9
Abst rak - Pener i maan di ri mer upakan kondisi ket i ka seseor ang mampu mener i ma segal a aspek t ent ang di ri nya tanpa membenci di r i nya sendiri. Pener i maan di r i menj adi sangat sul i t di masa- masa r emaj a dan membut uhkan dukungan dar i keluarga. Namun pembentukan kel uar ga bar u dapat membuat r emaj a mengal ami kesulit an yang l ebi h dalam untuk menumbuhkan pener i maan di r inya. Penel it i an ini ber t uj uan unt uk mendeskr ipsi kan pener i maan diri r emaj a yang memi l i ki keluar ga t i r i ser t a menget ahui f aktor- f akt or yang menunjang pener i maan di r i r emaj a yang memi l i ki keluarga tir i. Met ode yang di gunakan dal am penelit i an ini adal ah kuali t at if dengan di sai n st udi kasus. Pr oses pengambilan dat a dilakukan dengan observasi par ti sipan dan juga wawancar a mendal am. Subj ek dalam peneli ti an ini adal ah remaja laki- laki dan per empuan yang memi l i ki kel uar ga t ir i. Hasil anal i si s penel iti an menunjukkan bahwa kedua subjek yang memili ki keluar ga t i r i memil i ki pener i maan di r i yang berbeda meski pun keduanya sama- sama mendapatkan penol akan dar i kel uarga ti r i nya. Subj ek per empuan memil i ki pener i maan dir i yang bai k sement ara it u subjek l aki - l aki kurang memi li ki pener i maan di r i. Usia dan jeni s kel ami n subjek menj adi fakt or yang berper an. Fakt or l ai n yang juga mendukung pener i maan dir i nya adal ah dukungan sosi al , berf ikir posi t if, pemahaman di r i , konsep di r i posi t if, memiliki keberhasil an dal am bi dang tert entu, har apan r ealist is, ser ta t idak memili ki str ess yang ber at . Kat a kunci : pener imaan di r i, r emaja, keluar ga t i r i PSIKOI SLAMI KA. Jurnal Psi kologi I sl am ( JPI ) copyr i ght © 2016 Pusat Peneli t i an dan Layanan Psi kol ogi. Volume 13. Nomor 1, Tahun 2016 PENDAHULUANmemegang t anggung jawab yang penti ng bagi Ket i dakmatangan dal am hubungan keluargaper kembangan mental anak (Not osoedi r dj o & pada masa remaj a merupakan bahaya psikol ogisLatipun, 2007) . Dalam li ngkup kehi dupan anak kar ena pada saat r emaj a lah anak l aki -laki dankel uarga mempunyai tugasmeneruskan norma- norma perempuan merasa sangat t idak percaya di r i sehi ngadan budaYa hiduP- Dal am sosial i sasi domesti c at au membut uhkan dorongan dan per li ndungan dar i pi haksosi ali sasi yang t er j adi dal am li ngkungan keluarga kel uarga ( Hurlock, 1980). Kel uarga mer upakan sat uanak daPat mengenal akan di r i nya sendi r i, siapa dia, unit t erkeci l yang per t ama kal i di kenal oleh anak. ser t a bagai mana dia mengadakan suat u konsepsi di r i Kel uarga memi l i ki peranan yang sangat penti ng unt ukdan mengenal apa yang di a mampu dan di a t idak kelangsungan hidup anak, mul ai dar i menyedi akanmamPu l akukan ****t umt xna dalam pembent ukan r asa aman hi ngga membentuk kar akt er di r i anak.kepr i badi an anak ( Notosoedi rdjo dan Latipun, 2007). Ar ti keluarga untuk anak sendi r i j uga sangatl ahDenan tuSas VanS diemban ol eh kel uar ga t ersebut pent i ng, kar ena sel ai n member ikan jami nansangatlah sulit j i ka hanya dij al ankan ol eh keluar ga per t umbuhan f isi k kepada anak, kel uar ga j ugaVanS t idak memil i ki anggot a l engkap didal amnya Jurnal Psi koisl amika I Vol ume 13 Nomor 1 Tahun 201629 Fat i hul Muf i datu Z, Yuli a Sholi chatun, shol ihah. y@gmail.com Fakult as Psikologi Univer sit as Isl am Neger i ( UIN) Maul ana Mal i k I brahim Malang PENERI MAAN DI RI REMAJA YANG MEMI LIKI KELUARGATI RI

PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Abstrak - Penerimaan diri merupakan kondisi ketika seseorang mampu menerima segala aspektentang dirinya tanpa membenci dirinya sendiri. Penerimaan diri menjadi sangat sulit di masa-masa remaja dan membutuhkan dukungan dari keluarga. Namun pembentukan keluarga barudapat membuat remaja mengalami kesulitan yang lebih dalam untuk menumbuhkan penerimaandirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerimaan diri remaja yang memilikikeluarga tiri serta mengetahui faktor-faktor yang menunjang penerimaan diri remaja yangmemiliki keluarga tiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengandisain studi kasus. Proses pengambilan data dilakukan dengan observasi partisipan dan jugawawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuanyang memiliki keluarga tiri. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek yangmemiliki keluarga tiri memiliki penerimaan diri yang berbeda meskipun keduanya sama-samamendapatkan penolakan dari keluarga tirinya. Subjek perempuan memiliki penerimaan diri yangbaik sementara itu subjek laki-laki kurang memiliki penerimaan diri. Usia dan jenis kelamin subjekmenjadi faktor yang berperan. Faktor lain yang juga mendukung penerimaan dirinya adalahdukungan sosial, berfikir positif, pemahaman diri, konsep diri positif, memiliki keberhasilandalam bidang tertentu, harapan realistis, serta tidak memiliki stress yang berat.

