4
PENETAPAN HARGA TRANSFER DENGAN ACTIVITY BASED COSTING Saat ini, persaingan antar perusahaan yang semakin ketat telah mendorong manajemen perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaannya agar tidak kalah dengan pesaing. Untuk mempertahankan keunggulan tersebut, manajemen puncak perusahaan harus melaksanakan fungsi pengendalian dengan baik. Salah satu hal yang penting dalam proses pengendalian ini adalah adanya pengukuran kinerja. Dalam hal ini, setiap manajer pusat pertanggungjawaban, baik manajer pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba maupun pusat investasi, harus diukurkinerjanya secara akurat, Dengan pengukuran kinerja yang akurat diikuti kompensasi yang adill dan memuaskan, akan menumbuhkan motivasi para manajer dan para karyawan secara keseluruhan. Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh pendapatan, baik yang berasal dari transaksi penjualan produk kepada pihak luar maupun dari transfer produk kepada pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, dipakai sebagai tolok ukur kinerja manajer pusat pendapatan. Oleh karenanya diperlukan mekanisme penetapan harga transfer (transfer Pricing) yang benar-benar adil. Untuk mengatasi masalah yang terkait dengan keadilan ini, kita dapat menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) karena informasi ABC dapat membantu manajer menentukan fasilitas pabrik sesuai dengan

Penetapan Harga Transfer Dengan Activity Based Costing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penetapan Harga Transfer Dengan Activity Based Costing

PENETAPAN HARGA TRANSFER DENGAN

ACTIVITY BASED COSTING

Saat ini, persaingan antar perusahaan yang semakin ketat telah mendorong manajemen

perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaannya agar tidak kalah

dengan pesaing. Untuk mempertahankan keunggulan tersebut, manajemen puncak perusahaan

harus melaksanakan fungsi pengendalian dengan baik. Salah satu hal yang penting dalam proses

pengendalian ini adalah adanya pengukuran kinerja. Dalam hal ini, setiap manajer pusat

pertanggungjawaban, baik manajer pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba maupun pusat

investasi, harus diukurkinerjanya secara akurat, Dengan pengukuran kinerja yang akurat diikuti

kompensasi yang adill dan memuaskan, akan menumbuhkan motivasi para manajer dan para

karyawan secara keseluruhan.

Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh pendapatan, baik yang berasal dari

transaksi penjualan produk kepada pihak luar maupun dari transfer produk kepada pusat

pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, dipakai sebagai tolok ukur kinerja manajer pusat

pendapatan. Oleh karenanya diperlukan mekanisme penetapan harga transfer (transfer Pricing)

yang benar-benar adil. Untuk mengatasi masalah yang terkait dengan keadilan ini, kita dapat

menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) karena informasi ABC dapat membantu

manajer menentukan fasilitas pabrik sesuai dengan jenis produk dan dapat membantu manajer

dalam menentukan strategi operasi.

Dengan menggunakan ABC, suatu perusahaan dapat mereduksi biaya yang tidak

memberikan nilai tambah yang terjadi di divisi produksi sehingga produksi dapat berjalan

dengan efisien dan meningkatkan kualitas produk dengan memilih supplier yang menawarkan

bahan yang berkualitas dengan biaya yang rendah. Divisi pemasaran dapat membandingkan

antara produk harga produk sejenis yang ditawarkan oleh supplier lainnya. Dengan metode ABC,

penetapan harga transfer diharapkan dapat meningkatkan kinerja antar divisi karena masing-

masing divisi sebagai pusat laba akan memaksimalkan laba.

Dengan menggunakan metode ABC, harga transfer dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

HargaTransfer=Biaya Penuh+Laba

Page 2: Penetapan Harga Transfer Dengan Activity Based Costing

di mana biaya penuh tersebut meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

(1) Unit level activity

Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan

baku, tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan. Biaya ini dibebankan ke

produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.

(2) Batch related activity

Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Setup Cost yang

merupakan baiaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan equipment sebelum

order produksi diproses. Besar kecilnya biaya ini tergantung frekuensi order produksi

yang diolah oleh fungsi produksi.

(3) Product sustaining activity

Biaya ini berhubungan dengan kegiatan desain produk, pengujian produk. Biaya ini

dibebankan keproduk berdasarkan taksiran jumlah unit produk yangakan dihasilkan

selama umur produk tersebut .

(4) Facility sustaining activity

Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki

oleh perusahaan. Biaya ini dibebankan ke produk atas dasar taksiran unit produk yang

dihasilkan pada kapasitas normal.

Dengan menggunakan metode perhitungan ini diharapkan agar informasi biaya yang

tersedia dalam penentuan harga transfer dapat menjadi lebih akurat dan menjadi lebih ‘fair’

dalam penilaian kinerja setiap divisi yang terlibat. Di samping itu juga diharapkan metode ini

dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi, dapat mengurangi pemborosan karena adanya

kompleksitas aktivitas perusahaan di divisi produksi/operasi, serta diharapkan agar manajemen

pemasaran dapat membandingkan antara produk yang produksi di dalam perusahaan dengan

produk yang ditawarkan oleh supplier alternatif lainnya (supplier eksternal).

Namun demikian, walaupun metode ini banyak memberikan manfaat bagi perusahaan,

pemilihan metode ini tetap memerlukan proses negosiasi antar manajer divisi yang terlibat

sehingga masing-masing manajer menggunakan dasar yang sama untuk membahas berbagai

unsur yang akan diperhitungkan dalam harga transfer. Negosiasi ini tidak menutup kemungkinan

digunakannya metode lain. Hal ini tergantung kebutuhan dan keinginan perusahaan.