penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    1/63

    LAPORAN KERJA LAPANGAN

    PENERAPANHACCP PADA PENGALENGAN

    IKAN SARDINE (Sardinella sp.)

    DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES

    PEKALONGAN - JAWA TENGAH

    Oleh:

    MASTORI

    04/177615/PN/09995

    PROGRAM STUDI

    TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

    JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2007

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    2/63

    LAPORAN KERJA LAPANGAN

    PENERAPAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN SARDINE (Sardinella sp.)

    DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES

    PEKALONGAN - JAWA TENGAH

    Disusun:

    MASTORI

    04/177615/PN/09995

    TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

    Laporan kegiatan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah kerjalapangan (PIT 4060) yang diselenggarakan oleh Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian

    Universitas Gadjah Mada

    Tanggal Ujian: 8 November 2007

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Ustadi, M.P.NIP 131862232

    Komisi Kerja Lapangan

    Nomor : UGM/THP/ /KL/ /07

    Tanggal Pengesahan : Desember 2007

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Ketua Komisi Kerja Lapangan

    Teknologi Hasil Perikanan

    Dr. Ir. Ustadi, M.P. Siti Ari Budhiyanti, S. T. P.,M.P.

    NIP. 131 862232 NIP. 132 164 030

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    3/63

    KATA PENGANTAR

    bismillahhirrohmaanirrohim

    Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Maha Pemurah lagi Maha

    Penyayang yang menguasai hari pembalasan, hanya kepada Engkau-lah kami menyembah

    dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan, tunjukilah kami jalan yang

    lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau Anugerahi Nikmat bukan jalan mereka

    yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

    Solawat serta salam tercurahkan kepada suritauladan Muhammad Saw pembawa

    cahaya ilmu sehingga kita bisa mengenal segala nikmat dan kebesaran Ilahi lewat

    ciptaanNya baik yang berada dalam diri kita maupun Alam semesta.

    Alhamdulillah, setelah sebulan lamanya Penulis mentadaburi proses pengalengan

    ikan di PT. Maya Food Industries, pekalongan , Jawa Tengah yang didalamnya terkandung

    banyak sekali ayat-ayat kauniyah yaitu, mekanisme penghambatan laju pembusukan ikan

    karena mikroorganisme dengan pengalengan serta system pengendalian terpadu (HACCP)

    yang diterapkan guna mengontrol proses produksi, Penulis berkewajiban untuk

    menyampaikan hasil Kerja Lapangan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggung

    jawaban kepada instansi terkait dan sebagai bukti telah melaksanakan Kerja Lapangan .

    Laporan yang Penulis buat merupakan kombinasi dari berbagai metode yang

    digunakan yaitu, studi pengamatan langsung dan ikut berperan aktif melakukan pekerjaan

    di pabrik, wawancara dengan pekerja, pengumpulan data sekunder dan studi pustaka.

    Usaha Penulis dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak yang memberikan kontribusi guna tercapainya cita-cita mulia untuk memberikan

    wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan pengalengan ikan. Oleh karena itu, Penulis

    dengan kerendahan hati menyampaikan ucapan terimakasih kepada: Dr. Ir. Ustadi M.P.

    selaku dosen pembimbing dan ketua Jurusan Perikanan Universitas Gadjah MadaYogyakarta yang memberikan bimbingan, RA. Siti Ari B., S.T.P, M.P selaku Ketua

    Komisi Kerja Lapangan Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, M. Rosyid Ali, SH

    selaku HRD PT. Maya Food Industries, bapak Sukamto selaku kepala Supervisor Produksi

    pengalengan Ikan yang telah memberikan bimbingan selama di lapangan, kepala bagian

    dan para pekerja PT. Maya Food Industries, bapak Turis, ibu Wulan, bapak Sarnikmat,

    bapak Aji, bapak Yoni, bapak Sumanto, bapak Bambang, ibu Nur, ibu Husnul, bapak

    Asun, bapak Wandi, bapak Roni, bapak Suhadi, mba Bawon, mba As, mas Heri, mas

    Selamet, mas Sicung , mas Budi, mas Zaenal, mas Wahidin, mas Hertanto, dan semua

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    4/63

    pekerja di PT. Maya Food Industries yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu, yang

    telah memberikan bantuan selama praktek. Kepada teman-teman senasib dan seperjuangan

    Bagus, Wawe, Condro , terimakasih telah menjadi teman dalam menghadapi suka dan

    duka meskipun bisnis kita tidak lancar tapi banyak memberikan manfaat buat membangun

    jiwa bisnis. Kepada teman-teman dari UNDIP Kiki, Intan, Retno dan Widi, teman-teman

    dari IPB, Estrid, Fresti dan Sigit, teman-teman dari SMK Pelayaran Mundu serta

    Priambono dari UNSUD terimakasih telah membantu selama kita bersama-sama

    melakukan pekerjaan di pabrik semoga pertemuan kita bisa menjadi tali silaturahmi

    meskipun hanya sebulan.

    Ucapan Terimakasih yang takterhingga Penulis persembahkan kepada Ayahanda

    dan Ibunda tercinta yang tiada habisnya memberikan sumbangan baik materi maupun

    dorongan Rohani sehingga Penulis bisa terus melanjutkan kuliah sampai saat ini

    Kesempurnaan hanya milik Rob Semesta Alam, Penulis menyadari dalam

    penyusunan Laporan ini masih banyak kekurangan, tiada gading yang tak retak tiada

    laporan yang sempurna. Memang laporan ini bukanlah yang luar biasa tapi penulis telah

    berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan Laporan untuk memberikan

    pemahaman yang baik mengenai proses dan pengendalian terpadu (HACCP) pengalengan

    ikan di PT. Maya Food Industries.

    Semoga apa yang penulis sampaikan dapat memberikan manfaat.

    Yogyakarta, Desember 2007

    Penulis

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    5/63

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii

    I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

    B. Tujuan ............................................................................................................... 2

    C. Kegunaan .......................................................................................................... 2

    D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................................ 2

    E. Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 2

    II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN.................................................................... 3

    A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................................ 3

    B. Produk yang dihasilkan ..................................................................................... 4

    C. Lokasi dan kondisi Geografi Perusahaan ......................................................... 5

    D. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................. 5

    E. Struktur Organisasi dan Menejemen Perusahaan .............................................. 5

    F. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan.................................................................. 8

    G. Fasilitas Peruasahaan ........................................................................................ 9

    III. MESIN DAN PERALATAN ................................................................................. 12

    A. Mesin - mesin Pengolahan ................................................................................ 12

    B. Peralatan Pengolahan ........................................................................................ 18IV. TATA LETAK PERUSAHAAN ............................................................................ 24

    A. Pemilihan Lokasi .............................................................................................. 24

    B. Skema Ruang Industri ...................................................................................... 24

    C. Aliran Bahan Proses Pengalengan Ikan ............................................................ 25

    V. SARANA DAN PROSES PRODUKSI ................................................................. 26

    A. Bahan baku ....................................................................................................... 26

    B. Bahan pembantu ............................................................................................... 26

    C. Proses produksi.................................................................................................. 28

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    6/63

    VI. KELAYAKAN DASAR PADA PENGALENGAN IKAN ................................... 34

    A. Good Manufacturing Practices (GMP) ............................................................ 34

    B. Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) ......................................... 37

    VII. SISTEM DAN PENERAPAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN ........... 39

    A. Pembentukan Tim HACCP .............................................................................. 39

    B. Deskripsi Produk .............................................................................................. 39

    C. Penyusunan Bagan Alir .................................................................................... 41

    D. Pemeriksaan Bagan Alir .................................................................................... 42

    E. Identifikasi Bahaya ........................................................................................... 42

    F. Penetapan Titik Kendali Kritis (CCP)............................................................... 44

    G. Prosedur Pemantauan CCP................................................................................ 45

    H. Penentuan Prosedur Monitoring........................................................................ 46

    I. Tindakan koreksi ............................................................................................... 47

    J. Tindakan verifikasi............................................................................................ 48

    K. Penetapan dokumentasi dan pencatatan ........................................................... 49

    VIII. PEMBAHASAN .................................................................................................. 50

    A. Kelayakan Dasar Proses Pengalengan Ikan PT. Maya Food Industries ........... 50

    B. Penerapan HACCP di PT. Maya Food Industries .......................................... 51

    IX. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 55

    A. Kesimpulan ........................................................................................................ 55

    B. Saran .................................................................................................................. 55

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    7/63

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambarl 1. Retort ......................................................................................................... 12

    Gambarl 2. Seamer ....................................................................................................... 13

    Gambarl 3. Steam Boiler .............................................................................................. 14

    Gambarl 4. Ketel Pemasakan Saos ............................................................................... 15

    Gambarl 5. Exhous Box ............................................................................................... 16

    Gambarl 6. Rotary Drum Washer ................................................................................. 16

    Gambarl 7. Vidio Jet ..................................................................................................... 17

    Gambarl 8. Mesin Penghancur Es ................................................................................ 17

    Gambarl 9. Can Washer ................................................................................................ 18

    Gambarl 10. Pisau Pemotong ....................................................................................... 18

    Gambarl 11. Telenan .................................................................................................... 18

    Gambarl 12. Meja Pengisian dan Pemotongan ............................................................. 19

    Gambarl 13. Pan ........................................................................................................... 19

    Gambarl 14. Tongkat Pengaduk ................................................................................... 19

    Gambarl 15. Ketel Pemasakan Saos ............................................................................. 19

    Gambarl 16. Ember ....................................................................................................... 19

    Gambarl 17. Timbangan Sentisimal ............................................................................. 20

    Gambarl 18. Timbangan Kodok ................................................................................... 20

    Gambarl 19. Keranjang Penampung Kaleng ................................................................ 20

    Gambarl 20. Bak Pencucian Kaleng ............................................................................. 21

    Gambarl 21. Bak Pendinginan ...................................................................................... 21

    Gambarl 22. Keranjang Plastik ..................................................................................... 21Gambarl 23. Bak Thawing ............................................................................................ 21

    Gambarl 24. Lory ......................................................................................................... 22

    Gambarl 25. Belt Lory .................................................................................................. 22

    Gambarl 26. Derek Mekanis Host ................................................................................ 23

    Gambarl 27. Fork Lift ................................................................................................... 23

    Gambarl 28. Brixmeter ................................................................................................. 23

    Gambarl 29. Kereta Derek Kaleng ............................................................................... 24

    Gambarl 30. Berbagai Macam Bahan Pembantu .......................................................... 28

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    8/63

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dasar pemikiran yang melatar belakangi adanya kegiatan Kerja Lapangan yang biasa di

    adakan oleh fakultas - fakultas yang berbasik ilmu penerapan adalah semakin majunya ilmu

    pengetahuan dan teknologi sehingga memicu dunia industri terus berkembang, hal tersebut

    berdampak pada sangat dibutuhkannya kaum professional dibidangnya untuk ikut berperan

    dalam memacu pertumbuhan industri. Mahasiswa merupakan Agen of change yang diharapkan

    mampu untuk berperan didalamnya. Sebagai bentuk dari Tri Darma Perguruan Tinggi, Praktek

    Lapangan merupakan kegiatan yang mengintegrasikan antara Pendidikan, Penelitian dan

    Pengabdian Masyarakat. Kerja Lapangan ini memberikan pengetahuan Ilmu terapan sebagai

    wawasan utama disamping teori dalam perkuliahan di kampus.