Kata kunci: penerimaan diri, remaja, keluarga tiri

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2016 Pusat Penelitian dan Layanan

Psikologi. Volume 13. Nomor 1, Tahun 2016

PENDAHULUANmemegang tanggung jawab yang penting bagiKetidakmatangan dalam hubungan keluargaperkembangan mental anak (Notosoedirdjo &

pada masa remaja merupakan bahaya psikologisLatipun, 2007). Dalam lingkup kehidupan anakkarena pada saat remaja lah anak laki-laki dankeluarga mempunyaitugasmeneruskan norma-normaperempuan merasa sangat tidak percaya diri sehingadan budaYa hiduP- Dalam sosialisasi domestic ataumembutuhkan dorongan dan perlindungan dari pihaksosialisasi yang terjadi dalam lingkungan keluargakeluarga (Hurlock, 1980). Keluarga merupakan satuanak daPat mengenal akan dirinya sendiri, siapa dia,unit terkecil yang pertama kali dikenal oleh anak.serta bagaimana dia mengadakan suatu konsepsi diriKeluarga memiliki peranan yang sangat penting untukdan mengenal apa yang dia mampu dan dia tidakkelangsungan hidup anak, mulai dari menyediakanmamPu lakukan ****tumt xna dalam pembentukanrasa aman hingga membentuk karakter diri anak.kepribadian anak (Notosoedirdjo dan Latipun, 2007).

Arti keluarga untuk anak sendiri juga sangatlahDenan tuSas VanS diemban oleh keluarga tersebutpenting, karena selain memberikan jaminansangatlah sulit jika hanya dijalankan oleh keluargapertumbuhan fisik kepada anak, keluarga jugaVanS tidak memiliki anggota lengkap didalamnya

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201629

Fatihul Mufidatu Z,Yulia Sholichatun,

[email protected] Psikologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

PENERIMAAN DIRI REMAJAYANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Page 2: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Jurnal Psikoislamika | Volume 13 Nomor 1 Tahun 201630

unsur yang akan mengubah pola hidup yang sudahdibentuknya, terutama bila dalam dirinya telahberkembang sikap yang tidak senang terhadaporangtua tiri. Sebaliknya, anak-anak yang lebihmuda dapat menyetujui kehadiran orangtua tiri(Hurlock, 1980).

Anak-anak jarang memandang orang tua tirisebagai orang tua yang sebenarnya karena biasanyaanak-anak mempertahankan kesetiaan yang kuatterhadap orang tua biologis mereka, (Hurlock,1980). Hal tersebut sejalan dengan temuan penelitiyang didapatkan melalui wawancara dengan remajayang memiliki orangtua tunggal. Subjek mengakutidak setuju jika orang tua mereka menikah lagidengan orang lain, bahkan mereka lebih memilihdiasuh hanya oleh orangtua tunggal daripada harusdengan orangtua tiri.

Ketika anak memasuki usia remaja makaakan sangat sulit untuk membuatnya tetap baik-baik saja dalam kehidupannya dengan keluargatiri sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasilpenelitian Yurika (2014). Penelitian yang berjudulPencapaian Identitas Remaja yang Memiliki Ibu Tirimenyimpulkan bahwa pencapaian identitas remajayang memiliki ibu tiri adalah kurang baik (Yurika,2014). Namun menurut Hurlock (1978) pencapaianidentitas diri yang kurang baik dapat dicegah jikaremaja memiliki penerimaan diri yang baik. Semakinbanyak orang yang menyukai dan menerima mereka,maka remaja akan semakin senang dengan dirinyasendiri serta semakin kuat menerima dirinya yanghal tersebut dapat menunjang penyesuaian pribadidan sosial yang baik.

Penerimaan merupakan dasar bagi setiap oranguntuk dapat menerima kenyataan dalam hidupnyadari mulai pengalaman yang baik maupun pengalamanyang buruk. Penerimaan ditandai dengan adanya sikapyang positif, adanya pengakuan atau penghargaanterhadap nilai-nilai individual tetapi menyertakanpengakuan terhadap tingkah lakunya. (Kubler Ross,1998) Penerimaan merupakan salah satu karakteristikyang dimiliki oleh orang yang memiliki kepribadianyang sehat. Dimana dari penerimaan itu sendiriterdapat beberapa jenis, mulai dari penerimaanterhadap kenyataan, penerimaan terhadap tanggungjawab, penerimaan sosial, penerimaan dalam controlemosi. (Hurlock, 1992).

Jersild (dalam Hurlock, 1973; 1976) menegaskanbahwa orang yang memiliki penerimaan diri akanmemiliki penilaian yang realistis terhadap dirinyasendiri, memiliki apresiasi yang positif tentangdirinya sendiri, yakin dengan dirinya sendiri tapa

yang berperan sebagai ayah maupun ibu. Denganhanya satu orang tua saja dapat menyebabkantugas yang dimiliki oleh keluarga tidak dapat secarasempurna disampaikan kepada anak.

Pengaruh rumah tangga yang pecah terhadaphubungan keluarga tergantung dari faktor yangmenyebabkannya, bisa berupa kematian, maupunperceraian. Perpisahan yang disebabkan perceraiancenderung membuat anak dinilai berbeda olehkelompok teman sebayanya. (Hurlock, 1978).Beberapa anak tidak bisa terbebas dari dampakperceraian orang tua mereka. Perasaan terluka,

marah, terabaikan dan tidak dicintai terus menetapdi hati mereka bahkan sampai anak-anak menjadidewasa (Cole, 2004:3). Belum lagi jika orangtua tersebut memutuskan untuk menikah lagi(remarriage) dengan orang lain dimana anak dipaksauntuk menerima kehadiran orang baru yang harusmereka akui sebagai orang tua mereka.

Perkawinan lagi (remarriage) adalah salah satucara yang dipilih oleh orang dewasa dalam upayapemecahan sebagian besar masalah mereka akibatperceraian yang terjadi. Dalam perkawinan lagi(remarriage) penyesuaian diri yang harus dilakukanbaik oleh pihak wanita maupun laki-laki terbilanglebih sulit jika dibandingkan dengan penyesuaian diriyang harus dilakukan ketika pernikahan pertama.Apabila salah satu atau bahkan kedua belah pihaksudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya,maka penyesuaian diri akan menjadi lebih sulitbukan hanya untuk orangtua yang menikah kembali,melainkan juga untuk anak mereka (Hurlock,1980).

Apabila kondisi tersebut terjadi, orang tuamemiliki tugas dalam mengantisipasi reaksi anakterhadap orang tua tin baru dan memutuskan peranorang tua tiri tersebut dalam keluarga. Transisike keluarga baru merupakan hal yang sulit bagisiapapun terutama bagi anak yang telah menderitaakibat perceraian yang terjadi antara orang tuanya(Cole, 2004).

Santrock (2007:36) berpendapat keberhasilanpenyesuaian diri anak dengan orangtua tiri sangatdipengaruhi oleh tingkat usia anak pada wakturemarriage dilangsungkan. Masa remaja awalmerupakan suatu masa yang sulit untuk membentukkeluarga tiri. Hal tersebut karena lingkungan

keluarga tiri memperburuk kekhawatiran remajatentang identitas, otonomi, dan seksualitas.Sedangkan Hurlock (1980) berpendapat anak yanglebih dewasa sudah memiliki pola hidup tertentuyang akan cenderung menolak terhadap setiap

Page 3: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

31Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

potensi mereka untuk belajar dan tumbuh sertamemiliki kekayaan. Dalam dunia mereka dimana

mereka memiliki sedikit bakat namun secara terusterang bisa mengapresiasi apa yang telah merekaraih daripada orang lain yang telah diberkahisegalanya secara berlimpah namun masih tetapmenyesali keadaan mereka dan belum menerimadiri mereka. Remaja yang memiliki penerimaan diriakan bisa mengenali kemahiran mereka, dan denganbebas menggambarkan diri mereka meskipun padakenyataannya tidak semua dari mereka diinginkan.Mereka juga mengenali kelemahan mereka tanpapenyesalan yang sia-sia (Jersild, Brook J. & Brook

D. 1978).Tinggi rendahnya penerimaan diri remaja

ditentukan oleh seberapa besar mereka bisamelakukan penyesuaian diri. Tidak satupun orangbisa berharap memiliki peneyesuaian diri yang baikjika jika dia tidak menyukai dirinya sendiri ataumenolak diri. Di sisi yang lain, untuk mendapatkanpenerimaan dari orang lain seseorang cenderunguntuk berperilaku sedemikian rupa agar orang lainmenyukainya, hal tersebut juga dapat meningkatkanpenerimaan diri seseorang (Hurlock, 1973).

Penerimaan diri mencapai titik terendah selamarentang kehidupan masa remaja, begitu pula denganhubungan keluarga dan sosial mencapai titik terendahketika masa remaja. Remaja membutuhkan perhatianyang lebih dari pihak keluarga dalam menghadapiperubahan-perubahan yang harus diterimanya ketikamasa remaja. Apabila remaja memiliki pendapatburuk tentang diriya, maka ia akan belajar untukmenolak dirinya. Jika remaja merasa tidak dicintaidan tidak diinginkan oleh orangtua mereka makalambat laun mereka akan menumbuhkan konsepdiri yang negatif sehingga penerimaan dirinyajuga akan terancam. Hal tersebut sejalan denganpendpaat Hurlock (1978) bahwa penerimaan dirisangat bergantung dari konsep diri yang dimiliki

oleh individu.Pengaruh relasi anak dengan orangtua tiri

terhadap penerimaan diri juga ditunjukkan olehpenelitian yang berjudul Hubungan Orang tua-anak, Penerimaan Diri, dan Keputusasaan padaRemaja dari Keluarga Broken Home. Penelitian inimenggunakan 150 responden remaja dari keluargabroken home yang terbagi dalam dua jenis, yakniremaja dengan orang tua bercerai dan remaja

dengan keluarga disharmonis. Berdasarkan penelitiantersebut menunjukkan bahwa hubungan orang tua,anak, dan penerimaan diri berpengaruh secarasignifikan terhadap keputusasaan pada remaja

terpengaruh oleh pendapat orang lain, memilikipenilaian yang realistis terhadap keterbatasanyang dimiliki olehnya, serta menerima kekuranganmereka tanpa menyalahkan diri mereka sendiriatas kekurangan tersebut. Orang yang menerimadirinya juga akan menghormati dirinya sendiridan menjalani hidup yang nyaman dengan kondisidirinya, mampu mengenali keinginannya, harapan,ketakutan dan permusuhan, serta cenderung untukmenerima kondisi emosionalnya dalam arti memilikikebebasan untuk menyadari sifat perasaannya, lebihbebas untuk menentukan pilihannya sendiri, sertamemiliki rasa tanggung jawab.

Menurut Schultz (1991) dalam bukunyamengungkapkan bahwa orang yang menerimadirinya akan menerima kelemahan-kelemahan dankekuatan-kekuatan mereka tanpa keluahan ataukesusahan. Meskipun mereka memiliki kelemahan-kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidakmerasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut. Mereka menerima kodrat mereka

sebagaimana adanya.Penerimaan diri merupakan sebuah sikap

seseorang menerima dirinya sendiri. Penerimaandiri tersebut didasarkan pada pujian yang relatif

objektif terhadap talenta-talenta kemampuandan nilai umum yang unik dari seseorang, sebuahpengakuan yang realistik terhadap keterbatasandan sebuah rasa puas yang penuh akan talentamaupun keterbatasan dirinya (Reber Arthur & Reber

Emiliy, 2012).Menurut Sheerer (Dalam Puspitasari, 2002)

terdapat beberapa komponen dalam penerimaandiri, komponen-komponen tersebut adalah memilikikeyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalanikehidupan, menganggap dirinya berharga sebagaiseorang manusia yang sederajat dengan individulain, menyadari dan tidak merasa malu akan keadaandirinya, menempatkan dirinya sebagaimana manusiayang lain sehingga individu lain dapat menerimadirinya, bertanggung jawab atas segala perbuatannya,menerima pujian dan celaan atas dirinya secaraobjektif, mempercayai prinsip-prinsip atau standardhidupnya tanpa harus diperbudak oleh opini oranglain serta tidak mengingkari atau merasa bersalahatas dorongan-dorongan dan emosi-emosi yang ada

pada dirinya.Kebanyakan dari remaja akan menolak dirinya

daripada menerima dirinya, khususnya remaja laki-laki yang masih menginjak pada awal-awal usiaremaja (Hurlock, 1973). Remaja yang menerimadirinya akan secara secara realistis menggunakan

Page 4: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Jurnat Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201632

ibu kandung dan kakak kandungnya. Bahkan ketikapeneliti mencoba untuk membicarakan tentangayah tirinya tersebut dia secara terang-terangandan tegas menolak ayah tirinya tersebut denganberkata "Bukan ayahku"

Dua fenomena berbeda pada anak yangsama-sama tinggal bersama tiri menunjukkanpenolakan keluarga tiri terhadap masing-masingsubyek ternyata memberikan dampak yang berbedaterhadap penerimaan diri mereka. Bertolak darihal tersebut maka peneliti tertarik untuk menelitibagaimana proses penerimaan diri remaja yangmemiliki keluarga tiri serta faktor apa saja yangmempengaruhi pembentukan penerimaan diriremaja tersebut.

METODEMetode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif dengan disain studi kasus. Subyekpenelitian ini terdiri dari subjek penelitian yangmenjadi informan kunci yang dapat memberikandata yang dibutuhkan oleh peneliti, yakni saturemaja perempuan dengan inisial AC yang duduk dibangku kelas XI Sekolah Menengah Atas, dan saturemaja laki-laki berinisial HD yang duduk di bangkukelas VII Sekolah Menengah Pertama. Adapun subjekskunder terdiri dari 3 orang kerabat dekat subyekHD dan 3 orang kerabat dekat subyek AC.

Data penelitian dikumpulkan dengan wawancara.Selanjutnya hasil penelitian dianalisis denganpendekatan kualitatif model interaktif sebagaimanadiajukan oleh Miles dan Hubermas, yaitu terdiri dariempat hal utama, yakni pengumpulan data, reduksidata, pemaparan data dan penarikan kesimpulanatau verifikasi (Sugiyono, 2009).

HASIL PENELITIANHasil penelitian menunjukkan bahwa dari kedua

subjek penelitian sama-sama mendapatkan penolakandari keluarga tirinya. Jika subjek AC mendapatkanpenolakan dari nenek tiri beserta saudara tirinya,subjek HD mendapatkan penolakan dari ayah tiridan juga diabaikan oleh ibu kandungnya sendiri.Subjek AC kerapkali menerima tugas rumah tanggayang dibebankan oleh keluarga tirinya kepadanya,sedangkan kakak tirinya terbebas dari tugas tersebut.Tak jarang pula ia dimarahi oleh keluarga tirinyatanpa alasan yang jelas. Selain itu keluarga tirinyajuga melarangnya untuk mengembangkan bakatyang dimilikinya. la kerapkali mencuci bahkanmenyeterika baju milik kedua saudara tirinya,bahkan tidak jarang ia harus mengerjakan tugas milik

dengan keluarga broken home (Ariani, 2012). Hasilpenelitian Ariani ini berarti membuktikan bahwakondisi keluarga yang bercerai maupun disharmoniberpengaruh secara negative terhadap penerimaandiri remaja.

Fenomena sebagaimana hasil penelitian di atasjuga ditemukan oleh peneliti terhadap respondenpenelitian ini. Subjek pertama yakni AC, ia memilikikeluarga tiri yang ia pun juga tinggal satu rumahdengan keluarga tirinya. Subjek ini sudah dapatmenerima keadaan keluarga tirinya yang sudah tinggalbersamanya selama kurang lebih 10 tahun setelahmelewati proses 3 tahun untuk bisa menerimanya.Berdasarkan penuturan kerabat dekatnya, perilakuAC menunjukkan bahwa subjek sendiri pun sudahmenerima keluarganya meskipun menurutnya iakerap mendapat perlakuan yang kurang baik darikeluarga tirinya bahkan semenjak ia masih berusia6 tahun. Meskipun sudah 10 tahun mendapatkanperlakuan yang tidak baik dari keluarga tirinya subjektidak tumbuh menjadi remaja yang membantah danmenolak keluarga tirinya tersebut. Sebaliknya, subjektumbuh menjadi remaja yang patuh dan bertanggungjawab terhadap perilakunya. Bahkan ketika tengahberbincang-bincang subjek masih berusaha untuk

menutupi penolakan yang dilakukan oleh keluargatirinya, meskipun pada kenyataannya keluargatirinya masih memperlakukannya dengan tidak baiksebagaimana penuturan kerabat dekatnya.

Responden kedua yakni HD merupakan seoranganak remaja laki-laki yang telah 6 tahun tinggalbersama keluarga tirinya. Ibunya telah menikah lagidengan seorang laki-laki. Namun interaksi antaranggota dalam keluarga tiri terjadi tidak begitulancar. HD belum bisa menyesuaikan dirinya dengankeluarga barunya dan juga belum bisa menerimasosok orang yang mau tidak mau harus ia anggapsebagai ayahnya tanpa mengesampingkan ayahkandungnya. Berdasarkan pada ungkapan subjek danjuga orang terdekat subjek pun perilaku tersebutmuncul karena subjek sendiri mendapatkan penolakandari keluarga tirinya sehingga subjek pun kemudianjuga menolak keluarga tirinya.

Subjek HD yang sekarang duduk di bangku kelas1 Sekolah Menengah Pertama sudah mendapatkanpenolakan dari ayah tirinya semenjak dia duduk dibangku kelas 1 Sekolah Dasar dimana saat itulahibu kandungnya resmi menjadi istri dari ayah tiriyang sekarang disapanya Om tersebut. Penolakanyang didapatkannya tersebut menyebabkan iamenolak ayah tirinya. Dalam kesehariannya subjekseringkali mengucapkan kata-kata kotor, membentak

Page 5: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

33Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

pada waktu itu ketika ia masih duduk di bangkukelas 3 Sekolah Dasar.

Sementara itu penerimaan subyek HD terhadapkondisinya terlihat sangat sulit karena meskipunsudah 6 tahun ia mendapatkan penolakan dariayah tirinya. Meskipun beberapa waktu terakhirayah tirinya sudah tidak lagi terlalu menolakkehadirannya, namun ia masih belum bisa menerimakondisi tersebut dan masih menyimpan amarahdengan keluarganya. la sejak kecil tinggal di bawahpengasuhan orangtua asuhnya dan mendapatkankasih sayang yang tidak ia dapatkan dari ibu kandungdan juga ayah tirinya.

Dapat disimpulkan bahwa proses penerimaanHD terhadap kondisi yang dijalaninya didukung olehkeluarga asuhnya. Kurangmampunya ia menerimadirinya sendiri dan juga menerima keadaannyayang ditolak oleh keluarganya juga dipengaruhioleh lingkungan sekitarnya yang membentukperilakunya. Sudah 6 tahun ia mendapatkanpenolakan dari keluarganya namun ia sendirimasih belum bisa menerima kenyataan tersebut.Perilaku menolaknya semakin diperkuat denganadanya keluarga asuhnya yang terkadang secaratidak langsung membentuk kepribadiannya untukmenolak keadaannya tersebut.

Salah satu faktor penting dalam penerimaandiri adalah tidak adanya stress emosi yang berat.Memang benar baik subjek AC maupun subjek HDmendapatkan penolakan dari keluarga tirinya, namunhal tersebut tidak membuat mereka memiliki stressemosi yang berat. Keduanya memiliki cara sendiriuntuk menerima keadaan tersebut hingga tidak lagimenjadi bahaya bagi penerimaan diri mereka. SubjekAC dengan lapang dan berebesar hati menganggapbahwa penolakan yang ia dapatkan adalah takdiryang harus ia jalani, sehingga hal tersebut menjadikekuatannya sendiri untuk mampu menerimadan menjalani kehidupannya yang ditolak olehkeluarga tirinya dengan sabar. Sementara subjekkedua yang diliputi oleh kebencian memilih untukmengabaikan keluarga kandungnya dengan beralihkepada keluarga asuhnya yang lebih menyayanginyadaripada keluarga kandungnya.

Dukungan sosial dari keluarga asuh yangditerima oleh subjek kedua dapat membantunyadalam memunculkan penerimaan dirinya meskipunmasih dalam kadar yang sedikit, sementara subjekpertama yang bahkan tidak mendapatkan dukungansosial memilih untuk selalu berfikir positif terhadapkejadian yang menimpanya sehingga ia bisa melewatihal tersebut dengan mudah.

kakak tirinya sementara kakak tirinya tersebut pergijalan-jalan. Sementara penolakan yang didapatkanoleh subjek HD adalah ayah tirinya secara terang-terangan berperilaku menolaknya dengan tidakmau melihat bahkan akan marah jika ia beradadirumahnya sehingga ibu dari subjek kedua sendiripun memilih untuk menitipkan pengasuhannyakepada tetangganya.

Penolakan yang didapatkan oleh keduanyasama-sama memiliki rentang waktu yang lama.Subjek AC mendapatkan penolakan dari keluargatirinya selama 11 tahun, sementara itu subjek HDmendapatkan penolakan semenjak ia juga masihdudukdi bangku kelas 1 Sekolah Dasar juga mengalamipenolakan oleh ayah tirinya selama 6 tahun.

Penolakan yang diterima keduanya memberikanefek secara psikis. Subjek AC menyatakan ia seringmerasa sedih dengan penolakan tersebut sedangkansubjek HD merasa benci kepada ayah tirinya karenaia merasa ditolak. Subjek HD juga takut pada ayahtirinya, tidak menyukai diri sendiri, kurang kontrolemosi dan hal-hal yang menjadi tanggungjawabnyakurang mampu dilakukan dengan baik.

Meskipun sedih, subjek AC yang memiliki usialebih tua daripada subjek kedua mampu untuk berfikirpositif sehingga penolakan yang didapatkannyaia anggap sebagai takdir yang harus dijalaninyasehingga ia bisa mengambil hikmah dari perlakuankeluarga tirinya tersebut. Sementara subjek keduayang masih menginjak awal usia remaja cenderungmengedepankan emosi sehingga ia mersepon penolakanayah tiri dengan menolak ayah tirinya bahkan tidakperduli terhadap ibu kandungnya sendiri. Penolakantersebut sangat sulit diterima oleh kedua subyek.Subyek AC membutuhkan waktu selama kuranglebih 3 tahun untuk bisa terbiasa dengan perlakuannenek dan saudara tirinya. Sementara itu subyekHD yang sudah 6 tahun menerima penolakan dariayah tirinya masih belum menerima secara penuhterkait penolakan yang didapatkannya.

Proses penerimaan subyek AC terhadap kondisinyayang ditolak oleh keluarga tirinya tidak lepas dari sikapsabar dan berif ikir positif yang selalu dilakukannya.AC memilih untuk bersabar menghadapi perlakuantersebut daripada mengadu kepada ayah kandungnyayang telah tinggal terpisah darinya. la menganggapbahwa perlakuan penolakan yang didapatkannyamerupakan takdir yang harus dijalaninya dan jugaia bisa mengambil sisi positif atau hikmah darikejadian yang menimpanya sehingga ia bisa menerimakeadaannya tersebut. Selain itu penerimaannyajuga didukung oleh dukungan teman-temannya

Page 6: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201634

(Hall & Lindzey, 1985) mengungkapkan bahwasannyakendati penolakan sudah tidak diperlihatkan olehanak namun perasaan tersebut masih tetap adadan masih tetap mempengaruhi perilaku merekameskipun mereka tidak sadar. Jika nilai kebenaranterus digantikan oleh nilai yang diambil dari oranglain maka kepribadian akan terbagi menjadi beberapabagian. Dan mereka akan merasa jika mereka tidakbenar-benar mengetahui siapa mereka dan apayang mereka inginkan.

Proses penerimaan diri kedua subjek telahberlahgsung cukup lama. Subjek AC sudah mengalamipenolakan selama 10 tahun dengan hasil mampunyaAC menerima kondisinya, sedangkan subjek HDtelah mengalami penolakan selama 6 tahun namunbelum juga mampu menerima kondisinya. MenurutKubler Ross (Fahrani, 2014) sebelum seseorangbisa menerima keadaannya maka orang tersebutsetidaknya melalui 5 (lima) tahapan penerimaan,tahapan tersebut adalah tahap penolakan dimanasetiap orang akan menolak keadaannya danmenyalahkan kondisinya, sementara itu tahap keduaadalah tahap marah dimana kebanyakan individuakan marah dan benci terhadap dirinya maupunkondisinya, tahap ketiga adalah tahap tawar-menawar dimana individu mulai berdialog denganperasaannya, tahap keempat adalah tahap deperesidimana individu akan berduka dan mulai memahamikondisinya namun belum cukup termotivasi, tahapterakhir adalah tahap penerimaan dimana individumulai menerima segala sesuatu dalam diri maupunkondisi yang dilaluinya.

Sementara itu menurut penelitian yang dilakukanoleh Fahrani (2014) bahwa penerimaan remajayang memiliki ibu tiri dibagi menjadi tiga kategoridimana kategori pertama adalah remaja yang padaawal menolak ibu tiri namun seiring berjalannyawaktu dapat menerima kehadiran ibu tiri, keduayakni remaja yang sejak awal memiliki ibu tiribelum mampu menerima kehadiran ibu tiri, danyang ketiga yakni remaja yang sedari awal memilikihubungan yang baik dengan ibu tiri. Hasil penelitianini untuk subjek pertama yakni AC sejalan denganFahrani (2014) merupakan kategori pertama yakniyang awalnya menolak namun seiring berjalannyawaktu ia mampu menerima. Namun untuk subjekkedua yakni HD, hingga 6 tahun setalah ia memilikiayah tiri belum menunjukkan penerimaan terhadapkondisinya, yang menurut penelitian Fahrani (2014)termasuk dalam kategori kedua.

Penerimaan diri menurut Sheerer (dalamPuspitasari, 2002) memiliki delapan komponen.

Perbedaan usia dan jenis kelamin diantara keduasubjek juga berperan terhadap penerimaan diri yangmereka miliki. Berdasarkan pada penelitian yangtelah dilakukan dapat diketahui bahwa meskipunkedua subjek mengalami perilaku penolakandari keluarga tirinya subjek pertama memilikipenerimaan dan penerimaan diri yang lebih baik jikadibandingkan dengan subjek kedua. Subjek pertamamengedepankan sikap sabar dan berfikir positifdalam menerima setiap kejadian yang menimpanyasehingga ia lebih mudah dalam penyesuaian diridan tidak terpuruk dalam kesedihan.

DISKUSIHasil penelitian ini menunjukkan adanya

penolakan yang dialami oleh kedua subyek darikeluarga tiri masing-masing. Hurlock (Silalahi,2010) mengungkapkan bahwa perilaku penolakanyang diberikan oleh orangtua terhadap anaknyaadalah pengabaian kesejahteraan anak, atau denganmenuntut terlalu banyak dari anak, serta sikapbermusuhan yang terbuka. Sukmawati (Silalahi,2010) memperjelas bahwa sikap penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dimanifestasikandalam beberap cara, seperti melalaikan dalamperawatan fisik, penolakan afeksi, tidak memberikandorongan dan perhatian untuk berprestasi, perlakuanyang kasar terhadap anak, hukuman yang terlaluberat bagi kesalahan-kesalahan kecil, dan tidakmemperdulikan perasaan anak.

Perilaku penolakan yang diterima keduasubjek memberikan efek baik secara psikis. SubjekAC sering mengalami perasaan sedih dan subjekHD membenci dan takut pada ayah tirinya, sulitmengontrol emosi dan kepercayaan dirinya rendah.Hal ini sejalan dengan pendapat Fahmi (Silalahi,2010) bahwa penolakan dari orangtua tehadapanak akan menimbulkan masalah yang seriusterhadap tumbuh kembang anak baik secara psikismaupun fisik, karena pada masa remaja lah anak-anak merasa sangat membutuhkan dukungan dariorangtua mereka untuk menyesuaikan diri denganlingkungan baru dan juga dengan perubahan fisiknya.Sementara itu penolakan yang dilakukan oleh orangtuadapat menyebabkan anak berperilaku agresif danmenentang, selain itu juga dapat menyebabkan anakmelakukan hal-hal yang berbahaya untuk menarikperhatian kedua orangtuanya, selain itu anak dapatmengembangkan konsep diri yang buruk terhadapdirinya serta menolak dirinya sendiri.

Penolakan yang dilakukan oleh orangtua bisamenuntun anak untuk menolak dirinya sendiri. Rogers

Page 7: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

35Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

kemampuan yang dimilikinya sendiri. Penolakanterhadap diri sendiri yang dilakukan oleh remajatersebut kebanyakan disebabkan oleh factorperbedaan yang besar antara real self dan ideal selfremaja tersebut. Efek dari penolakan diri remajaadalah mereka kesulitan dalam penyesuaian diri,terdapat dua jenis gangguan kepribadian yangdiakibatkan oleh penolakan diri remaja, yakniperilaku yang berfokus pada kepuasan diri namunmendapat penolakan dari lingkungan, sementarayang kedua adalah tidak puas terhadap diri sendirinamun mendapat penerimaan dari lingkungan.Tidak adanya kemampuan untuk menerima diritanpa syarat dapat pula menyebabkan berbagaikesulitan emosi, termasuk kemarahan yang tidakterkendali.

Hurlock (1976) mengungkapkan 11 faktorpenunjang penerimaan diri. Faktor-faktor penunjangpenerimaan diri yang ditemukan pada kedua subjekadalah adanya harapan yang realistis tentang masadepan. AC mengungkapkan harapannya untuk dapatmenjadi seorang arsitek dan berharap hubungannyabisa lebih baik dengan keluarga baik yang tiri ataupunyang keluarga kandungnya. Serupa dengan AC, HDmemiliki pula harapan untuk masa depannya untukmenjadi komikus serta berharap ia bisa tinggaldengan ibu dan kakak kandungnya. Meskipundemikian mereka masih menghadapi tantanganapakah harapan-harapan tersebut akan terwujuddi kemudian hari, sehingga akan berpengaruh padapenerimaan diri mereka nantinya di masa depan.Hurlock (1992) menegaskan bahwasannya ketikaterjadi kesenjangan antara real self dengan idealse//seseorang dapat menurunkan tingkat harapannyasehingga mungkin untuk dicapai, sementara ituapabila seseorang tetap mempertahankan harapannyadan kesenjangan antara harapan dan kenyataansemakin besar maka kemungkinan orang tersebutmenolak dirinya juga meningkat.

Faktor lain penunjang penerimaan diri adalahkeberhasilan atau kesuksesan. Meski kedua subjektidak menyampaikan banyak keberhasilan yang adadalam hidup mereka namun keduanya cukup banggadengan keberhasilan-keberhasilan yang telah merekaraih. HD dan AC juga sama-sama mengenal siapa dirimereka dengan mengenali kelebihan, kekurangandan juga minat mereka. Hal itu sejalan denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk(Handayani, 1998) bahwa pengenalan diri dapatmeningkatkan penerimaan diri individu.

Faktor penerimaan diri lainnya yang adalah padasubjek AC dan HD tidak menghadapi stress yang sangat

Subjek AC menunjukkan ia memiliki penerimaandiri yang baik karena tujuh dari delapan komponen

dimiliki oleh AC yaitu memiliki perspektif diri positif,mampu menerima kelemahan diri tanpa membencidiri sendiri, bertanggungjawab dengan tugas-tugasyang dimiliki, meyakini kemampuan dalam menjalanikehidupan, sadar dan tidak malu dengan keadaandiri, tidak mengingkari dorongan dan emosi diridan menerima kritik secara objektif.

Sementara itu pada subjek HD hanya 4 komponenpenerimaan diri dari 8 komponen yaitu menerimadiri sendiri dan orang lain meskipun untuk menerimadiri terkait keluarga tirinya ia belum mamputetapi untuk orang lain selain keluarga tiri iabisa menerima. Selanjutnya ia bisa menerimamasukan tersebut meskipun kadang menunjukkanpenolakan secara langsung saat diberikan. lajuga mengenali kelebihan dan kekurangan yangdimilikinya namun sangat minimal, karena ia hanyamampu mengungkapkan minatnya tanpa memilikikelebihan dalam bidang tersebut. SelanjutnyaHD memiliki sikap yang terbuka, yakni ia denganterang-terangan mengungkapkan baik kekurangan,maupun minatnya, bahkan perilaku penolakan yangdidapatkannya dari ayah tirinya. Subjek HD dapatdisimpulkan kurang mampu memiliki penerimaandiri. Hal yang membedakan kedua subjek adalahkemampuan untuk berpikir positif dan mengambilhikmah serta kemampuan mengontrol emosi. SubjekAC memiliki dua hal tersebut sedangkan HD kurangmampu dalam dua hal tersebut.

Adapun faktor-faktor yang ditemukan berperandalam memunculkan penerimaan diri dalampenelitian ini adalah usia dan jenis kelamin. Sejalandengan Allport (Hjelle & Zgelle, 1992) penerimaandiri dipengaruhi oleh usia ataupun kematanganindividu, dimana orang yang matang memilikigambaran yang positif tentang dirinya sendiri dandapat menoleransi frustasi serta dapat menerimadengan baik kelemahan yang dimiliki, selain ituorang yang matang juga bisa mengendalikan emosimereka.

Terkait dengan faktor jenis kelamin yangpada penelitian ini subjek laki-laki kurang mampumenerima diri, sejalan dengan Hurlock (1973). lamenegaskan bahwa remaja akan lebih cenderungmenolak dirinya daripada menerima dirinya terutamapada remaja laki-laki yang masih menginjak masaawal remaja dimana penolakan terhadap dirinyatersebut ditandai dengan beberapa perilaku dimanaremaja tidak menyukai dirinya, bahkan memandangrendah dirinya sendiri serta ia tidak mempercayai

Page 8: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201636

Applications, Third Edition. Singapore:McGraw-Hill.

Hurlock, E.B. (1973). Adolescent Development,Fourth Edition. Tokyo: McGraw-Hill Inc.

Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Child DevelopmentSixth Edition diterjemahkan oleh dr. Med.Meitasari Tjandrasa dengan judul PerkembanganAnak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B. Elizabeth. (1980). DevelopmentPsychology, A Life-Span Approach, Fifth Editionditerjemahkan oleh Dra. Istiwidayanti danDrs. Soedjarwo, M.Sc dengan judul PsikologiPerkembangan, Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1976). Personality Development.New Delhi: Tata McGraw-Hill PublishingCompany LTD.

Jersild, A. T, Brook, J. S., a Brook, D. W. (1978).

The Psychology of Adolescence, 3" Edition.New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Kubler-Ross. (1998). On Death and Dying (Kematiansebagai bagian dari kehidupan). Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa Penerimaan diribukanlah hal yang mudah dapat dilakukan olehremaja, terutama remaja yang memiliki keluargatiri. AC membutuhkan waktu setidaknya 3 tahundari 10 tahun kebersamaannya dengan keluargatiri untuk dapat menerima kondisinya yang ditolakoleh keluarga tirinya. Sementara itu HD belummampu menerima secara lapang penolakan yangdidapatkannya dari ayah tiri dan ibu kandungnyaselama 6 tahun. Upaya pencapaian penerimaan diriremaja yang memiliki keluarga tiri dipengaruhi olehfaktor dukungan sosial, berfikir positif, pemahamandiri, wawasan sosial, konsep diri yang positif,keberhasilan, harapan realistis, dan juga usia ataukematangan individu. Sementara komponen terbesaryang mempengaruhi penerimaan diri remaja yangmemiliki keluarga tiri adalah tidak adanya stressemosi yang berat serta mendapatkan dukungansosial.

berat sehingga meski mereka mengalami penolakandari keluarga tin, mereka tetap memiliki penerimaandiri sekalipun untuk subjek HD penerimaan dirinyacenderung kurang. Subjek HD memperoleh faktorpenguat lain ketika ia menghadapi penolakan yaitudukungan sosial dari keluarga asuhnya. Dukungansosial dari keluarga asuh yang diterima oleh HD dapatmembantunya dalam memunculkan penerimaandirinya meskipun masih dalam kadar yang sedikit,sementara AC yang bahkan tidak mendapatkandukungan sosial memilih untuk selalu berfikir positifterhadap kejadian yang menimpanya sehingga iabisa melewati hal tersebut dengan baik. Hurlock(1976) tidak secara langsung menyebutkan dukungansosial sebagai faktor penunjang penerimaan diri,namun menyebutkan faktor tidak adanya hambatandari lingkungan. Hambatan dari lingkungan keluargatiri dihadapi oleh HD namun sebagai gantinya iamemperoleh dukungan dari keluarga asuh. SubjekAC dengan kemampuannya untuk berpikir positif,mengantarkannya mampu memiliki konsep diriyang positif. Sebagaimana pendapat Hurlock (1976)konsep diri positif merupakan salah satu faktorpenerimaan diri.

DAFTAR PUSTAKAAriyani. (2015). Hubungan orangtua-anak, penerimaan

diri dan keputusasaan pada remaja darikeluarga broken home. Jurnal sains danpraktik psikologi volume 3 (1), 80-90.

Cole, Kelly. (2004). When The Wings Have Broken:The Impact Parents Divorce to Children,diterjemahkan oleh Tisa Adiantari, SS.,dengan judul Mendampingi Anak MenghadapiPerceraian Orang Tua. Jakarta: Pt. PrestasiPustakarya

Fahrani, R. (2014). Penerimaan Diri Remaja yangMemitiki Ibu Tiri. Skripsi (dipublikasikan).Universitan Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,Pekanbaru. Diakses dari http://repository.uin-suska.ac.id/1010/

Hall, C.S., & Lindzey, G. (1985). Introduction toTheories of Personality. Singapore: JohnWiley & Sons, Inc.

Handayani, M. dkk. (1998). Efektifitas pelatihanPengenalan Diri terhadap Peningkatakn

Penerimaan Diri dan Harga Diri. JurnalPsikologi, No. 2 (47-55). Diakses dari http://www.jurnal.psikologi.ugm.ac.id

Hjelle, LA. a Ziegler D.J. (1992). PersonalityTheories Basic Assumptions, Research, and

Page 9: PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG MEMILIKI KELUARGATIRI

Jumal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201637

Notosoedirdjo, M. a Latipun. (2007). KesehatanWidyasinta dengan judul Remaja, edisi 11,Mental. Malang: Penerbitan Universitasjilid 2. Jakarta: Erlangga.Muhammadiyah Malang.Schultz. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:

Reber, Arthur S. (2012). The Penguin Dictionary ofKanisiusPsychologyditerjemahkan oleh Yudi Santoso,silalahi, Karlinawati. a Eko A. Meinarno. (2010).S.FHdenganjudul Komusft/tofogi. Yogyakarta:Keluarga Indonesia: Aspek dan DinamikaPustaka Pelajar.Zaman. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Santrock, John W. (2007). Adolesence, eleventhsugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatifedition, diterjemahkan oleh BenedictineKualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta