. Pada potensi bahaya keluhan musculoskeletal sebaiknya dilakukan

perbaikan dengan memberi pelatihan angkat-angkut yang benar dan

mengharuskan handling menggunakan trolley saat mengangkat atau

membawa barang yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Dwi Saputra, 2015. Gambaran Potensi Bahaya Dan Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Bagian Spinning IV Production PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal. Semarang : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Beta Sayektyaningsari, 2015. Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja

serta Lingkungan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Laporan Umum. Surakarta : Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamtan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Depnaker RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Bandung : Iqra Media. Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. PT. Denso Indonesia, 2008. Prosedur Identifikasi Bahaya Lingkungan Kerja dan

Penilaian Resiko. Jakarta : PT. Denso Indonesia PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008. Prosedur Mapping Risk

Hazard Potential. Jakarta : PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Soedirman, 2014. Tindakan Tanggap Darurat Dan P3K. Yogyakarta :

Danadyaksa Publisher. Soehatman Ramli, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT.

Toko Gunung Agung. Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Jakarta : Bina Sumber Daya Manusia. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Tarwaka, 2012. Dasar-Dasar Keselamatan KerjaSerta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.