    Pengalengan ikan merupakan salah satu bentuk olahan pengalengan ikan dengan segala

    aspeknya merupakan hal yang perlu diketahui , perlakuan sterilisasi pada pengalengan ikan akan

    membuat sifat-sifat alami ikan terjaga sehingga ikan dapat disimpan sampai bertahun-tahun.

    Dengan cara pengalengan ikan ini, potensi hasil perikanan akan dapat mendatangakan manfaat

    secara ekonomi, bahkan dapat mendatangkan defisa negara melalui kegiatan ekspor.

    Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating

    Procedure (SSOP) sebagai standar dalam penerapan system pengendalian terpadu Hazard

    Analysis Critical Control Point (HACCP) sangat diperlukan untuk memastikan bahwa produk

    yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi sehingga tidak mendatangkan kerugian baik dari pihak

    konsumen maupun produsen. System pengendalian terpadu tersebut dapat dijadikan standar

    untuk melakukan ekspor keberbagai negara

    Berdasar alasan itulah maka pengolahan pengalengan ikan perlu dikaji lebih dalam

    terutama pada penerapan HACCP yang dalam hal ini akan melihat penerapan yang dilakukan di

    PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa Tengah yang termasuk salah satu perusahaan

    pengalengan ikan dengan orientasi utama memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    9/63

    2

    B. Tujuan

    Tujuan pelaksanaan Kerja Lapangan ini adalah:

    1. Mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja dalam kegiatan perikanan.

    2. Mempelajari proses pengalengan ikan sarden (Sardinella spp.) terutama pada penerapan

    HACCP di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa Tengah.

    C. Kegunaan

    Melalui kerja lapangan ini penulis berharap dapat meningkatkan pengetahuan tentang

    proses pengalengan ikan serta menambah keterampilan dan pengalaman kerja. Selain itu,

    mahasiswa menjadi tahu tentang permasalahan yang ada pada processing pengalengan ikan

    terutama pada penerapan HACCP dan tahu cara mengatasinya sehingga dapat mempersiapkan

    diri memasuki dunia kerja dibidang industri pengalengan ikan.

    D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Kerja lapangan ini dilaksanakan selama 30 hari pada bulan 9 Juli - 9 Agustus 2007 di PT.

    Maya Food Industries, Pekalongan Jawa Tengah.

    E. Metode Pelaksanaan

    Metodologi yang digunakan dalam kerja lapangan ini adalah:

    1. Studi pengamatan langsung dan ikut berperan aktif melakukan pekerjaan di pabrik

    pengalengan ikan.

    2. Wawancara dengan pekerja dan karyawan PT. Maya Food Industries Pekalongan.

    3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh di PT. Maya Food Industries Pekalongan.

    4. Studi pustaka

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    10/63

    3

    II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

    A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

    PT. Maya Food industries merupakan salah satu perusahaan dibawah naungan Maya

    Group, pendirian perusahaan ini didasarkan atas upaya untuk memanfaatkan hasil perikanan laut,

    membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja dan usaha untuk mendapatkan

    keuntungan secara ekonomis.

    PT.Maya Food Industries adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA) murni. Pada

    mulanya PT. Maya Food Industries pekalongan bernama PT. Bali Maya Permai pekalongan yang

    didirikan pada tanggal 26 Juni 1979. PT. Bali Maya Permai Pekalongan Merupakan cabang dari

    PT. Bali Maya Permai yang terletak di Desa Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Kabupaten

    Tabanan, Bali. PT. Bali Maya Permai ini dimiliki oleh Soekardjo Wibowo, Soekardi Wibowo,

    dan Baswan yang ketiganya orang Indonesia serta Mr. Chang yang berasal dari Singapura.

    Status perusahaan PT. Bali Maya Permai merupakan perusahaan swasta nasional non fasilitas

    dan berbentuk badan hukum perseroan terbatas.

    Operasi percobaan PT. Bali Maya Permai Pekalongan dilakukan pada bulan September

    1981 berdasarkan izin TK II no. 53547 yang ditetapkan tanggal 2 Mei 1981 oleh walikota

    Pekalongan. Perusahaan telah siap menghasilkan produk yang dapat dipasarkan pada bulan April

    1982 dipimpin Ir. Hasdi Prawira.

    PT. Bali Maya Permai Pekalongan berubah menjadi PT. Maya Food Industries pada

    tanggal 1 Agustus 1997 dibawa pimpinan Mr. Chang dari singapura setelah membeli semua

    saham PT Bali Maya Permai Pekalongan. PT. Maya Food Industries pekalongan beroperasi pada

    tanggal 13 Mai 1997 berdasarkan IUT No 208/T/Industri/1997 oleh Badan Koordinasi

    Penanaman Modal (BPKM).

    PT. Maya Food Industries pekalongan merupakan lokasi produksi sedangkan kantor

    pemasarannya adalah PT. Indo Maya Mas Jakarta sebagai distributor uantuk pasar dalam negeri

    dan Wayan SDN BHD yang terletak di Malaysia sebagai distributor untuk pasar luar negeri.

    Semua produk pengalengan ikan yang diproduksi oleh PT. Maya Food industries sudah

    mendapatkan sertifikat halal dari LP-POM MUI dengan No. 10810999. PT. Maya Food

    Industries telah mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dari Direktorat Jendral Perikanan

    No. 189/PP/SKP/PL/VI/07/05 yang akan ditinjau setiap dua tahun sekali. Sertifikat lain yang

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    11/63

    4

    telah di peroleh PT. Maya Food Industries ialah serifikat system manajemen mutu ISO 9001-

    2000.

    B. Produk yang dihasilkan

    Nama-nama produk ikan kaleng yang dihasilkan PT. Maya Food Industries, yaitu:

    1. Botan Mackerel in Tomato Sauce

    2. Botan Mackerel Kari

    3. Botan Mackerel Goreng Sambal

    4. Botan Mackerel Sambal

    5. Botan Chunk Tuna in Soya Bean Oil

    6. Botan Flake Tuna in Soya Bean Oil

    7. Botan Tuna Kari

    8. Botan Tuna Sambal

    9. Botan Canned Herring in Tomato Sauce

    10. Botan Sardines Goreng Sambal

    11. Botan Sardines in Tomato Sauce

    12. Ranesa Fried Sardines in Chili Sauce

    13. Sesibon Sardines in Tomato Sauce

    14. Tuna in Oil

    15. Tuna in Brine

    Produk-produk diatas merupakan produk pengalengan yang telah mendapatkan sertifikat

    halal dari MUI, tidak semua produk tersebut sekarang diproduksi terutama tuna kaleng hal ini

    dikarena sulit mendapatkan bahan baku terkecuali telah ada pesanan yang bahan bakunya

    didatangkan dari import. Produk-produk merk Botan adalah produk dibawah lisensi Mitsui. Co

    Ltd. Japan. Sedangkan untuk merek Ranesa dan Sesibon adalah produk milik PT. Maya Food

    Industries.

    Selain pengalengan ikan produk lain yang dihasilkan oleh PT. Maya Food yaitu;

    Berbagai aneka kerupuk mulai dari kerupuk sayur, bawang sampai kerupuk ikan, pengalengan

    Koktail, Tepung Ikan dan Surumi serta Otosimi.

    Berbagai produk yang dihasilkan oleh PT. Maya Food dapat dilihat pada lampiran.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    12/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    13/63

    6

    menunjang kelancaran operasional perusahaan. Struktur Organisasi PT. MFI dapat dilihat di

    Lampiran. Kewajiban dan wewenang masing-masing jabatan, yaitu:

    1. General manager

    Bertugas menetapkan kebijakan umum perusahaan, bertanggung jawab terhadap

    kelangsungan hidup perusahaan, mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, membina

    koordinasi yang baik dengan berbagai bidang kerja dibawahnya, menentukan dan mengendalikan

    perusahaan serta meminta pertanggung jawaban dari masing-masing manager.

    2. Deputy general manager

    Bertugas membantu general manager dalam mengorganisasi, mengadakan perencanaan

    dan menyampaikan perintah dari general manager.

    3. Asisten general manager

    Bertugas membantu general manager dan memberikan nasehat jika di butuhkan oleh

    beberapa manager.

    4. Secretary

    Bertugas membantu general manager dalam melaksanakan tugas saher-hari sesuai

    ketentuan perusahaan, mengatur keluar masuknya surat atau arsip, memerima dan

    menyampaikan pesan kepada general manager.

    5. Personal manager

    Bertugas mengelola dan mengendalikan aktivitas kepegawaian, melaksanakan program

    dan hal-hal kepegawayan lainnya termasuk keamanan, kesehatan, pengelolaan perumahan, mess

    perusahaan dan mengelola alat transportasi pegawai.

    6. Accounting manager

    Bertugas melaksanakan dan mengelola sistem akuntansi perusahaan.

    7. Finance manager

    Bertugas melaksanakan dan mengelola sistem keuangan termasuk pembukuan dan gaji

    pegawai serta informasi mengenai keuangan, hutang piutang, anggaran belanja, dan pendapatan

    perusahaan kepada general manager.

    8. Quality control manager

    Bertugas mengawasi mutu bahan baku, bahan tambahan, kaleng, pengawasan mutu

    selama proses sampai menjadi produk akhir, serta mengelola dan mengendalikan aktivitas

    laboratorium.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    14/63

    7

    9. Logistic manager

    Bertanggung jawab dalam penerimaan dan pengeluaran bahan baku untuk produksi,

    bahan pengemas serta pengiriman produk ke distributor serta mengatur, menjaga penyimpanan

    kaleng, kardus dan produk jadi.

    10. Technical manager

    Bertugas menyediakan alat-alat produksi, bertanggung jawab atas perencanaan dan

    aktivitas perawatan serta aktivitas perbaikan gedung, mesin pabrik, jeringan listrik, dan instalasi

    air untuk menjamin kelancaran kerja. Tugas technical managerdibantu oleh seamer specialist

    dan assistant manager.

    11. Production manager

    Bertugas menentukan bahan baku, bahan tambahan, kesegaran bahan baku, tenaga kerja

    untuk produksi dan mengawasi kerja karyawan. Production manager dalam melaksanakan

    tugasnya dibantu oleh assistant manager.

    12. New research and development product manager

    Bertugas mengadakan penelitan dan melakukan berbagai inovasi untuk menghasilkan

    produk baru.

    Bagan struktur PT. MFI dapat dilihat di Lampiran, secara sederhana Struktur Organisasi

    PT. Maya Food Industries sebagai berikut:

    1. Direktur

    2. General Manager

    3. Kepala Bidang

    a. Kepala bidang administrasi

    Membawai kepala bagianfinance, accounting dan ware house

    b. Kepala bagian personalia

    Membawai kepala bagianpersonal, dan managemen training

    c. Kepala bagian Quality Asurance

    Membawai kepala bagian Quality Control

    d. Kepala bagian produksi

    Membawai kepala bagian produksi yang dibantu oleh wakil bagian produksi

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    15/63

    8

    F. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

    PT. Maya Food Industries memeiliki karyawan kurang lebih 551 orang karyawan yang

    berasal dari pekalongan dan batang, yaitu dari Warung Asem, Comal, Bandengan, Panjang,

    Krapyak, dan Slamaran. Tingkat pendidikan tenaga kerja mulai dari SD hingga perguruan tinggi.

    Sebagian dari mereka tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang perikanan, hanya mengenal

    secara langsung diperusahaan.

    Pembagian karyawan di PT. MFI pekalongan sebagai berikut:

    a. Karyawan harian tetap/ kontrak: karyawan yang masuk kerja setiap hari walaupun pabrik

    tidak sedang produksi dengan pemberian gaji setiap bulan, karyawan kontrak ini setiap

    tahun harus memperpanjang kontraknya.

    b. Karyawan harian lepas: karyawan yang bekerja hanya bila pabrik berproduksi dan

    mendapatkan bayaran setiap minggu.

    c. Karyawan bulanan: karyawan tetap yang masuk kerja setiap hari meskipun pabrik tidak

    sedang produksi dan mendapatkan bayaran setiap bulan.

    d. Karyawan borongan : karyawan yang digaji berdasarkan jumlah ikan atau barang yang

    dikerjakan selama proses produksi, biasanya karyawan borongan didatangkan oleh

    perusahaan jika produksi meningkat.

    e. Karyawan musiman: karyawan yang digaji berdasarkan hari produksi

    Karyawan bekerja selama delapan jam per hari. Pembagian shift produksi dapat dilihat di

    Lampiran. Khusus untuk satpam dan karyawan bagian cold storage memiliki jam kerja yang

    ditetapkan menjadi 3 shift ( 07.00 16.00 WIB, 16.00 24.00 WIB, dan 24.00 07.00 WIB),

    sedangkan untuk karyawan yang menangani bahan baku dan mesin boiler ditetapkan menjadi 2

    shift(06.0014.00 WIB dan 14.0021.00 WIB). Pegawai yang menangani mesin diesel juga

    ditetapkan menjadi 2 shift (08.00 16.00 WIB dan 16.00 23. 00 WIB). Karyawan yang

    melebihi waktu jam kerja yaitu delapan jam maka dihitung melembur dan mendapatkan upah

    melembur hal ini terjadi jika produksi masih berjalan.form dapat dilihat pada lampiran.

    Kesejahteraan karyawan di PT. MFI diperhatikan selain menerima gaji pokok, karyawan

    juga menerima tunjangan-tunjangan lain. Fasilitas-fasilitas yang diberikan PT. MFI kepada

    karyawan yang dapat digunakan antara lain:

    1. Fasilitas Ibadan: berupa musholah

    2. Fasilitas kesehatan: mengikutsertkan dalam asuransi tenaga kerja ASTEK

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    16/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    17/63

    10

    Cold storage yang dimiliki ada dua yaitu cold storage untuk menyimpan surimi dan

    coldstorage untuk menyimpan bahan baku ikan import. Semua coldstorage yang

    digunakan menggunakan sistem air blast freezer.

    e. Transportasi

    Transportasi luar perusahaan untuk karyawan berupa bus untuk menjemput dan

    mengantar. Transportasi didalam perusahaan, yaitu: forklift, lori, katrol host dan

    kereta dorong. Transportasi bahan baku menggunakan kontainer, pick up, dan truk

    sedangkan ransportasi pribadi berupa motor, sepeda dan mobil.

    3. Fasilitas produksi Pengalengan Ikan

    1. Bak pendingin (whater chiller)

    Berbentuk persegi panjang sebanyak 18 buah dengan ukuran 231 x 120 x 120 cm dan

    tebal 19 cm.

    2. Bak Thawing

    Berbentuk persegi panjang terbuat dari keramik berukuran 280 x 253 x 120 cm, tebal

    dinding 29 cm dengan kapasitas 800 kg ikan.

    3. Drum Rotary Washer

    Mesin pembersih sisik dengan kapasitas 900 kg ikan.

    4. Bak pencucian

    Bak terbuat dari plastik untuk menampung air sementara untuk menyiram ikan

    berjumlah 40 buah.

    5. Exhaust Box

    Memiliki empat buah exhaust box buatan Taiwan tahun 1977 dengan merk Shin 1

    tipe SC-26A. Tapi yang masih beroperasi tiga buah dengan penempatan dua di

    pengaleng ikan , satu di pengalengan koktail.

    6. Ketel pemanasan saus ( cook pan )

    Memiliki tiga buah dengan merk SHIN-1, Taiwan. Mesin ini tipe Steam Jacketed

    Cattle S-18 dengan diameter kuali 125 cm dan tinggi 95 cm serta daya tampung 800

    liter.

    7. Mesin penutup Kaleng (seamer)

    Buatan Taiwan 1997 dengan merk SHIN-1 tipe SC-33 dengan daya 7,5 Hp.

    8. Retort(alat sterilisasi)

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    18/63

    11

    Jenis horizontal terbuat dari besi baja tahan panas buatan Taiwan dengan merk SHIN-

    1 tipe SC-98 dengan daya 5 Hp.

    9. Mesin Print( alat pembuat kode produksi)

    Memiliki satu buah dengan merek Vidiojet buatan U.S.A kecepatan 160 kaleng/menit

    dengan daya 0,35 KW.

    10. Kompresor

    Memiliki kompresor 2 buah untuk sterilisasi dan mesin print kode.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    19/63

    12

    III. MESIN DAN PERALATAN

    A. Mesin-mesin Pengolahan

    1. Retort

    Retort yang digunakan PT. MFI berjenis retort horizontal yang berkapasitas masing-

    masing tiga keranjang kecil atau dua keranjang besar. Retort merupkan alat yang digunakan

    untuk mensterisasi produk yang dikalengkan.

    Merk : Shin1

    bahan : Besi baja

    Asal :Taiwan

    Tipe : SC- 98

    Daya : 5 Hp

    Jumlah : 6 buah

    Keterangan:

    A:Jalur air,B:Jalur uap,C:Kontrol suhu,D:Jalurlimpahan air,E1:Jalur drainase,E2: Saringan,F:Katup

    pengecekan,G:Jalur dari tangki air panas,H:Jalur

    pengisapan dan manifold,I:Pompa sirkulasi,J:Petcock,K:Pompa sirkulasi

    ulang,L:Distributor uap,M:Tabung kontrol suhu,

    N:Termometer,O:Penyemprot air,P:Katuppengaman/bleeder,Q: Katup vent,R:Pengukur

    tekanan,S:Kontrol udara masuk,T:Kontrol

    tekanan,U:Saluran udara,V:Ke alat pengontroltekanan,W:Ke alat pengontrol suhu,X:Skrup penutup

    retort,Y1:Penyangga keranjang,

    Y2: Dudukan keranjang,Z1: Katup come up time, Z2:

    Katup sterilisasi.

    Mekanisme kerja:

    Tahap 1. Pemanasan awal: tahap sebelum kaleng dimasukan untuk mengeluarkan udara danmenjaga suhu di dalam retort agar mempermudah proses selanjutnya dengan membuka klep uap

    panas sedikit.

    Tahap 2. venting: tahap setelah kaleng masuk dengan membuka klep bleeder, klep ventdan klep

    uap panas/ steam sampai suhu menunjukan 105oC kira-kira minimal membutuhkan waktu 10

    menit sehingga udara dingin keluar kemudian tutup semua outlet vent/klep vent.

    Tahap 3. Sterilisasi: tahap ini di mulai perhitungan sterilisasi pada suhu 115oC

    mempertahankannya dengan mengatur kran steam, pengecekan suhu dan waktu dilihat pada

    recording termometer dan pengecekan tekanan dilihat pada termometer. Tahap ini selama 100

    menit.

    Tahap 4. Pendinginan: tahap ini setelah sterilisasi selesai dengan menutup klep uap steam dan

    bleederkemudian buka inletsaluran air dan atur tekanan kompresor antara 0,7 0,5 atm sampai

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    20/63

    13

    suhu turun menjadi 45oC kemudian tutup inletdan kompresor, buka saluran air keluar sampai

    tekanan 0 atm setelah itu baru buka pintu retort.

    2. Mesin penutup kaleng (seamer)

    Mesin yang digunakan adalah double seamer machin, jenis yang digunakan untuk

    pengalengan ikan adalah seamer 4 headdan 6 headuntuk kaleng kecil ukuran 202x308 inchi dan

    seamer 4 head untuk kaleng besar ukuran 301 x 407 inchi. Prinsip kerja mesin ini dengan

    menjalankan dua operasi dasar, yang pertama membentuk atau menggulung bersama ujung

    pinggir tutup kaleng dan badan kaleng dan yang kedua meratakan gulungan yang dihasilkan oleh

    operasi pertama.

    Merk : Shin-1

    Buatan: Taiwan tahun 1979

    Tipe : S- C 33

    Jenis : 1 head manualKeterangan: 1.Kopling,2.Roda gigi,3.Roda gigi, .Tuas,5.Tuas,6.Poros,7.Tuas,8.Tuas,9.Pneumatik silinder,10.Plat

    dasar,11.Tiang,12.Poros,13.Katup,14.Tangki berulir,15.pedal injakan,16.Tombol,17.katup,18.Pedal,19.Meja,20.Tangki

    Mekanisme kerja:

    Pada proses penutupan kaleng, konveyor berjalan menuju seamer, sehingga kaleng

    bergerak menuju mesin pemberi tutup kaleng dan lifter.Lifterakan naik dan tutup kaleng ditekan

    oleh chuck kemudian kaleng masuk dalam roll pertama sehingga terjadi pelipatan, kemudianmasuk kebawah roll kedua untuk menjalani pengepresan kebadan kaleng, selanjutnya lifterturun

    dan kaleng tertutup.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    21/63

    14

    3. Boiler

    Spesifikasi boileryang dimiliki PT. MFI Pekalongan adalah sebagai berikut:

    Merk: Titan Boiler, Alen Ygnis (duabuah)

    Serial No: MS.626110,MS.6636,MS.6175

    Medel No:AS.1200/150,AYS 11 A800/150,AYS T 500/150

    Out Put: 12000 pph, 8000 pph, 5000 pph

    Kapasitas : 6 ton, 4 ton, 2.5 ton

    Bahan : FO= Residu + minyak tanahdengan perbandingan 1:1

    Fungsi: untuk menghasilkan uap

    Bahan bakar /hari: 2300 lt/hari untuk

    produksi 20 ton

    Keterangan : 1.Manometer,2.saluranuap,3.Lubang pembersih,4.Cerobong

    asap,5.Kran pemasukan air,6.Saluranpembuangan,7.Gelas penduga,8.Terminal

    daya/listrik,9.Kran pengatur minya,10.Pemanasminya,11.Ruang semburan api,12.Ruang

    pendidihan air

    Mekanisme kerja:

    Tahap pertama adalah pengisian air kedalam boiler. Ketinggian kira-kira dari

    kapasitas. Ketinggian air dari boilerdapat dilihat dari gelas penduga.

    Pada gelas penduga terdapat batas maksimum dan batas minimum. Pengisian air kedalam

    boilersecara otomatis, pompa pengisian akan berhenti apabila ketinggian air sudah mencapai

    dari kapasitas atau air mencapai batas maksimum pada gelas penduga.

    Tahap selanjutnya adalah tahap pembakaran oleh bugner.Bugneradalah unit pembakaran yang

    berfungsi membakar minyak yang disemprotkan bersama udara melalui lubang-lubang api

    didalam boiler. Caranya dengan membuka kran minyak sehingga minyak akan mengalir

    kedalam bugner, kemudian bugnerdinyalakan. Bugnerakan menyemprotkan minyak dan udara

    kedalam boilermelalui lorong-lorong api. Elektroda pada saat bersamaan akan memercikan api

    sehingga terjadi nyala api. Nyala api inilah yang digunakan untuk menguapkan air.

    Bugnerbekerja secara otomatis sehingga akan berhenti jika tekanan mencapai 7 kg/cm2

    dan akan menyala kembali jika tekanan 6.2 kg/cm2.Boilerdilengkapi dengan manometer untuk

    mengukur tekanan. Sisa hasil pembakaran dibuang melalui pipa buangan gas. Kotoran-kotoran

    yang mengendap dibuang melalui pipa blown down. Sedangkan uap yang dihasilkan kealat-alat

    yang membutuhkan uap seperti retort,exhaust box, dan mixer sauce. Pembagian uap diatur

    menggunakan tabung team header.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    22/63

    15

    4. Mixer sauce/ Cook pan

    Alat pencampur saus berupa kuali besar yang dilengkapi dengan baling-baling pengaduk

    (agitator), pipa uap,pipa air,pipa pengeluaran saus limpahan, pengukur tekanan uap dan pipa

    pengeluaran saus.

    Bahan : Stainless steel

    Tipe: Steam jacketed cattle S-

    18

    Kapasitas : 800 liter

    Jumlah : 3 buah

    Kecepatan agitator: 1890 rpmKeterangan:

    1.Agitator2.Kuali pemasakan

    3.Termometer4.Pipa pemasukan steam5. Pipa pengaliran

    Steam digunakan untuk mendidihkan saus dalam ketel. Ketel ini dilengkapi dengan

    baling-baling pengaduk (agitator) elektromotor agar panas terdistribusi secara merata.

    Pemanasan saus dilakaukan selama 15-20 menit dengan suhu 80 oC, kemudian saus yang selesai

    dimasak dialirkan melalui pipa-pipa menuju jalur-jalur pengisian yang masing-masing jalur

    pengisian dilengakapi dengan kran yang menuju kaleng-kaleng ikan setelah penirisan.

    5. Exhaus Box

    Exhaus box adalah alat yang berfungsi sebagai precooking atau pemasakan awal untuk

    menghilangkan udara dalam kaleng serta jaringan ikan serta mengubah tekstur dan rasa.

    Spesifikasi exhaus box

    Merk: Shin-1

    Buatan: taiwan 1997

    Tipe : SC-26 A

    Volt : 380

    Daya:3.5 Hp Jumlah : 4 buah

    Panjang(cm): 1098 (tiga),960

    Lebar (cm): 116(tiga), 63

    Kapasitas: 7 M=540 MBB,1500 MBK

    11 M= 864 MBB,2240 MBK(dua buah)

    13 M= 1080 MBB,2800 MBK

    Fungsi : pemasakan awal

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    23/63

    16

    keterangan:

    1.Termometer

    2.lorong exhausting3.Pipa uap

    4.Cerobong uap

    5.Konveyor6. Roda gigi

    7. Rantai

    8. Motor9.Steam/ pipa sumber uap

    betekanan

    Mekanisme kerja:

    Panel listrik dinyalakan sehingga konveyor akan berjalan selanjutnya kransteam dibuka.

    Kaleng-kaleng dimasukan bila suhu dalam exhaus box telah mencapai 110oC . Panas yang

    digunakan berasal dari boileryang dilewatkan melalui pipa-pipa didalam lorong - lorong exhaus

    box. Uap panas tersebut akan mengkoagulasi protein ikan sehingga struktur daging ikan padat

    yang diikuti keluarnya air dan udara yang berada dalam ikan sehingga ikan dalam kaleng dalam

    kondisi hampa udara.

    6. Rotary Drum Washer

    Keterangan:

    1. Bak penampung air danikan

    2. Pipa pengeluaran air3. Drum Rotary

    Alat ini berfungsi untuk menghilangkan sisik ikan sekaligus mencuci ikan dari serpihan

    badan ikan yang masih tertinggal, noda darah, dan kotoran. Keseluruhan alt tersebut terbuat dari

    stainless steel sedangkan badanRotary Drum Washerterbuat dari kawat yang berlubang-lubang.

    Prinsip kerja alat ini adalah gaya sentrifugal, yaitu perputaran sebesar 360o. drum tersebut dari

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    24/63

    17

    kawat yang berlubang-lubang, dengan kerangka dalam drum yang melengkung spiral sehingga

    ikan bergeseran keluar menuju lubang pengluaran dan juga bergesekan dengan kawat yang

    berlubang-lubang terkikis saat drum berputar-putar. Alat ini merupakan buatan pabrik sendiri,

    mempunyai daya 5 pk, air dimasukan lewat selang air dengan diberi es dan dikeluarkan melalui

    pipa pengeluaran air.

    7. Printer Kode Produksi /Vidio jet

    Mesin ini berfungsi untuk mencetak tanggal expair pada kaleng ikan. Pencetakan

    dikenakan pada tutup kaleng.

    Prinsip kerja mesin ini ialah mencetak kode dan expair date diatas tanda khusus tepat

    ditengah-tengah tutup kaleng dengan sensor laser dan tinta. Caranya

    dengan mengatur kode dan tanggal kedaluarsa pada vidio jet,

    pengoperasian dimemulai dengan menekan tombol on pada mesin ,

    mengatur angka kemudian disave dan exit lalu mulai dengan menekan

    print setelah kaleng dalam posisi siap di lewatkan dibawah sensor print.

    8. Mesin Penghancur Es

    Mesin penghancur es yang dimiliki PT. Maya Food Industries

    terbuat dari besi, berjumlah satu buah fungsinya untuk menghancurkan

    es balok menjadi es curah yang digunakan untuk rantai dingin ketika

    ikan menunggu untuk di potong atau setelah keluar dari mesin

    penghilang sisik dan juga digunakan untuk pendingin air pada mesin Drum Rotary Washer.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    25/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    26/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    27/63

    20

    bahan mentah seperti ikan, tepung, saus dengan kekuatan timbangan sampai 150

    kg.

    b. Timbangan kodok

    Timbangan ini terbuat dari besi

    merupakan jenis table balance dengan ukuran

    dimensional 30 x 10 x 15 cm buatan Shanghai,

    RRC. Digunakan untuk menimbang ikan yang

    akan dimasukan kedalam kaleng dan untuk

    mengecek berat ikan dalam kaleng setelah

    proses pengisian ikan dalam kaleng.

    7. Keranjang penampung kaleng

    Keranjang penampung ini terbuat dari besi baja yang

    dibuat sendiri oleh PT. MFI, berbentuk silinder dan

    berlubang-lubang. Keranjang ini untuk ukuran kaleng kecil

    202 x 308 mempunyai kapasitas 2500-2700 kaleng

    sedangkan untuk kaleng besar 301x407 berkapasitas 1700-

    1800.

    8. Bak pencucian kaleng

    Bak ini terbuat dari beton berbentuk persegi panjang

    dengan ukuran 407x172x112cm. kapasitas keranjang yang

    bisa ditampung sebanyak 4 keranjang. Bak ini berfungsi

    sebagai tempat untuk membilas kaleng setelah tahap

    pencucian.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    28/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    29/63

    22

    13. Belt konveyor

    Belt konveyor yang dipakai di PT. MFI ada tiga buah, yaitu:

    a. Belt konveyor pertama: dipakai untuk memindahkan nampan berisi kaleng dari

    tempat pengisian ikan menuju box exhausting, digerakan oleh motor berkekuatan 3

    pk dan mempunyai kecepatan 50 kaleng/ menit.

    b. Belt konveyor kedua: dipakai untuk memindahkan kaleng setelah keluar dari mesin

    exhaus box menuju mesin penutup kaleng dengan kekuatan 3 pk dan kecepatan 20

    kaleng/ menit.

    c. Belt konveyor ketiga: dipakai untuk memindahkan kaleng sebelum dan setelah proses

    printing kode dengan kekuatan motor 3 pk dan kecepatan 30 kaleng/ menit.

    14. Derek Mekanis Hoist

    Hoist yang dimiliki PT. MFI berjumlah 6 buah dengan

    tipe NHE 3 H, mempunyai kapasitas satu ton memiliki kekuatan

    penggerak motor dengan daya 6 pk. Mesin ini berfungsi untuk

    mengangkut keranjang galvin ke bak thawing, mengangkut

    keranjang besi berisi kaleng dari bak penampung ke retort, dari

    retort ke bak pendingin dari dari bak pendingin ke gudang

    pengepakan, serta digunakan untuk membuka tutup drum pasta

    tomat.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    30/63

    23

    15. Fork Lift

    Forklift yang digunakan PT. MFI berjumlah satu buah

    dengan merk Patria 20, menggunakan bahan bakar solar dengan

    kecepatan 40 km/jam dan mempunyai daya angkut sebesar 2

    ton. Fungsi alat ini sebagai sarana transportasi pemindahan

    bahan-bahan berat yang beralaskan palet seperti pengangkut

    kaleng kosong dari gudang ke ruang produksi, pengangkutan

    kardus-bersisi kaleng ke truk, mengangkut bahan pembantu

    seperti pasta tomat,dan garam ke gudang penyimpanan.

    16. Brixmeter

    Brixmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur

    kadar glukosa dalam satu larutan saus. Cara penggunaannya adalah pertama klep dibuka,

    kemudian sampel diteteskan pada kaca dan klep ditutup kembali.

    Kadar glukosa dalam saus dapat dilihat melalui teropong

    penerapan. Sklala yang digunakan adalah 0-30o brix. setelah

    digunakan brixmeter dicuci menggunakan air.

    17. Keretak derek kaleng

    Alat ini berfungsi untuk mendistribusikan pan-pan

    yang berisi kaleng kosong untuk ditempatkan di meja-meja

    pengisian sehingga memudahkan membawa pan dalam

    jumlah banyak.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    31/63

    24

    IV. TATA LETAK PERUSAHAAN

    A. Pemilihan Lokasi

    Hal-hal yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik di PT. Maya Food Industries

    pekalongan, yaitu:1. Tenaga kerja dapat diserap dari penduduk sekitar

    2. Lokasi pabrik dekat dengan tempat pelelangan ikan sehingga memudahkan untuk

    mendapatkan bahan baku.

    3. Letak pekalongan tidak terlalu jauh dari pelabuhan Semarang maupun Jakarta untuk

    lalu lintas impor bahan baku dan bahan pembantu.

    4. Saran transportasi jalan yang baik sudah menggunakan aspal sehingga transportasi

    lebih lancer.

    5. Tersedianya fasilitas penyediaan listrik dari PLN.

    6. Tersediannya sumber air tahan yang mencukupi untuk proses pengalengan ikan.

    7. Lokasi pebrik dekat dengan sungai pekalongan sehingga memudahkan pembuangan

    limbah cair yang telah terlebihdahulu diolah.

    B. Skema Ruang Produksi

    Skema ruang produksi pengalengan ikan PT. Maya Food Industries secara garis besar

    dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

    1. Gudang bahan baku dan perawatan.

    2. Ruang operasi untuk thawing, pemotongan, pencucian dan pengisian.

    3. Ruang untuk operasi ekshausting sampai dengan proses sterilisasi.

    4. Ruang untuk penyelesaian dan penyimpanan produk.

    Lebih jelasnya skema ruang produksi pengalengan ikan PT. Maya Food Industri dapat

    dilihat pada lampiran.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    32/63

    25

    C. Aliran Bahan Proses Pengalengan ikan

    Pola aliran bahan pada proses pengalengan ikan sarden di PT. Maya Food Industries

    bergerak dari proses preparasi bahan baku sampai proses finishing di dalam ruang penyimpanan

    produk. Pola aliran bahan yang terbentuk merupakan kombinasi dari pola garis lurus dan pola

    zigzag.

    Pola aliran bahan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    1. Pola aliran zig zag: pola aliran ini terjadi pada ruangan thawing, pemotongan,

    pencucian dan pengisian. Terbentuknya pola aliran zig zag pada tahap preparasi

    bahan ini terjadi karena proses yang dibutuhkan lebih panjang dari pada ruang yang

    tersedia sehingga dilakukan penataan mesin dan peralatan dengan cermat agar semua

    mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk preparasi dapat tertampung dalam

    ruangan. Pola aliran zig zag pun terjadi pada proses penampungan kaleng pada bak

    penampungan kaleng, sterilisasi, pendinginan pada bak pendinginan dan finishing.

    2. Pola aliran garis lurus: pola aliran ini terjadi pada proses ekshausting, penirisan,

    pengisian saus, dan penutupan kaleng.

    Secara lebih jelasnya pola masing-masing tahap dapat dilihat pada lampiran.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    33/63

    26

    V. SARANA DAN PROSES PRODUKSI

    A. Bahan Baku

    Kendala yang dihadapi PT. Maya Food Industries yang menyebabkan kontinyuitas

    produksi terganggu adalah ketersediaan bahan baku. Hal ini dikarenakan ikan bersifat musiman

    disamping itu juga nelayan Indonesia masih menggunakan alat tradisional untuk menangkap

    ikan. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan mendatangkan bahan baku dari luar negeri untuk

    memenuhi kebutuhan produksinya.

    Bahan baku pengalengan ikan di PT. Maya Food Industries meggunakan ikan segar dan

    ikan beku. Ikan segar di beli dari para suplayer tetap yang berada di Pekalongan, Batang,

    Cirebon, Madura, PrigiTegal, Tuban,Bali, Probolinggo, dan Banten. Sedangkan ikan beku

    didatangkan dari luar negeri yang telah menjalin kerjasama seperti Jepang, Australia, scotlandia,

    Equador,Swedia, Cina, Thailand, dan Belanda. Ikan Layang beku kadang-kadang dibeli dari

    perusahaan pembekuan ikan di Jakarta dan Kalimantan.

    Pengalengan Ikan di PT. Maya Food Industries ada dua macam yaitu pengalengan ikan

    Mackerel dan pengalengan ikan Sarden. Bahan baku Pengalengan ikan Sarden yang digunakan

    adalah Sardinella longiceps (lemuru / cekong), Sardinella fimbriata ( tembang, jui), dan

    sardinella sirm (sembulak) sedangkan untuk pengalengan ikan mackerel jenis ikan yang

    digunakan adalah Scomber japonicus, Scomber scomber, Selengseng, Herring, dan Horse

    mackerel.

    B. Bahan Pembantu

    Bahan pembantu merupakan bahan tambahan yang sengaja ditambahkan dalam proses

    pengalengan ikan agar menambah cita rasa aroma sehingga tujuan produksi tercapai. Bahan

    pembantu yang digunakan pada proses produksi pengalengan ikan di PT. Maya Food Industries

    Pekalongan adalah:

    1. Air yang berasal dari sumur artesis dengan kedalaman 120 m, air yang digunakan untuk

    proses produksi harus memenuhi ketentuan syarat mutu air minum. Air ini berfungsi untuk

    mencuci, mengencerkan dan media perebus saus.

    2. Garam yang digunakan berupa garam halus beryodium yang di datangkan dari PT. Niaga

    Garam Cemerlang, Cirebon.

    3. Gula yang digunakan untuk memberi rasa manis pada saus , pemberian gula pada saus untuk

    ikan kaleng yang di ekspor ke Malasyia.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    34/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    35/63

    28

    C. Proses Produksi

    1. Tahap pengolahan

    Proses pengalengan ikan dimulai dari penanganan pendahuluan dan diakhiri dengan

    proses pengemasan. Secara garis besar pengolahannya dapat dilihat dalam skema proses

    pengalengan ikan pada Lampiran. Tahap-tahap pengolahannya adalah sebagai berikut.

    a. Penerimaan bahan baku

    Bahan baku ikan yang datang sebelumnya dilakukan sortasi oleh bagian Q.C (Quality

    Control) meliputi pengecekan fisik kualitas ikan, uji formalin, pengecekan kebenaran berat untuk

    ikan beku, bahan baku yang tidak memenuhi standar akan di kembalikan ke suplayer. Instruksi

    kerja sortasi bahan baku dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu ikan beku yang tidak langsung

    diolah dimasukan ke dalam cold storage dengan suhu -18 oC sampai -24 oC. Sedangkan untuk

    ikan segar yang tidak langsung diproduksi, disimpan dalam water chiller suhu 4 oC dan tidak

    boleh lebih dari 24 jam.

    b. Thawing

    Ikan beku yang terbungkus kardus yang akan diproses dari cold storage sebelumnya di

    thawing semalaman pada temperature ruangan, kebijakan ini diterapkan oleh supervisorproduksi

    untuk menghindari kerusakan bahan baku jika digunakan bak thawing. Instruksi kerja thawing

    dapat dilihat pada Lampiran.

    c. Penimbangan pertama

    Bahan baku yang telah dithawing kemudian dilakukan pembongkaran dan penimbangan.

    Sedangkan untuk ikan segar yang langsung diproduksi dibongkar dan ditimbang, hal ini

    dilakukan untuk mengetahui rendemen produk. Instruksi kerja pembongkaran dan penimbangan

    dapat dilihat pada Lampiran.

    d. Pemotongan dan Penyiangan

    Bahan baku yang telah ditimbang kemudian dipotong kepala dan ekornya. Pemotongan

    ini sekaligus sebagai proses penyiangan, hasil potongan ikan dipisahkan dengan usus, kepala

    dan ekor yang diletakan pada keranjang plastik yang berbeda. Untuk lebih jelasnya Instruksi

    Pemotongan ikan sarden dapat dilihat pada Lampiran.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    36/63

    29

    e. Pencucian

    Pencucian dilakukan untuk menghilangkan lendir, darah, dan kotoran yang tersisa.

    Setelah maupun sebelum dipotong. Cara pencucian dilakukan dengan menyiramkan air diatas

    tubuh ikan dengan menggunakan gayung. Sebelum ikan dipotong untuk melelehkan ikan yang

    masih beku setelah dithawing dan untuk menghilangkan kotoran yang berada pada tubuh ikan

    maupun meja pemotongan karena darah dan lendir hasil pemotongan, setelah ikan dipotong

    pencucian lanjutan dilakukan yang bertujuan untuk menghilangkan sisik ikan sardine yang di

    lakukan pada mesin Rotary Drum Washer. Instruksi kerja pencucian dengan mesin ini dapat

    dilihat pada Lampiran.

    f. Penimbangan kedua

    Ikan sarden yang keluar dari mesin penghilang sisik ini kemudian ditimbang hal ini

    dilakukan untuk mengetahui berat total ikan yang akan diolah setelah penghilangan isi perut,

    ekor, kepala dan sisik.

    g. Pengisian dalam kaleng/Filling

    Ikan yang telah dipotong dan dicuci selanjutnya dibawa kemeja pengisian. Untuk

    menjaga kualitas ikan sambil menunggu di isi dalam kaleng ikan yang keluar dari mesin Rotary

    Drum Washerdi taburi dengan es curah. Pengisian ikan kedalam kaleng dilakukan secara manual

    dengan menggunakan tangan satu persatu. Pengisian ikan kedalam kaleng dilakukan secara

    bersilang antara ekor dan bagian perut dengan posisi potongan kepala menghadap keatas dan

    ekor menghadap ke bawah dalam jumlah dan berat tertentu. Hal ini untuk menyisahkan ruang

    kosong head space yang berguna untuk menyediakan ruang yang cukup untuk pemuaian isi

    kaleng sewaktu sterilisasi. Kaleng-kaleng yang telah terisi kemudian disusun diatas pan, untuk

    kaleng besar 18 kaleng untuk kaleng kecil 38 kaleng, pan tersebut di beri kode kelompok permeja

    pengisian untuk memudahkan pengecekan jika terjadi kesalahan berat pengisian, kemudian pan-

    pan tersebut di distribusikan lewat konveyor menuju proses selanjutnya. Instruksi kerja

    penimbangan dan pengisian dapat dilihat pada Lampiran.

    h. Pengecekan berat hasil pengisian secara sampling

    Pan-pan yang berada di konveyor yang berisi ikan hasil pengisian kemudian secara

    random diperiksa beratnya. Jika terjadi kesalahan maka petugas akan memeanggil kode kelompok

    sesuai yang tertera pada pan yang terjadi kesalahan berat. Jika kesalahan berat ringan maka

    petugas pengecekan menstandarkan berat ikan. Pengecekan juga dilakukan dengan membuang air

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    37/63

    30

    yang berada dalam kaleng yang ikut masuk sewaktu pengisian ikan sebelum ditimbang. Instruksi

    kerja pemeriksaan berat hasil pengisian secara sampling dapat dilihat pada lampiran.

    i. Pemasakan awal (precooking)

    Pan-pan yang berisi ikan setelah proses pengecekan berat dibawa oleh mesin konveyor

    menuju mesin exhausting. Instruksi kerja mensin Blansir /Exhausting dapat dilihat pada

    lampiran. Tujuan precooking adalah untuk mendapatkan kondisi vakum pada daging sehingga

    daging akan kompak karena air dalam ikan keluar oleh uap yang berasal dari mesin

    blansir/exhaust box, selain itu dapat mengurangi aktivitas enzim dan mikrobia perusak.

    Proses pemasakan awal dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu: cara pertama

    dilakukan karena proses penirisan dilakukan secara manual dilakukan dengan meletakan pan-pan

    berisi ikan kedalam konveyor mesin exhaust box. Cara kedua dilakukan karena proses penirisan

    dilakukan secara otomatis dilakukan dengan cara meletakan kaleng-kaleng berisi ikan kedalam

    konveyor mesin exhauting. Suhu yang digunakan pada proses pemasakan awal ini sebesar 110 oC

    selama 30 menit dengan hasil suhu tengah ikan mencapai 70 oC. Instruksi kerja pemasakan awal

    dapat dilihat pada lampiran.

    j. Penirisan

    Kaleng-kaleng yang keluar dari mesin precooking kemudian dilakukan penirisan yang

    bertujuan untuk menghilangkan air yang keluar dari dalam tubuh ikan. Penirisan di PT. MFI

    dilakukan dengan dua cara, yaitu penerisan manual dan penirisan otomatis. Proses penirisan ini

    tergantung pada cara pemasakan pendahuluan yang dilakukan. Penirisan manual dilakukan

    dengan cara menutup bagian atas kaleng dengan pan yang berlubang-lubang, sedangkan penirisan

    secara otomatis berlangsung secara otomatis kaleng-kaleng yang keluar dari exhaust box masuk

    ke dalam konveyor yang konstruksinya dibuat miring sehingga kaleng-kaleng berjalan miring dan

    air yang ada dalam kaleng akan keluar. Instruksi kerja penirisan manual dapat dilihat pada

    lampiran.

    k. Pengisian medium saus

    Kaleng yang berisi ikan yang telah ditiriskan kemudian dilakukan pengisian medium.

    Medium yang dipakai adalah saus tomat. Instruksi pembuatan saus dapat dilihat pada lampiran.

    Saus yang telah masak dan mencapai kekentalan tertentu kemudian dialirakan dalam kondisi

    masih panas suhu 70-80oC melalui pipa-pipa pengisian saus. Pengisian dilakukan dengan cara

    kaleng yang telah ditiriskan dilewatkan konveyor yang diatasnya terdapat pipa-pipa pengeluaran

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    38/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    39/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    40/63

    33

    silver. Kaleng yang penyok bagian kepala tutupnya di rapikan dengan menggunakan kepala

    seamer dan palu.

    q.Pengemasan

    Kaleng-kaleng yang telah diberi kode dan di sortasi dari kerusakan kemudian dimasukan

    kedalam kardus sesuai jenis produk. Cara pengemasan yaitu dengan memasukan kaleng-kaleng

    kedalam kardus dengan posisi tutup kaleng berada dibagian atas dan diberi layer untuk memberi

    batas tiap sapnya. Kemudian karton diberi kode: tanggal produksi, batch retort, jenis ikan, dan

    asal kaleng.

    r.Penyimpanan dalam gudang

    Produk yang telah dikemas dalam kardus disimpan dalam gudang dengan cara

    ditumpukan diatas pallet-pallet yang terbuat dari belahan-belahan kayu yang ditata sedemikian

    rupa sehingga mudah dipindahkan. Pemberian pallet bertujuan untuk menghindari serangan

    hama dan udara lembab dari lantai gudang. Penumpukan pallet untuk untuk kaleng silinder 202

    dan kaleng oval kecil berjumlah 10 kardus, sedangkan kaleng silinder 301 dan kaleng oval besar

    berjumlah 8 kardus. Biasanya setelah proses pengepakan selesai kardus langsung dikirim ke

    distributor.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    41/63

    34

    IV. PERSYARATAN KELAYAKAN DASAR DALAM PENERAPAN HACCP

    DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES

    Aspek Kelayakan Dasar merupakan persyaratan dasar bagi penerapan HACCP yang

    meliputi Good Manufacturing practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedur

    (SSOP). Penerapan GMP dan SSOP di PT. Maya Food Industries, yaitu:

    A. Good Manufacturing practices (GMP)

    Prosedur Good Manufacturing practices (GMP) atau bagaimana cara berproduksi yang

    baik dan benar yang diterapkan pada PT. Maya Food Industries, Pekalongan sebagai berikut:

    1. Penerimaan Bahan baku

    a. Lokal

    Bahan baku yang diterima diwadahai dalam blong-blong plastik atau insulated

    box bercampur dengan es. Petugas penerima bahan baku langsung melakukan

    pemeriksaan kandungan formalin, kesegaran ikan, dan suhu pusat bahan baku.

    Selanjutnya dilakukan pembongkaran secara hati-hati, yaitu ikan dipindahkan

    kekeranjang dan langsung dilakukan penimbangan, penyortiran jenis dan penyortiran

    organoleptik.

    a. Import

    Bahan baku diangkut dengan menggunakan truk container yang dilengkapi

    dengan alat pendingin thermoking, bahan baku langsung dibongkar dan disimpan ke

    dalam cold storage yang sudah dibersihkan lebih dahulu. Petugas penerimaan bahan baku

    langsung melakukan pemeriksaan suhu container, suhu pusat bahan baku serta dokumen

    pengiriman yang meliputi jenis ikan, tanggal pengiriman, volume ikan dan darimana ikan

    berasal. Selanjutnya dilakukan sampling ikan untuk mengetahui kualitas, berat bersih dan

    ukuran ikan.

    2. Penyimpanan sementara

    Untuk mempertahankan kesegaran ikan yang baru dibongkar atau yang menunggu untuk

    diproses, ikan-ikan tersebut disimpan didalamfish water pool water chillerdengan penambahan

    es hingga suhu yang dicapai ( 04 )oC. Pemeriksaan suhu pada water chiller dilakukan secara

    periodik oleh petugas QC (Quality Control).

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    42/63

    35

    3. Tawing

    Thawing dilakukan bila bahan baku yang digunakan dalam keadaan beku. Pada tahap ini

    ikan dimasukan ke dalam bak thawing yang sudah dibersihkan terlebih dahulu hingga es pada

    ikan meleleh (suhu ikan maksimum 4oC). Ikan yang akan di thawing disesuaikan dengan waktu

    pelelehan ikan, kapasitas tempat thawing dan jumlah tenaga kerja yang dipakai. Jumlah ikan

    yang di thawing dicatat oleh petugas.

    4. Penyiangan dan pemotongan

    Pada tahap ini ikan dipotong tegak lurus pada pangkal kepala dan ekor serta isi perut.

    Penghilangan sisik ikan dilakukan (khusus ikan yang bersisik banyak) dengan menggunakan alat

    drum rotary whaser. Potongan ikan disesuaikan dengan ukuran kaleng yang digunakan.

    5. Penyortiran

    Penyortiran dilakukan untuk mengecek mutu dan pemisahan jenis ikan lain yang ikut

    terbawa pada saat proses penyiangan dan pemotongan.

    6. Pencucian

    Pada tahap ini ikan dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang

    mengalir. Pencucian dilakukan dengan hati-hati jangan sampai ikan rusak. Hasil pencucian ini

    akan dicek oleh petugas QC.

    7. Pengisian ikan ke dalam kaleng

    Pada tahap ini, sebelum potongan-potongan ikan dimasukan ke dalam kaleng, ikan-ikan

    tersebut ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan berat yang ditentukan. Cara pengisian ikan ke

    dalam kaleng yaitu, ikan diseling berlawanan antara ekor dengan kepala dan jika didalam

    pengisian terdapat potongan ikan yang kecil atau berlebih, maka potongan tersebut dimasukan ke

    dalam potongan ikan yang besar.

    8. Penimbangan

    Pada tahap ini dilakukan pengecekan berat timbangan pada proses sebelumnya.

    Pengecekan yang dilakukan yaitu, ikan ditimbang seberat (100-110) gr untuk kaleng silinder

    ukuran kecil dan ( 300-310) gr untuk kaleng silinder ukuran besar.

    9. Exhausting

    Pada tahap ini kaleng-kaleng yang berisi ikan dimasukan ke dalam exhaust box melalui

    belt conveyor, lamanya waktu pemasakan pada exhaust box disesuaikan dengan ukuran kaleng

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    43/63

    36

    dan jenis ikan yang digunakan. Petugas QC melakukan pemeriksaan suhu exhaust box, kecepatan

    jalannya conveyor, panas yang diberikan, dan kebersihan exhaust box.

    10. Penirisan

    Setelah kaleng ikan keluar dari exhaust box kemudian dilakukan penirisan. Penirisan

    dilakukan dengan cara menutup permukaan kaleng yang terbuka dengan pan berlubang dan

    kemudian dibalikan hingga cairan yang terdapat pada kaleng terbuang. Petugas mencatat jumlah

    kaleng yang ditiriskan.

    11. Pengisian saus

    Pengisian saus dilakukan dengan cara melewatkan kaleng-kaleng pada belt conveyor

    menuju ke alat pengisian saus. Saus diisikan sampai terbentuk head space yang diinginkan yaitu

    10 % dari tinggi saus. Saus yang diisikan masih dalam keadaan panas dengan suhu (65-75)oC.

    petugas QC melakukan pengecekan tinggi head space dan suhu saus.

    12. Penutupan kaleng

    Penutupan kaleng ikan menggunakan mesin double seamer, sebelum digunakan mesin

    tersebut dilakukan pengecekan terlebih dahulu agar dalam penggunaannya sesuai dengan yang

    diharapkan. Petugas QC melakukan pengecekan dari hasil seaming setiap satu jam sekali, selain

    itu juga dilakukan pengecekan spesifikasi kaleng setiap empat jam sekali.

    13. Pencucian kaleng

    Pencucian kaleng dilakukan dengan cara melewati kaleng-kaleng pada alat pencuci

    otomatis yang memancarkan air hangat bercampur dengan detergen dan dilengkapi dengan sikat

    pencuci. Tujuan dari tahap ini yaitu, untuk membersihkan sisa-sisa saus dan serpihan daging yang

    masih melekat pada dinding luar kaleng.

    14. Sterilisasi

    Sterilisasi dilakukan dengan cara memasukan kaleng-kaleng ke dalam retort horizontal

    dengan menggunakan tekanan dan uap panas. Petugas sterilisasi melakukan pengecekan terhadap

    suhu, lamanya waktu sterilisasi, tekanan dalam retort dan steam ( uap panas), hasil pengecekan

    pada sterilisasi tertera pada papan retort.

    15. Pendinginan

    Pendinginan dilakukan secepatnya dengan cara memasukan keranjang yang berisi kaleng

    ke dalam bak pendingin selama (20-30) menit, kemudian dikeringkan pada tempat yang bebas

    dari kondensasi minyak, debu dan kotoran lainnya.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    44/63

    37

    16. Pengepakan

    Sebelum dilakukan pengepakan dan pemberian kode produksi dilakukan penyortiran

    kaleng dari kerusakan. Pengepakan atau pengemasan dengan cara kaleng-kaleng yang telah

    dibersihkan dan diberi kode produksi kemudian disusun ke dalam kardus samapi jumlahnya

    sesuai, selanjutnya kardus ditutup dengan pita perekat dan di ikat dengan straping band serta

    diberi cap yang mencantumkan expaired date, jenis ikan dan nama perusahaan. Petugas pada

    bagian ini melakukan pencatatan jumlah kaleng yang rusak dan jumlah kaleng yang dipakai.

    B. Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)

    Prosedur operasi standar sanitasi atau SSOP merupakan prosedur yang selalu digunakan

    pada pengolahan makanan untuk membantu menyelesaikan tujuan secara keseluruhan didalam

    memelihara GMP pada produksi makanan ( Dirjen Perikanan, 2000).

    Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) atau Prosedur operasi standar sanitasi

    yang diterapkan pada PT. Maya Food Industries, Pekalongan sebagai berikut:

    1. Kebersihan peralatan

    Pembersihan dan pencucian peralatan dilakukan pada saat akan, sedang, dan akhir

    proses serta pada saat istirahat dengan air bersih mengalir dari kran bertekanan.

    2. Kebersihan lantai dan dinding

    Lantai dan dinding disikat,disapu, dan dibersihkan dengan soda caustic dan air

    bersih dari kran bertekanan.

    3. Bak pencuci kaki dan tangan

    a. Terletak pada pintu keluar masuk ruang proses produksi

    b. Bak pencuci tangan diberi larutan klorin 50 ppm dan sabun untuk cuci tangan serta

    100 ppm untuk cuci kaki.

    4. Kelengkapan kerja

    a. Semua pekerja diharapkan memakai pakaian dan perlengkapan kerja saat kerja

    b. Petugas Quality control akan memeriksa semua perlengkapan pekerja sebelum masuk

    ruang kerja (Proses produksi).

    5. Toilet

    a. Toilet selalu dijaga dalam keadaan bersih dan berfungsi baik. Toilet dilengkapi dengan

    peralatan misalnya gayung dan alat pembersih ( sikat, sapu)

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    45/63

    38

    b. Petugas sanitasi toilet bertanggung jawab membersihkan dan menjaga kebersihannya

    serta memeriksa kelengkapan peralatannya.

    6. Limbah cair dan padat

    a. Tersedianya UPL ( Unit Pengolahan Limbah) yang sesuai dengan peraturan

    b. Tersedianya tempat penampungan sampah dan tempat pembuangan limbah yang

    cukup memadai, sehingga dapat mencegah kontaminasi silang.

    7. Persediaan air dan es

    a. Adanya persediaan air yang sesuai dengan persyaratan

    b. Es yang dibeli harus terbuat dari air bersih yang sesuai dengan persyaratan

    c. Dihindarkan hubungan silang antara air bersih dan air kotor.

    8. Pemberantasan hama

    a. Tidak ada hama dan serangga pada area pabrik

    b. Menyediakan plastikcurtain untuk semua pintu keluar masuk pada ruang produksi

    c. Membuat perangkap tikus dan serangga

    d. Adanya lampu perangkap dan pembasmi serangga.

    9. Penggunaan bahan kimia

    a. Bahan kimia disimpan dalam ruang tertentu ( terpisah dari ruang produksi )

    b. Tidak menggunakan bahan kimia terlarang.

    10. Tata lokasi pabrik

    a. Mencegah kontaminasi pada produk

    b. Adanya perubahan harus dikonsultasikan terlebih dahulu.

    11. Kesehatan personel

    a. Pekerja baru harus mendapatkan sertifikat kesehatan bebas dari penyakit menular dan

    infeksi

    b. Pekerja diberikan pengarahan mengenai kesehatan pribadi

    c. Pekerja dilarang berperilaku jelek seperti meludah, bercakap-cakap dan merokok

    diruang produksi.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    46/63

    39

    VII. SISTEM DAN PENERAPAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

    A. Pembentukan Tim HACCP

    Tugas dari tim HACCP adalah menyusun rancangan HACCP (HACCP plan),

    menerapkan, memonitor serta melakukan verifikasi terhadap penerapannya. Langkah-langkah

    yang harus dilakukan tim HACCP adalah :

    1. Mengidentifikasi semua bahaya yang mungkin timbul pada setiap tahapan proses dan

    kemungkinan penyebabnya

    2. Mengkategorikan jenis bahaya

    3. Mencari keterkaitan antara bahaya dengan penyebabnya dengan menerapkan SSOP dan

    GMP

    4. Menentukan besarnya peluang terjadinya bahaya dan tingkat keseriusan bahaya.

    B. Deskripsi Produk

    1. Nama produk

    Produk Ikan kaleng PT.Maya Food Industries yaitu: Sarden Kaleng dan Mackerel

    kaleng.

    2. Bahan baku

    Bahan baku berupa ikan mackerel dari jenis :Herring holland,Herring australia ,

    Scomber scomber, Scomber japanicus , dan Horse mackerel, layang, Teros, Ketombo,Bentong, Lemuru, Jui, Balo, dan Sembulak. Serta ikan Sarden dari spesies: Sardinella

    longiceps (lemuru / cekong), Sardinella fimbriata ( tembang, jui), dan Sardinella sirm

    (sembulak).

    3. Penerimaan bahan baku

    Bahan baku yang digunakan ada dua macam yaitu ikan segar dan ikan beku yang

    didatangkan dari luar negeri maupun dalam negeri. Bahan baku ikan segar diterima

    ditampung dalam blong-blong plastik atau insulated box bercampur dengan es. Petugas

    penerima bahan baku langsung melakukan pemeriksaan kandungan formalin, kesegaran

    ikan, dan suhu pusat bahan baku.

    Sedangkan bahan baku dalam keadaan beku diangkut dengan menggunakan truk

    container yang dilengkapi dengan alat pendingin thermoking, bahan baku langsung

    dibongkar dan disimpan ke dalam cold storage.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    47/63

    40

    4. Metode pengawetan

    Metode pengawetan yang digunakan adalah sterilisasi. Suhu dan yang digunakan

    tergantung jenis produk dan jenis kaleng.

    5. Produk akhir

    Produk akhir berupa Botan Mackerel in Tomato Sauce, Botan Sardines Goreng

    Sambal,Botan Sardines in Tomato Sauce,Sesibon Sardines in Tomato Sauce, Botan

    Sardines Premium in Tomato Sauce, Ranesa Mackerel Merah in Tomato Sauce, Ranesa

    Mackerel Hijau in Tomato Sauce, Ranesa sardines Merah in Tomato Sauce.

    6. Bahan Tambahan

    Pasta tomat, garam, gula, minyak sayur, CMC (Modified Corn Starch)

    7. Tipe bahan pengemas

    Bahan kemasan berupa kaleng dengan dua macam jenis yaitu kaleng silinder

    besar 301x407 dan Silinder kecil 202 x 308.

    8.Persyaratan penyimpanan

    Produk kaleng disimpan pada suhu kamar.

    9. Daya awet produk

    Pada suhu kamar produk kaleng bertahan sampai tiga tahun.

    10 . Label/spesifikasi

    Label yang terdapat pada bahan pengemas berisi informasi mengenai: nama

    brand, informasi nutrisi, berat bersih,berat kering, ingredient, nama perusahaan pembuat,

    nama perusahaan pengimport, nomer halal, dan informasi kedaluarsa.

    11. Penggunaan produk

    Produk dapat dikonsumsi sebagai lauk pauk.

    12. Pemasaran

    Lokal dan ekspor .

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    48/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    49/63

    42

    D. Pemeriksaan Bagan Alir Proses

    Setelah bagan alir proses mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari ketua tim

    HACCP, diagram alir proses disesuaikan dengan kenyataan yang ada dilapangan. Tahap-tahap

    proses yang terjadi dilapangan disesuaikan dengan pedoman pengolahan yang baik (GMP).

    Seluruh proses pengalengan ikan yang ada di PT. Maya Food Industries seluruhnya sudah sesuai

    dengan diagram alir proses sebagaimana tertera dalam HACCP plan. Dari pemeriksaan diagram

    alir ini juga memungkinkan mengadakan perubahan diagram alir jika diperlukan.

    E. Identifikasi Bahaya

    Pengidentifikasian bahaya dilakukan pada tiap tahapan proses dan pada bahan, baik

    bahan baku ataupun bahan penunjang. Potensi bahaya adalah resiko atau peluang adanya sifat-

    sifat pada bahan pangan yang tidak dapat diterima secara biologis, kimia, dan fisik yang mana

    dapat menyebabkan terganggunya kesehatan konsumen atau penyimpangan produk dari kriteria

    yang telah ditentukan.

    Beberapa potensi bahaya yang terdapat pada tiap tahapan proses adalah sebagai berikut:

    1. Penerimaan Bahan Baku (receiving) dan Penyimpanan

    a. Penanganan yang tidak hati-hati dapat menyebabkan kerusakan fisik

    b. Bahan baku mengandung zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.

    c. Kemungkinan terjadinya kontaminasi mikrobia pada ikan.2. Thawing

    Perendaman yang lama pada saat thawing dapat menyebabkan ikan terlalu lembek.

    3. Pemotongan

    a. Kenaikan temperatur selama proses pemotongan dapat memicu pertumbuhan bakteri dan

    dekomposisi senyawa kimia dalam tubuh ikan

    b. Kontaminasi bakteri dari alat pemotong, karyawan, dan lingkungan menyebabkan

    pertumbuhan bakteri

    c. Pemotongan kepala yang berlebihan dapat mengurangi mutu ikan

    d. Kontaminasi silang yang disebabkan oleh kepala, ekor dan usus yang ada diatas meja dan

    juga dari ikan yang jatuh ke lantai

    4. Pencucian

    a. Kerusakan akibat tertumpuk pan dapat menyebabkan raw material rusak atau broken.

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    50/63

    43

    b. Pencucian yang tidak bersih dari darah dan isi perut dapat menyebabkan pertumbuhan

    bakteri.

    c. Keranjang pengumpul dan bak pencucian yang kotor menyebabkan pertumbuhan

    bakteri.

    5. Pengisian ikan

    a. Posisi ikan yang tidak berlawanan dalam kaleng menyebabkan medium saus tidak

    meresap dengan baik dalam ikan.

    b. Kontaminasi logam yang tersian dari kaleng yang tidak disiram terlebih dahulu sebelum

    pengisian ikan

    c. Kontaminasi bakteri dari meja pengisian, pan yang kurang bersih, karyawan, dan

    lingkungan menyebabkan pertumbuhan bakteri

    d. Kontaminasi silang yang disebabkan oleh pemotongan yang kurang sempurna sehingga

    ekor ikan masih tersisa.

    e. Berat filling yang tidak standard dan kesalahan dalam penimbangan (human error)

    ataupun kerusakan alat dapat menurunkan merugikan konsumen.

    6. Exhausting/ pemasakan awal (Precooking)

    Penghilangan udara yang tidak sempurna menyebabkan ikan masih lembek dan hancur.

    7. Penirisan

    Masih terdapat cairan dalam kaleng menyebabkan pengisian medium tidak sempurna.

    8. Pengisian saus

    a. Kontaminasi dari lingkungan dan pekerja yang tidak bersih menyebabkan mikrobia dapat

    tumbuh

    b. Kontaminasi silang dari bahan kimia dari proses pembuatan saus yang tidak sesuai

    prosedur .

    9. Penutupan kaleng

    a. Kontaminasi dari pelumas mesin yang terikut dalam proses penutupan yang kurang

    bersih menyebabkan rasa saus berbau oli.

    b. Mesin yang macet dapat menyebabkan penutupan kurang sempurna sehingga mikrobia

    dapat masuk dalam kaleng.

    10. Pencucian kaleng

    a. Kontaminasi Kimia dari bahan pencuci kaleng

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    51/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    52/63

    45

    transportasi dimungkinkan terjadi oleh karena itu pihak Quality control akan mengecek

    keberadaan kontaminasi jika ada bahan baku yang terkontaminasi kemudian bahan baku

    tersebut dieliminasi dan dikembalikan ke suplayar pada saat itu jiga.

    2. Pemasakan awal ( Precooking)

    Pemasakan awal atau precooking memegang peranan penting untuk proses berikutnya

    jika pemasakan awal kurang sempurna karena uap yang kurang panas dan tekan yang kurang

    dari standar maka akan menyebabkan kevakuman ikan yang kurang, sehingga ikan dalam

    kondisi lembek dan menyebabkan struktur ikan akan mudah hancur untuk proses selanjutnya.

    3. Pengisian saus

    Pengisian saus yang berlebihan akan meyebabkan penutupan yang kurang sempurna dan

    akan berpengaruh pada hasil akhir pengalengan. Pengisian medium kaleng harus mengikuti

    batas head space yang telah ditentukan yaitu 10% dari tinggi kaleng, suhu saus harus dalam

    kondisi panas minimum 70 oC.

    4. Penutupan kaleng

    Penutupan kaleng yang kurang sempurna akan menyebabkan mikrobia dapat masuk

    kedalam isi kaleng sehingga produk yang dikalengkan tidak bisa tahan dalam waktu yang

    lama.

    5. Sterilisasi

    Proses sterilisasi harus dipantau dengan baik karena proses ini merupakan faktor

    pengendali kritis yang menentukan keberhasilan proses pengalengan. Suhu dan tekanan serta

    lamanya proses ini ditentukan berdasarkan jenis ikan dan mikrobia berbahaya yang

    membahayakan bagi konsumen jika dikonsumsi. Proses ini juga jika terlalu lama akan

    menyebabkan ikan menjadi gosong atau overcooking sehingga dapat merugikan produsen.

    G. Prosedur Pemantauan Critical Control Point

    Batas kritis merupakan tetapan/ambang yang tidak boleh dilampaui atau dilewati dan

    harus diawasi pada setiap CCP. Dengan kata lain batas kritis merupakan titik yang telah

    ditetapkan dan tidak boleh dilampaui apabila tahap tersebut merupakan CCP untuk mengontrol

    bahaya. Batas krtitis merupakan toleransi yang menjamin bahwa bahaya dapat dikontrol

    (Anonim, 2002).

    1. Penerimaan bahan baku dan penyimpanan

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    53/63

    46

    Batas kritis pada proses ini adalah semua bahan baku yang diterima harus tidak busuk

    tidak berbau tengik dan terbebas dari mikrobia dan zat kimia yang berbahaya.

    2. Exhausting

    Batas kritis pada proses ini adalah suhu yang digunakan (100-110)oC selama 30 menit,

    tidak ada bau busuk, tidak ada goresan, dan suhu pusat ikan min 75oC.

    3. Pengisian saus

    Batas kritis pada proses ini adalah head space max 10 % dari tinggi kaleng dan suhu saus

    minimum 70oC.

    4. Penutupan kaleng

    Batas kritis pada proses ini adalah double seam harus standar dan tidak ada karat atau

    benda asing.

    5. Sterilisasi

    Batas kritis pada proses ini adalah suhu sterilisasi herring 116 oC, Scomber 115 oC

    selama 90 menit dengan tekanan 0,7 kg/cm2, No. Bact retor yang terpasang dengan kode

    ikan sesuai dengan jenis ikan.

    H. Penentuan Prosedur Monitoring

    Prosedur monitoring yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin

    bahwa batas kritis tidak terlampaui. Mencakup jadwal pengujian atau pengamatan yang dicatat

    oleh petugas perusahaan dalam hal ini QC staff untuk tiap laporan dari temuan di tiap CCP

    (Anonim, 2002).

    Prosedur monitoring CCP pada pengalengan ikan di PT.Maya Food Industries :

    1. Penerimaan bahan baku dan penyimpanan

    a. Objek : mutu organoleptik ikan

    b. Cara : cek mutu organoleptik

    c. Subjek : manajer bagian penyimpanan

    d. Frekuensi : tiap penerimaan dan pembongkaran ikan

    e. Pengendalian : sortasi ikan dan penjagaan suhu coldstorage -18 oC

    2. Exhausting

    a. Objek : suhu dan waktu pemasakan,mutu ikan setelah pemasakan, dan

    body kaleng

    b. Cara : cek suhu dan waktu, cek mutu ikan, dan cek body kaleng

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    54/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    55/63

    48

    b. Penurunan suhu cold storage.

    2. Exhausting

    a. Penagaturan kran steam

    b. Sortasi ikan busuk setelah exhausting

    c. Isi pan

    d. Isi kaleng.

    3. Pengisian saus

    a. Penambahan atau pengurangan saus

    b. Pemasukan kembali saus.

    4. Penutupan kaleng

    a. Operasi penutupan dihentikan

    b. Seamerdiperbaiki

    c. Operasi ulang.

    5. Sterilisasi

    a. Pengaturan waktu,suhu, tekanan sesuai standar

    b. Penelusuran no.batch

    c. Penulisan kode ikan.

    J. Tindakan Verifikasi

    Verifikasi adalah implementasi dari prosedur, pengujian dan bentuk evaluasi lain, sebagai

    tambahan untuk pemantauan kesesuaian dengan rancangan HACCP. Meliputi verifikasi internal

    dan eksternal, verifikasi internal berupa tindakan peninjauan ulang yang dilakukan secara

    periodik oleh petugas perusahaan untuk menentukan keefektifan secara keseluruhan dalam

    rancangan HACCP, sedangkan verifikasi eksternal biasanya dilakukan oleh lembaga sertifikasi.

    Verifikasi internal dilakukan oleh manajer Quality Control setiap hari untuk memastikan

    bahwa proses telah sesuai dengan HACCP plan. Sedangkan verifikasi eksternal, dikenal juga

    dengan audit verification biasanya dilakukan oleh petugas pemerintah terhadap keefisienan

    perusahaan dalam melaksanakan rancangan HACCP yang telah diaudit.

    1.Penerimaan bahan baku dan penyimpanan

    a. Catatan mutu organoleptik

    b. Catatan suhu cold storage

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    56/63

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    57/63

    50

    VIII. PEMBAHASAN

    A. Kelayakan Dasar Proses Pengalenga Ikan PT Maya Food Industries

    Penerapan HACCP harus didukung oleh penerapan GMP dan SSOP. Menurut Fardiaz

    1997, dalam Anonim (2002), Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau Good

    Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu pedoman cara berproduksi makanan yang

    bertujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk

    menghasilkan produk makanan bermutu dan sesuai dengan tuntutan konsumen.

    Melalui penerapkan GMP diharapkan produsen pangan dapat menghasilkan produk

    makanan yang bermutu, aman dikonsumsi, atau sesuai dengan tuntutan konsumen, bukan hanya

    konsumen lokal melainkan juga konsumen global. Sedangkan SSOP (Standart Sanitation

    Operation Procedures) berisi tentang prosedur sanitasi standar yang digunakan perusahaan

    dalam operasional yang dalam hal ini berupa produksi pembekuan. Teknis penerapan GMP dan

    SSOP ini secara umum telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Perikanan tahun 1974. Selain itu,

    berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 01 tahun 2002 tentang Sistem

    Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan, syarat suatu perusahaan pengolahan perikanan untuk

    mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) adalah telah memenuhi persyaratan

    kelayakan dasar seperti SSOP dan GMP.

    Sertifikasi kelayakan pengolahan adalah penting karena menunjukkan bahwa proses

    pengolahan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan kelayakan dasar. Selain itu, surat

    Kelayakan Pengolahan ini akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk memperoleh

    dokumen jaminan mutu yang berupa sertifikat mutu.

    Peninjauan oleh DKP dilakukan dengan memperhatikan peringkat atau nilai dari Surat

    Kelayakan Pengolahan yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Untuk perusahaan yang

    memiliki nilai Surat Kelayakan Pengolahan (A), peninjauan dilakukan setelah 3 tahun terhitung

    setelah Surat Kelayakan Pengolahan diberikan, 2 tahun untuk Surat Kelayakan Pengolahan

    dengan nilai (B), dan 1 tahun jika nilai Surat Kelayakan Pengolahan (C). Bagi perusahaan yang

    baru mengajukan Surat Kelayakan Pengolahan, sertifikat ini dijadikan sebagai rekomendasi bagi

    lembaga-lembaga sertifikasi HACCP untuk mendapatkan sertifikat HACCP.

    PT. Maya Food Industries mendapatkan nilai Surat Kelayakan Pengolahan (B) sehingga

    peninjauan oleh DKP dilakukan setiap dua tahun sekali. Nilai Surat Kelayakan Pengolahan ini

  • 8/12/2019 penerapanhaccppadapengalenganikansardindipt-131213032854-phpapp01

    58/63

    51

    menunjukkan tingkat efektifitas perusahaan terhadap komitmen mereka dalam usaha

    mengendalikan mutu produk, termasuk di dalamnya mutu kerja para karyawan. Nilai Surat

    Kelayakan Pengolahan ini tidak terlalu berpengaruh bagi PT.MFI dalam pemasaran produknya.

    Hal tersebut dikarenakan PT.MFI telah memiliki buyer tetap yang telah bekerja sama dengan

    PT.MFI sejak pertama kali PT.MFI berdiri sehingga telah terjalin kongsi dagang yang kuat.

    Nilai (B) untuk Surat Kelayakan Pengolahan yang didapatkan perusahaan ini

    kemungkinan dikarenakan dua hal, pertama, masih rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar

    karyawan sehingga kesadaran karyawan mengenai mutu dan usaha pengendalian mutu juga

    cukup rendah. Hal tersebut dapat dilihat terutama didalam ruang proses, karyawan seringkali

    tidak disiplin dan terlihat menyepelekan GMP dan SSOP yang telah ditetapkan perusahaan.

    B. Penerapan HACCP di PT.Maya Food Industries

    Hazard Analysis of Critical Control Point atau HACCP menurut Codex Alimentarius

    Commission dalam Anonim (2004) adalah suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan